Upload
indhysa
View
269
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
BED SIDE TEACHING
Fibroadenoma Mammae
Oleh:
Ratri Hapsari 130112110078
Sindy Amalia F 130112110671
Sofa Rahmannia 130112110669
Dani Ferdian 130112110127
Nurul Farhana 130112113097
Moh. Heikal 130112113569
Caroline David 130112113544
Sathia Rubini 130112113052
Petrus Aprianto 130112110046
BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG
2012
I. KETERANGAN UMUM
Nama : Ny. Ria
Umur : 31 tahun
Alamat : Cimahi
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan : 6 Juni 2012
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan di payudara kiri
Penderita merasakan adanya benjolan yang baru disadari sejak seminggu
yang lalu pada payudara kiri. Benjolan berukuran cukup besar dan dirassakan
nyeri jika ditekan. Penderita juga mengakui adanya puting yang melekuk ke
dalam sekitar 4 tahun yang lalu, sehingga penderita tidak dapat menyusui anak
keduanya dengan payudara kirinya. Tidak ditemukan adanya kulit diatas benjolan
menjadi kemerahan, kulit yang melekuk ke dalam ataupun borok. Riwayat keluar
cairan, darah dari puting susu tidak ada maupun adanya benjolan di tempat lain
tidak ada. Keluhan tidak disertai dengan demam, batuk, sesak, sakit kepala hebat,
rasa penuh di ulu hati, nyeri pada tulang punggung maupun paha. Keluhan
benjolan tidak disertai dengan bengkak pada lengan.
Penderita haid pertama pada usia 13 tahun, siklus 28 hari, teratur.
Penderita sekarang menggunakan alat kontrasepsi berupa spiral. Riwayat benjolan
maupun operasi di payudara sebelumnya tidak ada. Riwayat benjolan payudara
pada keluarga tidak ada. Riwayat radiasi pada daerah dinding dada tidak ada.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Gizi : Cukup
Tanda vital : TD = 120/80 mmHg R = 20 x/menit
N = 84 x/menit S = afebris
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP tak meningkat
KGB (aksila/supraklavikula/infraklavikula) : Tidak teraba membesar
Kulit : Turgor baik
Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
Pulmo : Sonor, VF, VR, VBS kiri = kanan
Cor : Bunyi jantung murni reguler
Abdomen : Datar, lembut
Hepar dan lien tidak teraba
Bising usus (+) Normal
Ekstremitas : Edema -/-
Status Lokalis
a/r mammae dextra :
Inspeksi : Payudara simetris, retraksi puting susu (+), edema (-),
ulserasi (-), nodul satelit (-), discharge (-), kulit
hiperemis (-).
Palpasi :
Kuadran medial atas teraba 1 buah massa berukuran 6 x 3 x 2 cm,
permukaan rata, batas tegas, kenyal, mobile, nyeri tekan (+)
IV DIAGNOSIS KLINIS
Suspek Fibroadenoma mammae sinistra
V DIAGNOSIS BANDING
Fibroadenoma mammae sinistra
Karsinoma mammae sinistra
Kista mammae sinistra
VI USUL PEMERIKSAAN
USG mammae dextra
Biopsi eksisi
Laboratorium : Hb, jumlah leukosit, trombosit, hematokrit
Foto Thorax PA
VIII TERAPI
Umum :
o Edukasi penderita mengenai penyakitnya dan hal-hal yang
dapat dilakukan penderita untuk mendeteksi dini kelainan
pada payudara.
Khusus :
o Eksisi massa tumor
IX PROGNOSA
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Tinjauan Kepustakaan
Anatomi Payudara
Payudara pada wanita menonjol mulai dari iga ke II/III sampai ke VI/VII
dan dari dekat pinggir sternum sampai garis axilla anterior. Tetapi jaringan
payudara sebenarnya bisa lebih luas lagi sampai ke klavikula sebagai suatu lapisan
jaringan tipis dan ke medial sampai ke garis median, ke lateral sampai pinggir
otot latissimus dorsi. Ada suatu bagian dari payudara yang disebut buntut dari
payudara atau “axillary projection of the breast”.
Struktur Dasar
Terdiri atas kelenjar, jaringan ikat fibrosa dan jaringan lemak Jaringan
kelenjar, yang dinamakan kelenjar dan saluran tubuloalveolar, membentuk 15
sampai 20 lobus yang mengelilingi nipple, masing-masing bermuara ke duktus
lactiferous. Di tiap lobus terdapat lobulus-lobulus. Jaringan ikat fibrosa
memberikan struktur penahan dalam bentuk tali fibrosa atau ligament
suspensorium yang dihubungkan baik ke kulit maupun ke fascia. Jaringan lemak
terutama pada permukaan dan area tepi.
