133
INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN BIPOLAR PADA KOMUNITAS BIPOLAR CARE INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh : Nisa Diyanah NIM. 11140541000012 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M  

INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG

DENGAN BIPOLAR PADA KOMUNITAS BIPOLAR

CARE INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Disusun oleh :

Nisa Diyanah

NIM. 11140541000012

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M

 

Page 2: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

 

Page 3: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

 

Page 4: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

 

Page 5: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

i

ABSTRAK

Nisa Diyanah/11140541000012

Interaksi Sosial dalam Pemulihan Orang dengan Bipolar pada

Komunitas Bipolar Care Indonesia

Orang dengan gangguan bipolar merupakan keadaan

dimana emosional ekstrem dan intens terjadi pada waktu yang

berbeda, yang disebut episode suasana hati. Episode suasana hati

ini dikategorikan sebagai manic, hypomanic atau depressive.

Untuk dapat kembali menjalani kehidupan orang dengan bipolar

perlu melakukan proses pengobatan dan pemulihan. Pemulihan

merupakan perjalanan panjang, banyak faktor yang harus

diperhatikan dalam pemulihan. Salah satunya adalah faktor sosial

dimana yang di dalamnya terdapat interaksi sosial. Oleh karena itu,

Komunitas Bipolar Care Indonesia dibentuk untuk menjadi wadah

bagi orang dengan bipolar untuk dapat saling berinteraksi,

memberikan dukungan dan memotivasi dalam proses pemulihan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi sosial

dalam pemulihan orang dengan bipolar yang tergabung pada

Komunitas Bipolar Care Indonesia. Teori yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teori interaksi sosial dari Gillin dan Gillin.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif jenis deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini merupakan hasil dari wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada interaksi sosial

dalam pemulihan orang dengan bipolar dapat terjadi proses sosial

asosiatif dan disosiatif. Proses sosial asosiatif yang terjadi pada

interaksi sosial dalam pemulihan orang dengan bipolar adalah

kerjasama. Sedangkan proses sosial disosiatif yang terjadi pada

interaksi sosial dalam pemulihan orang dengan bipolar adalah

kontravensi berupa stigma dan diskriminasi.

Kata Kunci : Orang dengan Bipolar, Interaksi Sosial, Pemulihan,

Hubungan Antar Pribadi, Keterlibatan Sosial, Stigma,

Diskriminasi

 

Page 6: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

ii

 

Page 7: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan memanjatkan puji

syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat serta

karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah

untuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para

sahabatnya serta pengikutnya yang telah menjadikan dunia yang

gelap gulita menjadi terang benderang, yang telah membawa kita

dari zaman jahiliyah hingga zaman islamiyah seperti saat ini

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Atas keridhoan dari Allah, akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan. Serta tidak lupa peneliti menyampaikan ungkapan

terima kasih kepada pihak yang telah memberikan dukungan,

bantuan, motivasi, dan arahan-arahan kepada peneliti untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati peneliti

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Wakil Dekan

Bidang Akademik. Ibu Dr. Roudhonah, MA., sebagai Wakil

Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si.,

sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si., sebagai Ketua Program

Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

Page 8: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

iv

dan Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA., sebagai Sekretaris

Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ibu Nurkhayati Nurbus, M.Si., sebagai dosen pembimbing

skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, dukungan, dan motivasi kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah

memberikan wawasan dan keilmuan serta membimbing

peneliti dalam mengikuti perkuliahan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Nurul Hidayati, MA., sebagai dosen pembimbing

akademik.

6. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan peneliti

wawasan dan keilmuan, serta membimbing peneliti selama

mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima

kasih telah membantu peneliti dalam memberikan referensi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada Ketua Komunitas Bipolar Care Indonesia, Kak Vindy

Ariella yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian

di Komunitas Bipolar Care Indonesia.

9. Kepada seluruh informan yang tergabung dalam Komunitas

Bipolar Care Indonesia yang telah bersedia untuk memberikan

 

Page 9: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

v

peneliti data dan informasi sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian ini.

10. Kepada kedua orang tua peneliti yang tersayang dan tercinta,

yang selalu menyebut nama peneliti dalam setiap doa mereka.

Peneliti mohon maaf apabila terlalu lama dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Tetapi peneliti yakin skripsi ini selesai di

waktu yang tepat dan atas Ridho Allah SWT.

11. Kepada adik-adik peneliti yang tersayang, Muhammad Ikhsan,

Muhammad Rifqy, dan Maitsa Aqilah yang telah memberikan

peneliti dukungan, bantuan dan beberapa gangguan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada teman dekat peneliti semasa MAN 4 Jakarta hingga

saat ini, Agesti Nur Lestari dan Istiqomah Azhariyah, S.Pd.,

yang telah memberikan peneliti dukungan dan motivasi, serta

telah bersedia senantiasa mendengarkan curahan hati peneliti.

13. Kepada teman dekat peneliti semasa perkuliahan hingga saat

ini, Endah Ambarsari, S.Sos., yang telah memotivasi peneliti

untuk segera menyelesaikan skripsi, serta senantiasa menjawab

pertanyaan-pertanyaan peneliti mengenai penulisan skripsi.

14. Kepada Kak Jailani, S.Sos., terima kasih telah memberikan

peneliti motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini.

15. Kepada teman-teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial 2014

yang selalu menemani dan memberikan dukungan kepada

peneliti selama masa perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

 

Page 10: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

vi

16. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, motivasi,

bantuan baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan, sekalipun

peneliti telah berusaha melakukan yang terbaik. Oleh sebab itu,

kritik dan saran yang bertujuan untuk membangun dari berbagai

pihak akan peneliti terima dengan tangan terbuka serta sangat

diharapkan.

Demikianlah skripsi ini peneliti persembahkan, peneliti

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan

semua pembaca pada umumnya.

Jakarta, 11 Februari 2019

Nisa Diyanah

 

Page 11: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................ vii

DAFTAR TABEL ............................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................... xi

DAFTAR BAGAN ............................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1

B. Batasan Masalah........................................................ 8

C. Rumusan Masalah ..................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ...................................................... 8

E. Manfaat Penelitian .................................................... 9

F. Metode Penelitian...................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ............................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori .......................................................... 15

1. Interaksi Sosial .................................................... 15

2. Pemulihan ............................................................ 25

3. Orang dengan Bipolar ......................................... 31

 

Page 12: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

viii

B. Kajian Pustaka ........................................................... 39

C. Kerangka Berfikir...................................................... 44

BAB III PROFIL KOMUNITAS

A. Sejarah ....................................................................... 47

B. Visi dan Misi ............................................................. 49

C. Struktur Organisasi ................................................... 50

D. Nama dan Makna Logo ............................................. 51

E. Program ..................................................................... 52

F. Kegiatan .................................................................... 53

G. Simpul Bipolar Care Indonesia ................................. 55

H. Contact Person Bipolar Care Indonesia .................... 56

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Interaksi Sosial .......................................................... 57

1. Proses Sosial Asosiatif ........................................ 57

2. Proses Sosial Disosiatif ....................................... 63

B. Pemulihan .................................................................. 67

BAB V PEMBAHASAN

A. Interaksi Sosial .......................................................... 71

1. Proses Sosial Asosiatif ........................................ 72

2. Proses Sosial Disosiatif ....................................... 77

B. Pemulihan .................................................................. 81

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................... 85

B. Implikasi .................................................................... 86

 

Page 13: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

ix

C. Saran .......................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 91

LAMPIRAN

 

Page 14: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

x

DAFTAR TABEL

Table 1.1 Informan Penelitian ............................................... 11

 

Page 15: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Komunitas Bipolar Care Indonesia .......... 52

 

Page 16: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir ................................................ 45

Bagan 3.1 Struktur Organisasi .............................................. 50

 

Page 17: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Transkip Wawancara Informan Ina

Lampiran 4 Transkip Wawancara Informan Susi

Lampiran 5 Transkip Wawancara Informan Galih

Lampiran 6 Transkip Wawancara Informan Ari

 

Page 18: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orang Dengan Gangguan Jiwa atau yang biasa disingkat

ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam

pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam

bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku

yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan

hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai

manusia (UU RI NO.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan

Jiwa). Orang dengan bipolar merupakan salah satu

gangguan kesehatan jiwa berat yang perlu pengobatan.

Lalu, setelah pengobatan mereka kembali ke kehidupan

sehari-hari mereka. Menjalani fungsi sosialnya, berteman,

berkeluarga, bekerja, dan masih banyak lagi. Dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2014 Tentang Kesehatan Jiwa, perlu adanya upaya

kesehatan jiwa bagi orang dengan bipolar agar dapat

kembali menjalani fungsi sosialnya. Upaya Kesehatan Jiwa

merupakan semua kegiatan yang dapat mewujudkan

derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu,

keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan

secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh

 

Page 19: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

2

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat (UU

RI NO.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa).

Data statistik yang dikemukakan oleh WHO (2012)

menyebutkan bahwa sekitar 450 juta orang di dunia

mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa. Sepertiga

diantaranya terjadi di Negara berkembang. Menurut WHO

(2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60

juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena

skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Di

Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan

sosial dengan keanekaragaman penduduknya, jumlah kasus

dari gangguan jiwa terus bertambah dan berdampak pada

penambahan beban negara dan penurunan produktivitas

manusia untuk jangka panjang (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2016). Jumlah penderita gangguan

jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan

kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17%

menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya

mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk

berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Data

Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi ganggunan

mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala

depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas

mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah

penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa

berat, seperti bipolar mencapai sekitar 400.000 orang atau

 

Page 20: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

3

sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2016).

Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebut

jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan orang

dengan masalah kejiwaan (ODMK) di Jakarta meningkat.

Berdasarkan data Dinsos DKI, saat ini jumlah ODMK dan

ODGJ yang ditampung di tiga panti sosial milik

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yakni Panti Bina Laras

Harapan Sentosa 1, 2, dan 3 mencapai 2.962 orang WBS.

Sementara, kapasitas daya tampung idealnya di tiga panti

tersebut hanya 1.700 orang WBS (CNN Indonesia, 31

Agustus 2017 03:14).

Bipolar merupakan salah satu gangguan jiwa berat seperti

yang telah disebutkan di atas. Bipolar adalah gangguan

otak yang menyebabkan perubahan suasana hati seseorang,

energi, dan kemampuan untuk berfungsi. Gangguan bipolar

merupakan gangguan yang mencakup tiga kategori kondisi

berbeda yaitu bipolar I, bipolar II dan gangguan

siklothymik. Orang dengan gangguan bipolar memiliki

keadaan emosional ekstrem dan intens yang terjadi pada

waktu yang berbeda, yang disebut episode suasana hati.

Episode mood ini dikategorikan sebagai manic, hypomanic

atau depressive. Orang dengan gangguan bipolar umumnya

juga memiliki periode mood normal. Sebenarnya gangguan

bipolar ini bisa diobati, karena orang dengan bipolar dapat

kembali menjalani kehidupan yang produktif (American

Psychiatric Association).

 

Page 21: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

4

ها ي أ ء ل ما في لن اس ٱ ي م وشفا ب ك ن ر وعظة م م م ءتك قد جا

ور ٱ د ؤمنين لص دى ورحمة ل لم ٧٥وه

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu

pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-

penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta

rahmat bagi orang-orang yang beriman (Q.S. Yunus: 57).

Berdasarkan ayat Al-Qur’an diatas, dapat dipahami bahwa

tujuan dari ajaran Al-Qur’an (islam) adalah dapat berperan

bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia

yang berkualitas dan bahagia. Islam dalam kesehatan jiwa

memiliki konsep tersendiri. Dalam pandangan islam

hakikat dari manusia itu adalah jiwanya, karena jiwa itu

berasal dari Tuhan dan menjadi sumber kehidupan.

Berdasarkan pandangan dan pemikiran diatas, maka dapat

dikemukakan pengertian kesehatan jiwa/mental dalam

islam sebagai berikut. Kesehatan jiwa menurut islam tidak

lain adalah ibadah yang amat luas atau pengembangan

dimensi dan potensi yang dimiliki manusia dalam dirinya

dalam rangka pengabdian kepada Allah yang diikuti

dengan perasaan amanah, tanggung jawab serta kepatuhan

dan ketaatan kepada Allah dan ajaran agama-Nya, sehingga

dengan demikian terwujud nafsu muthmainnah atau jiwa

sakinah (Yahya Jaya, Kesehatan Mental. 2002).

 

Page 22: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

5

Untuk dapat kembali menjalani kehidupan orang dengan

bipolar perlu melakukan proses pengobatan dan

pemulihan. Pemulihan merupakan perjalanan panjang

orang dengan bipolar. Banyak faktor yang harus

diperhatikan dalam pemulihan orang dengan bipolar. Tidak

hanya faktor biologis dan psikologis, faktor sosial juga

harus diperhatikan dalam pemulihan orang dengan bipolar.

Pemulihan orang dengan bipolar merupakan suatu

perjalanan yang melibatkan perubahan pribadi dan

keterlibatan kembali di dalam lingkungan sosial, yang

melihat pentingnya menciptakan penerimaan dan

memungkinkan lingkungan sosial yang dapat mendukung

proses pemulihan. Intinya pemulihan di sini yaitu

menekankan pada membangun kembali kehidupan yang

lebih bermanfaat, terlepas dari seseorang yang memiliki

gangguan bipolar yang berkelanjutan, dan fokus untuk

dapat memperoleh kembali peran sosialnya yang berharga

serta identitas diri yang positif (Jerry Tew 2012, 443).

Dalam pemulihan orang dengan bipolar peran pekerja

sosial sangat diperlukan. Seperti yang telah disebutkan

dalam UU No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa

bahwa, “Yang dimaksud dengan tenaga profesional lainnya

adalah tenaga profesional di luar tenaga kesehatan yang

menggunakan keilmuan dan keterampilannya sebagai

profesi untuk melakukan pelayanan di bidang Kesehatan

Jiwa, antara lain pekerja sosial, terapis okupasi, terapis

wicara, guru tertentu, dan lain-lain”. Pekerja Sosial sebagai

 

Page 23: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

6

salah satu profesi yang berfokus pada keberfungsian sosial

klien dan interaksi lingkungan sosial klien sejatinya

memiliki peran yang sangat penting dalam hal pemulihan

sosial bagi orang dengan bipolar. Dengan menggunakan

pemahaman sistem dasar pekerja sosial, akan terlihat

bagaimana lingkungan dapat menjadi salah satu faktor

yang sangat penting bagi proses pemulihan. Oleh karena

itu, untuk membantu pemulihan orang dengan bipolar

diperlukan tenaga pekerja sosial professional yang

kompeten (terstandar).

Penelitian ini akan membahas mengenai interaksi sosial

dalam pemulihan orang dengan bipolar pada komunitas

Bipolar Care Indonesia. Dimana yang dimaksud dengan

interaksi sosial adalah kegiatan hubungan timbal balik

yang dinamis antara individu atau kelompok yang

memodifikasi aksi dan reaksi mereka untuk saling

mempengaruhi satu sama lain. Interaksi sosial berperan

penting dalam pemulihan orang dengan bipolar. Hal ini

karena interaksi sosial dapat membentuk identitas diri dan

membantu pemulihan atau bisa jadi justru menghalangi

pemulihan. Memiliki interaksi sosial yang baik dapat

memberikan harapan dan semangat yang dapat menjadi

faktor yang serius dalam pencapaian pemulihan.

Pemulihan orang dengan bipolar merupakan suatu

perjalanan yang melibatkan perubahan pribadi dan

keterlibatan kembali di dalam lingkungan sosial, yang

melihat pentingnya menciptakan penerimaan dan

 

Page 24: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

7

memungkinkan lingkungan sosial yang dapat mendukung

proses pemulihan. Intinya pemulihan di sini yaitu

menekankan pada membangun kembali kehidupan yang

lebih bermanfaat, terlepas dari seseorang yang memiliki

gangguan bipolar yang berkelanjutan, dan fokus untuk

dapat memperoleh kembali peran sosialnya yang berharga

serta identitas diri yang positif. Penelitian ini akan

dilakukan pada 4 (empat) orang dengan bipolar yang

pernah mengikuti kegiatan Bipolar Care Indonesia.

Penelitian dilakukan pada komunitas Bipolar Care

Indonesia karena dalam komunitas ini dapat dilihat

interaksi sosial orang dengan bipolar secara utuh. Hal ini

dikarenakan orang dengan bipolar tidak sedang menjalani

rehabilitasi. Orang dengan bipolar melakukan aktifitas

seperti sekolah, bekerja, dan melakukan peran sosialnya

seperti biasa. Sehingga peneliti dapat mendapatkan

jawaban dari interaksi orang dengan bipolar secara luas.

Penelitian ini akan melihat pemulihan dari aspek hubungan

antara diri orang dengan bipolar dan orang lain, hubungan

orang dengan bipolar dan keluarga atau sistem (teman,

saudara, tetangga, dll), serta keterlibatan sosial orang

dengan bipolar.

 

Page 25: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

8

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna,

dan mendalam maka penulis memandang permasalahan

penelitian yang diangkat perlu dibatasi. Oleh sebab itu,

penulis membatasi penelitian hanya berkaitan dengan

“Interaksi Sosial dalam Pemulihan Orang dengan Bipolar

pada Komunitas Bipolar Care Indonesia”. Pada penelitian

ini orang dengan bipolar yang menjadi informan dibatasi

yaitu dari usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun. Hal ini

karena pada rentang usia tersebut, manusia sedang dalam

masa produktif dan banyak aktifitas yang dilakukan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis tentukan

maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini yaitu,

bagaimana interaksi sosial dalam pemulihan orang dengan

bipolar pada Komunitas Bipolar Care Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui interaksi sosial dalam pemulihan orang dengan

bipolar pada Komunitas Bipolar Care Indonesia.

 

Page 26: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

9

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

a. Dapat memberikan tambahan informasi dan

referensi untuk penelitian lain di masa yang akan

datang.

b. Dapat memberikan sumbangan keilmuan dan

pengetahuan, khususnya untuk mahasiswa

kesejahteraan sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadi referensi suatu lembaga atau

komunitas dalam menghadapi orang dengan

bipolar.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk meneliti dimana

masalahnya belum jelas, dilakukan pada situasi sosial yang

tidak luas, sehingga hasil penelitian lebih mendalam dan

bermakna (Rustanto 2015, 16).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Jenis

penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan

mengklasifikasikan suatu fenomena atau kenyataan sosial,

 

Page 27: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

10

dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti (Salam

2006, 14).

