60
BAB I PENDAHULUAN Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ternak dan tanaman. Oleh karena itu, kita harus mengontrol dan mengendalikan lingkungan itu sendiri untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitas ternak atau tanaman. Iklim yang dapat dikendalikan hanya iklim mikro sedang iklim makro tidak bisa dikendalikan. Lingkungan ternak sangat penting dipelajari karena sangat perbengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak sesuai dengan rumus P=G+E+GE. Produksi dipengaruhi oleh genetik, environment, dan interaksi antara keduanya. Environment atau lingkungan dibagi menjadi 2 yaitu makro dan mikro, tetapi disini hanya dipelajari lingkungan mikro. Lingkungan mikro adalah kondisi disekeliling ternak yang berpengaruh secar langsung atau tidak langsung terhadap tubuh ternak. Faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas ternak adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya, suhu tanah, dan kecepatan udara. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan produktivitas ternak atau tanaman yang dipelihara. Oleh karena itu, kita harus bisa mengendalikan iklim mikro tersebut dengan cara mengetahui alat ukur meteorologi dan alat ukur iklim mikro, sehingga dapat mengetahui keadaan 1

Iling Revisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

iling

Citation preview

Page 1: Iling Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan ternak dan tanaman. Oleh karena itu, kita harus

mengontrol dan mengendalikan lingkungan itu sendiri untuk dapat

mempertahankan dan meningkatkan produktivitas ternak atau tanaman.

Iklim yang dapat dikendalikan hanya iklim mikro sedang iklim makro tidak

bisa dikendalikan.

Lingkungan ternak sangat penting dipelajari karena sangat

perbengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak sesuai dengan

rumus P=G+E+GE. Produksi dipengaruhi oleh genetik, environment, dan

interaksi antara keduanya. Environment atau lingkungan dibagi menjadi 2

yaitu makro dan mikro, tetapi disini hanya dipelajari lingkungan mikro.

Lingkungan mikro adalah kondisi disekeliling ternak yang berpengaruh

secar langsung atau tidak langsung terhadap tubuh ternak.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas ternak adalah

suhu, kelembaban, intensitas cahaya, suhu tanah, dan kecepatan udara.

Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan produktivitas

ternak atau tanaman yang dipelihara. Oleh karena itu, kita harus bisa

mengendalikan iklim mikro tersebut dengan cara mengetahui alat ukur

meteorologi dan alat ukur iklim mikro, sehingga dapat mengetahui

keadaan lingkungan mikro agar kita dapat mengaturnya sesuai dengan

kondisi yang nyaman untuk ternak.

Praktikum Ilmu Lingkungan Ternak bertujuan untuk mengetahui alat-

alat untuk mengukur iklim mikro, serta mempelajari iklim mikro yang

merupakan hal terpenting dalam penentuan kerja status fisiologi dari

ternak terutama pada produktivitasnya sehingga dapat digunakan sebagai

dasar dalam pengelolaan ternak.

1

Page 2: Iling Revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Faktor Lingkungan Terhadap Produktivitas Ternak

Produktivitas ternak dicerminkan oleh penampilannya

(performance), sedangkan penampilan ternak merupakan manifestasi

pengaruh genetik dan lingkungan ternak secara bersama. Penampilan

ternak dalam setiap waktu adalah perpaduan dari sifat genetik dan

lingkungan yang diterimanya. Ternak dengan sifat genetik baik tidak akan

mengekspresikan potensi genetiknya tanpa didukung oleh lingkungan

yang menunjang. Bahkan telah diketahui bahwa dalam membentuk

penampilan, lingkungan berpengaruh lebih besar dari pada sifat genetik

ternak (Amrin, 2011).

Pengaruh lingkungan yang tidak baik pada ternak akan

mengakibatkan perubahan status fisiologis, yang disebut stres atau

cekaman. Stres banyak sekali penyebabnya, salah satunya adalah

lingkungan, yang timbul dari beberapa faktor yaitu teknik peternakan, iklim

atau cuaca, kandang makanan, antimetabolit, tingkah laku ternak, serta

berbagai interaksi seperti: antara makanan dengan lingkungan, antara

cuaca dengan lingkungan, dan antara genetik dengan lingkungan

(Sihombing et al., 2000).

Iklim tropis yang panas serta lembab, merupakan masalah

lingkungan yang dapat bersifat nutrisional, manajerial, dan klimatologis.

Interaksi antara ketiga faktor tersebut akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan reproduksi ternak. Faktor klimatologis merupakan unsur

yang paling menonjol diantara ketiga faktor tersebut karena keadaan iklim

tropis yang panas dan kelembaban relatif tinggi akhirnya berpengaruh

terhadap tata laksana pemeliharaan dan manajemen pemberian pakan

(Murtidjo, 1990).

Sistem perkandangan, adalah salah satu upaya manusia untuk

melindungi ternaknya dari pengaruh iklim yang negatif serta menciptakan

kondisi iklim mikro yang optimal bagi ternaknya.Mekanisme fisiologis

2

Page 3: Iling Revisi

mengharuskan alokasi energi untuk kinerja produksi maupun reproduksi

dipakai untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuh. Dengan

demikian, akan berdampak buruk yaitu penurunan produktivitas ternak.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan

mengendalikan panas yang diterima dan peningkatan panas yang

terbuang oleh ternak, yaitu pemberian naungan atau atap dan pemilihan

bahan atap yang lebih efektif dalam menciptakan kondisi iklim mikro

kandang yang kondusif bagi ternak untuk berproduksi (Anonim, 2012)

Iklim Mikro

Dalam pengertian meteorologi atau ilmu mengenai cuaca, iklim mikro

didefinisikan sebagai kondisi atmosfir diatas suatu lokasi tertentu di

permukaan bumi, seringkali berhubungan dengan mahluk hidup seperti

tanaman dan serangga. Iklim mikro umumnya berlangsung dalam waktu

singkat (Anonim, 2008).

Ada empat unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi produktivitas

ternak secara langsung, yaitu suhu, kelembaban udara, radiasi dan

kecepatan angin, sedangkan dua unsur lainnya yaitu evaporasi dan curah

hujan mempengaruhi produktivitas ternak secara tidak langsung. Interaksi

keempat unsur iklim mikro tersebut dapat menghasilkan suatu indeks

dengan pengaruh yang berbeda terhadap ternak (Yani dan Purwanto,

2006).

Suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap aktifitas organ-organ,

kegiatan merumput, pertumbuhan, dan reproduksi pada ternak. Suhu

lingkungan yang tinggi ternyata menurunkan nafsu makan serta

mengurangi konsumsi rumput dan sebaliknya kebutuhan akan air minum

bertambah. Bila hal ini berlangsung terus, akan menghambat

pertumbuhan dan menurunkan reproduksi ternak (Murtidjo, 1990)

Setiap daerah mempunyai iklim yang tidak seragam, masing-

masing dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat variable dan bersifat

tetap yaitu luas daerah, distribusi lahan dan air, tinggi tempat, tanah dan

3

Page 4: Iling Revisi

topografi. Sedang yang bersifat variable yaitu aliran angin, curah hujan

dan vegetasi. Di samping itu interaksi faktor-faktor tersebut di atas

menyebabkan adanya mikro iklim yang spesifik pada daerah tertentu

(Williamson dan Payne, 1993).

Temperatur udara

Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan

molekul-molekul.  Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan

kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke

benda-benda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut.

Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda

yang bersuhu lebih tinggi (Anonim, 2012).

Untuk menjaga dan mempertahankan suhu tubuh terhadap suhu

lingkungan yang sangat bervariasi, hewan ternak harus mempunyai

balance thermal atau keseimbangan panas antara panas yang diproduksi

oleh tubuh atau panas yang didapat dari lingkungannya dengan panas

yang hilang kelingkungannya (Williamson dan Payne, 1993).

Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang di ukur

berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Faktor-

faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi adalah: jumlah

radiasi yang di terima per tahun per hari per musim, pengaruh daratan

atau lautan, pengaruh ketinggian tempat, pengaruh angin secara tidak

langsung, pengaruh panas laten yaitu panas yang di simpan dalam

atmosfer, penutup tanah yaitu tanah yang di tutup vegetasi, tipe tanah

yaitu tanah-tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi, pengaruh sudut

datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan membuat suhu yang

lebih panas dari pada yang datangnya miring. Pengaruh suhu terhadap

makhluk hidup adalah sangat besar sehingga pertumbuhannya benar-

benar seakan tergantung padanya, terutama dalam kegiatan-kegiatannya

(Kartasapoetra, 1993).

4

Page 5: Iling Revisi

Kelembaban

Kelembaban didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap

air di dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu

dan tekanan yang sama, atau perbandingan antara tekanan persial uap

air yang ada di dalam udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada

temperatur yang sama. Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai

kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air, jadi semakin

besar RH semakin kecil kemampuan udara tersebut untuk menyerap uap

air (Anonim, 2012).

