42
A. Pendahuluan Bagi sebagian besar negara, tak terkecuali Indonesia sebagai Negara berkembang, pajak merupakan unsur paling penting dalam menopang anggaran penerimaan negara. Suatu negara membutuhkan dana untuk membiayai segala kegiatan yang dilakukannya baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan dalam menjalankan roda pemerintahan. Dalam melaksanakan dan merealisasikan rencana pembangunan nasional, Pemerintah memerlukan dana yang cukup besar guna mewujudkannya. Salah satu pemasukan terbesar adalah dari sektor pajak. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No.16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat (1) “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Hal yang hampir senada diungkapkan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo (2011:1) “pajak adalah Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang 1

REVISI METLIT.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REVISI METLIT.docx

A. Pendahuluan

Bagi sebagian besar negara, tak terkecuali Indonesia sebagai Negara

berkembang, pajak merupakan unsur paling penting dalam menopang

anggaran penerimaan negara. Suatu negara membutuhkan dana untuk

membiayai segala kegiatan yang dilakukannya baik pengeluaran rutin maupun

pengeluaran pembangunan dalam menjalankan roda pemerintahan. Dalam

melaksanakan dan merealisasikan rencana pembangunan nasional, Pemerintah

memerlukan dana yang cukup besar guna mewujudkannya. Salah satu

pemasukan terbesar adalah dari sektor pajak.

Berdasarkan UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan

terakhir dengan UU No.16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan pasal 1 ayat (1) “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”. Hal yang hampir senada diungkapkan oleh Prof. Dr.

Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo (2011:1) “pajak adalah Iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Pengertian- pengertian definisi pajak dari beberapa pendapat tersebut sangat

jelas menunjukkan bahwa semua rakyat yang menurut Undang- undang

termasuk sebagai wajib pajak harus membayar pajak sesuai dengan

kewajibannya dan pihak pemerintah sebagai pemungut pajak tidak

mempunyai kewajiban apapun untuk memberikan jasa timbal balik apapun

kepada pembayar.

Menurut Syafrianto (dalam Ningsih, 2014:1) susunan APBN

(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) tahun 2014, rencana total

1

Page 2: REVISI METLIT.docx

penerimaan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah sebesar Rp 1.667,1 triliun

yang diantaranya sebesar Rp 1.110,2 triliun berasal dari sektor pajak.

Persentase sebesar 66,59% tersebut menunjukkan bahwa penerimaan sektor

pajak memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan Negara.

Kondisi ini mengharuskan pemerintah meningkatkan kualitas askpek

perpajakan yang ada di Indonesia, baik dari sisi system perpajakan maupun

sumber daya manusianya..

Zain (2005:43) mengatakan pembebanan pajak oleh pemerintah yang

berbentuk pemungutan pajak terhadap wajib pajak, pada hakikatnya

merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta wajib

pajak untuk secara langsung dan bersama- sama melaksanakan kewajiban

perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Negara dan pembangunan

nasional, namun satu hal yang harus diingat bahwa pajak bukanlah merupakan

iuran yang sifatnya sukarela, akan tetapi iuran yang dapat dipaksakan,

sehingga munculnya kelalaian dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Muncul juga beberapa pertanyaan dari diri masyarakat digunakan untuk apa

uang yang mereka setor selama ini. Adanya beberapa pemberitaan mengenai

peningkatan jumlah pendapatan pajak per tahun membuat mereka semakin

menunggu wujud nyata dari pengeluaran Negara untuk kesejahteraan rakyat

tersebut. Apabila hal tersebut terus menerus berlanjut, dikhawatirkan akan

mengakibatkan keengganan rakyat untuk membayar pajak bahkan akan

cenderung menggelapkan pajak.

Selain itu tujuan pemerintah untuk memaksimalkan pendapatan dari

sektor pajak berlawanan dengan tujuan wajib pajak yang cenderung ingin

meminimalkan besarnya pajak yang akan dibayarkan tidak banyak rakyat

yang dapat merasakan apa yang mereka keluarkan. Suminarsasi (2012:2)

dalam jurnalnya juga menyatakan Sistem pemungutan pajak merupakan salah

satu elemen penting yang menunjang keberhasilan pemungutan pajak suatu

2

Page 3: REVISI METLIT.docx

negara. Secara umum terdapat tiga sistem pemungutan pajak, yaitu official

assessment system, self assessment system, dan withholding system. Menurut

Bina Fiskal Indonesia (2014:2) salah satu ciri dari system pemungutan pajak

Indonesia adalah self assessment yaitu system pemungutan pajak yang

memberikan kepercayaan kepada masyarakat WP untuk menghitung,

memperhitugkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang

terutang. Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa

penentuan/ penetapan, serta pelaporan secara teratur tentang besarnya pajak

terutang dan jumlah pajak yang telah dibayar, sebagaimana ditentukan dalam

peraturan perundang- undangan perpajakan dipercayakan sepenuhnya kepada

WP. Administrasi perpajakan berperan aktif dalam melaksanakan

pengendalian administrasi pemungutan pajak yang meliputi tugas- tugas

pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan penerapan sanksi perpajakan. Jadi,

system pemungutan pajak self assessment yang berlaku di Indonesia memberi

kebebasan wajib pajak untuk menghitung sendiri besaran pajak yang terutang.

