26

Click here to load reader

Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Keberhasilan pembangunan daerah merupakan bagian integral dari keberhasilan pembangunan nasional dalam kerangka NKRI. Desentralisasi merupakan paradigma yang memperkokoh pembangunan daerah dewasa ini. Paradigma desentralisasi tersebut, tidak saja semata-mata merupakan reaksi atas praktik pembangunan nasional yang sentralistik, sebagaimana diterapkan sedemikian rupa pada masa Orde Baru, tetapi sudah menjadi tuntutan mendasar yang harus diterapkan dengan mengimplementasikan konsep otonomi daerah secara luas.

Citation preview

Page 1: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

Halaman Judul.....................................................................................................i

Kata Pengantar....................................................................................................ii

Daftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia...........................................................2

2.2 Kebijakan Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI.....................................3

2.2.1 Hakikat Otonomi daerah.................................................................3

2.2.2 Otonomi daerah dalam kerangka NKRI.........................................4

2.2.3 Alasan Indonesia membutuhkan desentralisasi otonomi daerah....4

2.2.4 Pentingnya penerapan kebijakan desentralisasi otonomi daerah

Adalah.............................................................................................6

2.2.5 Argumentasi dalam pelaksanaan desentralisasi pada otonomi

Daerah.............................................................................................7

2.2.6 Bentuk dan Tujuan Desentralisasi dalam Konteks Otonomi

Daerah.............................................................................................7

2.2.7 Kebijakan dan Tujuan Otonomi daerah..........................................9

2.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.............................................10

2.4 Pembagian Urusan Pemerintahan................................................................11

2.4.1 Urusan pemerintahan pusat.........................................................11

2.4.2 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah

Propinsi.......................................................................................12

2.4.3 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah

kabupaten/kota.......................................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................14

3.2 Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 1

Page 2: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Judul pembahasan yang kita bahas adalah “ otonomi daerah dalam

kerangka NKRI”. Tema ini relevan untuk dibahas ditengah upaya kita untuk

memperkuat sistem demokrasi dan sistem pemerintahan yang baik di daerah,

terutama sejak dimunculkannya semangat desentralisasi pada masa reformasi

1998 lalu. Pada saat ini kita tengah berada pada era pelaksanaan otonomi daerah,

dimana tujuannya adalah membuat daerah menjadi lebih mandiri, maju dan

sejahtera –dalam kerangka penguatan pembangunan nasional.

Keberhasilan pembangunan daerah merupakan bagian integral dari

keberhasilan pembangunan nasional dalam kerangka NKRI. Desentralisasi

merupakan paradigma yang memperkokoh pembangunan daerah dewasa ini.

Paradigma desentralisasi tersebut, tidak saja semata-mata merupakan reaksi atas

praktik pembangunan nasional yang sentralistik, sebagaimana diterapkan

sedemikian rupa pada masa Orde Baru, tetapi sudah menjadi tuntutan mendasar

yang harus diterapkan dengan mengimplementasikan konsep otonomi daerah

secara luas.

1.2 Perumusan Masalah

1. Membahas tentang Otonomi daerah dalam kerangka NKRI?

2. Menjelaskan tentang kebijakan otonomi daerah ?

3. Menjelaskan sejarah tentang otonomi daerah di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang sejarah otonomi daerah di indonesia

2. Memahami apa itu kebijakan otonomi daerah dalam kerangka NKRI

3. Memahami tentang otonomi daerah dalam kerangka NKRI

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 2

Page 3: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia

UU nomor 1 tahun 1945 tentang pemerintahan daerah pasca proklamasi

UU ini menekenken pada aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan

pembentukan Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Ditetapkan 3 daerah otonom

(Karesidenan, Kabupaten dan Kota).

UU nomor 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang susunan

pemerintahan daerah yang demokratis. Diletakkan 2 daerah otonom (otonom biasa

dan otonom istimewa), serta 3 tingkatan daerah otonom (propinsi, kebupaten/kota

besar dan desa/kota kecil).

Perjalanan sejarah otonomi daerah di Indonesia selalu ditandai dengan lahirnya

suatu perundang-undangan yang menggantikan produk sebelumnya.

