35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BBELAKANG Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat- giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual manusia seutuhnya lahir maupun batin. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini berkembang pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan masyarakat. Hal ini sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin lama semakin berkembang dengan pesat, dan salah satu yang paling marak saat ini adalah “Masalah Narkotika dan Psikotropika.” Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat SERBUK BERUJUNG MAUT 1

akibat penggunaan zat psikoaktif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gejala dan tanda intoksikasi dan putus zat.

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BBELAKANGDi masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual manusia seutuhnya lahir maupun batin. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini berkembang pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan masyarakat. Hal ini sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin lama semakin berkembang dengan pesat, dan salah satu yang paling marak saat ini adalah Masalah Narkotika dan Psikotropika.Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Peredaran Narkotika dan Psikotropika secara tidak bertanggung jawab sudah semakin meluas di kalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang banyak menggunakan Narkotika dan Psikotropika adalah kalangan generasi muda yang merupakan harapan dan tumpuan bangsa di masa yang akan datang. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 1524 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan dampaknya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam upaya mengatasi masalah ini.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA JENIS-JENIS NAPZAA. GOLONGAN NARKOTIKA1. Narkotika Golongan I :Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).2. Narkotika Golongan II :Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).3. Narkotika Golongan III :Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).

Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I, yaitu Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain - Ganja atau kanabis, marihuana, hashis - Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.

B. GOLONGAN PSIKOTROPIKAPsikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sidroma ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :1. Psikotropika Golongan I :Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).2. Psikotropika Golongan II :Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).3. Psikotropika Golongan III :Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).4. Psikotropika Golongan IV :Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain : Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu. Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain. Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.

Pemakai psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.C. ZAT ADIKTIF LAINNYAYang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :1. Minuman berakoholMengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol : Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir) Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur) Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput.)2. InhalansiaYaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.3. TembakauPemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.

Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

Bahan/obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut : Sama sekali dilarang : Narkotika golongan I dan Psikotropika Golongan I. Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika. Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain. Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan (Downer)Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.3. Golongan HalusinogenAdalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.

PENGATURAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

Landasan hokum yang berupa peraturan perundang-undangan dan konvensi yang sudah diratifikasi cukup banyak, di antaranya adalah :a. UU Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.b. UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.c. UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.d. PP Nomor 1 Tahun 1980 tentang ketentuan Penanaman Papaver, Koka dan Ganja.e. Keputusan Presiden Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol.f. UU Nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika 1961.g. Konvensi Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 196/Men.Kes./SK?VIII/1997 tentang Penetapan Alat-alat dan Bahan-bahan sebagai barang di Bawah Pengawasan.

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 SKENARIOSerbuk berujung maut

Jo, Seorang Pemuda baru saja kehilangan seorang sahabat. Sahabat Jo meninggal akibat overdosis kokain. Usia Jo kini sudah 25 tahun. Sejak SMA mereka bersahabat. Beberapa jenis zat psikoaktif dan alkohol sudah sangat akrab dengan mereka berdua yang notabene berasal dari keluarga broken home. Semua berawal dari merokok, kemudian mencoba ganja dan seterusnya hingga akhirnya ia kehilangan sahabat. Mereka sama-sama menikmatinya, mulai dari dosis kecil, sedang hingga besar bahkan sampai overdosis. Saat kejadian Jo sedang sama-sama menikmati serbuk haram tersebut. Bersyukur keluarga Jo sadar dan sangat terbuka, menerima kembali Jo apa adanya, meskipun sekarang harus menerima kenyataan bahwa anak mereka harus hidup di panti rehabilitasi.Di tempat rehabilitasi, Jo sering mengamuk, berteriak, cenderung menyakiti orang lain dan diri sendiri. Nafas cepat, denyut jantung meningkat dan meminta untuk segera diberikan serbuk favoritnya. Jo sudah berada didunianya sendiri. Baginya tiada kesenangan lain selain bisa mendapatkan apa yang sudah merenggut nyawa sahabatnya. Seperti singa kelaparan, mengamuk mencari makan. Jika singa bisa makan apa saja asal daging, lain dengan Jo. Ia hanya ingin kokain.

