18
HIPERMETROPIA A. Pengertian Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetrop terjadi apabila berkas sinar sejajar difokuskan di belakang retina. B. Etiologi Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu: 1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek. Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan). 2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis. Pada penderita Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah di bawah normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan vitreus humor tersebut) 3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana kelengkungan dari kornea ataupun lensa

HIPERMETROPIA1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

23

Citation preview

Page 1: HIPERMETROPIA1

HIPERMETROPIAA. Pengertian

Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan

pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan

sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetrop terjadi apabila berkas

sinar sejajar difokuskan di belakang retina.

B. Etiologi

Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu:

1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.

Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi Axial ini

dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina

(lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).

2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah

Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi

gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreus humor.

Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah perubahan

pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya menurun dan

perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis. Pada penderita

Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah di bawah

normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan vitreus humor tersebut)

3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat

Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana kelengkungan

dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan difokuskan di belakang

retina.

4. Perubahan posisi lensa.

Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih posterior.tidak ada lagi

(afakia).

C. Patofisiologi

Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu

lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat

menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga

penglihatan dekat jadi terganggu.

D. Manifestasi klinis

Sakit kepala frontal, memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi dan makin

memburuk sepanjang penggunaan mata dekat. Penglihatan tidak nyaman (asthenopia)

ketika pasien harus focus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama, misalnya

Page 2: HIPERMETROPIA1

menonton pertandingan bola. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika terpaku pada suatu

level tertentu dari ketegangan.

E. Pathway

Page 3: HIPERMETROPIA1

F. Pengobatan

Ansietas

Kurang pengetahuan tentang penyakitnya

Merupakan stresor psikologis

Perubahan status kesehatan

Tidak bisa melihat dekat

Gangguan persepsi sensori : Penglihatan

Penurunan penglihatan

Cahaya masuk yang melewati lensa jatuh di belakang retina

Penurunan retraksi lensa

Adanya faktor penyebap(Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya

pembiasan bola mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat

perubahan posisi lensa)

Lensa Berakomodasi Terus menerus

Kelelahan otot – otot penggerak lensa

Penggunaan mata dekat

Nyeri

Tidak menggunakan alat bantu

Gangguan kenyamanan

Sakit kepala FrontalResti Cedera

Gangguan keseimbangan

tubuh

Page 4: HIPERMETROPIA1

Hipermetropia bisa diatasi dengan pemberian lensa koreksi (kacamata atau lensa kontak)

berkekuatan positif di depan sistem optis bola mata, atau bisa juga dengan tindakan

operatif (Keratektomi & LASIK).

Pada hipermetropia fakultatif, pemberian lensa koreksi akan memberikan kenyamanan

penglihatan, meskipun tanpa lensa koreksi ia masih memiliki ketajaman penglihatan

yang normal.

Pada hipermetropia absolut, pemberian lensa koreksi (atau dengan tindakan operatif)

adalah hal yang sudah sangat diperlukan.

G. Komplikasi

Dapat terjadi kebutaan.

I. KONSEP KEPERAWATAN

Page 5: HIPERMETROPIA1

A. Pengkajian1. Pengumpulan data

a. Data Demografi

1) Biodata

- Nama : Nyonya A

- Usia : 40 Thn

- Jenis kelamin : Perempuan

- Alamat : Jln. R.Soeprapto

- Suku / bangsa : Sumba/INA

- Status pernikahan : Menikah

- Agama / keyakinan : Kristen

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Diagnosa medik : Hipermetropi

- Tanggal masuk : -

- Tanggal pengkajian : -

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

- Keluhan Utama

Klien mengeluh susah membaca pada jarak dekat.

- Riwayat Keluhan Utama

Pada saat dilakukan pengkajian klien susah membaca pada jarak dekat,

keluhan ini dirasakan sudah lama, makin hari penglihatanya makin

menurun, klien juga tidak mengetahui penyebab matanya kabur. Dan

Upaya yang dilakukan klien untuk mengurangi keluhannya yaitu

menjauhkan bahan bacaan, dan yang memperberat yaitu ketika membaca

dalam waktu yang lama klien mengalami pusing dan sakit kepala

2) Riwayat kesehatan lalu

- Klien tidak ada riwayat alergi terjadap makanan dan obat - obatan.

- Klien tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan klien tidak

merokok.

3) Riwayat kesehatan keluarga

- Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang

sama dengan klien.

c. Pemeriksaan fisik

Page 6: HIPERMETROPIA1

1) Keadaan umum klien : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital :

Suhu : 37,50 c

Nadi : 100 X/Menit

Pernafasan : 20 X/Menit

Tekanan darah : 120/80 mmHg

2) Sistem pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering, tidak

ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk

leher simetris, tidak ada benjolan atau massa, bentuk dada simetris,

pernapasan 20 X/Menit, tidak terdengar suara napas tambahan, tidak ada

retraksi otot - otot dada.

3) Sistem kardiovaskuler

Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi terdengar

atau teraba jelas 100 X/Menit, tekanan darah 120/80 mmHg, tidak ada

pembesaran area jantung.

