Jtptunimus Gdl Novidyahfi 5257 2 Bab2

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kulit Singkong

    Kulit singkong adalah limbah dari mata rantai proses produksi pembuatan

    tapioka. Limbah tersebut sebaiknya dalam keadaan kering (dijemur) atau ditumbuk

    dijadikan tepung. Hasil penelitian di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) menunjukkan

    bahwa pemberian kulit singkong pahit sebanyak 60 % dalam ransum ternak domba

    berumur 18 bulan selama 100 hari dapat menaikkan berat badan harian 91 gram /

    ekor, dan tidak mengakibatkan keracunan (Rukmana, 1997).

    Sudaryanto (1989) menambahkan limbah kulit singkong termasuk salah satu

    bahan pakan ternak yang mempunyai energi (Total Digestible Nutrients = TDN)

    tinggi, dan kandungan nutrisi tersedia dalam jumlah memadai, seperti disajikan dalam

    Tabel berikut :

    Tabel 1. Kandungan energi (TDN) dan nutrisi dalam limbah singkong

    Bahan Bahan Kering(%) Protein(%) TDN(%) Serat

    kasar(%) Lemak(%) Ca(%) P(%)

    Daun

    Kulit

    Onggok

    23,53

    17,45

    85,50

    21,45

    8,11

    01,51

    61,00

    74,73

    82,76

    25,71

    15,20

    0,25

    9,72

    1,29

    1,03

    0,72

    0,63

    0,47

    0,59

    0,22

    0,01 Sumber: Sudaryanto(1989)

    Di Indonesia singkong ada yang berasal dari dataran rendah ada yang berasal

    dari dataran tinggi. Lazimnya singkong yang dimanfaatkan kulitnya adalah singkong

    adira I yang ditanam di daerah rendah, kulit singkong jenis ini kandungan asam

    sianida (HCN) lebih rendah dibandingkan kulit singkong adira I yang ditanam

    didataran tinggi. Hal ini dapat dilihat dari Tabel berikut ini:

  • Tabel 2. Perbedaan kulit singkong adira 1 di dataran rendah dan dataran tinggi

    Kulit singkong dari dataran rendah

    Kulit singkong dari dataran tinggi

    Kadar Karbohidrat 4,55% Kadar Karbohidrat 4,18% Kadar Asam Sianida 20,72mg/kg Kadar Asam Sianida 22,5 mg/kg

    Sumber: Turyoni, 2007

    Setiap kilogram ubi kayu biasanya dapat menghasilkan 15 - 20 % kulit

    umbi. Kandungan pati kulit ubi kayu yang cukup tinggi, memungkinkan

    digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme. (Muhiddin, 2001).

    B. Tepung Kulit Singkong Kulit singkong dimanfaatkan sebagai baha dasar pembuatan tepung kulit

    singkong, bagian kulit singkong yang digunakan adalah bagian dalam, dari jenis

    singkong adira I yang ditanam didataran rendah dan memiliki kandungan kadar HCN

    lebih rendah dibandingkan jenis singkong adira 1 yang ditanam di dataran tinggi.

    Tepung kulit singkong sendiri merupakan hasil olahan kulit singkong yang

    pembuatannya dapat dilakukan dengan mudah dengan alat sederhana. Singkong

    dipanen pada saat umur tanaman 8 bulan. Singkong segera dibersihkan kulit luarnya.

    Setelah itu diiris tipis - tipis dengan ketebalan 2 mm dan dikeringkan di bawah sinar

    matahari selama 2-3 hari hingga beratnya berkurang sekitar 70% dari berat basah.

    Selanjutnya digiling dengan mesin penggiling (pembuat tepung beras) untuk

    dijadikan tepung dan diayak dengan saringan dengan ukuran 200 mess.( Turyoni,

    2007)

    Tahapan - tahapan dalam pembuatan tepung kulit singkong sebagai berikut:

    (1).Sortasi atau pemilihan yaitu dengan memilih kulit singkong yang baik dan

    membuang kulit singkong yang tidak baik, kemudian dipisahkan; (2).Pencucian dan

    perendaman, dalam pencucian menggunakan air yang mengalir dan dalam

    perendaman menggunakan air yang setiap 15 menit diganti, Tujuan pencucian dan

    perendaman untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada kulit singkong, Selain

    itu juga bertujuan untuk mengurangi kadar HCN yang ada dikulit singkong, untuk

  • mengurangi getah yang melekat dan mengurangi rasa getar pada kulit singkong.

