Upload
dothuy
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN RESPON SISWA SMP GLOBAL ISLAMIC SCHOOL JAKARTA
TERHADAP PAPARAN IKLAN PASTA GIGI DI MEDIA MASSA TAHUN 2014
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
ZAHRITA HAFIDHAH
1110101000078
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
Skripsi, Desember 2014
ZAHRITA HAFIDHAH, NIM : 1110101000078
Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School JakartaTerhadap Paparan Iklan
Pasta Gigi di Media Massa Tahun 2014
xix + 99halaman + 20tabel + 1grafik
ABSTRAK
Iklan pasta gigi merupakan iklan yang banyak ditayangkan di semua media massa di
Indonesia. Dalam tayangan iklannya selain mengiklankan produk dan merk produk juga
mengingatkan akan pentingnya menggosok gigi, estetika serta efek sosial yang ditimbulkan
jika tidak menggosok gigi. Namun seberapa besar pengaruh iklan sampai saat ini masih
menjadi perdebatan. Perdebatan yang muncul diantaranya adalah mengenai seberapa efektif
iklan ini mempengaruhi atau merangsang konsumen dalam sikap atau sampai pada pembelian
produk saja. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak dikeluhkan adalah
penyakit karies gigi, menurut data Kemenkes angka karies gigi di Indonesia terutama pada
kelompok usia diatas 12 tahun sebanyak 89%. Dalam masa pertumbuhan dan
perkembangannya, remaja rentan terhadap segala pengaruh lingkungan termasuk media.
Remaja di Jakarta rata-rata menghabiskan waktu sekitar 6-7jam per hari untuk menggunakan
media.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran respon siswa SMP Global
Islamic School terhadap paparan iklan pasta gigi di media massa. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas
7 dan 8 SMP Global Islamic School. Sampelnya berjumlah 65 siswa. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode simple purpotional sampling.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, siswa yang merespon positif
terhadap paparan iklan pasta gigi di media massa sebanyak 47 siswa (72,3%) dari 65 siswa
yang dilihat dari daya tarik iklan, tingkat pemahaman iklan, tingkat penerimaan pesan iklan,
keterlibatan individu dan daya persuasi pesan iklan. Untuk respon yang dilihat dari jenis
kelamin responden mendapatkan hasil yaitu 22 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan yang
merespon positif. Sedangkan respon dilihat dari pengetahuan mendapatkan hasil 35 siswa
dengan pengetahuan tinggi dan 12 siswa dengan pengetahuan rendah yang merespon positif.
Saran yang diberikan adalah sudah saatnya semua pihak mendukung program iklan-
iklan kesehatan gigi serta melengkapinya dengan berbagai upaya penurunan angka karies gigi
di Indonesia karena masalah kesehatan gigi bukan masalah yang tidak penting.
Kata Kunci : respon siswa, paparan iklan pasta gigi, media massa
Daftar bacaan 67 (2004-2013)
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
Skripsi, 11 Desember 2014
ZAHRITA HAFIDHAH, NIM : 1110101000078
Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School JakartaTerhadap Paparan Iklan
Pasta Gigi di Media Massa Tahun 2014
xiv + 94 halaman + 10 tabel + 5 gambar
ABSTRAK
Iklan pasta gigi merupakan iklan yang banyak ditayangkan di semua media massa di Indonesia.
Dalam tayangan iklannya selain mengiklankan produk dan merk produk juga mengingatkan akan
pentingnya menggosok gigi, estetika serta efek sosial yang ditimbulkan jika tidak menggosok gigi.
Namun seberapa besar pengaruh iklan sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Perdebatan yang
muncul diantaranya adalah mengenai seberapa efektif iklan ini mempengaruhi atau merangsang
konsumen dalam sikap atau sampai pada pembelian produk saja.
Masalah kesehatan gigi yang paling banyak dikeluhkan adalah penyakit karies gigi, menurut data
kemenkes angka karies gigi di indonesia terutama pada kelompok usia diatas 12 tahun sebnayak 89%.
Dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, remaja rentan terhadap segala pengaruh lingkungan
termasuk media. Remaja di jakarta rata-rata menghabiskan waktu sekitar 5-7 jam per hari untuk
mengunakan media.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran respon siswa SMP Global Islamic School
terhadap paparan iklan pasta gigi di media massa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas 7 dan 8 SMP Global Islamic School.
Sampel berjumlah 65 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple purpotional sampling.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, siswa yang merespon positif terhadap paparan iklan pasta
gigi di media massa sebanyak 62%. Untuk respon yang dilihat dari jenis kelamin responden mendapatkan
hasil yaitu 33,8% laki-laki dan 38,5% responden perempuan yang merespon positif. Sedangkan respon
yang dilihat dari pengetahuan mendapatkan hasil 53,8% dengan pengetahuan tinggi dan 18,5% dengan
pengetahuan rendah yang merespon positif iklan.
Kata Kunci : respon siswa, iklan pasta gigi, media massa
Daftar bacaan 67 (2004-2013)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Specialization HEALTH PROMOTION
Thesis, 11 December 2014
ZAHRITA HAFIDHAH, NIM: 1110101000078
Describing the Response of Global Islamic Junior High School Students Exposure
Advertising Toothpaste in Mass Media 2014
xiv + 94 pages + 10 tables + 5 pictures
ABSTRACT
Advertising toothpaste is a lot of ads aired in all the mass media in Indonesia. In the ad
impressions in addition to advertise their products and brand are also reminded of the importance of
brushing teeth, aesthetic and social effects caused if not brushed his teeth. But how much influence the
advertising is still being debated. Emerging debate about how effective include these ads affect or
stimulate consumer in a manner or to the purchase of any products.
The oral health problems are most complained is dental caries, according to data from the
Ministry of Health, dental caries in Indonesia especially in the age group above 12 years was 89%.
During the growth and development, adolescents are most susceptible to any environmental influence,
including the media. adolescents in Jakarta spend about 6-7 hours per day to use the media.
This study was to describe the response of Global Islamic junior high school students exposure
advertising toothpaste in the mass media with a quantitative approach. The population are students 7 and
8 grades with total sample 65 students. Samples were taken by proportional sampling method.
The result of descriptive analysis show the students who responded positively to exposure
advertising toothpaste in mass media was 62%. The response views from gender of the students
get the results 33.8% male and 38.5% female who responded positively. While the response
views from knowledge, get the results 53.8% with high knowledge and 18.5% with low
knowledge that respond positively to advertising.
.
Keywords: student response, exposure to advertising toothpaste, mass media
Reading list of 67 (2004-2013)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S-1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan karya ilmiah ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
tindakan plagiarisme terhadap karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Desember 2014
Zahrita Hafidhah
PANITIA SII}ANG SKRIPSI .'\
;
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEI}OKTf,RAN DAN ILMU I(ESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Penguji II,
Jakarta, l1 Desember 2014
Penguji I,
A
WCatur Rosidati. MKM
Prof. Dr. Rusmin Tumanssor. M. A
PANITIA SII}ANG SKRIPSI .'\
;
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEI}OKTf,RAN DAN ILMU I(ESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Penguji II,
Jakarta, l1 Desember 2014
Penguji I,
A
WCatur Rosidati. MKM
Prof. Dr. Rusmin Tumanssor. M. A
CURRICULUM VITAE
PERSONAL IDENTITY
Nama : Zahrita Hafidhah
TTL : Madiun, 20 September 1992
Alamat :Cibubur Residence blok F1 no 9 Jl. Alternatif Cibubur (Transyogi) km 3
Agam : Islam
Gol. Darah : B
No. Telp : 0812 9821 5171
Email : [email protected]
FORMAL EDUCATION
2000 - 2006 : SDS Angkasa 1 Halim Perdanakusuma
2006 - 2008 : SMP Persatuan Islam
2008 - 2010 : SMA Global Islamic School
2010 – sekarang : S1 - Peminatan Promosi Kesehatan, Program Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang telah memberikan berbagai nikmat kepada kita semua.
Shalawat beserta salam tak lupa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad yang telah memberikan umat
manusia pencarahan menuju agama Allah, dengan memanjatkan rasa syukur atas segala nikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic
School Jakarta Terhadap Paparan Iklan Pasta Gigi Di Media Massa Tahun 2014”.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan kepada
penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr (HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes. PhD selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
3. Ibu Fase Badriah, PhD selaku Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan bimbingan serta
motivasi, terima kasih atas setiap kebaikan serta tuntunan yang telah diberikan.
4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku Pembimbing II Skripsi yang telah memberikan saran
dan kemudahan dalam proses bimbingan.
5. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A, Ibu Catur Rosidati, MKM, dan Ibu Minsarnawati
Tahangnacca, SKM.M.Kes sebagai penguji sidang skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang sering melibatkan penulis
dalam kegiatan di kampus dan luar kampus, pengalaman yang luar biasa bisa bekerjasama
dan berinteraksi dengan bapak dan ibu semua.
7. Kepala Sekolah serta seluruh staff di SMP Global Islamic School terima kasih telah
mempermudah penulis melakukan pengumpulan data.
8. Keluarga besar tercinta, kakek dan nenek di aceh, yangkung dan yangti di madiun, ayah dan
bunda tercinta, tidak lupa adik- adikku tersayang zerlina, zaura dan zayyina. Terima kasih
atas doa, perhatian, support serta kasih sayang yang luar biasa selama ini.
9. Buat my best Bonggo Dwisetyo, terima kasih sudah menjadi UGD pertama, selalu sabar dan
setia dengerin keluh kesah habis bimbingan, terima kasih sudah menemani dari awal sampai
skripsi ini selesai.
10. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat Angkatan 2010 khususnya Promkes
2010 Upil, Uda, Deca, Alul, Richo, Vina, Ayu, Yuli, Nita, Sari, Siva, Dita, Furi, Ilmi plus
Wahyu Manggalay Terima kasih atas kebahagiaan dan kesedihan yang kita lewati bersama.
11. Teurimong geunaseh untuk rakan-rakan ABL long yang le menghibur watee sedih, semoga
tanyoe bagah meurumpek.
12. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis tulis satu persatu yang telah
memberikan doa serta semangat kepada penulis, senang dapat mengenal dan menjadi bagian
dari kalian.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga penulis sangat menerima setiap masukan dan saran yang diberikan untuk memperbaiki
laporan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis serta pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 11 Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………….…... . ii
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………… iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..… vi
DAFTAR ISI ……………………..……………………………………………… viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..…. xii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..…. xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... xv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………........... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................................ 8
1.4 Tujuan Penelitian …………………………………………………………….. 8
1.4.1 Tujuan Umum ……………………………………………………………….. 8
1.4.2 Tujuan Khusus ………………………………………………………………. 8
1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………………………… 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………………. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 11
2.1 Kesehatan Gigi ...……………………………………………………………... 11
2.2 Upaya Mejaga Kesehatan Gigi Melalui Media Massa ...............……………… 12
2.2.1 Media Komunikasi Menarik dan Persuasif ……………………………….. 14
2.2.2 Proses Komunikasi Massa ...........…………………………………………. 16
2.3 Komunikasi Efektif …………………………………………………………… 18
2.4 Iklan Pasta Gigi di Media Massa ....................................................................... 23
2.4.1 Iklan ............................................................................................................. 23
2.4.2 Iklan Pasta Gigi ............................................................................................ 26
2.5 Media Massa ....................................................................................................... 27
2.6 Remaja dan Perkembangannya ........................................................................... 28
2.7 Pengetahuan ........................................................................................................ 30
2.8 Repon .................................................................................................................. 32
2.9 Penelitian Relevan ….......................................................................................... 34
2.10 Kerangka Teori…………………………………………………………..… 36
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL……………… 37
3.1 Kerangka Konsep ……………………………………………………………... 37
3.2 Definisi Operasional…………………………………………………………… 39
BAB IV METODE PENELITIAN……………………………………………… 41
4.1 Desain Penelitian ……………………………………………………………. 41
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………………… 41
4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian…………………………………………….. 41
4.3.1 Populasi ……………………………………………………………………... 41
4.3.2 Sampel ………………………………………………………………………. 42
4.4 Instrumen Pengambilan ..……………………………………………………. 45
4.5 Uji validitas dan reliabilitas………………….………………………………. 46
4.6 Cara Pengumpulan Data …………………………………………………….. 47
4.7 Manajemen Data ……………………………………………………………. 48
4.8 Analisis Data ……..…………………………………………………………. 49
BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………………………... 50
5.1 Gambaran Umum Lokasi Peneltian .................................……………………... 50
5.2 Analisis Univariat Variabel Dependen ………………………………………... 51
5.2.1 Gambaran Respon Siswa Terhadap Iklan Pasta Gigi di Media Massa ..…….. 51
5.2.1.1 Gambaran Respon dilihat dari Daya Tarik Iklan ........................................ 52
5.2.1.2 Gambaran Respon dilihat dari Pemahaman Iklan ...................................... 53
5.2.1.3 Gambaran Respon dilihat dari Tingkat Penerimaan Pesan Iklan ............... 54
5.2.1.4 Gambaran Respon dilihat dari Keterlibatan Individu ................................ 55
5.2.1.5 Gambaran Respon dilihat dari Daya Persuasi Iklan ................................... 56
5.3 Analisis Univariat Variabel Independen ........................................................... 57
5.3.1 Gambaran Jenis Kelamin Responden di SMP Global Islamic School ……... 57
5.3.2 Gambaran Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi ………………………….. 58
5.3.3 Gambaran Frekuensi Keterpaparan Iklan Pasta Gigi di Media Massa ........... 59
5.3.4 Gambaran Respon dilihat dari Jenis Kelamin Siswa ...................................... 60
5.3.5 Gambaran Respon dilihat dari Pengetahuan Siswa .........................………... 61
5.3.6 Gambaran Respon dilihat dari Frekuensi Keterpaparan Iklan Pasta Gigi
di Media Massa …........................................................................................... 62
BAB VI PEMBAHASAN …………………………………………………..……. 63
6.1 Keterbatasan Penelitian …………………………………………….………..... 63
6.2 Gambaran Respon Siswa Terhadap Iklan Pasta Gigi di Media Massa .........….. 63
6.3 Gambaran Karakteristik Responden …………………………………………... 73
6.3.1 Gambaran Variabel Jenis Kelamin .................................................................. 73
6.3.2 Gambaran Variabel Pengetahuan Tentang Kesehatan ..................................... 73
6.4 Gambaran Respon dilihat dari Jenis Kelamin ..................................................... 75
6.5 Gambaran Respon dilihat dari Pengetahuan ...................................................... 78
6.6 Gambaran Respon dilihat dari Frekuensi Keterpaparan Iklan Pasta Gigi .......... 89
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ……………………...……………………. 85
7.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 85
7.2 Saran…………………………………………………………………………… 86
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 88
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
3.1
4.1
4.2
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
Definisi Operasional
Jumlah Populasi
Jumlah Sampel
Gambaran Respon siswa berdasarkan respon terhadap
daya tarik iklan, tingkat pemahaman, tingkat penerimaan
pesan, keterlibatan individu dan daya persuasi
Gambaran Jenis Kelamin Siswa SMP Global Islamic
School
Gambaran Pengetahuan Kesehatan Gigi
Gambaran Frekuensi Keterpaparan Iklan Pasta Gigi di
Media Massa
Gambaran Respon Siswa dilihat dari Jenis Kelamin
Gambaran Respon Siswa dilihat dari Pengetahuan
Gambaran Respon Siswa dilihat dari Frekuensi
Keterpaparan Iklan Pasta Gigi di Media Massa
39
42
44
52
57
58
59
60
61
62
DAFTAR GAMBAR
No Grafik Halaman
2.1
2.2
2.3
3.1
5.1
Hierarchy of Effect Model of the Mass
Comunication Prosses
Model Hirarki Respon
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Gambaran Respon Siswa Terhadap Iklan Pasta
Gigi di Media Massa Tahun 2014
17
19
36
38
51
DAFTAR LAMPIRAN
Permohonan izin pengambilan data
Lampiran kuesioner
Lampiran hasil analisis univariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan masyarakat,
khususnya di negara-negara berkembang. Kerusakan pada gigi dapat
mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Data Riset Kesehatan Dasar Kementerian
Kesehatan 2013 menunjukkan, bahwa prevalensi karies di Indonesia
mencapai 90% dari populasi serta menempati peringkat ke-6 sebagai
penyakit yang paling banyak diderita. Prevalensi karies gigi diperkotaan
cenderung meningkat yaitu dari 73% menjadi 73,20% (Ilyas, 2009).
Karies gigi dapat dialami oleh semua kelompok usia. Menurut data
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, sebanyak 89% anak
Indonesia di atas 12 tahun menderita karies gigi dan akan terus meningkat
seiring bertambahnya usia. sementara itu pada kelompok umur anak usia
sekolah menengah sebesar 66,8%-69,9% (Depkes RI, 2008). Dalam Survei
Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 juga membuktikan bahwa terdapat
76,2% anak Indonesia pada kelompok usia diatas 12 tahun, kira-kira 8 dari
10 anak mengalami gigi berlubang.
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu cara
meningkatkan kesehatan. Kemampuan menggosok gigi secara baik dan
2
benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut. Selain itu, keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan
gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat. Cara pemeliharan
kesehatan gigi yang lain diantaranya dengan mengurangi berbagai makanan
manis karena sangat tidak baik untuk kesehatan gigi, serta rutin berkunjung
ke dokter gigi setiap enam bulan sekali. (Pratiwi, 2007).
