Upload
vanthuy
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH BNI IB GRIYA
(Studi Pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Syariah Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
AHMAD SYUKRI
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah BNI iB
Griya (Studi Pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jakarta
Selatan), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Nopember 2010. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 25 Nopember 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (...........................................) NIP. 197107011998032002 Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH. (...........................................) NIP. 197407252001121001 Pembimbing : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag. (...........................................)
NIP. 197305042000031002
Penguji I : J. M. Muslimin, M.A, Ph.D (...........................................)
NIP. 150295489
Penguji II : Dr. Nurhasanah, M.Ag. (...........................................)
ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH BNI IB GRIYA
(Studi Pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Syariah Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
AHMAD SYUKRI NIM. 105046101581
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
DR. SYAHRUL A’DAM, M.Ag.
NIP. 197305042000031002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
Lembar Pernyataan:
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 4 Nopember 2010
Ahmad Syukri
ABSTRAK
Ahmad Syukri (105046101581) : “Analisis Produk Pembiayaan Kepemilikan
Rumah BNI iB Griya (Studi Pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Syariah Jakarta
Selatan)”, Program Strata 1 (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi
Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010.
Penelitian ini adalah penelitian empiris yang dilakukan pada tahun 2010 yang
bertujuan untuk mengetahui praktek mekanisme pembiayaan KPR BNI iB Griya pada
bank BNI Syariah dan mengetahui hasil analisa Kekuatan (Strength), Kelemahan
(Weaknes), Peluang (Opportunity) dan Tantangan (Threat) serta ancangan strateginya
sehingga dapat diaplikasikan untuk peningkatan pembiayaan produk KPR BNI iB
Griya.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penulis menggambarkan
permasalahan yang didasari pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut
kemudian diambil suatu kesimpulan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
penulis melakukan observasi langsung ke Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah
Jakarta Selatan untuk memperoleh informasi atau data, dalam hal ini penulis
melakukan wawancara pribadi dengan Staf Penglelola Pemasaran Produk KPR BNI
iB Griya Saudari Suci Hanum L. Sedangkan, untuk melengkapi data-data yang
diperlukan diperoleh dari dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan kasih sayang dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah
mengajarkan risalah kebenaran di muka bumi ini.
Di balik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas
terselesaikannya skripsi ini. Cukup banyak hambatan dan kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi ini yang penulis temui namun alhamdulillah berkat izin dan
pertolongan-Nya serta bantuan dari berbagai pihak, penulis mampu mengatasinya.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H.
Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Syahrul A’dam, M.Ag, pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu di sela-sela kesibukan untuk memberi masukan dalam penyusunan skripsi
ini.
vii
4. Seluruh dosen program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, terima
kasih atas ilmu yang telah disampaikan.
5. Bapak Uki selaku pimpinan HRD PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah
Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melakukan
penelitian diperusahaan tersebut. Kepada Saudara Heru Setiawan (Assistant
Finance and General Accounting) dan Saudari Suci Hanum L (Staf Pengelola
Pemasaran KPR BNI iB Griya), terima kasih atas segala bantuan yang telah
diberikan.
6. Orang tua penulis, Bapak H. Hamdani bin Moch. Izzi dan Ibu Hj. E Nurlaila.
Terima kasih tiada terhingga atas dukungan moril dan materil serta doa yang
selalu dipanjatkan sehingga ananda diberi kelancaran dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Suadara-saudariku tercinta, kakak-kakak penulis; Fahmalia, Ahmad Syarif, Aida,
Inayah, Zulkifli, A.Md. terima kasih atas segala fasilitas yang diberikan dan doa
sehingga adinda bisa menyelesaikan kuliah ini, adik-adik penulis; Mahdi Maulidi,
Ana Fitriana dan Ahmad Muttaqin semoga semakin giat dalam menuntut ilmu
dan meraih prestasi yang gemilang. Juga kepada Bang Ardian terima kasih atas
motivasi yang diberikan dan pemahaman akan pentingnya legalisasi diri.
8. Tim redaksi Majalah Sharing, Bang Ibrahim Aji, Bapak Yudi Suharso, Bapak
Haryanto terima kasih atas konsultasi yang diberikan kepada penulis. Kepada
Bang Muchamad Romly terima kasih atas penjelasan tentang Need and Want
viii
serta Reward and Punishment berkaitan dengan penyelesaian kuliah penulis,
sehingga penulis semakin termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Seluruh teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2005, khususnya kelas B,
Naidy Sultony, Mochammad Imam Baihaqi, Khoirul Anwar HD, Arif Hamdan,
Sadar Rukmana, Abdul Fatah, Firdaus Simatupang, Istiana, Dhatin Ifadha, dll.
Juga Zainal Arifin, Erik Lesmana, Bang Ali Palevi (teman suka cita satu kost).
Terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan dorongan semangat yang
diberikan. Semoga silaturahim kita takkan terputus selama-lamanya.
11. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa
terima kasih dari penulis.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara/i semua
dengan pahala yang berlipat ganda.
Jazaa Kumullah Khairan Katsiraa.
Jakarta, 1 Nopember 2010
(Ahmad Syukri)
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….... vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………………….... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………….. 7
D. Kajian Terdahulu ………………………………………………………... 9
E. Objek Penelitian ……………………………………………………….. 10
F. Metode Penelitian ……………………………………………………… 10
G. Teknik Penulisan ………………………………………………………. 12
H. Sistematika Penulisan…………………………………………………... 12
BAB II PERSPEKTIF TEORITIS
A. Teori Pembiayaan ……………………………………………………… 15
1. Pengertian Pembiayaan …………………………………………….. 15
2. Penilaian Pemberian Pembiayaan ………………………………….. 18
3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan ………………………………….. 24
B. Akad Murabahah ………………………………………………………. 26
x
1. Pengertian Murabahah ……………………………………………... 26
2. Landasan Hukum Murabahah ……………………………………… 27
3. Rukun dan Syarat Murabahah ……………………………………... 29
4. Komponen Murabahah …………………………………………….. 31
C. Analisis SWOT ………………………………………………………… 32
1. Pengertian Analisis SWOT ………………………………………… 32
2. Fungsi, Manfaat dan Tujuan Analisis SWOT ……………………... 33
3. Makanisme dan Ancangan Strategi Analisis SWOT ………………. 36
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdiri …………………………………………………………. 44
B. Visi dan Misi …………………………………………………………... 47
C. Logo Perusahaan ……………………………………………………….. 47
D. Struktur Organisasi …………………………………………………….. 48
E. Produk-produk …………………………………………………………. 50
BAB IV ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH
BNI IB GRIYA
A. Mekanisme Pelaksanaan Pembiayaan KPR BNI iB Griya …………….. 63
a. Prosedur Umum Pembiayaan ……………………………………… 66
b. Tahap Pengajuan Pembiayaan ……………………………………... 69
xi
B. Analisa Matrik SWOT KPR BNI iB Griya ……………………………. 76
C. Ancangan Strategi Peningkatan Pembiayaan KPR BNI iB Griya ……... 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 88
B. Saran …………………………………………………………………… 90
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 92
LAMPIRAN …………………………………………………………...................... 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran
dua gerakan renaissance Islam modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama
dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai
upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya
berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Upaya awal penerapan sistem profit and loss sharing tercatat di Pakistan
dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola dana jamaah
haji secara nonkonvensional. Rintisan institusi lainnya adalah Islamic Rural Bank
di desa Mit Ghamer pada tahun 1963 di Kairo, Mesir.
Setelah dua rintisan yang cukup sederhana itu, bank Islam tumbuh dengan
sangat pesat. Sesuai dengan analisa Prof. Khursid Ahmad dan laporan
International Association of Islamic Bank, hingga akhir 1999 saja sudah tercatat
lebih dari dua ratus lembaga keuangan Islam yang beroperasi di seluruh dunia,
baik di Negara-negara berpenduduk muslim maupun di Eropa, Australia, maupun
Amerika. 1
1 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta, Gema Insani
Press, 2001), h.19.
2
Prakarsa untuk mendirikan bank Islam di Indonesia dilakukan pada tahun
1990. Majlis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus di Cisarua,
Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di hotel Sahid Jakarta, 22-25
Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja
untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok tim kerja yang disebut Tim
Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua
pihak terkait.2
Setelah krisis ekonomi tahun 1998, Bangsa Indonesia semakin giat
membangun berbagai aspek kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, terutama
pembangunan dalam sektor ekonomi. Di sini peran bank syariah cukup
diperhitungkan, sehingga bank syariah mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat. Bank syariah pun melebarkan sayap bisnisnya, termasuk dalam bidang
pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR).
Berbagai cara dilakukan bank-bank syariah dalam menyelami bisnis KPR
ini. KPR merupakan bisnis yang membutuhkan kesabaran dan perhitungan yang
matang agar dapat berjalan dengan baik. Selain itu, diperkirakan bisnis KPR
jarang mengalami kerugian apabila pengembang dapat mengelolanya secara
professional. Kebutuhan manusia akan papan akan selalu ada dan diperkirakan
akan selalu bertambah karena kebutuhan rumah berbanding linier dengan
2 Ibid.
3
pertumbuhan penduduk sehingga semakin pesat pertumbuhan penduduk di suatu
Negara maka akan semakin besar pula kebutuhan pemukiman untuk mereka.3
Properti masih dianggap sebagai instrumen investasi yang
menguntungkan. Pertama, nilai properti terus meningkat setiap tahun sehingga
konsumen akan mendapatkan capital gain yang cukup besar tergantung lokasi
dan jenis properti. Kedua, keuntungan dari tingkat sewa jika properti tersebut
disewakan ke orang lain. Tarif sewa juga terus naik setiap tahun. Karena
menguntungkan, banyak orang yang berusaha membeli properti berupa tanah,
rumah, apartemen, kavling, kondominium, ruko, dan sebagainya. Untuk
membelinya konsumen tidak harus punya uang tunai. Dengan uang yang tidak
banyak pun konsumen bisa membeli properti yang diinginkannya. Karena mereka
memanfaatkan fasilitas pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) dari kalangan
perbankan.4
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit. Pada istilah teknisnya pada perbankan syariah
pembiayaan disebut sebagai Earning Assets (Aktiva Produktif). Earning Assets
adalah berupa investasi dalam bentuk: Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(Mudharabah), Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah),
3Fauzia Ramadhany, “Analisis terhadap Mekanisme Take Over Pada Pembiayaan
Kepemilikan Rumah (Studi Pada Devisi Syariah PT. BNI)” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), hal 2.
4 http://bataviase.co.id/node/247290.html
4
Pembiayaan berdasarkan prinsip jual-beli (Murabahah), Pembiayaan berdasarkan
prinsip sewa (Ijarah, dan Ijarah wa Iqtina’/Ijarah Muntahiya bittamlik), Surat-
surat berharga syariah dan investasi lainnya.5
Bisnis properti pada tahun ini diprediksikan akan terus membaik, seiring
dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional. Para pengamat properti
memperkirakan pasar properti di tanah air akan naik sekitar 15% pada tahun 2010
dengan nilai kapitalisasi penjualan mencapai Rp 103 triliun. Pada tahun 2009 lalu
nilai penjualan properti mencapai angka Rp 85 triliun.
Sejalan dengan tumbuhnya sektor properti maka sektor kredit untuk
perumahan pun juga mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Meningkatnya
pertumbuhan KPR disebabkan semakin banyaknya perbankan yang terjun
membiayai sektor KPR ini. termasuk bank syariah. BNI Syariah merupakan salah
satu bank syariah yang aktif menawarkan kredit perumahan, dengan nama BNI iB
Griya. Produk KPR BNI iB Griya ini semakin diminati masyarakat sejalan
dengan semakin dikenalnya bank syariah di Indonesia. Berkembangnya KPR
syariah ini tidak terlepas dari berbagai keunggulan produk KPR BNI iB Griya
yang tidak dimiliki oleh KPR konvensional.6
Bambang Widjanarko, Direktur Bisnis PT Bank BNI Syariah menjelaskan
bahwa secara umum perbedaan KPR konvensional dan KPR syariah terletak pada
3 hal pokok. Pertama, Aspek akad dan legalitas. Ini lah kunci utama pembeda
5 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta, Pustaka Alvabet, 2006),
Cet.4, h.53. 6 http://bataviase.co.id/node/198000.html
5
KPR Syariah dan KPR konvensional. KPR syariah dapat berupa jual beli
(Murabahah), untuk rumah inden (Istisna), dan sistem sewa beli Ijarah
Muttahiyah BiTamlik (IMBT) yang maksudnya kepemilikan rumah terjadi pada
akhir masa sewa. Kedua, objek yang dibiayai. Pada KPR konvensional, cara
pembiayaannya adalah bank memberi pinjaman uang untuk membeli rumah,
sehingga bank pun mengenakan bunga. Sedangkan pada KPR syariah, caranya
adalah bank membeli rumah yang diminati nasabah dari pihak pengembang/
penjual, kemudian bank menjual kembali ke pihak nasabah. Ketika menjual lagi,
bank mengambil margin/ keuntungan sesuai kesepakatan dengan nasabah. Ketiga,
sistem angsuran. Pada KPR konvensional, angsuran bersifat floating
(mengambang) tergantung pada suku bunga yang berlaku. Sedangkan pada KPR
syariah, angsuran akan tetap selama masa pembiayaan sesuai kesepakatan pada
saat akad.7
Produk KPR syariah ini mendapat respons yang bagus dari konsumen. Ini
karena tingginya kebutuhan sebagian masyarakat terhadap jasa keuangan
perbankan yang berlandaskan syariah.
BNI iB Griya sebagai produk pembiayaan rumah yang dikeluarkan oleh
BNI Syariah pada kuartal pertama 2010 mengalami peningkatan pembiayaan
dengan total Rp1,4 trilyun. Pertumbuhan pembiayaan rumah meningkat sekitar
20% dari Desember 2009 dan ditargetkan sampai akhir tahun ini bisa mencapai
Rp2 trilyun,” ujar Rizqullah selaku Pimpinan UUS BNI Syariah ketika
7 “KPR Syariah Menarik Karena Cicilannya Tetap”, Tabloid Rumah, edisi 196-VIII, h.24.
