Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN
ACEH BARATTAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2012
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN
ACEH BARAT TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2012
HUBUNGAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATANDENGAN KEPUASAN PASIEN PERSALINANDIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT NYAK
DHIEN MEULABOH
SKRIPSI
OLEH :
RAHMI YANANIM: 06C10104348
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memasuki masa persalinan merupakan periode yang kritis bagi seorang
ibu karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat
atau dengan kematian. Sejumlah faktor mendirikan peranan dalam proses ini
mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu, pemilihan penolong
persalinan, keterjangkauan dan ketersediaan pelayan kesehatan, kemampuan
penolong persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan gawat
darurat (Kotler, 2008).
Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, di Indonesia Angka Kematian Ibu
tergolong tinggi yaitu 420/100.000 kelahiran hidup dibandingkan di negara-negara
Asean. AKI di Singapura 14/100.00 kelahiran hidup, di Malaysia 62/100.000
kelahiran hidup, Filiphina 230/100.000 kelahiran hidup. Menurut Data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008, AKI Indonesia 307/100.000
kelahiran hidup dan tahun 2011, 288/100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan laporan Depkes tahun 2011, AKI Indonesia 226/100.000
kelahiran hidup. Penurunan AKI di Indonesia masih terlalu lambat untuk
mencapai target tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Devoloment Goals)
3/4 selama kehamilan dan persalinan. Rentang tahun 2005-2011 penurunan AKI
di Indonesia jauh dari target yang ingin di capai pada tahun 2012-2015 di
perkirakan 125/100.000 kelahiran hidup, dan 115/100.000 kelahiran hidup
(Depkes, 2012).
2
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi
Aceh hingga saat ini masih tergolong tinggi. Berdasarkan data terakhir Desember
2011, jumlah AKI melahirkan di Aceh berkisar 190/100.000 kelahiran hidup (KH)
dan AKB berkisar 30/1.000 KH. Karenanya, upaya pengurangan terus dilakukan
oleh Pemerintah Aceh sebagai salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) bidang kesehatan.
Dari tahun 2007-2012, memang perubahan yang terjadi sangat bagus
sekali. Tahun ini, kita berharap AKB di Aceh menjadi 26/1.000 kelahiran dan
AKI menjadi 185/100.000 kelahiran,” ujar Sekda Provinsi Aceh, Drs T Setia Budi
dalam sambutannya pada pembukaan seminar Mini University Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) atas dukungan Maternal and Child
Health Integrated Program (MCHIP)-USAID di Banda Aceh, Selasa 5 Juni 2012
(Harian Analisa, 2012).
Kepuasaan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi diantara
harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan.
Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan
dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat
kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan puas, Sedangkan
kinerja melebihi harapan, pelanggan akan merasa sangat puas. Harapan pelanggan
dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari sahabatnya, serta
janji dan informasi dari berbagai media. pelanggan yang puas akan setia lebih
lama, kurang sensitif terhadap harga dan biaya serta member komentar lebih baik
tentang perusahaan tersebut. Untuk menciptakan kepuasaan pasien suatu
perusahaan atau Rumah Sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sisitem
3
untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan dapat mempertahankan
pasiennya, diperlukan berbagai macam strategi (Kotler 2008).
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh salah satu rumah
sakit yang terletak di tengah – tengah kota Meulaboh, mempunyai fasiltas yang
cukup, dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu, Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh ditetapkan sebagai Rumah Sakit
rujukan dipantai barat selatan ini, untuk sementara penulis menemukan data
bahwa pasien persalinan, sebanyak 563 dari keseluruhan pasien persalinan yaitu
pasien persalinan yang umum 40, pasien persalinan yang menggunakan kartu
Jamkesmas 165, pasien persalinan yang menggunakan kartu JKA 275 pasien,
pasien persalinan yang menggunakan kartu ASKES 83, baik yang melahirkan
normal maupun abnormal, Dari hasil observasi sementara penelitian mendapatkan
bahwa pasien persalinan mengeluh karena persediaan kamar mandi yang kurang
bersih dan ruangan yang kurang nyaman karena panas akibat padatnya anggota
keluarga, sehingga berpengaruh terhadap hubungan pelayanan kesehatan dengan
kepuasan pasien tersebut hal ini perlu diteliti lebih lanjut (RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh, 2012).
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis
adalah bagaimana hubungan fasilitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan
pasien persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
4
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan fasilitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan
pasien persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan pasien
persalinan.
2. Untuk mengetahui tingkat ketersediaan obat-obatan bagi pasien persalinan.
3. Untuk mengetahui sikap petugas terhadap pasien persalinan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.Manfaat Teoritis :
1) Bagi Institusi Pendidikan :
Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar meulaboh,
dapat dijadikan sebagai masukan untuk memahami fasilitas pelayanan
kesehatan serta referensi penambahan bahan bacaan diperpustakaan dan
juga diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan bisa sebagai data
untuk penelitian selanjutnya.
2) Bagi Peneliti :
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti terhadap
hubungan fasilitas pelayanan dengan kepuasan pasien persalinan.
5
1.4.2.Manfaat Aplikatif
1) Bagi Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh :
Sebagai bahan masukan dalam upaya pemenuhan fasilitas pelayanan
kesehatan mengenai kepuasan pasien persalinan.
