28
1

ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ideologi konservasi sangat ideal jika diterapkan sebagai landasan pendidikan.

Citation preview

Page 1: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

1

Page 2: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

1

IDEOLOGI KONSERVASI

SEBAGAI LANDASAN KEPENDIDIKAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Kependidikan

yang diampu oleh Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd.

Oleh:

DIDI PRAMONO

NIM 0301512007

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 3: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Isu global warming sudah tidak asing bagi masyarakat era saat ini. Maslin (2004:

1) mengatakan bahwa “global warming is one of the most controversial science

issues of the 21st century, challenging the very structure of our global society.

The problem is that global warming is not just a scientific concern, but

encompasses economics, sociology, geopolitics, local politics, and individuals’

choice of lifestyle”. Pemanasa global memberi ancaman serius pada masyarakat

global, mau tidak mau setiap unsur masyarakat perlu menaruh perhatian khusus

pada masalah pemanasan global. Dunia membutuhkan kontribusi nyata dari para

penghuninya, untuk menyembuhkan dunia yang sedang sakit ini.

Seminar, simposium, pergulatan akademik, karya-karya ilmiah dari para

ahli, dan kegiatan-kegiatan dialog berbagai disiplin ilmu telah banyak

memperbincangkan isu pemanasan global. Garis besar kajian-kajian tersebut

menyatakan bahwa pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca. Salah

satu pendapat ahli, yakni Maslin (2004: 1) menyatakan bahwa “global warming is

caused by the massive increase of greenhouse gases, such as carbon dioxide, in

the atmosphere, resulting from the burning of fossil fuels and deforestation”.

Winarso (2010) menspesifikan penjelasan bahwa aktivitas manusia lah yang telah

menimbulkan efek rumah kaca. Aktivitas industri yang menimbulkan asap tebal

sebagai bentuk pembuangan, emisi kendaraan bermotor, aktivitas pertambangan,

2

Page 4: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

3

limbah industri, penggunaan Air Conditioner (AC) yang mengandung freon,

pembakaran hutan, eksploitasi lahan guna keperluan perkebunan, perumahan atau

pusat perbelanjaan, dan aktivitas lain yang merusak alam, semuanya merupakan

aktivitas-akttivitas manusia yang merusak alam dan memicu terjadinya

pemanasan global. Poin-poin tersebut senada dengan pendapat Gray (2001: 1)

yang menyatakan bahwa “global warming caused by changes in their thermal

environment over long periods of time, such as better heating, larger buildings,

darkening of surfaces, sealing of roads, increases in vehicles and aircraft,

increased shielding from the atmosphere and deterioration of painted surfaces”.

Al-Qur’an juga telah menjelaskan bahwa “telah nampak kerusakan di

bumi dan segala isinya akibat perbuatan manusia”. Tuhan jauh-jauh hari telah

menjelaskan bahwa bumi akan mengalami kerusakan akibat sifat serakah

manusia. Manusia telah berevolusi menjadi makhluk yang cerdas, karena Tuhan

membekali manusia dengan akal. Kemampuan akal yang luar biasa telah mampu

menjadikan manusia menakhlukkan alam. Perkembangan akal yang tidak

dibarengi dengan perkembangan iman dan taqwa menjadikan manusia menjadi

makhluk yang liar, serakah, dan destruktif.

Pemanasan global menimbulkan perubahan iklim yang ekstrim, iklim

mengalami ketidakmenentuan. Musim panas akan menjadi sangat panas, dan tiba-

tiba dapat terjadi hujan yang sangat deras. Bencana banjir merupakan

keniscayaan. Jakarta dapat menjadi contoh yang tepat untuk menggambarkan

dampak pemanasan global. Jakarta dapat digambarkan sebagai kota dengan

tingkat populasi yang tinggi, banyak gedung-gedung bertingkat, penggunaan AC

Page 5: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

4

di hampir setiap rumah maupun kantor, penggunaan kawasan hijau sebagai

kawasan perumahan, industri, dan pusat perbelanjaan, padatnya arus lalu lintas

yang menimbulkan kemacetan, emisi gas buang yang menimbulkan polusi udara

tingkat tinggi, suhu udara yang tinggi, sungai-sungai keruh penuh dengan sampah,

kawasan perumahan kumuh di bantaran sungai, dan masih banyak lagi

permasalahan ekonomi, sosial, dan budaya di Jakarta. Daftar panjang

permasalahan Jakarta memicu pemanasan global, salah satu bukti setiap tahun

saat musim hujan tiba Jakarta dapat dipastikan akan mengalami banjir.

Apakah permasalahan pemanasan global merupakan masalah yang tidak

dapat diselesaikan? Tidak, pemanasan global bisa disembuhkan. Pemanasan

global hakikatnya merupakan permasalahan sebab-akibat yang memberi dampak

pada bumi. Jika ingin memiliki akibat yang baik, perlu diupayakan sebab yang

baik pula. Jika ingin membuat bumi kembali tertawa maka lontarkanlah humor

yang segar untuknya, niscaya bumi akan menampakkan senyumnya yang ramah.