Gambar 1. Struktur Dasar Payudara
Setiap kelenjar mammae terdiri atas sekitar 15 sampai 20 lobus. Terdapat
ligament Cooper yang meluas dari fascia pectoralis profunda ke fascia kulit
superficial yang memberikan tahanan. Payudara dibagi menjadi empat kuadran,
yaitu upper inner quadrant (UIQ), lower inner quadrant (LIQ), upper outer
quadrant (UOQ) dan lower outer quadrant (LOQ).
Gambar 2. Pembagian Kuadran Payudara
Batas-batas payudara di antaranya :
Superior : vena aksila
Posterior : nervus thorakalis
Medial : M. Pectoralis minor
Lateral : M. Latissimus dorsi
Vaskularisasi
Perdarahan payudara terutama dari cabang arteri perforantes anterior dari
arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri
aksilaris, dan beberapa arteri interkostalis.
Drainase limfatik
Kelenjar getah bening pectoralis (anterior), berlokasi di lipatan aksila
anterior (di antara batas bawah M. Pectoralis mayor).
Upper outer quadrant (UOQ)
Upper inner quadrant (UIQ)
Upper lower quadrant (UIQ)Lower outer
quadrant (UIQ)
Kelenjar getah bening Subscapular (posterior), berlokasi di lipatan aksila
posterior (daerah batas lateral scapula). Drainasenya dari dinding belakang
dada dan sebagain lengan.
Kelenjar getah bening lateral, berlokasi di daerah humerus atas.
Drainasenya dari lengan.
Drainase dari KGB pusat di aksila, kemudian ke KGB infraclavicular dan
supraclavicular.
Sebagian drainase dari payudara ada yang langsung berhubungan dengan
KGB infraclavicular.
Gambar 3. Drainase Limfatik Payudara
Persarafan payudara juga harus diperhatikan dalam proses pembedahan
payudara, apabila ada kerusakan akibat proses pembedahan maka dapat terjadi
deficit fungsional pada saraf yang terkena, sebagai contoh :
Nervus Otot/area persarafan Defisit fungsional
N. torasikus (of Bell) Serratus anterior Winging scapula
N. torakodorsalis Latissimus dorsi Tidak dapat mendorong
diri sendiri untuk berdiri
dari posisi duduk
N. pektoralis medial dan
lateral
Pektoralis mayor dan
minor
Kelemahan dari otot
pektoralis
N. interkostobrakhial Menyebrang axilla secara Anestesi pada bagian
transversal menuju
bagian dalam lengan
dalam lengan
Masa teraba saat palpasi
Usia Lesi yang biasa
dijumpai
Karakteristik
15-25
25-50
> 50
Kehamilan/menyusui
Fibroadenoma
Kista
Fibrocystic changes
Kanker
Kanker (kecuali jika
tidak dapat dibuktikan)
Lactating adenoma, kista,
mastitis, kanker
Bulat, mobile, tidak nyeri
Lunak hingga keras,
bulat, mobile, kadang
nyeri
Noduler, ropelike
Irregular, stelate, keras,
batas tidak tegas
Irregular, stelate, keras,
batas tidak tegas
Irregular, stelate, keras,
batas tidak tegas
Faktor risiko kanker payudara :
Faktor Risiko relatif (%)
Riwayat keluarga
Hubungan derajat pertama dengan
penderita kanker payudara
Premenopausal
Premenopausal dan bilateral
Postmenopausal
Postmenopausal dan bilateral
Riwayat menstruasi
Menarche usia < 12
1,2-3,0
3,1
8,5-9,0
1,5
4,0-5,4
1,3
Menopause usia > 55
Kehamilan
Anak pertama lahir saat usia 25-29
Anak pertama lahir saat usia 30
Anak pertama lahir saat usia 35
Nulipara
Kondisi dan penyakit payudara
Penyakit nonproliferatif
Penyakit proliferatif
Proliferatif dengan hyperplasia atipik
Karsinoma lobular in situ
1,5-2,0
1,5
1,9
2,0-3,0
3,0
1,0
1,9
4,4
6,9-12,0
Skrining kanker payudara
American Cancer Society merekomendasikan pemeriksaan Breast Self
Examination secara rutin setiap bulan mulai usia 20 tahun, clinical breast
examination oleh seorang tenaga kesehatan professional setiap 3 tahun untuk
wanita usia antara 20-39 tahun serta setiap tahunnya setelah usia 40 tahun,
mamografi dilakukan setiap tahunnya untuk usia 40 tahun ke atas. Untuk wanita
yang termasuk risiko tinggi, disarankan untuk melakukan mamografi saat usia 35
atau 40 tahun, kemudian tiap 2-3 tahun sampai usia 50 tahun. Untuk wanita usia
50-69 tahun, mamografi dan CBE dianjurkan setiap1-2 tahun. Setelah usia 70
tahun,keuntungan mamografi sedikit sekali dilaporkan.
