118
KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS TENTANG STANDAR PELAYANAN KESEHATAN PADA INSTALASI GAWAT DARURAT (Studi di RSUD Cilacap) SKRIPSI Oleh: GITA WISDHA KUMALA E1A007349 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2011

KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS TENTANG

STANDAR PELAYANAN KESEHATAN PADA INSTALASI GAWAT

DARURAT

(Studi di RSUD Cilacap)

SKRIPSI

Oleh:

GITA WISDHA KUMALA

E1A007349

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2011

Page 2: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ���

KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS TENTANG

STANDAR PELAYANAN KESEHATAN PADA INSTALASI GAWAT

DARURAT

(Studi di RSUD Cilacap).

Oleh :

GITA WISDHA KUMALA

E1A007349

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan Disahkan

Pada Tanggal Februari 2011

Pembimbing I

SARYONO HANADI, S.H.,

M.H.

NIP. 19570329 196801 1 001

Pembimbing II

TEDI SUDRAJAT, S.H., M.H.

NIP. 19800403 200604 1 001

Penguji

HARYANTO DWI A., S.H.,

M.Hum.

NIP. 19570225 198702 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Hj. ROCHANI URIP SALAMI, S.H., M.S.

NIP. 19520603 198003 2 001

Page 3: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ����

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya:

Nama : GITA WISDHA KUMALA

NIM : E1A007349

Judul skripsi : KESADARAN HUKUM DOKTER DAN

PARAMEDIS TENTANG STANDAR PELAYANAN

KESEHATAN PADA INSTALASI GAWAT

DARURAT (Studi di RSUD Cilacap).

Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat adalah hasil karya saya sendiri

dan tidak menjiplak hasil karya orang lain.

Bila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi apapun dari

fakultas.

Purwokerto, Februari 2011

GITA WISDHA KUMALA

E1A007349

Page 4: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

KATA PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah S.W.T. atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Kesadaran Hukum Dokter dan

Paramedis tentang Standar Pelayanan Kesehatan Pada Instalasi Gawat

Darurat (Studi di RSUD Cilacap)” sebagai persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto.

Ketika dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima saran,

masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu dan semua keluarga yang telah memberi support dalam bentuk materiil

maupun immateriil.

2. Teman-teman semua yang telah membantu dan setia menjadi teman

untukku.

3. Dan semua yang tidak dapt disebutkan satu per satu.

Page 5: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah S.W.T. atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Kesadaran Hukum Dokter dan

Paramedis tentang Standar Pelayanan Kesehatan Pada Instalasi Gawat

Darurat (Studi di RSUD Cilacap)” sebagai persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto.

Ketika dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima saran,

masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman, untuk dedikasi, kepemimpinan, dan

kebijakannya.

2. Bapak Saryono Hanadi, SH., M.H. selaku Kepala Bagian Hukum

Kemasyarakatan dan Pembimbing Skripsi, untuk setiap bimbingannya,

kesabarannya dan motivasinya dalam penyusunan karya akademik pamungkas

ini.

3. Bapak Tedi Sudrajat, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, untuk

setiap sudut dedikasi dan ketelitiannya dalam membimbing karya sederhana

ini.

Page 6: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

4. Bapak Haryanto Dwi A., S.H., M.Hum. Selaku dosen penguji skripsi, untuk

setiap bentuk evaluasi atas karya ini.

5. Bapak Rahadi Wasi Bintoro, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing akademik,

untuk setiap dorongan, motivasi, dan bantuannya dalam menyelesaikan studi

penulis di Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

6. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, terima kasih

untuk ilmu yang sangat bermanfaat yang telah bapak/ ibu berikan..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penelitian lebih lanjut berdasarkan skripsi ini sangat terbuka sebagai sumbangan

terhadap ilmu pengetahuan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Purwokerto, Februari 2011

Penyusun

Page 7: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ���

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................ i

HALAMAN JUDUL................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN.................................................................... iv

KATA PENGANTAR................................................................................ v

DAFTAR ISI............................................................................................... vii

ABSTRAK.................................................................................................. x

ABSTRACT................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1

B. Perumusan Masalah.............................................................. 7

C. Tujuan Penelitian.................................................................. 7

D. Kegunaan Penelitian............................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum tentang Pelayanan Kesehatan................................ 10

1. Pengertian dan Pengaturan.......................................... 10

2. Asas-asas Hukum tentang Pelayanan Kesehatan......... 12

3. Hubungan Hukum Dokter dan Pasien......................... 20

4. Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien........................ 28

5. Standar Pelayanan Kesehatan pada Instalasi Gawat

Page 8: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ����

Darurat............................................................................ 39

B. Kesadaran Hukum............................................................. 43

1. Pengertian Hukum dan Kesadaran Hukum.................. 43

a. Pengertian Hukum............................................... 43

b. Pengertian Kesadaran Hukum............................. 46

2. Teori-teori Kesadaran Hukum..................................... 49

3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Kesadaran

Hukum....................................................................... 54

a. Faktor Motivasi................................................. 54

b. Faktor Komunikasi............................................ 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Pendekatan......................................................... 62

2. Metode Penelitian............................................................ 62

3. Spesifikasi Penelitian...................................................... 63

4. Lokasi Penelitian............................................................. 63

5. Populasi Penelitian......................................................... 64

6. Metode Pengambilan Sampel......................................... 64

7. Jenis dan Sumber Data................................................... 65

a. Data Primer.............................................................. 65

b. Data Sekunder......................................................... 65

8. Data yang diperlukan..................................................... 65

Page 9: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ���

9. Metode Pengumpulan Data........................................... 66

10. Metode Pengolaan Data............................................... 67

11. Metode Penyajian Data................................................. 68

12. Definisi Operasional Variabel....................................... 68

13. Metode Analisa Data..................................................... 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Kesadaran Hukum Dokter dan Paramedis tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat

di RSUD Cilacap........................................................... 71

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesadaran Hukum Dokter dan

Paramedis tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada

Pelayanan Gawat Darurat.............................................. 90

BAB V PENUTUP

A. Simpulan......................................................................... 102

B. Saran............................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA�

Page 10: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS TENTANG

STANDAR PELAYANAN KESEHATAN PADA INSTALASI GAWAT

DARURAT (Studi di RSUD Cilacap)

Oleh :

GITA WISDHA KUMALA

E1A007349

ABSTRAK

Hukum adalah seperangkat aturan atau norma yang memiliki kekuatan

sanksi yang pelaksanaannya dapat dipaksakan oleh negara/aparat penyelenggara

negara. Dalam kehidupan sehari-hari hukum mengikat segala macam kegiatan

manusia. Untuk menegakkan hukum di dalam masyarakat kita perlu mengukur

tingkat kesadaran hukum masyarakat. Tingkat kesadaran hukum dapat dilihat dari

indikator pengetahuan hukum, pengetahuan isi hukum, sikap hukum dan pola

perilaku hukum.

Dalam penelitian ini penulis mengukur tingkat kesadaran hukum dokter dan

paramedis tentang standar pelayanan kesehatan pada instalasi gawat darurat.

Dengan metode turidi sosiologis penulis membedah tingkat kesadaran hukum

melalui angka-angka. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat kesadaran

hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan minimal Rumah Sakit

pada pelayanan gawat darurat relatif tinggi, faktor-faktor dominan yang

cenderung mempengaruhi terhadap kesadaran hukum dokter dan paramedis

adalah faktor motivasi dan faktor komunikasi. Berkebalikan dengan faktor

lamanya masa kerja, yang berdampak negatif terhadap kesadaran hukum tersebut.

Kata kunci : Kesadaran hukum, faktor motivasi, faktor komunikasi, fakor lamanya

masa kerja.

Page 11: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ���

KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS TENTANG

STANDAR PELAYANAN KESEHATAN PADA INSTALASI GAWAT

DARURAT (Studi di RSUD Cilacap)

Oleh :

GITA WISDHA KUMALA

E1A007349

ABSTRACT

Law is a set of rules or norms that have the power to implement sanctions

that can be imposed by the state or the state apparatus. In everyday life all kinds

of binding law of human activity to enforce the law in our society can be seen

from the indicator of law awareness, law acquaintance, law attitude, law

behaviour. In this study authors measured the level of legal awareness of doctors

and paramedics on the standard of health care in the emergency department.

With juridical studies of sociological method to dissect of awareness of the

writter through the numbers. The result illustrate that the level legal awareness of

doctors and paramedics on the minimum standard of service at the Hospital

emergency services are relativity high, the dominant factors that tend to influence

the legal awareness of legal awareness of doctors and paramedics on the

minimum standard of service at the Hospital emergency services are is factor of

motivation and factor communication.�In contrast to factor the length of working

lives, which impact negatively on the legal consciousness.

Keywords : Legal awareness, factor of motivation and factor communication,

factor the length of working lives.

Page 12: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan seperti yang telah

diamanatkan Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Pelayanan kesehatan1 adalah setiap upaya baik yang

diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengobati

penyakit dan memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap perorangan,

kelompok atau masyarakat.

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu kegiatan dalam upaya kesehatan,

yang bertujuan mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

masyarakat. Pengaturan tentang pelayanan kesehatan terdapat dalam Undang-

Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-undang No. 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran, walaupun di antara keduanya tidak didapatkan

pengertian tentang pelayanan kesehatan, namun dapat dimengerti dari adanya

pengertian upaya kesehatan.

Dalam ketentuan umum Pasal 1 butir 11 Undang No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan hanya dirumuskan pengertian mengenai upaya kesehatan, yang

menentukan bahwa :

������������������������������������������������������������

1 Kesehatan menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental spiritual maupun sosial yang memungkinkan

setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Page 13: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

“Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian

kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, dan

pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat”.

Ketentuan tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa, pada dasarnya masalah

pelayanan kesehatan telah jelas diatur dalam Undang-Undang Kesehatan, oleh

karena pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan,

yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan secara perseorangan maupun

kelompok atau masyarakat dengan berbagai pendekatan upaya kesehatan. Hal ini

tercermin dalam ketentuan Pasal 48 ayat (1) huruf a, yang menyatakan bahwa,

“Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 47

dilaksanakan melalui kegiatan pelayanan kesehatan”.

Berkaitan dengan hal di atas, terdapat korelasi antara para pihak di dalam

pelayanan kesehatan yaitu hubungan hukum antara pasien dan dokter. Pengaturan

hubungan tersebut diatur dalam peraturan perundang-undangan yang menegaskan

hak dan kewajiban antara pasien dan dokter. Hak dan kewajiban tersebut tidak

terbatas pada apa yang telah disepakati ataupun yang ditentukan oleh Undang-

undang saja, tetapi juga yang timbul dari kebiasaan dan kepatutan di dunia

kedokteran.

Sifat yang mendasari hubungan ini adalah relationship (hubungan),

sedangkan hubungan vertikal paternalistik antara dokter dan pasien dengan sifat

father know the best (dokter mempunyai keputusan yang terbaik). Sifat dari

hubungan yang kedua merupakan istilah yang dipakai sebelum adanya

perkembangan Hukum Kesehatan.

Page 14: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Terdapat pengaturan hubungan antara dokter dan pasien, bertujuan agar

dokter dalam melakukan kewajibannya disertai dengan perlindungan hukum, di

pihak lain seorang pasien mendapat pelayanan kesehatan berdasarkan haknya

sesuai prosedur yang berlaku.

Menurut Rano Indradi,2 secara umum pasien mempunyai 2 (dua) hak yang

bersifat individual, yaitu hak atas informasi atau the right to information dan hak

untuk menentukan nasib sendiri atau the right to self determination yang dimiliki

oleh pasien. Hak itu sendiri adalah kebebasan untuk berbuat sesuatu berdasarkan

hukum. Kedua hak tersebut yang menjadi pedoman seorang pasien mendapatkan

kelayakan untuk dipahami selama dalam proses pelayanan kesehatan.

Hak yang pertama, the right to information adalah hak atas informasi.

Dalam hak ini berkaitan dengan persetujuan pasien atau Informed Consent. Segala

tindakan medis yang akan dilakukan kepadanya, Dokter wajib memberikan

informasi-informasi terkait sesuai prosedur kepada pasien dan/atau keluarganya.

Hak yang kedua, the right to self determination adalah hak untuk

menentukan nasib sendiri. Setelah mendapatkan informasi dari Dokter maka

pasien dan/atau keluarganya yang berhak dapat mengambil sebuah keputusan

tentang tindakan medis yang akan dilakukan.

Memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh pasien, berdasarkan upaya

peningkatan pelayanan kesehatan terdapat hak dan kewajiban bagi masing-masing

pihak, sehingga diperlukan adanya kesadaran hukum dokter dalam melakukan

������������������������������������������������������������

�� Rano Indradi, 25 January 2007, Informed Consent, Hak-Hak Pasien dalam Menyatakan

Persetujuan Rencana Tindakan Medis, dapat diakses http://ranocenter.blogspot.com/ (online), 7

Juli 2010.

Page 15: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

kewajibannya yaitu memberikan pelayanan kesehatan. Menurut Veronika

Komalawati,3 Dokter sebagai pengemban profesi adalah orang yang mengabdikan

diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui

pendidikan di bidang kedokteran yang memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan.

Berdasarkan pembahasan di atas, dokter dan paramedis dalam menjalankan

kewajibannya didasari oleh Standar Pelayanan Kesehatan yang telah ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mewujudkan hak-hak

pasien dan juga memenuhi kewajiban dari pihak dokter dan paramedis, maka

harus memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit (SPMRS). Dengan demikian sangatlah penting upaya-

upaya pelayanan kesehatan melalui pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

standar pelayanan yang telah ditentukan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.

129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan tersebut, terdapat banyak ketentuan-

ketentuan termasuk pelayanan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, bedah

sentral, dan lain sebagainya. Salah satu standar pelayanan kesehatan Rumah sakit

dilaksanakan pada instalasi gawat darurat, sebagai ujung tombak penyelamatan

pasien yang memanfaatkan pelayanan kesehatan pada setiap rumah sakit.

Pelayanan pada instalasi gawat darurat yang merupakan bagian pada pelayanan

umum Rumah sakit, harus pula tunduk pada standar pelayanan minimal Rumah

sakit.

������������������������������������������������������������

3 Veronika Komalawati, 2002, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeuti Studi

Tinjauan Yuridis, Cetakan Kedua, Citra Aditya Bhakti, Bandung. Hlm. 17.

Page 16: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

Berkaitan tentang pelayanan gawat darurat, terdiri dari 9 (sembilan)

ketentuan yang harus dilaksanakan. Pelayanan Gawat Darurat di Rumah sakit

harus memenuhi standar antara lain 9 (sembilan) indikator tersebut yaitu :

1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa, dengan standar 100%.

2. Jam buka pelayanan Gawat Darurat, dengan standar 24 jam.

3. Pemberi pelayanan Gawat Darurat yang bersertifikat dan masih berlaku

BLS/PPGD/GELS/ALS, dengan standar 100%.

4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana, dengan standar 1 (satu) tim.

5. Waktu tanggap pelayanan Dokter di Gawat Darurat, dengan standar kurang

dari 5 menit terlayani, setelah pasien datang.

6. Kepuasan pelanggan, dengan standar lebih dari 70%.

7. Kematian pasien kurang dari 24 jam, dengan standar kurang dari dua per

seribu ( pindah ke pelayanan rawat inap setelah delapan jam).

8. Khusus untuk Rumah Sakit Jiwa pasien dapat ditenangkan dalam waktu

kurang lebih 48 jam, dengan standar 100%.

9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka, dengan standar

100%.

Membahas lebih lanjut tentang pelayanan kesehatan, tidak sedikit fenomena

di dalam praktik kedokteran yang menjadi perhatian publik bahkan sampai

jenjang sengketa medis, dan tidak jarang pula sampai lembaga peradilan.

Fenomena tersebut seperti kasus Prita Mulyasari di Rumah sakit Omni

Page 17: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

Internasional Alam Sutra Serpong Tangerang, gugatan Yan Young Joon4 di

Rumah sakit Jakarta, kasus dr. Setyoningrum5 di Pati yang melalui peradilan

tingkat pertama sampai dengan tingkat ketiga, kasus Aborsi di Rumah sakit dr.

Soetomo Surabaya, kasus-kasus pengambilan ginjal yang tidak berfungsi,

tertinggalnya kain kasa disaluran kencing di Rumah sakit Banyumas.

Di antara banyak fenomena yang telah saya sebutkan di atas, masih banyak

pula kasus-kasus lainnya yang tidak sempat terungkap di media massa, baik cetak

maupun elektronik. Fenomena-fenomena tersebut merupakan gambaran yang

menarik untuk dikaji yang pada prinsipnya kesemuanya disebabkan karena

pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang tidak baik dan tidak memenuhi

memenuhi standar pelayanan minimal Rumah sakit (SPMRS).

Berkaitan dengan hal tersebut, hak-hak pasien, kewajiban dokter dan

paramedis serta SPMRS tersebut harus diketahui dan dipahami baik oleh pasien,

dokter dan paramedis maupun pihak rumah sakit. Hal tersebut ditujukan agar

pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntutan pasien yaitu

pelayanan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu tersebut harus

didasarkan pada sikap dan perilaku dokter dan paramedis sesuai dengan SPMRS.

Pelayanan kesehatan yang bermutu itu dapat diwujudkan apabila dokter dan

paramedis mengetahui dan memahami isi standar pelayanan kesehatan. Oleh

karena itu dalam pelaksanaan standar pelayanan kesehatan dalam Rumah sakit

diperlukan kesadaran hukum tentang standar pelayanan minimal itu sendiri.

������������������������������������������������������������

4 Safitri Handayani, 2005, Sengketa Medik, alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter

dengan Pasien, Diadit Media, Jakarta. Hlm. 65. 5 Anny Isfandyarie, 2005, Malpraktek dan ResikoMedik dalam Kajian Hukum Pidana, Prestasi

Pustaka Pulisher, Jakarta. Hlm. 13.

Page 18: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sikap hukum dan perilaku hukum

dalam pelayanan kesehatan merupakan indikator-indikator yang harus dipenuhi

oleh dokter dalam menjalankan kewajibannya.

Berdasarkan pada hal tersebut diatas, maka penelitian ini memiliki arti

penting, terutama dalam rangka menganalisis pengetahuan, pemahaman, sikap dan

pola perilaku dokter dan paramedis yang berkaitan dengan SPMRS tersebut, yang

merupakan unsur-unsur yang terintegrasi dalam membentuk kesadaran hukum

dokter dan paramedis. Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan merumuskan ke dalam judul Skripsi tentang

Kesadaran hukum Dokter dan Paramedis tentang Standar Pelayanan

Kesehatan pada Instalasi Gawat Darurat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditarik perumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tingkat kesadaran hukum Dokter dan Paramedis tentang

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat?

2. Bagaimanakah pengaruh faktor motivasi, komunikasi dan lamanya masa kerja

terhadap tingkat kesadaran hukum Dokter dan Paramedis tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Page 19: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

1. Untuk mengetahui tingkat kesadaran hukum Dokter dan Paramedis tentang

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor motivasi, komunikasi dan lamanya masa

kerja terhadap tingkat kesadaran hukum Dokter dan Paramedis tentang

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Gawat Darurat.

D. Kegunaan Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain :

1. Kegunaan yang bersifat Teoritis

a. Pelayanan kesehatan merupakan bagian dari hukum kesehatan yang

keberadaannya masih baru dan penelitian-penelitian yang berkaitan

dengan SPMRS masih tergolong langka terutama dalam Strata Satu (S1).

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi ilmiah dalam

rangka pengembangan dan pembaharuan ilmu dan pengetahuan hukum

pada umumnya dan hukum kesehatan pada khususnya.

b. SPMRS merupakan parameter pelayanan kesehatan yang masih jarang

dilakukan penenlitian secara empiris. Hasil penelitian ini dapat berguna

sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti-peneliti sejenis di masa-

masa mendatang.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan materi

secara teoritis yang baik pada perguruan tinggi maupun pada Rumah

Sakit-Rumah Sakit dalam rangka mencapai tujuan pelayanan kesehatan

yang bermutu sebagai tuntutan dari pasien.

Page 20: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

2. Kegunaan yang bersifat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai input atau masukan

bagi perancang pembangunan hukum kesehatan, pembuat peraturan per-

Undang-undangan, dan pembuatan kebijakan Rumah Sakit itu sendiri,

dalam rangka peningkatan layanan kesehatan bagi masyarakat atau pasien

dan pengembangan institusi Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan

kesehatan yang mengembangkan amanat Undang-undang No. 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan dan Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah bagi praktisi

hukum maupun praktisi medis di Rumah Sakit dalam rangka memecahkan

masalah-masalah yang mungkin timbul yang sekaligus mencegah

sengketa-sengketa medis dalam pelayanan kesehatan terutama yang dapat

merugikan baik pasien, reputasi dokter dan paramedis serta nama baik

Rumah Sakit itu sendiri.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan ilmiah

untuk mengembangkan kerjasama personal maupun bilateral antar

lembaga yang terkait dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang

sesuai dengan pelayanan minimal Rumah Sakit.

