40
Laporan Kasus DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN KATARAK SUBKAPSULARIS POSTERIOR Oleh: Ayeshah Augusta Rosdah, S.Ked 04061001072 Yulia Anggraini, S.Ked 04061001021 Said Syabri Albana, S.Ked 04061001087 M. Rizqi Nasution, S.Ked 04061001119 Desi Khairunnisa 04061001094 Pembimbing:

Katarak Subkapsularis Posterior

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Katarak Subkapsularis Posterior

Laporan Kasus

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN

KATARAK SUBKAPSULARIS POSTERIOR

Oleh:

Ayeshah Augusta Rosdah, S.Ked 04061001072

Yulia Anggraini, S.Ked 04061001021

Said Syabri Albana, S.Ked 04061001087

M. Rizqi Nasution, S.Ked 04061001119

Desi Khairunnisa 04061001094

Pembimbing:

Dr. Hj. Fidalia, Sp. M

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG2010

Page 2: Katarak Subkapsularis Posterior

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Katarak adalah segala bentuk kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang

disebabkan oleh berbagai keadaan. Derajat kepadatan katarak tidak sama dan penyebabnya

bisa bermacam-macam, walaupun pada umumnya berkaitan dengan umur (proses aging).

Sebagian besar dapat bilateral, derajat katarak dapat sama antara dua mata dapat pula tidak

sama pada dua mata, maupun unilateral.1,2

Katarak merupakan gangguan visual tersering yang ditemukan di dunia. Diperkirakan

30-45 juta orang di dunia mengalami kebutaan, 45%-nya disebabkan oleh katarak

Prevalensinya bervariasi luas pada daerah yang berbeda, meningkat seiring usia. Katarak

lebih sering terjadi di daerah dengan paparan sinar matahari tinggi, juga pada daerah miskin

yang kekurangan gizi diduga sebagai faktor penting. WHO memperkirakan saat ini katarak

telah menyebabkan 15 juta penduduk dunia mengalami kebutaan revesibel. Untuk itu WHO

dan lembaga terkait terus bekerja keras untuk menurunkan angka kebutaan dan menghindari

ancaman kebutaan yang dikhawatirkan dapat mencapai angka 45 juta pada tahun 2025.3

Penyebab katarak meliputi trauma, inflamasi, penyakit metabolik, nutrisi dan proses

penuaan. Perubahan biokimia yang secara konsisten terjadi pada katarak meliputi perubahan

pada volume cairan pada lensa, kehilangan potasium, peningkatan kalsium, peningkatan

konsumsi O2, penurunan asam askorbat. Oksidasi dari komponen membran mungkin

merupakan kejadian awal pada pembentukan katarak. Perubahan usia pada lensa mungkin

disebabkan oleh fotooksidasi ultraviolet.4

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi. Tujuan

anamnesis adalah untuk memperoleh riwayat katarak serta memperkirakan semua hal yang

berhubungan dengan katarak, seperti sudah berapa lama katarak diderita, faktor-faktor

predisposisi yang mendasari, gejala yang berhubungan dan lain-lain. Pemeriksaan

oftalmologi bertujuan mengkonfirmasi kemungkinan diagnosis seperti derajat katarak,

lamanya katarak, kelainan lain yang timbul bersama-sama katarak dan tindakan yang akan

dilakukan.4

Penatalaksanan tergantung pada diagnosis dan temuan-temuan pada pemeriksaan.

Teknik atau prosedur operasi untuk memperbaiki keadaan ini sering dipakai berdasarkan

1

Page 3: Katarak Subkapsularis Posterior

kondisi katarak, keadaan yang timbul bersama-sama katarak dan teknik terbaik yang dipilih

oleh operator dalam melakukan tindakan operatif.5

Pada presentasi kasus ini akan dibahas mengenai seorang wanita berusia 54 tahun

yang didiagnosis dengan katarak subkapsularis posterior OD dan anomali refraksi OS.

2. Tujuan

Tujuan kajian kasus ini adalah untuk mengetahui dengan lebih jelas mengenai

diagnosis dan penatalaksanaa pada katarak subskapularis posterior sehingga bisa memberikan

penatalaksanaan yang lebih cepat dan tepat

2

Page 4: Katarak Subkapsularis Posterior

BAB II

TINJAUAN KASUS

1. IDENTIFIKASI

Nama : Ny. Suhaima

Jenis Kelamin : Wanita

Umur : 54 tahun

Alamat : Lubuk Linggau

Status : Menikah

MRS : 20 Mei 2010

2. ANAMNESIS (20 Mei 2010)

Keluhan Utama : Kedua mata kabur sejak 6 bulan yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit :

- Sejak 6 bulan yang lalu pederita mengeluh kedua mata kabur, penderita juga

melihat seperti berasap, silau bila melihat cahaya terang, lebih senang melihat

ditempat teduh, merasa lebih kabur ketika membaca jarak dekat dibandingkan

jarak jauh, serta melihat ganda saat melihat jauh. Riwayat mata merah (-), mata

berair-air (-), melihat benda melayang (-), mata nyeri (-), melihat pelangi di

sekitar lampu (-), pandangan seperti melihat terowongan (-), pusing (-), mual

dan muntah (-).

- Sejak satu bulan yang lalu, penderita merasa penglihatannya semakin kabur,

terutama pada mata sebelah kanan, hal ini menyebabkan penderita susah

melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga penderita memutuskan untuk berobat

ke rumah sakit.

