Upload
ayu-etika-s
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asdasdad
Citation preview
MASALAH PENELITIAN
1. SUMBER – SUMBER MASALAH PENELITIAN
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan
masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari
masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupaun
terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya
langsung dapat digunakan unruk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah,
walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling
sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1985). Bila dalam penelitian telah dapat
menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu
50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan
pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan
penelitian akan segera dapat dilakukan. (Prof. Dr. Sugiyono: 52)
Masalah berhubungan dengan kesenjangan (gap) yang harus diisiatau sekurangnya
dipersempit. Masalah menimbulkan celah (void) ruang ketidaktahuan. Masalah adalah
kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara keebutuhan
dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada (what it
is) (Suryabrata, 1994: 60). Penelitian dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can
be).
Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya dengan mencari
jawaban atas pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup kesenjangan
dilakukan dengan penelitian. Dengan kata lain, penelitian mencari sesuatu jawaban yang
belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang belum
ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya memperkecil
kesenjangan. (Purwanto, M. Pd : 108-109)
Penelitian berangkat dari masalah karena penelitian bertujuan untuk memecahkan
masalah. Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan. John Dewey
menyatakan bahwa langkah pertama dalam suatu metode ilmiah adalah pengakuan adanya
kesulitan, hambatan atau masalah yang membingungkan peneliti (Ary, Jacobs, dan
Razavieh, 1982: 73). Ibarat sebuah tanya jawab, masalah merupakan pertanyaan yang
1
jawabannya akan dicari dalam proses penelitian. Meneliti adalah usaha mendapatkan
jawaban dari masalah yang dihadapi.
Manusia memiliki rasa ingin tahu, sehingga selalu mencari tahu apa yang tidak
diketahuinya. Masalah mencerminkan ketidaktahuan. Penelitian merupakan usaha manusia
mengusahakan ketidaktahuan dapat berubah menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang
diperoleh melalui kegiatan penelitian akan mempersempit wilayah ketidaktahuan karena
sudah menjadi pengetahuan manusia.
Kedudukan masalah dalam penelitian sangat penting. Pemecahan masalah
setengahnya ditentukan oleh kebenaran dalam perumusan masalahnya. Tidak dapat
diharapkan pemecahan masalah dari pertanyaan yang salah. Pertanyaan masalah akan
menentukan metode penelitian, cara pengumpulan data jenis data dan teknik analisis data
yang akan digunakan. Untuk itu bagian ini dibahas mengenai masalah dan perumusannya
dalam penelitian.
1.1. Bahan referensi
Buku-buku teks, majalah, Koran, jurnal dan semacamnya adalah sumber
utama dan pertama yang dapat melahirkan suatu masalah penelitian. Orang-orang
yang sering membaca dan memanfaatkan bahan-bahan referensi semacam inilah yang
akan mudah mendapatkan masalah, sebab dari bahan-bahan referensi semacam itulah
banyak mengandung informasi baik secara teoritis maupun hanya sekedar data dan
fakta yang tersebar di lapangan.
1.2. Kegiatan-kegiatan ilmiah
Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, simposium, diskusi panel
dan lain sebagainya dapat memberikan inspirasi untuk menemukan masalah
penelitian. Hal ini disebabkan kegiatan semacam itu adalah tempat berkumpulnya
orang-orang yang sudah terbiasa dengan masalah dan berpikir ilmiah.
1.3. Mengobservasi fenomena sosial
Mengobservasi berbagai fenomena sosial merupakan sumber masalah
penelitian yang amat berharga. Di sela-sela kita melaksanakan tugas keprofesionalan,
alangkah baiknya kita berhenti sejenak, kemudian kensentrasikan pikiran kita untuk
melihat gejala-gejala sosial yang terjadi di sekeliling kita. Dengan cara inilah
selanjutnya kita akan dapat menangkap masalah penelitian. Kegiatan semacam ini
memerlukan proses latihan.
2
1.4. Melakukan diskusi atau berdialog dengan orang yang dianggap ahli
Melakukan diskusi atau meminta pendapat ahli tertentu , merupakan sumber
masalah penelitian ilmiah terakhir yang dapat kita lakukan. Kita dapat berdialog
dengan pakar mengenai tema penelitian tertentu. Berdialog bukan berarti meminta
masalah yang siap untuk diteliti, akan tetapi lebih kepada meminta pendapat tentang
sesuatu yang menjadi keahliannya. Dari hasil dialog itulah kita akan mendapatkan
sesuatu yang berharga yang dapat diangkat menjadi masalah penelitian.
