11
DK2/P2 Homeostatis DITA AYU PERTIWI (FAA 114 016) Pertanyaan 1. Apa definisi dari homeostatis dan jenis homeostatis ? 2. Mengapa terjadi meriang dan menggigil serta bagaimana prosesnya ? 3. Apa yang dimaksud antibiotik ? 4. Sebutkan faktor – faktor internal dan eksternal yang memengaruhi homeostatis ? 5. Bagaimana cara mempertahankan homeostatis normal ? 6. Bagaimana mekanisme dari homeostatis ? 7. Apa dampak positif dan negatif antibiotik bagi tubuh ? 8. Bagaimana aktifitas sel dalam keadaan homeostatis ? 9. Bagaimana kerja antibiotik terhadap suatu infeksi ? 10. Bagaimana patofisiologi demam ? 11. Apa peran sistem imun terhadap homeostatis ? 12. Apa definisi sistem imun ? 13. Apa saja yang menyebabkan sistem imun terganggu ? 14. Apa perbedaan sistem imun tubuh alami dengan yang berasal dari luar ? 15. Dampak apa saja yang terjadi jika homeostatis tubuh terganggu ? 16. Antibiotik apa saja yang dapat digunakan untuk mengatasi infeksi ? Jawaban 1. Hemeostatis : Pemeliharaan lingkungan internal yang relatif stabil. (Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC. hal 9) Homeostatis : kecenderungan menuju keseimbangan atau stabilitas dalam keadaan fisiologis normal organisme bersangkutan. (Dorland, W. A. Newman. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: ECG, 2011. hal 521) Jenis :

Jawaban Dk2p2 Dita (Bm)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

JAWABAN DK2 PEMICU 2 BIOMOL

Citation preview

DK2/P2

Homeostatis

DITA AYU PERTIWI (FAA 114 016)

Pertanyaan

1. Apa definisi dari homeostatis dan jenis homeostatis ?

2. Mengapa terjadi meriang dan menggigil serta bagaimana prosesnya ?

3. Apa yang dimaksud antibiotik ?

4. Sebutkan faktor faktor internal dan eksternal yang memengaruhi homeostatis ?

5. Bagaimana cara mempertahankan homeostatis normal ?

6. Bagaimana mekanisme dari homeostatis ?

7. Apa dampak positif dan negatif antibiotik bagi tubuh ?

8. Bagaimana aktifitas sel dalam keadaan homeostatis ?

9. Bagaimana kerja antibiotik terhadap suatu infeksi ?

10. Bagaimana patofisiologi demam ?

11. Apa peran sistem imun terhadap homeostatis ?

12. Apa definisi sistem imun ?

13. Apa saja yang menyebabkan sistem imun terganggu ?

14. Apa perbedaan sistem imun tubuh alami dengan yang berasal dari luar ?

15. Dampak apa saja yang terjadi jika homeostatis tubuh terganggu ?

16. Antibiotik apa saja yang dapat digunakan untuk mengatasi infeksi ?

Jawaban

1. Hemeostatis : Pemeliharaan lingkungan internal yang relatif stabil.

(Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC. hal 9)

Homeostatis : kecenderungan menuju keseimbangan atau stabilitas dalam keadaan fisiologis normal organisme bersangkutan.

(Dorland, W. A. Newman. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: ECG, 2011. hal 521)

Jenis :

Homeostasis Fisiologis : dapat dikendalikan oleh sistem endokrin dan saraf otonom. Prosesnya melalui 4 cara berikut :

Self Regulation (Pengaturan diri) secara otomatis. Contoh : pengaturan fungsi kerja organ tubuh

Kompensasi. Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi di dalam tubuh. Contoh :peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh.

Umpan balik negatif. Cara ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal,tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik negatif untuk menyeimbangkan penyimpangan tersebut. Contoh : tekanan darah meningkat, akan meningkatan baroreceptor yang akan menurunkan ransangan pada simpatik lalu meingkatkan parasimpatik. Menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi. Terjadi dilatasi pembuluh darah dan akhirnya menurunkan tekanan darah sampai normal.

Umpan balik positif untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis. Contoh : peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh apabila seseorang mengalami hipoksia.

Homeostasis Psikologis : berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental. Proses didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan budaya masyarakat.