3.2 TERMINOLOGI Kokain : merupakan alkaloid yang didapatkan dari tumbuhan koka Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan. Daunnya biasa dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan. Panti rehabilitasi : merupakan tempat untuk memulihkan atau menyembuhkan seorang pasien pasca operasi atau pasien pengidap narkoba.

3.3 PERMASALAHAN1) Apakah dampak broken home pada remaja? Jawab : Sebagian besar seorang remaja yang berasal dari keluarga broken home tidak lagi mendapatkan perhatian dari orang tuanya sehingga ia akan dengan mudah masuk dalam pergaulan bebas, seperti menggunakan narkoba, seks bebas dan lain-lain. Seorang remaja yang depresi akibat perceraian orang tuanya bisa saja melampiaskan seluruh kekesalannya dengan mengkonsumsi minuman alkohol dan narkoba yang akan membuat ia merasa lebih tenang.

2) Apakah penyebab dari penyalahgunaan zat psikoaktif?Jawab : Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dari penyalahgunaan zat psikoaktif, antara lain : 1) Faktor dari individu itu sendiri. Seseorang yang memiliki iman yang lemah akan mudah tergoda untuk mencoba hal-hal yang negatif. Awalnya hanya mencoba dan berakhir dengan kecanduan. 2) Faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Seseorang yang tidak mendapatkan perhatian dari orang tua dan keluarganya (broken home, orang tua sibuk bekerja) akan mudah terjerumus dalam pergaulan yang bebas, seperti seks bebas dan menggunakan narkoba. Seseorang yang berteman dengan pecandu narkoba dan tidak mampu menolak ajakan temannya menggunakan narkoba juga dapat menjadi pecandu narkoba.

3) Apakah yang menyebabkan nafas dan denyut jantung Jo meningkat?Jawab : kokain yang dikonsumsi Jo akan merangsang lebih banyak stimulan, dimana stimulan itu merangsang kerja saraf simpatris yang kemudian akan mengeluarkan neurotransmiter yang akan membuat nafas dan denyut jantung Jo meningkat.

4) Bagaimanakah mekanisme dalam tubuh Jo sehingga Jo membutuhkan kokain dalam dosis yang lebih besar?Jawab : hal ini disebbkan karena toleransi tubuh yang membutuhkan dosis yang kebih besar untuk merasakan kenikmatan yang sama dengan dosis yang pertama dia gunakan

5) Mengapa gejala timbul saat Jo berada di panti rehabilitasi?Jawab : Karena saat Jo berada dalam panti rehabilitasi Jo tidak diizinkan untuk mengkonsumsi zat tersebut (putus zat), dimana keadaan putus zat tersebut akan menimbulkan gejala-gejala seperti diskenario.

6) Apa saja kegiatan atau fungsi dari panti rehabilitasi?Jawab : Memperbaiki gizi pasien dengan mutu yang baik dalam jumlah yang memadai, memulihkan kebugaran jasmani pasien dan membantu membangkitkan kembali kepercayaan diri pasien.

7) Seperti apakah edukasi yang diberikan dokter untuk pasien dan keluarga pasien? Jawab : memberikan semangat dan motivasi kepada pasien dan keluarga gunanya agar pasien tetap percaya diri, menyarankan keluarga pasien agar tidak mengucilkan pasien, menyarankan keluarga agar mengajak pasien lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, serta menyarankan keluarga untuk mengajak pasien memperdalam minat dan bakat pasien agar pasien fokus pada hal-hal yang menjadi hobinya, dengan begitu diharapkan pasien menjadi lupa dengan keinginannya menggunakan narkoba.

3.4 INTOKSIKASI AKUT ZAT PSIKOAKTIFA. DEFINISIIntoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alcohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya. Intensitas intoksikasi akan berkurang dengan berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi. Dengan demikian orang tersebut akan kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi.

B. PEDOMAN DIAGNOSTIK INTOKSIKASI AKUT MENURUT PPDGJ-III Intoksikasi akut sering dikaitkan dg: tingkat dosis zat yg digunakan (dose-dependent), individu dg kondisi organik tertentu yg mendasarinya (misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yg dalam dosis kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yg tidak proporsional. Disinhibisi yg ada hubungannya dg konteks sosial perlu dipertimbangkan (misalnya disinhibisi perilaku pada pesta atau upacara keagamaan) Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yg timbul akibat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi : gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya. intensitas intoksikasi berkurang dg berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi. Dg demikian orang tersebut akan kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yg rusak atau terjadi komplikasi lainnya.