Indonesia sebagai salah satu paru-paru dunia perlu turut andil dalam

menanggulangi masalah pemanasan global. Langkah-langkah strategis perlu

diterapkan guna efisiensi dan efektivitas penanganan masalah. Dunia pendidikan

merupakan salah satu ranah yang tepat untuk mewujudkan dunia yang bebas dari

pemanasan global.

Generasi muda terdidik merupakan pilar harapan dunia yang memberikan

angin segar bagi terwujudnya alam semesta yang hijau. Idealisme kaum terdidik

merupakan modal dasar yang akan menciptakan super power bagi pergerakan-

pergerakan konservasi lingkungan hidup. Idealisme ini perlu ditanamkan,

Page 6: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

5

dipupuk, dijaga, dan dikembangkan sejak dini pada generasi muda.

Mempertimbangkan hal tersebut, perlu dikembangkan model pendidikan berbasis

ideologi konservasi.

Pertanyaan yang kemudian mencuat adalah: model pendidikan berbasis

ideologi konservasi seperti apa yang tepat diterapkan pada dunia pendidikan di

Indonesia? Ideologi konservasi seperti apa yang perlu ditanamkan pada peserta

didik? sehingga nantinya akan menciptakan generasi muda penerus bangsa yang

menjunjung tinggi kelestarian lingkungan hidup.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam makalah ini adalah:

1.2.1. Apa ideologi konservasi yang akan dikembangkan pada dunia pendidikan

di Indonesia?

1.2.2. Bagaimana model pendidikan berbasis ideologi konservasi dikembangkan

di Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

1.3.1. Menganalisis ideologi konservasi yang akan dikembangkan pada dunia

pendidikan di Indonesia.

1.3.2. Menyusun rancangan model pendidikan berbasis ideologi konservasi yang

akan dikembangkan pada dunia pendidikan di Indonesia.

Page 7: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

6

1.4. Manfaat Penulisan Makalah

1.4.1. Manfaat Teoretis

1.4.1.1.Menghasilkan analisis tentang ideologi konservasi sebagai landasan

kependidikan.

1.4.1.2.Memperkaya khasanah keilmuan di bidang pendidikan tentang ideologi

konservasi sebagai landasan kependidikan kontemporer.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1.Analisis ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan memberi

sumbangan positif bagi kebijakan-kebijakan publik kaitannya dengan

dunia pendidikan.

1.4.2.2.Ideologi konservasi dapat menjadi landasan bagi para pendidik dalam

memberi pengaruh posiitif pada peserta didik tentang pentingnya

pelestarian lingkungan alam sekitar.

Page 8: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

7

BAB II

ANALISIS PERMASALAHAN

2.1. Ideologi Konservasi

Latar belakang penulisan makalah ini menjelaskan kondisi bumi yang semakin

tidak menentu akibat pemanasan global. Sebagai akademisi, sangat perlu untuk

berpartisipasi aktif dalam penanggulangan masalah tersebut. Salah satu upaya

yang ditempuh adalah dengan jalan melakukan konservasi lingkungan. Tugas ini

tidak hanya menjadi beban salah satu pihak. Konservasi lingkungan merupakan

tanggung jawab semua elemen masyarakat, termasuk para pelaku di dunia

pendidikan.

Penentu kebijakan pendidikan, peserta didik, dan masyarakat pendidikan

perlu merumuskan grand design tentang konsep pendidikan berbasis konservasi

lingkungan hidup. Green campus atau kampus konservasi merupakan jawaban

atas pergulatan pikir atas berbagai permasalahan lingkungan alam. Ide-ide seputar

pendidikan berbasis konservasi perlu disistematiskan dalam sebuah tulisan. Hal

pertama yang perlu dideskripsikan adalah mengenai hakikat ideologi konservasi.

Istilah konservasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu

conservation yang bersumber dari kata con (together) dan servare (to keep, to

save) yang dimengerti sebagai upaya memelihara milik kita (to keep, to save what

we have), dan menggunakan milik tersebut secara bijak (wise use). Ide konservasi

pertama dikemukakan oleh orang Amerika, Theodore Roosevelt pada tahun 1902.

Menurut Rijksen (dalam Hisbullah, 2008), konservasi merupakan suatu bentuk

7

Page 9: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

8

evolusi kultual atau perubahan budaya dimana pada zaman dahulu, upaya

konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang

dari segi ekonomi dan ekologi. Konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba

memanfaatkan sumber daya alam untuk sekarang. Dari segi ekologi, konservasi

merupakan pemanfaatan sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang akan

datang (Tim Unnes, 2010: 88-89).

