Upload
alexandre-david-botavara
View
90
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lpk
Citation preview
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN (Individu)
KULIAH KERJA NYATAPEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADATAHUN : 2013
SUB UNIT : JATIREJPUNIT : WUKIRSARI/BTL-03KECAMATAN : IMOGIRIKABUPATEN : BANTULPROVINSI : D.I. YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa : Dien Ardiansyah PuteraNomor Mahasiswa : 10/301058/TK/36786
BAGIAN PENGELOLAAN KKN-PPM LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2013
Kode : KKN PPM-UGM-16
I. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1. PENGAYAAN BATIN DAN PETUALANGAN KEMANUSIAAN
Desa Kutuh merupakan Desa Adat yang terletak di Kecamatan
Kuta Selatan, yaitu di ujung selatan Provinsi Bali. Sistem pemerintahan di
Provinsi Bali menggunakan sistem Desa Adat, sehingga terdapat
Pemerintahan Dinas dan juga Adat. Aktifitas masyarakat, terutama dalam
kegiatan adat terpusat pada Banjar. Karena warga desa memiliki rumah-
rumah yang letaknya relatif berjauhan, Banjar menjadi wadah yang berperan
penting dalam menyatukan masyarakat. Di Desa Kutuh terdapat empat
Banjar, yaitu Banjar Panti Giri, Banjar Jaba Pura, Banjar Kaja Jati, dan Banjar
Panti Giri.
Kehidupan masyarakat di Desa Kutuh merupakan contoh
keharmonisan antara adat, budaya, agama, dan kemajuan zaman. Aktifitas
masyarakat Bali memang tak pernah lepas dari kegiatan adat dan upacara-
upacara keagamaan. Sistem bermasyarakat dan peran dari Kelian
(Pemimpin) Banjar, baik Dinas dan Adat, berperan penting dalam
melestarikan budaya masyarakat Bali, khususnya di Desa Kutuh. Meskipun
memiliki kesibukan dan pekerjaan yang berbeda-beda, kerukunan warga
tetap terjaga dengan kuat melalui ikatan persaudaraan yang ada pada tiap
Banjar.
Adat dan budaya yang kental ternyata tidak identik dengan
ketertutupan akan inovasi dan perubahan zaman. Hal ini dapat ditemui di
Desa Kutuh. Kehadiran mahasiswa KKN, terutama dari perguruan tinggi yang
berasal dari luar Bali, sangat diapresiasi masyarakat. Hal ini disebabkan
karena keingintahuan, kebutuhan akan inovasi, dan harapan masyarakat
untuk mengembangkan Desa Kutuh supaya lebih maju. Masyarakat telah
sadar akan kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat
lokal akan kalah dengan investor dan pengusaha dari luar daerah maupun
luar negeri jika tidak mampu bersaing. Hal inilah yang membuat masyarakat
kritis dan terbuka, serta memberikan ruang yang leluasa bagi mahasiswa
untuk berinovasi dan berkarya.
Antusiasme masyarakat desa akan inovasi di Desa Kutuh telah
diwadahi oleh perangkat desa dengan baik. Perangkat desa tak henti-
hentinya berjuang untuk mencarikan sumber pendanaan bagi pengelolaan
desa dan komponen-komponennya. Perangkat desa memiliki komitmen dan
kegigihan untuk mampu mengelola potensi desa secara mandiri. Pada saat
beberapa daerah tetangga telah menyerahkan potensi alam berupa kawasan
pantai dan budidaya rumput laut untuk pengembangan hotel, Desa Kutuh
tetap gigih untuk mempertahankan eksistensi Petani Rumput Laut. Sebagian
tanah telah diatur dalam awig-awig (aturan adat) dan merupakan tanah milik
desa sehingga tidak dapat dibeli oleh orang luar. Tanah inilah yang nantinya
akan terus dikembangakan secara mandiri, dari desa, oleh desa, dan untuk
desa.
