21
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK LINEAR SATU VARIABEL DALAM PEMBELAJARAN ONLINE BERBASIS GOOGLE CLASSROOM Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: ENIKA VERA INTANIA A410170027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN

PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK LINEAR SATU VARIABEL

DALAM PEMBELAJARAN ONLINE BERBASIS GOOGLE

CLASSROOM

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

ENIKA VERA INTANIA

A410170027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021

Page 2: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

i

HALAMAN PERSETUJUAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN

PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK LINEAR SATU VARIABEL DALAM

PEMBELAJARAN ONLINE BERBASIS GOOGLE CLASSROOM

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ENIKA VERA INTANIA

NIM. A410170027

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Rita P. Khotimah, S.Si., M.Sc.

NIDN. 0606027601

Page 3: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN

PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK LINEAR SATU VARIABEL DALAM

PEMBELAJARAN ONLINE BERBASIS GOOGLE CLASSROOM

Oleh:

ENIKA VERA INTANIA

A410170027

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada Selasa, 17 Agustus 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Rita P. Khotimah, S.Si., M.Sc. (............................................)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dra. Sri Sutarni, M.Pd. (............................................)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Annisa Swastika, S.Si., M.Pd. (............................................)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Prof. Dr. Sutama, M.Pd.

NIDN. 0007016002

Page 4: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesajarnaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang

lain, kecuali serta tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 20 Agustus 2021

Penulis,

Enika Vera Intania

A410170027

Page 5: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

1

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN

PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK LINEAR SATU VARIABEL DALAM

PEMBELAJARAN ONLINE BERBASIS GOOGLE CLASSROOM

Abstrak

Matematika memegang peran penting dalam berbagai bidang keilmuan. Pembelajaran

matematika diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk melatih kemampuan

pemecahan masalah siswa. Saat ini, banyak siswa yang cenderung hanya mampu menghafal

rumus dan melakukan perhitungan, tetapi tidak mampu melakukan pemecahan masalah

secara sistematis. Pada kondisi pandemi ini, untuk meminimalkan menyebarnya virus Covid-

19, pembelajaran tatap muka harus dialihkan ke pembelajaran online. Banyak media yang

digunakan dalam pembelajaram online, salah satunya adalah Google Classroom. Dibeberapa

sekolah, Google Classroom dinilai efektif dalam memberikan materi dan penugasan kepada

siswa. Penelitian ini berjenis kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan

pemecahan masalah persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel dalam

pembelajaran online berbasis Google Classroom. Data diperoleh dari hasil tes dan

wawancara. Metode analisis data melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Keabsahan data ditentukan dengan Triangulasi Teknik. Subjek

penelitian ini adalah tiga siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri Jenawi, terdiri dari siswa kategori

tinggi, siswa kategori sedang, dan siswa kategori rendah. Dari analisis data yang dilakukan,

diperoleh kesimpulan: 1) siswa berkemampuan tinggi dapat memenuhi semua indikator

pemecahan masalah matematika pada tiga dari empat soal yang diberikan. Pada satu soal

sisanya, siswa hanya memenuhi indikator memahami masalah, 2) siswa berkemampuan

sedang dapat memenuhi seluruh indikator pemecahan masalah matematika pada satu dari

empat soal yang diberikan. Pada dua soal lainnya siswa hanya memenuhi indikator

memahami masalah dan pada satu soal sisanya siswa hanya memenuhi indikator memahami

masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah,

3) siswa berkemampuan rendah belum memenuhi keempat indikator pemecahan masalah

pada tiga dari empat soal yang diberikan. Pada satu soal lainnya, siswa hanya memenuhi

indikator menyusun rencana pemecahan masalah.

Kata kunci: kemampuan pemecahan masalah, pembelajaran online

Abstract

Mathematics plays an important role in various scientific fields. Mathematics learning is

expected to be used as a means to train students' problem solving skills. Currently, many

students tend to only be able to memorize formulas and perform calculations, but are not able

to solve problems systematically. In this pandemic condition, to minimize the spread of the

Covid-19 virus, face-to-face learning must be shifted to online learning. Many media are used

in online learning, one of which is Google Classroom. In some schools, Google Classroom is

considered effective in providing materials and assignments to students. This research is a

qualitative type with the aim of describing the ability to solve equations and inequalities of

absolute linear value of one variable in online learning based on Google Classroom. Data

obtained from the results of tests and interviews. The data analysis method went through

three stages, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The validity

of the data is determined by technical triangulation. The subjects of this study were three

students of class X TKJ 1 SMK Negeri Jenawi, consisting of students in the high category,

students in the medium category, and students in the low category. From the data analysis

carried out, the conclusions obtained are: 1) high-ability students can meet all indicators of

Page 6: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

2

solving mathematical problems in three of the four questions given. In one remaining

question, students only met the indicators of understanding the problem, 2) moderately

capable students were able to fulfill all indicators of solving mathematical problems in one of

the four questions given. In the other two questions, students only met the indicators of

understanding the problem and in one of the remaining questions, students only met the

indicators of understanding the problem, making problem-solving plans, implementing

problem-solving plans, 3) low-ability students had not met the four problem-solving

indicators in three of the four questions given. . In one other question, students only met the

indicators of preparing a problem-solving plan.

