Upload
dwi-romadhani
View
415
Download
25
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia. Masyarakat
Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat
obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman yang berkhasiat
obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional.
Eksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis menjadi salah
satu target para peneliti, setelah senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai
aktivitas biologis seperti senyawa antioksidan sintetik misalnya Butylated
Hydroxy Toluen (BHT), Butylated Hydroxy Anisole (BHA) dan Tert- Butyl
Hydroxy Quinone (TBHQ) dilarang penggunaannya karena bersifat karsinogenik.
Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa flavonoid yaitu wogonin
adalah tumbuhan Tetracera indica Merr. yang berasal dari famili Dilleniaceae
dan dikenal dengan nama umum Mempelas. Tumbuhan jenis Tetracera hidup
subur di kawasan hutan Asia mulai dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam,
China sampai Guyana. Wogonin dapat berfungsi sebagai zat antioksidan dan anti-
inflamasi (Fitrya, 2009).
Untuk melakukan identifikasi senyawa wogonin pada tumbuhan mempelas
maka dibutuhkan proses ekstraksi dan pemisahan senyawa dilakukan dengan
menggunakan teknik kromatografi. Untuk identifikasi lebih lanjut atau lebih detail
maka digunakan instrumen Sepktrometer Massa (SM) dan Resonansi Magnetik
Inti (RMI).
1
II. PEMBAHASAN
A. Tumbuhan Mempelas (Tetracera indica Merr.)
Mempelas merupakan sejenis tumbuhan liar yang tinggi dan
mempunyai batang berkayu. Tumbuhan Tetracera indica Merr berasal dari
famili Dilleniaceae dan dikenal dengan nama umum mempelas. Tumbuhan
jenis Tetracera hidup subur di kawasan hutan Asia mulai dari Malaysia,
Indonesia, Thailand, Vietnam, China sampai Guyana. Daun mempelas
memiliki bentuk yang sederhana, seperti bentuk daun pada umumnya.
Daunnya mempunyai permukaan yang kesat. Batangnya juga bertekstur kuat.
Mempelas mempunyai bunga berwarna putih dengan kelopak bunga yang
kecil berwarna merah jambu. Bunganya memiliki aroma yang wangi.
Buahnya memiliki rasa yang asam dan berbentuk kecil (seperti buah beri).
Buahnya berwarna hijau ketika masih muda dan berubah menjadi merah
ketika sudah matang.
2
Gambar 1. Tumbuhan Mempelas (Tetracera indica Merr.)
Umumnya, kandungan tumbuhan Tetracera adalah flavonoid
contohnya seperti wogonin. Adapun kegunaan mempelas sebagai obat
tradisional adalah akarnya direbus dan airnya diminum untuk menurunkan
tekanan darah tinggi dan suhu badan ketika diserang demam panas. Selain itu,
daunnya bisa dijadikan obat untuk penyakit gatal-gatal pada kulit. Masyarakat
melayu di Malaysia menggunakan serbuk dari daun mempelas kering untuk
merawat radang. Selain kegunaannya sebagai obat, buah mempelas juga bisa
dijadikan sebagai cuka yang digunakan dalam masakan. Batangnya yang kuat
juga bisa dijadikan tali (Fitrya, 2009)
B. Wogonin
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat berwarna merah,
ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-
tumbuhan. Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat
tajam, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada
temperatur tinggi. Senyawa-senyawa flavonoid terdapat dalam semua bagian
tumbuhan tinggi seperti bunga, buah, daun, ranting, kayu, kulit kayu, dan
akar.
Wogonin merupakan salah satu senyawa flavonoid dan wogonin
termasuk ke dalam golongan flavon. Wogonin banyak terkandung dalam
tumbuhan mempelas terutama pada bagian buahnya.
3
Gambar 2. Rumus Bangun Wogonin
Nama IUPAC : 5,7-Dihydroksi-8-metoksi-2-fenil-4H-kromen-4-on
Nama Lain : Vogonin
Norwogonin 8-metil eter
5,7-dihidroksi-8-metoksiflavon
Rumus Molekul : C16H12O5
Massa Molekul : 284,26 g/mol
Titik Leleh : 203-206 oC
Wogonin juga merupakan komponen aktif yang diisolasi dari tumbuhan
Scutellaria baicalensis, salah satu obat herbal China yang bermanfaat untuk
pengobatan klinis penyakit radang termasuk dermatitis atopik, hiperlipemia,
dan aterosklerosis. Wogonin juga dilaporkan mempunyai potensi terapi untuk
pengobatan aterosklerosis dan restenosis karena memiliki sifat sebagai zat
antioksidan, anti-inflamasi, antitrombotik, dan aktivitas antiproliveratif
(Chang, 2001).
Selain itu, wogonin dapat berfungsi sebagai zat anti-kanker, anti-
anxiety, anti-virus, anti infeksi bakteri, mengurangi jumlah kolesterol total
dalam darah, dan menurunkan tekanan darah. Informasi terkini melaporkan
wogonin memiliki efek menghambat virus HIV, virus leukimia, dan kanker
kulit pada tikus (Kim, 2005).
C. Identifikasi Wogonin
1. Instrumentasi Kimia
Dalam melakukan identifikasi terhadap senyawa wogonin maka
diperlukan suatu instrumentasi kimia yang memadai untuk memperoleh
hasil yang akurat. Adapun instrumen yang sangat penting dalam proses
identifikasi antara lain Spektrometer Massa (SM) dan Resonansi Magnetik
Inti (RMI). Berikut ini adalah penjelasan mengenai SM dan RMI.
4
CH HH
HCH HH
H
a. Spektrometer Massa (SM)
Prinsip Dasar
Di dalam spektrometer massa, molekul-molekul ditembak dengan
berkas elektron berenergi tinggi dan hasilnya direkam sebagai
spektrum dari pecahan-pecahan (fragmen) ion bermuatan positif.
Sebenarnya ion bermuatan negatif juga dihasilkan tetapi perbadingan
dengan ion bermuatan positif sangat kecil yaitu 1:1000 sehingga dapat
diabaikan. Jika suatu molekul ditembak degan elektron berenergi
tinggi maka akan dihasilkan suatu ion molekuler atau ion radikal. Ion
molekul tidak hanya berupa kation tetapi juga suatu radikal karena
berisi sejumlah elektron ganjil contohnya CH4.
