View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
1/24
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG LUKA DIABETIK
DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN LUKA PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KOTA
TAKENGON TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) atau penyakit gula merupakan salah satu dari 7
penyakit kronis yang ada didunia yaitu: kanker, jantung, AIDS, diabetes, TB, vector
borne,dan hepatitis. Dikatakan penyakit gula karena memang jumlah atau konsentrasi
glukosa atau gula didalam darah melebihi keadaan normal.(Soegondo ,2008).
Menurut WHO tahun 2003, terdapat lebih dari 200 juta orang dengan diabetes
didunia. Angka ini akan bertambah menjadi 333 orang di tahun 2025. Negara
berkembang seperti Indonesia merupakan daerah yang paling banyak terkena pada
abat ke 21. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes ke 4
terbanyak didunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000 di
Indonesia terdapat 8,4 juta penderita diabetes dan diperkirakan akan mengalami
peningkatan menjdi 21,3 juta penderita pada tahun 2030 (Soegondo dan Sukardji,
2008)
Komplikasi diabetes bisa terjadi pada penderita DM antara lain komplikasi
akut seperti kronik hipoglikemi, ketoasidosis untuk dm tipe I, koma hiperosmolar non
ketotik untuk dm tipe II dan komplikasi kronik seperti makroangiopati mengenai
pembuluh darah besar, pembuluh darh jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh
darah otak. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil-retinopati diabetik dan
nefropati diabetik. Neoropati diabetik dan penderita rentan infeksi seperti tuberkulosis
paru dan infeksi saluran kemih dan bahkan ulkus diabetikum. (Mansjoer,1999)
Komplikasi penderita diabetes melitus sebagaimana tercatat dipoliklinik
diabetes RSUD Dr. Suetoma Surabaya tahun 2005 adalah beragam, yang tertinggi
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
2/24
yakni menurunya fungsi sexsual 50% termasuk impotensi total yang menetap.
Komplikasi saraf, seperti mengecilnya otot-otot kaki (atropi), mata tertutup sebelah,
mulut tertarik (30,6%). Ada pula yang mengalami penyempitan pembuluh darah
dimata (29,3%) dan menderita katarak (16, 3%), lalu mengidap TBC paru-paru
(15%), tekanan darah tinggi atau hipertensi (12,8%) dan penyempitan pembuluh darah
jantung atau penyakit jantung koroner (10%),stroke (4,2%), ganggren diabetik (3,5%).
Dari penderita rata-rata 50% menyadari mereka menderita diabetes setelah
memeriksakan ke dokter, hanya 30 % saja pasien diabetes melitus berobat secara
teratur ( Walk, 2006).
Pada penderita diabetes mellitus, insulin yang dihasilkan tidak memadai
dikarenakan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terkumpul dalam darah,
menyebabkan timbulnya gejala diabetes mellitus. Kecenderungan terkena diabetes
mellitus tampaknya sering kali karena faktor keturunan. Keadaan-keadaan lain yang
mendorong timbulnya penyakit ini adalah kehamilan, kegemukan, tekanan fisik atau
emosi. Komplikasi yang muncul yaitu hipoglikemi dan hiperglikemi. Hiperglikemi
terjadi karena paparan glukosa yang tinggi dan beredar dalam darah sehingga
menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan terjadi banyak kerusakan pada
banyak organ diantaranya : kulit akan terjadi dermatitis sampai infeksi hingga
berakhir pada luka ulkus diabetik (Ivan Hoesada, dkk, 2005).
