Upload
hoangminh
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Jambi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Triwulan I 2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi
triwulan I 2015 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi
dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun
eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan
terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh
masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup
beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan
sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini
juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi triwulan I 2015
tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I
2015 sebesar 4,7% (yoy), akan tetapi lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
sebelumnya (6,5% (yoy)) dan triwulan I 2014 (10,3% (yoy)). Perekonomian Jambi pada triwulan
laporan menghasilkan output Rp31,1 triliun atau 1,4% dari perekonomian Indonesia (Rp2.157,5
triliun). Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 4,88% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu
8,72% (yoy) dan inflasi nasional 6,38% (yoy).Sementara itu inflasi Bungo pada triwulan I 2015
tercatat sebesar 4,92% (yoy). Perkembangan perbankan sedikit mengalami peningkatan akibat
kenaikan pada dana pihak ketiga dan kredit. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan
bank pelapor berada pada posisi yaitu sebesar 116,85% yang mengindikasikan masuknya dana
dari luar perbankan Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum juga masih berada pada level yang
aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,89%. Pembenahan sektor riil
secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama
dalam rangka meningkatkan investasi.
Dalam penyusunan KEKR triwulan I 2015 kami banyak memperoleh support dari dinas-
dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu,
kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga
kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam
meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk
kemakmuran masyarakat Jambi.
Jambi, Mei 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI JAMBI
V. Carlusa Kepala Perwakilan
vii
DAFTAR ISI Daftar Isi ... ............................................................................................... vii Daftar Tabel ......................................................................................... ix Daftar Grafik ......................................................................................... xi Tabel Indikator Ekonomi Terpilih ..................................................................... xiii Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1 BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................ 7
A. Umum ............................................................................. 7
B. PDRB Sisi lapangan Usaha .................................................. 9
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan..................................................................... 10
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ... 13
3. Sektor Industri Pengolahan........................................ .. 14
5. Sektor-sektor Lain .................................................... ... 15
C. PDRB Sisi Penggunaan ....................................................... 18
1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 20
2. Investasi ................................................................... ... 21
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ... 23
3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... .. 24
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... 26
Boks 1 Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Perekonomian
Provinsi Jambi 29
BAB II. Inflasi ....................................................................................... 33
A. Kajian Umum ................................................................. 33
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang ............... 35
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ... 40
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau ........... ....................................................... 43
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
Bakar....................................................................... .... 43
4. Kelompok Sandang.................................................. .... 44
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ... 44
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ .. 45
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 45
C. Inflasi Kota Bungo ............................................................... 46
BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran .......................................... 51
A. Bank Umum .................................................................... 52
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
vii
i
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ... 52
2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... .. 52
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ . 57
4. Undisbursed Loan...................................................... .. 62
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing
Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 63
6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... .. 65
B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 67
C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ....... 68
1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... . 69
2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... .. 69
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. .. 70
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ... 70
5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. . 71
BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 73
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV Tahun 2014 ......... 73
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV Tahun 2014 ................ 74
C. Keuangan Pemerintah Daerah ...................................... ..... 76
BAB V Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan ......................... 77
A. Ketenagakerjaan Daerah ................................................... 77
B. Kesejahteraan............................................................... ..... 85
Boks 2 Bonus Demografi Sebagai Motor Penggerak Perekonomian ..... 87
BAB VI Prospek Perekonomian ............................................................. 95
A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 96
B. Proyeksi Inflasi ................................................................... 99
C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. .. 101
Lampiran Glosary
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI
JAMBI
ix
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) 8
1.2 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang 15
1.3 Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) 19
1.4 Indeks Tendensi Konsumen 20
1.5 PMA dan PMDN Provinsi Jambi 23
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 37
2.2 Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 38
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode Triwulan I 2015 39
2.4 Perkembangan Inflasi Kota Bungo 47
2.5 Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan
kelompok dan sub kelompok barang dan jasa 47
2.6 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi
periode triwulan I - 2015 50
3.1 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 54
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 56
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 57
3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 58
3.5 Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi 62
3.6 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 63
3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi
Jambi 64
3.8 Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi
Jambi 68
3.9 Perkembangan Transaksi RTGS 72
4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan I 2015 74
4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I Tahun 2015 75
5.1 Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja 78
5.2 Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama 80
5.3 Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama 81
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
x
5.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor 84
6.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 97
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI
JAMBI
xi
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 7 1.2 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2014 10 1.3 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2015 10 1.4 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 11 1.5 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 12 1.6 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 13 1.7 Pertumbuhan Lifting (Barrel) Minyak 13 1.8 Pertumbuhan Lifting (MMBTU) Gas 13 1.9 Perkembangan Produksi Karet Jambi 15 1.10 Tingkat Hunian Hotel 16 1.11 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17 1.12 Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN 17 1.13 Perkembangan Total Pemakaian Air Bersih 17 1.14 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 18 1.15 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang 18 1.16 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan I Tahun 2014 19 1.17 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan I Tahun 2015 19 1.18 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 21 1.19 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 22 1.20 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 23 1.21 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 24 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 25 1.23 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 25 1.24 Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 25 1.25 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 26 1.26 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 27 1.27 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 27 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 33 2.2 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 34 2.3 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau
Sumatera per Maret 2015 35 2.4 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 40 2.5 Perkembangan Harga Jagung 41 2.6 Perkembangan Harga Beras 41 2.7 Perkembangan Harga Tepung Terigu 42 2.8 Perkembangan Harga Daging 42 2.9 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 43 2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 44 2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 46 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014-2015 46 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 52
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
xii
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 54 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 63 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 65 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 66 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 66 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 69 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 71 4.1 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 76 5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 85 6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 99 6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 99 6.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun
2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 100
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
c. Sistem Pembayaran
TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.IKliringNilai Kliring (juta Rp) 2,519,686 2,800,410 2,577,906 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,202,247 Volume Kliring (lembar warkat) 72,639 76,559 71,104 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012 62,245 Cek dan BG KosongLembar 1,463 1,811 1,837 1,635 1,472 1,974 1,847 1,783 1,529 Nominal (juta Rp) 83,121 64,290 56,120 63,174 56,789 83,457 71,186 99,967 52,135 RTGSRTGS dari Jambi (miliar Rp) 15,535 19,666 20,189 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778 34,079 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 22,244 22,658 26,876 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646 39,055 RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 4,032 4,695 7,422 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833 4,347 Transaksi TunaiAliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 846,548 1,031,722 1,453,196 810,929 880,393 976,622 1,948,349 921,379 1,445,865 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,034,718 1,682,989 2,605,130 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (188,170) (651,267) (1,151,935) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690
2015Uraian
2013 2014
ix
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
b. Perbankan
2015TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I
PERBANKANA. Bank Umum :Total Aset (Rp Juta) 26,618,428 27,833,632 28,538,630 28,676,080 29,691,060 34,853,104 34,345,898 32,675,144 34,622,605 DPK(Rp Juta) 18,376,298 19,154,658 19,520,974 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986
- Tabungan 9,492,101 9,646,142 10,070,264 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414 - Giro 3,753,003 4,120,387 3,744,864 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 - Deposito 5,131,194 5,388,129 5,705,847 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430
26,471,507 28,211,297 29,925,232 26,955,932 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 34,107,025 - Modal Kerja 10,115,811 9,822,930 10,124,382 8,103,793 10,158,229 10,671,200 11,084,121 11,419,932 11,049,817 - Konsumsi 10,543,228 11,256,968 11,816,000 8,410,345 9,527,809 9,164,037 9,187,047 9,439,228 9,679,800 - Investasi 5,812,468 7,131,399 7,984,850 10,441,794 12,260,417 12,622,800 12,986,343 13,264,947 13,377,408 - Dana 18,732,803 19,527,917 19,916,444 19,898,809 20,473,410 22,719,313 22,958,027 22,508,985 23,275,384 - LDR 141.31 144.47 150.25 135.47 156.04 142.87 144.86 151.60 146.54
20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 - Modal Kerja 7,484,277 7,365,449 7,453,703 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900- Konsumsi 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 5,959,299 10,762,104 6,134,277 6,430,084 6,663,743- Investasi 4,033,494 5,481,736 5,752,786 5,864,182 10,409,402 6,071,136 11,050,256 11,281,919 11,414,666
- LDR (%) 109.72 116.02 118.53 121.66 119.22 111.48 112.63 119.42 116.86- NPL Gross nominal 454,021 473,625 521,247 466,983 492,240 612,619 620,912 654,329 769,060- NPL Gross % 2.25 1.93 2.25 1.98 2.06 2.46 2.45 2.49 2.89
Kredit MKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,389,186 3,729,806 3,537,483 3,302,277 3,289,142 3,368,912 3,306,533 3,279,728 3,327,809
- Kredit Modal Kerja 1,498,112 1,313,147 1,309,646 1,260,845 1,317,572 1,415,511 1,376,943 1,424,349 1,457,647 - Kredit Investasi 282,423 623,343 608,907 597,628 618,466 638,798 636,627 647,195 669,772 - Kredit Konsumsi 1,608,652 1,793,316 1,618,930 1,443,804 1,353,104 1,314,602 1,292,963 1,208,184 1,200,391
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta)9,738,670 10,428,595 11,175,062 11,642,097 11,946,461 12,445,976 12,807,687 13,124,113 13,333,741 - Kredit Modal Kerja 2,147,246 1,827,369 1,887,664 1,914,038 1,895,776 1,949,111 2,015,340 2,020,090 1,998,536 - Kredit Investasi 1,203,160 1,714,598 1,782,084 1,829,234 1,853,755 1,912,349 1,925,125 1,990,458 2,055,800 - Kredit Konsumsi 6,388,264 6,886,628 7,505,314 7,898,825 8,196,931 8,584,516 8,867,222 9,113,566 9,279,404
3,874,659 4,259,169 4,451,803 4,563,050 4,488,941 4,669,116 4,743,308 4,945,156 4,965,324 - Kredit Modal Kerja 2,515,038 2,762,995 2,810,877 2,853,406 2,808,005 3,038,812 3,096,118 3,226,807 3,229,753 - Kredit Investasi 748,131 831,987 879,018 899,870 876,907 814,947 808,236 836,608 848,942 - Kredit Konsumsi 611,490 664,187 761,909 809,774 804,029 815,357 838,954 881,741 886,629
Total Kredit MKM (Rp Juta) 17,002,515 18,417,570 19,164,348 19,507,424 19,724,544 20,484,004 20,857,528 21,348,998 21,626,874 NPL MKM gross (%) 2.45 2.30 2.70 2.31 2.43 2.90 2.95 2.78 3.22- NPL MKM Gross Nominal 416,426 423,813 516,557 450,912 480,211 595,039 614,782 593,170 697,392
B. BPR : Total Aset (Rp Juta) 685,560 691,959 760,030 739,510 742,646 731,857 739,748 758,995 766,796DPK (Rp Juta) 501,520 506,701 551,278 532,417 541,824 539,797 550,872 566,501 580,220 - Tabungan (Rp Juta) 80,242 76,783 81,355 86,236 82,543 83,869 84,072 84,864 84,947- Deposito (Rp Juta) 421,278 429,918 469,923 446,181 459,281 455,928 466,800 481,637 495,273
Kredit (Rp Juta) 520,039 554,233 567,445 545,175 544,849 541,885 535,557 524,672 524,425 - Modal Kerja 127,272 141,934 156,969 172,919 164,194 171,394 178,183 180,501 189,211 - Investasi 101,531 110,867 111,650 94,718 104,588 105,345 107,637 107,056 107,172 - Konsumsi 291,236 301,432 298,826 277,538 276,067 265,146 249,737 237,115 228,042
Kredit UMKM (Rp Juta) 228,803 218,597 233,076 202,844 227,858 237,051 245,608 248,842 259,465 Rasio NPL Gross (%) 4.37 5.01 5.96 6.30 7.99 10.09 11.13 12.21 14.50- NPL Gross (Nominal) 22,726 27,743 33,804 34,367 43,534 54,692 59,612 64,046 76,061LDR (%) 80.43 87.12 81.21 84.26 82.57 85.60 84.13 79.40 80.46
2014INDIKATOR
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤
Rp5 miliar) ((Rp Juta)
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi
kantor cabang
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi
2013
viii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
a. Inflasi dan PDRB
2015TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV 2014 TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I
MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 142.02 144.61 149.71 110.41 110.41 111.51 112.09 113.91 120.04 116.95
Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4)
110.62 110.63 113.13 119.06 116.06
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 6.06 5.24 7.95 8.74 8.74 7.51 6.47 4.31 8.72 4.88
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4)
6.28 4.58 5.21 8.99 4.92
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1)
26,633,836 28,438,144 28,682,759 29,057,847 120,696,234 29,367,667 30,026,427 30,351,235 30,950,905 31,106,943
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,383,223 7,604,251 7,304,336 7,475,238 31,442,141 7,728,317 7,972,361 7,700,862 8,040,601 8,324,239
Pertambangan dan Penggalian 7,241,637 7,508,507 7,967,823 7,883,183 31,808,635 7,697,413 7,840,131 8,180,838 8,090,252 7,944,791
Industri Pengolahan 3,060,013 3,131,704 3,109,797 3,242,247 13,130,435 3,233,516 3,294,254 3,312,883 3,289,782 3,286,629
Pengadaan Listrik, Gas 12,849 13,031 13,139 13,296 56,412 13,145 13,779 13,954 15,533 13,894
Pengadaan Air 40,479 39,852 39,515 38,116 160,471 39,210 39,683 40,235 41,343 40,756
Konstruksi 1,908,268 1,968,504 1,995,231 2,036,269 8,661,217 2,124,821 2,158,461 2,170,639 2,207,296 2,107,063
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,341,302 2,397,988 2,451,865 2,478,027 10,661,963 2,543,492 2,580,777 2,676,617 2,861,077 2,903,065
Transportasi dan Pergudangan 811,654 831,619 864,123 875,544 3,669,444 896,697 909,096 924,770 938,881 953,382
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 251,328 257,495 259,915 264,373 1,226,622 298,494 303,159 310,095 314,874 319,369
Informasi dan Komunikasi 882,325 893,838 915,730 930,468 3,876,302 942,422 955,154 979,937 998,789 1,029,423
Jasa Keuangan 660,094 668,313 674,820 662,418 2,772,481 673,188 686,360 692,399 720,535 724,964
Real Estate 421,022 424,594 428,306 421,574 1,732,795 425,585 430,236 436,359 440,616 449,598
Jasa Perusahaan 291,119 292,167 294,719 293,830 1,230,408 298,975 304,466 310,600 316,366 321,898
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 858,686 922,508 866,097 1,005,270 4,141,157 984,346 1,028,688 1,044,349 1,083,775 1,056,848
Jasa Pendidikan 938,377 940,292 952,179 854,158 3,694,199 875,384 909,678 943,625 965,511 980,258
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 260,830 270,458 267,833 303,834 1,269,477 308,834 313,943 320,742 325,957 343,763
Jasa lainnya 270,629 273,024 277,333 280,005 1,162,075 283,829 286,203 292,330 299,714 307,002
Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) 261,826 295,320 302,121 283,939 1,020,560 263,619 278,279 223,628 255,033 248,706.46 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 814,244 1,161,680 1,144,006 994,049 3,814,802 860,882 1,107,025 840,332 1,006,563 1,089,054.93
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) 16,689 39,052 82,238 115,056 184,980 71,736 53,767 38,560 20,918 25,667.41 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 41,980 32,722 48,091 47,459 115,977 26,274 31,946 33,758 23,999 27,199.99
Catatan1) Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang
berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2
digit 4) Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di
Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan
Muara Bungo
2014INDIKATOR
2013
vii
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
Perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menghasilkan output
Rp31,11 triliun1 dan tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2015 yang tercatat sebesar
4,71% (yoy), akan tetapi melambat dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya (6,5% (yoy)) dan triwulan I 2014 (10,3% (yoy)) (Grafik
1.1). Perlambatan pertumbuhan juga terlihat secara triwulanan, dimana
pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan laporan lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,98% (qtq) menjadi 0,5% (qtq).
Struktur perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menunjukkan
bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi
Jambi yaitu 46,21%, diikuti sektor sekunder sebesar 27,95% dan sektor
jasa-jasa (tersier) sebesar 25,8%.
Lima sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada
triwulan I 2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor yang mencapai 14,1% (yoy) disusul oleh sektor
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar
12,0% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3%
(yoy), sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,2% (yoy) dan jasa lainnya
8,2% (yoy)
Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 17,32% (yoy) di
triwulan I 2015 memberikan andil sebesar 11,53% terhadap pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah
tangga sebesar 4,06% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,79% (yoy)
dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 2,79% (yoy) dengan andil
terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I 2015 sebesar 0,14%
(yoy).
1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk
menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.
Perekonomian Provinsi Jambi
triwulan I 2015 mengalami
pertumbuhan melambat yaitu
dari 6,5 menjadi 5,9%....
Pertumbuhan tertinggi
terdapat pada sektor
perdagangan besar, eceran,
reparasi mobil dan sepeda
motor....
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
2
II. Inflasi
Pada triwulan I 2015, inflasi kota Jambi tercatat 4,88%(yoy),
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (8.72%(yoy)), dan lebih
rendah dari inflasi nasional (6,38%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan I
dalam tiga tahun terakhir (5,83%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi
Bungo tercatat sebesar 4,92% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi
nasional2.
Inflasi Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi administered
price yang mencapai 13,4% (yoy) (Grafik 2.2). Sumber utama inflasi
administered price adalah kenaikan harga BBM jenis Solar dan Bensin pada
bulan Maret 2015, kenaikan tarif angkutan udara seiring diberlakukannya
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 91 Tahun 2014 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51
Tahun 2014 tentang mekanisme formulasi perhitungan dan penetapan tarif
batas atas penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga
berjadwal dalam negeri, kenaikan harga LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran
Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga LPG 12 Kg pada
bulan Maret 2015. Inflasi inti cenderung stabil di level 3,2% (yoy).
Sementara itu, kelompok volatile food justru mengalami deflasi sebesar
0,3% (yoy) yang utamanya disebabkan tren penurunan harga cabai merah
sepanjang triwulan I 2015.
Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat
mengalami deflasi 2,57% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi pada
triwulan sebelumnya (5,38% (qtq)). Pergerakan angka deflasi bulanan
(mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar
0,89%, 1,50% dan 0,20%.
Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami
deflasi sebesar 2,52% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi triwulan
sebelumnya (5,24% (qtq)) dengan pergerakan angka deflasi bulanan (mtm)
pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar
0,53%, 1,33% dan 0,68%.
2 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota
Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
Pada triwulan I 2015, Kota
Jambi mengalami inflasi
sebesar 4,88%
(yoy) dan Kota Bungo 4,92%
(yoy)....
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN I 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan pada triwulan I 2015 secara umum menunjukkan
sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan
mengalami peningkatan (5,9% (qtq)) dan diikuti dengan peningkatan dana
pihak ketiga (3,5% (qtq)) dan kredit (1,2% (qtq)). Hal tersebut
menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank
pelapor mengalami penurunan sebesar 256 bps menjadi sebesar 116,85%
dari triwulan sebelumnya 119,41%. Penurunan tersebut karena kenaikan
kredit lebih kecil dibandingkan kenaikan dana pihak ketiga. Penyaluran
kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp336,8 miliar (1,3%
(qtq)) yaitu dari Rp26,2 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,5
triliun. Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada periode laporan
menurun dibandingkan triwulan IV 2014. Sejalan dengan hal tersebut, suku
bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi
Jambi juga menunjukkan penurunan. Kualitas kredit masih terjaga yang
tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,89%), meskipun sedikit
memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,49%).
Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan
laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp1,2 triliun, turun
44,3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.) Sementara
aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp1,4 triliun, naik signifikan 56,9%
(qtq). Pada triwulan laporan, Jambi mengalami net inflow sebesar Rp160,6
miliar setelah pada triwulan sebelumnya net outflow sebesar 1,3 triliun. Net
inflow tersebut pertama kali terjadi sejak tahun 2012.
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan
laporan tercatat sebesar Rp2,20 triliun, menurun (14,4% (qtq))
dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp 2,57 triliun). Pada triwulan laporan,
transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi nominal secara
total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar Rp17,7 triliun
(18,7% (qtq)) menjadi Rp77,4 triliun dan volume transaksi menurun tajam
sebesar 18.057 transaksi (40,4% (qtq)) dari 44.672 transaksi menjadi
26.615 transaksi.
Kinerja perbankan sedikit
meningkatditandai dengan
meningkatnya jumlah aset
perbankan, DPK, dan
penyaluran kredit....
Provinsi Jambi mencatat Net
Inflow untuk pertama kalinya
semenjak tahun 2012,
adapun aktifitas pembayaran
non tunai mengalami
penurunan.....
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
4
IV. Keuangan Pemerintah Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan I 2015
mencapai Rp522,6 miliar (terealisasi sebesar 15,9% dari APBD 2015),
meningkat 51,9% bila dibandingkan triwulan I 2014. Sementara itu,
realisasi belanja pada triwulan I 2015 mencapai Rp420,29 miliar (terealisasi
12,0%). Realisasi belanja tersebut meningkat lebih dari delapan kali lipat
jika dibandingkan realisasi belanja triwulan I 2014 sebesar Rp45,9 miliar.
Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil
dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja
modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan
2013 ( 25,3% dan 31,5%).
V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Pada bulan Februari 2015, jumlah angkatan kerja di Jambi mengalami
peningkatan 122,1 ribu orang menjadi 1,69 juta orang dibandingkan
Februari 2014 (1,57 juta orang) sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Februari 2015 adalah 69,92%
atau meningkat dibandingkan Februari tahun lalu (66,51%). Selanjutnya
jumlah pekerja di Jambi juga mengalami peningkatan yaitu dari 1,53 juta
orang di Februari 2014 menjadi 1,65 juta orang. Namun demikian, jumlah
pengangguran juga menunjukkan peningkatan menjadi 46,2 ribu orang
dibandingkan Februari 2014 (39,3 ribu) sehingga tingkat pengangguran
terbuka naik menjadi 2,73% dari 2,50%.
VI.Prospek Perekonomian
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan pada kisaran 3,6%-4,1%
(qtq), tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq).
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan II 2015
diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,7%(yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 5,9% (yoy). Sementara proyeksi
Realisasi pendapatan
triwulan I 2015 baru
mencapai 15,9% dari
APBD sementara realisasi
belanja baru mencapai
12,0%...
Terjadi peningkatan pada
jumlah angkatan kerja Provinsi
Jambi sebanyak 122,1 ribu
orang dan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja ke level
69,
Laju pertumbuhan PDRB
triwulan II 2015 diperkirakan
berkisar 3,6%-4,1% (qtq).....
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN I 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,7%-
8,2%.
Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah
tangga dan konsumsi pemerintah akan menjadi sumber utama
perekonomian di triwulan mendatang. Bulan puasa akan menjadi faktor
pendorong konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring
dengan realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor
diperkirakan akan tumbuh meskipun masih relatif terbatas seiring mulai
membaiknya permintaan dan harga CPO global. Kondisi membaiknya
perekonomian negara lain seperti Amerika dan Jepang akan membantu
ekspor beberapa komoditas, terutama komoditas karet.
Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan lebih tinggi
dibandingkan triwulan I 2015 yaitu berada pada kisaran 6,4%-6,9% (yoy)
dari sebelumnya 4,88% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Peningkatan
laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan
volatile food.
Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan
mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara
lain 1) anomali cuaca; 2) tekanan dari sektor eksternal berupa masih
lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi
meningkatkan inflasi inti (core inflation); 3) kondisi infrastruktur (jalan,
jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan
yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa;
4) ekpektasi inflasi yang diperkirakan meningkat sejalan dengan
meningkatnya beberapa komoditas administered price dan masuknya bulan
puasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan dapat menjadi pemicu
meningkatnya angka inflasi pada triwulan II tahun 2015.
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan I 2015 serta proyeksi ekonomi
triwulan II 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:
1. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi.
Inflasi pada triwulan II 2015
diperkirakan berada pada
kisaran 6,4%-6,9% (yoy)
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
6
2. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan
meningkatkan konektivitas antar daerah.
3. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri
karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi.
4. Percepatan realisasi APBD Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Provinsi
Jambi.
5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah.
7
BAB I
EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menghasilkan output Rp31,11 triliun1
dan tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I
2015 yang tercatat sebesar 4,71% (yoy), akan tetapi melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,5% (yoy)) dan triwulan I 2014 (10,3% (yoy)) (Grafik
1.1). Perlambatan pertumbuhan juga terlihat secara triwulanan, dimana pertumbuhan
perekonomian Jambi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
dari 1,98% (qtq) menjadi 0,5% (qtq).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy)
Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I 2015 sebesar
2,0% (yoy) diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda
motor serta sektor pertambangan dan penggalian, masing-masing sebesar 1,2% (yoy), dan
0,8% (yoy).
5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan I 2015
adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang mencapai
14,1% (yoy) disusul oleh sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial
1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.
30.5 32.733.4 35.4
35.838.6 40.9
38.638.99.3
10.7
5.1
2.5
10.3
5.6 5.8 6.5
5.9
(6.0)
6.8
0.9 1.3
1.1
2.2 1.1
2.0
0.5
-8-6-4-2024681012
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15
Sumber: BPS (diolah)
%
Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Jambi (yoy) Pertumbuhan Jambi (qtq)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
8
wajib sebesar 12,0% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3% (yoy),
sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,2% (yoy) dan jasa lainnya 8,2% (yoy) (Tabel 1.1).
Struktur perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menunjukkan bahwa sektor primer
masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 46,21%, diikuti sektor
sekunder sebesar 27,95% dan sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 25,8%.
Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 17,32% (yoy) di triwulan I 2015
memberikan andil sebesar 11,53% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan
laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,06% (yoy) yang memberikan
andil sebesar 1,79% (yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 2,79% (yoy) dengan
andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I 2015 sebesar 0,14% (yoy). (Tabel
1.1).