+
+ e- + 2e-
Biasanya energi elektron yang digunakan adalah sebesar 70 eV
yaitu sekitar 6750 kJ/mol. Energi sebesar ini tidak hanya dapat
melepaskan elektron dari molekul untuk menghasilkan ion molekuler
tetapi juga mempunyai kelebihan energi sehingga mampu
memutuskan ikatan kovalen berkisar dari 200 – 500 kJ/mol. Hal ini
menyebabkan ion molekuler ini akan mengalami fragmentasi. Ion
molekuler M+ biasanya pecah atau terurai menjadi sepasang pecahan
(fragmen). Pecahan ini dapat berupa radikal dan ion, atau molekul
kecil dan ion radikal.
M+ m1+ + m2
Dalam spektrometer massa hanya ion positif yaitu ion molekuler,
ion pecahan, dan kation radikal yang dapat dideteksi sedangkan
molekul yang tak bermutan tidak dapat terdeteksi. Berikut ini adalah
operasi spektrometer massa secara lengkap:
1. Sampel cair diuapkan dalam vakum di dalam wadah yang di
panaskan (± 1 µg) atau sampel diubah menjadi gas dengan
5
bantuan alat nebulizer, dan uap itu dimasukan ke dalam ruang
pengionan.
2. Di dalam sumber ion, sampel di bom dengan arus elektron yang
berenergi 70 eV. Energi yang diserap oleh molekul mendorong
pengionan karena pembebasan elektron dari orbital ikatan dan
orbital tak-ikatan. Ion yang terbentuk karena pembebasan satu
elektron dari molekul asal disebut ion molekuler atau ion induk.
Beberapa ion molekuler terpecah menjadi “anak” ion yang lebih
kecil dan pecahan netral. Ion positif dan ion negatif keduanya
terbentuk tetapi yang kita perlukan ialah ion positif. Potensial
positif yang kecil digunakan untuk menolak ion positif dari ruang
pengionan.
3. Suatu lempeng yang mempunyai potensial positif 2000 volt
digunakan untuk mempercapat ion positif dalam tabung
memasuki daerah medan magnet.
4. Ion dibelokkan berbeda-beda oleh medan magnet tergantung
kepada perbandingan massa/muatan. Jadi komponen berkas ion
terbagi menjadi menurut perbandingan massa/muatan.
5. Masing-masing komponen berkas ion melewati celah pengumpul
dan menumbuk lempeng pengumpul. Masing-masing ion
menerima elektron dari lempeng yang menetralkan muatan
positifnya. Suatu aliran arus terjadi pada rangkaian pengumpul,
diperkuat, dan direkam sebagai fungsi perbandingan
massa/muatan. Besarnya masing-masing puncak merupakan
ukuran jumlah relatif ion dalam masing-masing berkas ion.
Berkas ion dipisah (diresolusi) berdasarkan harga m/e nya. Ion-
ion itu direkam pada kertas rekam sebagai spektrum massa harga m/e
nya. Intensitas puncak pada spektrum massa berbanding lurus dengan
jumlah ion yang terbentuk. Spektrofotometri massa dibagi menjadi
dua jenis pembagian ini berdasarkan ketelitian pembacaan m/e,
diantaranya:
6
1. Spektrometri massa rendah, spektrometer ini menghasilkan satuan
harga m/e untuk ion molekul dan ion pecahan. Akan tetapi untuk
suatu harga m/e seringkali terdapat lebih dari satu susunan unsur
(rumus molekul) yang sesuai.
2. Spektrometri massa tinggi, spektrometer ini mampu mengukur
massa ion sacara teliti, sampai beberapa angka dibelakang koma,
sehingga kita dapat membedakan rumus molekul alternatif yang
mungkin untuk ion.
Instrumen spektrometer massa diperlukan untuk identifikasi
senyawa organik yaitu penentuan bobot molekul dan penentuan rumus
molekul. Di bawah ini adalah diagram lengkap dari spektrometer
massa:
7
Gambar 3. Diagram Spektrometer Massa
Instrumentasi dan Teknik SM
Umumnya spektrometer massa terdiri dari lima komponen,
diantaranya:
1. Sistem pemasukan sampel.
Tujuan dari sistem pemasukan sampel adalah untuk
memasukkan sampel yang akan dianalisis ke dalam sumber ion
sebagai gas pada tekanan rendah. Sistem pemasukan sampel ini
berbeda-beda tergantung dari keadaan fisik sampel. Terdapat tiga
sistem pemasukan sampel diantaraya:
a. Gas chromatographic inlet.
Dalam sistem gas chromatographic inlet kebutuhan akan
sampel berkenaan dengan volatilitas dan jumlah (sekitar 1 µl)
adalah serupa baik untuk khromatografi gas maupun
spektroskopi massa. Jadi sampel untuk spektrometer massa
berasal dari efluen yang keluar dari kolom khromatografi gas.
Efluen ini dilewatkan melalui tabung sempit dari gelas
porous atau teflon yang permeabel terhadap gas pembawa
tapi tidak terhadap molekul sampel yang lebih besar.
Gabungan dua instrumen tersebut dikenal dengan GC-MS
yaitu suatu peralatan canggih dimana hasil pemisahan yang
baik dikenal dengan khromatografi gas kemudian langsung
diidentifikasi degan spektrometer massa. GC-MS sangat
berguna untuk menganalisis sampel yang terdiri dari
campuran kompleks.
b. Batch inlet.
Sistem batch inlet sampel dimasukkan sebagai gas dari
suatu wadah dengan volume 1 sampai 5 liter pada tekanan
dua kali lebh besar dari tekanan kamar ion. Untuk sampel
cairan yang titik didih di bawah 150 oC sejumlah sampel
tertentu diuapkan pada suhu kamar. Untuk sampel yang
kurang volatil wadah serta sampel dipanaskan agar stabil
8
kalau tidak sampel dimasukkan langsung ke dalam kamar ion
melalui peralatan khusus. Untuk sampel berupa gas dapat
dimasukkan langsung ke dalam wadah.
c. Direct probe inlet.
Dengan sistem Direct probe inlet sampel yang tidak
volatil atau stabilitas panas tidak cukup sering langsung
dimasukkan ke dalam sumber ion dengan sampel ”probe”
yang dimasukkan melalui vakum. “Probe” terdiri dari holder
untuk pipa kapiler kecil atau mangkok kecil yang berisi
sampel sekitar 1 µg atau kurang. Keuntungan utama dari
“probe” adalah sampel yang diperlukan dalam jumlah yang
kecil sekali. Biasanya “probe” dilengkapi dengan pemanas
untuk menguapkan sampel dalam tekanan rendah dari sumber
ion. Tetapi suhu yang lebih rendah adakalnya diperlukan
untuk menghasilkan molekul sampel dalam bentuk gas
secukupya. Penggunaan “probe” memungkinkan untuk
mempelajari sampel yang tidak volatil seperti karbohidrat,
steroid, polimer dan sebagainya yang mempunyai bobot
molekul rendah.
