17
KACA DAN ARSITEKTUR Tinjauan Bangunan Masa Gothik dan Modern Makalah AR – 406 : Bahan dan Arsitektur Disusun oleh : Rahmat Gusriharso 15295006 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung 1999

kacadanaristektur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

coba

Citation preview

  • KACA DAN ARSITEKTUR

    Tinjauan Bangunan Masa Gothik dan Modern

    Makalah AR 406 : Bahan dan Arsitektur

    Disusun oleh :

    Rahmat Gusriharso

    15295006

    Jurusan Teknik Arsitektur

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Institut Teknologi Bandung

    1999

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 1 -

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Arsitektur telah berkembang seiring dengan perkembangan

    peradaban manusia. Pada awalnya, arsitektur hanya berkisar pada tempat

    tinggal (dwelling). Kehidupan komunal manusia memunculkan organisasi

    sosial dengan perangkat-perangkat sosialnya. Hal itu memunculkan fungsi

    baru. Kebutuhan, ruang (space) dan tempat (place), untuk mengakomodir

    fungsi baru tersebut memunculkan manifestasi arsitektural yang

    baru.Bahan/material bangunan yang digunakan adalah salah satu hal yang

    merasakan perkembangan arsitektur tersebut.

    Pemuasan suatu kebutuhan tidak akan menghentikan

    kebutuhan manusia yang lain. Berbagai kebutuhan akan muncul

    berbarengan ataupun serial. Pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak

    pernah berhenti ini berdampak pula pada bidang arsitektur (termasuk

    material bangunan). Pemenuhan fungsional bangunan pada awalnya

    merupakan hal dasar pemilihan material bangunan, tapi kemudian

    kebutuhan akan (misalnya) kenyamanan visual menjadi aspek yang dituntut

    pada suatu bangunan.

    Kaca adalah bahan bangunan yang telah lazim dipakai pada masa

    ini. Kaca mengakomodir kebutuhan fungsional (memasukkan cahaya),

    estetis, ekspresi bangunan, dan lain-lain. Dan kaca telah mengalami evolusi

    dan revolusi seiring waktu.

    1.1 Definisi Kaca

    Kaca adalah benda amorf (tak berbentuk), namun bukanlah benda

    padat. Dalam sistem penggolongan klasik : tiga keadaan materi (gas,

    cair,padat), kaca tidak akan mendapat tempat, karena kaca seperti halnya

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 2 -

    karet, plastik, sel hidup menempati penggolongan keempat yaitu materi

    yang menggabungkan rigidnya benda padat dengan struktur molekul acak

    benda cair. Sering disebut sebagai keadaan vitreous atau seperti-kaca.

    Ketika mendingin, atom -atomnya tetap pada keadaan acak seperti

    kala cair, tetapi dengan kohesi yang cukup untuk membuatnya rigid. Itulah

    sebab mengapa kaca transparan.

    The American Society for Testing and Materials mendefinisikan kaca

    sebagai ... an inorganic product of fusion which has cooled to a rigid

    condition without crystallizing."

    Kaca juga dikenal sebagai supercooled liquid. Kaca adalah material

    thermoplastic yang dapat dibentuk pada temperatur di atas 2300 F

    (1261 C). Dalam keadaan cairnya cair, kaca merupakan persenyawaan

    kimia, tetapi jika dibiarkan lama dalam keadaan cair ini, maka beragam

    senyawa itu akan menghablur. Ketika menghablur, kaca dapat disebut

    membeku. Untuk mencegah hal ini, kaca harus melewati temperatur

    kristalisasi secepat mungkin sehingga menjadi amorf (tidak mengkristal);

    benda solid yang keras, transparan, getas, dan lembam kimiawi.

    1.2 Komposisi

    Bahan dasar pembuatan kaca adalah pasir (silika), soda

    (sodium oksida), dan kapur (kalsium oksida). Namun ribuan campuran

    kimia yang berbeda dapat digunakan untuk membuat kaca. Formula yang

    berbeda memberi pengaruh pada sifat mekanik, elektrik, kimiawi, optik, dan

    termal kaca yang dihasilkan. Tidak ada komposisi tunggal yang berlaku

    pada semua jenis kaca.

