Upload
makebaya
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/23/2019 ipi145842
1/15
ARTIKEL
Judul
Pemanfaatan Situs Pura Pusering Jagat Sebagai Sumber Belajar
IPS (Studi Kasus di SMP Santhi Yoga Pejeng)
Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar
Oleh
Ni Luh Made Ari Darmini
0914021025
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014
7/23/2019 ipi145842
2/15
7/23/2019 ipi145842
3/15
PEMANFAATAN SITUS PURA PUSERING JAGAT SEBAGAI SUMBER
BELAJAR IPS (STUDI KASUS SMP SANTHI YOGA PEJENG)
KECAMATAN TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR
Oleh
Ni Luh Made Ari Darmini, NIM. 0914021025
Desak Made Oka Purnawati*)
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Desa Pejeng, Gianyar, Bali yang bertujuan untuk
mengetahui: (1) Sejarah berdirinya Pura Pusering Jagat yang ada di Desa Pejeng,
Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar; (2) Benda-benda peninggalan
purbakala yang ada di Pura Pusering Jagat, yang teridentifikasi bisa dijadikan
sumber belajar di SMP Santhi Yoga terkait dengan materi pra sejarah; dan (3)
Strategi guru IPS di SMP Santhi Yoga Pejeng dalam menerapkan Pura Pusering
Jagat sebagai sumber belajar. Penelitian ini merupakan penelitian bersifat
deskriptif kualitatif, langkah-langkah yang dilakukan adalah (1) Penentuan Lokasi
Penelitian; (2) Teknik Penentuan Informan; (3) Teknik Pengumpulan Data; (4)
Teknik Penjaminan Keabsahan Data;(5) Teknik Analisa Data; dan (6) Teknik
Penulisan Hasil Penelitian. Berdasarkan temuan di lapangan Sejarah berdirinya
Pura Pusering Jagat diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Bali Kuno yang
berpusat di Pejeng pada abad-ke11 dan merupakan salah satu pelebahan pura
milik raja-raja Bali Kuno. Peninggalan purbakala yang ada di Pura Puseing Jagat
yang bisa dijadikan sumber belajar yaitu Arca Kelamin (Phallus Vulva) dan
Sangku Sudamala. Strategi yang digunakan guru IPS di SMP Santhi Yoga Pejeng
adalah model karya wisata, namun karena banyak memiliki kendala jadi strategi
yang tepat digunakan dalam memfungsikan Pura Pusering Jagat sebagai sumberbelajar IPS adalah CTL.
Kata Kunci : Sejarah, Peninggalan, dan Strategi Pembelajaran
7/23/2019 ipi145842
4/15
USE OF SITE PURA Pusering JAGAT RESOURCES AS IPS ( SMP Santhi
YOGA CASE STUDY Pejeng )
DISTRICT DISTRICT tampaksiring GIANYAR
by
Ni Luh Made Ari Darmini , NIM . 0914021025( [email protected] )
Desak Made Oka Purnawati * )
History of the Department of Education , Faculty of Social Sciences
ABSTRACT
This research was conducted in the village of Pejeng, Gianyar, Bali which aims to
determine: ( 1 ) History Pusering Jagat Pura establishment in the village Pejeng,
Tampaksiring District, Gianyar; ( 2 ) The objects of archaeological heritage is in
Pusering Jagat Pura, identified could be used as a source of learning in juniorSanthi Yoga associated with prehistoric material, and ( 3 ) strategies in junior high
school social studies teacher in implementing Pejeng Santhi Yoga Pura Jagat
Pusering as a learning resource. This research is a descriptive qualitative research,
the steps are: ( 1 ) Determination of Location Research, (2 ) Determination
Techniques informant, (3 ) Data Collection Techniques; ( 4 ) Data Validity
Assurance Techniques; ( 5 ) Data Analysis Techniques; and ( 6 ) Writing
Techniques Research. Based on the findings in the history of the founding of the
field Pusering Jagat temple was probably built during the ancient Balinese
kingdom centered in Pejeng ke 11 century and is one of the temples belonging
pelebahan kings of ancient Bali. Ancient relics in Jagat Pura Puseing that could be
used as a learning resource that is Arca Gender (Phallus Vulva) and SangkuSudamala. The strategy used in junior high social studies teacher Pejeng Santhi
Yoga is a model field trip, but as many have constraints so that appropriate
strategies are used in Pusering Jagat Pura functioning as a source of social studies
isCTL. .
