27
MAKALAH PERBANKAN “OTORITAS JASA KEUANGAN” Disusun Oleh : Putri Indah Pratiwi (111000189) Kelas : Fakultas Hukum Universitas Pasundan Bandung 2015

Makala hukum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

MAKALAH PERBANKANOTORITAS JASA KEUANGAN

Disusun Oleh :Putri Indah Pratiwi (111000189)Kelas :Fakultas HukumUniversitas Pasundan Bandung2015

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahSecara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan pengawasan perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa tugas pengawasan terhadap bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.Dengan melihat ketentuan tersebut, maka telah jelas tentang pembentukkan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan independen harus dibentuk. Dan bahkan pada ketentuan selanjutnya dinyatakan bahwa pembentukkan lembaga pengawasan akan dilaksanakan selambatnya 31 Desember 2002. Dan hal tersebutlah, yang dijadikan landasan dasar bagi pembentukkan suatu lembaga independen untuk mengawasi sector jasa keuangan.Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan tahun 2010. Perintah untuk pembentukkan lembaga pengawasan ini, yang kemudian dikenall dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), masih belum terealisasi. Kondisi tersebut menyebabkan dalam kurun waktu hampir satu decade, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidah dapat menjadi pengawas perkembangan perbankan yang belakangan ada banyak fenomena-fenomena negative. Seperti Kasus Bank Century yang melakukan penyimpangan tanpa ada ketakutan bertindak dan dikarenakan memang tidak ada lembaga tertentu yang menjadi pengawas. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini bisa menjadi penting, apabila dalam perkembangan praktek perbankan dan pengawasan perlu dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan kepentingan..Disisi yang lain, para pakar ekonomi mengemukakan pendapat mengenai OJK ini, bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mutlak dibentuk guna mengantisipasi kompleksitas sistem keuangan global. Namun, RUU OJK harus dibahas simultan dengan paket RUU Keuangan lain, sperti RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK), RUU Pasar Modal serta amandemen UU BankIndonesia, Perasuransian dan Dana Pensiun. Hal tersebut terungkap dalam seminar Reformasi. Sektor Keuangan memperkuat Fondasi, Daya Saing dan Stabilitas Perekonomian Nasional. Pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK merupakan komitmen pemerintah dalam reformasi sektor keuangan diIndonesia. Pemerintah mempunyai komitmen tinggi dan menjalankan mandat untuk melakukan reformasi di sektor keuangan.

B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian dan landasan hukum OJK ?2. Bagaimana pembentukan, status, dan kedudukan OJK ?3. Apa tujuan, fungsi, tugas dan wewenang OJK ?

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian dan Landasan Hukum OJKOtoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan sebuah lembaga baru yang dirancang untuk melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Adapun tujuan utama pendirian OJK adalah: Pertama, meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik di bidang jasa keuangan. Kedua, menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Ketiga, meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan. Keempat, melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan. Adapun sasaran akhirnya adalah agar krisis keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang lalu tidak terulang kembali.Menurut UU No 21 tahun 2011BabI pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan OJK "adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini."PadadasarnyaUUmengenaiOJKhanyamengaturmengenaipengorganisasian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Diharapkan dengan dibentuknya OJK ini dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan dan agar adanya pengaturan juga pengawasan yang lebih terintegrasi.Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah membuat sistem keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah kesepakatan membentuk OJK yang menurut undang-undang tersebut harus terbentuk pada tahun 2002. Meskipun OJK dibidani berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan oleh UU, nyatanya sampai dengan 2002 draf pembentukan OJK belum ada, sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI) tersebut direvisi, menjadi UU No 24tahun2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.Setelah lebih dari tiga tahun akhirnya sidang paripurna DPR pada tanggal 19 Desember 2003 menyelesaikan amandemen Undang-Undang Bank Indonesia. Usulan amendemen ini semula diajukan semasa pemerintahan Presiden Gus Dur. Undang-undang hasil amendemen ini disebut oleh Menteri Keuangan Boediono sebagai undang-undang bank sentral modern. Salah satu masalah krusial yang memperlambat proses amendemen ini adalah menentukan siapa yang berwenang mengawasi industri perbankan. Terjadi tarik ulur yang alot antara Bank Indonesia dan pemerintah yang dalam kaitan ini diwakili oleh Departemen Keuangan. Kompromi yang dicapai akhirnya menetapkan bahwa OJK akan dibentuk paling lambat tahun 2010. Sebelum diamandemen bunyi ketentuannya adalah Lembaga Pengawas Jasa Keuangan/LPJK (yang kemudian menjadi OJK) paling lambat sudah harus dibentuk pada akhir Desember 2002.Secara historis, ide pembentukan OJK sebenarnya adalah hasil kompromi untuk menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang Bank Indonesia oleh DPR. Pada awal pemerintahan Presiden Habibie, pemerintah mengajukan RUU tentang Bank Indonesia yang memberikan independensi kepada bank sentral. RUU ini disamping memberikan independensi tetapi juga mengeluarkan fungsi pengawasan perbankan dari Bank Indonesia. Ide pemisahan fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari Helmut Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank (bank sentral Jerman) yang pada waktu penyusunan RUU (kemudian menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun 1999) bertindak sebagai konsultan. Mengambil pola bank sentral jerman yang tidak mengawasi bank.