    Kaca, umumnya, mengandung: formers, fluxes, dan stabilizers.

    Formers merupakan persentase terbesar dari campuran. Untuk kaca soda-

    kapur-silika, former-nya adalah silika dalam bentuk pasir.

    Flux menurunkan temperatur hingga suhu di mana former akan mencair.

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 3 -

    Soda dan Kalium (Kalium karbonat), keduanya adalah alkali, merupakan

    flux yang umum dipakai. Kaca Kalium sedikit lebih rapat daripada Kaca

    Soda.

    Stabilizers membuat kaca kuat dan tahan air. Kalsium karbonat, sering

    disebut calcined limestone, adalah suatu stabilizer. Tanpa stabilizer, air dan

    kelembaban menyerang dan melarutkan kaca. Kaca yang kekurangan

    kapur biasa disebut waterglass.

    1.3 Kaca Alami

    Kaca juga ditemukan di alam. Terdapat bermacam jenis yang

    terbentuk dengan cara yang berbeda, yaitu: obsidian, tektites, fulgurite.

    Obsidian terbentuk oleh aksi vulkanis dan bisa ditemukan di banyak

    tempat. Obsidian terbentuk ketika lava panas membeku dengan cepat

    setelah mencapai permukaan tanah menyatukan silika membentuk

    kacakeras. Karena ketidakmurnian alami, kaca yang dihasilkan pun

    beragam, hitam pekat, ataupun sangat merah atau hijau tua.

    Tektites berbentuk bulat, kecil, hasil dari meteor yang menabrak

    bumi. Tektites ditemukan di Cekoslowakia, Indonesia, Vietnam, Australia,

    Amerika Serikat, dan lain-lain. Tektites dan obsidian dapat dibentuk dan

    digunakan oleh manusia primitif sebagai mata tombak, mata panah, pisau,

    dan pemotong sejak 75000 tahun SM.

    Fulgurites terbentuk oleh petir yang menghantam pantai atau gurun.

    Hasilnya berupa silinder kasar, getas, dan tipis.

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 4 -

    BAB II

    PEMBUATAN KACA

    2.1 Metode Awal Pembuatan Kaca

    Kaca buatan telah dikenal di Syria sekitar 3000 tahun SM.

    Awalnya berupa manik-manik kaca (bejana berceruk baru muncul pada

    1500 SM). Core-moulding adalah metode paling awal pembuatan kaca.

    Bagian tengah dicetak dengan tanah liat, ditegaskan dengan batang besi,

    diberi bentuk sesuai yang diinginkan kemudian diubah menjadi kaca cair.

    Secara konstan, kaca cair itu dipanaskan kembali dan bentuknya

    dihaluskan dengan cara digulung di atas batu datar. Kemudian diberi

    hiasan dengan menambahkan kaca berbeda warna. Setelah dingin, tanah

    liat di tengah ditarik keluar meninggalkan ceruk. Jadilah sebuah bejana

    berceruk.

    Bangsa Mesir mempelajari teknik pembuatan kaca dari bangsa Syria

    guna membuat manik-manik dan botol kecil. Industri kaca berkembang di

    Mesir dan Mesopotamia hingga sekitar 1200 SM, dan kemudian perlahan

    berhenti selama beberapa ratus tahun. Di abad ke sembilan SM, Syria dan

    Mesopotamia terkenal sebagai pusat pembuatan kaca dan industri ini

    menyebar sepanjang wilayah Mediterrania. Pada masa Hellenistik, Mesir,

    dikarenakan industri kaca di Alexandria, menghias istana dengan kaca-

    kaca indah.