3. Teknik Pemilihan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling ini

adalah teknik mengambil informan atau narasumber

dengan tujuan tertentu sesuai dengan tema penelitian

karena orang tersebut dianggap memiliki informasi yang

diperlukan bagi penelitian. Dalam hal ini peneliti memilih

informan yang dianggap mengetahui permasalahan yang

akan dikaji serta mampu memberikan informasi yang dapat

dikembangkan untuk memperoleh data. Subjek dalam

penelitian ini adalah orang dengan bipolar. Adapun ciri-ciri

informan yang dipilih dalam kegiatan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Orang dengan Bipolar yang telah didiagnosa secara

akurat oleh dokter spesialis kejiwaan.

b. Orang dengan Bipolar yang pernah mengikuti

kegiatan pada komunitas Bipolar Care Indonesia.

c. Orang dengan Bipolar pada masa produktif, yakni

usia 20 tahun sampai 40 tahun.

 

Page 28: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

11

No. Informan Informasi yang dicari Jumlah

1.

Pengurus

Bipolar Care

Indonesia

Profil dan kegiatan dalam

komunitas Bipolar Care

Indonesia.

2 orang

2. Orang dengan

bipolar

Penerapan mengenai

interaksi sosial dalam

pemulihan orang dengan

bipolar.

4 orang

Tabel 1.1 Informan Penelitian

4. Sumber Data

Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data dalam

penelitian kualitatif. Sedangkan dokumen dan lain-lain

merupakan data tambahan. Data primer dan sekunder

merupakan sumber data yang diperoleh dalam penelitian

kualitatif deskriptif.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari

para informan yang merupakan orang dengan bipolar

pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh

melalui kegiatan wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui

sumber-sumber informasi tidak langsung, seperti

 

Page 29: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

12

dokumen-dokumen yang ada di perpustakaan, pusat

pengelolaan data, pusat penelitian, departemen dan

sebagainya. Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini di antaranya data yang diperoleh dari

studi kepustakaan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik

wawancara. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu (Sugiyono 2015, 231).

6. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan model analisis

data Miles dan Huberman. Miles dan Huberman

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data

reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification (Sugiyono 2015, 246). Miles dan

Huberman menegaskan, bahwa dalam penelitian kualitatif

data yang terkumpul melalui berbagai teknik pengumpulan

data terlihat lebih banyak berupa kata-kata daripada angka.

Oleh karena itu, data tersebut harus di proses dan di analisis

sebelum dapat digunakan.

 

Page 30: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

13

G. Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian

(pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik pemilihan

informan, informan, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisa data), dan sistematika penulisan.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini terdapat landasan teori yang membahas

mengenai interaksi sosial serta teori kesejahateraan sosial

yang digunakan, pemulihan serta teori kesejahateraan

sosial yang digunakan, penjelasan orang dengan bipolar,

kajian pustaka dari beberapa jurnal internasional yang

relevan dengan penelitian ini, dan kerangka berpikir.

3. BAB III PROFIL KOMUNITAS

Dalam bab ini membahas mengenai profil komunitas

Bipolar Care Indonesia yang di dalamnya terdapat sejarah

komunitas, visi dan misi, struktur organisasi, nama dan

makna logo, program, kegiatan, simpul BCI dan contact

person BCI.

4. BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini membahas mengenai data dan temuan

penelitian yang telah dilakukan. Data dan temuan

 

Page 31: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

14

penelitian berupa hasil wawancara dengan 4 orang dengan

bipolar yang tergabung di dalam Komunitas Bipolar Care

Indonesia.

5. BAB V PEMBAHASAN

Dalam bab ini membahas mengenai analisa data dan

temuan penelitian menggunakan teori kesejahteraan sosial.

Teori kesejahteraan sosial yang akan digunakan adalah

teori sistem dalam interaksi sosial orang dengan bipolar

dan teori perilaku kognitif dalam pemulihan orang dengan

bipolar.

6. BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Dalam bab ini terdapat simpulan, implikasi, dan saran dari

hasil penelitian yang telah dilakukan.

 

Page 32: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial atau hubungan sosial diartikan sebagai

hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang

menyangkut hubungan-hubungan antara orang perorangan,

antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang

perorangan dengan kelompok manusia. Dengan adanya

interaksi sosial tersebut maka terjadilah proses

sosial. Menurut Gillin dan Gillin, proses sosial yang timbul

dari akibat interaksi sosial ada dua macam yaitu proses

sosial asosiatif (process of association) dan proses sosial

disosiatif (process of dissociation).

a. Proses Sosial Asosiatif

Proses sosial asosiatif adalah proses interaksi yang

cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas

anggota kelompok. Proses asosiatif terdiri dari:

1) Kerjasama

Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang

perorangan atau antarkelompok untuk mencapai tujuan

bersama. Menurut Charles H. Cody, kerjasama timbul

apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai

 

Page 33: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

16

kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat

yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan

kesadaran terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan-kepentingan tersebut. Kerjasama

terbentuk karena adanya faktor-faktor diantaranya

adanya kebersamaan rencana dan tujuan antarindividu,

adanya kemampuan untuk menciptakan rencana dan

melaksanakannya, adanya pengetahuan yang cukup

dan pengendalian diri yang memadai, terciptanya

suasana yang menyenangkan di antara pelaku

kerjasama. Bentuk kerjasama diantaranya:

a) Kerukunan, mencakup gotong royong dan tolong

menolong antarsesama warga dalam masyarakat.

b) Bargaining, merupakan bentuk kerjasama yang

dihasilkan melalui proses tawar-menawar atau

kompromi antara dua pihak atau lebih untuk

mencapai suatu kesepakatan.

c) Kooptasi (cooptation), yaitu proses penerimaan

unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau

pelaksanaan politik dalam suatu organisasi dan

sebagai suatu cara untuk menghindari terjadinya

kegoncangan dalam organisasi yang

bersangkutan.

d) Koalisi (coalition), yaitu kombinasi antara dua

organisasi atau lebih yang bertujuan sama.

 

Page 34: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

17

e) Joint Venture, yaitu kerjasama antara beberapa

organisasi dalam mengusahakan proyek-proyek

besar tertentu.

2) Akomodasi

Akomodasi mempunyai dua arti, yaitu menunjuk suatu

keadaan dan untuk menunjuk suatu proses.

Menurut Gillin dan Gillin pengertian akomodasi yang

menunjuk pada suatu keadaan, berarti suatu kenyataan

adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara

orang perorang dan kelompok-kelompok manusia

sehubungan dengan norma dan nilai sosial yang

berlaku di dalam masyarakat. Sedangkan akomodasi

sebagai suatu proses, berarti usaha-usaha manusia

untuk meredakan suatu pertentangan untuk mencapai

suatu kestabilan. Bentuk-bentuk akomodasi

diantaranya:

b) Arbitrasi (arbitration), yaitu cara untuk mencapai

kesepakatan yang dilakukan antara dua pihak

yang bertikai dengan meminta bantuan pihak

ketiga yang kedudukannya lebih tinggi.

c) Stalemate, yaitu bentuk akomodasi di mana

pihak-pihak yang bertentangan mempunyai

kekuatan seimbang, berhenti pada titik tertentu

dalam melakukan pertentangan.

 

Page 35: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

18

d) Pengadilan (adjudication), yaitu bentuk

akomodasi yang diselesaikan lewat meja hijau

atau pengadilan.

e) Kompromi (compromize), yaitu bentuk

akomodasi yang masing-masing pihak yang

terlibat saling mengurangi tuntutannya agar

tercapai penyelesaian terhadap perselisihan.

f) Paksaan (coersion), yaitu bentuk akomodasi yang

prosesnya dilaksanakan secara paksaan baik

langsung maupun tidak.

g) Mediasi (mediation), yaitu bentuk akomodasi

dengan cara mengundang pihak ketiga yang

netral, hampir menyerupai arbitration. Akan

tetapi pihak ketiga tersebut tidak memiliki

wewenang untuk memberi keputusan.

h) Toleransi (tolerance), yaitu bentuk akomodasi

tanpa persetujuan formal yang dilandasi saling

menghargai, saling menghormati dan tidak saling

curiga.

i) Konsiliasi (conciliation), yaitu bentuk akomodasi

dengan cara mempertemukan keinginan-

keinginan dari pihak-pihak yang berselisih untuk

mencapai persetujuan bersama.

 

Page 36: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

19

3) Asimilasi

Asimilasi merupakan suatu proses di mana individu-

individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai

perbedaan kemudian lebur menjadi satu tujuan,

pandangan, kepentingan yang sama.

Menurut Koentjaraningrat, asimilasi dapat terjadi

apabila memenuhi, yaitu terdapat sejumlah kelompok

manusia yang memiliki kebudayaan berbeda, terjadi

pergaulan antara individu atau kelompok secara

intensif dan berlangsung dalam waktu yang lama,

kebudayaan yang dimiliki tiap kelompok tersebut

saling berubah dan menyesuaikan diri. Faktor

pendorong atau yang mempermudah proses asimilasi,

yaitu:

a) Terjadinya perkawinan campuran

(amalgamation), yaitu perkawinan campuran

antara dua orang yang berbeda budaya.

b) Adanya musuh dari luar yang sama.

c) Adanya sikap menghargai orang asing dan

kebudayaannya.

d) Adanya kesempatan-kesempatan yang seimbang

di bidang ekonomi.

e) Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan.

Faktor yang menghambat terjadinya proses asimilasi,

yaitu:

 

Page 37: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

20

a) Kehidupan suatu golongan tertentu dalam

masyarakat terisolir atau terasing.

b) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan

dari golongan masyarakat yang dihadapi.

c) Perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan

lain.

d) Adanya perbedaan warna kulit atau perbedaan

ciri fisik.

e) Perasaan bahwa kebudayaan golongan atau

kelompok tertentu lebih hebat dari kebudayaan

yang lain.

f) Apabila golongan minoritas mengalami

gangguan dari golongan yang berkuasa, yang

menyebabkan timbulnya kebencian dari golongan

minoritas terhadap mayoritas walaupun

sebelumnya proses asimilasi di antara mereka

sudah terjalin.

g) Perbedaan kepentingan dan pertentangan pribadi.

h) Adanya perasaan yang kuat.

4) Akulturasi

Akulturasi adalah perpaduan dua kebudayaan yang

berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru

dengan tidak menghilangkan ciri kepribadian masing-

masing. Menurut Koentjaraningrat, akulturasi terjadi

apabila suatu kelompok dengan kebudayaan tertentu

 

Page 38: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

21

dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing.

Dengan begitu, unsur-unsur kebudayaan asing itu

lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan

sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian

kebudayaan itu sendiri.

b. Proses Sosial Disosiatif

Proses disosiatif adalah cara yang bertentangan dengan

seseorang atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan.

Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah

1) Persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial dilakukan oleh

individu atau kelompok untuk saling berlomba atau

bersaing dan berbuat sesuatu untuk mencapai suatu

kemenangan tanpa adanya ancaman atau kekerasan dari

para pelaku. Bentuk persaingan dibedakan menjadi 2

macam, yaitu

a) Persaingan kelompok, yaitu persaingan yang

terjadi antarkelompok individu.

b) Persaingan individual, yaitu persaingan antara

orang perorangan.

Persaingan dapat terwujud dalam berbagai bentuk,

yaitu:

 

Page 39: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

22

a) Persaingan ekonomi, persaingan ini terjadi karena

persediaan barang yang terbatas dan jumlah

konsumen yang terus bertambah. Persaingan di

bidang ekonomi bertujuan untuk mengatur

produksi dan distribusi.

b) Persaingan kebudayaan. Setiap daerah memiliki

kebudayaan sendiri, sehingga Setiap kebudayaan

daerah berusaha menjadi kebudayaan yang

terbaik. Demikian juga masyarakat yang

memiliki kebudayaan tersebut mencoba untuk

melestarikan dan mengembangkan

kebudayaannya.

c) Persaingan kedudukan. Dalam hal ini setiap

individu atau kelompok mempunyai keinginan

untuk diakui sebagai individu atau kelompok

yang mempunyai kedudukan dan peranan yang

terpandang.

d) Persaingan ras, persaingan ini terjadi karena

perbedaan ciri-ciri fisik seperti warna kulit,

bentuk tubuh, dan corak rambut.

 

Page 40: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

23

2) Kontravensi

Kontravensi adalah sikap mental tersembunyi yang

ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpuasan

mengenai seseorang atau rencana, perasaan tidak suka

yang disembunyikan dan kebencian atau keraguan

terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi

merupakan bentuk proses sosial yang berada di antara

persaingan dan pertikaian. Hal ini ditandai dengan

sikap ketidakpastian, keraguan, dan penolakan yang

tidak diungkapkan secara terbuka sehingga terjadi

pertikaian. Menurut Leopold Van Wiese dan Howard

Becker, bentuk-bentuk kontravensi dibedakan menjadi:

a) Kontravensi umum (penolakan, protes, gangguan

dan perbuatan kekerasan).

b) Kontravensi sederhana (menyangkal pernyataan

orang lain, mencerca, memfitnah).

c) Kontravensi intensif (penghasutan, desas-desus

dan mengecewakan pihak lain).

d) Kontravensi rahasia (pengkhianatan dan

membocorkan rahasia pada pihak lain).

e) Kontravensi taktis (mengejukan lawan,

mengganggu pihak lain, provokasi, dan

intimidasi).

Kontravensi dibagi menjadi dalam empat tipe, yaitu

kontravensi antar masyarakat, antagonisme

keagamaan, kontravensi intelektual antara yang

 

Page 41: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

24

berlatar belakang pendidikan tinggi dan pendidikan

rendah, oposisi moral yang berhubungan erat dengan

latar belakang kebudayaan.

3) Pertentangan

Pertentangan adalah proses sosial di mana beberapa

individu atau kelompok berusaha menekan,

menghancurkan, atau mengalahkan pihak lawan

melalui ancaman kekerasan untuk mencapai suatu

tujuan. Bentuk-bentuk pertentangan, yaitu

a) Pertentangan pribadi, terjadi di antara individu

yang satu dan individu yang lain dan dapat

menimbulkan kebencian.

b) Pertentangan ras. Sumber pertentangan ini adalah

adanya perbedaan ciri-ciri fisik.

c) Pertentangan antarkelas-kelas sosial. Disebabkan

oleh adanya perbedaan kepentingan.

d) Pertentangan politik. Terjadi di antara golongan

yang satu dengan golongan yang lain atau di

antara negara-negara yang berdaulat.

e) Pertentangan bersifat internasional. Disebabkan

oleh adanya kepentingan yang luas dan

menyangkut kepentingan nasional serta

kedaulatan masing-masing negara.

 

Page 42: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

25

4) Konflik

Faktor yang memengaruhi terjadinya konflik di dalam

masyarakat diantaranya perbedaan antarindividu;

perbedaan kebudayaan yang menimbulkan perbedaan

kepribadian, pemikiran, dan pola perilaku; perbedaan

kepentingan antar individu maupun antar kelompok;

perubahan nilai-nilai sosial yang cepat menyebabkan

perbedaan dalam masyarakat.

Akibat yang ditimbulkan konflik diantaranya

bertambahnya rasa solidaritas antar anggota dalam

kelompok; menyebabkan retaknya hubungan antar anggota

kelompok; perubahan kepribadian individu dari

masyarakat yang mengalami konflik; kerusakan harta,

benda, bangunan, bahkan menimbulkan korban jiwa;

adanya penaklukan dan penguasaan salah satu pihak yang

terlibat dalam konflik.

2. Pemulihan

Pekerjaan sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan

yang tujuan utamanya adalah membantu keberfungsian

sosial individu, keluarga, dan masyarakat dalam

melaksanakan peran-peran sosialnya (NASW, 2014).

Pekerjaan sosial berurusan dengan dua tipe orang, yaitu

orang yang membutuhkan bantuan untuk mengembalikan

tahap kesejahteraan dalam kehidupan mereka (restoration)

 

Page 43: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

26

dan orang yang mempunyai kapasitas untuk meningkatkan

perkembangan kompetensi dalam kehidupannya

(enhancement) (Cepi Yusrun Alamsyah, 2015, h. x).

Dalam kasus orang dengan bipolar, pekerja sosial

menangani orang yang membutuhkan bantuan untuk

mengembalikan tahap kesejahteraan dalam kehidupan

mereka. Hal ini karena, ketika meraka mengalami relaps

mereka perlu fokus menjalani pengobatan dan

mengharuskan mereka untuk mengenyampingkan peran

sosial yang sebelumnya mereka lakukan. Setelah

pengobatan mereka selesai, tentu saja mereka harus

kembali menjalani peran sosial yang sebelumnya mereka

lakukan. Dalam proses kembalinya orang dengan bipolar

melakukan peran sosialnya di sinilah yang disebut dengan

proses pemulihan.

Pemulihan dalam jurnal yang ditulis oleh Chris Lloyd, dkk

yang berjudul Conceptualising Recovery in Mental Health

Rehabilitation yaitu,

Pemulihan adalah proses, cara hidup, sikap, dan cara

mendekati tantangan pada setiap harinya. Ini bukan

proses linear yang sempurna. Terkadang proses

pemulihan tidak menentu dan goyah, menurun, lalu

relapse kembali. Kebutuhan dalam proses pemulihan

adalah untuk dapat memenuhi tantangan dalam

gannguan dan untuk membangun kembali rasa

integritas dan tujuan yang baru dan bernilai di dalam

dan di luar batas gangguan yang dimiliki, aspirasi

dalam proses pemulihan adalah untuk hidup, bekerja,

dan cinta dalam komunitas dimana seseorang membuat

kontribusi yang signifikan (Chris Lloyd 2008, 322).

 

Page 44: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

27

Dari definisi pemulihan di atas, intinya pemulihan adalah

suatu proses yang panjang dan hasil yang diharapkan

terjadi dalam semua aspek di kehidupan. Definisi lain

dalam jurnal ini menyebutkan bahwa pemulihan adalah

Pemulihan merupakan proses yang sangat pribadi dan

unik dalam mengubah sikap, nilai, perasaan, tujuan,

keterampilan, dan atau peran seseorang. Hal ini

merupakan cara dalam menjalani kehidupan yang

memuaskan, penuh harapan dan berkontribusi bahkan

dengan keterbatasan yang disebabkan oleh penyakit.