Prinsip yang dipakai dalam pemberian otonomi kepada daerah bukan lagi

“otonomi yang riil dan seluas-luasnya” tetapi “otonomi yang nyata dan

bertanggung jawab” alasannya, pandangan otonomi daerah yang seluas-luasnya

dapat menimbulkan kecenderungan pemikiran yang dapat membahayakan

keuruhan NKRI dan tidak serasi dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi

kepada daerah sesuai dengan prinsip-prinsip GBHN yang berorientasi pada

pembangunan dalam arti luas.Pergantian UU no.5 tahun 1974 menjadi UU no.22

tahun 1999 adalah adanya perubahan mendasar pada format otonomi daerah dan

substansi desentralisasi.Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.1

1. Dilaksanakan denga aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi

dan keanekaragaman daerah.

2. didasarkan pada otonomi luas dan bertanggung jawab.

1 http://www.seribuserbi.com/2014/05/kebijakan-otonomi-daerah-dalam-kerangka.html

Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI selasa 9:31 am alfian kHaris

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 3

Page 4: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

3. Pelaksanaan yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kebupaten dan

daerah kota, pada daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas.

4. Harus sesuai dengan konastitusi negara (tetap terjamin hubungan yang

serasi antara pusat dan daerah serta antar-daerah).

5. Lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom.

6. Lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik

fungsi legislatif, pengawasan maupun anggaran atas penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

7. Pelaksanaan asaz dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam

kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan

kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur

sebagai wakil pemerintah.

8. pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari

pemerintahan kepada daerah desa yang disertai dengan pembiayaan,

sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban

melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung-jawabkan kepada yang

menugaskan.

2.2 Kebijakan Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI

2.2.1  Hakikat Otonomi daerah

Otonomi daerah Dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban

yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi

masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan

pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah daerah

adalah kepala daaerah beserta perangkat  daerah otonom yang lain sebagai badan

eksekutif daerah. DPRD adalah badan legislative daerah. Sedangkan Daerah

otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah

yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 4

Page 5: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

2.2.2 Otonomi daerah dalam kerangka NKRI

Implementasi paradigma desentralisasi di Indonesia, selaras dengan

konstitusi (UUD Negara RI 1945) dilakukan untuk memperkuat format negara

kesatuan (NKRI), bukan dalam format negara federal (federalisme). Kerangka

otonomi daerah secara luas di Indonesia, dengan demikian diharapkan dapat

berjalan secara efektif dalam menggerakkan laju pembangunan di berbagai bidang

di daerah, dalam memperkuat NKRI. Dengan implementasi otonomi daerah secara

luas dalam kerangka penguatan NKRI, maka diharapkan :

1. Akan muncul kemandirian yang digerakkan oleh kreativitas dan inovasi

daerah dalam mengoptimalisasikan berbagai potensi sumberdaya yang

ada, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, untuk

kepentingan kemajuan dan kesejahteraan daerah –dan dengan demikian

otomatis akan mendukung atau memperkokoh pembangunan nasional

dalam bingkai NKRI.

2. Tata hubungan antara pusat-daerah diharapkan akan menjadi lebih

proporsional, harmonis dan produktif dalam rangka penguatan integrasi

(persatuan dan kesatuan) bangsa dan pembangunan nasional. Dengan

demikian, tidak akan ada lagi keluhan-keluhan dari daerah atas kebijakan

pemerintah pusat yang dinilai tidak adil. Demikian pula, tidak akan ada

lagi resistensi dan gejolak terkait dengan hubungan pusat-daerah.

Pergerakan pendulum antara sentralisasi dan desentralisasi sangat jelas

terlihat dari rumusan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah yang

ada, baik sebelum dan setelah era reformasi. Sebelum era reformasi,

berlaku UU No. 5 tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah. Pada saat itu,

terjadi turbulensi di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, sampai

diundangkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Setelah itu, kini telah berlaku UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Membandingkan pokok-pokok pikiran antara UU

No. 5 tahun 1974 dengan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun

2004, ada perbedaan mendasar.

Pertama, dari sisi filosofis. UU No. 32 tahun 2004 filosofinya adalah

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 5

Page 6: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

keseragaman atau uniformitas, sedangkan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No.

32 tahun 2004 filosofinya adalah keanekaragaman dalam kesatuan.

