6
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 Februari s.d. 1 Maret 2020 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL I. Pasar Global Pasar Saham. Wall Street jatuh ke titik terendah sejak krisis keuangan global 2008 pada perdagangan saham pekan lalu. Indeks Dow Jones ditutup melemah 12,36 persen ke level 25.409,40 pada perdagangan sepekan lalu, indeks S&P 500 melemah 11,49 persen ke level 2.954,22, dan indeks Nasdaq melemah 10,5 persen ke level 8.567,37. Pelemahan mingguan pada bursa saham AS pada pekan lalu tersebut merupakan yang terdalam sejak krisis keuangan global tahun 2008. Penyebab utamanya adalah kekhawatiran terhadap virus corona yang telah menyebar luar di luar Tiongkok. Pada pekan lalu, virus corona telah menyebar ke 63 negara. 86 ribu orang telah terinfeksi dan sekitar 2.900 orang meninggal dunia. Beberapa negara di luar Tiongkok telah melaporkan kasus kematian pertama akibat corona, antara lain AS dan Australia. Sementara di Eropa, Italia menjadi negara dengan kasus corona terbanyak, yaitu lebih dari 1.000 kasus dengan 29 diantaranya telah meninggal dunia. Hingga pekan lalu ada 3 negara yang memiliki kasus corona lebih dari 1.000, yaitu Tiongkok, Korea Selatan, dan Italia. World Health Organization (WHO) pada pekan lalu telah meningkatkan status kasus corona ini ke level tertinggi. Dari AS sendiri, sebanyak 60 warga AS telah terkonfirmasi terkena corona. Selain itu, pada akhir pekan lalu Gubernur California memberikan pernyataan bahwa pihaknya sedang memantau 8.400 orang yang baru saja melakukan perjalanan ke Asia dan terindikasi corona. Mencermati hal tersebut, investor di bursa saham Indikator 28 Februari 2020 Perubahan (%) WoW YoY Ytd T1 ---- Nilai Tukar/USD ---- Euro 0.91 1.63 (3.13) (1.68) Yen 107.89 3.33 3.14 0.66 GBP 0.78 (1.11) (3.46) (3.42) Real 4.47 (1.90) (19.04) (10.96) Rubel 66.89 (4.42) (1.48) (7.90) Rupiah 14,318.00 (4.06) (1.77) (3.26) Rupee 72.18 (0.75) (2.02) (1.12) Yuan 6.99 0.51 (4.45) (0.41) KRW 1,214.50 (0.44) (8.01) (5.04) SGD 1.39 0.33 (3.04) (3.51) Ringgit 4.22 (0.56) (3.67) (3.03) Baht 31.56 0.27 (0.14) (5.32) Peso 50.90 0.09 1.56 (0.50) T2 ----- Pasar Modal ------ DJIA 25,409.36 (12.36) (1.95) (10.96) S&P500 2,954.22 (11.49) 6.10 (8.56) FTSE 100 6,580.61 (11.12) (6.98) (12.75) DAX 11,890.35 (12.44) 3.25 (10.25) KOSPI 1,987.01 (8.13) (9.49) (9.59) Brazil IBrX 867.56 (8.13) (12.58) (13.30) Nikkei 21,142.96 (9.59) (1.13) (10.63) SENSEX 38,297.29 (6.98) 6.77 (7.17) JCI 5,452.70 (7.30) (15.37) (13.44) Hangseng 26,129.93 (4.32) (8.74) (7.31) Shanghai 2,880.30 (5.24) (2.06) (5.57) STI 3,011.08 (5.34) (6.28) (6.57) FTSE KLCI 1,482.64 (3.17) (13.18) (6.68) SET 1,340.52 (10.34) (18.93) (15.15) PSEi 6,787.91 (7.90) (11.91) (13.15) T3 ------ Surat Berharga Negara ------ Yield 5 th, (FR 81) 6,12 48 n/a (26) Yield 10 th, (FR82) 6,57 37 n/a (16) T4 ------ Komoditas ------ Brent Oil 49.67 (14.27) (23.67) (23.21) CPO 2,357.00 (12.15) 23.08 (22.49) Gold 1,585.69 (3.51) 20.74 4.51 Coal 67.40 (0.74) (29.83) (0.44) Nickel 12,255.00 (2.19) (6.09) (12.62) T5 ------ Rilis Data ------ GDP (qoq) AS Q4 : 2,1 Q3 : 2,1 Hong Kong Q4 : (0,3) Q3 : (0,4) Jerman Q4 : 0,0 Q3 : 0,1 Kanada Q4 : 0,1 Q3 : 0,3 Peranis Q4 : (0,1) Q3 : 0,3 Manufacturing PMI Tiongkok Feb : 35,7 Jan : 50 CB Consumer Confidance AS Feb : 130,7 Jan : 130,4 Unemployment Change Jerman Feb : (10K) Jan : (4K) Highlight Minggu Ini Pada pekan lalu, bursa saham AS jatuh ke pelemahan mingguan terbesarnya sejak krisis global 2008. Dow Jones melemah 12,36 persen, S&P 500 melemah 11,49 persen, dan Nasdaq turun 10,5 persen. Penyebab utama pelemahan bursa saham AS adalah meningkatnya kekhawatiran investor terhadap penyebaran vírus corona di luar Tiongkok. Indeks dolar AS tercatat melemah sebesar 1,14 persen ke level 98,13, sementara yield US Treasury tenor 10 tahun turun tajam ke level 1,15 persen. Meningkatnya kekhawatiran investor terhadap penyebaran vírus corona menyebabkan permintaan terhadap safe haven asset meningkat Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global melemah signifikan 14,27 persen dalam sepekan ke level US$49,67 per barel. Jatuhnya permintaan minyak akibat menurunnya aktivitas produksi di Tiongkok menjadi salah satu penyebab utamanya. Dari pasar keuangan domestik, IHSG melemah 7,30 persen ke level 5.452,70 secara mingguan dengan investor non residen mencatatkan net sell sebesar Rp4,16 triliun dalam sepekan, yield SUN seri benchmark bergerak naik antara 22 hingga 50 bps. Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah sebesar 4,06 persen terhadap dolar AS ke level Rp14.318. Pekan lalu merupakan salah satu pekan paling berat dalam bursa saham global. Hampir seluruh bursa saham melemah cukup dalam. Tidak hanya di Asia, pelemahan juga terjadi di bursa saham AS dan kawasan Eropa. Bahkan, bursa saham AS mengalami pelemahan mingguan terburuk sejak krisis keuangan global tahun 2008. Sejumlah analis memperkirakan pelemahan masih akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan karena sejumlah data ekonomi negara-negara maju yang akan dirilis diperkirakan kurang menggembirakan pasar. Selain itu data indeks PMI manufaktur dan non manufaktur Tiongkok menunjukkan pelemahan lebih dalam dibandingkan ketika terjadi krisis keuangan global 2008. Gambar 1. Pasar Saham Global

KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2020. 3. 3. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 Februari s.d. 1 Maret 2020 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL I. Pasar

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2020. 3. 3. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 Februari s.d. 1 Maret 2020 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL I. Pasar

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1

DAN 24 Februari s.d. 1 Maret 2020

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

I. Pasar Global

Pasar Saham. Wall Street jatuh ke titik terendah sejak krisis keuangan

global 2008 pada perdagangan saham pekan lalu. Indeks Dow Jones ditutup

melemah 12,36 persen ke level 25.409,40 pada perdagangan sepekan lalu,

indeks S&P 500 melemah 11,49 persen ke level 2.954,22, dan indeks Nasdaq

melemah 10,5 persen ke level 8.567,37. Pelemahan mingguan pada bursa saham

AS pada pekan lalu tersebut merupakan yang terdalam sejak krisis keuangan

global tahun 2008. Penyebab utamanya adalah kekhawatiran terhadap virus

corona yang telah menyebar luar di luar Tiongkok.

Pada pekan lalu, virus corona telah menyebar ke 63 negara. 86 ribu orang telah

terinfeksi dan sekitar 2.900 orang meninggal dunia. Beberapa negara di luar

Tiongkok telah melaporkan kasus kematian pertama akibat corona, antara lain

AS dan Australia. Sementara di Eropa, Italia menjadi negara dengan kasus

corona terbanyak, yaitu lebih dari 1.000 kasus dengan 29 diantaranya telah

meninggal dunia. Hingga pekan lalu ada 3 negara yang memiliki kasus corona

lebih dari 1.000, yaitu Tiongkok, Korea Selatan, dan Italia. World Health

Organization (WHO) pada pekan lalu telah meningkatkan status kasus corona

ini ke level tertinggi.

Dari AS sendiri, sebanyak 60 warga AS telah terkonfirmasi terkena corona. Selain

itu, pada akhir pekan lalu Gubernur California memberikan pernyataan bahwa

pihaknya sedang memantau 8.400 orang yang baru saja melakukan perjalanan

ke Asia dan terindikasi corona. Mencermati hal tersebut, investor di bursa saham

Indikator 28 Februari 2020 Perubahan (%)

WoW YoY Ytd

T1 ---- Nilai Tukar/USD ---- Euro 0.91 1.63 (3.13) (1.68) Yen 107.89 3.33 3.14 0.66

GBP 0.78 (1.11) (3.46) (3.42) Real 4.47 (1.90) (19.04) (10.96)

Rubel 66.89 (4.42) (1.48) (7.90) Rupiah 14,318.00 (4.06) (1.77) (3.26) Rupee 72.18 (0.75) (2.02) (1.12) Yuan 6.99 0.51 (4.45) (0.41) KRW 1,214.50 (0.44) (8.01) (5.04) SGD 1.39 0.33 (3.04) (3.51)

Ringgit 4.22 (0.56) (3.67) (3.03) Baht 31.56 0.27 (0.14) (5.32) Peso 50.90 0.09 1.56 (0.50)

T2 ----- Pasar Modal ------

DJIA 25,409.36 (12.36) (1.95) (10.96) S&P500 2,954.22 (11.49) 6.10 (8.56)