Menurut Bahar (2009) bahwa salah satu faktor utama yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut adalah perilaku. Perilaku yang
dapat mempengaruhi perkembangan karies adalah tentang cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut (Petersen, 2005). Perilaku sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan (cognitive social behavior), bahwa perilaku yang didasari
pengetahuan yang benar akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang
tidak didasari pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang cara menjaga
kesehatan gigi yang benar akan sangat berpengaruh terhadap kejadian karies
(Warni, 2009).
Dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, remaja rentan
terhadap segala pengaruh lingkungan termasuk media. Media sebagai sarana
komunikasi memiliki tugas sebagai penyampai informasi serta mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang
(Azwar, 2011). Iklan merupakan salah satu penentu dalam peningkatan
penjualan, disamping kualitas produk, harga, tingkat layanan konsumen dan
3
kemampuan tenaga penjual. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa
periklanan adalah program promosi untuk menyampaikan informasi
mengenai produk kepada konsumen yang harus dilakukan secara efektif dan
efisien. Penyampaian iklan kepada konsumen dapat menggunakan beberapa
media antara lain melalui media televisi, radio, majalah, surat kabar, brosur,
papan reklame dan juga spanduk.
Iklan pasta gigi merupakan iklan yang banyak ditayangkan di
semua media massa di Indonesia. Dalam tayangan iklannya selain
mengiklankan produk dan merk produk juga mengingatkan akan pentingnya
menggosok gigi, estetika serta efek sosial yang ditimbulkan jika tidak
menggosok gigi. Iklan ini mempunyai daya tarik tersendiri yang bervariasi
dan difokuskan selain perilaku beli konsumen terhadap produk juga untuk
mempengaruhi persepsi sikap dan perilaku menggosok gigi dari target
sasaran sehingga dengan kebiasaan menggosok gigi juga akan terjadi
perilaku pemakaian produk iklan pasta gigi. (Zubaidah, 2005).
Banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk menarik minat
konsumen, seperti periklanan televisi, dilakukan dengan membuat berbagai
macam tema cerita yang menarik dan kreatif. Periklanan radio dilakukan
dengan membuat jingle yang khas, sedangkan untuk iklan majalah, surat
kabar, dan iklan outdoor cenderung untuk senantiasa mengingatkan tentang
kualitas merek pasta gigi tersebut dan program-programnya untuk
masyarakat. Strategi ini berhasil membangun merek yang kuat dan
4
meneguhkan posisi perusahaan tersebut sebagai merek pasta gigi nomor satu
(Hastjarjo, 2006)
Keberadaan iklan sebagai suatu sarana promosi untuk
mempengaruhi pemirsa, terutama tanggapan mereka akan iklan yang
ditayangkan atau dengan kata lain sebuah iklan tampil kepermukaan sebagai
suatu sarana pembentuk opini publik sehingga akan tampil berbagai macam
respon pemirsa atas iklan yang ditayangkan. Jadi dengan demikian ada sikap
yang ditimbulkan. Iklan pasta gigi merupakan salah satu bauran pemasaran,
namun demikian seberapa besar pengaruh iklan sampai saat ini masih
menjadi perdebatan. Perdebatan yang muncul diantaranya adalah mengenai
seberapa efektif iklan ini mempengaruhi atau merangsang konsumen dalam
sikap atau sampai pada pembelian produk atau jasa (Apsari, 2006).
Smith (2009) menyebutkan bahwa iklan dapat memicu setiap orang
yang melihatnya untuk memiliki keterlibatan yang tinggi dan berpengaruh
secara positif terhadap iklan. Pengaruh tersebut dapat membentuk sebuah
respon yang berbeda-beda pada setiap individu, sehingga setiap individu bisa
menunjukkan sikap yang berbeda-beda setelah menerima pesan iklan. Respon
individu, khususnya hirarki efek merupakan hasil dari reaksi terhadap sebuah
pesan yang telah diterima oleh audiens melalui komunikasi pemasaran atau
iklan. Karakteristik individu seperti usia, tingkat pengetahuan, jenis kelamin
dan pendidikan mempengaruhi respon (Sumarwan, 2006). Karena setiap
individu memiliki kepribadian masing-masing yang berbeda. Sehingga
menyebabkan setiap individu memiliki respon atau tanggapan yang berbeda-
5
beda terhadap sebuah iklan yang ditayangkan. Assael (2007) mendefinisikan
sikap terhadap iklan adalah kecenderungan seseorang untuk merespon
positif atau negatif terhadap iklan.
Remaja di Jakarta rata-rata menghabiskan waktu sekitar enam
sampai tujuh jam per hari untuk menggunakan media, tiga jam untuk
melihat televisi, dua jam untuk mendengarkan musik, satu jam untuk
melihat rekaman video dan film, tiga sampai empat jam untuk membaca.
Setengah dari seluruh remaja Jakarta di kamar pribadinya memiliki tv dan
16% disertai computer (UNICEF, 2006). Iklan memiliki pengaruh besar
terhadap remaja. Dari segi jumlah usia remaja menempati proporsi yang
cukup kecil untuk perilaku menggosok gigi dengan benar dibandingkan
kelompok lain, masalah kesehatan gigi merupakan bagian dari kesehatan
umum secara menyeluruh, sehingga diharapkan remaja mampu berperilaku
sehat dalam bidang kesehatan gigi sampai dewasa, terutama mampu
memelihara kesehatan giginya sendiri.
Seiring dengan kemajuan yang pesat di era globalisasi, Sekolah
Menengah Pertama senantiasa menghasilkan perubahan sesuai dengan
perubahan zaman. Sekolah Menengah Pertama berusaha untuk mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kebutuhan,
agar para siswa tidak salah dalam menggunakan kecanggihan teknologi.
Sebagai siswa yang baru menginjak usia remaja, para siswa ini selalu
tertarik dengan hal baru serta sangat mengikuti perkembangan zaman. para
6
siswa ini mempunyai perhatian lebih terhadap media massa yang dianggap
bisa menjadi wadah bagi mereka untuk mendapatkan pengetahuan baru,
khususnya iklan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP
Global Islamic School Jakarta pada bulan Agustus 2014 dengan melakukan
uji coba terhadap 15 siswa yang terdiri dari kelas 7, 8 dan 9 sebagai
responden melalui wawancara. Menunjukkan bawah semua siswa terpapar
media massa yang bervariasi, yaitu terdapat 46,6% responden yang sering
melihat iklan pasta gigi di televisi, 20% responden yang sering melihat iklan
pasta gigi di majalah, 20% responden yang sering melihat iklan pasta gigi di
media sosial dan 13,4% responden yang sering melihat iklan pasta gigi di
papan reklame. Siwa-siswa tersebut menunjukkan respon yang cukup positif
terhadap iklan pasta gigi di media massa yaitu 53,4% siswa dapat menerima
dan memahami pesan iklan yang disampaikan oleh salah satu produk pasta
gigi yang menarik menurut mereka.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Gambaran Respon Siswa SMP Global
Islamic School Jakarta Terhadap Paparan Iklan Pasta Gigi di Media Massa
Tahun 2014.
7
1.2 Rumusan Masalah
Masih minimnya penelitian yang melihat respon terhadap iklan produk
kesehatan, khususnya iklan pasta gigi, yang banyak dilakukan adalah
pengaruh iklan niaga terhadap perilaku konsumerisme konsumen.
Pentingnya studi terhadap respon remaja karena media massa sudah
merambah seluruh tingkat masyarakat, khususnya remaja dan karena masih
terbatasnya penelitian tentang respon terhadap iklan maka peneliti tertarik
ingin melakukan penelitian tentang respon siswa terhadap iklan pasta gigi di
media massa yang seluruh siswa-siswa tersebut terpapar media massa, baik
media cetak maupun elektronik yang saat ini merupakan lingkungan yang
dekat dengan mereka. Seperti apa yang telah di jabarkan diatas, yang
menjadi permasalahan disini adalah apakah hasil secara pasti dari
penyampaian pesan di media massa, yaitu terbentuknya awareness
masyarakat terhadap kesehatan gigi, untuk itu diperlukan evaluasi terhadap
iklan-iklan kesehatan gigi tersebut. Namun upaya evaluasi sulit dilakukan
pada seluruh sasaran. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan berfungsi
sebagai salah satu bentuk evaluasi program kesehatan.
8
1.3 Pertanyaan Penelitian
1.3.1 Bagaimana gambaran respon siswa SMP Global Islamic School Jakarta
terhadap paparan iklan pasta gigi di media massa?
1.3.1.1 Bagaimana gambaran respon siswa SMP Global Islamic School Jakarta
dilihat dari karakteristik responden yaitu jenis kelamin dan pengetahuan ?
1.3.1.2 Bagaimana gambaran frekuensi keterpaparan iklan pasta gigi di media
massa pada siswa SMP Global Islamic School Jakarta ?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic
School Jakarta Terhadap Paparan iklan Pasta Gigi di Media Massa Tahun
2014.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran respon siswa SMP Global Islamic School Jakarta
terhadap paparan iklan pasta gigi di media massa yang dilihat dari faktor
daya tarik pesan, tingkat pemahaman pesan, tingkat penerimaan pesan,
keterlibatan individu terhadap pesan dan daya persuasi pesan iklan.
9
1.4.2.2 Diketahuinya gambaran respon siswa yang dilihat dari karakteristik individu
yaitu pengetahuan dan jenis kelamin pada siswa SMP Global Islamic School
Jakarta.
1.4.2.3 Diketahuinya gambaran frekuensi keterpaparan iklan pasta gigi di media
massa pada siswa SMP Global Islamic School Jakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Informasi bagi institusi pendidikan dalam menentukan langkah-langkah
selanjutnya dalam membendung efek dari pengarung media massa.
1.5.2 Informasi bagi departemen kesehatan dan semua instansi terkait yang
mendukung program iklan-iklan kesehatan gigi serta perusahaan produk
pasta gigi sebagai salah satu masukan atau evaluasi terhadap program
penayangan iklan pasta gigi.
1.5.3 Informasi bagi penelitian lain dalam melakukan penelitian yang berkaitan
dengan ilmu komunikasi dan perilaku kesehatan.
1.5.4 Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri dalam
penerapan disiplin ilmu yang telah diperoleh.
10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk
mengetahui gambaran respon siswa terhadap paparan iklan pasta gigi di
media massa. penelitian ini dilakukan pada kalangan remaja yang berada di
SMP Global Islamic School Jakarta. Variabel yang di teliti adalah
pengetahuan, jenis kelamin, frekuensi keterpaparan iklan pasta gigi di media
massa, respon siswa berupa perasaan positif (favorable) dan perasaan
negatif (unfavorable) terhadap iklan pasta gigi yang meliputi aspek daya
tarik pesan, tingkat penerimaan siswa terhadap isi pesan, tingkat
pemahaman terhadap pesan, keterlibatan individu terhadap pesan dan daya
persuasi pesan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Gigi
Gigi merupakan salah satu bagian yang sangat penting pada tubuh
manusia, jika gigi bermasalah (sakit gigi) maka akan mengalami kesulitan
berbicara, makan dan menyebabkan hari-hari terganggu. Jika mengabaikan
kesehatan gigi dan mulut, maka akan menjadi sarang kuman di dalam rongga
mulut yang dapat berakibat kerusakan gigi. Kerusakan gigi diawali dengan proses
terjadinya karies dan peradangan yang berawal dari sisa-sisa makanan yang
dibiarkan sehingga lama kelamaan akan terjadi pembusukan dimana kuman yang
ada di rongga mulut lactobacillus acidophilus mengubah sisa makanan menjadi
asam. Selain efek yang ditimbulkan kuman juga terdapat bakteri yang
menyebabkan kerusakan gigi yaitu streptococcus mutans, bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi pada jaringan gusi sehingga bisa masuk ke aliran darah yang
dapat berakibat lanjut menyebabkan peradangan di bagian tubuh lain, seperti
ginjal, sendi, sakit kepala yang berkepanjangan dan organ tubuh lainnya.
Gigi adalah panca indra vital yang patut diutamakan pemeliharaannya.
Oleh sebab itu menjaga kebersihan mulut dan gigi sangat wajib dilakukan
sebelum terlambat atau penyakit lain datang. Salah satu cara yang sederhana
untuk menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi secara rutin (Ali, 2010).
12
Kesehatan gigi merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum
yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Dalam Dunia Kedokteran Gigi
telah ditemukan bahwa infeksi pada gigi dan jaringan pendukungnya dapat
menyebarkan kuman ke organ tubuh lain melalui aliran darah, seperti ke jantung
dan yang lainnya, sehingga menimbulkan infeksi di organ tersebut dan dapat
berakibat fatal. Hal ini disebut dengan focal infeksi.
Kesehatan gigi penting bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh secara
umum dan sangat memengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi bicara atau
komunikasi yang baik, pengunyahan dan rasa percaya diri. Gangguan kesehatan
gigi akan berdampak pada kinerja seseorang (Putri, 2011). Kondisi gigi yang
tidak sehat dapat mengakibatkan keterbatasan fungsi-fungsi tersebut sehingga
mengakibatkan terganggunya waktu bekerja atau sekolah.
2.2 Upaya Menjaga Kesehatan Gigi Melalui Media Massa
Upaya pencegahan permasalahan kesehatan gigi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode komunikasi yang meliputi penyampaian pesan-pesan untuk
mencegah terjadinya faktor keterlambatan dalam upaya mencari pelayanan,
peningkatan perilaku kesehatan, serta melibatkan, mendidik dan memotivasi
masyarakat upaya pencegahan permasalahan kesehatan gigi.
Langkah penting dalam upaya tersebut adalah memotivasi masyarakat
agar mau berubah dan hal itu sering kali dilakukan upaya modifikasi kepercayaan
dan sikap yang berhubungan dengan kesehatan (health belief and attitude).
13
Menurut Hovland (Mortense, 2009), komunikasi adalah suatu proses di mana
individu (komunikator) menyampaikan rangsangan (stimulus) dalam bentuk
lambang (simbol) bahasa dan gerak untuk mengubah tingkah laku individu-
individu yang lain (komunikan).
Steven (2009) menambahkan bahwa disamping adanya penyampaian
stimulus dari komunikator kepada komunikan, komunikasi adalah respon terhadap
stimulus oleh organisme. Sehingga jika tidak ada respon, berarti tidak ada
komunikasi. Dalam proses komunikasi yang terpenting adalah bagaimana caranya
sehingga pesan komunikator menimbulkan dampak atau efek tertentu pada
komunikan. Dampak yang timbul dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :
1. Dampak kognitif yaitu dampak yang menyebabkan komunikan menjadi tahu atau
meningkatkan intelektualitasnya, tujuan komunikator adalah untuk mengubah
pikiran komunikan.
2. Dampak afektif yaitu lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif, tujuan
komunikator selain supaya tahu, juga dapat tergerak hatinya, menimbulkan
perasaan tertentu (iba, haru, sedih, gembira, dll)
3. Dampak behavioral yaitu dampak yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak
yang timbul dalam komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan dan kegiatan
Promosi kesehatan melalui media massa misalnya dalam bentuk iklan
produk kesehatan. Sedangkan dari segi fungsi terhadap proses perubahan perilaku,
Rogers dan Shoemaker (2003) menyatakan bahwa penggunaan media massa
efektif untuk mengubah pengetahuan khalayak.
14
Fungsi khusus komunikasi massa adalah untuk menginformasikan dan
menarik sasaran dalam periode waktu tertentu, dengan jumlah target sebesar
mungkin, bahwa produk yang dipromosikan dapat memenuhi kebutuhan targetnya
dan juga produk tersebut lebih baik dari produk alternatif lainnya. Tujuan dari
komunikasi tersebut adalah untuk meningkatkan awareness, recall dan image
yang disukai dari produk yang di promosikan (Kotler, 2003). Awareness yang
ingin ditimbulkan dibentuk melalui taktik media yang dapat menarik perhatian.
2.2.1 Media Komunikasi Menarik dan Persuasif
Untuk membuat pesan menarik perhatian dan persuasif ada tiga cara
yang dapat digunakan (Kotler, 2003) yaitu :
a. Rational Exevution
Ketika menggunakan rational execution untuk kelompok target yang
memiliki rasa ingin tahu dan senang mencari tahu sendiri, pesan yang
disampaikan tidak secara lengkap biasanya lebih menarik untuk mereka.
Namun, perlu diingat bahwa beresiko untuk menyerahkan konklusi dan
penyempurnaan pesan begitu saja pada target. Untuk itu, mungkin akan lebih
efektif menyajikan pesan secara lengkap.
