Upload
ngurah-bayu
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
BALI DWIPA: KAWASAN TERAPUNG MASA DEPAN DENGAN
KONSEP DREAM OF WONDERFUL ISLAND AND PRESTIGIOUS AREA
SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN REKLAMASI TELUK BENOA
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN ILMIAH
OLEH:
I Gusti Ngurah Bayu Sucitra 1213031022 Angkatan 2012
Bagus Ngurah Alit Putra Wiryawan 1013021005 Angkatan 2010
Gde Parie Perdana 1113021059 Angkatan 2011
I Nengah Adi Mahendra 1213011037 Angkatan 2012
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ iv
RINGKASAN ........................................................................................... v
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................ 1
Manfaat ...................................................................................................... 2
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan ......................................................... 2
Solusi yang Pernah Ditawarkan ................................................................. 3
Gagasan Baru yang Ditawarkan ................................................................. 3
Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan Bali Dwipa ................ 8
KESIMPULAN
Konsep Bali Dwipa .................................................................................... 9
Langkah-langkah Strategis Implementasi Gagasan ................................... 10
Prediksi Keberhasilan Gagasan Bali Dwipa ............................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kelemahan solusi yang pernah ditawarkan .................................. 4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Bali Tahun 2010-2012 ............... 2
Gambar 2. Pola Tata Ruang Bali Dwipa ..................................................... 5
Gambar 3. Desain Bajra Tower pada Bali Dwipa ..................................... 6
Gambar 4. Desain Perspektif Bali Dwipa .................................................. 7
Gambar 5. Desain Bali Dwipa ................................................................... Lamp
Gambar 6a. Proses Pemasangan Struktur .................................................. Lamp
Gambar 6b. Struktur Modul Floating ........................................................ Lamp
Gambar 7. Lokasi Pembangunan Bali Dwipa ............................................ Lamp
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua,Anggota Kelompok, Dosen Pembimbing
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim
Lampiran 4. Desain dan Struktur Bali Dwipa
v
RINGKASAN
Bali memang tidak dapat terpisahkan dari pariwisata. Jumlah wisatawan
mancanegara ke Bali setiap tahun terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini
berdampak pula pada pertumbuhan penduduk Bali yang mencapai 3,18% jauh
melebihi laju pertumbuhan penduduk nasional. Jumlah penduduk yang meningkat
akan sebanding dengan kebutuhan lahan permukiman. Lahan permukiman di Bali
kian berkurang, bahkan kini banyak dilakukan alih fungsi lahan pertanian.
Kawasan strategis pengembangan pariwisata seperti Bali Tourism Development
Coorperation (BTDC) Nusa Dua kini dijadikan solusi terhadap permasalahan
fasilitas pariwisata dan berkurangnya lahan permukiman. Namun, upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali adalah melalui reklamasi di Teluk
Benoa. Upaya reklamasi belum menjadi solusi yang tepat untuk menambah luas
lahan pemukiman karena banyak mengakibatkan kerugian, salah satunya
kerusakan ekosistem laut.
Megaproyek Bali Dwipa merupakan pembangunan kawasan kota terapung
masa depan Bali dengan peruntukkannya untuk jangka menengah sebagai solusi
padatnya penduduk akibat perkembangan pariwisata. Bali Dwipa dibangun
berdasarkan filosofi lokal berstandar internasional dalam pembangunannya.
Konsep kawasan berstandar ISO 14000 ini diharapkan menjadi pilihan terhadap
permasalahn rencana reklamasi Teluk Benoa yang akan mengancam lingkungan.
Bali Dwipa terdiri atas komponen utama dan komponen penunjang. Bagian
komponen utama merupakan bangunan Bajra Tower dan rumah atau apartemen
terapung. Bajra tower yang menjulang dari permukaan laut memiliki dasar seperti
lilypad sebagai konstruksi terapung. Lilypad ini memiliki moorin sebagai penahan
gerak fluktuatif air laut yang dapat berubah-ubah akibat kondisi perubahan iklim.
Struktur untuk bagian utama terbuat dari baja dengan selubung beton.
