10
Pengetahuan tentang bumi dan dampak manusia terhadap bumi ini sedikit cukup rangka mempermudah untuk mempelajarinya, maka akan di bagi gangguan lingkungan k utama beserta dengan contoh artikel dari klasifikasi masalah lingkungan tersebut 1. Kepadatan Penduduk Cokorda Yudistira KOMPAS.com- Hari Selasa, 10 Maret lalu, Kota Bekasi genap berusia 12 tahun. Jikalau diibaratkan dengan manusia, Kota Bekasi berada pada masa praremaja, alias anak baru gede (ABG). Namun, Kota Bekasi sudah menghadapi beragam persoalan seperti kota besar. Salah satunya adalah persoalan pertumbuhan penduduk. Hal itu adalah konsekuensi, yang ditanggung Kota Bekasi (dan Kabupaten Bekasi), sejak Bekasi dikembangkan menjadi penyangga Jakarta berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976. Inpres tersebut menempatkan Bekasi sebagai kota satelit Jakarta dan menjadi bagian kawasan pengembangan Jakarta-Bogor- Tangerang-Bekasi (Jabotabek). Dengan kehadiran pabrik dan kawasan industri, Kota Bekasi berkembang sebagai kota berpenduduk padat. ”Ketika baru dikembangkan sebagai kota mulai tahun 1996, penduduk Kota Bekasi saat itu baru sekitar 750.000 jiwa,” kata Se Daerah Kota Bekasi Tjandra Utama Effendi, Jumat (6/3). ”Saat in penduduk Kota Bekasi mencapai 2,2 juta jiwa dan sebagian besar ada YUSTITIA R4F 201013500596 PLH

Klasifikasi masalah lingkungan

Embed Size (px)

Citation preview

YUSTITIA 201013500596

R4F PLH

Pengetahuan tentang bumi dan dampak manusia terhadap bumi ini sedikit cukup rumit. Dalam rangka mempermudah untuk mempelajarinya, maka akan di bagi gangguan lingkungan ke dalam lima jenis utama beserta dengan contoh artikel dari klasifikasi masalah lingkungan tersebut. 1. Kepadatan Penduduk

Cokorda Yudistira KOMPAS.com - Hari Selasa, 10 Maret lalu, Kota Bekasi genap berusia 12 tahun. Jikalau diibaratkan dengan manusia, Kota Bekasi berada pada masa praremaja, alias anak baru gede (ABG). Namun, Kota Bekasi sudah menghadapi beragam persoalan seperti kota besar. Salah satunya adalah persoalan pertumbuhan penduduk. Hal itu adalah konsekuensi, yang ditanggung Kota Bekasi (dan Kabupaten Bekasi), sejak Bekasi dikembangkan menjadi penyangga Jakarta berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976.

Inpres tersebut menempatkan Bekasi sebagai kota satelit Jakarta dan menjadi bagian kawasan pengembangan Jakarta-BogorTangerang-Bekasi (Jabotabek). Dengan kehadiran pabrik dan kawasan industri, Kota Bekasi berkembang sebagai kota berpenduduk padat. Ketika baru dikembangkan sebagai kota mulai tahun 1996, penduduk Kota Bekasi saat itu baru sekitar 750.000 jiwa, kata Sekretaris Daerah Kota Bekasi Tjandra Utama Effendi, Jumat (6/3). Saat ini penduduk Kota Bekasi mencapai 2,2 juta jiwa dan sebagian besar ada