6
diwawancarai setelah menjadi pembicara Seminar International “Potensi
Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Pembiayaan Rumah” yang
diselenggarakan Islamic Banking and Finance Institute Trisakti, di Hotel Sultan,
Senin 19 April 2010.8
BNI iB Griya menggunakan akad jual beli (murabahah), yakni
pembiayaan dengan prinsip Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati, dimana pihak bank selaku penjual dan nasabah
selaku pembeli. Pembayarannya dilakukan secara angsuran sesuai dengan
kesepakatan bersama. Dengan menggunakan akad syariah maka nasabah akan
merasa tentram karena terhindar dari riba dan rumah yang dibelinya pun akan
semakin barokah.9
Beranjak dari latar belakang masalah tersebut di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan menuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul :
ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH BNI IB
GRIYA (STUDI PADA PT. BANK BNI SYARIAH CABANG SYARIAH
JAKARTA SELATAN)
8 http://ib.eramuslim.com/bni-ib-griya-capai -pengingkatan--pembiayaan-rp1-4-trilyun.html
9 http://bataviase.co.id/node/197998.html
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, agar tidak keluar dan mencapai fokus
yang diharapkan, maka penulis perlu membatasi penulisan ini membahas tentang
mekanisme pembiayaan KPR BNI iB Griya, analisa Strength, Weakness,
Opportunity dan Threat (SWOT) serta ancangan strategi peningkatan pembiayaan
KPR BNI iB Griya.
Proses perumusan masalah merupakan tahapan paling penting dalam
sebuah proses penelitian. Sehingga permasalahan yang menjadi pokok bahasan
menjadi lebih jelas dan terfokus. Adapun secara spesifik perumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana praktek mekanisme pelaksanaan pembiayaan KPR BNI iB
Griya?
2. Bagaimana analisa matrik SWOT produk pembiayaan KPR BNI iB
Griya?
3. Bagaimana ancangan strategi agar dapat diaplikasikan untuk
peningkatan pembiayaan KPR BNI iB Griya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan oleh penulis di
atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin di capai dari hasil penelitian ini, di
antaranya :
8
1. Untuk mengetahui praktek mekanisme pembiayaan KPR BNI iB Griya
pada bank BNI Syariah.
2. Untuk mengetahui hasil analisa matrik SWOT dan ancangan strateginya
sehingga dapat diaplikasikan untuk peningkatan pembiayaan produk
KPR BNI iB Griya.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat secara akademik
Sebagai asset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh
kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiwa dalam upaya
memberikan pengetahuan, informasi, dan sebagai proses pembelajaran
mengenai produk pembiayaan bank BNI Syariah khususnya produk
KPR BNI IB Griya.
2. Manfaat bagi masyarakat
Sebagai informasi dan bahan penambah wawasan mengenai produk
pembiayaan kepemilikan rumah secara syariah dan juga sebagai media
sosialisasi sehingga produk ini difahami oleh masyarakat.
3. Manfaat secara praktek
Bagi PT Bank BNI Syariah sebagai masukan dan saran untuk dapat
memperbaiki cara dalam pembiayaan produk kepemilikan rumah syariah
bagi nasabahnya.
9
D. Kajian Terdahulu
Sebelum membuat skripsi ini, penulis melakukan perbandingan antara
penelitian-penelitian yang terdahulu untuk mendukung materi dalam penelitian
ini. Sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang mengangkat tema tentang
produk kepemilikan rumah di bank syariah. Salah satu diantaranya oleh Ayub
Mahri.10 Dalam penelitiannya, Ayub membahas tentang analisis mekanisme
pembiayaan kepemilikan rumah melalui Bank Tabungan Negara Kantor Cabang
Syariah Jakarta. Hasil penelitiannya yaitu mekanisme pelaksanaan kepemilikan
perumahan rakyat di BTN Cabang Syariah Jakarta berjalan dengan cukup baik,
tanpa harus melewati prosedur yang rumit dan dengan menggunakan asas
kekeluargaan.
Sedangakan penelitian yang dilakukan Dian Lestari11. Dalam
penelitiannya yang berjudul ”Analisa Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR)
BTN Syariah” lebih kepada bagaimana aplikasi produk ini dari persfektif hukum
syariah. Hasil penelitiannya, pembiayan KPR BTN Syariah merupakan praktik
dengan skim murabahah, bila semua rukun dan syarat pada akad-akad dalam
pembiayaan ini terpenuhi sempurna maka dapat dikatakan bahwa transaksi
tersebut sah dan sesuai dengan prinsip syariah. Penetapan margin keuntungan
10 Ayub Mahri, “Analisis Mekanisme Pembiayaan Kepemilikan Rumah Melalui PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Syariah Jakarta”. Skripsi S 1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta,2009
11 Dian Lestari, ”Analisa Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) BTN Syariah (Studi Kasus: Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta Harmoni)”. Skripsi S 1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta,2006
10
bank menggunakan persentase (Pendekatan base lending rate) dan perlakuan
akuntansi mengacu pada Akuntansi Syariah, PAPSI dan PSAK No. 59.
Namun, dalam penelitian yang penulis lakukan ini berbeda dengan kedua
penelitian yang ada di atas yaitu objek penelitian pada PT. Bank BNI Syariah
yang membahas mengenai hal mekanisme pembiayaan KPR BNI iB Griya,
analisa Strength, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT) serta ancangan
strategi peningkatan pembiayaan KPR BNI iB Griya. Untuk metode penelitian
menggunakan data kualitatif dan deskriptif analisis.
E. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang
Syariah Jakarta Selatan. Adapun lokasi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang
Syariah Jakarta Selatan adalah komplek ITC Dutamas Fatmawati blok A1-2 dan
A1-3 Jl. R.S. Fatmawati Jakarta Selatan – Indonesia 12150 Telp. (021)72798266,
72798267, 72798268, Fax. (021)72798733
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu metode
penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis dari sumber-
sumber yang diperoleh. Lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu
11
kesimpulan. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang
dikutip oleh Lexy J. Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati.12
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan judul
skripsi, penulis menggunakan teknik pengumpulan sebagai berikut :
a. Observasi
Untuk mendapatkan data yang kongkrit, maka penulis
mengadakan kunjungan dan pengamatan langsung terhadap Bank BNI
Syariah.
b. Wawancara
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dengan
si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara).
c. Dokumentasi
Dokumentasi dipakai untuk melengkapi data-data yang diperlukan
dan juga mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan
12 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosda Karya,
2000), Cet.11, h.3.
12
yang diteliti antara lain mencari data berupa buku, catatan, transkrip,
bulletin, makalah dan sebagainya.
3. Teknik Analisa Data
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode Analisis
Deskriptif yaitu suatu teknik analisa data dimana penulis membaca,
mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua data yang
diperoleh lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian.
G. Teknik Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini semua berpedoman pada prinsip-prinsip yang
telah diatur dan dibakukan dalam buku “Pedoman Penulisan Skripsi fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2007”.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan
yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :
13
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II PERSPEKTIF TEORITIS
Bab ini membahas tentang teori. Teori pembiayaan, mencakup
pengertian pembiayaan, penilaian pemberian pembiayaan,
tujuan dan manfaat pembiayaan. Teori akad murabahah,
mencakup pengertian murabahah, landasan hukum murabahah,
rukun dan syarat murabahah, komponen murabahah. Bab ini
juga membahas tentang teori analisis SWOT, yang mencakup
pengertian, fungsi, manfaat dan tujuan analisis SWOT serta
mekanisme dan ancangan strateginya.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini memuat tentang latar belakang sejarah berdirinya,
visi dan misi, logo perusahaan, Struktur organisasi, produk-
produk.
14
BAB IV ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN
RUMAH BNI IB GRIYA
Membahas mekanisme pelaksanaan pembiayaan KPR BNI iB
Griya meliputi persyaratan-persyaratan pengajuan pembiayaan
dan prosedur operasional pembiayaan. Analisa matrik Strength,
Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT) serta ancangan
strategi peningkatan pembiayaan KPR BNI iB Griya.
BAB V PENUTUP
Merupakan bagian terakhir penulisan yang menunjukkan
pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan. Bagian ini
merupakan jawaban ringkas dari permaslahan yang dibahas
yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
15
BAB II
PERSPEKTIF TEORITIS
A. TEORI PEMBIAYAAN
1. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2008 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan hal itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna;
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi
jasa,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana
untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.1
1 UU No. 21 Tahun 2008 sebagai revisi UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah,
Pasal 1 ayat 25.
16
Sedangkan definisi pembiayaan menurut Muhammad Syafi’i Antonio
sebagai salah satu tugas pokok bank adalah pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.2
Pembiayaan atau dengan kata lain financing menurut Muhammad yaitu
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri atau lembaga.3
Pembiayaan dapat dijadikan salah satu fungsi intermediary bank syariah dalam
menyalurkan dana yang telah dikumpulkan dari surplus unit melalui suatu
kesepakatan dalam jangka waktu tertentu dikembalikan dengan imbalan atau bagi
hasil.
Dalam istilah teknisnya pada perbankan syariah pembiayaan disebut
sebagai aktiva produktif. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia aktiva
produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun
valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan
kontijensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia
(Peraturan Bank Indonesia No. 4/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003).4
Dalam aktivitas pembiayaan bank syariah akan menjalankan dengan
berbagai teknik dan metode, yang penerapannya tergantung pada tujuan dan
2 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h.160. 3 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), h.17. 4 Ibid.
17
aktivitas. Mekanisme perbankan syariah yang berdasarkan prinsip mitra usaha,
adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada depositor
atau pembebanan suatu bunga dari pada nasabah tidak timbul.
Tabel Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil5
BUNGA BAGI HASIL
a. Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi harus
selalu untung
a. Penentuan besarnya rasio/nisbah
bagi hasil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi
b. Besarnya persentase berdasarkan
pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan.
b. Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan jumlah keuntungan
yang diperoleh.
c. Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa
pertimbangan apakan proyek yang
dilankan oleh pihak nasabah
untung atau rugi.
c. Bagi hasil bergantung pada
keuntungan proyek yang
dijalankan. Bila usaha merugi,
kerugian ditanggung bersama oleh
kedua belah pihak.
d. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang “booming”.
d. Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
e. Eksistensi bunga diragukan (kalau
tidak dikecam) oleh semua agama,
termasuk Islam.
e. Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil
5 Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, h.61.
18
2. Penilaian Pemberian Pembiayaan
Dalam pendanaan kepada nasabah dalam bentuk pemberian pembiayaan,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penilaian pembiayaan,
oleh karena layak atau tidaknya pembiayaan yang diberikan akan sangat
mempengaruhi stabilitas keuangan bank. Menurut Raharja6, penilaian
pembiayaan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Keamanan Pembiayaan (safety).
Harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali.
2. Terarahnya tujuan penggunaan pembiayaan (suitability).
Pembiayaan akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan kepentingan
masyarakat atau setidaknya tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku.
3. Menguntungkan.
Pembiayaan yang diberikan menguntungkan bagi bank maupun bagi nasabah.
Menurut Sinungan7, metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan
nilai kredit adalah dengan menggunakan formula 4P, yaitu :
1. Personality
Bank mencari data tentang kepribadian si peminjam seperti riwata hidupnya
(kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan sebagainya),
hobinya, keadaan keluarga, (istri, anak), social standing (pergaulan dalam
6 Raharja Pratama, Uang dan Perbankan, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 1997) Cet.3 7 Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank, (Jakarta, Bumi Askara, 1993) Cet.3,
h.241.
19
masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si peminjam)
serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam.
2. Purpose
Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah akan
dipergunakan untuk berdagang, berproduksi atau membeli rumah. Dan apakah
tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit bank
bersangkutan. Misalnya, keperlua atau tujuan untuk perkapalan sedangkan
line of business bank justru dalam bidang pertanian.
3. Prospect
Yang dimaksud dengan prospek adalah harapan masa depan dari bidang usaha
atau kegiatan usaha si peminjam. Ini dapat diketahui dari perkembangan
usaha si peminjam selama beberapa bulan / tahun, perkembangan keadaan
ekonomi perdagangan, keadaan ekonomi atau perdagangan sektor usaha si
peminjam, kekuatan keuangan perusahaan yang dibuat dari learning power
(kekuatan pendapatan/keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang.
4. Payment
Mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan.
Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan prospek, kelancaran penjualan dan
pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman
ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya.
20
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi resiko penilaian kredit, 8
antara lain :
1. Character
Watak (character), yang dimaksud adalah kepribadian, moral dan kejujuran
dari ada pemohon peminjaman. Apakah ia nantinya akan memenuhi
kewajiban dengan baik yang timbul dari perjanjian kredit yang akan diadakan.
Hal ini menyangkut sejauh mana kebenaran dari keterangan-keterangan yang
diberikan pemohon tentang data-data perusahaannya. Bank juga menyelidiki
asal-usul si pemohon, misalnya tentang keroyalan si debitur dan juga keadaan
masa lalunya apakah ia pernah terlibat blacklist.
2. Capasity
Kemampuan (capacity), dimaksud sebagai kemampuan mengendalikan,
memimpin, menguasai bidang usahanya, kesungguhannya dan melihat
perspektif masa depan sehingga usahanya berjalan dengan baik dan
memberikan untung. Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan
nasabah dalam membayar pinjaman. Dari penilaian ini terlihat kemampuaan
nasabah dalam mengelola bisnis, kempuan ini dihubungkan dengan latar
belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola
usahanya, sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan
pinjaman yang disalurkan, capacity sering juga disebut dengan nama
8 Raharja Pratama, Uang dan Perbankan, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 1997) Cet.3, h.95.
21
Capability.9 Definisi lain tentang capacity adalah menggambarkan tentang
kemampuan seorang langganan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
finansialnya. Suatu estimasi yang dianggap cukup baik diperoleh dengan
menilai posisi likuiditas dan proyeksi cash flow dari calon langganan.10
Capacity menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya, baik
dalam kemampuan manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya.