Hal ini memberi kesempatan kepada wajib pajak untuk dapat meminimalkan

jumlah pajak yang terutang melalui mekanisme perencanaan pajak (tax

planning).

Menurut Arifianto (dalam Ningsih, 2014:1) perencanaan pajak ( tax

planning) adalah “upaya wajib pajak untuk meminimalkan pajak terutang

melalui cara yang telah jelas di atur dalam peraturan perpajakan.” Terdapat

dua jenis perencanaan pajak yang dikenal masyarakat, yaitu penghindaran

pajak (tax avoidance) dan penggelapan pajak (tax evasion). Perbedaan

keduanya terletak pada kepatuhannya atas peraturan yang sedang berlaku.

Oleh karena itu, sistem ini akan berjalan dengan baik apabila masyarakat

memiliki tingkat kesadaran perpajakan secara sukarela (voluntary tax

compliance) yang tinggi. Apabila tingkat kesadaran mereka tersebut masih

rendah, hal ini akan menimbulkan berbagai masalah perpajakan, diantaranya

3

Page 4: REVISI METLIT.docx

yaitu penggelapan pajak (tax evasion). Balter (dalam Zain, 2005:49)

menyatakan penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang

dilakukan oleh wajib pajak- apakah berhasil atau tidak- untuk mengurangi

atau sama sekali menghapus utang pajak yang berdasarkan ketentuan yang

berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang- undangan perpajakan.

Salah satu indikasi adanya penggelapan pajak mungkin dapat kita lihat

melalui banyaknya kasus penggelapan pajak yang terjadi di Indonesia.Seperti

yang diungkapkan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian

Keuangan dalam surat kabar elektronik CNN Indonesia dalam keterangannya

dia mengatakan bahwa, masih tingginya praktik penggelapan yang dilakukan

oleh para wajib pajak sepanjang 2014. Hal tersebut tercermin dari jumlah

kasus perpajakan yang naik 280 persen dibandingkan 2013 lalu.Direktur

Intelijen dan Penyidikan Ditjen Pajak Yuli Kristiyono mencatat tahun lalu

jumlah kasus pajak yang ditangani divisinya sebanyak 42 kasus, sementara

pada 2013 hanya menangani 15 berkas perkara, ‘‘42 kasus itu kami telah

serahkan berkasnya dan telah di P-21 kan oleh Kejaksaan. Jumlah potensi

kerugian negara akibat kasus-kasus tersebut mencapai Rp 266,9 miliar,” ujar

Yuli di Jakarta, Rabu (28/1) petang.

Faktor yang mendukung atau mencegah pelaksanaan tax evasion oleh

wajib pajak dibedakan menjadi dua yaitu ekternal dan internal wajib pajak itu

sendiri. Faktor internal yang dikatakan disini ialah kecenderungan sifat

seseorang untuk melakukan penggelapan pajak.Sementara itu faktor eksternal

bersumber dari persepsi wajib pajak mengenai bagaimana peraturan atau

pelaksanaan perpajakan Indonesia dari www.pajakpribadi.com pada jurnal

Elmiza dkk. (2014)

Persentase tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada tahun 2012 masih

tergolong sangat rendah, tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Data yang didapat oleh Ditjen pajak pada tahun 2012 menyatakan bahwa

4

Page 5: REVISI METLIT.docx

orang pribadi yang seharusnya membayar pajak atau yang mempunyai

penghasilan di atas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) sebanyak 60 juta

orang, tetapi jumlah yang mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak hanya 20

juta orang dan yang membayar pajaknya atau melapor surat pemberitahuan

(SPT) pajak npenghasilannya hanya 8,8 juta orang dengan rasio SPT sekitar

14,7 persen. Sementara badan usaha yang terdaftar sebanyak 5 juta, yang mau

mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak hanya 1,9 juta dan yang membayar

pajak atau melapor surat pemberitahuan (SPT) pajak penghasilannya hanya

520ribu badan usaha dengan rasio SPT sekitar 10,4 persen.(www.pajak.go.id)

Berdasarkan jurnal Ardyaksa (2014), fenomena ini terjadi disebabkan

karena sudut pandang pembayar pajak merasa membayar pajak dapat

mengurangi laba dan kenikmatan yang diperolehnya dari hasil kerja kerasnya,

sehingga dengan adaya hal ini memunculkan ide untuk merencakanan

pengurangan beban pajak yang harus dibayarkan. Serta adanya Compalin Cost

(Biaya Kepatuhan) yang dikeluarkan wajib pajak dalam menghitung pajaknya

sendiri (self assessment) membuat wajib pajak harus membayar lebih untuk

menyewa jasa konsultan dalam merencanakan pajaknya (tax planning). Jadi,

apabila mereka tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak, uang

tersebut dapat digunakan untuk menambah pemenuhan kebutuhan lainnya.

Suminarsasi (2012) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa system

perpajakan di Indonesia yang belum optimal, disertai pemahaman Wajib

Pajak yang masih rendah akan peraturan perpajakan yang berlaku merupakan

salah satu faktor yang dapat memicu Wajib Pajak melakukan tax evasion

(penggelapan pajak).

