51

Farklin Tampil Dili

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmasi klinik

Citation preview

  • FUNGSI HATI1. Membantu dalam metabolisme karbohidratPada saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati dapat mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam hati (Glikogenesis), lalu pada saat kadar gula darah menurun, maka cadangan glikogen di hati atau asam amino dapat diubah menjadi glukosa dan dilepakan ke dalam darah (glukoneogenesis) hingga pada akhirnya kadar gula darah dipertahankan untuk tetap normal.

    2. Membantu metabolisme lemakMembantu proses Beta oksidasi, dimana hati mampu menghasilkan asam lemak dari Asetil Koenzim A.

    3.Membantu metabolisme ProteinFungsi hati dalam metabolisme protein adalah dalam deaminasi (mengubah gugus amino, NH2) asam-asam amino agar dapat digunakan sebagai energi atau diubah menjadi karbohidrat dan lemak.

  • 4.Menetralisir obat-obatan dan hormon (Detoksifikasi)Hati dapat berfungsi sebagai penetralisir racun

    5. Mensekresikan cairan empeduBilirubin, yang berasal dari heme pada saat perombakan sel darah merah, diserap oleh hati dari darah dan dikeluarkan ke empedu.

    6. Mensintesis garam-garam empeduGaram-garam empedu digunakan oleh usus kecil untuk mengemulsi dan menyerap lemak, fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein.

    7. Sebagai tempat penyimpananSelain glikogen, hati juga digunakan sebagai tempat menyimpan vitamin (A, B12, D, E, K) serta mineral (Fe dan Co).

  • 8. Sebagai fagositSel-sel Kupffers dari hati mampu memakan sel darah merah dan sel darah putih yang rusak serta bakteri.

    9. Mengaktifkan vitamin DHati dan ginjal dapat berpartisipasi dalam mengaktifkan vitamin D.

    10. Menghasilkan kolesterol tubuh Hati menghasilkan sekitar separuh kolesterol tubuh, sisanya berasal dari makanan.

  • DefinisiKerusakan hati akibat obat (Drug Induced Liver Injury) adalah kerusakan hati yang berkaitan dengan gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh karena terpajan obat atau agen non-infeksius

    Kerusakan hepar dapat terjadi segera atau setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan.

    Kerusakan dapat berbentuk nekrosis hepatosit, kolestasis, atau timbulnya disfungsi hepar secara perlahan-lahan.

  • EpidemiologiAngka kejadian DILI pada populasi umum diperkirakan 12 kasus per 100.000 orang pertahun. Pada pusat rujukan tersier kira-kira terdapat 1,2% hingga 6,6% kasus penyakit hati akut yang diakibatkan oleh DILILaporan terbaru mengindikasikan bahwa DILI terjadi dalam 1/100 pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam.Di negara-negara barat, penyebab mayoritas DILI adalah obat antibiotik, antikonvulsan dan agen psikotropika.Di Amerika Serikat, amoksisilin/klavulanat, INH, nitrofurantoin dan florokuinolons adalah penyebab DILI yang terbanyak. Di negara Asia, herbal dan suplemen diet adalah penyebab paling sering dari DILI. Herbal dan suplement diet baru-baru ini menyebabkan kurang dari 10% kasus DILI di negara-negara barat.

  • EtiologiCedera hati dapat menyertai inhalasi, ingesti atau pemberian secara parenteral dari sejumlah obat farmakologis dan bahan kimia.Terdapat kurang lebih 900 jenis obat, toksin dan herbal yang telah dilaporkan dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel hati.

