Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN DISIPLIN BELAJAR
DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V
SD NEGERI 2 METRO SELATAN
(Skripsi)
Oleh
DIMAS GUSTI WINANTO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN DISIPLIN BELAJAR
DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V
SD NEGERI 2 METRO SELATAN
Oleh
Dimas Gusti Winanto
Masalah penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar peserta didik kelas V SD
Negeri 2 Metro Selatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan
kecerdasan emosional dan disiplin belajar dengan hasil belajar peserta didik. Jenis
penelitian ini yaitu kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu ex-postfacto korelasi.
Teknik pengumpulan data dilakukan yaitu: observasi, angket, dan dokumentasi.
Populasi yang digunakan berjumlah 48 peserta didik. Berdasarkan analisis data
penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar dengan kriteria cukup kuat, ada
hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar
dengan kriteria rendah, dan ada hubungan yang positif dan signifikan antara
kecerdasan emosional dan disiplin belajar secara bersama-sama dengan hasil
belajar peserta didik dengan kriteria cukup kuat.
Kata kunci: disiplin belajar, hasil belajar, kecerdasan emosional.
ABSTRACT
RELATIONSHIP EMOTIONAL INTELLIGENCE AND LEARNING
DISCIPLINE WITH STUDENTS STUDIE’S OUTCOME OF V
CLASS AT SOUTH METRO ELEMENTARY SCHOOL 2TH
By
Dimas Gusti Winanto
The problem in this research is that the learning outcomes of the fifth grade students
south metro Elementary School 2TH still low. The purpose is was to know the
correlation between emotional intelligence and learning discipline with students
learning outcome. this type of research is ex-postfacto correlation. Data collection
techniques are observation, questionnaire, and documentation. The population is
48 students. Based on the analysis of research data can be concluded that there is
a positive and significant relationship between emotional intelligence with students
learning outcomes with quith strong criteria, there is a positive and significant
relationship between learning discipline students learning outcomes with low
criteria, and there is a positive and significant relationship between emotional
intelligence and learning discipline together with students learning outcomes with
quith strong criteria.
Keywords: emotional intelligence, learning discipline, learning outcomes.
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN DISIPLIN BELAJAR
DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V
SD NEGERI 2 METRO SELATAN
Oleh
DIMAS GUSTI WINANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Dimas Gusti Winanto, dilahirkan di Desa
Sumbersari Bantul, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, pada
tanggal 08 Maret 1998. Peneliti merupakan anak kedua dari dua
bersaudara, dari pasangan Bapak Agus Priyono dan Ibu Inti
Krisniati.
Pendidikan formal yang telah diselesaikan peneliti sebagai berikut.
1. SD Negeri 8 Metro Selatan lulus pada tahun 2010.
2. SMP Negeri 5 Metro Selatan lulus pada tahun 2013.
3. SMA Negeri 4 Metro lulus pada tahun 2015.
Tahun 2015 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Selama
menjadi mahasiswa peneliti aktif di beberapa kegiatan organisasi kampus. Beberapa
organisasi yang pernah peneliti ikuti adalah Forum Mahasiswa Studi Islam
(FORMASI) PGSD, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) dan
Racana Ki Dewa Raka.
MOTTO
“Berlomba lombalah dalam kebaikan.”
(Q.S Al-Baqarah : 148)
“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka
Allah akan memudahkan jalannya menuju surga”
(HR. Muslim )
“Tidaklah ada pemberian dari orang tua kepada anaknya yang
lebih utama daripada budi pekerti yang baik.”
(HR. Tirmidzi)
PERSEMBAHAN
Bismillahirahmaanirahim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kepada
Sang Maha, dengan segala kerendahan hati, ku persembahkan
karya ini kepada:
Orang tuaku, Bapak Agus Priyono dan Ibu Inti Krisniati tercinta,
terima kasih atas segala cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan, yang
tidak pernah henti memberiku semangat, doa, nasihat serta pengorbanan yang
tak tergantikan.
Kakakku Agin,
terima kasih atas segala dukungan, doa, dan memberikanku kasih sayang yang
membuat diriku tetap semangat dan optimis menyelesaikan karya ini
Almamater tercinta “Universitas Lampung”
ii
SANWACANA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Emosional dan Disiplin belajar
dengan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan”. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
di Universitas Lampung.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak
bantuan, bimbingan, motivasi, do’a serta saran-saran yang telah diberikan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Rektor Universitas Lampung
yang mengesahkan gelar sarjana kami, sehingga peneliti termotivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan FKIP Universitas Lampung yang
telah menyediakan fasilitas sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi tepat
waktu.
3. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung yang telah memberikan Sumbangsih untuk kemajuan Program
Studi PGSD.
4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., Ketua Program Studi S1 PGSD
Universitas Lampung yang telah memberikan sumbang saran untuk
membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
5. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti serta
membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
iii
6. Bapak Drs. Rapani M.Pd., Pembimbing I yang telah membimbing dengan
sabar dan telaten serta memberikan banyak motivasi dan saran-saran yang
membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Suwarjo, M.Pd., Pembimbing II yang telah memberikan saran dan
masukan serta gagasan yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi
ini.
8. Bapak Drs. A. Sudirman, M.H., Dosen Penguji Utama yang telah
memberikan bimbingan, saran, nasihat, dan kritik serta bantuan selama proses
penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., Dosen pembimbing Akademik yang
selalu memberikan motivasi kepada peneliti.
10. Bapak dan Ibu dosen serta Staf S-1 PGSD Kampus B FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepala SD Negeri 2 Metro Selatan: Ibu Zuriah, S.Pd., yang telah memberika
izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
12. Bapak dan Ibu Guru wali kelas SD Negeri 2 Metro selatan: Ibu Ika Leli,
S.Pd., dan Ibu Rengga, S.Pd., yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
13. Ibu Reza Nurianto S.Pd., operator sekolah SD Negeri 2 Metro Selatan yang
telah membantu peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
14. Peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan yang telah berpartisipasi
aktif sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
15. Rekan-rekan mahasiwa S1-PGSD FKIP Universitas Lampung angkatan 2015,
terkhusus kelas B yang telah membantu dan menyemangati peneliti.
16. Sahabatku Sigit Dewantoro, Anwar Rosidi, Adi Purnomo, Rahmat Adi Putra,
Ade Nurachman, Mahmudan, Ilham Sanjaya, M. Ramadhan, I putu Setiawan,
Sapril Ardiyansyah, dan Ahmad Novriza yang selalu menemani peneliti
dalam suka maupun duka.
17. Sahabat seperjuangan “Sebret Qweni Squad” dalam menulis skripsi: Dwi
Novita Sari, Firda Fiona, Fitria Agustina, Iin Kurniawati, Rahayu Kartikasari,
iv
Selviyani, Setiawati, dan Yunita, yang slalu memberikan semangat dan telah
menyukseskan seminar dari awal hingga akhir.
18. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah
diberikan kepada peneliti. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini mungkin
masih terdapat kekurangan, akan tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.
Metro, Mei 2019
Peneliti
Dimas Gusti Winanto
NPM 1513053104
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 7
C. Batasan Masalah ................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
G. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 10
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ....................................................................................... 11
1. Belajar ........................................................................................... 11
a. Pengertian Belajar .................................................................... 11
b. Tujuan Belajar .......................................................................... 12
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .............................. 14
d. Pengertian Hasil Belajar ........................................................... 16
e. Faktor-faktor yang Memepengaruhi Hasil Belajar ................... 17
2. Kecerdasan Emosional .................................................................. 20
a. Pengertian Kecerdasan ............................................................. 20
b. Pengertian Emosi ...................................................................... 21
c. Pengertian Kecerdasan Emosional ........................................... 23
d. Tujuan Kecerdasan Emosional ................................................. 25
e. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional ........................ 27
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ..... 29
g. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional ............................................... 30
h. Perkembangan Kecerdasan Emosional pada Siswa ................. 32
3. Disiplin Belajar ............................................................................. 33
a. Pengertian Disiplin ................................................................... 33
b. Unsur-unsur Disiplin ................................................................ 34
c. Macam-macam Disiplin ........................................................... 36
vi
d. Pengertian Disiplin Belajar....................................................... 38
e. Tujuan Disiplin Belajar ............................................................ 41
f. Indikator Disiplin Belajar ......................................................... 41
4. Pembelajaran Tematik .................................................................. 43
a. Pengertian Pembelajaran Tematik ............................................ 43
b. Tujuan Pembelajaran Tematik .................................................. 44
c. Prinsip Pembelajaran Tematik .................................................. 46
d. Karakteristik Pembelajaran Tematik ........................................ 47
e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik ................. 48
5. Penelitian yang Relevan ................................................................ 50
B. Kerangka Pikir ................................................................................... 53
C. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 56
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................................... 57
B. Setting Penelitian ............................................................................... 58
1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 58
2. Prosedur Penelitian ........................................................................ 58
C. Populasi .............................................................................................. 59
D. Sampel................................................................................................ 60
E. Variabel Penelitian ............................................................................. 60
F. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 61
G. Teknik Pengumpulan Data. ................................................................ 63
1. Observasi ....................................................................................... 63
2. Angket ........................................................................................... 63
3. Dokumentasi.................................................................................. 66
H. Uji Persyaratan Instrumen.................................................................. 66
1. Uji Validitas Instrumen ................................................................. 66
2. Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................. 67
I. Teknik Analisis Data.......................................................................... 68
1. Uji Persyarat Analisis Data ........................................................... 68
a. Uji Normalitas .......................................................................... 68
b. Uji Linearitas ............................................................................ 69
2. Uji Hipotesis ................................................................................. 70
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ................................................... 73
1. Identitas Sekolah ........................................................................... 73
2. Visi dan Misi` ................................................................................ 73
3. Tujuan Sekolah .............................................................................. 74
4. Data Pendidik Menurut Tingkat Pendidikan ................................. 75
5. Denah Lokasi Sekolah ................................................................... 76
6. Jumlah dan Kondisi Sekolah ......................................................... 76
7. Perabot Ruang Belajar ................................................................... 77
B. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 77
1. Persiapan Penelitian ...................................................................... 77
2. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 78
3. Pengambilan Data Penelitian ........................................................ 78
vii
C. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................... 78
D. Deskripsi Data Variabel Penelitian .................................................... 82
1. Data Kecerdasan Emosional ....................................................... 83
2. Data Disiplin Belajar ................................................................. 85
3. Data Hasil BelajarTema 6 ........................................................... 86
E. Hasil Analisis Data ........................................................................... 88
1. Hasil Uji Persyaratan Analisis Data ............................................ 88
a. Hasil Analisis Uji Normalitas ............................................. 88
b. Hasil Analisis Uji Linieritas ................................................ 92
2. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................... 93
a. Pengujian Hipotesis Pertama ............................................... 94
b. Pengujian Hipotesis Kedua .................................................. 95
c. Pengujian Hipotesis Ketiga .................................................. 96
F. Pembahasan........................................................................................ 100
1. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar
Tema 6 Peserta Didik Kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan ...... 100
2. Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Hasil Belajar Tema 6
Peserta Didik Kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan ................... 100
3. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Disiplin Belajar
Secara Bersama-sama dengan Hasil Belajar Tema 6
Peserta Didik Kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan ................... 102
G. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 103
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 105
B. Saran ................................................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 108
LAMPIRAN .................................................................................................... 112
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persentase Ketuntasan UTS Peserta Didik Kelas VA dan VB ............ 6
2. Data Jumlah Peserta Didik Kelas V ..................................................... 59
3. Kisi-kisi Instrumen Angket Kecerdasan Emosional ............................ 64
4. Kisi-kisi Instrumen Angket Disiplin Belajar........................................ 65
5. Skor Jawaban Angket ........................................................................... 65
6. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai (r) .............................................. 71
7. Data Pendidik Menurut Tingkat Pendidikan ........................................ 75
8. Jumlah dan Kondisi Ruangan............................................................... 76
9. Perabot Ruang Belajar.......................................................................... 77
10. Uji Validitas Kecerdasan Emosional ................................................... 79
11. Uji Validitas Disiplin Belajar ............................................................... 80
12. Data Variabel X dan Y ............................................................................... 82
13. Deskripsi Frekuensi Data Variabel X1 ................................................. 84
14. Deskripsi Frekuensi Data Variabel X2 ..................................................... 86
15. Deskripsi Frekuensi Data Variabel Y .................................................. 87
16. Tabel Penolong Varabel X1 .................................................................. 89
17. Tabel Penolong Varabel X2 .................................................................. 90
18. Tabel Penolong Varabel Y ................................................................... 91
ix
Tabel Halaman
19. Peringkat Koefisien Korelasi antara Variabel Bebas dengan
Variabel Terikat ................................................................................... 100
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Paradigma Penelitian ............................................................................ 56
2. Diagram Distribusi Frekuensi Variabel X1 .......................................... 84
3. Diagram Distribusi Frekuensi Variabel X2 .......................................... 86
4. Diagram Distribusi Frekuensi Variabel Y ........................................... 88
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian Pendahuluan dari Fakultas .................................. 99
2. Surat Keterangan dari Fakultas ........................................................... 100
3. Surat Izin Uji Instrumen ...................................................................... 101
4. Surat Pemberian Izin Uji Instrumen ..................................................... 102
5. Surat Izin Penelitian ............................................................................. 103
6. Surat Balasan Penelitian ....................................................................... 104
7. Surat Keterangan Penelitian ................................................................. 105
8. Instrumen Kecerdasan Emosional (Diajukan) .................................... 106
9. Instrumen Disiplin Belajar (Diajukan) ................................................. 112
10. Instrumen Kecerdasan Emosional (Dipakai) ....................................... 119
11. Instrumen Disiplin Belajar (Dipakai) ................................................... 124
12. Uji Validitas Instrumen Variabel X1 .................................................... 129
13. Uji Validitas Instrumen Variabel X2 .................................................... 133
14. Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X1 ................................................ 135
15. Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X2 ................................................ 140
16. Data Variabel X1 .................................................................................. 145
17. Data Variabel X2 .................................................................................. 148
18. Data Variabel Y.................................................................................... 152
xii
19. Perhitungan Uji Normalitas Variabel X1.............................................. 152
20. Perhitungan Uji Normalitas Variabel X2.............................................. 156
21. Perhitungan Uji Normalitas Variabel Y ............................................... 160
22. Perhitungan Linieritas Variabel X1 dan Y ............................................ 164
23. Perhitungan Linieritas Variabel X2 dan Y ............................................ 169
24. Uji Hipotesis Pertama .......................................................................... 174
25. Uji Hipotesis Kedua ............................................................................. 176
26. Uji Hipotesis Ketiga ............................................................................. 178
27. Tabel r Product Moment ..................................................................... 181
28. Tabel Chi Kuadrat (X2) ........................................................................ 183
29. Tabel 0-Z Kurva Normal ...................................................................... 184
30. Tabel Distribusi F ................................................................................. 185
31. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ........................................................ 186
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting yang dapat mengubah suatu peradaban dan
menentukan masa depan sebuah bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan
menghasilkan manusia yang berkualitas pula sehingga pendidikan menjadi
prioritas utama dalam membangun bangsa Indonesia. Melalui penciptaan sistem
pendidikan yang berkualitas, manusia dapat mencapai kesejateraan hidup,
mengembangkan potensi dirinya, mewujudkan kehidupan lebih baik dan
berpartisipasi secara lebih aktif dalam pembangunan.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 (dalam Sisdiknas,
2003: 6) menyatakan pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Berdasarkan hal tersebut, tujuan pendidikan ialah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
secara optimal, sehingga ia dapat berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan
pribadinya dan kebutuhan masyarakat, oleh karena itu pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa.
