22

Click here to load reader

Handout Kuliah Semester V

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

Tujuan Intruksional Khusus:

Setelah mengikuti kuliah mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menjelaskan sebab-sebab penyakit pulpa

2. Menjelaskan mekanisme terjadinya penyakit pulpa

3. Menjelaskan klasifikasi penyakit pulpa

4. Menjelaskan gejala klinis dan histopatologis penyakit pulpa

5. Menjelaskan rencana perawatan penyakit pulpa

Pokok Bahasan:

I. Pendahuluan

II. Penyakit Jaringan Pulpa:

II.1. Faktor-faktor penyebab penyakit pulpa

II.2. Mekanisme terjadinya inflamasi pulpa

II.3. Klasifikasi penyakit pulpa

II.4. Pulpitis Reversibel

II.5. Pulpitis Irreversibel

II.5.1. Pulpitis Kronis Hiperplastik

II.5.2. Resorpsi Internal

II.6. Degeneratif Pulpa

II.7. Nekrosis Pulpa

1

Page 2: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

I. PENDAHULUAN

Telah diketahui bahwa secara histologis jaringan pulpa mempunyai fungsi induktif, formatif,

nutritif, defensif dan sensatif. Adapun pengertian dari masing-masing fungsi tersebut adalah:

- Fungsi Induksif: yaitu pulpa berpartisipasi dalam induksi dan pengembangan odontoblas

dan dentin. Bila ini terbentuk maka menginduksi pembentukan enamel.

- Fungsi Formatif: yaitu fungsi odontoblas yang khusus dalam pembentukan dentin

- Fungsi Nutritif: yaitu mensuplai nutrisi dalam rangka pembentukan dentin lewat tubulus

dentin.

- Fungsi Defensif: oleh odontoblas akan mempengaruhi dentin terhadap rangsangan dan

oleh sel-sel radang yang memiliki imunokompeten terhadap respon radang dan

imunologik

- Fungsi Sensatif: yaitu melalui sistem saraf mengirim rangsangan ke SSP yang

manifestasinya berupa rasa nyeri.

Salah satu fungsi utama jaringan pulpa adalah formatif yang diperankan oleh odontoblas

untuk membentuk dentin primer, sekunder maupun dentin reparatif. Dentin primer terbentuk di

saat gigi dalam pertumbuhan, dentin sekunder terbentuk setelah gigi erupsi, sedangkan dentin

tersier atau reparatif dibentuk sebagai repons terhadap rangsangan.

Jaringan pulpa mudah merespon dengan adanya rangsangan, baik rangsangan fisis, kimia

maupun bakteri. Jaringan pulpa membentuk dentin reparatif sebagai respon, selain itu juga

menimbulkan rasa nyeri yang merupakan sinyal sebagai tanda bahwa jaringan pulpa dalam

keadaan terancam. Oleh karena adanya hubungan timbal balik antara jaringan pulpa dan

periapikal, maka jaringan pulpa yang mengalami keradangan dan tidak dirawat atau

perawatannya kurang baik maka penyakit pulpa dapat menjalar ke daerah periapikal.

Pada bab ini akan dibahas mengenai faktor-faktor penyebab, klasifikasi dan mekanisme

penyakit pulpa, yang sangat diperlukan untuk menentukan rencana perawatan saluran akar yang

akan dilakukan.

2

Page 3: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

II. PENYAKIT JARINGAN PULPA

II.1. Faktor-faktor penyebab penyakit pulpa

Faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit pulpa dapat dikelompokkan sebagai berikut:

II.1.1. Fisis

A. Mekanis

1. Trauma

a. Kecelakaan (olah raga kontak)

b. Prosedur gigi iatrogenik (pemasangan alat ortho pada gigi, preparasi gigi

atau

mahkota, dan lain-lain)

2. Pemakaian patologik (atrisi, abrasi, dll)

3. Retak melalui badan gigi (sindroma gigi retak)

4. Perubahan barometrik (barodontalgia)

B. Termal

1. Panas berasal dari preparasi kavitas pada kecepatan rendah atau tinggi

2. Panas eksotermik karena menjadi kerasnya (setting) semen.

3. Konduksi panas dan dingin melalui tumpatan yang dalam tanpa suatu

bahan dasar protektif

4. Panas friksional (pergesekan) yang disebabkan oleh pemolesan

restorasi

C. Listrik (arus galavanik dari tumpatan metalik yang tidak sama)

II.1.2. Kimiawi

A. Asam fosfat, monomer akrilik, dll

B. Erosi (asam)

II.1.3. Bakterial

A. Toksin yang berhubungan dengan karies

3

Page 4: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

B. Invasi langsung pulpa dari karies atau trauma

C. Kolonisasi mikrobial di dalam pulpa oleh mikro organisme blood–bone (anakerosis)

II.2. Mekanisme Terjadinya Inflamasi Pulpa

Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya, dan pulpa

dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena adanya jejas yang dapat

menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut dapat berupa kuman beserta

produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa adanya kuman).