    Pliny (23 79 M), sejarawan Romawi, mengisahkan serombongan

    pelaut Phoenicia* mendarat di suatu pantai berpasir di tepi sungai di Syria,

    * Phoenicia: daerah di Lebanon (sekarang)

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 5 -

    menyiapkan makan siang dan menggunakan natron* (soda, Na) yang

    merupakan muatan kapal sebagai wadah memasak. Mereka terkejut

    ketika mendapatkan pasir di bawah api mencair kemudian membeku dan

    mengeras menjadi kaca. Suatu kebetulan yang terjadi sekitar 300 tahun

    SM.

    Penemuan pipa tiup memungkinkan untuk menghasilkan kaca-kaca

    dengan bentuk yang lebih baik. Pipa tiup telah digunakan selama 2000

    tahun untuk menghasilkan bejana, globe, vas, dan bermacam benda-benda

    kaca lainnya. Pipa tiup berupa pipa besi panjang. Di salah satu ujungnya

    dipasanglah kaca cair, dan gumpalan kaca yang mulai segera mengeras,

    dimasukkan ke cetakan; kemudian kaca ditiup hingga mengembang

    mengikuti bentuk cetakan.

    Bangsa Romawi memproduksi beragam benda kaca dan

    memasarkannya ke seluruh kekaisaran. Mereka mengembangkan proses di

    mana kaca dihamparkan menjadi lembaran tipis yang kemudian dipotong

    kecil-kecil untuk mosaik. Lembaran kaca semi-buram digunakan untuk

    menutup bukaan dinding; pertama kalinya kaca digunakan sebagai jendela.

    Kaca jernih pertama diproduksi di Venesia sekitar 1000 M. Kaca untuk di

    jendela dibuat dengan cara ditiup menjadi bentuk silinder, kemudian silinder

    itu dipotong selagi panas dan dihamparkan pada permukaan halus. Ukuran

    dan kualitas kaca dengan metode ini sangat terbatas.

    2.2 Beberapa Metode Pembuatan Kaca Jendela

    Sebelum abad ke-18 kaca jendela adalah barang mewah. Hanya

    orang kaya yang bisa memakainya di jendela. Orang kebanyakan hanya

    memakai daun jendela, kulit atau tanduk binatang. Setelah pabrik membuat

    kaca yang lebih murah melalui proses crown dan silinder, jendela menjadi

    * Natron : suatu alkali; soda alami yang menguap alami ditemukan sekitar pinggir

    danau di Wadi Natroun, Mesir digunakan untuk proses mummifikasi Mesir kuno.

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 6 -

    lebih besar ukurannya. Dengan metode tiup (blowing method), memang

    masih sedikit yang memiliki kaca jendela namun pada masa Georgian

    hampir tiap orang memilikinya meski kenaikan pajak atas kaca

    menghambat industri ini sampai 1845.

    2.2.1 Plate glass (kaca tebal lagi bening)

    Bangsa Romawi membuat kaca datar dengan menhamparkan gelas

    panas pada meja datar. Ini menghasilkan kaca jendela yang tidak rata dan

    kurang transparan. Kaca bening pertama kali diproduksi si St. Gobain,

    Perancis, tahun 1668, dengan metoda broad glass meniup silinder gelas

    panjang, merobek sisi panjangnya dan menghamparkannya membentuk

    segiempat. Setelah di-annealing (proses menguatkan gelas dengan cara

    dipanasi kemudian didinginkan), kemudian kaca tersebut digosok di kedua

    sisinya. Kualitas broad glass tidak baik dan segera tergusur oleh kaca

    dengan proses crown .

    2.2.2 Crown Glass

    Kaca jendela crown glass dibuat dengan mengumpulkan gelas beku

    dalam pipa tiup dan meniupnya menjadi bola besar. Sebuah batang besi

    yang disebut pontil dikenakan pada bola sehingga retak. Bola gelas itu

    kemudian dipanasi kembali dan diaduk cepat hingga terbuka menjadi

    piringan cembung tipis. Diameternya lebih dari satu meter yang disebut

    table. Kemudian table ini dipisahkan dari pontil dan didinginkan bertahap di

    tungku annealing. Setelah dingin, kaca jendela crown atau table

    kemudian dipotong dan dapat menghasilkan sekitar satu meter persegi

    kaca.

