Upload
maghfirahekasarilaitjinara
View
769
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fufjjhkh
Citation preview
GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ALKOHOL DAN
ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA (F1)
Problematika manusia semakin komplek, himpitan kehidupan telah menghujam setiap
anak manusia didunia ini, bukan hanya orang tua, tapi remaja bahkan anak-anak baik laki-laki
dan perempuan, kesemuanya mengalami sebuah problem yang komunal. Berbagai responpun
muncul dan kini sudah menjadi kebiasaan pada Life Style di masyarakat, ketika menghadapi
suatu masalah dan mengalami stres, mereka cenderung untuk lari pada penggunaan obat-obatan.
Baik itu obat-obatan yang hanya bersifat menyembuhkan sakit kepala maupun yang bersifat anti
depresant dan sebagainya. Hal ini sudah menjadi frame berpikir masyarakat kita yang telah
terkonstruksi bahwa obat-obatan penenang dapat menghilangkan masalah (mengurangi beban
masalah). Pada kenyataannya, masyarakat yang menggunakan obat psikotropik untuk
kepentingan sendiri (non medical use) kebanyakan disertai dengan munculnya masalah sosial,
seperti tindakan kriminal dan kenakalan remaja.
Sejak dekade 1960-an banyak remaja yang tergolong usia dewasa muda menderita gangguan
penggunaan zat. Mereka menggunakan zat bahan atau obat psikoaktif dalam jumlah berlebihan
sebagai respon mereka terhadap masalah yang mereka hadapi. Dalam konteks ini, secara riil
dapat kita lihat bahwa dikalangan remaja khususnya telah hilang konsep kesehatan jiwa secara
komunal di masyarakat. Kesehatan jiwa disini merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal
yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Orang yang sehat jiwa dapat
mempercayai orang lain dan senang menjadi bagian dari suatu kelompok.
Manusia, Kalau kita flash back, masalah zat psikoaktif diawali dari mulainya manusia
mengenal tanaman atau bahan lain yang bila digunakan dapat menimbulkan perubahan pada
perilaku, kesadaran, pikiran, dan perasaan seseorang. Bahan atau zat tersebut dinamakan bahan
atau zat psikoaktif. Sejak itu manusia mulai menggunakan bahan-bahab psikoaktif tersebut untuk
tujuan menikmati karena dapat menimbulkan rasa nyaman, rasa sejahtera, euforia, dan
mengakrabkan komunikasi dengan orang lain (recreation or social use). Sebagai contoh, orang
minikmati kopi dan (yang mengandung kafein), minuman beralkohol dan merokok tembakau
(yang mengandung nikotin). Selain untuk dinikmati, manusia juga menggunakan zat atau bahan
psikoaktif untuk berkomunikasi transendental dalam upacara kepercayaan mereka (ritual atau
ceremonial use). Sebagai contoh ololiukui (ololiuqui), suatu ramuan tanaman yang digunakan
oleh orang Aztec dalam upacara ibadah kepercayaan untuk berkomunikasi transendental. Pada
makalah ini, mengenai pengaruh zat psikoaktif kami bagi ke dalam beberapa bagian sesuai
dengan buku PPDGJ – III diantaranya:
- GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ALKOHOL (F10)
- GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN OPIOIDA (F11)
- GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN KANABINOIDA (F12)
- GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN SEDATIVA ATAU
HIPNOTIKA (F13)
- GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN KOKAIN (F14)
- GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN STIMULANSIA LAIN
TERMASUK KAFEIN (F15)
- GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN
HALUSINOGENATIKA (F16)
- GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN TEMBAKAU (F17)
- GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN PELARUT YANG
MUDAH MENGUAP (F18)
- GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL DAN
PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA (F19)
Pada pembahasan selanjutnya akan kami paparkan mengenai beberapa teori yang
berkaitan dengan zat psikoaktif secara umum. Sedang mengenai “ Gangguan Mental
dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol ( F10)” akan kami bahas secara lebih dalam.
B. Definisi Gangguan Penggunaan Zat
Gangguan penggunaan zat adalah suatu gangguan jiwa berupa penyimpangan perilaku
yang berhubungan dengan pemakaian zat yang dapat mempengaruhi sususan saraf pusat secara
kurang lebih teratur sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial.
Klasifikasi gngguan penggunaan zat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) penyalahgunaan
zat, merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik, paling sedikit satu bulan
lamanya, sehngga menimbulkan gangguan fungsi sosial atau okupasional. Pola penggunaan zat
yang bersifat patologik dapat berupa intoksikasi sepanjang hari, terus menggunakan zat tersebut
walaupun penderita mengetahui dirinya sedang menderita sakit fisik berat akibat zat tersebut,
atau adanya kenyataan bahwa ia tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa menggunakan zat
tersebut. Gangguan yang dapat terjadi adalah gangguaan fungsi sosial yang berupa
ketidakmampuan memenuhi kewajiban terhadap keluarga atau kawan-kawannya karena
perilakunya yang tidak wajar, impulsif, atau karena ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar.
Dapat pula berupa pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas akibat intoksikasi, serta
perbuatan kriminal lainnya karena motivasi memperoleh uang (2) Ketergantungan zat,
merupakan suatu bentuk gangguan penggunaan zat yang pada umunya lebih berat. Terdapat
ketergantungan fisik yang ditandai dengan adanya toleransi atau sindroma putus zat. Zat-zat
yang sering dipakai, yang dapat menyebabkan gangguan penggunaan zat dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Opioida misalnya morfin, heroin,oetidin,kodein, dan candu.