FTSE 100 6,580.61 (11.12) (6.98) (12.75) DAX 11,890.35 (12.44) 3.25 (10.25)

KOSPI 1,987.01 (8.13) (9.49) (9.59) Brazil IBrX 867.56 (8.13) (12.58) (13.30)

Nikkei 21,142.96 (9.59) (1.13) (10.63) SENSEX 38,297.29 (6.98) 6.77 (7.17)

JCI 5,452.70 (7.30) (15.37) (13.44) Hangseng 26,129.93 (4.32) (8.74) (7.31) Shanghai 2,880.30 (5.24) (2.06) (5.57)

STI 3,011.08 (5.34) (6.28) (6.57) FTSE KLCI 1,482.64 (3.17) (13.18) (6.68)

SET 1,340.52 (10.34) (18.93) (15.15) PSEi 6,787.91 (7.90) (11.91) (13.15)

T3 ------ Surat Berharga Negara ------ Yield 5 th, (FR 81) 6,12 48 n/a (26) Yield 10 th, (FR82) 6,57 37 n/a (16)

T4 ------ Komoditas ------ Brent Oil 49.67 (14.27) (23.67) (23.21)

CPO 2,357.00 (12.15) 23.08 (22.49) Gold 1,585.69 (3.51) 20.74 4.51 Coal 67.40 (0.74) (29.83) (0.44)

Nickel 12,255.00 (2.19) (6.09) (12.62) T5 ------ Rilis Data ------

GDP (qoq) AS Q4 : 2,1 Q3 : 2,1 Hong Kong Q4 : (0,3) Q3 : (0,4)

Jerman Q4 : 0,0 Q3 : 0,1 Kanada Q4 : 0,1 Q3 : 0,3 Peranis Q4 : (0,1) Q3 : 0,3

Manufacturing PMI Tiongkok Feb : 35,7 Jan : 50 CB Consumer Confidance AS Feb : 130,7 Jan : 130,4

Unemployment Change Jerman Feb : (10K) Jan : (4K)

Highlight Minggu Ini

Pada pekan lalu, bursa saham AS jatuh ke pelemahan mingguan terbesarnya sejak krisis global 2008. Dow Jones melemah 12,36 persen, S&P 500 melemah 11,49 persen, dan Nasdaq turun 10,5 persen. Penyebab utama pelemahan bursa saham AS adalah meningkatnya kekhawatiran investor terhadap penyebaran vírus corona di luar Tiongkok.

Indeks dolar AS tercatat melemah sebesar 1,14 persen ke level 98,13, sementara yield US Treasury tenor 10 tahun turun tajam ke level 1,15 persen. Meningkatnya kekhawatiran investor terhadap penyebaran vírus corona menyebabkan permintaan terhadap safe haven asset meningkat

Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global melemah signifikan 14,27 persen dalam sepekan ke level US$49,67 per barel. Jatuhnya permintaan minyak akibat menurunnya aktivitas produksi di Tiongkok menjadi salah satu penyebab utamanya.

Dari pasar keuangan domestik, IHSG melemah 7,30 persen ke level 5.452,70 secara mingguan dengan investor non residen mencatatkan net sell sebesar Rp4,16 triliun dalam sepekan, yield SUN seri benchmark bergerak naik antara 22 hingga 50 bps. Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah sebesar 4,06 persen terhadap dolar AS ke level Rp14.318.

Pekan lalu merupakan salah satu pekan paling berat dalam bursa saham global. Hampir seluruh bursa saham melemah cukup dalam. Tidak hanya di Asia, pelemahan juga terjadi di bursa saham AS dan kawasan Eropa. Bahkan, bursa saham AS mengalami pelemahan mingguan terburuk sejak krisis keuangan global tahun 2008. Sejumlah analis memperkirakan pelemahan masih akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan karena sejumlah data ekonomi negara-negara maju yang akan dirilis diperkirakan kurang menggembirakan pasar. Selain itu data indeks PMI manufaktur dan non manufaktur Tiongkok menunjukkan pelemahan lebih dalam dibandingkan ketika terjadi krisis keuangan

global 2008.

Gambar 1. Pasar Saham Global

Page 2: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2020. 3. 3. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 Februari s.d. 1 Maret 2020 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL I. Pasar

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 2

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 4. Slope US Yield curve dan Resesi

Gambar 2. Yield treasury AS tenor 10 tahun turun 32

bps pada hari Jumat (28/2)

AS melakukan aksi jual atau sell off besar-besaran. Selama sepekan lalu,

investor melakukan aksi jual sebesar US$3,2 triliun. Kekhawatiran investor

tersebut cukup beralasan mengingat penyebaran virus corona yang sudah

meluas seperti saat ini hingga mempengaruhi aktivitas bisnis di AS. Hal tersebut

didukung oleh pernyataan dari sejumlah perusahaan besar di AS yang

menyebutkan bahwa mereka tidak yakin dapat memenuhi target pertumbuhan

laba pada tahun 2020 ini karena adanya virus corona tersebut.

