69
PENDAHULUAN Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dfari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda (Depnaker, 1999:4). Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses (Didi Sugandi, 2003 : 171). Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda, tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Dengan demikian menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yan gperlu diperhatikan : 1)Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak dikehendaki, 2)Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda, 3)Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh atau struktur. Menurut Suma’mur, secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1) Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja. 2) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja. A.Epidemiologi Kecelakaan Kerja 1

kecelakaan kerja.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kecelakaan kerja

Citation preview

Page 1: kecelakaan kerja.docx

PENDAHULUAN

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang

mengacaukan proses yang telah diatur dfari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik

korban manusia dan atau harta benda (Depnaker, 1999:4). Kecelakaan kerja (accident) adalah

suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta

benda atau kerugian terhadap proses (Didi Sugandi, 2003 : 171). Kecelakaan kerja juga dapat

didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan

korban manusia dan atau harta benda, tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta

kerusakan harta benda. Dengan demikian menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yan gperlu

diperhatikan :

1)Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak dikehendaki,

2)Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda,

3)Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh atau struktur.

Menurut Suma’mur, secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1) Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.

2) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.

A.Epidemiologi Kecelakaan Kerja

1. Distribusi Kecelakaan Kerja

a. Distribusi Menurut Orang

Berdasarkan penelitian Novrikasari (2001) dari 82 pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja di bagian proses produksi PT. Pupuk Sriwidjaja tahun 1990-1999 diperoleh

bahwa kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada usia 31-40 tahun sebanyak 41 kasus (50%) dan

terendah usia >50 tahun yaitu 4 kasus (4,9%).1

1

Page 2: kecelakaan kerja.docx

Berdasarkan penelitian Hermawanto (2006) menggunakan desain cross sectional,

kecelakaan kerja pada pengrajin sandal karet di Desa Pasir Kidul Kecamatan

Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa kecelakaan kerja paling sering

pada umur 40-45 tahun.2

Penelitian Utami tahun 2005 dengan desain penelitian cross sectional pada

pekerja yang mengalami kejadian kecelakaan kerja di PT. Purinusa Eka Persada

Semarang menunjukkan persentase kecelakaan kerja berdasarkan kelompok umur umur 19-

24 tahun (21,75%), umur 25-30 tahun (30,4%), umur 31-36 tahun (8,7%), umur 37-42

tahun (17,4%), umur 43-48 tahun (21,75%). Persentase terbesar yang mengalami kejadian

kecelakaan kerja berdasarkan kelompok umur berada pada kelompok umur 25-30 tahun

sebesar 30,4% dikarenakan pekerja pada kelompok umur ini bekerja dengan semangat dan

tergesa-gesa. Kejadian kecelakaan pada umur 19-24 tahun (21,7%) karena bekerja dengan

ceroboh dan umur 43-48 tahun (21,7%) karena konsentrasi mulai menurun.3

Penelitian Riyadina (2007) pekerja industri di kawasan industri Pulo Gadung Jakarta tahun

2006 dengan desain cross sectional terlihat bahwa dari 950 pekerja yang diteliti, 284 pekerja

yang mengalami kecelakaan kerja, pekerja laki-laki 238 orang (83,80%) dan perempuan

46 orang (16,20%). Hal ini dikarenakan pekerja laki-laki menempati mayoritas pekerja

di bagian produksi di jenis industri berat atau menggunakan alat-alat yang besar dan

berbahaya.4

b. Distribusi Menurut Tempat

Berdasarkan data PT Jamsostek, kasus kecelakaan kerja di Sumatera Utara pada

semester I tahun 2009 sebanyak 4.586 kasus dengan FR 1,59 per 1.000.000 jam kerja, Belawan

1.708 kasus (37,24%), Medan 744 kasus (16,22%), Tanjung Morawa 954 kasus (20,80%),

Kisaran 489 kasus (10,66%), Pematang Siantar 299 kasus (6,52%), Binjai 321 kasus

(7,00%) dan Sibolga 71 kasus (1,55%).5

PT Jamsostek Kota Cimahi tahun 2009 mengeluarkan lebih dari Rp 3,6 milyar untuk

menanggung klaim jaminan kecelakaan kerja (JKK) dari 2.304 kasus yang terjadi dengan

2

Page 3: kecelakaan kerja.docx

FR 0,19 per 1.000.000 jam kerja.6

c. Distribusi Menurut Waktu

Di Indonesia pada tahun 2000 jumlah kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak 98.902 kasus,

tahun 2001 terjadi 104.774 kasus, tahun 2002 terjadi 103.804 kasus, tahun 2003 terjadi

105.846 kasus, tahun 2004 terjadi 95.418 kasus, tahun 2005 terjadi 99.023 kasus, tahun 2006

terjadi 95.624 kasus, dan tahun 2007 terjadi sebanyak 65.474 kasus.7

2. Determinan Kecelakaan Kerja

Teori Heinrich menyatakan bahwa suatu kecelakaan bukanlah suatu peristiwa

tunggal, kecelakaan merupakan hasil dari serangkaian penyebab yang saling berkaitan.

Sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh beberapa faktor misalnya manusia atau

tindakan tidak aman dari manusia.8

Kondisi berbahaya (unsafe condition) adalah suatu kondisi tidak aman dari

mesin, lingkungan, sifat pekerja, dan cara kerja. Kondisi berbahaya ini terjadi antara

lain karena alat pelindung tidak efektif, pakaian kerja kurang cocok, bahan-bahan

yang berbahaya, penerangan dan ventilasi yang tidak baik, alat yang tidak aman

walaupun dibutuhkan, alat atau mesin yang tidak efektif. Perbuatan berbahaya

(unsafe act) adalah perbuatan berbahaya dari manusia atau pekerja yang

dilatarbelakangi oleh faktor-faktor internal seperti sikap dan tingkah laku yang tidak

aman, kurang pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh yang tidak terlihat,

keletihan, dan kelesuan.

Menurut statistik yang dikeluarkan oleh ILO(2005),80% kecelakaan disebabkan

oleh perbuatan berbahaya (unsafe acts) dan 20% yang disebabkan olehkondisi berbahaya

(unsafe condition).9

Ditinjau dari epidemiologi, kecelakaan kerja terjadi karena ketidakserasian antara

tenaga kerja (host), pekerjaan (agent), lingkungan kerja (environment).

a. Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan

3

Page 4: kecelakaan kerja.docx

a.1. Umur

Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja.

Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami

kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda

mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi. Namun umur muda pun sering pula

mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap

suka tergesa-gesa.10

Orang-orang muda sering tidak memiliki tanggung jawab sebagaimana orang-orang

yang berumur lebih tua dan cenderung untuk tidak berhati-hati. Maka dari itu, pada pekerjaan

kehutanan dan perkayuan, usia muda tidak diperbolehkan untuk mengerjakan pekerjaan

yang berbahaya seperti mengendalikan mesin-mesin yang dijalankan dengan tenaga listrik,

penebangan pohon atau pengolahan zat-zat yang membahayakan.11

Menurut ILO, dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja

yang berumur muda lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja

yang lebih tua. Pekerja umur muda biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya.10

Menurut penelitian Asim Saha dkk tahun 2000-2004 di India dengan desain case

control menunjukkan kemungkinan umur <30 tahun mengalami kecelakaan kerja 1,47

kali dibandingkan dengan≥50 tahun (OR 1,47 ; 95% CI;0,25-11,23). 12

a.2. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pekerja pria dan

wanita memiliki perbedaan fisiologis dan psikologis. Antara pekerja pria dan wanita

memiliki perbedaan daya tahan tubuh, ukuran tubuh, dan postur tubuh yang dapat

mempengaruhi cara kerja.10

b.Agent,yaitupekerjaan

4

Page 5: kecelakaan kerja.docx

b.1. Jenis (Unit) Pekerjaan

Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya

kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di

berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses.10

Menurut penelitian Asim Saha dkk tahun 2000-2004 di India dengan desain

case control menunjukkan kemungkinan bagian produksi mengalami kecelakaan

kerja 1,27 kali dibandingkan dengan bagian perawatan (OR 1,27; 95% CI;0,51-

3,28).

b.2. Peralatan bekerja

Peralatan bekerja yang digunakan dalam pekerjaan hutan adalah alat-alat

pemotong seperti kampak-kampak, kampak kecil, parang, gergaji, pencungkil kulit,

sabit dan arit. Semua alat-alat ini barus diperlakukan dengan sangat hati-hati. Banyak

kecelakaan dalam hutan disebabkan oleh terlepasnya, patahnya, atau penggunaan

tidak tepat alat-alat kerja tersebut. Tidak jarang kecelakaan terjadi karena

pegangannya pecah atau kepala alat terlepas atau alat tersebut tidak cocok untuk

tenaga kerja. Maka dan itu, semua pegangan alat harus sesuai dengan alat dan

memiliki panjang dan bentuk yang tepat bagi orang yang mempergunakannya.

c. Environment, yaitu lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan bagian cukup penting dari sebuah perusahaan. Karena

lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tenaga kerja dapat

menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.13

Berdasarkan penelitian Cordiero dan Dias tahun 2005 di Brazil dengan desain

case control menunjukkan kemungkinan masalah lingkungan kerja mengakibatkan

kecelakaan kerja 1,378 kali dibanding dengan masalah lainnya (OR 1,378;CI

95%;1,098-1,730).14

Lingkungan kerja dapat dibedakan atas:

c.1. Lingkungan Fisik

Faktor dari lingkungan kerja yang juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja pada

pekerja adalah keadaan fisik lingkungan kerja seperti kebisingan dan getaran, suhu,tekanan

5

Page 6: kecelakaan kerja.docx

udara serta pencahayaan dan radiasi.

Lingkungan kerja fisik yang tidak memenuhi syarat seperti kondisi ventilasi yang

tidak mampu mengalirkan udara yang segar, serta kondisi penerangan yang mengganggu

penglihatan tenaga kerja, dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja terutama

kecelakaan kerja di unit-unit produksi.

Pekerjaan kehutanan dan industri perkayuan merupakan pekerjaan fisik berat yang

berada di alam terbuka dengan segala pengaruhnya, misalnya sanitasi dan higene

perorangan, perlindungan terhadap bahaya-bahaya, tumbuhan, serangga dan hewan.15

c.1.1. Kebisingan

Kebisingan yang melampaui kira-kira 60 dB sampai 70 dB akan mempengaruhi

sistem persyarafan. Tergantung kepada penyebaran frekuensi gelombang-gelombang

bunyi, kebisingan yang kuat dapat pada akhirnya berakibat hilangnya daya dengar atau

bahkan ketulian sama sekali. Kebisingan yang ditimbulkan gergaji mesin mencapai 105

dB.15

Menurut penelitian Dias dan Cordiero tahun 2008 di Brazil dengan desain case

control menunjukkan kemungkinan pekerja yang selalu terpapar kebisingan mengalami

gangguan pendengaran 4,955 kali dibandingkan pekerja yang tidak selalu terpapar kebisingan

(OR 4,955;CI 95%;2.817-8.716).6

c.1.2. Getaran Mekanis

Getaran mesin menimbulkan banyak masalah dengan jenis serupa seperti

kebisingan. Getaran terdapat pada kendaraan-kendaraan yang bergerak, terutama

traktor beroda dua, dan gergaji-geraji listrik dan mesin-mesin lain yang dapat dibawa.

Mengalami getaran secara lama dan terus-menerus akan mengakibatkan tubuh

menjadi lelah. Dalam jangka panjang, getaran dapat berbahaya terhadap sistem syaraf dan

sistem syaraf simpatis serta dapat menyebabkan kerusakan sendi-sendi atau arthrosis.

Efek membahayakan demikian tergantung tidak hanya kepada waktu tubuh mengalami

6

Page 7: kecelakaan kerja.docx

getaran, tetapi juga kepada frekuensi dan intensitas serta juga kepada bagian-bagian

tubuh yang dipengaruhi.

Gergaji mesin yang dapat dibawa mengeluarkan getaran berfrekuensi tinggi yang terpusat

kepada tangan dan lengan. Jika getaran-getaran ini sangat kuat, kekakuan terjadi, rasa

sakit dirasakan pada jari-jari dan tangan, dan ujung-ujung jari menjadi putih, terutama pada

suhu-suhu rendah.

c.2. Lingkungan Kimia

Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkungan yang

memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu

produksi, hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun

limbah dari suatu produksi.1

Bahan-bahan beracun yang mudah terbakar umum dipakai pada pekerjaan

kehutanan dan perkayuan. Pemberantasan secara kimiawi terhadap serangga, jamur,

atau tanaman tak berguna, pengawetan kayu, peledakan selama pembuatan jalan, dan

penggunaan-penggunaan mesin pembakaran pada semua jenis kegiatan adalah

contoh-contoh khas kegiatan-kegiatan yang menyangkut pemakaian bahan-bahan

berbahaya.5

c.2.1. Bahan/zat yang mudah terbakar

Kewaspadaan khusus sangat diperlukan saat menggunakan cairan-cairan yang

dapat menyala dengan titik bakar dibawah 90°C. Cairan-cairan yang mudah terbakar

dan paling sering dipergunakan pada kegiatan-kegiatan kehutanan dan perkayuan

meliputi bensin dengan titik bakar < 40°C, minyak diesel dengan titik bakar > 40°C,

minyak tanah dengan titik bakar 40-45°C, minyak bakar dengan titik bakar 40-90°C,

kreosot dengan titik bakar 75°C, minyak pelumas dengan titik bakar 150°C.16

c.3. Lingkungan Biologi1,3

Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun

binatang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul seperti infeksi,

allergi, dan sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta

bisa menyebabkan kematian.