Menurut Kartasapoetra (1993), yang di maksud dengan

kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara.

Kelembaban udara sangat berhubungnan erat dengan suhu udara dalam

mempengaruhi suhu tubuh seekor ternak. Suhu tubuh akan mengalami

perubahan apabila kelembaban udara yang di sebabkan oleh karena

adanya perubahan suhu udara.

Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat

menstimulasi curah hujan. Basarnya kelembaban di suatu tempat pada

suatu musim erat hubungannya dengan perkembangan-perkembangan

dari organisme terutama jamur dari penyakit tumbuhan (Kartasapoetra,

1993).

Selain itu kelembaban dipengaruhi oleh adanya pohon-pohon

pelindung, terutama apabila pohon-pohonnya rapat. Adanya ramalan

cuaca mengakibatkan kita dapat dengan segera melakukan

penyemprotan dengan fungisida. Di daerah tropis yang kelembbannya

besar mengakibatkan masalah bagi tanaman terutama untuk hasil-hasil

sayuran, hasil ini akan cepat membusuk yang di sebabkan oleh RH tadi

(Kartasapoetra, 1993).

Tekanan udara

Menurut Anonim (2012), daerah yang banyak menerima panas

matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu, daerah

5

Page 6: Iling Revisi

tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat lain terdapat tekanan udara

tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke

daerah bertekanan udara rendah.

Kecepatan Angin

Angin merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu masa udara

dari suatu tempat ke tempat lain secara horizontal. Masa udara yaitu

udara dalam ukuran yang sangat besar yang sangat mempunyai sifat fisik

(tenperatur dan kelembaban) yang seragam dalam arah yang horizontal.

Sifat masa udara di tentukan oleh : daerah atau tempat di mana masa

udara terjadi, jalan yang di lalui oleh masa udara, umur dari masa udara

(Kartasapoetra, 1993).

Gerakan dari angin biasanya berasal dari daerah yang bertekanan

tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin juga mempunyai arah

dan kecepatan. Arah angin biasanya dinyatakan dengan dari mana arah

angin itu datang. Kecepatan angin sering menimbulkan berbagai

kerusakan (Kartasapoetra, 1993).

Arah angin

Besarnya angin ditunjukkan dengan satuan derajat, 1o untuk angin

arah dari utara, 90o untuk angin arah dari timur, 180o untuk angin arah dari

selatan, 270o untuk angin arah dari barat (Anonim, 2012).

Status Faali

Ternak yang sehat memiliki parameter sebagai pedoman untuk

mengetahui organ-organ tubuh bekerja secara normal. Pengukuran

terhadap parameter fisiologi yang biasa dilakukan di lapangan tanpa alat-

alat laboratorium menurut Kasip (1995), adalah pengukuran respirasi,

detak jantung dan temperatur rektal.

Kasip (1995), menyatakan bahwa parameter fisiologis tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas kerja, lama kerja

6

Page 7: Iling Revisi

dan kondisi lingkungan termasuk temperatur lingkungan, kelembaban

udara, radiasi sinar matahari, dan kondisi kandang. beberapa unsur iklim

yang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis ternak yaitu suhu, dan

kelembaban udara. Penyimpangan dari pedoman tersebut merupakan

petunjuk bahwa satu atau beberapa organ dari ternak tersebut bekerja

tidak normal.

Respirasi

Sistem respirasi adalah struktur-struktur yang terlibat dalam

pertukaran gas antara darah dengan lingkungan atau system eksternal.

Oleh karena itu, system respirasi biasa disebut dengan system pulmoner.

Respirasi menyangkut dua proses, yaitu pernafasan luar (eksternal

respiration) dan pernafasan dalam (internal respiration). Eksternal

respiration yaitu pertukaran udara yang terjadi di dalam paru-paru, antara

udara yang terkandung dalam kapiler-kapiler darah pulmonalis.

Sedangakan internal respiration adalah pertukaran udara yang terjadi

pada jaringan-jaringan (Frandson, 1992).

Frandson (1992), menyatakan bahwa respirasi mempunyai dua

fungsi utama yaitu untuk menyediakan oksigen bagi darah dan mengambil

karbondioksida dari dalam darah. Sedang fungsi-fungsi yang bersifat

sekunder, meliputi membantu dalam regulasi keasaman cairan

ekstraseluler dalam tubuh, membantu pengendalian suhu, eliminasi air

dan fonasi (pembentukan suara).

Perubahan temperatur tubuh dan frekuensi pernapasan dapat

dijadikan tolok ukur tinggi rendahnya toleransi panas seekor ternak.

Individu ternak yang mengalami kenaikan temperatur menjadi sangat

peka, frekuensi pernapasannya menjadi tinggi jika berada ditempat yang

panas (Murtidjo, 1990).

Ditambahkan pula oleh Frandson (1992), bahwa respirasi

dipengaruhi oleh temperatur, lingkungan, ukuran tubuh dan keadaan

bunting. Apabila temperatur udara tinggi, maka ternak akan berkurang

7

Page 8: Iling Revisi

respirasinya. Sedangkan lingkungan berpengaruh jika ternak berada di

daerah perbukitan, maka pertukaran oksigen akan rendah yang

berpengaruh pada pengukuran/pengurangan respirasi ternak.

Pulsus

Pulsus atau gelembung pulsus merupakanm suatu gelembung

akibat naiknya tekanan sistol dari jantung yang kemudian menjalar

sepanjang arteri dan kapiler. Pulsus dapat diketahui dengan meraba pada

organ yang keras, misalnya tulang. Pulsus terjadi karena adanya kegiatan

jantung dalam memompa darah ke seluruh jaringan. Jantung menerima

darah ke dalam bilik-bilik dan kemudian memompanya dari ventrikel

menuju ke jaringan dan selanjutnya kembali lagi (Frandson, 1992).

Kasip (1995), menyatakan bahwa keadaan denyut nadi

berperanan pula pada pengaturan temperatur tubuh agar tetap dalam

kisaran normal. Apabila temperatur lingkungan meningkat, maka jumlah

denyut nadi juga akan meningkat pula untuk memompa darah ke

permukaan tubuh dimana akan terjadi pembebasan panas untuk menjaga

supaya temperatur tubuh tetap normal.

Temperatur rektal

Temperatur inti yang ada di dalam tubuh bagian dalam dari suatu

tubuh ternak disebut sebagai temperatur tubuh. Ada beberapa faktor atau

kondisi yang dapat menjaga variasi temperatur normal pada tubuh anatara

lain: umur (age), jenis kalamin (sex), iklim atau cuaca, waktu dalam hari,

suhu lingkungan (environmemt terperatur), aktivitas atau kegiatan

(exercise), makan (eat), pencernaan dan minum air (drink water)

(Swenson, 1993).

Proses pembentukan panas di dalam tubuh ternak berlangsung

terus-menerus dan untuk menjaga temperatur tubuh agar tetap dalam

kisaran normal maka pembuangan panas ke lingkungan juga berlangsung

terus-menerus. Proses pembuangan panas ke lingkungan tergantung dari

8

Page 9: Iling Revisi

temperatur lingkungan. Bila temperatur lingkungan rendah, maka tubuh

akan memproduksi panas dan panas yang dilepaskan ke lingkungan

terbatas (Kasip, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi temperatur rektal antara lain

adalah bangsa ternak, aktivitas dan kondisi kesehatan ternak serta kondisi

iklim lingkungan (Frandson, 1996). Menurut Swenson (1993), kisaran

normal temperatur rektal dari kelinci adalah 38,6 sampai 40,1oC,

sedangkan ayam adalah 40,6 sampai 43,0oC.

9

Page 10: Iling Revisi

BAB III

MATERI DAN METODE

Materi

Acara I

Iklim Mikro. Materi yang digunakan dalam praktikum adalah

wheater station, termometer ruangan dan hygrometer.

Status Faali. Materi yang digunakan dalam praktikum adalah

stetoskop, counter dan termometer batang. Serta probandus yang

digunakan adalah ayam jantan hitam, ayam jantan putih, ayam betina

hitam, ayam betina putih, kelinci jantan hitam, kelinci jantan putih, kelinci

betina hitam dan kelinci betina putih.

Acara II

Iklim Mikro. Materi yang digunakan dalam praktikum adalah

wheater station, termometer ruangan dan hygrometer.

Status Faali. Materi yang digunakan dalam praktikum adalah

stetoskop, counter dan termometer batang. Serta probandus yang

digunakan adalah ayam jantan hitam, ayam jantan putih, ayam betina

hitam, ayam betina putih, kelinci jantan hitam, kelinci jantan putih, kelinci

betina hitam dan kelinci betina putih.

