41
Pengendalian Pencemaran Udara Bagi Industri/ Pelaku Usaha di Provinsi Jawa Timur Niniek Herawati, ST, MSi Kasie Pencegahan Pencemaran Lingkungan DLH Provinsi Jawa Timur [email protected] Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Jl. Wisata Menanggal 38, Kec. Gayungan, Kel. Dukuh Menanggal, Kota Surabaya 60234 Tel./Fax : 031- 8543851/2

Kebijakan Pengendalian Pencemaran Air Provinsi Jawa Timur...dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. (PP No. 41 thn 1999

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Pengendalian

    Pencemaran Udara

    Bagi Industri/

    Pelaku Usaha di

    Provinsi Jawa

    Timur

    Niniek Herawati, ST, MSi

    Kasie Pencegahan Pencemaran Lingkungan

    DLH Provinsi Jawa Timur

    [email protected]

    Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur

    Jl. Wisata Menanggal 38, Kec. Gayungan,

    Kel. Dukuh Menanggal, Kota Surabaya 60234

    Tel./Fax : 031- 8543851/2

  • Daftar Isi Presentasi

    1. Latar Belakang Pengelolaan Kualitas Udara

    2. Landasan Hukum / Regulasi

    3. IKLH - IKU

    4. Upaya Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Jawa Timur

    5. Instrumen Pembinaan: PROPER & Pengawasan

    6. Deksripsi Pencemaran Udara (Definisi, Jenis, Dampak)

    7. Upaya Pengendalian dari Pihak Industri

    8. Kriteria Penaatan Aspek Pengelolaan Emisi Udara bagi Industri/ Pelaku Usaha

    9. Isu Strategis

    10. Diskusi

    3/27/2019 Add a footer 2

  • Sumber: http://www.nature.nps.gov/air/AQBasics/images/types_of_sources_02-2012.jpg

    KONDISI UDARA AMBIEN SAAT INI YANG JENUH

    DENGAN BAHAN/ ZAT PENCEMAR

    POINT

    SOURCE

    Non-POINT

    SOURCE

  • Landasan Hukum / Regulasi

    Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

    PP Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;

    Kep.Men. LH No. 13 tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

    Kep. Ka. BAPEDAL No. 205 tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

    Permen LH No. 7 tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap

    Permen LH No. 12 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara Di Daerah;

    Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 10 tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur

    3/27/2019 Add a footer 4

  • 5

    “merupakan gambaran atau indikator awal yang memberikan kesimpulan cepat

    dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu”

    KOMPONEN DAN PROPORSI

    PENYUSUN IKLH

    IKU; 30%

    IKTL; 40%

    IKA; 30%

    IKU (Indeks Kualitas Udara): Tutupan lahan di kota

    difungsikan untuk penyerapan polutan tertentu

    Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) -- memberikan dukungan terhadap

    keberlanjutan IKA dan IKU

    IKA (Indeks Kualitas Air): Tutupan lahan difungsikan untuk menjaga debit air dan mengurangi erosi – sedimentasi serta polutan tertentu

  • 6 3/27/2019

    Target RPJMN (IKLH)

    2015 2016 2017 2018 2019

    64,0-64,5 64,5-65,0 65,0-65,5 65,5-66,5 66,5-68,5

    CAPAIAN IKLH JAWA TIMUR 2016 CAPAIAN IKLH JAWA TIMUR 2018

    IKU = 85,49 IKA = 52,77 ITL = 62,02 IKLH = 66,29

    IKLH = (40%x ITV) + (30%xIKU) + (30%xIKA) IKU = 83,7 IKA = 53,26 ITL = 63,56 IKLH = 66,51 66,51 = C U K U P

    RENTANG IKLH

    UNGGUL x > 90

    SANGAT BAIK 82 < x < 90

    BAIK 74 < x < 82

    CUKUP 66 < x < 74

    KURANG 58 < x < 66

    SANGAT KURANG 80 < x < 58

    WASPADA x < 50

  • 7

    IPAL Komunal Pemantauan Sumber Pencemar

    Patroli Air Rehabilitasi & Restorasi Lingkungan

    Pemantauan Kualitas Lingkungan (Badan Air, Udara, Laut) Pembinaan &

    Sosialisasi

    Perumusan kebijakan

    PPKL (Baku Mutu

    Limbah, dsb.)

