78

Informasi Vol 12_ No. 02 2007

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ebook

Citation preview

Page 1: Informasi Vol 12_ No. 02 2007
Page 2: Informasi Vol 12_ No. 02 2007
Page 3: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

i

PENGANTAR REDAKSI

Penerbitan Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan SosialVolume 12 Nomor 02 ini menyajikan enam artikel yang membahas: Tinjauan Teoritistentang Resistensi Petani, Membangun dan Memberdayakan Masyarakat, MembangunKeluarga Berketahanan Sosial, Pelayanan Sosial Terkait Dengan Anak yang Dilibatkandalam Perdagangan NAPZA, Peningkatan Kesejahteraan Sosial KAT Berbasis KearifanLokal untuk Mewujudkan Kehidupan KAT sebagaimana masyarakat pada umumnya.

Masyarakat petani di Indonesia, faktanya merupakan masyarakat yangtermarjinalisasi. Proses marjinalisasi ini sudah terjadi pada abad 18 hingga abad 20 ini.Mereka terus menerus menghadapi tekanan-tekanan dan kebijakan yang tidak berpihakpada kesejahteraan mereka dan kebijakan itu malahan semakin menjadikan mereka hidupdalam kesulitan. Permasalahan ini dibahas oleh Oetami Dewi dalam tulisannya, “ResistensiPetani : Suatu Tinjauan Teoritis”.

Diuraikan oleh Suradi dalam tulisannya “Membangun dan MemberdayakanMasyarakat : Pendekatan Pekerjaan Sosial Generalis”, bahwa pembangunan dalam rangkamemberdayakan masyarakat yang tepat apabila dilaksanakan berdasarkan prinsip dari,oleh dan untuk masyarakat sendiri. Sehubungan dengan itu, maka intervensi pemerintahperlu mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan masyarakat tersebut, danmengintegrasikan berbagai dimensi yaitu sosial, budaya, ekonomi, politik, lingkungandan personal/spiritual. Melalui pendekatan terintegrasi ini, maka akan tercapai tarafkehidupan masyarakat yang lebih baik.

Dewasa ini, keluarga menghadapi dampak perubahan sosial yang sangat cepat.Irmayani dalam tulisannya “Membangun Keluarga Berketahanan Sosial Dalam EraModernisasi”, menguraikan, bahwa keluarga yang berketahanan sosial, adalah keluargayang mampu bertahan terhadap berbagai perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Padaera modernisasi ini, keluarga diharapkan mampu melaksanakan fungsinya, membina danmenjaga hubungan dengan keluarga besarnya, serta mampu mencegah dan mengatasimasalahnya.

Keluarga yang tidak memiliki ketahanan sosial, dapat berdampak pada kehidupananak antara lain anak terlibat dalam perdagangan NAPZA. Permasalahan anak yang terlibatdalam perdagangan NAPZA atau Child Drugs Trafficking (CDT) merupakan masalah yangharus segera diselesaikan, kareana melanggar hak-hak anak. Penyelesaian masalah initidak bisa oleh satu pihak saja, tetapi semua pihak perlu saling bekerjasama. Dalam halini, peranan pekerja sosial sangat penting, selain tentunya polisi, hukum, dan kedokteranyang selama ini menanganinya. Permasalahan ini dibahas oleh Hari Hariyanto dalamtulisannya ”Pelayanan Sosial Bagi Anak Yang Dilibatkan Dalam Perdagangan Napza :Pengalaman Bekerja Bersana Anak Jalanan di Rumah Pendampingan Sementara di JakartaTimur”.

Page 4: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

i i

Rustanto dalam tulisannya ”Peningkatan Kesejahteraan Sosial Komunitas AdatTerpencil Berbasis Kearifan Lokal’ menguraikan, bahwa manusia dan lingkungan alammerupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling menentukankelangsungan hidup masing-masing. Oleh karena itu, manusia hendaknya dapatmemperlakukan alam secara arif dan bijaksana, sehingga alam mampu memberikan dayadukung secara berkelanjutan dari generasi ke generasi. Hidup serasi dengan alam inidicontohkan oleh KAT. Melalui kearifan lokal dan persahabatan dengan hutan, pepohonan,mata air dan gunung, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari denganmenjaga alam tetap lestari.

KAT adalah komunitas yang menghadapi berbagai keterbatasan untuk memenuhikebutuhan sosial dasarnya. Oleh karena itu, mereka perlu diberdayakan agar dapatmenjalani kehidupan sebagaimana masyarakat pada umumnya. Namun demikian, upayamewujudian KAT ini tampaknya masih dihadapkan pada berbagai kesulitan. Oleh karenaitu, yang diperlukan adalah kebijakan dan program yang menjembatani kepentinganKAT, dan menerjemahkan nilai-nilai sosial budaya mereka ke dalam kegiatan nyata untukmemperbaiki kehidupan dan meningkatan kesejahteraannya. Hal ini dibahas olehSugiyanto dan Moch. Syawie dalam tulisannya ”Mewujudkan Komunitas Adat TerpencilSejajar dengan Masyarakat Pada Umumnya”.

REDAKSI

Page 5: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

1

RESISTENSI PETANI :SUATU TINJAUAN TEORITIS

Oetami Dewi

Abstract. If we are talking about the resistance, we can’t avoid talking and discussing about thepeasant, because the concept for resistance actually came from the peasant. Briefly in this paperI would like to convey that if we want to know deeply about the resistance we should now firstabout the history and concept for building the theory. In this paper, try to make many differencesand understanding meaning from many references that talking about resistance relating to thepeasant. That resistance can be divided into many meaning, and the main resistances are activeand passive resistance. For passive the characteristics are different than in active resistance by theappearance from the kind of how the peasant react to what they think it could be different fromwhat they want to. But for active resistance the appearance more destructive than in passive, sincetheir willingness never gives more attention until they can’t stand up anymore. The form of resis-tance also many kinds relating to the situation, condition and the culture form the communities.

Key word : resistance, the peasant

I. PENDAHULUAN

Konsep tentang petani perlu diperjelasterlebih dahulu sebelum berbicara kontekshubungan petani dengan kelompok sosiallainnya. Pengertian petani dibedakan antarafarmer dan peasant. Farmer adalah petani yangmenguasai faktor produksi secaramemadai, tanah pertanian yang relatif luas,mampu mengakumulasi surplus usahataninya. Mereka memiliki modal usaha danjaringan sosial yang kuat dengan tokoh-tokoh dari kelas sosial atas, seperti elitepolitik dan elite ekonomi. Farmer ini jugadigolongan sebagai kelompok petanilapisan atas yang mengadopsi budaya kelasdominan dalam struktur negara, sehinggakebudayaan farmer dalam terminologiRedfield dan Singer (1971) disebut Great Tra-dition. Berbeda dengan farmer, petani yangtermasuk dalam pengertian peasant adalah

petani yang menguasai sedikit sumber dayaalam. Mereka sering disebut petani gurem,dan termasuk buruh tani yang tidakmemiliki tanah dan meng-gantungkanhidupnya pada kerja bagi hasil. Peasant inimemiliki pandangan dan gaya hidup yangberbeda dengan farmer. Mereka ini disebutmengembangkan budaya kecil, atau budayamarginal yang berbeda dengan budaya yangdikem-bangkan oleh lapisan penguasa.

Secara umum kita dapat membedakanatau melihat empat tradisi konseptualutama dalam pembahasan tentang ke-beradaan kaum tani (peasantry) sebagai halyang khusus, meliputi seluruh jenis struktursosial, yang mempengaruhi ilmu penge-tahuan sosial pada jaman ini yakni: teorikelas Marxist, tipologi ilmu ekonomi khusus,tradisi etnografi budaya, dan tradisiDurkheimian yang dikembangkan oleh

Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Page 6: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

2

Kroeber dan sejawatnya dalam teoriperubahan sosialnya ke sosiologi fungsional(Shanin, 1971: 13-14).

Tradisi Marxist tentang analisa kelasmenggunakan perspektif pemahamanterhadap kaum tani dalam konteks polahubungan kekuasaan. Petani digambarkansebagai masyarakat produsen pre-capitalistyang dieksploitasi dan ditindas.Pendekatan ini dapat dilacak dari karyaMarx dan Engels.

Kemudian petani (peasant) dipahamisebagai awal dari tata sosial. Ciri-ciri ininampak dari sisa-sisa dasar strukturkekuatan sosial. Tradisi kedua, memandangstruktur sosial petani ditentukan oleh suatujenis ekonomi khusus, hal yang sangatpenting di mana kepalsuan dianggap carakeluarga petani bekerja. Pendekatan inidikembangkan oleh Marx, tapi secaraeksplisit dibuat Vasil’cakov dan secarakeseluruhan dibangun Chayanov. Tradisiketiga, yaitu berakar dari etnografi Eropadan antropologi Barat tradisional yangcenderung mendekati petani sebagairepresentasi dari tradisi nasional awal,telah mengikuti suatu alur yang agakkompleks. Dasar dualisme yang diterimaoleh Durkheim dan generasinya membagimasyarakat ke dalam tradisional danmodern atau organik di atas pembagiankerja dan interaksi dari berbagai unit.Kroeber menempatkan masyarakat petanidalam posisi tengah bagian masyarakatdengan bagian budaya tersendiri. Peasantsebagai bagian segmen telah diulas olehRedfield, dan diterima sebagai dasarkonseptulisasi oleh mayoritas antropologAmerika.

Menurut Shanin (1971: 14-15), batasanterhadap masyarakat petani secara umummeliputi empat hal utama, yakni:

1. Kebun keluarga petani merupakan unitdasar dari organisasi sosial yangmulti-dimensional. Hanyalah keluarga

yang menyediakan tenaga kerja padakebun, dan hanyalah kebun yangmenyediakan kebutuhan konsumsikeluarga dan pembayaran kewajiban-kewajibannya kepada pemilik ataupenguasa ekonomi dan politik.Tindakan ekonomi melekat denganhubungan keluarga, dan alasanmaksimalisasi laba dalam terminologiuang jarang nampak secara tegas ataueksplisit. Produksi kebun keluargasebagai unit utama bagi sosialisasi,kemampuan membangun hubungansosial dan kesejahteraan.

2. Lahan pertanian merupakan alat utamamata pencarian yang secara langsungmenyediakan bagian terbesarkebutuhan konsumsi. Pertaniantradisional meliputi suatu kombinasitugas spesifik pada suatu spesialisasitingkat rendah dan latihan suatukebebasan. Dampak alam yang secaraterbatas penting bagi mata pencariandari unit produksi kecil dengan sumberdaya terbatas.

3. Budaya tradisional yang khususberhubungan dengan cara hidupmasyarakat kecil. Corak budaya petaniyang spesifik telah dicatat olehberbagai peneliti. Sebagai contoh,keunggulan sikap kompromis dantradisional, yaitu, pertimbangantindakan individu dalam halpengalaman masa lalu dan kehendakmasyarakat. Sedikit bagian dari polabudaya ini berhubungan dengankarakteristik masyarakat kecil, suatutambahan mendeskripsikan masya-rakat petani.

4. Posisi kaum tani tidak pernahdiperhitungkan, hidup kaum tanididominasi oleh orang luar. Pokokpermasalahan politis mereka adalahantar hubungan dengan budayasubordinat dan ekploitasi ekonomimelalui pajak, sewa, kepentingan dan

Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Page 7: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

3

pola perdagangan yang tidak disukaikaum tani. Namun dalam beberapakondisi, mereka dapat berubahmenjadi kaum proletariat yangrevolusioner dalam perubahan waktu.

II. PERSPEKTIF TEORITISRESISTENSI PETANIDalam perspektif teoritis yang

menyatakan petani sebagai sistem ekonomikhusus, kaum tani digambarkan memilikisistem ekonomi yang berbeda dengansegmen masyarakat lainnya. Karakterekonomi petani ini ditandai oleh bentukusaha taninya yang bersifat subsisten,berorientasi pada pemenuhan kebutuhankeluarga dan bukan kebutuhan pasar.Keberlangsungan pemenuhan kebutuhankeluarga dalam jangka panjang lebihbermakna dari pada keuntungan besarjangka pendek, namun beresiko bagikejatuhan ekonomi rumah tangganya.Mereka ini merupakan petani tradisionaldan berusaha keras mempertahankantradisi-tradisi yang memberikan jaminankeamanan subsisten rumah tangganya.

Kebijakan pembangunan pertanianyang mengarah pada modernisasi sistempertanian, akan mendapat reaksi negatifdari masyarakat petani (peasant) karenadianggap mengancam keamanan subsistensimereka. Modernisasi pertanian terjadiseiring dengan proses penetrasi kapitalismepada masyarakat petani akan ditentangkeras karena mengancam kepentinganekonomi mereka.

Masyarakat petani cenderung untukterus melekat pada cara hidupnya yangtradisional. Setiap hal yang baru menurutmereka akan membahayakan keseim-bangan yang ada. Pada waktu yangbersamaan, masyarakat petani juga akanmendukung usaha mempertahankanhubungan-hubungan sosial yang tradi-

sional, dan pengeluaran dana-danaseremonial yang diperlukan untukmenopang hubungan-hubungan itu. Selamahubungan-hubungan itu dapat diper-tahankan, masyarakat petani dapat menolakpenetrasi lebih lanjut oleh tuntutan-tuntutan dan tekanan-tekanan dari luar.Sementara mereka memaksa anggota-anggotanya yang lebih beruntung untukmembagi sebagian dari kerja dan barang-barang mereka dengan tetangga-tetanggamereka yang kurang beruntung (Wolf, 1985:26). Prinsip harmoni sosial budaya dalamkehidupan masyarakat petani di Jawadikemukakan oleh Geertz (1983), ditandaioleh tertib sosial atau harmoni sosial yangtidak menyuburkan munculnyapertentangan kelas sosial akibatmemburuknya hubungan kepemilikantanah. Konsep harmoni sosial-budaya didalam kehidupan masyarakat petanitersebut dapat meredam seluruh potensikonflik, sehingga tidak menimbulkangangguan yang serius di dalam kehidupanmereka.

Masyarakat petani biasanya berbentukkelompok primer atau asosiasi kecil yangsaling berhubungan dan terikat olehhubungan emosional yang alamiah.Kelompok primer dalam masyarakat petaniini berawal dari ikatan keluarga, kete-tanggaan dan pengelompokkan yangbersifat lokal. Bentuk-bentuk interaksisosial dalam kelompok primer biasanyaditandai oleh adanya tingkat formalitasyang rendah, memiliki tujuan interaksi tidakspesifik, dan tidak dilandasi oleh prinsip-prinsip hubungan yang rasional. Olehkarena itu, kelompok primer dalammasyarakat petani sering berfungsi secaraekonomi, sosial dan politik. Kelompokprimer dapat berperan untuk mengatasimasalah subsistensi rumah tanggapetani, dan tetangga yang terdekatdapat membantu dengan memberi pinjamanuntuk membeli bahan pangan(Blanckenburg dan Sachs, 1990: 31-32).

Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Page 8: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

4

James Scott (1981) menyatakan, bahwasemangat kolektif masyarakat petani yangterwujud dalam aktivitas tolong-menolongserta memandang permasalahan darikepentingan kolektif merupakan meka-nisme sosial untuk menyelamatkan diri darikondisi yang secara ekonomi rentanterhadap bahaya kekurangan pangan. Parapetani menganut azas pemerataan, denganpengertian membagikan secara merata apayang terdapat di desa yang dilandasikepercayaan kepada hak moral para petaniuntuk dapat hidup secara cukup. Adamekanisme sharing antara petani yang kayakepada yang miskin melalui berbagaibentuk hubungan ekonomi dan sosialsebagai tanda bahwa petani kaya telahmembagi surplus ekonominya kepadakomunitas petani di desanya. Para petanimenganut moral ekonomi mendahulukanselamat, dari pada berorientasi padamaksimalisasi profit. Kehidupan ekonomipetani yang relatif miskin dan beradadiambang garis kemiskinan, sehinggamereka lebih mengutamakan keselamatanekonomi dalam jangka panjang dan tidaktertarik pada kemungkinan memperolehkeuntungan dalam jangka pendek meskipunberesiko pada kehancuran ekonomi mereka.

Moralitas ekonomi mendahulukankeselamatan ini merupakan kunci untukmemahami resistensi petani. Petanicenderung menolak perubahan pola-polahubungan ekonomi dan sosial yang selamaini dianggap merupakan jaminan bagikeamanan subsistensi mereka. Prinsipmendahulukan keselamatan merupakansumber kekuatan moral bagi masyarakatpetani untuk menolak perubahan, danbersikap resisten terhadap perubahan ataukenyataan sosial yang tidak memberipilihan lain.

Perspektif moral ekonomi itu ditentangoleh Popkin (1979). Dalam perspektif teoriPopkin, resistensi petani merupakan pilihanrasional terhadap berbagai alternatif yangtersedia. Popkin memiliki premis, bahwaperilaku manusia selalu dilandasi motifmencari keuntungan atau kemanfaatan yangsebesar-besarnya. Basis premis yangdikembangkan Popkin adalah setiapindividu memiliki kebebasan untuk memilihperilaku yang paling efisien guna mencapaikeuntungan yang maksimal bagi dirinya.Relasi sosial dalam perspektif Popkinmerupakan perjuangan kepentinganekonominya sendiri bukan dilandasi olehpertimbangan moral kolektif. Setiap petanidalam masyarakat petani pada dasarnyatermotivasi menuntut keuntungan daritindakan kolektif dengan partisipasi sekecilmungkin. Bagi Popkin, semua bentukperlawanan petani bukan untuk menentangRevolusi Hijau atau perubahan, melainkanperlawanan terhadap kekuasaan elite desadan petani kaya yang mengatasnamakanmasyarakat petani, padahal tujuanmemperkuat institusi yang menguntungkanmereka. Gerakan perlawanan petani terjadiketika sebagian besar individu merasadirugikan, dan bukan sebagai reaksidefensif untuk mempertahankan institusitradisional mereka dan norma-normaresiprositas yang ada dalam masyarakat.

III. BENTUK-BENTUKRESISTENSI PETANI

James C. Scott (2000) dalam bukunyaSenjatanya Orang-orang Yang Kalah,mengupas bagaiman cara masyarakat petaniyang lemah dan selalu kalah menentangkelakuan semena-mena dan eksploitatif darikelompok ekonomi dan politik yang kuat,baik yang berasal dari dalam masyarakat

Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Page 9: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

5

mereka sendiri maupun yang datang dariluar. Masyarakat petani yang lemah padadasarnya tidak pernah berhenti menentangketidakadilan yang menimpa diri mereka,seperti pemerintah dan aparatnya yangmemperlakukan mereka secara tidak adil.Perasaaan diperlakukan tidak adil inilahyang sering memicu timbulnya konflikantara masyarakat petani miskin dengankelompok mapan yang mereka anggapsebagai sumber ketidakadilan.

Dalam studinya di Sedaka - Malaysiatersebut Scott menunjukkan, bahwa pro-gram Revolusi Hijau telah merubah tatanansosial ekonomi di perdesaan Malaysia.Negara memiliki peranan yang luas dalamproses tranformasi perdesaan melaluiprogram modernisasi sistem pertanianpadi, telah menggeser hubungan antarapetani kaya dan petani miskin. RevolusiHijau telah memperkuat daya akumulasisurplus ekonomi bagi petani kaya, menjadibertambah kaya, sebaliknya justrumengurangi kemampuan petani miskinuntuk memanfaatkan isentif material yangditawarkan oleh Revolusi Hijau, sehinggapetani miskin cenderung menjadi semakinmiskin. Petani miskin yang lemah dan selalukalah menunjukkan eksistensinya melaluieveryday form of resistance dalam bentukperlawanan terselubung yang munculsebagai reaksi terhadap everyday form of re-pression yang dilakukan tuantanah dan petani kaya. Perlawananmasyarakat petani yang lemah itumerupakan perlawanan terhadap dampakRevolusi Hijau yang mengancam keamanansubsistensi mereka. Petani miskin secaraperorangan melakukan tindakan-tindakanperlawanan terhadap negara karenanegara melakukan penetrasi di dalamproses transformasi hubungan-hubunganproduksi dengan proses mekanisasipertanian dan modernisasi pertanian.

Petani lemah itu melakukan per-lawanan sehari-hari secara terselubung,karena mereka tidak memiliki wadahorganisasi politik formal, berbeda dengankelas menengah dan kaum cendekiawanyang memiliki organisasi politik danpemimpin formal dalam memperjuangkankepentingannya. Masyarakat petani yanglemah ini melakukan bentuk pertarunganjangka panjang, antara petani dan pihakyang mencoba menyerobot pekerjaan,makanan, sewa, dan bunga dari mereka.Senjata yang dipergunakan oleh masya-rakat petani lemah ini, antara lainmemperlambat pekerjaan, bersifat pura-pura, pelarian diri, pura-pura memenuhipermohonan, pencurian, penyabotan,dan sebagainya. Mereka hampir tidakmemerlukan koordinasi atau perencanaan,menggunakan pemahaman implisit sertajaringan informal, sering mengambil bentukmengurus sendiri, dan mereka secara khasmenghindari konfrontasi simbolis yanglangsung dengan penguasa. Cara-caraseperti ini dalam jangka panjang justruterbukti paling efektif. Teknik-teknik low-profile ini sangat cocok untuk struktur sosialkelas petani, tanpa organisasi formal dansiap untuk melakukan kampanye defensifmenghabiskan tenaga lawan dengan gayagerilya. Tindakan-tindakan perlawananyang dilakukan secara perorangan,diperkuat dengan budaya perlawananrakyat dan diperbanyak ribuan kali, padaakhirnya akan meneguhkan ‘batu karang’ekonomi dan politik mereka. Sebagianbesar dengan cara inilah kelas petanimenyatakan kehadiran politisnya. Dansetiap saat, kapal besar yang bernamanegara dapat saja kandas pada batu karangperlawanan rakyat petani ini (Scott, 2000:xxiii-xxiv).

Perlawanan sehari-hari masyarakatpetani ini secara empiris historis terbuktilebih tangguh dibandingkan dengan

Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Page 10: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

6

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial, Vol 11, No. 03, 2006 : 1-17

perlawanan formal dan terbuka. Pada abadke-19 sampai dengan permulaan abad ke-20, di Pulau Jawa sering muncul gerakanRatu Adil. Gerakan ini merupakan wadahdari para petani miskin melawanketidakadilan yang disebabkan olehtindakan semena-mena baik dari pihakkapitalis perkebunan, aparat pemerintahkolonial atau tindakan kolutif antarakeduanya. Namun gerakan-gerakan itudengan cepat dapat dibasmi oleh aparatkolonial Belanda dengan tindakan represifdan dengan korban manusia yang besar(Soetrisno, 2000: xviii).

Perlawanan petani dapat mengambilbentuk yang terbuka, keras dan ter-oganisasi secara formal. Radikalisasi petanimerupakan istilah yang sering dipakaiuntuk menggambarkan perlawanan petanisecara terbuka dan menggunakan carakekerasan dalam mencapai tujuan.Kuntowijoyo (2002: 6) menyatakan bahwakecenderungan petani menjadi bersikapradikal tidak dapat dilepaskan dari peranideologi ratu adil atau jihad fi-sabilillah.Menurut Landsberger dan Alexandrov(1981), ideologi merupakan wahanapembimbing alam pikiran bagi parapendukung gerakan sehingga mereka inimemiliki kesadaran kesamaan nasib danoleh karena itu juga memiliki “musuh” yangsama.

Pada umumnya bentuk perlawananpetani yang radikal sangat jarang dapatdikelola menjadi organisasi asosiasionaldengan berbasiskan massa yang luas. Halini terjadi karena gerakan petani tradisionalpada umumnya diorganisasi tidak melebihitingkat masyarakat petani yang ber-sangkutan, sesuai dengan karakteristkorganisasi petani. Karl Marx (1971: 230)menyatakan bahwa masyarakat petani yangtersebar luas di negeri Perancis itu ibaratsekarung kentang. Petani-petani kecilmembentuk satu massa yang besar, dan

anggota-anggotanya hidup dalam kondisi-kondisi yang serupa, namun tanpamengadakan hubungan yang bermacam-macam satu sama lain. Mode of productionmereka mengisolasi mereka dalamhubungan timbal-balik. Petani dengan lahansempit hidup berdampingan. Beberapapuluh dari mereka membentuk sebuahkampung, dan beberapa puluh kampungmembentuk sebuah distrik. Dengan caraseperti itu, masyarakat petani Perancisterbentuk dengan cara men-jumlahkansatuan-satuan yang sesuai, sama sepertikentang-kentang dalam sebuah karungmerupakan sekarung kentang (much as po-tatoes in a sack form a sack of potatoes). Berjuta-juta keluarga hidup di bawah kondisi-kondisi eksistensi ekonomisyang memisahkan cara hidup mereka,kepentingan-kepentingan mereka danmenempatkan mereka dalam kedudukanbermusuhan. Namun karena di antarapetani-petani kecil itu hanya salinghubungan bersifat lokal saja, dan identitaskepentingan mereka tidak melahirkanpersatuan, kesatuan nasional, atauorganisasi politik, maka mereka tidakmerupakan kelas. Oleh karena itu, merekatidak mampu menegakkan kepentingankelas mereka atas nama mereka sendiri,apakah itu melalui parlemen atau melaluisuatu konvensi. Mereka tidak dapatmewakili mereka sendiri, tetapi merekaharus diwakili.

Memperhatikan kondisi organisasipetani miskin (peasant) seperti yangdigambarkan Marx di atas, makakebanyakan pemimpin dalam gerakanperlawanan petani yang radikal munculdari lapisan kelas menengah di desa.Sebagai contoh, pemberontakan petaniBanten tahun 1888 dipimpin oleh tokoh-tokoh keagamaan seperti kyai dan gurutarekat yang merupakan sosok pemimpinkarismatik di Banten. Pemimpin keagamaan

Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Page 11: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

7

Perlindungan Anak di Nusa Tenggara Barat (Suradi)

ini mampu menyebarkan gagasaneskatologis Islam mengubah para anggotatarekat atau jamaahnya menjadi kelompokrevolusioner yang militan, dan memilikisolidaritas keanggotaan yang kuat. Ajarantarekat nampaknya mempunyai daya tarikyang kuat bagi kaum tani yang tergolonglapisan sosial bawahan di Banten(Kartodirdjo, 1984).

Salah satu ciri dari gerakan perlawananpetani radikal adalah tujuan gerakanperlawanan tersebut untuk mengubahtatanan sosial politik tertentu yangdianggap tidak benar atau merupakan kaumtani atau subyek pelaku gerakan tersebut(Giddens, 1994: 1-2). Sedangkan Calhoun(1999: 663-664) menyebutkan, bahwagerakan radikal bertujuan mengubahstruktur sosial yang sudah ada yangdianggap merugikan, upaya itu biasanyadisertai dengan pemaksaan kehendak.Dalam kasus pemberontakan petani Banten1888, para kyai dan guru tarekatmembangun kerangka penafsiran, bahwapemerintahan kolonial Belanda adalahpemerintahan orang asing, sekuler dankafir. Bagi setiap anggota jamaahdihembuskan semangat jihad, berperang dijalan Allah, untuk menumbangkanpemerintahan kafir dan menata kembalikehidupan sosial politik di Banten yangdiridhoi Tuhan seperti sistem kesultananpada masa lalu.

Ideologi messianisme dan millena-rianisme pada abad ke-19 banyak di-manfaatkan untuk menggalang mobilisasipetani kearah gerakan perlawanan yangradikal. Bahkan gerakan-gerakan modern,seperti Sarekat Islam tidak jarang memakaiideologi ratu adil di tingkat pengikutbawahan. Sarikat-Sarekat Islam lokalbanyak terlibat dalam radikalisasi petani,dengan sasaran kultural, ekonomis maupunsosial. Sasaran kultural biasanya ditujukan

kepada pembasmian simbol-simbol adatyang bertentangan dengan agama, sasaranekonomis ditujukan pada dominasi ekonomipedagang Cina, dan sasaran sosial ditujukankepada kaum ambtenaar atau priyayi yangmelambangkan kekuasaan kolonial(Kuntowijoyo, 2002: 6).

IV. PENUTUPTinjauan teoritis tentang resistensi

petani menyadarkan, bahwa masyarakatpetani sebagai masyarakat yang ter-majinalisasi, baik oleh pemerintah maupunkaum kapitalis. Proses marjinalisasi ini padakontek Indonesia sudah terjadi pada abad18 hingga abad 20 ini. Mereka terusmenerus menghadapi tekanan-tekanan dankebijakan yang tidak berpihak padakesejahteraan mereka; dan kebijakan itumalahan semakin menjadikan mereka hidupdalam kesulitan.

