Upload
haminh
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA
(Studi Tentang Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Motivasi Kerja Di Dewan Pimpinan Nasional LSM
Panji Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih)
Penyusun :
MUHAMMAD BADAWI
D 1206614
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi Program S1 Non Reguler
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Telah diterima dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing I
( Drs. H. Sutopo, JK. MS ) NIP. 197909082003121001
Pembimbing II
(Mahmud Anshori, S.Sos) NIP. 195705051983031004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji : 1. Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si ( …………………………….. ) NIP. 19580617 198702 1 001 Ketua
2. Diah Kusumawati, M.Si ( …………………………….. ) NIP. 19760101 2008122002 Sekretaris
3. Drs. Sutopo JK., M.S ( ……………………………. ) NIP. 19570505 1983031004 Penguji I 4. Mahfud Anshori, S.Sos ( ……………………………. ) NIP. 19790908 2003121001 Penguji II
Mengetahui,
Dekan FISIP UNS
Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 19530128 1981031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
Dipersembahkan Untuk :
- Bapak & Ibu tercinta
- Adik-adikku
- Kekasihku
- Sahabatku
- Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
M O T T O
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman
yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
- Andrew Jackson
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia
menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.
- Alexander Pope
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa
dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
- Thomas Alva Edison
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga skripsi dengan judul ‘PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI
ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA (Studi Tentang Pengaruh Antara
Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Motivasi Kerja Di Dewan Pimpinan Nasional
Lembaga Swadaya Masyarakat Panji Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih) dapat
selesai dengan baik.
Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh antara iklim komunikasi organisasi
terhadap motivasi kerja anggota di DPN PIM SSMP dan juga untuik membangun
pembinaan hubungan antara atasan dan bawahan antar anggota di DPN PIM SSMP.
Dan dalam rangka untuk meningkatkan motivasi kerja antar pegawai di DPN PIM
SSMP. Seperti yang telah diketahui, bahwa iklim komunikasi organisasi memiliki
beberapa karakteristik yang penerapannya dapat berbeda antara satu perusahaan
dengan lainnya. Berhasilnya iklim komunikasi organisasi pada suatu perusahaan belum
tentu berhasil pada perusahaan lainnya.
Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan yang harus ditempuh mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret guna memperoleh
gelar kesarjanaan.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
dan pada kesempatan kali ini disampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
1. Drs. Supriyadi, SU selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian kepada
penulis.
2. Drs. Sutopo JK., MS, sebagai pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Mahfud S.Sos, sebagai pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
4. Dosen, serta anggota Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya dalam penyusunan
skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.
5. Teman-temanku yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu, yang selalu
memberikan semangat dalam kehidupanku, sehingga terselesaikannya
dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan masukan yang membangun untuk menyempurnakan
tulisan ini. Dengan keterbatasan yang ada semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi
siapapun yang membaca dan menggunakannya.
Surakarta, 30 Juli 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................... i
PERSETUJUAN ................................................................................................. ii
PENGESAHAN .................................................................................................. iii
MOTTO ............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
ABSTRAK ........................................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
E. Kerangka Teori ............................................................................. 6
F. Hipotesis ..................................................................................... 20
G. Definisi Konsepsional dan Operasional ...................................... 20
H. Metodologi Penelitian ................................................................... 26
BAB II. DESKRIPSI LOKASI
A. Pendirian LSM PIM SSMP .......................................................... 35
B. Tempat dan Kedudukan ................................................................ 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
C. Visi dan Misi Organisasi ................................................................ 36
D. Program Kerja ................................................................................ 37
E. Struktur Organisasi ....................................................................... 39
F. Data Penunjang ............................................................................... 44
G. Pendanaan ....................................................................................... 45
BAB III. PENYAJIAN DATA
A. Variabel Iklim Komunikasi Organisasi (X) ................................... 46
B. Variabel Motivasi Kerja (Y) .......................................................... 80
BAB IV. ANALIASIS DATA
A. Hubungan antara Variabel Iklim Komunikasi Organisasi
terhadap Variabel Motivasi Kerja Anggota ................................... 98
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 102
B. Saran............................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
TABEL: Halaman
I. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI JENIS PEKERJAAN
II. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI LAMA BEKERJA DI LSM DPN PIM SSMP
III. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI TINGKAT
KEPERCAYAAN TERHADAP PEMBERIAN TUGAS IV. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI KEPERCAYAAN
TERHADAP ATASAN BERKAITAN DENGAN PEMBERIAN TUGAS
V. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI KOMUNIKASI
DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN BERSAMA VI. PENDAPAT REESPONDEN MENGENAI KESEMPATAN
BERKONSULTASI TERHADAP HAMBATAN PEKERJAAN DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN BERSAMA
VII. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI TINGKAT KEJUJURAN
DAN SALING MENGHARGAI ANTAR ANGGOTA
VIII. RESPONDEN MENGATAKAN “APA YANG ADA DALAM PIKIRANNYA” TERHADAP ANGGOTA TANPA MEMANDANG KELAS/JABATAN
IX. PENDAPAT RESPONDEN TENTANG KEMUDAHAN
MENDAPATKAN INFORMASI TENTANG TUGAS
X. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI TINGKAT KOORDINASI ANGGOTA DENGAN REKAN KERJA/BAGIAN YANG LAIN DALAM ORGANISASI
XI. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI TINGKAT
MENDENGARKAN SARAN-SARAN DARI BAWAHAN SECARA BERKESINAMBUNGAN
XII. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI INFORMASI DARI
BAWAHAN DIANGGAP PENTING UNTUK DILAKSANAKAN
44
45
50
52
55
58
60
63
65
67
69
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
XIII. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI KOMITMEN PADA PEKERJAAN YANG BERKINERJA TINGGI
XIV. TINGKAT USAHA ANGGOTA DALAM MELAKSANAKAN TUGAS BERKINERJA TINGGI BERKUALITAS TINGGI DAN BIAYA RENDAH
XV. DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL IKLIM KOMUNIKASI
ORGANISASI
XVI. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI TERPENUHINYA KEBUTUHAN ANGGOTA OLEH IMBALAN DARI LEMBAGA
XVII. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI FASILITAS KERJA
XVIII. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI HUBUNGAN YANG
BAIK DENGAN REKAN KERJA
XIX. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI HUBUNGAN YANG BAIK DENGAN LINGKUNGAN DILUAR ORGANISASI
XX. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI USAHA DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERSONAL ANGGOTA
XXI. PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI TERMOTIVASI KARENA MEMILIKI KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN
XXII. DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL MOTIVASI KERJA
XXIII. PEDOMAN INTEPRETASI TERHADAP KOEFISIEN
KORELASI
74
77
79
81
84
86
88
90
92
94
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK
Muhammad Badawi, D. 1206614, IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA (Studi tentang Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Motivasi Kerja Di Dewan Pimpinan Nasional Lembaga Swadaya Masyarakat Panji Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih). Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia. Sedangkan organisasi, merupakan wadah dimana sejumlah atau sekumpulan orang bersatu, mengikat diri dalam rangka usaha memenuhi kebutuhannya. Dalam organisasi, komunikasi diperlukan untuk menjalankan setiap aktifitasnya. Iklim komunikasi organisasi yang positif sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi untuk mengarahkan setiap anggota dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Dalam penelitian ini, penulis berusaha mengetahui pengaruh tingkat iklim komunikasi organisasi terhadap motivasi kerja anggota di DPN PIM SSMP. Organisasi ini merupakan salah satu LSM yang berada di kabupaten Kulon Progo, D.I Yogyakarta. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain lembaga ini adalah pembangunan ekonomi kerakyatan (koperasi), seminar, pendidikan politik kepada masyarakat, pelestarian budaya, keagamaan dan peringatan hari besar nasional.
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang mencari hubungan diantara 2 variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota yang bekerja di DPN PIM SSMP, dengan sampel 35 orang. Sampel 35 orang didapatkan melalui teknik simple random sampling/ acak dengan undian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, dan kuesioner. Data dalam penelitian ini dibuat dalam skala ordinal, kemudian data dianalisis dengan menggunakan korelasi tata jenjang Spearman dengan menggunakan program SPSS 16.0.
Hasil korelasi antara iklim komunikasi organisasi terhadap motivasi kerja anggota dengan menggunakan program SPSS 16.0 menunjukkan adanya hubungan yaitu sebesar 0,468. Dari hasil analisa data secara deskriptif diketahui faktor-faktor yang mendorong motivasi kerja anggota adalah visi misi organisasi, hubungan baik terhadap intern dan ekstern organisasi, penghargaan dan pelatihan kerja. Sedangkan Faktor kendala motivasi kerja adalah minimnya pendanaan, fasilitas dan kendala komunikasi jarak jauh.
Saran dari penelitian ini adalah kerjasama antar anggota harus ditingkatkan, memberikan penghargaan prestasi kerja, keterbukaan komunikasi antar anggota, pembinaan hubungan antara atasan dan bawahan, pembinaan hubungan dengan ekstern organisasi, mencari alternatif pendanaan operasional, dan komunikasi persuasif dalam memotivasi anggota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRACT Muhammad Badawi, D. 1206614, ORGANIZATIONAL CLIMATE AND EMPLOYEE MOTIVATION (Study of Organizational Communication Climate Effect on Work Motivation in the Dewan Pimpinan Nasional Panji Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih).
Communication is one of human needs. While the organization is a vessel in which a number or group of people together, binding themselves in order to meet business needs. In organizations, communication is required to perform each activity. organizational communication in a positive climate is needed by organizations to address each member in carrying out the duties and responsibilities.
In this study, the authors try to determine the influence level of communication climate in the organization of work motivation DPN PIM SSMP member. This organization is one of the independent agency located in the Kulon Progo district, Yogyakarta. Activities that have been implemented, among other things, this institution is populist economic development (cooperative), seminars, political education to the community, preservation of cultural memorial holiday, religious and national.
This research is a study to find a relationship between 2 variables. The population in this study are members who work in the DPN PIM SSMP, with a sample of 35 people. The sample of 35 people obtained through simple random sampling / random by lottery. Technique of data collecting conducted by observation, documentation, and questionnaires. The data in this study conducted in ordinal scale, then the data were analyzed using Spearman correlation procedure level using SPSS 16.0.
Results of correlation between organizational communication climate of work motivation by using SPSS 16.0 shows the relationship that is equal to 0.468. From the descriptive data analysis in mind the factors that promote work motivation is a member of the organization's mission vision, a good relationship to internal and external organizations, awards and job training. Meanwhile, work motivation factor is the lack of funding constraints, facilities and communication problems remotely.
Suggestions from this study is a collaboration between members should be increased, performance awards, openness of communication between members, developing relationships between superiors and subordinates, maintains relationships with external organizations, seeking alternative operational funds, and persuasive communication in motivating members.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktifitas yang paling mendasar dari manusia.
Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan antara satu dengan
yang lainnya baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam bermasyarakat.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu juga
halnya dengan suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, maka
organisasi akan dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, demikian juga
sebaliknya. Kurangnya komunikasi dalam organisasi akan mengakibatkan
macetnya kinerja organisasi.1
Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang
baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup menyendiri.
Manusia ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham
Maslow menyebutnya dengan “kebutuhan cinta”2. Kebutuhan sosial adalah
kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian
dan kekuasaan, dan cinta serta kasih sayang. Kebutuhan sosial ini hanya dapat
dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.3 Tingkah laku
komunikasi ini mengarahkan pada perkembangan iklim organisasi. Iklim
organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota bertingkah laku 1 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal. 82. 2 T. Hani Handoko, Manajemen, edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 2003, hal. 256. 3 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan berkomunikasi. Iklim komunikasi yang penuh dengan persaudaraan
mendorong anggota organisasi untuk berkomunikasi secara terbuka, rileks dan
ramah tamah dengan anggota yang lainnya. Sedangkan iklim yang negatif
menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh
dengan persaudaraan4. Kondisi yang demikian, apabila tidak diperhatikan
secara serius oleh seorang pimpinan akan berpengaruh secara langsung
terhadap iklim organisasi.
Di Lembaga Swadaya Masyarakat Panji Indonesia Mulia Sang Saka
Merah Putih penulis menduga bahwa iklim komunikasi organisasi berjalan
dengan baik dengan indikasi adanya komunikasi yang terbuka antar anggota,
pimpinan yang tegas, kepercayaan antar anggota, dan kejujuran antar anggota
organisasi. Hal ini terlihat dalam rapat anggota terutama pada saat
pengambilan keputusan organisasi. Sebagai contoh yaitu adanya kesempatan
bagi anggota dalam berpendapat secara terbuka, ketegasan pimpinan dalam
mengatur anggota dan memutuskan kebijakan, serta adanya kerjasama yang
baik antar anggota saat bekerja. Dengan iklim yang baik diharapkan akan
membentuk kuatnya hubungan antar anggota maupun dengan organisasi itu
sendiri.
Malayu S.P Hasibuan menggolongkan hubungan dalam organisasi
menjadi hubungan yang bersifat konkret dan abstrak. Hubungan Konkret
menunjukkan hubungan antara manusia sebagai akibat dari organisasi,
sedangkan hubungan abstrak menunjukkan hubungan pekerjaan antara bagian
4, Arni Muhammad,Op.Cit, hal. 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan bagian, departemen dengan departemen5. Secara konkret dan abstrak
hubungan yang terjalin dalam LSM PIM SSMP telah mengindikasikan
hubungan yang baik. Hal ini diketahui dari kedekatan persaudaraan antar
anggota dan rasa gotong royong. Dari kinerja yang tinggi tersebut dalam
kurun waktu 1 tahun sejak terlegalitasnya organisasi ini di Departemen Dalam
Negeri Republik Indonesia pada bulan Mei 2008 terbentuklah kepengurusan
di berbagai wilayah dan daerah di Indonesia khususnya di Pulau Jawa..
Berbagai kegiatan telah dilaksanakan diantaranya pembangunan ekonomi
kerakyatan (koperasi), seminar nasional, pendidikan politik kepada
masyarakat, pelestarian seni budaya, keagamaan, dan peringatan hari besar
nasional yang selama ini terlupakan oleh generasi muda.
Iklim komunikasi yang baik dalam organisasi belumlah cukup dalam
memacu kinerja para anggota LSM PIM SSMP. Diperlukan adanya dorongan
dalam diri anggota (motivasi) untuk meraih hasil yang maksimal. Adanya
kebutuhan-kebutuhan dari para individu anggota organisasi merupakan
kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk memotivasi anggota. Kekuatan ini
harus dapat dipergunakan oleh seorang pimpinan agar organisasi dapat bekerja
dengan maksimal. Motivasi memang penting sebab dengan motivasi
diharapkan setiap individu mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktifitas kerja yang tinggi6.
Motivasi terkadang dinyatakan sebagai kebutuhan, keinginan,
dorongan dan impuls yang muncul dari dalam diri seorang individu. Motivasi
5 Malayu S.P.Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hal.27. 6 Ibid, Hal. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
inilah yang menyebabkan adanya tindakan-tindakan7. Dalam organisasi,
motivasi sangat penting dalam upaya peningkatan prestasi kerja. Motivasi
dapat dilakukan melalui beberapa hal baik secara materiil/eksistensi, maupun
non materiil/keterkaitan dan pertumbuhan. Di Lembaga Swadaya Masyarakat
Panji Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih, motivasi yang diberikan masih
sebatas dalam ”keterkaitan”/ jalinan hubungan sosial yang baik dan adanya
upaya menciptakan kontribusi yang kreatif dan produktif terhadap organisasi.
Sedangkan yang bersifat materiil belum dapat memenuhi kebutuhan anggota,
karena sumber dana yang masih minim dan terbatas pada iuran anggota.
LSM PIM SSMP dilahirkan oleh keluarga besar KSU Chaka Domas
Payung Agung di Kabupaten Kulon Progo, D.I.Yogyakarta pada tanggal 10
Januari 2008 dan kemudian pada tanggal 18 Mei 2008 tercantum sebagai
organisasi tingkat nasional di Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia.
Dengan keterbatasan yang ada, tidak menurunkan motivasi anggota dalam
bekerja. Penulis menduga bahwa ada hubungan yang baik dan upaya
menciptakan kontribusi positif dan produktif terhadap organisasi menjadi
motivasi utama saat ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian di DPN PIM SSMP untuk mengetahui ”sejauhmana
pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap motivasi kerja di kalangan
anggota LSM PIM SSMP khusus di DPN PIM SSMP”.
7 J. Winardi, Motivasi Dan Pemotivasian Dalam Manajemen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, Hal. 6-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini, yaitu :
Adakah hubungan yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi
dengan motivasi kerja di Dewan Pimpinan Nasional Panji Indonesia Mulia
Sang Saka Merah Putih?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah:
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara iklim komunikasi
organisasi dengan motivasi kerja di Dewan Pimpinan Nasional Panji
Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian yang dilakukan ini dapat menjelaskan keberlakuan dari teori-
teori atau hasil-hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh Iklim
Komunikasi Organisasi dan Motivasi Kerja.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menambah wawasan serta informasi kepada lembaga untuk
mengetahui pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap motivasi
kerja di Dewan Pimpinan Nasional Swadaya Masyarakat Panji
Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi organisasi
untuk meningkatkan motivasi kerja anggota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pimpinan dalam
memotivasi anggotanya berkaitan dengan beban tugas pekerjaan yang
sedang dijalankan di lembaganya.