C. TANDA DAN GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA SKENARIO1. KokainKokain memiliki efek yang mirip dengan amfetamin. Kokain terdapat dalam bentuk serbuk yang dihirup melalui hidungatau disuntikkan secara langsung ke dalam pembuluh darah vena (mainlining). Jika direbus dengan natrium bikarbonat, kokain berubah menjadi bentuk bebas yang disebut pecahan kokain (crack cocaine). Akibat pemanasan ini terbentuk uap kokain yang bisa dihirup. Pecahan kokain bekerja secepat kokain yang disuntikkan secara intravena. Kokain menimbulkan efek kesiagaan yang tinggi,euforia (kegembiraan yang sangat) dan tenaga yang luar biasa jika disuntikkan melalu intravena atau dihirup. Pemakai kokain berat dan orang-orang yang menyuntikkan kokain melalui pembuluh darah atau menghirup uapnya adalah orang-orang yang paling mungkin mengalami ketergantungan.

ZAT TANDA / GEJALA

INTOKSIKASI PUTUS ZAT

Kokain Takhikardia Dilatasi Pupil Meningkatnya Tekanan Darah Berkeringat Tremor Mual , Muntah Menungkatnya Suhu Tubuh Aritnia Halusinasi Visual Sinkope Nyeri Dada Euforia Agitasi Psikomotor Agresif Waham Kebesaran Halusinasi Mulut Kering Percaya Diri Meningkat Nafsu Makan Menurun Panik Keletihan Insomnia atau Hypersomnia Agitasi Psikomotor Ide Bunuh Diri dan Paranoid Mudah Tersinggung atau Iritabel Perasaan depresif

2. Ganja Daun ganja (juga kembangnya) berasal dari tanaman perdu Cannabis sativa. Bahan aktifnya berasal dari tanaman ganja yang bersifat adiktif, disebut delta tetra hidrokannabinol (THK) yang hanya larut dalam lemak. Karena tidak dapat larut dalam air, THK tinggal lama didalam lemak jaringan (termasuk jaringan lemak otak, sehingga menyebabkan brain damage). Gambaran klinis disebakan ganja tergolongan kombinasi antara CNS-depresant, stimulansia dan halusinogenik. Di Indonesia, ganja disebut dengan cimek, gelek, maribuana, hashish. Bentuk umumnya: serpihan daun atau kembang ganja yang diperjual belikan-belikan bentuk lintingan, gram-graman, kilo-kiloan hingga berton-ton. Dikenal juga bentuk lain yaitu : budha stick dan minyak ganja.

ZAT TANDA / GEJALA

INTOKSIKASI PUTUS ZAT

KANABIS(Ganja, Marijuana, Hashis) Tremor Takhikardi Mulut Kering Nistagmus Keringat Banyak Gelisah Mata Merah Ataksia Sering Kencing Fugsi Sosial/pekerjaan terganggu Percaya diri meningkat Perasaan melambung Disorientasi Depersonalisasi Gangguan daya ingat jangka pendek Halusinasi visual/pendengaran Emosi labil, bingung Waham kejar dan paranoia, ilusi, cemas, depresi, panik serta takut mati Pusing, mual, diare, haus dan nafsu makan meningkat Perubahan proses pikir, inkoheren dan asosiasi longgar Merasa identitas diri berubah Insomia Mual Mialgia Cemas Gelisah Mudah tersinggung Demam Berkeringat Nafsu makan menurun Foto fobia Depresif Bingung Menguap Diare Kehilangan berat badan Tremor

3. AlkoholPengguna alkohol dengan ketergantungan disebut juga alkoholisme. Alkohol adalah zat yang memproduksi efek ganda pada tubuh: pertama adalah efek depresan yang singkat dan kedua adalah efek agitasi pada susunan saraf pusat yang berlangsung enam kali lebih lama dari efek depresannya.Kesadaran atas kedua efek ini sangat tergantung pada kondisi susunan saraf pusat pada saat penggunaan alkohol berlangsung. Dengan demikian efek penggunaan alkohol juga tergantung pada seting lingkungan penggunaan dan kepribadian orang yang bersangkutan.Masalah alkohol menyolok dibeberapa wilayah Indonesia. Media massa memuat beritabeberapa orang meninggal dalam acara pesta alkohol akibat penggunaan alkohol lokal,atau didapatkan dalam populasi tertentu penggunaan alkohol yang sulit dihentikan.

