26
Gangguan Tidur pada Manusia dan Penatalaksanaannya Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] ______________________________________________________________ _____________ I. Pendahuluan Banyak orang dewasa mengalami insomnia atau gangguan tidur pada satu waktu atau lain dalam kehidupan mereka. Diperkirakan 30% - 50% dari populasi umum dipengaruhi oleh insomnia, dan 10% menderita insomnia kronis.Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahaan tidur nyenyak (deep maintenance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA). Gejala dan tanda yang muncul sering kombinasi ketiganya, muncul ada yang sementara atau kronik. Gangguan tidur ini dapat dikarenakan juga oleh insomnia (gangguan tidur) itu sendiri,depresi atau demensia. Insomnia adalah gejala bukan merupakan diagnosis penyakit tunggal. Menurut definisi, insomnia adalah "kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau keduanya" atau persepsi kualitas tidur yang buruk. Insomnia itu mungkin karena mutu yang tidak memadai atau kuantitas tidur. Insomnia tidak didefinisikan oleh sejumlah tertentu dari jam tidur yang 1 | Page

Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Gangguan Tidur pada Manusia dan Penatalaksanaannya

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

___________________________________________________________________________

I. Pendahuluan

Banyak orang dewasa mengalami insomnia atau gangguan tidur pada satu waktu atau

lain dalam kehidupan mereka. Diperkirakan 30% - 50% dari populasi umum dipengaruhi oleh

insomnia, dan 10% menderita insomnia kronis.Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat

dibagi menjadi: kesulitan masuk tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahaan tidur nyenyak

(deep maintenance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA). Gejala dan

tanda yang muncul sering kombinasi ketiganya, muncul ada yang sementara atau kronik. Gangguan

tidur ini dapat dikarenakan juga oleh insomnia (gangguan tidur) itu sendiri,depresi atau demensia.

Insomnia adalah gejala bukan merupakan diagnosis penyakit tunggal. Menurut

definisi, insomnia adalah "kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau keduanya"

atau persepsi kualitas tidur yang buruk. Insomnia itu mungkin karena mutu yang tidak

memadai atau kuantitas tidur. Insomnia tidak didefinisikan oleh sejumlah tertentu dari jam

tidur yang sseseorang dapatkan, karena individu sangat bervariasi dalam kebutuhan tidur

mereka.

Insomnia mempengaruhi semua kelompok umur. Di antara orang dewasa, insomnia

mempengaruhi perempuan lebih sering daripada pria. Insiden cenderung meningkat dengan

usia. Hal ini biasanya lebih umum pada orang pada kelompok sosial ekonomi (pendapatan)

rendah, alkoholik kronis, dan pasien kesehatan mental. Stres yang paling sering memicu

insomnia jangka pendek atau akut. Jika tidak cepat didiagnosis, insomnia dapat berkembang

menjadi insomnia kronis.1

II. Pembahasan

Anamnesis

1 | P a g e

Page 2: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Anamnesis merupakan sejarah lengkap yang teringat dan diceritakan oleh pasien.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat medis, riwayat tidur,

pemeriksaan fisik, dan sebuah studi tidur (jika penyebab insomnia tidak jelas).

Riwayat medis – Sebuah riwayat medis digunakan untuk menilai risiko

mengembangkan insomnia dan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab. Sejarah ini

mempertimbangkan banyak faktor:

- Masalah kesehatan yang baru atau sedang berlangsung (termasuk penyakit seperti

arthritis)

- Nyeri luka

- Penggunaan suplemen, dan obat-obatan, termasuk kafein, tembakau, dan alkohol

- Perubahan kebiasaan kerja atau rekreasi (misalnya, perjalanan, rutinitas latihan,

perubahan shift di tempat kerja)

- Stres atau tekanan emosional lainnya

Riwayat tidur – Riwayat tidur yang membantu menilai kebiasaan tidur. Sebuah diary

tidur atau sleep log sering digunakan untuk merekam kebiasaan tidur. Riwayat tidur juga

biasanya mencakup pertanyaan tentang gejala-gejala yang mungkin terkait dengan insomnia.

Dokter mungkin bertanya tentang berfungsi siang hari, kelelahan, gangguan konsentrasi dan

perhatian, tidur siang, dan gejala umum lain insomnia.2 Kebiasaan dievaluasi dalam sejarah

tidur adalah sebagai berikut:

- Frekuensi dan durasi insomnia.

- Tidur dan waktu terbangun selama seminggu dan akhir pekan.

- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, seberapa sering terbangun di

malam hari terjadi, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur kembali.

- Apakah mendengkur dan sebagaimana keras dan apakah sering.

- Setiap gejala bangun terengah-engah atau merasa kehabisan napas.

- Kelelahan sepanjang hari

- Seberapa sering "tertidur" atau mengalami kesulitan untuk tetap terjaga selama tugas-

tugas rutin, terutama mengemudi.

- Khawatir tentang jatuh tertidur, tinggal tidur, atau mendapatkan cukup tidur

- Diet (cair dan padat)

- Obat-obatan yang dikonsumsi sebelum tidur

- Rutinitas menjelang saat tidur

2 | P a g e

Page 3: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

- Tingkat kebisingan, pencahayaan, dan suhu

- Gangguan (misalnya, televisi)

Sebuah Sleep Log dapat membantu untuk diagnosa gangguan tidur. Cara tersbut

adalah cara yang paling efisien bagi pasien dan dokter untuk mengevaluasi pasien yang sulit

tidur. Setiap pasien yang mengalami gangguan medis gangguan tidur, diharapkan mempunya

sleep log. Kemungkinan besar, dokter akan meminta pasien untuk mengisi sleep log untuk

jangka waktu beberapa minggu; sudah menyelesaikannya log ini dapat mempercepat

diagnosis dan pengobatan. Kebanyakan ahli merekomendasikan untuk mempertahankan sleep

log selama 2-4 minggu berturut-turut. Sleep log tersebut diharapkan untuk dibawa ke dokter

atau spesialis tidur pada saat konsultasi.

Gambar 1. Sleep Log

Pemeriksaan Fisik

3 | P a g e

Page 4: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pertama-tama ialah melihat keadaan umum,

dan kesadaran pasien. Lalu memeriksa tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, suhu, dan

frekuensi pernafasan). Lalu dilakukan pemeriksaan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi dengan tujuan untuk mencari kelainan organik lainnya yang bisa saja

menyebabkan insomnia.

T a nda fisik

Melihat ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,

konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering menguap),

tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti

penglihatan kabur, mual dan pusing.

Tanda psikologis

Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara,

daya ingat berkurang, bingung, sulit berkonsentrasi, timbul halusinasi, dan gangguan

penglihatan atau pendengaran. Kemampuan memberikan pertimbangan dan keputusan juga

menurun.Untuk mengetahui tingkat kantuk (sleepiness) secara kuantitatif dari seseorang,

klinisi dapat menggunakan suatu skala pengukuran yaitu The Epworth Sleepiness Scale.

Gambar 2. The Epworth Sleepiness Scale (Sumber: www.epworthsleepinesssclae.com)

Pemeriksaan Penunjang

4 | P a g e

Page 5: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

- Pemeriksaan Laboratorium

Tes darah digunakan untuk mendeteksi masalah tiroid atau kondisi lain yang dapat

menyebabkan masalah tidur.

- Pemeriksaan Radiologi

Tes diagnostik lainnya dapat dilakukan sebagai bagian dari evaluasi untuk insomnia,

meskipun mungkin tidak diperlukan pada semua pasien dengan insomnia.

Polysomnography memberikan informasi mengenai tidur / bangun otak, dan

merupakan 'standar emas' untuk penilaian diagnostik. Kendali polysomnography (PSG)

terdiri electroencephalography (EEG), electrooculography (EOG), dagu dan tibialis anterior

Elektromiografi (EMG), upaya pernapasan, aliran udara, oksimetri dan elektrokardiografi

(EKG). Sebagian besar penilaian adalah berbasis laboratorium dan malam pertama rekaman

biasanya dibuang sebagai artefak yang terdiri dari hal-hal baru karena prosedur dan

lingkungan. Anda mungkin mengatakan prinsip-prinsip kontrol stimulus diakui dalam

praktek. Karena orang-orang tidur dengan cara yang berbeda di laboratorium, dan mungkin

attributions berbeda tentang tidur mereka, rumah PSG telah dikembangkan sebagai

naturalistik alternatif. PSG portabel pertama rekaman digambarkan pada 1970-an tapi sejak

itu rumah perekaman telah menjadi lebih sederhana dan lebih handal. Dalam penelitian

insomnia, sangat penting bahwa orang tidur di / tempat tidurnya sendiri. PSG adalah penting

untuk diagnosis dalam kasus-kasus yang kompleks, dan untuk memantau dampak intervensi,

seperti hidung tekanan udara kontinu (nCPAP), dimana tingkat kejenuhan oksigen /

desaturation, kejadian apnea dan arousal dari tidur sering harus dinilai sebelum dan selama

pengobatan.

