Kim Ling Makala h Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kimling

Citation preview

PemanfaatanCO2 Hasil Desulfurisasi SO2 Pada Pabrik menjadi Alat Pemadam Kebakaran Tipe C untuk Mencegah Hujan Asamdi Kota Semarang

Oleh :Fathimatuz Zahroh, Eka Andriani, Frida AnggrianiKelompok 2, Rombel 1 Pendidikan KimiaFakultas Matematuka dan Ilmu pengetahuan AlamUniversitas Negeri Semarang, tahun 2014

AbstrakPencemaran udara adalah perubahan komposisi udara dari susunan atau keadaan normal adanya bahan bahan asing dalam udara. Sebagian besar pencemaran udara disebabkan oleh aktivitas industri, emisi gas kendaraan bermotor dan aktivitas makhluk hidup. Area perkotaan seperti di Semarang memiliki tingkat pencemaran yang tinggi. Komponen pulotan di udara kemudian bereaksi dengan uap air menyebabkan hujan asam. Salah satu komponen polutan di udara adalah SO2. Pengurangan kadar SO2 yang dihasilkan oleh pabrik telah dilakukan, teknologi terdahulu dengan menginjeksikan kapur ke dalam cerobong asap, kemudian Nuning Endah Kurniawati dan R Azizah melakukan penelitian tentang pengaruh cerobong asap model Water Spons Filter Terhadap Penurunan kadar SO2 pada Industri Tahu di Malang. Hasil dari proses pengurangan kadar SO2 tersebut menghasilkan gipsum dan CO2. CO2 tidak bisa dilepaskan secara langsung di udara karena akan menambah polusi di udara dan menyebabkan hujan asam. Untuk itu, CO2 hasil desulfurisasi dapat dimanfaaatkan menjadi gas pemadam kebakaran tipe C.Kata kunci : SO2, CO2, pencemaran udara, hujan asam.

PendahuluanMenurut Undang Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12, Pencemaran lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung berapi yang mengeluarkan ebu, gas, dan awan panas. Pencemaran udara semakin parah karena aktivitas industri yang semakin beragam dan emisi gas. Emisi gas yang mengandung gas gas berbahaya ini dapat menyebabkan hujan asam.Salah satu komponen polutan utama di udara adalah SO2. Gas ini memiliki bau yang menyengat, tidak berwarna tetapi amat membahayakan manusia. Kadarnya mencapai 18% di udara.SO2 bersama dengan CO2 dan komponen polutan lain yang dapat bereaksi dengan uap air akan menyebabkan hujan asam.Hujan AsamUdara mengandung berbagai macam komponen, baik komponen udara yang tersusun atas nitrongen, oksigen, dan komponen gas lainnya maupun komponen polutan di udara diantaranya: Gas NOx, SOx, Cox. Bahan bakar kendaraan bermotor menyebabkan hasil pembakaran tidak hanya karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) tetapi juga senyawa berbahaya seperti SO2 dan NOx. Kadar gas NOx dan SO2 dalam gas hasil pembakaran dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Emisi SO2 dan NOx dari bahan bakarNoAsal gas Hasil BuangEmisi gas SO2 (mg/m3)Emisi gas NOx (mg/m3)

1Pembakaran Batubara550-14.000300-1.800

2Pembakaran Minyak Ringan125-1.300

3Pembakaran Minyak Berat0-25

Sumber : Sukarsono. Kajian Pengurangan SO2 dan NOx dari Gas Buang Hasil Pembakaran dengan Akselerator. Jurnal Ganendra, Vol III No.1Hujan asam biasa terjadi di daerah perkotaan, terutama kota kot besar seperti Semarang. Hal ini dikarenakan banyaknya aktifitas industri yang mengeluarkan limbah gas berupa Gas NOx, SOx, dan COx yang kemudian bereaksi dengan uap air di udara dan menyebabkan hujan asam. Sulfur dioksida akan berubah menjadi asam sulfat jika bereaksi dengan uap air. Sedangkan CO2 akan berubah menjadi asam karbonat, dan Nitrogen Oksida akan berubah menjadi asam nitrat jika bereaksi dengan uap air. Hal tersebut akan mengakibatkan titik titik air di awan menjadi asam. Titik titik air di awan jatuh ke bumi maka terjadi hujan asam.

