Upload
rizkymsinaga
View
220
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penyakit dalam
Citation preview
Laporan Kasus Heart Failure 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala)
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung1.
Gagal jantung kongestif merupakan keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada jika
disertai dengan peninggian volume diastolik secara abnormal. Gagal jantung
kongestif biasanya disertai dengan kergagalan pada jantung kiri dan jantung
kanan.2
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung.Di
Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4% - 2% dan meningkat pada usia yang
lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Prevalensi gagal jantung di Amerika
Serikat mencapai 4,8 juta orang dengan 500 ribu kasus baru per tahunnya. Di
Indonesia belum ada angka pasti tentang prevalensi penyakit gagal jantung, di RS
Jantung Harapan Kita, setiap hari ada sekitar 400-500 pasien berobat jalan dan
sekitar 65% adalah pasien gagal jantung.3
Prevalensi gagal jantung di negara berkembang cukup tinggi dan makin
meningkat. Oleh karena itu gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang
utama. Setengah dari pasien yang terdiagnosis gagal jantung masih punya harapan
hidup 5 tahun. Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar
62% pada pria dan 42% wanita.3
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal
jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus.Hipertensi mempunyai
kontribusi untuk terjadinya gagal jantung sebesar 75% yang termasuk didalamnya
bersamaan dengan penyakit jantung koroner. Gagal jantung dengan sebab yang
tidak diketahui sebanyak 20 – 30% kasus.3
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 1
Laporan Kasus Heart Failure 2015
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Mr. X
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Dusun Sawah
Suku : Jawa
2.2 ANAMNESA
Keluhan utama : Sesak Nafas
Telaah :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan keluhan
sesak nafas, ini sudah dialami pasien sejak 2 tahun yang lalu dan memberat
beberapa jam sebelum masuk rumah saki, pasien sering masuk rumah sakit
dikarenakan sesak nafas. Sesak nafas ini timbul pada saat pasien melakukan
aktifitas fisik ringan seperti berjalan kaki kekamar mandi dan membaik ketika
pasien beristirahat. Sesak nafas ini menggangu aktifitas fisik sehari hari, sehingga
menyebabkan aktifitas fisik pasien terbatas. Keluhan sesak nafas ini terkadang
disertai jantung berdebar-debar dan nyeri dada sebelah kiri. Saat pasien telentang
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 2
Laporan Kasus Heart Failure 2015
pasien merasakan sesak nafas sehingga pasien tidur harus diganjal dengan 2
bantal. Pasien juga sering terbangun pada malam hari karena sesak nafas. Sesak
nafas tidak dipengaruhi oleh cuaca dan debu. Pasien juga mengeluhkan mudah
lelah.
Pasien mengeluhkan batuk berdahak yang hilang timbul sejak 1 minggu
yang lalu dengan dahak berwarna putih jernih. Keluhan batuk lebih sering
dirasakan pada malam hari. Riwayat demam (+), mual (+), muntah (-), BAB (+),
BAK (+)
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien mengatakan telah menderita penyakit jantung ± 2 tahun.