DAFTAR PUSTAKA

Blanckenburg, Peter von; dan Reihold Sachs,1990, “Masyarakat Tani DalamPembangunan”, Ulrich Planck(Penyunting), Sosiologi Pertanian.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,halaman 28 – 40.

Calhoun, C., 1999, Nasionalisme dan CivilSociety: Demokrasi, Keanekaragamandan Penentuan Nasib Sendiri. WacanaJurnal Ilmu Sosial Transformatif 1.

Geertz, Clifford, 1983, Involusi Pertanian:Proses Perubahan Ekologis di Indone-sia. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Giddens, Anthony, 1994, Beyond Left andRight: The Future of Radical Politics.Oxford: Blackwell Publishers.

Kartodirdjo, Sartono, 1984, PemberontakanPetani Banten 1888. Jakarta: PustakaJaya.

Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Page 12: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

8

Kuntowijoyo, 2002, “Masyarakat Desa danRadikalisasi Petani”, Esai-esai SejarahDr. Kuntowijoyo: Radikalisasi Petani.Yogyakarta: Bentang Budaya, halaman1-57.

Landsberger, Henry dan Yu. G.Alexandrov, 1981, Pergolakan Petanidan Perubahan Sosial. Jakarta:Rajawali.

Marx, Karl, 1971, “Peasantry as a Class”,Teodor Shanin (Editor), Peasant andPeasant Societies. Middlesex: PenguinBooks, halaman 229-237.

Popkin, Samuel L., 1979, The Rational Peas-ant: The Political Economiy of RuralSociety in Vietnam. Berkeley: Univer-sity of California Press.

Redfield, Robert dan Milton B. Singer, 1971,“City and Countryside: The CulturalInterdependence”, Teodor Shanin(Editor), Peasant and Peasant Societ-ies. Middlesex: Penguin Books.

Scott, James C., 1981, Moral EkonomiPetani: Pergolakan dan Subsistensi diAsia Tenggara. Jakarta: LP3ES.

—————————, 2000, SenjatanyaOrang-orang Yang Kalah. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

Shanin, Teodor, 1971, “Introduction”,Teodor Shanin (Editor), Peasant andPeasant Societies. Middlesex: PenguinBooks.

Soetrisno, Loekman, 2000, “Pengantar”,James C. Scott, Senjatanya Orang-or-ang Yang Kalah. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Wolf, E.J., 1969, Peasant Wars of Twenti-eth Century. New York: Harper &Rowy.

DR. Oetami Dewi, M.Si. Doktor Sosiologidari Universitas Indonesia. Bekerjapada Biro Perencanaan, DepartemenSosial RI. Aktif mengikuti dan menjadipembicara seminar/diskusi ilmiah didalam maupun di luar negeri tentangpembangunan kesejahteraan sosial.

Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Page 13: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

9Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN MASYARAKATPendekatan Pekerjaan Sosial Generalis

Suradi

Abstract. Community is a complex social unity, cause have social, economic, cultural, politic,religious and enverimental dimension that affect each other. All these dimension show the com-plexity of the problems in the community. The fore, in the frame of community development astrategy which is oriented to a solution of complex problems. Is needed approach to this problemssolution is a generalis approach, that integrated micro, messo and macro approaches in synergy,and supported by various practical principles and basic system in community development.

Keyword : community empovernment, dimension and strategy.

I. PendahuluanPendekatan pembangunan sosial telah

mengalami pergeseran yang berarti, darisemula menempatkan masyarakat sebagaiobyek, kini masyarakat ditempatkansebagai subyek atau masyarakat sebagaipusat pembangunan (people centered develop-ment). Pergeseran pendekatan ini sebagairespon atas kegagalan pendekatan pem-bangunan yang dipaksakan dari pemerintah(top-down), karena pendekatan tersebutdinilai tidak mampu menjawab berbagaipermasalahan dan kebutuhan masyarakat.Meskipun secara ekonomi terjadi per-tumbuhan yang signifikan, namun kemajuandi bidang ekonomi tersebut tidak dibarengidengan kemajuan di bidang sosial.Terjadinya kesenjangan sosial dalammasyarakat merupakan akibat daripenerapan pendekatan yang berorientasipertumbuhan ekonomi tersebut. Masya-rakat miskin yang jumlahnya palingbanyak, mereka menikmati hasil pem-bangunan paling sedikit. Program sosialsudah “siap saji”, meskipun sebenarnya

tidak sesuai dengan kebutuhan masya-rakat. Hal ini ditambah lagi dengan skema“sinterklas” dari program sosial yang saratdengan motif pertolongan yang bersifatfilantropis. Bahkan isu dalam pembangunanmasyarakat adalah pemberdayaan yangtidak memberdayakan; prinsip partisipatifdan keswadayaan masyarakat belumsepenuhnya diterapkan di dalam program-program sosial.

Pendekatan pembangunan sosial yangmenempatkan masyarakat sebagai pusatpembangunan merupakan upaya mem-berdayakan masyarakat berdasarkan padakekuatan atau keswadayaan masyarakat itusendiri. Pendekatan ini didasarkan padaasumsi, bahwa masyarakat lebih menge-tahui masalah dan kebutuhannya sendiri,dan mereka memiliki potensi dan sumber-sumber daya yang dapat didayagunakanuntuk mengatasi masalah dan memenuhikebutuhannya. Asumsi ini yang mendasariprinsip self-determination, bahwa masyarakatperlu diberikan kesempatan untukmenentukan dirinya sendiri. Masyarakat

Page 14: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

10 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

perlu diberikan keleluasaan untukmengembangkan ide-ide guna mengatasimasalah yang dihadapi berdasarkankekuatan yang dimiliki.

II. MEMAHAMI MASYARAKATKonsep masyarakat (community) perlu

dipahami dengan baik, karena masyarakatmemiliki persoalan yang kompleks(many faced community). Pemahamanterhadap kompleksitas masyarakat tersebutmemerlukan berbagai perspektif ilmu sosial.Hanya dengan menggunakan berbagaiperspektif dalam memahami masyarakat,maka akan diperoleh anatomi masyarakatyang lengkap, utuh dan obyektif.

Soerjono Soekanto (1990) menge-mukakan ciri-ciri masyarakat, yaitu :

1. Manusia yang hidup bersama. Di dalamilmu sosial tidak ada ukuran yangmutlak ataupun angka yang pastiuntuk menentukan berapa jumlahmanusia yang harus ada. Akan tetapisecara teoritis, angka minimumnyaadalah dua orang yang hidup bersama.

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama.Kumpulan dari manusia tidaklah samadengan kumpulan benda-benda matiseperti umpamanya kursi, meja dansebagainya. Oleh karena dengankumpulan manusia, maka akantumbuh manusia-manusia baru.Sebagai akibat hidup bersama itu,timbullah sistem komunikasi danperaturan-peraturan yang mengaturhubungan antara manusia dalamkelompok tersebut.

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satukesatuan. Hidup bersama dalam waktuyang cukup lama, menyebabkanterlembaganya perasaan bersaudara

antar individu. Mereka mengem-bangkan rasa empati terhadap situasiyang dihadapi oleh individu anggotamasyarakat. Sebagaimana satu tubuh,apabila ada anggota masyarakat yangsakit, maka dirasakan pula olehanggota masyarakat yang lain.

4. Mereka merupakan suatu sistem hidupbersama. Sistem kehidupan bersamamenimbulkan kebudayaan, oleh karenasetiap anggota kelompok merasadirinya terikat satu dengan yanglainnya.

Berdasarkan pemikiran tersebut,terdapat empat syarat terjadinya masya-rakat, yaitu (1) adanya kumpulan manusiadalam sebuah ikatan dan perasaan, (2)tinggal di suatu daerah atau wilayah yangsama atau mempunyai kesatuan cirikelompok tertentu, (3) hidup dalamkesatuan sosial dalam waktu yang lama,dan (4) adanya norma dan aturan-aturanyang disepakati untuk mengatur kehidupanbersama.

Dengan menggunakan sudut pandangyang lain, masyarakat dapat dipahamidalam empat unsur :

1. Unsur demografi atau penduduk

Pada unsur demografi ini di dalamnyameliputi : proporsi umur, jenis kelamin,pendidikan, pekerjaan, agama danetnis/suku.

2. Unsur geografi atau kewilayahan

Pada unsur geografi ini di dalamnyameliputi : tipe wilayah (desa-kota :pantai, pelabuhan, pertanian, pe-gunungan, industri dan lain-lain),sarana transportasi, orbitasi dan lain-lain.

3. Unsur sosial budaya

Pada unsur sosial budaya di dalamnyameliputi kelembagaan, kepranataan

Page 15: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

11Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

dan nilai sosial budaya lokal (adat,sistem religi dan lain-lain).

4. Unsur infrastruktur

Pada unsur infrastruktur sosial didalamnya meliputi sarana danprasarana yang mendukung aktivitassehari-hari dalam memenuhi berbagaikebutuhannya.

Kemudian Koentjaraningrat (2004)melihat masyarakat dengan sistembudayanya. Menurutnya ada tujuh unsur didalam konsep kebudayaan pada masyarakatsecara universal, yaitu :

a. Sistem religi dan upacara keagamaan.

b. Sistem dan mekanisasi kemasya-rakatan.

c. Sistem pengetahuan.

d. Bahasa.

e. Kesenian.

f. Sistem mata pencaharian hidup.

g. Sistem teknologi dan peralatan.

Ketujuh unsur kebudayaan tersebutmengikuti tata urut sedemikian rupa, dariunsur kebudayaan yang relatif sulit berubahsampai dengan unsur kebudayaan yangmudah berubah. Tata urut ini sangatpenting, terutama bagi para praktisi ketikaakan menyusun tahapan dalam melakukanpemberdayaan masyarakat.

Sementara itu, dalam kaitannyadengan upaya perubahan sosial, Moore(Suradi et. all, 2003) menjelaskan bahwa adatiga unsur di dalam perubahan sosial, yaitunilai-nilai, interaksi sosial dan teknologi danmateri. Pertama unsur nilai, yang didalamnya terdapat sistem religi dan upacarakeagamaan. Sistem ini menggambarkan cirimasyarakat berkaitan dengan sistemkepercayaan, agama, upacara keagamaan,sistem peribadatan, peranan agama dalamkehidupan komunitas, dan pranata sosial

yang mengurusi hal-hal yang berkaitandengan kepercayaan dan agama.

Kedua, unsur interaksi sosial, yang didalamnya terdapat sistem dan mekanismekemasyarakatan, sistem pengetahuan,bahasa dan kesenian. Sistem ini meng-gambarkan ciri komunitas adat terpencilberkaitan dengan keperangkatan dankepranataan (lembaga adat), orang yangada di dalam keperangkatan dan kepra-naataan itu (kepengurusan adat), adahukum adat; cara mereka memperolehpengetahuan dan pandangan tentangpendidikan, bahasa yang digunakan dankesenian. Pada dua ciri terakhir tersebut,apakah warga masyarakat masih meng-gunakan bahasa lokal atau campuran, danapakah masih mengembangkan kesenianlokal atau sudah campuran denganmemasukkan seni kontemporer. Kemudainsistem informasi yang mereka gunakanberkaitan dengan media informasi, baikpenyebaran pengatahuan baru maupuninformasi yang berkaitan dengan aktivitassosial kemasyarakatan. Kesemua ciritersebut menggambarkan jarak sosial danintensitas interaksi sosial warga masyarakatdengan komunitas luar, serta kemampuanadopsi dan adaptasi dalam proses interaksisosial tersebut.

Ketiga, unsur teknologi yang didalamnya terdapat sistem mata penca-harian hidup dan sistem teknologi sertaperalatan. Sistem ini menggambarkan cirimasyarakat berkaitan dengan bagaimanacara mereka dapat memenuhi kebutuhanekonomisnya, sistem ekonomi yangdigunakan (apakah mereka sudah/belummengenal sistem ekonomi pasar dan alattukar yang digunakan), pranata ekonomi(lembaga perekonomian lokal), teknologidan peralatan yang digunakan, baik didalam maupun di luar lingkungankerumahtanggaan. Urutan penomoranunsur-unsur perubahan tersebut dari yang

Page 16: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

12 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

paling sulit berubah, hingga yang relatifmudah berubah atau mengalami perubahan.

Berbagai karakteristik dan dimensimasyarakat tersebut menggambarkan,bahwa masyarakat merupakan sebuahbangunan yang di dalamnya terdiri darilembaga kemasyarakatan atau pranatasosial yang berlapis-lapis. Strukturmasyarakat mencakup berbagai hubungansosial antara individu secara teratur. Fungsidari struktur masyarakat ini yaitupengendalian perilaku, penyesuaian diridan pengawasan sosial bagi individu-individu. Adanya struktur ini tidakmemungkinkan terjadinya kesewenang-wenangan dan penyelewengan yangdilakukan oleh individu-individu sebagaiwarga masyarakat.

Lebih lanjut dikemukakan olehBudhisantoso (1995) dalam tulisannya“Ketahanan Keluarga sebagai Basis bagiPembinaan Kualitas Sumber Daya Manusia”,bahwa betapapun sederhananya kehidupansuatu masyarakat, pasti mengembangkanorganisasiasi sosial yang masing-masingmenjamin ketertiban dan pencapaian tujuanhidup bersama. Organisasiasi sosial itu padaintinya meliputi pengaturan hubungansosial antar anggota (social alignment), cita-cita atau tujuan bersama yang mengikatkesatuan sosial yang bersangkutan (socialmedia), ketentuan sosial yang disepakatisebagai pedoman dalam pergaulan sosial(social standard) dan penegakan ketertibanhidup bersama (social control). Berdasarkanpemikiran ini, maka setiap orang, baiksebagai individu, anggota keluarga maupunanggota masyarakat terikat oleh keempatnorma sosial tersebut dalam tatanankehidupan masyarakat.

Pemikiran bahwa suatu masyarakatsebagai sebuah sistem, dikemukakan olehTalcot Parson (Ihromi, 1999) dalam teoristruktural-fungsional. Keluarga sebagaisebuah sistem terdiri dari sub-sub sistem

yaitu individu-individu anggota keluargadi dalamnya. Kemudian masyarakatsebagai sebuah sistem terdiri dari sub-subsistem yaitu individu-individu yang padahakikatnya sebagai anggota sebuahkeluarga. Di dalam sebuah sistem tersebut,semua unsur saling berinteraksi danmenentukan satu dengan yang lain. Hal iniberarti, apabila ada satu unsur dalam sistemtersebut yang tidak berfungsi, maka kinerjasebuah sistem akan terganggu, dan bahkanakan mengalami kehancuran.

Selanjutnya Norton dan Hunt (Astrid,1984) membagi masyarakat dalam tigakelompok besar berdasarkan sikapsosialnya terhadap kemungkinan mem-perbaiki diri :

a. Kelompok atas yang tidak atau kurangada perhatian untuk naik lebih tinggidalam tangga sosial, mengingat bahwahal tersebut telah mereka capai. Bagikelompok ini masalah prestasi jugamenjadi masalah yang dinomorduakan.

b. Kelompok yang masih mempunyaikeinginan untuk memperbaiki tarafdan tingkat sosialnya walaupun tidaktergolong golongan yang miskin atautermiskin. Kelompok ini dikelom-pokkan sebagai kelompok menengahkarena masih mempunyai cita-citalanjut untuk naik tangga sosial lebihtinggi lagi. Bagi kelompok ini berlakunilai sikap menangguhkan suatukeuntungan yang dapat dicapai dalamjangka pendek demi suatu cita-cita atauhasil yang lebih besar di masa depan.

c. Kelompok yang karena tercekam olehkemiskinan mempunyai nilai untukmengutamakan hasil dalam jangkapendek dan tidak mempunyaipandangan menuju ke hari depan dimasa datang.

Page 17: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

13Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Pembagian masyarakat ke dalam tigakelompok tersebut, memberikan penge-tahuan baru terkait dengan jenis programyang mesti dirancang-kembangkan untukketiga kelompok tersebut agar programtepat guna dan berhasil guna.

III. DIMENSI PEMBANGUNANMASYARAKATPembangunan masyarakat dapat

dipahami sebagai serangkaian kegiatanyang dilakukan untuk meningkatkan tarafhidup, harkat dan martabat masyarakat.Berdasarkan pemahaman ini, maka didalam pembangunan masyarakat perludipahami dimensi, filosofi atau prinsip-prinsip dasarnya. Kemudian didesainsistem perubahan dan langkah-langkahyang perlu dilakukan.

Menurut Jim Ife (2002), ada enamdimensi pembangunan masyarakat yangterintegrasi, yaitu :

a. Pembangunan sosial

Masyarakat memiliki kebutuhan sosial,dan karenanya memerlukan berbagaisumber, infrastrukturdan pelayanan sosial. Penyediaanfasilitas rekreasi, pelayan krisis bagiperempuan, perumahan dan jaminanhari tua, merupakan bentuk-bentukpelayanan sosial yang diperlukanmasyarakat. Kemudian, masyarakatjuga memerlukan pelayanan sosialyang diarahkan untuk membangunkohesitas, guna menghindari terjadikonflik sosial yang disebabkan olehperbedaan-perbedaan dalam struktursosial dan keberagaman kultur, etnis,ras dan gender. Pusat pertemuanmasyarakat merupakan wahanayang diperlukan masyarakat untukbertemu, berdiskusi, berinteraksidan melakukan berbagai kegiatan

bersama-sama, misalnya rekreasi,pendidikan dan keterampilan,kesehatan, kebudayaan dan advokasi.Proses sosial dan berbagai aktivitasmasyarakat tersebut mengikutimekanisme partisipatori, yaituketerlibatan masyarakat mulai daritahap perencanaan. Masyarakatmendefinisikan kebutuhannya danbekerja bersama-sama untukmemenuhi kebutuhan tersebut.Animasi sosial merupakan aspeksangat penting dalam dimensipembangunan sosial, yaitu berkaitandengan upaya mengembangkankualitas interaksi sosial masyarakatdalam berbagai kepentingan, danmelahirkan aksi sosial bersama.

b. Pembangunan ekonomi

Situasi perekonomian nasional maupunglobal berpengaruh terhadapkemampuan dan daya beli masyarakatdalam memenuhi kebutuhan hidupsehari-hari. Oleh karena itu, di-perlukan kebijakan perekonomian yangberpihak kepada kekuatan masyarakatatau kebijakan ekonomi kerakyatan.Kebijakan ini dapat dilakukan denganmenarik industri baru ke masyarakatlokal dengan memberikan lingkunganyang kon-dusif untuk investasi.Kebijakan pembangunan industri inidiarahkan untuk memberikanlapangan kerja baru bagi masyarakatlokal. Kemudian pengembanganindustri berbasis masyarakat lokalyang dimiliki dan dioperasionalkanoleh masyarakat lokal sendiri. Makadari itu, masya-rakat lokal yangmemiliki ide-ide untuk usaha baruperlu difasilitasi dan didukung untukmerealisasikannya. Kemudian, untukmendukung akivitas ekonomimasyarakat tersebut, perlu dibangun

Page 18: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

14 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

infrastruktur ekonomi seperti koperasidan lembaga per-kreditan yangdikelola oleh masya-rakat. Melaluilembaga perekomian lokal inimasyarakat akan memperolehkemudahan memperoleh kredit untukinvestasi maupun pemenuhan ke-butuhan hidup.

c. Pembangunan politik

Pembangunan politik erat berkaitandengan isu kekuasaan, struktur danketidakadilan. Sehubungan denganitu, dalam pembangunan politik inidiperlukan analisis untuk mengetahuidistribusi kekuasan dan bagaimanakekuasan tersebut dalam masyarakatyang memiliki perbedan kelas, genderdan etnis. Pembangunan politik inidilakukan dalam dua jalur, yaitupengembangan politik internal daneksternal.

Pembangunan politik internalberkaitan dengan proses partisipasidan pembuatan keputusan dalammasyarakat. Bagaimana memaksimal-kan partisipasi secara efekif sebagaianggota masyarakat, yang dicapaimelalui dua jalur, yaitu consenciousnessraising and organization. Consenciousnessraising merupakan tahapan pentingdalam relasi pada pengembanganpolitik internal karena berkaitandengan semua aspek pembangunanmasyarakat, dan membantu oranguntuk saling tukar pengalaman danrefleksi terhadap situasi yangmemungkinkan orang untuk ber-tindak. Kemudian organizing, yaituberkaitan dengan cara masyarakatmengorganisasi diri dalam suatuaturan yang berkaitan dengan masalah,mengembangkan alternatif danstruktur yang otonomi. Mengem-bangkan prosedur secara demokratis

antara laki-laki dan perempuan yangmemiliki perbedaan latar belakangkebudayaan, etnis dan kelas;semuanya memiliki kesempatan secaraadil dalam pembuatan keputusandalam masyarakat.

Pembangunan politik eksternalmengarah pada pemberdayaan masya-rakat dalam berinteraksi denganlingkungan sosial dan politik yanglebih luas, dan lebih mengarah lagipada aksi sosial. Pengembangan politikeksternal ini dilakukan melalui duajalur, yaitu organizing and social action.Organizing berkaitan dengan upayapengorganisasian secara efektif untukmelakukan aksi sosial. Kegiatan utamadi dalamnya, yaitu me-mantapkanstruktur, demokrasi dalammemaksimalkan partisipasi danmenciptakan kekuasaan secara efektifdalam area yang lebih luas. Prinsippenting dalam organizing untuk aksisosial adalah orang tidak harusmelakukan sesuatu menurut dirisendiri, tetapi harus melakukan sesuatuberdasarkan rencana tindak yangdisepakati. Kemudian social actionberkaitan dengan pencapaian tujuanpada berbagai bentuk peru-bahandalam lingkungan eksternal. Misalnya,menghentikan pem-bangunan biayatinggi, mewujudkan saranatransportasi yang lebih baik,mengurangi dampak negatif acaratelevisi, mempertahakan kelestarianlingkungan alam dan menghentikanatau penutupan industri lokal.

d. Pembangunan budaya

Kemajuan teknologi di bidanginformasi mempengaruhi keunikankebudayaan masyarakat lokal. Melaluimedia elektronik berbagai pesan-pesanpropaganda disampaikan, dan

Page 19: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

15Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

masyarakat tidak mampu melakukanseleksi. Masyarakat kesulitan untukmencegah pengaruh propagandatersebut, dan kesulitan pula dalammempertahankan kebudayaan lokal.Padahal kebudayaan lokal sangatpenting sebagai bagian dari perasaanbermasyarakat dan mempertahankanidentitas diri. Oleh karena itu,berbagai bentuk kebudayaan lokalperlu dipertahankan, seperti sejarahlokal, kerajinan rakyat, makanandaerah dan produk lainnya, bahasalokal, arena festival dan musiktradisional, serta olah raga rakyat.Upaya mempertahankan kebudayaanlokal ini tidak berarti menjadikansebagai “museum” atau arti fisial yangstatis, tetapi lebih dinamis mengikutiperkembangan masyarakat. Dalamprakteknya, pembangunan kebu-dayaan ini tidak berdiri sendiri, akantetapi berhubungan dengan kehidupansehari-hari, menjadi dasar interaksisosial dan basis dalam proses pengem-bangan masyarakat.

e. Pembangunan lingkungan

Pembangunan lingkungan berkaitandengan meningkatkan kesadaranmasyarakat tentang pentingnyalingkungan. Pembangunan lingkunganini sangat penting karena berkaitandengan isu kebutuhan manusia yanglebih mendesak, kelangsungan hidup,air bersih, makanan yang sehat danudara yang bersih. Terjadinya polusiair dan udara harus dapat dicegahkarena mengganggu kehidupanmasyarakat. Masyarakat harusbertanggung jawab untuk melindungidan merehabilitasi lingkungan fisik,agar lingkungan alamiah maupunlingkungan yang diperbarui (buatan)tersebut memiliki daya dukung untuk

kelangsungan hidup. Lingkungandalam pembangunan masyarakatmerupakan komponen kritis, dan olehkarena itu penerapan pendekatanpembangunan memerlukan keter-paduan.

f. Pembangunan personal dan spiritual.

Pembahasan pembangunan personaltidak dapat dilepaskan denganpertumbuhan personal. Salah satujastifikasi dalam pembangunanmasyarakat, bahwa pembangunan per-sonal secara kontekstual lebih baikdaripada pembangunan impersonalpada struktur birokrasi pemerintah dandunia usaha yang besar. Kerugian padamasyarakat diasosiasikan dengankerugian pada identitaspersonal dan hilangnya rasa salingmemiliki sebagai masyarakat, dankarena itu perlu dikembangkan rasasaling menghargai personal danpengembangan kapasitas ke arahkehidupan yang lebih sejahtera.Berbagai pelayanan yang diperlukanberkaitan dengan pertumbuhanpersonal ini adalah pelayanankesehatan, pendidikan, perumahandan perawatan. Semua itu ditujukanuntuk meningkatkan kualitas hidupmasyarakat yang juga merupakankomponen penting dalam agendapembangunan personal.

Selain itu, pembangunan personal danpertumbuhan personal diasosiasikanke dalam berbagai jenis aktivitasmasyarakat, seperti pertemuankelompok, berbagai jenis terapi, caraperibadatan, mistik dan ilmu gaib.Bahwa di dalam masyarakat terdapatsejumlah nilai yang mungkin mem-pengaruhi ideologi masyarakat,padahal nilai-nilai tersebut tidak sesuaidengan pembangunan masyarakat.

Page 20: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

16 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Suatu pendekatan berbasis masyarakatterhadap pembangunan dan per-tumbuhan personal akan membantuorang menemukan cara secara indi-vidual untuk memperoleh kebutuhanmelalui jaringan kerja, struktur daninteraksi dalam masyarakat. Melaluipendekatan ini orang akan dibantudalam pemecahan masalah personal,penyembuhan stress dan juga akanmemperoleh batuan dan dukungandari keluarga dan teman-temanmereka.

Pembangunan dan pertumbuhan per-sonal merupakan hal penting yangmengantarkan orang lebih berarti didalam hidupnya. Hal ini akan lebihberarti lagi dengan adanya pem-bangunan spiritual, karena berkaitandengan eksistensi manusia. Kata spiri-tual dan sacred digunakan di sini,karena dimensi pembangunan spiritualtidak hanya dipahami dalam main-stream religi, tetapi dalam pengertianluas yang menjangkau berbagaipengalaman spiritual masyarakatseperti kontemplasi tentang laut,membaca sajak, menggubah lagu,menemukan kepuasan dalam relasiseksual, partipasi dalam menciptakanmusik, lagu dan tarian; dan berbagaipengalaman tentang komunitasmanusia. Semua orang memilikispiritual, dan dengan itu tumbuhkesadaran bahwa manusia, binatang,tanah dan semua yang ada didalamnya didefinisikan dalamhubungannya dengan lingkunganalam semesta.

Dari keenam dimensi pembangunanmasyarakat tersebut tidak selalumemperoleh prioritas yang sama. Tentunyadisesuaikan dengan kondisi suatu masya-rakat yang bersangkutan. Suatu masyarakatmungkin lebih memprioritaskan pada

pembangunan ekonomi, kesehatan,partisipasi politik dan memperkuat identitasbudaya. Pada masyarakat yang lainmemprioritaskan pelayanan bagi keluargamiskin, degradasi lingkungan fisik,pembangunan kepercayaan diri danmengembangkan kehidupan sosial yangharmonis. Kemudian pada masyarakat yanglain memprioritaskan pembangunan pribadidan spiritual, sosial dan lingkungan.

Gambar : Pembangunan Masyarakat Terintegrasi (Jim Ife, 2002)

IV. STRATEGI PEMBANGUNANMASYARAKAT

1. Pinsip-prinsip dasar

Pembangunan masyarakat dilak-sanakan dengan beberapa prinsip dasar,yaitu :

a. Menolong masyarakat agar masya-rakat tersebut dapat menolong dirinyasendiri (help people help them self).

b. Memberikan kesempatan kepadamasyarakat untuk menentukan apayang terbaik untuk dirinya atautumbuhnya (self determination).

social

personal/spiri

tual

COMMUNITY

environmental

polit

ic Ecological-social justice

COMMUNIT Y

Page 21: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

17Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

c. Mendasarkan pada keunikan masya-rakat (individualization).

d. Menumbuhkembangkan peran aktifmasyarakat dalam kegiatan pem-bangunan (participation) dan mengem-bangkan bentuk-bentuk kooperatif(Jusman, 1992; Sarah Bank, 1995).

Selain prinsip-prinsip tersebut, Jim Ife(2002) mengembangkan sejumlah prinsipdalam pembangunan masyarakat, antaralain :

a. Pembangunan sosial, budaya,ekonomi, politik, lingkungan danpersonal/spiritual harus terintegrasisesusai dengan kebutuhan yangpaling dirasakan masyarakat pada saatini.

b. Aktivitas pembangunan masyarakatterjadi dalam kerangka kerja yangsaling mendukung, berkesinam-bungan dan harmonis.

c. Proses pembangunan masyarakatdidasarkan pada persetujuan bersamadan digunakan untuk membuatkeputusan yang lebih baik.

d. Pembangunan masyarakat mampumendefinisikan kebutuhan masyarakatseutuhnya, konsumen, tenaga dansumber daya. Selain itu mendefi-nisikan kebutuhan yang memerlukanperanan semua orang atau secarakelompok dan mengikutsertakanorang-orang untuk menentukankebutuhan.