Actigraphy adalah tes lain yang lebih objektif yang mungkin dilakukan dalam situasi

tertentu tetapi tidak secara rutin bagian dari evaluasi untuk insomnia. Actigraph adalah

sebuah detektor gerakan gerakan indera seseorang saat tidur dan terjaga. Hal ini dipakai mirip

dengan jam tangan selama berhari-hari ke minggu, dan data pergerakan dicatat dan dianalisa

untuk menentukan pola tidur dan gerakan. Tes ini mungkin berguna dalam kasus gangguan

insomnia primer, gangguan irama sirkadian, atau kesalahpahaman tidur negara.3

Gejala Klinis

5 | P a g e

Page 6: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Insomnia mencakup beberapa kelainan berbeda yang didominasi oleh kesulitan untuk

tertidur atau mempertahankan keadaan tidur atau masalah kesulitan bangun awal di pagi hari

sebelum tidur yang adekuat didapatkan. Definisi dari tidur yang adekuat berbeda pada setiap

individu, dengan beberapa cukup dengan 5 jam dan beberapa merasa bahwa tidur yang tidak

terganggu sama sekali selama 8 atau 9 jam diperlukan untuk istirahat dan bangun untuk hari

berikutnya.

Dalam insomnia psiko-fisiologis, pasien mungkin mengeluh perasaan cemas, tegang,

khawatir, atau mengingat secara terus-menerus masalah-masalah di masa lalu atau di masa

depan karena mereka berbaring di tempat tidur terlalu lama tanpa tertidur. Pada insomnia

akut, dimungkinkan ada suatu peristiwa yang memicu, seperti kematian atau penyakit yang

menyerang orang yang dicintai. Hal ini dapat dikaitkan dengan timbulnya insomnia. Pola ini

dapat menjadi tetap dari waktu ke waktu, dan pasien dapat mengalami insomnia, berulang

terus-menerus. Semakin besar usaha yang dikeluarkan dalam mencoba untuk tidur, tidur

menjadi lebih sulit diperoleh. Menonton jam saat setiap menit dan jam berlalu hanya

meningkatkan perasaan terdesak dan usaha untuk tertidur. Tempat tidur akhirnya dapat

dipandang sebagai medan perang, dan tidur lebih mudah dicapai dalam lingkungan yang

asing.4

Working Diagnosis

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur.  Biasanya

disebabkan oleh gangguan di dalam waktu dan mekanisme tidur, hal ini biasanya diperberat

dengan perilaku yang tidak sehat, seperti tidak teratur jam tidur, seringnya bergadang dan

penggunaan kafein. Insomnia adalah sebagian dari gangguan tidur, tetapi keluhan ini adalah

keluhan yang paling sering dari gangguan tidur.5

Insomnia dikelompokkan menjadi:

Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak

berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian

Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan,

obat, depresi atau stres yang hebat.

6 | P a g e

Page 7: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Insomnia bisa disebabkan oleh sejumlah alasan yang berbeda. Penyebab ini dapat

dibagi menjadi faktor-faktor situasional, kondisi-kondisi medis atau psikiatris, atau masalah

tidur utama.5

Differential Diagnosis

Banyak penyebab insomnia sementara dan jangka pendek yang sama dan mereka

termasuk: 6

• Jet lag, perubahan dalam kerja shift, kebisingan yang berlebihan atau tidak

menyenangkan, suhu ruangan tidak nyaman (terlalu panas atau terlalu dingin),

stres situasi kehidupan (persiapan ujian, kehilangan orang yang dicintai,

pengangguran, perceraian, atau perpisahan), akibat penyakit medis, bedah yang

akut atau rumah sakit, efek samping dari obat, alkohol, obat penenang, atau obat

perangsang, Insomnia yang berhubungan dengan ketinggian tinggi (gunung).

Insomnia jangka panjang atau kronis. Mayoritas penyebab insomnia jangka panjang atau

kronis biasanya dikaitkan dengan kondisi jiwa yang mendasari atau fisiologis (medis).6

• Insomnia terkait Psikologis.

Masalah-masalah psikologis yang paling umum yang dapat menyebabkan

insomnia mencakup: kecemasan, stres, skizofrenia, mania (bipolar disorder), dan

depresi. Bahkan, insomnia mungkin merupakan indikator depresi. Banyak orang

akan memiliki insomnia selama fase penyakit mental akut.

