Upload
erwinbrs
View
12
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
coba
Citation preview
KACA DAN ARSITEKTUR
Tinjauan Bangunan Masa Gothik dan Modern
Makalah AR 406 : Bahan dan Arsitektur
Disusun oleh :
Rahmat Gusriharso
15295006
Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Bandung
1999
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 1 -
BAB I
PENDAHULUAN
Arsitektur telah berkembang seiring dengan perkembangan
peradaban manusia. Pada awalnya, arsitektur hanya berkisar pada tempat
tinggal (dwelling). Kehidupan komunal manusia memunculkan organisasi
sosial dengan perangkat-perangkat sosialnya. Hal itu memunculkan fungsi
baru. Kebutuhan, ruang (space) dan tempat (place), untuk mengakomodir
fungsi baru tersebut memunculkan manifestasi arsitektural yang
baru.Bahan/material bangunan yang digunakan adalah salah satu hal yang
merasakan perkembangan arsitektur tersebut.
Pemuasan suatu kebutuhan tidak akan menghentikan
kebutuhan manusia yang lain. Berbagai kebutuhan akan muncul
berbarengan ataupun serial. Pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak
pernah berhenti ini berdampak pula pada bidang arsitektur (termasuk
material bangunan). Pemenuhan fungsional bangunan pada awalnya
merupakan hal dasar pemilihan material bangunan, tapi kemudian
kebutuhan akan (misalnya) kenyamanan visual menjadi aspek yang dituntut
pada suatu bangunan.
Kaca adalah bahan bangunan yang telah lazim dipakai pada masa
ini. Kaca mengakomodir kebutuhan fungsional (memasukkan cahaya),
estetis, ekspresi bangunan, dan lain-lain. Dan kaca telah mengalami evolusi
dan revolusi seiring waktu.
1.1 Definisi Kaca
Kaca adalah benda amorf (tak berbentuk), namun bukanlah benda
padat. Dalam sistem penggolongan klasik : tiga keadaan materi (gas,
cair,padat), kaca tidak akan mendapat tempat, karena kaca seperti halnya
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 2 -
karet, plastik, sel hidup menempati penggolongan keempat yaitu materi
yang menggabungkan rigidnya benda padat dengan struktur molekul acak
benda cair. Sering disebut sebagai keadaan vitreous atau seperti-kaca.
Ketika mendingin, atom -atomnya tetap pada keadaan acak seperti
kala cair, tetapi dengan kohesi yang cukup untuk membuatnya rigid. Itulah
sebab mengapa kaca transparan.
The American Society for Testing and Materials mendefinisikan kaca
sebagai ... an inorganic product of fusion which has cooled to a rigid
condition without crystallizing."
Kaca juga dikenal sebagai supercooled liquid. Kaca adalah material
thermoplastic yang dapat dibentuk pada temperatur di atas 2300 F
(1261 C). Dalam keadaan cairnya cair, kaca merupakan persenyawaan
kimia, tetapi jika dibiarkan lama dalam keadaan cair ini, maka beragam
senyawa itu akan menghablur. Ketika menghablur, kaca dapat disebut
membeku. Untuk mencegah hal ini, kaca harus melewati temperatur
kristalisasi secepat mungkin sehingga menjadi amorf (tidak mengkristal);
benda solid yang keras, transparan, getas, dan lembam kimiawi.
1.2 Komposisi
Bahan dasar pembuatan kaca adalah pasir (silika), soda
(sodium oksida), dan kapur (kalsium oksida). Namun ribuan campuran
kimia yang berbeda dapat digunakan untuk membuat kaca. Formula yang
berbeda memberi pengaruh pada sifat mekanik, elektrik, kimiawi, optik, dan
termal kaca yang dihasilkan. Tidak ada komposisi tunggal yang berlaku
pada semua jenis kaca.
Kaca, umumnya, mengandung: formers, fluxes, dan stabilizers.
Formers merupakan persentase terbesar dari campuran. Untuk kaca soda-
kapur-silika, former-nya adalah silika dalam bentuk pasir.
Flux menurunkan temperatur hingga suhu di mana former akan mencair.
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 3 -
Soda dan Kalium (Kalium karbonat), keduanya adalah alkali, merupakan
flux yang umum dipakai. Kaca Kalium sedikit lebih rapat daripada Kaca
Soda.
Stabilizers membuat kaca kuat dan tahan air. Kalsium karbonat, sering
disebut calcined limestone, adalah suatu stabilizer. Tanpa stabilizer, air dan
kelembaban menyerang dan melarutkan kaca. Kaca yang kekurangan
kapur biasa disebut waterglass.