E. Kerangka Teori
1. Iklim Komunikasi Organisasi
a. Definisi Komunikasi
Bermacam-macam definisi komunikasi disampaikan oleh para
ahli, hal ini dimaksudkan untuk memberikan batasan terhadap apa
yang dimaksud dengan komunikasi, sesuai dengan sudut pandang
mana mereka memandangnya. Berbagai definisi tentang komunikasi
dibuat dan disesuaikan dengan bidang dan tujuan dari para ahli.
Definisi komunikasi menurut Louis Forsdale (1981) seorang ahli
komunikasi dan pendidikan di Amerika adalah sebagai berikut:
“Communication is the process by which a sistem is established,
maintained, and altered by mean of shared signal that operate
according to rules”8. Komunikasi adalah suatu proses memberikan
signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem
dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Dengan adanya aturan ini
menjadikan orang yang menerima signal yang telah mengetahui
aturannya akan dapat mengetahui maksud dari pesan yang
diberikannya.
8 Arni Muhammad, Op.Cit. hal. 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Dalam sebuah organisasi, komunikasi berfungsi dalam
menyampaikan informasi tentang tugas dan fungsi bagian yang telah
ditetapkan kepada anggota. Sehingga dalam mencapai tujuan
organisasi, ada pembagian tugas yang proporsional. Maka definisi
komunikasi dalam hubungannya dengan kelompok/organisasi
diberikan oleh Brent D.Rubent memberikan sebagai : “suatu proses
melalui mana individu dalam hubungannya dalam kelompok, dalam
organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan dan
menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan
orang lain”9. Rubbent menggunakan istilah “informasi” sebagai
kumpulan data dan pesan. Istilah menciptakan informasi dimaksudkan
sebagai proses encoding/ penyandian pesan dalam bentuk verbal
maupun non verbal yang kemudian disampaikan kepada pihak lain
yang ditujukan untuk merubah perilaku. Istilah mengirimkan
informasi maksudnya adalah lewat mana komunikasi itu disampaikan
kepada komunikan. Istilah menggunakan komunikasi merujuk pada
efek/ pengaruh dari komunikasi untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat.
b. Iklim Organisasi dan Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim organisasi dan iklim komunikasi organisasi merupakan
hal yang perlu menjadi perhatian seorang pemimpin sebab faktor
tersebut sedikit banyak mempengaruhi tingkah laku anggota. Konsep
9 Ibid, hal. 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
iklim organisasi telah mendapat perhatian kira-kira 30 tahun dan
sampai sekarang belum ada kesepakatan terhadap definisinya. Tagiuri
(1968) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah kualitas yang relatif
abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-
anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan
dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari
lingkungan.10
Payne dan Pugh mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu
konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum,
norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu
sistem sosial.11 Kemudian Hillriegerdan Slocum mendefinisikan iklim
organisasi dengan mempertimbangkan subsistem dalam organisasi,
mereka mengatakan bahwa iklim organisasi adalah suatu set atribut
organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota
organisasi, yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau
subsistem terhadap anggota dan lingkungannya.12.
Dari definisi-definisi diatas kelihatan bahwa para ahli belum
sepakat tentang definisi iklim organisasi, namun demikian sudah ada
kesepakatan umum mengenai atributnya tetapi ada juga hal-hal
penting yang tidak disepakati oleh para ahli. Hal-hal yang disepakati
dan tidak disepakati menurut Tomkins adalah sebagai berikut :
10 Arni Muhammad, Op.Cit. hal 82 11 Ibid 12 Ibid, hal 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1) Ada konsensus bahwa iklim organisasi adalah suatu konsep yang masih menjadi pembicaraan para ahli mengenai sifat yang dipunyai sistem secara keseluruhan atau organisasi secara keseluruhan atau sub unit organisasi.
2) Juga ada persetujuan bahwa iklim lebih bersifat deskriptif daripada afektif atau evaluatif
3) Juga diterima secara umum bahwan iklim timbul dari dan diperkuat oleh praktik organisasi yang mungkin terbatas pada aktifitas yang sistematis dan yang telah menjadi kebiasaan yang mendalam serta penting oleh organisasi atau anggotanya.
4) Ada ketidaksepakatan mengenai bagaimana iklim itu secara umum. Beberapa peneliti menduga bahwa suatu set dimensi atau pernyataan yang deskriptif dapat digunakan untuk mencirikan iklim dari sistem. Dimensi iklim ini dikembangkan oleh Litwin dan Stringers. Sebaliknya Scneider mengemukakan bahwa organisasi mungkin mempunyai banyak iklim yang berbeda seperti, iklim keselamatan, iklim pelayanan langganan dan sebagainya. Dia mendasarkan pendapatnya ini pada hubungan iklim dengan praktik organisasi. Jika praktik menghasilkan iklim, tentu ada iklim tertentu bagi tiap-tiap praktik yang berbeda dalam organisasi.
5) Juga diperdebatkan apakah iklim itu konsep yang objektif atau subjektif.
6) Diperkirakan bahwa iklim organisasi mempunyai tingkah laku seperti anggota organisasi.
7) Iklim juga mempunyai pertalian dengan kultur organisasi. Beberapa pengarang menyatakan bahwa iklim adalah suatu pengganti yang lebih bersifat empiris bagi istilah kultur. Sedangkan yang lain menyatakan bahwa kultur adalah samar-samar dan harus ditempatkan pada konsep yang lebih luas dari iklim. Secara umum iklim kelihatannya adalah satu bentuk bukan suatu pengganti kultur. 13
Hasil-hasil penelitian mengenai iklim organisasi cenderung
mendukung kesimpulan bahwa lebih positif iklim lebih produktif
organisasi (Campbell). Iklim yang positif ini tidak hanya
menguntungkan organisasi tetapi juga penting bagi kehidupan
manusia dalam organisasi. Iklim organisasi dan iklim komunikasi
sangat erat pengaruhnya, sebab tingkah laku komunikasi mengarahkan
13 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pada perkembangan iklim dan iklim organisasi dipengaruhi oleh
bagaimana bertingkah laku dan berkomunikasi. Sackmann
mengemukakan definisi iklim komunikasi : ”suatu kiasan yang dapat
memberi gambaran yang gamblang pada tingkat yang kognitif,
emosional, perilaku, dan menyatakan suatu bagian tertentu pada
tindakan tanpa menetapkan perilaku sebenarnya”14
Greenberg. J. dan R.A. Baron menyebutkan beberapa dimensi
iklim komunikasi organisasi yaitu sebagai berikut:
1) Kepercayaan Dimana setiap anggota harus berusaha keras dalam
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang didalamnya keyakinan dan kredibelitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan.
2) Pembuatan keputusan bersama atau dukungan Para anggota di semua tingkatan dalam organiai harus diajak
komunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukan mereka serta berperan serta dalam pembuatan keputusan dan penetapan tujuan.
3) Kejujuran Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keteruterangan
harus mewarnai hubungan dalam organisasi, dan anggota mampu mengatakan apa yang ada di pikiran mereka.
4) Komunikasi Anggota organisasi relatif tahu akan informasi yang
berhubungan dengan tugas mereka. 5) Flekibelitas atau otonami Anggota di setiap tingkatan dalam organisasi mempunyai
kekuatan pada diri sendiri yang mana dapat menerima saran ataupun menolak dengan pikiran terbuka.
6) Resiko pekerjaan Adanya komitmen dalam organisasi tentang pekerjaan resiko
tinggi, kualitas tinggi dan produktifitas tinggi dengan menunjukkan perhatian besar pada anggota lainnya. 15
14 R. Wayne Pace Don F.Faules, Op.Cit. hal 147 15 Greenberg. J. dan R.A. Baron, Behavior in Organization,Boston, Allyon dan Bacon, 1993
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dimensi iklim komunikasi organisasi yang disampaikan oleh
Greenberg dan Baron hampir sama dengan Inventaris Iklim
Komunikasi (IIK) yang dikembangkan oleh Pace dan Petersen yang
dipergunakan untuk mengukur enam ”pengaruh komunikasi” . Enam
”pengaruh komunikasi” ini berasal dari analisis ”iklim ideal yang
berhubungan dengan pengelolaan” yang dilengkapi oleh Redding.
Inventaris Iklim Komunikasi juga dipakai oleh Graff, Bednar, Baugh,
dan Applbaum dan Anatol dalam penelitian mengenai iklim.
Dari hasil penelitiannya, Applbaum dan Anatol melaporkan
bahwa ”Inventaris Iklim Komunikasi” dapat merupakan indeks yang
sah bagi iklim komunikasi organisasi secara keseluruhan16. Enam
faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi yang dikembangkan
dalam Inventaris Iklim Komunikasi (IIK) adalah sebagai berikut :
1) Kepercayaan, personel disemua tingkatan harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan didalamnya meliputi kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan.
2) Pembuatan keputusan bersama, para pegawai disemua tingkatan harus selalu berkomunikasi mengenai segala permasalahan yang relevan dengan kedudukan mereka.
3) Kejujuran , suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan apa yang ada dalam fikiran mereka.
4) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, anggota organisasi harus relatif mudah dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan tugas-tugas mereka saat itu yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk berkoordinasi dengan bagian yang lain.
5) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, personel dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan yang
16 R. Wayne Pace Don F.Faules, Op.Cit Hal. 157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
disampaikan bawahan dengan fikiran terbuka dan berkesinambungan .
6) Perhatian pada tujuan kinerja yang tinggi, personel disemua tingkatan dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktifitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah. Demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.17
Iklim tentu dipengaruhi oleh dimensi yang terkandung dalam
sebuah iklim komunikasi. Redding mengemukakan dimensi iklim
komunikasi sebagai berikut :
1) Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting
2) Partisipasi membuat keputusan 3) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia 4) Keterbukaan dan keterus terangan 5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja
tinggi dikomunikasikan dengan baik/jelas kepada anggota organisasi. 18
Poole mengatakan bahwa ”Iklim komunikasi organisasi
sangat penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-
konsep, perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi
dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi19. Beberapa
ahli dalam komunikasi organisasi juga berpendapat bahwa konsep
”Iklim” merupakan salah satu ”gagasan paling kaya dalam teori
organisasi, secara umum, dan dalam komunikasi organisasi secara
khusus”. Disebut kaya karena iklim telah mendapat perhatian yang
besar dalam literatur teoritis dan empiris. Kopel, Brief dan Guzzo
17 Ibid. hal 159-160 18 Ibid. hal 85 19 Ibid. hal 148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menyatakan bahwa iklim organisasi yang meliputi iklim komunikasi
penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber
daya manusia dengan produktifitas. Mereka menerangkan bahwa :
”bila sebuah organisasi melaksanakan suatu rencana insentif keuangan
baru atau berperan serta dalam pembuatan keputusan, mungkin muncul
suatu perubahan dalam iklim organisasi”
Perubahan iklim ini pada gilirannya akan berpengaruh pada kinerja dan
produktifitas. Selanjutnya menurut Redding :
”iklim komunikai organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong mereka dan memberikan mereka tanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas mereka, menyediakan informasi yang terbuka, dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian, serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi, secara aktif memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi, dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan”20
Dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi organisasi
menurut Redding adalah kegiatan yang dilakukan dalam organisasi
yang bertujuan untuk kepada anggota bahwa mereka merupakan
bagian yang penting dari sebuah organisasi yang berperan penting
dalam organisasi sehingga mendorong mereka untuk dapat lebih
produktif. Penentuan dan peneguhan eksistensi komunikasi organisasi
20 Ibid hal .154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tergantung pada interaksi para anggota organisasi, sehingga iklim
komunikasi dapat berubah sesuai dengan cara-cara pengaruh.
Selanjutnya indikator Iklim Komunikasi Organisasi dalam
penelitian ini diambil berdasarkan enam dimensi yang disampaikan
Pace dan Petersen. Metode dari Pace dan Petersen dipilih setelah
melakukan perbandingan dengan teori yang lain dengan alasan bahwa
teori dari Pace dan Petersen lebih sesuai dan lebih fokus terhadap
penelitian yang akan dilakukan. Enam dimensi tersebut tersebut
adalah:
1) Kepercayaan
2) Pembuatan keputusan bersama,
3) Kejujuran
4) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
5) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
6) Perhatian pada tujuan kinerja yang tinggi
2. Motivasi Kerja
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti
dorongan atau daya penggerak. Ada banyak definisi tentang motivasi
yang disampaikan oleh para ahli. Menurut Malayu SP. Hasibuan
:“Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan bekerja seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kepuasan”. 21 Menurut Wayne F.Cascio, mendefinisikan komunikasi
sebagai berikut :
“Motivation is a force that result from an individual’s desire to satisfy
there needs (e.g. hunger, thirst, social approval)”. Motivasi adalah
suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk
memuaskan kebutuhannya (misal : lapar, haus dan bermasyarakat).22
Selanjutnya menurut Stephen P. Robbins :
“we’ll define motivation as the willingness to exert high levels of effort toward organizational goals, conditional by effort’s ability to satisfy some individual need”. Kita akan mendefinisikan komunikasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu.23
Arni Muhammad dalam bukunya “Organisasi dan Motivasi”
menyatakan bahwa motivasi kerja merupakan daya pendorong yang
mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau atau rela
menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan,
tenaga dan waktu dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam
rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya24. Sedangkan menurut Wiryanto mendefinisikan motivasi
sebagai “proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan
21 Malayu Hasibuan, Op.Cit. hal..95-96 22 Ibid 23 Ibid 24 Ibid, hal. 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
seorang individu untuk mencapai tujuannya”.25 Dari beberapa definisi
diatas kelihatan bahwa motivasi sangat penting dalam suatu organisasi
dalam menumbuhkan kegairahan kerja dan rela mengerahkan
kemampuan dalam bentuk keahlian dan ketrampilan, tenaga, dan
waktu untuk menjalankan tugas kewajiban dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan. Memotivasi memang sulit untuk
dilakukan dengan tepat oleh pimpinan sebab hanya berdasarkan
perkiraan-perkiraan dan sulitnya untuk mengetahui kebutuhan dan
keinginan yang diperlukan bawahan dari hasil pekerjaannya tersebut.
Walaupun setiap individu anggota memiliki keinginan yang
berbeda-beda, tetapi ada kesamaan dalam kebutuhannya (needs)-nya
yaitu setiap manusia ingin hidup dan untuk hidup perlu makan dan
manusia normal punya harga diri. Jadi setiap
individu/manusia/anggota mengharapkan kompensasi dari presetasi
yang diberikannya serta ingin memperoleh pujian, perlakuan yang
baik dari atasan. Dengan mengetahui perilaku manusia, sebab-sebab
orang mau bekerja dan kepuasan-kepuasan yang dinikmati karena
bekerja, maka akan mendorong seorang manajer/pimpinan lebih
mudah dalam memotivasi bawahan. Petersen dan Plowman
menjelaskan beberapa kategori keinginan dari manusia sebagai
berikut:
25 http://id.wikipedia.org/wkj/motivasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1) The desire to live, yaitu kebutuhan untuk hidup. 2) The desire for prosession, merupakan keinginan untuk memiliki
sesuatu 3) The desire for power, yaitu keinginan akan kekuasaan, hal ini
mendorong orang untuk mau bekerja 4) The desire for recognition, yaitu keinginan akan pengakuan,
yang mendorong orang untuk bekerja. 26
Sedangkan menurut Sudarman Danim, dalam motivasi
terkandung beberapa unsur:
1) Tujuan
2) Kekuatan dari dalam diri individu, dan
3) Keuntungan.27
Dari beberapa unsur diatas, terkandung unsur tujuan dari motivasi
yaitu meningkatkan kinerja individu dengan maksimal. Sedermayanti
mengemukakan bahwa kinerja individu itu adalah bagaimana
seseorang melaksanakan pekerjaannya atau unjuk kerja.28 Lebih detail
lagi, Sentono menyebutkan mengenai dimensi kerja. Menurutnya,
dimensi kerja yaitu meliputi hal-hal berikut: hasil keterampilan,
prestasi, dan sikap diri manusia. Dalam sikap manusia terdapat
integritas, loyalitas, kepribadian, dan ketaatan.29
26 Malayu S.P.Hasibuan, Op.Cit. hal.94 27 Sudarwan Danim, Motivasi Kepemimpinan dan Eektifitas Kelompok, Rineka Cipta, Jakarta,2004. hal. 82 28 Sedermayanti, Tata Kerja Dan Produktifitas Kerja, PT.Mandor Jaya, Bandung, 2000. hal. 144 29 Prairo Sentono, Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan Kinerja Tenaga Kerja, BPPE,Yogyakarta, 1999, hal. 150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Teori Motivasi
Alferder mengemukakan tiga kelompok kebutuhan yang
utama. Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori Maslow. Para
ahli menganggap bahwa teori ERG ini lebih mendekati keadaan
sebenarnya berdasarkan fakta-fakta empiris.