Selain itu, hasil studi menunjukkan bahwa mengemas pesan dengan
menggunakan argumen yang rasional pada target yang sudah pernah terpapar
dengan baik oleh ide atau pun praktek yang berhubungan dengan pesan dan
berlatar pendidikan rendah, penyampaian pesan satu arah akan memberi hasil
15
terbaik. Sedangkan untuk target yang belum pernah terpapar memiliki
pendidikan yang lebih tinggi akan didapat hasil terbaik bila pesan
disampaikan dua arah.
b. Emotional Execution
Beberapa hasil penelitian menujukkan bahwa pesan yang negatif berfungsi
lebih baik ketika produk penyajian solusi sebenarnya (real solution) tentang suatu
masalah, sedangkan pesan yang sifatnya positif akan lebih cocok untuk produk
yang menawarkan cara atau sarana yang dapat memuaskan tujuan personal. Daya
tarik/seruan negatif yang paling sering digunakan adalah rasa takut (fear
message), sedangkan fear message) akan berfungsi paling baik pada target yang
merasa dirinya bukan target untuk daya tarik/seruan positif adalah gambaran
situasi kehidupan normal. Langsung dari produk. Dan sebelum ditentukan jenis
pesan yang akan digunakan (fear atau positif) perlu dilakukan evaluasi/analisis
untuk sikap situasi/keadaan.
Pesan akan menjadi lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan melihat
ataupun hal yang menonjol dari suatu ide atau isu ketika dilengkapi dan
memproyeksikan suatu perasaan hati/jiwa atau suasana (mood or atmosphere)
yang mendukung, seperti humor atau musik latar.
c. Non verbal Element
Pesan terkadang sangat mengandalkan elemen non verbal. Isyarat atau kesan
non verbal seringkali lebih berpengaruh dari pada isyarat verbal dalam
menimbulkan daya tarik pesan. Target yang terpapar pada media penyampaian
16
pesan sebagai indikator yang penting dari isi yang sebenarnya ingin disampaikan
oleh pesan. Isyarat atau kesan non verbal juga sering kali merupakan pemicu
perasaan (feeling) dan emosi yang potensial.
2.2.2 Proses Komunikasi Massa
Informing dan persuading dalam komunikasi massa terdapat dalam
hierarchy of effect yang dimulai dengan efek belajar (Kotler, 2009). Informing
bertujuan untuk membuat aware pada komunikasi dan ingat pada isinya.
Persuading bertujuan membuat target membentuk perilaku yang diinginkan
melalui produk dan bersamaan dengan itu timbul keinginan untuk mencobanya.
Proses komunikasi massa dalam hierarchy of effect mempunyai target
yang aware dan ada yang non aware. Contoh pada langkah awarness of
comunication, target yang aware diberi simbol p (A) dan yang non aware p (~A).
Target yang aware akan melalui proses selanjutnya, sedangkan hal yang sama
terjadi pada non aware sampai akhirnya kumpulan dari para non aware akan
keluar dari proses. Transisi dari setiap langkah dalam proses tersebut ke langkah
selanjutnya tergantung pada tingkat dan kualitas faktor yang bertanggung jawab
sampai terjadinya aware.
17
Gambar 2.1
Hierarchy-of-Effect Model of the Mass Comunication Prosses
Mass Factors Responsible
Communication Task for adoption
P (A) p(~A)
Communication’s
Reach/frequence
Informing p(R) p(~R)
Communication’s
Copy ecxecute
p(l) p(~l)
Persuading Communicatin’s
Copy message
p(Al) p(~Al)
Adoption promotion
with support of the
communication media
p(TA) p(~TA)
Social marketing mix
p(RA) p(~RA) Quality of
Exit Social product
Sumber : Kotler, Phillip dalam Social Marketing;
Strategid fot Changing Public Behavior tahun 2009
Exposure to Mass
Comunication
Awareness of
Comunication
Recall of
Comunication
Favorable attitude image
of Communicated
product
Adoption intention for
Communicated product
Trial Adoption
Repeat Adoption
18
Menurut Kotler (2004), dalam program komunikasi massa perlu
ditetapkan tujuan yaitu pertama apakah ingin menyampaikan informasi
(informing) atau apakah ingin sampai mempersuasi (persuading). Bila tujuannya
informing maka hirarki tertinggi dampak komunikasi adalah kemampuan
mengulangi isi pesan (recall of vommunication). Namun bila tujuannya
mempersuasi maka dampak tertingginya adalah mengadopsi ulang (repeat adoption).
2.3 Komunikasi Efektif
Suatu pesan menjadi efektif apabila proses pengiriman pesan dari si
pengirim berhubungan dengan penerimaan pesan si penerima. Pada dasarnya
pesan adalah tanda yang harus dikenal penerima. Semakin banyak bidang
pengalaman pengirim yang sesuai dengan penerima, pesan itu akan semakin
efektif dengan strata lainnya (yaitu target pesan). Komunikasi yang efektif
bertujuan untuk mendapatkan respon yang diharapkan. Respon yang diharapkan
dalam komunikasi sesuai dengan tujuan dari komunikasi itu dilakukan, yang
berupa respon kognitif, afektif dan atau perilaku dari sasaran audiens. Ada
beberapa model yang berbeda untuk tahap-tahap respon sasaran. Berikut adalah
empat model hirarki respon yang terkenal yaitu model „hirarki-efek‟, „inovasi-
adopsi‟ dan „komunikasi :
19
Gambar 2.2
Model Hirarki Respon
Cepat lambatnya proses adopsi suatu inovasi sangat dipengaruhi oleh
karakteristik individu, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan,
status sosial ekonomi, pola hubungan (lokalik/kosmopolit), keinovatifan,
keberanian menunggu resiko, sikap terhadap sesuatu, motivasi berkarya, aspirasi
fatalisme, dogmatif dan sebagainya (Rogers, 2009).
Dalam mengukur keefektifan sebuah pesan dalam media komunikasi
massa adalah dengan melihat apakah pesan dalam media komunikasi tersebur
mendapat reaksi dari target sasaran. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana pesan
Tahap
Kognitif
Tahap
Afektif
Tahap
Perilaku
Perhatian
Minat
Keinginan
Tindakan
Model
HIRARKI –
EFEK
Kesadaran
Pengetahuan
Kesukaan
Prefensi
Keyakinan
Pembelian
Model
INOVASI –
ADOPSI
Kesadaran
Minat
Evaluasi
Percobaan
Adopsi
Model
KOMUNIKASI
Keterbukaan
Penerimaan
Respon kognitif
Sikap
Maksud
Perilaku
20
dapat menyebar dan dapat diterima oleh target sasaran. Untuk itu sudah
seharusnya media komunikasi diukur keefektifannya, untuk dapat melihat
efektifitasan sebuah komunikasi biasanya didisain dan diukur dengan satu atau
lebih komponen dibawah ini (Bertrant, 2008).
1. Daya Tarik (Attraction), yaitu apakah pesan cukup menarik dan dapat
menarik perhatian dari target sasaran, serta bagian mana dari media
komunikasi massa yang paling menarik menurut sasaran.
2. Pemahaman (Comprehension), yaitu kemampuan pesan/ ide dari media
komunikasi massa tersebut untuk dapat dipahami secara jelas atau dapat
dimengerti oleh sasaran.
3. Penerimaan (Acceptabillity), yaitu kemampuan pesan iklan untuk diterima,
tidak menyinggung atau sesuai dengan norma masyarakat sekitar atau
dipersepsikan sebagai sesuatu yang benar.
4. Keterlibatan Individu (Self Involvment), yaitu kemampuan pesan/ide untuk
dapat diterima sebagai sesuatu yang ditujukan pada subjek dan memang
relevan untuk mereka atau untuk orang lain.
5. Daya Persuasi (Persuation), yaitu kemampuan pesan/iklan untuk dapat
menggugah perilaku tertentu.
Empat komponen pengukuran efektifitas yaitu daya tarik, pemahaman,
penerimaan dan keterlibatan individu relatif mudah untuk diukur, sedangkan daya
persuasif sulit diukur secara pasti, akan tetapi tetap dapat dilakukan. Daya
persuasi sebuah komunikasi dapat juga diukur dengan tidak langsung. Hali ini
21
disebabkan sikap tertentu tidak selalu dapat diterjemahkan dalam perilaku yang
dilakukan. Perilaku yang terjadi tidak karena satu alasan tertentu, karena ada
faktor predispotition – to act (Bertrant, 2008).
Namun komponen daya tarik, pemahaman, penerimaan dan keterlibatan
individu terhadap pesan dalam komunikasi massa merupakan komponen potensial
untuk mengukur keefektivitasan. Pada dasarnya suatu proses komunikasi
diselenggarakan dengan tujuan untuk mengubah perilaku sasaran. Oleh karena itu,
suatu proses komunikasi dikatakan efektif apabila mampu memunculkan
perubahan pada penerima, sesuai dengan yang diharapkan oleh sumber, misalnya
perubahan pada pengetahuan komunikan, perubahan sikap serta perubahan
tingkah laku komunikan (UNESCO, 2006).
Perubahan perilaku adalah parameter dari dampak suatu kegiatan
komunikasi. Perubahan tersebut dapat bermakna menolak atau menerima.
Disamping pada akhirnya yang dapat teramati adalah perilakunya, ada faktor-
faktor lain yang mendahului yang juga dapat dipakai sebagai parameter dampak
komunikasi, yaitu mengerti serta dapat atau mampu mengulang yang
dikomunikasikan. Hal ini ditunjukan oleh Kotler (2009) dalam usahanya
menjelaskan model hierarki dampak komunikasi yang sudah diuraikan diatas.
22
Rogers menyatakan bahwa adopsi perilaku biasanya melalui tahapan-
tahapan dalam “proses/ perilaku”, yang disebut KPDIC (Knowledge, Persuation,
Decision. Implementation, Confirmation), yaitu:
a. Knowledge (Pengetahuan), tahap dimana masyarakat mulai mengetahui
adanya ide baru, dan tahu atau memahami kegunaannya,
b. Persuation (Keyakinan), tahap dimana masyarakat menunjukan sikap cocok
atau tidak cocok dengan ide baru,
c. Decision (Keputusan), pada tahap ini masyarakat memutuskan untuk
mengadopsi/ menolak apa yang menjadi objek ide baru tersebut,
d. Implementation (Pelaksanaan), tahap dimana masyarakat melaksanakan apa
yang menjadi objek ide baru tersebut.
e. Confirmation (Penegasan), tahap dimana masyarakat mencari dukungan
sehubungan yang telah diambil, tetapi mungkin akan mengubah keputusan
yang telah diambil menjadi menolak melaksankan ide baru tersebut.
Effendy (2006) menyatakan bahwa media massa memiliki efek
perubahan kognitif yang cukup kuat, meskipun efek perubahan terhadap sikap
relatif rendah. Namun apabila fasilitasnya memungkinkan, penggunaan saluran
bergandan untuk merubah perilaku sasaran terbukti efektif. Studi di Meerut, India
(Rina, 2006) dan studi di Esfahan di Iran (Loghmanie, 2010) menyimpulkan
bahwa penggunaan saluran berganda dalam program-program keluarga berencana
memberikan dampak yang lebih besar pada khalayak daripada menggunakan satu
jenis saluran saja. Penggunaan saluran berganda juga dilakukan pada iklan pasta
23
gigi yang terlihat dari penayangan iklan di berbagai stasiun televisi, radio,
majalah, sosial media, poster papan reklame dan lain-lain. Back (2005)
menunjukkan bahwa penggunaan saluran bergandan secara intensif selama enam
minggu di jamaica menunjukan adanya peningkatan adopsi perilaku dari 3-13%
diperkotaan dan 2-6% di pedesaan.
2.4 Iklan Pasta Gigi di Media Massa
2.4.1 Iklan
Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan
suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Masyarakat
periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang
suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagai atau
seluruh masyarakat.
Menurut Kotler (2009) : “periklanan (advertising) adalah semua bentuk
terbayar atas presentasi non pribadi dan promosi ide, barang atau jasa oleh
sponsor yang jelas. Iklan bisa menjadi cara yang efektif dari segi biaya untuk
mendistribusikan pesan, baik dengan tujuan membangun preferensi merek atau
mendidik orang.”
Baik iklan komersil ataupun iklan layanan masyarakat (ILM) merupakan
produk komunikasi, secara umum didefinisikan:
24
“nonpersonal communication of information about products or ideas by an
identified sponsor through the mass media in efort to persuade or influence”
(bovee, 2005)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan iklan baik komersil
ataupun non-komersil adalah persuasi atau untuk mempengaruhi seseorang.
Namun pada ILM tidak berorientasi pada keuntungan, melainkan membangun
kesadaran yang selama ini terabaikan.
Iklan sangat efektif digunakan untuk membangun citra jangka panjang
produk atau jasa yang ditawarkan. lklan menyampaikan pesannya secara simbolik.
Menggunakan bahasa visualisasi atau dengan teks. Hal ini dimaksudkan untuk
menjadikan produk atau jasa yang ditawarkan menjadi lebih menarik. Konstruksi
atas simbolisasi inilah yang kemudian membentuk citra (image) dalam realitas
sosial masyarakat. Kecenderungan ini menjadi tradisi atau tahapan mitologi dalam
aktivitas pemasaran. Meskipun demikian, semuanya tidak dapat dilepaskan dari
aspek kreatif iklan dan tujuan dari periklanan itu sendiri. (Sulaksana, 2008)
Beberapa ahli memaknai iklan dalam beberapa pengertian. Ada yang
mengartikan dalam sudut pandang komunikasi, murni periklanan, pemasaran dan
ada pula yang memaknai dalam perspektif psikologi. Kesemua definisi tersebut
membawa konsekuensi arah berbeda-beda. Bila dalam perspektif komunikasi
cenderung menekankan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan. Dalam perspektif iklan cenderung menekankan pada
25
penyampaian pesan yang kreatif dan persuasif yang disampaikan melalui media
khusus.
Periklanan dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan suatu
perusahaan untuk mengarahkan komunikasi yang persuasif kepada konsumen.
Iklan ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan,
sikap dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek.
Moriaty (2003) menyatakan sebagai berikut :“effective ads work on two
levels. First, they should satisfy consumer’s objectives by engaging them and
delivering a relevant message. Further, ads may reinforce her product decisions
and remind her of how her needs have been satisfied”. Atau dalam terjemahan
bebasnya dikatakan bahwa iklan yang efektif bekerja di dua level. Pertama,
mereka harus memuaskan pemikiran konsumen dengan mengikat mereka dan
mengirimkan pesan yang relevan. Selanjutnya, iklan harus dapat mempengaruhi
pemilihan produk konsumen dan mengingatkan mereka mengenai kebutuhan
mereka untuk dapat merasa puas. Iklan dapat diklasifikasikan menurut tujuannya,
yaitu untuk menginformasikan, meyakinkan, mengingatkan atau memperkuat.
a. Iklan Informative
Bertujuan untuk menciptakan kesadaran merek dan pengetahuan tentang
produk atau fitur baru produk yang ada.
b. Iklan Persuasive
Bertujuan untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan dan
kekonsumenan produk atau jasa.
26
c. Iklan Pengingat
Bertujuan untuk menstimulasikan konsumen berulang produk dan jasa.
d. Iklan Penguat
Bertujuan meyakinkan konsumen saat ini bahwa mereka melakukan pilihan
tepat.
2.4.2 Iklan Pasta Gigi
Iklan pasta gigi adalah sebuah spot iklan yang ditayangkan disemua jenis
media massa di Indonesia. Model iklan ada yang berupa dalam tayangan iklannya
selain mengiklankan produk dan merk produk juga mengingatkan akan
pentingnya menggosok gigi, estetika serta efek sosial yang ditimbulkan jika tidak
menggosok gigi. Iklan ini mempunyai daya tarik tersendiri yang bervariasi dan
difokuskan selain perilaku beli konsumen terhadap produk juga untuk
mempengaruhi persepsi sikap dan perilaku menggosok gigi dari target sasaran
sehingga dengan kebiasaan menggosok gigi juga akan terjadi perilaku pemakaian
produk iklan pasta gigi. (Zubaedah, 2005).
Pesan-pesan yang disampaikan sebuah iklan bersifat satu arah dalam
pengertian secara umum. Akan tetapi dalam keadaan yang sebenarnya dalam
keseharian masyarakat diharapkan pesan-pesan yang disampaikan mampu melekat
dibenak masyarakat untuk kemudian direalisasikan dalam bentuk perubahan sikap
bahkan perilaku sehari-hari. Iklan-iklan pasta gigi berusaha mengajak, membujuk
dan mendorong keinginan masyarakat untuk melakukan kebiasaan baik dalam hal
27
kesehatan gigi. Iklan-iklan tersebut pengupayakan dengan menggunakan bahasa
dan tampilan yang menarik untuk mendapatkan perhatian, daya tarik emosi dan
simpati dari konsumen.
Seringnya iklan tampil pada media massa membuat iklan berfungsi
sebagai pengingat. Iklan mengingatkan bahwa produknya selalu berusaha
memberikan yang terbaik bagi konsumen dilihat dari pesan yang disampaikan
pada setiap bagian iklan. Iklan juga senantiasa berusaha memberikan nilai tambah
dengan menyampaikan kepada masyarakat dan konsumen bahwa produknya
selalu menampilkan kualitas terbaiknya.
2.5 Media Massa
Media massa merupakan saluran komunikasi massa yang digunakan
unutk menyebarkan informasi kepada khalayak. Media massa merupakan
kumpulan dari beberapa orang yang melembaga dari mulai pengumpulan sampai
penyampaian pesan kepada khalayak. Media yang digunakan bersifat massal,
dapat menyebarkan pesan kepada khalayak secara serempak tidak terhambat oleh
waktu dan tempat (Rakhmat, 2008).