Diabetes mellitus : Disangkal
Hipertensi : Ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi : Ada
Diabetes Melitus : Disangkal
Riwayat Pemakaian Obat :
Pasien rutin mengkonsumsi obat dari puskesmas
Riwayat kebiasaan sosial :
Merokok (+)
Alkohol (-)
ANAMNESA ORGAN
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 3
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Jantung Ada Kelainan Tulang Tidak ada kelainan
Sirkulasi Tidak ada kelainan Otot Tidak ada kelainan
Saluran Pernafasan Tidak ada kelainan Darah Tidak ada kelainan
Ginjal dan Saluran
Kencing
Tidak ada kelainan Endokrin Tidak ada kelainan
Saluran Cerna Tidak ada kelainan Genetalia Tidak ada kelainan
Hati dan Saluran
Empedu
Tidak ada kelainan Pancaindra Tidak ada kelainan
Sendi Tidak ada kelainan Psikis Tidak ada kelainan
KEADAAN UMUM
STATUS PRESENT KEADAAN PENYAKIT
Sensorium :
Compos mentis
Tekanan Darah : 160 /110 mmHg
Temperatur : 36,5oC
Pernafasan : 28x/menit,
Nadi : 100
x/menit
Anemia : Tidak dijumpai
Edema : Tidak dijumpai
Ikterus : Tidak dijumpai
Eritema : Tidak dijumpai
Sianosis : Tidak dijumpai
Turgor : Baik
Dispnoe : dijumpai
Sikap tidur paksa : Tidak dijumpai
KEADAAN GIZI
BB : 71 kg TB : 170 cm
RBW =BBx 100%
TB-100
= 71x100% = 71 x 100%
170-100 70
= 101 % (gizi baik)
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 4
Laporan Kasus Heart Failure 2015
KEPALA LEHER
Inspeksi :
Rambut : tidak ada kelainan
Wajah : tidak ada kelainan
Alis mata : tidak ada kelainan
Bulu mata : tidak ada kelainan
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Bibir : sianosis ( - )
Lidah : tidak ada kelainan
Inspeksi
Struma : tidak ada
kelainan
Kelenjar Limfe : tidak ada
kelainan
Posisi trakea : midline
TVJ : 5-2cm H2O
THORAK
THORAK DEPAN THORAK BELAKANG
Inspeksi
- Bentuk: Simetris
- Otot bantu nafas : tidak ada
- Venektasi : tidak ada
- Bendungan Vena : tidak ada
- Ketinggalan bernafas : tidak ada
Palpasi
Paru :
- Nyeri tekan : tidak ada
- Fremitus taktil : kanan = kiri
Jantung :
- Ictus cordis : tidak teraba
- Lokalisasi Iktus : ICS V 2cm lateral dari linea
midclavicula
Perkusi
Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Otot bantu nafas : tidak
ada
- Venektasi :tidak ada
Palpasi
Paru :
- Nyeri tekan : tidak ada
- Fremitus taktil : kanan =
kiri
Perkusi
Paru : sonor pada kedua
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 5
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Paru : sonor pada ke dua lapangan paru
- Batas Relatif : ICS IV linea midclaviclaris
dextra
- Batas Absolut : ICS VI linea midclaviclaris
dextra
Jantung :
- Batas jantung atas : ICS II linea parasternalis
sinistra
- Batas jantung kiri : ICS VI 1 jari ke lateral
dari linea midclavicula sinistra
- Batas jantung kanan : ICS IV linea
parasternalis dextra
Auskultasi
- Suara pernafasan : vesikuler ( +/+)
- Suara tambahan : ronki (-/-) wheezing (-/-)
- Ekspirasi memanjang ( - )
- Bunyi Jantung : M1>M2, A2>A1, P2>P1,
A2=P2
lapangan paru
Auskultasi
- Suara pernafasan :
vesikuler (+/+ )
- Suara tambahan : ronki
(-/-) wheezing (-/-)
- Ekspirasi memanjang ( - )
ABDOMEN GENITALIA
Inspeksi :
Simetris (+) Distensi (-)
Palpasi :
Distensi(-), Nyeri tekan (-)
- Hepar : Tidak teraba
- Lien : Tidak teraba
- Ginjal : Tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik Usus (+)
