Upload
guntherrem248
View
165
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ideologi konservasi sangat ideal jika diterapkan sebagai landasan pendidikan.
Citation preview
1
1
IDEOLOGI KONSERVASI
SEBAGAI LANDASAN KEPENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Kependidikan
yang diampu oleh Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd.
Oleh:
DIDI PRAMONO
NIM 0301512007
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Isu global warming sudah tidak asing bagi masyarakat era saat ini. Maslin (2004:
1) mengatakan bahwa “global warming is one of the most controversial science
issues of the 21st century, challenging the very structure of our global society.
The problem is that global warming is not just a scientific concern, but
encompasses economics, sociology, geopolitics, local politics, and individuals’
choice of lifestyle”. Pemanasa global memberi ancaman serius pada masyarakat
global, mau tidak mau setiap unsur masyarakat perlu menaruh perhatian khusus
pada masalah pemanasan global. Dunia membutuhkan kontribusi nyata dari para
penghuninya, untuk menyembuhkan dunia yang sedang sakit ini.
Seminar, simposium, pergulatan akademik, karya-karya ilmiah dari para
ahli, dan kegiatan-kegiatan dialog berbagai disiplin ilmu telah banyak
memperbincangkan isu pemanasan global. Garis besar kajian-kajian tersebut
menyatakan bahwa pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca. Salah
satu pendapat ahli, yakni Maslin (2004: 1) menyatakan bahwa “global warming is
caused by the massive increase of greenhouse gases, such as carbon dioxide, in
the atmosphere, resulting from the burning of fossil fuels and deforestation”.
Winarso (2010) menspesifikan penjelasan bahwa aktivitas manusia lah yang telah
menimbulkan efek rumah kaca. Aktivitas industri yang menimbulkan asap tebal
sebagai bentuk pembuangan, emisi kendaraan bermotor, aktivitas pertambangan,
2
3
limbah industri, penggunaan Air Conditioner (AC) yang mengandung freon,
pembakaran hutan, eksploitasi lahan guna keperluan perkebunan, perumahan atau
pusat perbelanjaan, dan aktivitas lain yang merusak alam, semuanya merupakan
aktivitas-akttivitas manusia yang merusak alam dan memicu terjadinya
pemanasan global. Poin-poin tersebut senada dengan pendapat Gray (2001: 1)
yang menyatakan bahwa “global warming caused by changes in their thermal
environment over long periods of time, such as better heating, larger buildings,
darkening of surfaces, sealing of roads, increases in vehicles and aircraft,
increased shielding from the atmosphere and deterioration of painted surfaces”.
Al-Qur’an juga telah menjelaskan bahwa “telah nampak kerusakan di
bumi dan segala isinya akibat perbuatan manusia”. Tuhan jauh-jauh hari telah
menjelaskan bahwa bumi akan mengalami kerusakan akibat sifat serakah
manusia. Manusia telah berevolusi menjadi makhluk yang cerdas, karena Tuhan
membekali manusia dengan akal. Kemampuan akal yang luar biasa telah mampu
menjadikan manusia menakhlukkan alam. Perkembangan akal yang tidak
dibarengi dengan perkembangan iman dan taqwa menjadikan manusia menjadi
makhluk yang liar, serakah, dan destruktif.
Pemanasan global menimbulkan perubahan iklim yang ekstrim, iklim
mengalami ketidakmenentuan. Musim panas akan menjadi sangat panas, dan tiba-
tiba dapat terjadi hujan yang sangat deras. Bencana banjir merupakan
keniscayaan. Jakarta dapat menjadi contoh yang tepat untuk menggambarkan
dampak pemanasan global. Jakarta dapat digambarkan sebagai kota dengan
tingkat populasi yang tinggi, banyak gedung-gedung bertingkat, penggunaan AC
4
di hampir setiap rumah maupun kantor, penggunaan kawasan hijau sebagai
kawasan perumahan, industri, dan pusat perbelanjaan, padatnya arus lalu lintas
yang menimbulkan kemacetan, emisi gas buang yang menimbulkan polusi udara
tingkat tinggi, suhu udara yang tinggi, sungai-sungai keruh penuh dengan sampah,
kawasan perumahan kumuh di bantaran sungai, dan masih banyak lagi
permasalahan ekonomi, sosial, dan budaya di Jakarta. Daftar panjang
permasalahan Jakarta memicu pemanasan global, salah satu bukti setiap tahun
saat musim hujan tiba Jakarta dapat dipastikan akan mengalami banjir.
Apakah permasalahan pemanasan global merupakan masalah yang tidak
dapat diselesaikan? Tidak, pemanasan global bisa disembuhkan. Pemanasan
global hakikatnya merupakan permasalahan sebab-akibat yang memberi dampak
pada bumi. Jika ingin memiliki akibat yang baik, perlu diupayakan sebab yang
baik pula. Jika ingin membuat bumi kembali tertawa maka lontarkanlah humor
yang segar untuknya, niscaya bumi akan menampakkan senyumnya yang ramah.