  • Faktor Resiko

  • Tanda dan Gejala1. Nyeri perut2. Urin gelap3. Diare4. Kelelahan5. Demam6. Ruam 7. Sakit kepala8. Penyakit kuning9. Kehilangan nafsu makan10. Mual dan muntah11. Tinja bewarna putih atau tanah liat

  • MEKANISME HEPATOTOKSISITASObat mempengaruhi protein-protein transport pada membran kanalikuli

    Terjadi penumpukkan asam-asam empedu di dalam hati

    Translokasi Fassitoplasmik ke membran plasma

    Memicu kematian sel melalui apoptosis

  • Selain itu reaksi hepatoseluler melibatkan sistem CYP450 yang mengandung heme dan menghasilkan reaksi-reaksi energi tinggi yang dapat membuat ikatan kovalen dengan enzim, sehingga menghasilkan ikatan baru yang tidak punya peran. Kompleks enzim-obat ini bermigrasi ke permukaan sel di dalam vesikel-vesikel untuk berperan sebagai imunogen-imunogen sasaran serangan sitolitik sel T, merangsang respons imun multifaset yang melibatkan sel-sel T sitotoksik dan berbagai sitokin.

    Obat-obat tertentu menghambat fungsi mitokondria dengan efek ganda pada beta-oksidasi dan enzim-enzim rantai respirasi.

    Metabolit-metabolit toksik yang dikeluarkan dalam empedu juga dapat merusak epitel saluran empedu.

  • Patofisiologis Kerusakan Hepatosit

    Kerusakan dari sel hepar terjadi pada pola spesifik dari organella intraseluler yang terpengaruh antara lain:

    a. Kerusakan hepatositIkatan kovalen dari obat ke protein intraseluler dapat menyebabkan penurunan ATP, menyebabkan gangguan aktin. Kegagalan perakitan benang-benang aktin di permukaan hepatosit menyebabkan rupturnya membran hepatosit.

    b. Gangguan protein transportObat yang mempengaruhi protein transport di membran kanalikuli dapat mengganggu aliran empedu. Hilangnya proses pembentukan vili dan gangguan pompa transport misal multidrug resistance associated protein 3 (MRP3) menghambat ekskresi bilirubin, menyebabkan kolestasis.

    c. Aktivasi sel T sitolitikIkatan kovalen dari obat pada enzim P-450 dianggap imunogen, mengaktifkan sel T dan sitokin dan menstimulasi respon imun multifaset.

  • d. Apoptosis hepatositAktivasi jalur apoptosis oleh reseptor Fas TNF menyebabkan berkumpulnya caspase interseluler, yang berakibat pada kematian sel terprogram (apoptosis).

    e. Gangguan mitokondriaBeberapa obat menghambat fungsi mitokondria dengan efek ganda pada - oksidasi (mempengaruhi produk energi dengan cara menghambat sintesis dinucleotide adenine nicotinamide dan dinucleotide adenine flavin yang menyebabkan menurunnya produksi ATP dan enzim rantai respirasi.

    f. Kerusakan duktus biliarisMetabolit racun yang diekskresikan di empedu dapat menyebabkan kerusakan epitel duktus biliaris.

  • Klasifikasi Kerusakan Hati

    Mekanisme kerusakan hati akibat obat dapat dibagi menjadi hepatotoksisitas intrinsik dan hepatotoksisitas idiosinkratik.

    1.Predictable hepatotoksin (intrinsik)Merupakan obat yang dapat dipastikan selalu akan menimbulkan kerusakan sel hepar bila diberikan kepada setiap penderita dengan dosis yang cukup tinggi.Dari golongan ini ada obat yang langsung merusak sel hati, ada pula yang merusak secara tidak langsung yaitu dengan mengacaukan metabolisme atau faal sel hati.

  • Contohnya:

    Parasetamol (asetaminofen) menyebabkan nekrosis hati yang dapat diprediksi pada pemberian overdosis. Metotreksat dapat menyebabkan fibrosis dan sirosis pada pengobatan berkelanjutan jangka panjang. Tetrasiklin menyebabkan microvesicular fatty liver.Siklofosfamid dapat menyebabkan, walaupun jarang, nekrosis sel hati akut.Kontrasepsi oral dapat menyebabkan kolestasis (juga meningkatkan risiko adenoma).