3

Page 5: Katarak Subkapsularis Posterior

Riwayat Penyakit Dahulu :

o Riwayat menggunakan kacamata (+).

o Riwayat Asma (+) dengan meminum obat seperti salbutamol.

o Riwayat Rematik (+) dengan meminum obat rematik

o Riwayat asam urat (+).

o Riwayat kencing manis (-).

o Riwayat hipertensi (-).

3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

- Keadaan Umum : Sakit ringan

- Kesadaran : Compos Mentis

- Tekanan Darah : 130/70 mmHg

- Nadi : 76 x/menit

- Pernafasan : 20x/menit

- Temperatur : 36,5o c

- Kepala : t.a.k

- Leher : t.a.k

- Thorak : t.a.k

- Abdomen : t.a.k

- Ekstremitas : t.a.k

4

Page 6: Katarak Subkapsularis Posterior

Status Ophtalmologikus

Segmen Anterior

Visus 2/60 PH (-) 6/60 PH 6/21

TIO 15,1 mmHg 18,5 mmHg

KBM ortoforia

Gerakan Bola Mata

Alis mata tenang tenang

Palpebra tenang tenang

Konjungtiva tenang tenang

Kornea jernih jernih

Bilik mata depan sedang, jernih sedang, jernih

Pupil B, C, RC (+), Ø 3mm B, C, RC (+),Ø 3mm

Iris gambaran baik gambaran baik

Lensa keruh, ST (+), keruh, ST (+)

Subkapsularis posterior Subkapsularis posterior

Segmen Posterior RFOD (+) RFOS (+)FOD: detil sulit dinilai FOS:

Papil: bulat, batas tegas, warna merah normal c/d 0,3, a/v: 2:3Macula: RF (+)Retina: gambaran pembuluh darah baik.

5

Page 7: Katarak Subkapsularis Posterior

3. DIAGNOSIS KERJA

Katarak Subkapsularis Posterior ODS et causa suspect induced drugs + anomali

refraksi

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- USG

- Keratometri

- Biometri

- Anel Test

- Autorefraksi

- Tray Lens

5. PENATALAKSANAAN

- MRS

- Pro ECCE + IOL OD

- Pro Lab dan Rontgen

- Pro konsul PDL

- koreksi kacamata

6

Page 8: Katarak Subkapsularis Posterior

7

Page 9: Katarak Subkapsularis Posterior

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lensa dan Katarak

Pada mata yang normal terdapat lensa kristal bening yang memiliki nukleus lensa,

ditutupi oleh serat lensa yang diselubungi

korteks dengan membran luar yang elastis dan

kapsul yang bertindak sebagai pembungkus.2

Perubahan metabolisme pada lensa menyebabkan lensa tersebut menjadi keras dan

kehilangan sifat elastisitasnya. Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-

duanya. Katarak secara berangsur-angsur akan memperkeruh lensa sampai akhirnya menjadi

buram. Daerah buram tampak sebagai bintik abu-abu atau putih, seperti lensa kamera yang

kabur dan akan menghasilkan gambar yang buram, katarak juga menyebabkan penurunan

kualitas gambar yang dihasilkan retina.1

8

Page 10: Katarak Subkapsularis Posterior

Pada katarak immatur, kekeruhan lensa tidak terjadi di seluruh bagian lensa, kemudian

dengan bertambahnya umur kekeruhan tersebut mengalami progesivitas yang dapat

menyebabkan kekeruhan seluruh lensa.1,2

Katarak dikatakan matur bila semua serat lensa telah menjadi keruh dan lensa menjadi

cembung. Semua gelombang cahaya yang dipancarkan kepermukaan lensa akan dipantulkan.

Gambaran lensa yang ada di belakang pupil tampak putih dan retina di belakang lensa tidak

dapat dilihat dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bila tidak diterapi dengan

segera lensa akan mejadi hipermatur dan bagian luar lensa berkerut dan lebih permeabel.

Bagian dalam lensa, partikelnya mencair dan keluar menuju ke bilik kamera depan sehingga

menyebabkan komplikasi. Lensa morgagni adalah lensa hipermatur dengan korteks lensa

yang mencair sehingga menyebabkan lensa lebih mencembung dengan inti keruh yang ada di

dalamnya.1,3

Progresivitas katarak sangatlah bervariasi. Progresivitas paling cepat terdapat katarak

yang disebabkan oleh trauma dikarenakan kapsul lensa robek. Lensa akan keruh total dalam

beberapa jam. Katarak dapat disebabkan oleh trauma pada mata, penyakit mata kronis atau

efek samping obat seperti kortikosteroid. Katarak pada pasien tua berlangsung beberapa

tahun untuk sampai pada proses kebutaan.1

Ekstraksi katarak belum dianjurkan sampai penurunan tajam penglihatan sampai pada

tingkat yang sudah mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Katarak dapat terjadi pada

semua usia namun lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua.2,4

9

Page 11: Katarak Subkapsularis Posterior

2. Epidemiologi

Katarak merupakan kelainan pada mata yang paling banyak menyebabkan kebutaan di

dunia.4 dikatakan bahwa ada sekitar 30-45 juta orang di dunia yang mengalami kebutaan dan

katarak menjadi penyebab terbesar yaitu lebih kurang 45% sebagai penyebab kebutan ini.

Prevalensi katarak bervariasi. Katarak lebih sering ditemukan pada daerah yang lebih sering

terpapar sinar matahari.2 prevalensinya juga meningkat sesuai dengan usia dan lebih tinggi

pada wanita.

