Upload
jalaluddin
View
515
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Skripsi Keperawatan,Jurnal,E-book, tutorial,software,hadware,computer,laptop,ktsp,rpp,seo,adsense,video bokep,cerita bokep
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang
normal, tetapi perlu perawatan diri yang khusus agar
ibu dan janin dalam keadaan sehat, oleh karena itu
kehamilan yang normal pun mempunyai risiko
kehamilan, namun tidak secara langsung meningkatkan
risiko kematian ibu (Depkes RI, 2005).
Pelayanan kesehatan ibu hamil merupakan
kebutuhan vital bagi pembangunan sosial dan
pengembangan SDM. Pelayanan kesehatan tersebut
dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan dasar yang akan terjangkau seluruh
masyarakat. Di dalamnya termasuk pelayanan kesehatan
ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat
melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat
(Manuaba, 2002).
Angka Kematian ibu melahirkan di Indonesia masih
tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian Woman
Research Institute, tahun 2007 angka kematian ibu
melahirkan saat ini sampai tahun 2010 mencapai 307
per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab
1
1
kematian ibu hamil ketika melahirkan di antaranya
adalah masih minimnya sarana dan prasarana bersalin
termasuk tenaga medis yang memadai. Bila angka
kematian ibu melahirkan tidak menurun, Indonesia
akan gagal mencapai salah satu Tujuan Pembangunan
Milenium. Selain minimnya ketersediaan fasilitas dan
tenaga medis yang memadai, pertolongan persalinan
yang diberikan oleh petugas kesehatan terlatih
terutama bidan yang belum merata, dan ini juga
mempengaruhi meningkatnya angka kematian ibu
melahirkan.
Morbiditas dan mortalitas pada wanita hamil
dan bersalin adalah masalah besar di negara miskin.
Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita
usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan.
Kematian ibu saat melahirkan biasanya menjadi
faktor utama mortalitas wanita pada masa puncak
produktivitasnya. Tahun 2001, WHO memperkirakan
lebih dari 585.000 ibu muda per tahunnya meninggal
saat hamil dan bersalin. Di Asia Selatan, wanita
berkemungkinan 1:18 meninggal akibat
kehamilan /persalinan selama kehidupannya. Lebih
dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya
2
dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya
relatif murah (Depkes RI, 2005).
Dari data WHO (2006), terdapat 180-200 juta
kehamilan setiap tahunnya dan 585 ribu kematian
wanita hamil berkaitan dengan komplikasi 24.8%
terjadi pendarahan, 6.9% distosia saat persalinan,
112.9% aborsi yang tidak aman, 27% berkaitan dengan
sebab lainnya, salah satunya adalah nyeri berat pada
saat memasuki kala satu fase aktif persalinan.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2008 mengungkapkan bahwa partus lama merupakan
penyebab kesakitan maternal dan perinatal utama
disusul oleh pendarahan, panas tinggi, dan
eklamspia. Pola morbiditas maternal menggambarkan
pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga
terampil, karena sebagian besar komplikasi terjadi
pada saat persalinan. 24.6% persalinan dengan
komplikasi harus ditolong dengan seksio caesarea,
sebagian besar dari kasus ini disebabkan oleh partus
lama dan pendarahan.
Menurut Harjono, 2003 partus lama merupakan
fase terahir dari suatu partus yang tinggi dan harus
diupayakan mencegah terjadinya partus lama tersebut
(Mochtar, 2002).
3
Faktor terjadinya partus lama dibagi menjadi
dua yaitu faktor penyebab dan faktor resiko, faktor
penyebab antara lain: his (kontraksi uterus), mal
presentasi dan mal posisi, janin besar, panggul
sempit, kelainan serviks dan vagina, disproporsi
fetovelvik, ketuban pecah dini.
Kontraksi yang lemah akan menyebabkan
terjadinya partus lama, dimana partus lama akan
menyebabkan terjadinya asfiksia dan perdarahan.
Asfiksia dapat menyebabkan kematian bayi baru
lahir oleh karena itu his yang berhubungan dengan
asfiksia harus dikontrol menjelang kelahiran bayi.
Terdapat berbagai metode kontraksi uterus
dapat ditingkatkan dengan melancarkan energy vital
pada tubuh ibu hamil. Salah satu cara melancarkan
energy vital adalah dengan menstimulasi energy di
meridian dengan tehnik akupressur, yaitu menekan
titik akupuntur menggunakan telapak tangan atau ibu
jari. ( Taruna, 2004 ).
Efektivitas atau keamanan akupressur belum
pernah dievaluasi secara ilmiah, walaupun tidak
pernah ada dampak berbahayanya telah dilaporkan jika
digunakan secara benar, (Simkin, 2005, Dan Chapman,
2006).
4
Berdasarkan catatan rekamedik puskesmas Aikmel
Lombok Timur terdapat jumlah ibu bersalin dari 6
bulan terahir, yaitu dari bulan Maret 2010 sampai
bulan Agustus 2010 sebanyak 142 orang dengan
diagnosa medis 131 orang persalinan normal, 10 orang
abortus incomplit dan 1 orang letak lintang, dan
persalinan tiap bulan rata-rata sebanyak 40 orang
(rekamedik puskesmas Aikmel).
Studi pendahuluan pada bulan Maret sampai
Agustus 2010 di puskesmas Aikmel Lombok Timur, dari
131 ibu yang partus normal di puskesmas Aikmel
Lombok Timur, terdapat ibu bersalin yang mengalami
kontraksi yang lemah dan partus lama sebanyak 7
orang (4,9%), dan disebabkan oleh his tidak kuat 4
0rang (2,8%), mall posisi janin besar 2 orang
(1,4%), jalan lahir panggul yang terlalu sempit 4
orang (2,8%), dan ketuban pecah dini 6 orang (4,2%).
Pemberian tehnik akupressur belum pernah
dilakukan di Puskesmas Aikmel Lombok Timur, teknik
akupressur ini tekniknya sangat mudah dan sederhana
jika digunakan untuk persalinan.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pemberian Teknik Akupressur Terhadap
5
Frekuensi Kontraksi Uterus Untuk Kemajuan Persalinan
Pada Persalinan Kala II Di Puskesmas Aikmel Lombok
Timur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah “Apakah ada pengaruh pemberian teknik
akupressur terhadap frekuensi kontraksi uterus
untuk kemajuan persalinan pada persalinan kala II
Di Puskesmas Aikmel Lombok Timur ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pemberian teknik akupressur terhadap frekuensi
kontraksi uterus untuk kemajuan persalinan
pada persalinan kala II Di Puskesmas Aikmel
Lombok Timur .
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikas frekuensi kontraksi uterus
untuk kemajuan persalinan pada persalinan kala
II yang diberikan teknik akupressur.
b. mengidentifikasi frekuensi kontraksi uterus
untuk kemajua persalianan pada persalinan kala
II yang tidak diberikan teknik akupressur.
6
c. Menganalisis pengaruh pemberian teknik
akupressur terhadap frekuensi kontraksi uterus
untuk kemajuan persalinan pada Persalin kala
II di Puskesmas Aikmel Lombok Timur.
D. Manfaat penelitian
1. Peneliti
a. Bagi peneliti
Memberikan pengalaman dalam melakukan kegiatan
penelitian dan menambah wawasan khususnya
tentang pengaruh pemberian teknik akupressur
terhadap frekuensi kontraksi uterus.
b. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
data dasar untuk melaksanakan dan pengembangan
penelitian selanjutnya.
2. Institusi kesehatan
a. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
panduan atau sebagai tambahan referensi di
bidang kesehatan terutama yang berkaitan
langsung dengan masalah pengaruh pemberian
teknik akupressur terhadap frekuensi kotraksi
uterus untuk kemajuan persalinan pada
persalinan kala II.
7
7
b. Rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam upaya peningkatkan
kemajuan persalinan pada persalinan kala II,
melalui peningkatan frekuensi kntraksi uterus.
c. Bagi masyarakat
Bagi ibu hamil dapat terhindar dari resiko
akibat lemahnya kontraksi uterus.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa sebelumnya pernah dilakukan
oleh Ivana Eko Rusdiatin (2007), dengan judul
”Pengaruh pemberian tehnik akupressur terhadap
tingkat nyeri persalinan kala I di Rumah Sakit
Rajawali Citra Potorono Banguntapan Bantul ”
desain penelitian yang digunakan adalah quasi
eksperimen dengan pendekatan non aquivalen control
group , tehnik sampling yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah acidental sampling.
Diketahui pemberian tehnik akupressur terhadap
tingkat nyeri persalinan kala I berpengaruh
terhadap penurunan tingkat nyeri pada persalinan
kala I.
Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk
melihat ”pengaruh pemberian teknik akupressur
8
terhadap frekuensi kontraksi uterus Pada
Persalinan Kala II di Puskesmas Aikmel Lombok
Timur ”teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah accidental sampling. Desain
penelitian menggunakan cross sectoinal serta
menggunakan uji kofisien korelasi phi dengan
signifikan 5 %.
9
10
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks. Kelahiran adalah proses
dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir. (Saifuddin, 2002).
Menurut Bobak dkk(2005) Persalinan adalah
proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir.
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup dalam kandungan atau melalui jalan lahir,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). (Manuaba, 1998).
Menurut Wiknjosastro (2007) persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau
jalan lahir ke dunia luar.
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
12
10
sudah cukup bulan dan hampir cukup bulan yang
dapat hidup di luar rahim melalui jalan lahir
atau tanpa melalui jalan lahir (seksio caesaria).
2. Etiologi
Menurut Mochtar (1998), beberapa teori
mengemukakan etiologi dari persalinan adalah :
a. Teori penurunanan hormon.
Pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan
dimulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Estrogen bekerja
sabagai penenang otot-otot polos rahim dan
akan menyebabkan kontradiksi pembuluh darah
sehingga timbul konstraksi rahim yang
disebabkan oleh prostaglandin.
b. Teori plasenta menjadi tua.
Dengan semakin tuanya plasenta, akan
menyebabkan turunnya kadar estrogen. Kadar
prostaglandin meningkat sehingga menyebabkan
kontradiksi pembuluh darah, hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga
mengganggu sirkulasi uteri plasenta.
13
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikal
(fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini
digeser dan ditekan misalnya oleh kepala
janin, akan timbul kontraksi rahim.
3. Fisiologi
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih
merupakan teori yang kompleks. Perubahan-
perubahan dalam biokimia dan biofisika telah
banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya
partus antara lain penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Menurut kadar hormon
ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar
prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi
myometrium. Keadaan uterus yang membesar dan
menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot
uterus yang mengganggu sirkulasi utero-plasenter
sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada
ganglion servikal dari fleksus frankenhauser di
belakang serviks menyebabkan uterus berkontraksi.