Ulkus diabetik adalah luka yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk
akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar pada bagian
tungkai ( Askandar, 2000). Ulkus diabetik merupakan suatu penyakit yang
menakutkan karena merupakan komplikasi lanjut dari keadaan yang dialami oleh
seorang penderita diabetes mellitus, mempunyai dampak negatif yang komplek
terhadap kelangsungan kualitas hidup individu. Salah satu diantaranya adalah
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
3/24
amputasi apabila luka atau gangren tersebut mengancam jiwa seseorang. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam perawatan diabetes mellitus dan ulkus diabetik yaitu :
pengaturan makan yang baik, tidak boleh makan gula atau makanan bergula,
mengkonsumsi makanan dengan kadar tinggi protein misalnya: daging tanpa lemak,
telur, ikan, sayur hijau dan harus menjauhi makanan dengan kandungan tinggi
karbohidrat serta melakukan latihan fisik (olah raga secara teratur) Nurhasan (2002).
Melihat tendensi kekerapan diabetes secara global yang terutama disebabkan
oleh peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat
dimengerti bila dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan
diabetes melitus di Indonesia akan meningkat dengan dramatis. Diabetes merupakan
penyakit yang jangka panjang maka komplikasi diabetes melitus dapat menyerang
seluruh anggota tubuh. Tindakan pengendalian diabetes sangat diperlukan khususnya
dengan mengusahakan tingkat gulah darah sedekat mungkin normal dan mencegah
ulkus yang terjadi pada penderita, sebagai usaha pencegahan yang terbaik terhadap
kemungkinan berkembangnya komlikasi dalam jangka panjang (Sustrani, Alam. Hadi
Broto,2005).
Usaha untuk menjaga agar gula darah tetap mendekati normal dan mencegah
terjadinya ulkus, tergantung dari motivasi serta pengetahuan penderita mengenali
penyakitnya. Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan prilaku yang akan
diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut penderita memiliki alasan dan
landasan untuk menentukan suatu pilihan. (Notoadmojo,2010).
Menurut Karyoso (1999) bahwa dengan pengetahuan manusia dapat
mengembangkan apa yang diketahui dan dapat mengatasi kebutuhan kelangsungan
hidup, sehingga akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Terbentuk suatu
perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
4/24
subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek
diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan akan terbentuk dalam sikap
maupun tindakan.
Pentingnya penderita diabetes melitus mengetahui cara mencegah komplikasi
yakni pertama guna mencegah munculnya komplikasi diabetes. Penderita diabetes
juga harus rajin merawat dan memeriksakan kaki,guna menghindari terjadinya kaki
diabetik dan kecacatan yang mungkin akan muncul. Kedua peningkatan pengetahuan
penderita mengenai cara mencegah komplikasi juga dapat meningkatkan kualitas
hidup penderita diabetes sehingga penderita dapat menikmati hidup seperti orang
normal pada umumnya yang tidak menderita diabetes melitus, serta penderita tidak
perlu mengeluarkan uang secara berlebihan untuk pengobatan yang sebenarnya tidak
diperlukan(Maulana,2008).
Berdasarkan hasil laporan profil puskesmas Kota Takengon yang terletak di
sebelah barat Polres Aceh Tengah pada bulan Oktober tahun 2010 didapatkan jumlah
Penderita diabetes Melitus di Puskesmas Kota Takengon sebanyak 35 penderita.
Sedangkan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat berada di puskesmas
ditemukan penderita diabetes mellitus cenderung tidak memperdulikan luka yang
terjadi pada penderita, dan berdasarkan data puskesmas ada 3 orang yang sudah
diamputasi. Peneliti juga melihat luka yang dialami penderita diabetes mellitus
kebanyakan terdapat di kaki. Dari data diatas, dapat dikatakan bahwa masalah
penyakit diabetes melitus masih masalah kesehatan yang harus diperhatikan
dilingkungan masyarakat. Melihat data diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di wilayah kerja puskesmas kota Takengon dengan judul Hubungan
pengetahuan tentang luka diabetik dengan tindakan pencegahan luka pada penderita
diabetes melitus di Puskesmas Kota Takengon 2011.
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
5/24
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini
adalah : adakah hubungan pengetahuan tentang luka diabetik dengan tindakan
pencegahan luka pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Kota Takengon Tahun
2011.