Tahun 2014
I I I I I I IV I I I I I I IV Growth Growth Andil
3.6 3.7 2.9 2.9 11.5 11.4 12.6 12.5 12.0 4.1 1.8
8.5 8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 3.1 0.0
(0.8) (21.8) (20.5) 49.2 51.8 19.5 5.8 (25.5) (2.0) 2.8 0.1
(0.8) 12.4 17.2 25.0 13.9 (2.4) (17.4) (29.2) (11.2) (14.0) (3.5)
(25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 56.0 (239.1) 18.8 307.4 (426.3) (47.0) (1.4)
13.3 8.8 3.0 (17.4) 1.8 (3.0) (0.7) 41.3 8.4 17.3 11.5
1.4 (2.9) 11.0 (10.3) 5.6 4.2 (9.8) 3.7 0.5 6.0 2.7
9.3 10.7 5.1 2.5 10.3 5.6 5.8 6.5 7.0 5.9 5.9
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT
TW 2015
PDRB
2013 2014
Ekspor
Impor
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Inventori
JENIS PENGELUARAN
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy)
Tahun 2014
I II I I I IV I II I I I IV Growth Growth Andil
-0.7 15.2 3.7 5.8 21.1 4.8 5.4 7.6 9.3 7.7 2.0
7.6 4.1 8.1 -1.2 6.3 4.4 2.7 2.6 3.9 3.2 0.8
19.4 10.6 -0.3 1.3 5.7 5.2 6.5 1.5 4.7 1.6 0.2
10.8 10.4 8.9 3.9 2.3 5.7 6.2 16.8 7.8 5.7 0.0
11.0 8.9 5.6 -2.4 -3.1 -0.4 1.8 8.5 1.6 3.9 0.0
27.1 27.5 18.7 10.1 11.3 9.6 8.8 8.4 9.5 -0.8 -0.1
8.0 7.6 6.1 5.6 8.6 7.6 9.2 15.5 10.3 14.1 1.2
9.4 7.6 9.3 4.5 10.5 9.3 7.0 7.2 8.5 6.3 0.2
6.5 6.8 5.9 6.4 18.8 17.7 19.3 19.1 18.7 7.0 0.1
6.7 7.6 5.8 6.0 6.8 6.9 7.0 7.3 7.0 9.2 0.3
19.2 15.4 11.9 3.5 2.0 2.7 2.6 8.8 4.0 7.7 0.2
6.1 5.7 5.4 2.6 1.1 1.3 1.9 4.5 2.2 5.6 0.1
3.0 2.2 2.7 0.3 2.7 4.2 5.4 7.7 5.0 7.7 0.1
56.6 22.7 -21.4 -7.9 14.6 11.5 20.6 7.8 13.4 7.4 0.2
12.2 12.1 5.5 -8.9 -6.7 -3.3 -0.9 13.0 0.2 12.0 0.4
4.6 7.2 4.5 15.7 18.4 16.1 19.8 7.3 15.1 11.3 0.1
0.2 4.2 5.9 9.2 4.9 4.8 5.4 7.0 5.5 8.2 0.1
9.3 10.7 5.1 2.5 10.3 5.6 5.8 6.5 7.0 5.9 5.9
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa Lainnya
Triwulan I 2015
PDRB
2013 2014
Pertanian, Kehutanan & Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik Dan Gas
Pengadaan Air
Konstruksi
Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan
Real Estate
Jasa Perusahaan
LAPANGAN USAHA
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
9
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha
Pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan yang
cukup signifikan dan hanya tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih rendah dari pencapaian
triwulan I 2014 yaitu 10,3% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, sumber utama pertumbuhan
Jambi pada triwulan I 2015 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan
kontribusi 2,0%, diikuti sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor sebesar 1,2% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,8%. Sementara
dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan I 2015 terjadi
pada sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 14,1%
(yoy), sektor jasa pendidikan sebesar 12,0% (yoy) diikuti sektor jasa kesehatan dan kegiatan
sosial sebesar 11,3% (yoy). Tingginya pertumbuhan 3 (tiga) sektor tersebut utamanya
didorong oleh pertumbuhan konsumsi awal tahun seiring kenaikan UMP dan dampak
penurunan harga BBM pada Januari 2015, penyelenggaraan pendidikan semester baru dan
peningkatan kuantitas pengguna jasa kesehatan.
Secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan tumbuh sedikit lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dari 0,2% (qtq) menjadi 0,5% (qtq). Sektor jasa
kesehatan dan kegiatan sosial mencatat pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu 5,5% (qtq)
disusul oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 3,5% (qtq) serta sektor
informasi dan komunikasi sebesar 3,1%. Namun kontraksi yang dialami oleh sektor
pertambangan dan penggalian (-1,8% (qtq)) serta sektor konstruksi (-4,5% (qtq))
merupakan faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi.
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan I 2015
tercatat sebesar Rp38,9 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan sebesar 28,1%, pertambangan dan penggalian sebesar 18,1%
serta sektor industri pengolahan sebesar 10,9% (Grafik 1.3). Dengan demikian, struktur
ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan
triwulan IV 2014 (Grafik 1.2).
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
10
Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2014
Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2015
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan I 2015
mengalami pertumbuhan sebesar 7,7% (yoy) atau 3,5% (qtq). Secara tahunan sektor ini
mengalami pertumbuhan terbatas dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2014 (7,6%
(yoy)). Akan tetapi secara triwulanan, sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan dibandingkan kontraksi yang terjadi di triwulan IV 2014 (-2,4% (qtq)).
Peningkatan pertumbuhan sektor ini disebabkan oleh harga Crude Palm Oil (CPO)
yang memiliki tren peningkatan pada triwulan laporan karena adanya peningkatan
permintaan dari industri pengolahan sawit. Di sisi lain, terdapat pula peningkatan pada
produksi komoditas karet di Provinsi Jambi. Namun demikian, pertumbuhan sektor
pertanian sedikit tertahan dengan belum membaiknya sub sektor perkebunan sejalan
dengan masih lesunya harga komoditas karet internasional seiring dengan melemahnya
permintaan global terhadap komoditas perkebunan utama Provinsi Jambi yang berimbas
pada harga karet alam di tingkat lokal yang belum ideal.
Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan
laporan tercatat sebesar Rp1.723,6/kg, naik 5,67% (qtq) dari harga triwulan lalu. Sementara
PERTANIAN, KEHUTANAN
DAN PERIKANAN,
26,7%
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN, 20,5%
INDUSTRI PENGOLAHAN,
10,8%
PERDAGANGAN BESAR,ECERAN DAN REPARASI MOBIL,SEPEDA MOTOR 9,3%
KONSTRUKSI, 7,2%
LAINNYA, 25,5%
PERTANIAN, KEHUTANAN
DANPERIKANAN,
28,1%
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN, 18,1%
INDUSTRI PENGOLAHAN,
10,9%
PERDAGANGAN BESAR, ECERAN DAN REPARASI
MOBIL DAN SEPEDA
MOTOR, 9,8%
KONSTRUKSI, 7,0%
LAINNYA, 26,0%
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
itu harga CPO di Jambi sebesar Rp7.644,84/kg atau naik 1,52% (qtq). Di lain pihak harga
rata-rata CPO di tingkat internasional mengalami penurunan sebesar 4,45% (qtq) dari
USD654,57/metric ton pada Triwulan IV 2014 menjadi USD625,44/metric ton pada Triwulan
I 2015. (Grafik 1.4). Peningkatan harga jual di dalam negeri disebabkan oleh meningkatnya
permintaan dari industri pengolahan sawit. Sedangkan tren penurunan harga kelapa sawit
internasional, disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah turunnya permintaan negara
importir sawit.
Grafik 1.4. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal,
Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
Berbeda dengan harga kelapa sawit, harga bahan olah karet (bokar) di Jambi masih
belum baik dan mengalami penurunan dari rata-rata Rp15.127/kg menjadi Rp14.874/kg
(turun 1,67% (qtq)) (Grafik 1.5). Penurunan harga bokar tersebut mengikuti tren
penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 4,49% (qtq) dari USD192,7/cent per
kg menjadi USD184,1/cent per kg (Grafik 1.8). Apabila dibandingkan dengan rata-rata
harga pada Triwulan I tahun 2014, harga bokar di Jambi turun cukup signifikan mencapai
29,8% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Jambi bahwa tren menurunnya harga karet internasional utamanya
disebabkan antara lain oleh: 1.) masih lemahnya permintaan global serta tingginya
persediaan stok karet di negara konsumen, utamanya Tiongkok, 2) harga minyak mentah
dunia yang masih rendah sebagai bahan baku karet sintetis yang merupakan produk
substitusi karet alami.
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2012 2013 2014 2015
Harga (Rp)
CPO INTI TBS 10 TAHUN CPO Int'l
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
12
Grafik 1.5. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi
Walaupun kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2015 belum maksimal, Nilai Tukar
Petani (NTP) tercatat mengalami sedikit peningkatan menjadi 95,95 dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 95,42. Peningkatan NTP terjadi karena penurunan harga
BBM yang berujung pada menurunnya biaya produksi serta meningkatnya permintaan akan
komoditas yang dihasilkan. Walaupun indeks yang diterima petani lebih kecil dari triwulan
IV 2014, tetapi indeks yang dibayar mengalami penurunan yang jauh lebih dalam, seperti
terlihat pada grafik 1.6.
Walaupun NTP mengalami sedikit peningkatan2, banyaknya petani yang masih
menggantungkan pada satu sumber pendapatan saja menjadi faktor risiko yang perlu
diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat
produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu
dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program pertanian
terpadu. Selain itu, petani juga dapat diperkenalkan pada produk substitusi dari komoditas
yang dihasilkannya sekarang.
2 Untuk tanaman perkebunan rakyat, nilai NTP yang lebih tinggi karena indeks bayar turun akibat turunnya biaya produksi sebagai imbas dari penurunan harga BBM.
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2345 678 9101112123 456 7891011121 2345 678 9101112123
2012 2013 2014 2015
USD cent/KgRp/Kg
Harga Bokar (Rp/kg)
Harga Karet Internasional (USD cent/kg)
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
Grafik 1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian yang pada triwulan I 2015 menyumbangkan
nilai tambah sebesar Rp7,0 triliun (pangsa 18,1%), merupakan sektor ekonomi terbesar
kedua di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini mampu tumbuh sebesar 3,2% (yoy),
jauh lebih rendah daripada triwulan yang sama pada tahun lalu yang meningkat sebesar
6,3% (yoy). Secara triwulanan, kinerja sektor ini juga relatif memburuk dan mengalami
penurunan atau kontraksi sebesar 1,8% (qtq), dibandingkan triwulan IV 2014 yang sudah
terkontraksi sebesar 1,1% (qtq).
Grafik 1.7. Pertumbuhan Lifting (Barrel) Minyak Grafik 1.8. Pertumbuhan Lifting (MMBTU) Gas
90
95
100
105
110
115
120
125
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014 2015
Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100
indeks terima indeks bayar NTP
-80
-60
-40
-20
0
20
40
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
2011 2012 2013 2014 2015
Th
ou
sa
nd
s
Lifting (Barel)
qtq Growth
-120
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
-
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
2011 2012 2013 2014 2015
Th
ou
sa
nd
s
Lifting (MMBTU)
qtq growth
Sumber: BPS (diolah)
Sumber: BPS dan ESDM (diolah) Sumber: BPS dan ESDM (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
14
Berdasarkan data dari ESDM, diketahui bahwa terdapat penurunan drastis pada
lifting Migas pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan oleh penurunan produktifitas sumur-
sumur migas eksisting dan belum adanya penemuan sumber migas baru di Provinsi Jambi.
Penurunan serupa juga dialami hampir di setiap Provinsi penghasil migas. Sementara itu,
kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi Jambi pada triwulan laporan
cenderung stabil.
Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian secara tahunan lebih
disebabkan oleh faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sehingga nilai
jual ekspor dalam rupiah menjadi lebih tinggi. Berdasarkan keterangan BPS, para pelaku
usaha saat ini cenderung untuk menjual stok dan mengurangi produksi. Hal ini sejalan
dengan data lifting migas Provinsi Jambi.
3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan menyumbang output terhadap perekonomian Jambi
sebesar Rp4,3 triliun (10,9%), sedikit meningkat sebesar 1,6% (yoy) dibandingkan triwulan
IV 2014 (1,5% (yoy)), akan tetapi jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I
2014 (5,7% (yoy). Secara triwulanan, sektor industri pengolahan mengalami penurunan
atau kontraksi sebesar 0,1% (qtq).
Penurunan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan dibandingkan
triwulan yang sama tahun lalu didorong oleh belum membaiknya harga jual pada sub sektor
industri pengolahan karet sejalan dengan masih lemahnya permintaan karet global. Hal ini
membuat para pelaku usaha tidak tergerak untuk meningkatkan pengolahan akan
komoditas karet. Selain itu, penurunan pada industri pengolahan juga mengindikasikan
bahwa terjadi perlambatan pada pertumbuhan ekonomi yang ditandai oleh berkurangnya
permintaan akan barang barang olahan (Tabel 1.2). Akan tetapi, jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya industri pengolahan karet sudah menunjukkan sedikit
perbaikan.
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Walaupun industri
pengolahan secara umum
mengalami penurunan
secara triwulanan, kinerja
industri pengolahan karet
tetap mengalami
peningkatan walaupun
melambat. Hal ini
dikonfirmasi oleh data
Gapkindo (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi, yang menyatakan
bahwa produksi karet dalam triwulan I 2015 sebesar 78.097 ton (Grafik 1.9), meningkat
5,57% (qtq) dibandingkan triwulan lalu. Akan tetapi jika dilihat secara tahunan,
produksi karet mengalami penurunan sebesar 14,5% (yoy) dibandingkan triwulan I
20143.
4. Sektor-sektor Lain
Pada triwulan I 2015, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan
sepeda motor menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp3,8 triliun (pangsa 9,8%).
Pertumbuhan sektor ini mencapai 14,1% (yoy) dan merupakan sektor yang memiliki
pertumbuhan terbesar pada triwulan I 2015, dengan andil pertumbuhan 1,2% yang
utamanya didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan
eceran di Jambi. Peningkatan aktivitas perdagangan sejalan dengan meningkatnya konsumsi
3 Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
Trw I-14 Trw I I-14 Trw I I I-14 Trw IV-14 Trw I-15 Trw I-14 Trw I I-14 Trw I I I-14 Trw IV-14 Trw I-15
Industri Makanan -21.8 24.0 -1.5 1.9 -10.3 -6.4 17.6 9.3 0.5 11.2
Industri Minuman -2.8 3.5 -5.2 -7.5 -2.4 -1.1 -7.0 -10.6 -17.8 -17.4
Industri Karet dan Barang dari
Karet dan Barang dari Plastik
-1.1 14.5 -10.5 -12.4 -8.3 4.3 17.1 0.5 -11.5 -16.9
I B S -6.57 10.34 -5.44 -0.02 -2.70 -0.76 8.66 2.05 -1.95 1.40
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Jenis Industri qtq yoy
Pertumbuhan
Grafik 1.9. Perkembangan Produksi Karet Jambi
Sumber: Gapkindo Cabang Jambi
88,713 85,867
81,805
68,679 74,585
77,418 76,065
75,165
74,563
94,647 92,488
75,504
91,329 93,439
87,584
73,974 78,097
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I
2011 2012 2013 2014 2015
Volume Produksi Bokar (Ton) Pertumbuhan (%qtq)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
16
masyarakat sehubungan kenaikan UMR tahun 2015 serta efek dari penurunan harga BBM
pada awal tahun. Momen tahun ajaran baru dan tahun baru China juga turut menjadi
faktor peningkatan sub sektor perdagangan besar dan eceran.
Sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum
tumbuh 7,0% (yoy), melambat
dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan I 2014 yang
mencapai pertumbuhan
sebesar 18,8% (yoy).
Perlambatan ini disebabkan
oleh efek aturan pemerintah
yang melarang PNS untuk
mengadakan rapat di hotel yang berlaku selama bulan Januari dan Februari, namun telah
direvisi pada Maret 2015.
Berdasarkan data BPS, tingkat hunian hotel mengalami penurunan yang cukup
dalam pada triwulan I 2015 (Grafik 1.10). Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan
sebesar 37,6%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu (44,4%), serta triwulan
yang sama tahun lalu (44,87%). Jumlah tamu menginap pada triwulan laporan juga turun
signifikan sebesar 14,5% (yoy) atau 17,9% (qtq) menjadi 56.219 orang.
Sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor pengadaan air masing-masing
tumbuh sebesar 6,1% (yoy) dan 4,1% (yoy). Akan tetapi secara triwulanan, sektor
pengadaan listrik dan gas mengalami kontraksi yang cukup signifikan, yaitu sebesar 10,3%
(qtq), memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 10,9%
(qtq)).
Terjadinya kontraksi pertumbuhan triwulanan sub sektor pengadaan listrik
tercermin dari menurunnya jumlah konsumsi listrik di Jambi sebesar 5,8% (qtq). Akan tetapi
jika dilihat secara tahunan, konsumsi listrik dan jumlah pelanggan tetap mengalami
kenaikan, sama dengan pertumbuhan sektor tersebut masing-masing sebesar 3,8% (yoy)
dan 7,2% (yoy). Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama triwulan laporan mencapai 253,0
Grafik 1.10. Tingkat Hunian Hotel
50,821
57,930
47,293
58,288 55,338
72,902
62,409 66,748 65,742
81,909
59,533
68,453
56,219
0
10
20
30
40
50
60
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I
2012 2013 2014 2015
Jumlah Tamu Menginap T. Hunian Hotel (RHS)
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
MWH (Grafik 1.11) dengan jumlah pelanggan mencapai 377.065 rekening (Grafik 1.12).
Berdasarkan penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di Jambi adalah kelompok rumah
tangga yang mencapai 565.400 rekening (91,9%) dengan konsumsi daya listrik mencapai
235,6 MWH (65,4%).
Grafik 1.11. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.12. Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN
Peningkatan sektor pengadaan air juga didukung oleh peningkatan pemakaian air
bersih yang dicatat oleh PDAM Tirta Mayang (Grafik 1.13). Pada triwulan laporan
pemakaian air bersih menunjukkan peningkatan (3,8% (yoy)) atau 3,7% (qtq). Rata-rata
konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 860,6
ribu M3, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (830,0 ribu M3).
Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 6,3% (yoy) dengan andil
pertumbuhan 0,2%, menurun dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (7,2%
yoy) dan triwulan I 2014 (10,5% (yoy)). Perlambatan pertumbuhan tersebut utamanya
disebabkan oleh sudah berakhirnya momen liburan akhir tahun 2014.
200 210 225 220 230
242 240 249 244 260 265 268
253
-
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
KW
H (
dal
am ju
ta)
Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah)
295 302 308 318 324 331 338 345 352 357 362 371 377
-
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
rib
u p
ela
ng
ga
n
Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah)
858 852
863 857 853 867
854 847 837
844 833 830
861
-1.6
-0.7
1.3
-0.7 -0.5
1.7
-1.5-0.9 -1.1
0.8
-1.3
-0.3
3.7
(3)
(1)
1
3
5
700720740760780800820840860880900
Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1
2012 2013 2014 2015
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014
ribu M3
Total Konsumsi Air (LHS) Pertumbuhan (RHS)
Grafik 1.13. Perkembangan Total Pemakaian Air bersih
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
18
Perlambatan pertumbuhan ini juga dapat dilihat dari jumlah penumpang, baik yang
datang maupun berangkat dari bandara Sultan Thaha Jambi. Data dari PT Angkasa Pura II
(Persero) menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan IV 2014. Jumlah penumpang
(total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak 296.572 orang,
menurun 9,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.14). Secara umum,
jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang
datang ke Jambi. Berdasarkan perkembangan jumlah bongkar dan muat barang di bandara
Sultan Thaha Jambi, terjadi kenaikan jumlah barang yang dibongkar sebesar 1,3% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun untuk barang yang dimuat dari kargo
pesawat mengalami penurunan sebesar 12,7% (qtq) (Grafik 1.15)
Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan I 2015 adalah sektor jasa
pendidikan sebesar 12,0% (yoy) dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3%
(yoy).
C. PDRB Sisi Penggunaan
Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan
laporan mengalami perlambatan utamanya didorong oleh kontraksi konsumsi pemerintah
yang turun cukup dalam hingga mencapai 55,6% (qtq) dengan andil sebesar -6,3% (Tabel
1.3), diikuti dengan kontraksi di Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)
Grafik 1.14. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang
Grafik 1.15. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
020406080
100120140160180200
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
ribu orang
Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang
0
500
1000
1500
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
ton
Jumlah Bongkar Jumlah Muat
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
sebesar 7,2% (qtq) yang mencerminkan bahwa tingkat investasi di Provinsi Jambi berkurang
yang berujung pada pertumbuhan ekonomi Jambi yang relatif terbatas.
Berdasarkan strukturnya, 45,1% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi
rumah tangga, diikuti dengan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto)
19,9%, Net Ekspor 28,2% dan konsumsi pemerintah 5,3% (Grafik 1.17). Pangsa struktur
tersebut cenderung tidak mengalami banyak perubahan berarti dari waktu ke waktu. Pada
triwulan I 2014, pangsa konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-masing
sebesar 45,2% dan 5,1%. Adapun terdapat perubahan pangsa investasi fisik dari 24,6%
pada triwulan I 2014 yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan investasi (Grafik
1.16).
Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy)
Tahun 2014
I I I I I I IV I I I I I I IV Growth Growth Andil
3.6 3.7 2.9 2.9 11.5 11.4 12.6 12.5 12.0 4.1 1.8
8.5 8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 3.1 0.0
(0.8) (21.8) (20.5) 49.2 51.8 19.5 5.8 (25.5) (2.0) 2.8 0.1
(0.8) 12.4 17.2 25.0 13.9 (2.4) (17.4) (29.2) (11.2) (14.0) (3.5)
(25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 56.0 (239.1) 18.8 307.4 (426.3) (47.0) (1.4)
13.3 8.8 3.0 (17.4) 1.8 (3.0) (0.7) 41.3 8.4 17.3 11.5
1.4 (2.9) 11.0 (10.3) 5.6 4.2 (9.8) 3.7 0.5 6.0 2.7
9.3 10.7 5.1 2.5 10.3 5.6 5.8 6.5 7.0 5.9 5.9
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT
TW 2015
PDRB
2013 2014
Ekspor
Impor
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Inventori
JENIS PENGELUARAN
Sumber : BPS (diolah)
Grafik 1.16. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Penggunaan Triwulan I tahun 2014
Grafik 1.17. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Penggunaan Triwulan I tahun 2015
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
20
1. Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku mencapai Rp17,3
triliun atau 44,6% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya
meningkat 4,06% (yoy), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014
(11,49% yoy) maupun triwulan IV 2014 (12,5% (yoy)). Secara triwulanan, konsumsi rumah
tangga pada triwulan laporan hanya tumbuh 0,04% (qtq), jauh melambat dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya (0,28% (qtq)) dan triwulan I 2014 (8,15% (qtq)). Hal ini
sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh turunnya
pendapatan akibat masih rendahnya harga komoditas kelapa sawit dan karet.
Melemahnya kinerja konsumsi rumah tangga juga tercermin dari angka indeks
tendensi konsumen (ITK), dimana bila angka indeks di bawah 100 maka terjadi penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2015 ITK hanya sebesar 91,74 , lebih
rendah dari triwulan sebelumnya (104,8) (Tabel 1.4). Hal ini dipengaruhi oleh ITK komoditas
makanan dan bukan makanan yang mengalami penurunan pada level 91,0, lebih rendah
dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar 110,1. Penurunan juga dipengaruhi dari tingkat
pendapatan rumah tangga kini yang hanya sebesar 87,3 pada triwulan laporan, jauh lebih
rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 101,5 dan triwulan I 2014 sebesar 105,7.
Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen
Sementara itu, penyaluran kredit real estate juga menunjukkan perlambatan
pertumbuhan dari sebesar 3,6%(yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi hanya 0,9% (yoy)
pada triwulan I 2015. Jika dibandingkan dengan triwulan I 2014 (26,4% yoy), perlambatan
jelas sangat terlihat (Grafik 1.18). Hal ini seiring dengan belum kunjung membaiknya kinerja
4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan
Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.Angka yang masih diatas 100, menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi.
Variabel PembentukTriwulan
I - 2013
Triwulan
II - 2013
Triwulan
III - 2013
Triwulan
IV - 2013
Triwulan
I - 2014
Triwulan
II - 2014
Triwulan
III - 2014
Triwulan
IV - 2014
Triwulan
I - 2015
Pendapatan rumah tangga kini 101.7 106.9 112.2 108.4 104.5 117.1 117.6 101.5 87.3
Pengaruh inflasi terhadap tingkat
konsumsi 106.9 108.5 109.1 105.2 105.2 107.4 108.9 106.9 100.4
Tingkat konsumsi beberapa komoditi
makanan dan bukan makanan 100.7 104.2 116.8 106.2 109.0 106.2 115.1 110.1 91.0Indeks Tendensi Konsumen 102.9 106.7 112.3 107.1 105.7 112.2 114.7 104.8 91.7
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
kredit di sektor tersebut yang tercermin dari nilai NPL kredit kepada sub sektor pemilikan
rumah tinggal sampai dengan tipe 21 yang mengalami kenaikan (memburuk) dari 5,1%
menjadi 6,4%, jauh melebihi tingkat maksimal NPL sebesar 5%.
Grafik 1.18. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan
sebesar Rp2,1 triliun dan hanya meningkat 2,8%(yoy), tetapi mengalami kontraksi jika
dihitung secara triwulanan (55,6% (qtq)). Hal ini sejalan dengan tren realisasi belanja APBD
yang masih minim pada triwulan I tetapi akan meningkat pada akhir tahun seiring
selesainya pelaksanaan proyek pemerintah. Realisasi belanja APBD provinsi Jambi triwulan I
2015 sebesar Rp420,3 miliar (baru sebesar 12,0% dari APBD 2015) namun lebih tinggi dari
realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu (sebesar 1,4% dari APBD 2014).
2. Investasi
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan I 2015 yang
mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp7,7 triliun dengan pangsa 19,9%
dari total PDRB Jambi (Grafik 1.18). Pangsa investasi triwulan I 2015 relatif lebih rendah
dibandingkan dengan pangsa pada triwulan yang sama tahun 2014 (24,6%). Secara
tahunan, PMTDB / investasi mengalami kontraksi sebesar 14,0% (yoy) dan menjadi faktor
penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi.
Secara triwulanan, investasi juga mengalami kontraksi sebesar 7,2% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan investasi disebabkan beberapa faktor
16.5
5.2
11.3
40.3
40.149.8
27.115.4 16.8 16.0
33.4
28.2
26.422.0
5.63.6
0.9
0
10
20
30
40
50
60
0500
1,0001,5002,0002,5003,0003,5004,0004,500
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I
2011 2012 2013 2014 2015
Rp
Milia
r
Kredit Real Estate Pertumbuhan (% yoy)
Sumber : Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
22
diantaranya : 1.) realisasi belanja APBD 2015 yang yang masih minim pada awal tahun dan
2.) Proyek pemerintah dan swasta yang belum maksimal (penyerapan APDB pada triwulan I
2015 baru sebesar 15,87% pada pendapatan dan 11,96% pada pengeluaran).
Adapun penurunan investasi juga dikonfimasi oleh data indikator ekonomi konsumsi
semen yang tumbuh melambat sebesar 2,9% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya (20,5%(yoy)) dan triwulan I 2014 (10,0% (yoy)). (Grafik 1.19).