Struktur ini mirip dengan bangunan pencakar langit dan memiliki stuktur yang
mampu mengambang di perairan. Struktur lilypad merupakan dasar bagian utama
Bajra Tower. Lilypad ini memiliki diameter 2 km, dengan permukaannya terdapat
garden sebagai konsep ramah lingkungan. Selain itu, pada bagian bawah lilypad
terdapat ruangan-ruangan pengendali sistem kawasan Bali Dwipa. Pondasi lilypad
terdiri atas silinder pneumatik sebagai stuktur fluktuatif vertikal berbentuk sarang
lebah yang mampu menahan beban agar tetap mengambang di permukaan air laut.
Rencana Pemerintah Provinsi Bali untuk melakukan reklamasi terhadap
Teluk Benoa menjadi permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi gejolak di
masyarakat. Dampak lingkungan yang muncul menjadikan reklamasi bukan
sebuah solusi yang tepat, sehingga dapat diyakini konsep wilayah terapung
merupakan jawabannya. Konsep Bali Dwipa ini untuk mengantisipasi jumlah
penduduk akibat perkembangan pariwisata dan mengantisipasi proyeksi kenaikan
muka air laut akibat perubahan iklim. Pemekaran wilayah terapung ini diharapkan
tetap dapat melindungi biota laut dan ekosistemnya serta melalui rekayasa teknik
mampu menciptakan wilayah nyaman dan ramah lingkungan.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bali memang tidak dapat terpisahkan dari pariwisata. Jumlah wisatawan
mancanegara ke Bali setiap tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013,
jumlah wisman mencapai 3.278.598 orang (Disparda, 2014) dibandingkan tahun
2012 yang mencapai 2.949.332 orang (BPS, 2013a). Peningkatan ini berdampak
pula pada pertumbuhan penduduk Bali yang mencapai 3,18% jauh melebihi laju
pertumbuhan penduduk nasional. Pada tahun 2012, jumlah penduduk di Bali
(WNA dan WNI) adalah 3.686.665 jiwa (BPS, 2013b) dan pada tahun 2015
diestimasi mencapai 4.055.360 jiwa (Pusdatin, 2011).
Jumlah penduduk yang meningkat akan sebanding dengan kebutuhan
lahan permukiman. Lahan permukiman di Bali kian berkurang, bahkan kini
banyak dilakukan alih fungsi lahan pertanian. Kawasan strategis pengembangan
pariwisata seperti Bali Tourism Development Coorperation (BTDC) Nusa Dua
kini dijadikan solusi terhadap permasalahan fasilitas pariwisata dan berkurangnya
lahan permukiman. Namun, upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali
adalah melalui reklamasi di Teluk Benoa.
Upaya reklamasi belum menjadi solusi yang tepat untuk menambah luas
lahan pemukiman karena banyak mengakibatkan kerugian, salah satunya
kerusakan ekosistem laut. Sementara itu, perubahan iklim berdampak pada
kenaikan muka air laut. Kenaikan air laut tertinggi pada tahun 2008 ditemukan di
Pulau Ceningan yang terletak di sisi selatan Bali, kenaikan muka air mencapai 50
cm bahkan menggenangi beberapa daratan (Tata Ruang, 2011). United Nation
Climate Change Conference (UNFCCC) 2007 bahkan menyebutkan Bali Selatan
akan tenggelam pada tahun 2050, yang saat ini pulau Bali hanya memiliki luas
5.760 km2 atau 0,30% dari luas Indonesia (Pemprov Bali, 2011).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan PKM GT ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan potensi perairan wilayah Bali Selatan sebagai sasaran
daerah permukiman akibat laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.
2. Menganalisis rekayasa pembangunan wilayah Bali Selatan berkonsep Bali
Dwipa dengan standar ISO 14000.
2
3400000
3450000
3500000
3550000
3600000
3650000
3700000
2010 2011 2012
3. Menciptakan konsep kawasan modern berkelanjutan dan bersinergi dengan
arsitektur Bali melalui konsep Bali Dwipa.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari PKM GT ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan solusi atas upaya reklamasi Teluk Benoa yang berimplikasi
terhadap kerusakan ekosistem laut dan alternatif solusi atas tingginya angka
alih fungsi lahan sebagai permukiman
2. Menciptakan kawasan strategis untuk menunjang pariwisata Bali dan ikon
baru dalam bidang pembangunan (rekayasa sipil).
