45
Ideologi Kesusastraan Jepang Fitriana Puspita Dewi.

Ideologi Kesusastraan Jepang

  • Upload
    lalasa

  • View
    499

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ideologi Kesusastraan Jepang. Fitriana Puspita Dewi . Apa yang membuat karya sastra dapat dinikmati dan bertahan lama? . Punya ciri khas Disukai banyak orang Mewakili perasaan / pemikiran manusia pada zaman itu Bernilai tinggi Dll,,,. Ideologi ??. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: Ideologi Kesusastraan Jepang

Ideologi Kesusastraan Jepang

Fitriana Puspita Dewi.

Page 2: Ideologi Kesusastraan Jepang

Apa yang membuat karya sastra dapat dinikmati dan bertahan lama? Punya ciri khas Disukai banyak orang Mewakili perasaan / pemikiran manusia

pada zaman itu Bernilai tinggi Dll,,,

Page 3: Ideologi Kesusastraan Jepang

Ideologi ??1 kumpulan konsep bersistem yg

dijadikan asas pendapat (kejadian) yg memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup:  2 cara berpikir seseorang atau suatu golongan: 3 paham, teori, dan tujuan yg merupakan satu program sosial politik-- 

(Sumber KBBI) 

Page 4: Ideologi Kesusastraan Jepang

Ideologi Kesusastraan??

Ideologi Kesusastraan

Jepang

Rinen 理念

Page 5: Ideologi Kesusastraan Jepang

Ideologi Kesusastraan Jepang ??

Suatu konsep pemikiran atau pandangan orang

Jepang yang memberikan suatu warna dalam

kesusastraan Jepang sehingga dapat dinikmati

keindahannya

Page 6: Ideologi Kesusastraan Jepang

Apa saja ideologinya?Masuraoburi

& taoyameburi

Mono no aware Okasi

Yugen & Ushin Mujo Sabi

Wabi En atau Yoen Iki & Tsu

Fuga & Furyu

Page 7: Ideologi Kesusastraan Jepang

Ideologi berdasarkan zaman

Klasik Modern

Pramodern

Asobi, Iki & Tsu

Naturalisme,humanis

me dll

Page 8: Ideologi Kesusastraan Jepang

I. Masuraoburi & Taoyameburi

•Gaya yang menunjukkan kejantanan/ maskulinitas

•Bahasanya langsung/lugas•Terdapat dalam Manyoushuu

Masuraoburi

•Gaya yang menunjukkan kewanitaan yg halus, anggun dan lembut

•Bahasanya tdk langsung / berbelit-belit

•Terdapat dalam Kokinshuu

Taoyameburi

Page 9: Ideologi Kesusastraan Jepang

Negeri Yamato (nama daerah Nara dulu) adalah negeri Masurao, dan wanita tunduk terhadap Masurao. Karena itu puisi Manyoshu semuanya mengikuti gaya masuarao

(Dari Nihimanabu)

Negeri Yamashiro (nama daerah Kyoto dulu) adalah negeri Taoyame, laki-laki juga meniru wanita. Oleh karena itu, puisi Kokinshu memiliki sosok taoyame

(Dari Nihimanabu)

Page 10: Ideologi Kesusastraan Jepang

Kenapa Manyoshu bersifat terbuka

真心Pada zaman dulu puisi terbitdari magokoro (hati tulus) orang-orang. Magokoro yaitu ketika gerak hati yang tulus diekspresikan secara langsung, inilah yang dianggap ciri khas Manyoshu

Page 11: Ideologi Kesusastraan Jepang

II. Mono no Aware (aware)

1. Rasa iba atau simpati yang timbul dalam hati manusia terhadap suatu kejadian.

2. Rasa iba terhadap kesedihan atas nasib buruk yang menimpa diri orang lain

3. Kesedihan dari seorang tokoh

Pencetusnya : Motoori Norinaga (Negarawan zaman Edo)