Berkembangnya Desa Kutuh, yang dapat dibilang masih
merupakan desa baru, tidak lepas dari peran tokoh-tokoh masyarakat yang
inspiratif. Pada awalnya, Desa Kutuh merupakan bagian dari Desa Ungasan,
yang akhirnya berdiri sendiri, dan selama kurang lebih 12 tahun telah mampu
menunjukkan prestasi yang luar biasa. Beliau adalah I Nyoman Mesir, yang
merupakan Perbekel (Kepala Desa) Kutuh pada dua periode sebelumnya,
hingga selesai masa jabatannya pada saat KKN ini berlangsung. Dengan
gaya khasnya, Pak Mesir mampu menjaga kerukunan warga dan memotivasi
petani rumput laut sampai berprestasi di tingkat nasional. Padahal, sebelum
lepas dari Desa Ungasan, Desa Kutuh merupakan salah satu daerah
termiskin di Bali dan memiliki kondisi alam yang sangat kering. Melalui jerih
payah dan pengorbanan beliau lah Desa Kutuh mampu berkembang hingga
saat ini.
Semangat masyarakat Desa Kutuh untuk terus berkomitmen
mengelola potensi desa secara mandiri telah memberikan kesan dan motivasi
batin bagi penulis. Di saat godaan akan investor asing dan perkembangan
pariwisata yang sangat cepat, masyarakat tetap gigih dengan pendiriannya,
bahwa “tanah ini milik kita, tanggung jawab kita untuk mengelolanya, bukan
untuk diserahkan begitu saja pada orang lain”. Semangat inilah yang
mendorong masyarakat untuk terbuka akan inovasi, tanpa melupakan adat
dan budaya asli daerah.
Selain motivasi yang diperoleh dari observasi dan partisipasi di
masyarakat, suasana KKN yang berbeda dari tempat asal penulis juga
memberikan pengalaman tersendiri. Suasana Ramadhan di lokasi yang jauh
dari masjid, merayakan lebaran di Desa, bahasa dan budaya yang baru, serta
rekan-rekan mahasiswa yang juga belum lama berkenalan. Di KKN inilah
penulis belajar tentang saling menghargai perbedaan dan kebudayaan,
berhadapan dengan masyarakat, dan turut serta mendengarkan dan
merasakan keluhan-keluhan masyarakat.
2. KETERLIBATAN DALAM MASYARAKAT
Selama kegiatan KKN, mahasiswa dituntut untuk turut serta dalam
aktifitas masyarakat, baik yang berupa kegiatan rutin maupun kegiatan adat.
Salah satu rangkaian upacara adat yang diikuti oleh mahasiswa yaitu upacara
Melasti, yaitu upacara penyucian desa. Meskipun memiliki adat dan budaya
yang berbeda, namun mahasiswa tetap diajak oleh masyarakat untuk turut
serta dalam kegiatan Banjar, seperti senam Yoga dan Gamelan. Selain itu,
mahasiswa juga diajak turut serta membersihkan daerah suci, seperti Pura
Gunung Payung. Beberapa acara lain yang diikuti mahasiswa antara lain
Porseni Desa, penyuluhan perkawinan, persiapan peringatan 17-an desa,
mengisi paduan suara 17-an, dan lain sebagainya. Karena pondokan
mahasiswa berada di kantor desa, mahasiswa juga turut serta berpartisipasi
dalam aktifitas di kantor desa.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, tidak jarang mahasiswa
diundang untuk mendatangi rumah warga untuk bersilaturahmi. Di saat puasa
dan lebaran, beberapa warga juga memberikan masakan bagi mahasiswa,
sehingga kami suasana puasa dan lebaran tetap terasa ramai dan hangat
walaupun tidak berada di rumah. Warga juga sering berinteraksi dan
bercanda dengan mahasiswa, seperti dari rekan-rekan Pecalang dan Kelian
Banjar. Pondokan mahasiswa pun sering dikunjungi oleh adik-adik dari SD di
sekitar daerah Kutuh yang ingin belajar bersama, bermain, maupun berlatih
sepakbola.
3. HAMBATAN/TANTANGAN
Pada saat pelaksanaan KKN-PPM ini berlangsung sedang terjadi
blooming ikan Baronang (Siganus sp.). Jenis ikan ini merupakan pemangsa
alami rumput laut jenis Eucheuma cottonii, yang merupakan komoditas utama
yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Rumput Laut di Desa Kutuh.
Meskipun hama rumput laut ini merupakan tantangan rutin yang terjadi dalam
siklus 5 tahunan, namun pada tahun ini serangan Ikan Baronang berlangsung
selama lebih dari 3 bulan, yang biasanya hanya berlangsung selama 1 bulan.
Dengan adanya serangan hama ini, produksi rumput di Desa Kutuh terhenti.