  • 2.Unpredictable hepatotoksin (idiosinkrasi)

    Merupakan kerusakan hati yang timbul disini bukan disebabkan karena toksisitas intrinsik dari obat, tetapi karena adanya reaksi idiosinkrasi yang hanya terjadi pada orang-orang tertentu. Ciri dari kelainan yang bersifat idiosinkrasi ini ialah timbulnya tidak dapat diramalkan dan biasanya hanya terjadi pada sejumlah kecil orang yang rentan. Menurut sebab terjadinya, reaksi yang berdasarkan idiosinkrasi ini dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu: karena reaksi hipersensitivitas dan karena kelainan metabolisme

  • Reaksi idiosinkrasi yang timbul karena hipersensitivitas:Terjadi setelah satu sampai lima minggu di proses sensitisasi.Dijumpai tanda-tanda sistemik: demam, ruam kulit, eosinofiliaDengan memberikan satu atau dua challenge dose, gejala-gejala di atas biasanya segera timbul lagi.

    Reaksi idiosinkrasi yang timbul karena kelainan metabolisme :Mempunyai masa laten yang sangat bervariasi yaitu antara satu minggu sampai lebih dari satu tahun.Biasanya tidak disertai demam, ruam kulit, eosinofiliaDengan memberikan satu atau dua challenge dose kelainan ini tidak dapat diinduksi untuk timbul lagi.Untuk reaksi tipe ini obat perlu diberikan lagi selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan waktu yang cukup lama agar penumpukan metabolit hepatotoksik dari obat sampai pada taraf yang memungkinkan terjadinya kerusakan hati.

  • Reaksi Obat Idiosinkrasi dan Sel-Sel yang dipengaruhinya

    Jenis ReaksiPengaruh pada SelContoh ObatHepatoselulerEfek langsung atau produksi oleh kompleks enzim-obat yang berkibat disfungsi sel, disfungsi membran, respons sitotoksik sel TIsoniazid, trazodon, diklofenak, nefazodon, venlafaxin, lovastatinKolestasisJejas membran kanalikuli dan transporterKhlorpromazin, estrogen, eritromisin dan turunannyaImunoalergikKompleks enzim obat pada permukaan sel mengnduksi respons IgEHalotan, fenitoin, sulfametoksazolGranulomatousMakrofag, limfosit mengilfiltrasi lobul hepatikDiltiazem, obat sulfa, kuinidinLemak MikrovesikulerRespirasi mitokondria yang berubah, beta-okidasi mengakibatkan asidosis laktat dan akumulasi trigliseridDidanosin, tetrasiklin, asam asetilsalisilat, asam valproatSteatohepatisMultifaktorialAmiodaron, TamoksifenAutoimunRespons limfosit sitotoksik langsung pada komponen membran hepatositNitrofurantoin, metildopa, lovastatin, minosiklinFibrosisAktivasi sel stellataMetoreksat, kelebihan vitamin AKolaps VaskularMenyebabkan iskemik atau injuri hipoksikAsam nikotinat, kokain, metilendioksimetamfetaminOnkogenesisMendorong pertumbuhan tumorKontrasepsi oral, androgenCampuran (mixed)Jejas sitoplasmik dan kanalikuli, langsung merusak saluran-saluran empeduAmoksisilin klavulanat, karbamazapin, herbal, siklosporin, metimazol, troglitazon

  • Tipe Hepatotoksisitas Akibat Obat-obatanAda berbagai macam obat yang dapat menyebabkan injury pada hepar, baik secara klinis maupun patologis.