B. Pembentukan Status dan Tempat Kedudukan OJKAda beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya UU ini selain pertimbangan Undang-Undang tentang Bank Indonesia sebagaimana telah beberapa kali dirubah, yakni:Sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional merupakan salah satu komponen penting dalam sistem perekonomian nasional.Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan.Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuanganBanyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakanmoral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan.Harapan penataan melalui UU No.21 Tentang Otoritas Jasa Keuangan :Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan.Agar pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara terintegrasi. Didalam Pasal 2 UU No 21 Tahun 2011 tentang OJK disebutkan bahwa: 1. Dengan Undang-Undang ini dibentuk OJK.2. OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang ini.

Pasal 3 UU No 21 Tahun 2011 tentang OJK disebutkan bahwa:1. OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.2. OJK dapat mempunyai kantor di dalam dan di luar wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

C. Tujuan, Fungsi, Tugas dan Wewenang OJKOtoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB. Tujuang, fungsi, tugas dan wewenang OJK diatur didalam Pasal 4, 5 6, 7, 8 dan 9 UU No 21 Tahun 2011 tentang OJK.OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan: a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; b. b. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan c. mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakatOJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; b. b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan c. c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang: a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan 2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa; b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: 1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3. sistem informasi debitur; 4. pengujian kredit (credit testing); dan 5. standar akuntansi bank; c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehatihatian bank, meliputi: 1. manajemen risiko;2. tata kelola bank; 3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan 4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan d. pemeriksaan bank.Untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang: a. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini; b. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; c. menetapkan peraturan dan keputusan OJK; d. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; e. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; f. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu; g. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan; h. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan i. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan.Untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang: a. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; b. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; c. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; d. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu; e. melakukan penunjukan pengelola statuter; f. menetapkan penggunaan pengelola statuter; g. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan; dan h. memberikan dan/atau mencabut: 1. izin usaha; 2. izin orang perseorangan; 3. efektifnya pernyataan pendaftaran; 4. surat tanda terdaftar; 5. persetujuan melakukan kegiatan usaha; 6. pengesahan; 7. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan 8. penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan.