Indonesia sebagai salah satu paru-paru dunia perlu turut andil dalam
menanggulangi masalah pemanasan global. Langkah-langkah strategis perlu
diterapkan guna efisiensi dan efektivitas penanganan masalah. Dunia pendidikan
merupakan salah satu ranah yang tepat untuk mewujudkan dunia yang bebas dari
pemanasan global.
Generasi muda terdidik merupakan pilar harapan dunia yang memberikan
angin segar bagi terwujudnya alam semesta yang hijau. Idealisme kaum terdidik
merupakan modal dasar yang akan menciptakan super power bagi pergerakan-
pergerakan konservasi lingkungan hidup. Idealisme ini perlu ditanamkan,
5
dipupuk, dijaga, dan dikembangkan sejak dini pada generasi muda.
Mempertimbangkan hal tersebut, perlu dikembangkan model pendidikan berbasis
ideologi konservasi.
Pertanyaan yang kemudian mencuat adalah: model pendidikan berbasis
ideologi konservasi seperti apa yang tepat diterapkan pada dunia pendidikan di
Indonesia? Ideologi konservasi seperti apa yang perlu ditanamkan pada peserta
didik? sehingga nantinya akan menciptakan generasi muda penerus bangsa yang
menjunjung tinggi kelestarian lingkungan hidup.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam makalah ini adalah:
1.2.1. Apa ideologi konservasi yang akan dikembangkan pada dunia pendidikan
di Indonesia?
1.2.2. Bagaimana model pendidikan berbasis ideologi konservasi dikembangkan
di Indonesia?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1.3.1. Menganalisis ideologi konservasi yang akan dikembangkan pada dunia
pendidikan di Indonesia.
1.3.2. Menyusun rancangan model pendidikan berbasis ideologi konservasi yang
akan dikembangkan pada dunia pendidikan di Indonesia.
6
1.4. Manfaat Penulisan Makalah
1.4.1. Manfaat Teoretis
1.4.1.1.Menghasilkan analisis tentang ideologi konservasi sebagai landasan
kependidikan.
1.4.1.2.Memperkaya khasanah keilmuan di bidang pendidikan tentang ideologi
konservasi sebagai landasan kependidikan kontemporer.
1.4.2. Manfaat Praktis
1.4.2.1.Analisis ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan memberi
sumbangan positif bagi kebijakan-kebijakan publik kaitannya dengan
dunia pendidikan.
1.4.2.2.Ideologi konservasi dapat menjadi landasan bagi para pendidik dalam
memberi pengaruh posiitif pada peserta didik tentang pentingnya
pelestarian lingkungan alam sekitar.
7
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
2.1. Ideologi Konservasi
Latar belakang penulisan makalah ini menjelaskan kondisi bumi yang semakin
tidak menentu akibat pemanasan global. Sebagai akademisi, sangat perlu untuk
berpartisipasi aktif dalam penanggulangan masalah tersebut. Salah satu upaya
yang ditempuh adalah dengan jalan melakukan konservasi lingkungan. Tugas ini
tidak hanya menjadi beban salah satu pihak. Konservasi lingkungan merupakan
tanggung jawab semua elemen masyarakat, termasuk para pelaku di dunia
pendidikan.
Penentu kebijakan pendidikan, peserta didik, dan masyarakat pendidikan
perlu merumuskan grand design tentang konsep pendidikan berbasis konservasi
lingkungan hidup. Green campus atau kampus konservasi merupakan jawaban
atas pergulatan pikir atas berbagai permasalahan lingkungan alam. Ide-ide seputar
pendidikan berbasis konservasi perlu disistematiskan dalam sebuah tulisan. Hal
pertama yang perlu dideskripsikan adalah mengenai hakikat ideologi konservasi.
Istilah konservasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
conservation yang bersumber dari kata con (together) dan servare (to keep, to
save) yang dimengerti sebagai upaya memelihara milik kita (to keep, to save what
we have), dan menggunakan milik tersebut secara bijak (wise use). Ide konservasi
pertama dikemukakan oleh orang Amerika, Theodore Roosevelt pada tahun 1902.
Menurut Rijksen (dalam Hisbullah, 2008), konservasi merupakan suatu bentuk
7
8
evolusi kultual atau perubahan budaya dimana pada zaman dahulu, upaya
konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang
dari segi ekonomi dan ekologi. Konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba
memanfaatkan sumber daya alam untuk sekarang. Dari segi ekologi, konservasi
merupakan pemanfaatan sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang akan
datang (Tim Unnes, 2010: 88-89).
