Upload
eliska-aryastami
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/21/2019 islammm
1/40
al-islam.my.id
Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H 2014 my Identity
Manifestasi HijrahSepanjang Tahun
Achmad Noeman:Maestro Arsitektur Masjid
Mari Melihat AlamGhaib
7/21/2019 islammm
2/40
Doa
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami
rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia). (QS. Ali-Imran: 8)
Doa agar Diberi Keteguhan Hati
7/21/2019 islammm
3/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 3
Awak Media
Penasehat: Nashir Budiman, JohansyahPemimpin Usaha : M. Fuad SoaPemimpin Redaksi : Dijan SoebromoDewan Redaksi: Heru Prabowo, Suharjono HarjodiwirjoRedaktur Pelaksana: Tri Boedi Hermawan, Nilna Iqbal, Reno Andryono
Keuangan: Ahmad Hamdani, Syahrial Muharam.Dukungan Teknologi: Fathansyah, Zamakshari Sidiq
Alamat Redaksi: Rumah Alumni, Salman ITB, Jalan Ganesha No.7, BandungAlamat Email: [email protected]
Twitter: @alislammyid | Google+ & YouTube Channel: [email protected]: www.al-islam.my.id
Daftar Isi
5 | Bahasan Utama: Hijrah: Risalah Perubahan untuk Peradaban
12 | Bahasan Utama: Manifestasi Hijrah Sepanjang Tahun
16 | Tasawuf: Menyadari Posisi Kemakhlukan Kita
19 | Akhlak: Tepati Janjimu
24 | Saintek: Mari Melihat Alam Ghaib
28 | Puisi: Seribu Masjid Satu Jumlahnya
30 | Prol: Achmad Noeman: Maestro Arsitektur Masjid yang Rendah Hati
35 | Rumah Peduli: Semoga Tuhan Membahagiakan Semuanya
38 | Hikmah: Berlemah Lembut dalam Segala Urusan
Redaksi
Al-ISLAMmy Identity
7/21/2019 islammm
4/404 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
Pengantar
Assalamualaikum Warahmatullahi wa-Barakatuh.
Sahabat Al-Islam yang mulia,
Rasa Syukur semoga senantiasa kita panjatkan ke Hadlirat Allah SWT yang memberikan kitakebajikan paripurna dalam menyelenggarakan berbagai aktivitas hidup hari ini.
Salah satu wujud syukur kita adalah anugerah iman yang tetap tertanam dalam jiwa dan menjadi
suluh untuk melanjutkan amaliah yang produktif pada penggalan waktu ke depan. Al-Islam kali ini
membawakan topik mengenai hijrah yang bertalian dengan semangat serta momentum pergantian
penanggalan hijriah di Bulan Muharram tahun 1436 H.
Serangkaian artikel menarik dapat disimak baik opini yang terkait topik utama, yakni semangat
hijrah untuk bermuhasabah bagi diri, komunitas dan bangsa menghadapi sejumlah tantangan ke
depan. Ada topik mengenai tasauf, akhlak, saintek dan prol Arsitek Pejuang, Ir. Ahmad Noemanyang dijuluki Arsitek Seribu Masjid. Selain sajian itu, sebagai rehat kami sajikan produk sastra yaitu
beberapa kuplet puisi dari Sastrawan Emha Ainun Nadjib.
Sahabat Al-Islam,
Simak sajian kami edisi ini sebagai bagian dari renungan perjalanan ibadah yang kita semoga dapat
kita maknai dengan mantap, suatu ikrar untuk melanjutkan amaliah yang produktif dalam perjalanan
kehidupan di Tahun Baru Hijriah, 1436 ini. Redaksi tak lupa menyampaikan Selamat Tahun BaruHijriah, semoga kita mendapatkan semangat dan harapan baru di awal tahun ini.
Salam,
Redaksi.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Al-ISLAMmy Identity
7/21/2019 islammm
5/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 5
Rasulullah SAW melaksanakan hijrah untuk membangun peradaban unggul. Kilas balik
proses Hijrah Nabi untuk introspeksi dan transformasi dalam perjalanan membangun
kembali peradaban berbasis nilai keutamaan.
Pada tahun 638 M, khalifah Umar ibnu Khattab memutuskan peristiwa hijrah sebagai awalpenanggalan Islam. Langkah ini merupakan keputusan yang strategis untuk menandaidibukanya aras baru, kesadaran baru, yang melandasi berbagai kemajuan umat di segala bidang
kehidupan.
Bayangkan betapa kuatnya Umar sebagai pemimpin yang terpilih saat itu. Ada beberapa tonggak
simbolis penting bagi Umar untuk memilih suatu upaya serius transformasi umat yang dipelopori
Bahasan Utama
Foto: @Saiful Nizal
7/21/2019 islammm
6/40
komunitas muslim yang kokoh. Ada tonggak
penting lain yang bisa dijadikan acuan: Tanggal
kelahiran Rasulullah, ataukan saat diangkatnya
Muhammad sebagai Rasul yang ditandai wahyu
pertama dalam Al-Quran, ataukah peristiwa Isra
Miraj di mana kewajiban shalat diundangkan.Atau mungkin pada saat panji Islam berkibar saat
Fathu Makkah, penaklukan kota Makkah, sebagai
hari dimulainya peradaban baru Islam.
Bukan itu semua. Umar yang agung
memutuskan: Hijrahnya Rasulullah SAW dan para
sahabat dari Makkah ke Yastrib (Madinah), yang
terjadi pada tahun 622 atau setelah 13 tahun Nabi
SAW menyampaikan risalah di Makkah. Inilah
tonggak histori. Titik awal yang akan dijadikan
acuan bagi pembangunan peradaban madani
yang kelak dikenang sejarah sebagai kesuksesan
paling monumental dalam sejarah peradaban
manusia.
Menyimak tarikh Nabi, suasana batiniah hijrah
Nabi dan sahabat memang luar biasa. Di tengah
kepungan penindasan, intimidasi, penolakan,
boikot pada awal pembangunan peradaban Islam
yang dikomandoi Rasulullah, betapa penatnya
suasana lahir batin yang dirasakan umat Islam
saat itu. Bahwa hidup mulia yang diperkenalkan
Islam, sebagai ajaran Allah dan Rasul-Nya,
menjadi penghalang bagi keberlangsungan
kehidupan jahiliyah kota besar seperti Makkah.
Semua musuh Islam bersekutu untuk
menghentikan ajaran mulia ini dan sekaligus
membumihanguskan sekitar 100 orang sahabat
yang telah mengangkat sumpah. Bersaksi bahwa
hanya Allah yang Satu dan Muhammad adalah
utusan-Nya!.
Maka tiada cara lain bagi Rasulullah SAW dan
para sahabat kecuali memilih lokasi baru untuk
mengurai benang kusut perjuangan kebajikan.
Lalu dipilihlah Madinah, kota ramah yang paling
memberikan sambutan atas kenabian dan
dakwah Rasul di saat awal dakwah Islam.
Peristiwa fenomenal ini pun berbuah manis.
Hanya 8 tahun sejak tonggak peristiwa hijrah itu,
Rasulullah SAW dan puluhan ribu pasukan-nya
kembali ke Makkah sebagai Sang Penakluk
dengan membawa kekuatan tak tertandingi
dalam revolusi kebajikan yang kemudian digelar
sesudahnya. Seantero jazirah dan melintasibenua.
Dari Madinah, perlawanan demi perlawanan
dapat digalang dengan baik. Dimulai dengan
bersatunya kaum muslimin pendatang
(muhajirin) dan kaum muslimin setempat
(anshar), puluhan pertarungan akhirnya
dimenangkan kaum muslimin yang selalu
dihalangi untuk menegakkan kebajikan. Dari
Badar, Uhud, Khandaq, Khaibar, setidaknya ada
56 kali perang yang dijalani kaum muslimin sejak
dimulainya hijrah Nabi hingga Fathu Makkah.
Perjalanan kemenangan itu menelan banyak
pengorbanan namun tonggak-tonggak sejarah
peradaban baru berhasil ditancapkan dengan
kokoh.
Kilas Balik Hijrah Nabi
Awal mula penanggalan Islam itulah yang sering
dijadikan momentum bagi umat Islam untukFoto: @Je Trigger
7/21/2019 islammm
7/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 7
mereguk kembali semangat perubahan
sebagaimana Rasul ajarkan.
Hijrah, berasal dari kata hajaru, memiliki makna
meninggalkan, memutuskan, menjauhkan dri
dan berpindah tempat. Setidaknya Rasulullah
bersama para sahabat, dalam peristiwa hijrah
yang fenomenal itu, memang sengaja melakukan
perpindahan posisi, dari Makkah ke Madinah.
Upaya hijrah ini jelas tujuannya. Yakni
mempertahankan akidah Islam yang tengah
diusung Nabi dalam dakwah permulaan Islam
sebagai risalah yang diperintahkan Allah. Secara
umum ini mengandung arti haryah hijrah
makaniyah, yaitu hijrah berpindah posisi yangbermaksud menyiasati tekanan yang luar biasa
mengancam dari kaum Quraisy yang ingkar yang
dipelopori penguasa Makkah saat itu.
Tentu saja Rasulullah SAW dan para sahabat
melaksanakan perjalanan hijrah yang berat ini
dengan ikhlas karena dilandasi perintah Allah.
Seperti disebutkan dalam beberapa ayat Al-
Quran, Sesungguhnya orang-
orang yangberiman, orang-orang yang berhijrahdan berjihad
di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat
Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang, (TQS. Al-Baqarah [2]:218); Orang-
orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di
jalan Allah dengan harta dan diri mereka, adalah
lebih tinggi derajatnya di sisi (dalam pandangan)
Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat
kemenangan[QS. At-Taubah [9]:20].
Walaupun konsekuensinya berat, karena banyak
hal tercerabut secara serta merta. Semua
dipindahkan, melewati gurun pasir dan cuaca
yang sangat tidak bersahabat, meninggalkan
keluarga, harta dan rumah, pekerjaan seruan
hijrah dijalani dengan sikap samina wa athana
(kami dengar dan kami patuhi). Berangkatlah
kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun
berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan
dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui, (TQS.
At-Taubah [9]:41). Seruan dan perintah hijrah
pun dilaksanakan oleh Nabi dan sahabat, kecuali
7 orang yang enggan dan mendapatkan kritik
pedas dari Allah dalam Al-Quran. (lihat QS. Al-
Nisa [4]:97).
Tekad Rasulullah SAW rupanya bukanlah tanpaperhitungan yang matang. Sebelum
melaksanakan hijrah ke Madinah beberapa
persiapan dilakukan walaupun dalam keadaan
ringkas dan darurat.
Pertama, Nabi menyiapkan masyarakat di lokasi
tujuan hijrah, Madinah dan dilaksanakan ketika
beberapa orang Madinah datang ke Makkah
untuk menyatakan keislaman kepada Nabi SAW.Nabi selanjutnya memerintahkan para sahabat di
Madinah untuk mempersiapkan segala sesuatu
bagi kedatangan saudara seiman dari Makkah ke
kota mereka.
Kedua, Nabi melakukan pentahapan
pemberangkatan dalam hijrah. Seluruh sahabat
diminta berhijrah secara sembunyi-sembunyi
namun nabi menjadi orang terakhir yang
melaksanakan hijrah. Mengetahui Pemimpinnya
masih di Makkah, maka para sahabat tidak
mengalami gangguan yang berarti dari kaum
Foto: @Green Boy
7/21/2019 islammm
8/408 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
Quraisy.
Ketiga, Bersiasat untuk mengelabuhi lawan
karena ancaman terhadap jiwa yang luar biasa.