Page 21: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum tentang Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian dan Pengaturan

Di awali dengan pengertian pelayanan kesehatan, Pelayanan kesehatan

(health care service) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan baik perorangan maupun kelompok atau

masyarakat secara keseluruhan. Menurut Lavey dan Loomba sebagaimana dikutip

oleh Hendrojono Soewono6 mengatakan bahwa ;

“Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya baik

yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu

organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah

penyakit, mengobati penyakit dan memulihkan kesehatan yang

ditujukan terhadap perorangan, kelompok atau masyarakat”.

Pengertian pelayanan kesehatan di atas, senada dengan pendapatnya Abdul

Bari Syaifudin7 yang menyatakan bahwa ;

“Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan

secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, kelompok dan/atau masyarakat”.

Pengertian pelayanan kesehatan menurut Soerjono Soekanto8, menyatakan

bahwa :

������������������������������������������������������������

6 Hendrojono Soewono, 2007, Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktik Kedokteran dalam

Transaksi Terapeutik, Srikandi, Surabaya. Hlm. 100-101. 7 Abdul Bari Syaifudin, 2002. Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, Hlm. 17.

Page 22: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

“Pelayanan kesehatan merupakan suatu usaha profesi kesehatan untuk

mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan pada setiap orang

atau masyarakat yang lebih baik dari keadaan kesehatan sebelumnya,

secara terus menerus dan berkesinambungan agar dapat hidup

sejahtera serta produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan

kondisi, situasi dan kemampuan yang nyata dari setiap orang ataupun

masyarakat”.

Menurut Wiku Adisasmito9 dalam studinya tentang analisis kebijakan

kesehatan berpendapat bahwa ;

“Pelayanan kesehatan adalah segala bentuk kegiatan yang ditujukan

untuk meningkatkan derajat suatu masyarakat yang mencakup

kegiatan penyuluhan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang diselenggarakan secara

terpadu dan berkesinambungan yang secara sinergis berhasil guna dan

berdaya guna sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-

tingginya”.

Azrul Anwar,10

berpendapat bahwa dari pengertian-pengertian pelayanan

kesehatan di atas, dapat ditarik kesimpulan, berbagai bentuk dan jenis pelayanan

kesehatan, ditentukan oleh :

a. Pengorganisasian pelayanan, apakah diselenggarakan secara mandiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi;

b. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan

kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan

penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya;

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

8 Soerjono Soekanto, 1990. Segi-segi Hukum Hak dan kewajiban Pasien Dalam Kerangka Hukum

Kesehatan, CV. Mandar Maju, Bandung, Hlm. 12. 9 Wiku Adisasmito, 2008. Kebijakan Standar Pelayanan Medik dan Diagnosis Related Group

(DRG), Kelayakan Penerapannya di Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia, Jakarta, Hlm. 9. 10 Azrul Anwar, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta,

Hlm. 36.

Page 23: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

c. Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk perseorangan, keluarga, kelompok

ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan.

Pengaturan tentang pelayanan kesehatan terdapat dalam Undang-Undang

No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-undang No. 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, walaupun di antara keduanya tidak didapatkan

pengertian tentang pelayanan kesehatan, namun dapat dimengerti dari adanya

pengertian upaya kesehatan.

2. Asas-asas Hukum tentang Pelayanan Kesehatan

Menurut Soedikno Mertokusumo,11

mengatakan bahwa setiap ada hukum, di

dalamnya terdapat asas-asas yang menjadi dasarnya. Pengertian asas hukum

menurut Belefroid, asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum

positif yang oleh ilmu hukum dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih

umum, asas hukum merupakan pengendapan dari positif. Membahas asas hukum

menurut Scholten, asas hukum kecenderungan-kecenderungan yang diisyaratkan

oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum dan merupakan sifat-sifat umum

dengan keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum tetapi harus ada.

Asas hukum dapat dibagi menjadi dua, yaitu asas hukum umum dan asas

hukum khusus. Asas hukum umum adalah asas hukum yang berhubungan dengan

seluruh bidang hukum, seperti asas restititio in integrum, asas lex posteriori

derogat legi priori, asas bahwa apa yang lahirnya tampak sebagai benar (sah)

������������������������������������������������������������

11 Soedikno Mertokusumo, 2001, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta.

Hlm. 11.

Page 24: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

untuk sementara harus dipertahankan demikian sampai diputus oleh Pengadilan,

asas demi kepastian hukum, asas nebis in idem.

Asas hukum yang kedua ialah asas hukum khusus, berfungsi dalam bidang

yang lebih sempit, seperti dalam bidang hukum perdata, hukum pidana, dan

sebagainya. Asas hukum khusus merupakan penjabaran dari hukum khusus,

meliputi pacta sunt servanda, asas konsesualisme, asas yang tercantum dalam

pasal 1977 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, asas praduga tak bersalah.

Membahas tentang Asas Hukum Pelayanan Kesehatan yang merupakan asas

hukum khusus, di dalamnya juga terdapat asas hukum. Menurut Veronica

Komalawati12

, yang mengatakan bahwa, asas-asas hukum yang berlaku dan

mendasari pelayanan kesehatan dapat disimpulkan secara garis besarnya sebagai

berikut :

a. Asas Legalitas

Asas ini pada dasarnya tersirat di dalam Pasal 23 ayat (1), (2) dan (3)

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa:

(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan

kesehatan;

(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan

bidang keahlian yang dimiliki;

(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan

wajib memiliki izin dari pemerintah.

Ketentuan yang mengatur point (3), tercantum dalam Pasal 29 ayat (1) dan

(3); Pasal 36; Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran. Dari ketentuan di atas dapat ditafsirkan bahwa, keseluruhan

������������������������������������������������������������

12 Veronica Komalawati, 2002. Op. Cit. Hlm. 126-133.

Page 25: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

persyaratan tersebut merupakan landasan legalitasnya dokter dan dokter gigi

dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Artinya, “asas legalitas” dalam

pelayanan kesehatan secara laten tersirat dalam Undang-Undang No. 29 tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran.

b. Asas Keseimbangan

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus diselenggarakan secara

seimbang antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat, antara fisik

dan mental, antara material dan spiritual. Di dalam pelayanan kesehatan dapat

pula diartikan sebagai keseimbangan antara tujuan dan sarana, antara sarana dan

hasil, antara manfaat dan risiko yang ditimbulkan dari pelayanan kesehatan yang

dilakukan. Dengan demikian berlakunya asas keseimbangan di dalam pelayanan

kesehatan sangat berkaitan erat dengan masalah keadilan yang bersifat kasustis,

karena berhubungan dengan alokasi sumber daya dalam pelayanan kesehatan.

c. Asas Tepat Waktu

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, asas tepat waktu merupakan

asas yang cukup krusial, karena sangat berkaitan dengan akibat hukum yang

timbul dari pelayanan kesehatan. Dicontohkan dengan sebuah kelalaian dokter

untuk memberikan pertolongan tepat pada saat yang dibutuhkan, dapat berakibat

menimbulkan kerugian pada pasien. Berlakunya asas ini harus diperhatikan

dokter, karena tidak dapat menerima alasan apapun dalam hal keselamatan nyawa

pasien yang terancam yang disebabkan karena keterlambatan dokter dalam

menangani pasiennya.

d. Asas Itikad Baik

Page 26: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Asas itikad baik ini pada dasarnya bersumber pada prinsip etis untuk berbuat

baik pada umumnya yang perlu pula diaplikasikan dalam pelaksanaan kewajiban

dokter terhadap pasien dalam pelayanan kesehatan. Dokter sebagai pengemban

profesi, penerapan asas itikad baik akan tercermin pada sikap penghormatan

terhadap hak-hak pasien dan pelaksanaan praktik kedokteran yang selalu patuh

dan taat terhadap standar profesi. Kewajiban untuk berbuat baik ini tentunya

bukan tanpa batas, karena berbuat baik harus tidak boleh sampai menimbulkan

kerugian pada diri sendiri.

e. Asas Kejujuran

Kejujuran merupakan salah satu asas yang penting untuk dapat

menumbuhkan kepercayaan pasien kepada dokter dalam pelayanan kesehatan.

Berlandaskan asas kejujuran, dokter berkewajiban untuk memberikan pelayanan

kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien, yakni sesuai standar profesinya.

Penggunaan berbagai sarana yang tersedia pada institusi pelayanan kesehatan,

hanya dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien yang bersangkutan.

Asas kejujuran merupakan dasar bagi terlaksananya penyampaian informasi

yang benar, baik dari pasien maupun dokter dalam berkomunikasi. Kejujuran

dalam menyampaikan informasi dapat sangat membantu dalam kesembuhan

pasien. Kebenaran informasi berhubungan dengan hak setiap manusia untuk

mengetahui kebenaran.

f. Asas Kehati-hatian

Kedudukan dokter sebagai tenaga profesional di bidang kesehatan, tindakan

dokter harus didasarkan atas ketelitian dalam menjalankan fungsi dan tanggung

Page 27: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

jawabnya dalam pelayanan kesehatan. Kecerobohan dalam bertindak dapat

mengakibatkan terancamnya jiwa pasien, dan berakibat dokter terkena tuntutan

pidana. Asas kehati-hatian ini secara yuridis tersirat di dalam Pasal 58 ayat (1)

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menentukan bahwa:

“Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,

dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan

atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya”.

Dalam pelaksanaan kewajiban dokter, asas kehati-hatian ini diaplikasikan

dengan mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien terutama hak atas

informasi dan hak untuk memberikan persetujuan yang erat kaitannya dalam

transaksi terapeutik.

g. Asas Keterbukaan

Salah satu asas yang ditentukan dalam Pasal 2 Undang-Undang No. 36 tahun

2009 tentang Kesehatan adalah asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban,

yang secara tersirat di dalamnya terkandung asas keterbukaan. Hal ini dapat

diinterpretasikan dari Penjelasan Pasal 2 angka (9) yang berbunyi ; “Asas

penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan kesehatan

dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan

kedudukan hukum”.

Pelayanan kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna hanya dapat

tercapai bilamana ada keterbukaan dan kesamaan kedudukan dalam hukum antara

dokter dan pasien dengan didasarkan pada sikap saling percaya. Sikap tersebut

dapat tumbuh apabila dapat terjalin komunikasi secara terbuka antara dokter dan

Page 28: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

pasien, dimana pasien dapat memperoleh penjelasan dari dokter dalam

komunikasi yang transparan atau terbuka.

Munir Fuady sebagaimana dikutip oleh Anny Isfandyarie13

mengemukakan

pendapatnya bahwa, di dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan terdapat

beberapa asas etika modern dari praktik kedokteran yang disebutkan oleh

Catherine Tay Swee Kian antara lain sebagai berikut :

a. Asas Otonom

Asas ini menghendaki agar pasien yang mempunyai kapasitas sebagai

subyek hukum yang cakap berbuat, diberikan kesempatan untuk menentukan

pilihannya secara rasional sebagai wujud penghormatan terhadap hak asasinya

untuk menentukan nasibnya sendiri.

Dokter tetap harus menghormati pilihan pasien dan berusaha untuk

menjelaskan dengan sebenarnya menurut pengetahuan dan keahlian profesional

dokter tersebut, agar pasien benar-benar mengerti dan memahami tentang akibat

yang akan timbul saat pilihannya tidak sesuai dengan anjuran dokter. Suatu

kewajiban dokter untuk memberikan masukan kepada pasien tentang dampak

negatif yang mungkin timbul sebagai akibat ditolaknya anjuran dokter tersebut.

b. Asas Murah Hati

Asas ini mengajarkan kepada dokter untuk selalu bersifat murah hati dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasiennya. Berbuat kebajikan, kebaikan

dan dermawan merupakan anjuran yang berlaku umum bagi setiap individu. Hal

ini hendaknya dapat diaplikasikan dokter dalam pengabdian profesinya dalam

������������������������������������������������������������

13 Anny Isfandyarie, 2006. Tanggung Jawab dan Sanksi Bagi Dokter Buku I dan II, Prestasi

Pustaka Publisher, Jakarta. Hlm. 83-86

Page 29: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

pelayanan kesehatan yang dilakukan baik terhadap individu pasien maupun

terhadap kesehatan masyarakat.

c. Asas Tidak Menyakiti

Dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien, dokter hendaknya

mengusahakan untuk tidak menyakiti pasien tersebut, walaupun hal ini sangat

sulit dilakukan, karena kadang-kadang dokter harus melakukan pengobatan yang

justru menimbulkan rasa sakit kepada pasiennya. Dalam hal terjadi demikian,

maka dokter harus memberikan informasi kepada pasien tentang rasa sakit yang

mungkin timbul sebagai akibat tindakan yang dilakukan guna kesembuhan pasien

tersebut dan agar pasien tidak menganggap apa yang telah dilakukan dokter

bertentangan dengan asas tidak menyakiti.

d. Asas Keadilan

Keadilan harus dilakukan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan

dalam artian bahwa dokter harus memberikan pengobatan secara adil kepada

pasien dengan tidak memandang status sosial ekonomi mereka. Di samping itu,

asas ini juga mengharuskan dokter untuk menghormati semua hak pasien antara

lain hak atas kerahasiaan, hak atas informasi dan hak memberikan persetujuannya

dalam pelayanan kesehatan.

e. Asas Kesetiaan

Asas kesetiaan mengajarkan bahwa dokter harus dapat dipercaya dan setia

terhadap amanah yang diberikan pasien kepadanya. Pasien berobat kepada dokter,

karena percaya bahwa dokter akan menolongnya untuk mengatasi penyakit yang

dideritanya. Hal ini merupakan amanah yang harus dilaksanakan dokter dengan

Page 30: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

penuh tanggung jawab untuk menggunakan segala pengetahuan dan keahlian yang

dimilikinya demi keselamatan pasiennya.

f. Asas Kejujuran

Menurut M. I. Wiwik Yuni Hastuti dalam Tesisnya,14

asas ini mengajarkan

bahwa, dalam pelayanan kesehatan menghendaki adanya kejujuran dari kedua

belah pihak, baik dokter maupun pasiennya. Dokter harus secara jujur

mengemukakah hasil pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien,

dan pasien pun harus secara jujur mengungkapkan riwayat perjalanan

penyakitnya. Dalam praktik pelayanan kesehatan, pelaksanaan Informed Consent

harus berorientasi pada kejujuran.

Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan ditetapkan bahwa, “Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan

berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan,

penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminasi

dan norma-norma agama”. Lebih lanjut ditentukan dalam Pasal 2 Undang-Undang

No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang menyebutkan bahwa,

“Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai

ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan

keselamatan pasien”.

3. Hubungan Hukum Dokter dan Pasien

������������������������������������������������������������

14 M. I. Wiwik Yuni Hastuti, 2010, Penyelesaian Sengketa Medik (Studi tentang Aspirasi dan

Motivasi Pemilihan Model Penyelesaian Sengketa Medik Dokter dan Pasien dengan Pendekatan

Non-Litigasi dalam Pelayanan Kesehatan di RSUD Banyumas), Tesis, Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto. Hlm. 19-25.

Page 31: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Dalam dunia kesehatan saat ini, semakin meningkatnya kebutuhan

masyarakat kepada pelayanan kesehatan dan meningkatnya perhatian terhadap

hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan, menjadikan semakin

meningkat pula peranan hukum dalam pelayanan kesehatan untuk mengatur

hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan.�

Menurut Hermien Hadiati Koewadji,15

hubungan antara dokter dan pasien,

terdapat jenis sifat di dalamnya. Sifat father know the best dalam hubungan antara

pasien dan Dokter yang terjadi beberapa tahun lalu. Dunia kedokteran sebenarnya

sudah memiliki model hubungan terapeutik yang mapan, yaitu suatu hubungan

paternalistik atas dasar kepercayaan. Dokter mempunyai kewenangan besar

terhadap pasien, termasuk dalam pengambilan keputusan dan dianggap yang

terbaik bagi pasien karena dokter mengetahui tentang segala hal sesuatu yang

berkaitan dengan penyakit, sedangkan pasien tidak tahu apa-apa tentang penyakit,

terlebih tentang bagaimana penyembuhannya.

Beralih dari sifat hubungan father know the best menjadi sifat relationship

pada saat ini kedudukan dokter dan pasien adalah sama. Kedudukan tersebut

bersifat horizontal kontraktual, yaitu sederajat dan berdasarkan perjanjian yang

telah disepakati keduanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan pihak yang

membutuhkan. Dalam hal ini dokter wajib memberikan waktu bagi pasien untuk

berfikir, menimbang dan memutuskan tindakan yang akan dilakukan kepadanya

atas informasi dari dokter.

������������������������������������������������������������

��Hermien Hadiati Koewadji, 1999, Hukum Kedokteran (Studi tentang Hubungan Hukum Dalam

Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), Citra Aditya Bhakti, Bandung. Hlm. 66.

Page 32: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Soerjono Soekanto,16

mengatakan bahwa perubahan pola hubungan hukum

antara dokter dengan pasien tersebut, terjadi karena disebabkan beberapa faktor

antara lain :

a. Kepercayaan tidak lagi tertuju pada dokter pribadi, akan tetapi

pada keampuhan ilmu dan teknologi kesehatan;

b. Masyarakat menganggap bahwa tugas dokter tidak hanya

menyembuhkan, akan tetapi lebih ditekankan pada perawatan;

c. Ada kecenderungan untuk menyatakan bahwa kesehatan bukan

lagi merupakan keadaan tanpa penyakit, akan tetapi lebih berarti

kesejahteraan fisik, mental dan sosial;

d. Semakin banyaknya peraturan yang memberikan perlindungan

hukum kepada pasien, sehingga pasien semakin mengetahui dan

memahami hak-haknya dalam hubungan dengan dokter;

e. Tingkat kecerdasan masyarakat mengenai kesehatan semakin

meningkat dan mampu mengadakan penilaian.

Kedudukan para pihak di dalam pelayanan kesehatan, dokter dapat dilihat

dalam kedudukannya selaku profesional di bidang medik yang harus berperan

aktif, dan pasien dapat dilihat dalam kedudukannya sebagai penerima layanan

medik yang mempunyai penilaian terhadap penampilan dan mutu pelayanan

medik yang diterimanya. Hal ini disebabkan, dokter bukan hanya melaksanakan

pekerjaan melayani atau memberi pertolongan semata-mata, tetapi juga

melaksanakan pekerjaan profesi yang terkait pada suatu kode etik kedokteran.

Beberapa ahli yang telah melakukan penelitian tentang hubungan antara

dokter dan pasien, baik di bidang medis, sosiologis maupun antropologi

sebagaimana dikutip oleh Veronica Komalawati17

menyatakan sebagai berikut :

a. Russel, menyatakan bahwa hubungan antara dokter dan pasien

lebih merupakan hubungan kekuasaan, yaitu hubungan antara

pihak yang memiliki wewenang (dokter) sebagai pihak yang aktif,

������������������������������������������������������������

16 Soerjono Soekanto, 1989, Masalah Pelayanan Dokter kepada Pasien, Ind-Hill-Co, Jakarta,

Hlm. 149. 17 Veronica Komalawati, Op. Cit., hal. 43-45. Lihat juga Anny Isfandyarie, Op. Cit., Hlm. 91-92.

Page 33: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

dengan pasien yang menjalankan peran kebergantungan sebagai

pihak yang pasif dan lemah;

b. Freidson, Freeborn dan Darsky, menyebutkan bahwa hubungan

antara dokter dan pasien merupakan pelaksanaan kekuasaan medis

oleh dokter terhadap pasien;

c. Schwarz dan Kart, mengungkapkan adanya pengaruh jenis praktik

dokter terhadap perimbangan kekuasaan antara pasien dengan

dokter dalam hubungan pelayanan kesehatan. Dalam praktik dokter

umum, kendali ada pada pasien karena kedatangannya sangat

diharapkan oleh dokter tersebut, sedangkan pada praktik dokter

spesialis, kendali ada pada dokter umum sebagai pihak yang

merujuk pasiennya untuk berkonsultasi pada dokter spesialis yang

dipilihnya. Hal ini berarti bahwa hubungan pasien dengan dokter

umum lebih seimbang daripada hubungan pasien dengan dokter

spesialis.

d. Kisch dan Reeder, meneliti seberapa jauh pasien dapat memegang

kendali hubungan dan menilai penampilan kerja suatu mutu

pelayanan medis yang diberikan dokter kepada pasiennya. Dalam

penelitian ini ditemukan adanya beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi peran pasien dalam hubungan pelayanan medis,

antara lain jenis praktik dokter (praktik individual atau praktik

bersama), atau sebagai dokter dalam suatu lembaga kedokteran.