2
Pendidikan merupakan faktor paling penting dalam penentuan kemajuan suatu
bangsa. Salah satu cara untuk memajukan bangsa, maka perlu adanya suatu
lembaga yaitu sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertugas
membentuk masyarakat menjadi manusia yang berkarakter dan berkualitas.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Mutu pendidikan dapat dikatakan baik apabila peserta didik menjalankan proses
belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar yang baik. Kenyataannya tidak
semua peserta didik dapat memperoleh hasil belajar sesuai harapan, masih
banyak peserta didik memperoleh nilai di bawah standar. Karwono dan Mularsih
(2012: 46) menyatakan banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, antara
lain: faktor eksternal (berasal dari luar diri peserta didik) mencakup aspek
lingkungan fisik seperti lingkungan sekolah, kondisi sarana dan prasarana
belajar, materi pelajaran, dan proses belajar-mengajar, dan faktor internal
(berasal dalam diri peserta didik) mencakup aspek fisik: seperti panca indera
serta aspek psikologis seperti: disiplin, bakat, minat, inteligensi, kecerdasan
emosional, dan motivasi berprestasi.
Kedua faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut adalah ciri khas
karakteristik peserta didik, sikap terhadap belajar, motivasi belajar,
konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menggali hasil belajar, kebiasaan
belajar, faktor pendidik, lingkungan sosial, kurikulum sekolah, serta sarana
dan prasarana. Berdasarkan faktor tersebut, faktor internal adalah salah satu
3
faktor yang menjadi pengaruh pada hasil belajar peserta didik, salah satunya
adalah kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional menurut Goleman (2015: 45) merupakan kemampuan
seperti kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan
kemampuan untuk berpikir dan berdoa. Salovey dan Mayer (dalam Uno, 2010:
69) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk
mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan perasaan untuk membantu
pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan
secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan peserta didik dalam mengenali
dan mengontrol emosi diri, sehingga berdampak positif pada saat mengikuti
pembelajaran. Kecerdasan emosional erat kaitannya dengan keterampilan
memotivasi diri sendiri, peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional
yang baik tidak akan mudah putus asa jika menghadapi kesulitan dalam proses
belajar, karena peserta didik tersebut terampil untuk memotivasi dirinya
sendiri agar dapat terus maju. Kecerdasan emosional juga berkaitan dengan
kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain atau disebut juga
kerja sama, dengan terbinanya hubungan yang baik terhadap teman maupun
pendidik. Peserta didik dapat memperoleh pengetahuan yang lebih,
4
dikarenakan peserta didik tidak akan segan untuk bertanya dan meminta
bantuan apabila mereka mengalami kesuliatan dalam proses pembelajaran.
Kecerdasan emosional merupakan hal yang paling penting dalam menentukan
keberhasilan peserta didik karena dengan emosi yang lepas dapat membuat
peserta didik yang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosional,
peserta didik tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitifnya sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Hal itu menyebabkan, bahwa intelektual
bukan merupakan satu-satunya faktor yang bisa menentukan keberhasilan
peserta didik melainkan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu
kecerdasan emosional. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang kira-
kira 20% dalam menentukan prestasi individu, sedangkan 80% sisanya
ditentukan oleh faktor-faktor lain termasuk kecerdasan emosional hal ini
seperti ditegaskan oleh Goleman (dalam Uno, 2010: 70). Berdasarkan dasar ini
maka kecerdasan emosional menyumbang-kan lebih besar pada kesuksesan
dalam kehidupan (termasuk keberhasilan mendidik) dari pada kecerdasan
intelektual/rasional.
Faktor internal lainnya yaitu disiplin. Proses belajar sangatlah diperlukan sikap
disiplin, Moenir (2010: 94) menyatakan bahwa disiplin merupakan suatu
bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah
ditetapkan. Ada dua jenis disiplin yang sangat dominan sesuai dengan apa
yang dikehendaki individu yaitu, disiplin dalam hal waktu dan, disiplin kerja
atau perbuatan.
5
Disiplin merupakan kunci keberhasilan dalam proses belajar, karena belajar
secara konsisten dan bersunguh-sungguh sangatlah sulit dilakukan, hal ini
disebabkan karena dalam belajar diperlukan adanya kesadaran diri. Melalui
kesadaran diri inilah dapat tercermin disiplin belajar dalam diri peserta didik.
Disiplin merupakan perilaku peserta didik yang tidak secara langsung melekat
pada dirinya sejak lahir, tetapi dibentuk oleh lingkungan melalui pola asuh dan
perlakuan orang tua, pendidik, dan masyarakat, sehingga peserta didik yang
sudah terbentuk menjadi seorang individu yang memiliki sikap disiplin akan
mampu mengendalikan dan mengarahkan dirinya pada prilaku yang taat,
patuh, serta menunjukkan keteraturan dalam belajar.
Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan di kelas V SD Negeri 2 Metro
Selatan pada bulan Oktober 2018 diperoleh bahwa kecerdasan emosional dan
kedisiplinan belajar peserta didik tergolong masih rendah. Hal ini terlihat dari
proses pembelajaran tematik peserta didik kelas VA dan VB SD Negeri 2
Metro Selatan, diketahui bahwa masalah yang timbul dalam proses
pembelajaran antara lain banyak peserta didik kurang serius dalam mengikuti
pembelajaran yang diajarkan oleh pendidik. Peserta didik cenderung
melakukan kegiatan di luar pembelajaran seperti keluar masuk kelas, berbicara
dengan teman sebangkunya. Peserta didik pada umumnya belum mengelola
kecerdasan emosionalnya secara efektif, kecenderungan malas, kurang
semangat belajar dan tidak disiplin dalam proses pembelajaran. Hasil tersebut
6
dapat dilihat pada hasil UTS semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.
Berikut hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari dokumentasi pendidik
Tabel 1. Data Nilai UTS Peserta Didik Kelas VA dan VB SD Negeri 2
Metro Selatan Semester Ganjil
Kelas Jumlah
Peserta
Didik
KKM Jumlah
Peserta
Didik
Tuntas
Persentase
Ketuntasan
Jumlah
Peserta
Didik
Belum
Tuntas
Persentase
Ketuntasan
VA 24 70 9 37,50% 15 63,50%
VB 24 70 13 54,17% 11 45,83%
(Sumber : Dokumentasi nilai UTS semester ganjil TP. 2018/2019)
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik belum mampu
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Berdasarkan tabel di atas,
dapat diketahui bahwa peserta didik yang tuntas pada kelas VA yaitu 9 peserta
didik dengan persentase 37,50% dari jumlah keseluruhan 24 peserta didik,
sedangkan peserta didik yang tuntas pada kelas VB yaitu 13 peserta didik
dengan persentase 54,17% dari jumlah keseluruhan 24 peserta didik.
Uraian di atas menunjukan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional
dan kedisiplinan belajar dengan hasil belajar tematik, namun masih perlu
pembuktian secara ilmiah, karena pada saat ini proses pembelajaran tanpa
kecerdasan emosional yang baik, pembelajaran tidak akan berlangsung efektif
dan materi yang disampaikan kepada peserta didik tidak maksimal. Hal inilah
yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul
“Hubungan Kecerdasan Emosional dan Disiplin Belajar dengan Hasil Belajar
Peserta didik Kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan”.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut.
1. Peserta didik kurang serius dalam mengikuti pembelajaran yang diajarkan
oleh pendidik.
2. Peserta didik cenderung melakukan kegiatan di luar pembelajaran seperti
keluar masuk kelas, berbicara dengan teman sebangkunya.
3. Peserta didik pada umumnya belum mengelola kecerdasan emosionalnya
secara efektif, kecenderungan malas dan kurang semangat belajar.
4. Kurangnya kedisiplinan belajar peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
5. Hasil belajar peserta didik yang belum memuaskan, dilihat dari masih
banyaknya peserta didik yang belum tuntas.
C. Batasan Masalah
Mengakuratkan hasil dari penelitian diperlukan adanya batasan masalah.
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hubungan yang positif dan signifikan
antara kecerdasan emosional, kedisiplinan belajar dengan hasil belajar tema 6
(panas dan perpindahannya) kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan semester genap.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini
yaitu:
1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan
8
emosional dengan hasil belajar peserta didik tema 6 (panas dan
perpindahannya) kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan?
2. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar
dengan hasil belajar peserta didik tema 6 (panas dan perpindahannya) kelas
V SD Negeri 2 Metro Selatan?
3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan
emosional dan disiplin belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar
peserta didik tema 6 (panas dan perpindahannya) kelas V SD Negeri 2
Metro Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini, yaitu
untuk menganalisis dan mengetahui:
1. Hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan
hasil belajar peserta didik tema 6 (panas dan perpindahannya) kelas V SD
Negeri 2 Metro Selatan.
2. Hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar terhadap hasil
belajar peserta didik tema 6 (panas dan perpindahannya) kelas V SD Negeri
2 Metro Selatan.
3. Hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan
disiplin belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar peserta didik
tema 6 (panas dan perpindahannya) kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan.
9
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan peneliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Peserta didik
Peserta didik diharapkan dapat mengelola emosinya dengan baik dan dapat
disiplin dalam proses pembelajaran sehingga dapat tercipta semangat dan
motivasi yang tinggi untuk lebih memahami materi pembelajaran yang
dilaksanakan serta dapat meningkatkan hasil belajar tematik.
2. Pendidik
Memberikan masukan bagi pendidik mengenai pentingnya kecerdasan
emosional dan kedisiplinan belajar peserta didik untuk dapat memahami
serta mengembangkan kecerdasan emosional dan kedisiplinan belajar peserta
didik dalam upaya meningkatkan hasil belajar.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi positif untuk
meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 2 Metro Selatan.
4. Peneliti
Memberikan ilmu pengetahuan baru, wawasan, dan pengalaman yang
bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan
kedisiplinan belajar sebagai calon pendidik pada tingkat sekolah dasar.
5. Peneliti lain
Memberikan ilmu pengetahuan baru, dan wawasan bagi peneliti yang
melakukan penelitian dengan variabel yang sama di sekolah lain.
10
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Ilmu
Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah ilmu
pendidikan, khususnya pendidikan tematik di SD, dengan jenis penelitian ex-
postfacto korelasi.
2. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro
Selatan tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah 48 peserta didik .
3. Objek
Objek dalam penelitian adalah kecerdasan emosional, kedisiplinan belajar
dan hasil belajar tematik peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan.
4. Tempat
Tempat penelitian ini adalah di SD Negeri 2 Metro Selatan, yang berada di
Jalan Budi Utomo, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota
Metro, Provinsi Lampung.
5. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dimulai dari bulan Oktober
sampai Maret pada tahun pelajaran 2018/2019.
11
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Sejak lahir manusia telah melakukan kegiatan belajar untuk
memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya. Seseorang
dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut menjadi suatu aktivitas
yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang diamati relatif lama.
Perubahan tingkah laku itu tidak muncul begitu saja, tetapi sebagai
akibat dari usaha orang tersebut.
Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dalam lingkungannya. Usman dan Setiawati (dalam Susanto,
2016:3) belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain
dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.