1.3 Kaca Alami
Kaca juga ditemukan di alam. Terdapat bermacam jenis yang
terbentuk dengan cara yang berbeda, yaitu: obsidian, tektites, fulgurite.
Obsidian terbentuk oleh aksi vulkanis dan bisa ditemukan di banyak
tempat. Obsidian terbentuk ketika lava panas membeku dengan cepat
setelah mencapai permukaan tanah menyatukan silika membentuk
kacakeras. Karena ketidakmurnian alami, kaca yang dihasilkan pun
beragam, hitam pekat, ataupun sangat merah atau hijau tua.
Tektites berbentuk bulat, kecil, hasil dari meteor yang menabrak
bumi. Tektites ditemukan di Cekoslowakia, Indonesia, Vietnam, Australia,
Amerika Serikat, dan lain-lain. Tektites dan obsidian dapat dibentuk dan
digunakan oleh manusia primitif sebagai mata tombak, mata panah, pisau,
dan pemotong sejak 75000 tahun SM.
Fulgurites terbentuk oleh petir yang menghantam pantai atau gurun.
Hasilnya berupa silinder kasar, getas, dan tipis.
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 4 -
BAB II
PEMBUATAN KACA
2.1 Metode Awal Pembuatan Kaca
Kaca buatan telah dikenal di Syria sekitar 3000 tahun SM.
Awalnya berupa manik-manik kaca (bejana berceruk baru muncul pada
1500 SM). Core-moulding adalah metode paling awal pembuatan kaca.
Bagian tengah dicetak dengan tanah liat, ditegaskan dengan batang besi,
diberi bentuk sesuai yang diinginkan kemudian diubah menjadi kaca cair.
Secara konstan, kaca cair itu dipanaskan kembali dan bentuknya
dihaluskan dengan cara digulung di atas batu datar. Kemudian diberi
hiasan dengan menambahkan kaca berbeda warna. Setelah dingin, tanah
liat di tengah ditarik keluar meninggalkan ceruk. Jadilah sebuah bejana
berceruk.
Bangsa Mesir mempelajari teknik pembuatan kaca dari bangsa Syria
guna membuat manik-manik dan botol kecil. Industri kaca berkembang di
Mesir dan Mesopotamia hingga sekitar 1200 SM, dan kemudian perlahan
berhenti selama beberapa ratus tahun. Di abad ke sembilan SM, Syria dan
Mesopotamia terkenal sebagai pusat pembuatan kaca dan industri ini
menyebar sepanjang wilayah Mediterrania. Pada masa Hellenistik, Mesir,
dikarenakan industri kaca di Alexandria, menghias istana dengan kaca-
kaca indah.
Pliny (23 79 M), sejarawan Romawi, mengisahkan serombongan
pelaut Phoenicia* mendarat di suatu pantai berpasir di tepi sungai di Syria,
* Phoenicia: daerah di Lebanon (sekarang)
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 5 -
menyiapkan makan siang dan menggunakan natron* (soda, Na) yang
merupakan muatan kapal sebagai wadah memasak. Mereka terkejut
ketika mendapatkan pasir di bawah api mencair kemudian membeku dan
mengeras menjadi kaca. Suatu kebetulan yang terjadi sekitar 300 tahun
SM.
Penemuan pipa tiup memungkinkan untuk menghasilkan kaca-kaca
dengan bentuk yang lebih baik. Pipa tiup telah digunakan selama 2000
tahun untuk menghasilkan bejana, globe, vas, dan bermacam benda-benda
kaca lainnya. Pipa tiup berupa pipa besi panjang. Di salah satu ujungnya
dipasanglah kaca cair, dan gumpalan kaca yang mulai segera mengeras,
dimasukkan ke cetakan; kemudian kaca ditiup hingga mengembang
mengikuti bentuk cetakan.
Bangsa Romawi memproduksi beragam benda kaca dan
memasarkannya ke seluruh kekaisaran. Mereka mengembangkan proses di
mana kaca dihamparkan menjadi lembaran tipis yang kemudian dipotong
kecil-kecil untuk mosaik. Lembaran kaca semi-buram digunakan untuk
menutup bukaan dinding; pertama kalinya kaca digunakan sebagai jendela.
Kaca jernih pertama diproduksi di Venesia sekitar 1000 M. Kaca untuk di
jendela dibuat dengan cara ditiup menjadi bentuk silinder, kemudian silinder
itu dipotong selagi panas dan dihamparkan pada permukaan halus. Ukuran
dan kualitas kaca dengan metode ini sangat terbatas.