Tiga kebutuhan utama tersebut adalah :
1) Kebutuhan akan keberadaan (existence) Berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk didalamnya kebutuhan fisiologis, dan rasa aman dari Maslow
2) Kebutuhan akan afiliasi (relatedness) Menekankan akan pentingnya hubungan antar individu dan juga bermasyarakat. Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan akan kasih sayang, dan penghargaan diri/pengakuan
3) Kebutuhan akan kemajuan (growth) Adalah kebutuhan intristik dalam diri seseorang untuk maju atau meningkatkan kemampuan pribadinya. 30
Teori ERG Alderfer mengenai motivasi merangkum suatu
rentang kebutuhan yang serupa dengan yang diungkapkan oleh
Maslow, namun mengabaikan gagasan tentang hierarki dan
berpendapat bahwa suatu kebutuhan yang terpenuhi dapat terus
berlangsung memotivasi tindakan dan beberapa kebutuhan seperti
pertumbuhan, cenderung menjadi lebih intens ketika telah terpenuhi.
Menurut teori ini, kepuasan karena telah terpenuhinya kebutuhan
dapat merupakan dasar bagi motivasi yang meningkat.
30 Ibid, hal.113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Indikator Motivasi Kerja
Dalam menentukan indikator motivasi kerja didasarkan pada
Teori ERG atau Existance, Related, and Growth yang disampaikan
oleh Clayton Alderfer seorang ahli dari Yale University. Teori ini
merupakan penyempurnaan dari teori kebutuhan yang disampaikan
oleh Maslow. Teori ini oleh para ahli dianggap lebih mendekati
keadaan sebenarnya berdasarkan fakta-fakta empiris.31
Banyak orang beranggapan bahwa teori Maslow dapat
diandalkan. Wahba dan Bridwell menyatakan bahwa suatu tinjauan
terakhir terhadap riset yang relevan dengan hal ini, telah
menyimpulkan bahwa sedikit sekali kenyataan yang mendukung teori
Maslow. Banyak bukti yang menunjuk bahwa kebutuhan-kebutuhan
fisiologis perlu diperhatikan terlebih dahulu sebelum kebutuhan-
kebutuhan lainnya. Akan tetapi tidak terdapat bukti yang cukup baik
bahwa kebutuhan lain bergerak seperti yang dinyatakan Maslow.
Indikator motivasi kerja akan disusun dari tiga kelompok
kebutuhan utama yang disampaikan dalam teori ERG, yaitu :
1. (E) Existence Needs/kebutuhan akan keberadaan : akan terpuaskan oleh faktor-faktor makanan, udara, air, gaji, dan komdisi pekerjaan (bersifat material)
2. (R) Relatedness Needs/kebutuhan akan afiliasi : kebutuhan terpuaskan dengan adanya hubungan sosial dan interpersonalnya yang berarti (non materiil)
3. (G) Growth Needs/kebutuhan akan kemajuan : kebutuhan yang terpuaskan oleh seorang individu menciptakan kontribusi yang kreatif atau produktif (non materiil)32
31 Malayu S.P.Hasibuan, Loc.Cit, hal 113-114 32 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Teori ERG menyatakan lebih dari satu kebutuhan dapat
bekerja pada saat yang bersamaan artinya tidak selalu harus
bertingkat-tingkat atau berjenjang seperti yang dikemukakan Maslow.
Jika untuk mencapai suatu pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi sulit
dicapai, maka keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih
rendah menjadi meningkat.
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka sebagai langkah awal
penelitian ini dibuatlah suatu hipotesa atau dugaan sementara dari masalah
yag akan diteliti, karena penelitian ini menggunakan metode korelasi yang
bertujuan melihat hubungan antar variabel, maka hipotesis dari penelitian
adalah :
Ada hubungan yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi
dengan motivasi kerja di Dewan Pimpinan Nasional Panji Indonesia
Mulia Sang Saka Merah Putih.
G. Definisi Konseptual Dan Definisi Operasional Penelitian
1. Definisi Konseptual
Definisi Konseptual merupakan kegiatan mendefinisikan konsep
dalam kaitannya dengan konsep lain yang kurang abstrak dan
memungkinkan pembaca menangkap istilah yang lebih kompleks.
Definisi Konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a. Iklim adalah suasana atau keadaan.33
b. Louis Forsdale mengatakan bahwa komunikasi adalah ”suatu proses
memberikan signal menurut aturan tertentu sehingga dengan cara ini
suatu sistem dapat didirikan dan dipelihara serta diubah”.34
c. Dennis mengatakan bahwa iklim komunikasi adalah ”kualitas
pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal
organisasi yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap
pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam
organisasi”.35
d. Tagiuri mengatakan bahwa iklim organisasi adalah ”kualitas yang
relatif abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh
anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka, serta
dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik
tertentu dari lingkungan”.36
e. Iklim komunikasi organisasi adalah persepsi-persepsi atas usnur-
unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur terrsebut terhadap
komunikasi Pengaruh ini didefinisikan, disepakati, dikembangkan
dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui interkasi dengan
anggota organisasi lainnya37
33 Js.Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hal. 527 34 Arni Muhammad, Loc.Cit hal 2 35 Ibid. hal.86 36 Ibid. hal.82 37 R.Wayne Pace Don F.Faules, Loc.Cit.hal.149
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2. Definisi Operasional
Konsep-konsep yang terdapat dalam penelitian ini perlu
dioperasionalkan. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Independen (X)
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Iklim Komunikasi
Organisasi. Indikator iklim komunikasi organisasi dalam penelitian
ini didasarkan pada ”Inventaris Iklim Komunikasi (IIK)” yang
dikembangkan Petersen dan Pace. Inventaris Iklim Komunikasi (IIK)
menurut hasil penelitian dari Applbaum dan Anatol dapat merupakan
indeks yang sah bagi iklim komunikasi organisasi secara
keseluruhan.38 Indikator dalam Inventaris Iklim Komunikasi tersebut
adalah sebagai berikut39 :
1) Kepercayaan
a. Tingkat kepercayaan yang tinggi dari atasan kepada
bawahan.
b. Kepercayaan terhadap atasan/pimpinan berkaitan dengan
pemberian tugas yang diberikan
2) Pembuatan keputusan bersama.
a. Komunikasi bawahan dengan atasan mengenai kebijakan
organisasi termasuk dalam pengambilan keputusan
organisasi.
38 Ibid, Hal. 157 39 Ibid. Hal. 159
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Bawahan mempunyai kesempatan berkomunikasi dan
melakukan konsultasi dengan manajemen atas hambatan/
masalah agar dapat berperan serta dalam proses pembuatan
keputusan organisasi.
3) Kejujuran.
a. Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan
mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi.
b. Para anggota/anggota mampu mengatakan ”apa yang ada
dalam pikiran mereka” tanpa memandang kelas/jabatan.
4) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah.
a. Anggota organisasi relatif mudah untuk mendapatkan
informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka
saat itu, kecuali pada hal-hal yang bersifat rahasia.
b. Anggota/anggota mampu mengkoordinasikan pekerjaan
mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya dan
yang behubungan luas dengan organisasi.
5) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas.
a. Personel dalam tiap tingkatan dalam organisasi harus
mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah
yang dikemukakan setiap personel disetiap tingkat bawahan
dalam organisasi secara berkesinambungan dan dengan
pikiran terbuka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Informasi dari bawahan dipandang cukup penting untuk
dilaksanakan
6) Perhatian pada tujuan-tujuan kinerja tinggi.
a. Bawahan/ anggota menunjukkan komitmen pada tujuan
organisasi yang memerlukan kinerja yang tinggi
b. Bawahan selalu berusaha dengan optimal untuk berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik, berkualitas dengan biaya
rendah dan menaruh perhatian yang tinggi pada anggota
organisasi lainnya.
Dari indikator di atas, masing-masing pertanyaan dalam indikator
dijawab dengan skor sebagai berikut :
1) Tinggi/Setuju/ya/puas (nilai 3), jika pernyataan tersebut nyata
terjadi dalam organisasi
2) Sedang/Cukup setuju/ragu-ragu/cukup puas (nilai 2), jika
pernyataan tersebut nyata terjadi dalam organisasi
3) Rendah/Tidak setuju/tidak/tidak setuju (nilai 1), jika pernyataan
tersebut nyata terjadi dalam organisasi.
b. Variabel Dependen (Y)
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Motivasi kerja.
Berdasarkan teori dari ERG dinyatakan 3 faktor kebutuhan utama
yang dapat dijadikan indikator pengukuran yaitu40 :
40 Malayu SP.Hasibuan, Loc.Cit, hal 113-114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1) (E) Existence Needs/kebutuhan akan keberadaan (materiil)
a. Anggota bersemangat dengan adanya gaji dari organisasi
b. Anggota merasa bersemangat bila dalam pekerjaannya
didukung dengan fasilitas yang cukup dan adanya jaminan
keamanan dalam bekerja.
2) (R) Relatedness Needs/kebutuhan akan afiliasi (non materiil)
a. Anggota merasa bersemangat dalam bekerja sebab terjalin
suatu hubungan yang baik dengan rekan kerja
b. Anggota merasa bersemangat dalam bekerja sebab merasa
adanya jalinan hubungan yang baik dengan masyarakat
sekitar (diluar organisasi) sehingga muncul dukungan yang
positif
3) (G) Growth Needs/kebutuhan akan kemajuan
a. Anggota merasakan adanya dorongan untuk meningkatkan
kemampuan dalam bekerja sehingga dapat maksimal dalam
bekerja
b. Anggota merasa termotivasi dalam bekerja sebab merasa
telah memiliki kemampuan yang diharapkan organisasi dan
mampu berprestasi.
Masing-masing pertanyaan dalam indikator dijawab dengan skor
sebagai berikut :
1) Tinggi/Setuju/ya/puas (nilai 3), jika pernyataan tersebut nyata
terjadi dalam organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Sedang/Cukup setuju/ragu-ragu/cukup puas (nilai 2), jika
pernyataan tersebut nyata terjadi dalam organisasi
3) Rendah/Tidak setuju/tidak/tidak setuju (nilai 1), jika pernyataan
tersebut nyata terjadi dalam organisasi
H. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan jenis penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
meneliti sejauhmana variasi pada satu faktor berpengaruh pada variasi
lain.41
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian penjelasan atau
explanatory research, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan penjelasan tentang ada tidaknya hubungan yang signifikan
antara variabel satu dengan variabel yang lain. Dengan demikian
penelitian ini juga disebut sebagai penelitian pengujian hipotesis
meskipun uraiannya mengandung deskripsi, tetapi sebagai penelitian
relasional fokusnya terletak pada penjelasan hubungan variabel-
variabelnya.42
41 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991.hal.27. 42 Masri Singarimbun & Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1989, hal 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di kantor pusat Dewan Pimpinan
Nasional Panji Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih di Joglo
Mrunggi, Sendangsari, Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi
D.I.Yogyakarta, selama 6 bulan yaitu mulai tanggal 29 Mei 2009 sampai
pada tanggal 7 Oktober 2009.
4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari:
Objek/Subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.43 Jumlah populasi di DPN PIM SSMP ada 70 orang
mencakup berbagai departemen yang dipimpin oleh masing-masing
koordinator atau ketua departemen.
Pengertian sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar maka peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, waktu dan tenaga, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang
dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sample yang diambil harus betul-betul
mewakili.44
43 Soegiyono, Op.Cit. hal. 81 44 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Dalam penelitian ini, menggunakan teknik simple random
sampling, karena pengambilan sampel dilakukan dengan undian dimana
setiap anggota populasi diberi nomor sesuai dengan jumlah populasi dan
setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Untuk menarik sampel ditempuh dengan cara
sebagai berikut :
1. Dibuat daftar warga populasi dengan nomor urut 1 sampai dengan 70.
2. Dibuat gulungan kertas kecil bertuliskan nomor-nomor warga
populasi.
3. Diundi, diambil satu persatu, sehingga didapat jumlah sesuai sampel,
yaitu 35.
4. Koesioner diberikan kepada sampel yang telah terpilih sebanyak 35
orang.
Jumlah responden 35 orang (50%) dirasakan telah memenuhi
prinsip keterwakilan, seperti yang diungkapkan Suharsimi Arikunto,45
bahwa untuk pengambilan sampel dari jumlah yang luas, maka harus
diambil sampel minimal 10-15% atau 20-25% atau tergantung dari
kemampuan dari peneliti.
45 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hal. 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
5. Jenis Data
Data yang digunakan untuk melengkapi penelitian ini dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang berupa
jawaban-jawaban dari hasil kuisioner.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mengutip
sumber-sumber sekunder melalui dokumen, buku-buku, arsip, dan
catatan lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
6. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung
obyek atau subyek yang akan diteliti. Hasil dari observasi adalah
sebagai berikut :
1) Iklim komunikasi yang baik, ditunjukkan dengan hasil observasi :
a) Banyak anggota yang memanfaatkan forum informal untuk
membahas masalah-masalah internal organisasi
b) Anggota menyatakan diri kesiapan bekerja secara penuh
tanggung jawab melalui pakta integritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c) Ketua umum memberikan pembagian kerja kepada anggota
dengan membuat kerjasama antar departemen yang
berkompeten
d) Dalam rapat, anggota melakukan komunikasi dengan saling
menghargai terhadap pendapat anggota yang lain
e) Dalam rapat penyusunan program tahunan, anggota diberi
kesempatan dalam menyampaikan ide mengenai program dan
sistem kerja yang lebih baik.
f) Anggota menyampaikan saran dan kritik melalui surat
maupun langsung dalam pertemuan formal maupun informal
dan pimpinan menerima hal itu dengan terbuka.
g) Tim Ahli memberikan arahan dan bimbingan kepada anggota
yang melaksanakan pekerjaan. Anggota juga melakukan
konsultasi mengenai hambatan kerja yang muncul.
2) Hasil observasi yang berhubungan dengan motivasi anggota :
a) Fasilitas kerja di sekretariat terdiri dari dua meja kantor, dua
kursi, satu lemari dokumen, satu set komputer dan printer.
b) Anggota menggunakan alat komunikasi telepon selluler saat
berkoordinasi dengan anggota lain yang notabene berdomisili
luar daerah. Kendala yang muncul adalah adanya gangguan
dari operator selluler.
c) Anggota aktif mengikuti rapat- rapat organisasi dengan bukti
pengisian daftar hadir peserta rapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d) Anggota ikut berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
seperti : bakti sosial, pagelaran seni budaya, dan siraman
rohani kepada masyarakat.
e) Lembaga memberikan penghargaan kepada masyarakat yang
dinilai berjasa pada lingkungannya
f) Anggota mengikuti kegiatan seminar dan pelatihan tentang
organisasi dan perkoperasian yang diadakan pemerintah
maupun instansi lain.
g) Setiap bulan anggota melakukan iuran wajib kepada lembaga
yang dikumpulkan kepada bendahara.
b. Dokumentasi
Yaitu teknik mencari data dengan mengambil gambar, mencatat
sumber informasi penyelidikan.
c. Kuesioner
Yaitu pengumpulan data dengan cara penyampaian daftar pertanyaan
atau pernyataan yang disusun sedemikian rupa guna mendapatkan
jawaban-jawaban dari responden.
7. Analisa Data
Seluruh data yang terkumpul khususnya data dari variabel-variabel
penelitian ini akan dianalisa secara kuantitatif, yaitu dengan memberikan
skor atau nilai dengan beberapa kategori yang sudah ditentukan
sebelumnya. Dengan analisa data seperti ini, maka akan didapatkan data
kuantitatif dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden. Data ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kemudian diterapkan pada rumus statistic untuk uji hipotesis yang
diajukan peneliti.
Untuk menentukan sejauhmana variasi pada satu faktor
berpengaruh pada variasi lain, akan digunakan rumus Tata Jenjang
Spearman (rs), karena sesuai dengan karakteristik variabel yang diukur
pada skala ordinal. Menurut Y Slamet, Korelasi tata jenjang Spearman
dipakai untuk mengukur asosiasi antara dua variabel yang keduanya
setidak-tidaknya mempunyai ukuran ordinal yang memungkinkan individu
obyek yang diteliti itu dapat diberi jenjang atau ranking.46 Dari data yang
dipilih kemungkinan besar ada nilai yang sama atau kembar, maka rumus
korelasi spearmannya adalah Korelasi Tata Jenjang Spearman untuk nilai
kembar.
Adapun rumusnya sebagai berikut :
∑X2 + ∑ Y2 - ∑ d2 rs = ------------------------------ √2 . ∑ X2 . ∑ Y2
Dimana :
n3 - n X2 = ------------ - ∑ Tx 12 n3 - n Y2 = ------------ - ∑ Ty 12 tx
3 - tx Tx = ------------ 12
46 Y. Slamet, Analisa Kuantitatif untuk Data Sosial, Solo : Dabara Publisher, 1993, hal., 69.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
ty3 - ty
Ty = ------------ 12
d2 = kuadrat jumlah selisih ranking
n = banyaknya responden
rs = koefisien korelasi Spearman
Tx = Jenjang kembar variabel x
Ty = Jenjang kembar variabel y
2,3,12 = bilangan konstan.47
Dalam penelitian ini hasil perhitungan rs tidak dapat langsung
dikonsultasikan dengan tabel harga kritik yang hanya berlaku untuk batas
maksimal sampel sebesar 30. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya
atau jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini lebih dari 30, yaitu
35 responden. Oleh karena itu, harga kritik student’s (t) dipakai dalam
menentukan signifikannya. Adapun rumus yang dipakai adalah :
N – 2
t = rs √ --------------
1 – rs2
Keterangan :
t = harga signifikan korelasi
r = koefisien korelasi tata jenjang
n = jumlah sampel
47 Ibid, hal. 93-94.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Setelah rs diketahui, maka selanjutnya harga t dapat segera
dihitung, dimana signifikasi hubungan antara dua variabel ditentukan
dengan perbandingan antara harga t hasil hitung dengan harga t pada tabel.