2) Bagi Pasien Persalinan :
Dapat menambah pemahaman dalam menerima jasa pelayanan kesehatan
yang di berikan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan perawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita pasien.
Rumah sakit merupakan salah satu sub sistem pelayanan kesehatan yang
memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan
dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan.
Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan
unit rawat inap. Sasaran pelayanan kesehatan rumah sakit bukan hanya individu
pasien, tapi sudah berkembang mencakup keluarga pasien dan masyarakat umum.
Fokus perhatiannya adalah pasien sebagai individu maupun sebagai bagian dari
sebuah keluarga. Dengan demikian pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakan pelayanan kesehatan paripurna (komprehensif dan holistik)
(Muninjaya, 2004).
Tuntutan peningkatan mutu Rumah Sakit sangat diharapkan oleh seluruh
pihak, ini dikarenakan bahwa Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada mayarakat memiliki peran yang
sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
7
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Standat pelayanan umum rumah sakit menjadi pedoman
umum dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. (SK.Menkes No. 12 Tahun 2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit).
2.2.Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit
Fasilitas pelayanan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit, karena ketiadaan
faktor ini dapat menghambat tugas kelancaran pelayanan. Penyediaan fasilitas
pelayanan perlu di perhatikan dengan baik, karena dengan adanya fasilitas maka
pelayanan yang diberikan dapat memuaskan pasien. merupakan salah satu faktor
meningkatnya kepuasan pasien (Azwar, 2006).
Secara umum ada dua macam tingkat kepuasan, yaitu kepuasan yang
memacu kepada kode etik serta standar pelayanan profesi. Pelayanan yang baik
dan bermutu sangat didambakan oleh masyarakat, dengan terjaminnya pelayanan
yang diberikan petugas kesehatan, masyarakat semakin puas. Pelayanan kesehatan
tidak hanya keramahan petugas kesehatan saja, akan tetapi menyangkut dengan
kepuasan pasien dengan ketersediaan fasilitas layanan yang mencukupi (Depkers
RI, 2007).
2.2.1. Sarana dan Prasarana
Sarana adalah perlengkapan atau peralatan yang digunakan untuk
mendukung suatu kegiatan yang sifatnya dapat dipindah-pindahkan sedangkan
prasarana merupakan fasilitas dasar dalam menjalankan fungsi dari suatu kegiatan
misalnya bangunan atau ruangan. Ruang bersalin merupakan salah satu prasarana
puskesmas dalam memberikan pelayanan persalinan sedangkan Peralatan
8
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ( PONED ) termasuk dalam sarana puskesmas
dan rumah sakit.
Menurut WHO (1994) dalam Prawirohardjo (2004) peralatan esensial
untuk pelayanan persalinan terdiri atas:
1. Peralatan dasar (untuk semua tingkat pelayanan)
a. Stigmomanometer
b. Timbangan bayi
c. Stetoskop janin
d. Sterilisator
e. Dressing forceps (anti karat)
f. Kom bengkok (anti karat)
g. Waskom (anti karat)
h. Termometer oral
i. Termometer (°C)
j. Sikat tangan
k. Pemanas
l. Semprit dan jarum
m. Jarum dan benang jahit
n. Kateter urin
o. Kantong dan masker ventilator
p. Gudel
q. Sarung tangan bedah
r. Gunting
9
2. Peralatan persalinan
a. Klem hemostatis arteri
b. Gunting tali pusat
c. Klem tali pusat
d. Sarung tangan
e. Celemek plastic
f. Kasa dan kapas
g. Doek
3. Peralatan untuk reparasi vagina/ serviks
a. Klem kasa
b. Klem arteri besar dan kecil
c. Pemegang jarum
d. Gunting benang
e. Klem bergigi
f. Spekulum vagina (Simms)
g. Spekulum Vagina (Hamilton Bailey)
Perlengkapan dan peralatan klinik / kamar bersalin terdiri atas:
1. Bangsal perawatan ibu hamil
a. Tiga kamar, masing-masing dengan 8 tempat tidur dan 3 toilet di tiap
bangsal
b. Ruang terapi / pengobatan
c. Kursi
d. Lemari berkunci untuk menyimpan pakaian
e. Meja makan pasien di atas tempat tidur
10
f. Wastafel
g. Pembatas ruangan yang dapat dipindah-pindahkan
h. Gudang alat-alat
i. Kamar mandi
j. Pos perawat
k. Kamar cuci alat
l. Ruang untuk pesuruh/pembantu
m. Ruang istirahat petugas kesehatan dengan 2 toilet
n. Dapur/tempat memasak
o. Pojok untuk menempatkan troli
2. Kamar bersalin
a. Kamar bersalin dengan 6 – 8 tempat tidur
b. Tempat tidur ginekologi dengan penyangga untuk posisi litotomi
c. Troli
d. Tromol
e. Termometer
f. Tensimeter dan stetoskop binaural
g. Stetoskop janin
h. Lampu sorot yang dapat diatur (fleksibel)
i. Ruang bilas/cuci
j. Pojok / ruang untuk perawat
k. Ruangan untuk pendaftaran, pemeriksaan, dan persiapan pasien
l. Laboratorium kecil
m. Ruangan untuk alat-alat pembersih
11
n. Ruangan/ gudang untuk peralatan/perlengkapan habis pakai
o. Ruangan/ gudang untuk peralatan/perlengkapan tidak habis pakai
p. Toilet
q. Kamar mandi
r. Ruang tunggu untuk keluarga pasien
s. Ruang pulih dengan 4 – 6 tempat tidur
2.2.2. Ketersediaan Obat-obatan
Ketersediaan obat-obatan dalam jumlah yang cukup sangat memungkinkan
pasien dalam melakukan kunjungan ke rumah sakit guna mendapatkan pelayanan
kesehatan (Azwar, 2006) Obat merupakan salah satu faktor terpenting guna
kesembuhan pasien, jika obat tidak tersedia di apotik Rumah sakit dalam jumlah
yang cukup, maka pasien akan mengeluh dan mengalami kekecewaan karena
harus mencari atau memperoleh ke tempat-tempat lain atau ke apotik lain.