Pemulihan melibatkan pengembangan makna dan

tujuan baru dalam kehidupan seseorang ketika

seseorang tumbuh melampaui efek gangguan mental

(Chris Lloyd 2008, 322).

Jadi, dari definisi di atas pemulihan merupakan suatu

proses yang sangat pribadi, bagaimana seseorang dapat

kembali memiliki kepercayaan diri dan kemauan untuk

menjadikan hidupnya lebih baik lagi dari sebelumnya.

Pemulihan bertujuan untuk membantu orang dengan

bipolar melewati tantangan hidup bukan hanya sekedar

bertahan hidup dan eksistensi. Hal ini mendorong mereka

untuk bergerak maju, menetapkan tujuan baru dan

melakukan berbagai hal dan mengembangkan hubungan

yang memberi makna dalam hidup mereka. Pemulihan

menekankan bahwa, orang dengan bipolar mungkin tidak

memiliki kontrol penuh atas gejala mereka, namun mereka

dapat memiliki kontrol penuh atas kehidupan mereka.

Pemulihan bukan tentang 'menyingkirkan' masalah. Ini

adalah tentang melihat bagaimana seseorang menghadapi

 

Page 45: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

28

masalahnya, mengenali dan mengembangkan kemampuan,

minat dan impian mereka. Kerangka konseptual dalam

proses pemulihan menurut Jerry Tew, dkk yang ditulis

dalam jurnal yang berjudul Social Factors and Recovery

from Mental Health Difficulties: A Review of the Evidence

menghasilkan lima proses pemulihan yang saling terkait,

yaitu

a. Pemberdayaan dan dapat kembali mengambil

kendali atas kehidupan seseorang.

b. Membangun kembali identitas pribadi dan sosial

yang positif (termasuk dalam berurusan dengan

dampak dari stigma dan diskriminasi).

c. Keterhubungan (termasuk hubungan antar pribadi

dan keluarga, dan aspek inklusi sosial yang lebih

luas).

d. Harapan dan optimisme tentang masa depan.

e. Menemukan makna dan tujuan hidup.

Dalam pemulihan, pekerja sosial menggunakan Teori

Perilaku Kognitif untuk menganalisa permasalahan yang

terjadi. Dalam buku Belajar Teori Pekerjaan Sosial yang

ditulis oleh Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma

Dyawati Fuaida menyebutkan bahwa

Teori perkembangan kognitif dan moral

menggambarkan cara-cara pemikiran dan penalaran

moral yang berubah dan berkembang dari masa kanak-

kanak hingga dewasa. Teori-teori ini didasarkan pada

kerangka kerja pembangunan yang menekankan

 

Page 46: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

29

interaksi antara faktor biologis bawaan dan lingkungan

sosial. Berbeda dengan teori psikodinamik yang

menekankan pemikiran tidak sadar, teori

perkembangan kognitif dan moral fokus pada proses

dan penalaran pikiran sadar (Robbins dkk, 1998).

Dari penjelasan di atas, teori perilaku kognitif merupakan

teori yang membahas mengenai proses seseorang berpikir,

mengapa seseorang dapat berpikir atau melihat sesuatu

seperti saat ini. Teori perilaku kognitif memiliki tujuan

untuk meningkatkan fungsi sosial melalui pemahaman

service users dengan mempelajari perilaku lebih realistik,

cara-cara mempersepsi, memikirkan sesuatu, dan

menerjemahkan pengalaman-pengalaman kehidupannya

secara positif. Teori ini memfokuskan perhatian pada

peristiwa adanya saling mempengaruhi antara kognisi

(pikiran), emosi, dan perilaku (Cepi Yusrun Alamsyah,

2015, h. 136-137). Teori perilaku kognitif menekankan

pada pentingnya pengembangan pengelolaan rasional

orang atas perilakunya, sehingga dapat lebih baik dalam

memahami sumber masalah. Teori ini menitikberatkan

pada bagaimana mengelola dan mengubah perilaku

manusia untuk memecahkan masalah sosial yang

mempengaruhi mereka (Malcolm Payne, 2016, h. 127).

Teori perilaku kognitif adalah bagian dari pengembangan

teori dan terapi tingkah laku, yang akhir-akhir ini dibangun

oleh teori belajar sosial. Teori perilaku kognitif

berpendapat bahwa tingkah laku dipengaruhi oleh persepsi

atau interpretasi terhadap lingkungan selama proses

 

Page 47: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

30

belajar. Jika tingkah lakunya tidak sesuai maka bisa

dipastikan karena salah dalam mempersepsi dan

mengintepretasi lingkungan (Siti Napsiyah Ariefuzzaman

dan Lisma Diawati Fuaida, 2011, h. 40). Karakteristik

penting dalam teori perilaku kognitif adalah pendekatannya

yang sangat terstruktur, asesmen yang hati-hati untuk

mengenali secara persis perilaku yang disasar, dan

pengembangan program perubahan perilaku yang hanya

mempertimbangkan perilaku tersebut (Malcolm Payne,

2016, h. 150). Tiga unsur teori perilaku kognitif yang

efektif ketika mengintervensi gangguan emosional:

a. Mengubah pemikiran orang (penilaian kognitif)

tentang situasi yang mereka hadapi yang

mengarahkan kepada gangguan emosional.

b. Mencegah orang dari percobaan menghindari

pengalaman emosi negatif, sebaliknya, mencoba

membantu mereka menghadapi dan melewati

pengalaman-pengalaman buruk.

c. Mendorong tindakan-tindakan dan kegiatan yang

tidak berkaitan dengan emosi negatif (Malcolm

Payne, 2016, h. 145).

 

Page 48: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

31

3. Orang Dengan Bipolar

Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang

menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan

perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania

dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya disebut

dengan manic depressive. Suasana hati penderitanya dapat

berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang

berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan

(depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.

Bipolar adalah gangguan otak yang menyebabkan

perubahan suasana hati seseorang, energi, dan kemampuan

untuk berfungsi. Gangguan bipolar adalah kategori yang

mencakup tiga kondisi berbeda yaitu bipolar I, bipolar II

dan gangguan siklothymic. Orang dengan gangguan

bipolar memiliki keadaan emosional ekstrem dan intens

yang terjadi pada waktu yang berbeda, yang disebut

episode suasana hati. Episode mood ini dikategorikan

sebagai manic, hypomanic atau depressive. Orang dengan

gangguan bipolar umumnya juga memiliki periode mood

normal. Gangguan bipolar dapat diobati, dan orang-orang

dengan penyakit ini dapat kembali menjalani kehidupan

yang produktif (American Psychiatric Association).

Pada umumnya setiap orang pernah mengalami suasana

hati yang baik (mood high) dan suasana hati yang buruk

(mood low). Akan tetapi, seseorang yang menderita

gangguan bipolar memiliki perubahan kedua suasana hati

 

Page 49: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

32

tersebut yang ekstrem dengan pola suasana hati yang

mudah berubah secara drastis. Pada waktu tertentu, seorang

pengidap gangguan bipolar bisa merasa sangat antusias dan

bersemangat (mania). Pada waktu yang berbeda, suasana

hatinya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis,

putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan

untuk bunuh diri. Suasana hati yang meningkat secara

klinis disebut sebagai mania, atau di saat ringan disebut

hipomania. Individu yang mengalami episode mania juga

sering mengalami episode depresi, atau episode campuran

di saat kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu yang

sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode

suasana hati normal, tetapi dalam beberapa individu

depresi dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat

yang dikenal sebagai rapid-cycle.

Gejala psikosis merupakan salah satu sebab dari episode

manik ekstrem yang sering terjadi, contohnya delusi dan

halusinasi. Kemunculan episode manik biasanya terjadi

selama dua minggu dan paling hingga lima bulan yang

sering terjadi secara tiba-tiba. Jika dibandingkan dengan

episode manik, episode depresi biasanya memiliki rentang

waktu yang lebih lama. Dalam tingkatan derajat, episode

hipomanik ini memiliki tingkatan yang lebih rendah dari

episode manik. Terdapat tiga bagian yang terjadi dalam

gangguan bipolar, yaitu bipolar I, bipolar II, cyclothymia,

dan ada beberapa jenis lain tergantung dari sifat,

 

Page 50: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

33

pengalaman, tingkat keparahan episode suasana hati yang

sering digambarkan dengan spektrum bipolar.

Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak

sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda

berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita

gangguan bipolar, risiko penyakit akan lebih berat,

berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara anak-

anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke

dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan

dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang

berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang

mempunyai anggota keluarga mengidap gangguan bipolar.

a. Jenis Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar dapat terlihat dalam berbagai bentuk.

Beberapa jenis telah diidentifikasi, jenis-jenis tersebut

terutama terkait dari pola terjadinya gangguan bipolar:

1) Gangguan Bipolar I: Setidaknya terjadi satu

kejadian kegembiraan berlebihan (manik).

2) Gangguan Bipolar II: Tidak ada kejadian

kegembiraan berlebihan, tetapi setidaknya ada satu

kejadian Hypomania, dan setidaknya satu kejadian

kesedihan berlebihan (major depressive).

3) Cyclothymia: Seperti halnya gangguan bipolar II,

tetapi depresinya tidak dapat dikategorikan sebagai

kesedihan berlebihan.

 

Page 51: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

34

b. Faktor Penyebab

1) Genetika

Faktor utama yang sering terjadi pada gangguan bipolar

umumnya adalah genetika bawaan. Orang tua yang

mengidap gangguan bipolar, jika memiliki anak maka

anak tersebut berisiko mengidap gangguan bipolar

sebesar 15% sampai 30 %. Apalagi jika anak yang

dilahirkan merupakan anak yang kembar identik, maka

memiliki risiko yang lebih tinggi. Sedangkan jika yang

mengidap gangguan bipolar adalah kedua orang

tuanya, tidak salah satu saja risiko anak mengidap

gangguan bipolar lebih tinggi sebesar 50% sampai

75%. Hal ini sudah dibuktikan dengan penelitian yang

sudah dilakukan, yang hasilnya menunjukkan bahwa

sekitar 10% - 15% keluarga dari pasien yang

mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu

episode gangguan suasana hati.

2) Fisiologis

a) Sistem Neurokimia

Faktor penyebab lainnya dari pengidap gangguan

bipolar adalah cairan kimia utama di dalam otak

mengalami gangguan sehingga cairan kimia tersebut

tidak seimbang. Otak merupakan organ yang

memiliki fungsi menghantarkan rangsang, sehingga

otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa

 

Page 52: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

35

pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya)

dalam mendukung tugas otak tersebut. Terdapat

beberapa jenis neurotransmitter seperti

norepinephrin, dopamine, dan serotonin, jenis-jenis

ini merupakan hal yang penting dalam penghantaran

impuls saraf, sehingga terjadi ketidakseimbangan

cairan-cairan kimia tersebut yang dialami oleh

penderita gangguan bipolar.

Contohnya ketika pengidap gangguan bipolar merasa

sangat bersemangat, agresif, dan percaya diri, berarti

yang sedang terjadi adalah kadar dopamin dalam

otaknya sedang tinggi. Hal ini biasa disebut juga

dengan fase mania. Sedangkan jika kadar cairan

kimia utama otak sedang menurun hingga di bawah

normal maka biasanya penderita merasakan tidak

bersemangat, pesimis, hingga ingin bunuh diri, ini

yang disebut dengan fase depresi.

Penderita gangguan bipolar biasanya ditandai dengan

gangguan pada sistem motivasional atau biasa

disebut juga dengan behavioral activation

system (BAS). Behavioral activation system

berfungsi agar manusia mampu mendapatkan

penghargaan dari lingkungannya. Behavioral

activation system ini berkaitan erat dengan positive

emotional states, karakter kepribadian seperti

ekstrovert (bersifat terbuka), peningkatan energi dan

 

Page 53: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

36

berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Dari segi

biologis, jalur saraf dalam otak memiliki keterkaitan

dengan behavioral activation system sehingga

terlibat dengan dopamin dan perilaku untuk

memperoleh penghargaan yang dialami oleh

penderita gangguan bipolar. Episode mania dapat

meningkat ketika terjadi peristiwa kehidupan yang

melibatkan penghargaan atau keinginan untuk

mencapai tujuan tetapi hal ini tidak memiliki

keterlibatan dengan episode depresi. Pada episode

mania tidak memiliki kaitan dengan peristiwa positif

lainnya.

b) Sistem Neuroendokrin

Hipotalamus memiliki fungsi mengontrol kelenjar

endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkan ketika

dipengaruhi oleh area limbik di otak dan

berhubungan dengan emosi. Kelenjar pituaritas juga

dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan oleh

hipotalamus. Kelenjar pituaritas memiliki kaitan

dengan gangguan depresi seperti gangguan tidur dan

rangsangan selera. Sudah banyak temuan yang

membuktikan hal tersebut, tingkat cortisol (hormon

adrenocortical) yang tinggi dimiliki oleh penderita

gangguan bipolar yang mengalami episode depresi.

Kelebihan produksi dari pelepasan hormon rotropin

oleh hipotalamus menyebabkan tingkat cortisol

 

Page 54: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

37

(hormon adrenocortical) yang tinggi. Banyaknya

kelenjar adrenal pada orang yang depresi juga

disebabkan oleh kelebihan produksi dari cortisol.

Selain itu, penelitian juga telah membuktikan

penderita depresi memiliki hipoccampal yang tidak

normal dan kelebihan cortisol sehingga terjadi

kerusakan pada hipoccampus. Penelitian terkait

Cushing’s Syndrome yang sudah dilakukan,

menemukan bahwa tingkat cortisol yang tinggi

terjadi pada gangguan depresi.

3) Lingkungan

Penyebab gangguan bipolar tidak hanya dari faktor

genetis saja karena tidak semua orang mewarisi

gangguan tersebut dari bawaan faktor genetika. Ada

penyebab lainnya seperti perubahan fisik pada otak

yang dialami oleh penderita gangguan bipolar.

beberapa penelitian juga membuktikan bahwa

gangguan bipolar dapat disebabkan oleh poin

ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi tiroid yang

abnormal, gangguan ritme sirkadian, dan tingkat tinggi

hormon stres cortisol. Penyebab lain yang

menyebabkan gangguan bipolar semakin berkembang

adalah faktor eksternal lingkungan dan psikologis.

Penyebab episode baru mania atau depresi yaitu faktor-

faktor eksternal yang dapat membuat gejala semakin

 

Page 55: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

38

memburuk, tetapi tidak jarang juga banyak penyebab

yang tidak jelas pada episode gangguan bipolar.

Penyebab penderita gangguan bipolar berkaitan dengan

hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa

pencapaian tujuan (penghargaan) dalam hidup.

Hubungan perseorangan yang dimaksudkan seperti

jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Contoh

peristiwa pencapaian tujuan seperti kegagalan untuk

lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu,

seorang penderita gangguan bipolar yang gejalanya

mulai muncul saat masa remaja kemungkinan besar

mempunyai riwayat masa kecil yang kurang

menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan

atau depresi. Selain penyebab di atas, alkohol, obat-

obatan dan penyakit lain yang diderita juga dapat

memicu munculnya gangguan bipolar.

Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik

dapat mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa

menjalani kehidupan dengan normal. Faktor

lingkungan yang dapat memicu terjadinya gangguan

bipolar antara lain stres dan penyalahgunaan zat.

Stres merupakan peristiwa kehidupan yang dapat

memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan

kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan

perubahan drastis atau tiba-tiba baik atau buruk seperti

akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi,

 

Page 56: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

39

kehilangan orang yang dicintai, atau dipecat dalam

pekerjaan. Sementara penyalahgunaan zat dapat

menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat membawa

pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan

penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi dan

amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol

dan obat penenang dapat memicu depresi. Obat-obat

tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa

memicu mania. Obat lain yang dapat menyebabkan

mania termasuk obat flu, penekan nafsu makan, kafein,

kortikosteroid dan obat tiroid.

B. Kajian Pustaka

Beberapa jurnal yang relevan dalam penelitian ini antara

lain:

1. Temuan dari jurnal yang ditulis oleh Chris Lloyd dkk

yang berjudul Conceptualising Recovery in Mental

Health Rehabilitation, menunjukkan bahwa

Pemulihan adalah perjalanan yang sangat

individual dan pribadi bagi setiap individu.

Berfokus pada pemulihan membutuhkan penyedia

layanan untuk mengubah fokus perawatan mereka.

Diperkirakan bahwa penyedia layanan perlu

mengatasi tidak hanya pemulihan klinis tetapi juga

pemulihan fungsional, pemulihan pribadi dan

pemulihan sosial, untuk memberikan perawatan

yang berpusat pada klien yang lebih efektif. (Chris

Lloyd 2008, 327).

 

Page 57: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

40

Pemulihan merupakan proses yang sangat pribadi, oleh

karena itu pemulihan harus berpusat kepada klien.

Pemulihan berdasarkan temuan jurnal ini perlu dilihat

dari empat domain, yaitu pemulihan klinis, pemulihan

fungsional, pemulihan pribadi, dan pemulihan sosial.

Persamaan jurnal ini dengan penelitian yang penulis

lakukan adalah konsep pemulihan dalam kesehatan

mental. Dimana jurnal ini memberikan penulis

referensi dalam memahami konsep dari pemulihan

dalam kesehatan mental. Perbedaan jurnal ini dengan

penelitian yang penulis lakukan adalah penulis hanya

mengamati pemulihan dari domain sosial. Hal ini

karena fokus penulis adalah pada interaksi sosial yang

dilakukan oleh orang dengan bipolar. Selain itu, jurnal

ini melakukan kajian literatur dalam menemukan dan

memahami pemulihan. Sedangkan penulis akan

melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif

yang akan lebih mendalam. Di dalam jurnal ini juga

menjelaskan perbedaan antara pemulihan dengan

rehabilitasi, yaitu

Rehabilitasi merupakan istilah yang perlu

dibedakan dari pemulihan. Profesional kesehatan

mental dan profesional rehabilitasi biasanya

merencanakan kegiatan rehabilitasi yang

melibatkan intervensi yang ditargetkan untuk

membantu orang memperoleh dan menerapkan

keterampilan baru, memanfaatkan dukungan, dan

mengakses sumber daya yang diperlukan untuk

menjalani kehidupan yang bermakna di komunitas

pilihan mereka. Pengguna layanan, di sisi lain,

 

Page 58: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

41

jarang menyebutkan rehabilitasi, tetapi sebaliknya

berbicara tentang pemulihan sebagai proses pribadi

yang kompleks, non-linier dan multidimensi untuk

sembuh dan melanjutkan kehidupan mereka (Chris

Lloyd 2008, 322).