Ideologi merupakan sistem ide yang memiliki struktur sistematis, berada

dalam alam pikiran masyarakat, dan berfungsi sebagai landasan kehidupan

bermasyarakat. Gramscian (dalam Barker, 2008: 63) memahami ideologi sebagai

ide, makna, dan praktik yang, kendati mengklaim sebagai kebenaran universal,

merupakan peta makna yang sebenarnya menopang kekuasaan kelompok sosial

tertentu. Ideologi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas praktis kehidupan, ideologi

adalah fenomena material yang berakar pada kondisi sehari-hari. Ideologi

menyediakan aturan-aturan perilaku praktis dan tuntunan moral yang sepadan

dengan agama, yang secara sekuler dipahami sebagai kesatuan keyakinan antara

konsepsi dan norma tindakan terkait.

Sifat abstraksi ideologi menuntut masyarakat untuk memiliki metode guna

memandang suatu ideologi. Barker (2008: 68) menjabarkan lima cara melihat

suatu ideologi: 1) pandangan-dunia kelompok dominan yang menjustifikasi dan

memelihara kekuasaan, yang setara dengan kebenaran; 2) pandangan-dunia

kelompok sosial yang menjustifikasi tindakan mereka dan memelihara yang setara

kebenaran; 3) pandangan-dunia kelompok dominan yang menjustifikasi dan

memelihara kekuasaan mereka tapi tidak dapat disetarakan dengan kebenaran,

Page 10: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

9

namun ia dapat dideskripsikan ulang sehingga tidak wajib diterima; 4) pandangan-

dunia kelompok sosial yang menjustifikasi tindakan mereka tetapi tidak dapat

disetarakan dengan kebenaran, namun ia dapat dideskripsikan ulang sehingga

tidak wajib diterima.

Jadi, ideologi konservasi dapat dimaknai sebagai suatu sistem ide, makna,

dan praktir yang telah dikelola secara sistematis berdasarkan analisis kehidupan

sehari-hari mengenai lingkungan hidup serta upaya pelestariannya. Ideologi

konservasi memiliki power untuk meng-influence masyarakat tentang kekuasaan

alam dan perlunya upaya kembali kepada hakikat hidup manusia untuk hidup

selaras, serasi, dan seimbang dengan alam.

2.2. Ideologi Konservasi sebagai Landasan Kependidikan

Ideologi konservasi merupakan salah satu landasan kependidikan yang perlu

mendapat perhatian khusus oleh para penentu kebijakan di bidang pendidikan.

Parker (2007) menyatakan bahwa “universities have a major role in the

education, research, policy formation, and information exchange necessary to

make these goals (conservation) possible”. Lembaga pendidikan yang telah

mendeklarasikan dirinya sebagai green campus atau kampus konservasi patut kita

acungi jempol, karena ini merupakan wujud pengabdian keilmuan untuk

kemanusiaan.

Ideologi konservasi juga sekaligus sebagai salah satu upaya mendekatkan

peserta didik dengan lingkungan alam dan sosial. Hal ini senada dengan konsep

yang kini disebut sebagai contextual teaching and learning (CTL).

Page 11: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

10

Ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan mewujud dalam tiga

bentuk, yakni konservasi lingkungan alam, lingkungan fisik kampus yang

berwawasan konservasi, dan konservasi moral. Ketiga bentuk aplikasi ideologi

konservasi dalam ranah pendidikan merupakan kesatuan yang saling terkait,

saling mendukung, dan saling melengkapi. Tujuan akhir pendidikan berbasis

ideologi konservasi adalah terciptanya insan konservasi yang hidup selaras, serasi,

dan seimbang antara kehidupan berketuhanan, bermasyarakat, dan menyatu

dengan alam.

Konservasi lingkungan alam mengacu pada upaya melindungi dan

menyelamatkan keanekaragaman hayati, mengkaji keanekaragaman hayati, dan

memanfaatkan keanekaragaman hayati. Dunia pendidikan perlu memasukkan

ketiga unsur tersebut dalam struktur kurikulum , baik secara eksplisit maupun

implisit.

Kegiatan-kegiatan dalam konservasi lingkungan meliputi penghijauan area

kampus dan luar kampus, pembuatan resapan air (biopori), danau buatan

(embung), penghijauan hutan mangrove, pengelolaan sampah yang baik,

eksplorasi dan inovasi energi alternatif, eksplorasi dan inovasi teknologi ramah

lingkungan, paper less, meminimalisir emisi gas buang, pelestarian binatang

langka, kegiatan kajian dan pemanfaatan aspek-aspek tersebut guna kepentingan

riset dan pengembangan selanjutnya. Selain itu, konservasi lingkungan juga dapat

dilakukan dengan jalan memberi penyadaran dan mengajak masyarakat untuk

menjaga dan melestarikan alam. Upaya ini dapat ditempuh melalui penyuluhan,

sosialisasi, dan membentuk desa binaan.