Namun kebanyakan inflamasi pulpa disebabkan oleh kuman dan merupakan kelanjutan

proses karies, dimana karies ini proses kerusakannya terhadap gigi dapat bersifat lokal dan

agresif. Apabila lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu yang

lama maka hal ini merupakan media kuman sehingga terjadi kerusakan di daerah enamel yang

nantinya akan terus berjalan mengenai dentin hingga ke pulpa.

Ada tiga bentuk pertahanan dalam menanggulangi proses karies yaitu:

1. Penurunan permebilitas dentin

2. Pembentukan dentin reparatif

3. Reaksi inflamasi secara respons immunologik

Apabila pertahanan tersebut tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang pulpa yang

disebut pulpitis. Radang adalah merupakan reaksi pertahanan tubuh dari pembuluh darah,

syaraf dan cairan sel di jaringan yang mengalami trauma.

II.3. Klasifikasi Penyakit Pulpa

Kalsifikasi penyakit pulpa telah banyak dibuat dan beberapa kali mengalami

penyempurnaan, dengan tujuan untuk memudahkan dalam menentukan rencana perawatan

secara tepat sehingga didapatkan hasil perawatan yang optimal.

Klasifikasi Menurut Grossman (1988) sebagai berikut:

4

Page 5: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

I. Pulpitis (inflamasi)

A. Reversibel

1. Dengan gejala/simtomatik (akut)

2. Tanpa gejala/asimtomatik (kronis)

B. Irreversibel

1. Akut

a. Luar biasa responsif terhadap dingin

b. Luar biasa responsif terhadap panas

2. Kronis

a. Tanpa gejala dengan terbukanya pulpa

b. Pulpitis hiperplastik

c. Resorpsi internal

II. Degenerasi pulpa

A. Mengapur (kalsifikasi)/diagnosis radiografik

B. Lain-lain (diagnosa histopatologik)

III. Nekrosis pulpa

Pada pembagian terdahulu klasifikasi Grossman (1981) masih didapatkan adanya

hiperemia pulpa sebelum infeksi menjalar lebih lanjut ke arah pulpitis, tetapi hal ini telah

diperbaharui oleh Grossman di tahun 1988 seperti klasifikasi tersebut di atas.

Perlu diketahui bahwa pada kasus hiperemia pulpa didapatkan adanya jumlah volume

aliran darah ke pulpa yang cukup banyak tetapi belum terjadi radang, sebenarnya pada

keadaan ini sudah mengalami radang hal ini ditandai dengan adanya perubahan pada

pembuluh darah dengan terjadinya peningkatan permiabilitas dan juga oleh peran mediator

kimia. Sejak lapisan enamel mengalami cedera sampai dentin, telah terjadi perubahan pada

jaringan pulpa berupa proses radang yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah.

Pengelompokkan penyakit pulpa menurut Walton (1998) agak sedikit berbeda, yaitu

sebagai berikut:

5

Page 6: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

1. Pulpitis reversibel

2. Pulpitis Irreversibel

3. Pulpitis hiperplastik

4. Nekrosis pulpa

II.4. Pulpitis Reversibel

Definisi pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang

yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali pada keadaan tidak

terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit biasanya sebentar, yang dapat dihasilkan

oleh karena jejas termal pada pulpa yang sedang mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa

sakit ini akan hilang segera setelah jejas dihilangkan. Pulpitis reversibel yang disebabkan oleh

jejas ringan contohnya erosi servikal atau atrisi oklusal, fraktur email.

Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai pulpa, antara lain:

trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang terganggu; syok termal,

seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan bur yang tumpul, atau membiarkan bur

terlalu lama berkontak dengan gigi atau panas yang berlebihan saat memoles tumpatan;

dehidrasi kavitas dengan alkohol atau kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher

gigi yang dentinnya terbuka, adanya bakteri dari karies.