Keywords: problem solving skills, online learning

1. PENDAHULUAN

Mempelajari matematika sangat berpengaruh pada kehidupan. Sebagai ilmu dasar untuk

mempelajari berbagai ilmu pengetahuan lainnya, matematika dilaksanakan pada semua

jenjang pendidikan. Namun realitanya hampir sebagian besar siswa kurang menyukai

pelajaran matematika dan menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang rumit

serta banyak rumus-rumus yang sulit untuk dipahami (Agustin, 2019).

Pemecahan masalah merupakan sebuah proses dimana siswa mengimplementasikan

pengertian yang ia milikinya kedalam permasalahan yang diberikan. Kemampuan

memecahkan masalah harus dimiliki siswa pada pembelajaran matematika. Syazali (2015)

berpendapat bahwa dalam tujuan pendidikan matematika, pemecahan masalah sangat

penting, sebab manusia tidak akan lepas dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Polya (dalam Fatmawati, Mardiyana & Triyanto, 2014) telah merumuskan empat cara

dalam problem solving, antara lain memahami permasalahan, membuat strategi untuk

pemecahan, menerapkan strategi, dan melakukan pengecekan hasil dari seluruh rangkaian

proses.

Pada pemecahan masalah, siswa memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk

menuangkan ide dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan. Sumarmo (2013)

menyatakan bahwa pemecahan masalah dalam matematika memiliki dua makna, yaitu (1)

pembelajaran matematika sebagai metode pembelajaran digunakan untuk menelaah bahan

ajar, skema dan prinsip matematika. Langkah penyelesaian dimulai dari penemuan

masalah secara konstekstual, induksi matematika, pencarian konsep/prinsip matematis, (2)

Kegiatan memecahkan masalah antara lain: menentukan kecukupan data yang digunakan

memecahkan permasalahan, serta mengubah menjadi bahasa matematis guna menentukan

penyelesaiannya. Mengimplementasikan teknik dalam memecahkan masalah matematika

dan/atau diluar matematika, menafsirkan dan menginterprestasikan hasil dengan masalah

awal, dan memverifikasi nilai kebenaran dari hasil jawaban. Kemudian melakukan

Page 7: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

3

penerapan matematika menjadi lebih bermakna. Proses pemecahan masalah membutuhkan

kegiatan yang sistematis dengan perencanaan yang logis, termasuk strategi dan metode

yang tepat dalam pelaksanaannya (In’am, 2017).

Namun pada saat ini, banyak siswa yang hanya menghafalkan rumus dan unggul

dalam perhitungan, tetapi tidak dapat menuliskan informasi yang tedapat dalam pemberian

soal dan tidak memeriksa kembali hasil pekerjaan. Menurut penelitian yang dilakukan

Akbar, Hamid, Bernard & Sugandi (2018) siswa memiliki kemampuan rendah dalam hal

memecahkan permasalahan. Terbukti dari pencapaian siswa, seturut indikator memahami

masalah sebesar 48,75%, merencanakan pemecahan masalah 40%, menyelesaikan rencana

sebesar 7,5% dan memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah 0%.

Akhir bulan Desember 2019, muncul virus baru yang begitu meresahkan masyarakat

dan menjadi pandemi di dunia, virus tersebut dikenal dengan nama Coronavirus Disease

(Covid-19). Covid-19 membawa dampak ke semua aspek kehidupan, baik ekonomi,

sosial, politik, bahkan pendidikan. Demi meminimalisir meluasnya virus Covid -19,

pemerintah memberlakukan peraturan untuk melakukan pekerjaan dan pembelajaran

secara online di rumah (work from home dan school from home). Pelaksanaan

pembelajaran tatap muka harus dialihkan ke pembelajaran online. Menteri Pendidikan

mengeluarkan Surat Edaran No. 3 Tahun 2020 pada Satuan Pendidikan dan No.

36962/MPK.A/HK/2020 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pada Masa Darurat Covid-

19, sehingga aktivitas belajar mengajar dilaksanakan secara online untuk mencegah

semakin mewabahnya virus tersebut (Dewi, 2020).

Pembelajaran online merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan

dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan komunikasi. Menurut Moore, Dickson-

Deane & Galyen (dalam Firman & Rahman, 2020) pembelajaran online adalah

pembelajaran dengan internet yang memiliki keterkaitan, sambungan seluler, keluwesan,

dan menampilkan berbagai kemampuan interaksi kegiatan belajar. Salah satu media yang

menjadi alternatif dalam pembelajaran online adalah Google Classroom. Meskipun

dilakukan secara online, pelaksanaan pembelajaran diharapkan mampu memberi

peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan

matematikanya. Persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel

merupakan salah satu materi pembelajaran matematika yang diberikan kepada siswa

ketika memasuki Sekolah tingkat atas (SMA sederajat) tepatnya saat kelas X semester

gasal. Siswa diharapkan mampu melakukan pemecahan masalah pada materi ini dengan

baik.