7

Page 8: kecelakaan kerja.docx

c.3.1. Penyakit infeksi

Penyakit-penyakit utama pada pekerja kehutanan dan perkayuan adalah

penyakit infeksi dan parasit. Penyakit yang mengenai alat pernapasan, oleh karena

influenza dan peradangan saluran pemapasan, diperkirakan 30-40% dari seluruh

angka sakit. Penyakit saluran pencernaan meliputi 15-20% dari seluruh kasus

penyakit, bahkan sering terjadi dalam bentuk wabah-wabah. Penyakit-penyakit yang

ditularkan serangga, malaria, demam berdarah dengue, filariasis, dan lainnya.

c.3.2. Tumbuh-tumbuhan berbahaya

Kewaspadan diperlukan terhadap tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan reaksi

alergi atau keracunan sesudah menyentuh atau menghirupnya. Beberapa jamur, buah-buah

hutan dan lainnya mudah secara salah disangka dapat dimakan. Jika hal tersebut

merupakan sumber bahaya, pekerja harus mampu membedakan tumbuhtumbuhan yang

berbahaya dari pada yang tidak membahayakan.

c.3.3. Hewan-hewan

Hewan-hewan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja pada pekerja

kehutanan dan perkayuan seperti binatang liar/buas, binatang yang berbisa, kutu, pinjal,

pacet, dan serangga-serangga.

B. Teori Kecelakaan Kerja

Beberapa pemikiran ahli mengenai penyebab kecelakaan kerja:

A. Teori Heinrich

Teori Heinrich dikenal dengan teori domino. Menurut M.Sulakmono(1997) sebagai

berikut : (Lihat gambar 1)

Keterangan :

I. Heriditas (keturunan)

8

Page 9: kecelakaan kerja.docx

Misalnya :

a. Keras kepala

b. Pengetahuan lingkungan jelek

Karena hal tersebut diatas akhirnya kurang hati- hati akibatnya akan terjadi kecelakaan.

II. Kesalahan manusia

Kelemahan sifat perseorangan yang mrenunjang tejadinya kecelakaan Misalnya :

a. kurang pendidikan

b. Angkuh

c. Cacat fisik atau mental

Karena sifat diatas,timbul kecendrungan kesalahan dal;am kerja yang akhirnya

mengakibatkan kecelakaan.

III. Perbuatan salah karena kondisi bahaya (tak aman) Misalnya :

a. Scara fisik mekanik meninggalkan alat pengaman

b. Pencahayaan tidak memadai

c. Mesin sudah tua

d. Mesin tak ada pelindungnya

IV. Kesalahan (Accident) Misalnya :

a. Akan menimpa pekerja

b. Mengakibatkan kecelakaan orang lain (termasuk keluarganya)

V. Dampak kerugian

Misalnya:

a. Pekerja : luka, cacat, tidak mampu bekerja atau meninggal dunia

b. Supervisor :Kerugian biaya langsung dan tak langsung

c. Konsumen : Pesanan tertunda dan barang akan menjadi langka

Apabila satu jatuh maka akan mengenai semuanya , akhirnya sama - sama jatuh (sesuai arah

panah, lihat gambar 2)

9

Page 10: kecelakaan kerja.docx

Untuk mengatasi agar yang lainnya tidak berjatuhan ,salah satu domino misalnya

no.2 harus diambil. (lihat gambar 3).Dengan demikian kecelakaan yang lain dapat

dihindari., hal tersebut juga merupakan pencegahan kecelakaan.

Teori Domino Heinrich ini membawa perubahan besar dalam cara berfikir orang

yang berkecimpung dalam usaha pencegahan kecelakaan yang dianut di berbagai

negara.Dengan melaksanakan teori ini, terjadi penurunan kecelakaan kerja di

USA.menurut dan Petersen (1971) penurunan itu dari tahun 1931 jumlah accident

frequency (FR) 15,12 accident million worker - hours menjadi 5,99 pada tahun

1961.Saverity rate (SR) pada tahun 1931= 1.590 kerugian waktu per manusia -jam, turun

menjadi 611 pada tahun1971 dan menjadi 752 pada tahun1973.

Dari tahun 1971 ke 1973 ada tanda - tanda kenaikan angka kecelakaan bahkan terjadi

sampai tahun 1975 , tetapi yang lebih nampak pada kenaikan angka kecelakaan yakni dari

tahun 1961 sampai tahun 1975.

Kenaikan angka kecelakaan itu terjadi karna adanya faktor lain yang belum

masuk dalam teori Domino Heinrich.hal ini yang memicu untuk meneliti kembali

mengenai teori Heinrich ini.

B. Teori Frank E.Bird Petersen

Beliau merupakan salah satu orang Amerika yang mengatakan bahwa dalam

penerapan teori heinrich terdapat kesalahan prinsipil.Orang terpaku pada pengambilan

salah satu domino yang seolah -olah menanggulangi penyebab utama kecelakaan ,yakni

kondisi atau perbuatan tak aman..Tetapi meraka lupa untuk menelusuri sumber yang

mengakibatkan kecelakaan.FEB Peterson mengadakan modifikasi dengan teori domino

Heinrich dengan menggunakan teori manajemen ,yang intinya sebagi berikut

(M.Sulaksmono, 1997) :

10

Page 11: kecelakaan kerja.docx

I.Manajemen Kurang kontrol

II. Sumber Penyebab utama

III. Gejala Penyebab langsung (praktek dibawah standar)

IV. Kontak Peristiwa (kondisi dibawah standar)

V. Kerugian Gangguan (tubuh maupun harta benda)

Usaha Pencegahan pencegahankecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari

memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian ,praktek

dan kondisi dibawah stndar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan

gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen.

Disebutkan pula ,bahwa setiap 1 kecelakaan berat akan disertai 10 kecelakaan ringan

, 30 kecelakaan harta benda ,dan 600 kejadian lainnya yang hampir celaka.

Penyebab tejadinya kecelakaan kerja pada dasarny disebabkan oleh 2 hal :

Unsafe action yaitu suatu tindakan yang salah dalam bekerja tidak menurut SOP yang

telah ditentukan ( human error) misal nya dalam mengoperasikan mesin, peralatan, dll

Unsafe condition yaitu lingkungan kerja yang tidak baik, misalnya lingkungan fisik,

biologik,kimia,psikososial

C. Teori Swiss Cheese Model

11

Page 12: kecelakaan kerja.docx

Teori kecelakaan kerja Swiss Cheese Model menekankan penyebab kecelakaan pada

kelalaian/kesalahan manusia (human errors).