Ideologi merupakan sistem ide yang memiliki struktur sistematis, berada
dalam alam pikiran masyarakat, dan berfungsi sebagai landasan kehidupan
bermasyarakat. Gramscian (dalam Barker, 2008: 63) memahami ideologi sebagai
ide, makna, dan praktik yang, kendati mengklaim sebagai kebenaran universal,
merupakan peta makna yang sebenarnya menopang kekuasaan kelompok sosial
tertentu. Ideologi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas praktis kehidupan, ideologi
adalah fenomena material yang berakar pada kondisi sehari-hari. Ideologi
menyediakan aturan-aturan perilaku praktis dan tuntunan moral yang sepadan
dengan agama, yang secara sekuler dipahami sebagai kesatuan keyakinan antara
konsepsi dan norma tindakan terkait.
Sifat abstraksi ideologi menuntut masyarakat untuk memiliki metode guna
memandang suatu ideologi. Barker (2008: 68) menjabarkan lima cara melihat
suatu ideologi: 1) pandangan-dunia kelompok dominan yang menjustifikasi dan
memelihara kekuasaan, yang setara dengan kebenaran; 2) pandangan-dunia
kelompok sosial yang menjustifikasi tindakan mereka dan memelihara yang setara
kebenaran; 3) pandangan-dunia kelompok dominan yang menjustifikasi dan
memelihara kekuasaan mereka tapi tidak dapat disetarakan dengan kebenaran,
9
namun ia dapat dideskripsikan ulang sehingga tidak wajib diterima; 4) pandangan-
dunia kelompok sosial yang menjustifikasi tindakan mereka tetapi tidak dapat
disetarakan dengan kebenaran, namun ia dapat dideskripsikan ulang sehingga
tidak wajib diterima.
Jadi, ideologi konservasi dapat dimaknai sebagai suatu sistem ide, makna,
dan praktir yang telah dikelola secara sistematis berdasarkan analisis kehidupan
sehari-hari mengenai lingkungan hidup serta upaya pelestariannya. Ideologi
konservasi memiliki power untuk meng-influence masyarakat tentang kekuasaan
alam dan perlunya upaya kembali kepada hakikat hidup manusia untuk hidup
selaras, serasi, dan seimbang dengan alam.
2.2. Ideologi Konservasi sebagai Landasan Kependidikan
Ideologi konservasi merupakan salah satu landasan kependidikan yang perlu
mendapat perhatian khusus oleh para penentu kebijakan di bidang pendidikan.
Parker (2007) menyatakan bahwa “universities have a major role in the
education, research, policy formation, and information exchange necessary to
make these goals (conservation) possible”. Lembaga pendidikan yang telah
mendeklarasikan dirinya sebagai green campus atau kampus konservasi patut kita
acungi jempol, karena ini merupakan wujud pengabdian keilmuan untuk
kemanusiaan.
Ideologi konservasi juga sekaligus sebagai salah satu upaya mendekatkan
peserta didik dengan lingkungan alam dan sosial. Hal ini senada dengan konsep
yang kini disebut sebagai contextual teaching and learning (CTL).
10
Ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan mewujud dalam tiga
bentuk, yakni konservasi lingkungan alam, lingkungan fisik kampus yang
berwawasan konservasi, dan konservasi moral. Ketiga bentuk aplikasi ideologi
konservasi dalam ranah pendidikan merupakan kesatuan yang saling terkait,
saling mendukung, dan saling melengkapi. Tujuan akhir pendidikan berbasis
ideologi konservasi adalah terciptanya insan konservasi yang hidup selaras, serasi,
dan seimbang antara kehidupan berketuhanan, bermasyarakat, dan menyatu
dengan alam.
Konservasi lingkungan alam mengacu pada upaya melindungi dan
menyelamatkan keanekaragaman hayati, mengkaji keanekaragaman hayati, dan
memanfaatkan keanekaragaman hayati. Dunia pendidikan perlu memasukkan
ketiga unsur tersebut dalam struktur kurikulum , baik secara eksplisit maupun
implisit.
Kegiatan-kegiatan dalam konservasi lingkungan meliputi penghijauan area
kampus dan luar kampus, pembuatan resapan air (biopori), danau buatan
(embung), penghijauan hutan mangrove, pengelolaan sampah yang baik,
eksplorasi dan inovasi energi alternatif, eksplorasi dan inovasi teknologi ramah
lingkungan, paper less, meminimalisir emisi gas buang, pelestarian binatang
langka, kegiatan kajian dan pemanfaatan aspek-aspek tersebut guna kepentingan
riset dan pengembangan selanjutnya. Selain itu, konservasi lingkungan juga dapat
dilakukan dengan jalan memberi penyadaran dan mengajak masyarakat untuk
menjaga dan melestarikan alam. Upaya ini dapat ditempuh melalui penyuluhan,
sosialisasi, dan membentuk desa binaan.