2. Kamar ionisasi.
Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengubah
sampel molekul menjadi ion-ion berupa gas diantaranya ialah:
a. Electron impact source.
Ion positf yang dihasilkan pada “electron impact”
ditekan masuk melalui celah dari lempeng pemercepat
pertama. Dengan adanya beda potensial yang tinggi antara
pemercepat pertama dan kedua memungkinkan partikel-
partikel mempunyai percepatan tetentu. Partikel dengan
massa tertentu akan masuk ke penganalisa massa kemudian
ke detektor. Keuntungan yang diperoleh dengan teknik ini
9
dihasilkan pola fragmentasi yang sangat berguna untuk
identifikasi suatu senyawa.
b. Chemical ionization source.
Dalam metode ini pereaksi gas seperti metana dimasukan
ke dalam elektron dengan tekanan 1 torr. Kemudian sampel
dimasukan dengan konsentrasi 10-3 sampai 10-4 kali dari
konsentrasi pereaksi. Sebagian ionisasi sampel terjadi akibat
tumbukan dengan ion-ion pereaksi dan hanya sebagian kecil
saja terjadi akibat tumbukan elektron. Interaksi berkas
elektron dengan pereaksi gas akan bereaksi dengan ion-ion
seperti CH5+, CH4
+, CH2+, H2
+, dan C2H5+. Beberapa
diataranya seperti CH5+ merupakan donor proton yang kuat.
Jadi ion-ion tersebut dapat bereaksi dengan analat untuk
membentuk ion yang mempunyai massa satu satuan lebih
besar dari massa ion (M+1). Contoh:
CH5+ + M → MH+ + CH4
Dimana M : molekul analat.
MH+ : ion M+1
Umumnya proses ionisasi kimia ini mengakibatkan
berkurangnya proses fragmentasi dari analat. Jadi spektrum
massa yang dihasilkan menjadi lebih sederhana dan mudah
diinterpretasi. Keuntungan yang diperoleh dengan teknik ini
dapat memberikan keterangan tentang bobot molekul suatu
senyawa.
c. Spark source.
Dengan metode ionisasi ini dapat dihasilkan
pembentukan ion dari sampel anorganik yang tidak volatil
seperti logam, semikonduktor dan mineral. Dalam hal ini
sebagai pengganti sumber elektron digunakan sumber
“spark” denga frekuensi radio. Sampel diletakkan di antara
10
kedua elektroda grafit yang diberi tegangan sebesar 30 kV,
sampel akan menguap terbentuk plasma ion berupa gas. Ion
di dalam plasma kemudian dipercepat ke dalam penganalisa
massa.
d. Filed ionization source.
Teknik ionisasi medan listrik terdiri dari sebuah anoda
logam yang berbentuk mata pisau tajam dan katoda yang juga
berfungsi sebagai celah. Anoda dan katoda dipisahkan
dengan jarak 0,5 sampai 2 mm. Bila potensial yang
digunakan sebesar 5 sampai 20 kV maka sampel dalam
bentuk gas akan masuk ke dalam medan listrik dengan gaya
sebesar 108 V/cm yang cukup menyebabkan terjadinya
ionisasi dari senyawa organik. Sebagai hasil utama dalam
teknik ionisasi ini adalah ion molekuler (M+) dan ion M+ + 1.
Keuntungan yang diperoleh dengan teknik ini dapat
memberikan keterangan tentang bobot molekul suatu
senyawa.
3. Penganalisa massa.
Perbedaan pokok di antara berbagai spektrometer terletak
pada sistem pemisahan ionnya yaitu penganalisa ionnya.
Penganalisa massa harus mampu membedakan perbedaan massa
ion yang kecil sekalipun. Sebagai contoh untuk identifikasi ion
C2H4+, CH2N+, N2
+, dan CO+ yang masing-masing mempunyai
massa ion 28,031; 28,019; 28,006; dan 27,995, diperlukan
penganalisa massa yang dapat membedakan massa 0,01 satuan
massa. Dikenal empat macam penganalisa massa:
a. Single focusing.
Penganalisa massa ini ion-ion dipisahkan berdasarkan
sifat-sifat ion dalam medan maget dan perbedaan nilai m/e.
kemampuan instrumen single focusing untuk memisahkan
11
perbedaan massa yang kecil terbatas pada kecilnya perubahan
energi kinetik dari partikel yang meninggalkan sumber ion.
b. Double focusing.
Di dalam instrumen double focusing Nier-Johnson mula-
mula berkas ion medan elektrostatik. Hanya partikel yang
memiliki energi kinetik sama akan dipengaruhi oleh medan
elektrostatik yang kemudian masuk ke medan magnet. Pada
tipe instrumen double focusing dengan geometri Nattauch
Herzog akan menghasilkan semua ion dengan berbagai
nisbah m/e terfokus pada bidang datar yang berguna untuk
deteksi. Secara fotografi dimana penyebarannya sebanding
dengan nisbah m/e.
c. Time-of-flight.
Pemisahan ion di dalam instrumen ini diperoleh tanpa
medan magnet. Dalam hal ini, ion positif dihasilkan
berselang-seling dengan penembakan denyut elektron.
Denyut elektron ini mempunyai frekuesi 10000 Hz dan umur
0,25 µs. Ion yang dihasilkan dipercepat oleh denyut medan
listrik yang mempunyai frekuensi sama dan melewati tabung
pemisahan sepanjang satu meter. Semua partikel yang masuk
ke dalam tabung mempunyai energi kinetik yang sama. Jadi
kecepatannya akan bervariasi tergantung dari massa,
sehingga partikel yang lebih ringan akan mencapai detektor
lebih awal dibandingkan dengan partikel yang massanya
lebih berat.
d. Quadrupole.
Penganalisa massa ini meggunakan empat kutub listrik
dan tidak mempunyai medan magnet. Ion-ion masuk dengan
kecepatan yang tetap dan arahnya sejajar atau paralel dengan
kutub. Sepasang kutub dihubungkan dengan sumber arus
searah pada ujung positif dan sepasang lainnya pada ujung
12
negatif. Juga dialiri potensial AC dengan frekuensi radio pada
kedua pasang. Gabungan kedua medan menyebabkan partikel
akan berosilasi pada garis sumbu, hanya partikel yang
mempunyai nisbah m/e tertentu saja yang dapat melewatinya.