    • PENURUNAN BEBAN PENCEMARAN

    • PENINGKATAN IKLH

    • PENINGKATAN KUALITAS HIDUP

    MASYARAKAT

  • INSTRUMEN PEMBINAAN

    PROPER & PENGAWASAN

    3/27/2019 8

  • PROPER

    “merupakan instrumen

    penaatan alternatif yang

    dikembangkan untuk

    bersinergi dengan

    instrumen penaatan lainnya

    guna mendorong penaatan

    perusahan melalui

    penyebaran informasi

    kinerja kepada masyarakat

    (public disclosure)”

    3/27/2019 Add a footer 9

  • BEYOND COMPLIANCE AREA

    PENTAATAN TERHADAP PERATURAN LINGKUNGAN HIDUP

    PRINSIP DASAR PENILAIAN PROPER

    BIRU

    MERAH

    HITAM

    • PENERAPAN AMDAL/IZIN LINGKUNGAN

    • POTENSI KERUSAKAN LINGKUNGAN

    • PENGENDALIAN PENCEMARAN LAUT

    • PENGELOLAAN LIMBAH B3

    • PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

    • PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

    TIDAK ADA UPAYA

    BELUM TAAT

    TAAT

    Pemanfaatan

    Sumber

    Daya

    Pelaksanaan

    Pengembangan

    Masyarakat

    (Community

    Development)

    EMAS

    HIJAU

    S

    K

    O

    R

    B O B O T

    N

    I

    L

    A

    I

    Penerapan

    Sistem

    Manajemen

    Lingkungan

    Passing Grade

    Passing Grade Best Practices ; Best Available Technology;

    Best Corporate Social Responsibility

    X =

  • PROPER

    * Dalam setiap tahunnya, terdapat kenaikan rata-rata tingkat ketaatan industri

    • Untuk tahun 2018, PROPER yang dilaksanakan sebanyak 173 industri, dimana 83 diantaranya di audit oleh DLH Prov. Jatim

    • Nilai Rata-rata tingkat Ketaatan pada hasil PROPER 2018 di Jawa Timur sebesar 87.98%

    2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

    3 6

    12 6

    9

    18 16 21

    15

    52 58

    74

    110

    127 127

    138 143

    149

    21 26

    46

    24

    36 29 31

    12 6

    13 15 15

    4 0 1 1 0 0

    Perolehan PROPER 2009 - 2017 Jawa Timur

    Emas

    Hijau

    Biru

    Merah

    Hitam

  • PENCEMARAN UDARA

    (DEFINISI, JENIS, DAMPAK)

    3/27/2019 Add a footer 12

  • PENCEMARAN UDARA

    Masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

    (PP No. 41 thn 1999 Pasal 1)

    Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

    (UU 32/2009, Pasal 1, Ayat 14)

  • UDARA AMBIEN

    Udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan

    troposfir yang berada di dalam wilayah yuridifikasi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan

    mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

    (PP No. 41 thn 1999 Pasal 1)

  • PENGELOMPOKAN SUMBER PENCEMARAN UDARA

    1. Sumber bergerak (kendaraan bermotor)

    2. Sumber begerak spesifik (kereta api, pesawat terbang, kapal laut & kendaraan berat)

    3. Sumber tidak bergerak (industri)

    4. Sumber tidak bergerak spesifik (kebakaran hutan/lahan, pembakaran sampah)

    15

    SUMBER/ASAL EMISI DALAM INDUSTRI

    1. EMISI YANG KELUAR DARI CEROBONG

    (Power Plant, Proses Produksi)

    2. FUGITIVE EMISSION

    • EMISI YANG KELUAR DARI RUANG PROSES PRODUKSI

    • KEBOCORAN PIPA GAS/BAHAN KIMIA

    • PENGOLAHAN AIR LIMBAH

    • PENYIMPANAN BAHAN BAKU/KIMIA

    • TRANSPORTASI

  • Pencemar Udara Primer & Sekunder

    Sumber: http://www.newsustainabilityinc.com/wp-content/uploads/2014/07/slide_8.jpg

  • Sumber: http://scienceunraveled.com/wp-content/uploads/2013/08/AirpollutionpathwaysUSEPA1.jpg

    2. Apa Akibatnya Jika Tidak Dikendalikan?

  • Kerusakan Hutan Oleh Hujan Asam

    18

    Kabut Asap

    Kerusakan Gedung/Bangunan

  • 3. Bagaimana Cara Pengendaliannya?