Page 12: Ideologi Kesusastraan Jepang

Contoh もののあはれ :

Genji Monogatari : kesedihan Kiritsubo menjelang kematian anaknya, kesedihan ukifune berpisah dgn kekasihnya

Makura no Shoshi : kisah cinta dua remaja yang digambarkan berpakaian hitam, di suasana akhir musim gugur, awal musim dingin, senja hari

Page 13: Ideologi Kesusastraan Jepang
Page 14: Ideologi Kesusastraan Jepang

III. Okashi (をかし) Lawan dari Aware Lucu atau menarik Okashi dan Aware

merupakan ideologi khas zaman Heian

Aware Okashi

Page 15: Ideologi Kesusastraan Jepang

IV. Yugen & Ushin (ciri sastra zaman pertengahan)

Yugen berawal dari teks filosofi China yang berarti : gelap atau misterius

Memiliki Yojo ; perasaan yg tak bisa dilukiskan tapi dirasakan -> simbol dalam taman

Perpaduan antara aware dan taketakakibi

Aware •Keindahan yg tidak semarak•Anggun dalam kesederhanaan

Taketakakibi •Keindahan yg semarak•Megah dan cemerlang

Page 16: Ideologi Kesusastraan Jepang

IV. Yugen & Ushin Perbedaan: Penekanan pada taketakakibi

yugen

Penekanan pada aware

ushin

Page 17: Ideologi Kesusastraan Jepang

Karakterisasi Yugen menurut Kamo no Chomei dalam Hojoki

“Seperti layaknya suatu senja musim gugur di bawah langit yang hening tanpa warna. Entah kenapa, airmata menetes tak dapat dikontrol , seolah kita mampu mengingat sesuatu untuk beberapa alasan”

Ketika menatap pegunungan yang tertutup kabut kala musim gugur, pemandangannya mungkin saja tidak jelas tapi memiliki kedalaman luar biasa. Walau hanya sedikit saja yang bisa terlihat dalam kabut, tapi pemandangan ini sungguh menakjubkan. Pandangan tak terbatas yang terbentuk oleh imajinasi akan jauh melampaui apapun yang bisa terlihat dengan jelas dengan mata

Page 18: Ideologi Kesusastraan Jepang

Yugen dan Kanjaku(sense of lonely)

•Cenderung melibatkan keheningan melankolis untuk waktu yang singkat. Tapi ketenangan ini bukan karena kurangnya emosi melainkan keheningan yang dalam

Ushin(menguasai hati) dan

Fukaki (kedalaman

hati)

• Menekankan pada intensitas perasaan yang tenang

Page 19: Ideologi Kesusastraan Jepang

V. Mujo(ketidakkekalan) Mujo

a

Tidak, tiada

nitya

Kekal, abadi

anityaSANSKERTA

• Semua isi bumi akan lenyap, berubah bentuk, tidak ada yang kekal.

• Mujokan : perasaan / pandangan tentang ketidak-kekalan.

• 春夏秋冬に近い

Page 20: Ideologi Kesusastraan Jepang

Kutipan Hoojooki (Kamo no Chomei)> Yuku kawa no nagare wa taezu shite, shikamo, moto no mizu ni arazu...> Yo no naka ni aru hito to sumika to, mata kaku gotoshi... > Sono aruji to sumika to mujo o arasou sama, iwaba asagao no tsuyu ni kotonarazu...

> Air sungai mengalir tiada henti, namun airnya tak akan pernah sama...> Manusia dan hartanya di dunia juga tak berbeda...> Manusia yang saling bertikai memperebutkan sesuatu yang tidak kekal, akan sirna seperti embun di bunga asagao...