Kedua, dari aspek pembagian satuan pemerintahan. UU No. 5 tahun 1974

menggunakan pendekatan tingkatan (level approach), ada Daerah Tingkat I dan

Daerah Tingkat II. Sedangkan, UU No 22 tahun 1999 menggunakan pendekatan

besaran dan isi otonomi (size and content approach), ada daerah yang besar dan

ada daerah yang kecil berdasar kemandirian masingmasing, ada daerah dengan isi

otonomi terbatas dan ada daerah yang otonominya luas. Sementara, UU No. 32

tahun 2004 menggunakan pendekatan besaran dan isi otonomi (size and

content approach), dengan menekankan pada urusan yang berkeseimbangan

dengan azas eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi.

  Ketiga, fungsi utama pemerintahan daerah, menurut UU No. 5 tahun 1975

adalah sebagai promotor pembangunan, sedangkan menurut UU No. 22 tahun

1999 sama dengan UU No. 32 tahun 2004 yaitu sebagai pemberi pelayanan

masyarakat.

Keempat, terkait dengan penggunaan azas penyelenggaraan pemerintah

daerah. Menurut UU No. 5 tahun 1974 adalah seimbang antara desentralisasi,

dekonsetrasi dan tugas pembantuan pada semua tingkatan. Sementara pada UU

No. 22 tahun 1999, desentralisasi terbatas pada daerah provinsi dan pada luas

daerah kabupaten/kota, dekonsentrasi terbatas pada kebupaten/kota dan luas pada

provinsi, tugas pembantuan yang seimbang pada semua tingkatan pemerintahan

sampai ke desa. Sedangkan, menurut UU No. 32 tahun 2004, desentralisasi diatur

berkesimbangan antara daerah provinsi, kabupaten/kota, desentralisasi terbatas

pada kabupaten/kota dan luas pada provinsi, tugas pembantuan berimbang pada

semua tingkatan pemerintahan. Bagaimanapun, otonomi Daerah merupakan

kewenangan untuk membuat kebijakan (mengatur) dan melaksanakan kebijakan

(mengurus) berdasarkan perkara sendiri. Sehingga, masyarakat yang berada pada

satu teritori tertentu adalah pemilik dan subyek Otonomi daerah. Hal ini,

membawa konsekwensi perlunya partisipasi aktif dari masyarakat dalam setiap

tahap penyelenggaraan otonomi.

Otonomi daerah sebagai salah satu bentuk pengejawantahan dari proses

desentralisasi. Kepentingannya adalah upaya untuk lebih mendekati tujuan-tujuan

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 6

Page 7: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

diselenggarakannya pemerintahan untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang

lebih baik, yang adil dan makmur. Dua tema adil dan makmur dalam konteks ini

berarti terciptanya suatu tatanan yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera

di daerah. Kebijakan desetralisasi akan mendorong terciptanya tatanan yang

demokratis dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

2.2.3 Alasan Indonesia membutuhkan desentralisasi otonomi daerah

1. Kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini sangat terpusat di Jakarta,

pembangunan wilayah lain sebagian dilalaikan.

2. Pembagian kekayaan secara tidak adil dan tidak merata.

3. Kesenjangan sosial sangat mencolok

2.2.4 Pentingnya penerapan kebijakan desentralisasi otonomi daerah adalah:

1. Paradigma desentralisasi juga selaras dengan prinsip pemerintahan yang

demokratis, dengan adanya pengaturan kewenangan yang seimbang antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Desentralisasi tidak menafikkan

peran dan kewenangan pemerintah pusat. Asas dekonsentrasi tetap harus

Dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik, seiring sejalan (sinergis) dengan

laju implementasi otonomi daerah.

2. Desentralisasi juga mencegah terjadinya pemusatan kekuasaan, yang dapat

menimbulkan munculnya pemerintahan yang otoriter, serta mendorong

demokratisasi di tingkat lokal, karena rakyat lebih mempunyai peluang

untuk terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan di wilayahnya

masing-masing (grass roots democracy).

3. Desentralisasi menciptakan efisiensi pemerintahan, karena sebagian

urusanurusan pemerintahan diselenggarakan oleh satuan-satuan

pemerintahan tingkat daerah, sehingga memperpendek rentang birokrasi

bila dibandingkan dengan pengendalian dari Pusat.