Rasul menyiapkan rute perjalanan menuju ke
selatan terlebih dahulu dari Makkah sebelum ke
arah Madinah, yang berposisi di Utara Makkah. Initermasuk menyiapkan logistik dan tempat
persembunyian (gua Tsur). Taktik yang berhasil
karena mampu menyamarkan perjalanan dan
menyiapkan suplai logistik tanpa kendala berarti.
Keempat, Nabi SAW memilih Ali anak
seorang tokoh Quraisy terpandang, yang
juga saudara sepupu Nabi untuk
menyamarkan posisi dengan dimintamenempati tempat tidur beliau.
Ancaman pembunuhan itu urung
manakala mereka menemukan Ali, dan
bukannya Rasulullah SAW.
Kelima, Nabi memilih sahabat yang
paling dipercaya, yaitu Abu Bakar Ash-
Shidiq RA, yang menyertai langsung
perjalanan Nabi SAW yang demikian
berat dengan jarak tempuh sejauh 500
kilometer (karena rute yang diambil
berputar-melingkar dan berkelok-kelok,
sementara jarak Makah-Madinah 420
km). Kepercayaan ini tidak sia-sia dan
Rasul selamat berhijrah dan disambut
dengan suka cita di Madinah Al
Munawarrah.
Pentahapan perjalanan ini menjadi satu
kias bagi kita semua bahwa Nabi
memiliki perhitungan yang ditail dan
cermat sebagai sebuah perencanaan
hijrah yang bersejarah itu walaupun kita
semua tahu bahwa tanpa Perkenan Allah
dan Lindungan-Nya kepada Kekasih-Nya tentu
semua upaya hijrah tersebut mengalami kendala
yang berarti. Allah berkenan memberikan contoh
bagi kita semua dalam perjalanan hijrah Nabi
yang fenomenal itu.
Bermuara di Masjid
Rangkaian peristiwa berikutnya adalah
membangun peradaban dari masjid. Tampak jelas
dalam perjalanan hijrah ini bagaimana Nabi
memulai segala aktivitas melalui pusat
peradaban: masjid. Setibanya di Quba kota kecildi tenggara Madinah Rasulullah SAW bersama
penduduk setempat membangun masjid. Ini juga
dilakukan ketika Nabi dan Abu Bakar tiba di
pinggir kota Yasthrib, turun perintah shalat Jumat
dan beliau menunaikannya di tempat itu.
Belakangan di tempat itu didirikan sebuah masjid
yang diberi nama Masjid Jumat. Sampai di
Madinah, pertama kali yang dibangun adalah
masjid yang kemudian diberi nama Masjid
Foto: @Ramin Rahmani Nejad
7/21/2019 islammm
9/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 9
Nabawi.
Dari masjid inilah Rasul SAW melakukan revolusi
peradaban yang dibangun di atas landasan
keilahian. Tampak bahwa masjid bukan saja
berfungsi sebagai pusat ibadah mahdhah
(khususnya shalat). Namun masjid dijadikan pusatperadaban membangun umat dalam berbagai
sendi kehidupan. Masjid dijadikan lokus
pendidikan dan pengajaran keagamaan,
mengatur ekonomi, mengatur pemerintahan,
pengadilan berbagai
perkara yang muncul di masyarakat, tempat
berbagai pertemuan dan musyawarah, dan
sebagainya.
Masjid Nabawi, sebagaimana yang kita dapat lihat
saat ini, adalah lambang dari berkembangnya
peradaban kota berbasis masjid. Pusat kota dan
pusat perdagangan serta pemukiman kemudian
berkembang di seputaran masjid. Perkembangan
yang pesat dari kota Madinah ini tentunya
menjadi landasan yang kuat bagi
bertumbuhsuburnya syiar Islam bagi mukimin dan
pendatang yang ada.
Bertolak dari mencermati keadaan sosial
kemasyarakatan di jazirah ini, Nabi mengambil
langkah strategis pertama yakni menyatukan
kekuatan Islam dari pendatang dan
pemukim (Muhajirin dan Anshar) yang
berpotensi membawa perpecahan
sekaligus kekuatan. Rasul membuat
terminologi persaudaraan baru dengan
mengusung misi Islam bahwa
persaudaraan Islam bukan berdasar atas
nasab, tapi keimanan seseorang.
Sesungguhnya orang-orang beriman itu
bersaudara..., (TQS. Al-Hujurat
[49]:10).
Upaya strategis ini dipuji Allah dan
direkam dalam salah satu ayat Al-
Quran,Dan orang-orang yang telah
menempati kota Madinah dan telah
beriman (Anshor) sebelum (kedatangan)
mereka (Muhajirin), mereka (Anshar)
'mencintai' orang yang berhijrahkepada
mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar)
tiada menaruh keinginan dalam hati
mereka terhadap apa-apa yang diberikan
kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin)
atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka
dalam kesusahan. Dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka
itulah orang orang yang beruntung, (TQS.
Al-Hasyr [59]:9)
Terjalinnya persaudaraan dalam bingkai agama,
antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar,menyebabkan kondisi umat semakin kokoh dan
kondusif dalam menjalankan aktivitas
Foto: @Ramin Rahmani Nejad
7/21/2019 islammm
10/4010 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
kemasyarakatan. Semua sendi kehidupan
tumbuh. Perdagangan dan pertanian
berkembang dengan baik. Umat Islam pun
dapat menyaingi sistem ekonomi yang selama
ini dikuasai kaum Yahudi. Salah seorang pelaku
ekonomi yang berhasil menjadi konglomerat,dari kaum Muhajirin adalah Abdurrahman bin
'Auf. Saudagar yang dikenal sangat dermawan.
Selanjutnya, membuat perjanjian dengan
masyarakat multi etnik dan agama.
Pembangunan membutuhkan kestabilan
keamanan. Sulit membangun jika kondisi tidak
aman dan damai. Karena itu Rasulullah SAW
dan para sahabat (Muhajirin dan Anshar)
menggagas piagam perjanjian. Perjanjian ini
mengikat seluruh penduduk Madinah, yang
terdiri atas multi etnik dan multi penganut
agama.
Piagam Madinah (shahifatul madinah) yang
ditulis pada tahun 622 M, ialah sebuah dokumen
yang disusun olehNabi Muhammad SAW,
mewakili kaum muslimin, merupakan suatu
perjanjian formal dengan semua suku dan kaum
penting di Madinah. Piagam Madinah
merupakan konstitusi yang mengikat seluruh
penduduk Madinah.
Piagam tersebut menetapkan sejumlah hak dan
kewajiban bagi kaum Muslim, kaumYahudi, dan
komunitas atau etnis lain di Madinah -termasuk
untuk menjalankan perintah agamanya tanpa
mendapat gangguan apapun. Piagam Madinahmenyatukan semua penduduk Yasthrib/
Madinah menjadi suatu kesatuan komunitas
atauummah, yang dapat hidup berdampingan
secara produktif.
Hambatan dan gangguan selalu saja muncul
dalam masyarakat yang tertata. Kaum Yahudi
mengkhianati piagam tersebut. Mereka malah
bersekutu dengan kaum Quraisy untukmemerangi Nabi SAW dan umat Islam, dengan
cara menyerang dari dalam. Karena
pengkhianatan itulah Rasulullah SAW
memerangi kaum Yahudi dan mengusir mereka
dari Madinah. Walaupun berlaku dalam tempo
yang singkat, Piagam Madinah merupakan
salah satu tonggak penting dalam penetapan
azas bernegara dan bermasyarakat yang
dikembangkan dari nilai-nilai Islam yang damai.
Khatimah
Foto: @Yoko Payuma
7/21/2019 islammm
11/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 11
Hijrah Nabi sebagai sebuah fakta sejarah
memberikan penegasan penting yang dapat
disimak segenap umat Islam masa kini dalam
menggagas sebuah peradaban baru yang
bermartabat. Perjalanan hijrah bukan saja
merupakan perpindahan sekelompok manusia
yang mencari selamat, namun lebih dari itu
peristiwa hijrah memberikan teladan bagi
terbangunnya suatu masyarakat berkeadilan yang
tumbuh dalam lingkungan yang terjaga secara
nilai. Hal itu terjalin semata karena terbangunnya
sosok kepemimpinan efekif, amanah, cerdas dan
mampu menjadi teladan bagi masyarakat yang
diperjuangkannya.
Beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan
pelajaran penting dalam menapaktilasi hijrah
Rasulullah SAW dan menerapkan dalam
kehidupan pribadi dan bermasyarakat kita antara
lain:
Pertama, setiap sendi kebajikan yang telah
diundangkan Allah SWT dan Rasul-Nya
hendaknya disikapi dengan taat, samina wa
athana. Dalam berbagai kesempatan dan sejarahtelah dibuktikan bahwa dengan taat kepada
hukum dan ketentuan Allah yang merupakan nilai
utama (virtue) keberhasilan akan dapat diraih.
Berkaca dari semangat hijrah yang didengungkan
Sahabat Umar, Islam dan muslimin mengalami
kemajuan pesat dan syiar peradabannya melintasi
berbagai benua dan dikenang sebagai dasar
peradaban paripurna yang menyumbangkan
kecerlangan peradaban modern hingga kini.
Kedua, Hijrah Nabi haruslah dimaknai sebagai
sebuah perubahan semesta yang dapat digagas,
direncanakan dan diimplementasikan umat dalam
kondisi kekinian. Umat yang meredup harus
kembali pada sendi-sendi dasar sikap yang
dicontohkan Rasulullah SAW. Kita berhijrah untuk
meraih semua kondisi lebih baik dari semua baik
hijrah dalam makna itiqadiyah (keyakinan/iman),ruhiyah (ruh/hati), kriyah (pemikiran), dan bila
perlu, hijrah makaniyah (tempat, lokasi yang lebih
baik, sebagaimana hijrah Nabi SAW).
Ketiga, Pada intinya semua bentuk perubahan
itu diharapkan membawa pembaharuan nilai dari
yang minus menuju sesuatu yang hakiki dan
bermanfaat. Ini antara lain diisyaratkan dalam
hadits Rasul SAW. .... Orang yang berhijrah ituadalah orang yang meninggalkan apa-apa yang
dilarang Allah. (HR. Bukhari). Apabila engkau
meninggalkan perbuatan aniaya, baik yang nyata
maupun yang tersembunyi, lalu mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, maka engkau orang yang
berhijrah.(HR. Ahmad dan Bazzar).
Semangat hijrah, sebagaimana yang telah
disimak dalam berbagai penggalan kisahRasulullah merupakan salah satu bagian penting
dan bahkan terpenting dalam proses pengabdian
kita kepada Allah SWT. Proses itu bukan berdiri
sendiri dan sempit, namun memiliki arti strategis
dan luas. Hijrah bagi kita secara personal dapat
berarti memulangkan kembali nilai-nilai utama
dalam kehidupan yang sudah digerus oleh
berbagai keburukan.
Dalam konteks berbangsa, hijrah memiliki arti
strategis yakni mengangkat harkat masyarakat
dalam sebuah bangunan peradaban yang tertata
nilai dan keutamaannya. Ini dicerminkan oleh
tatanan yang dipikirkan dan direncanakan dengan
baik serta dilaksanakan dengan konsisten dan
disiplin. Hijrah memberikan insentif kedamaian
dengan menyarankan bersatunya kekuatan untuk
membangun sebuah bangsa bermartabat, bebasdari penindasan, korupsi, kebodohan, ketamakan
dan berbagai wajah bopeng sejarah dari bangsa
yang dikutuksumpahi Allah. Dan, untuk semua itu
hanyalah teladan dari segenap pemimpin umat,
dan ikhtiar keras bersamalah yang akan
menjadikan seluruh impian hijrah bermakna.