Dari uraian di atas, maka jelas untuk mendapatkan masalah penelitian ilmiah
memerlukan proses yang ilmiah pula. Masalah penelitian ilmiah memerlukan proses
yang ilmiah pula. Masalah penalitian ilmiah, tidak akan dating dengan sendirinya dan
tidak akan pula dating dari proses melamun dan mengkhayal. Masalh penelitian harus
dicari dan ditemukan melalui suatu proses yang terus-menerus.
Masalah dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. MacMillan
dan Schumacher (Hadjar, 1996: 40-42), masalah dapat bersumber dari observasi,
dedukasi dari teori, ulasan kepustakaan, masalah sosial yang sedang terjadi, situasi
praktis dan pengalaman pribadi. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Observasi merupakan sumber yang kaya masalah penelitian. Kebanyakan
keputusan praktis didasarkan atas praduga tanpa didukung oleh data empiris.
Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu
yang belum mempunyai dasar penjelasan yang memadai dan cara-cara rutin yang
dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi. Penyelidikan
mungkin menghasilkan teori baru, rekomendasi pemecahan masalah praktis dan
mengidentifikasi variabel yang belum ada dalam bahasan litelatur.
b. Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsir-prinsip umum yang
penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris.
Penyelidikan terhadap masalah yang diangkap dari teori berguna untuk
mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori.
c. Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian
ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan
validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas.
Laporan penelitian sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain
3
tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk
menentukan masalah yang menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti.
d. Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya:
seringnya menjadi perkelahian siswa antar sekolah dapat memunculkan
pertanyaan tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan moral dan agama serta
pembinaan sikap disiplin. Banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi
menimbulkan pertanyaan tentang kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan
masyarakat.
e. Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan penelitian
evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan
lebih lanjut.
f. Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban
empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.(Purwanto,
M.pd:109-111)
2. KRITERIA PEMILIHAN MASALAH PENELITIAN
Masalah penelitian yang biasa dilakukan untuk thesis ataupun desertasi pada
umumnya memusat pada peristiwa di bidang pendidikan yang diharapakan untuk
menguraikan, menjelaskan, dan mengembangkan suatu solusi. Dalam menentukan suatu
masalah penelitian memerlukan suatu pengertian yang mendalam dan imajinasi (Borg,
1983:72)
Pemilihan masalah penelitian yang tepat adalah masalah bagaimana menanyakan
pertanyaan yang baik yaitu pertanyaan yang sesuai dan penting dalam konteks pendidikan.
Meskipun tidak ada seperangkat standar prosedur untuk memilih masalah penelitian,
pertimbangan faktor-faktor khusus perlu diperhatikan. Masalah penelitian harus menarik
baik dari segi peneliti maupun komunitas pendidikan.(Wiersma.1986:29)
Seluruh proses pencarian masalah penelitian adalah suatu langkah yang penting
untuk menjadi seorang yang profesional, sehingga hasil yang ia capai dalam penelitian
tersebut dapat mendukung profesinya berupa pengalaman yang berharga, memperoleh
informasi dan pengetahuan (Borg,1983: 72-73).
4
2.1. Masalah penelitian harus original
Orisinalitas masalah merupakan kriteria pertama yang harus dipertimbangkan.
Kriteria ini berkaitan dengan plagiatisme dalam menentukan permasalahan penelitian.
Artinya, masalah peneliti harus benar-benar asli, hasil proses berpikir, bukan hasil
mencontoh yang sudah ada.
2.2. Useful (Bermanfaat)
Masalah yang diteliti harus memiliki nilai guna (useful). Bagaimanapun
menariknya suatu masalah, tanpa memiliki nilai guna, maka hasil penelitian tidak
memiliki nilai. Sering persoalan mengenai nilai guna dari suatu masalah penelitian
terlupakan, sehingga ketika penelitian berlangsung peneliti dibayanngi oleh
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan manfaat hasil penelitian, yang pada
akhirnya menimbulkan keragu-raguan.
Persoalan manfaat penelitian ini menyangkut dua hal yakni manfaat teoritis
dan manfaat praktis: Manfaat teoritis berkenaan dengan;
a. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu berupaya menguji suatu teori
pendidikan tertentu?
b. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu ingin memperkukuh atau
memperkuat suatu teori pendidikan?
c. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu bermanfaat untuk menemukan
prinsip-prinsip baru baik dalam perencanaan, implementasi maupun evaluasi
dalam bidang pendidikan?
d. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu berkenaan untuk menghasilkan
suatu produk tertentu yang dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam
bidang pendidikan?