4. Dari segi sosiokultural, desentralisasi menyebabkan kepentingan rakyat di

daerah-daerah yang memiliki kekhususan-kekhususan tertentu dapat

tertangani dengan lebih baik.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 7

Page 8: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

5. Desentralisasi membuat pembangunan dapat berjalan dengan lebih baik

dan terarah, karena dilakukan langsung oleh satuan-satuan pemerintahan di

tingkat daerah.

2.2.5 Argumentasi dalam pelaksanaan desentralisasi pada otonomi daerah

Pelaksanan desentralisasi harus dilandasi argumentasi yang kuat dan

baik secara teoritik atau empirik. Argumen dalam memilih desentralisasi

otonomi daerah:

1. Untuk terciptanya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan

Fungsi distributif (mengelola berbagai dimensi kehidupan)

Fungsi regulatif (menyangkut penyediaan barang dan jasa)

Fungsi Ekstraktif (memobilisasi sumberdaya keuangan untuk aktivitas

negara)

2. Sebagai sarana pendidikan politik

3. pemerintahan daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan

terutama karir dibidang politik dan pemerintah ditingkat nasional

4. stabilitas politik

5. kesetaraan politik, masyarakat tingkat lokal mempunyai kesempatan untuk

terlibat dalam politik

6. Akuntabilitas public Demokrasi memberikan ruang dan peluang kepada

masyarakat, untuk berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan

penyelenggaraan Negara.

2.2.6 Bentuk dan Tujuan Desentralisasi dalam Konteks Otonomi Daerah

1. Dekonsentrasi

Hanya berupa pergesran volume pekerjaan dari parlemen pusat kepada

perwakilannya yang ada didaerah tanpa adanya penyerahan atau

pelimpahan kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan

untuk membuat keputusan dapat ditempuh melalui:

  Transfer kewajiban dan bantuan keuangan dari pemerintah pusat

kepada propinsi, distrik dan unit administratif lokal 

Koordinasi unit-unit pada level sub-nasional atau melalui insentif dan

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 8

Page 9: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

paraturan perjanjian diantara pemerintah pusat dan daerah serta unti-

unit tersebut.

2. Delegasi

Adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenangan

manajerial untuk melakukan tuga-tugas khusus kepada organisasi yang

tidak secara langsuang berada dibawah pangawasan pemerintah pusat .

3. Devolusi

Adalah kondisi dimana pemerintahan pusat membentuk unit-unit

pemerintahan diluar pemerintahan pusat dengan menyerahkan sebagian

fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk dilaksanakan secara

mandiri. Menurut Rondinelli, devolusi merupakam upaya memperkuat

pemerinyahan didaerah secara lelgal yang secara subtantif kegiatan-

kegiatan yang dilakukannya diluar kendali langsung pemerintah pusat.

Ciri yang melekat pada devolusi:

a. Adanya sebuah badan lokal yang secara konstitusional terpisah dari

pemerintah pusat dan bertanggung jawab pada pelayanan lokal yang

signifikan.

b. Pemerinyah daerah harus memiliki kekayaan sendiri, anggaran dan

rekening seiring dengan otoritas untuk meningkatkan pendapatannya.

c. Harus mengembangkan kompetensi staf.

d. Anggota Dewan yang terpilih, yang beroperasi pada garis partai, harus

menentukan kebijakan dan prosedur internal.

e. Pejabat pemerintah pusat harus melayani sebagai penasihat dan evaluator

luar yang tidak memiliki peranan apapun didalam otoritas local

4. Privatisasi

Adalah suatu tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada

badan-badan sukarela, swasta dan swadaya masyarakat, tetapi dapat pula

merupakan peleburan badan pemerintah menjadi badan usaha swasta.

Misal: BUMN dan BUMD dilebur menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Tugas Pembantuan Merupakan pemberian kemungkinan dari pemerintah

pusat/pemerintah daerah yang lebih atas untuk meminta bantuan kepada

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 9

Page 10: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

pemerintah daerah yang tingkatannya lebih rendah agar menyelenggarakan

tugas/urusan rumah tangga dari daerah yang tingkatannya lebih atas.