Grafik 1.19.Konsumsi Semen Provinsi Jambi
Perlambatan investasi tersebut dikonfirmasi juga dengan pertumbuhan kredit
investasi di Provinsi Jambi yang hanya sebesar 11,8% (yoy) jauh melambat dibandingkan
periode yang sama di tahun 2014 yang mampu tumbuh 47,7% (yoy) (Grafik 1.20). Secara
triwulanan, kredit investasi tumbuh sebesar 3,6% (qtq), relatif melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,8% (qtq).
11.9
20.0
1.8
(10.4)
8.8
10.3 12.4
37.9
(4.8)
12.8
(1.3)
41.3
10.0
23.3
34.5
20.54
2.9
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 2015
(%)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
KTon
Konsumsi Semen Pertumbuhan (yoy)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
Grafik 1.20.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Adapun berdasarkan data BKPM, total investasi yang ditanamkan di Provinsi Jambi baik dari
dalam maupun luar negeri pada triwulan I 2015 adalah sebesar Rp 59,2 triliun, dan
utamanya diinvestasikan pada sektor tanaman pangan dan perkebunan, kehutanan,
industri makanan, konstruksi dan peternakan. Jika dibandingkan dengan triwulan I 2014
dan triwulan IV 2014, terdapat penurunan yang cukup dalam sebesar 63,4% (yoy) atau
90,5% (qtq).
Tabel 1.5 PMA dan PMDN Provinsi Jambi
3. Perdagangan Eksternal
Berdasarkan data dari BPS, ekspor Provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain
pada triwulan I 2015 mencapai Rp28,1 triliun. Nilai ekspor tersebut (keluar daerah dan luar
negeri) meningkat sebesar 17,3% (yoy) tetapi secara triwulanan turun 2,5% (qtq). Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya perdagangan antar daerah perbatasan Provinsi Jambi,
terutama beras dan beberapa komoditas pangan lainnya yang sedang mengalami panen
pada bulan Maret 2015.
Di sisi lain, Impor provinsi Jambi pada triwulan I 2015 mencapai Rp17,2 triliun atau
lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi mengalami net
12.8
6.6
46.9
41.3
43.2
33.2
41.9
48.9 49.8
92.6
76.9
57.547.7
10.86.6
9.6511.82
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-
1
2
3
4
5
6
7
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I
2011 2012 2013 2014 2015
Rp T
riliu
n
Kredit Investasi (juta Rp) Pertumbuhan (%)
2015
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw I
PMA (USD juta) 16.4 6.1 11.2 0.6 24.2 5.6 5.5 16.1 17.9
PMDN (Rp miliar) - 1,302.7 288.5 1,208.5 161.7 65.5 55.9 621.7 59.2
Keterangan2013 2014
Sumber : LBU Bank Indonesia
Sumber : BKPM (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
24
eskpor sebesar Rp11,0 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami
peningkatan 6,0% (yoy).
3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi
Berdasarkan indikator
ekspor impor lainnya,
khususnya ekspor impor non
migas, Provinsi Jambi
mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan oleh masih
lemahnya permintaan global
akan komoditas ekspor, akan
tetapi pelemahan nilai tukar
rupiah membantu
meningkatkan nilai ekspor barang/jasa menjadi lebih tinggi sehingga penurunan tidak
menjadi terlalu dalam. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor
luar negeri Provinsi Jambi pada triwulan laporan sebesar USD248,7 juta, turun 5,7% (yoy)
dari triwulan yang sama tahun 2014 (USD263,6 juta). Sementara itu, impor luar negeri
sebesar USD25,7 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor
sebesar USD223,0 juta (Grafik 1.21).
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet
mentah (crude rubber) sebesar USD84,5 juta atau 34% dari total ekspor non migas Jambi,
diikuti oleh fixed vegetable oil dan pulp and paper masing-masing USD52,7 juta dan
USD32,3 juta (Grafik 1.22 dan 1.24). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat
bahwa ekspor produk primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun
pertambangan.
Grafik 1.21. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
(dalam satuan juta USD)
561 550489
398
330380
285 295262
295 302 284 264 278223
255 249
2183
28 39 34 17 26 31 17 39 82 115 72 54 39 21 26
539467 462
359296
363
259 265 245256
220 169192
225184
234 223
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Trw I Trw II TrwIII
TrwIV
Trw I Trw II TrwIII
TrwIV
Trw I Trw II TrwIII
TrwIV
Trw I Trw II TrwIII
TrwIV
Trw I
2011 2012 2013 2014 2015
Ekspor Impor Net Ekspor
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
Grafik 1.22. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi
Kenaikan nilai ekspor terbesar pada triwulanan laporan dialami komoditas minyak
dan lemak sayur (fixed vegetable oil), sebesar 178,0% (yoy), diikuti oleh komoditas pulp dan
kertas (41,1% (yoy)) serta komoditas batu bara (4,3% (yoy)). Sementara itu, penurunan nilai
ekspor Provinsi Jambi pada triwulan laporan utamanya terjadi pada komoditas karet mentah
sebesar 47,29% (yoy) atau (9,24% (qtq)).
Dari sisi volume, hampir semua komoditas mengalami peningkatan volume ekspor
dengan peningkatan tertinggi pada komoditas minyak dan lemak sayur sebesar
299,0%(yoy) diikuti oleh pulp dan kertas sebesar 45,9% (yoy) (Grafik 1.24). Meningkatnya
permintaan akan komoditas minyak dan lemak sayur (fixed vegetable oil) seperti CPO
menjadi penyebab utama akan kenaikan ini. Harga internasional CPO yang memiliki tren
meningkat juga penjadi penyumbang akan peningkatan ini. Adapun komoditas yang
mengalami penurunan volume ekspor adalah komoditas karet mentah (22,0% (yoy)) atau
(4,2% (qtq)). Melemahnya permintaan karet yang diikuti dengan merosotnya harga karet
internasional menyebabkan penurunan nilai dan volume ekspor karet mentah (crumb
148.9
77.9
42.8
-20.3-41.1
-31.0-41.7
-25.8
-20.7 -22.35.9
-3.90.7
-5.8-26.2
-10.2-5.7
-100.0
-50.0
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Tw I
2011 2012 2013 2014 2015
Lainnya Batu Bara, Kokas dan Briket
Fixed Vegetable Oil Crude Rubber
G. Ekspor
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.23. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama
Grafik 1.24. Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi
Volume (ton)
Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
26
rubber) Provinsi Jambi. Selain itu, rendahnya kualitas karet di Jambi yang memiliki karakter
karet kotor turut menyebabkan terbatasnya harga jual.
Grafik 1.25. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.25), ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke
negara China yang mencapai USD 33,5 juta dan diikuti oleh Malaysia sebesar USD18,2 juta.
Meningkatnya ekspor Jambi ke China utamanya disumbangkan oleh ekspor komoditas CPO
seiring dengan usaha pemerintah China dalam meningkatkan perindustrian dalam menjaga
pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, dalam menjaga konektivitas dan kelancaran
distribusi ekspor, infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi menjadi
salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam mengekspor secara langsung ke
negara tujuan.
3.2. Impor Luar Negeri Provinsi Jambi
Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.27) tercatat sebesar USD25,7 juta, naik
sebesar 22,7% (qtq) tetapi mengalami penurunan bila dihitung secara tahunan (64,2%
(yoy)). Berdasarkan pangsanya (Grafik 1.27), impor Jambi didominasi oleh mesin industri
tertentu/khusus (USD7,8 juta atau 30,2%).
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I
2012 2013 2014 2015
Lainnya India Eropa RRC Jepang Malaysia Amerika Serikat
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
juta USD
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
27
Grafik 1.26. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
Grafik 1.27. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
34
17
26 31
17
39
82
72 72
54
39
2126
-12.2
-50.2
53.5
17.3
-45.3
134.0
110.6
-11.9
-1.0
-25.0
-28.3
-45.8
22.7
-100
-50
0
50
100
150
200
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I
2012 2013 2014 2015
Impor (juta USD) g. Impor (RHS)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I TrwII
TrwIII
TrwIV
Trw I
2012 2013 2014 2015
Lainnya
Alat Pengangkutan Lainnya
Mesin Pembangkit Tenaga
Mesi Industri dan Perlengkapannya
Besi dan Baja
Mesin Industri Tertentu/Khusus
Impor (juta USD)
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
29
BOKS. 1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP
PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Boks.1
DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PEREKONOMIAN
PROVINSI JAMBI
Pelemahan nilai tukar rupiah seiring dengan penguatan nilai tukar dollar
Amerika dalam beberapa bulan terakhir memberikan dampak langsung maupun tidak
langsung terhadap perekonomian Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat
positif dan sebaliknya dapat juga berpengaruh negatif terhadap kinerja perekonomian.
Bagaimana dampak tersebut pelemahan nilai tukar rupiah terhadap perekonomian
Jambi, khususnya terhadap kinerja pelaku usaha? Berikut merupakan analisis dampak
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap perekonomian Jambi berdasarkan hasil liaison
dan quick survey terhadap perusahaan di Provinsi Jambi yang bergerak di bidang
ekspor dan impor barang dan jasa.
Apa yang Menyebabkan Pelemahan Nilai Tukar Rupiah?
Terdapat dua faktor yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah. Dari
faktor eksternal, Pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh menguatnya nilai tukar
dollar seiring dengan membaiknya perekonomian Amerika Serikat yang diperkirakan
akan tumbuh relatif tinggi di akhir tahun 2015 ini. Selain itu, rencana Federal Reserve
untuk menaikkan suku bunga acuan juga menjadi faktor penguatan nilai tukar dollar
Amerika Serikat.
Selain faktor eksternal, faktor domestik seperti defisit neraca berjalan (Current
Account Deficit) yang dialami oleh Indonesia, meskipun telah berhasil diminimalisir
pada bulan terakhir, merupakan salah satu faktor penyebab melemahnya nilai tukar
rupiah.
Apa Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah?
Secara teori ekonomi, pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak terhadap
kinerja usaha, khususnya yang menggunakan transaksi dalam bentuk valas atau
bentuk penjualan ataupun biaya produksi yang secara langsung maupun tidak
langsung dikaitkan dengan nilai valas.
Hasil liaison dan quick survey kepada beberapa pelaku usaha di Provinsi Jambi,
terutama perusahaan sawit dan karet, menginformasikan bahwa pelemahan nilai
tukar rupiah memberikan dampak positif di tengah melemahnya permintaan global
dan rendahnya harga internasional komoditas CPO dan Crumb Rubber. Meskipun
harga internasional relatif rendah, namun pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan
nilai penjualan perusahaan dalam rupiah menjadi lebih baik. Meskipun pelemahan
nilai tukar rupiah cenderung menguntungkan bagi perusahaan yang berorientasi
ekspor, namun tingkat permintaan dan harga internasional merupakan faktor yang
30
BOKS. 1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP
PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
lebih dominan sebagai determinan kinerja perusahaan. Apabila kondisi ini tetap
terjadi hingga triwulan II 2015, mayoritas perusahaan memperkirakan tidak akan ada
perubahan dalam kinerja perusahaan. Adapun sebagian besar lainnya mengatakan
penurunan dalam kinerja perusahaan dan tidak ada yang memperkirakan kenaikan.
Untuk harga jual produk, mayoritas perusahaan masih memperkirakan harga jual akan
tetap sama dengan triwulan I 2015.
Grafik 1. Perkiraan Kinerja Triwulan II 2015 Grafik 2. Perkiraan Harga Jual Produk Triwulan II
2015
Sebaliknya, pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan terjadinya kenaikan
biaya produksi perusahaan terutama untuk pembelian bahan baku yang
menggunakan konten impor. Mayoritas perusahaan (75%) (grafik 3), mengatakan
bahwa biaya perusahaan akan meningkat pada triwulan II 2015, dikarenakan bahan
baku yang digunakan belum dapat disediakan dari dalam negeri.
Kenaikan biaya produksi di tengah rendahnya harga komoditas global semakin
mengikis margin perusahaan. Pengikisan margin semakin terasa bagi perusahaan yang
menggunakan bahan baku dengan konten impor namun dengan orientasi penjualan
domestik. 58% dari total perusahaan (grafik 4) memperkirakan terdapat pengurangan
margin usaha jika pelemahan nilai tukar tetap terjadi hingga triwulan II 2015.
0%
58%
42%
Naik Tetap Turun
25%
42%
33%
Naik Tetap Turun
31
BOKS. 1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP
PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Grafik 3. Perkiraan Total Biaya Triwulan II 2015 Grafik 4. Perkiraan Margin Usaha Triwulan II 2015
Selain itu, pelemahan nilai tukar juga memberikan dampak negatif terhadap
iklim investasi perusahaan. Beberapa perusahaan melakukan penundaan investasi
hingga nilai tukar dirasa cukup stabil dan wajar dalam melakukan investasi. Saat ini,
investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak untuk investasi yang bersifat segera
seperti melakukan penggantian mesin atau sarana produksi dan maintenance.
Dari segi pembiayaan, mayoritas perusahaan tidak terpengaruh terhadap
pelemahan nilai tukar karena pembiayaan yang digunakan berasal dari dalam negeri
dan menggunakan mata uang rupiah. Bagi semua perusahaan, kestabilan nilai rupiah
sangat diharapkan oleh responden dan berpengaruh besar dalam perencanaan bisnis
dan investasi mereka.
Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan
Pelemahan nilai tukar rupiah memberikan dampak yang positif tetapi di sisi lain
juga memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja perekonomian. Pelemahan
nilai tukar sangat membantu kinerja eksportir namun di sisi lain menyebabkan
bertambahnya biaya produksi usaha sejalan dengan meningkatnya harga barang dan
jasa yang mempunyai konten impor. Kestabilan nilai tukar rupiah sangatlah penting
bagi pelaku usaha dalam membuat perencanaan dan melakukan kebijakan bisnis
mereka.
Pada triwulan I 2015, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 4,4% (qtq) ke
level Rp12.807 per dolar AS. Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung stabilitas makroekonomi
yang terjaga dan penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih sehat dan
berkesinambungan.
75%
17% 8%
Perkiraan Total Biaya Triwulan II 2015
Naik Tetap Turun
8%
33% 58%
Perkiraan Margin Usaha Triwulan II 2015
Naik Tetap Turun
33
BAB II INFLASI
A. Kajian Umum
Pada triwulan I 2015, inflasi kota Jambi tercatat 4,88%(yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (8.72%(yoy)), dan lebih rendah dari inflasi
nasional (6,38%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan I dalam tiga tahun
terakhir (5,83%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar
4,92% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional5.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, penurunan inflasi di Kota Jambi
utamanya disebabkan oleh deflasi kelompok volatile food sebesar 0,3% (yoy)
yang utamanya disebabkan tren penurunan harga cabai merah sepanjang
triwulan I 2015. Sementara itu, inflasi terjadi pada kelompok administered price
yang mencapai 13,4% (yoy) (Grafik 2.2). Inflasi kelompok tersebut utamanya
disebabkan kenaikan harga BBM jenis Bensin dan Solar pada bulan Maret 2015,
kenaikan tarif angkutan udara seiring diberlakukannya Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 91 Tahun 2014 tentang perubahan kedua atas
5 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya
hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
3.90
6.80
4.43
4.22
6.06
5.24
7.96
8.74 7.51
6.47
4.31
8.72
4.88
3.974.53
4.31
4.30 5.90
5.90
8.40
8.38
7.32
6.70
4.53
8.36 6.38
0
5
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2012 2013 2014 2015
Persen (%)
Kota Jambi Nasional
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
34
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2014 tentang mekanisme
formulasi perhitungan dan penetapan tarif batas atas penumpang pelayanan
kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri, kenaikan harga
LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan
harga LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015. Inflasi inti cenderung stabil di level
3,2% (yoy).
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy)
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota
Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi 2,57% (qtq), menurun
tajam dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (5,38% (qtq)). Pergerakan
angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015
masing-masing sebesar 0,89%, 1,50% dan 0,20%.
Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami deflasi
sebesar 2,52% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya
(5,24% (qtq)) dengan pergerakan angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan
Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,53%, 1,33% dan
0,68%.
Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-3 (tiga)
terendah dari daftar kota dengan tingkat inflasi di Sumatera. Sementara Bungo
3.86 4.144.41 4.35 4.28 4.08 4.13 3.44 3.35 3.25
3.71 3.433.42 3.20
4.47 4.08 4.294.80
3.351.84
-1.81
3.48
1.36
8.39
11.77
4.24
1.89
-0.27
18.92 19.42 19.4817.69
13.43
6.60 6.08 6.117.21
10.75
16.20
13.6612.69 13.43
-5
0
5
10
15
20
25
Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15
Yoy Core Yoy Volatile Yoy Administered Yoy inflasi
Sumber : BPS Provinsi Jambi, diolah menggunakan pendekatan sub kelompok
INFLASI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
35
menempati urutan ke-4 (empat) terendah. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung
Pinang, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Metro (Grafik 2.3).6
Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera
per Maret 2015
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi kota Jambi utamanya
disebabkan oleh deflasi kelompok bahan makanan sebesar 0,20% (yoy) dengan
kontribusi inflasi sebesar -0,04%. Kelompok bahan makanan menjadi satu-
satunya kelompok yang mengalami deflasi secara year on year. Deflasi kelompok
bahan makanan tersebut disebabkan oleh menurunnya harga cabe merah dan
beras seiring dengan mulai stabilnya pasokan cabe merah dan beras. Panen raya
beras yang dimulai di Bulan Maret 2015, operasi pasar yang dilakukan BULOG
dan kebijakan Pemerintah untuk kembali membagikan raskin pada bulan Februari
2015 mampu menurunkan harga beras yang sempat mengalami kenaikan pada
awal tahun 2015. Secara triwulanan kelompok tersebut juga mengalami deflasi
6 Sumber: BPS Provinsi Jambi
0.00%
2.50%
5.00%
7.50%
10.00%
TAN
JUN
G P
INA
NG
BEN
GK
ULU
BA
ND
AR
LA
MP
UN
G
TAN
JUN
G P
AN
DA
N
PA
NG
KA
L P
INA
NG
PA
DA
NG
DU
MA
I
MED
AN
PA
LEM
BA
NG
SIB
OLG
A
PEK
AN
BA
RU
LUB
UK
LIN
GG
AU
BA
TAM
MEU
LAB
OH
TEM
BIL
AH
AN
LHO
KSE
UM
AW
E
BA
ND
A A
CEH
PA
DA
NG
SID
EMP
UA
N
PEM
ATA
NG
SIA
NTA
R
BU
NG
O
JAM
BI
BU
KIT
TIN
GG
I
MET
RO
Inflasi Nasional
Sumber: BPS (diolah)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
36
yang cukup besar sebesar 10,52% (yoy) dengan kontribusi yang tinggi yaitu
sebesar -2,66%.
Sementara itu, sumbangan terbesar inflasi year on year di kota Jambi pada
triwulan ini bersumber dari kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar
yang mengalami lonjakan inflasi sebesar 9,59% (yoy) dengan sumbangan ke
inflasi tahunan mencapai 2,18% dan sumbangan ke inflasi triwulanan mencapai
0,30% (Tabel 2.1). Tingginya inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan
Bakar tersebut seiring dengan kenaikan harga LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran
Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014, kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan
Maret 2015 dan kenaikan tarif tenaga listrik untuk konsumen dengan
penggunaan daya diatas 2.200VA.
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami inflasi
7,46% (yoy) dengan sumbangan ke inflasi tahunan mencapai 1,46%. Inflasi
kelompok tersebut secara tahunan disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan
udara seiring diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 91
Tahun 2014 dan kenaikan harga BBM jenis Bensin dan Solar pada bulan Maret
2015 yang diikuti oleh tarif angkutan antar kota. Namun, secara triwulanan
kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami deflasi
3,52%(qtq) yang disebabkan indeks yang tinggi pada kelompok tersebut per
Desember 2014 yang diakibatkan oleh naiknya harga BBM bersubsidi pada akhir
tahun 2014. Dikarenakan terjadi penurunan harga BBM jenis Bensin dan Solar
pada bulan Januari 2015, maka indeks kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan menjadi cenderung menurun dan mengalami deflasi jika dilihat secara
triwulanan.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi
sebesar 6,86% (yoy) dengan sumbangan kepada inflasi tahunan sebesar 1,15%
yang utamanya disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa mie, nasi
dengan lauk, roti manis dan ayam goreng serta sub kelompok tembakau &
minuman beralkohol berupa rokok kretek filter. Secara triwulanan, kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar
2,43%(qtq) dengan sumbangan sebesar 0,39%.
INFLASI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
37
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,73% (yoy) dengan
kontribusi sebesar 0,05% ke inflasi tahunan, sedangkan secara triwulanan
mengalami inflasi sebesar 0,76% (qtq) dengan andil sebesar 0,05%.
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 2,81% (yoy) dan
memberikan kontribusi sebesar 0,12% yang disebabkan oleh kenaikan harga
pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika serta obat-obatan masing-
masing sebesar 3,89%(yoy) dan 3,87%(yoy) (Tabel 2.2).
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi tahunan
sebesar 1,46%(yoy) dengan kontribusi sebesar 0,10% yang disumbangkan oleh
sub kelompok kursus dan pelatihan. Secara triwulanan mengalami inflasi sebesar
0,11% (qtq) dengan kontribusi sebesar 0,01%.
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn
I Bahan Makanan 0.97 0.23 2.35 0.58 7.93 1.91 -10.52 -2.66 -0.20 -0.04
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.68 0.10 1.39 0.23 2.20 0.36 2.43 0.39 6.86 1.15
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.75 0.16 2.70 0.58 4.49 0.97 1.37 0.30 9.59 2.18
IV Sandang -0.03 -0.01 0.23 0.02 -0.23 -0.02 0.76 0.05 0.73 0.05
V Kesehatan 0.64 0.04 0.77 0.03 0.93 0.04 0.44 0.02 2.81 0.12
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.06 0.01 0.94 0.07 0.34 0.02 0.11 0.01 1.46 0.10
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.14 -0.02 0.66 0.13 10.80 2.00 -3.52 -0.69 7.46 1.46
0.50 0.52 1.62 1.62 5.38 5.38 (2.57) (2.59) 4.88 4.88
Sumber: BPS (diolah)
Triwulan I-2015
(y-o-y, %)
Triwulan I-2015
(q-t-q, %)
INFLASI
KELOMPOK
Triwulan II-2014
(q-t-q, %)
Triwulan III-2014
(q-t-q, %)
Triwulan IV-2014
(q-t-q, %)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
38
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN 0.51 4.79 0.97 4.55 2.35 4.75 7.93 12.10 -10.52 -0.20a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 0.36 5.34 -1.93 5.37 3.29 3.90 5.58 7.34 0.14 7.10b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA -0.71 1.16 16.29 11.77 -1.72 4.05 -14.98 -3.53 -10.93 -13.45c. IKAN SEGAR 4.30 7.96 6.22 17.20 -0.27 8.70 -0.46 9.98 -1.91 3.44d. IKAN DIAWETKAN 10.08 20.74 -1.22 14.15 2.51 14.16 -3.24 7.85 2.37 0.30e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 0.81 3.27 7.62 14.57 2.80 11.65 -0.15 11.36 -1.00 9.36f. SAYUR-SAYURAN 9.31 19.57 -13.99 1.42 5.58 -12.42 5.74 4.96 -14.12 -17.54g. KACANG-KACANGAN 0.24 23.32 0.25 24.31 0.85 24.62 0.30 1.65 -3.76 -2.41h. BUAH-BUAHAN 7.67 1.66 3.31 12.49 -2.59 0.66 4.25 12.96 -6.82 -2.24i. BUMBU-BUMBUAN -22.17 -19.94 -13.41 -34.80 19.84 -37.07 95.66 58.02 -48.64 4.28j. LEMAK DAN MINYAK 7.50 12.33 -1.20 13.50 -2.92 7.21 0.35 3.47 0.74 -3.04k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 1.00 4.54 2.47 2.21 1.63 3.38 6.99 12.54 -0.05 11.37II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 1.18 7.24 0.68 6.58 1.39 4.89 2.20 5.55 2.43 6.86a. MAKANAN JADI 1.67 9.66 0.76 8.33 1.07 7.23 1.68 5.29 2.67 6.32b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.60 0.05 0.05 -0.21 1.02 1.22 1.97 3.69 1.94 5.06c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.41 3.73 0.97 3.29 2.33 4.70 3.53 7.42 2.25 9.39III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1.24 7.61 0.75 6.85 2.70 6.78 4.49 9.46 1.37 9.59a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.59 3.93 0.79 4.28 1.24 4.02 1.94 4.64 -0.15 3.87b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 2.48 15.98 0.38 10.89 6.53 17.26 10.52 21.11 3.89 22.79c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.05 3.73 0.79 4.36 1.04 5.18 1.43 4.39 1.49 4.84d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 1.26 3.78 1.53 4.17 0.85 4.73 2.23 5.99 0.92 5.63
IV. SANDANG 0.69 2.25 -0.03 4.22 0.23 1.42 -0.23 0.66 0.76 0.73
a. SANDANG LAKI-LAKI -0.12 2.23 0.07 1.58 0.25 0.91 -0.97 -0.77 0.01 -0.64b. SANDANG WANITA 0.65 1.64 0.70 1.72 -0.01 0.62 0.59 1.94 0.01 1.30c. SANDANG ANAK-ANAK 0.77 2.10 0.41 2.37 0.48 2.24 0.11 1.77 0.14 1.14d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 1.30 -5.28 -1.04 3.12 0.19 2.74 -0.58 -0.15 2.55 1.08V. KESEHATAN 0.58 2.72 0.64 3.00 0.77 2.80 0.93 2.95 0.44 2.81a. JASA KESEHATAN 0.18 0.18 0.00 0.18 0.00 0.18 0.00 0.18 1.35 1.35b. OBAT-OBATAN 0.33 1.84 0.64 2.00 3.20 5.13 1.26 5.52 -1.24 3.87c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 8.57 1.23 7.92 0.00 7.92 0.00 1.23 1.29 2.54d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 1.30 2.51 1.23 3.39 0.40 3.36 1.93 4.93 0.29 3.89VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0.56 2.34 0.06 2.38 0.94 1.62 0.34 1.91 0.11 1.46a. JASA PENDIDIKAN 0.00 1.11 0.00 1.11 1.72 1.77 1.20 2.95 -1.19 1.72b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 1.28 5.34 0.00 5.34 3.84 5.16 -5.09 -0.19 5.36 3.84c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 3.37 2.82 0.62 4.24 -2.19 2.95 -8.19 -6.59 13.54 2.59d. REKREASI -0.49 1.41 -0.30 1.02 -0.04 -0.42 -1.12 -1.94 -0.26 -1.71e. OLAHRAGA 0.17 0.56 0.00 0.38 0.00 0.38 0.52 0.69 0.00 0.52
VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.56 17.18 -0.14 11.93 0.66 2.93 10.80 13.12 -3.52 7.46
a. TRANSPOR 2.07 27.14 -0.14 26.61 1.14 2.22 15.02 18.58 -5.06 10.29b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.19 0.19 -0.36 -0.17 -0.75 -0.92 -0.12 -1.04 0.26 -0.97c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 1.06 2.58 0.45 3.04 0.29 2.40 0.16 1.97 1.71 2.63d. JASA KEUANGAN 0.00 0.41 0.00 0.00 0.00 0.00 16.67 16.67 0.00 16.67
INFLASI (UMUM) 1.00 7.51 0.51 6.47 1.62 4.31 5.38 8.72 -2.57 4.88
Sumber: BPS (diolah)
KELOMPOK/SUBKELOMPOKTriwulan I-2014 Triwulan II-2014 Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014 Triwulan I-2015
INFLASI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
39
Berdasarkan komoditasnya, tingginya deflasi bulanan pada triwulan I 2015
(Januari, Februari dan Maret 2015) utamanya disumbangkan oleh deflasi
komoditas bensin, cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, sedangkan
penyumbang inflasi adalah komoditas angkutan udara, angkutan antar kota,
bahan bakar rumah tangga dan bawang merah .