Masing-masing kedudukan tersebut merupakan variabel yang

diperlukan yang dapat memberikan dampak terhadap mutu

pelayanan medis yang diterimanya;

e. Szasz dan Hollender, mengemukakan tiga jenis prototip hubungan

antara dokter dan pasiennya, yaitu hubungan antara orang tua dan

anak, antara orang tua dan remaja, dan prototip hubungan antara

orang dewasa.

Masih dalam hubungannya dengan hubungan hukum dokter dan pasien,

Thiroux seperti yang dikutip oleh Anny Isfandyarie18

membagi hubungan yang

seharusnya antara dokter dan pasien dalam 3 (tiga) sudut pandang, yakni :

a. Pandangan Paternalisme, menghendaki dokter untuk berperan

sebagai orang tua terhadap pasien atau keluarganya. Menurut

pandangan ini, segala keputusan tentang pengobatan dan

perawatan berada dalam tangan dokter sebagai pihak yang

mempunyai pengetahuan tentang pengobatan, sementara pasien

dianggap tidak mempunyai pengetahuan di bidang pengobatan.

Informasi yang dapat diberikan kepada pasien seluruhnya

������������������������������������������������������������

18 Anny Isfandyarie, Op. Cit., Hlm. 91-92.

Page 34: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

merupakan kewenangan dokter dan asisten profesionalnya, dan

pasien tidak boleh ikut campur di dalam pengobatan yang

dianjurkan;

b. Pandangan Individualisme, beranggapan bahwa pasien mempunyai

hak mutlak atas tubuh dan nyawanya sendiri. Oleh karena itu,

semua keputusan tentang pengobatan dan perawatan sepenuhnya

berada di tangan pasien yang mempunyai hak atas dirinya sendiri;

c. Pandangan Resiprocal dan Collegial, yang mengelompokkan

pasien dan keluarganya sebagai inti, dalam kelompok, sedangkan

dokter, perawat dan para profesional kesehatan lainnya harus

bekerja sama untuk melakukan yang terbaik bagi pasien dan

keluarganya. Hak pasien atas tubuh dan nyawanya tidak dipandang

sebagai hal yang mutlak menjadi kewenangan pasien, tatapi dokter

dan staf medis lainnya harus memandang tubuh dan nyawa pasien

sebagai prioritas utama yang menjadi tujuan pelayanan kesehatan

yang dilakukan. Keputusan yang diambil dalam perawatan dan

pengobatan harus bersifat resiprokal yang artinya bersifat memberi

dan menerima, dan collegial yang berarti pendekatan yang

dilakukan merupakan pendekatan kelompok yang setiap

anggotanya mempunyai masukan dan tujuan yang sama.

Menurut Hermein Hadiati Koeswadji19

hubungan antara dokter dan pasien

terdapat 2 (dua) pola hubungan, yakni : pola hubungan vertikal yang paternalistik

dan pola hubungan horizontal yang kontraktual. Dalam hubungan vertikal,

kedudukan antara dokter sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan tidak sederajat

dengan pasien sebagai pengguna/penerima jasa pelayanan kesehatan, sedangkan

dalam pola hubungan horizontal yang kontraktual, kedudukan antara penerima

jasa layanan kesehatan dan pemberi jasa pelayanan kesehatan mempunyai

kedudukan yang sederajat.

Dalam hubungannya dengan hal di atas Soerjono Soekanto20

mengemukakan pendapatnya yang mengatakan bahwa :

������������������������������������������������������������

19 Hermein Hadiati Koeswadji, 1999, Op. Cit., Hlm. 46. 20 Soejono Soekanto, 1990. Op. Cit., Hlm. 4.

Page 35: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

“Hubungan antara dokter dan pasien pada dasarnya merupakan

hubungan hukum keperdataan, di mana pasien datang kepada dokter

untuk disembuhkan penyakitnya dan dokter berjanji akan berusaha

mengobati atau menyembuhkan penyakit pasien tersebut. Hubungan

keperdataan merupakan hubungan hukum yang dilakukan oleh pihak-

pihak yang berada dalam kedudukan yang sederajat”.

Hubungan hukum antara dokter dan pasien dalam pelayanan kesehatan

disebut dengan “Transaksi Terapeutik”,21

yang didasarkan pada perjanjian, yakni

perjanjian di mana dokter berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan

pasien dari penderitaan sakitnya. Dalam hal ini yang dituntut bukan perjanjian

hasil atau kepastian adanya kesembuhan atau keberhasilan, namun perjanjian

tersebut berupa upaya atau usaha semaksimal mungkin dari dokter dalam

upayanya melakukan penyembuhan terhadap pasiennya secara hati-hati dan

cermat didasarkan pada ilmu pengetahuan yang layak.22

Perjanjian antara dokter dengan pasien merupakan perjanjian yang bersifat

timbal balik, yang mengandung arti bahwa perjanjianlah yang melahirkan hak dan

kewajiban bagi masing-masing pihak. Oleh karena itu, hubungan hukum dokter

dan pasien dalam pelayanan kesehatan harus tunduk pada ketentuan-ketentuan

umum perjanjian yang diatur dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum

Perdata (BW).

������������������������������������������������������������

21 Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia, yang dimaksud dengan Transaksi Terapeutik adalah

hubungan antara dokter dan penderita yang dilakukan dalam suasana saling percaya, serta

senantiasa diliputi oleh segala emosi, harapan dan kekhawatiran makhluk insani. 22 Syahrul Machmud, 2008, Penegakkan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter yang

Diduga Melakukan Medical Malpraktik, Mandar Maju, Bandung. Hlm. 46.

Page 36: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Dalam hukum perjanjian secara teoritis dikenal dengan adanya 2 (dua)

macam perjanjian, yakni :23

1. Ispanningverbintenis, yakni suatu perjanjian di mana masing-masing pihak

berupaya atau berusaha semaksimal mungkin mewujudkan atau menghasilkan

perjanjian yang dimaksud. Dalam hal ini yang diutamakan adalah upaya atau

ikhtiar.

2. Resultaatverbintenis, yakni suatu perjanjian yang didasarkan pada hasil atau

resultaat yang diperjanjikan. Masing-masing pihak berusaha semaksimal

mungkin menghasilkan atau mewujudkan apa yang diperjanjikan. Dalam hal

ini yang diutamakan adalah hasilnya.

Berkaitan dengan kedua macam perjanjian di atas bila dihubungkan dengan

perjanjian terapeutik, maka perjanjian terapeutik tersebut dapat dikategorisasikan

pada perjanjian Ispanningverbintenis, karena dokter akan sulit atau tidak mungkin

dituntut untuk pasti dapat menyembuhkan pasiennya. Jadi yang dituntut dari

seorang dokter adalah usaha maksimal dan sungguh-sungguh dalam melakukan

penyembuhan dengan didasarkan pada standar ilmu pengetahuan kedokteran yang

baik. Demikian pula bagi pasien, dituntut untuk berupaya melaksanakan anjuran

dan perintah-perintah dokter agar sakitnya dapat disembuhkan. Kedua belah pihak

yaitu dokter dan pasien dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin

menyembuhkan suatu penyakit.

������������������������������������������������������������

23 Ibid., Hlm. 47.

Page 37: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Dalam hubungannya dengan hal di atas, Veronica Komalawati24

memberikan gambaran tentang kekhususan transaksi terapeutik dibandingkan

dengan perjanjian pada umumnya sebagai berikut :

a. Subyek pada transaksi terapeutik terdiri dari dokter dan pasien.

Dokter bertindak sebagai pemberi pelayanan medik profesional

yang pelayanannya didasarkan pada prinsip pemberian

pertolongan. Pihak dokter mempunyai kualifikasi dan kewenangan

tertentu sebagai tenaga profesional di bidang medik yang

berkompeten memberikan pertolongan yang dibutuhkan pasien,

sedangkan pihak pasien karena tidak mempunyai kualifikasi dan

kewenangan sebagaimana yang dimiliki dokter, berkewajiban

membayar honorarium kepada dokter atas pertolongan yang

diberikan dokter tersebut;

b. Obyek perjanjian berupa upaya medik profesional yang bercirikan

pemberi pertolongan;

c. Tujuan perjanjian adalah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

yang berorientasi kekeluargaan, mencakup kegiatan peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif).

Di dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,

hubungan hukum antara dokter dan pasien ini terkandung dalam ketentuan Pasal

39, yang menyatakan bahwa :

“Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan

antara dokter dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan

kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan

penyakit dan pemulihan kesehatan”.

Ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa hukum antara dokter dan pasien

merupakan hubungan hukum keperdataan yang didasarkan pada kesepakatan para

pihak. Pasien harus percaya kepada dokter yang melakukan upaya pengobatan dan

������������������������������������������������������������

24 Veronica Komalawati, Op. Cit., Hlm. 145.

Page 38: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

penyembuhan terhadap penyakitnya, demikian pula dokter harus mempercayai

pasien tentang semua keluhannya agar dokter dapat memberikan terapi yang tepat.

Sebagai sebuah profesi, dokter atau tenaga kesehatan lainnya diikat oleh

sebuah kode etik yang harus dipatuhi dan dilaksanakan serta dijadikan pedoman

dalam menjalankan profesi kedokterannya. Kode etik kedokteran secara yuridis

tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 434/Men.Kes/X/1983 tentang

berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia, yang menyebutkan secara khusus

hubungan hukum dokter dan pasien dalam pelayanan kesehatan, sebagai berikut :

(1) Transaksi Terapeutik ini hanya khusus mengatur hubungan hukum antara

dokter dan pasien;

(2) Dilakukan dalam nuansa saling percaya atau konfidensial, yang mengandung

makna bahwa pasien atau keluarga pasien harus percaya kepada dokter yang

melakukan upaya pengobatan penyembuhan terhadap sakit pasien, demikian

pula dokter harus mempercayai pasien. Pasien harus jujur menceritakan

tentang segala keluhannya dan segala ketidaktahuannya terhadap obat-obat

tertentu, agar dokter dapat memberikan terapi yang tepat;

(3) Hubungan hukum antara dokter dan pasien yang bersifat khusus ini meliputi

pula hubungan emosional, harapan dan kekhawatiran makhluk insani atas

kesembuhan pasien.

4. Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien

Dalam pelayanan kesehatan yang di dalamnya terkandung hubungan hukum

antara dokter dan pasien dalam perjanjian terapeutik secara otomatis timbul hak

Page 39: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

dan kewajiban dokter dan pasien sebagai akibat hukum dari adanya hubungan

hukum pelayanan kesehatan tersebut.

Menurut Soedikno Mertokusumo,25

berkaitan dengan pembahasan

sebelumnya tentang perjanjian terapeutik, apabila telah dilakukan perjanjian

terapeutik dengan baik, maka masing-masing pihak baik dokter maupun pasien

memiliki hak dan kewajiban yang dilindungi oleh undang-undang�� Semua hak

melahirkan kewajiban, demikian juga sebaliknya. Hak memberi kenikmatan dan

keleluasaan kepada individu di dalam pelaksanaannya, sedangkan kewajiban

pembatasan dan beban bagi individu tersebut.

Nila Ismani,26

yang menyatakan bahwa, “Hak di dalam pengertian secara

umum adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan

pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas”. Oleh karena itu, hak

merupakan suatu kepentingan yang dilindungi undang-undang, sedangkan

kepentingan merupakan tuntutan perseorangan atau kelompok yang diharapkan

dipenuhi.

Berkaitan dengan masalah hak ini, Soedikno Mertokusumo27

mengatakan

bahwa, terdapat 4 (empat) unsur yang terkandung dalam suatu hak, yakni :

a. Subyek hukum : segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan

dibebani kewajiban. Kewenangan untuk menyandang hak dan

kewajiban ini disebut “Kewenangan Hukum”.

b. Obyek hukum : segala sesuatu yang menjadi fokus atau tujuan

diadakannya hubungan hukum

c. Hubungan hukum : hubungan yang timbul dan terjalin karena

suatu peristiwa hukum;

������������������������������������������������������������

25 Soedikno Mertokusumo, Op. cit., Hlm. 39. 26 Nila Ismani, 2001. Dasar-dasar Etika Keperawatan, Widya Medika, Jakarta, Hlm. 20. 27 Soedikno Mertokusumo, Op. Cit., Hlm. 38-39.

Page 40: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

d. Perlindungan hukum : segala sesuatu yang mengatur dan

menentukan hak serta kewajiban masing-masing pihak yang

melakukan hubungan hukum, sehingga kepentingannya

terlindungi.

Di bagian lain Soedikno Mertokusumo28

juga menyatakan bahwa, ada 2

(dua) macam hak yang melekat pada setiap individu, yaitu :

a. Hak absolut : yakni hak yang memberikan wewenang pada

pemegangnya untuk berbuat atau tidak berbuat yang pada dasarnya

dapat dilaksanakan siapa saja dan melibatkan setiap orang. Isi hak

absolut ini ditentukan oleh kewenangan pemegang hak itu sendiri.

b. Hak relatif : yakni hak yang berisi wewenang untuk menuntut hak

yang dimiliki seseorang terhadap orang-orang tertentu.

Di bidang kesehatan, hak dan kewajiban menjadi hal yang sangat penting

dan mutlak untuk dilaksanakan. Mengingat kelalaian untuk memenuhi hak dan

kewajiban akan menimbulkan akibat yang tidak kecil, yakni berupa tuntutan ganti

kerugian ataupun dapat diduga melakukan tindak pidana yang diancam dengan

sanksi pidana seperti hukuman mati, penjara maupun denda bahkan sanksi

pencabutan hak-hak yang melekat pada setiap individu tersebut.

Syarat utama dan pertama dalam hubungan Dokter dan pasien adalah

membangun rasa saling percaya dan memahami hak dan kewajiban masing-

masing. Hak-hak Dokter terinci sebagai berikut :

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai

standar profesi dan standar prosedur operasional

b. Memberikan pelayanan menurut standar profesi dan standar operasional

prosedur

c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau

keluarganya

d. Menerima imbalan jasa

Diantara hak-hak yang dimiliki, Dokter wajib melakukan :

������������������������������������������������������������

28 Soedikno Mertokusumo, Ibid., Hlm. 40

Page 41: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

a. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar

operasional prosedur

b. Merujuk pasien ke Dokter atau Dokter gigi lain yang mempunyai keahlian

atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melaksanakan

suatu pemeriksaan atau pengobatan

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien bahkan juga

setelah pasien itu meninggal dunia

d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia

yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya

e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran.

Di pihak lain pasien juga mempunyai hak :

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

b. Meminta pendapat Dokter lain

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis

d. Menolak tindakan medis

e. Mendapatkan isi rekaman medis

Berdampingan dengan hak yang dimiliki, pasien mempunyai kewajiban

untuk :

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya

b. Mematuhi nasihat dan petujuk Dokter

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku pada sarana pelayanan kesehatan

d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Mengacu kepada pendapat Alexandra Indriyanti Dewi29

, dikemukakan

beberapa hak dan kewajiban dokter dalam pelayanan kesehatan. Adapun hak-hak

dokter yang dimaksud berupa:

a. Hak untuk melakukan praktik kedokteran setelah memperoleh surat

izin dokter dan surat izin praktik;

b. Hak untuk memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari

pasiennya tentang penyakitnya;

c. Hak untuk bekerja sesuai dengan standar profesinya;

d. Hak untuk menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan

dengan etika, hukum, agama dan hati nuraninya;

������������������������������������������������������������

29 Alexandra Indriyanti Dewi, 2008. Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher,

Yogyakarta, Hlm. 144-148.

Page 42: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

e. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasiennya, jika menurut

penilaiannya kerja sama dengan pasiennya tidak ada gunanya lagi

kecuali dalam keadaan darurat;

f. Hak atas privasi dokter dalam kehidupan pribadinya;

g. Hak untuk memperoleh ketenteraman bekerja dengan jaminan yang

layak di dalam memberikan kenyamanan dan suasana kerja yang

baik;

h. Hak untuk mengeluarkan surat-surat keterangan dokter;

i. Hak untuk menerima imbalan jasa;

j. Hak untuk menjadi anggota perhimpunan profesi

k. Hak untuk membela diri.

Berkaitan dengan perjanjian terapeutik antara dokter dengan pasien,

Veronica Komalawati30

mengemukakan pendapatnya tentang hak-hak dokter

dalam pelayanan kesehatan secara ringkas sebagai berikut :

a. hak atas informasi pasien mengenai keluhan-keluhan yang diderita;

b. hak atas imbalan jasa atau honorarium;

c. hak mengakhiri hubungan dengan pasien, jika pasien tidak mematuhi

nasehat yang diberikan;

d. hak atas etikad baik dari pasien dalam pelaksanaan transaksi

terapeutik;

e. hak atas privasi.

Hak-hak dokter yang dapat dinikmati dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan sebagaimana diuraikan di atas, diatur lebih tegas dalam ketentuan Pasal

50 Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang

menyatakan antara lain sebagai berikut :

“Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran

mempunyai hak :

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas

sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;

b. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar

prosedur operasional;

c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau

keluarganya; dan

������������������������������������������������������������

30 Veronica Komalawati, 1989. Hukum dan Etika Dalam Parktik Kedokteran, PT Pustaka Sina

Harapan, Jakarta, Hlm. 99.

Page 43: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

d. Menerima imbalan jasa”.

Dokter sebagai pengemban profesi dalam pelayanan kesehatan, dibebani

pula dengan kewajiban-kewajiban sebagaimana dikemukakan oleh Alexandra

Indriyanti Dewi31

antara lain sebagai berikut :

a. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan

mengamalkan sumpah kedokteran;

b. Setiap dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut

ukuran tertinggi;

c. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, dokter tidak boleh

dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi;

d. Setiap dokter wajib melindungi makhluk insani;

e. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus

mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan

semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh, serta berusaha

menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya;

f. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala

ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita;

g. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang

diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan setelah penderita

meninggal dunia;

h. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas

kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan

mampu memberikannya;

i. Setiap dokter tidak diperbolehkan mengambil alih penderita dari

teman sejawatnya tanpa persetujuannya.

Menurut Leenen sebagaimana dikutip oleh Danny Wiradharma32

mengatakan bahwa, kewajiban dokter dalam melaksanakan pelayanan kesehatan

pada prinsipnya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yakni :

a. Kewajiban yang timbul dari sifat keperawatan medik di mana

dokter harus bertindak sesuai dengan standar profesi medik atau

menjalankan praktik kedokterannya secara “lege artis”

b. kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari

hak-hak asasi manusia dalam bidang kesehatan;

������������������������������������������������������������

31 Alexandra Indriyanti Dewi, Op. Cit., Hlm. 138-143. 32 Danny Wiradharma, 1996. Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta,

Hlm. 74.

Page 44: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

c. kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan

kesehatan.

Hendrojono Soewono33

berpendapat bahwa ditinjau dari segi

profesionalisme, secara normatif dokter mempunyai kewajiban-kewajiban

profesionalisme yang harus diamalkan dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan yang meliputi :

a. Kewajiban mempertahankan dan meningkatkan kompetensi

profesionalnya (Commitment to professional competence);

b.Kewajiban untuk berkata dan berlaku jujur kepada pasien

(Commitment to honesty with patient);

c. Kewajiban melindungi kerahasiaan pasien (Commitment to patient

confidentially);

d.Kewajiban untuk memelihara hubungan dan komunikasi yang

sepantasnya dengan pasien (Commitment to maintaining appropriate

relations with patient);

e. Kewajiban untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien

(Commitment to improving quality of care);

f. Kewajiban meningkatkan jangkauan pelayanan pasien (Commitment

to improving acces to care);

g.Kewajiban menyesuaikan distribusi pelayanan dalam hal

keterbatasan fasilitas (Commitment to adjust distribution of finite

resources);

h.Kewajiban terhadap ilmu pengetahuan (Commitment to Scientifiec

knowledge);

i. Kewajiban memelihara kepercayaan dengan pengelolaan konflik

kepentingan secara baik (Commitment to maintaining Trust by

managing conflicts of interest).

Kewajiban-kewajiban dokter terhadap pasien dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan sebagaimana diuraikan di atas, diatur lebih konkret dalam

ketentuan Pasal 51 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran, yang menyatakan bahwa ;

“Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran

mempunyai kewajiban :

������������������������������������������������������������

33 Hendrojono Soewono, Op. Cit., Hlm. 25-26.

Page 45: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;

b.Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai

keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu

melakukan suatu pemeriksaan dan pengobatan;

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,

bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;

d.Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali

bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu

melakukannya;

e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi”.