Jadi, menurut jurnal ini rehabilitasi merupakan suatu

kegiatan yang memiliki tujuan dan target tertentu.

Sedangkan pemulihan merupakan suatu proses yang

kompleks dan pribadi.

2. Temuan dari jurnal yang ditulis oleh Charmaine C.

Williams dkk yang berjudul Towards a

Biopsychosociopolitical Frame for Recovery in the

Context of Mental Illness, menunjukkan bahwa

Stigma adalah penghalang utama dalam pemulihan.

Namun, pemulihan dapat dipromosikan melalui

proses biomedis, psikologis, sosial dan politik yang

terintegrasi. Komponen penting dari pemulihan

adalah perasaan berdaya dan berhak atas partisipasi

penuh dalam lingkungan sosial. Intervensi

pekerjaan sosial yang berorientasi pada pemulihan

harus diarahkan untuk mempromosikan

kewarganegaraan sosial bagi orang yang

didiagnosis dengan gangguan mental, memerangi

stigma, dan menciptakan lingkungan psikologis

dan sosial untuk dapat menemukan makna dan

harapan setelah menerima diagnosis (Charmaine C.

Williams 2015, i17).

Stigma merupakan penghalang utama dalam

pemulihan. Dan hal terpenting dalam pemulihan adalah

merasa memiliki kekuatan dan memiliki hak yang

penuh dalam berpartisipasi di lingkungan sosial.

Persamaan jurnal ini dengan penelitian yang penulis

 

Page 59: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

42

lakukan adalah kerangka berfikir pemulihan dalam

kesehatan mental. Jurnal ini memberikan penulis

referensi dalam memahami aspek-aspek yang perlu di

analisa dalam pemulihan kesehatan mental. Dari

temuan jurnal ini, aspek-aspek yang penting dan saling

terkait dalam pemulihan kesehatan mental adalah

biomedical, psychological, social and political

processes. Perbedaan jurnal ini dengan penelitian yang

penulis lakukan adalah subjek atau informan dalam

jurnal ini adalah orang dengan skizofrenia dan

pendekatan penelitiannya adalah mixed-methods.

Sedangkan dalam penelitian penulis subjek atau

informannya adalah orang dengan bipolar.

3. Temuan dari jurnal yang ditulis oleh Jerry Tew dkk

yang berjudul Social Factors and Recovery from

Mental Health Difficulties: A Review of the Evidence,

menunjukkan bahwa

Temuan dalam penelitian dieksplorasi secara rinci

dalam kaitannya dengan tiga bidang yang telah

diidentifikasi oleh tinjauan luas sebagai pusat

pemulihan: pemberdayaan dan kontrol atas

kehidupan seseorang; keterhubungan (termasuk

hubungan antar pribadi dan inklusi sosial); dan

membangun kembali identitas positif (seringkali

dalam konteks stigma dan diskriminasi) (Jerry Tew

2012, 443).

Tiga area yang penting dalam pemulihan berdasarkan

jurnal ini adalah pemberdayaan dan pengendalian

hidup seseorang, keterhubungan antara hubungan antar

 

Page 60: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

43

pribadi dan keterlibatan sosial, serta membangun

kembali identitas diri yang positif. Persamaan jurnal ini

dengan penelitian yang penulis lakukan adalah objek

jurnal ini yaitu faktor sosial dan pemulihan dalam

kesehatan mental. Jurnal ini memberikan penulis

referensi dalam memahami keterkaitan antara faktor

sosial dengan pemulihan kesehatan mental. Perbedaan

jurnal ini dengan penelitian yang penulis lakukan

adalah jurnal ini melakukan kajian literatur dalam

menemukan dan memahami keterkaitan antara faktor

sosial dengan pemulihan. Dalam jurnal ini penulis

menemukan permasalahan yang menjadi fokus

penelitian penulis sehingga penulis memutuskan untuk

mengangkat tema interaksi sosial, yaitu

Hubungan sangat penting dalam pemulihan.

Hubungan dapat membentuk identitas, dan

berkontribusi atau menghambat kesejahteraan. Dan

memiliki satu atau lebih hubungan antar pribadi

yang memberikan harapan dan dorongan dapat

menjadi faktor penting dalam mencapai pemulihan.

Namun, orang dengan gangguan mental sering

menemukan diri mereka dengan hubungan antar

pribadi yang lebih tertutup. Dan tidak semua

hubungan dan interaksi sosial yang dialami bersifat

positif atau mendukung pemulihan. Orang mungkin

merasa tidak berdaya atau dicap oleh orang lain,

atau oleh anggota masyarakat yang lebih luas (Jerry

Tew 2012, 451).

 

Page 61: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

44

C. Kerangka Berfikir

Pemulihan merupakan suatu proses yang sangat pribadi,

bagaimana seseorang dapat kembali memiliki kepercayaan

diri dan kemauan untuk menjadikan hidupnya lebih baik

lagi dari sebelumnya. Sering dijumpai orang dengan

bipolar memiliki interaksi yang sangat terbatas. Hal ini

disebabkan oleh gangguan yang dideritanya. Namun,

sebenarnya Bipolar bukanlah suatu penghalang seseorang

dalam melakukan interaksi sosial. Mereka tetap memiliki

hak yang sama dalam berpartisipasi di lingkungan

sosialnya. Faktor penyebab orang dengan bipolar tidak

berhasil dalam pemulihannya salah satunya adalah

interaksi sosialnya yang kurang baik dan tertutup. Hal ini

dapat disebabkan dari internal orang dengan bipolar itu

sendiri (kurang percaya diri, identitas diri yang negatif) dan

dari eksternal orang dengan dengan bipolar (stigma,

diskriminasi).

Dalam penelitian ini penulis menganalisa interaksi sosial

dalam pemulihan orang dengan bipolar, baik itu interaksi

sosial yang berdampak positif maupun negatif. Penulis

menganalisa apakah interaksi mempengaruhi pemulihan

dan apakah ada interaksi tertentu yang menjadi faktor

keberhasilan dalam pemulihan. Dari beberapa kajian

pustaka yang relevan dengan penelitian ini, penulis

mengambil hipotesa bahwa interaksi sosial dapat

berpengaruh dalam pemulihan orang dengan bipolar, baik

 

Page 62: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

45

itu pengaruh kepada keberhasilan pemulihan maupun

pengaruh kepada tidak berhasilnya pemulihan.

Keberhasilan pemulihan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pemulihan sosial. Dimana orang dengan bipolar

dapat kembali memiliki kepercayaan diri untuk

menjalankan kehidupannya, baik itu dalam keluarga,

pekerjaan maupun lingkungan sosialnya yang lebih luas

lagi. Penulis menganalisa interaksi sosial dalam pemulihan

dengan dua proses sosial yaitu Proses Sosial Asosiatif dan

Proses Sosial Disosiatif. Berdasarkan uraian di atas, maka

kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir

Orang dengan Bipolar

Interaksi Sosial

• Proses Sosial Asosiatif

• Proses Sosial Disosiatif

Pulih (Recovery)

 

Page 63: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

46

 

Page 64: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

47

BAB III

PROFIL KOMUNITAS BIPOLAR CARE INDONESIA

A. Sejarah

Gangguan jiwa di Indonesia merupakan sebuah

permasalahan yang masih dirasa tabu untuk dibahas.

Gangguan jiwa terjadi karena beberapa faktor yang saling

berkontribusi seperti biologis, psikologis, dan lingkungan.

Sayangnya, banyak masyarakat yang belum mengerti

tentang hal tersebut. Akhirnya timbulah stigma negatif

yang tidak baik untuk pemulihan penderita gangguan jiwa.

Gangguan bipolar sendiri adalah salah satu gangguan jiwa,

dimana penderitanya mengalami perubahan mood yang

ekstrem antara manik (senang sekali) dan depresi (sedih

sekali). Di satu waktu seorang penderita bipolar bisa

merasa sangat gembira lalu di lain waktu merasa sedih

bahkan sampai ingin bunuh diri. Kedua hal yang sangat

bertolak-belakang tersebut datang silih berganti, kadang

ada periode normal diantaranya, dan pola, keparahan, serta

frekuensinya bisa berbeda pada setiap penderita.

Perubahan mood ekstrem dan gejala-gejala yang dirasakan

penderita bipolar tersebut mengganggu fungsi personal,

sosial, dan pekerjaan penderita, sehingga menurunkan

kualitas hidup jika tidak ditangani dengan tepat. WHO

menyebutkan bahwa gangguan bipolar berada dalam

urutan ke-6 dalam penyakit utama yang dapat

 

Page 65: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

48

menyebabkan disabilitas di seluruh dunia. Padahal, jika

ditangani dengan tepat, penderita bipolar bisa kembali

berfungsi optimal dan mandiri. Selain terapi menggunakan

obat-obatan dan psikoterapi, penderita bipolar juga perlu

mendapatkan dukungan dari lingkungannya. Mulai dari

keluarga, teman, sampai masyarakat luas. Perlu edukasi

kepada masyarakat tentang gangguan jiwa pada umumnya

dan gangguan bipolar pada khususnya, serta dukungan

untuk penderita.

Melihat hal tersebut, maka timbulah keinginan untuk

membentuk sebuah wadah bagi orang-orang yang peduli

dengan bipolar. Baik penderita, caregiver, atau siapa saja

yang memiliki perhatian pada mereka dengan gangguan

Bipolar sehingga mereka tidak merasa berjuang sendirian.

Bipolar Care Indonesia awalnya merupakan inisiasi dari 5

(lima) orang yang sama-sama merasakan gejala bipolar,

bertemu di komunitas kesehatan jiwa lain. Lalu karena

saling merasa cocok dan memiliki keinginan yang sama

untuk membentuk komunitas maka terbentuklah BCI.

Diawali dengan membuat sebuah acara pameran dan

talkshow.

Bipolar Care Indonesia memberikan edukasi kepada

masyarakat tentang gangguan bipolar, memberi dukungan

untuk penderita dan caregiver dengan kasih sayang tulus

seperti keluarga sendiri, dan membangun penderita untuk

terus melakukan kegiatan positif dan bermanfaat sebagai

salah satu bagian dari terapi agar bisa hidup optimal.

 

Page 66: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

49

Bipolar Care Indonesia berjalan langkah demi langkah dan

berusaha terus konsisten dalam membangun kepedulian

terhadap gangguan bipolar. Langkah kami tidak selalu

besar. Seberapa besarpun kepedulian kami akan sangat

berarti bagi penderita dan caregiver bipolaryang butuh

dukungan. Dan kami perlu keterlibatan berbagai elemen

masyarakat mulai dari lingkungan kecil sampai lingkungan

profesional dan pemerintah untuk ikut serta melangkah

bersama kami, membangun dan menjaga sinergi agar

tercipta wadah yang kuat untuk penderita dan orang yang

peduli dengan bipolar.

B. Visi dan Misi

1. Visi

Membentuk wadah untuk orang dengan bipolar (ODB),

caregiver, dan siapa saja yang peduli dengan gangguan

bipolar.

2. Misi

a. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat

terhadap gangguan bipolar.

b. Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang

gangguan bipolar.

c. Memberi edukasi dan dukungan kepada orang

dengan bipolar (ODB) dan caregiver-nya.

 

Page 67: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

50

d. Memotivasi penderita untuk melakukan kegiatan

positif.

e. Melawan stigma terhadap orang dengan gangguan

jiwa.

C. Struktur Organisasi

Bagan 3.1 Struktur organisasi

Ketua : Vindy Ariella

Wakil Ketua : Agus Hidayat

Sekretaris : Saras Zettira Pratiwi

Program : Dini Hariyanti, M. Arief,

Egga Yusran

Kontributor : Tania Khairunnisa, Zefanya Halim, Rumaisha Al-

Amal

Bendahara : Ruzaria Putri

Media & Komunikasi : Rayhana Anwarie,

Olivia Fabrianne, Nurul

 

Page 68: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

51

D. Nama dan Makna Logo

1. Nama

“Bipolar Care Indonesia” mewakili visi misi kami. Orang-

orang yang ada di dalamnya peduli dengan gangguan

bipolar dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

2. Makna Logo

a. Kelopak Bunga : adalah mereka para penderita,

caregiver dan yang peduli pada gangguan bipolar,

menghiasi kehidupan, dan tumbuh di masyarakat.

b. Kelopak Bunga Keatas dan Kebawah : kehidupan

penderita dan caregiver yang mekar dan layu, adalah

bagian dari perjuangan menuju hidup normal, namun

juga dinamika kehidupan sosial. Menjadi bagian dari

kelopak bunga berarti menerima bahwa kita semua

sama dan sejajar dan memiliki hak untuk hidup tanpa

stigma.

c. Garis Tanda Seru dengan Titik : Dimulai dari setitik

asa, merupakan akar, dan menjadi tonggak untuk

menggalang persatuan, menuju keluarga yang ramah,

peduli dan mencintai anggotanya dengan tulus.

 

Page 69: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

52

Gambar 3.1 Logo Komunitas Bipolar Care Indonesia

E. Program

Bipolar Care Indonesia memiliki cakupan program sebagai

berikut :

1. Edukasi dilakukan untuk pengurus internal maupun

anggota dan masyarakat luas. Edukasi yang diberikan

yaitu mengenai kesehatan jiwa pada umumnya dan

gangguan bipolar pada khususnya.

2. Dukungan khususnya diberikan kepada penderita

bipolar dan caregiver. Sebagai bentuk bahwa mereka

tidak berjuang sendirian dan bisa saling berbagi

pengalaman, inspirasi, dan motivasi dalam menghadapi

bipolar.

3. Aktivitas. Kami melakukan berbagai aktivitas baik di

dunia maya maupun tatap muka, dengan Pembina atau

mandiri. Aktivitas yang dilakukan ditujukan untuk

membangun semangat positif dan sebagai terapi agar

penderita bisa mengoptimalkan dirinya. Contoh

 

Page 70: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

53

aktivitas adalah diskusi dengan topik spesifik, kegiatan

seni, terapi kelompok, dll.

F. Kegiatan

Kami memiliki beberapa program kegiatan, baik kegiatan

besar dan kecil yang dilakukan secara rutin. Beberapa

kegiatan yang sudah dan sedang berjalan antara lain :

1. KumBar (Kumpul Bareng)

Kegiatan kecil kami salah satunya adalah KumBar

(Kumpul Bareng). Dengan KumBar tatap muka kelompok

kecil, kami saling berbagi info terapi, suka duka

menjalankan terapi, perkembangan pengobatan bagi

penderita, dukungan bagi penderita dan caregiver, serta

memberikan edukasi bahwa Orang Dengan Masalah

Kejiwaan (ODMK) bukan orang yang harus dijauhi.

2. BipoTalk

Terapi kelompok merupakan psikoterapi dalam kelompok

kecil ± 15 orang dibawah bimbingan psikolog maupun

mandiri (Bipotalk). Bekerja sama dengan Ikatan Psikolog

Klinis dan psikiater di Jakarta, untuk penderita bipolar serta

caregivernya.

3. Support Group Online

Kami memiliki support group aktif melalui aplikasi

Whatsapp, dengan jumlah anggota ± 200 orang dari

 

Page 71: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

54

berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang yang

beragam.

4. Art Therapy – Keep Calm Make Art

Art therapy merupakan program kami yaitu melalui seni,

penderita bipolar bisa berekspresi mengungkapkan

perasaannya atau meluapkan isi jiwanya. Dilakukan

dengan berbagai media seperti melukis. Dibimbing oleh

seniman yang ahli di bidangnya dan juga pemerhati

masalah kejiwaan.

5. Edukasi Kesehatan Jiwa

Kami memberikan edukasi mengenai kesehatan jiwa

melalui dunia maya seperti website, facebook, instagram,

dan twitter. Selain itu akun digunakan untuk memberi

dukungan bagi penderita.

Website = www.bipolarcareindonesia.org

Facebook = www . facebook.com / groups / bipolarcare .

indonesia

Twitter = @BipolarCareInd

Instagram = bipolarcare.indonesia

Selain di dunia maya, kami aktif mempromosikan Bipolar

Care Indonesia di berbagai acara, sambil berkampanye dan

memberi edukasi mengenai gangguan jiwa. Salah satunya

adalah acara Indonesia Community Network 2013 dan

 

Page 72: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

55

Nova Ladies Fair 2013. Kami juga melakukan promosi,

edukasi, dan kampanye di berbagai media seperti radio dan

situs internet. Sejauh ini, kami pernah melakukan

kampanye berbagai radio antara lain Hardrock FM, RRI

Pro 3, V Radio, Smart FM, Pelita Kasih FM, dll. Acara

kami juga pernah diliput di berbaga televisi lokal seperti

DAAI TV, Metro TV, Trans TV, Net TV, O Channel dan

Jak TV.

6. Perayaan Hari Bipolar Sedunia

Kami turut serta merayakan hari bipolar sedunia yang jatuh

pada tanggal 30 Maret tiap tahunnya. Bentuk perayaan

yang pernah kami laksanakan antara lain pameran karya

seni penderita bipolar serta diskusi mengenai melawan

stigma melalui seni bersama psikiater dan seniman,

talkshow, Art Performance, Funwalk Car Free Day, dan

Pemutaran serta Diskusi Film.

G. Simpul Bipolar Care Indonesia

Bipolar Care Indonesia memiliki simpul di Bandung,

Jogjakarta, Surabaya, Semarang, Bogor.

 

Page 73: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

56

H. Contact Person Bipolar Care Indonesia

Vindy Ariella : 0865-111 -4131 / [email protected]

Igi Oktamiasih : 0818-0889-9420 /

[email protected]

Semoga kedepannya kami dapat lebih baik dalam

menjalankan program-program kami dan semakin banyak

yang peduli dengan isu kesehatan jiwa, sesuai dengan

slogan kami :

“RAISE mental health awareness, CARE for each other,

TOGETHER for better life.

 

Page 74: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

57

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab 4 ini akan dijabarkan data dan temuan dari

penelitian yang telah dilakukan. Proses sosial yang timbul dari

akibat interaksi sosial ada dua macam yaitu proses sosial asosiatif

(process of association) dan proses sosial disosiatif (process of

dissociation). Dalam pemulihan akan dijabarkan bagaimana

perasaan informan ketika melakukan interaksi sosialnya. Berikut

data dan temuan dari penelitian yang telah dilakukan.