12
Suyono (2014: 1) belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu
dilakukan dan dialami manusia sejak manusia dalam kandungan,
buaian, tumbuh berkembang dari anak-anak, remaja, hingga menjadi
dewasa sampai keliang lahat dengan prinsip pembelajaran sepanjang
hayat. Belajar juga dapat dikatakan suatu aktivitas atau suatu proses
untuk memperoleh pengetahuan, menigkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku sikap dan mengokohkan kepribadian.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Proses tersebut untuk
merubah perilaku atau tingkah laku melalui latihan atau pengalaman
yang dilakukan sepanjang hidup manusia sampai ia keliang lahat yang
menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar yaitu perangkat hasil yang hendak dicapai setelah
peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan yang disadari oleh
peserta didik sendiri sangat bermakna dalam upaya menggerakan
kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Dimyati dan
Mudjiono (2009: 25) menyatakan belajar bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik, sehingga ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor semakin berfungsi, akibat belajar tersebut
peserta didik mencapai tujuan belajar tertentu. Hamalik (2015: 73)
13
menyatakan bahwa tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk
menentukan hasil pembelajaran.
Hamalik (2015: 74) menyatakan tujuan belajar terdiri dari 3 komponen
yaitu:
1) Tingkah laku kriminal
Tingkah laku kriminal adalah komponen tujuan belajar yang
menentukan tingkah laku peserta didik setelah belajar.
2) Kondisi-kondisi tes
Komponen tes tujuan belajar menentukan situasi dimana peserta
didik dituntut untuk mempetunjukan tingkah laku terminal.
3) Ukuran-ukuran perilaku
Komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang
di gunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku
peserta didik.
Sardiman (2008: 28) menyatakan tujuan belajar yaitu sebagai berikut.
1) Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak bisa
dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan
kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan
ialah yang memiliki kecenderungan lebih besar
perkembanganya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran
pendidik sebagai pengajar lebih menonjol.
2) Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan
suatu keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik,
yaitu dengan banyak melatih kemampuan.
3) Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak
didik, pendidik harus lebih bijak dan hati-hati dalam
pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan
motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi
pendidik itu sendiri sebagai contoh.
Tujuan belajar penting bagi pendidik dan peserta didik sendiri.
Komponen-komponen dalam tujuan belajar merupakan seperangkat
14
hasil yang hendak dicapai setelah peserta didik melakukan kegiatan
belajar dari menerima materi, partisipasi peserta didik ketika di dalam
kelas, mengerjakan tugas-tugas, sampai peserta didik tersebut diukur
kemampuan melalui ujian akhir semester yang nantinya akan
mendapatkan hasil belajar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
kegunaan dan tujuan belajar adalah membantu peserta didik
mengadakan perubahan di dalam dirinya yang menyangkut seluruh
aspek pribadi, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam
mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang bersifat positif,
merubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik, mengubah sikap dari
yang negatif menjadi positif.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Pada saat melakukan proses belajar tentunya seorang peserta didik
mengalami beberapa faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam
belajar baik itu internal maupun eksternal. Slameto (2010: 54) faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisya, tetapi digolongkan
menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal yang mempengaruhi belajar
a) Faktor jasmaniah: faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, kesiapan.
c) Faktor kelelahan.
2) Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar
a) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan.
15
b) Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi
pendidik dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan
peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah
standar pelajaran di atas pengukuran, keadaan gedung,
metode belajar, dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat: keadaan peserta didik dalam
masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Karwono dan Mularsih (2012: 46) belajar dipengaruhi oleh 2 faktor
yaitu faktor internal individu dan eksternal individu.
1) Faktor internal individu
a) Faktor fisiologis
b) Faktor psikologis: intelegensi, minat, bakat, motivasi, emosi
dan perhatian.
2) Faktor eksternal individu
a) Lingkungan fisik terdiri atas: geografis, rumah, sekolah,
pasar dsb.
b) Lingkungan psikis meliputi: aspirasi, harapan-harapan, cita-
cita dan masalah yang dihadapi.
c) Lingkungan personal meliputi: teman sebaya, orang tua,
pendidik, dan masyarakat.
d) Lingkungan nonpersonal meliputi: rumah, peralatan,
pepohonan gunung dsb.
Suryabrata (2011: 233) menyebutkan tentang faktor-faktor dalam
belajar antara lain sebagai berikut :
1) Faktor yang berasal dari luar diri pelajar
a) Faktor non sosial: cuaca, alat-alat tulis dan sebagainya
b) Faktor sosial: yaitu faktor manusia atau sesama manusia
2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar
a) Faktor-faktor fisiologis
b) Faktor-faktor psikologis
Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa proses belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal
individu dan faktor eksternal individu. Faktor internal merupakan
16
faktor yang berasal dari dalam individu sedangakan faktor ekternal
adalah faktor yang berasal dari luar diri seorang individu. Faktor
internal dalam belajar salah satunya adalah kecerdasan emosi dalam
diri peserta didik yang menjadi pengaruh dalam hasil belajar peserta
didik. Faktor internal belajar lainnya adalah disiplin, disiplin
merupakan mental yang mengandung kerelaan memenuhi semua
ketentuan, peraturan dan norma-norma yang berlaku dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang peserta
didik. Melalui disiplin belajar, peserta didik dapat teratur
melaksanakan aktivitas kesehariannya mulai dari bangun pagi
sampai tidur kembali pada malam hari.
d. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai
peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada pendidik
tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar. Hasil belajar digunakan untuk
mengetahui sebatas mana peserta didik dapat memahami serta
mengerti materi tersebut. Susanto (2016: 5) menyatakan hasil belajar
adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik,
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar.
17
Nawawi (2013: 100) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat
keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
dari mata pelajaran tertentu. Jihad dan Haris (2012:7) menyatakan
hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang
cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari
proses belajar yang telah dilakukan dalam waktu tertentu. Domain
kognitif mencakup pengetahuan dan ingatan, domain afektif
mencakup sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi dan
karakterisasi dan domain psikomotor mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak
setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar dapat bertambahnya
pengetahuan (kognitif), perubahan sikap dan tingkah laku (afektif),
dan cara berfikir (psikomotor) yang dinyatakan dalam angka dan
deskriptif. Perubahan itu dapat diartikan adanya perubahan serta
peningkatan dari hasil yang sebelumnya, dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar yaitu tindakan untuk memperoleh sifat yang berbeda dengan
belajar untuk mengembangkan kebiasaan dapat dijadikan hukum
yang bersifat mutlak. Tujuan belajar berbeda maka dengan
18
sendirinya cara belajar juga harus berbeda. Belajar yang efektif
sangat dipengaruhi oleh faktor kondisional yang ada. Hamalik (2015:
32) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.
1) Faktor kegiatan, penggunaan, dan ulangan. Apa yang telah
dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan secara
kontinu agar penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.
2) Belajar menggunakan latihan. Agar pelajaran yang terlupakan
dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai
dapat lebih mudah dipahami.
3) Belajar peserta didikakan lebih berhasil. Belajar hendaknya
dilakukan dengan suasana yang menyenangkan.
4) Peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia
berhasil atau gagal dalam pembelajarannya.
5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena
semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang
barusecara berurutan diasosiasikan sehingga menjadi satu
kesatuan pengalaman.
6) Pengalaman masa lampau. Pengalaman dan pengertian itu
menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru
dan pengertian-pengertian baru.
7) Faktor kesiapan belajar. Faktor kesiapan ini erat
hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan,
dan tugas-tugas perkembangan.
8) Faktor minat dan usaha. Minat ini timbul apabila murid
tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau
merasa bahwa sesuatu yang dipelajari akan bermakna
baginya.
9) Faktor biologis. Kondisi belajar peserta didik sangat
berpengaruh dalam proses belajar peserta didik.
10) Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dan
akan mudah berpikir kreatif dalam mengambil keputusan.
Faktor kondisional tersebut terdapat beberapa faktor lain yang
mempengaruhi dalam proses belajar. Slameto (2010: 17) faktor
yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu:
1) Faktor internal: yaitu faktor yang ada dalam diri manusia.
Faktor internal terdiri dari:
a) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh).
b) Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan).
c) Faktor kelelahan.
19
2) Faktor ekternal: yaitu faktor yang ada diluar individu.
Faktor eksternal terdiri dari:
a) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, realisasi
antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertin orang tua dan latar
belakang budaya).
b) Faktor sekolah (model mengajar, kurikulum, realisasi
dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
fasilitas sekolah, model atau media dalam mengajar
dan tugas sekolah).
c) Faktor masyarakat (kegiatan peserta didik dalam
masyarakat, media, teman, dan bentuk kehidupan
masyarakat).
Munadi (dalam Rusman, 2013: 124) juga menyatakan faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sementara faktor eksternal
meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental.
Berdasarkan teori para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh dua
faktor yang terdiri dari faktor internal yang berasal dari dalam diri
individu dan faktor ekternal yang berasal dari luar diri individu.
Kedua faktor tersebut mempengaruhi hasil akhir dari proses
belajar yang diketahui oleh peserta didik untuk dijadikan acuan
dalam evaluasi proses belajar selanjutnya.
20
2. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan
Kata kecerdasan disebut sebagai intelegensi. Intelegensi merupakan
transisi dari bahasa Inggris, yaitu intelligence yang berarti kecerdasan.
Uno (2010: 58) mendefinisikan bahwa kecerdasan merupakan kekuatan
atau kemampuan untuk melakukan sesuatu. Masyarakat umum
mengenal kecerdasan sebagai hal yang menggambarkan kepintaran,
kepandaian ataupun kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
memperoleh pengetahuan, serta mempraktikkannya dalam suatu
masalah. Kosasih dan Sumarna (2014: 167) menyatakan kecerdasan
adalah suatu kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah, menyelesaikan suatu masalah, memperoleh pengetahuan,
menguasai lingkungan secara efektif, serta menggunakan pengalaman
masa lalu untuk mewujudkan suatu perubahan dalam diri ke arah yang
lebih baik.
Sukmadinata (2011: 93) menyatakan kecerdasan menunjuk
kepada cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang
cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu
perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan
tepat. Cepat dan tepat dalam memahami unsur-unsur yang ada
dalam suatu situasi, dalam melihat hubungan antar unsur dalam
menarik kesimpulan serta dalam mengambil kesimpulan atau
tindakan.
21
Feldam (dalam Uno, 2010: 59) mendefinisikan kecerdasan sebagai
kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional, dan
menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan
dengan tantangan. Selain itu, kecerdasan peserta didik juga sangat
membantu pendidik untuk menentukan apakah peserta didik itu
mampu mengikuti pelajaran yang diberikan serta untuk meramalkan
keberhasilan peserta didik setelah mengikuti pelajaran yang
diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan kecerdasan
merupakan kemampuan individu dalam menghadapi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan secara efektif, mengambil
keputusan secara tepat dan cepat, serta berpikir secara rasional. Hal
tersebut menjelaskan bahwa dengan adanya kecerdasan, seseorang
dapat mewujudkan perubahan dirinya ke arah yang lebih baik.
b. Pengertian Emosi
Emosi berasal dari kata movere, yang berarti kata kerja dalam bahasa
latin adalah menggerakkan atau bergerak, sehingga dapat
disimpulkan emosi merupakan suatu gerakan untuk mengeluarkan
perasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 380)
emosi didefinisikan sebagai (1) luapan perasaan yang berkembang
dan surut dalam waktu singkat, (2) keadaan dan reaksi psikologis dan
fisiologis.
22
Chaplin (dalam Dirman dan Juarsih, 2014: 31) mendefinisikan emosi
merupakan suatu keadaan yang mencakup perubahan-perubahan
yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku.
Goleman (dalam Uno, 2010: 64) emosi didefinisikan setiap kegiatan
atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; dan setiap keadaan yang
hebat atau meluap-luap. Oleh karena itu, emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis,
psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Arends (2013: 55) menyatakan emosi berinteraksi dengan kesadaran
manusia dalam semua hal fungsi manusia, termasuk carapeserta didik
belajar di sekolah. Dirman dan Juarsih (2014:31) menyatakan emosi
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku peserta
didik. Emosi positif seperti perasaan senang, bersemangat, atau rasa
ingin tahu tinggi akan mempengaruhi peserta didik untuk
mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar. Sebaliknya,
apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negatif, seperti
perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar
tersebut akan mengalami hambatan. Dapat diartikan peserta didik
tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga
kemungkinan besar peserta didik akan mengalami kegagalan dalam
belajarnya.
Goleman (2015: 30) mengungkapkan bahwa ada ratusan emosi,
bersama dengan campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya. Sejumlah
23
teoritikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar,
meskipun tidak semua sepakat tentang penggolongan ini. Golongan
utama emosi dan beberapa anggota kelompoknya sebagai berikut.
1) Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah, jengkel,
kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung,
bermusuhan, dan barang kali yang paling hebat, dan tindak
kekerasan.
2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau
menjadi patologis, depresi berat.
3) Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas,
perasaan takut sekali, khawatir, waspada, sedih, tidak
tenang, ngeri, kecut, sebagai patologi, fobia dan panik.
4) Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang,
senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa
terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa,
senang, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.
5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
6) Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
7) Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau
muntah.
8) Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan
hati hancur lebur.
Berdasarkan uraian tersebut, emosi adalah perubahan perilaku pada diri
individu yang merujuk pada suatu ungkapan perasaan berupa rasa
marah, bahagia, sedih, cinta, benci, takut, dan lain sebagainya. Emosi
merupakan suatu keadaan psikologis, serta kecenderungan untuk
bertindak akibat adanya situasi atau rangsangan tertentu.
c. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk
memotivasi diri sendiri, dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
24
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa
(Goleman, 2015: 45).
Salovey dan Mayer (dalam Uno,2010: 68) untuk menerangkan
jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting untuk
mencapai keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang
dimaksudkan antara lain: (1) empati, (2) mengungkapkan dan
memahami perasaan, (3) mengendalikan amarah, (4)
kemampuan kemandirian, (5) kemampuan menyesuaikan diri,
(6) diskusi, (7) kemampuan memecahkan masalah pribadi, (8)
ketekunan, (9) kesetiakawanan, (10) keramahan, dan (11) sikap
hormat.