(Depkes RI,2007).
Obat-obat esensial untuk pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
terdiri atas:
1. Analgetika
a. Indometasin
b. Morfin
c. Parasetamol
d. Petidin
2. Anestetika
a. Atropin
b. Diazepam
12
c. Halotan
d. Ketamin
e. Lidokain/Lignokain 1% atau 2%
f. Tiopenton
3. Antelmintik
a. Albendazol
b. Levamisol
c. Mebendazol
d. Pirantel
4. Antialergi/emergensi
a. Adrenalin
b. Aminofilin
c. Difenhidramin
d. Digoksin
5. Antianemia
a. Asam folat
b. Sulfas ferrosus
6. Antibiotik
a. Amoksilin
b. Ampisilin
c. Benzatin penisilin
d. Tetrasiklin
e. Eritromisin
13
7. Antihipertensi
a. Hidralazin
b. Labetolol
c. Nifedipin
8. Antikonvulsan
a. Diazepam
b. Fenitoin
c. Magnesium sulfat
9. Antimalaria
a. Artemeter
b. Artesunat
c. Klorokuin
d. Klindamisin
e. Pirimetamin
f. Quinidin
10. Desinfektan/antiseptic
a. Alkohol 70%
b. Klorheksidin
c. Yodium
11. Kontrasepsi
a. Copper IUD
b. Diafragma
c. Kondom
d. Susuk (implan)
14
e. Noretisteron
12. Serum dan immunoglobulin
a. Anti-D imunoglobin
b. Tetanus antitoksin
c. Tetanus toksoid
d. Vaksin BCG
e. Vaksin poliomielitis
13. Steroid
a. Betametasol
b. Deksametasol
c. Hidrokortison
14. Tokolitik
a. Indometasin
b. Nifedipin
c. Ritodrin
d. Salbutamol
e. Terbutalin
2.3.Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu
persalinanan, sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat
kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau
rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan
15
bahaya kesehatan lainnya. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan,
dokter, dan tenaga para medis lainnya).
2.3.1. Bidan
Menurut International Confederation of Midwivers (ICM, 1972) dan
International Federation of International Gynecologist and Obstetritian (IFIGO,
1991) dan Wordl Health Organitation (WHO, 1992) bidan adalah seseorang yang
telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta
memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di
negeri itu. Dia harus memberi supervisi, asuhan dan memberi nasehat yang
dibutuhkan kepada wanita selama hamil, persalinan, masa pasca persalinan (post
partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta
asuhan pada bayi baru lahir dan anak (Sofyan, 2006).
2.3.2. Perilaku Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan merupakan sumber daya manusia kesehatan yang pada
satu sisi adalah unsur penunjang utama dalam pelayanan kesehatan, pada sisi lain,
ternyata kondisinya saat ini masih jauh dari kurang, baik pada kuantitas maupun
kualitasnya. Disini perlu perhatian pemerintah pada peningkatan dan
pemberdayaan SDM (Sumber Daya Manusia) Kesehatan secara profesional.
Utamanya dalam pembentukan Sikap dan Perilaku Profesional SDM Kesehatan
melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Disamping itu, masalah yang
perlu mendapat perhatian dari pemerintah mengenai SDM Kesehatan ini adalah
kurang efisien, efektif, dan profesionaliesme dalam menanggulangi permasalahan
kesehatan. Masih lemahnya kemampuan SDM Kesehatan dalam membuat
perencanaan pelayanan kesehatan serta sikap perilaku mereka dalam
16
mengantisipasi permasalahan kesehatan yang terjadi, ternyata tidak sesuai dengan
harapan masyarakat. Yang mana dapat dilihat dengan masih tingginya tingkat
penyalahgunaan wewenang, masih adanya praktik KKN (Korupsi, Kolusi,
Nepotisme), serta masih lemahnya tingkat pengawasan terhadap kinerja aparatur
pelayanan publik dalam pelayanan kesehatan.
Menurut Ensiklomedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu reaksi
organisme terhadap lingkunganya, yang berarti bahwa perilaku baru terjadi
apabila ada suatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi (rangsangan).
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu. Sedangkan menurut Robert Kwick (1974) yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dinikmati dan bahkan dapat dipelajari.
