25
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN MISSED ABORTION Oleh : 1. Ni Nyoman Astarini (P07124010007) 2. Ni luh Sukma Immagy (P07124010008) 3. Ni Putu Trismayanti (P07124010009) 4. Ni Putu Handriani (P07124010035) 5. Ni Putu Santhi Octhaviani (P07124010036) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Kelompok Missed Abortion

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kelompok Missed Abortion

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

DENGAN MISSED ABORTION

Oleh :

1. Ni Nyoman Astarini (P07124010007)

2. Ni luh Sukma Immagy (P07124010008)

3. Ni Putu Trismayanti (P07124010009)

4. Ni Putu Handriani (P07124010035)

5. Ni Putu Santhi Octhaviani (P07124010036)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEBIDANAN

2012

Page 2: Kelompok Missed Abortion

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Abortus tertunda (missed abortion) yaitu keadaan dimana janin telah mati sebelum

minggu ke-20, tetapi tertanam di dalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau

lebih) setelah janin mati (Fadlun, 2012). Saat terjadi kematian janin kadang – kadang

ada perdarahan per vaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens.

Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan

maserasi janin.

Perdarahan dengan kehamilan muda disertai dengan hasil konsepsi telah mati

hingga 8 minggu lebih, dengan gejala dijumpai amenore, perdarahan sedikit yang

berulang pada permulaanya serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi

malahan tambah rendah, kalau tadinya ada gejala kehamilan belakang menghilang diiringi

dengan reaksi yang menjadi negative pada 2 – 3 minggu sesudah fetus mati, servik masih

tertutup dan ada darah sedikit, sekali-kali pasien merasa perutnya kosong.

B. Faktor predisposisi

Sama dengan etiologi abortus secara umum yaitu:

1. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan

sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah

a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.

3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis

4. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester

kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

C. Patofisiologi

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian

embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang

Page 3: Kelompok Missed Abortion

terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus

dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau

cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung

dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam

cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses

pengeluaran hasil konsepsi.

Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan

pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat

namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada

dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering

menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22,

Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat

kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan

gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan

umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas

jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan

intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada

kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang

jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion), yaitu retensi

hasil konsepsi 4-8 minggu setelah kematian janin. Pertumbuhan uterus berhenti kemudian

tegresi. Denyut jantung janin tidak berdenyut pada auskulatasi ketika diperkirakan

berdasarkan tanggal. Tidak terasa ada gerakan janin lagi.

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat

diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola krueta. Bentuk ini menjadi

mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi,

sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal

ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Pada janin yang telah mati dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi

yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi berkurang akibat diserap, ia

Page 4: Kelompok Missed Abortion

menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis

seperti kertas perkamen (fetus papiaesus).

Kemungkinan lain janin mati yang tidak segera dikeluarkan ialah terjadinya

maserasi, yaitu kulit terkelupas, tengkorang menjadi lembek, perut membesar karena

terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.

D. Gejala

Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali

merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila

kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya

semakin mengecil dengan tanda – tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai

menghilang (payudara mengecil kembali). Kadangkala missed abortion juga diawali

dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin

terhenti.

Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit (Mochtar, 1998).

Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negative setelah 2-3 minggu dari

terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang

mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai

gambaran fetus yang tidak ada tanda – tanda kehidupan. Bila missed abortion

berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan

pembekuan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi

sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

E. Komplikasi

Pada retensi janin mati yang sudah lama terutama pada kehamilan yang telah

mencapai trimester kedua plasenta dapat melekat erat pada dinding uterus sehingga

sangat sulit untuk dilakukan kuretase, dan juga terjadi gangguan pembekuan darah. Akan

terjadi perdarahan gusi, hidung atau dari tempat terjadinya trauma. Gangguan pembekuan

tersebut disebabkan oleh koagulopati konsumtif dan terjadi hipofibrionogenemia

sehingga pemerksaan studi koagulasi perlu dilakukan pada missed abortion.

Page 5: Kelompok Missed Abortion

F. Penatalaksanaan

Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan keluarganya

secara baik karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan

komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan.