  • 1. Interferensi uptake bilirubin, ekskresi dan konjugasi: Tipe ini bisa dilihat sebagai suatu varian dati toksisitas kolestasis. Sebagai contoh, Rifampicin dapat mengganggu transportasi bilirubin sehingga menimbulkan hiperbilirubinemia 2. Sitotoksik injuryTipe ini mengacu pada kerusakan dari parenkim dan merupakan tipe hepatotoksisitas yang relatif lebih serius daripada tipe sebelumnya 3. Cholestatic injury Jenis ini meliputi terperangkapnya aliran empedu dan menimbulkan jaundice yang dapat terlihat mirip dengan obstruksi bilier. Tipe ini relatif kurang serius dibanding sitotoksik injury, dengan tingkat kematian yang lebih rendah. 4. Campuran sitotoksik dan cholesatic injuryKerusakan hati yang bersifat sitotoksik terkdang dapat disertai dengan kolestasis, misalnya setelah penggunaan terapi-p asam aminosalisilat 5. Lemak hatiLemak hati (steatosis) dapat dianggap sebagai jenis cedera sitotoksik, tetapi juga bisa menjadi bentuk kerusakan hati kronis. 6. Sirosis: Sirosis makronodular dapat langsung terjadi setelah kerusakan hati akut, dan kolestasis jaundice dapat mengakibatkan sirosis bilier primer. 7. Phospholipidosis: Hal ini mungkin dapat terjadi akibat dari penggunaan obat-obatan seperti Coralgil, (4, 4'-diethylaminoethoxyhexestrol dihidroklorida), dan ditandai oleh hepatosit yang penuh dengan lipid

  • 8. Tumor heparLesi neoplastik dapat muncul akibat penggunaan obat-obatan. Adenoma dari sel hati telah terbukti memiliki keterkaitan dengan penggunaan kontrasepsi steroid .9. Lesi vascular Oklusi vena hepatika, seperti efek thrombogenic dari kontrasepsi steroid, dapat mengakibatkan kerusakan hati. 10. Hepatitis Kronis Aktif Ini merupakan penyakit hati necroinflammatory yang bersifat progresif yang mungkin memiliki banyak penyebab termasuk obat. 11. Nekrosis hepatik subakut Sindrom ini terdiri penyakit hati yang progresif, disertai dengan sirosis dan jaundice

  • 1.Hepatotoksisitas obat anti tuberkulosis (OAT)Obat anti tuberculosis terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol/streptomisin, dan tiga obat yang disebut pertama bersifat hepatotoksik. Efek hepatotoksik OAT dapat diklasifikasikan berdasarkan potensi masing-masing obat dalam menyebabkan kerusakan hati

    Obat yang Dapat Mengakibatkan DILI

    Potensi HepatotoksisitasOATTinggiIsoniazid, rifampisin, pyrazinamideRendahEthambutol, streptomycin

  • ISONIAZIDSekurang-kurangnya sebanyak 10-20 % pasien dalam kurun waktu 4-6 bulan masa pengobatan, menderita gangguan hati ringan yang dibuktikan dari peningkatan kadar SGOT, SGPT dan konsentrasi bilirubin yang sedikit dan sifatnya sementara. Isoniazid mengalami inaktivasi di hati melalui proses asetilasi menjadi asetil isoniazid yang kemudian dihidrolisis menjadi asetil hidrozin bebas dan oleh enzim sitokrom P450 dirubah menjadi bahan metabolit yang toksik. Pada individu yang mengalami asetilasi cepat, risiko terjadinya efek hepatotoksik yang lebih besar. Efek hepatotoksik juga meningkat dengan pemberian penginduksi enzim secara bersamaan, misalnya: luminal, prifampisin atau alkohol.Pemberian INH harus dihentikan apabila kadar enzim SGOT meningkat sampai lima kali nilai normal.