3. Etiologi

Katarak dapat disebabkan berbagai macam faktor antara lain trauma, peradangan,

gangguan metabolik, radiasi dan proses penuaan. Perubahan biokimia terjadi pada katarak

dimana terjadi perubahan pada komposisi air, kehilangan potasium, peningkatan kalsium,

peningkatan konsumsi O2, penurunan dari glutation, yang berhubungan dengan akumulasi

atau pengurangan heksosa dan pengurangan asam askorbat serta pengurangan protein.3

4. Klasifikasi Katarak

Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu perkembangan, etiologi, lokasi di

lensa, bentuk serta derajat opafikasinya.

Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi katarak

kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis. Katarak kongenital dapat berkembang dari

genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa.

Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak

meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa.

Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.

Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa. Biasanya

konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai ”soft Cataract”. Katarak juvenil

biasanya merupakan bagian dari penyakit keturunan lain.

Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui bahwa

katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan proses penuaan.

Berdasarkan lokasinya di lensa ada tiga jenis katarak yaitu mengenai korteks, nukleus

dan subkapsul posterior. Pada tipe nukleus bagian sentral lensa menjadi lebih keras dan

secara optik menjadi lebih padat sehingga berwarna kuning sampai dengan coklat. Katarak

10

Page 12: Katarak Subkapsularis Posterior

ini akan berkembang lambat dan selalu ditandai dengan menurunnya penglihatan dekat yang

disebabkan oleh perubahan lensa.

Katarak kortikal merusak lapisan lensa terluar. Kekeruhan yang tampak seperti

gelombang irreguler dan perifer ke sentral lensa. Kekeruhan terus berkembang hingga

mengganggu penglihatan jauh dan dekat.

Katarak subkapsular posterior dikarakteristikkan oleh gumpalan sel-sel epitel yang

abnormal pada kutub posterior lensa tepat di dalam kapsul. Sel-sel tersebut secara cepat

membentuk plak yang keruh di pusat aksis visual. Ketajaman penglihatan seringkali

memburuk pada cahaya yang terang ketika pupil mengecil.

Katarak traumatik dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, arus

listrik, panas dan dingin) serta pengaruh osmotik. Sebagian besar katarak traumatik dapat

dicegah. Di dunia industri tindakan pengamanan terbaik adalah dengan memakai kacamata

pelindung..

Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus terjadi pada tahun 1930-an sebagai akibat

penelanan dinitrofenol (suatu obat yang dipakai untuk menekan nafsu makan). Kortikosteroid

yang diberikan dalam waktu lama baik sistemik maupun dalam bentuk tetes dapat

menyebabkan kekeruhan lensa.

Diabetes melitus berkaitan dengan peningkatan insiden katarak. Adanya perubahan

pada kadar gula darah sistemik diikuti dengan peningkatan kadar gula darah pada aquous

humor sehingga menyebabkan penumpukan glukosa dilensa. Enzim aldose reduktase

mengubah glukosa menjadi sorbitol yang tidak dimetabolisme tetapi mengendap di lensa.

Adanya air di lensa menyebabkan kekeruhan lensa.

5. Gejala

Gejala klinis katarak secara umum berupa pandangan silau, pandangan berkabut,

penurunan visus yang makin lama makin berat, lebih terang melihat pada pagi atau malam

hari, membaca lebih terang tanpa kacamata, serta diplopia (melihat kembar).4

Gejala awal yang paling umum adalah penurunan tajam penglihatan jauh. Seiring

dengan perkembangan katarak, nukleus lensa mengeras sehingga meningkatkan kekuatan

optik lensa pada penglihatan jarak dekat. Penglihatan baca akan lebih sedikit dipengaruhi

daripada penglihatan jauh. Keluhan utama biasanya distorsi dan mata kabur.2

Pada katarak tidak terdapat keluhan hiperlakrimasi, mata merah dan sekret pada mata.

Penentuan diet, obat tetes mata atau obat-obatan tidak akan mencegah atau memperlambat

11

Page 13: Katarak Subkapsularis Posterior

pembentukan katarak. Terlalu banyak membaca dan menonton televisi atau melihat pada

tempat gelap tidak akan menyebabkan atau memperburuk katarak.2,4

6. Penatalaksanaan

Satu-satunya terapi katarak adalah tindakan bedah. Indikasi operasi katarak secara

umum adalah untuk rehabilitasi visus, mencegah dan mengatasi komplikasi, tujuan terapeutik

dan diagnostik, mencegah ambliopia dan tujuan kosmetik. Saat ini terapi bedah katarak sudah

mengalami banyak perkembangan. Metode konvensional berupa ICCE (Intra Capsular

Cataract Extraction) dan ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction).