Di teori ini, James Reason membagi penyebab kelalaian/kesalahan manusia menjadi 4

tingkatan: 1. tindakan tidak aman (unsafe acts); 2. pra-kondisi yang dapat menyebabkan

tindakan tidak aman (preconditions for unsafe acts); 3. pengawasan yang tidak aman (unsafe

supervision); 4. pengaruh organisasi (organizational influences).

Berbeda dengan teori Domino Heinrich, Swiss Cheese Model memberikan informasi perihal

bagaimana suatu tindakan tidak aman dapat terjadi. Informasi berikut, menunjukkan

bagaimana terjadinya suatu tindakan tidak aman itu.

Types of Human Errors:

1.Tindakan Berbahaya(Unsafe Act)

-Kesalahan,Errors

-Keganasan,Violations

2.Keadaan sebelum Tindakan Tak Selamat (Preconditions for Unsafe Acts)

-Kondisi operator,Conditions of operator

- Pelatihan yang lemah dari operator, Poor practice of operator

3.Penyeliaan yang Tidak Selamat (Unsafe Supervision)

-Penyeliaan tidak adekuat,Inadequate supervision

-Perancangan yang tidak mendalam, Improper planning

-Kegagalan memperbetulkan masalah , Failure to correct problems

-Kerosakan pada proses penyeliaan, Supervisory violations

4.Pengaruh Organisasi (Organizational Influences)

-Pengurusan bahan sumber,Resource managemen

-Organizational climate

-Organizzational process

12

Page 13: kecelakaan kerja.docx

Dalam Swiss Cheese Model, berbagai macam types of human errors ini merepresentasikan

lubang pada sebuah keju. Jika keempat keju ini (unsafe act, preconditions for unsafe acts,

unsafe supervisions, and organizational influences) sama-sama mempunyai lubang, maka

kecelakaan menjadi tak terhindarkan.

Dalam berbagai aspek, teori ini mampu memberi banyak sumbangan atas pencegahan

kecelakaan kerja. Agar kecelakaan dapat dicegah, manajemen mesti mengenali secara

spesifik kemungkinan terjadinya kelalaian/kesalahan manusia pada tiap tahapan pekerjaan

yang dilakukan karyawan.

Melalui pendekatan ini, karyawan tidak lagi menjadi pihak yang melulu dipersalahkan jika

suatu kecelakaan terjadi. Melalui Swiss Cheese Model, manajemen yang justru dituntut

untuk melakukan segala upaya yang diperlukan untuk melindungi karyawannya.

Teori ‘multi-causation’(Faktor Manusia)

Menurut teori ‘multi-causation’, mungkin terdapat lebih daripada satu penyebab kepada

kemalangan . Contoh yang boleh dijelaskan ialah seperti dalam gambar rajah dibawah:

Penyebab a

Penyebab b Kemalangan

Penyebab c

Setiap penyebab ( a, b, c ) ini mempunyai persamaaan dengan peringkat ketiga teori

Heinrich yang mewakili tindakan yang tidak selamat atau situasi. Sikap terhadap

keselamatan (kelemahan/kesilapan seseorang) itu akan ditentukan oleh :

A. Ketidak seimbangan fisik /kemampuan fisik tenaga kerja,antara lain:

13

Page 14: kecelakaan kerja.docx

Tidak sesuai berat badan , kekuatan dan jangkauan

Posisi tubuh yang menyebabkan lebih lemah

Kepekaan tubuh

Kepekaan panca indra terhadap bunyi

Cacat fisik

Cacat sementara

B.Ketidak seimbangan kemampuan psikologis pekerja,antara lain:

Rasa takut / phobia

Gangguan emosional

Sakit jiwa

Tingkat kecakapan

Tidak mampu memahami

Sedikit ide (pendapat)

Gerakannya lamban

Keterampilan kurang

C.Kurang pengetahuan ,antara lain:

Kurang pengalaaman

Kurang orientasi

Kurang latihan memahami tombol - tombol (petunjuk lain)

Kurang latihan emahami data

Salah pengertian terhadap suatu perintah

D. Kurang trampil , antara lain :

Kurang mengadakan latihan praktik

Penampilan kurang

14

Page 15: kecelakaan kerja.docx

Kurang kreatif

Salah pengertian

E. Stres mental, antara lain :

Emosi berlebihan

Beban mental berlebihan

Pendiam dan tertutup

Problem dengan suatu yang tidak dipahami

Frustasi

Sakit mental

F. Stres fisik, antara lain :

Badan sakit (tidak sehat badan)

Beban tugas berlebihan Kurang istirahat

Kelelahan sensori

Terpapar bahan berbahaya

Terpapar panas yang tinggi

Kekurangan oksigen

Gerakan terganggu

Gula darah menurun

G. motivasi menurun (kurang termotivasi )antara lain:

Mau bekerja bila ada penguatan /hadiah (reeward)

Frustasi berlebihan

Tidak ada umpan balik(feed back)

Tidak mendapat intensif produksi

Tidak mendapat pujian dari hasil kerjanya

Terlalu tertekan

15

Page 16: kecelakaan kerja.docx

Teori ini juga menyatakan bahawa kemalangan ialah satu rantaian peristiwa yang berpunca

daripada kesilapan manusia iaitu beban berlebihan,tindakbalas yang tidak sesuai dan aktiviti

yang tidak sesuai.

Teori Bird dan Lofus

Teori ini memahami sesuatu kemalangan itu berlaku dan hasil utama ialah majikan dan

pekerja perlu bertanggungjawab dalam hal-hal isu keselamatan & kesihatan di tempat kerja.

Teori Bird dan Lofus boleh di jelaskan seperti gambarajah berikut:

Mengikut gambarajah di atas pengurusan yang kurang kawalan keselamatan akan

menyebabkan sebab-sebab asas kemalangan wujud. Sebagai contoh di sebuah pasaraya susu

tin yang disusun terlalu tinggi boleh dijadikan asas akan berlakunya kemalangan. Carta alir

yang berikut merujuk kepada simton-simton berlakunya kemalangan dan sebagai contoh

jika terdapat pekerja atau pelanggan yang melanggar tin susu tersebut akan mendatangkan

bahawa dan seterusnya mengundang kepada kemalangan. Ini akan menyebabkan berlakunya

kecederaan pada pekerja atau pelanggan yang datang.

