17
MASALAH PENELITIAN 1. SUMBER – SUMBER MASALAH PENELITIAN Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupaun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan unruk membuat keputusan. Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1985). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan. (Prof. Dr. Sugiyono: 52) Masalah berhubungan dengan kesenjangan (gap) yang harus diisiatau sekurangnya dipersempit. Masalah menimbulkan celah (void) ruang ketidaktahuan. Masalah adalah kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara keebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada (what it is) 1

isi metod

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asdasdad

Citation preview

Page 1: isi metod

MASALAH PENELITIAN

1. SUMBER – SUMBER MASALAH PENELITIAN

Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan

tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan

masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari

masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupaun

terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya

langsung dapat digunakan unruk membuat keputusan.

Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah,

walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling

sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1985). Bila dalam penelitian telah dapat

menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu

50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan

pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan

penelitian akan segera dapat dilakukan. (Prof. Dr. Sugiyono: 52)

Masalah berhubungan dengan kesenjangan (gap) yang harus diisiatau sekurangnya

dipersempit. Masalah menimbulkan celah (void) ruang ketidaktahuan. Masalah adalah

kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara keebutuhan

dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada (what it

is) (Suryabrata, 1994: 60). Penelitian dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can

be).

Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya dengan mencari

jawaban atas pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup kesenjangan

dilakukan dengan penelitian. Dengan kata lain, penelitian mencari sesuatu jawaban yang

belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang belum

ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya memperkecil

kesenjangan. (Purwanto, M. Pd : 108-109)

Penelitian berangkat dari masalah karena penelitian bertujuan untuk memecahkan

masalah. Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan. John Dewey

menyatakan bahwa langkah pertama dalam suatu metode ilmiah adalah pengakuan adanya

kesulitan, hambatan atau masalah yang membingungkan peneliti (Ary, Jacobs, dan

Razavieh, 1982: 73). Ibarat sebuah tanya jawab, masalah merupakan pertanyaan yang

1

Page 2: isi metod

jawabannya akan dicari dalam proses penelitian. Meneliti adalah usaha mendapatkan

jawaban dari masalah yang dihadapi.

Manusia memiliki rasa ingin tahu, sehingga selalu mencari tahu apa yang tidak

diketahuinya. Masalah mencerminkan ketidaktahuan. Penelitian merupakan usaha manusia

mengusahakan ketidaktahuan dapat berubah menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang

diperoleh melalui kegiatan penelitian akan mempersempit wilayah ketidaktahuan karena

sudah menjadi pengetahuan manusia.

Kedudukan masalah dalam penelitian sangat penting. Pemecahan masalah

setengahnya ditentukan oleh kebenaran dalam perumusan masalahnya. Tidak dapat

diharapkan pemecahan masalah dari pertanyaan yang salah. Pertanyaan masalah akan

menentukan metode penelitian, cara pengumpulan data jenis data dan teknik analisis data

yang akan digunakan. Untuk itu bagian ini dibahas mengenai masalah dan perumusannya

dalam penelitian.

1.1. Bahan referensi

Buku-buku teks, majalah, Koran, jurnal dan semacamnya adalah sumber

utama dan pertama yang dapat melahirkan suatu masalah penelitian. Orang-orang

yang sering membaca dan memanfaatkan bahan-bahan referensi semacam inilah yang

akan mudah mendapatkan masalah, sebab dari bahan-bahan referensi semacam itulah

banyak mengandung informasi baik secara teoritis maupun hanya sekedar data dan

fakta yang tersebar di lapangan.

1.2. Kegiatan-kegiatan ilmiah

Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, simposium, diskusi panel

dan lain sebagainya dapat memberikan inspirasi untuk menemukan masalah

penelitian. Hal ini disebabkan kegiatan semacam itu adalah tempat berkumpulnya

orang-orang yang sudah terbiasa dengan masalah dan berpikir ilmiah.

1.3. Mengobservasi fenomena sosial

Mengobservasi berbagai fenomena sosial merupakan sumber masalah

penelitian yang amat berharga. Di sela-sela kita melaksanakan tugas keprofesionalan,

alangkah baiknya kita berhenti sejenak, kemudian kensentrasikan pikiran kita untuk

melihat gejala-gejala sosial yang terjadi di sekeliling kita. Dengan cara inilah

selanjutnya kita akan dapat menangkap masalah penelitian. Kegiatan semacam ini

memerlukan proses latihan.