“Ekstraksi intrakapsuler (ICCE)”, yang jarang lagi dilakukan sekarang adalah

mengangkat lensa in toto yakni didalam kapsulnya melalui limbus superior 140-160 derajat.4

ICCE dilakukan pada negara-negara dimana terdapat keterbatasan mikroskop untuk

melakukan operasi katarak. ICCE diindikasikan pada kasus-kasus katarak tidak stabil,

intumesen, hipermatur, dan katarak luksasi. Kontraindikasi absolut ICCE adalah katarak pada

anak dan dewasa muda serta katarak traumatik dengan ruptur kapsul. Kontraindikasi relatif

ICCE adalah miopi tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni.2

Pada Ekstraksi ekstra kapsuler (ECCE) juga dilakukan insisi limbus superior. Bagian

anterior kapsul dipotong atau diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa dinuang dari

mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga meninggalkan kapsul posterior.4

ECCE diindikasikan untuk operasi katarak yang diiringi dengan pemasangan IOL atau

penambahan kacamata baca, terjadinya perlengketan luas antara iris dan lensa, ablasi atau

prolaps badan kaca. Kontraidikasi ECCE adalah pada keadaan dimana terjadi insufisiensi

zonula zinni.2

Saat ini perkembangan terakhir bedah katarak dengan metode fakoemulsifikasi yaitu

dengan sayatan kecil dan tidak memerlukan benang. Ada berbagai keuntungan dari metode

tersebut, antara lain tanpa dijahit. Ini karena sayatannya kecil. Kalaupun perlu jahitan hanya

12

Page 14: Katarak Subkapsularis Posterior

satu jahitan. Fakofragmentasi atau fakoemulsi dengan irigasi atau aspirasi atau keduanya

adalah teknik ekstrakapsuler yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk

mengangkat nukleus dan korteks melalui incisi limbus yang kecil (2-5mm), sehingga

mempermudah penyembuhan luka operasi dan keluhan mata merah tidak lama.4

Setelah operasi semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan tambahan untuk

memfokuskan benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh. Akomodasi hilang dengan

diangkatnya lensa. Kekuatan yang hilang pada sistem optik mata tersebut harus digantikan

oleh kacamata afakia yang tebal, lensa kontak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL)

di dalam bola mata.4,5

IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang difiksasi ke dalam mata

atau dekat dengan posisi lensa alami yang mengiringi ECCE. Sebuah IOL dapat

menghasilkan pembesaran dan distorsi minimal dengan sedikit kehilangan persepsi dalam

atau tajam penglihatan perifer.3

IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan penanganan khusus dan

tidak dirasakan pasien atau diperhatikan orang lain. Dengan sebuah IOL kacamata baca dan

kacamata untuk melihat dekat biasanya tetap dibutuhkan dan umumnya dibutuhkan kacamata

tipis untuk penglihatan jauh.

Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah uveitis berulang, retinopati diabetik

progresif, rubeosis iridis dan glaukoma neovaskuler.2

Berikut ini dapat dilihat beberapa keuntungan dan kerugian dari beberapa teknik bedah

katarak tersebut :1,5

Keuntungan ECCE :

- Incisi kecil

13

Page 15: Katarak Subkapsularis Posterior

- Tidak ada komplikasi vitreus

- Kejadian endopthalmodonesis lebih sedikit

- Edema sistoid makula lebih jarang

- Trauma terhadap endotelium retina lebih sedikit

- Retinal detachment lebih sedikit

- Lebih mudah dilakukan

Kerugian ECCE :

- Kekeruhan pada kapsul posterior

- Dapat terjadi perlengketan iris dengan kapsul

Keuntungan ICCE :

- Semua komponen lensa diangkat

Kerugian ICCE :

- Incisi lebih besar

- Edema cistoid pada mekula

- Komplikasi pada vitreus

- Sulit pada usia < 40 tahun

- Endopthalmodonesis

Keuntungan fakoemulsifikasi

- Inicisi paling kecil

- Astigmatisma jarang terjadi

- Pendarahan lebih sedikit

- Teknik paling cepat

Kerugian fakoemulsifikasi

- Memerlukan dilatasi pupil yang baik

- Pelebaran luka jika ada IOL

7. Fisiologi Penglihatan Normal

Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama, pembiasan

sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang berbeda

kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous , lensa, dan humor

vitreus. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung,

tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi pupil, yaitu

pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak

kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang terlalu terang memasukinya atau

14

Page 16: Katarak Subkapsularis Posterior

melewatinya, dan ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba

atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata

sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang sedang dilihat.8

Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata

memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-ubah (pupil), dan retina

yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan

refraksi: (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan

antara permukaan posterior kornea dan udara, (3) perbatasan antara humor aqueous dan

permukaan anterior lensa kristalinaa, dan (4) perbatasan antara permukaan posterior

lensa dan humor vitreous. Masing-masing memiliki indek bias yang berbeda-beda,

indek bias udara adalah 1, kornea 1.38, humor aqueous 1.33, lensa kristalinaa (rata-rata)

1.40, dan humor vitreous 1.34. 5

Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan bayangan

sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat sederhana dan skemanya

sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini sangat berguna untuk perhitungan

sederhana. Pada reduced eye dibayangkan hanya terdpat satu lensa dengan titik pusat

17 mm di depan retina, dan mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata

melihat jauh. Daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalinaa melainkan oleh

permukaan anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks bias

kornea jauh berbeda dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa dalam mata,

yang secara normal bersinggungan dengan cairan disetiap permukaannya, memiliki

daya bias total hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias total susunan

lensa mata. Bila lensa ini diambil dari mata dan kemudian lingkungannya adalah udara,

maka daya biasnya akan menjadi 6 kali lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena

cairan  yang mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda dari

indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah penting karena lengkung

permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan terjadinya “akomodasi”. 5

Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh lensa

kaca pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk bayangan di

retina. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya, namun demikian presepsi otak

terhadap benda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi

di retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai

keadaan normal. 5

15

Page 17: Katarak Subkapsularis Posterior

Mata kita menjalani serangkaian proses untuk dapat melihat. Proses ini mirip

dengan proses yang terjadi dalam sebuah kamera saat digunakan untuk memotret.