penduduk komuter yang pada siang hari bekerja di Jakarta, ujarnya. Masalah kota Laju pertambahan penduduk Kota Bekasi, menurut Sensus Penduduk 2000, mencapai 3,49 persen. Pertambahan penduduk Kota Bekasi lebih besar disebabkan migrasi. Penyebab tingginya migrasi tidak lain adalah berkembangnya Kota Bekasi menjadi pusat ekonomi dan pusat bisnis. Ini disebabkan letak Kota Bekasi yang berada di jalur ekonomi yang dinamis, yakni antara Jakarta dan Jawa Barat, kata pengamat dari Universitas Islam 45 Bekasi, Harun Al Rasyid. Kota Bekasi berkembang pesat karena terimbas perkembangan Jakarta yang sudah mencapai titik jenuh, ujar Harun. Di pihak lain, tingginya laju pertambahan penduduk Kota Bekasi menimbulkan beragam persoalan bagi Kota Bekasi. Mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, sampai transportasi, pendidikan dan kesehatan, serta interaksi sosial masyarakat. Sampai akhir 2007, jumlah keluarga prasejahtera di Kota Bekasi tercatat sebanyak 20.448 keluarga, atau bertambah 1.700 keluarga dibandingkan dengan tahun 2006. Begitu pula persoalan pengangguran. Hingga tahun 2006 masih terdapat 187.944 orang di Kota Bekasi yang menganggur dan sebanyak 43.742 orang lainnya sedang mencari kerja. Persoalan juga tampak pada maraknya kasus kriminalitas di wilayah Kota Bekasi. Sosiolog dari Universitas Islam 45 Bekasi, Andi Sopandi, mengatakan, Kota Bekasi mendapat sorotan kurang menguntungkan akibat tingginya

kasus kejahatan yang terjadi di wilayah ini. Terutama kasus narkotika, kata Andi. Hampir 90 persen penghuni LP Bekasi akibat kasus narkotika, ujarnya. Dari catatan Kompas, sampai Oktober 2008 terdapat 3.213 kasus kriminalitas, termasuk kecelakaan dan pengaduan masyarakat, yang ditangani jajaran Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi. Padahal, selama 2007, jumlah kasus kriminalitas yang ditangani Polres Metro Bekasi hanya sebanyak 3.183 kasus. Problem lain adalah penyediaan sarana dan prasarana transportasi. Pemerintah Kota Bekasi hingga sekarang masih berkutat dengan persoalan jalan berlubang atau jalan rusak. Kerusakan di ruas Jalan Pekayon-Jatiasih-Pondok Gede sudah bertahun-tahun belum tuntas ditangani. Hal lain yang juga menjadi persoalan kota adalah penggunaan lahan. Dari sekitar 21.409 hektar luas wilayah Kota Bekasi, sebanyak 62 persennya sudah dibangun menjadi kawasan niaga dan kawasan permukiman. Sementara lahan yang tersisa sebagai ruang terbuka hijau hanya sekitar 14 persen. Kebijakan tata ruang kota tidak mendukung perkembangan kapasitas masyarakat untuk berperan dalam pembangunan daerah, kata Andi. Lahan lebih banyak dibangun untuk permukiman dan perkantoran serta kawasan niaga, sementara ruang publik untuk tempat masyarakat berinteraksi masih diabaikan keberadaannya, ujarnya.

Kebijakan Bertepatan dengan peringatan hari jadi Kota Bekasi ke-12 hari ini, kepemimpinan Mochtar Mohamad dan Rahmat Effendi masing-masing sebagai Wali Kota Bekasi dan Wakil Wali Kota Bekasi persis berjalan satu tahun. Wajar apabila banyak yang berharap pemimpin baru membawa perubahan. Gebrakan duet Mochtar-Rahmat yang dirasakan dampaknya adalah kebijakan pemberian subsidi di sektor pendidikan dan pelayanan kesehatan. Kebijakan tersebut merupakan implementasi visi Kota Bekasi terbaru, yakni Kota Bekasi Cerdas, Sehat, dan Ihsan. Pada awal pemerintahannya, Mochtar menggratiskan biaya pendidikan di sekolah dasar. Mulai 2009, kebijakan pembebasan biaya pendidikan diberlakukan di sekolah menengah pertama. Tahun depan, Sumber :Kompas Cetak