Tidak dilakukan
pemeriksaan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 6
Laporan Kasus Heart Failure 2015
EKSTREMITAS
Ekstremitas Atas
- Bengkak : Tidak dijumpai
- Merah : Tidak dijumpai
- Ikterik : Tidak dijumpai
-Clubbing finger :Tidak dijumpai
-Tremor : Tidak dijumpai
-Eritema palmaris : tidak dijumpai
-Kuku muchrche : tidak dijumpai
Ekstremitas Bawah
Bengkak : Tidak dijumpai
Merah : Tidak dijumpai
Ikterik : Tidak dijumpai
Clubbing finger : Tidak dijumpai
Tremor : Tidak dijumpai
Edema : dijumpai
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TEST LABORATORIUM
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
KGDS
Triglycerine
Total kolesterol
HDL
LDL
HASIL
13.5 g/dl
41.9%
7.070/ui x 103
212.000/ui x 103
127 mg/100ml
443 mg
242 mg
30 u/l
123 u/l
2.4 DIAGNOSA BANDING
1. Heart Failure NYHAIII ec DD 1. PJK
2. HHD
3. Kelainan Katup.
2. CPC
3. Pneumonia
4. COPD
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 7
Laporan Kasus Heart Failure 2015
2.5. DIAGNOSA KLINIS
Heart Failure NYHA III ec PJK
2.6 PENATALAKSANAAN :
- O2 4-6 L/menit
- IVFD RL 10 gtt/i
- Inj Furosemid 1 A / 8 jam
- Ramipril 2,5 mg 1x1
- Lansoprazole 30 mg 2x1
- Simvastatin 20 mg 1x1
Penjajakan :
1. Foto Toraks PA
2. EKG
3. SGOT/SGPT
Follow Up harian
Tanggal S O A P
02
Agustus
2015
s/d
03
Agustus
2015
Sesak Nafas (+)
Batuk berdahak
(+)
Sakit kelapa (+)
Mual (-)
Muntah (-)
Demam (-)
sensorium :
Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 26 x/menit
T : 36,5oC
Heart
Failure
NYHA
III ec
PJK
- O2 4-6L/menit
- IVFD RL 10 gtt/i
- Inj Furosemid 1 A /
8 jam
- Ramipril 2,5 mg 1x1
- Lansoprazole 30mg
2x1
- simvastatin 20mg
1x1
04
Agustus
2015
s/d
Sesak nafas (-)
Batuk berdahak
(+)
Saakit kepala (+)
sensorium :
Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/menit
Heart
Failure
NYHA III
ec PJK
- O2 4-6L/menit
- IVFD RL 10 gtt/i
- Inj Furosemid 1 A /
8 jam
-Levofloxacin 200mg
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 8
Laporan Kasus Heart Failure 2015
05
Agustus
2015
Mual (-)
Muntah (-)
Demam (-)
RR : 22 x/menit
T : 36,2oC
1x1
- Ramipril 2,5 mg 1x1
- Lansoprazole 30mg
2x1
- simvastatin 20mg
1x1
06
Agustus
2015
s/d
08
Agustus
2015
Sesak nafas (-)
Batuk berdahak
(+)
Saakit kepala (+)
Perut kembung
(+)
Mual (-)
Muntah (-)
Demam (+)
sensorium :
Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 37,4oC
Heart
Failure
NYHA III
ec PJK
-Levofloxacin 200mg
1x1
-Paracetamol 500mg
3x1
- Ramipril 2,5 mg 1x1
- Lansoprazole 30mg
2x1
- simvastatin 20mg
1x1
-Alprazolam 0,5mg
2x1
-Furosemid 40mg 3x1
Tanggal S O A P
09
Agustus
2015
s/d
10
Agustus
2015
Sesak Nafas (-)
Batuk berdahak
(-)
Sakit kelapa (+)
Sariawan (+)
Mual (-)
Muntah (-)
Demam (-)
sensorium :
Compos Mentis
TD : 120/90
mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,1oC
Heart
Failure
NYHA
III ec
PJK
Levofloxacin 200mg
1x1
-Paracetamol 500mg
3x1
- Ramipril 2,5 mg 1x1
- Lansoprazole 30mg
2x1
- simvastatin 20mg 1x1
-Alprazolam 0,5mg 2x1
-Furosemid 40mg 3x1
11
Agustus
Sesak nafas (-)
Batuk berdahak
sensorium : Heart
Failure
Levofloxacin 200mg
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 9
Laporan Kasus Heart Failure 2015
2015
(-)
Saakit kepala
(+)
Sariawan (+)
Mual (-)
Muntah (-)
Demam (-)
Compos Mentis
TD : 130/80
mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 35,7oC
NYHA
III ec
PJK
1x1
-Paracetamol 500mg
3x1
- Ramipril 2,5 mg 1x1
- simvastatin 20mg 1x1
-Alprazolam 0,5mg 2x1
-Furosemid 40mg 3x1
-Clindamicin 300mg
3x1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 10
Laporan Kasus Heart Failure 2015
3.1 DEFINISI
Gagal Jantung adalah suatu keadaan Patofisiologi berupa kelainan fungsi
sehingga jantung tidak mammpu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal.4
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan
curah jantung (cardiacoutput = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh. Penurunan CO mengakibatkan volume darah yang efektif berkurang5.