Kadang-kadang setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang sensitivitas

ringan terhadap permukaan temperatur, terutama dingin. Hal ini dapat berlangsung dua

sampai tiga hari atau satu minggu, tetapi berangsur-angsur akan hilang. Sensitivitas ini

adalah gejala pulpitis reversibel. Rangsangan tersebut di atas dapat menyebabkan hiperemia

atau inflamasi ringan pada pulpa sehingga menghasilkan dentin sekunder, bila rangsangan

cukup ringan atau bila pulpa cukup kuat untuk melindungi diri sendiri. Jadi dapat

disimpulkan bahwa penyebab terjadinya pulpitis reversibel bisa karena trauma yaitu apa saja

yang dapat melukai pulpa. Seperti telah diterangkan di atas bahwa sejak lapisan terluar gigi

terluka sudah dapat menyebabkan perubahan pada pulpa.

Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih

sering diakibatkan oleh makanan atau minuman dingin daripada panas, tidak timbul secara

6

Page 7: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis

reversibel dan irreversibel adalah kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah

dan beralngsung lebih lama.

Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu stimulus,

seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit dapat datang tanpa

stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang

baru mulai dan menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi

dengan baik.

Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan hingga

sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara mikroskopis terlihat dentin

reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah dan adanya sel inflamasi

kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat

dilihat juga sel inflamasi akut.

Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala sensitif dan rasa

sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh rangsangan dingin daripada

panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan makanan, terutama makanan dan minuman

dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara

spontan.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:

- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah rangsangan

dihilangkan

- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul bila ada

rangsangan, durasi nyeri sebentar.

- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-kadang

mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.

- Tes vitalitas: gigi masih vital

- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika karies

porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian tidak ada

keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.

7

Page 8: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan. Perawatan periodik untuk

mencegah perkembangan karies, penumpatan awal bila kavitas meluas, desensitisasi leher

gigi dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan pernis kavitas atau semen dasar sebelum

penumpatan, dan perhatian pada preparasi kavitas dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah

pulpitis lebih lanjut. Bila dijumpai pulpitis reversibel, penghilangan stimulasi (jejas) biasanya

sudah cukup, begitu gejala telah reda, gigi harus dites vitalitasnya untuk memastikan bahwa

tidak terjadi nekrosis. Apabila rasa sakit tetap ada walaupun telah dilakukan perawatan yang

tepat, maka inflamasi pulpa dianggap sebagai pulpitis irreversibel, yang perawatannya adalah

eksterpasi, untuk kemudian dilakukan pulpektomi.

Prognosa untuk pulpa adalah baik, bila iritasi diambil cukup dini, kalau tidak kondisinya

dapat berkembang menjadi pulpitis irreversibel.

II.5. Pulpitis Irreversibel

Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat

simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan

pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke

kondisi semula atau normal.

Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus

panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk

beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal dihilangkan.

Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies, jadi

sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh

faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana

merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.

Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme

(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang

tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang

dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada

pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan

8

Page 9: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali

dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya

adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat

keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus

eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke

pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena.

Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat pembukaan

sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak

ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa

sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik.

Setelah pembukaan atau draenase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama

sekali. Rasa sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah

tumpatan yang bocor.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:

- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar

- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit), nyeri

lama sampai berjam-jam.

- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan

kadang-kadang ada keluhan.

- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan vital.

- Terapi: pulpektomi

Dengan pemeriksaan histopatologik terlihat tanda-tanda inflamasi kronis dan akut. Terjadi

perubahan berupa sel-sel nekrotik yang dapat menarik sel-sel radang terutama leukosit

polimorfonuklear dengan adanya kemotaksis dan terjadi radang akut. Terjadi fagositosis oleh

leukosit polimorfonuklear pada daerah nekrosis dan leukosit mati serta membentuk eksudat

atau nanah. Tampak pula sel-sel radang kronis seperti sel plasma, limfosit dan makrofag.

Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan penumpatan suatu

medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden (meringankan rasa sakit) misalnya

kresatin, eugenol, atau formokresol. Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu

9

Page 10: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

faktor, maka pengambilan pulpa koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau

dressing yang serupa di atas pulpa radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat.

Pengambilan secara bedah harus dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi.

Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi endodontik

dan restorasi yang tepat.

II.5.1. Pulpitis Kronis Hiperplastik (Pulpa Polip)

Pulpitis kronis hiperplastik atau pulpa polip adalah suatu inflamasi pulpa produktif yang

disebabkan oleh suatu pembukaan karies yang besar pada pulpa muda. Pada pemeriksaan

klinis terlihat adanya pertumbuhan jaringan granulasi dalam kavitas yang besar. Gangguan

ini ditandai oleh perkembangan jaringan granulasi, kadang-kadang tertutup oleh epithelium

dan disebabkan karena iritasi tingkat rendah yang berlangsung lama.

Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif merupakan penyebanya.

Untuk pengembangan pulpitis hiperplastik diperlukan suatu kavitas besar yang terbuka,

pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat rendah yang kronis misalnya tekanan dari

pengunyahan.

Pada pulpitis hiperplastik kronis tidak mempunyai gejala, kecuali selama mastikasi bila

tekanan bolus makanan menyebabkan rasa yang tidak menyenangkan. Pada polip ini dapat

ditemukan melalui pemeriksaan klinik tetapi perlu dipastikan melalui pemeriksaan radiologi

untuk melihat tangkai dari polip, berasal dari ruang pulpa,perforasi bifurkasi atau gingiva.

Warna pulpa polip agak kemerahan mudah berdarah dan sensitif bila disentuh. Sedangkan

warna gingiva polip lebih pucat dan biasanya timbul pada karies besar yang mengenai

proksimal (kavitas kelas II). Polip berasal dari perforasi bifurkasi terdiri dari jaringan ikat,

biasanya giginya sudah mati, kalau pada pulpa polip giginya masih hidup (vital).

Pada pemeriksaan histopatologi terlihat pertumbuhan jaringan granulasi berupa pulpa polip

yang permukaannya ditutup oleh lapisan epithelium skuamus yang bertingkat-tingkat.

10

Page 11: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

Jaringan granulasi ini merupakan jaringan penghubung vaskuler, berisi polimorfonuklear,

limfosit dan sel plasma.

Usaha perawatan harus ditunjukkan pada pembuangan jaringan polipoid diikuti oleh

eksterpasi pulpa, jika masa pulpa hiperplastik telah diambil dengan kuret periodontal atau

eksavator sendok, perdarahan biasanya banyak dan dapat dikendalikan dengan tekanan.

Kemudian jaringan yang terdapat pada kamar pulpa diambil seluruhnya, dan atau dressing

formonukresol ditempatkan berkontak dengan jaringan pulpa. Hal terbaik yang dapat

dilakukan setelah pulpa polip terambil adalah dengan pulpectomy yaitu prosedur

pengambilan jaringan pulpa secara menyeluruh dalam satu kali kunjungan (one visit).

Harapan bagi pulpa tidak baik, tetapi prognosis gigi baik setelah perawatan endodontik

dan restorasi yang memadai.

II.5.2. Resorpsi Internal

Resorpsi internal adalah suatu proses idiopatik progresif resorptif yang lambat atau

cepat yang timbul pada dentin kamar pulpa atau saluran akar gigi.

Penyebab resorpsi internal masih belum diketahui secara pasti, namun seringkali

penderita mempunyai riwayat trauma. Ada yang beranggapan bahwa resorpsi internal

dapat terjadi sebagai akibat inflamasi pulpa.

Resorpsi internal pada akar gigi adalah asimtomatik. Pada mahkota gigi, resorpsi

internal dapat terlihat sebagai daerah yang kemerah-merahan disebut ”bintik merah

muda” (”pink spot”). Daerah kemerah-merahan ini menggambarkan jaringan granulasi

yang terlihat melalui daerah mahkota yang teresorpsi.

Pada pemeriksaan histipatologi, tidak seperti karies, resorpsi internal adalah hasil

aktivitas osteoklastik. Ciri proses resorpsi adalah lakuna yang mungkin terisi oleh

jaringan osteoid. Jaringan osteoid dapat dianggap sebagai usaha perbaikan. Adanya

jaringan granulasi menyebabkan perdarahan banyak bila pulpa diambil. Dijumpai sel-sel

raksasa bernukleus banyak atau dentinoklas. Pulpa biasanya menderita inflamasi kronis.

Kadang-kadang terjadi metaplasia pulpa yaitu transformasi ke jenis jaringan lain seperti

tulang atau sementum.

11

Page 12: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus resorpsi internal adalah eksterpasi pulpa

untuk menghentikan proses resorpsi internalnya. Diindikasikan perawatan endodontik

rutin, tetapi obturasi kerusakan memerlukan suatu bahan khusus, lebih diutamakan

dengan cara guta-percha. Pada kebanyakan pasien, resorpsi internal berkembang tanpa

terlihat karena tidak menimbulkan rasa sakit, sampai akar berlubang. Dalama kasus

seperti ini, pasta kalsium hidroksida dimampatkan pada saluran akar dan diperbaharui

secara periodik sampai kerusakan menjadi baik. Perbaikan selesai bila terjadi rintangan

atau karies mengapur, baru kemudian diisi dengan gutta-percha.