Page 8: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

4

2. METODE

Penelitian ini berjenis kualitatif, yakni studi menekankan pada deskripsi keseluruhan

(lengkap), yaitu deskripsi rinci tentang segala sesuatu yang terjadi dalam suatu kegiatan

atau situasi tertentu, daripada perbandingan perlakuan tertentu atau particular treatment

(Sutama, 2019). Objek penelitian ini yaitu kemampuan memecahkan masalah persamaan

dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel dalam pembelajaran online berbasis

Google Classroom, dengan subjek tiga siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri Jenawi.

Pengumpulan data menggunakan hasil tes dan wawancara terhadap tiga subjek

penelitian, yakni satu siswa kategori tinggi (S01), satu siswa kategori menengah (S02),

serta satu lainnya kategori rendah (S03). Teknik analisis data didasari pada 3 langkah,

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data

menggunakan Triangulasi Teknik. Triangulasi Teknik menurut Sutama (2019:124) untuk

melakukan uji kredibilitas data dilakukan dengan penerapan teknik berbeda guna

memverifikasi data dari sumber yang sama.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagai akibat adanya pandemi Covid-19, pembelajaran tatap muka harus dialihkan ke

pembelajaran online. Pembelajaran online yaitu proses belajar mengajar yang

menggunakan teknologi informasi (IT) berbasis jaringan, dengan kemudahan akses

dimanapun dan kapanpun, sehingga pembelajaran tidak lagi terbatas pada ruang kelas atau

waktu tertentu (Nadziroh, 2017). Kelebihan pembelajaran online menurut Handayani

(2020) yaitu pembelajaran dapat dilaksanakan di rumah, siswa tidak dibatasi oleh

tempat, waktu, dan ruang, sehingga mereka bisa mendengarkan kapanpun dan

dimanapun. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran online tidak selalu tanpa

hambatan. Beberapa kendala yang dialami siswa, guru, orangtua pada sistem pembelajaran

online antara lain yakni kurangnya penguasaan kemajuan teknologi, memerlukan

pembiayaan yang lebih banyak untuk membeli paket data internet, memberikan pekerjaan

lebih kepada orang tua untuk memberikan pendampingan belajar, berkurangnya interaksi

serta komunikasi antar siswa, guru, dan orang tua, karena harus berkomunikasi dengan

berbagai pihak (guru lain, orang tua, dan kepala sekolah) jam kerja guru menjadi tidak

terbatas (Purwanto, et al., 2020). Menurut Handayani (2020) kelemahan pembelajaran

online adalah jaringan tidak stabil, yang disampaikan guru dan bahan ajar tidak sama,

Page 9: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

5

Wi-Fi atau jaringan tidak terhubung maka pembelajaran online tidak dapat dilaksanakan,

konsentrasi berkurang.

Beberapa media yang umum digunakan dalam pembelajaran online antara lain:

Edmodo, Moodle, Schoology, Zoom, Google Classroom, dan lain sebagainya. Google

Classroom adalah contoh media mengajar yang kerap digunakan oleh guru. Menurut

Hakim (2016) Google Classroom adalah layanan berbasis internet yang disediakan oleh

Google sebagai sebuah sistem e-learning dan didesain untuk membantu pengajar membuat

dan membagikan tugas kepada pelajar secara paperless. Google Classroom sangat mudah

dibuat dan digunakan, dimana semua fitur yang tersedia telah terintegrasi, guru juga dapat

melampirkan tautan YouTube atau tautan apapun untuk tujuan instruksional (Iftakhar,

2016). SMK Negeri Jenawi merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan

pembelajaran online dengan menggunakan Google Classroom. Pada pembelajaran

matematika, khususnya materi persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu

variabel, siswa diminta memahami secara mandiri materi beserta contoh soal yang

diberikan dalam file pdf , lalu siswa ditugaskan untuk menjawab soal latihan dan

mengirim jawabannya sesuai waktu yang telah ditentukan guru.

Namun karena belum terbiasa dengan pembelajaran online, proses pembelajaran

belum dapat berjalan secara efektif terutama dalam usaha peningkatan kemampuan

memecahkan masalah matematika siswa, selaras dengan hal tersebut Latifah & Sutirna

(2021) menyebutkan jika kemampuan siswa dalam perumusan dan penerapan strategi

pemecahan permaslahan matematis ketika pembelajaran harus dilaksanakan dengan daring

dikarenakan pandemi Covid-19 tergolong rendah. Didasari hal tersebut, maka peneliti

melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan

masalah persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak liniear satu variabel siswa kelas X

TKJ 1 di SMK Negeri Jenawi dalam pembelajaran online berbasis Google Classroom.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2021 – 25 Mei 2021. Berdasarkan i

hasil tes pada empat soal yang diberikan, peneliti mengkategorikan siswa kedalam

kategori kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Kategori tersebut dapat dilihat pada tabel

1 berikut.

Tabel 1. Kategori Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Nilai Kategori

X > 68,5 Tinggi

48,5 < X ≤ 68,5 Sedang

X ≤ 48,5 Rendah

Page 10: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

6

Keterangan:

X = nilai siswa

Berdasarkan kategori tersebut, dipilih tiga subjek penelitian, mencakup satu siswa

berkemampuan tinggi (S01), satu siswa berkemampuan sedang (S02), dan satu siswa

berkemampuan rendah (S03). Kemudian peneliti melaksanakan wawncara kepada subjek

tersebut secara online melalui video call whatsapp. Data perolehan skor subjek penelitian

untuk setiap soal disajikan pada tabel 2 dan pedoman pemberian skor disajikan di tabel 3

berikut.