Page 21: Ideologi Kesusastraan Jepang
Page 22: Ideologi Kesusastraan Jepang

VI. SabiKesepian,Ketenang

anSabishi

iSabu

Sabi juga berarti karat. Dalam hal ini, sesuatu yang

berumur, sudah berkarat justru indah

Page 23: Ideologi Kesusastraan Jepang

Sabi menurut master Sado, Shuko (abad ke 15) “The concept sabi carries not only the

meaning ‘aged’—in the sense of ‘ripe with experience and insight’ as well as ‘infused with the patina that lends old things their beauty’—but also that of tranquility, aloneness, deep solitude”

Page 24: Ideologi Kesusastraan Jepang

Kutipan waka dlm KokinshuuMiwataseba hana mo momiji mo

nakarikeriUra no tomoya no uki no yugure

Sejauh mata memandang tak terlihat bunga atau momiji

Hanya sebuah gubuk di pantai di senja musim gugur

Page 25: Ideologi Kesusastraan Jepang

Sabi menurut Tanizaki Junichiro

Kami tidak menyukai segala sesuatu yang bersinar, kami lebih memilih kilauan sederhana dan kesuraman dari benda-benda baik itu batu atau sebuah artefak yang menunjukkan keantikannya. Kami menyukai benda yang memiliki tanda bahwa ia tak lekang oleh cuaca, jelaga dan debu yg melekat, kami menyukai warnanya karena seolah memanggil pikiran kami ke masa lalu. (Tanizaki, 11–12)

Ini adalah bukti bahwa : benda-benda antik menghubungkan dengan masa lalu di mana tidak bisa dilakukan produk modern, dan karena produk lama cenderung terbuat dari benda-benda alam semakin terasa menghubungkan dengan alam.

Page 26: Ideologi Kesusastraan Jepang

Ginkakuji (sabi)Kinkakuji (Un-sabi)

Page 27: Ideologi Kesusastraan Jepang

VII. Wabi

Wabu keprihatinan; emosi yg lahir

dr kekurangan harta dan keadaan yg tidak diinginkan

Ditemukan dalam upacara chanoyu

Wabicha : dasar keindahan dlm chanoyu

Dikembangkan oleh pendeta Budha Senno Rikyu

Page 28: Ideologi Kesusastraan Jepang

Definisi Wabi berarti bahwa walaupun dalam

kondisi serba kesulitan tidak akan pernah muncul pikiran tentang kesulitan. Ketika menghadapi kegagalan, tidak pernah berpikir bahwa itu tidak adil.

Jika dalam kondisi terjepit lalu mengeluh dan mengeluh serba kekurangan itu bukan wabi

Page 29: Ideologi Kesusastraan Jepang
Page 30: Ideologi Kesusastraan Jepang

Wabi-sabiWabi-sabi ; keindahan

dalam ketidak sempurnaan dan kesederhanaan

Page 31: Ideologi Kesusastraan Jepang

Kintsugi Kintsugi adalah

teknik memperbaiki porselin dengan pernis emas

Hasilnya justru menjadi seni bernilai tinggi

Ini juga berawal dari konsep wabi-sabi 

Page 32: Ideologi Kesusastraan Jepang

VIII. En atau Yoen

En• Warna keindahan,

daya tarik (tubuh wanita, hubungan pria-wanita, alam)

Yoen • ‘En’ yang teramat

indah, keindahan yg penuh misteri / rahasia

Page 33: Ideologi Kesusastraan Jepang

Contoh En dalam Genji ;.. Yuki ga futte en naru

tasogarenotokini Ketika salju turun itu adalah

senja yang amat sangat indah

Page 34: Ideologi Kesusastraan Jepang

IX. Iki & TsuBerasal dari kalangan pedagang pada jaman pramodern

Filsafat asobi: Suka bersenang-senang, menghamburkan uang, bermain dng wanita, bermain cinta.