Bagi CD Worker berbagai prinsip etismaupun prinsip praktis dalam pem-bangunan masyarakat sangat penting untukdiperhatikan, dan ketika berhadapandengan warga masyarakat tidak merasalebih tahu. CD Worker perlu menyadari,bahwa masyarakatlah yang palingmengenal masalah, kebutuhannya dan

sumber-sumber yang ada di sekitar mereka,baik sumber daya alam, sumber dayamanusia, nilai-nilai maupun kearifan lokal.Untuk dapat mengenal sumber daya lokalini, CD Worker perlu belajar dengan baikdengan warga, tokoh dan pemerintah lokal.Kemudian CD Worker dituntut cerdas dalammenganalisa informasi-informasi yangdiperoleh dari warga, tokoh maupunpemerintah lokal, dan selanjutnya mampumerancang langkah-langkah yang benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Pendekatan

Dalam perkembangannya, ilmupekerjaan sosial telah mengembangkanpendekatan dalam praktek pertolongan kearah pendekatan generalis (generalis models).Pendekatan ini melihat masalah dariberbagai persepektif, dan karena itu dalampenanganannya memerlukan pendekatanyang terintegrasi, tidak bisa secara parsial.Menurut Karen K. Kirst, Ashman danGrafton H. Hull, Jr (1993), ada tigapendekatan yang dapat digunakan secarasimultan, yaitu :

a. Bekerja dengan individu (Micro Prac-tice Skill)

Metode yang ditujukan pada upayaperubahan perilaku, kualitas pribadidan sumber internal pada individu-individu. Perubahan perilaku iniberkaitan dengan peranan dan tugassosial individu yang harus dilakukan.Kualitas pribadi berkaitan dengantanggung jawab, kerja sama, percayadiri, penampilan diri, semangat hidup,orientasi terhadap waktu dan karya.

b. Bekerja dengan kelompok (Mezzo Prac-tice Skill)

Metode yang ditujukan padapemanfaakan kelompok sebagai sistemsumber bagi penyandang masalah

Page 22: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

18 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

sosial dalam pencapaian tujuan.Beberapa jenis kelompok sosial tumbuhdi tengah-tengah masyarakat sepertikerukunan berbasis agama, kerukunanberbasis lingkungan, kerukunanberbasis etnis dan sebagainya. Adabeberapa peranan kelompok sebagaisistem sumber, yaitu: pemberiinformasi, bantuan mobilitas, danbantuan teknis lainnya.

c. Bekerja dengan organisasi danmasyarakat (Macro Practice Skill)

Metode yang ditujukan padapemanfaatan organisasi dan segenapsistem sumber yang ada di masyarakatdalam mencapai tujuan. Berbagaiorganisasi ada di tengah-tengahmasyarakat seperti organsisi sosial,lembaga swadaya masyarakat (LSM),organisasi berbasis agama, organisasiprofesi, asosiasi dunia usaha dansebagainya. Dari berbagai jenisorganisasi dan sistem sumber ini,penyandang masalah sosial akanmemperoleh sumber-sumber danberbagai jenis pelayanan yangdiperlukan untuk mencapai tujuan.

3. Sistem Dasar

Di dalam praktek pertolongan,terdapat unsur-unsur perubahan yangsaling mempengaruhi dan menentukankeberhasilan. Pincus dan Minahan (1973)mengembangkan sebuah sistem dasardalam praktek pertolongan yang didalamnya mencakup empat unsur, yaitusistem pelaksana perubahan, sistem klien,sistem sasaran dan sistem kegiatan. Unsur-unsur tersebut dapat digunakan pula dalampraktek pembangunan masyarakat, yaitu :

a. Sistem pelaksana perubahan (the changeagen system), yaitu pekerja sosial daninstansi sosial.

b. Sistem klien (the client system) , yaitumasyarakat (sebagai sasaran pe-rubahan).

c. Sistem sasaran/pelancar (the target sys-tem) , yaitu pimpinan masyarakat dantokoh adat/masyarakat lokal.

d. Sistem kegiatan (the action system),yaitu pemangku kepentingan (stake-holders) setempat, baik dari unsurpemerintah di daerah, dan LSM/Orsos/Ormas.

Gambar : Sistem Dasar dalam Pembangunan Masyarakat

4. Peranan Pekerja Sosial PengembanganMasyarakat (CD Worker)

Berbagai peranan yang dapatdilaksanakan oleh CD Worker dalampembangunan masyarakat, yaitu :

a. Fasilitator, yaitu memberikankemudahan berupa sumber danpeluang bagi masyarakat danmengambil langkah-langkah aktif-proaktif dalam penyediaan sumberyang dibutuhkan oleh masyarakat.

b. Mediator, yaitu menjalurkan berbagaikepentingan, sehingga suatu sistempelayanan memberikan mafaatlangsung bagi masyarakat.

Sistem pelaksanaperubahan

Sistem kegiatan Sistem sasaran

Sistem klien

Page 23: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

19Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

c. Informan, yaitu menghimpun,mengembangkan, memanfaatkan sertamenyediakan data dan informasiyang berkaitan dengan upayapembangunan masyarakat.

d. Pemberdaya, yaitu meningkatkanpengertian, kesadaran, tanggungjawab, komitmen, partisipasi dankemampuan masyarakat dalampembangunan.Sebagaimana prinsip etis maupun

prinsip praktis, peranan-peranan yangmesti dilakukan oleh CD Worker dalampembangunan masyarakat perlu dipahamidengan baik. Pemahaman yang baikmengenai peranan-peranan tersebut akanmenempatkan CD Worker sebagai pelakuperubahan masyarakat yang proporsionaldan profesional. Peranan yang dilakukandalam rangka pembangunan masyarakatbukan sebagai kemauan pribadi CD Worker,akan tetapi sebagai tuntutan profesi yangdapat dipertanggungjawabkan

5. Tahap Pembangunan Masyarakat

Beberapa tahapan yang perludilakukan dalam pembangunan masya-rakat, yaitu :

a. Kontak dan Membangun Kesepakatan

Tahap pertama dan menentukan dalamupaya pembangunan masyarakatadalah kontak dan kontrak. Kontakdipahami sebagai serangkaian kegiatanyang dilakukan dengan tujuan :

1) Pengenalan diri. Pengenalandiri dilakukan oleh pemberdaya(CD worker) kepada masyarakat,tokoh masyarakat dan peme-rintah lokal. Pengenalan diridilakukan agar pihak-pihaktersebut mengenal dengan baikidentitas dan maksud CDWorker melakukan kegiatan diwilayahnya.

2) Saling tukar informasi. Setelahantara CD Worker dengan warga,tokoh dan aparat pemerintahsetempat saling mengenal, akansaling terbuka untuk menyam-paikan informasi yang lebih rincimengenai situasi dan kondisimasyarakat yang akan menjadisasaran perubahan. Informasidimaksud meliputi : kondisigeografis, demografis dansosiografis secara lengkap danmutakhir. Kemudian informasidari CD Worker menyangkutskema pemberdayaan masyarakatdan dampak program bagikesejahteraan masyarakat.

3) Membangun kepercayaan.Setelah saling mengenai identitasdan saling tukar informasi,tumbuh rasa saling percaya satusama lain. Saling percaya inimerupakan modal dasar untukmelangkah kepada tahapankegiatan berikutnya yang dalamprosesnya melibatkan wargamasyarakat.

Sedangkan kontrak adalahkesepakatan antara dua pihakatau lebih, yang dalam hal iniantara pekerja sosial denganmasyarakat. Kontak dan kontrakdilakukan dengan masyarakat,tokoh masyarakat/tokoh adatdan pemegang orotitas lokallainnya.

b. Identifikasi Masalah, Kebutuhan danSumber

Pemahaman terhadap kebutuhan,masalah dan sumber-sumbermerupakan inti dari asesmen. Padatahap ini pekerja sosial bersama-samadengan masyarakat, dan tokoh

Page 24: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

20 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

masyarakat (adat) mengidentifikasipermasalahan yang sedang dirasakanpada saat ini. Kemudian bersama-samadengan pihak-pihak tersebut untukmengidentifikasi sumber-sumber(SDM, SDA, dan SDS) yang memung-kinkan digali dan dikembangkan bagipembangunan masyarakat.

c. Perencanaan

Perencanaan merupakan prosesmenentukan tujuan melalui sejumlahkegiatan tertentu. Perencanaankegiatan pembangunan masyarakat didalamnya memuat jenis kegiatan,waktu dan jadwal pelaksanaankegiatan, lokasi kegiatan, SDM,mekanisme kerja dan dana.

d. Pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pada dasarnyaadalah mengimplementasikan rencanadi lapangan. Dalam pelaksanaan ini,CD Worker akan bekerja dengansegenap sistem perubahan yang adadi masyarakat. Interaksi dialogis,tukar pengalaman, advokasi sosial,membuka kesempatan untukmelakukan tindakan tertentu;merupakan alternatif yang dapatdipertimbangkan.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan serangkaiankegiatan yang dilakukan oleh CDWorker bersama-sama dengan masya-rakat untuk mengetahui hasil yangdicapai dari pelaksanaan kegiatan.Evaluasi dilaksanakan pada akhirkegiatan. Ada tiga tujuan evaluasiadalah :

1) Memperoleh gambaran obyektifdari pencapaian tujuan dan hasil-hasil kegiatan pembangunanmasyarakat.

2) Mengetahui dampak pember-dayaan dalam kehidupan masya-rakat

3) Memperoleh masukan untukmerancangkembangkan modelpembangunan masyarakat lebihlanjut.Dalam prakteknya, pada kasus-

kasus tertentu memungkinkan tahapantersebut tidak dilakukan secaraberurutan. Dengan demikian prosespemberdayaan masyarakat sangatbergantung dan dipengaruhi olehsituasi dan kondisi yang saat ini sedangdihadapi oleh masyarakat. Contohsituasi terkait dengan prosespemberdayaan masyarakat yang tidakmengikuti proses ideal, yaitupembebasan lahan dan ganti rugi, landreform dan hal-hal yang terkait denganpelayanan publik.

V. PENUTUPPembangunan masyarakat sebagai

upaya membangun keberdayaan masya-rakat berdasarkan potensi dan sumber dayayang dimiliki, dilaksanakan berdasarkanprinsip dari, oleh, dan untuk masyarakatsendiri. Sehubungan dengan itu, pemerintahtetap diperlukan terutama berkaitandengan kebijakan yang mem-berikankemudahan bagi masyarakat untukmengakses pelayanan dan sumber-sumberlain yang dibutuhkan. Intervensipemerintah yang bertujuan untuk pem-bangunan dan keberdayaan masyarakatperlu mempertimbangkan integrasi dariberbagai dimensi, yaitu sosial, budaya,ekonomi, politik, lingkungan dan personal/spiritual. Melalui pendekatan terintegrasi,maka akan tercapai taraf kehidupan dankesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Page 25: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

21Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

DAFTAR PUSTAKA

Bank, Sarah, 1995, Ethic and Value in SosialWork. London : Mac. Milland Press Ltd.

Compton, Beulah R and Burt Galaway.1989. Sosial Work Processes, Fourth Edi-tion, California- United State :ColePublishing Company.

Gidden, Anthony, 1999, The Third Way (JalanKetiga : Pembaruan Demokraasi Sosial)(Ketut Arya Mahardika : penterjemah),Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Ife, Jim, 2002, Community Development : Com-munity Based Activities in an Age of Glo-balization, Australia : Cath GodfreyPublisher.

Ihromi, 1999, (editor), Sosiologi Keluarga,Jakarta : CV Rajawali.

Iskandar, Jusman, 1992, Etika dan FilsafatPekerjaan Sosial, Bandung : KOPMASekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Kirdt – Ashman, Karen K dan Grafton H.Hull, Jr, Understanding Generalist Prac-tice, Nelson-Hall Publishers : Chicago,USA, 1993.

Kartasasmita, Ginanjar, 1996, Pembangunanuntuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhandengan Pemerataan, Jakarta : CIDES

Kian Wie,Thee,1986, Pembangunan Ekonomidan Pemerataan: Beberapa PendekatanAlternatif, Jakarta : LP3ES.

Koentjaraningrat, 2004, Kebudayaan,Mentalitet dan Pembangunan, Jakarta :Gramedia.

Pincus, Allen and Anne Minahan. 1973. So-cial Work Practice : Model and Methode.Illinois : Peacock Publisher Inc.

Santoso, S. Budhi. “Ketahanan Keluargasebagai Basis bagi Pembinaan Kualitas

Sumber Daya Manusia”, Jurnal 40Tahun 1994, Badan LitbangKesejahteraan Sosial, 1994.

Soekanto, Soerjono, 1990, Sosiologi Keluarga;Jakarta : CV Rajawali.

Soetarso, 1992, Praktek Pekerjaan Sosial dalamPembangunan Masyarakat, Bandung :KOPMA Sekolah Tinggi KesejahteraanSosial Bandung.

Soetrisno, Loekman, 1995, MenujuMasyarakat Partisipatif, Kanisius Press :Yogyakarta.

Suharto, Edi, 2005, Membangun Masyarakat,Memberdayakan Masyarakat : KajianStrategis Pembangunan KesejahteraanSosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung :Refika Aditama.

Suradi et. All, 2003, Kehidupan Sosial BudayaKomunitas Adat Terpencil, Jakarta :Puslitbang Kesos.:

Suradi, “Strategi Pembangunan Masyarakat: Tinjauan Ke ArahProgram Sosial Partisipatif”, MajalahINFORMASI, Jakarta : PuslitbangKesos, 2000.

Susanto, Astrid S., 1984, SosiologiPembangunan, Jakarta : Bina Aksara.

Drs. Suradi, M.Si, Magister SosiologiKekhususan Ilmu Kesejahteraan Sosialdari Universitas Indonesia, PenelitiKebijakan Sosial, Ketua DewanRedaksi INFORMASI, Anggota P2JPinstansi pada Pusat Penelitian danPengembangan Kesejahteraan Sosial;dan anggota Tim Teknis padaDirektorat Pemberdayaan KomunitasAdat Terpencil.

Page 26: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

22 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

MEMBANGUN KELUARGA BERKETAHANAN SOSIALDALAM ERA MODERNISASI

Irmayani S

Abstract. As smallest social unit, family share big in following to determine the condition ofbroader society, covering prosperity of social and harmonious of life bounce him. As place gatherpersonals coexisting in family relationship, quality and pattern between person in the family verydetermining, do the family pertained harmonious or on the contrary. Besides requiring internalabilities is each family member, do not less important is how the family can stay from all changesthat happened around them, change of social, cultural, economy, or politic.

Keywords : family, social resilience

I. PENDAHULUANKeluarga sebagai unit terkecil dalam

masyarakat memiliki peranan pentingdalam meningkatkan kesejahteraan masya-rakat, dan selanjutnya diharapkan dapatmengurangi timbulnya masalah-masalahsosial. Berbagai kalangan mengemukakanbahwa keluarga menjadi basis terpentingdalam perkembangan kehidupan manusia.Keluarga merupakan lingkungan hidupprimer dan fundamental tempatterbentuknya kepribadian yang mewarnaikehidupan manusia. Persemaian nilai-nilaiagama, kemanusiaan, kebangsaan, keadilansosial dan nilai-nilai moral, terjadi di dalaminstitusi yang bernama keluarga ini.Keluarga merupakan pranata sosial pertamadan utama yang mengemban fungsistrategis dalam membekali nilai-nilaikehidupan bagi anak manusia yang tengahtumbuh kembang. Dengan kata lain,keluarga merupakan agen terpenting yangberfungsi meneruskan budaya melaluiproses sosialisasi antara individu denganlingkungan.

Pembangunan keluarga di masamendatang dengan sendirinya mempunyaiperan ganda. Pada satu sisi, keluargadiharapkan dapat mengadakan penye-suaian agar mampu melaksanakankewajiban dan tanggung jawabnya sebagaipengayom seluruh anggota keluarga. Padakonteks ini pelembagaan nilai-nilai luhur,meningkatkan kesejahteraan keluarga,membangun seluruh potensinya menjadisumber daya insani dan berbagaikemampuannya untuk sekaligusmendukung usaha pembangunan bangsa.Pada sisi lain, keluarga diharapkan dapatmeningkatkan kemampuannya dan selalusiap melakukan penyesuaian terhadaplingkungan baru sekitarnya. Pada kondisiseperti ini keluarga berada pada posisi yangserasi, seimbang, selaras dan harmonis sertadinamis. Itulah sebabnya setiap keluargadiharapkan mampu mendidik anak-anaknya membangun budi pekerti yangluhur agar bisa selalu dan tetap me-nempatkan diri dalam masyarakat secaraserasi, seimbang dan harmonis.

Page 27: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

23Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Krisis sosial ekonomi bisa menjadi ujianbagi ketahanan sosial masyarakat dankeluarga. Karena situasi tersebut telahmenimbulkan goncangan-goncangan yangmenuntut adanya upaya dan kemampuanuntuk menghadapinya. Krisis tersebut salahsatunya disebabkan oleh paradigmapembangunan selama masa Orde Baru yangmenekankan pada pertumbuhan ekonomiyang tidak secara serentak berdampak padapemerataan kesejahteraan masya-rakat.Kondisi masyarakat sampai saat ini masihditandai oleh tingginya angka kemiskinan,putus sekolah, dan mening-katnya jumlahanak yang kekurangan gizi. Fenomenatersebut hampir tiap hari menjadi santapankita melalui tayangan media cetak maupunelektronik.

Ketahanan sosial keluarga senantiasaterkait dengan sejauhmana fungsi keluargasecara optimal mengkondisikan konsepkeluarga menjadi sebuah pranata yangdapat memberikan perlindungan, pengen-dalian, pengembangan dan partisipasikeluarga dalam kehidupan masyarakat.Keluarga yang memiliki ketahanan adalahkeluarga yang dapat memenuhi kebutuhankeluarga secara fisik material, mentalspritual dan kebutuhan sosialnya.Direktorat Pemberdayaan Keluarga (2002)mengidentifikasikan bahwa terdapat isukritis yang berpengaruh terhadap keber-fungsian keluarga, diantaranya adalah:

a. Terjadinya perubahan struktur danfungsi keluarga.

Di dalam masyarakat terjadigejala pergeseran struktur keluargadari keluarga besar menjadi keluargainti. Hal ini sejalan dengan mobilisasisosial yang demikian tinggi. Perubahanmakna keluarga, dari nilai lamadianggap sebagai lembaga yangsakral, menjadi lembaga yang hanyadimaknai secara mekanistis yangterdiri dari hubungan-hubungan

instrumental di antara anggotakeluarga. Kecenderungan lain yangsifatnya tertutup adalah bergesernyapola pembentukan keluarga yangtadinya dibentuk oleh ikatan per-kawinan, ke arah hubungan illegaltermasuk di dalamnya keluarga les-bian/homoseksual, kehamilan di luarnikah dan lain-lain.

b. Perubahan sosial budaya masyarakatKetidakmampuan dalam me-

menuhi kebutuhan sosial ekonomidalam keluarga akan mempengaruhiketahanan keluarga. Pengaruh lainnya,orang tua bisa mengalami stressyang dapat mempengaruhi kualitashubungan antar anggota keluarga.Keterpisahan keluarga karena tun-tutan pekerjaan, menurunkan kualitasintimasi antar anggota keluarga, baikantar suami istri, orang tua anak, nenekmaupun antar saudara. Selain akibatdari pengaruh budaya luar atau akibatdari akulturasi yang demikian cepat,telah mengakibatkan disorientasi polahubungan antar anggota keluarga yangmengarah pada munculnya konflik diantara mereka, serta per-masalahanlainnya.

Keluarga dapat dijadikan sebagai jalanmasuk dalam menghadapi setiap perubahansosial yang terjadi melalui pengembangandan pembinaan fungsi keluarga. Hal inisesuai dengan misi UU Nomor 10Tahun 1992 tentang “PerkembanganKependudukan dan PembangunanKeluarga Sejahtera”. Oleh sebab itu, salahsatu yang perlu dikembangkan adalahkebijakan pengem-bangan dan pembinaanberdasarkan fungsi-fungsi tersebut.Tujuannya adalah agar kesebelas fungsikeluarga (reproduksi, afeksi, perlindungan,pendidikan, keagamaan, sosial budaya,sosialisasi, pengembangan lingkungan,

Page 28: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

24 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

ekonomi, rekreasi dan kontrol sosial) dapatdilaksanakan secara lebih aktif dandikembangkan ke dalam peranan orang tuayang lebih operasional.

Oleh karena itu, peranan pemerintahdan tokoh masyarakat serta pranata sosialyang ada di masyarakat perlu ditingkatkanuntuk melakukan pengembangan danpembinaan keluarga agar keluarga memilikiketahanan sosial. Keluarga yang memilikiketahanan sosial diharapkan dapatmenangkal dan mencegah perkembanganyang negatif. Pembinaan ketahanan sosialkeluarga dapat dilakukan denganmemantapkan kualitas fungsi keluargasecara lebih operasional. Pengembanganketahanan sosial keluarga hendaknyabersifat integratif, sinergis dan kom-prehensif agar didapat hasil yangdiharapkan. Keluarga yang berketahanan sosialadalah cermin dari keluarga yang harmonis, serasidan berkesejahteraan.

II. TINJAUAN TENTANGKELUARGAKeluarga adalah sekelompok orang

yang diikat oleh perkawinan atau darah,biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atauanak-anak. Beberapa ahli mendefinisikankeluarga secara cukup menarik, sepertiNimkoff (Gunarsa dan Gunarsa, 2004)mendefinisikan keluarga sebagai ikatanyang sedikit banyak berlangsung lamaantara suami dan istri, dengan atau tanpaanak. Belsky dkk (Tetrawanti, 1989)mengatakan bahwa keluarga terdiri atassuami atau ayah, istri atau ibu, dan anak.Sementara itu menurut DirektoratPemberdayaan Peran Keluarga DepartemenSosial (2002), keluarga diartikan sebagai unitsosial terkecil dalam masyarakat yangmerupakan wahana sosialisasi yang pertamadan utama bagi tumbuh kembang anak.

Melalui keluarga, individu-individu dapattumbuh dan berkembang, serta dapatmemenuhi seluruh kebutuhan hidupnyabaik jasmani, rohani maupun sosialnya.Tidak seorangpun individu yang tidakterkait dengan keluarganya. Keluargaadalah unit terkecil dalam masyarakat yangterdiri dari suami-istri, atau suami istri dananaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibudan anaknya, demikian yang dinyatakandalam UU Nomor 10 Tahun 1992 tentangPerkembangan Kependudukan danPembangunan Keluarga Sejahtera.Perbedaan pendapat para ahli dan lembagadiatas adalah wajar mengingat dalamkenyataannya secara struktur dikenalkeluarga inti (nuclear family) yang terdiridari ayah, ibu dan anak, dan keluarga luas(extended family) yang terdiri dari tigagenerasi atau lebih. Keluarga sebagai unitsosial terkecil di masyarakat, merupakanbagian penting dan cukup besarpengaruhnya terhadap keberlangsunganmasyarakat. Hal ini terutama dikaitkandengan peranannya di masyarakat yangberhubungan dengan fungsi sosialisasi danmemelihara stabilitas masyarakat. Keluargasebagai kelompok primer punya peranbesar dalam membentuk kepribadiananggota-anggotanya yang akan menjadianggota masyarakat secara luas.

Sedangkan Summer dan Keller(Gunarsa dan Gunarsa, 2004) merumuskankeluarga sebagai miniatur dari organisasisosial, meliputi sedikitnya dua generasi danterbentuk secara khusus melalui ikatandarah. Polish (Tetrawanti, 1989) men-definisikan keluarga dengan menitik-beratkan pada struktur keluarga yangmenyatakan bahwa keluarga merupakansuatu kelompok sosial yang terdiri dari or-ang-orang yang mempunyai ikatan darahdan hubungan saudara, umumnya terbatashingga generasi ke empat.

Page 29: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

25Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Kemudian Bell (Ihromi, 1999)mengatakan ada 3 jenis hubungan keluarga:

1. Kerabat dekat (conventional kin)

Kerabat dekat terdiri atas individuyang terikat dalam keluarga melaluihubungan darah, adopsi dan atauperkawinan, seperti suami istri, orangtua-anak, dan antar saudara (siblings)

2. Kerabat jauh (discretionary kin)

Kerabat jauh terdiri atas individu yangterikat dalam keluarga melaluihubungan darah, adopsi dan atauperkawinan, tetapi ikatan keluarganyalebih lemah daripada kerabat dekat.Hubungan yang terjadi diantaramereka biasanya karena kepentinganpribadi dan bukan karena adanyakewajiban sebagai anggota keluarga.Biasanya mereka terdiri atas paman-bibi, keponakan dan sepupu.

3. Orang yang dianggap kerabat(fictive kin)

Seseorang dianggap anggota kerabatkarena ada hubungan yang khusus,misalnya hubungan antar teman akrab.

Sedangkan uraian mengenai fungsikeluarga menurut Gunarsa dan Gunarsa(2004) bergantung dari sudut dan orientasiyang berbeda. Dari sudut biologi, keluargaberfungsi untuk melanjutkan garisketurunan. Dari sudut psikologi per-kembangan, keluarga berfungsi untukmengembangkan seluruh aspek kepri-badian sehingga bayi yang kecil menjadianak besar yang berkembang dandiperkembangkan seluruh kepribadiannyasehingga tercapai gambaran kepribadianyang matang, dewasa dan harmonis. Darisudut pendidikan, keluarga berfungsisebagai tempat pendidikan informal,tempat dimana anak memperkembangkandan diperkembangkan kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki sehingga

mencapai prestasi sesuai dengan ke-mampuan dasar yang dimiliki danmemperlihatkan perubahan perilaku dalamberbagai aspeknya seperti yang diharapkanatau direncanakan. Dari sudut sosiologi,keluarga berfungsi sebagai tempat untukmenanamkam aspek sosial agar bisa menjadianggota masyarakat yang mampuberinteraksi dan menyesuaikan diri denganlingkungan sosialnya dari sudut agama,keluarga adalah tempat persemaian bagibenih-benih kesadaran akan adanya sesuatuyang luhur, Tuhan Yang Maha Esa, dannorma-norma etnis moral seperti tindakanbaik, buruk yang djadikan pegangan dalamperilaku sehari-hari. Dari sudut ekonomi,keluarga adalah primer sebagai organisasiekonomi, sesuai dengan istilah dalambahasa Latin untuk arti lain dari keluargayakni oikonomia.

Fungsi keluarga juga tercermin dalamperanan masing-masing anggota keluarga(Direktorat Keluarga, 2003), yaitu :

a. Ayah yang berstatus sebagai kepalakeluarga mempunyai peran sebagaipencari nafkah utama, pendidikan dansebagai tokoh keteladanan. Adapunperanan yang harus dilaksanakannyaadalah mencukupi kebutuhan rumahtangga, memberikan pendidikan,bimbingan kepada putra-putrinya,memberikan rasa aman, memberikanperlindungan yang baik dan sesuaidengan norma dan nilai yang berlaku,mendorong dan membangkitkansemangat keluarganya.

b. Ibu yang berstatus sebagai ibu rumahtangga mempunyai peran sebagaipendamping suami, pengurus danpengatur rumah tangga, penerusketurunan, pendidik dan pembimbingbagi putra-putrinya. Ibu berperansebagai pendorong dan pembangkitsemangat suami agar suami dapatmelaksanakan fungsi dan peranannya,

Page 30: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

26 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

mendorong dan membangkitkansemangat putra-putrinya, memberikanrasa aman, mendidik dan membimbingputra-putrinya menuju kedewasaan,memberikan peneladanan sesuaidengan norma dan nilai yang berlaku,sebagai teman bermain dan berbicaradari putra-putrinya, mengatur danmengurus rumah tangga, mengamatitingkah laku putra-putrinya.

c. Anak berstatus sebagai pribadiyang merupakan bagian dari suatukeluarga, mempunyai peran sebagaigenerasi penerus, penerima nilai dannorma, serta sebagai penerimapendidikan dan bimbingan. Anakdalam keluarga berperan dalammelestarikan nilai dan norma yangberlaku dalam keluarga, melaksanakanbimbingan dan pendidikan dariorang tua, mempersiapkan diriguna mengembangkan keturunan,menambah pengetahuan dan kete-rampilan.

d. Keluarga dalam lingkungan sosialmasyarakat memiliki status sebagaibagian dari kesatuan masyarakat dansebagai penghubung pribadi denganstruktur yang lebih luas (masyarakat).Dalam masyarakat, keluarga berperansebagai pelestari suatu masyarakat,pemelihara fisik anggotanya dalampembentukan kelestarian masyarakat,wadah sosialisasi anak sebagai saranakontrol sosial.Tidak optimalnya pelaksanaan peranan

anggota keluarga, antara lain disebabkanoleh adanya pergeseran struktur, bentukdan nilai dalam keluarga. Pendidikanperempuan yang meningkat dari tahun ketahun membuka kesempatan yang luasuntuk tidak hanya bekerja di rumah, tetapijuga bekerja di luar rumah. Pergerseranperanan nampaknya masih belumdiimbangi dengan pembagian tugas rumahtangga yang seimbang antara ayah dan ibu.