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I 2015
TW I-2015 TW I-2015
Sumbangan Sumbangan
JANUARI JANUARI
1 Daging Ayam Ras 0.3329 1 Bensin -0.9006
2 Angkutan Udara 0.2022 2 Cabai Merah -0.8643
3 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.1904 3 Nila -0.0857
4 Mie 0.0897 4 Cabai Rawit -0.0832
5 Udang Basah 0.0766 5 Tomat Buah -0.0321
6 Telur Ayam Ras 0.0508 6 Kacang Panjang -0.0279
7 Emas Perhiasan 0.0485 7 Batu Bata/Batu Tela -0.0274
8 Mobil 0.0430 8 Apel -0.0267
9 Roti Manis 0.0418 9 Daun Singkong -0.0263
10 Bawang Merah 0.0384 10 Solar -0.0237
1.1143 -2.0979
FEBRUARI FEBRUARI
1 Angkutan Udara 0.1573 1 Cabai Merah -0.8892
2 Beras 0.0579 2 Bensin -0.3855
3 Rokok Kretek Filter 0.0531 3 Daging Ayam Ras -0.3498
4 Ayam Goreng 0.0352 4 Angkutan Antar Kota -0.0761
5 Mobil 0.0335 5 Cabai Rawit -0.0640
6 Tarif Listrik 0.0301 6 Gabus -0.0422
7 Daun Singkong 0.0287 7 Udang Basah -0.0351
8 Nila 0.0201 8 Jeruk -0.0349
9 Tarif Rumah Sakit 0.0201 9 Semen -0.0317
10 Bayam 0.0185 10 Tomat Sayur -0.0306
0.4545 -1.9391
MARET MARET
1 Bensin 0.1788 1 Daging Ayam Ras -0.2733
2 Bawang merah 0.1759 2 Cabai -0.1701
3 Angkutan Antar Kota 0.0510 3 Telur Ayam ras -0.0947
4 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.0493 4 Beras -0.0729
5 Nasi dengan Lauk 0.0315 5 Bayam -0.0502
6 Apel 0.0299 6 Tomat Buah -0.0462
7 Dencis 0.0224 7 Kangkung -0.0435
8 Kontrak Rumah 0.0215 8 Batu Bata/Batu Tela -0.0281
9 Rokok Kretek Filter 0.0198 9 Cumi-cumi -0.0176
10 Gula Pasir 0.0180 10 Lambak -0.0153
0.5981 -0.8119
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
40
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan
makanan mengalami
deflasi sebesar 10,52%
(qtq) dengan sumbangan
mencapai -2,66% atau
deflasi secara tahunan
sebesar 0,20% (yoy).
Deflasi bahan makanan
tersebut didominasi oleh
sub kelompok bumbu-
bumbuan (48,64% (qtq)) . Beberapa sub kelompok lainnya yang juga mengalami
deflasi yang cukup tinggi adalah sub kelompok sayur-sayuran (14,12%, qtq),
daging dan hasil-hasilnya (10,93%, qtq) serta buah-buahan (6,82%, qtq). Namun
sebaliknya, sub kelompok ikan diawetkan dan lemak dan minyak mengalami
inflasi masing-masing sebesar 2,37% (qtq), dan 0,74% (qtq).
Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan
laporan mengalami deflasi yang cukup tinggi (Grafik 2.4). Harga rata-rata cabai
merah selama triwulan I 2015 menunjukkan tren penurunan yang cukup dalam
yaitu dari Rp71.833/kg pada Desember 2014 turun menjadi Rp34.533/kg per
Januari 2015, kemudian Rp22.176/kg (Februari 2015), dan turun lagi pada bulan
Maret menjadi Rp16.633/kg.
Penurunan harga cabai merah, terutama yang terjadi di bulan Februari
dan Maret 2015 disebabkan oleh melimpahnya pasokan cabai merah seiring
dimulainya masa panen raya di daerah produsen cabai merah di Pulau Jawa
(Magelang, Tasikmalaya dan Nganjuk). Berdasarkan data dan informasi Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, Pasar Angso Duo selaku pasar
induk utama di Provinsi Jambi mendapatkan pasokan dari Kerinci dan dari luar
pulau yang dipasok dari Magelang dan Sumatera Barat.
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014 2015
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/kg)
Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa Bawang Merah
INFLASI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
41
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Jagung
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras
Harga beras di tingkat internasional menunjukkan kecenderungan
penurunan (Grafik 2.6). Secara rata-rata harga selama triwulan I 2015
mengalami sedikit penurunan (0,25% (qtq)) dibandingkan rata-rata triwulan
sebelumnya dari USD 375,8/metric ton menjadi USD 374,85/metric ton. Namun
demikian, penurunan harga beras di tingkat internasional tersebut tidak sejalan
dengan perkembangan harga beras di Jambi, dimana pada triwulan laporan
justru meningkat sebesar 3,52% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya
sebagai akibat pasokan yang terbatas seiring dengan terlambatnya masa panen
raya padi yang diprediksi dimulai pada bulan Februari 2015 ternyata bergeser ke
bulan Maret 2015. Selain itu, belum adanya kepastian pembagian raskin dari
Pemerintah Pusat hingga pertengahan Februari 2015 menyebabkan stok beras
di Provinsi Jambi berkurang. Namun demikian, kebijakan pemerintah pusat
untuk kembali membagikan raskin pada Bulan Februari 2015 dan dimulainya
masa panen raya padi di daerah produsen (Jawa, Sumatera Selatan, Lampung)
mampu menambah stok di pasar dan menurunkan harga beras di pasar.
Komoditas jagung internasional, secara rata - rata cenderung mengalami
kenaikan harga, dari USD 3,41/bushel menjadi USD 3,62/bushel yang diikuti
oleh kenaikan harga rata-rata jagung pipilan yang cukup tinggi pada triwulan I
2015 hingga 50%(qtq) (Grafik 2.6). Kenaikan harga jagung disebabkan
kurangnya stok seiring belum mulainya masa panen Jagung yang umumnya
terjadi pada subround II (Mei-Agustus). Harga Jagung diprediksi akan mulai
turun sejalan dengan dimulainya masa panen Jagung pada bulan Mei-Agustus
2015.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2012 2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan)
-
50
100
150
200
250
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2013 2014 2015
Thousa
nds
(Rp ribu/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/CWT)
Beras internasional (aksis kiri) Beras King (aksis kanan)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
42
Perkembangan harga
tepung terigu merk Segitiga
Biru pada triwulan laporan
stabil pada level harga
Rp7.500/kg meskipun terdapat
kecenderungan penurunan
harga gandum internasional
yang disebabkan oleh proyeksi
panen gandum Australia yang
melebihi target sebelumnya (Grafik 2.7) .7
Harga bawang merah pada triwulan laporan menunjukkan tren kenaikan.
Harga rata-rata bawang merah pada bulan Januari 2015 berada pada level
Rp15.800/kg, naik menjadi Rp16.667/kg pada bulan Februari 2015 dan melonjak
cukup tajam menjadi Rp23.889/kg pada bulan Maret 2015. Lonjakan harga
bawang merah disebabkan oleh pasokan yang yang berkurang drastis akibat
bencana banjir yang melanda daerah produsen bawang merah di Brebes, Jawa
Tengah.
Harga daging sapi pada triwulan I 2015 stabil pada level harga
Rp113.333/kg (Grafik 2.8). Sementara itu, harga daging ayam ras pada triwulan
laporan cenderung mengalami penurunan yang cukup dalam dari Rp24.727/kg
pada bulan Februari 2015 menjadi Rp20.756/kg pada bulan Maret 2015.
Penurunan ini disebabkan oleh surplus pasokan DOC (Day Old Chick) yang
menyebabkan meningkatnya stok daging ayam.
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging
7Satu bushel setara dengan 27 kg.
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
110,000
120,000
130,000
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
Daging Ayam Broiler, LHS Daging Sapi Murni, RHS
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Tepung Terigu
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2012 2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Wheat/Gandum (aksis kiri) Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
INFLASI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
43
Harga rata-rata Crude Palm Oil
(CPO) di tingkat internasional
pada triwulan laporan
menurun 2,59% (qtq)
dibandingkan triwulan
sebelumnya, yaitu dari USD
652,1/metric ton menurun
menjadi USD 635,16/metric ton
yang diikuti turunnya harga
rata-rata minyak goreng lokal dari Rp10.912/liter pada triwulan lalu menjadi
Rp10.865/liter pada triwulan I 2015 (Grafik 2.9).
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 2,43%(qtq) atau 6,86% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,
urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok makanan jadi yang
disebabkan kenaikan komoditas mie sebesar 10% (qtq) seiring penyesuaian harga
dari produsen pada awal tahun dengan mempertimbangkan UMP dan biaya
produksi. Diikuti oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar
2,25% (qtq) atau 9,39% (yoy) yang disebabkan oleh mulai berlakunya tarif cukai
hasil tembakau baru sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor
2015/PMK.011/2014 yang berlaku mulai 1 Januari 2015 sedangkan sub
kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,94%
(qtq).
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I
2015 mengalami inflasi sebesar 1,37% (qtq) atau 9,59% (yoy), lebih rendah dari
triwulan sebelumnya (4,49% (qtq)). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi
tersebut disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar, penerangan, dan air
sebesar 3,89% (qtq) atau 22,79% (yoy) sejalan dengan kenaikan harga LPG 3 Kg
Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
0
500
1000
1500
2000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2012 2013 2014 2015
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD / Metric Ton)
CPO internasional (aksis kiri) Minyak goreng lokal (aksis kanan)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
44
sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga
LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015, kenaikan harga perlengkapan rumah tangga
sebesar 1,49% (qtq) atau 4,84% (yoy) dan penyelenggaraan rumah tangga
sebesar 0,92% (qtq) atau 5,63% (yoy) sedangkan sub kelompok biaya tempat
tinggal justru mengalami deflasi 0,15%(qtq).
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang
pada triwulan I 2015 secara
tahunan mengalami inflasi
sebesar 0,76% (qtq),
dibanding triwulan
sebelumnya yang mengalami
deflasi sebesar 0,23% (qtq).
Secara triwulanan,
kelompok sandang
mengalami inflasi sebesar 0,76% (qtq). Terjadinya inflasi pada kelompok ini
terutama disebabkan oleh kenaikan harga barang pribadi dan sandang lainnya
sebesar 2,55% (qtq) yang disumbangkan inflasi komoditas emas perhiasan
sebesar 0,05%(qtq). Harga rata-rata emas global pada triwulan laporan
mengalami kenaikan dari dari USD 1.199,61/troy ounce pada triwulan IV 2014
menjadi USD 1.219,32/troy ounce8(Grafik 2.10).
5. Kelompok Kesehatan
Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami
inflasi sebesar 0,44%(qtq) atau 2,81%(yoy). Inflasi yang terjadi utamanya
bersumber dari meningkatnya permintaan akan jasa kesehatan dengan inflasi
1,35%(qtq) atau 1,35%(yoy) dan jasa perawatan jasmani dengan inflasi
1,29%(qtq) atau 2,54%(yoy). Sementara itu sub kelompok obat-obatan justru
mengalami deflasi 1,24%(qtq).
8Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2013 2014 2015
Sumber: Bloomberg
(USD/troy ounce)
INFLASI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar
1,46% (yoy) atau 0,11% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
(0,34% (qtq)). Sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami
inflasi terbesar sebesar 13,54%(qtq) atau 2,59%(yoy) diikuti sub kelompok
kursus-kursus/pelatihan sebesar 5,36%(qtq) atau 3,84%(yoy) seiring dimulainya
pembelajaran semester baru di awal tahun 2015. Sementara, sub kelompok jasa
pendidikan dan rekreasi mengalami deflasi masing-masing sebesar 1,19%(qtq)
dan 0,26%(qtq) akibat berkurangnya permintaan rekreasi.
7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Secara triwulanan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
mengalami deflasi sebesar 3,52% (qtq) meskipun secara tahunan mengalami
inflasi 7,46% (yoy). Deflasi secara triwulanan utamanya disebabkan fluktuasi
penyesuaian harga BBM jenis Bensin dan Solar yang diumumkan pemerintah.
Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada subsektor
transpor sebesar 5,06%(qtq). Sementara perkembangan harga pada subsektor
lainnya yaitu komunikasi dan pengiriman, sarana dan penunjang transpor dan
jasa keuangan masih relatif stabil.
Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional terus
mengalami penurunan menuju level terendah dalam empat tahun terakhir. Pada
triwulan laporan, harga minyak dunia mengalami deflasi sebesar 33,63%(qtq)
dibandingkan periode triwulan IV 2014 yaitu dari USD 73,15/barrel, menjadi
USD 48,55/barrel (Grafik 2.11). Penurunan ini disebabkan oleh terus
meningkatnya produksi minyak akan tetapi di sisi lain terjadi penurunan
permintaan yang disebabkan oleh melambatnya perekonomian beberapa
negara importir minyak terbesar di dunia, antara lain Eropa dan China
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
46
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
C. Inflasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Kelompok Barang
Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di
Provinsi Jambi. Inflasi Bungo berada pada urutan 4 (empat) terendah dari 23 (dua
puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung inflasinya. Posisi inflasi Bungo di Pulau
Sumatera sampai dengan triwulan I 2015 memiliki kecenderungan menurun.
Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada triwulan I 2015 berada pada level
terendah sejak terhitung sebagai kota indikator inflasi, dimana pada bulan Januari
2015 terjadi deflasi pada level 0,53%(mtm), deflasi 1,32% (mtm) pada Februari
2015 dan 0,68%(mtm) di bulan Maret 2015. Sama seperti Kota Jambi, deflasi
Bungo pada triwulan I 2015 lebih disebabkan oleh penurunan harga cabai merah,
bensin dan daging ayam ras.
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014-2015
0.00
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2012 2013 2014 2015Sumber: Bloomberg
Harga Minyak (USD/Barrel)
1.11
0.51
(0.35) (0.28) (0.51)
0.80
1.21
0.44 0.44
0.80
2.29 2.07
(0.53)
(1.32)
(0.68)
(2.00)
(1.50)
(1.00)
(0.50)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15
INFLASISumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
INFLASI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
47
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo
Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan
Sub Kelompok Barang dan Jasa
Triwulan I-2015
(yoy, %)
mtm Smbgn mtm Smbgn mtm Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi
I Bahan Makanan 1.27 0.33 3.93 1.04 1.74 0.46 5.42 1.47 -9.23 -2.49 -2.32
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.05 0.01 1.04 0.21 0.13 0.03 4.77 0.96 1.84 0.36 5.18
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 2.27 0.41 0.79 0.15 1.84 0.33 12.13 2.14 1.38 0.25 11.31
IV Sandang 0.01 0.00 -0.52 -0.04 0.43 0.04 4.66 0.40 1.29 0.11 4.66
V Kesehatan 0.54 0.03 0.24 0.01 0.36 0.02 5.06 0.24 1.44 0.07 4.65
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.06 0.00 2.16 0.16 3.13 0.23 8.69 0.69 0.73 0.05 9.82
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.07 0.01 5.34 0.76 6.60 0.97 9.51 1.37 -5.79 -0.89 7.84
INFLASI 0.80 0.80 2.29 2.28 2.07 2.08 7.22 7.27 (2.52) (2.54) 4.92
Sumber: BPS (diolah)
November DesemberTriwulan I-2015
(qtq, %)
Triwulan IV-2014
(yoy, %) KELOMPOKOktober
qtq yoy qtq yoy qtq yoy
I. BAHAN MAKANAN 4.72 3.46 7.08 8.32 -9.23 -2.32a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 3.58 N/A 6.22 10.30 -1.59 8.59b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA -1.14 N/A -5.69 -4.47 -3.04 -8.08c. IKAN SEGAR 6.85 N/A -6.74 8.66 3.52 2.71d. IKAN DIAWETKAN 1.78 N/A 1.14 9.11 -0.40 6.16e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 4.67 N/A 0.74 12.78 5.00 13.10f. SAYUR-SAYURAN -6.94 N/A -2.12 -0.78 9.51 -3.96g. KACANG-KACANGAN 0.41 N/A 0.23 0.95 0.02 0.68h. BUAH-BUAHAN 2.94 N/A 0.95 7.26 -18.12 -12.22i. BUMBU-BUMBUAN 30.70 N/A 60.77 19.73 -48.64 -28.08j. LEMAK DAN MINYAK -1.38 N/A -0.14 2.95 -0.04 2.11k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 1.45 N/A 3.73 8.00 -0.10 5.12II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0.03 4.35 1.23 5.22 1.84 5.18a. MAKANAN JADI 0.10 N/A 0.29 3.60 1.10 3.08b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL -0.22 N/A 0.27 2.99 1.11 1.34c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.00 N/A 3.66 9.85 3.66 11.72III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 3.50 12.25 4.98 13.13 1.38 11.31a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.43 N/A 0.72 4.29 -0.54 0.70b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 7.52 N/A 10.41 23.69 1.45 20.52c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.07 N/A 2.28 11.23 4.76 13.10d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 3.44 N/A 3.60 10.49 2.26 12.49IV. SANDANG 1.08 5.50 -0.08 3.99 1.29 4.66a. SANDANG LAKI-LAKI 0.08 N/A -0.48 3.65 0.53 3.86b. SANDANG WANITA 3.23 N/A -0.13 8.26 1.24 8.23c. SANDANG ANAK-ANAK 3.57 N/A 0.36 7.44 0.37 7.53d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA -3.29 N/A -0.16 -4.34 3.52 -1.71V. KESEHATAN 1.31 3.69 1.15 3.96 1.44 4.65a. JASA KESEHATAN 0.00 N/A 0.00 0.00 0.00 0.00b. OBAT-OBATAN -0.01 N/A 0.35 1.40 0.00 0.20c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 N/A 0.00 0.00 6.89 6.89d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 2.84 N/A 2.37 8.33 1.93 8.90VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 2.05 3.97 5.43 9.40 0.73 9.82a. JASA PENDIDIKAN 3.09 N/A 3.30 7.56 0.84 8.90b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 9.44 N/A 0.00 16.14 2.83 12.54c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN -1.08 N/A 3.95 4.17 0.11 3.78d. REKREASI -0.10 N/A 14.98 15.85 0.41 17.23e. OLAHRAGA 1.47 N/A 4.05 18.99 -0.35 26.27VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.71 2.38 12.38 14.94 -5.79 7.84a. TRANSPOR 0.60 N/A 17.31 19.36 -10.07 7.54b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 N/A -0.07 -0.06 0.18 0.11c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 2.58 N/A 6.34 16.51 8.52 21.07d. JASA KEUANGAN 0.00 N/A 23.64 23.64 0.00 23.64
INFLASI (UMUM) 2.26 5.21 5.24 8.99 -2.52 4.92
Sumber: BPS (diolah)
N/A : Kota Bungo sebagai indikator kota inflasi sejak Januari 2014
Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014KELOMPOK/SUBKELOMPOK
Triwulan I - 2015
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
48
Berdasarkan kelompoknya, deflasi terbesar Bungo pada triwulan I 2015
terjadi pada kelompok bahan makanan yang mencapai 9,23% (qtq) dengan
sumbangan deflasi 2,49% atau secara tahunan mengalami deflasi 2,32% (yoy).
Deflasi kelompok tersebut didominasi oleh penurunan harga sub kelompok
bumbu-bumbuan sebesar 48,64% (qtq) dan buah-buahan sebesar 18,12% (qtq).
Adapun inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran sebesar 9,51%
(qtq), kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (5,00% (qtq)), dan kelompok ikan
segar (3,52% (qtq)).
Sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami deflasi yang tinggi akibat tren
penurunan harga cabai merah dan cabai rawit pada bulan Februari-Maret
2015.Apabila dirinci lebih lanjut, komoditas cabai merah pada triwulan I 2015
mengalami deflasi 68,64%(qtq) sedangkan komoditas cabai rawit mengalami
deflasi 37,75%(qtq). Untuk sub kelompok buah-buahan, deflasi diakibatkan oleh
penurunan harga komoditas jeruk.
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan merupakan kelompok
kedua penyumbang terbesar deflasi Bungo dengan deflasi sebesar 5,79%(qtq)
dan memberikan sumbangan inflasi sebesar -0,89%. Namun, secara tahunan
kelompok ini mengalami inflasi sebesar 7,84%(yoy). Berdasarkan sub
kelompoknya, transpor adalah satu-satunya sub kelompok yang mengalami
deflasi. Secara triwulanan, transpor mengalami deflasi sebesar 10,07%(qtq). Hal
ini disebabkan oleh penurunan harga BBM yang terjadi di awal tahun 2015 yang
disertai dengan penurunan tarif angkutan umum. Sub kelompok sarana dan
penunjang transpor mengalami inflasi 8,52%(qtq) yang disebabkan oleh
kenaikan biaya pemeliharaan/service sedangkan inflasi sub kelompok komunikasi
dan pengiriman serta jasa keuangan relatif stabil.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 1,84% (qtq) atau 5,18% (yoy) dengan sumbangan inflasi
triwulanan sebesar 0,36%. Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh inflasi
sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencapai 3,66% (qtq)
atau 11,72% (yoy) seiring mulai diberlakukannya kenaikan tarif cukai tembakau
yang mendorong kenaikan pada harga rokok kretek filter yang mencapai 3,85%
INFLASI
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
49
(qtq). Inflasi sub kelompok ini juga merupakan dampak lanjutan kenaikan harga
bahan bakar LPG 3 Kg pada awal Januari 2015.
Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar
1,44% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,07% atau secara tahunan mengalami
inflasi sebesar 4,65%(yoy). Sub kelompok jasa perawatan jasmani serta sub
kelompok perawatan jasmani dan kosmetika mengalami inflasi masing-masing
sebesar 6,89%(qtq) dan 1,93%(qtq). Sementara itu, sub kelompok jasa
kesehatan dan obat-obatan cenderung stabil.
Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi
1,38%(qtq) atau 11,31%(yoy), dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar
0,25% yang didominasi oleh sub kelompok perlengkapan rumah tangga (4,76%
(qtq)), penyelenggaraan rumah tangga (2,26%(qtq)), dan bahan bakar,
penerangan dan air (1,45%(qtq)). Sementara itu sub kelompok biaya tempat
tinggal mengalami deflasi 0,54% (qtq).
Kelompok sandang secara triwulanan mengalami inflasi sebesar
1,29%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,11%. Mayoritas penyebab inflasi adalah
meningkatnya permintaan akan emas perhiasan seiring perayaan hari raya
keagamaan (imlek). Secara sub kelompok, barang pribadi dan sandang lainnya,
sandang wanita, sandang laki-laki dan sandang anak-anak mengalami inflasi
masing-masing 3,52%(qtq), 1,24%(qtq), 0,53%(qtq) dan 0,37%(qtq).
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi
0,73%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05% atau secara tahunan sebesar
9,82% (yoy). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub kelompok
kursus-kursus/pelatihan (2,83%(qtq)).
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
50
Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I 2015
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan deflasi
terbesar Bungo pada triwulan I 2015 adalah cabai merah, bensin, jeruk dan cabai
rawit. Sementara itu, komoditas penyumbang utama Bungo pada triwulan I 2015
adalah sub komoditas bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran seperti bawang merah,
telur ayam ras, kentang, bayam serta sub komoditas bahan bakar rumah tangga.
TW I-2015 TW I-2015
Sumbangan Sumbangan
JANUARI JANUARI
1 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.1533 1 Bensin -0.7083
2 Emas Perhiasan 0.0570 2 Jeruk -0.1768
3 Beras 0.0533 3 Cabai Merah -0.0887
4 Udang Basah 0.0466 4 Angkutan Udara -0.0808
5 Telur Ayam Ras 0.0444 5 Cabai Rawit -0.0534
6 Tarip Sewa Motor 0.0400 6 Laptop/Notebook -0.0401
7 Jengkol 0.0395 7 Solar -0.0347
8 Daging Ayam Ras 0.0374 8 Salak -0.0314
9 Lemari Pakaian 0.0374 9 Teri -0.0256
10 Cuci Kendaraan 0.0281 10 Kacang Panjang -0.0235
0.5370 -1.2633
FEBRUARI FEBRUARI
1 Kentang 0.1237 1 Cabai Merah -1.5560
2 Bayam 0.1010 2 Bensin -0.3108
3 Telur Ayam Ras 0.0880 3 Beras -0.1028
4 Pemeliharaan/Service 0.0731 4 Cabai Rawit -0.0981
5 Jengkol 0.0693 5 Angkutan Antar Kota -0.0695
6 Kangkung 0.0610 6 Daging Ayam Ras -0.0439
7 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.0472 7 Daun Singkong -0.0411
8 Lemari Pakaian 0.0430 8 Solar -0.0284
9 Rokok Putih 0.0374 9 Angkutan Udara -0.0189
10 Laptop/Notebook 0.0369 10 Tarip Kendaraan Travel -0.0155
0.6806 -2.2850
MARET MARET
1 Bawang Merah 0.1702 1 Cabai Merah -0.7674
2 Bensin 0.1428 2 Jeruk -0.1240
3 Lontong Sayur 0.1014 3 Bahan Bakar Rumah Tangga -0.1215
4 Rokok Kretek Filter 0.0960 4 Bayam -0.1088
5 Udang Basah 0.0499 5 Kentang -0.0958
6 Jengkol 0.0491 6 Kangkung -0.0658
7 Pemeliharaan/Service 0.0462 7 Beras -0.0467
8 Tongkol/Ambu-Ambu 0.0394 8 Mas -0.0422
9 Terong Panjang 0.0175 9 Daging Ayam Ras -0.0416
10 Rokok Kretek 0.0154 10 Apel -0.0301
0.7279 -1.4439Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumber: BPS
51
BAB III
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan I 2015 secara umum menunjukkan sedikit
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan mengalami
peningkatan (5,9% (qtq)) dan diikuti dengan peningkatan dana pihak ketiga (3,5%
(qtq)) dan kredit (1,2% (qtq)). Hal tersebut menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR)
perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami penurunan sebesar 256 bps menjadi
sebesar 116,85% dari triwulan sebelumnya 119,41%. Penurunan tersebut karena
kenaikan kredit lebih kecil dibandingkan kenaikan dana pihak ketiga.