Untuk mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat maka di dalam
tubuh terjadi suatu refleks homeostasis atau mekanisme kompensasi melalui
perubahan-perubahan neurohumoral, dilatasi ventrikel. Salah satu respon
hemodinamik yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling
pressure) dari jantung atau preload.1,5
3.2 EPIDEMIOLOGI
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung.Di
Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4% - 2% dan meningkat pada usia yang
lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Prevalensi gagal jantung di Amerika
Serikat mencapai 4,8 juta orang dengan 500 ribu kasus baru per tahunnya. Di
Indonesia belum ada angka pasti tentang prevalensi penyakit gagal jantung, di RS
Jantung Harapan Kita, setiap hari ada sekitar 400-500 pasien berobat jalan dan
sekitar 65% adalah pasien gagal jantung. Meskipun terapi gagal jantung
mengalami perkembangan yang pesat, angka kematian dalam 5-10 tahun tetap
tinggi, sekitar 30-40% dari pasien penyakit gagal jantung lanjut dan 5-10% dari
pasien dengan gejala gagal jantung yang ringan.3
Prevalensi gagal jantung di negara berkembang cukup tinggi dan makin
meningkat. Oleh karena itu gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang
utama. Setengah dari pasien yang terdiagnosis gagal jantung masih punya harapan
hidup 5 tahun. Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar
62% pada pria dan 42% wanita.3
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 11
Laporan Kasus Heart Failure 2015
3.3 ETIOLOGI
Gagal jantung adalah komplikasi tersering dan segala jenis penyakit
jantung kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan
gagal jantung meliputi keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal,
meningkatkan beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas miokardium.3
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal (preload) meliputi regurgitasi
aorta, dan cacat septum ventrikel; beban akhir (afterload) meningkat pada
keadaan-keadaan seperti stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan kardiomiopati. 3
Penyebab gagal jantung kongestif dapat dibagi menjadi tiga, yaitu5 :
a. Kelainan Miokardium
- Penyakit jantung coroner
- Kardiomiopati
- Miokarditis dan penyakit jantung reumatik
- Iatrogenik akibat obat-obat seperti adriamisin dan diisopiramid atau
akibat radiasi.5
b. Kelainan Mekanis
- Kelebihan beban tekanan (pressure overload) : hipertensi dan stenosis
aorta
- Kelebihan beban volume (volumeoverload) : regurgitasi katup dan left to
right shunt
- Obstruksi terhadap pengisian ventrikel : stenosis mitral atau trikuspidal
- Tamponade Perikardium
c. Kelainan Irama Jantung
- Fibrilasi
- Takikardia atau Bradikardia ekstrim5
3.4 FAKTOR PENCETUS
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 12
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya gagal jantung melalui
penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa disritmia, infeksi sistemik dan
infeksi paru-paru, serta emboli paru. Disritmia akan mengganggu fungsi mekanis
jantung dengan mengubah rangsangan listrik yang memulai respons mekanis,
respons mekanis yang sinkron dan efektif tidak akan dihasilkan tanpa adanya
ritme jantung yang stabil. Respons tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang meningkat. Emboli paru
secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kanan,
memicu terjadinya gagal jantung kanan. Penanganan gagal jantung yang efektif
membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme
fisiologis penyakit yang mendasari, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang
memicu terjadinya gagal jantung.3,6
3.5 PATOFISIOLOGI
Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah di dalam tubuh terjadi
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron, serta
penglepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan cardiac output yang adekuat3,6\5.
Respon Kompensatorik3,5
Peningkatan Aktivitas Adrenergik Simpatis
Penurunan cardiac output menstimulasi peningkatan respon simpatis
(adrenergik) yang kemudian akan merangsang pengeluaran katekolamin oleh
saraf-saraf adrenergik dan medulla adrenal. Katekolamin ini akan
meningkatkan kontraksi dan denyut jantung sehingga cardiac output
meningkat.
Peningkatan Beban Awal melalui Aktivitas Sistem Renin Angiotensin
Aldosteron
Penurunan perfusi arteri renalis akibat cardiac output yang rendah akan
mengaktivasi system renin-angiotensin-aldosteron. Aldosteron akan meretensi
natrium dan air yang akan meningkatkan volume plasma. Hasil akhirnya
berupa peningkatan tekanan darah dan cardiac output yang adekuat.