Untuk keperluan tersebut, perlu ditentukan pula tingkat kepercayaan yaitu
sebesar 95 % atau p = 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = N – 2. Bila
harga t hitung yang diperoleh lebih besar atau sama dengan harga t kritik
pada tabel pada taraf kepercayaan 95 % atau 0,05, dengan db = 33, artinya
ada hubungan yang signifikan antara variabel yang satu dengan variabel
yang lain. Namun sebaliknya, jika harga t yang diperoleh lebih kecil dari
harga t pada tabel, maka hubungan variabel satu dengan yang lain negatif.
Dengan kata lain tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel yang
satu dengan yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
LSM PANJI INDONESIA MULIA SANG SAKA MERAH PUTIH
A. Sekilas Pendirian LSM PIM SSMP
Lembaga Swadaya Masyarakat Panji Indonesia Mulia Sang Saka
Merah Putih (PIM-SSMP) dibentuk dan dilahirkan oleh keluarga besar Chaka
Domas Payung Agung Lembaga ini dideklarasikan pada 10 Januari 2008
dalam sebuah acara kepanduan di Kabupaten Kulon Progo, D.I.Yogyakarta.
Setelah mengesahkan pendirian PIM SSMP di notaries dan pejabat yang
berwenang maka pada tanggal 12 dan 13 April 2008, PIM SSMP
dideklarasikan secara luas kepada masyarakat sehingga terbentuklah
kepengurusan tingkat daerah, wilayah dan nasional. Dengan terbentuknya
Dewan Pimpinan Nasional Panji Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih,
organisasi ini resmi menjadi organisasi tingkat nasional yang tercatat di
Departemen Dalam Negeri melalui surat keterangan terdaftar Dirjen Kesatuan
Bangsa dan Politik Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia nomor :
51/D.III.3/V/2008 tanggal 13 Mei 2008
Panji Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih melakukan sosialisasi di
berbagai daerah di Indonesia untuk memperluas wilayah kerja (sementara
pulau jawa). Berbagai kegiatan telah dilaksanakan untuk mencapai visi misi
organisasi, terutama bidang ekonomi kerakyatan (berkoperasi) yang menjadi
prioritas utama. Disamping kegiatan organisasi juga telah dilaksanakan
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
kegiatan-kegiatan lainnya di berbagai bidang seperti; ekonomi, social budaya,
keagamaan, pendidikan politik, dll
B. Tempat & Kedudukan
Kantor Pusat : Joglo Mrunggi, Sendangsari, Kabupaten Kulon Progo,
D.I.Yogyakarta, Kode Pos. 55652
Legalitas : Nomor 51/D.III.3/V/2008 tanggal 13 Mei 2008.
Telpon : 08121577456
Faximile : (0274) 773836
C. Visi dan Misi Organisasi
Visi organisasi :
Mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Tuhan Yang
Maha Esa dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
Misi Organisasi :
1. Menegakkan, membangun dan mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Menegakkan dan mempertahankan, mengamankan dan mengamalkan
Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan idiil dan konstitusional
3. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui
pembangunan ekonomi yang bertumpu pada potensi sumberdaya lokal
dengan tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan
hidup.
4. Membangun dan mengembangkan ekonomi kerakyatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
5. Berperan aktif dalam upaya-upaya untuk mewujudkan pemerintahan
yang demokratis, bersih dan berwibawa.
6. Memelihara dan melestarikan seni budaya dan adat istiadat untuk
memperkokoh jatidiri bangsa Indonesia ditengah peradaban dan
pergaulan bangsa-bangsa di dunia.
7. Meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
menurut agama dan kepercayaan masing-masing serta menumbuhkan
sikap toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
8. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pemenuhan
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, pengembangan riset
dan teknologi sebagai usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
9. Meningkatkan kualitas dan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai.
10. Menyiapkan generasi muda yang berkualitas, handal dan tangguh
sebagai penerima estafet kepemimpinan dan pembangunan menuju
kejayaan bangsa tanpa meninggalkan jati dirinya sebagai bangsa
Indonesia
D. Program Kerja
Agar mekanisme kerja dapat tercipta secara lebih sistematis dan
terarah diperlukan target program dari setiap arah kebijakan. Adapun target
program kerja Jangka pendek adalah sebagai berikut :
Pertama, meningkatkan kualitas pimpinan dan kader LSM, dan
mengoptimalkan kinerja pimpinan dengan mengusakan mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kemapuan berorganisasi, wawasan dan pengetahuan, serta keteladanan
berakhlak mulia dalam dimensi yang luas.
Kedua, mengembangkan infra struktur organisasi yang memungkinkan
adanya pengembangan organisasi yang menuju kemandirian dan otonomisasi
organisasi.
Ketiga, mengembangkan kegiatan-kegiatan yang dapat
mengembangkan potensi-potensi anggota dan masyarakat sehingga kepekaan
social politik, etos kerja, etos intelektual dan nilai-nilai moral Pancasila dapat
berkembang maksimal.
Keempat, mengoptimalkan pembinaan dan pengembangan potensi
sumber daya manusia dengan menekankan pada pembentukan media atau
wadah yang dapat menampung aspirasi aktifitas masyarakat dalam rangka
cinta tanah air dan bangsa.
Kelima, mengembangkan kegiatan melalui penguatan jaringan
eksternal dengan membangun kerjasama dengan berbagai pihak. Di samping
itu koordinasi internal juga harus diperkuat untuk membangun basis gerakan
sampai di tingkat bawah.
Program kerja jangka panjang meliputi :
1. Pembentukan Induk Koperasi dan Pusat Koperasi
2. Pembentukan kepengurusan Lembaga PIM SSMP diluar pulau jawa
3. Pendirian CV,PT berskala nasional untuk menampung hasil pertanian
maupun untuk pelaksanaan proyek-proyek skala besar.
4. Mendirikan Museum Budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
5. Mendirikan Perpustakaan di tiap tingkatan kepemimpinan
6. Mendirikan yayasan kemanusiaan, seni budaya dan pendidikan
7. Menghidupkan kembali pasar rakyat di Indonesia
E. Struktur Organisasi
Struktur kepengurusan Dewan Pimpinan Nasional berdasarkan hasil
musyawarah perubahan kepengurusan pada tanggal 12 Juni 2008 adalah
sebagai berikut :
1. Dewan Pembina Nasional
a. Prof. Dr. Simanhadi Widyaprakosa
b. KRT. Sudamawiwaha
c. Sukrat
d. Mas’ud
e. Asmo Suwito
f. Sugiman Ranu Hadi Siprapto
g. Darmo Hadi Warsito
2. Dewan Pimpinan Nasional
a. Ketua Umum : Sugeng Santoso
b. Wakil Ketua Umum : Parjiya
c. Wakil Ketua I : H. Kamsi
d. Wakil Ketua II : Badar Utama
e. Wakil Ketua III : Agus Triyanto
f. Wakil Ketua IV : Saminudin
g. Sekretaris Jenderal : Mulyono, STP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
h. Wakil Sekretaris I : Heri Suyono
i. Wakil Sekretaris II : Slamet Suripto
j. Wakil Sekretaris III : Supono
k. Wakil Sekretaris IV : Muhtarom
l. Bendahara Umum : Muhammad Yasin
m. Wakil Bendahara : R. Sumbogo, A.Md
n. Koordinator Umum : Eri Suheri, SE
o. Koordinator Khusus Humas : Supriyanto
p. Koordinator Khusus Keamanan : Sumino
3. Departemen-Departemen
a. Departemen Pengembangan Ekonomi, Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah
Koordinator : Sukirdi
Anggota : Dirin Samhudi
Hari Pundjung
b. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Rakyat
Koordinator : Trisno Raharjo
Anggota : Darnoto
Supriyanto
c. Departemen Energi, Sumberdaya Alam dan Mineral
Koordinator : Walidi, ST
Anggota : Dani Wantoro
Herman Nur Hidayat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
d. Departemen Pendidikan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Koordinator : Ahmad Nurhayanto
Anggota : Agus Priyanto
Taufik
e. Departemen Riset dan Teknologi
Koordinator : Muhammad Mughni
Anggota : Sutirto
Saparna
f. Departemen Lingkungan Hidup
Koordinator : Heriyanto
Anggota : Muhammad Djayadi
Heri Waluyo
g. Departemen Agama
Koordinator : Hariri
Anggota : Fahrozi
Slamet Parjiyo
h. Departemen Seni, Budaya dan Adat Istiadat
Koordinator : Untung Suhadi
Anggota : Guntoro Prajoko
Haryadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
i. Departemen Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia
Koordinator : Joko Sayekti
Anggota : Suwito
Purwo Sugiyanto
j. Departemen Pemuda dan Olah Raga
Koordinator : Sukardi
Anggota : Suwardi
Agus Priyanto
k. Departemen Pemberdayaan Perempuan
Koordinator : Titik Murtiningsih
Anggota : Sri Nurmi Atminarsih
Nurhadi Pudji Astuti
l. Departemen Organisasi, Penelitian dan Pengembangan
Koordinator : Muhammad Jamhari
Anggota : Yuntini Arsiwi, SE
Sugeng Hardiyanto
m. Departemen Logistik
Koordinator : Ibnu Abu Salim
Anggota : Sukidi
Supandjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
n. Departemen Advokasi dan Pembelaan Hukum
Koordinator : Ajat Sudrajat
Anggota : Tigiyanto
Triyono
o. Departemen Hubungan Luar Negeri
Koordinator : Slamet widodo
Anggota : Sugiyanto
Asrul Sani
p. Satgas
Koordinator : Joko Supriyatno
Anggota : Bambang Riyanto
Poniran
Sarwoto
Asngadi
Deddy Ariyanto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
F. Data Penunjang
1. Jenis Pekerjaan
Untuk mengetahui jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
TABEL I PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI JENIS PEKERJAAN
n = 35 No. Jenis Pekerjaan Frekuensi (%)
1. Pegawai Negeri 2 5,7
2. Wiraswasta 21 60
3. Buruh 12 34,3
Jumlah 35 100
Sumber : Pertanyaan nomor 1.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sebagai pegawai negeri sebanyak 2 orang atau 5,7%,
sedangkan yang menjawab sebagai wirawasta sebanyak 21 orang atau
60%. Selanjutnya yang menyatakan sebagai buruh sebanyak 12 orang atau
34,3 %.
2. Lama Bekerja
Untuk mengetahui jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
TABEL II PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI LAMA BEKERJA
DI LSM DPN PIM SSMP n = 35
No. Lama bekerja Frekuensi (%)
1. 1 tahun atau lebih 21 60
2. 6bln – 11 bln 10 28,6
3. Kurang dari 6 bulan 4 11,4
4. Lainnya……. - -
Jumlah 35 100
Sumber : Pertanyaan nomor 2.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab lamanya bekerja selama 1 tahun atau lebih sebanyak 21 orang
atau 60%, sedangkan yang menjawab selama 6-11 bulan sebanyak 10
orang atau 28,6 %. Selanjutnya yang menyatakan kurang dari 6 bulan
sebanyak 4 orang atau 11,4 %.
G. Pendanaan
Sumber pendanaan lembaga ini merupakan swadaya murni, artinya
bahwa segala kegiatan dilakukan dengan swadaya dan gotong royong.
Dana/sumbangan dari pihak luar organisasi dapat diterima dengan syarat
tanpa mengurangi indepensi dari lembaga serta bersifat tidak mengikat.
Segala aktivitas keuangan organisasi tercatat dan dilaporkan oleh bendahara.
Selain hal tersebut juga dilakukan iuran rutin bagi anggota yang dikoordinir
oleh anggota yang ditunjuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
46
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi organisasi adalah salah satu variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana
hubungan antara iklim komunikasi organisasi terhadap motivasi kerja di
Dewan Pimpinan Nasional Panji Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih
(DPN-PIMSSMP).
Setiap organisasi tentu menginginkan seluruh anggota/ pegawainya
memiliki kepuasan kerja yang tinggi demi tercapainya tujuan organisasi
tersebut. Untuk itu, organisasi berkewajiban mendorong/ merangsang
anggotanya untuk bekerja dengan giat dan menciptakan suasana kerja yang
kondusif. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuka
jalur-jalur komunikasi dan menjamin lancarnya arus komunikasi tersebut ke
semua penjuru. Jika arus komunikasi organisasi dapat berjalan lancar, maka
segala permasalahan yang muncul dapat segera terpecahkan, sehingga tidak
sampai timbul konflik berkepanjangan yang dapat mengganggu jalannya
organisasi untuk mencapai visi dan misi bersama.
Lancarnya arus komunikasi ini tidak terlepas dari keberadaan iklim
komunikasi organisasi. Iklim komunikasi organisasi memiliki peran yang
besar dalam meningkatkan kepuasan kerja anggota, karena iklim
mempengaruhi usaha anggota organisasi dalam bekerja. Hal ini berarti,
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
47
dengan adanya iklim komunikasi yang baik, anggota organisasi akan lebih
nyaman dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas organisasi
melalui usaha-usaha yang baik secara fisik maupun mental.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui sejauh mana iklm
komunikasi organisasi di DPN PIM SSMP. Ukuran iklim komunikasi dalam
suatu organisasi dapat diperoleh melalui persepsi anggota organisasi
mengenai pengaruh komunikasi itu sendiri. Tingkat penilaian iklim
komunikasi organisasi merupakan variabel X. Variabel X tingkat penilaian
iklim komunikasi organisasi, dapat diketahui dan diukur melalui 6 indikator
dimensi iklim komunikasi yang kemudian dinyatakan dalam 11 pertanyaan.
Indikator dalam variabel tingkat penilaian iklim komunikasi organisasi adalah
:
1. Kepercayaan
2. Pembuatan keputusan bersama
3. Kejujuran
4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
6. Perhatian pada tujuan-tujuan kinerja tinggi
Adapun item-item pertanyaan berjumlah 20 buah yang terbagi dalam
2 kelompok variabel dan 5 pertanyaan essai. Masing-masing pertanyaan akan
memaparkan seberapa baik iklim komunikasi organisasi di lembaga tersebut,
serta motivasi apa mereka dalam melaksanakan pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48
Dalam hasil angket yang telah disebarkan kepada responden, telah
diperoleh sejumlah data yang merupakan data primer dalam penelitian ini.
Tingkat penilaian iklim komunikasi organisasi dapat diketahui melalui enam
indikator yang telah disebutkan di atas. Hasil selengkapnya adalah sebagai
berikut :
Untuk mengetahui klarifikasi skor/ nilai jawaban, maka langkah
pertama adalah memberikan skor/ nilai pada masing-masing jawaban yang
ditentukan sebagai berikut :
a. Jawaban A diberi nilai 3
b. Jawaban B diberi nilai 2
c. Jawaban C diberi nilai 1
Langkah selanjutnya adalah menentukan interval kelas dari skor
jawaban. Rumus yang digunakan untuk menentukan interval kelasnya adalah
sebagai berikut :
Nilai tertinggi – Nilai terendah Interval kelas = ------------------------------------------- Jumlah kelas
Rumus dan skor jawaban di atas, akan digunakan untuk perhitungan
pengolahan dan penilaian data untuk semua indikator dan variabel
selanjutnya.
Dari 11 pertanyaan yang diberikan, skor atau nilai tertinggi yang
diperoleh adalah 36 dan nilai terendah adalah 30 dan jumlah kelas yang
ditentukan 3. Dengan demikian jarak interval kelasnya adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
49
36 – 30 6 Interval kelas = ------------ = ------ = 2
3 3
Keterangan : - Ya : > 34
- Kadang-kadang : 32 - 33
- Tidak : < 31
Jawaban dari interval tersebut, diperoleh dari tabel (kuesioner 3 s/d 14)
berikut :
Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert
berjenjang tiga dengan nilai terdiri dari angka 1-3 dan menggunakan deskripsi
tingkat kedalaman jawaban yang diperoleh dari pertanyaan yang sifatnya
terbuka. Berikut akan disajikan dalam bentuk tabel per item pertanyaan untuk
melihat gambaran hasil dari penelitian ini.
1. Tingkat Kepercayaan terhadap Pemberian Tugas
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepercayaan anggota terhadap
pemberian tugas, diajukan pada pertanyaan nomor 3 berikut ini:
“Apakah anda diberikan kepercayaan yang tinggi tentang pekerjaan
anda?”. Adapun jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai tingkat kepercayaan anggota
terhadap pemberian tugas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
TABEL III PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI TINGKAT
KEPERCAYAAN TERHADAP PEMBERIAN TUGAS
n = 35 No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 26 74,2
2 Kadang-kadang 8 22,9
3 Tidak 1 2,9
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 3.