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk membedakan apakah benjolan
merupakan lesi nodular atau kistik.
Teknik pemeriksaan
Inspeksi
Inspeksi payudara dan nipple dengan posisi pasien duduk sambil tolak
pinggang. Yang dinilai adalah perubahan kulit, simetris,kontur, retraksi. Begitu
pula dilakukan dengan posisi lengan di samping, di atas kepala, menekan panggul
dan membungkuk ke depan. Juga dinilai kulit tiap aksila, apakah ada kemerahan,
pigmentasi, infeksi.
Palpasi
Pemeriksaan membutuhkan waktu sekitar 3 menit untuk setiap payudara.
Dengan menggunakan jari ke-2, 3 dan 4. Diperlukan pemeriksaan sistematis,
dengan cara pemeriksaan secara melingkar atau pun sejajar dan berikan tekanan,
mulai dari tekanan yang ringan hingga dalam. Pemeriksaan harus mencakup
seluruh payudara. Yang dinilai ialah konsistensi jaringan, rasa nyeri, adanya
nodul. Bila terdapat nodul, tentukan lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, batas,
nyeri tekan, mobilitas. Palpasi juga daerah aksila, seperti gambar di bawah ini.
Raba apakah ada pembesaran KGB aksila.
Gambar 4. Teknik Pemeriksaan Payudara oleh Dokter
Breast Self Examination (BSE)
Dilakukan dalam 2 posisi yaitu posisi berbaring dan berdiri.
1. Posisi berbaring
Penderita berbaring dengan meletakkan bantal di bawah bahu
kanan, dan letakkan tangan kanan di belakang kepala.
Dengan menggunakan bantalan ketiga jari tengah kiri untuk
merasakan apakah ada benjolan pada payudara kanan.
Tekan daerah payudara dengan arah naik turun atau melingkar
(Gambar 1).
Ulangi untuk payudara sebelahnya.
2. Posisi berdiri
Ulangi pemeriksaan di atas dengan posisi berdiri.
Untuk lebih amannya, periksa payudara anda dengan berdiri di
depan kaca dan perhatikan apakah adanya perubahan pada bentuk,
warna, pembengkakan payudara, perubahan pada puting payudara.
Gambar 1. Langkah-langkah Dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)
FIROADENOMA MAMMAE (FAM)
Suatu tumor yang berbatas tegas, tidak berkapsel, tapi tampaknya seperti
berkapsel. Secara mikroskopik terdiri dari 2 komponen, yaitu : komponen stroma
jaringan lunak yang berploriferasi dan komponen ”acini” dari duktus yang
berkembang secara atipik. Fibroadenoma diturunkan dari lobulus payudara
dengan elemen yang menyusunnya berupa jaringan epitel dan jaringan ikat.
Dari gejala klinik akan didapatkan sebagian besar merupakan benjolan
yang tidak nyeri. Benjolan ini dapat dirasakan membesar saat rangsangan estrogen
meninggi seperti pada masa kehamilan, laktasi atau menjelang menopause dan
dirasakan mengecil pada saat rangsang estrogen menurun seperti saat menstruasi.
Pada perabaan bulat atau lonjong, licin, mudah digerakkan dari jaringan
sekitarnya. FAM ini biasanya didapatkan pada usia muda dibawah 30 tahun.
Risiko lebih besar didapatkan pada wanita kulit hitam dibandingkan kulit putih.
FAM merupakan lesi massa yang terbanyak pada usia kurang dari 25 tahun,
biasanya akan tumbuh secara gradual dan dapat disertai dengan rasa nyeri yang
bersifat siklik. Apabila massanya teraba, membesar maupun terdapat gangguan
fisiologis maka perlu dipertimbangkan biopsi insisi. Manajemen secara
konservatif dapat dilaksanakan apabila massa tidak teraba maupun telah dapat
dipastikan sebagai FAM dengan pemeriksaan USG, mammografi maupun biopsi,
akan tetapi follow up selanjutnya merupakan hal yang esensial.
ALGORITMA EVALUASI MASSA PAYUDARA
Dalam mengevaluasi suatu massa di payudara, terdapat beberapa algoritma
untuk membantu menentukan kemungkinan diagnosa. Diantaranya adalah
algoritma yang dikemukakan oleh ICSI (Institute for Clinical System
Improvement).