11
Lingkungan fisik yang berbasis konservasi meliputi tata ruang kampus
yang seimbang antara pemanfaatan lahan untuk bangunan dan ruang hijau, konsep
bangunan yang ramah lingkungan, teknologi pendukung yang juga ramah
lingkungan, minimalisir penggunaan AC, sistem sanitasi yang tertata dengan baik,
dan sebagainya. Ruang hijau memiliki makna strategis sebagai pendukung
kegiatan belajar mengajar. Ruang hijau akan mereduksi CO2 menjadi O2,
implikasinya akan menghasilkan lingkungan yang sejuk dan nyaman bagi
kegiatan belajar mengajar.
Untuk melengkapi kegiatan konservasi lingkungan alam dan lingkungan
fisik kampus, diusung upaya konservasi moral. Orang bijak mengatakan bahwa
ilmu pengetahuan yang tidak diimbangi dengan moral yang baik hanya akan
menimbulkan kerusakan di muka bumi. Atas dasar inilah konservasi moral
kemudian mendapatkan tempat strategis dalam bingkai besar ideologi konservasi
sebagai landasan kependidikan.
Kegiatan-kegiatan dalam konservasi moral meliputi kegiatan-kegiatan
keagamaan, seperti beribadah, beramal, melakukan kajian kitab suci, dan
kegiatan-kegiatan lain yang kaitannya dengan konsep Ketuhanan. Kegiatan
lainnya adalah kegiatan sosial, seperti bakti sosial, berpartisipasi dalam gotong
royong, berpartisipasi dalam penanganan korban bencana alam, saling membantu
antarsesama, sosialisasi secara akrab dengan masyarakat sekitar, dan kegiatan-
kegiatan lain yang berhubungan dengan kemasyarakatan.
Ketiga kerangka besar ideologi konservasi tersebut dapat dimasukkan
dalam kerangka kurikulum pendidikan di Indonesia. Mempertimbangkan aspek-
12
aspek kegiatan konservasi, sudah saatnya pendidikan di Indonesia dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pendidikan harusnya tidak lagi hanya
berkutat pada ranah teori dan pengembangannya, yang seolah hanya untuk
kepentingan teori itu sendiri. Peserta didik perlu dibangun sebagai generasi yang
cerdas, seimbang antara hard dan soft skill-nya.
2.3. Model Pendidikan Berbasis Ideologi Konservasi
Ulasan teoretis tentang ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan pada
sub bab 2.2. akan dijabarkan aspek praktisnya dalam sub bab 2.3. tentang model
pendidikan berbasis ideologi konservasi. Model pendidikan berbasis ideologi
konservasi mewujud dalam beberapa bidang, dalam makalah ini secara garis besar
akan dijelaskan empat bidang pendidikan. Empat bidang ini meliputi lingkungan
belajar, kurikulum, kegiatan pembelajaran, serta sarana dan prasarana sekolah.
Empat bidang ini dirasa cukup mewakili untuk menggambarkan penerapan
ideologi konservasi dalam bidang pendidikan.
2.3.1. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar merupakan faktor ekstern yang berperan cukup signifikan
dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Lingkungan yang
damai, tentram, nyaman, dan sejuk memberi dampak positif bagi penyelenggaraan
pendidikan. Ideologi konservasi sejalan dengan hal tersebut. Ideologi konservasi
dalam dunia pendidikan bercirikan tatanan ruang hijau, ramah lingkungan, dan
sistem sanitasi yang terencana dengan baik. Lingkungan belajar meliputi tata
ruang kampus dan rancangan bangunan. Parker (2007) menyatakan bahwa konsep
13
green campus paling tidak memikirkan beberapa aspek, diantaranya building
design, construction, waste management, and transportation. Dua hal yang
dikemukakan terakhir dalam makalah ini dijelaskan dalam sub bb sarana dan
prasarana.
Tata ruang kampus dirancang dengan komposisi yang proporsional antara
luas lahan yang dimiliki dengan luas bangunan, populasi, dan alokasi lahan untuk
ruang hijau. Tata ruang kampus merupakan grand design yang telah dirancang
secara matang, meliputi segala hal terkait dengan rancang bangun suatu kampus
sampai pada hal-hal terkecil seperti penempatan area parkir dan gudang.
Gambar. 1.1. Tata Ruang Macquare University
Sumber: www.slodive.com
Gambar 1.1. merupakan contoh tata ruang kampus Macquare University.
Tata ruang kampus disusun secara proporsional, salah satunya jalan-jalan kampus
yang tersusun dengan rapi. Gedung-gedung tinggi ditata tidak saling berdekatan
sehingga cahaya matahari bisa secara optimal mengenai gedung, implikasinya
ruang kelas tidak pengap. Danau buatan dan ruang hijau mendapat space yang
cukup luas, ini penting sebagai sumber cadangan O2 dan ruang publik sebagai
14
sarana interaksi positif bagi masyarakat pendidikan. Gambaran mengenai ruang
hijau kampus dapat dilihat pada gambar 1.2.