Keywords : History , Heritage and Learning Strategy
7/23/2019 ipi145842
5/15
PENDAHULUAN
Manusia dalam
kelemahannya selalu ingin mencari
cara untuk mendekatkan diri dengan
Tuhan. Salah satu cara yang
dipercaya oleh umat beragama di
dunia ini adalah dengan mendirikan
sebuah tempat suci. Tempat suci atau
sthanabagi umat Hindu disebut Pura
(Pendit, 1996: 75).
Di Bali banyak terdapat pura
salah satu diantaranya yaitu Pura
Pusering Jagat. Pura Pusering Tasik
atau Pura Pusering Jagat merupakan
salah satu pura yang memiliki nilai
sejarah dan purbakala yang sangat
penting dalam perjalanan sejarah
Bali di masa lalu. Adapun unsur-
unsur kebudayaan prasejarah dapat
dilihat dari peninggalan sangku
sudamala dan genetalia laki-laki
(phallus) bersanding dengan
genetalia wanita (vagina) dalam
Palinggih Ratu Purusa-Pradana,yang disebut juga Palinggih Ratu
Purus. (Sugriwa, 2002 : 29).
Berdasarkan informasi awal tersebut,
peneliti tertarik untuk meneliti lebih
jauh dengan mengambil judul
PemanfaatanSitus Pura Pusering
Jagat Sebagai Sumber Belajar IPS
(Studi Kasus di SMP Santhi Yoga
Pejeng) Kecamatan Tampaksiring,
Kabupaten Gianyar.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sejarah berdirinya Pura
Pusering Jagat yang ada di Desa
Pejeng, Kecamatan Tampaksiring,
Kabupaten Gianyar. Mengetahui
benda-benda peninggalan purbakala
apa saja yang ada di Pura Pusering
Jagat, yang teridentifikasi bisa
dijadikan sumber belajar di SMP
Santhi Yoga terkait dengan materi
pra sejarah serta Bagaimana strategi
guru IPS di SMP Santhi Yoga Pejeng
dalam menerapkan Pura Pusering
Jagat sebagai sumber belajar. Kajian
teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah (1) Konsepsi
tentang Pura (1.1) Latar Belakang
Pendirian Tempat Suci (Pura) (2)
Sumber (2.1) Belajar Meliputi
Pengertian Sumber Belajar, (2.2)
Fungsi Sumber Belajar, (2.3) Jenis-
Jenis Sumber Belajar (2.4) StrategiPembelajaran yang dapat diterapkan
Dalam Pemanfaatan Pura Sebagai
Sumber Belajar IPS.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
penulis adalah metode penelitian
desktiptif kualitatif. Adapun langkah-
7/23/2019 ipi145842
6/15
langkah penelitiannya yaitu (1)
Penentuan Lokasi Penelitian (2)
Teknik Penentuan Informan (3)
Teknik Pengumpulan Data meliputi
(teknik observasi, teknik wawancara,
dan teknik studi dokumentasi), (4)
Teknik Penjaminan Keabsahan Data
meliputi (trianggulasi data,
trianggulasi metode) (5) Teknik
Penulisan Hasil Penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sejarah berdirinya Pura
Berdasarkan wawancara
dengan pemangku Pura Pusering
Jagat (Ngakan Ketut Sama) tanggal
14 September 2013) menyatakan
bahwa:
Pura Pusering Jagat merupakan
salah satu pura penting di Bali dan
merupakan pura pusat Kerajaan
Bali Kuno. Pura yang oleh
masyarakat setempat disebut dengan
Pura Kelod ini memiliki status
sebagai Pura Kahyangan Jagat yang
dalam kedudukannya sebagai sad
kahyangan atau kahyangan jagat
yang diklasifikasikan sebagai Pura-pura Padma Bhuwana.
