islammm

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/21/2019 islammm

    1/40

    al-islam.my.id

    Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H 2014 my Identity

    Manifestasi HijrahSepanjang Tahun

    Achmad Noeman:Maestro Arsitektur Masjid

    Mari Melihat AlamGhaib

  • 7/21/2019 islammm

    2/40

    Doa

    Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan

    sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami

    rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi

    (karunia). (QS. Ali-Imran: 8)

    Doa agar Diberi Keteguhan Hati

  • 7/21/2019 islammm

    3/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 3

    Awak Media

    Penasehat: Nashir Budiman, JohansyahPemimpin Usaha : M. Fuad SoaPemimpin Redaksi : Dijan SoebromoDewan Redaksi: Heru Prabowo, Suharjono HarjodiwirjoRedaktur Pelaksana: Tri Boedi Hermawan, Nilna Iqbal, Reno Andryono

    Keuangan: Ahmad Hamdani, Syahrial Muharam.Dukungan Teknologi: Fathansyah, Zamakshari Sidiq

    Alamat Redaksi: Rumah Alumni, Salman ITB, Jalan Ganesha No.7, BandungAlamat Email: [email protected]

    Twitter: @alislammyid | Google+ & YouTube Channel: [email protected]: www.al-islam.my.id

    Daftar Isi

    5 | Bahasan Utama: Hijrah: Risalah Perubahan untuk Peradaban

    12 | Bahasan Utama: Manifestasi Hijrah Sepanjang Tahun

    16 | Tasawuf: Menyadari Posisi Kemakhlukan Kita

    19 | Akhlak: Tepati Janjimu

    24 | Saintek: Mari Melihat Alam Ghaib

    28 | Puisi: Seribu Masjid Satu Jumlahnya

    30 | Prol: Achmad Noeman: Maestro Arsitektur Masjid yang Rendah Hati

    35 | Rumah Peduli: Semoga Tuhan Membahagiakan Semuanya

    38 | Hikmah: Berlemah Lembut dalam Segala Urusan

    Redaksi

    Al-ISLAMmy Identity

  • 7/21/2019 islammm

    4/404 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014

    Pengantar

    Assalamualaikum Warahmatullahi wa-Barakatuh.

    Sahabat Al-Islam yang mulia,

    Rasa Syukur semoga senantiasa kita panjatkan ke Hadlirat Allah SWT yang memberikan kitakebajikan paripurna dalam menyelenggarakan berbagai aktivitas hidup hari ini.

    Salah satu wujud syukur kita adalah anugerah iman yang tetap tertanam dalam jiwa dan menjadi

    suluh untuk melanjutkan amaliah yang produktif pada penggalan waktu ke depan. Al-Islam kali ini

    membawakan topik mengenai hijrah yang bertalian dengan semangat serta momentum pergantian

    penanggalan hijriah di Bulan Muharram tahun 1436 H.

    Serangkaian artikel menarik dapat disimak baik opini yang terkait topik utama, yakni semangat

    hijrah untuk bermuhasabah bagi diri, komunitas dan bangsa menghadapi sejumlah tantangan ke

    depan. Ada topik mengenai tasauf, akhlak, saintek dan prol Arsitek Pejuang, Ir. Ahmad Noemanyang dijuluki Arsitek Seribu Masjid. Selain sajian itu, sebagai rehat kami sajikan produk sastra yaitu

    beberapa kuplet puisi dari Sastrawan Emha Ainun Nadjib.

    Sahabat Al-Islam,

    Simak sajian kami edisi ini sebagai bagian dari renungan perjalanan ibadah yang kita semoga dapat

    kita maknai dengan mantap, suatu ikrar untuk melanjutkan amaliah yang produktif dalam perjalanan

    kehidupan di Tahun Baru Hijriah, 1436 ini. Redaksi tak lupa menyampaikan Selamat Tahun BaruHijriah, semoga kita mendapatkan semangat dan harapan baru di awal tahun ini.

    Salam,

    Redaksi.

    Wassalamualaikum Wr.Wb

    Al-ISLAMmy Identity

  • 7/21/2019 islammm

    5/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 5

    Rasulullah SAW melaksanakan hijrah untuk membangun peradaban unggul. Kilas balik

    proses Hijrah Nabi untuk introspeksi dan transformasi dalam perjalanan membangun

    kembali peradaban berbasis nilai keutamaan.

    Pada tahun 638 M, khalifah Umar ibnu Khattab memutuskan peristiwa hijrah sebagai awalpenanggalan Islam. Langkah ini merupakan keputusan yang strategis untuk menandaidibukanya aras baru, kesadaran baru, yang melandasi berbagai kemajuan umat di segala bidang

    kehidupan.

    Bayangkan betapa kuatnya Umar sebagai pemimpin yang terpilih saat itu. Ada beberapa tonggak

    simbolis penting bagi Umar untuk memilih suatu upaya serius transformasi umat yang dipelopori

    Bahasan Utama

    Foto: @Saiful Nizal

  • 7/21/2019 islammm

    6/40

    komunitas muslim yang kokoh. Ada tonggak

    penting lain yang bisa dijadikan acuan: Tanggal

    kelahiran Rasulullah, ataukan saat diangkatnya

    Muhammad sebagai Rasul yang ditandai wahyu

    pertama dalam Al-Quran, ataukah peristiwa Isra

    Miraj di mana kewajiban shalat diundangkan.Atau mungkin pada saat panji Islam berkibar saat

    Fathu Makkah, penaklukan kota Makkah, sebagai

    hari dimulainya peradaban baru Islam.

    Bukan itu semua. Umar yang agung

    memutuskan: Hijrahnya Rasulullah SAW dan para

    sahabat dari Makkah ke Yastrib (Madinah), yang

    terjadi pada tahun 622 atau setelah 13 tahun Nabi

    SAW menyampaikan risalah di Makkah. Inilah

    tonggak histori. Titik awal yang akan dijadikan

    acuan bagi pembangunan peradaban madani

    yang kelak dikenang sejarah sebagai kesuksesan

    paling monumental dalam sejarah peradaban

    manusia.

    Menyimak tarikh Nabi, suasana batiniah hijrah

    Nabi dan sahabat memang luar biasa. Di tengah

    kepungan penindasan, intimidasi, penolakan,

    boikot pada awal pembangunan peradaban Islam

    yang dikomandoi Rasulullah, betapa penatnya

    suasana lahir batin yang dirasakan umat Islam

    saat itu. Bahwa hidup mulia yang diperkenalkan

    Islam, sebagai ajaran Allah dan Rasul-Nya,

    menjadi penghalang bagi keberlangsungan

    kehidupan jahiliyah kota besar seperti Makkah.

    Semua musuh Islam bersekutu untuk

    menghentikan ajaran mulia ini dan sekaligus

    membumihanguskan sekitar 100 orang sahabat

    yang telah mengangkat sumpah. Bersaksi bahwa

    hanya Allah yang Satu dan Muhammad adalah

    utusan-Nya!.

    Maka tiada cara lain bagi Rasulullah SAW dan

    para sahabat kecuali memilih lokasi baru untuk

    mengurai benang kusut perjuangan kebajikan.

    Lalu dipilihlah Madinah, kota ramah yang paling

    memberikan sambutan atas kenabian dan

    dakwah Rasul di saat awal dakwah Islam.

    Peristiwa fenomenal ini pun berbuah manis.

    Hanya 8 tahun sejak tonggak peristiwa hijrah itu,

    Rasulullah SAW dan puluhan ribu pasukan-nya

    kembali ke Makkah sebagai Sang Penakluk

    dengan membawa kekuatan tak tertandingi

    dalam revolusi kebajikan yang kemudian digelar

    sesudahnya. Seantero jazirah dan melintasibenua.

    Dari Madinah, perlawanan demi perlawanan

    dapat digalang dengan baik. Dimulai dengan

    bersatunya kaum muslimin pendatang

    (muhajirin) dan kaum muslimin setempat

    (anshar), puluhan pertarungan akhirnya

    dimenangkan kaum muslimin yang selalu

    dihalangi untuk menegakkan kebajikan. Dari

    Badar, Uhud, Khandaq, Khaibar, setidaknya ada

    56 kali perang yang dijalani kaum muslimin sejak

    dimulainya hijrah Nabi hingga Fathu Makkah.

    Perjalanan kemenangan itu menelan banyak

    pengorbanan namun tonggak-tonggak sejarah

    peradaban baru berhasil ditancapkan dengan

    kokoh.

    Kilas Balik Hijrah Nabi

    Awal mula penanggalan Islam itulah yang sering

    dijadikan momentum bagi umat Islam untukFoto: @Je Trigger

  • 7/21/2019 islammm

    7/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 7

    mereguk kembali semangat perubahan

    sebagaimana Rasul ajarkan.

    Hijrah, berasal dari kata hajaru, memiliki makna

    meninggalkan, memutuskan, menjauhkan dri

    dan berpindah tempat. Setidaknya Rasulullah

    bersama para sahabat, dalam peristiwa hijrah

    yang fenomenal itu, memang sengaja melakukan

    perpindahan posisi, dari Makkah ke Madinah.

    Upaya hijrah ini jelas tujuannya. Yakni

    mempertahankan akidah Islam yang tengah

    diusung Nabi dalam dakwah permulaan Islam

    sebagai risalah yang diperintahkan Allah. Secara

    umum ini mengandung arti haryah hijrah

    makaniyah, yaitu hijrah berpindah posisi yangbermaksud menyiasati tekanan yang luar biasa

    mengancam dari kaum Quraisy yang ingkar yang

    dipelopori penguasa Makkah saat itu.

    Tentu saja Rasulullah SAW dan para sahabat

    melaksanakan perjalanan hijrah yang berat ini

    dengan ikhlas karena dilandasi perintah Allah.

    Seperti disebutkan dalam beberapa ayat Al-

    Quran, Sesungguhnya orang-

    orang yangberiman, orang-orang yang berhijrahdan berjihad

    di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat

    Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha

    Penyayang, (TQS. Al-Baqarah [2]:218); Orang-

    orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di

    jalan Allah dengan harta dan diri mereka, adalah

    lebih tinggi derajatnya di sisi (dalam pandangan)

    Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat

    kemenangan[QS. At-Taubah [9]:20].

    Walaupun konsekuensinya berat, karena banyak

    hal tercerabut secara serta merta. Semua

    dipindahkan, melewati gurun pasir dan cuaca

    yang sangat tidak bersahabat, meninggalkan

    keluarga, harta dan rumah, pekerjaan seruan

    hijrah dijalani dengan sikap samina wa athana

    (kami dengar dan kami patuhi). Berangkatlah

    kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun

    berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan

    dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah

    lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui, (TQS.

    At-Taubah [9]:41). Seruan dan perintah hijrah

    pun dilaksanakan oleh Nabi dan sahabat, kecuali

    7 orang yang enggan dan mendapatkan kritik

    pedas dari Allah dalam Al-Quran. (lihat QS. Al-

    Nisa [4]:97).

    Tekad Rasulullah SAW rupanya bukanlah tanpaperhitungan yang matang. Sebelum

    melaksanakan hijrah ke Madinah beberapa

    persiapan dilakukan walaupun dalam keadaan

    ringkas dan darurat.

    Pertama, Nabi menyiapkan masyarakat di lokasi

    tujuan hijrah, Madinah dan dilaksanakan ketika

    beberapa orang Madinah datang ke Makkah

    untuk menyatakan keislaman kepada Nabi SAW.Nabi selanjutnya memerintahkan para sahabat di

    Madinah untuk mempersiapkan segala sesuatu

    bagi kedatangan saudara seiman dari Makkah ke

    kota mereka.

    Kedua, Nabi melakukan pentahapan

    pemberangkatan dalam hijrah. Seluruh sahabat

    diminta berhijrah secara sembunyi-sembunyi

    namun nabi menjadi orang terakhir yang

    melaksanakan hijrah. Mengetahui Pemimpinnya

    masih di Makkah, maka para sahabat tidak

    mengalami gangguan yang berarti dari kaum

    Foto: @Green Boy

  • 7/21/2019 islammm

    8/408 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    Quraisy.

    Ketiga, Bersiasat untuk mengelabuhi lawan

    karena ancaman terhadap jiwa yang luar biasa.