Gambar 1.2. Ruang Hijau Kampus
Sumber: www.unai.edu.
Gambar 1.2. cukup mendeskripsikan betapa ruang hijau harus
dikembangkan di berbagai kampus. Selain baik untuk kesehatan jasmani, ruang
hijau juga baik untuk kesehatan rohani. Setumpuk tugas dan pekerjaan, bahkan
masalah pribadi yang menyita waktu dan perhatian memicu timbulnya stres.
Kegiatan-kegiatan di ruang terbuka terbukti dapat meminimalisir tingkat stres.
Ruang publik kampus juga baik untuk terwujudnya interaksi positif bagi
masyarakat pendidikan.
Untuk memahami rancangan bangunan kampus yang sesuai dengan
ideologi konservasi sepertinya harus menilik pendapat yang dikemukakan Dennis
Young dan Gregory Brown (2005) dalam jural internasionalnya yang berjudul
“Planning a Green Campus”. Young dan Brown memusatkan perhatiannya pada
site sustainability, water efficiency, energy and atmosphere, materials and
resources, and indoor air quality. Site sustainability atau situs keberlanjutan yang
15
dikemukakan Young dan Brown lebih merupakan paparan kelanjutan dari
program green campus yang diusung St. Louis Community College. Program
tersebut meliputi penggunaan atap ramah lingkungan (green roofs), sarana
transportasi alternatif (automobile), sepeda beserta selter dan pos sepedanya, dan
memperlebar trotoar bagi para pejalan kaki.
Water efficiency atau efisiensi air, menurut Young dan Brown “the
planning team is planning to install water-efficience plumbing fixture, including
waterless urinals, perhaps first on a small scale to determine if they will
appropiate for use on campus”. Instalasi peralatan pipa ledeng untuk efisiensi air
sangat penting untuk membangun sanitasi air yang sehat. Young dan Brown juga
menekankan bahwa manajemen pembuangan air perlu diatur dengan baik, dan
disesuaikan dengan kebudayaan (kebiasaan) masyarakat setempat.
Gambar 1.3. Konsep Bangunan Ramah Lingkungan
Sumber: www.chunsiangoh.blogspot.com
Gambar 1.3. merupakan konsep bangunan ramah lingkungan, ditandai
dengan adanya beberapa space untuk tanaman, bahkan hingga di atap. Jika
16
diamati dalam gambar dapat kita saksikan bahwa mulai dari atas sampai
basement, konsep bangunan ini di desain secara konservatif. Atap menggunakan
solar cell, terdapat juga teknologi untuk mengolah solar cell tersebut. Dinding
sebagian besar menggunakan kaca atau double glasing, terdapat juga teknologi
CO dan CO2 monitoring, dan waterless urinal. Disamping itu, plumbing telah
diatur sedemikian rupa sehingga sistem sanitasi berjalan baik dan tidak
mencemari lingkungan. Di bagian bawah tanah terdapat waste storage system,
yang berfungsi mengolah limbah rumah tangga sebelum dibuang ke saluran
sanitasi yang lebih besar.
Energy and atmosphere atau energi dan atmosfir, menurut Young dan
Brown bahwa kampus perlu didesain agar dapat mengoptimalkan cahaya pada
siang hari sampai pada angka 75-85 persen, sehingga dapat meminimalisir
penggunaan energi listrik. Bangunan didesain menggunakan green roofs dan/atau
reflective roofs untuk mengurangi panas matahari di dalam ruangan. Implikasinya,
penggunaan AC dapat diminimalisir.
Inovasi yang saat ini sedang dikembangkan oleh ilmuan adalah atap yang
dapat mengoptimalkan energi matahari sebagai sumber listrik, atau yang saat ini
populer dikenal solar cell. Kerja solar cell adalah mengonversi panas matahari
menjadi energi listrik. Hakikatnya bahan material yang menyusun sel surya
berupa semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis semikonduktor;
yakni jenis n dan jenis p. Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang
memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif).
Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut
17
dengan p (p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan
menambahkan unsur lain ke dalam semikonduktor, maka jenis semikonduktor
tersebut dapat dikontrol menjadi energi listrik (energisurya.wordpress.com).
Gambar 1.4. Teknologi Solar Cell
Sumber: nmmugreen.blogspot.com
Gambar 1.4. merupakan contoh teknologi solar cell yang kini marak
dikembangkan sebagai energi alternatif terbarukan. Rumah-rumah dan beberapa
kantor sudah mulai menggunakan solar cell sebagai sumber energi listrik. Dalam
kurun waktu beberapa tahun ke depan solar cell akan marak digunakan secara
luas.
Materials and resources atau material dan sumber dayanya, penjelasan
Young dan Brown mengarah pada upaya recycle of waste.
“specifications will call for atleast 5 percent recycled content in materials
and furnishings, including carpet, furniture, and floring”.