2.2.7 Kebijakan dan Tujuan Otonomi daerah

Jadi pada intinya, tujuan dan kebijakan desentralisasi otonomi daaerah

dalam kerangka NKRI adalah:

1. Pemerintahan otonomi daerah mewujudkan cita-cita masyarakat yang

lebih baik, yang adil dan makmur yang berarti terciptanya suatu tatanan

yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera di daerah.

2. Desentralisasi atau otonomi daerah yang mampu menumbuhkan modal

sosial dan tradisi kewargaan di tingkat lokal.

3. Penerapan Otonomi Daerah yang mendorong peningkatan kesejahteraan

rakyat daerah, khususnya rakyat miskin.

4. Otonomi daerah mempermudah mengakses sumberdaya dan

mengembangkan potensin untuk dapat meningkatkan kemajuan daerah

masing-masing, sehingga kesenjangan antardaerah dan pusat dapat

diperkecil.

5. Otonomi daerah dapat menjawab akar tuntutan politik yaitu tuntutan

keadilan ekonomi yang kurang adil antara pusat dan daerah.

6. otonomi daerah meningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat

yang semakin baik, mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan

pemerataan serta memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan

daerah dan antar daerah.

7. Pembagian kebijakan kewenangan Daerah Otonomi Propinsi dalam rangka

desentralisasi mencakup:

a. a Kebijakan Yang meliputi lintas kabupaten dan kota (bidang PU,

Perhubungan, Perkebunan)

b. b)   Kebijakan dalam Perencanaan dan pengendalian pembangunan

regional secara makro

c. c)   Kebijakan dalam hal kelautan yang meliputi eksplorasi,

akspluoitasi, konservasi

d. d)   Daerah Otonom Kabupaten dan Daerah Otonom Kota

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 10

Page 11: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

bertanggung jawab atas beberapa bidang, misalnya Peternakan,

Pertanian, Pendidikan dan Kebudayaan, Tenaga Kerja, Kesehatan,

Lingkungan Hidup, Pekerjaan Umum, Perhubungan, Pedagangan

dan Industri, Penanaman Modal, dan Koperasi.

8. Otonomi Daerah sebagai komitmen dan kebijakan politik nasional

merupakan langkah strategi yang diharapkan akan mempercepat

pertumbuhan dan pembangunan Daerah, disamping menciptakan

keseimbangan pembangunan antar daerah di Indonesia.

9. Otonomi daerah memfasilitasi bentuk kegiatan didaerah dalam bidang

ekonomi.

10. Pemerintahan daerah harus kreatif.

11. Otonomi daerah membentuk Politik lokal yang stabil.

12. Pemerintahan Daerah harus menjamin kesinambungan berusaha.

13. Pemerintahan Daerah harus komunikatif dengan LSM, terutama dalam

bidang perburuhan dan lingkungan hidup. 

2.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah adalah :2

1. Penyelenggaraan Otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan

aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman

daerah.

2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan

bertanggung jawab.

3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakan pada daerah

kabupaten dan daerah kota, sedang pada daerah propinsi merupakan

otonomi yang terbatas.

4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara

sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

antar daerah.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 11

Page 12: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian

daerah otonom, dan karenanya dalam daerah kabupaten dan kota tidak ada

lagi wilayah administrasi.

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi

badan legislatif daerah, baik fingsi legislasi, pengawasan maupun fungsi

anggaran.

7. Pelaksanan asas dekonsentrasi diletakan pada daerah propinsi dalam

kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan

kewenangan pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur

sebagai wakil pemerintah.

8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari

pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada

desa yang disertai dengan pembiyayaan, sarana dan prasarana.

2.4 Pembagian Urusan Pemerintahan

Dengan adanya otonomi daerah akan terjadi pembagian kewenangan antara

pemerintah pusat dan daerah dalam menangani urusannya. Menurut UU Nomor

32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, urusan pemerintahan dapat dibagi ke

dalam urusan pemerintahan pusat, pemerintahan daerah tingkat I, dan

pemerintahan daerah tingkat II. Pembagian tersebut meliputi;