    Rasul menyiapkan rute perjalanan menuju ke

    selatan terlebih dahulu dari Makkah sebelum ke

    arah Madinah, yang berposisi di Utara Makkah. Initermasuk menyiapkan logistik dan tempat

    persembunyian (gua Tsur). Taktik yang berhasil

    karena mampu menyamarkan perjalanan dan

    menyiapkan suplai logistik tanpa kendala berarti.

    Keempat, Nabi SAW memilih Ali anak

    seorang tokoh Quraisy terpandang, yang

    juga saudara sepupu Nabi untuk

    menyamarkan posisi dengan dimintamenempati tempat tidur beliau.

    Ancaman pembunuhan itu urung

    manakala mereka menemukan Ali, dan

    bukannya Rasulullah SAW.

    Kelima, Nabi memilih sahabat yang

    paling dipercaya, yaitu Abu Bakar Ash-

    Shidiq RA, yang menyertai langsung

    perjalanan Nabi SAW yang demikian

    berat dengan jarak tempuh sejauh 500

    kilometer (karena rute yang diambil

    berputar-melingkar dan berkelok-kelok,

    sementara jarak Makah-Madinah 420

    km). Kepercayaan ini tidak sia-sia dan

    Rasul selamat berhijrah dan disambut

    dengan suka cita di Madinah Al

    Munawarrah.

    Pentahapan perjalanan ini menjadi satu

    kias bagi kita semua bahwa Nabi

    memiliki perhitungan yang ditail dan

    cermat sebagai sebuah perencanaan

    hijrah yang bersejarah itu walaupun kita

    semua tahu bahwa tanpa Perkenan Allah

    dan Lindungan-Nya kepada Kekasih-Nya tentu

    semua upaya hijrah tersebut mengalami kendala

    yang berarti. Allah berkenan memberikan contoh

    bagi kita semua dalam perjalanan hijrah Nabi

    yang fenomenal itu.

    Bermuara di Masjid

    Rangkaian peristiwa berikutnya adalah

    membangun peradaban dari masjid. Tampak jelas

    dalam perjalanan hijrah ini bagaimana Nabi

    memulai segala aktivitas melalui pusat

    peradaban: masjid. Setibanya di Quba kota kecildi tenggara Madinah Rasulullah SAW bersama

    penduduk setempat membangun masjid. Ini juga

    dilakukan ketika Nabi dan Abu Bakar tiba di

    pinggir kota Yasthrib, turun perintah shalat Jumat

    dan beliau menunaikannya di tempat itu.

    Belakangan di tempat itu didirikan sebuah masjid

    yang diberi nama Masjid Jumat. Sampai di

    Madinah, pertama kali yang dibangun adalah

    masjid yang kemudian diberi nama Masjid

    Foto: @Ramin Rahmani Nejad

  • 7/21/2019 islammm

    9/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 9

    Nabawi.

    Dari masjid inilah Rasul SAW melakukan revolusi

    peradaban yang dibangun di atas landasan

    keilahian. Tampak bahwa masjid bukan saja

    berfungsi sebagai pusat ibadah mahdhah

    (khususnya shalat). Namun masjid dijadikan pusatperadaban membangun umat dalam berbagai

    sendi kehidupan. Masjid dijadikan lokus

    pendidikan dan pengajaran keagamaan,

    mengatur ekonomi, mengatur pemerintahan,

    pengadilan berbagai

    perkara yang muncul di masyarakat, tempat

    berbagai pertemuan dan musyawarah, dan

    sebagainya.

    Masjid Nabawi, sebagaimana yang kita dapat lihat

    saat ini, adalah lambang dari berkembangnya

    peradaban kota berbasis masjid. Pusat kota dan

    pusat perdagangan serta pemukiman kemudian

    berkembang di seputaran masjid. Perkembangan

    yang pesat dari kota Madinah ini tentunya

    menjadi landasan yang kuat bagi

    bertumbuhsuburnya syiar Islam bagi mukimin dan

    pendatang yang ada.

    Bertolak dari mencermati keadaan sosial

    kemasyarakatan di jazirah ini, Nabi mengambil

    langkah strategis pertama yakni menyatukan

    kekuatan Islam dari pendatang dan

    pemukim (Muhajirin dan Anshar) yang

    berpotensi membawa perpecahan

    sekaligus kekuatan. Rasul membuat

    terminologi persaudaraan baru dengan

    mengusung misi Islam bahwa

    persaudaraan Islam bukan berdasar atas

    nasab, tapi keimanan seseorang.

    Sesungguhnya orang-orang beriman itu

    bersaudara..., (TQS. Al-Hujurat

    [49]:10).

    Upaya strategis ini dipuji Allah dan

    direkam dalam salah satu ayat Al-

    Quran,Dan orang-orang yang telah

    menempati kota Madinah dan telah

    beriman (Anshor) sebelum (kedatangan)

    mereka (Muhajirin), mereka (Anshar)

    'mencintai' orang yang berhijrahkepada

    mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar)

    tiada menaruh keinginan dalam hati

    mereka terhadap apa-apa yang diberikan

    kepada mereka (Muhajirin); dan mereka

    mengutamakan (orang-orang Muhajirin)

    atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka

    dalam kesusahan. Dan siapa yang

    dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka

    itulah orang orang yang beruntung, (TQS.

    Al-Hasyr [59]:9)

    Terjalinnya persaudaraan dalam bingkai agama,

    antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar,menyebabkan kondisi umat semakin kokoh dan

    kondusif dalam menjalankan aktivitas

    Foto: @Ramin Rahmani Nejad

  • 7/21/2019 islammm

    10/4010 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    kemasyarakatan. Semua sendi kehidupan

    tumbuh. Perdagangan dan pertanian

    berkembang dengan baik. Umat Islam pun

    dapat menyaingi sistem ekonomi yang selama

    ini dikuasai kaum Yahudi. Salah seorang pelaku

    ekonomi yang berhasil menjadi konglomerat,dari kaum Muhajirin adalah Abdurrahman bin

    'Auf. Saudagar yang dikenal sangat dermawan.

    Selanjutnya, membuat perjanjian dengan

    masyarakat multi etnik dan agama.

    Pembangunan membutuhkan kestabilan

    keamanan. Sulit membangun jika kondisi tidak

    aman dan damai. Karena itu Rasulullah SAW

    dan para sahabat (Muhajirin dan Anshar)

    menggagas piagam perjanjian. Perjanjian ini

    mengikat seluruh penduduk Madinah, yang

    terdiri atas multi etnik dan multi penganut

    agama.

    Piagam Madinah (shahifatul madinah) yang

    ditulis pada tahun 622 M, ialah sebuah dokumen

    yang disusun olehNabi Muhammad SAW,

    mewakili kaum muslimin, merupakan suatu

    perjanjian formal dengan semua suku dan kaum

    penting di Madinah. Piagam Madinah

    merupakan konstitusi yang mengikat seluruh

    penduduk Madinah.

    Piagam tersebut menetapkan sejumlah hak dan

    kewajiban bagi kaum Muslim, kaumYahudi, dan

    komunitas atau etnis lain di Madinah -termasuk

    untuk menjalankan perintah agamanya tanpa

    mendapat gangguan apapun. Piagam Madinahmenyatukan semua penduduk Yasthrib/

    Madinah menjadi suatu kesatuan komunitas

    atauummah, yang dapat hidup berdampingan

    secara produktif.

    Hambatan dan gangguan selalu saja muncul

    dalam masyarakat yang tertata. Kaum Yahudi

    mengkhianati piagam tersebut. Mereka malah

    bersekutu dengan kaum Quraisy untukmemerangi Nabi SAW dan umat Islam, dengan

    cara menyerang dari dalam. Karena

    pengkhianatan itulah Rasulullah SAW

    memerangi kaum Yahudi dan mengusir mereka

    dari Madinah. Walaupun berlaku dalam tempo

    yang singkat, Piagam Madinah merupakan

    salah satu tonggak penting dalam penetapan

    azas bernegara dan bermasyarakat yang

    dikembangkan dari nilai-nilai Islam yang damai.

    Khatimah

    Foto: @Yoko Payuma

  • 7/21/2019 islammm

    11/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 11

    Hijrah Nabi sebagai sebuah fakta sejarah

    memberikan penegasan penting yang dapat

    disimak segenap umat Islam masa kini dalam

    menggagas sebuah peradaban baru yang

    bermartabat. Perjalanan hijrah bukan saja

    merupakan perpindahan sekelompok manusia

    yang mencari selamat, namun lebih dari itu

    peristiwa hijrah memberikan teladan bagi

    terbangunnya suatu masyarakat berkeadilan yang

    tumbuh dalam lingkungan yang terjaga secara

    nilai. Hal itu terjalin semata karena terbangunnya

    sosok kepemimpinan efekif, amanah, cerdas dan

    mampu menjadi teladan bagi masyarakat yang

    diperjuangkannya.

    Beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan

    pelajaran penting dalam menapaktilasi hijrah

    Rasulullah SAW dan menerapkan dalam

    kehidupan pribadi dan bermasyarakat kita antara

    lain:

    Pertama, setiap sendi kebajikan yang telah

    diundangkan Allah SWT dan Rasul-Nya

    hendaknya disikapi dengan taat, samina wa

    athana. Dalam berbagai kesempatan dan sejarahtelah dibuktikan bahwa dengan taat kepada

    hukum dan ketentuan Allah yang merupakan nilai

    utama (virtue) keberhasilan akan dapat diraih.

    Berkaca dari semangat hijrah yang didengungkan

    Sahabat Umar, Islam dan muslimin mengalami

    kemajuan pesat dan syiar peradabannya melintasi

    berbagai benua dan dikenang sebagai dasar

    peradaban paripurna yang menyumbangkan

    kecerlangan peradaban modern hingga kini.

    Kedua, Hijrah Nabi haruslah dimaknai sebagai

    sebuah perubahan semesta yang dapat digagas,

    direncanakan dan diimplementasikan umat dalam

    kondisi kekinian. Umat yang meredup harus

    kembali pada sendi-sendi dasar sikap yang

    dicontohkan Rasulullah SAW. Kita berhijrah untuk

    meraih semua kondisi lebih baik dari semua baik

    hijrah dalam makna itiqadiyah (keyakinan/iman),ruhiyah (ruh/hati), kriyah (pemikiran), dan bila

    perlu, hijrah makaniyah (tempat, lokasi yang lebih

    baik, sebagaimana hijrah Nabi SAW).

    Ketiga, Pada intinya semua bentuk perubahan

    itu diharapkan membawa pembaharuan nilai dari

    yang minus menuju sesuatu yang hakiki dan

    bermanfaat. Ini antara lain diisyaratkan dalam

    hadits Rasul SAW. .... Orang yang berhijrah ituadalah orang yang meninggalkan apa-apa yang

    dilarang Allah. (HR. Bukhari). Apabila engkau

    meninggalkan perbuatan aniaya, baik yang nyata

    maupun yang tersembunyi, lalu mendirikan shalat

    dan menunaikan zakat, maka engkau orang yang

    berhijrah.(HR. Ahmad dan Bazzar).

    Semangat hijrah, sebagaimana yang telah

    disimak dalam berbagai penggalan kisahRasulullah merupakan salah satu bagian penting

    dan bahkan terpenting dalam proses pengabdian

    kita kepada Allah SWT. Proses itu bukan berdiri

    sendiri dan sempit, namun memiliki arti strategis

    dan luas. Hijrah bagi kita secara personal dapat

    berarti memulangkan kembali nilai-nilai utama

    dalam kehidupan yang sudah digerus oleh

    berbagai keburukan.

    Dalam konteks berbangsa, hijrah memiliki arti

    strategis yakni mengangkat harkat masyarakat

    dalam sebuah bangunan peradaban yang tertata

    nilai dan keutamaannya. Ini dicerminkan oleh

    tatanan yang dipikirkan dan direncanakan dengan

    baik serta dilaksanakan dengan konsisten dan

    disiplin. Hijrah memberikan insentif kedamaian

    dengan menyarankan bersatunya kekuatan untuk

    membangun sebuah bangsa bermartabat, bebasdari penindasan, korupsi, kebodohan, ketamakan

    dan berbagai wajah bopeng sejarah dari bangsa

    yang dikutuksumpahi Allah. Dan, untuk semua itu

    hanyalah teladan dari segenap pemimpin umat,

    dan ikhtiar keras bersamalah yang akan

    menjadikan seluruh impian hijrah bermakna.