2

Page 3: isi metod

1.4. Melakukan diskusi atau berdialog dengan orang yang dianggap ahli

Melakukan diskusi atau meminta pendapat ahli tertentu , merupakan sumber

masalah penelitian ilmiah terakhir yang dapat kita lakukan. Kita dapat berdialog

dengan pakar mengenai tema penelitian tertentu. Berdialog bukan berarti meminta

masalah yang siap untuk diteliti, akan tetapi lebih kepada meminta pendapat tentang

sesuatu yang menjadi keahliannya. Dari hasil dialog itulah kita akan mendapatkan

sesuatu yang berharga yang dapat diangkat menjadi masalah penelitian.

Dari uraian di atas, maka jelas untuk mendapatkan masalah penelitian ilmiah

memerlukan proses yang ilmiah pula. Masalah penelitian ilmiah memerlukan proses

yang ilmiah pula. Masalah penalitian ilmiah, tidak akan dating dengan sendirinya dan

tidak akan pula dating dari proses melamun dan mengkhayal. Masalh penelitian harus

dicari dan ditemukan melalui suatu proses yang terus-menerus.

Masalah dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. MacMillan

dan Schumacher (Hadjar, 1996: 40-42), masalah dapat bersumber dari observasi,

dedukasi dari teori, ulasan kepustakaan, masalah sosial yang sedang terjadi, situasi

praktis dan pengalaman pribadi. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Observasi merupakan sumber yang kaya masalah penelitian. Kebanyakan

keputusan praktis didasarkan atas praduga tanpa didukung oleh data empiris.

Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu

yang belum mempunyai dasar penjelasan yang memadai dan cara-cara rutin yang

dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi. Penyelidikan

mungkin menghasilkan teori baru, rekomendasi pemecahan masalah praktis dan

mengidentifikasi variabel yang belum ada dalam bahasan litelatur.

b. Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsir-prinsip umum yang

penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris.

Penyelidikan terhadap masalah yang diangkap dari teori berguna untuk

mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori.

c. Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian

ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan

validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas.

Laporan penelitian sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain

3

Page 4: isi metod

tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk

menentukan masalah yang menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti.

d. Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya:

seringnya menjadi perkelahian siswa antar sekolah dapat memunculkan

pertanyaan tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan moral dan agama serta

pembinaan sikap disiplin. Banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi

menimbulkan pertanyaan tentang kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan

masyarakat.

e. Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan penelitian

evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan

lebih lanjut.

f. Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban

empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.(Purwanto,

M.pd:109-111)

2. KRITERIA PEMILIHAN MASALAH PENELITIAN

Masalah penelitian yang biasa dilakukan untuk thesis ataupun desertasi pada

umumnya memusat pada peristiwa di bidang pendidikan yang diharapakan untuk

menguraikan, menjelaskan, dan mengembangkan suatu solusi. Dalam menentukan suatu

masalah penelitian memerlukan suatu pengertian yang mendalam dan imajinasi (Borg,

1983:72)

Pemilihan masalah penelitian yang tepat adalah masalah bagaimana menanyakan

pertanyaan yang baik yaitu pertanyaan yang sesuai dan penting dalam konteks pendidikan.

Meskipun tidak ada seperangkat standar prosedur untuk memilih masalah penelitian,

pertimbangan faktor-faktor khusus perlu diperhatikan. Masalah penelitian harus menarik

baik dari segi peneliti maupun komunitas pendidikan.(Wiersma.1986:29)

Seluruh proses pencarian masalah penelitian adalah suatu langkah yang penting

untuk menjadi seorang yang profesional, sehingga hasil yang ia capai dalam penelitian

tersebut dapat mendukung profesinya berupa pengalaman yang berharga, memperoleh

informasi dan pengetahuan (Borg,1983: 72-73).

4

Page 5: isi metod

2.1. Masalah penelitian harus original

Orisinalitas masalah merupakan kriteria pertama yang harus dipertimbangkan.

Kriteria ini berkaitan dengan plagiatisme dalam menentukan permasalahan penelitian.

Artinya, masalah peneliti harus benar-benar asli, hasil proses berpikir, bukan hasil

mencontoh yang sudah ada.

2.2. Useful (Bermanfaat)

Masalah yang diteliti harus memiliki nilai guna (useful). Bagaimanapun

menariknya suatu masalah, tanpa memiliki nilai guna, maka hasil penelitian tidak

memiliki nilai. Sering persoalan mengenai nilai guna dari suatu masalah penelitian

terlupakan, sehingga ketika penelitian berlangsung peneliti dibayanngi oleh

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan manfaat hasil penelitian, yang pada

akhirnya menimbulkan keragu-raguan.

