Upload
ariesta-aditya-timur
View
241
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pancasila
Citation preview
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..………………………………………..………………… 1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………...................... 2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..…………………………………................ 3
1. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………….……....…... 3
2. Maksud dan Tujuan…………………………………………………………….………………………..………..........…… 4
3. Ruang Lingkup………………………………..……………..................................................................... 5
BAB II AKTUALISASIPANCASILA………………….…….……………………………………………………………………….. 6
1. Globalisasi……………………………………...……………..................................................................... 6
2. Aktualisasi pancasila……………………………………….................................................................... 9
3. Paradigma Baru………………………………………....….................................................................... 20
4. Paham Kebangsaan………………………………...…....................................................................... 21
BAB III PENUTUP……………………………………….……….................................................................... 23
1. Kesimpulan dan Saran……………………………………....………........................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA……………………………......…..……....……………………………………………………………….. 24
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang
memberikan saya akal, budi, dan pikiran yang kemudian berguna untuk kehidupan saya,
khususnya dalam pembuatan makalah “Aktualisasi Pancasila dalam era globalisasi untuk
mencapai tujuan nasional yang dimanfaatkan dalam UUD 1945”.
Sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Allah SWT
2. Kedua orang tua saya
3. Dosen pengasuh mata kuliah Pendidikan Pancasila Bapak Moesadin Malik, Ir.,M.Si
4. Serta teman-teman yang secara tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
dan agar pembaca dapat memaknai serta mengaktualisasikan nilai-nilai pancasila dan undang
– undang 1945 dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial budaya dan Hukum secara benar.
penulisan ini diharapkan dapat mencerahkan kembali ideology pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga Negara ini (Indonesia) dapat tetap hidup dengan jati
dirinya untuk mencapai cita-citanya.
.
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan Negara, yang
berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai religius. Nilai-nilai tersebut telah ada
dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup,
sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh
para pendiri Negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia. Berdasarkan
kenyataan tersebut maka untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam
kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu Negara yang berdasarkan suatu asas
hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu Negara yang berdasarkan Pancasila.
Globalisasi adalah fenomena yang mau tidak mau harus kita hadapi. Bahkan bukan
hanya oleh kita saja, tetapi juga oleh hampir semua Negara di dunia ini.
Negara – Negara maju yang jauh telah meninggalkan Negara berkembang, dalam
fenomena ini mereka adalah pihak yang diuntungkan. Dan hamper semua Negara
berkembang di dunia ini mau tidak mau harus berinteraksi dengan Negara – Negara maju ini.
Jika globalisasi tidak disikapi dengan cepat maka hal ini akan mengancam eksistensi bangsa
itu sendiri.
Globalisasi yang ada sekarang ini hamper menggelamkan ideology / identitas bangsa
jika dihadapi dengan bijak, yang tentunya menjadi satu keharusan untuk ditaklukan. Era
globalisasi bias dibilang sebagai era kertebukaan, era keterbukaan yang kuat. Globalisasi
harus disikapi secara bijak. Jika tidak, hal ini dapat mengikis identitas suatu bangsa. Ientitas
bangsa / identias nasional adalah hal yang mutlak harus kita pegang dan perthankan jika kita
ingin mengikuti globalisasi tanpa membuat dasar Negara kita terkikis.
3
Era globalisasi yang menuntut kita untuk selalu lebih maju pada setiap zaman,menjadikan
perkembangan demi perkembangan terkadang jauh dari sebuah keteraturan. Banyaknya
terjadi kasus itu hal pada dasarnya merupakan tuntutan sebuah zaman yang terus
berkembang. Dan seseorang ataupun sekelompok masyarkat tidak menginginkan
ketertinggalan dari masyarakat lain apalagi Negara – Negara yang lebih maju. Untuk itu
pancasila merupakan ideology terbuka yang bisa menampung perkembangan sesuai tuntutan
zaman.
Sikap yang harus ditunjukan dalam pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bangsa dan
Negara adalah sebagai berikut :
1. Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap dan tindakan riil terhadap bentuk-bentuk
kekerasan yang berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia dan mengecam pihak-pihak
yang melakukannya tanpa adanya tekanan dari berbagai pihak.
2.Pemerintah ikut serta dalam misi perdamaian dunia dibwah komando PBB di daerah-daerah
konflik.
3.Bangsa Indonesia harus bertindak tegas terhadap berbagai bentuk intervensi dari negara-
negara lain atau lembaga Internasional.
4. Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang bermartabat.Sejalan dengan banyaknya saluran komunikasi dan informasi
yang banyak bertentangan dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia, seperti aksi
kekerasan , pornografi, penistaan agama, dan lain-lain.
5.Bangsa Indonesia harus meningkatkan perannya dalam pergaulan Internasional yang
menyangkut masalah isu sentral yang berkaitan dengan demokrasi, HAM, lingkungan hidup,
dan keamanan karena Indonesia sebagai salah satu bangsa yang besar mempunyai
kepentingan pula dalam masalah-masalah tersebut.