Kesan “stereotype” dalam masyarakatnampaknya masih men-dominasipelembagaan peranan dalam keluarga. Ibuwalaupun bekerja di luar rumah tetapberkewajiban melaksanakan tugas rumahtangga, sementara ayah dianggap tidakpantas. Hal ini yang kemudian seringkalimenimbulkan berbagai benturan perandalam keluarga.

Keluarga mempunyai fungsi-fungsitersendiri. Berdasarkan Badan PusatStatistik dan Direktorat KeluargaDepartemen Sosial, fungsi-fungsi keluargasecara umum sebagai berikut :

a. Fungsi Reproduksi, yang mencakupkegiatan melanjutkan keturunan secaraterencana sehingga menunjangterciptanya kesinambungan dankesejahteraan sosial keluarga.

b. Fungsi Afeksi, meliputi kegiatan untukmenumbuhkembangkan hubungansosial dan kejiwaan yang diwarisi kasihsayang, ketentraman dan kedekatan.

c. Fungsi Perlindungan, yaitu meng-hindarkan anggota keluarga darisituasi atau tindakan yang dapatmembahayakan atau menghambatkelangsungan hidup, pertumbuhandan perkembangan secara wajar.

d. Fungsi Pendidikan, mencakup kegiatanyang ditujukan untuk meningkatkankemampuan maupun sikap danperilaku anggota-anggota keluargaguna mendukung proses penciptaankehidupan dan peng-hidupan keluargayang sejahtera.

e. Fungsi Keagamaan yaitu kegiatanuntuk meningkatkan hubungananggota keluarga dengan Tuhan YangMaha Esa, sehingga keluarga dapatmenjadi wahana persemaian nilai-nilaikeagamaan guna membangun jiwaanggota keluarga yang beriman danbertaqwa.

Page 31: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

27Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

f. Fungsi Sosial Budaya yaitu kegiatanyang ditujukan untuk melestarikan danmengembangkan nilai-nilai sosialbudaya guna memperkaya khasanahbudaya maupun integrasi sosial bangsadalam rangka menciptakan kesejah-teraan sosial keluarga.

g. Fungsi Sosialisasi, mencakup kegiatanyang ditujukan untuk menanamkandan mengembangkan nilai-nilai sosial/kebersamaan bagi anggota keluargaguna menciptakan suasana harmonisdalam kehidupan keluarga danmasyarakat. Melalui sosialisasi yangdilakukan keluarga, anak dapatmempelajari bagaimana berpikir,berbicara dan mengikuti adat istiadat/kebiasaan, perilaku dan nlai-nilai didalam masyarakat.

h. Fungsi Pengembangan Lingkunganyaitu kegiatan yang ditujukan untukmemberdayakan anggota keluargaguna melestarikan, memberdayakandan meningkatkan daya dukunglingkungan, baik lingkungan fisikmaupun lingkungan sosial dalamrangka menciptakan keserasian antarakehidupan alam dan manusia.

i. Fungsi Ekonomi yaitu kegiatanmencari nafkah, merencanakan,meningkatkan pemeliharaan danmendistribusikan penghasilan keluargaguna meningkatkandan melangsungkan kesejahteraankeluarga.

j. Fungsi Rekreasi, yaitu kegiatanmengisi waktu senggang, secara positifguna terciptanya suasana santaidiantara keluarga sebagai upaya untukmengoptimalkan pendayagunaanenergi fisik dan psikis.

k. Fungsi Kontrol Sosial, yaitu meng-hindarkan anggota keluarga dariperilaku menyimpang, serta mem-bantu mengatasinya guna menciptakan

suasana kehidupan keluarga danmasyarakat yang tertib, aman dantentram.

Dengan asumsi apabila keluarga dapatmelaksanakan fungsi-fungsi pokok diatas,maka keluarga beserta anggota keluargaakan terbebas dari potensi gangguanpertumbuhan fisik, intelektual, sosial,emosional atau moralnya.

Dengan memahami peranan dan fungsikeluarga, maka dapat dipahami betapapentingnya keluarga sebagai unit sosial pal-ing kecil dalam masyarakat atau sebagaitempat bermukimnya pribadi-pribadimenentukan keadaan keluarga. Sebagai unitsosial paling kecil, keluarga berperan besardalam ikut menentukan kondisi masyarakatyang lebih luas, meliputi kesejahteraansosial dan keharmonisan kehidupanmentalnya. Menurut Goldstein dkk (1973),sebagai satuan sosial terkecil keluargamerupakan unit fundamental yangbertanggungjawab untuk melayanikebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak.Sebagai satuan sosial, keluarga jugamempunyai sejumlah aturan berupa norma-norma keluarga yang mencerminkanharapan tentang hubungan antara anggotakeluarga dalam memenuhi kebutuhankeluarga, termasuk kebutuhan anak. Dalamhal ini orangtua dianggap sebagai orangyang telah memahami kehidupan sementaraanak yang masih dalam tahap belajartentang kehidupan akan menjadikanorangtuanya sebagai model dalamberperilaku (modelling).

Dalam keluarga dan sistemkekerabatan dibutuhkan juga prosesinternalisasi nilai-nilai sebagai upaya untukmeningkatkan fungsi dan peran keluarga/kekerabatan dan masing-masinganggotanya. Proses tersebut perluditindaklanjuti dengan melembaganyaaktivitas keluarga/kekerabatan yang

Page 32: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

28 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

terpola. Terlembaganya aktivitas keluarga/kekerabatan dapat berupa kegiatan HalalBihalal secara rutin, pembagian tugas dirumah dengan waktu dan frekuensitertentu. Hartman dan Dwyer (dalamIhromi, 1999) melihat bahwa pemilahanjender menurut fungsi diperlukan karenaadanya kepentingan internal yang berbedaantara laki-laki dan perempuan sesamaanggota keluarga, bahkan terjadi pulaantara suami dan istri. Posisi dan perananmasing-masing anggota keluarga sesuaidengan jendernya seringkali ditemuiadanya jaringan sosialnya sendiri sesuaikepentingannya. Melalui jaringan sosial ini,masing-masing anggota keluarga memilikijenjang-jenjang peluang dalam meniti suatuposisi tertentu, bahkan berhasil meraihkekuasaan tertinggi dalam struktur jaringansosial yang dimilikinya. Sebagai contoh,seorang istri menurut jender dapat berperansebagai kepala rumah tangga jugamempunyai jaringan sosialnya sendiri.

III. HUKUM-HUKUM ALAM YANGDAPAT MEMPERKAYAKEHIDUPAN KELUARGA

Eyre (2006) menyatakan, bahwa begitubanyak orang tua sekarang yang lebihmampu mengelola anak-anaknya diban-dingkan mengasuhnya. Mengelola adalahkegiatan yang dilakukan dengan otak, yaitutentang bagaimana membantu anak-anakmelakukan apa yang ingin mereka lakukandan menjadi apapun yang mereka inginkan,contohnya menyelesaikan pekerjaan rumah,dan mengikuti les. Tapi, dengan caramengelola seperti itu, cukupkah mengasuhanak? Pengasuhan merupakan kegiatanyang dilakukan dengan perasaan dan jugaotak. Ini tentang memberi pelukan dalamjadwal, pujian untuk yang tertekan,kehangatan untuk meringankan sesuatu.Untuk mewujudkannya, pola pengasuhan

harus mendalam dan jujur serta cerdas. Iaberbicara tentang sifat mengasuh, kualitasorangtua dan anggota keluarga lainnyauntuk menciptakan suasana pengasuhandan perawatan anak-anak yang merekacintai. Kualitas dan pola ini disebut sebagai“Hukum Alam Pengasuhan”. Ada sembilandan semuanya berkaitan dengan beberapahal yang paling fundamental, sepertikomitmen, pujian, tanggung jawab,keamanan, disiplin dan komunikasi.

Eyre kemudian menganalogikansembilan prinsip dan cerita yang meng-ilustrasikan prinsip-prinsip tersebut berasaldari alam. Maka dari itu, dinamakanhukum-hukum alam agar mudah diingatdan bersifat naluriah, serta mudahditerapkan. Kesembilan prinsip itu adalahsebagai berikut :

1. Komitmen, yang diilustrasikan sebagaihukum angsa. Hukum angsa adalahkomitmen dan prioritas. Komitmenpada pasangan yang menikah yaitukomitmen mendalam pada pernikahanatau orangtua terhadap anak-anaknya.Memberi prioritas bagi anak-anak dankeluarga dengan jelas dan konsisten diatas segala prioritas lainnya.Kepercayaan, keamanan dan keya-kinan yang diinginkan dirasakan olehanak-anak berasal dari komitmenorangtua yang jelas dan terbuka. Dananak-anak juga mengetahui bahwamerekalah prioritas utama dan sangatternilai dibanding apapun. Seperti angsa,kita harus pulang ke rumah,mengutamakan anak-anak, mem-biarkan anak-anak tahu apa yangorang tua katakan dan lakukan.Mereka adalah prioritas tertinggi,harus memahami bahwa komitmenmerupakan ungkapan cinta yangpaling lengkap. Selalu mengingatkananak-anak tentang cinta danmemberitahu mereka tentangkomitmen serta loyalitas untuk

Page 33: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

29Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

mereka, harus lebih menyukai suasanarumah dan menikmatinya dibandingtempat lain di manapun.

2. Memuji, yang diilustrasikan sebagaihukum kepiting. Hukum kepitingmengajarkan hal yang berlawanandengan apa yang dilakukan kepiting,yaitu dukungan dan perilaku positif –mengangkat ke atas daripada menekanke bawah, memuji daripada meng-kritik. Salah satu prinsip yang hampirsemua orangtua ketahui (tapi jarangdilakukan) adalah karena anak-anakmembutuhkan perhatian, seharusnyamemberi lebih banyak perhatianterhadap prilaku positif dibandingkanpada tindakan negatif. Tidak sepertikepiting, kita harus belajar bahwa men-dorong ke atas adalah jawabannya,bukan menekan ke bawah; kita harusmendukung dan bukannya bersaingsatu sama lain. Kita harus mencari carauntuk membangun kepercayaan dirianak-anak dengan selalu memuji danbukannya menyepelekan melalui kritikterus-menerus; dan kita harus memujiusaha yang dilakukan dan memberiimbalan terhadap upaya yang jujur,kita harus belajar meninggalkancangkang keras kita yang berisi kritikdan menumbuhkan gaya memuji yangbaru. Pesan kepiting adalah sebagaianbesar masalah interpersonal dengananak bisa diperbaiki dengan pujianyang tulus.

3. Komunikasi, yang diilustrasikan sebagaihukum ikan paus. Apakah hukum ikanpaus itu? Inilah pelajaran komunikasiyang jujur, terbuka dan konstan.Komunikasi keluarga yang nyata danberkomitmen, menghindari banyakmasalah dan memegang kunciuntuk memecahkan dan menguraimasalah yang ada. Komunikasipositif dalam keluarga mirip denganpintu gerbang terbuka, yangmemungkinkan nilai-nilai diajarkan,

kesenangan dibagikan dan masalahdihadapi. Ketika pintu gerbangditutup, akan muncul tekanan yangmenyebabkan individu terisolasi.Seperti ikan paus, kita seharusnyamendengarkan satu sama lain danbukannya mengganggu. Komunikasiharus ditujukan untuk individual,setiap anak sangat unik, seorang anakmungkin memerlukan ketegasan,komunikasi yang disiplin sedangkananak yang lain membutuhkanpendekatan yang lebih lunak. Kitaperlu menjadikan komuniksi tidakmenggurui tapi berupa nyanyian-nyanyian kejujuran dan salingmenghargai. Kesimpulannya men-dengarkan merupakan kunci komu-nikasi.

4. Konsistensi, yang diilustrasikan sebagaihukum kura-kura. Hukum kura-kuraadalah konsistensi yang mantap tetapitenang yang bisa membungkus anak-anak dalam selimut kedamaian yanghangat. Tidak masalah bagaimanakehidupan begitu berantakan dandingin di luar rumah. Ada beberapahal tertentu yang mendasar dankonsisten yang bisa selalu diper-hitungkan di dalam rumah. Perasaandiperhatikan, beberapa ritual keluargayang bisa diandalkan, pola perintahdan jadwal yang berulang dan sejumlahcinta tak bersyarat yang tiadabatasnya. Seperti kura-kura, kitaseharusnya tidak pernah terlalu buru-buru untuk mendengarkan, memer-hatikan dan berbagi. Kita seharusnyamempunyai ritual teratur dan bisadiandalkan serta tradisi tepat waktuagar keluarga khususnya anak-anakbisa menemukan keamanan danidentitas. Hukum kura-kura adalahingatlah selalu tujuan anak-anak dalamjangka panjang yang akan tumbuhmenjadi orang dewasa yang fungsional

Page 34: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

30 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

dan bahagia serta ikatan keluarga yangsemakin kuat seiring dengan waktu.

5. Disiplin, yang diilustrasikan sebagaihukum belalai gajah. Hukum belalaigajah adalah keseimbangan yang baikantara “cinta yang keras” dan “cintayang lunak”. Hukum ini mengenaimengadopsi aspek terbaik dari duaakhir spektrum. Anak-anak sangatmemerlukan disiplin, jadwal, harapanyang jelas dan tanggung jawabkeluarga. Namun, anak-anak jugamemerlukan toleransi, kelembutandan bantuan tanpa ada tekanan. Sepertibelalai gajah, cinta kita harus mem-berikan persetujuan dan menyelimutimereka dengan kepercayaan, tetapijuga harus mengingatkan merekasecara keras dan jelas tentang adanyabahaya. Cinta kita seharusnyamemindahkan penghalang di jalanyang anak-anak kita lalui, tetapimembiarkan mereka menempuh jalantersebut di bawah kekuatan merekasendiri.

6. Rasa aman, yang diilustrasikan sebagaihukum kayu merah. Hukum kayumerah adalah saling mendukungdalam keluarga, ungkapan cinta yangterbuka, kedekatan emosional yangkonsisten, pembelajaran moral danidentitas keberhasilan. Keluarga yangtumbuh dan berkembang bersama,menghargai dan saling menjalinkebersamaan, tetap dalam harmoniyang paralel satu sama lain, jauh daridasar materialisme, mencapai tujuanyang mulia, bertahan terhadap banyakcobaan dan terbebas dari akar yangamoral. Seperti kayu merah, kita harustumbuh bersama dan semakin dekatsatu sama lain, saling menguatkansecara fisik, mengetahui akar kita,menghargai kekuatan dan keter-kaitannya, memahami bahwa kita bisamendapatkan keamanan dan meng-identifikasi asal-usulnya.

7. Tanggung jawab, yang diilustrasikansebagai hukum beruang. Hukumberuang adalah hukum tanggungjawab, yaitu mengambil tanggungjawab penuh dan lengkap bagi keluargadan anak. Memprioritaskan peranpengasuhan dibanding perananlainnya; dan mengajar anak-anakdengan teladan dan berharap merekamenerima tanggung jawab keluargajuga. Melarikan diri dari tanggungjawab sehari-hari kepada anak-anakmengakibatkan hilangnya peluangmereka menikmati masa anak-anakdan mungkin pada akhirnyamengakibatkan berkurangnya keper-cayaan dan komunikasi yang akanmembuat anak-anak tidak bisamenyelesaikan masalah yang akanmungkin mereka hadapi. Tidak sepertipendaki yang lemah, anak-anak perlumenjalankan tanggung jawabpekerjaan rumah tangga, mulai daripekerjaan kecil ketika kanak-kanaksampai mendapatkan uang sakunyasendiri ketika remaja.

8. Kesadaran, yang diilustrasikan sebagaihukum katak. Hukum katak adalahhukum kesadaran. Kesadaran bisamenjadi aset terbesar orangtua.Kurang kesadaran menjadikanmasalah berubah lebih besar untukditangani dan membiarkan semua jenispeluang tidak diketahui. Tidak sepertikatak, kita harus mencoba lebih kerasuntuk mengenali, merasakan sertamenyadari apa yang terjadi di sekitarkita dan dalam hidup anak-anak sertadi dalam benak mereka; harusmemahami bahwa semua air (situasi,anak) tidaklah sama bahwa masing-masing berbeda dan kita harusmemahami perbedaan itu. Harusmenjadi berdarah hangat, sangattertarik, memerhatikan dan sensitifterhadap anak-anak, kecemasanmereka dan kepedulian mereka. Kita

Page 35: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

31Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

harus mengajukan pertanyaan tentangkemana kita bersama anak-anak,dimana mereka dengan kehidupanmereka, apa yang mereka pikirkan danapa yang mereka butuhkan.

9. Kebebasan, yang diilustrasikan sebagaihukum kutu. Hukum kutu adalahhukum pemberdayaan dan kebebasan.Kita sebagai orangtua tidak ada yangtahu potensi unik, penuh dan indi-vidual dalam diri anak-anak, sehinggamenjadi tanggung jawab kita untukmembantu setiap anak menemukansiapa dirnya, apa yang mampu ialakukan dan kemana ia mengarah.Tidak seperti kutu, anak-anak seha-rusnya tidak menerima pembatasan,tidak ada batas artifisial bagikebahagiaan atau potensi mereka; kitatidak menginginkan anak-anakmematuhi dan mengikuti pola yangsama; kita perlu memberikan anak-anak kesadaran atas pilihan danpeluang serta luasnya perspektifimpian yang baik. Pertimbangkan duaperspektif ini yang berkaitan dengankebebasan:

a. Kebebasan seperti yang kitainginkan agar anak-anak “bebasbertindak”. Bebas bermimpi,menetapkan dan meraih tujuan.Bebas untuk mengembangkanpikiran dan bakat mereka sertauntuk menggapai potensi mereka.Kebebasan didefinisikan sebagaipemberdayaan dan peluang.

b. Kebebasan seperti yang kitainginkan agar anak-anak “bebasdari”. Bebas dari kekerasan ataukecelakaan. Bebas dari pradugadan kemampuan sedang-sedangsaja, dari keteledoran dankesalahan. Bebas dari hal yangmerusak. Kebebasan didefini-sikan sebagai kesadaran dan

keleluasaan berpikir, juga sebagaikeamanan dan proteksi.

Maka, satu kata ini, kebebasan, mungkinmelampaui dua keinginan dan instingpengasuhan kita yang paling mendasar,yaitu melindungi anak-anak kita dan melihatmereka meraih potensi mereka.

IV. KETAHANAN SOSIALKELUARGA

Achir (1994) menyatakan, bahwa suatukeluarga dikatakan memiliki ketahanan dankemandirian yang tinggi bila keluarga itudapat berperan optimal dalam mewujudkanseluruh potensi anggota-anggotanya.Karena itu tanggung jawab keluargameliputi tanggung jawab terhadapkesehatan anggota keluarga, pendidikan,ekonomi, sosial budaya dan lain-lain.Dengan optimalnya fungsi keluarga makadipastikan ketahanan keluarga dapatterjalin secara kokoh. Melalui ketahanankeluarga yang kokoh dalam masyarakat,diharapkan permasalahan sosial baru dapatdicegah. Sebaliknya melalui kondisiketahanan yang kokoh dalam keluarga,diharapkan dapat dijadikan saranapenciptaan mekanisme pemecahan masalahsosial dalam masyarakat. Beberapapermasalahan keluarga yang terjadi dalammasyarakat diantaranya, keluarga ber-masalah sosial psikologis, keluarga tidakharmonis, keluarga rawan masalah sosialekonomi (kerentanan), keluarga miskin,keluarga yang menjadi korban PHK,keluarga yang tinggal di lingkungan tidakmenguntungkan, termasuk daerah rawanbencana, konflik sosial dan keluarga yangmengalami masalah sosial. Permasalahantersebut baik langsung maupun tidaklangsung banyak disebabkan oleh ketidak-mampuan keluarga dalam melaksanakanperanan, fungsi dan pemenuhan kebutuhananggota keluarganya.

Page 36: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

32 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Goode (2000) menyatakan bahwadalam era perubahan global sepertisekarang ini struktur keluarga dalammasyarakat juga mengalami perubahanmenjadi bentuk konjugal. Yaitu keluargamenjadi semakin mandiri melakukanperanannya lebih terlepas dari hubungankerabat-kerabat luas, baik dari pihak suamimaupun istri. Secara ekonomi, keluargakonjugal itu berdiri sendiri, tempat tinggaljuga secara tersendiri, tidak bersatu dengankerabat luas. Sedangkan secara psikologis,satuan kecil ini menjadi semakin berdikari.Ini berarti juga bahwa hubungan emosionaldi antara suami istri menjadi lebih sentraldalam kehidupan keluarga yang memangmenyebabkan hubungan mereka menjadiakrab. Akan tetapi kemungkinan keluargapecah atau retak juga lebih besar karenayang mengikatnya hanya suami istri itu saja,sedangkan dalam keluarga tradisionalmasih ada anggota keluarga luas yangmengikat keluarga kecil.

Dalam proses industrialisasi yangsedang terjadi di masyarakat, mau tidakmau akan berpengaruh langsung terhadapketahanan keluarga, baik dalam arti sempitseperti peluang memperoleh pekerjaan atauposisi tertentu, maupun pola hubungansosial yang terjalin untuk mengimbangiproses perubahan yang sedang terjadi.Mobilitas sosial dan ekonomi di masyarakatindustrial jelas akan menjadikan perananmasing-masing individu dalam keluargahendaknya memainkan posisinya yang lebihbaik di dalam setiap berinteraksi denganmasyarakatnya.

Menurut UU Nomor 10 Tahun 1992,ketahanan keluarga adalah kondisi dinamiksuatu keluarga yang memiliki keuletan danketangguhan serta mengandung fisikmaterial dan psikis mental spiritual gunahidup mandiri dan mengembangkan diridan keluarganya untuk hidup harmonisdalam meningkatkan kesejahteraan lahir

dan kebahagiaan batin. Kondisi ketahanankeluarga yang ingin dicapai adalah kondisikesejahteraan dan keamanan.

Kriteria lain yang dapat dijadikan dasarbahwa suatu keluarga dapat berfungsi sosialdalam kehidupan apabila memiliki aspek-aspek yang terdiri dari: 1) Pemenuhankebutuhan dasar; 2) Peluang usaha danpendapatan; dan 3) Relasi sosial danjaringan. Ketiga kriteria tersebut memilikiciri-ciri yaitu memiliki pekerjaan,penghasilan dan ketrampilan, pendidikandan kesehatan, perumahan, memilikihubungan sosial dan jaringan dengankeluarga, lingkungan kerabat, lingkunganadat, kelompok, organisasi lokal maupunpihak lain.

Menurut Hambali (2005) konsepketahanan sosial keluarga dapat diadopsidari konsep dasar tersebut. Ketahanansosial keluarga dengan demikian dapatdiartikan sebagai kemampuan keluargauntuk bertahan di tingkat komunitas lokalterhadap berbagai perubahan sosial,ekonomi, budaya dan politik yang terjadi.Ketahanan sosial keluarga juga berartikemampuan individu-individu sebagaianggota keluarga dalam mengembangkanhubungan sosial sehingga dapat mem-pertahankan konsistensinya dalamkehidupan keluarga, bermasyarakat danbernegara. Berdasarkan indikatorketahanan sosial masyarakat, ketahanansosial keluarga dapat diamati dalam haltidak ada keluarga yang masuk kelompokrentan, atau kalaupun ada merekaterlindung di komunitasnya dan tetapbisa memperoleh dan menjangkaupelayanan sosial dasar. Keluarga jugamau berpartisipasi dalam kegiatankemasyarakatan di komunitasnya,termasuk merespon terhadap konflik sosialyang terjadi di sekitarnya, baik dalam halmencegah ataupun membantu mengatasikonflik tersebut. Kemudian berpartisipasi

Page 37: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

33Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

dalam memelihara sumber daya alam,sumber sosial secara arif berdasarkankebiasaan yang ada, menolong atau pedulijika ada anggota komunitasnya mengalamiketerlantaran, atau dengan kata lainmemiliki kepekaan sosial yang tinggi.

Keluarga mempunyai fungsi sangatpenting dalam memenuhi kebutuhananggotanya, sehingga memiliki kualitas-kualitas pribadi yang membuatnyaberketahanan (resilient) dalam menjalanikehidupannya. Keluarga yang memilikiketahanan sosial adalah yang mampuberintegrasi dengan baik serta berfungsioptimal, sehingga mampu menumbuh-kembangkan aspek-aspek: kekuatan ego,ketangguhan, kemampuan bertahan danplastisitas para anggotanya (Nainggolan,2005).

Beberapa kajian yang dikembangkanPusat Pengembangan Ketahanan SosialMasyarakat lebih memfokuskan padaperanan pranata sosial dalam ketahanansosial masyarakat. Namun ditemukanbeberapa pandangan tentang ketahanansosial yang dapat digunakan sebagai salahsatu referensi untuk memahami ketahanansosial keluarga. Berdasarkan pandanganyang muncul, maka ketahanan sosialkeluarga dapat diformulasikan sebagaiberikut :

1. Kemampuan daya tahan terhadaparus perubahan. Daya tahanberarti kemampuan keluarga untukmenangkal berbagai pengaruhdari luar yang mungkin dapatmengganggu keserasian dankeharmonisan keluarga. Perspektifdaya tahan dimaknai dari nilai, norma,kaidah-kaidah yang memberikanperlindungan bagi anggotanya untukmengantisipasi berbagai pengaruhyang terjadi.

2. Kemampuan keluarga untuk mem-prediksi perubahan. Kemampuanmemprediksi dimaksudkan sebagai

upaya untuk melihat ke depan tentangberbagai kemungkinan yang terjadi.Kemampuan ini dapat digunakan olehkeluarga untuk menyikapi sedinimungkin tentang apa yang bakalterjadi dan bagaimana mengatasinya.

3. Kemampuan keluarga untuk mela-kukan antisipasi terhadap perubahanyang dinilai akan merusak kema-panannya. Tindakan antisipasi adalahupaya satu-satunya yang dapatdilakukan, ketika keluarga tidakmampu membendung pengaruhperubahan di lingkungan keluarga.Antisipasi ini dilakukan melaluipenguatan peran masing-masing atasdasar kesadaran dan tanggung jawabuntuk membentuk keluarga harmonisdan serasi.

4. Kemampuan keluarga untuk mengatasiresiko yang ditimbulkan sebagai akibatperubahan itu. Upaya mengatasi resikoharuslah berawal dari kehendak danmotivasi anggota untuk melakukanperubahan tanpa meng-ganggu fungsi-fungsi sosial dan peranan sosial yangseharusnya ditampilkan. Resiko pastiterjadi sebagai akibat mengadopsi ataumenolak perubahan. Setiap keluargaharuslah melakukan kalkulasi terhadapresiko ini dan kemudian menyusuntindakan apa saja yang memung-kinkan resiko yang dihadapi tidakmengganggu keseimbangan dankeselarasan di lingkungan keluarga.

Menurut Goode (2000) upayapeningkatan ketahanan sosial keluargadengan pendekatan struktural fungsional,yang perlu dilakukan adalah berkaitandengan bagaimana agar terjadi keserasiandalam hal :

1. Hubungan antara keluarga denganunit-unit sosial yang lebih luas,maksudnya sistem ketetanggaan,

Page 38: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

34 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

institusi ekonomi, politik/peme-rintahan, institusi hukum, agama danlain-lain. Bila tercipta keharmonisanmaka dihasilkan kondisi ketahanansosial keluarga yang tinggi, artinyakeberadaan institusi tersebut akanmendukung terciptanya ketahanansosial keluarga.

2. Hubungan antara keluarga dengansubsistemnya bisa berarti hubunganantara anggota keluarga, atau antarakeluarga dengan sistem nilai dannorma yang berlaku dalam keluargatersebut yang pada gilirannyamenghasilkan keluarga yang tangguhdalam menghadapi goncangan. Dalamkaitan menciptakan ketahanan sosialkeluarga yang sejalan denganpembangunan sosial, maka inter-nalisasi nilai tentang kejujuran,kerukunan, keuletan dan lain-lainmerupakan hal yang dianjurkan untukdimiliki tiap keluarga.

