Upload
cerfi-rizki-handisa
View
332
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
komunikasi kesehatan
Citation preview
.1 Pengertian Segmentasi Khalayak
Istilah “segmentasi khalayak” berarti membagi dan mengatur khalayak
menjadi beberapa kelompok kecil orang yang memiliki kebutuhan,
kecenderungan, dan karakteristik serupa sehubungan dengan aspek-aspek
komunikasi. Komunikator kesehatan melakukan segmentasi khalayak guna
mendapatkan cara paling tepat dan efektif dalam berkomunikasi dengan
kelompok-kelompok tersebut. Komunikator kesehatan harus mengidentifikasi
beberapa khalayak yang potensial untuk strategi komunikasi. Masing-masing
khalayak akan mendapat manfaat langsung dari perubahan perilaku yang
diharapkan.
2.2 Langkah-langkah Proses Segmentasi Khalayak
Dalam pembahasan ini, kami akan memaparkan empat langkah panduan
utuk melaksanakan proses segmentasi khalayak primer (khalayak utama),
khalayak sekunder, dan khalayak yang berpengaruh.langkah-langkah ini dapat
mengarahkan komunikator pada keputusan dan gambaran khalayak bagi strategi
komunikasinya.
2.2.1 Menentukan Segmentasi Khalayak.
Apakah segmentasi perlu dilakukan? Jika seluruh khalayak
potensial bisa dijangkau secara efektif melalui rangkaian saluran yang
sama, dengan rangkaian pesan yang sepenuhya bisa diterima, maka
komunikator tidak perlu melakukan segmentasi. Namun, dalam sebagian
besar kasus, khalayak hanya akan mendapat manfaat bila mereka telah
tersegmentasi. Kegiatan komunikasi juga akan menjadi efektif. Para
komunikator kesehatan telah mengetahui bahwa segmentasi khalayak itu
perlu, sehingga mereka dapat merancang berbagai pesan, seruan, atau
himbauan untuk bertindak sesuai segmentasi tersebut, guna
mempromosikan perubahan perilaku secara efektif.
1
Ketersediaan sumber daya juga mempengaruhi keputusan
segmentasi khalayak. Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan
dan melaksanakan upaya komunikasi secara terpisah bagi beberapa
kelompok mungkin akan membebani upaya komunikasi mereka. Jika
sumber daya terbatas, namun segmentasi khalayak tidak bisa dihindari,
mungkin lebih tepat untuk berfokus pada jumlah yang segmen yang
sedikit, atau mencari cara untuk berbagai dana dengan program-program
lain.
Pedoman untuk membantu menentukan saat tepat melakukan
segmentasi khalayak antara lain :
2.2.1.1 Lakukan segmentasi dengan tepat jika pemisahan khalayak
memberikan manfaat.
Misalnya memisahkan pengguna (user) suatu produk dengan
bukan pengguna (non user), atau memisahkan orang yang
mempraktikkan suatu perilaku dengan mereka yang tidak
mempraktikkannya.
Contohnya adalah pesan untuk pria yang tidak pernah
menggunakan kondom akan berbeda dengan mereka yang pernah
menggunakan kondom, meskipun tidak secara teratur. Kelompok
pertama memerlukan informasi mengenai manfat penggunaan
kondom. Kelompok kedua mungkin perlu diteliti lebih lanjut
mengapa mereka tidak selalu menggunakan kondom. Rencana
komunikasi yang efektif harus merancang pesan bagi kepentingan
mereka.
Hal yang sama juga berlaku untuk imunisasi anak. Program
imunisasi seringkali menghimbau keluarga untuk mengimunisasikan
anaknya, seolah-olah orang tua baru memikirkan topik ini untuk
pertama kalinya. Di banyak negara, masalahnya bukan karena orang
2
tua tidak tahu. Melainkan juga karena keluarga tidak memastikan
anak-anaknya mendapatkan rangkaian imunisasi yang diperlukan.
Berdasarkan pada tahapan perilaku yang berbeda ini, komunikator
melakukan segmentasi khalayak dan mengembangkan strategi
komunikasi yang sesuai. Strategi pertama untuk meyakinkan orang
tua agar memulai program imunisasi, strategi yang lain untuk
mendorong mereka membawa anak-anaknya mendapatkan paket
imunisasi yang lengkap.
Contoh lain, komunikator kesehatan mengidentifikasi kematian
ibu sebagai masalah kunci. Maka, ibu hamil menjadi khalayak
potensial untuk diberi pesan tentang pentingnya asuhan kehamilan.
Beberapa ibu hamil mungkin sama sekali tidak memeriksakan
kandungannya. Lainnya mungkin mulai berkunjung pada trimester
kedua dan ketiga dari periode kehamilannya. Khalayak sasaran
pertama, dengan demikian, perlu memahami sifat mengunjungi
tenaga kesehatan untuk memeriksakan kandungannya. Khalayak
kedua sudah mengerti pentingnya pemeriksaan kandungan, tapi perlu
memahami manfaatnya pada trimester pertama kehamilannya.
2.2.1.2 Lakukan segmentasi menurut kebutuhan informasi dan motivasi.
Jika kelompok-kelompok khalayak sasaran berbeda-beda
memerlukan jenis informasi atau motivasi yang berbeda-beda pula
untuk mempromosikan perubahan perilaku.
Kebutuhan informasi : khalayak sasaran potensial untuk
mempromosikan penggunaan kontrasepsi bisa didefinisikan sebagai
perempuan usia subur. Dalam kelompok ini, perempuan yang masih
muda mungkin menginginkan satu atau dua anak, sementara cara
kontrasepsi modern mungkin merupakan pemecahannya. Di sisi lain,
perempuan yang lebih dewasa dengan tiga anak atau lebih mungkin
3
ingin mempertimbangkan cara kontrasepsi permanen. Meskipun
kedua kelompok tadi terdiri dari perempuan yang sudah menikah,
dan masih dalam rentang usia subur, namun kebutuhan informasi
mereka berbeda.
Dalam kasus ini, strategi yang tidak dibedakan bisa mendorong
ibu untuk memilih pemecahan yang tidak tepat, atau justru tidak
memberikan alasan yang cukup kuat untuk mencari metode KB yang
paling sesuai. Melakukan segmentasi khalayak perempuan usia
subur yang sudah menikah menjadi dua, yaitu mereka yang ingin
menjarangkan kehamilan, dan mereka yang ingin membatasi jumlah
anak, akan menghasilkan strategi yang lebih terfokus dan sesuai.
Contoh lain, di banyak negara, sebagian besar remaja sudah
aktif secara seksual. Perilaku yang diinginkan bagi mereka adalah
menggunakan kontrasepsi untuk menghindari kehamilan yang tidak
di inginkan. Untuk remaja yang belum aktif secara seksual, pesannya
dapat berupa penundaan kegiatan seksual. Perbedaan perilaku ini
memerlukan pesan dan meteri yang berbeda.
Materi visual dengan sedikit teks mungkin diperlukan oleh
banyak anggota khalayak yang tidak terlalu mahir membaca. Materi
visual dengan lebih banyak teks, sebaliknya, bisa memberi pesan
komunikasi lebih baik kepada anggota yang lebih mahir membaca.
Motivasi : apakah strategi yang menarik bagi perempuan
pedesaan juga menarik bagi perempuan di perkotaan? Jika tidak,
pertimbangakan untuk melakukan segmentasi khalayak sasaran ini
guna memastikan bahwa pendekatannya sesuai bagi kedua kelompok
tersebut. Pikirkan apakah sebagaian besar anggota khalayak akan
menanggapi himbuan dan pendekatan yang sama. Kemampuan
membaca, bahasa, dan pertimbangan-pertimbangan lain bisa
4
mengindikasikan perlunya pengembangan materi yang sesuai untuk
kelompok-kelompok yang berbeda dalam suatu khalayak sasaran,
meskipun pesan dasar dan perubahan perilaku yang diharapkan sama
saja. Cukupkah satu rangkaian pesan untuk berkomunikasi secara
efektif dengan mereka semua? Jika tidak, pertimbangkan untuk
melakukan segmentasi khalayak menurut jenis materi yang berbeda.
Berfokus pada motivasi yang lebih dari sekadar mwngambil
materi komunikasi yang sama, dan menyesuaikan ke dalam bahasa
setempat menggunakan contoh-contoh setempat. Hal ini berarti
memahami motivasi tertentu diantara khalayak yang sudah
disegmentasi dan mengembangkan strategi komunikasi tertentu
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
2.2.1.3 Lakukan segmentasi berdasarkan sumber informasi yang efektif.
Jika kelompok yang berbeda-beda ini kemungkinan cenderung
mengidentifikasi diri dengan juru bicara yang berbeda.
Di banyak tempat, orang muda lebih menanggapi pesan yang
diberikan oleh sebayanya ketimbang pesan yang diberikan oleh orang
dewasa atau petugas. Masyarakat mungkin mempercayai orang-
orang yang terdengar dan terlihat serupa dengan mereka sendiri.
Beberapa orang lebih mempercayai nasehat tetangganya daripada
saran-saran tenaga kesehatan.
Namun, emskipun pilihan seseorang bersifat perorangan,
kecenderungan umum dalam kelompok tetap harus dipetimbangkan
saat memilih segmen khalayak. Jika riset analisa situasi
menunjukkan bahwa tanggapan sekelompok tertentu terhadap pesan
atau sumber yang berbeda-beda ternyata lebih baik, sebaiknya
dilakukan segmentasi.
5
Contoh Pemilihan Khalayak : Lembar Kerja Langkah Demi Langkah.
Langkah 1 : Identifikasi Segmen-Segmen Khalayak.
Berdasarkan analisis situasi, identifikasi khalayak sasaran potensial
untuk upaya komunikasi. Cantumkan nama khalayak potensial pada
kolom pertama tabel berikut ini. Untuk setiap khalayak, identifikasi
segmen yang mungkin (subkelompok dengan ciri yang membedakan
mereka secara menonjol dengan kelompok lain yang lebih besar).
Jika terdapat perbedaan yang menonjol, maka diperlakukan pesan
atau pendekatan komunikasi yang berbeda.
2.2.2 Menentukan Prioritas Segmen Khalayak dalam Strategi Komunikasi
Kesehatan.
Penentuan prioritas segmen khalayak diperlukan untuk
penyesuaian ketersediaan sumber daya untuk menjangkau semua orang
yang diidentifikasi terkena dampak atau beresiko mengalami masalah
kesehatan.
Pendekatan bertahap terhadap khalayak membantu membangun
momentum bagi upaya komunikasi. Selain itu, membangun
kapasitas/kemampuan salah satu segmen khalayak agar dapat membantu
segmen lain yang berada pada tahap perubahan perilaku yang berbeda.
Strategi komunikasinya sendiri bisa dimulai dengan menjangkau
khalayak yang paling mudah dicapai, paling mau mendengarkan pesan,
atau berada pada tahap yang sangat mungkin beralih ke tahap perubahan
perilaku berikutnya.
2.2.3 Mengidentifikasi Khalayak yang Berpengaruh.
Langkah 3 mengidentifikasi orang-orang yang berpengaruh
dalam sosial khalayak utama. Yang bertujuan untuk menggerakkan
6
orang-orang ini untuk mempengaruhi khalayak utama dalam perilaku
sehat. Untuk membantu dalam menentukan sosok-sosok yang
mempengaruhi pengetahuan dan perilaku khalayak sasaran terkait
dengan masalah kesehatan, dapat mengajukan pertanyaan sebagai
berikut :
1. Siapa yang menyaranakan cara mencegah atau mengatasi masalah
kesehatan?
2. Siapa yang mempengaruhi keputusan khalayak untuk mencari
bantuan dalam mencegah atau mengatasi masalah kesehatan?
3. Siapa yang mempengaruhi keputusan khalayak untuk mencoba
suatu produk,atau mempraktikkan perilaku sehat tertentu?
4. Siapa yang mempengaruhi keputusan khalayak untuk melanjutkan
atau menghentikan perilaku sehat yang baru?
5. Siapa yang menyaranakan cara mencegah atau mengatasi masalah
kesehatan?
Identifikasi semua tenaga pelayanan dan pemasok bahan-bahan
kepada khalayak sasaran utama. Identifikasi jaringan tenaga kerja
beserta tenaga kerja alternatifnya. Contohnya apakah khalayak sasaran
utama mencari pengobatan pada dukun?. Jika ya, dukun tersebut
mungkin berpengaruh besar atas khalayak sasaran. Apakah khalayak
mencari pertolongan kesehatan dari klinik pemerintah, outlet-outlet non
pemerintah, atau klinik swasta? Saat mengidentifikasi tenaga kesehatan
khalayak sasaran usahakanlah serinci mungkin. Misalnya, identifikasi
apakah khalayak sasaran mengunjungi perawat atau dokter. Catat
apakah mereka mengunjungi tenaga kesehatan terdekat, atau melakukan
perjalanan untuk mencapai tenaga kesehatan yang disukainya. Informasi
ini akan membantu dalam memilih tenaga kesehatan kunci.
7
Untuk mengidentifikasi tokoh pembentuk opini, tanyai manajer
program dan petugas masyarakat tentang siapa yang mempengaruhi
pendapat masyarakat menegnai masalah kesehatan, serta siapa yang
mengarahkan putusan-putusan kebijakan kesehatan. Tanyakan nama-
nama tokoh pembentuk opini dan pembuat kebijakan setempat lainnya.
Saat menyusun daftar pihak-pihak yang berpengaruh, perkirakan
tingkat pengaruhnya. Sebagai contoh hubungan antara klien dan tenaga
kesehatan sangat kuat dalam mempengaruhi perilaku sehat. Kerabat
tertentu, pasangan dan orang tua juga sangat berpengaruh. Dengan
memperkirakan tingkat pengaruh pihak-pihak terhadap khalayak sasaran
utama, maka kita akan lebih mampu membuat keputusan berdasarkan
informasi mengenai cara menggunakan sumber komunikasi untuk
mendorong advokasi yang bisa dilakukan oleh kelompok-kelompok
tersebut.
Ketiga, tanyakan pada pihak yang berpengaruh mengenai
sikapnya terhadap perilaku yang diharapkan. Mengetahui hal ini akan
membantu menentukan berapa banyak meniveestasi yang perlu
dilakukan tim dalam mempromosikan sikap positif dan advokasi
diantara kelompok ini.
2.2.4 Menggambarkan Potret Khalayak Utama.
Guna membantu mempersiapkan pendekatan kreatif untuk
berkomunikasi secara efektif dengan khalayak primer (utama), khalayak
sekunder, dan khalayak yang berpengaruh. Langkah ini menunjukkan
bagaimana mengembangkan gambaran masing-masing khalayak yang
sudah disegmentasi. dengan kata lain, langkah ini memberikan suau cara
untuk “menghidupkan setiap khalayak sasaran.”
8
Tujuan menggambar potret adalah memahami secara lengkap
keinginan, kemauan dan harapan khalayak sasaran. Sehingga saat tim
mengembangkan pesan, bisa terarah pada seseorang dalam potret
tersebut, bukan pada sekumpulan orang. Mulailah dengan melihat riset
kuantitaif sebagai dasarnya, kemudian tambahkan informasi kuantitatif.
Saat menjelaskan setiap segmen, pertimbangakan variable
psikografis, data fisik dan social ekonomi, termasuk ciri psikologis
anggota khalayak sasaran. Data ini bisa membantu memahami hal-hal
seperti harga diri, kecenderungan mengambil risiko, dan fatalisme
(sikap menyerahkan segala sesuatu pada nasib).Analisalah karakteristik
tersebut bersama dengan data social ekonomi. Kemudian susun profil
khalayak sasaran yang jelas dan realistis.
Latihan ini akan membantu untuk memahami pikiran khalayak
sasaran dengan menggambar potret seseorang yang berasal dari
khalayak tersebut. Pikirkan karakteristik khlayak sasarn kunci dan
mulailah membuat gambaran mental seseorang yang paling mewakili
khalayak tersebut.
Siapa namanya ?
Cari foto atau gambar yang mewakili orang tersebut dan buat
gambaranya, jika dia seorang perempuan ;
Berapa usianya ?
Seperti apa penampilanya ?
Dimana dia tinggal ?
Jika dia menikah ;
Seperti apa suaminya ?
Berapa anaknya ?
Apakah dia tinggal bersama ibu mertuanya ?
Apakah dia tinggal di desa ?
9
Apakah dia bekerja ? jika iya,
Apakah pekerjaannya ?
Apa medianya ?
Apakah dia bisa menonton televisi atau mendengar radio ?
Kemudian kembangkan suatu cerita tentang karakter tersebut.
Dalam cerita ini, jelaskan perilaku dan beberapa sikap kunci tentang
perilaku sehat yang akan dikomunikasikan oleh program kepadanya.
Potret ini tidak hanya berdasarkan fakta saja, meskipun riset tentang
khalayak sasaran yang dikumpulkan telah memberi banyak fakta rinci.
Menggambar “potret” Khlayak Sasaran Utama :
Petunjuk : dengan menggunakn lembaran ini, atau pada kertas terpisah,
gambarlah potret khalayak sasaran individu dengan kumpulan ciri
khalayak utama berdasarkan data. Penjelasan ini harus termasuk
bagaimana ia menanggapi norma masyarakat. Jelaskan dengan
terperinci buat cerita tentang “satu hari dalam hidup” orang ini. Ingat
bahwa ia adalah individu yang sangat penting yaitu khalayak sasaran
kita.
10
Contoh : Cerita dari Ghana
Cerita ini tentang Kwame, seorang petani berusia 42 tahun
yang tinggal di kawasan tengah. Ia punya dua istri dan lima orang anak
berusia 8 hingga 20 tahun. Kwame hidup dengan gaya pedesaan
tradisional Ghana. Pagi hari dihabiskanya dengan bekerja di kebun,
malam hari bersama teman-temanya di bar, meskipun Kwame
menganggap dirinya lelaki yang sudah berkeluarga, kadang-kadang ia
menjalin hubungan di luar nikah. Kwame sang petani sangat peduli pada
kesehjateraan anak-anaknya dan ingin mereka hidup lebih baik dari
dirinya. Ia peduli pada kedua istrinya karena merekalah yang merawat
anak-anaknya. Namun, ia enggan berkomunikasi dengan kedua istrinya
mengenai hal-hal pribadi seperti kesehatan reproduksi.ia berasumsi
bahwa mereka sudah tahu apa yang harus
2.2.5 Contoh penerapan strategi segmentasi khalayak dalam suatu desa
Program Komunikasi Kepada ibu – ibu di Desa tentang Pentingnya
Imunisasi untuk Anak Usia 0 – 11 bulan
Untuk memudahkan penyampaian informasi kami komunikator
merancang strategi “ Segmentasi Khalayak “ guna lebih mengefektifkan
dan efisiensi dalam berkomunikasi
Langkah I : Menentukan segmentasi khalayak
Dalam membuat Program Komunikasi kepada ibu – ibu di suatu Desa
tentang pentingnya Imunisasi untuk anak usia 0 – 11 bulan kami 11
mengolompokkan ibu – ibu di Desa tersebut ke dalam beberapa
kelompok atau segmentasi sebagai berikut.
Ibu – ibu Segmentasi
Kelompok Umur Ibu muda (usia 15 – 25)
Ibu berusia sedang ( 26 – 35 )
Ibu berusia tua (35 – 49)
Pendidikan SD
SMP
SMA
Sarjana
Pekerjaan Petani
Pedagang
Guru
PNS
Pegawai Swasta
Ibu Rumah Tangga
Langkah II : Menentukan Prioritas segmen Khalayak dalam strategi
komunikasi kesehatan
Segmen khalayak utama dalam program ini dapat ditentukan
dengan menggunakan indikator khalayak yang paling mudah dicapai,
paling mau mendengarkan pesan, atau berada pada tahap yang sangat
mungkin beralih ke tahap perubahan perilaku berikutnya.
Dalam program ini klalayak utamanya adalah ibu – ibu yang
berusia sedang (usia 26 – 35 tahun) karena memiliki emosi yang stabil
untuk menentukan apa yang terbaik yang harus dilakukan pada
keluarganya serta memiliki pendidikan yang tinggi disini dalam 12
segmentasi yang berpendidikan sarjana, dan pekerjaannya adalah ibu
rumah tangga karena faktor kesibukan yang sedikit dan prioritas untuk
mengurus keluarga sangat tinggi sehingga memungkinkan minatnya
terhadap kesehatan keluarga terutama anak.
Langkah III : Mengidentifikasi Khalayak yang Berpengaruh
Tujuan menentukan khalayak yang berpengaruh adalah
menggerakkan orang – orang ini untuk mempengaruhi khalayak utama
dalam perilaku sehat.
Dalam program ini khalayak yang berpengaruh adalah ibu – ibu
yang berusia 35 – 49 tahun, karena ibu – ibu dalam usia tersebut sedikit
banyaknya telah berpengalaman tentang imunisai sehingga ibu tersebut
akan mampu untuk mempengaruhi ibu – ibu yang menjadi khalayak
utama berdasarkan pengalamannya tersebut.
Langkah IV : Menggambar potret khalayak utama
Dengan menggambar potret khalayak utama bertujuan memahami
secara lengkap keinginan, kemauan, dan harapan khalyakan sasaran.
Misal :
Ibu Romlah warga Desa X yang berusia 27 tahun selalu menghadiri
kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas setempat
meskipun ibu tersebut berprofesi sebagai petan tetapi dia selalu rutin
mengikuti program imunisasi yang dilakukan puskesmas setempat,
sehingga ibu tersebut merupakan contoh.
Berdasarkan segmentasi khalayak diatas diperoleh :
1. Khalayak Primer (utama) adalah ibu – ibu yang berusia sedang (usia 26 – 35 tahun), berpendidikan sarjana dan pekerjaannya adalah ibu rumah tangga.
2. Khalayak Sekunder adalah ibu – ibu yang tidak termasuk dalam khalayak primer dan tersier.
13
3. Khalayak Tersier adalah adalah ibu – ibu yang berusia 35 – 49 tahun karena memiliki faktor pengalaman yang mampu untuk mempengaruhi khalayak utama.
2.1 Komunikasi Kesehatan Strategis
2.1.1 Definisi Komunikasi Strategis
Strategi komunikasi yang mantap memberikan koherensi bagi kegiatan
program kesehatan dan membantu memperlancar kekuatan program untuk mencapai
keberhasilan. Komunikasi strategis merupakan kemudi program yang akan
mengarahkannya ke tujuan komunikasi strategis juga menjadi pengikat yang
mempersatukan program atau visi kreatif yang memadukan berbagai aspek kegiatan
program.
2.1.2 Karekteristik Komunikasi Kesehatan Strategis
Untuk mencapai komunikasi kesehatan yang strategis ada beberapa syarat yang
harus dicapai, antara lain:
1. Berorientasi pada hasil
Bukti utama efektivitas upaya komunikasi strategis dapat terlihat dari hasil
program kesehatan. Hal yang tidak kalah penting adalah peningkatan kapasitas
mitra setempat untuk melaksanakan program sejenis secara mandiri.
2. Berdasarkan ilmu pengetahuan
Pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan penelitian memerlukan data yang
akurat dan teori yang relevan. Semua ini diawali dengan riset formatif dan data
yang cukup untuk mendefinisikan masalh kesehatan spesifik, mengidentifikasi
solusi yang layak, dan menggambarkan khalayak sasaran.
3. Berfokus pada klien
Pendekatan yang berfokus pada klien perlu diawali dengan pemahaman dari
sudut pandang klien terkait dengan apa yang dimaksud dengan kebutuhan
14
kesehatan. Diskusi dengan khalayak sasaran memberikan pandangan tentang
kebutuhan kesehatan tersebut serta hambatanuntuk memenuhi kebutuhan yag
diutarakan.
4. Partisipatif
Komunikasi strategis mempromosikan pengambilan keputusan secara bersama
oleh Stakeholder dan penerima manfaat dalam semua tahapan P-Process
termasuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
5. Berorientasi pada manfaat
Khalayak sasaran harus melihat manfaat yang jelas saat melakukan tindakan
yang dipromosikan oleh upaya komunikasi.
6. Berkaitan dengan pelayanan
Upaya promosi kesehatan seharusnya mengidentifikasi dan mempromosikan
pelayanan yang spesifik. Pendekatan ini menekankan konsep kemandirian
individu atau kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri dan juga
mendukung konsep kemandirian bersama.
7. Berbagai saluran
Komunikasi strategis yang efektif biasanya menggunakan berbagai cara. Strategi
komunikasi sering kali mengintegrasikan komunikasi interpersonal (IPC),
saluran berbasis masyarakat, dan berbagai media untuk menciptakan pertukaran
informasi dan ide yang dinamis dan bersifat dua arah.
8. Berkualitas tinggi secara teknis
Komunikator kesehatan strategis bekerja bersama lembaga dan individu yang
kompeten untuk merancang pesan dan materi komunikasi berkualitas tinggi yang
dirancang secara profesional.
9. Berkaitan dengan advokasi
Advokasi terjadi pada dua tingkatan, yaitu tingkat pribadi/sosial dan tingkat
kebijakan atau program. Advokasi pribadi dan sosial terjadi ketika pihak-pihak
15
dengan perilaku baru mengakui perubahan perilaku mereka dan mendorong
anggota keluarganya untuk mengadopsi perilaku serupa.
2.1.3 Kerangka Kerja Strategis
Banyak model dan kerangka kerja strategis yang mengarahkan proses
rancangan strategis. Dalam makalah ini menjelaskan kerangka kerja yang diberi nama
Proses Perubahan Perilaku (Process Of Behavior Change / PBC) PBC adalah
kerangka kerja yang telah berhasil digunakan dalam bidang komunikasi kesehatan
selama bertahun-tahun.
Kerangka kerja PBC mengakui bahwa perubahan perilaku berikut komunikasi
yang dimaksudkan untuk mempegaruhi perubahan perilaku merupakan suatu proses.
Masyarakat biasanya bertindak mengacu pada beberapa langkah lanjutan dalam
proses perubahan perilaku, seperti dialog antar pasangan mengenai kesehatan
reproduksi.
Lebih jauh lagi, kerangka kerja ini menyatakan bahwa masyarakat pada tahap
yang berbeda akan membentuk khalayak sasaran yang berbeda pula. Dengan
demikian, mereka biasanya membutuhkan pesan-pesan yang berbeda, terkadang juga
pendekatan yang berbeda, baik saluran, antarpribadi, saluran masyarakat, atau media
massa.
Secara umum, khalayak umum dijelaskan sebagai berikut:
a. Belum tahu : tidak sadar akan adanya masalah atau resiko pribadi bagi mereka
b. Tahu : sadar akan adanya masalah, dan mengetahui perilaku yang diinginkan
c. Setuju : setuju dengan perilaku yang diinginkan
d. Berminat : bermaksud secara pribadi melakukan tindakan yang diinginkan
e. Praktik : melakukan perilaku yang diinginkan
f. Mengadvokasi: mempraktikan perilaku yang diinginkan sekaligus
memberitahukannya kepada orang lain
16
Adalah penting memahami posisi khalayak sasaran dalam hubungannya
dengan elemem-elemen tersebut sebelum suatu strategi. Kemajuan dari satu elemen
berikutnya meningkatkan kemungkinan perubahan perilaku dan berkesinambungan.
Kebijakan public dan strategi komunikasi mempengaruhi perubahan individu
dan masyarakat, membangun norma-norma masyarakat yang baru dan setelah
beberapa waktu akan mendukung kebijakan dan program yang lebih kuat dan efektif.
PBC ini juga bisa memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang
memungkinkan untuk mendukung perilaku baru. Advokasi merupakan elemen kunci
dalam proses ini, dan bisa menjaga perilaku yang diinginkan agar tetap bertahan.
Kerangka kerja PBC bisa bekerja secara efektif dengan rancangan proyek
yang komprehensif dan pendekatan pelaksanaan yang disebut Proses dan prinsip
komunikasi kesehatan “P-Process”.
2.2. Model P-Procces
P-Procces adalah sebuah kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap
bagaimana mengembangkan strategi program komunikasi kesehatan. Selama ini P-
Process telah memberikan kerangka kerja yang mantap dan mudah diterapkan untuk
pengembangan strategi, pelaksanaan proyek, bantuan teknis, pembangunan institusi
dan pelatihan. Kerangka kerja ini digunakan secara bersama sebagai panduan bagi
bermacam-macam stakeholder yang terlibat dalam perancangan dan perwujudan
program komunikasi kesehatan strategis.
2.2.1 Langkah-langkah P-Procces
P-Process dikembangkan pada tahun 1983 dan digambarkan seperti ilustrasi
berikut.
Langkah P-Process adalah sebagai berikut
1. Analisa (Memahami karakteristik masalah kesehatan serta hambatan terhadap
perubahan)
17
Mendengarkan khalayak sasaran yang potensial, emnilai kebijakan, sumber daya,
kekuatan serta kelemahan program yang sudah ada dan menganalisa sumber daya
komunikasi.
2. Rancangan Strategis
Menentukan tujuan, mengidentifikasi segmen khalayak sasaran, memposisikan
konsep bagi khalayak sasaran, mengklasifikasika model perubahan perilaku yang
akan digunakan,memilih saluran komunikasi, merencanakan diskusi antarpribadi,
menyusun rencana tindakan dan rancangan evaluasi.
3. Pengambangan, Pengujian Awal, Perbaikan dan Produksi
Mengembangkan konsep pesan, menguji melalui anggota khalayak sasaran dan
pihak penanggung jawab, memperbaiki dan memproduksi pesan serta materi,
serta menguji kembali materi baru dan materi yang sudah ada.
4. Manajemen, Pelaksanaan, dan Pemantauan
Menggerakkan organisasi kunci, menciptakan lingkungan organisasi yang positif,
mewujidkan rencana tindakan dan memantau penyebarluasan informasi,
pengiriman dan penerimaan hasil-hasil program.
5. Evauasi Dampak
Mengukur dampak pada khalayak sasaran dan menentukan cara meningkatkan
proyek yang akan datang
6. Merencanakan Kesinambungan
Menyesuaikan dengan kondisi yang terus berubah dan merencanakan
kesinambungan serta kemandirian.
18
Gambar 1. Langkah-langkah P-Procces
2.2.2 Keunggulan P-Procces
Beberapa kualitas p-process yang menjadikannya alat bantu yang sangat
bermanfaat untuk perencanaan dan pelaksanaan program adalah :
1. P-process bersifat sistematis dan rasional
2. Selalu tanggap terhadap lingkungan yang berubah dan bisa disesuaikan dengan
hasil temuan riset serta data-data baru
3. Praktis diterapkan di berbagai tingkatan di lapangan
4. Strategis dalam menyusun dan mencapai tujuan jangka panjang
Jika diikuti secara berurutan, enam langkah p-process dapat membantu
mengembangkan rancangan program yang efektif.
2.3 Analisis Situasi
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam merancang strategi komunikasi
kesehatan adalah menganalisa situasi yang terdiri atas lima langkah pengembangan
analisa situasi.
Dalam mengembangkan strategi komunikasi kesehatan, pertama-tama kita
dituntut memahami semua faktor yang mungkin mempengaruhi upaya-upaya
komunikasi. Pemahaman atas faktor-faktor ini disebut sebagai analisa situasi.
19
Istilah “analisa situasi” bisa didefinisikan dan digunakan dalam berbagai cara.
Dalam konteks panduan lapangan, istilah “analisa situasi” mengacu pada proses
analisa faktor-faktor yang khusus berhubungan dengan pengembangan strategi
komunikasi.
2.3.1 Fungsi Analisis Situasi
Fungsinya adalah sebagai panduan untuk semua kegiatan komunikasi.
Komunikator menggunakan analisa situasi untuk mengamati, mengumpulkan,
mengatur, dan menilai faktor-faktor yang relevan. Dengan kata lain, analisis situasi
adalah mengacu pada proses analisa faktor-faktor yang khusus berhubungan dengan
pengembangan strategi komunikasi. Faktor-faktor tersebut mencakup karakteristik
khalayak, sumber daya yang tersedia, dan lingkungan komunikasi.
Salah satu hasil analisis situasi adalah pemahaman atas kesenjangan dasar
pengetahuan, yang perlu dijembatani agar proses pengembangan strategi dapat
dilanjutkan. Ukuran kuantitatif situasi saat ini, dalam hubungannya dengan khalayak
sasaran, biasanya dilakukan dalam bentuk survey baseline. Pandangan lain seringkali
diperoleh dengan menggunakan teknik kualitatif, seperti kelompok diskusi terfokus
(Focus Grup Discussion).