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 13
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Hipertrofi Ventrikel
Mekanisme kompensasi system neurohormonal (Adrenergik simpatis dan
RAAS) akan meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga terjadi perubahan
dinding otot ventrikel yang ditandai dengan peningkatan jumlah sel miokardium
dan peningkatan sarkomer (remodeling) sehingga terjadilah hipertrofi ventrikel.
Ada 2 jenis hipertrofi ventrikel :
- Hipertrofi konsentrik terjadi akibat beban tekanan sehingga terjadi
peningkatan ketebalan dinding tanpa penambahan ruang
- Hipertrofi eksentrik terjadi akibat beban volume sehingga terjadi peningkatan
ketebalan dinding dan ukuran ruang.
Respon kompensasi ini akan membawa keuntungan untuk sementara
waktu. Namun setelah beberapa saat, kelainan sistem neurohumoral ini akan
memacu perburukan gagal jantung, tidak hanya karena vasokontriksi serta retensi
air dan garam yang terjadi akan tetapi juga karena adanya efek toksik langsung
dari noradrenalin dan angiotensin terhadap miokard. Apabila keadaan ini tidak
segera teratasi peninggian afterload, peninggian preload dan hipertrofi dan dilatasi
jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung yang
tidak terkompensasi.3,5
Gagal Jantung Kiri
Pada gagal jantung terjadi gangguan pada pengosongan ventrikel
sehingga terjadi peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri
(LVEDV) yang meningkatkan tekanan atrium kiri kemudian diteruskan ke
vena pulmonalis, selanjutnya terjadi peningkatan hidrostatik kapiler paru-
paru yang mengakibatkan kongesti vena paru dan terjadilah edema
pulmonal1
Gagal Jantung Kanan
Pada gagal jantung kanan, terjadi bendungan di atrium kanan dan vena
kava superior dan inferior. Hal ini secara klinis ditandai dengan distensi
vena jugular, hepatomegali, dan edema perifer1
Disfungsi Sistolik (Systolic Heart Failure)
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 14
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Ketidakmampuan kontraksi jantung untuk memompa mengakibatkan
low ejection systolic (peningkatan EDV) dan terjadi penurunan cardiac
output (fraksi ejection kurang dari 50%). Pada disfungsi sistolik terdengar
S3 gallop1.
Disfungsi Diastolik (Dyastolic Heart Failure)
Terjadi gangguan relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel (fraksi
ejeksi lebih dari 50%). Pada disfungsi diastolic terdengar S4 gallop.
Gambar 1. Patofisiologi dan Simptomatologi Heart Failure
3.6 MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan.
Gagal jantung terbai atas gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan , dan gagal
jantung kongestif. Gejala dan tanda yang timbul pun berbeda. Sesuai dengan
pembagian tersebut.4
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 15
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Pada gagal jantung kiri terdapat dyspnea d’effort, fatig, prtopnea, dispnea
nokturnal paroksimal, batuk, pembesaran jantung, irama derap, ventrikular
heaving, bunyi derap S3, dan S4, pernapasan Cheyne stokes, takikardi, pulsus
alternan, ronki dan kongesti vena pulmonalis. Pada gagal jantung kanan timbul
fatig, edema, liver engorgement, anoreksia dan kembung, pada pemeriksaan fisik
bisa didapatkan hipertropi jantung kanan, heaving ventrikel kanan, irama derap
atrium kanan, , murmur, tanda tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis
meningkat, bunyi P2 mengeras, asites, hidrothorax, peningkatan tekanan vena,
hepatomegali, dan edema pitting. Sedang, pada gagal jantung kongestif terjadi
manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan.4
1
Keterangan :
- Gambar 1 : Jantungnormal
- Gambar 2 : Dinding jantung merentang dan bilik-bilik jantung membesar,
dinding jantung merentang untuk menahan lebih banyak darah
- Gambar 3 : Dinding-dinding jantung menebal, dinding otot jantung menebal
untuk memompa lebih kuat.
3.7 KLASIFIKASI
New York Heart Association membagi klasifikasi Gagal Jantung
berdasarkan tingkat keparahan dan keterbatasan aktitas fisik:1,4
Tabel. 1. Klasifikasi menurut NYHA
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 16
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Kelas I Tidak ada keterbatasan dalam aktivitas fisik. Aktivitas fisik
tidak menyebabkan sesak nafas, fatigue, atau palpitasi
Kelas II Sedikit mengalami keterbatasan dalam aktivitas fisik berat.