Menurut Jellinek progresifitas alkoholisme terbagi dalam 3 fase : Fase dini ditandai dengan bertambahnya toleransi terhadap alkohol, amnesia,timbulnya rasa bersalah karena mengonsumsi alkohol dan terhadap perilakuyang diakibatkannya. Fase krusial ditandai dengan hilangnya kendali terhadap kebiasaanmengonsumsi alkohol, perubahan kepribadian, kehilangan teman dan pekerjaan. Fase kronis ditandai kebiasaan mengonsumsi alkohol di pagi hari, tremor serta halusinasi.Berbagai kondisi yang mandasari gangguan penggunaan NAPZA akanmempengaruhi jenis pengobatan yang akan diberikan kepada pasien, kebijakanuntuk merawat dan memulangkan pasien, hasil yang diharapkan, sumber dayamanusia yang akan memberikan pelayanan, dan sikap terhadap perilaku pasien

ZAT TANDA / GEJALA

INTOKSIKASI PUTUS ZAT

ALKOHOL Ringan : Euforia, cadel, kantuk, Ataksia Berat : Stupor, Koma, Bradikardia, Hipotensi, Hipotermia, Kejang Sangat Berat : Reflek negatif G. Kesadaran G. Kognitif G. Afektif dan Perilaku Halusinasi, ilusi Kejang Gemetar Mual / Muntah Muka Merah Conjunctiva Merah Kelemahan umum Insomnia Lemas, marah (Iritabel) Berkeringat Hipertensi Rindu dengan minuman alkohol

4. RokokTembakau mengandung suatu senyawa proaktif yang disebut nikotin.Nikotin berasal dari nama Jean Nicot, orang yang memperkenalkan manfaat nikotin dalam bidang medis. Efek negatif dari beberapa bahan kimia yang berasal dari rokok adalah sebagai berikut :

a) Karbon monoksida (CO) . Zat ini merupakan gas yang sangat beracun. Gas karbon monoksida mudah terikat pada hemoglobin, sehingga mengurangi kemampuan darah mengikat oksigen dan membuat jantung akan bekerja lebih keras. Keracunan gas CO dapat menyebabkan kematian.

b) PAH, dapat menyebabkan kanker.

c) Tar dan resin

Suatu cairan berwarna kuning kecoklatan.Keduanya dapat menumpuk dan mengganggu kerja paru-paru. Sekitar 30 jenis senyawa yang terdapat dalam tar dapat menyebabkan kanker. Tar dan resin juga dapat membuat sistim pernapasan teriritasi, sehingga sesak napas.

d) Nikotin Bersifat racun. Zat inilah yang menyebabkan adiksi dalam rokok. Nikotin dapat menstimulan susunan saraf pusat. Kadar nikotin dalam sebatang rokok berkisar antara 1% sampai 4%.Sedangkan kadar nikotin yang masuk ke paru-parau sekitar 0,25 mg dari setiap batang rokok yang di hisap. Dosis fatal nikotin pada manusia adalah 60 mg.

3.5 SINDROMA KETERGANTUNGAN

A. DEFINISIKondisi fenomena psikologis dalam bentuk keinginan kuat untuk mengkonsumsi dan kesulitan mengendalikan perilaku (Sugesti).ketergantungan menjadi 2 jenis,meliputi : Ketergantungan psikologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandaidengan stimulasi kognitif dan afektif yang mendorong konatif (perilaku).Stimulasi kognitif tampak pada individu yang selalu membanyangkan,memikirkan dan merencanakan untuk dapat menikmati zat tertentu. Stimulasiafektif adalah rangsangan emosi yang mengarahkan individu untuk merasakan kepuasan yang pernah dialami sebelumnya. Kondisi konatif merupakan hasil kombinasi dari stimulasi kognitif dan afektif. Dengandemikian ketergantungan psikologis ditandai dengan ketergantungan padaaspek-aspek kognitif dan afektif. Katergantungan fisiologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandaidengan kecenderungan putus zat. Kondisi ini seringkali tidak mampudihambat atau dihalangi pecandu mau tidak mau harus memenuhinya.Dengan demikian orang yang mengalami ketergantungan secara fisiologisakan sulit dihentikan atau dilarang untuk mengkonsumsinya.

