6
Jane Eyre PENGARANG :CHARLOTTE BRONTE UN SUR-UNSUR INTRINSIK : 1.TEMA : Seorang perempuan yatim- piatu yang miskin dan tidak cantik, tapi ia memiliki jiwa dan semangat yang tak terkalahkan,serta kecerdasan dan keberanian yang besar. 2.ALUR : Maju 3.PENOKOHAN : -JANE :penuh semangat,keberanian,baik,cerdas Protagonis(Tokoh utama) -Mrs.Reed: -Bessie :cerewet Antagonis(tokoh biasa ) -Eliza :nakal,manja antagonis(tokoh biasa ) -John :nakal antagonis(tokoh biasa ) -Georgiana :nakal danmnja antgonis(tokoh biasa ) -Miss Abbot:cerewet,kasar antagonis(tokoh biasa ) -Mr.Llolyd :baik tritagonis(tokoh biasa ) -Mama : jahat -diana:baik -MR. Rochester: baik penuh kasih saying -Merry: baik 4.AMANAT:Pembaca yang budiman, semoga kau tak pernah merasakan apa yang kurasakan waktu itu! Semoga matamu tak pernah mencucurkan air mata yang begitu deras, membakar dan memeras hati seperti yang tercurah dari mata. 5. LATAR;-Tempat:-rumah -sekolah -dapur -kamar gereja 6.GAYA BAHASA: Sinekdoke (pers prototo) 7. SUDUT PANDANG:

Jane Eyre Yuniar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Review Novel

Citation preview

Jane Eyre PENGARANG :CHARLOTTE BRONTE UN SUR-UNSUR INTRINSIK : 1.TEMA : Seorang perempuan yatim- piatu yang miskin dan tidak cantik, tapi ia memiliki jiwa dan semangat yang tak terkalahkan,serta kecerdasan dan keberanian yang besar. 2.ALUR : Maju 3.PENOKOHAN : -JANE :penuh semangat,keberanian,baik,cerdas Protagonis(Tokoh utama) -Mrs.Reed: -Bessie :cerewet Antagonis(tokoh biasa) -Eliza :nakal,manja antagonis(tokoh biasa) -John :nakal antagonis(tokoh biasa) -Georgiana :nakal danmnja antgonis(tokoh biasa) -Miss Abbot:cerewet,kasar antagonis(tokoh biasa) -Mr.Llolyd :baik tritagonis(tokoh biasa) -Mama : jahat -diana:baik -MR. Rochester: baik penuh kasih saying -Merry: baik 4.AMANAT:Pembaca yang budiman, semoga kau tak pernah merasakan apa yang kurasakan waktu itu! Semoga matamu tak pernah mencucurkan air mata yang begitu deras, membakar dan memeras hati seperti yang tercurah dari mata.5. LATAR;-Tempat:-rumah -sekolah -dapur -kamar gereja6.GAYA BAHASA: Sinekdoke (pers prototo)7. SUDUT PANDANG:

Pagi hari kami sudah berkeliaran selama satu jam diantara semak semak tak berdaun dikebun,tetapi sejak makan malam angin musim salju yang dingin datang membawa awan-awan yang begitu kelam,dan hujan yang berjatuhan.Aku merasa senang karenanya:sejak dulu aku memang tidak suka berjalan kaki lama-lama,terutama pada sore hari yang dingin.Dengan jari-jari tangan dan kaki kedinginan,dan minder karena sadar betapa kalahnya aku dari segi jasmani dibandingkan Eliza,John,dan Georgiana.Eliza,Joh dan Georgiana berkumpul mengelilingi mama mereka di ruang duduk.Sang mama berbaring di sebuah sofa di sisi perapian, dan kalau dikerumuni anak-anak tersayangnya.Aku sudah dilarangnya bergabung dengan mereka.Katanya dia menyesal harus menjauhkan ku, tapi sebelum dia mendapat laporan dari Bessi, dan bisa memastikan dari pengamatannya sendiri.Di kejahuan, yang tampak adalah kanvas kosong berupa kabut dan awan; di dekat ku terhampar pekarangan yang basah dan semak-semak yang di hajar badai, dengan hujan tiada henti yang menyapu liar sebelum pecah menjadi satu ledakan panjang memilukan. Aku kembali ke buku kuSejarah Burung-Burung Inggris oleh Bewick.Di mana samudra Utara, dalam pusaran-pusaran mahaluas,Mendidih di sekitar pulau-pulau gersang di thule nan jauh; dan gelombang Atlantik menyembur masuk di antara kepulauan Hebrides yang di serbu badai. Aku membentuk bayangan ku sendiri tentang dunia yang putih mati ini:agak kabur, seperti semua bayangan yang hanya setengah di mengerti, yang melayang-layang samar dalam otak anak-anak, tetapi anehnya meninggalkan kesan mendalam.Dengan buku Bewick di lutut ku, aku merasa gembira dengan caraku sendiri.Aku tidak takut apa pun selain gangguan, dan itu dating terlalu cepat.Pintu ruang sarapan dibuka. Boh! Tukang Cemberut! suara John berseru;lalu dia berhenti sebentar.Dia mendapati ruangan itu kosong. Di mana sih dia! lanjutnya. Lizzy! Georgy! (memanggil adik-adiknya).Joan tidak ada di sini.Beritauh mama, dia lari keluar berhujan-hujanan dasar anak nakal! Untung saja tirai kurapatkan tadi,pikirku.Tetapi Eliza cukup hanya melongokkan kepala dari celah pintu, dan langsung berkata: Dia pasti ada di ceruk jendela, jack. Dan aku langsung keluar, karena ngeri membayangkan diseret keluar oleh si jack ini.Kau mau apa? aku bertanya, dengan agak canggung dan takut-takut.bilang, kau mau apa, Master Reed? begitu jawaban yang kudapat. Aku ingin kau ke sini. Lalu dia duduk di sebuah kursi malas, dan memberi isyarat agar aku mendekat dan berdiri di hadapannya. John adalah anak sekolah berusia empat belas tahun;empat tahun lebih tua dari aku, karena umurku baru sepuluh tahun.Dia seharusnya berada di sekolah sekarang, tetapi ibunya membawanya pulang untuk satu atau dua bulan karena kesehatan nya rapuh. John tidak begitu menyayangi ibu dan adik-adik perempuannya, dan ia membenciku.Dia menjajah dan menyiksaku; tidak Cuma dua atau tiga kali seminggu, atau satu-dua kali sehari, tetapi terus menerus: karna sudah terbiasa dengan perlakuannya, aku tidak pernah berpikir ingin membalasnya;satu-satunya yang ku pikirkan adalah bersiap menerima pukulan yang pasti akan menyusul ejeka ini.Apa yang kamu lakukan tadi di balik tirai? dia bertanya.Membaca.Tunjukan bukumuAku kembali ke jendela dan mengambil buku-buku kami. Kau ini hidup hanya dari kebaikan kami, kata Mama.kau ini mestinya mengemis, dan bukan hidup di sini bersama anak-anak keluarga baik-baik seperti kami, dan makan makanan yang sama dengan kami, dan memakai baju yang dibelikan mama kami. Kau anak jahat dan kejam! kataku. Kau seperti pembunuh,kau seperti mandor budak,kau seperti para kaisar roma! Apa! Apa! teriaknya. Berani sekali dia bilang begitu padaku? Kalian dengar dia Eliza danGeorgiana? Akan kuadukan pada Mama! Tapi pertama-tama Dia berlari menyerbuku: aku merasakannya mencengkeram rambut pundakku. Dia menyerangku dengan membabibuta.Pada