Dari jurnal Putra (2011) yang meneliti tentang pengaruh penggelapan

pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak menyimpulkan bahwa penggelapan

pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini membuktikan

5

Page 6: REVISI METLIT.docx

bahwa penggelapan pajakdi Indonesia berpengaruh besar terhadap penerimaan

pajak di Indonesia

Banyaknya kasus penggelapan pajak di Indonesia menimbulkan

pertanyaan, apakah penggelapan pajak ini etis untuk dilakukan? Pandangan

dari masyarakat terhadap sesuatu yang dikatakan etis atau tidakpun berbeda-

beda sesuai sudut pandang masing- masing. Oleh karena itu, penelitian ini

berusaha mengembangkan penelitian sebelumnya mengenai persepsi etika

atas penggelapan pajak. Untuk melihat seberapa besar pengaruh dari keadilan,

sistem perpajakan, dan juga kepatuhan terhadap etika penggelapan pajak.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi masalah

diantaranya:

1. Para Wajib Pajak menganggap adanya ketidakadilan didalam

kontribusinya dalam membayar pajak dalam hal timbal balik yang

diberikan pemerintah.

2. Para Wajib Pajak cenderung melakukan penggelapan pajak karena adanya

sistem self assessment

3. Kurangnya kesadaran dalam pelaporan pajak bagi para wajib pajak.

4. Persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak berbeda- beda

5. Penerimaan pajak penghasilan orang pribadi setiap tahunnya belum mencapai

target maksimalnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

perumusan masalah yang ada pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Adakah pengaruh keadilan terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi

mengenai etika penggelapan pajak?

2. Adakah pengaruh sistem perpajakan terhadap persepsi wajib pajak orang

pribadi mengenai etika penggelapan pajak?

6

Page 7: REVISI METLIT.docx

3. Adakah pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap persepsi wajib pajak

orang pribadi mengenai etika penggelapan pajak?

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

a. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keadilan,

sistem perpajakan, dan pemahaman perpajakan terhadap persepsi

wajib pajak orang pribadi mengenai etika penggelapan pajak.

2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

1) Bagi Penulis

Memberikan masukan terhadap masalah yang dihadapi, serta

memberikan bahan pertimbangan guna mengambil langkah

kebijaksanaan selanjutnya untuk mencapai tujuan.Dan

memberikan tambahan informasi untuk dapat dipergunakan

sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang perpajakan

di Indonesia.

2) Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan

sebagai informasi bahan pembanding bagi peneliti lain yang ingin

membahas masalah ini di Universitas Pamulang.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai acuan untuk meneliti dan diharapkan mengembangkan

penelitiannya lebih dalam.Dan memberikan tambahan informasi

untuk dapat dipergunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan

khususnya tentang perpajakan di Indonesia.

7

Page 8: REVISI METLIT.docx

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Instansi

Memberikan masukan terhadap masalah yang dihadapi, serta

memberikan bahan pertimbangan guna mengambil langkah

kebijaksanaan selanjutnya untuk mencapai tujuan.

E. Kerangka pemikiran

Kerangka pemikiran menurut Augustine dan Kristaung (2013:222)

adalah “rangkaian penalaran dalam suatu kerangka berdasarkan pada teori /

konsep untuk sampai pada simpulan – simpulan yang berakhir pada hipotesis

– hipotesis yang akan diuji secara empiris”.

Kerangka pemikiran adalah gambaran dalam tinjauan pustaka atas

dasar teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian. Berdasarkan teori-

teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis

dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar

variabel yang diteliti. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini

digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

8

Page 9: REVISI METLIT.docx

Gambar 1.1 kerangka pemikiran

9

FenomenaKurangnya keadilan dalam pendistribusian dana pajak,Pelaporan penggunaan pajak yang kurang transparan,Kurangnya kesadaran/ kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Pengaruh keadilan, sistem perpajakan, dan diskriminasi terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion)

Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Dan Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Atas Perilaku Penggelapan Pajak (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Semarang Candisari

Middle theory

Zain.2005.“Manajemen perpajakan”

Grand theoryPerpajakan: Mardiasmo.2013.”Perpajakan edisi revisi”.

Wajib pajak orang pribadi di pamulang

Variable xX1=keadilanX2=sistem perpajakanX3=kepatuhan wajib pajak

Pengaruh keadilan, sistem perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak

Variable yPersepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak

HipotesisH1 :Ada hubungan positif antara keadilan dengan

persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai etika penggelapan pajak.

H2 :Ada hubungan positif antara sistem perpajakandengan persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai etika penggelapan pajak.

H3 :Ada hubungan positif antara kepatuhandengan persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai etika penggelapan pajak.

Hasil

DEDUKTIF

INDUKTIF

Page 10: REVISI METLIT.docx

F. Hipotesis

Hipotesis menurut Sekaran (2011:135) adalah “hubungan yang

diperkirakan secara logis antara dua atau lebih variable yang diungkapkan

dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji”.

1. Dalam penelitian ini kami menentukan bahwa

H0 : Keadilan, sistem perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak tidak

berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai etika

penggelapan pajak.