Pada jaman Bali Kuno pusat
pemerintahan diperkirakan terletak di
sekitar Desa Bedahulu dan Pejeng.
Sesuai dengan arti kata Pejeng yang
berasal dai kata Pajeng (payung)
yang bisa dimaknai memayungi atau
mengayomi. Penamaan itu terasa pas
mengingat dari berbagai tinjauan dan
kajian aspek-aspek kebenaran
sejarah, teosofi dan teologi, Desa
Pejeng merupakan Pusat Kerajaan
Bali Kuno yang secara otomatis
pusat kerajaan tersebut memayungi
masyarakat dan daerah di sekitarnya.
Asal-usul Pura Pusering Jagat
belum bisa diungkapkan secara jelas
karena terbatasnya sumber-sumber
tertulis yang menyatakan tentang
latar belakang sejarah Pura Pusering
Jagat, namun dapat dipaparkan
sedikit dengan didukung oleh sumber
yang agak terfragmentaris, yakni
berupa angka tahun Candrasengkala,
maupun sumber uraian dari
lontarKusumadewa.
Tumurun pwa Bhatara Siwa,
angeka pada ring Mahameru tinut
denira bhatara kang umungguh ring
Watukaru Bhatara Maha Dewa, ring
Toh Langkir Bhatara Pasupati, ring
Lempuhyang Bhatara Hyang
Gnijaya, Ring Gowa Lawah Bhatara
Hyang Basuki, ring Pusering Tasik
Bhatara Hyang Amangkurat,
muangring Uluwatu Bhatara AgniMahajaya
Yang artinya : Turunlah Tuhan Siwa
membumi di Mahameru diikuti oleh
para Dewa yang distanakan di
Batukaru Batara Maha Dewa, di
Gunung Agung Batara Pasupati, di
Lempuhyang Batara Hyang Gni
7/23/2019 ipi145842
7/15
Jaya, di Gowa Lawah Batara Hyang
Basuki, di Pusering Jagat Batara
Amangkurat dan Uluwatu Batara
Agni Maha Jaya (Rudra) (Sugriwa,
2002 : 24).
Di dalam lontar nama Puser
Tasik sebagai Stana Bhatara
Amangkurat yang artinya di Pura
Pusering Jagat ini Tuhan dipuja
sebagai dewa penuntun mereka yang
sedang memangku jabatan menata
kehidupan rakyat. Penguasa itu akan
mengabdi pada yang dikuasai apabila
mereka yang berkuasa itu adalah
mereka yang memiliki sikap hidup
yang religius. Tanpa religiusitas yang
kuat penguasa dapat berbuat
sewenang-wenang pada rakyat yang
dikuasainya. Menurut para ahli
sejarah dan para pendeta Hindu di
Bali, bahwasannya lontar
Kusumadewa ditulis oleh Mpu
Kuturan yang sejaman dengan masa
pemerintahan Prabu Sri Airlangga di
Jawa Timur, dan kemudian beliaupindah ke Bali atas permintaan Prabu
Sri Dharma Udayana Warmadewa
pada sekitar abad ke-11 Masehi yaitu
untuk menertibkan kehidupan
keagamaan dan tata kemasyarakatan
di Bali. Jadi dapat diperkirakan pada
jaman Bali Kuna ada dugaan pusat
pemerintahan terletak di sekitar Desa
Bedahulu dan Pejeng, oleh karena itu
tidak mengherankan apabila di
Pejeng dibangun Pura Pusering Jagat
sebagai Pura Pusat Kerajaan
(Sugriwa, 2002 : 23).