Terhentinya produksi budidaya rumput laut mengalihkan profesi
Petani rumput laut untuk menjadi pelaku usaha pariwisata sementara. Oleh
karena kesibukan dalam usaha pariwisata, aktifitas Petani Rumput Laut di
GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) menjadi lesu. Hal ini mengakibatkan
koordinasi untuk mengumpulkan para petani rumput menjadi lebih sulit dan
anggota yang hadir dalam acara yang diselenggarakan lebih sedikit. Hal yang
tidak diinginkan adalah jika para petani rumput laut beralih ke usaha
pariwisata dan meninggalkan profesi budidaya.
Kendala lain yang dihadapi adalah sulitnya koordinasi dengan
pemuda-pemudi yang ada di desa untuk ikut serta berpartisipasi dalam
kegiatan yang berhubungan dengan Pantai. Meskipun dalam sistem Desa
Adat dikenal adanya Karang Taruna dan Teruna-Teruni, yang merupakan
wadah bagi pemuda untuk beraktifitas, dikarenakan kesibukan pemuda yang
sebagian sudah bekerja maka koordinasi menjadi sulit. Pemuda lebih tertarik
pada kegiatan seni dan budaya dibandingkan dengan aktifitas yang ada di
Pantai. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar waktu luang pemuda
adalah pada sore hingga malam hari.
Tantangan yang ditemui mahasiswa dalam kegiatan KKN di Bali
adalah biaya yang cukup mahal. Meskipun wilayah Desa Kutuh belum
termasuk daerah yang sudah maju, namun desa ini terletak di daerah Bukit
Jimbaran yang merupakan salah satu pusat pariwisata Bali. Dikarenakan hal
tersebut, biaya barang dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan program
menjadi lebih mahal. Dengan demikian, mahasiswa harus berpikir kreatif
untuk mencari sumber pendanaan ataupun bekerjasama dengan Banjar
ataupun Pemerintahan Desa untuk penyediaan alat dan bahan.
Pantai Pandawa merupakan obyek wisata yang dimiliki Desa
Kutuh, dan masih belum terlalu ramai dikunjungi wisatawan karena baru
dibuka pada Bulan Desember 2012 yang lalu. Obyek ini dikelola sepenuhnya
secara mandiri oleh Desa, yang dalam hal ini dikelola oleh Tim Penataan
Kawasan Pantai Kutuh (TP-KPK). Pengelolaan secara mandiri memang
merupakan hal yang patut diacungi jempol, namun pembinaan dan pelatihan
dari berbagai pihak masih diperlukan untuk mendampingi pengelolaan pantai.
Perkembangan dan pembangunan pariwisata yang sangat cepat jika tidak
dilakukan dengan hati-hati justru dapat berdampak negatif terhadap alam.
4. JEJARING KEMITRAAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Selama kegiatan KKN-PPM ini berlangsung, mahasiswa telah
berinteraksi dengan beberapa pihak yang memang memiliki kepentingan
untuk mengembangkan desa. Jejaring kemitraan yang penulis dapatkan pada
KKN ini yaitu:
a. Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Badung
Dalam KKN ini, dukungan dan konsultasi selalu dilaksanakan
dengan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Badung.
Perkembangan budidaya rumput laut di Desa Kutuh, yang saat ini
merupakan sentra budidaya rumput laut di Kabupaten Badung, telah
menjadi perhatian utama Dinas. Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan
Kelautan Kabupaten Badung, I Nyoman Badre, memberikan dukungan
penuh bagi aktifitas KKN-PPM mahasiswa di Desa Kutuh. Bahkan,
Kementrian Kelautan dan Perikanan juga memberikan bantuan dan
dukungan penuh bagi eksistensi Petani Rumput Laut. Ke depannya, Desa
Kutuh diharapkan dapat menjadi pusat agrowisata dan edukasi rumput
laut. Pada saat kegiatan KKN berlangsung, Bupati Badung dan Dinas
Pertanian, Perikanan, dan Kelautan telah beberapa kali mengunjungi
Desa.
b. Pemerintah Kecamatan Kuta Selatan
Pada saat kegiatan KKN-PPM berlangsung, terjadi masa transisi
antara Perbekel yang menjabat dengan pemilihan Perbekel baru yang
akan dipilih pada September 2013. Pada masa tersebut, posisi Perbekel
digantikan sementara Sekretaris Camat selaku Pemerintah Kecamatan
Kuta Selatan. Beliau telah memberikan apresiasi dan sambutan yang baik
terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa UGM. Selain itu,
pihak kecamatan juga telah mempercayai mahasiswa untuk ikut serta
mewakili Kecamatan Kuta Selatan dalam acara Festival Budaya Pertanian
Kabupaten Badung ke-2 yang diselenggarakan di Petang pada tanggal
25-28 Juli 2013.