Sementara itu kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (3,6% (qtq)) dan secara tahunan mengalami
peningkatan (13,5% (yoy)), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total
kredit (11,0% (yoy)). Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada periode
laporan menurun dibandingkan triwulan IV 2014. Sejalan dengan hal tersebut, suku
bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Jambi juga
menunjukkan penurunan. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL
di bawah 5% (2,89%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan
sebelumnya (rasio NPL 2,49%).
Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) yang
mengalami penurunan sementara aliran kas masuk (cash inflow) mengalami
peningkatan. Sementara itu perlambatan ekonomi juga tercermin dari kinerja
pembayaran non tunai sebagai berikut:
Nilai dan volume kliring turun sebesar 14,4% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya menjadi Rp2,2 triliun dan 9,8% (qtq) menjadi 62.245 (Tabel 3.8.).
Nilai RTGS dari, ke serta dari dan ke Jambi menurun masing-masing 16,4%,
21,3% dan 10,1%.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
52
B.Bank Umum
1. Perkembangan Aset Bank
Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi sedikit meningkat
(5,9% (qtq)) dari Rp32,6 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp34,6 triliun
pada periode laporan. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan aset bank
pemerintah yaitu sebesar Rp2,1 triliun (9,6%(qtq)). Sebaliknya bank swasta dan bank
syariah mengalami penurunan aset masing-masing sebesar Rp133,1 juta (1,5%(qtq))
dan Rp19,9 juta (1,0%(qtq)) (Grafik 3.1.). Secara tahunan, pertumbuhan aset
perbankan pada triwulan I 2015 (16,6%) (yoy)) mengalami pertumbuhan yang lebih
baik dibandingkan triwulan IV 2014 (13,9% (yoy)).
Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah
Rp23,9 triliun (69,1%), diikuti oleh bank swasta Rp8,6 triliun (25,0%) dan bank
syariah Rp2,0 triliun (5,9%)
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam satuan triliun rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Secara triwulanan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank
umum sebesar Rp22,7 triliun, meningkat 3,5% (qtq) (Rp769,0 miliar) dari triwulan
sebelumnya (Rp21,9 triliun) seiring dengan peningkatan giro dan deposito berjangka
23 24 24 24
27 28 29 29
30
35 34 33 35
9.8
3.2 1.6 1.3
8.84.6
2.50.5
3.5
17.4
-1.5
-4.9
6.0
24.4
19.216.8 16.5
15.517.0
18.1 17.2
11.5
25.2
20.3
13.9
16.6
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
5
10
15
20
25
30
35
40
Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15
Persen
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
53
masing-masing sebesar 27,7% (qtq) dan 16,4% (qtq) (Grafik 3.2. dan tabel 3.2.).
Sebaliknya, DPK dalam bentuk tabungan mengalami penurunan 9,9%(qtq).
DPK bank pemerintah meningkat 7,0% (qtq) sedangkan bank syariah dan
swasta masing-masing menurun 4,6% (qtq) dan 3,5% (qtq). Kenaikan DPK bank
pemerintah didorong oleh kenaikan giro dan deposito golongan pemerintah daerah
sementara tabungan mengalami penurunan seiring dengan menurunnya tabungan
perseorangan. Penurunan DPK di bank swasta utamanya terjadi pada golongan
perseorangan. Penurunan giro dipengaruhi golongan bukan lembaga keuangan dan
perseorangan sedangkan penurunan tabungan dipengaruhi oleh golongan
perseorangan.
Selanjutnya, penurunan DPK bank syariah didominasi penurunan giro
golongan pemerintah daerah namun sebaliknya terdapat kenaikan deposito oleh
golongan pemerintah daerah. Penurunan tabungan terjadi pada golongan sektor
swasta lainnya dan perseorangan.
Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 13,3% (sebesar Rp2,6 triliun) yang
didominasi oleh kenaikan deposito Rp1,8 triliun (30,0% (yoy)), giro Rp662,6 miliar
(20,8% (yoy)), dan tabungan sebesar Rp144,0 juta (1,3% (yoy)). Kenaikan deposito
yang tidak setinggi kenaikan triwulan IV 2014 (48,9% (yoy)) disebabkan oleh
penurunan suku bunga deposito seiring dengan penurunan BI Rate dari 7,75%
(November 2014) menjadi 7,50% pada bulan Februari 2015 hingga sampai akhir
triwulan laporan.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
54
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Tabel 3.1. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari
bank pemerintah dan mencapai Rp15,7 triliun (69,4%), diikuti oleh bank swasta
nasional Rp6,0 triliun (26,4%) dan bank syariah Rp945,2 juta (4,2%) (Tabel 3.2). Bank
pemerintah mampu mencapai pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai 19,2%
3,753 4,120 3,745 3,343 3,179 4,052 3,707 3,008 3,842
5,131 5,388 5,706 4,642 6,187
7,286 7,529 6,912
8,044
9,492 9,646 10,070 11,430
10,703
10,970 11,291 12,044
10,847
18,376 19,155 19,521 19,415 20,069
22,307 22,527 21,965 22,734
-
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
24,000
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15
Rp (dalam miliar) Tabungan Simp Berjangka Giro DPK
Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I q-t-q y -o-y
12,422,771 13,244,757 15,422,489 15,485,172 14,754,448 15,784,692 7.0% 19.2%
1 2,459,884 2,446,629 3,253,415 2,927,275 2,170,558 3,151,412 45.2% 28.8%
2 7,365,988 6,811,479 7,016,344 7,251,664 8,017,609 7,213,510 -10.0% 5.9%
3 Simpanan Berjangka 2,596,900 3,986,649 5,152,731 5,306,234 4,566,281 5,419,770 18.7% 35.9%
6,101,268 5,916,091 5,957,636 6,040,234 6,219,164 6,004,004 -3.5% 1.5%
1 745,775 679,344 749,585 723,222 728,768 639,409 -12.3% -5.9%
2 3,543,220 3,371,287 3,400,929 3,451,743 3,390,026 3,036,639 -10.4% -9.9%
3 Simpanan Berjangka 1,812,272 1,865,460 1,807,122 1,865,269 2,100,369 2,327,956 10.8% 24.8%
890,976 908,588 927,272 1,001,733 991,292 945,290 -4.6% 4.0%
1 137,808 53,510 48,589 56,845 109,137 51,321 -53.0% -4.1%
2 520,567 520,620 552,542 587,554 636,657 597,265 -6.2% 14.7%
3 232,601 334,458 326,140 357,334 245,499 296,705 20.9% -11.3%
1,693,139 3,152,739
19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986 3.5% 13.3%
1 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 27.7% 20.8%
2 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414 -9.9% 1.3%
3 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430 16.4% 30.0%
Giro
Tabungan
Giro
Giro
Simpanan Berjangka
Simpanan Berjangka
Jumlah
Bank Syariah
Tabungan
Giro
Bank Pemerintah
Bank Konvensional
PertumbuhanURAIAN
20152013
Tabungan
Bank Swasta Nasional
2014
Tabungan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
(yoy), sementara bank syariah dan bank swasta nasional hanya mampu tumbuh
masing-masing sebesar 4,0% (yoy) dan 1,5% (yoy).
Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK secara triwulanan terutama
berasal dari pemerintah daerah (Pemda), pemerintah pusat dan Lembaga Keuangan
Non Bank masing-masing 158,1% (qtq) menjadi Rp3,5 triliun, 37,9% (qtq) menjadi
Rp50,9 miliar dan 4,4% (qtq) menjadi Rp441,7 miliar. Kenaikan DPK pada
pemerintah daerah (Pemda) didominasi oleh giro dan deposito, sementara pada
golongan pemerintah pusat dan Lembaga Keuangan Non Bank didominasi oleh
deposito. Kenaikan dana golongan pemerintah daerah tersebut didorong oleh
realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 yang mencapai
Rp522,6 miliar (terealisasi sebesar 15,9% dari APBD 2015), meningkat 51,9% bila
dibandingkan triwulan I 2014.
Secara tahunan, pertumbuhan DPK ditopang oleh golongan Lembaga
Keuangan Non Bank (88,7% (yoy)), Bukan Lembaga Keuangan (44,4% (yoy)),
pemerintah daerah (pemda) (19,2% (yoy)), dan perseorangan (10,3% (yoy)). (Tabel
3.3.). Kenaikan DPK secara tahunan tersebut didominasi kenaikan giro dan deposito
mengingat suku bunga giro dan deposito bulan laporan sedikit lebih tinggi
dibandingkan posisi yang sama tahun lalu9.
9 Meskipun posisi BI rate sama-sama di posisi 7,50%, namun tingkat suku bunga pada triwulan I 2015
lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014. BI rate 7,50% pada periode laporan adalah hasil
penurunan sejak Februari 2015 sedangkan BI rate 7,50% pada posisi yang sama tahun lalu adalah
lanjutan BI rate sejak November 2013, sehingga keputusan manajemen dalam penentuan tingkat
suku bunga bank menjadi berbeda.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
56
Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan lokasi , secara triwulanan pertumbuhan DPK tertinggi terjadi di
Kabupaten Muara Jambi sebesar 456,1% (qtq), Kabupaten Tebo sebesar 170,4%
(qtq) dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 81,1% (qtq). Kenaikan yang
signifikan di Muara Jambi tersebut seiring dengan beroperasinya Kantor Cabang
Muaro Jambi PT. BPD Jambi. Sementara itu terdapat penurunan DPK di Kabupaten
Bungo, Kabupaten Batanghari dan Kota Jambi. (Tabel 3.4.).
Secara tahunan, pertumbuhan DPK didominasi oleh Kabupaten Tebo (83,4%
(yoy)), Kabupaten Kerinci (23,2% (yoy)) dan Kota Jambi (12,7% (yoy)) (Tabel 3.4.).
Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi
dan mencapai Rp15,6 triliun (68,8%) diikuti oleh Kerinci dan Bungo masing-masing
sebesar Rp1,4 triliun (6,3%) dan 1,3 triliun (5,7%).
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy Andil
Penduduk/Residents
1 Pemerintah Pusat 35,692 127,212 124,323 127,570 36,967 50,973 0.2% -59.9% -0.1%
2 Pemerintah Daerah (Pemda) 1,701,695 2,967,960 4,151,802 3,889,246 1,370,397 3,537,138 15.6% 19.2% 3.0%
3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 32,249 24,238 25,400 24,001 30,811 23,604 0.1% -2.6% 0.0%
4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 553,401 997,696 1,239,891 1,235,340 860,883 865,923 3.8% -13.2% -0.5%
5 BUMD 47,010 119,318 100,426 107,854 112,541 112,609 0.5% -5.6% 0.0%
6 Lembaga Keuangan Non Bank 187,916 234,135 339,842 361,514 423,224 441,793 1.9% 88.7% 1.7%
7 Bukan Lembaga Keuangan 2,285,904 1,632,625 1,717,251 1,730,849 2,874,686 2,358,029 10.4% 44.4% 4.6%
8 Sektor Swasta Lainnya 113,914 110,337 74,787 37,413 75,647 63,344 0.3% -42.6% -0.1%
9 Perseorangan 14,452,207 13,850,893 14,531,744 15,011,753 16,178,221 15,278,982 67.2% 10.3% 6.9%
Jumlah 19,409,987 20,064,415 22,305,466 22,525,540 21,963,379 22,732,395
Bukan Penduduk/Non-Residents 5,026 5,022 1,931 1,598 1,525 1,593 0.0% -68.3% 0.0%
19,415,013 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,988 100.0% 13.3% 13.3%
Trw.IV-2014Trw .IV-2013 Trw .I-2015
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan PemilikTrw .III-2014Trw .II-2014Trw .I-2014
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah)
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp336,8 miliar
(1,3% (qtq)) yaitu dari Rp26,2 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,5 triliun
(Tabel 3.5.). Pertumbuhan kredit tersebut jauh melambat dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya (3,4% (qtq)). Jika dibandingkan triwulan yang sama tahun
2014, pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan I 2015 hanya mencapai sebesar
11,0% (yoy), atau jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang
dapat mencapai 18,7% (yoy).
Hal tersebut seiring dengan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia
Provinsi Jambi yang menyatakan bahwa dunia usaha saat ini lebih memilih untuk
memaksimalkan ketersediaan modal pemilik dan kantor pusat terlebih dahulu
sebelum memanfaatkan fasilitas kredit perbankan.
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Persen Nominal Persen
1 Kota Jambi 13,666,724 13,886,280 15,168,952 15,518,127 15,758,165 15,650,453 68.8 (107,712.1) (0.7) 1,764,172 12.7
3 Kab. Kerinci 1,112,837 1,170,097 1,274,541 1,338,217 1,287,077 1,441,853 6.3 154,775.2 12.0 271,756 23.2
2 Kab. Bungo 1,416,378 1,413,445 1,541,924 1,463,065 1,438,515 1,304,995 5.7 (133,520.3) (9.3) (108,450) (7.7)
4 Tanjung Jabung Barat 1,159,956 1,165,207 1,428,596 1,442,128 1,127,828 1,161,155 5.1 33,327.1 3.0 (4,052) (0.3)
5 Kab. Merangin 761,310 860,365 1,003,186 951,992 895,078 973,374 4.3 78,296.2 8.7 113,009 13.1
6 Kab. Batanghari 532,202 596,299 656,535 636,131 693,234 656,017 2.9 (37,217.1) (5.4) 59,718 10.0
8 Kab. Tebo 243,659 308,651 349,467 368,023 209,323 565,926 2.5 356,603.5 170.4 257,275 83.4
7 Kab. Sarolangun 325,766 413,629 472,262 424,943 354,016 486,306 2.1 132,289.9 37.4 72,677 17.6
9 Tanjung Jabung Timur 196,183 255,464 411,933 384,511 167,343 303,041 1.3 135,697.7 81.1 47,577 18.6
10 Kab. Muaro Jambi - - - - 34,325 190,869 0.8 156,544.4 456.1 190,869 #DIV/0!
19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,988 100 769,084.4 3.5 2,664,552 13.3
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Trw . I-15 Pertumbuhan (yoy )Pertumbuhan (qtq)Trw . IV-14Trw . I-14
JUMLAH
Trw . IV-13No. Kota/Kabupaten
Trw . II-14 Trw . III-14
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
58
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh bank
konvensional sebesar 1,6% (qtq) atau 12,6% (yoy), sementara bank syariah
mengalami penurunan pembiayaan sebesar 2,9% (qtq) atau 5,4% (yoy). Pangsa
kredit bank konvensional mencapai 92,8% sementara bank syariah sebesar 7,2%.
Bank pemerintah dan swasta mengalami kenaikan jumlah kredit masing-masing yaitu
1,9% (qtq) atau 14,0% (yoy) dan 1,0% (qtq) atau 9,2% (yoy). Sementara bank
syariah baik secara triwulan dan tahunan mengalami penurunan pembiayaan yaitu
sebesar 2,9% (qtq) dan 5,4% (yoy). Kenaikan kredit bank pemerintah tersebut
didorong oleh kredit investasi sektor pertanian dan sektor industri pengolahan dan
kredit jenis penggunaan konsumsi. Sedangkan kredit modal kerja mengalami
penurunan sejalan dengan penurunan kredit modal kerja sektor perdagangan besar
dan eceran serta sektor konstruksi.
Kenaikan kredit bank swasta didorong oleh kenaikan kredit modal kerja dan
konsumsi dimana kenaikan kredit modal kerja didorong oleh kenaikan kredit ke
sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar dan eceran. Sebaliknya,
2015
TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I q-t-q y-o-y
Kelompok Bank 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 1.3% 11.0%
1 Bank Pemerintah 15,048,876 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223,936 17,545,224 1.9% 14.0%
2 Bank Swasta*) 6,525,991 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028,372 7,100,958 1.0% 9.2%
3 Bank Syariah 2,046,216 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977,167 1,920,127 -2.9% -5.4%
Jenis Penggunaan 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 1.3% 11.0%
1 Modal Kerja 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 -0.3% 12.3%
2 Investasi 5,864,182 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430,084 6,663,743 3.6% 11.8%
3 Konsumsi 10,207,932 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281,919 11,414,666 1.2% 9.7%
Sektor Ekonomi 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,371,531 26,229,475 26,563,556 1.3% 11.0%
1 Pertanian 4,031,009 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844,114 5,052,401 4.3% 19.4%
2 Pertambangan dan Penggalian 96,338 114,741 136,051 149,907 137,590 131,001 -4.8% 14.2%
3 Industri 859,670 787,946 804,571 820,967 974,021 944,211 -3.1% 19.8%
4 LGA 5,610 4,126 3,177 3,922 3,660 6,099 66.7% 47.8%
5 Konstruksi 804,912 746,132 876,089 880,225 859,266 818,603 -4.7% 9.7%
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 5,775,325 5,778,262 6,165,280 6,287,606 6,491,044 6,544,280 0.8% 13.3%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 326,683 310,465 333,691 320,157 333,392 338,174 1.4% 8.9%
8
Keuangan,Real estate dan Jasa
Perusahaan 1,132,014 1,135,751 704,085 673,888 674,966 700,696 3.8% -38.3%
9 Jasa-jasa 381,591 409,063 403,233 482,693 544,056 597,609 9.8% 46.1%
10 Bukan Lapangan Usaha 10,207,932 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367,367 11,430,482 0.6% 0.6%
*) Termasuk bank asing dan campuran 20,419,076
2014URAIAN
2013 Pertumbuhan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
pada kredit investasi, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar dan
eceran menjadi dalah satu kontributor utama penyumbang penurunan kredit
investasi.
Penurunan pembiayaan pada bank syariah didominasi oleh penurunan
pembiayaan modal kerja sektor perdagangan besar dan eceran dan pembiayaan
konsumsi. Sebaliknya, pembiayaan investasi meningkat yang didominasi oleh sektor
pertanian, perburuan dan kehutanan.
Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang
mencapai 43,0%, diikuti oleh kredit modal kerja (31,9%) dan kredit investasi
(25,1%). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi
(3,6% (qtq)), diikuti oleh kredit konsumsi (1,2% (qtq)) sementara kredit modal kerja
mengalami sedikit penurunan (0,3% (qtq)). Pertumbuhan kredit tersebut cenderung
melambat dibandingkan pertumbuhan kredit triwulan IV 2014 (kredit investasi (4,8%
(qtq)), kredit modal kerja (4,0% (qtq)), dan kredit konsumsi (2,1% (qtq)).
Berdasarkan liaison, seperti triwulan sebelumnya, dunia usaha masih konsisten
menggunakan fasilitas kredit investasi berupa bangunan kantor dan peralatan
produksi.
Secara tahunan, kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi
menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,3% (yoy), 11,5% (yoy) dan
9,7% (yoy), jauh melambat dibandingkan 2014.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada
sektor listrik, gas dan air (LGA) (66,7% (qtq)), sektor jasa-jasa (9,8% (qtq)) dan sektor
pertanian (4,3%(qtq)). Namun sektor yang paling berkontribusi atas pertumbuhan
kredit adalah sektor bukan lapangan usaha, sektor perdagangan hotel dan restoran
dan sektor pertanian. Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air (LGA) tersebut didorong
oleh kenaikan kredit jenis penggunaan modal kerja sub sektor gas terkait proyek city
gas di Kota Jambi dan investasi sub sektor pengadaan dan penyaluran air bersih.
Pertumbuhan kredit pada sektor jasa jasa didorong oleh kredit modal kerja sub sektor
jasa kegiatan lainnya dan kredit modal kerja jasa kesehatan manusia - rumah sakit.
Sementara pertumbuhan kredit pada sektor pertanian didorong kenaikan kredit
investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit seiring dengan kenaikan luas lahan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
60
sawit menjadi 593.433 hektar pada tahun 2013 dan sebelumnya 323.517 hektar
(sumber : Jambi Dalam Angka 2013 dan 2014).
Secara tahunan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas
dan air (LGA) dan jasa-jasa yang masing-masing mencapai 47,8% (yoy) dan 46,1%
(yoy), diikuti oleh sektor industri (19,8% (yoy)), dan sektor pertanian (19,4% (yoy)).
Kontribusi sektor bukan lapangan usaha atas pertumbuhan kredit didorong
oleh kredit konsumsi sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe 22
s.d. 70 dan kredit konsumsi lainnya berupa sub sektor rumah tangga untuk keperluan
yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, sub sektor bukan lapangan usaha lainnya
dan rumah tangga untuk keperluan multiguna. Kenaikan kredit konsumsi pemilikan
rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 mendorong developer membangun rumah tipe tersebut
dengan alasan calon pembeli yang potensial dan mendorong kenaikan kredit secara
triwulan terhadap sektor real estate perumahan sederhana - selain perumnas s.d. tipe
22 s.d. 70.
Kenaikan sektor perdagangan hotel dan restoran didongrak oleh peningkatan
sektor perdagangan besar dan eceran sebaliknya sektor penyediaan akomodasi dan
penyediaan makan minum mengalami sedikit penurunan. Peningkatan perdagangan
besar dan eceran tersebut didominasi kenaikan kredit modal kerja yaitu pada sub
sektor penjualan mobil, perdagangan dalam negeri pupuk dan obat hama,
perdagangan eceran bahan konstruksi, perdagangan eceran perlengkapan rumah
tangga dan perlengkapan dapur serta perdagangan kelapa dan kelapa sawit.
Kenaikan kredit sektor perdagangan tersebut seiring dengan tetap bergeraknya
perekonomian di sektor perdagangan yang terlihat dari relatif besarnya kontribusi
sektor perdagangan terhadap perekonomian Jambi selama triwulan I 2015 (1,2% dari
5,9% (qtq)).
Sementara itu kredit penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
sedikit menurun seiring dengan menurunnya tingkat penghunian kamar dari 43,33%
(Desember 2014) menjadi 40,97% (Maret 2015) (sumber BPS Provinsi Jambi).
Berdasarkan liaison diperoleh informasi bahwa salah satu penyebab penurunan
tersebut adalah menurunnya aktifitas bisnis di sektor perkebunan yang
mempengaruhi kunjungan tamu menginap. Selain itu keluarnya Surat Edaran
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
61
Kemenpan dan RB tentang larangan bagi seluruh jajaran aparatur sipil negara
melakukan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan di luar instansi pemerintahan
yang berlaku mulai 1 Desember 2014 turut mempengaruhi kinerja sektor penyediaan
akomodasi dan penyediaan makan minum.
Pada triwulan laporan, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit
kepada bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,3%, diikuti oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran (24,6%) dan sektor pertanian (19,0%). Dominasi penyaluran kredit
pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,7% dari total outstanding kredit.
Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi
oleh perbankan sebesar Rp34,10 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang
disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp26,5 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat
Rp7,6 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Terjadi
sedikit penurunan sebesar 0,1% (qtq) dari sebelumnya Rp34,12 triliun pada triwulan
lalu. Sementara secara tahunan terjadi peningkatan 6,8% (yoy) dari sebelumnya
Rp31,9 triliun (Tabel 3.6.).
Penurunan secara triwulan tersebut disebabkan menurunnya kredit di
Kabupaten Muaro Jambi (31,1% (qtq)), Kabupaten Batanghari (1,4% (qtq)), Kota
Jambi (1,4% (qtq)), dan Kabupaten Merangin (0,3% (qtq)). Secara sektor ekonomi,
penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya kredit sektor konstruksi, sektor
industri pengolahan serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan.
Sementara itu secara tahunan terdapat kenaikan kredit hampir di semua
kabupaten/kota di Provinsi Jambi kecuali Kota Jambi. Kenaikan tersebut secara sektor
ekonomi didorong oleh kenaikan kredit sektor pinjaman kepada bukan lapangan
usaha, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertambangan dan
penggalian.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
62
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp1,8 triliun,
menurun sebesar Rp186,3 miliar (9,2% (qtq)) dari triwulan sebelumnya (Rp2,0 triliun)
(Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh menurunnya
kelonggaran tarik kredit konsumsi dan investasi masing-masing sebesar Rp129,6
miliar (65,9% (qtq)) dan Rp128,4 miliar (35,3% (qtq)). Sementara kelonggaran tarik
kredit modal kerja meningkat Rp71,6 miliar (4,9% (qtq)).
Peningkatan kelonggaran tarik kredit modal kerja seiring dengan peningkatan
persetujuan kredit modal kerja sektor perdagangan besar dan eceran sub sektor
penjualan mobil, sub sektor perdagangan dalam negeri makanan, minuman dan
tembakau lainnya dan sub sektor industri minyak goreng dari kelapa.
Sementara itu penurunan kelonggaran tarik kredit konsumsi disebabkan
menurunnya persetujuan kredit konsumsi sub sektor rumah tangga untuk pemilikan
rumah tinggal tipe s.d. Tipe 21 dan tipe diatas 70. Sedangkan penurunan
kelonggaran tarik kredit investasi disebabkan semakin terealisasinya komitmen kredit
sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah.