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
1. Perkembangan Pariwisata dan Penduduk Bali
Perkembangan ekonomi dan pariwisata memiliki konsekuensi terhadap
mobilitas penduduk yang tinggi dan memberi implikasi terhadap kependudukan di
daerah Bali. Pertumbuhan ekonomi Bali yang diukur dari pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 mencapai 6,05%, dan sector
perdagangan, hotel, dan restoran berkontribusi sebesar 30,22% (BPS, 2014).
Dampaknya, Bali menjadi sasaran penduduk untuk dapat bekerja sehingga akan
memberikan pengaruh terhadap tingginya pertumbuhan penduduk Bali. Bahkan,
jumlah penduduk Bali meningkat 3,18% dengan kepadatan mencapai 690/km2,
jumlah penduduk tahun 2010-2012 disajikan pada Gambar 1.
(BPS, 2013c)
Gambar 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Bali Tahun 2010-2012
Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang sejalan dengan perkembangan
pariwisata di Bali berdampak pada tingginya permintaan daerah permukiman.
Alih fungsi lahan yang tinggi merupakan ciri dari banyaknya kebutuhan
3
permukiman bagi penduduk. Bahkan, dikhawatirkan kawasan warisan dunia yaitu
subak di Bali akan tergerus oleh alih fungsi lahan. Selain itu, di Kota Denpasar
sudah bermunculan kawasan permukiman kumuh kategori tinggi. Hal ini sejalan
dengan data PBB yang menyebutkan bahwa terjadi percepatan pertumbuhan
kawasan kumuh dalam 15 tahun terakhir. Pada tahun 1990, penduduk kawasan
padat kumuh di dunia sekotar 700 juta jiwa. Pada tahun 2000 bertambah menjadi
sekitar 900 juta jiwa. Pada tahun 2020, UN-habitat (badan PBB untuk masalah
perumahan dan permukiman) memperkirakan 1,4 miliar penduduk menempati
kawasan padat kumuh (Mungkasa, 2012).
2. Peningkatan Muka Air Laut dan Ancaman Terhadap Bali
Isu climate change (perubahan iklim) merupakan isu dunia yang harus
diwaspadai yang tidak menutup kemungkinan mengancam Bali. Secara singkat,
perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan
dampak terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrim dari perubahan iklim
terutama adalah terjadinya kenaikan suhu serta pergeseran musim, kenaikan suhu
ini menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini
menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan air laut di seluruh
dunia sekitar 10-25 cm selama abad ke-20.
Peningkatan tinggu muka laut sudah mempengaruhi ekosistem pantai dan
menenggelamkan sebagian dari rawa-rawa pantai. Kondisi ini tentunya sangat
mengancam berbagai wilayah di Indonesia karena merupakan wilayah kepulauan
termasuk bali di dalamnya. Kenaikan air laut tertinggi pernah terjadi pada tahun
2008 di temukan di Pulau Ceningan. Kenaikan muka air laut mencapai 50 cm dan
bahkan menggenangi beberapa daratan (Tata Ruang, 2011). Kondisi lain juga
mengancam Bali ayitu adanya abrasi sepanjang garis pantai. Hal ini akan
memperburuk Pulau Bali apabila tidak memperhatikan faktor lingkungan.
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Solusi yang pernah ditawarkan dalam mengatasi permasalahan
pertumbuhan pariwisata dan penduduk Bali adalah melalui reklamasi. Pemerintah
Bali berupaya untuk menekan alih fungsi lahan pertanian dengan mengembangkan
kawasan Teluk Benoa yang tidak produktif menjadi daratan baru. Upaya ini
banyak mengalami pro dan kontra di masyarakat Bali. Reklamasi Teluk Benoa ini
4
mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang bagi masyarakat dan
ekosistem pesisir dan laut. Dampak positifnya tentu pada peningkatan kualitas dan
nilai ekonomi, mengurangi lahan yang kurang produktif, perbaikan kawasan
pantai, penyediaan lahan untuk pemekaran wilayah dan penyerapan tenaga kerja.
Reklamasi juga memberikan dampak negatif yang meliputi perubahan hidro-
oseanografi, erosi pantai, terganggunya ekosistem mangrove, terumbu karang,
hilangnya ruang publik, perubahan social ekonomi masyarakat. Sehinggam
reklamasi ini belum menjadi solusi yang tepat untuk pengembangan lahan baru.