    Setelah itu dipotong tipis - tipis; (3).Penjemuran, bertujuan untuk mematikan segala

    macam kuman dan bakteri yang menempel pada singkong, mengurangi kadar air pada

    kulit singkong serta mengurangi kadar HCN pada kulit singkong, mempercepat

    proses pengeringan baik dilakukan secara langsung (penjemuran dengan sinar

    matahari langsung) atau tidak langsung; (4). Penggilingan Pada saat proses

    penggilingan semua bahan (kulit singkong) dihancurkan hingga menjadi halus;

    (5).Penyaringan, Penyaringan tepung dilakukan dengan ayakan berukuran 200 mesh,

    hal ini dilakukan untuk mendapatkan tepung kulit singkong yang halus dan baik.

    (Rukmana,1997). Syarat mutu untuk tepung singkong dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3 Syarat Mutu Tepung Singkong No Uraian Satuan Persyaratan 1 2 3 4 1 Kaeadaan - 1.1 Bau - Khas singkong 1.2 Rasa - Khas singkong 1.3 Warna - Putih 2 Benda-benda asing - Tidak boleh ada 3 Derajat putih % b / b

    (BaSO)4 = 100% Minimal 85 Maksimal 1,5

    4 Abu %, b / b Maksimal 1,5 5 Air %, b / b Min imal 12 6 Derajat asam ml N NaOH

    100 gram Maksimal 3

    7 Asam sianida Mg/ kg Maksimal 40 8 Kehalusan % (lolos ayakan 80

    smesh ) Minimal 90

    9 Pati %, b/b Minimal 75 10 Bahan tambahan

    makanan Sesuai SNI 01-0222-1995

    11 Cemaran mikroba

    11.1 Angka lempeng total - koloni Gram

    Maksimal 1.0x10 6

    11.2 E.coli APM/ gram < 3 11.3 kapang - Koloni

    gram Maksimal 1.0x10 4

    Sumber : SNI 01 2997 1992 C. Cake

  • Cake adalah produk makanan semi basah yang dibuat dengan pemanggangan

    adonan, dimana adonan tersebut terdiri dari tepung terigu, gula, telur, susu, aroma dan

    lemak dan bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan

    bahan tambahan makanan lain yang diizinkan. Syarat mutu dalam pembuatan cake

    dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

    Tabel 4 Syarat Mutu Cake

    Persyaratan No. Kriteria Uji Satuan Roti tawar Roti manis

    1 2 3 4 5 1. Keadaaan : 1.1 Kenampakan _ Normal tidak

    berjamur Normal tidak berjamur

    1.2 Bau _ Normal Normal 1.3 Rasa _ Normal Normal 2 Air % b/b Maks. 40 Maks. 40 3. Abu ( tidak termasuk garam

    dihitung atas dasar bahan kering

    %b/b Maks. 1 Maks. 3

    4 Abu yang tidak larut dalam asam

    %b/b Maks. 3 Maks. 3

    5 Gula jumlah %b/b - Maks. 8.0 6 Lemak %b/b - Maks. 3.0 7 Serangga / belatung _ Tidak boleh ada Tidak boleh

    ada

    Sumber: SNI 01 - 3840 - 1995

    Jenis - jenis cake adalah a). Chiffon cake; b). Butter cake; c). Genoise cake

    Cake d). Cake adonan roti. Untuk chiffon cake lebih ringan dan lembut. Teknik

    pembuatannya putih telur dan kuning telur dikocok terpisah, sesudahnya baru

    dicampurkan dengan bahan lain, Butter cake atau cake mentega Untuk jenis ini

    mentega dan gula dikocok dahulu hingga lembut, baru bahan lain berturut - turut

    dimasukkan, Genoise cake Cara pembuatan cake ini sama dengan sponge cake, tetapi

    telur dikocok sambil dipanaskan. Cara ini menghasilkan cita rasa cake yang tidak

    mengenyangkan, Cake adonan roti Meskipun menggunakan ragi, kue - kue ini lebih

    umum disebut cake karena berbentuk utuh dan dihias (Boga, 2002).