3. PEDOMAN MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian
yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan
masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan
hasil apa-apa.Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research
problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam
kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena
5
yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab
maupun sebagai akibat.
Penelitian yang baik adalah penelitian yang memenuhi lima ciri utama yaitu
menarik minat peneliti, bisa dikerjakan (feasible), jelas (clear), berkontribusi terhadap
ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia (significant), dan tidak menimbulkan kerusakan
bagi alam, lingkungan, dan manusia (ethical).
3.1. Fraenkel dan Wallen (1990, dalam Sugiyono, 2000) mengemukakan bahwa
masalah penelitian yang baik memenuhi hal-hal barikut:
3.1.1. Masalah penelitian harus feasible karena berkaitan dengan mungkin tidaknya
penelitian itu dilakukan. Aspek efesiensi merupakan dasar kriteria ini.
Suharsimi Arikunto (1996) memberikan pertimbangan mungkin tidaknya
sebuah masalah diteliti dari sisi peneliti dan dari sisi faktor pendukung sebagai
berikut :
Ditinjau dari diri peneliti :
a. Peneliti harus mempunyai kemampuan untuk meneliti masalah itu, artinya
menguasai materi yang melatarbelakangi masalah dan menguasai metode
untuk memecahkannya.
b. mempunyai waktu yang cukup sehingga tidak melakukannya asal selesai.
c. Peneliti mempunyai tenaga untuk melaksanakannya.
d. Peneliti mempunyai dana yang mencukupi.
3.1.2. Sebuah masalah penelitian juga harus jelas (clear) karena masalah penelitian
tidak hanya harus dipahami oleh si peneliti, tetapi juga oleh masyarakat
banyak. Nawawi (1993) menambahkan agar sebelum melaksanakan penelitian,
seorang peneliti melakukan studi literatur. Apabila dari studi literatur ternyata
masalah yang akan diteliti sudah dilakukan orang lain dengan gamblang, maka
sebaiknya dipertimbangkan lagi agar penelitiannya tidak sia-sia. Hal lain yang
harus dilakukan adalah berusaha mendiskusikan masalah yang akan ditelitinya
dengan teman sejawat atau berkonsultasi/meminta pendapat seseorang atau
beberapa orang yang dianggap ahli di dalam bidang yang akan ditelitinya.
3.1.3. Hal ini untuk menghindari pengulangan penelitian yang telah dilakukan
peneliti lain. Dari sisi kejelasan masalah, pendefinisian inti masalah perlu
dilakukan dari berbagai sisi, antara lain memperhatikan definisi dari kamus,
6
kesepakatan umum, jika perlu disertai dengan contoh yang konkret. Penjelasan
inti masalah dalam suatu penelitian yang baik pada umumnya diungkapkan
dengan definisi operasional.
3.1.4. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah tersebut harus
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah
dalam kehidupan praktis. Penelitian idealnya menjawab pertanyaan yang
memajukan pengetahuan dalam bidang yang diteliti, juga secara praktis
penelitian itu meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
3.1.5. Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika,
moral, nilai-nilai keyakinan, dan agama. Masalah penelitian harus pantas,
layak, dan beradab untuk diteliti. Intinya, penelitian itu tidak menyebabkan
kerusakan bagi manusia, alam, dan sosial.
3.2. Tidak ada aturan umum dalam perumusan masalah. Sumadi (1989) senada
dengan Tuckman (dalam Sugiono, 2000) menyarankan perumusan masalah sebagai
berikut:
3.2.1. Masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat Tanya
3.2.2. Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas
3.2.3. Menautkan hubungan antara dua atau lebih variable
3.2.4. Rumusan masalah hendaknya memberikan petunjuk tentang kemungkinan
pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Di samping perumusan masalah penelitian harus jelas juga memiliki kegunaan
dan fungsi yang bisa diteliti maka pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh
peneliti dalam penelitian tidak akan berhasil masuk ke dalam berbagai aspek yang
berkedudukan kunci dalam permasalahan yang diteliti (Wignjosoebroto S,1979).