2. Berdasarkan jurnal Mesri Elmiza dkk. pengaruh keadilan, sistem

perpajakan, dan diskriminasi terhadap persepsi wajib pajak mengenai

etika penggelapan pajak (tax evasion)

H1 : Keadilan berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak orang

pribadi mengenai etika penggelapan pajak.

3. Berdasarkan jurnal Wahyu Suminarsasi dan Supriyadi pengaruh keadilan,

sistem perpajakan, dan diskriminasi terhadap persepsi wajib pajak

mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion)

H2 : Sistem perpajakan berpengaruh signifikan terhadap persepsi wajib

pajak orang pribadi mengenai etika penggelapan pajak.

4. Berdasarkan jurnal Handayani dan Cahyonowati Analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak

H3 : Kepatuhan berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak orang

pribadi mengenai etika penggelapan pajak.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisanan ini bertujuan untuk memberi gambaran

mengenai skripsi secara singkat, sehingga pembaca akan mudah

memahaminya. Penulis membuat sistematika penulisan dengan membaginya

dalam lima bab dan setiap bab terbagi atas sub bab, adapun susunan yang

dapat dikemukakan dalam laporan ini adalah sebagai berikut:

10

Page 11: REVISI METLIT.docx

1. Sampul Muka

Sampul muka merupakan bagian depan dari karya tulis ini, yang

berisikan informasi tentang judul dan penulis.

2. Halaman Pengesahan

Halaman pengesahan berisikan tentang keterangan mengenai

pernyataan lulus atas pengujian terhadap karya ilmiah yang telah selesai

dibuat oleh penulis.

3. Halaman Pernyataan

Halaman pernyataan berisikan pernyataana yang dibuat oleh penulis

mengenai keaslian atas karya tulis yang disusun.

4. Halaman Abstrak (Bahasa Indonesia)

Halaman abstrak merupakan gambaran garis besar mengenai sisi dari

karya tulis, yang diungkapkan dalam bahasa Indonesia oleh penulis.

5. Halaman Abstrak (Bahasa Inggris)

Halaman abstrak merupakan gambaran garis besar mengenai sisi dari

karya tulis, yang diungkapkan dalam bahasa Inggris oleh penulis.

6. Kata Pengantar

Kata pengantar berisikan ungkapan terim kasih dan puji syukurpenulis

kepada pihak-pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung

berperan serta membantu baik materi maupun non materi dalam

penyusunan karya tulis ini sehingga dapat diselesaikan dengan baiik.

7. Daftar Isi

Daftar isi merupakan susunan informasi atas isu dari karya tulis yang

telah disusun oleh penulis, sehingga memudahkan para pembaca atau

pihak-pihak yang berkepentingan dalam mencari informasi yang

dibutuhkan.

11

Page 12: REVISI METLIT.docx

8. Daftar Tabel

Daftar tabel merupakan ringkasan tabel-tabel yang terdapat dalam

karya tulis ini.

9. Daftar Gambar

Daftar gambar merupakan ringkasan gambar-gambar yang terdapat

dalam karya tulis ini.

10. Daftar Lampiran

Daftar lampiran merupakan daftar yang berisikan informasi tentang

lampiran-lampiran dokumen yang digunakan oleh pihak penulis dalam

penyusunan karya tulis ini.

11. Bagian Utama

Bagian utama terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari sub bab

yaitu sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

G. Sitematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Model Penelitian

C. Populasi dan Sampel

D. Metode Pengumpulan Data

E. Metode Analisis Data

12

Page 13: REVISI METLIT.docx

F. Operasionalisasi Variabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

B. Hasil Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

12. Bagian Akhir

A. Daftar pustaka

B. Lampiran

C. Surat Bukti atas Keterangan Melakukan Penelitian

H. Pendekatan Data dan Keilmuan

1. Keadilan

Banu (dalam Elmiza, dkk. 2014:4) mengatakan “keadilan pajak

adalah salah satu asas dalam aturan perpajakan, tetapi dalam pelaksanaan

hal tersebut sering dianggap masyarakat tidak sesuai dengan maksud

keadilan yang menjadi asas dari perpajakan”.

Sedangkan Mardiasmo (2011:2) mengutarakan bahwa :Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak kepada wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam penerapan pajak

suatu negara adalah adanya keadilan. Hal ini karena secara psikologis

masyarakat menganggap bahwa pajak merupakan suatu beban. Oleh

karena itu tentunya masyarakat memerlukan suatu kepastian bahwa

mereka mendapatkan perlakuan yang adil dalam pengenaan dan

pemungutan pajak oleh negara. Hal ini dimaksudkan agar tidak

menghambat jalannya sistem perpajakan yang ada. Dikarenakan sistem

13

Page 14: REVISI METLIT.docx

pemungutan pajak di Indonesia menggunakan self assesment system,

prinsip keadilan ini sangat diperlukan agar tidak menimbulkan

perlawanan-perlawanan pajak seperti tax avoidance maupun tax evasion.

“Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak

dikenakan kepada orang pribadi harus sebanding dengan kemampuan

dalam membayar pajak dan sesuai dengan manfaat yang diterima.Semakin

adil system perpajakan yang berlaku menurut persepsi wajib pajak maka

kepatuhan akan menurun dan cenderung memicu tindakan penggelapan

pajak.” Ardyaksa ( 2014:477 )

Keadilan pajak menurut Siahaan (dalam Suminarsasi, 2012:6)

dibagi ke dalam tiga pendekatan aliran pemikiran, yaitu:

a. Prinsip Manfaat (benefit principle)

Seperti teori yang diperkenalkan oleh Adam Smith serta

beberapa ahli perpajakan lain tentang keadilan, mereka mengatakan

bahwa keadilan harus didasarkan pada prinsip manfaat. Prinsip ini

menyatakan bahwa suatu sistem pajak dikatakan adil apabila

kontribusi yang diberikan oleh setiap wajib pajak sesuai dengan

manfaat yang diperolehnya dari jasa-jasa pemerintah.Jasa pemerintah

ini meliputi berbagai sarana yang disediakan oleh pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan prinsip ini maka

sistem pajak yang benar-benar adil akan sangat berbeda tergantung

pada struktur pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu prinsip manfaat

tidak hanya menyangkut kebijakan pajak saja, tetapi juga kebijakan

pengeluaran pemerintah yang dibiayai oleh pajak.

b. Prinsip Kemampuan Membayar (ability to pay principle)

Pendekatan yang kedua yaitu prinsip kemampuan

membayar.Dalam pendekatan ini, masalah pajak hanya dilihat dari sisi

pajak itu sendiri terlepas dari sisi pengeluaran publik (pengeluaran

14

Page 15: REVISI METLIT.docx

pemerintah untuk membiayai pengeluaran bagi kepentingan publik).

Menurut prinsip ini, perekonomian memerlukan suatu jumlah

penerimaan pajak tertentu, dan setiap wajib pajak diminta untuk

membayar sesuai dengan kemampuannya.Prinsip kemempuan

membayar secara luas digunakan sebagai pedoman pembebanan pajak.

Pendekatan prinsip kemempuan membayar dipandang jauh lebih baik

dalam mengatasi masalah redistribusi pendapatan dalam masyarakat,

tetapi mengabaikan masalah yang berkaitan dengan penyediaan jasa-

jasa publik.

c. Keadilan Horizontal dan Keadilan Vertikal

Mengacu pada pengertian prinsip kemampuan membayar,

dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua kelompok besar keadilan

pajak:

Keadilan Horizontal

Keadilan horizontal berarti bahwa orang-orang yang

mempunyai kemampuan sama harus membayar pajak dalam

jumlah yang sama. Dengan demikian prinsip ini hanya menerapkan

prinsip dasar keadilan berdasarkan undang-undang. Misalnya

untuk pajak penghasilan, untuk orang yang berpenghasilan sama

harus membayar jumlah pajak yang sama.

Keadilan Vertikal

Prinsip keadilan vertikal berarti bahwa orang-orang yang

mempunyai kemampuan lebih besar harus membayar pajak lebih

besar. Dalam hal ini nampak bahwa prinsip keadilan vertikal juga

memberikan perlakuan yang sama seperti halnya pada prinsip

keadilan horizontal, tetapi beranggapan bahwa orang yang

mempunyai kemampuan berbeda, harus membayar pajak dengan

jumlah yang berbeda pula.

15

Page 16: REVISI METLIT.docx

Jadi dapat disimpulkan keadilan pajak adalah memperlakukan

wajib pajak sesuai dengan haknya, memberikan manfaat berupa

pembangunan sarana umum, untuk memberikan rasa aman bagi

seluruh masyarakat dan untuk membiayai jaminan kesejahteraan dan

pelayanan publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan,

pensiun, bantuan bagi yang belum mendapat pekerjaan, dan

transportasi umum. Bukan sebaliknya, wajib pajak tidak merasakan

adanya manfaat pajak yang telah mereka keluarkan untuk membayar

pajak tetapi disalahgunakan oleh pengelola pajak yang biasanya

digunakan untuk kepentingan sendiri.

2. Sistem Perpajakan

Sistem perpajakan nasional merupakan refleksi dari nilai-nilai

bangsa dan nilai yang dipegang oleh pihak yang memang kekuasaan

politik. Untuk menciptakan sistem perpajakan, sebuah bangsa harus

membuat pilihan terkait distribusi beban pajak, siapa yang akan membayar

pajak dan seberapa banyak mereka harus membayar, dan bagaimana pajak

yang telah dipungut kemudian dibelanjakan. Dalam sistem demokrasi

dimana rakyat memilih orang-orang yang bertanggung jawab dalam

menjalankan sistem perpajakan, pilihan rakyat menunjukkan jenis

komunitas yang ingin diciptakan oleh rakyat. Pada negara yang rakyat

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sistem perpajakan,

sistem perpajakan merupakan refleksi dari nilai-nilai dari pihak yang

berkuasa. Menurut McGee (dalam Suminarsasi, 2012:8) mengaitkan

sistem perpajakan dengan tarif pajak dan kemungkinan korupsi dalam

sistem apapun.