Tabel 2. Data Skoring Subjek Penelitian

Subjek

SOAL

Total

Skor Nilai Kategori

1 2 3 4

Indikator Indikator Indikator Indikator

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

S01 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 0 2 2 2 2 27 84,4 Tinggi

S02 2 1 0 0 2 2 2 2 2 1 0 0 2 2 2 0 20 62,5 Sedang

S03 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 5 15,6 Rendah

Keterangan:

Indikator 1: Memahami Masalah

Indikator 2: Menyusun Rencana Pemecahan Masalah

Indikator 3: Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah

Indikator 4: Memeriksa Kembali Hasil Pemecahan Masalah

Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah

Skor Memahami

masalah

Menyusun Rencana

Pemecahan Masalah

Melaksanakan

Rencana Pemecahan

Masalah

Memeriksa Kembali

Hasil Pemecahan

Masalah

0 Tidak

menuliskan

informasi dan

permasalahan

yang terdapat

pada soal

Tidak mampu

membuat model

matematika dari

permasalahan

Tidak melaksanakan

rencana pemecahan

masalah

Tidak ada

pemeriksaan

terhadap hasil

pemecahan masalah

1 Menuliskan

informasi dan

permasalahan

yang terdapat

pada soal tetapi

tidak lengkap

Mampu membuat

model matematika

dari permasalahan

tetapi belum tepat

Melaksanakan

langkah-langkah

dengan tepat, namun

menghasilkan

jawaban atau

perhitungan yang

salah

Melakukan

pemeriksaan

terhadap hasil

pemecahan masalah

tetapi tidak tuntas

2 Mampu

menuliskan

Mampu membuat

model matematika

Melaksanakan

langkah-langkah

Melakukan

pemeriksaan kembali

Page 11: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

7

Berikut adalah deskripsi kemampuan pemecahan permasalahan tersebut dalam

pembelajaran online berbasis Google Classroom pada setiap indikatornya.

3.1 Memahami Masalah

Pada empat soal yang berikan, siswa berkemampuan tinggi dan sedang sudah

memenuhi standar indikator memahami masalah. Sebaliknya, siswa dengan pemecahan

masalah berkategori rendah belum memenuhi indikator memahami masalah pada

semua pemasalahan yang disajikan. Hal tersebut dikarenakan siswa belum mampu

menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dengan tepat, tetapi cenderung hanya

menuliskan model matematika dan perhitunganya saja. Pengertian ini sesuai hasil studi

yang dilakukan Rofikoh (2015) yang menyatakan bila siswa dapat memecahkan soal

matematika dengan tepat, namun masih ada kesalahan tahapan yang lainnya dan tidak

mampu memberikan pemecahan masalah secara sistematis.

Berikut merupakan contoh pekerjaan siswa dan hasil wawancara untuk indikator

kemampuan memahami masalah.

Soal Nomor 1

Minggu lalu suhu rata-ratanya adalah 300F. Suhu sebenarnya bisa 10

0 lebih panas atau

lebih dingin. Buat model persamaan nilai mutlak dari situasi ini, lalu tentukan suhu

terpanas dan suhu terdingin.

3.1.1 Subjek penelitian dengan kemampuan tinggi

Gambar 1. Hasil Pekerjaan Subjek S01 Soal No. 1 Indikator 1

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S01 sudah memenuhi indikator pertama yaitu

memahami masalah. Subyek S01 dapat menuliskan apa yang diketahui yaitu suhu rata-

rata minggu lalu 30oF dan suhu sebenarnya bisa 10

oF lebih panas atau lebih dingin.

Siswa juga mampu menuliskan apa yang ditanyakan yaitu suhu terpanas dan

terdinginnya. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.

informasi dan permasalahan

yang terdapat

pada soal

dengan tepat

dari permasalahan yang diberikan

dengan tepat dan

dapat diselesaikan

dengan tepat dan menghasilkan

jawaban yang benar

terhadap hasil pemecahan masalah

untuk melihat

kebenaran proses

dan hasil

Page 12: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

8

Peneliti : Apa yang kamu pahami dari soal nomor 1?

Subjek S01 : Suhu rata-rata minggu lalu adalah 30oF dan suhu sebenarnya bisa 10

oF

lebih panas atau lebih dingin bu.

Peneliti : Apa yang menjadi masalah dalam soal tersebut?

Subjek S01 : Suhu terpanas dan terdingin.

3.1.2 Subjek penelitian dengan kemampuan sedang

Gambar 2. Hasil Pekerjaan Subjek S02 Soal No. 1 Indikator 1

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S02 sudah memenuhi indikator memahami

masalah. Ia dapat mencatat apa saja yang ditemukannya yaitu suhu rata-rata minggu

lalu 30oF dan suhu sebenarnya bisa 10

oF lebih panas atau lebih dingin. Siswa juga

mampu menuliskan apa yang ditanyakan yaitu suhu terpanas dan terdinginnya.

Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.

Peneliti : Apa yang kamu pahami dari soal nomor 1?

Subjek S02 : Suhu rata-rata minggu lalu adalah 30oF dan suhu sebenarnya bisa 10

oF

lebih panas atau lebih dingin bu.

Peneliti : Apa yang menjadi masalah dalam soal tersebut?

Subjek S02 : Suhu terpanas dan terdingin.

3.1.3 Subjek penelitian dengan kemampuan rendah

Gambar 3. Hasil Pekerjaan Subjek S03 Soal No. 1 Indikator 1

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S03 belum memenuhi indikator memahami

masalah. Subjek S03 belum bisa mencatatkan yang ditemukannya, yaitu suhu rata-rata

minggu lalu 30oF dan suhu sebenarnya bisa 10

oF lebih panas atau lebih dingin. Siswa

juga mampu menuliskan apa yang ditanyakan yaitu suhu terpanas dan terdinginnya.

Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.

Peneliti : Apa yang kamu pahami dari soal nomor 1?

Subjek S03 : Suhu rata-rata mungkin bu.

Peneliti : Apa yang menjadi masalah dalam soal tersebut?

Subjek S03 : Tidak tahu.

Page 13: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

9

3.2 Menyusun Rencana Pemecahan Masalah

Siswa yang termasuk kategori kemampuan tinggi, sudah mampu memenuhi indikator

menyusun rencana pemecahan masalah, hal tersebut ditunjukkan bahwa siswa mampu

menuliskan model matematika yang tepat di soal no. 1, 2, dan 4. Pada soal no. 3, siswa

belum mampu menuliskan model matematika dengan tepat sesuai permasalahan yang

disajikan. Sedangkan pada siswa berkemampuan sedang, sudah cukup mencukupi

indikator menyusun rencana pemecahan masalah, hal tersebut perlu ditunjukkan bahwa

siswa mampu membuat model matematika yang tepat, pada dua soal, yaitu no. 2 dan 4.

Kemudian, pada no. 1 dan 3, siswa menuliskan model matematika dari soal namun

masih belum tepat. Siswa dengan kemampuan rendah belum memenuhi indikator

menyusun rencana pemecahan masalah, hal tersebut dapat dilihat bahwa siswa hanya

mampu membuat model matematika dengan tepat pada soal no. 4. Pada soal no. 1, 2,

dan 3, siswa menuliskan model matematika dari soal namun masih belum sesuai.

Yuwono, Supanggih, & Ferdiani (2018) menyatakan pada tahap perencanaan, beberapa

siswa tidak menulis rencana yang lengkap, tetapi mereka tahu bagaimana

menyelesaikan masalah, mereka tidak terbiasa menulis rencana.

Berikut merupakan contoh pekerjaan siswa dan hasil wawancara untuk indikator

kemampuan menyusun rencana pemecahan masalah.

3.2.1 Subjek penelitian dengan kemampuan tinggi

Gambar 4. Hasil Pekerjaan Subjek S01 Soal No. 1 Indikator 2

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S01 ialah sudah memenuhi indikator

menyusun rencana memecahkan permasalahan, ditunjukkan subjek S01 dapat membuat

model matematika dengan tepat, yaitu |x- 30| = 10. Hasil ini didukung oleh hasil

wawancara berikut.

Peneliti : Bagaimana model matematika dari permasalahan tersebut?

Subjek S01 : Misal suhu rata-rata itu x, modelnya nanti jadi |x – suhu rata-rata bulan

lalu| = suhu sebenarnya

Peneliti : Kalau angkanya sudah disubstitusi, modelnya menjadi bagaimana?

Subjek S01 : |x- 30| = 10, bu.

Page 14: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

10

3.2.2 Subjek penelitian dengan kemampuan sedang

Gambar 5. Hasil Pekerjaan Subjek S02 Soal No. 1 Indikator 2

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S02 belum memenuhi indikator kemampuan

menyusun rencana pemecahan masalah, ditunjukkan subjek S02 belum bisa membuat

model matematika dengan tepat. Subjek S02 yaitu |x- 30| 10. Pernyataan tersebut

didukung dengan hasil wawancara berikut.

Peneliti : Bagaimana model matematika dari permasalahan tersebut?

Subjek S02 : Misal suhu rata-rata itu x, modelnya nanti jadi |x – suhu rata-rata bulan

lalu| suhu sebenarnya

Peneliti : Kalau angkanya sudah disubstitusi, modelnya menjadi bagaimana?

Subjek S02 : |x- 30| 10.

3.2.3 Subjek penelitian dengan kemampuan rendah

Gambar 6. Hasil Pekerjaan Subjek S03 Soal No. 1 Indikator 2

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S03 belum memenuhi indikator kemampuan

menyusun rencana pemecahan masalah, ditunjukkan subjek S03 belum mampu

membuat model matematika dengan tepat. Subjek S03 menuliskan model

matematikanya yaitu |x - 40| = 10. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil

wawancara berikut.

Peneliti : Bagaimana model matematika dari permasalahan tersebut?