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “ya” mengenai tingkat kepercayaan anggota terhadap
pemberian tugas dari pimpinan sebanyak 74,2 %. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sebagian besar responden menjawab “ya” mengenai
tingkat kepercayaan terhadap pemberian tugas.
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa tingkat
kepercayaan atasan kepada bawahannya, dalam hal ini para anggota di
DPN PIM SSMP menunjukkan kecenderungan tinggi. Dari hasil
observasi/ pengamatan di lapangan juga membuktikan bahwa sudah
terjalin hubungan kerja yang harmonis antara atasan dengan bawahan di
DPN PIM SSMP, dimana atasan (kepala bagian) memberikan wewenang
penuh kepada para anggota untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
melaksanakan tugasnya sesuai dengan bidang yang dikuasainya.
Dari hasil pengamatan, hal tersebut disebabkan adanya pernyataan
sikap dari anggota/pakta integritas secara tertulis yang berisi tentang
kesediaan dalam bekerja secara maksimal sesuai dengan bidang keahlian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
51
anggota dengan penuh tanggung jawab. Hal ini relevan dengan pendapat
Arni Muhammad bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi kepercayaan
atasan kepada bawahan meliputi keterbukaan, kepercayaan terhadap
tulisan, muatan pesan dan timing.
Hasil penelitian yang ini hampir sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Amita Novitayati tahun 2008 tentang Iklim Komunikasi
Organisasi, motivasi kerja dan prestasi kerja di kalangan karyawan
Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera Solo). Dalam penelitian
tersebut, 79% responden menilai bahwa kepercayaan atasan kepada
bawahan dalam kategori tinggi, 24% memberikan penilaian dalam kategori
sedang, dan 2% dalam kategori rendah.
Hal tersebut sesuai dengan salah satu pesan dari Davis mengenai
komunikasi atasan dan bawahan, yakni : “Pimpinan hendaklah berusaha
membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan.
Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang
akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan
dan atasan.”92
Dari perbandingan penelitian dan teori diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengisian pakta integritas dari anggota berpengaruh
sangat besar dalam kepercayaan atasan kepada bawahan/anggota di DPN
PIM-SSMP.
92 Arni Muhammad, Op.Cit, hal. 113.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
52
2. Kepercayaan terhadap atasan berkaitan pendelegasian tugas
Untuk mengetahui kepercayaan terhadap atasan berkaitan dengan
pendelegasian tugas, diajukan pada pertanyaan nomor 4 yaitu : “Apakah
anda diberikan kepercayaan dalam menjalankan tugas oleh atasan anda ?.
Adapun jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai tingkat kepercayaan responden
terhadap atasan berkaitan dengan pendelegasian tugas, dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
TABEL IV PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI KEPERCAYAAN
TERHADAP ATASAN BERKAITAN DENGAN PEMBERIAN TUGAS
n = 35 No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 27 77,2
2 Kadang-kadang 7 20
3 Tidak 1 2,8
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 4.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “ya” mengenai kepercayaan terhadap atasan dalam menentukan
tugas yang akan diberikan kepada anggota sebanyak 77,2 %. Sedangkan
yang menjawab kadang-kadang sebanyak 20%. Jadi dalam hal ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
53
dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan “ya” mengenai
kepercayaan terhadap atasan berkaitan dengan pemberian tugas.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, terlihat peran aktif para
anggota terhadap penerapan kebijakan organisasi tinggi. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya konsistensi para anggota dalam melaksanakan
program DPN PIM SSMP, antara lain kebijakan absensi kehadiran dan
program kerja organiasi. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Yenny
Pramawati yang menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan bawahan kepada
atasan yang berkaitan dengan pemberian tugas mempunyai kategori sedang
yaitu sebesar 70 %.93 Sehingga bisa dikatakan bahwa alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini telah teruji dalam penelitian yang lain dan
menguatkan hasil penelitian ini.
Selain itu, para anggota juga memanfaatkan forum-forum
informal maupun formal, seperti yang dikatakan oleh sebagian besar para
anggota, mereka mengatakan selalu mengadakan pertemuan formal
maupun informal misalnya pertemuan setiap bulan, untuk
mengkomunikasi dan mengungkap/ mengajukan berbagai ide kreatif demi
kemajuan DPN PIM SSMP.
Dari hasil observasi, adanya Tim Ahli di DPN PIM SSMP yang
selalu memberikan pengarahan, telah memberikan rasa kepercayaan dari
anggota terhadap tugas/tanggung jawab yang diberikan dan sesuai dengan
kemampuan & kapasitas anggota. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
93 Yenny Pramawati, Komunikasi Organisasi dan Semangat Kerja, Fisip UNS, Surakarta, 2003, hal., 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
54
disampaikan Mellinger, seorang ahli Psikologi dari Amerika Serikat,
mengatakan bahwa sikap percaya akan memancing pola yang lebih
komunikatif dan dengan demikian apa yang diharapkan oleh organisasi
akan mudah dicapai. 94.
Hal tersebut didukung pula dengan hasil pengamatan peneliti di
lapangan yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan kerja yang
harmonis antara atasan (kepala bagian) dengan para anggota. Sikap atasan
yang tegas, bijaksana dan konsisten pada setiap perkataan maupun tindakan
yang menyangkut pekerjaan, secara tidak langsung menumbuhkan rasa
percaya pada anggota kepada atasan, yang pada akhirnya meningkatkan
loyalitas para anggota. Contoh konkritnya dapat dilihat dari kegiatan
sehari-hari, atasan selalu tegas dan bijaksana dalam mengambil keputusan
demi kemajuan perusahaan, melaksanakan visi misi dan program-program
bersama.
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepercayaan
anggota terhadap atasan berkaitan dengan pemberian tugas cukup tinggi
yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu : pakta integritas, arahan tim ahli,
dan kepemimpinan yang tegas, bijaksana dan konsisten.
3. Komunikasi dalam Pembuatan Keputusan Bersama tentang
Kebijakan Organisasi
Tidak ada sesuatu yang lebih penting dalam kerangka kerja
manusia organisasional selain komunikasi. Realitas membuktikan bahwa
94 Sudarwan Danim, Op.Cit, Hal. 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
komunikasi terjadi dalam konteks aneka pekerjaan manusia organisasional
apapun bentuk dan jenis pekerjaan itu. Begitu pula dalam pembuatan
keputusan bersama, komunikasi akan sangat menentukan hasil
musyawarah. Untuk mengukur seberapa tinggi tingkat partisipasi dalam
rangka pembuatan keputusan bersama, diajukan pada pertanyaan nomor 5
yaitu : “Apakah anda selalu berkomunikasi & berkonsultasi dengan atasan
anda mengenai kebijakan organisasi termasuk dalam pengambilan
keputusan organisasi ?”.
Adapun alternatif jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai komunikasi dalam pembuatan
keputusan bersama, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL V PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI KOMUNIKASI DALAM
PEMBUATAN KEPUTUSAN BERSAMA n = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 33 94,3
2 Kadang-kadang 2 5,7
3 Tidak - -
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 5.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “ya” mengenai komunikasi dalam pembuatan keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
bersama sebanyak 94,3 %. Sedangkan yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 5,7 %. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar
responden menjawab “ya” mengenai komunikasi dalam pembuatan
keputusan bersama.
Berdasarkan hasil observasi peneliti memang terlihat bahwa para
anggota diberi kesempatan untuk berkonsultasi dengan atasan (kepala
bagian) dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan tujuan
organisasi. Salah satu wujud nyatanya adalah pada saat rapat penyusunan
program – program kerja tahunan. Para anggota diberi kesempatan untuk
menyampaikan ide/ aspirasi mengenai program dan sistem kerja yang
lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Planty &
Machaver (1952) yaitu:
”Komunikasi ke atas menumbuhkan aspirasi dan loyalitas kepada
organisasi dengan memberi kesempatan pada anggota untuk mengajukan
pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi
organisasi”.95
Dari hasil pengamatan peneliti, komunikasi yang terjadi dalam
musyawarah di DPN PIM SSMP dapat berjalan dengan lancar artinya
tidak ada kendala dalam berkomunikasi.
George A.Steiner (1979) dalam bukunya Strategic Planning
mengemukakan hasil penelitian, bahwa manusia berkelompok/ organisasi
mempunyai masalah sebagai berikut :
95 Planty & Machever, Komunikasi Organisasi; Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998, hal., 190.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
a. Kelompok yang berinteraksi umumnya memusatkan perhatian untuk kurun waktu lama, sehingga menutup kemungkinan mencari alternative lain.
b. Meskipun sebagian besar anggota tidak mengajukan kritik, anggota lainnya tetap takut dengan kritik tersebut, akibatnya kelompok/anggota tidak suka memberikan pendapat.
c. Manajer tingkat bawah cenderung membenarkan pendapat atasannya, meskipun mereka mempunyai pemecahan masalah yang lebih baik.
d. Tekanan dalam kelompok menuju kesamaan pendapat selalu ada. jika ada yang berbeda pendapat, biasanya akan dikucilkan.
e. Individu yang bersifat dominan cenderung menguasai/ memonopoli anggota/kelompok, sehingga pemikiran baru/progressif dari anggota lain menjadi ditekan
f. Anggota kelompok sering mengambil keputusan yang tidak matang/premature disebabkan minimnya usaha mencari informasi yang relevan dan akurat.96
Pendapat George A.Steiner diatas terjadi pula di DPN PIM SSMP,
sehingga hal tersebut harus segera diatasi untuk mendapatkan efektifitas
kelompok dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Sebagai perbandingan terhadap penelitian sejenis, dilakukan oleh
Lisa Ayu Kusumastuti97 tentang Iklim komunikasi organisasi dan
semangat kerja anggota di PT Radio PTPN Rasitania Surakarta
memberikan hasil yang berbeda, yaitu 56,4 responden menjawab kategori
sedang, dan 43,5 persen memberikan nilai dalam kategori “tinggi”.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam
pembuatan keputusan bersama yang terjadi di DPN PIM SSMP berada
dalam kategori tinggi, hal ini terlihat dari partisipasi yang besar dari
anggota dalam mengemukakan pendapat dalam forum rapat.
96 Sudarwan Danim, Op.Cit, hal 50 97 Lisa Ayu Kusumastuti, Op.Cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
58
4. Kesempatan konsultasi terhadap hambatan pekerjaan dalam
pembuatan keputusan organisasi
Untuk mengetahui apakah responden mendapatkan kesempatan
berkonsultasi terhadap hambatan pekerjaan, diajukan pada pertanyaan
nomor 6 yaitu : “Apakah anda mempunyai kesempatan berkomunikasi dan
melakukan konsultasi atas hambatan/masalah organisasi sehingga anda
dapat berperan serta dalam pembuatan keputusan organisasi? ”. Adapun
alternatif jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai kesempatan berkonsultasi terhadap
hambatan pekerjaan, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL VI PENDAPAT REESPONDEN MENGENAI KESEMPATAN
BERKONSULTASI TERHADAP HAMBATAN PEKERJAAN DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN BERSAMA
n = 35 No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 31 88,5
2 Kadang-kadang 3 8,6
3 Tidak 1 2,9
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 6.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “ya” mengenai kesempatan berkonsultasi terhadap hambatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
59
pekerjaan, sebanyak 88,5 %. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
sebagian besar responden menjawab “ya” mengenai kesempatan
berkonsultasi terhadap hambatan pekerjaan. Dari hasil pengamatan
peneliti, kegiatan konsultasi dengan atasan telah dilakukan secara formal
maupun non formal. Dalam melaksanakan kegiatannya, anggota DPN
yang mendapatkan kendala dalam bekerja dapat berkomunikasi dengan
sekjen untuk menentukan langkah berikutnya dengan menunjuk tim ahli.
Secara non formal, kegiatan konsultasi seringkali ditemui dalam
kesempatan silaturahmi maupun melalui media telephone selluler yang
setiap saat dapat dilakukan oleh anggota. Hubungan yang baik antar
anggota DPN sebagai sebuah keluarga besar membentuk keeratan
hubungan, sehingga hal ini memudahkan anggota DPN untuk melakukan
konsultasi kepada atasan. Kesadaran akan tujuan organisasi juga telah
menciptakan kebersamaan dalam bekerja.
Menurut Sudarwan Danim bahwa : “manusia yang sadar akan
tujuan organisasinya biasanya memiliki tanggung jawab dan terdorong
mencapai kinerja target sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya”.98
Hasil penelitian yang berbeda ditemukan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Amita Novitayati yang menunjukkan bahwa 45%
responden berada dalam kategori tinggi, 52% berada dalam kategori
sedang, dan 3% berada dalam kategori rendah.
98 Sudarwan Danim, Op.Cit, Hal. 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
60
Jadi dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pendapat responden
mengenai kesempatan berkonsultasi terhadap hambatan pekerjaan di DPN
PIM SSMP dikategorikan tinggi, hal ini disebabkan oleh beberapa hal
yaitu : adanya hubungan yang baik, konsultasi yang dapat dilakukan
formal maupun non formal, dan adanya kesadaran akan tujuan organisasi.
5. Hubungan yang diliputi kejujuran, dan saling menghargai
Untuk mengetahui mengukur tingkat kejujuran dan rasa saling
menghargai antar anggota, diajukan pada pertanyaan nomor 7 yaitu :
“Apakah hubungan dalam organisasi di DPN PIM ada perasaan saling
menghargai antar anggota?” Adapun alternatif jawaban yang disediakan
adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai tingkat kejujuran dan rasa saling
menghargai antar anggota, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL VII PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI TINGKAT KEJUJURAN
DAN SALING MENGHARGAI ANTAR ANGGOTA n = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 29 82,8
2 Kadang-kadang 4 11,5
3 Tidak 2 5,7
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
61
Berdasar hasil tabel, dilihat bahwa responden yang menjawab “ya”
mengenai tingkat kejujuran, keterusterangan dan rasa saling menghargai
secara umum sebesar 82,8 %. Sedangkan yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 11,5 %. Ada beberapa hal yang mempengaruhi sikap tersebut,
berdasarkan pengamatan peneliti ditemukan hal sebagai berikut :
a. Adanya rasa gotong royong, senasib dan sepenanggungan antara
anggota.
b. Adanya keinginan anggota yang kuat untuk mewujudkan tujuan
organisasi
c. Adanya upaya dari anggota untuk menjaga hubungan yang harmonis
antar anggota.
Kerjasama/ gotong royong yang dilakukan anggota mengakibatkan adanya
kebersamaan dan keterbukaan dalam berkomunikasi. Hal ini
menumbuhkan keinginan yang kuat untuk mewujudkan tujuan organisasi.
Hasil pengamatan diatas sesuai dengan temuan Jablin yang menyebutkan
bahwa keterbukaan komunikasi tampaknya berhubungan dengan kinerja
organisasi.99.
Hasil penelitian lain, yang dilakukan oleh Amita Novitayati
menunjukkan hasil senada. Dalam penelitiannya tentang iklim komunikasi
organisasi, motivasi kerja dengan prestasi kerja di kalangan anggota
asuransi jiwa bersama (AJB) Bumiputera Solo, diketahui bahwa tingkat
kejujuran dan keterbukaan berada dalam kategori tinggi yaitu sebanyak
99 Ibid., hal. 206.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
57%. Hal ini berarti tingkat kejujuran, keterbukaan dan saling menghargai
antar anggota di kalangan anggota Asuransi Jiwa Bersama (AJB)
Bumiputera Solo dapat dikatakan tinggi.
Demikian pula dengan hasil jawaban responden di DPN PIM SSMP
menunjukkan tingkat kejujuran dan keterbukaan yang tinggi. Beberapa hal
yang mempengaruhi antara lain : Adanya gotong-royong yang telah
menciptakan kebersamaan, timbulnya keinginan anggota untuk
mewujudkan tujuan organisasi, dan adanya upaya anggota dalam menjaga
hubungan baik antar anggota.
6. Responden mengatakan “apa yang ada dalam pikiran” terhadap
anggota tanpa memandang kelas
Untuk mengetahui tingkat kejujuran juga dinilai dari keterbukaan
responden dalam mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka, hal ini
diajukan pada pertanyaan nomor 8 yaitu : “Apakah anda mampu untuk
mengatakan “apa yang ada dalam pikiran anda” terhadap semua anggota
tanpa memandang kelas/jabatan dalam organisasi? Adapun alternatif
jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai tingkat kejujuran juga dinilai dari
keterbukaan responden dalam mengatakan apa yang ada dalam pikiran
mereka, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
63
TABEL VIII RESPONDEN MENGATAKAN “APA YANG ADA DALAM
PIKIRANNYA” TERHADAP ANGGOTA TANPA MEMANDANG KELAS/JABATAN
n = 35 No Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 27 77,2
2 Kadang-kadang 8 22,8
3 Tidak - -
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 8.
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab
“ya” mengenai tingkat kejujuran dari keterbukaan responden dalam
mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka sebanyak 77,2 %. Dari
pengamatan peneliti, keberanian anggota dalam menyampaikan “:apa yang
ada dalam pikiran” di DPN PIM SSMP cukup baik, hal ini diketahui dari :
a. Adanya sikap proaktif anggota dalam setiap kegiatan.
b. Adanya jalinan persaudaraan yang kuat, sehingga dalam
menyampaikan ide/saran lebih mudah dilakukan.
c. Perasaan “ikut memiliki” lembaga/organisasi, memberikan
keberanian anggota dalam menyampaikan informasi maupun
ide/pendapat.