    Keteladanan dan karya bersama yang manfaat itu

    akan mengubah fatamorgana hijrah .. menjadi

    hasil nyata dan dapat dinikmati semua.. Sebuahbangunan,tatanan masyarakat madani, yang

    penuh rahmat dan barakah Ilahi. InsyaAllah. JS

  • 7/21/2019 islammm

    12/4012 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    Bahasan Utama

    Subhanallah, Mahasuci Allah yang mengatur semesta sebaik-baiknya. Demikian pula dalam

    perjalanan transformasi hidup kita di sepanjang tahun. Dimulai dengan awal tahun hijrahyang memesankan perubahan, Allah sudah menyiapkan skenario kebajikan untuk kita

    sepanjang tahun yang terencana.

    Coba simak sejenak perjalanan kita menemukan diri di bulan Muharram, mengawali tahunpenanggalan Islam. Maknanya sebegaimana kita tahu, ada suatu peralihan waktu dalampenanggalan komariah di mana usai bulan Dzulhijjah dan musim haji, kita menjumpai semangat baru

    bulan Muharram.

    Perhatikan Allah menempatkan bulan Ramadhan sebagai bulan kesembilan dan Dzulhijjah bulan

    kedua belas. Keduanya, di dalam siklus tahunan kehidupan umat Islam, memberikan arti khusus bagi

    guidance ibadah kaum mukminin. Dalam Ramadhan, kita digembleng dengan kewajiban shaum

    Foto: @Pixel Mama

  • 7/21/2019 islammm

    13/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 13

    selama sebulan penuh, sementara di akhir

    penanggalan Hijriah ditutup dengan bulan Haji

    dan anjuran berkurban di bulan Dzulhijjah.

    Selama menjelang bulan istimewa Ramadhan,

    kita tentu ingat, semua orang datang dengan

    penuh harap agar bisa dijumpakan lagi denganRamadhan yang istimewa. Semenjak bulan

    Rajab kita melantunkan doa tuntunan Nabi, Ya

    Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban,

    dan sampaikan usia kami ke bulan Ramadhan.

    Harap-harap cemas, andai kita tak mampu atau

    diijinkan-Nya sekali lagi meraih kemulian

    Ramadhan.

    Lalu kita jelang bulan mulia itu. Ramadhan,tempat seluruh semesta bersimpuh untuk

    menatap Allah dengan jenak. Setiap detiknya

    pahala, setiap gerak-gerik kita selama bulan

    mulia diganjar dengan pahala lipat ganda.

    Gemblengan yang keras kepada sik yang lemas

    tatkala puasa, ditingkahi shalat malam dan

    taddarus yang syahdu, menjadi makanan bagi

    jiwa. Ramadhan, dengan segenap kesungguhan

    ibadah kita di dalamnya, akan melahirkanmanusia takwa puncak penghargaan bagi insan

    beriman, sesuai TQS Al-Baqarah [2]:183.

    Manusia takwa yang sukses dalam celupan

    madrasah Ramadhan memiliki ciri yang elok.

    Kegembiraan dan kebersihan menjadikannya

    nikmat karena taat. Perilaku mulianya berbuah

    manis: keikhlasannya, kesabarannya, kejujuran

    dan disiplinnya meningkat. Kecenderungannyamerawat silaturahim dan kepedulian pada yang

    kurang --caring to others, meningkat pesat.

    Ramadhan usai, maka bulan Syawwal

    menjelang. Kualitas manusia takwa yang telah

    mengalami gemblengan selama Ramadhan kini

    mengawali fase transformasi sebagaimana ulat

    menjadi kupu-kupu dan mengawali langkah

    kembali ke kehidupan normal yang penuh

    dengan berbagai persoalan, dengan bekal

    mantap. Kita tahu, Syawwal memiliki makna

    peningkatan, serba meningkat. Kualitas yang

    potent ini diharapkan mencukupi untuk

    menyambut tantangan paska ramadhan dalam

    menjejaki hari ke depan usai Ramadhan.

    Selanjutnya, pribadi takwa yang kini mantap

    dengan kekayaan batin ini mengalami celupanlebih lanjut. Setelah menunaikan ibadah haji dan

    atau berkurban, pada bulan Dzulhijjah. Balasan

    haji yang mabrur adalah surga. Sementara

    kurban merupakan manifestasi ketaatan dan

    rasa syukur. Sungguh, Kami telah memberimu

    nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shakat

    karena Tuhanmu, dan berkurbanlah, (TQS. Al-

    Kautsar [108]:1-2).

    Berkurban, hakikatnya merupakan manifestasi

    kesiapan seorang muslim untuk senantiasa

    mampu untuk mengendalikan sifat

    hayawaniyahnya. Sifat-sifat buruk yang

    membawa petaka, namun menjadi satu dengan

    diri seorang muslim harus sanggup

    disembelih-nya. Dalam kurban juga

    mengandung makna sosial yang dalam. Di

    samping perwujudan ketaatan, kurban jugadiberi makna khusus oleh Nabi sebagai seruan

    untuk mengurbankan sesuatu yang paling

    dicintai. Karena itulah, Nabi SAW sampai

    menekankan dengan ancaman bagi mereka

    yang mampu, namun enggan berkurban. Bagi

    mereka ini, Nabi meminta jangan mendekati

    tempat shalat beliau, dalam arti bukanlah

    golongan yang diharapkan dekat dengan

    Rasulullah SAW. Simbol dari kecaman yang

    keras.

    Dan, Ketika matahari di akhir Dzulhijjah

    tenggelam, maka satu rangkaian perjalanan

    hidup muslim sepanjang tahun dalam

    penanggalan Islam berakhir. Bulan baru, yang

    sering diartikan dengan semangat baru, telah

    hadir sebagai pembuka tahun. Para ulama sering

    sekali memesankan kita untuk membaca doa diawal dan akhir tahun sebagaimana Rasul

    ajarkan. Pada akhir tahun kita memintakan

  • 7/21/2019 islammm

    14/4014 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    segenap ampunan dan permohonan maaf dan di

    awal tahun kita panjatkan doa kebekahan dan

    keberuntungan dalam hidup. Muharram

    menjelang, dan inilah bulan baru di dalam siklus

    tahunan berikutnya yang akan membawa kita

    menuju rentang pengabdian baru dalam segmen

    kehidupan kita berikutnya.

    Muhasabah

    Begitulah gambaran ringkas siklus tahunan yang

    kita jalani. Pada penghujung tahun dan awal

    tahun baru, sejenak kita bisa renungkan

    perjalanan sepanjang tahun yang ke belakang

    untuk dilakukan segenap koreksi. Ke depan kitaharapkan berbagai kebaikan dan peningkatan

    dapat dilaksanakan. Inilah sebuah tonggak bagi

    upaya muhasabah (menilai diri sendiri) yang

    dapat kita lakukan untuk mencanangkan sebuah

    aktivitas sepanjang tahun. Muhasabah itu perlu

    dilakukan, agar manusia takwayang telah

    melampaui serangkaian ujian dan gemblengan

    hidup, mampu untuk terus-menerus

    memperbaiki dirinya. Dan tentu, dengan

    demikian diharapkan kita mampu merawat

    semangat hijrah secara berkesinambungan. Dan

    inilah karakter khas muslim yang diharapkan

    Rasul, adaptif dalam perubahan.

    Secara praktik, kita pun bisa merawat perubahan

    yang dinamis ini dalam siklus yang berjenjang.

    Setiap waktu kita bisa melaksanakan assessment

    terhadap diri atau muhasabah itu. Siklus tahunan

    dapat kita cacah menjadi bulanan dan pula bisa

    kita cacah menjadi mingguan ataupun harian.

    Rasul SAW selalu mengingatkan kita untuk

    mengerjakan aktivitas muhasabah harian ini

    sebagai proses transformasi berkala yang ajek.

    Menjelang tidur, beliau berpesan agar kita

    mampu untuk melakukan semacam evaluasi.

    Kita tengok sejenak, apakah aktivitas harian kitadipenuhi berbagai hal yang sarat kebajikan dan

    pengabdian kepada Allah SWT. Seraya kita

    tengok pula berbagai kekurangan dan kesalahan

    diri yang telah kita lakukan tanpa disadari.

    Menjelang doa penutup hari yang indah

    sebagaimana dituntunkan, Ya Allah, dengan

    senantiasa kusebut asma-Mu, kupasrahkan hidup

    dan matiku di tangan-Mu. Kita menjelang hari

    baru esok yang semoga Allah ijinkan kita untuk

    memperbaiki kualitas hari agar supaya tidakdikelompokkan sebagai manusia yang merugi,

    yang menyia-nyiakan kesempatan hidup yang

    diberikan Allah pada kita.

    Foto: @Raeid Allehyani

  • 7/21/2019 islammm

    15/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 15

    Sikap mukmin yang senantiasa siap menilai

    kelemahan maupun kesalahan diri ini penting dan

    sekaligus mencerminkan sikap ketawadhuan,

    kerendahhatian kita di hadapan Allah dan sesama

    muslim. Hal ini menjadi penting manakala kita

    melaksanakan aktivitas keseharian yang banyak

    berhubungan dengan orang banyak. Kita pun

    menjadi pusat transformasi menuju komunitasyang sehat dan produktif dengan senantiasa

    menjunjung sikap yang mulia karena self-

    assessment (muhasabah) yang berhasil tadi.

    Bila sikap demikian terpelihara dengan baik, maka

    kualitas muslim dan komunitasnya akan menjadi

    contoh yang mampu diteladani segenap

    komunitas lainnya yang hidup berdampingan

    secara damai.

    Pada gilirannya, kita sebagai bagian darikomunitas bangsa ini akan mampu menggalang

    sikap mental yang kokoh dalam dimensi ketaatan

    dan sosial secara bersamaan. Inilah sendi-sendi

    kehidupan yang kita rasakan kini sudah mulai

    pudar di antara kita sendiri dan juga antara kita

    sebagai komponen bangsa. Kualitas unggul

    manusia mukmin yang dicerminkan oleh sifat

    taat, ikhlas, shabar, jujur, disiplin, peduli, hemat

    dan senantiasa mampu dan mau memperbaiki diri

    dan kinerjanya sudah mulai tampak kedodoran.

    Saat ini PR besar sebagai sebuah bangsa

    mengemuka. Di banyak sudut dan kesempatan

    kita menyaksikan para pemimpin dan manusia

    pilihan, gagal merawat anugerah kemanusiaan

    yang telah tersandang pada dirinya. Jangan heran

    bila sering kini kita menemukan sosok yang

    berada di depan dan diharapkan menjadi teladan,malahan menjadi biang segala kerusakan. Tanpa

    disadari, mereka sebetulnya telah gagal

    melakukan muhasabah untuk mengokohkan

    kualitas diri. Yang lahir bukan kebajikan, namun

    sebaliknya yang akan merusak diri pribadi dan

    sendi-sendi kemasyarakatan.

    Momentum Hijriah ini harus menjadi cambuk bagi

    kita semua untuk berubah dan mengubahkeadaan. Karena itulah hakikatnya hidup

    sebagaimana yang dicitakan Al Islam, yang telah

    disampaikan risalah dan contohnya amat jelas

    oleh Rasulullah SAW. Kini, saatnya kita berubah

    dan bertekad memperbaiki segala sesuatu dengan

    memulainya dari diri kita sendiri. Kita kuatkan

    diri, keluarga, lingkungan, komunitas dan bangsa

    mayoritas muslim ini agar keberkahan Allah

    selanjutnya yang akan menghampiri kita. Bukansebaliknya! Ayo siap berhijrah! Mulai dari diri,

    mulai dari yang kecil, mulai hari ini juga! JS

    Foto: @Sawsan Mohammed

  • 7/21/2019 islammm

    16/4016 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    Tasawuf

    Suatu sore yang indah Guru Bijak Bestari (GB) sedang bercengkerama dengan murid-muridnya diselasar masjid. Usai melaksanakan shalat fardhu Ashar, mereka memperbincangkan berbagai halyang terkadang menjadi sumber kegundahan murid-murid santri (S). Tampaknya, seorang murid yang

    sejak lama diam benar-benar memusingkan suatu hal dan mulai unjuk bicara.

    S : Guru, kenapa kita ini sebagai manusia begitu mudahnya tersinggung. Orang suka menyindir kita

    negatif, lalu kita naik pitam. Ini pembawaan kita sendiri ataukah memang ada yang tidak beres dalam

    hubungan antar kita hingga mudah tersulut api permusuhan?, tanya santri muda nan polos.

