236
.1 Pengertian Segmentasi Khalayak Istilah “segmentasi khalayak” berarti membagi dan mengatur khalayak menjadi beberapa kelompok kecil orang yang memiliki kebutuhan, kecenderungan, dan karakteristik serupa sehubungan dengan aspek-aspek komunikasi. Komunikator kesehatan melakukan segmentasi khalayak guna mendapatkan cara paling tepat dan efektif dalam berkomunikasi dengan kelompok-kelompok tersebut. Komunikator kesehatan harus mengidentifikasi beberapa khalayak yang potensial untuk strategi komunikasi. Masing-masing khalayak akan mendapat manfaat langsung dari perubahan perilaku yang diharapkan. 2.2 Langkah-langkah Proses Segmentasi Khalayak Dalam pembahasan ini, kami akan memaparkan empat langkah panduan utuk melaksanakan proses segmentasi khalayak primer (khalayak utama), khalayak sekunder, dan khalayak yang berpengaruh.langkah-langkah ini dapat mengarahkan komunikator pada keputusan dan gambaran khalayak bagi strategi komunikasinya. 2.2.1 Menentukan Segmentasi Khalayak. Apakah segmentasi perlu dilakukan? Jika seluruh khalayak potensial bisa dijangkau secara efektif melalui rangkaian saluran yang sama, 1

komunikasi kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

komunikasi kesehatan

Citation preview

Page 1: komunikasi kesehatan

.1 Pengertian Segmentasi Khalayak

Istilah “segmentasi khalayak” berarti membagi dan mengatur khalayak

menjadi beberapa kelompok kecil orang yang memiliki kebutuhan,

kecenderungan, dan karakteristik serupa sehubungan dengan aspek-aspek

komunikasi. Komunikator kesehatan melakukan segmentasi khalayak guna

mendapatkan cara paling tepat dan efektif dalam berkomunikasi dengan

kelompok-kelompok tersebut. Komunikator kesehatan harus mengidentifikasi

beberapa khalayak yang potensial untuk strategi komunikasi. Masing-masing

khalayak akan mendapat manfaat langsung dari perubahan perilaku yang

diharapkan.

2.2 Langkah-langkah Proses Segmentasi Khalayak

Dalam pembahasan ini, kami akan memaparkan empat langkah panduan

utuk melaksanakan proses segmentasi khalayak primer (khalayak utama),

khalayak sekunder, dan khalayak yang berpengaruh.langkah-langkah ini dapat

mengarahkan komunikator pada keputusan dan gambaran khalayak bagi strategi

komunikasinya.

2.2.1 Menentukan Segmentasi Khalayak.

Apakah segmentasi perlu dilakukan? Jika seluruh khalayak

potensial bisa dijangkau secara efektif melalui rangkaian saluran yang

sama, dengan rangkaian pesan yang sepenuhya bisa diterima, maka

komunikator tidak perlu melakukan segmentasi. Namun, dalam sebagian

besar kasus, khalayak hanya akan mendapat manfaat bila mereka telah

tersegmentasi. Kegiatan komunikasi juga akan menjadi efektif. Para

komunikator kesehatan telah mengetahui bahwa segmentasi khalayak itu

perlu, sehingga mereka dapat merancang berbagai pesan, seruan, atau

himbauan untuk bertindak sesuai segmentasi tersebut, guna

mempromosikan perubahan perilaku secara efektif.

1

Page 2: komunikasi kesehatan

Ketersediaan sumber daya juga mempengaruhi keputusan

segmentasi khalayak. Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan

dan melaksanakan upaya komunikasi secara terpisah bagi beberapa

kelompok mungkin akan membebani upaya komunikasi mereka. Jika

sumber daya terbatas, namun segmentasi khalayak tidak bisa dihindari,

mungkin lebih tepat untuk berfokus pada jumlah yang segmen yang

sedikit, atau mencari cara untuk berbagai dana dengan program-program

lain.

Pedoman untuk membantu menentukan saat tepat melakukan

segmentasi khalayak antara lain :

2.2.1.1 Lakukan segmentasi dengan tepat jika pemisahan khalayak

memberikan manfaat.

Misalnya memisahkan pengguna (user) suatu produk dengan

bukan pengguna (non user), atau memisahkan orang yang

mempraktikkan suatu perilaku dengan mereka yang tidak

mempraktikkannya.

Contohnya adalah pesan untuk pria yang tidak pernah

menggunakan kondom akan berbeda dengan mereka yang pernah

menggunakan kondom, meskipun tidak secara teratur. Kelompok

pertama memerlukan informasi mengenai manfat penggunaan

kondom. Kelompok kedua mungkin perlu diteliti lebih lanjut

mengapa mereka tidak selalu menggunakan kondom. Rencana

komunikasi yang efektif harus merancang pesan bagi kepentingan

mereka.

Hal yang sama juga berlaku untuk imunisasi anak. Program

imunisasi seringkali menghimbau keluarga untuk mengimunisasikan

anaknya, seolah-olah orang tua baru memikirkan topik ini untuk

pertama kalinya. Di banyak negara, masalahnya bukan karena orang

2

Page 3: komunikasi kesehatan

tua tidak tahu. Melainkan juga karena keluarga tidak memastikan

anak-anaknya mendapatkan rangkaian imunisasi yang diperlukan.

Berdasarkan pada tahapan perilaku yang berbeda ini, komunikator

melakukan segmentasi khalayak dan mengembangkan strategi

komunikasi yang sesuai. Strategi pertama untuk meyakinkan orang

tua agar memulai program imunisasi, strategi yang lain untuk

mendorong mereka membawa anak-anaknya mendapatkan paket

imunisasi yang lengkap.

Contoh lain, komunikator kesehatan mengidentifikasi kematian

ibu sebagai masalah kunci. Maka, ibu hamil menjadi khalayak

potensial untuk diberi pesan tentang pentingnya asuhan kehamilan.

Beberapa ibu hamil mungkin sama sekali tidak memeriksakan

kandungannya. Lainnya mungkin mulai berkunjung pada trimester

kedua dan ketiga dari periode kehamilannya. Khalayak sasaran

pertama, dengan demikian, perlu memahami sifat mengunjungi

tenaga kesehatan untuk memeriksakan kandungannya. Khalayak

kedua sudah mengerti pentingnya pemeriksaan kandungan, tapi perlu

memahami manfaatnya pada trimester pertama kehamilannya.

2.2.1.2 Lakukan segmentasi menurut kebutuhan informasi dan motivasi.

Jika kelompok-kelompok khalayak sasaran berbeda-beda

memerlukan jenis informasi atau motivasi yang berbeda-beda pula

untuk mempromosikan perubahan perilaku.

Kebutuhan informasi : khalayak sasaran potensial untuk

mempromosikan penggunaan kontrasepsi bisa didefinisikan sebagai

perempuan usia subur. Dalam kelompok ini, perempuan yang masih

muda mungkin menginginkan satu atau dua anak, sementara cara

kontrasepsi modern mungkin merupakan pemecahannya. Di sisi lain,

perempuan yang lebih dewasa dengan tiga anak atau lebih mungkin

3

Page 4: komunikasi kesehatan

ingin mempertimbangkan cara kontrasepsi permanen. Meskipun

kedua kelompok tadi terdiri dari perempuan yang sudah menikah,

dan masih dalam rentang usia subur, namun kebutuhan informasi

mereka berbeda.

Dalam kasus ini, strategi yang tidak dibedakan bisa mendorong

ibu untuk memilih pemecahan yang tidak tepat, atau justru tidak

memberikan alasan yang cukup kuat untuk mencari metode KB yang

paling sesuai. Melakukan segmentasi khalayak perempuan usia

subur yang sudah menikah menjadi dua, yaitu mereka yang ingin

menjarangkan kehamilan, dan mereka yang ingin membatasi jumlah

anak, akan menghasilkan strategi yang lebih terfokus dan sesuai.

Contoh lain, di banyak negara, sebagian besar remaja sudah

aktif secara seksual. Perilaku yang diinginkan bagi mereka adalah

menggunakan kontrasepsi untuk menghindari kehamilan yang tidak

di inginkan. Untuk remaja yang belum aktif secara seksual, pesannya

dapat berupa penundaan kegiatan seksual. Perbedaan perilaku ini

memerlukan pesan dan meteri yang berbeda.

Materi visual dengan sedikit teks mungkin diperlukan oleh

banyak anggota khalayak yang tidak terlalu mahir membaca. Materi

visual dengan lebih banyak teks, sebaliknya, bisa memberi pesan

komunikasi lebih baik kepada anggota yang lebih mahir membaca.

Motivasi : apakah strategi yang menarik bagi perempuan

pedesaan juga menarik bagi perempuan di perkotaan? Jika tidak,

pertimbangakan untuk melakukan segmentasi khalayak sasaran ini

guna memastikan bahwa pendekatannya sesuai bagi kedua kelompok

tersebut. Pikirkan apakah sebagaian besar anggota khalayak akan

menanggapi himbuan dan pendekatan yang sama. Kemampuan

membaca, bahasa, dan pertimbangan-pertimbangan lain bisa

4

Page 5: komunikasi kesehatan

mengindikasikan perlunya pengembangan materi yang sesuai untuk

kelompok-kelompok yang berbeda dalam suatu khalayak sasaran,

meskipun pesan dasar dan perubahan perilaku yang diharapkan sama

saja. Cukupkah satu rangkaian pesan untuk berkomunikasi secara

efektif dengan mereka semua? Jika tidak, pertimbangkan untuk

melakukan segmentasi khalayak menurut jenis materi yang berbeda.

Berfokus pada motivasi yang lebih dari sekadar mwngambil

materi komunikasi yang sama, dan menyesuaikan ke dalam bahasa

setempat menggunakan contoh-contoh setempat. Hal ini berarti

memahami motivasi tertentu diantara khalayak yang sudah

disegmentasi dan mengembangkan strategi komunikasi tertentu

untuk memenuhi kebutuhan mereka.

2.2.1.3 Lakukan segmentasi berdasarkan sumber informasi yang efektif.

Jika kelompok yang berbeda-beda ini kemungkinan cenderung

mengidentifikasi diri dengan juru bicara yang berbeda.

Di banyak tempat, orang muda lebih menanggapi pesan yang

diberikan oleh sebayanya ketimbang pesan yang diberikan oleh orang

dewasa atau petugas. Masyarakat mungkin mempercayai orang-

orang yang terdengar dan terlihat serupa dengan mereka sendiri.

Beberapa orang lebih mempercayai nasehat tetangganya daripada

saran-saran tenaga kesehatan.

Namun, emskipun pilihan seseorang bersifat perorangan,

kecenderungan umum dalam kelompok tetap harus dipetimbangkan

saat memilih segmen khalayak. Jika riset analisa situasi

menunjukkan bahwa tanggapan sekelompok tertentu terhadap pesan

atau sumber yang berbeda-beda ternyata lebih baik, sebaiknya

dilakukan segmentasi.

5

Page 6: komunikasi kesehatan

Contoh Pemilihan Khalayak : Lembar Kerja Langkah Demi Langkah.

Langkah 1 : Identifikasi Segmen-Segmen Khalayak.

Berdasarkan analisis situasi, identifikasi khalayak sasaran potensial

untuk upaya komunikasi. Cantumkan nama khalayak potensial pada

kolom pertama tabel berikut ini. Untuk setiap khalayak, identifikasi

segmen yang mungkin (subkelompok dengan ciri yang membedakan

mereka secara menonjol dengan kelompok lain yang lebih besar).

Jika terdapat perbedaan yang menonjol, maka diperlakukan pesan

atau pendekatan komunikasi yang berbeda.

2.2.2 Menentukan Prioritas Segmen Khalayak dalam Strategi Komunikasi

Kesehatan.

Penentuan prioritas segmen khalayak diperlukan untuk

penyesuaian ketersediaan sumber daya untuk menjangkau semua orang

yang diidentifikasi terkena dampak atau beresiko mengalami masalah

kesehatan.

Pendekatan bertahap terhadap khalayak membantu membangun

momentum bagi upaya komunikasi. Selain itu, membangun

kapasitas/kemampuan salah satu segmen khalayak agar dapat membantu

segmen lain yang berada pada tahap perubahan perilaku yang berbeda.

Strategi komunikasinya sendiri bisa dimulai dengan menjangkau

khalayak yang paling mudah dicapai, paling mau mendengarkan pesan,

atau berada pada tahap yang sangat mungkin beralih ke tahap perubahan

perilaku berikutnya.

2.2.3 Mengidentifikasi Khalayak yang Berpengaruh.

Langkah 3 mengidentifikasi orang-orang yang berpengaruh

dalam sosial khalayak utama. Yang bertujuan untuk menggerakkan

6

Page 7: komunikasi kesehatan

orang-orang ini untuk mempengaruhi khalayak utama dalam perilaku

sehat. Untuk membantu dalam menentukan sosok-sosok yang

mempengaruhi pengetahuan dan perilaku khalayak sasaran terkait

dengan masalah kesehatan, dapat mengajukan pertanyaan sebagai

berikut :

1. Siapa yang menyaranakan cara mencegah atau mengatasi masalah

kesehatan?

2. Siapa yang mempengaruhi keputusan khalayak untuk mencari

bantuan dalam mencegah atau mengatasi masalah kesehatan?

3. Siapa yang mempengaruhi keputusan khalayak untuk mencoba

suatu produk,atau mempraktikkan perilaku sehat tertentu?

4. Siapa yang mempengaruhi keputusan khalayak untuk melanjutkan

atau menghentikan perilaku sehat yang baru?

5. Siapa yang menyaranakan cara mencegah atau mengatasi masalah

kesehatan?

Identifikasi semua tenaga pelayanan dan pemasok bahan-bahan

kepada khalayak sasaran utama. Identifikasi jaringan tenaga kerja

beserta tenaga kerja alternatifnya. Contohnya apakah khalayak sasaran

utama mencari pengobatan pada dukun?. Jika ya, dukun tersebut

mungkin berpengaruh besar atas khalayak sasaran. Apakah khalayak

mencari pertolongan kesehatan dari klinik pemerintah, outlet-outlet non

pemerintah, atau klinik swasta? Saat mengidentifikasi tenaga kesehatan

khalayak sasaran usahakanlah serinci mungkin. Misalnya, identifikasi

apakah khalayak sasaran mengunjungi perawat atau dokter. Catat

apakah mereka mengunjungi tenaga kesehatan terdekat, atau melakukan

perjalanan untuk mencapai tenaga kesehatan yang disukainya. Informasi

ini akan membantu dalam memilih tenaga kesehatan kunci.

7

Page 8: komunikasi kesehatan

Untuk mengidentifikasi tokoh pembentuk opini, tanyai manajer

program dan petugas masyarakat tentang siapa yang mempengaruhi

pendapat masyarakat menegnai masalah kesehatan, serta siapa yang

mengarahkan putusan-putusan kebijakan kesehatan. Tanyakan nama-

nama tokoh pembentuk opini dan pembuat kebijakan setempat lainnya.

Saat menyusun daftar pihak-pihak yang berpengaruh, perkirakan

tingkat pengaruhnya. Sebagai contoh hubungan antara klien dan tenaga

kesehatan sangat kuat dalam mempengaruhi perilaku sehat. Kerabat

tertentu, pasangan dan orang tua juga sangat berpengaruh. Dengan

memperkirakan tingkat pengaruh pihak-pihak terhadap khalayak sasaran

utama, maka kita akan lebih mampu membuat keputusan berdasarkan

informasi mengenai cara menggunakan sumber komunikasi untuk

mendorong advokasi yang bisa dilakukan oleh kelompok-kelompok

tersebut.

Ketiga, tanyakan pada pihak yang berpengaruh mengenai

sikapnya terhadap perilaku yang diharapkan. Mengetahui hal ini akan

membantu menentukan berapa banyak meniveestasi yang perlu

dilakukan tim dalam mempromosikan sikap positif dan advokasi

diantara kelompok ini.

2.2.4 Menggambarkan Potret Khalayak Utama.

Guna membantu mempersiapkan pendekatan kreatif untuk

berkomunikasi secara efektif dengan khalayak primer (utama), khalayak

sekunder, dan khalayak yang berpengaruh. Langkah ini menunjukkan

bagaimana mengembangkan gambaran masing-masing khalayak yang

sudah disegmentasi. dengan kata lain, langkah ini memberikan suau cara

untuk “menghidupkan setiap khalayak sasaran.”

8

Page 9: komunikasi kesehatan

Tujuan menggambar potret adalah memahami secara lengkap

keinginan, kemauan dan harapan khalayak sasaran. Sehingga saat tim

mengembangkan pesan, bisa terarah pada seseorang dalam potret

tersebut, bukan pada sekumpulan orang. Mulailah dengan melihat riset

kuantitaif sebagai dasarnya, kemudian tambahkan informasi kuantitatif.

Saat menjelaskan setiap segmen, pertimbangakan variable

psikografis, data fisik dan social ekonomi, termasuk ciri psikologis

anggota khalayak sasaran. Data ini bisa membantu memahami hal-hal

seperti harga diri, kecenderungan mengambil risiko, dan fatalisme

(sikap menyerahkan segala sesuatu pada nasib).Analisalah karakteristik

tersebut bersama dengan data social ekonomi. Kemudian susun profil

khalayak sasaran yang jelas dan realistis.

Latihan ini akan membantu untuk memahami pikiran khalayak

sasaran dengan menggambar potret seseorang yang berasal dari

khalayak tersebut. Pikirkan karakteristik khlayak sasarn kunci dan

mulailah membuat gambaran mental seseorang yang paling mewakili

khalayak tersebut.

Siapa namanya ?

Cari foto atau gambar yang mewakili orang tersebut dan buat

gambaranya, jika dia seorang perempuan ;

Berapa usianya ?

Seperti apa penampilanya ?

Dimana dia tinggal ?

Jika dia menikah ;

Seperti apa suaminya ?

Berapa anaknya ?

Apakah dia tinggal bersama ibu mertuanya ?

Apakah dia tinggal di desa ?

9

Page 10: komunikasi kesehatan

Apakah dia bekerja ? jika iya,

Apakah pekerjaannya ?

Apa medianya ?

Apakah dia bisa menonton televisi atau mendengar radio ?

Kemudian kembangkan suatu cerita tentang karakter tersebut.

Dalam cerita ini, jelaskan perilaku dan beberapa sikap kunci tentang

perilaku sehat yang akan dikomunikasikan oleh program kepadanya.

Potret ini tidak hanya berdasarkan fakta saja, meskipun riset tentang

khalayak sasaran yang dikumpulkan telah memberi banyak fakta rinci.

Menggambar “potret” Khlayak Sasaran Utama :

Petunjuk : dengan menggunakn lembaran ini, atau pada kertas terpisah,

gambarlah potret khalayak sasaran individu dengan kumpulan ciri

khalayak utama berdasarkan data. Penjelasan ini harus termasuk

bagaimana ia menanggapi norma masyarakat. Jelaskan dengan

terperinci buat cerita tentang “satu hari dalam hidup” orang ini. Ingat

bahwa ia adalah individu yang sangat penting yaitu khalayak sasaran

kita.

10

Page 11: komunikasi kesehatan

Contoh : Cerita dari Ghana

Cerita ini tentang Kwame, seorang petani berusia 42 tahun

yang tinggal di kawasan tengah. Ia punya dua istri dan lima orang anak

berusia 8 hingga 20 tahun. Kwame hidup dengan gaya pedesaan

tradisional Ghana. Pagi hari dihabiskanya dengan bekerja di kebun,

malam hari bersama teman-temanya di bar, meskipun Kwame

menganggap dirinya lelaki yang sudah berkeluarga, kadang-kadang ia

menjalin hubungan di luar nikah. Kwame sang petani sangat peduli pada

kesehjateraan anak-anaknya dan ingin mereka hidup lebih baik dari

dirinya. Ia peduli pada kedua istrinya karena merekalah yang merawat

anak-anaknya. Namun, ia enggan berkomunikasi dengan kedua istrinya

mengenai hal-hal pribadi seperti kesehatan reproduksi.ia berasumsi

bahwa mereka sudah tahu apa yang harus

2.2.5 Contoh penerapan strategi segmentasi khalayak dalam suatu desa

Program Komunikasi Kepada ibu – ibu di Desa tentang Pentingnya

Imunisasi untuk Anak Usia 0 – 11 bulan

Untuk memudahkan penyampaian informasi kami komunikator

merancang strategi “ Segmentasi Khalayak “ guna lebih mengefektifkan

dan efisiensi dalam berkomunikasi

Langkah I : Menentukan segmentasi khalayak

Dalam membuat Program Komunikasi kepada ibu – ibu di suatu Desa

tentang pentingnya Imunisasi untuk anak usia 0 – 11 bulan kami 11

Page 12: komunikasi kesehatan

mengolompokkan ibu – ibu di Desa tersebut ke dalam beberapa

kelompok atau segmentasi sebagai berikut.

Ibu – ibu Segmentasi

Kelompok Umur Ibu muda (usia 15 – 25)

Ibu berusia sedang ( 26 – 35 )

Ibu berusia tua (35 – 49)

Pendidikan SD

SMP

SMA

Sarjana

Pekerjaan Petani

Pedagang

Guru

PNS

Pegawai Swasta

Ibu Rumah Tangga

Langkah II : Menentukan Prioritas segmen Khalayak dalam strategi

komunikasi kesehatan

Segmen khalayak utama dalam program ini dapat ditentukan

dengan menggunakan indikator khalayak yang paling mudah dicapai,

paling mau mendengarkan pesan, atau berada pada tahap yang sangat

mungkin beralih ke tahap perubahan perilaku berikutnya.

Dalam program ini klalayak utamanya adalah ibu – ibu yang

berusia sedang (usia 26 – 35 tahun) karena memiliki emosi yang stabil

untuk menentukan apa yang terbaik yang harus dilakukan pada

keluarganya serta memiliki pendidikan yang tinggi disini dalam 12

Page 13: komunikasi kesehatan

segmentasi yang berpendidikan sarjana, dan pekerjaannya adalah ibu

rumah tangga karena faktor kesibukan yang sedikit dan prioritas untuk

mengurus keluarga sangat tinggi sehingga memungkinkan minatnya

terhadap kesehatan keluarga terutama anak.

Langkah III : Mengidentifikasi Khalayak yang Berpengaruh

Tujuan menentukan khalayak yang berpengaruh adalah

menggerakkan orang – orang ini untuk mempengaruhi khalayak utama

dalam perilaku sehat.

Dalam program ini khalayak yang berpengaruh adalah ibu – ibu

yang berusia 35 – 49 tahun, karena ibu – ibu dalam usia tersebut sedikit

banyaknya telah berpengalaman tentang imunisai sehingga ibu tersebut

akan mampu untuk mempengaruhi ibu – ibu yang menjadi khalayak

utama berdasarkan pengalamannya tersebut.

Langkah IV : Menggambar potret khalayak utama

Dengan menggambar potret khalayak utama bertujuan memahami

secara lengkap keinginan, kemauan, dan harapan khalyakan sasaran.

Misal :

Ibu Romlah warga Desa X yang berusia 27 tahun selalu menghadiri

kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas setempat

meskipun ibu tersebut berprofesi sebagai petan tetapi dia selalu rutin

mengikuti program imunisasi yang dilakukan puskesmas setempat,

sehingga ibu tersebut merupakan contoh.

Berdasarkan segmentasi khalayak diatas diperoleh :

1. Khalayak Primer (utama) adalah ibu – ibu yang berusia sedang (usia 26 – 35 tahun), berpendidikan sarjana dan pekerjaannya adalah ibu rumah tangga.

2. Khalayak Sekunder adalah ibu – ibu yang tidak termasuk dalam khalayak primer dan tersier.

13

Page 14: komunikasi kesehatan

3. Khalayak Tersier adalah adalah ibu – ibu yang berusia 35 – 49 tahun karena memiliki faktor pengalaman yang mampu untuk mempengaruhi khalayak utama.

2.1 Komunikasi Kesehatan Strategis

2.1.1 Definisi Komunikasi Strategis

Strategi komunikasi yang mantap memberikan koherensi bagi kegiatan

program kesehatan dan membantu memperlancar kekuatan program untuk mencapai

keberhasilan. Komunikasi strategis merupakan kemudi program yang akan

mengarahkannya ke tujuan komunikasi strategis juga menjadi pengikat yang

mempersatukan program atau visi kreatif yang memadukan berbagai aspek kegiatan

program.

2.1.2 Karekteristik Komunikasi Kesehatan Strategis

Untuk mencapai komunikasi kesehatan yang strategis ada beberapa syarat yang

harus dicapai, antara lain:

1. Berorientasi pada hasil

Bukti utama efektivitas upaya komunikasi strategis dapat terlihat dari hasil

program kesehatan. Hal yang tidak kalah penting adalah peningkatan kapasitas

mitra setempat untuk melaksanakan program sejenis secara mandiri.

2. Berdasarkan ilmu pengetahuan

Pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan penelitian memerlukan data yang

akurat dan teori yang relevan. Semua ini diawali dengan riset formatif dan data

yang cukup untuk mendefinisikan masalh kesehatan spesifik, mengidentifikasi

solusi yang layak, dan menggambarkan khalayak sasaran.

3. Berfokus pada klien

Pendekatan yang berfokus pada klien perlu diawali dengan pemahaman dari

sudut pandang klien terkait dengan apa yang dimaksud dengan kebutuhan

14

Page 15: komunikasi kesehatan

kesehatan. Diskusi dengan khalayak sasaran memberikan pandangan tentang

kebutuhan kesehatan tersebut serta hambatanuntuk memenuhi kebutuhan yag

diutarakan.

4. Partisipatif

Komunikasi strategis mempromosikan pengambilan keputusan secara bersama

oleh Stakeholder dan penerima manfaat dalam semua tahapan P-Process

termasuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

5. Berorientasi pada manfaat

Khalayak sasaran harus melihat manfaat yang jelas saat melakukan tindakan

yang dipromosikan oleh upaya komunikasi.

6. Berkaitan dengan pelayanan

Upaya promosi kesehatan seharusnya mengidentifikasi dan mempromosikan

pelayanan yang spesifik. Pendekatan ini menekankan konsep kemandirian

individu atau kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri dan juga

mendukung konsep kemandirian bersama.

7. Berbagai saluran

Komunikasi strategis yang efektif biasanya menggunakan berbagai cara. Strategi

komunikasi sering kali mengintegrasikan komunikasi interpersonal (IPC),

saluran berbasis masyarakat, dan berbagai media untuk menciptakan pertukaran

informasi dan ide yang dinamis dan bersifat dua arah.

8. Berkualitas tinggi secara teknis

Komunikator kesehatan strategis bekerja bersama lembaga dan individu yang

kompeten untuk merancang pesan dan materi komunikasi berkualitas tinggi yang

dirancang secara profesional.

9. Berkaitan dengan advokasi

Advokasi terjadi pada dua tingkatan, yaitu tingkat pribadi/sosial dan tingkat

kebijakan atau program. Advokasi pribadi dan sosial terjadi ketika pihak-pihak

15

Page 16: komunikasi kesehatan

dengan perilaku baru mengakui perubahan perilaku mereka dan mendorong

anggota keluarganya untuk mengadopsi perilaku serupa.

2.1.3 Kerangka Kerja Strategis

Banyak model dan kerangka kerja strategis yang mengarahkan proses

rancangan strategis. Dalam makalah ini menjelaskan kerangka kerja yang diberi nama

Proses Perubahan Perilaku (Process Of Behavior Change / PBC) PBC adalah

kerangka kerja yang telah berhasil digunakan dalam bidang komunikasi kesehatan

selama bertahun-tahun.

Kerangka kerja PBC mengakui bahwa perubahan perilaku berikut komunikasi

yang dimaksudkan untuk mempegaruhi perubahan perilaku merupakan suatu proses.

Masyarakat biasanya bertindak mengacu pada beberapa langkah lanjutan dalam

proses perubahan perilaku, seperti dialog antar pasangan mengenai kesehatan

reproduksi.

Lebih jauh lagi, kerangka kerja ini menyatakan bahwa masyarakat pada tahap

yang berbeda akan membentuk khalayak sasaran yang berbeda pula. Dengan

demikian, mereka biasanya membutuhkan pesan-pesan yang berbeda, terkadang juga

pendekatan yang berbeda, baik saluran, antarpribadi, saluran masyarakat, atau media

massa.

Secara umum, khalayak umum dijelaskan sebagai berikut:

a. Belum tahu : tidak sadar akan adanya masalah atau resiko pribadi bagi mereka

b. Tahu : sadar akan adanya masalah, dan mengetahui perilaku yang diinginkan

c. Setuju : setuju dengan perilaku yang diinginkan

d. Berminat : bermaksud secara pribadi melakukan tindakan yang diinginkan

e. Praktik : melakukan perilaku yang diinginkan

f. Mengadvokasi: mempraktikan perilaku yang diinginkan sekaligus

memberitahukannya kepada orang lain

16

Page 17: komunikasi kesehatan

Adalah penting memahami posisi khalayak sasaran dalam hubungannya

dengan elemem-elemen tersebut sebelum suatu strategi. Kemajuan dari satu elemen

berikutnya meningkatkan kemungkinan perubahan perilaku dan berkesinambungan.

Kebijakan public dan strategi komunikasi mempengaruhi perubahan individu

dan masyarakat, membangun norma-norma masyarakat yang baru dan setelah

beberapa waktu akan mendukung kebijakan dan program yang lebih kuat dan efektif.

PBC ini juga bisa memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang

memungkinkan untuk mendukung perilaku baru. Advokasi merupakan elemen kunci

dalam proses ini, dan bisa menjaga perilaku yang diinginkan agar tetap bertahan.

Kerangka kerja PBC bisa bekerja secara efektif dengan rancangan proyek

yang komprehensif dan pendekatan pelaksanaan yang disebut Proses dan prinsip

komunikasi kesehatan “P-Process”.

2.2. Model P-Procces

P-Procces adalah sebuah kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap

bagaimana mengembangkan strategi program komunikasi kesehatan. Selama ini P-

Process telah memberikan kerangka kerja yang mantap dan mudah diterapkan untuk

pengembangan strategi, pelaksanaan proyek, bantuan teknis, pembangunan institusi

dan pelatihan. Kerangka kerja ini digunakan secara bersama sebagai panduan bagi

bermacam-macam stakeholder yang terlibat dalam perancangan dan perwujudan

program komunikasi kesehatan strategis.

2.2.1 Langkah-langkah P-Procces

P-Process dikembangkan pada tahun 1983 dan digambarkan seperti ilustrasi

berikut.

Langkah P-Process adalah sebagai berikut

1. Analisa (Memahami karakteristik masalah kesehatan serta hambatan terhadap

perubahan)

17

Page 18: komunikasi kesehatan

Mendengarkan khalayak sasaran yang potensial, emnilai kebijakan, sumber daya,

kekuatan serta kelemahan program yang sudah ada dan menganalisa sumber daya

komunikasi.

2. Rancangan Strategis

Menentukan tujuan, mengidentifikasi segmen khalayak sasaran, memposisikan

konsep bagi khalayak sasaran, mengklasifikasika model perubahan perilaku yang

akan digunakan,memilih saluran komunikasi, merencanakan diskusi antarpribadi,

menyusun rencana tindakan dan rancangan evaluasi.

3. Pengambangan, Pengujian Awal, Perbaikan dan Produksi

Mengembangkan konsep pesan, menguji melalui anggota khalayak sasaran dan

pihak penanggung jawab, memperbaiki dan memproduksi pesan serta materi,

serta menguji kembali materi baru dan materi yang sudah ada.

4. Manajemen, Pelaksanaan, dan Pemantauan

Menggerakkan organisasi kunci, menciptakan lingkungan organisasi yang positif,

mewujidkan rencana tindakan dan memantau penyebarluasan informasi,

pengiriman dan penerimaan hasil-hasil program.

5. Evauasi Dampak

Mengukur dampak pada khalayak sasaran dan menentukan cara meningkatkan

proyek yang akan datang

6. Merencanakan Kesinambungan

Menyesuaikan dengan kondisi yang terus berubah dan merencanakan

kesinambungan serta kemandirian.

18

Page 19: komunikasi kesehatan

Gambar 1. Langkah-langkah P-Procces

2.2.2 Keunggulan P-Procces

Beberapa kualitas p-process yang menjadikannya alat bantu yang sangat

bermanfaat untuk perencanaan dan pelaksanaan program adalah :

1. P-process bersifat sistematis dan rasional

2. Selalu tanggap terhadap lingkungan yang berubah dan bisa disesuaikan dengan

hasil temuan riset serta data-data baru

3. Praktis diterapkan di berbagai tingkatan di lapangan

4. Strategis dalam menyusun dan mencapai tujuan jangka panjang

Jika diikuti secara berurutan, enam langkah p-process dapat membantu

mengembangkan rancangan program yang efektif.

2.3 Analisis Situasi

Tahap pertama yang harus dilakukan dalam merancang strategi komunikasi

kesehatan adalah menganalisa situasi yang terdiri atas lima langkah pengembangan

analisa situasi.

Dalam mengembangkan strategi komunikasi kesehatan, pertama-tama kita

dituntut memahami semua faktor yang mungkin mempengaruhi upaya-upaya

komunikasi. Pemahaman atas faktor-faktor ini disebut sebagai analisa situasi.

19

Page 20: komunikasi kesehatan

Istilah “analisa situasi” bisa didefinisikan dan digunakan dalam berbagai cara.

Dalam konteks panduan lapangan, istilah “analisa situasi” mengacu pada proses

analisa faktor-faktor yang khusus berhubungan dengan pengembangan strategi

komunikasi.

2.3.1 Fungsi Analisis Situasi

Fungsinya adalah sebagai panduan untuk semua kegiatan komunikasi.