Menurut Mc Luhan (2011) media massa adalah perpanjangan alat indera
kita, melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau
tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Mc Luhan juga
mengungkapkan the medium is the message, media adalah pesan itu sendiri. Oleh
karena itu bentuk media saja sudah mempengaruhi khalayak. Hal ini artinya
28
bahwa yang mempengaruhi khalayak bukan apa yang disampaikan oleh media
tetapi jenis media komunikasi yang digunakan oleh khalayak tersebut baik tatap
muka maupun melalui media cetak atau elektronik.
2.6 Remaja Dan Perkembangannya
Remaja adalah suatu masa transisi antara anak-anak dan dewasa (Eaton,
2006). Masa remaja adalah suatu masa dimana ditemukan perubahan biologi,
intelektual dan psikososial. Remaja dibagi menjadi tiga fase menurut umurnya,
yaitu :
Early adolesence, dimulai dari umur 11-14 tahun
Middle adolesence, dimulai dari umur 15-17 tahun
Late adolesence, dimulai dari umur 18-20 tahun
BKKBN (2009) mendefinisikan batasan usia remaja. Batasan usia remaja
adalah 10 sampai 21 tahun. Batasan umur menurut Departemen Kesehatan remaja
dilihat dari segi program pelayanan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan
belum menikah (BKKBN, 2009).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja (Eaton, 2006) adalah :
a. Perubahan Biologis
Meliputi perubahan hormon reproduksi yang merangsang pematangan seksual.
Pematangan ini ditandai dengan ciri primer maupun sekunder. Ciri primer
adalah ciri dari organ seksual remaja. Pria ditandai dengan telah bisa
29
menghasilkan sperma dan wanita sudah bisa menghasilkan ovum dibuktikan
dengan menstruasi atau menarche. Sedangkan ciri sekunder adalah perubahan
yang menyertai perubahan primer yang terlihat dari luar. Perempuan seperti
tumbuhnya payudara, tumbuhnya rambut halus disekitar ketiak dan vagina,
panggul melebar. Sedangkan pada pria seperti pundak dan dada membesar,
tumbuh jakun, tumbuh rambut disekitar ketiak dan kemaluan, pensi dan buah
zakar membesar serta suara menjadi besar.
b. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget dalam (Eaton, 2006) kemampuan kognitif remaja bersifat
formal operasional yang meliputi kemampuan berfikir secara abstrak.
c. Perkembangan Psikososial
Pada tahap remaja, individu akan mulai menjauh dari lingkungan dan
keluarganya dan mulai mencari teman sebayanya dimana ia bisa diterima di
kelompoknya. Perkembangan sosial ini dipengaruhi oleh :
1) Perkembangan Seksual
Meliputi perubahan bentuk fisik dan motivasi seksual yang diperlihatkan
dengan perubahan tingkah laku seksual. Remaja mulai mengenal lawan
jenis.
2) Perkembangan Otonomi
Tugas dasar otonomi pada remaja terdiri dari komponen emosi, kognitif dan
sikap. Otonomi emosional adalah aspek kemandirian yang berhubungan
30
dengan perubahan hubungan individu. Otonomi sikap merupakan
kemampuan untuk membuat keputusan yang mandiri.
2.7 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) Soekanto, 2006)
Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang, sedangkan perilaku akan bersifat langgeng
apabila didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Secara terinci perilaku manusia
merupakan refleksi dari gejala kejiwaan yang salah satunya adalah pengetahuan.
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi enam yaitu (Notoatmodjo, 2005) :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan seseorang dapat mengingat kembali sesuatu dari yang telah
dipelajari. Untuk dapat mengukur bahwa seseorang di katakan tahu apa yang
di pelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya
31
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan suatu kemampuan untuk rnenjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang paham terhadap obyek atau materi harus bisa menjelaskan
dan menyebutkan.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya di dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam strukur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian
didalam suatu bentuk keselur uhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru drai formulasi-formulasi yang ada
32
6. Evaluasi(evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
sikap dan tindakan seseorang. Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu, salah satunya melalui indra
penglihatan. Pengetahuan kesehatan gigi juga sangat berhubungan dengan
persepsi terhadap sikap kesehatan gigi. Persepsi siswa tentang kesehatan gigi
sebagai sesuatu yang penting merupakan salah satu cara meningkatkan
kesehatan. Seseorang yang mengetahui tentang kesehatan gigi yang baik
memungkinkan untuk mampu berpresepsi yang lebih baik tentang kesehatan
giginya. (Amalia, 2009). Pengetahuan siswa yang masih rendah terhadap
kesehatan gigi sangat mempengaruhi angka karies di Indonesia (Iskandar, 2006)
2.8 Respon
Respon adalah reaksi terhadap stimuli (Simamora, 2007). Batasan respon
disini kurang lebih sama dengan sikap. Iklan pasta gigi dalam hal ini adalah
stimulus/ objek yang datang pada seseorang dan kemudian stimulus tersebut
mendapatkan respon dari yang melihatnya. Suatu respon siswa yang berupa
perasaan positif (favorable) dan perasaan negatif (unfavorable) terhadap iklan
33
pasta gigi yang meliputi aspek daya tarik pesan pesan, tingkat penerimaan siswa
terhadap isi pesan, pemahaman terhadap pesan dan daya persuasi pesan.
Respon individu terhadap stimulus sangat dipengaruhi oleh karakteristik
personal sesuai dengan teori difusi-inovasi yang menyatakan bahwa karakteristik
personal mempengaruhi tingkat kecepatannya dalam merespon dan menerima ide-
ide yang disampaikan (Rogers dan Shoemaker, 2003)
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,
batasan sikap lain tentang sikap adalah:
”an enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings
and pro or conaction tendencies will respect to social objects” (Krech, 2009)
“an individual’s social attitude is an syndrome of response consistency with
regrats to social object” (Cambell, 2007)
Dari definisi sikap tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap
atau respon tidak dapat dilihat langsung, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Sikap atau respon secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dan dalam penggunaan
praktis, sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang
bersifat emosional.
Salah satu aspek yang paling penting untuk memahami sikap dan
perilaku manusia adalah pengungkapan atau pengukuran sikap itu sendiri. Sikap
merupakan respon evaluatif yang berupa respon positif maupun respon negatif.
34
Hal itu berarti adanya prefensi atau rasa suka tidak suka terhadap sesuatu sebagai
objek sikap.
Dalam pengukuran sikap, pernyataan-pernyataan sikap secara tertulis
yang merupakan jawaban subjek terhadap stimulus yang ada pada suatu skala
sikap, yang merupakan pernyataan tidak setuju atau setuju terhadap pernyataan
tersebut, merupakan indikator utama sikap subjek. Repon yang tampak yang dapat
kita amati dari jawaban subjek itu merupakan bukti langsung satu-satunya yang
dapat kita peroleh. Dari pernyataan sikap atau attitude expressions itulah kita akan
menyimpulkan adanya sikap tertentu yang dimiliki oleh subjek.
2.9 Penelitian Relevan
Masih terbatasnya penelitian tentang respon terhadap iklan pasta gigi di
media massa sehingga peneliti mencari penelitian yang sejenis, diantaranya :
Penelitian yang dilakukan Faizah (2012) menyatakan bahwa ada
perbedaan respon terhadap iklan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan,
dengan persentase perempuan lebih besar 1,4 kali lebih besar dibanding laki-laki.
Dalam penelitian Quezonita (2008) tentang “Pengaruh Tayangan Iklan
Sabun Lifebuy”. Disebutkan bahwa suatu tayangan iklan dapat menimbulkan
tanggapan pada diri penonton. Dalam penelitian ini unit pengamatan yang dilihat
adalah tanggapan afektif yang ditimbulkan oleh suatu iklan.
Penelitian yang dilakukan oleh Margono (2008) mengenai Respon
Konsumen Terhadap Unsur-Unsur Iklan Obat Batuk Woods menunjukkan bahwa
35
iklan yang ditayangkan dipahami oleh sebagain besar responden. Pemahaman
responden yang diteliti terhadap iklan dipengaruhi oleh cara penyampaian pesan
yang menarik, visualisasi yang bagus, penggunaan model yang tepat sehingga
sasaran mempercayai anjuran iklan.
Irawati (2008) melakukan penelitian terhadap murid-murid SMP di
Kramat Jati Jakarta dan diketahuinya bahwa adanya paparan iklan media massa
dapat mempengaruhi sikap remaja. Dan Budiharto (2005) menyatakan bahwa
salah satu penunjang sikap adalah pengetahuan.
36
2.8 Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah di paparkan kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan dalam sekema
berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Sumber: Teori Komunikasi M. Roger dan W. Floyd Shoemaker 2009
Source
(stimulus)
Message
(Informasi)
Channel
(Media massa)
Receiver
(Responden)
Effect
(Efek)
- Source
Stimulus internal (jenis kelamin dan
pengetahuan) Stimulus eksternal (paparan
iklan)
- Message
Isi pesan
- Channel
frekuensi keterpaparan iklan di media massa
Respon Terhadap Iklan
Pasta Gigi
38
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
FF
Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat (dependent variable) dan
variabel bebas (independet variable). Variabel terikat adalah respon terhadap
objek yaitu iklan pasta gigi di media massa yang dilihat dari variabel komposit
yang terdiri dari variabel daya tarik, tingkat pemahaman, tingkat penerimaan
terhadap pesan, keterlibatan individu terhadap pesan dan daya persuasi.
Sedangkan variabel bebas terdiri dari faktor karakteristik personal dan faktor
keterpaparan iklan.
Faktor Keterpapan
- Frekuensi Keterpaparan Iklan
dalam dua pekan terakhir
Faktor Karakteristik
- Jenis kelamin
- Pengetahuan kesehatan gigi
Respon Terhadap Iklan
Pasta Gigi
39
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Nama Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Dependen :
Respon siswa terhadap
iklan pasta gigi di media
massa
Adalah bentuk pernyataan positif atau negatif terhadap pesan iklan
yang dilihat dari variabel daya tarik, tingkat penerimaan terhadap
pesan, tingkat pemahaman terhadap pesan, daya persuasi pesan dalam
iklan pasta gigi di media massa.
- Daya Tarik adalah respon atau tanggapan dari responden terhadap
iklan pasta gigi, apakah iklan tersebut sebagai suatu yang menarik
atau tidak.
- Pemahaman terhadap pesan adalah kemampuan responden dalam
mempresepsikan pesan iklan secara benar
- Tingkat penerimaan terhadap pesan adalah kemampuan responden
terhadap pesan iklan tersebut apakah responden setuju/ dapat
menerima semua pesan dan adegan yang tergambar dalam iklan
tersebut.
- Keterlibatan Individu terhadap pesan iklan adalah persepsi responden
terhadap iklan, bahwa iklan tersebut ditujukan untuk mereka.
- Daya persuasi pesan adalah kemampuan pesan/ iklan untuk dapat
menggugah responden untuk melakukan/ memancing keinginan
untuk berperan sesuai dengan dalam iklan tersebut.
Kuesioner
pertanyaan nomor
19 sampai 32
1. Positif, apabila
jumlah skor
nilai variabel
komposit ≥ 11
2. Negatif, apabila
jumlah skor
nilai variabel
komposit <11
Ordinal
40
Independen :
Frekuensi Keterpaparan
Iklan Pasta Gigi di
media massa
Seberapa sering responden melihat iklan pasta gigi di media massa
dalam 2 pekan terakhir saat wawancara dilakukan
Kuesioner
pertanyaan nomor
16 sampai 18
1. Sering
2. Kadang-
kadang
3. Jarang
Ordinal
Jenis kelamin
Pembagian responden berdasarkan anatomi fisik
Kuesioner
pertanyaan nomor
4
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
Pengetahuan
Hal-hal yang diketahui repsonden mengenai waktu yang tepat untuk
menggosok gigi, durasi menggosok gigi, akibat tidak menggosok gigi
dan durasi menggosok gigi
Kuesioner
pertanyaan nomor
6 sampai 15
1. Tinggi, bila
skor nilai ≥ 7
2. Rendah, bila
skor nilai <7
Ordinal
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian cross sectional, dimana pengumpulan data dan
pengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan pada
waktu yang bersamaan. Pemilihan desain ini didasarkan pada tujuan
penelitian, yaitu untuk mengetahui Gambaran keterpaparan iklan pasta gigi
di media massa terhadap respon siswa SMP Global Islamic School di
Jakarta tahun 2014.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 di SMP Global
Islamic School Jakarta yang terletak di Jl.Condet Raya No.5 Jakarta Timur.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi merupkan keseluruhan dari unit di dalam pengamatan
yang akan kita lakukan (Hastono, 2006). Populasi dalam penelitian ini
yaitu siswa kelas 7 dan 8 SMP Global Islamic School Jakarta yang
berjumlah 173 orang. Pemilihan pelajar SMP karena pelajar SMP
merupakan salah satu segmen pasar dari iklan-iklan pasta gigi di media-
media massa.
42
Tabel 4.1
Jumlah Populasi
Populasi
Jumlah Siswa
Kelas 7 79 Siswa
Kelas 8 94 Siswa
Jumlah 173 Siswa
Sumber: database SMP Global Islamic School
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah
siswakelas 7 dan 8 SMP Global Islamic School atas dasar izin dari pihak
sekolah. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus besar
sampel estimasi proporsi pada satu populasi. Rumus yang digunakan
sebagai berikut :
Keterangan :
n = jumlah sampel yang diperlukan
= nilai baku pada distribusi normal, dengan derajat
kepercayaan 99% menjadi 2,58
P = proporsi yang terpaparan media massa 50%(Ariani,2010)
d = tingkat presisi 10%
43
Berdasarkan perhitungan sampel dengan beberapa nilai P dari
penelitian terdahulu, maka jumlah sampel yang akan diambil dalam
penelitian ini adalah jumlah sampel penelitian ini adalah 65 responden.
Dari jumlah tersebut ditambah 10% dari total responden. Hal ini untuk
mengantisipasi adanya bias seleksi dan hasil. Maka jumlah keseluruhan
sampel adalah 72 responden.
Setelah diketahuinya jumlah responden dalam penelitian maka
peneliti menentukan teknik pengambilan responden dilakukan dengan
simple propotional random sampling, dimana sampel diperole secara acak
pada tiap-tiap kelas.
44
Tabel 4.2 jumlah sampel siswi kelas 7 dan kelas 8
SMP Global Islamic School.
Kelas Jumlah siswa Perhitungan sampel perkelas Sampel per kelas
7A 20 orang (20/173) x72 8
7B 20 orang (20/173) x72 8
7C 20 orang (20/173) x72 8
7D 19 orang (19/173) x72 7
8A 25 orang (25/173) x72 11
8B 24 orang (24/173) x72 10
8C 23 orang (23/173) x72 10
8D 23 orang (23/173) x72 10
Jumlah 173 orang 72
45
4.4 Instrumen Pengambilan Data
Instrumen penelitian ini adalah lembar kuesioner yang berisi yang
26 pertanyaan untuk menjawab semua variabel penelitian. Pertanyaan
pada kuesioner tersebut adalah pengetahuan kesehatan gigi, keterpaparan
iklan dan respon terhadap iklan.
4.4.1 Variabel Respon Siswa Tentang Kesehatan Gigi
Variabel respon diperoleh dari 13 pertanyaan yang merupakan
variabel komposit yang terdiri dari pertanyaan komponen daya tarik iklan,
tingkat pemahaman pesan, tingkat penerimaan terhadap pesan, keterlibatan
individu terhadap pesan dan daya persuasi pesan. Pertanyaan yang dinilai
benar diberi nilai satu, dan yang tidak dijawab atau dijawab salah diberi
nilai nol. Dengan demikian skor seluruhnya adalah 13.
Kemudian responden dikelompokkan lagi, yaitu bagi responden
yang mendapat skor ≥11 nilai rata-rata dikategorikan mempunyai respon
positif, sedangkan pada responden yang mendapat skor <11 dari nilai rata-
rata dikelompokkan memiliki respon negatif.
4.4.2 Variabel Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Gigi
Variabel pengetahuan responden tentang kesehatan gigi diperoleh
dari 10 pertanyaan. Pemberian nilai pada tiap jawaban yang benar diberi
skor 1. Jawaban yang salah diberi skor 0, sehingga skor maksimal yang
didapat adalah 10. Kemudian responden dikelompokkan lagi, yaitu bagi
responden yang mendapat skor ≥7 nilai rata-rata dikategorikan mempunyai
tingkat pengetahuan kesehatan gigi tinggi, sedangkan pada responden yang
46
mendapat skor <7 dari nilai rata-rata dikelompokkan memiliki
pengetahuan rendah.
4.5 Uji Validitas dan Realibitas
Sebelum kuesioner dibagikan ke responden, peneliti akan
memberikan kuesioner responden pada sasaran yang berbeda namun
memiliki kesamaan karakteristik, yaitu pernah terpapar media massa.
Berdasarkan perhitungan statistik pertanyaan pada variabel
pengetahuan menghasilkan Cronbach’s Alpha 0,626, variabel keterpaparan
iklan menghasilkan Cronbach’s Alpha 0,811, dan variabel respon
menghasilkan Cronbach’s Alpha 0,821. Ketiga variabel tersebut
menunjukkan hasil Cronbach’s Alpha > 0,60. Hal tersebut menandakan
bahwa konstruk pertanyaan adalah reliabel.