2. Ganja atau kanabis atau mariyuana, hashish
3. Kokain dan daun koka
4. Alkohol ( Etillkohol ) Yang Terdapat Dalam Minuman keras
5. Amfetamin
6. Halusinogen, Misalnya LSD, meskalin, psilosin, dan psilosibin
7. Sedativa dan hipnotika
8. Solven dan inhalansia
9. Nikotin yang terdapat dalam tembakau
10. Kafein yang terdapat dalam kopi, teh, dan minuman kola
Semua zat yang disebutkan di atas mempunyai pengaruh pada susunan saraf pusat
sehingga disebut zat psikotropika psikoaktif. Tidak semua zat psikotropik dapat menimbulkan
gangguan penggunaan zat. Zat psikotropik yang disebutkan diatas dapat menimbulkan adiksi.
Oleh karena itu disebut zat adiktif. Obat antipsikosis dan antidepresi, hampir tidak pernah
menimbulkan gangguan penggunaan zat. Opioida, ganja, hashish, kokain, dan koka menurut
Undang-undang nomor 9 tahun 1976 disebut narkotika, walaupun secara farmakologik yang
termasuk narkotika hanya opioida.
Dalam buku-buku ilmu kedokteran, khususnya buku psikiatri, istilah " adiksi " dipakai
untuk melukiskan keadaan " kecanduan " . Tetapi, dalam buku-buku baru, istilah adiksi tidak
dipakai lagi. Sebagai gantinya, dipakai istilah " ketergantungan obat ". ketergantungan obat
dibedakan atas ketergantungan fisik dan ketergantungan psikis. Sementara itu, arti adiksi
dipersempit menjadi ketergantungan fisik, sedangkan ketergantungan psikis juga disebut
habituasi. Beberapa ahli memberi arti adiksi sebagai bentuk ketergantungan yang berat pada hard
drug (heroin, morfin), sedangkan habituasi sebagai bentuk ketergantungan yang ringan, yaitu
pada soft drug (ganja, sedativa, dan hipnotika).Ada pula yang mengganti ketergantungan obat
menjadi ketergantungan zat kimia atau chemical dependence. Dalam buku ini digunakan istilah
"gangguan penggunaan zat " (substance use disorders) yang dibedakan menjadi penyalahgunaan
zat (substance abuse) dan ketergantungan zat (substance dependence) sesuai dengan istilah yang
dipakai dalam PPDGJ II ( Pedoman Penggolongan Diagnosis Jiwa di Indonesia, Edisi II, 1983 ).
Untuk memperoleh khasiat seperti semula dari zat yang dipakai berulang kali, diperlukan
jumlah yang makin lama makin banyak. Keadaan yang demikian itu disebut "toleransi".
Toleransi silang merupakan toleransi yang terjadi di antara zat-zat yang khasiat farmakologiknya
mirip. Misalnya orang yang toleran terhadap alkohol, juga toleran terhadap sedativa dan
hipnotika. Gejala "putus zat" ( gejala lepas zat, withdrawal syndrome ) merupakan gejala yang
timbul bila seseorang yang ketergantungan pada suatu zat, pada suatu saat pemakainya
dihentikan atau dikurangi jumlahnya. Intoksifikasi merupakan suatu gangguan mental organik
yang ditandai dengan perubahan psikologis dan perilaku sebagai akibat pemakaian zat. Penyakit
Gangguan Jiwa, Neurotransmisi, Dan Perbedaan Antara Obat Psikotropik Dan Narkotik
Menurut Olson (1992) penyakit atau gangguan jiwa adalah penyakit neurotransmisi atau
penyaluran listrik kimiawi-listrik antarneuron. Adapun penyebab dari itu semua adalah: Pertama,
terlalu banyak neurotransmisi. Kedua, terlalu sedikit neurotransmisi, karena terlalu sedikitnya
NT yang diikat oleh reseptor pascasinaps (postsynaptic receptor). Masyarakat seringkali tidak
dapat membedakan antara obat psikotropika dengan obat narkotika. Obat psikotropika adalah
obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap
aktfitas mental dan perilaku. Pada umumnya obat ini biasa digunakan untuk terapi gangguan
psikiatrik. Sedangkan obat narkotika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf
pusat dan mempunyai efek utama terhadap penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri. Yang mana obat ini biasa digunakan untuk
analgesic (anti rasa sakit), antitusif (mengurangi batuk), antipasmodik (mengurangi rasa mulas
dan mual) dan pramedikasi anestesi dalam praktik kedokteran. Obat psikotropika adalah obat
yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental dan prilaku. Obat in biasanya digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.
C. Obat Narkotika
Adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek
utama terhadap penurunan atau peubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri. Obat ini biasanya digunakan untuk analgesik (anti rasa sakit), antitusif
(mengurangi batuk), antipasmodik (mengurangi rasa mulas dan mual) dan pramedikasi anestesi
dalam praktik kedokteran (Maslim R, 1999). Obat psikotropika maupun narkotika digunakan
dalam ilmu kedokteran sebagai penyembuhan dari rasa sakit. Ada beberapa hal yang mungkin
terjadi yang berkaitan dengan pengunaan obat psikotropika yang diberikan oleh dokter
1) Ada kalanya pasien mengurangi dosis yang dianjurkan dengan alasan terganggu oleh rasa
kantuk yang disebabkan obat. Beberapa pasien lain menganggap bahwa hanya dengan sekali
mnum obat mereka akan sembuh. Ini menyebabkan obat yang sudah tepat diberikan oleh dokter
pun tidak akan ada gunanya.