Subjek S03 : |x - 40| = 10.

3.3 Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah

Untuk empat soal yang diberikan, siswa dengan kemampuan tinggi sudah memenuhi

indikator melaksanakan rencana pemecahan masalah, hal tersebut ditunjukkan siswa

mampu menyelesaikan model matematika dengan tepat di soal no. 1, 2, dan 4. Dalam

soal no. 3, dikarenakan siswa tidak mampu membuat modal matematika dengan tepat,

sehingga tidak dapat memberikan penyelesaian yangtepat sesuai dengan soal yang

diberikan. Sedangkan siswa berkemampan sedang dalam memecahkan masalahnya

sudah cukup memenuhi indikator melaksanakan pemecahan masalah, hal tersebut dapat

Page 15: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

11

dilihat bahwa siswa mampu membuat model matematika dan memberikan penyelesaian

yang tepat pada soal no. 2 dan 4. Untuk soal no. 1 dan 3, dikarenakan tidak mampu

membuat model matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak mampu

memberikan penyelesaian yang tepat. Siswa dengan kemampuan rendah belum

memenuhi indikator kemampuan melaksanakan rencana pemecahan masalah. Pada soal

no. 1, 2, dan 3 dikarenakan siswa tidak mampu membuat model matematika dengan

tepat, sehingga siswa juga tidak mampu memberikan penyelesaian yang tepat sesuai

dengan permasalahan yang diberikan. Sedangkan untuk no. 4, siswa mampu

menuliskan model matematika yang tepat, namun tidak mampu memberikan

penyelesaian model tersebut. Menurut Yuwono, Supanggih, & Ferdiani (2018) dalam

tahap pelaksanaan rencana, sejumlah siswa mengalami kesulitan karena ketidak telitian

sehingga tidak menyadari kesalahan yang dilakukan, penyebab hal tersebut karena

siswa tidak mampu berkonsentrasi dalam menyelesaikan masalah.

Berikut merupakan contoh pekerjaan siswa untuk indikator kemampuan

melaksanakan rencana pemecahan masalah.

3.3.1 Subjek penelitian dengan kemampuan tinggi

Gambar 7. Hasil Pekerjaan Subjek S01 Soal No. 1 Indikator 3

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S01 memiliki kemampuan untuk melaksanakan

rencana pemecahan masalah yang sudah dibuat, ditunjukkan subjek S01 mampu

menyelesaikan perhitungan pada rencana pemecahan masalah tersebut dengan benar.

Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.

Peneliti : Dari model matematika yang telah kamu buat, bagaimana

penyelesaiannya?

Subjek S01 : |x- 30| = 10

x- 30 = 10 x- 30 = -10

x = 10 + 30 x = -10 + 30

x = 40 x = 20

Jadi, suhu terpanasnya 40oF dan suhu terdinginnya adalah 20

oF, bu.

Page 16: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

12

3.3.2 Subjek penelitian dengan kemampuan sedang

Gambar 8. Hasil Pekerjaan Subjek S02 Soal No. 1 Indikator 3

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S02 belum memiliki kemampuan untuk

melaksanakan rencana pemecahan masalah yang sudah dibuat, hal tersebut dikarenakan

siswa tidak mampu membuat model matematika yang tepat, sehingga siswa juga tidak

dapat memberikan penyelesaian yang tepat sesuai dengan soal yang diberikan.

Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.

Peneliti :Dari model matematika yang telah kamu buat, bagaimana

penyelesaiannya?

Subjek S02 : |x - 30| 10

-10 x - 30 10

-10 + 30 x 10 + 30

20 x 40

Jadi, suhu terpanasnya 40oF dan suhu terdinginnya adalah 20

oF.

3.3.3 Subjek penelitian dengan kemampuan rendah

Gambar 9. Hasil Pekerjaan Subjek S03 Soal No. 1 Indikator 3

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S03 belum memiliki kemampuan untuk

melaksanakan rencana pemecahan masalah yang sudah dibuat, ditunjukkan subjek S03

tidak mampu membuat model matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak

mampu memberikan penyelesaian yang tepat. Pernyataan tersebut didukung dengan

hasil wawancara berikut.

Peneliti :Dari model matematika yang telah kamu buat, bagaimana

penyelesaiannya?

Subjek S03 :|x - 40| = 10

x – 40 = 10 atau x – 40 = -10

x = 50 x = 30

Jadi, suhu terpanasnya adalah 50oC dan suhu terdingin/ terendahnya adalah 30

oC.