c. Coral Triangle Center
Coral Triangle Center (CTC) merupakan Non-Government
Organization (NGO) yang bergerak dalam pelatihan dan pembinaan
berkelanjutan untuk pengelolaan kawasan pesisir dengan berbasis
konservasi alam. LSM ini tidak hanya bergerak di Bali saja, namun telah
melakukan pembinaan kawasan pesisir di Asia Tenggara. Konsultasi dan
diskusi telah dilakukan untuk mengembangkan kawasan Kutuh. CTC juga
berkoordinasi dengan Nusa Dua Reef Foundation untuk pengembangan
daerah pesisir di wilayah Badung.
d. Nusa Dua Reef Foundation
Nusa Dua Reef Foundation (NDRF) juga merupakan NGO dengan
latar belakang yang sama dengan CTC. NDRF sendiri lahir dari CTC, dan
memiliki wilayah kerja di Kabupaten Badung. Kantor NDRF terletak di
kawasan Nusa Dua yang hanya berjarak 15 menit dari Desa Kutuh.
Direktur NDRF, Ibu Pariama Hutasoit telah bersedia untuk membantu
memberikan penyuluhan dan membina potensi alam, terutama terumbu
karang yang ada di Pantai Pandawa, sehingga pengembangan wisata
pantai dan konservasi alam dapat berjalan bersama-sama. Dengan
terjalinnya kemitraan ini, diharapakan program KKN yang dilakukan oleh
mahasiswa dapat terus dilanjutkan oleh lembaga-lembaga lokal.
Program KKN ini juga tidak akan berjalan tanpa partisipasi dan
peran serta masyarakat. Beberapa komponen masyarakat yang terlibat dalam
program KKN ini yaitu:
a. Perangkat Desa dan Kelian Banjar
Perangkat Desa dan Kelian Banjar selalu memberikan
dukungan, baik berupa koordinasi maupun fasilitas berupa alat
transport dan peralatan desa. Perangkat desa dan Kelian Banjar
berperan penting membantu mahasiswa untuk mengumpulkan
serta menggerakkan masyarakat dan menghubungkan dengan
dinas-dinas terkait. Melalui koordinasi dengan Perangkat Desa dan
Kelian Banjar, akses mahasiswa ke berbagai macam fasilitas desa
menjadi lebih mudah.
b. Tim Penataan Kawasan Pantai Kutuh (TP-KPK)
TP-KPK merupakan tim yang dibentuk oleh masyarakat untuk
mengatur dan mengelola Pantai Pandawa. Tim ini diketuai oleh
Bapak I Wayan Kasim. Melalui bantuan dan koordinasi dari tim
inilah mahasiswa mampu melakukan berbagai program kegiatan di
area Pantai Pandawa dan berkoordinasi dengan segala pelaku
usaha di kawasan pantai.
c. Kelompok Tani Rumput Laut
Di Desa Kutuh terdapat beberapa Kelompok Tani rumput laut.
Pada saat berlangsungnya KKN, produksi rumput laut memang
terhambat karena kondisi alam, sehingga aktifitas budidaya dapat
dibilang 0%. Sebagian besar petani rumput laut sementara beralih
ke usaha pariwisata. Meskipun demikian, koordinasi dan semangat
untuk terus melanjutkan budidaya tetap dimiliki oleh kelompok tani,
terutama dari Bapak Yasa. Melalui koordinasi beliau petani rumput
laut dapat dikoordinasikan oleh mahasiswa.
d. Kelompok Wanita Tani
Kelompok Wanita Tani merupakan bagian dari Kelompok Tani
dan bertugas dalam mengolah hasil budidaya rumput laut menjadi
berbagai produk olahan.
5. HASIL KEGIATAN
1. Pembinaan Teknis Produksi Industri Kecil Makanan “Bahan
Pengawet Produk Olahan Rumput Laut” di Desa Kutuh.