Komunikator menggunakan analisa situasi untuk mengamati, mengumpulkan,

mengatur, dan menilai faktor-faktor yang relevan. Dengan kata lain, analisis situasi

adalah mengacu pada proses analisa faktor-faktor yang khusus berhubungan dengan

pengembangan strategi komunikasi. Faktor-faktor tersebut mencakup karakteristik

khalayak, sumber daya yang tersedia, dan lingkungan komunikasi.

Salah satu hasil analisis situasi adalah pemahaman atas kesenjangan dasar

pengetahuan, yang perlu dijembatani agar proses pengembangan strategi dapat

dilanjutkan. Ukuran kuantitatif situasi saat ini, dalam hubungannya dengan khalayak

sasaran, biasanya dilakukan dalam bentuk survey baseline. Pandangan lain seringkali

diperoleh dengan menggunakan teknik kualitatif, seperti kelompok diskusi terfokus

(Focus Grup Discussion).

2.3.2 Langkah – Langkah Analisis Situasi

Dalam perencanaan penentuan program komunikasi kesehatan dengan model

P-Process, khususnya anilisa situasi terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan,

yaitu:

Mengidentifikasi dan memahami masalah, Menentukan khalayak sasaran yang

potensial, Mengidentifikasi Sumber Daya Komunikasi yang potensial, Melakukan

penilaian lingkungan, Merangkum kekuatan dan kelemahan Sumber Daya Manusia,

teknologi dan keuangan yang tersedia, serta peluang dan ancaman terhadap

20

Page 21: komunikasi kesehatan

komunikasi kesehatan yang efektif dalam lingkungan yang bersangkutan, hal tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan Memahami Masalah

Langkah pertama dalam melakukan analisa adalah mengidentifikasi dan

memahami masalah kesehatan tertentu, yang akan menjadi fokus program

komunikasi yang akan diajukan. Pertimbangkan masalah kesehatan dalam

konteks visi strategis secara keseluruhan. Untuk mendefinisikan strategi

komunikasi yang efektif, kita perlu membandingkan visi bersama dengan

pemahamn kita atas situasi saat ini. Kita juga perlu memahami kenapa perbedaan

terjadi.

Biasanya, dalam sebuah strategi komunikasi kesehatan nasional, terutama

jika program dan pelayanan kesehatan terpadu menjadi satu, beragam masalah

yang perlu diperhatikan akan teridentifikasi. Rangkaian masalah tersebut

seringkali ditangani selama beberapa waktu, menggunakan teknis tahapan atau

urutan, lapis-lapis pelayanan dan saluran komunikasi, guna memastikan cakupan

maksimalnya. Perilaku-perilaku sehat juga dikelompokkan untuk

mempromosikan perpaduannya.

Namun, penting kiranya mengidentifikasi masalah kunci yang berkaitan

dengan setiap perilaku sehat dalam strategi dan menyusun tujuan serta pesan

yang sesuai untuk untuk masing-masing masalah. Kunci keberhasilan strategi

komunikasi kesehatan adalah fokus pada suatu masalah tertentu,dalam rentang

waktu tertentu. Mengungkap terlalu banyak masalah dalam satu kurun waktu,

seringkali menciptakan pesan yang membingungkan atau mengacaukan

khalayak, hingga membatasi dampak komunikasi.

Pada beberapa kasus, kita tidak perlu mengidentifikasi masalah. Strategi

yang ada mungkin sudah menunjukkan apa yang perlu dilakukan: apakah

21

Page 22: komunikasi kesehatan

langsung berkaitan dengan tujuan program yang menyeluruh atau idealnya

berkaitan dengan visi strategis secara keseluruhan, yang dinyatakan oleh

pimpinan kunci dan pembuat kebijakan. Tapi, jika suatu masalah sudah

teridentifikasi, penting kiranya melakukan verifikasi atau pengecekan atas

relevansi masalah tersebut. Kita juga pasti ingin mencegah munculnya cara

pandang berdasarkan kemauan politis, informasi yang sudah basi, atau

keterbatasan pemahaman stakeholder di awal program.

a. Memahami Masalah Kesehatan

Memahami masalah kesehatan berarti mempunyai persepsi yang jelas

tentang lingkup dan tingkat parahnya permasalahan, berikut perilaku yang

akan mencegah dan mengatasi masalah tersebut. Dalam upaya mencapai

pemahaman ini, kita akan lebih mengenal sumber informasi yang tersedia

terkait dengan permasalahan.

b. Lingkup Permasalahan Kesehatan

Memperkirakan lingkup permasalahan kesehatan merupakan faktor untuk

memutuskan cara mengomunikasikannya. Lihat dua ukuran kunci dari luasnya

lingkup permasalahan, yaitu prevalensi dan angka kejadian. Ukuran-ukuran

tersebut umumnya tersedia di Departemen Kesehatan.

Karena prevalensi selalu beruabah, para praktisi kesehatan masyarakat

menggunakan ukuran paling baru yang dipadukan dengan angka kejadian

untuk memperkirakan lingkup permasalahan. Angka kejadian menggukur

jumlah kasus baru dari suatu masalah kesehatan tertentu per seribu orang

dalam suatu populasi. Contoh

- Jumlah kasus gonorrhea di daerah Utara meningkat 10% per tahun.

- Jumlah ibu hamil pengidap anemia yang diperiksa di klinik perawatan

kehamilan di daerah TImur meningkat 2% setiap tahun.

- Dengan melakukan pengukuran terhadap insiden membantu dalam

memperkirakan besarnya angka prevalensi di masa mendatang tanpa

22

Page 23: komunikasi kesehatan

intervensi apapun. Informasi tersebut biasanya tersedia/dikeluarkan oleh

DepKes atau program/proyek yang menangani masalah kesehatan.

c. Tingkat Keparahan Masalah Kesehatan

Parahnya masalah kesehatan berhubungan erat dengan luasnya lingkup

permasalahan. Tingkat keparahan diukur dalam bentuk:

- Kematian atau jumlah orang yang meninggal karena masalah tersebut.

- Angka kesakitan (morbidity rate), atau jumlah orang yang menjadi cacat

tetap atau cacat sementara karena masalah tersebut.

- Biaya penanganan masalah itu bagi seseorang, keluarganya, dan

masyarakat secara keseluruhan.

Depkes biasanya mengumpulkan informasi menyangkut angka kematian

dan angka kesakitan masalah kesehatan tertentu. Organisasi yang melakukan

advokasi untuk membangkitkan perhatian terhadap masalah kesehatan kerap

mengumpulkan informasi mengenai biaya yang ditanggung individu dan

masyarakat. Saat tingkat keparahan suatu masalah kesehatan didefinisikan,

akan membantu jika dampak masalah tersebut dibandingkan dengan dampak

penyakit umum lainnya.

Data yang kita kumpulkan mengenai lingkup dan tingkat keparahan

masalah akan berperan penting saat kita mengembangkan alas an untuk

menggunakan sumberdaya dalam mencegah dan mengatasi masalah tersebut.

d. Perilaku Pencegahan dan Penanganan yang Diharapkan

Tanggapan yang tepat bagi suatu masalah kesehatan dapat berupa

perubahan beberapa perilaku yang potensial. Perhatikan hal-hal di luar

informasi factual tentang masalah kesehatan tersebut agar kita benar-benar

memahami lingkungan dalam konteks yang lebih luas. Menunjukkan

gambaran perubahanperilaku yang diharapkan, pada awal proses akan

membantu kita dan tim dalam merancang strategi yang sesuai.

e. Sumber-sumber Informasi

23

Page 24: komunikasi kesehatan

Informasi yang kita kumpulkan dengan mengidentifikasi lingkup dan

tingkat keparahan masalah, serta perilaku pencegahan dan penanganan yang

diharapkan, akan memberikan informasi untuk menyusun strategi komunikasi.

2. Menentukan Khalayak Potensial

Khalayak primer strategi komunikasi biasanya terdiri dari orang-orang

yang berisiko atau mengidap masalah kesehatan tertentu. Anak-anak merupakan

satu pengecualian. Dalam kasus ini, sosok yang merawat merekalah yang

biasanya dinyatakan sebagai khalayak kunci yang berpengaruh. Guna membantu

mengidentifikasi khalayak potensial, kaji penelitian yang ada mencakup kondisi

atau penyakit. Yang bisa dijadikan sumber-sumber informasi antara lain adalah

Depkes, pusat-pusat kesehatan setempat, dan survei-survei kesehatan nasional.

Petugas medis dan petugas kesehatan masyarakat bisa menjelaskan bagaimana

masalah meluas. Mereka juga bisa mengidentifikasi siapa-siapa yang berisiko

atau terpengaruh. Mungkin saja terjadi kesenjangan informasi, yang memerlukan

penelitian formatif atau studi baseline, sebelumkita bisa memahami khalayak

potensial, dan menjelaskan serta menggambarkan mereka.

a. Megidentifikasi Karakteristik Khalayak Umum

Ketika mengidentifikasi khalayak potensial, kelompokkan mereka

menurut karakteristik umum seperti rentang usia,gender, pekerjaan, tempat

tinggal, jumlah anak, dan gaya hidup, serta akses terhadap media cetak,

radio, dan televisi. Cari karakteristik yang membedakan khalayak potensial

dari orang yang tidak berisiko, atau tidak mempunyai masalah kesehatan.

Pastikan bahwa analisa kita peka terhadap faktor gender, dengan

mempertimbangkan peran dan hubungan gender yang berbeda di antara

anggota khalayak potensial tersebut. Bagaimana perilaku khalayak potensial

saat ini dalam hubungannya dengan konsep kesetaraan dan kesamaan

gender? Lihat juga apakah anggota kelompok khalayak potensial menerima

24

Page 25: komunikasi kesehatan

dukungan social yang tinggi. Hal ini berperan penting bagi kemampuan

individu untuk berubah.

b. Megidentifikasi Tahap Perubahan Perilaku

Untuk masing-masing khalayak, cari informasi yang mengidentifikasi

perilaku sehat mereka saat ini dibandingkan denganperilaku sehat yang

diharapkan atau direkomendasikan. Seberapa cepat atau lambat perilaku

tersebut diadopsi. Sebuah pendekatan yang bermanfaat menggolongkan

khalayak potensial kita menurut kerangka kerja PBC yang disajikan pada

bagian “pendahuluan”.

Guna menyusun perkiraan tahapan perubahan perilaku khalayak

potensial, kaji data kuantitatif yang ada seperti data survey kependudukan

dan kesehatan (Demographic and Health Survei-DHS) serta sensus. Kedua

sumber tersebut bisa memberikan informasi relevan mengenai tahapan

perubahan perilaku berbagai kelompok masyarakat di Negara itu. Umumnya,

DHS menanyakan pengetahuan, perilaku dan praktik yang berhubungan

dengan kesehatan reproduksi, ibu dan anak. DHS terbaru biasanya tersedia

di Dinas Kesehatan setempat atau di kantor USAID. Jika tidak ada, Marco

internasional, Inc., bisa memberikan salinan laporan DHS untuk berbagai

negara.

Kerap data khalayak yang ada tidak memadai untuk membuat keputusan

yang berhubungan dangan strategi komunikasi. Kita mungkin perlu

bekerjasama dengan para peneliti untuk merancang dan

mengimplementasikan survei baseline kuantitatif, yangh akan menghasilkan

informasi terpercaya mengenai karakteristik khalayak, masalah perilaku,

hambatan terhadap perubahan perilaku, dan lain-lain. Seringkali, riset

kuantitatif seperti diskusi kelompok terfokus dengan anggota khalayak

potensial bermanfaat dilakukan guna mendapatkan informasi deskriptif yang

kaya mengenai khalayak sasaran. Kadang-kadang, pengumpulan data ini

25

Page 26: komunikasi kesehatan

dibarengi dengan wawancara tatap muka dengan para stakeholder kunci

untuk mendapatkan pandangan lain. Kita dan anggota tim perlu melacak

penelitian pendahuluan yang diperlukan (jika ada). Pertimbangkan faktor

waktu dan anggaran ketika permasalahan ini disentuh.

Selain mengkaji studi formal, lakukan wawancara dengan ahli setempat

untuk mengetahui pendapat mereka mengenai tahapan perilaku kellompok

yang sedang dibahas. Guna mendapatkan pandangan yang berbeda, bicaralah

dengan petugas program yang bekerja dengan khalayak potensial ini setiap

hari.

c. Megidentifikasi Hambatan Terhadap Perubahan Perilaku yang Sudah

Diketahui

Saat mewawancarai staf prigram, ahli kesehatan, perwakilan

masyarakat dan anggota khalayak potensial, tanyakan pendapat mereka

mengenai penyebab khalayak tidak mengadopsi perilaku sehat yang

diharapkan.

Seringkali, salah satu hambatan untuk mengadopsi perilaku adalah

kenyataan bahwa khalayak memang tidak mengetahui perilaku tersebut.

Hambatan di luar kesadarn dan pengetahuan juga harus dipertimbangkan.

Memahami berbagai hambatan perubahan meskipun berada di luar

jangkauan komunikasi, penting guna mengambil keputusan-keputusan

komunikasi strategis. Pemahaman ini akan membantu memperkirakan

tingkat perubahan yang bisa dicapai dalam jangka waktu tertentu.

d. Megidentifikasi Pihak-Pihak yang Berpengaruh

Setelah mengidentifikasi khalayak potensial, berikutnya adalah

mencari tahu siapa yang mempengaruhi perilaku sehat mereka.

Berkonsultasi dengan manajer program yang bekerja di tengah masyarakat

dan tenaga-tenaga kesehatan masyarakat yang mengunjungi khalayak

sasaran ini secara teratur. Kaji temuan penelitian yang relevan. Lakukan

26

Page 27: komunikasi kesehatan

kunjumgan tidak resmi ke masyarakat dan rumah-rumah penduduk. Bicara

dengan anggota khalayak potensial serta pimpinan masyarakat mengenai

masalah kesehatan ini.

3. Mengidentifikasi Sumber Daya Komunikasi yang Potensial

Langkah ketiga dalam menganalisa situasi adalah memahami lingkungan

komunikasi, termasuk kegiatan komunikasi kesehatan yang ada saat ini, serta

sumber daya yang tersedia. Fokusnya adalah mengidentifikasi dan menilai

sumber daya potensial yang bisa membantu melaksanakan program komunikasi.

Secara luas, komunikator kesehatan mendefinisikan saluran komunikasi

sebagai system penyampaian pesan untuk mencapai khalayak sasaran. Saluran ini

dikategorikan sebagai saluran “interpersonal”, “berorientasi pada masyarakat”,

dan “media massa”. Dua saluran terakhir sangat efektif jika tujuannya adalah

untuk mengubah nilai-nilai masyarakat budaya.

Saluran interpersonal berfokus pada komunikasi satu-satu, atau satu orang

dengan satu kelompok. Saluran satu-satu mencakup komunikasi antara rekan

sejawat, antarpasangan, dan antara petugas klinik kesehatan dengan klien.

Contoh komunikasi satu orang kepada satu kelompok bisa berupa pertemuan

tenaga kesehatan yang berkeliling ke masyarakat bekerjasama dengan organisasi

perempuan. Saluran interpersonal menggunakan komunikasi verbal dan non-

verbal.

Saluran yang berorientasi pada masyarakat berfokus pada penyebaran

informasi melalui jaringan social yang sudah ada, seperti keluarga atau satu

kelompok masyarakat, serta memberikan peluang bagi anggota khalayak untuk

saling memperkuat perilaku satu sama lain.

Saluran media massa menjangkau khalayak luas. Saluran ini terutama

efektif dalam menetapkan agenda, dan memberikan kontribusi untuk membangun

normal sosial yang baru. Formatnya berkisar mulai dari pendidikan hingga

27

Page 28: komunikasi kesehatan

hiburan dan iklan, mencakup televise, radio, dan media cetak seperti majalah,

Koran, media-media di luar ruang (billboard) dan di tempat-tempat persinggahan,

internet dan pos.

a. Kegiatan Komunikasi yang Tengah Berlangsung

Banyak sekali saluran komunikasi yang tersedia. Tantangan kita adalah

mencari saluran yang bisa menjangkau khalayak potensial yang telah kita

identifikasi. Berikut dua pendekatan yang bisa membantu:

- Jelaskan upaya komunikasi yang sedang berlangsung melalui saluran dan

media komunikasi.

- Lakukan perbincangan dengan orang yang telah melakukan kampanye

komunikasi di daerah tersebut. Pendekatan ini merupakan titik awal yang

baik untuk mengidentifikasi mitra setempat, sekaligus untuk memahami

hambatan dan peluang dalam upaya-upaya komunikasi di sana.

Golongkan kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan saluaran-saluaran

yang telah dijelaskan sebelumnya. Beberapa yang perlu diingat adalah :

- cari survei penggunaan media oleh khalayak sasaran yang potensial. Data

survei kesehatan dan kependudukan bisa menjadi sumber yang bermanfaat.

Selain itu, banyak negara melakukan survei penggunaan media oleh

masyarakatnya.

- Tanyakan pada perusahaan periklanan apakah survei media tersedia.

Wawancaralah manajer program suatu organisasi yang berkomunikasi

dengan khalayak kita. Mereka bisa memberikan pandangan yang baik

tentang apa yang gagal/berhasil.

- Kunjungi masyarakat tempat khalayak sasaran bermukim. Buatlah daftar

saluran media yang ada. Jelaskan jumlah dan jenis khalayak yang mereka

jangkau.

Satu pendekatan untuk mengidentifikasi saluaran komunikasi kunci

adalah mewawancarai manajer program proyek kesehatan yang sedang

28

Page 29: komunikasi kesehatan

berlangsung. Saat kita mengidentifikasi kegiatan, catat pihak atau penanggung

jawab perorangan atau organisasi untuk setiap kegiatan. Catat saluran utama dan

format yang digunakan oleh organisasi-organisasi tersebut. Fokuskan pada pesan

dan khalayak sasaran mereka. Kegiatan ini akan memberi kita pemahaman

mengenai pesan yang sedang dikomunikasikan, dan sejauh mana pesan tersebut

diterima dengan baik.

b. Sumber-sumber Komunikasi, Organisasi dan Profesi

Selain mengidentifikasi program dan kegiatan yang berhubungan dengan

kesehatan, identifikasi organisasi dan professional yang membantu

melaksanakannya. Ajukan pertanyaan kepada mereka menyangkut hal-hal

berikut ini :

- Siapa yang berpengalaman dalam memproduksi materi pendidikan

kesehatan?

- Apa peruasahaan iklan terbaik di daerah ini?

- Siapa yang bisa memproduksi program televise dan radio?

- Organisasi mana yang memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan dan

petugas penyuluhan masyarakat?

- Adakah jaringan atau perkumpulan organisasi komunikasi? Jika ada,

bagaimana keanggotaan dan ruang lingkupnya?

4. Menilai Lingkungan

Langkah keempat dalam analisa situasi adalah menila aspek-aspek kuncii

lingkungan tempat strategi akan diwujudkan. Kadang-kadan suatu masalah

kesehatan hanya membutuhkan promosi perilaku kesehatan tertentu dan tidak

perlu menyertakan suatu produk atau tindakan pelayanan (misalnya: pemberian

ASI). Pada contoh lain, masalah kesehatan justru perlu diatasi dengan

29

Page 30: komunikasi kesehatan

memberikan produk yang mudah didapat, misalnya sabun cucitangan. Isu

kesehatan lain memerlukan interaksi dengan system pelayanan kesehatan,

contohnya imunisasi. Pertimbangan semacam ini harus diteliti sebagai bagian

dari proses penilaian lingkungan.

a. Pelayanan Kesehatan dan/atau Produk serta Perilaku yang Mendukung

Penilaian atas faktor ketersediaan, kemudahan mengakses, terjangkaunya

biaya dan penerimaan atas pelayanan, produk serta perilaku, akan mengarah

pada pengetahuan mengenai kapasitas tenaga kesehatan dan tempat pasokan

produk yang bermanfaat guna membantu upaya komunikasi.

b. Ketersediaan

Berkonsultasi dengan manajer sumber daya manusia dan logistik dalam

program yang akan dipromosikan melalui upaya komunikasi. Meminta

mereka memperkirakan kapasitas dan permintaan saat ini. Pertanyaan kunci

mencakup :

- Apakah mereka bisa meningkatkan kapasitasnya guna memenuhi

tambahan permintaan?

- Berapa lama mereka bisa menanggapi kelangkaan persediaan dan

kekurangan staf?

- Mampukah mereka menangani peningkatan klien? Cukupkah pasokan

yang akan tersedia? Dapatkah bahan-bahan yang dipasok tersebut tersedia

secara teratur?

Periksa kembali apakah harapan yang dicita-citakan bisa dipenuhi oleh

pelayanan yang ada atau tidak. Jika tidak, berarti kita mempromosikan sesuatu

yang tidak produktif. Intinya adalah jangan mempromosikan dan menciptakan

harapan yang tidak bisa dipenuhi oleh pelayanan kesehatan yang ada saat ini.

Hal yang juga penting adalah melakukan anallisa kompetitif untuk

memahami lingkungan yang lebih luas dan mengidentifikasi potensi

hambatan-hambatan kesuksesan. Pertama, rrencanakan apakah kita akan

30

Page 31: komunikasi kesehatan

mempromosikan suatu produk, pelayanan atau perilaku. Kemudian dalam

kategori yang sama, buatlah daftar semua pesaing yang kita ketahui. Contoh,

jika mempromosikan suatu perilakuseperti menyusui, faktor pesaing bisa

mencakup tekanan sosial untuk tidak menyusui.

c. Kemudahan Mengakses

Jika pelayanan atau pasokan tersedia, tanyakan apakah merekayang

membutuhkan bisa mendapatkannya. Contoh, di beberapa negara yang

menyediakan kontrasepsi, wanita yang aktif secara seksual dan tidak menikah

tidak memiliki akses karena larangan budaya ataunhukum. Menentukan

tingkat kemudahan mengakses sebelum memulai suatu kampanye yang

spesifik merupakan hal penting.

d. Jangkauan Biaya

Tanyakan apakah khalayak sasaran utama mampu membayar ongkos

pelayanan dan pasokan. Pikirkan juga hal-hal di luar biaya keuangan. Berapa

banyak waktu dan upaya yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan atau

produk tersebut. Jika seseorang harus cuti seharian dari pekerjaanya untuk

mendapatkan produk itu, berapa ongkos kehilangannya (akibat cuti tersebut)?

Memahami hambatan potensial seperti ini akan membantu kita merancang

strategi yang lebih efektif.

e. Penerimaan

Tanyakan sejauh mana penerimaan sosial dalam hal mendapatkan dan

menggunakan produk atau layanan tersebut. Contohnya, di beberapa negara,

seorang perempuan yang membeli kondom tidak bisa diterima secara sosial,

meskipun produk itu untuk suaminya sendiri. Di negara lain, kontrasepsi

tertentu tidak bisa diterima karena dalam prosesenya tenaga medis harus

menyentuh alat kelamin wanita. Wawancarai tenaga kesehatan dan pengguna

layanan/produk mengenai hal-hal tersebut guna mengetahui hambatan untuk

mempromosikan perilaku tertentu.

31

Page 32: komunikasi kesehatan

Kaji pertanyaan dan temuan mengenai keempat hal tersebut, ketersediaan,

kemudahan akses, jangkauan biaya dan penerimaan, dengan manajer [rogram

yang bertanggung jawab memberikan pelayanan dan mendistribusikan

produk. Cari tahu hal-hal terkait pelayanan atau pasokan sekarang ini.

Pertimbangkan untuk mengunjungi beberapa tempat pelayanan guna menguji

faktor ketersediaannya. Kunjungi juga tempat pemasoknya untuk menguji

akses.

f. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Kondisi sosial, ekonomi dan politik bisa membatasi komunikasi

kesehatan. Kejahatan, pengangguran, kemiskinan, dan peningkatan

ketegangan sosial, semuanya mempengaruhi perilaku sehat. Lakukan

konsultasi dengan manajer program mengenai kondisi sosial yang mungkin

berdampak pada kemampuan program mempromosikan isu-isu

kesehatan.baca hal-hal yang terjadi saat ini. Tanyakan peraturan yang sedang

diproses dan mungkin mempengaruhi promosi perilaku kesehatanyang efektif.

Buat catatan mengenai pengembangan-pengembangan lain yang akan

berkompetisi dalam aspek sumber daya dan perhatian khalayak sasaran kita.

5. Merangkum Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Langkah selanjunya adalah merangkum apa yang telah dipelajari untuk

membentuk landasan strategi komunikasi. Banyak penyusun rencana strategis

yang menggunakan kerangka SWOT : kekuatan (strengths), kelemahan

(weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats).

a. Merangkum Kekuatan-kekuatan dan Kelemahan-kelemahan Kunci

Kaji sumberdaya yang bisa dikendalikan, buat daftar kekuatan dan

kelemahan yang menjadi kunci kemampuan kita untuk berkomunikasi secara

efektif. Libatkan kolega dalam menyusun daftar ini, kaji sumber daya

32

Page 33: komunikasi kesehatan

keuangan, manusia dan teknologi yang bisa dicurahkan untuk inisiatif

komunikasi.

b. Merangkum Peluang-peluang dan Ancaman-ancaman Kunci

Sama dengan di atas, ajukan pertanyaan berikut ini :

- Apakah peluang kunci untuk meningkatkan kesehatan melalui

komunikasi?

- Apakah ancaman terhadap kemampuan untuk meningkatkan kesehatan

melalui komunikasi?

2.4 Penerapan Model P-Procees dalam Perencanaan Komunikasi Kesehatan

Pada beberapa waktu terakhir ini, tepatnya Bulan November 2010, kita

telah digemparkan oleh peristiwa meletusnya Gunung Merapi, dan banyaknya

penduduk sekitar yang menjadi korban. Dari erupsi terakhir, korban meninggal

akibat meletusnya gunung merapi masih sangat tinggi walaupun sebenarnya

meletusnya gunung merapi dapat dideteksi sebelumnya. Padahal bisa diketahui,

Gunung Merapi sendiri terletak di dekat perguruan tinggi baik negeri maupun

swasta yang berkompeten. Seharusnya, korban yang jatuh pada peristiwa tersebut

bisa dikurangi atu bahkan tidak ada sama sekali jika dilihat dengan kemajuan

informasi dan tingginya pendidikan di sekitar Lereng Gunung Merapi. Apalagi

meletusnya Gunung Merapi ini bukan hal yang pertama, terhitung sudah 68 kali

meletus dan jarak puncak keaktifan yang cukup dekat, maka tingkat kepentingan

untuk siaga bencana ini seharusnya sudah lebih ditingkatkan.

Salah satu program yang bisa dijalankan adalah dengan melakukan

sosialisasi mengenai siaga bencana merapi. Dalam menjalankan program ini

dapat dilakukan perencanaan dengan menggunakan pendekatan model P-Procces

dalam tahap analisis situasi sebagai berikut:

1. Identifikasi dan Pemahaman Masalah

33

Page 34: komunikasi kesehatan

Identifikasi dan pemahaman masalah dalam program ini adalah

mengenai kemungkinan dampak dari adanya bencana alam yaitu letusan gunung

Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jogjakarta. Letusan Merapi

meluncurkan guguran larva dan diikuti awan panas atau yang sering disebut

dengan wedhus gembel. Debu vulkanik yang dikeluarkan merapi berbahaya

karena mengandung gas beracun yang mengakibatkan gangguan saluran

pernafasan. Letusan gunung merapi menimbulkan dampak yang besar bagi

kehidupan. Dampaknya adalah adanya korban jiwa, kerusakan rumah,

perkebunan dan sarana infrastruktur penting, serta menyebabkan kelumpuhan

sosial ekonomi di masyarakat.

Di wilayah lereng gunung merapi pun sudah memilki satu strategi untuk

mengurangi dampak kerugian dari kejadian bencana adalah dengan

mempersiapkan pemerintah dan masyarakat untuk menghindari atau merespon

bencana dengan tepat dan efisien. Untuk melindungi masyarakat dari  kerugian

besar akibat bencana merapi maka perlu ada kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana. Kesiapsiagaan yaitu upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi

bencana melalui pengorganisasian langkah-langkah kegiatan yang tepat, efektif

dan efisien. Membangun desa yang memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana

merupakan hal penting yang harus dilakukan. Masyarakat sering tidak siap

ketika bencana terjadi. Kondisi ketidaksiapan masyarakat ini disebabkan

masyarakat memang tidak mempunyai pengetahuan yang menyangkut kesiagaan

dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan memerlukan kesadaran publik yang

merupakan proses menjadikan masyarakat yang tinggal di daerah berbahaya

mengetahui dan menyadari bahwa mereka tinggal di area beresiko, mengerti

bahaya spesifik yang harus dihadapi, mengetahui tanda-tanda bahaya yang ada,

mampu melakukan tindakan tepat untuk melindungi hidup dan mengurangi

kerusakan asset. Kesadaran publik ini bertujuan meningkatkan pengetahuan

masyarakat mengenai bahaya alam sekitar serta dampak yang terjadi.

34

Page 35: komunikasi kesehatan

2. Menentukan Khalayak Potensial

Ditinjau dari letak geografis, penduduk yang berpotensi terkena efek

dari bencana letusan Gunung Merapi adalah penduduk yang tinggal di beberapa

kabupaten, yang terletak di sisi Gunung Merapi. Lereng sisi selatan berada dalam

administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya

berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi

barat, Kabupaten Boyolali di sisi utaradan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi

tenggara. Meski demikian, yang menjadi sasaran utama program ini adalah

Komunitas Merapi, di luar positivis (Penduduk sekitar yang lahir dan hidup

bersama Merapi dalam jangka panjang) yaitu penduduk yang tinggal paling dekat

dengan Gunung Merapi, yaitu penduduk di dusun Kinahrejo, Umbulharjo,

Cangkringan, Sleman (terletak 4,5 km dari Gunung Merapi).

Pihak-pihak yang dominan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat

adalah tokoh masyarakat, tokoh agama yangmemiliki kemampuan komunikasi,

baik dalam tatap muka, kelompok, maupun massa dalam ukuran desa, juga data

wilayah dan potensinya, termasuk data tokoh masyarakat dan kondisi sosial

budaya masyarakat setempat.

3. Identifikasi Sumber Daya Komunikasi yang Potensial

Masyarakat merupakan salah satu potensi kesiapsiagaan yang cukup

besar yang harus dipersiapkan dan dikerahkan kekuatannya. Dengan dukungan

dan kemampuan pemerintah, peran masyarakat tidak lagi menjadi obyek tapi

juga harus menjadi subyek dan pelaku utama penanggulangan bencana.

Masyarakat di sekitar Merapi memilki Balai Desa tempat bapak-bapak

dan ibu-ibu bermusyawarah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk tempat

penyuluhan. Wilayah ini juga didukung adanya fasilitas papan pengumuman

35

Page 36: komunikasi kesehatan

yang terletak di setiap pos kamling yang ada, sehingga dapat dimanfaatkan untuk

tempat menempelkan media – media cetak yang dibuat.

Di wilayah tersebut juga terdapat alat – alat komunikasi yang

mendukung penyampaian program, seperti radio, televisi dan lain – lain. Namun,

berhubung masyarakat di yang tinggal di sekitar gunung Merapi merupakan

orang – orang yang sangat patuh terhadap tokoh masyarakat yang ada disana,

maka sarana komunikasi yang paling efektif untuk digunakan adalah dengan

menggunakan tokoh masyarakat dalam penyuluhan sehingga informasi yang

diberikan dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat dengan lebih mudah.

Dalam melaksanakan program-program yang diciptakan, perlu adanya

kerja sama dengan berbagai lembaga agar mendukung terwujudnya program

yang ingin dicapai lembaga tersebut bisa yang terkait langsung maupun tidak

langsung.

Adapun lembaga-lembaga yang mendukung kelangsungan program

sebagai bencana khususnya gunung meletus adalah sebagai berikut:

1) Sultan Hamengkubuwono IX

2) Badan penanggulangun Bencana Daerah (BPBD)

3) Dinas Kesehatan

4) Palang Merah Indonesia (PMI)

5) Badan Usaha Logistik (BULOG)

6) Desa Siaga

7) Lembaga Swadaya Masyarakat

8) Perguruan Tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta

Diharapkan melalui kerjasama ini, tujuan dari program yang

dicanangkan dapat terwujud dengan baik.

4. Penilaian Lingkungan

36

Page 37: komunikasi kesehatan

Sebagian besar masyarakat terpapar bencana ini adalah manula.

Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakatnya sebagian besar beragama

Islam, tingkat pendidikan masyarakatnya sebagian besar SD, SMP dan sederajat.

Masyarakat sekitar gunung merapi lebih mempercayai “ilmutiten” atau ramalan

daripada perhitungan berdasarkan ilmu pengetahuan. Sehingga upaya untuk

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar tanggap terhadap bencana yang

dapat dibawa oleh gunung merapi adalah dengan memberi pengertian terlebih

dahulu kepada para tokoh/ahli “ilmutiten” yang dipercaya oleh masyarakat

sekitar tentang bahaya gunung merapi untuk selanjutnya mereka diharapkan

member pengertian tentang status merapi yang sesungguhnya kepada masyarakat

dan untuk segera mengungsi jika status merapi menjadi siaga.

Setelah para tokoh masyarakat tersebut dapat menerima masukan, maka

diberikan pengetahuan tentang bagaimana cara mengantisipasi bahaya jika

sewaktu-waktu gunung merapi mulai menunjukkan aktivitasnya yang dapat

menimbulkan bahaya. Untuk selanjutnya para tokoh tersebut dapat memberi

instruksi pada masyarakat tentang tindakan yang harus dilakukan untuk

mengantisipasi bahaya merapi.

5. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

a. Mengkaji kekuatan dan kelemahan kunci (faktor internal)

Mengkaji kaji sumber daya keuangan, manusia dan teknologi dari dalam

organisasi yang bisa digunakan untuk melakukan komunikasi.

Kekuatan (strengths) :

o Kebijakan dan program tentang siaga bencana sudah banyak

dicanangkan oleh pemerintah maupun LSM dan sudah dikenal oleh

masyarakt luas.

37

Page 38: komunikasi kesehatan

o Masyarakat di sekitar Merapi memilki Balai Desa tempat bapak-

bapak dan ibu-ibu bermusyawarah, sehingga dapat dimanfaatkan

untuk tempat penyuluhan.

o Wilayah ini juga didukung adanya fasilitas papan pengumuman yang

terletak di setiap pos kamling yang ada, sehingga dapat dimanfaatkan

untuk tempat menempelkan media – media cetak yang dibuat. Di

wilayah tersebut juga terdapat alat – alat komunikasi yang

mendukung penyampaian program, seperti radio, televisi dan lain –

lain.

Kelemahan (weakness) :

Masyarakat sekitar gunung merapi lebih mempercayai “ilmutiten” atau

ramalan daripada perhitungan berdasarkan ilmu pengetahuan.

b. Merangkum peluang dan ancaman kunci (faktor eksternal)

Sama dengan diatas yaitu membuat peluang kunci untuk meningkatkan

kesehatan melalui komunikasi, dan mengidentifikasi ancaman terhadap

kemampuan untuk meningkatkan kesehatan melalui komunikasi.

Peluang (opportunities) :

Adanya lembaga-lembaga yang mendukung kelangsungan program sehingga

bisa menjadi peluang untuk bisa menjalankan program yang telah

dicanangkan.

Ancaman (threats) :

Ancaman yang mungkin dihadapi dalam program ini adalah kegagalan dalam

melakukan pendekatan dengan para tokoh di wilayah sasaran, sedangkan

masyarakat yang menjadi obejknya sangat bergantung pada tokoh agama,

ataupun tokoh masyarakat lainnya. Dengan kata lain, tokoh agama, tokoh

adat, ataupun tokoh masyarakat lainnya lah yang memegang pengaruh besar

terhadap perubahan perilaku masyarakat sehingga saat pendekatan terhadap

38

Page 39: komunikasi kesehatan

tokoh gagal, maka bisa dipastikan program yang ditujukan untuk masyarakat

tersebut juga tidak akan maksimal.

2.1 Pengertian Perencanaan Strategis dalam P-Process

P-Process adalah sebuah kerangka kerja yang didesain untuk memimbing

para profesional komunikasi bagaimana mereka mengembangkan program

komunikasi strategis. Peta jalan langkah-demi-langkah ini membawa para profesional

komunikasi dari konsep perubahan perilaku yang tidak komprehensif menjadi

program yang strategis dan partisipatoris dengan dampak yang terukur pada sasaran

audien yang digarap. Langkah-langkah P-Process tersebut meliputi Analysis;,

Strategic Design; Development and Testing; Implementation and Monitoring; dan

Evaluation and Replanning. Pada pembahasan makalah ini dikhuskan pada langkah

P-Process yang kedua yaitu Strategic Design (Perencanaan Stategis)

39

Page 40: komunikasi kesehatan

Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk

menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan

sumber dayanya, termasuk modal dan sumber daya manusia.

Perencanaan strategis merupakan sebuah alat manajemen yang digunakan

untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan,

sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi

dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5-10 tahun ke depan (Kerzner,

2001 dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_strategis).

Untuk mencapai sebuah strategi yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam

rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusahaan, manajer

operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan

strategis (Brown, 2005 dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_strategis).

Kemampuan manufaktur, harus dipergunakan secara tepat, sehingga dapat

menjadi sebuah senjata yang unggul dalam sebuah perencanaan stategi (Skinner,

1969 dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_strategis ).

Perencanaan strategis secara eksplisit berhubungan dengan manajemen

perubahan, hal ini telah menjadi hasil penelitian beberapa ahli. Lorange (1980),

menuliskan, bahwa perencanaan strategi adalah kegiatan yang mencakup serangkaian

proses dari inovasi dan merubah perusahaan, sehingga apabila strategic planning

tidak mendukung inovasi dan perubahan, maka itu adalah kegagalan

2.2 Langkah-Langkah Perencanaan Strategis dalam P-Process

Langkah 1.

Mengkaji Hal atau Masalah Utama, Berikut Segmen Khalayak dan Tujuan

Pada bagian ini, ddihadapkan pada serangkaian pendekatan yang

memungkinkan untuk mencapai tujuan. Namun, disisi lain mungkin ada cara cara

lebih baik. Dalam hal ini, kita harus memastikan bahwa pendekatan strategis paling

40

Page 41: komunikasi kesehatan

sesuai telah dikembangkan bersama sebuah pilihan/alternative yang ada. Sebelum

berlanjut pada bagian eksplorasi alternatif strategis dan bagaimana menentukan

pendekatan strategis berikut alas an pendukungnya, kita perlu memahami konsep

komunikasi identitas jangka panjang dan penentuan posisi (positioning), sehingga

kelak kita bisa menentukan komponen – komponen program kita.

Langkah 2

Menentukan Identitas Jangka Panjang dan Positioning Strategi Perilaku

Identitas Jangka Panjang

Saat anggota khalayak sasaran mempresentasikan dan menanggapi upaya

komunikasi kesehatan sebagai upaya untuk mengubah perilaku, maka mereka akan

menciptakan sebuah persepsi dalam pikirannya. Persepsi inilah yang bakal menjadi

identitas perilaku jangka panjang. Dalam hal ini, khalayak sasaran akan membangun

suatu gambaran atau gagasan tentang perilaku. Gambaran ini hanya ada dalam pikiran

khalayak sasaran dan merupakan identitas perilaku bagi mereka. Gambaran (gagasan-

peny) terbaik adalah jelas, bisa dibedakan, mudah dikenali, serta menunjukkan

manfaat perilaku sesuai harapan.

Identitas jangka panjang atau merek :

Memberikan tanda yang terlihat atau merek (simbol, nama, rancangan, warna,

atau kombinasisemuanya) yang menempel pada suatu produk, layanan, atau

perilaku.

Menggalang suatu hubungan kepercayaan, reabilitas, dan ekslusivitas antara

perilaku dan khalayak sasaran.

Memberikan nilai tambah terhadap produk, pelayanan, atau perilaku dasar.

Memberikan beberapa jenis imbalan psikologis terhadap khalayak sasaran.

Menyederhanakan masalah perbedaan antara produk, pelayanan atau perilaku

yang bersaing.

Memiliki alur kepribadian, yang memungkinkan khalayak sasaran membentuk

suatu hubungan dengan merek.

41

Page 42: komunikasi kesehatan

Identitas jangka panjang merupakan rangkaian persepsi yang unik dan

mewakili gambaran produk, pelayanan atau perilaku dalam pikiran klien. Pikirkan

sebuah kotak yang diberi label nama produk, layanan atau perilaku. Kemudian

simpanlah semua ciri-ciri, manfaat dan pikirannya. Setiap hal yang terpikirkan

mengenai produk tersebut menjadi bagian dari identitas jangka panjangnya. Salah

satu komponen paling penting dari identitas ini adalah hubungan emosional yang

tercipta antara khalayak sasaran dengan produk, layanan atau perilaku.

Produk

Banyak merek mobil telah membangun identitas jangka panjang untuk

menjamin kesetiaan pelanggan. Mercedes-Benz merupakan sebuah contoh merek

mobil mewah yang menciptakan banyak gambaran positif tidak hanya di antara para

pelanggan mobil mewah , tapi juga di kalangan masyarakat umum. Alasannya

sederhana, meskipun sejumlah orang saat ini tidak bisa menjangkau harga mobil

mercedes, mereka tetap menghubungkan merek ini dengan citra yang positif.

Mungkin suatu hari mereka bisa membeli mobil ini, atau setidaknya terinspirasi untuk

memilikinya. Meskipun ada banyak merek mobil kategori mewah, dan semuanya

memberikan fungsi serta perlengkapan yang sama, citra merek mercendes cukup kuat

untuk tetap berada dalam daftar nama teratas, saat seseorang diminta untuk

menyebutkan mobil mewah.

Intel,produsen chip mikroprosesor, selama bertahun-tahun telah mengeluarkan

biaya besar untuk mendukung mereknya. Intel meminta para produsen komputer

untuk menggunakan logo intel pada komputer pribadi (personal computer-PC)

manapun yang dibuatnya, jika menggunakan salah satu produk Intel. Mereka juga

membayar kampanye iklan produsen saat logo intel dipasang. Citra merek intel

memberikan kredibilitas bagi produsen komputer, dan pada saat yang sama

memperkuat citra merek tersebut setiap kali iklan muncul. Kampanye iklan yang aktif

mendemonstrasikan manfaat produk mendukung semua upaya tersebut, dan lebih

42

Page 43: komunikasi kesehatan

jauh lagi nmenanamkan nama intel pada pelanggan. Citra merek intel cukup kuat

hingga komputer yang menawarkan ‘’Intel Inside’’ mendapatkan hargab lebih tinggi

dibandingkan komputer lain yang menawarkan produsen chip saingannya.

Layanan ( Jasa)

Seperti visa dan mastercard, American Express(Amex) menawarkan kredit

pembelian. Jika Visa dan MasterCard menawarkan kredit melalui bank dan organisasi

lain, Amex menawarkan kredit langsung melalui organisasinya dengan biaya yang

seringkali lebih tinggi daripada perusahaan kartu kredit lainnya. Pemegang kartu

Amex tidak bisa menunda pembayaran. Mereka harus membayar lunas setiap bulan

untuk tagihan sebelumnya, jika memegang jartu hijau biasa. Dengan pertimbangan

berikut ini: kartu kredit bank lebih mudah di dapatkan, kadang-kadang biayanya lebih

rendah, dan kadang-kadang tidak dikenai biaya tambahan serta keleluasan membayar

tagihan, mengapa di dunia ini terdapat tak kurang dari 42,7 jutabpemegang kartu

Amex 2002? Jawabannya karena Amex telah mempromosikan ciytra merek ‘’ hanya

untuk anggota member only’’ secara konsisten selama jangka panjang waktu tertentu

kepada dua khalayak sasaran yang berbeda. Pelanggan pemegang kartu dan para

pedagang eceran, hotel, maskapai penerbangan serta restoran yang menerima Amex

di tempat mereka. Kedua khalayak sasaran tersebut mempercayai, mengendalikan

serta memiliki hubungan dengan Amex dan kartu kredit warna hijau yang mudah

diidentifikasi.

Kampanye Bintang Emas Mesir merupakan ‘’ Strategi komunikasi KB

Nasional pertama di negara berkembang yang berfokus pada promosi kualitas

pelayanan’’. Kampanye ini juga bertujuan memosisikan klinik pemerintah sebagai

sumber pelayanan berkualitas tinggi. Dalam beberapa tahap, program Bintang Emas

akan memberi merek ‘’ Bintang Emas ‘’ pada klinik yang berhasil melampaui 101

persyaratan pada daftar yang memuat indikator peningkatan kualitas selama dua

kuartal berurutan. Merk/ logo’’ Bintang Emas ‘’ ini mengungkapkan kepada klien

43

Page 44: komunikasi kesehatan

potensial dan para tenaga kesehatan bahwa klinik tersebut memenuhi persyaratan

untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. Logo Bintang Emas digunakan di

seluruh klinik, pada semua materi kampanye, serta dipromosikan besar-besaran di

media. Logo ini menjadi lambang identitas klinik jangka panjang untuk pelayanan

yang berkualitas.

Perilaku

Identitas perilaku jangka panjang umumnya tidak terdokumentasi dengan baik

dan tidak biasa dipikirkan dengan cara seperti ini. Namun di Amerika penggunaan

sabuk pengamanan mobil selalu dilakukan sehingga seringkali sulit menyadari bahwa

hal tersebut telah menjadi perilaku umum selama 12 tahun terakhir (National

Highway Traffic Safety Administration 1999). Untuk menanamkan perilaku ini

diperlukan kombinasi iklan layanan masyaraka, advokasi kebijakan, dan pemberian

contoh. Sekarang hampir semua negara bagian mempunyai Undang-Undang Sabuk

Pengaman yang mengharuskan penggunaan sabuk pengaman bagi siapapun yang

duduk di bangku depan mobil. Semua produsen mobil diminta memberikan sabuk

pengaman, baik di jok depan maupun belakang. Apakah penggunaan sabuk

pengaman memang mempunyai identitas jangka panjang? Bacalah artikel di surat

kabar, atau saksikan program berita di televisi yang mengumumkan kecelakaan mobil

yang fatal. Salah satu informasi kunci yang biasa disebutkan terkait dengan

penggunaan sabuk pengaman oleh pengemudi atau penumpang.

Hal serupa berlaku juga untuk perubahan perilaku dalam komunikasi

kesehatan. Program komunikasi kesehatan dapat saja membangun identitas jangka

panjang kepada klien dengan mempromosikan produk, layanan, dan perilaku yang

dipercaya secara konsisten memberikan keunggulan, dan dipersepsikan dengan

pelanggansebagai sesuatu yang relevan dan menonjol. Identitas jangka panjang atau

merek terdiri dari komponen yang nyata dan tidak nyata

44

Page 45: komunikasi kesehatan

Komponen nyata adalah manfaat fungsional dan produk, seperti apa yang

dilakukan oleh produk tersebut, serta tanda identifikasi khusus apapun (logo/nama).

Komponen tidak nyata adalah manfaat emosional dari produk tersebut seperti

kepercayaan, kehandalan, nilai tambah, dan kualitas perbedaan.

Konsep yang sama bisa digunakan dalam komunikasi perubahan perilaku.

Sebagai contoh, klien bisa terus menggunakan metode/program KB modern, dan

berfikir positif tentang metode modern tersebut karena manfaat fumgsional (yaitu

kehandalan) dan manfaat emosionalnya (yaitu, memberikan perasaan aman dan

percaya diri kepada klien).

Orang mempunyai sikap atau kepercayaan tertentu terhadap produk,

pelayanan dan perilaku, serta menyimpan cuplikan informasi dalam pikirannya. Sikap

dan kepercayaan ini bisa positif, negatif, atau kombinasi keduanya. Sebagai contoh,

saat beberapa orang berpikir positif mengenai istilah ‘’ keluarga berencana ‘’ dan

mempraktikkan KB yang lain mungkin mengaitkan istilah tersebut dengan efek

samping, atau menemukan bahwa KB bertentangan dengan budayanya selama ini.

Mengembangkan program identitas jangka panjang bisa membantu memberikan

kerangka cara berpikir seseorang mengenai perilaku dengan memenuhi

kebutuhannya, menggalang sikap positif, dan pada saat yang sama juga

menghilangkan perilaku serta kepercayaan negatif. Identitas jangka panjang jika

dikelola dengan tepat dan berkesinambungan akan membantu membangun hubungan

positif dan saling mempercayai antara khalayak sasaran dan perilaku yang

diharapkan.

Meskipun identitas atau merek jangka panjang biasanya dikaitkan dengan

produk dan pelayanan, istilah ini belum umum dikaitkan dengan perilaku. Tapi,

proses identitas jangka panjang akan membantu, mengatur, dan memberikan

kerangka bagi seluruh program kesehatan. Konsep kuncinya adalah memberi nama

pada perilaku tersebut. Di Ghana, untuk meningkatkan permintaan terhadap KB,

identitas jangka panjang ini dinamakan ‘’ Pilihan Hidup (Life Choice)’’. KB bukan

45

Page 46: komunikasi kesehatan

hanya program kesehatan yang mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan, tapi

juga dipandang sebagai alat bantu yang memungkinkan khalayak mencapai tujuan

hidup pribadinya.

Penentuan Posisi (Positioning)

Komunikator perubahan perilaku menggunakan positioning untuk

menentukan pendekatan terbaik dalam memotivasi khalayak sasaran aagr mengubah

atau mengadopsi perilaku tertentu. Setelah menentukan tujuan bagi khalayak sasaran

dan mengembangkan identitas jangka panjang, komunikator perlu memikirkan

bagaimana mereka akan memosisikan perilaku untuk mencapai tujuan dan

memelihara identitas jangka panjang. Positioning ini berhubungan erat dengan

identitas jangka panjang dan membangun citra perilaku yang diinginkan dalam

pikiran khalayak sasaran, serta membantu khalayak untuk mengingat, mempelajari,

bertindak dan mengadvokasinya. Jadi, identitas jangka panjang adalah semua yang

diketahui dan dirasakan oleh khalayak sasaran mengenai produ, pelayanan atau

perilaku. Oleh sebab itu, positioning merupakan citra promosi yang dengan sengaja

dikonsumsikan kepada khalayak sasaran. Posisi yang efektif adalah sebagai berikut:

Bergaung diantara khalayak sasaran

Membedakan dari persaingan

Menonjol sebagai hal yang lebih baik dari alternatif lain yang diketahui

Memberikan manfaat senilai dengan biaya ataupun upaya yang

dikeluarkan

Positioning (pemosisian): dalam konteks rancangan strategis, positioning

berarti menyajikan suatu isu, pelayanan atau produk dengan cara tertentu, sehingga

tampak menonjol jika dibandingkan dengan pelayanan, atau produk sejenis yang

bersaing, menjadikannya menarik. Positioning menciptakan suatu citra yangb berbeda

dan menarik, suatu pijakan yang bertahan dalam pikiran khalayak sasaran.

Sektor pemasaran komersial menggunakan istilah ‘’positioning’’ dalam

lingkungan yang kompetitif untuk menetapkan atau memosisikan sebuah produk

46

Page 47: komunikasi kesehatan

diantara produk lainnya. Jika sebuah mobil Cadillac termasuk golongan mewah maka

mobil yang lain menjadi golongan ekonomis seperti Hyundai. Jika pencuci rambut

Clairol menawarkan rambut yang mudah di atur, maka pencuci rambut L’Oreal

memberikan rambut yang megah dan berkilau. Posisi membantu mengomunikasikan

perbedaan yang menarik dan unik kepada khalayak sasaran. Pembedaan ini memang

dirancang untuk memberikan keunggulan bagi produk dalam kompetisi di pasaran.

Posisi membantu pendekatan strategis secara keseluruhan. ‘’ Memosisikan

merupakan saran bagaimanaperubahan ini 9perubahan perilaku yang diharapkan) bisa

disajikan kepada khalayak sasaran yang dituju dengan cara yang paling persuasif.

Dari sudut pandang komunikasi, posisi bisa menjadi elemen kunci karena

menentukan cara orang melihatsuatu produk/pelayanan/perilaku, bagaimana mereka

akan mengingat kegiatan komunikasinya dan sejauh mana hal tersebut akan

mendorongnya untuk melakukan tindakan.

Pikirkan pemosisian sebagai suatu cara untuk memasukkan PUNCH kedalam

strategi. Positioning itu......

Positioning →selalu positif.

Unique →selalu unik.

Niche →mengembangkan tempat khusus dalam pikiran khalayak sasaran.

Competitive →selalu bersaing.

Helps → selalu membantu khalayak sasaran dengan memberikan manfaat.

Positioning berarti memberikan tanda-tanda yang bisa diingat oleh khalayak

sasaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui mengapa mereka harus mengadopsi

suatu perilaku, sambil memberi dasar untuk taktik komunikasi : iklan, promosi,

pengemasan, publisitas, peristiwa khusus, KIP(komunikasi interpersonal),

komunikasi berbasismasyarakat, dan program advokasi. Semua ini akan membentuk

perkembangan pesan dan pemilihan saluran. Selain itu, memastikan bahwa pesan-

pesan akan tetap konsisten, dn bahwa setiap upaya atau kegiatan komunikasi akan

saling memperkuat kegiatan lain serta memberikan efek kumulatif.

47

Page 48: komunikasi kesehatan

Langkah-langkah untuk mengembangkan suatu posisi

1. Langkah kunci pertama dalam mengembangkan suatu posisi adalah mengetahui

arah gerakan khalayak sasaran untuk mendapatkan produk dan pelayanan

kesehatan, serta bagaimana perilaku mereka saat ini.

2. Langkah kunci kedua adalah menentukan perilaku positif macam apa yang bisa

disampaikan secara realistis kepada khalayak, yang lantas akan mereka

persepsikaan sebagai suatu hal yangb bermanfaat. Langkah ini mungkin

memerlukan riset tambahan tentang khalayak sasaran. Mulailah dengan mengkaji

dan mengikuti langkah-langkah dasar ini :

Analisalah kemampuan program, identifikasi perbedaannya dari program

lain (dari ‘’Analisa Situasi’’)

Analisalah persepsi khalayak sasaran tentang produk, pelayanan atau

perilaku (dari ’’Analisa Situasi’’ dan ‘’ Segmentasi Khalayak’’)

Buatlah daftar khalayak sasaran dan karakteristik mereka (dari

’’Segmentasi Khalayak’’)

Cocokkan karakteristik produk, layanan, atau perilaku, dengan kebutuhan

dan keinginan khalayak sasaran.

Eksplorasikan alternatif positioning.

Buatlah pertanyaan positioning.

Mengembangkan pernyataan positioning (positioning statement)

Pernyataan positioning menjelaskan bagaimana perilaku akan ditempatkan

dalam pemikiran khalayak sasaran. Jadi, sama sekali bukan slogam yang

mengundang. Pernyataan positioning membantu penulis mengembangkan slogam

yang menarik perhatian. Namun yang dimaksud dengan positioning statement

bukanlah slogam itu sendiri. Pernyataan positioning tidak boleh dimasukkan ke dalam

48

Page 49: komunikasi kesehatan

materi komunikasi yang akan diberikan kepada khalayak. Pernyataan positioning

merupakan panduan bagi pendekatan strategis dan pesan yang menyertainya.

Langkah 3

Mengeksplorasi Alternatif-Alternatif Strategis

Membandingkan tugas kita dengan pekerjaan seorang arsitek, lagi-lagi, akan

membantu. Dalam membangun sebuah rumah, arsitek punya banyak pilihan. Ia

mengetahui jumlah kamar tidur dan toilet yang diperlukan kliennya; ia tahu bahwa

rumah harus mempunyai ruang keluarga, dapur, lemari pakaian, dan mungkin

ruangan-ruangan lain yang sudah ditentukan sebelumnya. Tetapi tetap saja ia

mempunyai banyak pilihan. Apakah ia harus merancang rumah tiga lantai, atau

rumah yang semua ruangannya ada di satu lantai? Apakah kamar tidurnya harus

menghadap ke timur, barat, selatan, atau utara? Di lahan mana rumahnya harus

dibangun, mengambil jarah dari jalan, atau lebih dekat ke jalan namaun halaman

belakangnya besar? Arsitek yang berpengalaman akan mengeksplorasi alternatif-

alternatif menggunakan ketrampilan matematis dan logika, serta bakat kreatif untuk

mencari rancangan terbaik. Hal serupa juga berlaku pada tim strategi komunikasi,

maka cara terbaik untuk maju adalah membuat daftar kemungkinan pemecahan serta

mulai menyeleksi pilihan tersebut.

Berikut ini beberapa alternatif pendekatan strategis

1. Penjajakan daerah baru

Penjelasan: Merupakan konsep yang baru bagi mereka yang tidak

mempraktikkan perilaku alternatif.

Contoh: komputer rumah, tetes vitamin A.

Keuntungan: Berdasarkan kebutuhan khalayak, tidak mempunyai asosiasi

negartif, memperkenalkan ide dan konsep baru.

49

Page 50: komunikasi kesehatan

Kerugian: Masyarakat lambat bertindak, kesadaran generasi datang lebih dulu,

mahal.

2. Kompetitif

Penjelasan: mengalihkan perilaku saat ini kepada perilaku yang diinginkan.

Contoh: Kontrasepsi modern dibandingkan dengan metode tradisional.

Keuntungan: masyarakat sudah mempraktikkan perilaku, khalayak yang

sudah disegmentasi perlu memahami manfaat yang jelas sehingga perilaku

mereka bisa dialihkan.

Kerugian: Harus menawarkan perbedaan manfaat sejelas mungkin,

masyarakat mungkin mempunyai komitmen total terhadap perilaku sekarang

dan tidak terbuka untuk perubahan.

3. Tranding up (Peralihan pada Sesuatu yang Lebih Baik)

Penjelasan: beralih dari perilaku yang diharapakan pada perilaku yang lebih

bermanfaat bagi khalayak sasaran.

Contoh: Dari pil ke kontrasepsi jangka panjang untuk ibu yang tidak ingin

punya anak.

Keuntungan:masyarakat sudah punya kecenderungan untuk

mempraktikkannya, memberikan pemecahan lebih baik untuk memenuhi

kebutuhan sesungguhnya.

Kerugian: mengikis dasar yang sudah ada (harus mengubah dasar yang sudah

ada), mungkin terlalu kecil untuk menjustifikasi investasinya.

4. Strategi segmentasi khalayak

Penjelasan: pengguna vs bukan pengguna; perkotaan vs pedesaan; dari praktik

sampai pada advokasi.

50

Page 51: komunikasi kesehatan

Keuntungan: memahami perbedaan antarsegmen, efektif jika segmennya

besar dan memiliki cukup akses untuk mngembangkan program.

Kerugian: Bisa membutuhkan biaya lebih banyak, harus digunakan hanya jika

pesannya memang perlu dibedakan.

5. Berorientasi produk

Penjelasan: Pemasaran sosial (Social marketing).

Contoh: menjual merk kondom tertentu.

Keuntungan: prinsip pemasaran berlaku lebih mudah mengembangkan

rencana, memungkinkan untuk menciptakan iklan yang mantap dan nyata

berdasarkan profil khalayak yang berbeda.

Kerugian: penelitian mendalam untuk mengetahui pengguna baru atau

ulangan, dan lain-lain; bisa melacak penjualan tapi perlu analisa penjualan,

mahal.

6. Berorientasi kemasan

Penjelasan: pelyanan yang dirangkaikan untuk suatu khalayak atau demi

kenyamanan.

Contoh: Paket pelayanan kesehatan esensial.

Keuntungan: Menambah nilai bagi khalayak sasaran, memberi manfaat yang

jelas-kenyamanan.

Kerugian: janji yang dipromosikan harus siap di tingkat petugas.

7. Berorientasi pelayanan

Penjelasan: promosi tenaga kesehatan; kualitas dalam pelayanan

Contoh: Ghana-Kami Peduli

Keuntungan: membantu membangan akan tuntutan pelayanan berkualitas

tinggi.

51

Page 52: komunikasi kesehatan

Kerugian: memerlukan program pelatihan yang besar, mungkin memerlukan

komitmen dana yang besar untuk perlengkapan, fasilitas, dll.

8. Menciptakan merk

Penjelasan: merupakn identifikasi sistem pelayanan atau produk.

Contoh: Bangladesh Payung Hijau.

Keuntungan: merupakan cara efektif untuk mempersatukan seluruh program.

Kerugian: aspek program lain harus memberikan janji merk yang sama.

9. Musiman

Penjelasan: melakukan semua upaya dalam jangka tertentu.

Contoh: Hari Imunisasi Nasional.

Keuntungan: Bisa mengkonsentrasikan sumberdaya untuk jangka waktu

pendek.

Kerugian: tidak langsung, harus diulang setiap musim.

10. Berfokus pada media

Penjelasan: menggunakan media sebagai pusat aktivitas program.

Contoh: Radio Tanzania.

Keuntungan: efektif jika media sangat kuat menjangkau khalayak sasaran.

Kerugian: membatasi komunikasi untuk berfokus pada saluran, dan bukan

pada khalayak sasaran atau pelayanan. Mungkin tidak menjangkau daerah

pedesaan yang miskin.

11. Berbasis masyarakat

Penjelasan: bergerak dalam lingkup partisipasi masyarakat.

Contoh: Puentes-Peru.

Keuntungan: Efektif di tingkat masyarakat.

52

Page 53: komunikasi kesehatan

Kerugian: Terbatas secara geografis. Untuk meningkatkan skalanya biayanya

mahal.

12. Diarahkan oleh yang mempengaruhi

Penjelasan: menggunakan advokasi.

Contoh: demokrasi dan pemerintahan- hukum warisan bagi perempuan

Nigeria.

Keuntungan: baik untuk mengubah kebijakan; memberi dukungan program

berikutnay yang berfokus pada khlayak sasaran.

Kerugian: terbatas hanya pada pembuat pendapat. Mungkin memerlukan

kampanye untuk mencipatakan permintaan supaya memotivasi pihak yang

berpengaruh.

13. Berfokus pada KIP (Komunikasi Interpersonal)

Penjelasan: Berdasarkan konseling pelayanan pribadi.

Contoh: Nepal.

Keuntungan: bisa mengkonssentrasikan sumber ke beberapa bidang untuk

mendapatkan dampak yang tinggi.

Kerugian: memberikan hasil terbatas pada perubahan perilaku tanpa

penekanan di tingkat lainnya.

14. Fokus nasional, lokal, regional, geografis

Penjelasan: ketika kebutuhan tertentu ada di suatu daerah sistem kesehatan

yang berbeda memerlukan sistem strategi yang berbeda juga. Tidak tersedia di

semua tempat.

Contoh: strategi HIV/AIDS Tanzania “Ishi”.

Keuntungan: efektif di tingkjat tenaga kesehatan.

Kerugian: mungkin tidak memenuhi tujuan nasional, mahal.

53

Page 54: komunikasi kesehatan

15. Berfokus pada pusat

Penjelasan: menempatkan wahana hiburan yang mendidik sebagai jangkar

strategi komunikasi. Semua hal lain bergerak di sekitar program.

Contoh: Soul City- Amerika Selatan.

Keuntungan: Menarik perhatian khalayak yang bersar, menggunakan contoh-

contoh untuk menunjukkkan perilaku positif. Bisa menyampaikan berbagai

pesan, dan mengulangnya setelah beberapa lam.

Kerugian: Terfokus pada media massa dan mungkin tidak relevan di tingkat

masyarakat. Kemungkinan yidak mengjangkau orang yang tidak punya akses

terhadap media. Memerlukan keahlian teknis untuk menghasilkan program

berkualitas baik.

Langkah 4

Menentukan Pendekatan Startegis dan Dasar Pemikiran / Alasan

Setiap pendekatan strategis membutuhkan dasar atau alasan pendukung yang

menyertai upayanya. Penulisan alasan pendukung memungkinkan kita memahami

ketepatan pendekatan yang dipilih, sekaligus mengindentifikasi kekurangan yang

mungkin ada. Lebih dari itu, kita kemungkinan berkesempatan untuk

memepresentasikan dan mempertahankan pendekatan ini dalam beberapa

kesempatan. Dengan demikian, sebuah alasan pemikiran yang dipertimbangkan

dengan baik akan berfungsi sebagai dasar yang kuat untuk membenarkan pendekatan

kita

2.3 Penerapan Perencanaan Strategis P-Process

Pada beberapa hari terakhir ini, tepatnya Bulan November 2010, kita telah

digemparkan oleh peristiwa meletusnya Gunung Merapi, dan banyaknya penduduk

54

Page 55: komunikasi kesehatan

sekitar yang menjadi korban. Dari erupsi terakhir, korban meninggal akibat

meletusnya gunung merapi masih sangat tinggi walaupun sebenarnya meletusnya

gunung merapi dapat dideteksi sebelumnya. Padahal bisa diketahui, Gunung Merapi

sendiri terletak di dekat perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang

berkompeten. Seharusnya, korban yang jatuh pada peristiwa tersebut bisa dikurangi

atu bahkan tidak ada sama sekali jika dilihat dengan kemajuan informasi dan

tingginya pendidikan di sekitar Lereng Gunung Merapi. Apalagi meletusnya Gunung

Merapi ini bukan hal yang pertama, terhitung sudah 68 kali meletus dan jarak puncak

keaktifan yang cukup dekat, maka tingkat kepentingan untuk siaga bencana ini

seharusnya sudah lebih ditingkatkan.

Melalui analisis yang telah dilakukan, maka diperlukan adanya siaga bencana

untuk mengubah pemikiran dari masyarakat sekitar lereng gunung merapi dan

memberikan pengetahuan tentang siaga bencana. Untuk itu, dalam melakukan

sosialisasi diperlukan strategi yang tepat agar dapat mengubah pola pikir masyarakat

tersebut sehingga program sosialisasi bisa menghasilkan output seperti yang

diharapkan.

Strategi untuk sosialisasi siaga bencana yang penulis pilih dikelompokkan

menjadi 3 bagian besar, yaitu:

1. Sosialisasi ke mahasiswa Perguruan Tinggi di Daerah Istimewa Jogjakarta

2. Sosialisasi ke Sultan Hamengkubuwono XI

3. Sosialisasi ke masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi

Beberapa tujuan umumnya terangkum dalam metode SMART, dapat

diperinci sebagai berikut:

55

Page 56: komunikasi kesehatan

S = Spesific, disini meliputi sasaran dan tempat penyebaran komunikasi atau

pesan siaga bencana yaitu daerah sekitar Lereng Gunung Merapi di

perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah

M = Measurable, upaya yang penulis lakukan disini dapat dilihat melalui

jangka pendek yaitu dengan tanggapan masyarakat terhadap sosialisasi

yang dilakukan, dan melalui jangka panjang yaitu perubahan pola pikir

dan perilaku dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.

A = Appropriate, setelah melakukan analisis khalayak dan identifikasi

masalah di daerah sekitar Lereng Gunung Merapi ternyata merupakan

daerah sasaran yang paling tepat.( ketepatan )

R = Realistic, program ini berisi tentang upaya mengubah pola pikir dari

masyarakat sehingga pada akhirnya terjadi perubahan perilaku sesuai

dengan harapan penulis.(terealisasi )

T = Time Bond, kegiatan ini akan direalisasikan sekitar bulan Juli 2012-

September 2012.