Menurut Mardiasmo (2011:7) sistem pemungutan pajak dibagi

menjadi 3(tiga) yaitu Official Assessment System, Self Assessment System,

dan With Holding System. Sistem yang dipakai oleh Indonesia dalam

16

Page 17: REVISI METLIT.docx

sistem perpajakannya memakai self assessment system, dimana Wajib

Pajak yang berperan aktif dalam menghitung, melaporkan dan membayar

pajaknya. Pemerintah dalam hal ini hanya bertindak sebagai pengawas

dari jalannya kegiatan perpajakan.

Wajib Pajak diwajibkan menghitung, memperhitungkan dan

membayar sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan

besarnya pajak yang terutang berada pada Wajib Pajak sendiri. Sistem

perpajakan juga merupakan keseluruhan yang terpadu dari satuan kegiatan

perpajakan yang berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan dalam

perpajakan itu sendiri.

3. Kepatuhan

Kepatuhan menurut jurnal Handayani dan Cahyonowati (2014:2)

adalah “Kepatuhan dalam perpajakan adalah wajib pajak melakukan

kewajiban untuk melaksanakan perpajakan.”

Apabila wajib pajak memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dalam

perpajakan maka wajib pajak akan semakin beretika untuk tidak

melakukan tindakan penggelapan pajak (tax evasion).

4. Etika

Menurut Rachmadi (2014:17) dalam penelitiannya “Secara

etimologis, etika berasal dari kata Yunani, yang berarti adat istiadatatau

kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup

yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau

berkelompok”.

Merujuk pada uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa etika

pajak adalah peraturan dalam lingkup dimana orang per orang atau

kelompok orang yang menjalani kehidupan dalam lingkup perpajakan,

bagaimana mereka melaksanakan kewajiban perpajakannya, apakah sudah

17

Page 18: REVISI METLIT.docx

benar, salah, baik ataukah jahat. Pendapat para ahli maka etikaadalah 

teori dan pandangan mengenai baik dan buruk perilaku serta memuat

tentang tugas dan kewajiban.

5. Persepsi

Persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan

informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang

lingkungan.Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada

kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan

ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan

demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian

tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang

dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap,

pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu.

Menurut Stephen dalam Tanjung (dalam Herlina, 2013:5)

“Persepsi merupakan proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan,

penilaian, pendapat, memahami, mengorganisir, menafsirkan yang

memungkinkan situasi, peristiwa yang dapat memberikan kesan perilaku

yang positif atau negatif”.

Menurut penelitian Aryobimo (dalam Herlina, 2013:5) “persepsi

wajib pajak tentang kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak.” Persepsi wajib pajak akan mempengaruhi

tindakan wajib pajak sehingga wajib pajak cenderung berusaha

menghindari untuk membayar pajak, salah satu bentuknya yaitu dengan

mengecilkan beban pajak yang harus dibayar termasuk dengan

perencanaan pajak.

Pareek (dalam Rachmadi, 2014:11-12) mengemukakan bahwa

persepsi mencakup dua proses kerja yang saling terkait, yaitu:

18

Page 19: REVISI METLIT.docx

a. Menerima kesan melalui penglihatan, sentuhan dan melalui indera

lainnya.

b. Penafsiran atau penetapan arti atas kesan-kesan inderawi tersebut. Arti

ditetapkan melalui kesan-kesan inderawi dengan struktur pengertian

(keyakinan relevan yang muncul dari pengalaman masa lalu)

seseorang dan struktur evaluatif (nilai-nilai yang dipegang seseorang).

6. Penggelapan pajak

Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang tidak benar yang

dilakukan oleh wajib pajak mengenai kewajibannya dalam perpajakan.

Menurut Mardiasmo (2011:9) “penggelapan pajak (tax evasion) adalah

usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang- undang

(menggelapkan pajak).” Para wajib pajak menggelapkan kewajiban

pajaknya misalnya dengan melakukan pemalsuan dokumen atau mengisi

data dengan tidak lengkap dan tidak benar.

Menurut Elmiza, dkk. (2014:5) dalam jurnalnya penggelapan pajak

adalah “usaha aktif wajib Pajak dalam hal mengurangi, manipulasi

terhadap utang pajak sebagaimana yang telah terutang menurut aturan

perundangundangan”.

Rahman (dalam Ardyaksa, 2014:479) menyatakan penggelapan

pajak diukur dengan indikator sebagai berikut: penerapan tarif pajak dan

pentingnya kerja sama yang baik antara fiskus dan wajib pajak,

penggelapan pajak dianggap beretika karena pelaksanaan hukum yang

mengaturnya lemah dan terdapat peluang terhadap wajib pajak dalam

melakukan penggelapan pajak (tax evasion), integritas atau mentalitas

aparatur perpajakan/fiskus dan pejabat pemerintah yang buruk serta

pendiskriminasian terhadap pelaksanaan pajak, konsekuensi melakukan

penggelapan pajak (tax evasion).