Sifat Program : MD Kode Kegiatan : ST-T-11
Pembinaan teknis mengenai bahan pengawet pada industri kecil
makanan akan mendukung produksi produk olahan rumput laut yang
berkualitas baik di desa Kutuh tempat KKN saya berlangsung. Hal
tersebut perlu dilakukan mengingat penggunaan bahan pengawet
terutama bahan pengawet sintesis makanan yang baik dan benar akan
berpengaruh baik pada kesehatan dan kepercayaan dari konsumen yang
membeli, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke pantai pandawa di
desa Kutuh dan membeli produk olahan rumput laut khas desa Kutuh.
Dari hasil observasi yang saya lakukan, pengetahuan ibu-ibu koperasi
desa Kutuh, yang dalam hal ini berperan sebagai produsen dari produk
olahan rumput laut di desa Kutuh, mengenai penggunaan bahan
pengawet sintesis makanan masih kurang, terutama dalam hal kuantitas
(dosis) yang diperbolehkan.
Penggunaan bahan pengawet yang dilarang ataupun penggunaan
bahan pengawet yang tidak dilarang tapi dalam jumlah yang berlebih
(tidak sesuai SNI) akan menyebabkan pengaruh buruk bagi kesehatan
konsumen, dan dalam jangka panjang akan menyebabkan produk olahan
rumput laut yang dimaksud dilarang untuk diproduksi. Hal tersebut
tentunya tidak hanya merugikan konsumen, tetapi pada akhirnya akan
merugikan produsen produk olahan rumput laut tersebut.
Tahap pertama yang saya lakukan adalah mencari informasi di
internet mengenai bahan pengawet apa saja yang diperbolehkan pada
makanan, khususnya pada pudding, bolu, manisan dan jelly. Hal tersebut
diperlukan untuk menghindari penggunaan bahan pengawet yang
dilarang seperti pengawet mayat yang kebanyakan produsen gunakan
karena harganya yang lebih murah. Tahap selanjutnya adalah mencari
SNI untuk berbagai bahan pengawet makanan yang dimaksud, dengan
tujuan untuk memberi batasan mengenai dosis maksimum yang
diperbolehkan pada makanan, sehingga nantinya produk yang dihasilkan
tidak mengandung zat aditif (pengawet sintesis) yang berlebih karena
akan merugikan kesehatan konsumen.
Mereka juga sangat berterimakasih atas pengetahuan tambahan
dalam melakukan produksi makanan yang baik dan benar, khususnya
bagaimana penggunaan bahan pengawet baik dari segi jenis yang
dilarang ataupun tidak dan juga dari segi jumlah yang sesuai SNI atau
tidak. Hal tersebut telah membantu mereka dalam meproduksi makanan
olahan yang berkualitas baik, tidak merugikan kesehatan konsumen serta
tetap menjaga kepercayaan konsumen dan juga keberlanjutan produksi
pada industri kecil/rumah tangga mereka.
2. Pembinaan Teknis Produksi Industri Kecil Kerajinan “Souvenir
Rumput Laut” di Desa Kutuh.
Sifat Program : ID Kode Kegiatan : ST-T-12
Souvenir khas dari Pantai Pandawa belum ada sehingga perlu edukasi tentang pembuatan souvenir khas Pantai Pandawa. Pantai Pandawa terkenal dengan budidaya rumput lautnya. Souvenir yang khas tentunya tidak lepas dari rumput laut yang bisa dijadikan sebagai bahan souvenir. Souvenir berupa gelang dan gantungan kunci.
Cara pembuatannya meliputi pemilihan rumput laut yang bagus untuk dijadikan souvenir, rumput laut yang akan digunakan direndam terlebih dahulu dengan etanol selama beberapa jam. Souvenir dibuat dari bahan kimia seperti silikon rubber, katalis, resin, zat aditif dan MMA. Cetakan perlu dibuat dari gelang maupun gantungan kunci sebagai sampel. Setelah cetakan selesai dibuat, selanjutnya cetakan diisi resin serta rumput laut yang telah dibentuk, tunggu hingga kering.
Perlu dilakukan tahap percobaan untuk membuat souvenir dengan kualitas bagus, terkadang perbandingan bahan kimia yang digunakan kurang sesuai sehingga hasilnya kurang bagus. Perlu dicoba lagi agar diperoleh perbandingan komposisi yang tepat sehingga hasilnya lebih bagus.
3. Pengelolaan / Pemanfaatan Limbah “Pupuk Kompos dari Limbah
Rumput Laut”
Sifat Program : MD Kode Kegiatan : ST-T-13
Pengelolaan/Pemanfaatan Limbah adalah program dari KKN ini
dalam kluster Sains Teknik. Limbah rumput laut dalam hal ini merupakan
bulma, atau rumput laut liar yang tidak dapat dimanfaatkan atau dijual.