Merasa nyaman saat beristirahat tetapi saat melakukan aktivitas
fisik mulai merasakan sedikit sesak, fatigue, dan palpitasi
Kelas III Mengalami keterbatasan dalam aktivitas fisik ringan. Merasa
nyaman saat istirahat namun ketika melakukan aktivitas yang
sedikit saja sudah merasa sesak, fatigue, dan palpitasi
Kelas IV Tidak bisa melakukan aktivitas fisik. Saat istirahat gejala bisa
muncul dan jika melakukan aktivitas fisik maka gejala akan
meningkat.
Sumber : European Society of Cardiology (ESC), 2014.
Guideline for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic heart Failure
3.8 DIAGNOSIS
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan
penilaian klinis, didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto toraks,
biomarker, dan ekokardiografi Doppler.7
1. Pasien segera diklasifikasikan apakah disfungsi sistolik atau disfungsi
diastolik dan karakteristik forward orbackward, left or right heart
failure. Kriteria diagnosis gagal jantung menurut Framingham Heart
Study :
a. Kriteria mayor :
1) Paroksismal nokturnal dispneu
2) Ronki paru
3) Edema akut paru
4) Kardiomegali
5) Gallop S3
6) Distensi vena leher
7) Refluks hepatojugular
8) Peningkatan tekanan vena jugularis
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 17
Laporan Kasus Heart Failure 2015
b. Kriteria minor :
1) Edema ekstremitas
2) Batuk malam hari
3) Hepatomegali
4) Dispnea d’effort
5) Efusi pleura
6) Takikardi (120x/menit)
7) Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal
Kriteria mayor dan minor : Penurunan berat badan ≥ 4,5 kg dalam 5 hari
pengobatan. Diagnosis gagal jantung ditegakkan dengan dua kriteria mayor atau
satu kriteria mayor dan 2 kriteria minor.4
Berdasarkan gejala sesak nafas, klasifikasi berdasarkan NewYork Heart
Association (NYHA) membagi gagal jantung kongestif menjadi 4 kelas.1,5
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium Darah
- Pemeriksaan darah lengkap
- Kimia klinik (SGPT, SGOT, ureum, kreatinin, natrium, kalium,
klorida, kolesterol total, LDL, HDL)
b. Elektrokardiogram
Dalam kasus kardiogenik, elektrokardiogram (EKG) dapat
menunjukkan bukti MI ( Miocardium Infark ) atau iskemia, namun
alam kasus noncardiogenic, EKG biasanya normal.
c. Radiologi
1) Foto thoraks
Fungsi utama pemeriksaan foto thoraks adalah mengetahui ukuran dan
bentuk siluet jantung, serta edema di dasar paru-paru. 7 Pada gagal jantung hampir
selalu ada dilatasi dari satu atau lebih pada ruang-ruang di jantung, menghasilkan
pembesaran pada jantung. Pemeriksaan radiologi memberikan informasi berguna
mengenai ukuran jantung dan bentuknya, distensi vena pulmonalis, dilatasi aorta,
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 18
Laporan Kasus Heart Failure 2015
dan kadang-kadang efusi pleura, begitu pula keadaan vaskuler pulmoner dan dapat
mengidentifikasi penyebab nonkardiak pada gejala pasien.
2) Computed Tomography
CT scan jantung biasanya tidak diperlukan dalam diagnosis rutin dan
manajemen gagal jantung kongestif.7 Multichannel CT scan berguna dalam
menggambarkan kelainan bawaan dan katup, namun, ekokardiografi dan
pencitraan resonansi magnetik (MRI) dapat memberikan informasi yang sama
tanpa mengekspos pasien untuk radiasi pengion.7
3) Echocardiografi
Ekokardiografi dua dimensi dianjurkan sebagai bagian awal dari evaluasi
pasien dengan gagal jantung kongestif yang diketahui atau diduga. Fungsi
ventrikel dapat dievaluasi, dan kelainan katup primer dan sekunder dapat dinilai
secara akurat. Ekokardiografi Doppler mungkin memainkan peran berharga dalam
menentukan fungsi diastolik dan dalam menegakkan diagnosis HF diastolik.8 Dua
dimensi dan Ekokardiografi Doppler dapat digunakan untuk menentukan kinerja
sistolik dan diastolik LV(ventrikel kiri), cardiac output (fraksi ejeksi), dan
tekanan arteri pulmonalis dan pengisian ventrikel. Echocardiography juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi penyakit katup penting secara klinis.Tingkat
kepercayaan di echocardiography adalah tinggi, dan tingkat temuan positif palsu
dan negatif palsu yang rendah. 7
3.6 DIAGNOSIS BANDING
Penyakit paru: pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut, infeksi paru
berat misalnya ARDS, emboli paru
Penyakit ginjal: gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
Penyakit hati: sirosis hepatik
3.7 PENATALAKSANAAN
Upaya pencegahan1,6 :
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 19
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Pencegahan gagal jantung harus selalu menjadi objektif primer terutama
pada kelompok dengan resiko tinggi:
Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, factor resiko jantung
koroner.