I.II Maksud dan Tujuan
Selain untuk melaksanakan tugas pendahuluan mata kuliah Pendidikan Pancasila, penulisan
ini juga dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pengamalan pancasila di Negara kita
dalam era globalisasi sekrang ini. Dan agar pembaca dapat memaknai serta
mengaktualisasikan nilai-nilai pancasila dan undang – undang 1945 dalam bidang Politik,
Ekonomi, Sosial budaya dan Hukum secara benar. penulisan ini diharapkan dapat
mencerahkan kembali ideology pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
4
sehingga Negara ini (Indonesia) dapat tetap hidup dengan jati dirinya untuk mencapai cita-
citanya.
I.III Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan ini adalah dampak-dampak dari globalisasi terhadap kehidupan
bangsa Indonesia dan juga penerapan aktualisasi pancasila dan UUD 45 ini adalah dalam
bidang :
o Bidang Politik
o Bidang Ekonomi
o Bidang Sosial Budaya
o Bidang Hukum
Ruang lingkup yang berhubungan dengan aktualisasi ini adalah untuk seluruh warga Negara
Indonesia.baik yang berada dibidang- bidang tertentu maupun dalam bidang apapun .
5
BAB II
PEMBAHASAN
AKTUALISASI PENGAMALAN PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM ERA
GLOBALISASI
I. Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja
(working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-
negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk
yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.
Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.Theodore Levitte
merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional.
Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing,
namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara,
misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
6
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material
maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman
seluruh dunia.
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin
menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat
definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan
status ontologinya.Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi
sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
Sejarah globalisasi sendiri berawal dari banyaknya sejarawan yang menyebut globalisasi
sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi
internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah
ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika
manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu,
para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat
(seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya
perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika.
Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok,
Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan
Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan
nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga
dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa.
Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini
didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar
bangsa dunia.berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan
teknologi saat ini, seperti komputer dan internet.
Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar
terhadap difusi kebudayaan di dunia.
7
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga
memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak
politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di
Indonesia.Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British
Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya.Perusahaan multinasional seperti ini tetap
menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir
dan komunisme di dunia runtuh.Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa
kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia.Implikasinya, negara
negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas.Hal ini didukung pula
dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi.Alhasil, sekat-sekat antar
negara pun mulai kabur.
Adapun dampak gelobalisasi dapat dibagi dua macam sebagai berikut:
Dampak positif globalisasi antara lain:
Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
Mudah melakukan komunikasi
Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
Mudah memenuhi kebutuhan
Dampak negatif globalisasi antara lain:
Informasi yang tidak tersaring
Perilaku konsumtif
Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan
suatu negara
II. Aktualisasi pancasila
8
Aktualisasi Pancasila berkaitan dengan aspek pelaksanaan kenegaraan maupun sikap moral
semua warga negara Indonesia. Permasalahan pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah
bagaimana wujud realisasi, yakni penjabaran nilai-nilai Pancasila yang universal dalam
bentuk norma-norma yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah laku semua warga negara
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta kaitannya dalam segala aspek
penyelenggaraan negara.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Aktualisasi Pancasila yang objektif.
Pelaksanaan dalam bentuk realisasi pada setiap aspek penyelenggaraan negara, baik itu
dibidang legislatif, yudikatif maupun eksekutif serta semua bidang kenegaraan lainnya.
Aktualisasi ini berkaitan dengan realisasi dalam bentuk peraturan perundang-undangan
Indonesia.
Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan atas serta diliputi oleh
dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara, yakninya Pancasila, diantaranya:
1) Garis-garis Besar Haluan Negara.
2) Hukum, perundang-undangan dan peradilan.
3) Pemerintahan.
4) Politik dalam negeri dan luar negeri.
5) Keselamatan, keamanan dan pertahanan.
6) Kesejahteraan
7) Kebudayaan.
8) Pendidikan dan lain sebagainya.
b. Aktualisasi Pancasila yang subjektif.
Pelaksanaan Pancasila dalam setiap pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu,
setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia. Berkaitan dengan kesadaran ,
ketaatan serta kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila.
Aktualisasi pancasiala ditinjau dari beberapa aspek :
II. I Bidang Politik
9
Landasan sistem politik Negara Indonesia adalah Pembukaan UUD 1945. Dimana
demokrasi Pancasila adalah demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang
mencerminkan bahwa sistem politik di Indonesia ini berasal dari rakyat. Rakyat harus ikut
serta dalam pemerintahan untuk mewujudkan cita – cita bangsa.
Pengembangan dan pembangunan bidang politik harus mendasarkan pada tuntutan
hak dasar kemanusiaan yang di dalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi
manusia.
Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada
penjelmaan hakikat manusia sebagai individu – mahluk social yang terjelma sebagai rakyat.