Keteladanan dan karya bersama yang manfaat itu
akan mengubah fatamorgana hijrah .. menjadi
hasil nyata dan dapat dinikmati semua.. Sebuahbangunan,tatanan masyarakat madani, yang
penuh rahmat dan barakah Ilahi. InsyaAllah. JS
7/21/2019 islammm
12/4012 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
Bahasan Utama
Subhanallah, Mahasuci Allah yang mengatur semesta sebaik-baiknya. Demikian pula dalam
perjalanan transformasi hidup kita di sepanjang tahun. Dimulai dengan awal tahun hijrahyang memesankan perubahan, Allah sudah menyiapkan skenario kebajikan untuk kita
sepanjang tahun yang terencana.
Coba simak sejenak perjalanan kita menemukan diri di bulan Muharram, mengawali tahunpenanggalan Islam. Maknanya sebegaimana kita tahu, ada suatu peralihan waktu dalampenanggalan komariah di mana usai bulan Dzulhijjah dan musim haji, kita menjumpai semangat baru
bulan Muharram.
Perhatikan Allah menempatkan bulan Ramadhan sebagai bulan kesembilan dan Dzulhijjah bulan
kedua belas. Keduanya, di dalam siklus tahunan kehidupan umat Islam, memberikan arti khusus bagi
guidance ibadah kaum mukminin. Dalam Ramadhan, kita digembleng dengan kewajiban shaum
Foto: @Pixel Mama
7/21/2019 islammm
13/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 13
selama sebulan penuh, sementara di akhir
penanggalan Hijriah ditutup dengan bulan Haji
dan anjuran berkurban di bulan Dzulhijjah.
Selama menjelang bulan istimewa Ramadhan,
kita tentu ingat, semua orang datang dengan
penuh harap agar bisa dijumpakan lagi denganRamadhan yang istimewa. Semenjak bulan
Rajab kita melantunkan doa tuntunan Nabi, Ya
Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban,
dan sampaikan usia kami ke bulan Ramadhan.
Harap-harap cemas, andai kita tak mampu atau
diijinkan-Nya sekali lagi meraih kemulian
Ramadhan.
Lalu kita jelang bulan mulia itu. Ramadhan,tempat seluruh semesta bersimpuh untuk
menatap Allah dengan jenak. Setiap detiknya
pahala, setiap gerak-gerik kita selama bulan
mulia diganjar dengan pahala lipat ganda.
Gemblengan yang keras kepada sik yang lemas
tatkala puasa, ditingkahi shalat malam dan
taddarus yang syahdu, menjadi makanan bagi
jiwa. Ramadhan, dengan segenap kesungguhan
ibadah kita di dalamnya, akan melahirkanmanusia takwa puncak penghargaan bagi insan
beriman, sesuai TQS Al-Baqarah [2]:183.
Manusia takwa yang sukses dalam celupan
madrasah Ramadhan memiliki ciri yang elok.
Kegembiraan dan kebersihan menjadikannya
nikmat karena taat. Perilaku mulianya berbuah
manis: keikhlasannya, kesabarannya, kejujuran
dan disiplinnya meningkat. Kecenderungannyamerawat silaturahim dan kepedulian pada yang
kurang --caring to others, meningkat pesat.
Ramadhan usai, maka bulan Syawwal
menjelang. Kualitas manusia takwa yang telah
mengalami gemblengan selama Ramadhan kini
mengawali fase transformasi sebagaimana ulat
menjadi kupu-kupu dan mengawali langkah
kembali ke kehidupan normal yang penuh
dengan berbagai persoalan, dengan bekal
mantap. Kita tahu, Syawwal memiliki makna
peningkatan, serba meningkat. Kualitas yang
potent ini diharapkan mencukupi untuk
menyambut tantangan paska ramadhan dalam
menjejaki hari ke depan usai Ramadhan.
Selanjutnya, pribadi takwa yang kini mantap
dengan kekayaan batin ini mengalami celupanlebih lanjut. Setelah menunaikan ibadah haji dan
atau berkurban, pada bulan Dzulhijjah. Balasan
haji yang mabrur adalah surga. Sementara
kurban merupakan manifestasi ketaatan dan
rasa syukur. Sungguh, Kami telah memberimu
nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shakat
karena Tuhanmu, dan berkurbanlah, (TQS. Al-
Kautsar [108]:1-2).
Berkurban, hakikatnya merupakan manifestasi
kesiapan seorang muslim untuk senantiasa
mampu untuk mengendalikan sifat
hayawaniyahnya. Sifat-sifat buruk yang
membawa petaka, namun menjadi satu dengan
diri seorang muslim harus sanggup
disembelih-nya. Dalam kurban juga
mengandung makna sosial yang dalam. Di
samping perwujudan ketaatan, kurban jugadiberi makna khusus oleh Nabi sebagai seruan
untuk mengurbankan sesuatu yang paling
dicintai. Karena itulah, Nabi SAW sampai
menekankan dengan ancaman bagi mereka
yang mampu, namun enggan berkurban. Bagi
mereka ini, Nabi meminta jangan mendekati
tempat shalat beliau, dalam arti bukanlah
golongan yang diharapkan dekat dengan
Rasulullah SAW. Simbol dari kecaman yang
keras.
Dan, Ketika matahari di akhir Dzulhijjah
tenggelam, maka satu rangkaian perjalanan
hidup muslim sepanjang tahun dalam
penanggalan Islam berakhir. Bulan baru, yang
sering diartikan dengan semangat baru, telah
hadir sebagai pembuka tahun. Para ulama sering
sekali memesankan kita untuk membaca doa diawal dan akhir tahun sebagaimana Rasul
ajarkan. Pada akhir tahun kita memintakan
7/21/2019 islammm
14/4014 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
segenap ampunan dan permohonan maaf dan di
awal tahun kita panjatkan doa kebekahan dan
keberuntungan dalam hidup. Muharram
menjelang, dan inilah bulan baru di dalam siklus
tahunan berikutnya yang akan membawa kita
menuju rentang pengabdian baru dalam segmen
kehidupan kita berikutnya.
Muhasabah
Begitulah gambaran ringkas siklus tahunan yang
kita jalani. Pada penghujung tahun dan awal
tahun baru, sejenak kita bisa renungkan
perjalanan sepanjang tahun yang ke belakang
untuk dilakukan segenap koreksi. Ke depan kitaharapkan berbagai kebaikan dan peningkatan
dapat dilaksanakan. Inilah sebuah tonggak bagi
upaya muhasabah (menilai diri sendiri) yang
dapat kita lakukan untuk mencanangkan sebuah
aktivitas sepanjang tahun. Muhasabah itu perlu
dilakukan, agar manusia takwayang telah
melampaui serangkaian ujian dan gemblengan
hidup, mampu untuk terus-menerus
memperbaiki dirinya. Dan tentu, dengan
demikian diharapkan kita mampu merawat
semangat hijrah secara berkesinambungan. Dan
inilah karakter khas muslim yang diharapkan
Rasul, adaptif dalam perubahan.
Secara praktik, kita pun bisa merawat perubahan
yang dinamis ini dalam siklus yang berjenjang.
Setiap waktu kita bisa melaksanakan assessment
terhadap diri atau muhasabah itu. Siklus tahunan
dapat kita cacah menjadi bulanan dan pula bisa
kita cacah menjadi mingguan ataupun harian.
Rasul SAW selalu mengingatkan kita untuk
mengerjakan aktivitas muhasabah harian ini
sebagai proses transformasi berkala yang ajek.
Menjelang tidur, beliau berpesan agar kita
mampu untuk melakukan semacam evaluasi.
Kita tengok sejenak, apakah aktivitas harian kitadipenuhi berbagai hal yang sarat kebajikan dan
pengabdian kepada Allah SWT. Seraya kita
tengok pula berbagai kekurangan dan kesalahan
diri yang telah kita lakukan tanpa disadari.
Menjelang doa penutup hari yang indah
sebagaimana dituntunkan, Ya Allah, dengan
senantiasa kusebut asma-Mu, kupasrahkan hidup
dan matiku di tangan-Mu. Kita menjelang hari
baru esok yang semoga Allah ijinkan kita untuk
memperbaiki kualitas hari agar supaya tidakdikelompokkan sebagai manusia yang merugi,
yang menyia-nyiakan kesempatan hidup yang
diberikan Allah pada kita.
Foto: @Raeid Allehyani
7/21/2019 islammm
15/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 15
Sikap mukmin yang senantiasa siap menilai
kelemahan maupun kesalahan diri ini penting dan
sekaligus mencerminkan sikap ketawadhuan,
kerendahhatian kita di hadapan Allah dan sesama
muslim. Hal ini menjadi penting manakala kita
melaksanakan aktivitas keseharian yang banyak
berhubungan dengan orang banyak. Kita pun
menjadi pusat transformasi menuju komunitasyang sehat dan produktif dengan senantiasa
menjunjung sikap yang mulia karena self-
assessment (muhasabah) yang berhasil tadi.
Bila sikap demikian terpelihara dengan baik, maka
kualitas muslim dan komunitasnya akan menjadi
contoh yang mampu diteladani segenap
komunitas lainnya yang hidup berdampingan
secara damai.
Pada gilirannya, kita sebagai bagian darikomunitas bangsa ini akan mampu menggalang
sikap mental yang kokoh dalam dimensi ketaatan
dan sosial secara bersamaan. Inilah sendi-sendi
kehidupan yang kita rasakan kini sudah mulai
pudar di antara kita sendiri dan juga antara kita
sebagai komponen bangsa. Kualitas unggul
manusia mukmin yang dicerminkan oleh sifat
taat, ikhlas, shabar, jujur, disiplin, peduli, hemat
dan senantiasa mampu dan mau memperbaiki diri
dan kinerjanya sudah mulai tampak kedodoran.
Saat ini PR besar sebagai sebuah bangsa
mengemuka. Di banyak sudut dan kesempatan
kita menyaksikan para pemimpin dan manusia
pilihan, gagal merawat anugerah kemanusiaan
yang telah tersandang pada dirinya. Jangan heran
bila sering kini kita menemukan sosok yang
berada di depan dan diharapkan menjadi teladan,malahan menjadi biang segala kerusakan. Tanpa
disadari, mereka sebetulnya telah gagal
melakukan muhasabah untuk mengokohkan
kualitas diri. Yang lahir bukan kebajikan, namun
sebaliknya yang akan merusak diri pribadi dan
sendi-sendi kemasyarakatan.
Momentum Hijriah ini harus menjadi cambuk bagi
kita semua untuk berubah dan mengubahkeadaan. Karena itulah hakikatnya hidup
sebagaimana yang dicitakan Al Islam, yang telah
disampaikan risalah dan contohnya amat jelas
oleh Rasulullah SAW. Kini, saatnya kita berubah
dan bertekad memperbaiki segala sesuatu dengan
memulainya dari diri kita sendiri. Kita kuatkan
diri, keluarga, lingkungan, komunitas dan bangsa
mayoritas muslim ini agar keberkahan Allah
selanjutnya yang akan menghampiri kita. Bukansebaliknya! Ayo siap berhijrah! Mulai dari diri,
mulai dari yang kecil, mulai hari ini juga! JS
Foto: @Sawsan Mohammed
7/21/2019 islammm
16/4016 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
Tasawuf
Suatu sore yang indah Guru Bijak Bestari (GB) sedang bercengkerama dengan murid-muridnya diselasar masjid. Usai melaksanakan shalat fardhu Ashar, mereka memperbincangkan berbagai halyang terkadang menjadi sumber kegundahan murid-murid santri (S). Tampaknya, seorang murid yang
sejak lama diam benar-benar memusingkan suatu hal dan mulai unjuk bicara.