Persoalan manfaat penelitian ini menyangkut dua hal yakni manfaat teoritis

dan manfaat praktis: Manfaat teoritis berkenaan dengan;

a. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu berupaya menguji suatu teori

pendidikan tertentu?

b. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu ingin memperkukuh atau

memperkuat suatu teori pendidikan?

c. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu bermanfaat untuk menemukan

prinsip-prinsip baru baik dalam perencanaan, implementasi maupun evaluasi

dalam bidang pendidikan?

d. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu berkenaan untuk menghasilkan

suatu produk tertentu yang dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam

bidang pendidikan?

3. PEDOMAN MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN

Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian

yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan

masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan

hasil apa-apa.Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research

problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam

kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena

5

Page 6: isi metod

yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab

maupun sebagai akibat.

Penelitian yang baik adalah penelitian yang memenuhi lima ciri utama yaitu

menarik minat peneliti, bisa dikerjakan (feasible), jelas (clear), berkontribusi terhadap

ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia (significant), dan tidak menimbulkan kerusakan

bagi alam, lingkungan, dan manusia (ethical).

3.1. Fraenkel dan Wallen (1990, dalam Sugiyono, 2000) mengemukakan bahwa

masalah penelitian yang baik memenuhi hal-hal barikut:

3.1.1. Masalah penelitian harus feasible karena berkaitan dengan mungkin tidaknya

penelitian itu dilakukan. Aspek efesiensi merupakan dasar kriteria ini.

Suharsimi Arikunto (1996) memberikan pertimbangan mungkin tidaknya

sebuah masalah diteliti dari sisi peneliti dan dari sisi faktor pendukung sebagai

berikut :

Ditinjau dari diri peneliti :

a. Peneliti harus mempunyai kemampuan untuk meneliti masalah itu, artinya

menguasai materi yang melatarbelakangi masalah dan menguasai metode

untuk memecahkannya.

b. mempunyai waktu yang cukup sehingga tidak melakukannya asal selesai.

c. Peneliti mempunyai tenaga untuk melaksanakannya.

d. Peneliti mempunyai dana yang mencukupi.

3.1.2. Sebuah masalah penelitian juga harus jelas (clear) karena masalah penelitian

tidak hanya harus dipahami oleh si peneliti, tetapi juga oleh masyarakat

banyak. Nawawi (1993) menambahkan agar sebelum melaksanakan penelitian,

seorang peneliti melakukan studi literatur. Apabila dari studi literatur ternyata

masalah yang akan diteliti sudah dilakukan orang lain dengan gamblang, maka

sebaiknya dipertimbangkan lagi agar penelitiannya tidak sia-sia. Hal lain yang

harus dilakukan adalah berusaha mendiskusikan masalah yang akan ditelitinya

dengan teman sejawat atau berkonsultasi/meminta pendapat seseorang atau

beberapa orang yang dianggap ahli di dalam bidang yang akan ditelitinya.

3.1.3. Hal ini untuk menghindari pengulangan penelitian yang telah dilakukan

peneliti lain. Dari sisi kejelasan masalah, pendefinisian inti masalah perlu

dilakukan dari berbagai sisi, antara lain memperhatikan definisi dari kamus,

6

Page 7: isi metod

kesepakatan umum, jika perlu disertai dengan contoh yang konkret. Penjelasan

inti masalah dalam suatu penelitian yang baik pada umumnya diungkapkan

dengan definisi operasional.

3.1.4. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah tersebut harus

memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah

dalam kehidupan praktis. Penelitian idealnya menjawab pertanyaan yang

memajukan pengetahuan dalam bidang yang diteliti, juga secara praktis

penelitian itu meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

3.1.5. Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika,

moral, nilai-nilai keyakinan, dan agama. Masalah penelitian harus pantas,

layak, dan beradab untuk diteliti. Intinya, penelitian itu tidak menyebabkan

kerusakan bagi manusia, alam, dan sosial.

3.2. Tidak ada aturan umum dalam perumusan masalah. Sumadi (1989) senada

dengan Tuckman (dalam Sugiono, 2000) menyarankan perumusan masalah sebagai

berikut:

3.2.1. Masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat Tanya

3.2.2. Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas

3.2.3. Menautkan hubungan antara dua atau lebih variable

3.2.4. Rumusan masalah hendaknya memberikan petunjuk tentang kemungkinan

pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Di samping perumusan masalah penelitian harus jelas juga memiliki kegunaan

dan fungsi yang bisa diteliti maka pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh

peneliti dalam penelitian tidak akan berhasil masuk ke dalam berbagai aspek yang

berkedudukan kunci dalam permasalahan yang diteliti (Wignjosoebroto S,1979).

