Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN
PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK LINEAR SATU VARIABEL
DALAM PEMBELAJARAN ONLINE BERBASIS GOOGLE
CLASSROOM
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
ENIKA VERA INTANIA
A410170027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
i
HALAMAN PERSETUJUAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN
PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK LINEAR SATU VARIABEL DALAM
PEMBELAJARAN ONLINE BERBASIS GOOGLE CLASSROOM
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
ENIKA VERA INTANIA
NIM. A410170027
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Rita P. Khotimah, S.Si., M.Sc.
NIDN. 0606027601
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN
PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK LINEAR SATU VARIABEL DALAM
PEMBELAJARAN ONLINE BERBASIS GOOGLE CLASSROOM
Oleh:
ENIKA VERA INTANIA
A410170027
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Selasa, 17 Agustus 2021
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
1. Rita P. Khotimah, S.Si., M.Sc. (............................................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dra. Sri Sutarni, M.Pd. (............................................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Annisa Swastika, S.Si., M.Pd. (............................................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Prof. Dr. Sutama, M.Pd.
NIDN. 0007016002
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesajarnaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang
lain, kecuali serta tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya
pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 20 Agustus 2021
Penulis,
Enika Vera Intania
A410170027
1
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN
PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK LINEAR SATU VARIABEL DALAM
PEMBELAJARAN ONLINE BERBASIS GOOGLE CLASSROOM
Abstrak
Matematika memegang peran penting dalam berbagai bidang keilmuan. Pembelajaran
matematika diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk melatih kemampuan
pemecahan masalah siswa. Saat ini, banyak siswa yang cenderung hanya mampu menghafal
rumus dan melakukan perhitungan, tetapi tidak mampu melakukan pemecahan masalah
secara sistematis. Pada kondisi pandemi ini, untuk meminimalkan menyebarnya virus Covid-
19, pembelajaran tatap muka harus dialihkan ke pembelajaran online. Banyak media yang
digunakan dalam pembelajaram online, salah satunya adalah Google Classroom. Dibeberapa
sekolah, Google Classroom dinilai efektif dalam memberikan materi dan penugasan kepada
siswa. Penelitian ini berjenis kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan
pemecahan masalah persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel dalam
pembelajaran online berbasis Google Classroom. Data diperoleh dari hasil tes dan
wawancara. Metode analisis data melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Keabsahan data ditentukan dengan Triangulasi Teknik. Subjek
penelitian ini adalah tiga siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri Jenawi, terdiri dari siswa kategori
tinggi, siswa kategori sedang, dan siswa kategori rendah. Dari analisis data yang dilakukan,
diperoleh kesimpulan: 1) siswa berkemampuan tinggi dapat memenuhi semua indikator
pemecahan masalah matematika pada tiga dari empat soal yang diberikan. Pada satu soal
sisanya, siswa hanya memenuhi indikator memahami masalah, 2) siswa berkemampuan
sedang dapat memenuhi seluruh indikator pemecahan masalah matematika pada satu dari
empat soal yang diberikan. Pada dua soal lainnya siswa hanya memenuhi indikator
memahami masalah dan pada satu soal sisanya siswa hanya memenuhi indikator memahami
masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah,
3) siswa berkemampuan rendah belum memenuhi keempat indikator pemecahan masalah
pada tiga dari empat soal yang diberikan. Pada satu soal lainnya, siswa hanya memenuhi
indikator menyusun rencana pemecahan masalah.
Kata kunci: kemampuan pemecahan masalah, pembelajaran online
Abstract
Mathematics plays an important role in various scientific fields. Mathematics learning is
expected to be used as a means to train students' problem solving skills. Currently, many
students tend to only be able to memorize formulas and perform calculations, but are not able
to solve problems systematically. In this pandemic condition, to minimize the spread of the
Covid-19 virus, face-to-face learning must be shifted to online learning. Many media are used
in online learning, one of which is Google Classroom. In some schools, Google Classroom is
considered effective in providing materials and assignments to students. This research is a
qualitative type with the aim of describing the ability to solve equations and inequalities of
absolute linear value of one variable in online learning based on Google Classroom. Data
obtained from the results of tests and interviews. The data analysis method went through
three stages, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The validity
of the data is determined by technical triangulation. The subjects of this study were three
students of class X TKJ 1 SMK Negeri Jenawi, consisting of students in the high category,
students in the medium category, and students in the low category. From the data analysis
carried out, the conclusions obtained are: 1) high-ability students can meet all indicators of
2
solving mathematical problems in three of the four questions given. In one remaining
question, students only met the indicators of understanding the problem, 2) moderately
capable students were able to fulfill all indicators of solving mathematical problems in one of
the four questions given. In the other two questions, students only met the indicators of
understanding the problem and in one of the remaining questions, students only met the
indicators of understanding the problem, making problem-solving plans, implementing
problem-solving plans, 3) low-ability students had not met the four problem-solving
indicators in three of the four questions given. . In one other question, students only met the
indicators of preparing a problem-solving plan.