Spektrometer massa quadrupole lebih murah dibandingkan
dengan spektrometer dengan medan magnet.
4. Detektor
Sinar-sinar ion yang melintas dalam bagian-bagian
spektrometer massa dideteksi dengan secara elektrik. Hanya sinar
yang tidak menumbuk dinding pada saat pembelokan akan
menuju ke pendetektor ion. Ion-ion yang bertubrukan dengan
dinding akan menerima elektron dan dinetralisasi. Pada akhirnya,
ion-ion yang telah menjadi netral tersebut akan dipisahkan dari
spektrometer massa oleh pompa vakum.
Ketika sebuah ion menubruk kotak logam, maka ion tersebut akan
dinetralisasi oleh elektron yang pindah dari logam ke ion (gambar
kanan). Hal ini akan menimbulkan ruang antara elektron-elektron
yang ada dalam logam tersebut, dan elektron-elektron yang
berada dalam kabel akan mengisi ruang tersebut. Aliran elektron
di dalam kabel itu dideteksi sebagai arus listrik yang bisa
13
Gambar 4. Detektor Spektrometer Massa
diperkuat dan dicatat. Semakin banyak ion yang datang, semakin
besar arus listrik yang timbul.
Sinar yang dibelokkan paling besar oleh medan maget,
berarti ia mempunyai nilai m/z yang paling kecil (ion yang paling
ringan bila bermuatan +1). Untuk membuat sinar ini sampai ke
detektor ion, diperlukan pembelokan sinar tersebut dengan
menggunakan medan magnet yang lebih kecil (gaya luar yang
lebih kecil). Untuk membuat ion-ion yang mempunyai nilai m/z
yang besar (ion yang berat bila bermuatan +1) sampai ke detektor
ion, maka diperlukan pembelokan dengan menggunakan medan
magnet yang lebih besar. Dengan merubah besarnya medan
magnet yang digunakan, maka semua sinar yang ada dapat
dibawa secara bergantian ke detektor ion, dimana disana ion-ion
tersebut akan menimbulkan arus listrik dimana besarnya
berbanding lurus dengan jumlah ion yang datang. Massa dari
semua ion yang dideteksi itu tergantung pada besarnya medan
magnet yang digunakan untuk membawa sinar tersebut ke
detektor ion. Komponen ini dapat disesuaikan untuk mencatat
arus listrik (yang merupakan jumlah ion-ion) dengan m/z secara
langsung. Massa tersebut diukur dengan menggunakan skala 12C.
Skala 12C adalah skala dimana isotop 12C mempunyai berat tepat
12 unit.
5. Rekorder.
Ion-ion yang masuk ke detektor kemudian dicatat atau
direkam oleh rekorder sebagai spektrum massa. Spektrum massa
yang dihasilkan dari rekorder menunjukkan hubungan antara
intensitas (% dari puncak dasar) dengan m/e. Masing-masing
tinggi puncak sebanding dengan banyaknya ion pada m/e. Karena
biasanya muatan ion (e) adalah satu maka m/e sama dengan
massa (m) dari ion yang sesuai dengan puncaknya. Pada spektrum
14
massa dalam bentuk grafik, sebagai absis adalah m/e dan sebagai
ordinat adalah intensitas yang biasa dinyatakan dalam % dari
puncak dasar. Jadi absis (m/e) juga menunjukkan massa (m)
sehingga bobot molekul suatu senyawa atau massa ion dapat
dengan mudah diketahui.
Fragmentasi
Ion molekul merupakan kation radikal yang dihasilkan bila
molekul netral ditembak dengan berkas elektron. Ion molekuler ini
dapat dipecah dengan berbagai cara dan pecahan-pecahannya
(fragmen) bermuatan positif yang dihasilkan dapat dipecah lagi dan
seterusnya. Proses fragmentasi dapat diterangkan dengan pengertian
adanya pergeseran yaitu konsep stabilisasi muatan oleh induksi dan
resonansi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemutusan ikatan antara
lain jenis ikatan kimia, kestabilan relatif karbokation, kestabilan
radikal bebas, dan sebagainya.
Fragmentasi ion molekuler dapat terjadi karena pemutusan ikatan
kimia. Terdapat tiga cara pemutusan ikatan kimia yaitu pemutusan
homolitik, pemutusan heterolitik dan pemutusan hemi-heterilitik.
Homolitik ialah pemutusan ikatan sigma dua elektron, dan setiap
fragmen membawa satu elektron. Heterolitik ialah pemutusan ikatan
sigma dua elektron, kedua elektron tetap pada salah satu pecahan.
Hemi-heterolitik pemutusan ikatan sigma yang sudah terion. Dalam
pemutusan ikatan kimia, elektron yang paling mudah lepas ialah:
1. Ikatan sigma (δ) C-C lebih mudah daripada ikatan C-H.
2. Ikatan phi (π) dari ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga.
3. Elektron pada atom-atom oksigen, nitrogen, dan halogen.
15
b. Resonansi Magnetik Inti (RMI)
Prinsip Dasar
Di tahun 1924, Pauli menduga bahwa inti-inti atom tertentu
mempunyai sifat-sifat spin dan momen magnetik. Bila inti-inti ini
diletakan dalam medan magnetik, tingkat-tingkat energinya akan
terurai. Block dan Purcell menunjukan bahwa inti mengabsorpsi radiasi
elektromagnetik pada medan magnetik yang lebih kuat karena tingkat
energi yang terurai menginduksikan gaya magnet. Penemuan ini
memungkinkan suatu cara untuk menentukan struktur molekul. Mereka
memperoleh hadian nobel (1932) untuk penemuan ini.
No Jumlah Neutron Jumlah Proton Bilangan Spin Contoh
1
2
3
4
5
6
Genap
Genap
Ganjil
Ganjil
Genap
Ganjil
Genap
Ganjil
Genap
Ganjil
Ganjil
Genap
0
½
½
1
3/2
5/2
S32, Si28, C12, O16
H1, N15, F19, P31
C13
H2, N14
Br29, B11
Te127
Tabel 1. Bilangan Kuantum Spin Inti
Inti yang memiliki jumlah proton yang ganjil atau jumlah
neutron yang ganjil, tetapi tidak ganjil keduanya sekaligus, mempunyai
bilangan spin ½, 3/2, 5/2, dan seterusnya. Inti tersebut berkelakuan
seperti bola berspin muatan yang bersirkulasi menghasilkan suatu
medan magnet seperti arus listrik pada kumparan kawat. Sepanjang
sumbu putarnya terdapat suatu momen magnetik inti yang sesuai. Untuk
inti dimana jumlah proton dan neutron keduanya ganjil, maka muatan
terdistribusi secara non-simetris, I = 1. Inti yang memiliki jumlah
proton dan neutron keduanya genap, tidak mempunyai momentum
sudut putar (angular momentum) yaitu I = 0 dan tidak menunjukan sifat
magnetik, misalkan C12, O16, Si32 bersifat inert secara magnetik dan
tidak terdeteksi dalam RMI.