Permasalahan pengembangan suatu kawasan perkotaan di Bali juga
dihantui oleh kenaikan muka air laut. Solusi yang dapat ditawarkan adalah
pembangunan kawasan terapung seperti konsep The Green Float. Konsep ini
mengutamakan teknologi ramah lingkungan. The Green Float memiliki lebar 1
km dan rumah berpenghuni antara 10 ribu hingga 50 ribu orang (Antaranews,
2010). Konsep Lilypad juga menjadi solusi kota terapung. Lilypad adalah desain
hunian yang setengah bagian bawah bangunan akan ditenggelamkan ke air,
setengah bagian atasnya akan dipergunakan untuk menyimpan energi. Satu
bangunan Lilypad menampung 50 ribu penduduk. Tipe ini tidak memiliki jalan
dan kendaraan, yang ada hanya pepohonan dan hunian (Majari Magazine, 2009).
Berbagai konsep kota terapung dan reklamasi Teluk Benoa tersebut untuk dapat
dikembangkan di Bali masih memiliki kelemahan seperti tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Kelemahan Solusi yang Pernah Ditawarkan
Pembanding Reklamasi The Green Float Lilypad
Peranan Menambah kawasan
daratan sebagai
pemukiman
Membuat kawasan
pemukiman di wilayah
perairan laut
Membuat kawasan
pemukiman di wilayah
perairan laut
Keunggulan Biaya lebih terjangkau
dalam pembangunan
Ramah lingkungan Ramah lingkungan
Kelemahan Berdampak buruk
bagi lingkungan,
rawan abrasi
Perlu perencanaan
dalam mengatasi
kenaikan air laut
Perlu perencanaan
dalam mengatasi arus
air laut
Gagasan Baru yang Ditawarkan
1. Konsep Bali Dwipa
Bali Dwipa merupakan konsep tata ruang wilayah Bali dalam desain
terapung. Konsep ini mengambil tagline yaitu “Dream of Wonderful City and
5
Prestigious Area”. Proyek struktur terapung ini merupakan suatu konsep yang
menarik dan belum dikembangkan di Indonesia. Beberapa konsep desain seperti
ini sudah banyak dikembangkan di Dunia, seperti Dubai Lilypad Floating City,
Rotterdam Floating Paviliun, dan Floating Apartemensts di Naaldwijk. Konsep
kota terapung ini memberikan solusi atas kenaikan permukaan air laut sebagai
efek perubahan iklim. Selain itu, konsep yang berteknologi modern ini juga ramah
lingkungan. Menurut arsitek Deltasync, keuntungan membangun floating city
adalah untuk membantu mengatasi lonjakan harga real estate dan kemacetan kota
(New York Times, 2009). Melalui floating city ini mampu menekan alih fungsi
lahan di Bali dan menjadi solusi tepat pengganti reklamasi di Teluk Benoa Bali.
Adapun wilayah Bali Dwipa memiliki pola seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Pola tata ruang Bali Dwipa
Pola penyebaran tersebut terinspirasi dari ikon Bali. Bentuk ini akan
difungsikan sebagai wilayah dengan komponen utama kota adalah perkantoran,
jalan utama, jalan sepeda, perumahan, taman kota, dan beberapa tempat rekreasi.
Seluruh komponen didesain terapung tanpa reklamasi. Bangunan utama berbentuk
Bajra atau genta yang terinspirasi dari Monumen Bajra Sandi di kawasan Renon
Denpasar, dengan kubah dibagian bawah dan tower bagian atasnya.
2. Struktur Bangunan Bali Dwipa
Bali Dwipa terdiri atas komponen utama dan komponen penunjang.
Bagian komponen utama merupakan bangunan Bajra Tower dan rumah atau
apartemen terapung. Bajra tower yang menjulang dari permukaan laut memiliki
dasar seperti lilypad sebagai konstruksi terapung. Lilypad ini memiliki moorin
sebagai penahan gerak fluktuatif air laut yang dapat berubah-ubah akibat kondisi
perubahan iklim.