  • RIFAMPISINPada 10-15 % pasien yang mengkonsumsi rifampicin dapat terjadi peningkatan enzim hati yang bersifat sementara pada 8 minggu pertama masa pengobatan. Rifampisin adalah obat antituberkulosis yang biasanya digunakan infeksi tuberkulosis. Rifampisin bisa merusak hati dengan 3 cara : a) Mengganggu proses metabolisme bilirubin dan asam empedu. Efeknya reversible dan mekanismenya tidak diketahui, walaupun ada yang mengatakan efeknya merusak hepatosit. b) Rifampisin menginduksi metabolisme obat di retukulum endoplasma yang mengganggu biotransformasi dari zat zat yang hepatotoksik, apalagi jika digabung dengan isoniazid. c) Rifampisin sendiri bisa mengakibatkan efek seperti hepatitis akibat virus. Namun karena rifampisin diberikan bersamaan obat antituberkulosis yang lain, maka hepatitis akibat rifampisinnya sendiri masih belum dapat dipastikan.

  • 2. Paracetamol

    Pada umumnya efek hepatotoksik terjadi pada konsumsi parasetamol secara berlebih (15 gram/hari). Dalam hati secara enzimatis obat ini dirubah menjadi bahan toksik oleh enzim sitokrom P450. Bahan toksik ini dalam keadaan normal dinetralisasi melalui proses konjugasi dengan glutation. Kerusakan hati akibat pembentukan bahan metabolit yang terlalu banyak sehingga terjadi kekurangan glutation. Pemberian glutation dari luar tidak berfungsi, karena glutation ini tidak dapat memasuki sel hati. Pemberian prekursorglutation seperti sisteamin dapat membantu dalam menetralisasi toksik. Gejala klinis yang timbul beberapa jam setelah pemberian obat adalah anoreksia, mual dan muntah. Ikterus timbul setelah hari kedua, dapat berlanjut dengan gangguan kesadaran, koma, dan kematian.

  • Acetaminofen

  • 4. Asam asetilsalisilatDikenal sebagai obat hepatotoksik yang tergantung pada besarnya dosis.Gejala hepatotoksik timbul bila kadar salisilat serum lebih dari 25 mg/dl (dosis: 3-5 g/hari), Keadaan ini diduga sangat erat hubungannya dengan kadar albumin darah, karena bentuk salisilat yang bebas dapat merusak hati.

  • 5. Nicotinic acid ( Niacin )Niacin telah digunakan untuk merawat tingkat tingkat kolesterol darah yang tinggi serta tingkat tingkat triglyceride yang tinggi. Seperti statins, niacin juga dapat merusak hati. Ia dapat menyebabkan peninggian peninggian ringan yang sementara pada tingkat tingkat darah dari AST dan ALT, jaundice dan pada kejadian kejadian yang jarang, gagal hati. Keracunan hati dengan niacin adalah tergantung dosis; dosis dosis yang beracun biasanya melebihi 2 gram per hari. Pasien dengan penyakit hati yang mempunyai kebiasaan meminum alcohol sebelumnya berada pada resiko yang lebih tinggi menghasilkan keracunan niacin.

  • Jenis Penyakit Hati1. Hepatitis AkutMerupakan penyakit hepatitis yang kelangsungan penyakitnya terjadi dalam kurun waktu maksimal selama 6 bulan.Hepatitis akut itu sendiri adalah sebuah infeksi sistemik yang sangat mempengaruhi fungsi hati, dan virus dari hepatitis akut ini sangat sulit untuk disembuhkan.Penyebab hepatitis akut bermacam-macam, misalnya :1. Toksin2. Obat-obatan3. Kelainan Metabolik

  • Tanda dan gejala dari gagal hati akut dapat meliputi:Bola mata menguning (jaundice)Nyeri di daerah perut kanan atasMualMuntahKesulitan berkonsentrasiDisorientasi atau kebingunganRasa mengantuk

    Jenis Reaksi dari hepatitis akut1. Zona necrosis, disebabkan oleh paracetamol, kloroform, fosfor2. Diffuse spotty necrosis disebabkan oelh aspirin 3. Viral hepatitis like injury disebabkan oleh diklofenak, halotan, isoniazid, allupurinol4. Granuloma disebabkan oleh karbamazepin, fenitoin