Sumber sejarah lainnya
berupa angka Candrasengkala yang
tertera, disisi bejana padas (Sangku
Sudamala) berada di dalam kompleks
jeroan pura. Candrasengkala ini
terdiri dari: relief bulan sabit bernilai
1, sebuah mata bernilai 2, panah
bernilai 5, dan relief manusia bernilai
1. Bila di urut seluruhnya bernilai
angka tahun 1251 caka atau 1329
Masehi, yaitu sebelum Majapahit
melakukan ekspedisi militer dibawah
pimpinan Gajah Mada tahun 1343 M
yang menyebabkan berakhirnya
kerajaan Bali Kuno (Sugriwa, 2002 :
25).
Selanjutnya juga
menambahkan I Ketut Darta
(Pensiunan Pegawai di Museum
Arkeologi) tanggal 20 September
2013 menyatakan bahwa:
Pada tahun 1251 caka atau 1329
Masehi yang menjadi raja di Bali
yakni raja Sri Astasura Ratna BumiBanten. Dengan demikian bila diikuti
dari periodisasinya, maka Pura
Pusering Jagat di Pejeng pada
7/23/2019 ipi145842
8/15
awalnya telah dibangun sekitar abad
ke-11 ketika Kerajaan Bali Kuno
dipimpin oleh Raja Sri Kesari
Warma Dewa.
Berdasarkan dengan I Ketut
Darta (Pensiunan Pegawai di
Museum Arkeologi) tanggal 20
September 2013 menyatakan bahwa:
Menurut Goris: Kedudukan Pura
Pusering Jagat pada masa Kerajaan
Bali Kuno, merupakan satu
pelebahan pura milik raja-raja BaliKuno dengan status sebagai Pura
Puseh, Pura Penataran Sasih sebagai
Pura Penataran, Pura Uluwatu
sebagai Pura Laut atau teben dan
Pura Panerjon/Pura Puncak
Penulisan sebagai Pura Gunung atau
ulun. Dengan kata lainnya, Pura
Pusering jagat ini merupakan pusat
ritual kekuasaan pada masa Kerajaan
Bali Kuno
Seperti yang termuat dalam
sejumlah lontar, Pura Pusering Jagat
dikenal sebagai Pura Pusering Tasik
atau pusatnya lautan. Penanaman itu
akan mengingatkan masyarakat
Hindu kepada ceritaAdi Parwayang
mengisahkan perjuangan para dewa
dalam mencari tirtha amertha (air
kehidupan) ditengah lautan susu
Ksirnawa. Secara fisik di kompleks
Pura Pusering Jagat ini ada sebuah
kolam Maya yang berlokasi di
hadapan arca utama di jeroan
(halaman pura).
Hal itu mengingatkan pada
cerita pengadukan Ksirnawa (lautan
susu) ketika berlangsung pemutaran
Gunung Mandara Giri oleh para
dewa dan raksasa. Besar
kemungkinan, nama Pusering Tasik
muncul dari sana. Jadi dapat
diperkirakan disini Pura Pusering
Jagat dibangun pada masa Kerajaan
Bali Kuno yang berpusat di Pejeng
pada abad-ke11 dan merupakan salah
satu palebahan pura milik raja-raja
Bali Kuno.
2. Benda-benda peninggalan
purbakala yang teridentifikasi bisa
Dijadikan Sumber Belajar IPS di
SMP Santhi Yoga
Pura Pusering Jagat
merupakan salah satu pura yang
banyak memiliki peninggalan-
peninggalan purbakala. Peninggalan-
peninggalan tersebut bisa dijadikan
sebagai sumber belajar bagi siswa
yang ada di sekitar pura terkaitdengan materi pembelajaran
kehidupan pada masa pra aksara di
Indonesia, dengan indikator di
dalamnya yaitu menyebutkan
peninggalan-peninggalan pada masa
pra sejarah. Peninggalan-peningalan
yang teridentifikasi bisa dijadikan
7/23/2019 ipi145842
9/15
sumber belajar terkait dengan materi
pra sejarah yaitu diantara:
1.