6
Gambar 3. Desain Bajra Tower pada Bali Dwipa
Bajra Tower akan dibangun di atas lilypad, sedangkan bagian perumahan
akan dibangun pada struktur tersendiri. Rumah atau apartemen terapung dibangun
berdasarkan konsep floating apartment yang terdiri dari bagian utama dan bagian
pondasi terapung. Bajra Tower secara umum memiliki 3 bagian yaitu bagian
puncak tower, bagian utama tower, dan pondasi lilypad. Struktur puncak terbuat
dari rangka baja bermutu tinggi dengan keunggulan mampu menahan beban-
beban berfaktor seperti pada bangunan pencakar langit di daratan.
Struktur untuk bagian utama terbuat dari baja dengan selubung beton.
Struktur ini mirip dengan bangunan pencakar langit dan memiliki stuktur yang
mampu mengambang di perairan. Struktur lilypad merupakan dasar bagian utama
Bajra Tower. Lilypad ini memiliki diameter 2 km, dengan permukaannya terdapat
garden sebagai konsep ramah lingkungan. Selain itu, pada bagian bawah lilypad
terdapat ruangan-ruangan pengendali sistem kawasan Bali Dwipa. Pondasi lilypad
terdiri atas silinder pneumatik sebagai stuktur fluktuatif vertikal berbentuk sarang
lebah yang mampu menahan beban agar tetap mengambang di permukaan air laut.
3. Struktur Kawasan Bali Dwipa
Struktur kawasan Bali Dwipa berupa lilypad dan terhubung dengan
seluruh floating apartment dan wilayah terapung lainnya. Material struktur ini
sebagian berupa baja, dan untuk tempat tertentu menggunakan kaca dan bahan
material lain. Struktur Bali Dwipa ini menyerupai kapal, maka perencanaanya
juga melihat struktur kapal seperti: (1) beban lengkung (bending) akibat bentuk
struktur, (2) effect of water pressure, (3) beban.
7
Kawasan Bali Dwipa ini dilengkapi dengan jalan untuk transportasi
massal, jalan untuk sepeda dan pejalan kaki. Selain itu, terdapat taman sebagai
tempat tumbuhnya berbagai pohon dan bunga, serta tidak menutup kemungkinan
tempat tumbuhnya berbagai tumbuhan hortikultura. Kawasan ini menyajikan
kawasan kota hijau pada umunya dan mampu memanjakan penghuni kota dengan
berbagai fasilitas seperti yang dijumpai di daratan.
Gambar 4. Desain Perspektif Bali Dwipa
Modul beton (concrete modules) merupakan aspek penting dalam Bali
Dwipa. Hal ini disebabkan oleh modul beton merupkan pondasi utama seluruh
kawasan. Modul ini melibatkan platform besar dengan udara yang terjebak di
dalam silinder beton berongga. Pneumatic stabilized platforms dirancang untuk
melawan kekuatan gerakan gelombang. Sistemnya adalah silinder beton terbuka
di bagian bawah, tapi udara yang terjebak di dalam kolom membuat terapung.
Platform ini menghubungkan silinder dengan memberikan stabilitas. Desain yang
besar memberikan kestabilan platform pneumatic.
4. Sistem Kawasan Bali Dwipa
Sistem sanitasi, persediaan energi dan air bersih
Kota dengan standar ISO 14000 merupakan aspek pengembangan Bali
Dwipa ini. Sistem drainase dan pengolahan air limbah menerapkan sistem air
ballast pada kapal yaitu dengan cara dipompa keluar. Sebuah pipa dipasang di
bagian bawah lilypad (sebagai pusat pengolahan) yang terhubung dengan floating
apartment. Sebelum dilepas ke laut, air limbah dimurnikan sehingga tidak
mengganggu lingkungan setelah dilepaskan ke laut.
Bali Dwipa menggunakan sumber energi listrik ramah lingkungan. Energi
listrik yang dikembangkan menggunakan konsep hybrid, yaitu memanfaatkan
8
energi panas matahari dan energi angin. Selain itu, sumber energi yang
memungkinakan untuk diterapkan adalah energi dari gelombang laut dan dari
perbedaan suhu laut. Penggunan water purification akan difungsikan sebagai
penyedia air bersih diseluruh kawasan Bali Dwipa dengan memanfaatkan air laut.