  • Upaya pencegahan antara lain mencakup : 1. Penetapan baku mutu udara ambien dan emisi

    2. Mendorong penggunaan bahan baku ramah lingkungan dan minim emisi

    3. Promosi pemilahan teknologi proses produksi

    4. Penggunaan teknologi pengolah emisi gas buang

    5. Izin pembuangan emisi gas buang

    6. Pemanfaatan emisi gas buang

    7. Peningkatan kapasitas kelembagaan

    8. Pembinaan kepada industri kaitannya dengan pengendalian pencemaran udara

    9. Pengawasan penaatan

    UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA MENCAKUP :

    1. Upaya Pencegahan

    2. Upaya Penanggulangan

    3. Upaya Pemulihan

  • Upaya penanggulangan antara lain mencakup :

    1. Pengawasan terhadap penaatan baku mutu emisi

    2. Pemantauan kualitas udara yang tercemar

    3. Penghentian sumber pencemar udara

    4. Minimalisasi wilayah tercemar

    5. Pemeriksaan penaatan terhadap ketentuan persyaratan teknis pengendalian pencemaran udara

    Upaya pemulihan antara lain mencakup :

    1. Menentukan wilayah pencemar udara

    2. Mengisolasi wilayah tercemar

    3. Melakukan clean-up

    4. Memanfaatkan wilayah tercemar

  • UU 32/2009 PERLINDUNGAN

    DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

    HIDUP

    Pasal 20 Ayat (3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan: a. memenuhi baku mutu

    lingkungan hidup b. mendapat izin dari

    Menteri,Gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

  • Baku mutu lingkungan hidup meliputi:

    a. baku mutu air;

    b. baku mutu air limbah;

    c. baku mutu air laut;

    d. baku mutu udara ambien;

    e. baku mutu emisi;

    f. baku mutu gangguan; dan

    g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi.

    BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

    Batas kadar maksimum dan/atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.

    (PP No. 41 thn 1999 Pasal 1)

    Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien

    (PP No. 41 thn 1999 Pasal 1)

    BAKU MUTU AMBIEN

  • Pergub Jatim No 10 Tahun 2009 - Baku mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur

    Pasal 5

    (1) Setiap penanggung jawab industri atau kegiatan usaha lainnya, wajib

    memenuhi ketentuan :

    a. membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung

    meliputi lubang pengambilan contoh uji, tangga lantai kerja (platform),

    aliran listrik dan alat pengaman;

    b. memasang unit pengendalian pencemaran udara;

    c. melakukan pengukuran secara manual dan pengujian emisi setelah

    kondisi proses stabil.

    Pasal 3

    Apabila hasil kajian kelayakan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan

    Hidup (AMDAL) atau rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

    (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) bagi industri

    atau kegiatan usaha lainnya mensyaratkan baku mutu emisi lebih ketat

    dari pada baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

    (1), maka diberlakukan baku mutu emisi sebagaimana dipersyaratkan

    oleh AMDAL atau rekomendasi UKL dan UPL.

  • Pengendalian pencemaran udara (Untuk memperoleh kualitas udara yang dapat diterima, sangat penting untuk meminimisasi polutan dengan Better Acceptable Technology Economic Acceptable (BATEA)

    Sumber tidak

    bergerak

    Penghapusan pengoperasian

    secara keseluruhan/sebagian

    Modifikasi pabrik

    Relokasi pabrik

    Penerapan teknologi

    pengendalian yang

    tepat Cyclone, EP,

    Scrubber dll

    •Alokasi daerah akan tercemar

    •Pembatasan tingkat tercemar

    •Membuat peraturan tentang izin konstruksi

    baru yang akan dijalankan

    •Mengisolasi daerah sekitar sumber agar

    tidak dihuni

    Menambah satu atau lebih

    proses langkah

    Mengganti/hilangin

    proses potensial

    menimbulkan

    pencemaran

    Pemasangan Alat Pengendali Kualitas Udara Industri

  • Uji Kualitas Udara Ambien

  • Cara Pemilihan Lokasi Pengukuran Emisi (lokasi lubang sampling)

    Pemilihan lokasi pengukuran dilaksanakan

    pada suatu tempat paling sedikit 8 kali

    diameter cerobong dari aliran bawah

    (hulu) dan 2 kali diameter dari aliran

    atas (hilir) dan bebas dari sembarang

    gangguan aliran seperti bengkokan, ekspansi,

    atau pengecilan aliran didalam cerobong.

    Jika perlu lokasi alternatif dapat dipilih pada

    posisi paling tidak 2D aliran bawah (B) dan

    0,5 D aliran atas (A) dari sembarang

    aliran gangguan.