Gelombang cahaya masuk melewati sejumlah lensa kamera yang kemudian

memfokuskan gambar yang kita potret serta memproyeksikannya ke permukaan film.

Pada mata kita, yang berfungsi sebagai film adalah retina. Saat mata kita melihat suatu

benda, mata kita menerima cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Cahaya

masuk melalui lensa mata yang memfokuskan gambar dan memproyeksikannya ke

retina yang terletak di belakang. Retina merupakan lapisan sel-sel yang sangat sensitif

terhadap cahaya. Bagian retina yang dapat menerima dan meneruskan detil-detil

gambar disebut macula. Macula tersusun dari lapisan-lapisan sel yang dapat mengubah

energi cahaya menjadi impuls elektrokimia. Informasi ini kemudian dikirim ke syaraf

optik yang akan meneruskannya ke otak yang kemudian memprosesnya sehingga dapat

mengenali gambar tersebut. Itulah cara kita melihat sesuatu. 5

Sel-sel yang menyusun retina pada mata kita terdiri dari sel-sel berbentuk batang

(rod), kerucut (cone), dan sel-sel ganglia. Total sel yang berbentuk batang dan kerucut

bisa mencapai jumlah 125 juta sel. Semuanya berfungsi sebagai sensor cahaya atau

photoreceptor. Rasio perbandingan rod dan cone bisa mencapai 18 banding 1 (rod lebih

banyak dari cone). Rod merupakan sel-sel yang paling sensitif karena walaupun hanya

ada sedikit cahaya (misalnya hanya ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat

mendeteksinya. Sel-sel ini juga dapat memproduksi gambar hitam-putih tanpa

memerlukan banyak cahaya. Cone baru berfungsi saat ada cukup cahaya, misalnya saat

siang hari atau saat kita sedang menyalakan lampu yang terang di dalam ruangan. Cone

berfungsi untuk memberikan kita detil-detil obyek beserta warnanya. Informasi-

informasi yang diterima sel-sel rod dan cone ini kemudian dikirimkan ke sel-sel ganglia

16

Page 18: Katarak Subkapsularis Posterior

(ada sekitar satu juta sel) dalam retina. Ganglia inilah yang kemudian mengartikan

informasi tersebut dan mengirimkannya ke otak dengan bantuan syaraf optik. 5

8. Penyebab

a. Miopia

Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis myopia, yaitu:

- Myopia aksial, adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang lebih panjang

dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini, panjang fokus media

refrakta adalah normal (± 22,6 mm) sedangkan panjang sumbu orbita > 22,6 mm.

Myopia aksial disebabkan oleh beberapa faktor seperti;

1. Menurut Plempius (1632), memanjangnya sumbu bolamata tersebut disebabkan

oleh adanya kelainan anatomis.

2. Menurut Donders (1864), memanjangnya sumbu bolamata tersebut karena

bolamata sering mendapatkan tekanan otot pada saat konvergensi.

3. Menurut Levinsohn (1925), memanjangnya sumbu bolamata diakibatkan oleh

seringnya melihat ke bawah pada saat bekerja di ruang tertutup, sehingga terjadi

regangan pada bolamata. 2,6

- Myopia refraktif, adalah myopia yang disebabkan oleh bertambahnya indek bias

media refrakta.

Pada myopia refraktif, menurut Albert E. Sloane dapat terjadi karena beberapa macam

sebab, antara lain :

1. Kornea terlalu melengkung (< 7,7 mm).

2. Terjadi hydrasi / penyerapan cairan pada lensa kristalinaa sehingga bentuk lensa

kristalinaa menjadi lebih cembung dan daya biasnya meningkat. Hal ini biasanya

terjadi pada penderita katarak stadium awal (imatur).

3. Terjadi peningkatan indeks bias pada cairan bolamata (biasanya terjadi pada

penderita diabetes melitus). 2,6

Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya myopia, antara lain:

1. Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih panjang dari

normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu bolamata yang lebih

panjang dari normal pula.

17

Page 19: Katarak Subkapsularis Posterior

2. Ras/etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan myopia yang lebih besar

(70% – 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% – 40%). Paling kecil adalah

Afrika (10% – 20%).

3. Perilaku. Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat memperbesar

resiko myopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan penerangan yang kurang

memadai.5

b. Presbiopia

Presbiopia adalah suatu kondisi kesehatan di mana mata semakin berkurang

menampilkan kemampuan untuk fokus pada objek dekat dengan usia. Presbiopia

mekanisme persis tidak diketahui dengan pasti; bukti penelitian mendukung paling

kuat hilangnya elastisitas lensa kristalin, meskipun perubahan pada lensa's

kelengkungan dari pertumbuhan terus-menerus dan kehilangan kekuatan otot ciliary

(otot-otot yang menekuk dan meluruskan lensa ) juga telah didalilkan sebagai

penyebabnya.

Mirip dengan rambut beruban dan keriput, presbiopia adalah gejala yang disebabkan

oleh proses alamiah penuaan. Gejala pertama (dijelaskan di bawah ini) biasanya

pertama melihat antara usia 40-50. Kemampuan untuk fokus pada objek dekat

menurun sepanjang hidup, dari akomodasi dari sekitar 20 dioptres (kemampuan untuk

fokus pada 50 mm jauh) pada anak, sampai 10 dioptres di 25 (100 mm), dan turun di

tingkat 0,5-1 dioptre di usia 60 (kemampuan untuk fokus ke 1-2 meter saja).