Perilaku merupakan suatu aktivitas dari pada manusia baik yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak, perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri, oleh karena itu manusia bentangan
yang cukup luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain
sebagainya. Bahkan kegiatan internal sendiri seperti berfikir, persepsi dan emosi.
(Notoatmodjo, 2003).
Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau
seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Perilaku
manusia sangat kompleks dan mempunyai rung lingkup yang sangat luas.
Benyamin Bloon (1908), seorang psikologi pendidikan membagi perilaku ke
dalam 3 (tiga) domain (kawasan/ranah) yaitu: ranah kognitif (cognitive domain),
ranah efektif (effective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).
17
Ke 3 domain ini diukur dari:
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Sikap (attitude)
3. Praktek dan tindakan (practice)
Terbentuknya suatu perilaku baru pada orang dewasa dimulai pada domain
kognitif, dalam arti si subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa
materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek
tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek
terhadap objek yang diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut, akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau
sehubungan stimulus atau objek tadi.
2.3.2.1.Pengetahuan (knowledge)
Pengetuah adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia deperoleh melalui mata dan
telinga.
Pengetauan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
membentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan yang dicakup di
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termaksud kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
18
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjalaskan
secara benar objek yang diketahui dan dapat menginter prestasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysa)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
subjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu sruktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.
19
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita ukur atau kita
sesuaikan dengat tingkat-tingkat tertentu diatas.
2.3.2.2.Sikap (attitude)
Dobb (1974) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap
merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu kedalam kehidupan sehari-hari merupakan rekasi
yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Menurut Newcomb, salah
seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan buka merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Ciri-ciri sikap sebagai berikut:
1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama
perkembangan hidupnya.
2. Sikap itu tidak semata-semata berdiri sendiri melainkan selalu berhubungan
dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu
objek saja melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan objek lainnya.
3. Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi sedangkan
pada pengetahuan hal ini tidak ada.
20
Fungsi sikap antara lain:
1. Sebagai alat menyesuaikan diri
Sikap adalah suatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang
mudah dipelajari sehingga menjadi mudah milik bersama. Sikap bisa menjadi
alat penghubung antara orang lain dengan kelompoknya atau dengan anggota
kelompok lainnya
2. Sebagai alat pengukur tingkah laku
Pertimbangan atau perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang
sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang ini pada umumnya tidak diberi
perangsang secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar
untuk menilai perangsang itu.
3. Sebagai alat pengukur pengalaman
Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar
sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua berasa dari
dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi manusia memilih
mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua
pengalaman di beri penilaian dan dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencermikan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena
sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukung. Oleh karena itu,
dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyaknya orang
mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan
kepribadian (Notoatmodjo,2003)
21
Green dalam Notoatmodjo, (2005) membedakan adanya dua
determinan masalah kesehatan, yakni behavioral factors (faktor prilaku), dan non
behavioral factors atau faktor-faktor non prilaku. Selanjutnya, Green
menganalisis, bahwa faktor prilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:
1. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors), faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya prilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan yaitu seperti sarana
dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang
mendorong atau yang memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang
meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat tetapi tidak
melakukannya. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan
contoh dari para tokoh masyarakat atau pelaku kesehatan.
Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan,
mempelajari perilaku sangat penting. Karena pendidikan kesehatan sebagai bagian
dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana untuk
menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau
masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma hidup sehat. Dengan
perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah perilaku individu
atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat (Notoatmodjo,
2005).
22
Sadli (1982) dalam Notoatmodjo, (2003) menggambarkan hubungan
individu dan lingkungan social, yakni:
1. Perilaku kesehatan individu, yaitu: sikap dan kebiasaan individu yang erat
hubungannya dengan lingkungan.
2. Lingkungan keluarga, yaitu: kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga,
mengenai kesehatan.
3. Lingkungan umum, yaitu: kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang
kesehatan, undang-undang kesehatan, program-program kesehatan dan
sebagainya.
2.3.2.3.Praktek atau tindakan (practice)
Menurut WHO, suatu sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan
tergantung pada situasi dan kondisi saat ini. Suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam sauatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatanan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor
pendukung dari pihak lain. Di dalam praktek atau tindakan terdapat tingkatan-
tingkatan yaitu:
1. Persepsi (perception)
Menganal dan memilih berbagai objek sehubngan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dengan
contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua.
23
3. Mekanisme (mechanism)
Apabila telah dapat melakukan sesuatu yag benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek
tingkat ketiga.
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimotifasikanya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2.4.Kepuasan Pasien
Kualitas jasa merupakan bagian penting yang perlu mendapat perhatian
dari organisasi penyedia jasa pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit atau
Puskesmas, pengemasan kualitas jasa yang akan diproduksi harus menjadi salah
satu strategi pemasaran RS atau Puskesmas yang akan menjual jasa pelayanan
kepada pengguna jasanya (pasien dan keluarganya). Pihak manajemen Rumah
Sakit atau Puskesmas harus berusaha agar produk jasa yang ditawarkan tetap
dapat bertahan atau berkesinambuangan sehingga dapat tetap merebut segmen
pasar yang baru karena cerita dari mulut kemulut oleh pelanggan yang puas. Ada
beberapa model yang dapat dipakai untuk menganalisis kualitas jasa yang terkait
dengan kepuasan pelanggan, tergantung dari tujuan analisisnya, jenis lembaga
yang menyediakan jasa dan situasi pasar (Muninjaya, 2004).