Berikut gambar proses terjadinya hujan asam :

Gambar 1. Proses terjadinya hujan asamSumber : Wisnu Ari Wardana dalam Rukaesih, 2004

Reaksi Karbon dioksida dengan uap air :CO2 + H2O Asam Karbonat (H2CO3)Reaksi Sulfur dioksida dengan oksigen : SO2+ O2SO3Reaksi sulfur trioksida dengan uap air : SO3 + H2O H2SO4Reaksi Nitrogen dioksida dengan uap air :3 NO2 + H2O 2 HNO3 + NOSumber: IR. Nurhasmawaty Pohan. Pencemaran dan Hujan Asam. Universitas Sumatera UtaraHujan asam menimbulkan masalah serius bagi manusia karena berdampak negatif untuk lingkungan. Hujan asam dapat menyebabkan besi dan logam berkarat, mencemari sumber air, menghancurkan jaringan tumbuhan dan mengganggu pertumbuhan. Hujan asam juga menyebabkan PH tanah berkurang sehingga tanaman menjadi kurang subur, dan akhirnya mati. Untuk mengurangi pencemaran udara dan mencegah hujan asam, setiap pabrik mempunyai cerobong asap yang dilengkapi dengan alat penyaring, sehingga gas yang dikeluarkan dari cerobog asap tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan. Sulfur dioksidaSulfur dioksida (SO2) merupakan komponen polutan terbesar penyebab hujan asam. Di daerah perkotaan,SO2 terbentuk akibat pembakaran zat zat sisa yang mengandung belerang, seperti minyak bumi yang biasanya digunakan sebagai bahan bakar industri, termasuk industri tahu. Meskipun gas ini tidak berwarna, tetapi gas SO2 berbau sangat menyengat dan membahayakan manusia karena jika kadar SO2 di udara naik akan mengganggu pernafasan. Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbenruk mineral logam sulfida lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilakna SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam.Selain itu, SO2 dapat bereaksi dapat bereaksi dengan udara sehingga terbentuk asam sulfat. Asam sulfat di udara akan terkondensasi membentuk awan sehingga terjadilah hujan asam. Konsentrasi gas SO2 mulai terdeteksi oleh manusia ketika konsentrasinya mencapai 0,3 1 ppm. Pada kadar 0,5 ppm SO2 dapat merusak tanaman. Pada kadar 6 bpj akan melumpuhkan dan merusak organ pernafasan. Konsentrasi maksimum SO2 pada periode tertentu tersaji pada tabel 2 :Tabel 2. Konsentrasi maksimum SO2 pada periode tertentu :Periode Rata rataKonsentrasi Maksimum Rata rata