Sasaran dalam strategi ini dibagi menjadi 3 fokus, diantaranya adalah:

Sasaran primer : tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar lereng

Gunung Merapi

Sasaran sekunder : mahasiswa Perguruan Tinggi di Daerah Istimewa

Jogjakarta. Misalnya: UGM, UNY, UII, UM, Stikes

Yogyakarta, UPN, Universitas Kesenian, dll.

Sasaran tersier : Sultan Hamengkubuwono IX dan lembaga yang terkait.

2.1 Memilih Saluran yang Kemungkinan Paling Menjangkau Khalayak Sasaran

56

Page 57: komunikasi kesehatan

Sebelum memutuskan materi yang akan dibuat, hal pertama yang harus

diputuskan berkaitan dengan saluran komunikasi paling tepat untuk menjangkau

khalayak sasaran. Para ahli komunikasi kesehatan mendefinisikan saluran

komunikasi sebagai cara pengiriman pesen yang memungkinkan terjadinya

pertukaran pesan antara “pengirim” dan “penerima”.

Jenis-jenis saluran komunikasi :

1. Saluran komunikasi interpersonal (KIP)

Mencakup komunikasi antar individu (orang per orang), seperti

komunikasi antar penyedia jasa kesehatan dengan kliennya, antara pasangan

suami-isteri, atau antar rekan sebaya.

2. Saluran berbasis masyarakat

Menjangkau komunitas tertentu (sekelompok orang dalam wilayah

geografis tertentu, seperti desa atau tetangga, atau suatu kelompok

berdasarkan minat atau karakteristik yang sama, seperti kelompok etnis atau

kelompok berdasarkan status pekerjaan yang sama). Bentuk-bentuk

komunikasi komunitas antara lain :

a. Media berbasis komunitas, seperti harian lokal, stasiun radio lokal, papan

pengumuman, dan poster-poster.

b. Kegiatan berbasis komunitas, seperti kegiatan kesehatan, drama rakyat,

konser, pertemuan atau rapat umum, dan parade.

c. Penggerakan atau mobilisasi komunitas, dimana komunitas berpartisipasi

menentukan serta melakukan suatu tindakan sebagai bentuk kepedulian

bersama.

3. Saluran media massa

Dapat menjangkau khalayak luas dalam waktu singkat. Mencangkup

media :

a. Televisi

b. Surat kabar

57

Page 58: komunikasi kesehatan

c. Iklan luar ruang atau iklan berjalan

d. Internet

e. Radio

f. Majalah

g. Direct Mail

Saluran – saluran Komunikasi

SaluranJangkauan

KhalayakKeunggulan Kelemahan

Saluran Komunikasi Interpersonal

Tenaga/penyuluh

kesehatan pada

klien, antar

pasangan suami-

isteri, antar rekan

sebaya.

Perorangan Dapat menjadi sumber

informasi paling

terpercaya karena

dilakukan melalui

komunikasi tatap muka.

Tingkat

partisipasi/keterlibatan

paling tinggi.

Sangat efektif.

Sulit untuk

mengontrol pesan.

Membutuhkan

pelatihan dari

seorang ahli

komunikasi.

Sangat mahal untuk

dikembangkan.

Makan waktu untuk

menjangkau khalayak

luas.

Saluran-saluran Komunitas

Media komunitas

(surat kabar

komunitas, stasiun

radio lokal)

Laki-laki,

perempuan,

anak-anak

Ada partisipasi khalayak.

Mungkin lebih dapat

diandalkan daripada

media massa umum

karena lebih bersifat

lokal.

Berbiaya rendah.

Mahal untuk

dikembangkan.

Jangkauan khalayak

yang berada di luar

komunitas utama

rendah.

Frekuensi penyebaran

58

Page 59: komunikasi kesehatan

informasi rendah.

Komunikasi bersifat

satu arah.

Kegiatan

komunikasi (drama

rakyat, pertemuan

kelompok, rapat

umum, penyuluhan

masyarakat/kegiatan

mobilisasi

penggerakan

masyarakat)

Segmen

khalayak

tertentu

Ada partisipasi khalayak.

Mungkin lebih dapat

diandalkan daripada

media komunitas karena

terkait dengan

keterlibatan khalayak.

Mendorong pelembagaan

struktur masyarakat.

Mendorong

kesinambungan usaha.

Berbiaya rendah.

Mahal untuk

dikembangkan.

Jangkauan khalayak

rendah.

Frekuensi penyebaran

informasi rendah.

Saluran Media Massa

Televisi Rumah tangga,

keluarga (laki-

laki,

perempuan,

remaja, anak-

anak)

Jika pesan sampai ke

rumah, dapat mendorong

munculnya diskusi-

diskusi dalam keluarga.

Menjangkau persentase

khalayak sasaran yang

luas.

Memberikan dampak

pesan maksimum (karena

melibatkan penglihatan,

suara, gerak).

Biaya efisien.

Biaya produksi

mahal.

Lebih menjangkau

masyarakat kota

daripada desa.

Biayanya bisa terlalu

mahal pada masa-

masa tertentu.

Sulit untuk

ditayangkan pada

saat prime-time

(waktu/jam tayang

utama).

59

Page 60: komunikasi kesehatan

Jika ditayangkan

pada waktu lain,

khalayak yang

dijangkau

kemungkinan tidak

banyak.

Radio Individu,

keluarga,

remaja,

dewasa

Digunakan sebagai media

perorangan di banyak

negara.

Disampaikan berulang-

ulang (frekuensinya

sering).

Bisa digunakan untuk

membangun jangkauan

luas.

Memperkuat pesan-pesan

yang telah disampaikan

melalui media televisi.

Bisa sangat ktreatif.

Lebih murah daripada

televisi.

Pesan bisa dikirim

dengan atau dalam

bahasa setempat.

Khalayak terbagi-

bagi.

Jika terdapat banyak

stasiun radio dalam

satu wilayah, butuh

biaya mahal untuk

menyebarkan pesan.

Tidak ada gambar

atau visualisasi.

Tidak selalu mudah

untuk masuk ke

seluruh negeri.

Majalah Laki-laki,

perempuan,

remaja

Dapat menjangkau

khalayak yang berbeda

berdasarkan gaya hidup,

demografi, dan perilaku.

Membutuhkan waktu

yang lama.

Frekuensi rendah.

Pesan hanya untuk

60

Page 61: komunikasi kesehatan

Pesan disajikan dengan

reproduksi warna.

Jumlah pembaca

meningkat terus.

Lebih bergengsi.

khalayak yang melek

huruf.

Terutama hanya

menjangkau kelas

atas.

Surat kabar Laki-laki dan

perempuan

yang

berpendidikan,

para pembuat

kebijakan

Media menjangkau

khalayak yang luas dan

banyak.

Tepat waktu.

Keluasan berita.

Berpengaruh.

Ukuran pesan fleksibel.

Hanya bagi mereka

yang bisa baca tulis.

Kualitas reproduksi

kurang.

Reproduksi foto

kurang baik.

Informasi cepat basi

(berumur pendek).

Biayanya bisa tidak

efisien.

Iklan luar ruang /

berjalan (Billboard,

iklan di bus)

Laki-laki dan

perempuan

Bagus untuk membangun

pengenalan dan

kepedulian.

Area dengan arus lalu

lintas pesan yang tinggi.

Pesan sangat singkat.

Turut memberikan

penekanan atas pesan

media lainnya.

Waktu paparan

(penayangan)

terbatas.

Isi pesan terbatas.

Tidak dapat bertahan

lama.

A. Mengembangkan Jangkauan Khalayak dengan Cepat

Penggunaan beberapa saluran komunikasi didasarkan pada pada faktor

jangkauan. Artinya, saluran-saluran utama yang dipilih merupakan saluran-

61

Page 62: komunikasi kesehatan

saluran yang dapat menjangkau banyak orang dalam waktu singkat. Di

beberapa negara, televisi dianggap sebagai media yang mampu melakukan

hal itu (menjangkau khalayak luas dalam waktu singkat).

Sementara dinegara lain, radiolah yang dianggap sebagai media yang

sesuai atau efektif. Kegiatan-kegiatan masyarakat juga bisa menjangkau

sejumlah besar orang dalam suatu masyarakat / komunitas. Namun frekuensi

penyampaian pesan hanya terbatas pada kerangka waktu dan sejumlah

kegiatan tertentu, yang memang direncanakan untuk komunitas tersebut.

B. Menekankan Frekuensi (Kekerapan Pengulangan) Pesan

Penyampaian pesan menggunakan gabungan saluran-saluran

komunikasi harus dilakukan secara tetap guna menanamkan ingatan dalam

benak khalayak untuk waktu yang cukup lama. Menekankan pada masalah

frekuensi penyampaian pesan, dan menggunakan suatu media yang mungkin

tidak bisa menjangkau banyak orang dengan cepat, namun punya cukup

kemampuan untuk mengulang isi pesan secara berulang-ulang atau teratur

untuk waktu yang lebih lama.

Di banyak negara, radio misalnya, merupakan contoh saluran yang

baik yang bisa membantu penyebaran pesan secara terus menerus atau

berulang-ulang. Iklan radio relatif tidak mahal, dan spot (materi isi) iklan

radio bisa disampaikan berulang-ulang selama kempanye. Komunitas

interpersonal di klinik kesehatan merupakan suatu cara untuk membangun

kesinambungan penyampaian pesan secara berulang-ulang. Ini dapat terjadi

dengan memastikan bahwa mengulanginya pada setiap kunjungan.

C. Kombinasi Jangkauan dan Frekuensi

Untuk mengembangkan jangkauan pesan pada khalayak (dengan

menggunakan berbagai media), tanpa mengurangi penyebaran pesan secara

berulang-ulang (frekuensi), pertimbangan untuk menggunakan kombinasi

62

Page 63: komunikasi kesehatan

atau gabungan kedua pendekatan tersebut. Kita dapat menjangkau banyak

orang pada saat konsep ini berjalan.

Di sebagian negara, penyebaran pesan menggunakan gabungan

berbagai media seperti televisi, radio, kegiatan komunitas / kemasyarakatan,

dan komunikasi inter personal merupakan cara untuk membangun, jangkauan

pesan yang lebih luas, sekaligus untuk menyampaikan pesan dengan

frekuensi berulang-ulang.

D. Menjangkau Khalayak dengan Cara Paling Efisien

Paduan berbagai saluran yang baik harus menyeimbangkan berbagai

faktor, seperti besaran khalayak yang dapat dijangkau dan biaya yang

dikeluarkan untuk menjangkaunya. Untuk membandingkan setiap saluran

komunikasi berdasarkan efisiensi biaya, bagilah biaya pemasangan pesan di

media atau saluran tersebut dengan jumlah khalayak yang dapat dijangkau.

E. Pendekatan dengan Banyak Saluran (Multichannel Approach)

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan banyak saluran dalam

penyampaian pesan (Pendekatan banyak saluran), lebih berpeluang

mengubah perilaku daripada pendekatan dengan saluran tunggal (Piotrow,

Kincaid, Rimon & Rinehart, 1997). Tambahan lagi, pendekatan banyak

saluran, khususnya lewat media massa, mampu lebih cepat mencapai tujuan.

Melalui berbagai saluran komunikasi, kita dimungkinkan menjangkau

lebih banyak orang dan lingkungan yang berbeda, dengan frekuensi terpaan

pesan yang lebih sering. Kombinasi berbagai saluran juga memberikan

sinergi (dorongan) terhadap kampanye, serta menambah dampak pesan

kampanye. Hal tersebut penting dan memberi lebih banyak pengaruh bagi

khalayak utama dan sekunder yang menerima terpaan pesan-pesan serupa.

Terpaan berbagai saluran atau media komunikasi ini, pada gilirannya kelak,

akan membantu menekankan arti penting dukungan kampanye tersebut bagi

mereka.

63

Page 64: komunikasi kesehatan

F. Mencapai Bauran Saluran Tanpa Batas

Bauran beragam saluran komunikasi yang ideal adalah yang dapat

menjangkau proporsi jumlah kelompok khalayak yang besar secara efisien.

Pesen-pesan yang disampaikan melalui saluran-saluran tersebut harus

konsisten dan saling mendukung. Ini berarti, pesan-pesan pada televisi,

misalnya, konsisten dengan pesan-pesan yang disampaikan di klinik-klinik

kesehatan.

Perencana pesan harus memahami bagaimana khalayak menanggapi

pesan masing-masing saluran, hingga pesan seolah tak berbatas / punya

kesatuan utuh. Sebagai contoh, pesan-pesan yang menerpa para remaja dari

suatu konser daerah yang diseponsori sebuah perusahaan pemasaran sosial,

harus diperkuat pula oleh materi pesan yang mereka terima lewat bimbingan

remaja (peer conselor) serta pesan yang mereka dengar di radio.

G. Memilih Saluran Utama dan Saluran Pendukung, Lengkap dengan Alasannya

Kita harus menentukan mana yang akan menjadi saluran utama dan

mana yang akan berlaku sebagai saluran pendukung. Seperti lokomotif yang

menarik gerbong-gerbong kereta, maka saluran utama akan menjadi “mesin

penggerak” yang menarik saluran-saluran lainnya. Pikirkan lembar kerja

Anda saat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Saluran mana yang akan menjangkau proporsi terbesar khalayak sasaran ?

2. Saluran mana yang paling sesuai dengan pernyataan pesan ?

3. Saluran mana yang akan memberikan dampak terbesar ?

Walaupun media massa dapat menjangkau lebih banyak orang,

mungkin tidak selalu masuk akal jika harus selalu memilihnya sebagai

saluran utama.

Contoh Lembar Kerja Rangkuman Saluran Komunikasi Terpilih

Contoh : Program “Pilihan Hidup (Life Choices)” di Ghana

Saluran Komunikasi Karena . . .

64

Page 65: komunikasi kesehatan

utama saya adalah :

1. Televisi Televisi menjangkau mayoritas luas semua kelompok khalayak,

dan memiliki dinamika yang melibatkan penglihatan,

pendengaran, serta gerakan untuk menghubungkan tiap cerita

pengalaman orang. Televisi membuat cerita-cerita tadi terasa

hidup.

Saluran Komunikasi

lainnya :Karena . . .

2. Radio Radio bisa mendukung cerita yang ditayangkan televisi, juga

bisa menjangkau kelompok khalayak yang tidak terjangkau

siaran televisi. Radio juga membantu menyajikan kisah lain

menggunakan karakter orang yang berbeda, yang disampaikan

dalam bahasa setempat.

3. Media iklan luar

ruang (Billboard)

Papan iklan ruang luar dapat mengingatkan khalayak akan

karakter yang ditampilkan di televisi, dan mendukung dengan

kalimat pendek sederhana : “Ini Hidup Anda, Ini Pilihan

Anda”.

4. Materi komunikasi

interpersonal

Materi-materi tersebut dapat menjangkau mereka yang terkait

untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode KB. Selain itu,

materi juga bisa mendukung tema “Pilihan Hidup”.

5. Jangkauan

komunitas

Pengguna KB yang puas akan mendukung tema “Pilihan

Hidup” melalui seminar dan kegiatan keliling, yang menyajikan

kisah “Pilihan Hidup” mereka. Pada saat yang sama, mereka

memberikan saran atas pilihan metode KB yang telah diambil.

2.2 Menentukan Alat Bantu

Alat bantu merupakan taktik atau cara yang digunakan untuk mengirim

pesan melalui saluran. Dalam komunikasi, alat bantu mencakup periklanan,

65

Page 66: komunikasi kesehatan

publisitas, pendidikan, hiburan, penyuluhan, partisipasi masyarakat, pelatihan

petugas kesehatan, manajemen kegiatan, serta pengembangan kemitraan swasta.

Tim perencana komunikasi mempunyai banyak pilihan alat bantu.

Tantangannya adalah bagaimana memilih kombinasi alat bantu terbaik agar

sesuai dengan pendekatan strategis guna mencapai tujuan. Untuk itu, tim perlu

memahami cara kerja alat bantu tersebut : alat bantu apa yang paling baik untuk

mencapai tujuan, dan kapan harus menggunakannya. Penyuluhan misalnya, bisa

membantu membangun kondisi yang dapat mendukung suatu perilaku sebelum

khalayak diterpa pesan. Kampanye dengan penyuluhan kepada para pemuka

agama di Yordania membuka jalan bagi kampanye kesehatan reproduksi remaja.

Iklan di media massa dan kampanye humas (PR) bisa mendorong para pembuat

kebijakan membuat suatu kebijakan guna mendukung perubahan perilaku. Di

Rumania, peluncuran kampanye kesehatan ibu menggunakan banyak saluran

komunikasi, berskala nasional, serta didukung oleh Departemen Kesehatan.

Tujuannya agar program terus berjalan guna menjamin petugas KB mendapat

kompensasi (penghargaan / upah) atas kerjanya.

Pertanyaan-pertanyaan utama yang diajukan adalah :

1. Alat bantu apa yang diperlukan untuk mendukung pendekatan strategis ?

2. Bagaimana alat tersebut akan digunakan ?

3. Mengapa alat tersebut yang diperlukan ?

4. Bagaimana alat-alat itu akan menyesuaikan diri dengan gambaran program

keseluruhan ?

5. Bagaimana alat tersebut berfungsi bersama-sama ?

Pertanyaan lain yang perlu diajukan di sini adalah :

1. Apakah mitra kita mempunyai kemampuan untuk mengelola alat tersebut ?

2. Apakah kita memiliki sumberdaya untuk membiayai alat tersebut ?

Delapan Alat Bantu : Keunggulan, Kelemahan, Penggunaan yang Tepat

Alat Definisi Keunggulan Kelemahan Penggunaan

66

Page 67: komunikasi kesehatan

Advokasi Menciptakan suatu

perubahan dalam

opini publik dan

menggerakkan

sumberdaya serta

kekuatan yang

diperlukan untuk

mendukung suatu

isu, kebijakan atau

khalayak pemilih.

Membangun

dukungan

diantara pembuat

kebijakan.

Bisa membangun

koalisi di tingkat

akar rumput

(masyarakat).

Menciptakan

lingkungan yang

positif.

Menghadapi

aposisi.

Jangkauan

terbatas.

Membutuhkan

keahlian yang

sangat khusus.

Membutuhkan

pengetahuan

tentang sistem dan

kontak.

Butuh waktu lama

untuk melihat

perubahan.

Untuk membuat /

mengganti

leglisasi /

kebijakan dalam

dukungan

program

kesehatan.

Untuk mengubah

situasi hukum,

sosial, atau politik

berkaitan dengan

isu-isu kesehatan.

Untuk

menghindari

tanggapan negatif

terhadap suatu

program

kesehatan.

Periklanan Menginformasikan

dan membujuk,

dalam lingkungan

yang terkontrol

sedemikian rupa,

melalui media yang

dibayar, seperti

televisi, radio,

media luar ruang,

surat kabar, dan

Mampu

mengontrol isi

pesan,

penempatan

media,

penentuan waktu

dan panjang

pesan.

Awalnya mahal,

walau dalam

jangka panjang

biaya ternyata

lebih efisien.

Perlu

menggunakan

agen periklanana.

Ruang

penyampaian

Untuk program

komunikasi

berskala nasional.

Saat kontrol pesan

diperlukan.

Jika khalayak

mampu

mengakses media

massa.

67

Page 68: komunikasi kesehatan

majalah pesan terbatas.

Kurang kredibel

(terpecaya).

Promosi Memberi

rangsangan

tambahan yang

mendorong

khalayak untuk

memikirkan

perilaku yang

diharapkan, atau

untuk melakukan

suatu tindakan yang

mengarah kepada

perilaku yang

diharapkan, dengan

rangsangan berupa

pemberian kupon,

contoh produk

gratis, hadiah uang

dan barang.

Tingkat

tanggapan yang

tinggi.

Membuat

khalayak

bersikap aktif.

Menghasilkan

aksi / tindakan.

Aksi segera tapi

biasanya

berjangka pendek.

Bisa

membutuhkan

biaya mahal untuk

memproduksi dan

menyebarkan

pesan.

Saat mendorong

khalayak untuk

mencoba

mempraktikan

perilaku yang baru

atau

memperkenalkan

suatu prodak atau

pelayanan baru.

Mendorong

pemakaian

(produk atau jasa).

Komunikasi

Inter

Personal

Menguatkan

interaksi pribadi

antar individu.

Termasuk diskusi /

obrolan di dalam

dan luar klinik,

tidak hanya

Menjangkau

khalayak di

tingkat individu.

Terjadi

komunikasi dua

arah.

Menekankan

Jika pembimbing

dari rekan sebaya

tidak mampu

memenuhi

janjinya,mungkin

khalayak tidak

terdorong untuk

Untuk semua

promosi petugas /

fasilitas.

Semua program

yang memberikan

pelayanan.

68

Page 69: komunikasi kesehatan

mencakup pelatihan

informasi bagi

petugas, tapi juga

menguatkan

lingkungan tempat

komunikasi

berlangsung.

perilaku di

lingkungan

petugas.

Membangun

hubungan antara

petugas /

penyuluh dengan

klien.

Memungkinkan

proses umpan

balik yang

efektif.

melakukan

kunjungan ulang.

Materi harus

mudah dipahami,

menarik, mudah

didapat.

Jangkauan

terbatas.

Bisa terjadi

ketidak

konsistenan dari

satu situasi ke

situasi lain.

Kegiatan

Promosi

dan

Sponsorship

Membuat dan atau

mensponsori

kegiatan yang

bertujuan menarik

perhatian dan

mempromosikan

perilaku yang

diharapkan.

Misalnya melalui

jumpa pers,

pemunculan

selebriti, acara

pembukaan resmi,

parade, konser,

pemberian

Membangkitkan

publisitas dan

memperlihatkan

itikad atau niat

baik.

Berjangka

pendek, bisa

berbiaya mahal.

Membutuhkan

banyak tenaga.

Sponsor harus

dikejar, menerima

keuntungan, dan

secara sosial harus

sesuai dengan

program.

Selama

peluncuran suatu

kampanye.

Menciptakan

kepedulian.

Mempromosikan

logo atau slogan.

Membangun

keterkaitan

hubungan antara

merek – klien.

69

Page 70: komunikasi kesehatan

penghargaan,

presentasi

penelitian atau

acara olah raga.

Partisipasi

Masyarakat

Membantu

masyarakat untuk

ikut serta secara

aktif mendukung

dan memfasilitasi

penerapan perilaku

yang diharapkan.

Melibatkan

masyarakat

secara

keseluruhan.

Mendukung

perilaku kolektif

dan individu.

Membantu

mengubah

norma/nilai

masyarakat.

Membutuhkan

waktu lama dan

berkelanjutan.

Perlu waktu lama

untuk

mengembangkan /

memasyarakatkan.

Masyarakat

mungkin tidak

selalu homogen

(memiliki

kesamaan).

Membangun

partisipasi

berkesinambungan

dari masyarakat

secara

keseluruhan.

Publisitas Penggunaan media

komunikasi gratis,

untuk

membangkitkan

kesadaran khalayak

dan membentuk

sikap positif.

Memberikan

sumber

informasi yang

objektif dan

lebih kredibel

(dapat

dipercaya).

Menciptakan

kesadaran

dengan cepat.

Tidak

membutuhkan

Kurang adanya

kontrol terhadap

pesan dan

penempatan

media.

Perlu waktu lama

untuk

menciptakan

hubungan media.

Memperkenalkan

suatu produk atau

layanan baru.

Ketika ada nilai

berita yang perlu

ditawarkan

mengenai subyek

tertentu.

70

Page 71: komunikasi kesehatan

biaya mahal.

Menguatkan

kampanye yang

dilakukan

dengan iklan.

Hiburan Program televisi

atau radio, drama

rakyat, lagu,

permainan yang

memberikan

hiburan yang

dengan

menyampaikan

pesan yang

mendidik di

dalamnya.

Khalayak sangat

mudah menerima

pesan yang

disampaikan

melalui media

hiburan.

Isi program bisa

disertakan.

Pesan bisa

membujuk /

mengajak.

Mahal

memproduksinya.

Membutuhkan

rancangan yang

hati-hati atau

teliti.

Berhubungan

dengan kampanye

iklan secara

nasional.

Bisa menjadi poin

yang memberikan

suara kuat untuk

suatu strategi

nasional.

Bisa

menggabungkan

berbagai peasan

berbeda untuk

mempromosikan

kesehatan secara

terpadu.

A. Contoh – contoh Saluran dan Alat Penyampaian Pesan

Tabel dibawah ini menunjukkan hubungan antara saluran dan alat,

serta meteri yang digunakan untuk setiap katagori. Sebagai contoh, media

massa menjadi suatu saluran untuk menyampaikan pesan. Kendati demikian,

pesan juga bisa disampaikan dengan merancang program yang diproduksi

secara penuh, spot iklan yang dibayar, atau melalui berita sebagai suatu

71

Page 72: komunikasi kesehatan

kampanye publisitas. Seluruh alat menggunakan saluran komunikasi yang

sama, namun membutuhkan keahlian dan atau lembaga yang berbeda (agen

periklanan, perusahaan humas, rumah produksi) untuk membantu

melaksanakannya.

Hubungan Antara Saluran dan Alat

SaluranAlat yang digunakan

pada saluranMateri / kegiatan

Komunikasi interpersonal Bimbingan dengan sebaya. Pelatihan, materi pendukung.

Penyuluhan oleh petugas. Pelatihan, materi pendukung.

Dukungan oleh klinik

kesehatan untuk

memperkuat upaya.

Poster, pamflet, vidio yang dapat

digunakan oleh klien (pasien) tanpa

interaksi pribadi dengan petugas

(provider)

Saluran komunitas Partisipasi masyarakaat. Pertemuan kelompok, panduan,

kegiatan penyuluhan, materi ceramah

dari pembicara, bahan materi dari

pers.

Media komunitas. Surat kabar komunitas, radio lokal,

papan pengumuman, petugas yang

memberikan pengumuman,

pengumuman dengan alat pengeras

suara.

Kegiatan masyarakat. Drama rakyat, road show (kunjungan

lokasi ), pameran kesehatan.

Media massa :

TV, Radio, Surat Kabar,

Majalah, billboard, iklan

berjalan

Periklanan. Iklan cetak, iklan TV, radio,poster

luar ruang, iklan pada kartu yang

bisa diedarkan.

72

Page 73: komunikasi kesehatan

Media massa :

TV, Radio,Koran,

Majalah, billboard, iklan

berjalan

Publisitas. Press release (pemberitahuan kepada

pers), penyampaian pemberitahuan

dengan vidio (video release), dengan

artikel, pemberitahuan kepada pers

melalui radio, jumpa pers (pers

conference),iklan layanan

masyarakat (Public Service

Announcements), pelatihan

wartawan.

Media, komunitas,

interpersonal

Pendampingan /

penyuluhan.

Kit (materi dan pelengkap) berisi

fakta penting dan kisah yang

mendorong untuk mendapatkan

dukungan suatu kebijakan, isu atau

konstituensi; pertemuan; surat.

Media, komunitas, antar

pribadi

Promosi. Kupon, contoh produk gratis, kontes,

hadiah uang dan barang, baik melalui

media, atau di tataran masyarakat,

atau melalui toko.

Media, masyarakat Penciptaan kegiatan dan

Sponsorship.

Konferensi berita, pemunculan

selebriti, acara pembukaan resmi

(grand opening), parade, konser,

pemberian penghargaan, presentasi

penelitian atau acara olah raga.

Media, masyarakat Sarana hiburan

pendidikan.

Program televisi atau program radio,

drama rakyat, lagu, permainan.

B. Rangkuman Lembar Kerja Untuk Memilih Alat Bantu

73

Page 74: komunikasi kesehatan

Contoh Strategi Komunikasi untuk Demokrasi dan Pemerintahan di

Nigeria

Sebuah upaya komunikasi dikembangkan dengan tujuan mendorong

warga negara Nigeria dalam rentang usiapemilih agar terlibat dalam kegiatan-

kegiatan sipil, khususnya untuk bekerja dalam kelompok-kelompok yang

mungkin sudah ada, guna memberikan pendampingan untuk perubahan

sosial. Kombinasi alat bantu digunakan untuk mendorong warga Nigeria agar

terlibat.

Saya memilih alt berikut : Karena . . .

Melatih organisasi setempat

yang dilakukan oleh para mitra

LSM, supaya mereka bisa

memberikan pendampingan

untuk perubahan sosial.

Guna membantu organisasi bekerja sama dengan

pemerintah dan atau pejabat setempat untuk

meyakinkan mereka, baik dari sisi cara maupun

keefektifannya, agar mempengaruhi perubahan yang

diharapkan.

Kegiatan kehumasan Guna mendapatkan cakupan media untuk membantu

mendorong kelompok-kelompok lokal bertindak dan

mendorong individu agar bekerja sama dalam

kelompok.

Kampanye periklanan Menjangkau individu melalui televisi, radio, dan

media luar ruang. Juga untuk menunjukkan

keberhasilan usaha pendampingan yang dilakukan

oleh kelompok lokal.

Penggerakan masyarakat Untuk mendorong organisasi / lembaga lokal agar

dapat membantu masyarakat mereka sendiri.

Promosi kegiatan Untuk mengadakan lomba “Pahlawan Lokal” yaitu

individu-individu yang mampu meyakinkan

kelompok untuk menjadi pendamping dalam proses

perubahan yang menghasilkan sukses perubahan.

74

Page 75: komunikasi kesehatan

2.3 Memadukan Pesan, Saluran dan Alat Bantu

Inilah keuntungan perencanaan komunikasi strategis : proses perencanaan

memungkinkan kita memperhatikan seluruh gambaran mengenai cara

menggunakan pesan, saluran, dan alat untuk memaksimalkan upaya komunikasi,

seperti dijabarkan dalam contoh-contoh berikut.

A. Contoh Kampanye Gizi untuk ASI

Khalayak sasarannya terdiri dari ibu-ibu muda, dan isu utamanya adalah

mendorong pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi.

Pendekatan strategisnya dilakukan dengan cara meyakinkan ibu-ibu yang

mengandung, sepanjang masa kehamilannya, untuk memberikan ASI secara

eksklusif kepada bayinya kelak.Pesan tersebut didasarkan pada keinginan para

ibu agar bayinya tetap sehat pada tahap awal perkembangannya.

Saluran penyampaian pesannya melalui komunikasi

interpersonal,komunikasi berbasis masyarakat, dan siaran radio. Alat bantu

yang digunakan berupa pelatihan bagi petugas kesehatan untuk memberi

penyuluhan kepada ibu hamil pada saat kunjungan. Alat lainnya adalah materi

komunikasi interpersonal untuk mendukung upaya penyuluhan dan

memperkuat perilaku positif di wilayah kerja petugas, pertemuan kelompok di

tempat-tempat umum pada hari kerja, serta program hiburan pendidikan

melalui radio yang menitikberatkan masalah gizi. Semua upaya tersebut

direncanakan bersama-sama, sehingga pesannya dapat saling menunjang dan

memiliki kesamaan satu sama lain. Guna mendapatkan dampak atau pengaruh

maksimal, maka waktu pelaksanaan semua upaya tersebut jatuh pada periode

yang sama.

B. Mengintegrasi Saluran dan Alat

Program Kesehatan Terpadu Zambia (Zambia Integreated Health

Program - ZIHP) dirancang untuk menggerakkan reformasi kesehatan di

75

Page 76: komunikasi kesehatan

distrik terpilih negara tersebut. Program ini menitik beratkan kebutuhan

berbagai kelompok khalayak dan menawarkan paket pelayanan kesehatan

terpadu kepada setiap khalayak. ZIHPCOMM adalah program komunikasi

yang dirancang untuk menyampaikan pesan kepada empat kelompok khalayak

utama (perempuan, lelaki, pengasuh anak dan remaja), dengan

menitikberatkan empat bidang teknis : malaria, HIV/AIDS, kesehatan

reproduksi terpadu, serta kesehatan anak dan gizi. ZIHPCOMM mempunyai

tiga tujuan utama : meningkatkan permintaan terhadap perbaikan masalah

kependudukan, kesehatan dan gizi; mengubah pengetahuan dan sikap

khalayak atas perilaku kesehatan; serta meningkatkan pengetahuan mengenai

waktu dan tempat untuk mendapatkan pelayanan. Dalam ZIHPCOMM,

dikembangkan serangkaian tindakan yang sesuai dengan saluran-saluran

komunikasi yang berbeda-beda. Penerapannya di media massa dilakukan

melalui Paket Kampanye Kesehatan yang Lebih Baik (The Best Health

Campaign), mencakup pesan di radio dan televisi tentang perilaku kesehatan.

Paket Komite Kesehatan Rukun Tetannga (Neighborhood Health Committe)

menjadi komponen kemitraan masyarakat, mencakup pelatihan kader

kesehatan masyarakat, berikut materi-materi cetak untuk mendukung

pelatihan dan aktivitas kelompok kerja masyarakat yang sedang berlangsung.

Sebuah program radio menyelenggarakan pendidikan jarak jauh untuk

mendukung mitra-mitra masyarakat. Hal ini menjadi perekat bagi keseluruhan

paket kemitraan masyarakat. Program tersebut memberikan informasi terkini

mengenai program kampanye kesehatan dan teknik-teknik menggerakkan

masyarakat.

Paket program kesehatan antar pribadi (untuk perorangan-peny)

melengkapi paket-paket melalui media massa dan masyarakat. Paket tersebut

mencakup seperangkat kegiatan berbasis klinik, termasuk materi-materi untuk

penyuluhan, materi pelatihan, dan materi pendukung klinik lainnya, seperti

76

Page 77: komunikasi kesehatan

poster, lukisan dinding, dan leflet. Semua elemen paket antar pribadi turut

memperkuat pengalaman klien dan pasien untuk semua hal yang berkaitan

dengan kesehatan, semisal : pelayanan KB, pelayanan kebidanan, pelayanan

perawatan kesehatan anak, penanganan infeksi saluran reproduksi, atau

pelayanan yang berhubungan dengan HIV.