• Insomnia terkait Fisiologis.

Span fisiologis dari gangguan ritme sirkadian (gangguan terhadap jam biologis),

ketidakseimbangan tidur-bangun, untuk berbagai kondisi medis. Berikut ini adalah

kondisi medis yang paling umum yang memicu insomnia: Sindrom nyeri kronik,

sindrom kelelahan kronis, gagal jantung kongestif, angina (nyeri dada) waktu

malam dari penyakit jantung, Acid reflux disease (GERD), Penyakit paru

obstruktif kronik (PPOK), Asma Nokturnal (asma dengan gejala pernapasan

waktu malam), Apnea tidur obstruktif, penyakit degeneratif, seperti penyakit

Parkinson dan penyakit Alzheimer (sering insomnia merupakan faktor penentu

untuk penempatan panti jompo), Tumor otak, stroke, atau trauma pada otak.

7 | P a g e

Page 8: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

• Kelompok berisiko tinggi untuk insomnia.

Selain kondisi-kondisi medis di atas, kelompok-kelompok tertentu mungkin pada

risiko tinggi untuk mengembangkan insomnia, seperti : pelancong, pekerja shift

yang sering berubah, manula, siswa dewasa muda atau remaja, wanita hamil, dan

wanita menopause.

• Insomnia terkait Obat.

Obat-obatan tertentu juga telah dikaitkan dengan insomnia, diantaranya adalah:

o Preparat pencegah asma dan flu.

o Resep obat tertentu yang mungkin juga mengandung stimulan, dengan

demikian menghasilkan efek yang sama pada tidur.

o Pengobatan tekanan darah tinggi tertentu yang juga dikaitkan dengan kurang

tidur.

o Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati depresi, kecemasan, dan

skizofrenia.

• Insomnia karena penyebab lain.7

o Stimulan umum yang terkait dengan kurang tidur termasuk kafein dan nikotin.

Anda harus mempertimbangkan tidak hanya membatasi penggunaan kafein

dan nikotin dalam jam segera sebelum tidur, tetapi juga membatasi asupan

harian total.

o Orang sering menggunakan alkohol untuk membantu mendorong tidur,

sebagai minuman, namun, itu adalah pilihan yang buruk. Alkohol

berhubungan dengan gangguan tidur dan menciptakan rasa tidur yang tidak

segar di pagi hari.

o Partner tempat tidur yang mendengkur keras atau gerakan kaki secara berkala

yang dapat mengganggu kemampuan Anda untuk mendapatkan tidur malam

yang baik.

Etiologi

Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai penyebab yang berbeda. Penyebab dapat

dibagi menjadi faktor situasional, kondisi medis atau psikiatris, atau gangguan tidur primer.

Insomnia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan lama gejala yaitu, transient, jangka pendek

atau kronis. Insomnia transient biasanya berlangsung kurang dari tujuh hari, insomnia jangka

8 | P a g e

Page 9: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

pendek biasanya berlangsung selama sekitar satu sampai tiga minggu, dan insomnia kronis

berlangsung selama lebih dari tiga minggu.8

Banyak penyebab insomnia transien dan jangka pendek adalah sama dan beberapa

termasuk:

- Jet lag

- Perubahan shift kerja

- Bisingan berlebihan atau tidak menyenangkan

- Suhu kamar yang kurang nyaman (terlalu panas atau terlalu dingin)

- Situasi Stres dalam kehidupan (persiapan ujian, kehilangan yang dicintai, perceraian,

pengangguran, atau perpisahan dengan seseorang)

- Adanya penyakit medis atau bedah akut; atau rawat inap

- Penarikan dari obat, alkohol, obat penenang, atau obat perangsang

Gejala fisik yang tidak terkendali (sakit, demam, masalah pernapasan, hidung

tersumbat, batuk, diare, dll) juga dapat menyebabkan seseorang untuk menderita insomnia.

Mengontrol gejala ini dan penyebab mereka dapat menghasilkan resolusi insomnia.

Penyebab Insomnia kronis atau Jangka Panjang – Mayoritas penyebab insomnia

kronis atau jangka panjang biasanya dikaitkan dengan kondisi jiwa atau fisiologis yang

mendasari (medis).