    Dengan cerdas Guru Bijak Bestari menimpali pertanyaan dengan kalimat retoris

    GB : Lho, memangnya siapa kita wahai Anakku? Kok, dikatakan bodoh saja tersinggung.

    Memangnya siapa kita? Baru dituduh mirip penjahat saja sudah mencak-mencak. Memangnya siapa

    kita? dibilang miskin saja kok kebakaran jenggot. Memangnya kita siapa? Baru dikatakan amalnya

    kurang ikhlas kok cemberut?

    Santri yang lain malah menimpali.

    S : Nah Lo! Siapa kita? Jadi, siapa kita ya Guru? Manusia kan kita?.

    GB : Ya, anak-anakku semuanya yang semoga dirahmati Allah. Coba, mari kita sadar dan menyadari

    status dan posisi kita saat ini. Apakah kita makhluk yang paling kuat?

    Foto: @Muktasyaf Annamir

  • 7/21/2019 islammm

    17/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 17

    Serempak santri menjawab, Bukan !! Banyak

    binatang yang lebih kuat dari pada kita, Guru!

    GB : Lalu, apakah kita makhluk yang paling

    setia?

    S : Bukan Guru !! Menurut saya bukan, sebab

    kita kalah setia dengan para malaikat!.

    GB : Nah, apakah kita ini makhluk yang paling

    sombong?

    S : Untungnya bukan Guru. Saya tahu, Iblis-lah

    yang lebih sombong dari pada kita..

    GB : Lalu apa dong keistimewaan kita sebagai

    makhluk? Wong kita hanya makhluk yang adanya

    karena Dia adakan.

    Para santri bengong, Jadi, harus bagaimana

    Guru?.

    GB : Wahai anak-anakku, mari kita belajar dari

    Allah dan Rasul-Nya. Coba simak satu ayat Al-

    Quran penting tentang ini, Sesungguhnya Kami

    telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

    sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke

    tempat yang serendah-rendahnya (neraka),

    kecuali orang-orang yang beriman dan

    mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka

    pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. At-Tiin

    [95]:4-6).

    Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia

    melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

    (QS.Adz-Dzaariyat[51]:56)

    Lalu dari salah sebuah hadits dari Abu Hurairah

    RA, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya

    Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar

    berrman,Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku,

    maka Aku telah mengumumkan perang

    kepadanya. Hamba-Ku tidak mendekatkan diri

    kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku sukai

    dari pada sesuatu yang Aku fardhukan atasnya.

    Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-

    Ku dengan sunnat-sunnat sampai Aku

    mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka

    Aku menjadi pendengaran yang (dia gunakan)

    untuk mendengar, penglihatan yang (dia gunakan)

    untuk melihat, tangan yang (dia gunakan) untuk

    menampar dan kaki yang untuk berjalan olehnya.

    Jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku benar--

    benar memberinya. Jika ia memohon perlindungan

    kepada-Ku, niscaya Aku benar-benar

    melindunginya. Dan Aku tidak bimbang terhadap

    sesuatu yang ia lakukan seperti kebimbangan-Ku

    terhadap jiwa hamba-Ku yang beriman yang mana

    ia tidak senang mati, sedang Aku tidak senang

    berbuat buruk terhadapnya. (Hadits ditakhrij oleh

    Imam Bukhari).

    Santri diam, Lalu bagaimana selanjutnya,

    Guru?

    GB : Allah mengingatkan, Sesungguhnya orang-

    orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,

    mereka itu adalah sebaik-baik makhluk (khoirul

    bariyyah). Balasan mereka di sisi Tuhan mereka

    ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya

    sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-

    lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka

    pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah

    (balasan) bagi orang yang takut kepadaTuhannya.(QS. Al-Bayyinah[98]:7-8)

    Dan Sesungguhnya orang yang paling mulia di

    antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling

    bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah

    Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS.Al-

    Hujuurat[49]:13)

    GB : Jadi anak-anakku. Ternyata

    S serempak : Ya Guru....

    GB : Kita ini sungguh merupakan makhluk

    istimewa di Mata Allah. Tapi jika kita bisa

    memenuhi syarat-syaratnya.

    S : MasyaAllah Guru, bagaimana dan apa

    syaratnya Guru?!.

    GB : Ya. Pertama kita harus Beriman. Kemudian

    beramal shalih tanpa mengenal lelah. Ketiga,

    mengabdi kepada Allah, baik dengan yang Dia

    wajibkan, terutama dengan yang nalah/sunnah

  • 7/21/2019 islammm

    18/4018 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    pula. Kemudian kita diminta Allah untuk ridha

    kepada Allah agar Dia pun ridha kepada kita. Dan,

    kemudian secara keseluruhan kita juga harus

    menjadi manusia taat. Takwa sepenuhnya kepada

    Allah Taala.

    GB : Ini juga masih ada tapinya.. Lho.

    S : Loh, ada tapinya apa lagi Guru?!.

    GB : Kita ini, harus sadar posisi kemakhlukan kita.

    Tanpa-Nya kita bukan apa-apa. Anakku, kita ini

    hanya bisa beriman, ternyata

    kalau Dia meng-iman-kan kita.

    Kita hanya mampu beramal-

    shalih, kalau Dia mengizinkannya.

    Kita hanya boleh dan dapat

    mengabdi kepada Allah, jika dan

    hanya jika Dia Mau kita mengabdi

    kepada-Nya.

    Kita hanya mampu ridha, kalau

    keridhaan itu Dia lintaskan di

    qalbu kita dan kita hanya bisa

    takwa, kalau Dia anugrahkan

    ketakwaan itu kepada kita tanpa

    semua itu, kita adalah bukan apa-

    apa. Kita juga.. bukan siapa-

    siapa.

    S : MasyaAllah, benar sekali apa

    yang Guru sampaikan. Semoga

    kita semua dikaruniai kekuatan

    untuk bisa menjalankan

    kebagusan hidup seperti itu ya

    Guru.

    GB : Betul anak-anakku. Kita

    hanyalah makhluk-Nya, dan kita

    harus menyadari sepenuhnya

    tiada daya dan kekuatan kecuali

    dari-Nya. Laa haula wa laa

    quwwata (tiada daya dan tiada

    kekuatan). Illa billahi Al-Aliyyul

    Adhim (kecuali dari Ilahi Al-

    Aliyyul Adhim/ Dia Yang MahaTinggi lagi Maha Agung).

    Para santri dan Guru Bijak selanjutnya berhenti

    sejenak karena mendengar kumandang Adzan

    Maghrib saat malam segera menjelang. Mereka

    dipenuhi semangat menyala di ufuk hari dengan

    siraman ruhani dari Guru Bijak yang senantiasa

    bersedia menjawab aneka kegundahan anak-anak

    muda yang cerdas dan shalih itu. Matahari sore

    memendarkan cahaya merah, semerah harapan

    dalam dada para santri di selasar masjid yang elok

    di punggung bukit itu. TBH

    Foto: @Benjamin van der Spek

  • 7/21/2019 islammm

    19/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 19

    Akhlak

    Betapa pentingnya janji, sehingga agama kita mengaturnya dengan teliti. Perhatikanlah,persoalan janji memang sangat krusial dalam aspek kehidupan bermuamalah dan umumnya

    bermasyarakat.

    Coba ingat, apakah pernah Anda dikhianati seseorang karena janjinya? Bagaimana rasanya?Bukan saja rasa sakit, sedikit atau banyak luka ini juga berkonsekuensi langsung padakepercayaan kita pada pihak yang berjanji. Terlebih, jika yang berjanji itu adalah orang yang sangat

    kita hormati atau kita percayai, ketidaktepatan atau pengingkaran atas janji menyebabkan hilangnya

    Foto: @Ekmera

  • 7/21/2019 islammm

    20/4020 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    kepercayaan kita atasnya.

    Banyak orang suka berjanji, namun mudah

    diingkari. Tahukan Anda resikonya, jika Anda

    enteng janji seraya mudah mengingkarinya.

    Perhatikn bila kita mengikrarkan janji kemudian

    kita berulangkali mengingkarinya bisa jadi kitatidak akan pernah dipercaya lagi seumur hidup.

    Ini seperti kata pepatah, Sekali lancung ke ujian,

    seumur hidup tak akan dipercaya.

    Janji-janji Kita

    Kini marilah kita melihat diri sendiri. Sebagai

    hamba Allah dan seorang muslim kita terikat janji

    kepada Allah SWT dan Nabi SAW yang harus

    ditunaikan. Setiap hari kita berulang kali berjanji:

    Hanya kepada Engkaulah kami menyembah

    (mengabdi) dan hanya kepada Engkau kami

    memohon pertolongan (TQS. Al-Fatihah [1]:5).

    Janji ini kita ucapkan minimal 17 kali dalam

    sehari, dalam shalat. Juga, Sesungguhnya

    shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah

    untuk Allah, Tuhan seluruh alam (TQS. Al-Anam

    [6]:162), yang kita ucapkan dalam doa iftitah

    setiap awal menunaikan shalat.

    Janji dalam hidup ini kita laksanakan, sebagai

    persaksian kita, ungkapan tanggungjawab

    manusia kepada Allah, Rabb kita. Bukankah Aku

    ini Tuhanmu? kata Allah. Mereka menjawab,

    Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi (TQS.

    Al-Araf [7]:172). Dan, hidup kita pun telah kita

    ikatkan pada janji dalam rangka mengabdi

    kepada Allah. Karena, Tidak Aku ciptakan jin dan

    manusia melainkan agar mereka beribadah

    (mengabdi) kepada-Ku, (TQS. Adz-Dzariyat

    [51]:56).

    Selanjutnya, bentuk tanggungjawab atas

    persaksian bahwa Muhammad SAW adalah

    Rasulullah, dalam syahadatain, kita ungkapkan

    dengan menjalani berbagai sunnah Rasul dalam

    keseharian. Semata, ketaatan kita menunaikan

    kewajiban dan sunah itu tentunya agar Allah

    Ridha dan kita dianugerahi-Nya rahmat. Dan

    taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad),

    agar kamu diberi rahmat, (TQS. Ali Imran

    [3]:132).

    Al-Quran, antara lain melalui QS. Al-Baqarah

    [2]:40 dan QS. Ali Imran [3]:81, menyatakanbahwa yang dimaksud dengan memenuhi janji

    kepada Allah, hakikatnya adalah beribadah dan

    mengabdi hanya kepada-Nya. Sedangkan

    memenuhi janji kepada rasul adalah mengikuti

    sunah, perjalanan, sirah, dan konsep kehidupan

    yang beliau contohkan.

    Hal itu harus bermuara pada sikap hidup kita

    dalam keseharian. Sebagai makhluk sosial, kita

    akan terbiasa dan berurusan dengan janji.

    Perhatikan, kita tentu sering berurusan dengan

    janji kepada pasangan, anak-anak, orangtua,

    tetangga, bawahan, konstituen. Para pejabat

    publik, kandidat (anggota DPR/DPRD, presiden,

    gubernur, bupati/walikota, ketua organisasi)

    Foto: @Abidin M Faiz Nur

  • 7/21/2019 islammm

    21/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 21

    biasa mengucapkan janji ketika berkampanye

    untuk menarik simpati calon pemilihnya. Nah,

    semua itu harus diperhatikan dan ditepati.

    Hukum Berjanji

    Hukum berjanji adalah boleh (jaiz) atau disebut

    juga dengan mubah. Tetapi hukum menepati

    atau memenuhinya adalah wajib. Melanggar

    atau ingkar janji adalah haram dan berdosa.

    Melanggar janji terhadap siapapun (meskipun

    terhadap non muslim dan anak kecil) tidak

    dibenarkan agama Islam.

    Banyak nash (Al-Quran dan hadits)

    menyebutkan tentang perintah atau kewajiban

    memenuhi janji, Hai orang-orang yang

    beriman, penuhilah akad-akad itu......, (TQS. Al

    -Maidah [5]:1). Dan tepatilah perjanjian

    dengan Allah apabila kamu berjanji dan

    janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah

    (janji-janji) itu sesudah (kalian)

    meneguhkannya.,(TQS. An-Nahl [16]:91).

    Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu

    pasti (akan) dimintai

    pertanggungjawabannya,(TQS. Al

    -Isra

    [17]:34).