D. Contoh Kasus OJKKasus asuransi jiwa PT Golden Trade Investasi SyariahOtoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku menerima banyak pengaduan tentang apayang dewasa ini dikenal sebagai investasi bodong. Banyaknya pengaduan itu menyusulterungkapnya penipuan berkedok investasi emas yang dilakukan oleh PT Golden TradeInvestasi Syariah (GTIS). Perusahaan ini ditengarai telah membawa kabur dana nasabah berupa emas dan uang tunai mencapai Rp 10 triliun. Memang kita banyak menerima telepon(soal investasi bodong). Terutama setelah kasus GTIS, kita banyak menerima pengaduan.Juga pertanyaan, karena kita sudah punya call center di OJK, dan kita sudah jawab, kataKetua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad, ketika hal ini ditanyakan kepadanyaseusai menghadiri seminar yang diselenggarakan Ikatan Akuntan Indonesa (IAI) di Jakarta,hari ini (6/3) .Berkaitan dengan itu, OJK telah membentuk Satgas untuk mengusut danmenyelesaikan kasus ini. Dalam Satgas itu ada OJK, Bank Indonesia, Kepolisian dan BadanPengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Dalam waktu dekat akan kitaselesaikan masalah ini, tutur Muliaman. Muliaman menambahkan, terungkapnya kasusinvestasi bodong tersebut mendorong OJK mengedepankan tiga isu penting dalam program- programnya terkait investasi. Pertama isu edukasi. Perlu didorong edukasi sehingga investor tidak mudah diiming-imingi. Kalau kita sudah berikan edukasi tetapi mereka masih tertipu,itu urusan mereka.Kedua, pencegahan terutama dengan mengedepankan pengawasan terhadap perusahaananya. Ketiga, berhubungan dengan penegakan hukum. Untuk itu kami sudahmembentuk Satgas, tambah Muliaman. Ada pun mengenai pengawasan, Muliamanmengutarakan, bahwa perusahaan-perusahaan investasi seperti GTIS izinnya seringkali berupa PT. Mereka umumnya hanya memiliki Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP) dan tidak masuk dalam lembaga keuangan. Oleh karena itu mereka tidak bisa masuk dalam pengawasan Kementerian Keuangan atau Bank Indonesia maupun OJK nantinya.Keterangan :Kasus ini, oleh masyarakat dikenal sebagai kasus Investasi Bodong atau Investasiyang dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu dengan iming-iming hasil dan returnyang besar dalam waktu singkat dengan resiko yang sangat kecil bahkan hingga tidak adaresiko sama sekali. Kasus ini dilakukan Oleh PT. Golden Trade Investasi Syariah, yang mana PT ini mengaku sebagai perusahaan investasi padahal hanya memiliki SIUP dan tidak terdaftar di bawah OJK selaku otoritas pemegang dan pengendali kegiatan keuangan.Dalam hal ini, kami selaku kelompok 5 menangkap permasalahan sebetulnya ini bukan domain atau cakupan dari OJK, akan tetapi menjadi wilayah atau bagian dariKementerian Perdagangan karena yang mengeluarkan ijin adalah Bapetti atau BadanPengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. Sehingga yang menangani permasalahan iniharus Kementerian Perdagangan. Akan tetapi karena ini menyangkut masalah Keuangan,OJK dipercaya untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kemudian OJK membentuk Satgasyang terdiri dari Bank Indonesia, Bapetti, OJK, Kejaksaan, dan Polri.Penyelesaian :Memang masalah ini bukanberada pada domain dari OJK, karena PT. GTIS hanya memiliki SIUP dan tidak memilikiijin investasi di pasar modal. Yang menjadi ranah dari OJK adalah lembaga yang terdaftar sebagai peserta di Pasar Modal atau Lembaga Keuangan. Akan tetapi karena inimenyangkut masalah Keuangan seharusnya masalah tersebut masuk ke dalam ranah OJK.Saran kami Pemerintah harus membahas masalah ini, agar tidak saling lempar tanggung jawab, atau harus ada kepastian hukum siapa pihak yang harus menangani masalah-masalah tersebut jika kemudian ada hal serupa yang terjadi di masyarakat.

BAB IIIPenutup

A. KesimpulanOtoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan sebuah lembaga baru yang dirancang untuk melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Adapun tujuan utama pendirian OJK adalah: Pertama, meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik di bidang jasa keuangan. Kedua, menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Ketiga, meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan. Keempat, melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan. Adapun sasaran akhirnya adalah agar krisis keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang lalu tidak terulang kembalAgar pembentukan Otoritas Jasa Keuangan disertai dengan kajian-kajian akademis untuk lebih mematangkan konsep dan format lembaga itu sehingga keberadaan OJK benar-benar bermanfaat bagi pembangunan struktur kelembagaan perekonomian nasional.Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga yang bertugas mengawasi dan menjaga stabilitas keuangan yang pada masa-masa sekarang ini sangat rawan dan beresiko tinggi. Otoritas Jasa Keuangan harus di bangun dengan adanya komunikasi dan koordinasi yang efektif antar lembaga yang terkait. Diharapkannya dalam pembentukan Otoritas Jasa Keuangan bisa menghindari jalan buntu dari undang-undang tentang Bank Indonesia oleh DPR

B. SaranFakta menunjukkan, bahwa Indonesia dengan jumlah penduduknya yang demikian besar, lebih dari setengahnya ternyata belum terjamah akses keuangan formal. Oleh karena itu, dalam konteks pertumbuhan inklusif inilah ke depan Bank Indonesia harus melihat pentingnya upaya-upaya di bidang perbankan untuk mempercepat "Program Keuangan Inklusif" seperti contoh riil yang sudah berjalan.DAFTAR PUSTAKA

http://www.ojk.go.id/nilai-nilaihttps://riyanikusuma.wordpress.com/2013/02/14/otoritas-jasa-keuangan/http://tasbul.blogdetik.com/?p=158http://www.tempo.co/read/news/2014/12/18/058629508/OJK-Luncurkan-Layanan-Jasa-Keuangan-untuk-Nelayanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan