51
I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebanyak- banyaknya untuk kepentingan manusia. Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman yang berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional. Eksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis menjadi salah satu target para peneliti, setelah senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai aktivitas biologis seperti senyawa antioksidan sintetik misalnya Butylated Hydroxy Toluen (BHT), Butylated Hydroxy Anisole (BHA) dan Tert- Butyl Hydroxy Quinone (TBHQ) dilarang penggunaannya karena bersifat karsinogenik. Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa avonoid yaitu wogonin adalah tumbuhan Tetracera indica Merr. yang berasal dari famili Dilleniaceae dan dikenal dengan nama umum Mempelas. Tumbuhan jenis Tetracera hidup subur di kawasan hutan Asia mulai dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, China sampai Guyana. Wogonin dapat berfungsi sebagai zat antioksidan dan anti-inflamasi (Fitrya, 2009). 1

IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

I. PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang

dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia. Masyarakat

Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat

obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman yang berkhasiat

obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional.

Eksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis menjadi salah

satu target para peneliti, setelah senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai

aktivitas biologis seperti senyawa antioksidan sintetik misalnya Butylated

Hydroxy Toluen (BHT), Butylated Hydroxy Anisole (BHA) dan Tert- Butyl

Hydroxy Quinone (TBHQ) dilarang penggunaannya karena bersifat karsinogenik.

Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa flavonoid yaitu wogonin

adalah tumbuhan Tetracera indica Merr. yang berasal dari famili Dilleniaceae

dan dikenal dengan nama umum Mempelas. Tumbuhan jenis Tetracera hidup

subur di kawasan hutan Asia mulai dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam,

China sampai Guyana. Wogonin dapat berfungsi sebagai zat antioksidan dan anti-

inflamasi (Fitrya, 2009).

Untuk melakukan identifikasi senyawa wogonin pada tumbuhan mempelas

maka dibutuhkan proses ekstraksi dan pemisahan senyawa dilakukan dengan

menggunakan teknik kromatografi. Untuk identifikasi lebih lanjut atau lebih detail

maka digunakan instrumen Sepktrometer Massa (SM) dan Resonansi Magnetik

Inti (RMI).

1

Page 2: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

II. PEMBAHASAN

A. Tumbuhan Mempelas (Tetracera indica Merr.)

Mempelas merupakan sejenis tumbuhan liar yang tinggi dan

mempunyai batang berkayu. Tumbuhan Tetracera indica Merr berasal dari

famili Dilleniaceae dan dikenal dengan nama umum mempelas. Tumbuhan

jenis Tetracera hidup subur di kawasan hutan Asia mulai dari Malaysia,

Indonesia, Thailand, Vietnam, China sampai Guyana. Daun mempelas

memiliki bentuk yang sederhana, seperti bentuk daun pada umumnya.

Daunnya mempunyai permukaan yang kesat. Batangnya juga bertekstur kuat.

Mempelas mempunyai bunga berwarna putih dengan kelopak bunga yang

kecil berwarna merah jambu. Bunganya memiliki aroma yang wangi.

Buahnya memiliki rasa yang asam dan berbentuk kecil (seperti buah beri).

Buahnya berwarna hijau ketika masih muda dan berubah menjadi merah

ketika sudah matang.

2

Gambar 1. Tumbuhan Mempelas (Tetracera indica Merr.)

Page 3: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Umumnya, kandungan tumbuhan Tetracera adalah flavonoid

contohnya seperti wogonin. Adapun kegunaan mempelas sebagai obat

tradisional adalah akarnya direbus dan airnya diminum untuk menurunkan

tekanan darah tinggi dan suhu badan ketika diserang demam panas. Selain itu,

daunnya bisa dijadikan obat untuk penyakit gatal-gatal pada kulit. Masyarakat

melayu di Malaysia menggunakan serbuk dari daun mempelas kering untuk

merawat radang. Selain kegunaannya sebagai obat, buah mempelas juga bisa

dijadikan sebagai cuka yang digunakan dalam masakan. Batangnya yang kuat

juga bisa dijadikan tali (Fitrya, 2009)

B. Wogonin

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang

ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat berwarna merah,

ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-

tumbuhan. Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat

tajam, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada

temperatur tinggi. Senyawa-senyawa flavonoid terdapat dalam semua bagian

tumbuhan tinggi seperti bunga, buah, daun, ranting, kayu, kulit kayu, dan

akar.

Wogonin merupakan salah satu senyawa flavonoid dan wogonin

termasuk ke dalam golongan flavon. Wogonin banyak terkandung dalam

tumbuhan mempelas terutama pada bagian buahnya.

3

Gambar 2. Rumus Bangun Wogonin

Page 4: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Nama IUPAC : 5,7-Dihydroksi-8-metoksi-2-fenil-4H-kromen-4-on

Nama Lain : Vogonin

Norwogonin 8-metil eter

5,7-dihidroksi-8-metoksiflavon

Rumus Molekul : C16H12O5

Massa Molekul : 284,26 g/mol

Titik Leleh : 203-206 oC

Wogonin juga merupakan komponen aktif yang diisolasi dari tumbuhan

Scutellaria baicalensis, salah satu obat herbal China yang bermanfaat untuk

pengobatan klinis penyakit radang termasuk dermatitis atopik, hiperlipemia,

dan aterosklerosis. Wogonin juga dilaporkan mempunyai potensi terapi untuk

pengobatan aterosklerosis dan restenosis karena memiliki sifat sebagai zat

antioksidan, anti-inflamasi, antitrombotik, dan aktivitas antiproliveratif

(Chang, 2001).

Selain itu, wogonin dapat berfungsi sebagai zat anti-kanker, anti-

anxiety, anti-virus, anti infeksi bakteri, mengurangi jumlah kolesterol total

dalam darah, dan menurunkan tekanan darah. Informasi terkini melaporkan

wogonin memiliki efek menghambat virus HIV, virus leukimia, dan kanker

kulit pada tikus (Kim, 2005).

C. Identifikasi Wogonin

1. Instrumentasi Kimia

Dalam melakukan identifikasi terhadap senyawa wogonin maka

diperlukan suatu instrumentasi kimia yang memadai untuk memperoleh

hasil yang akurat. Adapun instrumen yang sangat penting dalam proses

identifikasi antara lain Spektrometer Massa (SM) dan Resonansi Magnetik

Inti (RMI). Berikut ini adalah penjelasan mengenai SM dan RMI.

4

Page 5: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

CH HH

HCH HH

H

a. Spektrometer Massa (SM)

Prinsip Dasar

Di dalam spektrometer massa, molekul-molekul ditembak dengan

berkas elektron berenergi tinggi dan hasilnya direkam sebagai

spektrum dari pecahan-pecahan (fragmen) ion bermuatan positif.

Sebenarnya ion bermuatan negatif juga dihasilkan tetapi perbadingan

dengan ion bermuatan positif sangat kecil yaitu 1:1000 sehingga dapat

diabaikan. Jika suatu molekul ditembak degan elektron berenergi

tinggi maka akan dihasilkan suatu ion molekuler atau ion radikal. Ion

molekul tidak hanya berupa kation tetapi juga suatu radikal karena

berisi sejumlah elektron ganjil contohnya CH4.

+

+ e- + 2e-

Biasanya energi elektron yang digunakan adalah sebesar 70 eV

yaitu sekitar 6750 kJ/mol. Energi sebesar ini tidak hanya dapat

melepaskan elektron dari molekul untuk menghasilkan ion molekuler

tetapi juga mempunyai kelebihan energi sehingga mampu

memutuskan ikatan kovalen berkisar dari 200 – 500 kJ/mol. Hal ini

menyebabkan ion molekuler ini akan mengalami fragmentasi. Ion

molekuler M+ biasanya pecah atau terurai menjadi sepasang pecahan

(fragmen). Pecahan ini dapat berupa radikal dan ion, atau molekul

kecil dan ion radikal.

M+ m1+ + m2

Dalam spektrometer massa hanya ion positif yaitu ion molekuler,

ion pecahan, dan kation radikal yang dapat dideteksi sedangkan

molekul yang tak bermutan tidak dapat terdeteksi. Berikut ini adalah

operasi spektrometer massa secara lengkap:

1. Sampel cair diuapkan dalam vakum di dalam wadah yang di

panaskan (± 1 µg) atau sampel diubah menjadi gas dengan

5

Page 6: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

bantuan alat nebulizer, dan uap itu dimasukan ke dalam ruang

pengionan.

2. Di dalam sumber ion, sampel di bom dengan arus elektron yang

berenergi 70 eV. Energi yang diserap oleh molekul mendorong

pengionan karena pembebasan elektron dari orbital ikatan dan

orbital tak-ikatan. Ion yang terbentuk karena pembebasan satu

elektron dari molekul asal disebut ion molekuler atau ion induk.

Beberapa ion molekuler terpecah menjadi “anak” ion yang lebih

kecil dan pecahan netral. Ion positif dan ion negatif keduanya

terbentuk tetapi yang kita perlukan ialah ion positif. Potensial

positif yang kecil digunakan untuk menolak ion positif dari ruang

pengionan.

3. Suatu lempeng yang mempunyai potensial positif 2000 volt

digunakan untuk mempercapat ion positif dalam tabung

memasuki daerah medan magnet.

4. Ion dibelokkan berbeda-beda oleh medan magnet tergantung

kepada perbandingan massa/muatan. Jadi komponen berkas ion

terbagi menjadi menurut perbandingan massa/muatan.

5. Masing-masing komponen berkas ion melewati celah pengumpul

dan menumbuk lempeng pengumpul. Masing-masing ion

menerima elektron dari lempeng yang menetralkan muatan

positifnya. Suatu aliran arus terjadi pada rangkaian pengumpul,

diperkuat, dan direkam sebagai fungsi perbandingan

massa/muatan. Besarnya masing-masing puncak merupakan

ukuran jumlah relatif ion dalam masing-masing berkas ion.

Berkas ion dipisah (diresolusi) berdasarkan harga m/e nya. Ion-

ion itu direkam pada kertas rekam sebagai spektrum massa harga m/e

nya. Intensitas puncak pada spektrum massa berbanding lurus dengan

jumlah ion yang terbentuk. Spektrofotometri massa dibagi menjadi

dua jenis pembagian ini berdasarkan ketelitian pembacaan m/e,

diantaranya:

6

Page 7: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

1. Spektrometri massa rendah, spektrometer ini menghasilkan satuan

harga m/e untuk ion molekul dan ion pecahan. Akan tetapi untuk

suatu harga m/e seringkali terdapat lebih dari satu susunan unsur

(rumus molekul) yang sesuai.

2. Spektrometri massa tinggi, spektrometer ini mampu mengukur

massa ion sacara teliti, sampai beberapa angka dibelakang koma,

sehingga kita dapat membedakan rumus molekul alternatif yang

mungkin untuk ion.

Instrumen spektrometer massa diperlukan untuk identifikasi

senyawa organik yaitu penentuan bobot molekul dan penentuan rumus

molekul. Di bawah ini adalah diagram lengkap dari spektrometer

massa:

7

Gambar 3. Diagram Spektrometer Massa

Page 8: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Instrumentasi dan Teknik SM

Umumnya spektrometer massa terdiri dari lima komponen,

diantaranya:

1. Sistem pemasukan sampel.

Tujuan dari sistem pemasukan sampel adalah untuk

memasukkan sampel yang akan dianalisis ke dalam sumber ion

sebagai gas pada tekanan rendah. Sistem pemasukan sampel ini

berbeda-beda tergantung dari keadaan fisik sampel. Terdapat tiga

sistem pemasukan sampel diantaraya:

a. Gas chromatographic inlet.

Dalam sistem gas chromatographic inlet kebutuhan akan

sampel berkenaan dengan volatilitas dan jumlah (sekitar 1 µl)

adalah serupa baik untuk khromatografi gas maupun

spektroskopi massa. Jadi sampel untuk spektrometer massa

berasal dari efluen yang keluar dari kolom khromatografi gas.

Efluen ini dilewatkan melalui tabung sempit dari gelas

porous atau teflon yang permeabel terhadap gas pembawa

tapi tidak terhadap molekul sampel yang lebih besar.

Gabungan dua instrumen tersebut dikenal dengan GC-MS

yaitu suatu peralatan canggih dimana hasil pemisahan yang

baik dikenal dengan khromatografi gas kemudian langsung

diidentifikasi degan spektrometer massa. GC-MS sangat

berguna untuk menganalisis sampel yang terdiri dari

campuran kompleks.

b. Batch inlet.

Sistem batch inlet sampel dimasukkan sebagai gas dari

suatu wadah dengan volume 1 sampai 5 liter pada tekanan

dua kali lebh besar dari tekanan kamar ion. Untuk sampel

cairan yang titik didih di bawah 150 oC sejumlah sampel

tertentu diuapkan pada suhu kamar. Untuk sampel yang

kurang volatil wadah serta sampel dipanaskan agar stabil

8

Page 9: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

kalau tidak sampel dimasukkan langsung ke dalam kamar ion

melalui peralatan khusus. Untuk sampel berupa gas dapat

dimasukkan langsung ke dalam wadah.

c. Direct probe inlet.