    Demikian pula tentang keutamaan orang yang

    menepati janji dan keburukan yang

    mengingkarinya. Menepati janji adalah bagian

    dari iman, sebuah kebajikan dan akhlak mulia

    (lihat TQS. Al-Baqarah [2]:177). ... Hanya

    orang berakal saja yang dapat mengambil

    pelajaran. (yaitu) orang-orang yang memenuhi

    janji Allah dan tidak merusak perjanjian, (TQS.

    Ar-Rad [13]:19-20). Sementara itu, dalam

    sabdanya Rasulullah SAW menyatakan: Tanda

    -tanda (orang) munak ada tiga: apabila

    berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari,

    dan apabila dipercaya khianat,(SHR. Bukhari

    dan Muslim). Dalam SHR Muslim terdapat

    tambahan, walau ia berpuasa, shalat, dan

    mengaku sebagai muslim.

    Dengan demikian, sesungguhnya menepati

    janji adalah sebuah tolok ukur, yang

    dengannya dapat diketahui dan dibedakan

    orang yang mulia dari yang rendah, dan orang

    yang baik dari yang buruk. Barangsiapa yang

    tidak menjaga perjanjiannya maka tidak ada

    agama baginya. Tidak diragukan lagi,

    menepati janji selain tanda dari keistiqamahan,ia juga merupakan tiang dari kepercayaan

    seseorang. Kalau tepat janji tidak ada, maka

    bisa dipastikan istiqamah dan kepercayaan

    juga tidak ada.

    Para nabi yang mulia adalah orang yang teguh

    dan memegang erat janjinya. Demikian pula

    shalafush shalih. Dan Ibrahim yang selalu

    menyempurnakan janji,(TQS. An

    -Najm

    [53]:37). Demikian pula Nabi Ismail AS:

    Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar

  • 7/21/2019 islammm

    22/4022 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    janjinya,(TQS. Maryam [19]:54). Nabi

    Muhammad SAW sudah tentu karena sejak

    sebelum menerima risalah kenabian, beliau

    sudah mendapat gelar Al Amin, orang

    terpercaya. Sebuah gelar yang belum pernah

    dianugerahkan kepada manusia lain baik

    sebelum beliau lahir maupun sesudahnya.

    Pada tahun keenam Hijriah, terjadi perjanjian

    antara kaum muslimin (yang diwakili RasulullahSAW) dengan kaum musyrik dan kar Quraisy

    disebut perjanjian Hudaibiyah. Secara logika,

    perjanjian itu sangat merugikan umat Islam,

    namun Rasulullah bersikeras memenuhi janji

    yang sudah disepakati. Banyak sahabat

    mempertanyakan, namun Abu Bakar yang tetap

    yakin dengan pendirian Rasulullah --ketika

    banyak sahabat mulai pudar kepercayaannya

    karena keuntungan sesaat. Rasulullah SAW pun

    tetap berpegang teguh -tidak mau

    mengingkarinya sedikit pun -pada isi perjanjian

    yang merugikan umat Islam itu. Kelak, sejarah

    mencatat, taat janji ini bukannya merugikan,

    justru menguntungkan Rasulullah SAW dan

    umat Islam, sehingga kemudian terjadilah

    peristiwa penaklukan kota Makkah / Fathul

    Mekkah yang sangat fenomenal itu.

    Dalam tarikh, pernah disebut Muawiyah bin Abi

    SufyanRAmengikat perjanjian

    gencatan senjata dengan bangsa

    Romawi. Sebelum habis masa

    perjanjiannya tersebut Muawiyah

    ingin menyerang Romawi. Amr

    bin Ash, seorang sahabatNabiSAW mengingatkan: Aku

    mendengar Rasulullah

    bersabda,Barangsiapa antara ia

    dengan suatu kaum ada perjanjian

    maka tidakhalal baginya untuk

    melepas ikatannya sampai berlalu

    masanya atau mengembalikan

    perjanjian itu kepada mereka

    dengan cara yang jujur. Akhirnya Muawiyah

    menarik diri beserta pasukannya.

    (LihatSyuabul Imanno. 4049-4050 danAsh-

    Shahihah5/472 hadits no. 2357).

    Demikianlah akhlak para nabi dan shalafush

    shalih dalam memegang teguh janji walau

    perjanjian itu dilakukan dengan orang musyrik/

    kar sekali pun. Ini tentu saja buah dari

    keimanan yang sepenuhnya memperhatikanbahwa Allah SWT adalah Zat yang Maha

    Menepati Janji, Sesungguhnya Allah tidak

    menyalahijanji, (TQS. Ali Imran [3]:9).

    Para Pengingkar Janji

    Dalam perjalanan sejarah Islam kita

    menyaksikan banyak sekali kisah parapelanggar janji khususnya kaum Yahudi yang

    selalu melanggar perjanjian (termasuk

    perjanjian dengan Allah), sehingga kita

    mengenal karakter mereka yang memang tidak

    bisa dipercaya.

    Sejarah mencatat bahwa kaum Yahudi Madinah

    (Bani Quraizhah, Bani An-Nadhir, dan Bani

    Qainuqa) yang berkhianat pada perjanjian yang

    sudah disepakati dengan kaum muslimin

    (Rasulullah SAW) berujung pada kerugian

  • 7/21/2019 islammm

    23/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 23

    mereka sendiri. Mereka kemudian ada yang

    dibunuh, diusir, dan ditawan karena prilaku

    pelanggaran janji. Al-Quran dalam beberapa

    ayatnya juga menegaskan tentang perilaku

    kaum Yahudi ini. Khianat terhadap janji,

    rupanya telah lama dibangun bangsa ini sejaksebelum awal sejarah Islam. Ini menurut Al-

    Quran sudah merupakan karakter mereka.

    Allah memperingatkan keras mengenai

    pelanggar janji ini, (Tetapi) karena mereka

    melanggarjanjinya, Kami mengutuk mereka, dan

    Kami jadikan hati mereka keras membatu,

    (TQS. Al-Maidah [5]:13).

    Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka

    berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali

    (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan

    manusia. Mereka mendapat murka dari Allah

    dan (selalu) diliputi kesengsaraan. ..., (TQS. Ali

    Imran [3]:112).

    Sesungguhnya orang-orang yang memperjual

    belikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka

    dengan harga murah, mereka itu tidakmemperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan

    menyapa mereka, tidak akan memperhatikan

    mereka pada hari kiamat, dan tidak akan

    menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang

    pedih, (TQS. Ali Imran [3]:77).

    Sesungguhnya makhluk yang paling

    buruk di sisi Allah ialah mereka yang

    tidak beriman. (Yaitu) orang-orang

    yang terikat perjanjian dengan kamu,

    kemudian setiap kali berjanji mereka

    mengkhianati janjinya sedang mereka

    tidak takut (kepada Allah),(TQS. Al-

    Anfal [8]: 55-56).

    Islam mengajarkan agar tetap teguh

    memegang janji dan perjanjian, walau

    pun perjanjian itu dilakukan dengan

    musuh-musuh Islam. Kecuali orang

    -

    orang musyrikin yang kamu telah

    mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan

    mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi

    perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka

    membantu seseorang yang memusuhi kamu,

    maka terhadap mereka penuhilah janjinya

    sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allahmenyukai orang-orang yang bertakwa.(TQS.

    At-Taubah [9]:4)

    Saat ini kita tentu prihatin, melihat sebagian

    warga bangsa banyak yang mengobral janji,

    walau ia tahu akan sulit memenuhinya..

    Sementara, sebagai makhluk mulia, kita

    diingatkan agar tidak mengikuti langkah

    syaitan yang gemar menebar berjanji namunselalu mengingkari. Dengan nash yang jelas itu

    tentu kita tahu, memenuhi janji juga berarti

    memuliakan diri kita.

    Nah, kaum muslimin tanpa kecuali, Yuk.. tepati

    janji. Apalagi Anda yang memegang kendali

    orang banyak, para wakil rakyat, presiden dan

    pejabat publik. Ingatlah, diri kalian sudah

    mengutarakan janji saat kampanye. Itu semua

    adalah ukuran kehormatan diri Anda. Penuhi

    Janjimu atas amanah kepemimpinan yang

    tengah kau tunaikan. Tunaikan janji, agar tunai

    ganjaran yang dijanjikan Allah, hidup mulia di

    dunia dan akhirat.JS

    Foto: @sometimes in your life

  • 7/21/2019 islammm

    24/4024 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    Saintek

    Para ilmuwan semakin yakin, detail paling halus dalam kosmos memang diliputi kekaburan.

    Seolah ada tirai pembatas antara pengetahuan manusia dengan hakikat semesta. Ilmu

    pengetahuan semakin terbukti tak sanggup menembus dunia di balik batas itu. Bukan apa-apa,

    memang begitulah cara alam memperlihatkan dirinya pada manusia!

    D

    alam konsep ilmu pengetahuan modern dewasa ini, alam semesta dengan segala isinya tersusun

    dari materi dan energi. Materi (benda) tersusun pula atas partikel-partikel halus yang lazim

    disebut atom. Sedangkan atom, dapat pula kita bagi atas sebuah inti atom bersama sejumlah elektron

    pada jarak yang relatif jauh.

    Sebetulnya terminologi atom, proton, dan sebagainya, semua hanyalah model. Artinya, nama-nama

    itu dikaitkan dengan suatu gejala tertentu, sedemikian rupa sehingga dengan model itu para ilmuwan

    akan lebih mudah bekerja. Sebab itu. model atom bisa bermacam-macam sesuai penemunya.

    Dalam sejarah sika, dikenallah model-model atom mulai dari Dalton, Thomson, Rutherford, Niels

    Bohr, dan sebagainya.

    Jadi, pernahkah para ilmuwan melihat elektron? Gelombang? Cahaya? Jawabannya adalah: tidak

    pernah! Ia bahkan tidak akan pernah tahu apa persisnya semua itu.

    Foto: @Jesse Summers

  • 7/21/2019 islammm

    25/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 25

    Thomson misalnya, sekalipun dikatakan sebagai

    penemu elektron, ia sebetulnya tidak pernah

    tahu seperti apa elektron itu. Yang ia lakukan

    hanyalah membuat eksperimen. Lalu ia

    perhatikan gejala-gejala atau sifat-sifat hasil

    eksperimennya. Dari sana disusunlah konsep,dan ternyata konsepnya itu bisa menerangkan

    gejala tersebut. Apabila kemudian hari, konsep

    tersebut ternyata gagal, yang salah bukan

    gejalanya. Namun, konsep itulah yang perlu

    disempurnakan!

    Untuk menjejaki pikiran para ahli, baiklah, mari

    kita coba-coba melakukan eksperimen khayal.

    Istilahnya gedunken experiment aliaseksperimen dalam pikiran. Tujuan eksperimen

    kita adalah hendak melihat elektron.

    Mari kita anggap kita mempunyai semua

    peralatan yang dibutuhkan. Kita perkirakan ada

    sebuah mikroskop elektron yang luar biasa.

    Daya urainya kita anggap sanggup menembus

    kabut atomik. Ditunjang lagi dengan daya

    pembesaran mencapai 100 bilyun kali! Memang

    dengan perbesaran begitu, secara teoritis dapat

    diramalkan elektron akan terlihat oleh mata.

    Akan tetapi, apa yang terjadi? Ternyata tak

    semudah apa yang dibayangkan. Masalahnya

    begini. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya

    kita bisa melihat karena pertolongan cahaya

    visual (kasat mata). Cahaya ini mempunyai

    panjang gelombang antara 3800 angstrom

    sampai 7500 angstrom; dimana 1 angstrom = 10

    -8 cm.

    Padahal, kita tahu elektron jauh lebih kecil dari

    itu. Diameternya sepertiga milyar milimeter.

    Tentu akibatnya dalam percobaan kita ini,

    elektronnya malah akan tertutupi. Apa akal?

    Terpaksa kita cari cahaya lain. Tapi panjang

    gelombangnya mesti yang lebih pendek dari

    diameter (garis tengah) elektron. Namunresikonya, kita terpaksa melihat bukan dengan

    mata. Sebab mata hanya mampu bekerja pada

    rentang gelombang optis (cahaya tampak).

    Baiklah kita gunakan saja alat detektor

    supercanggih, berfungsi laksana mata.

    Ternyata kesulitan tetap saja tak teratasi. Kalau

    kita pakai sinar-X, panjang gelombangnya

    masih sedikit besar ketimbang elektron.