4. Perubahan Fisiologi Dalam Persalinan
Perubahan fisiologi (Manuaba, 1998)
a. Tekanan darah meningkat selama kontraksi.
Sistolik meningkat 10-20 mmHg, diastolik 5-10
14
mmHg. Antara kontraksi tekanan darah kembali
normal rasa sakit, takut dan cemas akan
meningkatkan tekanan darah.
b. Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob
meningkat secara berangsur karena kecemasan
dan aktivitas otot skeletal, ditandai dengan
meningkatnya suhu tubuh, denyut nadi,
pernafasan dan hilangnya serta meningkatnya
kardiak output.
c. Suhu tubuh meningkat akibat metabolisme,
peningkatan jangan sampai melebihi 0,5-1ºC.
d. Detak jantung meningkat secara dramatis selama
kontraksi.
e. Pernapasan meningkat karena peningkatan
metabolisme.
f. Poliuri terjadi akibat peningkatan kardiak
output, peningkatan filtrasi glomelurus dan
peningkatan aliran plasma ginjal proteinuria
yang sedikit meningkat dianggap normal.
g. Perubahan gastrointestinal yang terjadi yaitu
motilitas usus dan lambung serta absorbsi
makanan padat berkurang. Pengeluaran getah
lambung, gerak lambung lambat, mual dan muntah
15
biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir kala
I.
h. Hemoglobin meningkat 1,2 gram/100 mL selama
persalinan dan akan kembali pada tingkat
seperti sebelum persalinan setelah sehari
pasca persalinan.
5. Psikologis ibu
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin
akan meningkat jika tidak memahami apa yang
terjadi pada dirinya atau yang disampaikan
kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan
mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya.
Perilaku dan penampilan wanita serta pasangan
merupakan petunjuk berharga tentang jenis
dukungan yang diperlukan. Membantu wanita
berpatisipasi sejauh yang diinginkan dalam
melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil
akhir persalianannya, membantu wanita menghemat
tenaga, mengendalikan rasa nyeri merupakan upaya
dukungan dalam mengurangi kecemasan pasien.
Dukungan psilkologis dari orang-orang terdekat
akan membantu memperlancar proses persalinan.
16
6. Gejala Persalinan
Menurut Manuaba (1998), persalinan dibagi
dalam IV yaitu:
a. Kala I
Dimulai sejak awal kontraksi dengan
frekuensi, intesitas dan durasi yang cukup
sehingga menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks. Persalinan dimulai dengan kala I
sejak mulai persalinan sampai serviks
mencapai pembukaan lengkap, Frietman (1998),
dalam teorinya tentang persalinan,
menyatakan:“gambaran klinis kontraksi uterus,
yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya tidak
dapat diandalkan sebagai ukuran untuk menilai
kemajuan persalinan juga bukan petunjuk untuk
kenormalannya, kecuali dilatasi serviks dan
penurunan janin, tidak ada gambaran klinis
pasien bersalin yang dapat menjadi ukurun
kemajuan persalinan. Kala pertama persalinan
dapat dibedakan berdasarkan dua fase dilatasi
serviks; fase laten dan fase aktif. Fase
laten sejak awal persalinan dengan kontraksi
uterus teratur sehingga mencapai pembukaan
serviks IV cm. Fase aktif dibagi lebih lanjut
17
sebagai fase akselerasi, dan fase kelandaian
maksimun, dan fase deselerasi. Lamanya fase
laten lebih variable, dan mudah mengalami
perubahan-perubahan yang sensitif akibat
faktor-faktor luar dan sedasi (pemanjangan
fase laten) dan perangsangan miometrium
(pemendekan masa laten), lamanya fase laten
hanya mempunyai hubungan yang sedikit dengan
perjalanan persalinan berikutnya. Karatekstik
fase akselerasi biasanya dapat meramalkan
hasil akhir suatu persalinan tertentu. Sifat
fase deselerasi lebih mencerminkan hubungan
feto-pelvik. Lengkapnya dilatasi serviks pada
fase aktif persalinan diakhiri dengan
retraksi serviks di sekeliling prosentasi
janin. Setelah dilatasi serviks lengkap,
stadium kedua persalinan dimulai: hanya
penurunan prosentasi janin yang tinggal untuk
menilai kemajuan persalinan.
Pola penurunan prosentasi janin pada
sebagian besar multipara management kepala
janin sudah terjadi sebelum mulai persalinan.
Selebihnya terjadi pada fase II persalinan.
Pada pola penurunan persalinan normal,
18
terbentuk suatu kurva hiperbola yang tripikal
bila station turunya kepala dipetakan sebagai
fungsi dari lamanya persalinan. Penurunan
aktif biasanya terjadi setelah dilatasi aktif
berjalan selama beberapa waktu. Pada
primipara kecepatan penurunan yang bertambah
cepat biasanya ditemukan pada fase kelandaian
maksimum dilatasi serviks. Pada waktu ini,
kecepatan penurunan meningkat menjadi
maksimum, dan kecepatan maksimal penurunan
ini dipertahankan sampai bagian prosentasi
janin mencapai lantai perineum.
Menurut Manuaba (1998), perjalanan
persalinan dibagi secara fungsional atas
dasar perputaran, pelebaran yang diharapkan,
dan kurva-kurva penurunan janin.
1. Bagian persiapan, yang mencakup fase laten
dan fase Akselerasi : ± 2 jam (4 cm).
2. Bagian dilatasional, yang meliputi fase
kalandaian dilatasi maksimum : ± 2 jam (9
cm) dan
3. Bagian pelviks, yang mencakup mencakup
fase deselerasi : ± 2 jam (10 cm). Rata-
rata lamanya kala I 8-12 jam untuk
19
primipara dan 6-8 jam untuk multipara.
Pada fase aktif kala I dilatasi serviks
1,2 cm/jam pada primipara dan 1,5 cm/jam
pada multipara. Kemajuan dilatasi serviks
1 cm/jam pada fase aktif persalinan sering
dipakai sebagai batas untuk menentukan
persalinan normal atau abnormal. Namun
validitasnya hanya didasarkan pengalaman.
Karena beberapa persalinan normal didapat
kemajauan yang lebih lambat. Diagnosa
distosia dipertimbangkan bila kemajuan
pembukaan serviks kurang dari 1 cm/jam
pada primipara, sedangkan pada multipara
kurang dari 2 cm/jam. Didefinisikan
sebagai distosia bila dalam 2 jam
pemantauan tidak didapat perubahan pada
dilatasi serviks atau 1 jam pemantuan
tidak didapat penurunan janin.
b. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir atau dimulai saat pembukaan
serviks yang lengkap, dan ibu ingin mengejan
dan turunnya prosentasi kepala menandai kala
II persalinan dengan kontraksi uterus
20
berlansung selama 1 setengah menit dan fase
istirahat miomertium tidak lebih dari satu
menit. Pada kala II persalinan bantu ibu
untuk mengambil posisi yang paling nyaman
baginya, riset menunjukkan bahwa posisi duduk
atau jongkok memberikan banyak keuntungan
(Irham Suhemi, 2005). Pada kala II anjurkan
ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin
meneran atau saat kepala bayi sudah kelihatan
diintroitus vagina atau “crowning” dan pada
penelitian Irham Suhemi (2005), tidak
direkomendasikan untuk meneran sambil menahan
nafas karena terbukti berbahaya. Hindari juga
peregangan pada vagina secara menua dengan
gerakan menyapu atau menariknya kearah luar
(http//obgynundip. com).
Kala II memakan waktu kurang dari 30
menit dan berkaitan dengan mortalitas dan
morbiditas janin, tenaga kesehatan harus
berhati-hati bila lebih dari satu jam. Tetapi
dapat sangat berbeda-beda waktunya pada
primipara dapat 50 menit dan 20 menit pada
multipara. Menurut Fainstein, (2001),
menyatakan, 1 jam pada multipara dan 2 jam
21
pada primipara. Rata-rata lamanya kala II
persalinan menurut ACOG yaitu 30 menit pada
multipara dan satu jam pada primipara. Dari
beberapara hasil penelitian Irham Suhemi
(2005), menyatakan tidak bermasalah berapa
lamanya kala II persalinan sehingga lamanya
kala II ini tidak dapat menjadi pertimbangan
dalam melakukan intervensi selama kondisi ibu
dan janin baik, lamanya kala II ini dapat
berlanjut hingga lebih dari satu jam. Lamanya
kala II ini berkaitan dengan APGAR skor yang
lebih rendah pada menit pertama setelah
kelahiran, namun tidak berbeda pada menit
kelima dan sepuluh. Perbedaan APGAR
disignifikan pada kala II lebih dari 4 jam,
sedangkan asidosis pada bayi tidak
berhubungan dengan lamanya kala II.
Menurut Fainstein (2001), kala II ini
lamanya berkaitan dengan penurunan APGAR skor
pada menit pertama dan kelima tetapi tidak
signifikan dengan peningkatan mortalitas
perinatal. Kala II yang memanjang berkaitan
dengan kerusakan muskular dan neuromuskular
dasar panggul, inkotenesia alvi, inkotensia
22
urin, dan meningaktnya resiko pendarahan
postpartum. Berdasarkan univariat analisis
resiko tersebut timbul pada kala II lebih
dari dua jam, dengan pendarahan rata-rata 500
cc dan penurunan hemoglobin 1,8 g/dl serta
meningkatnya resiko terjadinya atonia uteri.
Menurut Wiknjostro (2007), disebut kala
pengeluaran janin, pada kala ini his menjadi
lebih kuat dan cepat, kira-kira 2-3 menit
sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala
janin telah masuk di ruang panggul, yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Wanita merasa pula tekanan rektum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai
menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin dalam vulva waktu his,
bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi
kepala janin tidak masuk lagi di luar his,
dengan his ini dan kekuatan maksimal kepala
janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah
simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati
perineum. Setelah istirahat sebentar his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan
23
anggota bayi. Pada primigravida kala II
berlangsung rata-rata 1,5 jam.
c. Kala III
Dimulai segera bayi lahir sampai
lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit. Pada kala III
persalinan, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkuranganya ukuran tempat perlekatan
plasenta. Tempat plasenta menjadi kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berkurang
maka plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
atau ke dalam vagina.
Dilakukan management aktif kala III
untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga mengurangi kehilangan
darah. Namun sebelumnya harus dilakukan
pemeriksaan fundus uteri untuk memastikan
tidak ada kehamilan ganda. Tunggu uterus
24
berkontraksi, lakukan peregangan tali pusat
terus-menerus sementara tangan kiri menekan
uterus dengan hati-hati kearah punggung ibu
dan kearah atas (Dorsakranial). Ulangi
langkah ini setiap kali ada his. Berhati-
hati, jangan menarik tali pusat berlebihan
atau mendorong fundus karena akan menyebabkan
infersio uteri. Management aktif kala III
yaitu:
1) Pemberian terotonik profilaksi.
