24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon / reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan, berfikir, berpendapat, bersikap). Perilaku aktif dapat dilihat (overt) sedangkan perilaku pasif tidaklah nampak seperti pengetahuan, persepsi atau motivasi (sarwono, 1997). 2.1.1. Bentuk Perilaku Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benjamin,seorang psikologi pendidikan, membagi perilaku ke dalam 3 domain (kawasan / ranah). Kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari : ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan psikomotor (psychomotor domain), (Notoatmodjo, 2003). Banyak kejadian di masa lalu menunjukkan bahwa kurangnya pengertian masyarakat akan hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan dan kurangnya pengertian tentang sifat-sifat manusia sendiri dapat menyebabkan berbagai bencana. Universitas Sumatera Utara

HBM3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hbm

Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon / reaksi seorang

individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon

ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan, berfikir, berpendapat, bersikap). Perilaku aktif

dapat dilihat (overt) sedangkan perilaku pasif tidaklah nampak seperti pengetahuan,

persepsi atau motivasi (sarwono, 1997).

2.1.1. Bentuk Perilaku

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Benjamin,seorang psikologi pendidikan, membagi perilaku ke dalam 3

domain (kawasan / ranah). Kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang

jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan

pendidikan yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku

tersebut, yang terdiri dari : ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective

domain) dan psikomotor (psychomotor domain), (Notoatmodjo, 2003).

Banyak kejadian di masa lalu menunjukkan bahwa kurangnya pengertian

masyarakat akan hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan dan

kurangnya pengertian tentang sifat-sifat manusia sendiri dapat menyebabkan berbagai

bencana.

Universitas Sumatera Utara

Usaha-usaha di bidang kesehatan lingkungan perlu didasarkan pada pengetahuan

ekologi manusia (Soemirat, 2000).

Menurut Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional kita, ketiga kawasan

perilaku ini disebut cipta (Kongnisi), rasa (emosi) dan karsa (konasi). Ketiga

kemampuan tersebut harus dikembangkan bersama-sama secara seimbang sehingga

terbentuk manusia Indonesia seutuhnya (harmonis).

Ahli-ahli umum menggunakan istilah pengetahuan, sikap dan tindakan yang

acap kali disingkat dengan KAP (knowledge, attitude, practice).

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan umumnya dating dari pengalaman,juga bias didapat dari informasi yang

disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar (Notoatmodjo,2003).

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

Universitas Sumatera Utara

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan

pengetahuan yang rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahai diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajarinya.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut,

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2003).

b. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yag masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat terlihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan

tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau

tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Sikap terdiri dari 4 tingkatan yakni :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (obyek)

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah

suatu indikasi sikap tingkat tiga.

Universitas Sumatera Utara

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah

merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

suatu objek.

c. Tindakan (Practice)

Menurut S. Notoatmodjo (2003), bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud

dalam tindakan (overt behaviour). Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat tindakan diantaranya :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided respons)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh

merupakan indicator tindakan tingkat dua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan

tingkat tiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

Universitas Sumatera Utara

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik,

artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

2.1.2. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Rogers (1986) seperti dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mengungkapkan

bahwa orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan yakni :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya).

4. Trial, dimana telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Adapun teori terbaru proses adopsi, yakni Inovation Decision Process yang

terdiri dari empat tahap yaitu :

1. Tahap pengertian (Knowledge).

Pada tahap ini individu diperkenalkan akan adanya sesuatu yang baru (Inovasi)

dan individu lalu memperoleh pengertian tentang inovasi tersebut.

2. Tahap persuasi (Persuasion).

Universitas Sumatera Utara

Dalam diri individu akan tumbuh sikap positif dan negatif terhadap inovasi

tersebut.

3. Tahap pengambilan keputusan

Pada tahap ini individu memutuskan apakah ia akan menerima atau menolak

inovasi tersebut.

Tahap pemantapan (confirmation)

Pada tahap ini individu mencari-cari informasi lebih lanjut sehubungan dengan

keputusan yang diambil sudah tepat.

2.1.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku

Hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak di dalam diri

individu itu sendiri yang disebut sfaktor intern (dalam) dan sebagian terletak di luar

dirinya, yang disebut dengan ekstern (luar).