Kata presbiopia berasal dari kata Yunani presbys, yang berarti "orang tua" atau

"penatua", dan akar-opia Latin, yang berarti "mata.

Gejala pertama adalah kebanyakan orang menyadari kesulitan membaca baik cetak,

terutama dalam kondisi cahaya rendah, kelelahan mata saat membaca untuk waktu

yang lama, kabur di dekat atau penglihatan kabur sesaat ketika transisi antara melihat

jarak. Banyak ekstrem presbyopes mengeluh bahwa senjata mereka telah menjadi

"terlalu pendek" untuk memegang bahan bacaan pada jarak yang nyaman.

18

Page 20: Katarak Subkapsularis Posterior

Presbiopia, seperti fokus lain cacat, menjadi jauh lebih sedikit terlihat pada cahaya

matahari. Ini adalah hasil dari penutupan iris diameter yang lebih kecil. Seperti halnya

lensa, meningkatkan rasio fokus lensa meningkatkan kedalaman lapangan dengan

mengurangi tingkat kabur out-of-focus objek (membandingkan efek celah pada

kedalaman lapangan di fotografi).

Sebuah serangan tertunda mencari koreksi untuk presbiopia telah ditemukan di antara

orang-orang dengan profesi tertentu dan orang-orang dengan miotic murid. Secara

khusus, petani dan ibu rumah tangga mencari koreksi kemudian, sementara para

pekerja layanan dan mencari pekerja konstruksi koreksi penglihatan sebelumnya.

19

Page 21: Katarak Subkapsularis Posterior

BAB IV

ANALISIS KASUS

Katarak subkapsularis poterior ditandai oleh gumpalan sel-sel epitel yang abnormal

pada kutub posterior lensa tepat di dalam kapsul. Sel-sel tersebut secara cepat membentuk

plak yang keruh di pusat aksis visual. Ketajaman penglihatan seringkali memburuk pada

cahaya yang terang ketika pupil mengecil.

Penderita adalah seorang perempuan berusia 54 tahun, datang dengan keluhan utama

mata sebelah kanan terasa semakin kabur sejak ± 6 bulan yang lalu. Dari anamnesis

didapatkan bahwa tajam penglihatan menurun perlahan tanpa disertai keluhan mata merah,

nyeri pada mata dan sekret pada mata tidak ada. Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan

penyakit ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding penyakit mata yang ditandai dengan

penurunan visus perlahan mata tenang, di antaranya yaitu katarak, kelainan refraksi,

glaukoma kronis, ambliopia, retinoblastoma dan retinopati. Diagnosis pasti ditegakkan

dengan cara menyingkirkan diagnosis banding berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan tajam penglihatan berlangsung secara perlahan, merasa

silau jika melihat cahaya, lebih nyaman di tempat yang teduh, kabur ketika membaca jarak

dekat, dan melihat ganda pada penglihatan jauh. Ditemukan riwayat asma dan penyakit

rematik yang disertai penggunaan salbutamol dan obat rematik selama bertahun-tahun.

Kemungkinan ambliopia dan retinoblastoma dapat disingkirkan dari identifikasi

dimana penderita berusia 54 tahun. Ambliopia adalah berkurangnya tajam penglihatan yang

terjadi karena tidak normalnya perkembangan visus yang dialami sejak usia dini, yaitu sejak

lahir hingga usia 10 tahun. Pada penderita ini penurunan visus mulai terjadi sejak 6 bulan

terakhir sedangkan sebelumnya penglihatan baik dengan bantuan kacamata. Retinoblastoma

merupakan kelainan kongenital yang biasanya baru terlihat pada anak berumur 1 – 2 tahun.

Pada pasien retinoblastoma, penurunan visus secara perlahan biasanya disertai dengan

perubahan gerak bola mata menjadi strabismus, pupil melebar dengan refleks warna kuning

mengkilat (amourotic cat’s eye), dan meningkatnya tekanan intraokuler.

Kemungkinan glaukoma kronis dapat disingkirkan dari anamnesis dimana penderita

tidak mengeluhkan gambaran pelangi di sekitar lampu (halo), pandangan seperti melihat di

terowongan, maupun merasakan sakit kepala yang hilang timbul. Dari pemeriksaan tonometri

20

Page 22: Katarak Subkapsularis Posterior

dengan tonometri Schiotz tidak terdapat peningkatan tekanan intraokuler (TIOD = 15,1

mmHg, TIOS = 18,5 mmHg).

Dari anamnesis pasien ini diketahui tidak terdapat adanya riwayat diabetes melitus

dan hipertensi sehingga kemungkinan untuk terjadinya retinopati dapat disingkirkan. Pada

pemeriksaan visus ditemukan tes pin hole pada mata kanan negatif, ini mengindikasikan

adanya kekeruhan pada lensa yang menyebabkan pemeriksaan ini tidak membantu tajam

penglihatan. Pada mata kiri, pemeriksaan pin hole mempertajam penglihatan dari 6/60

menjadi 6/21, ini mengindikasikan adanya kelainan refraksi pada mata kiri tersebut, diperkuat

dari anamnesis yang mendapatkan adanya riwayat memakai kaca mata sferis negatif, namun

pada mata pasien ini terdapat pula kekeruhan dan hasil pemeriksaan shadow test yang positif

yang menunjukkan adanya katarak jenis imatur. Dari kedua kelainan tersebut yang lebih

menggangu pada penderita adalah kekeruhan pada lensa sehingga diagnosis kerja pada pasien

ini adalah katarak senilis imatur. Dari hasil pemeriksaan lebih lanjut melalui slit lamp

didapatkan temuan katarak jenis subkapsularis posterior.