2) Pemberian obat psikotropika haruslah sesuai dengan dosis tertentu dan memperhatikan efek
samping yang mungkin terjadi. Bila suatu obat tidak cocok, pasien perlu kembali ke dokter yang
sama untuk meminta/ mendapatkan penjelasan mengenai kerja obat tersebut. Kalau perlu dokter
akan memberikan obat pengganti.
3) Beberapa pasien atau keluarga pasien sangat percaya pada obat sehingga melalaikan
psikoterapi. Yang perlu di ingat bahwa tujuan dari pemberian obat psikotropika ialah
menghilangkan atau mengurangi gejala sasaran bukan menyembuhkan.
4) Beberapa pasien lain tidak mengkonsumsi obat psikotropika karena takut akan mengalami
ketergantungan. Pasien-pasien ini selalu menghindar dari psikiater. Beberapa bahkan memilih
untuk mengambil pengobatan alternative.
D. PENYEBAB PENYALAHGUANAAN NAPZA
Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara faktor yang
terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapat
adanya penyebab tunggal (single cause) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
penyalagunaan NAPZA adalah sebagian berikut
1. Faktor individu :
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja
yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan
individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri
tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Ciri-ciri tersebut
antara lain :
a) Cenderung membrontak dan menolak otoritas
b) Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti Depresi,Ccemas, Psikotik,
keperibadian dissosial
c) Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
d) Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan memiliki citra diri negatif
(low self-esteem)
e) Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
f) Mudah murung,pemalu, pendiam
g) Mudah mertsa bosan dan jenuh
h) Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran
i) Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
j) Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambang keperkasaan dan
kehidupan modern.
k) Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
l) Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”
m) Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit mengambil keputusan
untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas
n) Kemampuan komunikasi rendah
o) Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan, kekecewaan,ketidak mampuan, kesepianan
kegetiran hidup,malu dan lain-lain)
p) Putus sekolah
q) Kurang menghayati iman kepercayaannya
2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar rumah,
sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut
menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :
a. Lingkungan Keluarga
a) Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif
b) Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga
c) Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi
d) Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
e) Orang tua otoriter atau serba melarang
f) Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
g) Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
h) Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA
i) Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten)
j) Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga
k) Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahduna NAPZA
b. Lingkungan Sekolah
a) Sekolah yang kurang disiplin
b) Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA
c) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara
kreatif dan positif
d) Adanya murid pengguna NAPZA
c. Lingkungan Teman Sebaya
a) Berteman dengan penyalahguna
b) Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar
d. Lingkungan masyarakat/sosial
a) Lemahnya penegakan hukum
b) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung
3. Faktor Napza
a) Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”
b) Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba
c) Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri,menidur-kan,
membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.
Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang kelak menjadi
penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas, semakin besar
kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA. .Penyalahguna NAPZA harus dipelajari
kasus demi kasus.Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak
selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA.Karena
faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup
kominikatif menjadi penyalahguna NAPZA
E. DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN NAPZA
Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA bukanlah hal yang mudah,tapi sangat penting
artinya untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut. Beberapa keadaan yang patut dikenali
atau diwaspadai adalah :
KELOMPOK RISIKO TINGGI
Kelompok Risiko Tinggi adalah orang yang belum menjadi pemakai atau terlibat dalam
penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko untuk terlibat hal tersebut, mereka disebut juga
Potential User (calon pemakai, golongan rentan). Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya,
namun seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko tinggi) mempunyai potensi lebih besar
untuk menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan dengan yang tidak mempunyai ciri
kelompok risiko tinggi. Mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1) ANAK :
Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA antara lain :
a)Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak tekun).
b) Anak yang sering sakit
c) Anak yang mudah kecewa
d) Anak yang mudah murung
e) Anak yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar
e) Anak yang agresif dan destruktif
f) Anak yang sering berbohong, mencari atau melawan tata tertib
g) Anak denga IQ taraf perbatasan (IQ 70-90)
2. REMAJA :
Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA :
a) Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mempunyai citra diri
negatif
b) Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar
c) Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas)
d) Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung risiko tinggi/bahaya
e) Remaja yang cenderung memberontak
f) Remaja yang tidak mau mengikutu peraturan/tata nilai yang berlaku
g) Remaja yang kurang taat beragama
h) Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA
i) Remaja dengan motivasi belajar rendah
j) Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler
k) Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan psikoseksual
(pemalu,sulit bergaul, sering masturbasi, suka menyendiri, kurang bergaul dengan lawan jenis).
l) Remaja yang mudah menjadi bosan,jenuh,murung.
m) Remaja yang cenderung merusak diri sendiri
3. KELUARGA
Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi,antara lain
a) Orang tua kurang komunikatif dengan anak
b) Orang tua yang terlalu mengatur anak
c) Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi diluar
kemampuannya
d) Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena terlalu sibuk
e) Orang tua yang kurang harmonis,sering bertengkar,orang tua berselingkuh atau ayah menikah
lagi
f) Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau benar salah yang jelas
g) Orang tua yang tidak dapat menjadikan dirinya teladan
h) Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA
F. JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN
1. Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
(menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika).
NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :
a) Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan
untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh :
heroin/putauw, kokain, ganja).
b) Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin,petidin)
c) Narkotika Golongan III :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I : (1) Opiat : morfin, herion
(putauw), petidin, candu, dan lain-lain (2) Ganja atau kanabis, marihuana, hashis (3) Kokain,
yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.
2. Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropik. Yang dimaksud
dengan PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
3. Zat Adiktif Lain
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan
Psikotropika, meliputi :
a) Minuman berakohol, Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
syaraf pusat,dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika,
memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
- Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
- Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,Johny Walker,
Kamput.)
b) Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai
pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus cat kuku,
bensin.
c) Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Pada
upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada
remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi
pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.
Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut :
- Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika Golongan I.
- Penggunaan dengan resep dokter : amfetamin, sedatif hipnotika.
- Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.
- Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan
menjadi tiga golongan :
1. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini
membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak
sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif
(penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
2. Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan
kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk
golongan ini adalah : Amfetamin (shabu,esktasi), Kafein, Kokain
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah
perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh
perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini
termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin. Macam-macam bahan Narkotika dan Psikotropika
yang terdapat di masyarakat serta akibat pemakaiannya :
a) OPIOIDA
Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :
- Opioida alamiah (opiat): morfin, cpium, kodein
- Opioida semi sintetik : heroin/putauw, hidromorfin
- Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, metadon
o Nama lainnya adalah putauw, putaw, black heroin, brown sugar
o Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin yang tidak murni berwarna putih
keabuan
o Dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin kemudian dengan
proses tertentu menghasil putauw, dimana putauw mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.
Opioid sintetik yang mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin.
o Opiat atau opioid biasanya digunakan dokter untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat
(analgetika kuat). Berupa pethidin, methadon, Talwin, kodein dan lain-lain
o Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa ingin menyendiri untuk
menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan sipemakai akan kehilangan rasa percaya diri
hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai membentuk dunia mereka
sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah musuh. Mulai sering melakukan
manipulasi dan akhirnya menderita kesulitan keuangan yang mengakibatkan mereka melakukan
pencurian atau tindak kriminal lainnya.
b) KOKAIN
Kokain mempunyai dua bentuk yaitu : kokain hidroklorid dan free base. Kokain berupa
kristal pitih. Rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dari free base. Free base tidak
berwarna/putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan dari kokain adalah koka,coke,
happy dust, charlie, srepet, snow salju, putih. Biasanya dalam bentuk bubuk putih.
Cara pemakaiannya : dengan membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus
diatas permukaan kaca atau benda-benda yang mempunyai permukaan datar kemudian dihirup
dengan menggunakan penyedot deperti sedotan. Atau dengan cara dibakar bersama tembakau
yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui suatu proses menjadi bentuk padat untuk
dihirup asapnya yang populer disebut freebasing. Penggunaan dengan cara dihirup akan berisiko
kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek rasa dari pemakaian kokain ini
membuat pemakai merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga
dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.
c). KANABIS
Nama jalanan yang sering digunakan ialah : grass cimeng, ganja dan
gelek,hasish,marijuana,bhang. Gamja berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica.
Pada tanaman ganja terkandung tiga zat utama yaitu tetrehidro kanabinol, kanabinol dan
kanabidio. Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara dipadatkan mempunyai rokok atau
dengan menggunakan pipa rokok.. Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, sipemakai :
cenderung merasa lebih santai,rasa gembira berlebih (euforia), sering berfantasi. Aktif
berkomonikasi,selera makan tinggi,sensitif,kering pada mulut dan tenggorokan
d). AMPHETAMINES
Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa tahun 1887, dan
dipasarkan tahun 1932 sebagai obat. Nama jalannya : seed,meth,crystal,uppers,whizz dan
sulphate. Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan,digunakan dengan cara
dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet biasanya diminum dengan air. Ada dua jenis
amfetamin :
- MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar tahun 1980 dengan nama
Ekstasi atau Ecstacy. Nama lain : xtc, fantacy pils, inex, cece, cein. Terdiri dari berbagai macam
jenis antara lain : white doft, pink heart, snow white, petir yang dikemas dalam bentuk pil atau
kapsul
- Methamfetamin ice, dikenal sebagai SHABU. Nama lainnya shabu-shabu.SS, ice, crystal,
crank. Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya
dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong).
e). LSD (Lysergic acid)
Termasuk dalam golongan halusinogen,dengan nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko
dalam banyak warna dan gambar, ada juga yang berbentuk pil, kapsul. Cara menggunakannya
dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit sejak
pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam. Efek rasa ini bisa disebut tripping. Yang bisa
digambarkan seperti halusinasi terhadap tempat. Warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini
digabung menjadi satu. Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang ia rasakan dan keinginan
untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama-lama
membuat paranoid.
f). SEDATIF-HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN)
Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur) Nama jalanan dari
Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp. Pemakaian benzodiazepin dapat melalui :
oral,intra vena dan rectal. Penggunaan dibidang medis untuk pengobatan kecemasan dan stres
serta sebagai hipnotik (obat tidur).
g). SOLVENT / INHALANSIA
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup.Contohnya : Aerosol, aica aibon, isi
korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner,uap bensin. Biasanya digunakan secara coba-coba
oleh anak dibawah umur golongan kurang mampu/ anak jalanan. Efek yang ditimbulkan :
pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan, mual, muntah, gangguan fungsi paru, liver dan
jantung.
h). ALKOHOL
Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh dari
proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian. Dari proses fermentasi diperoleh
alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, dengan proses penyulingan di pabrik dapat dihasilkan
kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Nama jalanan alkohol : booze, drink.