Keywords: problem solving skills, online learning
1. PENDAHULUAN
Mempelajari matematika sangat berpengaruh pada kehidupan. Sebagai ilmu dasar untuk
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan lainnya, matematika dilaksanakan pada semua
jenjang pendidikan. Namun realitanya hampir sebagian besar siswa kurang menyukai
pelajaran matematika dan menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang rumit
serta banyak rumus-rumus yang sulit untuk dipahami (Agustin, 2019).
Pemecahan masalah merupakan sebuah proses dimana siswa mengimplementasikan
pengertian yang ia milikinya kedalam permasalahan yang diberikan. Kemampuan
memecahkan masalah harus dimiliki siswa pada pembelajaran matematika. Syazali (2015)
berpendapat bahwa dalam tujuan pendidikan matematika, pemecahan masalah sangat
penting, sebab manusia tidak akan lepas dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Polya (dalam Fatmawati, Mardiyana & Triyanto, 2014) telah merumuskan empat cara
dalam problem solving, antara lain memahami permasalahan, membuat strategi untuk
pemecahan, menerapkan strategi, dan melakukan pengecekan hasil dari seluruh rangkaian
proses.
Pada pemecahan masalah, siswa memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk
menuangkan ide dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan. Sumarmo (2013)
menyatakan bahwa pemecahan masalah dalam matematika memiliki dua makna, yaitu (1)
pembelajaran matematika sebagai metode pembelajaran digunakan untuk menelaah bahan
ajar, skema dan prinsip matematika. Langkah penyelesaian dimulai dari penemuan
masalah secara konstekstual, induksi matematika, pencarian konsep/prinsip matematis, (2)
Kegiatan memecahkan masalah antara lain: menentukan kecukupan data yang digunakan
memecahkan permasalahan, serta mengubah menjadi bahasa matematis guna menentukan
penyelesaiannya. Mengimplementasikan teknik dalam memecahkan masalah matematika
dan/atau diluar matematika, menafsirkan dan menginterprestasikan hasil dengan masalah
awal, dan memverifikasi nilai kebenaran dari hasil jawaban. Kemudian melakukan
3
penerapan matematika menjadi lebih bermakna. Proses pemecahan masalah membutuhkan
kegiatan yang sistematis dengan perencanaan yang logis, termasuk strategi dan metode
yang tepat dalam pelaksanaannya (In’am, 2017).
Namun pada saat ini, banyak siswa yang hanya menghafalkan rumus dan unggul
dalam perhitungan, tetapi tidak dapat menuliskan informasi yang tedapat dalam pemberian
soal dan tidak memeriksa kembali hasil pekerjaan. Menurut penelitian yang dilakukan
Akbar, Hamid, Bernard & Sugandi (2018) siswa memiliki kemampuan rendah dalam hal
memecahkan permasalahan. Terbukti dari pencapaian siswa, seturut indikator memahami
masalah sebesar 48,75%, merencanakan pemecahan masalah 40%, menyelesaikan rencana
sebesar 7,5% dan memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah 0%.
Akhir bulan Desember 2019, muncul virus baru yang begitu meresahkan masyarakat
dan menjadi pandemi di dunia, virus tersebut dikenal dengan nama Coronavirus Disease
(Covid-19). Covid-19 membawa dampak ke semua aspek kehidupan, baik ekonomi,
sosial, politik, bahkan pendidikan. Demi meminimalisir meluasnya virus Covid -19,
pemerintah memberlakukan peraturan untuk melakukan pekerjaan dan pembelajaran
secara online di rumah (work from home dan school from home). Pelaksanaan
pembelajaran tatap muka harus dialihkan ke pembelajaran online. Menteri Pendidikan
mengeluarkan Surat Edaran No. 3 Tahun 2020 pada Satuan Pendidikan dan No.
36962/MPK.A/HK/2020 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pada Masa Darurat Covid-
19, sehingga aktivitas belajar mengajar dilaksanakan secara online untuk mencegah
semakin mewabahnya virus tersebut (Dewi, 2020).
Pembelajaran online merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan komunikasi. Menurut Moore, Dickson-
Deane & Galyen (dalam Firman & Rahman, 2020) pembelajaran online adalah
pembelajaran dengan internet yang memiliki keterkaitan, sambungan seluler, keluwesan,
dan menampilkan berbagai kemampuan interaksi kegiatan belajar. Salah satu media yang
menjadi alternatif dalam pembelajaran online adalah Google Classroom. Meskipun
dilakukan secara online, pelaksanaan pembelajaran diharapkan mampu memberi
peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan
matematikanya. Persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel
merupakan salah satu materi pembelajaran matematika yang diberikan kepada siswa
ketika memasuki Sekolah tingkat atas (SMA sederajat) tepatnya saat kelas X semester
gasal. Siswa diharapkan mampu melakukan pemecahan masalah pada materi ini dengan
baik.