Untuk itu bank harus memperhatikan :
a. angka-angka hasil produksi
b. angka-angka penjualan dan pembelian
c. perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya
d. data-data financial di waktu-waktu yang lalu, yang tercermin di
dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat diukur
kemampuan perusahaan calon penerima kredit utuk
melaksanakan rencana di waktu yang akan datang.11
Capacity adalah kempuan yang dimiliki calaon nasabah dalan menjalankan
usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian
ini adalah untuk mengetahui / mengukur sampai sejauh mana calon nasabah
9 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta, PT Grafindo Persada, 2003), h. 118 10 Syamsudin, Lukman, Manajemen Keuangan Perusahaan, Konsep Aplikasi dalam:
Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.31.
11 Munawir, S, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta, Liberty, 2004)
22
mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to pay)
secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.12
3. Capital
Modal (Capital) disyaratkan disini debitur agar mempunyai modal sendiri,
tidak hanya mengandalkan pinjaman pada bank. Data-data modal dilihat dari
neraca debitur.
4. Conditional
Kondisi ekonomi (Condition of Economic), adalah tentang keadaan situasi
ekonomi pada waktu dan jangka tertentu, dimana kredit dapat diberikan pada
debitur, kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa pada asasnya kelima unsur
tersebut mengandung tiga faktor pokok yaitu :
a. Faktor subyektif (modal).
b. Faktor obyektif yang berkenaan dengan organisasi administrasi, modal
dan keadaan ekonomi.
c. Faktor yuridis yang berkenaan dengan struktur yuridis dari badan usaha
penerima kredit.
Faktor-faktor diatas kemudian oleh pihak bank akan dibuat dalam satu
formulir yang telah disediakan dimana merupakan data-data yang wajib diisi
oleh pemohon pembiayaan.
12 Rivai, Vietzhal dan Andria Permata Vietzhal, Credit Manajemen Hand Book, Teori,
Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007)
23
5. Collateral
Jaminan (Collateral), diartikan sebagai kekayaan ata orang yang dapat diikat
sebagai jaminan kepastian pelunasan hutang dibelakang hari, kalau debitur tak
melunasi hutangnya. Pada dasarnya yang memberi pembiayaan tentu
menghendaki jaminan berada ditangannya yang mudah dijadikan uang untuk
dapat menutup pinjaman karena tidak dilunasi oleh si peminjam tersebut.
Jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun
non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pinjaman yang diberikan.
Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga terjadi
suatu masalah, maka jaminan yang akan dititipkan dapat dipergunakan
secepat mungkin.
Collateral dalam perkreditan murupakan hal terpenting, terutama dalam
fungsinya untuk pengamanan apabila pembiayaan yang diberikan tersebut
mengalami kegagalan.13 Oleh karena itu syarat yang diminta oleh kreditur
ialah supaya debitur itu menguasai dan menyimpan jaminan, agar supaya pada
waktu yang diperlukan benda atau harta jaminan dapat dijadikan uang oleh
debitur sendiri.
13 Thomas, Suyanto, et, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1996),
Edisi II, h.19.
24
3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu, kredit tersebut
tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama dari
pemberian suatu pembiayaan antara lain :
1. Mencari keuntungan yaitu untuk memperoleh dari pemberian kredit
tersebut, hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh
bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan
kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi
maupun untuk modal kerja.
3. Membantu pemerintah bagi pemerintah semakin banyak pembiayaan yang
disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin
banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai
sektor.14
Dilihat dari tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian suatu
pembiayaan tidak hanya menguntungkan bagi satu sisi pihak saja yaitu pihak
yang diberikan pembiayaan tetapi juga meguntungkan bagi pihak yang
memberikan pembiayaan.
Manfaaat pembiayaan ditinjau dari berbagai segi :
1. Kepentingan Debitur
14 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h.96.
25
a. Memungkinkan untuk memperluas dan mengembangkan
usahanya.
b. Jangka waktu pembiayaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dana debitur uantuk pembiayaan investasi dapat disesuaikan
dengan kapasitas perusahaan yang bersangkutan, untuk
pembiayaan modal kerja dapat diperpanjang berulang-ulang.15
2. Kepentingan Perbankan
a. Menjaga stabilitas usahanya, serta membantu memasarkan jasa-
jasa bank.
b. Untuk merebut pasar (Market Share) dalam industri perbankan,
berhubung pada saat ini keseimbangan antara penawaran dana dan
permintaan akan dana masih belum ada, maka fasilitas pembiayaan
sering digunakan oleh bank sebagai perangsang dalam merebut
nasabah bank lain dengan pemberian kredit yang lebih besar
jumahnya dan dengan bunga yang lebih rendah.
3. Kepentingan Pemerintah
a. Pembiayaan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu
pertumbuhan ekonomi secara umum, diantaranya menciptakan
lapangan kerja.
b. Sebagai sumber pendapatan Negara.
15 Teguh Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersial, (Yogyakarta,
Penerbit BPFE, 1996), Cet.3, h.59-61.
26
4. Kepentingan Masyarakat Luas
a. Dengan adanya kelancaran dari proses pembiayaan yang
diharapkan akan memperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang
pesat dan nantinya akan menimbulkan lapangan kerja baru.
b. Meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan daya beli.16
B. AKAD MURABAHAH
1. Pengertiaan Murabahah
Menurut istilah fiqh dalam kamus istilah fiqh dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan jual beli murabahah adalah jual beli barang dengan tambahan
harga atas harga belian yang pertama secara jujur. Dengan murabahah ini, orang
pada hakikatnya ingin mengubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam
meminjam menjadi transaksi jual beli.
Menurut Syafi’i Antonio yang dimaksud dengan murabahah adalah jual
beli barang pada harga asal dengan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini
penjual harus memberitahukan harga pokok yang ia beli dan menentukan tingkat
keuntungan sebagai tambahannya.
Ba’I al-murabahah dapat juga didefinisikan sebagai jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan harga asal yang disepakati. Dalam hal ini penjual
harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
16 Ibid, h.69-71.
27
keuntungan sebagai tambahannya. Pembayarannya dapat dilakukan secara tunai
maupun angsur pada jangka waktu tertentu.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, murabahah adalah jasa pembiayaan
dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Adiwarman Karim
pun mengemukakan bahwa tata cara pembayaran dalam jual beli murabahah
dapat secara lumsum (tunai) maupun angsuran.
Dari beberapa pendapat di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa cara
pembayaran murabahah dapat secara tunai maupun cicilan. Namun, apabila
ditelusuri lagi, seorang nasabah mengadakan kerjasama dengan pihak bank untuk
tujuan kepemilikan terhadap suatu barang tertentu disebabkan oleh karena
nasabah tersebut tidak memiliki dana tunai untuk transaksi langsung dengan pihak
supplier. Bank adalah pihak yang memiliki kelebihan dana yang merupakan hasil
himpunan dana dari nasabah-nasabahnya. Dana tersebut disalurkan oleh bank
kepada pihak-pihak yang kekurangan dana agar dapat memenuhi kebutuhannya
dan bank mengambil keuntungan dari transaksi ini. Dengan begini, nasabah dapat
melakukan jual beli dengan pembayaran tangguh (angsuran). Murabahah adalah
bagian dari muamalah yang merupakan satu bentuk perjanjian jual beli yang
harus tunduk kaidah dan hukum umum yang dalam muamalah islamiyah.
2. Landasan Hukum Murabahah
a. Al-qur’an
28
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa/4: 29)
Artinya : “orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah/2: 275)
29
b. Al-hadits
Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal
yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung dengan
keperluan rumah, bukan untuk dijual,” (HR Ibnu Majah)
Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka” (HR. Al-
Baihaqi dan Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)
c. Fatwa DSN MUI tentang pembiayaan murabahah :
1) Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah;
2) Fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/XI/2000 tentang uang muka
murabahah.
3. Rukun dan Syarat Murabahah
Yang menjadi rukun dari murabahah adalah seebagai berikut :
a. Pihak yang berakad terdiri dari penjual dan pembeli. Syarat dari pihak-
pihak yang berakad ini adalah :
1. Penjual dan pembeli sudah tamyiz;
2. Penjual dan pembeli sudah cakap hukum;
30
3. Pihak-pihak yang berakad melakukan aktivitas jual beli tidak dalam
keadaan terpaksa.
b. Objek yang diakadkan terdiri dari barang yang diperjual belikan (mabi’)
dan harga (tsaman). Syarat mabi’ adalah :
1. Barang yang diperjual belikan tidak termasuk barang yang diharamkan
oleh syara’;
2. Barang tersebut harus bermanfaat;
3. Barang tersebut dapat diserahterimakan pada waktu yang ditentukan
oleh kedua belah pihak;
4. Barang yang diperjual belikan harus jelas spesifikasinya;
5. Pada saat akad barang yang diperjualbelikan adalah milik penjual.
Sedangkan syarat sebuah harga (tsaman) adalah :
1. Bank menjual barang sesuai dengan harga pokok yang dibeli dari
supplier ditambah keuntungan yang disepakati bersama sehingga
nasabah berhak mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank;
2. Selama akad belum berakhir, maka harga beli tidak boleh berubah.
Apabila terjadi perubahan, maka akad tersebut batal (An-nisa:29);
3. Kesepakatan pembayaran dan sistem pembayaran.
c. Akad (sighat) yang terdiri dari serah (ijab) dan terima (qabul). Syarat dari
sighat ini adalah:
31
1. Suatu akad harus jelas dan disebutkan secara spesifik pihak-pihak
yang berakad;
2. Antara ijab dan qabul harus selaras terkait dengan spesifikasi barang
dan harga yang dissepakati;
3. Akad tidak boleh mengandung klausul yang menggantungkan
keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang;
4. Akad tidak boleh dibatasi waktu.
4. Komponen Murabahah
Berdasarkan pengertian mengenai murabahah, dapat dilihat bahwa
akad murabahah memiliki komponen sebagai berikut :17
a. Harga pokok barang yaitu harga barang ditambah dengan biaya-biaya lain
yang dikeluarkan sehingga barang tersebut memiliki nilai ekonomis.
Masalah terkait dengan harga pokok barang ini adalah :
1. Pengadaan barang yang diperjualbelikan;
2. Diskon dari supplier;
3. Pengadaan barang bila diwakilkan/ menggunakan jasa perwakilan;
4. Nilai harga pokok (perolehan).
b. Keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak atas dasar rela sama
rela.
17 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta : UII Press, 2005), h.60.
32
c. Harga jual murabahah yaitu harga yang disepakati meliputi harga pokok
ditambah keuntungan yang disepakati. Masalah yang terkait dengan harga
jual ini adalah :
1. Hutang nasabah;
2. Uang muka nasabah;
3. Pembaayaran angsuran;
4. Pembayaran pelunasan lebih awal.
C. ANALISIS SWOT
1. Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi, berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kuatan
(Strength) dan peluang (Opportunity), dan secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). Jadi, analsis SWOT
membandingkan antara faktor ekternal peluang dan ancaman dengan faktor
internal kekuatan dan kelemahan18.
Teknis SWOT atau yang dikenal dengan (kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman) pada dasarnya merupakan satu teknik untuk mengenali berbagai
kondisi yang berbasis bagi perencanaan strategi. Setelah mengenali isu
permasalahan yang dihadapi secara teoritis perlu dibangun kesepakatan antar
18 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta, PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006), Cet. Ke-12, h.19.
33
stakeholder mengenai “apa yang diinginkan kedepan” terhadap isu tersebut.
Komponen atau elemen apa yang diperlukan untuk lebih ditingkatkan, dikurangi,
atau justeru diganti, memerlukan proses analisis yang banyak didasarkan pada
peta kondisi SWOT dari isu tersebut.
SWOT singkatan dari Bahasa Inggris yakni Strength (Kekuatan), Weakness
(kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (Ancaman)19. Proses
pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi
(strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan
(kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Hal ini disebut dengan analisis situasi.
2. Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Analisis SWOT
a. Fungsi Analsis SWOT
Secara umum analisis SWOT sudah dikenal oleh sebagian besar tim
teknis penyusun corporate plan. Sebagian dari perencanaan strategi terfokus
kepada apakah perusahaan mempunyai sumberdaya dan kapabilitas yang
memadai untuk menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Pengenalan
akan kekuatan yang dimiliki akan mebantu perusahaan untuk tetap menaruh
perhatian dan melihat peluang-peluang baru, sedangkan penilaian yang jujur
terhadap kelemahan-kelemahan yang ada akan memeberikan bobot realisme
19 http://www.goodgovernace.co.id/Total Quality Management/Dokumentasi/A04
34
pada rencana-rencana yang akan dibuat oleh perusahaan, jadi fungsi Analisis
SWOT adalah menganalisis mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan, serta analisa mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi ekternal
perusahaan.
b. Manfaat Analisis SWOT
Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam
bisnis apa perusahaan beroperasi, dan arah mana perusahaan menuju ke masa
depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan
menejemen perusahaan dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya
dari hasil analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya
dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar
dalam menetapkan sasaran-sasaran perusahaan selama 3-5 tahun ke depan
untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder atau analisis
SWOT berguna untuk menganalisa faktor-faktor di dalam perusahaan yang
memberikan andil terhadap kualitas pelayanan atau salah satu komponenya
sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal.20
20 Ibid.
35
c. Tujuan Analisis SWOT
Tujuan utama Analsis SWOT adalah mengidentifikasi strategi
perusahaan secara keseluruhan. Hampir setiap perusahaan maupun pengamat
bisnis dalam pendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT.
Kecendrungan ini tampaknya akan terus semakin meningkat, terutama dalam
era perdagangan bebas abad 21, yang mana satu sama yang lain saling
berhubungan dan saling tergantung. Penggunaan analisis SWOT ini
sebenarnya telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu dari bentuknya yang
paling sederhana, yaitu dalam menyusun strategi untuk mengalahkan musuh
dalam pertempuran.21
Konsep dasar pendekatan SWOT ini tampaknya sederhana sekali
sebagaimana dikemukakan oleh Sun Tzu bahwa “apabila kita telah mengenali
kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan kita dapat
memenangkan pertempuran”. Dalam perkembangannya saat ini analisis
SWOT, tidak hanya dipakai untuk menyusun strategi di medan pertempuran,
melainkan banyak dipakai dalam menyusun perencanaan bisnis (Strategic
Business Planning) yang bertujuan untuk menyusun strategi-straategi jangka
panjang sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan
dapat segera diambil keputusan berikut semua perubahannya dalam
menghadapi pesaing.22
21 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, h.10. 22 Ibid. h.11.