2) Melakukan peregangan tali pusat
terkendali.
3) Massase fundus uteri.
Bila plasenta belum lepas setelah
melakukan penatalaksanaan aktif persalinan
kala III dalam waktu 15 menit, ulangi
pemberian oksitosin 10 unit IM, periksa
kandung kemih, lakukan kateterisasi bila
kantong kemih penuh, kala III dilakukan
terus hingga 15 menit berikutnya. Setelah
lahirnya plasenta harus diperiksa
kelengkapannya dan massase uterus
dilakukan untuk merangsang kontraksi
uterus serta periksa perineum dari
25
pendarahan aktif. Pada prinsipnya
pencegahan pendarahan post partum yaitu
dengan meningkatkan kontraksi uterus dan
mempercepat persalinan kala III ini.
d. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama post partum dan
observasi pada satu jam pertama setelah
persalinan tiap 15 menit dan 30 menit pada
jam kedua. Perhatikan tekanan darah, nadi
kontraksi uterus serta pendarahan. Harus
diperhatikan bila ada nyeri perineum yang
berat berkaitan dengan terbentuknya
hematoma. Serta distensi kandung kemih
dapat mengakibatkan terganggunya kontraksi
uterus.
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007),
kala IV ini dimulai dari lahirnya plasenta
dan lamanya 1 jam, dalam kala ini diamati
apakah terjadi pendarahan postpartum.
7. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan
Pada setiap persalinan harus diperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi. Tiga faktor
utama yang menentukan prognosis persalinan
26
adalah tenaga (power), jalan lahir (passage),
janin (passager), dan ada dua faktor lain yang
juga sangat berpengaruh terhadap kerberhasilan
asuhan persalinan yaitu penolong dan psikologis
ibu (Sumarah. ddk, 2009).
1. Tenaga (power)
Tenaga yaitu kekuatan – kekuatan yang ada
pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan
mengedan.
His adalah kontraksi otot-otot rahim
pada persalinan.
Sifat kotraksi rahim untuk persalinan adalah
a. Kontraksi bersalin simetris
b. Kontraksi paling kuat pada fundus uteri
c. Sesudah itu terjadi relaksasi
Kontraksi Uterus
Selama persalinan, uterus berubah bentuk
menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen atas
yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih
tebal ketika persalinan berlangsung. Bagian
bawah relatif pasif dibanding dengan segmen
atas, dan bagian ini berkembang menjadi jalan
lahir yang berdinding jauh lebih tipis. Segmen
bawah uterus analog dengan ismus uterus yang
27
melebar dan menipis pada perempuan yang tidak
hamin. Segmen bawah secara bertahap terbentuk
ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian
menipis sekali pada saat persalinan. Dengan
palpasi abdomen kedua segmen dapat dibedakan
ketika terjadi kontraksi, sekali pun selaput
ketuban belum pecah.
Segmen atas uterus cukup kencang atau keras,
sedangkan konsistensi segmen bawah uterus jauh
kurang kencang. Segmen atas uterus merupakan
bagian uterus yang berkontraksi secara aktif,
segmen bawah adalah bagian yang diregangkan,
normalnya jauh lebih pasif.
Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan
uterus berbentuk ovoid disertai pengurangan
diameter horisontal. Dengan perubahan bentuk
ini, ada efek-efek penting pada proses
persalinan. Pertama, pengurangan diameter
horisontal menimbulkan pelurusan kolumna
vertebralis janin, dengan menekankan kutub
atasnya rapat-rapat terhadap fundus uteri,
sementara kutub bawah didorong lebih jauh ke
bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan janin
berbentuk ovoid yang ditimbulkannya
28
diperkirakan telah mencapai antara 5 sampai 10
cm; tekanan yang diberikan dengan cara ini
dikenal senagai tekanan sumbu janin.
Kontraksi uterus harus dievaluasi harus
di monitor intensitas, frekuensi, dan dan
durasinya. Kotraksi yang adekuat bila
kontraksi tersebut secara teratur menghasilkan
penipisan dan pembukaan servik bersamaan
dengan penurunan kepala. Satuan pengukuran
kontraksi uterus yaitu Montevideo unit, rata-
rata kekuatan (amplitudo) kontraksi dalam
millimeter merkuri dikalikan dengan frekuensi
kontraksi dalam 10 menit. 200-250 montevideo
unit ditemukan sebagai persalinan yang
adekuat.
8. Intervensi-intervensi yang dapat meningkatkan
karateristik uterus.
1. Dukungan
Kehadiran continue dan dukungan verbal
dari bidan merupakan buffer yang tidak
terlihat terhadap stress. Dapat membantu
ibu melakukan koping pada persalinan dan
terbukti mengurangi lamanya
29
persalinan(hodnett, 2002) dalam (Chapman,
2006).
2. Mobilitas dan perubahan posisi
Mobilisasi meningkatkan kontraktilitas
uterus, maupun pendekatan persalinan.
Postur tegak menyebabkan perbaikan
kesegarisan tulang pelvis,sehingga
mengoptimalkan kesempatan “Pas” antara
bayi dan pelvis (Sutton, 2002; Gupta dan
Nikodem, 2002) dalam (Chapman, 20006).
3. Sentuhan kenyamanan
Simkin Dan Ancaheta (2005) dalam
(Chapman, 20006) mengatakan bahwa
memijat, menggosok, memegang tangan, dll.
Dapat meningkatkan produksi oksitosin
endogen sehingga menstimulasi kontraksi
uterus.
4. Stimulasi putting susu/rangsangan putting
Susu Ibu atau pasangan dapat menggosok
satu atau kedua putting yang akan
meningkatkan kontraksi uterus dengan
stimulasi oksitosin alamiah
(Simkjn,Ancheta, 2005) Dalam (Chapman,
2006).
30
5. Hidroterapy
Air memiliki efek dramatis pada
persalinan, kadang memperbaiki kontraksi
(biasanya pada fase aktif) kadang
menyebabkan kontraksi menghilang (kadang
digunakan pada fase laten) (Odent,
1998)dalam(Chapman, 2006).
5. Kompres hangat pada pundus
Simkin Dan Acheta (2005) dalam(Chapman,
2006) melaporkan pada salah satu study
yang menemukan panas yang di berikan
dalam botol air hangat yang diletakkan
dipundus ternyata meningkatkan aktifitas
uterus.
6. Pemecahan ketuban artificial
Pemecahan ketuban artificial
mengakibatkan persalinan lebih pendek
terutama pada ibu multivara, secara
dramiatis sampai 60-120 menit (Rosser dan
Anderson, 2002) dalam (Chapman, 2006).
8. Oksitosin
Meskipun sering di pakai secara luas
untuk persalinan lama, bukti efek
stimulasi oksitosin pada lamanya
31
persalinan belum jelas (Keirse Et Al,
2000) dalam (Chapman, 2006).
9. Akkupresur
Dapat digunakan untuk merangsang
kontraksi yang lebih sering. Efektifitas
atau keamanan akkupresur belum pernah di
evaluasi secara ilmiah, walaupun tidak
pernah ada dampak beerbahaya telah di
laporkan jika di gunakan secara benar.
(Simkkin Dan Ancheta, 2005)dalam
Chappman, 2006).
Selama persalinan dipandang dapat
memperbiki kontraksi tanpa meningkatkan
rasa nyeri. (Simkin Dan Ancheta, 2005)
Dalam ( Chappman, 2006 ).
1. tekan kuat—kuat dengan menggunakan jari
pada titik-titik tersebut selama 10-60
detik. Kemudian istirahat dalam waktu
yang sama.
2.Ulangi siklus ini sampai sekitar selama
enam siklus. Kontraksi dapat semakin
cepat.
32
2. jalan lahir (passege)
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagian
tulang dan jalan lahir bagian lunak . Jalan
lahir baagian tulang terdiri atas tulang-
tulang panggul dan sendi-sendinya,
sedangkan bagian yang lunak terdiri atas
otot-otot, jaringan ligament - ligamen.
Dalam proses persalinan pervaginam,janin
harus melewati jalan lahir.
Jika jalan lahir khususnya bagian tulang
mempunyai bentuk dalam ukuran rata-rata
normalseperti ukuran rata-rata normal, maka
dengan kekuatan yang normal pula persalinan
perpaginam akan berlangsung tanpa
kesulitan.
3. janin (pasangger)
Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan
oleh karena besar dan posisinya dan seluruh
bagian–bagian badan janin , kepala merupakan
bagian terpenting dalam proses persalinan .
4. provider (penolong persalinan)
Peran dari penolong persalinan adalah
mengantisifasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada dirinya atau atau yang
33
disampaikan kepadanya. Wanita bersalin
biasanya akan mengutarakan kehawatirannya
jika ditanya. Perilaku dan penampilan wanita
serta pasangannya merupakan petunjuk
berharga tentang jenis dukungan yang akan
diperlukannya. Membantu wanita
berpartisifasi sejauh yang diinginkan dalam
melahirkan, memenuhi harapan wanita akan
hasil ahir persalinannya, membantu wanita
menghemat tenaga, mengendalikan rasa nyeri
merupakan suatu upaya dukungan dalam
mengurangi kecemasan pasien.Dukungan
psikologis dari orang-orang terdekat akan
membantu memperlancar proses persalinan yang
sedang berlangsung.
B. KONSEP AKUPRESSUR
a.Pengertian akupressur
Akupressur adalah proses untuk
mengembalikan aliran energy normal di meridian.
Apapun yang menghambat atau merintangi aliran
energy dalam badan di meridian ini
mengakibatkan terganggunya kesehatan (Doreen
E . Bayli, 2002).
34
Akupressur adalah pijatan yang dilakukan
pada titik akupuntur, tekniknya hampir sama
dengan teknik pengobatan akupuntur hanya saja
kalau akupuntur menggunakan jarum sedangkan
akupressur menggunakan pijatan. Akupresur
disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat
akupunktur. Teknik ini menggunakan tenik
penekanan, pemijatan, dan pengurutan sepanjang
meridian tubuh atau garis aliran energi. Teknik
akupresur ini dapat menurunkan nyeri dan
mengefektifkan waktu persalinan.
(htt://pagonanyadona. blog. friendster. Com.
2008).
Akupressur merupakan salah satu sistim
penyembuhan yang paling tua, dan sistim ini
sudah dikenal di india dan asia timur selama
beberapa abad.(Doreen E. Bayli, 2002).