Konsentrasi maksimum alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali diabsorbsi,
etanol didistribusikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh. Sering dengan peningkatan
kadar alkohol dalam darah maka orang akan menjadi euforia, namun sering dengan
penurunannya pula orang menjadi depresi.
I. Gangguan mental dan perilaku akibat alkohol (F10)
Efek Jangka Pendek Alkohol
Pada dasarnya, alkohol memang mampu menghilangkan rasa sakit dan dalam dosis yang
lebih besar, bersifat sedatif, menyebabkan orang tertidur, bahkan kematian. Alkohol
menghasilkan berbagai efeknya melalui interaksinya dengan beberapa sistem neural di dalam
otak. Alkohol merangsang berbagai reseptor GABA, yang berperan dalam kemampuannya
mengurangi ketegangan. (GABA adalah neurotransmitter penghambat utama; berbagai obat
benzodiazepin, seperti vallium, memiliki efek pada reseptor GABA sama dengan efek alkohol).
Alkohol juga menaikkan kadar serotonim dan dopamin, dan efek ini mungkin merupakan sumber
dari kemampuannya untuk menciptakan efek yang menyenangkan. Terakhir, alkohol
menghambat berbagai reseptor glutamat yang dapat menimbulkan efek kognitif intoksikasi
alkohol, seperti berbicara dengan tidak jelas dan hilangnya memori (U.S.Departement of Health
and Human Service, 1994).
Terdapat banyak keyakinan mengenai efek alkohol. Alkohol dianggap mengurangi
kecemasan, meningkatkan sosiabilitas, melenturkan hambatan, dans ebagainya. Namun ternyata
beberapa efek jangka pendek mengonsumsi sedikit alkohol berhubungan erat dengan ekspektasi
si peminum mengenai efek obat tersebut sebagaimana efeknya terhadap aksi kimiawi pada
tubuh.
Efek Jangka Panjang Penyalahgunaan Alkohol Yang berkepanjangan
Efek jangka panjang mengonsumsi alkohol dalam waktu lama secara gamblang
digambarkan dalam banyak kasus. Kebiasaan minum yang kronis menimbulkan kerusakan
biologis parah selain kemunduran psikologis. Konsumsi alkohol dalam waktu lama memberikan
efek negatif bagi hampir setiap jaringan dan organ tubuh. Malnutrisi parah dapat terjadi. Karena
alkohol mengandung kalori tinggi – sekitar setengah liter minuman kadar – 80 memasok sekitar
separuh kebutuhan kalori dalam sehari- para peminum berat seringkali mengurangi asupan
makanan mereka. Namun, kalori yang dipasok alkohol tidak ada; alkohol tidak mengandung
berbagai zat gizi yang penting bagi kesehatan. Bahkan penyalahgunaan untuk waktu yang tidak
lamapun dapat mempengaruhi performa kognitif. Para mahasiswa yang menyalahgunakan
alkohol menunjukkan kelemahan dalam berbagai test neuropsikologis (Sher dkk., 1997). Alkohol
juga juga mengurangi efektifitas sistem imun, mengakibatkan meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi dan kanker. Dan bagi wanita hamil, konsumsi alkohol yang sangat banyak semasa hamil
diketahui merupakan penyebab utama retardasi mental. Pertumbuhan janin melambat dan terjadi
kelainan tempurung kepala, wajah serta anggota tubuh.
(I.1) BAHAYA-BAHAYA PENGGUNAAN ALKOHOL
Ketika dibandingkan dengan penggunaan alkohol oleh orang dewasa, penggunaan
alkohol oleh remaja diketahui frekuensinya lebih sering dilakukan dan volumenya lebih banyak
sehingga penggunaan alkohol pada usia remaja ini telah dianggap sangat berbahaya.
Pesta miras yang semakin cepat bertambah, kemungkinan besar terkait dengan budaya taruhan
dan uji nyali di antara para remaja ini yang menempatkan mereka pada resiko tinggi overdosis
alkohol atau keracunan alkohol, seperti tersumbatnya aliran pernafasan yang fatal.
Pesta miras orang dewasa didefinisikan sebagai mengkonsumsi 5 atau lebih minuman beralkohol
dalam rentang rata-rata 2 jam secara berturut-turut. Definisi tersebut akhir-akhir ini sering pula
digunakan untuk menggambarkan penggunaan alkohol pada remaja.
Namun dalam literatur terbaru lebih berpendapat menempatkan pesta miras pada remaja
terjadi pada usia 9-13 tahun pada anak-anak dan 14-17 tahun pada gadis dengan jumlah
konsumsi 3 atau lebih minuman beralkohol. Sedangkan untuk anak laki-laki berusia 14-15 tahun
dengan jumlah 4 atau lebih minuman beralkohol, dan usia 16-17 tahun sebanyak 5 atau lebih
minuman beralkohol. Penggunaan alkohol menjadi kontributor utama penyebab kematian para
remaja di Amerika Serikat seperti kecelakaan kendaraan, bunuh diri, dan
pembunuhan. Kecelakaan tabrakan kendaraan bermotor menempati urutan teratas dalam
penyebab kematian para remaja Amerika Serikat. Pada tahun 2007 sebuah survei tentang Youth
Risk Behavior mengungkapkan bahwa selama selang waktu 30 hari digelarnya survei tersebut,
sebanyak 29,1% para siswa di Amerika Serikat setidaknya pernah satu kali atau lebih menjadi
penumpang sebuah mobil yang dikendarai oleh supir yang sedang minum alkohol, dan sebanyak
10,5% dari mereka sedikitnya pernah sesekali mengendarai sendiri kendaraannya sambil minum
alkohol. Setelah Amerika Serikat mengubah aturan batasan minimal mengkonsumsi alkohol
menjadi 21 tahun, jumlah kecelakaan berkendaraan yang fatal secara individual di bawah usia 21
tahun menjadi menurun secara signifikan. Hal ini memperlihatkan adanya sebuah keterkaitan
erat antara penggunaan alkohol dan kecelakaan berkendaraan yang melibatkan para remaja. Bila
dilakukan perbandingan, kasus remaja yang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk
frekuensinya masih rendah di bawah para orang dewasa, namun, tingkat resiko kecelakaan motor
para remaja lebih besar dibandingkan orang dewasa saat mereka mabuk, khususnya ketika kadar
alkohol dalam tubuh para remaja ini berada pada level rendah dan menengah. Batasan minimal
mengkonsumsi alkohol secara legal di Amerika Serikat juga telah diasosiasikan dengan laju
bunuh diri yang tinggi pada remaja.