PemukimanIndustri / Dagang

Satu jam0,025 bpj0,40 bpj

24 jam0,10 bpj0,20 bpj

Satu tahun0,02 bpj0,05 bpj

Sumber : A. Tresna Sastrawijaya. 2009. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Aneka CiptaSedikit sulit untuk mengurangi dan menghilangkan SO2 di udara. Beberapa industri mulai menerapkan cara untuk mengurangi kadar SO2. Salah satu cara yang umum digunakan oleh pelaku industri untuk menghilangkanSO2hasil pembakaran di udara yaitu dengan menginjeksikan CaCO3 dalam cerobong asap. Metode Flue Gas Desulfuritation dengan Menginjeksikan Batu KapurSO2 hasil pembakaran akan bereaksi dengan uap air ( H2O ) di udara membentuk asam sulfat ( H2SO4 ) kemudian uap air akan berubah menjadi butiran air hujan sehingga terjadilah hujan asam. Untuk mengurangi atau menghilangkan kadar SO2 pada hasil pembakaran industri, maka digunakan beberapa metode dan proses. Salah satu metodenya dengan menggunakan Flue Gas desulfuritation pada cerobong asap atau dikenal dengan proses Srubbing. Flue Gas Desulfuritation merupakan suatu metode untuk memisahkan polutan Sox dalam gas buang dengan menggunakan penyerap batu kapur. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD sehingga SO2 teroksidasi ke udara menjadi SO3. Selanjutnya gas buang didinginkan dengan air sehingga membentuk asam sulfat. (Kristiyani,2009)Metode ini melalui dua proses yaitu proses pembuangan dan proses pengambilan kembali dalam bentuk kering dan basah. Metode kering meliputi penginjeksian batu kapur kering ke dalam ketel uap. Reaksinya sebagai berikut :CaCO3 + SO2 CaSO4 + CO2Diikuti dengan recovery dari kapur kering, sulfit, dan sulfat. Reaksi recovery sebagai berikut:CaCO3MgCO3 + SO2 + O2 CaSO4 + MgO + 2 CO2Kalsium sulfat padat dan magnesium oksida yang dibentuk akan dikeluarkan melalui teknik pengendapan elektrostatik atau alat pemisah. Proses ini hanya menghilangkan 50 % dari belerang dioksida. (Rukaesih, 2004)Pada metode FGD atau Scrubbing akan mrnghasilkan gipsum sintetis, gipsum dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, contohnya : bahan baku bangunan. Namun, dalam uap yang keluar dari cerobong asap belum sepenuhnya bersih, karena masih ada sisa CO2 Hasil reaksi batu kapur dengan SO2 dan hasil recovery kapur kering, sulfit dan sulfat. Berikut adalah mekanisme desulfurisasi sulfur dioksida menggunakan alat FGD :Gambar 2. Proses FGDSumber:pubs.usgs.govMetode Water Spons Filter (WSF)Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nuning Endah Kurniawati dan R. Azizah dengan penambahan cerobong asap model Water Spons Filter. Cerobong ini berupa rangkaian cerobong berbentuk knalpot dengan spons penyaring yang dikontakkan dengan air kapur, sehingga dengan penambahan cerobong diharapkan dapat mendispersikan gas SO2 ke udara bebas sesuai fungsi cerobong. (Musril, 1992).Prinsip kerja dari cerobong asap model Water Spons Filter sangat sederhana yaitu dengan adanya tumbukkan antara gas SO2 dengan benda keras atau seng akan menyebabkan pengurangan energi. Kemudian gas SO2 akan melewati filter spons yang dikontakkan dengan air kapur sehingga dapat mengurangi emisi SO2. Jumlah emisi gas sesudah dan sebelum penggunaan metode Water Spons Filter terdapat pada tabel 3.

Tabel 3. Tabel sebelum Jumlah emisi sebelum dan sesudah penggunaan metode WSFNoSebelum Perlakuan (Pre) (mg/m3)Sesudah Perlakuan (Post) (mg/m3)Penurunan

Jumlah (mg/m3)Prosentase (%)