Selain sistem politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik negara.
Globalisasi merupakan sekutu masyarakat dan bukan lawan seperti terkesan selama
ini. Tetapi perlu diingat pula bahwa setiap agenda politik Indonesia di era global harus
sejalan dengan apa yang menjadi aspirasi dan kepentingan rakyat Indonesia. Selama ini,
sedang gencar-gencarnya Negara maju dalam melakukan politik luar negerinya yang selalu
mengintervensi Negara lain dengan tujuan tertentu. Misalnya, menyangkut ekspolitasi
sumber daya alam di Freeport, pertambangan Blok Cepu, dan tempat-tempat yang melalui
agenda politiknya.
Selain itu, terjadi intervensi politik berkaitan dengan isu demokrasi, hak asasi
manusia, terorisme, lingkungan hidup yang justru merugikan negara kuat. Oleh karena itu,
sebagai pengamalan dari Pancasila Indonesia perlu memosisikan diri dalam mengambil sikap
politik yang berorientasi pada kepentingan nasionalnya, bukan pada kepentingan Negara lain.
Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis, bahwa dalam politik
negara harus mendasarkan pada kerakyatan (sila IV), adapun pengembangan dan aktualisasi
politik negara berdasarkan pada moralitasberturut-turut moral ketuhanan, moral kemanusiaan
(sila II) dan moral persatuan, yaitu ikatan moralitas sebagai suatu bangsa (sila III). Adapun
aktualisasi danpengembangan politik negara demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama
(sila V).
Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam Pancasila sebagai fondasi bangunan
negara yang dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam kenyataannya tidak
10
dilaksanakan berdasarkan suasana kerokhanian berdasarkan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan
semangat dari UUD 1945 esensi demokrasi adalah :
1. Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara.
2. Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3. Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan karenanya
harus tunduk dan bertanggungjawab kepada MPR.
4. Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh Presiden, baik sendiri maupun bersama-sama
lembaga lain kekuatannya berada di bawah Majelis Permusyawatan Rakyat atau produk-
produknya
Prinsip-prinsip demokrasi tersebut bilamana kita kembalikan pada nilai esensial yang
terkandung dalam Pancasila maka kedaulatan tertinggi Negara adalah di tangan rakyat.
Rakyat adalah asal mula kekuasaan negara, oleh karena itu paradigma ini harus merupakan
dasar pijakan dalam reformasi.
Penyelenggaraan negara yang menyimpang dari ideologi pancasila dan mekanisme Undang
Undang Dasar 1945 telah mengakibatkan ketidak seimbangan kekuasaan diantara lembaga-
lembaga negara dan makin jauh dari cita-cita demokrasi dan kemerdekaan yang ditandai
dengan berlangsungnya sistem kekuasaan yang bercorak absoluth karena wewenang dan
kekuasaan Presiden berlebih (The Real Executive ) yang melahirkan budaya Korupsi kolusi
dan nepotisme (KKN) sehingga terjadi krisis multidimensional pada hampir seluruh aspek
kehidupan.
II.II Bidang Ekonomi
Dalam mengkontekstualisasi dan mengimplementasi Pancasila dalam Bidang Ekonomi
Pancasila harus dapat ditafsir/interpretasi dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang
ekonomi! Ini terus dikembangkan dengan prinsip dasar yg tetap namun terbuka untuk
interpretasi yang kontekstual sejalan berkembangnya peradaban.
11
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila meliputi:
(1) ekonomika etik dan ekonomika humanistik (dasar),
(2) nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi (cara/metode operasionalisasi), dan
(3) ekonomi berkeadilan sosial (tujuan).
Kontekstualisasi dan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi cukup dikaitkan
dengan pilar-pilar di atas dan juga dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan dasar yang harus
dipecahkan oleh sistem ekonomi apapun. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah: (a) Barang dan
jasa apa yang akan dihasilkan dan berapa jumlahnya; (b) Bagaimana pola atau cara
memproduksi barang dan jasa itu, dan; (c) Untuk siapa barang tersebut dihasilkan, dan
bagaimana mendistribusikan barang tersebut ke masyarakat.
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan
artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga
tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di
Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun
sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini
dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi
interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
Bidang ekonomi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dimensi
lainnya. Ketimpangan ekonomi dunia melahirkan suatu bentuk perlawanan masyarakat yang
tersisih dan beranggapan bahwa mereka dibentuk terbelakang oleh negara maju dengan
berbagai cara. Sehinnga hal tersebut memunculkan perlawanan yang dapat menimbulkan
konflik internal maupun eksternal. Indonesia sebagai negara yang mempunyai sumber-
sumber ekonomi yang strategis harus mampu memanfaatkan segala potensinya. Di era global,
Indonesia harus mampu menjadi pelaku ekonomi, bukan hanya sebagai penonton dan
menjadi konsumen dalam perekonomian global.
Ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi humanistik yang mendasarkan pada tujuan demi
kesejahteraan rakyat secara luas. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas
kekeluargaan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi itu sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan
manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera. Ekonomi harus mendasarkan pada
kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan manusia, sehingga harus menghindarkan diri dari
12
pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan persaingan bebas, monopoli dan lainnya
yang menimbulkan penderitaan pada manusia, penindasan atas manusia satu dengan lainnya.
Mengapa nilai-nilai Pancasila yang jelas-jelas tidak menanamkan nafsu keserakahan,
anti-ketidakdilan dan anti-kesenjangan tidak diimplementasikan oleh mereka-mereka yang
mempunyai kekuatan dan kekuasaan tersebut? Bagaimana Pancasila sebagai filsafat hidup
bangsa, termasuk sebagai filsafat ekonomi, mampu menjawab persoalan-persaoalan ekonomi
demikian? Jawabnya: Pengalaman masa lalu yang berupa penyalahgunaan Pancasila oleh
vested interest group; Rendahnya upaya dan kemamuan untuk menafsirkan Pancasila dalam
bidang ekonomi yang lebih banyak berkiblat ke kapitalisme; Tidak ada keteladanan;
Kebijakan pemerintah sendiri menyimpangi Pancasila; Social punishment & law enforcement
yang rendah.
Akhir-akhir ini ekonomi kita digetarkan oleh goncangan dalam nilai mata uang kita.
Gejolak ini sampai sekarang masih berlangsung, dan kita belum dapat mengatakan kapan
keadaan menjadi mantap kembali.
Keadaan ini bukan hanya kita yang mengalaminya. Juga negara-negara tetangga kita,
yang selama ini selalu mendapat pujian sebagai contoh pembangunan ekonomi yang berhasil
dan pengelolaan ekonomi yang baik.
Dari kejadian ini, kita mengambil pelajaran yang jelas, bahwa kita sedang memasuki
dunia yang berbeda dengan yang selama ini kita kenal. Ekonomi dunia yang menyatu telah di
ambang pintu. Kesehatan ekonomi suatu bangsa tidak lagi semata-mata ditentukan oleh
bangsa itu, tetapi juga oleh kekuatan-kekuatan lain. Kalau kita mengatakan kekuatan pasar,
maka tidak bisa lagi kita membedakan secara tegas, kekuatan pasar domestik atau kekuatan
pasar asing. Karena pasar dunia sudah mulai menyatu, maka kekuatannya pun tidak dibatasi
oleh tapal batas negara.
Krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarah bangsa Indonesia Orde Baru dan Orde
Lama yang dialami sekarang ini telah mencuatkan tuntutan reformasi total dan mendasar
(radically). Bermula dari krisis moneter (depresi rupiah) merambah ke lingkungan perbankan
hingga ke lingkup perindustrian.
13
Kebijakan perekonomian Indonesia yang diterapkan tidak membumi, hanya sebatas
“membangun rumah di atas langit” dan akibatnya upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat
menjadi tersingkirkan. Rakyat masih terus menjadi korban kegagalan kebijakan pemerintah.
Potret perekonomian Indonesia semakin buram, memperhatikan kebijakan pemerintah
yang selalu “pasrah” dengan Bank Dunia atau pun International Monetary Fund (IMF) dalam
mencari titik terang perbaikan ekonomi Indonesia. Belum lagi menumpuknya utang luar
negeri semakin menghimpit nafas bangsa Indonesia, sampai-sampai seorang bayi baru lahir
pun telah harus menanggung hutang tidak kurang dari 7 juta rupiah.
Mengutip rumusan ISEI pada tahun 1990 mengenai peran pelaku ekonomi kita itu.
“Di dalam sistem ekonomi yang berlandaskan Demokrasi Ekonomi, usaha Negara,
koperasi, dan usaha swasta dapat bergerak di dalam semua bidang usaha sesuai dengan
peranan dan hakikatnya masing-masing. Usaha negara berperan sebagai: (a) perintis di dalam
penyediaan barang dan jasa di bidang-bidang produksi yang belum cukup atau kurang
merangsang prakarsa dan minat pengusaha swasta; (b) pengelola dan pengusaha di bidang-
bidang produksi yang penting bagi negara; (c) pengelola dan pengusaha di bidang-bidang
produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak; (d) imbangan bagi kekuatan pasar
pengusaha swasta; (e) pelengkap penyediaan barang dan jasa yang belum cukup disediakan
oleh swasta dan koperasi, dan (f) penunjang pelaksanaan kebijaksanaan negara. …….
Koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan ketentuan Undang-
undang Dasar 1945, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan sesuai dengan
hakikatnya sebagai kesatuan ekonomi yang berwatak sosial. Sedangkan usaha swasta diberi
peranan yang sebesar-besarnya di dalam bidang-bidang di mana persaingan dan kerja sama
berdasarkan motivasi memperoleh laba memberikan hasil terbaik bagi masyarakat diukur
dengan jenis, jumlah, mutu dan harga barang dan jasa yang dapat disediakan.”
Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan yang
signifikan, tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat dari arus
globalisasi. Kekhawatiran ini muncul, karena pemerintah dalam proses pemberdayaan
masyarakat lemah masih parsial dan cenderung dualisme, antara kemanjaan (ketergantungan)
pemerintah kepada IMF, sementara keterbatasan akomodasi bentuk perekonomian
masyarakat yang tersebar (diversity of economy style) di seluruh pelosok negeri tidak
tersentuh. Hal ini juga terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak
proporsional, tidak mencerminkan model perekonomian yang telah dibangun oleh para
14
Founding Father terdahulu. Hal ini dapat dilihat pada beberapa kasus, misalnya, pencabutan
subsidi di tengah masyarakat yang sedang sulit mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat
dengan raskin (beras untuk rakyat miskin), atau jaring pengaman sosial (JPS) lain yang selalu
salah alamat.
II.III Bidang Sosial dan Budaya
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral,
hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2005: 172).
Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai
Pancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya
nilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Dalam rangka pengembangan sosial budaya,
Pancasila sebagai kerangka kesadaran yang dapat mendorong untuk universalisasi, yaitu
melepaskan simbol-simbol dari keterikatan struktur, dan transendentalisasi. Yaitu
meningkatkan derajat kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual.
Seperti terjadinya pergeseran gaya hidup (life style) yang oleh sejumlah pakar gejala
ini termasuk jenis kemiskinan sosial-budaya. Beberapa indikasi dapat dikemukakan di sini,
antara lain: manusia hidup cenderung materialistik dan individualistik, menurunnya rasa
solidaritas, persaudaraan, rasa senasib-sepenanggungan, keharusan mengganti mata
pencaharian, pelecehan terhadap institusi adat, dan bahkan pengikisan terhadap nilai-nilai
tertentu ajaran agama. Ciri ini telah ada dan berkembang hingga ke daerah-daerah. Dulu
masih dapat dinikmati indahnya hubungan kekeluargaan (silaturrahim), realitas sekarang
semua itu sudah tergantikan dengan komunikasi jarak jauh. Misalnya, kebiasaan berkunjung
ke daerah untuk merayakan lebaran atau hari-hari penting lainnya, telah tergantikan dengan
telpon atau e-mail. Mestinya kondisi ini tidak perlu terjadi pada bangsa yang dikenal ramah,
santun, dan religius.
Bagi kita di Indonesia tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti ketuhanan yang
Maha Esa, serta anti kehidupan beragama. Sebagai sila pertama menjadi sumber pokok nilai-
nilai kehidupan, yang menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan
15
yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk negara RI
yang berdaulat penuh, bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Setiap Warganegara dijamin hak dan kebebasannya yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, dengan orang seorang, atau masyarakatnya, dan alam lingkungannya.
Di dalamnya mengandung nilai cinta kasih yang harus dikembangkan nilai etis yang
menhargai keberanian untuk membela kebenaran, santun dan menghormati harkat
kemanusiaan.
Perwujudan nilai Pancasila adalah manifestasi paham kebangsaan yang memberi
tempat bagi keragaman budaya atau etnis. Paham ini yang terdapat dalam sila ini merupakan
wujud asas kebersamaan, solidaritas, serta rasa bangga dan kecintaan kepada bangsa dan
kebudayaannya.
Sila ketiga mengandung nilai-nilai kerohanian dan nilai etis yang mencakup
kedudukan dan martabat manusia Indonesia untuk menghargai keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan masyarakat. Nilai yang menjunjung tinggi tradisi kejuangan dan
kerelaan untuk berkorban dan membela kehormatan bangsa dan negara.
Perkembangan dunia yang tanpa batas dapat menimbukan dampak positif maupun
dampak negatif. Dari setiap dampak yang ditimbulkan, dalam bidang sosial budaya tampak
nyata berpengaruh dalam setiap aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
ditunjukan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan konsumtif,
bahkan menggeser nilai-nilai lokal yang selama ini diprtahankan. Sikap yang harus
ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pengamalan dari Pancasila dalam
menghadapi nilai-nilai globalisasi, terutama dalam kehidupan sosial budaya.
Di dalam sila keempat Pancasila terungkap nilai yang mengutamakan kepentingan
negara dan masyarakat yang harus didahulukan. Sila ini menghargai sikap etis berupa
tanggung jawab yang harus ditunaikan, sebagai amanat seluruh rakyat. Tanggung jawab itu
bukan hanya ditujukan kepada manusia, tetapi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sila ini pun
mengandung pengakuan atas nilai kebenaran dan keadilan dalam menegakan kehidupan yang
bebas, adil dan sejahtera.