A. Interaksi Sosial

1. Proses Sosial Asosiatif

Dalam hubungan antar pribadi, orang dengan bipolar

cenderung memiliki hubungan yang tertutup. Yang

dimaksud dengan hubungan yang tertutup dalam hal ini

adalah orang dengan bipolar hanya memiliki hubungan

yang dekat atau intim dengan orang-orang yang

mengetahui mereka mengalami gangguan bipolar.

Sedangkan dengan orang-orang yang tidak mengetahui

mereka mengalami gangguan bipolar, mereka cenderung

hanya sebatas kenal tanpa memiliki hubungan yang dekat

atau intim. Biasanya orang dengan bipolar memiliki

hubungan yang dekat atau intim dengan keluarga inti,

pasangan, dan teman dekat yang benar-benar mereka sudah

mengenal lama. Sedangkan hubungan dengan tetangga,

 

Page 75: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

58

lingkungan kerja, lingkungan sekolah orang dengan bipolar

cenderung tertutup dan hanya sebatas kenal.

Hampir sebagian besar keluarga orang dengan bipolar

ketika menyaksikan anggota keluarganya mengalami

gangguan bipolar di awal merasa kebingungan harus

bagaimana menghadapinya. Seperti yang dialami oleh

informan Ina dan informan Ari yang awal-awal sebelum

mereka mengetahui mereka mengalami gangguan bipolar,

mereka justru menjadi sasaran kemarahan dan pencetus

untuk bertengkar dengan orang tua atau anggota keluarga

yang lainnya.

“Alhamdulillah hangat dan akrab. Walaupun sekarang

sudah sibuk dengan aktivitas masing-masing. Dulu

hubungan saya dengan ibu kurang baik. Saya selalu jadi

sasaran kemarahan. Tapi sekarang tidak lagi. Sudah

dekat sekali dengan ibu (informan Ina).”

“Waktu dulu ketika awal saya mengalami bipolar saya

sering bertengkar dengan kedua orangtua saya. Saya

dulu mudah emosi, tetapi sekarang Alhamdulillah

sudah stabil (informan Ari).”

Dalam dunia kerja orang dengan bipolar cukup mengalami

kesulitan dalam berteman. Hal ini karena orang dengan

bipolar cenderung menyembunyikan gangguan bipolar

yang dialaminya. Sehingga ketika mereka sedang dalam

fase manic atau depresi mereka justru menjauh atau

menghindari lingkungan pekerjaannya. Hal seperti ini yang

menjadikan orang dengan bipolar meresa kurang nyaman

 

Page 76: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

59

ketika harus bekerja dengan orang lain yang bersifat kerja

tim. Seperti informan Galih dan informan Ari yang lebih

memilih untuk bekerja sendiri atau tidak terlalu banyak

ketemu orang. Hal ini dilakukan agar mereka lebih nyaman

dalam bekerja.

“Saya merasa kesulitan dalam berteman, saya berteman

hanya begitu-begitu saja. Makanya saya lebih memilih

untuk bekerja sendiri dengan mengajar privat anak-

anak. Saya mengajar anak TK dan SD semua mata

pelajaran. Dan anak SMP dan SMA khusus bahasa

inggris dan akuntansi (informan Galih).”

“Karena keadaan saya sekarang saya jadi mudah

tersinggung. Dulu saya kerja saya suka bete dengan

teman yang reseh, bisa juga dengan atasan saya. Tetapi

teman saya ada juga yang baik, saya merasa cocoknya

kerja yang tidak banyak teman. Makanya sekarang saya

menjadi penjaga masjid saja (informan Ari).”

Bertetangga merupakan suatu interaksi sosial yang dapat

menghasilkan banyak manfaat. Hal ini karena tetangga

merupakan orang yang paling pertama kita minta

pertolongan apabila terjadi sesuatu dengan kita. Namun,

dalam berinteraksi dengan tetangga orang dengan bipolar

cenderung tertutup dan menjaga jarak. Mereka hanya

sebatas kenal dan menjaga hubungan baik. Seperti

informan Susi dan informan Ari yang tidak terlalu sering

dalam melakukan interaksi dengan tetangganya.

“Kalau hubungan dengan tetangga kenal hanya

beberapa saja dulu. Sekarang bisa dibilang mungkin

 

Page 77: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

60

saya dan keluarga dikenal tetapi kurang dekat

(informan Susi).”

“Dengan tetangga saya suka jaga jarak, tidak mau

mencampuri urusan orang lain. Saya cuek saja, yang

penting saya tenang (informan Ari).”

Pasangan merupakan orang terdekat dengan kita. Tentu

saja pasangan adalah orang pertama yang harus

mengetahui bahwa orang dengan bipolar mengalami

gangguan bipolar. Hal ini karena pasangan yang akan

berpengaruh besar dalam memberikan dukungan orang

dengan bipolar untuk pulih. Menurut peneliti, hubungan

yang baik dengan pasangan merupakan salah satu kunci

dalam pemulihan orang dengan bipolar. Seperti informan

Galih yang memiliki hubungan yang baik dengan istrinya

dan istrinya dapat menerima dan memahami keadaannya.

“Hubungan saya dengan istri saya baik-baik saja, dia

sudah bisa memahami keadaan saya (informan Galih).”

Orang dengan bipolar tidak hanya melakukan interaksi

dalam dunia nyata saja. Mereka juga melakukan interaksi

di media sosial. Dalam berinteraksi di media sosial akan

ada pengaruh positif dan negatifnya. Pengaruh positif

dalam berinteraksi di media sosial, orang dengan bipolar

mendapatkan dukungan dari orang lain. Sedangkan

pengaruh negatifnya, orang dengan bipolar akan juga

melihat orang-orang yang kurang atau bahkan tidak

mendukung keadaan mereka. Seperti informan Ina dan

informan Ari yang aktif di media sosial Facebook,

 

Page 78: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

61

Instagram, dan Whatsapp. Dapat dikatakan informan Ina

dan informan Ari sudah dapat memilah dan memilih dalam

berinteraksi dengan menggunakan media sosial.

“Apresiasi hal baik saja di status orang sesekali.

Sekarang sejak 2 bulan ini saya Facebook-an untuk

jualan. Plus sosial media tetap. Kalau Instagram cuma

buat simpan momen spesial sama interaksi dengan

sahabat yang sudah terpisah jarak (informan Ina).”

“Kalau Facebook buat cari info kesehatan, saya suka

lihat group Bipolar Care Indonesia dan sejenisnya.

Ketika saya lagi bete saya suka lihat yang lucu-lucu.

Kalau Whatsapp saya ikut group pengajian (informan

Ari).”

Dalam keterlibatan sosial, orang dengan bipolar sebagian

besar menarik diri dari lingkungan sosialnya. Kembali lagi,

hal ini dikarenakan mereka merahasiakan gangguan

bipolarnya dan tidak ingin lebih banyak lagi orang yang

mengetahui keadaannya. Orang dengan bipolar lebih

memilih dalam bersosialisasi. Mereka memilih lingkungan

dimana mereka merasa nyaman dan diterima. Perasaan

diterima dalam lingkungan sosial sangat penting untuk

orang dengan bipolar.

Orang dengan bipolar lebih memilih lingkungan sosial

yang dapat benar-benar menerima keadaan mereka. Seperti

informan Susi dan informan Galih yang cukup menjaga

jarak dengan lingkungan sosial yang lebih luas lagi. Hal ini

bukan karena mereka tidak mau berpartisipasi. Tetapi

karena mereka merasa kurang diterima dan kurang

 

Page 79: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

62

mendapat dukungan. Meskipun, hal ini belum tentu benar

sepenuhnya.

“Teman dekat saya tidak ada di dunia nyata. Di dunia

maya saja. Ketika saya punya teman dekat di dunia

nyata mungkin akan menjauh. Karena biasanya saya

mementingkan kepentingan saya sendiri. Tetapi saya

berusaha juga membalas kebaikan mereka walaupun

tidak nampak (informan Susi).”

“Tidak ada satupun, saya tidak cukup dekat dengan

siapapun. Saya menjaga jarak agar tidak terlalu dekat

dengan orang lain selain keluarga. Saya belum bisa

berbagi kesedihan saya dengan orang lain termasuk

istri dan keluarga saya. Saya selalu ingin orang tau saya

bahagia. Saya paling susah untuk mengeluh, saya selalu

mementingkan orang lain daripada diri saya, jadi saya

tidak mau buat orang susah dengan masalah-masalah

saya (informan Galih).”

Dalam berpartisipasi kegiatan sosial, orang dengan bipolar

tidak selalu menghindarinya. Mereka juga menyadari

bahwa terdapat manfaat dalam berpartisipasi kegiatan

sosial. Salah satunya mereka dapat mengetahui bahwa di

luar sana masih banyak orang yang peduli dengan mereka.

Seperti informan Ina dan informan Ari. Mereka mengikuti

kegiatan sosial yang menurut mereka dapat memberikan

pengaruh yang positif untuk pemulihan mereka.

“Dulu sebelum bipolar, aktif banget. Sekarang, lihat

kondisi badan. Lebih hati-hati saja agar tidak kecapean.

Tapi asal fit, aktif juga walau tidak sekeren dulu

(informan Ina).”

 

Page 80: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

63

“Saya mengikuti kegiatan jamaah taklim, orang-orang

di taklim baik-baik. Saya senang pikiran jadi terhibur

bertemu dengan orang-orang baik. Saya memilih

kegiatan yang baik-baik saja (informan Ari).”

2. Proses Sosial Disosiatif

Stigma dan diskriminasi merupakan dua hal besar yang

sangat berpengaruh dalam pemulihan orang dengan

bipolar. Kedua hal ini yang sering menjadi alasan mengapa

orang dengan bipolar merahasiakan gangguan bipolarnya

dan hanya memberi tahu orang-orang terdekat saja.

Apabila kita melihat lebih luas, di Indonesia, kesehatan

mental masih sangat taboo. Hal ini karena masih banyak

orang menggunakan kata “gila” untuk orang dengan

gangguan kejiwaan, khususnya gangguan bipolar. Kata

“gila” ini yang menjadi alasan orang dengan bipolar tidak

mau mengakui bahwa mereka mengalami gangguan

bipolar. Padahal, kenyataannya orang dengan bipolar

bukan orang “gila”. Mereka sama dengan orang yang tidak

mengalami gangguan bipolar. Mereka memiliki hak dan

kesempatan yang sama. Mereka berhak sekolah, kerja,

berkeluarga, dan hidup dengan tenang juga nyaman.

Di mulai dari lingkungan keluarga. Masih banyak keluarga

yang malu mengakui bahwa salah satu anggota

keluarganya mengalami bipolar. Hal ini menjadikan ruang

gerak orang dengan bipolar terbatas. Sebenarnya, tidak ada

yang salah dengan mengakui bahwa memiliki anggota

 

Page 81: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

64

keluarga yang mengalami bipolar. Yang salah dalam hal ini

adalah stigma yang sudah terbangun dalam diri bahwa

memiliki keluarga yang bipolar adalah hal yang

memalukan. Meskipun sebagian besar keluarga menutupi

bahwa mereka memiliki anggota keluarga yang mengalami

bipolar. Tetapi, setidaknya mereka menerima keadaan

orang dengan bipolar dan mau hidup berdampingan. Hal ini

karena dukungan keluarga merupakan hal yang sangat

penting dalam pemulihan orang dengan bipolar. Seperti

informan Ina dan informan Galih yang mendapat

penerimaan baik dari keluarganya. Walaupun di awal pihak

keluarga sempat mengalami kebingungan dalam

menghadapi mereka.

“Baik. Cuma dulu ketika kambuh, pada bingung harus

bagaimana. Soalnya saya jadi menyebalkan banget.

Sekarang saya sudah dianggap sukses. Semua bersikap

baik (informan Ina).”

“Perlakuan keluarga saya terhadap saya baik sekali.

Mereka sekarang sudah dapat memahami kondisi saya

saat ini. Mereka mencoba untuk menerima keadaan

saya (informan Galih).”

Dalam lingkungan sekolah atau kerja, stigma dan

diskriminasi terhadap orang dengan bipolar masih sangat

dirasakan oleh orang dengan bipolar. Hal ini membuat

orang dengan bipolar lebih nyaman merahasiakan

keadaannya dan memilih untuk menyendiri. Interaksi

ketika sekolah atau bekerja menjadi sangat terbatas untuk

orang dengan bipolar. Seperti informan Susi dan informan

 

Page 82: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

65

Ari yang lebih memilih untuk menyendiri dalam

lingkungan sekolah dan kerjanya.

“Perlakuan teman di kampus baik, tetapi saya memang

jarang bersosialisasi. Karena saya sibuk dengan dunia

sendiri. Kalau waktu kecil saya malah sering main.

Pada saat sekarang ini saya lebih suka menyendiri dan

tidak mau saya menyusahkan orang (informan Susi).”

“Saya sekarang kerja sendirian, bersih-bersih masjid.

Dulu pengalaman kerja saya banyak, seperti di toko dan

pabrik. Dulu ada teman yang menyebalkan, tidak suka

dengan saya, merendahkan saya. Tetapi saya cuek dan

mengalah saja (informan Ari).”

Lingkungan tempat tinggal menjadi ketakutan tersendiri

untuk orang dengan bipolar dalam menerima stigma dan

diskriminasi. Hal ini dikarenakan orang dengan bipolar

hidup di lingkungan tempat tinggal 24 jam dalam 7 hari.

Tentu saja stigma dan diskriminasi akan sangat dirasakan.

Di sisi lain, ketakutan akan stigma yang ada di dalam diri

orang dengan bipolar juga menjadi hambatan orang dengan

bipolar untuk bersosialisasi dengan lingkungan tempat

tinggal. Seperti informan Susi dan informan Ari, mereka

merasakan ketakutan untuk bersosialisasi dengan

lingkungan tempat tinggal. Mereka merasa lebih nyaman

untuk menyendiri.

“Perlakuan tetangga sebenarnya baik hanya sayanya

saja tidak tahu cara mereka baik sama saya (informan

Susi).”

 

Page 83: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

66

“Saya merasa seperti fobia sosial, saya jadi males

bergaul. Karena efek depresi dulu, saya jadi lebih suka

berdiam diri di rumah dan menjadi mudah tersinggung.

Tetapi di tempat tinggal saya yang sekarang saya

merasa senang karena lebih nyaman dan jarang ada

orang yang ngomongin gitu. Namun, jika saya berada

di tempat yang membuat ingatan buruk kembali itu hal

yang menyakitkan, dada saya jadi berdebar-debar,

kepala pusing, emosi, dan lain-lain (informan Ari).”

Memiliki pasangan dan menjalani kehidupan rumah tangga

merupakan salah satu hak orang dengan bipolar. Namun

seringkali hak ini di kesampingkan oleh orang dengan

bipolar. Mereka merasa butuh seseorang yang tepat untuk

dapat menerima keadaan orang dengan bipolar. Dalam

kasus informan Galih cukup baik. Dimana pasangan, lebih

tepatnya istri sudah mampu memahami keadaannya.

“Istri saya baik, sangat memperhatikan saya (informan

Galih).”

Stigma dan diskriminasi tidak hanya diterima orang dengan

bipolar di dunia nyata saja. Dalam media sosial stigma juga

kerap di terima oleh orang dengan bipolar. Namun, dari

media sosial juga terdapat dampak positif. Dimana orang

dengan bipolar dapat berkomunikasi dan saling

mendukung dengan orang dengan bipolar lainnya. Hal ini

dapat membuat orang dengan bipolar merasa tidak

sendirian. Seperti informan Susi dan informan Ari, media

sosial menjadi tempat untuk berkomunikasi dengan orang

dengan bipolar lainnya dan saling mendukung.

 

Page 84: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

67

“Pro kontra. Pronya biasanya memberikan komentar

positif, kadang menasehati. Kontranya biasanya saya

suka di block (informan Susi).”

“Saya memiliki teman yang senasib dengan saya di

Facebook, saya jadi merasa tidak sendirian.

Kebanyakan dari kami menyembunyikan, tetapi kalau

di Facebook kami terbuka. Karena kebanyakan orang-

orang memberikan kami stigma yang buruk. Hanya ke

sesama kami saling mengerti (informan Ari).”

B. Pemulihan

Pemulihan merupakan suatu proses panjang yang harus

dilalui oleh orang dengan bipolar. Pemulihan bukan suatu

hasil yang hanya dapat selesai dalam hitungan hari. Dalam

pemulihan orang dengan bipolar banyak pihak yang harus

dilibatkan. Hal ini karena dalam pemulihan, orang dengan

bipolar akan kembali menjalani fungsi sosialnya. Tentu

saja orang dengan bipolar akan berinteraksi dengan banyak

pihak. Dalam pemulihan, pihak yang sudah pasti

melakukan interaksi dengan orang dengan bipolar adalah

keluarga. Keluarga merupakan pihak yang cukup

berpengaruh dalam pemulihan orang dengan bipolar. Baik

tidaknya interaksi dalam keluarga akan berpengaruh

kepada pemulihan orang dengan bipolar. Namun, yang

lebih penting dari keluarga adalah penerimaan keadaan

orang dengan bipolar. Karena tidak sedikit keluarga yang

justru paling sulit dalam menerima keadaan orang dengan

bipolar. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan

 

Page 85: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

68

Susi dan informan Ari, keluarga mereka sudah dapat

menerima keadaan mereka meskipun keluarga masih perlu

adaptasi lebih untuk dapat memahami keadaan orang

dengan bipolar.

“Awalnya baik, tapi tidak tahu kenapa akhir-akhir ini

tidak harmonis. Yang salah sih memang saya. Seolah-

olah kalau saya mengobrol tidak nyambung, saya

terlalu serius juga (informan Susi).”

“Alhamdulillah, sekarang saya merasa senang ketika

ada bersama keluarga. Keluarga saya sudah mulai dapat

memahami keadaan saya (informan Ari).”

Seperti yang telah disebutkan di atas, ketika pemulihan

orang dengan bipolar akan kembali menjalani fungsi

sosialnya. Orang dengan bipolar yang bersekolah akan

kembali menjalani hari-harinya di sekolah. Orang dengan

bipolar yang bekerja akan kembali menjalani

pekerjaannya. Tentu saja bukan hal yang mudah untuk

orang dengan bipolar setelah menjalani pengobatan lalu

kembali menjalani fungsi sosialnya. Dibutuhkan adaptasi

kembali dengan lingkungannya. Seperti informan Susi dan

informan Galih yang membutuhkan adaptasi kembali untuk

dapat menjalani fungsi sosialnya.