S : Guru, kenapa kita ini sebagai manusia begitu mudahnya tersinggung. Orang suka menyindir kita
negatif, lalu kita naik pitam. Ini pembawaan kita sendiri ataukah memang ada yang tidak beres dalam
hubungan antar kita hingga mudah tersulut api permusuhan?, tanya santri muda nan polos.
Dengan cerdas Guru Bijak Bestari menimpali pertanyaan dengan kalimat retoris
GB : Lho, memangnya siapa kita wahai Anakku? Kok, dikatakan bodoh saja tersinggung.
Memangnya siapa kita? Baru dituduh mirip penjahat saja sudah mencak-mencak. Memangnya siapa
kita? dibilang miskin saja kok kebakaran jenggot. Memangnya kita siapa? Baru dikatakan amalnya
kurang ikhlas kok cemberut?
Santri yang lain malah menimpali.
S : Nah Lo! Siapa kita? Jadi, siapa kita ya Guru? Manusia kan kita?.
GB : Ya, anak-anakku semuanya yang semoga dirahmati Allah. Coba, mari kita sadar dan menyadari
status dan posisi kita saat ini. Apakah kita makhluk yang paling kuat?
Foto: @Muktasyaf Annamir
7/21/2019 islammm
17/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 17
Serempak santri menjawab, Bukan !! Banyak
binatang yang lebih kuat dari pada kita, Guru!
GB : Lalu, apakah kita makhluk yang paling
setia?
S : Bukan Guru !! Menurut saya bukan, sebab
kita kalah setia dengan para malaikat!.
GB : Nah, apakah kita ini makhluk yang paling
sombong?
S : Untungnya bukan Guru. Saya tahu, Iblis-lah
yang lebih sombong dari pada kita..
GB : Lalu apa dong keistimewaan kita sebagai
makhluk? Wong kita hanya makhluk yang adanya
karena Dia adakan.
Para santri bengong, Jadi, harus bagaimana
Guru?.
GB : Wahai anak-anakku, mari kita belajar dari
Allah dan Rasul-Nya. Coba simak satu ayat Al-
Quran penting tentang ini, Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke
tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. At-Tiin
[95]:4-6).
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
(QS.Adz-Dzaariyat[51]:56)
Lalu dari salah sebuah hadits dari Abu Hurairah
RA, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya
Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar
berrman,Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku,
maka Aku telah mengumumkan perang
kepadanya. Hamba-Ku tidak mendekatkan diri
kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku sukai
dari pada sesuatu yang Aku fardhukan atasnya.
Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-
Ku dengan sunnat-sunnat sampai Aku
mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka
Aku menjadi pendengaran yang (dia gunakan)
untuk mendengar, penglihatan yang (dia gunakan)
untuk melihat, tangan yang (dia gunakan) untuk
menampar dan kaki yang untuk berjalan olehnya.
Jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku benar--
benar memberinya. Jika ia memohon perlindungan
kepada-Ku, niscaya Aku benar-benar
melindunginya. Dan Aku tidak bimbang terhadap
sesuatu yang ia lakukan seperti kebimbangan-Ku
terhadap jiwa hamba-Ku yang beriman yang mana
ia tidak senang mati, sedang Aku tidak senang
berbuat buruk terhadapnya. (Hadits ditakhrij oleh
Imam Bukhari).
Santri diam, Lalu bagaimana selanjutnya,
Guru?
GB : Allah mengingatkan, Sesungguhnya orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk (khoirul
bariyyah). Balasan mereka di sisi Tuhan mereka
ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka
pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepadaTuhannya.(QS. Al-Bayyinah[98]:7-8)
Dan Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS.Al-
Hujuurat[49]:13)
GB : Jadi anak-anakku. Ternyata
S serempak : Ya Guru....
GB : Kita ini sungguh merupakan makhluk
istimewa di Mata Allah. Tapi jika kita bisa
memenuhi syarat-syaratnya.
S : MasyaAllah Guru, bagaimana dan apa
syaratnya Guru?!.
GB : Ya. Pertama kita harus Beriman. Kemudian
beramal shalih tanpa mengenal lelah. Ketiga,
mengabdi kepada Allah, baik dengan yang Dia
wajibkan, terutama dengan yang nalah/sunnah
7/21/2019 islammm
18/4018 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
pula. Kemudian kita diminta Allah untuk ridha
kepada Allah agar Dia pun ridha kepada kita. Dan,
kemudian secara keseluruhan kita juga harus
menjadi manusia taat. Takwa sepenuhnya kepada
Allah Taala.
GB : Ini juga masih ada tapinya.. Lho.
S : Loh, ada tapinya apa lagi Guru?!.
GB : Kita ini, harus sadar posisi kemakhlukan kita.
Tanpa-Nya kita bukan apa-apa. Anakku, kita ini
hanya bisa beriman, ternyata
kalau Dia meng-iman-kan kita.
Kita hanya mampu beramal-
shalih, kalau Dia mengizinkannya.
Kita hanya boleh dan dapat
mengabdi kepada Allah, jika dan
hanya jika Dia Mau kita mengabdi
kepada-Nya.
Kita hanya mampu ridha, kalau
keridhaan itu Dia lintaskan di
qalbu kita dan kita hanya bisa
takwa, kalau Dia anugrahkan
ketakwaan itu kepada kita tanpa
semua itu, kita adalah bukan apa-
apa. Kita juga.. bukan siapa-
siapa.
S : MasyaAllah, benar sekali apa
yang Guru sampaikan. Semoga
kita semua dikaruniai kekuatan
untuk bisa menjalankan
kebagusan hidup seperti itu ya
Guru.
GB : Betul anak-anakku. Kita
hanyalah makhluk-Nya, dan kita
harus menyadari sepenuhnya
tiada daya dan kekuatan kecuali
dari-Nya. Laa haula wa laa
quwwata (tiada daya dan tiada
kekuatan). Illa billahi Al-Aliyyul
Adhim (kecuali dari Ilahi Al-
Aliyyul Adhim/ Dia Yang MahaTinggi lagi Maha Agung).
Para santri dan Guru Bijak selanjutnya berhenti
sejenak karena mendengar kumandang Adzan
Maghrib saat malam segera menjelang. Mereka
dipenuhi semangat menyala di ufuk hari dengan
siraman ruhani dari Guru Bijak yang senantiasa
bersedia menjawab aneka kegundahan anak-anak
muda yang cerdas dan shalih itu. Matahari sore
memendarkan cahaya merah, semerah harapan
dalam dada para santri di selasar masjid yang elok
di punggung bukit itu. TBH
Foto: @Benjamin van der Spek
7/21/2019 islammm
19/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 19
Akhlak
Betapa pentingnya janji, sehingga agama kita mengaturnya dengan teliti. Perhatikanlah,persoalan janji memang sangat krusial dalam aspek kehidupan bermuamalah dan umumnya
bermasyarakat.
Coba ingat, apakah pernah Anda dikhianati seseorang karena janjinya? Bagaimana rasanya?Bukan saja rasa sakit, sedikit atau banyak luka ini juga berkonsekuensi langsung padakepercayaan kita pada pihak yang berjanji. Terlebih, jika yang berjanji itu adalah orang yang sangat
kita hormati atau kita percayai, ketidaktepatan atau pengingkaran atas janji menyebabkan hilangnya
Foto: @Ekmera
7/21/2019 islammm
20/4020 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
kepercayaan kita atasnya.
Banyak orang suka berjanji, namun mudah
diingkari. Tahukan Anda resikonya, jika Anda
enteng janji seraya mudah mengingkarinya.
Perhatikn bila kita mengikrarkan janji kemudian
kita berulangkali mengingkarinya bisa jadi kitatidak akan pernah dipercaya lagi seumur hidup.
Ini seperti kata pepatah, Sekali lancung ke ujian,
seumur hidup tak akan dipercaya.
Janji-janji Kita
Kini marilah kita melihat diri sendiri. Sebagai
hamba Allah dan seorang muslim kita terikat janji
kepada Allah SWT dan Nabi SAW yang harus
ditunaikan. Setiap hari kita berulang kali berjanji:
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah
(mengabdi) dan hanya kepada Engkau kami
memohon pertolongan (TQS. Al-Fatihah [1]:5).
Janji ini kita ucapkan minimal 17 kali dalam
sehari, dalam shalat. Juga, Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan seluruh alam (TQS. Al-Anam
[6]:162), yang kita ucapkan dalam doa iftitah
setiap awal menunaikan shalat.
Janji dalam hidup ini kita laksanakan, sebagai
persaksian kita, ungkapan tanggungjawab
manusia kepada Allah, Rabb kita. Bukankah Aku
ini Tuhanmu? kata Allah. Mereka menjawab,
Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi (TQS.
Al-Araf [7]:172). Dan, hidup kita pun telah kita
ikatkan pada janji dalam rangka mengabdi
kepada Allah. Karena, Tidak Aku ciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah
(mengabdi) kepada-Ku, (TQS. Adz-Dzariyat
[51]:56).
Selanjutnya, bentuk tanggungjawab atas
persaksian bahwa Muhammad SAW adalah
Rasulullah, dalam syahadatain, kita ungkapkan
dengan menjalani berbagai sunnah Rasul dalam
keseharian. Semata, ketaatan kita menunaikan
kewajiban dan sunah itu tentunya agar Allah
Ridha dan kita dianugerahi-Nya rahmat. Dan
taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad),
agar kamu diberi rahmat, (TQS. Ali Imran
[3]:132).
Al-Quran, antara lain melalui QS. Al-Baqarah
[2]:40 dan QS. Ali Imran [3]:81, menyatakanbahwa yang dimaksud dengan memenuhi janji
kepada Allah, hakikatnya adalah beribadah dan
mengabdi hanya kepada-Nya. Sedangkan
memenuhi janji kepada rasul adalah mengikuti
sunah, perjalanan, sirah, dan konsep kehidupan
yang beliau contohkan.
Hal itu harus bermuara pada sikap hidup kita
dalam keseharian. Sebagai makhluk sosial, kita
akan terbiasa dan berurusan dengan janji.
Perhatikan, kita tentu sering berurusan dengan
janji kepada pasangan, anak-anak, orangtua,
tetangga, bawahan, konstituen. Para pejabat
publik, kandidat (anggota DPR/DPRD, presiden,
gubernur, bupati/walikota, ketua organisasi)
Foto: @Abidin M Faiz Nur
7/21/2019 islammm
21/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 21
biasa mengucapkan janji ketika berkampanye
untuk menarik simpati calon pemilihnya. Nah,
semua itu harus diperhatikan dan ditepati.
Hukum Berjanji
Hukum berjanji adalah boleh (jaiz) atau disebut
juga dengan mubah. Tetapi hukum menepati
atau memenuhinya adalah wajib. Melanggar
atau ingkar janji adalah haram dan berdosa.
Melanggar janji terhadap siapapun (meskipun
terhadap non muslim dan anak kecil) tidak
dibenarkan agama Islam.
Banyak nash (Al-Quran dan hadits)
menyebutkan tentang perintah atau kewajiban
memenuhi janji, Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah akad-akad itu......, (TQS. Al
-Maidah [5]:1). Dan tepatilah perjanjian
dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah
(janji-janji) itu sesudah (kalian)
meneguhkannya.,(TQS. An-Nahl [16]:91).
Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu
pasti (akan) dimintai
pertanggungjawabannya,(TQS. Al
-Isra
[17]:34).