2.2 Beberapa Metode Pembuatan Kaca Jendela
Sebelum abad ke-18 kaca jendela adalah barang mewah. Hanya
orang kaya yang bisa memakainya di jendela. Orang kebanyakan hanya
memakai daun jendela, kulit atau tanduk binatang. Setelah pabrik membuat
kaca yang lebih murah melalui proses crown dan silinder, jendela menjadi
* Natron : suatu alkali; soda alami yang menguap alami ditemukan sekitar pinggir
danau di Wadi Natroun, Mesir digunakan untuk proses mummifikasi Mesir kuno.
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 6 -
lebih besar ukurannya. Dengan metode tiup (blowing method), memang
masih sedikit yang memiliki kaca jendela namun pada masa Georgian
hampir tiap orang memilikinya meski kenaikan pajak atas kaca
menghambat industri ini sampai 1845.
2.2.1 Plate glass (kaca tebal lagi bening)
Bangsa Romawi membuat kaca datar dengan menhamparkan gelas
panas pada meja datar. Ini menghasilkan kaca jendela yang tidak rata dan
kurang transparan. Kaca bening pertama kali diproduksi si St. Gobain,
Perancis, tahun 1668, dengan metoda broad glass meniup silinder gelas
panjang, merobek sisi panjangnya dan menghamparkannya membentuk
segiempat. Setelah di-annealing (proses menguatkan gelas dengan cara
dipanasi kemudian didinginkan), kemudian kaca tersebut digosok di kedua
sisinya. Kualitas broad glass tidak baik dan segera tergusur oleh kaca
dengan proses crown .
2.2.2 Crown Glass
Kaca jendela crown glass dibuat dengan mengumpulkan gelas beku
dalam pipa tiup dan meniupnya menjadi bola besar. Sebuah batang besi
yang disebut pontil dikenakan pada bola sehingga retak. Bola gelas itu
kemudian dipanasi kembali dan diaduk cepat hingga terbuka menjadi
piringan cembung tipis. Diameternya lebih dari satu meter yang disebut
table. Kemudian table ini dipisahkan dari pontil dan didinginkan bertahap di
tungku annealing. Setelah dingin, kaca jendela crown atau table
kemudian dipotong dan dapat menghasilkan sekitar satu meter persegi
kaca.
Pada kaca ini tidak jarang didapati bercak hijau pucat yang tersebar
tidak merata. Bagian kaca yang bersentuhan dengan pontil (disebut bullion)
merupakan sisa yang terkadang dimanfaatkan pula sebagai kaca kualitas
kedua yang tentu dijual lebih murah. Seiring perjalanan waktu, bullion glass
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 7 -
kemudian menjadi mode/trend sebagai detail. Sisi crown glass yang
merupakan sisa, juga dimanfaatkan : dipotong menjadi kaca jendela yang
lebih kecil.
The Crystal Palace
Pabrik mulai mengembangkan metode silinder dalam pembuatan
kaca sehingga dapat dihasilkan lembaran kaca yang lebih lebar. Hal ini
memungkinkan dibangunnya Crystal Palace, bangunan kaca bergaya
Victoria. Adalah Chance bersaudara dari Birmingham yang
memperkenalkan metoda silinder ke Inggris. Mereka memproduksi hampir
satu juta meter persegi kaca silinder untuk Crystal Palace.
2.2.3 Metode silinder yang telah dikembangkan
Metode ini mirip dengan metode broad glass. Sebuah silinder kaca
lebar ditiup dan diayun serta didinginkan sebelum dibelah dengan permata.
Kemudian dipanaskan kembali dalam tungku khusus dan diratakan
permukaannya. Tahun 1871, William Pilkington menemukan mesin yang
mengambil alih pekerjaan mengayun dan memutar silinder kaca sehingga
mampu menghasilkan lembaran kaca yang lebih besar lagi.
Semua hand-made methods memungkinkan mekanisasi produksi
lembaran kaca. Tahun 1959, Alistair Pilkington dari Pilkington Glass
Company memperkenalkan float glass process. Kaca cair dengan suhu
sekitar 1000 derajat centigrade secara kontinu dituangkan dari tungku ke
wadah berisi metal cair, biasanya timah. Gelas akan mengambang di atas
timah, menyebardan membentuk permukaan dengan suatu ketebalan.
Ketebalan ini diatur oleh kecepatan dituangkannya kaca cair ke wadah.