Dari kawasan Eropa, bursa saham FTSE 100 Inggris dan bursa saham DAX

Jerman jatuh cukup dalam pada perdagangan pekan lalu. Dalam sepekan,

bursa saham FTSE 100 di Inggris melemah sebesar 11,12 persen ke level

6.580,61. Sejalan dengan hal tersebut, bursa saham DAX di Jerman juga

melemah double digit sebesar 12,44 persen ke level 11.890,30. Pelemahan ini

mengikuti pelemahan yang terjadi di hampir seluruh bursa saham dunia akibat

meningkatnya kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona.

Sebagaimana diketahui pada pekan lalu sejumlah negara di kawasan Eropa

telah melaporkan adanya kasus corona. Jerman, Inggris, Prancis, Spanyol, dan

Italia menjadi negara-negara di Eropa yang memiliki kasus corona paling

banyak. Bahkan, kasus corona di Italia telah menembus angka 1.000 kasus yang

mana merupakan kasus terbesar di kawasan Eropa dan menempati ranking 3

besar bersama Tiongkok dan Korea Selatan. Hal tersebut memicu investor di

kawasan Eropa menjadi sangat khawatir bahwa virus corona akan menginfeksi

kawasan tersebut secara cepat.

Dari kawasan Asia, seluruh indeks saham di bursa utama kawasan Asia

melemah dipicu oleh penyebaran virus corona yang meluas di luar

Tiongkok. Para investor sangat khawatir bahwa penyebaran virus corona ini

tidak dapat dikendalikan dan dapat menyebabkan gangguan pada

perekonomian Tiongkok cukup dalam.

Sejumlah analis memperkirakan dampak virus corona terhadap perekonomian

akan lebih buruk dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan oleh virus

SARS terdahulu. Bahkan, jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters

menyebutkan bahwa para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi

Tiongkok pada Q1-2020 hanya akan tumbuh sebesar 3,5 persen atau jauh lebih

rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Q4-2019 yang

sebesar 6,0 persen. Sejumlah ekonom juga memperkirakan bahwa dampak

yang ditimbulkan oleh corona ini mungkin akan sama dengan yang terjadi saat

krisis keuangan global 2008.

Pada perdagangan pekan lalu, indeks Nikkei Jepang melemah 9,59 persen ke

level 21.142,96, indeks Hangseng Hong Kong melemah sebesar 4,32 persen ke

26.12993, indeks Kospi Korea melemah 8,13 persen ke level 1.987,01, indeks

Shanghai Tiongkok melemah 5,24 persen ke level 2.880,30, indeks SET Thailand

melemah 10,34 persen ke level 1.340,52, dan indeks STI Singapura melemah

sebesar 5,34 persen ke level 3.011,08.

Pasar Uang. Indeks dollar AS berada pada level 98,13 pada akhir

perdagangan pekan lalu (28/2) atau melemah sebesar 1,14 persen dalam

sepekan terhadap enam mata uang utama dunia dari posisi 99,26 pada

akhir pekan sebelumnya (21/2). Permintaan dollar AS lesu karena investor

dan trader cenderung wait and see dan enggan mengambil risiko di tengah

ketidakpastian global akibat meningkatnya wabah virus corona. Selain itu,

indeks dollar AS melemah seiring meningkatnya ekspektasi investor bahwa

Federal Reserve (the Fed) akan memangkas suku bunga untuk mengimbangi

dampak penyebaran virus corona. Pada Jumat lalu, The Fed menyatakan bahwa

pihaknya akan bertindak sesuai kebutuhan untuk mendukung ekonomi

domestik dan terus memantau risiko yang ditimbulkan oleh virus corona.

Menurut FedWatch CME Group, harapan investor akan penurunan suku bunga

setidaknya 25 bps pada Maret meningkat menjadi 54,3 persen dibandingkan

33,2 persen pada Rabu (26/2). Kekhawatiran investor juga didukung oleh data

Indeks PMI manufaktur Tiongkok tercatat turun signifikan ke rekor terendah

35,7 pada Februari 2020 dari 50,0 pada Januari 2020. Aktivitas pabrik Tiongkok

Gambar 3. Fed Balance Sheet dan government bond

yields

Page 3: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2020. 3. 3. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 Februari s.d. 1 Maret 2020 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL I. Pasar

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 3

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 6. Semua harga hard commodities yang

diamati melemah secara mingguan

Gambar 5. Harga minyak mentah Brent, minyak mentah

WTI, dan batubara ICE Newcastle melemah secara

mingguan

tersebut mengalami kontraksi tercepat dan meningkatkan kekhawatiran akan

resesi global.