“Tidak nyaman, saya merasa sedang dalam fase

depresi. Saya merasa akhir-akhir ini suka murung dan

tidak bersemangat (informan Susi).”

“Sangat menyenangkan awalnya, tapi lama kelamaan

saya sekarang mulai jenuh. Enam tahun mengajar saya

mulai jenuh. Semenjak istri saya keguguran tiga kali,

saya mulai tidak suka dengan anak-anak (informan

Galih).”

 

Page 86: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

69

Selain keluarga dan lingkungan sekolah juga lingkungan

kerja, lingkungan tempat tinggal juga menjadi pihak yang

terlibat dalam pemulihan orang dengan bipolar. Tetangga

atau lingkungan tempat tinggal sedikit banyak akan

mempengaruhi pemulihan orang dengan bipolar. Tidak

sedikit orang dengan bipolar yang menghindari untuk

berinteraksi dengan tetangga. Hal ini karena mereka

merasa bingung harus berinteraksi seperti apa. Dalam hasil

wawancara dengan informan Susi dan informan Ari,

mereka merasa minder dan malas ketika berinteraksi

dengan tetangga. Mereka lebih memilih untuk menghindari

berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggal. Meskipun

hal ini tidak dapat seterusnya mereka lakukan.

“Biasa saja, mereka menganggap saya aneh. Jadi itulah

kenapa saya jadi minder dengan mereka (tetangga)

(informan Susi).”

“Terkadang saya merasa malas untuk berinterkasi

dengan orang lain. Saya lebih suka menyendiri dan

berbicara jika diperlukan saja (informan Ari).”

Pasangan merupakan pihak yang sudah dapat dipastikan

terlibat dalam pemulihan orang dengan bipolar. Dukungan

dari pasangan akan sangat berpengaruh dalam pemulihan

orang dengan bipolar. Tidak sedikit orang dengan bipolar

yang justru merasa kurang percaya diri untuk memiliki

pasangan. Namun, dalam hasil wawancara dengan

informan Galih, pasangan atau istri Galih dapat menerima

keadaan Galih dan dapat saling mendukung satu sama lain.

Hal ini sangat baik dalam pemulihan orang dengan bipolar.

 

Page 87: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

70

Mereka akan merasa tidak sendiri dalam berjuang

menerima keadaannya.

“Sangat menyenangkan dan kami saling mencintai

(informan Galih).”

Tidak dapat dipungkiri, pada era modern saat ini, media

sosial sedikit banyak akan terlibat dalam pemulihan orang

dengan bipolar. Pengaruh positif dan negatif dalam

bersosialisasi menggunakan media sosial akan

mempengaruhi pemulihan orang dengan bipolar. Meskipun

pengaruh media sosial tidak akan sebesar ketika orang

dengan bipolar berinteraksi secara langsung. Seperti hasil

wawancara dengan informan Susi dan informan Ari yang

menggunakan media sosial. Pengaruh positif dan negatif

penggunaan media sosial sangat dirasakan oleh mereka.

Dukungan dari media sosial tidak jarang mereka dapatkan.

Namun, stigma dari media sosial juga tidak dapat mereka

hindari.

“Saya merasa senang ketika ada yang memberikan

komentar yang positif dan menasehati. Namun, saya

mudah tersinggung ketika ada yang menganggap saya

aneh atau berlebihan (informan Susi).”

“Dengan media sosial saya merasa senang, karena di

Facebook saya menemukan orang-orang yang senasib

dengan saya (informan Ari).”

 

Page 88: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

71

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab 5 ini akan diuraikan hasil temuan yang dikaitkan

dengan latar belakang dan teori-teori yang telah dijabarkan pada

bab sebelumnya. Dalam menganalisa hasil temuan peneliti

menggunakan teori interaksi sosial Gillin dan Gillin dan teori

pemulihan. Teori interaksi sosial Gillin dan Gillin digunakan

dalam menganalisa hasil temuan yang berkaitan dengan interaksi

sosial. Dan teori pemulihan digunakan dalam menganalisa hasil

temuan yang berkaitan dengan pemulihan orang dengan bipolar.

A. Interaksi Sosial

Orang dengan bipolar memiliki kesempatan dan hak yang

sama untuk dapat berinteraksi sosial. Mereka berhak untuk

berinteraksi dengan siapapun tanpa merasa terbatas.

Namun, seringkali orang dengan bipolar merasa kurang

nyaman ketika berinteraksi. Pekerjaan sosial melihat

interaksi sosial orang dengan bipolar sebagai suatu proses

yang menjadi media pekerjaan sosial dalam melaksanakan

fungsi-fungsi kinerja yaitu membantu mengentaskan,

memecahkan, dan menguatkan situasi sosial-psikologis

orang dengan bipolar dalam kapasitas dan kapabilitas

melaksanakan peran kehidupannya. Dalam hal ini, peneliti

menggunakan teori interaksi sosial Gillin dan Gillin dalam

menganalisa hasil temuan. Interaksi sosial atau hubungan

sosial diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang

 

Page 89: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

72

dinamis, yang menyangkut hubungan-hubungan antara

orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia

maupun antara orang perorangan dengan kelompok

manusia.

1. Proses Sosial Asosiatif

Hubungan antar pribadi orang dengan bipolar terdiri dari

hubungan dengan keluarga, teman sekolah, teman kerja,

pasangan, lingkungan tempat tinggal hingga media sosial.

Orang dengan bipolar cenderung memiliki hubungan antar

pribadi yang tertutup. Mereka hanya memiliki hubungan

yang dekat dengan orang-orang yang memang sudah

mengetahui bahwa mereka mengalami gangguan bipolar.

Dalam temuan penelitian yang telah dijabarkan pada bab 4.

Pada awalnya keluarga orang dengan bipolar sempat

merasa kebingungan apa yang terjadi dan bagaimana

menghadapi orang dengan bipolar. Apabila peneliti

menganalisa pada bagaimana melihat individu berinteraksi

dengan lingkungannya dan melihat bagaimana individu

tersebut bereaksi atas apa yang terjadi pada lingkungannya.

Orang dengan bipolar memiliki fase manik dan fase

depresi. Dimana kedua fase ini ketika muncul akan

menimbulkan tingkah laku atau perilaku yang tidak seperti

biasanya. Tentu saja awalnya reaksi keluarga akan

kebingungan, ada keluarga yang merespon fase ini dengan

berbalik memarahi orang dengan bipolar atau justru

 

Page 90: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

73

menghindari orang dengan bipolar. Kedua respon ini

terjadi karena keluarga belum mengetahui bahwa anggota

keluarganya mengalami gangguan bipolar. Melihat respon

keluarga yang seperti ini, tentu saja akan berpengaruh pula

kepada orang dengan bipolar. Mereka akan merespon

dengan lebih memilih untuk sendiri atau ikut merespon

dengan marah-marah. Inilah yang disebut dengan sistem

yang saling mempengaruhi. Dimana terdapat aksi dan

reaksi antara keluarga dan orang dengan bipolar.

Tidak jauh berbeda dengan keluarga, lingkungan sekolah

atau tempat kerja juga merupakan sistem dari orang dengan

bipolar yang berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Reaksi lingkungan sekolah atau tempat kerja terhadap

perilaku atau tingkah orang dengan bipolar akan juga

menimbulkan aksi dari orang dengan bipolar. Seperti

temuan dalam bab 4 yang telah dijabarkan. Orang dengan

bipolar lebih nyaman ketika mereka bekerja sendiri.

Meskipun harus di garis bawahi bahwa tidak semua orang

dengan bipolar seperti ini. Namun, apabila peneliti

menganalisa. Telah terjadi respon yang kurang baik dari

lingkungan sekolah atau tempat kerja orang dengan

bipolar. Sehingga hal ini membuat orang dengan bipolar

lebih memilih untuk bekerja sendiri atau tidak terlalu

banyak bertemu dengan orang lain. Sikap orang dengan

bipolar ini merupakan hasil dari sebuah interaksi yang

terjadi.

 

Page 91: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

74

Lingkungan tempat tinggal tidak dapat dipisahkan dari

interaksi orang dengan bipolar. Hal ini karena lingkungan

tempat tinggal merupakan salah satu media orang dengan

bipolar berinteraksi. Namun, tidak sedikit orang dengan

bipolar yang justru menjauhi atau menjaga jarak dengan

lingkungan tempat tinggalnya. Apabila peneliti

menganalisa berdasarkan dari hasil wawancara, orang

dengan bipolar menjaga jarak atau menjauhi lingkungan

tempat tinggalnya dikarenakan orang dengan bipolar

sedang dalam keadaan tenang. Dimana dalam

mempertahankan keadaan tenang hanya dapat dilakukan

apabila orang dengan bipolar dapat resilient dalam

menghadapi perubahan.

Hubungan yang baik dengan pasangan akan berpengaruh

baik dalam pemulihan orang dengan bipolar. Namun, tidak

sedikit orang dengan bipolar yang merasa kurang percaya

diri dalam mencari pasangan. Pasangan akan menjadi

support system bagi orang dengan bipolar, apabila

pasangan dapat menerima dan memahami keadaan orang

dengan bipolar. Dalam hasil wawancara yang telah

dijabarkan pada bab 4 (empat). Pasangan yang dapat

memahami keadaan orang dengan bipolar dapat

berpengaruh baik dalam pemulihan orang dengan bipolar.

Hal ini karena hubungan yang baik dengan pasangan dapat

memberikan energi yang baik bagi orang dengan bipolar.

 

Page 92: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

75

Energi yang baik ini akan sangat berpengaruh dalam

pemulihan orang dengan bipolar.

Interaksi sosial tidak hanya terjadi di dunia nyata. Pada era

modern seperti sekarang ini, media sosial menjadi sangat

dekat dengan manusia. Tidak terkecuali orang dengan

bipolar, mereka juga memanfaatkan media sosial sebagai

sarana untuk berinteraksi. Baik buruknya dampak media

sosial akan berpengaruh juga ke dalam pemulihan orang

dengan bipolar. Dari hasil wawancara peneliti dengan

informan, sebagian besar sudah dapat menggunakan media

sosial dengan baik. Mereka memahami bahwa media sosial

juga sedikit banyak akan berpengaruh dalam pemulihan

orang dengan bipolar. Meskipun media sosial tidak

berinteraksi secara langsung. Namun energi baik dan

buruknya akan dirasakan ketika interaksi terjadi.

Keterlibatan sosial orang dengan bipolar dilihat dari

bagaimana orang dengan bipolar berpartisipasi dalam

lingkungan sosialnya. Dari hasil wawancara, sebagian

besar orang dengan bipolar menarik diri dari lingkungan

sosialnya dan tidak lagi berpartisipasi dalam lingkungan

sosialnya. Mereka lebih memilih untuk sendiri dan

menjalani hubungan sosial yang tertutup. Selain itu, alasan

karena merahasiakan gangguan bipolarnya juga menjadi

faktor orang dengan bipolar menarik diri dari lingkungan

sosialnya.

 

Page 93: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

76

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti jabarkan

pada bab 4. Orang dengan bipolar lebih nyaman ketika

sendiri. Tidak banyak teman dekat yang mereka miliki.

Bahkan beberapa dari mereka memilih untuk menarik diri

dan tidak memiliki teman dekat sama sekali. Apabila

peneliti menganalisa. Sikap atau perilaku lingkungan sosial

orang dengan bipolar yang kurang menerima keadaan

orang dengan bipolar. Menciptakan pola pikir, persepsi,

dan perasaan orang dengan bipolar yang mencerna input

yang telah diterimanya dari lingkungan sosialnya. Dan efek

pada orang di luar batas energi merupakan sikap atau

perilaku orang dengan bipolar yang lebih memilih untuk

menyendiri dan menarik diri dari lingkungan sosialnya.

Bentuk menarik diri dari orang dengan bipolar adalah

mereka kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang

ada pada lingkungan sosialnya. Tentu saja hal ini kurang

baik dalam pemulihan orang dengan bipolar. Dari hasil

wawancara peneliti dengan informan orang dengan bipolar,

mereka cukup memilah dan memilih kegiatan sosial yang

diikutinya. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan. Energi

yang dihasilkan ketika interaksi terjadi dapat berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku seseorang. Yang dilakukan

orang dengan bipolar dalam memilah dan memilih kegiatan

sosial adalah mereka memilih kegiatan sosial yang dapat

memberikan mereka energi yang baik. Sehingga hal ini

 

Page 94: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

77

dapat menghasilkan output yang baik bagi orang dengan

bipolar dalam pemulihan.

2. Proses Sosial Disosiatif

Stigma dan diskriminasi masih sangat dirasakan oleh orang

dengan bipolar. Stigma dan diskriminasi menjadi alasan

terbesar orang dengan bipolar merahasiakan gangguan

bipolarnya. Merahasiakan keadaannya bahwa orang

dengan bipolar mengalami gangguan bipolar merupakan

efek dari apa yang diterima mereka di dalam lingkungan

sosialnya. Hal ini karena stigma bahwa orang dengan

bipolar adalah orang “gila” masih sangat melekat di

masyarakat pada umumnya. Kurangnya pemahaman

mengenai gangguan mental dalam masyarakat menjadikan

stigma orang “gila” ini masih digunakan. Namun, apabila

dilihat lebih mendalam dan dipahami, orang dengan bipolar

bukan orang “gila” dan sangat berbeda sekali. Orang

dengan bipolar sama dengan orang pada umumnya. Mereka

memiliki hak dan kesempatan yang sama. Orang dengan

bipolar berhak bersekolah, bekerja, menikah, dan

menjalani kehidupan seperti orang pada umumnya tanpa

diberikan stigma dan diskriminasi.

Stigma dan diskriminasi tidak hanya dirasakan dalam

lingkungan sosial yang luas. Dalam lingkungan keluarga,

orang dengan bipolar juga kerap menerima stigma dan

diskriminasi. Tidak sedikit keluarga yang merahasiakan

 

Page 95: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

78

keadaan anggota keluarganya yang mengalami gangguan

bipolar. Alasan mereka sama seperti orang dengan bipolar

merahasiakan keadaannya. Stigma bahwa orang dengan

bipolar adalah orang “gila” menjadi alasan keluarga

merahasiakan keadaan orang dengan bipolar dari

lingkungan sosialnya. Sekilas, merahasiakan keadaan

bahwa anggota keluarganya mengalami gangguan bipolar

terlihat biasa saja. Namun, apabila peneliti lihat lebih

mendalam lagi. Merahasiakan keadaan bahwa orang

dengan bipolar mengalami gangguan bipolar dapat

memperkecil atau mempersempit ruang gerak orang

dengan bipolar. Hal ini tentu saja kurang baik dalam

kehidupan sosial orang dengan bipolar. Apabila peneliti

menganalisa, merahasiakan keadaan orang dengan bipolar

tentu saja akan mengganggu hubungan yang terjadi di

antara sistem sosial orang dengan bipolar. Hubungan yang

terjadi antara orang dengan bipolar dan orang yang

mengetahui bahwa mereka mengalami gangguan bipolar

akan sangat berbeda dengan hubungan orang dengan

bipolar dan orang yang tidak mengetahui keadaannya.

Stigma juga dirasakan orang dengan bipolar dalam

lingkungan sekolah dan pekerjaan. Hal ini membuat orang

dengan bipolar lebih memilih untuk merahasiakan

keadaannya. Selain itu, diskriminasi dalam lingkungan

sekolah dan pekerjaan juga menjadi ketakutan tersendiri

bagi orang dengan bipolar. Perlakuan diskriminasi dari

 

Page 96: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

79

lingkungan seperti membeda-bedakan dan mengganggap

orang dengan bipolar tidak mampu melakukan sesuatu

merupakan contoh kecil yang sering terjadi di lingkungan

sekolah dan pekerjaan. Dalam hasil wawancara yang telah

peneliti jabarkan dalam bab 4, orang dengan bipolar kurang

memiliki hubungan yang dekat dengan teman sekolah atau

kerjanya. Bahkan beberapa dari mereka lebih memilih

untuk bekerja sendiri. Apabila peneliti menganalisa, stigma

dan diskriminasi merupakan suatu hal yang di terima orang

dengan dengan bipolar. Dan merahasiakan keadaannya

merupakan hasil dari stigma dan diskrimansi yang mereka

terima.

Lingkungan tempat tinggal merupakan lingkungan sosial

yang tidak dapat dihindari oleh orang dengan bipolar.

Namun, stigma dan diskriminasi juga sangat dirasakan

orang dengan bipolar dalam lingkungan tempat tinggal.

Ketakutan orang dengan bipolar dalam menerima stigma

dan diskriminasi menjadikan mereka lebih memilih untuk

menyendiri dan menghindari interaksi dengan lingkungan

tempat tinggal. Dalam interaksi sosial akan menghasilkan

suatu energi. Stigma dan diskriminasi yang diterima oleh

orang dengan bipolar memberikan energi kepada orang

dengan bipolar sehingga menimbulkan rasa ketakutan dan

sikap untuk menarik diri dari lingkungan tempat tinggal.

Disinilah yang dikatakan bahwa sebuah interaksi sosial

akan saling mempengaruhi.

 

Page 97: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

80

Memiliki pasangan yang dapat mengerti dan memahami

keadaan orang dengan bipolar tentu sangat diinginkan oleh

orang dengan bipolar. Pasangan akan mendampingi orang

dengan bipolar dalam menjalani kehidupan sehari-hari,

dalam menghadapi fase manik dan depresi. Namun, tidak

sedikit pasangan orang dengan bipolar yang justru menjadi

pencetus orang dengan bipolar relapse. Apabila peneliti

menganalisa, pasangan yang kurang memahami keadaan

orang dengan bipolar akan menimbulkan reaksi pada orang

dengan bipolar. Reaksi ini dapat berupa relapse, persepsi

kurang baik terhadap pasangan, hingga memutuskan untuk

berpisah karena merasa kurang dipahami.