Setelah proses annealing terbentuklah kaca yang diinginkan. Dengan cara
ini kaca bisa diproduksi lebih cepat dan hanya sedikit lebih mahal daripada
proses konvensional (grinding and polishing) . Hasilnya, banyak produsen
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 8 -
kaca yang beralih ke float process, dan saat ini 90% dari kaca datar di
dunia dibuat dengan proses ini.
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 9 -
BAB III
KACA DALAM BANGUNAN
3.1 Kaca Pada Bangunan Gothik
Seiring dengan keberhasilan Gereja Romawi menguasai Eropa,
kekuasaannya juga diekspresikan melalui arsitektur yang mengagungkan
keberhasilannya : Gothik. Gothik berkembang di Paris, selama abad ke 11
12 M. Pada masa ini, uskup sangatlah berpengaruh, dipatroni oleh raja
dan bangsawan. Tidak heran bila kemudian dibangunlah katedral-katedral
besar.
Pada zaman Gothik inilah, untuk pertama kalinya, kaca digunakan
sebagai jendela yaitu pada bangunan katedral.
- Sistem Gothik memperkenalkan tiga elemen baru yaitu pointed arch,
flying buttress, dan ribbed vault. Dengan sistem ini maka pointed arch
dapat dibuat curam ataupun landai sesuai kebutuhan. Dinding yang
berat dan besar (zaman Romanesk) dapat dihilangkan karena atap
dapat disangga oleh flying buttress. Teknologi batu mulai berkembang
ke pengetahuan tekan-tarik dan keseimbangan. Kolom menjadi lebih
langsing. Struktur yang lebih langsing ini memungkinkan untukmembuat
bukaan yang lebih lebar sehingga dipakailah kaca sebagai jendela.
- Gothik menyimbolkan sintesis Kemanusiaan, Tuhan, dan Alam. Gereja
percaya bahwa Tuhan menampakkan diri-Nya melalui ciptaan-Nya,
melalui manusia dan alam. Bangunan gereja menjadi citraan alam,
imitasi bentuk tumbuhan, daun, bunga, palem, dan kisah asal mula
bumi. Keseluruhan katedral, di luar dan di dalam, mengajarkan citraan
Surga di Bumi, Kota Surga, Perjamuan Terakhir, Jesus dan para
apostel, dan sebagainya.
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 10 -
Untuk keperluan simbolis ini, elemen kaca memberikan kontribusi
penting. Pada bagian dalam katedral, kuatnya kesan vertikal struktur
membagi ruanga bagaikan diagram matematika ataupun ritme musik,
melambangkan keteraturan Tuhan akan kemanusiaan dan alam. Di
atas terdapat Vault of Heaven yang disinari oleh jendela kaca di atas
nave. Cahaya memiliki makna khusus : Tuhan, keindahan, dan
penerangan.
Kaca yang digunakan adalah kaca patri (stained glass). Kaca
dipotong kecil-kecil dan disusun menjadi mosaik. Teknologi kaca ini belum
baik sehingga setelah bertahun-tahun, kohesi antar atomnya berkurang;
dan secara mikroskopis, kaca meleleh dan menumpuk di bawah.
3.1.1 Kaca patri (stained glass)
Sejarah Awal
Teknik mewarnai kaca telah dikenal di Mesir dan Mesopotamia pada
millenium ketiga SM. Seribu tahun kemudian, kacajernih berwarna dicetak,
dan pada abad pertama masehi, para pembuat kaca bangsa Romawi telah
menguasai seni kaca tiup. Kacajernih diproduksi pada masa Kristian Awal
(300 750 M), dan jendela kaca berwarna dengan kusen kayu dibuat pada
sekitar abad ke-6 ke-7. Sejak abad kedelapan hingga dua belas, dinding
bangunan Islam terkadang telah memakai jendela tembus pandang.
Stained glass bergambar pertama muncul pada abad ke-9, meskipun
informasi ini hanya diketahui dari catatan tertulis. Artefak paling awal adalah
yang menggambrakan kepala Jesus, pada biara Lorsch di Rhineland dan
Wissembourg, Alsace (sekarang Perancis); dari beragam tahun yaitu antara
abad kesembilan hingga kesebelas.Artefak paling awal dunia Barat yang
Nave : bagian tengah gereja/katedral.
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 11 -
masih tersisa adalah lima jendela (awal abad ke-12) yang bergambarkan
nabi-nabi Perjanjian Lama di katedral Augsburg, Jerman Barat.