Page 12: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

11

Lingkungan fisik yang berbasis konservasi meliputi tata ruang kampus

yang seimbang antara pemanfaatan lahan untuk bangunan dan ruang hijau, konsep

bangunan yang ramah lingkungan, teknologi pendukung yang juga ramah

lingkungan, minimalisir penggunaan AC, sistem sanitasi yang tertata dengan baik,

dan sebagainya. Ruang hijau memiliki makna strategis sebagai pendukung

kegiatan belajar mengajar. Ruang hijau akan mereduksi CO2 menjadi O2,

implikasinya akan menghasilkan lingkungan yang sejuk dan nyaman bagi

kegiatan belajar mengajar.

Untuk melengkapi kegiatan konservasi lingkungan alam dan lingkungan

fisik kampus, diusung upaya konservasi moral. Orang bijak mengatakan bahwa

ilmu pengetahuan yang tidak diimbangi dengan moral yang baik hanya akan

menimbulkan kerusakan di muka bumi. Atas dasar inilah konservasi moral

kemudian mendapatkan tempat strategis dalam bingkai besar ideologi konservasi

sebagai landasan kependidikan.

Kegiatan-kegiatan dalam konservasi moral meliputi kegiatan-kegiatan

keagamaan, seperti beribadah, beramal, melakukan kajian kitab suci, dan

kegiatan-kegiatan lain yang kaitannya dengan konsep Ketuhanan. Kegiatan

lainnya adalah kegiatan sosial, seperti bakti sosial, berpartisipasi dalam gotong

royong, berpartisipasi dalam penanganan korban bencana alam, saling membantu

antarsesama, sosialisasi secara akrab dengan masyarakat sekitar, dan kegiatan-

kegiatan lain yang berhubungan dengan kemasyarakatan.

Ketiga kerangka besar ideologi konservasi tersebut dapat dimasukkan

dalam kerangka kurikulum pendidikan di Indonesia. Mempertimbangkan aspek-

Page 13: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

12

aspek kegiatan konservasi, sudah saatnya pendidikan di Indonesia dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pendidikan harusnya tidak lagi hanya

berkutat pada ranah teori dan pengembangannya, yang seolah hanya untuk

kepentingan teori itu sendiri. Peserta didik perlu dibangun sebagai generasi yang

cerdas, seimbang antara hard dan soft skill-nya.

2.3. Model Pendidikan Berbasis Ideologi Konservasi

Ulasan teoretis tentang ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan pada

sub bab 2.2. akan dijabarkan aspek praktisnya dalam sub bab 2.3. tentang model

pendidikan berbasis ideologi konservasi. Model pendidikan berbasis ideologi

konservasi mewujud dalam beberapa bidang, dalam makalah ini secara garis besar

akan dijelaskan empat bidang pendidikan. Empat bidang ini meliputi lingkungan

belajar, kurikulum, kegiatan pembelajaran, serta sarana dan prasarana sekolah.

Empat bidang ini dirasa cukup mewakili untuk menggambarkan penerapan

ideologi konservasi dalam bidang pendidikan.

2.3.1. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar merupakan faktor ekstern yang berperan cukup signifikan

dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Lingkungan yang

damai, tentram, nyaman, dan sejuk memberi dampak positif bagi penyelenggaraan

pendidikan. Ideologi konservasi sejalan dengan hal tersebut. Ideologi konservasi

dalam dunia pendidikan bercirikan tatanan ruang hijau, ramah lingkungan, dan

sistem sanitasi yang terencana dengan baik. Lingkungan belajar meliputi tata

ruang kampus dan rancangan bangunan. Parker (2007) menyatakan bahwa konsep

Page 14: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

13

green campus paling tidak memikirkan beberapa aspek, diantaranya building

design, construction, waste management, and transportation. Dua hal yang

dikemukakan terakhir dalam makalah ini dijelaskan dalam sub bb sarana dan

prasarana.

Tata ruang kampus dirancang dengan komposisi yang proporsional antara

luas lahan yang dimiliki dengan luas bangunan, populasi, dan alokasi lahan untuk

ruang hijau. Tata ruang kampus merupakan grand design yang telah dirancang

secara matang, meliputi segala hal terkait dengan rancang bangun suatu kampus

sampai pada hal-hal terkecil seperti penempatan area parkir dan gudang.

Gambar. 1.1. Tata Ruang Macquare University

Sumber: www.slodive.com

Gambar 1.1. merupakan contoh tata ruang kampus Macquare University.

Tata ruang kampus disusun secara proporsional, salah satunya jalan-jalan kampus

yang tersusun dengan rapi. Gedung-gedung tinggi ditata tidak saling berdekatan

sehingga cahaya matahari bisa secara optimal mengenai gedung, implikasinya

ruang kelas tidak pengap. Danau buatan dan ruang hijau mendapat space yang

cukup luas, ini penting sebagai sumber cadangan O2 dan ruang publik sebagai

Page 15: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

14

sarana interaksi positif bagi masyarakat pendidikan. Gambaran mengenai ruang

hijau kampus dapat dilihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.2. Ruang Hijau Kampus

Sumber: www.unai.edu.