Kampanye kesehatan yang Lebih Baik, paket Komite Kesehatan Rukun

Tetangga, dan paket klinik saling melengkapi satu sama lain untuk menajmin

bahwa semua tataran dalam sistem mendapat materi sesuai dengan isi pesan

yang konsisten dari sumber yang dapat dipercaya. Masing-masing paket

cukup fleksibel untuk menampung perubahan fokus-fokus program, namun

tetap menawarkan konsistensi dan kredibilitas (kepercayaan) sehingga bisa

meningkatkan dampak penyebaran pesan pada khalayak.

P-Process merupakan suatu kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap

bagaimana mengembangkan strategi program komunikasi kesehatan. Strategi

komunikasi yang mantap akan memberikan koherensi bagi kegiatan program

kesehatan dan membantu kekuatan program untuk mencapai keberhasilan.

Komunikasi yang strategis merupakan kemudi program yang akan mengarahkan

tercapainya tujuan dan menjadi pengikat yang akan mempersatukan program atau visi

kreatif melalui perpaduan berbagai aspek kegiatan program.

Selama hampir dua dekade, P-Process telah memberikan kerangka kerja yang

mantap dan mudah diterapkan (O’Sullivan, 2005). P-Process digunakan sebagai

pengembang strategi, pelaksanaan proyek, bantuan teknis, pembangunan institusi dan

pelatihan. P-Process digunakan secara bersama sebagai panduan bagi bermacam-

macam stakeholders yang terlibat di dalam perancangan dan perwujudan program

komunikasi kesehatan strategis.

77

Page 78: komunikasi kesehatan

Dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam komunikasi

kesehatan, diperlukan pengelolaan semua unsur upaya komunikasi terutama rekan

kerja dan agen-agen yang bekerjasama. Upaya tersebut merupakan salah satu langkah

dalam P-Process. Di dalam P-Process hal ini disebut dengan manajemen pelaksanaan

dan pemantauan. Manajemen yang berhasil memerlukan kepemimpinan, peran, dan

tanggung jawab dengan definisi yang jelas, koordinasi melekat dan kerja tim yang

melibatkan semua pihak, serta kepatuhan terhadap anggaran serta kerangka waktu

(O’Sullivan, 2005). Langkah ini terspesifikasikan menjadi 6 komponen utama antara

lain adalah :

a. Mengidentifikasi organisasi utama dan mitra-mitra kerjasama

b. Mendefinisikan peran dan tanggungjawab masing-masing mitra kerja

c. Membuat garis besar kerjasama para mitra

d. Menyusun kerangka waktu pelaksanaan strategi

e. Menyusun anggaran

f. Perencanaan untuk memantau kegiatan

2.1 Mengidentifikasi Organisasi Utama dan Mitra – Mitra Kerjasama

Dalam pengidentifikasian organisasi utama dan mkitra kerjasama, terlebih dahulu

diperlukan cara untuk membedakan hal – hal di antara keduanya. Cara untuk

membedakan organisasi utama dengan mitra kerjasama antara lain adalah sebagai

berikut :

a. Mengidentifikasi area dan keahlian fungsional utama.

Identifikasi ini mencakup hal-hal seperti :

Koordinasi manajemen

78

Page 79: komunikasi kesehatan

Kebijakan

Riset

Periklanan

Rencana

Penempatan media

Humas

Kegiatan berbasis masyarakat

Pelatihan

Pemantauan

Evaluasi

Organisasi utama memiliki beberapa ciri, antara lain :

1. Bertanggungjawab atas keseluruhan koordinasi rancangan dan pelaksanaan

strategi

2. Manajer bertugas sebagai penghubung

Maksud dari pernyataan di atas adalah semua informasi yang ada harus

melalui manajer, sehingga dapat dipastikan bahwa :

semua kegiatan berjalan sesuai strategi,

masih mencukupi dalam kerangka anggaran,

sesuai jadwal,

menjamin semua mitra dilibatkan,

dan selalu mendapatkan informasi terkini.

3. Bertanggungjawab untuk memperoleh semua persetujuan yang diperlukan

untuk pelaksanaan kegiatan.

4. Organisasi utama berfungsi sebagai :

pusat kegiatan yang berwenang mengeluarkan laporan status

mengingatkan ke kelompok lain mengenai masalah dan isu-isu yang

memerlukan perhatian

79

Page 80: komunikasi kesehatan

membantu meningkatkan kemampuan mitra kerja melalui tugas harian

untuk mewujudkan strategi komunikasi

Mitra kerjasama merupakan pihak yang diajak bekerjasama oleh pihak organisasi

utama. Macam-macam mitra kerja ada tiga, antara lain :

a. Mitra kerja utama

Merupakan mitra kerja yang sangat berperan membantu organisasi utama

untuk melaksanakan program kerjanya. Tanpa adanya mitra kerja utama, maka dapat

dipastikan kegiatan yang direncanakan oleh organisasi utama tidak akan berjalan

dengan lancar atau bahkan dapat disimpulkan kegiatan tersebut tidak akan berjalan

sama sekali.

b. Mitra kerja menengah

Merupakan mitra kerja yang membantu proses kegiatan dengan jalan

pemberian bantuan dana ataupun jasa untuk pelaksanaan kegiatan/program yang

dicanangkan oleh organisasi utama. Selain hal tersebut juga untuk mencapai tujuan

dari pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan.

c. Mitra kerja pelengkap/accessories

Merupakan mitra kerja yang bertujuan untuk melengkapi pelaksanaan

kegiatan. Mitra diperlukan saat pelaksanaan kegiatan. Walaupun dikatakan sebagai

pelengkap, namun tanpa adanya mitra pelengkap ini maka kegiatan atau program

yang telah direncanakan tidak akan berjalan dengan baik.

Mitra-Mitra Kerja Sama yang Potensial

Mitra kerjasama dalam proses komunikasi kesehatan memiliki beberapa peran yang

terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian peran tersebut mencakup hal – hal yang

berkaitan dengan :

80

Page 81: komunikasi kesehatan

1. Masalah kebijakan

Memfasilitasi pelaksanaan strategi sesuai rencana mungkin memerlukan

perubahan kebijakan, baik kebijakan publik maupun sektor swasta. Guna

mengubah hambatan semacam itu, diperlukan berbagai taktik advokasi di

tingkat tertinggi. Peran-peran yang diperlukan di sini kemungkinan mencakup

individu dengan pengaruh yang tepat, guna difungsikan dalam dewan

penasehat atau komite koordinasi yang mengawasi upaya-upaya komunikasi.

Pendekatan ini menjamin agar mekanisme manajemen tetap pada tempatnya

saat program menghadapi hambatan-hambatan kebijakan.

2. Penelitian, pemantauan dan evaluasi

Jika terdapat komponen penelitian dalam strategi atau terdapat rencana untuk

pemantauan dan evaluasi, terdapat beberapa opsi untuk memilih siapa yang

akan melakukan penelitian. Walaupun mungkin terdapat ahli dalam organisasi

utama, anggota staf seringkali memiliki tanggung jawab lain dan tidak bisa

mendapatkan informasi secepat yang dibutuhkan. Setelah mitra-mitra

penelitian dipilih, pastikan mereka memiliki semua informasi dasar yang

diperlukan dan mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan semua mitra

tersebut.

3. Periklanan

Sebuah kelompok in-house jarang memiliki keahlian dan pengalaman dalam

menyusun dan melaksanakan suatu kampanye komunikasi lengkap yang

mencakup:

penyusunan materi kreatif

produksi

pembayaran media

fungsi-fungsi agen periklanan dll

81

Page 82: komunikasi kesehatan

Pengalaman hampir selalu menunjukkan adanya manfaat ketika organisasi

utama dibiarkan memilih dan mengadakan kontrak dengan agen periklanan

untuk melakukan tugas tersebut.

4. Penempatan media

Agen periklanan biasanya akan menangani pembayaran slot waktu media dan

memastikan agar pesan-pesan disampaikan sesuai rencana media. Jika agen

periklanan tidak mamapu memberikan jasa tersebut, kemungkinan besar harus

melibatkan seseorang atau suatu perusahaan yang khusus menangani

pembelian slot ruang atau waktu media.

5. Humas (hubungan masyarakat)

Humas merupakan bidang yang bisa atau tidak bisa dikelola oleh perusahaan

periklanan.

Staf humas bekerjasama dengan para pembuat keputusan tingkat atas di

organisasi utama dan agen lainnya untuk melatih individu-individu tertentu

sebagai pembicara atau agen lainnya seandainya program menuai kritik. Jenis

tugas ini membutuhkan keputusan-keputusan manajemen yang strategis serta

kerjasama erat dengan agen mitra lainnya.

6. Kegiatan berbasis komunitas atau masyarakat

Walaupun suatu komunikasi tidak mengharuskan kerjasama dengan kelompok

berbasis masyarakat guna menjamin kelancaran pelaksanaan, melibatkan jasa-

jasa organisasi terkadang bisa berguna dalam menyebarluaskan pesan-pesan

kepada khalayak sasaran.

7. Pelatihan

82

Page 83: komunikasi kesehatan

Identifikasi area-area kesenjangan keahlian atau pengetahuan yang bisa

menghambat tim manajemen mencapai tujuan strategi.

2.2 Menetapkan Peran dan Tanggungjawab Masing-Masing Mitra

Setelah organisasi utama dan mitra kerjasama teridentifikasi, langkah selanjutnya

adalah menjabarkan peran dan fungsi masing-masing serta untuk menjamin

keberhasilan pelaksanaan program.

Setelah peran tersebut ditentukan, upayakan untuk membangun cara-cara kerja

yang akan memberikan manfaat kepada organisasi mitra serta mendukung strategi

komunikasi.

Organisasi mitra harus mendapat manfaat dan keikutsertaannya dalam strategi

sebab jika tidak dilakukan maka tidak akan terjadi suatu kerjasama.

Contoh lembar kerja identifikasi bidang-bidang fungsional dan keahlian kunci

yang diperlukan:

Bidang fungsional Keahlian yang diperlukan Siapa yang memliki keahlian

tersebut

Riset/ penelitian Kualitatif, evaluasi Organisasi utama, beberapa

perusahaan swasta

Kebijakan Hubungan dengan pejabat

pemerintah

Mantan menteri kesehatan

Periklanan/ humas Pelatihan juru bicara kreatif Beberapa biro swasta

Kegiatan berbasis

masyarakat

Advokasi setempat Organisasi kerjasama

perempuan

Pelatihan Keahlian konseling berbasis

klinik, komunikasi

interpersonal

Badan/ asosiasi keluarga

berencana

Tabel 2.2.1

83

Page 84: komunikasi kesehatan

2.3 Membuat Garis Besar Kerjasama Para Mitra

Setelah menetapkan peran dan tanggung jawab masing – masing mitra beserta

organisasi utama, maka diperlukan suatu langkah untuk mengikat hubungan

kerjasama tersebut. Kerjasama antara organisasi utama dengan mitra kerjasamannya,

baik satu mitra ataupun lebih dari satu mitra, tertuang dalam suatu nota kesepahaman.

Nota ini merupakan tanda tertulis (hitam di atas putih) adanya ikatan di antara kedua

belah pihak. Nota kesepahaman ini disebut juga dengan Memorandum of

Understanding (MoU).

Di dalam nota kesepahaman (MoU) ini akan tertuang beberapa hal yang

berkaitan dengan pelaksanaan kerjasama antara organisasi utama dengan mitra

kerjanya. Hal-hal tersebut antara lain berupa pertanyaan sebagai berikut :

a. Adakah badan penasehat yang terdiri dari mitra – mitra yang bekerjasama ?

b. Apakah badan penasehat tersebut akan mengadakan pertemuan secara teratur ?

c. Kewenangan pengambilan keputusan seperti apa yang akan dimiliki oleh badan

penasehat tersebut ?

d. Apakah organisasi utama akan menangani koordinasi sehari – hari ?

e. Apakah organisasi utama akan memberikan informasi terkini tentang kegiatan

program kepada semua mitra ?

Dalam kerjasama antara organisasi utama dengan para mitra kerja, perlu

diperhatikan batas waktu dari nota kesepahaman yang telah dibuat tersebut.

Pelaksanaan kerjasama dan keberlakuan atas nota kesepahaman tersebut dibatasi oleh

waktu. Oleh karena itu, nota kesepahaman harus selalu diperbaharui/di-up date.

Pembaharuan nota kesepahaman tersebut untuk menghindari terjadinya kerugian

antara organisasi utama maupun para mitra kerja, baik untuk satu pihak maupun

kedua belah pihak. Pada dasarnya, tujuan utama dari pembuatan nota kesepahaman

adalah untuk memperoleh keuntungan bersama di antara kedua belah pihak yakni

pihak organisasi utama maupun mitra kerja.

84

Page 85: komunikasi kesehatan

2.4 Menyusun Kerangka Waktu Pelaksanaan Strategi

Upaya komunikasi sangat terkait dengan pemberian pelayanan, pelatihan, dan

bidang-bidang lainnya. Apabila strategi komunikasi akan dilaksanakan secara

bertahap maka diperlukan sebuah kerangka waktu yang akan menunjukkan kapan

kegiatan utama masing-masing tahap akan dilaksanakan dan di mana letak poin-poin

keputusan kunci berada.

Kerangka waktu yang dibuat akan menjadi panduan untuk menjamin agar

kegiatan pelaksanaan tetap berada pada jalurnya. Dalam pelaksanaannya nanti,

diperlukan suatu pemfokusan dan disebut juga dengan ketetapan strategis yakni

dilakukan melalui upaya hanya mengidentifikasi batu lompatan utama (O’Sullivan,

2005). Apabila ada perubahan keadaan atau kondisi saat pelaksanaan program

komunikasi kesehatan, maka diperlukan tindakan penyesuaian dan memastikan

bahwa status kegiatan harus selalu diinformasikan kepada semua mitra kerja atau

organisasi yang relevan.

Dalam ilmu administrasi kesehatan, penyusunan kerangka waktu pelaksanaan

suatu kgiatan atau strategi terbagi menjadi beberapa macam. Macam-macam dari

penyusunan kerangka waktu tersebut antara lain sebagai berikut :

a. PERT

PERT (Program Evaluation and Review Technique) adalah suatu teknik

menilai dan meninjau kembali program. PERT merupakan metode yang bertujuan

untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupu gangguan produksi

serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan

mempercepat terselesaikannya proyek yang bersangkutan. Menurut Azwar (2010),

teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur

85

Page 86: komunikasi kesehatan

karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu

sebelum dilaksanakan.

b. CPM

CPM (Critical Path Method) atau metode jalur kritis merupakan suatu model

kegiatan proyek yang digambarkan dalam bentuk jaringan (Dannyanti, 2010). Metode

jalur kritis merupakan metode yang digunakan untuk merencanakan dan mengawasi

proyek-proyek dan merupakan sistem yang paling banyak digunakan di antara semua

sistem lainnya. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti dan juga hubungan

antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

proyek. CPM menganalisis jaringan kerja yangberusaha mengoptimalkan biaya total

proyek yang bersangkutan. Perkiraan yang akan diperoleh dari metode CPM adalah

perkiraan terkait waktu dan pembiayaan untuk setiap kegiatan di dalam jaringan.

c. Gantt Chart / kolom sederhana

Gantt chart merupakan alat fundamental dan mudah diterapkan untuk

memungkinkan seseorang melihat dengan mudah waktu dimulai dan selesainya tugas

dan sub-tugas dari proyek. Semakin banyak tugas dalam proyek dan semakin penting

urutan antara tugas – tugas tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan untuk

memodifikasi gantt chart. Kemudahan dari penggunaan metode gantt chart antara lain

adalah sebagai berikut :

- mampu menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan

sesungguhnya pada saat pelaporan,

- dapat digabungkan dengan metode lain yang akan bermanfaat pada saat

pelaporan,

86

Page 87: komunikasi kesehatan

- mudah dibuat dan dipahami sehingga bermanfaat sebagai alat komunikasi

dalam penyelenggaraan proyek.

2.5 Menyusun Anggaran

Untuk menjamin agar memiliki sumber daya keuangan yang diperlukan demi

menjalankan strategi komunikasi di semua bagian, maka diperlukan penyusunan

sebuah anggaran. Walaupun tim strategi mungkin menggunakan beberapa pendekatan

berbeda dalam membuat sebuah anggaran, terdapat beberapa situasi yang biasa terjadi

dan menggerakkan proses. Situasi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

a. Besaran dana telah ditetapkan dan tim strategi harus mengalokasikan dana-

dana tersebut bagi semua kegiatan untuk masa waktu terbatas. Tim juga harus

mempertanggungjawabkan pengalokasian dana tersebut.

b. Tim melakukan analisis situasi, mengidentifikasi khalayak sasaran,

menetapkan tujuan, kemudian memperoleh komitmen pendanaan dari satu

atau lebih sumber dana untuk melanjutkan perancangan strategi komunikasi,

serta melaksanakannya. Tambahan dana juga bisa didapat dari organisasi atau

program lain.

Dalam penaksiran banyaknya dana aktual yang dibutuhkan untuk masing-

masing kategori anggaran, sebaiknya dilakukan penelitian mengenai perbandingan

biaya dalam negeri. Dari hal tersebut akan didapatkan keterangan-keterangan dari

kontraktor jasa, seperti biro riset dan agen periklanan.

Di ilmu administrasi, perencanaan anggaran terbagi menjadi tiga bagian yakni

tentang proses perencanaan anggaran, perangkat perencanaan anggaran, serta hasil

dari perencanaan anggaran. Perangkat perencanaan anggaran tersebut dapat berbeda

antara institusi satu dengan institusi lainnya. Yang terpenting pada perencanaan

anggaran bukanlah perangkat dan ataupun hasil perencanaan anggaran, melainkan

87

Page 88: komunikasi kesehatan

proses yang ditempuh dalam melakukan perencanaan anggaran tersebut (Azwar,

2010).

Manfaat dari proses perencanaan anggaran (budgetting) tersebut antara lain

adalah :

- Membantu pengaturan dalam pemanfaatan sumber daya

- Membantu pengambilan keputusan

- Membantu pemantauan dan pengawasan

- Membantu perencanaan rencana

- Memperjelas pendelegasian wewenang

Sekalipun banyak macam dan bentuk rencana anggaran, namun proses yang

ditempuh dalam menyusun rencana anggaran pada dasarnya tidaklah berbeda. Proses

yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi kegiatan

Mengidentifikasi berbagai kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan yang diidentifikasi sebaiknya hanya yang

bersifat pokok saja (mollar activities) dalam arti apabila tidak dilaksanakan, akan

menyebabkan tidak tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

b. Menentukan sumber daya

Menentukan jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan yang telah diidentifikasi. Sumber daya secara umum

dibedakan atas empat macam yakni tenaga (man), dana (money), sarana (material),

dan tata cara (method).

c. Mengubah sumber daya dalam bentuk uang88

Page 89: komunikasi kesehatan

Kegiatan ini dengan maksud mengubah sumber daya yang diperlukan ke

dalam bentuk mata uang. Untuk memudahkan pekerjaan biasanya digunakan biaya

unit baku (standard unit cost) yang dihitung berdasarkan harga masa lalu ditambah

dengan perkiraan kenaikan harga pada masa datang.

d. Menyusun dan menyajikan rencana anggaran

Proses ini merupakan kegiatan menyusun dan menyajikan rencana anggaran

yang telah disusun ke dalam format baku yang telah disepakati.

e. Mengirimkan untuk persetujuan

Melalui proses mengirimkan rencana anggaran yang telah disusun kepada

pihak-pihak yang berwenang memberikan persetujuan. Terkadang diperlukan

beberapa revisi.

2.6 Perencanaan untuk Memantau Kegiatan

Pemantauan adalah fungsi yang penting, namun sering kali tidak diperhatikan dalam

pelaksanaan strategi. Sebuah rencana managemen yang baik berisi proses untuk

melacak pelaksanaan kegiatan. Dalam pemantauan ini mencakup :

1. Media yang digunakan tepat sasaran khalayak

2. Memantau kegiatan yang seharusnya berjalan sesuai dengan strategi yang

telah direncanakan. Hal ini dilakukan menghindari keadaan yang tidak

diinginkan, misalnya bila menggunakan leaflet dalam media komunikasi,

sebaiknya ada pemateri yang menjelaskan dari ini leaflet tersebut agar ilmu-

ilmu yang ada bisa diserap dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Adanya sumber daya yang bertanggungjawab dalam setiap tugas-tugas yang

diberikan demi kelancaran kegiatan

2.7 Contoh Pengaplikasian Manajemen Pelaksanaan89

Page 90: komunikasi kesehatan

FGD (Forum Group Discussion) bertemakan “Perwujudan Generasi Muda

Indonesia Bebas HIV/AIDS”. Program komunikasi kesehatan ini merupakan kegiatan

forum yakni diawali dengan adanya penjelasan materi terkait hal yang diangkat

menjadi tema dan selanjutnya akan dibahas dan diulas lebih jauh dalam forum kecil

oleh para peserta yang dibentuk menjadi beberapa kelompok. Hasil diskusi nantinya

akan dipadukan antar kelompok yang terbagi tadi sehinggga dapat ditarik suatu

kesepakatan terkait bagaimana cara yang efektif dan efeisien dalam mewujudkan

generasi muda Indonesia yang bebas akan penyakit HIV/AIDS. Manajemen

pelaksanaan dari kegiatan FGD tersebut seperti terlampir di bawah ini :

No. Pertanyaan Jawaban

1. Organisasi utama UKM KOMPLIDS (Komunitas

Mahasiswa Peduli HIV/AIDS)

Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Jember

Organisasi utama bertanggung jawab atas Koordinasi manajemen,

komunikasi dengan mitra,

ketepatan jadwal dan anggaran,

pertemuan badan penasehat,

masukan teknis atas semua

aspek penyusunan dan

pelaksanaan strategi.

2. Mitra kerjasama a. Mitra Kerjasama Utama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

b. Mitra Kerjasama Menengah

Dokter dari Rumah sakit, puskesmas, atau

90

Page 91: komunikasi kesehatan

intansi terkait KPA (Komisi Peduli HIV/AIDS) Komunitas Rohan (penasun)

c. Mitra Kerjasama Pelengkap

Media massa seperti Radar Jember, Radio Prosalina, WAO sebagai media cetak Institusi sekolah

menengah atas

Mitra kerjasama bertugas atas Fakultas dan Universitas à memberikan kebijakan pelaksanaan baik waktu maupun dana.

Dokter dari Rumah sakit, puskesmas, atau intansi terkait à sebagai narasumber memberikan informasi terkait HIV/AIDS, pelaksanaan VCT (Voluntary Counseling and Testing).

Media massa seperti Radar Jember, Radio Prosalina, WAO sebagai media cetak à memberikan bantuan dana berupa potongan harga pencetakan sertifikat dan book note, membantu proses hubungan masyarakat/sasaran program.

KPA (Komisi Peduli HIV/AIDS) dan Komunitas Rohan (penasun) à narasumber dalam

91

Page 92: komunikasi kesehatan

pelaksanaan program komunikasi kesehatan.

Institusi sekolah menengah

atas à badan penyedia

sasaran program komunikasi

kesehatan yakni siswa SMA

yang rentan mengalami

HIV/AIDS.

3. Strategi yang kaan dilaksanakan sepanjang

periode waktu berikut in, mencakup tahapan

– tahapan sebagai berikut :

November 2012 – Januari 2013

1. Merancang pendekatan

strategis

2. Penyusunan materi dan

produk kreatif

4. Total perkiraan biaya untuk periode

tersebut :

Rp10.000.000,-

5. Kegiatan-kegiatan akan dipantau dengan

cara :

Evaluasi berkala yakni laporan

dari masing-masing panitia

(dari organisasi utama) beserta

mitra kerja utama yakni pihak

fakultas dan universitas setiap

2 minggu sekali.

Tabel 2.7.1

P-Process merupakan suatu kerangka yang menggambarkan tahap demi tahap

bagaimana mengembangkan strategi program komunikasi kesehatan. Strategi

komunikasi yang mantap akan memberikan koherensi bagi kegiatan program

92

Page 93: komunikasi kesehatan

kesehatan dan membantu kekuatan program untuk mencapai keberhasilan.

Komunikasi yang strategis merupakan kemudi program yang akan mengarahkan

tercapainya tujuan dan menjadi pengikat yang akan mempersatukan program atau visi

kreatif melalui perpaduan berbagai aspek kegiatan program.

Selama hampir dua dekade, P-Process telah memberikan kerangka kerja yang

mantap dan mudah diterapkan (O’Sullivan, 2005). P-Process digunakan sebagai

pengembang strategi, pelaksanaan proyek, bantuan teknis, pembangunan institusi dan

pelatihan. P-Process digunakan secara bersama sebagai panduan bagi bermacam-

macam stakeholders yang terlibat di dalam perancangan dan perwujudan program

komunikasi kesehatan strategis.

Proses evaluasi dampak memainkan peran kunci dalam strategi komunikasi.

Tanpa evaluasi, tidak akan ada yang bisa memutuskan apakah strateginya terlaksana,

atau efektif. Perencanaan evaluasi dilakukan pada awal proses rancangan strategi.

Idealnya, sebuah rencana evaluasi dibuat secara partisipatif berdasarkan masukan

berbagai stakeholder, seperti staf program, kelompok masyarakat, ahli riset. Seorang

ahli komunikasi tidak perlu menjadi pakar dalam metodologi riset. Namun, ia benar-

benar perlu memainkan peran aktif dalam mengembangkan rencana evaluasi, guna

memastikan bahwa hal tersebut telah berfokus pada masalah-masalah komunikasi

yang tepat. Langkah ini terspesifikasikan menjadi 6 komponen utama antara lain

adalah :

a. Mengidentifikasi lingkup dan jenis evaluasi

b. Merencanakan pemantauan dan penilaian dampak

c. Mengidentifikasi rancangan evaluasi dan sumber data

d. Menyesuaikan evaluasi untuk situasi tertentu

e. Memutuskan pelaksanaan evaluasi

93

Page 94: komunikasi kesehatan

f. Merancang dokumentasi dan penyebarluasan hasil-hasil evaluasi

2.1 Mengidentifikasi lingkup dan jenis evaluasi

Penentuan lingkungan dan jenis evaluasi yang tepat, diperlukan dan

memungkinkan untuk dilaksanakan merupakan elemen kunci dalam rancangan

strategi. Pada tingkat dasar, evaluasi mempunyai tujuan untuk:

2.1.1 Mengetahui apakah aktivitas yang dicantumkan dalam rencana kerja benar-

benar dilaksanakan (evaluasi proses atau pemantauan)

2.1.2 Menentukan apakah tujuan yang dipaparkan pada tujuan perubahan

perilaku yang telah dicapai ( penilaian dampak)

Evaluasi, seperti riset, harus dinyatakan sejak awal proyek komunikasi

strategis. Tujuan komunikasi strategis yang dinyatakan sedari dini akan

mengarahkan setiap tahap evaluasi. Tujuan perubahan perilaku individu juga

memerlukan suatu evaluasi yang akan mengukur perilaku individu untuk jangka

waktu tertentu; tujuan kebijakan untuk mengesahkan peraturan tertentu

memerlukan cara untuk menentukan peraturan mana, atau bagian peraturan

manakah yang akan menjadi hukum, sementara tujuan mendorong keaktifan

masyarakat sejak awal membutuhkan ukuran atau indikator keaktifan

masyarakat.

Rancangan evaluasi harus berfokus pada unit analisa yang dituju dan

perubahan yang diharapkan. Dengan demikian, pihak-pihak yang akan

melaksanakan evaluasi idealnya berpartisipasi membantu menyusun tujuan-

tujuan yang SMART (Spesific, Measurable, Appropriate, Realistic, Time-bound)

dengan cara tertentu, sehingga tujuan dan proses pencapaiannya bisa diukur

secara tepat-akurat sepanjang proyek berlangsung.

94

Page 95: komunikasi kesehatan

Pada tingkat yang lebih kompleks dan strategis, evaluasi juga harus:

a. Menilai kecukupan/ kelayakan strategi yang dipilih

b. Menyoroti bidang- bidang yang memiliki dampak terendah dan

tertinggi

c. Tidak hanya mengidentifikasi perubahan individu atau masyarakat

saja, tetapi juga mengukur hasil (indeks) kesehatan dan social berbasis

populasi, seperti angka kelahiran dan kematian, tingkat pendidikan dan

pendaftaran pemilih

d. Menunjukkan cara- cara meningkatkan program

e. Mengukur efektivitas biaya perorang yang terjangkau, atau perukuran

manapun dari perubahan perilaku

Tanpa dokumentasi evaluasi, pembuatan kebijakan, perencanaan program,

pemberi dana dan peserta tidak akan mengetahui apa yang terjadi, mengapa,

kapan, atau apa efeknya. Dalam waktu beberapa tahun, sebuah program yang

tidak di evaluasi seolah- olah tidak pernah ada.

Tip rancangan evaluasi efektif:

1. Evaluasi harus diperkenalkan, dipahami dan direncanakan sejak program

dimulai. Evaluasi juga harus berdasarkan pada tujuan program. Jadi, bukan

tambahan di menit- menit terakhir sebelum program berlagsung sehingga

harus memastikan adanya data baseline dan data pasca intervensi untuk

mengukur perubahan.

2. Evaluator perlu membantu petugas program untuk menyatakan tujuan dengan

istilah- istilah yang bisa diukur, konsisten dengan teori perubahan perilaku

dan membantu pemanfaatan metodologi riset yang praktis dan sesuai dengan

situasi.95

Page 96: komunikasi kesehatan

Tujuan pemanfaatan evaluasi praktik kesehatan masyarakat

Mendapatkan wawasan

a. Menilai kebutuhan, keinginan dan aset anggota masyarakat

b. Mengidentifikasi hambatan dan fasilitator penggunaan pelayanan

c. Mempelajari cara menjelaskan dan mengukur kegiatan serta efek program

Mengubah praktik

d. Menyempurnakan rencana untuk memperkenalkan layanan baru

e. Memberikan karakteristik sejauh mana rencana intervensi diterapkan

f. Meningkatkan isi materi pendidikan

g. Meningkatkan kompetensi budaya program

h. Memeriksa apakah hak- hak peserta dilindungi

i. Menentukan prioritas untuk pelatihan staf

j. Membuat penyesuaian di tengah pelaksanaan program (midcourse adjustment) untuk meningkatkan alur pasien/ klien

k. Meningkatkan kejelasan pesan komunikasi kesehatan

l. Menentukan apakah angka kepuasan pelanggan dapat ditingkatkan

m. Menggerakkan dukungan masyarakat terhadap program

3. Evaluasi harus menghindari klaim dampak yang berlebihan, yaitu hanya

berdasarkan pada data sebelum dan sesudah program. Data semacam ini

memang dapat mendokumentasikan hubungan antarvariabel, tetapi tidak bisa

digunakan untuk menyimpulkan hubungan sebab akibat.

4. Penggunaan jenis data yang berbeda dan analisa yang lebih luas bisa

memperkuat kemungkinan bahwa program komunikasi tertentu telah

menyebabkan perubahan perilaku yang dapat diukur atau memberikan

kontribusi terhadap sejumlah perubahan yang bisa diidentifikasi.

Bagan berikut ini merangkum cara- cara yang bisa digunakan evaluasi untuk

program kesehatan masyarakat.

96

Menilai efek

a. Menilai pengembangan keterampilan para peserta program

b. Membandingkan perubahan perilaku tenaga kesehatan setelah jangka waktu tertentu

c. Membandingkan biaya dengan manfaat

d. Mencari peserta yang berhasil baik dalam program

e. Memutuskan alokasi sumber daya baru

f. Mendokumentasikan tingkat kesuksesan dalam mencapai tujuan

g. Menunjukkan apakah persyaratan akuntabilitas sudah terpenuhi

h. Mengumpulkan informasi beberapa evaluasi untuk memperkirakan efek hasil dari jenis program yang sama

i. Mengumpulkan kisah-kisah keberhasilan

Mempengaruhi peserta

a. Memperkuat pesan-pesan program

b. Mendorong dialog dan meningkatkan kesadaran mengenai masalah kesehatan

c. Memperluas kesepakatan di antara anggota koalisi mengenai tujuan program

d. Mengajarkan keterampilan evaluasi pada staf dan stakeholder lain

e. Mendukung perubahan dan pengembangan organisasi

Page 97: komunikasi kesehatan

Center for disease control and prevention, 1999

97

Page 98: komunikasi kesehatan

2.2 Merencanakan Pemantuan dan Penilaian Dampak

Secara kronologis, setelah selesai disusun, evaluasi harus menyentuh aspek-

aspek berikut ini: Memantau kegiatan dan hasil program, penilaian dampak.