Material dan teknik
Teknik pembuatan stained-glass telah berkembang sejak pertama
kali ditemukan abad ke-11 M. Mula-mula artis membuat sketsa desain dan
kemudian membuat gambar rencana ukuran sebenarnya dengan memberi
titik-titik sebagai tanda. Potongan-potongan kaca berbagai warna diletakkan
di gambar rencana itu.
Potongan-potongan kaca itu disambungkan satu sama lain sesuai
susunannya. Kaca jendela yang telah jadi kemudian dipasangkan pada
bingkai/lubang jendela yang disebut armatur. Cara ini dipakai pada jendela
abad ke-12. Pada abad ke-13 bentuk jendela mulai beragam : lingkaran,
lozenges, quatrefoils, dan kombinasinya.
Warna kaca didapat dengan mencampurkan metal oksida ke dalam
kaca cair saat peleburan. Warna biru didapat dengan campuran kobalt,
merah dari oksida tembaga, hijau dari biooksida tembaga, ungu dari
mangan dicampur kobalt, dan kuning dari mangan dan oksida besi.
Permukaan kaca, dekorasi, dan tulisan dilukiskan dengan grisaille, sebuah
porselen coklat muda yang dipanggang di atas kaca. Kaca dibentuk dengan
cara silinder yang dibelah dan didatarkan , disebut muff glass, ataupun
dengan cara , memutarnya sentrifugal menjadi piringan tebal di pusat,
disebut crown glass. Gelembung, cacat, dan berbagai ketidakteraturan
mendifusskan cahaya.
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 12 -
3.2 Kaca pada Fagus Factory
Meskipun kaca telah sering digunakan sebagai elemen bangunan,
namun Walter Gropius (1883 1969) - lah yang memunculkan konsepsi
revolusioner : untuk pertama kali kaca digunakan sebagai dinding yang
membungkus struktur rangka. Gropius yang mendirikan Bauhaus memuja
material baru saat itu. Sementara murid-murid Beaux Arts menggunakan
material batu dalam proyek-proyek rancangannya, para murid Bauhaus
merancang proyek bermaterialkan beton, baja, dan kaca. Gropius adalah
arsitek pertama yang mengembangkan Estetika Mesin.
Pada akhir abad ke-19 teknologi konstruksi memungkinkan
penggunaan balok baja bentang lebar. Baja segera menggantikan besi
untuk struktur rangka yang kemudian ditutup dengan batu atau bata untuk
memunculkan muka bangunan yang konvensional.
Hal itu, bagi Gropius adalah suatu ketidakjujuran. Pada bangunan
Fagus Shoe Factory, Gropius mendesain seluruh dinding luar sebagai
membran kaca sehingga struktur rangkanya dapat terlihat; sesuai dengan
semangat kejujuran struktur. Dihindari pojok bangunan yang solid untuk
menghadirkan kesan benar-benar transparan. Fagus Factory
mengilustrasikan bangunan pada zamannya : tipis, ringan, telanjang,
mewah, bersih, dan keindahan material.
Terhadap penggunaan kaca ini, Gropius mengatakan: Modern
material such as iron and glass, with their transparent incorporeality,
seemed incompatible with the goal of corporeality in architecture. Tetapi
Gropius percaya, seperti yang ia buktikan pada Fagus factory itu, bahwa
Here, too, artistic will sweep away seemingly insurmountably difficulties
and, with inspired artfulness, wrests the impression of corporeality from
unsubstantial materials...Artistic potential lies in every material. Modern
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 13 -
products were at first unjustly viewed as inferior surrogates for other
materials."
Lebih jauh Gropius mengungkapkan bahwa bukan hanya orang yang
lewat yang terimpresi oleh bangunan pabrik ini, juga para pekerja di
dalamnya yang tidak hanya mendapatkan cahaya, air, dan kejernihan,
tetapi juga konsepsi bangunan yang akan membantu mereka menghayati
semangat industrialisme.
3.3 Kaca pada bangunan karya Mies Van Der Rohe
Mies Van Der Rohe (1886 1969) salah satu arsitek pengembang
Estetika Mesin. Aporismenya yang terkenal : Less Is More benar-benar
diterapkan pada rancangannya sebagai suatu desain yang sangat
ekonomis. International Style : universal, ringan, dan simple, diterapkannya
melalui manipulasi penggunaan kaca.