36
3. Makanisme dan Ancangan Strategi Analisis SWOT
a. Mekanisme SWOT
Mekanisme pembahasan analisis SWOT mencakup tiga tahapan, yaitu:
1. Penyepakatan pengertian atau persepsi di antara stakeholder23
Di bawah ini disampaikan upaya-upaya sistematis untuk dapat
dipergunakan sebagai bahan untuk mendeskrifsikan kondisi yang
dihadapi.
a) Strengths (Kekuatan)
Kekuatan adalah sesuatu yang selama ini menjadi kekuatan utama
(internal-sesuatu yang dapat dipengaruhi secara langsung) dari dahulu
sampai sekarang.
Contoh kekuatan :24
1) Perusahaan memiliki modal yang cukup
2) Perusahaan memiliki citra yang baik di masyarakat
3) Perusahaan memiliki jaringan kerja yang luas
4) Lokasi erusahaan strategis
5) Pendapatan perusahaan meningkat dari tahun ke tahun
b) Weakness (Kelemahan)
Kelemahan adalah sesuatu yang menjadi kelemahan utama
(internal) dari dahulu sampai sekarang.
23 www.delivery.org/Guidelines/how/hm,Analisis Cepat SWOT.pdf 24 Gaspersz, Vincent, Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan
Six Sigma untuk Organisasi, Bisnis dan Pemerintah. (PT. Gramedia Pustaka Utama. 2005), h.15.
37
Contoh kelemahan :
1) Perusahaan terhadap promosi masih kurang
2) Produk yang ditawarkan masih sedikit/terbatas
3) Sumber daya manusia kurang memadai
c) Opportunities (Peluang)
Peluang adalah berbagai potensial yang dapat dieksplorasi untuk
mempengaruhi pencapaian sasaran yang diharapkan.
Contoh peluang :
1) Faktor ekonomi yang membaik
2) Meningkatnya kehidupan masyarakat
d) Threats (Ancaman)
Ancaman adalah sesuatu yang dapat membatasi / menggagalkan
pencapaian (eksternal) sasaran yang ditetapkan tetapi belum pernah terjadi
dan tidak dapat dipengaruhi secara langsung.
Contoh ancaman :
1) Banyaknya pesaing perusahaan
2) Faktor makro ekonomi setelah krisis
2. Pengisian informasi untuk tiap variabel atau aspek SWOT
Setelah mengenali pengertian atau batasan tiap aspek SWOT di
atas, menjadi sangat diperlukan untuk mendapatkan isinya, yang paling
memungkinkan untuk mendapat isi tersebut :
38
a. Brainstorming : Saling mengajukan pendapat atas dasar
pengalamannya untuk didiskusikan bersama-sama sampai
didapat kesepakatan bahwa apa yang disampaikan memang
sesuai untuk mengisi aspek SWOT.
b. Kuisoner : Untuk menginventarisir berbagai pandangan untuk
pendapat tentang isi dari aspek SWOT untuk kasus tertentu.
3. Memakai relevansi data
Melalui mekannisme koleksi data seperti dimaksud di atas akan
menghasikan beberapa temuan/identifikasi yang berupa daftar panjang di
tiap aspek SWOT yang ada. Dengan kedalaman informasi yang berbeda-
beda, maka daftar panjang tersebut perlu disusun persepsi yang sama di
antara stakeholder, yakni dengan cara menyusun bobot tiap temuan di
masing-masing aspek SWOT, seperti table berikut.
No. Aspek SWOT Hasil Identifikasi Bobot
A B C Kekuatan 1. Perusahaan memiliki citra yang
baik di masyarakat 2. Perusahaan memiliki jaringan kerja
yang luas 3. Lokasi peruahaan strategis
√ √
√
Kelemahan 1. Promosi perusahaan terhadap promosi kurang
2. Produk yang ditawarkan masih sedikit/terbatas
√ √
Peluang 1. Faktor ekonomi yang membaik 2. Meningkatnya kehidupan
masyarakat
√
√
39
Ancaman 1. Banyaknya pesaing perusahaan
2. Faktor makro ekonomi setelah krisis
√
√
Keterangan : Kategori A adalah yang paling diutamakan /
signifikan nyata berpengaruh paling perlu diantisipasi segera, demikian
selanjutnya sampai kategori C sebagai ukuran yang paling rendah.
Hasil akhir dari hasil keseluruhan proses berupa informasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang telah disepakati oleh
seluruh stakeholder yang akan menjadi bahan masukan utama bagi
penyusun strategi penganganan isu terkait, informasi SWOT di sini
mengandung bahwa :
a. Pengelompokan informasi ke dalam masing-masing aspek
SWOT sudah tidak diragukan lagi dengan adanya persepsi
yang sama.
b. Peran atau keterkaitan antara tiap informasi di dalam tiap
kelompok aspek SWOT sudah dapat dibedakan karena
keberatan bobot masing-masing.
b. Ancangan Strategi Analisis SWOT
Analisis SWOT membandingkan antra faktor eksternal peluang
(opportunity) dan ancaman (threat) dengan faktor internal kekuatan (strength)
40
dan kelemahan (weeakness).25 Faktor internal diperoleh dari data lingkungan
perusahaan, seperti dari laporan keuangan, kegiatan operasional, kegiatan
pemasaran, dan staf atau karyawan. Sedangkan faktor eksternal diperoleh dari
lingkungan di luar perusahaan, seperti dari analisis pasar, competitor
(pesaing), komunitas, pemasok, pemerintah, dan anailisis kelompok (untuk
kepentingan tertentu). Perencanaan usaha yang baik dengan metode analisis
SWOT dirangkum dalam matrik SWOT yang dikembangkan oleh Kearns
(1992).26
IFAS
EFAS
Strenght
(Kekuatan)
Weakness
(Kelemahan)
Opportunity
(Peluang)
Strategi S-O
(Agresif) Strategi W-O
(Turn-around)
Threaths
(Ancaman)
Strategi S-T
(Diversifikasi) Strategi W-T
(Defensif)
IFAS adalah Internal strategic Faktors Analysis Summary yaitu
faktor-faktor strategi internal suatu perusahaan. EFAS adalah Eksternal
strategic Faktors Analysis Summary yaitu faktor-faktor strategis eksternal
suatu perusahaan. Keduanya dibandingkan yang dapat menghasilkan
25 Ferddy Rangkuty, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, h.19. 26 M. Ismail Yustanto, Pengantar Manajemen Syariah, (Jakarta, Khairul Bayan, 2003), h.21.
41
alternative strategi (S-O, S-T, W-O dan W-T). hasil analisis pada table Matrik
Evaluasi Faktor Eksternal dan Matrik Evaluasi Faktor Internal dapat
dipetakan pada matrik posisi Organisasi dengan cara sebagai berikut :
a. Sumbu horizontal (X) menunjukkan kekuatan dan kelemahan
sedangkan sumbu vertical (y) menunkukkan peluang dan ancaman
b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil analisis sebaai berikut:
c. Kalau peluang lebih besar dari pada ancaman maka nilai y>0 dan
sebaliknya apabila ancaman lebih besar dari pada peluang maka
nilai y<0
d. Kalau kekuatan lebih besar dari pada kelemahan maka nilai x>0
dan sebaliknya apabila kelemahan lebih besar dari pada kekuatan
maka nilai x<0
DIAGRAM POSISI PERUSAHAAN
Peluang Kuadran III Kuadran I Kuadran IV Kuadran II
Ancaman
42
1. Strategi S-O = Kuadran 127
a. Merupakan posisi yang sangat meguntungkan
b. Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat
memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal.
c. Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif
2. Strategi S-T = Kuadran 2
a. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai
keunggulan sumberdaya
b. Perusahaan-perusahaan pada posisi seperti ini dapat menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
c. Dilakukan melalui penggunaan strategi Diversifikasi produk atau
pasar.
3. Strategi W-O = Kuadran 3
a. Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar tetapi sumber
dayanya lemah.
b. Karena itu tidak dapat memanfaatkan peluang tersebut secara
optimal.
c. Fokus strategi perusahaan pada posisi seperti ini ia meminimalkan
kendala-kendala internal perusahaan.
27 Ferddy Rangkuty, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, h.51.
43
4. Strategi W-T = Kuadran 4
a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.
b. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara
sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.
c. Strategi yang diambil : defensive, penciutan dan likuidasi.
44
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH BERDIRI
Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter
1997, meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu
menjawab kebutuhan perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu dan
mengacu pada UU no 10 Tahun 1998, mulailah PT Bank Negara Indonesia
(Persero ) merintis Divisi Usaha Syariah.1
Berawal dari 5 kantor Cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara
dan Banjarmasin yang mulai beroperasi tanggal 29 April 2000, kini BNI Syariah
memiliki lebih dari 20 Cabang di seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan
pada masyarakat, masing-masing kantor cabang utama tersebut membuka kantor-
kantor cabang pembantu syariah (KCPS), sehingga keseluruhan kantor cabang
syariah sampai tahun 2010 berjumlah 58 buah. Selanjutnya berlandaskan
peraturan Bank Indonesia No 8/3/ PBI/2006 tentang pemberian ijin bagi kantor
cabang Bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah untuk melayani
pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah merespon ketentuan ini
dengan cara bersinergi dengan cabang konvensional guna melakukan office
channelling. Hingga saat ini outlet layanan syariah pada kantor cabang
1 http://www.bni.co.id/Syariah
45
konvensional berjumlah 750 outlet, dan didukung oleh jaringan 4.000 ATM BNI
ditambah 10.000 ATM LINK dan 15.000 ATM Bersama.2
Dengan pola Dual System Bank, maka BNI Syariah saat ini didukung oleh
sistem informasi teknologi yang modern dan jaringan transaksi yang sangat luas
di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan jaringan Kantor Cabang BNI.
Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan
penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2004 sebagai
Perbankan Syariah Terbaik.
Dengan dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-
cabang BNI konvensional untuk memberikan layanan pembukaan rekening
syariah. Cabang-cabang BNI tersebut dinamakan Syariah Channeling Outlet
(SCO).
Saat ini seluruh cabang BNI di Jabodetabek telah dilengkapi dengan
layanan pembukaan rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki
untuk melakukan investasi mudharabah melalui deposito syariah, tabungan
syariah atau menitipkan dana melalui giro syariah dan tabungan titipan (wadiah),
atau bahkan menghendaki mempersiapkan dana haji melalui tabungan iB (Islamic
Banking) Haji, dan juga tabungan perencanaan iB Tapenas, maka nasabah dapat
mengunjungi cabang BNI terdekat.
2 “Jurus BNI Ciptakan Nilai”, Sharing, edisi 43 Thn IV Juli 2010, h.47
46
Dengan diterbitkannya surat keputusan gubernur BI
no.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 mei 2010, divisi usaha syariah bank BNI
telah resmi menjadi bank umum syariah (spin off) sejak dilaksanaknnya soft
launching BNI Syariah pada tanggal 18 Juni 2010.
Spin off dilakukan sebagai langkah strategis BNI dalam merespon
perkembangan faktor-faktor eksternal, yaitu situasi ekonomi, kebutuhan pasar,
dan regulasi, serta faktor internal, antara lain corporate plan, kesiapan organisasi,
dan customer base. Demikian disampaikan Gatot M Suwondo, Direktur Utama
BNI, pada kesempatan soft launching PT Bank BNI Syariah, bersama Mulya E
Siregar, Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, dan segenap
Komisaris dan Direksi PT Bank BNI Syariah.3
Spin off unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah diyakini
akan membuat BNI Syariah memiliki kinerja lebih unggul dan akselerasi di
bidang bisnis. Suara optimistis ini disampaikan Direktur Utama BNI Syariah,
Rizqullah, saat berkunjung ke Republika, Kamis (15/7/2010). “Sejak awal
pelepasan UUS menjadi BUS memang sudah menjadi rencana korporasi, yaitu
dengan target spin off pada 2009. Sebagai BUS, BNI Syariah memantapkan fokus
bisnisnya di bidang retail banking dan consumer banking. Karena dari hasil
pemantauan, kedua bidang ini lebih tahan dari guncangan. Untuk itu, ke depannya
3 http://inikreasiku.wordpress.com/spin-off-bni-syariah
47
BNI Syariah akan mengandalkan sejumlah produk unggulan. Misalnya saja BNI
iB Griya, Gadai Emas, Hasanah Card.4
B. VISI DAN MISI
VISI
Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan
menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.
MISI
Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja
dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi
bank syariah kebanggaan anak negeri.
C. LOGO PERUSAHAAN
4 http://republika.co.id:8080/koran/17/115135/I_Spin_Off_I_Angkat_Kinerja_BNI_Syariah
48
D. STRUKTUR ORGANISASI
49
E. PRODUK-PRODUK
1. Produk Inovatif Sesuai Syariah
BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip
syariah, seperti jual beli dan bagi hasil serta memiliki beragam produk dan
jasa perbankan yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan nasabah.
BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan
syariah tidak terbatas pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh
seluruh golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas
perbankan yang nyaman, adil, dan modern.
Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas
produk, baik produk dana maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan
penyempurnaan pada fitur-fiturnya.
Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah:
1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank
selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan
dengan cara diangsur.
2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsipbagi hasil antara bank dan
nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank) menyediakan sebagian
besar modal pada suatu usaha yang disepakati.
3. Atau dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak
penabung bertindak sebagai investor (shahibul maal) sedangkan bank
50
bertindak sebagai pengelola keuangan (mudharib) yang akan
menginvestasikan dana ke sektor -sektor riil yang sesuai syariah. Antara
investor dan pihak Bank sebelumnya melakukan akad terhadap nisbah
keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung tidak mendapatkan bunga
namun akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati.
4. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha
antara Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah
pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing.
5. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas
barang/jasa yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja
dengan prinsip jual beli, namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli
objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya
adalah jasa.
a. BNI iB Giro (IDR & USD)
Giro Syariah merupakan produk yang memberikan segala kemudahan
bertransaksi Giro yang menggunakan prinsip Wadiah Yadh Dhamanah.