Break water
Kawasan Bali Dwipa yang berbentuk segitiga ini dilindungi oleh penahan
gelombang di bagian luarnya, sehingga bangunan tidak terganggu oleh gelombang
air laut. Breakwater ini menggunakan konsep Dutch Floating Breakwater. Hal ini
dipilih karena breakwater memiliki kekuatan yang besar untuk menahan
gelombang, dan permukaanya dapat dipergunakan sebagai jalan.
5. Pengembangan Bali Dwipa
Megaproyek kawasan Bali Dwipa membutuhkan sumber daya yang besar,
baik dari segi teknis dan pendanaan. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan
mampu memberikan optimisme terhadap sesuatu yang mustahil mampu terwujud
seperti pembangunan di Dubai. Terdapat beberapa perkembangan teknologi dan
pengetahuan yang mampu mendukung pembangunan Bali Dwipa yaitu:
a. Perkembangan bahan bangunan dan konstruksi berkualitas tinggi untuk
menopang beban yang berat dan mampu dikembangkan diperairan.
b. Munculnya rekayasa teknik terhadap struktur bangunan terapung seperti yang
telah dikembangkan oleh arsitek dunia.
Bali Dwipa ini diprediksi akan mampu dibangun pada tahun 2025. Pada
tahun 2015-2018, diperlukan studi mengenai sistem dan teknologi dalam
membangun kawasan dengan menggandeng para arsitek dunia untuk mengkaji.
Pada tahun 2018-2020 dilakukan pembuatan percontohan proyek sebagai ujicoba
terhadap hasil kajian yang dilakukan. Setelah berhasil, selama 5 tahun akan
dilakukan pembangunan kawasan Bali Dwipa. Pada tahun 2025, kawasan ini
mulai dibuka dan difungsikan sebagai kota. Target tahun 2025 diambil karena
pada tahun ini jumlah penduduk Bali meningkat pesat dan kawasan Bali Selatan
sudah macet total berdasarkan prediksi riset yang dilakukan saat ini.
Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan Bali Dwipa
Pihak-pihak yang dapat membantu agar dapat terimlementasikan konsep
Bali Dwipa adalah sebagai berikut.
9
1. Arsitek : merupakan pemeran utama untuk mampu mewujudkan Bali Dwipa ini
dalam hal mentransformasi material bangunan, membuat desain dan
menganalisa distribusi keruangan. Transformasi material dilakukan pada
konstruksi baja menjadi struktur yang mampu terapung serta sentuhan green
building pada setiap bangunan. Desain Bali Dwipa hendaknya sesuai dengan
tagline yaitu dreams of wonderful city and prestigious area. Analisa dilakukan
sehingga mampu tercipta hunian yang futuristic dan nyaman bagi penghuninya.
2. Konsultan perencana : memiliki peranan dalam menganalisa daya dukung
tanah dan pondasi, kekuatan konstruksi, mekanika teknik, hidrolika, hidrologi,
dan teknologi bahan konstruksi, serta pemilihan material yang sesuai. Selain
itu, konsultan perencana mampu merancang sistem-sistem yang akan
dipergunakan pada kawasan Bali Dwipa.
3. Pengembang properti : sebagai pendukung dan pengelola kawasan Bali Dwipa
diluar pengelolaan pemerintah dimasa mendatang. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan nilai komersial dan inovasi sehingga tercapai kepuasan
konsumen dan masyarakat.
4. Pemerintah dan BUMD : pemerintah memiliki peran penting dalam hal
pengambil kebijakan baik yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Keuangan dan Pemerintah Daerah. Disamping itu juga diperlukan
peran pemerintah dibagian kelautan, lingkungan hidup, dan perumahan rakyat.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) juga memiliki peran dalam pengelolaan
energi, air dan transportasi public yang ada di kawasan Bali Dwipa.
5. Masyarakat : merupakan tujuan akhir dari pembangunan Bali Dwipa.
Masyarakat diperbolehkan mengembangkan wilayah ini dengan tetap mengacu
pada kebijakan pemerintah.
KESIMPULAN
Konsep Bali Dwipa
Megaproyek Bali Dwipa merupakan pembangunan kawasan kota terapung
masa depan Bali dengan peruntukkannya untuk jangka menengah sebagai solusi
padatnya penduduk akibat perkembangan pariwisata. Bali Dwipa dibangun
berdasarkan filosofi lokal berstandar internasional dalam pembangunannya.