Prognosis adalah terbaik sebelum terjadi perforasi akar atau mahkota. Jika telah

terjadi perforasi akar-mahkota, prognosisnya berhati-hati dan tergantung pada

terbentuknya rintangan mengapur atau pembukaan ke perforasi yang memungkinkan

perbaikan secara bedah.

II.6. Degenerasi Pulpa

Degenarasi pulpa ini jarang ditemukan namun perlu diikutkan pada suatu deskripsi

penyakit pulpa. Degenerasi pulpa pada umunya ditemui pada penderita usia lanjut yang dapat

disebabkan oleh iritasi ringan yang persisten. Kadang-kadang dapat juga ditemukan pada

penderita muda seperti pengapuran. Degenerasi pulpa ini tidak perlu berhubungan dengan

infeksi atau karies, meskipun suatu kavitas atau tumpatan mungkin dijumpai pada gigi yang

terpengaruh. Tingkat awal degenerasi pulpa biasanya tidak menyebabkan gejala klinis yang

nyata. Gigi tidak berubah warna, dan pulpa bereaksi secara normal tehadap tes listrik dan tes

termal. Ada beberapa macam degenerasi pulpa yaitu degenerasi kalsifik, degenerasi atrofik,

degenerasi fibrous.

Degenerasi kalsifik ditandai dengan perubahan sebagian jaringan pulpa digantikan oleh

bahan mengapur, yaitu terbentuk batu pulpa (dentikel), yang biasanya disebut sebagai pulpa

stone. Kalsifikasi ini dapat terjadi baik di dalam kamar pulpa. Bahan mengapur mempunyai

struktur berlamina seperti kulit bawang dan terletak tidak terikat di dalam kamar pulpa.

Diduga bahwa batu pulpa dijumpai pada lebih dari 60% gigi penderita usia lanjut. Pada

12

Page 13: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

beberapa pasien batu pulpa terkadang menimbulkan rasa sakit yang menyebar (refered pain),

dan dicurigai sebagai fokus infeksi oleh beberapa klinisi.

Degenerasi atrofik, tidak ada diagnosis kliniknya, pada jenis degenerasi ini sering terjadi

pada penderita usia lanjut. Secara histopatologis dijumpai lebih sedikit sel-sel skelat, dan

cairan interselular meningkat. Jaringan pulpa kurang sensitif daripada normal. Yang disebut

”atrofi retikuler” adalah suatu artifiak (artifact) dihasilkan oleh penundaan bahan fiksatif

dalam mencapai pulpa. Biasanya terlihat saluran akarnya sempit dan seringkali menyulitkan

bila dilakukan perawatan saluran akar.

Degenerasi fibrous, bentuk degenerasi pulpa ini ditandai dengan pergantian elemen

selular oleh jaringan penghubung fibrus. Dapat terlihat jelas pada saat pengambilan jaringan

pulpa berupa jaringan keras. Penyakit ini tidak menyebabkan gejala khusus untuk membantu

dalam diagnosa klinik.

II.7. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya, tergantung pada

apakah sebagian atau seluruh pulpa yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu inflamasi dapat

juga terjadi setelah jejas traumatik yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi.

Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuefaksi (pengentalan dan pencairan). Pada jenis

koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau dirubah menjadi bahan solid.

Pengejuan adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa

seperti keju, yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi

terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan

atau debris amorfus.

Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh jejas yang membahayakan pulpa seperti bakteri,

trauma dan iritasi kimiawi. Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak

menyebabkan gejala rasa sakit. Sering adanya perubahan warna pada gigi

keabu-abuan/kecoklat-coklatan adalah indikasi pertama bahwa pulpa mati.

13

Page 14: Handout Kuliah Semester V

Materi Kuliah Konservasi Gigi semester V

Pada pemeriksaan histopatologis tampak debris seluler dan mikroorganisme mungkin

terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal atau menunjukkan

sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligamen periodontal.

Perawatan yang perlu dilakukan adalah preparasi dan obturasi saluran akar. Prognosis

bagi gigi baik, apabila dilakukan terapi endodontik yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Grossman LI. 1998. Endodontic Practice. 8th ed. Philadelphia, London:

Lea and Febiger.

2. Walton and Torabinajed. 1996. Prinsip dan Praktik Endodonsi. Edisi

ke-2. Jakarta: EGC.

14