1. Yang merupakan bagian dari factor-faktor intern (dalam), termasuk :

a. keturunan, dimana seseorang berperilaku tertentu, karena memang sudah

demikianlah diturunkan oleh orang tuanya.

b. Motif, dimana seseorang berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau

motif tertentu. Dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya

kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan sebagai berikut :

Kebutuhan biologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar atau

kebutuhan fisiologis (kebutuhan akan makan dan minum, kebutuhan akan

perumahan, kebutuhan akan pakaian, kebutuhan akan sex), Kebutuhan

social, yang meliputi akan perlindungan, kebutuhan untuk bergaul dengan

orang lain, kebutuhan akan kasih saying / cinta kasih, kebutuhan untuk

Universitas Sumatera Utara

diakui kelompoknya, dan yang ketiga merupakan Kebutuhan rohani yang

meliputi kebutuhan agama, kebutuha pendidikan, kebutuhan akan prestise

/ gengsi dan sebagainya.

2. Sedangkan faktor ekstern (luar) yaitu faktor-faktor yang ada di luar individu

yang bersangkutan yang mempengaruhi individu sehingga di dalam diri

individu timbul dorongan-dorongan untuk berbuat sesuatu misalnya pengaruh

dari lingkungan sendiri (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Perilaku Kesehatan

Semua ahli kesehatan masyarakat di dalam membicarakan masalah status

kesehatan mengacu pada teori Benjamin Bloom. Dimana Benjamin menyimpulkan

bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan

kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan

yang mempunyai andil yang paling kecil.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan atau reaksi manusia baik bersiat

pasi maupun bersifat aktif. Dengan demikian perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance), ini terdiri dari 3 aspek :

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior)

b. Perilaku pencegahan dan penyembuhan penyakit (health prevention behavion)

c. Perilaku terhadap gizi makanan dan minuman (health nutrition behavior)

2. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

Universitas Sumatera Utara

3. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dilatar belakangi atau

dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yaitu Faktor pencetus (factor predisposition).

Faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor). Sehingga dari teori

tersebut saling berkesinambungan, maka skema dari Benjamin dan Lawrence Green

dapat dimodifikasikan sebagai berikut :

Keturunan

Pelayanan Kesehatan Status Kesehatan

Lingkungan

Perilaku

Proses Perubahan

Predisposition Factor Enabling Factor Reinforcing (Pengetahuan, (Ketersediaan Factor (Sikap kepercayaan dan sumber-sumber dan dan perilaku) Nilai) fasilitas)

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu reaksi seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan yang berkaitan sakit dan penyakit, system pelayanan

Universitas Sumatera Utara

kesehatan, makanan serta lingkungan. Reaksi tersebut bias pasif (pengetahuan,

persepsi dan sikap) maupun aktif (berupa tindakan). Sedangkan menurut Kasl dan

Cobb, perilaku kesehatan adalah setiap tindakan yang diambil oleh seseorang

individu yang berpendapat bahwa dirinya sehat dengan maksud untuk mencegah

terjadinya penyakit atau mengenalnya pada stadium permulaan.

Sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut mencakup perilaku seseorang

terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon baik secara pasif

(mengetahui, bersikap dan mempersepsikan penyakit dan rasa sakit yang ada pada

dirinya dan di luar dirinya) maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan

degan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku sakit dan penyakit ini dengan sendirinya

sesuai dengan tingkat pencegahan penyakit yang berarti respons untuk melakukan

pencegahan penyakit.

Seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan

penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan

akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi (dinilai

baik). Inilah yang disebut praktek kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku

kesehatan (overt behaviour). Indikator praktek kesehatan mencakup hal-hal berikut :

a. Tindakan sehubungan dengan penyakit, tindakan atau perilaku ini mencakup

pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit.

b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan antara lain mengkonsumsi

makanan dan gizi seimbang, melakukan olah raga, menjauhkan diri dari rokok

serta obat terlarang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

c. Tindakan kesehatan lingkungan, antara lain membuang sampah di tempat sampah,

menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak, membuang air besar di jamban

dan lainnya (Notoatmodjo, 2003).

2.3. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio

psikologis, munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem

kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima

usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider,

kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan

penyakit (preventif health behavior), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari

teori lapangan (Fieldtheory, 1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (health

belief model) (Notoatmodjo, 2003).

Health Belief Model (HBM) didasarkan atas 3 faktor esensial, kesiapan

individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau

memperkecil resiko kesehatan. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang

membuatnya merubah perilaku itu sendiri. Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu,

serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan. Kesiapan

individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap

penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap

penyakit, dan adanya kepercayaan perubahan perilaku akan memberikan keuntungan.

Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang

dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang

Universitas Sumatera Utara

ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan

perilaku dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.

Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka

utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, dimulai dari pertimbangan

orang mengenai kesehatan. Health Belief Model (HBM) ini digunakan untuk

meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Health Belief Model (HBM) merupakan

model kognitif yang berarti bahwa khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh

informasi dari lingkungan. Menurut Health Belief Model (HBM) kemungkinan

individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil

dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit

dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (Machfoedz, 2006).

Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan

muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau

kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa,

bila ancaman yang dirasakan tersebut, maka perilaku pencegahan juga akan

meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada, yaitu :

1. Ketidak kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang merupakan

kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan

menurut kondisi mereka.

2. Keseriusan yang dirasakan (perceived severity) merupakan orang-orang yang

mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyair tersebut apabila mereka

mengembangkan masalah kesehatan atau membiarkan penyakitnya tidak

ditangani.

Universitas Sumatera Utara

Penilaian kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dan

kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan tindakan pencegahan atau

tidak yang berkaitan dengan dunia medis, dan mencakup berbagai ancaman perilaku,

seperti check-up untuk mencegah atau pemeriksaan awal dan imunisasi (Machfoedz,

2006).

Menurut Kosa dan Robertson yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993),

menyatakan bahwa perilaku kesehatan individu cendrung dipengaruhi oleh

kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan

dan kurang mendasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya

demikian, setiap individu mempunyai cara yang berbeda didalam mengmbil tindakan

penyembuhan atau pencegahan, meskipun gangguan kesehatannya sama.

Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau

mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini

menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan oleh individu menstimulasi

dimulainya suatu proses sosial psikologis.

Apabila individu bertindak untuk mengobati penyakitnya, ada empat variabel

yang terlihat dalamtindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan(perceivet

susceptibility) agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya,

ia harus merasakan bahwa ia rentan(susceptible) terhadap penyakit tersebut dan

keseriusan yang dirasakan( perceived seriousness), tindakan individu untuk mencari

pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit

tersebut terhadap individu atau masyarakat, manfaat dan rintangan yang dirasakan,

apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat(serius),

Universitas Sumatera Utara

ia akan melakukan suatu tindakan tertentu, tergantuk pada manfaat yang dirasakan

dari rintangan yangditemukan, isyarat atau tanda-tanda(cues) untuk mendapatkan

tingkat penerimaanyang benar tentang kerentanan, kegawatan, dan keuntungan, maka

diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal, misalnya pesan-pesan

pada media masa, nasehat atau anjuran teman atau anggota keluarga lain dari si sakit,

dan sebagainya(Notoatmodjo, 2003).

2.4. Penyakit Malaria

Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium, yang dalam

salah satu tahap perkembangbiakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel

darah merah. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk

Anopheles. Masa inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan,

setelah masa tunas, orang yang tertular akan mengalami demam tinggi dan menggigil

selama beberapa jam, disertai pengeluaran keringat yang banyak, pusing, mual.

Kemudian diikuti dengan masa bebas gejala, dimana penderita merasa sehat seperti

sedia kala, namun setelah beberapa hari gejala-gejala seperti di atas akan berulang

kembali, demikian seterusnya berulang-ulang. Penghancuran sel-sel darah merah

mengakibatkan penderita menjadi anemis, hati dan limpa membesar, sumbatan-

sumbatan pada pembuluh kapiler darah dapat menyebabkan kerusakan pada organ

yang sangat sensitive terhadap kekurangan suplai darah, seperti otak dan sebagainya

(Sudrajat, 2000).

Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :

a. Malaria tertiana, disebabkan oleh plasmodium vivax, demam muncul setiap hari

ketiga.

Universitas Sumatera Utara

b. Malaria quartana, disebabkan oleh plasmodium malariae, demam setiap hari

keempat.

c. Malaria serebral, disebabkan oleh plasmodium falcipanim, demam tidak teratur,

disertai gejala terkenanya otak, koma dan kematian yang mendadak.

d. Malaria pemisiosa, disebabkan oleh plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat

mendadak, mirip stroke, koma disertai gejala malaria yang berat (Sudrajat, 2000).