Dengan sistem Direct probe inlet sampel yang tidak

volatil atau stabilitas panas tidak cukup sering langsung

dimasukkan ke dalam sumber ion dengan sampel ”probe”

yang dimasukkan melalui vakum. “Probe” terdiri dari holder

untuk pipa kapiler kecil atau mangkok kecil yang berisi

sampel sekitar 1 µg atau kurang. Keuntungan utama dari

“probe” adalah sampel yang diperlukan dalam jumlah yang

kecil sekali. Biasanya “probe” dilengkapi dengan pemanas

untuk menguapkan sampel dalam tekanan rendah dari sumber

ion. Tetapi suhu yang lebih rendah adakalnya diperlukan

untuk menghasilkan molekul sampel dalam bentuk gas

secukupya. Penggunaan “probe” memungkinkan untuk

mempelajari sampel yang tidak volatil seperti karbohidrat,

steroid, polimer dan sebagainya yang mempunyai bobot

molekul rendah.

2. Kamar ionisasi.

Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengubah

sampel molekul menjadi ion-ion berupa gas diantaranya ialah:

a. Electron impact source.

Ion positf yang dihasilkan pada “electron impact”

ditekan masuk melalui celah dari lempeng pemercepat

pertama. Dengan adanya beda potensial yang tinggi antara

pemercepat pertama dan kedua memungkinkan partikel-

partikel mempunyai percepatan tetentu. Partikel dengan

massa tertentu akan masuk ke penganalisa massa kemudian

ke detektor. Keuntungan yang diperoleh dengan teknik ini

9

Page 10: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

dihasilkan pola fragmentasi yang sangat berguna untuk

identifikasi suatu senyawa.

b. Chemical ionization source.

Dalam metode ini pereaksi gas seperti metana dimasukan

ke dalam elektron dengan tekanan 1 torr. Kemudian sampel

dimasukan dengan konsentrasi 10-3 sampai 10-4 kali dari

konsentrasi pereaksi. Sebagian ionisasi sampel terjadi akibat

tumbukan dengan ion-ion pereaksi dan hanya sebagian kecil

saja terjadi akibat tumbukan elektron. Interaksi berkas

elektron dengan pereaksi gas akan bereaksi dengan ion-ion

seperti CH5+, CH4

+, CH2+, H2

+, dan C2H5+. Beberapa

diataranya seperti CH5+ merupakan donor proton yang kuat.

Jadi ion-ion tersebut dapat bereaksi dengan analat untuk

membentuk ion yang mempunyai massa satu satuan lebih

besar dari massa ion (M+1). Contoh:

CH5+ + M → MH+ + CH4

Dimana M : molekul analat.

MH+ : ion M+1

Umumnya proses ionisasi kimia ini mengakibatkan

berkurangnya proses fragmentasi dari analat. Jadi spektrum

massa yang dihasilkan menjadi lebih sederhana dan mudah

diinterpretasi. Keuntungan yang diperoleh dengan teknik ini

dapat memberikan keterangan tentang bobot molekul suatu

senyawa.

c. Spark source.

Dengan metode ionisasi ini dapat dihasilkan

pembentukan ion dari sampel anorganik yang tidak volatil

seperti logam, semikonduktor dan mineral. Dalam hal ini

sebagai pengganti sumber elektron digunakan sumber

“spark” denga frekuensi radio. Sampel diletakkan di antara

10

Page 11: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

kedua elektroda grafit yang diberi tegangan sebesar 30 kV,

sampel akan menguap terbentuk plasma ion berupa gas. Ion

di dalam plasma kemudian dipercepat ke dalam penganalisa

massa.

d. Filed ionization source.

Teknik ionisasi medan listrik terdiri dari sebuah anoda

logam yang berbentuk mata pisau tajam dan katoda yang juga

berfungsi sebagai celah. Anoda dan katoda dipisahkan

dengan jarak 0,5 sampai 2 mm. Bila potensial yang

digunakan sebesar 5 sampai 20 kV maka sampel dalam

bentuk gas akan masuk ke dalam medan listrik dengan gaya

sebesar 108 V/cm yang cukup menyebabkan terjadinya

ionisasi dari senyawa organik. Sebagai hasil utama dalam

teknik ionisasi ini adalah ion molekuler (M+) dan ion M+ + 1.

Keuntungan yang diperoleh dengan teknik ini dapat

memberikan keterangan tentang bobot molekul suatu

senyawa.

3. Penganalisa massa.

Perbedaan pokok di antara berbagai spektrometer terletak

pada sistem pemisahan ionnya yaitu penganalisa ionnya.

Penganalisa massa harus mampu membedakan perbedaan massa

ion yang kecil sekalipun. Sebagai contoh untuk identifikasi ion

C2H4+, CH2N+, N2

+, dan CO+ yang masing-masing mempunyai

massa ion 28,031; 28,019; 28,006; dan 27,995, diperlukan

penganalisa massa yang dapat membedakan massa 0,01 satuan

massa. Dikenal empat macam penganalisa massa:

a. Single focusing.

Penganalisa massa ini ion-ion dipisahkan berdasarkan

sifat-sifat ion dalam medan maget dan perbedaan nilai m/e.

kemampuan instrumen single focusing untuk memisahkan

11

Page 12: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

perbedaan massa yang kecil terbatas pada kecilnya perubahan

energi kinetik dari partikel yang meninggalkan sumber ion.

b. Double focusing.

Di dalam instrumen double focusing Nier-Johnson mula-

mula berkas ion medan elektrostatik. Hanya partikel yang

memiliki energi kinetik sama akan dipengaruhi oleh medan

elektrostatik yang kemudian masuk ke medan magnet. Pada

tipe instrumen double focusing dengan geometri Nattauch

Herzog akan menghasilkan semua ion dengan berbagai

nisbah m/e terfokus pada bidang datar yang berguna untuk

deteksi. Secara fotografi dimana penyebarannya sebanding

dengan nisbah m/e.

c. Time-of-flight.

Pemisahan ion di dalam instrumen ini diperoleh tanpa

medan magnet. Dalam hal ini, ion positif dihasilkan

berselang-seling dengan penembakan denyut elektron.

Denyut elektron ini mempunyai frekuesi 10000 Hz dan umur

0,25 µs. Ion yang dihasilkan dipercepat oleh denyut medan

listrik yang mempunyai frekuensi sama dan melewati tabung

pemisahan sepanjang satu meter. Semua partikel yang masuk

ke dalam tabung mempunyai energi kinetik yang sama. Jadi

kecepatannya akan bervariasi tergantung dari massa,

sehingga partikel yang lebih ringan akan mencapai detektor

lebih awal dibandingkan dengan partikel yang massanya

lebih berat.

d. Quadrupole.