Giro Syariah mendukung usaha customer dengan kemudahan on-line pada
cabang-cabang BNI di seluruh Indonesia. Wadiah Yadh Dhamanah
merupakan titipan dana yang dengan seizin dari pemilik dana dapat
51
dioperasikan oleh Bank untuk mendukung sektor riil, dengan jaminan
bahwa dana dapat ditarik sewaktu waktu oleh pemilik dana.
b. Tabungan iB Plus
Tabungan iB Plus (dhl. Tabungan Syariah Plus) adalah tabungan yang
dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Mutlaqah. Dengan prinsip ini
tabungan anda akan diinvestasikan secara produktif dalam investasi yang
halal sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari investasi akan
dibagihasilkan antara Anda dan Bank sesuai dengan nisbah yang
disepakati di awal pembukaan rekening tabungan.
c. BNI iB Tapenas
Merencanakan dan mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin
untuk buah hati adalah sebuah tindakan bijaksana. BNI Syariah membantu
masyarakat untuk menyiapkan pendidikan melalui BNI iB Tapenas.
Dengan setoran sesuai kemampuan dan perlindungan asuransi, BNI iB
Tapenas dapat membantu masyarakat mewujudkan rencana masa depan
keluarga yang lebih baik.
d. BNI iB Deposito
BNI iB Deposito diperuntukkan bagi mereka yang ingin memiliki
investasi berjangka yang menguntungkan dan menenangkan.
Menggunakan prinsip Mudharabah Mutlaqah, BNI iB Deposito mengelola
dana masyarakat dengan cara disalurkan untuk pembiayaan usaha
52
produktif maupun pembiayaan konsumtif yang halal dan bermanfaat untuk
kemaslahatan umat.
Mudharabah Muthlaqah merupakan simpanan dana masyarakat
(permilik dana/shahibul maal) yang oleh BNI Syariah (mudharib) dapat
dioperasikan untukmendapatkan keuntungan. Hasil keuntungan tersebut
akan dilakukan bagi hasil antara penabung dan pihak bank sesuai dengan
nisbah yang disepakati.
e. BNI iB Haji
BNI Syariah memahami bahwa setiap muslim bercita-cita menunaikan
ibadah setidaknya sekali seumur hidup. BNI iB Haji dari BNI Syariah
merupakan produk tabungan yang dikhususkan untuk memenuhi Ongkos
Naik Haji (ONH) yang dikelola secara aman dan bersih sesuai syariah.
BNI iB Haji telah tergabung dalam layanan online SISKOHAT (Sistem
Koordinasi Haji Terpadu) yang memungkinkan jamaah haji memperoleh
kepastian porsi dari Departemen Agama pada saat jumlah tabungan telah
memenuhi persyaratan.
2. Pembiayaan komersial
Dalam perjalanan usaha terkadang pengusaha menghadapi tantangan
yang membutuhkan kecepatan pengambilan keputusan, dimana keputusan
tersebut membutuhkan dukungan modal. Untuk menangkap peluang emas
53
tersebut BNI Syariah menyediakan pembiayaan yang dijalankan dengan
prinsip syariah dengan target win-win solution.
a. BNI iB WIRAUSAHA
BNI iB Wirausaha (iB diabaca aibi, = islamic Banking) ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha Anda, dengan besarnya
pembiayaan dari Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta yang diproses
lebih cepat dan fleksibel sesuai dengan prinsip syariah.
Jenis akad yang digunakan : Murabahah adalah prinsip jual beli
barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin)
yang disepakati antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
Mudharabah adalah kerjasama antara pihak bank sebagai penyedia
dana 100% sedangkan nasabah menjadi pengelola dana dengan
keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.
Musyarakah adalah kerjasama dalam penyertaan modal antara
pihak bank dan nasabah dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan
nisbah bagi hasil.
b. BNI iB Usaha Kecil
BNI iB Usaha Kecil (iB dibaca aibi = islamic Banking) adalah
pembiayaan modal kerja atau investasi kepada pengusaha kecil sampai
dengan Rp 10 miliar berdasarkan prinsip murabaha, musyarakah,
mudharabah dan ijarah.
54
Jenis akad BNI iB Usaha Kecil
Jenis akad yang digunakan :
Murabahah adalah prinsip jual beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara bank
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
Mudharabah adalah kerjasama antara pihak bank sebagai penyedia
dana 100 % sedangkan nasabah menjadi pengelola dana dengan
keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.
Musyarakah adalah kerjasama dalam penyertaan modal antara
pihak bank dan nasabah dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan
nisbah bagi hasil.
Ijarah adalah perjanjian sewa suatu barang antara bank dengan nasabah
c. BNI iB Usaha Besar
Sesuai dengan falsafah dasar ekonomi syariah yaitu bertransaksi
dengan penuh keberkahan dan saling menguntungkan, maka produk-
produk perbankan syariah didisain untuk melayani dunia usaha sehingga
antara pemodal dan pengusaha dapat bertumbuh bersama-sama dalam
prinsip keadilan.
Pembiayaan Produktif dari BNI Syariah mendukung kemajuan
usaha dengan cara mudah dan fleksibel berdasarkan prinsip – prinsip
syariah. Cara kerja pembiayaan syariah hampir sama dengan cara kerja
perbankan pada umumnya, sehingga masyarakat akan mendapati prosedur
55
yang umum berlaku dan tidak rumit. Demikian pula dengan maksimum
pembiayaan, BNI Syariah dapat membiayai korporasi yang memerlukan
dana diatas Rp 10 milyar melalui BNI Pembiayaan Besar Syariah.
BNI Pembiayaan Besar Syariah adalah Pembiayaan Modal Kerja
atau Investasi kepada pengusaha menengah dan korporasi diatas Rp. 10
Milyar berdasarkan prinsip Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan
Ijarah.
3. Produk Pembiayaan
a. Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan Modal Kerja dengan akad Mudharabah/ Musyarakah
aplofend dapat diberikan s/d 5 tahun atau dapat diperpanjang setiap tahun
b. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan Investasi memiliki jangka waktu maksimal 7 tahun
dengan angsuran kewajiban tetap selama periode pembiayaan sehingga
terbebas dari fluktuasi suku bunga pasar.
c. Pembiayaan Beragunan Tunai (Cash Collateral Financing)
Pembiayaan Beragunan Tunai merupakan jenis pembiayaan yang
memungkinkan investor memperoleh pembiayaan dengan menjaminkan
agunan dalam bentuk tunai yaitu deposito ataupun giro.
56
d. Pembiayaan Pola Kerjasama
BNI Syariah merupakan pembiayaan melalui pola kerjasama
dengan multifinance, sekuritas dan asuransi syariah.
e. BNI iB Trade Finance
BNI memiliki jaringan korespondensi yang luas sehingga
memudahkan nasabah untuk bertransaksi dengan mitra usaha di seluruh
dunia. BNI Trade Finance Syariah meliputi L/C, SKBDN dan Bank
Garansi. Dengan reputasi BNI yang telah dikenal baik di dunia usaha, BNI
Garansi Bank Syariah dapat meningkatkan kepercayaan mitra usaha
nasabah institusi. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi
umumnya membutuhkan adanya Surat Keterangan Bank yang diperlukan
sebagai syarat dalam tender BNI Syariah menerbitkan Surat Keterangan
Bank yang dapat mendukung kredibilitas perusahaan karena BNI Syariah
sebagai Bank dengan mayoritas saham dimiliki oleh pemerintah akan
memberi kesan/ image positif bagi pemilik proyek.
4. Produk Trade Finance
a. Transaksi LC Ekspor
BNI Syariah menangani LC yang diterbitkan oleh Bank Koresponden
untuk kepentingan nasabah seperti advising dan negotiating LC. Transaksi
akan diproses melalui Trade Processing Center.
57
o Advising LC
BNI Syariah dapat bertindak sebagai ’advising’ atas setiap LC
yang diterbitkan oleh bank koresponden yang dikirimkan melalui
telex, surat atau SWIFT. LC dapat dikirimkan langsung kepada
cabang-cabang BNI Syariah dan akan diproses dengan cepat dan
efisien, administrasi yang akurat serta respon yang tepat.
o Negotiating LC
BNI Syariah selalu siap menegosiasi LC yang diterbitkan oleh
bank koresponden untuk kepentingan nasabah. BNI Syariah memiliki
staf yang terlatih dan siap untuk menjawab kebutuhan nasabah dengan
nyaman, cepat dan aman. Nasabah dapat mengkonversikan hasil
ekspor ke dalam mata uang lain.
o Confirming LC
BNI Syariah siap untuk mengkonfirmasi LC yang diterbitkan
oleh bank koresponden untuk kepentingan nasabah.
b. Import Services
BNI Syariah memberikan layanan transaksi impor termasuk
penanganan LC seperti pembukaan LC dan pembayaran LC.
o Reimbursement
LC yang diterbitkan oleh BNI Syariah, pembayaran tagihan kepada
58
negotiating bank akan dilakukan melalui bank koresponden utama
BNI Syariah.
c. Bank Guarantee
Untuk membantu nasabah dalam melakukan transaksi dengan
mitra usaha di dalam maupun luar negeri, BNI Syariah dapat menerbitkan
bank garansi untuk menjamin nasabah seperti: bid bonds, performance
bonds dan advance payment. BNI Syariah dapat membuka bank garansi
dengan jaminan LC (counter guarantee) yang diterbitkan oleh bank
koresponden.
d. SKBDN
Untuk mendukung bisnis nasabah di dalam negeri, BNI Syariah
dapat menerbitkan maupun menerima SKBDN dari bank koresponden di
dalam negeri. Dengan reputasi BNI Syariah yang telah dikenal di dalam
negeri, SKBDN BNI Syariah dapat diterima oleh seluruh bank di dalam
negeri.
5. Transaksi Kiriman Uang (Remittance/Fund Transfer)
BNI Syariah memberikan layanan kiriman uang dari dan ke seluruh
dunia melalui draft, SWIFT atau Smart Remittance. Kiriman uang ke luar
negeri menggunakan mata uang yang tercata di Bank Indonesia.
59
Manfaat
Cepat dan aman mengirimkan uang ke luar negeri dan menerima kiriman dari
luar negeri.
Keunggulan:
Didukung oleh lebih dari 900 cabang BNI on line dengan lebih 2500 ATM
di seluruh Indonesia.
Didukung oleh teknologi yang terpercaya sehingga kiriman uang dapat
diterima tepat waktu.
Didukung oleh aplikasi berbasis internet yang dinamakan ’Smart
Remittance.
a. Clean Collection
Collection adalah pelayanan yang diberikan BNI Syariah untuk
mendapatkan pembayaran atas dokumen atau surat berharga dari pihak
ketiga di luar negeri.
6. Pembiayaan Personal
Dalam kehidupan banyak hal-hal yang harus dipilih dan dipilah
secara bijak. Kita harus membedakan antara “needs” dan ‘wants”.
Kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk melengkapi hidup dan prasarana hidup. Keinginan adalah
segala sesuatu yang dapat memuaskan selera, gaya dan level kepuasan
60
tertentu. Untuk itu BNI Syariah menyajikan rangkaian jenis pembiayaan
yang dikelola secara syariah diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan
personal anda.
a. BNI iB Griya
Melalui pembiayaan BNI iB Griya nasabah dapat mewujudkan
kebutuhan perumahan, kavling siap bangun ataupun renovasi rumah.
Pembayaran dengan cara diangsur dalam periode waktu sampai dengan 15
tahun. Bentuk pembiayaan adalah jual beli ataupun ijarah.
b. BNI iB Oto
BNI iB Oto merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan
dengan proses yang mudah dan cepat berdasarkan syariah. Uang muka
relatif ringan dan pembayaran dapat dilakukan secara debet otomatis.
c. BNI iB Gadai Emas
BNI iB Gadai Emas atau juga disebut Rahn merupakan pembiayaan
dengan jaminan berupa emas (lantakan atau perhiasan) yang secara fisik
dikuasai oleh Bank. Proses pembiayaan cepat dan sangat membantu bagi
mereka yang membutuhkan dana jangka pendek untuk kebutuhan yang
mendesak.
d. BNI iB Multijasa
BNI iB Multijasa (iB dibaca aibi, = islamic Banking) adalah
pembiayaan jasa konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk
memperoleh manfaat suatu jasa misalnya pembiayaan untuk jasa
61
pernikahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan, wisata umroh/haji, dan jasa
lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah, dengan menggunakan
akad ijarah. Akad ijarah adalah sewa menyewa untuk mendapatkan
imbalan atas barang/jasa yang disewakan.
7. BNI Hasanah Card
Bisnis kartu kredit di Indonesia mengalami perkembangan yang
sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah kartu yang beredar
saat ini telah mencapai lebih dari 10 juta kartu yang diterbitkan oleh 21
bank dan lembaga pembiayaan. Berbagai macam penawaran yang
menarik, dari sisi joint promo maupun fitur.
Bahkan saat ini jenis kartu kredit yang beredar telah ada yang
menggunakan sistem Syariah. Bertepatan dengan Festival Ekonomi
Syariah (FES) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, BNI Syariah
telah melaunching salah satu jenis pembiayaan yang berbasis Kartu Kredit
yaitu BNI Hasanah Card dengan menggandeng provider MasterCard
International.
Dasar yang dipakai dalam penerbitan BNI Hasanah Card adalah
fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.54/DSN-MUI/X/2006
mengenai Syariah Card dan surat persetujuan dari Bank Indonesia
No.10/337/DPbs tangal 11-03-2008.
62
Sesuai dengan fatwa DSN No.54/DSN-MUI/X/2006 Syariah Card
didefinisikan sebagai kartu yang berfungsi sebagai Kartu Kredit yang
hubungan hukum antara para pihak berdasarkan prinsip syariah
sebagaimana diatur dalam fatwa.