Metode

Acara I

Iklim Mikro. Pengamatan iklim mikro dilakukan dengan cara

mengamati secara langsung termometer hygrometer untuk di dalam

ruangan dan weather station untuk di luar ruangan selama 10 menit

sekali. Data yang yang di ambil meliputi suhu ruangan dan kelembaban

udara untuk di dalam ruangan serta suhu udara, kelembaban udara,

tekanan udara, kecepatan angin, dan arah angin untuk di luar ruangan.

10

Page 11: Iling Revisi

Status Faali. Semua probandus diukur status faalinya di dalam

ruangan yang meliputi temperatur rektal, respirasi dan pulsus, masing-

masing tiga kali pengulangan. Kemudian semua probandus dijemur di

bawah sinar matahari dan diukur status faalinya lagi. Temperatur rektal

diukur dengan cara memasukkan teermometer batang ke dalam kloaka

ayam atau termometer rektal ke dalam rektum kelinci, respirasi diukur

dengan cara melihat kembang kempisnya perut, dan pulsus diukur

dengan cara menempelkan stetoskop di dada ternak.

Acara II

Iklim Mikro. Pengamatan iklim mikro dilakukan dengan cara

mengamati secara langsung termometer hygrometer untuk di dalam

ruangan dan weather station untuk di luar ruangan selama 10 menit

sekali. Data yang yang di ambil meliputi suhu ruangan dan kelembaban

udara untuk di dalam ruangan serta suhu udara, kelembaban udara,

tekanan udara, kecepatan angin, dan arah angin untuk di luar ruangan.

Semua data tersebut diamati didataran tinggi maupun di dataran rendah.

Status Faali. Semua probandus diukur status faalinya yang

meliputi temperatur rektal, respirasi dan pulsus, masing-masing tiga kali

pengulangan di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Temperatur

rektal diukur dengan cara memasukkan termometer batang ke dalam

kloaka ayam atau termometer rektal ke dalam rektum kelinci, respirasi

diukur dengan cara melihat kembang kempisnya perut, dan pulsus diukur

dengan cara menempelkan stetoskop di dada ternak.

11

Page 12: Iling Revisi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Acara I

Iklim Mikro

Iklim mikro yang diamati pada saat praktikum dilakukan di dalam

dan di luar ruangan Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak.

Pengamatan yang dilakukan meliputi suhu udara, kelembaban udara,

tekanan udara, kecepatan angin dan arah angin.

Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu udara didapatkan

data hasil seperti yang disajikan dalam Tabel 1 serta grafik dari hasil

tersebut disajikan pada grafik 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan suhu udaraTitik waktu

pengamatanDi dalam ruangan

(°C) Di luar ruangan

(°C) 11.2811.3811.4811.5812.0812.1812.2812.3812.4812.58

30303030303030303030

66,7866,7866,7866,7866,7866,7866,7866,7866,7866,78

12

Page 13: Iling Revisi

11.2811.38

11.4811.58

12.0812.18

12.2812.38

12.4812.58

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Suhu Udara

dalam ruangan %luar ruangan %

Grafik 1. Grafik perubahan suhu

Praktikum yang dilakukan adalah mengamati perbedaan suhu

antara suhu di dalam dan di luar ruangan yang dilakukan pada pukul

11.28 sampai pukul 12.58 dengan selang waktu 10 menit. Selama

pengamatan suhu di dalam ruangan tetap sebesar 30oC sedangkan suhu

diluar ruangan dari awal sampai akhir tetap 66,78oC. Menurut Yani

(2006), suhu harian di Indonesia umumnya tinggi, yaitu berkisar antara 24

sampai 340C. Berdasarkan literatur tersebut suhu udara di dalam ruangan

masih berada pada kisaran normal, sedangkan suhu luar ruangan

mencapai 66,78oC dikarenakan alat pengukur mengalami kerusakan.

Suhu udara diluar ruangan lebih tinggi daripada di luar ruangan karena di

dalam ruangan tidak terkena langsung oleh sinar matahari sehingga suhu

lebih rendah. Menurut Prawirowardoyo (1996), suhu di luar ruangan lebih

tinggi daripada di dalam ruangan, hal ini dikarenakan sinar matahari

langsung sampai ke bumi tanpa penghalang, sedangkan jika di dalam

ruangan rambatan radiasi panas matahari akan terhalang oleh ruangan

sehingga suhu udara di dalam ruangan lebih rendah daripada di luar

ruangan.

Suhu udara cenderung lebih rendah pada musim hujan bila

dibandingkan dengan musim kemarau.Sementara pada musim kemarau

13

Page 14: Iling Revisi

suhu udara bisa menjadi panas, dapat mencapai 35°C. Kondisi ini dapat

mengganggu metabolisme pada sapi.Selain itu suhu yang tinggi dapat

membuat rerumputan atau hijauan menjadi kering. Pengaruh musim

berhubungan dengan suhu udara. Suhu udara panas atau dingin

berpengaruh pada kehidupan dan pertumbuhan ternak (Yulianto dan

Cahyo, 2008).

Kelembaban udara

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kelembaban udara

didapatkan data hasil seperti yang disajikan dalam Tabel 2 serta grafik

dari hasil tersebut disajikan pada grafik 2.

Tabel 2. Hasil pengamatan suhu udaraTitik waktu

pengamatanDi dalam ruangan

(%) Di luar ruangan

(%) 11.2811.3811.4811.5812.0812.1812.2812.3812.4812.58

57,557,557,5585858

59,560

60,560,5

12131314202020212326

11.2811.38

11.4811.58

12.0812.18

12.2812.38

12.4812.58

010203040506070

Kelembaban

dalm ruangan %luar ruangan %

Grafik 2. Grafik kelembaban udara

14

Page 15: Iling Revisi

Hasil dari praktikum menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara

kelembaban udara di dalam dan di luar ruangan. Di dalam ruangan

memiliki kelembaban relatif yang lebih tinggi daripada di luar ruangan.

Kelembaban didalam ruangan memiliki rata-rata sebesar 58,7%

sedangkan di luar ruang memiliki rata-rata sebesar 18,2%. Menurut

Tjasjono (1999), perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain distribusi darat dan air, radiasi matahari dan masa udara.

Kelembaban udara juga berpengaruh pada usaha ternak

sapi.Kelembaban yang tinggi dapat menurunkan jumlah panas yang

hilang akibat evaporasi (penguapan). Pengupan merupakan salah satu

cara untuk mengrangi panas tubuh sehingga tubuh menjadi sejuk. Pada

kondisi kelembaban tinggi, laju penguapan menjadi tertahan sehingga

panas tubuh sapi menjadi tertahan (Yulianto dan Cahyo, 2008)

Tekanan Udara

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tekanan udara didapatkan

data hasil seperti yang disajikan dalam Tabel 3 serta grafik dari hasil

tersebut disajikan pada grafik 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan tekanan udaraTitik waktu

pengamatanDi luar ruangan

(milibar)11.2811.3811.4811.5812.0812.1812.2812.3812.4812.58

29,4729,4829,4729,4429,4029,4129,4029,4129,4429,43

15

Page 16: Iling Revisi

11.2811.38

11.4811.58

12.0812.18

12.2812.38

12.4812.58

29.3629.38

29.429.4229.4429.4629.48

29.5

Di luar ruangan (milibar)

Di luar ruangan (milibar)

Grafik 3. Grafik tekanan udara

Praktikum pengamatan tekanan udara hanya dilakukan diluar

ruangan dengan selang waktu setiap 10 menit. Pengamatan tekanan

udara dimulai pada pukul 11.28 dimana diperoleh hasil sebesar 29,47

milibar dan pengamatan berakhir pada pukul 12.58 dengan hasil tekanan

udara sebesar 29,43 milibar. Menurut Batubara (1997), tekanan udara

didefinisikan sebagai berat suatu kolom udara. Sebenarnya pengaruh

langsung perubahan tekanan udara terhadap kehidupan makhluk adalah

kecil sekali.

Kecepatan angin

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kecepatan angin

didapatkan data hasil seperti yang disajikan dalam Tabel 4 serta grafik

dari hasil tersebut disajikan pada grafik 4.