2.3.2 Langkah – Langkah Analisis Situasi
Dalam perencanaan penentuan program komunikasi kesehatan dengan model
P-Process, khususnya anilisa situasi terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan,
yaitu:
Mengidentifikasi dan memahami masalah, Menentukan khalayak sasaran yang
potensial, Mengidentifikasi Sumber Daya Komunikasi yang potensial, Melakukan
penilaian lingkungan, Merangkum kekuatan dan kelemahan Sumber Daya Manusia,
teknologi dan keuangan yang tersedia, serta peluang dan ancaman terhadap
20
komunikasi kesehatan yang efektif dalam lingkungan yang bersangkutan, hal tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan Memahami Masalah
Langkah pertama dalam melakukan analisa adalah mengidentifikasi dan
memahami masalah kesehatan tertentu, yang akan menjadi fokus program
komunikasi yang akan diajukan. Pertimbangkan masalah kesehatan dalam
konteks visi strategis secara keseluruhan. Untuk mendefinisikan strategi
komunikasi yang efektif, kita perlu membandingkan visi bersama dengan
pemahamn kita atas situasi saat ini. Kita juga perlu memahami kenapa perbedaan
terjadi.
Biasanya, dalam sebuah strategi komunikasi kesehatan nasional, terutama
jika program dan pelayanan kesehatan terpadu menjadi satu, beragam masalah
yang perlu diperhatikan akan teridentifikasi. Rangkaian masalah tersebut
seringkali ditangani selama beberapa waktu, menggunakan teknis tahapan atau
urutan, lapis-lapis pelayanan dan saluran komunikasi, guna memastikan cakupan
maksimalnya. Perilaku-perilaku sehat juga dikelompokkan untuk
mempromosikan perpaduannya.
Namun, penting kiranya mengidentifikasi masalah kunci yang berkaitan
dengan setiap perilaku sehat dalam strategi dan menyusun tujuan serta pesan
yang sesuai untuk untuk masing-masing masalah. Kunci keberhasilan strategi
komunikasi kesehatan adalah fokus pada suatu masalah tertentu,dalam rentang
waktu tertentu. Mengungkap terlalu banyak masalah dalam satu kurun waktu,
seringkali menciptakan pesan yang membingungkan atau mengacaukan
khalayak, hingga membatasi dampak komunikasi.
Pada beberapa kasus, kita tidak perlu mengidentifikasi masalah. Strategi
yang ada mungkin sudah menunjukkan apa yang perlu dilakukan: apakah
21
langsung berkaitan dengan tujuan program yang menyeluruh atau idealnya
berkaitan dengan visi strategis secara keseluruhan, yang dinyatakan oleh
pimpinan kunci dan pembuat kebijakan. Tapi, jika suatu masalah sudah
teridentifikasi, penting kiranya melakukan verifikasi atau pengecekan atas
relevansi masalah tersebut. Kita juga pasti ingin mencegah munculnya cara
pandang berdasarkan kemauan politis, informasi yang sudah basi, atau
keterbatasan pemahaman stakeholder di awal program.
a. Memahami Masalah Kesehatan
Memahami masalah kesehatan berarti mempunyai persepsi yang jelas
tentang lingkup dan tingkat parahnya permasalahan, berikut perilaku yang
akan mencegah dan mengatasi masalah tersebut. Dalam upaya mencapai
pemahaman ini, kita akan lebih mengenal sumber informasi yang tersedia
terkait dengan permasalahan.
b. Lingkup Permasalahan Kesehatan
Memperkirakan lingkup permasalahan kesehatan merupakan faktor untuk
memutuskan cara mengomunikasikannya. Lihat dua ukuran kunci dari luasnya
lingkup permasalahan, yaitu prevalensi dan angka kejadian. Ukuran-ukuran
tersebut umumnya tersedia di Departemen Kesehatan.
Karena prevalensi selalu beruabah, para praktisi kesehatan masyarakat
menggunakan ukuran paling baru yang dipadukan dengan angka kejadian
untuk memperkirakan lingkup permasalahan. Angka kejadian menggukur
jumlah kasus baru dari suatu masalah kesehatan tertentu per seribu orang
dalam suatu populasi. Contoh
- Jumlah kasus gonorrhea di daerah Utara meningkat 10% per tahun.
- Jumlah ibu hamil pengidap anemia yang diperiksa di klinik perawatan
kehamilan di daerah TImur meningkat 2% setiap tahun.
- Dengan melakukan pengukuran terhadap insiden membantu dalam
memperkirakan besarnya angka prevalensi di masa mendatang tanpa
22
intervensi apapun. Informasi tersebut biasanya tersedia/dikeluarkan oleh
DepKes atau program/proyek yang menangani masalah kesehatan.
c. Tingkat Keparahan Masalah Kesehatan
Parahnya masalah kesehatan berhubungan erat dengan luasnya lingkup
permasalahan. Tingkat keparahan diukur dalam bentuk:
- Kematian atau jumlah orang yang meninggal karena masalah tersebut.
- Angka kesakitan (morbidity rate), atau jumlah orang yang menjadi cacat
tetap atau cacat sementara karena masalah tersebut.
- Biaya penanganan masalah itu bagi seseorang, keluarganya, dan
masyarakat secara keseluruhan.
Depkes biasanya mengumpulkan informasi menyangkut angka kematian
dan angka kesakitan masalah kesehatan tertentu. Organisasi yang melakukan
advokasi untuk membangkitkan perhatian terhadap masalah kesehatan kerap
mengumpulkan informasi mengenai biaya yang ditanggung individu dan
masyarakat. Saat tingkat keparahan suatu masalah kesehatan didefinisikan,
akan membantu jika dampak masalah tersebut dibandingkan dengan dampak
penyakit umum lainnya.
Data yang kita kumpulkan mengenai lingkup dan tingkat keparahan
masalah akan berperan penting saat kita mengembangkan alas an untuk
menggunakan sumberdaya dalam mencegah dan mengatasi masalah tersebut.
d. Perilaku Pencegahan dan Penanganan yang Diharapkan
Tanggapan yang tepat bagi suatu masalah kesehatan dapat berupa
perubahan beberapa perilaku yang potensial. Perhatikan hal-hal di luar
informasi factual tentang masalah kesehatan tersebut agar kita benar-benar
memahami lingkungan dalam konteks yang lebih luas. Menunjukkan
gambaran perubahanperilaku yang diharapkan, pada awal proses akan
membantu kita dan tim dalam merancang strategi yang sesuai.
e. Sumber-sumber Informasi
23
Informasi yang kita kumpulkan dengan mengidentifikasi lingkup dan
tingkat keparahan masalah, serta perilaku pencegahan dan penanganan yang
diharapkan, akan memberikan informasi untuk menyusun strategi komunikasi.
2. Menentukan Khalayak Potensial
Khalayak primer strategi komunikasi biasanya terdiri dari orang-orang
yang berisiko atau mengidap masalah kesehatan tertentu. Anak-anak merupakan
satu pengecualian. Dalam kasus ini, sosok yang merawat merekalah yang
biasanya dinyatakan sebagai khalayak kunci yang berpengaruh. Guna membantu
mengidentifikasi khalayak potensial, kaji penelitian yang ada mencakup kondisi
atau penyakit. Yang bisa dijadikan sumber-sumber informasi antara lain adalah
Depkes, pusat-pusat kesehatan setempat, dan survei-survei kesehatan nasional.
Petugas medis dan petugas kesehatan masyarakat bisa menjelaskan bagaimana
masalah meluas. Mereka juga bisa mengidentifikasi siapa-siapa yang berisiko
atau terpengaruh. Mungkin saja terjadi kesenjangan informasi, yang memerlukan
penelitian formatif atau studi baseline, sebelumkita bisa memahami khalayak
potensial, dan menjelaskan serta menggambarkan mereka.
a. Megidentifikasi Karakteristik Khalayak Umum
Ketika mengidentifikasi khalayak potensial, kelompokkan mereka
menurut karakteristik umum seperti rentang usia,gender, pekerjaan, tempat
tinggal, jumlah anak, dan gaya hidup, serta akses terhadap media cetak,
radio, dan televisi. Cari karakteristik yang membedakan khalayak potensial
dari orang yang tidak berisiko, atau tidak mempunyai masalah kesehatan.
Pastikan bahwa analisa kita peka terhadap faktor gender, dengan
mempertimbangkan peran dan hubungan gender yang berbeda di antara
anggota khalayak potensial tersebut. Bagaimana perilaku khalayak potensial
saat ini dalam hubungannya dengan konsep kesetaraan dan kesamaan
gender? Lihat juga apakah anggota kelompok khalayak potensial menerima
24
dukungan social yang tinggi. Hal ini berperan penting bagi kemampuan
individu untuk berubah.
b. Megidentifikasi Tahap Perubahan Perilaku
Untuk masing-masing khalayak, cari informasi yang mengidentifikasi
perilaku sehat mereka saat ini dibandingkan denganperilaku sehat yang
diharapkan atau direkomendasikan. Seberapa cepat atau lambat perilaku
tersebut diadopsi. Sebuah pendekatan yang bermanfaat menggolongkan
khalayak potensial kita menurut kerangka kerja PBC yang disajikan pada
bagian “pendahuluan”.
Guna menyusun perkiraan tahapan perubahan perilaku khalayak
potensial, kaji data kuantitatif yang ada seperti data survey kependudukan
dan kesehatan (Demographic and Health Survei-DHS) serta sensus. Kedua
sumber tersebut bisa memberikan informasi relevan mengenai tahapan
perubahan perilaku berbagai kelompok masyarakat di Negara itu. Umumnya,
DHS menanyakan pengetahuan, perilaku dan praktik yang berhubungan
dengan kesehatan reproduksi, ibu dan anak. DHS terbaru biasanya tersedia
di Dinas Kesehatan setempat atau di kantor USAID. Jika tidak ada, Marco
internasional, Inc., bisa memberikan salinan laporan DHS untuk berbagai
negara.
Kerap data khalayak yang ada tidak memadai untuk membuat keputusan
yang berhubungan dangan strategi komunikasi. Kita mungkin perlu
bekerjasama dengan para peneliti untuk merancang dan
mengimplementasikan survei baseline kuantitatif, yangh akan menghasilkan
informasi terpercaya mengenai karakteristik khalayak, masalah perilaku,
hambatan terhadap perubahan perilaku, dan lain-lain. Seringkali, riset
kuantitatif seperti diskusi kelompok terfokus dengan anggota khalayak
potensial bermanfaat dilakukan guna mendapatkan informasi deskriptif yang
kaya mengenai khalayak sasaran. Kadang-kadang, pengumpulan data ini
25
dibarengi dengan wawancara tatap muka dengan para stakeholder kunci
untuk mendapatkan pandangan lain. Kita dan anggota tim perlu melacak
penelitian pendahuluan yang diperlukan (jika ada). Pertimbangkan faktor
waktu dan anggaran ketika permasalahan ini disentuh.
Selain mengkaji studi formal, lakukan wawancara dengan ahli setempat
untuk mengetahui pendapat mereka mengenai tahapan perilaku kellompok
yang sedang dibahas. Guna mendapatkan pandangan yang berbeda, bicaralah
dengan petugas program yang bekerja dengan khalayak potensial ini setiap
hari.
c. Megidentifikasi Hambatan Terhadap Perubahan Perilaku yang Sudah
Diketahui
Saat mewawancarai staf prigram, ahli kesehatan, perwakilan
masyarakat dan anggota khalayak potensial, tanyakan pendapat mereka
mengenai penyebab khalayak tidak mengadopsi perilaku sehat yang
diharapkan.
Seringkali, salah satu hambatan untuk mengadopsi perilaku adalah
kenyataan bahwa khalayak memang tidak mengetahui perilaku tersebut.
Hambatan di luar kesadarn dan pengetahuan juga harus dipertimbangkan.
Memahami berbagai hambatan perubahan meskipun berada di luar
jangkauan komunikasi, penting guna mengambil keputusan-keputusan
komunikasi strategis. Pemahaman ini akan membantu memperkirakan
tingkat perubahan yang bisa dicapai dalam jangka waktu tertentu.
d. Megidentifikasi Pihak-Pihak yang Berpengaruh
Setelah mengidentifikasi khalayak potensial, berikutnya adalah
mencari tahu siapa yang mempengaruhi perilaku sehat mereka.
Berkonsultasi dengan manajer program yang bekerja di tengah masyarakat
dan tenaga-tenaga kesehatan masyarakat yang mengunjungi khalayak
sasaran ini secara teratur. Kaji temuan penelitian yang relevan. Lakukan
26
kunjumgan tidak resmi ke masyarakat dan rumah-rumah penduduk. Bicara
dengan anggota khalayak potensial serta pimpinan masyarakat mengenai
masalah kesehatan ini.
3. Mengidentifikasi Sumber Daya Komunikasi yang Potensial
Langkah ketiga dalam menganalisa situasi adalah memahami lingkungan
komunikasi, termasuk kegiatan komunikasi kesehatan yang ada saat ini, serta
sumber daya yang tersedia. Fokusnya adalah mengidentifikasi dan menilai
sumber daya potensial yang bisa membantu melaksanakan program komunikasi.
Secara luas, komunikator kesehatan mendefinisikan saluran komunikasi
sebagai system penyampaian pesan untuk mencapai khalayak sasaran. Saluran ini
dikategorikan sebagai saluran “interpersonal”, “berorientasi pada masyarakat”,
dan “media massa”. Dua saluran terakhir sangat efektif jika tujuannya adalah
untuk mengubah nilai-nilai masyarakat budaya.
Saluran interpersonal berfokus pada komunikasi satu-satu, atau satu orang
dengan satu kelompok. Saluran satu-satu mencakup komunikasi antara rekan
sejawat, antarpasangan, dan antara petugas klinik kesehatan dengan klien.
Contoh komunikasi satu orang kepada satu kelompok bisa berupa pertemuan
tenaga kesehatan yang berkeliling ke masyarakat bekerjasama dengan organisasi
perempuan. Saluran interpersonal menggunakan komunikasi verbal dan non-
verbal.
Saluran yang berorientasi pada masyarakat berfokus pada penyebaran
informasi melalui jaringan social yang sudah ada, seperti keluarga atau satu
kelompok masyarakat, serta memberikan peluang bagi anggota khalayak untuk
saling memperkuat perilaku satu sama lain.
Saluran media massa menjangkau khalayak luas. Saluran ini terutama
efektif dalam menetapkan agenda, dan memberikan kontribusi untuk membangun
normal sosial yang baru. Formatnya berkisar mulai dari pendidikan hingga
27
hiburan dan iklan, mencakup televise, radio, dan media cetak seperti majalah,
Koran, media-media di luar ruang (billboard) dan di tempat-tempat persinggahan,
internet dan pos.
a. Kegiatan Komunikasi yang Tengah Berlangsung
Banyak sekali saluran komunikasi yang tersedia. Tantangan kita adalah
mencari saluran yang bisa menjangkau khalayak potensial yang telah kita
identifikasi. Berikut dua pendekatan yang bisa membantu:
- Jelaskan upaya komunikasi yang sedang berlangsung melalui saluran dan
media komunikasi.
- Lakukan perbincangan dengan orang yang telah melakukan kampanye
komunikasi di daerah tersebut. Pendekatan ini merupakan titik awal yang
baik untuk mengidentifikasi mitra setempat, sekaligus untuk memahami
hambatan dan peluang dalam upaya-upaya komunikasi di sana.
Golongkan kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan saluaran-saluaran
yang telah dijelaskan sebelumnya. Beberapa yang perlu diingat adalah :
- cari survei penggunaan media oleh khalayak sasaran yang potensial. Data
survei kesehatan dan kependudukan bisa menjadi sumber yang bermanfaat.
Selain itu, banyak negara melakukan survei penggunaan media oleh
masyarakatnya.
- Tanyakan pada perusahaan periklanan apakah survei media tersedia.
Wawancaralah manajer program suatu organisasi yang berkomunikasi
dengan khalayak kita. Mereka bisa memberikan pandangan yang baik
tentang apa yang gagal/berhasil.
- Kunjungi masyarakat tempat khalayak sasaran bermukim. Buatlah daftar
saluran media yang ada. Jelaskan jumlah dan jenis khalayak yang mereka
jangkau.
Satu pendekatan untuk mengidentifikasi saluaran komunikasi kunci
adalah mewawancarai manajer program proyek kesehatan yang sedang
28
berlangsung. Saat kita mengidentifikasi kegiatan, catat pihak atau penanggung
jawab perorangan atau organisasi untuk setiap kegiatan. Catat saluran utama dan
format yang digunakan oleh organisasi-organisasi tersebut. Fokuskan pada pesan
dan khalayak sasaran mereka. Kegiatan ini akan memberi kita pemahaman
mengenai pesan yang sedang dikomunikasikan, dan sejauh mana pesan tersebut
diterima dengan baik.
b. Sumber-sumber Komunikasi, Organisasi dan Profesi
Selain mengidentifikasi program dan kegiatan yang berhubungan dengan
kesehatan, identifikasi organisasi dan professional yang membantu
melaksanakannya. Ajukan pertanyaan kepada mereka menyangkut hal-hal
berikut ini :
- Siapa yang berpengalaman dalam memproduksi materi pendidikan
kesehatan?
- Apa peruasahaan iklan terbaik di daerah ini?
- Siapa yang bisa memproduksi program televise dan radio?
- Organisasi mana yang memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan dan
petugas penyuluhan masyarakat?
- Adakah jaringan atau perkumpulan organisasi komunikasi? Jika ada,
bagaimana keanggotaan dan ruang lingkupnya?
4. Menilai Lingkungan
Langkah keempat dalam analisa situasi adalah menila aspek-aspek kuncii
lingkungan tempat strategi akan diwujudkan. Kadang-kadan suatu masalah
kesehatan hanya membutuhkan promosi perilaku kesehatan tertentu dan tidak
perlu menyertakan suatu produk atau tindakan pelayanan (misalnya: pemberian
ASI). Pada contoh lain, masalah kesehatan justru perlu diatasi dengan
29
memberikan produk yang mudah didapat, misalnya sabun cucitangan. Isu
kesehatan lain memerlukan interaksi dengan system pelayanan kesehatan,
contohnya imunisasi. Pertimbangan semacam ini harus diteliti sebagai bagian
dari proses penilaian lingkungan.
a. Pelayanan Kesehatan dan/atau Produk serta Perilaku yang Mendukung
Penilaian atas faktor ketersediaan, kemudahan mengakses, terjangkaunya
biaya dan penerimaan atas pelayanan, produk serta perilaku, akan mengarah
pada pengetahuan mengenai kapasitas tenaga kesehatan dan tempat pasokan
produk yang bermanfaat guna membantu upaya komunikasi.
b. Ketersediaan
Berkonsultasi dengan manajer sumber daya manusia dan logistik dalam
program yang akan dipromosikan melalui upaya komunikasi. Meminta
mereka memperkirakan kapasitas dan permintaan saat ini. Pertanyaan kunci
mencakup :
- Apakah mereka bisa meningkatkan kapasitasnya guna memenuhi
tambahan permintaan?
- Berapa lama mereka bisa menanggapi kelangkaan persediaan dan
kekurangan staf?
- Mampukah mereka menangani peningkatan klien? Cukupkah pasokan
yang akan tersedia? Dapatkah bahan-bahan yang dipasok tersebut tersedia
secara teratur?
Periksa kembali apakah harapan yang dicita-citakan bisa dipenuhi oleh
pelayanan yang ada atau tidak. Jika tidak, berarti kita mempromosikan sesuatu
yang tidak produktif. Intinya adalah jangan mempromosikan dan menciptakan
harapan yang tidak bisa dipenuhi oleh pelayanan kesehatan yang ada saat ini.
Hal yang juga penting adalah melakukan anallisa kompetitif untuk
memahami lingkungan yang lebih luas dan mengidentifikasi potensi
hambatan-hambatan kesuksesan. Pertama, rrencanakan apakah kita akan
30
mempromosikan suatu produk, pelayanan atau perilaku. Kemudian dalam
kategori yang sama, buatlah daftar semua pesaing yang kita ketahui. Contoh,
jika mempromosikan suatu perilakuseperti menyusui, faktor pesaing bisa
mencakup tekanan sosial untuk tidak menyusui.
c. Kemudahan Mengakses
Jika pelayanan atau pasokan tersedia, tanyakan apakah merekayang
membutuhkan bisa mendapatkannya. Contoh, di beberapa negara yang
menyediakan kontrasepsi, wanita yang aktif secara seksual dan tidak menikah
tidak memiliki akses karena larangan budaya ataunhukum. Menentukan
tingkat kemudahan mengakses sebelum memulai suatu kampanye yang
spesifik merupakan hal penting.
d. Jangkauan Biaya
Tanyakan apakah khalayak sasaran utama mampu membayar ongkos
pelayanan dan pasokan. Pikirkan juga hal-hal di luar biaya keuangan. Berapa
banyak waktu dan upaya yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan atau
produk tersebut. Jika seseorang harus cuti seharian dari pekerjaanya untuk
mendapatkan produk itu, berapa ongkos kehilangannya (akibat cuti tersebut)?
Memahami hambatan potensial seperti ini akan membantu kita merancang
strategi yang lebih efektif.
e. Penerimaan
Tanyakan sejauh mana penerimaan sosial dalam hal mendapatkan dan
menggunakan produk atau layanan tersebut. Contohnya, di beberapa negara,
seorang perempuan yang membeli kondom tidak bisa diterima secara sosial,
meskipun produk itu untuk suaminya sendiri. Di negara lain, kontrasepsi
tertentu tidak bisa diterima karena dalam prosesenya tenaga medis harus
menyentuh alat kelamin wanita. Wawancarai tenaga kesehatan dan pengguna
layanan/produk mengenai hal-hal tersebut guna mengetahui hambatan untuk
mempromosikan perilaku tertentu.
31
Kaji pertanyaan dan temuan mengenai keempat hal tersebut, ketersediaan,
kemudahan akses, jangkauan biaya dan penerimaan, dengan manajer [rogram
yang bertanggung jawab memberikan pelayanan dan mendistribusikan
produk. Cari tahu hal-hal terkait pelayanan atau pasokan sekarang ini.
Pertimbangkan untuk mengunjungi beberapa tempat pelayanan guna menguji
faktor ketersediaannya. Kunjungi juga tempat pemasoknya untuk menguji
akses.
f. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik
Kondisi sosial, ekonomi dan politik bisa membatasi komunikasi
kesehatan. Kejahatan, pengangguran, kemiskinan, dan peningkatan
ketegangan sosial, semuanya mempengaruhi perilaku sehat. Lakukan
konsultasi dengan manajer program mengenai kondisi sosial yang mungkin
berdampak pada kemampuan program mempromosikan isu-isu
kesehatan.baca hal-hal yang terjadi saat ini. Tanyakan peraturan yang sedang
diproses dan mungkin mempengaruhi promosi perilaku kesehatanyang efektif.
Buat catatan mengenai pengembangan-pengembangan lain yang akan
berkompetisi dalam aspek sumber daya dan perhatian khalayak sasaran kita.
5. Merangkum Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Langkah selanjunya adalah merangkum apa yang telah dipelajari untuk
membentuk landasan strategi komunikasi. Banyak penyusun rencana strategis
yang menggunakan kerangka SWOT : kekuatan (strengths), kelemahan
(weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats).
a. Merangkum Kekuatan-kekuatan dan Kelemahan-kelemahan Kunci
Kaji sumberdaya yang bisa dikendalikan, buat daftar kekuatan dan
kelemahan yang menjadi kunci kemampuan kita untuk berkomunikasi secara
efektif. Libatkan kolega dalam menyusun daftar ini, kaji sumber daya
32
keuangan, manusia dan teknologi yang bisa dicurahkan untuk inisiatif
komunikasi.
b. Merangkum Peluang-peluang dan Ancaman-ancaman Kunci
Sama dengan di atas, ajukan pertanyaan berikut ini :
- Apakah peluang kunci untuk meningkatkan kesehatan melalui
komunikasi?
- Apakah ancaman terhadap kemampuan untuk meningkatkan kesehatan
melalui komunikasi?
2.4 Penerapan Model P-Procees dalam Perencanaan Komunikasi Kesehatan
Pada beberapa waktu terakhir ini, tepatnya Bulan November 2010, kita
telah digemparkan oleh peristiwa meletusnya Gunung Merapi, dan banyaknya
penduduk sekitar yang menjadi korban. Dari erupsi terakhir, korban meninggal
akibat meletusnya gunung merapi masih sangat tinggi walaupun sebenarnya
meletusnya gunung merapi dapat dideteksi sebelumnya. Padahal bisa diketahui,
Gunung Merapi sendiri terletak di dekat perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta yang berkompeten. Seharusnya, korban yang jatuh pada peristiwa tersebut
bisa dikurangi atu bahkan tidak ada sama sekali jika dilihat dengan kemajuan
informasi dan tingginya pendidikan di sekitar Lereng Gunung Merapi. Apalagi
meletusnya Gunung Merapi ini bukan hal yang pertama, terhitung sudah 68 kali
meletus dan jarak puncak keaktifan yang cukup dekat, maka tingkat kepentingan
untuk siaga bencana ini seharusnya sudah lebih ditingkatkan.
Salah satu program yang bisa dijalankan adalah dengan melakukan
sosialisasi mengenai siaga bencana merapi. Dalam menjalankan program ini
dapat dilakukan perencanaan dengan menggunakan pendekatan model P-Procces
dalam tahap analisis situasi sebagai berikut:
1. Identifikasi dan Pemahaman Masalah
33
Identifikasi dan pemahaman masalah dalam program ini adalah
mengenai kemungkinan dampak dari adanya bencana alam yaitu letusan gunung
Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jogjakarta. Letusan Merapi
meluncurkan guguran larva dan diikuti awan panas atau yang sering disebut
dengan wedhus gembel. Debu vulkanik yang dikeluarkan merapi berbahaya
karena mengandung gas beracun yang mengakibatkan gangguan saluran
pernafasan. Letusan gunung merapi menimbulkan dampak yang besar bagi
kehidupan. Dampaknya adalah adanya korban jiwa, kerusakan rumah,
perkebunan dan sarana infrastruktur penting, serta menyebabkan kelumpuhan
sosial ekonomi di masyarakat.
Di wilayah lereng gunung merapi pun sudah memilki satu strategi untuk
mengurangi dampak kerugian dari kejadian bencana adalah dengan
mempersiapkan pemerintah dan masyarakat untuk menghindari atau merespon
bencana dengan tepat dan efisien. Untuk melindungi masyarakat dari kerugian
besar akibat bencana merapi maka perlu ada kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana. Kesiapsiagaan yaitu upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian langkah-langkah kegiatan yang tepat, efektif
dan efisien. Membangun desa yang memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana
merupakan hal penting yang harus dilakukan. Masyarakat sering tidak siap
ketika bencana terjadi. Kondisi ketidaksiapan masyarakat ini disebabkan
masyarakat memang tidak mempunyai pengetahuan yang menyangkut kesiagaan
dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan memerlukan kesadaran publik yang
merupakan proses menjadikan masyarakat yang tinggal di daerah berbahaya
mengetahui dan menyadari bahwa mereka tinggal di area beresiko, mengerti
bahaya spesifik yang harus dihadapi, mengetahui tanda-tanda bahaya yang ada,
mampu melakukan tindakan tepat untuk melindungi hidup dan mengurangi
kerusakan asset. Kesadaran publik ini bertujuan meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai bahaya alam sekitar serta dampak yang terjadi.
34
2. Menentukan Khalayak Potensial
Ditinjau dari letak geografis, penduduk yang berpotensi terkena efek
dari bencana letusan Gunung Merapi adalah penduduk yang tinggal di beberapa
kabupaten, yang terletak di sisi Gunung Merapi. Lereng sisi selatan berada dalam
administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya
berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi
barat, Kabupaten Boyolali di sisi utaradan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi
tenggara. Meski demikian, yang menjadi sasaran utama program ini adalah
Komunitas Merapi, di luar positivis (Penduduk sekitar yang lahir dan hidup
bersama Merapi dalam jangka panjang) yaitu penduduk yang tinggal paling dekat
dengan Gunung Merapi, yaitu penduduk di dusun Kinahrejo, Umbulharjo,
Cangkringan, Sleman (terletak 4,5 km dari Gunung Merapi).
Pihak-pihak yang dominan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat
adalah tokoh masyarakat, tokoh agama yangmemiliki kemampuan komunikasi,
baik dalam tatap muka, kelompok, maupun massa dalam ukuran desa, juga data
wilayah dan potensinya, termasuk data tokoh masyarakat dan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat.
3. Identifikasi Sumber Daya Komunikasi yang Potensial
Masyarakat merupakan salah satu potensi kesiapsiagaan yang cukup
besar yang harus dipersiapkan dan dikerahkan kekuatannya. Dengan dukungan
dan kemampuan pemerintah, peran masyarakat tidak lagi menjadi obyek tapi
juga harus menjadi subyek dan pelaku utama penanggulangan bencana.
Masyarakat di sekitar Merapi memilki Balai Desa tempat bapak-bapak
dan ibu-ibu bermusyawarah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk tempat
penyuluhan. Wilayah ini juga didukung adanya fasilitas papan pengumuman
35
yang terletak di setiap pos kamling yang ada, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
tempat menempelkan media – media cetak yang dibuat.
Di wilayah tersebut juga terdapat alat – alat komunikasi yang
mendukung penyampaian program, seperti radio, televisi dan lain – lain. Namun,
berhubung masyarakat di yang tinggal di sekitar gunung Merapi merupakan
orang – orang yang sangat patuh terhadap tokoh masyarakat yang ada disana,
maka sarana komunikasi yang paling efektif untuk digunakan adalah dengan
menggunakan tokoh masyarakat dalam penyuluhan sehingga informasi yang
diberikan dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat dengan lebih mudah.
Dalam melaksanakan program-program yang diciptakan, perlu adanya
kerja sama dengan berbagai lembaga agar mendukung terwujudnya program
yang ingin dicapai lembaga tersebut bisa yang terkait langsung maupun tidak
langsung.
Adapun lembaga-lembaga yang mendukung kelangsungan program
sebagai bencana khususnya gunung meletus adalah sebagai berikut:
1) Sultan Hamengkubuwono IX
2) Badan penanggulangun Bencana Daerah (BPBD)
3) Dinas Kesehatan
4) Palang Merah Indonesia (PMI)
5) Badan Usaha Logistik (BULOG)
6) Desa Siaga
7) Lembaga Swadaya Masyarakat
8) Perguruan Tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta
Diharapkan melalui kerjasama ini, tujuan dari program yang
dicanangkan dapat terwujud dengan baik.
4. Penilaian Lingkungan
36
Sebagian besar masyarakat terpapar bencana ini adalah manula.
Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakatnya sebagian besar beragama
Islam, tingkat pendidikan masyarakatnya sebagian besar SD, SMP dan sederajat.
Masyarakat sekitar gunung merapi lebih mempercayai “ilmutiten” atau ramalan
daripada perhitungan berdasarkan ilmu pengetahuan. Sehingga upaya untuk
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar tanggap terhadap bencana yang
dapat dibawa oleh gunung merapi adalah dengan memberi pengertian terlebih
dahulu kepada para tokoh/ahli “ilmutiten” yang dipercaya oleh masyarakat
sekitar tentang bahaya gunung merapi untuk selanjutnya mereka diharapkan
member pengertian tentang status merapi yang sesungguhnya kepada masyarakat
dan untuk segera mengungsi jika status merapi menjadi siaga.
Setelah para tokoh masyarakat tersebut dapat menerima masukan, maka
diberikan pengetahuan tentang bagaimana cara mengantisipasi bahaya jika
sewaktu-waktu gunung merapi mulai menunjukkan aktivitasnya yang dapat
menimbulkan bahaya. Untuk selanjutnya para tokoh tersebut dapat memberi
instruksi pada masyarakat tentang tindakan yang harus dilakukan untuk
mengantisipasi bahaya merapi.
5. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
a. Mengkaji kekuatan dan kelemahan kunci (faktor internal)
Mengkaji kaji sumber daya keuangan, manusia dan teknologi dari dalam
organisasi yang bisa digunakan untuk melakukan komunikasi.
Kekuatan (strengths) :
o Kebijakan dan program tentang siaga bencana sudah banyak
dicanangkan oleh pemerintah maupun LSM dan sudah dikenal oleh
masyarakt luas.
37
o Masyarakat di sekitar Merapi memilki Balai Desa tempat bapak-
bapak dan ibu-ibu bermusyawarah, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk tempat penyuluhan.
o Wilayah ini juga didukung adanya fasilitas papan pengumuman yang
terletak di setiap pos kamling yang ada, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk tempat menempelkan media – media cetak yang dibuat. Di
wilayah tersebut juga terdapat alat – alat komunikasi yang
mendukung penyampaian program, seperti radio, televisi dan lain –
lain.