    Uji Kualitas Udara Emisi

  • LOKASI TITIK SAMPLING

    28

  • PENEMPATAN SAMPLING HOLE Pada Berbagai Bentuk Cerobong

    8D

    2D

    8De

    2De

    8D

    2D

    8De

    2De

    De=2 x d x D / (D+d)

    D

    d

    De=2LW/(L+W)

    L W

    D = Diameter Dalam

  • Silentser

    2 D 8 D

    8 D

    2 D

    Genset /

    Boiler

    Genset /

    Boiler

    Silentser

  • KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL NO. 205 TAHUN 1996 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA SUMBER TIDAK BERGERAK

    Diameter Ekivalen

    • Cerobong dengan diamater berbeda De = 2 x d x D / ( D + d )

    De : diameter ekivalen

    D : diameter bagian bawah d : diameter bagian atas

    • Cerobong berbentuk persegi panjang De = 2 LW / (L + W)

    De : diameter ekivalen

    L : panjang cerobong W : lebar cerobong

  • BAGAIMANA MENILAI KETAATAN TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN EMISI UDARA DI

    INDUSTRI/ USAHA KEGIATAN?

  • KETAATAN TERHADAP

    SUMBER EMISI DAN AMBIEN

    KETAATAN TERHADAP

    PARAMETER BAKU MUTU

    KETAATAN TERHADAP

    JUMLAH DATA PERPARAMETER

    YANG DILAPORKAN

    KETAATAN TERHADAP

    PEMENUHAN BAUKU MUTU EMISI UDARA

    KETAATAN TERHADAP

    KETENTUAN TEKNIS

    2

    4

    1

    3

    5

    KRITERIA PENILAIAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

  • Industri Manufaktur Prasarana Jasa (MPJ) dan Agro Industri:

    Sumber emisi dari proses non pembakaran dari unit produksi, pemantauan

    udara emisi dapat dilakukan secara bergantian yang diwakili satu

    cerobong dari tiap unit produksi sehingga semua sumber emisi dapat

    dipantau

    Agroindustri

    1. Pengering (dryer) di industri agro wajib dipantau

    2. Tungku bakar indsutri sawit wajib pantau serta memenuhi BMUE

    Lampiran VB Kepmen LH Nomor 13 Tahun 1995

    Sumber emisi tidak wajib pantau

    1. Cerobong yang mengalirkan udara masuk, udara keluar dan kegiatan

    yang mengeluarkan uap air

    2. Genset yang berkapasitas kurang dari

  • Aspek penilaian:

    1) Kesesuaian parameter udara ambien yang dipantau terhadap

    matriks pemantauan dokumen lingkungan

    2) Kesesuaian lokasi pemantauan udara ambien terhadap

    matriks pemantauan dokumen lingkungan

    Memantau udara

    ambien sesuai dokumen

    lingkungan

    KRITERIA KETAATAN TERHADAP PEMANTAUAN AMBIEN

    Tidak memantau udara

    ambien sesuai

    dokumen lingkungan

    ---

    CATATAN

    # Kriteria baru 2017 (revisi Kriteria PROPER Permen LH No. 3/2014)

    # Mulai berlaku untuk penilaian PROPER 2018

  • Memantau 100%

    parameter sesuai

    peraturan

    KRITERIA KETAATAN TERHADAP PEMENUHAN PARAMETER BAKU MUTU

    Memantau < 100%

    parameter sesuai

    peraturan

    ---

    1. Industri yang tidak mempunyai BMUE spesifik, mengacu pada baku mutu AMDAL

    atau UKL-UPL

    2. Bagi industri yang tidak mencantumkan BMUE dalam AMDAL atau UKL-UPL

    menggunakan baku mutu lampiran VB, Kepmen LH Nomor 13 Tahun 1995

    3. Untuk Genset mengacu lampiran I huruf a Permen LH Nomor 13 Tahun 2009

    4. Bagi emisi dari kegiatan proses pembakaran < 25 MW atau satuan lain yang setara

    yang menggunakan bahan bakar gas, tidak wajib mengukur parameter SO2 dan

    total partikulat jika kandungan sulfur dalam bahan bakar ≤ 0,5% berat.

    5. Wajib mengukur laju alir dari setiap sumber emisi yang dipantau #kriteria baru 2017

    Khusus Untuk Industri Agro 1. Sumber emisi pengering (dryer) dan kamar asap pada industri karet, pembakaran langsung

    parameter SO2, NO2, Partikulat, NH3, sedangkan pembakaran tidak langsung parameter

    partikulat dan NH3, dengan baku mutu emisi mengacu pada Lampiran VB Kepmen LH Nomor 13

    Tahun 1995.