Syarat Umum Permohonan BNI Hasanah Card
BNI Hasanah Card Penghasilan Minimum
Pemegang Kartu Utama
Pemegang Kartu Tambahan
Hasanah Gold Rp. 60 juta/thn Usia min. 21thn, maks. 65 thn
Usia min. 17 thn, maks. 65 thn
Hasanah Classic Rp. 25 juta/thn Usia min. 21thn, maks 65 thn
Usia min. 17 thn, maks 65 thn
Dokumen pendukung yang harus dilampirkan beserta formulir isian
aplikasi BNI Hasanah Card adalah :
Dokumen
Status Pemohon Fotokopi KTP/Paspor
Bukti Penghasilan
Asli
Fotokopi Akte Pendirian/SIUP/TDP
Surat Ijin
Profesi Karyawan/TNI/Polisi x x Dokter/Profesional x x x Pengusaha x x x
* Untuk Dokter/Profesional lainnya dapat berupa fotokopi Tabungan/SPT dan untuk Pengusaha fotokopi Rekening Koran 3 bulan terakhir/SPT. Bila Anda mendapat limit kartu Rp. 50 juta atau lebih akan diperlukan NPWP.
63
BAB IV
ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH
BNI IB GRIYA
A. Mekanisme Pelaksanaan Pembiayaan KPR BNI iB Griya
BNI iB Griya merupakan produk pembiayaan konsumtif yang
mewujudkan impian memiliki rumah idaman dengan lebih mudah berdasarkan
skim murabahah. Murabahah adalah aplikasi dari bentuk jual-beli. Secara
sederhana dapat diilustrasikan, nasabah datang ke bank untuk mengajukan
pembiayaan. Setelah melalui seleksi administrasi dan hasilnya bagus, petugas
akan melakukan kunjungan on the spot, dan apabila hasilnya juga bagus, maka
ada kemungkinan pembiayaan itu akan disetujui. Misalkan harga rumah Rp. 100
juta, bank akan mengambil keuntungan berupa margin yang disepakati di awal.
Angsuran pun tidak akan berubah sampai jangka waktu pembiayaan berakhir.
Selain memberikan pembiayaan pemilikan rumah, BNI iB Griya juga
memberikan pembiayaan pemilikan ruko, kavling siap bangun, pembangunan dan
renovasi rumah serta pembelian rumah indent. Pembayaran dapat dengan cara
diangsur dalam periode waktu 1 sampai 15 tahun dengan tingkat margin 7,18%
sampai 9,31% flat.1 Berikut tabel angsuran BNI iB Griya :
1 Suci Hanum L, PPM KPR BNI iB Griya Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 oktober 2010.
64
Tabel Angsuran BNI iB Griya
POKOK
PEMBIAYAAN 1 Tahun (7,18%)
5 Tahun (7,30%)
10 Tahun (8,63%)
15 Tahun (9,31%)
50.000.000 4.465.833 1.137.500 776.250 665.694
100.000.000 8.931.667 2.275.000 1.552.500 1.331.389
200.000.000 17.863.333 4.550.000 3.105.000 2.662.778
300.000.000 26.795.000 6.825.000 4.657.500 3.994.167
400.000.000 35.726.667 9.100.000 6.210.000 5.325.556
500.000.000 44.658.333 11.375.000 7.762.500 6.656.944
600.000.000 53.590.000 13.650.000 9.315.000 7.988.333
700.000.000 62.521.667 15.925.000 10.867.500 9.319.722
800.000.000 71.453.333 18.200.000 12.420.000 10.651.111
900.000.000 80.385.000 20.475.000 13.972.500 11.982.500
1.000.000.000 89.316.667 22.750.000 15.525.000 13.313889
Simulasi perhitungan angsuran :
Keterangan :
Harga rumah : Rp. 225.000.000
Uang muka nasabah : Rp. 25.000.000
Pokok pembiayaan : Rp. 200.000.000
Jangka waktu pembiayaan : 15 tahun
Margin yang berlaku : 9,31% pertahun (flat)
Penghitungan angsuran :
Pokok pembiayaan + Margin
= Rp. 200.000.000 + (Rp. 200.000.000 x 9,31% x 15 tahun)
65
= Rp. 200.000.000 + Rp. 279.300.000
= Rp. 479.300.000
Angsuran perbulan
= Rp. 479.300.000 : (12 bulan x 15 tahun)
= Rp. 2.662.778
Cukup mudah bagi calon nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan
KPR BNI iB Griya. Yang pertama, calon nasabah harus memiliki tujuan yang
jelas, apakah pembiayaan ini bertujuan untuk pembelian rumah yang baru atau
second yang ready stock atau indent, atau bertujuan untuk pembelian ruko, tanah
atau kavling, atau pembiayaan ini bertujuan untuk bangun rumah.
Untuk pembelian rumah yang indent, pengembang (developer)
perumahannya disyaratkan harus sudah memiliki ikatan kerjasama dengan bank
BNI Syariah. Yang kedua, setelah tujuan yang dimiliki calon nasabah sudah jelas,
lalu calon nasabah harus melengkapi dokumen-dokumen sebagai syarat
pengajuan pembiayaan ini dan diserahkan ke bank BNI Syariah. Jika dokumen-
dokumen yang diserahkan ke pihak bank belum lengkap maka pihak bank akan
menghubungi calon nasabah yang bersangkutan untuk melengkapinya untuk
keperluan analisa.2 Penulis akan merinci lebih jelas mengenai mekanisme
pelaksanaan pembiayaan produk ini sebagai berikut :
2 Ibid.
66
a. Prosedur Umum Pembiayaan
Pembiayaan KPR BNI iB Griya diberikan untuk pembelian rumah
berdasarkan skim murabahah sebesar harga beli ditambah margin yang
disepakati kedua belah pihak.
Aplikasi skim murabahah untuk pembiayaan KPR BNI iB Griya di
BNI Syariah dapat digambarkan seperti ini :3
a. Nasabah datang ke bank dan mengajukan pembiayaan permohonan
pembiayaan. Setelah semua persyaratan terpenuhi, pihak bank akan
melakukan analisis secara administrative maupun on the spot;
b. Bila permohonan terpenuhi, maka bank akan mencairkan pembiayaan;
c. Nasabah ditunjuk sebagai wakil dari bank untuk membeli barang yang
dibutuhkan nasabah (dalam hal ini rumah) atas nama bank secara cash;
d. Ketika rumah yang dimaksud telah menjadi milik bank, maka bank akan
menjual kembali rumah tersebut kepada nasabah dengan perjanjian jual
beli murabahah. Di sini bank menentukan margin sebagai keuntungannya
atas penjualan rumah tersebut;
e. Ketika akad telah ditandatangani, maka kewajiban nasabah terhadap bank
telah dimulai, yaitu membayar angsuran pembiayaan dengan besaran dan
jangka waktu yang sudah disepakati dalam perjanjian.
3 Ibid.
67
Adapun keunggulan dari produk pembiayaan KPR BNI iB Griya
adalah:
Rasa tentram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari
transaksi yang ribawi
Selama masa pembiayaan, besarnya angsuran tetap dan tidak berubah
sampai lunas.
Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.
Uang muka ringan, mulai dari 10%.
Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun.
Tarif bersaing.
Bebas biaya propisi dan appraisal.
Maksimum pembiayaan sampai dengan Rp. 5 miliar.
Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis.
Persyaratan umum pembiayaan KPR BNI iB Griya adalah sebagai
berikut:
Pemohon minimal berusia 21 tahun.
Pada saat pembiayaan lunas usia pemohon maksimum 55 tahun untuk
pegawai (usia pensiun) atau 60 tahun untuk pengusaha, profesional.
Karyawan / wiraswasta / profesional dengan masa kerja minimal 2 tahun.
Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur.
Memenuhi persyaratan berdasarkan penilaian bank.
68
Adapun kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi dalam
pembiayaan KPR BNI iB Griya adalah :
1. Persyaratan Pemohon bagi Pegawai:
a. Fotocopy KTP / Paspor pemohon & suami / istri.
b. Pasfoto terbaru 4x6 pemohon & suami / istri.
c. Fotocopy surat nikah / cerai / pisah harta (jika pisah harta).
d. Fotocopy kartu keluarga.
e. Fotocopy surat WNI, surat keterangan ganti nama bagi WNI
keturunan.
f. Fotocopt NPWP (untuk pembiayaan di atas Rp. 50 Juta).
g. Fotocopy rekening Koran / Tabungan 3 bulan terakhir.
h. Asli slip gaji terakhir / surat keterangan penghasilan.
i. Asli surat keterangan masa kerja dan jabatan terakhir dari perusahaan.
j. Denah lokasi jaminan dan rumah tinggal.
2. Persyaratan Pemohon bagi Pengusaha dan Profesional:
a. Fotocopy KTP / Paspor pemohon & suami / istri.
b. Pasfoto terbaru 4x6 pemohon & suami / istri.
c. Fotocopy surat nikah / cerai / pisah harta (jika pisah harta).
d. Fotocopy kartu keluarga.
e. Fotocopy surat WNI, surat keterangan ganti nama bagi WNI
keturunan.
69
f. Fotocopt NPWP (untuk pembiayaan di atas Rp. 50 Juta).
g. Fotocopy rekening Koran / Tabungan 3 bulan terakhir.
h. Neraca dan laba rugi / informasi keuangan 2 tahun terakhir.
i. Akte perusahaan, SIUP dan TDP4. (khusus bagi pengusaha).
j. Fotocopy surat ijin praktek profesi. (khusus bagi profesional)
k. Denah lokasi jaminan dan rumah tinggal.
3. Dokumen kepemilikan jaminan:
a. Fotocopy sertifikat & IMB.
b. Surat pesanan / penawaran.
c. Fotocopy bukti setoran PBB terakhir.
d. Rencana anggaran biaya (RAB).
b. Tahap Pengajuan Pembiayaan
Secara garis besar, tahapan yang akan dilalui oleh nasabah yang
hendak mengajukan pembiayaan KPR BNI iB Griya adalah 4 (empat) tahap.
Pertama, tahap permohonan pengajuan pembiayaan. Nasabah mengajukan
pembiayaannya kepada bank. Setelah pengisian aplikasi permohonan maka
nasabah melakukan pemenuhan kelengkapan data persyaratan pembiayaan.
Kedua, tahap analisa yang dilakukan oleh Bagian Processing BNI Syariah.
Analisa yang dilakukan adalah 3 pilar analisa, yaitu Kemampuan, Legalitas
4 SIUP singkatan dari Surat Izin Usaha Perdagangan dan TDP singkatan dari Tanda Daftar
Perusahaan.
70
dan Objek Akad. Analisa Kemampuan dapat dilihat melalui fotokopy
rekening tabungan (mutasi tabungan rekening perbulan), slip gaji, BI
Checking untuk mengetahui apakah calon nasabah memiliki pinjaman di bank
lain atau tidak, dll. Analisa Legalitas data-data dapat diketahui melalui hasil
wawancara dengan nasabah dan memverifikasi data-data calon nasabah yang
sudah masuk, baik melalui telephone dan juga survei ke lapangan (on the
spot), bank juga memeriksa melalui Sistem Informasi Debitur (SID) untuk
mengetahui apakah calon nasabah masuk daftar hitam Bank Indonesia atau
tidak. Dan analisa Objek akad dapat dilihat dari nilai appraisal.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan mengenai objek akad adalah
seberapa marke table objek tersebut. Disini dalam artian apabila terjadi
wanprestasi, seberapa mudah objek terseebut dicairkan. Dalam penilaian
perumahan yang dipertimbangkan yaitu tidak banyaknya rumah dijual di
daerah tersebut menunjukkan bahwa di daerah tersebut memang bagus dan
berkualitas. Beberapa hal yang menjadi alasan banyaknya rumah dijual di
suatu daerah antara lain karena adanya perumahan yang lebih bagus di daerah
tersebut, kesejahteraan penduduk di sekitar daerah tersebut meningkat
sehingga banyak yang pindah untuk mencari hunian baru yang lebih baik dan
menunjang, daerah tersebut memang langganan banjir, atau daerah tersebut
terkena proyek pemerintah sehingga akan terjadi penggusuran. Selain itu,
71
akses jalan, lokasi yang strategis dan tata ruang bangunan juga harus di
check.5
Bank BNI Syariah mensyaratkan angsuran perbulan maksimal 40%
dari total take home pay (pendapatan) nasabah. Sebagai contoh, Bapak Ardian
ingin mengajukan pembiayaan KPR BNI iB Griya untuk pembelian rumah
seharga Rp. 115 juta, Bapak Ardian memberikan uang muka (urbun) sebesar
Rp. 40 juta (34,8% dari harga rumah), bank memberikan pembiayaan sebesar
Rp. 75 juta (65,2% dari harga rumah), jangka waktu 6 tahun atau 72 bulan,
tingkat margin 8,1%, angsuran perbulannya sebesar Rp. 1.545.417, maka
minimal take home pay Bapak Ardian yang dipersyaratkan oleh bank BNI
Syariah sebesar Rp. 3.863.542. (lebih jelasnya bisa lihat lampiran)
Ketiga, tahap persetujuan. Setelah menganalisanya, Bagian Processing
akan merekomendasikannya dalam rapat bersama komite pembiayaan terdiri
dari Bagian Processing, Kepala Seksi Retail dan Kepala Kantor Cabang
Syariah (KCS). Jika permohonannya disetujui maka akan dikeluarkan Surat
Keputusan Pembiayaan (SKP). Dan tahap keempat adalah tahap pelaksanaan
atau penandatanganan akad. Setelah mendapat persetujuan komite
pembiayaan maka selanjutnya dilakukan pemanggilan nasabah bersama
pendamping, penjual (developer) rumah dan notaris yang akan membacakan
hak dan kewajiban nasabah. Penandatanganan akad pertama adalah
5 Suci Hanum L, PPM KPR BNI iB Griya Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 oktober 2010.
72
penandatangan akad penunjang berupa akad wakalah antara bank kepada
nasabah untuk mewakili bank dalam membeli rumah kepada pihak penjual.
Akad wakalah (berisikan nomor akad, biodata pihak ke 1, muwakkil yakni
bank oleh kepala KCS, biodata pihak ke 2, wakil yakni nasabah, perihal yang
diwakilkan yakni pembelian rumah berdasarkan pesanan nasabah, pasal 1
mengenai definisi, pasal 2 mengenai objek wakalah, pasal 3 tentang ketentuan
bagi bank, pasal 4 tentang ketentuan bagi nasabah dan pasal 5 penutup) yang
ditandatangani oleh nasabah (suami-istri) di atas materai dan bank oleh
Kepala KCS.