Demikian pula tentang keutamaan orang yang
menepati janji dan keburukan yang
mengingkarinya. Menepati janji adalah bagian
dari iman, sebuah kebajikan dan akhlak mulia
(lihat TQS. Al-Baqarah [2]:177). ... Hanya
orang berakal saja yang dapat mengambil
pelajaran. (yaitu) orang-orang yang memenuhi
janji Allah dan tidak merusak perjanjian, (TQS.
Ar-Rad [13]:19-20). Sementara itu, dalam
sabdanya Rasulullah SAW menyatakan: Tanda
-tanda (orang) munak ada tiga: apabila
berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari,
dan apabila dipercaya khianat,(SHR. Bukhari
dan Muslim). Dalam SHR Muslim terdapat
tambahan, walau ia berpuasa, shalat, dan
mengaku sebagai muslim.
Dengan demikian, sesungguhnya menepati
janji adalah sebuah tolok ukur, yang
dengannya dapat diketahui dan dibedakan
orang yang mulia dari yang rendah, dan orang
yang baik dari yang buruk. Barangsiapa yang
tidak menjaga perjanjiannya maka tidak ada
agama baginya. Tidak diragukan lagi,
menepati janji selain tanda dari keistiqamahan,ia juga merupakan tiang dari kepercayaan
seseorang. Kalau tepat janji tidak ada, maka
bisa dipastikan istiqamah dan kepercayaan
juga tidak ada.
Para nabi yang mulia adalah orang yang teguh
dan memegang erat janjinya. Demikian pula
shalafush shalih. Dan Ibrahim yang selalu
menyempurnakan janji,(TQS. An
-Najm
[53]:37). Demikian pula Nabi Ismail AS:
Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar
7/21/2019 islammm
22/4022 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
janjinya,(TQS. Maryam [19]:54). Nabi
Muhammad SAW sudah tentu karena sejak
sebelum menerima risalah kenabian, beliau
sudah mendapat gelar Al Amin, orang
terpercaya. Sebuah gelar yang belum pernah
dianugerahkan kepada manusia lain baik
sebelum beliau lahir maupun sesudahnya.
Pada tahun keenam Hijriah, terjadi perjanjian
antara kaum muslimin (yang diwakili RasulullahSAW) dengan kaum musyrik dan kar Quraisy
disebut perjanjian Hudaibiyah. Secara logika,
perjanjian itu sangat merugikan umat Islam,
namun Rasulullah bersikeras memenuhi janji
yang sudah disepakati. Banyak sahabat
mempertanyakan, namun Abu Bakar yang tetap
yakin dengan pendirian Rasulullah --ketika
banyak sahabat mulai pudar kepercayaannya
karena keuntungan sesaat. Rasulullah SAW pun
tetap berpegang teguh -tidak mau
mengingkarinya sedikit pun -pada isi perjanjian
yang merugikan umat Islam itu. Kelak, sejarah
mencatat, taat janji ini bukannya merugikan,
justru menguntungkan Rasulullah SAW dan
umat Islam, sehingga kemudian terjadilah
peristiwa penaklukan kota Makkah / Fathul
Mekkah yang sangat fenomenal itu.
Dalam tarikh, pernah disebut Muawiyah bin Abi
SufyanRAmengikat perjanjian
gencatan senjata dengan bangsa
Romawi. Sebelum habis masa
perjanjiannya tersebut Muawiyah
ingin menyerang Romawi. Amr
bin Ash, seorang sahabatNabiSAW mengingatkan: Aku
mendengar Rasulullah
bersabda,Barangsiapa antara ia
dengan suatu kaum ada perjanjian
maka tidakhalal baginya untuk
melepas ikatannya sampai berlalu
masanya atau mengembalikan
perjanjian itu kepada mereka
dengan cara yang jujur. Akhirnya Muawiyah
menarik diri beserta pasukannya.
(LihatSyuabul Imanno. 4049-4050 danAsh-
Shahihah5/472 hadits no. 2357).
Demikianlah akhlak para nabi dan shalafush
shalih dalam memegang teguh janji walau
perjanjian itu dilakukan dengan orang musyrik/
kar sekali pun. Ini tentu saja buah dari
keimanan yang sepenuhnya memperhatikanbahwa Allah SWT adalah Zat yang Maha
Menepati Janji, Sesungguhnya Allah tidak
menyalahijanji, (TQS. Ali Imran [3]:9).
Para Pengingkar Janji
Dalam perjalanan sejarah Islam kita
menyaksikan banyak sekali kisah parapelanggar janji khususnya kaum Yahudi yang
selalu melanggar perjanjian (termasuk
perjanjian dengan Allah), sehingga kita
mengenal karakter mereka yang memang tidak
bisa dipercaya.
Sejarah mencatat bahwa kaum Yahudi Madinah
(Bani Quraizhah, Bani An-Nadhir, dan Bani
Qainuqa) yang berkhianat pada perjanjian yang
sudah disepakati dengan kaum muslimin
(Rasulullah SAW) berujung pada kerugian
7/21/2019 islammm
23/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 23
mereka sendiri. Mereka kemudian ada yang
dibunuh, diusir, dan ditawan karena prilaku
pelanggaran janji. Al-Quran dalam beberapa
ayatnya juga menegaskan tentang perilaku
kaum Yahudi ini. Khianat terhadap janji,
rupanya telah lama dibangun bangsa ini sejaksebelum awal sejarah Islam. Ini menurut Al-
Quran sudah merupakan karakter mereka.
Allah memperingatkan keras mengenai
pelanggar janji ini, (Tetapi) karena mereka
melanggarjanjinya, Kami mengutuk mereka, dan
Kami jadikan hati mereka keras membatu,
(TQS. Al-Maidah [5]:13).
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka
berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali
(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia. Mereka mendapat murka dari Allah
dan (selalu) diliputi kesengsaraan. ..., (TQS. Ali
Imran [3]:112).
Sesungguhnya orang-orang yang memperjual
belikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka
dengan harga murah, mereka itu tidakmemperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan
menyapa mereka, tidak akan memperhatikan
mereka pada hari kiamat, dan tidak akan
menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang
pedih, (TQS. Ali Imran [3]:77).
Sesungguhnya makhluk yang paling
buruk di sisi Allah ialah mereka yang
tidak beriman. (Yaitu) orang-orang
yang terikat perjanjian dengan kamu,
kemudian setiap kali berjanji mereka
mengkhianati janjinya sedang mereka
tidak takut (kepada Allah),(TQS. Al-
Anfal [8]: 55-56).
Islam mengajarkan agar tetap teguh
memegang janji dan perjanjian, walau
pun perjanjian itu dilakukan dengan
musuh-musuh Islam. Kecuali orang
-
orang musyrikin yang kamu telah
mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan
mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi
perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka
membantu seseorang yang memusuhi kamu,
maka terhadap mereka penuhilah janjinya
sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allahmenyukai orang-orang yang bertakwa.(TQS.
At-Taubah [9]:4)
Saat ini kita tentu prihatin, melihat sebagian
warga bangsa banyak yang mengobral janji,
walau ia tahu akan sulit memenuhinya..
Sementara, sebagai makhluk mulia, kita
diingatkan agar tidak mengikuti langkah
syaitan yang gemar menebar berjanji namunselalu mengingkari. Dengan nash yang jelas itu
tentu kita tahu, memenuhi janji juga berarti
memuliakan diri kita.
Nah, kaum muslimin tanpa kecuali, Yuk.. tepati
janji. Apalagi Anda yang memegang kendali
orang banyak, para wakil rakyat, presiden dan
pejabat publik. Ingatlah, diri kalian sudah
mengutarakan janji saat kampanye. Itu semua
adalah ukuran kehormatan diri Anda. Penuhi
Janjimu atas amanah kepemimpinan yang
tengah kau tunaikan. Tunaikan janji, agar tunai
ganjaran yang dijanjikan Allah, hidup mulia di
dunia dan akhirat.JS
Foto: @sometimes in your life
7/21/2019 islammm
24/4024 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
Saintek
Para ilmuwan semakin yakin, detail paling halus dalam kosmos memang diliputi kekaburan.
Seolah ada tirai pembatas antara pengetahuan manusia dengan hakikat semesta. Ilmu
pengetahuan semakin terbukti tak sanggup menembus dunia di balik batas itu. Bukan apa-apa,
memang begitulah cara alam memperlihatkan dirinya pada manusia!
D
alam konsep ilmu pengetahuan modern dewasa ini, alam semesta dengan segala isinya tersusun
dari materi dan energi. Materi (benda) tersusun pula atas partikel-partikel halus yang lazim
disebut atom. Sedangkan atom, dapat pula kita bagi atas sebuah inti atom bersama sejumlah elektron
pada jarak yang relatif jauh.
Sebetulnya terminologi atom, proton, dan sebagainya, semua hanyalah model. Artinya, nama-nama
itu dikaitkan dengan suatu gejala tertentu, sedemikian rupa sehingga dengan model itu para ilmuwan
akan lebih mudah bekerja. Sebab itu. model atom bisa bermacam-macam sesuai penemunya.
Dalam sejarah sika, dikenallah model-model atom mulai dari Dalton, Thomson, Rutherford, Niels
Bohr, dan sebagainya.
Jadi, pernahkah para ilmuwan melihat elektron? Gelombang? Cahaya? Jawabannya adalah: tidak
pernah! Ia bahkan tidak akan pernah tahu apa persisnya semua itu.
Foto: @Jesse Summers
7/21/2019 islammm
25/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 25
Thomson misalnya, sekalipun dikatakan sebagai
penemu elektron, ia sebetulnya tidak pernah
tahu seperti apa elektron itu. Yang ia lakukan
hanyalah membuat eksperimen. Lalu ia
perhatikan gejala-gejala atau sifat-sifat hasil
eksperimennya. Dari sana disusunlah konsep,dan ternyata konsepnya itu bisa menerangkan
gejala tersebut. Apabila kemudian hari, konsep
tersebut ternyata gagal, yang salah bukan
gejalanya. Namun, konsep itulah yang perlu
disempurnakan!
Untuk menjejaki pikiran para ahli, baiklah, mari
kita coba-coba melakukan eksperimen khayal.
Istilahnya gedunken experiment aliaseksperimen dalam pikiran. Tujuan eksperimen
kita adalah hendak melihat elektron.
Mari kita anggap kita mempunyai semua
peralatan yang dibutuhkan. Kita perkirakan ada
sebuah mikroskop elektron yang luar biasa.
Daya urainya kita anggap sanggup menembus
kabut atomik. Ditunjang lagi dengan daya
pembesaran mencapai 100 bilyun kali! Memang
dengan perbesaran begitu, secara teoritis dapat
diramalkan elektron akan terlihat oleh mata.
Akan tetapi, apa yang terjadi? Ternyata tak
semudah apa yang dibayangkan. Masalahnya
begini. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya
kita bisa melihat karena pertolongan cahaya
visual (kasat mata). Cahaya ini mempunyai
panjang gelombang antara 3800 angstrom
sampai 7500 angstrom; dimana 1 angstrom = 10
-8 cm.
Padahal, kita tahu elektron jauh lebih kecil dari
itu. Diameternya sepertiga milyar milimeter.
Tentu akibatnya dalam percobaan kita ini,
elektronnya malah akan tertutupi. Apa akal?
Terpaksa kita cari cahaya lain. Tapi panjang
gelombangnya mesti yang lebih pendek dari
diameter (garis tengah) elektron. Namunresikonya, kita terpaksa melihat bukan dengan
mata. Sebab mata hanya mampu bekerja pada
rentang gelombang optis (cahaya tampak).