Page 17: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

13

3.4 Memeriksa Kembali Hasil Pemecahan Masalah

Untuk empat soal yang diberikan, siswa berkemampuan tinggi sudah memenuhi

indikator kemampuan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah, hal tersebut

ditunjukkan siswa mampu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pemecahan masalah

pada soal no.1, 2, dan 4. Pada soal nomor 3, dikarenakan siswa tidak mampu membuat

model matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak mampu memberikan

penyelesaian yang tepat dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah sesuai

dengan soal yang diberikan. Sedangkan siswa berkemampuan sedang sudah cukup

memenuhi indikator kemampuan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah, hal

tersebut dapat dilihat bahwa siswa melakukan pemeriksaan terhadap pemecahan

masalah pada soal nomor 2. Pada soal nomor 1,3, dan , dikarenakan siswa tidak

mampu membuat model matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak mampu

memberikan penyelesaian yang tepat dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah

sesuai dengan soal yang diberikan. Siswa dengan kategori kemampuan rendah belum

memenuhi indikator kemampuan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah,

dikarenakan siswa tidak melakukan pemeriksaan terhadap pemecahan masalah pada

semua soal yang diberikan. Sejalan dengan hal tersebut Putri, Susanto, & Kurniati

(2015) menyatakan bahwa tidak semua siswa melakukan pengujian ulang hasil

pemecahan masalah. Sebagian besar siswa menguji jawaban dengan mensubstitusi

jawaban pada persamaan awal, namun hanya sedikit yang dapat melakukannya, dan

sebelumnya diimbangi dengan memeriksa langkah-langkah dan proses perhitungan

sampai kesimpulan melakukan rencana.

Berikut merupakan contoh pekerjaan siswa dan hasil wawancara untuk indikator

memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.

3.4.1 Subjek penelitian dengan kemampuan tinggi

Gambar 10. Hasil Pekerjaan Subjek S01 Soal No. 1 Indikator 4

Page 18: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

14

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S01 memiliki kemampuan memeriksa kembali

hasil pemecahan, ditunjukkan subjek S01 melakukan pemeriksaan terhadap hasil

pemecahan yang telah dibuat. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara

berikut.

Peneliti : Bagaimana kamu mengecek jawaban yang kamu peroleh?

Subjek S01 : Diteliti lagi bu, soalnya jawaban saya awalnya salah lalu saya cek lagi

dan saya benarkan.

3.4.2 Subjek penelitian dengan kemampuan sedang

Gambar 11. Hasil Pekerjaan Subjek S02 Soal No. 1 Indikator 4

Dari hasil pekerjaan siswa, subjek S02 belum memiliki kemampuan memeriksa

kembali hasil pemecahan, ditunjukkan subjek S02 tidak mampu membuat model

matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak mampu memberikan penyelesaian

yang tepat dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah sesuai dengan soal yang

diberikan. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara berikut.

Peneliti : Bagaimana kamu mengecek jawaban yang kamu peroleh?

Subjek S02 : Cuma dicek model matematikanya bu.

3.4.3 Subjek penelitian dengan kemampuan rendah

Gambar 12. Hasil Pekerjaan Subjek S03 Soal No. 1 Indikator 4

Dari hasil pekerjaan siswa, subyek S03 belum memiliki kemampuan memeriksa

kembali hasil pemecahan, ditunjukkan subjek S03 tidak mampu membuat model

matematika dengan tepat, sehingga siswa juga tidak mampu memberikan penyelesaian

yang tepat dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah sesuai dengan soal yang

diberikan. Perolehan ini disokong oleh hasil wawancara berikut.

Peneliti : Bagaimana kamu mengecek jawaban yang kamu peroleh?

Subjek S03 : Tidak dicek bu.

Dari analisis hasil tes dan wawancara yang dilakukan, dapat dilihat untuk soal

pertama, siswa dengan kemampuan tinggi sudah memenuhi keempat indikator

kemampuan pemecahan masalah. Siswa dengan kemampuan sedang hanya memenuhi

Page 19: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

15

indikator memahami masalah, sedangkan siswa dengan kemampuan rendah tidak

memenuhi keempat indikator memecahan masalah.

Dalam soal kedua, siswa kemampuan tinggi dan sedang sudah memenuhi

keempat indikator kemampuan memecahan masalah, sedangkan siswa dengan

kemampuan rendah belum memenuhi keempat indikator kemampuan pemecahan

masalah. Untuk soal ketiga, siswa dengan kemampuan tinggi dan sedang hanya

memenuhi satu indikator kemampuan pemecahan masalah yaitu memahami masalah,

sedangkan siswa dengan kemampuan rendah belum memenuhi keempat indikator

kemampuan pemecahan masalah.

Pada soal keempat, siswa kemampuan tinggi sudah memenuhi keempat indikator

kemampuan pemecahan masalah matematika. Siswa dengan kemampuan sedang sudah

memenuhi tiga dari empat indikator kemamapuan pemecahan masalah, yaitu

memahami masalah, menyusun rencana pemecahan masalah, dan kemampuan

melaksanakan rencana pemecahan masalah. Siswa dengan kemampuan rendah, hanya

memenuhi indikator menyusun rencana pemecahan masalah. Putri, Susanto, & Kurniati

(2015) berpendapat jika siswa kategori tinggi dapat memenuhi semua indikator dan

mempunyai kompetensi yang baik ketika mengerjakan setiap masalah. Siswa kategori

sedang mungkin memenuhi indikator tertentu, tetapi mereka belum memiliki

keterampilan yang baik untuk menyelesaikan semua masalah. Pada saat yang sama,

siswa kategori rendah belum memenuhi sebagian besar indikator di semua

keterampilan.