4
2. METODE
Penelitian ini berjenis kualitatif, yakni studi menekankan pada deskripsi keseluruhan
(lengkap), yaitu deskripsi rinci tentang segala sesuatu yang terjadi dalam suatu kegiatan
atau situasi tertentu, daripada perbandingan perlakuan tertentu atau particular treatment
(Sutama, 2019). Objek penelitian ini yaitu kemampuan memecahkan masalah persamaan
dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel dalam pembelajaran online berbasis
Google Classroom, dengan subjek tiga siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri Jenawi.
Pengumpulan data menggunakan hasil tes dan wawancara terhadap tiga subjek
penelitian, yakni satu siswa kategori tinggi (S01), satu siswa kategori menengah (S02),
serta satu lainnya kategori rendah (S03). Teknik analisis data didasari pada 3 langkah,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data
menggunakan Triangulasi Teknik. Triangulasi Teknik menurut Sutama (2019:124) untuk
melakukan uji kredibilitas data dilakukan dengan penerapan teknik berbeda guna
memverifikasi data dari sumber yang sama.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagai akibat adanya pandemi Covid-19, pembelajaran tatap muka harus dialihkan ke
pembelajaran online. Pembelajaran online yaitu proses belajar mengajar yang
menggunakan teknologi informasi (IT) berbasis jaringan, dengan kemudahan akses
dimanapun dan kapanpun, sehingga pembelajaran tidak lagi terbatas pada ruang kelas atau
waktu tertentu (Nadziroh, 2017). Kelebihan pembelajaran online menurut Handayani
(2020) yaitu pembelajaran dapat dilaksanakan di rumah, siswa tidak dibatasi oleh
tempat, waktu, dan ruang, sehingga mereka bisa mendengarkan kapanpun dan
dimanapun. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran online tidak selalu tanpa
hambatan. Beberapa kendala yang dialami siswa, guru, orangtua pada sistem pembelajaran
online antara lain yakni kurangnya penguasaan kemajuan teknologi, memerlukan
pembiayaan yang lebih banyak untuk membeli paket data internet, memberikan pekerjaan
lebih kepada orang tua untuk memberikan pendampingan belajar, berkurangnya interaksi
serta komunikasi antar siswa, guru, dan orang tua, karena harus berkomunikasi dengan
berbagai pihak (guru lain, orang tua, dan kepala sekolah) jam kerja guru menjadi tidak
terbatas (Purwanto, et al., 2020). Menurut Handayani (2020) kelemahan pembelajaran
online adalah jaringan tidak stabil, yang disampaikan guru dan bahan ajar tidak sama,
5
Wi-Fi atau jaringan tidak terhubung maka pembelajaran online tidak dapat dilaksanakan,
konsentrasi berkurang.
Beberapa media yang umum digunakan dalam pembelajaran online antara lain:
Edmodo, Moodle, Schoology, Zoom, Google Classroom, dan lain sebagainya. Google
Classroom adalah contoh media mengajar yang kerap digunakan oleh guru. Menurut
Hakim (2016) Google Classroom adalah layanan berbasis internet yang disediakan oleh
Google sebagai sebuah sistem e-learning dan didesain untuk membantu pengajar membuat
dan membagikan tugas kepada pelajar secara paperless. Google Classroom sangat mudah
dibuat dan digunakan, dimana semua fitur yang tersedia telah terintegrasi, guru juga dapat
melampirkan tautan YouTube atau tautan apapun untuk tujuan instruksional (Iftakhar,
2016). SMK Negeri Jenawi merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan
pembelajaran online dengan menggunakan Google Classroom. Pada pembelajaran
matematika, khususnya materi persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu
variabel, siswa diminta memahami secara mandiri materi beserta contoh soal yang
diberikan dalam file pdf , lalu siswa ditugaskan untuk menjawab soal latihan dan
mengirim jawabannya sesuai waktu yang telah ditentukan guru.
Namun karena belum terbiasa dengan pembelajaran online, proses pembelajaran
belum dapat berjalan secara efektif terutama dalam usaha peningkatan kemampuan
memecahkan masalah matematika siswa, selaras dengan hal tersebut Latifah & Sutirna
(2021) menyebutkan jika kemampuan siswa dalam perumusan dan penerapan strategi
pemecahan permaslahan matematis ketika pembelajaran harus dilaksanakan dengan daring
dikarenakan pandemi Covid-19 tergolong rendah. Didasari hal tersebut, maka peneliti
melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan
masalah persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak liniear satu variabel siswa kelas X
TKJ 1 di SMK Negeri Jenawi dalam pembelajaran online berbasis Google Classroom.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2021 – 25 Mei 2021. Berdasarkan i
hasil tes pada empat soal yang diberikan, peneliti mengkategorikan siswa kedalam
kategori kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Kategori tersebut dapat dilihat pada tabel
1 berikut.
Tabel 1. Kategori Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Nilai Kategori
X > 68,5 Tinggi
48,5 < X ≤ 68,5 Sedang
X ≤ 48,5 Rendah
6
Keterangan:
X = nilai siswa
Berdasarkan kategori tersebut, dipilih tiga subjek penelitian, mencakup satu siswa
berkemampuan tinggi (S01), satu siswa berkemampuan sedang (S02), dan satu siswa
berkemampuan rendah (S03). Kemudian peneliti melaksanakan wawncara kepada subjek
tersebut secara online melalui video call whatsapp. Data perolehan skor subjek penelitian
untuk setiap soal disajikan pada tabel 2 dan pedoman pemberian skor disajikan di tabel 3
berikut.