Masih dalam hubungannya dengan kewajiban dokter, Hermein Hadiati

Koeswadji34

menyatakan bahwa ;

“Dari Kode Etik Kedokteran dapat dirumuskan kewajiban-kewajiban

pokok Dokter sebagai berikut ;

a. Dokter wajib merawat pasiennya dengan cara keilmuan yang

dimiliki secara adekuat;

b.Dokter wajib menjalankan tugasnya sendiri sesuai dengan yang telah

diperjanjikan, kecuali apabila pasien menyetujui perlu adanya

seseorang yang mewakilinya;

c. Dokter wajib memberikan informasi kepada pasiennya mengenai

segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit penderitanya.

Terdapat beberapa tindakan-tindakan yang dilarang dilakukan oleh dokter,

karena hal tersebut dianggap bertentangan dengan Kode Etik Kedokteran, antara

lain :35

a. Melakukan suatu perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri;

b. Ikut serta dalam memberikan pertolongan kedokteran dalam segala bentuk

tanpa kebebasan profesi;

������������������������������������������������������������

34 Hermein Hadiati Koeswadji, Op. Cit,. Hlm. 148-149. 35 Fred Amin, 1991. Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta, Hlm. 57. Lihat

pula Sutrisno, 1992. Medical Malpractice, Bunga Rampai Tentang Medical Malpractice,

Mahkamah Agung RI, Jakarta, Hlm. 7.

Page 46: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

c. Menerima uang lain selain dari imbalan yang layak sesuai dengan jasanya

meskipun dengan pengetahuan pasien.

Selain hak dan kewajiban dokter sebagaimana dipaparkan di atas, dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan juga timbul hak dan kewajiban pasien, baik

karena perjanjian terapeutik maupun secara tegas dalam undang-undang. Menurut

Alexandra Indriyanti Dewi,36

kedudukan pasien sebagai pihak penerima jasa

medis dalam pelayanan kesehatan secara umum mempunyai hak-hak sebagai

berikut :

a. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati

secara wajar;

b. Memperoleh pelayanan kedokteran dan keperawatan secara

manusiawi sesuai dengan standar profesi baik kedokteran maupun

keperawatan;

c. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan;

d. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran dan keperawatan

yang akan diikutinya;

e. Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kesehatan

dan kedokteran;

f. Dirujuk kepada dokter spesialis bilamana diperlukan;

g. Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi;

h. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit;

i. Hak untuk berhubungan dengan keluarga, penasehat rohani dan

memperoleh perincian pembiayaan.

Berkaitan dengan hak pasien dalam pelayanan kesehatan ini, Soerjono

Seokanto mengatakan bahwa :

“Secara umum hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan meliputi

antara lain :

a. Hak pasien atas perawatan dan pengurusan;

b. Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan

merawatnya;

c. Hak untuk menolak cara perawatan tertentu;

d. Hak atas informasi;

������������������������������������������������������������

36 Alexandra Indriyanti Dewi, Op. Cit., Hlm. 158-159.

Page 47: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

e. Hak atas rasa aman dan tidak diganggu;

f. Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan.

Secara normatif, pasien dalam pelayanan kesehatan juga diberikan hak yang

secara tegas ditentukan dalam Pasal 52 Undang-Undang No. 29 tahun 2004

tentang Praktik kedokteran, yang menyatakan sebagai berikut :

“Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran

mempunyai hak, antara lain :

a. Mendapat penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis;

b. Meminta pendapat dokter lain;

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. Menolak tindakan medis; dan

e. Mendapatkan isi rekam medis”.

Menurut Anny Isfandyarie,37

selain yang ditentukan dalam Undang-Undang

Praktik kedokteran tersebut di atas, Kode Etik Kedokteran Indonesia juga

menyebutkan beberapa hak pasien yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai

berikut :

a. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati

secara wajar;

b. Hak memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai

dengan standar profesi kedokteran;

c. Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari

dokter yang mengobatinya;

d. Hak untuk menolak prosedur diagnosis dan terapi yang

direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak terapeutik;

e. Hak untuk memperoleh penjelasan tenaga riset kedokteran yang

akan diikutinya serta menolak atau menerima keikutsertaannya

dalam riset kedokteran tersebut;

f. Hak untuk dirujuk kepada dokter spesialis bila perlu, dan

dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai

konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau

tindak lanjut;

g. Hak atar kerahasiaan atau rekam medik yang bersifat pribadi;

h. Hak untuk memperoleh penjelasan peraturan rumah sakit;

������������������������������������������������������������

37 Anny Isfandyarie, Op. Cit., Hlm. 98-102.

Page 48: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

i. Hak untuk berhubungan dengan keluarga, penasehat atau

rohaniawan dan lain-lainnya yang diperlukan selama perawatan di

rumah sakit;

j. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang perincian biaya rawat

inap, obat, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen,

ultrasonografi, CT-scan, biaya kamar bedah, kamar bersalin,

imbalan jasa dokter dan lain-lain.

Hak-hak pasien sebagaimana dikemukakan di atas, dalam pelayanan

kesehatan pasien juga mempunyai beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan.

Menurut Alexandra Indriyanti Dewi,38

dikatakan bahwa pasien dalam pelayanan

kesehatan mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. Kewajiban untuk memeriksakan diri sedini mungkin kepada

dokter;

b. Kewajiban memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang

penyakitnya;

c. Kewajiban mematuhi nasehat dan petunjuk dokter;

d. Kewajiban menandatangani surat-surat persetujuan tindakan medis

atau Informed Consent, surat jaminan dirawat di rumah sakit;

e. Wajib yakin pada dokternya dan yakin akan sembuh;

f. Kewajiban melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya

pengobatan serta honorarium dokter.

Berkaitan dengan kewajiban pasien ini, Bahder Johan Nasution memberikan

pendapatnya yang agak berbeda pada beberapa kewajiban pasien dengan

Alexandra Indriyanti Dewi, namun mengandung makna yang sama. Menurut

Bahder Johan Nasution,39

kewajiban pasien yang harus dilaksanakan dalam

pelayanan kesehatan mencakup :

a. Kewajiban memberikan informasi;

b. Kewajiban melaksanakan nasehat dokter atau tenaga kesehatan

lainnya;

c. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam

hubungannya dengan dokter atau tenaga kesehatan;

������������������������������������������������������������

38 Alexandra Indriyanti Dewi, Op. Cit., Hlm. 158. 39 Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan, Pertanggung Jawaban Dokter, Rineka Cipta,

Jakarta. Hlm. 34.

Page 49: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

d. Kewajiban memberikan imbalan jasa;

e. Kewajiban memberikan ganti rugi apabila tindakannya merugikan

dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

Ditinjau dari hukum positif yang berlaku, kewajiban pasien dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan telah ditentukan secara tegas dalam

ketentuan Pasal 53 Undang-Undang No. 29 tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran, yang menyatakan bahwa ;

“Pasien dalam menerima pelayanan kesehatan pada praktik kedokteran

mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya;

b. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;

dan

d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Berdasarkan pada kewajiban-kewajiban pasien tersebut di atas dapat

diinterpretasikan bahwa, meskipun kewajiban pasien tersebut telah ditentukan

secara tegas dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran, tetapi pasien

berkewajiban secara moral, yakni menjaga kesehatannya dan menjalankan aturan-

aturan�perawatan sesuai dengan nasehat dan petunjuk dokter yang merawatnya.

Upaya-upaya yang dibentuk oleh pemerintah ditujukan pada penyelenggaraan

pelayanan kesehatan yang tertib dan merata sesuai dengan hak dan kewajiban

yang dimiliki oleh masing-masing pihak.

5. Standar Pelayanan Kesehatan pada Instalasi Gawat Darurat

Setiap tenaga kesehatan, termasuk di dalamnya seorang Dokter dan

paramedis, di saat melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar

profesi tenaga kesehatan. Sebagaimana dimaksud dengan Standart Operasional

Page 50: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Prosedure (SOP) yang menjadi pedoman bagi tenaga medis adalah Lege Artis.

Menurut Leenen,40

Lege artis adalah hakikat sebagai suatu tindakan yang

dilakukan sesuai dengan Standart Profesi Medik atau Tenaga Kesehatan yaitu :

”bekerja dengan teliti, hati-hati dan seksama; sesuai dengan ukuran

medis; sesuai dengan kemampuan rata-rata / sebanding dengan dokter

lain dalam kategori keahlian medis yang sama; dalam keadaan yang

sebanding; dengan sarana dan upaya yang sebanding wajar dengan

tujuan konkrit tindakan medis tersebut.”

Berdasarkan uraian di atas, komunikasi antara dokter dengan pasien sangat

penting dilakukan untuk menimbulkan kepercayaan yang akan mempererat

hubungan berdasarkan kepercayaan. Keputusan pasien mengenai tindakan medik

atau perawatan medik harus dilakukan secara kolaboratif antara pasien dengan

dokter. Hal tersebut menjadikan motifasi seorang dokter untuk melakukan

kewajibannya sesuai dengan standar dan prosedur yang berlaku.

Dalam pelayanan kesehatan, sebelumnya didahului dengan pengajuan

pemberian tindakan medis. Komunikasi antara dokter dan pasien, terdiri dari tiga

bagian yaitu :

1. Mengungkapkan keluhan dan penyakit yang diderita oleh pasien, riwayat

penyakitnya, dan penyebab-penyebab timbulnya penyakit.

2. Pemeriksaan dan penjelasan oleh dokter kepada pasien dalam bahasa yang

dapat dimengerti oleh pasien, dan dihindari menggunakan bahasa medik.

������������������������������������������������������������

���Tedi Sudrajat, Handout Hukum Kesehatan, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman,

Purwokerto. Hlm. 6

Page 51: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

3. Memastikan bahwa pasien mengerti dengan apa yang telah dijelaskan

kepadanya, pasien telah menerima resiko-resiko tersebut dan pasien

mengizinkan dilakukan prosedur tindakan.

Membahas tentang hubungan antara Dokter sebagai pemberi pelayanan

kesehatan dan pasien sebagai pihak yang membutuhkan, terdapat karakteristik

hubungan profesional yaitu :

a. Berkewajiban membina bantuan kepada pasien untuk mampu menolong

dirinya sendiri dan menjadi mandiri,

b. Berkewajiban membina hubungan profesional berdasarkan rasa percaya,

c. Bertanggung jawab terhadap penyelesaian masalah pasien,

d. Berorientasi pada kebutuhan pasien,

e. Diarahkan pada pencapaian tujuan,

f. Memahami kondisi pasien dengan berbagai keterbatasan,

g. Memberi penilaian berdasarkan norma yang disepakati oleh Dokter dan

pasien,

h. Bekerja sesuai kaidah etik untuk menjaga kerahasiaan dan hanya

menggunakan informasi untuk kepentingan dan persetujuan pasien.

Pembahasan tentang kewajiban dan kriteria pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh dokter, merupakan pemenuhan dari standar pelayanan. Dokter dan

paramedis sebagai tenaga medis di rumah sakit, berkewajiban memenuhi standar

pelayanan minimal rumah sakit, yang di dalamnya terdapat kriteria-kriteria di

setiap poli. Termasuk pada Instalasi Gawat Darurat, terdapat 9 (sembilan)

indikator, yaitu:

Page 52: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa, dengan standar 100%.

2. Jam buka pelayanan Gawat Darurat, dengan standar 24 jam.

3. Pemberi pelayanan Gawat Darurat yang bersertifikat dan masih berlaku

BLS/PPGD/GELS/ALS, dengan standar 100%.

4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana, dengan standar 1 (satu) tim.

5. Waktu tanggap pelayanan Dokter di Gawat Darurat, dengan standar kurang

dari 5 menit terlayani, setelah pasien datang.

6. Kepuasan pelanggan, dengan standar lebih dari 70%.

7. Kematian pasien kurang dari 24 jam, dengan standar kurang dari dua per

seribu (pindah ke pelayanan rawat inap setelah delapan jam).

8. Khusus untuk Rumah Sakit Jiwa pasien dapat ditenangkan dalam waktu

kurang lebih 48 jam, dengan standar 100%.

9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka, dengan standar

100%.

Dalam suatu keadaan gawat darurat (emergency), sebuah pelayanan

kesehatan harus segera diberikan. Hal tersebut dapt dilakukan tanpa permohonan

pengajuan persetujuan pelayanan kesehatan, yang ditujukan untuk penyelematan

nyawa pasien dengan tetap harus dilakukan sesuai dengan standar

pelayanan/prosedur medis yang berlaku dan disertai profesionalisme yang

dijunjung tinggi.

Page 53: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Menurut Afsara,41 terdapat dasar dari uraian tersebut, yaitu Doktrin tidak

berlaku pengajuan persetujuan pasien dalam lima keadaan, yaitu :�

1) Keadaan darurat medis;

2) Ancaman terhadap kesehatan masyarakat;

3) Pelepasan hak memberi consent (waiver);

4) Clinical Privilege (penggunaan clinical previlege hanya dapat

dilakukan pada pasien yang melepaskan haknya memberikan

consent;

5) Pasien tanpa pendamping yang kompeten memnerikan consent.

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008,

menyatakan bahwa dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa

pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan

kedokteran. Keputusan tersebut dicatat pada Rekam medik, dan dalam hal

tindakan tersebut Dokter wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada

pasien setelah sadar atau kepada keluarga terdekat.

B. Kesadaran Hukum

1. Pengertian Hukum dan Kesadaran Hukum

a. Pengertian Hukum

Manusia adalah makluk sosial. Sejak awal kelahirannya, manusia telah

membutuhkan manusia lain untuk bertahan hidup. Untuk bertahan hidup ini

manusia harus memenuhi beberapa kebutuhan dasar (esteem needs). Para ahli

ekonomi sendiri telah membagi kebutuhan manusia menjadi tiga macam, yaitu

kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier. Kebutuhan-

������������������������������������������������������������

���Informed Consent, 29 Januari 2009, dapat diakses http://afsarara.blogspot.com/ (online), 10 Juli

2010.

Page 54: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

kebutuhan ini dalam praktiknya hanya dapat dipenuhi apabila manusia bekerja

sama satu sama lain.

Kebutuhan manusia semakin banyak dan berkembang sesuai perkembangan

jaman. Kebutuhan manusia yang semakin banyak ini membutuhkan pemenuhan

yang segera. Pemenuhan kebutuhan ini, dilakukan salah satunya dengan cara

saling berkomunikasi. Semakin banyak komunikasi maka semakin banyak

peluang terjadinya gesekan atau konflik. Konflik ini membutuhkan sarana

penyelesaiannya. Manusia kemudian menciptakan hukum untuk menyelesaikan

konflik yang berlangsung.

Hukum tidak hanya berfungsi sebagai sarana penyelesaian sengketa, namun

juga mengatur kehidupan manusia secara luas karena hukum berisi seperangkat

aturan yang mengatur sebagian besar kehidupan manusia. Hukum adalah

seperangkat aturan atau norma yang memiliki kekuatan sanksi yang pelaksaannya

dapat dipaksakan oleh negara/aparat penyelenggara negara.

Bambang Purnomo42

mengatakan bahwa, hukum dapat diberikan pengertian

menurut sudut pandang seseorang dari mana aspek hukum diperhatikan. Beberapa

ahli mencoba memberikan definisi hukum menurut penggolongan sifatnya yang

imperatif, definisi menurut hubungannya dengan proses peradilan, dan definisi

hukum sebagai kenyataan sosial. Tidak ada satu konsepsi rumusan yang

memuaskan, akan tetapi satu prinsip yang jelas bahwa hukum mempunyai ciri

yang tetap yaitu : hukum merupakan satu organ peraturan-peraturan abstrak dan

������������������������������������������������������������

42 Bambang Purnomo, 1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta. Hlm. 1.

Page 55: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

hukum merupakan suatu proses sosial untuk mengadakan tertib hukum dan

mengatur kepentingan-kepentingan manusia.

Duguit43

mengatakan dalam memberikan pengertian dari hukum :

Hukum pada hakekatnya merupakan hasil kenyataan-kenyataan sosial,

bahwa manusia hidup ditengah-tengah masyarakt yang terkait oleh

kepentingan-kepentingannya sendiri menurut aturan untuk turut serta

dalam kehidupan bersama, bahwa hukum tidak tergantung terhadap

kehendak seseorang atau penguasa atau negara karena semua itu

tunduk kepada hukum. Sebuah peraturan dapat menjadi hukum

sebelum diakui oleh Negara, apabila peraturan itu mendapat dukungan

efektif dari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan undang-undang tidak

menciptakan hukum melainkan hanya menentukan yang sudah ada.

Pengertian hukum menurut Mochtar Kusumaatmadja,44

Hukum sebagai

kaidah sosial tidak lepas dari nilai (value) yang berlaku di dalam masyarakat.

Bahkan dapat dikatakan bahwa hukum merupakan pencerminan dari nilai-nilai

yang berlaku dalam masyarakat. Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai

dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya

sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam

masyarakat itu.

Berkaitan dengan hukum, khususnya kesiapan dalam menyongsong

globalisasi pelayanan kesehatan di Indonesia, yang terlebih dahulu diperlukan

untuk diketahui adalah hakekat (the nature) dan fungsi (the fuction) hukum dalam

suatu masyarakat. Hal ini berkaitan erat dengan kegunaan atau manfaat hukum

dalam proses tersebut.

������������������������������������������������������������

43 Ibid, Hlm. 18. 44 Mochtar Kusumaatmadja, 2002, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni,

Bandung. Hlm. 10.

Page 56: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Menurut Hermien Hadiati Koeswadji,45

kegunanan/manfaat hukum pada

dasarnya dapat berfungsi ganda, yaitu :

1. untuk membentuk hukum baru (the develop new laws)

2. memperkuat hukum yang sudah ada (to strengthen the existing laws)

3. memperjelas batas ruang lingkup dan fungsi hukum yang sudah ada (to clarity

the scope and function of the existing laws).

Soerjono Soekanto,46

mengemukakan pendapat bahwa hukum merupakan

alat penting yang luwes guna mencapai tujuan, yakni menciptakan suatu iklim

yang menguntungkan sehingga dapat membantu kelancaran usaha-usaha baru

dalam masyarakat yang menunjang pembangunan. H. Iswanto47

mengatakan

terdapat tujuan lain dari hukum, hukum bertugas memenuhi kehendak masyarakat

yang menginginkan keamanan umum, menurut pengertian yang paling rendah

dinyatakan sebagai tujuan ketertiban umum. Dalam pengertian ini berarti yang

diutamakan adalah ketertiban umum, sedangkan kebutuhan perorangan atau

kepentingan masyarakat tidak dipedulikan atau dikorbankan demi kepentingan

hukum.

Menurut Aristoteles,48

tujuan hukum adalah keadilan, artinya suatu keadaan

yang di dalamnya setiap orang tetap berada di dalam lingkungan yang ditunjuk

baginya. Pertama-tama kita harus mempertimbangkan hubungan yang timbul oleh

tidak adanya persamaan memperlakukan orang menurut nilai batinnya. Kedua,

������������������������������������������������������������

45 Hermien Hadiati Keoswadji, Op. Cit. Hlm. 174. 46 Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, CV. Rajawali, Jakarta.

Hlm. 9. 47 H. Iswanto, 2002, Pengantar Ilmu Hukum, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Hlm.

39. 48 Ibid. Hlm. 41.

Page 57: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

mempertimbangkan hubungan persamaan di dalam golongan, yang nilai batin

setiap orang menunjuk tempatnya kesana.

b. Pengertian Kesadaran Hukum

Sebuah hukum dapat dikatakan efektif jika terpenuhi faktor-faktornya, salah

satu faktor yaitu warga masyarakat. Dalam hal ini adalah kesadaran untuk

mematuhi suatu hukum atau atau peraturan perundang-undangan, yang sering

disebut dengan derajat kepatuhan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

derajat kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu indikator

berfungsinya hukum. Di samping itu, masyarakat juga sebagai pendukung hak dan

kewajiban atau subyek hukum yang memiliki peranan besar dalam pelaksanaan

hukum.

Berdasarkan tahap pembentukan hukum yaitu formulasi peraturan

perundang-undangan harus memperhatikan keadaan masyarakat itu sendiri.

Pembentukan hukum tanpa didasarkan pada nilai dan keadaan masyarakat akan

membawa pengaruh hukum yang akan tidak berjalan secara efektif dalam

masyarakat. Hal ini berdampak pada semangat dan kesadaran masyarakat untuk

menaati hukum. Tanpa adanya kesadaran ukum masyarakat maka hukum hanya

akan menjadi aturan semata. Hukum tidak akan berfungsi secara sempurna dalam

masyarakat. Permasalahan mengenai berfungsi atau tidaknya hukum dalam

masyarakat adalah permasalahan mengenai kesadaran hukum masyarakat.