Setelah penandatanganan akad penunjang, kemudian penandatanganan
akta jual beli antara nasabah (sebagai wakil bank) dengan penjual yaitu akad
murabahah pertama dengan sistem pembayaran naqdan (tunai). Maka secara
prinsip rumah menjadi milik bank; yang selanjutnya bank akan menjual
kembali rumah tersebut secara cicilan kepada nasabah sebesar harga pokok
bank ditambah dengan margin yang diinginkan oleh bank sesuai dengan
kesepakatan yakni akad murabahah kedua, murabahah dengan sistem
pembayaran cicil (ba’i bi-tsaman ajjal).
Dimana akad tersebut berisikan nomor akad, biodata bank sebagai
penjual atau pemberi pembiayaan, biodata nasabah sebagai pembeli, pasal 1
tentang ketentuan pokok akad, pasal 2 tentang definisi, pasal 3 tentang
pelaksanaan prinsip murabahah, pasal 4 tentang syarat realisasi pembiayaan,
73
pasal 5 tentang jatuh tempo pembiayaan, pasal 6 tentang pembayaran kembali
pembiayaan, pasal 7 tentang denda tunggakan, pasal 8 tentang uang muka,
pasal 9 tentang pembayaran ekstra, pembayaran di muka dan pelunasan
dipercepat, pasal 10 tentang jaminan dan pengikatannya, pasal 11 tentang
asuransi, pasal 12 tentang penghunian dan pemeliharaan rumah, pasal 13
tentang nasabah wanprestasi, pasal 14 tentang pengawasan, pemeriksaan dan
tindakan terhadap rumah jaminan, pasal 15 tentang tanggung jawab para
pihak, pasal 16 penagihan seketika seluruh utang murabahah dan
pengosongan rumah, pasal 17 tentang penguasaan dan penjualan eksekusi
rumah jaminan, pasal 18 tentang pengalihan piutang murabahah kepada pihak
lain, pasal 19 tentang timbul dan berakhirnya hak-hak dan kewajiban, pasal 20
tentang kuasa yang tidak dapat ditarik kembali, pasal 21 tentang alamat pihak-
pihak, pasal 22 tentang hukum yang berlaku, pasal 23 tentang lain-lain dan
pasal 24 tentang penutup). Yang juga ditandatangani oleh pihak bank melalui
Kepala KCS dan nasabah (suami-istri) di atas materai.
Semua penandatanganan akad dilakukan secara bertahap dalam waktu
1-3 jam pada 1 hari sehingga dapat mengefisiensikan waktu tanpa melanggar
ketentuan berakad sesuai syariah, tanpa paksaan, berdasarkan kesepakatan
bersama tanpa harus merugikan satu sama lain. Akad ini pun disertai dengan
bea materai dilakukan dihadapan notaris yang nantinya juga akan dilegalisir
74
oleh notaris sehingga bersifat mengikat dan berkekuatan hukum yang kuat.
Akad tersebut dibuat rangkap 3 untuk bank, nasabah dan notaris.
Setelah penandatanganan akad maka selambat-lambatnya keesokan
harinya, nasabah dapat mencairkan plafond pembiayaannya yang sebelumnya
nasabah telah melunasi biaya-biaya pra-akad berupa biaya prarealisasi dengan
bank dan biaya administrasi jual beli dari penjual (developer) non bank. Dan
nasabah dapat melakukan angsuran pembayaran pertamanya sebulan setelah
ditandatanganinya akad dengan cara menyetorkan angsuran perbulannya
sebesar yang telah disepakati dalam kontrak.
Dalam proses realisasi pembiayaan yang dilakukan BNI Syariah dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu6 :
1. Plafond yang direalisasikan tetap (sesuai dengan permintaan nasabah)
Apabila berdasarkan appraisal bank jumlah pembiayaan yang
diajukan oleh nasabah sesuai dengan kondisi fisik bangunan dan
lingkungannya serta take home pay (penghasilan bersih) nasabah pun
memenuhi persyaratan ini, maka BNI Syariah akan merealisasikan
permohonan pembiayaan perumahan nasabah dengan besaran plafond
sesuai dengan permintaan nasabah.
2. Plafond yang direalisasikan lebih dari permintaan nasabah
Apabila dalam perjalanan pembiayaan, nasabah hendak mengajukan
penambahan plafond pembiayaan untuk renovasi, maka pihak BNI
6 Ibid.
75
Syariah akan mempertimbangkan untuk memberi penambahan
plafond. Hal-hal yang menjadi pertimbangan BNI syariah dalam hal
ini adalah performance nasabah selama pembiayaan baik, kondisi
agunan (rumah) sesuai dengan penilaian bank dan take home pay
nasabah dapat memenuhi angsuran perbulan di BNI Syariah.
3. Plafond yang direalisasikan kurang dari permintaan nasabah
Apabila berdasarkan appraisal pihak bank kondisi agunan kurang
sesuai dengan jumlah pembiayaan, maka akan ada kemungkinan
pembiayaan itu tetap direalisasikan hanya saja dengan jumlah yang
lebih kecil dari yang diajukan nasabah. Selain itu, apabila take home
pay nasabah tidak dapat memenuhi angsuran minimal, pembiayaan
pun masih mungkin direalisasikan dengan jumlah yang lebih kecil dari
pengajuan nasabah. Salah satu cara mengatasi permasalahan plafond
yang direalisasikan kurang dari permintaan nasabah adalah dengan
memberikan unag muka lebih besar dari pada uang muka minimal
sehingga jumlah pembiayaan yang direalisasikan lebih kecil dan dapat
dipenuhi oleh nasabah.
76
B. Analisa Matrik SWOT Produk Pembiayaan KPR BNI iB Griya
1. Kekuatan (Strenghts)
a. Merupakan anak perusahaan pemerintah yang memiliki brand yang cukup
familiar.
PT. Bank BNI Syariah merupakan anak perusahaan PT. Bank BNI, Tbk
dengan komposisi kepemilikan saham 99,9% dimiliki PT. Bank BNI, Tbk
dan sisanya dimiliki oleh PT. BNI Life. Bank BNI Syariah resmi
beroperasi sebagai Bank Umum Syariah (BUS) berdasarkan keputusan
Gubernur Bank Indonesia No.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010.
Dengn izin usaha ini, maka Bank BNI Syariah sebagai entitas independen
hasil pemisahan dari BNI, mulai berlaku efektif per 19 Juni 2010 lalu.
b. Rasa tentram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari
transaksi yang ribawi.
Seluruh agama melarang adanya transaksi ribawi. Riba bukan hanya
merupakan persoalan masyarakat Islam, tetapi kalangan di luar Islam pun
memandang serius persoalan ini. Karenanya, kajian masalah riba dapat
dirunut mundur hingga lebih dari dua ribu tahun silam. Masalah riba telah
menjadi bahan bahasan kalangan Yahudi, Yunani, demikian juga Romawi.
Kalangan Kristen juga mempunyai pandangan tersendiri mengenai riba,
Kitab Perjanjian Baru tidak menyebutkan permasalahan ini secara jelas.
Akan tetapi, sebagian kalangan kristiani menganggap bahwa ayat yang
77
terdapat dalam Lukas 6:34-35 sebagai ayat yang mengecam praktik
pengambilan riba.7
c. Selama masa pembiayaan, besarnya angsuran tetap dan tidak berubah
sampai lunas.
Pada KPR konvensional, angsuran bersifat floating (mengambang)
tergantung suku bunga yang berlaku. Sedangkan dengan KPR BNI iB
Griya, angsuran akan tetap selama masa pembiayaan sesuai kesepakatan
sejak penandatanganan akad. Nasabah tidak akan dipusingkan dengan
masalah naiknya angsuran jika terjadi kenaikan suku bunga pasar karena
besarnya nilai angsuran tetap sampai masa angsuran selesai.
d. Margin yang kompetitif.
Pembiayaan KPR BNI iB Griya diberikan untuk pembelian rumah
berdasarkan skim murabahah sebesar harga beli ditambah margin, tingkat
margin yang ditetapkan oleh BNI Syariah untuk pembiayaan KPR BNI iB
Griya 7,18% sampai 9,31% flat.
e. Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.
Mulai dari tahap permohonan pengajuan pembiayaan dilengkapi
dokumen-dokumen syarat pemenuhan dimasukkan ke bank BNI Syariah,
jika ada dokumen yang belum dilengkapi pihak BNI Syariah akan
menghubungi calon nasabah untuk melengkapinya sebagai proses
7 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h.42.
78
pengumpulan data, setelah semua data terkumpul lalu data akan masuk ke
bagian processing pembiayaan konsumtif untuk dianalisa, analisa yang
dilakukan adalah 3 pilar, yaitu kemampuan, legalitas dan agunan, untuk
proses analisa memakan waktu tidak sampai satu minggu. Setelah
dianalisa maka akan keluar keputusan apakah pengajuan nasabah di-
approve atau tidak.
f. Uang muka ringan.
Seseorang yang ingin memiliki rumah idamannya namun terkendala
dengan belum memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah tersebut
secara tunai, maka nasabah bisa mengajukan pembiayaan KPR BNI iB
Griya untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Jika harga rumah yang
diinginkan seharga Rp. 250 juta. Nasabah bisa dengan uang muka sebesar
minimal 10% yaitu Rp. 25 juta dari harga rumah tersebut dan sisanya akan
diberikan pembiayaan oleh bank sebesar 90%. Dengan ketentuan, setelah
dianalisa nasabah layak untuk mendapatkan pembiayaan tersebut.
g. Jangka waktu pembiayaan yang panjang.
Semakin panjang waktu pembiayaan maka semakin kecil jumlah angsuran
tiap bulannya. Dengan jangka waktu hingga 15 tahun, nasabah bisa
mengangsur dengan leluasa dan tidak memberatkan pengeluaran-
pengeluarannya yang lain.
79
2. Kelemahan (Weaknesses)
a. Kurangnya promosi kepada masyarakat.
Dalam hal ini bank BNI Syariah masih kurang dalam mempromosikan
produk ini kepada masyarakat, baik promosi melalui media cetak maupun
elektronik.
b. Jaringan kantor yang terbatas.
Berawal dari 5 kantor Cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara
dan Banjarmasin yang mulai beroperasi tanggal 29 April 2000, kini BNI
Syariah memiliki lebih dari 20 Cabang di seluruh Indonesia. Masing-
masing kantor cabang utama tersebut membuka kantor-kantor cabang
pembantu syariah (KCPS), sehingga keseluruhan kantor cabang syariah
sampai tahun 2010 berjumlah 58 buah.
c. Kurangnya pemahaman SDM yang profesional dalam bidangnya.
Untuk training khusus produk ini tidak ada, karena setiap karyawan di
BNI Syariah khususnya bagian marketing ditraining untuk semua produk
bank BNI Syariah baik yang dimasukkan ke klasikal teori dan praktik, jadi
pemahaman tentang produk KPR BNI iB Griya ini hanya bersifat hanya
sekedar tahu saja dan tidak ditraining untuk pemahaman yang lebih dalam.
3. Peluang (Opportunities)
a. Fatwa MUI bahwa “Bunga Bank Haram”.
80
b. Memiliki undang-undang yang mendukung bank syariah
Pengaturan mengenai Perbankan Syariah dalam Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik dan kurang
mengakomodasi karakteristik operasional Perbankan Syariah, dimana, di
sisi lain pertumbuhan dan volume usaha Bank Syariah berkembang
cukup pesat. Guna menjamin kepastian hukum bagi stakeholders dan
sekaligus memberikan keyakinan kepada masyarakat dalam
menggunakan produk dan jasa Bank Syariah, maka disahkan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 sebagai Undang-Undang yang khusus
mengatur Perbankan Syariah.
c. Memanfaatkan event dan acara pameran.
Event dan acara pemeran merupakan salah satu media marketing yang
efektif untuk mempromosikan produk KPR yang dimiliki bank BNI
Syariah ke masyarakat.
d. Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat.
Dengan pertumbuhan kepadatan penduduknya sangat tinggi maka
kebutuhan akan perumahan juga semakin meningkat, ini peluang yang
bagus untuk memasarkan produk pembiayaan pembelian rumah bagi
masyarakat karena kebutuhan masyarakat akan papan akan selalu ada dan
diperkirakan akan selalu bertambah karena kebutuhan rumah berbanding
81
linier dengan pertumbuhan penduduk sehingga semakin pesat
pertumbuhan penduduk di suatu negara maka akan semakin besar pula
kebutuhan pemukiman untuk mereka.
e. Bisnis properti yang diprediksikan akan terus membaik.
Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional. Para
pengamat properti memperkirakan pasar properti di tanah air akan naik
sekitar 15% pada tahun 2010 dengan nilai kapitalisasi penjualan mencapai
Rp 103 triliun. Pada tahun 2009 lalu nilai penjualan properti mencapai
angka Rp 85 triliun.
f. Promosi melalui media elektronik
Pada era globalisasi ini media elektronik adalah salah satu tempat
pemasaran yang sangat baik. Masyarakat sekarang lebih banyak
mengakses media elektronik dibanding media cetak, selain lebih cepat,
mudah dan lebih mudah dicerna sekalipun orang tersebut tidak bisa
membaca dan menulis.
4. Ancaman (Threats)
a. Banyaknya pesaing.
Pada bank baik konvensional maupun syariah banyak yang menawarkan
produk yang sama tentang pembiayaan KPR, sehingga untuk menarik
82
calon nasabah dibutuhkan kerja yang ekstra untuk mencapai hasil yang
maksimal.
b. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan produk KPR yang
berbasis syariah.
Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa angsuran KPR Syariah
perbulannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan angsuran KPR
Konvensional. Namun jika dipertimbangkan untuk jangka panjang, KPR
syariah dinilai lebih menguntungkan dan memberikan rasa aman karena
angsuran tidak akan berubah sampai jangka waktu berakhir. Seperti yang
dikutip dalam Tabloid Rumah Edisi 196-VIII halaman 24 mengenai
simulasi perhitungan angsuran KPR. Biasanya, pada bank konvensional
angsuran KPR suku bunga flat hanya berlaku 1-2 tahun pertama. Tahun
berikutnya mengikuti suku bunga yang berlaku. Contohnya, pada tahun
1997 terjadi krisis sehingga suku bunga meningkat tajam menyebabkan
angsuran pun naik sangat tinggi.