4) Sistem perncernaan

Bentuk lembap, tidak ada stomatitis, jumlah gigi lengkap (32), lidah bebas

bergerak, refleks menelan baik, terdengar peristaltik usus 8x/menit, tidak ada

nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, terdengar

bunyi timpani.

5) Sistem indra

Mata

Kesulitan membaca tulisan dengan huruf yang kecil, menjauhkan bacaan pada

saat membaca, mampu membedakan warna, bisa menggerakan bola mata

kesegala arah, mata tampak bersih, tidak ada nyeri tekan.

Hidung

- Mampu membedakan berbagai macam aroma.

- Tidak ada sekret.

Telinga

- Tampak simetris, tidak terdapat udem telinga, tidak ada sekret dan bau

pada telinga, mampu membedakan bunyi, Telinga tampak bersih, tidak

ada nyeri tekan pada telinga.

6) Sistem saraf

Page 7: HIPERMETROPIA1

- Nervus I (olvactorius) : Fungsi penciuman baik.

- Nervus II ( Optikus ) : Penglihatan kabur saat melihat

dekat.

- Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, troklearis, abdusen )

: fungsi kontraksi terhadap

cahaya baik.

- Nervus V (Trigeminus) : Dapat merasakan usapan

- Nervus VII (fasialis) : Mampu merasakan rasa asin,

manis dan pahit.

- Nervus VIII (Auditorius) : Klien mengatakan tidak

bisa mendengar dengan baik.

- Nervus IX (Glasofaringeus) : Mampu menelan

- Nervus X (Vagus) : Mampu bersuara

- Nervus XI (Assesorius) : Mampu menoleh dan

mengangkat bahu.

- Nervus XII (Hipoglosus) : Mampu menggerakan lidah.

7) Sistem muskuloskeletal

- Ekstremitas Atas

Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/4

- Ekstremitas Bawah

Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/4

8) Sistem integumen

Warna rambut hitam, penyebaran merata, bersih, tidak mudah rontok,

tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema, kuku bersih, suhu 37,5o c.

9) Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, ginjal tidak teraba.

10) Sistem perkemihan

Tidak teraba adanya pembesaran ginjal, tidak ada distensi kandung kemih.

d. Aktivitas Sehari-Hari1) Nutrisi

Pola makan teratur, frekuensi makan 3 kali sehari, tidak ada makanan pantang.2) Cairan

Klien mengonsumsi air putih sebanyak 5 – 6 gelas/hari.

3) Eliminasi ( BAB & BAK )

Page 8: HIPERMETROPIA1

BAB 1-2X/hari dan BAK tidak menentu.4) Istirahat Tidur

Klien cepat tidur dan rutin.

5) Olahraga

Klien sering main bola tapi sejak sakit klien belum berolahraga lagi.

6) Rokok / alkohol dan obat-obatan

Klien tidak merokok dan mengonsumi alkohol atau obat – obat terlarang

lainya.

7) Personal hygiene

Klien mandi teratur 2x sehari, gosok gigi setiap kali mandi dan keramas 3 kali

seminggu.

e. Data psikososial

- Klien hidup rukun dengan sesama anggota masyarakat di lingkunganya dan

saling membutuhkan satu sama yang lain.

f. Data psikologis

Klien tampak cemas dan gelisah. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

g. Data spritual

Klien beragama Islam dan taat beribadah.

2. Pengelompokan dataData subyektif :

- Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat

- Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala.

- Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

Data obyektif :

- Klien tampak cemas dan gelisah

- Gangguan nervus II (Optikus)

- Kesulitan membaca huruf pada jarak dekat

- Menjauhkan bacaan pada saat membaca

- Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat

- Skala nyeri 3 (0-5)

3. Analisa data

No Problem Etilogi Simpton1 2 3 4

1. Nyeri Tidak bisa melihat pada jarak dekat

↓Lensa berakomodasi

terus menerus

Ds :- Klien

mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit

Page 9: HIPERMETROPIA1

↓Kelelahan otot-otot

penggerak lensa↓

Nyeri

kepala.Do :- Skala nyeri 3 (0-

5)- Ekspresi wajah

tampak meringis

2 Gangguan persepsi sensori : penglihatan

Adanya faktor penyebap

(Sumbu utama bola mata yang terlalu

pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah,

kelengkungan kornea dan lensa tidak

adekuat perubahan posisi lensa)

↓Penurunan retraksi

lensa↓

Cahaya masuk yang melewati lensa jatuh

dibelakang retina↓

Tidak bisa melihat dekat

↓Penurunan penglihatan

↓Gangguan persepsi

sensori : Penglihatan

Ds :- Klien

mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat

Do :- Kerusakan

nervus II (Optikus)- Kesulitan

mebaca tulisan- Menjauhkan

bacaan pada saat membaca

- Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat

3 Ansietas Penurunan fungsi penglihatan

↓Perubahan status

kesehatan↓

Merupakan stresor psikologis

↓Ansietas

Ds :- Klien sering

menanyakan tentang penyakitnya

Do :- Klien tampak

cemas dan gelisah

4. Prioritas masalaha. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot

penggerak lensab. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penurunan retraksi

lensac. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

B. Diagnosa Keperawatan

Page 10: HIPERMETROPIA1

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot penggerak lensa yang ditandai dengan :Ds :- Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala Do :- Skala nyeri 3 (0-5)- Ekspresi wajah tampak meringis.

2. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan berhubungan dengan penurunan retraksi lensa yang ditandai dengan :Ds :- Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekatDo :- Kerusakan nervus II (Optikus)- Kesulitan mebaca tulisan- Menjauhkan bacaan pada saat membaca- Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai dengan :Ds :- Klien sering menanyakan tentang penyakitnyaDo :- Klien tampak cemas dan gelisah

3. PerencanaanNo. DX Tujuan Intervensi

1. 1Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu minggu,

1. Observasi keadaan, intensitas nyeri dan tanda-tanda vital

1. Dapat membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya

Page 11: HIPERMETROPIA1

Kelelahan otot – otot penggerak lensa berkurang.

Tupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, nyeri berangsur-angsur berkurang dengan criteria :- Klien mengatakan nyeri berkurang- Ekspresi wajah tenang- Nyeri skala 2 (0-5

2. Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic

4. Kolaborasi untuk pemeriksaan kemampuan otot - otot penggerak lensa.

2. Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien.

3. Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam.

4. Penyebap nyeri adalah kelelahan otot – otot penggerak lensa, dengan mengetahui kemampuanya dapat menentukan tindakan selanjutnya.

2 2 Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu minggu, penggunaan retraksi lensa dapat dimaksimalkanTupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, sedikit demi sedikit gangguan penglihatan klien teratasi, dengan kriteria :- Klien bisa membaca lagi- Penglihatan Jelas

1. Kaji kemampuan penglihatan dan jarak pandang klien

2. Anjurkan klien untuk tidak membaca terlalu lama

3. Berikan penerangan yang cukup

4. Kolaborasi untuk penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamata

1. Dapat membantu untuk menentukan intervensi selanjutnya.

2. Membaca terlalu lama dapat menyakiti mata

3. Membantu memperjelas objek

4. Kacamata membantu memfokuskan bayangan obyek agar tepat jatuh di retina

3 3 Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua hari, status kesehatan klien meningkatTupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu hari, ansietas berangsur-angsur berkurang dengan criteria :- Klien dapat mengerti tentang

penyakit yang dideritanya.- Wajah klien tampak tenang- Klien tidak gelisah

1. Observasi tingkat kecemasan klien

2. Dengarkan dengan cermat apa yang

di katakan klien tentang penyakit dan

tindakanya.

3. Berikan penyuluhan tentang penyakit

klien

1. Dapat membantu dalam menentukan

intervensi selanjutnya

2. Mendengar memungkinkan deteksi dan

koreksi mengenai kesalahpahaman dan

kesalahan informasi.

3. Menambah pengetahuan klien tentang

penyakit yang dideritanya

4. Implementasi Dan Evaluasi

No. Hari/Tgl

Implementasi Evaluasi

1 2 5 8

1 1. Mengobservasi keadaan, intensitas nyeri

dan tanda-tanda vital

Hasil : Skala nyeri 3 (0-5)

2. Mengajarkan Klien untuk mengalihkan

suasana dengan melakukan metode

S :- Klien mengatakan

nyeri agak berkurangO : - Ekspresi wajah tenang- Nyeri skala 3 (0-5)A :

Page 12: HIPERMETROPIA1

relaksasi saat nyeri yang teramat sangat

muncul, relaksasi yang seperti menarik

nafas panjang.

Hasil : Klien mau melakukan saat nyeri

datang

3. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian analgesic

Hasil : Paracetamol 500 mg 3 kali satu

hari

4. Kolaborasi dalam pemeriksaan

kemampuan otot - otot penggerak lensa.

- Masalah belum teratasi tetapi ada kemajuan

P : - Lanjutkan semua

intervensi 1,2,3, ,5

2 1. Mengkaji kemampuan penglihatan dan jarak pandang klienHasil : klien tidak bisa membaca pada jarak dekat.

2. Menganjurkan klien untuk tidak membaca terlalu lamaHasil : Klien mengerti

3. Memberikan penerangan yang cukupHasi: menyediakan lampu khusus untuk klien membaca

4. Berkolaborasi untuk penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamataHasil : kacamata lensa Positif

S :- Klien mengatakan bisa

membaca dari jarak dekat saat memakai kacamata

O : - Bisa membaca pada

jarak dekat setelah memakai kacamata

A :- Masalah teratasiP : - Hentikan intervensi

3 1. Mengobservasi tingkat kecemasan klienHasil :Cemas ringan

2. Mendengarkan dengan cermat apa yang di katakan klien tentang penyakit dan tindakanya.Hasil :Klien bercerita tentang penyakitnya

3. Memberikan penyuluhan tentang penyakit klienHasil : Klien mengerti dengan keadaanya dan mau menerima

S :- Klien mengatakan

sudah mengerti tentang penyakit yang dideritanya

O : - Tidak gelisah- Ekspresi wajah tenangA :- Masalah teratasiP :- Hentikan intervensi

Page 13: HIPERMETROPIA1