Kelemahan (weakness) :
Masyarakat sekitar gunung merapi lebih mempercayai “ilmutiten” atau
ramalan daripada perhitungan berdasarkan ilmu pengetahuan.
b. Merangkum peluang dan ancaman kunci (faktor eksternal)
Sama dengan diatas yaitu membuat peluang kunci untuk meningkatkan
kesehatan melalui komunikasi, dan mengidentifikasi ancaman terhadap
kemampuan untuk meningkatkan kesehatan melalui komunikasi.
Peluang (opportunities) :
Adanya lembaga-lembaga yang mendukung kelangsungan program sehingga
bisa menjadi peluang untuk bisa menjalankan program yang telah
dicanangkan.
Ancaman (threats) :
Ancaman yang mungkin dihadapi dalam program ini adalah kegagalan dalam
melakukan pendekatan dengan para tokoh di wilayah sasaran, sedangkan
masyarakat yang menjadi obejknya sangat bergantung pada tokoh agama,
ataupun tokoh masyarakat lainnya. Dengan kata lain, tokoh agama, tokoh
adat, ataupun tokoh masyarakat lainnya lah yang memegang pengaruh besar
terhadap perubahan perilaku masyarakat sehingga saat pendekatan terhadap
38
tokoh gagal, maka bisa dipastikan program yang ditujukan untuk masyarakat
tersebut juga tidak akan maksimal.
2.1 Pengertian Perencanaan Strategis dalam P-Process
P-Process adalah sebuah kerangka kerja yang didesain untuk memimbing
para profesional komunikasi bagaimana mereka mengembangkan program
komunikasi strategis. Peta jalan langkah-demi-langkah ini membawa para profesional
komunikasi dari konsep perubahan perilaku yang tidak komprehensif menjadi
program yang strategis dan partisipatoris dengan dampak yang terukur pada sasaran
audien yang digarap. Langkah-langkah P-Process tersebut meliputi Analysis;,
Strategic Design; Development and Testing; Implementation and Monitoring; dan
Evaluation and Replanning. Pada pembahasan makalah ini dikhuskan pada langkah
P-Process yang kedua yaitu Strategic Design (Perencanaan Stategis)
39
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk
menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan
sumber dayanya, termasuk modal dan sumber daya manusia.
Perencanaan strategis merupakan sebuah alat manajemen yang digunakan
untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan,
sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi
dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5-10 tahun ke depan (Kerzner,
2001 dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_strategis).
Untuk mencapai sebuah strategi yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam
rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusahaan, manajer
operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan
strategis (Brown, 2005 dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_strategis).
Kemampuan manufaktur, harus dipergunakan secara tepat, sehingga dapat
menjadi sebuah senjata yang unggul dalam sebuah perencanaan stategi (Skinner,
1969 dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_strategis ).
Perencanaan strategis secara eksplisit berhubungan dengan manajemen
perubahan, hal ini telah menjadi hasil penelitian beberapa ahli. Lorange (1980),
menuliskan, bahwa perencanaan strategi adalah kegiatan yang mencakup serangkaian
proses dari inovasi dan merubah perusahaan, sehingga apabila strategic planning
tidak mendukung inovasi dan perubahan, maka itu adalah kegagalan
2.2 Langkah-Langkah Perencanaan Strategis dalam P-Process
Langkah 1.
Mengkaji Hal atau Masalah Utama, Berikut Segmen Khalayak dan Tujuan
Pada bagian ini, ddihadapkan pada serangkaian pendekatan yang
memungkinkan untuk mencapai tujuan. Namun, disisi lain mungkin ada cara cara
lebih baik. Dalam hal ini, kita harus memastikan bahwa pendekatan strategis paling
40
sesuai telah dikembangkan bersama sebuah pilihan/alternative yang ada. Sebelum
berlanjut pada bagian eksplorasi alternatif strategis dan bagaimana menentukan
pendekatan strategis berikut alas an pendukungnya, kita perlu memahami konsep
komunikasi identitas jangka panjang dan penentuan posisi (positioning), sehingga
kelak kita bisa menentukan komponen – komponen program kita.
Langkah 2
Menentukan Identitas Jangka Panjang dan Positioning Strategi Perilaku
Identitas Jangka Panjang
Saat anggota khalayak sasaran mempresentasikan dan menanggapi upaya
komunikasi kesehatan sebagai upaya untuk mengubah perilaku, maka mereka akan
menciptakan sebuah persepsi dalam pikirannya. Persepsi inilah yang bakal menjadi
identitas perilaku jangka panjang. Dalam hal ini, khalayak sasaran akan membangun
suatu gambaran atau gagasan tentang perilaku. Gambaran ini hanya ada dalam pikiran
khalayak sasaran dan merupakan identitas perilaku bagi mereka. Gambaran (gagasan-
peny) terbaik adalah jelas, bisa dibedakan, mudah dikenali, serta menunjukkan
manfaat perilaku sesuai harapan.
Identitas jangka panjang atau merek :
Memberikan tanda yang terlihat atau merek (simbol, nama, rancangan, warna,
atau kombinasisemuanya) yang menempel pada suatu produk, layanan, atau
perilaku.
Menggalang suatu hubungan kepercayaan, reabilitas, dan ekslusivitas antara
perilaku dan khalayak sasaran.
Memberikan nilai tambah terhadap produk, pelayanan, atau perilaku dasar.
Memberikan beberapa jenis imbalan psikologis terhadap khalayak sasaran.
Menyederhanakan masalah perbedaan antara produk, pelayanan atau perilaku
yang bersaing.
Memiliki alur kepribadian, yang memungkinkan khalayak sasaran membentuk
suatu hubungan dengan merek.
41
Identitas jangka panjang merupakan rangkaian persepsi yang unik dan
mewakili gambaran produk, pelayanan atau perilaku dalam pikiran klien. Pikirkan
sebuah kotak yang diberi label nama produk, layanan atau perilaku. Kemudian
simpanlah semua ciri-ciri, manfaat dan pikirannya. Setiap hal yang terpikirkan
mengenai produk tersebut menjadi bagian dari identitas jangka panjangnya. Salah
satu komponen paling penting dari identitas ini adalah hubungan emosional yang
tercipta antara khalayak sasaran dengan produk, layanan atau perilaku.
Produk
Banyak merek mobil telah membangun identitas jangka panjang untuk
menjamin kesetiaan pelanggan. Mercedes-Benz merupakan sebuah contoh merek
mobil mewah yang menciptakan banyak gambaran positif tidak hanya di antara para
pelanggan mobil mewah , tapi juga di kalangan masyarakat umum. Alasannya
sederhana, meskipun sejumlah orang saat ini tidak bisa menjangkau harga mobil
mercedes, mereka tetap menghubungkan merek ini dengan citra yang positif.
Mungkin suatu hari mereka bisa membeli mobil ini, atau setidaknya terinspirasi untuk
memilikinya. Meskipun ada banyak merek mobil kategori mewah, dan semuanya
memberikan fungsi serta perlengkapan yang sama, citra merek mercendes cukup kuat
untuk tetap berada dalam daftar nama teratas, saat seseorang diminta untuk
menyebutkan mobil mewah.
Intel,produsen chip mikroprosesor, selama bertahun-tahun telah mengeluarkan
biaya besar untuk mendukung mereknya. Intel meminta para produsen komputer
untuk menggunakan logo intel pada komputer pribadi (personal computer-PC)
manapun yang dibuatnya, jika menggunakan salah satu produk Intel. Mereka juga
membayar kampanye iklan produsen saat logo intel dipasang. Citra merek intel
memberikan kredibilitas bagi produsen komputer, dan pada saat yang sama
memperkuat citra merek tersebut setiap kali iklan muncul. Kampanye iklan yang aktif
mendemonstrasikan manfaat produk mendukung semua upaya tersebut, dan lebih
42
jauh lagi nmenanamkan nama intel pada pelanggan. Citra merek intel cukup kuat
hingga komputer yang menawarkan ‘’Intel Inside’’ mendapatkan hargab lebih tinggi
dibandingkan komputer lain yang menawarkan produsen chip saingannya.
Layanan ( Jasa)
Seperti visa dan mastercard, American Express(Amex) menawarkan kredit
pembelian. Jika Visa dan MasterCard menawarkan kredit melalui bank dan organisasi
lain, Amex menawarkan kredit langsung melalui organisasinya dengan biaya yang
seringkali lebih tinggi daripada perusahaan kartu kredit lainnya. Pemegang kartu
Amex tidak bisa menunda pembayaran. Mereka harus membayar lunas setiap bulan
untuk tagihan sebelumnya, jika memegang jartu hijau biasa. Dengan pertimbangan
berikut ini: kartu kredit bank lebih mudah di dapatkan, kadang-kadang biayanya lebih
rendah, dan kadang-kadang tidak dikenai biaya tambahan serta keleluasan membayar
tagihan, mengapa di dunia ini terdapat tak kurang dari 42,7 jutabpemegang kartu
Amex 2002? Jawabannya karena Amex telah mempromosikan ciytra merek ‘’ hanya
untuk anggota member only’’ secara konsisten selama jangka panjang waktu tertentu
kepada dua khalayak sasaran yang berbeda. Pelanggan pemegang kartu dan para
pedagang eceran, hotel, maskapai penerbangan serta restoran yang menerima Amex
di tempat mereka. Kedua khalayak sasaran tersebut mempercayai, mengendalikan
serta memiliki hubungan dengan Amex dan kartu kredit warna hijau yang mudah
diidentifikasi.
Kampanye Bintang Emas Mesir merupakan ‘’ Strategi komunikasi KB
Nasional pertama di negara berkembang yang berfokus pada promosi kualitas
pelayanan’’. Kampanye ini juga bertujuan memosisikan klinik pemerintah sebagai
sumber pelayanan berkualitas tinggi. Dalam beberapa tahap, program Bintang Emas
akan memberi merek ‘’ Bintang Emas ‘’ pada klinik yang berhasil melampaui 101
persyaratan pada daftar yang memuat indikator peningkatan kualitas selama dua
kuartal berurutan. Merk/ logo’’ Bintang Emas ‘’ ini mengungkapkan kepada klien
43
potensial dan para tenaga kesehatan bahwa klinik tersebut memenuhi persyaratan
untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. Logo Bintang Emas digunakan di
seluruh klinik, pada semua materi kampanye, serta dipromosikan besar-besaran di
media. Logo ini menjadi lambang identitas klinik jangka panjang untuk pelayanan
yang berkualitas.
Perilaku
Identitas perilaku jangka panjang umumnya tidak terdokumentasi dengan baik
dan tidak biasa dipikirkan dengan cara seperti ini. Namun di Amerika penggunaan
sabuk pengamanan mobil selalu dilakukan sehingga seringkali sulit menyadari bahwa
hal tersebut telah menjadi perilaku umum selama 12 tahun terakhir (National
Highway Traffic Safety Administration 1999). Untuk menanamkan perilaku ini
diperlukan kombinasi iklan layanan masyaraka, advokasi kebijakan, dan pemberian
contoh. Sekarang hampir semua negara bagian mempunyai Undang-Undang Sabuk
Pengaman yang mengharuskan penggunaan sabuk pengaman bagi siapapun yang
duduk di bangku depan mobil. Semua produsen mobil diminta memberikan sabuk
pengaman, baik di jok depan maupun belakang. Apakah penggunaan sabuk
pengaman memang mempunyai identitas jangka panjang? Bacalah artikel di surat
kabar, atau saksikan program berita di televisi yang mengumumkan kecelakaan mobil
yang fatal. Salah satu informasi kunci yang biasa disebutkan terkait dengan
penggunaan sabuk pengaman oleh pengemudi atau penumpang.
Hal serupa berlaku juga untuk perubahan perilaku dalam komunikasi
kesehatan. Program komunikasi kesehatan dapat saja membangun identitas jangka
panjang kepada klien dengan mempromosikan produk, layanan, dan perilaku yang
dipercaya secara konsisten memberikan keunggulan, dan dipersepsikan dengan
pelanggansebagai sesuatu yang relevan dan menonjol. Identitas jangka panjang atau
merek terdiri dari komponen yang nyata dan tidak nyata
44
Komponen nyata adalah manfaat fungsional dan produk, seperti apa yang
dilakukan oleh produk tersebut, serta tanda identifikasi khusus apapun (logo/nama).
Komponen tidak nyata adalah manfaat emosional dari produk tersebut seperti
kepercayaan, kehandalan, nilai tambah, dan kualitas perbedaan.
Konsep yang sama bisa digunakan dalam komunikasi perubahan perilaku.
Sebagai contoh, klien bisa terus menggunakan metode/program KB modern, dan
berfikir positif tentang metode modern tersebut karena manfaat fumgsional (yaitu
kehandalan) dan manfaat emosionalnya (yaitu, memberikan perasaan aman dan
percaya diri kepada klien).
Orang mempunyai sikap atau kepercayaan tertentu terhadap produk,
pelayanan dan perilaku, serta menyimpan cuplikan informasi dalam pikirannya. Sikap
dan kepercayaan ini bisa positif, negatif, atau kombinasi keduanya. Sebagai contoh,
saat beberapa orang berpikir positif mengenai istilah ‘’ keluarga berencana ‘’ dan
mempraktikkan KB yang lain mungkin mengaitkan istilah tersebut dengan efek
samping, atau menemukan bahwa KB bertentangan dengan budayanya selama ini.
Mengembangkan program identitas jangka panjang bisa membantu memberikan
kerangka cara berpikir seseorang mengenai perilaku dengan memenuhi
kebutuhannya, menggalang sikap positif, dan pada saat yang sama juga
menghilangkan perilaku serta kepercayaan negatif. Identitas jangka panjang jika
dikelola dengan tepat dan berkesinambungan akan membantu membangun hubungan
positif dan saling mempercayai antara khalayak sasaran dan perilaku yang
diharapkan.
Meskipun identitas atau merek jangka panjang biasanya dikaitkan dengan
produk dan pelayanan, istilah ini belum umum dikaitkan dengan perilaku. Tapi,
proses identitas jangka panjang akan membantu, mengatur, dan memberikan
kerangka bagi seluruh program kesehatan. Konsep kuncinya adalah memberi nama
pada perilaku tersebut. Di Ghana, untuk meningkatkan permintaan terhadap KB,
identitas jangka panjang ini dinamakan ‘’ Pilihan Hidup (Life Choice)’’. KB bukan
45
hanya program kesehatan yang mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan, tapi
juga dipandang sebagai alat bantu yang memungkinkan khalayak mencapai tujuan
hidup pribadinya.
Penentuan Posisi (Positioning)
Komunikator perubahan perilaku menggunakan positioning untuk
menentukan pendekatan terbaik dalam memotivasi khalayak sasaran aagr mengubah
atau mengadopsi perilaku tertentu. Setelah menentukan tujuan bagi khalayak sasaran
dan mengembangkan identitas jangka panjang, komunikator perlu memikirkan
bagaimana mereka akan memosisikan perilaku untuk mencapai tujuan dan
memelihara identitas jangka panjang. Positioning ini berhubungan erat dengan
identitas jangka panjang dan membangun citra perilaku yang diinginkan dalam
pikiran khalayak sasaran, serta membantu khalayak untuk mengingat, mempelajari,
bertindak dan mengadvokasinya. Jadi, identitas jangka panjang adalah semua yang
diketahui dan dirasakan oleh khalayak sasaran mengenai produ, pelayanan atau
perilaku. Oleh sebab itu, positioning merupakan citra promosi yang dengan sengaja
dikonsumsikan kepada khalayak sasaran. Posisi yang efektif adalah sebagai berikut:
Bergaung diantara khalayak sasaran
Membedakan dari persaingan
Menonjol sebagai hal yang lebih baik dari alternatif lain yang diketahui
Memberikan manfaat senilai dengan biaya ataupun upaya yang
dikeluarkan
Positioning (pemosisian): dalam konteks rancangan strategis, positioning
berarti menyajikan suatu isu, pelayanan atau produk dengan cara tertentu, sehingga
tampak menonjol jika dibandingkan dengan pelayanan, atau produk sejenis yang
bersaing, menjadikannya menarik. Positioning menciptakan suatu citra yangb berbeda
dan menarik, suatu pijakan yang bertahan dalam pikiran khalayak sasaran.
Sektor pemasaran komersial menggunakan istilah ‘’positioning’’ dalam
lingkungan yang kompetitif untuk menetapkan atau memosisikan sebuah produk
46
diantara produk lainnya. Jika sebuah mobil Cadillac termasuk golongan mewah maka
mobil yang lain menjadi golongan ekonomis seperti Hyundai. Jika pencuci rambut
Clairol menawarkan rambut yang mudah di atur, maka pencuci rambut L’Oreal
memberikan rambut yang megah dan berkilau. Posisi membantu mengomunikasikan
perbedaan yang menarik dan unik kepada khalayak sasaran. Pembedaan ini memang
dirancang untuk memberikan keunggulan bagi produk dalam kompetisi di pasaran.
Posisi membantu pendekatan strategis secara keseluruhan. ‘’ Memosisikan
merupakan saran bagaimanaperubahan ini 9perubahan perilaku yang diharapkan) bisa
disajikan kepada khalayak sasaran yang dituju dengan cara yang paling persuasif.
Dari sudut pandang komunikasi, posisi bisa menjadi elemen kunci karena
menentukan cara orang melihatsuatu produk/pelayanan/perilaku, bagaimana mereka
akan mengingat kegiatan komunikasinya dan sejauh mana hal tersebut akan
mendorongnya untuk melakukan tindakan.
Pikirkan pemosisian sebagai suatu cara untuk memasukkan PUNCH kedalam
strategi. Positioning itu......
Positioning →selalu positif.
Unique →selalu unik.
Niche →mengembangkan tempat khusus dalam pikiran khalayak sasaran.
Competitive →selalu bersaing.
Helps → selalu membantu khalayak sasaran dengan memberikan manfaat.
Positioning berarti memberikan tanda-tanda yang bisa diingat oleh khalayak
sasaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui mengapa mereka harus mengadopsi
suatu perilaku, sambil memberi dasar untuk taktik komunikasi : iklan, promosi,
pengemasan, publisitas, peristiwa khusus, KIP(komunikasi interpersonal),
komunikasi berbasismasyarakat, dan program advokasi. Semua ini akan membentuk
perkembangan pesan dan pemilihan saluran. Selain itu, memastikan bahwa pesan-
pesan akan tetap konsisten, dn bahwa setiap upaya atau kegiatan komunikasi akan
saling memperkuat kegiatan lain serta memberikan efek kumulatif.
47
Langkah-langkah untuk mengembangkan suatu posisi
1. Langkah kunci pertama dalam mengembangkan suatu posisi adalah mengetahui
arah gerakan khalayak sasaran untuk mendapatkan produk dan pelayanan
kesehatan, serta bagaimana perilaku mereka saat ini.
2. Langkah kunci kedua adalah menentukan perilaku positif macam apa yang bisa
disampaikan secara realistis kepada khalayak, yang lantas akan mereka
persepsikaan sebagai suatu hal yangb bermanfaat. Langkah ini mungkin
memerlukan riset tambahan tentang khalayak sasaran. Mulailah dengan mengkaji
dan mengikuti langkah-langkah dasar ini :
Analisalah kemampuan program, identifikasi perbedaannya dari program
lain (dari ‘’Analisa Situasi’’)
Analisalah persepsi khalayak sasaran tentang produk, pelayanan atau
perilaku (dari ’’Analisa Situasi’’ dan ‘’ Segmentasi Khalayak’’)
Buatlah daftar khalayak sasaran dan karakteristik mereka (dari
’’Segmentasi Khalayak’’)
Cocokkan karakteristik produk, layanan, atau perilaku, dengan kebutuhan
dan keinginan khalayak sasaran.
Eksplorasikan alternatif positioning.
Buatlah pertanyaan positioning.
Mengembangkan pernyataan positioning (positioning statement)
Pernyataan positioning menjelaskan bagaimana perilaku akan ditempatkan
dalam pemikiran khalayak sasaran. Jadi, sama sekali bukan slogam yang
mengundang. Pernyataan positioning membantu penulis mengembangkan slogam
yang menarik perhatian. Namun yang dimaksud dengan positioning statement
bukanlah slogam itu sendiri. Pernyataan positioning tidak boleh dimasukkan ke dalam
48
materi komunikasi yang akan diberikan kepada khalayak. Pernyataan positioning
merupakan panduan bagi pendekatan strategis dan pesan yang menyertainya.
Langkah 3
Mengeksplorasi Alternatif-Alternatif Strategis
Membandingkan tugas kita dengan pekerjaan seorang arsitek, lagi-lagi, akan
membantu. Dalam membangun sebuah rumah, arsitek punya banyak pilihan. Ia
mengetahui jumlah kamar tidur dan toilet yang diperlukan kliennya; ia tahu bahwa
rumah harus mempunyai ruang keluarga, dapur, lemari pakaian, dan mungkin
ruangan-ruangan lain yang sudah ditentukan sebelumnya. Tetapi tetap saja ia
mempunyai banyak pilihan. Apakah ia harus merancang rumah tiga lantai, atau
rumah yang semua ruangannya ada di satu lantai? Apakah kamar tidurnya harus
menghadap ke timur, barat, selatan, atau utara? Di lahan mana rumahnya harus
dibangun, mengambil jarah dari jalan, atau lebih dekat ke jalan namaun halaman
belakangnya besar? Arsitek yang berpengalaman akan mengeksplorasi alternatif-
alternatif menggunakan ketrampilan matematis dan logika, serta bakat kreatif untuk
mencari rancangan terbaik. Hal serupa juga berlaku pada tim strategi komunikasi,
maka cara terbaik untuk maju adalah membuat daftar kemungkinan pemecahan serta
mulai menyeleksi pilihan tersebut.
Berikut ini beberapa alternatif pendekatan strategis
1. Penjajakan daerah baru
Penjelasan: Merupakan konsep yang baru bagi mereka yang tidak
mempraktikkan perilaku alternatif.
Contoh: komputer rumah, tetes vitamin A.
Keuntungan: Berdasarkan kebutuhan khalayak, tidak mempunyai asosiasi
negartif, memperkenalkan ide dan konsep baru.
49
Kerugian: Masyarakat lambat bertindak, kesadaran generasi datang lebih dulu,
mahal.
2. Kompetitif
Penjelasan: mengalihkan perilaku saat ini kepada perilaku yang diinginkan.
Contoh: Kontrasepsi modern dibandingkan dengan metode tradisional.
Keuntungan: masyarakat sudah mempraktikkan perilaku, khalayak yang
sudah disegmentasi perlu memahami manfaat yang jelas sehingga perilaku
mereka bisa dialihkan.
Kerugian: Harus menawarkan perbedaan manfaat sejelas mungkin,
masyarakat mungkin mempunyai komitmen total terhadap perilaku sekarang
dan tidak terbuka untuk perubahan.
3. Tranding up (Peralihan pada Sesuatu yang Lebih Baik)
Penjelasan: beralih dari perilaku yang diharapakan pada perilaku yang lebih
bermanfaat bagi khalayak sasaran.
Contoh: Dari pil ke kontrasepsi jangka panjang untuk ibu yang tidak ingin
punya anak.
Keuntungan:masyarakat sudah punya kecenderungan untuk
mempraktikkannya, memberikan pemecahan lebih baik untuk memenuhi
kebutuhan sesungguhnya.
Kerugian: mengikis dasar yang sudah ada (harus mengubah dasar yang sudah
ada), mungkin terlalu kecil untuk menjustifikasi investasinya.
4. Strategi segmentasi khalayak
Penjelasan: pengguna vs bukan pengguna; perkotaan vs pedesaan; dari praktik
sampai pada advokasi.
50
Keuntungan: memahami perbedaan antarsegmen, efektif jika segmennya
besar dan memiliki cukup akses untuk mngembangkan program.
Kerugian: Bisa membutuhkan biaya lebih banyak, harus digunakan hanya jika
pesannya memang perlu dibedakan.
5. Berorientasi produk
Penjelasan: Pemasaran sosial (Social marketing).
Contoh: menjual merk kondom tertentu.
Keuntungan: prinsip pemasaran berlaku lebih mudah mengembangkan
rencana, memungkinkan untuk menciptakan iklan yang mantap dan nyata
berdasarkan profil khalayak yang berbeda.
Kerugian: penelitian mendalam untuk mengetahui pengguna baru atau
ulangan, dan lain-lain; bisa melacak penjualan tapi perlu analisa penjualan,
mahal.
6. Berorientasi kemasan
Penjelasan: pelyanan yang dirangkaikan untuk suatu khalayak atau demi
kenyamanan.
Contoh: Paket pelayanan kesehatan esensial.
Keuntungan: Menambah nilai bagi khalayak sasaran, memberi manfaat yang
jelas-kenyamanan.
Kerugian: janji yang dipromosikan harus siap di tingkat petugas.
7. Berorientasi pelayanan
Penjelasan: promosi tenaga kesehatan; kualitas dalam pelayanan
Contoh: Ghana-Kami Peduli
Keuntungan: membantu membangan akan tuntutan pelayanan berkualitas
tinggi.
51
Kerugian: memerlukan program pelatihan yang besar, mungkin memerlukan
komitmen dana yang besar untuk perlengkapan, fasilitas, dll.
8. Menciptakan merk
Penjelasan: merupakn identifikasi sistem pelayanan atau produk.
Contoh: Bangladesh Payung Hijau.
Keuntungan: merupakan cara efektif untuk mempersatukan seluruh program.
Kerugian: aspek program lain harus memberikan janji merk yang sama.
9. Musiman
Penjelasan: melakukan semua upaya dalam jangka tertentu.
Contoh: Hari Imunisasi Nasional.
Keuntungan: Bisa mengkonsentrasikan sumberdaya untuk jangka waktu
pendek.
Kerugian: tidak langsung, harus diulang setiap musim.
10. Berfokus pada media
Penjelasan: menggunakan media sebagai pusat aktivitas program.
Contoh: Radio Tanzania.
Keuntungan: efektif jika media sangat kuat menjangkau khalayak sasaran.
Kerugian: membatasi komunikasi untuk berfokus pada saluran, dan bukan
pada khalayak sasaran atau pelayanan. Mungkin tidak menjangkau daerah
pedesaan yang miskin.
11. Berbasis masyarakat
Penjelasan: bergerak dalam lingkup partisipasi masyarakat.
Contoh: Puentes-Peru.
Keuntungan: Efektif di tingkat masyarakat.
52
Kerugian: Terbatas secara geografis. Untuk meningkatkan skalanya biayanya
mahal.
12. Diarahkan oleh yang mempengaruhi
Penjelasan: menggunakan advokasi.
Contoh: demokrasi dan pemerintahan- hukum warisan bagi perempuan
Nigeria.
Keuntungan: baik untuk mengubah kebijakan; memberi dukungan program
berikutnay yang berfokus pada khlayak sasaran.
Kerugian: terbatas hanya pada pembuat pendapat. Mungkin memerlukan
kampanye untuk mencipatakan permintaan supaya memotivasi pihak yang
berpengaruh.
13. Berfokus pada KIP (Komunikasi Interpersonal)
Penjelasan: Berdasarkan konseling pelayanan pribadi.
Contoh: Nepal.
Keuntungan: bisa mengkonssentrasikan sumber ke beberapa bidang untuk
mendapatkan dampak yang tinggi.
Kerugian: memberikan hasil terbatas pada perubahan perilaku tanpa
penekanan di tingkat lainnya.
14. Fokus nasional, lokal, regional, geografis
Penjelasan: ketika kebutuhan tertentu ada di suatu daerah sistem kesehatan
yang berbeda memerlukan sistem strategi yang berbeda juga. Tidak tersedia di
semua tempat.
Contoh: strategi HIV/AIDS Tanzania “Ishi”.
Keuntungan: efektif di tingkjat tenaga kesehatan.
Kerugian: mungkin tidak memenuhi tujuan nasional, mahal.
53
15. Berfokus pada pusat
Penjelasan: menempatkan wahana hiburan yang mendidik sebagai jangkar
strategi komunikasi. Semua hal lain bergerak di sekitar program.
Contoh: Soul City- Amerika Selatan.
Keuntungan: Menarik perhatian khalayak yang bersar, menggunakan contoh-
contoh untuk menunjukkkan perilaku positif. Bisa menyampaikan berbagai
pesan, dan mengulangnya setelah beberapa lam.
Kerugian: Terfokus pada media massa dan mungkin tidak relevan di tingkat
masyarakat. Kemungkinan yidak mengjangkau orang yang tidak punya akses
terhadap media. Memerlukan keahlian teknis untuk menghasilkan program
berkualitas baik.
Langkah 4
Menentukan Pendekatan Startegis dan Dasar Pemikiran / Alasan
Setiap pendekatan strategis membutuhkan dasar atau alasan pendukung yang
menyertai upayanya. Penulisan alasan pendukung memungkinkan kita memahami
ketepatan pendekatan yang dipilih, sekaligus mengindentifikasi kekurangan yang
mungkin ada. Lebih dari itu, kita kemungkinan berkesempatan untuk
memepresentasikan dan mempertahankan pendekatan ini dalam beberapa
kesempatan. Dengan demikian, sebuah alasan pemikiran yang dipertimbangkan
dengan baik akan berfungsi sebagai dasar yang kuat untuk membenarkan pendekatan
kita
2.3 Penerapan Perencanaan Strategis P-Process
Pada beberapa hari terakhir ini, tepatnya Bulan November 2010, kita telah
digemparkan oleh peristiwa meletusnya Gunung Merapi, dan banyaknya penduduk
54
sekitar yang menjadi korban. Dari erupsi terakhir, korban meninggal akibat
meletusnya gunung merapi masih sangat tinggi walaupun sebenarnya meletusnya
gunung merapi dapat dideteksi sebelumnya. Padahal bisa diketahui, Gunung Merapi
sendiri terletak di dekat perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang
berkompeten. Seharusnya, korban yang jatuh pada peristiwa tersebut bisa dikurangi
atu bahkan tidak ada sama sekali jika dilihat dengan kemajuan informasi dan
tingginya pendidikan di sekitar Lereng Gunung Merapi. Apalagi meletusnya Gunung
Merapi ini bukan hal yang pertama, terhitung sudah 68 kali meletus dan jarak puncak
keaktifan yang cukup dekat, maka tingkat kepentingan untuk siaga bencana ini
seharusnya sudah lebih ditingkatkan.
Melalui analisis yang telah dilakukan, maka diperlukan adanya siaga bencana
untuk mengubah pemikiran dari masyarakat sekitar lereng gunung merapi dan
memberikan pengetahuan tentang siaga bencana. Untuk itu, dalam melakukan
sosialisasi diperlukan strategi yang tepat agar dapat mengubah pola pikir masyarakat
tersebut sehingga program sosialisasi bisa menghasilkan output seperti yang
diharapkan.
Strategi untuk sosialisasi siaga bencana yang penulis pilih dikelompokkan
menjadi 3 bagian besar, yaitu:
1. Sosialisasi ke mahasiswa Perguruan Tinggi di Daerah Istimewa Jogjakarta
2. Sosialisasi ke Sultan Hamengkubuwono XI
3. Sosialisasi ke masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi
Beberapa tujuan umumnya terangkum dalam metode SMART, dapat
diperinci sebagai berikut:
55
S = Spesific, disini meliputi sasaran dan tempat penyebaran komunikasi atau
pesan siaga bencana yaitu daerah sekitar Lereng Gunung Merapi di
perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah
M = Measurable, upaya yang penulis lakukan disini dapat dilihat melalui
jangka pendek yaitu dengan tanggapan masyarakat terhadap sosialisasi
yang dilakukan, dan melalui jangka panjang yaitu perubahan pola pikir
dan perilaku dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.
A = Appropriate, setelah melakukan analisis khalayak dan identifikasi
masalah di daerah sekitar Lereng Gunung Merapi ternyata merupakan
daerah sasaran yang paling tepat.( ketepatan )
R = Realistic, program ini berisi tentang upaya mengubah pola pikir dari
masyarakat sehingga pada akhirnya terjadi perubahan perilaku sesuai
dengan harapan penulis.(terealisasi )
T = Time Bond, kegiatan ini akan direalisasikan sekitar bulan Juli 2012-
September 2012.
Sasaran dalam strategi ini dibagi menjadi 3 fokus, diantaranya adalah:
Sasaran primer : tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar lereng
Gunung Merapi
Sasaran sekunder : mahasiswa Perguruan Tinggi di Daerah Istimewa
Jogjakarta. Misalnya: UGM, UNY, UII, UM, Stikes
Yogyakarta, UPN, Universitas Kesenian, dll.
Sasaran tersier : Sultan Hamengkubuwono IX dan lembaga yang terkait.