Page 58: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Soerjono Soekanto,49

berpendapat sejarah persoalan kesadaran hukum

timbul dalam rangka mencari dasar syahnya hukum. Pada awalnya, masalah

kesadaran hukum muncul dalam penerapan hukum positif tertulis. Di dalam

kerangka proses tersebut timbul masalah yaitu apakah dasar syahnya hukum

adalah pengendali sosial oleh penguasa ataukah kesadaran masyarakat. Masalah

tersebut timbul oleh karena adanya hukum positif tertulis yang tidak dipatuhi oleh

warga masyarakat.

Membahas tentang kesadaran hukum, menurut Otje Salman,50

kesadaran

hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam suatu

masyarakat. Dengan demikian masyarakat menaati hukum bukan karena paksaan,

melainkan karena hukum itu sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Oleh karena itu diharapkan hukum yang dibentuk oleh lembaga yang berwenang

sesuai dengan fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.

Pada hakekatnya kesadaran hukum terdiri dari dua kata yaitu kesadaran dan

hukum. Kesadaran dapat diartikan sebagai perasaan memahami keadaan di sekitar

kita yang menimbulkan keyakinan dan dapat menentukan perilaku seseorang

dalam setiap tindakan. Hukum mengandung beberapa unsur yaitu Mengatur

tingkah laku manusia, Dibuat oleh badan yang berwenang, Bersifat memaksa dan

dapat dipaksakan, serta Memiliki sanksi bila dilanggar.

������������������������������������������������������������

49 Soerjono Soekanto, 1982, Op. cit, Hlm. 145. 50 Otje Salman, 1993, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, Alumni, Bandung.

Hlm. 39-40.

Page 59: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Pendapat Kuitchky, sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto,51

mengatakan :

Kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat

dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang

diharapkan ada dalam konsepsi-konsepsi abstrak didalam diri manusia,

tentang keserasian dan ketertiban dengan ketentraman yang

dikehendaki atau yang sepantasnya.

Menurut Fatahilla52

mengartikan bahwa kesadaran hukum :

Kesadaran hukum sebagai perasaan sadar dari seorang manusia akan

seperangkat aturan yang memberikan perlindungan terhadap dirinya.

Perasaan sadar ini berupa perasaan akan kebutuhan dan pemahaman

terhadap hukum sehingga mempengaruhi seseorang kaitannya dengan

ketaatan atas peraturan hukum.

Kesadaran hukum masyarakat menyangkut faktor-faktor apakah suatu

ketentuan hukum diketahui, dimengerti, ditaati dan dihargai. Hal ini menjadikan

kesadaran hukum seseorang mempengaruhi pemahaman seseorang akan hukum

dan tingkat kepatuhan serta ketaatan terhadap hukum.

Mencermati pengertian-pengertian yang telah diuraikan di atas mengenai

kesadaran hukum, bahwa setiap manusia pada hakekatnya memiliki kesadaran

hukum, namun tingkat kesadaran hukum setiap orang berbeda-beda. Hal tersebut

tergantung pada pemahamannya terhadap hukum, seseorang yang memiliki

kesadaran hukum yang tinggi maka akan memahami hukum sebagai sebuah

kebutuhan, bukan sebagai sebuah paksaan. Diharapkan ketaatan akan muncul

dengan sendirinya.

������������������������������������������������������������

51 Soerjono Soekanto, 1982, op. cit. Hlm. 159. �� wongbanyumas, tgl 23 november 2009, Negara Hukum Indonesia, dapat diakses

http://fatahilla.blogspot.com/ (online), 5 juli 2010.�

Page 60: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Setelah mengetahui tentang pengertian kesadaran hukum, maka mempelajari

lebih lanjut tentang pembagiannya, kesadaran hukum terbagi menjadi 2, yaitu : 53

Sadar akan kewajiban hukum, bahwa setiap orang dianggap paham dan

mengetahui sebuah aturan hukum meskipun ternyata orang tersebut tidak

mengetahui isi peraturan hukum tersebut. Yang kedua adalah Sadar akan hak

hukum, seseorang juga harus menyadari haknya yang dilindungi oleh hukum,

untuk menghindarkan adanya penyalahgunaan dan pembodohan terhadap

masyarakat.

2. Teori-teori Kesadaran Hukum

Kesadaran hukum merupakan nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia

tentang hukum yang diharapkan ada. Sebenarnya yang ditekan adalah nilai-nilai

tentang fungsi hukum dan bukan suatu penilaian hukum terhadap kejadian-

kejadian konkret dalam masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Soerjono Soekanto dan Otje Salman,54

berkaitan dengan masalah

kesadaran hukum, berikut ini dikemukakan pandangan-pandangan yang

menyatakan bahwa kesadaran hukum merupakan suatu nilai atau pandangan

mengenai kebaikan atau keburukan hukum yang berlaku dan diharapkan.

Pandangan-pandangan tersebut dapat diidentifikasi melalui beberapa teori yaitu

Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum (law awareness), Pengetahuan

tentang isi peraturan-peraturan hukum (law acquaintance), Sikap terhadap

������������������������������������������������������������

�� wongbanyumas, tgl 23 november 2009, Negara Hukum Indonesia, dapat diakses

http://fatahilla.blogspot.com/ (online), 5 juli 2010. 54 Soerjono Soekanto dan Otje Salman, 1988, Disiplin Hukum Sosial, CV. Rajawali, Jakarta. Hlm.

217.

Page 61: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

peraturan-peraturan hukum (legal attitude), Pola-pola perilakuan hukum (legal

behavior).55�

1. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum (law awareness)

Di awali dengan pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo,56

pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan

ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Otje Salman,57

pengetahuan hukum mempunyai arti bahwa

seseorang mengetahui perilaku tertentu yang diatur oleh hukum. Pengetahuan

tersebut berkaitan dengan perilaku yang dilarang maupun perilaku yang

diperbolehkan oleh hukum. Dapat dilihat dalam masyarakat bahwa umumnya

seseorang mengetahui bahwa membunuh, mencuri, dan seterusnya dilarang oleh

hukum. Pengetahuan tersebut erat kaitannya dengan asumsi bahwa masyarakat

dianggap mengetahui isi peraturan manakala suatu peraturan tersebut

diundangkan.

2. Pengetahuan Isi Peraturan-peraturan Hukum (law acquaintance)

Membahas lebih lanjut tentang pengetahuan, teori yang kedua adalah

Pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum, maka sama dengan

pengertian pengetahuan, namun berkaitan dengan isi peraturan hukumnya.

������������������������������������������������������������

55 Soerjono Soekanto, 1982, Op. Cit. Hlm. 159. 56 Pengertian (Definisi) dan tingkat Pengetahuan, dapat diakses http://www.canboyz.co.cc/

(online), 6 Januari 2011. 57 Otje Salman, Op. cit, Hlm. 40.

Page 62: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Menurut Otje Salman, teori kesadaran hukum yang kedua ini dinamakan dengan

Pemahaman Hukum.

Menurut Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja,58

Pemahaman berasal dari kata

paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan

proses perbuatan cara memahami. Pengertian dari pemahaman hukum, yaitu

seseorang memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan

tertentu, terutama mengenai isinya.

Pemahaman hukum dalam arti bahwa sebanyak informasi yang dimiliki

seseorang mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu, dengan kata lain

pemahaman hukum adalah suatu pengertian terhadap isi dan tujuan dari suatu

peraturan dalam suatu hukum tertentu, tertulis maupun tidak tertulis, serta

manfaatnya bagi para pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh peraturan

tersebut. Dalam hal pemahaman hukum, tidak diisyaratkan seseorang terlebih

dahulu mengetahui adanya suatu peraturan tertulis yang mengatur suatu hal.59

3. Sikap Hukum (legal attitude)

Pengertian sikap menurut D. Krech and R.S. Crutchfield,60

sikap adalah

organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi dan presepsi atau pengamatan

atas suatu aspek dari kehidupan individu. L. L. Thursione, sikap sebagai tingkatan

kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek

psikologi. Objek psikologi disini meliputi : simbol, kata-kata, slogan, orang,

������������������������������������������������������������

58 Pengertian Pemahaman, 17 Desember 2010, dapat diakses http://ian43.wordpress.com/ (online),

6 Januari 2011. 59 Ibid Hlm. 41. 60 Abu Ahmadi, 2007, Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta. Hlm. 156-158.

Page 63: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

lembaga, ide, dan sebagainya. Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu

predisposisi (keadaan mudah terpengaruh).

Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak

dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan, misalnya :

keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Sikap seseorang tidak

selamanya tetap. Sikap dapat berkembang apabila mendapat pengaruh, baik dari

dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesankan.

Dalam hal ini, Sherif61

mengemukakan bahwa sikap dapat diubah atau

dibentuk apabila :

a. Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia

b. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dari satu pihak.

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap

terbentuk dalam hubunganya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga,

nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi

surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak

kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap.

Setelah membahas tentang pengertian sikap dan dasar pembentuknya, sikap

hukum, dapat diartikan bahwa seseorang mempunyai kecenderungan untuk

mengadakan penelitian tertentu terhadap hukum. Sikap hukum adalah suatu

kecenderungan seseorang untuk menerima hukum karena adanya penghargaan

terhadap hukum sebagai sesuatu yang bermanfaaat atau menguntungkan jika

hukum itu ditaati.

������������������������������������������������������������

61 Abu Ahmadi, Ibid.

Page 64: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Kesadaran hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam

masyarakat. Suatu sikap hukum akan melibatkan pilihan warga terhadap hukum

yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam dirinya sehingga akhirnya warga

masyarakat menerima hukum berdasarkan penghargaan terhadapnya.62

4. Pola Perilaku Hukum (legal behavior)

Pengertian dari perilaku adalah perbuatan atau tindakan dan perkataan

seseorang yang sifatnya diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun

orang yang melakukannya. Miftah Thoha mengatakan bahwa, perilaku manusia

adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan

lingkungannya.63

Menurut Otje Salman,64

perilaku hukum artinya seseorang berperilaku

sesuai dengan hukum yang berlaku. Pola perilaku hukum merupakan hal yang

utama dalam kesadaran hukum, karena disini dapat dilihat apakah suatu peraturan

berlaku atau tidak dalam masyarakat. Dengan demikian sampai seberapa jauh

kesadaran hukum masyarakat dapat dilihat dari pola perilaku hukum dalam

masyarakat.

Uraian tersebut dapat disimpulkan, apabila indikator-indikator dari

kesadaran hukum dapat dipatuhi, maka derajat kesadaran hukumnya tinggi, begitu

pula sebaliknya. Apabila derajat kesadaran hukum rendah maka derajat ketaatan

terhadap hukum juga rendah.65

������������������������������������������������������������

62 Ibid Hlm. 42. 63 Miftah Thoha, 1996, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT. RajaGrafindo,

Jakarta. Hlm. 29 64 Loc. Cit. Hlm. 43. 65 Loc. Cit.

Page 65: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Kesadaran Hukum

a. Faktor Motivasi

Seseorang dapat merasakan bahwa terdapat kemungkinan yang tertinggi

dalam suatu kinerja maka akan mendapatkan penghargaan, atau penghargaan yang

diterima didasarkan atas kinerja yang baik, sehingga motivasi orang untuk

berusaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan akan tinggi. Di sisi lain terdapat

kemungkinan yang rendah suatu kinerja memperoleh penghargaan, maka motivasi

orang untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan juga akan rendah.

Menurut Mulyadi,66

motivasi yang rendah akan terwujud dalam bentuk

kurangnya kepedulian karyawan terhadap pekerjaannya. Seseorang dalam

merumuskan sasaran yang memberikan tantangan maka akan menjadikan

motivasi bagi dirinya. Suatu sasaran yang mudah dicapai mengakibatkan

berkurangnya motivasi orang untuk mencapainya karena orang akan menganggap

pencapaian sasaran tersebut tidak berharga.

Berkaitan dengan motivasi tersebut, Kartini Kartono67

menyatakan bahwa

motivasi adalah suatu sebab alasan dasar, fikiran dasar, dorongan bagi setiap

orang untuk berbuat, atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap

tingkah laku manusia.

Konsep motivasi dikembangkan oleh William G. Scott68

sebagai rangkaian

pemberian dorongan kepada seseorang untuk melakukan tindakan guna mencapai

������������������������������������������������������������

66 Mulyadi 1993, Akuntansi Manajemen, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta. Hlm. 421. 67 Kartini Kartono, 1985, Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, CV.

Rajawali, Jakarta. Hlm. 157. 68 Fred N. Kerlinger dan Elazar J. Pedhazur, 1987, Korelasi dan Analisis Regresi Ganda, Nur

Cahaya, Yogyakarta. Hlm. 161.

Page 66: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

tujuan yang diinginkan. Masih dalam hubungan dengan motivasi, Atkinson

memandang kekuatan motivasi sama dengan fungsi. Kekuatan yang berada dalam

motivasi untuk melakukan beberapa kegiatan adalah suatu fungsi dari :

a. Kekuatan yang menjadi alasan bergerak adalah suatu keadaan dimana di

dalam diri setiap orang, tingkatan alasan atau motive-motive yang

menggerakkan tersebut menggambarkan tingkat untuk memenuhi suatu

kepentingan.

b. Harapan atau expentancy adalah dimana kemungkinan atau keyakinan

perbuatan akan mencapai tujuan.

c. Nilai dari incentive dimana ganjaran-ganjaran demi tercapainya tujuan.

Ketiga hal tersebut merupakan faktor-faktor motivasi, berikut penjelasan

masing-masingnya :69

1. Motive

Menurut Fremout E. Kast dan James E. Roseinzweig, motive merupakan

suatu dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau

sedikitnya merupakan suatu kecenderungan menyumbangkan perbuatan tertentu.

Dorongan untuk melakukan sesuatu perbuatan tersebut datang dari luar ataupun

dapat merupakan hasil dari suatu proses pemikiran dari dalam diri seseorang.

Selanjutnya menurut Willam G. Scott, 70

mengemukakan bahwa motive adalah

kebutuhan yang belum terpuaskan yang mendorong untuk mencapai tujuan

tertentu.

������������������������������������������������������������

69 Ibid. Hlm. 163. 70 Ibid. Hlm. 164.

Page 67: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

Dikaji secara mendalam masalah motive, terdapat alasan-alasan yang

mendorong manusia melakukan sesuatu karena mempunyai kebutuhan-kebutuhan

untuk dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut oleh Buchari Zainun diklompokan

menjadi lima kebutuhan yaitu :

1. kebutuhan pokok manusia sehari-hari untuk makan, minum, berpakaian,

bertempat tinggal dan kebutuhan fisik lainnya.

2. kebutuhan untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan atau

perlindungan dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dari

kehidupan dengan segala aspeknya.

3. kebutuhan untuk disukai dan menyukai, disenangi dan menyenangi, dicintai

dan mencintai, kebutuhan untuk bergaul, berkelompok, bermasyarakat dan

bernegara.

4. kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian,

penghargaan dan pengakuan.

5. kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman dan

kemashuran sebagai seseorang yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi

bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.

Kebutuhan-kebutuhan manusia di atas sifatnya memunculkan dorongan-

dorongan, yakni suatu desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan hidup

dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini sudah

ada sejak manusia lahir dan erat kaitannya dengan perasaan-perasaan yang paling

dalam. Kuantitas dan kualitas dorongan berbeda-beda pada setiap individu.

Kebutuhan dan dorongan-dorongan yang tidak terpenuhi menyebabkan timbulnya

Page 68: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

ketegangan-ketegangan, yang cenderung akan meningkat bila kebutuhan dan

dorongan tersebut semakin kumulatif terkumpul, dan sebaliknya ketegangan

cenderung menurun dan berkurang jika kebutuhan-kebutuhan terpenuhi atau

terpuaskan.

2. Expectation (Harapan)

Unsur lain yang tidak kalah penting untuk membentuk motivasi adalah

expectation (harapan), dimana motivasi seseorang untuk mewujudkan usahanya

didasarkan kepada keyakinan/pengharapan untuk sukses. Pengharapan merupakan

kemungkinan bahwa dengan perbuatan akan mencapai tujuan.71

3. Incentive

Incentive72

merupakan perangsang yang menjadikan sebab berlangsungnya

kegiatan, memelihara kegiatan mengarah langsung satu tujuan yang lebih baik

dari yang lain. Menurut Morris S. Viteles, 73

Incentive adalah keadaaan yang

membangkitkan kekuatan dinamis-manusia, atau persiapan-persiapan dari pada

keadaan yang mengantarkan dengan harapan dapat mempengaruhi atau merubah

sikap atau tingkah laku manusia.

Di bagian lain Morris S. Viteles, membagi Incentive dalam dua bentuk yaitu:

a. Incentive dapat bersifat positif, dalam arti mau berbuat sesuatu untuk

membantu melancarkan atau mengembangkan bentuk dan tingkah laku,

seperti : hadiah-hadiah yang berupa material, pujian, merasa berhasil dengan

baik dan sebagainya.

������������������������������������������������������������

71 Miftah Thoha, 1996, Perilaku Organisasi , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hlm. 40-41. 72 Ibid. Hlm. 39. 73 Fred N. Kerlinger dan Elazar J. Pedhazur, 1987, Op. Cit. Hlm. 168.

Page 69: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

b. Incentive dalam arti tanggapan atau reaksi yang melarang dan menghalang-

halangi serta menghambat atau sejenisnya, seperti : celaan, teguran, hukuman,

pemecatan dan atau penghapusan hak-hak istimewa dan sebagainya.

Ditarik sebuah kesimpulan bahwa penting sebuah unsur incentive dalam

menumbuhkan suatu motivasi seseorang. Hal ini senada dengan apa yang

dikatakan oleh Joseph Tiffin,74

mengenai pentinganya incentive dalam usaha

pimpinan memberikan motivasi pada karyawan, lebih lanjut dijelaskan bahwa

seseorang tidak banyak mengetahui tentang sesuatu hal apabila mereka tidak

dibekali dengan incentive secara cukup.

Beberapa kriteria tentang incentive yang dikemukakan oleh Austin S.

Igleheart, antara lain : menimbulkan minat kerja, kepastian kerja, menimbulkan

minat untuk menerima seseorang sebagai anggota kelompok, kesempatan untuk

berkembang, keadaan kerja yang menyenangkan, pengaduan dari para karyawan,

gaji/upah, pengawasan yang tepat, mengenali pekerjaan orang lain, liburan, dan

jam-jam kerja.

b. Faktor Komunikasi

Di awali dengan Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare

atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita

berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang

disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Hewitt75

menjabarkan

tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:

������������������������������������������������������������

74 Ibid. Hlm. 169. 75 Komunikasi, dapat diakses http://www.scribd.com/ (online), 20 Desember 2010.

Page 70: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu;

2. Mempengaruhi perilaku seseorang;

3. Mengungkapkan perasaan;

4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain;

5. Berhubungan dengan orang lain;

6. Menyelesaian sebuah masalah;

7. Mencapai sebuah tujuan;

8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik;

9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain.

Dance76

mengartikan komunikasi dalam kerangka Psikologi Behaviorisme

sebagai usaha menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal, ketika

lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli. Raymond S. Ross,77

mendefinisikan komunikasi sebagai, Proses transaksional yang meliputi

pemisahan dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehinga

membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau

respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.

Pengertian Komunikasi,78

Komunikasi adalah proses pengiriman dan

penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang

efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. Dalam penyampaian

������������������������������������������������������������

76 Jalaludin Rahmat, 1991, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, PT. Remaja Posdakarya, Bandung.

Hlm. 3. 77 Jalaludin Rahmat, Ibid. 78 Pengertian Komunikasi, dapat diakses http://id.shvoong.com/ (online), 20 Desember 2010.

Page 71: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

atau penerimaan informasi ada dua pihak yang terlibat yaitu : Komunikator adalah

Orang atau kelompok orang yang menyampaikan informasi atau pesan. Di pihak

lain, Komunikan yaitu orang atau kelompok orang yang menerima pesan.

Dalam berkomunikasi keberhasilan komunikator atau komunikan sangat

ditentukan oleh beberapa faktor yaitu Cakap, Pengetahuan, Sikap, Sistem Sosial,

Kondisi lahiriah. Terdapat Analisis Definisi Komunikasi Menurut Harold

Lasswell,79

yaitu :

1. Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak

yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu

komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara

sebagai komunikator.

2. Says What? (pesan). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada

penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan

seperangkat simbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan, nilai,

gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna, simbol untuk

menyampaikan makna, dan bentuk/organisasi pesan.

3. In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan

pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara

langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik

dll).