  • 2. Hepatitis Kronik

    Hepatitis kronik adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan pengrusakan jaringan hati yang bertahap seiring dengan perjalanan penyakit, yang dapat menyebabkan fibrosis dan sirosis hatiContohnya :Hepatitis KronisSirosis HatiHepatoma

    Penyebab penyakit liver kronis sangatlah beragam, namun ada beberapa hal yang menjadi penyebab tetap penyakit liver kronis, diantaranya adalah:Infeksi virusMenderita hemokromatosisMenderita penyakit wilsonMenderita perlemakan hati non-alkoholikMenderita gagal jantung kongestifMenderita penyakit hati alkoholik

  • Tanda dan GejalaWarna kulit terlihat lebih kuningPenurunan berat badanMual-mualTinja berwarna pucatSering buang air kecilKehilangan selera makanMenderita kejangMenderita konstipasiMuntah-muntahPerut kembungPusingSakit punggung

    Jenis Reaksi hepatitis kronik1. Autoimun like injury disebabkan oleh metildopa, diklofenak, nitrofuraantoin2. Kronik viral hepatitis like injury disebabkan oleh amiodarone, aspirin, dan isoniazid.

  • Pemeriksaan LaboratoriumAlanine Tranaminase (ALT)Merupakan enzim yang ditemukan terutama di dalam sel hati. ALT dapat membantu metabolisme protein dalam tubuh. Dalam kondisi normal, kadar ALT di dalam darah adalah rendah. Sebaliknya, tingginya kadar ALT mengindikasikan adanya kerusakan hati.Aspartate Transaminase (AST)Enzim AST berperan dalam metabolisme alanine. AST ditemukan dalam kadar yang tinggi di sel-sel hati, jantung, dan otot-otot lainnya. Namun jika AST tersebut ditemukan dengan kadar yang tinggi di dalam darah, ini mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati.

  • Alkaline Phosphatase (ALP)Enzim ALP ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di hati, saluran emmpedu, dan beberapa jaringan lainnya. Peningkatan kadar ALP mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati, terutama bila terjadi sumbatan di saluran empedu.Albumin dan Total ProteinKadar Albumin (protein yang dibuat di hati) dan protein total menunjukkan baiknya kemampuan hati memproduksi protein untuk kebutuhan tubuh memerangi infeksi dan menjaga fungsi lainnya. Berkurangnya kadar dari nilai normal mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati.

  • BilirubinBilirubin dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin di dalam hati. Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Peningkatan kadar bilirubin menunjukkan adanya penyakit hati atau saluran empedu.

    Gamma glutamyl transferase (GGT atau Gamma GT)Pemeriksaan Gamma glutamyl transferase (GGT atau Gamma GT), bertujuan sebagai indikator untuk para pengguna alkohol. Pemeriksaan GGT ini biasa dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan ALP untuk meyakinkan bahwa kenaikan angka pada ALP disebabkan karena adanya masalah pada hati, bukan karena faktor lain.

  • Massa Prothrombin (PT) dan International Normalised Ratio (INR)Pemeriksaan Massa Prothrombin (PT) dan International Normalised Ratio (INR), bertujuan sebagai indikasi apakah penyakit hati semakin buruk atau tidak. Peningkatan angka menunjukkan penyakit kronik menjadi semakin buruk.

  • Kadar Normal Pemeriksaan Lab

    UkuranSatuanNilai RujukanALT (SGPT)U/L< 23 (P)< 30 (L)AST (SGOT)U/L< 21 (P)< 25 (L)Alkalin fosfataseU/L15 69GGT (Gamma GT)U/L5 38Bilirubin totalmg/dL0,25 1,0Bilirubin langsungmg/dL0,0 0,25Protein totalg/L61 82Albuming/L37 52

  • Pencegahan1. Jangan mengkonsumsi obat lebih dari dosis yang dianjurkan khususnya yang mengandung acetaminophen(tylenol).