Penganalisa massa ini meggunakan empat kutub listrik

dan tidak mempunyai medan magnet. Ion-ion masuk dengan

kecepatan yang tetap dan arahnya sejajar atau paralel dengan

kutub. Sepasang kutub dihubungkan dengan sumber arus

searah pada ujung positif dan sepasang lainnya pada ujung

12

Page 13: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

negatif. Juga dialiri potensial AC dengan frekuensi radio pada

kedua pasang. Gabungan kedua medan menyebabkan partikel

akan berosilasi pada garis sumbu, hanya partikel yang

mempunyai nisbah m/e tertentu saja yang dapat melewatinya.

Spektrometer massa quadrupole lebih murah dibandingkan

dengan spektrometer dengan medan magnet.

4. Detektor

Sinar-sinar ion yang melintas dalam bagian-bagian

spektrometer massa dideteksi dengan secara elektrik. Hanya sinar

yang tidak menumbuk dinding pada saat pembelokan akan

menuju ke pendetektor ion. Ion-ion yang bertubrukan dengan

dinding akan menerima elektron dan dinetralisasi. Pada akhirnya,

ion-ion yang telah menjadi netral tersebut akan dipisahkan dari

spektrometer massa oleh pompa vakum.

Ketika sebuah ion menubruk kotak logam, maka ion tersebut akan

dinetralisasi oleh elektron yang pindah dari logam ke ion (gambar

kanan). Hal ini akan menimbulkan ruang antara elektron-elektron

yang ada dalam logam tersebut, dan elektron-elektron yang

berada dalam kabel akan mengisi ruang tersebut. Aliran elektron

di dalam kabel itu dideteksi sebagai arus listrik yang bisa

13

Gambar 4. Detektor Spektrometer Massa

Page 14: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

diperkuat dan dicatat. Semakin banyak ion yang datang, semakin

besar arus listrik yang timbul.

Sinar yang dibelokkan paling besar oleh medan maget,

berarti ia mempunyai nilai m/z yang paling kecil (ion yang paling

ringan bila bermuatan +1). Untuk membuat sinar ini sampai ke

detektor ion, diperlukan pembelokan sinar tersebut dengan

menggunakan medan magnet yang lebih kecil (gaya luar yang

lebih kecil). Untuk membuat ion-ion yang mempunyai nilai m/z

yang besar (ion yang berat bila bermuatan +1) sampai ke detektor

ion, maka diperlukan pembelokan dengan menggunakan medan

magnet yang lebih besar. Dengan merubah besarnya medan

magnet yang digunakan, maka semua sinar yang ada dapat

dibawa secara bergantian ke detektor ion, dimana disana ion-ion

tersebut akan menimbulkan arus listrik dimana besarnya

berbanding lurus dengan jumlah ion yang datang. Massa dari

semua ion yang dideteksi itu tergantung pada besarnya medan

magnet yang digunakan untuk membawa sinar tersebut ke

detektor ion. Komponen ini dapat disesuaikan untuk mencatat

arus listrik (yang merupakan jumlah ion-ion) dengan m/z secara

langsung. Massa tersebut diukur dengan menggunakan skala 12C.

Skala 12C adalah skala dimana isotop 12C mempunyai berat tepat

12 unit.

5. Rekorder.

Ion-ion yang masuk ke detektor kemudian dicatat atau

direkam oleh rekorder sebagai spektrum massa. Spektrum massa

yang dihasilkan dari rekorder menunjukkan hubungan antara

intensitas (% dari puncak dasar) dengan m/e. Masing-masing

tinggi puncak sebanding dengan banyaknya ion pada m/e. Karena

biasanya muatan ion (e) adalah satu maka m/e sama dengan

massa (m) dari ion yang sesuai dengan puncaknya. Pada spektrum

14

Page 15: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

massa dalam bentuk grafik, sebagai absis adalah m/e dan sebagai

ordinat adalah intensitas yang biasa dinyatakan dalam % dari

puncak dasar. Jadi absis (m/e) juga menunjukkan massa (m)

sehingga bobot molekul suatu senyawa atau massa ion dapat

dengan mudah diketahui.

Fragmentasi

Ion molekul merupakan kation radikal yang dihasilkan bila

molekul netral ditembak dengan berkas elektron. Ion molekuler ini

dapat dipecah dengan berbagai cara dan pecahan-pecahannya

(fragmen) bermuatan positif yang dihasilkan dapat dipecah lagi dan

seterusnya. Proses fragmentasi dapat diterangkan dengan pengertian

adanya pergeseran yaitu konsep stabilisasi muatan oleh induksi dan

resonansi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemutusan ikatan antara

lain jenis ikatan kimia, kestabilan relatif karbokation, kestabilan

radikal bebas, dan sebagainya.

Fragmentasi ion molekuler dapat terjadi karena pemutusan ikatan

kimia. Terdapat tiga cara pemutusan ikatan kimia yaitu pemutusan

homolitik, pemutusan heterolitik dan pemutusan hemi-heterilitik.

Homolitik ialah pemutusan ikatan sigma dua elektron, dan setiap

fragmen membawa satu elektron. Heterolitik ialah pemutusan ikatan

sigma dua elektron, kedua elektron tetap pada salah satu pecahan.

Hemi-heterolitik pemutusan ikatan sigma yang sudah terion. Dalam

pemutusan ikatan kimia, elektron yang paling mudah lepas ialah:

1. Ikatan sigma (δ) C-C lebih mudah daripada ikatan C-H.

2. Ikatan phi (π) dari ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga.

3. Elektron pada atom-atom oksigen, nitrogen, dan halogen.

15

Page 16: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

b. Resonansi Magnetik Inti (RMI)

Prinsip Dasar

Di tahun 1924, Pauli menduga bahwa inti-inti atom tertentu

mempunyai sifat-sifat spin dan momen magnetik. Bila inti-inti ini

diletakan dalam medan magnetik, tingkat-tingkat energinya akan

terurai. Block dan Purcell menunjukan bahwa inti mengabsorpsi radiasi

elektromagnetik pada medan magnetik yang lebih kuat karena tingkat

energi yang terurai menginduksikan gaya magnet. Penemuan ini

memungkinkan suatu cara untuk menentukan struktur molekul. Mereka

memperoleh hadian nobel (1932) untuk penemuan ini.