(Alimul Aziz,Musrifatul Uliyah.2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan Ed.2.Jakarta : Salemba Medika. Hal.2)

2. Karena timbul sebagai raksi dari sistem tubuh yang berusaha untuk mempertahankan homeostatis dengan memulai reaksi tandingan yang sesuai untuk memperkecil perubahan tersebut. Pajanan ke suhu lingkungan yang dingin (suatu faktor eksternal) cenderung menurunkan suhu internal tubuh. Sebagai tanggapannya, pusat kontrol suhu di otak memulai tindakan tindakan kompensasi, misalnya menggigil untuk meningkatkan suhu tubuh ke normal. (Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC. hal 9)

3. Zat Kimiawi , biasanya dihasilkan oleh suatu mikroorganisme atau secara semisintetis yang mempuyai kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. ((Dorland, W. A. Newman. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC, 2011. hal 68)

4. Faktor internal : - Konsentrasi molekul molekul nutrien

Sel sel memerlukan pasokan molekul nutrien secara terus menerus untuk menghasilkan energi. Energi diperlukan untuk menunjang berbagai aktivitas sel.

Konsentrasi O2 dan CO2

Sel sel memerlukan oksigen untuk melakukan reaksi kimia

pembentuk energi. Dan Karbondioksida hasil proses harus

dikeluarkan.

Konsentrasi Zat Sisa

Sebagian reaksi kimia menghasilkan produk produk akhir yang menghasilkan efek toksik pada sel tubuh jika dibiarkan berakumulasi.

pH.

Perubahan pada pH (jumlah relatif asam) berpengaruh buruk

pada fungsi sel saraf dan merusak aktivitas enzim semua sel.

Konsentrasi garam, air, dan elektrolit lain.

Konsentrasi diatur untuk mempertahankan keseimbangan volume sel. Sel tidak berfungsi normal bila membengkak atau menciut.

Volume dan Tekanan.

Komponen lingkungan internal yang beredar, yaitu Plasma. Harus dipertahankan pada volume dan tekanan darah yang adekuat untuk menjamin distribusi penghubung.

Suhu

Sel sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang sempit. Jika terlalu dingin, fungsi sel akan melambat. Jika terlalu panas maka protein protein struktural dan enzimatik akan rusak.

Faktor Eksternal : pengaruh eksternal yaitu keadaan lingkungan eksternal. Keadaanlingkungan eksternal tubuh jugaberpengaruh besar terdapat homeostasis.Sedangkan fungsidari homeostasis yaitu untukmenyeimbangkan keadaan tubuh agardapat berjalan dengan normal.

(Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC. hal 11-12)

5. Untuk menjaga homeostasis tetap normal, komposisi kimiawi dan keadaan fisik lingkungan internal harus dipertahankan dalam batas batas yang ketat. Bahan bahan esensial harus terus dipasok. Zat zat sisa harus terus dikeluarkan. Suhu juga dijaga relatif konstan.

Kemudian, diperlukan seistem kontrol untuk mempertahankan faktor faktor tersebut yang harus mampu :

-mendeteksi penyimpangan dari nilai normal

-mengintegrasikan informasi ii dengan informasi lain yang relevan

-melakukan penyesuaian yang tepat dalam aktivitas bagian bagian tubuh yang bertanggung jawab memulihkan.

(Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC. hal 13)

6. Mekanisme Homeostasis

Perubahan lingkungan internal merangsang sensor

a. mengaktifkan respons pengembalian homeostasis.

b. membalikkan perubahan ke homeostasis.

Respons pembentuk mekanisme homeostasis (

c. disebut sebagai respons adaptif (penyesuaian).

d. penyesuaian tubuh dengan perubahan lingkungan

e. perubahan tubuh akibat perubahan lingkungandan perubahan lingkungan akibat perubahan tubuh.

Adaptasi: penggabungan organisme - lingkungan

f. kalau berhasil: survival yang sehat

g. kalau gagal: penyakit atau kematian.

(Erkardius.2010.Departemen Fisiologi FK Universitas Andalas : Homeostasis.diakses pada 13 Februari 2015.available at https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAB&url=https%3A%2F%2Ffkunand2010.files.wordpress.com%2F2010%2F11%2Fhomeostasis-blok-1-2-2010.ppt&ei=fBLeVJHgOJeOuATBxYLACw&usg=AFQjCNFCHAJKCWSZfyi6Jj0_c4HLM45apg&sig2=QKRWAc5hK2Sg-ifOkghHbQ&bvm=bv.85970519,d.c2E)

7. Dampak Positif Antibiotik :

Mengganggu metabolisme sel mikroba

Menghambat sintesis dinding sel mikroba

Menganggu permeabilitas membran sel mikroba

Menghambat sintesis protein sel mikroba

Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba

Dampak Negatif Antibiotik :