16

Page 17: Iling Revisi

Tabel 4. Hasil pengamatan kecepatan anginTitik waktu

pengamatankecepatan

(knot)11.2811.3811.4811.5812.0812.1812.2812.3812.4812.58

0002240000

11.2811.38

11.4811.58

12.0812.18

12.2812.38

12.4812.58

012345

kecepatan (knot)

kecepatan (knot)

Grafik 4. Grafik kecepatan angin

Pengamatan pada kecepatan angin hanya dilakukan di luar

ruangan dengan pengamatan setiap sepuluh menit. Pengamatan pertama

dilakukan pada pukul 11.28 berakhir pada pukul 12.58 dengan hasil

semua 0knot kecuali pada pukul 11.58 dan 12.08 sebesar 2 knot, dan

pukul 12.18 dengan hasil sebesar 4 knot. Kecepatan angin sebesar 1 knot

setara dengan 0,5 m/s (Kartasapoetra, 1993). Pengaruh angin pada

ternak menurut Williamson dan Payne (1993) diterangkan bahwa

pengeluaran panas melalui konveksi akan naik bila angin sejuk

berhembus pada saat yang sama pengeluaran panas melalui penguapan

juga bertambah. Jadi semakin tinggi kecepatan angin akan semakin

membuat ternak merasa nyaman. Hal ini sesuai dengan White (2008),

Kecepatan angin 0,8 m/s menyebabkan tingkat kenyamanan kandang

lebih tinggi dari pada kecepatan angin 0,4m/s. Tjasjono (1999)

17

Page 18: Iling Revisi

mengungkapkan bahwa angin merupakan udara yang bergerak dari

daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah yang

disebabkan oleh adanya tekanan horizontal.

Arah Angin

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap arah angin didapatkan data hasil

seperti yang disajikan dalam Tabel 5 serta grafik dari hasil tersebut

disajikan pada grafik 5.

Tabel 5. Hasil pengamatan arah anginTitik waktu

pengamatanDi luar ruangan

(°)11.2811.3811.4811.5812.0812.1812.2812.3812.4812.58

230240240270330350330280250250

11.2811.38

11.4811.58

12.0812.18

12.2812.38

12.4812.58

050

100150200250300350400

Di luar ruangan (°)

Di luar ruangan (°)

Grafik 5. Grafik arah angin

Praktikum pengamatan arah angin hanya dilakukan di luar ruangan

dan awal pengamatan dilakukan pada pukul 11.28 dimana didapatkan

arah angin 2300 dan berakhir pada pukul 12.58 dengan arah angin 2500.

18

Page 19: Iling Revisi

Menurut Anonim (2012), besarnya angin ditunjukkan dengan satuan

derajat, 10 untuk angin arah dari utara, 900 untuk angin arah dari timur,

1800 untuk angin arah dari selatan, 2700 untuk angin arah dari barat.

Letak kandang hendaknya tidak tertutup atau tidak terhalangi

bangunan, sehingga sinar matahari dapat menembus pelataran

kandang.Letak kandang sapi ini bisa dilakukan secara berkelompok di

tengah sawah atau kandang.Kandang juga sebaiknya dibuat menghadap

kearah timur agar sapi mendapatkan sinar matahari yang sehat. Selain itu

arah angin perlu diperhatikan agar bagian muka sapi tidak mendapat

kontak langsung dengan angin yang bertiup (Gayo, 1994).

Status Faali

Praktikum status faali ini bertujuan untuk membandingkan

pengaruh variable yang satu dengan laninnya. Variabel yang dgunakan

adalah suhu dan klelembaban di dalam dan diluar ruangan, warna bulu,

jenis kelamin dan diuji hubungannya dengan status faali yang meliputi

respirasi, pulsus dan temperatur rektal.

Respirasi

Respirasi adalah semua proses kimia maupun fisika dimana

organisme melakukan pertukaran udara dengan lingkungannya. Respirasi

menyangkut dua proses, yaitu respirasi eksteral dan respirasi internal.

Terjadinya pergerakan karbon dioksida ke dalam udara alveolar ini disebut

respirasi eksternal. Respirasi internal dapat terjadi apabila oksigen

berdifusi ke dalam darah. Respirasi eksternal tergantung pada pergerakan

udara kedalam paru-paru (Frandson, 1992). Berikut hasil pengukuran

respirasi ayam dan kelinci yang ditunjukkan pada Tabel 6.

19

Page 20: Iling Revisi

Tabel 6. Rata-rata respirasi ayam dan kelinci.Jenis ternak Warna bulu Jenis

kelaminRuangan

Dalam ruangan Luar ruanganAyam Hitam Jantan 33,96 34,33Ayam Putih Jantan 39,22 27,12Ayam Hitam Betina 43,6 41,33Ayam Putih Betina 38,6 27,6Kelinci Hitam Jantan 81,77 151,75Kelinci Putih Jantan 83,55 147,13Kelinci Hitam Betina 74,78 150,67Kelinci Putih Betina 80,66 153,1

Hasil praktikum pengukuran respirasi kelinci dan ayam diperoleh

data bahwa respirasi kelinci dan ayam memiliki hasil yang berbeda - beda.

Perbedaan frekuensi respirasi pada ternak yang berada didalam dan

diluar ruangan ini berkaitan dengan panas yang diterima tubuh. Kelinci

dan ayam yang berada di dalam ruangan terlindung, sehingga sinar

matahari secara tidak langsung mengenai tubuh ternak tersebut. Kelinci

dan ayam yang berada diluar ruangan tidak mendapatkan perlindungan

dari sinar matahari langsung, sehingga frekuensi respirasi lebih cepat

(Anonim, 2012). Menurut Smith (1990), Respirasi dipengaruhi beberapa

faktor yaitu, respon fisiologis akibat berubahnya temperatur lingkungan,

suhu tubuh, ukuran tubuh, dan keadaan bunting.

. Kisaran normal respirasi pada ayam adalah 23 kali/menit,

sedangkan pada kelinci 35-56 kali/menit (Frandson 1992). Berdasarkan

literatur tersebut dapat diketahui bahwa respirasi kelinci dan ayam berada

diatas kisaran normal. Menurut Smith (1990), Respirasi dipengaruhi

beberapa faktor yaitu, respon fisiologis akibat berubahnya temperatur

lingkungan, suhu tubuh, ukuran tubuh, dan keadaan bunting.

Pulsus

Pulsus merupakan suatu gelembung yang terbentuk akibat naiknya

tekanan systole dari jantung yang kemudian menjalar sepanjang arteri dan

kapiler. Pulsus dapat diketahui dengan meraba pada organ yang keras,

misalnya tulang. Pulsus terjadi karena adanya kegiatan jantung dalam

memompa darah ke seluruh jaringan. Jantung menerima dara ke dalam

20

Page 21: Iling Revisi

bilik-bilik dan kemudian memompanya dari ventrikel menuju jaringan dan

selanjutnya kembali lagi ke jantung (Frandson, 1992). Hasil pengukuran

pulsus kelinci dan ayam ditunjukkan pada tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata pulsus ayam dan kelinci jantan.Jenis ternak Warna bulu Jenis

kelaminRuangan

Dalam ruangan Luar ruanganAyam Hitam Jantan 308,4 128,7Ayam Putih Jantan 309,4 137,33Ayam Hitam Betina 296,6 127,7Ayam Putih Betina 311,3 131,33Kelinci Hitam Jantan 143,22 75,8Kelinci Putih Jantan 131,33 72,33Kelinci Hitam Betina 120,33 79,1Kelinci Putih Betina 124,11 74,66

Hasil pengukuran pulsus pada kelinci dan ayam didapatkan hasil

bahwa di dalam ruangan memiliki hasil lebih tinggi daripada di luar

ruangan. Perbedaan frekuensi pulsus pada ternak yang berada didalam

dan diluar ruangan ini disebabkan oleh panas dari matahari yang

mengenai tubuh, dimana kelinci dan ayam yang berada di luar ruangan

langsung terkena matahari tanpa adanya peneduh. Kelinci dan ayam yang

berada di dalam ruangan terlindung, sehingga sinar matahari secara tidak

langsung mengenai tubuh ternak tersebut. Kelinci dan ayam yang berada

diluar ruangan tidak mendapatkan perlindungan dari sinar matahari

langsung, sehingga frekuensi respirasi lebih cepat (Anonim, 2012).

Menurut Inounu et al ( 1999) frekuensi respirasi dan frekuensi pulsus

sesunggunya terdapat korelatif pofitif, yang artinya bahwa setiap kali

peningkatan frekuensi respirasi maka frekuensi pulsus meningkat. Hal ini

dapat dilihat pada saat frekuensi respirasi meningkat, maka dapat

dipastikan aktivitas otot pada organ respirasi membutuhkan lebih banyak

suplai oksigen yang harus dipenuhi melalui peningkatan volume aliran

darah, dengan jalan peningkatan denyut jantung.

Berdasarkan data yang ada kisaran pulsus kelinci di luar ruangan

jauh di bawah normal. Kisaran pulsus ayam di luar ruangan juga dibawah

kisaran pulsus normal. Menurut Duke’s (1995), bahwa kisaran normal

pulsus pada kelinci adalah 120 sampai 140 kali/menit sedangkan Kisaran

21

Page 22: Iling Revisi

normal pulsus ayam adalah 150 sampai 304 kali/menit. Perbedaan ini

disebabkan karena adanya pengaruh suhu lingkungan, bangsa atau

spesies maupun besar kecilnya ukuran tubuh (Swenson, 1997).