16
Perobahan sosial berikutnya bahwa pluralitas tidak terfocus hanya pada aspek SARA,
tetapi dimasa yang akan datang kemajemukan masyarakt Indonesia yang sangat heterogen
ditandai dengan adanya sinergi dari peran, fungsi dan profesionalisme individu atau
kelompok. Sehingga kontribusi profesi individu/kelompok itulah yang akan mendapat tempat
dimanapun mereka berprestasi.
Sila kelima mengandung nilai untuk menghargai karya, dan norma yang menolak
adanya kesewenang-wenangan, serta pemerasan kepada sesama. Juga mengandung nilai vital
yaitu keniscayaan secarabersama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial,
dalam makna untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Nilai-nilai yang
tercakup dalam sila ini memberi jaminan untuk mencapai taraf kehidupan yang layak dan
terhormat sesuai dengan kodratnya, dan menempatkan nilai demokrasi dalam bidang
ekonomi dan sosial.
II.IV Bidang Hukum
Kerusakan atas subsistem hukum yang sangat menentukan dalam berbagai bidang
misalnya, politik, ekonomi dan bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan suatu
reformasi, menata kembali subsistem yang mengalami kerusakan tersebut.
Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation di bidang hukum akan mewarnai
segala sub sistem di bidang hukum, baik substansi hukum yang bernuansa “law making
process”; struktur hukum yang banyak bersentuhan dengan “law enforcement” maupun
budaya hukum yang berkaitan dengan “law awareness”. Peranan Pancasila sebagai margin of
appreciation yang mengendalikan kontekstualisasi dan implementasinya telah terjadi: (1)
Pada saat dimantabkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada saat 4 kali proses amandemen; (2)
Pada saat merumuskan HAM dalam hukum positif Indonesia; (3) Pada saat proses internal di
mana The Founding Fathers menentukan urutan Pancasila.
Pancasila yang hanya dipandang sebagai alat pemersatu dalam era pasca
kemerdekaan, yang karena kondisi obyektif bangsa masih berlanjut seperti tujuan
penumbuhan paham kebangsaan tadi, pada gilirannya memang kurang menguntungkan, dan
secara kurang proporsional telah meredusir peran dan fungsinya sebagai dasar negara.
Sekarang diperlukan semacam konsensus politik yang baru dan jelas di tataran nasional untuk
17
bersama-sama menata kembali dasar dan tatanan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan ini.
Sasarannya adalah mempertegas kembali kedudukan, peran dan fungsi Pancasila sebagai
ideologi negara beserta semua wawasan nasional yang merupakan jabarannya. Apapun cara,
forum dan bentuknya, pada akhirnya perlu ada produk yang secara hukum memiliki kekuatan
mengikat seluruh komponen bangsa.
Beberapa arah kebijakan negara yang tertuang dalam GBHN, dan yang harus segera
direlisasikan, khususnya dalam bidang hukum antara lain:
1. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan
menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbarui Undang-undang warisan
kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidak adilan gender dan ketidak
sesuaiaannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi.
2. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan para penegak hukum, termasuk
Kepolisian RI, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan
kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana hukum, pendidikan, serta pengawasan yang
efektif.
3. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa dan pihak
manapun.
4. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk terciptanya kesadaran
dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya negara hukum.
Satu hal yang perlu kita garis bawahi, bahwa Indonesia adalah negara hukum, artinya semua
lembaga, institusi maupun person yang ada di dalamnya harus tunduk dan patuh pada hukum.
Maka ketika hukum di Indonesia betul-betul ditegakkan dengan tegas, dan dikelola dengan
jujur, adil dan bijaksana, insya Allah negeri ini akan makmur dan tentram
Namun saat ini betapa rapuhnya sistem dan penegakkan hukum (law enforcement) di negeri
ini dan karena itu merupakan salah satu kendala utama yang menghambat kemajuan bangsa,
sistem hukum yang masih banyak mengacu pada sistem hukum kolonial, penegakkan hukum
yang masih terkesan tebang pilih, belum konsisten merupakan mega pekerjaan rumah serta
jalan panjang yang harus ditempuh dalam bidang hukum, Kepercayaan masyarakat terhadap
supremasi hukum, termasuk lembaga-lembaga penegak hukum, kian terpuruk . contohnya
18
setelah putusan Kasasi Akbar Tanjung, sebagian besar masyarakat menganggap putusan
Mahkamah Agung itu mengusik keadilan masyarakat sehingga menimbulkan rasa
kekecewaan yang sangat besar. Akibatnya, kini ada kecenderungan munculnya sinisme
masyarakat terhadap setiap gagasan dan upaya pembaharuan hukum yang dimunculkan oleh
negara maupun civil society.