No Jumlah Neutron Jumlah Proton Bilangan Spin Contoh

1

2

3

4

5

6

Genap

Genap

Ganjil

Ganjil

Genap

Ganjil

Genap

Ganjil

Genap

Ganjil

Ganjil

Genap

0

½

½

1

3/2

5/2

S32, Si28, C12, O16

H1, N15, F19, P31

C13

H2, N14

Br29, B11

Te127

Tabel 1. Bilangan Kuantum Spin Inti

Inti yang memiliki jumlah proton yang ganjil atau jumlah

neutron yang ganjil, tetapi tidak ganjil keduanya sekaligus, mempunyai

bilangan spin ½, 3/2, 5/2, dan seterusnya. Inti tersebut berkelakuan

seperti bola berspin muatan yang bersirkulasi menghasilkan suatu

medan magnet seperti arus listrik pada kumparan kawat. Sepanjang

sumbu putarnya terdapat suatu momen magnetik inti yang sesuai. Untuk

inti dimana jumlah proton dan neutron keduanya ganjil, maka muatan

terdistribusi secara non-simetris, I = 1. Inti yang memiliki jumlah

proton dan neutron keduanya genap, tidak mempunyai momentum

sudut putar (angular momentum) yaitu I = 0 dan tidak menunjukan sifat

magnetik, misalkan C12, O16, Si32 bersifat inert secara magnetik dan

tidak terdeteksi dalam RMI.

16

Page 17: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Dalam RMI, medan magnet yang umum digunakan adalah

14000 gauss. Untuk proton ini sesuai dengan nilai E=5,7 x 103 kal/mol

(energy yang sangat lemah).

E = hv = 2 µHo untuk I = ½ jika v = 60 x 106 cycles/pls

Besarnya harga δ tidak dapat ditetapkan hanya dari efek

diamagnet lokal karena kita harus mempertimbangkan sifat electron π

dalam ikatan tak jenuh. Pada CH=CH efek shielding ikatan rangkap tiga

mengatasi efek shielding penarikan elektron oleh atom karbon seperti

yang terjadi pada molekul jenuh etana. Bila frekuensi linear diubah ke

satuan frekuensi sudut, maka perlu dimasukkan nilai 2π dan satu

parameter baru σ, yang disebut perbandingan giromagnetik, sehingga :

2πr = 2πµHo x γHo

hI

Nilai σ = 2π/ Ho sangatlah penting dalam RMI. Dengan medan yang

tetap Ho (14000 gauss), kita dapat mengubah frekuensi sehingga

diperoleh kondisi resonansi. Pada beberapa instrumen, medan

magnetiknya divariasikan pada frekuensi yang tetap.

Pengukuran Spektrum RMI

Spektrum RMI dapat dihasilkan melalui dua metode. Yang

pertama mirip dengan cara memperoleh spektrum optis, dengan cara ini

sinyal absorpsi diukur pada saat frekuensi elektromagnetik divariasikan.

Prisma pendispersi atau grating tidaklah diperlukan pada frekuensi

radio. Oskilator frekuensi radio menghasilkan frekuensi bervariasi

antara 1-10 KHz. Yang kedua adalah dengan menggunakan oskilator

frekuensi radio yang konstan dan mem-variasikan (sweeping) medan

magnet Ho secara kontinyu. Oskilator sweeping linear yang belakangan

17

Page 18: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

ini banyak digunakan mempunyai efisiensi yang lebih baik dalam

menghasilkan spektrum dekopling spin.

Instrumen RMI dapat berupa RMI resolusi tinggi atau model

puncak lebar. Hanya RMI resolusi tinggilah yang dapat menguraikan

struktur halus yang sesuai dengan puncak absorpsi. Instrument tersebut

menggunakan medan magnet 7000 G. Sedangkan instrumen berpuncak

lebar digunakan untuk analisis unsur secara kuantitatif dan menelaah

lingkungan fisis suatu inti. Instrumen berpuncak lebar menggunakan

magnet dengan kekuatan beberapa ribu gauss adalah lebih sederhana

dan lebih murah daripada RMI resolusi tinggi.

Instrumentasi dan Teknik RMI

Instrumen RMI terdiri dari komponen-komponen utama yaitu;

magnet, generator medan magnet untuk sweeping, sumber frekuensi

radio, detektor sinyal, perekam, tempat sampel dan kelengkapannya.

1. Magnet

Akurasi dan kualitas suatu alat RMI bergantung pada

kekuatan magnetnya. Resolusi akan bertambah dengan kenaikan

kekuatan medannya, bila medan magnetiknya homogen

elektromagnetik dan kumparan superkonduktor (selenoids). Magnet

permanen mempunyai kuat medan 7046-14002 G, ini sesuai

dengan frekuensi oskilator proton antara 30-40 MHz. Termostat

yang bak diperlukan karena magnet bersifat peka terhadap

temperature. Elektromagnet memerlukan sistem pendingin,

elektromagnet yang banyak di pasaran mempunyai frekuensi 60, 90

dan 100 MHz untuk proton. RMI beresolusi tinggi dan bermagnet

superkonduktor dengan frekuensi proton 470 MHz. Pengaruh

fluktuasi medan dapat diatasi dengan system pengunci frekuensi

(frequency lock), dapat berupa tipe pengunci eksternal maupun

internal. Pada tipe eksternal wadah senyawa pembanding dengan

18

Page 19: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

senyawa sampel berada pada tempat terpisah. Sedangkan pada tipe

internal senyawa pembanding larut bersama-sama sampel.

Senyawa pembanding biasanya tetrametilsilan (TMS).

2. Generator medan magnet penyapu (field sweep generator)

Suatu pasangan kumparan terletak sejajar terhadap

permukaan magnet, digunakan untuk mengubah medan magnet

pada suatu range yang sempit. Dengan mem-variasikan arus searah

melalui kumparan ini, medan efektif dapat diubah-ubah dengan

perbedaan sekitar 10-3 gauss. Perubahan medan ini

disinkronisasikan secara linear dengan perubahan waktu. Untuk

alat 60 MHz (proton), range sapuannya adalah 235 x 10-3 gauss.

3. Sumber frekuensi radio

Sinyal oskilator frekuensi radio (transmiter) disalurkan

pada sepasang kumparan yang posisinya 90o terhadap jalur dan

magnet. Suatu oskilator yang tetap sebesar 60, 90, atau 100 MHz

digunakan dalam RMI beresolusi tinggi.

4. Detektor sinyal

Sinyal frekuensi radio yang dihasilkan oleh inti yang

beresonansi dideteksi dengan kumparan yang mengitari sampel dan

tegak lurus terhadap sumber. Sinyal listrik yang dihaslkan lemah

dan biasanya dikuatkan dulu sebekum dicatat.

5. Rekorder

Pencatat sinyal RMI disinkronisasikan dengan sapuan

medan, rekorder mengendalikan laju sapuan spektrum. Luas

puncak dapat digunakan untuk menentukan jumlah relatif inti yang

19

Page 20: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

mengabsorpsi. Untuk analisis kuantitatif, luas puncak tidak dapat

digantikan oleh tinggi puncak.