Penggunaan obat-obatan mengarah kepada pembentukan ikatan glukokortioid-lensa

baik secara invitro-in vivo. Protein lensa dimodifikasi oleh glukokortikoid yang

menyebabkan perubahan struktur baik secara biokimia maupun perubahan struktur yang

menyebabkan pembentukan katarak. Kemampuan glukokortikoid untuk mengikat protein

secara in vivo juga mungkin mungkin disebabkan oleh penggunaan glikokortikoid jangka

panjang. Pada kasus ini diketahui adanya riwayat penyakit rematik dan asma yang disertai

penggunaan obat-obat rematik dan asma. Dari anamnesis diketahui bahwa penderita

menggunakan steroid dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat memicu terjadinya

katarak jenis subkapsularis posterior.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. Dari status

oftalmologis didapatkan VOD 2/60, dan VOS 6/60PH 6/21, lensa kanan dan kiri keruh dan

shadow test (+). Dari anamnese serta pemeriksaan fisik dan oftalmologis penderita

didiagnosis dengan katarak subkapsular posterior ODS. Penyebab katarak diduga karena

proses penuaan dan juga berhubungan dengan adanya riwayat pemakaian steroid dalam

jangka panjang. Karena terdapat kekeruhan lensa, maka segmen posterior sebelah kanan tidak

dapat dilihat secara jelas detilnya sedangkan yang sebelah kiri masih dapat dinilai. Hasil

pemeriksaan funduskopi segmen posterior mata sebelah kiri masih dalam batas normal..

USG bertujuan untuk melihat adanya kelainan struktur bagian belakang mata berupa adanya

ablasio retina, uveitis, penebalan koroid yang kesemua penyakit tersebut dapat memperburuk

prognosis pasien ini.

21

Page 23: Katarak Subkapsularis Posterior

Pasien merasa terganggu dengan katarak yang dialaminya dalam melakukan aktivitas

sehari-hari. Hal ini menjadi indikasi pasien untuk mengikuti pembedahan katarak.

Pembedahan katarak yang dilakukan pada pasien ini berupa extracapsular cataract incision

(ECCE) OD. Tindakan ini selain untuk tujuan terapeutik, yaitu memperbaiki visus, juga

untuk tujuan diagnostik, yaitu melihat segmen posterior. Setelah menjalani operasi katarak

pada kedua matanya, pasien ini direncanakan untuk diberikan kacamata koreksi untuk

meningkatkan visus.

Operasi yang dipilih adalah ECCE bukan ICCE. Walaupun teknik ini lebih sulit tetapi

keuntungannya lebih banyak. ICCE sudah ditinggalkan dalam pembedahan katarak modern,

akan tetapi dalam keadaan tertentu antara lain lensa yang tidak stabil, intumesen, hipermatur

dan luksasi, serta apabila diyakini zonulla zinii tidak dapat menyokong manipulasi bedah

maka ICCE dapat menjadi pilihan. Operasi tidak dilakukan pada kedua mata dalam waktu

yang bersamaan untuk menghindari terjadinya komplikasi dan infeksi intra operatif.

Persiapan operasi adalah:

Indikasi operasi katarak :

1. Mengganggu pekerjaan pekerjaan sehari-hari walapun katarak belum matur,

katarak matur, karena apabila telah menjadi hipermatur akan menimbulkan

penyulit (uveitis atau glaukoma) dan katarak telah telah menimbulkan penyulit

seperti katarak intumesen yang menimbulkan glaukoma

2. Rehabilitasi visus (terapetik)

3. Diagnostik segmen posterior

4. Mencegah komputasi (glaucoma ambiliopia)

5. Kosmetik

a. Operasi dilakukan apabila pasien meminta agar diperbaiki ketajaman

penglihatannya, terapi bedah untuk penyakit mata (glaukoma karena lensa,

dislokasi lensa ke bilik mata depan, atau uveitis), membantu untuk mengobati

penyakit mata segmen posterior (diabetes retinopati).6

b. Pasien dengan katarak stadium lebih lanjut lebih diutamakan untuk dioperasi

bila ia memiliki katarak monookuler atau binokuler. Waktu jeda untuk operasi

katarak mata sebelahnya harus berbeda dan tidak boleh bersamaan untuk

menjamin keamanan dan keberhasilan operasi pertama sebelum operasi kedua

direncanakan. Pada pasien dengan katarak monokuler, keputusan untuk dilakukan

bedah lebih kompleks. Apabila ditemui mata yang sehat tidak menunjukkan

gangguan penglihatan yang berat, maka operasi dapat ditangguhkan. 6

22

Page 24: Katarak Subkapsularis Posterior

Sebelum operasi harus dilakukan beberapa pemeriksaan:

1. Fungsi retina harus baik, yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar, dimana retina

disinari dari semua arah, dan arahnya itu harus dapat ditentukan oleh penderita

dengan baik.

2. Tidak boleh ada infeksi pada mata dan jaringan sekitarnya. Jangan lupa

melakukan tes Anel. Bila tes Anel (-) tidak boleh dilakukan operasi karena kuman

dapat masuk kedalam mata.