Pengobatan hipertensi yang agresif.
Koreksi kelainan congenital serta penyakit jantung katup.
Bila sudah ada disfungsi miokard upayakan eliminasi penyebab yang
mendasari selain modulasi progresi dari disfungsi asimtomatik menjadi
gagal jantung.
Terapi
Non farmakologi1,3
Anjuran umum:
1. edukasi: terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan
2. aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan
seperti biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan profesi yang
masih bisa dilakukan
3. gagal jantung berat harus menghindari penerbangan panjang1,3
Tindakan umum:
1. diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 gram pada gagal jantung
ringan dan 1 gram pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada
gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
2. hentikan rokok
3. aktivitas fisik ( latihan jasmani: jalan 3-5 kali/minggu selama 20-
30menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan
beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan
dan sedang)
4. istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut1,3
Farmakologi
1. diuretik
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 20
Laporan Kasus Heart Failure 2015
kebanyakan pasien dengan gagal jantung membutuhkan paling sedikit
diuretik regular dosis rendah tujuan untuk mencapai tekanan vena jugularis
normal dan menghilangkan edema. Permulaan dapat digunakan loop diuretik atau
tiazid. Bila respons tidak cukup baik dosis diuretik dapat dinaikkan, berikan
diuretic intravena, atau kombinasi loop diuretic dan tiazid. Diuretik hemat kalium,
spironolakton dengan dosis 25 -50 mg/hari dapat mengurangi mortalitas pada
paien dengan gagal jantung sedang sampai berat (klas fungsional IV) yang
disebabkan gagal jantung sistolik. 1,3
2. Penghambat ACE
Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivasi neurohormonal, dan
pada gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri.
3. Penyekat beta
Penyekat Beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE. Penyekat beta
yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau metoprolol. Biasa digunakan dengan
bersama-sama dengan penghambat ACE dan diuretik.
4. Antagonis penyekat reseptor angiotensin II
Masih merupakan alternatif bila pasien tidak toleran terhadap penyekat
enzim konversi angiotensin
5. glikosida jantung (digitalis)
Digitalis merupakan indikasi pada fibrilasi atrium pada berbagai derajat
gagal jantung.
6. kombinasi hidralazin dengan isosorbide dinitrat
Memberi hasil yang baik pada pasien yang intoleran dengan penghambat
ACE. 1,3
7. antikoagulan dan antiplatelet.
Aspirin dindikasikan untuk pencegahan emboli serebral pada
penderitadengan fibrilasi atrialdengan fungsi ventrikel yang buruk. Antikoagulan
perlu diberikan pada fibrilasi atrial kronis maupun dengan riwayat emboli,
trombosis dan transient ischemic attacks, trombus intrakardiak dan aneurisma
ventrikel. 1,3
3.8 PROGNOSIS
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 21
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Prognosis gagal jantung yang tidak mendapat terapi tidak diketahui.