Berdasarkan statemen ini jelas bahwa material-material yang masih dapat
diperbaiki di kampus masih perlu dimanfaatkan ulang dengan alasan efisiensi.
18
Indoor air quality atau kualitas udara di dalam ruangan, salah satu jalan
yang ditempuh di St. Louis Community College adalah smoke-free policy atau
kebijakan area bebas asap rokok. Rokok selain merugikan bagi kesehatan
seseorang juga dapat menimbulkan polusi udara, oleh karena itu larangan
merokok kerap kali ditemukan di beberapa tempat-tempat publik.
Deskripsi yang dikemukakan Young dan Brown merupakan konsep yang
dapat diadopsi untuk membangun pendidikan yang berlandaskan ideologi
konservasi. Konsep yang perlu ditambahkan adalah penciptaan kader-kader
konservasi, yang ditujukan sebagai duta untuk mengkampanyekan isu konservasi
kepada masyarakat pendidikan. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan
penyusunan kurikulum dan kegiatan pembelajaran yang berwawasan konservasi,
ditunjang oleh sarana dan prasarana kampus. Ketiga hal tersebut akan dijelaskan
pada sub bab di bawah ini.
2.3.2. Kurikulum
Kurikulum berbasis ideologi konservasi ialah seperangkat perencanaan
pembelajaran yang dilengkapi dengan nilai-nilai, konsep-konsep, dan kegiatan-
kegiatan konservasi.
2.3.2.1. Kurikulum Sekolah Tingkat Dasar dan Menengah
Pertama, dimulai dari struktur kurikulum. Sekolah tingkat dasar dan menengah
memiliki alokasi untuk materi muatan lokal. Materi muatan lokal salah satunya
adalah wawasan lingkungan hidup, yang benar-benar merepresentasikan kondisi
19
wilayah tersebut. Akhir dari mata pelajaran muatan lokal tersebut adalah peserta
didik menciptakan produk, kaitannya dengan keanekaragaman hayati.
Kedua, dari segi standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi muatan
lokal, selain berisi SK dan KD tentang konsep ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat setempat, juga perlu dilengkapi dengan SK dan KD tentang
keanekaragaman hayati yang ada di wilayah tersebut. SK dan KD ini bertujuan
membekali peserta didik untuk memiliki wawasan lingkungan yang baik.
Di beberapa sekolah unggulan, yang mengalokasikan jam pelajaran hanya
dari hari Senin sampai Jumat, hari Sabtu dapat dimanfaatkan untuk mengadakan
kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan alam. Semisal kegiatan
cara menanam, cara merawat tanaman, pengenalan tanaman, penghijauan
lingkungan sekolah, hiking, mountenering, dan lain sebagainya.
Ketiga, dari segi konservasi moral. Materi-materi mata pelajaran saat ini
sudah seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Konsep ini dapat
diterapkan dalam mata pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan. Contoh
kasus, anak-anak merupakan masa belajar segala sesuatu. Materi praktik tata cara
shalat akan sangat bermanfaat bagi anak ketimbang anak harus menghafal konsep-
konsep keagamaan. Saat sudah memasuki jenjang tingkat menengah, anak
disosialisasikan tata cara shalat-shalat sunah, semacam shalat jenazah. Selain itu
tata cara memandikan jenazah juga penting diajarkan kepada anak. Praktik
tahlilan, praktik menyembelih ayam, praktik membayar zakat, praktik adzan, dan
kegiatan-kegiatan praktis lainnya. Materi-materi praktik tersebutlah yang dekat
dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, manfaat akan lebih terasa.
20
2.3.2.2. Kurikulum Pendidikan Tinggi
Pertama, dari segi struktur kurikulum. Kurikulum pendidikan tinggi perlu
menambahkan mata kuliah wajib tentang wawasan lingkungan hidup. Selain
dibekali dengan materi-materi sesuai disiplin masing-masing, mahasiswa juga
perlu mendapat materi tentang wawasan lingkungan hidup. Upaya ini bertujuan
untuk menghasilkan kalangan akademik yang memiliki wawasan lingkungan dan
dapat menjadi agen perubahan menuju masyarakat madani.
Kedua, dari segi materi kuliah. Materi kuliah berisi isu-isu kritis tentang
permasalahan lingungan hidup. Dalam perkuliahan ini mahasiswa diajak untuk
berpikir kritis tentang keadaan lingkungan dan pada akhirnya mereka dapat
melakukan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.
Tujuan akhir perkuliahan adalah mahasiswa menciptakan produk atau karya
inovatif ramah lingkungan yang dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat.
Ketiga, dari segi konservasi moral. Mahasiswa sebagian besar diisi oleh
kalangan remaja. Secara psikologis masa remaja merupakan masa-masa rentan
seseorang untuk menjadi baik atau tidak baik. Mempertimbangkan kondisi ini
lembaga pendidikan tinggi perlu mempersiapkan secara dini generasi muda
bangsa yang unggul. Kegiatan-kegiatan kampus yang positif perlu dikonservasi,
semisal budaya berorganisasi yang sehat, hubungan pertemanan yang sehat, dan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang inspiratif.