Arca Kelamin (PhallusVulva)
Di Pura Pusering Jagat ada
sepasang arca yang pasti sangat
menarik untuk dikaji. Sepasang arca
ini bahkan ditempatkan di jajaran
palinggih utama di jeroan tengah
Pura Pusering Jagat yang disebut
dengan Phallus-Vulva (kelamin laki-
laki dan kelamin perempuan). Arca
phallusatau lazimnya disebut dengan
kelamin laki-laki berbentuk bulat
panjang dalam posisi berdiri. Terbuat
dari batu padas dengan ukuran tinggi
97 cm, keliling penampang 132 cm.
Keadaan phallus masih cukup baik,
sekalipun ada bagiannya yang
mengalami kerusakan. Phallus ini
ditempatkan bersama dengan Vulva
(Vagina) yang dijaga oleh dua arca
jongkok dengan kaki disilangkan.
Dalam ajaran Samkhya Yoga,
Pallus Vulva atau Purusa dan
Pradana ini adalah ciptaan Tuhan
(Iswara) yang pertama yang disebut
dengan Manu. Purusa adalah benih-
benih kejiwaan, sedangkan Pradana
adalah benih-benih kebendaan.
Melalui Purusa dan Pradana inilah
Tuhan menciptakan kehidupan yang
sejahtera untuk mengisi alam
semesta ini. Dengan kuatnya sinergi
Purusa atau unsur kejiwaan dengan
Pradanaunsur kebendaan maka akan
terciptalah berbagai sumber
kehidupan untuk mewujudkan
kehidupan yang sejahtera lahir batin.
Phallus Vulva merupakan lambang
kesuburan, hal ini sesuai dengan
mata pencaharian yang banyak
digeluti oleh masyarakat Pejeng yaitu
sebagai petani, hal ini didukung oleh
tanah yang subur dan pengairan yang
memadai. Jadi pembuatan Phallus
Vulva yang ada di Pura Pusering
Jagat pada zaman dahulu untuk
sarana pemujaan terhadap Dewi
Kesuburan untuk memohon
keselamatan tanamannya agar
tumbuh subur dan tidak diserang
hama.
2. Sangku Sudamala
Sebuah Sangku biasa yang
terbuat dari tembaga, perak ataupunemas, ukurannya paling besar
berdiameter 10 cm. Sangku adalah
tempat tirtha atau air suci. Namun
lain dengan Sangku Sudamala di
Pura Pusering Jagat.
Sangku Sudamala di pura ini
merupakan bejana batu padas yang
7/23/2019 ipi145842
10/15
ditempatkan khusus. Sangku ini
memiliki ukuran tinggi 89 cm,
diameter 86 cm. Keadaan sangku ini
sudah diberikan pelapis bajralepa
tetapi sebagian masih cukup baik.
Bentuk sangku ini adalah silindris,
pada dinding luar dihiasi dengan
relief yang mengisahkan tentang
upaya para dewa dalam mendapatkan
tirta amertha. Sangku Sudamala ini
merupakan simbol wadah air suci
untuk menyucikan hidup manusia,
karena dengan kesucian itulah
dharma dapat ditegakan dalam hidup
ini. Satu hal yang sangat penting dari
sangku ini adalah dicantumkannya
angka tahun Candrasangkala 1251
Isaka atau 1329 M. Seperti
disinggung di atas para dewa
berupaya mendapatkan air kehidupan
itu. Untuk mengaduk lautan tersebut,
maka dicabutlah Gunung Mandara
oleh Naga Anantabhoga dan Naga
Basukih melilitkan badannya untuk
dipergunakan sebagai tali. Adaseekor kura-kura yang merupakan
penjelmaan Dewa Wisnu (Kurma
Awatara) yang menahan gunung
Mandara dan menjadikan dirinya
sebagai dasar gunung tersebut agar
tidak tenggelam. Singkat cerita,
melalui kerja dan usaha yang
sungguh-sungguh, akhirnya tirtha
amertha itu dapat diperoleh. Nilai-
nilai yang tersirat dari cerita
pemutaran lautan susu untuk
memperoleh tirtha amertha adalah
adanya kemauan yang keras dan
usaha yang sungguh-sungguh utuk
memperoleh kebahagiaan, yang
dilambangkan dengan Naga Basukih.