kebijakan serupa diterapkan di sekolah menengah atas. Begitu pula dalam urusan pelayanan kesehatan, sejak April 2008 Pemerintah Kota Bekasi menghapus pelayanan kesehatan dasar di semua puskesmas. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bekasi 2009, Pemkot Bekasi mendistribusikan 36,87 persen dari anggaran belanja untuk sektor pendidikan, lebih dari 4,3 persen untuk kesehatan. Kebijakan penganggaran yang berorientasi pada sektor pendidikan dan kesehatan itu, menurut Tjandra, tidak mengganggu rencana Pemkot untuk terus membangun dan menyiapkan utilitas kota yang memadai. Dengan demikian, Kota Bekasi mampu berkembang sebagai mitra sejajar dengan Jakarta, bukan sekadar kota penyangga Ibu Kota (negara), kata Tjandra.

2. Pencemaran Limbah pencemar sungai terpusat di Jawa

16 Desember 2011, Yogyakarta (ANTARA News) - Pulau Jawa dengan kepadatan penduduk yang tinggi menjadi penyumbang limbah terbanyak yang mencemari sungai di Indonesia. Humas Bremen Overseas Research and Development Association (BORDA) Asia Tenggara Erny Mardhani saat dihubungi di Yogyakarta, Kamis, mengatakan, volume limbah di Pulau Jawa yang besar semakin sulit dikelola, sehingga mencemari lingkungan. Limbah yang mencemari lingkungan di Pulau Jawa bervariasi, berupa limbah padat dan cair: katanya. Ia mengatakan limbah di Pulau Jawa berasal dari industri maupun rumah tangga yang banyak mencemari sungai dan danau. Limbah yang dihasilkan industri dan rumah tangga hampir sama volumenya. Bedanya limbah industri lebih berbahaya karena mengandung zat kimia: katanya. Ia pembangunan milenium 2015. Indonesia saat ini masih berada di posisi 52 persen pengurangan produksi limbah. Sedangkan, sesuai standar MDGs, pengurangan produksi limbah adalah 64 persen: katanya. Menurut dia, BORDA sebagai salah satu organisasi nonpemerintah yang peduli terhadap

mengatakan pencemaran lingkungan dari limbah rumah tangga di sekitar sungai, contohnya adalah pembuangan limbah sabun setelah mencuci, sampah, dan berupa kotoran manusia. Fasilitas yang belum memadai, seperti minimnya MCK membuat orang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan, sehingga buang air besar sembarangan : katanya. Menurut dia, dampak jangka panjang dari limbah yang mencemari sungai adalah mencemari permukiman warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai. Sanitasi lingkungan yang kurang baik berdampak bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai: katanya. Ia mengatakan berdasarkan data pemerintah, Indonesia selama ini belum mencapai target dalam pengurangan limbah agar sesuai standar dalam deklarasi MDGs, atau sasaran sanitasi lingkungan berupaya memberikan kemudahan masyarakat untuk mengakses toilet dengan cara membangun toilet berbasis masyarakat di 500 lokasi di seluruh Indonesia. Kami sebut sanitasi masyarakat, karena satu bangunan mampu menampung 400 orang: katanya.

Ia mengatakan bangunan ini hanya diperuntukkan bagi wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), BORDA telah 3. Berkurangnya Sumberdaya

mendirikan sanitasi masyarakat di Kabupaten Sleman, di antaranya di Kecamatan Ngaglik, dan Desa Minomartani. (Sumber: antaranews)

4. Perubahan Kondisi Lingkungan Secara Global a. Iklim dalam pemanasan global sejak pertengahan abad ke-20. Pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21 apabila tidak ada upaya menanggulanginya. Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan frekwensi maupun intensitas kejadian cuaca ekstrim. IPCC menyatakan bahwa pemanasan globa dapat menyebabkan terjadi perubahan yang signifikan dalam sistem fisik dan biologis seperti peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola angin,mempengaruhi masa reproduksi hewan dan tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama dan wabah penyakit, serta mempengaruhi berbagai ekosistem yang terdapat di daerah dengan garis lintang yang tinggi (termasuk ekosistem di daerah Artuka dan Antartika), lokasi yang tinggi, serta ekosistem-ekosistem pantai. Jika tidak ada upaya yang sistematis dan terintegrasi untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim dan perbaikan kondisi lingkungan lokal dan global mulai dari sekarang, maka dampak yang ditimbulkan akibat adanya perubahan iklim ke depan akan semakin besar dan lebih lanjut akan berdampak pada sulitnya mencapai sistem pembangunan yang berkelanjutan.Penanganan masa perubahan iklim dalam konteks pembangunan membutuhkan manajemen perubahan iklim secara