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa semua pertanyaan
dalam variabel pengetahuan, keterpaparan dan respon yang berjumlah 26
buah pertanyaan memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,2.
Hal ini menandakan bahwa 26 pertanyaan dinyatakan valid.
47
4.6 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder :
4.6.1 Data Primer
Data yang diambil langsung dari sumbernya dan dikumpulkan
melalui kuesioner yang disebarkan oleh peneliti dan diisi langsung oleh
responden atau dibantu oleh peneliti jika diperlukan bantuan dalam
pengisian kuesioner.
Pada penelitian ini pengukuran variabel dilakukan dengan
menggunakan instrument kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan
yang berkaitan dengan variabel independen dan dependen. Instrumen
penelitian ini adalah kuesioner yang diisi sendiri oleh respondenatau
dibantu oleh peneliti jika diperlukan bantuan dalam pengisian kuesioner.
Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu data pengetahuan, keterpaparan,
dan respon.
4.6.2 Data Sekunder
Untuk memperoleh dan menunjang data sekunder, maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
seperti pengumpulan data kepustakaan yang digunakan untuk
mempermudah mendapatkan data, teori-teori, metode penelitian, dengan
membaca buku. Selain itu data sekunder peneliti didapatkan dari database
sekolah.
48
4.7 Manajemen Data
Pengolahan atau manajemen data terdiri dari serangkaian tahapan
yang harus dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan
analisi atau interpretasi (Amran, 2012). Pengolahan data dapat
dikelompokan menjadi :
1. Data Coding
Data coding yaitu merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan
memberi kode untuk masing – masing kelas sesuai dengan tujuan
dikumpulkannya data.
2. Data Editing
Data editing adalah penyuntingan data dilakukan sebelum proses
pemasukan data. Penyuntingan data sebaiknya dilakukan di lapangan
agar data yang salah atau meragukan masih dapat ditelusuri kembali
kepada responden atau informasi yang bersangkutan.
3. Data Structure
Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan
dilakukan dan jenis perangkat lunak yang dipergunakan. Pada saat
melakukan data structure, bagi masing – masing variabel perlu
ditetapkan ; nama, skala ukur variabel, jumlah digit.
4. Data Entry
Data entry merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau
fasilitas analisis data. Dalam penelitian ini entry data dilakukan dengan
program SPSS (Statistical Program for social Siences).
49
5. Data Cleaning
Data cleaning merupakan proses pembersihan data setelah data di entri.
Cara yang dilakukan yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari
variabel – variabel dan menilai kelogisannya.
Setelah data di cleaning di komputer maka data siap untuk di
analisis dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu dan
menggunakan program analisis data yaitu software analisis statistik.
4.8 Analisis Data
Analisa Univariat digunakan untuk mengetahui gambaran variabel
independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini, analisis univariat
dapat memberikan gambaran karakteristik responden (jenis kelamin,
pengetahuan), Respon siswa berdasarkan faktor (daya tarik iklan, tingkat
pemahaman terhadap iklan, tingkat penerimaan terhadap pesan iklan,
keterlibatan individu terhadap pesan iklan, daya persuasi pesan dan
frekuensi keterpaparan iklan pasta gigi di media massa. Yang akan
disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
50
BAB V
HASIL
5.1 Gambaran Umum SMP Global Islamic School Jakarta
Global Islamic School didirikan pertama kalinya pada tahun 2002.
Global Islamic School merupakan lembaga pendidikan islam yang memiliki
jenjang pendidikan dari TK sampai dengan SMA. Global Islamic School
terletak di jalan Condet Raya No. 5, Kramat Jati – Jakarta Timur. Dalam
Bidang pendidikan, Global Islamic School memiliki visi untuk
mengoptimalisasi potensi (fitrah) peserta didik sebagai anugerah Allah dalam
mewujudkan Rahmatan lil’alamin. Dan memiliki misi untuk membentuk
cendikiawan muslim yang berakhlak mulia dan mampu bersaing secara sehat
dalam kehidupan global.
Pada SMP Global Islamic School mereka menerapkan kurikulum
yang luas dan terpadu yang multidisciplinary dan interdisciplinary. SMP
Global Islamic School dirancang untuk membekali siswanya untuk
menguasai ilmu pengetahuan yang berkualitas, proses pembelajaran yang
kreatif dan efektif. Proses dan efektifitas pembelajaran didukung oleh tenaga
pengajar yang profesional serta dukungan Information and Communication
Technology (ICT) yang baik. Sekolah ini memiliki paradigma pendidikan
modern yaitu “keseimbangan antara spiritual Islam dan IPTEK”.
51
5.2 Analisi Univariat Variabel Dependen
5.2.1 Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamci School Terhadap
Paparan Iklan Pasta Gigi di Media Massa Tahun 2014
Respon siswa terhadap iklan pasta gigi baik, hal ini dapat dilihat
dari besarnya proporsi siswa yang merespon positif terhadap iklan adalah
40 responden (62%), sedangkan yang merespon negatif 25 responden
(39%) Gambar 5.1
39%
62%
Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic
School Terhadap Paparan Iklan Pasta Gigi di
Media Massa Tahun 2014
Negatif
Positif
Respon tersebut merupakan jumlah keseluruhan variabel komposit
dari 13 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang meliputi
pertanyaan daya tarik, tingkat pemahaman, tingkat penerimaan siswa,
keterlibatan dan daya persuasi pesan yang secara terinci diuraikan dalam
Tabel dibawah ini:
52
Tabel 5.1 Gambaran respon siswa SMP Global Islamic School Jakarta
berdasarkan respon terhadap daya tarik, tingkat pemahaman terhadap iklan,
tingkat penerimaan, keterlibatan dan daya persuasi Tahun 2014:
Respon
Total Positif Negatif
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Daya Tarik
Iklan
43 66,2% 22 33,8% 65 100%
Pemahaman
Iklan
47 72,7% 18 27,3% 65 100%
Penerimaan
pesan iklan
44 67,7% 21 32,3% 65 100%
Keterlibatan
Individu
54 83% 11 16% 65 100%
Daya
Persuasi
40 61,5% 25 38,5% 65 100%
5.2.1.1 Gambaran Respon Siswa dilihat dari Daya Tarik Iklan
Respon dilihat dari daya tarik iklan menunjukkan bahwa responden
yang merespon positif daya tarik iklan pasta gigi di media massa sebanyak
66,2% (43 responden) dan yang merespon negatif daya tarik iklan pasta gigi
di media massa sebanyak 33,8% (22 responden).
Unsur daya tarik menurut mereka adalah iklan tersebut menarik dari isi
pesan iklan tersebut menjelaskan bagaimana pentingnya menggosok gigi
agar gigi tidak karies bahkan berlubang, mempromosikan tentang macam-
macam pasta gigi dan kegunaanya serta dari segi gambar dan visualnya. Hal
53
ini terlihat dari pernyataan salah satu responden tentang daya tarik iklan
tersebut seperti :
“menarik karena tampilannya enak dilihat dan sangat membantu
memberikan informasi kesehatan gigi dan tentang jenis-jenis produk pasta
gigi sesuai dengan keadaan gigi masing-masing”
Unsur daya tarik iklan yang lain menerut mereka adalah lagu atau
jinglenya. Menurut mereka, lagu yang menjadi soundtrackyang dibawakan
dalam iklan tersebut sangat mereka sukai oleh sebagian besar dari
masyarakat seperti pernyataan dibawah ini:
“lagunya itu yang ngehitz bangetjadigampang diingat deh”
5.2.1.2 Gambaran Respon Siswa dilihat dari Pemahaman Iklan
Respon dilihat dari pemahaman terhadap iklan menunjukkan
bahwa responden yang merespon positif pemahaman pesan iklan sebanyak
72,7% (47 responden) dan responden yang merespon negatif pemahaman
pesan iklan sebanyak 27,3% (18 responden).
Responden memahami iklan tersebut yaitu iklan-iklan tersebut
menceritakan fungsi yang baik dari pasta gigi, sebagian responden
menyatakan iklan tersebut mengajarkan cara menggosok gigi yang baik dan
benar serta mengajak untuk menjaga kesehatan gigi, menginformasikan
untuk menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur. seperti pada
pernyataan-pernyataan ini :
54
“kalau menurut saya pesan dari iklan tersebut adalah dengan
menggunakan pasta gigi itu, gigi menjadi bersih dan kita jadi pede
melakukan sesuatu”
“iklan itu menginformasikan cara menjaga kesehatan gigi secara islami
dan untuk menggunakan produk mereka”
“karena iklan itu menginformasikan tentang memilih pasta gigi yang
baik yang sesuai kegunaan dan kondisi gigi kita”
“iklan tersebut menjelaskan bahwa walaupun kita beraktifitas selama 12
jam, nafas kita tetap segar bila menggunakan pasta gigi tersebut”
Dari pernyataan responden tersebut menunjukkan respon dari
pemahaman yang cukup baik. Keterbatasan mereka dalam memahami iklan
tersebut yaitu ada beberapa responden yang menganggap iklan itu tidak
jelas dan tidak memberikan informasi apa-apa.
5.2.1.3 Gambaran Respon Siswa dilihat dari Tingkat Penerimaan Pesan
Iklan
Respon dilihat dari tingkat penerimaan pesan iklan, yaitu
responden yang merespon positif tingkat penerimaan pesan iklan pasta gigi
di media massa sebanyak 67,7% (44 responden) dan responden yang
merespon negatif tingkap penerimaan pesan iklan pasta gigi di media
massa sebanyak 32,3% (21 responden).
Sebagian besar responden menyatakan sikap setuju dengan pesan
yang disampaikan dan setuju bahwa pesan tersebut memberikan
55
informasi tentang kesehatan gigi, namun penerimaan mereka terhadap isi
pesan hanya sebatas pemahaman mereka terhadap pesan yang
disampaikan. Ini terlihat dari masih adanya ungkapan yang diberikan
responden atas sikapnya terhadap pesan iklan pasta gigi, yang terlihat
dari ungkapannya yaitu:
“tidak melakukan seperti yang dianjurkan, karena sangat ribet kalau
harus ngikutin sesuai diiklan”.
Penerimaan responden terhadap pesan hanya berdasarkan persepsi
terhadap pesan iklan sebatas apa yang mereka tangkap sehingga
penerimaan responden terhadap hal-hal lain yang lebih mendalam sesuai
dengan tujuan pesan tersebut dibuat, belum terlihat.
5.2.1.4 Gambaran Respon Siswa Dilihat dari Keterlibatan Individu
Terhadap Iklan
Respon dilihat dari keterlibatan individu, yaitu responden yang
merespon positif iklan tersebut ditujukan untuk siapa saja sebesar 83%
(54 responden). Sedangkan responden yang merespon negatif iklan
tersebut ditujukan bukan untuk siapa saja sebanyak 16% (11 responden).
Sebagian besar responden memahami dan merasakan bahwa iklan
dibuat ditujukan untuk semua orang yang melihat iklan tersebut termasuk
mereka. Ini terlihat dari jawaban seperti pernyataan “ untuk saya karena
yang menonton saya” Sebagian yang lain menyatakan bahwa iklan
tersebut tidak secara khusus ditujukan untuk dirinya, tetapi lebih umum
56
yaitu untuk semua terlihat dari pernyataan “ untuk semua orang karena
iklan tersebut cocok untuk semua umur”.
Responden yang menyatakan iklan tersebut tidak ditujukan untuk mereka
karena merasa mereka sudah paham tentang cara menjaga kesehatan gigi
dan tahu apa yang harus mereka lakukan untuk kesehatan giginya,
terlihat dari pernyataan ”iklan tersebut hanya untuk anak kecil yang
belum bisa menggosok gigi”
5.2.1.5 Gambaran Respon Siswa dilihat dari Daya Persuasi Pesan Iklan
Respon dilihat dari daya persuasi pesan iklan, yaitu responden
yang merespon positif daya persuasi pesan iklan sebanyak 61,5% (40
responden) dan responden yang merespon negatif daya persuasi pesan
iklan sebanyak 38,5% (25 responden).
Jika dilihat dari proporsi melakukan sepeeti di iklan dan yang ingin
melakukan seperti di iklan, menunjukkan bahwa daya persuasi iklan
cukup besar, akan tetapi jika dilihat besarnya proporsi responden yang
menjaga kesehatan gigi karena melihat iklan, memperlihatkan hasil yang
sedikit berbeda, dimana beberapa responden mengakui mereka menjaga
kesehatan gigi bukan karena melihat iklan seperti pada pernyataan ini :
“saya menjaga kesehatan gigi bukan karena iklan, karena kesehatan gigi
sudah dibiasakan sejak kecil”. Dan para responden mengakui pengaruh
pesan iklan sebagai faktor yang mampu lebih memotivasi atau
mengingatkan kembali untuk menjaga kesehatan gigi. Sebagain besar
57
responden menyatakan bahwa mereka sudah melakukan seperti yang
dianjurkan di iklan tersebut, artinya ia melakukan bukan karena iklan itu
semata-mata melainkan bahwa iklan tersebut sebenarnya hanya
memotivasi mereka, hal ini sesuai seperti yang diungkapkan yaitu:
“.... iya karena melihat iklan itu memotivasi saya dan menyaarkan untuk
lebih menjaga kesehatan gigi, saya takut gigi saya rusak seperti yang
dicontohkan di iklan tersebut...”
5.3 Analisis Univariat Variabel Independen
5.3.1 Gambaran Jenis Kelamin Siswa SMP Global Islamic School Jakarta
Tabel 5.2 Gambaran Jenis Kelamin Siswa SMP Global Islamic School
Jakarta Tahun 2014
No Jenis Kelamin N Persentasi
1 Laki-laki 35 53,8%
2 Perempuan 30 46,2%
TOTAL 65 100%
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa 53,8% (35 responden)
berjenis kelamin laki-laki dan 46,2% (30 responden) berjenis kelamin
perempuan. Jumlah sampel pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih
banyak dari perempuan. Hal ini berdasarkan data yang diambil dari sekolah
yaitu data kelas 7 dan 8 kemudian dilakukan penghitungan besar sampel
dengan menggunakan rumus besar sampel estimasi proporsi pada satu
58
populasi didapatkan sampel sebanyak 65 responden, kemudian dilakukan
teknik pengambilan sampel menggunakan simple propotional random
sampling.
5.3.2 Gambaran Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Gigi
Tabel 5.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Global Islamic
School Jakarta Tentang Kesehatan Gigi Tahun 2014
No Pengetahuan Kesehatan Gigi N Persentasi
1. Rendah 23 35,4%
2. Tinggi 42 64,6%
TOTAL 65 100%
Keterangan:
7 adalah nilai rata – rata (mean) dari keseluruhan data pengetahuan tentang kesehatan gigi
Berdasarkan tabel 5.3 pengelompokan pengetahuan responden
terhadap kesehatan gigi dikelompokan menjadi 2, yaitu: responden dengan
pengetahuan tinggi dan rendah dengan cut of point nilai pengetahuan 7
(mean). Responden dengan pengetahuan tinggi (memiliki nilai pengetahuan
>7) ada sebanyak 64,6% (42 responden). Responden dengan pengetahuan
rendah (memiliki nilai pengetahuan <7) sebanyak 35,4% (23 responden).
59
5.3.3 Gambaran Frekuensi Keterpaparan Iklan Pasta Gigi di Media Massa
dalam Dua Pekan Terakhir pada Siswa SMP Global Islamic School
Jakarta
Tabel 5.4 Gambaran Frekuensi Keterpaparan Iklan Pasta Gigi di Media
Massa dalam Dua Pekan Terakhir pada Siswa SMP Global
Islamic School Jakarta Tahun 2014
No Frekuensi N Persentasi
1. Jarang 8 12,3%
2. Kadang-kadang 14 21,5%
3. Sering 43 66,2%
TOTAL 65 100%
Berdasarkan Tabel 5.4 Gambaran siswa berdasarkan frekuensi
keterpaparan iklan pasta gigi di media massa dalam 2 pekan terakhir saat
wawancara dilakukan adalah yang sering sebesar 66,2% (43 responden),
kadang-kadang sebesar 21,5% (14 responden) dan yang jarang sebesar
12,3% (8 responden).
60
5.3.4 Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School Jakarta dilihat
dari Jenis Kelamin Siswa
Tabel 5.5 Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School Jakarta
dilihat dari Jenis Kelamin Tahun 2014
Jenis
Kelamin
Respon
Total
Positif Negatif
N % N % N %
Laki-laki 15 23% 20 30,8% 35 53,8%
Perempuan 25 38,6% 5 7,6% 30 46,2%
Total 40 62,6% 25 38,4% 65 100%
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa 23% (15 responden)
laki-laki merespon positif iklan pasta gigi dimedia massa dan 30,8% (20
responden) merespon negatif iklan pasta gigi di media massa. Untuk
responden perempuan yang merespon positif iklan pasta gigi di media
massa sebesar 38,6% (25 responden) dan 7,6% (5 responden) merespon
negatif iklan pasta gigi di media massa.