6. Tempat sampel dan probe

Tempat sampel merupakan tabung gelas berdiameter 5

mm dan dapat diisi cairan sampai 0,4 ml. Probe sampel terdiri atas

tempat kedudukan sampel, sumber frekuensi penyapu dan

kumparan detector dengan sel pembanding. Detektor dan kumparan

penerima diorientasikan pada 90o. Probe sampel mengelilingi

tabung sampel pada ratusan rpm dengan sumbu longitudinal. Untuk

RMI resolusi tinggi, sampel tidak boleh terlalu kental. Biasanya

digunakan konsentrasi larutan 2-15%. Pelarut yang baik untuk RMI

sebaiknya tidak mengandung proton seperti CS2, CCl4, pelarut-

pelarut berdeuterium juga sering digunakan seperti CDCl3 atau

C6D6.

Efek Lingkungan pada RMI

Medan yang berbeda pada RMI dapat mengubah spektrum

senyawa yang sama. Misalkan spektrum RMI etanol pada model

resolusi rendah (60 MHz ) tidaklah setajam spektrum senyawa yang

sama pada RMI 270 MHz. Ini disebabkan ketergantungan terhadap

lingkungan suatu inti. Perbedaan frekuensi absorpsi proton akibat

perbedaan lokasi letak atom H terikat dikenal sebagai efek pergeseran

kimia. Dengan RMI beresolusi tinggi, dua atau tiga puncak akan terurai

menjadi lebih banyak puncak. Efek lingkuangan sekunder yang

menyebabkannya disebut sebagai spin-spin splitting. Baik pergeseran

kimia mauun spin-spin splitting, keduanya bermanfaat untuk analisis

struktural.

Pergeseran kimia timbul akibat sirkulasi elektron mengelilingi

inti di bawah pengaruh medan magnet. Penguraian (splitting) puncak

terjadi akibat medan lokal yang ditimbulkan oleh inti hidrogen yang

20

Page 21: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

terikat pada atom terdekat. Medan lokal ini dapat bersifat memperbesar

ataupun memperkecil medan magnet efektif yang diterima suatu inti.

Sebagai standard digunakan (CH3)4Si yaitu tetrametilsilana (TMS).

Pergeseran Kimia

Setiap inti dikelilingi oleh awan elektron yang selalu bergerak.

Pada pengaruh medan magnet, elektron-elektron ini dipaksa bersirkulasi

sedemikian rupa dalam usaha melawan medan magnet ini. Akibatnya

inti seakan-akan mendapatkan efek perlindungan (shielding) terhadap

medan magnet luar. Dengan kata lain frekuansi medan magnet harus

ditambah agar inti dapat mengalami resonansi. Ini dilakukan dengan

mengatur medan magnet melalui alirn arus searah yang akan

menghasilkan sapuan (sweeping) pada suatu periode yang sempit (<100

µT tiap putaran medan). Jelaslah bahwa nilai pergeseran kimia

tergantung pada lingkungan kmia suatu proton, sedang ligkungan kimia

suatu proton tergantung pada besar kecilnya efek perlindungan oleh

electron-elektron dilingkungan proton tersebut.

Pergeseran kimia diukur dalam besaran medan atau frekuensi.

Secara praktis adalah perbandingan perubahan frekuensi yang

diperlukan terhadap frekuensi suatu standard, dinyatakan dalam δ ppm.

Standar yang digunakan adalah zat yang protonnya memiliki efek

perlindungan sebesar mungkin untuk memudahkan perbandingan.

Untuk penentuan zat-zat organik, biasanya (CH3)4Si / TMS yang

digunakan sebagai standard dalam dengan pelarut CCl4. TMS dipilih

tidak hanya keidentikan lingkungan semua atom hidrogennya, tetapi

juga karena semua atom hidrogen tersebut mengalami efek

perlindungan yang sangat kuat dibandingkan umumnya senyawa

organik. Posisi TMS dalam pergeseran kimia diberi nilai δ = 0. Ada

pula yang member nilai δ = 10 dan menyatakan pergeseran kimia zat

lainnya dengan T, dimana T = 10 - δ, dengan demikian zat-zat lain

memiliki nilai pergeseran kimia yang positif. Makin besar nilai δ ,

21

Page 22: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

makin besar medan yang diperlukan untuk mengkompensasikannya

agar terjadi resonansi. Harga δ juga dipengaruhi oleh pelarut dan

adanya jembatan hidrogen.

Coupling

Interaksi lain yang dapat diamati pada RMI adalah interaksi spin

suatu proton dengan spin proton lainnya yang terikat pada atom

tetangga. Akibat interaksi ini puncak-puncak yang dihasilkan

pergeseran kimia akan terpecah menjadi puncak-puncak yang lebih

halus secara berganda.

Berikut adalah beberapa aturan mengenai spin-spin coupling:

1. Interaksi spin-spin tidak tergantung pada kekuatan medan. Tetapan

coupling (J) nilainya tidak berubah.

2. Inti (proton) yang berekivalen tidak berinteraksi satu sama lain

untuk menghasilkan splitting.

3. Kebergandaan puncak ditentukan oleh banyaknya proton pada

atom terdekat, yaitu n + 1 .

4. Intensitas sistem puncak berganda (multiplet) ini umumnya bersifat

simetris, sedang intensitas relatifnya mengikuti aturan segitiga

pascal (a+b)n ; dimana n = jumlah proton terdekat yang

menyebabkan splitting.

5. Tetapan coupling makin kecil bila jarak interaksi makin jauh.

6. Tetapan coupling nilainya sama dalam sepasang proton yang

berinteraksi.

7. Tetapan coupling jarang lebih besar dari 20 Hz sedangkan

pergeseran kimia dapat mencapai 1000 Hz.

8. Pada sistem multiplet, pergeseran kimia dihitung pada pusatnya.

22

Page 23: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Pemakaian Spektroskopi RMI

RMI dapat digunakan dalam analisis kualitatif. Misalkan

karakteristik senyawa organik. Nilai pergeseran kimia, spin-spin

splitting dan konstanta coupling merupakan nilai-nilai yang dapat saling

diperbandingkan. Nilai-nilai tersebut memberi petunjuk mengenai

berbagai perbandingan lingkungan suatu atom hidrogen di dalam

molekul. Studi struktur halus yang berupa puncak-puncak berganda,

memberikan petunjuk mengenai berbagai tipe H yang saling berdekatan

satu sama lainnya.