Fenomena pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim berdampak terjadinya perubahan sosial atau kependudukan dan budaya. Berbagai kajian sosial menemukan bahwa pola hubungan sosial berkaitan sangat erat dengan pola iklim. Hasil kajian IPCC (2007) menunjukkan bahwa sejak tahun 1850 tercatat adanya 12 tahun terpanas berdasarkan data temperatur permukaan global. Sebelas dari duabealas tahun terpanas tersebut terjadi dalam waktu 12 tahun terakhir ini. Kenaikan temperatur total dari tahun 18501899 sampai dengan tahun 20012005 adalah 0,76. Permukaan air laut rata-rata global telah meningkat dengan laju rata-rata 1.8 mm pertahun dalam rentang waktu antara lain antara tahun 1961-2003. Kenaikan total permukaan air laut yang berhasil dicatat pada abad ke20 diperkirakan 0,17 m. Laporan IPCC juga menyatakan bahwa kegiatan manusia ikut berperan

efektif, dan pada saat bersamaan mengantisispasi dampak perubahan iklim global jangka panjang secara komprehensif. Juga membutuhkan pendekatan lintas sektor baik pada tingkat nasional, regional maupun lokal.Dalam menghadai perubahan iklim, penigkatan ketahanan sistem dalam masyarakat untuk mengurangi resiko bahaya perubahan iklim dilakukan melalui upaya adaptasi dan mitigasi. Adaptasi merupakan tindakan penyesuain sistem alam dan sosial untuk menghadapi dampak negatif dari perubahan iklim. Namun upaya tersebut akan sulit memberi mandaat secara efektif apabila laju perubahan b. Kepunahan Spesies

iklim melebihi kemampuan beradaptasi. Oleh karena itu, adaptasi harus diimbangi dengan mitigasi, yaitu upaya mengurangi sumber maupun peningkatan rosot (penyerap) gas rumah kaca, agar suspaya proses pembangunan tidak terhambat dan tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai. Dengan demikian, generasi yang akan datang tidak terbebani oleh ancaman perubahan iklim secara lebih berat.

Selamatkan Orangutan-Swasta harus beralih dari CSR ke CBR Wednesday, 25 January 2012 Kita harus mengakui bahwa banyak kerusakan hutan terjadi akibat aktivitas bisnis.Kalangan bisnis juga harus ikut bertanggung jawab.Pelestarian orangutan tergantung pada bagaimana manusia menjaga dan merehabilitasi hutan. Degradasi dan fragmentasi hutan seperti yang terjadi saat ini sangat berpengaruh padasurvival orangutan. Sektor swasta seperti industri harus terlibat dalam upaya penyelamatan orangutan. Tantangan penyelamatan orangutan tinggi berkaitan dengan minimnya hutan dan besarnya biaya rehabilitasi. Merehabilitasi orangutan memakan biaya yang besar dan bergantung sepenuhnya pada sektor privat,dengan minim atau hampir tidak ada bantuan sama sekali dari pemerintahan dan sektor bisnis yang menciptakan permasalahan ini. Jika isu ini tidak ditanggapi, kepunahan orangutan tidak dapat dihindari. Membunuh dan menjual orangutan merupakan perbuatan yang melawan hukum,namun kasus-kasus ini tetap terjadi karena walaupun Indonesia memiliki peraturan untuk melindungi orangutan,tidak ada aturan untuk melindungi hutan. Karena itu,melindungi orangutan dan habitatnya tidak dapat dipisahkan,ungkap Ketua Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Bungaran Saragih seperti yang tercatat dalam simposium internasional Peran Sektor Swasta dalam Perlindungan Spesies dan Habitat yang diadakan Eco Dynamics di Kempinski Hotel,Jakarta, 10 Januari 2012 lalu.