    1. Bahan - Bahan Yang Mempengaruhi Kualitas Cake

    a. Tepung Terigu

  • Cake tidak memerlukan tepung terigu dengan kandungan protein

    tinggi (hard wheat). Tepung dengan kadar protein 7 9%, dengan butiran

    yang halus sangat cocok untuk untuk membuat cake dan kue kering. Terigu

    ini biasanya disebut dengan soft wheat atau terigu lunak. Kandungan

    proteinya yang rendah membantu selama proses pencampuran karena lebih

    mudah menyatu dengan bahan-bahan lain. Kekurangannya, tepung jenis ini

    tidak cocok untuk membuata roti (bread), ini dikarenakan kemampuan daya

    serap airnya kurang sehingga sulit diaduk dan difermentasikan (Sutomo,

    2007).

    b. Gula Menurut Desrosier (2008) dalam pembuatan cake, gula berfungsi

    sebagai pemberi rasa manis dan membentuk aroma yang khas. Aroma wangi

    gula terbentuk dari proses karamelisasi selama pembakaran. Bersamaan

    dengan proses karamelisasi, akan terbentuk reaksi browning atau warna

    kuning kecoklatan, reaksi ini menjadikan kerak dan remah cake menjadi

    lebih baik.

    Gula halus sangat mudah larut dengan bahan - bahan lain seperti

    lemak dan telur, yang nantinya akan menghasilkan cake yang halus dan

    teksturnya empuk. Gula pasir juga bisa digunakan, hal yang perlu

    diperhatikan jika menggunakan gula ini adalah, perbandingan yang sama

    antara telur dan gula. Hasil kocokan perbandingan 1:1 antara telur dan gula

    akan menghasilkan kekentalan adonan yang baik. Jika prosentase

    penggunaan gula lebih tinggi, biasanya cake akan turun bagian tengahnya.

    Lemak juga mempunyai pengaruh yang sama pada cake.

    c. Lemak Butter termasuk lemak yang paling baik dilihat dari sudut rasa.

    Aroma dan rasa yang gurih khas butter akan tercipta selama roses

    pembakaran. Kelemahanya hanya mutu pengadukan dan pengkremannya

    kurang selama proses mixing, hal ini menjadikan volume cake rendah

    dengan butiran remah yang kasar. Untuk menghasilkan cake yang baik,

    digunakan perbandingan 60% margarine dan 40% butter. Komposisi ini

  • akan meghasilkan cake dengan aroma harum, tekstur halus dan volume yang

    besar (Boga, 2002)

    d. Telur Telur mengandung lecithin yang mempunyai daya pengemulsi,

    sedangkan lutein meningkatkan warna pada cake. Kandungan protein yang

    tinggi dari telur akan meningkatkan kualitas gizi dari cake selain

    membentuk rasa gurih yang khas (Anonim, 2008)

    e. Bahan Pemberi Aroma Untuk cita rasa alami, gunakan aneka rempah bubuk seperti pala,

    bubuk jahe, coklat, kayu manis, cengkeh dan lain - lain. Selain lebih aman

    karena terbuat dari bahan alami, rempah - rempah ini juga tidak

    mempengaruhi formulasi adonan karena teksturnya serbuk dan jumlah

    penggunaanya sedikit.

    f. Bahan Pengembang Pada prinsipnya bahan pengembang dibagi dua, yaitu yang

    berbentuk serbuk seperti baking powder dan yang pasta seperti ovalet.

    Pengembang serbuk sebaiknya dicampur dengan tepung terigu kemudian

    diayak. Untuk pengembang yang berbentuk pasta sebaiknya ditambahkan

    pada saat 10 menit terakhir pengocokan telur dengan gula, atau lemak

    dengan gula (Sutomo, 2007)

    D. Kadar Serat Menurut Lisdiana (1998) serat makanan adalah bagian dari makanan yang

    berasal dari tumbuhan (nabati) yang tidak dapat diurai oleh enzim - enzim

    pencernaan, tetapi sebagian dapat diuraikan dalam usus besar oleh mikroflora. Setelah

    zat - zat gizi makanan nabati diserap oleh usus maka terdapat sisa yang tidak dapat

    dicerna, bagian ini disebut dengan serat yang akhirnya tertinggal diusus besar.