Beberapa literatur penelitian secara konsisten melaporkan hubungan keterkaitan yang erat
antara penggunaan dan penyalahgunaan alkohol dengan perilaku yang beresiko termasuk
penyerangan, aktifitas seksual yang riskan dan mengembang kepada penyalahgunaan obat-
obatan. Sehingga bagaimana pun juga penggunaan alkohol oleh para remaja tetap tidak aman
sekalipun di saat sedang tidak mengendarai. Dampak buruk lainnya yang juga tercatat adalah
gangguan mental dan fisik pada remaja itu sendiri. Gangguan-gangguan akibat penggunaan
alkohol menjadi sebuah faktor resiko terjadinya percobaan bunuh diri pada remaja.
Beberapa gangguan akibat penggunaan alkohol pada remaja secara psikologis di antaranya tidak
adanya gairah semangat (mood disorders), terutama depresi; kegelisahan atau fobia; kurang
fokus atau konsentrasi hingga gangguan attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD);
perilaku atau tabiat menjadi terganggu; bulimia; dan schizophrenia.
Sedangkan gangguan secara fisik di antaranya trauma sequelae (semacam gangguan pada
ginjal),gangguan tidur, konsentrasi tinggi serum enzim hati, gigi dan organ oral yang
abnormal,meskipun kondisi abnormal tersebut relatif sedikit ditemukan saat pemeriksaan fisik.
(I.2) BEBERAPA FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI DALAM BAHAYA
PENGGUNAAN ALKOHOL DAN OBAT-OBATAN
Faktor Genetik dan Keluarga
Studi-studi pada saudara kembar di lingkungan populasi orang dewasa telah secara
konsisten mendemonstrasikan pengaruh genetik dalam penggunaan dan penyalahgunaan
alkohol, namun masih sedikit penelitian yang meneliti pengaruh genetik secara spesifik menurut
rentang usia pada para remaja. Penelitian pada remaja melalui subjek saudara kembar, kembar
identik ataupun yang diadopsi, sekelompok peneliti di antaranya Rhee dan kawan-
kawan meneliti relatifitas kontribusi dari genetik dan lingkungan terhadap inisiasi pencobaan
pertama mengkonsumsi alkohol, penggunaannya secara berkala dan masalah-masalah umum
yang berkaitan dengan penyalahgunaan zat kimia. Hasil dari penelitian ini mendemonstrasikan
bahwasannya para remaja, dibandingkan dengan temuan studi pada kembar dewasa, tingkat
pengaruh genetiknya lebih tinggi, sedangkan pengaruh lingkungan lebih rendah untuk
penggunaan alkohol atau obat-obatan ketimbang kejadian inisiasi penggunaan awal. Keluarga
memainkan peranan penting dalam perkembangan masalah alkohol dan obat-obatan pada remaja.
Penggunaan obat-obatan oleh orang tua atau saudara yang lebih tua serta perilaku orang tua yang
membebaskan anaknya (tidak terkontrol) terhadap penyalahgunaan obat-obatan pada remaja,
akan beresiko tinggi terjadinya penggunaan alkohol dan obat-obatan pada para
remaja. Pengawasan orang tua terhadap apa yang akan digunakan oleh anak-anaknya, dan
memastikan berlakunya aturan dan etika dalam rumah tangga akan menghalangi atau menekan
penggunaan alkohol di antara para remaja.
Di Amerika Serikat tercatat sebanyak 7 juta anak-anak yang berusia di bawah 18 tahun
adalah anak-anak yang hidup dengan orang tua yang alkoholik. Anak-anak yang orang tuanya
melakukan penyalahgunaan alkohol sangat beresiko dengan masalah-masalah perilaku dan
kesehatannya, termasuk kriminal, gangguan kecerdasan, ADHD, keluhan-keluhan kejiwaan, dan
masalah alkoholisme sebagaimana yang terjadi pada orang dewasa.