    Akhirnya elektron tak akan kelihatan

    juga.Terpaksa kita ganti dengan sinar lain.

    Akhirnya satu-satunya pilihan cuma sinar

    gamma. Sinar itu dipancarkan oleh radium

    hingga sering disebut sinar radium. Sinar ini

    memiliki frekuensi yang sangat tinggi. Itu berarti

    energinya pun sangat tinggi. Namun, apa yang

    terjadi ketika alat detektor kita corongkan ke

    lensa supermikroskop? Bentuk apakah yang

    terlihat jauh di kedalaman sana?

    Tidak! Kita tak menemukan apa-apa! Koq bisa?

    Bukankah tadi elektron masih ada? Kenapa tiba-

    tiba bisa lenyap tanpa jejak begitu saja? Apa

    yang telah terjadi?

    Ya, sewaktu sinar gamma datang menghampiri

    elektron, ternyata elektron malah tidak sanggup

    memantulkan sinar itu kembali ke mata

    detektor. Ia tak sanggup menahan hantaman

    sinar gamma berenergi sangat tinggi itu.

    Elektron malah terhambur, terpental entah ke

    mana. Kecepatan gerak elektron jadi luar biasa.

    Tentu saja, detektor tak akan sanggup mencari

    di mana dia!

    Batas Pengetahuan

    Persisnya elektron, tak berposisi sama sekali.

    Usaha untuk menemukan elektron saja sama

    artinya dengan menendangnya ke luar lapangan

    pengamatan. Usaha menemukan tempatnya,

    baik dilakukan secara eksperimen atau cuma

    dikhayalkan saja, sama persis dengan

    memberinya kecepatan serta arah yang tidak

    dapat diketahui. Mustahil bisa ditentukan

    kedudukannya dalam ruang-waktu.

  • 7/21/2019 islammm

    26/40

    Dilematika yang ditimbulkan oleh sebutir

    elektron pada indera manusia ini, langsung

    ditangani oleh ahli sika kuantum, Werner

    Heisenberg, pemenang hadiah Nobel tahun

    1932. Ia mengumumkan apa yang disebutnya

    asas ketidakpastian. Menurut asas ini, mustahilmempertautkan pada indera manusia semua

    sifat diskriptif sehari-hari dalam dunia ghaib

    subatomik. Bahkan sampai waktu kapan pun!

    Memang, kini dikenal elektron punya deskriptif

    tertentu, seperti spin, massa, muatan, dan

    sebagainya. Tapi semua itu tak lain

    hanyalah pendenisian sifat gejala alam,

    ketimbang betul-betul observasi langsung.

    Kita tak mungkin memungut sebiji atom

    lalu kita lakukan percobaan, kita ukur, dan

    sebagainya!

    Percobaan hanya mungkin dilakukan

    dalam jumlah yang banyak. Semisal satu

    gram unsur yang terdiri dari berbilyun-

    bilyun atom. Akibatnya hasil perhitungan

    hanyalah kira-kira. Pendekatan statistik,

    sebab ia hanya merupakan kesimpulan rata

    -rata dari sejumlah besar angka-angka. Jika

    ilmu pengetahuan coba-coba melakukan

    eksperimen pada suatu satuan dasar,

    seperti halnya menyelidiki satu atom,

    apalagi satu elektron. Maka ia akan

    berhadapan dengan suatu kemustahilan

    yang mutlak!

    Banyak ilmuwan merasa azasketidakpastian Heisenberg adalah sifat

    hakiki alam semesta. Mereka yakin, detail

    paling halus dalam kosmos sering diliputi

    kekaburan. Ia tak kan pernah dapat

    diterangkan atau diatasi oleh ilmu

    pengetahuan. Ilmu pengetahuan tak kan

    sanggup mengenal hakekat segala

    sesuatu.

    Seolah Heisenberg berkata, Ada batas,

    yakni di luar batas itu kita mustahil bisa

    mengukur proses alam secara tepat pada waktu

    yang bersamaan. Batas itu bukan disebabkan

    keterbatasan alat-alat pengamatan kita. Bukan

    pula akibat keterbatasan pengetahuan dan

    kemampuan kita. Tetapi, memang, begitulah

    cara alam memperlihatkan dirinya padamanusia

    Makhluk Ghaib Adakah?

    Dalam zaman serba wah ini masih banyak

    orang yang tidak percaya pada adanya makhluk

    Foto: @Phill Tesplan

  • 7/21/2019 islammm

    27/40

    -makhluk ghaib seumpama malaikat, iblis, jin,

    dan sebagainya. Bahkan eksistensi Allah pun

    tak diakuinya.

    Kalau ditanya pada mereka apa sebabnya?

    Mereka akan menjawab mana buktinya? Seolah

    dengan pongah ia berkata, sesuatu yang ada

    pasti ada buktinya. Tanpa ia sadari bahwa tak

    semua yang ada dapat dibuktikan

    keberadaannya! Sebab memang ada batas

    seperti kata Heisenberg juga.

    Tak ada cara bagi ilmu pengetahuan mengenal

    yang ghaib. Einstein sendiri menyadari, setiap

    besaran-besaran sik yang kita ukur senantiasa

    akan tersandung di bawah kerelatifan.

    Broglie pun akhirnya melontarkan gagasan

    dualisme zarah-gelombang. Tiada cara buat

    mengenal keghaiban, tiada cara mengukur

    yang hakekat, tiada cara buat mengamati

    kemutlakan!

    Apa daya? Ya betul, satu-satunya cara

    mengenal hakekat, untuk mengenal yang

    mutlak, mengenal alam ghaib.. hanyalah

    terbukanya hijab, tersingkapnya batas.

    Dan, itu hanya mungkin jika Allah sendiri

    yang mengizinkannya.

    Allah sendiri yang akan memperkenalkan

    adanya malaikat, adanya makhluk ghaib,

    alam ghaib, dan sebagainya . Yang bisa

    kita lakukan sebagai konsekuensi

    keyakinan kita kepada Allah SWT adalah

    kita percaya saja, kita imani saja! Jangan

    tanya bukti, sebab ia di luar wilayah bukti.

    Bukti hanya mungkin diterapkan di alamsis, alam syahadah. Itu pun hanya

    terbatas, dibatasi oleh alam itu sendiri.

    Dia Allah, yang mengetahui yang ghaib.

    Dia tidak akan memperlihatkan kepada

    seorang pun hal yang ghaib itu. Kecuali

    pada utusan yang diridhai-Nya (TQS. Al

    Jinn [72]: 26-27).

    Allah juga mengisyaratkan bahwa kitabisa saja berkeinginan mengetahui segala

    yang ghaib, namun pada sebagian besar

    fenomena ghaib, kita hanya diberikan

    kuasa terbatas.. Wamaa uutitum minal

    ilmi illa qaliila. Itu termasuk urusan

    Tuhanku. Dan tidaklah kamu diberikan

    pengetahuan, melainkan sedikit. (TQS. Al

    Isra [17]:85).

    Maha Benar Allah dengan segala

    Hukumnya!NI

  • 7/21/2019 islammm

    28/4028 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    Puisi

    Masjid itu dua macamnya

    Satu ruh, lainnya badan

    Satu di atas tanah berdiri

    Lainnya bersemayam di hati

    Tak boleh hilang salah satunya

    Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu

    Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu

    Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu

    Foto: @Firdaus Uman

  • 7/21/2019 islammm

    29/40

    Masjid selalu dua macamnya

    Satu terbuat dari bata dan logam

    Lainnya tak terperi

    Karena sejati

    Masjid batu bata

    Berdiri di mana-mana

    Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya

    Timbul tenggelam antara ada dan tiada

    Mungkin di hati kita

    Di dalam jiwa, di pusat sukma

    Membisikkan nama Allah Taala

    Kita diajari mengenali-Nya

    Di dalam masjid batu bata

    Kita melangkah, kemudian bersujud

    Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa

    Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna

    Tubuh kita bertakbir

    Ruh mengagumi-Nya tanpa suara

    Ruh bersembahyang tanpa gerak

    Menjerit dengan mulut sunyi

    Seribu masjid dibangun

    Seribu lainnya didirikan

    Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun

    Tagihan masa depan kita cicilkan

    Seribu orang mendirikan satu masjid badan

    Satu orang membangun seribu masjid ruh

    Ketika peradaban menyerah kepadakebuntuan

    Hadir engkau semua menyodorkan kawruh

    Seribu masjid tumbuh dalam sejarah

    Bergetar menyatu sejumlah Allah

    Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan

    Melainkan dengan hikmah kepemimpinan

    Allah itu mustahil kalah

    Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah

    Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang

    langkah

    Muadzin kita selalu mengumandangkan

    Hayya Alal Falah!

    1987, Emha Ainun Nadjib

    Foto: @Hasan Abu Rasyid

  • 7/21/2019 islammm

    30/4030 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    Profil

    Di sentra keramaian Kota Kembang Bandung, persis di depan Kampus Teknik Tertua, Institut

    Teknologi Bandung (ITB), berdiri bangunan unik berbentuk kubikal. Nyaris tidak teramati,

    bila tanpa melihat menara yang menjulang. Ya, bangunan fenomenal itu adalah masjid SalmanITB. Masjid tidak berkubah dan tidak bertiang di dalamnya itu adalah masjid kampus pertama

    yang dibangun di Indonesia. Di balik uniknya masjid pusat dakwah di lingkungan kampus itu

    berdiri sosok pejuang yang tenang dan penuh kharisma, Ir. Achmad Noeman. Perancang dan

    penggagas arsitektur Masjid Salman dan ribuan masjid lainnya yang unik dan bervisi. Para

    aktivis dakwah kampus di Indonesia tentu mengenal sosok ini.Ia berkiprah dalam dunia

    dawah utamanya melalui bidang arsitektur. Ratusan karya desain dan arsitektur masjid

    lahir dari tangan beliau, hingga banyak kalangan menjulukinya, Arsitek Seribu Masjid.

    Arsitektur adalah Ijtihad

    Menekuni dunia Arsitektur, menurut Ir. Achmad Noeman adalah karunia yang diberikan Allah di

    lingkungan keluarga pejuang. Itulah pengakuannya saat ditemui Al-Islam.my.id di ruang

    Foto: @Gareth Wray1

  • 7/21/2019 islammm

    31/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 31

    berarsitektur asri di kawasan Jalan Ganesha,

    Bandung. Beliau, yang lahir di Garut pada

    tanggal 10 Oktober 1926, menuturkan,

    minatnya terhadap arsitektur terilhami oleh

    ayahnya yang selalu menggambar sendiri masjid

    dan madrasah yang akan dibangun. Ayahnya, H.

    Muhammad Djamhari adalah salah seorang

    tokoh dan pendiri Muhammadiyah di Garut.

    Setiap kali Muhammadiyah akan membangun

    masjid, madrasah dan kantor, ayahnya selalu

    menggambarnya sendiri. Saya waktu

    itu, selalu ikut melihat ayah dan ikut serta

    walaupun masih anak-anak, kenangnya.

    Selepas belajar di HIS (Hollandsch Inlandsche

    School/setingkat SD) dan MULO (Meer

    Uitgebreid Lager Onderweijs/setingkat SMP)

    Garut, lalu meneruskan ke SMA Muhammadiyah

    di Yogyakarta bersama kakaknya (Prof. Ahmad

    Sadali), Noeman kemudian menyalurkan

    minatnya dengan kuliah di Fakultas Teknik

    Universitas Indonesia (sekarang Institut

    Teknologi Bandung/ITB). Tapi saat itu, 1948, di

    FTUI Bandung belum dibuka jurusan arsitektur.

    Noeman kemudian masuk jurusan Teknik Sipil/

    Bangunan. Saat TNI meminta mahasiswa FTUI

    ini bergabung di militer, pada 1949, sehubungan

    dengan keperluan TNI terhadap tentara yang

    bisa berbahasa Belanda, Noeman pun kemudian

    bergabung di CPM (Corps Polisi Militer). Sebagai

    CPM (sekarang POM TNI), dengan pangkat

    Letnan Dua, Noeman sempat menjadi asisten

    Jend. AH Nasution. Itu tidak lama, tambahnya.Tepat pada 1952, saat FTUI membuka jurusan

    arsitektur, segera saja Noeman mengundurkan

    diri dari dinas kemiliteran dan masuk pada

    jurusan arsitektur.