16

Page 17: kecelakaan kerja.docx

MesinIndividuPersekitaranInteraksi

Tugas yang perlu dilaksanakan

KumpulberatbuatMaklumatrisikokeputusan

Pusingan maklumbalas

Teori Sistem

Merupakan sekumpulan unsur atau elemen yang sering berinteraksi dan berkait antara satu

sama lain. Teori ini menunjukkan kemungkinan berlakunya kemalangan kerana sebuah

sistem terdiri daripada unsure-unsur berikut:-

a) Individu (‘host”)

b) Mesin (“Agensi”)

c) Persekitaran

Model Teori Sistem

Teori Epidemiologikal

Teori epidemiological menyatakan bahawa model-model yang digunakan untuk mengkaji

dan menentukan hubungan ini boleh juga digunakan untuk mengkaji hubungan sebab akibat

di antara factor persekitaran dengan kemalangan atau penyakit

17

Page 18: kecelakaan kerja.docx

TEORI EPIDEMIOLOGIKAL

Pengaruh terhadap orangTanggapanFaktor persekitaran

Ciri-cirikecenderungan

Ciri-ciri mengikutkeadaan

Penilaian risiko oleh individuTekanan rakan sekerjaKeutamaan oleh penyeliaSikap

Model Teori Kemalangan Epidermiologikal

C. Tindakan Republik Indonesia Terkait Kecelakaan Kerja

1.Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 1992

18

Page 19: kecelakaan kerja.docx

TENTANG

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

UNDANG-UNDANG TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang

sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat

peristiwa

atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan

meninggal dunia.

2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan

kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

6. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang

timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah

menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

BAB II

PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL

TENAGA KERJA

Pasal 3

(1) Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja

19

Page 20: kecelakaan kerja.docx

yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi.

(2) Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja.

(3) Persyaratan dan tata cara penyelenggaraaan program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud

dalam

ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 4

(1) Program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap

perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan

Undang-undang ini.

(2) Program jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja

diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 5

Kebijaksanan dan pengawasan umum program jaminan sosial tenaga kerja ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

BAB III

PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

Bagian Kedua

Jaminan Kecelakaan Kerja

Pasal 8

1) Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakaan Kerja.

2) Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja ialah:

a) magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak;

b) mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan;

c) narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.

Pasal 9

Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) meliputi:

a) biaya pengangkutan;

b) biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;

c) biaya rehabilitasi;

d) santunan berupa uang yang meliputi:

20

Page 21: kecelakaan kerja.docx

1. santunan sementara tidak mampu bekerja;

2. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;

3. santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental.

4. santunan kematian.

Pasal 10

1) Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor Departemen Tenaga

Kerja dan Badan Penyelenggaraan dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam.

2) Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu

tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya

dinyatakan sembuh, cacad atau meninggal dunia.

3) Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada Badan Penyelenggara

sampai memperoleh hak-haknya.

4) Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 11

Daftar jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja serta perubahannya ditetapkan dengan Keputusan

Presiden.

2. Asurani Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( JAMSOSTEK)

Jamsostek adalah singkatan dari jaminan sosial tenaga kerja, dan merupakan program publik

yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi

tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Sebagai Badan

Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial. PT Jamsostek (Persero)

merupakan pelaksana undang-undang jaminan sosial tenaga kerja.

Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi formulir Jamsostek 3 (laporan

kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT Jamsostek (Persero) tidak lebih dari 2 x 24

Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan

Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang merawat,

pengusaha wajib mengisi formulir Jamsostek 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim

kepada PT Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan

21

Page 22: kecelakaan kerja.docx

sembuh/meninggal. Selanjutnya PT Jamsostek (Persero) akan menghitung dan membayar

santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.

Formulir Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan

disertai bukti-bukti:

1. Fotokopi kartu peserta (KPJ)

2. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form Jamsostek 3b atau 3c

3. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan

Cara klaim dari Jamsostek adalah:

Setiap karyawan yang mengalami kecelakaan kerja, berada di bawah tanggungjawab

perusahaan. Biaya penggantian dan santunan akan diberikan dengan acuan undang-undang

Jamsostek no. 3/1992, jika perusahaan sudah mendaftarkan karyawan ke program

Jamsostek.

Jika belum, maka acuannya adalah peraturan menteri no. 4/1993. Berdasarkan peraturan

tersebut, keluarga karyawan akan mendapat penggantian biaya perawatan, pengobatan dan

santunan selama karyawan masih belum bisa bekerja. Jika kecelakaan itu mengakibatkan

kecacatan, perusahaan wajib menyantuni karyawan selamanya.

D. Pencegahan

1. Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk mengenal dan

menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin dikurangi atau

dihilangkan. Setelah ditentukan sebabsebab terjadinya kecelakaan atau kekurangan-kekurangan

dalam sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara pengendalian yang

tepat (Sukri Sahab, 1997 : 177).

Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja dalam industri dewasa

ini diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal seperti kondisi

22

Page 23: kecelakaan kerja.docx

kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan

pengoperasian peralatan industri, kewajibankewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan,

pengawasan kesehatan, pertolongan pertama dan pemeriksaan kesehatan.

2.Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi, ataupuntidak resmi.

3.Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yangharus dipatuhi.

4. Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri dari bahan berbahaya,

penelitian tentang pelindung mesin, pengujian masker pernapasan, penyelidikan berbagai metode

pencegahan ledakan gas dan debu dan pencarian bahan-bahan yang paling cocok serta perancangan

tali kerekan dan alat kerekan lainya.

5. Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis dari faktor-faktor lingkungan

dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang amat merangsang terjadinya kecelakaan.

6.Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologis yang dapat

menyebabkan kecelakaan.

7. Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, berapa banyak, kepada

tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalam kegiatan seperti apa dan apa saja yang

menjadi penyebab.

8. Pendidikan, meliputi subyek keselamatan sebagai mata ajaran dalam akademi teknik, sekolah

dagang ataupun kursus magang.

9. Pelatihan, sebagai contoh yaitu pemberian instruksi-instruksi praktis bagi para

pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal keselamatan kerja.

10. Persuasi, sebagai contoh yaitu penerapan berbagai metode publikasi dan

imbauan untuk mengembangkan “kesadaran akan keselamatan”.

11. Asuransi, yaitu merupakan usaha untuk memberikan perlindungan dengan

memberikan jaminan terhadap kecelakaan yang terjadi.

12. Tindakan-tindakan pengamanan yang dilakukan oleh masing-masing individu

(ILO: 1989:20-22).

23

Page 24: kecelakaan kerja.docx

Namun demikian, teknik pengendalian, pencegahan dan penanggulangan terhadap kecelakaan kerja

maupun bahaya-bahaya harus berpangkal dari dua faktor penyebab yaitu perbuatan berbahaya

maupun kondisi berbahaya dan untuk mengatasinya diperlukan usaha-usaha keselamatan da kesehatan

kerja.

Adapun usaha-usaha tersebut meliputi:

1.Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan, kebakaran, peledakan,

dan penyakit akibat kerja.

2. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, peralatan kerja, bahan baku dan bahan hasil produksi.

Sehingga nyaman, sehat, dan terdapat penyesuaian antara pekerjaan dengan manusia dan sebaliknya

manusia dengan pekerjaan (ILO ,1989:20).