Karena itu masalah atau permasalahan yang dapat diteliti memiliki kriteria sebagai
berikut: (1) masalah itu memiliki skope yang terbatas, spesifik dan terdiri dari konsep-
konsep yang jelas,(2) masalah yang diteliti itu memiliki rujukan empiris, dan(3)
masalah itu sendiri memungkinkan untuk diteliti(Emmi Y,1979)
7
Dengan kriteria yang diungkapkan tersebut menunjukan bahwa masalah atau
permasalahan tersebut memenuhi syarat untuk diteliti, karena dalam penelitian ilmiah
yang sifatnya empiris hanya terbatas pada penggunaan masalah yang memiliki syarat
sebagai terungkap di atas. Proses mematangan konsep dari masalah penelitian
sekalipun nampaknya sederhana, namun tetap dibutuhkan adanya penguasaan yang
baik terhadap masalah tersebut, sebab pada umumnya yang timbul pada awal mula
kali dalam penelitian adalah topik penelitian.
Dari paparan di atas maka dalam rumusan masalah penelitian harus spesifik
dan operasional. Di samping itu peneliti harus melengkapi dengan definisi operasional
dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah (meskipun tidak ada
keharusan) dapat ditulis dalam bentuk kalimat Tanya yang akan dicari jawabanya
melalui tindakan yang akan dilakukan. Permasalahan yang diajukan peneliti harus
berdampak langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran, pada sumber daya
manusiannya,atau pada subyek sasaran yang sedang diteliti.
3.3. Fungsi Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu
Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi
diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu
menjadi ada dan dapat dilakukan.
Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu
penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang
dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.
Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis data
macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang
tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang
perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui
perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang
relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
Sedangkan
fungsi keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan adanya
perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di
dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
8
4. PERTANYAAN PENELITIAN, PERTANYAAN MANAJEMEN, PERTANYAAN
INVESTIGASI DAN PERTANYAAN PENGUKURAN
Secara hirarkis suatu permasalahan atau pertanyaan penelitian dimulai dari
pertanyaan yang lebih umum kemudian menukik ke pertanyaan yang sifatnya lebih
khusus. Cooper dan Emory (1996) membedakan hirarkis pertanyaan menjadi 4 tingkatan
yaitu pertanyaan manajemen, pertanyaan penelitian, pertanyaan penyelidikan, dan
pertanyaan pengukuran
4.1. Pertanyaan Penelitian
Begitu seorang peneliti mempunyai pernyataan yang jelas mengenai suatu
permasalahan, dia harus menterjemahkannya dalam masalah penelitian, yakni
permasalahan pengumpulan informasi. Suatu permasalahan penelitian merupakan
pertanyaan tunggal atau hipotesis yang secara terbaik menyatakan tujuan dar studi
riset. Kadang – kadang , mungkin juga lebih dari satu pertanyaan, namun seringkali
hanya satu.
4.2. Pertanyaan Manjemen
Pertanyaan manajemen adalah pertanyaan yang mencerminkan suatu keputusan yang
harus dibuat seorang manajer dan merupakan masalah yang menyebabkan penelitian
dilakukan. Suatu pertanyaan yang menunjukkan pertanyaan manajemen seperti
misalnya bagaimana meningkatkan keuntungan? Dalam hal ini tidak terlihat jenis
penelitian yang akan dilakukan. Pertanyaan manajemen terkait dengan masalah
manajerial.
4.3. Pertanyaan Investigasi
Begitu pertanyaan umum telah dipilih, pikiran bergerak ke tingkat yang lebih khusus,
yakni pertanyaan investigative. Pertanyaan investigative adalah pertanyaan dimana
peneliti harus menjawab untuk menjawab secara memuaskan pertanyaan penelitian
secara umum. Tujuan kita adalah untuk menangani pertanyaan yang lebih umum dan
memecahnya menjadi pertanyaan yang lebih khusus mengenai hal mana kita perlu
mengumpulkan data. Proses pemecahan ini bisa berlangsung melalui berbagai
tingkatan pertanyaan yang lebih spesifik secara progresif. Semuanya ini adalah
pertanyaan yang harus ditanyakan dan dijawab seorang peniliti untuk dirinya sendiri
9
4.4. Pertanyaan Pengukuran
Pertanyaan pengukuran merupakan tingkat pembagian yang terakhir. Dalam survey,
pertanyaan pengukuran adalah pertanyaan yang benar – benar kita tanyakan kepada
responden. Pertanyaan tersebut muncul pada kuesioner. Dalam studi observasi,
pertanyaan pengukuran adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh para peneliti
mengenai setiap subyek yang diteliti.
10
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, 1999. Judul :Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Penerbit
Alfabeta : Bandung.
Prof. DR. Sugiyono.2014 Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Edisi 18.
Bandung : CV Alfabeta
11