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan pengetahuan tentang luka diabetik dengan tindakan
pencegahan luka pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Kota Takengon
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi penderita
Untuk meningkatkan pengetahuan penderita diabetes melitus dalam
pencegahan luka diabetik di Puskesmas Kota Takengon.
1.4.2. Bagi Tenaga Kesehatan (Puskesmas)
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan Pendidikan
kesehatan tentang pencegahan luka pada penderita diabetes melitus agar tidak terjadi
ulkus dan mengakibatkan ganggren dan pengelolahan diet diabetes melitus, olah raga,
penyuluhan agar tidak terjadi komplikasi berlanjut.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep pengetahuan
2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaanwhat (Notoadmojo,2010)
Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran tertentu mempunyai metode atau
pendekatan untuk mengkaji objek sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun,
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
6/24
sistematis dan diakui secara universal. Maka terbentuklah ilmu atau lebih sering
disebut ilmu pengetahuan.
2.1.2 Tingkat pengetahuan
Menurut Notoadmodjo tingkat pengetahuan manusia dibagi menjadi 6
tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang
yang lebih paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadapa objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Appication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartiakan
aplikasi atau penggunaan hukum-hkum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
7/24
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
1. Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
8/24
di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang
diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
2. Mass media / informasi.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Sosial budaya dan ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan.
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
9/24
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam
bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional
serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6. Usia.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih
banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Ada dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup : Semakin
tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak
hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.Tidak dapat mengajarkan
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
10/24
kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik
fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang
akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
2.2 Luka Diabetic
2.2.1 Pengertian luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik yang
melibatkan gangguan pada saraf periferal dan autonomik(Suriadi ,2004 )
2.2.2 Etiologi
1. Diabetik neuropati (kerusakan saraf)
Komponensaraf yang terlibat adalah saraf sensori dan autonomik dan sistem
pergerakan. Kerusakan pada saraf sensori akan menyebabkan klien akan kehilangan
sensasi nyeri dapat sebagian atau keseluruhan pada kaki yang terlibat.
2. Peripheral vascular diseases
Pada peripheral vascular diseases ini dapat terjadi karena arteriosisklerosid
dan aterosklerosis. Pada arteriosklerosis adalah menurunnya elastisitas dinding arteri.
Pada aterosklerosis adanya akumulasi laques pada dinding arteri dapat berupa
kolestrol, lemak, sel-sel otot halus, monosit, pagosit dan kalsium.
2.2.3 Pathofisiologi
Skema 2.1
Diabetes Melitus
Penyakit pembuluh Neuropati otonom Neuropati perifer
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
11/24
Darah tepi (PVD)
Keringat Aliran darah Indra gerak
Raba
Sumbatan Aliran Resorpsi Atropi
Oksigen,nutrisi tulang KehilanganAntibiotika rasa sakit
Kulit kering
Pecah kerusakan
Luka sulit sendi trauma kehilangan
Sembuh bantalan
kerusakan lemak
kaki
tumpuan
berat baru
Infeksi Ulkus
Sindrom jari biru
Ganggren
Ganggren mayor Amputasi
Sumber : Boulton AJ.(2002) dengan modifikasi.
Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang mengkontrubusi
terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik terkait dengan
adanya pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal sebagai
neuropati perifer. Pada pasien dengan diabetik sering kali mengalami gangguan pada
sirkulasi. Gangguan sirkulasi ini adalah yang berhubungan dengan peripheral
vascular diseases. Efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf.
Hal ini terkait dengan diabetik neuropati yang berdampak pada sistem saraf
autonomi, yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan organ viseral. Dengan
adanya gangguan pada saraf autonomi pengaruhnya adalah terjadi perubahan tonus
otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah.