Pasar Obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu

(28/2) ditutup di level 1,15 persen atau turun 32 bps bila dibandingkan

penutupan pekan sebelumnya di angka 1,47 persen. Tingkat imbal hasil UST

10 years menyentuh rekor terendah setelah para investor mengalihkan asetnya

ke safe haven asset karena kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona

semakin meningkat. Saat ini, para investor memandang bahwa obligasi

pemerintah AS merupakan salah satu instrumen investasi yang paling aman di

tengah ketidakpastian perekonomian. Bahkan, US Treasury tenor 2 tahun pada

hari Jumat (28/2) lalu mengalami penurunan imbal hasil harian terbesar sejak

krisis keuangan global tahun 2008 dan menyentuh level di bawah 1 persen,

tepatnya 0,92 persen. Permintaan safe haven asset seperti US Treasury bond ini

membuat harganya meningkat dan menurunkan imbal hasilnya.

Pasar Komoditas. Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global

melemah cukup dalam pada perdagangan pekan lalu. Pada perdagangan

pekan lalu, harga minyak dunia melemah sebesar 14,27 persen ke level US$49,67

per barel. Pelemahan harga minyak mentah dipengaruhi oleh kekhawatiran

investor terhadap dampak yang ditimbulkan oleh virus corona terhadap

permintaan komoditas energi.

Bahkan, S&P Global Platts Analytics merevisi proyeksi permintaan minyak tahun

2020. Lembaga tersebut memperkirakan permintaan minyak akan turun 470 ribu

barel per hari dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya akibat adanya virus

corona yang menyebabkan proses produksi di Tiongkok terganggu. Sebagai

negara konsumen minyak terbesar di dunia, turunnya permintaan minyak

Tiongkok akan berpengaruh signifikan terhadap permintaan minyak global. Dari

sisi pasokan, OPEC+ akan melakukan pertemuan pada awal bulan Maret ini

untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam menghadapi

turunnya permintaan minyak.

Harga komoditas batu bara ICE Newcastle pada pekan lalu (28/2) ditutup

melemah 0,74 persen ke level US$67,4 per metriks ton dibandingkan dengan

penutupan pekan sebelumnya di level US$67,9 per metriks ton. Pelemahan

harga batu bara pada pekan lalu dipengaruhi oleh semakin meluasnya wabah

corona yang diperkirakan akan menurunkan permintaan batu bara. Wabah yang

menyebar di Tiongkok membuat konsumsi batu bara di enam pembangkit listrik

utama Tiongkok, termasuk China Huaneng Group dan China Datang menurun.

Mereka hanya membakar sekitar 400.000 ton batubara setiap hari, atau turun

sepertiganya dari konsumsi harian rata-rata pada lima tahun sebelumnya.

Dilansir dari Reuters, para analis memperkirakan dampak virus corona terhadap

perekonomian Tiongkok berpotensi memangkas angka pertumbuhan PDB

Tiongkok lebih dari 1 persen pada 2020 dan konsumsi listrik juga diperkirakan

turun signifikan. Tiongkok sangat mengandalkan batu bara sebagai pembangkit

listriknya, mencapai sekitar 60 persen dari total pembangkit listrik yang ada. Jika

permintaan terhadap listrik turun, maka terdapat potensi besar permintaan

terhadap batu bara juga akan mengalami penurunan.

Faktor lain yang menyebabkan harga batu bara melemah adalah kembali

beroperasinya perusahaan tambang batu bara Tiongkok yang dikendalikan oleh

pemerintah pusat dan ditargetkan kembali pada kapasitas lebih dari 95 persen.

Lu Junling, kepala departemen batu bara pemerintah Tiongkok, mengatakan

pada konferensi pers bahwa tingkat pembukaan kembali kapasitas untuk semua

perusahaan batubara telah mencapai 76,5 persen.

Dari dalam negeri, Kementerian Perdagangan berencana menerapkan aturan

kewajiban penggunaan kapal nasional untuk ekspor pada 1 Mei 2020. Akan

tetapi, aturan tersebut diprediksi tidak akan berjalan lancar dan justru akan

mengganggu aktivitas ekspor, terutama batu bara. Hal ini dikarenakan

ketersediaan jumlah kapal nasional tidak mencukupi. Asosiasi Pertambangan

Batubara Indonesia (APBI) menyatakan, berdasarkan data Kementerian

Gambar 7. Selain jagung yang tetap, harga soft

commodities melemah secara mingguan

Page 4: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2020. 3. 3. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 Februari s.d. 1 Maret 2020 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL I. Pasar

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 4

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Perhubungan (Kemenhub), sepanjang tahun 2019 total pengapalan atau

shipment untuk ekspor batu bara sebanyak 7.645 kapal. Sementara, kapal

nasional yang digunakan hanya sekitar 1 persen. Jumlah kekuatan armada

muatan curah kering perusahaan pelayaran nasional hanya 182 unit kapal.

Dari sisi usia kapal pun dinilai tak memadai. Untuk kapal Panamax, ukuran

kapal maksimum yang dapat melintasi Kanal Panama, Indonesia hanya

memiliki 18 unit kapal dan mayoritas usia kapal di atas 20 tahun.

Dari komoditas CPO, harga CPO berjangka kontrak acuan di Bursa

Malaysia Derivatives Exchange pekan lalu melemah sebesar 12,15

persen. Pekan lalu, harga CPO ditutup turun ke level 2.357 Ringgit/ton pada

Jumat (28/2) dari penutupan pekan sebelumnya di level 2.683 Ringgit/ton.