Gambar 1.2. cukup mendeskripsikan betapa ruang hijau harus

dikembangkan di berbagai kampus. Selain baik untuk kesehatan jasmani, ruang

hijau juga baik untuk kesehatan rohani. Setumpuk tugas dan pekerjaan, bahkan

masalah pribadi yang menyita waktu dan perhatian memicu timbulnya stres.

Kegiatan-kegiatan di ruang terbuka terbukti dapat meminimalisir tingkat stres.

Ruang publik kampus juga baik untuk terwujudnya interaksi positif bagi

masyarakat pendidikan.

Untuk memahami rancangan bangunan kampus yang sesuai dengan

ideologi konservasi sepertinya harus menilik pendapat yang dikemukakan Dennis

Young dan Gregory Brown (2005) dalam jural internasionalnya yang berjudul

“Planning a Green Campus”. Young dan Brown memusatkan perhatiannya pada

site sustainability, water efficiency, energy and atmosphere, materials and

resources, and indoor air quality. Site sustainability atau situs keberlanjutan yang

Page 16: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

15

dikemukakan Young dan Brown lebih merupakan paparan kelanjutan dari

program green campus yang diusung St. Louis Community College. Program

tersebut meliputi penggunaan atap ramah lingkungan (green roofs), sarana

transportasi alternatif (automobile), sepeda beserta selter dan pos sepedanya, dan

memperlebar trotoar bagi para pejalan kaki.

Water efficiency atau efisiensi air, menurut Young dan Brown “the

planning team is planning to install water-efficience plumbing fixture, including

waterless urinals, perhaps first on a small scale to determine if they will

appropiate for use on campus”. Instalasi peralatan pipa ledeng untuk efisiensi air

sangat penting untuk membangun sanitasi air yang sehat. Young dan Brown juga

menekankan bahwa manajemen pembuangan air perlu diatur dengan baik, dan

disesuaikan dengan kebudayaan (kebiasaan) masyarakat setempat.

Gambar 1.3. Konsep Bangunan Ramah Lingkungan

Sumber: www.chunsiangoh.blogspot.com

Gambar 1.3. merupakan konsep bangunan ramah lingkungan, ditandai

dengan adanya beberapa space untuk tanaman, bahkan hingga di atap. Jika

Page 17: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

16

diamati dalam gambar dapat kita saksikan bahwa mulai dari atas sampai

basement, konsep bangunan ini di desain secara konservatif. Atap menggunakan

solar cell, terdapat juga teknologi untuk mengolah solar cell tersebut. Dinding

sebagian besar menggunakan kaca atau double glasing, terdapat juga teknologi

CO dan CO2 monitoring, dan waterless urinal. Disamping itu, plumbing telah

diatur sedemikian rupa sehingga sistem sanitasi berjalan baik dan tidak

mencemari lingkungan. Di bagian bawah tanah terdapat waste storage system,

yang berfungsi mengolah limbah rumah tangga sebelum dibuang ke saluran

sanitasi yang lebih besar.

Energy and atmosphere atau energi dan atmosfir, menurut Young dan

Brown bahwa kampus perlu didesain agar dapat mengoptimalkan cahaya pada

siang hari sampai pada angka 75-85 persen, sehingga dapat meminimalisir

penggunaan energi listrik. Bangunan didesain menggunakan green roofs dan/atau

reflective roofs untuk mengurangi panas matahari di dalam ruangan. Implikasinya,

penggunaan AC dapat diminimalisir.

Inovasi yang saat ini sedang dikembangkan oleh ilmuan adalah atap yang

dapat mengoptimalkan energi matahari sebagai sumber listrik, atau yang saat ini

populer dikenal solar cell. Kerja solar cell adalah mengonversi panas matahari

menjadi energi listrik. Hakikatnya bahan material yang menyusun sel surya

berupa semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis semikonduktor;

yakni jenis n dan jenis p. Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang

memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif).

Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut

Page 18: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

17

dengan p (p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan

menambahkan unsur lain ke dalam semikonduktor, maka jenis semikonduktor

tersebut dapat dikontrol menjadi energi listrik (energisurya.wordpress.com).

Gambar 1.4. Teknologi Solar Cell

Sumber: nmmugreen.blogspot.com

Gambar 1.4. merupakan contoh teknologi solar cell yang kini marak

dikembangkan sebagai energi alternatif terbarukan. Rumah-rumah dan beberapa

kantor sudah mulai menggunakan solar cell sebagai sumber energi listrik. Dalam

kurun waktu beberapa tahun ke depan solar cell akan marak digunakan secara

luas.

Materials and resources atau material dan sumber dayanya, penjelasan

Young dan Brown mengarah pada upaya recycle of waste.

“specifications will call for atleast 5 percent recycled content in materials

and furnishings, including carpet, furniture, and floring”.

Berdasarkan statemen ini jelas bahwa material-material yang masih dapat

diperbaiki di kampus masih perlu dimanfaatkan ulang dengan alasan efisiensi.