Rumput laut liar merupakan tanaman yang menghambat pertumbuhan
rumput laut produktif.
Dari hasil observasi yang saya lakukan, saya temukan bahwa
rumput laut liar ini diambil dan dipisahkan dari rumput laut produktif,
kemudian terbuang. Hal tersebut hanya akan menambah jumlah sampah
organik di sekitar daerah pantai dan menggangu keindahan pantai. Oleh
karena itu saya membuat suatu program yang memanfaatkan limbah
rumput laut nonproduktif tersebut itu, yaitu dengan membuat pupuk
kompos berbahan limbah rumput laut, dikombinasikan dengan kotoran
ternak. Pupuk kompos dari kombinasi limbah rumput laut liar dan kotoran
sapi akan menghasilkan pupuk kompos dengan kandungan hara yang
tinggi, karena rumput laut mengandung unsur makro NPK dan unsur
mikro seperti mineral, magnesium, zat besi, kalsium, serta mangan yangh
diperlukan sebagai nutrisi agar tanaman dapat tumbuh sempurna.
Pupuk kompos dibuat dengan mencampurkan limbah rumput laut
dan kotoran sapi dengan perbandingan massa 3:1 serta ditambahkan
dengan bakteri EM4, kemudian diperam selama beberapa pekan dalam
sebuah ember tertutup. Selama pemeraman, campuran bahan organik
pada ember diamati dari minggu ke minggu. Hal tersebut dilakukan untuk
melihat perkembangan hasil pupuk kompos yang dihasilkan.
Adanya program pupuk kompos tersebut mendapat tanggapan
yang positif dari pihak petani rumput laut yang selama ini agak kesusahan
untuk membuang limbah rumput yang ada disekitar wilayah pertanian
rumput laut mereka, dimana kini mereka bisa memanfaatkan limbah
tersebut sebagai barang lain yang lebih berguna/produktif.
4. Pemanfaatan Pupuk Kompos dari Limbah Rumput Laut
Sifat Program : MD Kode Kegiatan :
Program tidak terlaksana karena pupuk kompos belum jadi.
5. Briket dari Tempurung Kelapa sebagai Bahan Alternatif Hemat Energi
Sifat Program : ID Kode Kegiatan : ST-10
Program ini merupakan program non tema sebagai program
pendukung dalam pelaksaan kegiatan KKN ini. Pengunjung Pantai Pandawa
sebagian besar mengkonsumsi es kelapa muda. Sehingga pedagang di
sekitar pantai membutuhkan stok buah kelapa yang melimpah untuk
memenuhi permintaan konsumen.
Limbah yang dihasilkan berupa buah kelapa yang menjadi sampah
dengan ukuran yang cukup besar, tong sampah yang disediakan pun penuh
dengan sampah buah kelapa. Setelah menumpuk sampah kelapa tersebut
dibuang begitu saja ke tempat lain. Mereka belum tahu cara mengolah
sampah kelapa agar lebih berguna. Padahal jika diproses dan diolah lebih
lanjut, maka sampah kelapa tersebut dapat diolah lagi, yaitu menjadi briket
untuk menghemat biaya dan energi serta sebagai bahan bakar pengganti
minyak maupun LPG yang ramah lingkungan.
Pembuatan briket sangat sederhana. Pertama tempurung kelapa
dibakar sampai hangus, lalu ditumbuk sampai halus dan di ayak dengan
ukuran lolos 50 mesh dan 70 mesh. Buat adonan dari tepung kanji (air
dengan tepung kanji). Campur bubuk tempurung kelapa dengan adonan kanji.
Bentuk bola - bola kecil atau masukkan pipa paralon (dicetak agar bentuknya
bagus). Jemur diterik matahari kurang lebih 1 hari (sampai benar - benar
kering). Selanjutnya briket siap digunakan sebagai bahan bakar.
6. Pengadaan Tempat Sampah di Warung sekitar Pantai Pandawa
Sifat Program : MD Kode Kegiatan : ST-11
Program ini adalah program non tema yang diajukan sebagai program
pendukung dalam pelaksanaan KKN ini. Kesadaran segelintir orang akan
kebersihan terhadap lingkungan sekitar Pantai Pandawa masih kurang
demikain juga di sekitar warung pantai, masih banyak sampah yang
berserakan dan itu sangat tidak enak untuk di lihat.