Prinsip dari akupressur ini dikenal
sebagai adanya aliran energi vital di tubuh
(dikenal dengan nama chi atasy Qi ( cina ) dan
ki (jepang ).
Kristal kecil yang berbentuk di ujung
saraf dapat juga mengganggu aliran inpuls
energy yang tepat. Interupsi dalam aliran
35
energy ini menyebabkan rasa sakit di titik
reflex tertentu di meridian yang bersangkutan.
Ketika tekanan yang diberikan di titik reflex
ini, titik itu terangsang dan perintang aliran
energi dilepaskan. kesembuhan akan dialami
setelah dilakukan normalisasi aliran energi.
Setiap organ dan bagian dari badan
mempunyai titik reflex di tangan dan di kaki.
Penyimpangan dari fungsi normal atau perubahan
dalam struktur dari berbagai organ dalam badan
menimbulkan rasa sakit di titik reflex yang
bersangkutan di tangan dan di kaki.
Menggunakan akupressur di titik-titik
tertentu di kaki dan ditungkai untuk
menyembuhkan penyakit dan sebagainya
refleksiologi kaki. Terapi menggunakan tekanan
ditangan disebut refleksiologi tangan.
Beberapa penyembuhan menggunakan titik-
titik reflex di telinga, wajah, kepala, dan
kulit kepala yang ditumbuhi rambut untuk
mengobati. Sebagian besar titik-titik reflex
yang di gunakan dalam Shiatsu dari Jepang
terletak di punggung, perut, dan anggota badan.
36
Akupressur dapat digunakan untuk
merangsang kontraksi yang lebih sering.
Efektivitas atau keamanaan akupressur belum
pernah dievaluasi secara ilmiah, walaupun tidak
pernah ada dampak berbahaya telah dilaporkan
jika digunakan secara benar. (Simkin Dan
Ancheta, 2005) Dalam Chappman, 2006 ).
Selama persalinan dipandang dapat
memperbiki kontraksi tanpa meningkatkan rasa
nyeri. (Simkin Dan Ancheta, 2005) Dalam
( Chappman, 2006 ).
3. tekan kuat—kuat dengan menggunakan jari
pada titik-titik tersebut selama 10-60
detik. Kemudian istirahat dalam waktu yang
sama.
4. Ulangi siklus ini sampai sekitar selama
enam siklus. Kontraksi dapat semakin
cepat.
Akupressur berlandaskan teori akupuntur,
yang menyatakan bahwa masalah kesehatan yang
spesifik, termasuk kemajuan persalinan yang
kurang memuaskan atau nyeri hebat saat
persalinan, muncul ketika terjadi blokade arus
energi sepanjang meridian tertentu dalam
37
tubuh. Dengan melepaskan blockade tersebut,
keserasian dan fungsi halus dapat
dikembalikan. Akupressur belum pernah
dibuktikan dengan evaluasi ilmiah, sehingga
efektivitasnya belum bisa dipastikan . Namun
tehniknya sederhana dan ketika digunakan.
Karenanya dapat digunakan jika kontraksi
sangat terasa nyeri dan dan kemajuan
persalinan tidak adekuat.
b.Teknik Akupresur pada Persalinan
Akupresur merupakan ilmu penyembuhan
yang berasal dari Tionghoa sejak lebih dari
500 tahun yang lalu. Akupresur sebagai seni
dan ilmu penyembuhan berlandaskan pada teori
keseimbangan yang bersumber dari ajaran
Taoisme. Taoisme mengajarkan bahwa semua isi
alam raya dan sifat-sifatnya dapat
dikelompokkan kedalam 2 kelompok, yang disebut
kelompok yin dan kelompok yang. Semua benda
yang yang sifatnya mendekati api dikelompokkan
kedalam kelompok yang dan semua benda yang
sifatnya mendekati air dikelompokkan kedalam
kelompok yin. Api dan air digunakan sebagai
38
patokan dalam keadaan wajar, dan dari sifat
api dan air dirumuskan sifat-sifat penyakit
dan cara penyembuhannya.
Seseorang dikatakan sehat bila hubungan dan
perimbangan yang dan yin relatif seimbang.
Tidak ada keseimbangan mutlak dan statis,
hubungan antara yang dan yin selalu dinamis.
Sakit adalah suatu gejala adanya
ketidakseimbangan antara unsur-unsur yang-yin,
baik antara manusia (yin) dengan alam semesta
(yang), maupun antara manusia satu dengan
lainnya, atau antara unsur-unsur kehidupan di
dalam tubuh sendiri. Istilah dalam kedokteran
tradisional cina, akupresur digunakan agar
tubuh bekerja lebih efisien. Dari model medis,
teknik akupressur dapat menyebabkan pelepasan
endorphine, membelok reseptor nyeri ke otak,
menyebabkan dilatasi serviks dan meningkatkan
efektifitas kontraksi uterus.
Dalam kedokteran tradisional cina, meridian
merupakan saluran yang membawa chi (energi)
pada tubuh. Meridian merupakan bagian dari
sistem syaraf, pembuluh darah, dan saluran
limpa. Meridian terdiri dari 600 titik. Titik
39
meridian tersebut menyeimbangkan energi tubuh
yang menyebabkan tubuh berfungsi.
Berapa sering tindakan akupresur
dilakukan, tergantung pada kebutuhan individu.
Metode akupresur merupakan tindakan yang mudah
dilakukan,memberi kekuatan pada wanita saat
melahirkan dan mendorong keterlibatan pasangan
lebih dekat dalam proses persalinan dan
pendidikan antenatal.
C. Lokasi Titik Akupresur yang berguna saat
persalinan (Sukanta Putu Oka, 2003 )antara
lain:
Gambar 2.1 : titik cieng cing
Titik ini dapat diketahui dengan
cara menarik garis khayal antara C7 menuju
prosessus acromion, titik cien cing terletak
pada pertengahan garis tersebut. Akupresuris
40
dapat menemukan titik ini pada tubuh sendiri
dengan mengangkat tangan diagonal melewati
dada dan palpasi sendiri dengan menggunakan
jari telunjuk sepanjang garis khayal
tersebut.
Titik ini berguna pada fase pertama dan
kedua persalinan untuk menstimulasi kontraksi
uterus. Titik ini merupakan titik terbaik
digunakan saat menyusui, membuat rileks otot
pundak dan meningkatkan suplay ASI.
Teknik akupresur :
Lakukan penekanan kebawah pada titik
cien cing tersebut menggunakan ibu jari, atau
siku. Ketika menggunakan ibu jari, berikan
tekanan yang berasal dari lengan bukan
tekanan yang berasal dari sendi ibu jari.
Pada titik ini sebaiknya dilakukan pada kedua
bahunya, namun dapat juga dilakukan sendiri
pada satu bahu.
Tekanan dapat dilakukan pada setiap
permulaan kontraksi atau lakukan penekanan
41
lembut secara terus-menerus untuk
mengintensifkan kontraksi.
Gambar 2.2 : titik BI 32 (pang kuang su )
Lokasi titik ini kira-kira sepanjang
jari telunjuk wanita diatas lipat pantat
selebar ibu jari disisi tulang belakang.
Saat persalinan mulai, awali teknik
akupresur dengan melakukan penekanan pada
titik ini dengan menggerakkan jari menuruni
tulang belakang (kira-kira selebar ibu jari)
sejalan dengan kemajuan persalinan.
Teknik akupresur :
a) Tempatkan jari pada titik akupresur dan
lakukan tekanan yang lembut. Tekanan
dapat ditingkatkan dengan melakukan
42
penekanan kearah belakang pada awal
kontraksi.
b) Titik ini lebih banyak digunakan karena
meningbulkan efek ’anestesi’ pada
kontraksi yang kuat, terlihat jelas efek
ini saat penekanan dihentikan.
c) Penekanan pada titik ini akan
menimbulkan rasa hangat, geli, dan agak
sakit. Jika terasa sangat sakit, lakukan
penekanan pada sekitar tulang.
d) Titik ini sering digunakan pada wanita
dengan posisi menunduk atau berlutut
pada lantai, meja, tempat tidur dll.
Teknik ini dapat juga efektif digunakan
dalam air, namun kurang fleksibel pada
sebagian orang.
e) Penekanan kuat pada titik BL32 dapat
dilakukan pada wanita bersalin yang
selalu ingin mengedan sedangkan serviks
belum cukup berdilatasi
43
Gambar 2.3: titik pantat
Titik ini berada pada garis horisontal
dari puncak lipatan pantat. Jika melakukan
tekanan pada sepanjang garis ini akan terasa
lembut kira-kira dua pertiga antara lipat
pantat dann tulang pinggul.
Teknik akupresur
Tempatkan tangan pada pinggul pasien
dan lakukan dorongan kedalam titik ini dengan
menggunakan ibu jari dan bantu ibu untuk
bergerak saat kontraksi.
Dua samapai 3 hari sebelum tanggal
persalinan, BL 32 dan titik pantat dapat
digunakan bersamaan dengan masage pada
sakral, lakukan penekanan kebawah dan
mengelilingi pantat. Tujuannya adalah
memberikan energi pada serviks agar
persalinan berjalan secara optimal.
44
Gambar 2.4 : titik pada tangan
Titik ini terletak sepanjang lipatan
tangan ketika jari-jari menyatu pada telapak
tangan. Titik ini membantu pelepasan
endorphin ke dalam tubuh.
Teknik akupresur :
Pegang sisir kecil dengan kencang.
Pasien dapat menggenggam sisir saat
kontraksi dan anjurkan pada pasien untuk
melakukan tindakan ini bila terasa
bermanfaat. Titik ini sangat membantu untuk
menurunkan nyeri saat kontraksi.
45
Gambar 2.5 :titik KI
Titik ini terletak pada 1/3 bagian atas
telapak kaki, ketika telapak kaki fleksi
(menarik jari kaki kedepan kearah telapak
kaki)
Tehnik akupresur :
Lakukan penekanan yang kuat kedalam dan
kedepan kearah jempol kaki. Titik ini
mempunyai efek relaksasi dan dapat digunakan
kapan saja saat persalinan dan sangat efektif
46
dilakukan selama fase kedua persalinan.
Penekanan pada titik ini juga dapat berguna
saat pasien panik (misal mempunyai pengalaman
yang tidak menyenangkan pada persalinan
sebelumnya). Titik ini berguna untuk membantu
perineum relaksasi selama fase kedua
persalinan.
Gambar 2.6 : Co4 (he kuk)
Titik ini terletak antara tulang
metakarpal pertama dan kedua (antara ibu jari
dan jari telunjuk) pada bagian distal lipatan
pada kedua tangan.
Teknik akupresur :
Berikan penekanan pada titik ini dengan
menggunakan ibu jari. Penekanan pada titik
ini berguna untuk mengintensifkan kontraksi,
saat kontraksi ireguler.