Sebagai cita-cita hukum, Pancasila dapat memenuhi fungsi konstitutif maupun fungsi
regulatif. Dengan fungsi regulatif Pancasila menentukan dasar suatu tata hukum yang
memberi arti dan makna bagi hukum itu sendiri sehingga tanpa dasar yang diberikan oleh
Pancasila maka hukum akan kehilangan arti dan maknanya sebagai hukum itu sendiri. Fungsi
regulatif Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif sebagai produk yang adil ataukah
tidak adil. Sebagai staatfundamentalnorm, Pancasila merupakan pangkal tolak derivasi
(sumber penjabaran) dari tertib hukum di Indonesia termasuk UUD 1945. Dalam pengertian
inilah menurut istilah ilmu hukum disebut sebagai sumber dari segalaperaturan perundang-
undangan di Indonesia. Sumber hukum meliputi dua macam pengertian, sumber hukum
formal yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum, yang
mengikat terhadap komunitasnya, misalnya UU, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah.
Sumber hukum material yaitu suatu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu
norma hukum. Jika terjadi ketidakserasian atau pertentangan satu norma hukum dengan
norma hukum lainnya yang secara hierarkis lebih tinggi apalagi dengan Pancasila sebagai
sumbernya, berarti terjadi inkonstitusionalitas (unconstitutionality) dan ketidak legalan
(illegality) dan karenanya norma hokum yang lebih rendah itu batal demi hukum. Dengan
demikian maka upaya untuk reformasi hukum akan benar-benar mampu mengantarkan
manusia ketingkat harkat dan martabat yang lebih tinggi sebagai makhluk yang berbudaya
dan beradab.
UUD 1945 beberapa pasalnya dalam praktek penyelenggaraan Negara bersifat multi
interpretable (penafsiran ganda), dan memberikan porsi kekuasaan yang sangat besar kepada
presiden (executive heavy). Akibatnya memberikan kontribusi atas terjadinya krisis politik
serta mandulnya fungsi hukum dalam negara RI.
19
Berdasarkan isi yang terkandung dalam Penjelasan UUD 1945, Pembukaan UUD
1945 menciptakan pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 secara
normatif. Pokok-pokok pikiran tersebut merupakan suasana kebatinan dari UUD dan
merupakan cita-cita hukum yang menguasai baik hukum dasar tertulis (UUD 1945) maupun
hukum dasar tidak tertulis (Convensi).
Selain itu dasar yuridis Pancasila sebagai paradigma reformasi hokum adalah Tap
MPRS No.XX/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia, yang berarti sebagai sumber produk serta proses penegakan
hukum yang harus senantiasa bersumber pada nilai-nilai Pancasila dan secara eksplisit dirinci
tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila.
Pelaksanaan hukum pada masa reformasi harus benar-benar dapat mewujudkan
negara demokrasi dengan suatu supremasi hukum. Artinya pelaksanaan hukum harus mampu
mewujudkan jaminan atas terwujudnya keadilan (sila V) dalam suatu negara yaitu
keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi setiap warga negara tidak memandang pangkat,
jabatan, golongan, etnisitas maupun agama. Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di
muka hukum dan pemerintah (pasal 27 UUD 1945). Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi
setiap warga negara dalam hidup bersama dalam suatu negara yang meliputi seluruh unsur
keadilan baik keadilan distributif, keadilan komulatif, serta keadilan legal. Konsekuensinya
dalam pelaksanaan hukum aparat penegak hukum terutama pihak kejaksaan adalah sebagai
ujung tombaknya sehingga harus benar-benar bersih dari praktek KKN.
III. Paradigma baru
Jika mengikuti pendapat Kuhn, bahwa ilmu pengetahuan itu terikat oleh ruang dan waktu,
maka sudah jelas bahwa suatu paradigma hanya cocok dan sesuai untuk permasalahan yang
ada pada saat tertentu saja.Sehingga apabila dihadapkan pada permasalahan berbeda dan pada
kondisi yang berlainan, maka perpindahan dari satu paradigma ke paradigm yang baru yang
lebih sesuai adalah suatukeharusan.Sebagaimana dalam ilmu-ilmu sosial yang berparadigma
ganda, usaha-usaha dalam menemukan paradigma yang lebih mampu menjawab
permasalahan yang ada sesuai perkembangan zaman terus dilakukan.
Pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah :
Cara memandang sesuatu.
20
Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan
dijelaskan.
Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan atau mendefinisikan
sutau study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu.
Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem
riset.
Secara singkat pradigma dapat diartikan sebagai ” keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai
dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena)”.
IV. Paham kebangsaan
Paham Kebangsaan merupakan pengertian yang mendalam tentang apa dan bagaimana
bangsa itu mewujudkan masa depannya. Dalam mewujudkan paham tersebut belum
diimbangi adanya legitimasi terhadap sistem pendidikan secara nasional, bahkan masih
terbatas muatan lokal, sehingga muatan nasional masih diabaikan. Tidak adanya materi
pelajaran Moral Pancasila atau Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) atau sertifikasi
terhadap Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di setiap strata pendidikan,
baik formal, nonformal, maupun di masyarakat luas.