4. To Whom? (untuk siapa/penerima). Orang/kelompok/organisasi/suatu

������������������������������������������������������������

� �Analisis Pengertian Komunikasi Dan 5 (Lima) Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell, 11

November 2007, dapat diakses http://organisasi.org/ (online), 20 Desember 2010.

Page 72: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

negara yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination)/pendengar

(listener)/khalayak (audience)/komunikan/penafsir/penyandi balik (decoder).

5. With What Effect? (dampak/efek). Dampak/efek yang terjadi pada

komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan

sikap, bertambahnya pengetahuan, dll.

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa Komunikasi adalah pesan yang

disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui

saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud

memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan

komunikator.

Page 73: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan

Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan penelitian yuridis sosiologis dengan pendekatan analisis

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memusatkan perhatian kepada gejala-gejala

yang mempunyai karakteristik tertentu dalam kehidupan manusia yang

dinamakan variabel. Pendekatan tersebut ditujukan untuk menunjukan

hubungan antar variabel yang dianalisis dengan bantuan statistik atau angka-

angka.

Pengunaan metode ini didasarkan pada alasan bahwa dalam penelitian

ini hukum dikonsepsikan sebagai pola-pola perilaku sosial yang timbul dalam

proses bekerjanya hukum dalam masyarakat.

2. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode penelitian antara lain:

a. Survey lapangan merupakan prosedur penentuan responden melalui

pengisian kuesioner. Survey lapangan dimaksudkan untuk mengetahui

keadaan nyata objek penelitian.

b. Studi pustaka merupakan cara memperoleh data-data dengan

memfokuskan pada data yang ada pada pustaka-pustaka baik yang

Page 74: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

terorganisir maupun yang tidak. Studi pustaka dimaksudkan untuk mencari

data-data sekunder yang dibutuhkan guna menjelaskan data-data primer.

c. Studi dokumentasi merupakan suatu cara yang dilakukan guna

memperoleh data yang bersifat dokumen-dokumen resmi baik dari

lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Studi dokumentasi

bertujuan menerangkan data primer dan juga data sekunder.

3. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara

Deskriptif, yaitu sesuatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh

gambaran tentang tingkat kesadaran hukum Dokter dan Paramedis terhadap

SPMRS pada pelayanan gawat darurat, serta berpengaruhnya faktor motivasi,

komunikasi dan lamanya masa kerja terhadap tingkat kesadaran hukum.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap, Jalan

Jend. Gatot Subroto No. 28 Cilacap. Lokasi tersebut dipilih karena tempat

tersebut dianggap sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pertimbangan yang lain

yaitu efisiensi biaya dan waktu karena penulis merupakan penduduk dari

Kabupaten Cilacap. Hal ini terkait dengan objek penelitian yang akan dikaji

oleh peneliti.

Page 75: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

5. Populasi Penelitian

Dalam penelitian ini populasi meliputi Dokter dan Paramedis pada

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap, dengan populasi

sasaran adalah Dokter dan Paramedis yang secara yuridis bertugas di Instalasi

Gawat Darurat RSUD Cilacap. Penelitian diadakan pada IGD karena terdapat

standar pelayanan gawat darurat dengan ketentuan indikator-indikator yang

telah ditentukan dengan perundang-undangan yang berlaku.

6. Metode Pengambilan Sampel

Sampel diambil dari populasi dengan metode Simple Random Sampling

yakni suatu metode pengambilan sampel yang memberikan kesempatan

kepada setiap sampel untuk menjadi responden (Acak Sederhana).

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh data bahwa pada IGD RSUD Cilacap tercatat 83 tenaga kerja yang

terdiri dari Dokter, Perawat, Tenaga Radiologi, Tenaga Laboratorium, Tenaga

Kefarmasian, dan Tenaga Administratif. Dari jumlah tersebut, diambil sampel

secara acak (random) sebesar 50% dari yang bertugas di IGD tersebut.

Dapat diambil sampel sejumlah 42 orang yang berkedudukan sebagai

responden dalam penelitian ini. Pengambilan sampel sejumlah tersebut

diasumsikan cukup representatif, dengan didasarkan pada pertimbangan oleh

tingkat homogenitas responden yang tinggi. Dapat dilihat dari :

1. Semua responden secara registrasi tercatat sebagai tenaga medis di bidang

IGD RSUD Cilacap.

Page 76: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

2. Semua responden memiliki budaya dan kebiasaan yang sama yakni budaya

dan kebiasaan Banyumasan.

3. Semua responden memiliki tugas dan kewajiban yang sudah terstandarisir

dalam Standar Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.

4. Semua responden berdomisili di wilayah Kebupaten Cilacap.

7. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 2 macam data agar tercapai

kelengkapan dan keterpaduan data, yaitu :

a. Data Primer

Data primer bersumber pada individu Dokter, Paramedis dan Tenaga

Pendukung yang menjadi responden dalam penelitian ini.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang bersumber pada buku-buku, peraturan perundang-

undangan, jurnal ilmiah, majalah ilmiah, hasil-hasil penelitian ilmiah,

internet, hasil-hasil pertemuan ilmiah dan dokumen-dokumen resmi yang

berada pada RSUD Cilacap yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

8. Data yang diperlukan

1. Pengetahuan Dokter, para medis dan tenaga pendukung terhadap standar

pelayanan kesehatan.

2. Pemahaman Dokter, para medis dan tenaga pendukung tentang isi standar

pelayanan kesehatan.

Page 77: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

3. Sikap dokter, para medis dan tenaga pendukung terhadap standar

pelayanan kesehatan.

4. Perilaku-perilaku (kegiatan-kegiatan) Dokter, paramedis dan tenaga

pendukung dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan

standar pelayanan kesehatan.

5. Motif penggunaan pelayanan kesehatan.

6. Harapan digunakan standar pelayanan kesehatan.

7. Penghargaan yang diharapkan dengan digunakannya standar pelayanan

kesehatan.

8. Arus komunikasi Dokter, paramedis dan tenaga pendukung baik secara

vertikal maupun horizontal.

9. Lamanya bekerja Dokter, paramedis dan tenaga pendukung di IGD RSUD

Cilacap.

10. Dokumen-dokumen resmi yang ada diRSUD Cilacap, antara lain rekam

medis, kuantitas (jumlah pasien dalam setiap bulan), dan tingkat

pelayanan.

9. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan metode antara lain :

1. Metode angket, dengan instrumen penelitian yang berupa kuesioner yang

bersifat tertutup.

2. Metode interview, dengan instrumen yang bersifat outline, dengan tape

recorder dan kamera, yang dipilih model interview bebas terpimpin.

Page 78: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

3. Metode pustaka dengan instrumen penelitian berupa katalog, blanko

perpustakaan dan instrumen lain.

4. Metode dokumentasi dengan instrumen penelitian berupan form

penelitian.

10. Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan data

dengan metode sbagai berikut :

a. Coding data, yakni pengolahan data dengan cara memberikan kode pada

setiap angket jawaban responden berdasarkan urutan masuknya data

kepada peneliti.

b. Editing data, yakni pengolahan data dengan cara klasifikasi yaitu dengan

mengedit yakni menyempurnakan jawaban yang masih kurang dan

membuang jawaban yang dianggap tidak diperlukan dalam penelitian.

Dilakukan pada setiap angket sesuai dengan urutan pertanyaan yang

diajukan kepada setiap responden.

c. Tabulasi data, dengan cara mengadakan perhitungan baik secara individual

maupun komprehensif dengan membubuhkan Tally tabulasi pada setiap

angket. Tabulasi ini dilakukan baik secara distribusi frekuensi maupun

prosentase.

Page 79: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

11. Metode Penyajian Data

Data yang telah diolah dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk

tabel, terutama tabel distribusi frekuensi dan tabel silang. Di samping itu juga

disajikan dengan teks naratif, yaitu uraian-uraian yang disusun secara sistematis

yakni diawali dengan penyajian data kuantitatif tentang kesadaran hukum Dokter

dan Paramedis tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat dan diakhiri

dengan pengaruh faktor motivasi, komunikasi, dan lamanya masa kerja Dokter

dan Paramedis.

12. Definisi Operasional Variabel

1. Kesadaran hukum yakni konsep terintegrasi dari pengetahuan, pemahaman,

sikap dan perilaku Dokter dan Paramedis tentang SPMRS pada Pelayanan

Gawat Darurat yang dapat dinyatakan dalam kesadaran hukum tinggi, sedang

dan rendah.

2. Pengetahuan hukum yakni suatu kemampuan mengetahui terhadap maksud

dan tujuan standar pelayanan kesehatan yang dapat dinyatakan dalam

pengetahuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Pengetahuan isi hukum yakni pengetahuan yang mendalam tentang isi standar

pelayanan kesehatan yang dapat dinyatakan dalam tinggi, sedang dan rendah.

4. Sikap hukum yakni ungkapan perasaan tentang baik dan buruk, benar dan

salah, sesuai dan tidak sesuai tentang standar pelayanan kesehatan yang dapat

dinyatakan dalam sikap positif, netral, dan negatif.

Page 80: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

5. Pola perilaku hukum adalah wujud (kewajiban) Dokter dan Paramedis dalam

pelayanan kesehatan yang berlandaskan pada standar pelayanan kesehatan

yang dinyatakan pada perilaku sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai.

6. Motivasi adalah keinginan yang mendorong Dokter dan Paramedis untuk

melaksanakan kewajiban sesuai dengan standar pelayanan kesehatan dengan

dinyatakan tinggi, sedang dan rendah.

7. Komunikasi adalah arus tukar menukar informasi individu maupun kelompok,

baik bersifat vertikal dan horizontal antara Dokter dan Paramedis serta pasien

yang dapat dinyatakan dalam tinggi, sedang dan rendah.

8. Lamanya masa kerja adalah tenggang waktu kinerja Dokter dan Paramedis

sebagai pegawai Rumah Sakit dalam satuan tahun yang dapat dinyatakan

dalam lama, sedang, pendek.

13. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis dengan metode kuantitatif dan

kualitatif. Analisis kuantitatif ditujukan pada data yang bersifat kuantitatif dan

analisis kualitatif ditujukan pada data yang bersifat kualitatif. Analisis kuantitatif

akan digunakan dengan metode statistik sederhana, terutama menekankan pada

model distribusi frekuensi analisis dan tabel silang analisis.

Analisis kualitatif akan digunakan model komperatif analisis, yakni satu

analisis yang membandingkan data yang satu dengan yang lainnya, sedangkan

model interpretasi data yang digunakan adalah satu analogi dengan teknik analisis

secara Teoritical Interpretation yakni suatu analisis yang mendialogkan antara

Page 81: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

data disatu pihak dengan teori hukum, doktrin hukum dan norma hukum di lain

pihak dengan dialog yang demikian (kesimpulan) sekecil mungkin dapat

dihindari.

Page 82: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Kesadaran Hukum Dokter dan Paramedis Tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat di

Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat

kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit (SPMRS) pada Pelayanan Gawat Darurat, maka penulis terlebih

dahulu mengemukakan teori kesadaran hukum dari Kuitchky sebagaimana dikutip

oleh Soerjono Soekanto80

sebagai berikut :

Kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang

terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau

tentang hukum yang diharapkan ada dan konsepsi-konsepsi abstrak

di dalam diri manusia, tentang keserasian dan ketertiban dengan

ketentraman yang dikehendaki atau yang sepantasnya. Sebenarnya

yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan

suatu penelitian hukum terhadap kejadian-kejadian yang konkret

dalam masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Soerjono Soekanto dan Otje Salman,81

berkaitan dengan pendapat

tersebut, berikut ini dikemukakan pandangan-pandangan yang menyatakan bahwa

kesadaran hukum merupakan suatu nilai atau pandangan mengenai kebaikan atau

keburukan hukum yang berlaku dan diharapkan. Pandangan-pandangan tersebut

dapat diidentifikasi melalui beberapa teori yaitu Pengetahuan tentang peraturan-

������������������������������������������������������������

80 Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, CV. Rajawali, Jakarta.

Hlm. 159. 81 Soerjono Soekanto dan Otje Salman, 1988, Disiplin Hukum Sosial, CV. Rajawali, Jakarta. Hlm.

217.

Page 83: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

peraturan hukum (law awareness), Pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan

hukum (law acquaintance), Sikap terhadap peraturan-peraturan hukum (legal

attitude), Pola-pola perilakuan hukum (legal behavior).82�

Membahas tentang Standar Pelayanan Kesehatan, Standar pelayanan

kesehatan adalah panduan bagi dokter dan paramedis dalam melaksanakan

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan

penanggungjawaban penyelenggaraan pelayanan kesehatan agar sesuai dengan

kebutuhan pasien. Dalam pembahasan hasil penelitian ini membahas Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPMRS) pada pelayanan gawat darurat dalam

Lampiran Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008.

Pelayanan gawat darurat tersebut, terdapat 9 (sembilan) indikator yang harus

dipenuhi oleh tenaga medis dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa, dengan standar 100%.

2. Jam buka pelayanan Gawat Darurat, dengan standar 24 jam.

3. Pemberi pelayanan Gawat Darurat yang bersertifikat dan masih berlaku

BLS/PPGD/GELS/ALS, dengan standar 100%.

4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana, dengan standar 1 (satu) tim.

5. Waktu tanggap pelayanan Dokter di Gawat Darurat, dengan standar kurang

dari 5 menit terlayani, setelah pasien datang.

6. Kepuasan pelanggan, dengan standar lebih dari 70%.

7. Kematian pasien kurang dari 24 jam, dengan standar kurang dari dua per

seribu (pindah ke pelayanan rawat inap setelah delapan jam).

������������������������������������������������������������

82 Soerjono Soekanto, 1982, Loc. Cit.

Page 84: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

8. Khusus untuk Rumah Sakit Jiwa pasien dapat ditenangkan dalam waktu

kurang lebih 48 jam, dengan standar 100%.

9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka, dengan standar

100%.

Semua indikator di atas apabila diterapkan ke dalam tingkat kesadaran

hukum dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan Kesehatan pada Instalasi

Gawat Darurat, maka dapat dirumuskan bahwa kesadaran hukum tersebut dapat

diperoleh dengan indikator-indikator yang ditetapkan yaitu :

1. Pengetahuan dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat,

2. Pengetahuan dokter dan paramedis tentang isi Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat,

3. Sikap dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat,

4. Pola perilaku dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar Pelayanan

Minimal pada Pelayanan Gawat Darurat.

Penelitian ini selanjutnya diajukan dengan pertanyaan sebanyak 65 kepada

42 responden yang diambil sebagai sampel, yang terbagi dalam 32 pertanyaan

dengan masing-masing indikatornya 8 pertanyaan, variabel Motivasi sebanyak 15

pertanyaan, variabel Komunikasi sebanyak 18 pertanyaan dan variabel Lamanya

masa kerja yang diwujudkan dalam satuan tahun.

Sejumlah pertanyaan tersebut diajukan kepada responden yang menjadi

sampel dalam penelitian ini, meliputi Dokter IGD, Perawat IGD, Tenaga

Page 85: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Laboratorium, Tenaga Radiologi, Tenaga Kefarmasian, dan Tenaga Administratif

IGD RSUD Cilacap.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan dan berdasarkan hasil skor

(penilaian) pada masing-masing responden, maka dapat data yang dituangkan

dalam tabel berikut :

Tabel 1 : Distribusi Nilai Masing-masing Indikator Kesadaran Hukum dan

Variabel menurut 42 responden.

No.

Responden

Kesadaran Hukum Mtv Kms LMK

X1 X2 X3 X4 � X Nilai Nilai Tahun

01 21 20 19 24 84 39 32 20

02 22 22 21 23 88 36 31 7

03 17 21 21 19 68 37 33 13

04 22 23 22 24 91 34 28 17

05 23 23 22 24 92 34 30 5

06 23 24 24 22 93 33 38 40

07 22 21 22 20 85 38 39 21

08 20 22 24 22 88 39 36 4

09 24 24 24 24 96 45 54 10

10 24 23 24 22 93 39 50 8

11 22 17 15 17 71 36 42 20

12 24 24 24 24 96 43 47 19

13 21 21 24 24 90 45 54 19

14 24 23 24 22 93 43 45 7

15 22 22 24 21 89 42 36 13

16 24 22 20 22 88 44 48 3

17 24 24 24 24 96 45 48 18

18 21 21 24 24 90 44 51 3

19 24 24 24 24 96 44 52 12

20 24 24 24 24 96 40 47 18

21 24 22 24 24 94 44 50 15

22 21 20 19 24 84 39 32 20

23 22 22 21 23 88 36 31 7

24 17 21 21 19 68 37 33 13

25 22 23 22 24 91 34 28 17

26 23 23 22 24 92 34 30 5

27 23 24 24 22 93 33 38 40

28 22 21 22 20 85 38 39 21

29 20 22 24 22 88 39 36 4

Page 86: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

No.

Responden

Kesadaran Hukum Mtv Kms LMK

X1 X2 X3 X4 � X Nilai Nilai Tahun

30 24 24 24 24 96 45 54 10

31 24 23 24 22 93 39 50 8

32 22 17 15 17 71 36 42 20

33 24 24 24 24 96 43 47 19

34 21 21 24 24 90 45 54 19

35 24 23 24 22 93 43 45 7

36 22 22 24 21 89 42 36 13

37 24 22 20 22 88 44 48 3

38 24 24 24 24 96 45 48 18

39 21 21 24 24 90 44 51 3

40 24 24 24 24 96 44 52 12

41 24 24 24 24 96 40 47 18

42 24 22 24 24 94 44 50 15

Sumber : Data Primer yang telah diolah.

Keterangan :

X1 = Pengetahuan dokter dan paramedis tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat

Darurat,

X2 = Pengetahuan dokter dan paramedis tentang isi SPMRS pada Pelayanan

Gawat Darurat,

X3 = Sikap dokter dan paramedis dalam melaksanakan SPMRS pada Pelayanan

Gawat Darurat,

X4 = Pola perilaku dokter dan paramedis dalam melaksanakan SPMRS pada

Pelayanan Gawat Darurat.

� X = Kesadaran Hukum SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat.

Untuk mengetahui tingkatan indikator Kesadaran Hukum dan variabel,

maka diperhitungkan interval klas, dengan rumus :

i = K

R

Keterangan : I : Besarnya interval klas yang diinginkan;

R : Range adalah nilai tertinggi dikurangi nilai terendah;

K : Klas yang dikehendaki, yakni 3 klas;

Page 87: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Ditinjau dari masing-masing unsur kesadaran hukum yang telah

disebutkan dalam tabel 1 di atas, maka dapat diperoleh besarnya interval klas

berdasarkan rumus di atas pada masing-masing indikator dan variabel. Apabila

jumlah klas ditetapkan sebanyak tiga tingkat yaitu : klasifikasi tinggi, klasifikasi

sedang dan klasifikasi rendah. Dengan demikian besarnya interval klasnya,

sebagai berikut :

1. Indikator Pengetahuan dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat :

a. Pengetahuan dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat rendah, intervalnya antara

nilai ≤ 19.

b. Pengetahuan dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat sedang, intervalnya antara

nilai 20-22.

c. Pengetahuan dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat tinggi, intervalnya antara

nilai ≥ 23.

2. Indikator Pengetahuan dokter dan paramedis tentang isi Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat :

a. Pengetahuan dokter dan paramedis tentang isi Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat rendah, intervalnya antara

nilai ≤ 19.

Page 88: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

b. Pengetahuan dokter dan paramedis tentang isi Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat sedang, intervalnya antara

nilai 20-22.

c. Pengetahuan dokter dan paramedis tentang isi Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat tinggi, intervalnya antara

nilai ≥ 23.

3. Indikator Sikap dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat :

a. Sikap dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat negatif, intervalnya

antara nilai 15-17.

b. Sikap dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat netral, intervalnya

antara nilai 18-20.

c. Sikap dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat positif, intervalnya

antara nilai 21-24.

4. Indikator Pola Perilaku dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat :

a. Pola perilaku hukum dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat tidak

sesuai, intervalnya antara nilai ≤ 19.

Page 89: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

b. Pola perilaku dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat kurang

sesuai, intervalnya antara nilai 20-22.

c. Pola perilaku dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat sesuai,

intervalnya antara nilai ≥ 23.

5. Variabel Motivasi dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat :

a. Variabel motivasi dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat rendah,

intervalnya antara nilai 33-36.

b. Variabel motivasi dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat sedang,

intervalnya antara nilai 37-40.

c. Variabel motivasi dokter dan paramedis dalam melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat tinggi,

intervalnya antara nilai 41-45.

6. Variabel Komunikasi dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat :

a. Variabel komunikasi dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat rendah, intervalnya

antara nilai 28-36.

Page 90: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

b. Variabel komunikasi dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat sedang, intervalnya

antara nilai 37-45.

c. Variabel komunikasi dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat tinggi, intervalnya

antara nilai 46-54.