Menurut Bungaran,daripada melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/ CSR),sektor swasta sebaiknya melihat kepada tanggung jawab keanekaragaman hayati perusahaan (corporate biodiversity responsibility/ CBR).CSR tidaklah cukup dan jangan dijadikan dasar dalam melakukan kebaikan. Mengenai orangutan dan lingkungan hutan,Dr Yaya Rayadin dari Universitas Mulawarman menekankan bahwa sama sekali tidak dianjurkan untuk menanam makanan di hutan reklamasi karena ditakutkan akan mengundang orangutan dalam jumlah lebih banyak ke hutan tersebut yang dapat mengakibatkan kematian hutan itu sendiri. Yaya berargumen bahwa orangutan mengonsumsi 30-50 kelapa/hari/individual dan karena itu dianggap sebagai hama oleh para perusahaan. Dr Jamartin Sihite dari Borneo Orangutan Survival Foundation menyatakan kepercayaannya bahwa orangutan memainkan peranan besar dalam perubahan iklim.Mereka dianggap sebagai simbol dari hutan baik yang memiliki pohon yang dapat mengadopsi CO2.Orangutan merupakan satu paket dengan habitatnya, yaitu hutan,lanjut Sihite. slamet parsono 5. Perang Rata-rata publik masih menebak- nebak bagaimana kondisi riilnya. Bagi yang pro-Iran, jawabannya bisa definitif tidak atau tidak mungkin, tetapi bagi yang awam politik di Timur Tengah, ada ruang untuk mengatakan belum tahu. Bagi saya, ketegangan yang belakangan terjadi antara Iran dan Amerika Serikat (AS) merupakan bahan refleksi menarik. Pertama, telah terjadi perang dingin baru yang berkembang dalam politik internasional. Indonesia harus waspada dan bisa menyikapinya dengan bijak. Kedua, tersedia peluang bagus bagi Indonesia dalam hal kekuatan diplomasi, tetapi belum dimanfaatkan optimal. Pertama,soal perang dingin baru dalam politik internasional. Ketegangan antara Iran dan AS, yang juga diramaikan ketidakjelasan posisi politik China dan Rusia, sesungguhnya merupakan tanda perbedaan pendapat yang cukup tajam antarnegara besar di dunia. Perbedaan pendapat ini mencakup cara berpikir, cara melihat, cara merasakan, dan cara bertindak ketika menghadapi suatu fenomena. Fenomena itu adalah kepemilikan program dan

Perang Dingin Iran-AS Wednesday, 14 March 2012 Apakah Iran sungguh punya senjata nuklir dan membahayakan dunia? Saya pikir tidak berlebihan bila mengatakan, pertanyaan ini belum punya jawaban memuaskan atau final bagi semua pihak.