TW IV Tw I Tw I I Tw I I I Tw IV
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share % %
Batanghari 2,178,008 2,201,840 2,554,343 2,021,404 2,208,433 2,177,564.4 6.4 -1.4 -1.1
Sarolangun 1,464,682 1,465,886 1,461,979 1,611,055 1,601,980 1,623,578 4.8 1.3 9.8
Kerinci 1,388,026 1,409,393 1,455,886 1,502,649 1,531,300 1,571,827 4.6 2.6 10.6
Muaro Jambi 2,587,306 2,327,113 2,341,866 2,538,992 2,788,879 2,701,710 7.9 -3.1 13.4
Tanjung Jabung Barat 1,567,439 1,886,052 1,888,412 1,976,223 1,996,109 2,012,352 5.9 0.8 6.3
Tanjung Jabung Timur 624,633 646,870 676,988 714,146 731,542 739,897 2.2 1.1 12.7
Tebo 1,533,388 1,567,330 1,696,419 2,027,604 1,973,200 2,137,947 6.3 8.3 28.9
Merangin 2,552,180 2,543,205 2,656,927 2,765,615 2,803,795 2,796,085 8.2 -0.3 9.0
Bungo 3,153,216 3,173,820 3,197,338 3,248,205 3,332,761 3,378,293 9.9 1.4 6.1
Sungai Penuh 13,428 14,897 19,102 22,872 26,442 45,102 0.1 70.6 114.2
Jambi 14,341,352 14,710,048 14,508,777 14,828,745 15,129,667 14,922,669 43.8 -1.4 1.4
T O T A L 31,403,658 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 34,107,025 100.0 -0.1 6.8
Tw I qtq yoy
2015 Pertumbuhan20142013
Kabupaten/Kota
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross
Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR)10 pada triwulan laporan mengalami penurunan
sebesar 259 bps dikarenakan peningkatan DPK (3,5% (qtq)) lebih tinggi daripada
kenaikan kredit (1,2% (qtq)). LDR berdasarkan bank pelapor sebesar 116,85% (Grafik
3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut mengindikasikan
masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi yang perlu diimbangi dengan
pemantauan terhadap risiko kredit sejalan dengan prinsip kehati-hatian.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
10
LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
2015
TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Nominal %
1 Investasi 277,568 237,033 405,173 310,246 363,863 235,459 (128,404) (35.3)
2 Konsumsi 2,009 2,908 6,533 6,975 196,564 66,937 (129,627) (65.9)
3 Modal kerja 1,862,807 1,837,862 1,711,830 1,540,901 1,463,888 1,535,554 71,666 4.9
2,142,384 2,077,803 2,123,535 1,858,122 2,024,315 1,837,950 (186,365) (9.2)
* Mulai tahun 2010 perhitungan Undisbursed Loan berdasarkan laporan LBU Bassel
Pertumbuhan (qtq)2013 2014
Jenis Penggunaan
Total
Kategori
1.1
1.2
1.2
1.2
1.2
1.11.1
1.21.2
102%
104%
106%
108%
110%
112%
114%
116%
118%
120%
122%
124%
0
5
10
15
20
25
30
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15
Rp triliun
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
64
Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,89% (Rp769,0 miliar) (di
bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan lalu
(2,49% atau Rp654,3 miliar) (Tabel 3.8.).
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor
pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi dan sektor LGA masing-masing
sebesar 27,13%, 7,68% dan 4,46%. Tingginya NPL sektor pertambangan
disumbangkan sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan
gasifikasi batubara seiring belum membaiknya harga batu bara dan penerapan
Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah
hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang
mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai,
yang mengakibatkan sebagian besar perusahaan pertambangan batubara
menghentikan sementara aktivitas kegiatan tambang. Sementara itu
memburuknya NPL sektor konstruksi dan sektor LGA disumbangkan oleh sub
sektor konstruksi khusus dan sub sektor ketenagalistrikan lainnya seiring dengan
tertahannya pertumbuhan ekonomi kedua sektor tersebut.
Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata
tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di
Provinsi Jambi kembali meningkat dari 4,7% menjadi 4,8% seiring dengan
penurunan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku
Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%)
1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 4,844,114 117,242 2.42 5,052,401 134,992 2.67
2. Pertambangan dan Penggalian 137,590 33,893 24.63 131,001 35,540 27.13
3. Industri 974,021 19,413 1.99 944,211 19,732 2.09
4. LGA 3,660 395 10.79 6,099 272 4.46
5. Konstruksi 859,266 36,196 4.21 818,603 62,880 7.68
6. Perdagangan Hotel dan Restoran 6,491,044 240,902 3.71 6,544,280 275,331 4.21
7 Pengangkutan dan Komunikasi 333,392 5,816 1.74 338,174 5,770 1.71
8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 674,966 14,212 2.11 703,449 20,011 2.84
9. Jasa-jasa 544,056 182,182 33.49 597,609 15,797 2.64
10. Bukan Lapangan Usaha 11,367,367 4,057 0.04 11,430,482 198,717 1.74
26,229,475 654,309 2.49 26,566,309 769,042 2.89
2015
J U M L A H
No Sektor EkonomiTW IV-14
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
bunga kredit. (Grafik 3.4.). Suku bunga deposito pada periode laporan tercatat
sebesar 8,5% atau menurun dibandingkan triwulan IV 2014 (8,6%) dan suku bunga
rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode laporan tercatat di level
13,3% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (13,4%).
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam satuan %)
6. Perkembangan Kredit UMKM
Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sebesar Rp9,9 triliun, meningkat
(3,6% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp9,6 triliun) dan secara tahunan
mengalami peningkatan 13,5% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
total kredit (11,0% (yoy))(Grafik 3.5.).
10.17.2 7.2 7.7 8.0 8.3 8.3 8.2 8.0 7.8 7.4 6.3 5.6 5.1 4.9 4.7
4.8
0
5
10
15
20
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
2011 2012 2013 2014 2015
Margin Deposito Kredit BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
66
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi cenderung sedikit
meningkat yaitu dari 36,7% di triwulan lalu menjadi 37,6% (Grafik 3.6.). Berdasarkan
distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 35,2%, kredit mikro
sebesar 32,8%, dan kredit kecil sebesar 32,1% dari total kredit UMKM. Kredit UMKM
tersebut didominasi oleh perdagangan besar dan eceran, sektor pertanian, perburuan
dan kehutanan serta konstruksi masing-masing sebesar 48,80%, 29,05% dan
4,59%.
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
18.6
16.6 19.0
13.0
9.9
5.0
7.2
9.2
13.5
28.331.9 28.9
22.5
18.7
11.9
9.7 11.011.0
0
5
10
15
20
25
30
35
-
2
4
6
8
10
12
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2013 2014 2015
Rp T
riliu
n
Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
11.9 11.4 11.3 11.1 11.1 12.5 11.8 12.4 12.3
13.9 13.8 13.6 13.8 13.7 12.0 12.6 11.9 12.0
13.9 14.2 13.0 12.5 12.0 12.6 12.8 12.5 13.2
60.3 60.6 62.1 62.6 63.2 63.0 62.8 63.3 62.4
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2013 2014 2015
Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
67
C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan dibanding
triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan DPK yang mengalami
peningkatan meskipun dari sisi kredit yang diberikan mengalami sedikit penurunan.
Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar Rp7,8
miliar (1,0% (qtq)) dari sebesar Rp758,9 miliar menjadi Rp766,7 miliar. Dana pihak
ketiga (DPK) juga sedikit meningkat sebesar Rp13,7 miliar (2,4% (qtq)) dari
sebelumnya Rp566,5 miliar menjadi Rp580,2 miliar. Peningkatan DPK tersebut terjadi
pada deposito berjangka dan tabungan masing-masing sebesar Rp13,6 miliar (2,8%
(qtq)) menjadi Rp495,2 miliar dan Rp83,0 juta (0,1% (qtq)) menjadi Rp84,9 miliar.
Sebaliknya, jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar Rp247,0
juta (2,0% (qtq)) menjadi Rp524,4 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh
penurunan kredit konsumsi sebesar Rp9,0 miliar (3,8% (qtq)) menjadi Rp228,0 miliar.
Sedangkan kredit modal kerja dan kredit investasi mengalami peningkatan sebesar
Rp8,7 miliar (4,8% (qtq)) menjadi Rp189,2 miliar dan Rp116,0 juta (0,1% (qtq))
menjadi Rp107,1 miliar
Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang
ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 12,2%
menjadi 14,5% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%,
sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut terjadi di semua jenis
penggunaan kredit dengan didominasi kredit konsumsi, lalu diikuti modal kerja dan
investasi. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar
adalah sektor bukan lapangan usaha diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan belum
pulihnya harga komoditi karet dan sawit seiring dengan belum membaiknya harga
internasional sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur.
Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya cukup baik, yang
tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 80,46% sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (79,40%).
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
68
D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai
Bank Indonesia secara berkelanjutan mendukung Gerakan Nasional Non Tunai
(GNNT) yaitu optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu ATM
debit, kartu kredit dan e-money. Dalam rangka mendukung GNNT, pada tahun 2015
ini Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi memberikan edukasi kepada
kalangan pendidik (guru dan kepala sekolah SD, SMP dan SMA) di 6 (enam)
kabupaten di kota/kabupaten Provinsi Jambi. Langkah awal sosialisasi melalui
kalangan pendidik tersebut dilakukan dengan harapan para pendidik dapat
mentransfer materi GNNT dengan baik dan efektif kepada masyarakat khususnya
para pelajar.
Pada periode triwulan I 2015, perlambatan ekonomi tercermin dari kebutuhan
pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) yang mengalami
penurunan sementara aliran kas masuk (cash inflow) mengalami peningkatan.
Sementara itu perlambatan ekonomi juga tercermin dari kinerja pembayaran non
tunai sebagai berikut:
Nilai dan volume kliring turun sebesar 14,4% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya menjadi Rp2,2 triliun dan 9,8% (qtq) menjadi 62.245 (Tabel 3.9.).
Nilai RTGS dari, ke serta dari dan ke Jambi menurun masing-masing 16,4%,
21,3% dan 10,1%.
Tabel 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Nominal Persen
Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,202,247 (369,718) (14.4)
Volume Kliring (lembar warkat) 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012 62,245 (6,767) (9.8)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 810,929 880,393 976,622 1,948,349 921,379 1,445,865 524,486 56.9
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 (1,024,083) (44.3)
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690 1,548,569 (111.6)
RTGS dari Jambi (miliar Rp) 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778 34,079 (6,699) (16.4)
RTGS ke Jambi (miliar Rp) 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646 39,055 (10,591) (21.3)
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833 4,347 (487) (10.1)
Cek dan BG Kosong
Lembar 1,635 1,472 1,974 1,847 1,783 1,529 (254) (14.2)
Nominal (juta Rp) 63,174 56,789 83,457 71,186 99,967 52,135 (47,832) (47.8)
UraianPertumbuhan (qtq)2013 2014 2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
69
D.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,
untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp1,2 triliun, turun 44,3% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.) Sementara aliran kas masuk (cash
inflow) sebesar Rp1,4 triliun, naik signifikan 56,9% (qtq). Pada triwulan laporan,
Jambi mengalami net inflow sebesar Rp160,6 miliar setelah pada triwulan
sebelumnya net outflow sebesar 1,3 triliun. Net inflow tersebut pertama kali terjadi
sejak tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan uang kartal yang masuk ke Bank
Indonesia dari perbankan (inflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran
uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow) sejalan dengan
perlambatan ekonomi yang terjadi.
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
D.2.Penyediaan Uang Layak Edar
Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi
masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang
tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas
keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Selain itu, secara
(1,500,000)
(1,000,000)
(500,000)
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2014 2015
Rp (juta)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
70
berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan
uang yang tidak layar edar (UTLE). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan
uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di
Provinsi Jambi sebesar Rp778,4 miliar, atau mencapai 53,8% dari total inflow Provinsi
Jambi dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (45,3%).
Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang
dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan
edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume
UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru.
D.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan ditemukan uang yang tidak sesuai dengan ciri ciri
keaslian uang rupiah yang mencapai 176 lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi atau menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya sebanyak 206 lembar. Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang
palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara
berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan
masyarakat.
D.4.Perkembangan Kliring Lokal
Perlambatan ekonomi juga tercermin dari kinerja pembayaran non tunai. Lalu
lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat
sebesar Rp2,20 triliun, menurun (14,4% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya
(Rp 2,57 triliun) (Grafik 3.8.). Demikian juga halnya volume kliring mengalami
penurunan sebesar 9,8% (qtq), yaitu dari 69.012 lembar warkat menjadi 62.245
lembar warkat.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
71
Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
Seiring dengan penurunan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring,
nilai cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp99,9 miliar menjadi Rp52,1 miliar dan
dari sisi jumlah lembar menurun dari 1.783 lembar menjadi 1.529 lembar.
D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)11
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi
nominal secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar Rp17,7 triliun
(18,7% (qtq)) menjadi Rp77,4 triliun dan volume transaksi menurun tajam sebesar
18.057 transaksi (40,4% (qtq)) dari 44.672 transaksi menjadi 26.615 transaksi.
Penurunan nominal RTGS tersebut seiring perlambatan perekonomian Provinsi Jambi
triwulan I 2015 dan penurunan volume transaksi RTGS yang signifikan juga terkait
dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia No.16/18/DPSP tanggal 28
November 2014 yang salah satunya mengatur mengenai pembatasan nilai nominal
transaksi melalui BI-RTGS (berlaku mulai 15 Desember 2014).
11
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time).
40,000
60,000
80,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
2,200,000
2,400,000
2,600,000
2,800,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2014 2015
Perkembangan Transaksi Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
72
Sementara itu, secara tahunan nominal RTGS meningkat sebesar Rp30,2
triliun (63,9%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp47,2 triliun
menjadi Rp77,4 triliun (Tabel 3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi
merupakan yang terbesar dan mencapai Rp39,0 triliun, diikuti oleh transfer ke luar
Jambi Rp34,0 triliun dan transfer di dalam Provinsi Jambi Rp4,3 triliun. Aliran RTGS
menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar.
Tabel 3.9 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)
Nilai Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Tw 1 - 11 12,383 16,923 23,289 19,391 2,756 5,487 38,428 41,801
Tw 2 - 11 11,499 17,064 19,826 19,311 2,768 5,570 34,093 41,945
Tw 3 - 11 14,353 18,840 22,515 20,637 3,291 6,009 40,159 45,486
Tw 4 - 11 14,986 21,865 23,761 21,639 3,723 6,665 42,470 50,169
Tw 1 - 12 10,339 16,644 51,804 17,758 2,653 4,966 64,796 39,368
Tw 2 - 12 15,139 19,391 54,010 19,519 3,543 5,720 72,692 44,630
Tw 3 - 12 15,677 19,313 29,104 19,344 3,350 5,662 48,131 44,319
Tw 4 - 12 18,270 21,580 29,431 20,622 4,702 6,449 52,403 48,651
Tw 1 - 13 15,535 16,648 22,244 17,183 4,032 4,973 41,811 38,804
Tw 2 - 13 19,666 18,860 22,658 18,685 4,695 5,773 47,019 43,318
Tw 3 - 13 20,189 18,663 26,876 17,988 7,422 5,691 54,487 42,342
Tw 4 - 13 22,181 22,643 33,327 21,351 6,521 6,711 62,029 50,705
Tw 1 - 14 19,684 19,031 22,514 22,854 5,072 5,347 47,269 47,232
Tw 2 - 14 26,992 17,544 40,455 18,347 11,033 5,322 78,480 41,213
Tw 3 - 14 38,703 18,758 53,698 17,401 12,937 5,595 105,337 41,754
Tw 4 - 14 40,778 20,307 49,646 18,365 4,833 6,000 95,257 44,672
Tw 1 - 15 34,079 11,300 39,055 11,549 4,347 3,766 77,481 26,615
Periode
TOTAL
Volume
Dari Provinsi Jambi Ke Provinsi Jambi
Volume Volume
Dari dan Ke Provinsi
Jambi
Volume
73
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan I 2015
mencapai Rp522,6 miliar (terealisasi sebesar 15,9% dari APBD 2015), meningkat
51,9% bila dibandingkan triwulan I 2014. Sementara itu, realisasi belanja pada
triwulan I 2015 mencapai Rp420,29 miliar (terealisasi 12,0%). Realisasi belanja
tersebut meningkat lebih dari delapan kali lipat jika dibandingkan realisasi belanja
triwulan I 2014 sebesar Rp45,9 miliar.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp157,8 miliar (30,2%
dari total pendapatan), meningkat enam kali lipat dibandingkan realisasi PAD
triwulan I 2014. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang
mencapai Rp127,2 miliar pada awal tahun 2015 (80,6% dari total PAD).
Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil dibandingkan share
belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja modal pada tahun ini pun
lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 ( 25,3% dan 31,5%).
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I Tahun 2015
Pada Triwulan I tahun 2015, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi
Jambi sebesar Rp522,6 miliar atau mencapai 15,9% dari target pendapatan
dalam APBD tahun 2015 (Rp3,3 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan
terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai
Rp364,8 miliar (69,8% dari total pendapatan). Adapun proporsi terbesar dalam
pendapatan transfer dari APBN tersebut dalam bentuk Dana Alokasi Umum
(DAU) yang mencapai Rp252,3 miliar (48,3% dari total pendapatan Pemerintah
Provinsi Jambi) (Tabel 4.1).
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
74
Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui
pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya mencapai
Rp157,8 miliar (30,2% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut
meningkat enam kali lipat dibandingkan realisasi PAD triwulan I 2014.
Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp127,2
miliar pada awal tahun 2015 (80,6% dari total PAD).
Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan I Tahun - 2015 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I Tahun 2015
Pada triwulan I 2015, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jambi mencapai
Rp420,3 miliar atau mencapai 12,0% dari target belanja APBD 2015 (Rp3,5
triliun). Nilai realisasi tersebut meningkat Rp374,4 miliar atau lebih dari delapan
kali lipat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya,
realisasi belanja operasional masih menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp254,1
miliar atau 60,4% dari total belanja triwulan I tahun 2015 (terealisasi sebesar
11,8% dari target dalam APBD 2015) (Tabel 4.2). Komponen belanja operasional
terbesar adalah untuk belanja hibah yang mencapai Rp111,9 miliar (terealisasi
44,0% dari target dalam APBD 2015) dan diikuti oleh belanja pegawai Rp107,3
miliar (terealisasi sebesar 15,4% dari target dalam APBD 2015).
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp.
Miliar)
Persen
PENDAPATAN 343.97 11.53 1,604.62 53.81 3,127.13 2,550.08 81.55 3,208.86 102.61 3,293.25 522.55 15.87
Pendapatan Asli Daerah 21.50 2.21 535.65 55.05 1,208.84 971.76 80.39 1,324.03 109.53 1,218.12 157.76 12.95
Pajak Daerah 0.00 0.00 386.90 47.86 1,021.87 721.20 70.58 1,010.56 98.89 1,019.76 127.20 12.47
Retribusi Daerah 1.28 7.81 5.56 33.91 15.66 10.12 64.67 14.59 93.18 18.14 2.28 12.57
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 0.23 0.56 30.36 75.89 43.20 33.91 78.50 33.91 78.50 50.02 0.23 0.46
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 20.00 18.48 112.84 104.24 128.12 206.52 161.20 264.97 206.82 130.20 28.05 21.54
Pendapatan Transfer 322.45 16.06 1,068.89 53.23 1,917.29 1,578.14 82.31 1,883.45 98.23 2,074.12 364.79 17.59
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 237.08 14.53 802.21 49.17 1,556.19 1,215.90 78.13 1,514.52 97.32 1,713.01 252.29 14.73
Dana Bagi Hasil Pajak 0.00 0.00 80.14 33.52 179.30 122.59 68.37 194.97 108.74 251.04 - 0.00
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 0.00 0.00 154.07 39.04 379.20 266.01 70.15 321.85 84.88 414.40 - 0.00
Dana Alokasi Umum 237.08 25.00 553.20 58.33 948.34 790.28 83.33 948.34 100.00 995.75 252.29 25.34
Dana Alokasi Khusus 0.00 0.00 14.81 30.00 49.36 37.02 75.00 49.36 100.00 51.82 - 0.00
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 85.36 22.67 266.68 70.84 361.11 362.24 100.31 368.93 102.17 361.11 112.50 31.15
Dana Penyesuaian 85.36 22.67 266.68 70.84 361.11 362.24 100.31 368.93 102.17 361.11 112.50 31.15
Lain-lain Pendapatan yang Sah 0.02 1.85 0.08 8.28 1.00 0.18 18.32 1.37 137.44 1.00 - - Pendapatan Hibah 0.02 1.85 0.08 8.28 1.00 0.18 18.32 1.37 137.44 1.00 - 0.00
APBD 2015URAIAN
S.D TRW I-2015S.D TRW I-2014 S.D TRW II-2014 S.D TRW III-2014
APBD-P 2014
S.D TRW IV-2014
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan
Pemerintah Dareah
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
75
Sementara itu, realisasi belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur terealisasi sebesar Rp69,4 miliar (mencapai 8,7% dari
target belanja modal APBD 2015). Sesuai siklusnya, realisasi belanja modal dalam
APBD Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 umumnya masih dalam prosentase
kecil yang disebabkan masih berlangsungnya perencanaan maupun pengadaan
kegiatan pembangunan sehingga pembayaran belum dapat dilakukan pada
triwulan I 2015. Alokasi belanja modal dalam APBD 2015 hanya sebesar 22,7%,
lebih rendah dibandingkan APBD-P 2014 (25,3%) bahkan lebih rendah
dibandingkan alokasi belanja modal pada APBD-P 2013 yang mencapai 31,5%.
Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan
jaringan dengan total Rp64,9 miliar (terealisasi 11,9% dari target dalam APBD
2015). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling
berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai
realisasi belanja modal meningkat hampir tujuh kali lipat dibandingkan realisasi
belanja jalan, irigasi dan jaringan pada triwulan I 2014. Hal tersebut menunjukkan
komitmen Pemerintah Provinsi Jambi dalam mendorong percepatan
pembangungan infrastruktur. Infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan
prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi yang
lebih tinggi di tahun 2015.
Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi S.d Triwulan I Tahun -2015 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal
(Rp.
Miliar)
Persen
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
BELANJA 45.87 1.40 920.98 28.20 3,641.24 1,759.54 48.32 3,212.01 88.21 3,514.24 420.29 11.96
Belanja Operasi 36.15 1.69 611.53 28.53 2,198.58 1,106.32 50.32 1,926.78 87.64 2,161.50 254.07 11.75
Belanja Pegawai 30.81 4.54 223.29 32.89 657.66 392.15 59.63 570.35 86.72 694.43 107.32 15.45
Belanja Barang 5.33 0.61 163.26 18.75 946.67 389.24 41.12 812.87 85.87 833.89 34.83 4.18
Belanja Subsidi - - - - - - - - - - - 0.00
Belanja Hibah - - 169.78 41.86 413.68 262.54 63.46 385.13 93.10 491.45 111.92 22.77
Belanja Bantuan Sosial - - - - 25.50 - 0.00 19.87 77.91 141.73 - 0.00
Belanja Bantuan Keuangan - - 55.20 36.14 155.07 62.40 40.24 138.55 89.35 - - 0.00
Belanja Modal 9.72 1.12 191.57 22.03 919.30 445.79 48.49 821.02 89.31 798.65 69.37 8.69
Belanja Tanah - - 0.01 0.02 43.58 8.38 19.22 15.18 34.83 17.68 - 0.00
Belanja Peralatan dan Mesin 0.32 0.23 16.16 11.54 146.56 40.73 27.79 129.52 88.38 78.72 3.53 4.48
Belanja Bangunan dan Gedung 0.10 0.07 8.73 5.90 134.34 42.73 31.81 127.23 94.70 151.98 0.89 0.59
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 9.30 1.74 165.85 31.11 591.14 353.08 59.73 547.08 92.55 547.13 64.93 11.87
Belanja Aset Tetap Lainnya - - 0.54 12.96 2.60 0.35 13.28 0.98 37.86 2.06 0.02 0.97
Belanja Aset Lainnya - 0.27 35.17 1.08 0.53 48.83 1.02 95.07 1.08 - 0.00
Belanja Tak Terduga 0.00 0.00 0.18 9.00 2.00 0.18 9.00 1.86 93.03 3.50 - -
Belanja Tak Terduga - - 0.18 9.00 2.00 0.18 9.00 1.86 93.03 3.50 - 0.00#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Transfer 0.00 0.00 117.70 47.08 521.36 207.25 39.75 462.36 88.68 550.59 96.85 17.59
Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa - - 117.70 47.08 521.36 207.25 39.75 462.36 88.68 550.59 96.85 17.59Bagi Hasil Pajak - - 117.70 47.08 521.36 207.25 39.75 462.36 88.68 550.59 96.85 17.59
APBD 2015URAIAN
S.D TRW I-2015S.D TRW I-2014 S.D TRW II-2014 S.D TRW III-2014
APBD-P 2014
S.D TRW IV-2014
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
76
C. Keuangan Pemerintah Daerah
Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan I
2015 meningkat 41,5% dibandingkan triwulan I 2014 menjadi Rp3,5 triliun
seiring dengan masih minimnya komponen belanja pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2015 (Grafik 4.4).
Peningkatan simpanan terbesar disebabkan oleh naiknya simpanan giro
dari Rp1,4 triliun pada triwulan I 2014 menjadi Rp2,1 triliun pada triwulan
laporan atau naik sebesar 52,3%. Adapun simpanan deposito mengalami
penurunan dari Rp1,5 triliun pada triwulan yang sama tahun lalu menjadi Rp1,4
triliun pada triwulan laporan atau turun sebesar 10,7%.
Grafik 4.1. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia
3.82 4.23
3.95
1.70
2.97
4.15 3.89
1.37
3.54
0
1
2
3
4
5
Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13
Tw I-14 Tw II-14 Tw III-14 Tw IV-14 Tw I-15
(Rp triliun)
Giro Deposito Tabungan
77
BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada bulan Februari 2015, jumlah angkatan kerja di Jambi mengalami
peningkatan 122,1 ribu orang menjadi 1,69 juta orang dibandingkan Februari
2014 (1,57 juta orang) sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di
Provinsi Jambi pada bulan Februari 2015 adalah 69,92% atau meningkat
dibandingkan Februari tahun lalu (66,51%). Selanjutnya jumlah pekerja di Jambi
juga mengalami peningkatan yaitu dari 1,53 juta orang di Februari 2014 menjadi
1,65 juta orang. Namun demikian, jumlah pengangguran juga menunjukkan
peningkatan menjadi 46,2 ribu orang dibandingkan Februari 2014 (39,3 ribu)
sehingga tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 2,73% dari 2,50%.
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan jika
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 95,81 dari 95,06 pada triwulan
lalu yang disebabkan meningkatnya panen raya petani tanaman pangan padi di
Provinsi Jambi kecuali Kota Jambi.
A. Ketenagakerjaan Daerah
Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat
Statistik Provinsi Jambi, angkatan kerja pada Februari 2015 adalah 1,69 juta
orang atau bertambah 122,1 ribu orang dibandingkan Februari 2014 sehingga
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Februari
2015 adalah 69,92% atau meningkat dibandingkan Februari tahun lalu
(66,51%). Peningkatan 122,1 ribu orang angkatan kerja tersebut sebanyak 115,1
ribu orang (94,3%) dapat diserap oleh dunia kerja dan sisanya 6,9 ribu orang
(5,7%) belum diserap dunia kerja.