61
5.3.5 Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School Jakarta dilihat
dari Pengetahuan Siswa
Tabel 5.6 Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School Jakarta
dilihat dari Pengetahuan Tahun 2014
Pengetahuan Respon
Total Positif Negatif
N % N % N %
Tinggi 31 47,6% 11 17% 42 64,6%
Rendah 9 15% 14 21,4% 23 35,4%
Total 40 62,6% 25 38,4% 65 100%
Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa 47,6% (31 responden)
yang berpengetahuan tinggi merespon positif iklan pasta gigi di media
massa dan 17% (11 responden) yang berpengetahuan tinggi merespon
negatif iklan pasta gigi dimedia massa. Responden berpengetahuan rendah
yang merespon positif iklan pasta gigi di media massa sebesar 15% (9
responden) dan 21,4% (14 responden) yang berpengetahuan rendah
merespon negatif iklan pasta gigi di media massa.
62
5.3.6 Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School Jakarta dilihat
dari Frekeunsi Keterpaparan Iklan Pasta Gigi di Media Massa dalam
Dua Pekan Terakhir
Tabel 5.7 Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School Jakarta
dilihat dari Frekuensi Keterpaparan Iklan Pasta Gigi di Media Massa Tahun
2014
Respon
Total Frekuensi Positif Negatif
N % N % N %
Jarang 4 6,1% 4 6,1% 8 12,2%
Kadang-kadang 8 12,3% 6 9,2% 14 21,5%
Sering 35 44,2% 8 21,9% 43 66,1%
Total 40 62,6 25 38,5 65 100%
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa frekuensi responden
yang jarang terpapar iklan pasta gigi di media massa dan merespon positif
iklan sebanyak 6,1% (4 responden) dan yang merespon negatif sebanyak
6,1% (4 responden). Frekuensi responden yang kadang-kadang terpapar
iklan pasta gigi di media massa dan merespon positif iklan sebanyak
12,3% (8 responden) dan yang merespon negatif sebanyak 9,2% (6
responden). Sedangkan frekuensi responden yang sering terpapar iklan
pasta gigi di media massa dan merespon positif sebanyak 44,2% (35
responden) dan yang merespon negatif sebanyak 21,9% (8 responden).
63
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Kuesioner yang digunakan merupakan tipe laporan diri (selfreport)
sehingga dapat mengakibatkan responden bisa saja mengisi kuesioner tidak
sesuai dengan kondisi aktual.
6.2 Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School Jakarta
Terhadap Iklan Pasta Gigi di Media Massa Tahun 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran respon siswa
SMP Global Islamic School terhadap paparan iklan pasta gigi di media
massa. Respon adalah sebuah proses yang bertujuan untuk menganalisis
atau memberikan penilaian terhadap stimulus yang diterima oleh indera
manusia yang menghasilkan sebuah pandangan mengenai stimulus tersebut
(Laraia, 2003). Gambaran respon siswa dikategorikan respon positif dan
respon negatif.
Respon positif mempunyai arti bahwa responden mempunyai
pandangan bahwa iklan pasta gigi menginformasikan tentang produk-
produk pasta gigi dan cara menjaga kesehatan gigi serta pengetahuan-
pengetahuan kesehatan gigi. Sedangkan respon negatif berarti pandangan
responden terhadap iklan pasta gigi yang tidak memberikan informasi apa-
apa.
64
Dalam penelitian ini respon siswa terhadap iklan pasta gigi di media
massa dinilai berdasarkan faktor daya tarik pesan, tingkat penerimaan terhadap
pesan, tingkat pemahaman terhadap pesan, keterlibatan individu dan daya persuasi
pesan. Hasil penelitian ini menunjukkan respon siswa terhadap iklan pasta gigi
sebagian besar positif. Ini terlihat dari besarnya proporsi siswa yang
merespon positif terhadap iklan yaitu 40 responden, sedangkan yang
merespon negatif 25 responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
sejenis tentang respon konsumen terhadap iklan es krim Wall’s Buavita
bahwa Variabel iklan memiliki pengaruh positif terhadap variabel respon
konsumen (2010).
Adapun hasil dari penelitian ini jika diuraikan satu-persatu respon
positif yang dibangun dari daya tarik sebanyak 66,2%. Untuk menampilkan
pesan iklan yang mampu membujuk, mampu membangkitkan masyarakat
diperlukan daya tarik bagi sasaran. Daya tarik iklan sangat penting karena
akan meningkatkan keberhasilan komunikasi dengan audiens (Widyatama,
2005). Unsur daya tarik iklan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
suatu respon atau tanggapan dari responden terhadap iklan pasta gigi,
apakah iklan tersebut sebagai suatu yang menarik atau tidak. Kuesioner
daya tarik terdapat pada pertanyaan nomor 19, 22 dan 23 yaitu apa hal yang
menarik dari iklan tersebut, ketika melihat iklan pasta gigi apakah
menontonnya sampai selesai dan apakah responden suka atau tertarik
dengan iklan itu.
65
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden
merespon baik terhadap daya tarik iklan. Untuk hal yang membuat iklan
pasta gigi tersebut menarik 20 responden menjawab karena isi pesan iklan
yang terkandung didalamnya dan gambar atau visual dari iklan. Pada
penelitian Durianto dan Liana (2004) menunjukan bahwa sikap konsumen
terhadap merek dipengaruhi secara langsung oleh kreatifitas pesan iklan
yang diterima oleh konsumen, juga dipengaruhi secara tidak langsung oleh
iklan melalui pengenalan merek terlebih dahulu, dimana melalui pengenalan
merek ini membuat konsumen cukup mengenal kriteria merek dan
membantu konsumen untuk membangun sikap pada merek.
Daya tarik sebuah iklan tidak hanya secara atribut atau keunggulan
produk yang diiklankan tetapi juga melalui bentuk kemasan tampilan iklan.
Unsur daya tarik iklan yaitu pesan iklan yang terdapat dalam iklan yang
mendapat respon positif dari sasaran merupakan indikator keberhasilan
iklan, dimana alasan dibuatnya iklan tersebut salah satunya karena alasan
sosial, yaitu iklan tersebut mengusik sisi ketidakpekaan (insensitivity)
sasaran untuk sadar akan kenyataan bahwa pentingnya menjaga kesehatan
gigi. Pesan iklan menjadi faktor variabel yang memiliki pengaruh yang
cukup besar dari sampel responden, dimana variabel ini menjadi pusat
perhatian karena pesan yang disampaikan oleh pemasar. Jadi Pesan iklan
yang disampaikan selain dengan menyampaikan keistimewaan produk,
diharapkan juga dapat mengandung pesan edukasi bagi pemirsa sehingga
dapat meningkatkan kualitas pesan iklan.
66
Begitu juga dengan unsur daya tarik iklan lainnya, cukup mendapat
respon yang positif yaitu jingle atau musik dari iklan pasta gigi close up
yang mereka lihat dengan memilih musik yang sedang trend saat ini
sehingga membuat iklan tersebut menjadi menarik bagi responden. Daya
tarik iklan berdampakpada respon responden, iklan yang menarik
tentumudah mendapatkan perhatian (Simamora, 2003). Seperti yang di
ungkapkan (Adi, 2007). Daya tarik iklan digunakan untuk mendapatkan
perhatian konsumen dan mempengaruhi perasaan terhadap produk atau jasa
yang mereka tawarkan. Daya tarik tersebut diubah menjadi pesan iklan
untuk dipresentasikan kepada pemirsa maupun konsumen sasaran.
Penelitian yang dilakukan oleh (Margono, 2008) mengenai Respon
Konsumen Terhadap Unsur-Unsur Iklan Obat Batuk Woods menunjukkan
bahwa iklan yang ditayangkan dipahami oleh sebagain besar responden.
Pemahaman responden yang diteliti terhadap iklan dipengaruhi oleh cara
penyampaian pesan yang menarik, visualisasi yang bagus, penggunaan
model yang tepat sehingga sasaran mempercayai anjuran iklan. Pesan
kreatif harus menemukan gaya, nada, kata-kata dan format yang cocok
untuk menyampaikan pesan dengan pemilihan daya tarik (Saliman, 2010).
Hasil penelitian pun membuktikan bahwa semakin tinggi kreatifitas iklan
maka semakin tinggi daya tarik iklan.
Pemahaman terhadap pesan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
suatu kemampuan responden dalam mempresepsikan pesan iklan secara benar.
Kuesioner pemahaman terhadap iklan terdapat pada pertanyaan nomor 20, 21 dan
24 yaitu responden dapat menceritakan iklan pasta gigi yang mereka suka,
67
responden dapat mengerti tentang iklan tersebut dan responden dapat menjelaskan
pesan apa saja dalam iklan pasta gigi yang mereka suka. Hasil penelitian ini
menunjukkan sebagian besar responden memahami pesan iklan. Responden
dapat menerima, mengerti dan menjelaskan kembali pesan-pesan yang
terdapat pada iklan pasta gigi dengan baik sesuai dengan tujuan pesan-pesan
tersebut, yaitu memberikan informasi tentang cara menjaga kesehatan gigi,
menggosok gigi yang baik adalah pada waktu pagi setelah makan dan
malam sebelum tidur, menganjurkan pergi ke dokter gigi setiap 6 bulan
sekali agar tidak terjadinya karies pada gigi. Menurut Suyanto (2007), iklan
memiliki beberapa tujuan yang berkaitan dengan sasarannya, salah satunya
adalah bertujuan informatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden dapat memahami iklan tersebut yaitu iklan-iklan tersebut
menceritakan fungsi yang baik dari pasta gigi, sebagian responden
menyatakan iklan tersebut mengajarkan cara menggosok gigi yang baik dan
benar serta mengajak untuk menjaga kesehatan gigi, menginformasikan
untuk menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur karena kuman
berkembang biak pada waktu malam hari.
Tingkat penerimaan terhadap pesan iklan dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai kemampuan responden terhadap pesan iklan tersebut,
apakah responden setuju atau dapat menerima semua pesan dan adegan yang
tergambar dalam iklan tersebut. Kuesioner tingkat pemahaman terhadap pesan
iklan terdapat pada pertanyaan nomor 25, 26 dan 27 yaitu setuju atau
68
tidaknya responden terhadap pesan iklan, setuju atau tidaknya responden
bahwa iklan tersebut memberikan informasi kesehatan dan setuju atau tidak
yang dilakukan diiklan tersebut perlu ditiru.
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden dapat
menerima pesan iklan. Nilai merupakan penuntun manusia dalam
pengambilan keputusan atau memberikan makna dalam kehidupan manusia.
Bila manusia kehilangan nilai, maka manusia tidak akan tahu tujuan hidup
yang sebenarnya. Pada penelitian ini mayoritas responden menyatakan
setuju bahwa mereka mendapatkan nilai positif tentang informasi kesehatan
gigi dari iklan-iklan pasta gigi. Kebutuhan responden akan nilai kesehatan
akan menimbulkan respon positif yang dapat meningkatkan kualitas hidup
responden dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat iklan kesehatan tidak sekedar melihat informasi kesehatan
tapi juga memanfaatkan informasi tersebut (Wahyuni, 2007). Adapun
respon yang tampak dalam usaha melihat atau menonton untuk menerapkan
informasi kesehatan misalnya menggosok gigi dua kali sehari, informasi
bahwa kuman berkembang biak pada waktu malam hari, agar tidak
mengkonsumsi makanan manis berlebih, pergi ke dokter gigi setiap 6 bulan
sekali. Namun keberhasilan yang diharapkan bila menggunakan media
massa untuk promosi kesehatan harus realistis. Ewles dan Simnet (2004)
menerangkan bahwa kekuatan persuasi langsung media massa sangat
terbatas sehingga mengharapkan media massa saja dapat mengubah sikap
kesehatan jangka panjang merupakan hal yang mustahil. Menurut UNICEF
69
(2002) sedikitnya ada lima hal yang menyebabkan pesan kesehatan tidak
selalu mencapai hasil yang diharapkan dan pada kelompok siswa, pesan
kesehatan tidak dipraktekkan karena berbagai alasan misalnya masalah
kepraktisan, dan keengganan.
Keterlibatan individu dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
persepsi responden terhadap iklan, bahwa iklan tersebut ditujukan untuk mereka.
Kuesioner keterlibatan individu terdapat pada pertanyaan nomor 29 yaitu ketika
pertama kali menonton atau melihat iklan, menurut responden iklan tersebut
ditujukan untuk siapa. Hasil penelitian ini menunjukkan 28 responden
merasa iklan tersebut ditujukan untuk diri mereka masing-masing.
Daya persuasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
kemampuan pesan iklan untuk dapat menggugah responden untuk melakukan
atau memancing keinginan untuk berperan sesuai dengan dalam iklan tersebut.
Kuesioner daya persuasi pesan terdapat pada pertanyaan nomor 28, 30 dan 31
yaitu apakan setelah menonton iklan responden berkeinginan melakukan sesuai
yang dianjurkan iklan dan apakah iklan tersebut mempengaruhi sikap
dalam menjaga kesehatan gigi.
Berdasarkan daya persuasi iklan walaupun ini relatif sulit diukur,
hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden menyatakan
setelah melihat iklan mempunyai keinginan untuk melakukan yang di
informasikan di iklan tersebut cukup besar yaitu sebanyak 40 responden.
Ini menunjukkan bahwa daya persuasi cukup berhasil. Ini sesuai dengan
Kelman dalam Mc Quail (2008) yang menyebutkan ada tiga proses
pengaruh dari media. Pertama, keputusan yang mengacu pada penerimaan
70
pengaru dengan harapan memperoleh imbalan tertentu atau menghindari
hukuman tertentu. Kedua, identifikasi yang terjadi apabila seseorang ingin
lebih menyerupai sumber dan meniru atau menyesaikan perilakunya
(serupa). Kemudia ketiga, internalisasi yaitu pengaruh yang ditimbulkan
oleh kebutuhan dan pandangan hidup penerima sendiri yang telah ada
sebelumnya.
Respon terbentuk dari hasil pengamatan dan proses belajar
responden terhadap iklan pasta gigi di media massa. Sesuai dengan teori
Albert Bandura yaitu Teori Belajar Sosial, yang menjelaskan bahwa
pemirsa meniru apa yang mereka lihat di media, melalui suatu proses
observational learning (pembelajaran hasil pengamatan). Bandura (2007)
juga menambahkan bahwa orang belajar dari apa yang mereka baca,
dengar dan lihat dari media.
Jika dilihat berdasarkan menjaga kesehatan gigi karena melihat
iklan, memperlihatkan pengaruh iklan pasta gigi lebih merupakan efek
proses pengaruh yang bersifat internalisasi. Sebab, para responden
menyatakan bahwa sebenarnya sebagian dari mereka sudah melakukan
seperti yang dianjurkan dalam iklan dari sejak mereka kecil. Dari hasil
penelitian tersebut dapat dilihat bahwa iklan hanya bersifat memotivasi
karena nilai-nilai yang ada dalam iklan sebenarnya adalah nilai-nilai yang
telah ada sebelumnya, kenyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilaporkan Rakhmat (2008) tentang salah satu dari lima prinsip umum hasil
yang komperhensif dari efek media massa dalam pembentukan sikap. Yaitu,
71
komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat
yang ada walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah
(agent of change).
Iklan mampu memotivasi responden untuk melakukan hal tertentu
menimbulkan keinginan untuk melakukan yang seperti dicontohkan pada
iklan merupakan indikator bahwa proses komunikasi telah menghasilkan
dampak atau efek tertentu pada sasaran. Dalam hal ini dampak yang timbul
dapat diklarifikasikan sebagai dampak afektif, karena dari dampak yang
ditimbulkan dari iklan pasta gigi terlihat bahwa iklan mampu menggerakkan
hati sasaran dan menimbulkan perasaan tertentu (Arifin, 2012).
Cukup tingginya proporsi siswa yang merspon positif terhadap
iklan merupakan salah satu indikator bahwa iklan cukup berhasil, walaupun
sebatas membangkitkan sebuah “kesadaran” dari para siswa agar
memperhatikan kesehatan giginya. Iklan-iklan tersebut yang
mensosialisasikan sebuah nilai tentang tindakan positif yang perlu dilakukan
untuk kesehatan giginya seperti menggosok gigi dua kali sehari waktu yang
tepat yaitu pagi hari setelah makan dan malam sebelum tidur, pemberian
informasi tentang cara perkembang biakan kuman di mulut, informasi
mengenai jenis-jenis pasta gigi dan sikat gigi yang sesuai kegunaannya.
Keberhasilan iklan menimbulkan dampak yang positif pada sasaran
merupakan indikator bahwa iklan ini dapat diterima oleh masyarakat.
Besarnya siswa yang merespon positif iklan pasta gigi
menunjukkan bahwa proses komunikasi iklan cukup efektif walaupun
72
dampak yang terlihat hanya bersifak afektif. Sesuai dengan (UNESCO,
2008) yang menyatakan bahwa proses komunikasi dikatakan efektif apabila
mampu memunculkan perubahan pada penerimanya, sesuai yang
diharapkan oleh sumber, walaupun perubahan yang diharapkan hanya
sebatas perubahan sikap dari sasaran.Adanya respon yang positif terhadap
iklan pasta gigi menunjukkan bahwa proses komunikasi berjalan dengan
baik karena adanya respon tersebut (Anwar, 2011)
Dapat disimpulkan dari hasil pembahasan diatas bahwa hampir
seluruh responden mempunyai respon yang positif terhadap iklan pasta gigi
di media massa. Tetapi melihat masih adanya siswa yang merespon negatif,
walaupun relatif sedikit merupakan hal yang patut dipertimbangkan dari
pembuat program, yaitu kemungkinan adanya efek dari iklan yang
menimbulkan mispersepsi dari para responden. Ini terlihat dengan adanya
siswa yang mempresepsikan iklan tersebut ditujukan untuk orang lain
sebanyak 26 repsonden. Serta ada beberapa siswa yang memang tidak
mengerti iklan tersebut ditujukan untuk siapa sehingga tidak bisa menjawab
beberapa dari komponen-komponen respon yang diajukan sebanyak 11
responden.