123,2786,53516,74371,93

226, 27317,9628,31131,63

325,2979,70815,58961,62

X24,94911,40213,54855,06

SD1,5275,974

Sumber :Nuning E.K dkk. 2006. Jurnal Kesehatan Lingkungan.Proses Injeki batu kapur dan metode Water Spons Filter menghasilkan gypsum (CaSO4) dan karbon dioksida (CO2). Gypsum dapat dimanfaatkan menjadi bahan bangunan, sedangkan CO2 jarang sekali dimanfaatkan padahal CO2 juga memiliki kegunaan tersendiri.Karbon dioksidaKarbon dioksida merupakan salah satu polutan di udara yang menyebabkan hujan asam. Jika bereaksi dengan uap air, karbon dioksida akan membentuk asam karbonat. Selama ini karbon dioksida hasil dari proses penghilangan kandungan SO2pada cerobong sap di pabrik kurang termanfaatkan. Padahal karbon dioksida memiliki manfaat. Saah satunya yaitu dengan menjadikannya gas pemadam api. Alat Pemadam apiCO2 hasil desulfurisasi SO2 kurang termanfaatkan padahal dapat digunakan sebagai pemadam api. Api terbentuk karena adanya reaksi yang setimbang antara panas, oksigen dan bahan bakar. Maka untuk memadamkan api, kita harus mengurangi atau menghilangkan salah satu dari ketiga komponen tersebut.Tingkat kebakaran ada bermacam macam menurut klasifikasinya. Berikut adalah klasifikasi kebakaran menurut NFPA : Kebakaran Kelas A : kebakaran ini disebabkan oleh bahan-bahan yang sifatnya mudah terbakar seperti kayu, kertas, kain dan sejenisnya. Alat pemadam api yang digunakan untuk tipe kebakaran ini dapat menggunakan jenis dry chemical powder. Kebakaran Kelas B : jenis kebakaran ini disebabkan oleh cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, thinner, pernis dan sejenisnya. Solusi untuk mengatasi kebakaran tipe B adalah dengan membatasi oksigen di area kebakaran. Kebakaran Kelas C : disebabkan oleh terjadinya hubungan arus pendek sehingga membakar kabel dan fitting di area sekitarnya. Penggunaan gas cair Bromo chloro difluoro methana atau alat pemadam api tipe CO2 merupakan alat pemadam paling efektif untuk memadamkan kebakaran tipe C. Kebakaran Kelas D : kebakaran jenis ini disebabkan oleh logam tertentu yang mudah terbakar seperti Zinc, Magnesium, serbuk Aliminium, Sodium, dan Titanium. Solusi untuk mengatasi kebakaran tipe D dalah dengan pemakaian alat kebakaran api jenis powder. Kebakaran Kelas K : kebakaran yang biasanya terjadi di dapur. Pada restoran-restoran dengan alat deep fryer, biasanya disediakan alat pemadam tipe wet chemical yang mengandung Potassium Acetate untuk mengatasi potensi kebakaran kelas K.Media pemadam gas akan memadamkan gas dengan cara fisis yaitu pendinginan dan penyelimutan. Gas yang biasa digunakan adalah CO2. Karbon dioksida dapat langsung digunakan untuk memadamkan api, karena jika CO2 disemprotkan ke area yang terbakar, maka konsentrasi Oksigen akan berkurang sehingga api dapat padam. Media gas Karbondioksida biasanya digunakan untuk memadamkan api tipe C.

Dalam pemakaiannya, gas CO2 disimpan dalam botol yang mempunyai tekanan 1000 1200 psi (80 atm). Alat pemadam api berbahan kimia busa diciptakan pada tahun 1904 di Rusia oleh Aleksander Loran yang dipakai untuk memadamkan wadah nafta yang terbakar. Proses pembuatan alat pemadam kebakaran dari CO2 belum bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat karena tabungnya yang mahal. Cara bekerjanya mirip dengan jenis pemadaman menggunakan soda asam namun bagian dalamnya yang sedikit berbeda. Tangki utamanya berisi larutan Natrium bikarbonat dalam air, sementara kontainer dalamnya (agak lebih besar dibandingkan dalam unit metode soda asam) mengandung larutan aluminium sulfat. Ketika larutan tercampur, biasanya dengan cara membalik unit, dua jenis cairan bereaksi untuk membuat busa berbusa, Gas mendorong busa dalam bentuk jet. Busa merupakan hasil kombinasi reaksi kimia dari natrium dan gel aluminium garam ditambah dengan Karbon Dioksida (CO2) yang menghabiskan busa dari unit. (pubs.usgs.gov). Karbon dioksida merupakan bahan kimia dengan daya pemadaman api yang efektif dan bersih. Alat pemadam kebakaran tipe karbon dioksida sangat cocok digunakan untuk memadamkan api yang disebabkan oleh listrik serta peralatan elektronik. Cara kerjanya adalah dengan menghilangkan oksigen sehingga api mudah dipadamkan. Alat pemadam api tipe karbon dioksida sangat ramah lingkungan dan tidak meninggalkan residu. Busa pada tabung pemadam kebakaran tipe karbon dioksida berbentuk dry ice atau biasa disebut dengan biang es.Dry ice merupakan bentuk padat dari CO2 yang biasanya digunakan sebagai pendingin. Dry es akan tersublimasi pada suhu -78,5 C. Suhu yang ekstrim ini membuat dry ice berbahaya untuk dipegang tanpa pengaman karena dapat meninbulkan . Kepadatan dry ice bervariasi tetapi biasanya berkisar antara 1,4 sampai 1,6 g/cm3. Dry ice paling banyak digunakan sebagai pendingin makanan serta pengisi alat kebakaran karena suhunya yang sangat dingin serta lebih praktis karena tidak mencair menjadi air tetapi menguap menjadi gas.Pada tabung alat pemadam kebakaran tipe karbon dioksida, dry ice inilah yang berperan dalam proses pemadaman api karena suhunya yang dingin akan memadamkan api serta kandungan karbondioksidanya akan mengurangi komposisi oksigen. Jika komposisi oksigen tidak terlalu tinggi maka api tidak akan menyebar. Dry ice dibuat di pabrik-pabrik khusus pembuatan dry ice. (umpgas.com).Berikut adalah gambar dry ice:

Gambar 3. Gambar dry IceSumber: http://www.supermommy.com.sgProses Pembuatan Dry Ice dalam Pemadam kebakaran:1. Proses pembuatan dry ice dimulai dengan produksi gas yang mengandung konsentrat karbon dioksida tinggi. Gas ini dapat berupa produk sampingan dari proses Desulfurisasi SO2 atau dari proses fermentasi skala besar. 2. Kemudian gas CO2 dimampatkan dan diturunkan suhunya sampai -78,5 C sehingga berubah wujud menjadi cair.3. Tekanan atau pemampatan kemudian dikurangi, sehingga sebagian kecil CO2 menguap dan kemudian suhu turun dengan cepat. Temperatur yang sangat dingin membuat CO2 cair mengeras menjadi salju. Salju inilah yang disebut dry ice. (answer.yahoo.com).

KesimpulanSO2 sebagai polutan udara berpotensi besar menimbulkan hujan asam, oleh karena itu perlu adanya penanganan untuk mengurangi atau menghilangkan kadar SO2 di udara. Metode yang dapat yang di gunakan untuk mengurangi kadar SO2 dalam udara adalah dengan menerapkan prinsip Water Spons Filter atau Flue Gas Desulfurization. Dengan metode tersebut, SO2 akan direaksikan dengan kapur sehingga membentuk gypsum. Namun, penginjeksian batu kapur dengan SO2 juga menyisakan gas CO2 yang juga merupakan polutan dalam udara. Untuk menanggulanginya, CO2 dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi alat pemadam api tipe C.

Daftar PustakaAchmad, Rukaesih.Kimia Lingkungan.2004.Yogyakarta: ANDIOffset.Sastrawijaya, A. Tresna. 2009. Pencemaran Lingkungan.Jakarta: Aneka Cipta.Nuning E.K dkk. 2006.Pengaruh Penggunaan Cerobong Asap Model Water Spons Filter (WSF) Terhadap Penurunan Kadar SO2 pada Industri Tahu di Sukun, Malang.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas AirlanggaIR. Nurhasmawaty Pohan. Pencemaran dan Hujan Asam. Universitas Sumatera UtaraSukarsono. Kajian Pengurangan SO2 dan NOx dari Gas Buang Hasil Pembakaran dengan Akselerator. Yogyakarta : Pulitbang Teknologi Maju BatanKristiyani.2009.Penggunaan Mesin Berkas Elektron sebagai Alternatif Pengolahan Gas Buang Hasil Pembakaran Batu Bara. Jurnal Perangkat Nuklir Volume 3, Nomor 05.Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum Dikmenjur. Modul 1 Klasifikasi dan Media Pemadam Kebakaran. 2003. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat Jemderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.http://prodiipa.wordpress.comwww. pubs.usgs.govhttp://gasdepo.co.id/jenis-alat-pemadam-api-dan-kegunaannyahttp://umpgas.comwww. Answer.yahoo.com