2 http://irhan-fitk.blogspot.com/2011/12/otonomi-daerah-dalam-kerangka-nkri.html

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 12

Page 13: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

2.4.1 Urusan pemerintahan pusat

1) Politik luar negeri

2) Pertahanan

3) Keamanan

4) Yustisi

5) Moneter dan fiskal nasional

6) Agama

2.4.2 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah propinsi

1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan

2) Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata ruang

3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

4) Penyediaan sarana dan prasarana umum

5) Penanganan bidang kesehatan

6) Penyelenggaraaan pendidikan dan alokasi SDM potensial

7) Penanggualangan masalah sosial lintas kabupaten atau kota

8) Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota

9) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah,

termasuk lintas kabupaten/kota

10) Pengendalian lingkungan hidup

11) Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota

12) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil

13) Pelayanan administrasi umum pemerintahan

14) Pelayanan administrasi peneneman modal termasuk lintas

kabupaten/kota

15) Penyelenggraaan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat

dilaksanakan oleh kabupaten/kota

16) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

2.4.3 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah

kabupaten/kota.

1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan

2) Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata ruang

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 13

Page 14: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

4) Penyediaan sarana dan prasarana umum

5) Penanganan bidang pendidikan

6) Penanggulangan masalsah sosial

7) Pelayanan bidang ketenagakerjaan

8) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah

9) Pengendalian lingkungan hidup

10) Pelayanan pertahanan

11) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil

12) Pelayanan administrasi umum pemerintahan

13) Pelayanan administrasi penanaman modal

14) Penyelenggraan pelayanan dasar lainnya

15) Urusan wajib lainnya yang diamnatkan oleh peraturan perundang-

undangan.3

3 Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Salemba

Empat.:pukul 15.30

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 14

Page 15: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Otonomi daerah Dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban

yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi

masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan

pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah daerah

adalah kepala daaerah beserta perangkat  daerah otonom yang lain sebagai badan

eksekutif daerah. DPRD adalah badan legislative daerah. Sedangkan Daerah

otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah

yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Bentuk dan Tujuan Desentralisasi dalam Konteks Otonomi Daerah yaitu

Dekonsentrasi,Delegasi,Devolusi danPrivatisasi.

Implementasi paradigma desentralisasi di Indonesia, selaras dengan

konstitusi (UUD Negara RI 1945) dilakukan untuk memperkuat format negara

kesatuan (NKRI), bukan dalam format negara federal (federalisme). Kerangka

otonomi daerah secara luas di Indonesia, dengan demikian diharapkan dapat

berjalan secara efektif dalam menggerakkan laju pembangunan di berbagai bidang

di daerah, dalam memperkuat NKRI.

3.2 Saran

Pemerintah pusat tetap harus mengatur dan menjalankan urusan di beberapa

sektor di tingkat kabupaten dan menjamin bahwa pemerintah lokal punya

kapasitas dan mekanisme bagi pengaturan hukum tambahan atas bidang-bidang

tertentu danpenyelesaian perselisihan. Selain itu, pemerintah pusat juga harus

menguji kembali dan memperketat kriteria pemekaran wilayah dengan lebih

mengutamakan kelangsungan hidup ekonomi kedua kawasan yang bertikai,

demikian pula tentang pertimbangan keamanan.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 15

Page 16: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

Kalau perlu, sebaiknya pemerintah pusat membuat suatu lembaga

independen ditingkat daerah untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Tidak

hanya mengawasi dan menindak pelanggaran korupsi seperti yang tengah

gencar dilakukan KPK, tetapi juga mengawasi setiap kebijakan dan jalannya

pemerintahan dimana lembaga ini dapat melaporkan segala tidakan-tindakan

pemeritah daerah yang dianggap merugikan rakyat didaerah itu sendiri.

Perlu adanya bentuk pengawasan yang baik yang dilakukan oleh pemerintah

pusat sehingga jangan sampai terjadi berbagai kebijakan yang merusak

lingkungan yang terjadi di setiap kabupaten atau kota yang ada di Indonesia.

Pemerintah Pusat harus aktif dalam melakukan pengawasan sehingga

pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat dijalankan dengan baik oleh

pemerintah Indonesia baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 16

Page 17: Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

DAFTAR PUSTAKA

http://www.marzukialie.com/upload/arsip/100_Tadulako.pdf

http://irhan-fitk.blogspot.com/2011/12/otonomi-daerah-dalam-kerangka-nkri.html

Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Salemba Empat

Syaukani dkk. 2009. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka

http://www.seribuserbi.com/2014/05/kebijakan-otonomi-daerah-dalam-kerangka.html

Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 17