Temperatur Rektal

Temperatur tubuh adalah salah satu indikator fisiologi kondisi

kesehatan ternak. Angka temperatur ini didapatkan dari pengukuran

sistem temperatur rektal, karena dianggap pada temperatur rektal

perubahan suhunya belangsung terus menerus secara perlahan-lahan.

Ternak mempunyai daya tahan tubuh yang berbeda-beda terhadap

perubahan suhu lingkungan yang disebut toleransi panas. Terdapatnya

variasi temperatur ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan

temperatur tubuh, pulsus dan fertilitas (Frandson, 1992). Berdasarkan

hasil pengukuran temperatur rektal didapat data rata-rata ayam dan kelinci

yang ditunjukkan pada tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata temperatur rektal ayam dan kelinci.Jenis ternak Warna bulu Jenis

kelaminRuangan

Dalam ruangan Luar ruanganAyam Hitam Jantan 40,92 41,55Ayam Putih Jantan 39,22 41Ayam Hitam Betina 41 41,9Ayam Putih Betina 38,67 41,47Kelinci Hitam Jantan 36,99 37,43Kelinci Putih Jantan 36,91 36,3Kelinci Hitam Betina 36,56 37,94Kelinci Putih Betina 36,42 38,57

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa temperatur rektal pada

ayam masih berada pada kisaran normal. Temperatur rektal kelinci

berdasarkan tabel diatas berada sedikit dibawah kisaran normal. Menurut

Swenson (1997), kisaran normal temperatur rektal kelinci adalh 30,6

sampai 40,1°C, sedangkan menurut Duke’s (1995), kisaran normal

temperatur rektal ayam adalah 40,3 sampai 43,6°C. Faktor-faktor yang

mempengaruhi temperatur tubuh antara lain bangsa ternak, aktivitas,

kondisi kesehatan ternak, dan kondisi lingkungan ternak (Frandson 1992).

Menurut Frandson (1992), Temperatur yang di atas atau di bawah kisaran

22

Page 23: Iling Revisi

suhu tubuh normal menunjukkan adanya kelainan pada ternak atau ternak

dalam kondisi sedang dalam usaha beradaptasi dengan lingkungan

sekitar (suhu, lingkungan, kelembaban udara) (Frandson, 1992).

Cara yang paling mudah untuk mengetahui temperatur dalam tubuh

hewan adalah dengan mengukur temperatur rektal. Seperti yang

disebutkan Frandson, (1992) Indeks temperatur dalam tubuh hewan lebih

mudah didapat dengan cara memasukkan termometer rektal ke dalam

rektum, meskipun temperatur rektal tidak selalu menggambarkan rata-rata

terperatur dalam tubuh. Karena terperatur dalam tubuh mempunyai

equilibrium lebih lambat (Frandson, 1992). Cara mengetahui temperatur

tubuh selalu digunakan terperatur rektal karena paling dapat dipercaya

untuk menggambarkan rata-rata temperatur tubuh (Frandson, 1992).

Ternak yang mempunyai warna bulu yang berbeda memiliki

temperatur rektal yang berbeda pula. Kelinci jantan yang berwarna hitam

mempunyai temperatur rektal yang lebih tinggi daripada kelinci jantan

yang berwarna putih. Menurut Anonim (2012), warna hitam lebih banyak

menyerap panas dari pada warna putih. Penyerapan akan disalurkan

dalam proses metabolisme tubuh yang akan berhubungan dengan proses

fisiologis tubuh ternak tersebut.

23

Page 24: Iling Revisi

Acara II

Iklim Mikro

Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat

terbatas, tetapi komponen iklim ini penting artinya bagi kehidupan

tumbuhan, hewan, dan manusia, karena kondisi udara dalam skala mikro

ini yang akan berkontak langsung dengan (dan mempengaruhi secara

langsung) makhuk-makhuk hidup tersebut. Iklim mikro yang diamati pada

saat praktikum dilakukan di dataran tinggi daerah Turen, kaliurang dan di

dataran rendah di daerah pantai Depok. Pengamatan yang dilakukan

meliputi suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara kecepatan angin

dan arah angin.

Suhu udara

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pengukuran suhu udara

didapatkan data hasil seperti yang disajikan dalam Tabel 9 serta grafik

dari hasil tersebut disajikan pada grafik 6.

Tabel 9. Hasil pengukuran suhu udaraNo waktu D.rendah

ruanganwaktu D. tinggi

ruangan123456789

10

14.1014.1514.2014.2514.3014.3514.4014.4514.5014.55

38363534343333333434

08.5008.5509.0009.0509.1009.1509.2009.2509.3009.35

28282728272728292828

24

Page 25: Iling Revisi

14.1014.20

14.3014.40

14.5030313233343536373839

D.rendah ruangan

D.rendah ruangan

08.5009.05

09.2009.35

26

26.5

27

27.5

28

28.5

29

29.5

D. tinggi ruangan

D. tinggi ruangan

Grafik 6. Grafik suhu udara

Praktikum yang dilakukan adalah mengamati perbedaan suhu

antara suhu di dataran rendah dan dataran tinggi. Pengamatan suhu

udara di dataran tinggi dimulai pukul 08.50 sampai 09.35 WIB, sedangkan

pengamatan suhu udara di dataran rendah dimulai pukul 14.10 sampai

14.55 WIB. Dari data yang didapat rata-rata temperatur udara di dataran

tinggi memiliki suhu lebih rendah daripada rata-rata temperatur udara di

dataran rendah. Menurut Suarjaya dan Nuriyasa cit Rasyaf (2011),

kenaikan tempat dari permukaan laut selalu diikuti dengan penurunan

suhu rata-rata harian. Tempat yang semakin tinggi diatas permukaan

permukaan laut suhu udaranya semakin rendah, sehingga ternak akan

mengkonsumsi ransum lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan

energinya. Menurut Kartasapoetra (1993), suhu udara akan terasa dingin

jika ketinggian tempat bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa setiap

kenaikan bertambah 100 meter, suhu udara berkurang rata-rata 0,6°C.

Penurunan suhu semacam ini disebut gradient terperatur vertical atau

lapse rate. Besar lapse rate pada udara kering adalah 1°.

Perbedaaan suhu akan berpengaruh juga terhadap kondisi

fisiologis dari suatu ternak. Menurut Tjasjono (1999), perubahan suhu

lingkungan akan menyebabkan perubahan fisiologi hewan seperti

terjadinya perubahan frekuensi respirasi, pulsus, dan temperatur rektal

25

Page 26: Iling Revisi

serta konsumsi air, sedangkan konsumsi pakan akan menurun.

Perubahan ini adalah usaha ternak untuk mempertahankan balance

thermal tubuh.

Kelembaban udara

Kelembaban udara mempunyai aspek terhadap mekanisme

termoregulasi terutama terhadap suhu tubuh, apabila kelembaban udara

tersebut bertaut dengan suhu udara. Suhu tubuh akan berubah apabila

kelembaban udara disetai dengan perubahah suhu udara (Siregar, 1997).

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu udara didapatkan data hasil

seperti yang disajikan dalam Tabel 10 serta grafik dari hasil tersebut

disajikan pada grafik 7.

Tabel 10. Hasil pengukuran kelembaban udaraNo Waktu D. tinggi

dlm R.D. tinggi luar R.

Waktu D.rendah dlm R.

D.rendah luar R.

123456789

10

08.5008.5509.0009.0509.1009.1509.2009.2509.3009.35

62616059595856585657

5566667777

14.1014.1514.2014.2514.3014.3514.4014.4514.5014.55

33384244454648474649

17171717171717171818

08.5009.00

09.1009.20

09.3053

55

57

59

61

63

Dataran tinggi (%)

Dataran tinggi (%)

14.1014.20

14.3014.40

14.500

102030405060

Dataran rendah (%)

Dataran rendah (%)

Grafik 7. Grafik kelembaban udara

26

Page 27: Iling Revisi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada saat praktikum, rata-rata

kelembaban udara di dalam ruangan lebih tinggi daripada kelembaban

udara di luar ruangan baik itu di dataran tinggi maupun di dataran rendah.

Berdasarkan data di atas juga diketahui bahwa rata-rata kelembaban di

dataran tinggi lebih besar daripada rata-rata kelembaban di dataran

rendah. Menurut Rusman (2011), ketinggian tempat tidak berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya kelembaban udara, karena kelembaban lebih

dipengaruhi oleh tekanan uap air udara. Menurut Tjasjono (1999),

kelembaban udara berubah sesuai tempat dan waktu, menjelang tengah

hari kelembaban menurun dan pada sore hari sampai menjelang pagi hari

kelembaban udara bertambah besar.