Kepuasan terjadi sebagai hasil berpengaruhnya antara keterampilan,
pengetahuan, sikap dan penyediaan sarana. Tingkat kepuasan juga sangat
subyektif, dimana konsumen yang satu berlainan dengan konsumen yang lain.
Yang terjadi karena pengaruh dari faktor-faktor pangkat, umur, kedudukan sosial,
24
tingkat ekonomi, pendidikan, budaya, suku, jenis kelamin, sikap mental dan
kepribadian. Kepuasan konsumen dengan mutu pelayanan sangat erat
hubungannya, sehingga dapat menggerakkan konsumen. Mutu pelayanan dapat
pula dinilai oleh konsumen apakah dapat memenuhi harapan konsumen atau tidak.
Apabila harapannya terpenuhi maka mutu pelayanannya akan dirasakan
memuaskan, demikian juga sebaliknya (Elzadeba, 2000).
Kepuasan penggunan jasa pelayanan kesehatan di pengaruhi oleh beberapa
faktor:
1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya
dalam hal ini, aspek komunikasi memegang peranan penting.
2. Kemampuan pemahaman/ sikap peduli (Emphaty) yang ditunjukkan oleh
petugas kesehatan. Sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini
akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (compliance).
3. Biaya (cost). Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber
moral hazard bagi pasien dan keluarganya.
4. Penampilan fisik (tangible) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan
ruangan.
5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance).
Ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada
faktor ini.
6. Kehandalan dan keterampilan (reliability) petugas kesehatan dalam
memberikan perawatan.
7. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien
(responsiveness)
25
(Muninjaya, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Roberts dan Prevos telah berhasil
membuktikan adanya perbedaan dimensi mutu yaitu:
1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih
terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien,
kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan serta
keramahtamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan
penyakit yang sedang di derita oleh pasien
2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih
terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan
atau otonomi profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien.
3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan
lebih terkait pada dimensi efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran
pembiayaan, dan atau kemampuan menekan beban biaya penyandang dana
(Prawirohardjo, 2002).
2.5.Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
26
Pelayanan persalinan adalah pelayanan yang diberikan dimulai pada kala I
sampai dengan kala IV persalinan (Depkes, 2008).
Persalinan yang terjadi secara normal atau biasa disebut eutocia, dari
bahasa Yunani eu yang artinya baik dan tocos yang artinya kelahiran.jadi eutocia
adalah kelahiran yang baik, dan kelahiran yang baik inilah yang dianggap
kelahiran anak yang normal. Persalinan yang abnormal atau patologis disebut
dystocia. Juga dari bahasa Yunani, dari kata dys atau dus yang artinya jelek atau
buruk, dan tocos yang berarti kelahiran. Jadi dystocia berarti kelahiran yang jelek
atau buruk, yang tidak biasa terjadi pada kebanyakan persalinan. Disebut
persalinan luar biasa atau abnormal ialah persalinan yang membawa sesuatu
akibat bagi ibu dan anak (Ibrahim, 1993).
2.5.1. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai selama
persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih, aman,
dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Prawirohardjo, 2002).
2.5.2. Jenis-jenis Persalinan
a. Persalinan spontan artinya persalinan yang berlangsung tanpa usaha dari luar.
b. Persalinan induksi artinya persalinan dilakukan dengan cara menimbulkan
suatu rangsangan terlebih dahulu dengan memberikan obat-obat perangsang
kontraksi uterus.
c. Persalinan dengan tindakan ialah bedah sesar, dengan alat-alat seperti forsep,
ekstraksi vakum (Prawirohardjo, 2002).
27
2.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Periode kelahiran merupakan periode dengan angka kematian tertinggi
dari seluruh periode kehidupan manusia. Hal ini karena banyak faktor yang turut
menentukan lancar tidaknya suatu proses persalinan, yaitu faktor ibu, faktor
keadaan plasenta dan tali pusat, faktor bayi dan faktor penolong persalinan.
a. Faktor Ibu
Kemampuan ibu dalam persalinan baik fisik maupun mental (tenaga,
kontraksi uterus, semangat, sakit, tidak sadar), dan lain-lain. Keadaan jalan
lahir, bila terdapat kelainan atau abnormalitas pada jalan lahir (panggul
sempit, tumor dan lain-lain) dapat menimbulkan kesulitan berupa kemacetan
persalinan (distocia).
b. Faktor keadaan plasenta
Bila terjadi soluio plasenta (pelepasan sebagian plasenta dari dinding rahim
sebelum bayi lahir) dapat mengakibatkan gawat janin. Letak plasenta yang
memungkinkan plasenta robek ketika selaput ketuban pecah dapat
mengakibatkan perdarahan dan gawat janin.
c. Keadaan tali pusat
Bila tali pusat tertanam diluar plasenta dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan ketika selaput janin robek dan mengenai pembuluh darah yang
menghubungkan tali pusat dengan plasenta, janin bisa meninggal akibat
perdarahan. Bila terdapat lilitan tali pusat yang sangat kuat atau tali pusat
menumbung dan tertarik atau terjepit katika proses kelahiran dapat
menimbulkan gawat janin.