Penyebab Psikologi Insomnia – Masalah yang paling umum yang dapat menyebabkan

insomnia meliputi:

- Cemas

- Depresi

- Stres (mental, emosional, situasional, dll)

- Skizofrenia, dan / atau

- Mania (gangguan bipolar)

Insomnia dapat merupakan indikator depresi. Banyak orang akan menderita insomnia

selama fase akut dari penyakit mental. Seperti yang disebutkan sebelumnya, depresi dan

kecemasan yang berkaitan erat dengan insomnia. Dari semua penyebab medis dan psikologis

sekunder insomnia lain, kecemasan dan depresi adalah yang paling umum.

9 | P a g e

Page 10: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Penyebab Fisiologis Insomnia – Penyebab fisiologis mulai dari gangguan ritme

sirkadian (gangguan jam biologis), ketidakseimbangan tidur-bangun, ke berbagai kondisi

medis. Berikut ini adalah kondisi medis yang paling umum yang memicu insomnia: 8

- Sindrom sakit kronis

- Sindrom kelelahan kronis

- Gagal jantung kongestif

- Angina pada malam hari (nyeri dada) dari penyakit jantung

- Penyakit refluks asam (GERD)

- Penyakit paru obstruktif kronis (COPD)

- Nocturnal asma (asma dengan gejala pernapasan malam waktu)

- Obstructive sleep apnea

- Penyakit degeneratif, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer (Sering,

insomnia merupakan faktor penentu untuk penempatan panti jompo.)

- Tumor otak, stroke, atau trauma ke otak

Epidemiologi

Di amerika serikat kurang lebih sepertiga penduduknya memiliki gangguan tidur. Di

Indonesia gangguan tidur bervariasi, tergantung pekerjaan yang dimiliki, pekerjaan-pekerjaan

yang terganggunya siklus tidur seperti perawat, dokter, satpam sangat besar menimbulkan

gangguan tidur pada individu tersebut. Ada penelitian yang membuktikan bahwa 70% dari

perawat di Jakarta mengalami insomnia. Insomnia lebih banyak terjadi pada wanita

dibandingkan dengan pria dengan rasio 3 : 2. Dengan bertambahnya usia bertambah pula

angka.7

Patofisiologi

Insomnia adalah keadaan dimana Anda mulai mengeluh dengan sulitnya tidur di

malam hari, atau Anda sering terbangun di tengah malam. Banyak disebutkan bahwa stress

sering dikaitkan dengan insomnia. Stres menyebabkan insomnia. Setiap permasalahan

kehidupan yang manimpa pada diri seseorang (stresor psikososial) dapat mengakibatkan

gangguan fungsi/faal organ tubuh, reaksi yang dialami oleh tubuh ini dikatakan stres. Hal itu

terjadi karena sistem saraf Anda sedang dipersiapkan untuk selalu berpikir bahkan saat Anda

sedang tidur. Saat stress terjadi tubuh akan berespon terhadap stress tersebut.

10 | P a g e

Page 11: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Hipotalamus-Pituitari- Aksis (HPA) adalah sekelompok sumbu yang berperan dalam

memberi respon terhadap stress, yang mana melibatkan otak hipofisis dan kelenjar adrenal.

Pertama, hipotalamus (bagian sentral otak) akan melepaskan senyawa yang disebut

corticotrophin releasing factor (CRF). CRF kemudian perjalanan ke kelenjar hipofisis, di

mana akan memicu pelepasan hormon, adrenocorticotrophic (ACTH). ACTH dilepaskan ke

dalam aliran darah dan menyebabkan korteks kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon

stres, terutama kortisol, yang merupakan hormon kortikosteroid. Kortisol meningkatkan

ketersediaan pasokan bahan bakar tubuh (karbohidrat, lemak, dan glukosa), yang diperlukan

untuk merespon stres. Namun, jika kadar kortisol tetap tinggi dalam jangka waktu terlalu

lama, maka otot akan rusak, terjadinya penurunan respons terhadap peradangan, dan

penurunan sistem imun (pertahanan) . Kortikosteroid juga dapat menyebabkan retensi cairan

dan tekanan darah tinggi.

Oleh karena itu, penting bahwa respon terhadap kortikosteroid secara hati-hati

dikendalikan (dimodulasi). Kontrol ini biasanya dilakukan dengan mekanisme umpan balik

yang meningkatkan kadar kortisol makan kembali ke hipotalamus dan hipofisis mematikan

produksi ACTH. Selain itu, sangat tinggi tingkat kortisol dapat menyebabkan depresi dan

psikosis, yang menghilang ketika kembali ke tingkat normal.