Hasil praktikum di dataran tinggi maupun dataran rendah

menunjukkan bahwa kelembaban masih dalam kondisi nyaman ternak.

Anonim (2012), kelembaban udara dalam kandang sebaiknya tidak lebih

dari 60% (Anonim, 2012). Berdasarkan literatur tersebut hasil praktikum di

dataran tinggi maupun dataran rendah menunjukkan bahwa kelembaban

masih dalam kondisi nyaman ternak. Menurut Tjasjono (1999), perbedaan

kelembaban udara dapat dsebabkan oleh beberapa faktor antara lain

distribusi darat dan air, radiasi matahari dan massa udara. Kelembaban

udara berubah sesuai tempat dan waktu. Menjelang tengah hari

kelembaban berangsur menurun, pada sore hari sampai menjelang pagi

kelembaban udara bertambah besar. Kelembaban udara yang tinggi dapat

menyebabkan stres pada ternak sehingga suhu tubu, respirasi dan denyut

jantung meningkat.

Tekanan udara

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tekanan udara didapatkan

data hasil seperti yang disajikan dalam Tabel 11 serta grafik dari hasil

tersebut disajikan pada grafik 8.

27

Page 28: Iling Revisi

Tabel 11. Hasil pengukuran tekanan udaraNo Titik waktu

pengamatanDataran

tinggi (milibar)

Titik waktu pengamatan

Dataran rendah (milibar)

12345678910

08.5008.5509.0009.0509.1009.1509.2009.2509.3009.35

28,9428,9728,9829,0229,0529,0429,0229,0329,0629,06

14.1014.1514.2014.2514.3014.3514.4014.4514.5014.55

29,8329,8329,8229,8429,8629,8429,8529,8529,8729,87

08.5009.05

09.2009.35

28.8828.9

28.9228.9428.9628.98

2929.0229.0429.0629.08

Dataran tinggi (milibar)

Dataran tinggi (milibar)

14.1014.20

14.3014.40

14.5029.79

29.829.8129.8229.8329.8429.8529.8629.8729.88

Dataran rendah (milibar)

Dataran rendah (milibar)

Grafik 8. Grafik tekanan udara

Pengukuran tekanan udara dilakukan pada dua tempat, yaitu pada

dataran tinggi dan pada dataran rendah. Pengukuran yang dilakukan di

dataran tinggi dimulai pukul 08.50 sampai 09.35 WIB, sedangkan

pengukuran di dataran rendah dimulai pukul 14.10 hingga 14.55 WIB.

Bedasarkan hasil praktikum didapatkan tekanan udara di dataran rendah

adalah 29.007 milibar, sedangkan tekanan udara di dataran tinggi adalah

29,846 milibar.

Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat

lebih banyak panas matahri dibandingkan tempat lain. Permukaan tanah

28

Page 29: Iling Revisi

yang panas membuat suhu udara di atasnya naik. Akibatnya udara

mengembang menjadi lebih ringan, karena lebih ringan dibanding udara

sekitarnya, udara akan naik. Begitu udara panas tadi naik, tempatnya

segera digantikan oleh udara disekitarnya, terutama udara dari atas yang

lebih dingin dan berat, sehingga tekanan udara di dataran tinggi lebih

rendah daripada di dataran rendah (Anonim, 2012).

Kecepatan angin

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kecepatan angin

didapatkan hasil yang dapat ditunjukkan pada tabel 12 dan grafik pada

grafik 9.

Tabel 12. Hasil pengukuran kecepatan anginNo Titik waktu

pengamatanDataran

tinggi (knot)Titik waktu

pengamatanDataran rendah (knot)

12345678910

08.5008.5509.0009.0509.1009.1509.2009.2509.3009.35

0100004000

14.1014.1514.2014.2514.3014.3514.4014.4514.5014.55

4124627611

14.1014.20

14.3014.40

14.500

2

4

6

8

Dataran rendah (knot)

Dataran rendah (knot)

08.5009.00

09.1009.20

09.30012345

Dataran tinggi (knot)

Dataran tinggi (knot)

Grafik 9. Grafik kecepatan angin

29

Page 30: Iling Revisi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada saat praktikum kecapatan

angin di dataran rendah terutama di daerah pantai lebih tinggi daripada

kecepatan angin di dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena di dataran

rendah tidak terlalu banyak rintangan bagi angin untuk mengalir.

Kecepatan angin sebesar 1 knot setara dengan 0,5 m/s (Kartasapoetra,

1993).

Tjasjono (1999), menyatakan bahwa angin merupakan udara yang

bergerak dari daerah bertekanan tinggi kedaerah bertekanan rendah yang

disebabkan oleh adanya tekanan horizontal, sehingga kecepatan angin di

dataran tinggi lebih kecil daripada di dataran rendah. Pengaruh angin

pada ternak adalah terhadap panas dari tubuh ternak, diterangkan bahwa

pengeluaran melalui konveksi akan naik bila angin sejuk berhembus pada

saat yang sama pengeluaran panas melalui penguapan juga bertambah

(Williamson dan Payne, 1993). Menurut Siregar (1997), Kecepatan

pergerakan angin lebih berperan terhadap penguapan air tubuh di dalam

pengaturan suhu tubuh. Suhu udara yang tinggi dengan kelembaban

udara yang tinggi akan dapat meningkatkan derajat penguapan air tubuh

bila disertai dengan pergerakan angin yang lebih cepat. Sebaliknya dalam

keadaan suhu udara dan kelembaban yang tinggi tanpa disertai dengan

pengarahan angin yang lebih cepat akan berakibat pada derajat

penguapan air tubuh yang tidak berjalan sempurna lagi.

Arah angin

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu udara didapatkan

data hasil seperti yang disajikan dalam Tabel 13 serta grafik dari hasil

tersebut disajikan pada grafik 10.

30

Page 31: Iling Revisi

Tabel 13. Hasil pengukuran arah anginNo Titik waktu

pengamatanDataran tinggi (°)

Titik waktu pengamatan

Dataran rendah (°)

12345678910

08.5008.5509.0009.0509.1009.1509.2009.2509.3009.35

160180150150150150170180190190

14.1014.1514.2014.2514.3014.3514.4014.4514.5014.55

100630630630630120100120120140

08.5009.00

09.1009.20

09.300

20406080

100120140160180200

Dataran tinggi (°)

Dataran tinggi (°)

14.1014.20

14.3014.40

14.500

100

200

300

400

500

600

700

Dataran rendah (°)

Dataran rendah (°)

Grafik 10. Grafik arah angin

Pengukuran arah angin dilakukan pada dua tempat yaitu pada

dataran tinggi dan pada dataran rendah. Pengukuran hanya dilakukan

pada luar ruangan saja. Pengukuran di dataran tinggi dilakukan pada

pukul 08.50 sampai 09.35 WIB, sedangkan di dataran rendah dilakukan

pada pukul 14.10 sampai 14.55 WIB. Berdasarkan data yang didapat

bahwa arah angin yang didapat menunjukkan derajat yang berbeda-beda.

Besarnya angin ditunjukkan dengan satuan derajat. 1° untuk angin arah

utara, 90° untuk angin arah dari timur, 180° untuk angin arah dari selatan

dan 270° untuk angin dari arah barat (Kartasapoetra, 1993).

31

Page 32: Iling Revisi

Status Faali

Pengukuran status faali yang dilakukan di dataran tinggi dan

dataran rendah terdiri dari pengukuran temperatur rektal, respirasi, dan

pulsus pada ayam, kelinci dan kambing yang tinggal didataran tinggi dan

dataran rendah.

Respirasi

Pengukuran temperatur rektal dilakukan di dataran tinggi dan di

dataran rendah. Hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata respirasi beberapa ternak yang diamatiJenis ternak Jantan Betina

Dataran tinggi

Dataran rendah

Dataran tinggi

Dataran rendah

KelinciAyam Kambing

112,336,638,6

38,422,339,6

12133,928

118,221,940,6

Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa respirasi pada kelinci

dan ayam memiliki rata-rata lebih tinggi jika berada pada dataran tinggi,

sedangkan pada kambing memiliki rata-rata respirasi lebih tinggi pada

dataran lebih rendah. Kisaran normal respirasi pada ayam adalah 17

sampai 78 kali per menit (Frandson, 1992). Kisaran normal untuk respirasi

pada kelinci adalah 37 kali/menit. Respirasi kambing berkisar antara 26

samapi 54 kali per menit (Swenson, 1997). Berdasrkan literatur tersebut

diketahui respirasi ayam yang diamati masih dalam kisaran normal

sedang pada ternak kelinci dan kambing tidak sesuai kisaran normal.