19

Page 20: REVISI METLIT.docx

I. Tim Peneliti

No. Nama Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Anggy Anugrah Pandini

Anni Yusnida Siregar

Irma Mulyani

Luthfia Aristiana

Luwi Adha Diswara

Uswatun Khasanah

Tim Peneliti

J. Jadwal Kegiatan2015Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

Penyusunan ProposalPengumpulan ProposalSeminar ProposalPenyusunan SkripsiPengumpulan DataSidang SkripsiRevisi SkripsiWisuda

2016 2017

K. Anggaran Penelitian

No Anggaran Jumlah1 Biaya Print 500.0002 Biaya Transportasi 500.000

3 Biaya Penyusunan Proposal & Skripsi 1.000.000

4 Biaya Pembimbing 1.000.0005 Biaya Wisuda 2.000.000

Jumlah 5.000.00

0

L. Pedoman Peliputan Data

Pedoman yang digunakan dalam peliputan data yaitu menggunakan

data primer. Data primer diperoleh menggunakan kuisioner yang dibagikan

kepada wajib pajak yang ada di Daerah Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

20

Page 21: REVISI METLIT.docx

Selain itu data diperoleh dari buku – buku dan informasi yang berasal dari

jurnal di internet.

M. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian adalah penelitian

dasar (basic research) karena peneliti ingin memperkaya ilmu

pengetahuan. Jenis penelitian diharapkan diperoleh informasi yang cukup

memadai dengan mutu yang tinggi adalah penelitian survey. Karena

peneliti terjun langsung kepada masyarakat.

2. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian

Kuantitatif. Karena peneliti berusaha menjelaskan keadaan yang terjadi

saat ini pada pemasalahan yang diambil peneliti.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Sekaran (2006:121) “populasi mengacu pada

keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin

peneliti investigasi”. Sedangkan Nasution (2003:1) bependapat bahwa

populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti.Populasi

dari penelitian ini adalah para Wajib Pajak Orang Pribadi di daerah

Tangerang Selatan.

b. Sampel

Menurut Sekaran (2006:123) “sampel adalah sebagian dari

populasi”. Sedangkan Nasution, (2003:1) sampel adalah bagian dari

populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harfiah

berarti contoh). Sampel yang digunakan adalah para Wajib Pajak

Orang Pribadi di daerah Pamulang dan sekitarnya.

21

Page 22: REVISI METLIT.docx

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Penelitian ini melakukan observasi di daerah Pamulang dan

sekitarnya untuk mengetahui bagaimana pengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi di daerah Pamulang dan sekitarnya.

b. Kuesioner

Penelitian ini juga melakukan penyebaran kuesioner.

Penyebaran kuesioner ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung

responden ke lapangan, agar lebih meyakinkan bahwa data yang

dikumpulkan memang diisi oleh para Wajib Pajak Orang Pribadi di

daerah Pamulang dan sekitarnya mengenai pengaruh keadilan, sistem

perpajakan dan pemahaman Wajib Pajak terhadap etika penggelapan

pajak.

c. Studi Pustaka

Penelitian ini berpedoman pada beberapa jurnal dan penelitian

terdahulu yaitu :

1) Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Dan Diskriminasi

Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak

(Tax Evasion), Penulis Mesri Elmiza , Popi Fauziati ,Yunilma pada

tahun 2012

2) Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Ketepatan Pangalokasian,

Kecurangan, Teknologi dan Infomasi Tehadap Tax Evasion,

Penulis Theo Kusuma Ardyaksa dan Kiswanto pada tahun 2014

3) Faktor-Faktor Yang Mampengaruhi Perencanaan Wajib Pajak Di

Surabaya, Penulis Herlina dan Agus Arianto Toly pada tahun 2013

4) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak

Mengenai Penggelapan Pajak, Penulis Annisa’ul Handyani M dan

Nur Cahyonowati pada tahun 2014

22

Page 23: REVISI METLIT.docx

5) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Orang

Pribadi Atas Perilaku Penggelapan Pajak (Studi Empiris Pada

Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Semarang Candisari),

Penulis Wahyu Rachmadi pada tahun 2014

6) Pengaruh persepsi system perpajakan, keadilan pajak, diskriminasi

pajak dan pemahaman perpajakan terhadap perilaku penggelapan

pajak(Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang PribadiTerdaftar di

KPP Pratama Purworejo), penulis Muhammad Ary Wicaksono

pada tahun 2014

7) Determinan Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak

(Tax Evasion) (Studi pada Mahasiswa jurusan akuntansi fakultas

ekonomi dan bisnis Universitas Brawijaya), penulis Devi Nur

Cahya Ningsih tahun 2014

8) Pengaruh keadilan, sistem perpajakan, dan diskriminasi terhadap

persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax

evasion), penulis Wahyu Suminarsasi dan Supriyadi tahun 2012

9) Dampak kasus penggelapan pajak di Indonesia terhadap

kepatuhan wajib pajak di Kota Padang, penulis Putra, Firmanto

Rahmad dkk tahun 2011.

5. Pengolahan dan Analisis Data

6. Analisis data yang akan dilakukan peneliti adalah menganalisis data langsung

kepada para Wajib Pajak Orang Pribadi dengan menyebakan kuesioner secara

langsung kepada responden. Tahapan yang dilakukan peneliti adalah sebagai

berikut:

a. Validitas

b. Relabilitas

c. Uji Asumsi Klasik

d. Regresi

e. Korelasi

23

Page 24: REVISI METLIT.docx

f. Koefisien Determinasi

g. Uji T

h. Uji F

7. Operasionalisiasi Variabel

a. Primer

Menurut Sugiyono (2011:137) sebagai berikut “Sumber primer

merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data”.