16
Dalam RMI, medan magnet yang umum digunakan adalah
14000 gauss. Untuk proton ini sesuai dengan nilai E=5,7 x 103 kal/mol
(energy yang sangat lemah).
E = hv = 2 µHo untuk I = ½ jika v = 60 x 106 cycles/pls
Besarnya harga δ tidak dapat ditetapkan hanya dari efek
diamagnet lokal karena kita harus mempertimbangkan sifat electron π
dalam ikatan tak jenuh. Pada CH=CH efek shielding ikatan rangkap tiga
mengatasi efek shielding penarikan elektron oleh atom karbon seperti
yang terjadi pada molekul jenuh etana. Bila frekuensi linear diubah ke
satuan frekuensi sudut, maka perlu dimasukkan nilai 2π dan satu
parameter baru σ, yang disebut perbandingan giromagnetik, sehingga :
2πr = 2πµHo x γHo
hI
Nilai σ = 2π/ Ho sangatlah penting dalam RMI. Dengan medan yang
tetap Ho (14000 gauss), kita dapat mengubah frekuensi sehingga
diperoleh kondisi resonansi. Pada beberapa instrumen, medan
magnetiknya divariasikan pada frekuensi yang tetap.
Pengukuran Spektrum RMI
Spektrum RMI dapat dihasilkan melalui dua metode. Yang
pertama mirip dengan cara memperoleh spektrum optis, dengan cara ini
sinyal absorpsi diukur pada saat frekuensi elektromagnetik divariasikan.
Prisma pendispersi atau grating tidaklah diperlukan pada frekuensi
radio. Oskilator frekuensi radio menghasilkan frekuensi bervariasi
antara 1-10 KHz. Yang kedua adalah dengan menggunakan oskilator
frekuensi radio yang konstan dan mem-variasikan (sweeping) medan
magnet Ho secara kontinyu. Oskilator sweeping linear yang belakangan
17
ini banyak digunakan mempunyai efisiensi yang lebih baik dalam
menghasilkan spektrum dekopling spin.
Instrumen RMI dapat berupa RMI resolusi tinggi atau model
puncak lebar. Hanya RMI resolusi tinggilah yang dapat menguraikan
struktur halus yang sesuai dengan puncak absorpsi. Instrument tersebut
menggunakan medan magnet 7000 G. Sedangkan instrumen berpuncak
lebar digunakan untuk analisis unsur secara kuantitatif dan menelaah
lingkungan fisis suatu inti. Instrumen berpuncak lebar menggunakan
magnet dengan kekuatan beberapa ribu gauss adalah lebih sederhana
dan lebih murah daripada RMI resolusi tinggi.
Instrumentasi dan Teknik RMI
Instrumen RMI terdiri dari komponen-komponen utama yaitu;
magnet, generator medan magnet untuk sweeping, sumber frekuensi
radio, detektor sinyal, perekam, tempat sampel dan kelengkapannya.
1. Magnet
Akurasi dan kualitas suatu alat RMI bergantung pada
kekuatan magnetnya. Resolusi akan bertambah dengan kenaikan
kekuatan medannya, bila medan magnetiknya homogen
elektromagnetik dan kumparan superkonduktor (selenoids). Magnet
permanen mempunyai kuat medan 7046-14002 G, ini sesuai
dengan frekuensi oskilator proton antara 30-40 MHz. Termostat
yang bak diperlukan karena magnet bersifat peka terhadap
temperature. Elektromagnet memerlukan sistem pendingin,
elektromagnet yang banyak di pasaran mempunyai frekuensi 60, 90
dan 100 MHz untuk proton. RMI beresolusi tinggi dan bermagnet
superkonduktor dengan frekuensi proton 470 MHz. Pengaruh
fluktuasi medan dapat diatasi dengan system pengunci frekuensi
(frequency lock), dapat berupa tipe pengunci eksternal maupun
internal. Pada tipe eksternal wadah senyawa pembanding dengan
18
senyawa sampel berada pada tempat terpisah. Sedangkan pada tipe
internal senyawa pembanding larut bersama-sama sampel.
Senyawa pembanding biasanya tetrametilsilan (TMS).
2. Generator medan magnet penyapu (field sweep generator)
Suatu pasangan kumparan terletak sejajar terhadap
permukaan magnet, digunakan untuk mengubah medan magnet
pada suatu range yang sempit. Dengan mem-variasikan arus searah
melalui kumparan ini, medan efektif dapat diubah-ubah dengan
perbedaan sekitar 10-3 gauss. Perubahan medan ini
disinkronisasikan secara linear dengan perubahan waktu. Untuk
alat 60 MHz (proton), range sapuannya adalah 235 x 10-3 gauss.
3. Sumber frekuensi radio
Sinyal oskilator frekuensi radio (transmiter) disalurkan
pada sepasang kumparan yang posisinya 90o terhadap jalur dan
magnet. Suatu oskilator yang tetap sebesar 60, 90, atau 100 MHz
digunakan dalam RMI beresolusi tinggi.
4. Detektor sinyal
Sinyal frekuensi radio yang dihasilkan oleh inti yang
beresonansi dideteksi dengan kumparan yang mengitari sampel dan
tegak lurus terhadap sumber. Sinyal listrik yang dihaslkan lemah
dan biasanya dikuatkan dulu sebekum dicatat.
5. Rekorder
Pencatat sinyal RMI disinkronisasikan dengan sapuan
medan, rekorder mengendalikan laju sapuan spektrum. Luas
puncak dapat digunakan untuk menentukan jumlah relatif inti yang
19
mengabsorpsi. Untuk analisis kuantitatif, luas puncak tidak dapat
digantikan oleh tinggi puncak.