Kosasih dan Sumarna (2014: 174) mengungkapkan kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami secara efektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi koneksi dan pengaruh manusiawi. Bagi pemilik kecerdasan
emosional informasi tidak hanya didapat melalui panca indra saja
namun ada sumber lain, yakni suara hati. Sukmadinata (2011: 97)
berpendapat bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi adalah seseorang yang mampu mengendalikan diri,
memelihara dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak
mudah menyerah, mampu mengendalikan stres, mampu menerima
kenyataan, dan dapat merasakan kesenangan meskipun dalam
kesulitan.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memonitor
perasaan sendiri dan perasaan serta emosi orang lain, kemampuan
untuk membedakannya, dan kemampuan untuk menggunakan
25
informasi ini untuk memandu pikiran dan tindakan (Stantrock, 2013:
146). Bukan hanya peserta didik yang perlu mengenali emosi, tetapi
pendidik juga penting untuk melakukannya. Terlebih lagi pernyataan
ini disampaikan oleh Arends (2013: 54) hal yang terpenting bagi
pendidik mengenai kecerdasan emosional adalah mengenali emosi
sebagai sebuah kemampuan dan menyadari bahwa kemampuan ini
dapat dipengaruhi seperti kemampuan-kemampuan lain.
Berdasarkan uraian tersebut, kecerdasan emosional dalam penelitian
ini merupakan serangkaian kemampuan pribadi yang dimiliki peserta
didik untuk mengatur emosinya. Kecerdasan emosional dapat
menuntun peserta didik dalam bertingkah laku dan meraih
keberhasilan yang dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara
tersebut ialah mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan kemampuan
untuk membina hubungan (kerja sama) dengan orang lain atau
sesama peserta didik.
d. Tujuan Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah sejumlah kemampuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan pembinaan hubungan sosial
dengan lingkungan yang merujuk pada kemampuan mengenali
perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, kemampuan mengelola emosi dengan baik dan dalam
hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional merupakan hal
26
yang paling penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik
karena dengan emosi yang lepas dapat membuat peserta didik yang
pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosional, peserta didik
tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitifnya sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Hal itu menyebabkan, bahwa
intelektual bukan merupakan satu-satunya faktor yang bisa
menentukan keberhasilan peserta didik, melainkan ada faktor lain
yang dapat mempengaruhi yaitu kecerdasan emosional. Goleman
(2015: 70). mengatakan bahwa setinggi–tingginya IQ hanya
menyumbang kira–kira 20 persen bagi faktor–faktor yang
menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh
kekuatan–kekuatan lain. Kekuatan–kekuatan lain dimaksud salah
satunya adalah kecerdasan emosi.
Pendapat tersebut semakin menguatkan pemikiran bahwa IQ
bukanlah satu–satunya faktor penentu keberhasilan seseorang, akan
tetapi ada hal yang lebih berpengaruh terhadap keberhasilan
seseorang, yaitu kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional adalah
kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi.
Mulyasa (2007:162) menyatakan, kecerdasan emosional dapat
menjadikan peserta didik memiliki sikap: 1) jujur, disiplin, dan
tulus pada diri sendiri, membangun kekuatan dan kesadaran
diri, mendengarkan suara hati, hormat dan tanggung jawab; 2)
Memantapkan diri, maju terus, ulet, dan membangun inspirasi
secara berkesinambungan; 3) Membangun watak dan
kewibawaan,meningkatkan potensi, dan mengintegrasi tujuan
belajar ke dalam tujuan hidupnya; 4) Memanfaatkan peluang
dan menciptakan masa depan yang lebih cerah.
27
Muhyidin (2007: 47) menyatakan kecerdasan emosional dapat
menjadikan peserta didik memiliki sikap sebagai berikut
1) Jujur, disiplin, dan tulus pada diri sendiri, membangun
kekuatan dan kesadaran diri, mendengarkan suara hati,
hormat dan tanggung jawab,
2) Memantapkan diri, maju terus, ulet, dan membangun
inspirasi secara berkesinambungan,
3) Membangun watak dan kewibawaan, meningkatkan
potensi, dan mengintegrasi tujuan belajar ke dalam tujuan
hidupnya,
4) Memanfaatkan peluang dan menciptakan masa depan yang
lebih cerah.
Berdasarkan dari uraian-uraian tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa tujuan kecerdasan emosional dalam proses pembelajaran
sangat berhubungan dengan prestasi dan sikap peserta didik. Contoh
kecerdasan emosional yang tinggi, misalnya ketika seorang anak
berada dalam keadaan flow maka mereka akan lebih mudah dalam
menerima pelajaran yang diajarkan oleh pendidik mereka yang pada
akhirnya dapat mencapai prestasi atau hasil belajar dan sikap yang
memuaskan.
e. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional terbagi dalam beberapa komponen yang
membentuknya. Salovey (dalam Uno, 2010: 74-75) mengklasifikasikan
kecerdasan emosional dalam lima kemampuan utama, diantaranya
adalah:
1) Mengenali emosi diri adalah kesadaran diri yang
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
Kesadaran diri adalah perhatian terus-menerus terhadap
keadaan batin seseorang.
28
2) Mengelola emosi berhubungan dengan kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan, atau ketersinggungan, dan akibat-akibat dari
yang ditimbulkan karena gagalnya keterampilan emosional
dasar.
3) Memotivasi diri sendiri kemampuan menata emosi sebagai
alat untuk mencapai tujuan dalam kaitan untuk memberi
perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai
diri sendiri, dan untuk berkreasi.
4) Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan berempati
yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan
orang lain ikut berperang dalam persaingan kehidupan.
5) Membina hubungan. Individu yang terampil dalam
membina hubungan dengan orang lain dapat menjalin
hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka
membaca reaksi dan perasaan orang lain, mampu
memimpin dan mengorganisasi, serta pandai dalam
menangani perselisihan yang muncul dalam setiap
kegiatan.
Goleman (2015: 272) menyatakan terdapat tujuh kemampuan penting
selain komponen-komponen yang berkaitan dengan kecerdasan
emosional, diantaranya adalah:
1) Keyakinan: perasaan kendali dan penguasaan individu
terhadap tubuh, perilaku, dan dunia. Perasaan mengenai
berhasil tidaknya individu pada hal yang sedang
dikerjakannya
2) Rasa ingin tahu: perasaan bahwa menyelidiki segala
sesuatu bersifat positif dan menimbulkan kesenangan.
3) Niat: hasrat dan kemampuan untuk berhasil dan bertindak
berdasarkan niat dengan tekun. Hal ini berkaitan dengan
perasaan terampil dan perasaan efektif.
4) Kendali diri: kemampuan untuk menyesuaikan dan
mengendalikan tindakan dengan cara yang sesuai dengan
usia individu, merupakan suatu rasa kendali yang bersifat
batiniah.
5) Keterkaitan: kemampuan untuk melibatkan diri dengan
orang lain berdasarkan pada perasaan saling memahami.
6) Kecakapan berkomunikasi: keyakinan dan kemampuan
verbal untuk bertukar gagasan, perasaan, dan konsep
dengan orang lain.
7) Kooperatif: kemampuan untuk menyeimbangkan
kebutuhan diri sendiri dengan kebutuhan orang lain dalam
kegiatan kelompok.
29
Apabila peserta didik mampu menguasai kemampuan tersebut dengan
baik, maka peserta didik dapat dikatakan memiliki keyakinan pada diri
sendiri, memiliki minat, tahu bagaimana mengendalikan keinginan
untuk berbuat yang tidak baik, mampu menunggu, mengikuti petunjuk,
dan mengacu pada pendidik untuk mencari bantuan. Mengungkapkan
apa yang dibutuhkannya saat bergaul bersama teman-teman. Hal ini
akan mempermudah peserta didik untuk mengelola emosi, memotivasi
diri, dan membina hubungan dengan orang lain.
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti mengambil komponen-
komponen utama kecerdasan emosi sebagai faktor untuk
mengembangkan instrumen kecerdasan emosional, karena faktor-faktor
tersebut dapat menjadi acuan peneliti dalam menentukan instrumen
kecerdasan emosional, sehingga peneliti dapat mengetahui kecerdasan
emosional yang dimiliki oleh peserta didik. Komponen tersebut yaitu
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional memiliki beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi. Goleman (2015: 23) menjelaskan bahwa terdapat dua
faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional. Faktor tersebut
terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal, yaitu sebagai
berikut.
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri
yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional individu dan hal-
hal lain yang berada pada otak emosional.
30
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar
individu dan mempengaruhi individu untuk mengubah sikap.
Pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan,
dan secara kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu. Faktor internal ini membantu individu dalam
mengelola, mengontrol, dan mengendalikan emosinya agar dapat
terkoordinasi dengan baik dan tidak menimbulkan masalah bagi
dirinya, dan orang lain. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
luar diri individu. Faktor eksternal membantu individu untuk mengenali
emosi orang lain, sehingga individu dapat belajar mengenai berbagai
macam emosi yang dimiliki orang lain, membantu individu untuk
merasakan emosi orang lain dengan keadaan yang menyertainya
g. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional memiliki beberapa ciri-ciri agar individu dapat
mengetahui ada atau tidak kecerdasan emosional dalam dirinya. Dapsari
(dalam Casmini, 2007: 24) menyatakan ciri-ciri kecerdasan emosional
yang tinggi yaitu.
1) Optimis dan positif saat menangani situasi-situasi dalam
hidup, seperti halnya saat menangani berbagai peristiwa dan
tekanan atau masalah-masalah pribadi yang ada.
2) Terampil dalam mengelola emosi, yaitu terampil dalam
mengenali kesadaran emosi diri dan ekspresi emosi, juga
kesadaran emosi terhadap orang lain.
3) Memiliki kecakapan kecerdasan emosi yang tinggi.
31
4) Memiliki nilai-nilai belas kasih atau empati, intuisi, radius
kepercayaan, daya pribadi, dan integritas.
Gottman (2008: 98) menyatakan ciri-ciri dari kecerdasan emosional
yang tinggi, yaitu terampil dalam menenangkan diri, terampil dalam
memusatkan perhatian, memiliki hubungan yang baik dengan orang
lain, cakap dalam memahami orang lain, memiliki persahabatan yang
baik dengan orang lain, dan memiliki prestasi belajar yang baik.
Slameto (2013: 118) juga menyatakan bahwa ciri-ciri dari kecerdasan
emosional pada seseorang, yaitu memiliki kepercayaan diri yang kuat
sampai keinginannya terpenuhi. Peka terhadap situasi di
sekelilingnya dan senang dengan hal-hal yang baru. Ciri-ciri tersebut
dapat pula berkembang menjadi ciri-ciri negatif, misal: cepat bosan
dengan hal-hal rutin, egois, dan lain-lain.
Berdasakan uraian tersebut, ciri-ciri kecerdasan emosional yaitu
memiliki kemampuan untuk bersikap optimis dalam menghadapi
masalah dan memiliki kemampuan untuk memotivasi diri. Selain itu,
ciri-ciri dari kecerdasan emosional seseorang dapat mengendalikan
dorongan-dorongan hati, mampu mengenali dan mengelola emosi
dengan baik, mampu berempati terhadap orang lain, memiliki
hubungan yang baik dengan orang lain atau kerja sama, dan mampu
berhasil.
32
h. Perkembangan Kecerdasan Emosional pada Peserta didik
Setiap individu pasti mengalami perkembangan yang diakibatkan
adanya proses pertumbuhan dan perubahan tingkah laku. Pertumbuhan
mendasari perkembangan, sedangkan perkembangan berhubungan
dengan fungsi-fungsi tubuh dan jiwa, sehingga terjadi diferensiasi.
Piaget (dalam Slameto, 2013: 116) menyatakan bahwa operasional
konkret umur 7 sampai 11 tahun, yaitu pada tahap ini anak sudah mulai
dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari
perbuatan yang akan dilakukannya, anak tidak lagi bertindak coba-coba
lalu kemudian salah (trial and error). Menjelang akhir periode ini anak
telah menguasai prinsip menyimpan dan juga anak masih terikat pada
objek-objek konkret. Wintre dan Vallance, (dalam Stantrock, 2013: 18)
menjelaskan beberapa perkembangan kecerdasan emosional pada anak
diantaranya sebagai berikut.
1) Memiliki kemampuan untuk memahami emosi diri yang
kompleks, misalnya kebanggaan dan rasa malu.
2) Memiliki pemahaman mengenai berbagai macam emosi
yang dialami oleh orang lain.
3) Memiliki pertimbangan terhadap kejadian-kejadian yang
dapat menyebabkan reaksi emosi tertentu.
4) Memiliki kemampuan untuk menekan atau menutupi reaksi
emosi yang negatif.
5) Memiliki kemampuan untuk dapat mengelola emosi, seperti
mengalihkan atensi atau pikiran ketika mengalami emosi
tertentu.
Thomson dan Goodvin (dalam Stantrock, 2013: 18) berpendapat
bahwa ketika anak-anak mencapai masa pertengahan, seorang anak
menjadi lebih reflektif dan strategis dalam kehidupan emosinya.
Anak-anak dalam usia ini juga memiliki kemampuan menunjukkan
33
empati yang tulus dan pemahaman emosional yang lebih tinggi
dibandingkan masa sebelumnya.