    Semasa kuliah, sejak 1948, bersama kakaknya

    Prof. Ahmad Sadalimaestro kaligra Islami,

    mantan Dekan Fakultas Seni Rupa ITB, wafat

    1987yang kala itu kuliah di tempat yang sama,Noeman sering mendiskusikan pentingnya ada

    masjid di lingkungan kampus. Noeman dan

    kakaknya waktu itu betul-betul merasa kesulitan

    menjalankan shalat wajib, khususnya shalat

    Jumat di lingkungan kampus. Saat itu masjid

    terdekat dari kampus Fakultas Teknik UI di

    Bandung (sebelum berganti nama menjadi ITB)

    adalah Masjid Raya Cipaganti. Itulah masjid yang

    biasa dituju Noeman untuk menunaikan shalat

    Jumat. Untuk mencapai masjid yang jaraknya

    cukup jauh itu, kami harus berjalan kaki dan

    lebih dulu meminta izin dosen-dosen yang

    kebanyakan orang Belanda. Ini yang sering

    cukup merepotkan, tuturnya.

    Selepas kuliah, 1958, rencana itu kemudian

    dicoba diwujudkan. Menjadi perjuangan

    tersendiri pada awal berdirinya masjid

    fenomenal ini. Selain tanahnya dikuasai Barisan

    Tani Indonesia (organisasi underbouw PKI). Tim

    yang terdiri dari dosen dan mahasiswa ITB pun

    akhirnya dibentuk. Prof. T.M. Soelaiman

    menjadi ketuanya. Walau belum jelas dimana

    masjid akan dibangun karena belum dapat

    izin dan belum jelas juga sumber dananya

    Noeman kemudian ditunjuk sebagai

    arsiteknya. Setelah selesai, panitia mengajukan

    ke pihak rektorat ITB. Rupanya, Rektor ITB dan

    Walikota Bandung menolak ide ini. Akal diputar

    dan tim kemudian memutuskan untuk menemui

    Bung Karno, Presiden RI yang lulusan ITB ketika

    itu. Diyakini, bahwa hanya Presiden lah yang

    bisa mencairkan dan meluluskan ide itu.

    Setelah berdiskusi alot, Soekarno kemudian

    menyetujui rencana pembangunan masjid

    tersebut.

    Soekarno juga yang memberi nama

    Salman, karena terilhami oleh seorang arsitek

    perang Khandak di zaman Nabi Muhammad

    SAW. Alhamdulillah, Soekarno pun bersedia

    menjadi pelindung masjid Salman. Sebagai

    bukti dukungannya, Presiden membubuhkan

    tanda tangannya pada gambar masjid yang

    dibuat Noeman. Setelah ditandatangani

    Seokarno, maka segera saja Rektormenyetujuinya. Demikian juga dengan Walikota

    Bandung. Dari sana dimulailah pembangunan

    Masjid Salman, tutur Noeman.

  • 7/21/2019 islammm

    32/4032 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    Dalam pertemuan itu, Presiden Soekarno

    bertanya, mengapa Masjid Salman tidak

    berkubah. Waktu itu Noeman menjawab dengan

    logika Soekarno, bahwa dalam Islam yang

    penting adalah api-nya. Asalkan itu masjid

    maka sah-sah saja walaupun tidak berkubah.

    Prinsip saya ketika itu adalah membangun

    masjid itu ijtihad, yakni melakukan terobosan

    berdasarkan ilmu, tanpa imitasi dan meniru-niru.

    Kalaupun salah, ijtihad itu kan tetap dapat

    pahala satu, tutur Noeman menjelaskan. Ijtihad

    Noeman itu disetujui oleh Soekarno dan seluruh

    panitia, sehingga jadilah Masjid Salman,

    satumasjid yang berdiri megah tanpa kubah

    yang kita saksikan hingga saat ini.

    Masjid Salman mulai digunakan untuk shalat

    Jumat pada Mei 1972. Masjid tanpa kubah inilah

    yang kemudian banyak dikaji dan didiskusikan,

    sebagai sebuah fenomena arsitektur yang unik.

    Satu bangunan tropis mengilhami rancangan

    Noeman. Dengan ketinggian yang

    diperhitungkan dan rangka dinding kayu jati di

    ketiga sisinya yang didominasi kaca, menjadikan

    suasana dalam masjid terang dan sejuk

    sepanjang hari. Saat malam menjelang

    lampunya yang temaram karena berada dalam

    kolom kayu menambah nuansa khusuk bagi siapa

    saja yang berdiri untuk shalat di masjid berlantai

    kayu itu.

    Bukan saja menjadi fenomena arsitektur, kita

    ketahui bahwa sebagai masjid kampus yang

    aktif, Salman juga menjadi barometer aktivitas

    masjid hampir di seluruh negeri dengan

    semangat kader aktivisnya yang memiliki ghirah

    dan inovasi di berbagai kegiatan kepemudaan

    dan kampus, yang berbasis masjid.

    Noeman mengakui bahwa setiap gerak langkah

    kita sudah semestinya bermuara pada komitmen

    nilai Islami yang tertanam. Demikian pula di

    dunia keilmuan. Ketika membangun masjid,Noeman mengingatkan kita perlu berijtihad

    dengan nash Al-Quran dan hadits sebagai

    landasan losos. Pertama, janganlah kita

    meniru buta, taklid mengikuti sesuatu tanpa

    ilmu sebagaimana rman Allah SWT dalam Al-

    Baqarah ayat 170. Kedua, esien. Jangan ada

    pemborosan karena boros temannya setan,

    sebagaimana maksud surat Al-Isra ayat 27.

    Ketiga, mempertimbangkan barisan (shaf) shalat

    berjamaah yang seharusnya lurus dan rapat.

    Maka meminimalisir tiang adalah salah satu

    solusinya. Yang pasti, ketika membangun

    Salman, sebetulnya, memang faktor terbatasnya

    dana menjadi salah satu pertimbangan,

    tambahnya. Namun, hal ini dapat dibenarkan,

    karena tentu tidak elok membangun masjid

    penuh dengan kemubaziran, Dana yang lebihbisa dipergunakan untuk kebutuhan pendukung

    aktivitas masjid ke depan, sergahnya.

    Untuk para pengkritik mengapa masjid tanpa

    kubah, Noeman punya jawaban tersendiri,

    Pendiri Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) itu

    sebetulnya tidak anti kubah. Selama secara

    struktur kubah tersebut jelas fungsinya dan

    bukan sekedar ornamen yang seringkali lebih

    boros karena membutuhkan lebih banyak bahan.

    Ini pertimbangannya. Bukan wajib dan tidak

    anti, demikian Noeman. Buktinya, ada

    beberapa rancangan masjid yang dikerjakan

    Noeman yang mengadopsi keberadaan kubah,

    namun dengan loso yang tetap fungsional.

    Sosok pejuang dalam Dakwah

    Karakter Noeman dalam menjalankan perintah

    agama memang terbangun sejak dini di

    lingkungan keluarga. Terbangunnya iman dan

    aqidah yang mantap itu sudah terlihat saat ia

    belia. Pada akhir masa pendudukan Jepang ia

    dikenal sebagai murid yang tegas dan berani.

    Utamanya ketika ia suatu saat menolak perintah

    seikere. Penghormatan menghadap ke arah

    Jepang dengan cara seperti orang rukuk ketika

    shalat. Karena itu perbuatan yang tidak sesuai

    dengan ajaran Islam, saya diajarkan itu oleh

  • 7/21/2019 islammm

    33/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 33

    orangtua saya. Manusia harus beribadah hanya

    kepada Allah SWT, maka saya menolak ketika

    itu, kenangnya.

    Di pertemuan penting saat masih di bangku SMA

    itu hanya Noeman yang menolak seikere.

    Penolakannya itu menyebabkan tentara Jepang

    murka lalu memerintahkan Direktur SMA agar

    mengeluarkan Noeman dari sekolah. Namun

    Noeman toh terus pada pendiriannya hingga ia

    mampu beraktivitas hingga lulus Arsitektur ITB

    pada 1958.

    Saat ini, melalui Birano sebuah biro arsitektur

    profesional, Achmad Noeman meneruskan

    perjuangan dakwah-nya. Bersama putranya

    yang telah digembleng dengan nilai-nilai akidah

    yang kokoh kini telah ratusan desain masjid dan

    bangunan bernuansa arsitektur Islam

    didesainnya. Yang menarik untuk dicontoh

    adalah, untuk karya-karyanya itu Noeman tidak

    selalu menerima imbalan dalam bentuk uang. Ia

    tidak menjadikan profesinya untuk menumpuk

    harta, walau kesempatan itu terbuka lebar.

    Noeman pun tak segan menolak permintaan

    mendesain masjid yang tidak sesuai dengan

    prinsipnya. Karena ia melihat setiap jengkal

    ikhtiar adalah ibadah yang tidak boleh sia-sia.

    Prinsip pendidikan Islam dalam keluarga

    ditekankan suami R. Adeetje Koerniasih binti

    Nata Permanaini. Noeman dikaruniai empat

    anak (Irfan, Nazar, Fauzan dan Ilma), dan delapan

    cucu. Sebagaimana penuturan putra Noemanyang menjadi penerus ayahnya, Fauzan, ia

    merasakan betul buah pendidikan ayahnya pada

    pembangunan karakter keberpihakannya. Ia

    contohkan, bahwa Noeman tidak ragu dan

    gamang mengirim anak ketiganya itu ke Amerika

    untuk belajar Arsitektur pada usia 15 tahun.

    Walau masih sangat muda, jauh dari orang tua

    dan berada di negeri yang serba boleh, saya tidak

    pernah keluar dari koridor yang diajarkan agama.

    Ini semua akhirnya saya syukuri, papar Fauzan

    Noeman.

    Darah dakwah mengalir dalam diri Noeman. Dan

    karena kecenderungannya pada musik Jazz yang

    diwariskan oleh keluarga pedagang batik ini,

    Noeman kemudian mendirikan KLCBS, stasiun

    radio FM stereo pertama di Bandung, 1978.

    KLCBS yang mengudara secara resmi sejak

    1982 itu - dikelola Nazar, anak kedua Noeman

    dan menyiarkan berbagai konten dakwah Islam

    dengan balutan genre musik Jazz.

    Dengan prinsip bahwa segala aktivitas sebagai

    ibadah kepada Allah SWT, Noeman di usia

    senjanya tetap aktif di berbagai organisasi

    profesi, ormas Islam dan juga aktivitas nirlaba. Ia

    tercatat menjadi anggota Majelis/Dewan

    Kehormatan IAI, anggota Penasihat Persatuan

    Sarjana Arsitektur Indonesia, anggota Dewan

    Kehormatan INKINDO, anggota Dewan

    Pembina Yayasan Unisba, anggota Majelis

    Pembina Masjid Salman ITB, anggota Dewan

    Kurator Bayt Al-Qur'an dan Museum Istiqlal TMII

    Jakarta, dan anggota Dewan Pembina Dompet

    Dhuafa, Bandung.

    Di usianya yang ke-88 kini, Pak Noeman begitu

    dia biasa disapa masih tampak sehat. Ia secara

    rutin menjalankan olah raga jalan kaki. Saat

    ditanya,

    sudah berapa banyak masjid yangdiarsitekinya, ia mengaku tidak pernah

    menghitungnya. Ia ingat masjid-masjid yang

    Foto: @Redaksi al-islam.my.id

  • 7/21/2019 islammm

    34/4034 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    besar saja, seperti Masjid Salman ITB, Masjid

    Amir Hamzah di Taman Ismail Marzuki, Masjid

    At-Tin Jakarta, Masjid Islamic Center Jakarta, Al

    Markaz di Makassar, Masjid Soeharto di Bosnia

    dan Masjid Syekh Yusuf di Cape Town, Afrika

    Selatan.

    Noeman bukanlah arsitek biasa. Dia sosok

    seorang pejuang Muslim yang tetap konsisten

    dalam berdakwah. Masyarakat menghargai

    langkah dan kiprahnya melalui berbagai

    penghargaan yang diterimanya antara lain dari

    Dewan Masjid Indonesia Award, Anugerah

    Dharma Bakti Satya dari PII, Anugerah Budaya

    Kota Bandung, MUI Kota Bandung Award,

    Satya Lencana Kebudayaan dari Kemendikbud.