3. Hubungan antara keluarga dengankepribadian anggotanya berkaitandengan bagaimana peran orang tuadalam menjalankan fungsinya sebagaipendidik utama individu dalamkelompok primernya sehinggamenghasilkan individu-individudengan pribadi yang tangguh, ulet,tahan goncangan yang pada akhirnyamenghasilkan keluarga yangberketahanan tinggi.

Dalam kerangka pikir fungsional-struktural, masyarakat dipandang sebagaisuatu sistem yang dinamis, yang terdiri dariberbagai bagian atau sub sistem yang salingberhubungan. Sistem dalam pendekatan iniberada pada lapisan individual(perkembangan kepribadian), lapisaninstitusional (keluarga) dan pada lapisanmasyarakat. Suatu analisis fungsionalterhadap keluarga menekankan padahubungan antara keluarga dan masyarakat

luas, hubungan-hubungan internal di antarasub sistem-sub sistem yang ada dalamkeluarga dan atau hubungan di antarakeluarga serta kepribadian dari paraanggota keluarga sebagai pribadi.

Dari pendekatan tersebut, dapatdikatakan bahwa keluarga adalah bagiandari masyarakat. Jadi, keluarga yangmemiliki ketahanan sosial tinggi akanmelahirkan masyarakat yang berketahanansosial tinggi pula. Pada gilirannya akanmenghasilkan keluarga dan masyarakatyang hidup berkesejahteraan, bebas darisituasi rentan, maupun berpartisipasi dalamkegiatan di masyarakat untuk mencegahdan mengatasi konflik yang terjadi, sertamau memanfaatkan dan memelihara sumberdaya alam dan sumber sosial yang ada dimasyarakat.

V. PENUTUP

Untuk membentuk suatu keluargayang berketahanan sosial, dalam meng-hadapi berbagai masalah diperlukankemampuan tertentu pada anggota keluargabaik internal maupun eksternal serta banyakhal yang mempengaruhinya. Sebuahkeluarga yang berketahanan sosial, adalahkeluarga yang mampu bertahan ditingkatkomunitas lokal terhadap berbagaiperubahan sosial, ekonomi dan politik yangterjadi; atau mampu melaksanakanfungsinya, membina dan menjaga hubungandengan keluarga besarnya serta mampumencegah dan mengatasi masalahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Kusnaka dan Hikmat, Harry.2001. Participatory Research Appraisal(PRA) dalam Pelaksanaan Pengabdiankepada Masyarakat. Bandung.Humaniora Utama Press.

Page 39: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

35Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Andayani, Budi dan Koentjoro. 2004.Psikologi Keluarga, Peran Ayah menujuCoparenting. Surabaya. CV CitraMedia.

Departemen Sosial RI. 2003. Ketahanan SosialKeluarga, tinjauan berbagai pendekatankonseptual dan operasional. Jakarta.Direktorat Jenderal PemberdayaanSosial, Direktorat PemberdayaanPeran Keluarga Departemen Sosial RI.

Departemen Sosial RI. 2003. PolaPemberdayaan Peran Keluarga. Jakarta.Direktorat Jenderal PemberdayaanSosial, Direktorat PemberdayaanPeran Keluarga Departemen Sosial RI.

Departemen Sosial RI. 2005. TinjauanKonseptual Ketahanan Sosial Keluarga.Jakarta, Direktorat JenderalPemberdayaan Sosial, DirektoratPemberdayaan Peran Keluarga.

Departemen Sosial RI. 2005. MenujuIndikator Kesejahteraan Keluarga, SuatuTinjauan Konseptual. Jakarta, DirektoratJenderal Pemberdayaan Sosial,Direktorat Pemberdayaan PeranKeluarga.

Eyre, Linda & Richard. 2006. Petunjukmenjadi Keluarga Bahagia, sembilan hukumalam yang dapat memperkaya kehidupankeluarga kita. Jakarta. PT GramediaPustaka Utama.

Goode, WJ. 2002. Sosiologi Keluarga. Jakarta.Bumi Aksara.

Gunarsa, Singgih D dan Gunarsa,Ny.Y.Singgih D.2004. Psikologi Praktis:Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta. BPKGunung Mulia.

Ihromi, TO. 1999. Bunga Rampai SosiologiKeluarga. Jakarta. Yayasan OborIndonesia.

Jamilla, Ainul Izza. 2004. Tangkal bahaya HIV/AIDS dengan penguatan kualitasketahanan keluarga. Media KetahananSosial Masyarakat Edisi ke-4 Tahun2004. Jakarta. Pusat PengembanganKetahanan Sosial MasyarakatDepartemen Sosial RI.

Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 10 Tahun 1992 tentangPerkembangan Kependudukan danPembangunan Keluarga Sejahtera.

Irmayani S, SH, M.Psi. Magister Psikologidari Universitas Gajah MadaYogyakarta. Peneliti pada PusatPengembangan Ketahanan SosialMasyarakat, Badan Pendidikan danPenelitian Kesejahteraan Sosial.

Page 40: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

36 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAKYANG DILIBATKAN DALAM PERDAGANGAN NAPZA

Pengalaman Bekerja Bersama Anak Jalanan di Rumah PendampinganSementara di Jakarta Timur

Hari Harjanto Setiawan

Abstract. Indonesia’s main policy in dealing with drug problems has been try to reduce abuse anddealing in drugs through enforcement of a number of law. The main problem of the current law isthe children are not well protected and it does not distinguish between a child and an adult.However, the newly child protection Act No.23/2003, defines children’s involvement in the pro-duction, sale and trafficking of drugs as an act of victimization. Most children are in the situationbecause of adult pressure and/or wider social factors. Some children become a courier becausetheir parents sell drugs for themselves. Peer pressure and pressure from adults in the communityis very important. At same time, the communities do not see the issue as significant.

Key words : child drugs trafficking (CDT), social work service, victimization.

I. PENDAHULUAN

Penyalahgunaan narkotika, obat-obatpsikotropika dan zat adiktif NAPZAmenunjukan gejala peningkatan kuantitas,kualitas maupun tingkat persebarannya.Penyalahgunaan NAPZA merupakanmasalah kompleks yang berkaitan denganberbagai segi kehidupan, serta berakibatnegatif terhadap pelaku, korban, keluarga,lingkungan sosial maupun masyarakatsekitarnya, bahkan mengancam stabilitasnegara. Data dari MABES POLRI (2004)tentang korban penyalahgunaan NAPZAmenunjukkan peningkatan dari tahun ketahun. Tahun 1999 sebanyak 1.833 orang;tahun 2000 sebanyak 3.478 orang; tahun2001 sebanyak 3.617 orang; tahun 2002sebanyak 3.751 orang; tahun 2003 sebanyak7.140 orang; dan tahun 2004 sebanyak 8.401orang. Data tersebut belum menunjukkan

jumlah yang sebenarnya. Hal ini terjadikarena penyalahguna NAPZA termasuk hid-den population, dan sebagian besar korbanpenyalahgunaan NAPZA berumur 15sampai 25 tahun (Depsos, 2003 ; UNDCP,2000) memperkirakan sekitar 1,2 persenatau kurang lebih 3,2 juta orang dari jumlahpenduduk Indonesia menyalahgunakanNAPZA; dan lebih menyedihkan lagi adalah20 persen dari mereka yang terlibatpenyalahgunaan NAPZA adalah usia anak-anak. Kemudian hasil Rapid Assesment yangdilakukan Irwanto dari Unika Atmajayabekerja sama dengan ILO (2003), denganresponden 92 anak yang terlibat di dalamperdagangan dan peredaran NAPZA,sebanyak 45 persen mereka berusia 14-17tahun, sebanyak 55 persen berusia 18-19tahun dan 95 persen dari mereka terlibatpenjualan NAPZA sejak umur kurang dari18 tahun.

Page 41: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

37Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Perdagangan NAPZA yang me-libatkan anak-anak telah banyak di berbagainegara, misalnya Pakistan dan Thailand.Keterlibatan tersebut sangat mem-bahayakan, karena disamping per-dagangan narkoba sendiri merupakanperbuatan ilegal dan melanggar hukum,tetapi juga telah mengarahkan anak-anakpada resiko-resiko yang sangat meng-ganggu pertumbuhan kejiwaannya. Anak-anak yang dilibatkan dalam penjualan danperedaran NAPZA dapat disebabkanantara lain “keterpaksaan” guna men-dapatkan uang secara mudah dan banyak,bujukan dan desakan bandar. Disisi lain,anak-anak dianggap sebagai tenaga kerjamurah dan memiliki pemahamanpengetahuan yang terbatas terhadapperdagangan narkoba ilegal serta relatif“lebih aman” . Dalam arti, anak biasanyalebih bebas bergerak tanpa dicurigai danpenegak hukum biasanya sering bertindaklemah terhadap anak.

Anak-anak yang terlibat dalampenjualan dan perdagangan NAPZA relatifsulit diidentifikasi, karena yang sangatsensitif secara politis, sosial dan hukum.Selain itu maupun dalam prosesoperasionalnya tersebut yang bersifat ilegal,dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tidakadanya jaminan keamanan serta kesulitanmenemukan jalan untuk mengatasipermasalahannya. Pendekatan tersebutmemerlukan tindakan hati-hati dan berbasisproses, dan perlu tindakan segera dalammenanganinya. Penanganan ter-hadapkasus ini diharapkan dapat memutus matarantai peredaran di masa yang akan datang.Penanganan ini penuh dengan tantangandan pendekatan secara khusus oleh seorangpekerja sosial. Pekerja sosial mempunyaiperan, sikap dan kepribadian tertentudalam penanganan anak yang dilibatkandalam perdagangan NAPZA.

II. PERMASALAHAN SOSIALANAK YANG DILIBATKANDALAM PERDAGANGANNAPZA

Masalah yang berkaitan denganNAPZA pada anak bukan hanya sebataspada pengguna saja, tetapi lebih jauh dariitu mereka juga terlibat dalam produksi,penjualan dan peredaran (drugs trafficking).Penanganan terhadap permasalahanNAPZA ini banyak dilakukan olehpemerintah maupun LSM. Tetapi sampaisaat ini masih dipusatkan pada pengguna(user) dan belum menangani pengedar(traficker). Maka dari itu, permasalahanpenyalahgunaan NAPZA tidak pernahselesai, karena bisnis ini sangat menjanjikansecara ekonomi. Penanganan permasalahanpada trafficker dinilai sangat efektif, karenasatu orang trafficker rata-rata menjual kepada20 sampai 30 orang pengguna. Hal iniberarti, apabila kita dapat mengeluarkansatu orang anak trafficker, maka dengansendirinya 20 sampai 30 orang penggunaterselesaikan dengan sendirinya.

Menurut ILO IPEC, ada empatkelompok anak yang berhasil diidentifikasiyaitu, anak yang beresiko terlibat, anakpengguna narkoba, anak penjual, dan anakyang menjual sekaligus menggunakanNAPZA. Menurut data hasil temuan dari “Drug Prevention Program for Street ChildrenCommunity in East Jakarta, Indonesia” yangdilakukan oleh ILO IPEC ( 2004), telahmenjangkau 225 anak jalanan (85% berjeniskelamin laki-laki); 75 persen dari merekaberusia 5-18 tahun dan 25 persen berusia19-21 tahun. 22% dari mereka adalah anakjalanan perempuan dan 18 persen darimereka sudah lepas dari keluarga (homeless),dan 51 persen anak-anak ini masih sekolah.Berdasarkan pekerjaan, sebanyak 56 persen

Page 42: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

38 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

adalah pengamen, 17 persen adalah jualankoran dan 10% adalah jualan rokoh, kue danpermen. Sehubungan dengan anak yangterlibat peredaran NAPZA sebanyak 2 anaksebagai penjual saja, 1 anak sebagaipemroduksi saja, 13 anak sebagai penjualdan pemroduksi, 25 anak sebagai penjualdan pemakai, 13 anak sebagai pemroduksi,penjual dan pemakai, 115 anak sebagaipemakai saja dan 100 anak yang rawanuntuk terlibat dalam pemakaian produksidan penjualan). Berikut kutipan satu kasusyang dapat menggambarkan kehidupananak-anak yang terlibat dalam perdaganganNAPZA.

(junior) seperti yang digunakan dalamMLM (multi level marketing). Sistem iniberoperasi dengan cara upliner mencaridownliner untuk menjual NAPZA. Uplinerakan memberikan komisi dari aktifitastersebut kepada downliner baik dalambentuk uang maupun NAPZA. Seseorangakan mendapatkan keuntungan besar bilamampu menjual NAPZA dengan jumlahbanyak dan posisinya dalam kelompok akanmeningkat.

“Saya biasa di panggil oleh teman-teman DS, umur saya 18 tahun jalan, tinggal diPedongkelan. Saya sampai saat ini “pemakai” tapi tidak seberat yang dulu sekarang agaksadar, dulu saya masih pakai Putaw (Suntik) karena melihat teman-teman banyak yang matikarena overdosis, maka saya menghindar dan sekarang pakai yang biasa saja seperti Lesotan,ganja, dan minuman biasa lah seperti bir, dan lain-lain, saya bekerja sehari-hari sebagai Timerdi depan ITC Cempaka putih, pendapatannya ya kadang banyak-kadang sedikit tergantungyang ngasih. Kalau pendapatanya sedikit bagaimana nih cara agar supaya banyak ya maksa-maksain deh ama sopir atau kernet mobil, dan disamping itu saya juga pernah mencarisampingan dikarenakan kebutuhan keluarga saya dan juga kebutuhan pribadi saya untukobat dan minuman. Pendapatan saya kurang maka akhirnya saya menjual obat-obatan berupaganja yang ditelah diracik sendiri setelah dibeli perpaket maka dijual perlinting dan itupundicampur dengan rokok samsu dan akan menjadi beberapa lintingan, maka untuk memenuhikebutuhan pakai ganja dan minuman saya itulah saya terpaksa menjual. Ketagihan sayakepada barang tersebut ya bayangin aja di rumah, depan rumah teman, tempat nongkrongbarang-barang tersebut tersedia dan saya pun banyak tidak bekerjanya sehingga banyaknongkrong, saat nongkrong itulah dari pada bete mendingan mabuk biar banyak teman danngulangin pusing sekalian saat kerja juga enak biar semangat dan berani”

Anak sebagai penjual adalah merekadijadikan kurir oleh para bandar.Terkadang tanpa sepengetahuan anak,kalau mereka mengantarkan NAPZA.Sedangkan anak yang bekerja sebagaipemroduksi, adalah mereka yang dilibatkandalam pencampuran obat maupunpengepakan/pembungkusan. Pengedarmerupakan faktor penting yang dapatmenyebabkan seseorang menyalah-gunakan NAPZA. Dalam bisnis ini dikenaldengan istilah upliner (senior) dan downliner

Faktor-faktor yang menyebabkan anakdilibatkan dalam perdagangan NAPZAantara lain :

a. Ekonomi, ketidakmampuan orangtuanya menyebabkan anak tersebutterpaksa bekerja, padahal usia anakadalah tugasnya belajar. Untukmendapatkan penghasilan secara cepatdan adanya tawaran yang meng-giurkan maka anak tersebut mencarijalan pintas dengan terlibat per-dagangan gelap NAPZA.

Page 43: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

39Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

b. Tingkat pendidikan rendah, karenadengan tingkat pendidikan yangrendah maka seorang anak cenderungmudah untuk dimanfaatkan karenaketidaktahuan terhadap bahayatersendiri, walaupun orang yangpendidikannya tinggi juga tidakterlepas dari bahaya NAPZA. Daripendidikan akan membentukkepribadian seseorang. Ciri-cirikepribadian tertentu juga dapatmengakibatkan ketergantungan ter-hadap NAPZA, antara lain adanyasifat mudah kecewa, tidak sabar,mudah memberontak, mudah bosan,jenuh dan lain-lain. Sehingga orang-orang seperti inilah yang mudahterjerumus dalam peredaran NAPZA.

c. Tingkat agama dan moral rendah,menyebabkan seseorang tidak dapatmembedakan mana yang salah danmana yang benar. Hal ini dapatmenyebabkan seseorang dapat ter-jerumus kedalam penyalahgunaanNAPZA yang sudah jelas-jelas dilarangoleh agama dan norma moral dalammasyarakat.

d. Cacat Hukum, hukuman hanya bisadilakukan pada orang dewasa, kondisiseperti ini adanya orang dewasa yangmempergunakan seorang anak sebagaialat untuk melakukan kejahatan yaitumengedarkan NAPZA. Sehinggaapabila ditangkap anak tidak bisadihukum seperti orang dewasa.

e. Anak adalah pekerja murah, untukmendapatkan keuntungan yang lebihbesar para pengedar lebih memilihmelibatkan anak-anak dibanding harusmembayar mahal pada orang dewasa.

f. Ditipu, efek farmakologis NAPZA,yang dapat menimbulkan keter-gantungan bagi para pemakainya(adiktif) sehinga para pengedarmemanfaatkan sifat NAPZA ini.Awalnya anak diberikan NAPZAdalam bentuk permen atau makananberulang kali sampai anak tersebutmerasa ketagihan. Setelah ketagihananak dipaksa membeli dan apabilaanak tersebut tidak mampu membeli,maka untuk mendapatkan NAPZAharus menjualkan terlebih dahulu agarmendapatkan komisi berupa NAPZAyang dinginkan.

g. Dipaksa oleh orang dewasa, bahwa anakadalah posisi lemah untuk dipaksamengedarkan oleh orang dewasa baikoleh preman dan bahkan oleh orangtuanya sendiri. Dalam hal ini anakadalah sebagai korban (victim), karenakalau tidak mau taruhannya adalahnyawa.

h. Lingkungan pertemanan, bahwa sifatkeingintahuan seseorang terbilangbesar ketika memasuki masa remaja,disitulah terjadi suatu fase inginmencari jati diri dan keinginan untukdiakui dalam kelompok pergaulannya.Ketika seseorang tidak mengikuti“aturan main” dalam suatu kelompokmaka seseorang tidak akan diakuisebagai anggota kelompok tersebut.Disinilah terjadi peredaran antarteman sepermainan atau temansekelompok.

i. Lingkungan keluarga, keluarga yangretak dan kurang harmonis dapatmenyebabkan individu terjerumusdalam penyalahgunaan NAPZAsebagai mekanisme kompensasi

Page 44: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

40 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

pelarian dari masalah yang dihadapidalam keluarga. Untuk mendapatkanNAPZA terkadang sampai mencuribarang-barang milik orang tuanyasendiri dan bahkan ada yang menjualdiri. Ketika sudah tidak ada yang dijuallagi maka satu-satunya untukmendapatkan NAPZA dengan caramengedarkan untuk memperolehkomisi.

j. Kondisi sosial Masyarakat, Kemiskinan,terutama pada rendahnya tingkatekonomi keluarga maka menuntutseseorang untuk memenuhi kebutuhanhidupnya. Karena ketidakmampuanuntuk mencapai keinginan, makafrustasi tersebut dilampiaskandalam bentuk penyalahgunaan danperedaran NAPZA. Apabila hal inidibiarkan lama maka terbentuklahkondisi masyarakat yang permisif(menganggap biasa dan tidak merasaberdosa terhadap peredaran NAPZA)menyebabkan tidak adanya kontroldari masyarakat. Bahkan dalammasyarakat seperti ini tidak jarang or-ang tuanya sendiri yang menyuruhuntuk menjual barang haram ini.

Menyikapi permasalahan tersebut,Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anakdan mensahkan Undang-Undang Nomor 23tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;merativikasi Konvensi ILO 138 melaluiundang-undang No.20/1999 tentangBatasan Usia Minimum Anak Diper-bolehkan Bekerja, dan ketentuan tentangbatasan usia minimum bekerja adalah 15tahun; ratifikasi Konvensi ILO 192 melaluiUndang-Undang Nomor 12 tahun 2001tentang Pelarangan dan Tindakan SegeraTerhadap Penghapusan Bentuk-BentukPekerjaan Terburuk Untuk Anak.Selanjutnya dibentuk Komite Aksi Nasional(KAN) berdasarkan Keputusan Presiden RI

Nomor 12 tahun 2001 dan komite ini telahmenghasilkan Rencana Aksi nasional (RAN)tentang penghapusan bentuk-bentukpekerjaan terburuk untuk anak. RANtersebut ditetapkan bahwa pelibatan anakdalam produksi, perdagangan danperedaran narkoba menjadi prioritas darijenis pekerjaan terburuk untuk anak yangdihapuskan dalam waktu 5 tahun. Berbagailandasan hukum tersebut merupakanlandasan moral dan operasional bagipemerintah maupun masyarakat dalampenanganan perdagangan NAPZA anak.

III. STRATEGI PELAYANANSOSIAL TERHADAP ANAKYANG DILIBATKAN DALAMPERDAGANGAN NAPZAPermasalahan anak yang dilibatkan

dalam perdagangan NAPZA sangatkompleks, karena menyangkut kehidupananak maupun juga lingkungan danmasyarakat, serta menyangkut kebijakankeimigrasian. Untuk itu, diperlukan strategiyang melibatkan berbagai pihak, antara lainkeluarga, masyarakat, kepolisian, instansikesehatan, keimigrasian, dan dunia usaha.Untuk menangani hal tersebut diperlukanstrategi yang tepat dan multidimensi.Strategi tersebut akan dijalankan melaluiprogram-program yang bersifat teknisdalam upaya mengeluarkan anak daripermasalahan maupun sifatnya mencegah.Strategi pelayanan sosial yang dilakukanyaitu :

a. Penjangkauan dan Pendampingan(Outreach)

Penjangkauan dan Pendam-pingan terhadap CDT dilakukan olehpekerja sosial di lokasi, merupakanstrategi yang efektif dalam rangkapelayanan sosial terhadap anak, yang

Page 45: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

41Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

dilibatkan dalam perdaganganNAPZA. Dalam melakukan pendam-pingan pekerja sosial membaur dengananak di kantong-kantong aktivitasanak jalanan. Dalam proses tersebut,pekerja sosial melakukan asesmenterhadap anak jalanan yang ter-identifikasi sebagai drugs trafficker.Strategi ini lebih efektif, karena anaklebih terbuka dengan sikap pekerjasosial yang memposisikan diri sepertikawan atau kakak. Pendampinganyang dilakukan ditujukan untukmengubah pola pikir anak jalanantentang NAPZA. Dalam kegiatan ini,pekerja sosial mengarahkan danmemotivikasi anak-anak untukmengikuti kegiatan selanjutnya.

Program yang dijalankan untukmenjangkau mereka, antara lainmelalui pertandingan sepak bola antaranak jalanan sebagai olah raga yangmenjadi hobi mereka. Melaluipertandingan sepak bola pekerja sosialmendapat kepercayaan, sehinggamemudahkan untuk kehidupanmereka.

b. Peer Educator (PE)

PE adalah anak jalanan/mantanChild Drugs Trafficker (CDT) yangmempunyai pengaruh terhadap-teman-temannya, dan telah mengikutipelatihan untuk melakukan pendam-pingan bersama pekerja sosial. PEsangat membantu pekerja sosial karenaanak dapat lebih terbuka untukmenyampaikan informasi mengenaimasalah dan kebutuhan anak yangterlibat peredaran NAPZA. PE dipilihdari mereka yang berpengaruh,dengan tujuan untuk menghindarikecurigaan anak, menimbulkan

kepercayaan terhadap anak lain danmempengaruhi pola pikir temannya.

Program PE dilakukan melaluipemilihan setelah pekerja sosialmenjangkau mereka lewat tournamensepak bola. Pemilihan berdasarkanpada pengaruh seseorang terhadapkelompoknya. Setelah dipilih kemu-dian pekerja sosial melatih merekatentang peran dan fungsi sertapengetahuannya tentang penggunaandan peredaran NAPZA. Setelahpelatihan, setiap minggu masing-masing PE melakukan pertemuandengan temannya di jalanan bersamadengan pekerja sosial di lapangan atauwilayah dampingan. Dalam pertemuanitu membahas permasalahan-permasalahan, isu-isu terbaru maupunharapan anak dampingan. Selain itu,sesama PE dan pekerja sosialmelakukan pertemuan rutin setiapminggu untuk tukar pengalaman danstudi kasus di wilayah dampinganmasing-masing.

c. Rumah Perlindungan Sementara

Rumah Perlindungan Sementaraadalah rumah yang berfungsi sebagaitempat sementara bagi anak untukmelakukan tukar pengalaman,konsultasi, mendapatkan informasitentang NAPZA, juga sebagai tempatuntuk melakukan asemen mendalamkepada anak dampingan. Rumah inijuga berfungsi sebagai tempatresosialisasi nilai-nilai kekeluargaanyang selama ini tidak mereka dapatkandi tempat lain. Di rumah ini dibangunpola hubungan, dimana pekerja sosialmereka anggap sebagai kakak, temanatau orang tua dan, diciptakan aturan-aturan yang disepakati di antara

Page 46: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

42 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

mereka. Program yang dijalankan dirumah perlindugan sementara antaralain konseling terhadap anak yangbermasalah dan keterampilan hidup.

d. Pelatihan Keterampilan Kerja

Salah satu kebutuhan anak jalananuntuk lepas dari permasalahan childdrugs trafficking adalah keterampilankerja (vocational skill). Selain itu, untukmengisi waktu luang (mencegah anakterlibat CDT) dan membangun kariruntuk masa depan anak-anak yangsudah terlibat CDT. Jenis-jenispelatihan keterampilan kerja yangdapat dijalankan, antara lain kursuskomputer, menjahit sablon, musik,bengkel motor, membuat kerajinantangan, dan lain-lain yang sesuaidengan kebutuhan anak. Dalamkegiatan ini, anak diberi kebebasanuntuk memilih jenis kursus sesuaidengan minat dan bakat darimereka. Proses penelusuran minatdan bakat ini dilakukan pada waktupenjangkauan dan pendampingan,baik di jalan maupun di rumah singgah.

e. Peningkatan Penghasilan dan MagangKerja

Program ini diperuntukan bagianak jalanan dan orang tuanya yangtelah mengikuti program pembinaan.Hal ini didasarkan pada pemikrian,bahwa salah satu faktor penyebab anakjalanan terlibat drugs trafficker adalahfrustasi terhadap masa depan merekayang terkait dengan masalah ekonomi.Setelah pelatihan kerja anak-anakdihdapkan pada permasalahanpekerjaan. Untuk itu, perlu kegiatanyang berorientasi yaitu peningkatanpenghasilan. Program ini bekerja samadengan pihak-pihak yang kompetendan mengerti terhadap isu CDT.

f. Sistem Rujukan (pembentukan jaringanpenanganan anak dengan pihak lain)

Ada dua kegiatan pokok dalamrujukan ini yaitu pertama, pem-bentukan jaringan lembaga yangmenangani NAPZA, sehingga adakoordinasi secara periodik untukmembahas permasalahan yangberkaitan dengan penanganan masalahCDT ; kedua, proses mereferal anakkepada lembaga yang berkaitandengan permasalahan masing-masinganak. Misalnya, berkaitan dengankesehatan, maka dirujuk ke rumahsakit. Jaringan kerja tersebut antaralain dengan Rumah Sakit Duren Sawit,RS Persahabatan, Wisma Adiksi danPuskesmas Cipinang, sedangkan didunia usaha bekerja sama denganAstra, Bogasari, dan Bina Muda CitraGemilang.

g. Penyuluhan

Penyuluhan yang dimaksudadalah memberikan pengetahuantentang bahaya anak yang terlibatdalam drugs trafficker. Penyuluhandilakukan dalam bentuk pertemuanrutin (diskusi kelompok, permainanperan, games dan lain-lain) peereducator dengan kelompok dampingansetiap minggu sekali. Selain itu, melaluikegiatan seminar gabungan antarkelompok-kelompok anak setiap 3bulan sekali, kegiatan rekreasi edukatifsatu kali kegiatan untuk setiap anakdan penyuluhan tentang NAPZA.

h. Pengembangan Kapasitas (bagi pekerjasosial, kelompok sebaya dan pemangkukepentingan)

Kapasitas yang dimaksud adalahkegiatan maupun training yang dapatmeningkatkan kinerja pelaksana

Page 47: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

43Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

pelayanan langsung maupun tidaklangsung. Kegiatan langsung adalahpelatihan untuk pekerja sosial ber-kaitan dengan penanganan CDT gunameningkatkan ketrampilan pekerjasosial dalam proses pendampingan.