    2. Sumber emisi pengering (dryer) pada industri selain industri karet, pembakaran langsung

    parameter SO2, NO2, dan Partikulat, sedangkan pembakaran tidak langsung parameter partikulat

    dengan baku mutu emisi mengacu pada Lampiran VB Kepmen LH Nomor 13 Tahun 1995.

    3. Kamar asap pada pengolahan ikan, parameter yang diukur SO2, NO2, dan Partikulat dengan

    BME mengacu pada Lampiran VB Kepmen LH Nomor 13 Tahun 1995.

    CATATAN

  • KRITERIA KETAATAN TERHADAP JUMLAH DATA PERPARAMETER YANG DILAPORKAN

    1. Melaporkan Secara Periodik : a. Data pemantauan CEMS setiap 3

    bulan tersedia data < 75% dari seluruh data pemantauan, dengan pengukuran harian minimal 18 jam.

    b. Data pemantauan manual

  • KRITERIA KETAATAN TERHADAP

    PEMENUHAN BAKU MUTU

    1. Memenuhi BME Konsentrasi untuk: a. Data hasil pemantauan CEMS

    memenuhi

  • 1. Menaati semua persyaratan teknis cerobong 2. Bagi industri yang wajib memasang CEMS,

    peralatan CEMS beroperasi normal 3. Semua sumber emisi non fugitive emisi harus

    dibuang melalui cerobong 4. Menggunakan jasa laboratorium yang

    terakreditasi atau yang ditunjuk oleh gubernur 5. Memenuhi sanksi administrasi sampai batas

    waktu yang ditentukan 6. Jika CEMS rusak wajib melaksanakan pemantauan

    manual setiap 3 bulan sekali selama 1 tahun periode penilaian

    7. Peralatan CEMS wajib memiliki sistem jaminan mutu (Quality Assurance) dan Pengendalian Mutu (Quality Control) #kriteria baru 2017

    8. Pengukuran emisi dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku (isokinetik) #kriteria baru 2017

    9. Melakukan audit energi bagi perusahaan dengan konsumsi energi ≥6000 TOE/tahun #kriteria baru 2017

    1. Tidak menaati persyaratan teknis cerobong 2. Tidak memasang CEMS bagi industri yang wajib

    memasang CEMS 3. Tidak memiliki sistem jaminan mutu (Quality

    Assurance) dan Pengendalian Mutu (Quality Control) pada peralatan CEMS #kriteria baru 2017

    4. Pengukuran emisi tidak dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku (isokinetik) #kriteria baru 2017

    5. Tidak melakukan audit energi #kriteria baru 2017

    Membuang emisi gas buang tidak melalui cerobong dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan

    KRITERIA KETAATAN TERHADAP KETENTUAN TEKNIS

    CATATAN 1. Industri yang wajib memasang CEMS yaitu unit regenerator katalis, unit pentawaran sulfur,

    proses pembakaran dengan kapasitas >25 NW dan apabila kadungan sulfur > 2%, peleburan baja, pulp dan kertas, pupuk, semen dan karbon hitam

    2. Sumber emisi yang mengukur parameter partikulat wajib memenuhi kaidah 2D dan 8D 3. Cerobong unit genset dengan diameter cerobong < 10 cm tidak diwajibkan memiliki lubang

    sampling

    # Kriteria baru 2017 (revisi Kriteria PROPER Permen LH No. 3/2014) # Mulai berlaku untuk penilaian PROPER 2018

  • Kendala & Tantangan

    •Keberpihakan politik & anggaran pada isu lingkungan

    •Permasalahan Tata Ruang & Wilayah di daerah

    •Kapasitas pengelolaan lingkungan hidup di tingkat daerah (kewenangan & kompetensi)

    •Kontinuitas, Sinkronisasi, dan kesinambungan program/ kegiatan pengelolaan lingkungan hidup

    •Belum ada instrument insentif/ disinsentif yang berarti

    •Komitmen pimpinan/ kepala daerah

    •Biaya Lingkungan yang tinggi

    40 3/27/2019 Add a footer

  • Terima Kasih

    Semoga Bermanfaat

    Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Jl. Wisata Menanggal 38, Kec. Gayungan,

    Kel. Dukuh Menanggal, Kota Surabaya 60234

    Tel./Fax : 031- 8543851/2