Dari tabel diatas diketahui pula anggota yang menyatakan kadang-kadang
sebanyak 22,8%. Tampaknya hal ini disebabkan karena sering terjadi
ketegangan dalam keadaan kinerja yang tinggi, sehingga hal ini membatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
64
keberanian anggota dalam mengatakan apa yang ada dalam pikirannya dan
takut apa yang disampaikan tidak sesuai dengan keinginan atasan.
Dalam perbandingan penelitian dari Lisa Ayu Kusumastuti tentang
penelitian Iklim Komunikasi Organisasi dan semangat kerja organisasi di
PT Radio PTPN Rasitania Surakarta, diketahui hasil yang berbeda yaitu
responden menjawab sedang sebanyak 73%, sedangkan responden yang
menjawab tinggi hanya sebanyak 8,7%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
responden yang menyatakan apa yang ada dalam pikiran mereka cukup
tinggi.
Di DPN PIM SSMP, responden menilai mereka dapat mengatakan
apa yang ada dalam pikirannya tanpa memandang kelas dan jabatan dalam
kategori tinggi yaitu 81,8%. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal
yaitu : adanya sikap proaktif anggota dalam setiap kegiatan, rasa
persaudaraan yang kuat, dan adanya rasa “memiliki” lembaga.
7. Kemudahan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tugas
Untuk mengetahui kemudahan dalam mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan tugas, diajukan pada pertanyaan nomor 9 yaitu :
“Kecuali hal-hal yang bersifat rahasia, apakah anda relative mudah untuk
mendapatkan informasi yang berhubungan langsung dengan tugas anda ?
Adapun alternatif jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
65
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai kemudahan dalam mendapatkan
informasi tentang tugas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL IX PENDAPAT RESPONDEN TENTANG KEMUDAHAN
MENDAPATKAN INFORMASI TENTANG TUGAS n = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 28 80
2 Kadang-kadang 6 17,2
3 Tidak 1 2,8
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 9.
Dari tabel diatas, dapat dilihat diketahui bahwa responden yang
menjawab “ya” mengenai kemudahan dalam mendapatkan informasi
tentang tugas sebanyak 80 %. Sedangkan yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 17,2 %. Hasil pengamatan peneliti menyimpulkan bahwa hal ini
disebabkan karena komunikasi antar anggota dilakukan melalui
SMS/telepon seluler. Dengan alat komunikasi tersebut, informasi dapat
dengan mudah diperoleh dalam waktu singkat, namun sering terkendala
pada jaringan penyedia layanan/operator, sehingga kadang terjadi
kesalahfahaman dalam penerimaan informasi. Sedangkan untuk
mendapatkan informasi langsung, ada kendala bagi anggota yang
bertempat tinggal jauh dari kantor. Untuk media online saat ini masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
dalam pengembangan sehingga belum dapat sepenuhnya mencukupi
kebutuhan informasi anggota.
Apa yang didapatkan dari pengamatan sesuai dengan penjelasan
R.Wayne Pace Don F.Faules : “orang mengharapkan bahwa tekonogi
komunikasi baru akan menghasilkan efisiensi dan produktifitas. Cara
untuk mengingat hal ini adalah “jangan matikan pengirim pesan”. Dalam
hal ini “pengirim” adalah teknologi komunikasi baru. Mengharapkannya
untuk menghasilkan perbaikan, dapat mengakibatkan kekesalan bila tidak
ada perbaikan yang nyata”.100.
Sebagai perbandingan penelitian yang dilakukan oleh Lisa Ayu
Kusumastuti memberikan hasil yang berbeda, yaitu responden menjawab
tinggi sebanyak 21,7%, responden menjawab kategori sedang sebanyak
56,5%, dan responden menjawab rendah sebanyak 21,7%.
Dari data dan pengamatan diatas, dapat disimpulkan bahwa media
dalam proses pertukaran informasi di DPN PIM SSMP telah
mempermudah anggota untuk mendapatkan informasi, walaupun
gangguan dari penyedia layanan/operator kadang terjadi.
8. Koordinasi dengan bagian lain dalam pekerjaan dan berhubungan
luas dengan organisasi
Untuk mengukur tingkat kelancaran komunikasi kebawah, seperti
koordinasi dengan bagian lain dalam pekerjaan dan berhubungan luas
dengan organisasi, diajukan pada pertanyaan nomor 10 yaitu : “Apakah
100 R.Wayne Don F Faules, Op.Cit, Hal. 242
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
67
anda selalu mengkoordinasikan pekerjaan anda dengan rekan-rekan/
bagian-bagian lain dalam organisasi dan dapat berhubungan secara luas
dengan organisasi?”. Adapun alternatif jawaban yang disediakan adalah
sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai tingkat koordinasi dengan bagian lain
dalam pekerjaan dan berhubungan luas dengan organisasi, dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
TABEL X TINGKAT KOORDINASI ANGGOTA DENGAN REKAN
KERJA/BAGIAN YANG LAINDALAM ORGANISASI n = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 31 88,6
2 Kadang-kadang 4 11,4
3 Tidak - -
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 10.
Sesuai data diatas, responden menganggap koordinasi dengan
rekan/bidang lain perlu dilakukan oleh anggota dalam bekerja. Hal ini
dilihat sebesar 88,6% dari jumlah responden menjawab dalam kriteria
“tinggi” atau penting dilakukannya sebuah koordinasi. Dari hasil
pengamatan, hal tersebut terlihat dari kerjasama antara satu bidang
dengan bidang lain yang masih berkaitan, terutama dalam pekerjaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
68
memerlukan kinerja tinggi. Sebagai contoh yang berjalan adalah
kerjasama bidang pengembangan ekonomi kerakyatan, bekerjasama
dengan bidang SDA & SDM, serta bagian Kesra di DPN PIM SSMP.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Schein mengenai sebuah
organisasi. Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi
rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum
melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan
tanggung jawab101. Schein juga menyatakan bahwa organisasi
mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan,
saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dengan tergantung
pada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktifitas dalam
organisasi tersebut.
Dari hasil data dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar responden menganggap koordinasi dengan rekan/bidang lain perlu
dilakukan oleh anggota dalam bekerja, tentunya berdasarkan keahlian
masing-masing sehingga hasil kerjanya dapat tercapai secara maksimal.
9. Tingkat penerimaan terhadap saran-saran atau laporan masalah
secara berkesinambungan.
Dalam mengukur tingkat mendengarkan komunikasi ke atas,
peneliti memberikan pertanyaan pada nomor 11 yaitu : “Dengan pikiran
terbuka, apakah personel dalam tiap tingkatan dalam organisasi selalu
mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang
101 Arni Muhammad, Op.Cit, hal.23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
69
dikemukakan oleh tiap anggota di tingkat bawahan dan secara
berkesinambungan ?” Adapun alternative jawaban yang disediakan
adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai tingkat penerimaan terhadap saran-
saran atau laporan masalah secara berkeesinambungan, dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
TABEL XI PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI TINGKAT
MENDENGARKAN SARAN-SARAN DARI BAWAHAN SECARA BERKESINAMBUNGAN
n = 35 No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 30 85,7
2 Kadang-kadang 5 14,3
3 Tidak - -
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 11.
Dari data diatas, saran-saran dari bawahan diterima secara terbuka
dengan dilihat dari responden menjawab “ya” sebesar 85,7%. Dari hasil
pengamatan, anggota menyampaikan saran/kritik melalui berbagai cara,
yaitu melalui surat maupun langsung pada saat pertemuan baik formal
maupun non formal. Sikap yang terbuka dari atasan/pimpinan
memudahkan bagi anggota dalam ikut berkontribusi positip kepada
organisasi. Hal itu terlihat dari sikap atasan yang selalu menerima saran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
anggota dan tidak segan-segan untuk meminta masukan/kritik kepada
anggota. Komunikasi ini merupakan salah satu bentuk komunikasi ke
atas/ vertical.
Komunikasi keatas merupakan sumber informasi penting dalam
membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi ini, pimpinan
akan mengetahui bagaimana pendapat bawahan mengenai atasan,
mengenai pekerjaan mereka, mengenai rekan kerja dan mengenai
organisasi. Hasil pengamatan dari peneliti diatas sesuai dengan pendapat
dari Arni Muhammad bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
efektifitas komunikasi ke atas, yaitu :102
a. Pesan disampaikan tepat pada waktunya, pembuatan keputusan bukanlah aktifitas yang terus menerus. Oleh karena itu ketetapan data yang sampai pada saat pembuatan keputusan lebih mungkin akan digunakan daripada data yang terlambat.
b. Komunikasi keatas yang bersifat positif lebih mungkin akan digunakan daripada yang bersifat negative.
c. Komunikasi keatas lebih mungkin akan diterima jika pesan itu mendukung kebijaksanaan yang baru
d. Komunikasi ke atas akan lebih efektif bila disampaikan secara langsung
e. Komunikasi keatas akan lebih efektif jika menarik.
Sebagai penelitian bandingan yang dilakukan oleh Lisa Ayu
Kusumastuti terhadap penelilian Iklim Komunikasi Organisasi dan
Semangat kerja anggota di PT. Radio PTPN Rasitania Surakarta
menunjukkan hasil yang berbeda. Secara umum anggota menjawab
dalam kategori sedang yaitu sebanyak 65,2%, tinggi sebesar 26,1%, dan
rendah sebesar, 8,7%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penerimaan
102 Arni Muhammad, Op.Cit, Hal.119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
71
terhadap saran-saran atau laporan masalah secara berkesinambungan
cukup tinggi.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anggota di DPN PIM
SSMP menilai atasan telah menerima saran dan kritik dari anggota secara
terbuka dan diterima secara positif sebagai bahan evaluasi kerja
organisasi. Hal tersebut dilihat dari data responden sebesar 85,7% dalam
kategori tinggi. Data tersebut diperkuat oleh sikap terbuka dari atasan
yang memudahkan anggota dalam berkontribusi positip secara langsung
melalui penyampaian saran/ide bagi pengembangan organisasi. Dari hal
tersebut, anggota merasa dihargai sebagai bawahan, terbukti dari sikap
kerja anggota yang bersemangat setelah atasan menerima saran-saran
dari anggota. Rasa “dihargai” kemudian menjadi pendorong motivasi
anggota dalam bekerja.
10. Informasi dari bawahan penting untuk dilaksanakan
Selanjutnya untuk mengukur tingkat mendengarkan komunikasi
keatas, peneliti memberikan pada pertanyaan nomor 12 yaitu : “Apakah
anda merasa bahwa Informasi dari bawahan selalu dianggap penting
untuk dilaksanakan ?” Adapun alternatif jawaban yang disediakan adalah
sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
72
Adapun lebih jelasnya mengenai informasi dari bawahan penting
untuk dilaksanakan, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL XII PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI INFORMASI DARI
BAWAHAN DIANGGAP PENTING UNTUK DILAKSANAKAN n = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 31 88,6
2 Kadang-kadang 2 5,7
3 Tidak 2 5,7
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 12.
Dari data diatas, informasi dari bawahan dianggap penting untuk
dilaksanakan tergolong tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari responden
yang menjawab “ya” sebanyak 88,6%. Hal ini diduga karena
anggota/bawahan memegang peranan yang penting dalam organisasi.
Anggota/ bawahan lebih mengetahui kondisi lapangan dan daerah
masing-masing. Informasi dari daerah sangat dibutuhkan dalam
merumuskan langkah kerja dan kebijakan organisasi secara nasional.
Selain itu, dalam pengaruh variabel-variabel organisasi sistem pada
komunikasi atasan-bawahan yang ditulis oleh Frederic M. Jablin
mengatakan bahwa : ”Atasan yang tingatnya lebih tinggi, cenderung
lebih melibatkan bawahan mereka dalam pengambilan keputusan
daripada atasan yang lebih rendah”.103
103 Frederic M. Jablin, Op. Cit., hal. 208-209.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
73
Dari pengamatan diketahui adanya kesediaan dari atasan untuk
mendengarkan informasi dari bawahan yang berupa kritik, saran, maupun
usulan secara tidak langsung akan mengefektifkan keberadaan atasan
dalam sebuah organisasi.
Hal yang sama ditemukan dalam penelitian Amita Novitayati
tentang iklim komunikasi organisasi,motivasi kerja dengan prestasi kerja.
Dalam penelitian tersebut, ada 54% responden dalam kategori tinggi.
Dalam hal ini pendapat responden mengatakan bahwa informasi dari
bawahan dianggap penting untuk dilaksanakan menunjukkan kategori
tinggi.
Dari uraian data dan pengamatan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pendapat anggota DPN PIM SSMP yang menyatakan bahwa
informasi dari bawahan dianggap penting untuk dilaksanakan
menunjukkan kategori tinggi atau sebanyak 88,6%. Dari hasil
pengamatan, hal tersebut disebabkan karena anggota dianggap lebih
memahami kondisi daerah masing-masing sehingga informasi dari daerah
menjadi sangat penting bagi organisasi.
11. Komitmen dalam pekerjaan berkinerja tinggi dan pengarahan dalam
pekerjaan tersebut.
Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan kepada responden
untuk mengetahui perhatian responden pada pekerjaan yang berkinerja
tinggi. Hal itu dijaukan pada pertanyaan nomor 13 yaitu : “Apakah anda
berkomitmen dalam pekerjaan yang membutuhkan kinerja tinggi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
74
anda diarahkan untuk mewujudkan hal tersebut?” Adapun alternatif
jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai komitmen responden pada
pekerjaan yang berkinerja tinggi. dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL XIII PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI KOMITMEN PADA
PEKERJAAN YANG BERKINERJA TINGGI n = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 30 85,7
2 Kadang-kadang 5 14,3
3 Tidak - -
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 13.
Data diatas menunjukkan bahwa responden secara umum memiliki
komitmen yang tinggi sebesar 85,7%. Tingginya komitmen pada pekerjaan
dengan kinerja tinggi diduga disebabkan adanya kegairahan kerja dimana
kegairahan kerja adalah kemauan dan kesenangan yang mendalam
terhadap pekerjaan yang dilakukan. Hal itu dapat dilihat dari pembagian
kerja yang sesuai dengan kemampuan anggota dan bantuan pendampingan
dari tim ahli sehingga menimbulkan perasaan kepercayaan diri dalam
bekerja. Dengan demikian, atasan harus dapat memotivasi anggota dengan
sebaik-baiknya agar komitmen tersebut dapat terus terjaga. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
75
mengetahui perilaku manusia, apa sebabnya orang mau bekerja, dan
kepuasan-kepuasan apa yang dinikmatinya maka seorang pimpinan akan
lebih mudah memotivasi bawahannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Edwin B. Flippo :
“Direction or motivation is essence, it is a skill in aligning employe and organization interest so that behavior result in achievement of employee want simultaneously with attainment or organizational objectives. (Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai)”.104
Dengan pemberian motivasi oleh seorang pimpinan akan dapat
memberikan kesadaran serta kegairahan bagi anggotanya dalam bekerja
sehingga dalam bekerja akan melakukannya secara komitmen, walaupun
jenis pekerjaan tersebut berkinerja tinggi.
Namun dari pengamatan, terdapat kendala dimana antusiasme ini
tidak diimbangi dengan adanya pendanaan, sehingga beberapa anggota
masih merasa kurang antusias dalam pekerjaan ini. Dari hasil kuisioner,
sebesar 14,3% responden menjawab kurang antusias yang diduga
disebabkan adanya beban tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi
keluarga sehingga pekerjaan diluar organisasi lebih dirasa penting bagi
anggota.
Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian Amita Novitayati
dalam iklim komunikasi organisasi, motivasi kerja dengan prestasi kerja.
Dalam penelitian tersebut, 53% responden berada pada kategori tinggi.
104 Malayu Hasibuan, Op. Cit., hal. 142.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
76
Jadi hal ini dapat dikatakan bahwa penelitian Amita Novitayati mengenai
komitmen pada pekerjaan berkinerja tinggi menunjukkan kategori tinggi.
Dari uraian data dan pengamatan diatas, dapat disimpulkan bahwa
anggota berkomitmen tinggi dalam pekerjaan berkinerja tinggi, terbukti
dari data sebesar 85,7% responden menjawab “ya”. Komitmen tersebut
disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Adanya pembagian kerja sesuai dengan kemampuan anggota
b. Adanya pendampingan dari tim ahli
c. Adanya kerjasama yang kuat dari anggota
12. Optimalisasi dalam menyelesaikan tugas berkinerja tinggi,
berkualitas dengan biaya rendah dan perhatian yang tinggi terhadap
anggota yang lain.