Tabel 2. Data Skoring Subjek Penelitian
Subjek
SOAL
Total
Skor Nilai Kategori
1 2 3 4
Indikator Indikator Indikator Indikator
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
S01 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 0 2 2 2 2 27 84,4 Tinggi
S02 2 1 0 0 2 2 2 2 2 1 0 0 2 2 2 0 20 62,5 Sedang
S03 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 5 15,6 Rendah
Keterangan:
Indikator 1: Memahami Masalah
Indikator 2: Menyusun Rencana Pemecahan Masalah
Indikator 3: Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah
Indikator 4: Memeriksa Kembali Hasil Pemecahan Masalah
Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah
Skor Memahami
masalah
Menyusun Rencana
Pemecahan Masalah
Melaksanakan
Rencana Pemecahan
Masalah
Memeriksa Kembali
Hasil Pemecahan
Masalah
0 Tidak
menuliskan
informasi dan
permasalahan
yang terdapat
pada soal
Tidak mampu
membuat model
matematika dari
permasalahan
Tidak melaksanakan
rencana pemecahan
masalah
Tidak ada
pemeriksaan
terhadap hasil
pemecahan masalah
1 Menuliskan
informasi dan
permasalahan
yang terdapat
pada soal tetapi
tidak lengkap
Mampu membuat
model matematika
dari permasalahan
tetapi belum tepat
Melaksanakan
langkah-langkah
dengan tepat, namun
menghasilkan
jawaban atau
perhitungan yang
salah
Melakukan
pemeriksaan
terhadap hasil
pemecahan masalah
tetapi tidak tuntas
2 Mampu
menuliskan
Mampu membuat
model matematika
Melaksanakan
langkah-langkah
Melakukan
pemeriksaan kembali
7
Berikut adalah deskripsi kemampuan pemecahan permasalahan tersebut dalam
pembelajaran online berbasis Google Classroom pada setiap indikatornya.
3.1 Memahami Masalah
Pada empat soal yang berikan, siswa berkemampuan tinggi dan sedang sudah
memenuhi standar indikator memahami masalah. Sebaliknya, siswa dengan pemecahan
masalah berkategori rendah belum memenuhi indikator memahami masalah pada
semua pemasalahan yang disajikan. Hal tersebut dikarenakan siswa belum mampu
menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dengan tepat, tetapi cenderung hanya
menuliskan model matematika dan perhitunganya saja. Pengertian ini sesuai hasil studi
yang dilakukan Rofikoh (2015) yang menyatakan bila siswa dapat memecahkan soal
matematika dengan tepat, namun masih ada kesalahan tahapan yang lainnya dan tidak
mampu memberikan pemecahan masalah secara sistematis.
Berikut merupakan contoh pekerjaan siswa dan hasil wawancara untuk indikator
kemampuan memahami masalah.
Soal Nomor 1
Minggu lalu suhu rata-ratanya adalah 300F. Suhu sebenarnya bisa 10
0 lebih panas atau
lebih dingin. Buat model persamaan nilai mutlak dari situasi ini, lalu tentukan suhu
terpanas dan suhu terdingin.
3.1.1 Subjek penelitian dengan kemampuan tinggi
Gambar 1. Hasil Pekerjaan Subjek S01 Soal No. 1 Indikator 1
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S01 sudah memenuhi indikator pertama yaitu
memahami masalah. Subyek S01 dapat menuliskan apa yang diketahui yaitu suhu rata-
rata minggu lalu 30oF dan suhu sebenarnya bisa 10
oF lebih panas atau lebih dingin.
Siswa juga mampu menuliskan apa yang ditanyakan yaitu suhu terpanas dan
terdinginnya. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.
informasi dan permasalahan
yang terdapat
pada soal
dengan tepat
dari permasalahan yang diberikan
dengan tepat dan
dapat diselesaikan
dengan tepat dan menghasilkan
jawaban yang benar
terhadap hasil pemecahan masalah
untuk melihat
kebenaran proses
dan hasil
8
Peneliti : Apa yang kamu pahami dari soal nomor 1?
Subjek S01 : Suhu rata-rata minggu lalu adalah 30oF dan suhu sebenarnya bisa 10
oF
lebih panas atau lebih dingin bu.
Peneliti : Apa yang menjadi masalah dalam soal tersebut?
Subjek S01 : Suhu terpanas dan terdingin.
3.1.2 Subjek penelitian dengan kemampuan sedang
Gambar 2. Hasil Pekerjaan Subjek S02 Soal No. 1 Indikator 1
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S02 sudah memenuhi indikator memahami
masalah. Ia dapat mencatat apa saja yang ditemukannya yaitu suhu rata-rata minggu
lalu 30oF dan suhu sebenarnya bisa 10
oF lebih panas atau lebih dingin. Siswa juga
mampu menuliskan apa yang ditanyakan yaitu suhu terpanas dan terdinginnya.