Baiklah kita gunakan saja alat detektor
supercanggih, berfungsi laksana mata.
Ternyata kesulitan tetap saja tak teratasi. Kalau
kita pakai sinar-X, panjang gelombangnya
masih sedikit besar ketimbang elektron.
Akhirnya elektron tak akan kelihatan
juga.Terpaksa kita ganti dengan sinar lain.
Akhirnya satu-satunya pilihan cuma sinar
gamma. Sinar itu dipancarkan oleh radium
hingga sering disebut sinar radium. Sinar ini
memiliki frekuensi yang sangat tinggi. Itu berarti
energinya pun sangat tinggi. Namun, apa yang
terjadi ketika alat detektor kita corongkan ke
lensa supermikroskop? Bentuk apakah yang
terlihat jauh di kedalaman sana?
Tidak! Kita tak menemukan apa-apa! Koq bisa?
Bukankah tadi elektron masih ada? Kenapa tiba-
tiba bisa lenyap tanpa jejak begitu saja? Apa
yang telah terjadi?
Ya, sewaktu sinar gamma datang menghampiri
elektron, ternyata elektron malah tidak sanggup
memantulkan sinar itu kembali ke mata
detektor. Ia tak sanggup menahan hantaman
sinar gamma berenergi sangat tinggi itu.
Elektron malah terhambur, terpental entah ke
mana. Kecepatan gerak elektron jadi luar biasa.
Tentu saja, detektor tak akan sanggup mencari
di mana dia!
Batas Pengetahuan
Persisnya elektron, tak berposisi sama sekali.
Usaha untuk menemukan elektron saja sama
artinya dengan menendangnya ke luar lapangan
pengamatan. Usaha menemukan tempatnya,
baik dilakukan secara eksperimen atau cuma
dikhayalkan saja, sama persis dengan
memberinya kecepatan serta arah yang tidak
dapat diketahui. Mustahil bisa ditentukan
kedudukannya dalam ruang-waktu.
7/21/2019 islammm
26/40
Dilematika yang ditimbulkan oleh sebutir
elektron pada indera manusia ini, langsung
ditangani oleh ahli sika kuantum, Werner
Heisenberg, pemenang hadiah Nobel tahun
1932. Ia mengumumkan apa yang disebutnya
asas ketidakpastian. Menurut asas ini, mustahilmempertautkan pada indera manusia semua
sifat diskriptif sehari-hari dalam dunia ghaib
subatomik. Bahkan sampai waktu kapan pun!
Memang, kini dikenal elektron punya deskriptif
tertentu, seperti spin, massa, muatan, dan
sebagainya. Tapi semua itu tak lain
hanyalah pendenisian sifat gejala alam,
ketimbang betul-betul observasi langsung.
Kita tak mungkin memungut sebiji atom
lalu kita lakukan percobaan, kita ukur, dan
sebagainya!
Percobaan hanya mungkin dilakukan
dalam jumlah yang banyak. Semisal satu
gram unsur yang terdiri dari berbilyun-
bilyun atom. Akibatnya hasil perhitungan
hanyalah kira-kira. Pendekatan statistik,
sebab ia hanya merupakan kesimpulan rata
-rata dari sejumlah besar angka-angka. Jika
ilmu pengetahuan coba-coba melakukan
eksperimen pada suatu satuan dasar,
seperti halnya menyelidiki satu atom,
apalagi satu elektron. Maka ia akan
berhadapan dengan suatu kemustahilan
yang mutlak!
Banyak ilmuwan merasa azasketidakpastian Heisenberg adalah sifat
hakiki alam semesta. Mereka yakin, detail
paling halus dalam kosmos sering diliputi
kekaburan. Ia tak kan pernah dapat
diterangkan atau diatasi oleh ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan tak kan
sanggup mengenal hakekat segala
sesuatu.
Seolah Heisenberg berkata, Ada batas,
yakni di luar batas itu kita mustahil bisa
mengukur proses alam secara tepat pada waktu
yang bersamaan. Batas itu bukan disebabkan
keterbatasan alat-alat pengamatan kita. Bukan
pula akibat keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan kita. Tetapi, memang, begitulah
cara alam memperlihatkan dirinya padamanusia
Makhluk Ghaib Adakah?
Dalam zaman serba wah ini masih banyak
orang yang tidak percaya pada adanya makhluk
Foto: @Phill Tesplan
7/21/2019 islammm
27/40
-makhluk ghaib seumpama malaikat, iblis, jin,
dan sebagainya. Bahkan eksistensi Allah pun
tak diakuinya.
Kalau ditanya pada mereka apa sebabnya?
Mereka akan menjawab mana buktinya? Seolah
dengan pongah ia berkata, sesuatu yang ada
pasti ada buktinya. Tanpa ia sadari bahwa tak
semua yang ada dapat dibuktikan
keberadaannya! Sebab memang ada batas
seperti kata Heisenberg juga.
Tak ada cara bagi ilmu pengetahuan mengenal
yang ghaib. Einstein sendiri menyadari, setiap
besaran-besaran sik yang kita ukur senantiasa
akan tersandung di bawah kerelatifan.
Broglie pun akhirnya melontarkan gagasan
dualisme zarah-gelombang. Tiada cara buat
mengenal keghaiban, tiada cara mengukur
yang hakekat, tiada cara buat mengamati
kemutlakan!
Apa daya? Ya betul, satu-satunya cara
mengenal hakekat, untuk mengenal yang
mutlak, mengenal alam ghaib.. hanyalah
terbukanya hijab, tersingkapnya batas.
Dan, itu hanya mungkin jika Allah sendiri
yang mengizinkannya.
Allah sendiri yang akan memperkenalkan
adanya malaikat, adanya makhluk ghaib,
alam ghaib, dan sebagainya . Yang bisa
kita lakukan sebagai konsekuensi
keyakinan kita kepada Allah SWT adalah
kita percaya saja, kita imani saja! Jangan
tanya bukti, sebab ia di luar wilayah bukti.
Bukti hanya mungkin diterapkan di alamsis, alam syahadah. Itu pun hanya
terbatas, dibatasi oleh alam itu sendiri.
Dia Allah, yang mengetahui yang ghaib.
Dia tidak akan memperlihatkan kepada
seorang pun hal yang ghaib itu. Kecuali
pada utusan yang diridhai-Nya (TQS. Al
Jinn [72]: 26-27).
Allah juga mengisyaratkan bahwa kitabisa saja berkeinginan mengetahui segala
yang ghaib, namun pada sebagian besar
fenomena ghaib, kita hanya diberikan
kuasa terbatas.. Wamaa uutitum minal
ilmi illa qaliila. Itu termasuk urusan
Tuhanku. Dan tidaklah kamu diberikan
pengetahuan, melainkan sedikit. (TQS. Al
Isra [17]:85).
Maha Benar Allah dengan segala
Hukumnya!NI
7/21/2019 islammm
28/4028 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
Puisi
Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunya
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu
Foto: @Firdaus Uman
7/21/2019 islammm
29/40
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata dan logam
Lainnya tak terperi
Karena sejati
Masjid batu bata
Berdiri di mana-mana
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat sukma
Membisikkan nama Allah Taala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna
Tubuh kita bertakbir
Ruh mengagumi-Nya tanpa suara
Ruh bersembahyang tanpa gerak
Menjerit dengan mulut sunyi
Seribu masjid dibangun
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan
Satu orang membangun seribu masjid ruh
Ketika peradaban menyerah kepadakebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang
langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan
Hayya Alal Falah!
1987, Emha Ainun Nadjib
Foto: @Hasan Abu Rasyid
7/21/2019 islammm
30/4030 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
Profil
Di sentra keramaian Kota Kembang Bandung, persis di depan Kampus Teknik Tertua, Institut
Teknologi Bandung (ITB), berdiri bangunan unik berbentuk kubikal. Nyaris tidak teramati,
bila tanpa melihat menara yang menjulang. Ya, bangunan fenomenal itu adalah masjid SalmanITB. Masjid tidak berkubah dan tidak bertiang di dalamnya itu adalah masjid kampus pertama
yang dibangun di Indonesia. Di balik uniknya masjid pusat dakwah di lingkungan kampus itu
berdiri sosok pejuang yang tenang dan penuh kharisma, Ir. Achmad Noeman. Perancang dan
penggagas arsitektur Masjid Salman dan ribuan masjid lainnya yang unik dan bervisi. Para
aktivis dakwah kampus di Indonesia tentu mengenal sosok ini.Ia berkiprah dalam dunia
dawah utamanya melalui bidang arsitektur. Ratusan karya desain dan arsitektur masjid
lahir dari tangan beliau, hingga banyak kalangan menjulukinya, Arsitek Seribu Masjid.
Arsitektur adalah Ijtihad
Menekuni dunia Arsitektur, menurut Ir. Achmad Noeman adalah karunia yang diberikan Allah di
lingkungan keluarga pejuang. Itulah pengakuannya saat ditemui Al-Islam.my.id di ruang
Foto: @Gareth Wray1
7/21/2019 islammm
31/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 31
berarsitektur asri di kawasan Jalan Ganesha,
Bandung. Beliau, yang lahir di Garut pada
tanggal 10 Oktober 1926, menuturkan,
minatnya terhadap arsitektur terilhami oleh
ayahnya yang selalu menggambar sendiri masjid
dan madrasah yang akan dibangun. Ayahnya, H.
Muhammad Djamhari adalah salah seorang
tokoh dan pendiri Muhammadiyah di Garut.
Setiap kali Muhammadiyah akan membangun
masjid, madrasah dan kantor, ayahnya selalu
menggambarnya sendiri. Saya waktu
itu, selalu ikut melihat ayah dan ikut serta
walaupun masih anak-anak, kenangnya.
Selepas belajar di HIS (Hollandsch Inlandsche
School/setingkat SD) dan MULO (Meer
Uitgebreid Lager Onderweijs/setingkat SMP)
Garut, lalu meneruskan ke SMA Muhammadiyah
di Yogyakarta bersama kakaknya (Prof. Ahmad
Sadali), Noeman kemudian menyalurkan
minatnya dengan kuliah di Fakultas Teknik
Universitas Indonesia (sekarang Institut
Teknologi Bandung/ITB). Tapi saat itu, 1948, di
FTUI Bandung belum dibuka jurusan arsitektur.
Noeman kemudian masuk jurusan Teknik Sipil/
Bangunan. Saat TNI meminta mahasiswa FTUI
ini bergabung di militer, pada 1949, sehubungan
dengan keperluan TNI terhadap tentara yang
bisa berbahasa Belanda, Noeman pun kemudian
bergabung di CPM (Corps Polisi Militer). Sebagai
CPM (sekarang POM TNI), dengan pangkat
Letnan Dua, Noeman sempat menjadi asisten
Jend. AH Nasution. Itu tidak lama, tambahnya.Tepat pada 1952, saat FTUI membuka jurusan
arsitektur, segera saja Noeman mengundurkan
diri dari dinas kemiliteran dan masuk pada
jurusan arsitektur.
Semasa kuliah, sejak 1948, bersama kakaknya
Prof. Ahmad Sadalimaestro kaligra Islami,
mantan Dekan Fakultas Seni Rupa ITB, wafat
1987yang kala itu kuliah di tempat yang sama,Noeman sering mendiskusikan pentingnya ada
masjid di lingkungan kampus. Noeman dan
kakaknya waktu itu betul-betul merasa kesulitan
menjalankan shalat wajib, khususnya shalat
Jumat di lingkungan kampus. Saat itu masjid
terdekat dari kampus Fakultas Teknik UI di
Bandung (sebelum berganti nama menjadi ITB)
adalah Masjid Raya Cipaganti. Itulah masjid yang
biasa dituju Noeman untuk menunaikan shalat
Jumat. Untuk mencapai masjid yang jaraknya
cukup jauh itu, kami harus berjalan kaki dan
lebih dulu meminta izin dosen-dosen yang
kebanyakan orang Belanda. Ini yang sering
cukup merepotkan, tuturnya.