Faktor mental penderita perlu diperhatikan, karena penderita umumnya merasa gelisah

setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh atau mati. Pada umur kehamilan kurang dari 12

minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara langsung dengan melalukan dilatasi

dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan di atas 12 minggu

atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan

untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan

kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infuse

intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose 5% tetesan

20 tetes permenit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan

dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil,

penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3

kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan

dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.

Pada decade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin

atau sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang

banyak disebutkan adalah dengan pemberian misoprostol secara sublingual sebanyak

400mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak enam jam. Dengan obat ini akan terjadi

pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan

evakuasi dan kuretase dapat dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan

penyulit pada tindakan missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang

menempel pada dinding uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat

hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah segar atau fibrinogen. Pasca tindakan

kalau perlu dilakukan pemberian infuse intravena cairan oksitosin dan pemberian

antibiotika.

Page 6: Kelompok Missed Abortion

ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS MISSED ABORTION

A. Pengkajian / Pengumpulan Data

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam manajemen kebidanan. Pengkajian

dilaksanakan secara umum meliputi aspek  biopsikososial spiritual yang komprehensif,

data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan,

catatan medik,catatan perawatan dan hasil pemeriksaan penunjang.

1. Data Subjektif

a. Identitas pasien terdiri dari : nama pasien, umur, kebangsaan / suku,agama,

pendidikan, pekerjaan. 

b. Anamnese terdiri dari :

1) Riwayat kehamilan ini terdiri dari HPHT, menarche, lamanya, banyaknya,

siklus, teratur atau tidak, konsistensi dan warna.

2) Tanda-tanda kehamilan (trimester I) terdiri dari test kehamilan (bila dilakukan)

tanggal hasil.

3) Pergerakan fetus dirasakan pertama kali, dan pergerakan fetus dalam 24 jam

terakhir.

4) Keluhan yang dirasakan.

5) Diet / makanan-makanan sehari-hari, perubahan makan yang dialami.

6) Pola eliminasi

7) Aktifitas sehari-hari : pola istirahat dan tidur, pekerjaan.

8) Imunisasi TT

c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu terdiri dari : No,Tanggal

persalinan/ umur anak, tempat pertolongan, usia kehamilan, jenis kehamilan dan

persalinan, anak (jenis kelamin, BB, PB, keadaan bayi).

d. Riwayat kesehatan sekarang terdiri dari :

1) Keadaan dan riwayat kesehatan sekarang

2) Perilaku kesehatan.

e. Riwayat social

1) Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan

2) Jenis kehamilan yang diharapkan

Page 7: Kelompok Missed Abortion

3) Status perkawinan, jumlah, lama perkawinan

4) Susunan keluarga yang tinggal serumah

5) Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

f. Riwayat Obstetri

2. Data Objektif 

a. Pemeriksaan

1) Keadaan umum, kesadaran, keadaan emosional

2) Tanda vital : tekanan darah, suhu tubuh dan pernafasan

3) Tinggi badan, berat badan, kenaikan berat badan selamahamil

4) Pemeriksaan fisik :

a) Mata : kelompak mata, konjungtiva, sclera.

b) Mulut, gigi, lidah

c) Kelenjar thyroid, apakah ada pembesaran.

d) Kelenjar getah bening, paru-paru, payudara, pembesaran putting susu,

simetris, benjolan / tumor, pengeluaran, rasanyeri.

e) Ekstremitas atas dan bawah : oedema, kekuatan sendi,kemerahan, varices

dan patellah.

f) Abdomen :

Bekas luka operasi, konsistensi, benjolan, pembesaran lien / liver.

Tinggi fundus uteri, kontraksi, denyut jantung janin,

g) Anogenital terdiri dari : Infeksi perineum, luka perut, vulva, vagina, warna,

varices, pengeluaran pervaginaan, warna, konsistensi, jumlah kelenjar

bartolini, pembengkakan, rasa nyeri, anus, haemorhoid

h) Pemeriksaan dalam

i) Ukuran panggul : distansia kristarum, distansia spinarum,konjungata

eksterna, lingkaran panggul 

b. Pemeriksaan Laboratorium

Darah : hemoglobin, golongan darah

Urine : protein, reduksi

c. Pemeriksaan penunjang: Tes urin, Ultra Sonografi (USG)

Page 8: Kelompok Missed Abortion

B. Analisa Data Dasar

Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan yang disebut

dengan diagnosa kebidanan.