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.
Peneliti : Apa yang kamu pahami dari soal nomor 1?
Subjek S02 : Suhu rata-rata minggu lalu adalah 30oF dan suhu sebenarnya bisa 10
oF
lebih panas atau lebih dingin bu.
Peneliti : Apa yang menjadi masalah dalam soal tersebut?
Subjek S02 : Suhu terpanas dan terdingin.
3.1.3 Subjek penelitian dengan kemampuan rendah
Gambar 3. Hasil Pekerjaan Subjek S03 Soal No. 1 Indikator 1
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S03 belum memenuhi indikator memahami
masalah. Subjek S03 belum bisa mencatatkan yang ditemukannya, yaitu suhu rata-rata
minggu lalu 30oF dan suhu sebenarnya bisa 10
oF lebih panas atau lebih dingin. Siswa
juga mampu menuliskan apa yang ditanyakan yaitu suhu terpanas dan terdinginnya.
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.
Peneliti : Apa yang kamu pahami dari soal nomor 1?
Subjek S03 : Suhu rata-rata mungkin bu.
Peneliti : Apa yang menjadi masalah dalam soal tersebut?
Subjek S03 : Tidak tahu.
9
3.2 Menyusun Rencana Pemecahan Masalah
Siswa yang termasuk kategori kemampuan tinggi, sudah mampu memenuhi indikator
menyusun rencana pemecahan masalah, hal tersebut ditunjukkan bahwa siswa mampu
menuliskan model matematika yang tepat di soal no. 1, 2, dan 4. Pada soal no. 3, siswa
belum mampu menuliskan model matematika dengan tepat sesuai permasalahan yang
disajikan. Sedangkan pada siswa berkemampuan sedang, sudah cukup mencukupi
indikator menyusun rencana pemecahan masalah, hal tersebut perlu ditunjukkan bahwa
siswa mampu membuat model matematika yang tepat, pada dua soal, yaitu no. 2 dan 4.
Kemudian, pada no. 1 dan 3, siswa menuliskan model matematika dari soal namun
masih belum tepat. Siswa dengan kemampuan rendah belum memenuhi indikator
menyusun rencana pemecahan masalah, hal tersebut dapat dilihat bahwa siswa hanya
mampu membuat model matematika dengan tepat pada soal no. 4. Pada soal no. 1, 2,
dan 3, siswa menuliskan model matematika dari soal namun masih belum sesuai.
Yuwono, Supanggih, & Ferdiani (2018) menyatakan pada tahap perencanaan, beberapa
siswa tidak menulis rencana yang lengkap, tetapi mereka tahu bagaimana
menyelesaikan masalah, mereka tidak terbiasa menulis rencana.
Berikut merupakan contoh pekerjaan siswa dan hasil wawancara untuk indikator
kemampuan menyusun rencana pemecahan masalah.
3.2.1 Subjek penelitian dengan kemampuan tinggi
Gambar 4. Hasil Pekerjaan Subjek S01 Soal No. 1 Indikator 2
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S01 ialah sudah memenuhi indikator
menyusun rencana memecahkan permasalahan, ditunjukkan subjek S01 dapat membuat
model matematika dengan tepat, yaitu |x- 30| = 10. Hasil ini didukung oleh hasil
wawancara berikut.
Peneliti : Bagaimana model matematika dari permasalahan tersebut?
Subjek S01 : Misal suhu rata-rata itu x, modelnya nanti jadi |x – suhu rata-rata bulan
lalu| = suhu sebenarnya
Peneliti : Kalau angkanya sudah disubstitusi, modelnya menjadi bagaimana?
Subjek S01 : |x- 30| = 10, bu.
10
3.2.2 Subjek penelitian dengan kemampuan sedang
Gambar 5. Hasil Pekerjaan Subjek S02 Soal No. 1 Indikator 2
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S02 belum memenuhi indikator kemampuan
menyusun rencana pemecahan masalah, ditunjukkan subjek S02 belum bisa membuat
model matematika dengan tepat. Subjek S02 yaitu |x- 30| 10. Pernyataan tersebut
didukung dengan hasil wawancara berikut.
Peneliti : Bagaimana model matematika dari permasalahan tersebut?
Subjek S02 : Misal suhu rata-rata itu x, modelnya nanti jadi |x – suhu rata-rata bulan
lalu| suhu sebenarnya
Peneliti : Kalau angkanya sudah disubstitusi, modelnya menjadi bagaimana?
Subjek S02 : |x- 30| 10.
3.2.3 Subjek penelitian dengan kemampuan rendah
Gambar 6. Hasil Pekerjaan Subjek S03 Soal No. 1 Indikator 2
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S03 belum memenuhi indikator kemampuan
menyusun rencana pemecahan masalah, ditunjukkan subjek S03 belum mampu
membuat model matematika dengan tepat. Subjek S03 menuliskan model
matematikanya yaitu |x - 40| = 10. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil
wawancara berikut.
Peneliti : Bagaimana model matematika dari permasalahan tersebut?