2.3.3. Kegiatan Pembelajaran
Ideologi konservasi merupakan konsep segar yang dapat dengan mudah diadopsi
oleh pendidikan, salah satunya mewujud dalam bentuk kegiatan pembelajaran
21
berbasis lingkungan hidup. Kegiatan ini tidak membutuhkan dana besar, cukup
dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar ruangan kelas,
melakukan praktikum di hutan, dan lain sebagainya.
Gambar 1.5. Kegiatan Pembelajaran di Luar Ruang Kelas
Sumber: www.google.com
Gambar 1.5. menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran tidak hanya
dilakukan di ruang kelas. Situasi baru dalam pembelajaran perlu diciptakan untuk
menghindarkan dari rasa bosan, selain itu juga kegiatan ini dapat meningkatkan
minat siswa untuk belajar. Hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian materi
dengan kegiatan di luar ruang kelas, dan volume suara yang perlu ditinggikan.
Model-model pembelajaran telah banyak dikembangkan oleh ahli
pendidikan, termasuk konsep Contextual Teaching and Learning (CTL). Salah
satu upaya melaksanakan konsep CTL adalah kegiatan pembelajaran di luar ruang
kelas. Konsep CTL menghilangkan gap antara konsep-konsep dengan fakta di
lapangan. Hal ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar pada peserta
didik, pengalaman belajar akan meninggalkan memori yang baik pada mereka.
22
Gambar 1.6. Kegiatan Pembelajaran CTL
Sumber: www.google.com
Gambar 1.6. menunjukkan contoh kegiatan belajar CTL, peserta didik
diajarkan secara langsung tata cara menanam tanaman. Melalui kegiatan tersebut,
peserta didik tidak hanya berangan-angan tentang bagaimana cara untuk
menanam. Gambar 1.6. hanya sedikit gambaran, di luar itu, masih banyak konsep-
konsep pembelajaran yang dapat dikembangkan.
Ideologi konservasi, yang pada hakikatnya meliputi kegiatan melindungi
dan menyelamatkan keanekaragaman hayati, mengkaji keanekaragaman hayati,
dan memanfaatkan keanekaragaman hayati, tidak cukup jika hanya diajarkan pada
tataran teks. Pembelajaran konservasi harus diselenggarakan secara kontekstual.
2.3.4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan aspek pendukung terwujudnya pendidikan
berbasis ideologi konservasi. Gedung-gedung kampus beserta isinya, mulai dari
atap sampai lantai paling bawah, perlu disesuaikan dengan konsep ideologi
konservasi. Bahasan tentang konsep bangunan telah banyak dipaparkan pada sub
23
bab sebelumnya. Wacana yang peting untuk dibahas disini adalah tentang sistem
transportasi.
Salah satu pemicu pemanasan global adalah tingginya emisi gas buang,
untuk meminimalisir hal tersebut para ahli telah banyak mengembangkan
kendaraan ramah lingkungan. Semisal kendaraan tenaga listrik, kendaraan tenaga
gas, dan kendaraan tenaga panas matahari.
Gambar 1.7. Bus Tenaga Listrik yang dikembangkan Pemprov DKI Jakarta
Sumber: www.google.com
Gambar 1.7. merupakan contoh inovasi di bidang transportasi, yakni dalam
bentuk bus tenaga listrik yang dikembangkan pemprov DKI Jakarta. Bus tenaga
listrik memiliki emisi gas buang yang sangat kecil sehingga dapat dikategorikan
kendaraan ramah lingkungan. Konsep-konsep seperti ini perlu dikembangkan di
sekolah-sekolah, dalam kaitannya penyediaan kendaraan umum sekolah. Upaya
ini sekaligus cara untuk meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi, yang
dalam jumlah besar berpotensi menimbulkan macet.
Sistem transportasi yang lebih ekonomis adalah bersepeda. Salah satu kota
di Jepang telah berhasil menerapkan kebijakan bersepeda di ranah publik. Selain
24
itu beberapa kampus, seperti Universitas Indonesia juga berhasil menerapkan
kebijakan bersepeda di area kampus.
Gambar 1.8. Bersepeda di Area Kampus
Sumber: www.google.com
Gambar 1.8. menunjukkan aktivitas bersepeda di area kampus. Kegiatan
ini sangat konservatif mengingat sepeda merupakan sarana transportasi yang zero
emition. Di Jepang penggunaan sepeda telah dimenej dengan baik. Pemerintah
membangun stasiun sepeda, menyediakan sepeda dalam jumlah besar, mengatur
regulasi persewaan sepeda, menyediakan selter-selter sepeda di beberapa titik
kota, dan menyediakan jasa servis sepeda. Konsep-konsep ini yang perlu diadopsi
oleh sekolah atau kampus yang hendak menerapkan ideologi konservasi sebagai
landasan kependidikan.