    Pada kaca ini tidak jarang didapati bercak hijau pucat yang tersebar

    tidak merata. Bagian kaca yang bersentuhan dengan pontil (disebut bullion)

    merupakan sisa yang terkadang dimanfaatkan pula sebagai kaca kualitas

    kedua yang tentu dijual lebih murah. Seiring perjalanan waktu, bullion glass

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 7 -

    kemudian menjadi mode/trend sebagai detail. Sisi crown glass yang

    merupakan sisa, juga dimanfaatkan : dipotong menjadi kaca jendela yang

    lebih kecil.

    The Crystal Palace

    Pabrik mulai mengembangkan metode silinder dalam pembuatan

    kaca sehingga dapat dihasilkan lembaran kaca yang lebih lebar. Hal ini

    memungkinkan dibangunnya Crystal Palace, bangunan kaca bergaya

    Victoria. Adalah Chance bersaudara dari Birmingham yang

    memperkenalkan metoda silinder ke Inggris. Mereka memproduksi hampir

    satu juta meter persegi kaca silinder untuk Crystal Palace.

    2.2.3 Metode silinder yang telah dikembangkan

    Metode ini mirip dengan metode broad glass. Sebuah silinder kaca

    lebar ditiup dan diayun serta didinginkan sebelum dibelah dengan permata.

    Kemudian dipanaskan kembali dalam tungku khusus dan diratakan

    permukaannya. Tahun 1871, William Pilkington menemukan mesin yang

    mengambil alih pekerjaan mengayun dan memutar silinder kaca sehingga

    mampu menghasilkan lembaran kaca yang lebih besar lagi.

    Semua hand-made methods memungkinkan mekanisasi produksi

    lembaran kaca. Tahun 1959, Alistair Pilkington dari Pilkington Glass

    Company memperkenalkan float glass process. Kaca cair dengan suhu

    sekitar 1000 derajat centigrade secara kontinu dituangkan dari tungku ke

    wadah berisi metal cair, biasanya timah. Gelas akan mengambang di atas

    timah, menyebardan membentuk permukaan dengan suatu ketebalan.

    Ketebalan ini diatur oleh kecepatan dituangkannya kaca cair ke wadah.

    Setelah proses annealing terbentuklah kaca yang diinginkan. Dengan cara

    ini kaca bisa diproduksi lebih cepat dan hanya sedikit lebih mahal daripada

    proses konvensional (grinding and polishing) . Hasilnya, banyak produsen

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 8 -

    kaca yang beralih ke float process, dan saat ini 90% dari kaca datar di

    dunia dibuat dengan proses ini.

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 9 -

    BAB III

    KACA DALAM BANGUNAN

    3.1 Kaca Pada Bangunan Gothik

    Seiring dengan keberhasilan Gereja Romawi menguasai Eropa,

    kekuasaannya juga diekspresikan melalui arsitektur yang mengagungkan

    keberhasilannya : Gothik. Gothik berkembang di Paris, selama abad ke 11

    12 M. Pada masa ini, uskup sangatlah berpengaruh, dipatroni oleh raja

    dan bangsawan. Tidak heran bila kemudian dibangunlah katedral-katedral

    besar.

    Pada zaman Gothik inilah, untuk pertama kalinya, kaca digunakan

    sebagai jendela yaitu pada bangunan katedral.

    - Sistem Gothik memperkenalkan tiga elemen baru yaitu pointed arch,

    flying buttress, dan ribbed vault. Dengan sistem ini maka pointed arch

    dapat dibuat curam ataupun landai sesuai kebutuhan. Dinding yang

    berat dan besar (zaman Romanesk) dapat dihilangkan karena atap

    dapat disangga oleh flying buttress. Teknologi batu mulai berkembang

    ke pengetahuan tekan-tarik dan keseimbangan. Kolom menjadi lebih

    langsing. Struktur yang lebih langsing ini memungkinkan untukmembuat

    bukaan yang lebih lebar sehingga dipakailah kaca sebagai jendela.