Media sosial dapat menjadi tempat orang dengan bipolar

menerima stigma dan diskriminasi. Meskipun stigma dan

diskriminasi tidak di terima secara langsung oleh orang

dengan bipolar. Tidak jarang media sosial justru menjadi

ketakutan orang dengan bipolar dalam menerima stigma

dan diskriminasi. Hal ini karena dalam media sosial

seseorang dapat menulis apapun tanpa harus ketemu

bahkan tanpa memberi tahu identitasnya. Namun, hal

positif yang didapat dalam media sosial adalah orang

dengan bipolar dapat berkomunikasi dengan sesama orang

dengan bipolar. Mereka dapat saling mendukung dan

memberi motivasi yang positif. Apabila dianalisa,

dukungan dan motivasi antara sesama orang dengan

bipolar dapat memberikan energi yang positif dalam

 

Page 98: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

81

pemulihan orang dengan bipolar. Hasil yang didapat dari

hubungan ini adalah rasa percaya diri dan keberanian untuk

kembali menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini karena

orang dengan bipolar merasa tidak sendirian.

B. Pemulihan

Pemulihan adalah suatu proses yang panjang dan hasil yang

diharapkan terjadi dalam semua aspek di kehidupan.

Pemulihan merupakan suatu proses yang sangat pribadi,

bagaimana seseorang dapat kembali memiliki kepercayaan

diri dan kemauan untuk menjadikan hidupnya lebih baik

lagi dari sebelumnya. Pemulihan bertujuan untuk

membantu orang dengan bipolar melewati tantangan hidup

bukan hanya sekedar bertahan hidup dan eksistensi. Dalam

pemulihan, peneliti akan menganalisa hasil temuan

menggunakan teori perilaku kognitif. Peneliti

menggunakan teori perilaku kognitif dikarenakan teori ini

menekankan pada pentingnya pengembangan pengelolaan

rasional orang atas perilakunya, sehingga kita dapat lebih

baik dalam memahami sumber masalahnya (Malcolm

Payne, 2016, h. 127). Selain itu, bagian perilaku dari

praktik teori perilaku kognitif berpusat pada pembatasan

dan pembahasan perilaku-perilaku bermasalah, terutama

fobia sosial, kecemasan, dan depresi (Malcolm Payne,

2016, h. 127). Dalam pemulihan orang dengan bipolar,

teori perilaku kognitif ini dapat menjadi acuan dalam

 

Page 99: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

82

melakukan asesmen dan pemantauan yang teliti tentang

perkembangan kehidupan sosial orang dengan bipolar.

Dalam pemulihan orang dengan bipolar, penerimaan akan

keadaan orang dengan bipolar oleh keluarga sangat

penting. Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti

lakukan, keluarga yang dapat memahami keadaan orang

dengan bipolar dapat menimbulkan perasaan senang dan

nyaman bagi orang dengan bipolar. Apabila peneliti

menganalisa menggunakan teori perilaku kognitif.

Keluarga yang dapat menerima dan memahami keadaan

orang dengan bipolar dapat menjadi proses terapi perilaku

kognitif bagi orang dengan bipolar. Dalam proses terapi

perilaku kognitif ini, dapat melihat bagaimana pola pikir

orang dengan bipolar yang menghasilkan pola perilaku

orang dengan bipolar. Seperti hasil wawancara, orang

dengan bipolar akan berpikir bahwa, saya di terima oleh

keluarga dan saya merasa nyaman dengan keluarga. Hal ini

akan menghasilkan pola perilaku yang baik, orang dengan

bipolar dapat berani untuk melanjutkan hidupnya dan

menjalani peran sosialnya.

Kembali menjalani peran sosialnya, salah satunya adalah

orang dengan bipolar kembali bersekolah, bekerja, dan

bertetangga. Dalam proses kembali ke sekolah, pekerjaan,

dan tempat tinggal, orang dengan bipolar membutuhkan

adaptasi kembali setelah proses pengobatan. Proses

adaptasi ini sangat penting dalam pemulihan orang dengan

bipolar. Berdasarkan hasil wawancara pada bab 4, orang

 

Page 100: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

83

dengan bipolar perlu kembali melakukan adaptasi kembali

dengan lingkungan sekolah, tempat kerja, dan tempat

tinggalnya. Hal ini dilakukan agar orang dengan bipolar

tidak merasa minder atau kurang percaya ketika berada di

lingkungan tersebut setelah proses pengobatan yang

dilakukan. Teori perilaku kognitif dalam hal ini berperan

dalam melihat bagaimana pengelolaan dan perubahan

perilaku orang dengan bipolar untuk memecahkan masalah

sosial yang mempengaruhinya. Awal orang dengan bipolar

mengetahui bahwa mereka mengalami gangguan bipolar,

tentu menjadi masalah tersendiri bagi orang dengan

bipolar. Akan terjadi perubahan perilaku orang dengan

bipolar dalam lingkungan sosialnya setelah hal ini. Perilaku

tersebut dapat berupa menarik diri dari lingkungan

sosialnya, menyendiri, dan masih banyak lagi. Disinilah

perlu adanya pemulihan bagi orang dengan bipolar.

Pemulihan dilakukan agar orang dengan bipolar dapat

merubah perilakunya terhadap lingkungan sosialnya

menjadi lebih baik. Dalam pemulihan orang dengan bipolar

juga diharapkan dapat kembali menjalani peran sosialnya.

Hubungan yang baik dengan pasangan akan berpengaruh

baik dalam pemulihan orang dengan bipolar. Hubungan

yang baik dengan pasangan dapat menjadi terapi tersendiri

bagi orang dengan bipolar dalam proses pemulihannya.

Dalam teori perilaku kognitif, hubungan yang baik dengan

pasangan dapat menjadi terapi kognitif bagi orang dengan

bipolar. Hal ini karena hubungan yang baik dengan

 

Page 101: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

84

pasangan dapat menghasilkan perubahan proses berpikir

yang tidak tepat. Dimana seringkali orang dengan bipolar

berpikir bahwa mereka melewati masalahnya sendirian.

Namun, apabila orang dengan bipolar memiliki hubungan

yang baik dengan pasangan dan dapat saling mendukung,

orang dengan bipolar tidak akan berpikir bahwa mereka

sendiri dalam melewati masalahnya.

Media sosial sedikit banyak juga berpengaruh dalam

pemulihan orang dengan bipolar. Hal ini karena di era

modern sekarang ini, media sosial sulit untuk dipisahkan

dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara

yang telah dijabarkan pada bab 4, terdapat pengaruh positif

dan negatif dalam penggunaan media sosial oleh orang

dengan bipolar. Pengaruh positif dari media sosial adalah

orang dengan bipolar dapat berkomunikasi dengan sesama

orang dengan bipolar dan saling memberikan dukungan.

Namun, pengaruh negatif dari media sosial adalah orang

dengan bipolar akan pula mendapat stigma dan

diskriminasi. Dalam teori perilaku kognitif, pengaruh

positif dan negatif dari media sosial ini akan menjadi terapi

kognitif. Dimana pengaruh positif media sosial akan

menghasilkan pemikiran bahwa orang dengan bipolar tidak

sendirian. Dan pengaruh negatif dari media sosial akan

menghasilkan pemikiran bahwa selain orang dengan

bipolar tidak ada yang memahami keadaannya mereka.

Sehingga mereka lebih nyaman ketika bersama orang

dengan bipolar juga.

 

Page 102: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

85

BAB VI

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

lakukan mengenai Interaksi Sosial dalam Pemulihan Orang

dengan Bipolar melalui teknik wawancara, maka peneliti

dapat menyimpulkan bahwa:

1. Pada interaksi sosial dalam pemulihan orang dengan

bipolar dapat terjadi proses sosial asosiatif dan

disosiatif. Hal ini karena dalam pemulihan, orang

dengan bipolar melakukan interaksi dengan keluarga,

teman sekolah, tetangga, dan masih banyak lagi. Dari

interaksi ini akan menimbulkan proses sosial baik

asosiatif maupun disosiatif.

2. Proses sosial asosiatif yang terjadi pada interaksi sosial

dalam pemulihan orang dengan bipolar adalah

kerjasama. Pada proses sosial asosiatif kerjasama ini

orang dengan bipolar melakukan hubungan antar

pribadi dan keterlibatan sosial dengan orang-orang

terdekat seperti keluarga dan teman dekat.

3. Proses sosial disosiatif yang terjadi pada interaksi

sosial dalam pemulihan orang dengan bipolar adalah

kontravensi. Pada proses sosial disosiatif kontravensi

ini orang dengan bipolar mengalami interaksi sosial

dengan keluarga, teman sekolah, tetangga dan lain-lain

 

Page 103: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

86

yang kurang menyenangkan seperti stigma dan

diskriminasi.

B. Implikasi

Penelitian jika dilakukan tanpa adanya manfaat untuk

orang lain tentu merupakan hal yang sia-sia. Dalam

penelitian ini, peneliti berharap yang telah dilakukan dapat

bermanfaat baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun

implikasi dari penelitian ini yang dapat bermanfaat untuk

kedepannya adalah

1. Teoritis

Dari segi teoritis peneliti mengharapkan bahwa penelitian

ini dapat bermanfaat bagi para akademisi maupun orang

dengan bipolar yang membaca penelitian ini. Adapun

implikasi dari segi teoritis adalah

a. Berdasarkan teori proses sosial asosiatif dan proses

sosial disosiatif, maka pemulihan orang dengan bipolar

dapat lebih baik apabila orang dengan bipolar,

komunitas dan lingkungan sekitar dapat melakukan

proses sosial dengan baik.

b. Berdasarkan teori proses sosial asosiatif bentuk

kerjasama, maka pemulihan orang dengan bipolar akan

berjalan lebih baik apabila dalam pemulihan orang

dengan bipolar dan lembaga atau komunitas memiliki

tujuan yang sama.

 

Page 104: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

87

c. Berdasarkan teori proses sosial disosiatif bentuk

kontravensi, maka pemulihan orang dengan bipolar

dapat terlaksana dengan baik apabila lingkungan

sekitar dapat lebih mendukung dalam pemulihan orang

dengan bipolar.

2. Praktis

Dari segi praktis, peneliti mengharapkan bahwa penelitian

ini dapat bermanfaat bagi praktisi, caregiver, komunitas,

dan lembaga yang bergerak di bidang kesehatan jiwa,

khususnya yang menangani orang dengan bipolar. Adapun

implikasi dari segi praktis adalah

a. Komunitas Bipolar Care Indonesia dapat mendorong

proses sosial asosiatif dan mengurangi proses sosial

disosiatif bagi orang dengan bipolar dalam pemulihan

seperti melakukan kegiatan dengan interaksi yang lebih

luas.

b. Komunitas Bipolar Care Indonesia dapat mendorong

proses sosial asosiatif bentuk kerjasama seperti

melakukan kegiatan yang memiliki tujuan yang saling

mendukung dan melakukan kegiatan yang dapat

meningkatkan keterlibatan sosial orang dengan bipolar.

c. Komunitas Bipolar Care Indonesia dapat mengurangi

proses sosial disosiatif bentuk kontravensi dengan

 

Page 105: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

88

kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat mengenai gangguan bipolar.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti, untuk dapat memperbaiki interaksi sosial orang

dengan bipolar dalam pemulihan peneliti ingin

menyampaikan beberapa saran akademis, praktis dan

kepada peneliti selanjutnya, yaitu

1. Akademis

Dalam memahami interaksi sosial orang dengan bipolar

dalam pemulihan, khususnya proses sosial asosiatif dan

proses sosial disosiatif. Sebaiknya, dapat memperdalam

teori mengenai interaksi sosial dari berbagai ahli agar dapat

memahami interaksi sosial lebih luas lagi. Hal ini karena,

interaksi sosial tidak hanya menghasilkan proses sosial

asosiatif yang cenderung menjalin kesatuan dan

meningkatkan solidaritas. Namun juga, dapat

menimbulkan proses sosial disosiatif yang bertentangan

dengan seseorang atau kelompok lain.

2. Praktis

Sebagai wadah untuk orang dengan bipolar (ODB),

caregiver, dan siapa saja yang peduli dengan gangguan

bipolar, sebaiknya komunitas Bipolar Care Indonesia dapat

memperbaiki program dukungan yang khususnya

 

Page 106: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

89

diberikan kepada penderita bipolar dan caregiver. Sebagai

bentuk dukungan bahwa mereka tidak berjuang sendirian

dan bisa saling berbagi pengalaman, inspirasi, dan motivasi

dalam menghadapi bipolar.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pemahaman

interaksi sosial orang dengan bipolar dalam pemulihan,

maka peneliti selanjutnya sebaiknya dapat meneliti

mengenai bagaimana interaksi sosial orang dengan bipolar

dalam masa pengobatan dan rehabilitasi.

Penelitian mengenai interaksi sosial orang dengan bipolar

dalam pemulihan ini dilakukan pada orang dengan bipolar

yang pernah mengikuti kegiatan pada komunitas Bipolar

Care Indonesia, maka peneliti selanjutnya sebaiknya dapat

meneliti pada komunitas atau lembaga lain dengan

pengidap gangguan mental yang lebih bervariasi.

 

Page 107: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

90

 

Page 108: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

91

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Adi, Isbandi Rukminto. 2013. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan

Sosial, Pembangunan Sosial, dan Kajian Pembangunan).

Jakarta: Rajawali Pers.

Alamsyah, Cepi Yusrun. 2015. Praktik Pekerjaan Sosial Generalis.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ali, M. dan Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja

Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida. 2011.

Belajar Teori Pekerjaan Sosial. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.

Arifin, Bambang Syamsul. 2015. Psikologi Sosial. Bandung:

Pustaka Setia.

Maryati dan Suryawati. 2003. Sosiologi 1. Jakarta: Erlangga.

Murdiyatmoko dan Handayani. 2004. Sosiologi I. Jakarta:

Grafindo Media.

Panggabean, Laurentius M. 2015. Apakah Aku Bipolar? 100

Tanya Jawab dengan Psikiater. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Payne, Malcolm. 2016. Teori Pekerjaan Sosial Modern.

Yogyakarta: Samudra Biru.

Pritchard, Colin. 2006. Mental Health Social Work (Evidence-

based practice). New York: Routledge by Taylor & Francis

Group.

Razak, Yusron. 2013. Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan

Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam. Tangerang:

Laboratorium Sosiologi Agama.

Rustanto, Bambang. 2015. Penelitian Kualitatif Pekerjaan Sosial.

Bandung: Rosdakarya.

 

Page 109: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

92

Salam, Syamsir. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN

Jakarta Press.

Setiadi, Elly M. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan

Pemecahannya. Jakarta: Kencana.

Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar (Edisi

Revisi). Jakarta: Raja Grafindo.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi).

Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Susanto, Astrid S. 1985. Pengantar Sosiologi dan Perubahan

Sosial. Jakarta: Bina Cipta.

Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif,

dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

B. Sumber Jurnal

Lloyd, Chris. 2oo8. Conceptualising Recovery in Mental Health

Rehabilitation. Australia: British Journal of Occupational

Therapy.

Tew, Jerry. 2012. Social Factors and Recovery from Mental

Health Difficulties: A Review of the Evidence. Inggris:

British Journal of Social Work.

Williams, Charmaine C. 2015. Towards a Biopsychosociopolitical

Frame for Recovery in the Context of Mental Illness.

Kanada: British Journal of Social Work.

 

Page 110: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

93

C. Sumber Website

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Undang-undang Kesehatan

Jiwa. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Juga dapat

diunduh pada

http://yankes.kemkes.go.id/assets/downloads/UU%20No.

%2018%20Th%202014%20ttg%20Kesehatan%20Jiwa.pd

f

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peran Keluarga Dukung

Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI. Juga dapat diunduh pada

http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-

keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html

Mediani, Mesha. 2017. Dinas Sosial DKI: Penderita Gangguan

Jiwa Meningkat. Jakarta: CNN Indonesia. Juga dapat

diunduh pada

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20170830143423-

20-238372/dinas-sosial-dki-penderita-gangguan-jiwa-

meningkat

D. Sumber Dokumentasi

Arsip Dokumen Profil Komunitas Milik Ketua Komunitas Bipolar

Care Indonesia.

 

Page 111: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

 

Page 112: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

 

Page 113: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

PEDOMAN WAWANCARA

Pertanyaan Untuk Informan Utama (Orang Dengan Bipolar)

1. Tanggal Wawancara :

2. Waktu Wawancara :

3. Lokasi Wawancara :

Data Diri Informan

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Tahun Lahir :

4. Pekerjaan :

5. Pendidikan Terakhir :

6. Status :

7. Bagaimana awalnya saudara mengetahui bahwa saudara

mengalami gangguan Bipolar? Dari kapan dan bagaimana

perasaan saudara?

Interaksi Sosial : Hubungan Antar Pribadi

1. Bagaimana hubungan saudara dengan keluarga?

2. Bagaimana hubungan saudara dengan teman sekolah /

kerja / rumah?

3. Bagaimana hubungan saudara dengan lingkungan sekolah

/ kerja / rumah?

4. Bagaimana hubungan saudara dengan pasangan?

5. Bagaimana saudara berinteraksi menggunakan media

sosial?

 

Page 114: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

Interaksi Sosial : Keterlibatan Sosial

1. Berapa banyak teman yang dekat dengan saudara di

sekolah / tempat kerja / lingkungan rumah? Bagaimana

hubungan saudara dengan mereka?

2. Bagaimana saudara dalam mengikuti kegiatan yang ada di

sekolah / tempat kerja / lingkungan rumah?

Interaksi Sosial : Stigma dan Diskriminasi

1. Bagaimana perlakuan keluarga terhadap saudara?

2. Bagaimana perlakuan teman sekolah / kerja / rumah

terhadap saudara?

3. Bagaimana perlakuan dalam lingkungan sekolah / kerja /

rumah terhadap saudara?

4. Bagaimana perlakuan pasangan terhadap saudara?

5. Bagaimana perlakuan orang-orang di media sosial terhadap

saudara?

Pemulihan

1. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

keluarga?

2. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

teman sekolah / kerja / rumah?

3. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dalam

lingkungan sekolah / kerja / rumah?

4. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

pasangan?

5. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

menggunakan media sosial?

 

Page 115: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

TRANSKIP WAWANCARA

Pertanyaan Untuk Informan Utama (Orang Dengan Bipolar)

1. Tanggal Wawancara : Senin, 24 September 2018

2. Waktu Wawancara : 13.00 – selesai

3. Lokasi Wawancara : Rumah Orangtua Ina

Data Diri Informan

1. Nama : Ina

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tahun Lahir : 1991

4. Pekerjaan : Guru Swasta

5. Pendidikan Terakhir : S1

6. Status : Lajang

7. Bagaimana awalnya saudara mengetahui bahwa saudara

mengalami gangguan Bipolar? Dari kapan dan bagaimana

perasaan saudara?