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
12/24
Dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian
antibiotik tidak mencukupi atau tidakdapat mencapai jaringan perifer, dan atau
kebutuhan metobolisme pada lokasi tersebut. Efek pada autonomi neuropati ini kan
menimbulkan kulit menjadi kering, anhidrosis; yang memudahkan kulit menjadi rusak
dan luka yang sukar sembuh, dan dapat menimbulkan infeksi dan mengkontibusi
untuk terjadinya ganggren.
Dampak lain adalah karena adanya neuropati perifer yang mempengaruhi pada
saraf sensori dan sistem motor yang menyebabkan hilang sensasi rasa nyeri, tekanan
dan perubahan tempratur.
2.2.4 Manifestasi klinik
1. Umumnya pada daerah plantar kaki
2. Kelainan bentuk pada kaki; deformitas kaki
3. Berjalan yang kurang seimbang
4. Adanya fisura dan kering pada kulit
5. Pembentukan kalus pada area yang tertekan
6. Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal
7. ABI (Ankel branchial index) normal
8. Luka biasanya dalam dan berlubang
9. Sekeliling kulit; dapat terjadi selulitis.
10. Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri
11. Xerosis (keringnya kulit kronik)
12. Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis
13. Eksudatyang tidak begitu banyak
14. Biasanya luka tampak merah
2.2.5 Tindakan yang dapat dilakukan penderita diabetes
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
13/24
Menurut Soegondo dan Sukardji (2008) Dalam kehidupan sehari hari terdapat
banyak makanan yang dapat meningkatkan glukosa darah. Seberapa banyak makanan
dapat meningkatkan glukosa darah sangat tergantung pada macam makanan, cara
memasaknya, jumlah yang dimakan, kapan dimakan dan bersama makan apa makan
tersebut dimakan. Untuk dapat mengetahui bagaimana makanan yang dimakan
mempengaruhi konsentrasi glukosa darah dapat dilakukan dengan cara memeriksa
glukosa darah setelah makan.
Latihan atau kegiatan jasmani akan menurunkan konsentrasi glukosa darah
dengan jalan menggunakan sebagian glukosa dalam darah yang dibakar sebagai
energi. Demikian pula dapat membantu otot menggunakan insulin dengan baik, oleh
karena glukosa akandiambil lebih banyak dalam darah. Dengan melakukan latihan
seperti jalan kaki 30 menit setiap hari, berat badan akan turun. Penurunan berat badan
hanya sebanyak 10 % untuk sebagian orang akan membantu mengembalikan
glukosanya menjadi normal.
Apabila dengan makan sehatdan latihan jasmani tidak menghasilkan
penurunan glukosa darah seperti yang diinginkan, mungkin diperlukan obat untuk
mengurangi konsentrasi glukosa tersebut.
Obat anti diabetes adalah obat yang dapat menurunkan konsentrasi glukosa
darah. Pada keadaan tertentu apabila makan sehat, kegiatan jasmani dan obat diabetes
masih tidak dapat menurunkan glukosa darah mungkin akan diperlukan suntikan
insulin dapat diberikan baik tanpa tablet anti diabetes atau dengan tables secara
bersama-sama.
Untuk mengetahui apakah penanganan diabetes akan dapat berhasil dengan baik,
dapat dilakukan 2 hal yaitu :
1. Memantau glukosa darah secara mandiri.
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
14/24
2. Melakukan pemeriksaan secara rutin.
2.2.6 Deteksi Dini Dan Pencegahan Komplikasi Kaki Diabetik
Menurut Em Yunir ( 2007) Bagi penyandang diabetes melitus, masalah kaki
merupakan salah satu komplikasi yangpaling ditakuti,karena dapat menyebabkan
ganggren dan amputasi kaki umumnya didahului adanya ulkus (tukak,luka). Masalah
kaki diabetik menjadi lebih menonjol dampak ekonomis yang sangat besar, baik
terhadap pasien, keluarga maupun pemerintah. Pasien dengan kaki diabetik sering kali
membutuhkan perawatan yang lama, biaya yang tidak sedikit serta reiko amputasi
yang cukup besar.Pengenalan terhadap faktor faktor resiko dan pengenalan kelainan
dini pada kaki diabetik akan sangt bermanfaat terhadap usaha pencegahan atau
menurunkan kejadian kaki diabetik.