2.1 Memilih Saluran yang Kemungkinan Paling Menjangkau Khalayak Sasaran
56
Sebelum memutuskan materi yang akan dibuat, hal pertama yang harus
diputuskan berkaitan dengan saluran komunikasi paling tepat untuk menjangkau
khalayak sasaran. Para ahli komunikasi kesehatan mendefinisikan saluran
komunikasi sebagai cara pengiriman pesen yang memungkinkan terjadinya
pertukaran pesan antara “pengirim” dan “penerima”.
Jenis-jenis saluran komunikasi :
1. Saluran komunikasi interpersonal (KIP)
Mencakup komunikasi antar individu (orang per orang), seperti
komunikasi antar penyedia jasa kesehatan dengan kliennya, antara pasangan
suami-isteri, atau antar rekan sebaya.
2. Saluran berbasis masyarakat
Menjangkau komunitas tertentu (sekelompok orang dalam wilayah
geografis tertentu, seperti desa atau tetangga, atau suatu kelompok
berdasarkan minat atau karakteristik yang sama, seperti kelompok etnis atau
kelompok berdasarkan status pekerjaan yang sama). Bentuk-bentuk
komunikasi komunitas antara lain :
a. Media berbasis komunitas, seperti harian lokal, stasiun radio lokal, papan
pengumuman, dan poster-poster.
b. Kegiatan berbasis komunitas, seperti kegiatan kesehatan, drama rakyat,
konser, pertemuan atau rapat umum, dan parade.
c. Penggerakan atau mobilisasi komunitas, dimana komunitas berpartisipasi
menentukan serta melakukan suatu tindakan sebagai bentuk kepedulian
bersama.
3. Saluran media massa
Dapat menjangkau khalayak luas dalam waktu singkat. Mencangkup
media :
a. Televisi
b. Surat kabar
57
c. Iklan luar ruang atau iklan berjalan
d. Internet
e. Radio
f. Majalah
g. Direct Mail
Saluran – saluran Komunikasi
SaluranJangkauan
KhalayakKeunggulan Kelemahan
Saluran Komunikasi Interpersonal
Tenaga/penyuluh
kesehatan pada
klien, antar
pasangan suami-
isteri, antar rekan
sebaya.
Perorangan Dapat menjadi sumber
informasi paling
terpercaya karena
dilakukan melalui
komunikasi tatap muka.
Tingkat
partisipasi/keterlibatan
paling tinggi.
Sangat efektif.
Sulit untuk
mengontrol pesan.
Membutuhkan
pelatihan dari
seorang ahli
komunikasi.
Sangat mahal untuk
dikembangkan.
Makan waktu untuk
menjangkau khalayak
luas.
Saluran-saluran Komunitas
Media komunitas
(surat kabar
komunitas, stasiun
radio lokal)
Laki-laki,
perempuan,
anak-anak
Ada partisipasi khalayak.
Mungkin lebih dapat
diandalkan daripada
media massa umum
karena lebih bersifat
lokal.
Berbiaya rendah.
Mahal untuk
dikembangkan.
Jangkauan khalayak
yang berada di luar
komunitas utama
rendah.
Frekuensi penyebaran
58
informasi rendah.
Komunikasi bersifat
satu arah.
Kegiatan
komunikasi (drama
rakyat, pertemuan
kelompok, rapat
umum, penyuluhan
masyarakat/kegiatan
mobilisasi
penggerakan
masyarakat)
Segmen
khalayak
tertentu
Ada partisipasi khalayak.
Mungkin lebih dapat
diandalkan daripada
media komunitas karena
terkait dengan
keterlibatan khalayak.
Mendorong pelembagaan
struktur masyarakat.
Mendorong
kesinambungan usaha.
Berbiaya rendah.
Mahal untuk
dikembangkan.
Jangkauan khalayak
rendah.
Frekuensi penyebaran
informasi rendah.
Saluran Media Massa
Televisi Rumah tangga,
keluarga (laki-
laki,
perempuan,
remaja, anak-
anak)
Jika pesan sampai ke
rumah, dapat mendorong
munculnya diskusi-
diskusi dalam keluarga.
Menjangkau persentase
khalayak sasaran yang
luas.
Memberikan dampak
pesan maksimum (karena
melibatkan penglihatan,
suara, gerak).
Biaya efisien.
Biaya produksi
mahal.
Lebih menjangkau
masyarakat kota
daripada desa.
Biayanya bisa terlalu
mahal pada masa-
masa tertentu.
Sulit untuk
ditayangkan pada
saat prime-time
(waktu/jam tayang
utama).
59
Jika ditayangkan
pada waktu lain,
khalayak yang
dijangkau
kemungkinan tidak
banyak.
Radio Individu,
keluarga,
remaja,
dewasa
Digunakan sebagai media
perorangan di banyak
negara.
Disampaikan berulang-
ulang (frekuensinya
sering).
Bisa digunakan untuk
membangun jangkauan
luas.
Memperkuat pesan-pesan
yang telah disampaikan
melalui media televisi.
Bisa sangat ktreatif.
Lebih murah daripada
televisi.
Pesan bisa dikirim
dengan atau dalam
bahasa setempat.
Khalayak terbagi-
bagi.
Jika terdapat banyak
stasiun radio dalam
satu wilayah, butuh
biaya mahal untuk
menyebarkan pesan.
Tidak ada gambar
atau visualisasi.
Tidak selalu mudah
untuk masuk ke
seluruh negeri.
Majalah Laki-laki,
perempuan,
remaja
Dapat menjangkau
khalayak yang berbeda
berdasarkan gaya hidup,
demografi, dan perilaku.
Membutuhkan waktu
yang lama.
Frekuensi rendah.
Pesan hanya untuk
60
Pesan disajikan dengan
reproduksi warna.
Jumlah pembaca
meningkat terus.
Lebih bergengsi.
khalayak yang melek
huruf.
Terutama hanya
menjangkau kelas
atas.
Surat kabar Laki-laki dan
perempuan
yang
berpendidikan,
para pembuat
kebijakan
Media menjangkau
khalayak yang luas dan
banyak.
Tepat waktu.
Keluasan berita.
Berpengaruh.
Ukuran pesan fleksibel.
Hanya bagi mereka
yang bisa baca tulis.
Kualitas reproduksi
kurang.
Reproduksi foto
kurang baik.
Informasi cepat basi
(berumur pendek).
Biayanya bisa tidak
efisien.
Iklan luar ruang /
berjalan (Billboard,
iklan di bus)
Laki-laki dan
perempuan
Bagus untuk membangun
pengenalan dan
kepedulian.
Area dengan arus lalu
lintas pesan yang tinggi.
Pesan sangat singkat.
Turut memberikan
penekanan atas pesan
media lainnya.
Waktu paparan
(penayangan)
terbatas.
Isi pesan terbatas.
Tidak dapat bertahan
lama.
A. Mengembangkan Jangkauan Khalayak dengan Cepat
Penggunaan beberapa saluran komunikasi didasarkan pada pada faktor
jangkauan. Artinya, saluran-saluran utama yang dipilih merupakan saluran-
61
saluran yang dapat menjangkau banyak orang dalam waktu singkat. Di
beberapa negara, televisi dianggap sebagai media yang mampu melakukan
hal itu (menjangkau khalayak luas dalam waktu singkat).
Sementara dinegara lain, radiolah yang dianggap sebagai media yang
sesuai atau efektif. Kegiatan-kegiatan masyarakat juga bisa menjangkau
sejumlah besar orang dalam suatu masyarakat / komunitas. Namun frekuensi
penyampaian pesan hanya terbatas pada kerangka waktu dan sejumlah
kegiatan tertentu, yang memang direncanakan untuk komunitas tersebut.
B. Menekankan Frekuensi (Kekerapan Pengulangan) Pesan
Penyampaian pesan menggunakan gabungan saluran-saluran
komunikasi harus dilakukan secara tetap guna menanamkan ingatan dalam
benak khalayak untuk waktu yang cukup lama. Menekankan pada masalah
frekuensi penyampaian pesan, dan menggunakan suatu media yang mungkin
tidak bisa menjangkau banyak orang dengan cepat, namun punya cukup
kemampuan untuk mengulang isi pesan secara berulang-ulang atau teratur
untuk waktu yang lebih lama.
Di banyak negara, radio misalnya, merupakan contoh saluran yang
baik yang bisa membantu penyebaran pesan secara terus menerus atau
berulang-ulang. Iklan radio relatif tidak mahal, dan spot (materi isi) iklan
radio bisa disampaikan berulang-ulang selama kempanye. Komunitas
interpersonal di klinik kesehatan merupakan suatu cara untuk membangun
kesinambungan penyampaian pesan secara berulang-ulang. Ini dapat terjadi
dengan memastikan bahwa mengulanginya pada setiap kunjungan.
C. Kombinasi Jangkauan dan Frekuensi
Untuk mengembangkan jangkauan pesan pada khalayak (dengan
menggunakan berbagai media), tanpa mengurangi penyebaran pesan secara
berulang-ulang (frekuensi), pertimbangan untuk menggunakan kombinasi
62
atau gabungan kedua pendekatan tersebut. Kita dapat menjangkau banyak
orang pada saat konsep ini berjalan.
Di sebagian negara, penyebaran pesan menggunakan gabungan
berbagai media seperti televisi, radio, kegiatan komunitas / kemasyarakatan,
dan komunikasi inter personal merupakan cara untuk membangun, jangkauan
pesan yang lebih luas, sekaligus untuk menyampaikan pesan dengan
frekuensi berulang-ulang.
D. Menjangkau Khalayak dengan Cara Paling Efisien
Paduan berbagai saluran yang baik harus menyeimbangkan berbagai
faktor, seperti besaran khalayak yang dapat dijangkau dan biaya yang
dikeluarkan untuk menjangkaunya. Untuk membandingkan setiap saluran
komunikasi berdasarkan efisiensi biaya, bagilah biaya pemasangan pesan di
media atau saluran tersebut dengan jumlah khalayak yang dapat dijangkau.
E. Pendekatan dengan Banyak Saluran (Multichannel Approach)
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan banyak saluran dalam
penyampaian pesan (Pendekatan banyak saluran), lebih berpeluang
mengubah perilaku daripada pendekatan dengan saluran tunggal (Piotrow,
Kincaid, Rimon & Rinehart, 1997). Tambahan lagi, pendekatan banyak
saluran, khususnya lewat media massa, mampu lebih cepat mencapai tujuan.
Melalui berbagai saluran komunikasi, kita dimungkinkan menjangkau
lebih banyak orang dan lingkungan yang berbeda, dengan frekuensi terpaan
pesan yang lebih sering. Kombinasi berbagai saluran juga memberikan
sinergi (dorongan) terhadap kampanye, serta menambah dampak pesan
kampanye. Hal tersebut penting dan memberi lebih banyak pengaruh bagi
khalayak utama dan sekunder yang menerima terpaan pesan-pesan serupa.
Terpaan berbagai saluran atau media komunikasi ini, pada gilirannya kelak,
akan membantu menekankan arti penting dukungan kampanye tersebut bagi
mereka.
63
F. Mencapai Bauran Saluran Tanpa Batas
Bauran beragam saluran komunikasi yang ideal adalah yang dapat
menjangkau proporsi jumlah kelompok khalayak yang besar secara efisien.
Pesen-pesan yang disampaikan melalui saluran-saluran tersebut harus
konsisten dan saling mendukung. Ini berarti, pesan-pesan pada televisi,
misalnya, konsisten dengan pesan-pesan yang disampaikan di klinik-klinik
kesehatan.
Perencana pesan harus memahami bagaimana khalayak menanggapi
pesan masing-masing saluran, hingga pesan seolah tak berbatas / punya
kesatuan utuh. Sebagai contoh, pesan-pesan yang menerpa para remaja dari
suatu konser daerah yang diseponsori sebuah perusahaan pemasaran sosial,
harus diperkuat pula oleh materi pesan yang mereka terima lewat bimbingan
remaja (peer conselor) serta pesan yang mereka dengar di radio.
G. Memilih Saluran Utama dan Saluran Pendukung, Lengkap dengan Alasannya
Kita harus menentukan mana yang akan menjadi saluran utama dan
mana yang akan berlaku sebagai saluran pendukung. Seperti lokomotif yang
menarik gerbong-gerbong kereta, maka saluran utama akan menjadi “mesin
penggerak” yang menarik saluran-saluran lainnya. Pikirkan lembar kerja
Anda saat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Saluran mana yang akan menjangkau proporsi terbesar khalayak sasaran ?
2. Saluran mana yang paling sesuai dengan pernyataan pesan ?
3. Saluran mana yang akan memberikan dampak terbesar ?
Walaupun media massa dapat menjangkau lebih banyak orang,
mungkin tidak selalu masuk akal jika harus selalu memilihnya sebagai
saluran utama.
Contoh Lembar Kerja Rangkuman Saluran Komunikasi Terpilih
Contoh : Program “Pilihan Hidup (Life Choices)” di Ghana
Saluran Komunikasi Karena . . .
64
utama saya adalah :
1. Televisi Televisi menjangkau mayoritas luas semua kelompok khalayak,
dan memiliki dinamika yang melibatkan penglihatan,
pendengaran, serta gerakan untuk menghubungkan tiap cerita
pengalaman orang. Televisi membuat cerita-cerita tadi terasa
hidup.
Saluran Komunikasi
lainnya :Karena . . .
2. Radio Radio bisa mendukung cerita yang ditayangkan televisi, juga
bisa menjangkau kelompok khalayak yang tidak terjangkau
siaran televisi. Radio juga membantu menyajikan kisah lain
menggunakan karakter orang yang berbeda, yang disampaikan
dalam bahasa setempat.
3. Media iklan luar
ruang (Billboard)
Papan iklan ruang luar dapat mengingatkan khalayak akan
karakter yang ditampilkan di televisi, dan mendukung dengan
kalimat pendek sederhana : “Ini Hidup Anda, Ini Pilihan
Anda”.
4. Materi komunikasi
interpersonal
Materi-materi tersebut dapat menjangkau mereka yang terkait
untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode KB. Selain itu,
materi juga bisa mendukung tema “Pilihan Hidup”.
5. Jangkauan
komunitas
Pengguna KB yang puas akan mendukung tema “Pilihan
Hidup” melalui seminar dan kegiatan keliling, yang menyajikan
kisah “Pilihan Hidup” mereka. Pada saat yang sama, mereka
memberikan saran atas pilihan metode KB yang telah diambil.
2.2 Menentukan Alat Bantu
Alat bantu merupakan taktik atau cara yang digunakan untuk mengirim
pesan melalui saluran. Dalam komunikasi, alat bantu mencakup periklanan,
65
publisitas, pendidikan, hiburan, penyuluhan, partisipasi masyarakat, pelatihan
petugas kesehatan, manajemen kegiatan, serta pengembangan kemitraan swasta.
Tim perencana komunikasi mempunyai banyak pilihan alat bantu.
Tantangannya adalah bagaimana memilih kombinasi alat bantu terbaik agar
sesuai dengan pendekatan strategis guna mencapai tujuan. Untuk itu, tim perlu
memahami cara kerja alat bantu tersebut : alat bantu apa yang paling baik untuk
mencapai tujuan, dan kapan harus menggunakannya. Penyuluhan misalnya, bisa
membantu membangun kondisi yang dapat mendukung suatu perilaku sebelum
khalayak diterpa pesan. Kampanye dengan penyuluhan kepada para pemuka
agama di Yordania membuka jalan bagi kampanye kesehatan reproduksi remaja.
Iklan di media massa dan kampanye humas (PR) bisa mendorong para pembuat
kebijakan membuat suatu kebijakan guna mendukung perubahan perilaku. Di
Rumania, peluncuran kampanye kesehatan ibu menggunakan banyak saluran
komunikasi, berskala nasional, serta didukung oleh Departemen Kesehatan.
Tujuannya agar program terus berjalan guna menjamin petugas KB mendapat
kompensasi (penghargaan / upah) atas kerjanya.
Pertanyaan-pertanyaan utama yang diajukan adalah :
1. Alat bantu apa yang diperlukan untuk mendukung pendekatan strategis ?
2. Bagaimana alat tersebut akan digunakan ?
3. Mengapa alat tersebut yang diperlukan ?
4. Bagaimana alat-alat itu akan menyesuaikan diri dengan gambaran program
keseluruhan ?
5. Bagaimana alat tersebut berfungsi bersama-sama ?
Pertanyaan lain yang perlu diajukan di sini adalah :
1. Apakah mitra kita mempunyai kemampuan untuk mengelola alat tersebut ?
2. Apakah kita memiliki sumberdaya untuk membiayai alat tersebut ?
Delapan Alat Bantu : Keunggulan, Kelemahan, Penggunaan yang Tepat
Alat Definisi Keunggulan Kelemahan Penggunaan
66
Advokasi Menciptakan suatu
perubahan dalam
opini publik dan
menggerakkan
sumberdaya serta
kekuatan yang
diperlukan untuk
mendukung suatu
isu, kebijakan atau
khalayak pemilih.
Membangun
dukungan
diantara pembuat
kebijakan.
Bisa membangun
koalisi di tingkat
akar rumput
(masyarakat).
Menciptakan
lingkungan yang
positif.
Menghadapi
aposisi.
Jangkauan
terbatas.
Membutuhkan
keahlian yang
sangat khusus.
Membutuhkan
pengetahuan
tentang sistem dan
kontak.
Butuh waktu lama
untuk melihat
perubahan.
Untuk membuat /
mengganti
leglisasi /
kebijakan dalam
dukungan
program
kesehatan.
Untuk mengubah
situasi hukum,
sosial, atau politik
berkaitan dengan
isu-isu kesehatan.
Untuk
menghindari
tanggapan negatif
terhadap suatu
program
kesehatan.
Periklanan Menginformasikan
dan membujuk,
dalam lingkungan
yang terkontrol
sedemikian rupa,
melalui media yang
dibayar, seperti
televisi, radio,
media luar ruang,
surat kabar, dan
Mampu
mengontrol isi
pesan,
penempatan
media,
penentuan waktu
dan panjang
pesan.
Awalnya mahal,
walau dalam
jangka panjang
biaya ternyata
lebih efisien.
Perlu
menggunakan
agen periklanana.
Ruang
penyampaian
Untuk program
komunikasi
berskala nasional.
Saat kontrol pesan
diperlukan.
Jika khalayak
mampu
mengakses media
massa.
67
majalah pesan terbatas.
Kurang kredibel
(terpecaya).
Promosi Memberi
rangsangan
tambahan yang
mendorong
khalayak untuk
memikirkan
perilaku yang
diharapkan, atau
untuk melakukan
suatu tindakan yang
mengarah kepada
perilaku yang
diharapkan, dengan
rangsangan berupa
pemberian kupon,
contoh produk
gratis, hadiah uang
dan barang.
Tingkat
tanggapan yang
tinggi.
Membuat
khalayak
bersikap aktif.
Menghasilkan
aksi / tindakan.
Aksi segera tapi
biasanya
berjangka pendek.
Bisa
membutuhkan
biaya mahal untuk
memproduksi dan
menyebarkan
pesan.
Saat mendorong
khalayak untuk
mencoba
mempraktikan
perilaku yang baru
atau
memperkenalkan
suatu prodak atau
pelayanan baru.
Mendorong
pemakaian
(produk atau jasa).
Komunikasi
Inter
Personal
Menguatkan
interaksi pribadi
antar individu.
Termasuk diskusi /
obrolan di dalam
dan luar klinik,
tidak hanya
Menjangkau
khalayak di
tingkat individu.
Terjadi
komunikasi dua
arah.
Menekankan
Jika pembimbing
dari rekan sebaya
tidak mampu
memenuhi
janjinya,mungkin
khalayak tidak
terdorong untuk
Untuk semua
promosi petugas /
fasilitas.
Semua program
yang memberikan
pelayanan.
68
mencakup pelatihan
informasi bagi
petugas, tapi juga
menguatkan
lingkungan tempat
komunikasi
berlangsung.
perilaku di
lingkungan
petugas.
Membangun
hubungan antara
petugas /
penyuluh dengan
klien.
Memungkinkan
proses umpan
balik yang
efektif.
melakukan
kunjungan ulang.
Materi harus
mudah dipahami,
menarik, mudah
didapat.
Jangkauan
terbatas.
Bisa terjadi
ketidak
konsistenan dari
satu situasi ke
situasi lain.
Kegiatan
Promosi
dan
Sponsorship
Membuat dan atau
mensponsori
kegiatan yang
bertujuan menarik
perhatian dan
mempromosikan
perilaku yang
diharapkan.
Misalnya melalui
jumpa pers,
pemunculan
selebriti, acara
pembukaan resmi,
parade, konser,
pemberian
Membangkitkan
publisitas dan
memperlihatkan
itikad atau niat
baik.
Berjangka
pendek, bisa
berbiaya mahal.
Membutuhkan
banyak tenaga.
Sponsor harus
dikejar, menerima
keuntungan, dan
secara sosial harus
sesuai dengan
program.
Selama
peluncuran suatu
kampanye.
Menciptakan
kepedulian.
Mempromosikan
logo atau slogan.
Membangun
keterkaitan
hubungan antara
merek – klien.
69
penghargaan,
presentasi
penelitian atau
acara olah raga.
Partisipasi
Masyarakat
Membantu
masyarakat untuk
ikut serta secara
aktif mendukung
dan memfasilitasi
penerapan perilaku
yang diharapkan.
Melibatkan
masyarakat
secara
keseluruhan.
Mendukung
perilaku kolektif
dan individu.
Membantu
mengubah
norma/nilai
masyarakat.
Membutuhkan
waktu lama dan
berkelanjutan.
Perlu waktu lama
untuk
mengembangkan /
memasyarakatkan.
Masyarakat
mungkin tidak
selalu homogen
(memiliki
kesamaan).
Membangun
partisipasi
berkesinambungan
dari masyarakat
secara
keseluruhan.
Publisitas Penggunaan media
komunikasi gratis,
untuk
membangkitkan
kesadaran khalayak
dan membentuk
sikap positif.
Memberikan
sumber
informasi yang
objektif dan
lebih kredibel
(dapat
dipercaya).
Menciptakan
kesadaran
dengan cepat.
Tidak
membutuhkan
Kurang adanya
kontrol terhadap
pesan dan
penempatan
media.
Perlu waktu lama
untuk
menciptakan
hubungan media.
Memperkenalkan
suatu produk atau
layanan baru.
Ketika ada nilai
berita yang perlu
ditawarkan
mengenai subyek
tertentu.
70
biaya mahal.
Menguatkan
kampanye yang
dilakukan
dengan iklan.
Hiburan Program televisi
atau radio, drama
rakyat, lagu,
permainan yang
memberikan
hiburan yang
dengan
menyampaikan
pesan yang
mendidik di
dalamnya.
Khalayak sangat
mudah menerima
pesan yang
disampaikan
melalui media
hiburan.
Isi program bisa
disertakan.
Pesan bisa
membujuk /
mengajak.
Mahal
memproduksinya.
Membutuhkan
rancangan yang
hati-hati atau
teliti.
Berhubungan
dengan kampanye
iklan secara
nasional.
Bisa menjadi poin
yang memberikan
suara kuat untuk
suatu strategi
nasional.
Bisa
menggabungkan
berbagai peasan
berbeda untuk
mempromosikan
kesehatan secara
terpadu.
A. Contoh – contoh Saluran dan Alat Penyampaian Pesan
Tabel dibawah ini menunjukkan hubungan antara saluran dan alat,
serta meteri yang digunakan untuk setiap katagori. Sebagai contoh, media
massa menjadi suatu saluran untuk menyampaikan pesan. Kendati demikian,
pesan juga bisa disampaikan dengan merancang program yang diproduksi
secara penuh, spot iklan yang dibayar, atau melalui berita sebagai suatu
71
kampanye publisitas. Seluruh alat menggunakan saluran komunikasi yang
sama, namun membutuhkan keahlian dan atau lembaga yang berbeda (agen
periklanan, perusahaan humas, rumah produksi) untuk membantu
melaksanakannya.
Hubungan Antara Saluran dan Alat
SaluranAlat yang digunakan
pada saluranMateri / kegiatan
Komunikasi interpersonal Bimbingan dengan sebaya. Pelatihan, materi pendukung.
Penyuluhan oleh petugas. Pelatihan, materi pendukung.
Dukungan oleh klinik
kesehatan untuk
memperkuat upaya.
Poster, pamflet, vidio yang dapat
digunakan oleh klien (pasien) tanpa
interaksi pribadi dengan petugas
(provider)
Saluran komunitas Partisipasi masyarakaat. Pertemuan kelompok, panduan,
kegiatan penyuluhan, materi ceramah
dari pembicara, bahan materi dari
pers.
Media komunitas. Surat kabar komunitas, radio lokal,
papan pengumuman, petugas yang
memberikan pengumuman,
pengumuman dengan alat pengeras
suara.
Kegiatan masyarakat. Drama rakyat, road show (kunjungan
lokasi ), pameran kesehatan.
Media massa :
TV, Radio, Surat Kabar,
Majalah, billboard, iklan
berjalan
Periklanan. Iklan cetak, iklan TV, radio,poster
luar ruang, iklan pada kartu yang
bisa diedarkan.
72
Media massa :
TV, Radio,Koran,
Majalah, billboard, iklan
berjalan
Publisitas. Press release (pemberitahuan kepada
pers), penyampaian pemberitahuan
dengan vidio (video release), dengan
artikel, pemberitahuan kepada pers
melalui radio, jumpa pers (pers
conference),iklan layanan
masyarakat (Public Service
Announcements), pelatihan
wartawan.
Media, komunitas,
interpersonal
Pendampingan /
penyuluhan.
Kit (materi dan pelengkap) berisi
fakta penting dan kisah yang
mendorong untuk mendapatkan
dukungan suatu kebijakan, isu atau
konstituensi; pertemuan; surat.
Media, komunitas, antar
pribadi
Promosi. Kupon, contoh produk gratis, kontes,
hadiah uang dan barang, baik melalui
media, atau di tataran masyarakat,
atau melalui toko.
Media, masyarakat Penciptaan kegiatan dan
Sponsorship.
Konferensi berita, pemunculan
selebriti, acara pembukaan resmi
(grand opening), parade, konser,
pemberian penghargaan, presentasi
penelitian atau acara olah raga.
Media, masyarakat Sarana hiburan
pendidikan.
Program televisi atau program radio,
drama rakyat, lagu, permainan.
B. Rangkuman Lembar Kerja Untuk Memilih Alat Bantu
73
Contoh Strategi Komunikasi untuk Demokrasi dan Pemerintahan di
Nigeria
Sebuah upaya komunikasi dikembangkan dengan tujuan mendorong
warga negara Nigeria dalam rentang usiapemilih agar terlibat dalam kegiatan-
kegiatan sipil, khususnya untuk bekerja dalam kelompok-kelompok yang
mungkin sudah ada, guna memberikan pendampingan untuk perubahan
sosial. Kombinasi alat bantu digunakan untuk mendorong warga Nigeria agar
terlibat.
Saya memilih alt berikut : Karena . . .
Melatih organisasi setempat
yang dilakukan oleh para mitra
LSM, supaya mereka bisa
memberikan pendampingan
untuk perubahan sosial.
Guna membantu organisasi bekerja sama dengan
pemerintah dan atau pejabat setempat untuk
meyakinkan mereka, baik dari sisi cara maupun
keefektifannya, agar mempengaruhi perubahan yang
diharapkan.
Kegiatan kehumasan Guna mendapatkan cakupan media untuk membantu
mendorong kelompok-kelompok lokal bertindak dan
mendorong individu agar bekerja sama dalam
kelompok.
Kampanye periklanan Menjangkau individu melalui televisi, radio, dan
media luar ruang. Juga untuk menunjukkan
keberhasilan usaha pendampingan yang dilakukan
oleh kelompok lokal.
Penggerakan masyarakat Untuk mendorong organisasi / lembaga lokal agar
dapat membantu masyarakat mereka sendiri.
Promosi kegiatan Untuk mengadakan lomba “Pahlawan Lokal” yaitu
individu-individu yang mampu meyakinkan
kelompok untuk menjadi pendamping dalam proses
perubahan yang menghasilkan sukses perubahan.
74
2.3 Memadukan Pesan, Saluran dan Alat Bantu
Inilah keuntungan perencanaan komunikasi strategis : proses perencanaan
memungkinkan kita memperhatikan seluruh gambaran mengenai cara
menggunakan pesan, saluran, dan alat untuk memaksimalkan upaya komunikasi,
seperti dijabarkan dalam contoh-contoh berikut.
A. Contoh Kampanye Gizi untuk ASI
Khalayak sasarannya terdiri dari ibu-ibu muda, dan isu utamanya adalah
mendorong pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi.
Pendekatan strategisnya dilakukan dengan cara meyakinkan ibu-ibu yang
mengandung, sepanjang masa kehamilannya, untuk memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya kelak.Pesan tersebut didasarkan pada keinginan para
ibu agar bayinya tetap sehat pada tahap awal perkembangannya.
Saluran penyampaian pesannya melalui komunikasi
interpersonal,komunikasi berbasis masyarakat, dan siaran radio. Alat bantu
yang digunakan berupa pelatihan bagi petugas kesehatan untuk memberi
penyuluhan kepada ibu hamil pada saat kunjungan. Alat lainnya adalah materi
komunikasi interpersonal untuk mendukung upaya penyuluhan dan
memperkuat perilaku positif di wilayah kerja petugas, pertemuan kelompok di
tempat-tempat umum pada hari kerja, serta program hiburan pendidikan
melalui radio yang menitikberatkan masalah gizi. Semua upaya tersebut
direncanakan bersama-sama, sehingga pesannya dapat saling menunjang dan
memiliki kesamaan satu sama lain. Guna mendapatkan dampak atau pengaruh
maksimal, maka waktu pelaksanaan semua upaya tersebut jatuh pada periode
yang sama.
B. Mengintegrasi Saluran dan Alat
Program Kesehatan Terpadu Zambia (Zambia Integreated Health
Program - ZIHP) dirancang untuk menggerakkan reformasi kesehatan di
75
distrik terpilih negara tersebut. Program ini menitik beratkan kebutuhan
berbagai kelompok khalayak dan menawarkan paket pelayanan kesehatan
terpadu kepada setiap khalayak. ZIHPCOMM adalah program komunikasi
yang dirancang untuk menyampaikan pesan kepada empat kelompok khalayak
utama (perempuan, lelaki, pengasuh anak dan remaja), dengan
menitikberatkan empat bidang teknis : malaria, HIV/AIDS, kesehatan
reproduksi terpadu, serta kesehatan anak dan gizi. ZIHPCOMM mempunyai
tiga tujuan utama : meningkatkan permintaan terhadap perbaikan masalah
kependudukan, kesehatan dan gizi; mengubah pengetahuan dan sikap
khalayak atas perilaku kesehatan; serta meningkatkan pengetahuan mengenai
waktu dan tempat untuk mendapatkan pelayanan. Dalam ZIHPCOMM,
dikembangkan serangkaian tindakan yang sesuai dengan saluran-saluran
komunikasi yang berbeda-beda. Penerapannya di media massa dilakukan
melalui Paket Kampanye Kesehatan yang Lebih Baik (The Best Health
Campaign), mencakup pesan di radio dan televisi tentang perilaku kesehatan.
Paket Komite Kesehatan Rukun Tetannga (Neighborhood Health Committe)
menjadi komponen kemitraan masyarakat, mencakup pelatihan kader
kesehatan masyarakat, berikut materi-materi cetak untuk mendukung
pelatihan dan aktivitas kelompok kerja masyarakat yang sedang berlangsung.
Sebuah program radio menyelenggarakan pendidikan jarak jauh untuk
mendukung mitra-mitra masyarakat. Hal ini menjadi perekat bagi keseluruhan
paket kemitraan masyarakat. Program tersebut memberikan informasi terkini
mengenai program kampanye kesehatan dan teknik-teknik menggerakkan
masyarakat.
Paket program kesehatan antar pribadi (untuk perorangan-peny)
melengkapi paket-paket melalui media massa dan masyarakat. Paket tersebut
mencakup seperangkat kegiatan berbasis klinik, termasuk materi-materi untuk
penyuluhan, materi pelatihan, dan materi pendukung klinik lainnya, seperti
76
poster, lukisan dinding, dan leflet. Semua elemen paket antar pribadi turut
memperkuat pengalaman klien dan pasien untuk semua hal yang berkaitan
dengan kesehatan, semisal : pelayanan KB, pelayanan kebidanan, pelayanan
perawatan kesehatan anak, penanganan infeksi saluran reproduksi, atau
pelayanan yang berhubungan dengan HIV.