Anonim (2012), menyatakan bahwa ketinggian tempat

berhubungan dengan banyaknya jumlah cahaya yang diterima bumi. Hal

ini mempengaruhi suhu, kelembaban dan pengaruh iklim lain. Iklim di

sekitar ternak akan mempengaruhi kinerja fisiologi ternak. Respirasi

dipengaruhi oleh terperatur, lingkungan, ukuran tubuh dan keadaan

bunting. Apabila temperatur udara tinggi, maka ternak akan berkurang

respirasinya. Sedangkan lingkungan berpengaruh jika ternak berada di

32

Page 33: Iling Revisi

daerah perbukitan, maka pertukaran oksigen akan rendah yang

berpengaruh pada pengukuran atau pengurangan respirasi ternak.

Pulsus

Berikut hasil pengukuran pulsus ayam, kambing dan kelinci jantan

maupun betina yang ditunjukkan pada tabel 15.

Tabel 15. Rata-rata pulsus beberapa ternak yang diamatiJenis ternak Jantan Betina

Dataran tinggi

Dataran rendah

Dataran tinggi

Dataran rendah

KelinciAyam Kambing

240,3288,6

75

233,9269,367,9

248269,663,8

262,8320,664,3

Berdasarkan data tabel 15 dapat diketahui bahwa respirasi ayam,

kambing, dan kelinci jantan memiliki rata-rata lebih tinggi pada dataran

rendah, sedangkan pada jenis kelamin betina rata-rata pulsus lebih tinggi

jika berada pada dataran rendah. Kisaran normal pulsus ayam antara 150

sampai 304 kali/menit (Dukes, 1995). Kisaran normal pulsus kelinci antara

123 sampai 304 kali/menit. Sedangkan pada kambing antara 150 sampai

304 kali/menit (Swenson, 1997). Berdasarkan literatur tersebut pulsus

pada ayam dan kelinci masih dalam kisaran normal, kecuali pada ayam

betina pada dataran rendah yang memiliki pulsus sedikit diatas kisaran

normal. Berdasarkan perbandingan dengan literatur pulsus kambing jauh

dari kisaran normal. Menurut Anonim (2012) faktor yang mempengaruhi

pulsus antara lain iklim yang meliputi suhu, kelembaban, penerimaan sinar

matahari oleh bumi dan tekanan udara. Iklim lingkungan sekitar juga

mempengaruhi kinerja fisiologi suatu ternak.

Temperatur rektal

Indeks temperatur dalam tubuh hewan lebih mudah didapat dengan

cara memasukkan termometer rektal ke dalam rektum, meskipun

temperatur rektal tidak selalu menggambarkan rata-rata terperatur dalam

tubuh. Karena terperatur dalam tubuh mempunyai equilibrium lebih lambat

33

Page 34: Iling Revisi

(Frandson, 1992). Berikut hasil pengukuran pulsus ayam, kambing dan

kelinci jantan maupun betina yang ditunjukkan pada tabel 16.

Tabel 16. Rata-rata temperatur rektal ternakJenis ternak Jantan Betina

Dataran tinggi

Dataran rendah

Dataran tinggi

Dataran rendah

KelinciAyam Kambing

36,940,238,6

37,839,238,6

37,240,337,8

38,740,438,5

Kisaran normal temperatur rektal pada ayam adalah 40,3 sampai

43,6 0C (Duke’s, 1995). Kisaran normal temperatur rektal pada kelinci

adalah 30,6 sampai 40,10C. Sedangkan kisaran temperatur rektal kambing

38,5 sampai 39,90C (Swenson, 1997). Hasil praktikum menunjukan bahwa

temperatur ternak yang diukur berada dalam kisaran normal. Temperatur

tubuh ternak yang normal besarnya sangat bervariasi menurut umur, jenis

kelamin, waktu dalam sehari (Swenson, 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi temperatur tubuh antara lain

bangsa ternak, aktivitas, kondisi kesehatan ternak, dan kondisi lingkungan

ternak (Frandson 1992). Menurut Frandson (1992), Temperatur yang di

atas atau di bawah kisaran suhu tubuh normal menunjukkan adanya

kelainan pada ternak atau ternak dalam kondisi sedang dalam usaha

beradaptasi dengan lingkungan sekitar (suhu, lingkungan, kelembaban

udara) (Frandson, 1992).

34

Page 35: Iling Revisi

Analisis data

Acara I

Berdasarkan data terhadap status faali ayam yang meliputi

temperatur rektal, respirasi dan pulsus terhadap perlakuan perbedaan

jenis kelamin, warna bulu (hitam dan putih), perlakukan ruang (di dalam

dan di luar ruang) diperoleh hasil analisis data yang ditunjukkan dalam

tabel 117 dan tabel 18.

Tabel 17. Hasil uji perlakuan terhadap status faali ayam

perlakuanparameter status faali

temperatur rektal respirasi Pulsusjantan/hitam/dlm 40,9200 ± 0,085 33.9667 ± 2.055 308,40 ± 6,286jantan/hitam/luar 41,5567 ± 0,098 34,3267 ± 6,758 128,78 ± 4.140jantan/putih/dlm 39,2200 ± 0,255 39,2233 ± 0,386 309,78 ± 5,541jantan/putih/luar 41,0000 ± 0,000 17,3367 ± 1.154 137,67 ± 6,122betina/hitam/dlm 41,0000 ± 0,000 43,7333 ± 1,628 296,73 ± 12,548betina/hitam/luar 41,9433 ± 0,098 41,0000 ± 1,455 127,77 ± 3,672betina/putih/dlm 38,8667 ± 0,513 38,6333 ± 2,055 310,97 ± 4,162betina/putih/luar 41,5000 ± 0,170 27.5567 ± 2.453 132,00 ± 6,506

Tabel 18. Hasil uji perlakuan terhadap status faali ayam

Status faaliValues

JK WB RJK*WB JK*R WB*R JK*WB*

R

Temp. rektal0.106NS

0.000S

0.000S

0.384NS

0.005S 0.000S 0.146NS

Respirasi 0.000S0.000S

0.000S

0.167NS

0.120NS

0.000S 0.009S

Pulsus0.135NS

0.018S

0.000S

0.463NS

0.731NS

0.821NS

0.127NS

Keterangan: * = interaksi perlakuan

S = signifikan

NS = non signifikan

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa warna bulu dan

ruangan berpengaruh secara signifikan terhadap temperatur rektal,

respirasi, dan pulsus. Jenis kelamin hanya berpengaruh segnifikan

terhadap respirasi. Sedangkan interaksi jenis kelamin dan warna bulu

35

Page 36: Iling Revisi

tidak berpengaruh terhadap status faali ayam. Interaksi antara jenis

kelamin dan ruangan hanya berpengaruh terhadap temperatur rektal

secara signifikan. Interaksi antara warna bulu dan ruangan berpengaruh

terhadap temperatur rektal dan respirasi. Interaksi antara jenis kelamin,

warna bulu, dan ruangan hanya berpengaruh terhadap respirasi secara

signifikan.

Berdasarkan data terhadap status faali ayam yang meliputi

temperatur rektal, respirasi dan pulsus terhadap perlakuan perbedaan

jenis kelamin, warna bulu (hitam dan putih), perlakukan ruang (di dalam

dan di luar ruang) diperoleh hasil analisis data yang ditunjukkan dalam

tabel 19 dan tabel 20.

Tabel 19. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kelinci

Perlakuanparameter status faali

temperatur rektal respirasi Pulsusjantan/hitam/dlm 36.9900 ± 0.277 81.77 ± 5.592 143.22 ± 8.880jantan/hitam/luar 37.4300 ± 0.200 151.76 ± 1.275 75.8667± 3.669jantan/putih/dlm 36.9100 ± 0.687 83.5567 ± 5.416 131.33 ± 7.267jantan/putih/luar 36.3333 ± 0.057 147.1333 ± 2.482 72.2333 ± 6.860betina/hitam/dlm 36.5667 ± 0.539 74.7800 ± 4.248 120.33 ± 26.229betina/hitam/luar 37.9433 ± 0.746 150.67 ± 4.041 79.1000 ± 2.986betina/putih/dlm 36.4233 ± 0.804 80.6633 ± 3.055 124.11 ± 6.679betina/putih/luar 37.9033 ± 0.305 153.3333 ± 2.814 74.6667 ± 5.632

Tabel 20. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kelinci

Status faaliValues

JK WB RJK*WB JK*R WB*R JK*WB*

RTemp. rektal 0.188NS 0.130NS 0.006 S 0.261NS 0.003S 0.300NS 0.208NS

Respirasi 0.461NS 0.380NS 0.000 S 0.091NS 0.031S 0.148NS 0.621NS

Pulsus 0.192NS 0.381NS 0.000 S 0,419NS 0.063NS 0.998NS 0.372NS

Keterangan: * = interaksi perlakuan

S = signifikan

NS = non signifikan

36

Page 37: Iling Revisi

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat adanya pengaruh yang

signifikan pada ruangan terhadap temperatur rektal, respirasi, dan pulsus.