73
6.3 Gambaran Karakteristik Siswa SMP Global Islamic School Jakarta
6.3.1 Gambaran Variabel Jenis Kelamin Siswa SMP Global Islamic School
Jakarta
Penelitian ini mengambil sampel usia remaja awal. Usia responden
didominasi oleh usia 13-14 tahun. Sehingga seluruh responden secara
tahap perkembangan abik fisik, kognitif maupun psikososialnya berada
pada level yang sama. Perkembangan fisik meliputi perubahan hormon
yang ditandai dengan ciri primer dan sekunder. Individu pada usia ini
sudah mulai bisa berfikir secara abstrak dan mandiri (Wong, 2003). Pada
saat penelitian siswa kelas 9 tidak dimasukan sebagai anggota populasi
dikarenakan oleh jadwal yang tidak memungkinkan untuk pengambilan
data. Pada penelitian ini responden yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 35 siswa sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 30 responden.
6.3.2 Gambaran Variabel Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Siswa
SMP Global Islamic School Jakarta
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya respon
74
seseorang. Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai
hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan
kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions) dan penerangan-penerangan
yang keliru (missinformation) (Soekanto, 2006). Dimana pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut merupakan segala pemahaman remaja
mengenai kesehatan gigi dan mulut, seperti mengetahui cara menggosok
gigi yang baik dan benar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, responden dengan
pengetahuan kesehatan gigi tinggi sebanyak 42 respondensedangkan yang
berpengetahuan rendah 23 responden.Perawatan gigi dan mulut pada masa
remaja sangat menentukan kesehatan gigi dan mulut pada tingkat usia
selanjutnya. Gigi adalah organ penting yang harus senantiasa diperhatikan
kesehatannya. Beberapa penyakit gigi dan mulut dapat dialami bila tidak
dilakukan perawatan dengan baik. Pengetahuan tentang kesehatan gigi
merupakan suatu proses yang bermanfaat yang dapat mempengaruhi tingkah
laku kesehatan seseorang. Maka pengetahuan tentang kesehatan gigi sangat
diperlukan sebagai sarana pencegahan bagi masalah gigi pada remaja.
Masih adanya proporsi siswa dengan pengetahuan rendah padahal
mereka sudah terpapar iklan, menunjukkan bahwa efek pesan media masih
kurang memberikan hal-hal bersifat pendidikan praktis tentang kesehatan
gigi. Menurut Suryanto (2009) iklan memiliki beberapa tujuan yang
berkaitan dengan sasarannya. Salah satunya adalah bertujuan informatif.
Masih adanya pengetahuan masyarakat yang rendah tentang kesehatan gigi,
75
merupakan faktor tak langsung yang mempengaruhi angka kejadian karies
di Indonesia. Dari beberapa kasus masalah kesehatan gigi yang terjadi,
faktor ketidaktahuan, persepsi yang salah serta kurangnya kesadaran tentang
pentingnya kesehatan gigi merupakan faktor utama. Seseorang yang
memiliki pengetahuan yang baik, memungkinkan untuk berpersepsi lebih
baik tentang kesehatan gigi sehingga menyebabkan seseorang mampu
mengatasi permasalahan kesehatan giginya (Ilyas, 2009).
Kondisi ketidaktahuan sebenarnya adalah kondisi yang
memerlukan perhatian dari semua pihak bahwa pada setiap program
kesehatan maka unsur informasi yang sesuai dengan kebutuhan harus
diperhatikan.
6.4 Gambaran Respon dilihat dari Jenis Kelamin Siswa SMP Global
Islamic School Jakarta
Jenis kelamin merupakan salah satu variabel demografis yang
mempengaruhi respon seseorang (Hariyani, 2009). Sehingga variabel ini
akan mempengaruhi respon individu dan perlu untuk dilihat. Secara tahap
perkembangan remaja memiliki perkembangan fisik yang membedakan
secara jenis kelamin. Yaitu perkembangan biologis/ fisik yang ditandai
dengan ciri primer dan sekunder. Hasil penelitian Quezonita (2008)
tentang hubungan karakteristik remaja dengan respon terhadap iklan sabun
lifebuoy, menunjukkan bahwa laki-laki berpeluang 1,4 kali merespon
negatif dibandingkan dengan perempuan.
76
Teori inovasi dan hasil penelitian Quezonita (2008) menegaskan
memang secara gender atau jenis kelamin akan mempengaruhi respon
individu. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Adopsi Inovasi bahwa
jenis kelamin mempengaruhi respon terhadap iklan. Respon yang
ditunjukkan antara responden laki-laki dengan perempuan memiliki
perbedaan, dimana responden jenis kelamin perempuan memiliki respon
yang lebih baik dibandingkan dengan responden jenis kelamin laki-laki.
Hal tersebut dapat dilihat dari variabel komposit, dimana responden
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 25 responden merespon positif
pada iklan pasta gigi, sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 22 yang merespon positif.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Faizah (2012) bahwa respon
anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Faktor jenis kelamin
berpengaruh terhadap variabel respon. Hasil tersebut sesuai dengan
penelitian Halim (2004) bahwa anak perempuan cenderung sensitif dalam
memperhatikan hal sekitar dari pada anak laki-laki.
Gambaran respon yang dilihat dari jenis kelamin mendapat hasil
responden laki-laki yang merespon positif sebanyak 22 orang dari 35
responden. sedangkan respon responden perempuan yang merespon positif
sebanyak 25 orang dari 30 responden. Bila dibandingkan maka tidak ada
perbedaan jauh antara respon laki-laki dan perempuan tetapi respon anak
perempuan tetap lebih baik dari laki-laki. Seperti pada penelitian Faizah
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perempuan 1,4 kali lebih
77
berpeluang merespon positif dibanding laki-laki dalam hal kesehatan. Hal
ini dikarenakan pada umumnya anak usia remaja sudah memiliki perbedaan
perilaku dalam personal hygiene dan sudah mulai memperhatikan
penampilan fisiknya sehingga perempuan lebih mementingkan penampilan
agar terlihat percaya diri dibanding laki-laki yang terkesan cuek dengan
penampilan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 20 tahun oleh Dr.
Louann Brizendine, seorang dokter neuro psikiatri, direktur “Women’s and
Teen Girls Mood and Hormone Clinic”di Amerika, perbedaan respon anak
perempuan dengan laki-laki semata-mata ditentukan oleh otak mereka yang
memang berbeda. Sejak lahir, otak bayi perempuan telah terstruktur sebagai
otak perempuan yang didominasi oleh hormon estrogen, sedangkan otak
bayi laki-laki dikuasai oleh hormon testosteron. Kedua hormon ini membuat
otak perempuan dan laki-laki sungguh berbeda. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori adopsi inovasi (kotler, 2009) bahwa faktor jenis kelamin
mempengaruhi seseorang dalam menerima nilai atau suatu hal yang baru.
Sesuai teori tersebut, pada penelitian ini mendukung teori tersebut yaitu
perempuan mempunyai kemungkinan untuk dapat menerima nilai-nilai baru
yang ada di masyarakat, yaitu terlihat dari responnya yang positif terhadap
iklan.
Ada perbedaan objek minat antara laki-laki dan perempuan,
dimana perempuan lebih menyukai yang bersifat praktis dan impulsive
daripada laki-laki sesuai dengan sifat feminism yang dimiliki perempuan.
78
Pendapat serupa diungkapkan oleh Staton (dalam Rina, 2006) bahwa jenis
kelamin merupakan salahsatu variable yang mempengaruhi sikap, sehingga
respon terhadap iklan sesuai dengan perbedaan jenis kelamin.Ditambahkan
oleh Kaldenberg (2007) bahwa ternyata perempuan lebih memilih iklan
yang berorientasi pada citra dan lebih mudah dipengaruhi dibanding laki-
laki.
6.5 Gambaran Respon dilihat dari Pengetahuan Kesehatan Gigi Siswa
SMP Global Islamic School Jakarta
Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki
oleh seseorang. Gambaran respon yang dilihat dari pengetahuan responden
mendapatkan hasil responden dengan pengetahuan tinggi yang merespon
positif iklan pasta gigi di media massa sebanyak 35 responden dari 42
responden dan responden berpengetahuan rendah yang merespon positif
iklan pasta gigi di media massa sebanyak 12 responden dari 23 responden.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Amalia (2009) bahwa seseorang yang
mengetahui tentang kesehatan gigi yang baik memungkinkan untuk
mampu berpresepsi yang lebih baik dibandingkan dengan yang
berpengetahuan rendah.
Berbagai literatur psikologi dari penelitian-penelitian membuktikan
bahwa proses sikap diawali dengan pembentukan kesan, kemudian
melakukan penilaian berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Proses
penilaian ini merupakan salah satu komponen sikap yang terdiri dari
79
perasaan atau emosi terhadap objek aktual seperti suka atau tidak suka,
setuju dan tidak setuju. Sikap terhadap objek menunjukkan kecenderungan
merespon kemudian menjadi tindakan nyata. Hardinsyah (2007)
menyebutkan selain paparan media massa, faktor pengalaman diduga
berpengaruh terhadap pengetahuan kesehatan gigi yang pada akhirnya
berimplikasi pada sikap kesehatan gigi pada khususnya.
Hasil ini sejalan dengan yang dikemukakan Notoatmojo (2003)
bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
terbentuknya respon seseorang. Bahwa salah satu faktor menentukan
respon adalah pengetahuan. Selain itu, WHO (2003) menganalisa bahwa
pengetahuan merupakan salah satu alasan pokok yang menyebabkan
seseorang merespon. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Fariz
(2008) bahwa pengetahuan mempengaruhi respon konsumen. Dapat
disimpulkan dari hasil pembahasan diatas bahwa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan gigi hanya sampai tanggapan
afektif yang ditimbulkan.
6.6 Gambaran Respon Siswa SMP Global Islamic School Jakarta dari
Frekuensi Keterpaparan Iklan Pasta Gigi di Media Massa
Dalam Ilmu komunikasi, Iklan merupakan salah satu pesan atau
stimulus yang digunakan pelaku bisnis selaku komunikator, untuk
mengkomunikasikan produk yang mereka miliki kepada khalayak selaku
komunikan. Stimulus yang diberikan akan menghasilkan respon baik
80
positif maupun negatif. Menurut Andrew (2009) keterpaparan remaja
berkaitan dengan pendidikan yang diperoleh remaja karena kesehatan gigi
merupakan proses seumur hidup untuk mendapatkan informasi dan
keterampilan, membangun sikap, keyakinan dan nilai-nilai yang terkait
dengan kesehatan gigi. Proses ini dimulai dalam situasi informasi
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden sering
melihat iklan pasta gigi di kehidupan sehari-harinya dan mayoritas
merespon positif iklan-iklan pasta gigi di media massa. Hasil penelitian ini
sesuai teori yang menunjukkan frekuensi atau intensitas keterpaparan
media mempengaruhi respon. Perulangan pesan berkali-kali yang diterima
sasaran dapat memperkokoh keefetivitasan media tersebut terhadap efek
yang diinginkan oleh sasaran (Elisabeth Noelle dalam Rakhmat, 2008).
Hal ini diperkuat dengan penelitian Handayani (2009) Analisis Pengaruh
Pengulangan Pesan Iklan di Televisi Terhadap Konsumen, Pengulangan
pesan iklan berpengaruh positif terhadap pembelajaran konsumen.
Dalam teori advertising media menyebutkan, iklan akan
memberikan hasil efektif apabila disampaikan pada tingkat frekuensi
efektif, kemudian menerpa pemirsa dalam jumlah efektif (Sihombing,
2010). Pada penelitiannya Indiarto (2006) menemukan bahwa pengulangan
meningkatkan respon bahkan niat beli dalam iklan. Indriyanti (2002)
menyatakan pengulangan pesan iklan cukup berpengaruh dalam menarik
perhatian, menimbulkan rasa tertarik, keinginan dan mendorong konsumen
untuk melakukan tindakan pembelian. Karena hakikatnya suatu pesan
81
yang sama yang senantiasa diulang-ulang pada akhirnya akan berakibat
diingatnya iklan tersebut.
Upaya pencegahan permasalahan kesehatan gigi dapat dilakukan
dengan menggunakan metode komunikasi yang meliputi penyampaian
pesan-pesan untuk mencegah terjadinya faktor keterlambatan dalam upaya
mencari pelayanan, peningkatan perilaku kesehatan, serta melibatkan,
mendidik dan memotivasi masyarakat upaya pencegahan permasalahan
kesehatan gigi. Langkah penting dalam upaya tersebut adalah memotivasi
masyarakat agar mau berubah dan hal itu sering kali dilakukan upaya
modifikasi kepercayaan dan sikap yang berhubungan dengan kesehatan
(health belief and attitude).
Iklan pasta gigi adalah sebuah spot iklan yang ditayangkan
disemua jenis media massa di Indonesia. Model iklan ada yang berupa
dalam tayangan iklannya selain mengiklankan produk dan merk produk
juga mengingatkan akan pentingnya menggosok gigi, estetika serta efek
sosial yang ditimbulkan jika tidak menggosok gigi. Iklan ini mempunyai
daya tarik tersendiri yang bervariasi dan difokuskan selain perilaku beli
konsumen terhadap produk juga untuk mempengaruhi persepsi sikap dan
perilaku menggosok gigi dari target sasaran sehingga dengan kebiasaan
menggosok gigi juga akan terjadi perilaku pemakaian produk iklan pasta
gigi. (Wicaksono, 2013).
Pesan-pesan yang disampaikan sebuah iklan bersifat satu arah
dalam pengertian secara umum. Akan tetapi dalam keadaan yang
82
sebenarnya dalam keseharian masyarakat diharapkan pesan-pesan yang
disampaikan mampu melekat dibenak masyarakat untuk kemudian
direalisasikan dalam bentuk perubahan sikap bahkan perilaku sehari-hari.
Iklan-iklan pasta gigi berusaha mengajak, membujuk dan mendorong
keinginan masyarakat untuk melakukan kebiasaan baik dalam hal
kesehatan gigi. Iklan-iklan tersebut pengupayakan dengan menggunakan
bahasa dan tampilan yang menarik untuk mendapatkan perhatian, daya
tarik emosi dan simpati dari konsumen. Seringnya iklan tampil pada media
massa membuat iklan berfungsi sebagai pengingat. Iklan mengingatkan
bahwa produknya selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi
konsumen dilihat dari pesan yang disampaikan pada setiap bagian iklan.
Iklan juga senantiasa berusaha memberikan nilai tambah dengan
menyampaikan kepada masyarakat dan konsumen bahwa produknya selalu
menampilkan kualitas terbaiknya.
Hasil penelitian ini menunjukkan iklan pasta gigi yang paling
sering mereka lihat sebagian besar responden menjawab iklan pasta gigi
pepsodent yaitu sebanyak 37 responden. Dalam hal ini pepsodent sebagai
pasta gigi yang paling banyak dipilih responden karena merek pepsodent
sudah mendapat tempat tersendiri di benak sebagian besar repsonden
sebagai produk pasta gigi nomor 1 di Indonesia. Pesan iklan yang
disampaikan juga memberikan informasi dan membujuk agar masyarakat
melakukan hal-hal untuk menjaga kesehatan giginya seperti untuk
membiasakan diri menggosok gigi malam hari sebelum tidur. Hal tersebut
83
juga berkaitan erat dengan kreatifitas sebuah iklan dalam mengemas pesan
iklan.
Fungsi khusus komunikasi massa adalah untuk menginformasikan
dan menarik sasaran dalam periode waktu tertentu, dengan jumlah target
sebesar mungkin, bahwa produk yang dipromosikan dapat memenuhi
kebutuhan targetnya dan juga produk tersebut lebih baik dari produk
alternatif lainnya. Tujuan dari komunikasi tersebut adalah untuk
meningkatkan awareness, recall dan image yang disukai dari produk yang
di promosikan (Kotler, 2003). Awareness yang ingin ditimbulkan dibentuk
melalui taktik media yang dapat menarik perhatian.
Media massa merupakan saluran komunikasi massa yang
digunakan untuk menyebarkan informasi kepada khalayak. Media massa
merupakan kumpulan dari beberapa orang yang melembaga dari mulai
pengumpulan sampai penyampaian pesan kepada khalayak. Media yang
digunakan bersifat massal, dapat menyebarkan pesan kepada khalayak
secara serempak tidak terhambat oleh waktu dan tempat (Rakhmat, 2008).
Hasil studi pendahuluan penelitian ini menunjukkan mayoritas
responden sering melihat iklan pasta gigi di kehidupan sehari-harinya dan
mereka melihat iklan tersebut tidak hanya di satu media saja melainkan
beberapa media diantaranya tv, majalah, media sosial dan papan reklame.