Berdasarkan pendapat tersebut perkembangan kecerdasan emosional
pada peserta didik kelas V termasuk pada tahap kecerdasan
operasional konkret. Tahap ini anak tidak lagi bertindak coba-coba
lalu kemudian salah. Tahap ini anak juga memiliki kemampuan
untuk memahami emosi diri yang kompleks, memahami berbagai
macam emosi orang lain, dan mempertimbangkan kejadian-kejadian
yang akan menimbulkan reaksi emosi tertentu, serta dapat menekan
dan menutupi emosi negatif, sehingga peserta didik memiliki
kemampuan untuk mengelola emosi diri.
3. Disiplin Belajar
a. Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan pengajaran atau
pendidikan. Djamarah (2011: 12) menyatakan bahwa asal kata
disiplin berasal dari bahasa latin discere yang memiliki arti belajar.
Dari kata ini kemudian muncul kata disciplina yang berarti
pengajaran atau pelatihan. Seiring perkembangan waktu, kata
disciplina juga mengalami perkembangan makna. Kata disiplin
sekarang di maknai secara beragam. Ada yang mengartikan disiplin
sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan
dan pengadilan ada juga yang mengartikan disiplin sebagai latihan
yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
34
Imron (2012:173) disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu
berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada
suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung atau tidak
langsung. Ariesandi (2008: 230) menyatakan arti disiplin
sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan karakter anak secara
bertahap sehingga menjadi seseorang yang memiliki kontrol diri dan
berguna bagi masyarakat
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
disiplin merupakan bagian dari proses yang berkelanjutan dalam
pendidikan untuk mengajarkan perilaku moral yang mengacu pada
sikap patuh dan tertib dalam memenuhi target dan waktu yang tepat.
Disiplin juga dapat membuat peserta didik menjauhi pelanggaran-
pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung.
b. Unsur-unsur Disiplin
Sebelum seseorang memiliki sikap disiplin maka akan didahului oleh
serangkaian sikap yang akan mendorong terbentuknya sikap disiplin.
Sikap-sikap inilah yang kemudian disebut sebagai unsur-unsur
disiplin. Terdapat empat unsur pokok yang dikemukakan oleh
Hurlock (2013: 84) diantaranya.
1) Peraturan
Peraturan merupakan pola yang ditetapkan untuk tingkah
laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan orang tua,
pendidik, atau teman bermain. Tujuannya adalah
membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui
dalam institusi tertentu.
2) Hukuman
35
Hukuman berasal dari kata kerja Latin, Punire dan berarti
melanjutkan Hukuman pada seseorang karena suatu
kesalahan, perlawanan, atau pelanggaran sebagai ganjaran
atau pembalasan. Fungsi hukumaan yaitu (a) menghalangi
pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh
masyarakat; (b) mendidik melalui pengajaran verbal.
3) Penghargaan
Istilah penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk
suatu hasil yang baik. Penghargaan yang diberikan tidak
perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata
pujian,senyuman atau tepukan di punggung agar anak
termotivasi dalam berbuat baik.
4) Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas,
artinya suatu kecenderungan untuk menuju kesamaan. Bila
disiplin itu konstan, tidak akan ada perubahan untuk
mengahadapi kebutuhan perkembangan yang berubah.
Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin.
Tu’u (2008: 33) menyatakan unsur-unsur disiplin adalah sebagai
berikut.
1) Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang
berlaku.
2) Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena
adanyakesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan
dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa
takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya.
3) Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah,
membina,dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai
yang ditentukanatau diajarkan.
4) Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan
yangberlaku, dalam rangka mendidik, melatih,
mengendalikan danmemperbaiki tingkah laku.
5) Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan
ukuranperilaku.
Berdasarkan pendapat di atas, unsur-unsur disiplin adalah sebagai
alat untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk
perilaku disiplin. Peraturan ditetapkan agar anak dapat berperilaku
yang selaras, serasi, dan seimbang. Hukuman diberikan sebagai
36
bentuk pelajaran terhadap anak yang melanggar disiplin, sehingga
anak mengetahui letak kesalahannya. Penghargaan diberikan agar
anak lebih termotivasi dalam berperilaku baik. Konsistensi
digunakan sebagai pedoman perilaku.
c. Macam-macam Disiplin
Disiplin terdiri dari berbagai macam jenisnya. Imron (2012: 160)
membagi disiplin menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
1) Disiplin Otoritarian
Peserta didik dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi
jika mau duduk tenang sambil memerhatikan penjelasan
pendidik saat pendidik sedang mengajar. Peserta didik
diharukan mengiyakan saja terhadap apa yang dikendaki
pendidik serta tidak boleh membantah. Dengan demikian,
pendidik dapat dengan bebas memberikan tekanan kepada
peserta didiknya agar peserta didik takut dan terpaksa
mengikuti apa yang diinginkan pendidik.
2) Disiplin Permisive
Menurut konsep ini, peserta didik haruslah diberikan
kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas.Tata tertib atau
aturan-aturan di kelas digolonggarkan dan tidak perlu
mengikuti peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat
apa saja sepanjang itu menurutnya baik.
3) Disiplin dengan kebebasan terkendali atau kebebasan yang
bertanggung jawab
Konsep ini memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada
peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi
dari perbuatan itu haruslah ia tanggung. Konsep disiplin
ini merupakan konvergensi dari konsep disiplin otoritarian
dan permisive.
Asmani (2011: 183) menyatakan terdapat 3 macam disiplin yaitu
sebagai berikut.
1) Disiplin Waktu
Disiplin waktu menjadikan sorotan utama bagi seorang
pendidik dan peserta didik. Waktu masuk sekolah biasanya
menjadi parameter utama kedisiplinan pendidik dan murid.
Kalau pendidik dan peserta didik masuk sebelum bel
37
dibunyikan, berarti disebut orang yang disiplin. Kalau masuk
pas dibunyikan, bisa dikatakan kurang disiplin, dan kalau
masuk setelah bel dibunyikan, maka dinilai tidak disiplin,
menyalahi aturan sekolah yang telah ditentukan. Karena itu,
jangan menyepelekan disiplin waktu ini, usahakan tepat
waktu ketika datang pada jam masuk sekolah. Begitu juga
dengan jam mengajar, kapan masuk dan kapan keluar, harus
sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan agar tidak
mengganggu jam pendidik lain.
2) Disiplin Menegakkan Aturan
Disiplin menegakkan aturan sangat berpengaruh terhadap
kewibawaan pendidik. Model pemberian sanksi yang
diskriminatif harus ditinggalkan. Murid sekarang yang ini
cerdas dan kritis, sehingga kalau diperlakukan semena-mena
dan pilih kasih , mereka akan memakai cara mereka sendiri
untuk menjatuhkan harga diri pendidik. Selain itu, pilih kasih
dalam memberikan sanksi sangat dibenci dalam agama.
Keadilan harus ditegakkan dalam keadaan apa pun. Karena,
keadilan itulah yang akan mengantarkan kehidupan ke arah
kemajuan, kebahagiaan, dan kedamaian.
3) Disiplin Sikap
Disiplin mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi starting
point untuk menata perilaku orang lain. Misalnya, disiplin
tidaktergesa-gesa, dan gegabah dalam bertindak. Disiplin
dalamsikap ini membutuhkan latihan dan perjuangan, karena,
setiapsaat banyak hal yang menggoda kita untuk
melanggarnya.Dalam melaksanakan disiplin sikap ini, tidak
boleh mudah tersinggung dan cepat menghakimi seseorang
hanya karena persoalan sepele. Selain itu, juga harus
mempunyai keyakinan kuat bahwa tidak ada yang bisa
menjatuhkan diri sendiri kecuali orang tersebut. Kalau
disiplin memegang prinsip dan perilaku dalam kehidupan ini,
niscaya kesuksesan akan menghampiri.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa macam-
macam disiplin ada tiga yaitu disiplin otoritarian, disiplin permisif,
dan disiplin dengan kebebasan terkendali atau kebebasan yang
bertanggung jawab. Disiplin otoritarian lebih menekankan pada
kepatuhan dan ketaatan serta sanksi dan tekanan bagi pelanggarnya.
Disiplin permisif memberi kebebasan untuk mengambil sebuah
keputusan dan tindakan. Disiplin dengan kebebasan terkendali atau
38
kebasan yang bertanggung jawab menekankan pada kesadaran dan
tanggung jawab.
d. Pengertian Disiplin Belajar
Seorang peserta didik yang memliki disiplin belajar yang baik akan
mempunyai kecakapan mengenai cara belajar. Dalam proses belajar
sangatlah diperlukan sikap disiplin, Slameto (2013: 2)
mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan
yang diperoleh dari usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Moenir (2010: 94) menyatakan disiplin adalah suatu bentuk
ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis
yang telah ditetapkan. Ada dua jenis disiplin yang sangat
dominan sesuai dengan apa yang dikehendaki individu.
Pertama disiplin dalam hal waktu dan disiplin kerja atau
perbuatan.
Kedua jenis disiplin yang dikemukakan oleh Moenir tersebut
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta saling
mempengaruhi, contohnya apabila seorang anak hadir tepat waktu ke
sekolah tidak datang terlambat pada waktu jam pelajaran dimulai,
tetapi ia tidak segera melakukan hal yang sesuai ketentuannya
sebagai pelajar didalam kelas seperti tidak langsung membuka buku
mata pelajarannya melainkan mengobrol dengan temannya tentunya
ini akan merugikan anak itu sendiri, dengan demikian disiplin
39
mendorong peserta didik belajar secara konkrit baik di sekolah
maupun dirumah.
Hal ini sangat diperlukan guna tercapainya hasil belajar, sebab
berhasil tidaknya peserta didik dalam usahanya pada dasarnya
tergantung pada bagaimana ia melakukan cara-cara belajar yang
baik. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2011: 17) yaitu agar
peserta didik lebih maju, peserta didik harus disiplin di dalam belajar
baik di sekolah, di rumah maupun di perpustakaan. Karena, dengan
disiplinlah akan didapatkan kesuksesan dalam segala hal termasuk
dalam belajar, dengan disiplinlah didapatkan keteraturan dalam
kehidupan, dengan disiplinlah dapat menghilangkan kekecewaan
orang lain, dan dengan disiplinlah orang lain mengaguminya.
Ketika belajar, disiplin sangat diperlukan. Disiplin dapat melahirkan
semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu
dalam kehampaan.
Disiplin merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan belajar peserta didik, seperti yang dikemukakan Tu’u
(2008: 37) hal tersebut penting karena alasan sebagai berikut.
1) Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri,
peserta didik berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya,
peserta didik yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah
pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan
prestasinya.
2) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas
menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
secara positf, disiplin memberi dukungan lingkungan yang
tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
40
3) Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak
dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan dan
disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi
individu yang tertib, teratur dan disiplin.
4) Disiplin merupakan jalan bagi peserta didik untuk sukses
dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran
pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan
merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.
Belajar akan memperoleh keberhasilan apabila peserta didiknya
disiplin, namun akan lebih baik apabila disiplin tersebut tumbuh
karena kesadaran yang muncul dari dalam diri peserta didik itu
sendiri, dan ketika belajar peserta didik otomatis akan melaksanakan
kegiatan belajar dengan teratur dan bersungguh sungguh tanpa
adanya paksaan. Suasana belajar di kelas akan lebih kondusif dan
lebih nyaman yang menyebabkan pengoptimalan potensi dan prestasi
peserta didik akan lebih mudah untuk dicapai jika peserta didik
disiplin.
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa disiplin belajar adalah sikap patuh peserta didik dalam belajar
yang ditunjukkan dengan perbuatan yang mematuhi tata tertib yang
berlaku di tempat ia berada baik itu di sekolah maupun di rumah
sehingga ia mampu membuktikan bahwa ia dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya guna pembentukan watak yang baik dan selalu
bergerak ke arah yang lebih maju sehingga dapat tercapainya prestasi
belajar yang memuaskan.
41
e. Tujuan Disiplin Belajar
Menanamkan disiplin belajar adalah menumbuhkan dan
mengembangkan proses untuk bertingkah laku sesuai harapan.
Sukardi (2016: 38) menyatakan bahwa apabila tidak ada pembatasan
terhadap tingkah laku, maka seorang manusia akan melakukan
berbagai hal sesuka hatinya yang tidak berdasarkan kebutuhan maka
harus diwujudkan dalam suatu bentuk peraturan atau tata tertib.
Peraturan dan tata tertib tersebut tentu tidak akan bermanfaat tanpa
diiringi disiplin setiap orang yang terikat dalam peraturan atau tata
tertib. Zuriah (2011: 23) menyatakan bahwa tujuan disiplin belajar
ialah agar mematuhi tertib dan teratur sesuai dengan waktu
dan tempatnya, serta belajar dengan penuh ketekunan dan tanpa
paksaan dari siapapun atau ikhlas.
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan
disiplin belajar yaitu mengembangkan keteraturan dalam bentuk
peraturan, serta mengembangkan kebiasaan manusia, sekaligus
membatasi tindak-tanduk manusia agar tetap berada di koridor
seharusnya. Berdasarkan hal tersebut, berarti seseorang yang hanya
mematuhi tata tertib tanpa adanya kesadaran, ketekunan dan ikhlas
belum dapat dikatakan disiplin belajar.
f. Indikator Disiplin Belajar
Disiplin dalam penentuan seseorang dapat dikatakan memiliki sikap
disiplin tentu ada beberapa sikap yang mencerminkan kedisiplinannya
42
seperti indikator disiplin yang dikemukakan oleh Wibowo (2012: 100)
indikator kedisiplinan adalah (1) datang tepat waktu, (2) membiasakan
mengikuti aturan, (3) tertib berpakaian,(4) mempergunakan fasilitas
dengan baik.