Selepas kuliah, 1958, rencana itu kemudian
dicoba diwujudkan. Menjadi perjuangan
tersendiri pada awal berdirinya masjid
fenomenal ini. Selain tanahnya dikuasai Barisan
Tani Indonesia (organisasi underbouw PKI). Tim
yang terdiri dari dosen dan mahasiswa ITB pun
akhirnya dibentuk. Prof. T.M. Soelaiman
menjadi ketuanya. Walau belum jelas dimana
masjid akan dibangun karena belum dapat
izin dan belum jelas juga sumber dananya
Noeman kemudian ditunjuk sebagai
arsiteknya. Setelah selesai, panitia mengajukan
ke pihak rektorat ITB. Rupanya, Rektor ITB dan
Walikota Bandung menolak ide ini. Akal diputar
dan tim kemudian memutuskan untuk menemui
Bung Karno, Presiden RI yang lulusan ITB ketika
itu. Diyakini, bahwa hanya Presiden lah yang
bisa mencairkan dan meluluskan ide itu.
Setelah berdiskusi alot, Soekarno kemudian
menyetujui rencana pembangunan masjid
tersebut.
Soekarno juga yang memberi nama
Salman, karena terilhami oleh seorang arsitek
perang Khandak di zaman Nabi Muhammad
SAW. Alhamdulillah, Soekarno pun bersedia
menjadi pelindung masjid Salman. Sebagai
bukti dukungannya, Presiden membubuhkan
tanda tangannya pada gambar masjid yang
dibuat Noeman. Setelah ditandatangani
Seokarno, maka segera saja Rektormenyetujuinya. Demikian juga dengan Walikota
Bandung. Dari sana dimulailah pembangunan
Masjid Salman, tutur Noeman.
7/21/2019 islammm
32/4032 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
Dalam pertemuan itu, Presiden Soekarno
bertanya, mengapa Masjid Salman tidak
berkubah. Waktu itu Noeman menjawab dengan
logika Soekarno, bahwa dalam Islam yang
penting adalah api-nya. Asalkan itu masjid
maka sah-sah saja walaupun tidak berkubah.
Prinsip saya ketika itu adalah membangun
masjid itu ijtihad, yakni melakukan terobosan
berdasarkan ilmu, tanpa imitasi dan meniru-niru.
Kalaupun salah, ijtihad itu kan tetap dapat
pahala satu, tutur Noeman menjelaskan. Ijtihad
Noeman itu disetujui oleh Soekarno dan seluruh
panitia, sehingga jadilah Masjid Salman,
satumasjid yang berdiri megah tanpa kubah
yang kita saksikan hingga saat ini.
Masjid Salman mulai digunakan untuk shalat
Jumat pada Mei 1972. Masjid tanpa kubah inilah
yang kemudian banyak dikaji dan didiskusikan,
sebagai sebuah fenomena arsitektur yang unik.
Satu bangunan tropis mengilhami rancangan
Noeman. Dengan ketinggian yang
diperhitungkan dan rangka dinding kayu jati di
ketiga sisinya yang didominasi kaca, menjadikan
suasana dalam masjid terang dan sejuk
sepanjang hari. Saat malam menjelang
lampunya yang temaram karena berada dalam
kolom kayu menambah nuansa khusuk bagi siapa
saja yang berdiri untuk shalat di masjid berlantai
kayu itu.
Bukan saja menjadi fenomena arsitektur, kita
ketahui bahwa sebagai masjid kampus yang
aktif, Salman juga menjadi barometer aktivitas
masjid hampir di seluruh negeri dengan
semangat kader aktivisnya yang memiliki ghirah
dan inovasi di berbagai kegiatan kepemudaan
dan kampus, yang berbasis masjid.
Noeman mengakui bahwa setiap gerak langkah
kita sudah semestinya bermuara pada komitmen
nilai Islami yang tertanam. Demikian pula di
dunia keilmuan. Ketika membangun masjid,Noeman mengingatkan kita perlu berijtihad
dengan nash Al-Quran dan hadits sebagai
landasan losos. Pertama, janganlah kita
meniru buta, taklid mengikuti sesuatu tanpa
ilmu sebagaimana rman Allah SWT dalam Al-
Baqarah ayat 170. Kedua, esien. Jangan ada
pemborosan karena boros temannya setan,
sebagaimana maksud surat Al-Isra ayat 27.
Ketiga, mempertimbangkan barisan (shaf) shalat
berjamaah yang seharusnya lurus dan rapat.
Maka meminimalisir tiang adalah salah satu
solusinya. Yang pasti, ketika membangun
Salman, sebetulnya, memang faktor terbatasnya
dana menjadi salah satu pertimbangan,
tambahnya. Namun, hal ini dapat dibenarkan,
karena tentu tidak elok membangun masjid
penuh dengan kemubaziran, Dana yang lebihbisa dipergunakan untuk kebutuhan pendukung
aktivitas masjid ke depan, sergahnya.
Untuk para pengkritik mengapa masjid tanpa
kubah, Noeman punya jawaban tersendiri,
Pendiri Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) itu
sebetulnya tidak anti kubah. Selama secara
struktur kubah tersebut jelas fungsinya dan
bukan sekedar ornamen yang seringkali lebih
boros karena membutuhkan lebih banyak bahan.
Ini pertimbangannya. Bukan wajib dan tidak
anti, demikian Noeman. Buktinya, ada
beberapa rancangan masjid yang dikerjakan
Noeman yang mengadopsi keberadaan kubah,
namun dengan loso yang tetap fungsional.
Sosok pejuang dalam Dakwah
Karakter Noeman dalam menjalankan perintah
agama memang terbangun sejak dini di
lingkungan keluarga. Terbangunnya iman dan
aqidah yang mantap itu sudah terlihat saat ia
belia. Pada akhir masa pendudukan Jepang ia
dikenal sebagai murid yang tegas dan berani.
Utamanya ketika ia suatu saat menolak perintah
seikere. Penghormatan menghadap ke arah
Jepang dengan cara seperti orang rukuk ketika
shalat. Karena itu perbuatan yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam, saya diajarkan itu oleh
7/21/2019 islammm
33/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 33
orangtua saya. Manusia harus beribadah hanya
kepada Allah SWT, maka saya menolak ketika
itu, kenangnya.
Di pertemuan penting saat masih di bangku SMA
itu hanya Noeman yang menolak seikere.
Penolakannya itu menyebabkan tentara Jepang
murka lalu memerintahkan Direktur SMA agar
mengeluarkan Noeman dari sekolah. Namun
Noeman toh terus pada pendiriannya hingga ia
mampu beraktivitas hingga lulus Arsitektur ITB
pada 1958.
Saat ini, melalui Birano sebuah biro arsitektur
profesional, Achmad Noeman meneruskan
perjuangan dakwah-nya. Bersama putranya
yang telah digembleng dengan nilai-nilai akidah
yang kokoh kini telah ratusan desain masjid dan
bangunan bernuansa arsitektur Islam
didesainnya. Yang menarik untuk dicontoh
adalah, untuk karya-karyanya itu Noeman tidak
selalu menerima imbalan dalam bentuk uang. Ia
tidak menjadikan profesinya untuk menumpuk
harta, walau kesempatan itu terbuka lebar.
Noeman pun tak segan menolak permintaan
mendesain masjid yang tidak sesuai dengan
prinsipnya. Karena ia melihat setiap jengkal
ikhtiar adalah ibadah yang tidak boleh sia-sia.
Prinsip pendidikan Islam dalam keluarga
ditekankan suami R. Adeetje Koerniasih binti
Nata Permanaini. Noeman dikaruniai empat
anak (Irfan, Nazar, Fauzan dan Ilma), dan delapan
cucu. Sebagaimana penuturan putra Noemanyang menjadi penerus ayahnya, Fauzan, ia
merasakan betul buah pendidikan ayahnya pada
pembangunan karakter keberpihakannya. Ia
contohkan, bahwa Noeman tidak ragu dan
gamang mengirim anak ketiganya itu ke Amerika
untuk belajar Arsitektur pada usia 15 tahun.
Walau masih sangat muda, jauh dari orang tua
dan berada di negeri yang serba boleh, saya tidak
pernah keluar dari koridor yang diajarkan agama.
Ini semua akhirnya saya syukuri, papar Fauzan
Noeman.
Darah dakwah mengalir dalam diri Noeman. Dan
karena kecenderungannya pada musik Jazz yang
diwariskan oleh keluarga pedagang batik ini,
Noeman kemudian mendirikan KLCBS, stasiun
radio FM stereo pertama di Bandung, 1978.
KLCBS yang mengudara secara resmi sejak
1982 itu - dikelola Nazar, anak kedua Noeman
dan menyiarkan berbagai konten dakwah Islam
dengan balutan genre musik Jazz.
Dengan prinsip bahwa segala aktivitas sebagai
ibadah kepada Allah SWT, Noeman di usia
senjanya tetap aktif di berbagai organisasi
profesi, ormas Islam dan juga aktivitas nirlaba. Ia
tercatat menjadi anggota Majelis/Dewan
Kehormatan IAI, anggota Penasihat Persatuan
Sarjana Arsitektur Indonesia, anggota Dewan
Kehormatan INKINDO, anggota Dewan
Pembina Yayasan Unisba, anggota Majelis
Pembina Masjid Salman ITB, anggota Dewan
Kurator Bayt Al-Qur'an dan Museum Istiqlal TMII
Jakarta, dan anggota Dewan Pembina Dompet
Dhuafa, Bandung.
Di usianya yang ke-88 kini, Pak Noeman begitu
dia biasa disapa masih tampak sehat. Ia secara
rutin menjalankan olah raga jalan kaki. Saat
ditanya,
sudah berapa banyak masjid yangdiarsitekinya, ia mengaku tidak pernah
menghitungnya. Ia ingat masjid-masjid yang
Foto: @Redaksi al-islam.my.id
7/21/2019 islammm
34/4034 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
besar saja, seperti Masjid Salman ITB, Masjid
Amir Hamzah di Taman Ismail Marzuki, Masjid
At-Tin Jakarta, Masjid Islamic Center Jakarta, Al
Markaz di Makassar, Masjid Soeharto di Bosnia
dan Masjid Syekh Yusuf di Cape Town, Afrika
Selatan.
Noeman bukanlah arsitek biasa. Dia sosok
seorang pejuang Muslim yang tetap konsisten
dalam berdakwah. Masyarakat menghargai
langkah dan kiprahnya melalui berbagai
penghargaan yang diterimanya antara lain dari
Dewan Masjid Indonesia Award, Anugerah
Dharma Bakti Satya dari PII, Anugerah Budaya
Kota Bandung, MUI Kota Bandung Award,
Satya Lencana Kebudayaan dari Kemendikbud.
Yang patut menjadi teladan generasi mudamuslim adalah kebersahajaannya. Noeman
jika dalam keadaan sehat selalu datang
memenuhi undangan, rapat maupun walimahan
baik siapa pun yang mengundangnya. Kerabat
dan alumni aktivis Masjid Salman sering terharu
ketika menyambut kedatangan Pak Noeman
yang tampak ikhlas memenuhi undangan di usia
senjanya. Itu kewajiban muslim terhadap
muslim. Memenuhi undangan itu harus biladiundang. Sebetulnya sederhana saja,jelasnya
dengan rendah hati.