B. Kriteria DSM-IV-TR untuk ketergantungan zatSuatu pola maladaptif penggunaan zat, yang menimbulkan hendaya atau penderitaan yang secara klinis signifikan, yang dimanifestasikan oleh tiga (atau lebih) hal berikut, terjadi dalam periode 12 bulan yang sama:1. Toleransi, seperti didefenisikan salah satu di bawah ini: a. Kebutuhan untuk terus meningkatkan jumlah zat untuk mencapai intoksikasi atau efek yang diinginkan.b. Penurunan efek yang sangat nyata dengan berlanjutnya penggunaan zat dalam jumlah yang sama.

2. Putus zat, seperti didefenisikan salah satu di bawah ini:a. Karakteristik sindrom putus zat untuk zat tersebut (mengacu kriteria A dan B untuk keadaan purus zat dari suatu zat spesifik)b. Zat yang sama (atau berkaitan erat) dikonsumsi untuk meredakan atau menghindari gejala putus zat3. Zat sering dikonsumsi dalam jumlah lebih besar atau dalam periode yang lebih lama dari seharusnya.4. Terdapat keinginan persisten atau ketidakberhasilan upaya untuk mengurangi atau mengendalikan aktivitas penggunaan zat.5. Menghabiskan banyak waktu melakukan aktivitas yang diperlukan untuk memperoleh zat (cth., mengunjungi banyak dokter atau berkendara jarak jauh), menggunakan zat (cth., merokok seperti kereta api), atau untuk pulih dari efeknya.6. Mengorbankan atau mengurangi aktivitas reaksional, pekerjaan, atau sosial yang penting karena penggunaan zat.7. Penggunaan zat berlanjut meski menyadari masalah fisik atau psikologis rekuren yang dialami mungkin disebabkan atau dieksaserbasi zat tersebut (cth., saat ini menggunakan kokain walau menyadari adanya depresi terinduksi kokain atau minum berkelanjutan meski mengetahui bahwa ulkus akan menjadi lebih parah dengan mengonsumsi alkohol).

C. Kriteria PPDGJ-III untuk Sindrom ketegantungana. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan zat psikoaktif.b. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan.c. Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas atau orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat.

d. Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu yang ketergantungan alkohol dan opiad yang dosis hariannya dapat mencapai taraf yang dapat membuat tak berdaya atau mematikan bagi pengguna pemula).e. Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minta lain disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya.f. Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum alkohol yang berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu periode penggunaan zat yang berta, atau hendaya fungsi kognitif berkaitan dengan penggunaan zat; upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya. Dalam konsep kedokteran, ketergantungan NAPZA merupakan gangguan yang menunjukkan adanya perubahan dalam proses kimiawi otak sehingga memberikan efek ketergantunagn (craving, withdrawal, tolerance). Sedang penyalahgunaan dikaitkan dengan tingkah laku bereksperimentasi, mengalamsi rasa kecewa, perilaku membangkang, masalah keuangan dan self medication. Dalam masyarakat, kedua istilah tersebut sering disalahtafsirkan. Pada umumnya seseorang mengalami penyalahgunaan NAPZA, belum tentu menderita ketergantungan.