47
Titik Co4 dapat digunakan selama fase
keduapersalinan. Hal ini bertujuan agar
tubuh berusaha menggerakkan bayi
turunmelewati jalan lahir. Penekanan pada
titik ini sangat berguna terutama pada saat
ibu kelelahan dan mengedan tidak efektif.
48
B. Kerangka Konsep
Keterangan : : Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.7 : Bagan Kerangka Konsep pengaruh Pemberian Teknik Akupressur terhadap Frekuensi Kontraksi Uterus Untuk Kemajuan Persalinan Pada Persalinan Kala Ii Di Puskesmas Aikmel Lombok Timur.
49
- Power- Passage- Provider- Psikologi
s ibu
Kontraksi uterus
- Kala I
- Kala III- Kala IV
Intervensi-intervensi untuk
kemajuan persalinan
- Rangsangan putting susu
- Dukungan- Mobilisasi
dan perubahan posisi
- Sentuhan kenyamanan
- Hidroterapi- Kompres
hangat pada fundus
- Pemecahan ketuban artificial
- oksitosin
- akupressur
- Kala II
Frekuensi kontraksi
persalinan
D. Hipotesa
Ha: Ada pengaruh pemberian teknik akupressur
terhadap frekuensi kontraksi uterus untuk
kemajuan persalinan pada persalianan kala II Di
Puskesmas Aikmel Lombok Timur.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pqeemecahan
suatu masalah yang pada dasarnya menggunakan metode
ilmiah.
Pada bagian metodologi difokuskan pada
bagaimana penelitian dilaksanakan agar tujuan atau
masalah dapat dijawab. Ada beberapa hal penting yang
harus dibahas pada bagian ini yaitu subyek penelitian,
populasi dan sampel, rancangan penelitian, teknik
pengumpulan data, identifikasi variabel sert definisi
operasional, rencana analisa data, dan kerangka kerja.
A. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah ibu yang mengalami persalinan Di
Puskesmas Aikmel Lombok Timur.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu untuk
51
49
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2003). Jumlah populasi pada penelitian
ini adalah 45 orang yang akan bersalin di
Puskesmas Aikmel Lombok Timur.
2. Sampel dan Tehnik Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi
(Sugiyono, 2003).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan tehnik aksidental sampling yaitu teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan itu cocok sebagai
sumber data (Sugiono, 2010).
Dari populasi yang ada sampel ditentukan dengan
tehnik :
1. Berdasarkan karateristik sampel, sampel
ditentukan dengantehnik aksidental sampling.
2. Berdasarkan waktu pengambilan sampel, sampel
ditentukan dengan aksidental sampling yaitu
tehnik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan.
52
3. Berdasarkan jumlah sampel, sampel ditentukan
dengan quota sampling. Dari populasi yang
ada digunakan 30 orang ibu hamil sebagai 15
orang sebagai kelompok control dan 15 orang
ibu hamil menjadi kelompok eksperimen.
Populasi yang digunakan sebagai sampel adalah yang
mewakili kriteria sebagai berikut :
- Ibu dengan persalinan normal dan tanpa induksi
( menggunakan oksitosin dan prostatglandin )
- Ibu yang memasuki kala II
- Ibu primipara
- Ibu dengan janin dalam prosentasi kepala
- Tidak sedang mendapatkan perlakuan relaksasi
selain tehnik yang diterapkan untuk
penelitian.
- Ibu dengan kontraksi awal yang lemah
( frekuensi kurang dari 3 kali per 10 menit )
C. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu rancangan
yang dipergunakan oleh peneliti sebagai petunjuk
dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk
mencapai suatu tujuan atau menjawab pertanyaan
peneliti (Nursalam, 2003).
53
Berdasarkan tujuan penelitian maka desain
penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen
dengan menggunakan pendekatan Non Equivalent Control
Group. Menurut Hidayat (2007) menjelaskan bahwa Non
Equivalent Control Group yaitu sampel dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol,
kemudian diberi pretest pada kedua kelompok
tersebut, dan diikuti intervensi pada kelompok
eksperimen, setelah beberapa waktu dilakukan postest
pada kedua kelompok.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh teknik
akupressur maka perlu dilakukan perbandingan dengan
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan teknik
akupressur
D. Tehnik Pengumpulan Data
1. Instrumen penelitian
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari macam-
macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada
pada responden atau tempat dimana responden
bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-
hari (Nasirin, 2009). Data tertulis yang dimaksud
adalah rekam medik. Dari dokumen ini akan
54
diperoleh data-data pendukung penelitian, seperti
karakteristik responden yang terdiri dari usia,
jumlah kelahiran, dan waktu pengukuran kontraksi
uterus. Teknik dokumentasi ini juga digunakan
untuk memperoleh foto-foto tentang cara melakukan
teknik akupressur.
b. Lembar Observasi
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
dapat diamati (Sugiyono, 2003).
Dalam penelitian ini instrument yang
digunakan adalah lembar observasi, yang merupakan
alat ukur dengan cara mengamati secara langsung
responden yang diteliti untuk mencari perubahan
atau hal-hal yang diteliti (Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini akan dilakukan observasi
untuk melihat kuat kontraksi dengan mengukur
frekuensi berlangsungnya kontraksi persalinan
kala II yang ditandai dengan pembukaan lengkap,
kepala janin telah memasuki ruang panggul,
perineum menonjol dan kepala janin dalam vulva
waktu his.
2. Langkah-langkah Pengumpulan Data
55
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti
membuat informed concent/lembar persetujuan untuk
menjadi responden dengan tujuan agar responden
mengerti maksud dan tujuan peneliti dan
mengetahui pengaruhnya. Informed ini akan
diberikan ke pada ibu, pada saat ibu tidak dalam
keadaan his dan masih dalam kala I persalinan.
Jika responden bersedia maka harus menandatangani
lembar persetujuan tersebut (Alimul A, 2002).
Dalam pengumpulan data sebelum diberi
perlakuan kedua kelompok sampel dihitung jumlah
prekuensi kontraksi uterus dalam 10 menit.
kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan
diobservasi dan dihitung jumlah frekuensi
kontraksi uterusnya dalam 10 menit kemudian
diberikan akupressur sebanyak 6 kali, setiap
perlakuan diberikan selama 1 menit kemudian
istirahat dalam waktu yang sama, dan seterusnya
diulangi sampai 6 kali berturut-turut secara
selang seling antara perlakuan dengan istirahat
(12 menit), kemudian langsung diobservasi setelah
1 menit untuk menghitung jumlah frekuensi
kontraksi uterus dalam 10 menit, sedangkan
kelompok kontrol langsung diobservasi setelah 13
56
menit dan tidak diberikan perlakuan apapun yang
dapat berpengaruh terhadap kekuatan kontrksi
uterus.(Alimul, 2007).
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel Independent ( variable bebas )
Variabel bebas merupakan variabel yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
terikat (Alimul, 2002). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pemberian akupressure.
2. Variabel Dependent ( terikat terikat )
Variabel terikat adalah variabel yang
diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya
pengaruh dari variabel bebas atau variable yang
dipengaruhi oleh variable bebas. (Nursalam,
2003).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kontraksi uterus pada persalinan kala II.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi
berdasarkan kerakteristik yang diamati dari suatu
yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang
dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci
difinisi operasional. Dapat diamati artinya
57
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau
fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh
orang lain (Nursalam, 2003).
1. Akupressur adalah sebuah tindakan untuk
mengembalikan aliran energi normal di seluruh
tubuh dengan pijatan pada titik akupuntur.
Akupressur diberikan selama 1 menit dan berhenti 1
menit diberikan 6 kali.
2. Kontraksi uterus adalah proses persalinan untuk
merangsang pembukaan mulut rahim. Bersamaan dengan
pembukaan rahim sedikit demi sedikit ini, bayi
akan terdorong turun sedikit demi sedikit.
Sehingga bila kontraksi kurang kuat, dengan
sendirinya proses persalinan menjadi lebih lama
atau bahkan tertunda.
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan
pembahasan tentang hubungan pemberian teknik akupressur
dengan frekuensi kontraksi uterus untuk kemajuan
persalinan pada persalinan kala II di Puskesmas Aikmel
Lombok Timur. Penelitian ini dilakukan di ruang
bersalin di ruang tindakan.
Dari penelitian yang dilakukan pada tanggal 19
Agustus sampai tanggal 19 September 2011 diperoleh data
berupa gambaran umum lokasi penelitian, data umum, dan
data khusus. Data umum ini menjelaskan karakteristik
responden berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan.
Data khusus berupa frekuensi kontraksi uterus pada
sampel penelitian sebelum dan sesudah diberikan
akupressur baik pada kelompok kontrol maupun kelompok
eksperimen, data tersebut dianalisis dan ditentukan
hubungan pemberian teknik akupressur dengan frekuensi
kontraksi uterus untuk kemajuan persalinan pada
persalinan kala II di ruang bersalin Puskesmas Aikmel
Lombok Timur.
59
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Aikmel Lombok Timur merupakan
Puskesmas milik pemerintah Kabupaten Lombok Timur.
Puskemas Aikmel berdiri pada tahun 1963 terletak di
jalan Pendidikan no. 02 Aikmel Lombok Timur.
Puskesmas Aikmel Lombok Timur bertekad
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan misi,
yaitu menyelenggarakan puskesmas yang bermutu sesuai
standar, sebagai pusat pelayanan, menjadi tempat
pendidikan, pelatihan, dan penelitian masalah
kesehatan guna menjaga peningkatan mutu pelayanan,
dan mengutamakan kepuasan pasien serta mengupayakan
kesejahteraan karyawan. Untuk mencapai misinya,
Puskesmas Aikmel Lombok Timur menyiapkan ruang rawat
jalan dan ruang rawat inap. Ruang rawat jalan berupa
poliklinik dan IGD, sedangkan rawat inap terdiri
dari ruang bersalin, dan ruang rawat gabung atau
umum.
Ruang bersalin dibagi menjadi dua bagian, yaitu
ruang nifas dan ruang tindakan. Ruang tindakan
memiliki 3 tempat tidur, 1 ruangan tempat pencucian
alat-alat, 1 kamar mandi, 3 lemari tempat
60
penyimpanan alat perawatan dan kebidanan, 1 meja
resusitasi, dan ruang jaga terletak di sebelah luar
ruang bersalin.
Gambar 4. 1 Ruang Tindakan
Sumber: hasil dokumentasi lapangan
Gambar di atas menampilkan ruang tindakan yang
digunakan untuk membantu ibu yang bersalin, selain
itu ruangan ini juga digunakan untuk memberikan
tindakan pada wanita yang mengalami gangguan pada
61
alat reproduksi seperti abortus, perdarahan dan
nyeri pada saat menstruasi. Rata-rata pasien yang
datang bersalin ke ruang Puskesmas Aikmel Lombok
Timur sebanyak kurang lebih 5 orang per hari.