Untuk menjaga kebersihan sekitar warung pantai, kami mengajukan
program pengadaan tempat sampah. Tempat sampah yang berukuran keci
kami beli sebanyak 7 unit, kemudian kami menyerahkan ke pedagang warung
dan meletakkannya di depan warung. Sebelum penyerahan tempat sampah,
tempat sampah itu diberi stiker beridentitas KKN PPM UGM agar ada
partisipasi kita dalam mewujudkan kebersihan lingkungan sekitar warung
pantai walaupun apa yang kita berikan masih tergolong kecil.
Dengan adanya pengadaan tempat sampah ini, kami berharap
kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sekitar meningkat dan
membuang sampah pada tempatnya.
6. TEMUAN BARU DAN ATAU UNIK DALAM HAL KEKAYAAN ALAM,
TEKNOLOGI LOKAL DAN BUDAYA
Pantai Pandawa memiliki keunikan berupa garis pantai yang paling
panjang dibandingkan dengan kawasan pantai lain di selatan Bali. Pantai
Pandawa merupakan salah satu dari sedikit daerah di Bali yang masih
mempertahankan budidaya rumput lautnya. Dengan lokasinya yang terletak di
tengah-tengah kawasan wisata utama Bali, budidaya rumput laut dapat
menjadi suguhan wisata yang berbeda bagi pariwisata Bali. Meskipun di
daerah Nusa Penida juga terdapat budidaya rumput laut, Desa Kutuh lebih
tepat untuk dijadikan sentra Agrowisata Rumput Laut karena lokasinya yang
lebih strategis. Hal inilah yang membuat Kementrian Kelautan Perikanan
memberikan perhatian khusus kepada Desa Kutuh untuk menjadi sentra
produksi rumput laut.
Selain keunikan Desa Kutuh akan potensi rumput laut, kawasan
Pantai Pandawa juga memiliki keunikan berupa kawasan ekosistem lamun
dan terumbu karang. Ekosistem ini seringkali dilupakan oleh wisatawan dan
warga sekitar, padahal jika dapat dikelola dengan baik, potensi ini dapat
mengangkat pariwisata di Desa Kutuh. Hal unik lain yang dapat ditemui di
Pantai Pandawa adalah aktifitas rutin warga dan nelayan untuk melakukan
Coral Fishing. Warga membendung air pada saat surut sehingga menjebak
ikan yang terseret arus, kemudian memancing di bendungan tersebut.
7. POTENSI PENGEMBANGAN/KEBERLANJUTAN
Melalui observasi dan kegiatan yang dilakukan mahasiswa selama
KKN, beberapa hal yang dapat dikembangkan kedepannya yaitu:
a. Jenis rumput laut liar yang belum dimanfaatkan
Banyak jenis rumput laut lokal bernilai ekonomis yang belum
dimanfaatkan dan dibudidayakan di Pantai Pandawa. Jenis rumput
laut liar ini dapat dikembangkan sebagai produk sekunder disamping
Eucheuma cottonii.
b. Pengembangan pariwisata berbasis edukasi dan konservasi
Tidak hanya menyediakan lokasi wisata yang indah, informasi
dan rasa keingintahuan juga mampu memberikan pilihan yang
berbeda bagi wisatawan yang datang ke Bali. Keunikan berupa
budidaya rumput laut harus tetap dilestarikan karena merupakan
daya tarik tersendiri bagi pariwisata Kutuh.
c. Pemanfaatan biomassa lamun dan alga
Biomassa lamun dan alga yang banyak dijumpai di tepian pantai
dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi produk yang bernilai
ekonomi tinggi. Selain itu, pariwisata ramah lingkungan juga mampu
memberikan nilai lebih, terutama bagi wisatawan asing.
II. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan program, secara keseluruhan program
yang disusun dapat berjalan dengan baik meskipun dengan beberapa
kendala yang tidak terduga. Keberhasilan pelaksanaan program merupakan
hasil dari partisipasi aktif serta koordinasi yang baik antara masyarakat,
perangkat desa, petani rumput laut, dan mahasiswa. Program yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat untuk lebih
maju.