    Sifat serat pangan menaikkan viskositas digesta, memiliki Kapasitas

    Pengikatan Air (Water Holding Capacity) yang tinggi. Terfermentasi di dalam usus

    besar menghsailkan SCFA (Short Chain Fatty Acids atau asam lemak rantai pendek).

  • Bersifat Penukar Ion (Cation Exchange), mempunyai kemampuan absorpsi molekul

    organic (Rahmawati, 2007)

    Serat kasar ( crud fiber ) digunakan dalam analisis proksimat bahan pangan,

    yaitu dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia (asam sulfat

    dan natrium hidroksida). Sementara itu, deatary fiber adalah semua yang termasuk

    polisakarida dan yang tidak dapat dihidrolisis oleh kerja enzim-enzim pencernaan

    usus manusia. Dietari fiber atau serat dalam makanan biasanya beberapa kali lipat

    intake crude fiber, termasuk unavailable carbohydrates.

    E. Kadar HCN Menurut Manik (2003) HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan

    asfiksia. Asam ini akan mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan

    jalan mengikat enzyme sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, O2 tidak

    dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan O2

    akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada

    permukaan suatu tingkat stimulasi dari pada susunan saraf pusat yang disusul oleh

    tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan

    pernafasan kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler.

    Penyebab keracunan singkong adalah HCN yang terkandung di dalamnya.

    Bergantung pada jenis singkong kadar HCN berbeda - beda. Namun tidak semua

    orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar

    HCN yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara

    pengolahannya. Dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam

    jangka waktu tertentu, kadar HCN dalam singkong akan berkurang oleh karena HCN

    akan larut dalam air (Manik, 2003).

    Kadar HCN paling tinggi ada pada bagian paling luar umbi. Untuk

    menghindari keracunan singkong dapat dilakukan dengan memilih varietas singkong

    yang mengandung sedikit HCN dan mempersiapkan singkong sebelum dimasak,

    misalnya dengan mengiris - iris lebih dahulu kemudian direndam atau dialiri air

    selama 12 jam. Cara ini akan menghilangkan HCN sebanyak 67% dari umbinya.

    Merebus daun singkong akan menghilangkan 95% HCN. (Rukmana, 1997)

  • F. Daya Kembang Cake Tingkat pengembangan cake ditentukan dengan cara mengukur volume cake

    sebelum dan sesudah diolah. Pengembangan chiffon cake kulit singkong berkaitan

    erat dengan komposisi chiffon cake tersebut. Komposisi tersebut adalah tepung terigu.

    Tepung terigu merupakan sturktur pokok atau bahan pengikat didalam semua

    formula cake. Bahan yang digunakan untuk memproduksi cake memiliki pengaruh

    pengikat dan pengeras yang berbeda - beda terhadap adonan cake. Untuk perbedaan

    ini disebabkan oleh varietas gandum, tehnik penggilingan, dan perlakuan

    penggilingan. Pengaruh pengerasan terhadap adonan cake dijumpai pada tepung yang

    digiling dari varietas gandum yang berbeda bada. Pada gandum lunak terentang

    antara 7 - 10 persen. Keadan ini menciptakan suatu sistem yang akhirnya

    menghasilkan tekstur cake yang lebih lunak, dan lebih beremah (Desrosier, 2008).

    Secara garis besar ada dua jenis tepung gandum yaitu tepung gandum keras

    (strong flour) dan tepung gandum lunak (soft flour). Tepung gandum keras biasanya

    digunakan untuk membuat roti dan produk - produk yang dibuat dengan melibatkan

    proses fermentasi serta puff pastry. Tepung terigu lunak biasanya digunakan untuk

    membuat biskuit dan kue.

    Perbedaan utama tepung terigu keras dan tepung terigu lunak terletak pada

    kandungan glutennya, dimana tepung terigu keras mengandung gluten sekitar 13

    persen sedangkan tepung terigu lunak kandungan glutennya sekitar 8,3 persen. Gluten

    inilah yang bertanggung jawab terhadap sifat pengembangan adonan tepung terigu

    setelah ditambah air dan ditambah bahan pengembang atau difermentasi dengan

    menggunakan ragi.

    Pada pembuatan tepung gandum seringkali ditambahkan bahan-bahan aditif

    yang berfungsi untuk meningkatkan sifat - sifat tepung gandum yang dihasilkan.