Di ruang bersalin Puskesmas Aikmel Lombok
Timur mempunyai perawat dan karyawan sebanyak 13
orang yang terdiri dari, perawat sebanyak I orang,
bidan 12 orang, dokter umum 3 orang. (Ruang
Bersalin Puskesmas Aikmel Lombok Timur, 2011).
Perawat bertugas memberikan asuhan keperawatan,
bidan bertugas memberikan asuhan kebidanan, dokter
bertugas memberikan pengobatan, dan petugas
administrasi bertugas mengurus surat, mengurus
pembiayaan barang dan jasa serta menyiapkan
perlengkapan yang ada di ruangan.
Perawat, bidan, dokter, maupun tim kesehatan
lainya harus dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat sebaik mungkin sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya masing-masing.
2. Data Umum
Data ini meliputi karateristik dari responden
penelitian yang akan diuraikan berdasarkan usia,
62
pendidikan, dan pekerjaan. Data yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Usia
Pada distribusi usia akan membahas mengenai
umur responden. Umur merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi frekuensi kontraksi uterus,
hal ini berkaitan dengan fungsi organ-organ
reproduksi yang sempurna atau tidak. Responden
dibedakan menjadi 3 kategori berdasarkan umur, yaitu
umur <20 tahun, 20-30 tahun, dan >35 tahun.
Distribusi jumlah sampel berdasarkan umur dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur
Kelompok Eksperimen
jumlah %
Kelompok Kontrol
jumlah %
< 20 tahun 2 13 4 2720_35 tahun 11 74 9 40> 35 tahun 2 13 2 13Total 15 100 15 100
Sumber: Buku Registrasi Pasien Di Ruang Bersalin
Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa karateristik
sampel berdasarkan umur pada kelompok sampel
bervariasi. Sebagian besar responden, dalam kategori
umur 20-35 tahun sebanyak 11 orang (74%) untuk
63
kelompok eksperimen sedangkan untuk kelompok kontrol
9 orang (60%). Responden yang paling sedikit adalah
responden dalam kategori umur > 35 tahun sebanyak 2
orang (13%) masing-masing kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, secara umum karateristik kedua
sampel berdasarkan umur tidak jauh berbeda.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan responden masing-masing
kelompok sampel seperti tersaji pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanPendidikan Eksperimen
jumlah %
Control
jumlah %Tidak sekolah 2 13 2 13
SD 6 40 6 60SLTP/SMP 3 20 3 20SLTA/SMA 4 27 4 27Total 15 100 15 100
Sumber: Buku Registrasi Pasien Di Ruang Bersalin
Dari tabel di atas maka dapat kita lihat
bahwa tingkat pendidikan untuk kelompok eksperimen
adalah yang tidak sekolah sebanyak 2 orang (13%),
tingkat SD sebanyak 6 orang (40%), sedangkan tingkat
SMP/SLTP sebanyak 3 orang (20%), dan tingkat
SMA/SLTA sebanyak 4 orang (27%, sedangkan untuk
kelompok kontrol adalah tidak sekolah 2 orang (14%),
64
tingkat SD sebanyak 6 orang (40%), tingkat SLTP/SMP
sebanyak 3 orang )20%), dan tingkat SMA/SLTA
sebanyak 4 orang (27%). Berdasarkan umur kedua
kelompok sampel sama.
b. Pekerjaan
Adapun pekerjaan responden dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
PekerjaanKelompok Eksperimen
jumlah %
Kelompok Kontrol
jumlah %
IRT 3 20 5 33Wiraswasta 5 33 4 27Petani 7 47 6 40Total 15 100 15 100
Sumber: Buku Registrasi Pasien Di Ruang Bersalin
Dari tabel di atas maka dapat kita lihat bahwa
berdasarkan pekerjan untuk kelompok eksperimen
adalah yang pekerjaannya hanya IRT 3 orang (20%),
wiraswasta 5 orang (33%), petani 7 orang (47%),
sedangkan untuk kelompok kontrol adalah irt 5 orang
(33%), wiraswasta 4 orang (27%), peetani 6
orang(40%). Berdasarksn kedua kelompok sampel tidak
jauh berbeda.
3. Data Khusus
65
a. Frekuensi kontraksi uterus untuk kemajuan persalinan pada persalinan kala II untuk kelompok kontrol
Frekuensi kontraksi uterus merupakan jumlah
frekuensi kontraksi yang diukur dari saat mulainya
kontraksi yang satu hingga dimulainya kontraksi
berikutnya. Frekuensi kontraksi uterus dikategorikan
menjadi 2 yaitu kuat apabila ≥ 3 kali per 10 menit
dan lemah apabila < 3 kali per 10 menit. Menurut
Wiknjosastro (2008), frekuensi kontraksi uterus
dikatakan maju apabila lebih dari atau sama dengan 3
kali per 10 menit pada persalinan kala II.
Tabel 4.4 Frekuensi Kontraksi Uterus Sebelum Diberikan Teknik Akupressur Pada Persalinan Kala II untuk kelompok kontrol
Frekuensi Kontraksi Uterusper 10 menit
Sebelum Setelah Diberikan Diberikan Perubahan Akupressur Akupressur(Awal) (Ahir)
≥ 3 kali (kuat) 12 orang 11 orang 1 orang (80%) (74%) (6,6%)
< 3 kali (lemah)
3 orang 4 orang 1 orang
66
(20%) (26%) (6,6%)
Rata-rata 15 orang 15 orang 2 orang
Sumber: Tabulasi Data Hasil Penelitian, 2011
Dari tabel di atas didapatkan bahwa dari 15
responden yang menjadi kelompok kontrol yang
frekuensi kontraksi uterusnya ≥ 3 kali per 10 menit,
sebelum diberikan perlakuan sebanyak 12 orang (80%),
dan < 3 kali per 10 menit sebanyak 3 orang (20%),
dan jumlah yang meningkat frekuensi kontraksi
uterusnya sebanyak 2 orang (13%). Dan setelah
diberikan akupressur yang meningkat frekuensi
kontraksi uterusnya adalah sebanyak 3 orang (20%).
b. Frekuensi Kontraksi Uterus Untuk Untuk Kemajuan Persalinan Pada Persalinan Kala Ii Untuk Kelompok Eksperimen
Tabel 4.5 Frekuensi Kontraksi Uterus Untuk Kemajuan Persalinan Pada Persalinan Kala II Untuk Kelompok Eksperimen
67
Frekuensi Kontraksi UterusPer 10 menit
Sebelum Setelah Diberikan Diberikan Perubahan Akupressur Akupressur(Awal) (Ahir)
≥ 3 kali (kuat) 9 orang 15 orang 6 orang (60%) (100%) (40%)
< 3 kali (lemah)
6 orang 0 6 orang (40%) (40%)
Rata-rata 15 orang 15 orang 12 orang
Sumber: Tabulasi Data Hasil Penelitian, 2011
Dari tabel di atas didapatkan bahwa dari 15
responden yang menjadi kelompok eksperimen sebelum
diberikan akupressur yang frekuensi kotraksi
uterusnya ≥ 3 kali per 10 menit sebanyak 9 orang
(60%), dan < 3 kali per 10 menit sebanyak 6 orang
(40%), dan setelah diberikan akupressur jumlah yang
meningkat frekuensinya adalah sebanyak 12 orang
(80%).
Setelah diberikan akupressur responden mengalami
kemajuan persalinan (frekuensi kontraksi uterus ).
Hal ini menandakan bahwa teknik akupressur mempunyai
peran yang efektif dalam meningkatkan frekuensi
kontraksi uterus.
c. Hubungan pemberian teknik akupressur dengan frekuensi kontraksi uterus untuk kemajuan
68
persalinan pada persalinan kala II Di Ruang Bersalin Puskesmas Aikmel Lombok Timur
Ibu yang diberikan teknik akupressur banyak yang
merasakan manfaatnya, dimana manfaatnya, yaitu:
meningkatkan kemajuan persalinan (kontraksi uterus).
Hal ini juga bisa dilihat dari hasil statistik
dengan t-tes polled varian.
maka akan ditemukan nilai korelasi phi hitung
frekuensi kontraksi uterus: 0,345> dk=n1+n2-2
=15+15-2=28 dan taraf signifikan 5% adalah r-tabel
0,195. Ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak, jadi
ada hubungan signifikan pemberian teknik akupressur
dengan frekuensi kontraksi uterus untuk kemajuan
persalinan psds persalinan kala II Di Puskesmas
Aikmel Lombok Timur.
Manfaat yang dirasakan selain meningkatkan
kemajuan persalinan, yaitu dapat merangsang
kontraksi uterus pada saat kontraksi uterus tidak
teratur atau lemah, dapat mengurangi nyeri punggung
dan meningkatkan kenyamanan pada saat ibu bersalin.
69
B. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan analisis data dan melihat hasil
yang telah diperoleh, ada beberapa hal yang perlu
dibahas adalah:
1. frekuensi kontraksi uterus sebelum diberikan
teknik akupressur pada ibu bersalin kala II Di
Ruang Bersalin Puskesmas Aikmel Lombok Timur.
Berdasarkan tabel 4.4 jumlah responden
sebanyak 15 responden yang menjadi kelompok
eksperimen frekuensi kontraksi uterusnya yang ≥ 3
kali per 10 menit sebayak 9 orang (60%), dan < 3
kali per 10 menit sebanyak 6 orang (40%), sedangkan
dari 15 responden yang menjadi kelompok kontrol yang
frekuensi kontraksi uterusnya ≥ 3 kali per 10 menit
sebanyak 12 orang (80%), dan yang < 3 per 10 menit
sebanyak 3 orang (20%)
Kontraksi uterus adalah proses persalinan untuk
merangsang pembukaan mulut rahim. Bersamaan dengan
pembukaan rahim sedikit demi sedikit ini, bayi akan
terdorong turun sedikit demi sedikit. Sehingga bila
kontraksi kurang kuat, dengan sendirinya proses
persalinan menjadi lebih lama atau bahkan tertunda.
70
Kemajuan persalinan merupakan peningkatan
yang lebih baik pada kontraksi frkuensi dan durasi),
dilatasi serviks, dan densus bagian terbawah janin
pada persalinan. Kemajuan persalina dapat diukur
melalui (1) kontraksi uterus (his) yang diperoleh
dari palpasi abdomen, pemasangan transduser eksterna
atau isersu kateter intra uterin, (2) dilatasi
serviks, diketahui dengan melakukan pemeriksaan (VT)
(vaginal toucher), dan (3) densus bagian terendah
dengan melakukan palpasi abdomen (pemeriksaan
Leopold III dan IV) (Farrer, 1999).