Data primer dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner yang

akan dibagikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi di daerah

Pamulang.

Variabel Dimensi Indikator Skala

Keadilan

(X1)

Maksud keadilan yang menjadi asas dari perpajakan.

Ketidak

percayaan

masyarakat

terhadap

keadilan dalam

pelaksanaan

sistem

perpajakan

Tidak meratanya

pendistribusian

dana pajak ke

masyarakat.

Sistem

Perpajakan

(X2)

Tinggi rendahnya tarifPajak

Perubahan

sistem

perpajakan yang

kurang fleksibel

Perubahan iklim ekonomi yang terjadi

Kepatuhan

(X3)

Tingkat

kepatuhan

Wajib Pajak

Kurangnya

kepatuhan

dalam

pembayaran dan

Kepatuhan

mengenai

perpajakan kurang

24

Page 25: REVISI METLIT.docx

pelaporan pajak

Persepsi

wajib pajak

mengenai

etika

Penggelapan

Pajak (Y)

Pemahaman

mengenai

etika dalam

perpajakan

Kurangnya

pemahaman dan

kesadaran

mengenai etika

penggelapan

pajak

Banyaknya kasus

penggelapan pajak

yang dilakukan

oleh oknum atau

petugas pajak.

b. Sekunder

Menurut Sugiyono (2011:137) sebagai berikut “Sumber

sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dengan cara

membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang

bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan.” Data

sekunder dalam penelitian ini yaitu undang-undang perpajakan, jurnal-

jurnal ilmiah serta buku-buku yang membahas mengenai perpajakan.

X1 = Dimensi keadilan yang dirasakan oleh wajib pajak orang

pribadi di daerah Pamulang

X2 = Dimensi Sistem perpajakan yang dirasakan oleh wajib

pajak orang pribadi di daerah Pamulang

X3 = Dimensi Kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam

pembayaran dan pelaporan pajak

Y = Persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai etika

penggelapan pajak.

25

Page 26: REVISI METLIT.docx

N. Daftar Pustaka

Ardyaksa, Theo Kusuma dan Kiswanto.2014.Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak,

Ketepatan Pangalokasian, Kecurangan, Teknologi dan Infomasi

Tehadap Tax Evasion.Accounting Analysis Journal.ISSN 2252-6765

Augustine, Yvonne dan Robert Kristaung.2013.metodologi penelitian bisnis

dan akuntansi.dian rakyat.Jakarta

Bina fiscal Indonesia.2014.Brevet A&B Jilid 1.Jakarta

CNN Indonesia.Bisnis.liputan6.com. Diakses 24 desember 2015

Direktorat Jendral Pajak.2012.Susunan dalam satu naskah undang – undang

perpajakan

Elmiza, Mesri dkk.2012.Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Dan

Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika

Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

Handyani M, Annisa’ul dan Nur Cahyonowati.2014. Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan

Pajak. Diponegoro journal of accounting Volume 3, Nomor 3, Tahun

2014, Halaman 1-7. ISSN (Online): 2337-3806

Herlina dan Agus Arianto Toly.2013.Faktor-Faktor Yang Mampengaruhi

Perencanaan Wajib Pajak Di Surabaya.Tax and Accounting Review,

Vol. 3, No.2, 2013

Kamus besar bahasa Indonesia.http://kbbi.web.id/penelitian. Diakses 25

Desember 2015

Mardiasmo.2013.perpajakan edisi revisi.Andioffset.Jakarta

26

Page 27: REVISI METLIT.docx

Nasution, Rozaini.2003.Teknik Sampling.USU digital library : Sumatera Utara

Ningsih, Devi.2014.Determinan persepsi mengenai etika atas penggelapan

pajak ( tax evasion ) ( studi pada Mahasiswa jurusan Akuntansi

fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Brawijaya )

Putra, Firmanto Rahmad dkk.2011.Dampak kasus penggelapan pajak di

Indonesia terhadap kepatuhan wajib pajak di Kota Padang

Rachmadi, Wahyu.2014.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib

Pajak Orang Pribadi Atas Perilaku Penggelapan Pajak (Studi Empiris

Pada Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Semarang

Candisari).Universitas Diponegoro : Semarang.

Sekaran, Uma.2007.Research Methods For Businesss Buku 2 Edisi 4.Salemba

Empat : Jakarta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Suminarsasi.2012.Pengaruh keadilan,sistem perpajakan, dan diskriminasi

terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak ( tax

evasion )

Wicaksono, Ary.Pengaruh persepsi sistem perpajakan,keadilan

pajak,diskriminasi pajak dan pemahman pajak terhadap etika

kewajiban pajak ( studi empiris pada wajib pajak orang pribadi

terdaftar di KPP Pratama Purworejo )

www.pajak.go.id . diakses 22 Desember 2015

www.kabanten.com .diakses 22 Desember 2015

Zain, Muhammad.2005.Manajemen perpajakan.Salemba empat.Jakarta

27