3.6 DIAGNOSIS MULTIAKSIAL AKSIS I : GANGGUAN KLINIS KONDISI LAINNYA YANG MUNGKIN MERUPAKAN FOKUS PERHATIAN KLINIS AKSIS II : GANGGUAN KEPRIBADIAN RETARDASI MENTAL AKSIS III : KONDISI MEDIS UMUM AKSIS IV : PROBLEM PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN AKSIS V : PENILAIAN FUNGSI SECARA GLOBALDIAGONISIS MULTIAKSIAL PADA SKENARIO AXIS 1 : F.14, Gangguan Akibat Ketergantungan Kokain. AXIS 2 : Z.03.2 ( NONE ) AXIS 3 : TIDAK ADA AXIS 4 : Karena adanya broken home AXIS 5 : 20-11 (( bahaya mencederai diri sendiri/orang lain, disabilitias sangat berat dalam berkomunuikasi dan mengurus diri sendiri )

3.7 PENATALAKSANAANPenatalaksanaan Umum Kondisi Kegawatdaruratan PenggunaanNAPZA: Tindakan terfokus pada masalah penyelamatan hidup (life threatening) melalui prosedur ABC (Airway, Breathing, Circulation) dan menjaga tanda-tanda vital. Bila memungkinkan hindari pemberian obat-obatan, karena dikhawatirkan akan ada interaksi dengan zat yang digunakan pasien. Apabila zat yang digunakan pasien sudah diketahui, obat dapat diberikandengan dosis yang adekuat. Merupakan hal yang selalu penting untuk memperoleh riwayat penggunaan zat sebelumnya baik melalui auto maupun alloanamnesa (terutama dengan pasangannya). Bila pasien tidak sadar perhatikan alatalat atau barang yang ada pada pasien. Sikap dan tata cara petugas membawakan diri merupakan hal yang penting khususnya bila berhadapan dengan pasien panik, kebingungan atau psikotik Terakhir, penting untuk menentukan atau meninjau kembali besaran masalah penggunaan zat pasien.

3.8 EDUKASI1. PENDEKATAN KOMUNIKASI Pemberian semangat untuk mengubah sikap yang positif Mengajak hidup sehat Perlu juga diberikan pendekatan moralistik2. PENDEKATAN EDUKASI AFEKTIF Pengembangan personal dan sosial Mengembangkan keterampilan yang dimilikinya.3. PENDEKATAN ALTERNATIF Mendukung segala macam aktifitas yang dilakukan dan dibutuhkan Memberikan kesempatan utuk mengembangkan inisiatif sendiri untuk beraktifitas.4. PENDEKATAN KETAHANAN SOSIAL Berani untuk menolak Mengatasi problem dan setres. Mengembangkan kemampuan verbal dan non verbal.

BAB IVPENUTUP4.1 KESIMPULANBerdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh Jo pada kasus diatas, maka kelompok kami mendiagnosa Jo mengalami Sindroma Ketergantungan Zat Psikoaktif, yaitu kokain. Dimana tanda dan gejala pada pengguna kokain sama dengan yang dialami Jo, antara lain peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan nafas meningkat, selain itu tanda yang menonjol adalah Jo mengalami gejala ingin menyakiti diri sendiri dan orang lain. Dengan diagnosis multiaksial : AXIS 1 : F.14, Gangguan Akibat Ketergantungan Kokain, AXIS 2 : Z.03.2 ( NONE ), AXIS 3 : TIDAK ADA, AXIS 4 : Karena adanya broken home, AXIS 5 : 20-11 ( bahaya mencederai diri sendiri/orang lain, disabilitias sangat berat dalam berkomunuikasi dan mengurus diri sendiri. Penyembuhan Jo tergantung pada dirinya sendiri, edukasi dari keluarga dan terapi yang dilakukan pada panti rehabilitas.

DAFTAR PUSTAKA1) Martono, Lydia Harlina, dkk. 2000. Penanggulangan Terpadu Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Remaja. Jakarta : Pedoman bagi Penyusun Program dan Pelaksana Lapangan Lembaga Pemerintah dan Masyarakat.2) M. Arief Hakim. 2004. Bahaya Narkoba Alkohol : Cara Islam Mengatasi, Mencegah dan Melawan, Bandung : Nuansa.3) Maslim R. 2001. ed. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat. in PPDGJ-III. Jakara : Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajawa.4) Sadock BJ, Sadock VA. 2012. Gangguan Terkait Zat edited by Muttaqin H, Sihombing Retna NE. in Kaplan&Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2nd ed. Jakrta : EGC. 5) Sofyan, Ahmadi, 2007. Narkoba Mengincar Anak Anda Panduan bagi Orang tua, Guru, dan Badan Narkotika dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

SERBUK BERUJUNG MAUT24