-Kondisi pasien yang terkait dengan masalah

-Masalah utama dan penyebab utama masalah potensial

-Kebutuhan pasien

C. Deteksi Dini

1. Pada saat anamnesis, ibu mengeluh ada atau tidak perdarahan, buah dada mengecil,

biasanya tidak disertai rasa nyeri.

2. Pada saat pemeriksaan fisik, terdapat tanda dan gejala seperti : hilangkan tanda

kehamilan, tidak ada bunyi jantung, berat badan menurun, fundus uteri lebih kecil dari

umur kehamilan.

3. Pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes urin, maka hasil akan negative

setelah 2-3 minggu janin mati. Pemeriksaan USG (kolaborasi dengan dokter) diperoleh

hasil bahwa janin tidak utuh dan membentuk gambaran kompleks.

4. Diagnosisnya:

a) Amenore

b) Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya

c) Gejala-gejala kehamilan makin lama makin menghilang diiringi reaksi kehamilan

yang menjadi negatif pada 2 – 3 minggu setelah fetus mati.

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.

e) Sesekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.

D. Prediksi Berkaitan Komplikasi

Keadaan janin yang sudah mati, namun tetap berada dalam rahim dan tidak

dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih fetus yang meninggal ini dapat mengalami hal-hal

berikut: Keluar dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan setelah fetus mati, Diresorpsi

kembali sehingga hilang, Mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus. Jadi

mola karnosa, karena janin sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air

ketubannya diresorpsi. Untuk memprediksi komplikasi tersebut maka perlu dilakukan

Page 9: Kelompok Missed Abortion

pengkajian data baik subjektif dan objektif serta didukung oleh pemeriksaan penunjang,

seperti: USG dan tes urin. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus

diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan darah oleh karena

hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan

kuretase.

E. Perencanaan

Dibuat untuk setiap permasalahan sesuai kebutuhan serta tindakan yang spesifik,

perencanaan harus dikembangkan pada pasien dan keluarga, rencana asuhan kebidanan

pada ibu hamil dengan missed abortion adalah sebagai berikut :

1. Mendiagnosa dan penanganan secara dini

Mendiagnosa apakah ibu mengalami missed abortion berdasarkan pengkajian data

yang telah dilakukan, baik data subjektif maupun objektif. Jika diagnose telah

ditegakan maka penanganan atau member asuhan secara komprehensif baik

penanganan awal, tindakan pengeluaran janin (kolaborasi atau rujuk) dan asuhan pasca

tindakan.

2. Jelaskan tentang kondisi ibu

Jelaskan tentang kondisi ibu pada ibu dan juga keluarga, perhatikan psikologis ibu dan

keluarga.

3. Rujuk ibu atau kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Penanganan missed abortion seperti kuretase atau melakukan induksi bukanlah

wewenang bidan, maka bidan harus merujuk ke petugas yang lebih berwenang dan

kompeten seperti dokter spesialis kandungan, atau dengan melakukan kolaborasi

dengan melakukan tindakan delegasi dari dokter.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah disusun, beberapa

prinsip dalam melaksanakan tindakan kebidanan sebagai berikut :

1. Tindakan kebidanan ada yang dapat dikerjakan sendiri atau dibantu dan dilimpahkan

kepada pasien atau keluarga, kolaborasi dan dirujuk kepada tenaga kesehatan yang

lebih kompeten.

Page 10: Kelompok Missed Abortion

2. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang tindakan yang dilakukan.

3. Mencatat dan mengadakan konsultasi dan rujukan jika perlu.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan terkait kasus missed abortion adalah segera

merujuk ke rumah sakit atas pertimbangan bisa terjadi komplikasi plasenta yang melekat

terlalu erat sehingga perlu likakukan kuretase, pada umumnya kanalis servikaslis masih

menutup sehingga perlu dilakukan tindakan pematangan serviks untuk dilatasi.

Disamping karena tindakan penanganan missed abortion bukanlah wewenang bidan

secara mandiri. Bidan dapat memberikan dukungan pada ibu dan suami karena

kehilangan bayi yang didambakan oleh pasangan tersebut sangat berpengaruh pada

psikologisnya. Jika bidan bertugas di rumah sakit dimana ada dokter spesialis kandungan

bidan bisa berkolaborasi dengan dokter.