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir atau dimulai saat pembukaan
serviks yang lengkap, dan ibu ingin mengejan dan
turunnya prosentasi kepala menandai kala II
persalinan dengan kontraksi uterus berlansung selama
1 setengah menit dan fase istirahat miomertium tidak
lebih dari satu menit.
Kala II memakan waktu kurang dari 30 menit dan
berkaitan dengan mortalitas dan morbiditas janin,
tenaga kesehatan harus berhati-hati bila lebih dari
satu jam. Tetapi dapat sangat berbeda-beda waktunya
pada primipara dapat 50 menit dan 20 menit pada
multipara. Menurut Fainstein, (2001), menyatakan, 1
71
jam pada multipara dan 2 jam pada primipara. Rata-
rata lamanya kala II persalinan menurut ACOG yaitu
30 menit pada multipara dan satu jam pada primipara.
Lamanya kala II ini berkaitan dengan APGAR skor yang
lebih rendah pada menit pertama setelah kelahiran,
namun tidak berbeda pada menit kelima dan sepuluh.
Perbedaan APGAR disignifikan pada kala II lebih dari
4 jam, sedangkan asidosis pada bayi tidak
berhubungan dengan lamanya kala II.
Menurut Fainstein (2001), kala II ini lamanya
berkaitan dengan penurunan APGAR skor pada menit
pertama dan kelima tetapi tidak signifikan dengan
peningkatan mortalitas perinatal. Kala II yang
memanjang berkaitan dengan kerusakan muskular dan
neuromuskular dasar panggul, inkotenesia alvi,
inkotensia urin, dan meningaktnya resiko pendarahan
postpartum. Berdasarkan univariat analisis resiko
tersebut timbul pada kala II lebih dari dua jam,
dengan pendarahan rata-rata 500 cc dan penurunan
hemoglobin 1,8 g/dl serta meningkatnya resiko
terjadinya atonia uteri.
Menurut Wiknjostro (2007), disebut kala
pengeluaran janin, pada kala ini his menjadi lebih
kuat dan cepat, kira-kira 2-3 menit sekali. Karena
72
biasanya dalam hal ini kepala janin telah masuk di
ruang panggul, yang secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan rektum dan
hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai
menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka.
Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala
janin dalam vulva waktu his, bila dasar panggul
sudah lebih berelaksasi kepala janin tidak masuk
lagi di luar his, dengan his ini dan kekuatan
maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati
perineum. Setelah istirahat sebentar his mulai lagi
untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada
primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam.
Menurut Chapman (2006) ada beberapa cara yang
dilakukan untuk meningkatkan kemajuan persalinan
diantaranya adalah dengan memberikn dukungan,
mobilisasi dan perubahan posisi, sentuhan
kenyamanan, akupressur, rangsangan putting susu,
hodroterapi, kompres hangat pada fundus, pemecahan
ketuban artifisialdan oksitosin. Sentuhan kenyamanan
yang diberikan adalah akupressur. Hal ini juga dapat
dilihat pada table 4.4 dan 4.5 yang menunjukan bahwa
dari semua responden yang terdapat pada kelompok
73
eksperimen setelah diberikan teknik akupressur,
terjadi peningkatan frekuensi kontraksi uterus
(frekuensi ≥ 3 kali per 10 menit ) sebanyak 15 orang
(100%), sedangkan pada responden yang tidak
diberikan teknik akupressur, ada dari responden yang
tidak mengalami peningkatan frekuensi kontraksi
uterus (frekuensi < 3 kali per 10 menit) sebanyak 3
orang (20%).
Faktor yang mempengaruhi kemajuan
persalinandibagi menjadi dua yaitu factor resiko dan
factor penyebab. Faktor resiko: analgesic dan
anastesi berlebihan, parietas, usia, wanita
dependen, respon stress, pembatasan mobilitas, dan
puasa ketat, sedangkan fakto penyebab: his, mal
persenasi dan mal posisi, janin besar, panggul
sempit, kelainan serviks dan vagina, disproporsi
fetovelvik, dan ketuban pecah dini, (oxorn, 1996).
Gambar 4.2 cara mengukur kontraksi uterus
Sumber: hasil dokumentasi lapangan
74
Dari gambar di atas menunjukan cara mengukur
kontraksi uterus (frekuensinya) dengan palpasi
abdomen. Frekuensi kontraksi uterus diukur selama 10
menit dengan satuan detik.
Kontraksi uterus (his) merupakan salah satu dari
faktor yang berpengaruh pada persalinan, kontraksi
dan retraksi yang progresif dapat yang dapat membuat
servik tertarik ke atas dan mengalami effakcement.
Kontraksi uterus yang progresif dan mengakibatkan
segmen atas uterus menjadi lebih pendek dan tebal,
segmen bawah menjadi lebih tipis dan mengalami
dilatasi dan serviks terangkat naik untuk menjadi
satu kesatuan dengan segmen bawah uterus.
Timbulnya his merupakan indikasi mulainya
persalinan. His yang sifatnya lemah, pendek, dan
jarang akan mempengaruhi turunnya kepala dan
pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan
inkoordinasi kontraksi otot rahim. Inkoordinasi
kontraksi otot rahim ini dapat menyebabkan sulitnya
kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan
pembukaan yang pada ahirnya ibu akan mengalami
partus lama karena tidak adanya kemajuan dalam
persalinan. Praktik prestriksi makanan dan cairan
75
pada ibu bersalin dapat memberikan efek yang buruk
pada kontraksi karena otot memerlukan suplai energi
yang cukup untuk berkontraksi secara ehektif.
Akupressur salah satu tindakan yang dapat merangsang
kontraksi uterus saat kontraksi uterus ireguler.
2. frekuensi kontraksi uterus setelah diberikan teknik
akupressur untuk kemajuan persalinan pada
persalinan kala II Di Ruang Bersalin Puskesmas
Aikmel Lombok Timur.
Dari tabel 4.5 di atas bahwa setelah diberikan
teknik akupressur responden mengalami peningkatan
kontraksi uterus, dimana frekuensi kontraksi uterus ≥
3 kali per 10 menit sebanyak 15 orang (100%) untuk
kelompok eksperimen, sedangkan untuk kelompok kontrol
ada sebagian yang tidak mengalami peningkatan, dimana
frekuensi kontraksi uterusnya < 3 kali per 10 menit
sebanyak 6 orang (40%).
Akupressur adalah proses untuk mengembalikan
aliran energy normal di meridian. Apapun yang
menghambat atau merintangi aliran energy dalam badn
di meridian ini mengakibatkan terganggunya kesehatan
(Doreen E . Bayli, 2002).
Teknik ini menggunakan tenik penekanan,
pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian tubuh
76
atau garis aliran energi. Teknik akupresur ini dapat
menurunkan nyeri dan mengefektifkan waktu
persalinan. (htt://pagonanyadona. blog. friendster.
Com. 2008).
Dapat digunakan untuk merangsang kontraksi
yang lebih sering. Efektifitas atau keamanan
akkupresur belum pernah di evaluasi secara ilmiah,
walaupun tidak pernah ada dampak beerbahaya telah di
laporkan jika di gunakan secara benar. (Simkkin Dan
Ancheta, 2005)dalam Chappman, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.4
dan 4.5 ibu bersalin yang diberikan teknik
akupressur sebanyak 15 orang (100%) dan yang tidak
diberikan 15 orang (100%)ini sesuai dengan desain
yang digunakan, yaitu Eksperimen Quasi dengan
menggunakan pendekatan Non Ekuevalen Control Group.
Alasannya adalah untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh akupressur terhadap frekuensi kontraksu
uterus.
Gambar 4.3 cara penekanan akupressur
77
Sumber: hasil dokumentasi lapangan
Gambar di atas menunjukan bagaimana cara
penekanan akupressur. Dalam melakukan akupressur
pasien dalam keadaan tidur, kemudian tangan pasien
ditekan dan tangan yang lainnya ditaruh di depan
panggul untuk membantu menjaga keseimbangan pasien.
Selama persalinan dipandang dapat memperbiki
kontraksi tanpa meningkatkan rasa nyeri.
1. tekan kuat—kuat dengan menggunakan jari pada
titik-titik tersebut selama 10-60 detik.
Kemudian istirahat dalam waktu yang sama.
2. Ulangi siklus ini sampai sekitar selama enam
siklus. Kontraksi dapat semakin cepat.
Prinsip dari akupressur ini dikenal sebagai
adanya aliran energi vital di tubuh (dikenal dengan
nama chi atasy Qi ( cina ) dan ki (jepang ).
78
Istilah dalam kedokteran tradisional cina,
akupresur digunakan agar tubuh bekerja lebih
efisien. Dari model medis, teknik akupressur dapat
menyebabkan pelepasan endorphine, membelok reseptor
nyeri ke otak, menyebabkan dilatasi serviks dan
meningkatkan efektifitas kontraksi uterus..
Berapa tindakan akupressur sering dilakukan,
tergantung pada kebutuhan individu. Metode
akupressur merupakan tindakan yang mudah dilakukan,
memberi kekuatan pada wanita saat melahirkan dan
mendorong keterlibatan pasangan lebih dekat dalam
proses persalinan dan pendidikan antenatal.
3. Analisa hubungan pemberian teknik akupressur dengan
frekuensi kontraksi uterus untuk kemajuan
persalinan pada persalinan kala II Di Ruang
Bersalin Puskesmas Aikmel Lombok Timur.
Penelitian hubungan pemberian teknik
akupressur dengan frekuensi kontraksi uterus untuk
kemajuan persalinan pada persalinan kala II
menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
Tujuan dari pembagian kelompok ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana hubungan pemberian
teknik akupressur dengan frekuensi kontraksi uterus
79
untuk kemajuan persalinan pada persalinan kala II.
Hasil dari kelompok ini akan dibandingkan, hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5. Dari 15
responden merupakan kelompok eksperimen, mengalami
kemajuan persalinan (frekuensi kontraksi uterus)
sebanyak 15 orang (100%). Sedangkan kelompok
kontrol, dari 15 responden, ada yang tidak
mengalami kemajuan persalinan (frekuensi kontraksi
uterus) <3 kali per 10 menit sebanyak 6 orang (40%)
pada frekuensi kontraksi uterus.