Subjek S03 : |x - 40| = 10.
3.3 Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah
Untuk empat soal yang diberikan, siswa dengan kemampuan tinggi sudah memenuhi
indikator melaksanakan rencana pemecahan masalah, hal tersebut ditunjukkan siswa
mampu menyelesaikan model matematika dengan tepat di soal no. 1, 2, dan 4. Dalam
soal no. 3, dikarenakan siswa tidak mampu membuat modal matematika dengan tepat,
sehingga tidak dapat memberikan penyelesaian yangtepat sesuai dengan soal yang
diberikan. Sedangkan siswa berkemampan sedang dalam memecahkan masalahnya
sudah cukup memenuhi indikator melaksanakan pemecahan masalah, hal tersebut dapat
11
dilihat bahwa siswa mampu membuat model matematika dan memberikan penyelesaian
yang tepat pada soal no. 2 dan 4. Untuk soal no. 1 dan 3, dikarenakan tidak mampu
membuat model matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak mampu
memberikan penyelesaian yang tepat. Siswa dengan kemampuan rendah belum
memenuhi indikator kemampuan melaksanakan rencana pemecahan masalah. Pada soal
no. 1, 2, dan 3 dikarenakan siswa tidak mampu membuat model matematika dengan
tepat, sehingga siswa juga tidak mampu memberikan penyelesaian yang tepat sesuai
dengan permasalahan yang diberikan. Sedangkan untuk no. 4, siswa mampu
menuliskan model matematika yang tepat, namun tidak mampu memberikan
penyelesaian model tersebut. Menurut Yuwono, Supanggih, & Ferdiani (2018) dalam
tahap pelaksanaan rencana, sejumlah siswa mengalami kesulitan karena ketidak telitian
sehingga tidak menyadari kesalahan yang dilakukan, penyebab hal tersebut karena
siswa tidak mampu berkonsentrasi dalam menyelesaikan masalah.
Berikut merupakan contoh pekerjaan siswa untuk indikator kemampuan
melaksanakan rencana pemecahan masalah.
3.3.1 Subjek penelitian dengan kemampuan tinggi
Gambar 7. Hasil Pekerjaan Subjek S01 Soal No. 1 Indikator 3
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S01 memiliki kemampuan untuk melaksanakan
rencana pemecahan masalah yang sudah dibuat, ditunjukkan subjek S01 mampu
menyelesaikan perhitungan pada rencana pemecahan masalah tersebut dengan benar.
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.
Peneliti : Dari model matematika yang telah kamu buat, bagaimana
penyelesaiannya?
Subjek S01 : |x- 30| = 10
x- 30 = 10 x- 30 = -10
x = 10 + 30 x = -10 + 30
x = 40 x = 20
Jadi, suhu terpanasnya 40oF dan suhu terdinginnya adalah 20
oF, bu.
12
3.3.2 Subjek penelitian dengan kemampuan sedang
Gambar 8. Hasil Pekerjaan Subjek S02 Soal No. 1 Indikator 3
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S02 belum memiliki kemampuan untuk
melaksanakan rencana pemecahan masalah yang sudah dibuat, hal tersebut dikarenakan
siswa tidak mampu membuat model matematika yang tepat, sehingga siswa juga tidak
dapat memberikan penyelesaian yang tepat sesuai dengan soal yang diberikan.
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.
Peneliti :Dari model matematika yang telah kamu buat, bagaimana
penyelesaiannya?
Subjek S02 : |x - 30| 10
-10 x - 30 10
-10 + 30 x 10 + 30
20 x 40
Jadi, suhu terpanasnya 40oF dan suhu terdinginnya adalah 20
oF.
3.3.3 Subjek penelitian dengan kemampuan rendah
Gambar 9. Hasil Pekerjaan Subjek S03 Soal No. 1 Indikator 3
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S03 belum memiliki kemampuan untuk
melaksanakan rencana pemecahan masalah yang sudah dibuat, ditunjukkan subjek S03
tidak mampu membuat model matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak
mampu memberikan penyelesaian yang tepat. Pernyataan tersebut didukung dengan
hasil wawancara berikut.
Peneliti :Dari model matematika yang telah kamu buat, bagaimana
penyelesaiannya?
Subjek S03 :|x - 40| = 10
x – 40 = 10 atau x – 40 = -10
x = 50 x = 30
Jadi, suhu terpanasnya adalah 50oC dan suhu terdingin/ terendahnya adalah 30
oC.