10
Konsep kawasan berstandar ISO 14000 ini diharapkan menjadi pilihan terhadap
permasalahn rencana reklamasi Teluk Benoa yang akan mengancam lingkungan.
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan
Langkah strategis perlu direncanakan dengan matang agar kota terapung
ini dapat terealisasi dengan baik dan berkelanjutan. Adapun langkahnya yaitu:
1. Tahap Perencanaan dan Studi Lanjut : merupakan tahap penyusunan tujuan
megaproyek dan pelaksanaan studi kelayakan ini dengan melibatkan
stakeholder pemerintah, perusahaan konstraktor, dan para akademisi.
2. Tahap Pengembangan Kerjasama : sebagai sebuah megaproyek, kerjasama
seluruh pihak diperlukan untuk menyatukan konsep dalam hal teknis dan
finansial sebagai pijakan sebelum dilakukan pembangunan.
3. Tahap Pembangunan : dilakukan oleh pemerintah dan swasta. Tahap ini akan
mengimplementasikan semua rancangan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
4. Tahap Evaluasi Pembangunan: evaluasi sangat diperlukan sebagai bahan kajian
pembangunan megaproyek serupa dilokasi lain.
Prediksi Keberhasilan Gagasan Bali Dwipa
Rencana Pemerintah Provinsi Bali untuk melakukan reklamasi terhadap
Teluk Benoa menjadi permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi gejolak di
masyarakat. Dampak lingkungan yang muncul menjadikan reklamasi bukan
sebuah solusi yang tepat, sehingga dapat diyakini konsep wilayah terapung
merupakan jawabannya. Konsep Bali Dwipa ini untuk mengantisipasi jumlah
penduduk akibat perkembangan pariwisata dan mengantisipasi proyeksi kenaikan
muka air laut akibat perubahan iklim. Pemekaran wilayah terapung ini diharapkan
tetap dapat melindungi biota laut dan ekosistemnya serta melalui rekayasa teknik
mampu menciptakan wilayah nyaman dan ramah lingkungan.
Wilayah Teluk Benoa dipilih sebagai penerapan Bali Dwipa karena Bali
Selatan sudah tidak mampu menahan laju perkembangan pariwisata yang
berdampak pada meningkatnya laju pertumbuhan penduduk sehingga diperlukan
rekayasa tata ruang sehingga mampu mengantisipasinya. Kondisi ini juga sangat
cocok sebagai pilihan menolak rencana reklamasi Teluk Benoa yang akan
berdampak meluas bagi lingkungan dan masyarakat. Kerjasama semua pihak akan
memberikan dampak pada keberhasilan megaproyek ini.
DAFTAR PUSTAKA
Antaranews. 2010. Green float: kota mengapung masa depan. Artikel online.
Tersedia pada: http://www.antaranews.com/print/233579/green-float-kota-
mengapung-masa-depan (diakses pada 27 Pebruari 2014)
BPS Bali. 2013a. Perkembangan pariwisata Bali tahun 2012. Laporan BPS.
Tersedia pada: http://bali.bps.go.id/brs/par/brs_par_02_2013.pdf (diakses
pada 3 Maret 2014)
BPS Bali. 2013b. Jumlah penduduk WNI dan WNA hasil registrasi penduduk di
Bali tahun 2012. Laporan BPS. Tersedia pada: http://bali.bps.go.id/tabel_
detail.php?ed=604004&od=4&id=4 (diakses pada 3 Maret 2014)
BPS Bali. 2013c. Banyaknya wisatawan mancanegara yang datang langsung ke
Bali per bulan tahun 2008-2012. Laporan BPS Bali. Tersedia pada:
http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=611001&od=11&id=11 (diakses
pada 1 Maret 2014)
BPS Bali. 2014. Laporan bulanan data sosial ekonomi Provinsi Bali Pebruari
2014. Laporan BPS Bali. Tersedia pada: http://bali.bps.go.id/flipbook/
Laporan%20Bulanan%20Data%20Sosial%20Ekonomi%20Provinsi%20Bali
%20Februari%202014/index.php (diakses pada 3 Maret 2014)
Disparda. 2014. Kedatangan wisatawan mancanegara yang langsung ke Bali
berdasarkan negara pasar utama tahun 2013. Laporan Disparda Bali.