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja diperusahaan saat ini bukan saja diperhatikan dan

dikontrol oleh unsur pemerintah saja, tapi juga oleh pihak seperti pemerhati keselamatan dan kesehatan

kerja dan internasional.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila semua pihak yang terkait dengan keselamatan dan

kesehatan kerja mengambil langkah yang strategis di dalam menangani keselamatan dan kesehatan

kerja mengambil langkah yang strategis di dalam menangani keselamatan dan kesehatan kerja

agar mencapai nihil kecelakaan. Upaya kesasaran ini memang tidak mudah karena hal ini

memerlukan berbagai macam pendukung, paling tidak dengan penerapan program-program K3:

1. Secara preventif: kemauan(Commitment) manajemen dan keterlibatanpekerja, analisis

risiko di tempat kerja, pencegahan dan pengendalian bahaya,pelatihan bagi pekerja, penyelia dan

manajer.

2. Secara Represif : Analisis kasus kecelakaan kerja yang telah terjadi (Sugeng Budiono, 2003:193).

2. Pelaksanaan Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manajer lini, penyelia,

mandor kepala, dan kepala urusan. Fungsionaris lini wajib memelihara kondisi kerja yang selamat

24

Page 25: kecelakaan kerja.docx

sesuai dengan ketentuan pabrik. Di lain pihak, para kepala urusan wajib senantiasa mencegah

jangan sampai terjadi kecelakaan. Pemeliharaan keadaaan selamat dan pencegahan kecelakaan

adalah satu fungsi yang sama. Teknik pelaksanaan pencegahan kecelakaan harus didekati dari dua aspek

di atas, yakni aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dan sebagainya) dan

perangkat lunak ( manusia dan segala unsur yang berkaitan). Disini diulas aspek manusia terlebih

dahulu, kemudian aspek perangkat kerasnya (Bennett S, 1995:107).

i. Aspek Manusia

Pencegahan kecelakaan dipandang dari aspek manusianya harus bermula pada hari pertama ketika

semua karyawan mulai bekerja. Setiap karyawan harus diberitahu secara tertulis uraian mengenai

jabatannya yang mencakup fungsi, hubungan kerja, wewenang dan tanggungjawab, tugas serta

syarat-syarat kerjanya. Setelah itu harus dipegang prinsip bahwa kesalahan utama sebagian besar

kecelakaan, kerugian, atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang

terampil dan pengetahuan, kurang tepat, terganggu emosinya, yang pada umumnya menyebabkan

kecelakaan dan kerugian.

Adapun pokok-pokok peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja di kalangan karyawan

yaitu :

1. Pengertian:

Memberikan pengertian yang sebaik-baiknnya kepada karyawan mengenai cara bagaimana mereka

harus bekerja secara benar, tepat, cepat, dan selamat.

2. Dasar keselamatan kerja:

Meyakinkan mereka, bahwa keselamatan kerja dan kesehatan kerja mempunyai dasar-dasar

yang sama pentingnya dengan kualitas/ mutu dan target.

3. Pelaksanaan kerja:

Memberikan pengertian yang mendalam kepada mereka, bahwa cara-cara pelaksanaan pengamanan

kerja yang dipaksakan tanpa disertai kesadaran mungkin akan berakibat lebih buruk bila dibandingkan

dengan pelanggaran suatu peraturan.

4. Tanggung jawab

Berusaha dengan bersungguh-sungguh agar seluruh isi program K3 menjadi tanggung jawab

25

Page 26: kecelakaan kerja.docx

setiap karyawan demi kepentingan bersama.

5. Pengamatan lingkungan

Melakukan pengamatan dan pengawasan secara terus-menerus terhadap pelaksanaan kerja dan

lingkungan dengan baik, sehingga dapat dipastikan bahwa setiap karyawan telah dapat

membiasakan diri bekerja dengan perilak sebaikbaiknya dan selamat.

ii. Aspek Peralatan

Dari aspek peralatan, pencegahan kecelakaan harus diadakan dengan terlebih dahulu menyusun

berbagai sistem dalam perusahaan. Ancangan sistem ternyata lebih baik dibanding cara lain.

Ancangan ini meliputi langkah-langkah berikut :

1. Sasaran: mengendalikan kemu ngkinan-kemungkinan kecelakaan atau kerugian

lainnya.

2. Apa yang diharapkan dari sasaran: mengurangi jumlah keseluruhan keugian perusahaan dalam

masa anggaran yang sedang berjalan.

3. Langkah-langkah: seluruh peralatan yang dipergunakan harus terlindung dari kemungkinan

berinteraksi dengan manusia atau peralatan lain sehingga menimbulkan kejadian-kejadian

atau keadaan yang membahayakan manusia, peralatan itu sendiri dan lingkungan (Bennett S,

1995:113).

3. OHSAS 18001

OHSAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja. Yang terbaru adalah OHSAS 18001:2007 menggantikan OHSAS

18001:1999 dan dimaksudkan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja

(K3). OHSAS 18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk

kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada aktifitas anda dan

mengenali adanya bahaya yang timbul.

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja (SMK3) dalam Permenaker 05/Men/ 1996

adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi stuktur organisasi,

26

Page 27: kecelakaan kerja.docx

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif.

SMK3 adalah standar yang diadopsi dari standar Australia AS4801 ini serupa dengan

Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001 standar ini dibuat oleh

beberapa lembaga sertifikasi dan lembaga standarisasi kelas dunia. SMK3 merupakan alat

bantu yang dapat digunakan untuk memenuhi tuntutan dan persyaratan yang ada dan berlaku

yang berhubungan dengan jaminan keselamatan kerja dan kesehatan kerja. SMK3

merupakan sebuah sistem yang dapat diukur dan dinilai sehingga kesesuaian terhadapnya

menjadi obyektif. SMK3 digunakan sebagai patokan dalam menyusun suatu sistem

manajemen yang berfokus untuk mengurangi dan menekan kerugian dalam kesehatan,

keselamatan dan bahkan properti. Seperti halnya pada ISO 9000 dan 14000 SMK3

menekankan pada pencegahan dan perbaikan sistem manajemen secara berkelanjutan.