Sedangkan kegiatan tidaklangsung adalah pertemuan pemangkukepentingan (stake holder) yangbertujuan untuk membangunkapasitas kelembagaan yang berkaitandengan penyebaran pengaruh,dan memperkuat program yangdilaksanakan dalam 4 kali pertemuan

i. Pembentukan “Community Watch”

Jaringan ini dibentuk denganmaksud untuk mengawasi dan berbuatsesuatu dalam mencegah peredaranNAPZA. Anggota jaringan ini adalahpara pemangku kepentingan (yaitu :orang yang berpengaruh terhadapanak-anak dampingan) yang terdiridari tokoh masyarakat, tokoh agamadan orang dewasa yang berpengaruhterhadap anak-anak. Para stakeholderini dilatih secara khusus. Setelah selesaipelatihan, mereka difasilitasi untukmembuat program penangananmaupun pencegahan terhadappenggunaan anak dalam perdaganganNAPZA.

IV. PROSES PELAYANAN SOSIALBAGI ANAK YANG DILIBATKANDALAM PERDAGANGANNAPZADari strategi di atas, secara opera-

sional dapat dijalankan melalui programpelayanan pekerjaan sosial sebagai berikut:

Nama program :

“Tackling street children in drugs traffickingthrough skill training, education and commu-nity support”

Tujuan Pengembangan :

Diharapkan program ini memberikontribusi secara efektif mengeliminasipekerja anak di Indonesia, khususnya anakyang dipekerjakan dalam perdaganganNAPZA.

Tujuan Khusus :

a. Lima puluh orang anak jalananteridentifikasi dan dibebaskan dariperedaran NAPZA, 350 anak jalananyang beresiko dicegah untuk masukdalam perdagangan NAPZA dan 750anak jalanan terjangkau melaluipendidikan alternatif khususnyatentang pencegahan terhadapperedaran NAPZA.

Output :

1). Pelatihan pekerja sosial untukmemperkuat kapasitas dalampelayanan.

2). Permasalahan sosial dan psiko-sosial anak jalanan yangteridentifikasi dalam aktivitas out-reach.

3). Pelatihan peer educator.

4). 350 anak jalanan yang beresikodalam peredaran narkoba meng-ikuti vocational skill training.

5). 50 anak jalanan yang terlibatperedaran NAPZA mengikutivocational training dan magang.

b. Terbentuk jaringan masyarakat yangdapat memonitor kasus-kasusperdagangan NAPZA

Page 48: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

44 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Output :

1). Pembentukan jaringan referralsystem (yang meliputi organisasisekolah dan lembaga kursusmaupun pemerintah) yang peduliterhadap CDT.

2). Pembentukan jaringan Communitywatch sebagai lembaga inde-penden di masyarakat untukmengontrol dan mencegah per-edaran NAPZA.

Setelah prorgam berakhir, diadakanlokakarya yang bertujuan untuk melibatkanbanyak pihak, karena keterlibatan merekasangat diperlukan. Kegiatan yang bersifatmencari dukungan adalah lokakarya yangmengundang berbagai pihak yang pedulidalam menangani masalah CDT. Dalamlokakarya tersebut dibentuk kelompokprogram/kegiatan yang merumuskan apayang akan dilakukan sesuai dengankompetensi masing-masing. Berikut adalahhasil lokakarya yang diadakan sebagaigambaran kepedulian masyarakat.

Kelompok I : Upaya pendidikan lanjut

a. BPPK Kota madya Jaktim menerimapelatihan Teknisi Mekanik Otomotif,Sepeda motor, Handphone, TehnikAudio video, Instalasi listrik,Komputer, Las, Mesin perkakas,Elektro plating, Design grafis

b. SMU Yaspri mempunyai programmembimbing anak-anak dengan cara:kursus (paket), Rohis/keagamaan,mengembangkan bakat

c. Suku dinas Bintal dan Kesosmempunyai program Bimlat kete-rampilam untuk anak jalanan berupa,bimlat las, montir motor, outbond

d. INKOWAPI (induk koperasi wanitapengusaha Indonesia) mempunyaiprogram kursus catering, LPKK

De Mono (unit usaha koperasi De-Mono, 3 sertifikat (De-Mono, Depkes,Depnaker)

e. PSBR Bambu Apus mempunyaiprogram bimbingan fisik, mental,sosial dan keterampilan (salon,menjahit, elektro, montir dan las)

f. PKBM Paksi Safa Kawijayanmempunyai Kegiatan pendidikannon formal baik kegiatan untukanak maupun orang tua: Kegiatankeaksaraan fungsional/buta huruf,Kegiatan paket A,B dan C, KegiatanPAUD (Pendidikan Anak Usia Dini),Kegiatan keterampilan

g. Asosiasi ikatan penata busanamempunyai program.

h. PAPPRI, Kegiatan melatih anak-anakyang berminat dalam bermain musik,menyanyi dan mencipta lagu

i. APKLINDO (Asosiasi klining serviceIndonesia) Ibu Naya Johankegiatannya adalah pelatihan: cleaningservice skill dan leadership.

j. YPI, mempunyai program dampingandan dukungan untuk ODHA (orangdengan HIV/AIDS), Rujukan layanankesehatan reproduksi dan konseling,test HIV/AIDS, Pelatihan informasikesehatan HIV/AIDS, narkoba danakespro.

Kelompok II : Upaya program pemagangan

a. BNP dapat membantu ‘Tools’

b. PAPPRI, program lanjutan, berupa :

1) kualitas sesuai yang diharapkandengan evaluasi

2) Pendampingan yang kuat : lebihkurang 3 bulan

3) Perencanaan program yang baik

Page 49: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

45Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

4) Dari 38 anak akan dicobadiakomodasi sebagai ; mainmusik, nyanyi, cipta lagu, dansebagainya

c. PT Ciptaning

1) Outsource ; tidak ada kualifikasiyang jelas dan tempat terbatas.

2) Keterampilan Autocad

3) Keterampilan Mesin

4) Hambatan kualifikasi (ijazah)

5) Hambatan kualitas (Pelatihan?)

6) Dukungan yang dibutuhkan :Pendampingan dan modal usaha(pemerintah?).

Kelompok III : Upaya programkewirausahaan

a. Dalam bidang Kewirausahaandibutuhkan Skill, kegiatan yangmendukung :

1) Pembentukkan forum bisnisremaja (FBR) dimana perang-katan selama 6 bulan.

2) Menyelenggarakan konveksi(sebagai proses wirausaha).

3) Melakukan training psikososialsebelum menjadi profesi wira-usaha.

4) Kegiatan mapping/assessment.

b. Syarat – syaratnya :

1) Komitmen anak

2) Registrasi terhadap anak

3) Telah mengikuti kursus atautraining.

c. Kebutuhan dan peluang

1) Setelah mengikuti pelatihan

2) Jumlah peluangnya sebanyak 20orang yang terbagi kedalam 1kelompok (pilot proyek)

3) Seleksi dari 20 orang untukdijadikan pendamping buat anak-anak jalanan.

d. Dukungan LSM/Pemerintah

1) LSM : Donor dan capacity build-ing

2) Pemerintah : capacity building

V. PERAN SEORANG SOSIALDALAM MENDAMPINGI ANAKYANG DILIBATKAN DALAMPERDAGANGAN NAPZA

Tujuan akhir dari program pendam-pingan terhadap anak yang dilibatkandalam peredaran NAPZA atau yang disebutChild Drugs Trafficker (CDT) adalahmembantu mereka agar mampu membuatkeputusan sendiri. Kunci berhasilnyapelayanan terletak pada kemampuan PekerjaSosial dalam menganalisis dan menetapkanprioritas kebutuhan serta mencapaibeberapa keseimbangan dalam melakukantugas secara berkesinam-bungan. Peranpekerja sosial sebagai pendamping CDTsebagai berikut :

1. Sebagai Fasilitator

a. Membantu meningkatkan ke-mampuan anak yang terlibatperedaran NAPZA supayamampu hidup mandiri dimasyarakat.

b. Mempertinggi peran kelompokanak untuk bisa keluar daripermasalahannya, karena merekamengalami ikatan sistemperdagangan. Untuk bisa keluardari sistem itu, maka dilawan

Page 50: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

46 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

dengan memperkuat sistem(kelompok) yang sama-samaingin terbebas dari trafficker.

c. Membantu anak untuk meresponkepentingan masyarakatsehingga mereka dapat hidupbermasyarakat secara wajar.

2. Sebagai Pelatih

a. Memperkirakan kebutuhanpelatihan bagi anak, danmerancang program pelatihanyang cocok bagi mereka.

b. Membantu merencanakan danmenyelenggarakan programpelatihan untuk meningkatkankapabilitas anak.

c. Membantu peer educator dalammelatih teman-teman (CDT)lainnya

d. Membantu dalam pengembanganpeer educator dan CDT dalamhal keterampilan dan sikapuntuk hidup bermasyarakat danberorganisasi.

3. Sebagai Advokat/Pembela

a. Membantu menganalisis danmengartikulasikan isu kritis yangberkaitan dengan anak maupunpermasalahan yang terkaitdengan NAPZA dan HIV/AIDS.

b. Membantu anak untuk memahamidan melakukan refleksi atas isutersebut, dan selanjutnya di-jadikan leason learn untukmelangkah dalam kehidupanselanjutnya.

c. Membangkitkan dan merangsangdiskusi dan aksi kegiatan yangberarti dalam rangka memerangimasalah NAPZA.

4. Sebagai Peneliti

a. Menyelenggarakan analisis sosialyang berkaitan dengan isu anakyang terlibat peredaran NAPZAdan membangun opini masya-rakat yang positif karena selamaini masyarakat berpandangannegatif terhadap anak yangterlibat peredaran NAPZA

b. Terlibat dalam penelitian partisi-patory di mana peer educator/mantan CDT belajar keterampilanuntuk terlibat dalam pengum-pulan data.

c. Mempermudah konsep-konsepdan keterampilan penelitian yangtepat agar masyarakat memilikidaya tarik terhadap konsep-konsep dan keterampilanpenelitian tersebut.

d. Terlibat dalam integrasi sosialuntuk memahami fenomena sosialdari sudut pandang tersebut.

5. Sebagai Perencana

a. Menyelenggarakan analisistentang sumber dan potensi anaksebagai bahan membuat programyang dapat dijalankan oleh anak.

b. Membantu peer educator dalammengadakan perencanaan diantara mereka, yang meliputistrategi dan kegiatan aksialternatif yang tepat.

c. Membantu menyusun kegiatanpeer educator/mantan CDT untukmencapai tujuan yang diharapkan.

Mendampingi anak yang terlibatperdagangan gelap NAPZA yang penuhdengan hal-hal yang menantang dan resikoyang cukup tinggi. Untuk itu pekerja sosial

Page 51: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

47Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

perlu memiliki beberapa kepribadian dasarselain keterampilan pekerjaan sosial.Kepribadian dasar tersebut, antara lainkomitmen dan kepedulian pada anak yangtinggi. Kepribadian dasar tersebut bisadipelajari walaupun butuh waktu yang lamadan akan melalui pengalaman dan pelatihan.Kepribadian yang perlu dimiliki olehpekerja sosial sebagai pendamping CDT,antara lain :

1. Sikap Sopan

Sikap sopan harus dimiliki pekerjasosial sehingga dengan sikap kita yangsopan akan ada peng-hormatan darikelayan (CDT) maupun pemangkukepentingan. Sistem nilai personal(pribadi) perlu dievaluasi secarakonstan dalam proses bekerja denganCDT. Dengan demikian seorangpendamping perlu banyak mengenalnilai-nilai yang berlaku di masyarakat,dan oleh karenanya pendamping harusbersikap sesuai harapan CDT.

2. Rasa Humor

Menghadapi berbagai tekanandan frustasi, pendamping CDT perlumemelihara rasa humor; dan mening-katkan kemampuan untuk tertawa danbelajar dari kekurangan. PendampingCDT hendaknya tidak berpikiranbahwa menolong orang secara tulusmerupakan beban. Sebelum menolongorang lain, maka pekerja sosial perlumenolong diri sendiri dari beban yangdialami, sehingga bisa secara efektifdalam mempengaruhi orang lain.

3. Pandangan Kedepan

Pendamping anak yang terlibatperedaran NAPZA perlu mengetahuikemana akan mengarahkanpenanganan anak. Visi dan misi dari

pelayanan harus jelas, terarah danterencana. Oleh karena itu, pekerjasosial dituntut untuk mempunyaiwawasan yang tinggi dan mempunyaikeyakinan untuk berhasil dalammelakukan praktek pendampingan.

4. Keuletan

Pekerja sosial perlu bertahandengan aktivitas harian pada saat diatergoda untuk berhenti. Suatuprogram tidak akan berhasil apabilatidak ulet. Didalam keuletan melekatpula sifat sabar dalam menghadapipermasalahan. Permasalahan bukanmuncul dari diri kelayan saja tetapi bisajuga muncul dari pribadi pekerja sosialpendamping maupun dari timwork.

5. Keluwesan

Pekerja sosial perlu sensitifterhadap perubahan situasi yang sangatcepat, sehingga rencana bisadisesuaikan sedemikian rupa.Fleksibitas membentuk penyesuaianatas situasi yang dihadapi agarmencapai tujuan mendasar yang telahditetapkan sebelumnya.

6. Cinta Sejati Untuk Kelayan (CDT)

Kebanyakan pekerja sosialmenginterprestasikan kecintaanterhadap kelayan (CDT) untukmelindungi mereka dengan me-manjakan. Para pekerja sosial yangsungguh-sungguh perlu mencintaikelayan, tidak meski memanjakanmereka dari penderitaan danperjuangan yang dibutuhkan untukpertumbuhan kepribadian yang kuat.Bahkan terkadang seorang pekerjasosial perlu memberikan tantanganhidup supaya kelayan mampumenolong dirinya sendiri.

Page 52: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

48 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

7. Berpikir Kritis

Seorang pekerja sosial senantiasabertanya : Apa yang disebut program?Untuk siapa program yang akandijalankan? Ini akan membantumenetapkan pendirian dan sudutpandang pribadi sehubungan denganbagaimana Pekerja sosial hendaknyadapat memberikan kontribusi dalammemerangi permasalahan CDT.Pekerja sosial perlu mampu men-definisikan kerja dalam konteks nyata.Dalam hal ini, dia perlu memilikipemahaman yang kritis tentang teoridan sejarah manusia sebagai petunjukuntuk kerja yang terorganisasi.

8. Penyesuaian Diri

Bekerja dengan anak yangdilibatkan dalam perdagangan NAPZAperlu memahami situasi kehidupanmereka, dengan visi pemberdayaandan kepercayaan diri. Denganmemahami kondisi anak maka pekerjasosial akan dapat bekerja bersamadengan mereka.

Tidak selamanya pelatihan kete-rampilan menjamin seorang menjadi PekerjaSosial yang efektif, tetapi ada proses inter-nal tertentu yang terjadi dalam pribadi or-ang yang bersangkutan. Komitmen untukmelayani CDT tidak pernah dipaksakankepada seorang pekerja sosial pendamping.Namun dengan adanya pemahaman kritisatas kebutuhan dan tanggung jawab, danpengambilan keputusan berdasarkankapasitas dan prinsip seseorang mengan-tarkan pekerja sosial sebagai pendampingCDT.

Sedangkan peranan pekerja sosialsebagai pendamping dapat dilihat dariberbagai segi. Ada pepatah yang bisadijadikan prinsip oleh seorang pekerja sosial

yaitu : “Berilah seseorang seekor ikan, maka iaakan hidup sehari ; Ajarilah dia bagaimanamemperoleh ikan, maka ia akan hidup sepanjangumurnya …… “

Pepatah di atas sesuai dengan prinsippekerja sosial yaitu “Help People to Help ThemSelf” (menolong seseorang agar seseorangtersebut dapat menolong dirinya sendiri).Prinsip ini menggambarkan peran dariPekerja Sosial untuk mencapai perubahan.CDT bukanlah penerima pasif kebaikan,akan tetapi mereka adalah partner aktifdalam mengejar perubahan-perubahanmendasar untuk menuju pada kehidupanyang lebih baik.

VI. PENUTUPPermasalahan anak yang terlibat

dalam perdagangan NAPZA atau ChildDrugs Trafficking (CDT) merupakan masalahyang harus segera diselesaikan, karenamelanggar hak-hak anak, dan sudahmemasuki wilayah hukum. Penyelesaianmasalah ini tidak bisa oleh satu pihak sajatetapi semua pihak perlu saling bekerja-sama. Peranan pekerja sosial sangat penting,selain polisi, hukum dan kedokteran yangselama ini menanganinya. Semogakontribusi di bidang pekerjaan sosial dapatmembantu dalam menyelesaikan per-masalahan perdagangan NAPZA yangmelibatkan anak-anak, mengingat posisianak-anak merupakan korban.

DAFTAR PUSTAKASiporin, Siporin, Max (1975). Introduction to

Social Work Practice, New York :MacMillan.

Morales, Armando dan Bradford W.Sheafor, (1989). Social Work: A profesionof Many Faces Massachusset Allyn andBacon.

Page 53: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

49Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Action Research and Training Institud(ARTI), Assesing The Situation of Chil-dren in The Production, Sales and Traf-ficking of Drugs in Indonesia , Jakarta2004.

SADAR, BNN No.05/TH IV/ Mei 2006.Narkoba di Kalangan Remaja SudahMelewati Ambang kekhawatiran,Jakarta 2006.

ILO, Laporan kegiatan “Tackling street chil-dren in drugs traffiking through skill train-ing, education and community support”Jakarta 2006.

Drs. Hari Harjanto Setiawan, M.Si.Alumnus STKS Bandung,menyelesaikan S2 di Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik Program StudiIlmu Kesejahteraan Sosial Tahun 2001pada Universitas Indonesia. Pernahaktif di salah satu NGO (eRKa) yangbergerak pada pelayanan sosialterhadap anak. Saat ini bekerja diPusat Penelitian dan PengembanganKesejahteraan Sosial, DepartemenSosial RI.

Page 54: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

50 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KOMUNITASADAT TERPENCIL BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Bambang Rustanto

Abstract. Sosial welfare always linked with economy growth but actually the economy growthhas contributed to natural resources damaged. Indigenous people (KAT) which stay in thesecircumstances often get impact from damaged of natural resources. Empowerment of indigenouspeople (KAT) must pay attention to the relation between human with nature as eco-system. Sonatural resources management for indigenous people (KAT) life must be adequate proper with thenatural power support.

Key word : social welfare, empowerment of indigenous people.

I. PENDAHULUANPekerja sosial berbicara tentang

Komunitas Adat Terpencil (KAT) dari sudutpandang pelayanan sosial danpemberdayaan sosial merupakan hal yangsudah lazim. Sejalan dengan isu-isupembangunan pada tingkat global tentanglingkungan hidup, pekerja sosial dituntutuntuk memberikan respon isu tersebut,karena lingkungan hidup sebagai aspekyang tidak dapat dilepaskan dengankesejahteraan sosial.

Mengapa isu-isu lingkungan hiduppenting menjadi bahasan pekerja sosial?Sebagaimana dilaporkan oleh The WorldBank (2003), bahwa hampir tiga milyarpenduduk dunia hidup dan memerlukandaya dukung lingkungan hidup. Lebih daridua milyar penduduk itu ada di negara-negara berkembang, dan dengan kondisimiskin dengan pendapatan kurang dari $ 1per hari. Kemiskinan dan daya dukunglingkungan itulah yang merupakan kondisi

yang menggambarkan hubungan antaramanusia dan lingkungan hidup, danmenentukan kesejahteraan umat manusia.

Menurut laporan tersebut adahubungan yang signifikan antarakemiskinan dan penurunan daya dukunglingkungan. Saat ini, penduduk di negara-negara berkembang yang mencapai duamilyar dengan kondisi miskin dan dengandaya dukungan lingkungan hidup sangatrendah. Ciri-cirinya dapat dilihat dariangka melek huruf menurun dari 47 persenpada tahun 1980 menjadi 25 persen padatahun 2000; dan pendapatan perkapitapenduduk hanya meningkat sedikit daritahun 1980 sebesar $ 989 menjadi $ 1,354pada tahun 2000. Masyarakat miskin masihbelum terlibat dalam memperoleh kesem-patan (akses) kepada pelayanan publik danberpartisipasi dalam pengambilankeputusan. Pertambahan penduduksemakin meningkat pesat dengan angkamutasi sebesar dua persen pertahun danmenjadikan kekhawatiran dunia.

Page 55: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

51Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Kemudian hampir dua milyar hektartanah terlantarkan, dan ada 23 persen rusakberat terutama hutan di daerah tropis.Sebagai akibatnya sepertiga pendudukkehilangan dan kesulitan memperolehsumber air bersih, dan bahkan seringkalimemicu terjadinya konflik antar penduduk.Hampir 100 kilometer pantai dan terumbukarang rusak setiap tahunnya. Kondisi yangpaling mengkhawatirkan bahwa setiaptahun terjadi pengurangan hutan tropissebesar lima persen, dan diprediksikanpada tahun 2025 terjadi tanah gunduldimana-mana dengan berbagai dampaknyabagi penduduk. Akibat terakhir dari semuaitu, maka dunia juga akan kehilanganbiodiversity, baik flora dan fauna setiaptahunnya hampir mencapai 1,4 persen. Lebihparah lagi kerusakan lingkungan hidup ituakan terjadi lebih parah di 25 negara-negaraberkembang, salah satunya adalah Indone-sia.

Kerusakan lingkungan hidup terutamaterjadi di daerah perdesaan dan peda-laman. Hampir satu milyar penduduk didunia hidup di perdesaan dan sebanyak 300juta jiwa hidup di pedalaman (termasukKAT). Ekosistem perdesaan dan pedalamanseperti hutan tropis, gunung, sumber airdan lahan pertanian semakin menurun dayadukungnya, dan tidak sebanding denganpeningkatan populasi penduduk. Banyaksumber daya alam yang tak terbarui (nonrenewable) seperti hasil tambang dan bahangalian dikuras habis untuk kemakmurannegara maju. Banyak sumber daya alamterbarui (renewable) seperti kayu di babathabis, dan dibalak secara illegal untukkepentingan pemilik modal. Hampir $ 100triliun harta dan kekayaan dari sumberdaya alam, baik yang tak terbarui maupunterbarui dibawa para kapitalis negara maju.

Menurut hasil kajian para ahli sosialkebijakan pertumbuhan ekonomi yangdikedepankan menyebabkan distribusi

sumber daya alam hanya dinikmatisegelintir orang. Untuk itu, perlu adanyaperubahan kebijakan dalam pendistribusiansumber daya alam ini yang adil danbertanggung jawab. Ada tiga agendaglobal dalam kaitannya dengan distribusisumber daya alam, yaitu :

1. Hak Atas Aset

Pemberian hak atas aset sumber dayaalam untuk menggunakan danmemiliki secara bertanggung jawabbagi masyarakat perdesaan danpedalaman termasuk Komunitas AdatTerpencil. Contoh: kalau dahulu HPHhanya dimiliki oleh swasta sekarangHPH juga dapat dimiliki oleh KAT (lihatUU No.23 tahun 1997 tentangPengelolaan Lingkungan Hidup).

2. Perlindungan Sosial

Pemberian hak khusus untuk me-lestarikan dan mengembangkan kehi-dupan sosial budaya bagi masyarakatperdesaan dan pedalaman termasukKomunitas Adat Terpencil. Contoh:masyarakat diperbolehkan membuatperaturan sendiri seperti peraturandesa, peraturan nagari, peraturanbanjar dan lain-lain. (lihat PeraturanPemerintah No. 67 tahun 2005 tentangPemerintahan Desa).

3. Advokasi Sosial

Peningkatan kesadaran masyarakattentang penggunaan dan pengelolaanlingkungan hidup dengan memberikesempatan kepada masyarakatperdesaan dan pedalaman untukmenyampaikan aspirasinya dalambentuk:

a. Memberi Informasi

b. Memberi Tanggapan Untuk Sediadan Menolak

Page 56: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

52 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

c. Memberi Perlindungan HukumSecara Adat dan Budaya Lokal

d. Mendemokratisasikan dalamPengambilan Keputusan

Contoh : ada rencana pembangunanpertambangan di wilayah KomunitasAdat Terpencil (KAT), maka masya-rakat harus menyampaikan aspi-rasinya kepada pihak pemrakarsa(pemerintah atau swasta) (LihatPeraturan Pemerintah No.40 Tahun 1999Tentang Analisa Mengenai DampakLingkungan).

Dengan adanya tiga agenda utamatersebut diharapkan masyarakat perdesaandan pedalaman termasuk di dalamnyaKAT dapat ikut mendayagunakan danmelestarikan lingkungan hidup dalamrangka meningkatkan kesejahteraannya.Karena secara global hak asasi KAT dankelompok marginal lainnya perlu mendapattempat di peraturan perundangan-undangan.

II. KESEJAHTERAAN SOSIALBERBASIS SUMBER DAYAALAMSebelum melakukan pemberdayaan

KAT, terlebih dahulu perlu dipahamihubungan kesejahteraan sosial denganlingkungan alam. Pemahaman inimenyangkut pengertian, bentuk, cara danperubahan paradigmanya. Dengan pema-haman tentang kesejahteraan sosial, makakita akan mengerti mengapa pentingmengkaitkan sumber daya alam sertakearifan lokal dengan kesejahteraan sosial.

Menurut Richard Titmuss (Midgley,2005) kesejahteraan sosial adalah kemam-puan masyarakat untuk mengatur danmengatasi masalah sosial. Jadi masyarakatakan lebih sejahtera dibandingkan masya-rakat lainnya bila masyarakat itu mampu

mengatasi masalah sosialnya. Pengertianlain menurut Tonys (Fitzpatrick, 2002),bahwa masyarakat yang berkesejahteraansosial, yaitu masyarakat yang mampumemenuhi kebutuhan dasar sepertikesehatan, pendidikan, perumahan,sandang dan pangannya. Arti lebih luas lagidikemukakan oleh James Midley (2005),bahwa kesejahteraan sosial terjadi padamasyarakat yang mampu menciptakankesempatan sosial bagi para penduduknyauntuk meningkatkan dan merealisasikanpotensi-potensi yang ada.

Dari tiga pengertian di atas, ada tigadimensi kesejahteraan sosial, yaitu (1)pemecahan masalah sosial, (2) pemenuhankebutuhan hidup dan (3) peningkatankesempatan bagi warga. Untuk mencapaikesejahteraan sosial seharusnya masyarakatdapat memenuhi ketiga persyaratan ataudimensi kesejahteraan sosial tersebut. Jadimasyarakat berkesejahteraan sosial adalahmasyarakat yang mampu memecahkanmasalah sosial, mampu memenuhikebutuhan hidupnya, dan mampu memberikesempatan warganya untuk mendaya-gunakan potensi yang ada.

Kemudian dikemukakan oleh PaulHogget ( Fritzpatrick, 2002), bahwa ada tigapendekatan menuju masyarakat berkesejah-teraan sosial atau disebut ”good society”yaitu:

1. Welfare Consumerism

Kesejahteraan (well being) di-tentukan dan diukur oleh kemampuanorang untuk mendapatkan barangmaterial (jumlah dan variasi) danpelayanan sosial. Semua hal dihitungdengan konsep uang, sehingga barangmaterial dan pelayanan sosial yangtersedia dijual dan dapat dibeli olehmasyarakat. Artinya, masyarakat yangmempunyai uanglah yang dapat

Page 57: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

53Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

menikmati kebutuhan hidup danpelayanan sosial, atau sekarang seringdisebut privatisasi pelayanan sosial.Pelayanan kesehatan, pendidikan danlain-lain diswastakan dan masyarakatharus membayar penuh, tidak adasubsidi atau kompensasi. Pendekatankesejahteraan ini lebih menge-depankan aspek ekonomi denganpemupukan modal atau kapitalisme.

Landasan dasar dari konsepwelfare consumerism adalah ideologikapitalisme. Konsep kapitalismedidasari oleh pandangan liberalismedimana kaum liberal menegaskankomitmen pada konsep kesetaraan,kebebasan, individualitas, danrasionalitas. Masyarakat liberal adalahmasyarakat yang menghargaiegalitarian dan menolak bahwaseseorang tunduk secara alami padaorang lain. Kaum liberal menjunjungtinggi kesempatan yang sama untukmenggunakan bakat dan kapasitasnyadalam bersaing dengan orang lain.Konsep liberal ini dikembangkan daripandangan Max Weber yang melihatmasyarakat secara instrumental danrasional. Artinya, semua orang adalahsama dan harus berjuang secararasional untuk dapat hidup.

Konsep welfare consumerism inimenimbulkan konflik antara kaumpemenang (the winner) dan kaum kalah(the losser), sehingga timbul jurangsosial, kesenjangan sosial dan jaraksosial. Ada kelompok yang kaya danmiskin yang saling berjauhan satudengan yang lainnya. Dengan konsepkesejahteraan ini, maka KAT tidakmemperoleh perlindungan, karenaakan diperlakukan sama denganwarga masyarakat lainnya yang sudahlebih maju. Akibatnya KAT akansemakin tersingkir dan terisolir,

bahkan terbuang dari peradaban maju.Mungkin hanya akan menjadi tontonansebagai daerah wisata atau musium. DiIndonesia hal ini terjadi dimana KAT(di suatu daerah) hampir setiap haridikunjungi turis manca negara maupunturis lokal, tapi tetap ajaKAT-nya miskin dan tidak mendapatkeuntungan dengan kedatangan turis-turis itu.