2.2.6.1 Identifikasi Faktor Risiko
Mengenal faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya ulkus pada
kaki diabetik, merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk upaya
pencegahan. Salah satu faktor risiko yang sangat berperan adalah lama menyandang
diabetes melitus, yang juga berperan atas timbulnya berbagai komplikasi kronis
seperti : mata, jantung, ginjal, saluran pencernaan, organ genital dan lain-lain.
2.2.6.2 Faktor-Faktor Risiko Ulkus Dan Amputasi Kaki Diabetik :
1. Gangguan saraf
2. Kelainan bentuk kaki
3. Peningkatan tekanan/beban pada kaki
4. Kelainan tulang-tulang kaki
5. Gangguan pembuluh darah
6. Riwayat luka pada kaki
7. Kelainan pertumbuhan kuku
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
15/24
8. Tingkat pendidikan dan lingkungan sosial
9. Pemakaian sepatu yang tidak sesuai.
Jika telah terjadi komplikasi saraf, maka pengobatan yang dilakukan adalah
mengontrol kadar GD semaksimal mungkin untuk memperlambat perburukan.
2.2.6.3 Gejala Saraf Yang Sering Dikeluhkan adalah :
1. Rasa nyari pada kaki seperti rasa terbakar
2. Tidak berasa
3. Rasa tebal pada kaki
4. Perasan panas atau dingin
5. Penurunan ambang rasa saki-mati rasa, terhadap rasa suhu, rasa gentar.
6. Produksi keringat yang menurun, kulit yang kering dan pecah-pecah.
7. Kaki terasa lebih hangat.
2.2.6.4 Gangguan Pembuluh Darah
Penyempitan pembuluh darah sering dijumpai pada penyandang diabetes
melitus. Hal ini disebabkan proses pengerasan pada dinding pembuluh darah,
penyempitan lumen pembuluh darah ataupun sumbatan pembuluh darah, yang
semuanya akan menimbulkan gangguan aliran darah. Selain tingginya kadar GD,
tekanan darah tinggi, kolestrol tinggi dan merokok merupakan faktor-faktor risiko lain
yang dapat menyebabkan timbulnya penyumbatan pembuluh darah. Oleh karena itu,
selain mengontrol kadar GD seoptimal mungkin, pengendalian tekanan darah, kadar
kolesterol dan menghentikan rokok merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh
penyandang diabetes melitus.
Gejala-gejala gangguan aliran darah yang sering dijumpai antara lain: nyeri
saat beristirahat, terutama pada malam hari, ujung-ujung jari yang menghitam, luka
yang tidak sembuh-sembuh. Sedangkan tanda-tanda yang terlihat adalah :
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
16/24
1. Kaki yang pucat saat diangkat keatas.
2. Luka pada kaki atau jari-jari.
3. Kulit kering dan bersisik.
4. Otot kaki yang mengecil.
5. Bulu-bulu rambut yang menipis
2.2.6.5 Perubahan Bentuk Kaki
Kelainan mekanik sangat berperan terhadap terjadinya ulkus. Perlukaan akan
mudah terjadi pada kaki yang sudah mengalami kelainan bentuk, seperti tulang
menonjol, jari yang bengkok, mata ikan, tekanan atau beban yang tertumpu pada kaki
diseratai oleh adanya gesekan yang berlangsung terus-menerus sepanjang hidup akan
menyebabkan kerusakan jaringan.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi timbulnya pada kaki diabetik, yaitu
gaya gesekan dan gaya tekanan. Gaya gesekan timbul akibat sentuhan dua permukaan
benda, dalam hal ini antara permukaan kulit kaki dengan permukaan sepatu saat
berjalan, sedangkan gaya gaya tekanan akibat berat badan. Semakin besar brat badan
semakin besar tekanan yang ditimbulkan. Jika beban ini terjadi pada bagian tertentu
dari kaki yang menonjol , seperti kalus atau tulang jari kaki atau bentuk kaki yang
miring, maka akan terjadi perlukaan atau robeknya kulit kaki. Bila tidak dikelola
dengan baik akan mengalami infeksi dan meluas.