Meningkatnya kasus malaria di berbagai tempat di Indonesia dewasa ini di

antaranya disebabkan oleh meluasnya plasmodium yang resisten terhadap obat anti

malaria dan nyamuk vector yang resisten terhadap insektisida, sehingga kebutuhan

vaksin malaria sangat diharapkan. Namun demikian usaha menemukan vaksin

malaria yang protektif sampai saat ini masih belum didapatkan diantaranya oleh

karena adanya variasi antigenik antar plasmodium di berbagai daerah. Untuk dapat

merencakan desain vaksin yang protektif bagi masyarakat di daerah endemik di

Indonesia, perlu dilakukan identifikasi epitop pada protein permukaan Plasmodium

falciparum dari beberapa daerah endemik di Indonesia (Ditjen PPM & PLP,2004).

Penyebaran penyakit malaria dipengaruhi oleh faktor Host, Agent, dan

Environment. Di samping ketiga faktor tersebut, faktor perilaku manusia juga

berpengaruh terhadap penyebaran penyakit malaria.

2.4.1. Faktor Host

Host pada penyakit malaria terbagi atas dua yaitu Host Intermediate

(manusia) dan Host Defniitif (nyamuk). Manusia disebut sebagai Host Intermediate

(penjamu sementara) karena di dalam tubuhnya terjadi siklus aseksual parasit malaria

6,43 kali dibandingkan yang memakai kelambu, bekerja di luar rumah dapat memberi

Universitas Sumatera Utara

resiko sebesar 13,48 kali untuk tertular malaria dibandingkan orang yang tidak

bekerja atau yang bekerja di dalam rumah.

2.4.2. Hubungan Lingkungan dengan Kejadian Malaria

Saifuddin (2004) di Kabupaten Bireun, menemukan bahwa umumnya

penderita malaria memiliki rumah dengan saluran pembuangan air limbah yang tidak

memenuhi syarat kesehatan yaitu sebesar 61,5% dan secara statistik terdapat

hubungan yang bermakna antara keadaan saluran pembuangan air limbah dengan

angka kejadian malaria. Maulana (2003) di Kabupaten Simeulue NAD

menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa habitat nyamuk Anopheles spp di

Kecamatan Simeulue Timur adalah umumnya rawa dan lagun.

Sushanti dkk (1993-1996) di Tapanuli Selatan, tempat perindukan nyamuk

anopheles sp adalah di kolam dan di sawah, dimana kepadatan/populasi jentik lebih

banyak ditemukan di sawah bila dibandingkan di kolam.

2.5. Teori-Teori Yang Berhubungan Dengan Penelitian Malaria

2.5.1. Epidemiologi Malaria

1. Gejala Klinis

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium

mempunyai gejala utama demam, menggigil dan berkeringat..(Harijanto,P.N,2000)

2. Penyebaran Penyakit Malaria

Penyakit malaria di Indonesia ditemukan tersebar luas di semua pulau dengan

derajat dan berat infeksi berbeda-beda. (Pribadi,1997).

3. Penularan Penyakit Malaria

Timbulnya penyakit malaria pada manusia melalui proses penularan yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Penularan Secara Alamiah (Natural Infection) adalah suatu infeksi yang terjadi

melalui gigitan nyamuk anopheles sp betina yang mengandung parasit

(plasmodium)

b. Penularan Secara Mekanik (Mechanical Infection). Terjadi melalui transfusi darah

atau melalui jarum suntik yang mengandung parasit malaria

c. Malaria Kongenital, terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi

parasit malaria. Infeksi Kongenital jarang terjadi (Bruce-Chwat,L.J,1985)

2.5.2. Konsep Segitiga Epidemiologi Terhadap Penyebaran Malaria

Penyebaran malaria secara epidemiologi dapat terjadi akibat terjadinya

interaksi tiga faktor yaitu : agent, hospes dan environment

1. Parasit/Plasmodium (Agent)

Parasit (plasmodium) hidup dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk.

Parasit (plasmodium) hidup dalam tubuh nyamuk dalam tahap daur seksual dan hidup

dalam tubuh manusia pada tahap daur aseksual (Depkes RI, 1999).

Menurut Harijanto (2000) dikenal 4 jenis plasmodium yaitu :

a. P. vivax, menyebabkan malaria tertiana/vivak (demam setiap hari ke-3).

b. P.falcifarum, memberikan banyak komplikasi dan cukup ganas, menyebabkan

malaria tropika (demam setiap 24-48 jam)

c. P.malariae, jarang dijumpai menyebabkan malaria quartana/malariae (demam

setiap hari ke-4).

d. P.ovale, dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian jaya.