Sejak Juli 2014

Interaksi Sosial : Hubungan Antar Pribadi

1. Bagaimana hubungan saudara dengan keluarga?

Alhamdulillah hangat dan akrab. Walaupun sekarang sudah

sibuk dengan aktivitas masing-masing. Dulu hubungan saya

dengan ibu kurang baik. Saya selalu jadi sasaran kemarahan.

Tapi sekarang tidak lagi. Sudah dekat sekali dengan ibu.

2. Bagaimana hubungan saudara dengan teman sekolah /

kerja / rumah?

 

Page 116: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

Alhamdulillah baik, bisa saling bekerjasama. Akrab dan baik-

baik saja.

3. Bagaimana hubungan saudara dengan lingkungan sekolah

/ kerja / rumah?

Baik-baik saja, walaupun tidak begitu dekat.

4. Bagaimana hubungan saudara dengan pasangan?

Single Lillah. Belum ada pasangan.

5. Bagaimana saudara berinteraksi menggunakan media

sosial?

Apresiasi hal baik saja di status orang sesekali. Sekarang sejak

2 bulan ini saya Facebook-an untuk jualan. Plus sosial media

tetap. Kalau Instagram cuma buat simpan momen spesial sama

interaksi dengan sahabat yang sudah terpisah jarak.

Interaksi Sosial : Keterlibatan Sosial

1. Berapa banyak teman yang dekat dengan saudara di

sekolah / tempat kerja / lingkungan rumah? Bagaimana

hubungan saudara dengan mereka?

Sahabat yang beneran sahabat ada 8 orang. Hubungan baik

semua, walaupun berjauhan dan hanya sesekali ketemu. Tapi

ketika ketemu, seru banget.

2. Bagaimana saudara dalam mengikuti kegiatan yang ada di

sekolah / tempat kerja / lingkungan rumah?

 

Page 117: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

Dulu sebelum bipolar, aktif banget. Sekarang, lihat kondisi

badan. Lebih hati-hati saja agar tidak kecapean. Tapi asal fit,

aktif juga walau tidak sekeren dulu.

Interaksi Sosial : Stigma dan Diskriminasi

1. Bagaimana perlakuan keluarga terhadap saudara?

Baik. Cuma dulu ketika kambuh, pada bingung harus

bagaimana. Soalnya saya jadi menyebalkan banget. Sekarang

saya sudah dianggap sukses. Semua bersikap baik.

2. Bagaimana perlakuan teman sekolah / kerja / rumah

terhadap saudara?

Baik. Lumayan pada pengertian, tidak dipaksa mengerjakan all

out. Kalau sudah keliatan capek, di suruh istirahat. Walaupun

kadang akunya tetap ngeyel.

3. Bagaimana perlakuan dalam lingkungan sekolah / kerja /

rumah terhadap saudara?

Baik, tidak dekat tapi menghargai.

4. Bagaimana perlakuan pasangan terhadap saudara?

Single Lillah. Belum ada pasangan.

5. Bagaimana perlakuan orang-orang di media sosial terhadap

saudara?

Baik-baik semua.

 

Page 118: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

Pemulihan

1. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

keluarga?

Saya merasa bahagia ketika berinteraksi dengan keluarga,

terutama ibu saya.

2. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

teman sekolah / kerja / rumah?

Saya merasa baik-baik saja dengan mereka

3. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dalam

lingkungan sekolah / kerja / rumah?

Saya merasa biasa saja.

4. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

pasangan?

Single Lillah. Belum ada pasangan.

5. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

menggunakan media sosial?

Senang, soalnya hiburan di waktu senggang.

 

Page 119: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

TRANSKIP WAWANCARA

Pertanyaan Untuk Informan Utama (Orang Dengan Bipolar)

1. Tanggal Wawancara : Rabu, 3 Oktober 2018

2. Waktu Wawancara : 11.00 – selesai

3. Lokasi Wawancara : Tempat Makan di Daerah Jakarta

Selatan

Data Diri Informan

1. Nama : Susi

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tahun Lahir : 1997

4. Pekerjaan : Mahasiswa

5. Pendidikan Terakhir : SMA

6. Status : Lajang

7. Bagaimana awalnya saudara mengetahui bahwa saudara

mengalami gangguan Bipolar? Dari kapan dan bagaimana

perasaan saudara?

Sejak tahun 2016

Interaksi Sosial : Hubungan Antar Pribadi

1. Bagaimana hubungan saudara dengan keluarga?

Hubungan saya dengan keluarga baik, bisa dibilang dekat.

2. Bagaimana hubungan saudara dengan teman sekolah /

kerja / rumah?

 

Page 120: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

Hubungan saya dengan teman kampus bisa dibilang sedikit

kenalannya.

3. Bagaimana hubungan saudara dengan lingkungan sekolah

/ kerja / rumah?

Kalau hubungan dengan tetangga kenal hanya beberapa saja

dulu. Sekarang bisa dibilang mungkin saya dan keluarga

dikenal tetapi kurang dekat.

4. Bagaimana hubungan saudara dengan pasangan?

Saya tidak punya pasangan, saya jomblo sampai halal.

5. Bagaimana saudara berinteraksi menggunakan media

sosial?

Saya berinteraksi dengan keingintahuan saya yang tinggi. Saya

mencari informasi dengan cepat.

Interaksi Sosial : Keterlibatan Sosial

1. Berapa banyak teman yang dekat dengan saudara di

sekolah / tempat kerja / lingkungan rumah? Bagaimana

hubungan saudara dengan mereka?

Teman dekat saya tidak ada di dunia nyata. Di dunia maya saja.

Ketika saya punya teman dekat di dunia nyata mungkin akan

menjauh. Karena biasanya saya mementingkan kepentingan

saya sendiri. Tetapi saya berusaha juga membalas kebaikan

mereka walaupun tidak nampak.

 

Page 121: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

2. Bagaimana saudara dalam mengikuti kegiatan yang ada di

sekolah / tempat kerja / lingkungan rumah?

Saya tidak turut serta.

Interaksi Sosial : Stigma dan Diskriminasi

1. Bagaimana perlakuan keluarga terhadap saudara?

Perlakuan mereka baik.

2. Bagaimana perlakuan teman sekolah / kerja / rumah

terhadap saudara?

Perlakuan teman di kampus baik, tetapi saya memang jarang

bersosialisasi. Karena saya sibuk dengan dunia sendiri. Kalau

waktu kecil saya malah sering main. Pada saat sekarang ini

saya lebih suka menyendiri dan tidak mau saya menyusahkan

orang.

3. Bagaimana perlakuan dalam lingkungan sekolah / kerja /

rumah terhadap saudara?

Perlakuan tetangga sebenarnya baik hanya sayanya saja tidak

tahu cara mereka baik sama saya.

4. Bagaimana perlakuan pasangan terhadap saudara?

Saya tidak punya pasangan.

5. Bagaimana perlakuan orang-orang di media sosial terhadap

saudara?

Pro kontra. Pronya biasanya memberikan komentar positif,

kadang menasehati. Kontranya biasanya saya suka di block.

 

Page 122: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

Pemulihan

1. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

keluarga?

Awalnya baik, tapi tidak tahu kenapa akhir-akhir ini tidak

harmonis. Yang salah sih memang saya. Seolah-olah kalau

saya mengobrol tidak nyambung, saya terlalu serius juga.

2. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

teman sekolah / kerja / rumah?

Tidak nyaman, saya merasa sedang dalam fase depresi. Saya

merasa akhir-akhir ini suka murung dan tidak bersemangat.

3. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dalam

lingkungan sekolah / kerja / rumah?

Biasa saja, mereka menganggap saya aneh. Jadi itulah kenapa

saya jadi minder dengan mereka.

4. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

pasangan?

Saya tidak punya pasangan.

5. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

menggunakan media sosial?

Saya merasa senang ketika ada yang memberikan komentar

yang positif dan menasehati. Namun, saya mudah tersinggung

ketika ada yang menganggap saya aneh atau berlebihan.

 

Page 123: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

TRANSKIP WAWANCARA

Pertanyaan Untuk Informan Utama (Orang Dengan Bipolar)

1. Tanggal Wawancara : Kamis, 11 Oktober 2018

2. Waktu Wawancara : 12.30 – selesai

3. Lokasi Wawancara : Rumah Galih di Daerah Jakarta

Selatan

Data Diri Informan

1. Nama : Galih

2. Jenis Kelamin : Laki - laki

3. Tahun Lahir : 1989

4. Pekerjaan : Guru Privat

5. Pendidikan Terakhir : S1

6. Status : Menikah

7. Bagaimana awalnya saudara mengetahui bahwa saudara

mengalami gangguan Bipolar? Dari kapan dan bagaimana

perasaan saudara?

Sejak juni 2018

Interaksi Sosial : Hubungan Antar Pribadi

1. Bagaimana hubungan saudara dengan keluarga?

Sebelum mengetahui saya bipolar saya sering bertengkar

dengan orang di rumah, terutama istri saya mudah emosi.

Tetapi sekarang semenjak berobat saya lebih bisa mengontrol

diri saya.

 

Page 124: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

2. Bagaimana hubungan saudara dengan teman sekolah /

kerja / rumah?

Saya merasa kesulitan dalam berteman, saya berteman hanya

begitu begitu saja. Makanya saya lebih memilih untuk bekerja

sendiri dengan mengajar privat anak-anak. Saya mengajar anak

TK dan SD semua mata pelajaran. Dan anak SMP dan SMA

khusus bahasa inggris dan akuntansi.

3. Bagaimana hubungan saudara dengan lingkungan sekolah

/ kerja / rumah?

Saya jarang keluar rumah saya jarang bertetangga.

4. Bagaimana hubungan saudara dengan pasangan?

Hubungan saya dengan istri saya baik-baik saja, dia sudah bisa

memahami keadaan saya.

5. Bagaimana saudara berinteraksi menggunakan media

sosial?

Saya hanya membuka media sosial ketika sedang senggang

saja atau ketika saya sedang merasa sedih.

Interaksi Sosial : Keterlibatan Sosial

1. Berapa banyak teman yang dekat dengan saudara di

sekolah / tempat kerja / lingkungan rumah? Bagaimana

hubungan saudara dengan mereka?

Tidak ada satupun, saya tidak cukup dekat dengan siapapun.

Saya menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan orang lain

 

Page 125: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

selain keluarga. Saya belum bisa berbagi kesedihan saya

dengan orang lain termasuk istri dan keluarga saya. Saya selalu

ingin orang tau saya bahagia. Saya paling susah untuk

mengeluh, saya selalu mementingkan orang lain daripada diri

saya, jadi saya tidak mau buat orang susah dengan masalah-

masalah saya.

2. Bagaimana saudara dalam mengikuti kegiatan yang ada di

sekolah / tempat kerja / lingkungan rumah?

Tidak ada kegiatan yang saya ikutin.

Interaksi Sosial : Stigma dan Diskriminasi

1. Bagaimana perlakuan keluarga terhadap saudara?

Perlakuan keluarga saya terhadap saya baik sekali. Mereka

sekarang sudah dapat memahami kondisi saya saat ini. Mereka

mencoba untuk menerima keadaan saya.

2. Bagaimana perlakuan teman sekolah / kerja / rumah

terhadap saudara?

Saya tidak memiliki teman kerja.

3. Bagaimana perlakuan dalam lingkungan sekolah / kerja /

rumah terhadap saudara?

Biasa saja, karena tadi kan saya bilang saya tidak bertetangga

banget. Jadi tidak begitu kenal-kenal banget.

4. Bagaimana perlakuan pasangan terhadap saudara?

Istri saya baik, sangat memperhatikan saya.

 

Page 126: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

5. Bagaimana perlakuan orang-orang di media sosial terhadap

saudara?

Biasa saja tidak ada yang istimewa.

Pemulihan

1. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

keluarga?

Saya hanya bicara seperlunya, tidak terlalu jelas dengan

perasaan saya.

2. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

anak-anak yang mengikuti privat?

Sangat menyenangkan awalnya, tapi lama kelamaan saya

sekarang mulai jenuh. Enam tahun mengajar saya mulai jenuh.

Semenjak istri saya keguguran tiga kali, saya mulai tidak suka

dengan anak-anak.

3. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dalam

lingkungan sekolah / kerja / rumah?

Biasa saja tidak terlalu dekat.

4. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

pasangan?

Sangat menyenangkan dan kami saling mencintai.

 

Page 127: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

5. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

menggunakan media sosial?

Senang karena bisa membaca tulisan orang lain dan mendapat

pelajaran juga.

 

Page 128: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

 

Page 129: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

TRANSKIP WAWANCARA

Pertanyaan Untuk Informan Utama (Orang Dengan Bipolar)

1. Tanggal Wawancara : Kamis, 18 Oktober 2018

2. Waktu Wawancara : 14.00 – selesai

3. Lokasi Wawancara : Masjid Tempat Ari Bekerja

Data Diri Informan

1. Nama : Ari

2. Jenis Kelamin : Laki - laki

3. Tahun Lahir : 1980

4. Pekerjaan : Penjaga Masjid

5. Pendidikan Terakhir : SMA

6. Status : Lajang

7. Bagaimana awalnya saudara mengetahui bahwa saudara

mengalami gangguan Bipolar? Dari kapan dan bagaimana

perasaan saudara?

Jadi awalnya pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi, waktu itu

saya lulus SMA saya ingin sekali bekerja. Karena saya terlalu

keras memikirkannya kepala saya pusing, saya mulai depresi.

Lalu, secara pasti saya periksa ke psikolog, saya diberi tes-tes.

Interaksi Sosial : Hubungan Antar Pribadi

1. Bagaimana hubungan saudara dengan keluarga?

Waktu dulu ketika awal saya mengalami bipolar saya sering

bertengkar dengan kedua orangtua saya. Saya dulu mudah

emosi, tetapi sekarang Alhamdulillah sudah stabil.

 

Page 130: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

2. Bagaimana hubungan saudara dengan teman sekolah /

kerja / rumah?

Karena keadaan saya sekarang saya jadi mudah tersinggung.

Dulu saya kerja saya suka bete dengan teman yang reseh, bisa

juga dengan atasan saya. Tetapi teman saya ada juga yang baik,

saya merasa cocoknya kerja yang tidak banyak teman.

Makanya sekarang saya menjadi penjaga masjid saja.

3. Bagaimana hubungan saudara dengan lingkungan sekolah

/ kerja / rumah?

Dengan tetangga saya suka jaga jarak, tidak mau mencampuri

urusan orang lain. Saya cuek saja, yang penting saya tenang.

4. Bagaimana hubungan saudara dengan pasangan?

Saya tidak memiliki pasangan.

5. Bagaimana saudara berinteraksi menggunakan media

sosial?

Kalau Facebook buat cari info kesehatan, saya suka lihat group

Bipolar Care Indonesia dan sejenisnya. Ketika saya lagi bete

saya suka lihat yang lucu-lucu. Kalau Whatsapp saya ikut

group pengajian.

Interaksi Sosial : Keterlibatan Sosial

1. Berapa banyak teman yang dekat dengan saudara di

sekolah / tempat kerja / lingkungan rumah? Bagaimana

hubungan saudara dengan mereka?

 

Page 131: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

Kalau di sini yang dekat sedikit. Tetapi kalau teman pengajian

saya banyak. Hubungan saya dengan teman dekat saya baik.

2. Bagaimana saudara dalam mengikuti kegiatan yang ada di

sekolah / tempat kerja / lingkungan rumah?

Saya mengikuti kegiatan jamaah taklim, orang-orang di taklim

baik-baik. Saya senang pikiran jadi terhibur bertemu dengan

orang-orang baik. Saya memilih kegiatan yang baik-baik saja.

Interaksi Sosial : Stigma dan Diskriminasi

1. Bagaimana perlakuan keluarga terhadap saudara?

Baik, biasa saja. Alhamdulillah sekarang keadaan mental saya

tenang. Dulu ketika masih parah saya sering beda pendapat dan

mudah tersinggung. Saya banyak ikut taklim jadi pengaruhnya

mental saya bisa tenang.

2. Bagaimana perlakuan teman sekolah / kerja / rumah

terhadap saudara?

Saya sekarang kerja sendirian, bersih-bersih masjid. Dulu

pengalaman kerja saya banyak, seperti di toko dan pabrik. Dulu

ada teman yang menyebalkan, tidak suka dengan saya,

merendahkan saya. Tetapi saya cuek dan megalah saja.

3. Bagaimana perlakuan dalam lingkungan sekolah / kerja /

rumah terhadap saudara?

Saya merasa seperti fobia sosial, saya jadi males bergaul.

Karena efek depresi dulu, saya jadi lebih suka berdiam diri di

rumah dan menjadi mudah tersinggung. Tetapi di tempat

 

Page 132: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

tinggal saya yang sekarang saya merasa senang karena lebih

nyaman dan jarang ada orang yang ngomongin gitu. Namun,

jika saya berada di tempat yang membuat ingatan buruk

kembali itu hal yang menyakitkan, dada saya jadi berdebar-

debar, kepala pusing, emosi, dan lain-lain.

4. Bagaimana perlakuan pasangan terhadap saudara?

Saya tidak memiliki pasangan.

5. Bagaimana perlakuan orang-orang di media sosial terhadap

saudara?

Saya memiliki teman yang senasib dengan saya di Facebook,

saya jadi merasa tidak sendirian. Kebanyakan dari kami

menyembunyikan, tetapi kalau di Facebook kami terbuka.

Karena kebanyakan orang-orang memberikan kami stigma

yang buruk. Hanya ke sesama kami saling mengerti.

Pemulihan

1. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

keluarga?

Alhamdulillah, sekarang saya merasa senang ketika ada

bersama keluarga. Keluarga saya sudah mulai dapat

memahami keadaan saya.

2. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

teman sekolah / kerja / rumah?

Karena saya sekarang bekerja sendirian di masjid, jadi saya

merasa biasa saja. Tidak terlalu banyak teman yang saya temui.

 

Page 133: INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMULIHAN ORANG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45625/1/NISA DIYANAH-FDK.pdf · Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis

3. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dalam

lingkungan sekolah / kerja / rumah?

Terkadang saya merasa malas untuk berinterkasi dengan orang

lain. Saya lebih suka menyendiri dan berbicara jika diperlukan

saja.

4. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

pasangan?

Saya tidak memiliki pasangan.

5. Bagaimana perasaan saudara ketika berinteraksi dengan

menggunakan media sosial?

Dengan media sosial saya merasa senang, karena di Facebook

saya menemukan orang-orang yang senasib dengan saya.