Aspek-aspek ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan
mencakup ide-ide, perilaku, dan hasil karya inovatif untuk menuju pada
terciptanya individu-individu yang berkualitas dan berwawasan lingkungan hidup.
Implikasinya, ideologi konservasi akan dapat mewujudkan bumi yang sehat,
bebas dari pemanasan global.
25
BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1. Simpulan
Ideologi konservasi bukan hanya upaya pelestarian lingkungan hidup, lebih dari
itu, ideologi konservasi meliputi inovasi-inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) serta konservasi moral. Ketiga hal tersebut merupakan trilogi
yang saling terkait dan bersifat komplementer. Kemampuan di bidang IPTEK
tanpa dibarengi dengan kemantapan moral dan kesadaran terhadap lingkungan
hanya akan menimbulkan kerusakan di muka bumi.
Ideologi konservasi di bidang pendidikan sedikitnya mewujud dalam
lingkungan belajar, kurikulum, kegiatan pembelajaran, serta sarana dan prasarana
penunjang pembelajaran. Keempat hal tersebut merupakan pilar utama terciptanya
pendidikan berbasis ideologi konservasi.
Hakikat ideologi konservasi yang mencakup kegiatan kegiatan melindungi
dan menyelamatkan keanekaragaman hayati, mengkaji keanekaragaman hayati,
dan memanfaatkan keanekaragaman hayati, tidak cukup jika hanya diajarkan pada
tataran teks. Pembelajaran konservasi harus diselenggarakan secara kontekstual.
Peserta didik diarahkan untuk bersentuhan langsung dengan dunia nyata, kegiatan
pembelajaran demikian terbukti berhasil untuk memberikan pengalaman belajar
pada peserta didik.
25
26
3.2. Rekomendasi
Ideologi konservasi memberi sumbangsih besar bagi dunia pendidikan,
mempertimbangkan hal ini ideologi konservasi perlu dilakukan secara total.
Totalitas penerapan ideologi konservasi paling tidak mewujud dalam lingkungan
belajar, kurikulum, kegiatan pembelajaran, serta sarana dan prasarana penunjang
pembelajaran.
Ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan perlu ditularkan ke
semua individu. Jika dibayangkan semua individu menghayati dan mengamalkan
ideologi konservasi, maka paling tidak satu orang akan menanam dan merawat
pohon. Jumlah manusia di muka bumi ini mencapai angka lima milyar, maka akan
ada lima milyar pohon yang tumbuh dan berkembang. Jika harapan ini dapat
terwujud, maka dalam hitungan beberapa tahun ke depan, bumi akan terlepas dari
global warming.
Rekomendasi bagi para agen pelaksana ideologi konservasi adalah bahwa
ideologi konservasi harus ditularkan dengan jalan praktik langsung di lapangan,
hindari gap antara teori dan fakta di lapangan. Agen yang tangguh tidak akan
takut kotor.
Salah satu aspek keberhasilan ideologi konservasi adalah inovasi-inovasi
dibidang teknologi ramah lingkungan. Inovasi ini bukan hanya tanggung jawab
ilmuan, melainkan juga pemerintah dan masyarakat pengguna. Pemerintah
bertugas mengatur regulasi dan dukungan finansial. Masyarakat bertugas untuk
secara sadar menggunakan teknologi ramah lingkungan demi terwujudnya bumi
yang sehat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Barker, Cris. 2008. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Gray, Vincent. 2001. The Cause of Global Warming. Policy Series-Frontier
Centre for Policy Series Journal. Nomor 7.
Linehan, at al. 2000. Developing an Off-Campus Natural Resource Conservation
Program. Journal of Forestry ProQuest. Volume 98. Nomor 4. Halaman
24.
Maslin, Mark. 2004. Global Warming a Very Short Introduction. New York:
Oxford University Press.
Parker, Abraham. 2007. Creating a Green Campus. Journal Bioscience ProQuest.
Volume 57, Nomor 4. Halaman 321.
Tim Unnes. 2010. Unnes Sutera Pergulatan Pikir Sudijono Sastroatmodjo
Membangun Universitas Sehat, Unggul, Sejahtera. Semarang: Unnes
Press.
Winarso, Paulus Agus. 2010. Pemanasan Global dan Reduksi Gas CO2. Tidak
diterbitkan.
www.chunsiangoh.blogspot.com
www.energisurya.wordpress.com
www.google.com
www.nmmugreen.blogspot.com
www.slodive.com
www.unai.edu.
Young, Dennis dan Brown, Gregory. 2005. Planning a Green Campus. ProQuest
Agriculture Journals. Volume 8 Nomor 1. Halaman 82.
27