Rasa Kebangsaan. Rasa kebangsaan tercermin pada perasaan rakyat, masyarakat dan bangsa
terhadap kondisi bangsa Indonesia yang dalam perjalanan hidupnya menuju cita-cita bangsa
yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini masih
dirasakan jauh untuk menggapainya, karena lunturnya rasa kebangsaan yang tercermin dalam
kehidupan sehari-hari dengan berbagai peristiwa, baik perasaan mudah tersinggung yang
mengakibatkan emosional tinggi yang berujung pada pembunuhan, bahkan pada peringatan
Hari Ulang Tahun Kemerdekaan 17 Agustus yang setiap tahun dirayakan kurang menggema,
karena kurangnya penghayatan dan pengamalan terhadap Pancasila.
Di samping itu, adanya tuntutan sekelompok masyarakat dengan isu putra daerah terutama
dalam Pilkada masih terjadi amuk massa dengan kepentingan sektoral, sehingga akan
mengakibatkan pelaksanaan pembangunan nasional terhambat.
Semangat Kebangsaan. Belum terpadunya semangat kebangsaan atau nasionalisme yang
merupakan perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Hal ini
tercermin pada sekelompok masyarakat mulai luntur dalam memahami adanya pluralisme,
21
karena pada kenyataannya bangsa Indonesia terdiri atas bermacam suku, golongan dan
keturunan yang memiliki ciri lahiriah, kepribadian, kebudayaan yang berbeda, serta tidak
menghapus kebhinekaan, melainkan melestarikan dan mengembangkan kebhinekaan sebagai
dasarnya.
Penghayatan dan pengamalan Pancasila dalam wawasan kebangsaan yang terasakan saat ini,
belum mampu menjaga jati diri, karakter, moral dan kemampuan dalam menghadapi berbagai
masalah nasional. Padahal dengan pengalaman krisis multidimensional yang berkepanjangan,
agenda pemahaman, penghayatan dan pengamalan Pancasila dalam bentuk wawasan
kebangsaan bagi bangsa Indonesia harus diarahkan untuk membentuk serta memperkuat basis
budaya agar mampu menjadi tumpuan bagi usaha pembangunan di segala aspek kehidupan
maupun di segala bidang.
22
BAB III PENUTUP
III.I Kesimpulan dan Saran
Dinamika dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan benegara adalah suatu keniscayaan, agar Pancasila tetap selalu relevan dalam
fungsinya memberikan pedoman bagi pengambilan kebijaksanaan dan pemecahan masalah
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar loyalitas warga masyarakat dan
warganegara terhadap Pancasila tetap tinggi. Di lain pihak, apatisme dan resistensi terhadap
Pancasila bias diminimalisir.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik dan benar serta patuh dan taat terhadap peraturan,
sudah selayaknya dan sepatutnya pengamalan nilai –nilai yang trkandung dalam Pancasila
kita laksakan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Karena nilai - nilai Pancasila
merupakan nilai – nilai hidup yang menghargai martabat kemanusiaan,merupakan jiwa dan
watak bangsa Indonesia yang di gali sejak jaman nenek moyang. Kehidupan kita sebagai
bangsa akan hancur apabila kita tidak mengamalkan Pancasila.
Dengan berlandasan falsafat pancasila,yang berisi nilai - nilai luhur yang bersifat universal
dan landasan Undang - Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar nasional,yang menentukan
cita - cita perjuangan bangsa Indonesia ke dalam dan ke luar negeri yang dilandasi oleh
prinsip - prinsip cinta damai ,meskipun lebih cinta ke pada kemerdekaan ,diabdikan kepada
kepentingan nasional dengan tetap menghormati dan memperhatikan kepentingan negara -
negara luar ,serta membuka pintu lebar - lebar bagi kerjasama internasional atas dasar saling
hormat - menghormati dan saling menguntungkan.
III.II Penutup
Demikianlah makalh ini saya tulis. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
23
DAFTAR PUSTAKA
• H. Moesadin Malik Ir., M.Si, Jakarta, februari 2012, pendidikan pancasila
• http://irena040506.wordpress.com/2010/11/25/
• http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila/
• http://cahndeso86.blogspot.com/2009/12/blog-post.html/
• http://fhy13candra.blogspot.com/2011/04/
• http://bobrokisasi.blogspot.com/2012/04/aktualisasi-pancasila-dalam-era.html /
• http://pormadi.wordpress.com/2007/10/01/nilai-nilai-pancasila-dan-uud-1945/
• http://maixelsh.wordpress.com/2010/11/25/aktualisasi-pengalaman-pancasila-dan-
uud-1945-dalam-era-globalisasi/
• http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/aktualisasi-pengalaman-pancasila-dan-
uud-1945-dalam-era-globalisasi/
• http://jumridahusni.blogspot.com/2011/07/aktualisasi-pancasila-dalam-berbagai.html /
24