    Salah satu bahan aditif yang dapat ditambahkan pada pembuatan tepung gandum

    yaitu L - sistein (biasanya dalam bentuk hidrokloridanya) yang berfungsi sebagai

    improving agent (meningkatkan sifat - sifat tepung gandum yang diinginkan). Sistein

    dapat melembutkan gluten (protein utama gandum yang berperan dalam

    pengembangan adonan yang dibuat dari tepung gandum), dengan demikian adonan

  • Selain pada tepung terigu, gula, margarin, kuning telur juga memiliki sifat

    sebagai pengemulsi dan pengempuk. Perbaikan rasa dan warna membantu membuat

    susunan, meningkatkan rasa dan butirannyamenjadi lebih halus dan lembut ( Wheat,

    Associates, 1981)

    G. Sifat Organoleptik Untuk mutu rasa, warna, tekstur, dan aroma pada chiffon cake secara umum

    adalah sebagai berikut: Rasa, chiffon cake memiliki rasa manis yang ditimbulkan oleh

    gula, susu; Warna, warna chiffon cake yang dihasilkan warna coklat kekuning -

    kuningan merupakan hasil proses yang timbul akibat pemanggangan adonan dalam

    oven; Aroma, chiffon cake aromanya adalah harum, khas pada Chiffon cake tersebut

    sesui dengan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan; Tekstur, chiffon cake

    yang baik memiliki tekstur yang lembut dan empuk atau tidak keras (Boga, 2002).

    Faktor- faktor yang mempengaruhi sifat organoleptik cake yang terdiri dari

    warna, aroma, rasa dan tekstur adalah bahan baku pembuatan cake, antara lain:

    Tepung terigu, telur, gula, baking pawder, shortening dan krim tartar. Telur memiliki

    protein telur yang bergabung dengan gluten dapat membentuk dinding sel dan

    menyebabkan penjebakan selama pencampuran. Mart (1960) dalam Desrosier (2008)

    menyebutkan di dalam angel food cake, seluruh pengaruh peragian diperoleh dari

    udara yang terbungkus putih telur selama pengocokan kuat, sedangkan protein telur

    sendiri dalam lapisan tipis tidak memiliki kekuatan mekanis cukup kuat untuk

    menahan pengembangan oleh oven, mereka juga tidak mendukung tekstur yang

    dihrapkan oleh cake. Telur menunjang cita rasa dan merupakan pewarna yang

    penting. Kuning telur memiliki sifat sebagai pengemulsi dan pengempuk.

    Gula memiliki sifat pengempuk pada tekstur cake dan memperbaiki warna

    kulit, selain itu gula membantu mentega untuk menangkap dan mengikat udara.

    Dalam cake sakarosa tetap utuh selama tahap pemanggangan. Gula juga membantu

    menahan air dalam remah dan menghambat pemampatan. Bila kadar gula meningkat,

    adonan menjadi lebih cair, maka dalam keadaan ini jumlah udara yang terperangkap

  • akan menjadi berkurang. Baking powder memiliki penegaruh untuk menaikkan atau

    mengembangkan cake pada saat dipanggang (Boga, 2002).

    Sortening atau lemak memiliki sifat sebagai pelumas dalam pencegahan

    pengembangan protein yng berlebihan selam lemak juga

    mempengaruhi pengkerutan dan pengempukan dipanggang.

    Sedangkan untuk krim tartar ditambahkan keti

    mengembang, kaku dan tidak mudah mengemp

    (Desrosier, 2008).

    H. Kerangka Konsep

    Ch

    p J S

    s

    Subtitusi tepung kulit singkong 0%, 5%, 10%,15% dan 20%.

    KadDaySifaa pembuatan adonan,

    terhadap produk yang ka mengocok putih telur agar tetap

    is sebelum tau sesudah dipanggang

    iffon cake kulit singkong

    singkong

    engovenan enis kulit singkong uhu pengopenan 1800 C elam 45 menit

    ar serat a kembang t organoleptik (daya terima )

  • Keterangan :

    = Variabel yang dikendalikan

    = Variabel pengaruh

    = Variabel yang terpengaruh (Dependen)

    I. HIPOTESIS

    Ada pengaruh subtitusi tepung kulit singkong terhadap kadar serat, daya

    kembang dan sifat organoleptik produk chiffon cake tepung kulit singkong.