Kampanye kesehatan yang Lebih Baik, paket Komite Kesehatan Rukun
Tetangga, dan paket klinik saling melengkapi satu sama lain untuk menajmin
bahwa semua tataran dalam sistem mendapat materi sesuai dengan isi pesan
yang konsisten dari sumber yang dapat dipercaya. Masing-masing paket
cukup fleksibel untuk menampung perubahan fokus-fokus program, namun
tetap menawarkan konsistensi dan kredibilitas (kepercayaan) sehingga bisa
meningkatkan dampak penyebaran pesan pada khalayak.
P-Process merupakan suatu kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap
bagaimana mengembangkan strategi program komunikasi kesehatan. Strategi
komunikasi yang mantap akan memberikan koherensi bagi kegiatan program
kesehatan dan membantu kekuatan program untuk mencapai keberhasilan.
Komunikasi yang strategis merupakan kemudi program yang akan mengarahkan
tercapainya tujuan dan menjadi pengikat yang akan mempersatukan program atau visi
kreatif melalui perpaduan berbagai aspek kegiatan program.
Selama hampir dua dekade, P-Process telah memberikan kerangka kerja yang
mantap dan mudah diterapkan (O’Sullivan, 2005). P-Process digunakan sebagai
pengembang strategi, pelaksanaan proyek, bantuan teknis, pembangunan institusi dan
pelatihan. P-Process digunakan secara bersama sebagai panduan bagi bermacam-
macam stakeholders yang terlibat di dalam perancangan dan perwujudan program
komunikasi kesehatan strategis.
77
Dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam komunikasi
kesehatan, diperlukan pengelolaan semua unsur upaya komunikasi terutama rekan
kerja dan agen-agen yang bekerjasama. Upaya tersebut merupakan salah satu langkah
dalam P-Process. Di dalam P-Process hal ini disebut dengan manajemen pelaksanaan
dan pemantauan. Manajemen yang berhasil memerlukan kepemimpinan, peran, dan
tanggung jawab dengan definisi yang jelas, koordinasi melekat dan kerja tim yang
melibatkan semua pihak, serta kepatuhan terhadap anggaran serta kerangka waktu
(O’Sullivan, 2005). Langkah ini terspesifikasikan menjadi 6 komponen utama antara
lain adalah :
a. Mengidentifikasi organisasi utama dan mitra-mitra kerjasama
b. Mendefinisikan peran dan tanggungjawab masing-masing mitra kerja
c. Membuat garis besar kerjasama para mitra
d. Menyusun kerangka waktu pelaksanaan strategi
e. Menyusun anggaran
f. Perencanaan untuk memantau kegiatan
2.1 Mengidentifikasi Organisasi Utama dan Mitra – Mitra Kerjasama
Dalam pengidentifikasian organisasi utama dan mkitra kerjasama, terlebih dahulu
diperlukan cara untuk membedakan hal – hal di antara keduanya. Cara untuk
membedakan organisasi utama dengan mitra kerjasama antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Mengidentifikasi area dan keahlian fungsional utama.
Identifikasi ini mencakup hal-hal seperti :
Koordinasi manajemen
78
Kebijakan
Riset
Periklanan
Rencana
Penempatan media
Humas
Kegiatan berbasis masyarakat
Pelatihan
Pemantauan
Evaluasi
Organisasi utama memiliki beberapa ciri, antara lain :
1. Bertanggungjawab atas keseluruhan koordinasi rancangan dan pelaksanaan
strategi
2. Manajer bertugas sebagai penghubung
Maksud dari pernyataan di atas adalah semua informasi yang ada harus
melalui manajer, sehingga dapat dipastikan bahwa :
semua kegiatan berjalan sesuai strategi,
masih mencukupi dalam kerangka anggaran,
sesuai jadwal,
menjamin semua mitra dilibatkan,
dan selalu mendapatkan informasi terkini.
3. Bertanggungjawab untuk memperoleh semua persetujuan yang diperlukan
untuk pelaksanaan kegiatan.
4. Organisasi utama berfungsi sebagai :
pusat kegiatan yang berwenang mengeluarkan laporan status
mengingatkan ke kelompok lain mengenai masalah dan isu-isu yang
memerlukan perhatian
79
membantu meningkatkan kemampuan mitra kerja melalui tugas harian
untuk mewujudkan strategi komunikasi
Mitra kerjasama merupakan pihak yang diajak bekerjasama oleh pihak organisasi
utama. Macam-macam mitra kerja ada tiga, antara lain :
a. Mitra kerja utama
Merupakan mitra kerja yang sangat berperan membantu organisasi utama
untuk melaksanakan program kerjanya. Tanpa adanya mitra kerja utama, maka dapat
dipastikan kegiatan yang direncanakan oleh organisasi utama tidak akan berjalan
dengan lancar atau bahkan dapat disimpulkan kegiatan tersebut tidak akan berjalan
sama sekali.
b. Mitra kerja menengah
Merupakan mitra kerja yang membantu proses kegiatan dengan jalan
pemberian bantuan dana ataupun jasa untuk pelaksanaan kegiatan/program yang
dicanangkan oleh organisasi utama. Selain hal tersebut juga untuk mencapai tujuan
dari pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan.
c. Mitra kerja pelengkap/accessories
Merupakan mitra kerja yang bertujuan untuk melengkapi pelaksanaan
kegiatan. Mitra diperlukan saat pelaksanaan kegiatan. Walaupun dikatakan sebagai
pelengkap, namun tanpa adanya mitra pelengkap ini maka kegiatan atau program
yang telah direncanakan tidak akan berjalan dengan baik.
Mitra-Mitra Kerja Sama yang Potensial
Mitra kerjasama dalam proses komunikasi kesehatan memiliki beberapa peran yang
terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian peran tersebut mencakup hal – hal yang
berkaitan dengan :
80
1. Masalah kebijakan
Memfasilitasi pelaksanaan strategi sesuai rencana mungkin memerlukan
perubahan kebijakan, baik kebijakan publik maupun sektor swasta. Guna
mengubah hambatan semacam itu, diperlukan berbagai taktik advokasi di
tingkat tertinggi. Peran-peran yang diperlukan di sini kemungkinan mencakup
individu dengan pengaruh yang tepat, guna difungsikan dalam dewan
penasehat atau komite koordinasi yang mengawasi upaya-upaya komunikasi.
Pendekatan ini menjamin agar mekanisme manajemen tetap pada tempatnya
saat program menghadapi hambatan-hambatan kebijakan.
2. Penelitian, pemantauan dan evaluasi
Jika terdapat komponen penelitian dalam strategi atau terdapat rencana untuk
pemantauan dan evaluasi, terdapat beberapa opsi untuk memilih siapa yang
akan melakukan penelitian. Walaupun mungkin terdapat ahli dalam organisasi
utama, anggota staf seringkali memiliki tanggung jawab lain dan tidak bisa
mendapatkan informasi secepat yang dibutuhkan. Setelah mitra-mitra
penelitian dipilih, pastikan mereka memiliki semua informasi dasar yang
diperlukan dan mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan semua mitra
tersebut.
3. Periklanan
Sebuah kelompok in-house jarang memiliki keahlian dan pengalaman dalam
menyusun dan melaksanakan suatu kampanye komunikasi lengkap yang
mencakup:
penyusunan materi kreatif
produksi
pembayaran media
fungsi-fungsi agen periklanan dll
81
Pengalaman hampir selalu menunjukkan adanya manfaat ketika organisasi
utama dibiarkan memilih dan mengadakan kontrak dengan agen periklanan
untuk melakukan tugas tersebut.
4. Penempatan media
Agen periklanan biasanya akan menangani pembayaran slot waktu media dan
memastikan agar pesan-pesan disampaikan sesuai rencana media. Jika agen
periklanan tidak mamapu memberikan jasa tersebut, kemungkinan besar harus
melibatkan seseorang atau suatu perusahaan yang khusus menangani
pembelian slot ruang atau waktu media.
5. Humas (hubungan masyarakat)
Humas merupakan bidang yang bisa atau tidak bisa dikelola oleh perusahaan
periklanan.
Staf humas bekerjasama dengan para pembuat keputusan tingkat atas di
organisasi utama dan agen lainnya untuk melatih individu-individu tertentu
sebagai pembicara atau agen lainnya seandainya program menuai kritik. Jenis
tugas ini membutuhkan keputusan-keputusan manajemen yang strategis serta
kerjasama erat dengan agen mitra lainnya.
6. Kegiatan berbasis komunitas atau masyarakat
Walaupun suatu komunikasi tidak mengharuskan kerjasama dengan kelompok
berbasis masyarakat guna menjamin kelancaran pelaksanaan, melibatkan jasa-
jasa organisasi terkadang bisa berguna dalam menyebarluaskan pesan-pesan
kepada khalayak sasaran.
7. Pelatihan
82
Identifikasi area-area kesenjangan keahlian atau pengetahuan yang bisa
menghambat tim manajemen mencapai tujuan strategi.
2.2 Menetapkan Peran dan Tanggungjawab Masing-Masing Mitra
Setelah organisasi utama dan mitra kerjasama teridentifikasi, langkah selanjutnya
adalah menjabarkan peran dan fungsi masing-masing serta untuk menjamin
keberhasilan pelaksanaan program.
Setelah peran tersebut ditentukan, upayakan untuk membangun cara-cara kerja
yang akan memberikan manfaat kepada organisasi mitra serta mendukung strategi
komunikasi.
Organisasi mitra harus mendapat manfaat dan keikutsertaannya dalam strategi
sebab jika tidak dilakukan maka tidak akan terjadi suatu kerjasama.
Contoh lembar kerja identifikasi bidang-bidang fungsional dan keahlian kunci
yang diperlukan:
Bidang fungsional Keahlian yang diperlukan Siapa yang memliki keahlian
tersebut
Riset/ penelitian Kualitatif, evaluasi Organisasi utama, beberapa
perusahaan swasta
Kebijakan Hubungan dengan pejabat
pemerintah
Mantan menteri kesehatan
Periklanan/ humas Pelatihan juru bicara kreatif Beberapa biro swasta
Kegiatan berbasis
masyarakat
Advokasi setempat Organisasi kerjasama
perempuan
Pelatihan Keahlian konseling berbasis
klinik, komunikasi
interpersonal
Badan/ asosiasi keluarga
berencana
Tabel 2.2.1
83
2.3 Membuat Garis Besar Kerjasama Para Mitra
Setelah menetapkan peran dan tanggung jawab masing – masing mitra beserta
organisasi utama, maka diperlukan suatu langkah untuk mengikat hubungan
kerjasama tersebut. Kerjasama antara organisasi utama dengan mitra kerjasamannya,
baik satu mitra ataupun lebih dari satu mitra, tertuang dalam suatu nota kesepahaman.
Nota ini merupakan tanda tertulis (hitam di atas putih) adanya ikatan di antara kedua
belah pihak. Nota kesepahaman ini disebut juga dengan Memorandum of
Understanding (MoU).
Di dalam nota kesepahaman (MoU) ini akan tertuang beberapa hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan kerjasama antara organisasi utama dengan mitra
kerjanya. Hal-hal tersebut antara lain berupa pertanyaan sebagai berikut :
a. Adakah badan penasehat yang terdiri dari mitra – mitra yang bekerjasama ?
b. Apakah badan penasehat tersebut akan mengadakan pertemuan secara teratur ?
c. Kewenangan pengambilan keputusan seperti apa yang akan dimiliki oleh badan
penasehat tersebut ?
d. Apakah organisasi utama akan menangani koordinasi sehari – hari ?
e. Apakah organisasi utama akan memberikan informasi terkini tentang kegiatan
program kepada semua mitra ?
Dalam kerjasama antara organisasi utama dengan para mitra kerja, perlu
diperhatikan batas waktu dari nota kesepahaman yang telah dibuat tersebut.
Pelaksanaan kerjasama dan keberlakuan atas nota kesepahaman tersebut dibatasi oleh
waktu. Oleh karena itu, nota kesepahaman harus selalu diperbaharui/di-up date.
Pembaharuan nota kesepahaman tersebut untuk menghindari terjadinya kerugian
antara organisasi utama maupun para mitra kerja, baik untuk satu pihak maupun
kedua belah pihak. Pada dasarnya, tujuan utama dari pembuatan nota kesepahaman
adalah untuk memperoleh keuntungan bersama di antara kedua belah pihak yakni
pihak organisasi utama maupun mitra kerja.
84
2.4 Menyusun Kerangka Waktu Pelaksanaan Strategi
Upaya komunikasi sangat terkait dengan pemberian pelayanan, pelatihan, dan
bidang-bidang lainnya. Apabila strategi komunikasi akan dilaksanakan secara
bertahap maka diperlukan sebuah kerangka waktu yang akan menunjukkan kapan
kegiatan utama masing-masing tahap akan dilaksanakan dan di mana letak poin-poin
keputusan kunci berada.
Kerangka waktu yang dibuat akan menjadi panduan untuk menjamin agar
kegiatan pelaksanaan tetap berada pada jalurnya. Dalam pelaksanaannya nanti,
diperlukan suatu pemfokusan dan disebut juga dengan ketetapan strategis yakni
dilakukan melalui upaya hanya mengidentifikasi batu lompatan utama (O’Sullivan,
2005). Apabila ada perubahan keadaan atau kondisi saat pelaksanaan program
komunikasi kesehatan, maka diperlukan tindakan penyesuaian dan memastikan
bahwa status kegiatan harus selalu diinformasikan kepada semua mitra kerja atau
organisasi yang relevan.
Dalam ilmu administrasi kesehatan, penyusunan kerangka waktu pelaksanaan
suatu kgiatan atau strategi terbagi menjadi beberapa macam. Macam-macam dari
penyusunan kerangka waktu tersebut antara lain sebagai berikut :
a. PERT
PERT (Program Evaluation and Review Technique) adalah suatu teknik
menilai dan meninjau kembali program. PERT merupakan metode yang bertujuan
untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupu gangguan produksi
serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan
mempercepat terselesaikannya proyek yang bersangkutan. Menurut Azwar (2010),
teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur
85
karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu
sebelum dilaksanakan.
b. CPM
CPM (Critical Path Method) atau metode jalur kritis merupakan suatu model
kegiatan proyek yang digambarkan dalam bentuk jaringan (Dannyanti, 2010). Metode
jalur kritis merupakan metode yang digunakan untuk merencanakan dan mengawasi
proyek-proyek dan merupakan sistem yang paling banyak digunakan di antara semua
sistem lainnya. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti dan juga hubungan
antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
proyek. CPM menganalisis jaringan kerja yangberusaha mengoptimalkan biaya total
proyek yang bersangkutan. Perkiraan yang akan diperoleh dari metode CPM adalah
perkiraan terkait waktu dan pembiayaan untuk setiap kegiatan di dalam jaringan.
c. Gantt Chart / kolom sederhana
Gantt chart merupakan alat fundamental dan mudah diterapkan untuk
memungkinkan seseorang melihat dengan mudah waktu dimulai dan selesainya tugas
dan sub-tugas dari proyek. Semakin banyak tugas dalam proyek dan semakin penting
urutan antara tugas – tugas tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan untuk
memodifikasi gantt chart. Kemudahan dari penggunaan metode gantt chart antara lain
adalah sebagai berikut :
- mampu menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan
sesungguhnya pada saat pelaporan,
- dapat digabungkan dengan metode lain yang akan bermanfaat pada saat
pelaporan,
86
- mudah dibuat dan dipahami sehingga bermanfaat sebagai alat komunikasi
dalam penyelenggaraan proyek.
2.5 Menyusun Anggaran
Untuk menjamin agar memiliki sumber daya keuangan yang diperlukan demi
menjalankan strategi komunikasi di semua bagian, maka diperlukan penyusunan
sebuah anggaran. Walaupun tim strategi mungkin menggunakan beberapa pendekatan
berbeda dalam membuat sebuah anggaran, terdapat beberapa situasi yang biasa terjadi
dan menggerakkan proses. Situasi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Besaran dana telah ditetapkan dan tim strategi harus mengalokasikan dana-
dana tersebut bagi semua kegiatan untuk masa waktu terbatas. Tim juga harus
mempertanggungjawabkan pengalokasian dana tersebut.
b. Tim melakukan analisis situasi, mengidentifikasi khalayak sasaran,
menetapkan tujuan, kemudian memperoleh komitmen pendanaan dari satu
atau lebih sumber dana untuk melanjutkan perancangan strategi komunikasi,
serta melaksanakannya. Tambahan dana juga bisa didapat dari organisasi atau
program lain.
Dalam penaksiran banyaknya dana aktual yang dibutuhkan untuk masing-
masing kategori anggaran, sebaiknya dilakukan penelitian mengenai perbandingan
biaya dalam negeri. Dari hal tersebut akan didapatkan keterangan-keterangan dari
kontraktor jasa, seperti biro riset dan agen periklanan.
Di ilmu administrasi, perencanaan anggaran terbagi menjadi tiga bagian yakni
tentang proses perencanaan anggaran, perangkat perencanaan anggaran, serta hasil
dari perencanaan anggaran. Perangkat perencanaan anggaran tersebut dapat berbeda
antara institusi satu dengan institusi lainnya. Yang terpenting pada perencanaan
anggaran bukanlah perangkat dan ataupun hasil perencanaan anggaran, melainkan
87
proses yang ditempuh dalam melakukan perencanaan anggaran tersebut (Azwar,
2010).
Manfaat dari proses perencanaan anggaran (budgetting) tersebut antara lain
adalah :
- Membantu pengaturan dalam pemanfaatan sumber daya
- Membantu pengambilan keputusan
- Membantu pemantauan dan pengawasan
- Membantu perencanaan rencana
- Memperjelas pendelegasian wewenang
Sekalipun banyak macam dan bentuk rencana anggaran, namun proses yang
ditempuh dalam menyusun rencana anggaran pada dasarnya tidaklah berbeda. Proses
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi kegiatan
Mengidentifikasi berbagai kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan yang diidentifikasi sebaiknya hanya yang
bersifat pokok saja (mollar activities) dalam arti apabila tidak dilaksanakan, akan
menyebabkan tidak tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
b. Menentukan sumber daya
Menentukan jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan yang telah diidentifikasi. Sumber daya secara umum
dibedakan atas empat macam yakni tenaga (man), dana (money), sarana (material),
dan tata cara (method).
c. Mengubah sumber daya dalam bentuk uang88
Kegiatan ini dengan maksud mengubah sumber daya yang diperlukan ke
dalam bentuk mata uang. Untuk memudahkan pekerjaan biasanya digunakan biaya
unit baku (standard unit cost) yang dihitung berdasarkan harga masa lalu ditambah
dengan perkiraan kenaikan harga pada masa datang.
d. Menyusun dan menyajikan rencana anggaran
Proses ini merupakan kegiatan menyusun dan menyajikan rencana anggaran
yang telah disusun ke dalam format baku yang telah disepakati.
e. Mengirimkan untuk persetujuan
Melalui proses mengirimkan rencana anggaran yang telah disusun kepada
pihak-pihak yang berwenang memberikan persetujuan. Terkadang diperlukan
beberapa revisi.
2.6 Perencanaan untuk Memantau Kegiatan
Pemantauan adalah fungsi yang penting, namun sering kali tidak diperhatikan dalam
pelaksanaan strategi. Sebuah rencana managemen yang baik berisi proses untuk
melacak pelaksanaan kegiatan. Dalam pemantauan ini mencakup :
1. Media yang digunakan tepat sasaran khalayak
2. Memantau kegiatan yang seharusnya berjalan sesuai dengan strategi yang
telah direncanakan. Hal ini dilakukan menghindari keadaan yang tidak
diinginkan, misalnya bila menggunakan leaflet dalam media komunikasi,
sebaiknya ada pemateri yang menjelaskan dari ini leaflet tersebut agar ilmu-
ilmu yang ada bisa diserap dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Adanya sumber daya yang bertanggungjawab dalam setiap tugas-tugas yang
diberikan demi kelancaran kegiatan
2.7 Contoh Pengaplikasian Manajemen Pelaksanaan89
FGD (Forum Group Discussion) bertemakan “Perwujudan Generasi Muda
Indonesia Bebas HIV/AIDS”. Program komunikasi kesehatan ini merupakan kegiatan
forum yakni diawali dengan adanya penjelasan materi terkait hal yang diangkat
menjadi tema dan selanjutnya akan dibahas dan diulas lebih jauh dalam forum kecil
oleh para peserta yang dibentuk menjadi beberapa kelompok. Hasil diskusi nantinya
akan dipadukan antar kelompok yang terbagi tadi sehinggga dapat ditarik suatu
kesepakatan terkait bagaimana cara yang efektif dan efeisien dalam mewujudkan
generasi muda Indonesia yang bebas akan penyakit HIV/AIDS. Manajemen
pelaksanaan dari kegiatan FGD tersebut seperti terlampir di bawah ini :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Organisasi utama UKM KOMPLIDS (Komunitas
Mahasiswa Peduli HIV/AIDS)
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember
Organisasi utama bertanggung jawab atas Koordinasi manajemen,
komunikasi dengan mitra,
ketepatan jadwal dan anggaran,
pertemuan badan penasehat,
masukan teknis atas semua
aspek penyusunan dan
pelaksanaan strategi.
2. Mitra kerjasama a. Mitra Kerjasama Utama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
b. Mitra Kerjasama Menengah
Dokter dari Rumah sakit, puskesmas, atau
90
intansi terkait KPA (Komisi Peduli HIV/AIDS) Komunitas Rohan (penasun)
c. Mitra Kerjasama Pelengkap
Media massa seperti Radar Jember, Radio Prosalina, WAO sebagai media cetak Institusi sekolah
menengah atas
Mitra kerjasama bertugas atas Fakultas dan Universitas à memberikan kebijakan pelaksanaan baik waktu maupun dana.
Dokter dari Rumah sakit, puskesmas, atau intansi terkait à sebagai narasumber memberikan informasi terkait HIV/AIDS, pelaksanaan VCT (Voluntary Counseling and Testing).
Media massa seperti Radar Jember, Radio Prosalina, WAO sebagai media cetak à memberikan bantuan dana berupa potongan harga pencetakan sertifikat dan book note, membantu proses hubungan masyarakat/sasaran program.
KPA (Komisi Peduli HIV/AIDS) dan Komunitas Rohan (penasun) à narasumber dalam
91
pelaksanaan program komunikasi kesehatan.
Institusi sekolah menengah
atas à badan penyedia
sasaran program komunikasi
kesehatan yakni siswa SMA
yang rentan mengalami
HIV/AIDS.
3. Strategi yang kaan dilaksanakan sepanjang
periode waktu berikut in, mencakup tahapan
– tahapan sebagai berikut :
November 2012 – Januari 2013
1. Merancang pendekatan
strategis
2. Penyusunan materi dan
produk kreatif
4. Total perkiraan biaya untuk periode
tersebut :
Rp10.000.000,-
5. Kegiatan-kegiatan akan dipantau dengan
cara :
Evaluasi berkala yakni laporan
dari masing-masing panitia
(dari organisasi utama) beserta
mitra kerja utama yakni pihak
fakultas dan universitas setiap
2 minggu sekali.
Tabel 2.7.1
P-Process merupakan suatu kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap
bagaimana mengembangkan strategi program komunikasi kesehatan. Strategi
komunikasi yang mantap akan memberikan koherensi bagi kegiatan program
92
kesehatan dan membantu kekuatan program untuk mencapai keberhasilan.
Komunikasi yang strategis merupakan kemudi program yang akan mengarahkan
tercapainya tujuan dan menjadi pengikat yang akan mempersatukan program atau visi
kreatif melalui perpaduan berbagai aspek kegiatan program.
Selama hampir dua dekade, P-Process telah memberikan kerangka kerja yang
mantap dan mudah diterapkan (O’Sullivan, 2005). P-Process digunakan sebagai
pengembang strategi, pelaksanaan proyek, bantuan teknis, pembangunan institusi dan
pelatihan. P-Process digunakan secara bersama sebagai panduan bagi bermacam-
macam stakeholders yang terlibat di dalam perancangan dan perwujudan program
komunikasi kesehatan strategis.
Proses evaluasi dampak memainkan peran kunci dalam strategi komunikasi.
Tanpa evaluasi, tidak akan ada yang bisa memutuskan apakah strateginya terlaksana,
atau efektif. Perencanaan evaluasi dilakukan pada awal proses rancangan strategi.
Idealnya, sebuah rencana evaluasi dibuat secara partisipatif berdasarkan masukan
berbagai stakeholder, seperti staf program, kelompok masyarakat, ahli riset. Seorang
ahli komunikasi tidak perlu menjadi pakar dalam metodologi riset. Namun, ia benar-
benar perlu memainkan peran aktif dalam mengembangkan rencana evaluasi, guna
memastikan bahwa hal tersebut telah berfokus pada masalah-masalah komunikasi
yang tepat. Langkah ini terspesifikasikan menjadi 6 komponen utama antara lain
adalah :
a. Mengidentifikasi lingkup dan jenis evaluasi
b. Merencanakan pemantauan dan penilaian dampak
c. Mengidentifikasi rancangan evaluasi dan sumber data
d. Menyesuaikan evaluasi untuk situasi tertentu
e. Memutuskan pelaksanaan evaluasi
93
f. Merancang dokumentasi dan penyebarluasan hasil-hasil evaluasi
2.1 Mengidentifikasi lingkup dan jenis evaluasi
Penentuan lingkungan dan jenis evaluasi yang tepat, diperlukan dan
memungkinkan untuk dilaksanakan merupakan elemen kunci dalam rancangan
strategi. Pada tingkat dasar, evaluasi mempunyai tujuan untuk:
2.1.1 Mengetahui apakah aktivitas yang dicantumkan dalam rencana kerja benar-
benar dilaksanakan (evaluasi proses atau pemantauan)
2.1.2 Menentukan apakah tujuan yang dipaparkan pada tujuan perubahan
perilaku yang telah dicapai ( penilaian dampak)
Evaluasi, seperti riset, harus dinyatakan sejak awal proyek komunikasi
strategis. Tujuan komunikasi strategis yang dinyatakan sedari dini akan
mengarahkan setiap tahap evaluasi. Tujuan perubahan perilaku individu juga
memerlukan suatu evaluasi yang akan mengukur perilaku individu untuk jangka
waktu tertentu; tujuan kebijakan untuk mengesahkan peraturan tertentu
memerlukan cara untuk menentukan peraturan mana, atau bagian peraturan
manakah yang akan menjadi hukum, sementara tujuan mendorong keaktifan
masyarakat sejak awal membutuhkan ukuran atau indikator keaktifan
masyarakat.
Rancangan evaluasi harus berfokus pada unit analisa yang dituju dan
perubahan yang diharapkan. Dengan demikian, pihak-pihak yang akan
melaksanakan evaluasi idealnya berpartisipasi membantu menyusun tujuan-
tujuan yang SMART (Spesific, Measurable, Appropriate, Realistic, Time-bound)
dengan cara tertentu, sehingga tujuan dan proses pencapaiannya bisa diukur
secara tepat-akurat sepanjang proyek berlangsung.
94
Pada tingkat yang lebih kompleks dan strategis, evaluasi juga harus:
a. Menilai kecukupan/ kelayakan strategi yang dipilih
b. Menyoroti bidang- bidang yang memiliki dampak terendah dan
tertinggi
c. Tidak hanya mengidentifikasi perubahan individu atau masyarakat
saja, tetapi juga mengukur hasil (indeks) kesehatan dan social berbasis
populasi, seperti angka kelahiran dan kematian, tingkat pendidikan dan
pendaftaran pemilih
d. Menunjukkan cara- cara meningkatkan program
e. Mengukur efektivitas biaya perorang yang terjangkau, atau perukuran
manapun dari perubahan perilaku
Tanpa dokumentasi evaluasi, pembuatan kebijakan, perencanaan program,
pemberi dana dan peserta tidak akan mengetahui apa yang terjadi, mengapa,
kapan, atau apa efeknya. Dalam waktu beberapa tahun, sebuah program yang
tidak di evaluasi seolah- olah tidak pernah ada.
Tip rancangan evaluasi efektif:
1. Evaluasi harus diperkenalkan, dipahami dan direncanakan sejak program
dimulai. Evaluasi juga harus berdasarkan pada tujuan program. Jadi, bukan
tambahan di menit- menit terakhir sebelum program berlagsung sehingga
harus memastikan adanya data baseline dan data pasca intervensi untuk
mengukur perubahan.
2. Evaluator perlu membantu petugas program untuk menyatakan tujuan dengan
istilah- istilah yang bisa diukur, konsisten dengan teori perubahan perilaku
dan membantu pemanfaatan metodologi riset yang praktis dan sesuai dengan
situasi.95
Tujuan pemanfaatan evaluasi praktik kesehatan masyarakat
Mendapatkan wawasan
a. Menilai kebutuhan, keinginan dan aset anggota masyarakat
b. Mengidentifikasi hambatan dan fasilitator penggunaan pelayanan
c. Mempelajari cara menjelaskan dan mengukur kegiatan serta efek program
Mengubah praktik
d. Menyempurnakan rencana untuk memperkenalkan layanan baru
e. Memberikan karakteristik sejauh mana rencana intervensi diterapkan
f. Meningkatkan isi materi pendidikan
g. Meningkatkan kompetensi budaya program
h. Memeriksa apakah hak- hak peserta dilindungi
i. Menentukan prioritas untuk pelatihan staf
j. Membuat penyesuaian di tengah pelaksanaan program (midcourse adjustment) untuk meningkatkan alur pasien/ klien
k. Meningkatkan kejelasan pesan komunikasi kesehatan
l. Menentukan apakah angka kepuasan pelanggan dapat ditingkatkan
m. Menggerakkan dukungan masyarakat terhadap program
3. Evaluasi harus menghindari klaim dampak yang berlebihan, yaitu hanya
berdasarkan pada data sebelum dan sesudah program. Data semacam ini
memang dapat mendokumentasikan hubungan antarvariabel, tetapi tidak bisa
digunakan untuk menyimpulkan hubungan sebab akibat.
4. Penggunaan jenis data yang berbeda dan analisa yang lebih luas bisa
memperkuat kemungkinan bahwa program komunikasi tertentu telah
menyebabkan perubahan perilaku yang dapat diukur atau memberikan
kontribusi terhadap sejumlah perubahan yang bisa diidentifikasi.
Bagan berikut ini merangkum cara- cara yang bisa digunakan evaluasi untuk
program kesehatan masyarakat.
96
Menilai efek
a. Menilai pengembangan keterampilan para peserta program
b. Membandingkan perubahan perilaku tenaga kesehatan setelah jangka waktu tertentu
c. Membandingkan biaya dengan manfaat
d. Mencari peserta yang berhasil baik dalam program
e. Memutuskan alokasi sumber daya baru
f. Mendokumentasikan tingkat kesuksesan dalam mencapai tujuan
g. Menunjukkan apakah persyaratan akuntabilitas sudah terpenuhi
h. Mengumpulkan informasi beberapa evaluasi untuk memperkirakan efek hasil dari jenis program yang sama
i. Mengumpulkan kisah-kisah keberhasilan
Mempengaruhi peserta
a. Memperkuat pesan-pesan program
b. Mendorong dialog dan meningkatkan kesadaran mengenai masalah kesehatan
c. Memperluas kesepakatan di antara anggota koalisi mengenai tujuan program
d. Mengajarkan keterampilan evaluasi pada staf dan stakeholder lain
e. Mendukung perubahan dan pengembangan organisasi
Center for disease control and prevention, 1999
97
2.2 Merencanakan Pemantuan dan Penilaian Dampak
Secara kronologis, setelah selesai disusun, evaluasi harus menyentuh aspek-
aspek berikut ini: Memantau kegiatan dan hasil program, penilaian dampak.
2.2.1 Pemantauan
Pemantuan mensyaratkan adanya perhatian pada proses, kinerja, dan
sedikit banyak, pada hasil:
a. Pemantauan Proses
Pada tahap ini, evaluator harus mengukur apakah kegiatan berlangsung
sesuai dengan frekuensi, intensitas dan waktu yang telah direncanakan,
serta memang di arahkan untuk mencapai khalayak sasaran. Idealnya,
pemantauan dimulai sejak awal kegiatan program, dan terus berlangsung
sepanjang program atau kampanye. Pemantauan yang dilakukan setelah
kegiatan selesai tidak akan sehandal pemantauan yang dilakukan terus –
menerus.
b. Pemantauan Kinerja
Kualitas (mutu), kuantitas (besaran) dan distribusi (pembagian) hasil
komunikasi harus dipantau dengan ketat. Contohnya, apakah poster yang
telah ditetapkan jumlahnya sudah dicetak dan didistribusikan ke tempat
yang telah disepakati? Apakah jumlah tenaga kesehatan atau tenaga lainnya
yang telah ditetapkan sudah dilatih mengenai penggunaan materi
komunikasi yang tepat? Apakah semua anggota manajemen dan tim
komunikasi melaksanakan fungsinya sesuai rencana? Apakah kualitas dan
volume keluaran (output),apakah poster,drama seri atau kegiatan
masyarakat berada pada tingkat yang ditetapkan dan diharapkan?