    - Gothik menyimbolkan sintesis Kemanusiaan, Tuhan, dan Alam. Gereja

    percaya bahwa Tuhan menampakkan diri-Nya melalui ciptaan-Nya,

    melalui manusia dan alam. Bangunan gereja menjadi citraan alam,

    imitasi bentuk tumbuhan, daun, bunga, palem, dan kisah asal mula

    bumi. Keseluruhan katedral, di luar dan di dalam, mengajarkan citraan

    Surga di Bumi, Kota Surga, Perjamuan Terakhir, Jesus dan para

    apostel, dan sebagainya.

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 10 -

    Untuk keperluan simbolis ini, elemen kaca memberikan kontribusi

    penting. Pada bagian dalam katedral, kuatnya kesan vertikal struktur

    membagi ruanga bagaikan diagram matematika ataupun ritme musik,

    melambangkan keteraturan Tuhan akan kemanusiaan dan alam. Di

    atas terdapat Vault of Heaven yang disinari oleh jendela kaca di atas

    nave. Cahaya memiliki makna khusus : Tuhan, keindahan, dan

    penerangan.

    Kaca yang digunakan adalah kaca patri (stained glass). Kaca

    dipotong kecil-kecil dan disusun menjadi mosaik. Teknologi kaca ini belum

    baik sehingga setelah bertahun-tahun, kohesi antar atomnya berkurang;

    dan secara mikroskopis, kaca meleleh dan menumpuk di bawah.

    3.1.1 Kaca patri (stained glass)

    Sejarah Awal

    Teknik mewarnai kaca telah dikenal di Mesir dan Mesopotamia pada

    millenium ketiga SM. Seribu tahun kemudian, kacajernih berwarna dicetak,

    dan pada abad pertama masehi, para pembuat kaca bangsa Romawi telah

    menguasai seni kaca tiup. Kacajernih diproduksi pada masa Kristian Awal

    (300 750 M), dan jendela kaca berwarna dengan kusen kayu dibuat pada

    sekitar abad ke-6 ke-7. Sejak abad kedelapan hingga dua belas, dinding

    bangunan Islam terkadang telah memakai jendela tembus pandang.

    Stained glass bergambar pertama muncul pada abad ke-9, meskipun

    informasi ini hanya diketahui dari catatan tertulis. Artefak paling awal adalah

    yang menggambrakan kepala Jesus, pada biara Lorsch di Rhineland dan

    Wissembourg, Alsace (sekarang Perancis); dari beragam tahun yaitu antara

    abad kesembilan hingga kesebelas.Artefak paling awal dunia Barat yang

    Nave : bagian tengah gereja/katedral.

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 11 -

    masih tersisa adalah lima jendela (awal abad ke-12) yang bergambarkan

    nabi-nabi Perjanjian Lama di katedral Augsburg, Jerman Barat.

    Material dan teknik

    Teknik pembuatan stained-glass telah berkembang sejak pertama

    kali ditemukan abad ke-11 M. Mula-mula artis membuat sketsa desain dan

    kemudian membuat gambar rencana ukuran sebenarnya dengan memberi

    titik-titik sebagai tanda. Potongan-potongan kaca berbagai warna diletakkan

    di gambar rencana itu.

    Potongan-potongan kaca itu disambungkan satu sama lain sesuai

    susunannya. Kaca jendela yang telah jadi kemudian dipasangkan pada

    bingkai/lubang jendela yang disebut armatur. Cara ini dipakai pada jendela

    abad ke-12. Pada abad ke-13 bentuk jendela mulai beragam : lingkaran,

    lozenges, quatrefoils, dan kombinasinya.

    Warna kaca didapat dengan mencampurkan metal oksida ke dalam

    kaca cair saat peleburan. Warna biru didapat dengan campuran kobalt,

    merah dari oksida tembaga, hijau dari biooksida tembaga, ungu dari

    mangan dicampur kobalt, dan kuning dari mangan dan oksida besi.