Perubahan struktur dan bentuk kaki terjadi akibat otot-otot kecil pada kaki dan
diantara jari-jari kaki menjadi mengecil dan melemah, akibat kerusakan sistem saraf
perifer.
Beberapa kelainan yang sering dijumpai antara lain :
1. Jari bengkok.
2. Penonjolan tulang metatarsal kearah plantar.
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
17/24
3. Gerak sendi menjadi kaku.
4. Kulit mudah luka akibat gesekan dengan alas kaki.
5. Sendi menjadi kurang stabil
Tekanan dan gesekan yang dialami terus menerus oleh kaki suatu saat akan
mengalami kerusakan jaringan yang pada awalnya berupa lesi pra-ulkus; seperti
perdarahan didalam kalus, kulit yang melepuh, lecet dan lain-lain. Jika hal ini terus
berlangsung, akibat tidak disadari oleh pasien, maka ulkus menjadi lebih dalam dan
meluas. Jika kemudian mengalami infeksi ulkus ini dapat berkembang sampai
akhirnya menjadi ganggren yang selanjutnya perlu diamputasi.
2.2.7 Program Pencegahan
Berdasarkan penelitian, upaya pencegahan kaki diabetik oleh penyandang
diabetes melitus dapat menurunkan risiko terjadinya luka dan amputasi pada kaki
sebesar 44-85% kasus diabetes melitus.
Beberapa upaya yang sangat disarankan ialah :
1. Pemeriksaan kaki secara berkala
2. Identifikasi faktor-faktor risiko
3. Edukasi pada pasien, keluarga dan petugas kesehatan
4. Gunakan alas kaki yang sesuai.
5. Atasi kelainan kaki yang ada sebelum timbul luka
6. Penanganan luka segera.
a. Edukasi
Edukasi yang dilakukan secara teratur dan terprogram sangat berperan pada
upaya pencegahan kaki diabetik. Penyuluhan tidak hanya ditujukan untuk pasien saja,
tetapi juga harus dilakukan terhadap keluarga dan petugas kesehatan yang
berhubungan langsung dengan pasien.
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
18/24
Materi edukasi yang harus disampaikan kepada penyandang diabetes melitus
dan keluarga antara lain :
1. Lakukan pemeriksaan kaki setiap hari.
Jika pasien tidak dapat melakukannya, harus ada seseorang yang melakukannya.
2. Cuci kaki setiap hari secara teratur dan langsung dikeringkan, sampai sela-sela jari.
3. Selalu gunakan alas kaki saat berjalan, baik saat didalam maupun diluar rumah,
gunakan kaus kaki yang menyerap keringat jika memakai sepatu.
4. Jika menggunakan air hangat untuk mandi atau mencuci kaki, tempratur air tidak
boleh dari 37oC, gunakan termometer untuk mengukur temperatur air.
5. Jangan gunakan bahan-bahan kimia untuk menghilangkan kalus.
6. Periksa bagian dalm sepatu setiap akan dipakai.
7. Jika ada gangguan pada penglihatan, sebaiknya jangan nmemotong kuku sendiri.
8. Gunakan pelembab atau krim untuk kulit kaki yang kering kecuali pada sela jari.
9. Hindari menggunakan krim yang mengandung alkohol.
10. Ganti kaos kaki setiap hari,guanakan kaos kaki dengan lipatan menghadap keluar
atau pilih kaos kaki yang tanpa lipatan.
b. Memilih alas kaki
Penggunaan alas kaki yang tidak cocok atau tidak sesuai dengan bentuk kaki,
merupakan salah satu faktor penting sebagai penyebab timbulnya ulkus diabetik.