Bagaimana cara kinerja tim manajemen memenuhi harapan dan persyaratan
98
rencana kerja? Ukuran untuk pemantauan proses dan kinerja harus
sespesifik dan sekuantitatif mungkin, karena tidaklah mungkin menentukan
keberhasilan strategi, jika pada kenyataannya hal-hal tersebut tidak
dilaksanakan sesuai rencana.
c. Pemantauan Hasil
Fokus evaluasi bergeser dari kegiatan dan tindakan, kembali ke tujuan
awal. Jika tujuannya adalah meningkatkan kunjungan di klinik tertentu,
meningkatkan pembelian produk tertentu, atau penggunaan kondom, maka
sudah sejauh mna perbuatan itu terjadi? Selama proses pemantauan, survey
yang ekstensif tidaklah memungkinkan. Namun, pengamatan dan
wawancara lokasi penting dilakukan untuk memastikan hasil yang
diharapkan mulai terjadi. Hasil yang bukan merupakan tujuan, atau yang
berbeda dari tujuan awal program memerlukan perhatian seksama dan
segera, serta umpan balik kepada direktur program. Jika perlu, lakukan
perubahan dalam pelaksanaan atau strateginya.
Pemantauan merupakan hal penting untuk memastikan bahwa program
dilaksanakan sesuai perencanaan.
2.2.2 Penilaian Dampak
Penilaian dampak ditujukan untuk mencari jawaban terhadap
pertanyaan “apakah strategi komunikasi mencapai tujuan yang sudah
ditentukan?” Selanjutnya, penilaian dampak dimanfaatkan untuk melihat
perbedaan yang dilakukan strategis pada lingkungan program secara
keseluruhan.
99
Indikator
Langkah pertama evaluasi dampak adalah menentukan indikator yang
anda gunakan untuk menentukan apakah tujuan telah dicapai. Contoh
indikator individu untuk strategi komunikasi perubahan perilaku adalah:
a. Presentasi jumlah khalayak sasaran dengan perilaku spesifik (terhadap,
suatu produk, praktek, atau pelayanan)
b. Presentasi jumlah khalayak sasaran yang percaya bahwa pasangan,
teman, kerabat dan masyarakat mereka menyetujui
c. Presentasi jumlah non-user yang ingin mengikuti praktik tertentu di
masa mendatang
d. Presentasi jumlah khalayak sasaran yang yakin bahwa mereka bisa
menjalankan praktik tertentu di masa mendatang.
Indikator perubahan sosial
a. Kepemimpinan
b. Tingkat dan modal partisipasi
c. Sumber daya informasi
d. Efektifitas bersama
e. Rasa memiliki
f. Ikatan sosial
g. Norma social
(Figueroa, Kincaid, Raid & Lewis, 2002)
Isu kunci dalam penilaian dampak adalah rancangan atau rencana riset
evaluasi yang harus ditentukan sedini mungkin dalam sebuah proyek.
Menurut tradisi, khususnya dalam riset biomedis, penilaian dampak yang
disebut dengan Standart Emas adalah suatu rancangan percobaan yang
secara acak melibatkan individu atau komunitas dalam program tertentu.
100
Setelah program selesai, perbedaan antara mereka yang terlibat dalam
program dan yang terlibat akan menentukan dampak proyek.
Desain Eksperimental (Experimental Design)
Masalah utama yang muncul dalam menerapkan disain eksperimental
pada komunikasi strategis adalah sebagai berikut :
a. Kelompok kontrol (yang tidak terpapar atau tidak dikenai perlakuan
tertentu sesuai dengan program) dan kelompok eksperimen harus
memiliki semua karakteristik kunci yang sama,karena akan
berpengaruh pada hasilnya.
b. Tidak ada kejadian atau kegiatan yang membedakan kelompok kontrol
dan kelompok eksperiment, kecuali kegiatan proyek yang terjadi
diantara kelompok yang terpapar maupun yang ada dalam kelompok
kontrol.
c. Tidak boleh ada kontaminasi atau pertukaran kegiatan dan informasi
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Rancangan Kuasi-Eksperimental (Quasi-Experimental)
Pengganti disain eksperimental murni dalam proyek komunikasi
adalah desain kuasi-eksperimental. Jenis riset ini tidak memilih secara acak
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebagai gantinya, dilakukan
upaya untuk mengidentifikasi daerah atau unit kontrol, dengan program
berupa perubahan khalayak sasaran yang sebisa mungkin dapat
diperbandingkan. Namun dalam kuasi-eksperimental terdapat beberapa
masalah. Misalnya, kemiripan – kemiripan di antara kelompok kontrol,
kejadian – kejadian yang membedakan di daerah yang berbeda – beda dan
kontaminasi antara kedua kelompok. Dengan demikian, jelas bahwa
101
paparan terhadap program komunikasi strategis tidak bisa dikontrol dengan
cara yang sama.
Penggunaan Analisa Statistik untuk Menjelaskan Perbedaan dan
Kontaminasi Populasi
Analisa Statistik juga bisa diterapkan pada kontaminsasi , yaitu
paparan terhadap kelompoj kontrol dan ketidakterpaparan kelompok
percobaan. Memboboti satu populasi atau populasi lain agar tercapai
kesetaraan bisa mengontrol perbedaan ini. Teknik yang umum digunakan
adalah analisa bivariat (bivariate analysis). Melalui teknik ini, peneliti
menentukan ada tidaknya korelasi (hubungan) antara dua variabel, dengan
cara memeriksa kekuatan dan arah hubungan. Misalnya saja, ditemukan
hubungan positif dan negatif antara dua variabel. Artinya, jika nilai satu
variabel meningkat, maka nilai variabel kedua juga meningkat. Tetapi,
analisa bivariat tidak mengasumsikan hubungan sebab - akibat di antara
variabel – variabel tersebut.
Analisa regresi digunakan jika satu variabel atau lebih di asumsikan
meramalkan atau menjelaskan perubahan pada variabel yang lain. Misalnya
saja, dalam suatu kampanye komunikasi terdapat variabel pesan, variabel
kepercayaan terhadap pesan dan bobot media. Analisa regresi bisa
digunakan untuk menentukan bahwa penerimaan khalayak sasaran
terhadap suatu pesan bisa meramalkan dengan mengukur variabel yang
berhubungan seperti kepercayaan terhadap pesan dan bobot media.
Membangun Hubungan Sebab Akibat
Untuk memperkuat kesimpulan bahwa proyek komunikasi benar-
benar bertanggung jawab terhadap perubahan perilaku yang
diukur,program harus berusaha membangun delapanpoin kunci berikut ini.
102
Dengan demikian sejak awal evaluasi, data yang berhubungan dengan
masing – masing poin tersebut harus dikumpulkan :
a. Bukti – bukti perubahan perilaku yang diharapkan dari waktu 1 ke
waktu 2. (Lihat grafik 1) sebagai ilustrasi suatu perubahan perilaku
yang terjadi setelah suatu kampanye hipotesis.
b. Bukti – bukti perubahan yang terjadi selama atau setelah intervensi.
(Lihat grafik 1) isu utama dalam evaluasi perubahan perilaku,
menyusul intervensi komunikasi, adalah bias pemilihan (selectivity
bias) khalayak sasaran. Pengukuran harus dilakukan jenis survei
longitudinal untuk menganalisa kelompok yang sama atau sangat mirip
selama beberapa waktu tertentu, dan menanyakan hal – hal yang
terkait dengan praktik saat ini. Survey semacam ini bisa
mengidentifikasi lebih jelas mana yang terjadi dulu : pengetahuan,
pengalaman dan perilaku tertentu atau paparan terhadap komunikasi
strategis.
Grafik 1
Evaluasi : Perubahan dan Urutan Kampanye
Dampak
Waktu
103
c. Bukti bahwa perubahan lebih besar terjadi pada mereka yang terpapar
kampanye komunikasi strategis daripada mereka yang tidak terpapar.
Program komunikasi strategis sejak awal harus mendokumentasi
seberapa banyak, dan segman populasi mana yang terpapar intervensi
komunikasi. Contohnya, pemirsa langsung suatu seri di televisi. Grafik
2 ini mengilustrasikan perbedaan pengguna metode kontrasepsi
modern antara (1) mereka yang langsung terpapar program radio, (2)
mereka yang mendengar pesan radio melalui rekannya, (3) mereka
yang tidak mendengar pesan radio maupun rekannya.
Grafik 2
Penggunann Metode Kontrasepsi Modern Saat Ini Di Anatar Wanita Menikah
Usia Subur oleh Sumber Paparan Terhadap Pesan Program Radio KB
100
%penggunaan
metode KB modern 80
20
Tidak mendengar Mendengar pesan
Mendengarkan pesan
pesan dari teman program dari rekan dari radio
d. Bukti mengenai logika ilmiah. Untuk memperkuat klaim – klaim
bahwa program komunikasi strategis telah menyebabkan perubahan
perilaku, kampanye hendaknya beranjak dari teori perubahan perilaku
yang tepat dan mendokumentasikan tidak hanya hasil akhirnya, tetapi 104
juga langkah – langkah pendahuluan atau pertengahan lainnyayang
mengarah pada perubahn perlaku seperti itu. Contoh, jika pengetahuan
dan persetujuan terhadap praktik tertentu menunjukan penolakan,
sementara pada saat yang sama, praktiknya justru terlihat meningkat,
maka hal ini akan menimbulkan keraguan terhadap keabsahan
(validitas) temuan. Grafik 3 dibawah ini mengilustrasikan bagaimana
pengumpulan data mengenai indikator – indikator pertengahan –
berdasarka teori perubahan perilaku dari pengetahuan ke persetujuan
dan berlanjut pada praktik – memberikan tambahan validitas terhadap
kesimpulan yang menyatakan bahwa program komunikasi strategis
telah menyebabkan perubahan.
Grafik 3
Evaluasi Teori
Pengetahuan persetujuan praktik
e. Mengontrol variabel – variabel yang bertentangan. Mengontrol
variabel yang bertentangan tersebit hingga mencapai kemungkinan
tingkatan tertentu. Mengontrol variabel seperti itu berarti
105
sebelum
sebelumsesudah sebelum
sesudah
mengidentifikasi variabel tersebut di saat awal, mengumpulkan data
mengenai variabel itu sejauh mungkin, dan menimbang bobotnya
secarasesuai untuk analisa akhir. Grafik 4 ini dibawah ini menunjukan
hubungan antara kasus baru malaria dan turunnya curah hujan dalam
konteks kampanye antimalaria yang terjadi pada periode yang sama.
Grafik menunjukan bahwa menurunnya curah hujan, dan bukan
kampanye, yang mungkin merupakan penyebab utama menurunnya
kasus malaria baru.
Grafik 4
Evaluasi : Variabel yang bertentangan
Kampanye Antimalaria
Dampak
Curah Hujan
Waktu
f. Bukti adanya tanggapan atas dosis tertentu. Satu jenis pengukuran
studi medis dan klinis yang seringkali bias memperkuat kesimpulan
mengenai penyebab dampak kegiatan komunikasi adalah penggunaan
ukuran tanggapan berdasarkan pemberian dosis tertentu. Hipotesisnya,
peningkatan paparan komunikasi akan meningkatkan kemungkinan
106
perubahan perilaku. Dengan demikian, ukuran paparan harus
mempertimbangkan paparan bukan hanya sebgai variable “ya” dan
“tidak”, melainkan lebih sebagai variabel kumulatif yang terus
meningkat. Artinya, tingkat paparan terhadap intervensi yang berbeda,
atau intervensi yang sama sekali berulangkali, harus bisa di kumpulkan
dan dievaluasi.
g. Bukti tentang luas permasalahan dan arah perubahan. Jelas, semakin
besar perubahan perilaku ke arah yang diharapkan, maka akan semakin
meyakinkan pula pernyataan yang mengklaim efektivitas intervensi
komunikasi.
h. Bukti tentang kemungkinan replikasi (penerapan ulang). Pengujian
sebab akibat terakhir dalam eksperimen ilmiah adalah
kemampuanuntuk mereplikasi hasilnya, yang bisa di lakukan oleh
peneliti lain dan/atau proyek lain. Meskipun hal ini tidak selalu
memungkinkan dalam intervensi-intervensi komunikasi, setiap upaya
mesti dilakukan untuk mengulangi intervensi, kemudian dievauasi
guna mengonfirmasi validitas data awal. Jika intervensi-intervensi
dirancang di bidang yang sama, dengan rancangan riset yang bisa
diperbandingkan, maka sejumlah studi yang berbeda akan
meningkatkan kesimpulan bahwa intervensi tertentu tidak hanya
efektif untuk satu keadaan saja, tapi juga bisa efektif untuk kondisi
yang berbeda. Kemampuan untuk memperkirakan hasil yang akan
datang merupakan elemen kunci dalam kesimpulan sebab akibat. Jika
beragam kajian menegaskan hasil yang sama, maka replikasi ini akan
menambah validitas kajian-kajian individual.
Singkatnya, analisa dampak dalam bidang komunikasi akan selalu
bersifat kontroversial dan dipertanyakan oleh pihak-pihak skeptic.
107
Untuk alasan tersebut, penting kiranya evaluasi program komunikasi
strategis mendokumentasikan dampak dan memperkuat kesimpulan
sebab akibat dengan sebanyak mungkin cara.
2.3 Mengidentifikasi rancangan Evaluasi dan Sumber Data
Simpanlah kerangka konseptual dalam benak kita, saat menimbang bagaimana
seharusnya evaluasi upaya komunikasi dirancang, dan sumber data mana yang
akan digunakan. Kerangka kerja ini bisa diubah agar sesuai dengan perilaku
kesehatan lain selain mengadopsi metode KB. Variabel dalam kerangka kerja ini
bisa dianalisa dengan cara yang berbeda-beda untuk mengukur perubahan pada
tingkat individu, program dan hasil. Penting diperhatikan, keputusan seseorang
untuk berupaya mengikuti perubahan perilaku yang diprogramkan dipengaruhi
oleh dua hal:
1. Proses khalayak sasaran dalam menimbang risiko pribadi dengan keuntungan
mengadopsi perilaku
2. Persepsi khalayak sasaran tentang norma komunitas.
Tingkat-Tingkat Pengukuran
Evaluasi komunikasi strategis bergantung pada pengumpulan data di
berbagai tingkat yang relevan dengan tujuan program. Dua tingkat
pengukuran utama untuk data evaluasi komunikasi adalah:
a. Berdasarkan populasi
Pengukuran berdasarkan populasi berguna untuk melacak hasil
pendahuluan, pertengahan, dan jangka panjang. Contoh, survey di antara
khalayak sasaran untuk mengukur paparan, pengetahuan, perilaku emosi dan
faktor-faktor lain yang dilaporkan oleh khalayak sasaran itu sendiri kerap
menjadi pertanda perubahan perilaku (dikenal sebagai hasil pendahuluan). 108
Survey juga bisa melacak perubahan perilaku atau praktik selama proyek
berlangsung (misalnya, melalui hasil-hasil pertengahan). Pertengahan ini pada
gilirannya mempengaruhi hasil jangka panjang yang berhubungan dengan
status kesehatan, seperti angka kesuburan atau kematian. Contoh dari
Zimbabwe berikut ini mengukur hasil pendahuluan dan pertengahan.
Sementara contoh dari Bolivia mencakup hasil kematian bayi jangka panjang.
Contoh: Mempromosikan Tanggung Jawab Seksual di Kalangan Remaja
Zimbabwe
Tahun 1997-1998, berlangsung kampanye multimedia guna
mempromosikan tanggung jawab seksual di kalangan remaja Zimbabwe
sekaligus memperkuat akses mereka terhadap pelayanan kesehatan reproduksi
oleh tenaga kesehatan terlatih. Survey dasar (baseline) dan lanjutan (follow
up) yang masing-masing melibatkan sekitar 1.400 wanita dan pria berusia 10-
24 tahun dilakukan di 5 daerah kampanye dan 2 daerah pembanding. Analisa
regresi logistik dilakukan untuk menilai paparan terhadap kampanye dan
menilai dampaknya pada pengetahuan dan diskusi, perilaku seks yang lebih
aman serta penggunaan layanan kesehatan reproduksi di kalangan remaja.
Hasilnya menunjukkan bahwa kampanye menjangkau 97 persen
khalayak sasaran orang muda. Kesadaran akan metode kontrasepsi meningkat
di daerah kampanye. Hasil kampanye memperlihatkan, 80 persen responden
mendiskusikan topic kesehatan reproduksi dengan teman (72 persen),
kakak/adik (49 persen), orang tua (45 persen), guru (34 persen) atau pasangan
(28 persen). Sebagai tanggapan terhadap kampanye, orang muda di daerah
kampanye dilaporkan 2,5 kai lebih mungkin mengatakan tidak terhadap seks,
dibandingkan dengan daerah pembaning, 4,7 kali lebih mungkin mengunjungi
pusat kesehatan, dan 14 kali lebih mungkin mengunjungi pusat
pemuda/pemudi. Penggunaan kontrasepsi pada hubungan seks terakhir
109
meningkat secara signifikan di daerah kampanye (dari 56 persen menjadi 67
persen). Kegiatan peuncuran, selebaran dan drama merupakan komponen
kampanye yang paling berpengaruh. Responden yang terpapar lenbih banyak
komponen punya kemungkinan lebih besar untuk mengambil tindakan sebagai
tanggapan atas kampanye tersebut.
(Kim, Kols, Nyakauru, Marangwanda dan Chibatamoto, 2001)
Contoh: Proram Kesehatan Reproduksi Nasional Bolivia
Di Bolivia, serangkaian kampanye kesehatan reproduksi yang
dirancang dengan seksama, dan dilaksanakan dengan baik, memberikan
kontribusi peningkatan yang signifikan terhadap status kesehatan ibu dan
anak-anak Bolivia. Dari tahun 1994 hingga saat ini, Program Kesehatan
Reproduksi Nasional telah meaksanakan upaya komunikasi strategis untuk
mengungkap kebutuhan khalayak sasaran yang spesifik, dengan menggunakan
berbagai saluran komunikasi. Program ini di kendalikan oleh riset, dan hasil
utamanya berupa peningkatan penggunaan kontrasepsi dan penurunan
kematian bayi.
(The Johns Hopkins University center for Communication Programs, 1999)
b. Berdasarkan program
Pengukuran berdasarkan program bergantung pada kumpulan statistik
layanan, data penjualan, wawancara klien saat pulang, wawancara atau
observasi diklinik atau tempat layanan, dan kemungkinan termasuk kajian atas
factor-faktor organisasi serta manajemen yang relevan dengan kinerja
program.
Contoh: Lama Sesi Konseling dan Jumlah Informasi Relevan yang Disampaikan:
Studi Klien Samaran (Mystery Cient) di Klinik Peru
110
Hambatan waktu memperparah ketidakmampuan tenaga kesehatan KB
daam memberikan bimbingan lengkap kepada kliennya. Maka, penting
kiranya bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui apakah perpanjangan waktu
sesi bimbingan akan meningkatkan jumlah informasi relevan yang bisa
diberikan kepada klien. Menggunakan teknik klien menyamar (mystrery
client), 28 wanita dilatih untuk berpura-pura mencari informasi mengenai
metode yang efektif dan memilih kontrasepsi suntik di 19 klinik daerah
perkotaan, dalam suatu sampel nasional depkes di Peru. Setiap klinik
dikunjungi pada hari yang berbeda oleh 6 “klien simulasi” dengan jumlah
total 114 kasus. Untuk setiap kunjungan, mereka (klien samara-peny)
mencatat topic yang didiskusikan oleh tenaga kesehatan berdasarkan daftar
tilik berisi 46 poin, sambil memperkirakan lamanya sesi konseling. Ternyata,
tenaga kesehatan menggunakan waktu 2 sampai 45 menit untuk memberikan
konseing. Jumlah informasi yang diberikan, yang relevan dengan pilihan
klien, meningkat secara signifikan sejumlah 43 persen saat lama sesi konseing
berlangsung dari 2-8 menit menjadi 9-14 menit. Tapi, peningkatan jumlah
informasi bermanfaat yang disampaikan menjadi tidak berarti, atau tidak
bermakna, ketika sesi memanjang lebih dari 14 menit. Berapapun lamanya,
banyak informasi yang seharusnya diberikan ternyata tidak disampaikan.
Penawaran serangkaian pilihan kontrasepsi yangluas memakan sebagian besar
waktu konsultasi, dan sangat berhubungan dengan lama sesi.
Diskusi mengenai efek sampingan metode yang telah di pilih, berikut
penapisan (screening) kontraindikasi, ternyata tidak bervariasi menurut
lamanya sesi. Studi itu lantas menimpulkan bahwa perpanjangan sesi
konseling lebigh dari 14 menit hanya memberikan sedikit manfaat terhadap
efektivitas konseling bagi ibu yang memilih KB suntik. Karena itu, tenaga
kesehatan hendaknya menggunakan waktu yang ada lebih efisien lagi. Mereka
hendaknya lebih praktis menilai kebutuhan klien, dan sebaiknya menghindari
111
penyampaian terlalu banyak informasi mengenai metode yang tidak relevan.
Para tenaga kesehatan ini harus berfokus pada metode yang telah dipiih klien,
dan menjeaskan metode tersebut lebih mendaam lagi.
(Leon, Monge, Zumaran, Garcia, dan Rios, 2001)
Jenis Data yang Diperlukan
Mengumpulkan jenis data yang berbeda sangat penting dalam menilai
program komunikasi. Berhubung komunikasi mempengaruhi individu,
keompok dan masyarakat, maka penting kiranya mengumpulkan informasi
kuantitatif dan kualitatif yang relevan dengan unit analisa.
a. Data Kuantitatif
Data ini bisa diambil dari survey, statistic pelayanan atau data
penjuaan, serta melibatkan langkah aktif untuk mengumpulkan informasi dari
individu, masyarakat, tempat, atau fasilitas pelayanan. Data hendaknya
dikumpulkan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, serta relevan untuk
analisa ebih mendalam. Tidak mudah mengumpulkan jenis data semacam ini.
Proses pengumpulannya juga bukan tanpa masalah.
Survei, bentuk dta kuantitatif paling um,um terkait dengan komunikasi
strategis dan perubahan perilaku didapat dari survey terhadap responden
individu yang dipilih secara acak. Survey merupakan bentuk riset operasional
yang rumit dan sangat khusu, serta memerlukan para ahli dalam
penerapannya.
b. Statistic pelayanan
Pengumpulan data statistik pelayanan tampaknya relatif mudah kerena
dilakukan hanya dengan mengunjungi berbagai fasilitas. Pada praktiknya,
statistik pelayanan terbukti tidak memuaskan bila dibandingkan dengan 112
survey yang diakukan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Inilah
masalah terkait dalam penggunaan statistik pelayanan:
1. Perbedaan tingkat akurasi dan kelengkapan dalam pengisian statistik pelayanan
2. Perbedaan definisi istilah, seperti awal dan kelanjutan, serta perubahan dalam praktik-praktik fasilitas-fasilitas yang berbeda
3. Catatan yang tidak bisa dibaca atau tidak dimengerti
4. Catatan yang tidak bisa diakses
5. Kesenjangan pada data kunci
Peningkatan statistik pelayanan melalui system informasi manajemen
merupakan kelanjutan tujuan yang dapat menyederhanakan evaluasi beberapa
program komunikasi strategis. Tetapi, pada keenyataanya, hal seperti ini tetap
saja masih merupakan suatu ideal dibandingkan kenyataan yang ada di banyak
Negara.
c. Data penjualan
Pengumpulan data penjualan merupakan unsur penting, terutama
dalam evauasi program pemasaran social (social marketing). Beberapa
pertanyaan yang harus dijawab adalah:
1. Pada titik manakah (pedagang besar, distributor, pedagang eceran) data akan dikumpulkan?
2. Bagaimana cara pencatatan perbedaan harga dan pengepakann?
3. Bagaimanan materi promosi yang gratis dibedakan dari materi yang di jual?
4. Bagaimana mempertimbangkan dampak penggantian (subtitusi) ketika produk berharga ebih rendah, menggeser produk yang harganya lebih tinggi?
113
d. Evaluasi kualitatif
Riset kualitatif tidak hanya penting pada awa proyek untuk memahami
masalah, khalayak sasaran, dan situasi secara keseluruhan. Riset ini juga
berperan penting selama proyek berlangsung, baik untuk memantau maupun
mengevaluasidampak. Peran utama riset kualitatif dalam evaluasi program
mencakup:
1. Bantuan untuk mengevaluasi kegiatan dan produk saat disebarluaskan
2. Bantuan untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa dampak tersebut
dicapai
Evaluasi kualitatif bisa bersifat halus, intuitif dan sangat menarik, jika
dilakukan dengan peka menggunakan langkah-langkah etnografis, yang tidak
menyolok.
1. Diskusi kelompok terfokus (focus group discussion)
Kelompok diskusi di antara individu-individu yang homogen,
diarahkan oleh moderator terlatih, bisa menampakkan gambaran
masyarakat, juga niai serta prasangka individu, intensitas emosi, titik-
titik kontroversi, dan bahasa yang biasa digunakan khalyak sasaran
kata demi kata.
2. Wawancara
Pewawancara bisa mendapatkan informasi dan tanggapan
emosional dengan mewawancarai pihak berpengaruh, informan kunci,
atau anggota khalyak sasaran yang khas. Pertanyaan-pertanyaan
terbuka, dilanjutkan dengan tanggapan dan penggalian hal signifikan
lebih mendalam melalui wawancara dapat memberikan kekayaan
informasi kualitatif yang berharga.114
3. Pengamatan (observasi)
Apakah secara langsung pada objeknya, atau tidak langsung
(melalui videotape maupun audiotape), pengamatan bisa memberikan
wawasan langsung mengenai reaksi khalayak sasaran atau klien
terhadap jebnis komunikasi tertentu, atau terhadap produk dan perilaku
yang dianjurkan. Peluang observasi langsung dalam program
kesehatan reproduksi kurang berpeluang dibandingkan dengan
perawatan anak dan program kesehatan keluarga. Namun, pengamatan
praktik klinis atau pengamatan langsung terhadap peristiwa atau
kinerja pelayanan akan memberikan umpan balik yang berharga.
4. Catatan harian
Catatan harian bisa berguna bagi masyarakat yang melek huruf,
atau professional yang memahami, untuk merekam tindakan dan
tanggapan langsung dari hari ke hari, memantau kegiatan yang sedang
berlangsung, menangkap sepenuhnya sejarah suatu kejadian, dan
memahami proses perubahan perilaku lebih baik lagi saat program
benar-benar dilangsungkan janka waktu tertentu.
e. Kombinasi-evaluasi kuantitatif dan kualitatif
Evaluasi yang meyakinkan dalam efek sebab akibat, maupun bisa
bermanfaat untuk pemrograman yang akan datang mengkombinasikan
langkah kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi kuantitatif dapat menentukan
berapa banyak perubahan yang terjadi, bahkan berapa banyak perubahan yang
bisa secara spesifik dikaitkan dengan intervensi komunikasi yang berbeda.
Evaluasi kualitatif penting untuk membingkai pertanyaan sesuai
dengan data kuantitatif yang akan diambil, sekaligus bermanfaat untuk
memastikan bahasa yang tepat, sehingga khalayak sasaran mengerti apa yang 115
ditanyakan. Selain itu, evaluasi kualitatif berguna untuk mengukur intensitas
emosi dan kepastian yang melingkupi tanggapan tertentu. Di atas semua itu,
evaluasi kualitatif berupaya mengeksplorasi mengapa dan bagaimana
perubahan telah terjadi, serta memberikan wawasan yang berguna untuk
memperbaiki dan meningkatkan intervensi yang akan datang. Di sisi lain,
evaluasi kuantitatif berfokus pada berapa banyak perubahan yang telah terjadi.
2.4 Menyesuaikan evaluasi untuk situasi tertentu
Pada tingkat teoritis, evaluasi yang paling berguna akan disesuaikan
dengan strategi komunikasi tertentu dan situasi yang menjadi pertimbangan.
Ini berarti, evaluasi akan merefleksikan model perubahan perilaku konseptual
yang digunakan untuk merancang program di saat awal, berfokus pada
khalayak sasaran untuk program tertentu, mengukur sejauh mana paparan
berbagai media yang digunakan dalam program ( apakah radio, televise,
pertemuan masyarakat, komunikasi interpersonal dan konseling, atau saluran
komunikasi lain) dan mengaitkan temuan- temuan dengan tujuan, penentuan
posisi dan pelaksanaan program.
Pada tingkat praktis, rancangan evaluasi harus konsisten dengan ruang
lingkup program dan ketersediaan sumberdaya manusia, keuangan serta fisik.
Program multimedia nasional yang banyak dipilih sebagai program
komunikasi strategis, memerlukan survei nasional, statistik tempat pelayanan
yang dipilih dan kombinasi langkah-langkah kualitatif dan kuantitatif sesuai
dengan daerah- daerah yang diteliti.
Intervensi lokal berskala kecil mungkin lebih tepat menggunakan
disain eksperimental/kontrol. Untuk mengukur dampaknya, lebih baik
gunakan program yang tidak mencolok dibandingkan dengan survei. Pada
dasarnya, ruang lingkup evaluasi harus konsisten dengan ketersediaan sumber
116
daya anggaran. Biaya evaluasi bisa berkisar dari 10 persen ukuran proyek
sampai dengan dua- tiga kali ukuran proyek, sepanjang riset memang
merupakan sesuatu yang primer ( hal yang jarang terjadi). Tapi evaluasi ini
bisa menyesatkan jika intervensi yang lemah dan tidak terlalu mahal
dievaluasi melalui proses riset yang kuat. Hasilnya seringkali negative.
Peraturan umumnya, evaluasi harus berjumlah sekitar 20 persen biaya proyek.
Proyek yang sangat kecil mungkin sama sekali tidak bisa menganggarkan
program evaluasi, karena tidak tersedia sumberdaya yang cukup. Proyek besar
bisa memberikan justifikasi atas pengeluaran biaya yang lebih besar, karena
mempunyai kebutuhan umpan balik komprehensif yang lebih besar.
2.5 Memutuskan pelaksanaan evaluasi
Debat berkepanjangan berlangsung seputar isu apakah evaluasi harus
dilakukan oleh peneliti proyek yang berhubungan erat dengan perancangan
program, ataukah harus independen. Artinya, dilakukan oleh ahli dari luar
yang sebelumnya hanya sedikit sekali berhubungan dengan program, serta
tidak mendapatkan keuntungan finansial dari program tersebut.
Secara keseluruhan, evaluasi kolaboratif adalah situasi yang ideal.
Dalam evaluasi kolaboratif para evaluator yang terampil bekerjasama erat
dengan para perencana dan manajer program. Namun, mereka tetap
mengembangkan, standart ilmiah yang ketat dan independen untuk
pengukuran. Terlebih lagi, disebagian besar Negara, terkait dengan masalah
bahasa dan perlunya mengembangkan keahlian setempat, pengumpulan data
dilakukan dibawah kontrak dengan periset pasar setempat dan lembaga riset
lainnya. Lembaga seperti ini harus mengenali nilai dan integri tas data,
menghargai aturan untuk melindungi subjek manusia, dan melakukan analisa
pendahuluan yang independen. Tapi, hasil kerja mereka bisa dibantu, dan
kadang- kadang diarahkan ke tingkat yang lebih baik dengan bantuan para
117
peneliti dan evaluator yang mengembangkan rancangan riset asli. Kerjasama
antara para pelaksana dan peneliti, dengan pengenalan masing- masing pihak
terhadap peran parsial yang independen dan terpisah, merupakan kombinasi
terbaik untuk mengevaluasi program komunikasi strategis.
2.6 Merencanakan dokumentasi dan penyebarluasan hasil-hasil evaluasi
Tahap terakhir evaluasi manapun haruslah berupa dokumentasi
lengkap dan laporan hasil. Evaluator yang tidak melengkapi beberapa tabel,
tidak merangkum, atau mendistribusikan hasil, berarti tidak memenuhi
tanggung jawab mereka. Hasil di sini termasuk wawasan dan pelajaran yang
didapat sebagai tambahan data dan tabel. Dokumentasi merupakan hal yang
sangat penting. Sebuah program yang tidak dievaluasi dan didokumentasi,
dalam waktu yang tidak terlalu lama, akan tersingkir dari benak masyarakat.
Evaluasi yang baik harus dilaporkan dengan jelas kepada sedikitnya tiga
khalayak sasaran yang berbeda, masing-masing dengan cara yang sesuai :
1. Pada para peserta dan masyarakat
Data dasar bisa disampaikan secara lisan kepada pimpinan masyarakat,
semua yang terlibat dalam program, serta masyarakat umum. Data bisa
dijelaskan melalui media lokal, rangkuman singkat bisa diberikan kepada
semua pelaksana program, dan sejauh memungkinkan, kepada, mereka
yang terpapar intervensi (sasaran program).