6. Tempat sampel dan probe
Tempat sampel merupakan tabung gelas berdiameter 5
mm dan dapat diisi cairan sampai 0,4 ml. Probe sampel terdiri atas
tempat kedudukan sampel, sumber frekuensi penyapu dan
kumparan detector dengan sel pembanding. Detektor dan kumparan
penerima diorientasikan pada 90o. Probe sampel mengelilingi
tabung sampel pada ratusan rpm dengan sumbu longitudinal. Untuk
RMI resolusi tinggi, sampel tidak boleh terlalu kental. Biasanya
digunakan konsentrasi larutan 2-15%. Pelarut yang baik untuk RMI
sebaiknya tidak mengandung proton seperti CS2, CCl4, pelarut-
pelarut berdeuterium juga sering digunakan seperti CDCl3 atau
C6D6.
Efek Lingkungan pada RMI
Medan yang berbeda pada RMI dapat mengubah spektrum
senyawa yang sama. Misalkan spektrum RMI etanol pada model
resolusi rendah (60 MHz ) tidaklah setajam spektrum senyawa yang
sama pada RMI 270 MHz. Ini disebabkan ketergantungan terhadap
lingkungan suatu inti. Perbedaan frekuensi absorpsi proton akibat
perbedaan lokasi letak atom H terikat dikenal sebagai efek pergeseran
kimia. Dengan RMI beresolusi tinggi, dua atau tiga puncak akan terurai
menjadi lebih banyak puncak. Efek lingkuangan sekunder yang
menyebabkannya disebut sebagai spin-spin splitting. Baik pergeseran
kimia mauun spin-spin splitting, keduanya bermanfaat untuk analisis
struktural.
Pergeseran kimia timbul akibat sirkulasi elektron mengelilingi
inti di bawah pengaruh medan magnet. Penguraian (splitting) puncak
terjadi akibat medan lokal yang ditimbulkan oleh inti hidrogen yang
20
terikat pada atom terdekat. Medan lokal ini dapat bersifat memperbesar
ataupun memperkecil medan magnet efektif yang diterima suatu inti.
Sebagai standard digunakan (CH3)4Si yaitu tetrametilsilana (TMS).
Pergeseran Kimia
Setiap inti dikelilingi oleh awan elektron yang selalu bergerak.
Pada pengaruh medan magnet, elektron-elektron ini dipaksa bersirkulasi
sedemikian rupa dalam usaha melawan medan magnet ini. Akibatnya
inti seakan-akan mendapatkan efek perlindungan (shielding) terhadap
medan magnet luar. Dengan kata lain frekuansi medan magnet harus
ditambah agar inti dapat mengalami resonansi. Ini dilakukan dengan
mengatur medan magnet melalui alirn arus searah yang akan
menghasilkan sapuan (sweeping) pada suatu periode yang sempit (<100
µT tiap putaran medan). Jelaslah bahwa nilai pergeseran kimia
tergantung pada lingkungan kmia suatu proton, sedang ligkungan kimia
suatu proton tergantung pada besar kecilnya efek perlindungan oleh
electron-elektron dilingkungan proton tersebut.
Pergeseran kimia diukur dalam besaran medan atau frekuensi.
Secara praktis adalah perbandingan perubahan frekuensi yang
diperlukan terhadap frekuensi suatu standard, dinyatakan dalam δ ppm.
Standar yang digunakan adalah zat yang protonnya memiliki efek
perlindungan sebesar mungkin untuk memudahkan perbandingan.
Untuk penentuan zat-zat organik, biasanya (CH3)4Si / TMS yang
digunakan sebagai standard dalam dengan pelarut CCl4. TMS dipilih
tidak hanya keidentikan lingkungan semua atom hidrogennya, tetapi
juga karena semua atom hidrogen tersebut mengalami efek
perlindungan yang sangat kuat dibandingkan umumnya senyawa
organik. Posisi TMS dalam pergeseran kimia diberi nilai δ = 0. Ada
pula yang member nilai δ = 10 dan menyatakan pergeseran kimia zat
lainnya dengan T, dimana T = 10 - δ, dengan demikian zat-zat lain
memiliki nilai pergeseran kimia yang positif. Makin besar nilai δ ,
21
makin besar medan yang diperlukan untuk mengkompensasikannya
agar terjadi resonansi. Harga δ juga dipengaruhi oleh pelarut dan
adanya jembatan hidrogen.
Coupling
Interaksi lain yang dapat diamati pada RMI adalah interaksi spin
suatu proton dengan spin proton lainnya yang terikat pada atom
tetangga. Akibat interaksi ini puncak-puncak yang dihasilkan
pergeseran kimia akan terpecah menjadi puncak-puncak yang lebih
halus secara berganda.
Berikut adalah beberapa aturan mengenai spin-spin coupling:
1. Interaksi spin-spin tidak tergantung pada kekuatan medan. Tetapan
coupling (J) nilainya tidak berubah.
2. Inti (proton) yang berekivalen tidak berinteraksi satu sama lain
untuk menghasilkan splitting.
3. Kebergandaan puncak ditentukan oleh banyaknya proton pada
atom terdekat, yaitu n + 1 .
4. Intensitas sistem puncak berganda (multiplet) ini umumnya bersifat
simetris, sedang intensitas relatifnya mengikuti aturan segitiga
pascal (a+b)n ; dimana n = jumlah proton terdekat yang
menyebabkan splitting.
5. Tetapan coupling makin kecil bila jarak interaksi makin jauh.
6. Tetapan coupling nilainya sama dalam sepasang proton yang
berinteraksi.
7. Tetapan coupling jarang lebih besar dari 20 Hz sedangkan
pergeseran kimia dapat mencapai 1000 Hz.
8. Pada sistem multiplet, pergeseran kimia dihitung pada pusatnya.
22
Pemakaian Spektroskopi RMI
RMI dapat digunakan dalam analisis kualitatif. Misalkan
karakteristik senyawa organik. Nilai pergeseran kimia, spin-spin
splitting dan konstanta coupling merupakan nilai-nilai yang dapat saling
diperbandingkan. Nilai-nilai tersebut memberi petunjuk mengenai
berbagai perbandingan lingkungan suatu atom hidrogen di dalam
molekul. Studi struktur halus yang berupa puncak-puncak berganda,
memberikan petunjuk mengenai berbagai tipe H yang saling berdekatan
satu sama lainnya.
Dalam analisis kuantitatif, RMI memiliki kelebihan yaitu
tidak diperlukan zat murni. Tetapi yang diperlukan adalah pembanding
yaitu standard dalam yang murni. Standar dalam ini dapat setiap
senyawa yang mempunyai spektrum karakteristik yang tidak tumpang
tindih dengan sampel. Umumnya untuk karakteristik suatu senyawa ini
RMI digunakan bersama-sama dengan IR, UV, analisis elementer dan
spektroskopi massa.