Penyandang diabetes melitus yang belum mengalami neuropati, gangguan vaskular
ataupun kelainan biomekanik pada, kaki, dapat memilih sepatu sesuai dengan selera,
dengan memperhatikan beberapa pedoman.
Beberapa pedoman dimaksud ialah :
1. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau terlalu longgar.
2. Pilih sepatu yang lebih panjang sekitar 1-2 cm dari panjang telapak kaki.
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
19/24
3. Lebar sepatu harus sama dengan lebar kaki yang diukur dari sendi matatarsal-
phalangeal.
4. Mencoba sepatu baru sebaiknya pada posisi berdiri dan dilakuakan pada sore hari;
cobalah sepatu pada kedua kaki.
5. Jangan memilih bentuk sepatu yang runcing pada bagian depan.
6. Untuk wanita hindari pemakaian sepatu dengan hak tinggi.
7. Jika sudah terdapat tanda-tanda kelaianan pada kaki, seperti terdapatnya penonjolan
tulang sebaiknya pasien disarankan untuk konsultasi pada seorang ahli pembuat
sepatu pada unit rehabilitas medik rumah sakit terdekat.
2.3 Kerangka Konsep
Berdasarkan hasil study kepustakaan, maka kerangka konsep penelitian
mengenai hubungan pengetahuan tentang luka dengan pencegahan luka pada
penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas Kota Takengon 2010.
Variabel Independen Variabel Dependen
Pengetahuan Tentang Luka Diabetik
Tindakan Pencegahan Luka DM
2.4 Hipotesa Penelitian
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
20/24
Ha : ada hubungan antara pengetahuan tentang luka diabetik dengan tindakan
pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik
dengan rancangan penelitian cross sectionalyang bertujuanuntuk mengetahui adanya
hubungan pengetahuan tentang luka diabetik dengan tindakan pencegahan luka pada
penderia Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Tangkengon Tahun 2011.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Takengon.
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan 18 April 18 Mei 2011.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah semua penderita diabetes melitus yang belum mengalami
komplikasi ganggren yang datang berobat di Puskesmas Kota Takengon, sebanyak
35 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus yang belum
mengalami komplikasi ganggren dimana pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik Accidental sampling yaitu dengan mengambil responden yang kebetulan
datang berobat di Puskesmas Kota Takengon yang berjumlah 25 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
21/24
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah
disusun oleh peneliti dengan acuan kepustakaan yang terdiri dari beberapa pertanyaan
sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
yang terakhir diPuskesmas Kota Takengon.
3.5 Definisi Operasinal Variabel
NoVariabel
Defenisi
Operasional
Alat
Ukur
Skala
Ukur
Hasil
Ukur
1. Pengetahuan
Tentang luka
diabetik
Hal yang perlu dipahami oleh
penderita diabetes melitus tentang
luka diabetes meliputi: Pengertian
luka, Faktor-faktor resiko ulkus
dan program pencegahan.
Kuesioner Ordinal Baik
Cukup
Kurang
2. Tindakan
Pencegahan
Luka
Upaya-upaya yang dilakukan oleh
penderita diabetes melitus untuk
menghindari risiko terjadinya
luka.
Kuesioner Ordinal Baik
Buruk
3.6 Aspek Pengukuran
3.6.1 Pengetahuan Tentang Luka
Untuk mengukur pengetahuan penderita diabetes melitus tentang luka yang
mencakup pengertian luka diabetes melitus, deteksi dini dan pencegahan komplikasi
kaki diabetik dengan menggunakan 15 pertanyaan dengan alternatif jawaban benar
diberi nilai 2 dan jawaban salah diberi nilai 1 , maka skor jawaban tertinggi adalah 30
dan skor jawaban terendah adalah 15.