III. SARAN
Berdasarkan analisis dan pengalaman yang diperoleh selama kegiatan
KKN berlangsung, penulis memberikan saran yang ditujukan kepada
beberapa pihak, yaitu:
1. Bagi Mahasiswa dan UGM
Bagi mahasiswa KKN selanjutnya hendaknya membuat program-
program yang tidak hanya berupa program dengan sasaran jangka
pendek, namun juga memiliki sasaran jangka panjang. Sebaiknya program
yang dilaksanakan mampu meneruskan program yang telah dilaksanakan
pada periode ini dengan lebih kreatif sehingga diperoleh kesinambungan
dan keberlanjutan dalam pemberdayaan masyarakat. Selain itu,
keseimbangan komposisi bidang ilmu mahasiswa dalam tim KKN menjadi
poin penting yang perlu diperhatikan. Kemitraan dan sponsorship dengan
pihak-pihak terkait perlu dilakukan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan
KKN. Melihat antusiasme dan permintaan dari komponen masyarakat
serta perangkat Desa, diharapkan kegiatan KKN-PPM UGM pada periode
selanjutnya dapat tetap dilakukan di Desa Kutuh.
2. Bagi Perangkat dan Masyarakat Desa
Perangkat desa dan tokoh masyarakat hendaknya mampu membantu
mahasiswa untuk menggerakkan kelompok masyarakat dan memberikan
kooperasi yang baik dengan mahasiswa. Diperlukan kesadaran dan
keterbukaan bahwa KKN-PPM UGM dilakukan untuk mengembangkan
potensi yang ada di masyarakat.
IV. LAMPIRAN
1. Pembinaan Teknis Produksi Industri Kecil Makanan “Bahan Pengawet
Produk Olahan Rumput Laut” di Desa Kutuh.
Kunjungan ke salah satu Kelompok Wanita Tani “Merta Nadi” di desa
Kutuh untuk mencari informasi mengenai produk olahan rumput laut baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu ibu-ibu KWT juga menyampaikan
keluhan mengenai produk olahan rumput laut dan mengharapkan kita bisa
membantunya, semisal produk olahan yang berupa minuman rumput laut
daya tahannya kurang lama, sehingga perlu dibutuhkan penambahan zat
pengawet sintesis pada minuman tersebut.
2. Pembinaan Teknis Produksi Industri Kecil Kerajinan “Souvenir Rumput
Laut” di Desa Kutuh.
Proses pembuatan souvenir membutuhkan kecermatan dan ketepatan dalam
hal komposisi bahan kimia yang digunakan. Uji coba ini dilakukan untuk
menemukan komposisi yang tepat guna mendapatkan hasil yang terbaik. Jangan
lupa saat kontak dengan bahan kimia harus memakai masker dan sarung tangan
untuk perlindungan diri.
Hasil dari kerajinan souvenir yang masih harus mengalami proses
berkelanjutan dengan komposisi bahan dasar yang tepat agar diperoleh hasil
yang lebih bagus lagi dan bisa dipasarkan dalam skala besar di kawasan wisata
Pantai Pandawa.
3. Pengelolaan / Pemanfaatan Limbah “Pupuk Kompos dari Limbah
Rumput Laut”
Pupuk kompos dibuat dengan mencampurkan sampah organik dengan
kotoran hewan ternak serta tanah kemudian diaduk dan ditutup rapat dalam
ember. Perlu panambahan mikroorganisme EM 4 agar pengomposan
berlangsung lebih cepat. Selama pemeraman, campuran bahan organik pada
ember diamati dari minggu ke minggu. Hal tersebut dilakukan untuk melihat
perkembangan hasil pupuk kompos yang dihasilkan
4. Briket dari Tempurung Kelapa sebagai Bahan Alternatif Hemat Energi
Proses pencetakan arang briket dalam pipa paralon menggunakan
adonan material arang yang sudah dihaluskan serta sudah dicampur dengan
lem kanji. Setelah dipadatkan dan dibentuk, maka arang briket ini dijemur
dengan menggunakan sinar matahari dengan tujuan mengurangi kadar air
dalam briket sehingga bisa digunakan untuk proses pembakaran yang hemat
energi dan ramah lingkungan.
Partisipasi “Briket” dalam rangka Pandawa Seaweed Festival
5. Pengadaan Tempat Sampah di Warung sekitar Pantai Pandawa
Penyerahan tempat sampah kepada pedagang yang berjualan di
sekitar Pantai Pandawa. Perlu adanya tempat sampah di warung sekitar
pantai agar kebersihan selalu terjaga dan nyaman untuk disinggahi.
Meskipun tempat sampahnya bisa dibilang kecil, namun bisa digunakan
untuk menjaga kebersihan sekitar.