2. Welfare Statism

Kesejahteraan hidup (well being)masyarakat ditentukan atau diukurdengan tersedianya barang danpelayanan sosial yang cukup untukmemenuhi kebutuhan dasar tanpavariasi pilihan yang beragam. Semuabarang dan pelayanan sosial hanyadapat diperoleh oleh orang-orangyang berhak. Ini berarti negaramengatur dan mengurus, bahkanmenjadi provider bagi pendistribusianbarang dan pelayanan sosial. Disini adasubsidi, bantuan dan kompensasi yangdiberikan oleh negara kepada wargamasyarakat. Contoh : SantunanLangsung Tunai, Beras miskin (Raskin),Asuransi kesehatan keluarga miskin(Askes Gakin) dan lain-lain. Artinya,masyarakat kurang ber-untungmendapat insentive khusus daripemerintah dalam bentuk bantuanbarang maupun pelayanan sosial.Meskipun masyarakat kurang ber-untung ini tidak punya uang, tetapinegara memberikan dana penggantiatau talangan. Ini merupakan bentuktanggung jawab negara terhadapwarga atau sering disebut welfare state.

Konsep welfare statism ini memangmemberi rasa keadilan bagi kelompokkurang beruntung, tetapi dapatmenyebabkan mereka sangat ter-gantung kepada bantuan negara.

Page 58: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

54 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Pendekatan ini didasari oleh pan-dangan kelompok sosial demokrat.Kelompok ini memperbaiki pandanganMarxis yang terlalu radikal denganmengedepankan keadilan sosial samarata - sama rasa. Kemudian EduartBernstein merevisi pandangan Marxdengan pengaturan keadilan sosialyang tidak kaku dengan cara, negaramemberi ruang kewajiban sosialkepada masyarakat yang kurangberuntung. Sehingga ada hak-hakmasyarakat yang diatur dan diberikanoleh negara yang dilakukan melaluiperundang-undangan.

Konsep welfare statism inisebenarnya hanya dapat dilakukanapabila negara telah memiliki sumberdana yang cukup. Tetapi yang terjadidi Indonesia semua skema bantuanmelalui Jaring Pengaman Sosial(JPS) atau dengan sebutan lainnyadilakukan melalui dana hutang kepadaluar negeri. Hal ini tentu saja sangatmembebani negara dan me-nambahsengsara rakyat. Dengan konsepkesejahteraan ini, maka KAT menjaditanggung jawab negara sepertipemberian jatah hidup (jadup)pemberian perumahan (Satuan Pemu-kiman/SP) pemberian alat pertanian(Saprodi) dan lain-lain. Contoh : KAT(suatu daerah) hampir semuakebutuhan warganya selama tiga tahundipenuhi oleh negara. Jadi, kapan KATakan mampu hidup sendiri, danmendayagunakan potensi sumberdaya yang mereka miliki.

3. Ecowelfarism

Kesejahteraan (well being) masya-rakat ditentukan dan diukur kepadakemampuan masyarakat untukmemenuhi kebutuhannya sendiridengan kekuatannya sendiri.

Pemenuhan kebutuhan masyarakatatau warga (people) harus sesuai dengandaya dukung lingkungan hidupnya(nature). Sehingga pendekatankesejahteraan ini lebih memperhatikanhubungan antara manusia denganlingkungan hidup. Pendekatan iniberpihak pada pendayagunaan sumberdaya alam yang tidak dikuras habis-habisan, tetapi selalu dipelihara untukkelangsungan hidup masyarakatnyasaat ini dan di masa yang akan datang.

Konsep kesejahteraan ini didasarioleh gerakan hijau (green movement)yang memperhatikan keseimbanganlingkungan hidup atau ekosistem.Pandangan gerakan hijau melihat,bahwa praktek ekonomi kapitalismemerupakan praktek ekonomi yangtidak sehat, karena akan merusak danmenghilangkan biodiversity dangenerasi berikutnya. Menurut HermanDaly, pengelolaan lingkungan hidupsaat ini hanya menghabiskan sumberdaya alam dan memperbesar limbahdengan penggambaran sebagaiberikut:

Sumber daya alam --- dibabat ---penyusutan --- produksi --- konsumsi--- limbah

Gerakan hijau tidak setuju denganpeningkatan pertumbuhan ekonomidiukur dengan GDP atau GNP, karenaakan terjadi kerusakan pada ling-kungan hidup. Saat ini sumber dayaalam yang tak terbarui, terutamasumber energi fosil semakin menipisdan akan habis. Sedangkan sumberdaya alam terbarui semakin habis dantidak dilakukan reboisasi kembali.Untuk itu perlu adanya upayakonservasi atau perlindungan sumberdaya alam dengan menggunakansistem konsumerisme hijau yang

Page 59: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

55Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

bertanggung jawab (responsible) danbertanggung gugat (accountable).Sistem ini mengajak masyarakatmeminimalisasi dampak lingkunganatau kerusakan lingkungan akibat ulahmanusia.

Sehubungan dengan itu, perlumerubah kebiasaan manusia yangmerusak lingkungan, dan mengem-bangkan cara-cara tradisional ataukearifan lokal untuk memeliharalingkungan. Contoh : ada KAT (suatudaerah ) yang membagi lahan secaraberimbang antara hutan, sumber air,pemukiman, ladang, pekuburan, danpekarangan. Dan mencegah konversiatau pengalihan fungsi lahan untuktujuan lain. Bahkan ada yang mem-batasi jumlah penduduk yang tinggaldi suatu daerah dengan mekanismealamiah, dimana kalau kelebihanpenduduk maka harus ada yang keluar.

III. BERFIKIR GLOBAL DANBERTINDAK LOKAL

Pada peradaban manusia maju dan eraglobalisasi saat ini, justru sebaliknya dayadukung lingkungan semakin menurun.Untuk menyelamatkan kerakusan manusiasecara ekonomi tersebut, maka kelompokgerakan hijau mengeluarkan slogan ” ThinkGlobally and Act Locally” artinya, berpikirlahsecara global dan bertindaklah secara lokal.

Berpikir secara global, maknanyabahwa manusia, baik yang hidup di desamaupun di pedalaman (termasuk KAT),merupakan bagian dari masyarakat global.Peran negara semakin berkurang dan peranmasyarakat semakin kuat, dengan demikianmasyarakat global yang kuat ini mem-punyai keistimewaan dihadapan negara.Kita hidup di tataran global antara negarakita dengan negara lain. Di dalamkehidupan pada tataran global, ada dua

konsep yang menunjukkan bahwa kita inibagian dari masyarakat global. Pertama,globalisasi yang dapat dilihat dari negaratanpa batas. Artinya, saat ini dengankemajuan teknologi dan informasi kita bisapergi dan mendapat informasi dari negaralain. Kedua, tentang hak asasi manusia.Artinya, bahwa setiap warga dimana sajamendapat perlindungan, pengawasan danbantuan dari warga negara lain apabiladiperlakukan secara tidak adil ataudiskriminasi.

Bertindak secara lokal, maknanyabahwa manusia baik di perdesaan maupundi pedalaman (termasuk KAT) diberikebebasan untuk menjalankan aktivitaskehidupan sehari-harinya. Sehingga setiapkelompok masyarakat dan juga KAT bebasmenjalankan kehidupannya sesuai dengantradisi dan adat istiadatnya masing masingatau disebut deep citizenship. Masing-masingkelompok masyarakat boleh membuatruang-ruang publik dan ruang-ruangprivat masing-masing sesuai dengankebutuhannya, dan kelompok lainnya harusmenghormati tradisi atau adat istiadat itu.Masing-masing kelompok masyarakat bolehmembentuk identitas sebagai ciri masing-masing yang membedakan dengankelompok lainnya, dan negara harusmelindungi keanekaragaman ini melaluiundang-undang.

Dari bertindak lokal itu akanmemunculkan perilaku hidup manusia yangbersahabat dengan alam. Karena hidupsetiap kelompok ditentukan sendiri olehkelompok itu, tidak boleh ada campurtangan dari pihak lain. Kelompok tidaktergantung kepada kelompok lain, tetapikelompok akan tergantung kepada alamdimana dia bertempat tinggal. Kehidupanmasing-masing kelompok bahkan kelom-pok kecilpun seperti KAT yang hanyaterdiri dari beberapa keluarga dilindungioleh undang-undang untuk memiliki

Page 60: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

56 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

pemerintahan lokal sendiri atau seringdisebut self governance. Menurut Giddenpemerintahan lokal yang baik adalahpemerintahan yang disusun atas dasarkeintiman, dimana semakin dekatnyahubungan antara para warganya makasemakin erat hubungan sosialnya.Demikian juga menurut Habermas salurankomunikasi antar warga yang dilakukansecara langsung adalah komunikasi yangbaik, dan dengan tatap muka secara terusmenerus akan menuju masyarakatdemokrasi murni dan unik. Ini berartikelompok KAT dapat diberdayakanmenjadi masyarakat yang mempunyaipemerintahan lokal sendiri dan mengem-bangkan demokrasi lokal yang khas.

IV. HUBUNGAN KOMUNITASLOKAL DENGAN SUMBERDAYA ALAMMenurut Hartley Dean (Fitzpa-

trick,2002) berpikir global dan bertindaklokal menyebabkan masyarakatterpragmentasi ke dalam beberapakelompok. Kategorisasi kelompok tersebutberdasarkan hubungan antara komunitasmanusia dengan sumber daya alam, yaitu:

1. Ecological Modernization

Masyarakat ecological moderniza-tion lebih mengutamakan manusia daripada alam (antropocentris). Dimanamereka mencukupi kebutuhannyadengan memanfaatkan alam melaluiekploitasi menggunakan teknologimodern yang menyebabkan alam cepathabis dan musnah. Seperti saat inienergi fosil semakin tipis perse-diaannya, dan sumber daya alam floradan fauna semakin sedikit jumlah danvariasinya, sehingga biodiversity alamsemakin berkurang.

Masyarakat demikian ini memangmaju dan modern, tetapi merekamengorbankan alam dan tidakmeninggalkan warisan bagi generasiberikutnya. Sebagai contoh masya-rakat kota besar yang mendirikanhotel dan apartemen dimana-manasebagai pengganti rumah tinggal.Untuk menginap di hotel atauapartemen, berapa energi cahaya listik,air, dan makanan serta sumber dayaalam lainnya yang kita hambur-hamburkan hanya untuk keperluanterbatas. Belum lagi berapa besarlimbah, bahan berbahaya yangdibuang.

2. Deep Ecology

Masyarakat ini sebaliknya denganmasyarakat ecological modernization,yaitu masyarakat yang sangat pedulidengan alam (ecocentris). Karena begitupedulinya, mereka sangat memuliakanalam dibandingkan memulikanmanusia. Keberadaan dan kelestarianbumi adalah yang utama atau EarthFist”, sehingga perkem-banganpenduduk menurut Teori Maltus harusdibatasi kalau perlu manusia dicegahuntuk berkembang biak. Ini dapatdilihat dengan gencarnya programkeluarga berencana di seluruh dunia,karena adanya ketakutan pertambahanpenduduk tidak mampu diikuti denganpenambahan jumlah persediaanpangan.

Masyarakat seperti ini memangmakmur dan maju karena denganjumlah penduduk sedikit dan sesuaidengan daya dukung alam. Tetapilambat laun terjadi degradasiketurunan, karena setiap warga negaradicegah untuk memiliki anak.

Page 61: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

57Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Sebagai contoh di negaraSingapura. Karena luas wilayah dandaya dukung lingkungan terbatas,maka pada awal kemerdekaanSingapura membatasi jumlahpenduduk. Lama-lama menjadikebiasaan dan sekarang ini dengankemajuan ekonomi, dan kemakmuranmenyebabkan warga negara Singapuratidak mau mempunyai anak. Untukmengatasi masalah kependudukantersebut, sekarang ini Singapuramenggalakkan agar setiap keluargamempunyai anak sebanyak-banyaknya.

3. Green Communitarian

Masyarakat ini sangat pedulilingkungan hidup, sehingga inimenyatu dengan alam. Akibatnyamuncul slogan ”oness nature” aku adalahalam dan alam adalah aku. Manusiatidak memikirkan dirinya, tetapimemikirkan alam seperti dirinya.Manusia mengasingkan diri darikemajuan dunia dan hidup menyendiridengan alam.

Masyarakat seperti ini menjadimundur karena melarikan diri daripergaulan dunia, dan peradaban duniadianggapnya hanya merusak alam.Maka mereka lebih baik hidup sepertijaman batu menjadi peramu, pemburudan tidur di gua-gua. Akibatnyamereka senang dengan takhayul,mistik, klenik, romantisme, danspritualitas atau masyarakat yangpercaya kepada kegaiban alam.

Hal ini dapat dilihat dari masya-rakat kita yang masih senang pergi kedukun, paranormal dan nyepi, sertaaktivitas sendiri lainnya. MenurutMarxis inilah ciri masyarakat yang

teralinasi dan lari dari kenyataan sosialdan berlindung dengan kekuatan gaib.Manusia yang tidak percaya padakekuatan diri dan rasionalnya sendiri.

4. Eco Sosialism

Masyarakat ini sangat pedulikepada alam juga peduli kepadamanusia, karena meyakini adahubungan antara manusia denganalam. Manusia harus mengembangkankapasitasnya, tetapi harus sesuaidengan konteks ekologi. Artinya,aktivitas manusia harus dibatasisebatas kemampuan daya dukunglingkungan hidup.

Masyarakat seperti ini ingin maju,tetapi secara bertahap dan mem-bangun dengan konsep berkelanjutantidak mengabaikan kelestarian alam.Manusia mengembangkan keahlianuntuk mampu bertahan secaraekological. Perkembangan pendudukjuga diikuti kemampuan terhadapperubahan ekologi sebagai spesiesmakluk hidup sama dengan maklukhidup lainnya. Setiap kegiatan manusiadiharapkan menimbulkan dampakyang minimal terhadap lingkunganhidup.

Hal ini dapat dilihat padakehidupan masyarakat KAT yangmemanfaatkan sumber daya alamseperlunya untuk kebutuhan hidupsehari-hari, karena ekonominya masihbersifat subsisten dan belum diproduksi secara massal dan dikomer-sialkan. Akan tetapi ada beberapakelompok KAT yang sudah mengenalnilai tukar uang, dan komersial sertaterjadi pengekplotiasian alam secarabesar-besar.

Page 62: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

58 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

V. KEARIFAN LOKAL BAGIKESEJAHTERAAN KAT

Alam takambang jadilah guru adalahsalah satu falsafah masyarakatMinangkabau di Provinsi Sumatera Barat.Mengapa alam harus dijadikan guru? Apaada landasan ilmiahnya atau itu hanyaistilah adat saja atau istilah lokal petatah-petitih yang dihapal oleh masyarakat.Ternyata konsep alam takambang jadilah guruitu saat ini menjadi trend bahasan secara glo-bal. Kenapa demikian, karena planet bumiini tidak akan lama lagi umurnya kalau kitatidak peduli dan belajar dari alam. Sampaisaat ini manusia belum dapat menemukanplanet lain yang dapat dijadikan tempathidup, jika bumi rusak dan hancur. Manusiaakan tetap bergantung dan hanya dapathidup di bumi secara terus menerus danturun temurun, apabila manusia peduli danmau belajar dari alam.

Falsafah lokal pada masyarakatMinangkabau tersebut sering disebutsebagai kearifan lokal (local wisdom).Kearifan lokal merupakan suatu nilai yangdiajarkan secara turun-temurun dalamsuatu masyarakat. Bahan ajar ini tidaktertulis, tetapi dihapal di setiap kepalapenduduk dalam suatu masyarakat,terutama para kepala adat dan tokoh-tokohmasyarakat. Kearifan lokal pada masya-rakat bersifat relatif karena hanya berlakudalam masyarakat tertentu, dan tidakberlaku pada masyarakat lain seperti katapepatah Minangkabau adat selengkah nagari.

Arti kearifan lokal dapat ditelusuri dariarti kata arif yang bermakna matang,konsisten, rela berkorban, legowo,bijaksana dan tidak ingin menang sendiri.Sedangkan secara khusus kearifan lokalmenurut Jim Ife (2002) merupakan nilai-nilai yang diciptakan, dikembangkan dandipertahankan dalam masyarakat lokal dankarena kemampuannya untuk bertahan dan

menjadi pedoman hidup masyarakatnya. Didalam kearifan lokal tercakup berbagaimekanisme dan cara untuk bersikap,berperilaku dan bertindak yang dituangkandalam tatanan sosial.

Kearifan lokal merupakan semuakecerdasan lokal yang ditranformasikan kedalam cipta, karya dan karsa, sehinggamasyarakat dapat mandiri dalam berbagaiiklim sosial yang terus berubah-ubah,dimana cipta, karya dan karsa itu disebutjuga kebudayaan. Yang dimaksudkandengan kebudayaan adalah semua pikiran,perilaku, tindakan, dan sikap hidupyang selalu dilakukan orang setiapharinya. Kemudian dikemukakan olehKoentjaraningrat (Rustanto, 2005) pem-budayaan atau dalam istilah Inggris dikenaldengan istilah ”Institusionalization” yaituproses belajar yang dilalui setiap orangselama hidupnya untuk menyesuaikan diridi alam pikirannya serta sikapnya terhadapadat, sistem norma dan semua peraturanyang terdapat dalam kebudayaan danmasyarakatnnya.

Menurut Jim Ife (2002) kearifan lokalmemiliki 6 (enam) dimensi yaitu:

1. Pengetahuan Lokal

Setiap masyarakat di manapunberada, baik di perdesaan maupunpedalaman selalu memiliki penge-tahuan lokal yang terkait denganlingkungan hidupnya. Pengetahuanlokal terkait dengan perubahan dansiklus iklim kemarau dan penghujan,jenis-jenis fauna dan flora, dan kondisigeografi, demografi, dan sosiografi.Hal ini terjadi karena masyarakatmendiami suatu daerah itu cukup lama,dan telah mengalami perubahan sosialyang menyebabkan mereka mampuberadaptasi dengan ling-kungannnya.Kemampuan adaptasi ini menjadi

Page 63: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

59Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

bagian dari pengetahuan lokal merekadalam menaklukkan alam.

2. Nilai Lokal

Untuk mengatur kehidupanbersama antara warga masyarakat,setiap masyarakat memiliki aturan ataunilai-nilai lokal yang ditaati dandisepakati bersama oleh seluruhanggotanya. Nilai-nilai ini biasanyamengatur hubungan antara manusiadengan manusia, manusia dengan alamdan manusia dengan Tuhannya. Nilai-nilai ini memiliki dimensi waktu, nilaimasa lalu, masa kini dan masa datang,dan nilai ini akan mengalamiperubahan sesuai dengan kemajuanmasyarakatnya.

3. Keterampilan Lokal

Kemampuan bertahan hidup(survival) dari setiap masyarakat dapatdipenuhi apabila masyarakat itumemiliki keterampilan lokal. Kete-rampilan lokal dari yang palingsederhana seperti berburu, meramu,bercocok tanam sampai membuatindustri rumah tangga. Keterampilanlokal ini biasanya hanya cukupdan mampu memenuhi kebutuhankeluarganya masing-masing ataudisebut dengan ekonomi subsisten.Keterampilan lokal ini juga bersifatketerampilan hidup (life skill), sehinggaketerampilan ini sangat tergantungpada kondisi geografi tempat dimanamasyarakat itu bertempat tinggal.

4. Sumber Daya Lokal

Sumber daya lokal ini padaumumnya adalah sumber daya alam,yaitu sumber daya yang tak terbaruidan yang dapat diperbarui. Masya-

rakat akan menggunakan sumber dayalokal sesuai dengan kebutuhannya dantidak akan mengekpoitasi secara besar-besar atau dikomersialkan. Sumberdaya lokal sudah dibagiperuntukkannya seperti hutan, kebun,sumber air, lahan pertanian, danpermukiman. Kepemilikan sumberdaya lokal ini biasanya bersifat kolektifatau communitarian.

5. Mekanisme Pengambilan KeputusanLokal

Menurut ahli adat dan budayasebenarnya setiap masyarakat itumemiliki pemerintahan lokal sendiriatau disebut pemerintahan kesukuan.Suku merupakan kesatuan hukum yangmemerintah warganya untukbertindak sebagai warga masyarakat.Masing-masing masyarakat mem-punyai mekanisme pengambilankeputusan yang berbeda–beda. Adamasyarakat yang melakukan secarademokratis atau duduk sama rendahberdiri sama tinggi. Ada juga masya-rakat yang melakukan secarabertingkat atau berjenjang naik turun.

6. Solidaritas Kelompok Lokal

Ikatan komunal yang memper-satukan suatu masyarakat terletakpada solidaritas lokal. Setiap masya-rakat mempunyai media untukmengikat warganya yang dilakukanmelalui ritual keagamaan dan upacaraadat. Masing-masing anggota masya-rakat saling memberi dan menerimasesuai dengan bidang dan fungsinyamasing-masing. Seperti dalam soli-daritas mengolah tanaman padi dankerja bakti gotong royong.

Page 64: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

60 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Contoh 1 : Kearifan Lokal dan SumberDaya Alam.

Pada masyarakat Dayak Kenyah(Marwanti dalamRustanto,2005) manusia danalam adalah satu karenakeduanya sama-sama ciptaanYang Maha Kuasa. Alam danmanusia sama-sama memilikiroh. Alam bisa menjadi ramahjika manusia memperlakukansecara arif, dan sebaliknya akanbisa marah jika kitamerusaknya. Orang DayakKenyah memahami betulbagaimana memperlakukanalam secara arif dan bijak karenaalam merupakan kehidupan dandunia mereka, baik sebagaiindividu maupun anggotakomunitas.

Alam dan orang Dayak Kenyahadalah satu kesatuan yang tidakbisa dipisahkan dan keduanyasaling memberi pengaruhtimbal balik. Sejak jaman nenekmoyang, mereka memandangalam sebagai sumber kehi-dupan dan tidak ada kehidupanmereka yang tidak terkaitdengan alam sekitarnya.Mereka mencari makanan danminuman dari alam. Semua sisi-sisi rumah panjang atau lamin.Dayak Kenyah dibangun daribahan-bahan yang berasal darialam. Orang Dayak Kenyahberladang, berburu, membuatperahu, meramu, obat-obatanbersumber dari alam. Upacararitual dan adat Dayak Kenyahjuga berhubungan dengan alambaik, tarian ataupun nyanyian.Alam juga sumber inspirasi

untuk memberikan nama bagiorang Dayak Kenyah sepertiNggang (burung enggang)Merang (sejenis kayu) Tebun(sejenis burung) dan lainnya.Dengan tata cara tersebut, makasuku Dayak Kenyahmenerapkan kearifan lokal didalam melestarikan alam.

Contoh 2 : Kearifan Lokal dan SumberDaya Manusia.

Pada masyarakat Selajambe(Kartono dalam Sorjani, 1997)pekarangan rumah pada masya-rakat pegunungan dijadikanwahana pendidikan danpengembangan sumber dayamanusia bagi warga masya-rakat. Anggota masyarakat satumemberi pelajaran kepadaanggota masyarakat lainnya.Dan warga yang lebih tuamemberi pelajaran kepadawarga yang lebih muda.Pekarangan rumah sepertinampak tidak teratur atau acak-acakan, namun sebenarnyaanggota masyarakat mem-punyai tujuan secara rasio-nalitas. Di setiap pekarangdijadikan kebun percobaandengan tanaman yangbervariasi.

Setiap anggota kelompok tanibelajar sifat fisologis tanamanpekarangan, dan melihathubungan antara tanamandengan sistem pencahayaan.Anggota warga belajar harusmenghapal 197 jenis tanamandan karakteristiknya. Setiaptanaman ditanam secaraberbeda tempat sesuai denganpencahayaan matahari. Sebagai

Page 65: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

61Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

contoh, tanaman sirihseharusnya di tempat yangteduh. Tetapi para warga belajardiajarkan menanam sirihditempat terang dan terbuka,sehingga meng-hasilkan daunberwarna kuning. Karena daunsirih berwarna kuning lebihdisukai daripada daun sirihberwarna hijau.

Warga belajar di Selajambememiliki pandangan yangholistik antara tumbuhan dantata letak tanah, sehingga tidakberdiri sendiri. Dengan wahanapekarangan semua orang bisabelajar dan tolong menolongsebagai tradisi luhur. Sehinggadi daerah itu tidak ada bagianyang tidak terbuka, bahkanbanyak pekarangan yang tidakberpagar. Maksudnya agarsemua warga mempunyai haksama untuk secara bebas melaluisebuah pekarangan. Dengantata cara tersebut, makamasyarakat Selajambemenerapkan kearifan di dalampembelajaran pertanian bagiwarganya.

Contoh 3 : Pengintegrasian PengembanganSDM dan SDA

Pengintegrasian kearifan lokaldi dalam pengembangansumber daya manusia dansumber daya alam bagi masya-rakat KAT, harus dilakukansecara bersama dengan Depar-temen dan Instansi lainnya. Halini diwujudkan melalui gerakanbersama secara terintegrasidalam pengelolaan lingkungan

hidup sebagai bentuk green forall. Selanjutnya berdasarkankesepakatan dengan berbagaidepartemen dan instansi di-rumuskan rencana nasionaluntuk memadukan pengem-bangan sumber daya manusiadan sumber daya alam melaluitindak pembangunan yangberkelanjutan

VI. STRATEGI PENGEMBANGANSDM DAN SDA UNTUKKESEJAHTERAAN KAT

1. Pengembangan SDM Berkelanjutan

a. Mengintegrasikan prinsip pem-bangunan berkelanjutan ke dalamsetiap proses pendidikan yangberlangsung dalam masyarakatdan komunitas lokal.

b. Memberikan pengetahuan,melalui penyelenggaraan danpengembangan pendidikan infor-mal dan non formal sehinggadihasilkan sumber daya manusiayang berbudaya, tanggap dankreatif terhadap lingkungan.

c. Menjamin agar seluruh anakdimanapun, baik laki-lakidan perempuan menyelesaikanpendidikan dan memperolehakses yang sama pada semuajenis pendidikan dan tingkatpendidikan.

d. Melindungi dan mengembangkannilai kearifan lokal tentanglingkungan hidup yang ada dimasyarakat dan komunitas lokal.

e. Mengembangkan budaya masya-rakat yang sadar lingkunganhidup, memahami dan mem-

Page 66: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

62 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

berikan apresiasi terhadapkehidupan yang seimbang antaramateriil dan immaterial dalamkaitannya dengan pembangunanberkelanjutan.

2. Perlindungan SDA Berkelanjutan

a. Meningkatkan kualitas ling-kungan melalui pengembangansistem hukum dan instrumenhukum.

b. Meningkatkan peran sertaindividu, kelompok, masyarakatdan jejaring dalam pengendaliandampak lingkungan.

c. Mengembangkan kemampuanmasyarakat dan komunitas lokaldalam melakukan inovasi lokal dibidang pelestarian lingkungan.

d. Melindungi dan mengembangkannilai kearifan lokal dalamlingkungan hidup yang ada dimasyarakat dan komunitas lokal.

e. Meningkatkan kemampuan parapemangku kepentingan dalampengelolaan lingkungan.

3. Pengembangan SDA Berkelanjutan

a. Menurunkan kerusakan ling-kungan terutama keaneka-ragaman hayati.

b. Mengefektifkan upaya konservasikeanekaragaman hayati secaraterus menerus.

c. Mengefektivitaskan keterlibatanmasyarakat dan komunitas lokaldalam pengelolaan keaneka-ragaman hayati.

d. Meningkatkan efisiensi danberkelanjutan pemanfaatan sertamengurangi degradasi sumberdaya keanekaragaman hayati.

e. Memetakan potensi dan keter-sediaan keanekaragaman hayatidalam rangka penatagunaan danpemanfaatan berkelanjutan.

VII. ETNOEKOLOGI UNTUKKESEJAHTERAAN SOSIALKATKearifan lokal yang dimiliki KAT

tentang nilai-nilai budaya mengelolasumber daya alam secara lestari danberskala kecil diberbagai tempat, perludidokumentasikan dengan baik. Tujuanpendokumentasian tersebut, agar banyakorang dapat memahami bagaimana KATmau dan mampu mengelola sumber dayaalam secara baik dan benar. Pengelolaansumber daya alam tidak hanya cukup dilihatdengan model hitungan semata, namunbagaimana melihat KAT sebagai komunitasmanusia yang memiliki rasa cinta kepadasumber daya alam yang ada di lingkunganmasing-masing.