2. Pada donor
Para donor ini, baik pimpinan pemerintah, lembaga internasional, atau
yayasan swasta, berhak mendapatkan laporan yang jujur dan komprehensif
mengenai dampak proyek yang telah di danainya. Meskipun mereka
terlihat sibuk, dan perhatiannnya dipenuhi hal-hal lain, program
komunikasi stategis mempunyai kewajiban untuk mempresentasikan
hasilnya. Presentasi bisa dilakukan melalui pertemuan yang mengandung
118
pers nasional dan lokal, melalui kelompok diskusi terfokus yang
melibatkan peran serta donor, melalui laporan yang disebarkan kepada
pers, atau melalui peristiwa media tertentu yang dirancang khusus untuk
mengundang perhatian terhadap hasil evaluasi. Laporan kepada donor
haruslah akurat, jelas, dan memberikan perhatian cukup tidak hanya pada
data, tapi juga terhadap dampak data pada program-program mendatang
serta kegiatan lain yang berhubungan.
3. Pada profesional di bidangnya
Untuk para profesional di bidang komunikasi, serta bidang penting
apapun yang mungkin terlibat, temuan penting program dapat
didokumentasikan melalui artikel yang dikaji sejawat, presentasi pada
pertemuan profesional, bab buku-buku tertentu, dan bahkan textbook .
Hasil dari profesional dan/atau bidang akademis perlu dijelaskan secara
teperinci, baik menurut ciri intervensi komunikasi trategis maupun
metodologi yang digunakan, guna mengumpulkan dan menganalisis data
evaluasi. Jika strategi-strategi komunikasi menyarankan suatu arah baru,
atau bahkan menyarankan perubahan konsep atau pemahaman sebelumnya,
inovasi seperti ini semestinya ditampilkan dengan jelas dan dipertahankan
dengan baik. Komunikasi kepada rekan sejawat di bidangnya harus
mencakup informasi yang memadai sehingga pihak lain terdorong dan
mampu mereplikasi program, saat situasinya memerlukan hal tersebut.
Komunikasi strategis menuntut pertimbangan akan evaluasi strategis
sejak proses perancangan strategi dimulai. Evaluasi strategis tidak sekadar
mencakup dokumentasi lengkap dan memadai mengenai proses yang
digunakan, tujuan yang dicapai, dampak, dan jika mungkin, efektifitas
biaya program. Tetapi juga harus meliputi panduan dan rekomendasi untuk
perbaikan program-program yang akan datang.
119
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Contoh Program Keluarga Harapan di Indonesia Tahun 2009
Pemerintah Indonesia sedang melakukan uji coba Program Keluarga
Harapan (PKH), sebuah program bantuan tunai bersyarat berbasis rumahtangga.
Tujuan utama program adalah untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan anak-
anak dibawah usia 6 tahun, dan meningkatkan partisipasi sekolah dasar
anak. Secara keseluruhan, PKH memiliki dampak positif (atau baik). PKH
secara signifikan meningkatkan pengeluaran rumahtangga perkapita per bulan
untuk komponen pendidikan (Rp. 2,786) dan kesehatan (Rp. 4,271). Hasil
temuan yang disajikan pada laporan ini memegang peran penting pada
pengambilan keputusan untuk melanjutkan program.
Indonesia meluncurkan PKH dengan harapan mampu memecahkan
masalah klasik yang sering dihadapi oleh rumahtangga miskin, seperti masalah
gizi buruk, tingginya kematian ibu dan bayi, serta rendahnya partisipasi angka
sekolah. PKH juga ditempatkan sebagai embrio pengembangan sistem
perlindungan sosial lebih lanjut, dan sebagai salah satu strategi memerangi
kemiskinan. Peserta PKH, rumah tangga sangat miskin, akan menerima bantuan
sepanjang anggota rumah tangga mematuhi kewajiban PKH. Sanksi berupa
pengurangan bantuan sampai dikeluarkan dari program akan diberlakukan jika
peserta tidak mematuhi komitmen kewajiban program.
Berbeda dengan bantuan langsung tunai (BLT), peserta PKH wajib
melakukan aktifitas yang terkait dengan pengembangan investasi SDM. PKH
mencakup dua komponen, yaitu pendidikan dan kesehatan. Peserta PKH
kesehatan wajib menggunakan layanan prenatal, proses kelahiran ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih dan layanan postnatal (khusus ibu hamil),
mengimunisasikan anak, dan melakukan pemantauan tumbuh kembang
anak.PKH semula diluncurkan di tujuh propinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat,
120
Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi utara, Gorontalo dan Sumatra
Barat) dengan jumlah peserta 382,000 rumah tangga dari 500,000 target rumah
tangga. Sampai 2009, PKH diperluas di lima propinsi lainnya, yaitu Nangroe
Aceh Darussalam, Sumatra Utara, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat dan
Kalimantan Selatan. Jumlah total peserta PKH mencapai 720,000 rumah tangga
yang tersebar di 13 propinsi tersebut diatas.
3.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi
Indikator PKH kesehatan yang dihasilkan dari hasil analisis pada kedua
jenis survei. Pada kolom “intervensi” dan “kontrol” disajikan proporsi indikator PKH
kesehatan, perbedaan proporsi diantara kedua survei baik dalam angka absolut
maupun persen, serta p-value hasil uji beda rata-rata diantara kedua survei.
Kunjungan Posyandu
Salah satu pertanyaan yang diajukan kepada responden pada survei dasar
dan lanjut adalah kunjungan Posyandu bagi anak usia 0-36 bulan selama 3 (tiga)
bulan terakhir. Sebelum intervensi, sekitar 70 dari 100 bayi berusia kurang dari
tiga tahun telah dibawa oleh orang tuanya ke Posyandu. Setahun kemudian,
angka kunjungan Posyandu ini naik menjadi 96 per 100 bayi atau mengalami
kenaikan 35.7 persen. Kondisi serupa ditemukan juga pada kelompok kontrol.
Proporsi bayi dari rumahtangga bukan peserta PKH yang dibawa oleh orang
tuanya ke Posyandu mengalami kenaikan. Namun demikian, persentase
kenaikkannya 30.3poin (lebih kecil dibandingkan dengan kelompok intervensi).
Penggunaan Layanan Kesehatan
Pada kelompok intervensi PKH, proporsi penimbangan berat badan bayi
berusia dibawah 1 tahun naik dari 67 per 100 bayi pada awal program (survei
dasar) menjadi 93 per 100 bayi pada tahun 2008 atau terjadi kenaikan secara
sebesar 38.6 persen. Demikian halnya dengan kepemilikan KMS dan Buku KIA,
121
proporsi bayi pada kelompok intervensi yang memiliki KMS dan Buku KIA pada
awal program masing-masing adalah 45 persen dan 39 persen. Setahun setelah
pelaksanaan PKH, proporsi kepemilikan KMS dan Buku KIA naik masing-
masing menjadi 86 persen dan 59 persen. (Tabel 13).
122
Tabel 13. Indikator tujuan PKH kesehatan
Kelompok Intervensi Kelompok KontrolIndikator Tujuan Survei Survei Beda % p-val Survei Survei Beda % p-val
Dasar Lanjut beda Dasar Lanjut beda
Kunjungan Posyandu 70.89 96.23 25.34 35.7 0.00** 73.55 95.87 22.31 30.3 0.00**Timbang berat badan 67.47 93.49 26.03 38.6 0.00** 72.73 93.94 21.21 29.2 0.00**Memiliki KMS 45.55 85.96 40.41 88.7 0.00** 40.77 85.67 44.90 110.1 0.00**Memiliki buku KIA 39.04 58.56 19.52 50.0 0.00** 33.61 52.62 19.01 56.6 0.00**Melakukan imunisasi 27.05 91.10 64.04 236.7 0.00** 28.65 92.29 63.64 222.1 0.00**
Imunisasi BCG 86.30 97.60 11.30 13.1 0.00** 78.24 94.49 16.25 20.8 0.00**Imunisasi POLIO 1 80.14 98.63 18.49 23.1 0.00** 78.79 96.42 17.63 22.4 0.00**Imunisasi POLIO 2 71.23 96.58 25.34 35.6 0.00** 68.87 94.21 25.34 36.8 0.00**Imunisasi POLIO 3 58.90 95.55 36.64 62.2 0.00** 58.68 92.84 34.16 58.2 0.00**Imunisasi POLIO 4 43.49 95.21 51.71 118.9 0.00** 43.53 90.91 47.38 108.9 0.00**Imunisasi DPT 1 74.32 98.63 24.32 32.7 0.00** 69.15 94.49 25.34 36.7 0.00**Imunisasi DPT 2 65.75 96.92 31.16 47.4 0.00** 58.68 92.56 33.88 57.7 0.00**Imunisasi DPT 3 53.77 95.55 41.78 77.7 0.00** 49.59 90.36 40.77 82.2 0.00**Imunisasi Campak 50.68 97.26 46.58 91.9 0.00** 49.86 94.77 44.90 90.1 0.00**Imunisasi Hepatitis B 1 69.52 94.52 25.00 36.0 0.00** 64.74 91.18 26.45 40.9 0.00**Imunisasi Hepatitis B 2 58.90 92.12 33.22 56.4 0.00** 54.27 91.46 37.19 68.5 0.00**Imunisasi Hepatitis B 3 48.63 92.12 43.49 89.4 0.00** 46.83 89.81 42.98 91.8 0.00**
No. Obs. 292 292 364 364Catatan: ** signifikan pada tingkat 5 %, [standar errors]
Untuk indikator kesehatan lain seperti kegiatan imunisasi dan berbagai
cakupan imunisasi menunjukkan pola sama diantara kelompok intervensi dan
kontrol. Indikator PKH kesehatan yang dihasilkan dari analisis data survei
lanjutan memiliki proporsi lebih tinggi ketimbang indikator serupa yang
diperoleh dari hasil analisis data survei dasar. Temuan ini bermakna secara
statistik pada tingkat 5 persen (Tabel 13) baik untuk kelompok intervensi
maupun kontrol. Mengingat kelompok intervensi PKH dipilih secara random
maka perbedaan proporsi indikator PKH kesehatan yang diperoleh dengan
membandingkan
123
proporsi indikator PKH kesehatan hasil survei dasar dengan survei lanjutan
menunjukkan efek PKH
Gambar 4 menyajikan dampak PKH kesehatan untuk kelompok intervensi.
Gambar 4 juga menyajikan perbedaan proporsi indikator PKH kesehatan yang
diperoleh dari survei dasar dan lanjutan untuk kelompok kontrol. Perbedaan
proporsi pada kelompok kontrol ini secara tidak langsung menunjukkan adanya
pengaruh dari program-program lain selain PKH, misalnya program rutin Depkes
RI, yang turut berimplikasi pada kenaikkan sejumlah indikator PKH kesehatan.
124
Gambar 4. Dampak PKH (dalam %) pada indikator kesehatan
Dampak PKH kesehatan secara umum lebih tinggi ketimbang program-
program rutin. Gambar 4, misalnya, menunjukkan kegiatan imunisasi pada
kelompok PKH mengalami kenaikan sebesar 237 persen. Cakupan kegiatan
imunisasi pada kelompok kontrol juga naik, namun demikian kenaikkannya tidak
setinggi pada kelompok intervensi. Kenaikan kegiatan imunisasi kelompok
kontrol menembus angka 222 persen. Pola yang sama ditemukan juga untuk
indikator PKH kesehatan lainnya seperti, cakupan imunisasi campak, imunisasi
polio, penimbangan berat badan, serta kunjungan Posyandu.
Efek murni PKH Kesehatan
Untuk memberi gambaran tentang dampak murni PKH pada indikator
kesehatan, sesi berikut menyajikan hasil perhitungan DD.
Kunjungan Posyandu
Tabel 14 menyajikan estimasi perhitungan rata-rata dampak PKH pada
kunjungan Posyandu oleh bayi berusia dibawah tiga tahun selama periode 3 bulan
terakhir. Sebelum intervensi, sekitar 71 persen bayi usia kurang dari tiga tahun
diajak orang tuanya berkunjung ke Posyandu pada tiga bulan sebelum survei.
Setahun setelah pelaksanaan uji coba, PKH menaikkan angka kunjungan Posyandu
sebesar 36 persen. Kenaikan kunjungan Posyandu terjadi pula pada kelompok
kontrol, dari 74 persen naik menjadi 96 persen atau terjadi kenaikan sebesar 30
persen. Secara rata-rata PKH berhasil menaikkan kunjungan Posyandu pada bayi
dibawah usia 3 tahun sebesar 5 persen poin.
125
Tabel 14. Proporsi bayi usia 036 bulan melakukan kunjungan Posyandu 3 bulan terakhir
Kelompok Status Survei Intervensi Kontrol Beda p-val
(n=292) (n=264)Lanjutan 0.962 0.959 0.004 0.85
[0.015] [0.011] [0.018]Dasar 0.709 0.736 -0.027 0.54
[0.031] [0.032] [0.045]Perbedaan antar survei 0.253 0.223 0.031 0.48
[0.026] [0.035] [0.043]
Note: ** signifikan pada tingkat 5%, [standar errors]
Penimbangan Bayi
Perhitungan rata-rata dampak PKH pada kegiatan tumbuh kembang bayi usia
dibawah 1 tahun. Dampak PKH pada pemantauan tumbuh kembang anak lebih
tinggi daripada kunjungan Posyandu. Proporsi penimbangan berat badan bayi
pada kelompok intervensi naik dari 67 persen pada awal intervensi menjadi 94
persen. Proporsi penimbangan bayi pada kelompok kontrol juga mengalami
kenaikan dari 73 persen pada pelaksanaan survei dasar tahun 2007 menjadi 94
persen pada survey lanjutan tahun 2008. Secara rata-rata PKH berhasil menaikkan
kegiatan pemantuan tumbuh kembang anak sebesar 3 persen poin.
126
Tabel 14. Proporsi bayi berusia 012 Bulan yang melakukan penimbangan berat badan
Kelompok Status Survei Intervensi Kontrol Beda p-val
(n=292) (n=264)Lanjutan 0.935 0.940 -0.005 0.84
[0.018] [0.013] [0.022]Dasar 0.675 0.728 -0.053 0.23
[0.031] [0.031] [0.044]Perbedaan antar survei 0.260 0.212 0.049 0.27
[0.026] [0.036] [0.044]
Note: [standar errors]
Tabel 15. Proporsi Bayi Berusia 012 bulan yang melakukan imunisasi
KelompokStatus Survei Intervensi Kontrol Beda p-val
(n=292) (n=264)Lanjutan 0.911 0.923 -0.012 0.63
[0.020] [0.015] [0.025]Dasar 0.271 0.286 -0.015 0.69
[0.027] [0.028] [0.039]Perbedaan antar survei 0.640 0.637 0.003 0.94
[0.028] [0.033] [0.043]
Note: [standar errors]
Pelaksanaan uji coba PKH juga menunjukkan hasil positif pada kegiatan
imunisasi. Perbandingan rata-rata kegiatan imunisasi anak usia dibawah 1 tahun
antara rumahtangga intervensi PKH ketika survei dasar adalah 0.015 lebih
rendah dibandingkan dengan rumahtangga kontrol pada survei yang sama.
Sementara itu, rata-rata kegiatan imunisasi antara rumahtangga intervensi
dibandingkan rumahtangga kontrol ketika survei lanjutan hanya 0.015 lebih
tinggi. Hasil uji beda dua rata-rata menunjukkan perbedaan signifikan
127
baik menurut series waktu maupun menurut rumahtangga, hanya peningkatan lamanya rata-rata
tahun sekolah rumah tangga intervensi yang relatif kecil yakni sekitar 0.07 tahun sekolah. Secara
rata-rata PKH berhasil meningkatkan kegiatan imunisasi sebesar 0.3 persen poin (Tabel 16).
Hasil estimasi DD untuk berbagai indikator PKH kesehatan secara lengkap disajikan pada
lampiran 1 laporan studi ini.
2.1 Metode Penelitian Kualitatif
2.1.1 Pengertian
Penelitian kualitatif adalah sejenis penelitian formatif yang secara khusus memberikan
teknik untuk memperoleh jawaban atau informasi mendalam tentang pendapat dan perasaan
seseorang. Penelitian ini memungkinkan kita mendapatkan hal-hal yang tersirat (insight)
mengenai sikap, kepercayaan, motivasi dan perilaku target populasi. Berbeda dengan riset
kuantitatif yang berhubungan dengan sikap dan perilaku yang secara obyektif dapat diukur.
Penelitian kualitatif berusaha menjawab pertanyaan “mengapa”, sedangkan riset kuantitatif
berupaya menjawab pertanyaan “seberapa banyak dan seberapa sering”. Bila proses penelitian
kualitatif merupakan satu temuan, sebaliknya proses pada penelitian kuantitatif mengejar bukti.
Sifat kualitatif tersebut tidak hanya berlaku pada teknik untuk mendapatkan jawaban saja tetapi
juga teknik analisisnya.
Penelitian kualitatif atau sering juga diistilahkan dengan metode interaksi simbolik
merupakan sebuah pendekatan yang temuan temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik
atau bentuk perhitungan lainya, prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data
yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan
wawancara, bamun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset, video juga bisa data yang sudah
berujud atau sudah dihitung dapat dicotohkan sensus penduduk.
2.1.2 Alasan Pendekatan Kualitatif
Ada dua alasan utama yang mendasari penggunaan metode penelitian kualitatif, yaitu alas
an konseptual dan alasan praktis. Di samping itu ada alasan lain yang bersifat pragmatis. Secar
terperinci, alasan-alasan tersebut adalah :
a. Alasan Konseptual
128
Penelitian kualitatif memberikan informasi yang mendalam sehingga dapat memberikan
pemahaman yang lebih besar dibandingkan dengan teknik kkuntitatif. Di samping itu,
melalui penelitian kuallitatif, khususnya untuk interview perorangan, memungkinkan
penelliti mengikat atau menyatukan sekelompok perilaku yang menjadi dasar bagi
pengambilan keputusan atau tindakan yang dilakukan masyarakat tertentu.
b. Alasan Praktis
Alasan lainnya ialah yang berhubungan dengan sifat penelitian kuallitatif itu sendiri serta
hubungannya dengan proses pengambilan keputusandalam penelitian. Penelitian kualitatif
bersifat subyektif dan intuisi. Langkah yang utama dalam proses riset formulatif adalah
merumuskan masalah dan informasi yang dibutuhkan, memformulasikan hipotesa dan
menentukan berbagai variabel. Semua itu adalah intuitif dan oleh karenanya bersifat
kualitatif. Di samping itu, alasan pragmatis juga menjadi pertimbangan penggunaan jenis
penelitian ini, yaitu : biaya murah, waktu singkat, rancangan dapat dimodifikasi selama
penelitian berlangsung.
2.1.3 Aplikasi Teknik Penelitian Kualitatif
Secara umum dapat dijelaskan bahwa penggunaan penelitian kualitatif antara lain
sebagai berikut :
1. Penelitian kualitatif dapat digunakan sebagai alat untuk menciptakan gagasan.
Gagasan distimulasi dengan cara mengamati dan mendengarkan populasi target,
mengamati interaksi mereka dengan program atau produk, atau mendengarkan
berbagai issue dalam bahasa mereka sendiri. Issue dan perilaku yang berkembang
dalam masyarakat mungkin berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh manajer
program. Selanjutnya dikembangkan gagasan-gagasan baru untuk strategi komunikasi.
Pesan-pesan seperti advertensi, nama pabrik dan poster diteliti secara kualitatif untuk
mengkaji gagasan yang telah ditampilkan.
2. Sebagai langkah pendahuluan yang membantu mengembangkan studi kuantitatif,
antara lain untuk mengembangkan hipotesa, menspesifikasi tipe masyarakat yang akan
diwawancarai, mwmbantu mengembangkan pertanyaan dan alur pertanyaan,
129
membantu mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah penelitian, untuk memilih
dan merumuskan kembali berbagai materi.
3. Sebagai suatu cara untuk membantu memahami hasil studi kuantitatif, antara lain
dengan menjelaskan, memperluas dan menjernihkan data kuantitatif, terutama untuk
hasil temuan-temuan yang tidak terduga, meningkatkan pemahaman kita tentang
alasan terjadinya kecenderungan tertentu dan menjelaskan berbagai faktor yang
mengakibatkan perubahan perilaku.
4. Untuk topik penelitian tertentu studi kualitatif merupakan metode pengumpulan data
primer. Berbagai masalah penelitian tidak mudah untuk didekati dengan metode
kuantitatif, karenanya metode kualitatif merupakan metode yang lebih tepat untuk
mendekatinya.
2.1.4 Penggunaan Penelitian Kualitatif
1. Merancang kuesioner.
2. Memberikan informasi yang mendalam mengenai pengetahuan, sikapdan persepsi.
3. Membuat hipotesa untuk suatu penelitian.
Selain itu, penelitian kualitatif dapat juga digunakan :
1. Sebelum program dimulai, misalnya sebelum membuat perencanaan.
2. Pada saat program dilaksanakan misalnya evaluasi program yang sedang berjalan.
3. Sesudah program selesai.
2.1.5 Kunci Keberhasilan
Ada tiga kunci keberhasilan yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian
kualitatif dengan baik, yaitu :
1. Penelitian harus mengembangkan seni bertanya “mengapa”
Dalam mengembangkan pertanyaan “mengapa” tersebut, Paul Lazarsfel
menyarankan :
a. Pertanyaan tersebut harus diajukan secara spesifik sehingga unsure-unsurnya
dapat diuraikan.
130
b. Pertanyaan tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
pengalaman responden. Lebih lanjut Lazarsfeld menyatakan hal-hal yang
harus mendapat perhatian yaitu : tanyakan dengan cara netral, hindari
kecenderungan untuk mengarahkan satu pertanyaan, catat setiap tanda baik
verbal maupun nonverbal yang membingungkan responden.
2. Peneliti harus mengembangkan seni mendengarkan
Beberapa hal yang perlu diingatkan sehubungan dengan seni mendengarkan, yaitu :
a. Mendengarkan secara aktif berhubungan erat dengan empati.
b. Cara mengucapkan sesuatu dapat menghasilkan arti yang lebih dalam daripada
kata-kata yang diucapkan.
c. Mendengarkan dengan cermat apa yang dimaksud dan apa yang diucapkan.
3. Peneliti harus berperan sebagai penyelidikyang kreatif.
Penelitian kualitatif banyak persamaannya dengan proses penyelidikan yang dilakukan
oleh seorang detektif. Meskipun demikian, pada penelitian kualitatif selalu digunakan
teknik-teknik khusus dan standar pertanyaan tertentu. Kunci untuk mendapat jawaban
yang benar adalah menyesuaikan dan menciptakan proses sedemikian rupa sehingga
responden merasa tidak tertekan, merasa bebas untuk menyampaikan pendapatnya.
b.1.6 Masalah dan Kelemahan Penelitian Kualitatif
Masalah utama pada penelitian kualitatif adalah penelitian tersebut sering tidak
dilaksanakan dengan seksama. Misalnya hasil penelitian kualitatif dianalisa sebagai hasil
riset kuantitatif, mengambil kesimpulan yang cepat atau lebih memproyeksikan jawaban
daripada mengembangkan hipotesa dan memperoleh hal-hal yang tersirat.
Masalah lain adalah berhubungan dengan subjektivitas si peneliti. Karena sangat
ditekankan pada interpretasi tentang makna yang tersirat, riset kualitatif sangat cenderung
mengalami bias karena subjektivitas si peneliti atau si pengamat.
Masalah terakhir, riset kualitatif mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi dan
tidak memerlukan format pertanyaan standar. Oleh karena itu peneliti mempunyai
peluang yang amat besar untuk menyimpang dari issue penelitian karena
ketidakdisiplinan atau perbedaan dalam proses berpikir.
131
2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan
Ada beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu Focus Group
Discussion (FGD), wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Di bawah ini adalah
beberapa kelebihan dan kekurangan dari Focus Group Discussion dan wawancara mendalam
:
FGD Wawancara
Mendalam
1. Penemuan masalah, persepsi dan kepercayaan ++ +++
2. Lamanya perputaran data +++ +
3. Ketergantungan kualitas pada kemampuan seseorang + -
4. Bias dari pewawancara + -
5. Kesulitan analisa + -
2.1.8 Aplikasi yang Tepat untuk Masing-masing Teknik
Di bawah ini adalah penggunaan yang tepat bagi masing-masing teknik kualitatif :
Penggunaan FGD Penggunaan Wawancara Mendalam
- Interaksi responden dapat
menstimulasi jawaban yang lebih kaya,
pemikiran baru.
- Interaksi kelompok tidak produktif
- Pengaruh kelompok akan bermanfaat
untuk memacu pemikiran responden.
- Pengaruh kelompok akan menghambat
jawaban-jawaban dan mengaburkan
arti dari hasil wawancara
- Subyek diskusi tidak begitu sensitive - Subyek diskusi begitu sensitive
sehingga responden tidak mau bicara
terbuka dalam kelompok
- Topik sedemikian rupa sehingga
semua responden dapat memberikan
- Topiknya sedemikian rupa sehingga
jawaban yang mendalam diharapkan
132
tanggapan terhadapapa yang diketahui dari setiap individu, juga subyeknya
komplek sehingga respondennya harus
banyak mengetahui subyeknya
- Diperlukan seorang pewawancara /
moderator untuk melaksanakan
- Diperlukan sejumlah pewawancara
- Materi diskusi tidak luas - Materi diskusi luas dan banyak
- Area subjek tunggal diuji secara
mendalam
- Area subyek tidak tunggal
- Perlu pengetahuan yang cukup untuk
membuat pedoman wawancara yang
bermakna
- Pedoman wawancara perlu
dikembangkan dan dapat dibahas
setiap selesai wawancara
- Sejumlah responden dapat disatukan
dalam satu lokasi
- Responden tersebar atau tidak dapat
disatukan dengan beberapa alasan
- Waktu sedikit dan biaya kecil - Waktu cukup banyak dan biaya mahal
2.1.9 Strategi Pengujian Hasil Penelitian Untuk Membuktikan Validitas
Peneliti yang menggunakan rancangan riset kuantitatif mengurangi datanya dengan
mengubahnya ke dalam angka dan menggunakan uji statistak. Hal tersebut tidak
menjamin hasilnya valid, karena mungkin ada kesalahan dalam pengambilan sampel atau
dalam pengumpulan data. Sedangkan dalam penelitian kualitatif oleh karena pengambilan
sampelnya secara purposive (non probability) dan jumlahnya sedikit, maka agar validitas
data tetap terjaga perlu dilakukan beberapa strategi. Uki validitas yang digunakan dalam
penelitain kualitatif disebut triangulasi. Triangulasi yang meliputi
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cara sebagai berikut:
a. Cross-check data dengan fakta dari sumber lainnya.
Sumber tersebut mungkin berupa informan yang berbeda, teknik riset yang
berbeda untuk menggali topik yang sama, atau hasil dari sumber lainnya dan dari
studi riset yang sama. Datanya harus memperkuat atau tidak ada kontradiksi satu
dengan yang lainnya.
133
b. Membandingkan dan melakukan kontras data.
Hal tersebut dapat dilakukan pada rancangan penelitian dengan menghasilkan
kategori informan yang berbeda. Membandingkan dan melakukan kontras pada
data adalah penting jika anda mencoba mengidentifikasi variabel atau ingin
melakukan konfirmasi hubungan antar variabel.
c. Gunakan kelompok informan yang sangat berbeda semaksimal mungkinDidalam
rancangan studi dan sampel, dinyatakan sangat berguna untuk mencari kategori
informan yang berbeda (extreme) dalam variabel tertentu. Misalnya dalam
mengkategorikan kelompok pengunjung dan bukan pengunjung puskesmas dan
hal tersebut mungkin merupakan cara yang tercepat untuk mengidentifikasi
variabel kunci yang mempengaruhi perilaku kesehatan.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara menggunakan beberapa metode dalam
pengumpulan data. Misalnya selain menggunakan FGD juga digunakan metode
wawancara mendalam. Bisa juga selain menggunakan metode wawancara
mendalam dilakukan observasi, atau menggunakan metode FGD sekaligus juga
dilakukan observasi.
3. Triangulasi data
a. Analisa Data dilakukan oleh lebih dari 1 orang. Analisa data bisa dilakukan
oleh peneliti dan orang lain yang ahli dalam analisa data kuantitatif. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar interpretasi yang dilakukan hasilnya sama
dengan yang dilakukan orang lain.
b. Minta umpan balik dari informan.
Umpan balik tersebut berguna bukan saja untuk alasan etik atau memperbaiki
kesempatan agar hasilnya akan dilaksanakan tetapi juga untuk memperbaiki
kualitas proposal, data dan kesimpulan yang ditarik dari data tersebut. Saran-
saran dan informasi tambahan yang dikumpulkan dari masa umpan balik akan
meningkatkan kualitas laporan
2.1.10 Pemilihan Sampel
134
Meskipun dalam penelitian kualitatif sampel (informan) tidak dipilih secara acak
(probability sampling) seperti pada penelitian kuantitatif, namun demikian sampel dipilih sesuai
dengan prinsip yang berlaku. Prinsip pengambilan sampel pada penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut :
1. Kesesuaian (appropriateness)
Sampel dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang berkaitan dengan topic
penelitian. Apabila peneliti belum mempunyai gambaran tentang siapa yang harus dipilih
sebagai sampel, maka sebaiknya peneliti mencari informan kunci (key informan).
Selanjutnya melalui informan kunci ini dapat dinyatakan informan selanjutnya. Begitu
seterusnya, sehingga dari satu informan semakin lama semakin bertambah banyak, dan
disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang diinginkan. Cara pengambilan sampel seperti
ini disebut snowball sampling.
2. Kecukupan (adequacy)
Data yang diperoleh dari sampel seharusnya dapat menggambarkan seluruh fenomena yang
berkaitan dengan topic penelitian, oleh karena itu harus memenuhi kategori-kategori yang
berkaitan dengan penelitian, seperti : umur, pendidikan, pendapatan, agama, suku bangsa
dan lain-lain. Dengan variasi kategori-kategori ini, diharapkan informasi yang dikumpulkan
akan bervariasi, sehingga dapat memperoleh gambaran dan fenomena yang ada. Jadi dalam
penelitian jumlah sampel tidak menjadi faktor penentu utama dalam penelitian, akan tetapi
kelengkapan data yang dipentingkan.
2.2 Prinsip-Prinsip Focus Group Discussion
2.2.1 Pengertian
Focus Group Diskusi adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data kualitatif,
dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang moderator atau fasilitator
mengenai suatu topik. Irwanto dalam Yusuf (2011) mendefinisikan FGD adalah suatu proses
pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang
sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
135
2.2.2 Penggunaan Metode FGD
FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode penelitian sosial jika :
a. Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan
pengalaman yang dimiliki informan.
b. Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif di antara kelompok atau
kategori masyarakat.
c. Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data kualitatif dari riset kuantitatif
yang melibatkan persoalan masyarakat yang kompleks dan berimplikasi luas.
d. Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi karena mendengar
pendapat langsung dari subjek risetnya.
Sedangkan FGD harus dipertimbangkan untuk tidak digunakan sebagai metode penelitian
sosial jika:
a. Peneliti ingin memperoleh konsensus dari masyarakat/peserta
b. Peneliti ingin mengajarkan sesuatu kepada peserta
c. Peneliti akan mengajukan pertanyaan “sensitif” yang tidak akan bisa di-share dalam
sebuah forum bersama kecuali jika pertanyaan tersebut diajukan secara personal antara
peneliti dan informan.
d. Peneliti tidak dapat meyakinkan atau menjamin kerahasiaan diri informan yang
berkategori “sensitif”.
e. Metode lain dapat menghasilkan kualitas informasi yang lebih baik
f. Metode lain yang lebih ekonomis dapat menghasilkan informasi yang sama.
2.2.3 Hal-hal yang melatarbelakangi FGD
Irwanto dalam Yusuf (2011) mengemukakan tiga alasan perlunya melakukan FGD, yaitu
alasan filosofis, metodologis, dan praktis.
a. Alasan Filosofis
- Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber informasi dari
berbagai latar belakang pengalaman tertentu dalam sebuah proses diskusi, memberikan
136
perspektif yang berbeda dibanding pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi searah
antara peneliti dengan responden.
- Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai proses pertemuan
antarpribadi sudah merupakan bentuk aksi.
b. Alasan Metodologis
- Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode
survei atau wawancara individu karena pendapat kelompok dinilai sangat penting.
- Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu relatif singkat.
- FGD dinilai paling tepat dalam menggali permasalahan yang bersifat spesifik, khas, dan
lokal. FGD yang melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan yang
paling sesuai.
c. Alasan Praktis
Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki dari objek yang
diteliti- sehingga pada saat peneliti memberikan rekomendasi dan aksi, dengan mudah
objek penelitian bersedia menerima rekomendasi tersebut. Partisipasi dalam FGD
memberikan kesempatan bagi tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki.
Menurut Koentjoro (dalam Yusuf : 2011) kegunaan FGD di samping sebagai alat
pengumpul data adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus
alat re-check terhadap berbagai keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai
metode penelitian yang digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik
keterangan yang sejenis maupun yang bertentangan.
Dari berbagai keterangan di atas, Yusuf menyimpulkan dalam kaitannya dengan
penelitian, FGD berguna untuk:
- Memperoleh informasi yang banyak secara cepat
- Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap dan perilaku
kelompok tertentu
- Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam dan
- Cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain
2.2.4 Karakteristik Fokus Group Diskusi
137
a. Peserta terdiri dari 6-12 orang.
Kelompok harus cukup kecil sehingga memungkinkan setiap individu untuk mendapat
kesempatan mengeluarkan pendapatnya, tetapi disamping itu juga cukup memperoleh
pandangan anggota kelompok yang bervariasi. Apabila kelompok lebih dari 12 orang,
timbul kecenderungan peserta FGD ingin mengeluarkan pendapatnya tetapi tidak mendapat
kesempatan. Kelompok yang hanya dihadiri 4-6 orang memberi peserta lebih banyak
kesempatan untuk berdiskusi tetapi ide-ide yang diperoleh terbatas.
b. Peserta tidak saling mengenal
Peserta FGD ini mempunyai ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri yang sama ditentukan oleh
tujuan dari studi, dimana ciri yang sama ini digunakan sebagai dasar dalam pemilihan
peserta FGD. Misalnya Petugas Puskesmas ingin mengetahui mengapa ibu-ibu balita tidak
menggunakan Posyandu. Maka ciri-ciri yang sama yang kita pilih sebagai peserta FGD
adalah ibu-ibu balita yang tidak pernah mengunjungi Posyandu. Kemudian kalau kita ingin
lebih spesifik lagi karena kita akan melakukan program penyuluhan yang berbeda menurut
pekerjaan ibu-ibu, maka ciri-ciri yang sama lainnya yang akan kita cari adalah jenis
pekerjaannya. Jadi misalnya kita kelompokan peserta FGD dengan ciri-ciri : ibu balita, tidak
menggunakan posyandu, bekerja sebagai petani dan lain-lain.
c. Fokus Group Diskusi adalah suatu proses pengumpulan data.
FGD berbeda dengan diskusi kelompok lainnya misalnya Delphi
process,Brainstorming, Nominal groups. Fokus group bertujuan untuk mengumpulkan data
mengenai persepsi peserta terhadap sesuatu misalnya pelayanan, tidak mencari consensus,
tidak mengambil keputusan mengenai tindakan apa yang harus diambil. Sedangkan ketiga
teknik lainnya seperti tersebut diatas biasanya bertujuan untuk memecahkan masalah,
mengidentifikasi konsensus dan pemecahan yang disetujui oleh semua pihak.
d. Fokus Group Diskusi mengumpulkan data kualitatif.
FGD akan memberikan data yang mendalam mengenai persepsi dan pandangan
peserta. Oleh karena itu dalam FGD digunakan pertanyaan yang terbuka, yang
memungkinkan peserta untuk memberikan jawabannya yang disertai dengan penjelasan-
138
penjelasa. Moderator disini hanya berfungsi sebagai pengarah, pendengar, pengamat dan
menganalisa data dengan menggunakan proses induktif.
e. Fokus Group Diskusi menggunakan diskusi yang terfokus.
Topik diskusi ditentukan terlebih dahulu dan diatur secara berurutan. Pertanyaan diatur
sedemikian rupa sehingga dimengerti oleh peserta diskusi.
f. Lama Fokus Group diskusi
Biasanya FGD dilangsungkan selama 60-90 menit. FGD yang pertama kali biasanya
lebih lama jika dibandingkan dengan FGD selanjutnya, karena pada FGD yang pertama
semua informasinya masih baru.
Jumlah FGD yang harus dilaksanakan untuk suatu studi tergantung kepada kebutuhan
proyek, sumber dana, serta apakah masih ada informasi baru yang harus dicari.
g. Tempat Pelaksanaan Fokus Group Diskusi
FGD sebaiknya dilaksanakan disuatu tempat dimana peserta dapat secara bebas dan
tidak merasa takut untuk mengeluarkan pendapatnya. Misalnya Puskesmas tidak tepat untuk
mendiskusikan tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
2.3 Persiapan Fokus Group Diskusi
Sebelum FGD dilaksanakan perlu ada persiapan-persiapan sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah kelompok
Untuk menentukan jumlah kelompok yang dibutuhkan perlu ditetapkan terlebih dahulu
hipotesa topic yang akan diteliti. Pegangan yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah
kelompok adalah :
a Minimal 2 FGD pada tiap kategori.
Misal : melaksanakan 2 kelompok FGD pada tiap-tiap sekmen populasi, seperti kelompok
pengguna posyandu dan kelompok non pengguna, kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan. Hal ini dilakukan karena tiap sekmen dianggap berbeda perilaku dan
sikapnya,
b Bahasan kelompok bervariasi
139
Missal : menilai mutu pelayanan kesehatan, maka tanggapan dari kelompok FGD kedua
akan membiaskan tanggapan dari kelompok FGD pertama. Demikian pula bila ada
kelompok ketiga dan seterusnya.
c Sampai tidak ada informasi baru
FGD perlu dilaksanakan pada beberapa kelompok sampai diperoleh informasi yang
secara umum sejalan dengan sebelumnya. Bila dari dua kelompok FGD diperoleh
informasi yang berbeda maka perbedaan tersebut perlu ditelusuri pada beberapa
kelompok lagi, sampai informasi yang diperoleh dapat dimengerti dan digunakan.
d Lokasi geografis yang bermakna
Bila letak geografis memberikan perbedaan pandangan, gaya hidup, perilaku maupun
angka kesakitan maka perlu dilakukan FGD di tiap wilayah geografis.
2. Menentukan Komposisi Kelompok
a. Kelas Sosial
Sebaiknya FGD dilaksanakan pada responden yang mempunyai status sosial
yang sama. Karena bila pada satu kelompok FGD, respondennya memiliki status sosial
yang berbeda, maka dikhawatirkan akan terjadi ketimpangan karena responden yang
status sosialnya lebih tinggi akan lebih dominan daripada yang status sosialnya lebih
rendah.
b. Daur Hidup
Responden yang mempunyai daur hidup (seperti : umur, status perkawinan,
jumlah anak) yang berbeda sebaiknya tidak disatukan dalam satu kelompok FGD,
karena pengalaman yang berbeda akan memberikan informasi yang berbeda pula.
c. Status Terhadap Sesuatu
Status responden terhadap sesuatu (seperti peserta KB dan non peserta KB, yang
melaksanakan ANC di tenaga kesehatan dan ANC di non tenaga kesehatan) tidak boleh
disatukan ke dalam satu kelomok FGD, karena akan memberikan tanggapan yang
berbeda terhadap suatu masalah.
d. Tingkat Keahlian
140
Responden yang memiliki tingkat keahlian maupun pengalaman yang berbeda
terhadap sesuatu sebaiknya tidak disatukan ke dalam satu kelompok FGD, karena akan
mempengaruhi tanggapan mereka terhadap suatu masalah.
e. Perbedaan Budaya
Responden yang mempunyai perbedaan budaya sebaiknya tidak disatukan ke dalam satu
kelompok FGD, karena budaya yang dianutnya biasanya akan mempengaruhi sikap dan
perilakunya terhadap topik yang didiskusikan.
f. Jenis Kelamin
Bila topik diskusi berkaitan dengan jenis kelamin, maka responden harus dipisahkan.
Akan tetapi, topik diskusi tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, maka responden pria
dan wanita dapat disatukan ke dalam satu kelompok FGD.
3. Menentukan Tempat Diskusi
Faktor yang harus diprhatikan dalam menentukan tempat FGD adalah :
a. Mendatangkan Rasa Aman
Lokasi harus dipilih di tempat di mana peserta merasa aman untuk berbicara dan
berpendapat karena tidak diamati oleh orang di luar kelompok.
b. Nyaman
Pilih tempat yang nyaman bagi peserta, dalam arti tidak terlalu sempit dan panas
sehingga mengganggu jalannya diskusi.
c. Lingkungan yang Netral
Jangan pilih tempat yang dapat mempengaruhi tanggapan peserta sehingga tanggapan
yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dirasakannya. Misalnya bila ingin
mendiskusikan masalah kualitas pelayanan maka FGD jangan dilakukan di tempat
pelayanan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.
d. Mudah Dicapai Responden
Sebaiknya FGD dilaksanakan di tempat yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat
tinggal responden karena faktor kelelahan dapat mempengaruhi tanggapan responden.
e. Kaca Satu Arah
141
Di negara-negara maju, FGD dilaksanakan di ruang kaca satu arah, di mana selama
diskusi berlangsung dapat diobservasi oleh pihak luar tanpa diketahui oleh peserta
diskusi, sehingga tidak mempengaruhi tanggapan yang diberikan.
4. Pengaturan Tempat Duduk
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur tempat duduk adalah :
a. Hindari Penunjukan Status
Urutan duduk peserta sebaiknya dilakukan secara acak sehingga tidak mempengaruhi
tanggapan peserta.
b. Memungkinkan Fasilitator Bertatap Muka Dengan Peserta
Hal ini penting dilakukan untuk mengendalikan kelompok, mendorong peserta pemalu
dan pendiam serta membatasi peserta dominan.
c. Jarak yang Sama Antara Fasilitator dengan Tiap Peserta
Hal ini dimaksudkan untuk mendorong interaksi dan perasaan sebagai bagian dari
kelompok sehingga seluruh peserta dapat berperan aktif dalam diskusi.
Jika digambarkan, layout ruang diskusi dapat dilihat sebagai berikut:
5. Menyiapkan Undangan
142
Supaya FGD memperoleh hasil yang baik, peserta FGD harus homogen, yaitu
mempunyai persamaan jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.
Tekait dengan homogenitas atau heterogenitas peserta FGD, Irwanto dalam Yusuf
(2011) mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan tujuan
awal diadakannya FGD.
b. Pertimbangan persoalan homogenitas atau heterogenitas ini melibatkan variabel tertentu
yang diupayakan untuk heterogen atau homogen. Variabel sosio-ekonomi atau gender
boleh heterogen, tetapi peserta itu harus memahami atau mengalami masalah yang
didiskusikan. Dalam mempelajari persoalan makro seperti krisis ekonomi atau bencana
alam besar, FGD dapat dilakukan dengan peserta yang bervariasi latar belakang sosial
ekonominya, tetapi dalam persoalan spesifik, seperti perkosaan atau diskriminasi,
sebaiknya peserta lebih homogen.
c. Secara mendasar harus disadari bahwa semakin homogen sebenarnya semakin tidak perlu
diadakan FGD karena dengan mewawancarai satu orang saja juga akan diperoleh hasil
yang sama atau relatif sama.
d. Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisis hasil FGD karena variasinya terlalu
besar.
e. Homogenitas-heterogenitas tergantung dari beberapa aspek. Jika jenis kelamin, status
sosial ekonomi, latar belakang agama homogen, tetapi dalam melaksanakan usaha kecil
heterogen, maka kelompok tersebut masih dapat berjalan dengan baik dan FGD masih
dianggap perlu.
f. Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas-heterogenitas adalah ciri-ciri mana
yang harus/boleh/tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh
homogen.
Pada waktu mengundang peserta FGD, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Jelaskan kepada calon peserta FGD mengenai lembaga yang mengadakan studi dan
tujuannya.
143
b. Jelaskan rencana FGD dan maminta calon peserta untuk berpartisipasi dalam FGD.
Sebutkan juga mereka yang sudah bersedia ikut serta dalam FGD untuk mendorong calon
peserta lain ikut berpartisipasi dalam FGD.
c. Beritahukan tanggal, waktu, tempat dan lamanya pertemuan.
d. Apabila seseorang tidak mau atau tidak dapat datang, maka tekankan pentingnya
distribusi orang tersebut dan jika tetap menolak, maka ucapkan teerimakasih.
e. Jika orang tersebut berkenan datang maka beritahukan kembali tentang hari, jam, tempat
dan pentingnya berpartisipasi dalam FGD.
6. Menyiapkan Fasilitator
Beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah :
a. Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi supaya diskusi terfokus. Petunjuk diskusi ini
berupa pertanyaan terbuka (open ended).
b. Peranan fasilitator adalah sebagai berikut :
- Menjelaskan tentang topik diskusi.
- Seorang fasilitator tidak perlu seorang ahli yang berkaitan dengan topik
diskusi, tetapi yang penting adalah ia harus memahami topik diskusi untuk
dapat menguasai pertanyaannya. Di samping itu, mampu melakukan
pendekatan kepada peserta FGD, sehingga mereka terdorong untuk
mengeluarkan pendapatnya. Fasilitator yang mempunyai rasa mempunyai rasa
humor akan lebih berhasil dalam FGD tersebut.
- Mengarahkan kelompok, bukan diarahkan oleh kelompok.
- Fasilitator bertugas mengajukan pertanyaan dan harus netralterhadap jawaban
peserta. Tekankan bahwa tidak ada jawaban benar atau salah. Tidak boleh
memberikan persetujuan atau tidak setuju terhadap jawaban yang akan
mempengaruhi pendapat peserta.
- Amati peserta dan tanggap terhadap reaksi mereka.
- Mendorong semua peserta untuk berpartisipasi dan jangan sejumlah individu
memonopoli diskusi.
144
- Ciptakan hubungan baik dengan peserta sehingga dapat menggali jawaban dan
komentar yang lebih dalam.
- Fleksibel dan terbuka terhadap saran, perubahan-perubahan, dan lain-lain.
- Amati komunikasi nonverbal (gerakan tangan, perubahan raut wajah) antar
peserta dan tanggap akan hal tersebut.
- Hati-hati terhadap nada suara dalam mengajukan pertanyaan.
- Peserta akan merasa tidak senang apabila nada suara fasilitator memperlihatkan
ketidaksabaran dan tidak bersahabat.
7. Menyiapkan Pencatat
Pencatat berlaku sebagai observer selama FGD berlangsung dan bertugas mencatat hasil
diskusi. Yang perlu dicatat adalah sebagai berikut :
a. Tanggal pertemuan FGD, waktu mulai dan waktu berakhir FGD.
b. Nama masyarakat dan catat secara singkat mengenai masyarakat tersebut serta
informasi lainnya yang mungkin dapat mempengaruhi aktivitas peserta, misalnya jarak
dari desa ke kota dan sebagainya.
c. Tempat pertemuan FGD, catatan ringkas mengenai tempat dan sejauh mana tempat
tersebut mempengaruhi peserta, misalnya apakah tempatnya cukup luas,
menyenangkan peserta, dan lain-lain.
d. Jumlah peserta dan beberapa uraiannya yang meliputi : jenis kelamin, umur,
pendidikan dan lain-lain.
e. Deskripsi umum mengenai dinamika kelompok misalnya derajat partisipasi peserta,
apakah ada peserta yang dominan, peserta yang merasa bosan, peserta yang selalu
diam dan lain-lain.
f. Pencatat harus menuliskan kata-kata yang diucapkan dalam bahasa lokal oleh peserta.
g. Pencatat mengingatkan kepada fasilitator jika ada pertanyaan yang terlupakan atau
juga mengusulkan pertanyaan yang baru.
h. Pencatat dapat meminta peserta untuk mengulangi lagi komentarnya jika fasilitator
tidak mendengarkan komentar peserta tersebut karena sedang mendengarkan komentar
peserta lain.
145
i. Catatan hasil FGD harus ditulis secara lengkap.
2.4 Pelaksanaan Focus Group Discussion
1. Persiapan
Fasilitator dan pencatat harus datang tepat waktunya sebelum peserta datang. Ambil
kesempatan untuk berbincang dengan peserta dan gunakan kesempatan ini untuk mengenal
nama peserta dan yang menjadi perhatian mereka.
Fasilitator menyiapkan dan mengatur tempat duduk peserta sedemikian rupa sehingga
mendorong peserta untuk mau berbicara. Sebaiknya peserta duduk dalam satu lingkaran dengan
fasilitator sedangkan pencatat biasanya duduk di luar lingkaran tersebut. Fasilitator harus
mengusahakan tidak ada intrupsi dari luar pada waktu FGD berjalan. Semua perlengkapan FGD
harus disiapkan, misalnya kaset, baterai, petunjuk diskusi, dan lain-lain.
2. Pembukaan FGD
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh fasilitator ketika membuka diskusi sebagai berikut
:
b. Jelaskan tujuan diadakan FGD, perkenalkan nama fasilitator serta pencatat dan
peranannya masing-masing.
c. Minta peserta memperkenalkan diri dan fasilitator harus cepat mengingat nama
peserta dan menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta.
d. Jelaskan bahwa pertemuan tersebut tidak bertujuan untuk memberikan ceramah
tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari peserta. Tekankan bahwa fasilitator ingin
belajar dari peserta.
e. Tekankan bahwa pendapat dari semua peserta sangat penting sehingga diharapkan
semua peserta aktif mengeluarkan pendapat.
f. Jelaskan bahwa pada waktu fasilitator mengajukan pertanyaan jangan berebut
menjawabnya dalam waktu bersamaan antar peserta.
g. Mulailah pertemuan dengan mengajukan pertanyaan yang sifatnya umum dan tidak
berkaitan dengan topic diskusi.
146
3. Teknik Pengelolaan Focus Group Discussion
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada waktu melaksanakan FGD yaitu :
a. Klarifikasi
Sesudah peserta menjawab pertanyaan, fasilitator dapat mengulangi jawaban peserta dalam
bentuk pertanyaan untuk meminta penjelasan yang lebih lanjut. Misalnya : Apakah saudara
dapat menjelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut ?
b. Reorientasi
Supaya diskusi hidup dan menarik, teknik reorientasi harus efektif. Fasilitator dapat
menggunakan jawaban seorang peserta untuk ditanyakan kepada peserta lain.
c. Ahli / orang lain yang berpengaruh
Usahakan supaya orang yang ahli semisal bidan, dokter atau lurah tidak hadir dalam
pertemuan FGD ibu-ibu pengunjung Posyandu. Tetapi apabila tidak dapat dihindari mohon
pada mereka untuk diam dan mendengarkan diskusi. Apabila ad aide atau saran dapat
dikemukakan kepada fasilitator sesudah diskusi.
d. Peserta yang dominan
Apabila ada peserta yang dominan, maka fasilitator harus lebih banyak memperhatikan
peserta lain agar supaya mereka lebih berpartisipasi. Dapat juga dilakuka dengan tidak
memperhatikan orang yang dominan tersebut sehingga tidak mendorongnya untuk
memberikan jawaban. Kalau tidak berhasil maka secara sopan fasilitator dapat menyatakan
kepadanya untuk memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk berjalan.
e. Peserta yang diam
Agar supaya peserta yang diam mau berpartisipasi, maka sebaiknya memberikan perhatian
yang banyak kepadanya dengan selalu menyebutkan namanya dan mengajukan pertanyaan.
f. Penggunaan gambar atau foto
Dalam melakukan FGD, fasilitator dapat menggunakan foto atau gambar, misalnya
memperlihatkan foto anak yang kurang gizi dan menanyakan “bagaimana keadaan anak
tersebut? Apa yang harus ibu lakukan?”
147
4. Teknik Probing
Probing adalah kemampuan untuk menstimulasi percakapan untuk mendorong responden
menjawab pertanyaan secara lengkap. Cara melakukan probing adalah dapat mengajukan
pertanyaan “siapa, apa, dimana, bilamana, mengapa, bagaimana?”. Beberapa teknik probing
yang umumnya digunakan:
a. Echo probe
Adalah teknik probing dengan mengulangi jawaban responden
b. Requested probe
Yaitu mengulangi bagian dari petanyaan
c. Silent probe
Teknik probing dengan cara menunggu sebentar atau istirahat untuk memperoleh
penjelasan yang lebih jauh.
d. Encouragement probe
Untuk mendorong orang untuk meneruskan pembicaraannya dengan senyum
menganggukan kepala dan lain-lain
e. Repeat probe
Dengan cara mengulangi pertanyaan. Hal ini dilakukan apabila terjadi kebingungan pada
responden. Probing berakhir jika kita telah memperoleh jawaban yang lengkap sehingga
kita telah mencatat apa yang ada dalam pikiran responden, arti dan kedalamannya.
5. Penutupan Fokus Group
Untuk menyimpulkan pertemuan Focus Group, fasilitator sebaiknya memperhatikan hal-
hal berikut:
a. Jelaskan bahwa pertemuan sudah selesai, tanyakan kepada masing-masing peserta apakah
masih ada lagi komentar. Komentar yang sesuai dapat digali lebih mendalam.
b. Ucapkan terimakasih kepada para peserta atas pasrtisipasinya dan nyatakan bahwa
komentar mereka sangat berguna untuk penyusunan program atau untuk merancang
materi pendidikan dan lain-lain.
Sesudah FGD selesai, fasilitator dan pencatatan harus bertemu untuk melengkapi catatan
hasil diskusi
148
2.4.3.5 Menyusun catatan (Transkrip) FGD
Dalam FGD data yang dikumpulkan adalah semua hasil diskusi dan pengamatan yang
dicatat oleh si pencatat. Peranan si pencatat tidak kalah penting dengan fasilitator, meskipun ia
banyak bekerja di belakang layar. Si pencatat harus bertindak sebagai pencatat yang penuh
konsentrasi, tetapi sekaligus juga harus menjadi pengamat yang jeli. Pencatat harus
menggambarkan situasi, dan ekspresi para peserta secara tepat dan benar.
Dalam pencatatan sering juga orang menggunakan tape recording (meminta ijin dari para
peserta). Akan tetapi kerugiannya kalau semata-mata memakai tape recorder adalah suasana,
ekspresi seseorang tidak dapat ditangkap. Padaal semua hal tersebut merupakan bagian penting
dalam menginterpretasikan data. Sering juga mempergunakan kedua-duanya, yaitu mencatat dan
menggunaan tape recorder.
Meskipun dalam masing-masing kelompok diskusi kita anggap para peserta relative
homogen, pencatat tetap memperlakukan para peserta diskusi sebagai individual responden,
sebab itu pencatat harus juga mencatat identitas/karakteristik jenis kelamin, umur, nama, alamat,
pekerjaan, suku bangsa, dan lain-lain (karakteristik yang relevan dengan studinya) dari masing-
masing peserta. Fasilitator akan menanyakan semua itu pada saat diskusi.
Dari pengalaman, untuk memudahkan pencatatan, bisa dibuat peta duduk dari masing-
masing peserta dan memberikan nomor untuk masing-masing peserta. Dengan demikian pencatat
tidak perlu lagi mencatat nama peserta setiap kali peserta tersebut bicara, tetapi cukup dengan
mencatat nomor. Namun demikian dalam menulis kembali hasil diskusi (dalam menyusun
transkrip) karakteristik si pembicara dicantumkan lagi.
Langkah pertama pertama sesudah selesai FGD adalah menyusun kembali catatan-catatan
itu atau membuat trannskrip. Dalam menyusun catatan-catatan itu, dapat juga dibantu dengan
mendengarkan kembali tape recorder untuk bagian-bagian yang terlewatkan.
Apabila pencatatan dilakukan semata-mata dengan tape recorder, kita dapat
mendengarkan kaset berulang-ulang agar supaya kita dapat menghayati secara tepat suasana
diskusi. Misalnya suasana gelak tawa, hening, dan sebagainya. Catatan-catatan tersebut
kemudian ditata menurut, aturan pedoman FGD.
2.5 Keuntungan Dan Kerugian FGD
149
2.5.1 Keuntungan FGD
a. Sinergisme
Suatu kelompok mampu menghasilkan informasi, ide dan pandangan yang lebih luas.
b. Snowballing
Komentar yang didapatkan secara acak dari responden dapat memacu mulainya suatu
reaksi rantai respon yang menghasilkan ide baru.
c. Stimulation
Pengalaman dalam kelompok sendiri merupakan sesuatu yang menyenangkan dan
mendorong partisipasi
d. Security
Individu/responden merasa aman di dalam kelompok dan lebih merasa bebas
mengutarakan perasaan/pikiran
e. Spontanitas
Individu tidak diharapkan menjawab setiap pernyataan, karena itu diharapkan bahwa
jawaban lebih memiliki arti, karena melalui suatu proses kelompok.
2.5.2 Kerugian FGD
a. Teknik FGD relative cepat dan murah dibandingkan studi kuantitaif, karena itu sering
digunakan oleh pembuat keputusan untuk mendukung dugaan / pendapat pembuat
keputusan
b. Teknik FGD mudah dilaksanakan, tetapi sulot melakukan interpretasi data
c. Memerlukan fasilitator/moderator yang memiliki keterampilan tinggi.
BAB 3. PEMBAHASAN
150
3.1 Contoh Pengunaan FGD Dalam Bidang Kesehatan
1. Latar belakang dilakukan FGD
Program pelatihan konselor sebaya di Provinsi Bali pertama kali diadakan pada tahun
2008 dengan melatih 20 orang remaja SMA/SMK, pelatihan kedua pada tahun 2009
sebanyak 20 remaja SMA/SMK. Sekolah-sekolah tersebut ditunjuk oleh pemegang program
kesehatan remaja di Kabupaten/Kota, dimana setiap sekolah yang ditunjuk akan memilih
siswanya sebagai calon peserta pelatihan Konselor Sebaya Kesehatan Reproduksi di
Provinsi Bali.
Pelatihan ketiga dilaksanakan pada tahun 2010 sekaligus dipakai untuk penelitian ini
berasal dari 10 SMP dan 10 SMA/SMK di 8 Kabupaten/Kota se-Bali dengan jumlah peserta
masing-masing Kabupaten satu orang remaja SMP dan satu orang remaja SMA/SMK,
kecuali Kota Denpasar terdiri dari dua orang remaja SMP dan dua orang remaja SMA/SMK,
karena di Kota Denpasar jumlah remaja diasumsikan paling banyak.
Pada pelatihan tahun 2010 Kabupaten Jembrana tidak mengirim peserta karena ada
masalah koordinasi antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, sehingga peserta
Kabupaten Jembrana dialihkan ke Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng, dengan
pertimbangan sekolah pedesaan yang lokasinya dekat dengan perkotaan, dan sekolah yang
lokasinya paling jauh dari Provinsi.
Peserta pelatihan konselor sebaya telah menyebar di 9 Kabupaten / Kota se-Bali,
namun tidak ada penambahan jumlah peserta yang dilatih pertahunnya, dan tidak ada
penyegaran pelatihan pada sekolah yang telah dilatih, sehingga tidak ada kesinambungan
program selanjutnya. Terbatasnya sekolah dan minimnya remaja yang terjangkau dengan
pelatihan konselor sebaya, menyebabkan kurang meratanya penyebaran informasi tentang
kesehatan reproduksi yang diberikan pada remaja di Provinsi Bali.
2. Tema FGD:
Focus Group Discussion tentang pelaksanaan program konselor sebaya pendidikan
kesehatan reproduksi di Provinsi Bali.
3. Tujuan FGD
151
Untuk mendapatkan evaluasi dan mengetahui lebih mendalam program pendidikan
konselor sebaya mengenai pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah yang dianggap gagal,
dan kurang terkoordinasi di Provinsi Bali.
4. Subjek penelitian
Subjek penelitian sekaligus menjadi informan dalam penelitian ini berjumlah 25
orang yang terdiri dari 6 orang informan SMA/SMK, 6 orang informan SMP, 7 orang
informan Kepala Sekolah/Guru dan 6 orang informan pelatih yang dibagi menjadi 4
kelompok FGD yaitu kelompok konselor sebaya SMA/SMK, kelompok konselor sebaya
SMP, kelompok Kepala Sekolah/guru dan kelompok pelatih.
5. Materi yang didiskusikan dalam FGD
a. Proses Seleksi Calon Peserta Pelatihan Konselor Sebaya Kesehatan Reproduksi Remaja
- Penentuan calon peserta
- Kriteria calon peserta
- Persiapan mental peserta
b. Ketepatan Materi Pelatihan
- Kesesuaian materi kesehatan reproduksi dengan perkembangan bio psiko social
remaja
- Penyajian materi yang memiliki daya tarik
- Materi pendukung yang dibutuhkan konselor sebaya
c. Proses pelatihan
- Pendekatan pembelajaran / metode pelatihan
- Durasi pelatihan konselor sebaya
- Penyegaran pelatihan konselor
d. Implementasi Pasca Pelatihan
- Pengakuan posisi konselor oleh teman sebaya
- Fasilitas untuk mengimplementasikan program konselor sebaya
- Upaya dan hambatan implementasi
6. Hasil FGD
Hampir semua informan remaja (11 dari 12 informan remaja) menyatakan mereka
ditunjuk langsung oleh kepala sekolah atau guru PMR untuk mengikuti pelatihan konselor
152
sebaya. Hal ini menyebabkan remaja merasa terpaksa dan merasa diberi beban yang berat
karena mereka kurang berminat dengan program konselor sebaya. Ada satu informan
menyatakan dirinya melalui proses seleksi disekolah. Sosialisasi yang kurang di sekolah
serta tidak ditentukan kriteria peserta menjadi penyebab kurang pahamnya kepala
sekolah/guru untuk memilih remaja. Mereka pada umumnya hanya berdasarkan pengamatan
sehari-hari dengan melihat prestasi akademik dan keaktifan siswa. Hal ini tentu tidak cukup
karena untuk menjadi konselor sebaya diperlukan karakteristik-karakteristik tertentu
diantaranya mempunyai minat, secara sukarela untuk membantu dan lainnya.
Minimnya jumlah remaja yang dilatih dimasing-masing sekolah menyebabkan
sulitnya remaja dalam membagi tugas untuk melakukan sosialisasi di sekolah, hal ini
berbeda dengan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan melatih Kader Kesehatan
Remaja minimal 10% dari jumlah siswa, sehingga memudahkan mereka melaksanakan
tugas. Dengan jumlahnya yang banyak menyebabkan mereka lebih di kenal di sekolah,
dibandingkan konselor sebaya yang hanya satu orang.
Pemahaman yang belum maksimal pada teknik konseling menjadi penyebab utama
remaja belum merasa mampu melakukan konseling pada teman sebayanya. Mereka yang
telah mencoba melakukan konseling umumnya sebatas curhat biasa dengan teman-teman
dekat meraka.
Singkatnya hari pelatihan menyebabkan waktu pelatihan sampai larut malam, hal ini
membuat remaja merasa bosan dan merasa dikejar-kejar materi, sehingga remaja merasa
lelah, bosan, mengantuk dan tidak konsentrasi menerima pelajaran. Kondisi ini dapat
dinetralisir dari cara penyampaian materi oleh pelatih yang menurut remaja, gaul-gaul dan
sesuai dengan keinginan remaja.
Hambatan implementasi dialami remaja karena kurangnya dukungan baik dari
sekolah, petugas kesehatan maupun dari pelatih itu sendiri. Hambatan juga berasal dari
teman-teman mereka yang belum memanfaatkan mereka sebagai konselor sebaya. Hal ini
terjadi karena tidak ada pengakuan dari pihak sekolah dan tidak pernah diumumkan didepan
seluruh siswa bahwa mereka telah menjadi konselor sebaya yang bersertifikat. Sekolah yang
telah mendukung program ini karena ada motivasi eksternal yaitu lomba UKS tingkat
nasional. Motivasi internal belum ada dari sekolah karena tidak pernah ada sosialisasi
153
tentang konselor sebaya sehingga mereka tidak mengerti dengan apa yang harus mereka
lakukan untuk mendukung program konselor sebaya.
Pada umumnya sekolah menyambut positif program ini, dan kepala sekolah/guru
akan mendukung sepenuhnya asal mereka diberikan sosialisasi terlebih dahulu, sehingga
mereka bisa mengerti dan bisa mendampingi remaja saat melakukan kegiatan. Menurut
kepala sekolah/guru dan pelatih yakin program ini bisa berkelanjutan jika ada kesepakatan
antara Dinas Kesehatan dengan Dinas Pendidikan untuk memasukkan program konselor
sebaya ini kedalam kegiatan ekstrakurikuler, sehingga pembiayaannya bisa dianggarkan dari
sekolah masing-masing.
154
155