Dampak negatif dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional antara lain muncul dan berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik, munculnya penyakit akibat superinfeksi bakteri resisten, terjadinya toksisitas/efek samping obat, sehingga perawatan penderita menjadi lebih lama, biaya pengobatan menjadi lebih mahal, dan akhirnya menurunnya kualitas pelayanan kesehatan

(Guyton, A. C., Hall, J. E. 2006. Text Book Of Medical Physiology. Mississipi: Elsevier)

Mempertahankan

Keterangan : Sel sel tubuh dapat hidup dan berfungsi hanya jika cairan ekstrasel memungkinkan kelangsungan hidup mereka. Karena itu,komposisi kimiawi dan keadaan fisik lingkungan internal harus dipertahankan dalam batas batas yang ketat.

(Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC. hal 10)

8. Mekanisme Kerja Antibiotik

Mengganggu metabolisme sel mikroba (trimetoprim, dll)

Menghambat sintesis dinding sel mikroba (penisilin, sefalosporin, dll)

Menganggu permeabilitas membran sel mikroba (polimiksin, dll)

Menghambat sintesis protein sel mikroba (aminoglikosida, tetrasiklin, dll)

Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba (rifampin, kuinolon, dll)

(Bakhriansyah HR.2008.Farmakologi FK Universitas Lambung Mangkurat : Penggunaan Antibiotik Pada Penanganan Kasus Infeksi.diakses pada 13 Februari 2015.available at https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAB&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F31332%2F4%2FChapter%2520II.pdf&ei=2h3eVKbZJc--uASFrYKYBA&usg=AFQjCNHkGYZVUWqJHql0IpQGPbpPS5xvDA&sig2=RoIF644evl3Fbz2NNGTpsA&bvm=bv.85970519,d.c2E)

9. Patofisiologi Demam

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi. (Dinarello & Gelfand, 2005)

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus.

Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).

Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006).

(Dalal, S., and Zhukovsky D.S., 2006. Pathophysiology and Management of Fever. J Support Oncol., 2006 (4), 916.Available from : www . supportive oncology.net /journal/articles/ 0401009.pdf)

(Dinarello, C.A., and Gelfand, J.A., 2005. Fever and Hyperthermia. In: Kasper, D.L., et. al., ed. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. Singapore: The McGraw-Hill Company, 104-108.)

10. Sistem Imun Mempertahankan Homeostasis dengan cara mempertahankan kesehatan organ organ yang secara langsung berperan dalam Homeostasis. Sistem imun mempertahankan tubuh dari agen asing dan sel kanker serta untuk mempermudah perbaikan jaringan. Sistem integumen (kulit) mencegah masuknya agen eksternal dan hilangnya cairan internal dengan berfungsi sebagai sawar protektif antara lingkungan eksternal dan bagian bagian tubuh lainnya. (Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC. hal 446)

11. Suatu sistem pertahanan internal yang berperan kunci dalam mengenal dan menghancurkan atau menetralkan benda benda di dalam tubuh yang asing bagi diri normal (Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC. hal 447)

semua mekanisme pertahanan yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungan hidup. (Baratawidjaja KG.2014.Immunologi Dasar Edisi 11 .Jakarta : Badan Penerbit FKUI)

12. Terganggunya sistem imun dapat disebabkan oleh :

Infeksi

Insiden Penyakit yang meningkatkan autoimun

Peningkatan keganasan

Defisiensi sistem imun

Akibatnya, Sistem kekebalan tubuh tidak merespon tepat dan efektif untuk mikroorganisme menular.

(Sjabaroeddin Loebis,dkk.2012.Pediatric Departement Medical Faculty Of Sumatra Utara : Immunodeficiency.diakses pada 14 Februari 2015. Available at : ocw.usu.ac.id)

13. Sistem imun bawaan mencakup respon imun non spesifik tubuh yang bereaksi setelah adanya suatu agen yang mengancam. Komponen komponen sistem imun bawaan selalu berada dalam keadaan siaga, siap melaksanakan tindakan tindakan pertahanan yang relatif kasar terhadap semua dan sistem penyerang. Respon nonspesifik ini adalah mekanisme pertahanan inheren (bawaan atau sudah ada) yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari materi atau benda asing abnormal apapun jenisnya,bahkan meskipun baru pertama kali terpapar. Imunitas bawaan menahan dan membatasi penyebaran infeksi.