Sedangkan jenis kelamin dan warna bulu tidak memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap status faali kelinci. Interaksi antara jenis kelamin

dan warna bulu, interaksi antara warna bulu dan ruangan, serta interaksi

antara jenis kelamin, warna bulu, dan ruangan tidak memberikan

pengaruh terhadap temperatur rektal, respirasi, dan pulsus. Interaksi jenis

kelamin dan ruangan memberikan pengaruh signifikan terhadap

temperatur rektal dan respirasi.

Acara II

Analisis data terhadap status faali kelinci yang meliputi temperatur

rektal, respirasi dan pulsus dengan perlakuan perbedaan perbedaan

ketinggian tempat, yaitu di dataran tinggi dan di dataran rendah. Hasil uji

perlakuan terhadap status faali ayam ditampilkan pada tabel 21 dan pada

tabel 22.

Tabel 21. Hasil uji perlakuan terhadap status faali ayam

perlakuanparameter status faali

temperatur rektal respirasi Pulsusjantan/d.rendah 39.2233 ± 0.386 22.2200 ± 1.017 269.33 ± 3.524jantan/d.tinggi 40.4000 ± 0.346 36.8667 ± 0.5131 289.63 ± 1.154betina/d.rendah 40.4433 ± 0.196 21.9967 ± 1.154 320.67 ± 8.821betina/d.tinggi 40.4000 ± 0.173 33.3000 ± 0.888 271.30± 21.665

Tabel 22. Hasil uji perlakuan terhadap status faali ayam

Status faaliValues

JK T JK*TTemp. rektal 0.007S 0.010S 0.007S

Respirasi 0.008S 0.000S 0.014S

Pulsus 0.042S 0.066NS 0.001S

Keterangan: * = interaksi perlakuan

S = signifikan

NS = non signifikan

37

Page 38: Iling Revisi

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat adanya pengaruh yang

signifikan pada ketinggian tempat terhadap repirasi dan temperatur rektal.

Jenis kelamin juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

temperatur rektal, respirasi dan pulsus ternak.

Analisis data terhadap status faali kelinci yang meliputi temperatur

rektal, respirasi dan pulsus dengan perlakuan perbedaan perbedaan

ketinggian tempat, yaitu di dataran tinggi dan di dataran rendah. Hasil uji

perlakuan terhadap status faali ayam ditampilkan pada tabel 23 dan pada

tabel 24.

Tabel 23. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kelinciPerlakuan Parameter status faali

temperatur rektal Respirasi Pulsusjantan/d.rendah 37.8100 ± 0.122 38.6700 ± 0.000 233.78 ± 2.525jantan/d.tinggi 36.9333 ± 0.152 112.97 ± 3.150 240.30 ± 4.000betina/d.rendah 38.0000 ± 0.000 118.200 ± 11.464 262.87 ± 17.551betina/d.tinggi 38.6667 ± 0.577 121.33 ± 2.218 248.00 ± 5.271

Tabel 24. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kelinci

Status faaliValues

JK T JK*TTemp. rektal 0.000 S 0.113NS 0.000 S

Respirasi 0.000 S 0.000 S 0.000 S

Pulsus 0.010S 0.467NS 0.086NS

Keterangan: * = interaksi perlakuan

S = signifikan

NS = non signifikan

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui adanya pengaruh yang

signifikan jenis kelamin terhadap temperatur rektal, respirasi, dan pulsus.

Ketinggian tempat juga memberikan pengaruh signifikan terhadap

respirasi. Sedangkan interaksi antara jenis kelamin dan ketinggian tempat

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi respirasi dan

terperatur rektal.

Analisis data terhadap status faali kelinci yang meliputi temperatur

rektal, respirasi dan pulsus dengan perlakuan perbedaan perbedaan

38

Page 39: Iling Revisi

ketinggian tempat, yaitu di dataran tinggi dan di dataran rendah. Hasil uji

perlakuan terhadap status faali ayam ditampilkan pada tabel 25 dan pada

tabel 26.

Tabel 25. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kambingPerlakuan parameter status faali

temperatur rektal Respirasi Pulsusjantan/d.rendah 38.7100 ± 0.230 39.6667 ± 0.335 60.7400 ± 18.462jantan/d.tinggi 38.6000 ± 0.100 31.9667 ± 0.577 68.5567 ± 10.555betina/d.rendah 38.5733 ± 0.222 40.6633 ± 0.665 64.6633 ± 1.7669betina/d.tinggi 37.8000 ± 0.000 28.0667 ± 0.503 63.8667 ± 1.5011

Tabel 26. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kambing

Status faaliValues

JK T JK*TTemp. rektal 0.001 S 0.002 S 0.009S

Respirasi 0.002 S 0.000 S 0.000 S

Pulsus 0.952NS 0.585NS 0.505NS

Keterangan: * = interaksi perlakuan

S = signifikan

NS = non signifikan

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa adanya

pengaruh yang signifikan pada jenis kelamin, ketinggian tempat terhadap

temperatur rektal dan respirasi. Interaksi jenis kelamin dan ketinggian

tempat juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respirasi dan

temperatur rektal.

39

Page 40: Iling Revisi

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

iklim mikro yang penting bagi lingkungan ternak antara lain adalah curah

hujan, suhu udara, kecepatan angin, kelembaban udara, dan intensitas

penyinaran. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur iklim mikro yaitu

weather station dan hygrometer.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pengukuran

terhadap status faali, dapat diketahui bahwa pengukuran di dalam

ruangan dan setelah dijemur serta pengukuran di dataran rendah maupun

dataran tinggi memberikan hasil yang berbeda. Faktor yang dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan ternak diantaranya adalah lingkungan

yang meliputi temperatur, kelembaban, dan ketinggian tempat.

40

Page 41: Iling Revisi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Society of Indonesian Environmental journalist. Available at http://www.siej.or.id/?w=glossary&abj=i. Acces by 19 mei 2012

Anonim. 2012. Analisis Klimatologi. Available at http://mysimplebiz.info/tutorial. Accessed by 8 Mei 2012

Anonim. 2012. Dasar-dasar lmu Klimatologi. Available at http://f4iz4l.blogspot//tutorial. Accessed by 8 Mei 2012

Anonim. 2012. Kelembaban udara. Available at http://www.pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files.../13039-1-325714992571.doc. Accessed by 28 April 2012

Anonim. 2012. Ketinggian tempat. Available at http://www.oocities.org/h_artono/bantul/geografi.htm. Accessed by 28 April 2012

Anonim. 2012. Radiasi sinar matahari. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_Matahari. Accessed by 8 Mei 2012

Anonim. 2012. Suhu udara. Available at http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm Accessed by 28 April 2012

Batubara. 2010. Peramalan Kecepatan Angin Bulanan di Medan Berdasarkan Tekanan Udara dengan Fungsi Transfer. Universitas Sumatra Utara.

Dukes, H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Company : Ithaca New York.

Frandson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada. Yogyakarta.

Frandson, R.D. 1996. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Inounu, I., M. Martawidjaja., B. Tiesnamurti., dan E. Handiwirawan. 1999.Studi Fisiologis Domba Lokal dan Persilangannya dengan Domba Mouton Charollais dan ST. Chroix Pada Umur Muda. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Oktober Tahun 1999. ISBN 979-8308-29-8.

41

Page 42: Iling Revisi

Kartasapoetra. 1993. Pengantar Iklim. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Kasip, L.M. 1995. Kemampuan Kerja, Dinamika Fisiologis Dan Metabolit Darah Sapi Bali Betina Dalam Mengolah Lahan Pertanian Berdasarkan Lebar Mata Bajak. Tesis S2. Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Murtidjo, Bambang Agus. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta

Prawirowardoyo. S. 1996. Meteorologi. Penerbit ITB. Bandung

Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE. Yogyakarta.

Sihombing, Taguan. 2000. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Siregar.Sori Basya.1997. Aspek Iklim Tropis Terhadap Kemampuan Berproduksi Susu Kambing Perah. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Smith, S. M. 1990. Peternakan Umum. CV. Yasaguna, Jakarta.

Swenson. M. O. 1997. Dukes Physiology of Domestic Animal. Second Edition. The English Language Book Society and Loghman Gropup Limited. English.

Swenson, M. J. dan Reece, W. O. 1993. Dukes’ Physiology of Domestic Animals. 11th edition. Comstok Publishing Associates a division of Cornell University Press. Ithaca.

Tjasjono. Bagong. 1999. Klimatologi Umum. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Williamson, G dan W.J.A Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

42

Page 43: Iling Revisi

LAMPIRAN

43