Page 19: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

18

Indoor air quality atau kualitas udara di dalam ruangan, salah satu jalan

yang ditempuh di St. Louis Community College adalah smoke-free policy atau

kebijakan area bebas asap rokok. Rokok selain merugikan bagi kesehatan

seseorang juga dapat menimbulkan polusi udara, oleh karena itu larangan

merokok kerap kali ditemukan di beberapa tempat-tempat publik.

Deskripsi yang dikemukakan Young dan Brown merupakan konsep yang

dapat diadopsi untuk membangun pendidikan yang berlandaskan ideologi

konservasi. Konsep yang perlu ditambahkan adalah penciptaan kader-kader

konservasi, yang ditujukan sebagai duta untuk mengkampanyekan isu konservasi

kepada masyarakat pendidikan. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan

penyusunan kurikulum dan kegiatan pembelajaran yang berwawasan konservasi,

ditunjang oleh sarana dan prasarana kampus. Ketiga hal tersebut akan dijelaskan

pada sub bab di bawah ini.

2.3.2. Kurikulum

Kurikulum berbasis ideologi konservasi ialah seperangkat perencanaan

pembelajaran yang dilengkapi dengan nilai-nilai, konsep-konsep, dan kegiatan-

kegiatan konservasi.

2.3.2.1. Kurikulum Sekolah Tingkat Dasar dan Menengah

Pertama, dimulai dari struktur kurikulum. Sekolah tingkat dasar dan menengah

memiliki alokasi untuk materi muatan lokal. Materi muatan lokal salah satunya

adalah wawasan lingkungan hidup, yang benar-benar merepresentasikan kondisi

Page 20: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

19

wilayah tersebut. Akhir dari mata pelajaran muatan lokal tersebut adalah peserta

didik menciptakan produk, kaitannya dengan keanekaragaman hayati.

Kedua, dari segi standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi muatan

lokal, selain berisi SK dan KD tentang konsep ekonomi, sosial, dan budaya

masyarakat setempat, juga perlu dilengkapi dengan SK dan KD tentang

keanekaragaman hayati yang ada di wilayah tersebut. SK dan KD ini bertujuan

membekali peserta didik untuk memiliki wawasan lingkungan yang baik.

Di beberapa sekolah unggulan, yang mengalokasikan jam pelajaran hanya

dari hari Senin sampai Jumat, hari Sabtu dapat dimanfaatkan untuk mengadakan

kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan alam. Semisal kegiatan

cara menanam, cara merawat tanaman, pengenalan tanaman, penghijauan

lingkungan sekolah, hiking, mountenering, dan lain sebagainya.

Ketiga, dari segi konservasi moral. Materi-materi mata pelajaran saat ini

sudah seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Konsep ini dapat

diterapkan dalam mata pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan. Contoh

kasus, anak-anak merupakan masa belajar segala sesuatu. Materi praktik tata cara

shalat akan sangat bermanfaat bagi anak ketimbang anak harus menghafal konsep-

konsep keagamaan. Saat sudah memasuki jenjang tingkat menengah, anak

disosialisasikan tata cara shalat-shalat sunah, semacam shalat jenazah. Selain itu

tata cara memandikan jenazah juga penting diajarkan kepada anak. Praktik

tahlilan, praktik menyembelih ayam, praktik membayar zakat, praktik adzan, dan

kegiatan-kegiatan praktis lainnya. Materi-materi praktik tersebutlah yang dekat

dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, manfaat akan lebih terasa.

Page 21: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

20

2.3.2.2. Kurikulum Pendidikan Tinggi

Pertama, dari segi struktur kurikulum. Kurikulum pendidikan tinggi perlu

menambahkan mata kuliah wajib tentang wawasan lingkungan hidup. Selain

dibekali dengan materi-materi sesuai disiplin masing-masing, mahasiswa juga

perlu mendapat materi tentang wawasan lingkungan hidup. Upaya ini bertujuan

untuk menghasilkan kalangan akademik yang memiliki wawasan lingkungan dan

dapat menjadi agen perubahan menuju masyarakat madani.

Kedua, dari segi materi kuliah. Materi kuliah berisi isu-isu kritis tentang

permasalahan lingungan hidup. Dalam perkuliahan ini mahasiswa diajak untuk

berpikir kritis tentang keadaan lingkungan dan pada akhirnya mereka dapat

melakukan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

Tujuan akhir perkuliahan adalah mahasiswa menciptakan produk atau karya

inovatif ramah lingkungan yang dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat.

Ketiga, dari segi konservasi moral. Mahasiswa sebagian besar diisi oleh

kalangan remaja. Secara psikologis masa remaja merupakan masa-masa rentan

seseorang untuk menjadi baik atau tidak baik. Mempertimbangkan kondisi ini

lembaga pendidikan tinggi perlu mempersiapkan secara dini generasi muda

bangsa yang unggul. Kegiatan-kegiatan kampus yang positif perlu dikonservasi,

semisal budaya berorganisasi yang sehat, hubungan pertemanan yang sehat, dan

kegiatan-kegiatan keagamaan yang inspiratif.