    Permukaan kaca, dekorasi, dan tulisan dilukiskan dengan grisaille, sebuah

    porselen coklat muda yang dipanggang di atas kaca. Kaca dibentuk dengan

    cara silinder yang dibelah dan didatarkan , disebut muff glass, ataupun

    dengan cara , memutarnya sentrifugal menjadi piringan tebal di pusat,

    disebut crown glass. Gelembung, cacat, dan berbagai ketidakteraturan

    mendifusskan cahaya.

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 12 -

    3.2 Kaca pada Fagus Factory

    Meskipun kaca telah sering digunakan sebagai elemen bangunan,

    namun Walter Gropius (1883 1969) - lah yang memunculkan konsepsi

    revolusioner : untuk pertama kali kaca digunakan sebagai dinding yang

    membungkus struktur rangka. Gropius yang mendirikan Bauhaus memuja

    material baru saat itu. Sementara murid-murid Beaux Arts menggunakan

    material batu dalam proyek-proyek rancangannya, para murid Bauhaus

    merancang proyek bermaterialkan beton, baja, dan kaca. Gropius adalah

    arsitek pertama yang mengembangkan Estetika Mesin.

    Pada akhir abad ke-19 teknologi konstruksi memungkinkan

    penggunaan balok baja bentang lebar. Baja segera menggantikan besi

    untuk struktur rangka yang kemudian ditutup dengan batu atau bata untuk

    memunculkan muka bangunan yang konvensional.

    Hal itu, bagi Gropius adalah suatu ketidakjujuran. Pada bangunan

    Fagus Shoe Factory, Gropius mendesain seluruh dinding luar sebagai

    membran kaca sehingga struktur rangkanya dapat terlihat; sesuai dengan

    semangat kejujuran struktur. Dihindari pojok bangunan yang solid untuk

    menghadirkan kesan benar-benar transparan. Fagus Factory

    mengilustrasikan bangunan pada zamannya : tipis, ringan, telanjang,

    mewah, bersih, dan keindahan material.

    Terhadap penggunaan kaca ini, Gropius mengatakan: Modern

    material such as iron and glass, with their transparent incorporeality,

    seemed incompatible with the goal of corporeality in architecture. Tetapi

    Gropius percaya, seperti yang ia buktikan pada Fagus factory itu, bahwa

    Here, too, artistic will sweep away seemingly insurmountably difficulties

    and, with inspired artfulness, wrests the impression of corporeality from

    unsubstantial materials...Artistic potential lies in every material. Modern

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 13 -

    products were at first unjustly viewed as inferior surrogates for other

    materials."

    Lebih jauh Gropius mengungkapkan bahwa bukan hanya orang yang

    lewat yang terimpresi oleh bangunan pabrik ini, juga para pekerja di

    dalamnya yang tidak hanya mendapatkan cahaya, air, dan kejernihan,

    tetapi juga konsepsi bangunan yang akan membantu mereka menghayati

    semangat industrialisme.

    3.3 Kaca pada bangunan karya Mies Van Der Rohe

    Mies Van Der Rohe (1886 1969) salah satu arsitek pengembang

    Estetika Mesin. Aporismenya yang terkenal : Less Is More benar-benar

    diterapkan pada rancangannya sebagai suatu desain yang sangat

    ekonomis. International Style : universal, ringan, dan simple, diterapkannya

    melalui manipulasi penggunaan kaca.

    Kaca dominan ditampilkan pada rancangan German Pavilion pada

    International Exhibition di Barcelona, 1929. Pula pada Edith Farnsworths

    House di Plano (1946 1951) dan Crown Hall di kampus Illinois Institute of

    Technology (1950 1956), Chicago. Bangunan sederhana, bentuk dasar

    kotak, dengan material beton dan kaca. Berkesan ringan karena ekspresi

    kaca yang digunakan sebagai bagian bawah bangunan (bawah ringan, atas

    berat).

    Ketertarikan Mies pada kaca memang serius. Tahun 1919 ia

    membuat sketsa tower setinggi 20 lantai yang dibungkus penuh oleh kaca.

    Ia meletakkan dasar bagi glass-and-metal-tower masa kini. Mies bahkan

    melakukan studi efek refleksi oleh kaca pada lekukan fasade bangunan.