1. Untuk kategori pengetahuan tentang luka diabetes melitus digunakan dengan rumus
Sudjana (2002) :
P = Rentang
BK
Ket : P = Panjang kelas
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
22/24
Rentang = Skor tertinggi dikurang skor terendah
BK = Banyak Kelas
P = 30-15
3
P = 15
3
P = 5
Pengetahuan Penderita DM tentang luka Diabetes Mellitus dikategorikan
dengan :
Baik : 26 - 30
Cukup : 21 - 25
Kurang : 15 20
3.6.2 Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melitus.
Untuk tindakan pencegahan yang dilakukan penderita diabetes melitus,
peneliti membuat 11 pertanyaan. Bila penderita diabetes melitus selalu melakukan
tindakan pencegahan DM diberi nilai 3, kadang-kadan nilai 2 dan tidak pernah nilai 1
sehingga total nilai tertinggi dari seluruh jawaban 33 sedangkan nilai terendah 10
maka dapat dikategorikan sebagai berikut :
Panjang Kelas (P) = Rentang
Banyak kelas
Ket : P = Panjang kelas
Rentang = Skor tertinggi dikurang skor terendah
BK = Banyak Kelas
7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
23/24
P = 33-11
2
P = 22
2
P = 11
Upaya Pencegaha luka Diabetes Mellitus dikategorikan dengan :
Baik : 23-33
Buruk : 11-22
3.7 Tehnik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
(1) Analisa Univariat
Untuk mengukur pengetahuan tentang luka diabetes melitus dengan tindakan
pencegahan luka pada penderita Diabetes mellitus dengan menggunakan analisa
distribusi frekuensi.
(2) Analisa Bivariat
Analisa bivariat diperlukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang luka
diabetes melitus dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes melitus
dengan menggunakan uji chi square dengan Alpa 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95
% selanjutnya akan disajikan dalam tabel frekwensi dan dalam bentuk laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H.A, (2003).Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika.
Boulton AJ. The Diabetik Foot. Blackweel Publising, (2002). Diperoleh dari :
http://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:JL7OD2YyE0cJ:eprints.undip.ac.id/18866/1/Rini_Tri_Hastuti.pdf.
(Diakses pada 6 Desember 2010)
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:JL7OD2YyE0cJ:eprints.undip.ac.id/18866/1/Rini_Tri_Hastuti.pdfhttp://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:JL7OD2YyE0cJ:eprints.undip.ac.id/18866/1/Rini_Tri_Hastuti.pdfhttp://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:JL7OD2YyE0cJ:eprints.undip.ac.id/18866/1/Rini_Tri_Hastuti.pdfhttp://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:JL7OD2YyE0cJ:eprints.undip.ac.id/18866/1/Rini_Tri_Hastuti.pdf7/23/2019 Hubungan Pengetahuan Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melit
24/24
Dep. Kes. RI. Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang serius.
http://www.depkes.go.id/index.php.( Diakses pada 6 Desember 2010).
Maulana Mirza, (2008). Mengenal Diabetes Melitus. Jogjakarta : Katahati
.Notoatmodjo, S, (2007).Konsep Prilaku dan Prilaku kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Soegondo Sidartawan dan Sukardji kartini, (2008). Diabetes Melitus Kencing Manis
Sakit Gula. Jakarta: FKUI.
Sudjana F, (1992).Metode Statistika, Tarsito. Bandung.
Suryadi, (2004).Perawatan Luka Edisi I. Jakarta : Sagung Seto.
Sustrani, Hadibroto Alam, (2005).Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Walk, Ahni Dr, (2006). Global Diabetes. Jakarta : PBPDI.
Yunir Em, (2007),Hidup Sehat Dengan Diabetes. Jakarta : FKUI.
http://www.depkes.go.id/index.phphttp://www.depkes.go.id/index.php