Iki dan Tsu: estetika kaum pedagang dalam menikmati hidup dengan bersenang-senang

Page 35: Ideologi Kesusastraan Jepang

Pencetus “Iki’ adalah Kuki Shozo. Berawal dari relasi erotik antara pria dan geisha. Jika dipadankan dalam Bahasa lain bisa berarti “Chic” atau “stylish”

Kuki membedakan momen Iki ke dalam 2 bagian : Ketenangan yang berani (ikiji) dan Penyerahan diri (akirame). Contohnya ketika Jisatsu, berani & tenang menghadapi kematian juga unsur pasrah/penyerahan diri.

Karena berasal dari budaya geisha, maka ada unsur “genit” (bitai) yang kontradiktif dengan momen Iki

Page 36: Ideologi Kesusastraan Jepang

Iki dalam praktek Posisi iki berada di antara nilai estetika lain seperti

antara manis (amami) vs getir (shibumi), mencolok (hade) vs biasa (jimi), mentah (gehin) vs halus(johin).

Contoh di alam : Pohon willow dan “lambat”, hujan yang teratur.

Iki juga pada kain yang tipis, make up tipis, rambut ditata tidak terlalu formal (dibantu dengn air, bukan dengan minyak), kemudian penataan agar menarik perhatian pada bagian tengkuk yang telanjang

Pada seni bebas : Iki pada garis sejajar & vertikal , warna iki, abu-abu, coklat dan biru. Arsitektur rumah teh adalah iki, interaksi antara kayu dan bambu, pencahayaan harus dikurangi ; cahaya siang hari yang secara tidak langsung atau pencahayaan dari lampion

Page 37: Ideologi Kesusastraan Jepang
Page 38: Ideologi Kesusastraan Jepang

Tsu Iki dan Tsu dianggap sama dalam

beberapa situasi, tapi tsu biasanya mengacu ke orang, sementara Iki mengacu pada objek/situasi.

Tsu terkadang melibatkan obsesi kultural yang berlebihan sementara iki tidak

Contoh tsu, bagaimana mengapresiasi masakan Jepang

Page 39: Ideologi Kesusastraan Jepang

X. Fuga & FuryuDi China digunakan utk menyebut wajah yg tampan; elegan (myabi)

Fuga : anggun, luwes, romantik

Fuga & Furyu : keindahan yang tampak pada sesuatu yang elegan

Page 40: Ideologi Kesusastraan Jepang

Kire (memotong) Diajarkan oleh Pendeta Zen Hakuin (1686-1769). Menurut Hakuin : melihat aslinya diri hanya bisa

dilakukan jika memotong akar kehidupan, semua orang harus mempersiapkan diri untuk melepaskan sesuatu dari dirinya, keikhlasan dari melepaskan itu justru menghidupkan kembali

Contohnya : Ikebana. Dengan memotong bunganya justru membuat bunga-bunga tersebut lebih hidup kematian dan reinkarnasi

Page 41: Ideologi Kesusastraan Jepang

Kire pada Karesansui (dry landscape)

Page 42: Ideologi Kesusastraan Jepang

Ikebana

Page 43: Ideologi Kesusastraan Jepang

Fudo Iklim, alam sangat dekat dengan

masyarakat Jepang mempengaruhi pola pikir, budaya dan sastra

Penggunaan istilah berbau alam, nama bunga, musim, benda-benda alam

Budaya : Hanami, tsukimi, Momiji gari Bunga sakura = yamato gokoro elegan

dan erotik walau umurnya pendek Burung uguisu = musim semi, hototogisu

= musim panas, rajawali = musim gugur, angsa liar = musim dingin

Page 44: Ideologi Kesusastraan Jepang

Contoh Fudo pada sastra Haru no bonyari toshita (oborozuki) Natsu no odayakana tsuki aki no sumikitta Fuyu no samuzamu toshita (kantsuki) Bulan yang tampak samar di musim semi

(berkabut) Bulan yang benderang di musim panas Bulan yang jernih cerah di musim gugur Bulan pertengahan bulan yang kedinginan di

musim gugur

Page 45: Ideologi Kesusastraan Jepang