saat itu perasaan-perasaan ini mengalahkanku, dan aku membalasnya dengan kalap.Sekarang Mrs. Reed tiba di ruangan itu, disusul oleh Bessi dan pelayannya Abbot. Aduh! Aduh! Berani sekali dia menyerang Master John begini! Apa pernah orang melihat amukan seperti ini? Lalu Mrs. Reed menimpali: Bawa dia ke kamar merah, dan kunci dia di sana. Empat tangan langsung mencengkramku, dan aku di seret naik ke atas. *** Aku terus meronta selama dibawa nai;ini pertama kalinya aku berbuat, dan ini semakin memperkuat pendapat Besi dan Miss Abbot yang memang sudah buruk mengenai diriku. Pegangi tangannya, Miss Abbot. Dia seperti kucing mengamuk. Memalukan!Sungguh memalukan! seru pelayan itu. Tingkahmu sungguh buruk, Miss Eyre, berani memukul Tuan muda, putra orang tua asuh mu! Tuan Muda! Kenapa dia tuan muda-ku? Memangnya aku ini pelayan? Tidak. Kau lebih rendah dari pada pelayan, karena kau tidak bekerja apa-apa untuk bisa hidup di sini. Sana, duduklah dan renungkan kesalahanmu. Pada saat ini mereka sudah membawaku masuk ke kamar yang disebut Mrs. Reed tadi, dan memaksaku duduk di bangku. Kalau kau tidak bisa duduk diam, kau harus diikat, kata Bessi. Miss Abbot, pinjami aku pengikat kaus kakimu; punyaku sebentar lagi akan putus dibuatnya. Miss Abbot berbalik untuk melepaskan pengikat itu dari salah satu kakinya yang gemuk.Mereka pun keluar, menutup pintu, dan menguncinya. Kamat itu terasa dingin karena jarang dinyalakan api di dalamnya; sunyi, karena jauh dari kamar anak-anak dan dapur; suram, karena semua tahu kamar ini jarang di masuki. Takhayul menemaniku saat itu, tapi masih belum sepenuhnya menguasaiku. Darahku masih hangat. Perasaan seorang budak pemberontak masih menyulutku dengan dengan semangatnya yang patih. Setelah Bessi dan Abbot menjauh, Mrs. Reed, yang tidak sabar melihat penderitaanku yang kini panik dan isak tangisku yang liar, dengan kasar mendorongku masuk kembali ke dalam kamar dan mengunci pintu, tanpa bertahan lagi. Aku mendengarnya berjalan pergi dengan cepat; dan tidak lama setelah di pergi, kurasa aku mengalami semacam kejang;ketidaksadaran pun menyudahi adegan itu. Hal berikutnya yang kuingat adalah bangun dengan perasaan seperti baru bermimpi amat buruk, dan dihadapan ku kulihat cahaya merah mengerikan, dipalangi jeruji-jeruji hitam tebal.Tak lama kemudian sadarlah aku bahwa seseorang sedang memegangku; mengangkat dan menopangku dalam posisi duduk, lebih lembut dari pada yang pernah kurasakan sebelumnya ini. Kusandarkan kepalaku disebuah bantal, dan aku pun merasa tenang. Aku merasa lega, merasa terlindungi dan aman, saat aku tau ada orang asing di kamar itu, orang yang bukan salah satu penghuni Gateshead dan tidak punya hubungan keluarga dengan Mrs. Reed. Aku pun berpaling dari Bessi, dan mengamati wajah pria itu. Aku kenal dia, dia Mr. Lloyd. Seorang apoteker yang kadang-kadang dipanggil Mrs. Reed kalau ada pelayan yang sakit; kalau untuk dirinya sendiri dan anak-anak, ada dokter langganannya. Setelah memberikan beberapa petunjuk lebih lanjut, dan menyatakan akan berkunjung lagi esiknya, dia pun pergi. ***Pembaca yang budiman, semoga kau tak pernah merasakan apa yang kurasakan waktu itu! Semoga matamu tak pernah mencucurkan air mata yang begitu deras, membakar dan memeras hati seperti yang tercurah dari mata. Pembaca, aku menikah dengan Mr, Rochester.Pernikahan kami sederhana:hanya ada aku, dia, pendeta, dan pegawai administrasi gereja yang hadir. Marry aku telah menikah dengan Mr, Rochester tadi pagi. Benarkah, Miss? Ah, baguslah! Mr. Rochester tetap buta selama du tahun pertema pernikahan kami.Mungkin keadaan inilah yang membuat kami semakin dekat. Maka aku dan dia hidup bahagia. Diana dan Mary Rives telah menikah dan setiap tahun mereka bergantian datang mengunjungi kami, dan kami pergi mengunjungi mereka,

Nama: YUNIAR INDRAWATI LASEKelas: VIII-1M.Pelajaran; BAHASA INDONESIA