11
Zakat Investasi Kelompok 10 1. Elfira Eviana (2012114018) 2. Putriana Maghfiroh(2012114019) 3. Rifki Nasrukhin (2012114028) 4. Anisah Yuanitasari (2012114029)

Kelompok 10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kelompok 10

Zakat InvestasiKelompok 10

1. Elfira Eviana (2012114018)2. Putriana

Maghfiroh(2012114019)3. Rifki Nasrukhin

(2012114028)4. Anisah Yuanitasari

(2012114029)

Page 2: Kelompok 10

Investasi adalah penanaman modal atau

uang dalam proses produksi (dengan pembelian

gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan,

penyelenggaraan ongkos, serta

perkembangannya). Dengan demikian, cadangan

modal barang diperbesar sejauh tidak perlu ada

modal barang yang harus diganti.

Page 3: Kelompok 10

Kendatipun penanaman modal (investasi) tersebut mendatangkan hasil,

tetapi masih terdapat perbedaan pendapat para ulama:

1. Para ulama yang tidak mewajibkan zakat

Sebagian ulama memandang, bahwa investasi dalam bentuk

gedung-gedung, pabrik dan sebagainya yang telah disebutkan di atas tidak

dikenakan zakat, karena di masa Rasulullah, para sahabat tidak pernah

menetapkan ketentuan hukumnya. Kelompok ini, berpegang kepada lahiriah

nash (Al-Qur’an dan Sunnah). Pendapat ini dianut oleh mazhab lahiriah

(Ibnu Hazm). Dalam zaman modern ini dianut pula oleh Syaukani dan

Shahik Hasan Khan.

 

Hukum Zakat Investasi 

Page 4: Kelompok 10

2. Para ulama yang mewajibkan zakat

Sebagian ulama berpendapat, bahwa penanaman modal dalam berbagai

bentuk kegiatan dikenakan zakatnya, karena hal itu merupakan kekayaan

dan setiap kekayaan ada hak orang lain di dalamnya.

 

Pendapat ini dianut oleh ulama-ulama mazhab Maliki, Hambali, dan

mazhab Zaidiyah. Ulama-ulama mutaakhirin, seperti Abu Zahrah, Abd.

Wahab Khallaf dan Abd. Rahman Hasan sependapat pula dengan pendapat

yang kedua ini.

Page 5: Kelompok 10

Menurut pendapat kelompok kami, pendapat yang kedua ini cukup logis bila

kita berpikir secara cermat sebab yang wajib dikeluarkan zakat adalah zakat

kekayaan yang dikembangkan, apapun jenis usahanya asal halal, tidak haram

seperti pabrik minuman keras, sebagai landasannya kita dapat melihat kembali

dalil-dalil yang telah dikemukakan terdahulu seperti surat at-Taubah ayat 103 :

ن� ك� ك� ك� ك� كا ك ك�� إ� � م� إ� م� ك� ك� ل� ك ك� ك�ا �إ إ�� ��ل �ك ت� ك� م� ت ت! ل� ك" ت� ة# ك% ك& ك م� إ� إ' ك) م( ك* م� إ( م+ ت,

ن� إ�� ك� ن- إ.� ك� ت/ �� ك ' ك� � م� ت� ك�' “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Page 6: Kelompok 10

Surat adz-Dzaariyat ayat 19:

وم) ر+ ال-م/ح- و/ ائ)ل) ل9لس6 ق: ح/ م- ال)ه) و/ م-أ/ و/ف)ي

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang

meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”

Rasulullah SAW bersabda :

ال)ك+م- و/ م-أ/ كا/ة/ ز/ ا /د6و/ أ

“BAYARLAH ZAKAT HARTA KEKAYAANMU”

Page 7: Kelompok 10

Cara Menetapkan Zakat Investasi

 

Ada dua cara dalam perhitungan zakat investasi:

1. menghitung modalnya (pabrik, hotel) dan keuntungannya

sekaligus. Kemudian baru diperhitungkan zakatnya.

2. hanya menghitung keuntungannya saja dan keuntungan

itulah yang diperhitungkan zakatnya.

 

Page 8: Kelompok 10

Lanjutan..........

1. Sebagian ulama menghitung modal dan keuntungannya, dan zakatnya

dikeluarkan sebesar 2,5% sebagaimana zakat perdagangan. Dalam

perhitungan modalnya ada penyusutan tiap tahunnya, disamping biaya

pemeliharaan dan biaya lain-lain.

2. Sebagian ulama menghitung keuntungannya saja, tidak modalnya, seperti

rumah yang disewakan, hotel, dan sebagainya.Hal ini berarti sama dengan

zakat pertanian yang dihitung hanya hasilnya saja, tidak tanahnya. Dengan

demikian, zakatnya apakah 10% atau 5%, menurut kedua pendapat ini,

penyusutan tidak perlu dihitung, karena yang diperhitungkan hanya

keuntungannya saja,setelah dikeluarkan biaya pemeliharaan dan biaya-

biaya lainnya.

Page 9: Kelompok 10

Menurut pendapat Syeikh Abdurrahman Isa

dalam kitabnya “Al-Muamalah al- Haditsah

wa Akhmuha” mengatakan bahwa yang

harus diperhatikan sebelum mengeluarkan

zakat adalah status perusahaannya.

Page 10: Kelompok 10

• Sedangkan menurut Abu Zahrah, saham wajib untuk dizakatkan

tanpa harus melihat status perusahannya karena saham adalah

harta yang beredar dan dapat diperjual belikan. Dan pemiliknya

mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan tersebut. Ini

termasuk kategori komoditi perdangan dengan besaran zakat 2,5

persen dari harga pasarnya. Caranya adalah setiap akhir tahun,

yang bersangkutan melakukan penghitungan harga saham pada

pasar, lalu menggabungkannya dengan deviden (keuntungan)

yang diperoleh. Jika besarnya harga saham dan keuntugannya

tersebut mencapai nishab maka saham tersebut wajib dizakatkan.

Page 11: Kelompok 10

Sekian terima kasih