Tersedia pada: http://www.disparda.baliprov.go.id/id/Statistik2 (diakses
pada 1 Maret 2014)
Majari Magazine. 2009. Lilypad, kota terapung ramah lingkungan. Artikel Online.
Tersedia pada: http://majarimagazine.com/2009/02/lilypad-kota-terapung-
ramah-lingkungan/ (diakses pada 4 Maret 2014)
Mungkasa, O. 2012. Peluang dan tantangan penanganan permukiman kumuh
melalui kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat. Artikel. Tersedia
pada: http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/30750306/Tulisan
_HUD_Final_240912-libre.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSM
TNPEA&Expires=1393518241&Signature=v1WDf1lxOZ31TchFYQUOF
mSOKvg%3D (diakses pada 27 Pebruari 2014)
Pusdatin Kemenkes. 2011. Ringkasan eksekutif data dan informasi kesehatan
Provinsi Bali. Tersedia pada: http://www.depkes.go.id/downloads/
KUNKER%20BINWIL/17%20Ringkasan%20Eksekutif%20Prov%20Bali.p
df (diakses pada 27 Pebruari 2014)
Tata Ruang. 2011. Kewajiban dibalik keindahan kita wilayah pesisir Bali. Buletin.
Tersedia pada: http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/
Kewajiban%20dibalik%20Keindahan.pdf (diakses pada 27 Pebruari 2014)
The New York Times. 2009. As sea levels rise, Dutch sea floating cities. Artikel
Online. Tersedia pada: http://green.blogs.nytimes.com/2009/10/27/as-sea-
levels-rise-dutch-sea-floating-cities/?_php=true&_type=blogs&_r=0(diakses
pada 28 Pebruari 2014)
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun Dan Pembagian Tugas
No Nama/
NIM
Program
Studi
Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu
(jam/minggu)
Uraian Tugas
1. I Gusti
Ngurah
Bayu
Sucitra/
1213031022
Pend.
Kimia
Kimia 14 jam/
minggu
1. Mengurus seluruh
administrasi tim PKM-GT
2. Menganalisis referensi
dalam menjelaskan gagasan
3. Mensintesis gagasan secara
keseluruhan
4. Melakukan bimbingan
dengan dosen pembimbing
2. Bagus
Ngurah Alit
Putra
Wiryawan/
1013021005
Pend.
Fisika
Fisika 14 jam/
minggu
1. Mentransformasi gagasan ke
dalam gambar-gambar untuk
menunjang isi PKM
2. Mengumpulkan data terkait
struktur terapung
3. Mensintesis gagasan secara
keseluruhan
4. Melakukan bimbingan
dengan dosen pembimbing
3. Gde Parie
Perdana /
1113021059
Pend.
Fisika
Fisika 14 jam/
minggu
1. Mengumpulkan data terkait
perubahan iklim dan data
kenaikan muka air di Bali
2. Menganalisis solusi yang
pernah ada terkait
penyediaan lahan
3. Mensintesis gagasan secara
keseluruhan
4. Melakukan bimbingan
dengan dosen pembimbing
4. I Nengah
Adi
Mahendra/
1213011037
Pend.
Matematika
Matematika 14 jam/
minggu
1. Mengumpulkan data
pariwisata Bali dan data
penduduk Bali
2. Mensintesis gagasan secara
keseluruhan
3. Melakukan bimbingan
dengan dosen pembimbing
Lampiran 4. Desain dan Struktur Bali Dwipa
Gambar 5. Desain Bali Dwipa
(a) (b)
Gambar 6. (a)Proses Pemasangan struktur , (b) Struktur Modul Floating
Gambar 7. Lokasi Pembangunan Bali Dwipa
Bali Dwipa akan
dibangun di Teluk Benoa
yang saat ini bergejolak
akibat rencana reklamasi
Bajra Tower sebagai pusat
perkantoran dan perdagangan
Perumahan 3 tingkat
setara 1 banjar
Jalan sebagai akses utama
ke seluruh kawasan
Area tanaman dan pemasangan
sumber energi hibdrid