G. Menilai Keberhasilan Tindakan

Untuk mengukur keberhasilan akan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana

asuhan perlu dilakukan evaluasi yang merupakan tahap akhir dalam proses manajemen

kebidanan dengan menggunakan data perkembangan meliputi subjektif dan objektif.

Dalam kasus missed abortion keberhasilan tindakan dinilai dari kondisi pasien pasca

tindakan yaitu kondisi pasien sesuai dengan yang diharapkan dimana psikologis ibu dan

keluarga bersedia menerima keadaan ibu dan tidak terjadi komplikasi maupun infeksi

pasca tindakan.

Page 11: Kelompok Missed Abortion

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL “AS” UMUR 20 TAHUN

PRIMIGRAVIDA TRIMESTER II DENGAN PERDARAHAN PADA KEHAMILAN

MUDA DAN JANIN TIDAK BERKEMBANG

DI POS PRAKTEK TERPADU POLTEKKES DENPASAR

Tanggal Pengkajian : 28-8-2012

Waktu Pengkajian : 09.30 Wita

I. PENGKAJIAN DATA

A. DATA SUBYEKTIF

1. Identitas Ibu Suami

Nama : “AS” : “TA”

Umur : 20 tahun : 20 tahun

Suku Bangsa : Bali : Bali

Agama : Hindu : Hindu

Pendidikan : SMA : SMA

Pekerjaan : Pegawai fotocopy : karyawan Kargo

Alamat Rumah/ Telepon : Jalan Ikan Tuna I no x/ 08199901xxx

Alasan Memeriksakan Diri : Memeriksakan kehamilan.

Keluhan utama : Ibu mengeluh kembali keluar bercak darah dari kemaluan,

merasa perutnya mengecil dan kadang-kadang merasa kosong.

2. Riwayat Menstruasi

Siklus Haid : 28 hari

Jumlah darah : 3 kali ganti pembalut Lama Haid : 4 hari

HPHT : 10 April 2012 (TP : 17 Januari 2013)

3. Riwayat Perkawinan

Ibu sudah menikah, sah, selama 5 bulan dan merupakan perkawinan yang pertama

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Ini merupakan kehamilan pertama ibu.

5. Riwayat Hamil ini

Keluhan:

Page 12: Kelompok Missed Abortion

TW I : Mual dan keluar bercak darah dari vagina sejak 2 minggu setelah USG

selama 2 hari kemudian sembuh kembali.

TW II : Keluar bercak merah dari vagina

Ichtisar pemeriksaan sebelumnya: Ibu melakukan ANC di Puskesmas sebanyak 2

kali. Imunisasi TT belum. Ibu sudah pernah melakukan USG di dokter spesialis

kandungan saat umur kehamilan 10 minggu dengan hasil sudah terbentuk kantong

kehamilan dan ada janin didalamnya dengan keadaan baik. Obat yang pernah

dikonsumsi ibu yaitu vitamin B6 dan multivitamin. Ibu belum merasakan gerakan

janin.

Perilaku yang membahayakan kehamilan:

Ibu perokok pasif (suami perokok aktif) dan suami biasa merokok dekat ibu, ibu

juga memelihara kucing sebagai binatang peliharaan dan senang bermain dengan

kucing tersebut.

6. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh ibu/riwayat operasi

Ibu tidak pernah operasi serta tidak memiliki riwayat menderita penyakit

7. Riwayat penyakit keluarga yang pernah menderita sakit

Keturunan: Tidak ada

Menular : Tidak ada

8. Riwayat Ginekologi

Tidak ada

9. Riwayat Keluarga Berencana

Tidak Ada

10. Data Bio Psikososial dan Spiritual

Bernafas tidak ada keluhan. Ibu makan tiga kali sehari dengan porsi satu piring

nasi, semangkuk sayur, sepotong daging dan sepotong buah. Tidak ada pantangan

makan makanan tertentu. Ibu minum air sebanyak delapan gelas air putih sehari

dan susu sebanyak satu gelas per hari. Ibu selama hamil buang air kecil (BAK)

sebanyak enam kali sehari. Air kencing berwarna kuning jernih. Ibu buang air

besar (BAB) dua hari sekali dengan karakteristik lembek berwarna kekuningan.