Selain pertanyaan pada butir (13), peneliti memberikan pertanyaan
lanjutan untuk mengukur perhatian responden dalam.pekerjaan berkinerja
tinggi. Hal tersebut diajukan pada pertanyaan nomor 14 yaitu : “Apakah
anda selalu berusaha optimal untuk berhasil menyelesaikan tugas –tugas
yang berkinerja tinggi, berkualitas tinggi dengan biaya yang rendah serta
menaruh perhatian tinggi pada anggota organisasi lainnya.” Adapun
alternatif jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
77
Adapun lebih jelasnya mengenai optimalisasi dalam
menyelesaikan tugas berkinerja tinggi, berkualitas dengan biaya rendah
dan perhatian yang tinggi terhadap anggota yang lain, dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
TABEL XIV TINGKAT USAHA ANGGOTA DALAM MELAKSANAKAN
TUGAS BERKINERJA TINGGI BERKUALITAS TINGGI,
DAN BIAYA RENDAH n = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 27 77,1
2 Kadang-kadang 7 20
3 Tidak 1 2,9
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 14.
Data diatas menunjukkan bahwa usaha anggota dalam
melaksanakan pekerjaan berkinerja tinggi sangat tinggi. Hal ini diketahui
dari jawaban responden sebesar 77,1% memberikan jawaban “ya”
dengan nilai tinggi. Dari hasil pengamatan, ada beberapa hal yang
mempengaruhi tingkat usaha anggota. Salah satunya adalah adanya
arahan,bimbingan dan dorongan dari tim ahli yang bersedia menerima
konsultasi dari anggota. Tingkat usaha yang tinggi tersebut juga terbukti
dari antusiasme anggota dalam berbagai kegiatan pelatihan maupun
seminar untuk meningkatkan kemampuannya.
Untuk mengetahui tinggi-rendah penyajian jawaban para responden
dari beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel Iklim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
78
Komunikasi Organisasi, maka peneliti membuat pengklasifikasian
dengan mempertimbangkan range dari distribusi nilai.
Berdasarkan data yang diperoleh (lihat lampiran), maka diketahui
jumlah nilai. Jawaban yang tertinggi pada variabel Iklim Komunikasi
Organisasi adalah 36 dan terendah adalah 30, selanjutnya dua angka
tersebut digunakan untuk pengklasifikasian data. Langkah pertama yang
ditempuh untuk membuat pengklasifikasian adalah membuat range
dengan rumus sebagai berikut :
Range = Nilai tertinggi – nilai terendah
Range = 36 - 30
= 6
Langkah berikutnya adalah menghitung interval kelas :
dalam penelitian ini jumlah kelas ada 3 (tinggi,sedang,rendah,) maka :
36 - 30 6 Interval kelas = ------------- = -------- = 2
3 3
Berdasarkan ketentuan diatas dengan hasil 3 maka kelas interval adalah
dan dapat dibuat klasifikasi sebagai berikut :
Kategori tinggi : > 34
Kategori sedang : 32 – 33
Kategori rendah : 30 - 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
79
Hasil klasifikasi data dari 33 responden kemudian dijabarkan dalam
bentuk tabel berikut:
TABEL XV DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL IKLIM
KOMUNIKASI ORGANISASI n = 35
No. Kategori Jumlah (%)
1 Tinggi 21 60
2 Sedang 8 22,9
3 Rendah 6 17,1
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 3 - 14.
Berdasarkan pengolahan data untuk variabel independen iklim
komunikasi organisasi di atas, dapat diketahui bahwa tingkat iklim
komunikasi organisasi di LSM PIM SSMP menurut para anggota (atasan
dan bawahan) menunjukkan angka yang tinggi. Pendapat ini didukung
oleh 60% jawaban responden termasuk kategori tinggi, 22,9 % termasuk
kategori sedang, sedang sisanya termasuk kategori rendah.
Dari hasil penghitungan dan penilaian di atas maka dapat
disimpulkan secara umum bahwa iklim komunikasi organisasi yang
dirasakan para anggota LSM PIM SSMP baik atasan maupun bawahan
adalah tinggi. Artinya sebagian besar dari mereka merasa nyaman dengan
iklim komunikasi organisasi yang ada di lingkungan kerja mereka,
karena keadaan kondusif dan baik.
Responden merasa nyaman dengan aktifitas kegiatan di organisasi,
dengan adanya kepercayaan yang tinggi dari pimpinan kepada anggota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
80
Selain hal tersebut, hubungan antar anggota yang saling menghargai dan
disertai kejujuran juga membuat kondusif suasana dalam bekerja. Situasi
tersebut mempermudah anggota dalam berkomunikasi mengenai
hambatan/masalah-masalah dalam organisasi dengan pimpinan.
B. Motivasi Kerja
Setelah membahas variabel independen, berikutnya adalah pengkajian
variabel dependen yang menguraikan tentang motivasi kerja di Dewan
Pimpinan Nasional PIM-SSMP. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah motivasi kerja yang memiliki pengertian sebagai dorongan atau daya
penggerak. Motivasi sangat penting dalam suatu organisasi dalam
menumbuhkan kegairahan kerja dan rela mengerahkan kemampuan dalam
bentuk keahlian dan ketrampilan, tenaga dan waktu untuk menjalankan tugas
kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Pertanyaan dibuat berdasarkan teori ERG (existence need, Relatedness
Needs, Growth Needs) yang disampaikan Alferder. Masing-masing
permasalahan dijabarkan atas 6 pertanyaan. Dimana skala pengukuran dalam
penelitian ini menggunakan skala Likert berjenjang tiga dengan nilai 1
sampai 3. Berikut akan disajikan dalam bentuk tabel per item pertanyaan pada
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
81
1. Imbalan Dalam Melaksanakan Pekerjaan (Exixtence
Need/Kebutuhan Akan Keberadaan)
Untuk mengetahui tingkat terpenuhinya kebutuhan anggota, maka
peneliti memberikan pertanyaan pada nomor 15 yaitu : “Apakah anda
diberikan imbalan dalam melaksanakan pekerjaan organisasi sehingga
anda dapat memenuhi kebutuhan hidup anda?” Adapun alternative
jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai imbalan dalam melaksanakan
pekerjaan organisasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL XVI
PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI IMBALAN DALAM MELAKSANAKAN PEKERJAAN ORGANISASI SEHINGGA
DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUPNYA n = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 3 8,6
2 Kadang-kadang 29 82,8
3 Tidak 3 8,6
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 15.
Berdasarkan hasil data diatas dapat diketahui bahwa responden
yang menjawab “ya” mengenai imbalan dalam melaksanakan pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
82
organisasi sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,
sebanyak 82,8%. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar reponden
kurang terpenuhi kebutuhannya melalui imbalan dalam melaksanakan
pekerjaan organisasi di DPN PIM SSMP.
Dari hasil pengamatan, lembaga ini belum memiliki donatur tetap
dari dalam segi pendanaan. Hal ini yang menjadikan gerak lembaga ini
kurang seimbang bila dibandingkan dengan usaha-usaha yang akan
dilakukan yang notabene membutuhkan biaya yang besar. Pendanaan
secara swadaya tidak akan dapat mencukupi kebutuhan dari organisasi,
sehingga perlu solusi lain yang bersifat cepat, sebab kendala dana dapat
menjadi masalah yang sangat signifikan dalam organisasi. Menurut
Sudarwan Danim :
“Persepsi umum yang berbentuk selama ini, bahwa insentif itu berwujud materi, semi materi, atau bukan materi. Insentif tidak selalu berwujud pamrih atau imbalan, semisal barang atau uang, karena insentif yang diterima individu dapat berupa keuntungan atau hukuman. Jadi, ada insentif negative dan ada pula insentif positif, dimana sebutan yang terakhir ini yang paling lazim. Insentif harus diberikan secara tepat, proporsional dan dalam banyak hal mereferensi pada keselarasan antara hak dan kewajiban. Insentif ini dapat pula berupa kesesuaian apresiasi antara kesalahan dengan hukuman”105
Sementara menurut Equity Theory (Adam, dalam Donovan, 2001),
anggota menganggap partisipasi mereka di tempat kerja sebagai proses
barter, dimana mereka memberikan kontribusi seperti keahlian dan kerja
keras mereka, dan sebagai gantinya mereka mengharapkan hasil kerja
baik berupa gaji ataupun pengakuan.
105 Sudarwan Danim, Op.Cit. Hal 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
83
Dari pengamatan selama penelitian, diketahui bahwa imbalan di
DPN PIM SSMP saat ini masih terbatas, sehingga saat ini lembaga lebih
banyak memberikan hasil kerja berupa pengakuan dan penghargaan
kepada anggota. Dana yang diperoleh dari iuran anggota masih sangat
minim untuk memenuhi kebutuhan dari anggota.
Dari data dan pengamatan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
anggota merasa kurang terpenuhi kebutuhan hidupnya melalui imbalan
dari organisasi, hal itu dapat diketahui dari jawaban responden yang
menjawab kadang-kadang sebanyak 82,8%.
2. Fasilitas Kerja (Exixtence Need/Kebutuhan Akan Keberadaan)
Untuk mengukur kebutuhan akan keberadaan, peneliti memberikan
pertanyaan pada nomor 16 yaitu : “Apakah anda didukung dengan
fasilitas yang cukup selama bekerja ? Adapun alternatif jawaban yang
disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai fasilitas kerja, dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
84
TABEL XVII PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI FASILITAS KERJA
n = 35 No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 4 11,4
2 Kadang-kadang 31 88,6
3 Tidak 0 0
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 16.
Hasil data menyebutkan bahwa 88,6% responden menjawab
kurangnya fasilitas dalam bekerja. Dari pengamatan peneliti, hal ini
disebabkan karena pendanaan untuk pengadaan fasilitas masih minim,
sehingga fasilitas pun harus dilakukan secara swadaya disetiap
kepengurusan. Hal ini terlihat dari minimnya fasilitas kerja di
sekretariatan.
Setiap anggota organisasi pasti akan mengharapkan fasilitas dari
organisasi yang memadai, sehingga anggota merasa nyaman dalam
bekerja. Namun demikian, dengan keterbatasan yang ada, maka
keinginan untuk mendapatkan fasilitas kerja yang lebih sederhana
menjadi meningkat. Pemberian fasilitas seharusnya dilakukan oleh
organisasi walaupun seminim apapun agar mendorong anggota dalam
bekerja. Minimnya fasilitas mengakibatkan gairah kerja anggota tidak
maksimal, dalam teori ERG menyatakan bahwa : “jika untuk mencapai
pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi sulit dicapai, maka keinginan
untuk memuaskan kebutuhan yang lebih rendah menjadi meningkat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
85
Hasil penelitian yang berbeda ditemukan dalam penelitian Amita
Novitayati yang menunjukkan 60% berada pada kategori tinggi, 38%
berada pada kategori sedang, dan 2% pada kaegori rendah. Dalam hal ini
menujukkan kategori yang sama yaitu mempunyai kategori tinggi.
Dari data dan pengamatan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
responden merasa kurangnya fasilitas kerja bagi anggota, hal ini
diketahui dari jawaban responden menjawab kadang-kadang sebanyak
88,6 %. Fasilitas yang ada saat ini diperoleh dari hasil swadaya.
Minimnya fasilitas ini dapat dilihat dari kelengkapan secretariat yang
masih sederhana.
3. Hubungan Yang Baik Dengan Rekan Kerja (Relatedness Need/
Kebutuhan Akan Afiliasi)
Untuk mengukur tinggi rendahnya tingkat hubungan antar personel,
maka peneliti memberikan pada pertanyaan nomor 17 yaitu : “Apakah
terjalin suatu hubungan yang baik dengan rekan kerja anda selama ini ?”
Adapun alternatif jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai hubungan yang baik dengan rekan
kerja, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
86
TABEL XVIII PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI HUBUNGAN YANG
BAIK DENGAN REKAN KERJA n = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 27 77,1
2 Kadang-kadang 7 20
3 Tidak 1 2,9
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 17.
Penilaian responden terhadap hubungan dengan rekan kerja sangat
baik.. Hal tersebut terbukti dari 77,1 % responden menjawab “ya”
mengenai hubungan yang baik dengan rekan kerja. Artinya bahwa
responden merasa hubungan yang baik merupakan salah satu alat untuk
menciptakan situasi kerja yang nyaman dan bersahabat. Hubungan
dengan rekan kerja ini terlihat dari kuatnya kerjasama dan komunikasi
antar anggota yang lancar. Salah satu kerjasama yang saat ini berjalan
adalah kerjasama dalam pembentukan Puskop dan Inkop.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarwan Danim bahwa :
“Keharmonisan antar manusia dalam sebuah organisasi akan melahirkan
suasana atau iklim interaktif yang menyenangkan. Dengan suasana
menyenangkan tersebut, gairah seseorang setidaknya secara hipotetik
otomatis akan terangsang”106.
Hasil yang serupa didapatkan dari penelitian Lisa Ayu Kusumastuti
tentang iklim komunikasi organisasi dan semangat kerja karyawan di
106 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
87
PT.Radio PTPN Surakarta. Dalam penelitian tersebut responden yang
menjawab “ya” sebesar 60,9% dan 39,1% berada pada kategori “sedang”,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan dengan rekan kerja berada
dalam kategori tinggi.
Dari hasil data dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa
hubungan dengan rekan kerja di DPN PIM SSMP terjalin dengan baik.
Hal ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab “ya” sebesar 77,1
%. Hubungan yang baik ini terlihat dari kuatnya kerjasama antar anggota
dan lancarnya arus komunikasi dalam bekerja. Suasana yang harmonis
tersebut menciptakan iklim interaktif yang menyenangkan.
4. Hubungan Baik Dengan Eksternal Organisasi (Relatedness Need/
Kebutuhan Akan Afiliasi)
Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan tentang hubungan
terhadap eksternal organisasi. Untuk mengetahui hal ini, diajukan pada
pertanyaan nomor 18 yaitu : “Apakah selama ini terdapat jalinan
hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar anda (diluar organisasi)
sehingga muncul dukungan positif terhadap organisasi ?” Adapun
alternatif jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai hubungan yang baik dengan
lingkungan di luar organisasi, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
88
TABEL XIX PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI HUBUNGAN YANG BAIK
DENGAN LINGKUNGAN DILUAR ORGANISASI N = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 28 80
2 Kadang-kadang 6 17,1
3 Tidak 1 2,9
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 18.
Hasil tabel diatas diketahui bahwa penilaian responden mengenai
hubungan yang baik dengan lingkungan diluar organisasi berada dalam
kategori tinggi. Hasil tersebut diketahui dari jawaban responden yang
menjawab “ya” sebesar 80%. Dari pengamatan peneliti, adanya upaya
dari organisasi dalam menjalin hubungan yang baik terlihat dari beberapa
hal yaitu:
a. Keikutsertaan organisasi dalam menjaga keamanan dan kenyamanan
di lingkungan masyarakat dengan mematuhi peraturan pemerintah
tentang pelaksanaan organisasi kemasyarakatan
b. Berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan (bakti sosial,
kebudayaan, kerohanian)
c. Memberikan penghargaan kepada masyarakat yang berprestasi
kepada lingkungan
d. Melakukan bimbingan kepada masyarakat tentang pentingnya
koperasi untuk mengembangkan usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
89
Dari pengamatan peneliti, hubungan yang terjalin baik dengan
masyarakat ini semakin terasa dengan dukungan pemerintah terhadap
koperasi yang kemudian memberikan penguatan modal, sehingga
masyarakat pun terdorong untuk berkoperasi dan bekerjasama dengan
anggota koperasi lainnya yang memiliki usaha lebih besar.
Dari data dan pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa anggota
menilai LSM PIM SSMP telah menjaga hubungan baik dengan
lingkungan diluar organisasi. Hal ini diketahui dari jawaban responden
yang menjawab “ya” sebesar 80%. Usaha yang telah dilakukan dalam hal
tersebut adalah sebagai berikut : ikut serta menjaga keamanan dan
ketentraman, aktif dalam kegiatan masyarakat, pemberian penghargaan,
melakukan bimbingan berkoperasi kepada warga masyarakat.
5. Peningkatan Kemampuan Personal (Terpenuhinya Kebutuhan Akan
Pertumbuhan/ Growth)
Dalam mengukur tingkat aktualisasi personal anggota dalam
meningkatkan kemampuannya, maka peneliti kembali memberikan
pertanyaan pada nomor 19 yaitu “Apakah anda selama ini berusaha
meningkatkan kemampuan anda dalam bekerja melalui pelatihan, buku,
atau media yang lainnya ?” Adapun alternative jawaban yang disediakan
adalah sebagai berikut:
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
90
Adapun lebih jelasnya mengenai usaha dalam meningkatkan
kemampuan personal anggota, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL XX PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI USAHA DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERSONAL ANGGOTA
n = 35 No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 22 62,8
2 Kadang-kadang 12 34,3
3 Rendah 1 2,9
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 19.
Dari hasil data diatas diketahui bahwa, usaha anggota dalam
meningkatkan kemampuan/ keahliannya berada pada kategori “tinggi”.
Hal terbukti dari pendapat responden yang menjawab “ya” mengenai
usaha anggota dalam meningkatkan kemampuan/ keahliannya sebesar
62,8%. Berdasarkan pengamatan peneliti, anggota berusaha
meningkatkan kemampuannya melalui berbagai cara. Antara lain adalah
mengikuti pelatihan/seminar yang diadakan oleh pemerintah maupun
oleh organisasi.
Aktualisasi diri merupakan upaya peningkatan kecakapan,
kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi
kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai oleh
orang lain.