2. Faktor Pejamu (Hospes)

a. Hospes Intermedier (Manusia sebagai pejamu antara)

Universitas Sumatera Utara

Manusia merupakan tempat berkembangbiaknya agent sekaligus sebagai

sumber penularan melalui vektor. Ada beberapa faktor intrinsik yang dapat

mempengaruhi kerentanan pejamu terhadap agent. Faktor-faktor tersebut yaitu :

(Depkes RI, 1994) Usia : Anak-anak lebih rentan terhadap malaria yaitu usia :

2-9 tahun, ras, riwayat pernah menderita malaria, cara hidup (life style),

perilaku terhadap terjadinya malaria (man-made malaria), sosial ekonomi,

status gizi, faktor keturunan dan imunitas.

b. Hospes Definitive (Vektor sebagai Pejamu tetap/nyamuk Anopheles,sp)

Hanya nyamuk Anopheles spp. betina yang menghisap darah. Darah diperlukan

untuk pertumbuhan telur nyamuk, dalam proses penularan penyakit.

Berdasarkan kebiasaan makan dan istirahat nyamuk Anopheles,sp. dapat

dikelompokkan sebagai berikut : (Depkes RI, 1999a) :

1. Tempat hinggap atau istirahat. Ada yang lebih suka hinggap atau istirahat di luar

rumah (eksofilik) dan ada di dalam rumah (endofilik).

2. Tempat Menggigit. Ada yang lebih suka menggigit di luar rumah (eksofagik) dan

ada di dalam rumah (endofagik).

3. Objek yang digigit. Ada yang lebih suka menggigit manusia (antrofilik) dan ada

yang lebih suka menggigit hewan (zoofilik).

3. Faktor Lingkungan (Environment)

Faktor environment (lingkungan) dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga)

kelompok yaitu : (Depkes RI, 1999a)

a. Lingkungan Fisik.

Universitas Sumatera Utara

1. Suhu. Suhu sangat berpengaruh terhadap siklus sporogoni atau masa inkubasi

ekstrinsik.

2. Kelembapan. Pada kelembapan yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif

dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan malaria

(Harijanto,2000).

3. Hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan aliran air pada sungai atau

saluran air lebih kuat sehingga larva dan kepompong akan terbawa oleh air

(Bruce-Chwat.I.J,1985).

4. Ketinggian. Secara umum malaria akan berkurang pada tempat yang makin

tinggi dari permukaan laut. Pada ketinggian di atas 2000 meter di atas

permukaan laut jarang terjadi transmisi (Harijanto,2000).

5. Angin. Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam merupakan

saat terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar.

6. Sinar matahari. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk

berbeda-beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh, sedang

anopheles barbirostris dapat hidup pada tempat yang teduh maupun di tempat

yang terang.

7. Arus air. Anopheles barbirostris menyukai tempat perindukan dengan air

yang statis atau mengalilr sedikit, Anopheles minimus menyukai tempat

perindukan dengan aliran air yang cukup deras sedang anopheles letifer suka

di tempat air yang tergenang.

b. Lingkungan Biologik (tumbuhan pelindung dan hewan pemakan/predator).

Universitas Sumatera Utara

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat

menghalangi masuknya sinar matahari, atau melindungi larva dari serangan makhluk

hidup lain. Beberapa jenis ikan pemakan larva (predator) seperti ikan kepala timah

(Panchax, sp) gambusia sp, nila (Oreochomis niloticus) dan lain lain akan

mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. M.Sudomo, dkk (1998) dalam

penelitiannya di desa Sihepeng menyimpulkan bahwa ikan nila merah (Oreochromis

niloticus) ternyata dapat mengendalikan populasi larva nyamuk Anopheles di kolam

percobaan di desa Sihepeng.

c. Lingkungan Kimiawi

Lingkungan kimiawi yang baru diketahui pengaruhnya adalah keadaan kadar

garam tempat perindukan. Anopheles sundaicus menyukai tempat perindukan dan

tumbuh optimal pada air payau dengan kadar garam antara 12-18%, tidak dapat

berkembang biak pada kadar air dengan kadar garam lebih dari 40%.

4. Lingkungan Sosial Budaya.

a. Sosial Budaya dan Perilaku

Lingkungan sosial budaya cukup besar pengaruhnya terhadap transmisi malaria.