Sedangkan kura-kura melambangkan
dasar yang kuat untuk mendukung
kemauan tersebut. Dengan adanya
kemauan yang keras dan dasar yang
kuat maka manusia akan
memperoleh kebahagiaan.
3. Strategi guru IPS di SMP Santhi
Yoga Pejeng dalam menerapkan Pura
Pusering Jagat sebagai sumber
belajar.
Pembelajaran IPS merupakan
salah satu mata pelajaran yang
menuntut peserta didik untuk dapat
aktif dan memahami materi yang
disajikan. Agar proses pembelajaran
tersebut tidak berpusat pada guru dan
memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk lebih mengenal secara
detail tentang materi yang sedang
dibahas.
Berdasarkan wawancara
dengan A.A Gede Anom (Guru IPS
7/23/2019 ipi145842
11/15
di SMP Santhi Yoga Pejeng) 19
September 2013 menyatakan bahwa:
Salah satu model pemebelajaranyang sudah pernah diterapkan dalam
memanfaatkan Situs Pura Pusering
Jagat sebagai sumber belajar adalah
dengan menggunakan model
pembelajaran Karya Wisata dengan
sistem guiding (pemandu).
Model Pembelajaran Karya
Wisata adalah model pembelajaran
yang sudah diterapkan oleh SMPSanthi Yoga Pejeng ketika kegiatan
jeda semester diadakan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan tugas yang pernah
diberikan oleh guru IPS berupa
laporan ketika kegitan jeda semester
berlangsung (Tugas di Lampiran).
Cara penyajiannya yaitu dengan
membawa siswa langsung pada objek
yang akan dipelajari dan objek itu
terdapat di luar kelas dengan sistem
Guider (Pemandu). Guiding
(Pemandu) bertugas untuk
menjelaskan tentang sejarah maupun
peninggalan apa saja yang ada di
situs Pura Pusering Jagat. Hambatan
yang biasanya terjadi dalam
menggunakan model pembelajaran
Karya Wisata adalah waktu yang
sangat terbatas dan kekurangan
kreatifitas guru atau faktor objektif
(di luar kemampuan guru). Hal ini
tentu saja tidak bisa disangkal karena
biasanya dalam menggunakan model
karya wisata biasanya siswa kadang-
kadang bertanya diluar konteks apa
yang sedang dibahas guru, oleh
karena itu sebaiknya ada petugas
khusus yang membantu menjelaskan
suatu objek sejarah itu sendiri selain
guru.
Berdasarkan wawancara
dengan A.A Gede Anom (Guru IPS
di SMP Santhi Yoga Pejeng) 19
September 2013 menyatakan bahwa:
Model pembelajaran yang tepat
digunakan untuk memfungsikan situs
Pura Pusering Jagat sebagai sumber
belajar IPS selain menggunakan
model pembelajaran Karya Wisata
adalah dengan menggunakan strategi
pembelajaran CTL (Contextualtheaching and Learning), karena
CTL (Contextual theaching and
Learning) memberikan nuansa yang
nyata dalam proses belajar.
Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah sistem
pembelajaran yang cocok dengan
kinerja otak, untuk menyusun pola-
pola yang mewujudkan makna,
dengan cara menghubungkan muatan
akademis dengan konteks kehidupan
sehari-hari peserta didik. Hal ini
penting diterapkan agar informasi
yang diterima tidak hanya disimpan
dalam memori jangka pendek, yang
mudah dilupakan, tetapi dapat
7/23/2019 ipi145842
12/15
disimpan dalam memori jangka
panjang sehingga akan dihayati dan
diterapkan dalam tugas pekerjaan.
Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan suatu
konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa
agar bisa mengkaitkan materi
pelajarannnya dengan peninggalan-
peninggalan yang ada disekitarnya.
Misalnya dengan memanfaatkan
situs Pura Pusering Jagat yang ada di
Desa Pejeng sebagai sumber belajar,
pura ini banyak menyimpan
peninggalan-peninggalan yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber belajar
IPS khususnya pada materi sejarah di
SMP Santhi Yoga Pejeng yang
berada tidak jauh dari situs ini.
Dengan menyelipkan nilai-nilai
sejarah lokal tersebut kedalam materi
pembelajaran dengan Standar
Kompetensi memahami lingkungan
kehidupan manusia dan Kompetensi
Dasar mendeskripsikan kehidupan
pada masa pra aksara di Indonesia
khususnya yang terkait dengan
sistem kepercayaan, yang
didalamnya mencakup Indikator
menyebutkan peninggalan
peninggalan pada masa pra sejarah
khususnya di kelas VII di SMP
Santhi Yoga Pejeng. Dengan konsep
ini proses pembelajaran berlangsung
lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatan ini, peserta
didik diharapkan dapat
mengkonstruksi kemampuan dalam
mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengolah,
mengkomunikasikan temuan
sebagaimana dikehendaki dalam
proses pembelajaran dalam
kurikulum 2013. Dalam
mengkonstruksi kemampuan tersebut
materi pembelajaran sejarah tidak
hanya berasal dari buku teks
melainkan juga dari pengalaman
sosial serta pengetahuan yang telah
diperoleh siswa serta materi yang
dikembangkan oleh guru (Syukur
Abdul,2013:128). Dengan konsep
ini, juga diharapkan hasilpembelajaran lebih bermakna bagi
siswa yang berada dekat dengan situs
ini.
Dalam pembelajaran
kontekstual guru dituntut membantu
siswa dalam mencapai tujuannya.
Maksudnya adalah guru lebih
7/23/2019 ipi145842
13/15
berurusan dengan strategi dari pada
memberi informasi. Di sini guru
hanya mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja sama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi
siswa. Kegiatan belajar mengajar
(KBM) lebih menekankan Student
Centered daripada Teacher Centered.
Dalam pembelajaran kontekstual,
program pembelajaran lebih
merupakan rencana kegiatan kelas
yang dirancang guru, yang berisi
skenario tahap demi tahap tentang
apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik
yang akan dipelajarinya. Dalam
program tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai
tujuan tersebut, materi pembelajaran,
lang-kah-langkah pembelajaran, dan
authentic assessment-nya. Dalam
konteks itu, program yang dirancang
guru benar-benar rencana pribadi
tentang apa yang akan dikerjakannya
bersama siswanya.
A. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian
diatas diperkirakan Pura Pusering
Jagat sudah ada pada abad ke-11
ketika Kerajaan Bali Kuno dipimpin
oleh Raja Sri Kesari Warma Dewa.
Hal ini dapat dilihat dari peninggalan
berupa angka Candrasengkala yang
tertera, disisi bejana padas (Sangku
Sudamala) berada di dalam
kompleks jeroan pura. Sumber
lainnya yaitu berupa uraian rontal
Kusumadewa.
Di dalam lontar nama Puser
Tasik sebagai Stana Bhatara
Amangkurat. Menurut para
ahli sejarah dan para pendeta Hindu
di Bali, bahwasannya lontar
Kusumadewa ditulis oleh Mpu
Kuturan yang sejaman dengan masa
pemerintahan Prabu Sri Airlangga di
Jawa Timur, dan kemudian beliau
pindah ke Bali atas permintaan Prabu
Sri Dharma Udayana Warmadewa
pada sekitar abad ke-11 Masehi yaitu
untuk menertibkan kehidupan
keagamaan dan tata kemasyarakatan
di Bali. Jadi dapat diperkirakan disini
Pura Pusering Jagat dibangun pada
masa Kerajaan Bali Kuno yang
berpusat di Pejeng pada abad-ke11dan merupakan salah satu palebahan
pura milik raja-raja Bali Kuno.