2.2.1 Pemantauan

Pemantuan mensyaratkan adanya perhatian pada proses, kinerja, dan

sedikit banyak, pada hasil:

a. Pemantauan Proses

Pada tahap ini, evaluator harus mengukur apakah kegiatan berlangsung

sesuai dengan frekuensi, intensitas dan waktu yang telah direncanakan,

serta memang di arahkan untuk mencapai khalayak sasaran. Idealnya,

pemantauan dimulai sejak awal kegiatan program, dan terus berlangsung

sepanjang program atau kampanye. Pemantauan yang dilakukan setelah

kegiatan selesai tidak akan sehandal pemantauan yang dilakukan terus –

menerus.

b. Pemantauan Kinerja

Kualitas (mutu), kuantitas (besaran) dan distribusi (pembagian) hasil

komunikasi harus dipantau dengan ketat. Contohnya, apakah poster yang

telah ditetapkan jumlahnya sudah dicetak dan didistribusikan ke tempat

yang telah disepakati? Apakah jumlah tenaga kesehatan atau tenaga lainnya

yang telah ditetapkan sudah dilatih mengenai penggunaan materi

komunikasi yang tepat? Apakah semua anggota manajemen dan tim

komunikasi melaksanakan fungsinya sesuai rencana? Apakah kualitas dan

volume keluaran (output),apakah poster,drama seri atau kegiatan

masyarakat berada pada tingkat yang ditetapkan dan diharapkan?

Bagaimana cara kinerja tim manajemen memenuhi harapan dan persyaratan

98

Page 99: komunikasi kesehatan

rencana kerja? Ukuran untuk pemantauan proses dan kinerja harus

sespesifik dan sekuantitatif mungkin, karena tidaklah mungkin menentukan

keberhasilan strategi, jika pada kenyataannya hal-hal tersebut tidak

dilaksanakan sesuai rencana.

c. Pemantauan Hasil

Fokus evaluasi bergeser dari kegiatan dan tindakan, kembali ke tujuan

awal. Jika tujuannya adalah meningkatkan kunjungan di klinik tertentu,

meningkatkan pembelian produk tertentu, atau penggunaan kondom, maka

sudah sejauh mna perbuatan itu terjadi? Selama proses pemantauan, survey

yang ekstensif tidaklah memungkinkan. Namun, pengamatan dan

wawancara lokasi penting dilakukan untuk memastikan hasil yang

diharapkan mulai terjadi. Hasil yang bukan merupakan tujuan, atau yang

berbeda dari tujuan awal program memerlukan perhatian seksama dan

segera, serta umpan balik kepada direktur program. Jika perlu, lakukan

perubahan dalam pelaksanaan atau strateginya.

Pemantauan merupakan hal penting untuk memastikan bahwa program

dilaksanakan sesuai perencanaan.

2.2.2 Penilaian Dampak

Penilaian dampak ditujukan untuk mencari jawaban terhadap

pertanyaan “apakah strategi komunikasi mencapai tujuan yang sudah

ditentukan?” Selanjutnya, penilaian dampak dimanfaatkan untuk melihat

perbedaan yang dilakukan strategis pada lingkungan program secara

keseluruhan.

99

Page 100: komunikasi kesehatan

Indikator

Langkah pertama evaluasi dampak adalah menentukan indikator yang

anda gunakan untuk menentukan apakah tujuan telah dicapai. Contoh

indikator individu untuk strategi komunikasi perubahan perilaku adalah:

a. Presentasi jumlah khalayak sasaran dengan perilaku spesifik (terhadap,

suatu produk, praktek, atau pelayanan)

b. Presentasi jumlah khalayak sasaran yang percaya bahwa pasangan,

teman, kerabat dan masyarakat mereka menyetujui

c. Presentasi jumlah non-user yang ingin mengikuti praktik tertentu di

masa mendatang

d. Presentasi jumlah khalayak sasaran yang yakin bahwa mereka bisa

menjalankan praktik tertentu di masa mendatang.

Indikator perubahan sosial

a. Kepemimpinan

b. Tingkat dan modal partisipasi

c. Sumber daya informasi

d. Efektifitas bersama

e. Rasa memiliki

f. Ikatan sosial

g. Norma social

(Figueroa, Kincaid, Raid & Lewis, 2002)

Isu kunci dalam penilaian dampak adalah rancangan atau rencana riset

evaluasi yang harus ditentukan sedini mungkin dalam sebuah proyek.

Menurut tradisi, khususnya dalam riset biomedis, penilaian dampak yang

disebut dengan Standart Emas adalah suatu rancangan percobaan yang

secara acak melibatkan individu atau komunitas dalam program tertentu.

100

Page 101: komunikasi kesehatan

Setelah program selesai, perbedaan antara mereka yang terlibat dalam

program dan yang terlibat akan menentukan dampak proyek.

Desain Eksperimental (Experimental Design)

Masalah utama yang muncul dalam menerapkan disain eksperimental

pada komunikasi strategis adalah sebagai berikut :

a. Kelompok kontrol (yang tidak terpapar atau tidak dikenai perlakuan

tertentu sesuai dengan program) dan kelompok eksperimen harus

memiliki semua karakteristik kunci yang sama,karena akan

berpengaruh pada hasilnya.

b. Tidak ada kejadian atau kegiatan yang membedakan kelompok kontrol

dan kelompok eksperiment, kecuali kegiatan proyek yang terjadi

diantara kelompok yang terpapar maupun yang ada dalam kelompok

kontrol.

c. Tidak boleh ada kontaminasi atau pertukaran kegiatan dan informasi

antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Rancangan Kuasi-Eksperimental (Quasi-Experimental)

Pengganti disain eksperimental murni dalam proyek komunikasi

adalah desain kuasi-eksperimental. Jenis riset ini tidak memilih secara acak

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebagai gantinya, dilakukan

upaya untuk mengidentifikasi daerah atau unit kontrol, dengan program

berupa perubahan khalayak sasaran yang sebisa mungkin dapat

diperbandingkan. Namun dalam kuasi-eksperimental terdapat beberapa

masalah. Misalnya, kemiripan – kemiripan di antara kelompok kontrol,

kejadian – kejadian yang membedakan di daerah yang berbeda – beda dan

kontaminasi antara kedua kelompok. Dengan demikian, jelas bahwa

101

Page 102: komunikasi kesehatan

paparan terhadap program komunikasi strategis tidak bisa dikontrol dengan

cara yang sama.

Penggunaan Analisa Statistik untuk Menjelaskan Perbedaan dan

Kontaminasi Populasi

Analisa Statistik juga bisa diterapkan pada kontaminsasi , yaitu

paparan terhadap kelompoj kontrol dan ketidakterpaparan kelompok

percobaan. Memboboti satu populasi atau populasi lain agar tercapai

kesetaraan bisa mengontrol perbedaan ini. Teknik yang umum digunakan

adalah analisa bivariat (bivariate analysis). Melalui teknik ini, peneliti

menentukan ada tidaknya korelasi (hubungan) antara dua variabel, dengan

cara memeriksa kekuatan dan arah hubungan. Misalnya saja, ditemukan

hubungan positif dan negatif antara dua variabel. Artinya, jika nilai satu

variabel meningkat, maka nilai variabel kedua juga meningkat. Tetapi,

analisa bivariat tidak mengasumsikan hubungan sebab - akibat di antara

variabel – variabel tersebut.

Analisa regresi digunakan jika satu variabel atau lebih di asumsikan

meramalkan atau menjelaskan perubahan pada variabel yang lain. Misalnya

saja, dalam suatu kampanye komunikasi terdapat variabel pesan, variabel

kepercayaan terhadap pesan dan bobot media. Analisa regresi bisa

digunakan untuk menentukan bahwa penerimaan khalayak sasaran

terhadap suatu pesan bisa meramalkan dengan mengukur variabel yang

berhubungan seperti kepercayaan terhadap pesan dan bobot media.

Membangun Hubungan Sebab Akibat

Untuk memperkuat kesimpulan bahwa proyek komunikasi benar-

benar bertanggung jawab terhadap perubahan perilaku yang

diukur,program harus berusaha membangun delapanpoin kunci berikut ini.

102

Page 103: komunikasi kesehatan

Dengan demikian sejak awal evaluasi, data yang berhubungan dengan

masing – masing poin tersebut harus dikumpulkan :

a. Bukti – bukti perubahan perilaku yang diharapkan dari waktu 1 ke

waktu 2. (Lihat grafik 1) sebagai ilustrasi suatu perubahan perilaku

yang terjadi setelah suatu kampanye hipotesis.

b. Bukti – bukti perubahan yang terjadi selama atau setelah intervensi.

(Lihat grafik 1) isu utama dalam evaluasi perubahan perilaku,

menyusul intervensi komunikasi, adalah bias pemilihan (selectivity

bias) khalayak sasaran. Pengukuran harus dilakukan jenis survei

longitudinal untuk menganalisa kelompok yang sama atau sangat mirip

selama beberapa waktu tertentu, dan menanyakan hal – hal yang

terkait dengan praktik saat ini. Survey semacam ini bisa

mengidentifikasi lebih jelas mana yang terjadi dulu : pengetahuan,

pengalaman dan perilaku tertentu atau paparan terhadap komunikasi

strategis.

Grafik 1

Evaluasi : Perubahan dan Urutan Kampanye

Dampak

Waktu

103

Page 104: komunikasi kesehatan

c. Bukti bahwa perubahan lebih besar terjadi pada mereka yang terpapar

kampanye komunikasi strategis daripada mereka yang tidak terpapar.

Program komunikasi strategis sejak awal harus mendokumentasi

seberapa banyak, dan segman populasi mana yang terpapar intervensi

komunikasi. Contohnya, pemirsa langsung suatu seri di televisi. Grafik

2 ini mengilustrasikan perbedaan pengguna metode kontrasepsi

modern antara (1) mereka yang langsung terpapar program radio, (2)

mereka yang mendengar pesan radio melalui rekannya, (3) mereka

yang tidak mendengar pesan radio maupun rekannya.

Grafik 2

Penggunann Metode Kontrasepsi Modern Saat Ini Di Anatar Wanita Menikah

Usia Subur oleh Sumber Paparan Terhadap Pesan Program Radio KB

100

%penggunaan

metode KB modern 80

20

Tidak mendengar Mendengar pesan

Mendengarkan pesan

pesan dari teman program dari rekan dari radio

d. Bukti mengenai logika ilmiah. Untuk memperkuat klaim – klaim

bahwa program komunikasi strategis telah menyebabkan perubahan

perilaku, kampanye hendaknya beranjak dari teori perubahan perilaku

yang tepat dan mendokumentasikan tidak hanya hasil akhirnya, tetapi 104

Page 105: komunikasi kesehatan

juga langkah – langkah pendahuluan atau pertengahan lainnyayang

mengarah pada perubahn perlaku seperti itu. Contoh, jika pengetahuan

dan persetujuan terhadap praktik tertentu menunjukan penolakan,

sementara pada saat yang sama, praktiknya justru terlihat meningkat,

maka hal ini akan menimbulkan keraguan terhadap keabsahan

(validitas) temuan. Grafik 3 dibawah ini mengilustrasikan bagaimana

pengumpulan data mengenai indikator – indikator pertengahan –

berdasarka teori perubahan perilaku dari pengetahuan ke persetujuan

dan berlanjut pada praktik – memberikan tambahan validitas terhadap

kesimpulan yang menyatakan bahwa program komunikasi strategis

telah menyebabkan perubahan.

Grafik 3

Evaluasi Teori

Pengetahuan persetujuan praktik

e. Mengontrol variabel – variabel yang bertentangan. Mengontrol

variabel yang bertentangan tersebit hingga mencapai kemungkinan

tingkatan tertentu. Mengontrol variabel seperti itu berarti

105

sebelum

sebelumsesudah sebelum

sesudah

Page 106: komunikasi kesehatan

mengidentifikasi variabel tersebut di saat awal, mengumpulkan data

mengenai variabel itu sejauh mungkin, dan menimbang bobotnya

secarasesuai untuk analisa akhir. Grafik 4 ini dibawah ini menunjukan

hubungan antara kasus baru malaria dan turunnya curah hujan dalam

konteks kampanye antimalaria yang terjadi pada periode yang sama.

Grafik menunjukan bahwa menurunnya curah hujan, dan bukan

kampanye, yang mungkin merupakan penyebab utama menurunnya

kasus malaria baru.

Grafik 4

Evaluasi : Variabel yang bertentangan

Kampanye Antimalaria

Dampak

Curah Hujan

Waktu

f. Bukti adanya tanggapan atas dosis tertentu. Satu jenis pengukuran

studi medis dan klinis yang seringkali bias memperkuat kesimpulan

mengenai penyebab dampak kegiatan komunikasi adalah penggunaan

ukuran tanggapan berdasarkan pemberian dosis tertentu. Hipotesisnya,

peningkatan paparan komunikasi akan meningkatkan kemungkinan

106

Page 107: komunikasi kesehatan

perubahan perilaku. Dengan demikian, ukuran paparan harus

mempertimbangkan paparan bukan hanya sebgai variable “ya” dan

“tidak”, melainkan lebih sebagai variabel kumulatif yang terus

meningkat. Artinya, tingkat paparan terhadap intervensi yang berbeda,

atau intervensi yang sama sekali berulangkali, harus bisa di kumpulkan

dan dievaluasi.

g. Bukti tentang luas permasalahan dan arah perubahan. Jelas, semakin

besar perubahan perilaku ke arah yang diharapkan, maka akan semakin

meyakinkan pula pernyataan yang mengklaim efektivitas intervensi

komunikasi.

h. Bukti tentang kemungkinan replikasi (penerapan ulang). Pengujian

sebab akibat terakhir dalam eksperimen ilmiah adalah

kemampuanuntuk mereplikasi hasilnya, yang bisa di lakukan oleh

peneliti lain dan/atau proyek lain. Meskipun hal ini tidak selalu

memungkinkan dalam intervensi-intervensi komunikasi, setiap upaya

mesti dilakukan untuk mengulangi intervensi, kemudian dievauasi

guna mengonfirmasi validitas data awal. Jika intervensi-intervensi

dirancang di bidang yang sama, dengan rancangan riset yang bisa

diperbandingkan, maka sejumlah studi yang berbeda akan

meningkatkan kesimpulan bahwa intervensi tertentu tidak hanya

efektif untuk satu keadaan saja, tapi juga bisa efektif untuk kondisi

yang berbeda. Kemampuan untuk memperkirakan hasil yang akan

datang merupakan elemen kunci dalam kesimpulan sebab akibat. Jika

beragam kajian menegaskan hasil yang sama, maka replikasi ini akan

menambah validitas kajian-kajian individual.

Singkatnya, analisa dampak dalam bidang komunikasi akan selalu

bersifat kontroversial dan dipertanyakan oleh pihak-pihak skeptic.

107

Page 108: komunikasi kesehatan

Untuk alasan tersebut, penting kiranya evaluasi program komunikasi

strategis mendokumentasikan dampak dan memperkuat kesimpulan

sebab akibat dengan sebanyak mungkin cara.

2.3 Mengidentifikasi rancangan Evaluasi dan Sumber Data

Simpanlah kerangka konseptual dalam benak kita, saat menimbang bagaimana

seharusnya evaluasi upaya komunikasi dirancang, dan sumber data mana yang

akan digunakan. Kerangka kerja ini bisa diubah agar sesuai dengan perilaku

kesehatan lain selain mengadopsi metode KB. Variabel dalam kerangka kerja ini

bisa dianalisa dengan cara yang berbeda-beda untuk mengukur perubahan pada

tingkat individu, program dan hasil. Penting diperhatikan, keputusan seseorang

untuk berupaya mengikuti perubahan perilaku yang diprogramkan dipengaruhi

oleh dua hal:

1. Proses khalayak sasaran dalam menimbang risiko pribadi dengan keuntungan

mengadopsi perilaku

2. Persepsi khalayak sasaran tentang norma komunitas.

Tingkat-Tingkat Pengukuran

Evaluasi komunikasi strategis bergantung pada pengumpulan data di

berbagai tingkat yang relevan dengan tujuan program. Dua tingkat

pengukuran utama untuk data evaluasi komunikasi adalah:

a. Berdasarkan populasi

Pengukuran berdasarkan populasi berguna untuk melacak hasil

pendahuluan, pertengahan, dan jangka panjang. Contoh, survey di antara

khalayak sasaran untuk mengukur paparan, pengetahuan, perilaku emosi dan

faktor-faktor lain yang dilaporkan oleh khalayak sasaran itu sendiri kerap

menjadi pertanda perubahan perilaku (dikenal sebagai hasil pendahuluan). 108

Page 109: komunikasi kesehatan

Survey juga bisa melacak perubahan perilaku atau praktik selama proyek

berlangsung (misalnya, melalui hasil-hasil pertengahan). Pertengahan ini pada

gilirannya mempengaruhi hasil jangka panjang yang berhubungan dengan

status kesehatan, seperti angka kesuburan atau kematian. Contoh dari

Zimbabwe berikut ini mengukur hasil pendahuluan dan pertengahan.

Sementara contoh dari Bolivia mencakup hasil kematian bayi jangka panjang.

Contoh: Mempromosikan Tanggung Jawab Seksual di Kalangan Remaja

Zimbabwe

Tahun 1997-1998, berlangsung kampanye multimedia guna

mempromosikan tanggung jawab seksual di kalangan remaja Zimbabwe

sekaligus memperkuat akses mereka terhadap pelayanan kesehatan reproduksi

oleh tenaga kesehatan terlatih. Survey dasar (baseline) dan lanjutan (follow

up) yang masing-masing melibatkan sekitar 1.400 wanita dan pria berusia 10-

24 tahun dilakukan di 5 daerah kampanye dan 2 daerah pembanding. Analisa

regresi logistik dilakukan untuk menilai paparan terhadap kampanye dan

menilai dampaknya pada pengetahuan dan diskusi, perilaku seks yang lebih

aman serta penggunaan layanan kesehatan reproduksi di kalangan remaja.

Hasilnya menunjukkan bahwa kampanye menjangkau 97 persen

khalayak sasaran orang muda. Kesadaran akan metode kontrasepsi meningkat

di daerah kampanye. Hasil kampanye memperlihatkan, 80 persen responden

mendiskusikan topic kesehatan reproduksi dengan teman (72 persen),

kakak/adik (49 persen), orang tua (45 persen), guru (34 persen) atau pasangan

(28 persen). Sebagai tanggapan terhadap kampanye, orang muda di daerah

kampanye dilaporkan 2,5 kai lebih mungkin mengatakan tidak terhadap seks,

dibandingkan dengan daerah pembaning, 4,7 kali lebih mungkin mengunjungi

pusat kesehatan, dan 14 kali lebih mungkin mengunjungi pusat

pemuda/pemudi. Penggunaan kontrasepsi pada hubungan seks terakhir

109

Page 110: komunikasi kesehatan

meningkat secara signifikan di daerah kampanye (dari 56 persen menjadi 67

persen). Kegiatan peuncuran, selebaran dan drama merupakan komponen

kampanye yang paling berpengaruh. Responden yang terpapar lenbih banyak

komponen punya kemungkinan lebih besar untuk mengambil tindakan sebagai

tanggapan atas kampanye tersebut.

(Kim, Kols, Nyakauru, Marangwanda dan Chibatamoto, 2001)

Contoh: Proram Kesehatan Reproduksi Nasional Bolivia

Di Bolivia, serangkaian kampanye kesehatan reproduksi yang

dirancang dengan seksama, dan dilaksanakan dengan baik, memberikan

kontribusi peningkatan yang signifikan terhadap status kesehatan ibu dan

anak-anak Bolivia. Dari tahun 1994 hingga saat ini, Program Kesehatan

Reproduksi Nasional telah meaksanakan upaya komunikasi strategis untuk

mengungkap kebutuhan khalayak sasaran yang spesifik, dengan menggunakan

berbagai saluran komunikasi. Program ini di kendalikan oleh riset, dan hasil

utamanya berupa peningkatan penggunaan kontrasepsi dan penurunan

kematian bayi.

(The Johns Hopkins University center for Communication Programs, 1999)

b. Berdasarkan program

Pengukuran berdasarkan program bergantung pada kumpulan statistik

layanan, data penjualan, wawancara klien saat pulang, wawancara atau

observasi diklinik atau tempat layanan, dan kemungkinan termasuk kajian atas

factor-faktor organisasi serta manajemen yang relevan dengan kinerja

program.

Contoh: Lama Sesi Konseling dan Jumlah Informasi Relevan yang Disampaikan:

Studi Klien Samaran (Mystery Cient) di Klinik Peru

110

Page 111: komunikasi kesehatan

Hambatan waktu memperparah ketidakmampuan tenaga kesehatan KB

daam memberikan bimbingan lengkap kepada kliennya. Maka, penting

kiranya bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui apakah perpanjangan waktu

sesi bimbingan akan meningkatkan jumlah informasi relevan yang bisa

diberikan kepada klien. Menggunakan teknik klien menyamar (mystrery

client), 28 wanita dilatih untuk berpura-pura mencari informasi mengenai

metode yang efektif dan memilih kontrasepsi suntik di 19 klinik daerah

perkotaan, dalam suatu sampel nasional depkes di Peru. Setiap klinik

dikunjungi pada hari yang berbeda oleh 6 “klien simulasi” dengan jumlah

total 114 kasus. Untuk setiap kunjungan, mereka (klien samara-peny)

mencatat topic yang didiskusikan oleh tenaga kesehatan berdasarkan daftar

tilik berisi 46 poin, sambil memperkirakan lamanya sesi konseling. Ternyata,

tenaga kesehatan menggunakan waktu 2 sampai 45 menit untuk memberikan

konseing. Jumlah informasi yang diberikan, yang relevan dengan pilihan

klien, meningkat secara signifikan sejumlah 43 persen saat lama sesi konseing

berlangsung dari 2-8 menit menjadi 9-14 menit. Tapi, peningkatan jumlah

informasi bermanfaat yang disampaikan menjadi tidak berarti, atau tidak

bermakna, ketika sesi memanjang lebih dari 14 menit. Berapapun lamanya,

banyak informasi yang seharusnya diberikan ternyata tidak disampaikan.

Penawaran serangkaian pilihan kontrasepsi yangluas memakan sebagian besar

waktu konsultasi, dan sangat berhubungan dengan lama sesi.

Diskusi mengenai efek sampingan metode yang telah di pilih, berikut

penapisan (screening) kontraindikasi, ternyata tidak bervariasi menurut

lamanya sesi. Studi itu lantas menimpulkan bahwa perpanjangan sesi

konseling lebigh dari 14 menit hanya memberikan sedikit manfaat terhadap

efektivitas konseling bagi ibu yang memilih KB suntik. Karena itu, tenaga

kesehatan hendaknya menggunakan waktu yang ada lebih efisien lagi. Mereka

hendaknya lebih praktis menilai kebutuhan klien, dan sebaiknya menghindari

111

Page 112: komunikasi kesehatan

penyampaian terlalu banyak informasi mengenai metode yang tidak relevan.

Para tenaga kesehatan ini harus berfokus pada metode yang telah dipiih klien,

dan menjeaskan metode tersebut lebih mendaam lagi.

(Leon, Monge, Zumaran, Garcia, dan Rios, 2001)

Jenis Data yang Diperlukan

Mengumpulkan jenis data yang berbeda sangat penting dalam menilai

program komunikasi. Berhubung komunikasi mempengaruhi individu,

keompok dan masyarakat, maka penting kiranya mengumpulkan informasi

kuantitatif dan kualitatif yang relevan dengan unit analisa.

a. Data Kuantitatif

Data ini bisa diambil dari survey, statistic pelayanan atau data

penjuaan, serta melibatkan langkah aktif untuk mengumpulkan informasi dari

individu, masyarakat, tempat, atau fasilitas pelayanan. Data hendaknya

dikumpulkan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, serta relevan untuk

analisa ebih mendalam. Tidak mudah mengumpulkan jenis data semacam ini.

Proses pengumpulannya juga bukan tanpa masalah.

Survei, bentuk dta kuantitatif paling um,um terkait dengan komunikasi

strategis dan perubahan perilaku didapat dari survey terhadap responden

individu yang dipilih secara acak. Survey merupakan bentuk riset operasional

yang rumit dan sangat khusu, serta memerlukan para ahli dalam

penerapannya.

b. Statistic pelayanan

Pengumpulan data statistik pelayanan tampaknya relatif mudah kerena

dilakukan hanya dengan mengunjungi berbagai fasilitas. Pada praktiknya,

statistik pelayanan terbukti tidak memuaskan bila dibandingkan dengan 112

Page 113: komunikasi kesehatan

survey yang diakukan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Inilah

masalah terkait dalam penggunaan statistik pelayanan:

1. Perbedaan tingkat akurasi dan kelengkapan dalam pengisian statistik pelayanan

2. Perbedaan definisi istilah, seperti awal dan kelanjutan, serta perubahan dalam praktik-praktik fasilitas-fasilitas yang berbeda

3. Catatan yang tidak bisa dibaca atau tidak dimengerti

4. Catatan yang tidak bisa diakses

5. Kesenjangan pada data kunci

Peningkatan statistik pelayanan melalui system informasi manajemen

merupakan kelanjutan tujuan yang dapat menyederhanakan evaluasi beberapa

program komunikasi strategis. Tetapi, pada keenyataanya, hal seperti ini tetap

saja masih merupakan suatu ideal dibandingkan kenyataan yang ada di banyak

Negara.

c. Data penjualan

Pengumpulan data penjualan merupakan unsur penting, terutama

dalam evauasi program pemasaran social (social marketing). Beberapa

pertanyaan yang harus dijawab adalah:

1. Pada titik manakah (pedagang besar, distributor, pedagang eceran) data akan dikumpulkan?

2. Bagaimana cara pencatatan perbedaan harga dan pengepakann?

3. Bagaimanan materi promosi yang gratis dibedakan dari materi yang di jual?

4. Bagaimana mempertimbangkan dampak penggantian (subtitusi) ketika produk berharga ebih rendah, menggeser produk yang harganya lebih tinggi?

113

Page 114: komunikasi kesehatan

d. Evaluasi kualitatif

Riset kualitatif tidak hanya penting pada awa proyek untuk memahami

masalah, khalayak sasaran, dan situasi secara keseluruhan. Riset ini juga

berperan penting selama proyek berlangsung, baik untuk memantau maupun

mengevaluasidampak. Peran utama riset kualitatif dalam evaluasi program

mencakup:

1. Bantuan untuk mengevaluasi kegiatan dan produk saat disebarluaskan

2. Bantuan untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa dampak tersebut

dicapai

Evaluasi kualitatif bisa bersifat halus, intuitif dan sangat menarik, jika

dilakukan dengan peka menggunakan langkah-langkah etnografis, yang tidak

menyolok.

1. Diskusi kelompok terfokus (focus group discussion)

Kelompok diskusi di antara individu-individu yang homogen,

diarahkan oleh moderator terlatih, bisa menampakkan gambaran

masyarakat, juga niai serta prasangka individu, intensitas emosi, titik-

titik kontroversi, dan bahasa yang biasa digunakan khalyak sasaran

kata demi kata.

2. Wawancara

Pewawancara bisa mendapatkan informasi dan tanggapan

emosional dengan mewawancarai pihak berpengaruh, informan kunci,

atau anggota khalyak sasaran yang khas. Pertanyaan-pertanyaan

terbuka, dilanjutkan dengan tanggapan dan penggalian hal signifikan

lebih mendalam melalui wawancara dapat memberikan kekayaan

informasi kualitatif yang berharga.114

Page 115: komunikasi kesehatan

3. Pengamatan (observasi)

Apakah secara langsung pada objeknya, atau tidak langsung

(melalui videotape maupun audiotape), pengamatan bisa memberikan

wawasan langsung mengenai reaksi khalayak sasaran atau klien

terhadap jebnis komunikasi tertentu, atau terhadap produk dan perilaku

yang dianjurkan. Peluang observasi langsung dalam program

kesehatan reproduksi kurang berpeluang dibandingkan dengan

perawatan anak dan program kesehatan keluarga. Namun, pengamatan

praktik klinis atau pengamatan langsung terhadap peristiwa atau

kinerja pelayanan akan memberikan umpan balik yang berharga.

4. Catatan harian

Catatan harian bisa berguna bagi masyarakat yang melek huruf,

atau professional yang memahami, untuk merekam tindakan dan

tanggapan langsung dari hari ke hari, memantau kegiatan yang sedang

berlangsung, menangkap sepenuhnya sejarah suatu kejadian, dan

memahami proses perubahan perilaku lebih baik lagi saat program

benar-benar dilangsungkan janka waktu tertentu.

e. Kombinasi-evaluasi kuantitatif dan kualitatif

Evaluasi yang meyakinkan dalam efek sebab akibat, maupun bisa

bermanfaat untuk pemrograman yang akan datang mengkombinasikan

langkah kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi kuantitatif dapat menentukan

berapa banyak perubahan yang terjadi, bahkan berapa banyak perubahan yang

bisa secara spesifik dikaitkan dengan intervensi komunikasi yang berbeda.

Evaluasi kualitatif penting untuk membingkai pertanyaan sesuai

dengan data kuantitatif yang akan diambil, sekaligus bermanfaat untuk

memastikan bahasa yang tepat, sehingga khalayak sasaran mengerti apa yang 115

Page 116: komunikasi kesehatan

ditanyakan. Selain itu, evaluasi kualitatif berguna untuk mengukur intensitas

emosi dan kepastian yang melingkupi tanggapan tertentu. Di atas semua itu,

evaluasi kualitatif berupaya mengeksplorasi mengapa dan bagaimana

perubahan telah terjadi, serta memberikan wawasan yang berguna untuk

memperbaiki dan meningkatkan intervensi yang akan datang. Di sisi lain,

evaluasi kuantitatif berfokus pada berapa banyak perubahan yang telah terjadi.

2.4 Menyesuaikan evaluasi untuk situasi tertentu

Pada tingkat teoritis, evaluasi yang paling berguna akan disesuaikan

dengan strategi komunikasi tertentu dan situasi yang menjadi pertimbangan.

Ini berarti, evaluasi akan merefleksikan model perubahan perilaku konseptual

yang digunakan untuk merancang program di saat awal, berfokus pada

khalayak sasaran untuk program tertentu, mengukur sejauh mana paparan

berbagai media yang digunakan dalam program ( apakah radio, televise,

pertemuan masyarakat, komunikasi interpersonal dan konseling, atau saluran

komunikasi lain) dan mengaitkan temuan- temuan dengan tujuan, penentuan

posisi dan pelaksanaan program.

Pada tingkat praktis, rancangan evaluasi harus konsisten dengan ruang

lingkup program dan ketersediaan sumberdaya manusia, keuangan serta fisik.

Program multimedia nasional yang banyak dipilih sebagai program

komunikasi strategis, memerlukan survei nasional, statistik tempat pelayanan

yang dipilih dan kombinasi langkah-langkah kualitatif dan kuantitatif sesuai

dengan daerah- daerah yang diteliti.

Intervensi lokal berskala kecil mungkin lebih tepat menggunakan

disain eksperimental/kontrol. Untuk mengukur dampaknya, lebih baik

gunakan program yang tidak mencolok dibandingkan dengan survei. Pada

dasarnya, ruang lingkup evaluasi harus konsisten dengan ketersediaan sumber

116

Page 117: komunikasi kesehatan

daya anggaran. Biaya evaluasi bisa berkisar dari 10 persen ukuran proyek

sampai dengan dua- tiga kali ukuran proyek, sepanjang riset memang

merupakan sesuatu yang primer ( hal yang jarang terjadi). Tapi evaluasi ini

bisa menyesatkan jika intervensi yang lemah dan tidak terlalu mahal

dievaluasi melalui proses riset yang kuat. Hasilnya seringkali negative.

Peraturan umumnya, evaluasi harus berjumlah sekitar 20 persen biaya proyek.

Proyek yang sangat kecil mungkin sama sekali tidak bisa menganggarkan

program evaluasi, karena tidak tersedia sumberdaya yang cukup. Proyek besar

bisa memberikan justifikasi atas pengeluaran biaya yang lebih besar, karena

mempunyai kebutuhan umpan balik komprehensif yang lebih besar.

2.5 Memutuskan pelaksanaan evaluasi

Debat berkepanjangan berlangsung seputar isu apakah evaluasi harus

dilakukan oleh peneliti proyek yang berhubungan erat dengan perancangan

program, ataukah harus independen. Artinya, dilakukan oleh ahli dari luar

yang sebelumnya hanya sedikit sekali berhubungan dengan program, serta

tidak mendapatkan keuntungan finansial dari program tersebut.

Secara keseluruhan, evaluasi kolaboratif adalah situasi yang ideal.

Dalam evaluasi kolaboratif para evaluator yang terampil bekerjasama erat

dengan para perencana dan manajer program. Namun, mereka tetap

mengembangkan, standart ilmiah yang ketat dan independen untuk

pengukuran. Terlebih lagi, disebagian besar Negara, terkait dengan masalah

bahasa dan perlunya mengembangkan keahlian setempat, pengumpulan data

dilakukan dibawah kontrak dengan periset pasar setempat dan lembaga riset

lainnya. Lembaga seperti ini harus mengenali nilai dan integri tas data,

menghargai aturan untuk melindungi subjek manusia, dan melakukan analisa

pendahuluan yang independen. Tapi, hasil kerja mereka bisa dibantu, dan

kadang- kadang diarahkan ke tingkat yang lebih baik dengan bantuan para

117

Page 118: komunikasi kesehatan

peneliti dan evaluator yang mengembangkan rancangan riset asli. Kerjasama

antara para pelaksana dan peneliti, dengan pengenalan masing- masing pihak

terhadap peran parsial yang independen dan terpisah, merupakan kombinasi

terbaik untuk mengevaluasi program komunikasi strategis.

2.6 Merencanakan dokumentasi dan penyebarluasan hasil-hasil evaluasi

Tahap terakhir evaluasi manapun haruslah berupa dokumentasi

lengkap dan laporan hasil. Evaluator yang tidak melengkapi beberapa tabel,

tidak merangkum, atau mendistribusikan hasil, berarti tidak memenuhi

tanggung jawab mereka. Hasil di sini termasuk wawasan dan pelajaran yang

didapat sebagai tambahan data dan tabel. Dokumentasi merupakan hal yang

sangat penting. Sebuah program yang tidak dievaluasi dan didokumentasi,

dalam waktu yang tidak terlalu lama, akan tersingkir dari benak masyarakat.