7. Variabel Lamanya Masa Kerja dokter dan paramedis tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat :

a. Variabel Lamanya Masa Kerja dokter dan paramedis tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat rendah,

intervalnya antara nilai 3-15.

b. Variabel Lamanya Masa Kerja dokter dan paramedis tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat sedang,

intervalnya antara nilai 16-28.

c. Variabel Lamanya Masa Kerja dokter dan paramedis tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat tinggi,

intervalnya antara nilai 29-40.

Ditinjau dari segi indikator Pengetahuan dokter dan paramedis tentang

SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat maka hasil penelitian ditampilkan

sebagaimana dituliskan dalam tabel di bawah ini :

Page 91: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Tabel 2 : Tingkat Pengetahuan Dokter dan Paramedis tentang Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

No. Interval

Klasifikasi

Pengetahuan

Hukum

Frekuensi (F) Prosentase (%)

1 ≤ 19 Rendah 2 4,76

2 20-22 Sedang 16 38,10

3 ≥ 23 Tinggi 24 57,14

Total 42 100,00

Sumber : Data Primer yang diolah.

Menurut tabel Tingkat Pengetahuan Dokter dan Paramedis tentang

SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat di atas dapat dijelaskan bahwa dari

sebanyak 42 responden, sebesar 2 (4,76 %) responden menunjukan tingkat

pengetahuan dokter dan paramedis tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat

Darurat yang rendah, kemudian sebanyak 16 (38,10 %) responden menunjukan

tingkat pengetahuan dokter dan paramedis tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat

Darurat yang sedang, dan sebesar 24 (57,14 %) responden menunjukan tingkat

pengetahuan dokter dan paramedis tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat

Darurat yang tinggi.

Dilihat dari tabel di atas, sebagian besar responden menunjukan tingkat

pengetahuan tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat adalah tinggi.

Kenyataan tersebut di atas dapat diinterpretasikan bahwa tingginya pengetahuan

dokter dan paramedis tentang SPMRS pada pelayanan gawat darurat akan

menentukan pada tingkat kesadaran hukum. Berkaitan dengan pengetahuan dokter

Page 92: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

dan paramedis tentang SPMRS pada pelayanan gawat darurat, Otje Salman83

sebagaimana disebutkan pada bab sebelumnya mengatakan : Pengetahuan hukum

erat kaitannya dengan asumsi bahwa masyarakat dianggap mengetahui isi suatu

peraturan manakala peraturan tersebut telah diundangkan.

Data di atas apabila diinterpretasikan berdasarkan pada pendapat Otje

Salman, maka dapat disimpulkan bahwa tingginya pengetahuan dokter dan

paramedis tentang SPMRS, sebagaimana dituangkan dalam Surat Keputusan

Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008 yang berlaku sejak tanggal

ditetapkan 6 Februari 2008, maka dokter dan paramedis dianggap mengetahui

SPMRS tersebut, dan diterapkan dalam memberikan pelayanan yang kesehatan

yang baik.

Hal ini mengandung arti bahwa manakala suatu peraturan telah

diundangkan, maka dokter dan paramedis dianggap mengetahui tentang peraturan

tersebut, sebagai landasan penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada pelayanan

gawat darurat.

Kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang SPMRS pada pelayanan

gawat darurat selanjutnya dapat ditinjau dari indikator pengetahuannya tentang isi

SPMRS, hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa sebagian besar responden

sama-sama menunjukan tingkat pengetahuan yang tinggi dan sedang terhadap

SPMRS, hal ini dibuktikan dengan melihat data yang dituangkan dalam tabel

berikut:

������������������������������������������������������������

83 Otje Salman, 1993, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, Alumni, Bandung.

Hlm. 40.

Page 93: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Tabel 3 : Tingkat Pengetahuan Dokter dan Paramedis tentang Isi Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

No. Interval

Klasifikasi

Pengetahuan Isi

Hukum

Frekuensi (F) Prosentase (%)

1 ≤ 19 Rendah 2 4,76

2 20-22 Sedang 20 47,62

3 ≥ 23 Tinggi 20 47,62

Total 42 100,00

Sumber : Data Primer yang diolah.

Menurut tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa dari sebanyak 42

responden, sebesar 2 (4,76 %) responden menunjukan tingkat pengetahuan dokter

dan paramedis tentang isi SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat yang rendah,

kemudian sebanyak 20 (47,62 %) responden menunjukan tingkat pengetahuan

dokter dan paramedis tentang isi SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat yang

sedang, dan sebesar 20 (47,62 %) responden menunjukan tingkat pengetahuan

dokter dan paramedis tentang isi SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat yang

tinggi.

Dilihat dari tabel tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa besar responden

berpengetahuan tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat tinggi dan sedang

adalah setara jumlahnya. Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar dokter dan paramedis mengetahui dan kurang mengetahui tentang

isi SPMRS, artinya bahwa isi SPMRS ternyata diketahui oleh setiap dokter dan

para medis. Hal ini disebabkan pengetahuan mereka tentang isi standar pelayanan

rumah sakit menunjukan pada klasifikasi yang tinggi dan sedang.

Page 94: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Data dalam tabel 3 ini dihubungkan dengan data pada tabel 2 maka dapat

diinterpretasikan bahwa pengetahuan dokter dan paramedis tentang SPMRS pada

pelayanan gawat darurat tidak semuanya didasarkan pada pengetahuan mereka

pada isi SPMRS tersebut. Apabila kenyataan pada tabel tersebut di atas

diinterpretasikan oleh pendapat Otje Salman84

: Pemahaman hukum dalam arti ini

adalah sejumlah informasi yang dimiliki seseorang mengenai isi peraturan dari

suatu hukum tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa ternyata tidak setiap dokter

dan paramedis memahami isi SPMRS meski pada dasarnya sudah ada peraturan

yang sebelumnya.

Berdasarkan pendapat Otje Salman tersebut di atas, yang juga termasuk

adegium berlakunya undang-undang tidak efektif untuk mengukur pengetahuan isi

peraturan perundang-undangan. Hal ini mengandung arti bahwa peraturan

perundang-undangan dalam hal ini Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

129/Menkes/SK/II/2008 telah diundangkan, namun dalam kenyataannya tidak

setiap dokter dan paramedis mengetahui dan memahami isi tentang SPMRS pada

pelayanan gawat darurat.

Tingkat kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang SPMRS pada

pelayanan gawat darurat dapat dilihat dari indikator sikap hukumnya, hasil

penelitian menggambarkan dalam tabel dibawah ini :

������������������������������������������������������������

84 Ibid. Hlm. 41.

Page 95: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Tabel 4 : Tingkat Sikap Dokter dan Paramedis dalam Melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit Pada Pelayanan Gawat Darurat

No. Interval Klasifikasi

Sikap Hukum Frekuensi (F) Prosentase (%)

1 15-17 Negatif 2 4,76

2 18-20 Netral 4 9,53

3 21-24 Positif 36 85,71

Total 42 100,00

Sumber : Data Primer yang diolah.

Menurut tabel 4 di atas dapat dijelaskan bahwa dari sebanyak 42

responden, sebesar 2 (4,76 %) responden menunjukan tingkat sikap dokter dan

paramedis dalam melaksanakan SPMRS pada pelayanan gawat darurat yang

Negatif, kemudian sebanyak 4 (9,53 %) responden menunjukan tingkat sikap

dokter dan paramedis dalam melaksanakan SPMRS pada pelayanan gawat darurat

yang Netral, dan sebesar 36 (85,71 %) responden menunjukan tingkat sikap dokter

dan paramedis dalam melaksanakan SPMRS pada pelayanan gawat darurat yang

Positif.

Dilihat dari tabel tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa sebagian besar

responden mempunyai sikap yang Positif dalam melaksanakan SPMRS pada

Pelayanan Gawat Darurat. Hal ini mengandung arti bahwa sebagian besar dokter

dan paramedis yang bertugas pada IGD RSUD Cilacap pada dasarnya menyetujui

terhadap SPMRS sebagai parameter minimal dalam pemberian pelayanan

kesehatan kepada pasien. Oleh karena itu pelayanan kesehatan pada setiap rumah

sakit haruslah mengacu pada SPMRS tersebut.

Page 96: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Sikap yang positif sebagaimana digambarkan di atas adalah wajar, oleh

karena dokter dan paramedis telah menempuh pendidikan yang telah ditentukan

dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Apabila data dalam tabel 4 ini dikaitkan dengan data dalam tabel 2 dan 3 maka

dapat diinterpretasikan bahwa tidak semua sikap yang positif tersebut didasarkan

pada pengetahuan dan pemahaman tentang SPMRS pada pelayanan gawat darurat.

Hal ini mengandung makna sebagian dokter dan paramedis menunjukkan sikap

yang apriori atau bersikap ikut-ikutan menyetujui karena orang lain yang positif.

Berkaitan dengan sikap, Otje Salman85

mengatakan : Sikap hukum adalah

suatu kecenderungan masyarakat menerima hukum karena dianggap bermanfaat

atau menguntungkan jika ditaati. Apabila data tersebut dalam tabel 4

diinterpretasikan berdasarkan pendapat Otje Salman ini maka dapat disimpulkan

bahwa positifnya sikap dokter dan paramedis cenderung disebabkan karena dokter

dan paramedis baik langsung maupun tidak langsung menerima SPMRS sebagai

parameter pelayanan kesehatan yang baik, manakala tiap-tiap standar pelayanan

kesehatan diterapkan pada yang seharusnya, yang menggambarkan suatu ketaatan

dokter dan para medis dalam menjalakan profesinya.

Penerapan SPMRS pada pelayanan gawat darurat, diharapkan dapat

diwujudkan pelayanan kesehatan yang baik. Penilaian pelayanan kesehatan yang

baik terutama penilaian dari pasien, karena dapat memuaskan pasien adalah

penghargaan tersendiri pada pelayanan kesehatan di RSUD Cilacap. Masih dalam

������������������������������������������������������������

85 Ibid. Hlm. 42.

Page 97: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

hubungan dengan hal tersebut, Miftah Thoha86

menyebutkan : suatu hal yang

menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan

datang.

Kesadaran hukum dokter dan paramedis tenatang SPMRS dilihat dari

indikator yang terakhir yaitu pola perilaku dalam menjalankannya, sebagaimana

dituliskan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 5 : Tingkat Pola Perilaku Dokter dan Paramedis dalam menjalankan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

No. Interval

Klasifikasi

Pola Perilaku

Hukum

Frekuensi (F) Prosentase (%)

1 ≤ 19 Tidak sesuai 4 9,53

2 20-22 Kurang sesuai 14 33,33

3 ≥ 23 Sesuai 24 57,14

Total 42 100,00

Sumber : Data Primer yang diolah.

Menurut tabel Tingkat Pola Perilaku Dokter dan Paramedis dalam

menjalankan SPMRS pada pelayanan gawat darurat di atas dapat dijelaskan

bahwa dari sebanyak 42 responden, sebesar 4 (9,53 %) responden menunjukan

tingkat pola perilaku dalam menjalankan SPMRS pada pelayanan gawat darurat

yang tidak sesuai, kemudian sebanyak 14 (33,33 %) responden menunjukan

tingkat pola perilaku dalam menjalankan SPMRS pada pelayanan gawat darurat

yang kurang sesuai, dan sebesar 24 (57,14 %) responden menunjukan tingkat pola

perilaku dalam menjalankan SPMRS pada pelayanan gawat darurat yang sesuai.

������������������������������������������������������������

86 Miftah Thoha, 1996, Perilaku Organisasi , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hlm. 148.

Page 98: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Dilihat dari tabel tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa sebagian besar

responden berpola perilaku sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Rumah

Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat. Dari data tersebut diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa sebagian besar dokter dan paramedis dalam memberikan

pelayanan kesehatan menunjukkan pola perilaku yang sesuai dengan SPMRS pada

pelayanan gawat darurat. Hal ini menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan

gawat darurat RSUD Cilacap pada dasarnya telah mendasarkan pada SPMRS,

dimana standar ini merupakan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan.

Pola perilaku dokter dan paramedis yang sesuai dengan SPMRS tersebut

mencerminkan kegiatan-kegiatan medis yang diberikan kepada pasien baik

mengenai penyelamatan jiwa pasien, jam buka, kompetensi sumber daya manusia,

ketersediaan tim, waktu tanggap, kepuasan pelanggan, kematian pasien,

penenangan pasien pada rumah sakit jiwa, dan tidak adanya pembayaran uang

muka.

Data dalam tabel 5 ini dihubungkan dengan data dalam tabel 4, 3, dan 2

maka dapat diinterpretasikan bahwa pola perilaku dokter dan paramedis yang

sesuai itu didasarkan pada sikap yang positif tentang SPMRS, meskipun pola

perilaku tersebut tidak didasarkan pada pemahaman tentang isi SPMRS dan pada

pengetahuannya tersebut. Dengan demikian terdapat sebagian dokter dan

paramedis yang meskipun pola perilakunya sesuai dengan SPMRS pada

penyelenggaraan pelayanan kesehatan namun tidak didasarkan pada pengetahuan

yang baik mengenai isi dan pengetahuan secara umum.

Page 99: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

Hal ini diasumsikan bahwa dokter dan paramedis yang menunjukkan pola

perilaku yang sesuai tersebut menggambarkan kepatuhannya terhadap SPMRS

dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien, khusunya pada pelayanan

gawat darurat.

Menurut pendapat Miftah Thoha,87

pengertian perilaku adalah perbuatan

atau tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya diamati, digambarkan dan

dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Hal ini mendasari

bahwa perilaku sesorang dinilai dari perbuatan dan perkataannya. Berkaitan

dengan kesadaran hukum dokter dan pasien tentang SPMRS dinilai dari

perbuatannya dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

Dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan data tentang tingginya tingkat

kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat

Darurat maka peneliti mengolah data sesuai dengan prosedur yang telah ada yaitu

dengan mengolah data tabel 1 di dalam kolom 2, 3, 4, dan 5 yang dijumlahkan

sehingga diperoleh skor nilai yang dapat dinyatakan dalam klasifikasi kesadaran

hukum rendah, sedang, dan tinggi.

Berdasarkan data dari tabel-tabel tersebut di atas dapat diperoleh data

tingkat kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang SPMRS pada Pelayanan

Gawat Darurat sebagaimana yang tertulis dalam tabel di bawah ini :

������������������������������������������������������������

87 Ibid. Hlm. 29.

Page 100: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Tabel 6 : Tingkat Kesadaran Hukum Dokter dan Paramedis tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

No. Interval

Klasifikasi

Kesadaran

Hukum

Frekuensi (F) Prosentase (%)

1 68-77 Rendah 4 9,52

2 78-86 Sedang 4 9,52

3 87-96 Tinggi 34 80,96

Total 42 100

Sumber : Data Primer yang diolah.

Tabel 6 tersebut di atas memberi penjelasan bahwa sebanyak 42

responden, yaitu sebanyak 4 (9,52 %) responden menyebutkan tingkat kesadaran

hukum yang rendah tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat, sebanyak 4

(9,52 %) responden menyebutkan tingkat kesadaran hukum yang sedang tentang

SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat, sebanyak 34 (80,96 %) responden

menyebutkan tingkat kesadaran hukum yang tinggi tentang SPMRS pada

Pelayanan Gawat Darurat.

Data tersebut dapat diolah dan ditarik kesimpulan sementara bahwa tingkat

kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang tentang SPMRS pada Pelayanan

Gawat Darurat menunjukan tingkat kesadaran hukum yang tinggi. Jika data tabel

1, kolom 5 (Kesadaran Hukum) dihubungkan dengan data kolom 2 (Pengetahuan

Hukum), maka dapat diinterpretasikan bahwa tingginya kesadaran hukum pada

hakekatnya didukung oleh pengetahuan hukum, pengetahuan isi hukum, sikap

hukum, dan pola perilaku hukum yang tinggi pula.

Page 101: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Antar indikatornya dalam kesadaran hukum juga mempunyai hubungan

satu dengan yang lain, pengetahuan yang tinggi menjadi dasar pengetahuan isi

hukum yang tinggi, sikap hukum yang positif dan pola perilaku yang sesuai, dan

seterusnya.

Fakta tersebut didialogkan dengan teori Kesadarann Hukum yang

dikemukakan oleh Soerjono Soekanto pada bahasan di awal, maka dapat

diinterpretasikan bahwa teori tersebut masih relevan untuk diterapkan dalam

menentukan tingkat kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang SPMRS pada

Pelayanan Gawat Darurat. Hal ini didasarkan pada kesadaran dalam diri dokter

dan paramedis tentang SPMRS untuk memenuhi penyelenggaraan pelayanan

kesehatan yang baik bagi pasien.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesadaran Hukum Dokter

dan Para Medis Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

pada Pelayanan Gawat Darurat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam satu lokasi sebagimana

diuraikan di atas, bahwa tingginya tingkat kesadaran hukum dokter dan paramedis

tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat ternyata dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain faktor Motivasi, faktor Komunikasi, dan faktor

lamanya masa kerja.

Page 102: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Tabel 7 : Tingkat Motivasi dokter dan paramedis dalam Melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

No. Interval Klasisifasi

Motivasi Frekuensi (F) Prosentase (%)

1 33-37 Rendah 12 28,58

2 38-41 Sedang 10 23,80

3 42-45 Tinggi 20 47,62

Total 42 100

Sumber : Data Primer yang diolah.

Data tabel Tingkat Motivasi tersebut di atas dapat dijelaskan dari sebanyak

12 (28,58 %) responden menyebutkan tingkat motivasi yang rendah dalam

melaksanakan SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat, sebanyak 10 (23,80 %)

responden menyebutkan tingkat motivasi dalam melaksanakan SPMRS pada

Pelayanan Gawat Darurat yang sedang, sebanyak 20 (47,62 %) responden

menyebutkan tingkat motivasi dalam melaksanakan SPMRS pada Pelayanan

Gawat Darurat yang tinggi.

Dapat disimpulkan sementara bahwa tingkat motivasi responden sebagian

besar memiliki tingkat motivasi dalam melaksanakan SPMRS pada Pelayanan

Gawat Darurat yang tinggi. Hal ini mengandung arti bahwa pelaksanaan SPMRS

didorong oleh keinginan atau motivasi yang didasarkan alasan, SPMRS

merupakan acuan bagi Rumah Sakit. Di sisi lain terdapat harapan tujuan

Pelayanan Kesehatan dapat tercapai sehingga pasien mempunyai kepercayaan atas

pelayanan kesehatan tersebut pada IGD RSUD Cilacap.

Page 103: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Berkaitan dengan konsep motivasi yang dikembangkan oleh William G.

Scott,88

motivasi sebagai rangkaian pemberian dorongan kepada seseorang untuk

melakukan tindakan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Jika orang merasakan

terdapat kemungkinan yang tinggi mutu kinerja yang baik akan mendapatkan

penghargaan/penghargaan yang diterima didasarkan atas kinerja yang baik,

motivasi orang untuk berusaha mencapai sasaran yang ditetapkan akan tinggi,

sebaliknya jika terdapat kemungkinan yang rendah suatu kinerja memperoleh

penghargaan, motivasi orang untuk mencapai sasaran yang ditetapkan akan

rendah pula.

Data dalam tabel 7 di atas apabila diinterpretasikan berdasarkan pendapat

Williams G. Scott, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan SPMRS pada

pelayanan gawat darurat pada dasarnya didasarkan oleh keinginan Rumah Sakit,

dalam hal ini dokter dan paramedis untuk melakukan pelayanan kesehatan yang

sesuai dengan Standar Profesional, Standar Operasional Prosedure, maupun

Standar Kebutuhan yang diinginkan oleh pasien dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan yang baik.

Tingkat motivasi yang tinggi untuk melaksanakan SPMRS yang dimiliki

oleh dokter dan paramedis sangat menentukan terpenuhinya SPMRS tersebut.

Pelaksanaan dari SPMRS tidaklah cukup didorong oleh faktor motivasi saja,

melainkan diperlukannya pengetahuan dan pemahaman tentang SPMRS serta

sikap yang positif dan pola perilaku yang sesuai dalam melaksanakan SPMRS.

������������������������������������������������������������

88 Fred N. Kerlinger, dan Elazar J. Pedhazur, 1987, Korelasi dan Analisis Regresi Ganda, Nur

Cahaya, Yogyakarta. Hlm. 161.