Adanya anggota yang menjawab “kadang-kadang” sebesar 34,3%
mengindikasikan bahwa masih banyak anggota di organisasi yang kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
91
meningkatkan kemampuannya dalam bekerja. Hal ini diakibatkan karena
faktor usia dari beberapa anggota yang telah tua sehingga usaha yang
dilakukan dalam meningkatkan kemampuan rendah. Selain hal itu,
banyak anggota yang memiliki pekerjaan diluar organisasi sehingga
waktu untuk mengikuti seminar/pelatihan sangat sedikit.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Indah Sulistiawati E. tentang Iklim Komunikasi Organisasi dan
Semangat Kerja di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.DR.
Soeharso-RC Surakarta yang menunjukkan bahwa usaha anggota dalam
meningkatkan kemampuan/ keahliannya berada pada kategori “tinggi”,
yaitu sebesar 62,5%.107 .
Dari hasil data dan pengamatan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa upaya anggota di DPN PIM SSMP dalam meningkatkan
kemampuannya berada dalam kategori “tinggi”. Hal ini terlihat dari hasil
jawaban responden yang menjawab “ya” sebesar 62,8%. Hasil ini
diperkuat dengan hasil pengamatan peneliti yang menemukan upaya
anggota dalam mengikuti seminar dan pelatihan tentang keahlian yang
diadakan pemerintah maupun lembaga lain. Sebesar 34,3% anggota yang
lain memiliki upaya yang lebih rendah yang disebabkan oleh faktor usia
dan pekerjaan diluar organisasi.
107 Indah Sulistiawati E., Iklim Komunikasi Organisasi dan Semangat Kerja di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof.DR. Soeharso-RC Surakarta, Fisip UNS, Surakarta, 2004, hal., 73.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
92
6. Responden Merasa Memiliki Kemampuan Yang Diharapkan
Organisasi (Terpenuhinya Kebutuhan Akan Pertumbuhan/ Growth)
Untuk mengukur apakah responden merasa termotivasi karena
memiliki kemampuan yang diharapkan oleh organisasi, maka peneliti
memberikan pertanyaan pada nomor 20 yaitu : “Anda merasa termotivasi
dalam bekerja sebab anda merasa memiliki kemampuan yang diharapkan
organisasi dan mampu berprestasi ?” Adapun alternatif jawaban yang
disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai termotivasi karena memiliki
kemampuan yang diharapkan, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL XXI PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI TERMOTIVASI
KARENA MEMILIKI KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN n = 35
No. Jawaban Responden Jumlah (%)
1 Ya 28 80
2 Kadang-kadang 6 17,1
3 Tidak 1 2,9
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 20.
Hasil data memperlihatkan bahwa, sebesar 80% berada pada
kategori “tinggi”. Maka dapat dikatakan secara umum responden di DPN
PIM SSMP merasa termotivasi karena memiliki kemampuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
93
diharapkan oleh organisasi. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan diri
anggota dalam melaksanakan pekerjaannya.
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang diharapkan oleh
organisasi, maka dia akan cenderung untuk memiliki “daya tanggap”
tinggi terhadap pekerjaannya. Menurut pendapat Sudarwan Danim,
menyatakan bahwa : “manusia organisasional berbeda potensi, minat,
intelegensi, kekuatan fisik dan lain sebagainya. Daya tanggapnya pun
berbeda-beda. Orang-orang yang memiliki “daya tanggap tinggi” dengan
sinyal sedikit saja moral kerjanya akan meningkat secara instan”108
Untuk mengetahui tinggi-rendah penyajian jawaban para responden
dari beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel motivasi kerja,
maka peneliti membuat pengklasifikasian dengan mempertimbangkan
range dari distribusi nilai. Berdasarkan data yang diperoleh (lihat
lampiran), maka diketahui jumlah nilai.
Jawaban yang tertinggi pada variabel motivasi kerja adalah 17 dan
terendah adalah 12, selanjutnya dua angka tersebut digunakan untuk
pengklasifikasian data. Langkah pertama yang ditempuh untuk membuat
pengklasifikasian adalah membuat range dengan rumus sebagai berikut :
Range = Nilai tertinggi – Nilai terendah
Range = 17 - 13
= 4
Langkah berikutnya adalah menghitung interval kelas :
108 Sudarwan Danim Loc.Cit, Hal, 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
94
Dalam penelitian ini jumlah kelas ada tiga (tinggi, sedang, rendah) maka
:
17 - 13 Interval kelas = -------------
3
= 1,6 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan ketentuan diatas dengan hasil 2 maka kelas interval dapat
dibuat klasifikasi sebagai berikut :
Kategori tinggi : 17 - 18
Kategori sedang : 15 - 16
Kategori rendah : 13 - 14
Hasil klasifikasi data dari 35 responden kemudian dijabarkan dalam
bentuk tabel berikut :
TABEL XXII DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL MOTIVASI KERJA
n = 35 No. Kategori Jumlah (%)
1 Tinggi 11 31,4
2 Sedang 20 57,2
3 Rendah 4 11,4
Jumlah 35 100,0
Sumber : Daftar pertanyaan nomor 15-20
Berdasarkan hasil pengolahan data untuk variabel dependen
motivasi kerja (Y) di atas dapat diketahui bahwa tingkat motivasi kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
95
anggota yang ada di LSM PIM SSMP menurut para anggota (atasan dan
bawahan) berada dalam kategori “sedang”. Pendapat ini didukung oleh
31,4 % responden termasuk kategori “tinggi”, 57,2 % termasuk kategori
“sedang”.
Diduga, hal-hal yang menyebabkan kurangnya motivasi di DPN
PIMSSMP adalah kebutuhan anggota yang tidak tercukupi dari imbalan
yang diterima, kurangnya fasilitas kerja dan pendanaan operasional. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Indah Sulistyawati Efendhie bahwa
semangat kerja pegawai di BBRSBD Prof DR. Soeharso RC Surakarta
menurut para pegawainya menunjukkan angka yang sedang. Pendapat ini
didukung oleh (41,7 %) termasuk kategori “sedang”.109
109 Indah Sulistyawati E., Iklim Komunikasi Organisasi dan Semangat Kerja (Studi korelasi antara Iklm Komunikasi Organisasi dengan Semangat Kerja Pegawai di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. DR. Soeharso-RC Surakarta), Fisip UNS, Surakarta, 2004, hal., 103.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
ANALISA DATA
Dalam bab ini peneliti akan melakukan pengujian hubungan antar variabel
untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara variabel independen (X) dengan
variabel dependen (Y). Adapun variabel tersebut adalah :
1. Variabel Independen (X) : Iklim Komunikasi Organisasi
2. Variabel Independen (Y) : Motivasi Kerja Karyawan
Pada bab ini akan diuraikan pembuktian sejauh mana hubungan antara
variabel di atas. Untuk membuktikan hubungan antar variabel tersebut peneliti
menggunakan bantuan program SPSS 16.00 (Statistical Program and Sosial
Science) yaitu korelasi bivariat Tata Jenjang Spearman.
Adapun untuk menghitung hubungan dua variabel tersebut menggunakan
rumus Correlation Tata Jenjang Spearman. Rumus ini berguna untuk mencari
nilai dua hubungan. Maka rumus korelasi spearmannya adalah sebagai berikut :
∑ X2 + ∑ Y2 – ∑d2 Rs = -----------------------------
2√ ( ∑ X2) . ( ∑ Y2 )
Dimana :
n3 - n X2 = ------------ - ∑ Tx 12
n3 - n
Y2 = ------------ - ∑ Ty
12
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
tx3 - tx
Tx = ------------ 12
ty3 - ty
Ty = ------------ 12
Dimana :
d2 : kuadrat jumlah selisih ranking
n : banyaknya responden
rs : koefisien korelasi Spearman
Tx : jenjang kembar variabel x
Ty : jenjang kembar variabel y
2,3,12 : bilangan konstan.1
1 Y. Slamet, Analaisa Kuantitatif Untuk Data Sosial, Solo: Dabara Publisher, 1993, hal. 93-94.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Analisa Data
A. Hubungan Antara Variabel Iklim Komunikasi Organisasi dengan
Motivasi Kerja Karyawan
Untuk menghitung hubungan dua variabel tersebut menggunakan
rumus Correlation Tata Jenjang Spearman melalui program SPSS 16.00.
Rumus ini berguna untuk mencari nilai dua hubungan. Rumus Spearman
yaitu :
∑ X2 + ∑ Y2 – ∑d2 rs = ----------------------------- 2√ ( ∑ X2) . ( ∑ Y2 ) … 2
Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara variabel
independent dan variabel dependent digunakan proses yang sama seperti
langkah-langkah sebelumnya. Data yang sudah berbentuk worksheet
dikategorikan menurut variabelnya. Dalam penelitian ini kategorisasi
jawaban dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya data
yang sudah dikategorisasikan tersebut diuji dengan SPSS untuk mengetahui
nilai rs. Jika nilai rs yang diperoleh berada diantara 0,00 sampai dengan +1,
maka berarti hubungan variabel tersebut adalah positif. Selanjutnya setelah
nilai rs tersebut diketahui maka segera dilakukan uji signifikansi rs dengan
cara menghitung nilai t terlebih dahulu, apabila t hitung lebih besar dari t
tabel maka berarti ada hubungan yang positif dan signifikan.
2 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS terhadap
variabel independent dan variabel dependent, diperoleh nilai koefisien
korelasi antar variabel sebesar rs = 0,468.
Dengan harga rs = 0,468 berarti terletak antara 0,00 sampai dengan
+1. Maka dapat dikatakan bahwa hubungan tersebut positif, artinya
semakin tinggi iklim komunikasi organisasi semakin tinggi motivasi yang
didapatkan oleh anggota, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara Iklim Komunikasi Organisasi terhadap
motivasi kerja anggota DPN PIM SSMP.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap hasil koefisien korelasi
(rs) sebesar 0,468 tersebut, maka peneliti berpedoman pada tabel berikut :
TABEL XXIII PEDOMAN INTEPRETASI TERHADAP KOEFISIEN KORELASI
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Sumber : ….3
Berdasarkan tabel pedoman diatas, hasil rs = 0,468 berada pada
tingkat hubungan yang sedang, artinya adalah Iklim Komunikasi Organisasi di
Dewan Pimpinan Nasional PIM SSMP cukup berpengaruh terhadap motivasi
kerja anggota.
3 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2009, hal., 231.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai sebesar 0,468. Untuk
menguji apakah observasi rs memberikan petunjuk adanya asosiasi antara
variabel x dan variabel y didalam populasinya (signifikan), maka dapat
ditetapkan dengan menghitung t yang berkaitan dengan harga itu, yang
kemudian hasil dari t tersebut dikonsultasikan dengan tabel t hitung. Adapun
metode perhitungan t adalah :
n - 2 tx1y = rs √ ------------ 1 – rs
2
35 - 2 tx1y = 0,468. √ ----------------- 1 – (0,468)2
33 = 0,468. √ -------------- 0,781
= 0,468 . √ 42.25
= 0,468 . 6,5
= 3,042
Dalam tabel distribusi t, menunjukkan bahwa untuk db = N – 2 = 35-2 = 33
berada diantara angka 30 dan 40. Berdasarkan tabel t, diketahui bahwa db=30
dengan taraf kesalahan 0,05 berada pada angka 2,042, dan db=40 dengan taraf
kesalahan 0,05 berada pada angka 2,021.
Setelah dibandingkan dengan tabel, hasil t hitung sebesar 3,042 lebih besar
daripada harga t tabel, maka bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara iklim komunikasi organisasi dan motivasi kerja di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
DPN PIMSSMP, maksudnya bahwa perubahan pada variabel iklim komunikasi
organisasi di lembaga PIMSSMP dapat dijelaskan melalui perubahan yang terjadi
dalam variabel motivasi kerja anggota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis secara kuantitatif tentang iklim komunikasi
organisasi terhadap motivasi kerja anggota di DPN PIM SSMP, serta
pembahasan di bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil pengolahan data untuk tingkat iklim komunikasi
organisasi di DPN PIM SSMP menurut anggotanya menunjukkan mayoritas
angka yang tinggi. Pendapat ini didukung oleh 21 orang atau 60 %
responden menjawab tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat iklim
komunikasi organisasi di DPN PIM SSMP dikategorikan tinggi.
2. Berdasarkan hasil pengolahan data untuk variabel dependen motivasi kerja
(Y) di atas dapat diketahui bahwa tingkat motivasi kerja anggota yang ada di
LSM PIM SSMP menurut para anggota (atasan dan bawahan) menunjukkan
angka yang sedang. Pendapat ini didukung oleh 57,2 % responden yang
termasuk kategori sedang.
3. Uji statistik hubungan antara variabel iklim komunikasi organisasi (X)
dengan variabel motivasi kerja (Y) di kalangan anggota DPN PIM SSMP,
dengan menggunakan SPSS 16.0 diperoleh hasil koefisien kolerasi sebesar
0,468
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
5. Hipotesis yang menyatakan “ada hubungan yang signifikan antara iklim
komunikasi organisasi dengan motivasi kerja di Dewan Pimpinan Nasional
LSM PIM SSMP” dapat diterima. Hal ini dapat diketahui setelah nilai rs
sebesar 0,468 dicari nilai t hitungnya untuk dikonsultasikan dengan tabel
distribusi t. Dari perhitungan melalui rumus t hitung, diperoleh nilai t hitung
sebesar 3,042. Taraf kepercayaan ditentukan sebesar 95%atau 0,05,
sehingga db= N-2 atau db = 35-2 = 33. Setelah nilai t hitung dikonsultasikan
dengan table nilai distribusi t, untuk df33 berada diantara df30 (2,042) dan
df40 (2,021). Terlihat bahwa nilai t hasil hitung ternyata lebih besar dari t
tabel, dan lebih jelasnya hasil penghitungan tersebut adalah :
t hitung > t tabel (3,042 > 2,042 > 2,021), sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi
dengan motivasi kerja di Dewan Pimpinan Nasional Panji Indonesia Mulia
Sang Saka Merah Putih
B. Saran
Pada akhir penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran yang peneliti
harapkan akan berguna.
1. Untuk DPN PIM SSMP
a. Untuk mewujudkan visi dan misi organisasi diperlukan kesadaran dan
tiap pribadi anggota untuk mau bekerjasama dalam menjalankan dan
melaksanakan tugas keorganisasian. Hal ini perlu diperhatikan agar
organisasi dapat tetap eksis dalam melakukan fungsinya. DPN PIM
SSMP masih perlu untuk meningkatkan lagi semua kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
menyangkut iklim komunikasi organisasi yang dapat meningkatkan
motivasi kerja anggota dan pada akhirnya membawa dampak positif
bagi kemajuan DPN PIM SSMP.
b. Bagi anggota yang memiliki masa kerja lebih lama di DPN PIM SSMP,
perlu diberikan penghargaan yang sesuai dengan prestasi yang
diberikan kepada organisasi. Bentuk-bentuk penghargaan tidak harus
berupa materiil, namun juga berupa pujian yang proporsional dengan
prestasi tersebut. Bentuk penghargaan lain dapat diberikan berupa
pengikutsertaan pada pendidikan dan pelatihan yang nantinya akan
menjadi nilai tambah bagi anggota yang bersangkutan serta bagi
institusi tersebut.
c. Antar anggota harus menjaga sikap dalam berkomunikasi. Hendaknya
pembicaraan mengedepankan saling pengertian, saling menjaga dan
menghormati, sehingga komunikasi selalu berjalan lancar, tepat
sasaran dan tidak saling melukai perasaan satu sama lain.
d. Agar komunikasi yang dilakukan menghasilkan hubungan organisasi
yang efektif dan kerja sama bisa ditingkatkan, diperlukan sikap
terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, sehingga mendorong
timbulnya sikap saling memahami, menghargai dan saling
mengembangkan kualitas komunikasi.
e. Hubungan kerja antara atasan dan bawahan perlu dibina untuk lebih
memudahkan pemberian informasi atau laporan yang lancar dan tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
waktu dari bawahan, diantaranya dengan sistem pelaporan kerja yang
terjadwal.
f. Hubungan komunikasi yang baik perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan
dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak,
tidak terkecuali dalam lembaga eksternal.
g. Lembaga harus mencari solusi alternatif untuk memenuhi pendanaan
organisasi.
h. Dalam melaksanakan upaya memotivasi anggota, hendaknya
menggunakan upaya yang persuasif dan dengan kata-kata yang dapat
meningkatkan gairah kerja.
3. Untuk Penelitian Lanjutan
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih ada kekurangan dalam
berbagai hal, yaitu, kalimat pertanyaan dalam kuisioner yang dalam satu
point mengandung 2 pertanyaan/lebih, metodologi dan pendalaman analisa
data. Namun untuk penelitian selanjutnya, peneliti berharap penelitian ini
dapat dijadikan bahan penyempurnaan dalam penelitian yang akan datang.
Penulis merekomendasikan untuk penelitian pada lembaga yang belum
pernah diadakan penelitian sebelumnya, sebaiknya menggunakan
penelitian kualitatif. Peneliti yang memiliki hubungan kedekatan dengan
lokasi penelitian, maka sebaiknya juga menggunakan penelitian kualitatif
agar mendapatkan data yang lebih objektif.