Evaluasi yang baik harus dilaporkan dengan jelas kepada sedikitnya tiga

khalayak sasaran yang berbeda, masing-masing dengan cara yang sesuai :

1. Pada para peserta dan masyarakat

Data dasar bisa disampaikan secara lisan kepada pimpinan masyarakat,

semua yang terlibat dalam program, serta masyarakat umum. Data bisa

dijelaskan melalui media lokal, rangkuman singkat bisa diberikan kepada

semua pelaksana program, dan sejauh memungkinkan, kepada, mereka

yang terpapar intervensi (sasaran program).

2. Pada donor

Para donor ini, baik pimpinan pemerintah, lembaga internasional, atau

yayasan swasta, berhak mendapatkan laporan yang jujur dan komprehensif

mengenai dampak proyek yang telah di danainya. Meskipun mereka

terlihat sibuk, dan perhatiannnya dipenuhi hal-hal lain, program

komunikasi stategis mempunyai kewajiban untuk mempresentasikan

hasilnya. Presentasi bisa dilakukan melalui pertemuan yang mengandung

118

Page 119: komunikasi kesehatan

pers nasional dan lokal, melalui kelompok diskusi terfokus yang

melibatkan peran serta donor, melalui laporan yang disebarkan kepada

pers, atau melalui peristiwa media tertentu yang dirancang khusus untuk

mengundang perhatian terhadap hasil evaluasi. Laporan kepada donor

haruslah akurat, jelas, dan memberikan perhatian cukup tidak hanya pada

data, tapi juga terhadap dampak data pada program-program mendatang

serta kegiatan lain yang berhubungan.

3. Pada profesional di bidangnya

Untuk para profesional di bidang komunikasi, serta bidang penting

apapun yang mungkin terlibat, temuan penting program dapat

didokumentasikan melalui artikel yang dikaji sejawat, presentasi pada

pertemuan profesional, bab buku-buku tertentu, dan bahkan textbook .

Hasil dari profesional dan/atau bidang akademis perlu dijelaskan secara

teperinci, baik menurut ciri intervensi komunikasi trategis maupun

metodologi yang digunakan, guna mengumpulkan dan menganalisis data

evaluasi. Jika strategi-strategi komunikasi menyarankan suatu arah baru,

atau bahkan menyarankan perubahan konsep atau pemahaman sebelumnya,

inovasi seperti ini semestinya ditampilkan dengan jelas dan dipertahankan

dengan baik. Komunikasi kepada rekan sejawat di bidangnya harus

mencakup informasi yang memadai sehingga pihak lain terdorong dan

mampu mereplikasi program, saat situasinya memerlukan hal tersebut.

Komunikasi strategis menuntut pertimbangan akan evaluasi strategis

sejak proses perancangan strategi dimulai. Evaluasi strategis tidak sekadar

mencakup dokumentasi lengkap dan memadai mengenai proses yang

digunakan, tujuan yang dicapai, dampak, dan jika mungkin, efektifitas

biaya program. Tetapi juga harus meliputi panduan dan rekomendasi untuk

perbaikan program-program yang akan datang.

119

Page 120: komunikasi kesehatan

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Contoh Program Keluarga Harapan di Indonesia Tahun 2009

Pemerintah Indonesia sedang melakukan uji coba Program Keluarga

Harapan (PKH), sebuah program bantuan tunai bersyarat berbasis rumahtangga.

Tujuan utama program adalah untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan anak-

anak dibawah usia 6 tahun, dan meningkatkan partisipasi sekolah dasar

anak. Secara keseluruhan, PKH memiliki dampak positif (atau baik). PKH

secara signifikan meningkatkan pengeluaran rumahtangga perkapita per bulan

untuk komponen pendidikan (Rp. 2,786) dan kesehatan (Rp. 4,271). Hasil

temuan yang disajikan pada laporan ini memegang peran penting pada

pengambilan keputusan untuk melanjutkan program.

Indonesia meluncurkan PKH dengan harapan mampu memecahkan

masalah klasik yang sering dihadapi oleh rumahtangga miskin, seperti masalah

gizi buruk, tingginya kematian ibu dan bayi, serta rendahnya partisipasi angka

sekolah. PKH juga ditempatkan sebagai embrio pengembangan sistem

perlindungan sosial lebih lanjut, dan sebagai salah satu strategi memerangi

kemiskinan. Peserta PKH, rumah tangga sangat miskin, akan menerima bantuan

sepanjang anggota rumah tangga mematuhi kewajiban PKH. Sanksi berupa

pengurangan bantuan sampai dikeluarkan dari program akan diberlakukan jika

peserta tidak mematuhi komitmen kewajiban program.

Berbeda dengan bantuan langsung tunai (BLT), peserta PKH wajib

melakukan aktifitas yang terkait dengan pengembangan investasi SDM. PKH

mencakup dua komponen, yaitu pendidikan dan kesehatan. Peserta PKH

kesehatan wajib menggunakan layanan prenatal, proses kelahiran ditolong oleh

tenaga kesehatan terlatih dan layanan postnatal (khusus ibu hamil),

mengimunisasikan anak, dan melakukan pemantauan tumbuh kembang

anak.PKH semula diluncurkan di tujuh propinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat,

120

Page 121: komunikasi kesehatan

Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi utara, Gorontalo dan Sumatra

Barat) dengan jumlah peserta 382,000 rumah tangga dari 500,000 target rumah

tangga. Sampai 2009, PKH diperluas di lima propinsi lainnya, yaitu Nangroe

Aceh Darussalam, Sumatra Utara, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat dan

Kalimantan Selatan. Jumlah total peserta PKH mencapai 720,000 rumah tangga

yang tersebar di 13 propinsi tersebut diatas.

3.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi

Indikator PKH kesehatan yang dihasilkan dari hasil analisis pada kedua

jenis survei. Pada kolom “intervensi” dan “kontrol” disajikan proporsi indikator PKH

kesehatan, perbedaan proporsi diantara kedua survei baik dalam angka absolut

maupun persen, serta p-value hasil uji beda rata-rata diantara kedua survei.

Kunjungan Posyandu

Salah satu pertanyaan yang diajukan kepada responden pada survei dasar

dan lanjut adalah kunjungan Posyandu bagi anak usia 0-36 bulan selama 3 (tiga)

bulan terakhir. Sebelum intervensi, sekitar 70 dari 100 bayi berusia kurang dari

tiga tahun telah dibawa oleh orang tuanya ke Posyandu. Setahun kemudian,

angka kunjungan Posyandu ini naik menjadi 96 per 100 bayi atau mengalami

kenaikan 35.7 persen. Kondisi serupa ditemukan juga pada kelompok kontrol.

Proporsi bayi dari rumahtangga bukan peserta PKH yang dibawa oleh orang

tuanya ke Posyandu mengalami kenaikan. Namun demikian, persentase

kenaikkannya 30.3poin (lebih kecil dibandingkan dengan kelompok intervensi).

Penggunaan Layanan Kesehatan

Pada kelompok intervensi PKH, proporsi penimbangan berat badan bayi

berusia dibawah 1 tahun naik dari 67 per 100 bayi pada awal program (survei

dasar) menjadi 93 per 100 bayi pada tahun 2008 atau terjadi kenaikan secara

sebesar 38.6 persen. Demikian halnya dengan kepemilikan KMS dan Buku KIA,

121

Page 122: komunikasi kesehatan

proporsi bayi pada kelompok intervensi yang memiliki KMS dan Buku KIA pada

awal program masing-masing adalah 45 persen dan 39 persen. Setahun setelah

pelaksanaan PKH, proporsi kepemilikan KMS dan Buku KIA naik masing-

masing menjadi 86 persen dan 59 persen. (Tabel 13).

122

Page 123: komunikasi kesehatan

Tabel 13. Indikator tujuan PKH kesehatan

Kelompok Intervensi Kelompok KontrolIndikator Tujuan Survei Survei Beda % p-val Survei Survei Beda % p-val

Dasar Lanjut beda Dasar Lanjut beda

Kunjungan Posyandu 70.89 96.23 25.34 35.7 0.00** 73.55 95.87 22.31 30.3 0.00**Timbang berat badan 67.47 93.49 26.03 38.6 0.00** 72.73 93.94 21.21 29.2 0.00**Memiliki KMS 45.55 85.96 40.41 88.7 0.00** 40.77 85.67 44.90 110.1 0.00**Memiliki buku KIA 39.04 58.56 19.52 50.0 0.00** 33.61 52.62 19.01 56.6 0.00**Melakukan imunisasi 27.05 91.10 64.04 236.7 0.00** 28.65 92.29 63.64 222.1 0.00**

Imunisasi BCG 86.30 97.60 11.30 13.1 0.00** 78.24 94.49 16.25 20.8 0.00**Imunisasi POLIO 1 80.14 98.63 18.49 23.1 0.00** 78.79 96.42 17.63 22.4 0.00**Imunisasi POLIO 2 71.23 96.58 25.34 35.6 0.00** 68.87 94.21 25.34 36.8 0.00**Imunisasi POLIO 3 58.90 95.55 36.64 62.2 0.00** 58.68 92.84 34.16 58.2 0.00**Imunisasi POLIO 4 43.49 95.21 51.71 118.9 0.00** 43.53 90.91 47.38 108.9 0.00**Imunisasi DPT 1 74.32 98.63 24.32 32.7 0.00** 69.15 94.49 25.34 36.7 0.00**Imunisasi DPT 2 65.75 96.92 31.16 47.4 0.00** 58.68 92.56 33.88 57.7 0.00**Imunisasi DPT 3 53.77 95.55 41.78 77.7 0.00** 49.59 90.36 40.77 82.2 0.00**Imunisasi Campak 50.68 97.26 46.58 91.9 0.00** 49.86 94.77 44.90 90.1 0.00**Imunisasi Hepatitis B 1 69.52 94.52 25.00 36.0 0.00** 64.74 91.18 26.45 40.9 0.00**Imunisasi Hepatitis B 2 58.90 92.12 33.22 56.4 0.00** 54.27 91.46 37.19 68.5 0.00**Imunisasi Hepatitis B 3 48.63 92.12 43.49 89.4 0.00** 46.83 89.81 42.98 91.8 0.00**

No. Obs. 292 292 364 364Catatan: ** signifikan pada tingkat 5 %, [standar errors]

Untuk indikator kesehatan lain seperti kegiatan imunisasi dan berbagai

cakupan imunisasi menunjukkan pola sama diantara kelompok intervensi dan

kontrol. Indikator PKH kesehatan yang dihasilkan dari analisis data survei

lanjutan memiliki proporsi lebih tinggi ketimbang indikator serupa yang

diperoleh dari hasil analisis data survei dasar. Temuan ini bermakna secara

statistik pada tingkat 5 persen (Tabel 13) baik untuk kelompok intervensi

maupun kontrol. Mengingat kelompok intervensi PKH dipilih secara random

maka perbedaan proporsi indikator PKH kesehatan yang diperoleh dengan

membandingkan

123

Page 124: komunikasi kesehatan

proporsi indikator PKH kesehatan hasil survei dasar dengan survei lanjutan

menunjukkan efek PKH

Gambar 4 menyajikan dampak PKH kesehatan untuk kelompok intervensi.

Gambar 4 juga menyajikan perbedaan proporsi indikator PKH kesehatan yang

diperoleh dari survei dasar dan lanjutan untuk kelompok kontrol. Perbedaan

proporsi pada kelompok kontrol ini secara tidak langsung menunjukkan adanya

pengaruh dari program-program lain selain PKH, misalnya program rutin Depkes

RI, yang turut berimplikasi pada kenaikkan sejumlah indikator PKH kesehatan.

124

Page 125: komunikasi kesehatan

Gambar 4. Dampak PKH (dalam %) pada indikator kesehatan

Dampak PKH kesehatan secara umum lebih tinggi ketimbang program-

program rutin. Gambar 4, misalnya, menunjukkan kegiatan imunisasi pada

kelompok PKH mengalami kenaikan sebesar 237 persen. Cakupan kegiatan

imunisasi pada kelompok kontrol juga naik, namun demikian kenaikkannya tidak

setinggi pada kelompok intervensi. Kenaikan kegiatan imunisasi kelompok

kontrol menembus angka 222 persen. Pola yang sama ditemukan juga untuk

indikator PKH kesehatan lainnya seperti, cakupan imunisasi campak, imunisasi

polio, penimbangan berat badan, serta kunjungan Posyandu.

Efek murni PKH Kesehatan

Untuk memberi gambaran tentang dampak murni PKH pada indikator

kesehatan, sesi berikut menyajikan hasil perhitungan DD.

Kunjungan Posyandu

Tabel 14 menyajikan estimasi perhitungan rata-rata dampak PKH pada

kunjungan Posyandu oleh bayi berusia dibawah tiga tahun selama periode 3 bulan

terakhir. Sebelum intervensi, sekitar 71 persen bayi usia kurang dari tiga tahun

diajak orang tuanya berkunjung ke Posyandu pada tiga bulan sebelum survei.

Setahun setelah pelaksanaan uji coba, PKH menaikkan angka kunjungan Posyandu

sebesar 36 persen. Kenaikan kunjungan Posyandu terjadi pula pada kelompok

kontrol, dari 74 persen naik menjadi 96 persen atau terjadi kenaikan sebesar 30

persen. Secara rata-rata PKH berhasil menaikkan kunjungan Posyandu pada bayi

dibawah usia 3 tahun sebesar 5 persen poin.

125

Page 126: komunikasi kesehatan

Tabel 14. Proporsi bayi usia 036 bulan melakukan kunjungan Posyandu 3 bulan terakhir

Kelompok Status Survei Intervensi Kontrol Beda p-val

(n=292) (n=264)Lanjutan 0.962 0.959 0.004 0.85

[0.015] [0.011] [0.018]Dasar 0.709 0.736 -0.027 0.54

[0.031] [0.032] [0.045]Perbedaan antar survei 0.253 0.223 0.031 0.48

[0.026] [0.035] [0.043]

Note: ** signifikan pada tingkat 5%, [standar errors]

Penimbangan Bayi

Perhitungan rata-rata dampak PKH pada kegiatan tumbuh kembang bayi usia

dibawah 1 tahun. Dampak PKH pada pemantauan tumbuh kembang anak lebih

tinggi daripada kunjungan Posyandu. Proporsi penimbangan berat badan bayi

pada kelompok intervensi naik dari 67 persen pada awal intervensi menjadi 94

persen. Proporsi penimbangan bayi pada kelompok kontrol juga mengalami

kenaikan dari 73 persen pada pelaksanaan survei dasar tahun 2007 menjadi 94

persen pada survey lanjutan tahun 2008. Secara rata-rata PKH berhasil menaikkan

kegiatan pemantuan tumbuh kembang anak sebesar 3 persen poin.

126

Page 127: komunikasi kesehatan

Tabel 14. Proporsi bayi berusia 012 Bulan yang melakukan penimbangan berat badan

Kelompok Status Survei Intervensi Kontrol Beda p-val

(n=292) (n=264)Lanjutan 0.935 0.940 -0.005 0.84

[0.018] [0.013] [0.022]Dasar 0.675 0.728 -0.053 0.23

[0.031] [0.031] [0.044]Perbedaan antar survei 0.260 0.212 0.049 0.27

[0.026] [0.036] [0.044]

Note: [standar errors]

Tabel 15. Proporsi Bayi Berusia 012 bulan yang melakukan imunisasi

KelompokStatus Survei Intervensi Kontrol Beda p-val

(n=292) (n=264)Lanjutan 0.911 0.923 -0.012 0.63

[0.020] [0.015] [0.025]Dasar 0.271 0.286 -0.015 0.69

[0.027] [0.028] [0.039]Perbedaan antar survei 0.640 0.637 0.003 0.94

[0.028] [0.033] [0.043]

Note: [standar errors]

Pelaksanaan uji coba PKH juga menunjukkan hasil positif pada kegiatan

imunisasi. Perbandingan rata-rata kegiatan imunisasi anak usia dibawah 1 tahun

antara rumahtangga intervensi PKH ketika survei dasar adalah 0.015 lebih

rendah dibandingkan dengan rumahtangga kontrol pada survei yang sama.

Sementara itu, rata-rata kegiatan imunisasi antara rumahtangga intervensi

dibandingkan rumahtangga kontrol ketika survei lanjutan hanya 0.015 lebih

tinggi. Hasil uji beda dua rata-rata menunjukkan perbedaan signifikan

127

Page 128: komunikasi kesehatan

baik menurut series waktu maupun menurut rumahtangga, hanya peningkatan lamanya rata-rata

tahun sekolah rumah tangga intervensi yang relatif kecil yakni sekitar 0.07 tahun sekolah. Secara

rata-rata PKH berhasil meningkatkan kegiatan imunisasi sebesar 0.3 persen poin (Tabel 16).

Hasil estimasi DD untuk berbagai indikator PKH kesehatan secara lengkap disajikan pada

lampiran 1 laporan studi ini.

2.1 Metode Penelitian Kualitatif

2.1.1 Pengertian

Penelitian kualitatif adalah sejenis penelitian formatif yang secara khusus memberikan

teknik untuk memperoleh jawaban atau informasi mendalam tentang pendapat dan perasaan

seseorang. Penelitian ini memungkinkan kita mendapatkan hal-hal yang tersirat (insight)

mengenai sikap, kepercayaan, motivasi dan perilaku target populasi. Berbeda dengan riset

kuantitatif yang berhubungan dengan sikap dan perilaku yang secara obyektif dapat diukur.

Penelitian kualitatif berusaha menjawab pertanyaan “mengapa”, sedangkan riset kuantitatif

berupaya menjawab pertanyaan “seberapa banyak dan seberapa sering”. Bila proses penelitian

kualitatif merupakan satu temuan, sebaliknya proses pada penelitian kuantitatif mengejar bukti.

Sifat kualitatif tersebut tidak hanya berlaku pada teknik untuk mendapatkan jawaban saja tetapi

juga teknik analisisnya.

Penelitian kualitatif atau sering juga diistilahkan dengan metode interaksi simbolik

merupakan sebuah pendekatan yang temuan temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik

atau bentuk perhitungan lainya, prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data

yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan

wawancara, bamun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset, video juga bisa data yang sudah

berujud atau sudah dihitung dapat dicotohkan sensus penduduk.

2.1.2 Alasan Pendekatan Kualitatif

Ada dua alasan utama yang mendasari penggunaan metode penelitian kualitatif, yaitu alas

an konseptual dan alasan praktis. Di samping itu ada alasan lain yang bersifat pragmatis. Secar

terperinci, alasan-alasan tersebut adalah :

a. Alasan Konseptual

128

Page 129: komunikasi kesehatan

Penelitian kualitatif memberikan informasi yang mendalam sehingga dapat memberikan

pemahaman yang lebih besar dibandingkan dengan teknik kkuntitatif. Di samping itu,

melalui penelitian kuallitatif, khususnya untuk interview perorangan, memungkinkan

penelliti mengikat atau menyatukan sekelompok perilaku yang menjadi dasar bagi

pengambilan keputusan atau tindakan yang dilakukan masyarakat tertentu.

b. Alasan Praktis

Alasan lainnya ialah yang berhubungan dengan sifat penelitian kuallitatif itu sendiri serta

hubungannya dengan proses pengambilan keputusandalam penelitian. Penelitian kualitatif

bersifat subyektif dan intuisi. Langkah yang utama dalam proses riset formulatif adalah

merumuskan masalah dan informasi yang dibutuhkan, memformulasikan hipotesa dan

menentukan berbagai variabel. Semua itu adalah intuitif dan oleh karenanya bersifat

kualitatif. Di samping itu, alasan pragmatis juga menjadi pertimbangan penggunaan jenis

penelitian ini, yaitu : biaya murah, waktu singkat, rancangan dapat dimodifikasi selama

penelitian berlangsung.

2.1.3 Aplikasi Teknik Penelitian Kualitatif

Secara umum dapat dijelaskan bahwa penggunaan penelitian kualitatif antara lain

sebagai berikut :

1. Penelitian kualitatif dapat digunakan sebagai alat untuk menciptakan gagasan.

Gagasan distimulasi dengan cara mengamati dan mendengarkan populasi target,

mengamati interaksi mereka dengan program atau produk, atau mendengarkan

berbagai issue dalam bahasa mereka sendiri. Issue dan perilaku yang berkembang

dalam masyarakat mungkin berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh manajer

program. Selanjutnya dikembangkan gagasan-gagasan baru untuk strategi komunikasi.

Pesan-pesan seperti advertensi, nama pabrik dan poster diteliti secara kualitatif untuk

mengkaji gagasan yang telah ditampilkan.

2. Sebagai langkah pendahuluan yang membantu mengembangkan studi kuantitatif,

antara lain untuk mengembangkan hipotesa, menspesifikasi tipe masyarakat yang akan

diwawancarai, mwmbantu mengembangkan pertanyaan dan alur pertanyaan,

129

Page 130: komunikasi kesehatan

membantu mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah penelitian, untuk memilih

dan merumuskan kembali berbagai materi.

3. Sebagai suatu cara untuk membantu memahami hasil studi kuantitatif, antara lain

dengan menjelaskan, memperluas dan menjernihkan data kuantitatif, terutama untuk

hasil temuan-temuan yang tidak terduga, meningkatkan pemahaman kita tentang

alasan terjadinya kecenderungan tertentu dan menjelaskan berbagai faktor yang

mengakibatkan perubahan perilaku.

4. Untuk topik penelitian tertentu studi kualitatif merupakan metode pengumpulan data

primer. Berbagai masalah penelitian tidak mudah untuk didekati dengan metode

kuantitatif, karenanya metode kualitatif merupakan metode yang lebih tepat untuk

mendekatinya.

2.1.4 Penggunaan Penelitian Kualitatif

1. Merancang kuesioner.

2. Memberikan informasi yang mendalam mengenai pengetahuan, sikapdan persepsi.

3. Membuat hipotesa untuk suatu penelitian.

Selain itu, penelitian kualitatif dapat juga digunakan :

1. Sebelum program dimulai, misalnya sebelum membuat perencanaan.

2. Pada saat program dilaksanakan misalnya evaluasi program yang sedang berjalan.

3. Sesudah program selesai.

2.1.5 Kunci Keberhasilan

Ada tiga kunci keberhasilan yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian

kualitatif dengan baik, yaitu :

1. Penelitian harus mengembangkan seni bertanya “mengapa”

Dalam mengembangkan pertanyaan “mengapa” tersebut, Paul Lazarsfel

menyarankan :

a. Pertanyaan tersebut harus diajukan secara spesifik sehingga unsure-unsurnya

dapat diuraikan.

130

Page 131: komunikasi kesehatan

b. Pertanyaan tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

pengalaman responden. Lebih lanjut Lazarsfeld menyatakan hal-hal yang

harus mendapat perhatian yaitu : tanyakan dengan cara netral, hindari

kecenderungan untuk mengarahkan satu pertanyaan, catat setiap tanda baik

verbal maupun nonverbal yang membingungkan responden.

2. Peneliti harus mengembangkan seni mendengarkan

Beberapa hal yang perlu diingatkan sehubungan dengan seni mendengarkan, yaitu :

a. Mendengarkan secara aktif berhubungan erat dengan empati.

b. Cara mengucapkan sesuatu dapat menghasilkan arti yang lebih dalam daripada

kata-kata yang diucapkan.

c. Mendengarkan dengan cermat apa yang dimaksud dan apa yang diucapkan.

3. Peneliti harus berperan sebagai penyelidikyang kreatif.

Penelitian kualitatif banyak persamaannya dengan proses penyelidikan yang dilakukan

oleh seorang detektif. Meskipun demikian, pada penelitian kualitatif selalu digunakan

teknik-teknik khusus dan standar pertanyaan tertentu. Kunci untuk mendapat jawaban

yang benar adalah menyesuaikan dan menciptakan proses sedemikian rupa sehingga

responden merasa tidak tertekan, merasa bebas untuk menyampaikan pendapatnya.

b.1.6 Masalah dan Kelemahan Penelitian Kualitatif

Masalah utama pada penelitian kualitatif adalah penelitian tersebut sering tidak

dilaksanakan dengan seksama. Misalnya hasil penelitian kualitatif dianalisa sebagai hasil

riset kuantitatif, mengambil kesimpulan yang cepat atau lebih memproyeksikan jawaban

daripada mengembangkan hipotesa dan memperoleh hal-hal yang tersirat.

Masalah lain adalah berhubungan dengan subjektivitas si peneliti. Karena sangat

ditekankan pada interpretasi tentang makna yang tersirat, riset kualitatif sangat cenderung

mengalami bias karena subjektivitas si peneliti atau si pengamat.

Masalah terakhir, riset kualitatif mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi dan

tidak memerlukan format pertanyaan standar. Oleh karena itu peneliti mempunyai

peluang yang amat besar untuk menyimpang dari issue penelitian karena

ketidakdisiplinan atau perbedaan dalam proses berpikir.

131

Page 132: komunikasi kesehatan

2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan

Ada beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu Focus Group

Discussion (FGD), wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Di bawah ini adalah

beberapa kelebihan dan kekurangan dari Focus Group Discussion dan wawancara mendalam

:

FGD Wawancara

Mendalam

1. Penemuan masalah, persepsi dan kepercayaan ++ +++

2. Lamanya perputaran data +++ +

3. Ketergantungan kualitas pada kemampuan seseorang + -

4. Bias dari pewawancara + -

5. Kesulitan analisa + -

2.1.8 Aplikasi yang Tepat untuk Masing-masing Teknik

Di bawah ini adalah penggunaan yang tepat bagi masing-masing teknik kualitatif :

Penggunaan FGD Penggunaan Wawancara Mendalam

- Interaksi responden dapat

menstimulasi jawaban yang lebih kaya,

pemikiran baru.

- Interaksi kelompok tidak produktif

- Pengaruh kelompok akan bermanfaat

untuk memacu pemikiran responden.

- Pengaruh kelompok akan menghambat

jawaban-jawaban dan mengaburkan

arti dari hasil wawancara

- Subyek diskusi tidak begitu sensitive - Subyek diskusi begitu sensitive

sehingga responden tidak mau bicara

terbuka dalam kelompok

- Topik sedemikian rupa sehingga

semua responden dapat memberikan

- Topiknya sedemikian rupa sehingga

jawaban yang mendalam diharapkan

132

Page 133: komunikasi kesehatan

tanggapan terhadapapa yang diketahui dari setiap individu, juga subyeknya

komplek sehingga respondennya harus

banyak mengetahui subyeknya

- Diperlukan seorang pewawancara /

moderator untuk melaksanakan

- Diperlukan sejumlah pewawancara

- Materi diskusi tidak luas - Materi diskusi luas dan banyak

- Area subjek tunggal diuji secara

mendalam

- Area subyek tidak tunggal

- Perlu pengetahuan yang cukup untuk

membuat pedoman wawancara yang

bermakna

- Pedoman wawancara perlu

dikembangkan dan dapat dibahas

setiap selesai wawancara

- Sejumlah responden dapat disatukan

dalam satu lokasi

- Responden tersebar atau tidak dapat

disatukan dengan beberapa alasan

- Waktu sedikit dan biaya kecil - Waktu cukup banyak dan biaya mahal

2.1.9 Strategi Pengujian Hasil Penelitian Untuk Membuktikan Validitas

Peneliti yang menggunakan rancangan riset kuantitatif mengurangi datanya dengan

mengubahnya ke dalam angka dan menggunakan uji statistak. Hal tersebut tidak

menjamin hasilnya valid, karena mungkin ada kesalahan dalam pengambilan sampel atau

dalam pengumpulan data. Sedangkan dalam penelitian kualitatif oleh karena pengambilan

sampelnya secara purposive (non probability) dan jumlahnya sedikit, maka agar validitas

data tetap terjaga perlu dilakukan beberapa strategi. Uki validitas yang digunakan dalam

penelitain kualitatif disebut triangulasi. Triangulasi yang meliputi

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cara sebagai berikut:

a. Cross-check data dengan fakta dari sumber lainnya.

Sumber tersebut mungkin berupa informan yang berbeda, teknik riset yang

berbeda untuk menggali topik yang sama, atau hasil dari sumber lainnya dan dari

studi riset yang sama. Datanya harus memperkuat atau tidak ada kontradiksi satu

dengan yang lainnya.

133

Page 134: komunikasi kesehatan

b. Membandingkan dan melakukan kontras data.

Hal tersebut dapat dilakukan pada rancangan penelitian dengan menghasilkan

kategori informan yang berbeda. Membandingkan dan melakukan kontras pada

data adalah penting jika anda mencoba mengidentifikasi variabel atau ingin

melakukan konfirmasi hubungan antar variabel.

c. Gunakan kelompok informan yang sangat berbeda semaksimal mungkinDidalam

rancangan studi dan sampel, dinyatakan sangat berguna untuk mencari kategori

informan yang berbeda (extreme) dalam variabel tertentu. Misalnya dalam

mengkategorikan kelompok pengunjung dan bukan pengunjung puskesmas dan

hal tersebut mungkin merupakan cara yang tercepat untuk mengidentifikasi

variabel kunci yang mempengaruhi perilaku kesehatan.

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara menggunakan beberapa metode dalam

pengumpulan data. Misalnya selain menggunakan FGD juga digunakan metode

wawancara mendalam. Bisa juga selain menggunakan metode wawancara

mendalam dilakukan observasi, atau menggunakan metode FGD sekaligus juga

dilakukan observasi.

3. Triangulasi data

a. Analisa Data dilakukan oleh lebih dari 1 orang. Analisa data bisa dilakukan

oleh peneliti dan orang lain yang ahli dalam analisa data kuantitatif. Hal ini

dilakukan dengan tujuan agar interpretasi yang dilakukan hasilnya sama

dengan yang dilakukan orang lain.

b. Minta umpan balik dari informan.

Umpan balik tersebut berguna bukan saja untuk alasan etik atau memperbaiki

kesempatan agar hasilnya akan dilaksanakan tetapi juga untuk memperbaiki

kualitas proposal, data dan kesimpulan yang ditarik dari data tersebut. Saran-

saran dan informasi tambahan yang dikumpulkan dari masa umpan balik akan

meningkatkan kualitas laporan

2.1.10 Pemilihan Sampel

134

Page 135: komunikasi kesehatan

Meskipun dalam penelitian kualitatif sampel (informan) tidak dipilih secara acak

(probability sampling) seperti pada penelitian kuantitatif, namun demikian sampel dipilih sesuai

dengan prinsip yang berlaku. Prinsip pengambilan sampel pada penelitian kualitatif adalah

sebagai berikut :

1. Kesesuaian (appropriateness)

Sampel dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang berkaitan dengan topic

penelitian. Apabila peneliti belum mempunyai gambaran tentang siapa yang harus dipilih

sebagai sampel, maka sebaiknya peneliti mencari informan kunci (key informan).

Selanjutnya melalui informan kunci ini dapat dinyatakan informan selanjutnya. Begitu

seterusnya, sehingga dari satu informan semakin lama semakin bertambah banyak, dan

disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang diinginkan. Cara pengambilan sampel seperti

ini disebut snowball sampling.

2. Kecukupan (adequacy)

Data yang diperoleh dari sampel seharusnya dapat menggambarkan seluruh fenomena yang

berkaitan dengan topic penelitian, oleh karena itu harus memenuhi kategori-kategori yang

berkaitan dengan penelitian, seperti : umur, pendidikan, pendapatan, agama, suku bangsa

dan lain-lain. Dengan variasi kategori-kategori ini, diharapkan informasi yang dikumpulkan

akan bervariasi, sehingga dapat memperoleh gambaran dan fenomena yang ada. Jadi dalam

penelitian jumlah sampel tidak menjadi faktor penentu utama dalam penelitian, akan tetapi

kelengkapan data yang dipentingkan.

2.2 Prinsip-Prinsip Focus Group Discussion

2.2.1 Pengertian

Focus Group Diskusi adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data kualitatif,

dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang moderator atau fasilitator

mengenai suatu topik. Irwanto dalam Yusuf (2011) mendefinisikan FGD adalah suatu proses

pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang

sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

135

Page 136: komunikasi kesehatan

2.2.2 Penggunaan Metode FGD

FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode penelitian sosial jika :

a. Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan

pengalaman yang dimiliki informan.

b. Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif  di antara kelompok atau

kategori masyarakat.

c. Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data kualitatif dari riset kuantitatif

yang melibatkan persoalan masyarakat yang kompleks dan berimplikasi luas.

d. Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi karena mendengar

pendapat langsung dari subjek risetnya.

Sedangkan FGD harus dipertimbangkan untuk tidak digunakan sebagai metode penelitian

sosial jika:

a. Peneliti ingin memperoleh konsensus dari masyarakat/peserta

b. Peneliti ingin mengajarkan sesuatu kepada peserta

c. Peneliti akan mengajukan pertanyaan “sensitif” yang tidak akan bisa di-share dalam

sebuah forum bersama kecuali jika pertanyaan tersebut diajukan secara personal antara

peneliti dan informan.

d. Peneliti tidak dapat meyakinkan atau menjamin kerahasiaan diri informan yang

berkategori “sensitif”.

e. Metode lain dapat menghasilkan kualitas informasi yang lebih baik

f. Metode lain yang lebih ekonomis dapat menghasilkan informasi yang sama.

2.2.3 Hal-hal yang melatarbelakangi FGD

Irwanto dalam Yusuf (2011) mengemukakan tiga alasan perlunya melakukan FGD, yaitu

alasan filosofis, metodologis, dan praktis.

a. Alasan Filosofis

- Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber informasi dari

berbagai latar belakang pengalaman tertentu dalam sebuah proses diskusi, memberikan

136

Page 137: komunikasi kesehatan

perspektif yang berbeda dibanding pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi searah

antara peneliti dengan responden.

- Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai proses pertemuan

antarpribadi sudah merupakan bentuk aksi.

b. Alasan Metodologis

- Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode

survei atau wawancara individu karena pendapat kelompok dinilai sangat penting.

- Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu relatif singkat.

- FGD dinilai paling tepat dalam menggali permasalahan yang bersifat spesifik, khas, dan

lokal. FGD yang melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan yang

paling sesuai.

c. Alasan Praktis

Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki dari objek yang

diteliti- sehingga pada saat peneliti memberikan rekomendasi dan aksi, dengan mudah

objek penelitian bersedia menerima rekomendasi tersebut. Partisipasi dalam FGD

memberikan kesempatan bagi tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki.

Menurut Koentjoro (dalam Yusuf : 2011) kegunaan FGD di samping sebagai alat

pengumpul data adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus

alat re-check terhadap berbagai keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai

metode penelitian yang digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik

keterangan yang sejenis maupun yang bertentangan.

Dari berbagai keterangan di atas, Yusuf menyimpulkan dalam kaitannya dengan

penelitian, FGD berguna untuk:

- Memperoleh informasi yang banyak secara cepat

- Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap dan perilaku 

kelompok tertentu

- Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam dan

- Cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain

2.2.4 Karakteristik Fokus Group Diskusi

137

Page 138: komunikasi kesehatan

a. Peserta terdiri dari 6-12 orang.

Kelompok harus cukup kecil sehingga memungkinkan setiap individu untuk mendapat

kesempatan mengeluarkan pendapatnya, tetapi disamping itu juga cukup memperoleh

pandangan anggota kelompok yang bervariasi. Apabila kelompok lebih dari 12 orang,

timbul kecenderungan peserta FGD ingin mengeluarkan pendapatnya tetapi tidak mendapat

kesempatan. Kelompok yang hanya dihadiri 4-6 orang memberi peserta lebih banyak

kesempatan untuk berdiskusi tetapi ide-ide yang diperoleh terbatas.

b. Peserta tidak saling mengenal

Peserta FGD ini mempunyai ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri yang sama ditentukan oleh

tujuan dari studi, dimana ciri yang sama ini digunakan sebagai dasar dalam pemilihan

peserta FGD. Misalnya Petugas Puskesmas ingin mengetahui mengapa ibu-ibu balita tidak

menggunakan Posyandu. Maka ciri-ciri yang sama yang kita pilih sebagai peserta FGD

adalah ibu-ibu balita yang tidak pernah mengunjungi Posyandu. Kemudian kalau kita ingin

lebih spesifik lagi karena kita akan melakukan program penyuluhan yang berbeda menurut

pekerjaan ibu-ibu, maka ciri-ciri yang sama lainnya yang akan kita cari adalah jenis

pekerjaannya. Jadi misalnya kita kelompokan peserta FGD dengan ciri-ciri : ibu balita, tidak

menggunakan posyandu, bekerja sebagai petani dan lain-lain.

c. Fokus Group Diskusi adalah suatu proses pengumpulan data.

FGD berbeda dengan diskusi kelompok lainnya misalnya Delphi

process,Brainstorming, Nominal groups. Fokus group bertujuan untuk mengumpulkan data

mengenai persepsi peserta terhadap sesuatu misalnya pelayanan, tidak mencari consensus,

tidak mengambil keputusan mengenai tindakan apa yang harus diambil. Sedangkan ketiga

teknik lainnya seperti tersebut diatas biasanya bertujuan untuk memecahkan masalah,

mengidentifikasi konsensus dan pemecahan yang disetujui oleh semua pihak.

d. Fokus Group Diskusi mengumpulkan data kualitatif.

FGD akan memberikan data yang mendalam mengenai persepsi dan pandangan

peserta. Oleh karena itu dalam FGD digunakan pertanyaan yang terbuka, yang

memungkinkan peserta untuk memberikan jawabannya yang disertai dengan penjelasan-

138

Page 139: komunikasi kesehatan

penjelasa. Moderator disini hanya berfungsi sebagai pengarah, pendengar, pengamat dan

menganalisa data dengan menggunakan proses induktif.

e. Fokus Group Diskusi menggunakan diskusi yang terfokus.

Topik diskusi ditentukan terlebih dahulu dan diatur secara berurutan. Pertanyaan diatur

sedemikian rupa sehingga dimengerti oleh peserta diskusi.

f. Lama Fokus Group diskusi

Biasanya FGD dilangsungkan selama 60-90 menit. FGD yang pertama kali biasanya

lebih lama jika dibandingkan dengan FGD selanjutnya, karena pada FGD yang pertama

semua informasinya masih baru.

Jumlah FGD yang harus dilaksanakan untuk suatu studi tergantung kepada kebutuhan

proyek, sumber dana, serta apakah masih ada informasi baru yang harus dicari.

g. Tempat Pelaksanaan Fokus Group Diskusi

FGD sebaiknya dilaksanakan disuatu tempat dimana peserta dapat secara bebas dan

tidak merasa takut untuk mengeluarkan pendapatnya. Misalnya Puskesmas tidak tepat untuk

mendiskusikan tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

2.3 Persiapan Fokus Group Diskusi

Sebelum FGD dilaksanakan perlu ada persiapan-persiapan sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah kelompok

Untuk menentukan jumlah kelompok yang dibutuhkan perlu ditetapkan terlebih dahulu

hipotesa topic yang akan diteliti. Pegangan yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah

kelompok adalah :

a Minimal 2 FGD pada tiap kategori.

Misal : melaksanakan 2 kelompok FGD pada tiap-tiap sekmen populasi, seperti kelompok

pengguna posyandu dan kelompok non pengguna, kelompok laki-laki dan kelompok

perempuan. Hal ini dilakukan karena tiap sekmen dianggap berbeda perilaku dan

sikapnya,

b Bahasan kelompok bervariasi

139

Page 140: komunikasi kesehatan

Missal : menilai mutu pelayanan kesehatan, maka tanggapan dari kelompok FGD kedua

akan membiaskan tanggapan dari kelompok FGD pertama. Demikian pula bila ada

kelompok ketiga dan seterusnya.

c Sampai tidak ada informasi baru

FGD perlu dilaksanakan pada beberapa kelompok sampai diperoleh informasi yang

secara umum sejalan dengan sebelumnya. Bila dari dua kelompok FGD diperoleh

informasi yang berbeda maka perbedaan tersebut perlu ditelusuri pada beberapa

kelompok lagi, sampai informasi yang diperoleh dapat dimengerti dan digunakan.

d Lokasi geografis yang bermakna

Bila letak geografis memberikan perbedaan pandangan, gaya hidup, perilaku maupun

angka kesakitan maka perlu dilakukan FGD di tiap wilayah geografis.

2. Menentukan Komposisi Kelompok

a. Kelas Sosial

Sebaiknya FGD dilaksanakan pada responden yang mempunyai status sosial

yang sama. Karena bila pada satu kelompok FGD, respondennya memiliki status sosial

yang berbeda, maka dikhawatirkan akan terjadi ketimpangan karena responden yang

status sosialnya lebih tinggi akan lebih dominan daripada yang status sosialnya lebih

rendah.

b. Daur Hidup

Responden yang mempunyai daur hidup (seperti : umur, status perkawinan,

jumlah anak) yang berbeda sebaiknya tidak disatukan dalam satu kelompok FGD,

karena pengalaman yang berbeda akan memberikan informasi yang berbeda pula.

c. Status Terhadap Sesuatu

Status responden terhadap sesuatu (seperti peserta KB dan non peserta KB, yang

melaksanakan ANC di tenaga kesehatan dan ANC di non tenaga kesehatan) tidak boleh

disatukan ke dalam satu kelomok FGD, karena akan memberikan tanggapan yang

berbeda terhadap suatu masalah.

d. Tingkat Keahlian

140

Page 141: komunikasi kesehatan

Responden yang memiliki tingkat keahlian maupun pengalaman yang berbeda

terhadap sesuatu sebaiknya tidak disatukan ke dalam satu kelompok FGD, karena akan

mempengaruhi tanggapan mereka terhadap suatu masalah.

e. Perbedaan Budaya

Responden yang mempunyai perbedaan budaya sebaiknya tidak disatukan ke dalam satu

kelompok FGD, karena budaya yang dianutnya biasanya akan mempengaruhi sikap dan

perilakunya terhadap topik yang didiskusikan.

f. Jenis Kelamin

Bila topik diskusi berkaitan dengan jenis kelamin, maka responden harus dipisahkan.

Akan tetapi, topik diskusi tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, maka responden pria

dan wanita dapat disatukan ke dalam satu kelompok FGD.

3. Menentukan Tempat Diskusi

Faktor yang harus diprhatikan dalam menentukan tempat FGD adalah :

a. Mendatangkan Rasa Aman

Lokasi harus dipilih di tempat di mana peserta merasa aman untuk berbicara dan

berpendapat karena tidak diamati oleh orang di luar kelompok.

b. Nyaman

Pilih tempat yang nyaman bagi peserta, dalam arti tidak terlalu sempit dan panas

sehingga mengganggu jalannya diskusi.

c. Lingkungan yang Netral

Jangan pilih tempat yang dapat mempengaruhi tanggapan peserta sehingga tanggapan

yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dirasakannya. Misalnya bila ingin

mendiskusikan masalah kualitas pelayanan maka FGD jangan dilakukan di tempat

pelayanan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.

d. Mudah Dicapai Responden

Sebaiknya FGD dilaksanakan di tempat yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat

tinggal responden karena faktor kelelahan dapat mempengaruhi tanggapan responden.

e. Kaca Satu Arah

141

Page 142: komunikasi kesehatan

Di negara-negara maju, FGD dilaksanakan di ruang kaca satu arah, di mana selama

diskusi berlangsung dapat diobservasi oleh pihak luar tanpa diketahui oleh peserta

diskusi, sehingga tidak mempengaruhi tanggapan yang diberikan.

4. Pengaturan Tempat Duduk

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur tempat duduk adalah :

a. Hindari Penunjukan Status

Urutan duduk peserta sebaiknya dilakukan secara acak sehingga tidak mempengaruhi

tanggapan peserta.

b. Memungkinkan Fasilitator Bertatap Muka Dengan Peserta

Hal ini penting dilakukan untuk mengendalikan kelompok, mendorong peserta pemalu

dan pendiam serta membatasi peserta dominan.

c. Jarak yang Sama Antara Fasilitator dengan Tiap Peserta

Hal ini dimaksudkan untuk mendorong interaksi dan perasaan sebagai bagian dari

kelompok sehingga seluruh peserta dapat berperan aktif dalam diskusi.

Jika digambarkan, layout ruang diskusi dapat dilihat sebagai berikut:

5. Menyiapkan Undangan

142

Page 143: komunikasi kesehatan

Supaya FGD memperoleh hasil yang baik, peserta FGD harus homogen, yaitu

mempunyai persamaan jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.

Tekait dengan homogenitas atau heterogenitas peserta FGD, Irwanto dalam Yusuf

(2011) mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan  tujuan

awal diadakannya FGD.

b. Pertimbangan persoalan homogenitas atau heterogenitas ini melibatkan variabel tertentu

yang diupayakan untuk heterogen atau homogen. Variabel sosio-ekonomi atau gender

boleh heterogen, tetapi peserta itu harus memahami atau mengalami masalah yang

didiskusikan. Dalam mempelajari persoalan makro seperti krisis ekonomi atau bencana

alam besar, FGD dapat dilakukan dengan peserta yang bervariasi latar belakang sosial

ekonominya, tetapi dalam persoalan spesifik, seperti perkosaan atau diskriminasi,

sebaiknya peserta lebih homogen.

c. Secara mendasar harus disadari bahwa semakin homogen sebenarnya semakin tidak perlu

diadakan FGD karena dengan mewawancarai satu orang saja juga akan diperoleh hasil

yang sama atau relatif sama.

d. Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisis hasil FGD karena variasinya terlalu

besar.

e. Homogenitas-heterogenitas tergantung dari beberapa aspek. Jika jenis kelamin, status

sosial ekonomi, latar belakang agama homogen, tetapi dalam melaksanakan usaha kecil

heterogen, maka kelompok tersebut masih dapat berjalan dengan baik dan FGD masih

dianggap perlu.

f. Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas-heterogenitas adalah ciri-ciri mana

yang harus/boleh/tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh

homogen.

Pada waktu mengundang peserta FGD, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Jelaskan kepada calon peserta FGD mengenai lembaga yang mengadakan studi dan

tujuannya.

143

Page 144: komunikasi kesehatan

b. Jelaskan rencana FGD dan maminta calon peserta untuk berpartisipasi dalam FGD.

Sebutkan juga mereka yang sudah bersedia ikut serta dalam FGD untuk mendorong calon

peserta lain ikut berpartisipasi dalam FGD.

c. Beritahukan tanggal, waktu, tempat dan lamanya pertemuan.

d. Apabila seseorang tidak mau atau tidak dapat datang, maka tekankan pentingnya

distribusi orang tersebut dan jika tetap menolak, maka ucapkan teerimakasih.

e. Jika orang tersebut berkenan datang maka beritahukan kembali tentang hari, jam, tempat

dan pentingnya berpartisipasi dalam FGD.

6. Menyiapkan Fasilitator

Beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah :

a. Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi supaya diskusi terfokus. Petunjuk diskusi ini

berupa pertanyaan terbuka (open ended).

b. Peranan fasilitator adalah sebagai berikut :

- Menjelaskan tentang topik diskusi.

- Seorang fasilitator tidak perlu seorang ahli yang berkaitan dengan topik

diskusi, tetapi yang penting adalah ia harus memahami topik diskusi untuk

dapat menguasai pertanyaannya. Di samping itu, mampu melakukan

pendekatan kepada peserta FGD, sehingga mereka terdorong untuk

mengeluarkan pendapatnya. Fasilitator yang mempunyai rasa mempunyai rasa

humor akan lebih berhasil dalam FGD tersebut.

- Mengarahkan kelompok, bukan diarahkan oleh kelompok.

- Fasilitator bertugas mengajukan pertanyaan dan harus netralterhadap jawaban

peserta. Tekankan bahwa tidak ada jawaban benar atau salah. Tidak boleh

memberikan persetujuan atau tidak setuju terhadap jawaban yang akan

mempengaruhi pendapat peserta.

- Amati peserta dan tanggap terhadap reaksi mereka.

- Mendorong semua peserta untuk berpartisipasi dan jangan sejumlah individu

memonopoli diskusi.

144

Page 145: komunikasi kesehatan

- Ciptakan hubungan baik dengan peserta sehingga dapat menggali jawaban dan

komentar yang lebih dalam.

- Fleksibel dan terbuka terhadap saran, perubahan-perubahan, dan lain-lain.

- Amati komunikasi nonverbal (gerakan tangan, perubahan raut wajah) antar

peserta dan tanggap akan hal tersebut.

- Hati-hati terhadap nada suara dalam mengajukan pertanyaan.

- Peserta akan merasa tidak senang apabila nada suara fasilitator memperlihatkan

ketidaksabaran dan tidak bersahabat.

7. Menyiapkan Pencatat

Pencatat berlaku sebagai observer selama FGD berlangsung dan bertugas mencatat hasil

diskusi. Yang perlu dicatat adalah sebagai berikut :

a. Tanggal pertemuan FGD, waktu mulai dan waktu berakhir FGD.

b. Nama masyarakat dan catat secara singkat mengenai masyarakat tersebut serta

informasi lainnya yang mungkin dapat mempengaruhi aktivitas peserta, misalnya jarak

dari desa ke kota dan sebagainya.

c. Tempat pertemuan FGD, catatan ringkas mengenai tempat dan sejauh mana tempat

tersebut mempengaruhi peserta, misalnya apakah tempatnya cukup luas,

menyenangkan peserta, dan lain-lain.

d. Jumlah peserta dan beberapa uraiannya yang meliputi : jenis kelamin, umur,

pendidikan dan lain-lain.

e. Deskripsi umum mengenai dinamika kelompok misalnya derajat partisipasi peserta,

apakah ada peserta yang dominan, peserta yang merasa bosan, peserta yang selalu

diam dan lain-lain.

f. Pencatat harus menuliskan kata-kata yang diucapkan dalam bahasa lokal oleh peserta.

g. Pencatat mengingatkan kepada fasilitator jika ada pertanyaan yang terlupakan atau

juga mengusulkan pertanyaan yang baru.

h. Pencatat dapat meminta peserta untuk mengulangi lagi komentarnya jika fasilitator

tidak mendengarkan komentar peserta tersebut karena sedang mendengarkan komentar

peserta lain.

145

Page 146: komunikasi kesehatan

i. Catatan hasil FGD harus ditulis secara lengkap.

2.4 Pelaksanaan Focus Group Discussion

1. Persiapan

Fasilitator dan pencatat harus datang tepat waktunya sebelum peserta datang. Ambil

kesempatan untuk berbincang dengan peserta dan gunakan kesempatan ini untuk mengenal

nama peserta dan yang menjadi perhatian mereka.

Fasilitator menyiapkan dan mengatur tempat duduk peserta sedemikian rupa sehingga

mendorong peserta untuk mau berbicara. Sebaiknya peserta duduk dalam satu lingkaran dengan

fasilitator sedangkan pencatat biasanya duduk di luar lingkaran tersebut. Fasilitator harus

mengusahakan tidak ada intrupsi dari luar pada waktu FGD berjalan. Semua perlengkapan FGD

harus disiapkan, misalnya kaset, baterai, petunjuk diskusi, dan lain-lain.

2. Pembukaan FGD

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh fasilitator ketika membuka diskusi sebagai berikut

:

b. Jelaskan tujuan diadakan FGD, perkenalkan nama fasilitator serta pencatat dan

peranannya masing-masing.

c. Minta peserta memperkenalkan diri dan fasilitator harus cepat mengingat nama

peserta dan menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta.

d. Jelaskan bahwa pertemuan tersebut tidak bertujuan untuk memberikan ceramah

tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari peserta. Tekankan bahwa fasilitator ingin

belajar dari peserta.

e. Tekankan bahwa pendapat dari semua peserta sangat penting sehingga diharapkan

semua peserta aktif mengeluarkan pendapat.

f. Jelaskan bahwa pada waktu fasilitator mengajukan pertanyaan jangan berebut

menjawabnya dalam waktu bersamaan antar peserta.

g. Mulailah pertemuan dengan mengajukan pertanyaan yang sifatnya umum dan tidak

berkaitan dengan topic diskusi.

146

Page 147: komunikasi kesehatan

3. Teknik Pengelolaan Focus Group Discussion

Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada waktu melaksanakan FGD yaitu :

a. Klarifikasi

Sesudah peserta menjawab pertanyaan, fasilitator dapat mengulangi jawaban peserta dalam

bentuk pertanyaan untuk meminta penjelasan yang lebih lanjut. Misalnya : Apakah saudara

dapat menjelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut ?

b. Reorientasi

Supaya diskusi hidup dan menarik, teknik reorientasi harus efektif. Fasilitator dapat

menggunakan jawaban seorang peserta untuk ditanyakan kepada peserta lain.

c. Ahli / orang lain yang berpengaruh

Usahakan supaya orang yang ahli semisal bidan, dokter atau lurah tidak hadir dalam

pertemuan FGD ibu-ibu pengunjung Posyandu. Tetapi apabila tidak dapat dihindari mohon

pada mereka untuk diam dan mendengarkan diskusi. Apabila ad aide atau saran dapat

dikemukakan kepada fasilitator sesudah diskusi.

d. Peserta yang dominan

Apabila ada peserta yang dominan, maka fasilitator harus lebih banyak memperhatikan

peserta lain agar supaya mereka lebih berpartisipasi. Dapat juga dilakuka dengan tidak

memperhatikan orang yang dominan tersebut sehingga tidak mendorongnya untuk

memberikan jawaban. Kalau tidak berhasil maka secara sopan fasilitator dapat menyatakan

kepadanya untuk memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk berjalan.

e. Peserta yang diam

Agar supaya peserta yang diam mau berpartisipasi, maka sebaiknya memberikan perhatian

yang banyak kepadanya dengan selalu menyebutkan namanya dan mengajukan pertanyaan.

f. Penggunaan gambar atau foto

Dalam melakukan FGD, fasilitator dapat menggunakan foto atau gambar, misalnya

memperlihatkan foto anak yang kurang gizi dan menanyakan “bagaimana keadaan anak

tersebut? Apa yang harus ibu lakukan?”

147

Page 148: komunikasi kesehatan

4. Teknik Probing

Probing adalah kemampuan untuk menstimulasi percakapan untuk mendorong responden

menjawab pertanyaan secara lengkap. Cara melakukan probing adalah dapat mengajukan

pertanyaan “siapa, apa, dimana, bilamana, mengapa, bagaimana?”. Beberapa teknik probing

yang umumnya digunakan:

a. Echo probe

Adalah teknik probing dengan mengulangi jawaban responden

b. Requested probe

Yaitu mengulangi bagian dari petanyaan

c. Silent probe

Teknik probing dengan cara menunggu sebentar atau istirahat untuk memperoleh

penjelasan yang lebih jauh.

d. Encouragement probe

Untuk mendorong orang untuk meneruskan pembicaraannya dengan senyum

menganggukan kepala dan lain-lain

e. Repeat probe

Dengan cara mengulangi pertanyaan. Hal ini dilakukan apabila terjadi kebingungan pada

responden. Probing berakhir jika kita telah memperoleh jawaban yang lengkap sehingga

kita telah mencatat apa yang ada dalam pikiran responden, arti dan kedalamannya.

5. Penutupan Fokus Group

Untuk menyimpulkan pertemuan Focus Group, fasilitator sebaiknya memperhatikan hal-

hal berikut:

a. Jelaskan bahwa pertemuan sudah selesai, tanyakan kepada masing-masing peserta apakah

masih ada lagi komentar. Komentar yang sesuai dapat digali lebih mendalam.

b. Ucapkan terimakasih kepada para peserta atas pasrtisipasinya dan nyatakan bahwa

komentar mereka sangat berguna untuk penyusunan program atau untuk merancang

materi pendidikan dan lain-lain.

Sesudah FGD selesai, fasilitator dan pencatatan harus bertemu untuk melengkapi catatan

hasil diskusi

148

Page 149: komunikasi kesehatan

2.4.3.5 Menyusun catatan (Transkrip) FGD

Dalam FGD data yang dikumpulkan adalah semua hasil diskusi dan pengamatan yang

dicatat oleh si pencatat. Peranan si pencatat tidak kalah penting dengan fasilitator, meskipun ia

banyak bekerja di belakang layar. Si pencatat harus bertindak sebagai pencatat yang penuh

konsentrasi, tetapi sekaligus juga harus menjadi pengamat yang jeli. Pencatat harus

menggambarkan situasi, dan ekspresi para peserta secara tepat dan benar.

Dalam pencatatan sering juga orang menggunakan tape recording (meminta ijin dari para

peserta). Akan tetapi kerugiannya kalau semata-mata memakai tape recorder adalah suasana,

ekspresi seseorang tidak dapat ditangkap. Padaal semua hal tersebut merupakan bagian penting

dalam menginterpretasikan data. Sering juga mempergunakan kedua-duanya, yaitu mencatat dan

menggunaan tape recorder.

Meskipun dalam masing-masing kelompok diskusi kita anggap para peserta relative

homogen, pencatat tetap memperlakukan para peserta diskusi sebagai individual responden,

sebab itu pencatat harus juga mencatat identitas/karakteristik jenis kelamin, umur, nama, alamat,

pekerjaan, suku bangsa, dan lain-lain (karakteristik yang relevan dengan studinya) dari masing-

masing peserta. Fasilitator akan menanyakan semua itu pada saat diskusi.

Dari pengalaman, untuk memudahkan pencatatan, bisa dibuat peta duduk dari masing-

masing peserta dan memberikan nomor untuk masing-masing peserta. Dengan demikian pencatat

tidak perlu lagi mencatat nama peserta setiap kali peserta tersebut bicara, tetapi cukup dengan

mencatat nomor. Namun demikian dalam menulis kembali hasil diskusi (dalam menyusun

transkrip) karakteristik si pembicara dicantumkan lagi.

Langkah pertama pertama sesudah selesai FGD adalah menyusun kembali catatan-catatan

itu atau membuat trannskrip. Dalam menyusun catatan-catatan itu, dapat juga dibantu dengan

mendengarkan kembali tape recorder untuk bagian-bagian yang terlewatkan.

Apabila pencatatan dilakukan semata-mata dengan tape recorder, kita dapat

mendengarkan kaset berulang-ulang agar supaya kita dapat menghayati secara tepat suasana

diskusi. Misalnya suasana gelak tawa, hening, dan sebagainya. Catatan-catatan tersebut

kemudian ditata menurut, aturan pedoman FGD.

2.5 Keuntungan Dan Kerugian FGD

149

Page 150: komunikasi kesehatan

2.5.1 Keuntungan FGD

a. Sinergisme

Suatu kelompok mampu menghasilkan informasi, ide dan pandangan yang lebih luas.

b. Snowballing

Komentar yang didapatkan secara acak dari responden dapat memacu mulainya suatu

reaksi rantai respon yang menghasilkan ide baru.

c. Stimulation

Pengalaman dalam kelompok sendiri merupakan sesuatu yang menyenangkan dan

mendorong partisipasi

d. Security

Individu/responden merasa aman di dalam kelompok dan lebih merasa bebas

mengutarakan perasaan/pikiran

e. Spontanitas

Individu tidak diharapkan menjawab setiap pernyataan, karena itu diharapkan bahwa

jawaban lebih memiliki arti, karena melalui suatu proses kelompok.

2.5.2 Kerugian FGD

a. Teknik FGD relative cepat dan murah dibandingkan studi kuantitaif, karena itu sering

digunakan oleh pembuat keputusan untuk mendukung dugaan / pendapat pembuat

keputusan

b. Teknik FGD mudah dilaksanakan, tetapi sulot melakukan interpretasi data

c. Memerlukan fasilitator/moderator yang memiliki keterampilan tinggi.

BAB 3. PEMBAHASAN

150

Page 151: komunikasi kesehatan

3.1 Contoh Pengunaan FGD Dalam Bidang Kesehatan

1. Latar belakang dilakukan FGD

Program pelatihan konselor sebaya di Provinsi Bali pertama kali diadakan pada tahun

2008 dengan melatih 20 orang remaja SMA/SMK, pelatihan kedua pada tahun 2009

sebanyak 20 remaja SMA/SMK. Sekolah-sekolah tersebut ditunjuk oleh pemegang program

kesehatan remaja di Kabupaten/Kota, dimana setiap sekolah yang ditunjuk akan memilih

siswanya sebagai calon peserta pelatihan Konselor Sebaya Kesehatan Reproduksi di

Provinsi Bali.

Pelatihan ketiga dilaksanakan pada tahun 2010 sekaligus dipakai untuk penelitian ini

berasal dari 10 SMP dan 10 SMA/SMK di 8 Kabupaten/Kota se-Bali dengan jumlah peserta

masing-masing Kabupaten satu orang remaja SMP dan satu orang remaja SMA/SMK,

kecuali Kota Denpasar terdiri dari dua orang remaja SMP dan dua orang remaja SMA/SMK,

karena di Kota Denpasar jumlah remaja diasumsikan paling banyak.

Pada pelatihan tahun 2010 Kabupaten Jembrana tidak mengirim peserta karena ada

masalah koordinasi antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, sehingga peserta

Kabupaten Jembrana dialihkan ke Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng, dengan

pertimbangan sekolah pedesaan yang lokasinya dekat dengan perkotaan, dan sekolah yang

lokasinya paling jauh dari Provinsi.

Peserta pelatihan konselor sebaya telah menyebar di 9 Kabupaten / Kota se-Bali,

namun tidak ada penambahan jumlah peserta yang dilatih pertahunnya, dan tidak ada

penyegaran pelatihan pada sekolah yang telah dilatih, sehingga tidak ada kesinambungan

program selanjutnya. Terbatasnya sekolah dan minimnya remaja yang terjangkau dengan

pelatihan konselor sebaya, menyebabkan kurang meratanya penyebaran informasi tentang

kesehatan reproduksi yang diberikan pada remaja di Provinsi Bali.

2. Tema FGD:

Focus Group Discussion tentang pelaksanaan program konselor sebaya pendidikan

kesehatan reproduksi di Provinsi Bali.

3. Tujuan FGD

151

Page 152: komunikasi kesehatan

Untuk mendapatkan evaluasi dan mengetahui lebih mendalam program pendidikan

konselor sebaya mengenai pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah yang dianggap gagal,

dan kurang terkoordinasi di Provinsi Bali.

4. Subjek penelitian

Subjek penelitian sekaligus menjadi informan dalam penelitian ini berjumlah 25

orang yang terdiri dari 6 orang informan SMA/SMK, 6 orang informan SMP, 7 orang

informan Kepala Sekolah/Guru dan 6 orang informan pelatih yang dibagi menjadi 4

kelompok FGD yaitu kelompok konselor sebaya SMA/SMK, kelompok konselor sebaya

SMP, kelompok Kepala Sekolah/guru dan kelompok pelatih.

5. Materi yang didiskusikan dalam FGD

a. Proses Seleksi Calon Peserta Pelatihan Konselor Sebaya Kesehatan Reproduksi Remaja

- Penentuan calon peserta

- Kriteria calon peserta

- Persiapan mental peserta

b. Ketepatan Materi Pelatihan

- Kesesuaian materi kesehatan reproduksi dengan perkembangan bio psiko social

remaja

- Penyajian materi yang memiliki daya tarik

- Materi pendukung yang dibutuhkan konselor sebaya

c. Proses pelatihan

- Pendekatan pembelajaran / metode pelatihan

- Durasi pelatihan konselor sebaya

- Penyegaran pelatihan konselor

d. Implementasi Pasca Pelatihan

- Pengakuan posisi konselor oleh teman sebaya

- Fasilitas untuk mengimplementasikan program konselor sebaya

- Upaya dan hambatan implementasi

6. Hasil FGD

Hampir semua informan remaja (11 dari 12 informan remaja) menyatakan mereka

ditunjuk langsung oleh kepala sekolah atau guru PMR untuk mengikuti pelatihan konselor

152

Page 153: komunikasi kesehatan

sebaya. Hal ini menyebabkan remaja merasa terpaksa dan merasa diberi beban yang berat

karena mereka kurang berminat dengan program konselor sebaya. Ada satu informan

menyatakan dirinya melalui proses seleksi disekolah. Sosialisasi yang kurang di sekolah

serta tidak ditentukan kriteria peserta menjadi penyebab kurang pahamnya kepala

sekolah/guru untuk memilih remaja. Mereka pada umumnya hanya berdasarkan pengamatan

sehari-hari dengan melihat prestasi akademik dan keaktifan siswa. Hal ini tentu tidak cukup

karena untuk menjadi konselor sebaya diperlukan karakteristik-karakteristik tertentu

diantaranya mempunyai minat, secara sukarela untuk membantu dan lainnya.

Minimnya jumlah remaja yang dilatih dimasing-masing sekolah menyebabkan

sulitnya remaja dalam membagi tugas untuk melakukan sosialisasi di sekolah, hal ini

berbeda dengan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan melatih Kader Kesehatan

Remaja minimal 10% dari jumlah siswa, sehingga memudahkan mereka melaksanakan

tugas. Dengan jumlahnya yang banyak menyebabkan mereka lebih di kenal di sekolah,

dibandingkan konselor sebaya yang hanya satu orang.

Pemahaman yang belum maksimal pada teknik konseling menjadi penyebab utama

remaja belum merasa mampu melakukan konseling pada teman sebayanya. Mereka yang

telah mencoba melakukan konseling umumnya sebatas curhat biasa dengan teman-teman

dekat meraka.

Singkatnya hari pelatihan menyebabkan waktu pelatihan sampai larut malam, hal ini

membuat remaja merasa bosan dan merasa dikejar-kejar materi, sehingga remaja merasa

lelah, bosan, mengantuk dan tidak konsentrasi menerima pelajaran. Kondisi ini dapat

dinetralisir dari cara penyampaian materi oleh pelatih yang menurut remaja, gaul-gaul dan

sesuai dengan keinginan remaja.

Hambatan implementasi dialami remaja karena kurangnya dukungan baik dari

sekolah, petugas kesehatan maupun dari pelatih itu sendiri. Hambatan juga berasal dari

teman-teman mereka yang belum memanfaatkan mereka sebagai konselor sebaya. Hal ini

terjadi karena tidak ada pengakuan dari pihak sekolah dan tidak pernah diumumkan didepan

seluruh siswa bahwa mereka telah menjadi konselor sebaya yang bersertifikat. Sekolah yang

telah mendukung program ini karena ada motivasi eksternal yaitu lomba UKS tingkat

nasional. Motivasi internal belum ada dari sekolah karena tidak pernah ada sosialisasi

153

Page 154: komunikasi kesehatan

tentang konselor sebaya sehingga mereka tidak mengerti dengan apa yang harus mereka

lakukan untuk mendukung program konselor sebaya.

Pada umumnya sekolah menyambut positif program ini, dan kepala sekolah/guru

akan mendukung sepenuhnya asal mereka diberikan sosialisasi terlebih dahulu, sehingga

mereka bisa mengerti dan bisa mendampingi remaja saat melakukan kegiatan. Menurut

kepala sekolah/guru dan pelatih yakin program ini bisa berkelanjutan jika ada kesepakatan

antara Dinas Kesehatan dengan Dinas Pendidikan untuk memasukkan program konselor

sebaya ini kedalam kegiatan ekstrakurikuler, sehingga pembiayaannya bisa dianggarkan dari

sekolah masing-masing.

154

Page 155: komunikasi kesehatan

155