Dalam analisis kuantitatif, RMI memiliki kelebihan yaitu

tidak diperlukan zat murni. Tetapi yang diperlukan adalah pembanding

yaitu standard dalam yang murni. Standar dalam ini dapat setiap

senyawa yang mempunyai spektrum karakteristik yang tidak tumpang

tindih dengan sampel. Umumnya untuk karakteristik suatu senyawa ini

RMI digunakan bersama-sama dengan IR, UV, analisis elementer dan

spektroskopi massa.

Masalah utama dalam analisis kuantitatif adalah efek saturasi.

Efek ini dapat diatasi dengan mengendalikan waktu relaksasi, sumber

dan laju scanning. Dalam analisis kuantitatif, RMI biasanya digunakan

untuk penentuan air dalam produk makanan, bahan baku kertas dan

materi-materi hasil pertanian.

23

Page 24: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

2. Metode Identifikasi

Alat yang dibutuhkan :

1. Rotary evaporator R-114 Buchi dengan sistem vakum Buchi B-169

2. Alat pengukur titik leleh Fisher Jhon

3. Lampu UV 254 nm dan 366 nm

4. Spektrofotometer Ultraviolet Beck DU-7500

5. IR Shimadzu Prestige 21

6. GC-MS Agilent 6890-5973

7. 13C-RMI GEOL JNME 125 MHz

Bahan yang dibutuhkan :

1. Bubuk kering buah tumbuhan mempelas (Tetracera indica Merr.)

2. Pelarut teknis

3. Plat KLT silica gel G 60 F 254

4. Silika gel G 60 (70-230 mesh)

5. Silika vakum 60 (230-400 mesh)

6. Serium sulfat 1,5 % dalam H2SO4 2N

Cara Kerja :

1. Ekstraksi Buah Tumbuhan Mempelas

a. Sebanyak 2 kg bubuk kering buah tumbuhan mempelas dimaserasi

dengan menggunakan pelarut methanol.

b. Filtrat yang diperoleh dari hasil maserasi kemudian difraksinasi

berturut-turut dengan menggunakan pelarut n-heksana,

diklorometana dan etil asetat.

2. Isolasi dan Identifikasi Fraksi Diklorometana Buah mempelas

a. Dilakukan isolasi untuk memisahkan senyawa yang terkandung

dalam ekstrak pekat diklorometana, dengan menggunakan

kromatografi kolom vakum.

24

Page 25: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

b. Eluen yang digunakan n-heksana dan diklorometana (8:2),

dilanjutkan dengan campuran eluen diklorometana : etil asetat (9:1),

kemudian dengan campuran eluen etil asetat : methanol (9:1)

c. Eluat yang terbentuk ditampung ke dalam vial-vial yang bervolume

± 30 ml.

d. Masing-masing vial dicek dengan menggunakan KLT dan di monitor

di bawah sinar UV 254 nm dan pereaksi penampak noda serium

sulfat.

e. Dikelompokkan vial-vial yang memberikan pola noda yang sama

dalam satu fraksi, sehngga didapatkan 4 fraksi.

f. Diambil salah satu fraksi sebanyak 195 mg dan dipisahkan dengan

menggunakan kromatografi kolom flash dengan eluen n-heksana :

etil asetat (7:3), dan eluatnya ditampung dalam vial-vial.

g. Pola noda tersebut dimonitor dengan KLT pada panjang gelombang

254 nm. Dan pola noda yang sama dikelompokkan dalam satu fraksi,

dimana fraksi yang memiliki noda dominan selanjutnya dipisahkan

menggunakan kromatografi kolom dengan eluen n-heksana :

diklorometana : aseton (5:4:1).

h. Hasil pemisahan tersebut menghasilkan kristal berbentuk jarum

berwarna kuning kehijauan.

i. Kemurnian senyawa hasil isolasi diuji dengan pola noda pada KLT

dan uji titik leleh.

j. Identifikasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan spektrofotometer

UV, IR, GC-MS, dan 13C-RMI.

25

Page 26: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil uji fitokimia memperlihatkan bahwa buah mempelas

mengandung senyawa flavonoid. Ekstraksi terhadap 2 kg bubuk kering

buah mempelas menghasilkan 142,83 g ekstrak kasar. Ekstrak kasar

kemudian difraksinasi secara bertahap menggunakan pelarut n-heksana,

diklorometana dan etil asetat. Fraksi diklorometana diuji dengan

menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan penampak noda

serium sulfat. Hasil uji menunjukkan adanya noda berwarna kuning yang

mengindikasikan adanya flavonoid.

Uji kemurnian pertama dilakukan dengan melihat pola noda yang

dihasilkan pada KLT dengan menggunakan variasi eluen. Kristal tersebut

dikatakan murni apabila pola noda yang dihasilkan pada KLT

menunjukkan satu noda. Hasil KLT setelah diberi pereaksi penampak noda

serium sulfat memberikan noda berwarna kuning pada plat KLT sehingga

Kristal ini diduga kuat merupakan senyawa flavonoid. Uji warna

memperlihatkan kromatogram KLT berwarna kuning gelap pada sinar UV

dengan panjang gelombang 254 nm dan tidak tampak pada panjang

gelombang 366 nm.

Gambar 5. Kromatogram uji kemurnian senyawa hasil isolasi dengan penampak noda serium sulfat; a) dengan eluen etil asetat : diklorometana (1:1), b) dengan eluen nheksana : etil asetat (1:1), dan c) dengan eluen n-heksana : diklorometana : aseton (5:4:1)

26

Page 27: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Uji kemurnian dengan pengukuran titik leleh yang memberikan nilai

195 - 197 0C dengan jarak sempit (≤ 2 0C) mengindikasikan bahwa

senyawa hasil isolasi sudah murni. Kristal tersebut selanjutnya dianalisa

dengan spektroskopi UV, IR, 13C-RMI dan GC-MS.

Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi

Pada spektrum UV senyawa hasil isolasi muncul puncak serapan

pada 274 nm yang mengindikasikan adanya ikatan rangkap terkonjugasi

yang lazimnya merupakan cincin aromatik. Hal ini diperkuat dengan

munculnya sinyal pada bilangan gelombang 1659-1580 cm−1 yang berasal

dari regang C=C dan 3065 cm−1 (C-H aromatik) pada spektroskopi infra

merah. Pita I spektrum UV senyawa hasil isolasi tidak terukur, hal ini

mungkin dikarenakan terjadinya kesalahan atau ketidaktepatan dalam

pengukuran. Pengukuran serapan senyawa hasil isolasi dengan

spektroskopi IR menunjukkan serapan karakteristik pada bilangan

gelombang seperti terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Spektrum IR senyawa hasil isolasi

27

Page 28: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Spektrum IR memberikan informasi adanya pita serapan pada

bilangan gelombang 1659 sampai 1580 cm−1 yang menunjukkan adanya

gugus C=C aromatic dan munculnya serapan 3065 cm−1 menunjukkan

adanya gugus C-H aromatik. Pita serapan pada bilangan gelombang 1738

cm−1 menunjukkan adanya gugus karbonil. Adanya gugus C-O-C

ditunjukkan oleh serapan pada bilangan gelombang 1078 cm−1. Pita

serapan pada bilangan gelombang 2926 - 2855 cm−1 menunjukkan adanya

regang C-H alifatik. Hal ini mengindikasikan adanya rantai alifatik,

dimana rantai alifatik ini berasal dari senyawa pengotor.