Karena adanya hubungan ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan stress akan

mendahului peningkatan insomnia. Bila Anda stress sistem yang dapat membuat Anda

seharusnya tertidur akan menjauh dari Anda. penyebab insomnia terkait erat dengan lelah,

konsentrasi terganggu, memori terganggu, sakit kepala, mudah marah dan mengantuk di

siang hari.9

Pusat-pusat tidur di otak

Irama tidur - jaga yang merupakan pola tingkah laku agaknya berhubungan dengan

interaksi di dalam sistim aktivasi reticular. Perangsangan daerah formasio retikularis akan

menyebabkan kondisi jaga/waspada pada hewan di laboratorium. Sedangkan perusakan pada

daerah itu menyebabkan hewan mengalami kondisi koma menetap. Kita mengetahui bahwa

sistim aktivas retikular bekerjanya diatur oleh kontrol dan nukleus raphe dan locus coeruleus.

Di mana sel-sel dan nucleus raphe mensekresi serotonin dan locus coeruleus mensekresi

epinephrine. Jika nukleus raphe dirusak atau sekresinya dihambat, dapat menimbulkan

kondisi tidak tidur/berkurangnya jam tidur pada hewan percobaan yang mirip dengan

kejadian insomnia. Sedangkan bila locus coeruleus yang dirusak, akan terjadi penurunan atau

11 | P a g e

Page 12: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

hilangnya tidur REM, sedangkan tidur non REM tak berubah. Sistim limbik, yang kita kenal

sebagai pusat emosi, agaknya juga berhubungan dengan kewaspadaan/jaga. Mungkin hal

inilah yang menyebabkan mengapa kondisi ansietas dan gangguan emosi lainnnya dapat

mengganggu tidur, dan menyebabkan insomnia.9

Penatalaksanaan

Non-medikamentosa

Semua pasien dengan insomnia, baik sementara atau kronis, harus dididik tentang

tidur dan unsur-unsur kebersihan tidur yang baik. Kebersihan tidur “sleep hygiene” adalah

kegiatan sehari-hari dan kebiasaan yang konsisten dengan dan / atau mempromosikan

pemeliharaan kualitas tidur yang baik dan kewaspadaan di siang hari penuh. Unsur-unsur

kebersihan tidur yang baik adalah sebagai berikut:10

- Mengembangkan kebiasaan tidur yang teratur. Ini berarti menjaga waktu tidur yang

teratur dan waktu bangun. Waktu tidur harus berlangsung selama yang diperlukan

untuk merasa segar pada hari berikutnya, dan waktu ekstra di tempat tidur di luar apa

yang dibutuhkan harus dihindari.

- Lambat bawah dan bersantai sebelum tidur (dimulai setidaknya 30 menit sebelum

tidur). Sebuah makanan ringan dapat membantu.

- Jauhkan gelap kamar tidur, tenang, dan pada suhu yang nyaman.

- Latihan harian. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari atau sore hari (tetapi tidak

lebih dari 7-8 pm).

- Jangan memaksa diri untuk tidur. Jika tidak dapat jatuh tertidur dalam waktu 15-30

menit, meninggalkan tempat tidur dan lakukan sesuatu yang rileks sampai mengantuk,

seperti mendengarkan musik atau membaca bacaan ringan.

- Jangan mengkonsumsi alkohol selama 4-6 jam sebelum tidur. Kafein dan penggunaan

tembakau juga harus dihindari sebelum tidur.

- Tidur pada siang hari biasanya harus dihindari.

- Jangan terlibat dalam kegiatan mental atau fisik yang berat sesaat sebelum tidur.

- Jangan mengambil masalah seseorang untuk tidur.

Medikamentosa

Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara kausal,

juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada dasarnya semua obat yang

12 | P a g e

Page 13: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

mempunyai kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari reticular activating

system (ARAS) diotak. Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan

saraf pusat, mulai dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti depres. Obat hipnotik selain

penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang dipaksakan dari proses fisiologis, juga

mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada hari berikutnya (long acting)

sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu pula bila pemakain obat jangka panjang

dapat menimbulkan over dosis dan ketergantungan obat.

Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih dahulu ditentukan jenis

gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase latensi panjang (NREM) gangguan

pendek, bangun terlalu dini, cemas sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya

perubahan jadwal kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit primernya. Walaupun obat

hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan gangguan tidur kronik, tapi dapat

dipergunakan hanya untuk sementara, sambil dicari penyebab yang mendasari. Dengan

pemakaian obat yang rasional, obat hipnotik hanya untuk mengkoreksi dari problema

gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-hati pada

pemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya

kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.

Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi dari

problem gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya danharus berhati-

hati pada pemakain obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan

terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang

memuaskan. Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi

penyebab yang mendasarinya atau obat hipnotik adalah sebagai pengobatan tambahan.

Pemilihan obat hipnotik sebaiknya diberikan jenis obat yang bereaksi cepat (short action)

dgnmembatasi penggunaannya sependek mungkin yang dapat mengembalikan pola tidur

yang normal.

Lamanya pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia, dan tidak lebih

dari 2 minggu untuk short term insomnia. Untuk long term insomnia dapat dilakukan evaluasi

kembali untuk mencari latar belakang penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila

penggunaan jangka panjang sebaiknya obat tersebut dihentikan secara berlahan-lahan untuk

menghindarkan withdraw terapi.

13 | P a g e

Page 14: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Antara obat yang digunakan untuk penyakit insomnia adalah :

1. Benzodiazepines:

Merupakan obat golongan hinotik-sedatif. Efektif digunakan untuk mengobati

masalah tidur seperti berjalan dalam tidur dan malam teror. Namun, obat ini dapat

menyebabkan Anda merasa mengantuk pada siang hari dan juga dapat

menyebabkan ketergantungan, yang berarti anda dapat selalu perlu obat tidur

2. Non-Benzodiazepine

Yang termasuk golongan ini adalah seperti zolpidem, zaleplon, zopiclone dan

ecszopiclone. Obat-obat masih baru dalam golongan hipnotik-sedatif. Mekanisma

kerjanya hampir sama dengan golongan benzodiazepein yaitu bekerja pada

resepto GABA

3. Antidepressants

Beberapa antidepresan turut mengandungi efek sedatif yang kuat sebagi contoh

amitriptiline, doxepin, mirtazapin dan tradazon. Namun karena mempunyai jalur

kerja yang lebar, efek sampingnya meningkat. Insomnia adalah gejala umum dari

depresi. Dengan demikian, beberapa obat antidepresan, seperti trazodone

(Desyrel), sangat efektif dalam mengobati kesulitan tidur dan kecemasan yang

disebabkan oleh depresi.

4. Melatonin

Hormon dan suplemen melatonin efektif pada beberapa tipe insomnia. Melatonin

telah digunakn dalam pil pembantu tidur, zopiclone. Manfaat dari melatonin

adalah mampu mengobati insomnia tanpa mengubah corak tidur seseorang.

5. Antihistamin

Antihistamn difenhidramin digunakan meluas. Mereka umumnya bekerja baik,

tetapi dapat menyebabkan pusing keesokan harinya. Mereka cukup aman untuk

dijual tanpa resep. Namun, jika anda sedang mengambil obat lain yang juga

mengandung antihistamin, kelebihan dosis bisa terjadi.11

Komplikasi

Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur.

Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik. Komplikasi insomnia meliputi:9

• Kanker prostat pada pria (berhubungan dengan kadar melatonin yang menurun

apabila terjadi insomnia)

14 | P a g e

Page 15: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

• Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.

• Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan reaksi

kecelakaan.

• Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi

• Kelebihan berat badan atau kegemukan

• Daya tahan tubuh yang rendah

• Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya tekanan

darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.

Prognosis

Insomnia tidak diobati berpotensi konsekuensi serius, termasuk meningkatnya risiko

kecelakaan kendaraan bermotor, gangguan kinerja sekolah atau pekerjaan, dan tingginya

tingkat ketidakhadiran kerja. Untungnya, insomnia dapat dirawat dengan sangat efektif pada

kebanyakan pasien. Perawatan menggunakan kombinasi pendekatan biasanya paling efektif.

Untuk insomnia jangka pendek, prognosis sangat baik. Untuk pertama insomnia

kronis yang mendasari faktor penyebab perlu diidentifikasi. Pasien juga perlu didukung

dengan hypnotik dan terapi perilaku. Insomnia yang resisten, sulit untuk ditangani, dapat

secara bertahap diatasi dengan ketekunan dan kesabaran. Bentuk terapi perilaku poros dari

manajemen insomnia seperti ini akan membantu untuk mengubah atau memperkuat pola

tidur.9

Pencegahan

Saran berikut ini untuk membantu mengantisipasi dan memodifikasi situasi mungkin terkait dengan insomnia. Mereka tidak sangat mudah, tidak akan mereka menjaga pasien dari konsekuensi kurang tidur setelah telah terjadi.3

Insomnia dari Stress : 

(1) Stres bisa positif atau negatif, dan kekhawatiran tentang tidur mungkin bervariasi.