Karena itu masalah atau permasalahan yang dapat diteliti memiliki kriteria sebagai

berikut: (1) masalah itu memiliki skope yang terbatas, spesifik dan terdiri dari konsep-

konsep yang jelas,(2) masalah yang diteliti itu memiliki rujukan empiris, dan(3)

masalah itu sendiri memungkinkan untuk diteliti(Emmi Y,1979)

7

Page 8: isi metod

Dengan kriteria yang diungkapkan tersebut menunjukan bahwa masalah atau

permasalahan tersebut memenuhi syarat untuk diteliti, karena dalam penelitian ilmiah

yang sifatnya empiris hanya terbatas pada penggunaan masalah yang memiliki syarat

sebagai terungkap di atas. Proses mematangan konsep dari masalah penelitian

sekalipun nampaknya sederhana, namun tetap dibutuhkan adanya penguasaan yang

baik terhadap masalah tersebut, sebab pada umumnya yang timbul pada awal mula

kali dalam penelitian adalah topik penelitian.

Dari paparan di atas maka dalam rumusan masalah penelitian harus spesifik

dan operasional. Di samping itu peneliti harus melengkapi dengan definisi operasional

dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah (meskipun tidak ada

keharusan) dapat ditulis dalam bentuk kalimat Tanya yang akan dicari jawabanya

melalui tindakan yang akan dilakukan. Permasalahan yang diajukan peneliti harus

berdampak langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran, pada sumber daya

manusiannya,atau pada subyek sasaran yang sedang diteliti.

3.3. Fungsi Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu

Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi

diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu

menjadi ada dan dapat dilakukan.

Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu

penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang

dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.

Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis data

macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang

tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang

perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui

perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang

relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.

Sedangkan

fungsi keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan adanya

perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di

dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.

8

Page 9: isi metod

4. PERTANYAAN PENELITIAN, PERTANYAAN MANAJEMEN, PERTANYAAN

INVESTIGASI DAN PERTANYAAN PENGUKURAN

Secara hirarkis suatu permasalahan atau pertanyaan penelitian dimulai dari

pertanyaan yang lebih umum kemudian menukik ke pertanyaan yang sifatnya lebih

khusus. Cooper dan Emory (1996) membedakan hirarkis pertanyaan menjadi 4 tingkatan

yaitu pertanyaan manajemen, pertanyaan penelitian, pertanyaan penyelidikan, dan

pertanyaan pengukuran

4.1. Pertanyaan Penelitian

Begitu seorang peneliti mempunyai pernyataan yang jelas mengenai suatu

permasalahan, dia harus menterjemahkannya dalam masalah penelitian, yakni

permasalahan pengumpulan informasi. Suatu permasalahan penelitian merupakan

pertanyaan tunggal atau hipotesis yang secara terbaik menyatakan tujuan dar studi

riset. Kadang – kadang , mungkin juga lebih dari satu pertanyaan, namun seringkali

hanya satu.

4.2. Pertanyaan Manjemen

Pertanyaan manajemen adalah pertanyaan yang mencerminkan suatu keputusan yang

harus dibuat seorang manajer dan merupakan masalah yang menyebabkan penelitian

dilakukan. Suatu pertanyaan yang menunjukkan pertanyaan manajemen seperti

misalnya bagaimana meningkatkan keuntungan? Dalam hal ini tidak terlihat jenis

penelitian yang akan dilakukan. Pertanyaan manajemen terkait dengan masalah

manajerial.

4.3. Pertanyaan Investigasi

Begitu pertanyaan umum telah dipilih, pikiran bergerak ke tingkat yang lebih khusus,

yakni pertanyaan investigative. Pertanyaan investigative adalah pertanyaan dimana

peneliti harus menjawab untuk menjawab secara memuaskan pertanyaan penelitian

secara umum. Tujuan kita adalah untuk menangani pertanyaan yang lebih umum dan

memecahnya menjadi pertanyaan yang lebih khusus mengenai hal mana kita perlu

mengumpulkan data. Proses pemecahan ini bisa berlangsung melalui berbagai

tingkatan pertanyaan yang lebih spesifik secara progresif. Semuanya ini adalah

pertanyaan yang harus ditanyakan dan dijawab seorang peniliti untuk dirinya sendiri

9

Page 10: isi metod

4.4. Pertanyaan Pengukuran

Pertanyaan pengukuran merupakan tingkat pembagian yang terakhir. Dalam survey,

pertanyaan pengukuran adalah pertanyaan yang benar – benar kita tanyakan kepada

responden. Pertanyaan tersebut muncul pada kuesioner. Dalam studi observasi,

pertanyaan pengukuran adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh para peneliti

mengenai setiap subyek yang diteliti.

10

Page 11: isi metod

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono, 1999. Judul :Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Penerbit

Alfabeta : Bandung.

Prof. DR. Sugiyono.2014 Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Edisi 18.

Bandung : CV Alfabeta

11