2.3.3. Kegiatan Pembelajaran

Ideologi konservasi merupakan konsep segar yang dapat dengan mudah diadopsi

oleh pendidikan, salah satunya mewujud dalam bentuk kegiatan pembelajaran

Page 22: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

21

berbasis lingkungan hidup. Kegiatan ini tidak membutuhkan dana besar, cukup

dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar ruangan kelas,

melakukan praktikum di hutan, dan lain sebagainya.

Gambar 1.5. Kegiatan Pembelajaran di Luar Ruang Kelas

Sumber: www.google.com

Gambar 1.5. menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran tidak hanya

dilakukan di ruang kelas. Situasi baru dalam pembelajaran perlu diciptakan untuk

menghindarkan dari rasa bosan, selain itu juga kegiatan ini dapat meningkatkan

minat siswa untuk belajar. Hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian materi

dengan kegiatan di luar ruang kelas, dan volume suara yang perlu ditinggikan.

Model-model pembelajaran telah banyak dikembangkan oleh ahli

pendidikan, termasuk konsep Contextual Teaching and Learning (CTL). Salah

satu upaya melaksanakan konsep CTL adalah kegiatan pembelajaran di luar ruang

kelas. Konsep CTL menghilangkan gap antara konsep-konsep dengan fakta di

lapangan. Hal ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar pada peserta

didik, pengalaman belajar akan meninggalkan memori yang baik pada mereka.

Page 23: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

22

Gambar 1.6. Kegiatan Pembelajaran CTL

Sumber: www.google.com

Gambar 1.6. menunjukkan contoh kegiatan belajar CTL, peserta didik

diajarkan secara langsung tata cara menanam tanaman. Melalui kegiatan tersebut,

peserta didik tidak hanya berangan-angan tentang bagaimana cara untuk

menanam. Gambar 1.6. hanya sedikit gambaran, di luar itu, masih banyak konsep-

konsep pembelajaran yang dapat dikembangkan.

Ideologi konservasi, yang pada hakikatnya meliputi kegiatan melindungi

dan menyelamatkan keanekaragaman hayati, mengkaji keanekaragaman hayati,

dan memanfaatkan keanekaragaman hayati, tidak cukup jika hanya diajarkan pada

tataran teks. Pembelajaran konservasi harus diselenggarakan secara kontekstual.

2.3.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan aspek pendukung terwujudnya pendidikan

berbasis ideologi konservasi. Gedung-gedung kampus beserta isinya, mulai dari

atap sampai lantai paling bawah, perlu disesuaikan dengan konsep ideologi

konservasi. Bahasan tentang konsep bangunan telah banyak dipaparkan pada sub

Page 24: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

23

bab sebelumnya. Wacana yang peting untuk dibahas disini adalah tentang sistem

transportasi.

Salah satu pemicu pemanasan global adalah tingginya emisi gas buang,

untuk meminimalisir hal tersebut para ahli telah banyak mengembangkan

kendaraan ramah lingkungan. Semisal kendaraan tenaga listrik, kendaraan tenaga

gas, dan kendaraan tenaga panas matahari.

Gambar 1.7. Bus Tenaga Listrik yang dikembangkan Pemprov DKI Jakarta

Sumber: www.google.com

Gambar 1.7. merupakan contoh inovasi di bidang transportasi, yakni dalam

bentuk bus tenaga listrik yang dikembangkan pemprov DKI Jakarta. Bus tenaga

listrik memiliki emisi gas buang yang sangat kecil sehingga dapat dikategorikan

kendaraan ramah lingkungan. Konsep-konsep seperti ini perlu dikembangkan di

sekolah-sekolah, dalam kaitannya penyediaan kendaraan umum sekolah. Upaya

ini sekaligus cara untuk meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi, yang

dalam jumlah besar berpotensi menimbulkan macet.

Sistem transportasi yang lebih ekonomis adalah bersepeda. Salah satu kota

di Jepang telah berhasil menerapkan kebijakan bersepeda di ranah publik. Selain

Page 25: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

24

itu beberapa kampus, seperti Universitas Indonesia juga berhasil menerapkan

kebijakan bersepeda di area kampus.

Gambar 1.8. Bersepeda di Area Kampus

Sumber: www.google.com

Gambar 1.8. menunjukkan aktivitas bersepeda di area kampus. Kegiatan

ini sangat konservatif mengingat sepeda merupakan sarana transportasi yang zero

emition. Di Jepang penggunaan sepeda telah dimenej dengan baik. Pemerintah

membangun stasiun sepeda, menyediakan sepeda dalam jumlah besar, mengatur

regulasi persewaan sepeda, menyediakan selter-selter sepeda di beberapa titik

kota, dan menyediakan jasa servis sepeda. Konsep-konsep ini yang perlu diadopsi

oleh sekolah atau kampus yang hendak menerapkan ideologi konservasi sebagai

landasan kependidikan.