Berdasarkan hasil statistik dengan korelasi
phi diperoleh juga bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara pemberian teknik akupressur dengan
frekuensi kontraksi uterus pada persalinan kala II
Di Ruang Bersalin Puskesmas Aikmel Lombok Timur. Hal
ini bias dilihat darihasil analisa statistik dengan
korelasi phi, dimana nilai korelasi phi hitung untuk
frekuensi kontraksi uterus:0,345 sedangkan nilai r
tabel pada tingkat derajat 5% adalah sebesar 0,195
dengan derajat kebebasan 28, hal ini berarti
hipotesis yang diajukan diterima dimana korelasi phi
hitung lebih besar dari r tabel (0,345 0,195).
80
Semakin banyak ibu yang diberikan teknik
akupressur maka semakin banyak pula ibu bersalin
yang maju persalinanya, sehingga ibu yang mengalami
kesakitan yang lama pada saat persalinan berkurang,
dan ibu yang bersalin akan merasa lebih tenag dan
rileks. Ini mengindikasikan ada pengaruh yang jelas
dan signifikan anatara pemberian teknik akupressur
terhadap frekuensi kontraksi uterus pada persalinan
kala II Di Ruang Bersalin Puskesmas Aikmel Lombok
Timur.
Umur merupakan salah satu factor yang ikut
menyebabkan lambatnya kemajuan persalinan. Hal ini
dapat dulihat pada tabel 4.1 umur ibu yang
melahirkan tertinggi dalam kategori umur 20-35 tahun
sebanya 11 orang (74%) untuk kelompok eksperimen dan
9(60%)untuk kontrol. Data paling sedikit dalam
kategori umur >35 tahun sebanyak 2orang (13%)untuk
kelompok ekperimen dan 2 orang (13%) untuk kontrol.
Menurut moechtar (1998), jika dilihat dari sisi
biologis manusia 20-35 tahun merupakan tahun terbaik
wanita untuk hamil karena selain di usia ini
kematangan organ reproduksi dan hormon telah bekerja
dengan baik.
81
Ibu dengan usia kurang dari 20 tahun merupakan
usia yang masih muda, dimana organ reproduksinya
masih belum begitu sempurna dan fungsi
hormone_hormon yang berhubungan dengan persalinan
juga belum sempurna pula. Sedangkan pada ibu yang
usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ
reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu pun
sudah mulai berkurng, hal ini akan membuat kemajuan
persalinan terhambat.
Dengan memberikan teknik akupressur secara cukup
dan aman pada ibu bersalin dapat meningkatkan
kemajuan persalinan an merangsang kontraksi uterus.
Dengan demikian semakin banyak ibu bersalin yang
diberikan teknik akupressur maka semakin banyak ibu
maju persalinannya pada kala II.
Penemuan pada penelitian ini juga sejalan dengan
pendapat dari Chapman (2006) bahwa teknik akupressur
dapat meningkatkan produksi oksitosin endogen
sehingga menstimulasi kontraksi uterus saat
persalinan. Selain itu juga dapat mengurngi nyeri
persalinan dan meningkatkan kenyamanan pada ibu
bersalin.
Berdasarkan pendapat di atas maka pemberian
teknik akupressur merupakan hal yang sangat penting,
82
karena akupressur merupakan usaha untuk merangsang
kontraksi uterus sehingga dapat meningkatkan
kemajuan persalinan pada persalinan kala II sehingga
harapan ibu untuk menjalani persalinan dengan
lancer, aman, dan bayi yang di lahirkan hidup dan
sehat dapat tercapai.
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dilaksanakan tentang hubungan pemberian teknik
akupressur dengan frekuensi kontraksi kontraksi
uterus untuk kemajuan persalinan pada persalinan
kala II Di Ruang Bersalin Puskesmas Aikmel Lombok
Timur, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. teknik akupressur diberikan kepada responden 15
orang (100%) responden yang menjadi kelompok
eksperimen dan 15 orang (100%) yang tidak
diberikan teknik akupressur menjadi kelompok
kontrol.
2. sebelum diberikan teknik akupressur 15 responden
yang menjadi kelompok eksperimen dan kontrol
frekuensi kontraksi uterusnya < 3 kali per 10
menit yaitu 2 kali per 10 menit, untuk kelompok
eksperimen sebanyak 6 orang (40%) dan untuk
kelompok kontrol sebanyak 3 orang (20%, sedangkan
sesudah diberikan teknik akupressur 15 responden
yang menjadi kelompok eksperimen semuanya
mengalami peningkatan frekuensi kontraksi uterus ≥
84
3 kali per 10 menit yaitu sebanyak 15 orang
(100%), Sedangkan pada kelompok kontrol dari 15
(100%) responden, ada yang tidak mengalami
peningkatan kontraksi uterus < 3 kali per 10 menit
yaitu sebanyak 6 orang (40%)yaitu frekuensi
kontraksi uterusnya 2 dan 3 kali per 10 menit.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan bahwa ada hubungan pemberian teknik
akupressur dengan frekuensi kontraksi uterus untuk
kemajuan persalinan pada persalinan kala II Di
Ruang Bersalin Puskesmas Aikmel Lombok Timur.
Dimana hasil analisis di peroleh hasil korelasi
phi hitung sebesar 0,345 dan r-tabel dengan taraf
signifikan 5% sebesar 0,195 atau r-hitung lebih
besar dari r-tabel (0,345>0,195)sehingga HO
ditolak dan Ha diterima.
85
B. SARAN
1. Bagi pasien
Diharapkan kepada pasien dapat menerapkan
teknik akupressur pada saat bersalin
karena tekniknya sangat sederhana dan bisa
dilakukan oleh semua orang untuk membantu
merangsang kontraksi uterus untuk kemajuan
persalinan.
2. Bagi Puskesmas Aikmel Lombok Timur
Diharapkan kepada puskesmas aikmel lombok
timur khususnya untuk ruang bersalin agar
bidan-bidan yang bekerja di ruang bersalin
dapat menerapkan pemberian teknik akupressur
untuk membabtu menolong kemajuan persalinan.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan
kajian pustaka untuk memperkaya ilmu
keperawatan dan kebidanan khususnya tentang
pemberian teknik akupressur terhadap
peningkatan frekuensi kontraksi uterusuntuk
kemajuan persalinan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Perlu ada peneliti lebih lanjut tentang
peningkatan frekuensi kontraksi uterus
untuk kemajuan persalinan yang ada di
86
puskesmas maupun di rumah sakit, yang dapat
digunakan sebagai pembanding hasil
penelitian yang sudah dilakukan demi
tercapainya kemajuan persalinan.
87
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tekbik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Anomity, 2009. Pedoman Riset Praktis. Jakarta : EGC
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi IV. EGC: Jakarta.
Gordosi. 1999. Lima Macam Posisi Persalinan (http://Obgynundip. Com) pada tanggal 09 Agustus 2010.
Gupta. 2005. Lima Macam Posisi Persalinan (http://Obgynundip. Com) pada tanggal 09 Agustus 2010.
De Jonge. 2004. Lima Macam Posisi Persalinan (http://Obgynundip. Com) pada tanggal 09 Agustus 2010.
Fainstein. 2001. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Kelahiran. EGC: Jakarta.
Frietman. 1998. Mempersiapkan Kehamilan Sehat. Puspa Swara: Jakarta.
Kleini,M. Renfrew,M. & Neilso, J. 1996. Buku Acuan Dan Panduan Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusu Dini: Jakarta.
Manuaba, 1998. Buku Ajar Konsep Kebidanan, Edisi Bahasa Indonesia. EGC: Jakarta.
Mocthar, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta.
Nurgiyanto, 2004. Pedoman Riset Praktis. EGC: Jakarta.
Nursalam, 2003. Konsep & Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Media Asculapius.
88
Saifuddin, A.B. 2002. Buku Acuan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal ; Persalinan Normal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
SDKI. 2008. Info Kesehatan Kehamilan Indonesia. (http://Obgynundip. Com) pada tanggal 09 Agustus 2010
Suhemi, I. 2005. Posisi Ibu Melahirkan. (http://Obgynundip. Com) pada tanggal 09 Agustus 2010.
Sumarah, Widiayastuti & Widyati. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Simkin, P. & Ancheta, R. 2005. Buku Saku Persalinan, Edisi Bahasa Indonesia. EGC: Jakarta.
Sugiyono, 2003. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta.
Waldenstrom. 1991. Lima Macam Posisi Persalinan. (http://Obgynundip. Com) pada tanggal 09 Agustus 2010.
Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : FKUI.
WHO. 2006. Kesehatan Ibu Dan Anak. (http://Obgynundip. Com) pada tanggal 15 Agustus 2010.
89
Gambar 3.2. Kerangka kerja pengaruh Pemberian Teknik Akupressur Terhadap Frekuensi Kontraksi Uterus Untuk Kemajuan Persalinan Pada Persalinan Kala Ii Di Puskesmas Aikmel Lombok Timur.
Ibu bersalin
Kala I
Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
Pre-testPre-test
Diberikan perlakuan akupresur
Tabulasi data
Analisa statistik uji kofisien phi
Accidental sampling
Informed consent
Puskesmas Aikmel Lombok timur
Tidak diberikan perlakuan akupressur
Ruang bersalin
Post testPost test
90
61
Laporan hasil
Table 3.1 difinisi operasional.
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor
Bebas:
Akupressur
Akupressur adalah sebuah
tindakan untuk mengembalikan
aliran energi normal di
seluruh tubuh dengan pijatan
pada titik akupuntur.
Akupressur diberikan selama 1
menit dan berhenti 1 menit
diberikan 6 kali.
Pedoman
pelaksanaan
penekanan
tangan
(acupressur)
Cek List - -
Terikat :
kontraksi
uterus
Kontraksi uterus adalah
proses persalinan untuk
merangsang pembukaan mulut.
kontraksi ini yang merangsang
Frekuensi
kontraksi
uterus dalam
10 menit
Observasia ordinal Kuat
- Frekue
nsi ≥
3x/10
91
pembukaan mulut rahim.
kontraksi ini yang merangsang
pembukaan mulut rahim.
Bersamaan dengan pembukaan
rahim sedikit demi sedikit
ini, bayi akan terdorong
turun sedikit demi sedikit.
Sehingga bila kontraksi
kurang kuat, dengan
sendirinya proses persalinan
menjadi lebih lama atau
bahkan tertunda.
menit.
lemah
- Frekue
nsi
≤3x/10
menit
92
93
HUBUNGAN PEMBERIAN TEKNIK AKUPRESSUR DENGAN FREKUENSI KONTRAKSI UTERUS UNTUK KEMAJUAN PERSALINAN
PADA PERSALINAN KALA II DI PUSKESMAS AIKMEL
LOMBOK TIMUR
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana KeperawatanPada Sekolah Tinggi Kesehatan Mataram
OLEH :
BAIQ RANTI WIDIASTUTI06.01.0332
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI KESEHATAN
(STIKES) MATARAM2011
94
95