Pelemahan harga CPO pada pekan lalu utamanya dipengaruhi oleh

meningkatnya kasus baru corona di luar Tiongkok yang semakin menekan

permintaan CPO. Menurut perusahaan AmSpec Agri Malaysia, ekspor CPO

Malaysia pada 1-25 Februari 2020 turun sebesar 3 persen menjadi 981.073

ton dari 1.011.515 ton pada bulan sebelumnya. Di sisi lain, Malaysian Palm Oil

Board (MPOB) memperkirakan ekspor CPO Malaysia pada 2020 akan turun ke

level 17,4 juta ton yang dipengaruhi oleh penurunan impor India dan

Tiongkok. Sementara itu, produksi pada 2020 diperkirakan mencapai 20,2 juta

ton dan pasokan diperkirakan menyentuh angka 2,3 juta ton.

II. Pasar Keuangan Domestik

IHSG melemah 7,30 persen pada perdagangan minggu lalu ke level

5.452,70 dan diperdagangkan di kisaran 5.288,37 – 5.863,12. Investor non

residen mencatatkan net sell pada perdagangan pekan lalu, dengan total

mencapai Rp4,16 triliun dan tercatat jual bersih sebesar Rp4,76 triliun

secara mtd dan Rp4,72 triliun secara ytd. Nilai rata-rata

transaksi perdagangan harian selama sepekan terpantau naik dari level

Rp6,11 triliun ke level Rp7,07 triliun pada pekan lalu.

Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark pada Jumat (28/2) bergerak

naik antara 22 hingga 50 bps dibandingkan posisi Jumat

(21/2). Berdasarkan data setelmen BI tanggal 26 Februari 2020, kepemilikan

investor non residen turun Rp15,07 triliun (1,4 persen) dibandingkan posisi

Jumat (21/2), dari Rp1.068,89 triliun (38,14 persen) ke Rp1.053,82 triliun (37,38

persen).

Nilai tukar Rupiah melemah sebesar 4,06 persen pada sepekan lalu di

level 14.318 per US$. Secara year to date Rupiah tercatat melemah sebesar

3,26 persen terhadap US$. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah relatif

meningkat signifikan selama sepekan lalu, sebagaimana tercermin dari

perkembangan spread harian antara nilai spot dan non deliverable forward 1

bulan yang bergerak naik dalam rentang Rp155 sampai Rp295 per US$, lebih

tinggi dibanding spread Rp69 sampai Rp178 per US$ pada pekan

sebelumnya. Pekan lalu, Rupiah diperdagangkan di kisaran 13.770 – 14.318

per US$. Secara ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level

Rp13.750 per US$.

III. Perekonomian Internasional

Dari kawasan AS, Ekonomi AS tumbuh moderat pada kuartal IV-2019. Data

Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal IV-2019 tercatat tumbuh

2,1 persen (qoq), didukung oleh tagihan impor yang lebih kecil. Meskipun

pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2019 tidak direvisi atau sejalan dengan

ekspektasi pasar, belanja konsumen AS tercatat melambat lebih dari yang

dilaporkan sebelumnya. Selain itu, terdapat downgrade untuk investasi bisnis

dan pengeluaran pemerintah. Ekonomi AS menghadapi beberapa hambatan

pada awal tahun 2020 seiring dengan kasus virus corona yang telah

mengguncang pasar keuangan.

Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen (Consumer Cofidence)

Conference Board berada di level 130,7 pada Februari atau naik dari 130,4 di

bulan sebelumnya, tetapi masih berada di bawah ekspektasi di level 132.

Gambar 9. Tekanan terhadap Rupiah lebih tinggi

dibanding pekan sebelumnya

Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia sepekan: Rupiah

terdepresiasi, IHSG melemah, dan yield SBN seri

benchmark naik

Gambar 10. Nilai tukar mata uang Asia yang diamati

bervariasi terhadap dolar AS secara mingguan

Page 5: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2020. 3. 3. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 Februari s.d. 1 Maret 2020 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL I. Pasar

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 5

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 12. PDB Jerman stagnan pada Q4 2020

Gambar 13. Inflasi inti Singapura melambat tajam pada

Januari ke level terendah dalam empat tahun

Angka ini masih yang tertinggi sejak September 2019 yang didasari penilaian

konsumen atas kondisi bisnis dan pasar kerja saat ini, dan merupakan

indikator utama untuk memprediksi pengeluaran konsumen yang berperan

penting dalam aktivitas ekonomi AS.

Dari kawasan Eropa, Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman

stagnan di kuartal-IV 2019 diakibatkan pengurangan aktivitas ekspor. Ekspor

Jerman bergantung pada sektor manufaktur yang tertahan oleh perlambatan

ekonomi global serta ketidakpastian bisnis terkait perselisihan tarif dan

gejolak Brexit. Kantor Statistik Federal mencatat penurunan ekspor sebesar

0,2 persen (qoq).

Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde

menyerukan pemerintah zona Euro agar menggunakan anggaran mereka

untuk mendorong pertumbuhan di tengah pelambatan perekonomian zona

Euro. Lemahnya perdagangan internasional telah menyeret sektor

manufaktur zona Euro ke dalam resesi dalam beberapa bulan terakhir. Lebih

lanjut, wabah virus corona berisiko menimbulkan gangguan lebih lanjut.

Dari kawasan Asia Pasifik, Kinerja manufaktur Tiongkok anjlok ke level

terendah sejak krisis finansial 2008 karena penyebaran wabah virus corona

yang belum menunjukkan tanda mereda hingga saat ini. Biro Statistik

Nasional mencatat Purchasing Managing Index (PMI) manufaktur Tiongkok

terperosok ke level 35,7 pada Februari 2020 dari level 50 pada Januari 2020.

Inflasi inti (core inflation) Singapura melambat tajam pada Januari ke level

terendah dalam empat tahun di angka 0,3 persen (yoy), lebih rendah dari

catatan di Desember 2019 sebesar 0,6 persen (yoy), disebabkan rendahnya

harga retail dan jasa layanan yang kemungkinan masih akan bertahan

seiiring tekanan dari epidemi virus corona yang masih membayangi

perekonomian Singapura.

IV. Perekonomian Domestik

Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat

pada Januari 2020. Posisi M2 pada Januari 2020 tercatat Rp6.046,7 triliun

atau tumbuh 7,1 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,5 persen (yoy). Akselerasi

pertumbuhan M2 disumbang oleh kenaikan seluruh komponennya, baik

komponen uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat

berharga selain saham. Uang beredar dalam arti sempit (M1) meningkat, dari

7,4 persen (yoy) pada Desember 2019 menjadi 7,9 persen (yoy) pada Januari

2020, terutama disebabkan oleh pertumbuhan uang kartal. Uang kuasi pada

Januari 2020 juga meningkat sebesar 6,8 persen (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,1

persen (yoy). Peningkatan juga terjadi pada surat berharga selain saham, dari

26,5 persen pada bulan sebelumnya menjadi 31,8 persen (yoy) pada Januari

2020.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga tengah menyiapkan kebijakan stimulus

untuk menjaga pertumbuhan perekonomian nasional sebagai kebijakan

countercyclical dalam mengantisipasi down-side risk dari penyebaran virus

corona. Stimulus tersebut yaitu 1) Relaksasi pengaturan penilaian kualitas

asset kredit dengan plafon sampai dengan Rp10 M, hanya didasarkan pada

satu pilar yaitu ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga, terhadap

kredit yang telah disalurkan kepada debitur di sektor yang terdampak

penyebaran virus corona (sejalan dengan sektor yang diberikan insentif oleh

Pemerintah), 2) Relaksasi pengaturan restrukturisasi kredit yang disalurkan

kepada debitur di sektor yang terdampak penyebaran virus corona (sejalan

dengan sektor yang diberikan insentif oleh Pemerintah), dan 3) Relaksasi

pengaturan ini akan diberlakukan sampai dengan satu tahun setelah

ditetapkan, namun dapat diperpanjang bila diperlukan.

Gambar 13. Inflasi Tiongkok bulan Maret 2019 tumbuh 2,3

persen yoy atau yang tertinggi dalam 5 bulan

Gambar 11. PDB AS tumbuh 2,1 persen qoq pada Q4 2019

Page 6: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2020. 3. 3. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 Februari s.d. 1 Maret 2020 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL I. Pasar

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 6

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

dalam. Dow Jones secara mingguan melemah 3.583 poin atau

12,36 persen. Pelemahan mingguan ini merupakan yang

terburuk sejak krisis keuangan global pada Oktober 2008.

Pelemahan mingguan terparah sejak 2008 juga dialami

S&P500 dan Nasdaq yang masing-masing melemah 11,49

persen dan 10,5 persen dalam sepekan lalu.

Kondisi yang sama juga terjadi di bursa saham DAX Jerman

dan FTSE 100 Inggris. Dua bursa saham utama di kawasan

Eropa ini telah melemah sebesar masing-masing 12,44 persen

dan 11,12 persen. Di kawasan Asia kondisinya tidak lebih baik.

Bursa saham SET Thailand dan Nikkei Jepang menjadi dua

bursa saham utama yang melemah paling dalam selama

sepekan lalu, yaitu masing-masing sebesar 10,34 persen dan

9,59 persen. IHSG sendiri dalam sepekan lalu melemah sebesar

7,30 persen.

Ke depan, sejumlah analis memperkirakan bahwa tekanan di

sektor keuangan masih akan terjadi. Ada 2 pemicu utama.

Pertama adalah kasus kematian pertama di AS yang

diperkirakan akan menambah tekanan pada pasar saham AS

dan global. Kedua, para analis juga memperkirakan sejumlah

data ekonomi global yang sudah dan akan dirilis pada pekan

depan menunjukkan angka yang kurang menggembirakan.