Tujuan dan sasaran SMK3 adalah pengendalian risiko dengan penciptaan suatu sistem

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsure manajemen,

tenaga kerja, yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan

penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.4,7

Tujuan penerapan SMK3

1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia

2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja

3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi

4. Proteksi terhadap industri dalam negeri

5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional

6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional

7.Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan system

27

Page 28: kecelakaan kerja.docx

8. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3L

Karena kesehatan dan keselamatan kerja bukan semata-mata kebutuhan pemerintah,

masyarakat, pasar atau dunia internasional akan tetapi juga merupakan tanggung jawab dari

para pengusasa untuk menyediakan tempat kerja yang aman dan nyaman bagi para

pekerjanya adalah alasan dalam penerapan SMK3.7 Selain itu manfaat kesesuaian dengan

SMK3 adalah memastikan bahwa resiko kecelakaan kerja ditekan hingga pada resiko yang

dapat ditoleransi, meyakinkan pemberi kerja atau pelanggan bahwa proses pekerjaan selalu

menggunakan aturan kesehatan dan keselamatan kerja yang baku dan global. Pada

akhirnyajuga, penerapan SMK3 dapat menurunkan biaya operasi, memberikan kenyamanan

kerja kepada karyawan dan pembayaran premi asuransi lebih murah, dan meningkatkan citra

0rganisasi.6

Keuntungan dalam penerapan SMK3 dapat secara langsung dan tidak langsung. Keuntungan

langsung, antara lain:

1. Dapat mengurangi jam kerja yang hilang yang dikarenakan karena kecelakaan kerja

2. Menghindari hilangnya nyawa ataupun benda material perusahaan karena kecelakaan

kerja

3. Menciptakan tempat kerja yan produktif dan efisien karena pekerja merasa aman dalam

tempat kerja

Keuntungan tidak langsung yaitu:

1. Meningkatkan nama baik perusahaan pada pasar

2. Menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan pekerjanya

28

Page 29: kecelakaan kerja.docx

3. Perawatan terhadap alat dan mesin kerja menjadi lebih baik sehingga alat dan mesin

perusahaan menjadi tahan lama dan mengurangi biaya untuk pembelian alat baru yang

rusak.7

Penerapan SMK3 dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1. Peninjauan Awal

Pada fase ini organisasi yang akan menerapkan wajib menilai kesesuaian terhadap

persyaratan yang berlaku, termasuk meninjau proses-proses yang ada khususnya yang

berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan.

2. Proses Penerapan

Pada tahapan ini organisasi menetapkan kebijakan Kesehatan dan keselamatan kerja, sasaran

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, pelaksanaan hazard identification and risk

assessment, penetapan kegiatan pelatihan, pengendalian proses, pendokumentasian,

investigasi dan tindakan perbaikan, latihan-latihan penanganan Bahaya, kegiatan audit dan

rapat peninjauan.

3. Penilaian keseluruhan

Pada fase ini, organisasi akan diaudit untuk menilai kesesuaian rencana kerja dan hasil kerja

terhadap persyaratan standar SMK3 dan peraturan yang menyertainya. Apabila proses audit

berjalan dengan lancar dan tidak ditemukan ketidaksesuaian mayor, maka organisasi

memperoleh pengakuan dengan menerima sertifikat SMK3 dari Pemerintah atau OHSAS

18001 dari lembaga sertifikasi Benefit When Implementing SMK3. Penerapan SMK3 di

tempat kerja terdapat ketentuan-ketentuan yang wajib dilakukan antara lain:

1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja serta menjamin komitmen

terhadap penerapan SMK3

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3

29

Page 30: kecelakaan kerja.docx

3. Menerapkan kebijakan kesehatan keselamatan kerja (K3) secara efektif dengan

mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai

kebijakan, tujuan dan sasaran K3

4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta

melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan

dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.

Prinsip dasar dari SMK3 adalah:4

1. Penetapan kebijakan K3

2. Perencanaan penerapan K3

3. Penerapan K3

4. Pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3

5.Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan

SMK3 terdapat 12 elemen antara lain:

1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen

2. Pendokumentasian strategi

3. Peninjauan ulang desain dan kontrak

4. Pengendalian dokumen

5. Pembelian

6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3

7. Standar pemantauan

8. Pelaporan dan perbaikan

30

Page 31: kecelakaan kerja.docx

9. Pengelolaan material dan perpindahannya

10. Pengumpulan dan penggunaan data

11. Audit SMK3

12. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja nomor 04 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan

Tata-cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja, terdiri dari 16 pasal. Peraturan Menteri ini

mewajibkan pengusaha atau pengurus tempat kerja yang mempekerjakan 100 orang pekerja

atau lebih atau menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko besar

terjadi peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif membentuk Panitia

Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( P2K3).

P2K3 merupakan ialah badan pembantu di tempat kerja yang meruakan wadah kerjasama

antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan

partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Keanggotaan P2K3

adalah unsur pengusaha dan unsur pekerja. Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 dari perusahaan

yang bersangkutan. Manfaat pembentukan P2K3 adalah mengembangkan kerjasama bidang

K3, meningkatkan kesadaran dan partisipasi tenaga kerja terhadap K3, forum komunikasi

dalam bidang K3 serta menciptakan tempat kerja yang nihil kecelakaan dan penyakit akibat

kerja.9

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 155/Men/1984 yang merupakan penyempurnaan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 125/Men/1982 tentang Pembentukan Susunan dan

Tata Kerja DK3N, DK3W dan P2K3, pelaksanaan dari undang-undang keselamatan kerja

pasal 10 yang antara lain menetapkan tugas dan fungsi P2K3 sebagai berikut :

a. Tugas pokok memberi saran dan pertimbangan kepada pengusaha/ menyusun tempat

kerja yang bersangkutan mengenai masalah-masalah K3.

31

Page 32: kecelakaan kerja.docx

b. Fungsi : menghimpun dan mengolah segala data/ atau permasalahan keselamatan dan

kesehatan kerja ditempat kerja yang bersangkutan serta membantu pengusaha/ manajemen

mengadakan serta meningkatkan penyuluhan, pengawasan, latihan dan penelitian K3

c. Keanggotaan : P2K3 beranggotakan unsur-unsur organisasi pekerja dan pengusaha/

manajemen.

E. Dampak kecelakaan kerja

Berdasarkan model penyebab kerugian yang dikemukakan oleh Det Norske Veritas (DNV, 1996) seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, memperlihatkan bahwa jenis kerugian akibat terjadinya kecelakaan kerja meliputi manusia/pekerja, property, proses, lingkungan dan kualitas.

Gambar 1.

The DNV Loss Causation Model

(Sumber: DNV International Rating System)

Studi yang dilakukan oleh Frank E. Bird, Jr. pada 1969 terhadap 1.753.498 kecelakaan kerja menunjukkan bahwa setiap kecelakaan serius atau cidera yang melumpuhkan dilaporkan, maka ada 9.8 cidera ringan, 30.2 kecelakaan yang menyebabkan kerusakan property, dan 600 kecelakaan yang tanpa menimbulkan kerugian. Hasil studi tersebut tergambar dalam piramida kecelakaan berikut :

32

Page 33: kecelakaan kerja.docx

Gambar 2.

Piramida kecelakaan kerja.