Sesuai dengan Studi di Esfahan di Iran (Loghmanie, 2010) yang
menyimpulkan bahwa penggunaan saluran berganda dalam program-
program keluarga berencana memberikan dampak yang lebih besar pada
84
khalayak daripada menggunakan satu jenis saluran saja. Hal ini diperkuat
oleh Rakhmat (2008) yang menyatakan berita atau penyiaran yang
beragam dari berbagai media pada sasaran mampu memberikan respon
yang positif terhadap stimulus.
Dari berbagai macam media massa, media tv sampai saat ini masih
diasumsikan sebagai alat informasi yang ampuh dalam mengubah sikap
dan perilaku pemirsa, periklanan di tv menggunakan teori propaganda
dengan efek yang diharapkan adalah perubahan sikap secara luas
(Kuswandi, 2006). Sedangkan definisi propaganda itu sendiri adalah
sebagai teknik untuk mempengaruhi respon manusia dengan memanipulasi
representasi. Representasi ini dapat berbentuk percakapan, tulisan, gambar
atau musik. Sedangkan iklan sendiri adalah sebuah bentuk penyampaian
pesan-pesan dalam bentuk baik tulisan beserta gambar dan visualnya yang
bertujuan mempengaruhi pendapat dan sikap massa.
Pada hasil penelitian ini, iklan pasta gigi di media tv yang paling
banyak dipilih oleh siswa SMP Global Islamic School yaitu sebanyak 54
responden. Televisi merupakan salah satu media informasi yang ada di
kehidupan remaja, dengan daya pikat dan popularitas yang tinggi. Televisi
merupakan media yang memiliki jangkauan besar. Alasan mereka untuk
memilih media televisi sebagai media untuk beriklan karena televisi
memiliki beberapa kelebihan, bila dibandingkan dengan media lain
(Effendi, 2007).
85
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Respon siswa terhadap iklan pasta gigi di media massa sebagian besar
positif, yaitu terlihat dari proporsi siswa yang menonton/melihat iklan
pasta gigi merespon secara positif sebesar 62% sementara yang merespon
negatif 39%. Hasil ini berdasarkan jumlah dari distribusi responden yang
merespon positif berdasarkan masing-masing komponen variabel respon
yaitu unsur daya tarik yang merespon positif 66,2%, unsur pemahaman
terhadap pesan yang merespon positif 72,7%, unsur penerimaan terhadap
pesan iklan yang merespon positif 67,7%, unsur keterlibatan terhadap
iklan yang merespon positif 83% dan unsur daya persuasi iklan yang
merespon positif 61,5%.
2. Terdapat perbedaan respon terhadap iklan pasta gigi dimedia massa
antara responden laki-laki dan responden perempuan, dimana siswa yang
berjenis kelamin perempuan memiliki respon yang lebih baik sebanyak
38,6% dibandingkan dengan siswa yang berjenis kelamin laki-laki. Hal
ini dikarenakan pada umumnya anak usia remaja sudah memiliki
perbedaan perilaku dalam personal hygiene dan sudah mulai
memperhatikan penampilan fisiknya sehingga perempuan lebih
86
mementingkan penampilan agar terlihat percaya diri dibanding laki-laki
yang terkesan cuek dengan penampilan.
3. Respon berdasarkan tingkat pengetahuan menunjukkan siswa yang
berpengetahuan tinggi dan merespon positif iklan pasta gigi di media
massa sebanyak 47,6%. Masih adanya siswa dengan tingkat pengetahuan
tinggi yang merespon negatif serta masih adanya siswa yang
berpengetahuan rendah padahal mereka sudah terpapar iklan, itu
menunjukkan bahwa efek pesan iklan masih kurang memberikan
pendidikan serta informasi praktis tentang kesehatan gigi, padahal salah
satu tujuan iklan tersebut memberikan pengetahuan tentang cara menjaga
kesehatan gigi yang baik dan benar.
4. Respon berdasarkan frekuensi keterpaparan iklan menunjukkan sebagian
besar siswa sering melihat iklan pasta gigi di kehidupan sehari-harinya
sebesar 66,2% dan mayoritas siswa merespon positif iklan pasta gigi di
media massa sebanyak 44,2%.
7.2 Saran
1. Peneliti menyarankan untuk departemen kesehatan dan semua instansi
terkait, agar mendukung program iklan-iklan kesehatan gigi serta
melengkapinya dengan berbagai upaya penurunan angka karies gigi di
Indonesia.
2. Peneliti menyarankan agar perusahaan-perusahaan produk pasta gigi
terus berinovasi dan peduli akan kepentingan masyarakat atau konsumen
87
melalui pesan-pesan yang bersifat edukatif dan persuasif pada setiap
iklan-iklan produknya. Sehingga masyarakat dapat meningkatkan
kesadarannya masing-masing.
3. Peneliti mengharapkan agar iklan-iklan yang mengandung nilai edukatif
dan persuasif dapat lebih banyak lagi dibuat karena pada dasarnya apa
yang ditayangkan media massa akan dengan mudah ditiru oleh
masyarakat. Sehinggan semakin banyak iklan yang menyampaikan nilai
positif maka akan semakin banyak pula terbentuknya respon bahkan
perilaku yang positif yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk dari
efek yang diberikan dari tayangkan di media massa.
4. Peneliti mengharapkan agar dilakukan berbagai upaya penelitian yang
serupa dan mampu menyempurnakan hasil-hasil penelitian yang telah
ada mengingat penelitian yang sejenis masih sangat sedikit.
88
DAFTAR PUSTAKA
Amran, Yuli. 2012. Pengolahan Dan Analisis Data Statistik Di Bidang
Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Anisa Putri, 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap pada Anak untuk Menyikat
Gigi. Skripsi FKM UI. Depok
Anwas, 2008. Membangun media massa yang mendidik masyarakat. Dalam:
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Apsari, Yuni F.dan Hastjarjo, Thomas D. (2006).SikapTerhadap Merek yang
Dikondisikan secara Klasik. Jurnal Pemasaran: Insani, vol 8 no 3, 170-
187.
Arifin, Adyatma. 2012. Pengaruh Periklanan Terhadap Keputusan Pembelian
Pasta Gigi Pepsodent di Kota Makassar. Skripsi FE Unhas. Makassar
Assael, Henry. 2007. Consumer Behavior and Marketing Action. Fifth Edition.
Cincinnati Ohio: South-Western College Publishing.
Astoeti, T. E. dan Boesro, S., 2003, Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap
Kebersihan Gigi dan Mulut Murid-Murid Sekolah Menengah Pertama
(SMP) DKI Jakarta, Dentika Dental Journal, 8(2): 145-150.
Avianto Aryo Wicaksono. 2013. Pengaruh Daya Tarik Iklan Sensodyne Terhadap
Minat Pembelian Produk Pasta Gigi Sensodyne. Skripsi FISIP
89
Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas dan validitas. Edisi 4. Yogyakarta: Sigma
Alpha
_______________ 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Jakarta:
Pustaka Pelajar
Bahar. 2009.Karies Gigi. Penerbit Hipokrates. Jakarta
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2009. Tanya jawab
KKR.
Bandura, Albert. 2007. Social Learning Theory. Prentice-Hall, New York
BPS, 2007.Statistika Indonesia. BPS, Indonesia
Bertrand, T, Jane, 2008. Communication Pretesting, Media Monograph.
Communication Laboratory Communitiy and Family Study Center.
University of Chicago.
Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursur
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana
Carlo Eduardo, dkk. 2007. Prevalence and severity of dental caries in adolescents
aged 12 and 15 living in Communities with various fluoride
concentrations. Diterjemahkan oleh Masdin. Journal of Public Health
Dentistry
Comstock .dkk, 2008.Televison and human behavior. New York: Columbia
University Press
Cucu Zubaedah. 2005. Pengaruh Iklan Terhadap Perilaku Kesehatan Gigi pada
Anak SD Kelas V di Bandung. Skripsi FKM UI. Depok
90
Darmadi Durianto, dkk. 2004. .Infasi Pasar Dengan Iklan yang Efektif, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hal. 1
Departemen Kesehatan RI, 2008. Profil Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia
pada Pelita VI,Jakarta.
Dianah, 2010. Pengaruh Iklan Pepsodent Versi “Ayah Adi Dan Dika” Seri
Gantian, Dong ! Terhadap Sikap Siswa-Siswi SMP Serang 02 Tentang
Kesehatan Gigi. Thesis, FISIP Untirta
Dicky Hastjarjo. Sikap Terhadap Merck yang Dikondisikan SecaraKlasik.Jurnal
Pemasaran. Insan, Vol.8 No.3, Desember 2006
Drs. Jalaluddin Rakhmat, M. Sc. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya,
Bandung 2005 hal. 220
Effendy, Anong Uchjana. 2005. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung:
Citra Aditya Bakti
Ilyas, S, 2009, Masalah Karies Gigi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kementrian Kesehatan, 2004. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun
2004. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar tentang Prevalensi
Karies Gigi.Jakarta
Kotler, 2004. Dasar-dasar Penyiaran. diterjemahkan olehAlexander Sindoro.
Jakarta: Prenhallindo
Kotler, philip, dan Susanto, A.B., 2009, Manajemen Pemasaran di Indonesia,
Salemba Empat, Jakarta.
91
Kurniawati, 2009. Studi Tentang Sikap Terhadap Merek dan Implikasinya pada
Minat Beli Ulang. Thesis MM Undip. Semarang
Lathiffida, 2012.Pengaruh Media Televisi Terhadap PerilakuRemaja. Skripsi
FEM IPB.Bogor
Loghmanie, Mehdi and Robert Gillespie, 2010. The Esfahan Communication
Project; A Status Report Esfahan, Iran: Departement of Health
Mar’at, 2004. SikapManusia :Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta :Ghalia
Indonesia
McLuhan, Marshall 2011. Understanding Media. London:Routledge
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Asrori, 2009. Psikologi Perkembangan: Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya. Terjemah Siti Rahayu Haditono. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Morissan, 2007.PeriklananKomunikasiPemasaranTerpadu. Jakarta: Ramdina
Prakarsa
Mortense, 2009. Teori Komunikasi: Perspektif,Ragam& Aplikasi.Jakarta: Rineka
Cipta
Mubarak, dkk, 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2: Teori dan aplikasi dalam
praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik dan
keluarga. Jakarta : Sagung Seto
Newbrun, 2008. Textbook of Preventive Dentistry, Philadelphia: W. B Sounders
Notoadmodjo, 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
___________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Asdi
Mahasty
92
Nur Faizah. 2012. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Siswa SMP Nurul Fikri Tahun 2012.
Skripsi FKM UI. Depok
Petersen, C. 2005. Character Strengths and Virtues, A Handbook and
Classification. American Psychological Association. New York : Oxford
University Press
Poltekes Depkes Jakarta 1, 2010.Kesehatan Remaja, Problem dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika
Pratiwi, 2007. Gigi Sehat-Merawat Gigi Sehari-hari. Jakarta :Kompas
Puspitasari, Intan, 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan
dalam Menumbuhkan Brand Awareness. Thesis. Undip
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosda Karya,
Bandung
Ramadhan, A G. 2010. Serba-serbi kesehatan gigi dan mulut. Jakarta: Bukune
Reynolds, F, 1977. Consumer Behavior, Mac Graw Hill, New York
Rita.Edan A.R Saliman (2008), “Perikalanan Yang Efektif”, JurnalEkonomi
Perusahaan, , Hal. 193-208.
Riyanto, Makmum. 2008. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan
Terhadap Sikap Atas Merek Pond di Kota Semarang. Tesis. PPs UNDIP.
Robertson, T, 1979. Adolescent Learning to Commercial. Dalam buku Journal of
Communication Vol. 27 No. 1, Annenberg School of Communication,
Philadelphia, Winter
93
Rogers & Shoemaker, 2004. Communication of Innovations: A Cross Cultural
Approach. The Free Press. A division of Macmillan Publishing
Co.,Inc.New York
Rogers, E. M. 2009, Diffusion of Innovations: Fifth Edition. Free Press. New
York.
Rondonuwu, R. R. 2010 Memahami Perspektif Komunikasi Dalam Konteks
Interpersonal. Communique Vol.1, No.1, 10-26.
Rumini, Sri dan Sundari, Siti. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Rineka
Cipta, Jakarta
Schram. W and Roberts. D., 1977, 1981. Children Learning From Mass Media,
dalam The Process and Effect of Mass Communication. Eds Schramm and
Roberts, Urban Illinois
Simamora, Bilson, 2007, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Sulaksana, Uyung. 2008. Integrated Marketing Communications.Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Sumarwan, Ujang. 2006. Perilaku konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Penerbit. Pt. Ghalia Indonesia dengan MMA-IPB, Bogor
selatan.
Sutisna, 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Suhandang, Kustadi, 2005, Periklanan,Manajemen, Kiat, dan Strategi, Penerbit
Nuansa, Bandung.
94
UNESCO, 2006. Evaluation Research on Family Planning Communication,
dalam Population Communication : Technical Documentation no. 4
Veriza, E, 2003, Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi dengan karies Gigi pad
Anak SMP Islam Al Azhar 2 Jakarta. Skripsi FKM UI. Depok
Wargiati, N, 2007, Hubungan Kandungan Fuor Dalam Air Minum dengan Karies
Gigi Siswa SD Kota Bandung Tahun 2006. Tesis FKM UI. Depok
Warni, L. 2009. Hubungan Perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi
dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan delitua
kabupaten deli serdang tahun 2009. Laporan Penelitian, Medan:
Universitas Sumatera Utara, Ilmu Kesehatan Masyarakat
Lampiran Uji Analisis Univariat Variabel Dependen dan Independen
respon_kategorik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 25 38.5 38.5 38.5
positif 40 62.5 62.5 100.0
Total 65 100.0 100.0
iklanpastagigi_palingdisuka
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pepsodent 37 56.9 56.9 56.9
Close up 19 29.2 29.2 86.2
Sensodyn 7 10.8 10.8 96.9
Enzim 2 3.1 3.1 100.0
Total 65 100.0 100.0
iklanmedia_palingdisuka
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TV 54 83.1 83.1 83.1
Sosial media 3 4.6 4.6 87.7
Papan reklame 8 12.3 12.3 100.0
Total 65 100.0 100.0
yangmenarik_dariiklan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Produk pasta gigi 13 20.0 20.0 20.0
Lagu/jingle 11 16.9 16.9 36.9
Tokoh pada iklan/artis 6 9.2 9.2 46.2
Gambar/visual 15 23.1 23.1 69.2
Isi pesan iklan 20 30.8 30.8 100.0
Total 65 100.0 100.0
dapatjelaskan_pesaniklan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 53 81.5 81.5 81.5
Tidak 12 18.5 18.5 100.0
Total 65 100.0 100.0
setujudengan_pesaniklan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 59 90.8 90.8 90.8
Tidak 6 9.2 9.2 100.0
Total 65 100.0 100.0
melakukanseperti_diiklan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 35 53.8 53.8 53.8
Tidak 30 46.2 46.2 100.0
Total 65 100.0 100.0
keterlibatan_individu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Saya sendiri 28 43.1 43.1 43.1
Orang lain 26 40.0 40.0 83.1
Tidak tahu 11 16.9 16.9 100.0
Total 65 100.0 100.0
menjagagigi_karenaiklan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 21 32.3 32.3 32.3
Tidak 44 67.7 67.7 100.0
Total 65 100.0 100.0
keinginanmelakukan_sesuaiiklan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 48 73.8 73.8 73.8
Tidak 17 26.2 26.2 100.0
Total 65 100.0 100.0
mempengaruhi_sikap_kesehatangigi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 44 67.7 67.7 67.7
Tidak 21 32.3 32.3 100.0
Total 65 100.0 100.0
Pengetahuan_cewe
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 7 23.3 23.3 23.3
tinggi 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
respon_kategorik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 2 8.3 8.3 8.3
positif 21 91.7 91.7 100.0
Total 23 100.0 100.0
responlaki_kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 13 37.1 37.1 37.1
positif 22 62.9 62.9 100.0
Total 35 100.0 100.0
responpr_kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 5 16.7 16.7 16.7
positif 25 83.3 83.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
respon_kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 7 16.7 16.7 16.7
1 35 83.3 83.3 100.0
Total 42 100.0 100.0
respon_kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 11 47.8 47.8 47.8
1 12 52.2 52.2 100.0
Total 23 100.0 100.0
frekuensi_paparan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sering 43 66.2 66.2 66.2
Kadang-kadang 14 21.5 21.5 87.7
jarang 8 12.3 12.3 100.0
Total 65 100.0 100.0
melihatiklan_sampaiselesai
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 46 70.8 70.8 70.8
Tidak 19 29.2 29.2 100.0
Total 65 100.0 100.0
memberi_informasikesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 62 95.4 95.4 95.4
Tidak 3 4.6 4.6 100.0
Total 65 100.0 100.0
bisaceritakan_iklan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 47 72.3 72.3 72.3
Tidak 18 27.7 27.7 100.0
Total 65 100.0 100.0
mengerti_iklan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 55 84.6 84.6 84.6
Tidak 10 15.4 15.4 100.0
Total 65 100.0 100.0