Penyerapan angkatan kerja diatas menyebabkan jumlah pekerja di Jambi
meningkat sebesar 7,52% menjadi 1,65 juta orang dan yang belum terserap
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
78
membuat pengangguran Provinsi Jambi pada bulan laporan menjadi 46,2 ribu
orang, lebih tinggi dari bulan Februari 2014 yang sebanyak 39,3 ribu orang.
Tingkat pengangguran pun meningkat dari 2,50% pada Februari 2014 menjadi
2,73% seiring dengan pelemahan ekonomi triwulan I 2015. Hal tersebut juga
sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Jambi bahwa sebagian besar responden menyatakan tingkat tenaga
kerja pada triwulan I 2015 cenderung tetap dibandingkan dengan tenaga kerja
pada tahun sebelumnya namun demikian sebagian lainnya menyatakan bahwa
terdapat penurunan yang disebabkan pengunduran diri dan pensiun karyawan.
Fenomena kenaikan tingkat pengangguran tersebut juga patut diwaspadai
mengingat dunia usaha merencanakan berinvestasi pada mesin untuk secara
perlahan menggantikan tenaga manusia demi mengejar efisiensi.
Tabel 5.1. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang)
Selain itu meningkatnya tingkat pengangguran tersebut juga karena
lapangan kerja yang tersedia tidak cukup menampung penduduk yang masuk
angkatan kerja. Selama triwulan I 2015 belum terdapat pembukaan penerimaan
CPNS sementara banyak penduduk yang masuk angkatan kerja berminat
melamar CPNS.
Sementara itu jumlah pekerja penuh mengalami kenaikan menjadi 932,6
ribu orang dari 840,5 ribu orang (Februari 2014) dan pekerja tidak penuh juga
2015
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
1 Angkatan Kerja 1,602.53 1,466.96 1,570.3 1,570.8 1,692.4
- Bekerja 1,556.7 1,397.2 1,531.1 1,491.0 1,646.2
- Penganggur 45.8 69.8 39.3 79.8 46.2
2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 69.09 62.68 66.51 65.59 69.92
3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2.86 4.76 2.50 5.08 2.73
4 Pekerja penuh 754.0 698.6 840.5 812.6 932.6
5 Pekerja tidak penuh 802.7 698.6 690.6 678.4 713.6
Setengah penganggur 187.4 125.3 164.3 143.6 191.5
Paruh waktu 615.4 573.3 526.3 534.8 522.1
Sumber: BPS Provinsi Jambi
2013KEGIATAN UTAMA
2014
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
79
meningkat menjadi 713,6 ribu orang dari 690,6 ribu orang seiring dengan
peningkatan pekerja setengah penganggur12.
Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di Jambi
didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 821,1 ribu orang (49,88%)
seiring dengan bergeraknya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai
sumber utama pertumbuhan perekonomian Jambi.
Sektor perdagangan menyerap tenaga kerja sebesar 276,5 ribu orang
(16,80%) sejalan dengan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran;
reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan I 2015 yang mampu tumbuh
1,5% (qtq) atau 14,1% (yoy) dan memberikan kontribusi pertumbuhan 1,2%
atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan I 2015 sebesar 5,9% (yoy).
Walaupun perdagangan merupakan salah satu lapangan pekerjaan utama
terbesar, namun dibandingkan Februari 2014 sektor tersebut mengalami
penurunan pekerja yang disebabkan pada posisi Februari 2014 terjadi perubahan
cuaca yang mempengaruhi panen pangan sehingga pekerja sektor pertanian
berimigrasi ke sektor perdagangan
Selanjutnya distribusi terbesar ketiga adalah sektor jasa kemasyarakatan
yang mencapai 250,5 ribu orang (15,22%).
Meningkatnya jumlah pekerja di bulan laporan disebabkan oleh
meningkatnya jumlah pekerja sektor lapangan pekerjaan yang didominasi sektor
pertanian seiring panen raya tanaman pangan padi yang membutuhkan banyak
tenaga kerja, lalu diikuti lapangan pekerjaan industri dan konstruksi yang
disebabkan pemberian kredit terhadap kedua sektor tersebut cenderung
membaik dibandingkan triwulan I tahun sebelumnya dan sedang berjalannya
beberapa pembangunan proyek yang bersifat jangka panjang seperti hotel,
jembatan dan infrastruktur lainnya. Sementara itu sektor perdagangan,
keuangan dan jasa kemasyarakatan menurun disebabkan tertahannya mobilitas
sektor tersebut seiring dengan perlambatan ekonomi.
12
Pekerja Tidak Penuh adalah pekerja yang jumlah jam kerjanya dalam seminggu kurang dari 35 jam
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
80
Tabel 5.2. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang)
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja
sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak 662,7 ribu orang dengan pangsa
40,26%, berusaha sendiri sebanyak 329,3 ribu orang (20,00%) dan pekerja
keluarga/tak dibayar sebanyak 253,7 ribu orang (15,41%). Meningkatnya jumlah
pekerja di bulan laporan utamanya disebabkan oleh meningkatnya pekerja
dengan status buruh/karyawan, pekerja bebas di non pertanian dan pekerja
pekerja bebas di pertanian.
Penyerapan tenaga kerja formal (berusaha dibantu buruh tetap dan
buruh/karyawan) mengalami sedikit peningkatan seiring dengan peningkatan
pekerja pada lapangan pekerjaan industri sedangkan sektor informal stabil
meskupun sedikit menurun dari 914,3 ribu orang (Februari 2014) menjadi 913,7
ribu orang seiring dengan menurunnya pekerja pada lapangan pekerjaan
perdagangan.
2015
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
1 Pertanian 846.9 735.8 755.6 736.2 821.1
2 Industri 52.7 52.5 44.0 52.5 90.1
3 Konstruksi 62.8 60.7 54.3 61.8 82.1
4 Perdagangan 251.2 233.5 287.2 251.8 276.5
5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 49.9 52.8 54.5 55.5 55.1
6 Keuangan 25.0 21.9 37.3 25.4 19.2
7 Jasa Kemasyarakatan 242.6 212.2 272.5 269.6 250.5
8 Lainnya ***) 25.5 27.8 25.6 38.2 51.6
TOTAL 1,556.7 1,397.2 1,531.0 1,491.0 1,646.2
Sumber: BPS Provinsi Jambi
***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air
2013Lapangan Pekerjaaan Utama
2014
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
81
Tabel 5.3. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama (dalam ribuan)
B. Kesejahteraan
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan,
antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada
bulan Maret 2015, NTP sebesar 95,81 atau naik 75 bps dibandingkan Desember
2014.13 Hal tersebut disebabkan oleh indeks yang diterima petani dan indeks
yang dibayar petani sama sama mengalami penurunan namun penurunan indeks
yang dibayar lebih besar (2,27%) dibandingkan indeks yang diterima (1,51%).
Secara keseluruhan semua sub sektor mengalami penurunan indeks yang
diterima dan dibayar petani namun pada sub sektor tanaman pangan dan
peternakan terjadi kenaikan indeks diterima.
Nilai tukar petani sub sektor tanaman pangan berupa padi dan palawija
mengalami sedikit kenaikan menjadi 101,72 dari triwulan sebelumnya 94,71
disebabkan indeks yang dibayar petani mengalami penurunan 2,27% sementara
indeks diterima petani meningkat 4,41%. Namun indeks diterima petani
13
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.
2015
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
A Pekerja Formal
1 Berusaha dibantu buruh tetap 72.6 62.1 75.1 61.9 69.8
2 Buruh/karyawan 541.6 511.1 541.7 496.3 662.7
Total Pekerja Formal 614.3 573.3 616.8 558.2 732.5
B Pekerja Informal
1 Berusaha Sendiri 283.7 335.1 338.3 319.9 329.3
2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 241.0 206.4 241.3 263.2 231.5
3 Pekerja bebas di pertanian 76.3 56.5 53.9 53.7 61.8
4 Pekerja bebas di non pertanian 48.3 36.5 24.3 45.6 37.3
5 Pekerja keluarga /tak dibayar 293.2 189.5 256.4 250.5 253.7
Total Pekerja Informal 942.5 824.0 914.2 932.9 913.6
TOTAL 1,556.7 1,397.2 1,531.0 1,491.1 1,646.1
Sumber: BPS Provinsi Jambi
2013 2014Lapangan Pekerjaaan Utama
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
82
tanaman pangan tersebut hanya indeks petani padi yang mengalami
peningkatan sedangkan petani palawija sedikit menurun disebabkan beberapa
komponen palawija seperti tempe, wortel dan ketimun mengalami deflasi pada
Maret 2015. Padi mengalami kenaikan indeks disebabkan bulan Januari sd
Maret 2015 terdapat panen beras atas penanaman padi September sd
Desember 2014 di seluruh kabupaten/kota kecuali Kota Jambi sehingga NTP
tanaman pangan padi mengalami kenaikan.
Nilai tukar petani hortikultura mengalami penurunan dari sebelumnya
94,11 menjadi 92,76 yang disebabkan menurunnya indeks diterima petani
hortikultura sayur sayuran dan tanaman obat. Penurunan tersebut didominasi
penurunan harga cabai merah yang selama triwulan I 2015 menjadi komponen
utama deflasi. Harga rata rata yang pada Desember 2014 sebesar
Rp64.000,00/kg turun tajam menjadi Rp16.633,00/kg. Penurunan harga cabai
merah tersebut disebabkan persediaan yang melimpah yang masuk dari luar
Provinsi Jambi.
Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat menurun menjadi 92,91
dari sebelumnya 94,31. NTP tersebut adalah NTP tanaman perkebunan rakyat
terendah sejak Desember 2013 seiring belum membaiknya harga karet selama
triwulan I 2015 dimana rata rata harga bokar 2013 berkisar Rp22.456,74/kg,
tahun 2014 Rp17.558,67/kg dan triwulan I 2015 hanya sebesar Rp14.874,00/kg.
Sementara itu harga TBS triwulan I 2015 berada pada kisaran harga rata rata
Rp1.723,64/kg belum membaik sebagaimana rata rata harga 2014 yang
mencapai Rp1.808,49/kg seriring dengan belum membaiknya harga
internasional dibandingkan tahun sebelumnya.
Nilai tukar petani peternakan mengalami kenaikan menjadi 100,31 dari
triwulan sebelumnya 98,10. Kenaikan NTP tersebut didominasi kenaikan indeks
diterima petani ternak besar dan ternak kecil. Meskipun pada saat triwulan
laporan harga sapi stabil dan daging ayam mengalami deflasi yang
mengindikasikan bahwa kenaikan indeks diterima tersebut disebabkan
pedagang mengambil margin yang lebih kecil dari peternak.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
83
Nilai tukar perikanan pada triwulan laporan mengalami peningkatan
menjadi 100,56 setelah sebelumnya per Desember 2014 berada pada 99,50.
Kenaikan nilai tukar perikanan tersebut disebabkan indeks harga yang diterima
nelayan dan pembudidaya ikan mengalami penurunan yang lebih kecil (0,66%
(qtq)) dibandingkan indeksi harga yang dibayar nelayan dan pembudidaya ikan
(1,72% (qtq)).
Sementara itu secara per sub sektor, nilai tukar perikanan tangkap dan
perikanan budidaya sama sama mengalami peningkatan . Nilai tukar perikanan
tangkap mengalami kenaikan dari 101,09 menjadi 102,86 (1,75%) sementara
nilai tukar perikanan budidaya mengalami kenaikan dari 97,72 menjadi 98,04
(0,33%). Indeks harga yang diterima dan dibayar nelayan (perikanan tangkap)
dan perikanan budidaya sama sama mengalami penurunan namun penurunan
indeks dibayar lebih besar dibandingkan indeks diterima sehingga nilai tukar
perikanan tangkap dan budidaya mengalami kenaikan. Penurunan nilai diterima
dan dibayar tersebut disebabkan frekuensi nelayan melaut berkurang seiring
dengan gelombang tinggi dan keluarnya Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No.1 dan 2 tahun 2015 yang mengatur alat tangkap nelayan yang
mempengaruhi hasil tangkapan dan biaya produksi nelayan. Demikian juga
halnya dengan perikanan budidaya, penurunan indeks diterima dan dibayar
disebabkan curah hujan yang tinggi selama triwulan I 2015 mempengaruhi hasil
tangkapan ikan mengingat perikanan budidaya di Provinsi Jambi sebagian besar
adalah tadah hujan.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
84
Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog
Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin)
kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin
mencapai sebesar 4.154 ton, meningkat 58,76% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya (2.616 ton) (grafik 5.1). Penyaluran raskin tahun 2015 baru terealisasi
sejak Februari 2015 yang disebabkan pada awal tahun masing-masing
pemerintah daerah kota/kabupaten masih menyusun juknis penyaluran raskin
tahun 2015.
Des Maret Juni Agustus September Desember Jan Feb Maret
1
a Indeks Diterima Petani 105.74 110.05 108.28 108.91 108.65 114.47 117.21 117.98 119.52 4.41
b Indeks Dibayar Petani 111.08 112.10 112.26 114.30 115.01 120.87 119.68 117.59 117.50 -2.79
Nilai Tukar Petani (NTP-P) 95.19 98.18 96.45 95.29 94.47 94.71 97.93 100.33 101.72 7.40
2
a Indeks Diterima Petani 105.74 105.28 103.89 106.99 108.44 113.11 110.93 109.59 108.73 -3.87
b Indeks Dibayar Petani 111.08 111.52 111.97 113.56 114.20 120.18 119.01 117.24 117.21 -2.47
Nilai Tukar Petani (NTP-H) 95.19 94.40 92.78 94.21 94.96 94.11 93.21 93.48 92.76 -1.43
3
a Indeks Diterima Petani 108.63 111.23 110.08 111.26 109.78 113.29 112.01 110.73 109.04 -3.75
b Indeks Dibayar Petani 110.58 111.87 112.08 113.89 114.52 121.10 118.97 117.35 117.36 -3.09
Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 98.24 99.43 98.22 97.69 95.86 94.31 94.15 94.36 92.91 -1.48
4
a Indeks Diterima Petani 105.89 106.66 108.60 109.92 110.72 112.92 113.65 113.72 113.86 0.83
b Indeks Dibayar Petani 108.64 109.47 109.84 110.84 111.30 115.11 114.25 113.36 113.51 -1.39
Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 97.47 97.43 98.87 99.17 99.48 98.10 99.47 100.31 100.31 2.25
5
a Indeks Diterima Petani 107.25 110.75 113.12 116.00 115.85 118.18 117.88 117.25 117.40 -0.66
b Indeks Dibayar Petani 109.49 108.59 111.10 112.46 112.90 118.78 117.87 116.62 116.74 -1.72
Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 97.95 100.10 101.82 103.15 102.62 99.50 100.01 100.54 100.56 1.07
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 107.26 109.42 108.70 110.14 109.70 113.57 113.21 112.52 111.86 -1.51
b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 110.33 111.46 111.73 113.41 114.03 119.47 118.36 116.75 116.76 -2.27
c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 97.21 98.17 97.29 97.12 96.21 95.06 95.65 96.38 95.81 0.79
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
2013 20152014
Perikanan
PERUBAHAN (%)
( Des 2014 ke Maret 2015)
PROVINSI JAMBI
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Hortikultura
Tanaman Pangan
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
85
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
6.1
3.3
7.8
12.4
4.2
9.3
10.8
12.5
8.1
9.88.7
2.6
4.2
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
-
2
4
6
8
10
12
14
TW I TW II TW III TRWIV
TW I TW II TW III TRWIV
TW I TW II TW III TW IV TW I
2012 2013 2014 2015
Rib
u t
on
Pertumbuhan Raskin (%)
87
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR
PENGGERAK PEREKONOMIAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Boks.2
BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN
Apa itu Bonus Demografi?
Sejak lebih dari tiga dasawarsa terakhir, Indonesia mulai mengalami proses perubahan
struktur demografi. Hal ini dapat dilihat dari hasil sensus penduduk tahun 2000.
Penduduk di bawah usia 15 tahun hampir tidak mengalami pertambahan, dari jumlah
sekitar 60 juta di tahun 1970-1980an menjadi sekitar 63-65 juta di tahun 2000.
Namun sebaliknya, penduduk usia produktif 15-64 tahun pada tahun 1970 yang
berjumlah sebanyak 63-65 juta telah berkembang menjadi lebih dari 133-135 juta,
atau mengalami kenaikan hingga dua kali lipat selama 30 tahun. Perubahan struktur
demografi ini utamanya terjadi atas keberhasilan penerapan program Keluarga
Berencana (KB) pada tahun 1970.
Kita dapat menganalisis perubahan struktur ini melalui metode pengukuran yang
dependency ratio), yaitu rasio yang menunjukkan
perbandingan antara kelompok usia produktif dan non produktif. Rasio ini
menggambarkan berapa banyak orang usia non produktif yang hidupnya harus
ditanggung oleh kelompok usia produktif. Berdasarkan hasil sensus penduduk
tersebut, beban ketergantungan telah turun secara tajam dari 85-90 persen di
tahun1970 hingga menjadi sekitar 54-55 persen di tahun 2000.
Fenomena tersebut juga terjadi di Provinsi Jambi, sebagaimana dapat dilihat pada hasil
sensus penduduk tahun 2010. Porsi penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun)
mencapai 66,6% dari jumlah total penduduk sebanyak 3,3 juta jiwa. Bahkan 36,1%
di antaranya merupakan pekerja usia muda (berusia 15-34 tahun) sebanyak 1,2 juta
jiwa.
5 - 9
15 - 19
25 - 29
35 - 39
45 - 49
55 - 59
65 - 69
75+
Grafik 1: Demografi Penduduk Provinsi Jambi 2013
Laki-laki Perempuan
51,0%
Sumber: BPS
49,0%
36,1%
Dependency Ratio: 50,2%
88
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR
PENGGERAK PEREKONOMIAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Transisi demografi ini lazim dikenal sebagai bonus demografi (demographic devident)
yang juga dimaknai secara ekonomi sebagai jendela kesempatan (window of
opportunity). Jambi saat ini sedang menikmati masa keemasan bonus demografi
dengan dependency ratio yg rendah sebesar 50,2%, bahkan termasuk cukup rendah
se-Indonesia. Fenomena yang hanya terjadi sekali dalam ratusan tahun ini diperkirakan
akan terus berlangsung hingga mencapai puncaknya pada tahun 2030, saat para
penduduk usia produktif ini menua dan beban ketergantungan kembali ke level 70-80
persen.
Gambar 1: Dependency Ratio di Indonesia
Apa Keuntungan Dari Bonus Demografi?
Idealnya, bonus demografi ini dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di masa kontraksi ekonomi saat ini.
Pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan
yang cukup signifikan dan hanya tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih rendah dari
pencapaian triwulan I 2014 yaitu 10,3% (yoy).
Sumber:Kominfo
89
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR
PENGGERAK PEREKONOMIAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Grafik 2: Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi
Namun bonus demografi ini baru dapat memberikan keuntungan ekonomi bila
didukung oleh angkatan kerja yang berkualitas. Apabila kita melihat Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan ukuran harapan hidup, melek huruf,
pendidikan, dan standar hidup di daerah, maka kualitas tenaga kerja di Jambi belum
terlalu baik. Pada kurun 1996 hingga 2013, IPM Jambi belum bergerak dari urutan ke-
13 se-Indonesia dengan IPM 74,35 atau hanya sedikit lebih tinggi dari rata-rata
nasional sebesar 73,81. Angka ini masih kalah dibandingkan provinsi tetangga seperti
Sumatera Barat (75,01), Riau (77,25), Sumatera Selatan (74,36), dan Bengkulu
(74,41).
Tabel 1: Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sumber: BPS
Bagaimana Dengan Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi?
Indikasi penurunan tenaga kerja di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi dapat
dilihat dari data BPS per Februari 2015. BPS menyebutkan bahwa Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai angka 2,7% persen, meski mengalami
30.5 32.733.4 35.4
35.838.6 40.9
38.638.99.3
10.7
5.1
2.5
10.3
5.6 5.8 6.5
5.9
(6.0)
6.8
0.9 1.3
1.1
2.2 1.1
2.0
0.5
-8-6-4-2024681012
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15
Sumber: BPS (diolah)
%
Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Jambi (yoy) Pertumbuhan Jambi (qtq)
90
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR
PENGGERAK PEREKONOMIAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
penurunan dibanding TPT Agustus 2014 sebesar 5,1%, namun lebih tinggi
dibandingkan TPT Feb 2014 sebesar 2,5%. Selain itu, jumlah pengangguran pada
Februari 2015 mencapai 46,2 ribu orang, lebih besar dari periode yang sama satu
tahun sebelumnya sebesar 39,3 ribu orang. Kenaikan tingkat pengangguran tersebut
perlu diwaspadai mengingat dunia usaha merencanakan berinvestasi pada mesin
untuk secara perlahan menggantikan tenaga manusia demi mengejar efisiensi. Selain
itu, mayoritas angkatan kerja masih mengandalkan penerimaan CPNS sementara
posisi yang ditawarkan cukup terbatas.
Sumber: BPS (diolah)
Dalam struktur ketenagakerjaan Jambi, 732,5 ribu orang (45,5%) bekerja pada sektor
formal sementara sisanya 913,7 ribu orang (55,5%) bekerja pada sektor informal.
Besarnya angka pekerja informal tersebut didasarkan pada kualitas tenaga kerja Jambi
yang tidak berimbang. Sebagian masih didominasi pendidikan rendah yaitu SD dan
SMP. Akibatnya tenaga kerja yang masih dalam level mendasar tersebut mempunyai
kecenderungan dibayar murah sehingga kesejahteraan pun menurun.
Dengan semakin rendahnya kesejahteraan tenaga kerja maka akan semakin sulit bagi
perekonomian Jambi untuk mengandalkan penguatan permintaan domestik. Selain
itu, tidak ada porsi pendapatan yang disisihkan untuk tabungan/investasi sebagai
pemacu pertumbuhan ekonomi. Hasil financial literacy baseline survey yang dilakukan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi menunjukkan 47% rumah tangga
belum tersentuh perbankan.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
-
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Juta
ora
ng
Grafik 3: Angkatan Kerja Provinsi Jambi Feb 2015
Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) LHS
Tingkat Penggangguran Terbuka (%) LHS
91
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR
PENGGERAK PEREKONOMIAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Apa Yang Dapat Dimanfaatkan Dari Bonus Demografi?
Selain peluang dari sisi produksi, bonus demografi juga merupakan pangsa ekonomi
besar bagi industri. Harus diakui bahwa konsumsi memiliki peran yang sangat penting
bagi pertumbuhan ekonomi Jambi dengan kontribusinya yang mencapai 45,1% dari
PDRB. Di tengah perlambatan perekonomian dunia dan Indonesia, terutama
disebabkan oleh pembalikan arus modal ke negara asal dan pelemahan harga
komoditas, pertumbuhan Jambi masih cukup terjaga berkat angka konsumsi
penduduk yang besar.
Grafik 4: Distribusi PDRB Menurut Kegunaan
Sumber: BPS (diolah)
Seiring ledakan penduduk usia produktif, proporsi kelas menengah di Indonesia
melonjak lebih dari dua kali lipat selama satu dekade terakhir. Bank Dunia mencatat
lonjakan rasio kelas menengah Indonesia dari sekitar 20 persen jumlah penduduk
pada tahun 2000 menjadi 56,5 persen pada tahun 2010. Kelas menengah menurut
Bank Dunia adalah warga dengan pendapatan per hari antara 2 sampai 20 dolar AS.
Dengan kriteria tersebut, jumlah mereka di Indonesia sekitar 134 juta berdasarkan
data Sensus Penduduk 2010.
Dalam kurun waktu itu pula, kontribusi dari pengeluaran bukan makanan oleh rumah
tangga menjadi lebih besar daripada kontribusi dari pengeluaran makanan oleh rumah
tangga. Hal ini mengkonfirmasi terjadinya transformasi perekonomian yang dipicu
oleh pola konsumsi kelas menengah Indonesia yang mengarah pada kebutuhan gaya
hidup (lifestyle) dan mewakili kelas sosial tertentu. Dengan demikian boleh dikatakan
bahwa fondasi terbentuknya kelas menengah tersebut masih sangat rentan, bahkan
berpotensi mendorong negara menuju apa yang disebut middle income trap.
Istilah tersebut untuk negara-
tidak mampu melakukan lompatan menjadi negara maju baru karena minimnya
investasi sumber daya manusia. Besarnya angka konsumsi tanpa diimbangi
produktivitas membuat potensi bonus demografi menjadi tak bermanfaat. Padahal
seharusnya bonus demografi adalah kelas menengah yang mandiri dan memiliki usaha
produktivitas sendiri sehingga mampu memacu ekonomi negaranya. Negara yang
Konsumsi Rumah
Tangga dan LNPRT, 45.1%
Konsumsi Pemerintah,
5,3%
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto, 19,9%
Perubahan Inventori,
1,6%
Net Ekspor, 28,2%
92
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR
PENGGERAK PEREKONOMIAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
terindikasi terkena jebakan tersebut umumnya memiliki populasi besar dengan tingkat
konsumsi pangan dan non pangan yang hampir seimbang, namun perekonomian
bukan digerakkan oleh industri manufaktur melainkan dari hasil sumber daya alam
dan jasa. Industri di negara menengah menjadi berbiaya mahal sehingga tidak
kompetitif di bandingkan negara yang masih berpenghasilan rendah.
Apa Upaya Pemerintah Dalam Memanfaatkan Bonus Demografi?
Meskipun Indonesia sedang dan akan mengalami periode bonus demografi pada
tahun 2012 hingga 2035 mendatang, namun belum banyak yang menyadari akan hal
ini. Padahal, bonus yang dinikmati suatu negara akibat dari lebih besarnya jumlah
penduduk usia produktif dibandingkan dengan usia nonproduktif tersebut
menawarkan peluang sekaligus tantangan yang sangat besar. Jika momentum yang
langka ini berhasil dimanfaatkan dengan baik, maka keuntungan sosial-ekonomi yang
diperoleh akan luar biasa. Untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat maka perlu dilakukan upaya
sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kuantitas
dan kualitas pendidikan. Penduduk usia kerja harus dibekali dengan
pendidikan dan keterampilan untuk mendukung pertumbuhan. Hal ini
khususnya dalam menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) melalui peningkatan daya saing.
b. Menciptakan lapangan pekerjaan formal atau modern yang seluas-luasnya.
Kondisi angkatan kerja yang sebagian besar berpendidikan rendah ini
diperkirakan belum akan berubah secara berarti sampai 10 tahun ke depan.