28
d. Faktor bayi
Besarnya bayi, posisi bayi ketika lahir yang normal adalah letak kepala
(merupakan frekuensi terbanyak) yaitu presentasi kepala dengan ubun-ubun
kecil sebagai bagian terdepan. Letak/ posisi bayi yang tidak normal,
misalnya: melintang presentasi muka, presentasi tangan/kaki dan lain-lain
dapat menimbulkan distocia. Trauma tindakan berupa penarikan-penarikan
terhadap janin, dapat menimbulkan fraktur pada bagian tubuh tertentu,
merusak jaringan termasuk jaringan saraf dan otak, bahkan kalau gagal dapat
menimbulkan kematian janin.
e. Faktor penolong persalinan
Walaupun pada mulanya keadaan ibu dan janin baik, dapat saja tiba-tiba
berubah menjadi tidak baik akibat kesalahan penolong. Kesalahan tersebut
dapat berupa tidak tepatnya memimpin persalinan, melakukan tindakan-
tindakan yang dapat membahayakan misalnya memberi suntikan uterotonika
tidak tepat atau pada keadaan patologis ia salah mengambil sikap / tindakan
atau tidak mampu melakukan pertolongan (Ilyas, 1995).
2.5.4. Proses persalinan
Persalinan terbagi atas 4 tahap, yaitu:
a. Kala I dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).
b. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
c. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
d. Kala IV yaitu dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum (Prawirohardjo, 2002).
29
2.5.5. Penolong Persalinan
Terdapat 2 kategori tenaga penolong persalinan yaitu tenaga kesehatan dan
non kesehatan. Tenaga kesehatan yang dapat menolong persalinan adalah dokter
spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat kesehatan
sedangkan tenaga penolong non kesehatan adalah dukun bayi (Depkes, 1996).
Kamar bersalin merupakan suatu tempat yang memerlukan keadaan yang
sebersih-bersihnya, yang dapat dibuat steril, dan harus selalu dalam keadaan steril.
Dengan demikian teknik aseptik dan antiseptik yang kurang baik disamping
potensi penderita sendiri yang kemungkinan besar mudah mendapat infeksi.
Berhubungan dengan hal-hal diatas, maka keadaan bebas hama di kamar bersalin
harus selalu dipersiapkan untuk menghindarkan kelainan (Ibrahim, 1993).
Penerimaan dan pemeriksaan penderita dalam kamar bersalin berarti
penderita yang diterima dan diperiksa tersebut khusus penderita yang akan
bersalin yaitu yang telah mendapatkan tanda-tanda persalinan. Tanda-tanda
persalinan tersebut adalah adanya kontraksi terus atau hiks yang teratur,
pengeluaran lender bercampur darah dari vulva, penderita selalu merasa ingin
buang air kemih. Tujuan penerimaan dan pemeriksaan penderita di kamar bersalin
antara lain untuk dapat memberikan pertolongan yang lebih cepat, agar persalinan
dapat berjalan dengan lancar, serta untuk mengetahui dan menghindarkan
kelainan-kelainan serta dapat menafsirkan jalannya persalinan (Ibrahim, 1993).
30
2.6.Kerangka Konsep Penelitian
Gambar: 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
2.7.Hipotesis Penelitian
Adanya hubungan fasilitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien
persalinan.
Fasilitas PelayananKepuasan Pasien
Persalinan
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian Survey Analitik yang bertujuan
untuk mengetahui bagaimana hubungan fasilitas pelayanan dengan kepuasan
pasien persalinan di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien
Meulaboh.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 September sampai 05
Oktober Tahun 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti.
Dalam penelitian ini populasi adalah 256 ibu nifas yang opname di ruang bersalin
RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh pada bulan September Tahun 2013.
3.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling, yaitu
dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
32
tersedia (Notoadmodjo, 2010). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 ibu
bersalin yang opname di ruang bersalin RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Dari
tanggal 26 September sampai 05 Oktober 2013.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: Pengumpulan data
dilakukan pada saat penelitian dilakukan.
Cara pengumpulan data adalah :
1. Data Primer yaitu data yang didapatkan langsung dengan menggunakan
kuisioner pada ibu bersalin serta menilai kelengkapan sarana kesehatan di
bagian ruang bersalin.
2. Data Sekunder adalah data tidak langsung yang diperoleh dari tinjauan
pustaka, RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.
33
3.5. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
No Variabel Independen1. Variabel : Fasilitas Pelayanan Pasien
Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
:
:::
:
Alat-alat medis, obat-obatan serta ruangan yang amandan nyaman dan juga perilaku tenaga kesehatan menjadibukti kepuasan pasien.Wawancara.Kuesioner.1. Baik.2. Kurang baik.Ordinal.Variabel Dependen
2. Variabel Kepuasan PasienDefinisi
Cara UkurAlat UkurHasil UkurSkala Ukur
:
::::
Perasaan pasien pada saat mendapatkan dan setelahmendapatkan pelayanan kesehatan.Kuesioner.1. Puas.2. Kurang Puas.Ordinal.