    2. Jika memiliki penyakit hati, harus menghindari obat-obat sepertiacetaminophendanfenitoinserta obat-obat lain yang diketahui mempunyai efek toksik terhadap hati

  • 3. Batasi penggunaan obat jikalau perlu saja Membeli obat sesuai dengan aturan resep dari dokter 4. Hati-hati dalam penggunan herbal dan suplemen 5. Jangan mencampur penggunaan obat dan alcohol 6.Hati-hati dengan paparan bahan kimia 7. Lindungi anak-anak dari semua obat, herbal dan suplemen

  • ANALISIS KASUSTn. TN (56 th) berkunjung ke Rumah Sakit dengan keluhan mual, muntah, lemah dan gatal-gatal sejak 1 minggu yang lalu, urine berwarna gelap dan kulitnya kuning sejak 7 hari. Tn TN didiagnosa TBC dan sudah menggunakan kombinasi INH, Rifamfisin, dan ethambutol selama 1 bulan.

    Riwayat pengobatan Tn TN, DM 12 th yang diterapi dengan diet & Metformin, Hipertensi 4 th yang diterapi dengan HCT dan Lisinopril

  • ANALISIS KASUSPemeriksaan lab :Serum AST 630 U/LSerum ALT 494 U/LAlkaline phosfatase 1230 U/LRasio bilirubin total ; direct 7.251 mg/dL : 106 mol/LAlbumin 4.1 g/dLTidak ada obstruksi empedu

    Pemeriksaan fisik BB: 65 kgTB: 170 cmBMI : 27.05Suhu : 38.2 0C

    Selesaikan kasus dengan metode SOAP !!!

  • Metoda SOAP (Subjective, Objective, Assesment, and Plan)

  • Subjective Nama Pasien : Tn.TN Usia : 56thBerat badan : 65 kgTinggibadan : 170 cmKeluhan Mual,muntah,lemah,gatalgatal 1 minggu laluUrine berwarna gelap, kulit menguning sejak 7 hari

    Riwayat pengobatanPasien pernah menjalani terapi DM (Metformin) dan hipertensi (HCT, Lisinopril)

  • Objective Pasien didiagnosa TBC dan menjalani terapi dengan OAT kombinasi (INH,Rifampisin, dan Ethambutol) Pasien mengidap DM 12 tahun yang lalu, dan juga hipertensi sejak 4 tahun.Pasien menjalani terapi DM dan hipertensiTerapi yang digunakan :DM diet dan MetforminHipertensi HCT, dan Lisinopril

  • Objective Pemeriksaan labSerum AST 630 U/LSerum ALT 494 U/LAlkaline phosfatase 1230 U/LRasio bilirubin total ; direct 7.251 mg/dL : 106 mol/LAlbumin 4.1 g/dLTidak ada obstruksi empedu

    Pemeriksaan fisik BB: 65 kgTB: 170 cmBMI : 27.05Suhu : 38.2 0C

  • Assesment OAT dapat memicu terjadinya hepatitis Rifampisin menginduksi enzim hati CYP450 Isoniazid Efek samping OAT : timbulnya gatal dan kemerahan (rash) pada kulit selain itu juga timbulnya rasa terbakar pada kaki yang terjadi pada satu orang pasienTn.TN merupakan pasien penderita TBC dan mengalami gangguan fungsi hati, yang ditunjukkan oleh hasil pada pemeriksaan laboratorium terhadap fungsi hati pasien. Kemungkinan gatal-gatal dan kulit kuning pasien karena peningkatan bilirubin dan efek gangguan fungsi hati.

  • Plan Pemberian obat gatal topikal untuk memastikan gatal tsb benar akibat efek samping OAT / tidakJika gatal tidak teratasi hentikan penggunaan OAT untuk sementaraAdanya indikasi pasien menderita gangguan fungsi hati akibat penggunaan OAT, maka sebaiknya pengobatan dihentikan memfokuskan mengobati fungsi hati sehingga hepar kembali normal , dan pengobatan TBC dapat dilanjutkan

    *