Ibu tidur delapan jam per hari. Tidak pernah tidur siang karena sibuk bekerja.

Page 13: Kelompok Missed Abortion

Ini merupakan kehamilan ibu yang direncanakan dan diterima serta mendapat

dukungan dari suami, orang tua, mertua serta keluarga lainnya.

Pengetahuan Ibu:

1. Ibu belum mengetahui tanda bahaya selama kehamilan

2. Ibu belum mengetahui bahaya paparan asap rokok dan terlalu sering kontak

dengan binatang bagi kehamilan.

B. DATA OBYEKTIF

1. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum: Baik Kesadaran: Compos Mentis

Berat Badan: 44 kg Tinggi Badan: 154 cm

BB sebelum hamil: 44 kg

BB pemeriksaan sebelumnya: 45 kg (tgl 28-6-2012)

Tekanan Darah: 110/70 mmHg Nadi: 84x/menit

Suhu: 36,7oC Pernafasan: 21x/menit

LILA: 24 cm Postur Tubuh: Normal

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bersih, rambut tidak rontok

Muka : Tidak ada kloasma, tidak ada oedema

Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.

Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran

Hidung : Bersih, tidak ada pengeluaran

Mulut dan Gigi : Mukosa bibir lembab, tidak ada karies dentis, tidak ada

gusi berdarah

Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada

pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid

Page 14: Kelompok Missed Abortion

Dada dan Aksila : Simetris, puting susu menonjol dan bersih, tidak ada

hiperpigmentasi pada areola, tidak ada massa dan

belum ada pengeluaran kolostrum.

Ekstermitas : Tungkai simetris, tidak ada odema dan reflek +/+

c. Pemeriksaan Khusus Obstetri

Abdomen

Inspeksi : Tidak ada pelebaran vena, tidak ada luka bekas operasi.

Tinggi Fundus Uteri : 2 jari atas simpisis

Tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : DJJ tidak ada.

Ano Genital

Inspeksi : Terdapat pengeluaran darah sedikit berupa bercak merah di

celana.

Inspikulo vagina: Tidak dilakukan

Vaginal Toucher: Tidak ada bukaan

d. Pemeriksaan Penunjang

Pp tes negative. CTG/NST dan USG tidak dilakukan.

II. Assement

1. G1P0000 UK 19 minggu dengan missed abortion.

2. Ibu belum mengetahui tanda bahaya selama kehamilan.

3. Ibu belum mengetahui bahaya paparan asap rokok dan terlalu sering kontak dengan

binatang bagi kehamilan.

III. PENATALAKSANAAN

1. Memberikan KIE hasil pemeriksaan, ibu dan suami menerima hasil pemeriksaan.

2. Memberikan KIE mengenai tanda bahaya selama kehamilan seperti yang dialami

ibu, ibu dapat menyebutkan kembali.

Page 15: Kelompok Missed Abortion

3. Memberikan konseling mengenai kemungkinan ibu mengalami missed abortion,

penyebab dan penanggulangannya sehingga ibu perlu dirujuk ke rumah sakit, ibu

dan suami bersedia melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit Sanglah.

4. Memberikan KIE bahaya paparan asap rokok dan kontak dengan binatang terhadap

kehamilan, ibu dan suami paham dan suami bersedia untuk tidak merokok dekat

ibu serta ibu bersedia mengurangi kotak dengan binatang.

5. Memberikan dukungan emosional pada ibu dan suami untuk tetap tenang dan tidak

cemas, ibu dan suami tenang dan berusaha menerima dengan lapang dada.

6. Melakukan persiapan rujukan, surat rujukan, biaya dan kendaraan telah siap, ibu

dan suami memilih untuk datang sendiri ke rumah sakit menggunakan kendaraan

pribadi.

Page 16: Kelompok Missed Abortion

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, dkk. Alih bahasa Joko Suyono dan Andry Hartono. 1995. Obstetri William.

Jakarta: EGC.

Fadlun. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.

Marwan, 2010. Perdarahan dalam Kehamilan. Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas

Abulyatama.

Mochtam, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC .

Prawirohardjo, Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sastrawinata,Sulaeman.1981. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Yeyeh Rukiah, Ai.2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info

Media.