Sedangkan prognosis pada penderita gagal jantung yang mendapat terapi yaitu: 2
1. Kelas NYHA I : mortalitas 5 tahun 10-20%
2. Kelas NYHA II : mortalitas 5 tahun 10-20%
3. Kelas NYHA III : mortalitas 5 tahun 50-70%
4. Kelas NYHA IV : mortalitas 5 tahun 70-90%
BAB IV
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 22
Laporan Kasus Heart Failure 2015
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
Manifestasi Klinis Heart Failure sesuai
Framingham Criteria:
Major
Paroksismal nocturnal dispnea
distensi vena leher
ronkhi paru
kardiomegali
edema paru akut
gallop s3
peninggian tekanan vena
jugularis
refluks hepatojugular
Minor
edema ekstremitas
batuk malam hari
dispnea d effort
hepatomegali
efusi pleura
penurunan kapasitas vital 1/3 dari
normal
takikardia (>120/ menit)
Major dan Minor
penurunan BB >4.5 kg dalam 5 hari
pengobatan
NYHA (New York Heart of
Association)
Manifestasi klinis:
.Sesak nafas ini timbul pada saat
pasien melakukan aktifitas fisik
ringan seperti berjalan kaki
kekamar mandi dan membaik
ketika pasien beristirahat
Sesak dan batuk pada malam hari
Berdebar-debar
Cepat lelah
Keluhan tambahan: demam, batuk
berdahak, dan pusing berputar
Diagnosa ditegakkan dengan Heart
Failure NYHA III. Berdasarkan
Anamnesa dan pemerilsaan Fisik.
(Mengalami keterbatasan dalam
aktivitas fisik ringan. Merasa nyaman
saat istirahat namun ketika melakukan
aktivitas yang sedikit saja sudah
merasa sesak, fatigue, dan palpitasi).
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 23
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Kelas 1: tidak ada keterbatasan aktivitas
fisik, aktivitas biasa tidak menimbulkan
gejala
Kelas 2: ada sedikit keterbatasan dari
aktivitas fisik, lebih nyaman saat
beristirahat, aktivitas fisik sehari-hari
dan menaiki tangga agak banyak
menyebabkan lelah, berdebar, dan sesak
Kelas 3: adanya keterbatasan dari
aktivitas fisik secara signifikan, lebih
nyaman saat beristirahat, aktivitas fisik
yang ringan dapat menyebabkan lelah,
berdebar, dan sesak
Kelas 4: tidak bisa melakukan aktivitas
fisik dengan nyaman, timbul gejala
gangguan jantung pada saat beristirahat,
bila beraktivitas, keluhan akan semakin
berat.
BAB V
KESIMPULAN
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 24
Laporan Kasus Heart Failure 2015
Gagal Jantung adalah suatu keadaan Patofisiologi berupa kelainan fungsi
sehingga jantung tidak mammpu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal.
Penyebab gagal jantung kongestif dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Kelainan Miokardium
- Kelainan Mekanis
- Kelainan Irama Jantung
Faktor Pencetus terjadinya gagal jantung yaitu disritmia, infeksi, emboli
paru, kehamilan, anemia dan tirotoksikosis.
Berdasarkan gejala sesak nafas NewYork Heart Association (NYHA)
membagi gagal jantung kongestif menjadi 4 klas yaitu:
Klas I : Aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Sesak timbul jika melakukan
kegiatan fisik yang berat.
Klas II : Aktivitas sehari-hari terganggu sedikit. Sesak timbul pada saat
aktivitas sedang.
Klas III : Aktivitas sehari-hari sangat terganggu. Merasa nyaman pada
waktu istirahat
Klas IV : walaupun istirahat terasa sesak.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 25
Laporan Kasus Heart Failure 2015
1. Manurung, Daulat. Gagal Jantung. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru
W Sudoyo (Editor), Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006.
2. Hauser K, Longo B, Jameson F. Harrison’s principle of internal medicine.
2005; ed XVI
3. Sugeng, Barita Sitompul dan J. Irawan. Buku ajar kardiologi. jakarta :
balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia, 2004.hal 7 –
17,115 – 126.
4. Mansjoer Arif. Dkk. Gagal Jantung dalam Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media Aeculapius : 1999. Hal. 434-437
5. Karper, Dennis. et.al. Congestive Heart Failure. Harrison’s Principle of
Internal Medicine 16th Edition Mc Graw Hill Company. Philadelphia.
2005
6. Price, Sylvia. Gagal Jantung. Patofisiologi : Konsep-konsep klinis
penyakit . EGC. Jakarta, 2006.
7. Davis, Russell C. ABC of Heart Failure Second Edition, Australia:
Blackwell publishing 2006; hal. 10-11.
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Langsa 26