Daryanto (2013: 144) membagi indikator disiplin belajar yaitu: (1)
ketaatan terhadap tata tertib sekolah, (2) ketaatan terhadap kegiatan
pembelajaran di sekolah, (3) melaksanakan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya dan (4) disiplin belajar di rumah. Moenir (2010; 95)
juga membagi indikator-indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat disiplin belajar peserta didik adalah sebagai berikut :
1) Disiplin waktu, meliputi :
a) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang
sekolah tepat waktu, mulai dan selesai belajar di sekolah
tepat waktu danmulai dan selesai belajar di rumah.
b) Tidak keluar dan membolos saat kuliah
c) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan
2) Disiplin perbuatan, meliputi:
a) Patuh dan tidak menentang peraturan
b) Tidak malas belajar
c) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya
d) Tidak suka berbohong
e) Tingkah laku yang menyenangkan, mencakup tidak
mencontek, tidak membuat keributan dan tidak
mengganggu orang lain yangsedang belajar.
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti membagi indikator disiplin
menjadi 4 macam menurut pendapat Daryanto (2013: 144) yaitu:
1) ketaatan terhadap tata tertib sekolah,
2) ketaatan terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah,
3) melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, dan
4) disiplin belajar di rumah
43
4. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Proses pembelajaran untuk jenjang sekolah dasar atau yang sederajat
saat ini menggunakan pendekatan-pendekatan tematik. Suryosubroto
(2009: 133) menyatakan pembelajaran tematik dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi
pembelajaran dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik bahasan.
Sutirjo dan Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) menyatakan
bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap
pembelajaran.
Rusman (2017: 367) berpendapat bahwa pembelajaran tematik terpadu
merupakan salah satu pendekatan pada pembelajaran terpadu
(integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun
kelompok, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu
berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuaidengan kebutuhan
perkembangan peserta didik. Pendekatan ini berangkatdari teori
pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan sebagai dasar
pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, peneliti menyimpulkan
pembelajaran tematik merupakan suatu kegiatan pembelajaran dengan
44
mengintegrasikan materi pembelajaran dari beberapa mata pelajaran
dalam satu topik bahasan agar peserta didik menggali pengetahuan,
keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran baik secara individual
maupun kelompok sehingga peserta didik dapat menemukan konsep
secara holistik. Pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik ini
bertolak dari suatu tema yang dipilih oleh pendidik bersama peserta
didik dengan memperhatikan keterkaitanya dengan isi mata pelajaran.
Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep
dalam suatu mata pelajaran akan tetapi juga berkaitan dengan konsep-
konsep dari mata pelajaran lainnya.
b. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki beberapa tujuan, diantaranya Trianto
(2011: 52) menyatakan tujuan pembelajaran tematik yaitu:
1) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara
bermakna.
2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan
memanfaatkan informasi.
3) Menumbuh kembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan
nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
4) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti
bekerjasama, tolerasi, komunikasi, serta menghargai
pendapat orang lain.
Kemendikbud (2013: 193) menyatakan tujuan tematik sebagai berikut.
1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
tertentu.
2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih
mendalam dan berkesan.
45
4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman
pribadi peserta didik.
5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis
sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.
6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.
7) Pendidik dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran
yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus
dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan
atau pengayaan.
8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh
kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti
sesuai dengan situasi dan kondisi.
Majid (2014: 83) menyatakan beberapa tujuan pembelajaran tematik
yaitu:
1) Memusatkan perhatian peserta didik dengan mudah pada satu
tema atau materi yang jelas.
2) Mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata
pelajaran dalam tema yang sama dengan kata lain mengaitkan
tema pelajaran satu dengan yang lain yang mempunyai
keterkaitan.
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan; biasa disebut dengan pembelajaran bermakna.
4) Memudahkan pendidik dalam mempersiapkan dan
menyajikan bahan ajar yang efektif.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran tematik adalah memusatkan perhatian peserta didik,
memudahkan peserta didik dalam memahami materi, mengembangkan
berbagai keterampilan peserta didik dan menghemat waktu pendidik.
Pembelajaran tematik juga memudahkan pendidik dalam
mempersiapkan bahan ajar yang efektif.
46
c. Prinsip Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran
yang mungkin dan saling terkait. Pembelajaran tematik tidak boleh
bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi
sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian
tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan pembelajaran tematik. Suryosubroto (2009: 133)
menyatakan bahwa prinsip–prinsip tersebut ialah.
1) Bersifat konstektual dan terintegrasi dengan lingkungan.
2) Bentuk belajar harus dirancang agar peserta didik
bersungguh-sungguh untuk menemukan tema
pembelajaran.
3) Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi dari segi
waktu, efisiensi, metode, peggunaan sumber beajar yang
otentik sehigga dapat mencapai ketuntasan kompetensi
secara tepat.
Majid (2014: 89) menjelaskan beberapa prinsip yang berkenaan
dengan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut.
1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang
aktual, dekat dengan dunia peserta didik dan ada dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi
beberapa mata pelajaranyang mungkin saling terkait.
3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan
dengan tujuankurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya
pembelajaran tematik integratif harusmendukung
pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang
termuat dalamkurikulum.
4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu
tema selalu mempertimbangkan karakteristik peserta didik
seperti minat, kemampuan, kebutuhan danpengetahuan
awal.
5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu dipaksakan.
47
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tema yang
dijadikan pemersatu materi merupakan tema yang dekat dengan
kehidupan keseharian peserta didik sehingga nantinya dalam
pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Penentuan
tema yang tepat akan berdampak pada pelaksanaan pembelajarannya
dan evaluasi, sehingga memerlukan pertimbangan yang matang dalam
penentuan temanya.
d. Karateristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang berbeda dengan
pembelajaran yang lain. Kemendikbud (2013:194) menyatakan
karakteristik pembelajaran tematik antara lain adalah:
1) berpusat pada anak;
2) memberikan pengalaman langsung pada anak;
3) pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu
dalam satu pemahaman dalam kegiatan);
4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu
proses pembelajaran (saling terkait antara mata pelajaran
yang satu dengan lainnya);
5) bersifat luwes (keterpaduan berbagai mata pelajaran);
6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat
dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil
belajarnya).
Rusman (2017: 362) menyatakan karakteristik tematik adalah sebagai
berikut.
1) Berpusat pada peserta didik
Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik, ha ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan sebagai subjek belajar sedangkan pendidik
sebagai fasilitator.
2) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman
langsung pada peserta didik dengan cara peserta didik
48
dihadapan pada ycang nyata untuk memahami hal-hal yang
abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran temati pemisahan antar mata pelajaran
menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan peserta didik.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang membedakannya
dengan pembelajaran lainnya. Pembelajaran tematik sesuai dengan taraf
perkembangan peserta didik SD yang masih berfikir secara holistik.
e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik terpadu dalam penerapannya memiliki beberapa
kelebihan. Depdikbud (dalam Trianto, 2011: 88) menyatakan kelebihan
pembelajaran tematik terpadu antara lain sebagai berikut.
1) Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik relevan
dengan tingkat perkembanganya.
2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan
peserta didik.
3) Kegiatan belajar bermakna bagi peserta didik, sehingga
hasilnya dapat bertahan lama.
4) Keterampilan berpikir peserta didik berkembang dalam
proses pembelajaran terpadu.
5) Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai
lingkungan peserta didik.
6) Keterampilan sosial peserta didik berkembang dalam proses
pembelajaran terpadu, keterampilan sosial ini antara lain:
kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat
orang lain.
Sa’ud dkk (2006: 18) juga menyatakan kelemahan pembelajaran
tematik kelemahan-kelemahannya sebagai berikut.
1) Dilihat dari aspek pendidik, pembelajaran tematik menuntut
tersedianya peran pendidik yang memiliki pengetahuan dan
49
wawasan yang luas, kreatifitas tinggi, ketrampilan
metodologik yang handal, kepercayaan diri dan etos
akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan
mengembangkan materi. Tanpa adanya kemampuan di atas,
pelaksanaan pembelajaran tematik sulit diwujudkan.
2) Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran tematik
termasuk memiliki peluang untuk mengembangkan kreatifitas
akademik yang menuntut kemampuan belajar peserta didik
yang relatif “baik” baik dalam aspek intelegensi maupun
kreatifitasnya. Hal tersebut karena model pembelajaran
tematik menekankan pada pengembangan kemampuan
analitik (menjiwai), kemampuan asosiatif (menghubung-
hubungkan) dan kamampuan eksploratif dan elaboratif
(menemukan dan menggali). Bila kondisi di atas tidak
dimiliki peserta didik, maka maka pelaksanaan model
tersebut sulit diterapkan.
3) Dilihat dari aspek sarana dan sumber pembelajaran,
pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber
informasi yang cukup banyak dan berguna seperti yang dapat
menunjang dan memperkaya serta mempermudah
pengembangan wawasan dan pengetahuan yang
diperlukan.misalnya perpustakaan, bila hal ini tidak dipenuhi
maka akan sulit menerapkan model pembelajaran tersebut.
4) Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik
memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk
pengembangannya.
5) Dilihat dari system penilaian dan pengukurannya,
pembelajaran tematik membutuhkan system penilaian dan
pengukuran (objek, indikator, dan prosedur) yang terpadu.
6) Dilihat dari suasana penekanan proses pembelajaran,
pembelajaran tematik cenderung mengakibatkan
penghilangan pengutamaan salah satu atau lebih mata
pelajaran.
Berdasarkan uraian para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
kelebihan dan kekurangan pembelajaran tematik adalah pembelajaran
bersifat menyenangkan sehingga menumbuhkan minat peserta didik
dalam belajar. Kekurangan pembelajaran tematik adalah pendidik harus
memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, memerlukan sumber
belajar yang bervariasi dan berwawasan internet.
50
5. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan diperlukan untuk acuan atau pembanding dalam
melakukan penelitian. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan
kecerdasan emosional, disiplin belajar, dan hasil belajar antara lain:
a. Penelitian Rahma (2017)
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Rahma (2017) menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar matematika peserta didik kelas V SD
Negeri 4 Metro Pusat. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil analisis
yang dilakukan yaitu diperoleh nilai koefisien korelasi dengan 𝑡hitung
lebih besar dari 𝑡tabel sehingga H𝑜 ditolak dan Ha diterima, atau
terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
hasil belajar matematika peserta didik kelas V SD Negeri 4 Metro
Pusat.
Persamaan antara penelitian Rahma dengan penelitian yang peneliti
laksanakan terletak pada variabel bebasnya yaitu kecerdasan
emosional dan subjek penelitiannya peserta didik kelas V Sekolah
Dasar. Perbedaannya terletak pada tempat penelitiannya di SD
Negeri 2 Metro Selatan, dan waktu pelaksanaannya pada semester
genap tahun ajaran 2018/2019. Sedangkan, penelitian Rahma
menggunakan tempat penelitiannya di SD Negeri 4 Metro Pusat, dan
waktu pelaksanaannya pada tahun ajaran 2017/2018. Mengingat
persamaan dan perbedaan yang telah diuraikan di atas, maka
51
penelitian Rahma dapat menjadi acuan dalam penelitian yang
peneliti laksanakan
b. Penelitian Septiyani (2017)
Menurut Septiyani terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara hubungan disiplin belajar dengan prestasi belajar IPS peserta
didik kelas IV SD Negeri 1 Metro Utara Kota Metro. Berdasarkan
data hasil penelitian yang di peroleh bahwa ada hubungan yang kuat
antara disiplin belajar dengan prestasi belajar peserta didik kelas IV
SD Negeri 1 Metro Utara Kota Metro tahun pelajaran 2017/2018.
Hal ini diketahui dengan hasil analisis data yaitu dengan hubungan
yang kuat dengan kategori 0,789 sebagaian besar sesuai memperoleh
prestasi belajar.
Persamaan antara penelitian Septiyani dengan penelitian yang
peneliti laksanakan terletak pada variabel bebasnya yaitu disiplin
belajar. Perbedaannya terletak pada tempat penelitiannya di SD
Negeri 2 Metro Selatan, subjek penelitiannya peserta didik kelas V
SD Negeri 2 Metro Selatan, dan waktu pelaksanaannya pada
semester genap tahun ajaran 2018/2019. Sedangkan, penelitian
Septiyani menggunakan tempat penelitiannya di SD Negeri 1 Metro
Utara, subjek penelitiannya peserta didik kelas IV SD Negeri 1
Metro Utara, dan waktu pelaksanaannya pada tahun ajaran
2016/2017. Mengingat persamaan dan perbedaan yang telah
52
diuraikan di atas, maka penelitian Septiyani dapat menjadi acuan
dalam penelitian yang peneliti laksanakan
c. Savitri (2015)
Penelitian yang berjudul “Hubungan antara Kecerdasan Emosional
dengan Hasil Belajar Mata Pelajara PKn pada Peserta didik Kelas V
Sekolah Dasar Negeri 23 Kecamatan Pontianak Barat” Berdasarkan
penelitianya terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan
hasil belajar mata pelajaran PKn pada peserta didik kelas V Sekolah
Dasar Negeri 23 Kecamatan Pontianak Barat.
Persamaan antara penelitian Dewi Ratih Savitri dengan penelitian
yang peneliti laksanakan terletak pada variabel bebasnya yaitu
kecerdasan emosional da subjek penelitiannya peserta didik kelas V
SD Negeri 2 Metro Selatan. Perbedaannya terletak pada tempat
penelitiannya di SD Negeri 2 Metro Selatan, dan waktu
pelaksanaannya pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.