3.6. Aspek Pengukuran Variabel
1. Fasilitas Pelayanan (Azwar, 2006):
Baik : Apabila didapatkan skor dari hasil wawancara > nilai
median (> 50%).
Kurang Baik : Apabila didapatkan skor dari hasil wawancara < nilai
median (< 50%).
2. Kepuasan Pasien (Elzadeba, 2000):
Puas : Apabila didapatkan skor dari hasil wawancara > nilai
median (> 50%).
Kurang Puas : Apabila didapatkan skor dari hasil wawancara < nilai
median (< 50%).
34
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Analisis Univariat
Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada. Dengan menghitung
distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui kepuasan pasien sebagai
subjek penelitian, ditinjau dari fasilitas pelayanan yang di gunakan tersebut.
3.6.2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel Dependen
(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic chi-square test. (Budiarto,
Eko, 2002).
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan dihitung nilai odd ratio (OR).
Aturan yang berlaku pada Chi–Square adalah :
a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah“Fisher’s Exact Test”
Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk
membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak)
sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (Budiarto Eko, 2002).
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh merupakan satu-
satunya rumah sakit pemerintah kabupaten Aceh Barat yang melayani masyarakat
di bidang kesehatan. Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
menyediakan fasilitas pelayanan rawat inap yang terdiri dari 7 ruangan, 1
instalansi Gawat Darurat dan 8 pelayanan Poliklinik serta pelayanan penunjang
lainnya. Dengan fasilitas dan pelayanan yang semakin baik, Rumah Sakit Umum
Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh juga menjadi rumah sakit rujukan bagi rumah
sakit yang ada di kabupaten lain yang bertetangga dengan kabupaten Aceh Barat.
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh adalah rumah Sakit milik
pemerintah yang berada dalam wilayah Aceh Barat dengan status type C dan
berlokasi di Jalan Gajah Mada No 1 Kelurahan Drien Rampak Kecamatan Johan
Pahlawan Meulaboh Aceh Barat.
4.1.2. Analisis Univariat
Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk melihat hubungan antar
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang di teliti.
36
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Pelayanan KesehatanDi Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien MeulabohTahun 2013.
No Fasilitas PelayananKesehatan
Frekuensi %
1 Baik 18 60,02 Tidak Baik 12 40,0
Total 30 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 30 responden yang fasilitas
pelayanan kesehatan baik sebanyak 60% sedangkan yang tidak baik sebanyak
40%.
2. Kepuasan Pasien
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Pasien PersalinanDi Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien MeulabohTahun 2013.
No Kepuasan Pasien Frekuensi %1 Puas 19 63,32 Tidak Puas 11 36,7
Total 30 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa dari 30 responden yang pasiennya puas
sebanyak 63,3% sedangkan yang tidak puas sebanyak 36,7%.
4.1.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p< 0,05.
37
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasian
Tabel 4.3. Hubungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan KepuasanPasien Persalinan Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut NyakDhien Meulaboh Tahun 2013.
Sumber: data primer (diolah tahun 2013).
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 18 responden yang fasilitas
pelayanannya baik terdapat 88,9% pasien merasa puas sedangkan dari 12
responden yang fasilitas pelayanannya tidak baik terdapat 75% pasiennya tidak
merasa puas. Dari hasil uji chi square diperoleh nilai P Value = 0,001 dan ini
lebih kecil dari α= 0,05, artinya terdapatnya hubungan yang signifikan antara
fasilitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien persalinan di Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Dilihat dari nilai OR 24, maka dapat diartikan bahwa fasilitas pelayanan
kesehatan yang baik memiliki peluang 24 kali pasien merasa puas dari pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak baik.
1.2. Pembahasan
1.2.1. Hubungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien
Fasilitas pelayanan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit, karena ketiadaan
faktor ini dapat menghambat tugas kelancaran pelayanan, penyediaan fasilitas
pelayanan perlu di perhatikan dengan baik, karena dengan adanya fasilitas maka
pelayanan yang diberikan dapat memuaskan pasien.
FasilitasPelayananKesehatan
Kepuasan PasienTotal
PPuas Tidak Puas
n % n % n % ORBaik 16 88,9 2 11,1 18 100 0,001 24,000Tidak baik 3 25,0 9 75,0 12 100 (3,358-171,539)Jumlah 19 63,3 11 36,7 30 100
38
Seperti pada hasil penelitian yang telah didapatkan ada hubungan antara
fasilitas kesehatan dengan kepuasan pasien di rumah sakit Cut Nyak Dhien
Meulaboh yang bahwa dari 30 responden di antaranya 18 responden yang fasilitas
pelayanannya baik yaitu 88,9% pasien merasa puas, sedangkan hubungan fasilitas
pelayanan kesehatan yang baik dengan kepuasan pasien persalinan merasa kurang
baik yaitu 11,1 %, kemudian dari 30 responden di antaranya 12 responden yang
fasilitas pelayanannya kurang baik yaitu 75% pasien merasa kurang puas,
sedangkan hubungan fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang baik dengan
kepuasan pasien persalinan merasa puas sebanyak 25 %. Ini dikarenakan pasien
yang merasa kurang puas yang bahwa fasilitas pelayanan kesehatan di ruangan
persalinan belumlah memadai seperti tempat tidur yang kurang nyaman di
karnakan alas atau busa tempat tidur sudah lama pemakaian serta ruangan
persalinan yang panas dan kamar mandi atau toilet yang kurang bersih sehingga
pasien berkesan bahwa kurang memuaskan, baik di segi fasilitas pelayanannya
maupun di segi kenyaman ruangan persalinan tersebut.