fasilitas pengayaan uranium Iran. Informasi mengenai Iran maupun AS samasama telah melalui proses framing atau pembentukan persepsi tertentu.Artinya,pembaca akan sangat mudah dipengaruhi pemilihan kata-kata serta sudut pandang tertentu dari suatu berita. Misalnya, ketika kita membaca media-media terbitan AS, tanpa disadari ada penekanan pada sudut pandang para pengambil keputusan di AS atas Iran sehingga muncul pembahasan, Iran sedang melakukan permainan adu nyali(chicken game) atau bahwa penting bagi semua pihak untuk menjauhkan senjata nuklir dari tangan para mulah yang otoriter. Sulit menemukan sisi pembuktian tentang niat Iran yang sesungguhnya dalam artikel-artikel tersebut.Apakah jumlah fasilitas pengayaan uranium, ilmuwanataukepemilikanreaktor heavy water di sana berarti Iran sedang mengembangkan senjata nuklir? Bukankah kepemilikan atas komponen dan bahan baku senjata nuklir belum tentu berarti kepemilikan akan senjata nuklir? Di pihak lain,ketika berhadapan dengan berita-berita dari Iran, yang muncul adalah pernyataan-pernyataan defensif dari para petinggi di republik itu. Ada pula pernyataan, mereka tidak takut bila sampai diserang AS. Ketika kedua sudut pandang itu dibaca orangorang awam,yang muncul kesan bahwa Iran adalah pembangkang yang gemar dan siap perang. Istilah yang dipakai di mediamedia AS adalah defiant dan belligerent. Ketika pihak proIran menjawab tuduhan tersebut kekanakkanakan atau tidak berdasar, hal itu tidak mengurangi kesan Iran memang perlu diwaspadai. Inilah perang dingin di mana informasi, persepsi, dan perilaku publik dibatasi dan dipengaruhi agar jangan sampai berita yang riil justru bocor ke publik. Sebenarnya perang macam ini bukan hal baru bagi Indonesia. Generasi yang pernah hidup di zaman perang dingin antara AS dan Uni Soviet masih ada dan

bisa menceritakan selukbeluk serta kerepotan hidup di zaman itu. Dibandingkan Uni Soviet, Iran memang belum seberapa karena dia merupakan pendatang baru dalam hal mendorong agenda ideologi ke tataran dunia global. Namun terlepas dari itu semua, Indonesia sebaiknya tidak terjebak dalam dikotomi percaya pada Iran atau pada AS. Indonesia sebagai negara besar yang juga berpenduduk mayoritas muslim selayaknya bisa lebih bijak dengan cara bisa melihat gambar besar dan tidak lupa pada kepentingan nasional Indonesia. Misalnya, Indonesia dikenal sebagai salah satu pendukung NPT (non-proliferation treaty) yang patuh.Kesepakatan internasional itu menggarisbawahi bahwa perlucutan senjata dan penghindaran terhadap pengembangbiakan (proliferasi) senjata nuklir adalah suatu etika bersama yang patut dijaga walaupun di sisi lain diakui, semua negara di dunia punya hak untuk mengembangkan teknologi nuklir secara damai. Satu hal yang layaknya dikenali Indonesia adalah,NPT memiliki daya diplomasi tinggi untuk mencairkan suasana perang dingin yang sedang berkembang. Ini poin saya yang kedua. Kenyataannya memang belum ada negara dunia mana pun yang punya kecukupan energi, padahal di pihak lain, ketidakcukupan tersebut kerap dijadikan penekan oleh negara lain. Contohnya Rusia yang bisa menghentikan pasokan gas ke Eropa atau AS dan China yang kebingungan mencari sumber kecukupan energi bagi penduduknya. Indonesia pun harus diakui sedang mengalami problem serupa. Maka, daripada terjebak dalam dikotomi ada atau tidak senjata nuklir di Iran, mengapa tidak mengampanyekan kerja sama pengembangan teknologi nuklir untuk keperluan pembangkit tenaga listrik dan energi? Tentu butuh keberanian untuk menghadapi tekanan pihakpihak yang tidak setuju di dalam negeri sendiri atau dari pihak pengusaha minyak, tetapi realitasnya, kecukupan energi merupakan

kebutuhan semua negara untuk bertumbuh secara ekonomi. Melalui ini, Iran bisa dilibatkan dalam dialog konstruktif tanpa Indonesia mengorbankan ideologi bangsa ini,yakni Pancasila. Di sinilah kepiawaian para diplomat Indonesia dituntut agar perang dingin tidak memenjarakan Indonesia dalam ketidakberdayaan. Pernyataanpernyataan pimpinan negara dan diplomat Indonesia pun perlu mencerminkan kepiawaian itu. Inilah esensi politik luar negeri bebas aktif; bisa mencari arah baru yang mencerahkan bagi semua pihak, bebas dari tekanan negara lain, dan aktif memperjuangkan kemaslahatan umat manusia. DINNA WISNU PHD Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi, Universitas Paramadina