Kelebihan kearifan lokal yang dimilikiKAT dalam mengelola sumber daya alamadalah pandangan KAT tentang sumberdaya alam sebagai bagian kehidupanmereka. Keakraban hubungan KAT denganalam dinyatakan dalam falsafah aku adalahalam dan alam adalah aku atau dalambahasa global disebut ”Oness Nature” ataudalam bahasa lokal disebut ”Halubay”.Falsafah tersebut menegaskan bahwasumber daya alam sebagai sumberkehidupan untuk memenuhi kebutuhanmateri maupun non materi.

Studi etnoekologi adalah studietnografi tentang hubungan manusiadengan sumber daya alam atau humanecologi. Tujuan studi ini untuk meng-gambarkan secara detail perilaku hidupsuatu komunitas lokal dan pengelolaansumber daya alam dengan kearifan lokaluntuk memenuhi kehidupan dan kesejah-

Page 67: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

63Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

teraannya. Pengelolaan sumber daya alamini dilakukan dengan menggunakan aturanatau nilai budaya adat yang diajarkansecara turun-temurun.

Etnoekologi merupakan pengem-bangan dari studi etnografi. Sedangkanetnografi adalah salah satu metode didalam kajian antropologi. Etnografi berasaldari kata etno yang berarti suku bangsa dangrafi berarti tulisan, jadi etnografi adalahpenggambaran secara detail dan tertulistentang kehidupan suatu suku bangsatertentu. Keberhasilan studi etnografi untukmemotret kehidupan suatu masyarakat initelah mengilhami berberapa ahli untukmengembangkan kajian hubungan manusiadengan sumber daya alam, yang selanjutnyadikenal dengan nama etnoekologi.

Tujuan yang diharapkan dari studietnoekologi adalah penggambarankehidupan KAT berkaitan dengan penge-lolaan sumber daya alam berbasis kearifanlokal. Dengan penggambaran tersebutdiharapkan akan memberikan suatupemahaman yang lebih jauh mengenaikesejahteraan sosial KAT yangbersandarkan kepada pemanfaatan sumberdaya alam untuk mendukung kehi-dupannya. Pemahaman ini salah satunyadapat dilihat dari perspektif KAT itusendiri, yaitu perspektif KAT yang selamaini mengelola atau memanfaatkan sumberdaya alam di lingkungannya sebagai satukesatuan sistem ekologi.

Penemuan tentang perspektif KATdalam memandang dirinya (siapa aku) danalamnya (siapa alam) ini, kemudiandijadikan pijakan bagi KAT dan petugaspemberdayaan KAT untuk merancangsuatu program atau kegiatan yangterencana dan sistematis dalammewujudkan kesejahteraan sosial KATberbasis kearifan lokal. Perspektif KAT ini

juga dapat dijadikan bahan pembelajaranbagi pihak lain atau generasi muda dalampendidikan berbasis lingkungan hidup atauecoeducation. Sehingga temuan etnoekologiKAT untuk masing-masing komunitassangat berbeda dan beragam ini dapatmenjadikan acuan untuk tidak membuatprogram atau kegiatan pemberdayaan KATsecara seragam.

VIII. PENUTUP

Manusia dan lingkungan alammerupakan satu kesatuan yang tidak dapatdipisahkan dan saling menentukankelangsungan hidup masing-masing.Manusia bergantung kepada alam, karenaalam memberikan sumber daya bagimanusia untuk meningkatkan taraf hidupdan kesejahteraannya. Oleh karenanya,manusia hendaknya dapat memperlakukanalam secara arif dan bijaksana, sehinggaalam mampu memberikan daya dukungsecara berkelanjutan dari generasi kegenerasi.

Perlakuan arif dan bijaksana ini dapatditemukan pada Komunitas Adat Terpencil(KAT). Mereka yang pada umumnya hidupsecara subsisten berupaya untuk mem-perlakukan alam dengan baik berdasarkannilai, norma dan adat istiadat atau dikenaldengan kearifan lokal. Melalui kearifanlokal dan persahabatan dengan hutan,pepohonan, mata air dan gunung, KATdapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Terkait dengan itu, upayapemberdayaan dan peningkatan taraf hidupdan kesejahteraan KAT perlumemperhatikan kearifan lokal KATtersebut. Dengan pendekatan ini, makaupaya pemberdayaan KAT di satu sisimeningkatkan taraf hidup dankesejahteraan. Di sisi lain mempertahankandaya dukung alam.

Page 68: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

64 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat PKAT, 2004, Model PendekatanSosial Budaya Dalam Persiapan danPemantapan Pemberdayaan KAT, Jakarta:Dir PKAT

Direktorat PKAT, 2004, Model PengembanganSumber Daya Manusia KAT, Jakarta: DirPKAT

Direktorat PKAT, 2004, Model Perlindungandalam Pemberdayaan KAT, Jakarta: DirPKAT

Easwell Roger, 2004, Ideologi PolitikKotemporer, Yogyakarta: Jendela

Fitzpatrick Tonys, 2002, Enviromental Issuesand Sosial Welfare, Oxford: Blackwell

Ife Jim, 2001, Human Righys and Sosial Work,Towards Rights Based Practice, Cam-bridge: University

Ife Jim, 2002, Community Development,Creating Community Alternatif VisionAnalysys and Practice, Australia:Longmann

Kementerian Lingkungan Hidup, 2004,Kesepatan dan Rencana Tindak NasionalKeterpaduan Sumber Daya Manusia danSumber Daya Alam Dalam PembangunanBerkelanjutan, Jakarta: KLH

Lawang MZ Robert, 2005, Kapital SosialDalam Perspektif Sosiologik, Jakarta: UIPress

Migdey James, 2004, Pembangunan SosialPerspektif Pembangunan DalamKesejahteraan Sosial, Jakarta: UIN

Rustanto Bambang et all, 2006, Dari KearifanLokal Menuju Gerakan Self Governance,Bandung: Lemlit STKS

Soerjuni Mohammad, 1997, Lingkungan :Sumber Daya Alam dan KependudukanDalam Pembangunan, Jakarta: UI Press

San Awang, et all, 2002, Etnoekologi, Manusiadi Hutan Rakyat , Yogyakarta: Sinergi.

The World Bank, 2003, Sustainable Develop-ment In Dinamyc World, Washington:WB.

Drs. Bambang Rustanto, M.Hum adalahDosen Sekolah Tinggi KesejahteraanSosial (STKS) Bandung.

Page 69: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

65Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

MEWUJUDKAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL SEJAJARDENGAN MASYARAKAT PADA UMUMNYA

Sugiyanto dan Mochamad Syawie

Abstract. Indigenous people is local social culture groups, separately and uninvolved in networkand services in social, economic, or politic. The separated that mean social culture, there is gapbetween level of social culture in tribes with Indonesian conditions enclosed. The means ofdevelopment are discontinuously to progress for people. “Progress” is useful toward humanityaspect from development, and measured with awareness and capability a part of community haveto better life and welfare.

Keyword : Indigenous people, empowerment, social welfare.

I. PENDAHULUAN

Komunitas Adat Terpencil (KAT)adalah kelompok sosial budaya yangbersifat lokal dan terpencar serta kurangatau belum terlibat dalam jaringan danpelayanan baik sosial, ekonomi maupunpolitik dengan tujuh kriteria, antara lainberbentuk komunitas relatif kecil, tertutupdan homogen. Pada umumnya terpencilsecara geografis dan secara sosial budayatertinggal dengan masyarakat yang lebihluas, dan masih hidup dengan sistemekonomi susbsisten (Dir. PemberdayaanKAT, 2005).

Persepsi tentang KAT di Indonesiamasih beragam, dan terminologi yangdigunakanpun telah mengalamiperkembangan. Pada tahun 1973 dikenaldengan sebutan Suku Terasing, kemudianpada tahun 1994 menjadi MasyarakatTerasing. Terakhir pada tahun 1999 menjadiKomunitas Adat Terpencil (KAT), denganperubahan pada karakteristiknya.

Selanjutnya, diakui bahwa“keterasingan” pada mereka dalam artisosial budaya. Terdapat perbedaan yangkhas antara sosial budaya KAT dengankondisi sosial budaya bangsa Indonesiapada umumnya. Perbedaan tersebutmenempatkan KAT sebagai komunitas yangmenjalani kehidupan secara tradisional(masih terbelakang) dibandingkan dengankehidupan masyarakat pada umumnya yangmenjalani kehidupan secara modern.

Sebagaimana dikemukakan olehSoebadio (Koentjaraningrat, 1993) sampaisaat ini masih dirasakan kesenjangan sosial-budaya itu. Bahkan taraf hidup suku-sukubangsa bersangkutan menjadi kendaladalam usaha pembangunan sebagai bangsa.Kita merasa tidak mungkin membiarkansebagian dari bangsa kita berada dalamtaraf kesehatan, pendidikan danpengembangan secara umum yang kita nilaijauh dibawah standar menurut ukuran masakini. Demikianlah kita merasa bertanggungjawab atas pengembangan suku-suku

Page 70: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

66 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

bersangkutan, supaya mereka akhirnyamampu ikut hidup sesuai pola dan patokankesehatan dan pendidikan masa kini,sehingga mampu juga mengikuti usahapembangunan yang tengah kita.

Dalam tulisan berjudul The Meaning ofDevelopment yang ditulis oleh Seer(Koentjaraningrat, 1993) mengenaikebijaksanaan membangun serta mengubahmasyarakat pada umumnya, iaberpendapat, bahwa pembangunan tidakselamanya berarti kemajuan bagi semuaorang. Oleh karena itu, “kemajuan”sebaiknya selalu mengacu ke aspekmanusiawi dari pembangunan, dan diukurdengan derajat kesadaran dan kemampuansebagian besar warga masyarakat yangbersangkutan untuk hidup lebih nyamandan sejahtera. Berdasarkan konsep“kemajuan” pada difinisi tersebut, makasemua upaya pembangunan paling tidakdapat mengakibatkan : 1) perubahandegeneratif; 2) perubahan tanpa kemajuan;dan 3) perubahan yang membawa kemajuansosial ekonomi.

Perubahan degeneratif adalahperubahan yang telah merusakkeseimbangan dari kehidupan sosial suatumasyarakat, dan seringkali juga merusakkeseimbangan ekologi lingkungan alamnya.Keadaan seperti ini dapat timbul karenapara change agent hanya melakukanpendekatan bagi kepentingan merekasendiri. Mereka menyelesaikan tugas yangtelah ditargetkan dalam waktu yangsesingkat mungkin (kalau mungkin dengancara memaksa), tanpa memperhatikankeperluan warga masyarakat yang mereka“bangun” dengan lebih seksama.

Mendukung pendapat Seers,Hans Kalipke (Orin Basuki, 2003)mengungkapkan bahwa pada tahun 1979,jauh di pedalaman hutan Mandau, Minas,dan Bukit Kapur, Kabupaten Bengkalis,

Provinsi Riau, suatu suku pedalaman, yakniSuku Sakai, tengah bergulat dengan prosespenghilangan eksistensi mereka seiringpembabatan kekayaan terbesar yangmereka miliki, yaitu hutan. Di tengahkemiskinan suku yang terbiasa denganpakaian berbahan kulit kayu inilah, Kalipkemenetap selama tidak kurang 17 tahun.

Pada saat bangsa Indonesia sendirikurang mempedulikan kesulitan hidup yangdialami suku Sakai, Kalipke justru menetapdi tengah keluarga Sakai, di pedalamanBengkalis. Hidup bersama, bergaul,menetap, dan mengikuti cara hidup sukuSakai yang berpindah-pindah pada saatmembuka lahan untuk berladang. Hidupbersama suku pedalaman di Riaumerupakan pengalaman yang sangatmengesankan bagi Kalipke, sekaligusmenyedihkan. Menyedihkan karena sukuSakai cenderung kurang mendapatperhatian penuh dari bangsanya sendiri.Kesedihan itu dirasakan ketika mengawaliproyek penelitiannya yang diberi tema“Pikiran dan Pengertian Asal”, denganmemilih komunitas suku Sakai sebagaisubyek. Menurutnya, cenderung penelitiansemacam ini sangat jarang diminati orang.Dia hanya berharap, riset yang didukungUniversitas Hamburg, Jerman, ini akanmenggali pemikiran asli dari warga sukupedalaman.

Ahli antropologi G.O. Lang(Koentjaraningrat, 1993) menyarankansuatu konsep yang relatif dapat digunakansebagai pegangan untuk merencanakanbeberapa kebijaksanaan pembangunanKAT. Kebijakan tersebut antara lain,pertama: disebut traditional communitydevelopment approach (pendekatanpembangunan masyarakat yangtradisional), sebaiknya memperhatikansumber daya lokal, kepemimpinan lokal,dan kemandirian komunitas adat terpencil

Page 71: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

67Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

yang akan dibangun. Kedua, disebut pater-nalistic approach (pendekatan paternalistik)berdasarkan gagasan bahwa masyarakatyang dibangun masih sangat rendahkemampuannya. Ketiga, engineering physicalinfrastructure approach (pendekatanprasarana fisik), berdasarkan prinsip bahwachange agent hanya memberi modal danteknologi untuk memudahkanpembangunan yang dikembangkan dengansumber daya lokal (dari bawah) dankepemimpinan lokal.

Berdasarkan hasil pemetaan tahun2005, populasi dan persebaranpemberdayaan komunitas adat terpenciladalah yang sudah diberdayakan sebesar61.488, yang sedang diberdayakan 13.177,dan yang belum diberdayakan sebesar193.185 (Direktorat Pemberdayaan.Komunitas Adat Terpencil, 2005).

II. PERMASALAHAN YANGDIHADAPI KAT

Sebagian besar bangsa Indonesiaberasumsi dan mempunyai keyakinanbahwa pembangunan nasional membawakemajuan yang berarti, kehidupan yanglebih aman, sejahtera, dan sempurna bagisemua golongan, lapisan sosial dan sukubangsa di Indonesia (Koentjaraningrat,1993).

Dalam rangka itu, kita tentu perlumempersoalkan mengapa hingga sekarangmasih ada warganegara Indonesia yanghidup dalam masyarakat terpencil yangkita anggap terbelakang dan tidak maju.Kalau kita memecahkan persoalan itudengan jawaban bahwa masyarakatterpencil di negara kita tidak maju karenalokasinya terpencil, dan sama sekali tidakatau hanya sedikit mengalami hubungandengan dunia luar, jawaban itu juga tidakseluruhnya benar.

Mengutip pandangan Ismid Hadad(1980) bahwa, istilah “pembangunan”dewasa ini semakin berkembang laksanamukjizat. Ia mengandung begitu banyakmakna, mempunyai fungsi begitu berganda,menimbulkan begitu banyak harapan, tapijuga membawa perdebatan yang tak habis-habisnya di kalangan masyarakat yangsemakin meluas. Namun, apapun makna,fungsi dan harapan yang terkait pada istilahtersebut, senantiasa ada suatu nilai positifyang melekat atau dilekatkan padanya.Hampir tidak ada pihak yang mengatakanbahwa pembangunan itu jelek, karena adasemacam kesepakatan umum bahwapembangunan itu harus otomatis baik pastibermanfaat

Secara umum, permasalahan dalampelaksanaan program pemberdayaan KATdisebabkan oleh dua hal mendasar yangterkait satu sama lain, yaitu (1) keterbatasansumberdaya manusia dan (2) keterbatasanketerpaduan program.

Permasalahan yang dihadapi oleh KATseperti :

1. Pendidikan. Pada umumnya KATberpendidikan rendah, buta huruf danbahkan ada KAT yang menolakmasuknya pendidikan karena dinilaipendidikan bertentangan dengan adatistiadat mereka. Misalnya, Orangrimba di Provinsi Jambi.

2. Transportasi. Sarana transportasi masihsangat terbatas untuk keluar maupunmasuk ke lokasi KAT. Mereka padaumumya berjalan kaki berjam-jamuntuk meninggalkan kampunghalamannya. Demikian pula, bagi or-ang luar yang bermaksud memasukilokasi KAT, relatif sulit memperolehsarana transpotasi. Pada lokasitertentu, untuk ke lokasi KATdigunakan perahu kelotok, kuda atau

Page 72: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

68 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

kendaraan roda empat yang khususuntuk kondisi alam yang sulit.

3. Tenaga pengajar. Kondisi geografisyang sulit dijangkau dan masihterbatasnya sarana transportasi sertafasilitas hidup lainnya, menjadi alasanenggannya tenaga pengajar ditugaskanke lokasi KAT.

4. Tenaga medis. Sama halnya alasanpada terbatasnya tenaga pengajar,kondisi geografis yang sulit danterbatasnya sarana transportasi sertafasilitas hidup lainnya, menjadi alasanenggannya tenaga medis untukditugaskan ke lokasi KAT.

5. Fasilitas pemerintah. Di lokasi tersebutmasih sangat terbatas tersedianyafasilitas dan sarana umum seperti jalanuntuk kendaraan roda empat,jembatan, listrik, air bersih dansebagainya.

6. Koordinasi. KAT sebagai bagian darikemiskinan perlu ditangani secarakoordinatif dari berbagai instansisektoral. Kenyataannya sangatsulit untuk membangun koordinasiini, sehingga terkesan programpenanganan kemiskinan berjalansendiri-sendiri dan hasilnya punkurang optimal.

III. KEBUDAYAAN SEBAGAIREFERENSI PERUBAHAN

Teori antropologi tentang perubahankebudayaan menyarankan agardiperhatikan respons dari masyarakat(“sejajar dengan masyarakat padaumumnya”), terhadap rangsangan unsur-unsur yang datang dari luar. Sedikitnya adatiga respons terhadap tiga macam pengaruhunsur-unsur kebudayaan dari luar, yaitu:

1. Warga masyarakat terasing (bacakomunitas adat terpencil) sebenarnyamau menerima pengaruh dari luaryang dapat memberikan kenyamanandan kesejahteraan yang lebih besarbagi mereka, atau dengan perkataanlain, yang dapat membawa kemajuandalam hidup mereka. Namun merekatidak atau belum mampu melakukanperubahan kebudayaan, dan karena itumereka tetap hidup dengan cara yangdiwariskan oleh nenek-moyangmereka.

2. Komunitas adat terpencil memangingin maju, namun merekamenganggap bahwa pihak luar tidakmau membagi unsur-unsurkebudayaan yang membawa kemajuanitu dengan mereka.

3. Komunitas adat terpencil memangtidak mau berubah, dan berupayadengan berbagai cara untukmempertahankan kebudayaan warisannenek moyang selama mungkindengan cara menolak setiap unsurpengaruh yang datang dari luar(Koentjaraningrat, 1993).

Mengubah kebudayaan berartimengubah adat-istiadat, kebiasaan dan gayahidup seseorang yang telah lama dipelajari,dikenal dan dibudayakan sejak kecil. Halitu tentu dirasakan sangat berat, karena iaharus meninggalkan dan akan kehilanganpegangan hidupnya, walaupun cara hidupyang baru itu dapat membawa kemajuanbaginya. Untuk itu perlu motivasi ataudorongan yang kuat dari dalam atau dariluar.

Dalam perspektif di atas, intervensiyang terbaik dalam memberdayakan KATadalah pembangunan komunitas tersebut.Pembangunan komunitas dapat dilihatsebagai proses, dimana warga dari KATmengorganisasi diri dalam kelompok dan

Page 73: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

69Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

merasakan adanya kebutuhan yang harusdipenuhi atau masalah-masalah yang harusdiatasi untuk meningkatkan kesejahteraanhidup (Parsudi Suparlan, 2003). Kelompokini membuat rencana-rencana kerja sesuaidengan kebutuhan-kebutuhan yang harusmereka penuhi, atau mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi untukdapat diatasi bersama. Berdasarkan haltersebut mereka mengorganisasi diridalam bentuk kelompok-kelompok kerjaatau perkumpulan-perkumpulan untukmelaksanakannya.

IV. PENUTUP

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, upaya mewujudkan KAT sebagaimanamasyarakat pada umumnya dihadapkanpada kesulitan apabila tidak mem-perhatikan penanganan yang seriusterhadap persoalan kemiskinan,pendidikan, serta masalah kesehatan.Karena akar masalah yang dihadapi KATterletak pada ketiga persoalan mendasartersebut.

Oleh karena itu, yang diperlukanadalah kebijakan dan program yangmenjembatani kepentingan KAT, danmenerjemahkan nilai-nilai sosial budayamereka ke dalam kegiatan nyata untukmemperbaiki kehidupan dan meningkatkankesejahteraannya.

DAFTAR PUSTAKA

Hadad, Ismid, 1980, Persoalan danPerkembangan Pemikiran dalam TeoriPembangunan, dalam Prisma, MajalahKajian Ekonomi dan Sosial, LP3ES,Jakarta.

Khairina, “Kami Sekolah Hanya DuaMinggu Sekali”, dalam Kompas, 22/8/2005

Basuki, Orin, Sebuah Kamus Untuk WargaSakai, dalam Kompas, 2/1/2003.

Koentjaraningrat, dkk, 1993, MasyarakatTerasing di Indonesia, Jakarta: GramediaPustaka Utama.

Departemen Sosial R.I, Direktorat JenderalPemberdayaan Sosial, DirektoratPemberdyaan Komunitas AdatTerpencil, 2005, Profil KeberhasilanPemberdayaan Komunitas Adat TerpencilPada 8 Provinsi, Jakarta.

Suparlan, Parsudi, 2003, PembangunanKomuniti Terpencil (KAT), MakalahSeminar Hasil Penelitian KATDepartemen Sosial & PranataPembanguna UI, Jakarta.

Sugiyanto, Alumnus Pasca SarjanaUniversitas Muhammadiyah, ProgramStudi Pengembangan Masyarakat.Peneliti pada Pusat Penelitian danPengembangan Kesejahteraan Sosial.

Mochamad Syawie, Alumnus Pasca SarjanaUniversitas Gadjah Mada, ProgramStudi Sosiologi. Peneliti pada PusatPengembangan Ketahanan SosialMasyarakat dan Dosen Luar BiasaFakultas Ekonomi Universitas TrisaktiJakarta.

Page 74: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

70 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

INDEKS

AAccountable, 55

Achir (1994), 31

Advokasi Sosial, 20

Afeksi, 26

Alexandrov (1981), 6

Anayomi, 10

Antropologi, 2

Antropopcentris, 56

APKLINDO (Asosiasi Klining ServiceIndonesia), 44

BBlckkenburg dan Sachs, 1990: 31-31, 3

Bell (Ihromi, 1999), 25

Biodiversity, 51, 54, 56

Birokrasi, 15

Budi santoso (1995), 12

CCalhoun (1999: 663-664), 7

CDT (Child Drugs Trafficker), 41, 42, 43, 45,46, 48

Change Agent, 66, 67

Chayanov, 2

Child Drugs Trafficking (CDT), i

Community Watch, 43, 44

Consenciousness raising and organization, 14

Conventional Kin, 25

DDeep Citizenship, 55

Degradasi, 16, 62

Depsos, 2003 ; UNDCP, 36

Discretionary Kin, 25

Downliner, 38

Drugs Trafficker, 41

Drugs Trafficking, 37

Durkheim, 2

EEarth Fist, 56

Ecocentris, 56

Ecoeducation, 63

Ecologycal Modernization, 56

Ekologycal, 57

Eplisit, 2

Etnoekologi, 62

Etnografi, 1, 2, 62, 63

Page 75: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

71Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Everyday form of repression, 5

Extended Family, 24

Eyre (2006), 28

FFarmer, 1

Fictive,25

Filantropis, 9

Fisologis, 60

GGiddens, 1995: 1-2, 7, 56

Gunarsa dan Gunarsa (2004), 24

Geertz (1983), 3

General models, 17

Goldstein dkk (1973), 27

Good Society, 52

Goode (2000), 32, 33

Great Tradition, 1

Green Communitarian, 57

Green for All, 61

Green Movement, 54

HHabermas, 56

Halubay,62

Hambali (2005), 32

Hartley Dean (Fitzpatrick, 2002), 56

Hartmandan Dwyer, 28

Help people help them self, 16, 48

HIF/AIDS, 46

Homeless, 37

Human Ecology, 62, 63

IILO (2003),36, 37, 40

Impersonal, 15

Implisit, 5

Individualization, 17

INKOWAPI (Induk Koperasi Wanita), 44

Institusional, 34

Institusionalization, 58

Integrasi social, 27

Interaksi, 3, 11, 13

Intervensi, 20, 68

JJames C. Scott (2000), 4

James Midley (2005), 52

James scott (1981), 4

Jihad fi-sabilillah, 6

Jim ife (2002), 13, 17

KKartodirjo (1984), 7

Kuntowijoyo (2002: 60), 7

Kalipke, 66

KAN (Komite Aksi Nasional), 40

Karen K. Kirst, Ashmandan Grafton H.Hull, Jr (1993), 17

Page 76: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

72 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Karl mark (1971: 230), 6

Kartono dalam sorjani,1997, 60

KAT, i, ii, 61, 62, 65

Kaum abtenaar, 7

Koentjaraningrat (1993), 11, 65, 66, 68

Kolutif, 6

Konfrontasi simbolis, 5

Konsistensi,29

Konsumerisme, 54

Kontemplasi, 16

Kroeber, 2

Kuntowijoyo (2002; 6), 6

LLamin, 60

Land reform, 20

Legowo, 58

Lesbian/Homoseksual, 23

Life Skill, 59

Local Wisdom, 58

Low profile, 5

LPKK, 44

LSM/Orsos/Ormas, 18

MMacro Practice Skill, 18

Main stream, 16

Mark dan Engels, 2

Mark, 2

Marwanti dalam Rustanto, 2005, 60

Marxist, 1, 54

Mezzo Practice Skill, 17

Micro practice Skill, 17

MLM (Multi Level Marketing), 38

Mode ofproduction, 6

Modelling 27

Modernisasi, i, 3

Moralitas, 4

Much as potatoes in a snack of potatos, 6

Multidimensi, 40

Multy-dimensional, 2

NNainggolan, 2005, 33

NAPZA, i, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45,46, 47, 48

Nature, 54

Nimkoff, 24

Non Renewable, 51

Norton Dan Hunt (Astrid, 1984), 12

Nuclear Family, 24

OODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), 44

Oikonomia, 25

Oness Nature, 57, 62

Orbitasi, 10

Organizing and social action, 14

Orin Basuki, (2003), 66

Outrech, 40, 43

Page 77: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

73Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

PPakistan,Thailand, 37

Paradigma, 23, 52

Parsudi Suparlan, (2003), 69

Participation, 17

Partisipatori, 13

Paternalistic Approach, 67

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), 44

Paul Hogget (Fritzpatrick,2002), 52

Peasant, 1, 2, 6

Peasantry, 1

Peer Educator, 42, 46

People centered development, 9

Perspektif, 4, 31, 63, 68

Pincus dan Minahan (1973), 18

PKBM, 44

Polish (Tetrawanti, 1989), 24

Popkin (1979), 4

Pre-capitalist, 2

Premis, 4

Provider, 53

PSBR, 44

Psikotropika, 36

RRAN (Rencana Aksi Nasional), 40

Rapid Assesment, 36

Raskin (Beras Miskin), 53

Ratu adil, 6

Referal System, 44

Represif, 6

Resilient, 33

Resistensi, i, 4

Responsible, 55

Revolusioner, 3

Richard Titmus (Midley, 2005), 52

SScott, 2000: xxiii-xxiv, 5

SDM,SDA,SDS, 20

Soetrisno, 2000: xviii, 6

Sacred, 16

SDM dan SDA, 61

Self determination, 16

Self Governance, 56

Self-determination, 9

Shanin ( 1971: 14-15 ), 2

Sharing, 4

Social action, 14

Social alignment, 12

Soerjono Soekanto (1990), 10

Spiritual,16

Stake holder, 18, 43

Stereotype, 26

Subsisten, 3, 4, 63

Survival, 59

TTetrawanti (1989), 24

Talcot parson (Ihromi 1999), 12

Page 78: Informasi Vol 12_ No. 02 2007

74 Informasi, Vol. 12, No. 02, tahun 2007

Terminologi Redfield dan Singer (1971 ), 1

Terminologi, 2

Terminology, 65

The action system, 18

The change agent system, 18

The client system,18

The looser, 53

The Maining of Development, 66

The target system, 18

The Winner, 53

The World Bank, 50

Think Globaly and Act Locally, 55

Toleransi, 30

Tonys (Fitzpatrick, 2002), 52

Top-down, 9

Tournamen, 41

Tradisional, 32

Traditional Community Development Approach,66

Trafficker, 37

UUniversal, 11

Upliner, 38

VVasil‘cakov, 2

Victim, 39

Vocational training, 43

WWolf (1985: 26), 3

Welfare Consumerism, 52, 53

Well Being, 53

Wellfare Statism, 53