Sedangkan, penelitian Savitri menggunakan tempat penelitiannya di
SD Negeri 23 Kecamatan Pontianak Barat, dan waktu
pelaksanaannya pada tahun ajaran 2015/2016. Mengingat persamaan
dan perbedaan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian Savitri
dapat menjadi acuan dalam penelitian yang peneliti laksanakan
53
B. Kerangka Pikir dan Paradigma Penelitian
1. Kerangka Pikir
Kerangka pikir biasanya digunakan untuk membantu atau menolong
peneliti dalam memusatkan penelitiannya serta untuk memahami
hubungan antar variabel. Sekaran (dalam Sugiyono, 2014: 91) menyatakan
kerangka pikir itu sendiri merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Intinya kerangka pikir memudahkan peneliti untuk
mengidentifikasi hubungan antara kedua variabel.
Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang dijadikan
dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka pikir menjelaskan
hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian. Kerangka pikir yang
baik menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang diteliti,
sehingga perlu dijelaskan hubungan antar variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah kecerdasan emosional
dan disiplin belajar, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar tematik. Berdasarkan hal tersebut, penelitiakan menjelaskan
keterkaitan antar variabel dalam penelitian ini.
a. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Tematik
Peserta Didik
Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar. Sukmadinata (2011: 97) berpendapat
bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah
seseorang yang mampu mengendalikan diri, memelihara dan memacu
54
motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah, mampu
mengendalikan stress, mampu menerima kenyataan, dan dapat
merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan. Kecerdasan
emosional merupakan kemampuan peserta didik dalam mengenali dan
mengontrol emosi diri, sehingga berdampak positif pada saat mengikuti
pembelajaran, tanpa adanya kecerdasan emosional, peserta didik tidak
akan mampu menggunakan kemampuan kognitifnya sesuai dengan
potensi yang dimilikinya untuk belajar lebih baik, sehingga hasil belajar
tematik yang dicapai pun akan baik dan meningkat.
b. Hubungan Disiplin Belajar dengan Hasil belajar Tematik
Disiplin belajar dipandang sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Hasil belajar merupakan
bukti pencapaian belajar yang berupa nilai dan kemampuan peserta
didik yang diperoleh pada saat proses. Dari hasil tersebut kita dapat
mengetahui apakah selama proses pembelajaran peserta didik berhasil
memahami apa yang disampaikan dan diinginkan oleh pendidik dan
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh kurikulum di sekolah atau
tidak. Dengan demikian diduga semakin tinggi disiplin belajar peserta
didik, akan semakin tinggi pula hasil belajar yang diperolehnya,
sebaliknya jika semakin rendah disiplin belajar peserta didik diduga
semakin rendah pula hasil belajar yang diperolehnya.
55
c. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Disiplin Belajar dengan
Hasil Belajar Peserta Didik
Kecerdasan intelektual saja bukan merupakan satu-satunya faktor yang
bisa menentukan keberhasilan peserta didik, melainkan ada faktor lain
yang dapat mempengaruhi yaitu kecerdasan emosional dan disiplin
belajar peserta didik dalam belajar. Kecerdasan emosional dan disiplin
belajar turut memberikan peran yang bermanfaat dalam mengelola
pikiran dan perasaan untuk dapat membuang pikiran-pikiran negatif,
dan tertib, teratur, rajin, dan berusaha bersungguh saat pembelajaran
tematik. Kecerdasan intelektual juga diperlukan dalam pencapaian hasil
belajar tematik yang baik, akan tetapi belajar tematik juga perlu adanya
kerja sama yang baik antara kecerdasan emosional dan disiplin belajar
agar dapat meningkatkan hasil belajar tematik peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini
adalah “jika kecerdasan emosional dan disiplin belajar baik, maka hasil
belajar juga akan baik” apabila sebalikanya jika kecerdasan emosional
dan disiplin belajar kurang baik, maka hasil belajar kurang baik”.
2. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan dasar pijakan yang mengarahkan cara
berfikir dalam penelitian. Sugiyono (2014: 42) menyatakan paradigma
penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan
jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu di jawab melalui penelitian,
teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah
56
hipotesis, dan teknik analisis statistik yang digunakan. Gambaran
paradigma pada penelitian ini adalah
Gambar 1. Paradigma Penelitian
(Adopsi: Sugiyono, 2014: 42)
Keterangan:
X1 = Kecerdasan emosional
X2 = Disiplin belajar
Y = Hasil belajar
→ = Hubungan
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, kerangka pikir dan penelitian yang relevan maka
hipotesis pada penelitian ini yaitu:
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional
dengan hasil belajar tema 6 peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro
Selatan.
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar dengan
hasil belajar tema 6 peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan.
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional
dan disiplin belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar tema 6
peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan
rx1x2y
rx2y
rx1y
X1
Y
X2
57
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah ex-postfacto korelasi. Jenis penelitian ini
dilakukan ketika ingin mengetahui tentang kuat atau lemahnya hubungan
antara dua atau lebih variabel. Arikunto (2013: 4) menjelaskan bahwa
penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa
melakukan perubahan, tambahan atau memanipulasi terhadap data yang
sudah ada.
Sukardi (2016: 166) menyatakan penelitian korelasi adalah suatu penelitian
yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada
hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Desain
penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel (X1)
kecerdasan emosional dan (X2) disiplin belajar dengan variabel (Y) hasil
belajar peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan.
58
B. Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 - Maret 2019 di SD
Negeri 2 Metro Selatan yang beralamat di Jalan Budi Utomo No. 04
Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Provinsi
Lampung. selama 6 bulan dimulai dari bulan Oktober 2018 sampai Maret
2019.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh
peneliti untuk melaksanakan penelitian. Sugiyono (2014: 17) menyatakan
tahap- tahap dalam ex-postfacto yang akan dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
a. Memilih subjek penelitian yaitu peserta didik kelas V di SD
Negeri 2 Metro Selatan.
b. Menyusun kisi-kisi dan instrumen pengumpul data berupa angket.
c. Menguji coba instrumen pengumpul data pada subjek uji coba
instrumen, sedangkan subjek uji coba instrumen kuesioner
(angket) yaitu peserta didik kelas V di SD Negeri 8 Metro Selatan.
d. Menganalisis data dari hasil uji coba instrumen untuk mengetahui
apakah intrumen yang dibuat telah valid dan reliabel.
e. Melaksanakan penelitian dengan membagikan instrumen angket
kepada sampel penelitian. Sedangkan untuk mengetahui hasil
59
belajar tematik peserta didik, dilakukan studi dokumentasi yang
dimana dilihat pada hasil nilai tema 6 dari pendidik kelas V SD
Negeri 2 Metro Selatan.
f. Menghitung data yang diperoleh untuk mengetahui hubungan dan
tingkat keterkaitan antara kecerdasan emosional dan disiplin belajar
dengan hasil belajar tematik peserta didik kelas V SD Negeri 2
Metro Selatan dan interprestasi hasil perhitungan data.
C. Populasi
Istilah populasi selalu digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan
penelitiannya. Sugiyono (2014: 215) menyatakan bahwa populasi diartikan
sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan, yang
berjumlah 48 peserta didik. Berikut peneliti sajikan data jumlah peserta didik
yang menjadi populasi dalam penelitian ini.
Tabel 2. Data jumlah peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan
No Kelas Jumlah peserta didik
1. V A 24
2. V B 24
Jumlah 48
(Sumber: Dokumentasi pendidik kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan TP. 2018/2019)
60
D. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan
tertentu yang akan diteliti. Arikunto (2013: 71) menyatakan jika populasi
kurang dari 100 lebih baik diambil sebagai penelitian populasi. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling
jenuh. Sugiyono (2014: 124) menyatakan bahwa sampling jenuh adalah
penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
dengan tujuan peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V
SD Negeri 2 Metro Selatan dengan jumlah 48 peserta didik.
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini sangat penting karena untuk mengetahui
variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel
terikat. Sugiyono (2014: 38) variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat, yaitu sebagai berikut.
1. Variabel Bebas (Independen)
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), yang termasuk
61
variabel independen dalam penelitian ini adalah: (a) kecerdasan emosional
(X2) dan (b) Disiplin Belajar (X2)
2. Variabel Terikat (Dependen)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas, yang termasuk variabel dependen adalah hasil
belajar (Y).
F. Definisi Operasional Variabel
Penelitian kuantitatif harus mampu memberikan penafsiran yang sama terhadap
variabel yang diteliti. Hal tersebut untuk menghindari perbedaan penafsiran
dalam memahami variabel penelitian, maka variabel penelitian harus
didefinisikan sejelas mungkin dalam bentuk definisi operasional. Definisi
operasional penelitian ini adalah:
1. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional merupakan satu kesatuan dari kemampuan
emosional peserta didik. Skor total yang diungkap menggunakan angket
meliputi indikator yang di kemukakan salovey (dalam Uno, 2010: 74)
meliputi:
(1) mengenali emosi diri,
(2) mengelola emosi,
(3) mengenali emosi diri sendiri,
(4) membina hubungan.
62
Pengukuran diperoleh melalui angket dengan pernyataan favorable (positif)
yang terdiri dari 27 item dan pernyataan unfavorable (negatif) terdiri dari 3
item, sehingga jumlah pernyataan terdapat 30 item.
2. Disiplin Belajar
Disiplin belajar adalah kepatuhan peserta didik terhadap peraturan sekolah
yang berlaku sesuai dengan keputusan-keputusan, dan norma-norma yang
telah diterapkan bersama baik persetujuan tertulis maupun tidak tertulis
antara peserta didik dengan pendidik di sekolah. Dapat dilihat dalam segi
dalam indikator di bawah ini,dari segi kehadiran peserta didik dan cara
berpakaian peserta didik, masuk di dalam kelas tepat waktu,
memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru, dan tidak mencotek hasil
pekerjaan teman. Adapun indikator disiplin belajar yang peneliti gunakan
dari Daryanto (2013: 144) yaitu:
1) ketaatan terhadap tata tertib sekolah,
2) ketaatan terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah,
3) melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan,
4) disiplin belajar di rumah
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah bentuk nyata setelah peserta didik melakukan kegiatan
belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan nilai ulangan
harian semester genap tema 6 kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan tahun
pelajaran 2018/2019.
63
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi di dalam penelitian ini digunakan untuk mengadakan pencatatan
dan pengamatan secara langsung mengenai data yang diamati. Hadi dalam
Sugiyono, (2014: 145) menyatakan observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data
tentang kondisi sekolah atau deskripsi tentang lokasi penelitian yang telah
dilaksanakan di SD N 2 Metro Selatan.
2. Angket
Teknik angket/kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan beberapa macam pertanyaan atau
pernyataan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sugiyono (2014:
199) menyatakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Melalui penggunakan angket,
data yang diperoleh bisa lebih mewakili keadaan responden. Berikut ini
kisi-kisi instrumen angket kecerdasan emosional dan disiplin belajar.
64
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Angket Kecerdasan Emosional
Variabel Indikator Sub Indikator Nomor
Positif Negatif
Kecerdasan
Emosional
Kecerdasan
Emosional
1. Mengenli
emosi diri
sendiri
1.1 Mengenal dan
merasakan emosi
sendiri
1.2 Memahami sebab
perasaan yang
timbul
1, 2
3
2. Mengelola
emosi
2.1 Bersikap toleran
terhadap frustasi
2.2 Mampu
mengungkapkan
amarah dengan
tepat
2.3 Mampu
mengendalikan
perilaku agresif
yang dapat
merusak diri dan
orang lain
2.4 Memiliki perasaan
positif dengan diri
sendiri dan
lingkungan
2.5 Memiliki
kemampuan untuk
mengatasi stres
2.6 Dapat mengurangi
perasaaan cemas
dan kesepian dalam
pergaulan
4
5
14
7, 12, 13
8, 9
10, 11
6
3. Mengenali
emosi orang
lain
3.1 Mampu menerima
sudut pandang
orang lain
3.2 Memiliki sifat
empati atau
kepekaan terhadap
orang lain
3.3 Mampu
mendengarkan
orang lain
15
16
17
4. Membina
hubungan
4.1 Memiliki perhatian
terhadap
kepentingan orang
lain
18
Jumlah 17 1
Kecerdasan
Emosional
65
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Angket Disiplin Belajar
Variabel Indikator Sub Indikator Nomor
Positif Negatif
Kecerdasan
Emosional
Kecerdasan
Emosional
1. Ketaatan
terhadap
peraturan
sekolah
1.1 Datang dan
pulang tepat
waktu sesuai
dengan aturan
1.2 Tertib dalam
berpakaian
1.3 Patuh kepada
pedidik
1, 4, 18
14
2
15
21
7
2. Ketaatan
terhadap
kegiatan
belajar
mengajar di
sekolah
2.1 Perhatian pada
proses kegiatan
pembelajaran
2.2 Tertib saat belajar
di kelas
2.3 Penggunaan
fasilitas
9, 10, 11
13, 20
27
5, 6
3. Melaksanakan
tugas-tugas
yang menjadi
tanggung
jawabnya
3.1 Ketaatan
menyelesaikan
tugas
3.2 Ketaatan
mengerjakan PR
3.3 Mengerjakan
tugas individu
12
17, 19
25
4. Disiplin
belajar di
rumah
4.1 Ketaatan pada
aturan di rumah
4.2 Keteraturan
belajar di rumah
4.3 Disiplin waktu
dalam belajar
dirumah
23
8, 16
3, 22
24, 26
Jumlah 18 9
Adapun untuk pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah:
Tabel 5. Skor jawaban angket
Bentuk Pilihan Jawaban Skor Positif Skor Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-kadang 2 3
Tidak pernah 1 4
(Sumber: Kasmadi dan Nia, 2014: 76)
Disiplin
Belajar
66
3. Dokumentasi
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau
diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-
dokumen. Untuk mencari data tentang hasil belajar peserta didik dalam
penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti akan mengambil data melalui
dokumen nilai ulangan harian tema 6 kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan
pada pembelajaran tematik tahun pelajaran 2018/2019.