Kualitas jasa merupakan bagian penting yang perlu mendapat perhatian
dari organisasi penyedia jasa pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit
pengemasan kualitas jasa yang akan diproduksi harus menjadi salah satu strategi
pemasaran Rumah Sakit yang akan menjual jasa pelayanan kepada pengguna
jasanya (pasien dan keluarganya). Pihak manajemen Rumah Sakit harus berusaha
agar produk jasa yang ditawarkan tetap dapat bertahan atau berkesinambuangan
sehingga dapat tetap merebut segmen pasar yang baru karena cerita dari mulut
kemulut oleh pelanggan yang puas. Ada beberapa model yang dapat dipakai untuk
menganalisis kualitas jasa yang terkait dengan kepuasan pelanggan, tergantung
39
dari tujuan analisisnya, jenis lembaga yang menyediakan jasa dan situasi pasar
(Muninjaya, 2004).
Oleh karena itu Rumah Sakit harus memiliki stategi didalam penarikan
pasien dimana harus membuat pasien puas dengan apa yang Rumah Sakit Berikan
seperti pelayanan kesehatan dan ketersediannya sarana dan prasarana dalam
pelayanan. Kepuasan pasien dengan fasilitas pelayanan sangat erat hubungannya,
sehingga dapat menggerakkan pasien. fasilitas pelayanan dapat pula dinilai oleh
pasien apakah dapat memenuhi harapan pasien atau tidak. Apabila harapannya
terpenuhi maka fasilitas pelayanannya akan dirasakan memuaskan, demikian juga
sebaliknya. Maka dari itu Fasilitas pelayanan kesehatan memiliki hubungan yang
sangat signifikan dengan kepuasan pasien.
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Dari 30 responden yang fasilitas pelayanannya baik 60 %, sedangkan
yang kurang baik 40 %.
2. Dari 30 responden yang bahwa pasien nya puas sebanyak 63,3 %,
sedangkan pasien yang merasa kurang puas 36,7 %.
3. Dari 30 responden yang hubungan fasilitas pelayanan kesehatan yang baik
dengan kepuasan pasien merasa puas yaitu 88,9 %, sedangkan hubungan
fasilitas pelayanan kesehatan yang baik dengan kepuasan pasien merasa
kurang puas yaitu 11,1 %.
4. Dari 30 responden yang hubungan fasilitas kesehatan yang kurang baik
dengan kepuasan pasien merasa puas 25,0 %, sedangkan hubungan
fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang baik dengan kepuasan pasien
merasa kurang puas yaitu 75,0 %.
5. Dari 30 responden Berarti’’ Adanya Hubungan Antara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Persalianan” dengan penilaian nilai P
Value lebih kecil dari alpa ( 0,001 < 0.05 )
5.2. Saran
1. Kepada Direktur dan Staf Rumah Sakit Cut Nyak Dhien agar lebih
memperhatikan lagi fasilitas pelayanan kesehatan pada pasien persalinan.
2. Kepada pasien persalinan agar dapat memahami dan menerima jasa
pelayanan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Andrian Palmer. 2007. Perencanaan Pelayanan Kesehatan. Pustaka pelajar.
Yogyakarta.
Azwar, S. 2006. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka pelajar.
Yogyakarta.
[Depkes RI]. 2011. Pedoman Teknis Terpadu Audit Maternal – Perinatal di
Tingkat Dati II . Depkes RI. Jakarta.
__________. 2008. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar.
Depkes RI. Jakarta.
__________. 2007. Standar Acuan Pemeriksaan Kehamilan. Depkes RI. Jakarta.
[Dinas Kesehatan Provinsi Aceh]. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun
2011. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Banda Aceh.
[Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat]. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2011. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat.
Meulaboh.
Harian Analisa, 2012. Angka Kematian Ibu dan Anak di Aceh Masih tinggi.
http://epi4-indonesia.org/id/?p=652. Di unduh pada tanggal 11 mei
2013.
Kotler, Philip. 2008. Analisa Pengendalian dan Pengawasan Pemasaran,
Erlangga, Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Oslon dan Dover. 2001. Kepuasan Pelanggan. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
[Permenkes RI]. 1998. Peraturan Menteri Kesehatan nomor
1596/Men.kes/per/il/1998. Depkes RI. Jakarta.
[Kepmenkes RI]. 1992. Keputusan Menteri Kesehatan RI No
983/Men/Kes/Sk/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit Umum. Depkes RI. Jakarta.
[RSUD]. 2012. Laporan Tahunan RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh. RSUD
CND Meulaboh.
Saifudin, et.al. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Depkes RI. Jakarta.
WHO. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Depkes RI. Jakarta.
Zaithaml dan M.T Britner. 2006. Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka pelajar.
Yogyakarta.
Muninjaya. 2004 manajemen mutu pelayanan kesehatan.kedokteran EGC,
jakarta.