Page 104: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Berdasarkan pada kenyataan di atas, dapat diasumsikan bahwa ada

kecenderungan aspek motivasi berpengaruh terhadap kesadaran hukum dokter dan

paramedis dalam pelaksanaan SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat, hal ini

dapat dibuktikan dengan menghubungkan antara faktor motivasi dengan

kesadaran hukum pdokter dan paramedis dalam pelaksanaan SPMRS,

sebagaimana dalam tabel di bawah ini :

Tabel 8 : Pengaruh Faktor Motivasi Terhadap Tingkat Kesadaran Hukum Dokter

dan Paramedis dalam Melaksanakan Standar Pelayanan Minimal Rumah

Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

Kesadaran

Hukum

Motivasi

Rendah Sedang Tinggi Total

F % F % F % F %

Rendah 3 7,14 2 4,76 7 16,67 12 28,58

Sedang 1 2,38 2 4,76 7 16,66 10 23,80

Tinggi - - - - 20 47,62 20 47,62

Total 4 9,52 4 9,52 34 80,95 42 100

Sumber : Data Primer yang diolah.

Tabel Pengaruh Faktor Motivasi Terhadap Tingkat Kesadaran Hukum

Dokter dan Paramedis di atas mengungkapkan bahwa secara umum ada

kecenderungan pengaruh motivasi terhadap kesadaran hukum dokter dan

paramedis dalam melaksanakan SPMRS pada pelayanan gawat darurat. Hal ini

dapat digambarkan secara parsial pada masing-masing tingkat dan motivasi dan

kesadaran hukum.

Pada tingkat motivasi rendah yang dimiliki oleh dokter dan paramedis,

terdapat sebanyak 3 (7,14 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum

dalam melaksanakan SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat yang rendah,

Page 105: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

sebanyak 2 (4,76 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum dalam

melaksanakan SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat yang sedang, dan sebanyak

7 (16,66 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum dalam

melaksanakan SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat yang tinggi.

Tabel 8 di atas menjelaskan bahwa dari 42 responden yang memiliki

tingkat motivasi sedang dapat terdapat sebanyak 1 (2,38 %) responden

menunjukan tingkat kesadaran hukum dalam melaksanakan SPMRS pada

Pelayanan Gawat Darurat yang rendah, sebanyak 4 (9,52 %) responden

menunjukan tingkat kesadaran hukum dalam melaksanakan SPMRS pada

Pelayanan Gawat Darurat yang sedang, dan sebanyak 7 (16,66 %) responden

menunjukan tingkat kesadaran hukum dalam melaksanakan SPMRS pada

Pelayanan Gawat Darurat yang tinggi.

Data dalam tabel 8 dapat diungkapkan bahwa dari 42 responden memiliki

tingkat motivasi tinggi terdapat sebanyak 0 (0 %) responden menunjukan tingkat

kesadaran hukum dalam melaksanakan SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat

yang rendah, sebanyak 0 (0 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum

dalam melaksanakan SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat yang sedang, dan

sebanyak 20 (47,62 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum dalam

melaksanakan SPMRS pada Pelayanan Gawat Darurat yang tinggi.

Data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan

pengaruh secara positif faktor motivasi terhadap tingkat kesadaran hukum dokter

dan paramedis dalam melaksanakan SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat.

Artinya semakin tinggi tingkat motivasi maka semakin tinggi pula tingkat

Page 106: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang SPMRS pada pelayanan Gawat

Darurat.

Berdasarkan pada kenyataan hasil penelitian dapat diinterpretasikan bahwa

tingginya tingkat kesadaran hukum responden tentang SPMRS pada pelayanan

Gawat Darurat didasarkan atas pertimbangan bahwa SPMRS merupakan acuan

pada pelaksaan pelayanan gawat darurat, yang diharapkan dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang baik serta reputasi Rumah Sakit sebagai organ

penyelenggara pelayanan kesehatan.

Tingkat motivasi dokter dan paramedis yang tinggi didorong oleh tingkat

pengetahuan dan pemahaman yang tinggi tentang SPMRS, serta sikap hukum

yang positif dan pola perilaku yang sesuai dalam melaksanakan SPMRS pada

pelayanan Gawat Darurat. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa ada

pengaruh yang positif tingkat motivasi terhadap kesadaran hukum dokter dan

paramedis tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat.

Faktor motivasi sebagaimana telah dipaparkan di atas, faktor komunikasi

tidak kalah penting mempunyai kontribusi dalam pelayanan kesehatan yang dapat

mengacu tingginya pelaksanaan SPMRS. Hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukan bahwa secara umum tingkat komunikasi dokter dan paramedis yang

bertugas pada IGD RSUD Cilacap sebagaimana dituliskan dalam tabel di bawah

ini :

Page 107: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

Tabel 9 : Tingkat Komunikasi dokter dan paramedis tentang Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat

No. Interval Klasifikasi

Komunikasi Frekuensi (F) Prosentase (%)

1 28-36 Rendah 14 33,33

2 37-45 Sedang 8 19,05

3 46-54 Tinggi 20 47,62

Total 42 100

Sumber : Data Primer yang diolah.

Tabel 9 tersebut di atas dapat dijelaskan dari sebanyak 14 (33,33 %)

responden menyebutkan tingkat komunikasi yang rendah tentang SPMRS pada

pelayanan Gawat Darurat, sebanyak 8 (19,05 %) responden menyebutkan tingkat

komunikasi tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang sedang, dan

sebanyak 20 (47,62 %) responden menyebutkan tingkat komunikasi tentang

SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang tinggi.

Ditinjau dari pengertian Komunikasi,89

Komunikasi adalah proses

pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih

dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti.

Komunikasi dokter dan paramedis tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat

yaitu antara para pihak dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Pada IGD sebuah Rumah Sakit terdapat dokter, paramedis, tenaga

pendukung dan pihak lain yang berhubungan dalam pelayanan kesehatan, dengan

harapan terdapat komunikasi antara para pihak dalam memberikan informasi-

������������������������������������������������������������

89 Pengertian Komunikasi, dapat diakses http://id.shvoong.com/ (online), 20 Desember 2010.

Page 108: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

informasi yang diperlukan, sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan

informasi untuk menunjang pelayanan kesehatan yang baik.

Dapat disimpulkan sementara bahwa tingkat komunikasi responden,

sebagian besar memiliki tingkat komunikasi yang tinggi tentang SPMRS pada

pelayanan Gawat Darurat. Bilamana tingkat kesadaran hukum dokter dan

paramedis tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat dilihat dari pengaruh

faktor komunikasi, maka akan diperoleh hasil penelitian sebagaimana tercantum

dalam tabel berikut ini :

Tabel 10 : Pengaruh Faktor Komunikasi Terhadap Tingkat Kesadaran Hukum

Dokter dan Paramedis Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah

Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

Kesadaran

Hukum

Komunikasi

Rendah Sedang Tinggi Total

F % F % F % F %

Rendah 4 9,52 4 9,52 6 14,28 14 33,33

Sedang - - - - 8 19,05 8 19,05

Tinggi - - - - 20 47,62 20 47,62

Total 4 9,52 4 9,52 34 80,95 42 100

Sumber : Data Primer yang diolah.

Berdasarkan data tabel di atas, jika dilihat dari tingkat komunikasi rendah

yang dimiliki oleh dokter dan paramedis, terdapat sebanyak 4 (9,52 %) responden

menunjukan tingkat kesadaran hukum yang rendah tentang SPMRS pada

pelayanan Gawat Darurat, sebanyak 4 (9,52 %) responden menunjukan tingkat

kesadaran hukum yang sedang tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat,

dan sebanyak 6 (14,33 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum yang

tinggi tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat.

Page 109: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� �

Data dalam tabel 10 menjelaskan bahwa dari 42 responden apabila dari

tingkat komunikasi sedang dapat diperoleh data bahwa sebanyak 0 (0 %)

responden menunjukan tingkat kesadaran hukum tentang SPMRS pada pelayanan

Gawat Darurat yang rendah, sebanyak 0 (0 %) responden menunjukan tingkat

kesadaran hukum tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang sedang,

dan sebanyak 8 (19,05 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum

tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang tinggi.

Di dalam tingkat komunikasi tinggi terdapat sebanyak 0 (0 %) responden

menunjukan tingkat kesadaran hukum tentang SPMRS pada pelayanan Gawat

Darurat yang rendah, sebanyak 0 (0 %) responden menunjukan tingkat kesadaran

hukum tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang sedang, dan

sebanyak 20 (47,62 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum tentang

SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang tinggi.

Dapat disimpulkan dari data di atas bahwa faktor komunikasi cenderung

berpengaruh secara positif terhadap tingkat kesadaran hukum dokter dan

paramedis tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat. Artinya semakin

tinggi tingkat komuniksi maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran hukum

dokter dan paramedis.

Komunikasi yang berlangsung antara dokter dan paramedis tentang

SPMRS sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, ditujukan

agar tersebarnya informasi-informasi penting tentang pelayanan kesehatan dapat

diketahui oleh semua pihak, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara satu

dengan yang lain. Informasi-informasi tersebut menjadikan terpenuhinya

Page 110: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

ketentuan-ketentuan dalam pengetahuan, pemahaman dan sikap serta pola

perilaku dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Komunikasi antara atasan dengan bawahan, komunikasi antara teman

kerja, komunikasi dengan pihak lain yang bersangkutan, maupun komunikasi

dengan pasien, dapat menimbulkan suatu situasi yang baik dalam hubungan pada

pelayanan gawat darurat, yang dapat mengakibatkan pula kesadaran hukum antara

dokter dan paramedis tentang SPMRS pada pelayanan gawat darurat.

Menurut penelitian yang telah dilakukan, jika melihat dari faktor lamanya

masa kerja, maka dapat diperoleh data hasil penelitian sebagaimana dapat

dijelaskan dalam tabel berikut di bawah ini :

Tabel 11 : Tingkat Lamanya Masa Kerja dokter dan paramedis tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat

No. Interval

Klasifikasi

Lamanya Masa

Kerja

Frekuensi (F) Prosentase (%)

1 3-14 Pendek 24 57,14

2 15-26 Sedang 16 38,10

3 27-40 Lama 2 4,76

Total 42 100

Sumber : Data Primer yang diolah.

Penjelasan dari tabel 11 di atas, sebanyak 24 (57,14 %) responden

menyebutkan tingkat lamanya masa kerja yang pendek tentang SPMRS pada

pelayanan Gawat Darurat, sebanyak 16 (38,10 %) responden menyebutkan tingkat

lamanya masa kerja yang sedang, dan sebanyak 2 (4,76 %) responden

menyebutkan tingkat lamanya masa kerja yang lama. Dengan demikian dapat

Page 111: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ���

disimpulkan sementara bahwa tingkat lamanya masa kerja responden sebagian

besar memiliki tingkat lamanya masa kerja yang pendek.

Bilamana dilihat dari faktor lamanya masa kerja yang diprediksikan

cenderung tidak mempengaruhi terhadap tingkat kesadaran hukum dokter dan

paramedis tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat, maka akan diperoleh

hasil penelitian sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini :

Tabel 12 : Pengaruh Faktor Lamanya Masa kerja Terhadap Tingkat Kesadaran

Hukum Dokter dan Paramedis Tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

Kesadaran

Hukum

Lamanya Masa Kerja

Rendah Sedang Tinggi Total

F % F % F % F %

Pendek 2 4,76 2 4,76 20 47,62 24 57,14

Sedang 2 4,76 2 4,76 12 28,57 16 38,10

Lama - - - - 2 4,76 2 4,76

Total 4 9,52 4 9,52 34 80,95 42 100

Sumber : Data Primer yang diolah.

Dilihat dari tingkat lamanya masa kerja pendek yang dimiliki oleh dokter

dan paramedis, terdapat sebanyak 2 (4,76 %) responden menunjukan tingkat

kesadaran hukum tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang rendah,

sebanyak 0 (0 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum tentang

SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang sedang, dan sebanyak 20 (47,62 %)

responden menunjukan tingkat kesadaran hukum tentang SPMRS pada pelayanan

Gawat Darurat yang tinggi.

Page 112: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ���

Tabel 12 menjelaskan bahwa dari 42 responden apabila dari tingkat

lamanya masa kerja sedang dapat diperoleh data bahwa sebanyak 2 (4,76 %)

responden menunjukan tingkat kesadaran hukum tentang SPMRS pada pelayanan

Gawat Darurat yang rendah, sebanyak 4 (9,52 %) responden menunjukan tingkat

kesadaran hukum tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang sedang,

dan sebanyak 12 (28,57 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum

tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang tinggi.

Penjelasan pada data tabel 12 di atas menjelaskan bahwa dari 42

responden, apabila tingkat lamanya masa kerja lama terdapat sebanyak 0 (0 %)

responden menunjukan tingkat kesadaran hukum tentang SPMRS pada pelayanan

Gawat Darurat yang rendah, sebanyak 0 (0 %) responden menunjukan tingkat

kesadaran hukum tentang SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang sedang,

dan sebanyak 2 (4,76 %) responden menunjukan tingkat kesadaran hukum tentang

SPMRS pada pelayanan Gawat Darurat yang tinggi.

Berdasarkan data tersebut di atas dapat disimpulkan sementara bahwa

faktor lamanya masa kerja cenderung berpengaruh secara negatif terhadap tingkat

kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang SPMRS pada Pelayanan Gawat

Darurat. Artinya semakin lama tingkat lamanya masa kerja maka semakin rendah

tingkat kesadaran hukum dokter dan paramedis.

Page 113: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ���

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Tingkat Kesadaran Hukum Dokter dan Paramedis tentang Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat adalah tinggi, hal ini

dapat dibuktikan langsung dengan indikator :

a. Tingginya tingkat Pengetahuan hukum Dokter dan Paramedis tentang

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

b. Tingginya tingkat Pengetahuan isi hukum Dokter dan Paramedis tentang

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

c. Positifnya Sikap Dokter dan Paramedis dalam Melaksanakan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Instalasi Gawat Darurat.

d. Sesuainya Pola Perilaku Dokter dan Paramedis dalam Melaksanakan

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Kesadaran Hukum Dokter dan

Paramedis tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan

Gawat Darurat yaitu faktor motivasi dan komunikasi yang cenderung

berpengaruh secara positif dalam Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit

Umum Daerah Cilacap, artinya semakin tinggi tingkat motivasi dan

komunikasi dokter dan paramedis maka semakin tinggi pula tingkat Kesadaran

Hukumnya. Namun, tidak demikian dengan faktor lamanya masa kerja yang

cenderung berpengaruh secara negatif tentang Standar Pelayanan Minimal

Page 114: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ���

Rumah Sakit, artinya semakin lama tingkat motivasi Dokter dan Paramedis

maka semakin rendah tingkat Kesadaran Hukumnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat Kesadaran

Hukum Dokter dan Paramedis tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah

Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat cenderung berpengaruh positif secara

umum apabila dihubungkan dengan faktor motivasi, komunikasi dan negatif

jika dihubungkan dengan faktor lamanya masa kerja.

Tingginya tingkat positif sikap Dokter dan Paramedis yang menjadikan

tinggi pula kesadaran hukumnya, bila dilihat dari hubungan antar keempat

indikator, sikap Dokter dan Paramedis tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat tidak didukung oleh

Pengetahuan dan Pengetahuan Paramedis tentang isi Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat.

Penulis mengajukan saran atau masukan agar dapat dijadikan sebagai

pertimbangan di dalam Kesadaran Hukum Dokter dan Paramedis tentang

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada Pelayanan Gawat Darurat, agar

Dokter, Paramedis dan Tenaga Pendukung pada IGD RSUD Cilacap tidak

bersikap apriori atau ikut-ikutan dalam melaksanakan kewajibannya untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Page 115: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ���

Daftar Pustaka

a. Buku

Adisasmito, Wiku, 2008, Kebijakan Standar Pelayanan Medik dan Diagnosis

Related Group (DRG), Kelayakan Penerapannya di Indonesia, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta.

Ahmadi, Abu, 2007, Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta.

Amin, Fred, 1991, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta.

Anwar, Azrul, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa

Aksara, Jakarta.

Dewi, Alexandra Indriyanti, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book

Publisher, Yogyakarta.

Handayani, Safitri, 2005, Sengketa Medik, alternatif Penyelesaian Perselisihan

Antara Dokter dengan Pasien, Diadit Media, Jakarta.

Isfandyarie, Anny, 2005, Malpraktek dan ResikoMedik dalam Kajian Hukum

Pidana, Prestasi Pustaka Pulisher, Jakarta.

-----------, 2006, Tanggung Jawab dan Sanksi Bagi Dokter Buku I dan II, Prestasi

Pustaka Publisher, Jakarta.

Ismani, Nila, 2001, Dasar-dasar Etika Keperawatan, Widya Medika, Jakarta.

Iswanto, H., 2002, Pengantar Ilmu Hukum, Universitas Jenderal Soedirman,

Purwokerto.

Kartono, Kartini, 1985, Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan

Industri, CV. Rajawali, Jakarta.

Koeswadji, Hermien Hadiati, 1999, Hukum Kedokteran (Studi tentang Hubungan

Hukum Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), Citra Aditya

Bhakti, Bandung.

Kerlinger, Fred N., dan Elazar J. Pedhazur, 1987, Korelasi dan Analisis Regresi

Ganda, Nur Cahaya, Yogyakarta.

Komalawati, Veronika, 1989, Hukum dan Etika Dalam Parktik Kedokteran, PT

Pustaka Sina Harapan, Jakarta.

Page 116: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

------------, 2002, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeuti Studi

Tinjauan Yuridis, Cetakan Kedua, Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Kusumaatmadja, Mochtar, 2002, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan,

Alumni, Bandung.

Machmud, Syahrul, 2008, Penegakkan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi

Dokter yang Diduga Melakukan Medical Malpraktik, Mandar Maju,

Bandung.

Mertokusumo, Soedikno, 2001, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty,

Yogyakarta.

Mulyadi, 1993, Akuntansi Manajemen, Bagian Penerbitan STIE YKPN,

Yogyakarta.

Purnomo, Bambang, 1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rahmat, Jalaludin, 1991, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, PT. Remaja

Posdakarya, Bandung.

Salman, Otje, 1993, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris,

Alumni, Bandung.

Soekanto, Soerjono, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, CV.

Rajawali, Jakarta.

------------, 1989, Masalah Pelayanan Dokter kepada Pasien, Ind-Hill-Co, Jakarta.

------------, 1990, Segi-segi Hukum Hak dan kewajiban Pasien Dalam Kerangka

Hukum Kesehatan, CV. Mandar Maju, Bandung,

Soekanto, Soerjono dan Salman, Otje, 1988, Disiplin Hukum Sosial, CV Rajawali,

Jakarta.

Soewono, Hendrojono, 2007, Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktik

Kedokteran dalam Transaksi Terapeutik, Srikandi, Surabaya.

Syaifudin, Abdul Bari, 2002, Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Thoha, Miftah, 1996, Perilaku Organisasi , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wiradharma, Danny, 1996, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Bina Rupa

Aksara, Jakarta

Page 117: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ��

b. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan perubahan dari Undang-

Undang No. 23 Tahun 2002 tentang kesehatan.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 436/MENKES/SK/VI/1993 tentang

Berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/MENKES/SK/II/2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

c. Sumber Lain

Afsara, Informed Consent, 29 Januari 2009, dapat diakses

http://afsarara.blogspot.com/ (online), 10 Juli 2010.

Direksi RSUP Sanglah Denpasar, tanpa tahun, Informed Consent, dapat diakses

http://www.sanglahhospitalbali.com/ (online), 4 juli 2010.

Dwiatmodjo, Haryanto, 2010, Handout Hukum Kesehatan, Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Indradi, Rano, 25 January 2007, Informed Consent, Hak-Hak Pasien dalam

Menyatakan Persetujuan Rencana Tindakan Medis, dapat diakses

http://ranocenter.blogspot.com/ (online), 7 Juli 2010.

Kasalang, Ronny Junaidy, 1 April 2010, Hukum Kesehatan, Dalam Perspektif

Pelayanan Kesehatan Masyarakat Modern, dapat diakses

http://www.legalitas.org/ (online), 7 Juli 2010.

Sudrajat, Tedi, Handout Hukum Kesehatan, Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto.

Wandy’s Weblog, 1 November 2007, Mengenal “Informed Consent”, dapat

diakses http://irwandykapalawi.wordpress.com/ (online), 7 Juli 2010.

wongbanyumas, tgl 23 november 2009, Negara Hukum Indonesia, dapat diakses

http://fatahilla.blogspot.com/ (online), 5 juli 2010.

Yuni Hastuti, M. I. Wiwik, 2010, Penyelesaian Sengketa Medik (Studi tentang

Aspirasi dan Motivasi Pemilihan Model Penyelesaian Sengketa Medik

Dokter dan Pasien dengan Pendekatan Non-Litigasi dalam Pelayanan

Page 118: KESADARAN HUKUM DOKTER DAN PARAMEDIS …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/GITA WISDHA KUMALA... · kesadaran hukum dokter dan paramedis tentang standar pelayanan kesehatan

� ���

Kesehatan di RSUD Banyumas), Tesis, Universitas Jenderal Soedirman,

Purwokerto. �