Gambar 2. Algoritma Evaluasi Massa Payudara di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Strata 1.
PERMASALAHAN
a. Bagaimana penegakan diagnosis pada pasien ini ?
b. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini ?
Penegakan diagnosis :
Anamnesa :
Dari keterangan umum didapatkan pasien berusia 19 tahun Dari anamnesa
khusus didapatkan adanya keluhan utama benjolan pada payudara kanan yang
dimulai sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan adanya
benjolan yang tidak terasa nyeri pada payudara kanan sebesar kelerang yang
semakin lama semakin bertambah besar sehingga sekarang sebesar telur puyuh.
Tidak ditemukan adanya kulit diatas benjolan menjadi kemerahan, kulit yang
melekuk ke dalam, puting yang tertanam ke dalam ataupun borok. Riwayat keluar
cairan, darah dari puting susu tidak ada maupun adanya benjolan di tempat lain
tidak ada. Keluhan tidak disertai dengan demam, batuk, sesak, sakit kepala hebat,
rasa penuh di ulu hati, nyeri pada tulang punggung maupun paha. Keluhan
benjolan tidak disertai dengan bengkak pada lengan.
Dari anamnesa tambahan didapatkan bahwa penderita haid pertama
pada usia 13 tahun, siklus 28 hari, teratur. Riwayat benjolan maupun operasi di
payudara sebelumnya tidak ada. Riwayat benjolan payudara pada keluarga ada
yaitu kakak perempuan penderita yang pernah dioperasi pengangkatan payudara.
Riwayat radiasi pada daerah dinding dada tidak ada.
Dari keluhan utama dan anamnesa ini dapat ditarik beberapa kemungkinan
diagnosis yaitu :
1. Fibroadenoma mammae
2. Kistosarkoma Phylloides.
Kemungkinan diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan sifat benjolan
yang tidak terasa nyeri, berukuran ± 3 cm (seukuran telur puyuh) yang asalnya
sebesar kelereng dalam waktu 3 bulan. Sifat-sifat tersebut menunjukkan adanya
progresivitas yang khas untuk suatu tumor.
Beberapa diagnosis banding benjolan pada payudara lain seperti
perubahan fibrokistik, mastitis, abses payudara, kanker payudara, penyakit
Mondor telah dapat disingkirkan dengan tidak adanya beberapa gejala seperti
tidak adanya tanda-tanda inflamasi pada mastitis dan abses payudara, atau tanda-
tanda keganasan pada kanker.
Pemeriksaan Fisik :
Beberapa hal yang menunjang diagnosis fibroadenoma mammae dari pemeriksaan
fisik antara lain:
Pada status generalis:
Pembesaran KGB (-).
Pada status lokalis ditemukan:
a/r mammae dextra :
Inspeksi : Payudara simetris, retraksi puting susu (-), edema (-),
ulserasi (-), nodul satelit (-), discharge (-), kulit hiperemis (-).
Palpasi :
Kuadran medial atas teraba 1 buah massa berukuran 3 x 2 x 1 cm,
permukaan rata, batas tegas, kenyal, mobile, nyeri tekan (-)
Kuadran medial bawah, teraba sebuah massa berukuran 1,5 x 1 x 1
cm, permukaan rata, batas tegas, kenyal, mobile, nyeri tekan (-)
Dari sifat-sifat massa yang ditemukan tersebut, beberapa hal yang
mengarah kepada diagnosis fibroadenoma mammae adalah :
1. Sifat massa yang kenyal, dengan permukaan rata, batas tegas, dengan nyeri
tekan (-), dan ukuran diameter ± 1,5-3 cm.
2. Tidak adanya tanda-tanda keganasan seperti retraksi puting berwarna
merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), perlekatan pada kulit atau
perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Tidak ada borok
atau ulkus pada benjolan, dan tidak adanya nyeri tekan.
2. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien ini?
Penatalaksanan pada pasien ini adalah dengan eksisi massa tumor. Pada
pasien ini ditemukan adanya benjolan sebesar 3x2x1 cm yang dirasakan semakin
membesar, sehingga diperlukan eksisi (Brandon J, Bankowski, et al).
DAFTAR PUSTAKA
- Brandon J, Bankowski et al. 2002.The John Hopkins Manual of
Ginekology and Obstetrics, 2 nd edition. New York : Lippincott and
Wilkins Publishers.
- Catherine A Johnson, Anand N, Kaufman S Matthew,et al. 2003. First Aid
for the Surgery Clerkship. New York : Mc Graw Hill.