Dengan demikian lapangan kerja yang akan diciptakan perlu
mempertimbangkan tingkat keterampilan pekerja yang tersedia, yaitu padat
karya, industri menengah dan kecil, serta berorientasi ekspor.
c. Menciptakan fleksibilitas pasar kerja dengan memperbaiki aturan main
ketenagakerjaan yang berkaitan dengan rekrutmen, outsourcing,
pengupahan, PHK, serta memperbaiki aturan main yang mengakibatkan
perlindungan yang berlebihan.
d. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan peningkatan investasi. Iklim
usaha yang kondusif memerlukan stabilitas ekonomi, politik dan keamanan,
kemudahan perizinan, birokrasi yang efisien, biaya produksi yang rendah,
kepastian hukum serta peningkatan ketersediaan infrastruktur.
e. Meningkatkan kesadaran menabung melalui peningkatan akses inklusi
keuangan. Potensi unbanked people yang sedemikian besar tersebut dapat
digarap oleh perbankan bekerja sama dengan lembaga yang memiliki basis
jaringan distribusi luas sampai ke pelosok seperti Kantor Pos Indonesia atau
dengan perusahaan yang memiliki basis infrastruktur teknologi informasi,
93
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR
PENGGERAK PEREKONOMIAN
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
seperti penyedia jaringan seluler. Tabungan ini selanjutnya diinvestasikan
untuk hal-hal yang produktif, bukan konsumtif.
f. Meningkatkan usia produktif melalui peningkatan teknologi dan layanan
kesehatan. Dengan berkurangnya jumlah penduduk di bawah usia 15
tahun maka anggaran yang diperuntukkan bagi kelompok penduduk
tersebut dapat dialihkan untuk melaksanakan pelatihan, pendidikan, dan
upaya pemeliharaan kesehatan remaja.
g. Meningkatkan partisipasi tenaga kerja perempuan. Pada keluarga dengan
jumlah anak yang sedikit, perempuan memiliki kesempatan untuk
memasuki pasar kerja dan menambah penghasilan keluarga.
h. Perlu persiapan menghadapi masalah-masalah yang timbul pasca
berakhirnya masa bonus demografi yang ditandai dengan peningkatan
jumlah lansia dan pembengkakan biaya untuk sistem jaminan sosial dan
pensiun.
95
BAB VI
PROSPEK PEREKONOMIAN
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan II 2015
diperkirakan relatif membaik pada kisaran 6,4% (yoy) dibandingkan triwulan I
2015 (5,9% (yoy)). Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan menjadi
kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Tren
kenaikan harga komoditas kelapa sawit menjadi faktor utama yang menaikkan
daya beli masyarakat. Selain itu, tingkat konsumsi diperkirakan akan meningkat
sejalan dengan masuknya bulan puasa dan liburan sekolah.
Realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah Provinsi Jambi
juga akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan juga
akan didukung oleh meningkatnya investasi dan ekspor seiring dengan kenaikan
harga komoditas CPO dan minyak mentah serta kenaikan permintaan ekspor
karet
Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih akan
didominasi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil
dan sepeda motor. Adapun sektor konstruksi yang mengalami kontraksi pada
triwulan laporan juga akan mengalami perbaikan pada triwulan II 2015 seiring
dengan pembangunan proyek infrastruktur.
Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan lebih tinggi yaitu berada
pada kisaran 6,4%-6,9% (yoy) dari sebelumnya 4,88% (yoy) pada triwulan I
2015. Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok
administered price dan volatile food.
Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga
BBM bersubsidi per tanggal 28 Maret 2015, kenaikan harga jual LPG 12 Kg dan
kenaikan TTL untuk rumah tangga per 1 April 2015 akan menjadi penyumbang
utama kenaikan inflasi pada Triwulan II 2015.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
96
Sementara itu dari sisi volatile food, masuknya bulan puasa pada Juni
2015 diyakini akan meningkatkan permintaan komoditas pangan utama sehingga
apabila tidak didukung oleh pasokan barang yang cukup, maka dapat memicu
terjadinya inflasi yang tinggi. Akan tetapi, masuknya musim panen pada
beberapa komoditas pangan utama seperti beras serta mulai stabilnya pasokan
komoditas cabai merah dan bawang merah pada triwulan II 2015 diperkirakan
akan menurunkan tekanan inflasi pada sisi volatile food.
Selain itu, kebijakan pemerintah untuk melanjutkan program raskin pada
tahun 2015 diperkirakan juga berkontribusi pada penurunan tekanan inflasi pada
sisi volatile food. Disamping itu, prakiraan cuaca yang cukup baik bagi sektor
pertanian selama triwulan II 2015 dapat meningkatkan produksi dan pasokan
bahan makanan.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi
dari perkiraan antara lain: 1) anomali cuaca; 2) tekanan dari sektor eksternal
berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang
berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation); 3) ekspektasi inflasi yang
cenderung meningkat sejalan dengan kenaikan beberapa komoditas administered
price dan masuknya bulan puasa.
A. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan pada kisaran 2,8% (qtq), tumbuh relatif
lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara itu,
pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan
tumbuh pada kisaran 6,4%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan yang
tumbuh 5,9%(yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015
diperkirakan berada pada kisaran 6,7%-7,2%.
Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah
tangga dan konsumsi pemerintah akan menjadi sumber utama perekonomian di
triwulan mendatang. Bulan puasa akan menjadi faktor pendorong konsumsi
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
97
rumah tangga. Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah
diperkirakan juga semakin meningkat seiring dengan realisasi beberapa proyek-
proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor diperkirakan akan tumbuh meskipun
masih relatif terbatas seiring mulai membaiknya permintaan dan harga CPO
global. Kondisi membaiknya perekonomian negara lain seperti Amerika dan
Jepang akan membantu ekspor beberapa komoditas, terutama komoditas karet.
Namun demikian, masih relatif belum membaiknya harga komoditas
terutama karet di pasar global, diperkirakan masih akan berimbas pada
menurunnya pendapatan masyarakat dan kinerja ekspor sehingga berpotensi
menahan laju pertumbuhan ekonomi Jambi. Pelemahan nilai tukar rupiah saat ini
mampu membantu kinerja ekspor Provinsi Jambi ditengah rendahnya harga
internasional komoditas.
Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang yang
diperkirakan membaik dibandingkan triwulan laporan, hasil SKDU triwulan I 2015
menyatakan bahwa perekonomian akan mengalami ekspansi dan responden
optimis dalam memandang perekonomian triwulan mendatang. Hal ini tercermin
dari nilai SBT perkiraan perkembangan dunia usaha pada triwulan II 2015 sebesar
28,57. Adapun sektor bangunan/konstruksi memiliki SBT negatif yang disebabkan
oleh masih pesimisnya pelaku usaha terhadap perkembangan pembangunan
pusat bisnis, hiburan dan rekreasi serta perhotelan oleh perusahaan swasta (tabel
6.1).
Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
Triw ulan
I-2013
Triw ulan
I I-2013
Triw ulan
I I I-2013
Triw ulan
IV-2013
Triw ulan
I-2014
Triw ulan
I I-2014
Triw ulan
I I I-2014
Triw ulan
IV-2014
Triw ulan
I-2015
Triw ulan
I I-2015*
1 Pertanian 0.7 (0.7) 1.5 - (6.9) - - (10.5) 19.0 9.4
2 Pertambangan dan Penggalian (3.1) (1.0) - (1.0) (1.4) 1.4 (1.4) (1.4) - -
3 Industri Pengolahan - - 1.1 - (0.5) (1.0) (0.2) 0.9 12.0 13.1
4 Listrik dan Air Minum 0.3 0.1 (0.2) - 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6
5 Bangunan - - (0.7) - (3.4) (3.4) (3.4) (3.4) (2.7) (2.7)
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.9) - (0.9) 0.9 (4.6) (6.3) (7.0) (1.6) (3.1) 0.3
7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.0 1.3 (0.7) - 7.1 6.1 - - 6.1 6.1
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.4 1.4 1.4 1.8 1.2 1.8 1.1 1.4 1.8 1.8
9 Jasa-jasa (1.0) - (1.6) (0.5) 1.2 1.4 0.3 1.2 (0.2) -
(0.6) 1.1 0.1 1.1 (6.9) 0.5 (10.2) (13.0) 33.3 28.6
No Sektor/Subsektor
Total
Keterangan : *) Angka perkiraan
Saldo Bersih Tertimbang
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
98
Sektor pertanian diperkirakan tumbuh pada triwulan mendatang.
Peningkatan kinerja perkebunan karet yang didukung oleh kondisi cuaca yang
kondunsif seiring masuknya musim panas bagi penyadapan karet berpotensi
meningkatkan produksi crumb rubber. Sejalan dengan hal tersebut, sub sektor
tanaman bahan makanan (tabama) juga diperkirakan akan tumbuh seiring
dengan masuknya masa panen pada triwulan II 2015. Namun demikian, masih
rendahnya harga karet global berpotensi memberikan tekanan pada
pertumbuhan sektor perkebunan dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan
sektor pertanian.
Membaiknya tren harga komoditas internasional serta mulai
meningkatnya permintaan global produk Crude Palm Oil (CPO) dan faktor cuaca
masuknya musim panas yang berdampak baik bagi produktivitas tanaman karet
akan mendorong pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan
mendatang.
Relatif membaiknya pertumbuhan pada sektor pertanian khususnya
perkebunan kelapa sawit yang diindikasikan oleh tren peningkatan harga sawit
internasional akan berdampak positif pada pertumbuhan sektor industri
pengolahan khususnya kelapa sawit. Dari sisi eksternal, potensi harga minyak
dunia yang mulai membaik pada triwulan II 2015 diperkirakan berdampak positif
bagi pertumbuhan industri pengolahan karet dan berpotensi mendukung laju
pertumbuhan sektor industri pengolahan.
Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan sudah dapat kembali
mencapai tingkat produksi seperti kondisi optimal di tahun 2012. Tren
peningkatan harga minyak dunia pada akhir triwulan I 2015 sampai triwulan II
2015 akan menjadi pendorong pertumbuhan di sektor pertambangan migas.
Adapun faktor lainnya yang menjadi penghambat pertumbuhan sektor ini adalah
masih stagnannya harga batu bara internasional, terjadinya kelebihan stok, serta
rendahnya kadar kalori batubara Jambi.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
99
B. Proyeksi Inflasi
Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan
triwulan I 2015 yaitu berada pada kisaran 6,4%-6,9% (yoy) dari sebelumnya
4,88% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Peningkatan laju inflasi ini
utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food.
Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi
Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi
Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Mei - Juni 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5%
m-t-m (%)
2013 2011 2012 2015 2014
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Mei - Juni 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5%
y-o-y (%)
2011 2013 2012 2015 2014
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
100
Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015
Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menaikkan
harga BBM bersubsidi jenis Premium dan Solar sebesar Rp 500,00 pada 28 Maret
2015 memberikan dampak inflasi secara langsung maupun tidak langsung pada
bulan April 2015. Faktor lainnya adalah adanya kenaikan harga elpiji 12 kg
sebesar Rp6.300 Rp8.000 per tabung mulai 1 April 2015.
Sementara itu dari sisi volatile food, harga bawang merah yang cukup
tinggi pada April 2015 akan menjadi faktor penyebab tingginya inflasi volatile
food. Adapun penyebab kenaikan harga bawang merah adalah karena belum
memasuki musim panen serta gagalnya beberapa lahan panen akibat banjir di
brebes. Akan tetapi, panen yang diprediksi pada bulan Mei 2015 akan menjadi
faktor penahan laju inflasi. Selain bawang merah, harga cabai merah sebagai
komoditas penyumbang inflasi terbesar di Provinsi Jambi cenderung naik
semenjak April 2015 seiring dengan berkurangnya pasokan di Pasar Induk Angso
Duo akan sangat berpengaruh pada inflasi.
Komoditas beras hingga Mei 2015 mengalami penurunan harga yang
diakibatkan oleh meningkatnya pasokan dari beras lokal. Berdasarkan informasi
dari BPS, harga beras akan turun secara bertahap yang disebabkan oleh
masuknya musim panen di daerah sentra produksi beras di Provinsi Jambi, antara
lain Kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Selain
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Mei - Juni 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5%
y-t-d (%)
2011 2012 2013 2014 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
101
di Provinsi Jambi, beberapa daerah penyangga produksi padi di luar Jambi juga
memasuki musim panen, antara lain di Sumatera Selatan dan Lampung.
Disamping itu, prakiraan cuaca yang cukup baik bagi sektor pertanian
selama triwulan I 2015 yang diperkirakan masih akan berlanjut sampai dengan
awal triwulan II 2015 dapat meningkatkan produksi dan pasokan bahan
makanan.
Beberapa komoditas yang akan menjadi penyumbang utama inflasi di
triwulan mendatang adalah bensin, solar, tarif listrik, bahan bakar rumah tangga,
serta beberapa komoditas bahan makanan seperti cabai merah, daging ayam ras,
bawang merah dan telur ayam ras. Di sisi lain, komoditas yang akan menjadi
penyumbang utama deflasi datang dari kelompok volatile food seperti beras dan
udang.
Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan
mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)
anomali cuaca; 2) tekanan dari sektor eksternal berupa masih lemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi
inti (core inflation); 3) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih
terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya
distribusi dan transportasi barang dan jasa; 4) ekpektasi inflasi yang diperkirakan
meningkat sejalan dengan meningkatnya beberapa komoditas administered price
dan masuknya bulan puasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan dapat menjadi
pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan II tahun 2015.
C. Rekomendasi Kebijakan
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan I 2015 serta proyeksi ekonomi
triwulan II 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:
1. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui:
a) Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka panjang;
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
102
b) Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung
dengan masyarakat;
c) Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap
Kabupaten/Kota;
d) Optimalisasi fungsi koordinasi antara TPID bersama SKPD terkait dalam
rangka pengawasan produksi dan distribusi barang/komoditas utama
penyumbang inflasi;
e) Sosialisasi dan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG) yang dapat
membantu mengendalikan gejolak harga komoditas penjualan dan
meningkatkan nilai jual petani.
f) Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar
lelang forward
g) Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi
masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran.
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur untuk menekan biaya
distribusi dan meningkatkan konektivitas antar daerah melalui:
a) Mempercepat pembangunan jalan penghubung antara daerah
produsen komoditas unggulan (karet dan kelapa sawit) menuju
kawasan industri pengolahan dan pelabuhan, serta jalan penghubung
daerah produsen bahan pangan menuju daerah konsumen;
b) Perbaikan jalur transportasi darat untuk efisiensi biaya distribusi;
c) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi
untuk menjaga kualitas jalan sekaligus memantau arus barang yang
masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta
surplus/defisit Provinsi Jambi;
d) Optimalisasi jalur pengangkutan sungai dan laut untuk mendukung
jalur distribusi via darat;
e) Percepatan realisasi pembangunan pelabuhan Ujung Jabung untuk
meningkatkan kinerja ekspor Provinsi Jambi;
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
103
f) Pembukaan jalur penerbangan baru yang terhubung dengan kota-kota
di Pulau Sumatera untuk meningkatkan kerjasama antar daerah dan
memperlancar jalur distribusi barang/jasa;
g) Pembangunan Pembangkit listrik untuk meningkatkan elektrifikasi di
Provinsi Jambi
3. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan sekaligus industri
sawit dan karet terutamanya sebagai komoditas utama Provinsi Jambi
melalui:
a) Revitalisasi/replanting perkebunan sawit dan karet untuk
meningkatkan produktivitas tanaman;
b) Meningkatkan ketrampilan SDM khususnya petani karet melalui
pendampingan dan konsultasi teknis dan penguasaan teknologi di
bidang karet;
c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor;
d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan
untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;
e) Memperbaiki sistem tata niaga karet melalui proses lelang yang
melibatkan koperasi petani karet;
f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya
yang mudah diakses sampai ke level petani.
g) Membangun industri hilir berbasis komoditas karet dengan
memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan;
h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti,
penunjang, dan industri terkait lainnya.
4. Percepatan realisasi APBD Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Provinsi
Jambi:
a) Untuk mempercepat stimulus pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jambi dan mengendalikan laju inflasi Provinsi Jambi
b) Memprioritaskan pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan,
pelabuhan, pembangkit listrik) dalam rangka mempermudah dan
mempercepat distribusi barang dan pengembangan daerah.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
104
c) Mengalokasikan dana APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk
Pengendalian laju inflasi Provinsi Jambi. Salah satu upaya pengendalian
inflasi melalui pengembangan klaster ketahanan pangan
(pengembangan teknologi dan kapabilitas SDM untuk meningkatkan
produktivitas) dapat meningkatkan pasokan bahan pangan dan
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah
Pemerintah Daerah perlu menarik investor lokal maupun asing
untuk menanamkan modalnya ke Provinsi Jambi dalam bentuk
pembangunan industri hilir, utamanya industri hilir yang memanfaatkan
bahan baku karet, sawit, dan batubara. Adanya industri hilir tersebut
diharapkan dapat menjamin permintaan domestik yang stabil terhadap
komoditas karet dan batubara di tengah melambatnya permintaan global
dan rendahnya harga komoditas internasional. Kestabilan permintaan
akan menjamin pendapatan petani karet dan pelaku usaha batubara.
Pembangunan industri hilir juga akan menciptakan tambahan lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain itu, penciptaan nilai tambah pada
produk hasil industri hilir dapat menaikkan harga jual sehingga akan
memberikan dorongan positif bagi kinerja ekspor yang pada akhirnya akan
semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi.
Bentuk dukungan nyata yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah
dimulai dari promosi sektor unggulan dan potensi industri hilir di Provinsi
Jambi, memberikan kemudahan perizinan dan memberikan insentif bagi
calon investor yang akan mendirikan industri hilir di Provinsi Jambi.
Percepatan pembangunan kawasan ekonomi Ujung Jabung dapat menjadi
langkah awal dalam menarik investor untuk membangun industri hilir
seperti pabrik ban dan produk turunan karet serta pabrik produk turunan
CPO.
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Sumber: BPS
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Sumber: BPS
2015
Tw I Tw II Tw III Tw IV Total TW I
1 2 3 4 5 6 7
1. PERTANIAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 9,156,313 11,152,526 12,170,928 10,311,750 42,791,516 10,946,993
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 9,132,302 9,175,253 9,138,816 7,936,480 35,382,850 7,024,935
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3,890,700 4,058,368 4,138,534 4,177,834 16,265,437 4,255,028
4. PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 14,074 15,273 14,848 18,214 62,409 17,379
5. PENGADAAN AIR 51,079 50,864 52,175 52,777 206,895 55,681
6. KONSTRUKSI 2,399,450 2,470,055 2,595,139 2,796,045 10,260,688 2,730,061
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN DAN REPARASI MOBIL
DAN SEPEDA MOTOR3,143,885 3,328,578 3,515,492 3,580,138 13,568,092 3,811,962
8. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 1,126,549 1,182,278 1,272,358 1,376,224 4,957,408 1,424,456
9. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 372,787 393,363 407,482 421,497 1,595,130 437,588
10. INFORMASI DAN KOMUNIKASI 997,303 1,004,357 1,030,754 1,034,973 4,067,387 1,090,745
11. JASA KEUANGAN 892,309 917,961 953,756 985,239 3,749,265 1,008,588
12. REAL ESTATE 481,260 487,812 505,670 515,695 1,990,437 536,014
13. JASA PERUSAHAAN 375,066 387,898 401,468 414,096 1,578,528 431,632
14. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN
SOSIAL WAJIB1,699,267 1,851,052 2,133,518 2,274,775 7,958,612 2,214,801
15. JASA PENDIDIKAN 1,381,896 1,448,749 1,830,965 2,021,536 6,683,146 2,126,046
16. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 327,615 347,564 376,664 388,069 1,439,912 425,187
17. JASA LAINNYA 309,953 318,468 327,027 343,980 1,299,428 353,525
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 35,751,807 38,590,419 40,865,594 38,649,320 153,857,140 38,890,622
2014LAPANGAN USAHA
2015
Tw I Tw II Tw III Tw IV Total TW I
1 2 3 4 5 6 7
1. PERTANIAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 7,728,317 7,972,361 7,700,862 8,040,601 31,442,141 8,324,239
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 7,697,413 7,840,131 8,180,838 8,090,252 31,808,635 7,944,791
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3,233,516 3,294,254 3,312,883 3,289,782 13,130,435 3,286,629
4. PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 13,145 13,779 13,954 15,533 56,412 13,894
5. PENGADAAN AIR 39,210 39,683 40,235 41,343 160,471 40,756
6. KONSTRUKSI 2,124,821 2,158,461 2,170,639 2,207,296 8,661,217 2,107,063
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN DAN REPARASI MOBIL
DAN SEPEDA MOTOR2,543,492 2,580,777 2,676,617 2,861,077 10,661,963 2,903,065
8. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 896,697 909,096 924,770 938,881 3,669,444 953,382
9. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 298,494 303,159 310,095 314,874 1,226,622 319,369
10. INFORMASI DAN KOMUNIKASI 942,422 955,154 979,937 998,789 3,876,302 1,029,423
11. JASA KEUANGAN 673,188 686,360 692,399 720,535 2,772,481 724,964
12. REAL ESTATE 425,585 430,236 436,359 440,616 1,732,795 449,598
13. JASA PERUSAHAAN 298,975 304,466 310,600 316,366 1,230,408 321,898
14. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN
SOSIAL WAJIB984,346 1,028,688 1,044,349 1,083,775 4,141,157 1,056,848
15. JASA PENDIDIKAN 875,384 909,678 943,625 965,511 3,694,199 980,258
16. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 308,834 313,943 320,742 325,957 1,269,477 343,763
17. JASA LAINNYA 283,829 286,203 292,330 299,714 1,162,075 307,002
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 29,367,667 30,026,427 30,351,235 30,950,905 120,696,234 31,106,943
2014LAPANGAN USAHA
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Sumber: BPS
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Sumber: BPS
2015
Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I
2 3 4 5 6 7
1. Konsumsi Rumah Tangga 15,988,717 16,276,454 17,019,881 17,517,304 66,802,356 17,327,060
2. Konsumsi Rumah Tangga LNPRT 186,080 196,253 193,026 200,847 776,206 194,802
3. Konsumsi Pemerintah 1,832,803 2,782,996 3,390,668 4,665,285 12,671,752 2,063,399
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,782,127 8,349,676 8,321,165 8,223,845 33,676,813 7,734,722
5. Perubahan Inventori 970,169 812,734 1,034,405 -3,478,704 -661,396 613,510
6. Ekspor Barang dan Jasa 23,485,980 26,135,132 27,799,176 29,096,064 106,516,352 28,108,403
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 15,494,069 15,962,826 16,892,727 17,575,321 65,924,944 17,151,273
PDRB 35,751,807 38,590,419 40,865,594 38,649,320 153,857,140 38,890,622
2014Komponen
1
2015
Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I
1. Konsumsi Rumah Tangga 12,948,858 13,072,903 13,432,427 13,469,809 52,923,998 13,474,615
2. Konsumsi Rumah Tangga LNPRT 152,140 160,818 155,190 157,867 626,015 156,789
3. Konsumsi Pemerintah 1,508,736 2,161,335 2,440,105 3,490,348 9,600,524 1,550,842
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,373,398 6,981,786 6,938,230 6,832,986 28,126,400 6,338,902
5. Perubahan Inventori 850,704 705,311 809,495 -2,617,093 -251,583 450,963
6. Ekspor Barang dan Jasa 19,549,612 20,241,797 20,201,508 23,529,308 83,522,225 22,936,063
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 13,015,780 13,297,523 13,625,720 13,912,321 53,851,344 13,801,232
PDRB 29,367,667 30,026,427 30,351,235 30,950,905 120,696,234 31,106,943
Komponen2014
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi dan Bungo Tahun Dasar 2012=100
Sumber : BPS Provinsi Jambi
Sumber : BPS Provinsi Jambi
No URAIAN KOTA JAMBI Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15
1 UMUM / TOTAL 112.13 111.26 111.51 111.67 111.93 112.09 113.58 113.76 113.91 114.49 116.99 120.04 118.97 117.19 116.95
2 BAHAN MAKANAN 117.32 113.12 112.7 112.66 113.27 113.79 117.77 116.18 116.46 116.26 121.91 125.70 122.98 115.35 112.48
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 109.90 110.19 111.03 111.46 111.56 111.79 113.00 113.25 113.34 114.00 114.12 115.83 116.96 117.92 118.65
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 110.14 109.66 110.09 110.41 110.69 110.92 111.24 113.08 113.91 116.13 116.69 119.02 120.34 120.38 120.65
5 SANDANG 102.78 103.13 102.85 102.67 102.87 102.82 103.61 103.39 103.06 103.09 102.38 102.82 103.6 103.83 103.6
6 KESEHATAN 103.56 103.71 103.73 104.16 104.26 104.39 104.89 104.89 105.19 105.53 105.80 106.17 106.26 106.56 106.64
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 103.09 103.27 103.67 103.79 103.81 103.73 103.92 104.75 104.70 104.65 104.67 105.06 105.16 105.13 105.18
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 119.90 120.73 121.37 121.42 121.47 121.20 122.14 122.52 122.00 122.07 127.97 135.18 130.67 128.84 130.42
No URAIAN KABUPATEN BUNGO Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15
1 UMUM / TOTAL 110.45 111.01 110.62 110.31 109.75 110.63 111.97 112.46 113.13 114.03 116.64 119.06 118.43 116.86 116.06
2 BAHAN MAKANAN 113.33 113.46 111.63 109.34 106.39 107.13 110.21 110.93 112.19 113.61 118.08 120.13 119.47 113.55 109.04
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 109.75 111.04 110.94 111.09 111.15 113.16 113.2 113.18 113.19 113.25 114.43 114.58 114.98 115.35 116.69
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 113.39 114.08 114.46 114.78 115.19 115.66 116.13 118.02 119.71 122.43 123.4 125.67 127.14 128.22 127.40
5 SANDANG 109.85 110.42 110.46 110.01 111.15 113.01 114.29 114.56 114.23 114.24 113.65 114.14 114.97 115.68 115.61
6 KESEHATAN 105.46 106.18 106.77 107.02 107.30 107.48 107.78 107.88 108.89 109.48 109.74 110.14 110.8 111.31 111.73
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 106.44 106.44 106.54 107.58 107.84 107.96 110.39 110.36 110.17 110.24 112.62 116.15 115.69 117.01 117.00
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 106.98 107.35 107.39 108.50 108.48 108.62 109.48 109.18 109.39 109.47 115.32 122.93 117.15 114.13 115.81
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
V. Carlusa, Meily Ika Permata
KOORDINATOR PENYUSUN
Ihsan Wahyu Prabawa
TIM PENULIS
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Widyastanto Nugroho
Galih Riyandi Chandra Apriyanto
Nurcahaya Elisabet Sitinjak
KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Operasional Kas
Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI
Tim Ekonomi dan Keuangan
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122
No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112
Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi
Email : [email protected], [email protected] , [email protected] , [email protected]
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.