Faktor-faktor Lainnya
Keadaan lingkungan dan mempunyai teman-teman yang pengguna alkohol, tembakau
atau obat-obatan, merupakan pendorong terkuat kemungkinan besar terjadinya perilaku
penggunaan zat-zat kimiawi oleh para remaja. Peluang terjadinya penyalahgunaan ini lebih
tinggi lagi terjadi bila di dalam komunitas tersebut alkohol dan obat-obatan terlarang murah
biayanya dan mudah didapatkan. Faktor resiko lainnya yang juga ikut mendorong terjadinya
penyalahgunaan zat-zat kimiawi di antaranya kinerja sekolah yang buruk, tidak adanya
penanganan ADHD, dan penyimpangan perilaku. Media berpengaruh besar pula terhadap
terjadinya penggunaan alkohol oleh para remaja. Jernigan et al meneliti para anak laki-laki dan
perempuan yang diberikan ekspos majalah yang menampilkan iklan-iklan alkohol dibandingkan
dengan respon orang dewasa, menemukan bahwasannya dibandingkan dengan orang dewasa
yang berusia 21 tahun atau lebih, sebesar 45% para remaja di bawah usia lebih cenderung untuk
melihat iklan bir, sebanyak 12% lebih cenderung melihat iklan minuman campur alkohol
sulingan, 65% lebih cenderung untuk melihat iklan minuman penyegar berkadar alkohol rendah
(alcopop atau lemonade, ice tea, atau minuman buah-buahan yang mengandung alkohol), dan
69% cenderung kepada iklan minuman berkadar air anggur rendah.
Ekspos iklan-iklan alkohol kepada para gadis lebih besar dibandingkan anak laki-laki.
Media lainnya seperti televisi, film, papan reklame, dan internet, dikenal sangat mempengaruhi
dalam promosi alkohol menggunakan gambaran yang atraktif tanpa menyinggung atau
mengasosiasikannya dengan konsekuensi negatifnya. Sejumlah penelitian telah memperlihatkan
bahwa ekspos media dapat membuat anak-anak dan para remaja lebih cenderung untuk
bereksperimen dengan alkohol.
(I.3) FAKTOR PERKEMBANGAN SISTEM SARAF PADA REMAJA
Lebih dari satu dekade yang lalu, terjadi lompatan besar dalam pemahaman ilmu
pengetahuan tentang kecanduan yang dikaitkan dengan sistem saraf biologis (neurobiological).
Studi-studi yang menginvestigasi perkembangan normal dari otak telah memberikan informasi
yang luas tentang dampak dari alkohol dan obat-obatan terhadap otak para remaja. Terdapat
beberapa kemungkinan dampak dari alkohol dan obat-obatan terhadap otak remaja, kondisi ini
disebabkan karena belum sempurnanya proses perkembangan pada otak mereka sehingga
mengkondisikannya rawan terhadap keracunan dan kencanduan obat-obatan, dan penggunaan
obat-obatan itu sendiri dapat mempengaruhi secara langsung perkembangan otak
mereka. Penggunaan alkohol dan obat-obatan selama masa-masa awal usia remaja, ditambah
pula dengan kecenderungan secara genetik dari orang tuanya yang juga menyalahgunakan dan
kecanduan obat-obatan, dapat beresiko meningkatkan potensi penggunaan alkohol dan obat-
obatan dalam periode keremajaan mereka.
(I.4) Terapi Untuk Peminum Alkohol
· Penanganan Tradisional di rumah sakit umum dan swasta di seluruh dunia selama bertahun-
tahun telah menyediakan tempat bagi para penyalahgna alkohol, berupa ruang-ruang rawat di
mana individu dapat menghentikan kebiasaan minumnya dan mengikuti berbagai terapi
individual dan kelompok. Penghentian alkohol, yaitu detoksifikasi, dapat berjalan sulit, baik
secara fisik maupun psikologis, dan biasanya memerlukan waktu sekitar sebulan. Obat-obat
penenang terkadang diberikan untuk menghilangkan kecemasan dan rasa tidak nyaman karena
putus zat. Karena banyak penyalahguna alkohol yang menyalahgunakan obat penenang tersebut,
beberapa klinik mencoba menggunakan cara penghentian secara bertahap tanpa obat-obatan
penenang daripada mengehentikan alkohol secara total. Proses penghentian tanpa bantuan obat
tersebut berhasil bagi sebagian besar peminum bermasalah (Wartenburg, 1990)
· Penanganan biologis paling baik bila dipandang sebagai suatu penanganan tambahan. Yaitu
penanganan yang dapat memberikan manfaat bila dikombinasikan dengan suatu intervensi
psikologis. Meskipun demikian, saat ini terdapat beberapa data mengenai terapi yang mencakup
kombinasi terapi obat dan psikoterapi maupun kombinasi beberapa obat yang berbeda (Myrick
dkk, 2000). Beberapa peminum bermasalah yang sedang dalam penanganan, baik rawat inap
maupun rawat jalan, menggunakan disulfiram atau antabuse, obat yang mencegah minum dengan
cara menyebabkan muntah-muntah hebat jika alkohol diminum. Obat tersebut menghambat
metabolisme alkohol sehingga tercipta produk sampingan yang sangat tidak mengenakkan.
· Alcoholics anonymous, kelompok terapi mandiri terbesar dan paling terkenal di seluruh dunia
adalah Alcoholic Anonymous (AA), yang didirikan tahun 1935 oleh dua orang mantan pecandu
alkohol. Pada intinya ialah, bahwa dorongan semangat dari suatu kelompok untuk tidak kembali
kepada kebiasaan minum alkohol, tentunya dengan berbagai cara dan tahapan yang terstruktur
dengan baik. Setiap orang dalam kelompok ini ditanamkan keyakinan bahwa penyalahgunaan
alkohol merupakan penyakit yang tidak pernah dapat disembuhkan, dan diperlukan kewaspadaan
yang terus menerus agar dapat menahan diri untuk tidak minum walaupun hanya sekali karena
bila terjadi demikian, kebiasaan minum yang tidak terkendali akan terjadi lagi.