    Yang patut menjadi teladan generasi mudamuslim adalah kebersahajaannya. Noeman

    jika dalam keadaan sehat selalu datang

    memenuhi undangan, rapat maupun walimahan

    baik siapa pun yang mengundangnya. Kerabat

    dan alumni aktivis Masjid Salman sering terharu

    ketika menyambut kedatangan Pak Noeman

    yang tampak ikhlas memenuhi undangan di usia

    senjanya. Itu kewajiban muslim terhadap

    muslim. Memenuhi undangan itu harus biladiundang. Sebetulnya sederhana saja,jelasnya

    dengan rendah hati.

    Sikap pejuang yang istiqamah, zuhud dan

    rendah hati.. nampaknya, tetap tergores,

    menghiasi garis wajah Maestro Arsitektur Islam

    Indonesia, yang senantiasa tampak bening dan

    bersih di usia senjanya. JS

    Foto: @Redaksi al-islam.my.id

  • 7/21/2019 islammm

    35/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 35

    Rumah Peduli

    Oleh: Jonih Rahmat

    Rumah ini adalah rumah bagi anak-anak yatim dan fakir miskin. Kami keluarga memahami danmensyukuri hal itu. Gembira mereka adalah bahagia kami. Duka mereka adalah juga luka kami.Dendang mereka adalah nyanyi kami. Tangis mereka adalah air mata kami. Walau diliputi kemampuan

    yang serba terbatas, namun berkat bantuan sedekah dari orang-orang baik hati, alhamdulillah, hingga

    saat ini, anak-anak masih bisa menempuh pendidikan dan beraktivitas aneka rupa.

    Pada hari raya Kurban tahun ini, kami tak lupa megucapkan syukur yang semestinya dari para

    dermawan yang turut serta meramaikan rumah kami. Hari Pesta Daging itu menggembirakan kamisemuanya. Kepada sekalian dermawan dan rekan-rekan; atas partisipasinya membeli dan menitipkan

    hewan kurbannya kepada kami dari lubuk hati yang paling dalam-kami sampaikan terima kasih tak

    Foto: @Dedy Rahmat

  • 7/21/2019 islammm

    36/4036 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November

    terhingga. Semoga Tuhan yang Mahakasih dan

    Mahasayang menyayangi sekalian Anda beserta

    Keluarga semuanya.

    Hari istimewa ini memang luar biasa. Jika pada

    hari-hari lain anak-anak bersantap dengan menu

    minimalis, yang penting nasi bisa masuk kedalam perut. Pada hari-hari kurban seperti

    halnya pada bulan Ramadhan, laiknya orang-

    orang berada-mereka bisa menikmati santapan

    lezat dengan lauk serba daging.

    Dari tiga ratus enam puluh lima hari, inilah hari-

    hari paling sibuk bagi kami. Karena rezeki yang

    datang, biasanya melebihi dari yang kami

    butuhkan. Makanan itu lantas menjadikan kamiingat kepada warga kekurangan lainnya. Anak-

    anak kemudian mendistribusikannya kepada

    orang-orang miskin seputar rumah kami.

    Pada bulan Ramadhan, anak-anak mengirimkan

    sembako ke rumah-rumah dan kampung-

    kampung di mana teman-teman mereka --

    sesama anak yatim dan duafa, yang tidak tinggal

    bersama kami berada. Sejak selesai shalat

    Tarawih hingga menjelang waktu Sahur, dengan

    mobil kijang tua bak terbuka dan sepeda motor,

    mereka bagikan bahan makanan yang berasal

    dari para dermawan. Menjelang hari raya Kurban,

    anak-anak telah mendata orang-orang fakir dan

    miskin, untuk mendapatkan daging itu. Tidak

    sedikit di antara penerima kurban ini, betul-betul

    memang makan daging hanya setahun sekali.

    Pada hari H, selepas shalat Idul Adha, ratusan

    orang miskin berdatangan ke tempat kami.

    Hampir semuanya membawa pisau dan golok.

    Mereka akan gunakan itu senjata tajam untuk

    merecah daging hewan kurban yang telah

    disembelih. Kecuali penitip kurban mau

    melakukannya sendiri, penyembelihan hewan,

    seluruhnya dilakukan oleh anak-anak kami. Saat

    pelaksanaan, di depan eksekutor diletakkan

    selembar kertas bertulisan, atas nama siapa

    hewan tersebut dikurbankan.

    Tetangga dekat dan jauh, yang semuanya orang-

    orang tidak berpunya, senang manakala hari Idul

    Adha menjelang. Mereka berpartisipasi

    mengurus hewan kurban yang dititipkan kepada

    kami untuk dibagikan.

    Pagi-pagi, begitu masuk pekarangan karena

    akan memerlukan energi yang banyak sepanjang

    hari, semua hadirin dipersilakan makan pagi yang

    sudah disiapkan anak-anak dan ibu dapur.

    Nama para peserta didaftar dan dikelompokkan.

    Untuk satu kambing cukup diurus oleh dua-tiga

    orang, sedangkan sapi oleh sepuluh orang. Saya

    berikan pengarahan hal tata cara dan etika

    memotong binatang kurban, serta tata terbit

    mengurus daging hewan. Tengah hari, mereka

    disuguhi makan siang dengan sate dan gule. Dan,

    sore, setelah pekerjaan selesai, mereka yang ikut

    membantu mengurus daging kurban ini,

    mendapatkan tiga sampai lima bungkus daging -

    tergantung jumlah daging dan banyaknya yang

    berpartisipasi, ditambah uang minyak goreng Rp

    25.000/orang.

    Tahun lalu, pengeluaran untuk membeli plastik,

    pembuatan tenda ukuran 10 x 20 m, sarapan,makan siang, dan uang minyak goreng adalah

    sebesar delapan belas juta rupiah. Karena kondisi

    Foto: @Uda Dennie

  • 7/21/2019 islammm

    37/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 37

    nansial yang sedang repot, dalam

    penyelenggaraan kurban tahun ini, pengeluaran

    ditekan.

    Kalau pada tahun lalu para tetangga yang

    membantu memotong-motong, merecah, dan

    membungkus daging kurban berjumlah sekitardua ratus orang, tahun ini, yang datang jauh lebih

    banyak. Sebanyak tiga ratus dua orang yang

    terdaftar. Di luar itu, orang terus berdatangan.

    Hari Ahad itu, saat makan siang tiba, saya sempat

    panik. Kendati jumlah nasi dan daging yang

    disuguhkan sudah ditambah menjadi satu

    setengah kali dibanding tahun lalu: nasi habis!

    Antrean masih panjang. Puluhan pekerja itukelaparan. Saya perintahkan anak-anak

    agar bapak-bapak yang belum kebagian

    nasi, dibagi daging dulu saja. Sementara

    Zeni, salah seorang alumni, dengan

    sepeda motor, berangkat ke warung

    membeli nasi. Tidak lama, sate pun

    ludes. Untung gule dan sayur lodeh

    masih tersedia.

    Sambil menunggu suplai nasi dari

    warung datang, saya merogoh saku dan

    memberikan sejumlah uang kepada

    anak-anak untuk segera menambah air

    kemasan dan membeli kue apa saja,

    sebagai ganjal perut-perut yang lapar.

    Saya sendiri lari ke dapur, menyiapkan

    makanan cara kilat. Ada untungnya juga, dulu,

    hidup di daerah pinggiran dan orangtua berasaldari desa. Sejak kecil saya terlatih, bagaimana

    menanak nasi dengan cepat dan tepat. Makanan-

    makanan kiriman dari para tetangga (menjelang

    hari-hari Idul Adha dan Idul Fitri kadang juga hari

    -hari biasa, ada saja para tetangga dekat dan jauh,

    berdatangan mengirim makanan) -yang ada di

    kulkas, saya keluarkan dan dibagikan kepada

    orang-orang lelah dan lapar. Alhamdulillah,

    antrean panjang itu menjadi berkurang. Tidaklama kemudian, puluhan nasi bungkus pun

    datang.

    Beberapa bulan menjelang hari raya haji, pernah

    terbetik, tahun ini kami berencana untuk tidak

    menyelenggarakan pemotogan hewan kurban.

    Akan tetapi, terpikirkan kembali, betapa kedua

    golongan yakni anak-anak yatim dan fakir

    miskin, akan merasa begitu kehilangan. Mereka

    akan berduka, tidak lagi mendapatkan daging,

    yang datang setahun sekali, dengan cuma-cuma.

    Ketimbang mencari keuntungan nansial,

    penyediaan hewan kurban di Ar-Rahmah, rumah

    kami, terasa lebih membahagiakan bagi banyak

    orang. Para fakir miskin, baik mereka yang setiap

    tahun mendapatkan kiriman daging kurban

    maupun bapak-bapak yang setiap Idul Adha

    datang ke tempat kami, membantu mengurus

    daging tersebut, semua turut bahagia. Dan, tentu

    saja bagi segenap dermawan, tunai sudah

    kewajiban dan menjadi jalan membahagiakan

    mereka. Sekali lagi, terima kasih untuk semuanya.

    Semoga yang Mahakuasa, kelak, membahagiakan

    ibu ibu, bapak, serta teman-teman semuanya.

    Semoga Allah menerima kurban ini. Semoga Dia

    memberikan balasan atas hewan yang ibu, bapak,dan teman-teman kurbankan --dengan rezeki

    yang lebih banyak dan berkah. Bersamaan dengan

    dipotongnya hewan kurban itu dan memancarkan

    darah dari leher hewan, semoga berguguran dosa-

    dosa sekalian dermawan, juga para al-marhum/ah

    yang sudah mendahului kita. Sampainya daging

    kurban kepada anak-anak yatim dan fakir miskin,

    semoga diiringi dengan sampai dan diterimanya

    amal-amal saleh para dermawan semuanya

    beserta Keluargabaik yg masih mendapat nikmat

    hidup, maupun yang sudah kembali ke hadirat

    Yang Mahakuasa.

    Gembiranya orang-orang tidak berpunya dalam

    mendapat rezeki berupa daging kambing atau

    sapi, semoga menjadi kegembiraan kita semua

    beserta keluarga besar di yaumil akhir, nanti.

    Aamiin.

    Salam.JR

  • 7/21/2019 islammm

    38/4038 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014

    Sahabat yang mulia, di tengah sibuknya kita terhadap berbagai urusan, akhlak yang kita

    bangun dalam bersikap dan bertindak hendaklah senantiasa kita pehatikan. Rasulullah SAW

    berpesan dalam berbagai kesempatan, hendaknya kita memiliki sikap utama yang

    Hikmah

    Foto: @Ted Gore

  • 7/21/2019 islammm

    39/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 39

    mengutamakan kelemahlembutan, ketimbang

    berekspresi sebaliknya, reaksioner, penuh

    kemarahan, tidak sabar dan berakibat fatal

    terhadap lingkungan.

    S

    ikap yang penuh pertimbangan dan

    kelemahlembutan itu banyak dipuji Allah

    sebagai hiasan utama kaum muslimin yang

    sejatinya menyukai hal yang tidak berlebihan

    terhadap sesuatu, bahkan terhadap kebaikan

    yang dia kerjakan sekalipun.

    Allah SWT Berrman, '' Dan orang-orang yang

    apabila menaahkan hartanya, mereka tidak

    berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, tetapi berada

    di tengah-tengah antara yang demikian.. Mereka

    kekal dalam Surga.. surga itu adalah sebaik-baik

    tempat menetap dan tempat kediaman''. ( TQS. Al

    Furqan [25]:67-76).

    Sabda Nabi melalui Aisyah, RA. misalnya

    menyebut, Rasulullah SAW bersabda Sifat

    lemah lembut tidak melekat pada sesuatu,

    melainkan ia akan menjadi hiasan untuknya. Dantidak pula sifat itu akan dicabut, melainkan akan

    merusaknya. (HR. Muslim).

    Abu Ad-Darda meriwayatkan, Rasulullah SAW

    bersabda, Siapa yang diberi sifat lemah lembut,

    sesungguhnya dia telah diberi jatah kebaikan; siapa

    yang tidak diberi sifat itu, sungguh jatah

    kebaikannya tidak diberikan (HR. At-Tarmizi).

    Aisyah selanjutnya meriwayatkan, Rasulullahbersabda,Allah Maha Lemahlembut. Dia mencintai

    sifat lemah lembut dalam segala hal. (HR. Bukhari

    -Muslim).

    Dalam riwayat Imam Muslim, disebutkan

    mengenai hal ini. Allah Maha Lemahlembut yang

    mencintai sifat lemah-lembut. Allah akan

    mem