(Sumber: Industrial Accident Prevention)

Studi yang dilakukan H. W. Heinrich menunjukkan bahwa biaya kerusakan properti yang tidak diansuransi 5 sampai 50 kali lebih besar dibandingkan dengan biaya kompensasi dan pengobatan cidera akibat kerja. Hasil studi tersebut tergambar dalam gunung es biaya kecelakaan kerja berikut.

33

Page 34: kecelakaan kerja.docx

Gambar 3. Gunung es biaya kecelakaan kerja

(Sumber: Industrial Accident Prevention)

.1. Kerugian bagi instansi

Kerugian bagi instansi meliputi biaya pengangkutan korban ke rumah sakit,

biaya pengobatan/penguburan jika korban sampai meninggal dunia, hilangnya waktu

kerja korban dan rekan-rekan yang menolong sehingga menghambat kelancaran

program, mencari pengganti atau melatih tenaga baru, mengganti/memperbaiki mesin yang

rusak, dan kemunduran mental para pekerja.8

Depnakertrans mencatat kerugian yang dialami industri akibat kecelakaan kerja

tahun 2009 mencapai Rp 50 triliun dan kerugian langsung akibat kelalaian dalam

penerapan K3 yang dicatat PT Jamsostek mencapai Rp 300 milyar.7

Berdasarkan data PT Jamsostek tahun 2009, biaya yang dikeluarkan untuk

membayar kompensasi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) di Riau biaya yang

dikeluarkan khusus untuk bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan

mencapai Rp 674 juta.3

Kecelakaan mengakibatkan cedera, cacat ataupun meninggal yang

menyebabkan hilangnya hari kerja. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal

Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen

Tenaga Kerja RI No. 84 tahun 1998, kerugian hari kerja untuk setiap luka ringan

34

$1 Biaya perawatan luka/sakit

$5-50 Property damage tidak diansuransi (material dan harta benda)

$ 1-3 Biya investigasi kecelakaan Retraining, rehiring tenaga kerja

Page 35: kecelakaan kerja.docx

tidak ada amputasi tulang adalah jumlah sesungguhnya selama korban tidak mampu

bekerja dan kerugian hari kerja karena cacat dirincikan sebagai berikut:9

a. Untuk kerugian dari anggota badan karena cacat tetap atau menurut ilmu bedah

b. Kehilangan Fungsi, Lumpuh Total dan Meninggal

2. Kerugian bagi korban

Kerugian yang paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan kerja sampai

mengakibatkan korban mengalami cacat atau meninggal dunia, ini berarti hilangnya

pencari nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih sayang orang tua terhadap

putraputrinya.

2.7.3. Kerugian bagi masyarakat dan negara

Akibat kecelakaan kerja maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya

produksi yang mengakibatkan dinaikkannya harga produksi perusahaan tersebut dan

merupakan pengaruh bagi harga di pasaran.

RUMUSAN

Kecelakaan kerja memang merupakan suatu kejadian yang sukar dielakkan , walaubagaimanapun kejadiannya masih boleh dicegah dengan beberapa cara dengan menyelidiki menggunakan beberapa teori terjadinya kecelakaan.Selepas dari itu pelaksanaan pencegahan kecelakaan kerja juga harus dilakukan secara menyeluruh bagi mendapat kan keuntungan samaada pada perusahaan mahupun pekerja,dengan arti kata lain mencegah dari terjadinya kerugian.

35

Page 36: kecelakaan kerja.docx

Daftar Pustaka

1. Novrikasari, 2003. Studi Deskriptif Tentang Kecelakaan Kerja Di Bagian

Proses Produksi PT. Pupuk Sriwidjaja. http://www.fkm.undip.ac.id/

2. Hermawanto, D., 2006. Profil Kecelakaan Kerja Pada Pengrajin Sandal

Karet Di Desa Pasir Kidul Kecamatan Purwokerto Barat

Kabupaten Banyumas. http://www.fkm.undip.ac.id/

3.Utami, S.D., 2006. Hubungan Antara Pemakaian Alat Pelindung Tangan

dengan Kecacatan Akibat Kecelakaan Kerja di PT. Purinusa Eka Persada

Semarang Tahun 2005. Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

4. Riyadina, W., 2007. Kecelakaan Kerja Dan Cedera Yang Dialami Oleh Pekerja Industri

Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Makara, Kesehatan, Vol. 11,

No. 1, Juni 2007: 25-31.

5. PT Jamsostek, 2009. Jamsostek Bayar Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 11,270

Miliar. http://www.jamsostek.co.id/

6. PT Jamsostek, 2010. Kecelakaan Kerja Masih Tinggi-Jamsostek Cimahi

Keluarkan Dana Klaim Rp 3,6 Miliar. http://www.jamsostek.co.id/

7.Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI,2010. Data Kepesertaan Program

Jamsostek Menurut Wilayah 2008. http://www.depnakertrans.go.id/

8. Ridley, J.,2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Penerbit

Erlangga, Jakarta.

9. Yuzka, Y., 2009. 80% Kecelakaan Kerja Diakibatkan Oleh Perbuatan Yang

Berbahaya. http://hescsslsriau.com/

10. Arifin, S.,2010. Hubungan menstruasi dan Kecelakaan Kerja pada PT

Pantja Tunggal Semarang Tahun 2004. http://www.ipin4u.esmartstudent.com/

11. Sumak’mur, 1977. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dalam Pekerjaan

36

Page 37: kecelakaan kerja.docx

Kehutanan dan Industri Perkayuan. Lembaga Nasional Higene Perusahaan dan

Kesehatan Kerja (Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja), Jakarta.

12. Saha, S., dkk, 2007. Occupational Injury Surveillance: a Study in a Metal Smelting

Industry. Indian Journal of Occupational and Environmental

Medicine, Volume 11, Issue 3, December 2007. http://www.ijoem.com/

13. Kartono, K., 1997. Psikologi Sosial Untuk Manajemen, Perusahaan dan

Industri. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

14. Cordeiro, R., Dias, A., 2005. Stressful Life Events and Occupational Accidents. Scand

J Work Environ Health2005;31(5):336-342. http://www.sjweh.fi/

37

Page 38: kecelakaan kerja.docx

38

Page 39: kecelakaan kerja.docx

39

Page 40: kecelakaan kerja.docx

40

Page 41: kecelakaan kerja.docx

41

Page 42: kecelakaan kerja.docx

42

Page 43: kecelakaan kerja.docx

43

Page 44: kecelakaan kerja.docx

44

Page 45: kecelakaan kerja.docx

45

Page 46: kecelakaan kerja.docx

46

Page 47: kecelakaan kerja.docx

47

Page 48: kecelakaan kerja.docx

48

Page 49: kecelakaan kerja.docx

49

Page 50: kecelakaan kerja.docx

50

Page 51: kecelakaan kerja.docx

51

Page 52: kecelakaan kerja.docx

52

Page 53: kecelakaan kerja.docx

53