3. Tidak boleh ada glaukoma. Pada keadaaan glaukoma, pembuluh darah retina telah

menyesuaikan dengan tekanan intraokuler yang tinggi. bila dilakukan operasi, saat

kornea dipotong, sekonyong-konyong tekanan intraokuler turun, pembuluh darah

pecah dan timbul perdarahan hebat, dapat juga terjadi prolaps isi bulbus okuli.

4. Keadaan umum harus baik. tidak boleh ada hipertensi, diabetes melitus, batuk

menahun dan sakit jantung.

Sebelum dilakukan ECCE perlu dilakukan informed consent kepada pasien. Beberapa

hal yang perlu diketahui oleh pasien adalah mengenai keuntungan dan kerugian dari tindakan

ECCE serta adanya kemungkinan visus pasien tidak akan kembali 6/6.

Adapun keuntungan dan kerugian ECCE dibandingkan dengan teknik pembedahan

katarak lainnya seperti ICCE, SICS, dan fakoemulsifikasi adalah sebagai berikut:

Keuntungan ECCE :

- Incisi kecil

- Tidak ada komplikasi vitreus

- Kejadian endopthalmodonesis lebih sedikit

- Edema sistoid makula lebih jarang

- Trauma terhadap endotelium retina lebih sedikit

- Retinal detachment lebih sedikit

- Lebih mudah dilakukan

Kerugian ECCE :

- Kekeruhan pada kapsul posterior

- Dapat terjadi perlengketan iris dengan kapsul

- Visus sulit kembali normal (6/6)

Keuntungan ICCE :

- Semua komponen lensa diangkat

23

Page 25: Katarak Subkapsularis Posterior

Kerugian ICCE :

- Incisi lebih besar

- Edema cistoid pada mekula

- Komplikasi pada vitreus

- Sulit pada usia < 40 tahun

- Endopthalmodonesis

Keuntungan fakoemulsifikasi

- Inicisi paling kecil

- Astigmatisma jarang terjadi

- Pendarahan lebih sedikit

- Teknik paling cepat

Kerugian fakoemulsifikasi

- Memerlukan dilatasi pupil yang baik

- Pelebaran luka jika ada IOL

Karena juga akan dilakukan pemasangan IOL pada pasien, maka pasien perlu menjalani

keratometri dan biometri. Keratometri dan biometri dilakukan persiapannya sebelum operasi

untuk mengukur kekuatan kornea dan kekuatan lensa introkuler. Keduanya dilakukan agar

refraksi paska operasi diharapkan mendekati atau sama dengan refraksi penglihatan orang

normal. Ditambah lagi karena usia pasien yang sudah lanjut, pasien memiliki kemungkinan

untuk mempunyai coexisting diseases yang dapat menimbulkan penyulit dalam pembedahan

katarak. Oleh karena itu juga dilakukan evaluasi EKG, laboratorium (darah rutin, BT, CT,

dan kadar glukosa darah [BSS] ), dan rontgen. Hasil dari pemeriksaan ini akan dievaluasi

oleh dokter mata yag bersangkutan serta juga dilakukan konsul dengan dokter dari divisi

penyakit dalam untuk menentukan apakah pasien dapat mengikuti pembedahan atau tidak.

Setelah dilakukannya operasi ECCE pada pasien ini perlu untuk dilakukan auto

refraksi dan trial lens yang bertujuan untuk mengoreksi kacamata. Dari pemeriksaan visus

mata kiri dedapatkan bahwa VOS 6/60 ph 6/21. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan

kelainan refraksi yang harus dikoreksi denga menggunakan auto refraksi aupun trial lens.

Pada pasien ini kelainan refraksi yang memungkinkan adalah myopia dan presbiopi.

24

Page 26: Katarak Subkapsularis Posterior

Prognosis

Prognosis vital pasien katarak umumnya baik karena katarak tidak mengancam

nyawa, sehingga pada penderita ini prognosis quo ad vitam adalah bonam . Fungsi mata

penderita dapat kembali normal tergantung pembedahan dan penatalaksanaan yang tepat,

sehingga pada penderita ini prognosis quo ad functionam adalah bonam . Secara teori, apabila

tidak ditemui penyulit lain seperti kontraindikasi relatif, maka fungsi penglihatan dapat

dikembalikan ke penglihatan normal.5

Direncanakan ECCE + pemasangan IOL mata kanan bertujuan agar katarak dalam

stadium yang lebih lanjut untuk didahulukan terlebih dahulu dengan harapan perbaikan

fungsi tajam penglihatan yang sudah banyak berkurang pada mata kanan dibanding mata kiri

dan pencegahan komplikasi katarak pada mata kanan.

25

Page 27: Katarak Subkapsularis Posterior

DAFTAR PUSTAKA

1. R.K Tamin. Lensa dalam Ilmu Penyakit Mata. Airlangga university pess: 1984. 172-

136.

2. Johns J.K Lens and Kataract. Basic and Clinical Science Section 11. American

Academy of Ophthalmology. 2002.

3. Bryan Nichol. The Lens in Glaucoma, Lens and Anterior Segmen Trauma. Basic and

Clinican Science Course Section 10. The Fundation of America Academy of

Ophthalmology. 1992. 103-102

4. J.P Shock. Lensa dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. 1996: 175-183

5. Ilyas S. Karatarak dalam Ilmu Penyakit mata. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta. 2001: 207-218

6. Anonymous. Cataract. Last updated 27-12-2005. www.eyemedlink.com download at 29-09-2006

26