13
3.4 Memeriksa Kembali Hasil Pemecahan Masalah
Untuk empat soal yang diberikan, siswa berkemampuan tinggi sudah memenuhi
indikator kemampuan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah, hal tersebut
ditunjukkan siswa mampu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pemecahan masalah
pada soal no.1, 2, dan 4. Pada soal nomor 3, dikarenakan siswa tidak mampu membuat
model matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak mampu memberikan
penyelesaian yang tepat dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah sesuai
dengan soal yang diberikan. Sedangkan siswa berkemampuan sedang sudah cukup
memenuhi indikator kemampuan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah, hal
tersebut dapat dilihat bahwa siswa melakukan pemeriksaan terhadap pemecahan
masalah pada soal nomor 2. Pada soal nomor 1,3, dan , dikarenakan siswa tidak
mampu membuat model matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak mampu
memberikan penyelesaian yang tepat dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah
sesuai dengan soal yang diberikan. Siswa dengan kategori kemampuan rendah belum
memenuhi indikator kemampuan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah,
dikarenakan siswa tidak melakukan pemeriksaan terhadap pemecahan masalah pada
semua soal yang diberikan. Sejalan dengan hal tersebut Putri, Susanto, & Kurniati
(2015) menyatakan bahwa tidak semua siswa melakukan pengujian ulang hasil
pemecahan masalah. Sebagian besar siswa menguji jawaban dengan mensubstitusi
jawaban pada persamaan awal, namun hanya sedikit yang dapat melakukannya, dan
sebelumnya diimbangi dengan memeriksa langkah-langkah dan proses perhitungan
sampai kesimpulan melakukan rencana.
Berikut merupakan contoh pekerjaan siswa dan hasil wawancara untuk indikator
memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.
3.4.1 Subjek penelitian dengan kemampuan tinggi
Gambar 10. Hasil Pekerjaan Subjek S01 Soal No. 1 Indikator 4
14
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S01 memiliki kemampuan memeriksa kembali
hasil pemecahan, ditunjukkan subjek S01 melakukan pemeriksaan terhadap hasil
pemecahan yang telah dibuat. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara
berikut.
Peneliti : Bagaimana kamu mengecek jawaban yang kamu peroleh?
Subjek S01 : Diteliti lagi bu, soalnya jawaban saya awalnya salah lalu saya cek lagi
dan saya benarkan.
3.4.2 Subjek penelitian dengan kemampuan sedang
Gambar 11. Hasil Pekerjaan Subjek S02 Soal No. 1 Indikator 4
Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S02 belum memiliki kemampuan memeriksa
kembali hasil pemecahan, ditunjukkan subjek S02 tidak mampu membuat model
matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak mampu memberikan penyelesaian
yang tepat dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah sesuai dengan soal yang
diberikan. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.
Peneliti : Bagaimana kamu mengecek jawaban yang kamu peroleh?
Subjek S02 : Cuma dicek model matematikanya bu.
3.4.3 Subjek penelitian dengan kemampuan rendah
Gambar 12. Hasil Pekerjaan Subjek S03 Soal No. 1 Indikator 4
Dari hasil pekerjaan siswa, subyek S03 belum memiliki kemampuan memeriksa
kembali hasil pemecahan, ditunjukkan subjek S03 tidak mampu membuat model
matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak mampu memberikan penyelesaian
yang tepat dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah sesuai dengan soal yang
diberikan. Perolehan ini disokong oleh hasil wawancara berikut.
Peneliti : Bagaimana kamu mengecek jawaban yang kamu peroleh?
Subjek S03 : Tidak dicek bu.
Dari analisis hasil tes dan wawancara yang dilakukan, dapat dilihat untuk soal
pertama, siswa dengan kemampuan tinggi sudah memenuhi keempat indikator
kemampuan pemecahan masalah. Siswa dengan kemampuan sedang hanya memenuhi
15
indikator memahami masalah, sedangkan siswa dengan kemampuan rendah tidak
memenuhi keempat indikator memecahan masalah.
Dalam soal kedua, siswa kemampuan tinggi dan sedang sudah memenuhi
keempat indikator kemampuan memecahan masalah, sedangkan siswa dengan
kemampuan rendah belum memenuhi keempat indikator kemampuan pemecahan
masalah. Untuk soal ketiga, siswa dengan kemampuan tinggi dan sedang hanya
memenuhi satu indikator kemampuan pemecahan masalah yaitu memahami masalah,
sedangkan siswa dengan kemampuan rendah belum memenuhi keempat indikator
kemampuan pemecahan masalah.
Pada soal keempat, siswa kemampuan tinggi sudah memenuhi keempat indikator
kemampuan pemecahan masalah matematika. Siswa dengan kemampuan sedang sudah
memenuhi tiga dari empat indikator kemamapuan pemecahan masalah, yaitu
memahami masalah, menyusun rencana pemecahan masalah, dan kemampuan
melaksanakan rencana pemecahan masalah. Siswa dengan kemampuan rendah, hanya
memenuhi indikator menyusun rencana pemecahan masalah. Putri, Susanto, & Kurniati
(2015) berpendapat jika siswa kategori tinggi dapat memenuhi semua indikator dan
mempunyai kompetensi yang baik ketika mengerjakan setiap masalah. Siswa kategori
sedang mungkin memenuhi indikator tertentu, tetapi mereka belum memiliki
keterampilan yang baik untuk menyelesaikan semua masalah. Pada saat yang sama,
siswa kategori rendah belum memenuhi sebagian besar indikator di semua
keterampilan.