Banyak stres akan hilang dengan dukungan dan jaminan.

(2) Pendidikan tentang pentingnya kebiasaan tidur yang baik juga sangat membantu.

(3) Beberapa orang mungkin memerlukan pengobatan jangka pendek dengan obat-

obatan. Seorang dokter akan sering bekerja terhadap dosis efektif terendah dengan

obat penenang short-acting untuk mencapai tidur yang tepat.

15 | P a g e

Page 16: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

Rekomendasi umum untuk mencegah insomnia meliputi:

- Bekerja untuk meningkatkan kebiasaan tidur.

- Belajar untuk bersantai. Self-hypnosis, biofeedback dan relaksasi pernapasan sering

membantu.

- Kontrol lingkungan. Hindari cahaya, kebisingan, dan suhu yang berlebihan. Gunakan

tempat tidur hanya untuk tidur dan menghindari menggunakannya untuk membaca dan

menonton TV. Aktivitas seksual adalah pengecualian.

- Menetapkan waktu tidur rutin. Perbaiki waktu bangun.

- Hindari makan besar, asupan cairan yang berlebihan, dan latihan berat sebelum tidur dan

mengurangi penggunaan stimulan termasuk kafein dan nikotin.

- Jika tidak tertidur dalam waktu 20 sampai 30 menit, coba kegiatan yang santai seperti

mendengarkan musik yang menenangkan atau membaca.

- Batasi tidur siang sampai kurang dari 15 menit, kecuali diarahkan oleh dokter.

- Hal ini umumnya lebih baik untuk menghindari tidur siang bila memungkinkan untuk

membantu mengkonsolidasikan tidur malam.

- Ada gangguan tidur tertentu, bagaimanapun, bahwa akan manfaat dari tidur siang.

Diskusikan masalah ini dengan dokter.

III. Kesimpulan

Sekarang, banyak sekali orang yang mengalami insomnia. Hal ini disebabkan faktor

stress akan pekerjaan ataupun yang lainnya. Insomnia sendiri adalah gangguan tidur yang

mengakibatkan aktivitas beberapa orang terganggu. Hal ini disebabkan mereka tidak bisa

mendapatkan waktu tidur yang adekuat pada malam hari dan menyebabkan mereka sering

mengantuk pada siang hari. Insomnia dapat diobati dengan menggunakan obat hipnotik

sedatif dan juga dapat dilakukan dengan mengubah pola hidup sebelum tidur. Mengubah pola

hidup juga dapat mencegah terjadinya insomnia pada manusia.

16 | P a g e

Page 17: Gangguan Tidur Pada Manusia Dan Penatalaksanaannya

IV. Daftar Pustaka

1. Maramis WF. Gangguan tidur. Dalam: Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:

Airlangga University Press; 1994.h. 102-3.

2. Anonim. Insomnia. January 2011. Diunduh tanggal 14 Januari 2015. Diunduh

dari: http://www.medicinenet.com/insomnia/page3.htm.

3. Sateia M, Carskadon MA. Insomnia. Dalam: Sleep Medicine. Philadelphia:

Hanley & Belfus Inc.;2002. Hal 153-9.

4. Goetz CG. Textbook of clinical neurology. Chicago: Elsevier Health

Sciences;2007.h.29.

5. Wiguna IMS. dkk. Synopsis psikiatri. Jilid 2. Ciputat – tangerang ; 2010.

6. Guze B, Richeimer S, Siegel DJ. Psikiatrik. Jakarta; EGC ; 1997

7. Rafknowledge. Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta: PT. Gramedia;2004

8. Anonim. Insomnia. January 25, 2011 [25 Jan, 2011] Diunduh dari:

http://www.emedicinehealth.com/insomnia/article_em.htm.

9. Fauci, Braunwald., Kasper., Hauser., Longo., Jameson., Loscalzo. 2008.

Harrison's Principles of Internal Medicine 17th Edition.Vol II. United States of

America: McGraw’s Hill. pp: 2711-2723

10. Toy EC. Approach to primary insomnia. Dalam: Psychiatry. Edisi 2. New York:

Lange Medical Books/McGraw Hill; 2007; hal. 150-3.

11. Goodman and Gilmans. The Pharmacological basis of therapeutics. 11th ed, 2005:

361-398.

17 | P a g e