Masalah utama dalam analisis kuantitatif adalah efek saturasi.
Efek ini dapat diatasi dengan mengendalikan waktu relaksasi, sumber
dan laju scanning. Dalam analisis kuantitatif, RMI biasanya digunakan
untuk penentuan air dalam produk makanan, bahan baku kertas dan
materi-materi hasil pertanian.
23
2. Metode Identifikasi
Alat yang dibutuhkan :
1. Rotary evaporator R-114 Buchi dengan sistem vakum Buchi B-169
2. Alat pengukur titik leleh Fisher Jhon
3. Lampu UV 254 nm dan 366 nm
4. Spektrofotometer Ultraviolet Beck DU-7500
5. IR Shimadzu Prestige 21
6. GC-MS Agilent 6890-5973
7. 13C-RMI GEOL JNME 125 MHz
Bahan yang dibutuhkan :
1. Bubuk kering buah tumbuhan mempelas (Tetracera indica Merr.)
2. Pelarut teknis
3. Plat KLT silica gel G 60 F 254
4. Silika gel G 60 (70-230 mesh)
5. Silika vakum 60 (230-400 mesh)
6. Serium sulfat 1,5 % dalam H2SO4 2N
Cara Kerja :
1. Ekstraksi Buah Tumbuhan Mempelas
a. Sebanyak 2 kg bubuk kering buah tumbuhan mempelas dimaserasi
dengan menggunakan pelarut methanol.
b. Filtrat yang diperoleh dari hasil maserasi kemudian difraksinasi
berturut-turut dengan menggunakan pelarut n-heksana,
diklorometana dan etil asetat.
2. Isolasi dan Identifikasi Fraksi Diklorometana Buah mempelas
a. Dilakukan isolasi untuk memisahkan senyawa yang terkandung
dalam ekstrak pekat diklorometana, dengan menggunakan
kromatografi kolom vakum.
24
b. Eluen yang digunakan n-heksana dan diklorometana (8:2),
dilanjutkan dengan campuran eluen diklorometana : etil asetat (9:1),
kemudian dengan campuran eluen etil asetat : methanol (9:1)
c. Eluat yang terbentuk ditampung ke dalam vial-vial yang bervolume
± 30 ml.
d. Masing-masing vial dicek dengan menggunakan KLT dan di monitor
di bawah sinar UV 254 nm dan pereaksi penampak noda serium
sulfat.
e. Dikelompokkan vial-vial yang memberikan pola noda yang sama
dalam satu fraksi, sehngga didapatkan 4 fraksi.
f. Diambil salah satu fraksi sebanyak 195 mg dan dipisahkan dengan
menggunakan kromatografi kolom flash dengan eluen n-heksana :
etil asetat (7:3), dan eluatnya ditampung dalam vial-vial.
g. Pola noda tersebut dimonitor dengan KLT pada panjang gelombang
254 nm. Dan pola noda yang sama dikelompokkan dalam satu fraksi,
dimana fraksi yang memiliki noda dominan selanjutnya dipisahkan
menggunakan kromatografi kolom dengan eluen n-heksana :
diklorometana : aseton (5:4:1).
h. Hasil pemisahan tersebut menghasilkan kristal berbentuk jarum
berwarna kuning kehijauan.
i. Kemurnian senyawa hasil isolasi diuji dengan pola noda pada KLT
dan uji titik leleh.
j. Identifikasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan spektrofotometer
UV, IR, GC-MS, dan 13C-RMI.
25
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil uji fitokimia memperlihatkan bahwa buah mempelas
mengandung senyawa flavonoid. Ekstraksi terhadap 2 kg bubuk kering
buah mempelas menghasilkan 142,83 g ekstrak kasar. Ekstrak kasar
kemudian difraksinasi secara bertahap menggunakan pelarut n-heksana,
diklorometana dan etil asetat. Fraksi diklorometana diuji dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan penampak noda
serium sulfat. Hasil uji menunjukkan adanya noda berwarna kuning yang
mengindikasikan adanya flavonoid.
Uji kemurnian pertama dilakukan dengan melihat pola noda yang
dihasilkan pada KLT dengan menggunakan variasi eluen. Kristal tersebut
dikatakan murni apabila pola noda yang dihasilkan pada KLT
menunjukkan satu noda. Hasil KLT setelah diberi pereaksi penampak noda
serium sulfat memberikan noda berwarna kuning pada plat KLT sehingga
Kristal ini diduga kuat merupakan senyawa flavonoid. Uji warna
memperlihatkan kromatogram KLT berwarna kuning gelap pada sinar UV
dengan panjang gelombang 254 nm dan tidak tampak pada panjang
gelombang 366 nm.
Gambar 5. Kromatogram uji kemurnian senyawa hasil isolasi dengan penampak noda serium sulfat; a) dengan eluen etil asetat : diklorometana (1:1), b) dengan eluen nheksana : etil asetat (1:1), dan c) dengan eluen n-heksana : diklorometana : aseton (5:4:1)
26
Uji kemurnian dengan pengukuran titik leleh yang memberikan nilai
195 - 197 0C dengan jarak sempit (≤ 2 0C) mengindikasikan bahwa
senyawa hasil isolasi sudah murni. Kristal tersebut selanjutnya dianalisa
dengan spektroskopi UV, IR, 13C-RMI dan GC-MS.
Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi
Pada spektrum UV senyawa hasil isolasi muncul puncak serapan
pada 274 nm yang mengindikasikan adanya ikatan rangkap terkonjugasi
yang lazimnya merupakan cincin aromatik. Hal ini diperkuat dengan
munculnya sinyal pada bilangan gelombang 1659-1580 cm−1 yang berasal
dari regang C=C dan 3065 cm−1 (C-H aromatik) pada spektroskopi infra
merah. Pita I spektrum UV senyawa hasil isolasi tidak terukur, hal ini
mungkin dikarenakan terjadinya kesalahan atau ketidaktepatan dalam
pengukuran. Pengukuran serapan senyawa hasil isolasi dengan
spektroskopi IR menunjukkan serapan karakteristik pada bilangan
gelombang seperti terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Spektrum IR senyawa hasil isolasi
27
Spektrum IR memberikan informasi adanya pita serapan pada
bilangan gelombang 1659 sampai 1580 cm−1 yang menunjukkan adanya
gugus C=C aromatic dan munculnya serapan 3065 cm−1 menunjukkan
adanya gugus C-H aromatik. Pita serapan pada bilangan gelombang 1738
cm−1 menunjukkan adanya gugus karbonil. Adanya gugus C-O-C
ditunjukkan oleh serapan pada bilangan gelombang 1078 cm−1. Pita
serapan pada bilangan gelombang 2926 - 2855 cm−1 menunjukkan adanya
regang C-H alifatik. Hal ini mengindikasikan adanya rantai alifatik,
dimana rantai alifatik ini berasal dari senyawa pengotor.