Hasil penelitian Zakiyah, Usman, & Gobel (2021) menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pembelajaran online yang
dilakukan dengan media Google Classroom, Google Meet, Google Form dan Whatsapp
termasuk dalam kategori rendah dengan presentasi 60,89%. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu kurang maksimalnya
proses pembelajaran online, kesulitan siswa membuat model matematika dari soal,
kurangnya penguasaaan materi prasyarat dan kurangnya latihan soal-soal non rutin bagi
siswa.
4. PENUTUP
Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai “pemecahan masalah persamaan dan
petidaksamaan nilai multak linear satu variabel dalam pembelajaran online berbasis
Google Classroom” dapat ditarik ringkasan : 1) Siswa dengan kategori kemampuan tinggi
16
sudah memenuhi semua indikator kemampuan memecahkan masalah matematika pada
tiga dari empat pertanyaan yang diberikan, sedangkan pada satu soal lainnya siswa hanya
memenuhi indikator pertama yaitu memahami masalah. 2) Siswa dengan kemampuan
sedang sudah memenuhi seluruh indikator kemampuan pemecahan masalah matematika
pada satu dari empat soal yang diberikan. Pada dua soal lainnya siswa hanya memenuhi
indikator memahami masalah, karena hanya mampu menuliskan dengan tepat yang
diketahui dan ditanyakan dalam soal. Sedangkan pada satu soal lainnya siswa hanya
mampu memenuhi indikator memahami masalah, menyusun rencana pemecahan masalah,
melaksanakan rencana pemecahan masalah, tetapi belum memenuhi indikator memeriksa
kembali hasil pemecahan masalah, 3) Siswa dengan kemampuan rendah belum memenuhi
seluruh indikator kemampuan pemecahan masalah matematika pada tiga dari empat soal
yang diberikan. Sedangkan satu soal lainnya siswa hanya menuliskan model
matematikanya saja, namun siswa belum memenuhi indikator memahami masalah,
melaksanakan rancangan pemecahan masalah dan memeriksa kembali hasil dari proses
pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, D. (2019). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dengan
Model Problem Based Learning (PBL). Electronic Theses and Disertations
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Akbar, P., Hamid, A., Bernard, M., & Sugandi, A. I. (2018). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Siswa Kelas XI SMA Putra Juang
dalam Materi Peluang. Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 144-
153.
Dewi, W. A. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran Daring Di
Sekolah Dasar. EDUKATIF: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 55-61.
Fatmawati, H., Mardiyana, & Triyanto. (2014). Analisis Berpikir Kritis SIswa dalam
Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan POLYA pada Pokok Bahasan
Persamaan Kuadrat. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2(9), 899-910.
Firman, & Rahman, S. R. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19.
Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2).
Hakim, A. B. (2016). Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle, Google Classroom dan
Edmodo. International Journal of Technology And Business, 2(1).
Handayani, L. (2020). Keuntungan, Kendala dan Solusi Pembelajaran Online Selama
Pandemi Covid-19: Studi Ekploratif di SMPN 3 Bae Kudus. Journal Industrial
Engineering & Management Research (JIEMAR), 1(2).
Iftakhar, S. (2016). Google Classroom: What Works and How? Journal of Education and
Social Sciences, 3.
17
In’am, A. (2017). The Implementation of the Polya Method in Solving Euclidean Geometry
Problems. International Education Studies, 7(7).
Latifah, N. I., & Sutirna. (2021). Strategi Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Materi
Himpunan di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif,
4(3).
Nadziroh, F. (2017). Analisa Efektifitas SistemPembelajaran Berbasis E-Learning. Jurnal
Ilmu Komputer dan Desain Komunikasi Visual (JIKDISKOMVIS), 2(1).
Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Santoso, P. B., Wijayanti, L. M., Hyun, C. C., &
Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses
Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Journal of Education, Psychology and
Counseling, 2(1), 2716-4446.
Putri, R. S., Susanto, & Kurniati, D. (2015). Analisis Keterampilan Metakognitif Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Berbasis Polya Subpokok Bahasan Garis dan
Sudut Kelas VII-C di SMP Negeri 1 Genteng Banyuwangi. Artikel Ilmiah
Mahasiswa, 2(1), 1-7.
Rofiqoh, Z. (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X
dalam Pembelajaran Discovery Learning Berdasarkan Gaya Belajar Siswa. Thesis
Universitas Negeri Semarang.
Sumarmo. (2013). Makalah Berpikir dan Disposisi Matematika serta Pembelajarannya.
Jurusan Pendidikan Matematika: FMIPA UPI.
Sutama. (2019). Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, Mix Method,
R&D. Sukoharjo: CV. Jasmine.
Syazali, M. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Berbantuan
Maple II Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan
Matematika, 6(1), 91-98.
Yuwono, T., Supanggih, M., & Ferdiani, R. D. (2016). Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Prosedur Polya.
Jurnal Tadris Matematika, 1(2), 137-144.
Zakiyah, S., Usman, K., & Gobel, A. P. (2021). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Melalui Pembelajaran Daring pada Materi Persamaan Kuadrat. Jambura
Journal of Mathematics Education, 2(1), 28-35.