Benda-benda peninggalan
purbakala yang ada di Pura Pusering
Jagat yang teridentifikasi bisa
dijadikan sumber belajar IPS di
SMP Santhi Yoga yaitu Arca
7/23/2019 ipi145842
14/15
Kelamin (Phallus Vulva) dan Sangku
Sudamala.
Strategi guru IPS di SMP
Santhi Yoga Pejeng dalam
menerapkan Pura Pusering Jagat
sebagai sumber belajar yaitu adalah
model karya wisata dengan sistem
guiding (pemandu). Guiding
(Pemandu) bertugas untuk
menjelaskan tentang sejarah
maupun peninggalan apa saja yang
ada di situs Pura Pusering Jagat.
Hambatan yang biasanya terjadi
dalam menggunakan model
pembelajaran Karya Wisata adalah
waktu yang sangat terbatas dan
kekurangan kreatifitas guru atau
faktor objektif (di luar kemampuan
guru).
Salah satu strategi yang tepat
diterapkan dalam memfungsikan
pura sebagai sumber belajar sejarah
adalah CTL/ Contextual Teaching
and Learning. Contextual Teaching
and Learning (CTL) adalah sistem
pembelajaran yang cocok dengan
kinerja otak, untuk menyusun pola-
pola yang mewujudkan makna,
dengan cara menghubungkan muatan
akademis dengan konteks kehidupan
sehari-hari peserta didik. Hal ini
penting diterapkan agar informasi
yang diterima tidak hanya disimpan
dalam memori jangka pendek, yang
mudah dilupakan, tetapi dapat
disimpan dalam memori jangka
panjang sehingga akan dihayati dan
diterapkan dalam tugas pekerjaan.
2.
Saran
Bagi Guru Sejarah agar
memanfaatkan keberadaan Pura
Pusering Jagat sebagai sumber
belajar sejarah. Bagi Masyarakat
Desa Pejeng dan Pemerintah
Kabupaten Gianyar hendaknya
terus menjaga dan melestarikan
kesucian Pura Pusering Jagat agar
keberadaannya tetap terpelihara
dan terjaga kesucian serta
kelestariannya. Bagi Peneliti
Lainnya, penelitian di Pura
Pusering Jagat masih banyak hal
yang menarik yang belum diteliti
karena keterbatasan peneliti,
sehingga diharapkan peneliti lain
dapat meneliti aspek-aspek lain
dari Pura Pusering Jagat.
Ucapan terima kasih ditujukan
kepada:
1. Desak Made Oka Purnawati
selaku Pembimbing Akademik
(PA) dan Pembimbing I yang
telah banyak meluangkan
waktunya kepada penulis dalam
7/23/2019 ipi145842
15/15
memberikan pe-ngetahuannya,
memotivasi dan membimbing
penulis dari awal sehingga
penyusunan artikel dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Ketut Sedana Arta selaku
pembimbing II yang telah
memberikan motivasi, saran dan
membimbing penulis dalam
penyusunan artikel ini sehingga
penyusunan artikel ini menjadi
lancar.
Daftar Rujukan
Pendit, Nyoman S. 1996.Hindhu
Dharma Abad XXI Menatap
Masa Depan Peradaban
Umat Manusia. Denpasar:
Yayasan Dharma Naradha
Sugriwa , I Gusti BagusSudhyatmaka dkk. 2002. Pura
Pusering Tasik/Jagat. CV
KOMALA
Syukur, Abdul. 2013. Modul
Mata Pelajaran Sejarah Peminatan
(Sekolah Menengah Atas
kelas X).Jakarta:Direktorat Sejarah
dan Nilai Budaya.