Spektrum GC senyawa hasil isolasi menunjukkan 2 puncak dominan
pada waktu retensi 17,875 menit dan 20,377 menit. Hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat senyawa flavonid belum murni. Database
hasil spektrum GC-MS menunjukkan puncak dengan waktu retensi 20,377
menit merupakan puncak dari senyawa flavonoid dan puncak pada 17,875
menit merupakan puncak ester asam lemak yaitu asam heksanadioat, bis(2-
etilheksil) ester dengan nama lainnya asam adipat, bis(2-etilheksil) ester.
Sinyal-sinyal 13C-RMI ester asam lemak ini yang muncul pada
daerah C-H alifatik yaitu pada daerah 11,1662 sampai 38,8941 ppm
sehingga tidak mempengaruhi sinyal 13C-RMI senyawa flavonoid yang
umumnya muncul pada daerah C-H aromatik yaitu pada 62,2248 -
182,6558 ppm.
Spektrum massa untuk puncak dengan waktu retensi 20,377 menit
memperlihatkan adanya puncak ion (M+1) pada m/z 285. Pecahan cincin
A dan B pada senyawa flavon menghasilkan A1 m/z 182 dan B1 m/z 102.
Hilangnya −CH3 (massa 15) sehingga menghasilkan m/z 167 dari
puncak m/z 182 mengindikasikan adanya pola oksigenasi −CH3 pada
senyawa flavon. Selain itu, muncul puncak dasar m/z 139 yang terbentuk
dengan hilangnya molekul C=O (massa 28) dari puncak m/z 167. Hal ini
lebih memperkuat dugaan bahwa terdapat gugus metoksi pada C8.
28
Perbandingan geseran kimia spektrum 13C-RMI senyawa hasil isolasi
(5,7-dihidroksi-8-metoksiflavon) dengan geseran kimia wogonin dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan sinyal 13C-RMI wogonin dan senyawa isolat
Atom C Wogonin[5] (ppm)
Senyawa Isolat (ppm)
C2 130,8 131,4063C3 105,0 106,0535C4 182,0 182,6558C5 157,4 157,9420C6 99,1 99,0523C7 156,2 155,4906C8 128,3 127,0378C9 149,6 149,0618C10 103,7 105,4430C10 163,0 163,7126C20 129,2 129,4510C30 126,3 126,3892C40 132,1 132,1980C50 126,3 126,3892C60 129,2 129,4510
O-CH3 61,0 62,2248
Gambar 7. Spektrum Massa senyawa hasil isolasi
29
Gambar 8. Spektrum GC senyawa hasil isolasi
Gambar 9. Struktur asam heksanadioat, bis(2-etilheksil) ester
Berdasarkan perbandingan geseran kimia 13C-RMI antara wogonin
dan senyawa hasil pemisahan, didapat bahwa geseran kimia antara
keduanya hampir sama. Perbedaan yang ada tidak terlalu signifikan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur senyawa hasil isolasi adalah 5-
7-dihidroksi-8-metoksiflavon.
30
Gambar 10. Pola fragmentasi senyawa hasil isolasi
Gambar 11. Pergeseran kimia atom C senyawa isolat pada spektrum 13C-RMI
31
III. KESIMPULAN
Tumbuhan Tetracera indica Merr. merupakan tumbuhan yang hidup subur
di kawasan hutan Asia mulai dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, China
sampai Guyana. Tumbuhan ini kaya akan kandungan flavonoid, terutama
wogonin yang bermanfaat sebagai zat antioksidan, anti-inflamasi, anti-kanker,
anti-virus, anti infeksi bakteri, dan sebagainya.
Ekstrak diklorometana sebanyak 25,7818 gr yang dipisahkan dengan
teknik kromatografi menghasilkan senyawa berupa kristal berbentuk jarum
berwarna kuning kehijauan seberat 4,2 mg dan memiliki titik leleh 195-197 oC.
Berdasarkan uji fitokimia dan data spektroskopi dibandingkan, kuat
dugaan bahwa senyawa hasil identifikasi dengan waktu retensi 20,377 menit yang
memiliki berat molekul 284 gr/mol adalah wogonin (5,7-dihidroksi-8-
metoksiflavon).
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2010. Mass Spectrometry. http://en.wikipedia.org/wiki/
Mass_Spectrometry (diakses tanggal 15 November 2010).
Anonimus. 2010. Wogonin. http://en.wikipedia.org/wiki/Wogonin (diakses
tanggal 15 November 2010).
Chang, Ying-Ling, dkk. 2001. Chinese Herbal Remedy Wogonin Inhibits
Monocyte Chemotactic Protein-1 Gene Expression in Human Endothelial
Cells. Molecular Pharmacology Journal. Amerika Serikat: The American
Society for Pharmacology and Experimental Therapeutics.
Clark, Jim. 2004. Bagaimana Spektrometer Massa Bekerja. http://www.chem-is-
try.org (diakses tanggal 15 November 2010).
Creswell, Clifford J., dkk. 1982. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi 6.
Jakarta: Erlangga.
Fitrya, dkk. 2009. Identifikasi Flavonoid dalam Buah Tumbuhan Mempelas.
Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomor 3 (C) 12305. Palembang:
Universitas Sriwijaya.
Ismail, E. Krisnandi. 2003. Pengantar Analisis Instrumental. Bogor: Sekolah
Menengah Analis Kimia Bogor.
Khopkar, S.M. Diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo. 2003. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Jakarta : UI-Press.
Kim, Ki-Hun. 2005. Purification and Anxiolytic and Myorelaxant Effects of
Wogonin from the Medical Plant Scutellaria baicalensis by High-Pressure
Liquid Chromatography. Korea: Kookmin University.
Lee, Heasuk, dkk. 2003. Flavonoid Wogonin from Medicinal Herb is
Neuroprotective by Inhibiting Inflammatory Activation of Microglia. The
FASEB Journal Volume 17. Amerika Serikat: FASEB.
33
34