Kaca dominan ditampilkan pada rancangan German Pavilion pada
International Exhibition di Barcelona, 1929. Pula pada Edith Farnsworths
House di Plano (1946 1951) dan Crown Hall di kampus Illinois Institute of
Technology (1950 1956), Chicago. Bangunan sederhana, bentuk dasar
kotak, dengan material beton dan kaca. Berkesan ringan karena ekspresi
kaca yang digunakan sebagai bagian bawah bangunan (bawah ringan, atas
berat).
Ketertarikan Mies pada kaca memang serius. Tahun 1919 ia
membuat sketsa tower setinggi 20 lantai yang dibungkus penuh oleh kaca.
Ia meletakkan dasar bagi glass-and-metal-tower masa kini. Mies bahkan
melakukan studi efek refleksi oleh kaca pada lekukan fasade bangunan.
Gossel, Peter dan Leuthauser, Gabriel, Architecture in the Twentieth Century,
Germany: Benedikt Taschen, 1991, hal. 99. Ibid, hal. 95
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 14 -
I placed the glass wall at slight angles to each other to avoid the monotony
of overlarge glass surfaces, ujar Mies . I discovered by working with actual
glass models that the important thing is the play of reflection and not the
effect of light and shadow, as in ordinary buildings.**
Setahun kemudian Mies membuat Glass Skyscraper Project yang
tingginya 30 lantai. Proyek kedua ini lebih luar biasa dari yang pertama:
bentuk denahnya lebih kompleks, tiap lantai ditutupi oleh curtain-glass
mengikuti bentuk kurva denah. Dengan bentuk denah itu, Mies bermain-
main dengan refleksi kaca.
Kedua proyek ini merupakan langkah penting bagi dunia arsitektur
karena: pertama, sebelumnya memang sudah ada bangunan yang
menggunakan kaca tetapi belum pernah ada yang radikal: all-glass; kedua,
the glass skyscrapers benar-benar jujur: jujur akan struktur, jujur akan
kesederhanaan, kejelasan, dan ekspresi estetis.
Melalui manipulasi kaca skyscraper, Mies Van Der Rohe
mempelopori teknologi curtain wall.
**Blake, Peter, The Master Builder : Le Corbusier, Mies Van Der rohe, Frank
Lloyd Wright, New York, Borzoi Book, 1961, hal. 167.
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 15 -
BAB IV
PENUTUP
Kaca adalah bahan bangunan yang telah lazim dipakai pada masa
ini. Kaca mengakomodir kebutuhan fungsional (memasukkan cahaya),
estetis, ekspresi bangunan, dan lain-lain. Kaca telah digunakan sejak
zaman Syria hingga sekarang.
Teknologi pembuatan dan penerapan kaca tentu berkembang. Dari
penggunaan kaca alami, teknologi awal Syria,Mesir, dan Romawi hingga
metode modern float process.
Pemakaian kaca pada bangunan dimulai pada zaman Gothik. Kaca-
kaca patri (stained glass) jendela katedral Gothik begitu mempesona. Kaca
pada bangunan pabrik karya Walter Gropius telah menginspirasikan
revolusi pemilihan material. Ekspresi bangunan : transparansi dan kesan
ringan bangunan-bangunan karya arsitek modernisme seperti Mies Van de
Rohe mendunia melalui permainan kaca. Revolusi teknologi konstruksi
curtain wall bermula dari pemanfaatan kaca.
Hingga sekarang dan ke depan, kaca menjadi material standar pada
bangunan.
AR-406 Bahan & Arsitektur
Rahmat Gusriharso - 15295006
_________________________________________________
__________________________________________________________________________ Kaca dan Arsitektur
`- 16 -
DAFTAR REFERENSI
Gssel, Peter dan Leuthuser, Gabriele, Architecture in Twentieth Century,
Benedikt Taschen, Germany 1991.
Blake, Peter, The Master Builder : Le Corbusier, Mies Van Der Rohe, Frank
Lloyd Wright, Borzoi Books, New York 1961.
Watson, Don. A, Construction Material & Processes, McGraw-Hill Book
Company, USA 1978.
Jencks, Charles, Architecture Today, Academy Editions, London 1988.
Hellman, Louis, Architecturefor Beginner, Writers And Readers, London
1986.
Smithson, Alison dan Peter, The Heroic Period of Modern Architecture,
Thames and Hudson, London 1981.
Gropius, Walter, Apollo in Democracy, McGraw-Hill Book Company, USA
1968.
Snyder, James C., dan Catanese, Anthony J., Introduction to Architecture
Today, McGraw-Hill Book Comapany, London 1979.
http://www.pennynet.org/glmuseum/corningm.htm"