Sistem imun didapat atau adaptif diperantarai oleh limfosit B dan T. Setiap sel B dan T dapat mengenal dan mempertahankan diri terhadap hanya satu tipe benda asing,misalnya suatu jenis bakteri. Sistem imun ini beradaptasi untuk melancarkan perang terhadap patogen patogen spesifik di lingkungan masing masing orang. Sistem ini memiliki kemampuan untuk secara efisien memusnahkan musuh tertentu jika suatu saat bertemu kembai dengan patogen yang sama di masa depan. Hal ini dilakukan dengan membentuk kumpulan sel memori setelah berjumpa dengan patogen tertentu. Sehingga saat bertemu lagi, sistem imun akan menghasilkan pertahanan yang lebih cepat dan kuat.

(Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC. hal 449-450)

14. Dampak yang terjadi dari gangguan homeostatis :

Terjadi mekanisme umpan balik (tandingan) terhadap perubahan pada variabel terkontrol. Tubuh kadang menggunakan mekanisme umpan yang berespon sebagai antisipasi terhadap adanya perubahan pada variabel terkontrol.

Meskipun begitu, namun jika satu atau lebih sistem tubuh tidak berfungsi maka homeostasis akan terganggu dan semua sel menderita karena tidak lagi mendapat lingkungan yang optimal untuk hidup dan berfungsi. Muncullah berbagai kelainan fungsi tubuh (patofisiologik) yang berkaitan dengan penyakit. Ketika semakin parah dan tidak lagi memungkinkan kehidupan, mak akan terajadi kematian.

(Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Jakarta : EGC. hal 18)

15. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya,

Antibiotika digunakan dalam terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dengan tujuan sbb:

Terapi empirik infeksi

Terapi definitif infeksi

Profilaksis non-Bedah

Profilaksis Bedah

Sebelum memulai terapi dengan antibiotika sangat penting untuk dipastikan apakah infeksi benar-benar ada. Hal ini disebabkan ada beberapa kondisi penyakit maupun obat yang dapat memberikan gejala/ tanda yang mirip dengan infeksi. Selain itu pemakaian antibiotika tanpa didasari bukti infeksi dapat menyebabkan meningkatnya insiden resistensi maupun potensi Reaksi Obat Berlawanan (ROB) yang dialami pasien. Bukti infeksi dapat berupa adanya tanda infeksi seperti demam, leukositosis, inflamasi di tempat infeksi, produksi infiltrat dari tempat infeksi, maupun hasil kultur. Berikut nama antibiotika :

PENICILIN Penicilin merupakan derifat -laktam tertua yang memiliki aksi bakterisidal dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri.

CEFALOSPORIN Mekanisme kerja golongan cefalosporin sama seperti -laktam lain yaitu berikatan dengan penicilin protein binding (PBP) yang terletak di dalam maupun permukaan membran sel sehingga dinding sel bakteri tidak terbentuk yang berdampak pada kematian bakteri.

MAKROLIDA memiliki aktivitas setara dengan eritromisin, namun profil farmakokinetiknya mengalami peningkatan sehingga lebih dipilih untuk infeksi saluran pernapasan.

TETRASIKLIN Tetrasiklin merupakan agen antimikrobial hasil biosintesis yang memiliki spektrum aktivitas luas. Mekanisme kerjanya yaitu blokade terikatnya asam amino ke ribosom bakteri (sub unit 30S). Aksi yang ditimbulkannya adalah bakteriostatik yang luas terhadap gram positif, gram negatif, chlamydia, mycoplasma, bahkan rickettsia.

QUINOLON Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang dramatis dalam terapi infeksi. Mekanisme kerja golongan quinolon secara umum adalah dengan menghambat DNA-gyrase.

SULFONAMIDA Sulfonamida merupakan salah satu antimikroba tertua yang masih digunakan. Mekanisme kerja sulfametoksazol adalah dengan menghambat sintesis asam folat, sedangkan trimetoprim menghambat reduksi asam dihydrofolat menjadi tetrahydrofolat sehingga menghambat enzim pada alur sintesis asam folat. Kombinasi yang bersifat sinergis ini menyebabkan pemakaian yang luas pada terapi infeksi community-acquired seperti sinusitis, otitis media akut, infeksi saluran kencing.

(DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK DEPARTEMEN KESEHATAN RI.2005.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan.diakses pada 14 februari 2015. Available at http://binfar.kemkes.go.id/)

Membentuk

Esensial bagi kelangsungan hidup

SEL

Homeostasis

Sistem Tubuh