Spektrum GC senyawa hasil isolasi menunjukkan 2 puncak dominan

pada waktu retensi 17,875 menit dan 20,377 menit. Hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat senyawa flavonid belum murni. Database

hasil spektrum GC-MS menunjukkan puncak dengan waktu retensi 20,377

menit merupakan puncak dari senyawa flavonoid dan puncak pada 17,875

menit merupakan puncak ester asam lemak yaitu asam heksanadioat, bis(2-

etilheksil) ester dengan nama lainnya asam adipat, bis(2-etilheksil) ester.

Sinyal-sinyal 13C-RMI ester asam lemak ini yang muncul pada

daerah C-H alifatik yaitu pada daerah 11,1662 sampai 38,8941 ppm

sehingga tidak mempengaruhi sinyal 13C-RMI senyawa flavonoid yang

umumnya muncul pada daerah C-H aromatik yaitu pada 62,2248 -

182,6558 ppm.

Spektrum massa untuk puncak dengan waktu retensi 20,377 menit

memperlihatkan adanya puncak ion (M+1) pada m/z 285. Pecahan cincin

A dan B pada senyawa flavon menghasilkan A1 m/z 182 dan B1 m/z 102.

Hilangnya −CH3 (massa 15) sehingga menghasilkan m/z 167 dari

puncak m/z 182 mengindikasikan adanya pola oksigenasi −CH3 pada

senyawa flavon. Selain itu, muncul puncak dasar m/z 139 yang terbentuk

dengan hilangnya molekul C=O (massa 28) dari puncak m/z 167. Hal ini

lebih memperkuat dugaan bahwa terdapat gugus metoksi pada C8.

28

Page 29: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Perbandingan geseran kimia spektrum 13C-RMI senyawa hasil isolasi

(5,7-dihidroksi-8-metoksiflavon) dengan geseran kimia wogonin dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan sinyal 13C-RMI wogonin dan senyawa isolat

Atom C Wogonin[5] (ppm)

Senyawa Isolat (ppm)

C2 130,8 131,4063C3 105,0 106,0535C4 182,0 182,6558C5 157,4 157,9420C6 99,1 99,0523C7 156,2 155,4906C8 128,3 127,0378C9 149,6 149,0618C10 103,7 105,4430C10 163,0 163,7126C20 129,2 129,4510C30 126,3 126,3892C40 132,1 132,1980C50 126,3 126,3892C60 129,2 129,4510

O-CH3 61,0 62,2248

Gambar 7. Spektrum Massa senyawa hasil isolasi

29

Page 30: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Gambar 8. Spektrum GC senyawa hasil isolasi

Gambar 9. Struktur asam heksanadioat, bis(2-etilheksil) ester

Berdasarkan perbandingan geseran kimia 13C-RMI antara wogonin

dan senyawa hasil pemisahan, didapat bahwa geseran kimia antara

keduanya hampir sama. Perbedaan yang ada tidak terlalu signifikan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur senyawa hasil isolasi adalah 5-

7-dihidroksi-8-metoksiflavon.

30

Page 31: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

Gambar 10. Pola fragmentasi senyawa hasil isolasi

Gambar 11. Pergeseran kimia atom C senyawa isolat pada spektrum 13C-RMI

31

Page 32: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

III. KESIMPULAN

Tumbuhan Tetracera indica Merr. merupakan tumbuhan yang hidup subur

di kawasan hutan Asia mulai dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, China

sampai Guyana. Tumbuhan ini kaya akan kandungan flavonoid, terutama

wogonin yang bermanfaat sebagai zat antioksidan, anti-inflamasi, anti-kanker,

anti-virus, anti infeksi bakteri, dan sebagainya.

Ekstrak diklorometana sebanyak 25,7818 gr yang dipisahkan dengan

teknik kromatografi menghasilkan senyawa berupa kristal berbentuk jarum

berwarna kuning kehijauan seberat 4,2 mg dan memiliki titik leleh 195-197 oC.

Berdasarkan uji fitokimia dan data spektroskopi dibandingkan, kuat

dugaan bahwa senyawa hasil identifikasi dengan waktu retensi 20,377 menit yang

memiliki berat molekul 284 gr/mol adalah wogonin (5,7-dihidroksi-8-

metoksiflavon).

32

Page 33: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2010. Mass Spectrometry. http://en.wikipedia.org/wiki/

Mass_Spectrometry (diakses tanggal 15 November 2010).

Anonimus. 2010. Wogonin. http://en.wikipedia.org/wiki/Wogonin (diakses

tanggal 15 November 2010).

Chang, Ying-Ling, dkk. 2001. Chinese Herbal Remedy Wogonin Inhibits

Monocyte Chemotactic Protein-1 Gene Expression in Human Endothelial

Cells. Molecular Pharmacology Journal. Amerika Serikat: The American

Society for Pharmacology and Experimental Therapeutics.

Clark, Jim. 2004. Bagaimana Spektrometer Massa Bekerja. http://www.chem-is-

try.org (diakses tanggal 15 November 2010).

Creswell, Clifford J., dkk. 1982. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Bandung:

Institut Teknologi Bandung.

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi 6.

Jakarta: Erlangga.

Fitrya, dkk. 2009. Identifikasi Flavonoid dalam Buah Tumbuhan Mempelas.

Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomor 3 (C) 12305. Palembang:

Universitas Sriwijaya.

Ismail, E. Krisnandi. 2003. Pengantar Analisis Instrumental. Bogor: Sekolah

Menengah Analis Kimia Bogor.

Khopkar, S.M. Diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo. 2003. Konsep Dasar Kimia

Analitik. Jakarta : UI-Press.

Kim, Ki-Hun. 2005. Purification and Anxiolytic and Myorelaxant Effects of

Wogonin from the Medical Plant Scutellaria baicalensis by High-Pressure

Liquid Chromatography. Korea: Kookmin University.

Lee, Heasuk, dkk. 2003. Flavonoid Wogonin from Medicinal Herb is

Neuroprotective by Inhibiting Inflammatory Activation of Microglia. The

FASEB Journal Volume 17. Amerika Serikat: FASEB.

33

Page 34: IDENTIFIKASI WOGONIN REVISI

34