Kebiasaan berada di luar rumah sampai larut malam pada masyarakat, akan

memudahkan terjadinya gigitan nyamuk pada manusia. Tingkat pengetahuan

masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi perilaku masyarakat

dalam upaya pencegahan.

b. Pandangan atau persepsi masyarakat, jika malaria dianggap sebagai penyakit

berbahaya maka masyarakat secara bersama-sama akan membersihkan.

2.6. Cara Penanggulangan Malaria

Universitas Sumatera Utara

Penanggulangan wabah malaria adalah suatu keadaan yang mendesak untuk

ditangani dengan segera dan memerlukan tindakan yang bersifat khusus, oleh

karenanya sebagai pedoman operasional penanggulangan wabah malaria dapat

dipakai kriteria adanya peningkatan bermakna dari penderita klinis dan kematian atau

dengan membandingkan situasi malaria selama tiga tahun terakhir dengan situasi

pada saat ini pada masa transisi yang berlangsung.

Terwujudnya masyarakat yang hidup sehat dalam lingkungan yang terbebas

dari penularan malaria pada tahun 2025 secara bertahap.

1. Kebijaksanaan

a. Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah dan lintas sektoral bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM,

dunia usaha, dan masyarakat.

b. Pembebasan malaria dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa

pulau sampai seluruh wilayah Indonesia menurut tahapan yang didasarkan

pada situasi malaria dan kondisi sumber daya setempat.

2. Strategi

a. Memberdayakan masyarakat dalam mendukung secara aktif pemberantasan

malaria.

b. Meningkatkan akses pelayanan kepada masyarakat yang berisiko malaria

terhadap upaya pemberantasan malaria yang berkualitas.

c. Meningkatkan sistem surveilans, pemantauan dan evaluasi, serta sistem

informasi kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

d. Meningkatkan advokasi kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk

berperan aktif dalam pengendalian malaria dengan menggalang keitraan

bersama sektor terkait, swasta, organisasi kemasyarakatan melalui forum kerja

sama Gebrak Malaria, atau organisasi kemasyarakatan yang sudah ada.

3. Jenis-Jenis Kegiatan

Strategi tersebut dicapai dengan melaksanakan beberapa jenis kegiatan berikut

ini.

a. Peningkatan akses pelayanan

- penemuan penderita suspek malaria

- konfirmasi diagnosis (mikroskopis dan / atau RDT)

- pengobatan

- penyediaan LLIN untuk melindungi terhadap gigitan nyamuk

- peningkatan kualitas fasilitas pelayanan

b. Penggalangan kemitraan untuk pemberantasan malaria yang

berkesinambungan

- Melakukan advokasi untuk meningkatkan komitmen Pemerintah dan

Pemerintah Daerah dengan menggalang kemitraan secara terkoordinasi

dengan seluruh sektor terkait, termasuk sektor swasta dan organisasi

kemasyarakatan melalui forum kerja sama Gebrak Malaria yang menjamin

tersedianya sumber daya untuk mendukung upaya pemberantasan malaria

yang berkesinambungan.

c. Peningkatan system surveilans malaria

- System kewaspadaan dini da penanggulangan KLB

Universitas Sumatera Utara

- Surveilans kasus malaria dan vector

- Pemantauan efikasi obat dan insektisida

- System informasi malaria (pelaporan dan pencatatan)

- Juru malaria desa

d. Pemberdayaan masyarakat

- Pembentukan pos malaria desa

- Promosi kesehatan

- Kemitraan dengan NGO, CBO, FGO

- Pemberdayaan posyandu, desa siaga, dan lain-lain

e. Quality assurance akuntabilitas kinerja program

- Penelitian / survey

- Evaluasi, review manajemen program

- Auditing

- Re-planning

Universitas Sumatera Utara

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep diatas, menggunakan teori HBM (Health Belief Model)

yang menggambarkan bahwa, karakteristik responden dan sumber informasi yang

diterima responden berhubungan dengan pengetahuan maupun sikap responden. Hal

ini akan mempengaruhi tindakan masyarakat terhadap penanggulangan Malaria di

Kelurahan Penyabungan II Kecamatan Penyabungan Kota Kabupaten Mandailing

Natal.

Karakteristik Masyarakat 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan

Sumber Informasi 1. Media Cetak 2. Media Elektronik 3. Petugas Kesehatan 4. Tetangga/teman

Pengetahuan Sikap

Tindakan Terhadap

Penanggulangan Malaria

Universitas Sumatera Utara