    Gossel, Peter dan Leuthauser, Gabriel, Architecture in the Twentieth Century,

    Germany: Benedikt Taschen, 1991, hal. 99. Ibid, hal. 95

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 14 -

    I placed the glass wall at slight angles to each other to avoid the monotony

    of overlarge glass surfaces, ujar Mies . I discovered by working with actual

    glass models that the important thing is the play of reflection and not the

    effect of light and shadow, as in ordinary buildings.**

    Setahun kemudian Mies membuat Glass Skyscraper Project yang

    tingginya 30 lantai. Proyek kedua ini lebih luar biasa dari yang pertama:

    bentuk denahnya lebih kompleks, tiap lantai ditutupi oleh curtain-glass

    mengikuti bentuk kurva denah. Dengan bentuk denah itu, Mies bermain-

    main dengan refleksi kaca.

    Kedua proyek ini merupakan langkah penting bagi dunia arsitektur

    karena: pertama, sebelumnya memang sudah ada bangunan yang

    menggunakan kaca tetapi belum pernah ada yang radikal: all-glass; kedua,

    the glass skyscrapers benar-benar jujur: jujur akan struktur, jujur akan

    kesederhanaan, kejelasan, dan ekspresi estetis.

    Melalui manipulasi kaca skyscraper, Mies Van Der Rohe

    mempelopori teknologi curtain wall.

    **Blake, Peter, The Master Builder : Le Corbusier, Mies Van Der rohe, Frank

    Lloyd Wright, New York, Borzoi Book, 1961, hal. 167.

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 15 -

    BAB IV

    PENUTUP

    Kaca adalah bahan bangunan yang telah lazim dipakai pada masa

    ini. Kaca mengakomodir kebutuhan fungsional (memasukkan cahaya),

    estetis, ekspresi bangunan, dan lain-lain. Kaca telah digunakan sejak

    zaman Syria hingga sekarang.

    Teknologi pembuatan dan penerapan kaca tentu berkembang. Dari

    penggunaan kaca alami, teknologi awal Syria,Mesir, dan Romawi hingga

    metode modern float process.

    Pemakaian kaca pada bangunan dimulai pada zaman Gothik. Kaca-

    kaca patri (stained glass) jendela katedral Gothik begitu mempesona. Kaca

    pada bangunan pabrik karya Walter Gropius telah menginspirasikan

    revolusi pemilihan material. Ekspresi bangunan : transparansi dan kesan

    ringan bangunan-bangunan karya arsitek modernisme seperti Mies Van de

    Rohe mendunia melalui permainan kaca. Revolusi teknologi konstruksi

    curtain wall bermula dari pemanfaatan kaca.

    Hingga sekarang dan ke depan, kaca menjadi material standar pada

    bangunan.

  • AR-406 Bahan & Arsitektur

    Rahmat Gusriharso - 15295006

    _________________________________________________

    __________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur

    `- 16 -

    DAFTAR REFERENSI

    Gssel, Peter dan Leuthuser, Gabriele, Architecture in Twentieth Century,

    Benedikt Taschen, Germany 1991.

    Blake, Peter, The Master Builder : Le Corbusier, Mies Van Der Rohe, Frank

    Lloyd Wright, Borzoi Books, New York 1961.

    Watson, Don. A, Construction Material & Processes, McGraw-Hill Book

    Company, USA 1978.

    Jencks, Charles, Architecture Today, Academy Editions, London 1988.

    Hellman, Louis, Architecturefor Beginner, Writers And Readers, London

    1986.

    Smithson, Alison dan Peter, The Heroic Period of Modern Architecture,

    Thames and Hudson, London 1981.

    Gropius, Walter, Apollo in Democracy, McGraw-Hill Book Company, USA

    1968.

    Snyder, James C., dan Catanese, Anthony J., Introduction to Architecture

    Today, McGraw-Hill Book Comapany, London 1979.

    http://www.pennynet.org/glmuseum/corningm.htm"