· Terapi pasangan dan keluarga, alkohol sangat merusak hidup para peminum bermasalah, oleh
karena itu, banyak yang hidup hampir menyendiri, dan tidak diragukan lagi bahwa kurangnya
dukungan sosial tersebut memperparah masalah minum mereka. Terkait dengan dukungan
pasangan, pentingnya dukungan pasangan dalam upaya peminum bermasalah untuk mengatasi
berbagai stres yang tidak terhindarkan dalam hidup tidak boleh diremehkan. Namun, yang juga
tidak boleh diremehkan adalah sulitnya menjaga agar tetap minum dalam jumlah yang wajar atau
berhenti minum dalam pemantauan selama satu dan dua tahun terlepas dari jenis intervensi
perkawinan dan efek positifnya dalam jangka pendek (Alexander, 1994)
· Penanganan kognitif dan perilaku, secara umum terapi kognitif dan behavioral merupakan
penanganan psikologis yang paling efektif bagi penyalahgunaan alkohol (Finney & Moos, 1998).
- Terapi Aversi, dalam terapi ini seorang peminum bermasalah dikejutkan atau dibuat menjadi
mual ketika melihat, meraih, atau memulai minum alkohol. Dalam satu prosedur yang disebut
sensitisasi tertutup (Cautela, 1966), si peminum bermasalah diinstruksikan untuk membayangkan
dirinya mengalami mual yang hebat dan luar biasa karena minum alkohol.
- Pendekatan manajemen peristiwa dan penguatan komunitas, terapi manajemen peristiwa bagi
penyalahguna alkohol mencakup mengajari pasien dan orang-orang dekatnya untuk menguatkan
perilaku yang tidak berkaitan dengan minum.
- Minum secara wajar, mengingat sulitnya masyarakat menghindari alkohol sama sekali,
mungkin lebih baik mengajari seorang pemium bermasalah, setidak-tidaknya yang tidak
menyalahgunakan secara ekstrem, untuk minum secara wajar. Harga diri seorang peminum pasti
akan bertambah karena mampu mengendalikan suatu masalah dan karena merasa memiliki
kendali atas hidupnya.
KESIMPULAN
Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja adalah
ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umumnya.
Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial
yang ditimbulkannya. Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas
dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan
yang cukup tentang penanggulangan tersebut. Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran
pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan penaggulangan terhadap NAPZA. Narkoba
memang memiliki banyak jenis, bahkan ada ratusan jenis Narkoba yang belakangan sudah
diracik dengan sesama jenis narkoba atau obat lain sehingga dampaknya lebih buruk. Tapi,
menurut dokter Hendy, dalam dunia medis obat-obat haram tersebut biasa bisa dikelompokkan
menjadi tiga kategori saja ‘‘Berdasarkan Undang-Undang, narkoba dapat digolongkan menjadi
tiga kategori. Yaitu, narkotika, psikotropika, dan zat Adiktif (Membuat Ketagihan-Red)
lainnya,’’ terang psikiater yang berpraktek di RSU Dr. Soetomo ini. Berdasarkan UU RI No
22/1997, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat alamiah ataupun sintetis yang
menyebabkan perubahan atau gangguan kesadaran. Sehingga, dampak yang bisa langsung
terlihat adalah user (pengguna)akan kehilangan kesadarannya. Sedangkan berdasarkan UU RI
No 5/1997, yang dimaksud dengan psikotropika adalah zat atau obat alamiah atau sintetis dengan
khasiat psikoaktif yang menyebabkan perubahan khas pada mental atau perilaku. Dari pengertian
tersebut diketahui bahwa reaksi tubuh pada zat psikotropika ini sulit terlihat langsung karena
berdampak jangka panjang pada mental dan perilaku. Selain itu, masih ada zat adiktif lainnya
seperti alkohol, nikotin, bensin, dan thinner. Obat psikotropik adalah bahan atau zat (substansi)
yang dapat mempengaruhi fungsi berfikir, perasaan dan tingkah laku pada orang yang
memakainya. WHO (1969) memberikan batasan mengenai “Drug” (Obat), setiap zat (bahan)
yang jika masuk dalam organisme hidup, akan mengadakan perubahan pada satu atau lebih
fungsi-fungsi organisme tersebut. Bahan-bahan yang masuk narkotika, ganja, psikotropika dan
alkohol adalah bahan-bahan yang mempunyai efek tersebut. Bahan-bahan tersebut seringkali
disalahgunakan (drug abuse), sehingga dapat mengakibatkan ketergantungan (drug dependence).
J. SUMBER RUJUKAN
Declerg. L. 1994. Tingkah Laku Abnormal, Sudut Pandang Perkembangan. Jakarta: Grasindo
Soekadji, S. 1990. Pengantar Psikologi.Jakarta
Sulistyaningsih. 2002. Psikologi Abnormal dan Psikopatologi. Malang: STIT Malang
Davidson, Gerald C. Psikologi Abnormal. 2006. Abnormal Psychology. Telah diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia dengan judul Psikologi Abnormal oleh Noermalasari Fajar. Penerbit:
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
http://forum.kafegaul.com/showthread.php?t=156065
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/052001/lak-1.htm
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=1299&Itemid=2
http://infonarkoba.blogspot.com/2005/09/macam-narkoba-ganjacimeng.html
http://infonarkoba.blogspot.com/
http://pencerahanglobal.blogspot.com/2007/09/lindungi-keluarga-dan-perangi-napza.html
http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news_id=70