Hasil penelitian Zakiyah, Usman, & Gobel (2021) menunjukkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pembelajaran online yang

dilakukan dengan media Google Classroom, Google Meet, Google Form dan Whatsapp

termasuk dalam kategori rendah dengan presentasi 60,89%. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu kurang maksimalnya

proses pembelajaran online, kesulitan siswa membuat model matematika dari soal,

kurangnya penguasaaan materi prasyarat dan kurangnya latihan soal-soal non rutin bagi

siswa.

4. PENUTUP

Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai “pemecahan masalah persamaan dan

petidaksamaan nilai multak linear satu variabel dalam pembelajaran online berbasis

Google Classroom” dapat ditarik ringkasan : 1) Siswa dengan kategori kemampuan tinggi

Page 20: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

16

sudah memenuhi semua indikator kemampuan memecahkan masalah matematika pada

tiga dari empat pertanyaan yang diberikan, sedangkan pada satu soal lainnya siswa hanya

memenuhi indikator pertama yaitu memahami masalah. 2) Siswa dengan kemampuan

sedang sudah memenuhi seluruh indikator kemampuan pemecahan masalah matematika

pada satu dari empat soal yang diberikan. Pada dua soal lainnya siswa hanya memenuhi

indikator memahami masalah, karena hanya mampu menuliskan dengan tepat yang

diketahui dan ditanyakan dalam soal. Sedangkan pada satu soal lainnya siswa hanya

mampu memenuhi indikator memahami masalah, menyusun rencana pemecahan masalah,

melaksanakan rencana pemecahan masalah, tetapi belum memenuhi indikator memeriksa

kembali hasil pemecahan masalah, 3) Siswa dengan kemampuan rendah belum memenuhi

seluruh indikator kemampuan pemecahan masalah matematika pada tiga dari empat soal

yang diberikan. Sedangkan satu soal lainnya siswa hanya menuliskan model

matematikanya saja, namun siswa belum memenuhi indikator memahami masalah,

melaksanakan rancangan pemecahan masalah dan memeriksa kembali hasil dari proses

pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, D. (2019). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dengan

Model Problem Based Learning (PBL). Electronic Theses and Disertations

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Akbar, P., Hamid, A., Bernard, M., & Sugandi, A. I. (2018). Analisis Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Siswa Kelas XI SMA Putra Juang

dalam Materi Peluang. Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 144-

153.

Dewi, W. A. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran Daring Di

Sekolah Dasar. EDUKATIF: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 55-61.

Fatmawati, H., Mardiyana, & Triyanto. (2014). Analisis Berpikir Kritis SIswa dalam

Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan POLYA pada Pokok Bahasan

Persamaan Kuadrat. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2(9), 899-910.

Firman, & Rahman, S. R. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19.

Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2).

Hakim, A. B. (2016). Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle, Google Classroom dan

Edmodo. International Journal of Technology And Business, 2(1).

Handayani, L. (2020). Keuntungan, Kendala dan Solusi Pembelajaran Online Selama

Pandemi Covid-19: Studi Ekploratif di SMPN 3 Bae Kudus. Journal Industrial

Engineering & Management Research (JIEMAR), 1(2).

Iftakhar, S. (2016). Google Classroom: What Works and How? Journal of Education and

Social Sciences, 3.

Page 21: KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PERSAMAAN DAN …

17

In’am, A. (2017). The Implementation of the Polya Method in Solving Euclidean Geometry

Problems. International Education Studies, 7(7).

Latifah, N. I., & Sutirna. (2021). Strategi Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Materi

Himpunan di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif,

4(3).

Nadziroh, F. (2017). Analisa Efektifitas SistemPembelajaran Berbasis E-Learning. Jurnal

Ilmu Komputer dan Desain Komunikasi Visual (JIKDISKOMVIS), 2(1).

Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Santoso, P. B., Wijayanti, L. M., Hyun, C. C., &

Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses

Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Journal of Education, Psychology and

Counseling, 2(1), 2716-4446.

Putri, R. S., Susanto, & Kurniati, D. (2015). Analisis Keterampilan Metakognitif Siswa dalam

Menyelesaikan Masalah Matematika Berbasis Polya Subpokok Bahasan Garis dan

Sudut Kelas VII-C di SMP Negeri 1 Genteng Banyuwangi. Artikel Ilmiah

Mahasiswa, 2(1), 1-7.

Rofiqoh, Z. (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X

dalam Pembelajaran Discovery Learning Berdasarkan Gaya Belajar Siswa. Thesis

Universitas Negeri Semarang.

Sumarmo. (2013). Makalah Berpikir dan Disposisi Matematika serta Pembelajarannya.

Jurusan Pendidikan Matematika: FMIPA UPI.

Sutama. (2019). Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, Mix Method,

R&D. Sukoharjo: CV. Jasmine.

Syazali, M. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Berbantuan

Maple II Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan

Matematika, 6(1), 91-98.

Yuwono, T., Supanggih, M., & Ferdiani, R. D. (2016). Analisis Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Prosedur Polya.

Jurnal Tadris Matematika, 1(2), 137-144.

Zakiyah, S., Usman, K., & Gobel, A. P. (2021). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Melalui Pembelajaran Daring pada Materi Persamaan Kuadrat. Jambura

Journal of Mathematics Education, 2(1), 28-35.