Sikap pejuang yang istiqamah, zuhud dan
rendah hati.. nampaknya, tetap tergores,
menghiasi garis wajah Maestro Arsitektur Islam
Indonesia, yang senantiasa tampak bening dan
bersih di usia senjanya. JS
Foto: @Redaksi al-islam.my.id
7/21/2019 islammm
35/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 35
Rumah Peduli
Oleh: Jonih Rahmat
Rumah ini adalah rumah bagi anak-anak yatim dan fakir miskin. Kami keluarga memahami danmensyukuri hal itu. Gembira mereka adalah bahagia kami. Duka mereka adalah juga luka kami.Dendang mereka adalah nyanyi kami. Tangis mereka adalah air mata kami. Walau diliputi kemampuan
yang serba terbatas, namun berkat bantuan sedekah dari orang-orang baik hati, alhamdulillah, hingga
saat ini, anak-anak masih bisa menempuh pendidikan dan beraktivitas aneka rupa.
Pada hari raya Kurban tahun ini, kami tak lupa megucapkan syukur yang semestinya dari para
dermawan yang turut serta meramaikan rumah kami. Hari Pesta Daging itu menggembirakan kamisemuanya. Kepada sekalian dermawan dan rekan-rekan; atas partisipasinya membeli dan menitipkan
hewan kurbannya kepada kami dari lubuk hati yang paling dalam-kami sampaikan terima kasih tak
Foto: @Dedy Rahmat
7/21/2019 islammm
36/4036 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November
terhingga. Semoga Tuhan yang Mahakasih dan
Mahasayang menyayangi sekalian Anda beserta
Keluarga semuanya.
Hari istimewa ini memang luar biasa. Jika pada
hari-hari lain anak-anak bersantap dengan menu
minimalis, yang penting nasi bisa masuk kedalam perut. Pada hari-hari kurban seperti
halnya pada bulan Ramadhan, laiknya orang-
orang berada-mereka bisa menikmati santapan
lezat dengan lauk serba daging.
Dari tiga ratus enam puluh lima hari, inilah hari-
hari paling sibuk bagi kami. Karena rezeki yang
datang, biasanya melebihi dari yang kami
butuhkan. Makanan itu lantas menjadikan kamiingat kepada warga kekurangan lainnya. Anak-
anak kemudian mendistribusikannya kepada
orang-orang miskin seputar rumah kami.
Pada bulan Ramadhan, anak-anak mengirimkan
sembako ke rumah-rumah dan kampung-
kampung di mana teman-teman mereka --
sesama anak yatim dan duafa, yang tidak tinggal
bersama kami berada. Sejak selesai shalat
Tarawih hingga menjelang waktu Sahur, dengan
mobil kijang tua bak terbuka dan sepeda motor,
mereka bagikan bahan makanan yang berasal
dari para dermawan. Menjelang hari raya Kurban,
anak-anak telah mendata orang-orang fakir dan
miskin, untuk mendapatkan daging itu. Tidak
sedikit di antara penerima kurban ini, betul-betul
memang makan daging hanya setahun sekali.
Pada hari H, selepas shalat Idul Adha, ratusan
orang miskin berdatangan ke tempat kami.
Hampir semuanya membawa pisau dan golok.
Mereka akan gunakan itu senjata tajam untuk
merecah daging hewan kurban yang telah
disembelih. Kecuali penitip kurban mau
melakukannya sendiri, penyembelihan hewan,
seluruhnya dilakukan oleh anak-anak kami. Saat
pelaksanaan, di depan eksekutor diletakkan
selembar kertas bertulisan, atas nama siapa
hewan tersebut dikurbankan.
Tetangga dekat dan jauh, yang semuanya orang-
orang tidak berpunya, senang manakala hari Idul
Adha menjelang. Mereka berpartisipasi
mengurus hewan kurban yang dititipkan kepada
kami untuk dibagikan.
Pagi-pagi, begitu masuk pekarangan karena
akan memerlukan energi yang banyak sepanjang
hari, semua hadirin dipersilakan makan pagi yang
sudah disiapkan anak-anak dan ibu dapur.
Nama para peserta didaftar dan dikelompokkan.
Untuk satu kambing cukup diurus oleh dua-tiga
orang, sedangkan sapi oleh sepuluh orang. Saya
berikan pengarahan hal tata cara dan etika
memotong binatang kurban, serta tata terbit
mengurus daging hewan. Tengah hari, mereka
disuguhi makan siang dengan sate dan gule. Dan,
sore, setelah pekerjaan selesai, mereka yang ikut
membantu mengurus daging kurban ini,
mendapatkan tiga sampai lima bungkus daging -
tergantung jumlah daging dan banyaknya yang
berpartisipasi, ditambah uang minyak goreng Rp
25.000/orang.
Tahun lalu, pengeluaran untuk membeli plastik,
pembuatan tenda ukuran 10 x 20 m, sarapan,makan siang, dan uang minyak goreng adalah
sebesar delapan belas juta rupiah. Karena kondisi
Foto: @Uda Dennie
7/21/2019 islammm
37/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 37
nansial yang sedang repot, dalam
penyelenggaraan kurban tahun ini, pengeluaran
ditekan.
Kalau pada tahun lalu para tetangga yang
membantu memotong-motong, merecah, dan
membungkus daging kurban berjumlah sekitardua ratus orang, tahun ini, yang datang jauh lebih
banyak. Sebanyak tiga ratus dua orang yang
terdaftar. Di luar itu, orang terus berdatangan.
Hari Ahad itu, saat makan siang tiba, saya sempat
panik. Kendati jumlah nasi dan daging yang
disuguhkan sudah ditambah menjadi satu
setengah kali dibanding tahun lalu: nasi habis!
Antrean masih panjang. Puluhan pekerja itukelaparan. Saya perintahkan anak-anak
agar bapak-bapak yang belum kebagian
nasi, dibagi daging dulu saja. Sementara
Zeni, salah seorang alumni, dengan
sepeda motor, berangkat ke warung
membeli nasi. Tidak lama, sate pun
ludes. Untung gule dan sayur lodeh
masih tersedia.
Sambil menunggu suplai nasi dari
warung datang, saya merogoh saku dan
memberikan sejumlah uang kepada
anak-anak untuk segera menambah air
kemasan dan membeli kue apa saja,
sebagai ganjal perut-perut yang lapar.
Saya sendiri lari ke dapur, menyiapkan
makanan cara kilat. Ada untungnya juga, dulu,
hidup di daerah pinggiran dan orangtua berasaldari desa. Sejak kecil saya terlatih, bagaimana
menanak nasi dengan cepat dan tepat. Makanan-
makanan kiriman dari para tetangga (menjelang
hari-hari Idul Adha dan Idul Fitri kadang juga hari
-hari biasa, ada saja para tetangga dekat dan jauh,
berdatangan mengirim makanan) -yang ada di
kulkas, saya keluarkan dan dibagikan kepada
orang-orang lelah dan lapar. Alhamdulillah,
antrean panjang itu menjadi berkurang. Tidaklama kemudian, puluhan nasi bungkus pun
datang.
Beberapa bulan menjelang hari raya haji, pernah
terbetik, tahun ini kami berencana untuk tidak
menyelenggarakan pemotogan hewan kurban.
Akan tetapi, terpikirkan kembali, betapa kedua
golongan yakni anak-anak yatim dan fakir
miskin, akan merasa begitu kehilangan. Mereka
akan berduka, tidak lagi mendapatkan daging,
yang datang setahun sekali, dengan cuma-cuma.
Ketimbang mencari keuntungan nansial,
penyediaan hewan kurban di Ar-Rahmah, rumah
kami, terasa lebih membahagiakan bagi banyak
orang. Para fakir miskin, baik mereka yang setiap
tahun mendapatkan kiriman daging kurban
maupun bapak-bapak yang setiap Idul Adha
datang ke tempat kami, membantu mengurus
daging tersebut, semua turut bahagia. Dan, tentu
saja bagi segenap dermawan, tunai sudah
kewajiban dan menjadi jalan membahagiakan
mereka. Sekali lagi, terima kasih untuk semuanya.
Semoga yang Mahakuasa, kelak, membahagiakan
ibu ibu, bapak, serta teman-teman semuanya.
Semoga Allah menerima kurban ini. Semoga Dia
memberikan balasan atas hewan yang ibu, bapak,dan teman-teman kurbankan --dengan rezeki
yang lebih banyak dan berkah. Bersamaan dengan
dipotongnya hewan kurban itu dan memancarkan
darah dari leher hewan, semoga berguguran dosa-
dosa sekalian dermawan, juga para al-marhum/ah
yang sudah mendahului kita. Sampainya daging
kurban kepada anak-anak yatim dan fakir miskin,
semoga diiringi dengan sampai dan diterimanya
amal-amal saleh para dermawan semuanya
beserta Keluargabaik yg masih mendapat nikmat
hidup, maupun yang sudah kembali ke hadirat
Yang Mahakuasa.
Gembiranya orang-orang tidak berpunya dalam
mendapat rezeki berupa daging kambing atau
sapi, semoga menjadi kegembiraan kita semua
beserta keluarga besar di yaumil akhir, nanti.
Aamiin.
Salam.JR
7/21/2019 islammm
38/4038 al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun IIMuharram 1436 H November 2014
Sahabat yang mulia, di tengah sibuknya kita terhadap berbagai urusan, akhlak yang kita
bangun dalam bersikap dan bertindak hendaklah senantiasa kita pehatikan. Rasulullah SAW
berpesan dalam berbagai kesempatan, hendaknya kita memiliki sikap utama yang
Hikmah
Foto: @Ted Gore
7/21/2019 islammm
39/40al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014 39
mengutamakan kelemahlembutan, ketimbang
berekspresi sebaliknya, reaksioner, penuh
kemarahan, tidak sabar dan berakibat fatal
terhadap lingkungan.
S
ikap yang penuh pertimbangan dan
kelemahlembutan itu banyak dipuji Allah
sebagai hiasan utama kaum muslimin yang
sejatinya menyukai hal yang tidak berlebihan
terhadap sesuatu, bahkan terhadap kebaikan
yang dia kerjakan sekalipun.
Allah SWT Berrman, '' Dan orang-orang yang
apabila menaahkan hartanya, mereka tidak
berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, tetapi berada
di tengah-tengah antara yang demikian.. Mereka
kekal dalam Surga.. surga itu adalah sebaik-baik
tempat menetap dan tempat kediaman''. ( TQS. Al
Furqan [25]:67-76).
Sabda Nabi melalui Aisyah, RA. misalnya
menyebut, Rasulullah SAW bersabda Sifat
lemah lembut tidak melekat pada sesuatu,
melainkan ia akan menjadi hiasan untuknya. Dantidak pula sifat itu akan dicabut, melainkan akan
merusaknya. (HR. Muslim).
Abu Ad-Darda meriwayatkan, Rasulullah SAW
bersabda, Siapa yang diberi sifat lemah lembut,
sesungguhnya dia telah diberi jatah kebaikan; siapa
yang tidak diberi sifat itu, sungguh jatah
kebaikannya tidak diberikan (HR. At-Tarmizi).
Aisyah selanjutnya meriwayatkan, Rasulullahbersabda,Allah Maha Lemahlembut. Dia mencintai
sifat lemah lembut dalam segala hal. (HR. Bukhari
-Muslim).
Dalam riwayat Imam Muslim, disebutkan
mengenai hal ini. Allah Maha Lemahlembut yang
mencintai sifat lemah-lembut. Allah akan
mem