Salah satu contohnya adalah data PMI sektor manufaktur dan

non-manufaktur Tiongkok bulan Februari yang baru saja dirilis

tercatat pada level masing-masing 35,7 dan 29,6. Angka

tersebut turun sangat dalam apabila dibandingkan dengan

periode sebelumnya, bahkan lebih rendah bila dibandingkan

dengan periode ketika krisis keuangan global terjadi pada

tahun 2008. (RF)

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Penyusun: Kindy Rinaldy Syahrir, Alfan Mansur, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho Tajuk: Kindy Rinaldy Syahrir Sumber Data: Bloomberg, Reuters,

CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News

Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

IMF dan World Bank telah

menutup Spring Meeting

yang diselenggarakan

sepanjang minggu lalu. Para

pembuat kebijakan

menyampaikan pesan

mengenai kekhawatiran

yang bercampur dengan

optimisme prospek ekonomi

ke depan. Para Menteri

Keuangan dunia mengakhiri

pembicaraan di Washington

DC yang memadukan

kekhawatiran terhadap

keadaan ekonomi dunia

yang bergerak melambat

saat ini dengan keyakinan

akan segera pulih.

Pergeseran tren yang

menjauh dari pengetatan

kebijakan moneter oleh

bank sentral, kebijakan

stimulus baru-baru ini di

Tiongkok dan meredanya

ketegangan perdagangan

menjadi harapan bahwa

perlambatan ekonomi akan

berlangsung tidak terlalu

lama meskipun tidak ada

yang memperkirakan

momentum booming baru.

Rally pasar saham yang kini

terjadi cukup mengundang

optimisme tentang prospek

pertumbuhan untuk berbalik

"menguat." Direktur

Pelaksana IMF Christine

Lagarde tetap

memperingatkan dunia

berada pada "saat yang

Tajuk Minggu Ini:

Corona Keluar Tiongkok, Bursa Saham Global Melemah

Pada pekan lalu, bursa saham dunia dilanda kecemasan. Virus

corona yang awalnya hanya menyebar di Tiongkok, saat ini telah

menyebar ke 63 negara. Data terakhir menyebutkan bahwa lebih

dari 86 ribu orang terinfeksi, dan 3 ribu orang meninggal dunia

akibat virus tersebut. Dalam sepekan terakhir, penyebarannya

dilaporkan cukup luas ke luar Tiongkok. Sebagai contoh, Amerika

Serikat telah melaporkan kematian pertama akibat corona akhir

pekan lalu. Pun demikian dengan Australia, di waktu yang hampir

bersamaan juga melaporkan ada warganya yang meninggal akibat

virus tersebut.

Di Timur Tengah, Iran menjadi negara dengan kasus corona

terbanyak, yaitu 593 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 43

orang. Dari Eropa, Italia menjadi negara dengan kasus corona

terbanyak yaitu lebih dari 1.000 orang terinfeksi dan 29 orang

meninggal dunia. Hal tersebut menjadikan Italia menjadi salah satu

dari tiga negara yang memiliki lebih dari 1.000 kasus corona

bersama Tiongkok dan Korea Selatan. Di Afrika, kasus corona

terkonfirmasi pertama kali di Nigeria, negara dengan penduduk 200

juta jiwa. Menyikapi hal tersebut, pada pekan lalu World Health

Organization (WHO) meningkatkan status virus corona ke level

tertinggi.

Kondisi ini tentu saja membuat investor khawatir. Bila awalnya yang

terdampak adalah bursa saham di kawasan Asia, saat ini dampaknya

sudah merembet ke hampir seluruh bursa saham. Bahkan pada

pekan lalu, hampir seluruh bursa saham di dunia melemah cukup

dalam karena aksi jual besar-besaran atau sell off. Oleh karena itu,

pekan lalu bisa disebut sebagai salah satu pekan yang berat bagi

bursa saham dunia. Sebagai contoh bursa saham AS, bila pada dua

pekan sebelumnya masih menguat, pada pekan lalu jatuh cukup

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Penyusun: YG Nugroho Agung Wijoyo, Risyaf Fahreza, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho, Zerah Aprial Pasimbong Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada

kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

Gambar 14. Bursa Saham Global Melemah Signifikan dalam sepekan

-12.36%

-11.49%

-11.12%

-10.34%

-9.59%

-8.13%

-7.30%

-5.34%

-5.24%

-4.32%

-3.17%

DowJones

S&P500

FTSE100

SET

Nikkei

KOSPI

JCI

STI

Shanghai

Hangseng

KLCI

Gambar 15. Indeks PMI Tiongkok (Feb) Melemah Lebih Dalam

Dibandingkan dengan GFC 2008

25

30

35

40

45

50

55

60

65

1/1/05

8/1/05

3/1/06

10/1/06

5/1/07

12/1/07

7/1/08

2/1/09

9/1/09

4/1/10

11/1/10

6/1/11

1/1/12

8/1/12

3/1/13

10/1/13

5/1/14

12/1/14

7/1/15

2/1/16

9/1/16

4/1/17

11/1/17

6/1/18

1/1/19

8/1/19

PMIManufacturingChina PMINon-ManufacturingChina

Sumber: Boomberg, diolah Sumber: Boomberg, diolah