- Jarrell E Bruce, Carabasy R Anthony. 1996. National Medical Series for
Independent Study-Surgery, 3 rd Edition. Philadelphia : Williams &
Wilkins.
Penegakan Diagnosis Kanker Payudara
Berdasarkan Protokol Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia,
diagnosis kanker payudara dapat ditegakkan melalui tahapan-tahapan berikut:
A. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis, hal-hal yang perlu dicari adalah informasi mengenai:
a. Keluhan pada payudara atau ketiak beserta perjalanan
penyakitnya:
Benjolan
Kecepatan tumbuh
Rasa sakit
Nipple discharge
Nipple retraction (ditanyakan pula mengenai onsetnya)
Krusta di areola
Kelainan pada kulit, misalnya dimpling, peau d’orange, ulserasi,
venektasi
Perubahan warna kulit
Benjolan di ketiak
Edema lengan bawah
b. Keluhan di tempat lain (berhubungan dengan metastasis),
antara lain:
Nyeri tulang (vertebra, femur)
Rasa penuh di ulu hati
Batuk
Sesak
Sakit kepala hebat
Dan lain-lain
2. Pemeriksaan Fisik
a. Status generalis, cantumkan perform status
b. Status lokalis :
Pemeriksaan terhadap kedua payudara
Massa tumor
Lokasi
Ukuran
Konsistensi
Permukaan
Bentuk dan batas tumur
Jumlah tumor
Terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, m.
Pectoralis, dan dinding dada
Perubahan kulit
Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit
Peau d’orange, ulserasi
Nipple
Tertarik
Erosi
Krusta
Discharge
Status KGB (jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain
atau jaringan sekitar)
KGB aksila
KGB infraklavikula
KGB supraklavikula
Lokasi organ
B. Pemeriksaan radiodiagnostik/imaging
1. Recommended (diharuskan)
a. USG payudara dan mamografi untuk tumor > 3 cm
b. Foto thorax
c. USG abdomen (hepar)
2. Optional (atas indikasi)
a. Bone scanning/Bone survey (bilaman sitologi atau klinis sangat
mencurigai pada lesi > 5 cm)
b. CT-scan
C. Pemeriksaan sitologi (FNAB = Fine Needle Aspiration Biopsy)
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologis curiga ganas
D. Pemeriksaan histopatologi
Dilakukan potong beku dan atau parafin, bahan pemeriksaan diambil melalui :
Core biopsy
Biopsi eksisional
Biopsi insisional
Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB
Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, P53, dll
E. Laboratorium
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan
pemeriksaan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastasis.
Faktor Risiko Kanker Payudara
Hal-hal yang dianggap merupakan faktor risiko kanker payudara antara lain:
Usia
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Kebanyakan kasus kanker timbul pada wanita yang berusia lebih dari 60 tahun.
Secara anatomi dan fingsional, payudara akan mengalami atrofi dengan
bertambahnya usia. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum
menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi sebelum
terjadinya perubahan klinis,
Faktor reproduksi
Karakteristik reproduksi yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker
payudara adalah nulliparitas, menarche pada usia muda, keteraturan siklus
menstruasi, menopause pada umur lebih tua dan kehamilan pertama pada usia tua.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan
pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Wanita
dengan riwayat kehamilan cukup bulan pada usia di bawah 18 tahun memiliki
risiko terkena kanker payudara sepertiga dibandingkan dengan wanita yang baru
memiliki anak di usia 30 tahun.
Penggunaan hormon
Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari
Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat penigkatan kanker
payudara yang bermakna pada penggunaan terapi estrogen replacement.
Suatu analisa mengatakan walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada
pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang
lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum menopause.
Riwayat tumor jinak payudara
Wanita dengan riwayat tumor jinak payudara, dapat terjadi peningkatan risiko
terjadinya kanker payudara sebanyak empat kali dan risiko ini akan terus
meningkat hingga 30 tahun setelah didiagnosa tumor jinak payudara.
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan
kanker payudara pada wanita pasca menopause. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh diet terhadap keganasan ini.
Konsumsi lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai faktor risiko terjadinya kanker payudara.
ObesitasRiwayat radiasi dinding dada
Paparan dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan
terjadinya risiko kanker payudara. Dari bebrapa penelitian yang dilakukan
disimpulkan bahwa risiko akibat radiasi berhubungan secara linier dengan dosis
dan umur saat terjadinya pemaparan.
Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita
yang akan dilaksanakan untuk skrining kanker payudara. Terdapat peningkatan
risiko keganasan ini pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara.
Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan erat dengan
gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen susceptibilitas kanker
payudara, probabilitas untuk terjadinya kanker payudara sebesar 60% pada umur
50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.