Aspek-aspek ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

mencakup ide-ide, perilaku, dan hasil karya inovatif untuk menuju pada

terciptanya individu-individu yang berkualitas dan berwawasan lingkungan hidup.

Implikasinya, ideologi konservasi akan dapat mewujudkan bumi yang sehat,

bebas dari pemanasan global.

Page 26: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

25

BAB III

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1. Simpulan

Ideologi konservasi bukan hanya upaya pelestarian lingkungan hidup, lebih dari

itu, ideologi konservasi meliputi inovasi-inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) serta konservasi moral. Ketiga hal tersebut merupakan trilogi

yang saling terkait dan bersifat komplementer. Kemampuan di bidang IPTEK

tanpa dibarengi dengan kemantapan moral dan kesadaran terhadap lingkungan

hanya akan menimbulkan kerusakan di muka bumi.

Ideologi konservasi di bidang pendidikan sedikitnya mewujud dalam

lingkungan belajar, kurikulum, kegiatan pembelajaran, serta sarana dan prasarana

penunjang pembelajaran. Keempat hal tersebut merupakan pilar utama terciptanya

pendidikan berbasis ideologi konservasi.

Hakikat ideologi konservasi yang mencakup kegiatan kegiatan melindungi

dan menyelamatkan keanekaragaman hayati, mengkaji keanekaragaman hayati,

dan memanfaatkan keanekaragaman hayati, tidak cukup jika hanya diajarkan pada

tataran teks. Pembelajaran konservasi harus diselenggarakan secara kontekstual.

Peserta didik diarahkan untuk bersentuhan langsung dengan dunia nyata, kegiatan

pembelajaran demikian terbukti berhasil untuk memberikan pengalaman belajar

pada peserta didik.

25

Page 27: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

26

3.2. Rekomendasi

Ideologi konservasi memberi sumbangsih besar bagi dunia pendidikan,

mempertimbangkan hal ini ideologi konservasi perlu dilakukan secara total.

Totalitas penerapan ideologi konservasi paling tidak mewujud dalam lingkungan

belajar, kurikulum, kegiatan pembelajaran, serta sarana dan prasarana penunjang

pembelajaran.

Ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan perlu ditularkan ke

semua individu. Jika dibayangkan semua individu menghayati dan mengamalkan

ideologi konservasi, maka paling tidak satu orang akan menanam dan merawat

pohon. Jumlah manusia di muka bumi ini mencapai angka lima milyar, maka akan

ada lima milyar pohon yang tumbuh dan berkembang. Jika harapan ini dapat

terwujud, maka dalam hitungan beberapa tahun ke depan, bumi akan terlepas dari

global warming.

Rekomendasi bagi para agen pelaksana ideologi konservasi adalah bahwa

ideologi konservasi harus ditularkan dengan jalan praktik langsung di lapangan,

hindari gap antara teori dan fakta di lapangan. Agen yang tangguh tidak akan

takut kotor.

Salah satu aspek keberhasilan ideologi konservasi adalah inovasi-inovasi

dibidang teknologi ramah lingkungan. Inovasi ini bukan hanya tanggung jawab

ilmuan, melainkan juga pemerintah dan masyarakat pengguna. Pemerintah

bertugas mengatur regulasi dan dukungan finansial. Masyarakat bertugas untuk

secara sadar menggunakan teknologi ramah lingkungan demi terwujudnya bumi

yang sehat.

Page 28: ideologi konservasi sebagai landasan kependidikan

27

DAFTAR PUSTAKA

Barker, Cris. 2008. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi

Wacana.

Gray, Vincent. 2001. The Cause of Global Warming. Policy Series-Frontier

Centre for Policy Series Journal. Nomor 7.

Linehan, at al. 2000. Developing an Off-Campus Natural Resource Conservation

Program. Journal of Forestry ProQuest. Volume 98. Nomor 4. Halaman

24.

Maslin, Mark. 2004. Global Warming a Very Short Introduction. New York:

Oxford University Press.

Parker, Abraham. 2007. Creating a Green Campus. Journal Bioscience ProQuest.

Volume 57, Nomor 4. Halaman 321.

Tim Unnes. 2010. Unnes Sutera Pergulatan Pikir Sudijono Sastroatmodjo

Membangun Universitas Sehat, Unggul, Sejahtera. Semarang: Unnes

Press.

Winarso, Paulus Agus. 2010. Pemanasan Global dan Reduksi Gas CO2. Tidak

diterbitkan.

www.chunsiangoh.blogspot.com

www.energisurya.wordpress.com

www.google.com

www.nmmugreen.blogspot.com

www.slodive.com

www.unai.edu.

Young, Dennis dan Brown, Gregory. 2005. Planning a Green Campus. ProQuest

Agriculture Journals. Volume 8 Nomor 1. Halaman 82.

27