H. Uji Prasyarat Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Riduwan (2013: 97) menjelaskan validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat
ukur. Menguji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi Product
Moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Riduwan (2013: 98)
dengan rumus sebagai berikut.
rxy= N𝚺𝐗𝐘−(𝚺𝐗)(𝚺𝐘)
√{N𝚺𝐗𝟐−(𝚺𝐗)𝟐 } . {𝐍𝚺𝐘𝟐− (𝚺𝐘)𝟐}
Keterangan:
rxy = koefisien antara variabel X dan Y
N = jumlah sampel
X = skor item
Y = skor total
Distribusi/tabel r untuk ɑ = 0,05
67
Kaidah keputusan : jika rhitung > rtabel berarti valid,
sebaliknya jika rhitung < rtabel berarti tidak valid atau
drop out.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang valid belum tentu reliabel. Sugiyono (2014: 131)
menjelaskan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen
didasarkan pada pendapat Kasmadi dan Nia (2014: 79) yang menyatakan
bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus korelasi alpha
cronbach, yaitu:
r𝟏𝟏 = (𝐧
𝐧−𝟏 ) . (𝟏 −
𝚺𝛔𝐢
𝛔𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥)
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
Σσi = Varians skor tiap-tiap item
σtotal = Varian total
n = Banyaknya soal
Mencari varians skor tiap-tiap item (σi) digunakan rumus:
𝛔𝐢 = 𝚺𝐱𝟐 −
(𝚺Xi)𝟐
𝐍𝐍
Keterangan:
σi = varians skor tiap-tiap item
ΣXi = jumlah item Xi
N = jumlah responden
(Sumber: Riduwan 2013: 115)
68
Selanjutnya untuk mencari varians total (σtotal) dengan rumus:
𝛔𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 = 𝚺𝐗𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥
𝟐 − (𝚺Xtotal)
𝟐
N
N
Keterangan:
∑total = Varians total
∑Xtotal = Jumlah X total
N = Jumlah responden
Hasil perhitungan dari rumus Korelasi alpha cronbach (r11)
dikonsultasikan dengan nilai tabel r product moment dengan
dk = N - 1, dan α sebesar 5% atau 0,05, maka kaidah keputusannya sebagai
berikut.
Jika r11 > rtabel berarti reliabel, sedangkan
Jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel.
I. Teknik Analisis Data
Data yang didapat dari penelitian sebelum diuji hipotesis untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel X dan
variabel Y haruslah diuji prasyarat analisis data. Berikut uji prasyarat analisis
data dan uji hipotesis.
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas penelitian ini
69
menggunakan rumus chi kuadrat seperti yang diungkapkan Riduwan
(2013: 121) sebagai berikut:
Rumus utama pada metode Uji chi Kuadrat (χ2)
𝑿total 2 = ∑
(fo - fe)𝟐
fe
k
i=1
Keterangan:
X2hitung = nilai chi kuadrat hitung
fo = frekuensi hasil pengamatan
fe = frekuensi yang diharapkan
(Sumber: Riduwan 2013: 121)
Selanjutnya membandingkan χ2hitung dengan nilai χ2tabel untuk α =
0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k - 1, maka dikonsultasikan pada
tabel chi kuadrat dengan kaidah keputusan sebagai berikut:
Jika χ2 hitung < χ2 tabel, artinya distribusi data normal, dan
jika χ2 hitung > χ2 tabel, artinya distribusi data tidak normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel memiliki
hubungan yang linear atau tidak. Rumus utama pada uji linearitas yaitu
dengan Uji-F, seperti yang diungkapkan Riduwan (2013: 125) berikut:
Fhitung = RJKTC
RJKE
Keterangan :
F hitung = Nilai uji F hitung
RJKTC = Rata- rata jumlah kuadrat
RJKE = Rata-rata jumlah kuadrat eror
70
Tahap selanjutnya menentukan Ftabel dengan langkah dk pembilang (k –
2) dan dk penyebut (n – k). Hasil nilai Fhitung dibandingkan dengan
Ftabel dan selanjutnya ditentukan sesuai dengan kaidah keputusan.
Kaidah keputusan :
Jika Fhitung < Ftabel, artinya data berpola linier, dan
jika Fhitung > Ftabel, artinya data berpola tidak linier.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis berfungsi untuk mencari makna hubungan antara variabel X
terhadap Y. Kegunaan pearson product moment atau analisis korelasi adalah
untuk mencari hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y), maka
peneliti menggunakan Uji Pearson product moment yang diungkapkan
Pearson (dalam Riduwan, 2013 : 138) sebagai berikut:
rxy= N𝚺𝐗𝐘−(𝚺𝐗)(𝚺𝐘)
√{N𝚺𝐗𝟐−(𝚺𝐗)𝟐 } . {𝐍𝚺𝐘𝟐− (𝚺𝐘)𝟐}
Keterangan:
rxy = Koefisien (r) antara variabel X dan Y
N = Jumlah sampel
X = Skor variabel X
Y = Skor variabel Y
Sedangkan, pengujian hipotesis ketiga yaitu hubungan kecerdasan
emosional (X1) dan disiplin belajar (X2) secara bersama-sama dengan hasil
belajar (Y) digunakan rumus kolerasi ganda (multiple correlation) yang
diungkapkan Sugiyono (2014: 266) sebagai berikut:
71
𝑹𝒚𝒙𝟏𝒙𝟐 = √𝒓𝒚𝒙𝟏
𝟐 + 𝒓𝒚𝒙𝟐𝟐 − 𝟐𝒓𝒚𝒙𝟏 𝒓𝒚𝒙𝟐 𝒓𝒙𝟏𝒙𝟐
𝟏− 𝒓𝒙𝟏𝒙𝟐𝟐
Keterangan:
RyX1X2 = Kolerasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama
. ................ dengan variabel Y
Ryx1 = Kolerasi product moment antara X1 dan Y
Ryx2 = Kolerasi product moment antara X2 dan Y
Rx1x2 = Kolerasi product moment antara X1 dan X2
Korelasi dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga (-1 < r < +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna;
r = 0 artinya tidak ada korelasi; r = 1 berarti korelasi sangat kuat.
Korelasi dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga (-1 < r < +1), apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna,
r = 0 artinya tidak ada korelasi, r = 1 berarti korelasi sangat kuat. Arti harga
r akan dikonsultasikan dengan tabel 6 kriteria interpretasi koefisien korelasi
nilai r berikut.
Tabel 6. Kriteria interpretasi koefesien korelasi nilai (r)
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,80 - 1,000 Sangat kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup kuat
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat rendah
Sumber: Riduwan (2013: 138)
Rumus selanjutnya adalah mencari besar kecilnya kontribusi variabel X
terhadap Y dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut.
72
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = nilai koefisien determinan
r = nilai koefisien korelasi
(Sumber: Muncarno 2014: 51)
Jika terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y maka untuk
mencari kebermaknaan atau kesignifikanan hubungan variabel X1 dan X2
terhadap variabel Y akan diuji dengan Uji Sig
Fh = 𝑹𝟐 / 𝒌
(𝟏− 𝑹𝟐)/ (𝐧−𝒌−𝟏)
Keterangan:
R : koefisien korelasi ganda
k : jumlah variabel independent
n : jumlah anggota sampel
Selanjutnya dikonsultasikan ke F tabel dengan dk pembilang = k dan dk
penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan yang ditetapkan 0,05 dengan
kaidah:
Jika Fhitung > Ftabel, Artinya ada hubungan yang positif dan signifikan atau
hipotesis penelitian diterima, sedangkan
jika Fhitung < Ftabel, Artinya tidak ada hubungan yang positif dan signifikan
atau hipotesis penelitian ditolak.
105
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan kecerdasan
emosional dan disiplin belajar dengan hasil belajar tema 6 peserta didik kelas V
SD Negeri 2 Metro Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional
dengan hasil belajar tema 6 peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro
Selatan ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,422 berada pada
taraf “Cukup Kuat”.
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan disiplin belajar dengan hasil
belajar tema 6 peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan
ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,369 berada pada taraf
“Rendah”.
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional
dan disiplin belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar tema 6
peserta didik kelas V SD Negeri 2 Metro Selatan ditunjukkan dengan
koefisien kolerasi sebesar 0,567 berada pada taraf “cukup kuat”.
106
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran
kepada pihak-pihak terkait untuk membantu peserta didik dalam
meningkatkan prestasi belajarnya. Berikut rekomendasi peneliti:
1. Peserta Didik
Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi peserta didik untuk lebih
memahami bagaimana cara meningkatkan hasil belajar melalui
pemahaman tentang kecerdasan emosional dan disiplin belajar
2. Pendidik
Hasil penelitian diketahui bahwa pemerolehan hasil belajar peserta didik
rendah, sehubungan dengan itu maka pendidik diharapkan dapat
meningkatkan kecerdasan emosional dan disiplin belajar bagi peserta
didik, dengan demikian peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar
tematik.
3. Sekolah
Sekolah diharapkan dapat meningkatkan sarana dan prasarana serta mutu
pendidikan di SD Negeri 2 Metro Selatan. Karena dengan meningkatnya
mutu pendidikan, maka kecerdasan dan kedisiplinan yang dimiliki peserta
didik akan meningkat dan hasil belajarnya akan semakin baik
4. Peneliti
Peneliti diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan baru, wawasan,
dan pengalaman yang bermanfaat dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan kedisiplinan belajar sebagai calon pendidik pada tingkat
sekolah dasar.
107
5. Peneliti Lain
Saran untuk peneliti lain sebaiknya menggunakan responden yang lebih
besar lagi sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan untuk wilayah
yang lebih luas, serta mempertimbangkan faktor-faktor lain selain
kecerdasan emosional dan disiplin belajar yang dapat mempengaruhi hasil
belajar.
108
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2013. Psikologi Belajar. PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Arends, Richard. 2013. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Buku Dua.
(Penerjemah: Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto).
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Ariesandi. 2008. Rahasia Mendidik Anak agar Sukses dan Bahagia, Tips dan
Terpuji Melejitkan Potensi Optimal Anak. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta, Jakarta.
Asmani, Jamal Makmur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
di Sekolah. Diva Press, Yogyakarta.
Casmini. 2007. Emotional Parenting. Pilar Media, Yogyakarta.
Daryanto. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter. Grasindo, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Dirman & Cicih Juarsih. 2014. Teori Belajar dan Prinsip-prinsip
Pembelajaran yang Mendidik. Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Djaali, 2009. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Goleman, Daniel. (2015). Kecerdasan Emosional. Penerjemah: T. Hermaya. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakata.
109
Gottman, John & DeClaire, Joan. 2008. Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak. Penerjemah: T. Hermaya. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta.
Hurlock, E. B. 2013. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Terjemahan Instiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi
Kelima. Erlangga, Jakarta.
Imron, Ali. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Bumi Aksara,
Jakarta.
Jihad Asep & Abdul haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Multi Presindo,
Yogyakarta.
Karwono dan Mularsih, Heni. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Rajawai Pers,
Jakarta.
Kasmadi & Sunariah, Nia Siti. 2014. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.
Alfabeta, Bandung.
KBBI. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT. Balai Pustaka, Jakarta.
Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Jakarta.
Kosasih, Nandang & Dede Sumarna. 2014. Pembelajaran Quantum dan
Optimalisasi Kecerdasan. Alfabeta, Bandung.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Moenir. 2010. Masalah-Masalah dalam Belajar. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Muhyidin, Muhammad. 2007. Manajemen ESQ Power. DIVA Press, Jogjakarta.
Mulyasa. 2007. Manajemen Pendidikan Karakter. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Muncarno 2014. Cara Mudah Belajar Statistik Pendidikan. Hamim Group,
Lampung.
Nawawi, Hadari. 2013. Penelitian Terapan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Rahma, Firda Widya. 2017. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat.
(Skripsi). Universitas Lampung. Lampung.
110
Riduwan, 2013. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta, Bandung.
Rusman, 2013. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Santrock. John W. 2013. Psikologi Pendidikan. Penerjemah: Shinto B. Adelar.
Sherly Saragih. Salemba, Jakarta.
Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Savitri, Dewi Ratih. 2015. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil
Belajar Mata Pelajaran PKn pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 23
Kecamatan Pontianak Barat. (Jurnal Skripsi). Universitas Tanjungpura.
Pontianak.
Septiyani, Mellin. 2017. Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar
IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Metro Utara Pada Materi Peristiwa Sekitar
Proklamasi Kemerdekaan. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung.
Sisdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sinar Grafika, Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta,
Jakarta.
Sukardi. 2016. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya.
PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
PT.Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Suryabrata, Sumadi, 2011. Psikologi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rhineka Cipta, Jakarta.
Suyono dan Hariyanto, 2014.Belajar dan Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya
Offse, Bandung.
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Kencana, Jakarta.
Trianto, 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara, Jakarta.
111
Tu’u, Tulus. 2008. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. PT.
Gramedia Widiasarana, Jakarta.
Saud, Udin Syaefudin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI Press, Bandung
Uno, B Hamzah. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. PT Bumi
Aksara, Jakarta.
Wibowo, 2012. Perilaku dalam Organisasi. Cetakan Kesatu. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Zuriah. 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan.
Bumi Aksara, Jakarta.
112
LAMPIRAN