83
C. Ancangan Strategi Peningkatan Pembiayaan KPR BNI iB Griya
Tabel Matrik SWOT
IFAS EFAS
STRENGTHS (KEKUATAN)
WEAKNESSES (KELEMAHAN)
a. Merupakan anak perusahaan pemerintah yang memiliki brand yang cukup familiar.
b. Rasa tentram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari transaksi yang ribawi.
c. Selama masa pembiayaan, besarnya angsuran tetap dan tidak berubah sampai lunas.
d. Margin yang kompetitif e. Proses persetujuan
pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.
f. Uang muka ringan. g. Jangka waktu pembiayaan
yang panjang.
a. Kurangnya promosi kepada masyarakat.
b. Jaringan kantor yang terbatas. c. Kurangnya pemahaman SDM
yang profesional dalam bidangnya.
OPPORTUNITIES (PELUANG) S - O W - O
a. Fatwa MUI bahwa “Bunga Bank Haram”.
b. Memiliki undang-undang yang mendukung bank syariah.
c. Memanfaatkan event dan acara pameran.
d. Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang pesat.
e. Bisnis properti yang diprediksikan akan terus membaik.
f. Promosi melalui media elektronik.
a. Membuat strategi pemasaran untuk memasarkan produk dengan pendekatan rasional dan emosional..
b. membangun brand image yang kuat di benak masyarakat dengan memanfaatkan event dan acara pameran.
c. Mulai memperkenalkan keunggulan-keunggulan produk ke segala lapisan masyarakat dengan promosi melalui media elektronik.
a. Ekspansi jaringan dengan membuka kantor-kantor cabang baru sehingga terciptanya jaringan pemasaran yang luas.
b. Pemanfaatan event dan pameran untuk mempromosikan produk ke masyarakat.
c. Bank harus mengoptimalkan SDM yang dimiliki dengan memberikan training khusus produk KPR.
THREATHS (ANCAMAN) S - T W - T
a. Banyaknya pesaing. b. Masih kurangnya
pengetahuan masyarakat akan produk KPR yang berbasis syariah.
a. Memperbaiki sistem dan prosedur pelayanan nasabah sehingga pelayanan dapat lebih cepat, mudah dan efisien.
a. optimalkan bagian pemasaran untuk menghadapi agresifitas para pesaing.
b. Membuat kiat-kiat baru
84
b. Menyelenggarakan dan atau turut berpartisipasi dalam seminar, lokakarya, workshop perbankan syariah.
dalam mensosialisasikan produk.
Melalui mekanisme koleksi data akan menghasilkan beberapa temuan /
identifikasi yang berupa daftar panjang di tiap aspek SWOT yang ada, dengan
kedalaman informasi yang berbeda-beda, maka daftar panjang tersebut perlu
disusun persepsi yang sama di antara stakeholder, yakni dengan cara menyusun
bobot tiap temuan di masing-masing aspek SWOT, seperti tabel berikut :
No. Aspek SWOT Hasil Identifikasi Bobot
A B C
Kekuatan a. Merupakan anak perusahaan pemerintah yang memiliki brand yang cukup familiar.
b. Rasa tentram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari transaksi yang ribawi.
c. Selama masa pembiayaan, besarnya angsuran tetap dan tidak berubah sampai lunas.
d. Margin yang kompetitif. e. Proses persetujuan pembiayaan yang
mudah dan relatif cepat. f. Uang muka ringan. g. Jangka waktu pembiayaan yang
panjang.
√
√ √ √ √
√
√
Kelemahan a. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat.
b. Jaringan kantor yang terbatas. c. Kurangnya SDM yang profesional
dalam bidangnya.
√ √
√
Peluang a. Fatwa MUI bahwa “Bunga Bank Haram”.
b. Memiliki undang-undang yang mendukung bank syariah.
c. Memanfaatkan event dan acara pameran.
d. Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang pesat.
√ √
√ √
85
e. Bisnis properti yang diprediksikan akan terus membaik.
f. Promosi melalui media elektronik.
√
√
Ancaman a. Banyaknya pesaing. b. Masih kurangnya pengetahuan
masyarakat akan produk KPR yang berbasis syariah.
√ √
Keterangan :
Kategori A adalah yang paling diutamakan / signifikan nyata berpengaruh
paling perlu diantisipasi segera, demikian selanjutnya sampai kategori C
sebagai ukuran yang paling rendah.
Setelah diketahui hasil analisis dari pemasukan data berdasarkan
klasifikasi dan pembobotan jika ditarik menurut kolom dan lajur dari matrik
SWOT di atas maka dapat digambarkan strategi yang akan digunakan dalam
peningkatan pembiayaan BNI iB Griya berupa :
1. Strategi Strength Opportunity (S-O)
Strategi yang mengutamakan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi ini digunakan untuk mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif seperti :
a. Membuat strategi pemasaran untuk memasarkan produk dengan
pendekatan rasional dan emosional.
b. membangun brand image yang kuat di benak masyarakat dengan
memanfaatkan event dan acara pameran.
86
c. Mulai memperkenalkan keunggulan-keunggulan produk ke segala lapisan
masyarakat dengan promosi melalui media elektronik.
2. Strategi Strength Threat (S-T)
Strategi dengan memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi tantangan yang
ada seperti:
a. Memperbaiki sistem dan prosedur pelayanan nasabah sehingga pelayanan
dapat lebih cepat, mudah dan efisien.
b. Menyelenggarakan dan atau turut berpartisipasi dalam seminar, lokakarya,
workshop perbankan syariah.
3. Strategi Weakness Opportunity (W-O)
Strategi yang meminimalkan kelemahan intern dengan memanfaatkan
peluang yang kuat untuk memperbaiki kondisi intern tersebut seperti :
a. Ekspansi jaringan dengan membuka kantor-kantor cabang baru sehingga
terciptanya jaringan pemasaran yang luas.
b. Pemanfaatan event dan pameran untuk mempromosikan produk ke
masyarakat.
c. Bank harus mengoptimalkan SDM yang dimiliki dengan memberikan
training khusus produk KPR.
4. Strategi Weakness Threat (W-T)
Strategi yang meminimalkan kelemahan intern untuk dapat bertahan
(defensif) dalam menghadapi tantangan seperti :
87
a. Optimalkan bagian pemasaran untuk menghadapi agresifitas para pesaing.
b. Membuat kiat-kiat baru dalam mensosialisasikan produk.
88
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. BNI iB Griya merupakan produk pembiayaan konsumtif yang mewujudkan
impian memiliki rumah idaman dengan lebih mudah berdasarkan skim
murabahah. Adapun mekanisme pelaksanaan pembiayaan KPR BNI iB Griya
secara garis besar, tahapan yang akan dilalui oleh nasabah yang hendak
mengajukan pembiayaan KPR BNI iB Griya adalah 4 (empat) tahap:
Pertama, tahap permohonan pengajuan pembiayaan. Kedua, tahap analisa
yang dilakukan oleh Bagian Processing BNI Syariah. Analisa yang
dilakukan adalah 3 pilar analisa, yaitu kemampuan, legalitas dan objek
akad. Ketiga, tahap persetujuan. Dan tahap keempat adalah tahap
pelaksanaan atau penandatanganan akad.
2. Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi dengan cara memfokuskan
perhatian kepada kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), dan ancaman (threat) yang merupakan hal kristis bagi
keberhasilan perusahaan dengan melakukan identifikasi secara hati-hati
pada faktor keberhasilan kritik (critical success factors), sedangkan
Analisis SWOT Produk KPR BNI iB Griya membandingkan antara faktor
eksternal Peluang (Opportunities) yaitu fatwa MUI bahwa “Bunga Bank
89
Haram”, memiliki undang-undang yang mendukung bank syariah,
memanfaatkan event dan acara pameran, pertumbuhan jumlah penduduk
yang pesat, bisnis properti yang diprediksikan akan terus membaik,
promosi melalui media elektronik dan Ancaman (Threats) seperti
banyaknya pesaing, masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan
produk KPR yang berbasis syariah, dengan Faktor Internal Kekuatan
(Strengths) seperti merupakan anak perusahaan pemerintah yang memiliki
brand yang cukup familiar, rasa tentram dan tenang karena dengan
pembiayaan syariah terhindar dari transaksi yang ribawi, selama masa
pembiayaan, besarnya angsuran tetap dan tidak berubah sampai lunas,
margin yang kompetitif, proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan
relatif cepat, uang muka ringan, jangka waktu pembiayaan yang panjang
dan Kelemahan (Weaknesses) seperti kurangnya promosi kepada
masyarakat, jaringan kantor yang terbatas, kurangnya pemahaman SDM
yang profesional dalam bidangnya.
3. Ancangan strategi untuk peningkatan pembiayaan KPR BNI iB Griya
menghasilkan strategi S–O yakni membuat strategi pemasaran untuk
memasarkan produk dengan pendekatan rasional dan emosional,
membangun brand image yang kuat di benak masyarakat dengan
memanfaatkan event dan acara pameran, Mulai memperkenalkan
keunggulan-keunggulan produk ke segala lapisan masyarakat dengan
90
promosi melalui media elektronik. Strategi W–O yakni ekspansi jaringan
dengan membuka kantor-kantor cabang baru sehingga terciptanya jaringan
pemasaran yang luas, pemanfaatan event dan pameran untuk
mempromosikan produk ke masyarakat, bank harus mengoptimalkan
SDM yang dimiliki dengan memberikan training khusus produk KPR.
Strategi S–T yakni memperbaiki sistem dan prosedur pelayanan nasabah
sehingga pelayanan dapat lebih cepat, mudah dan efisien,
Menyelenggarakan dan atau turut berpartisipasi dalam seminar, lokakarya,
workshop perbankan syariah. Strategi W–T seperti optimalkan bagian
pemasaran untuk menghadapi agresifitas para pesaing, Membuat kiat-kiat
baru dalam mensosialisasikan produk.
B. SARAN
1. Bank BNI Syariah harus terus meningkatkan baik kualitas produk
pembiayaan kepemilikan rumah BNI iB Griya ini dengan memunculkan
inovasi-inovasi baru agar tetap eksis dengan tetap berprinsip pada syariat
Islam.
2. Mensosialisasikan dan mempromosikan produk tersebut lebih gencar
karena potensi dari bisnis properti sangat besar dan sangat
menguntungkan.
91
3. Meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki agar mempunyai semangat
dan sikap yang mencerminkan umat Rasulullah SAW.
92
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani Press, 2001. Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006. Cet.IV Gaspersz, Vincent. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard
dengan Six Sigma untuk Organisasi, Bisnis dan Pemerintah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2005
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta : PT Grafindo Persada, 2003 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya,
2000, Cet.11, h.3. Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN,
2005 Muljono, Teguh Pudjo. Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersial. Yogyakarta :
Penerbit BPFE, 1996. Cet ke III Munawir, S. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty, 2004 Pratama, Raharja. Uang dan Perbankan. Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997. Cet III Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2006. Cet. Ke-12 Rivai, Vietzhal dan Andria Permata Vietzhal, Credit Manajemen Hand Book, Teori,
Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007
93
Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta : Bumi Askara, 1993. Cet III
Syamsudin, Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan, Konsep Aplikasi dalam : Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007
Thomas, Suyanto. Dkk. Kelembagaan Perbankan. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama,
1996. Edisi II Wiroso. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta : UII Press, 2005 Yustanto, M. Ismail. Pengantar Manajemen Syariah. Jakarta : Khairul Bayan, 2003 Majalah Sharing. “Jurus BNI Ciptakan Nilai”. Edisi 43 Thn IV Juli 2010 Tabloid Rumah. KPR Syariah Menarik Karena Cicilannya Tetap, Edisi 196-VIII UU No. 21 Tahun 2008 sebagai revisi UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Syariah Lestari, Dian. ”Analisa Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) BTN Syariah (Studi
Kasus: Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta Harmoni)” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, 2006
Mahri, Ayub.“Analisis Mekanisme Pembiayaan Kepemilikan Rumah Melalui PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Syariah Jakarta” Skripsi S 1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, 2009
Ramadhany, Fauzia. “Analisis terhadap Mekanisme Take Over Pada Pembiayaan
Kepemilikan Rumah (Studi Pada Devisi Syariah PT. BNI)” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009
Wawancara Pribadi dengan Suci Hanum L. Jakarta. 11 Oktober 2010
94
http://www.bni.co.id/Syariah http://www.bataviase.co.id/node/247290.html http://www.bataviase.co.id/node/198000.html http://www.bataviase.co.id/node/197998.html http://www.delivery.org/Guidelines/how/hm,Analisis Cepat SWOT.pdf http://www.ib.eramuslim.com/bni-ib-griya-capai-pengingkatan-pembiayaan-rp1-4-trilyun.html http://inikreasiku.wordpress.com/spin-off-bni-syariah http://www.goodgovernace.co.id/Total Quality Management/Dokumentasi/A04
95
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA DENGAN PIHAK BANK
Nama : Suci Hanum L
Jabatan : Staf Pengelola Pemasaran KPR BNI IB Griya
Hari, Tanggal : Senin, 11 Oktober 2010
Waktu : 13.00 s/d 15.30 WIB
Tempat : Kantor BNI Syariah komplek ITC Dutamas Fatmawati Blok A1-2
dan Blok A1-3 Lantai 2 Jl. R.S Fatmawati Jakarta Selatan
1. Apakah definisi dari produk Kepemilikan Rumah (KPR) BNI IB Griya?
Jawab : Definisi produk ini yaitu produk pembiayaan konsumtif yang
mewujudkan impian memiliki rumah idaman dengan lebih mudah berdasarkan
skim jual beli (murabahah). Selain memberikan pembiayaan pemilikan rumah,
BNI iB Griya juga memberikan pembiayaan pemilikan ruko, kavling siap bangun,
pembangunan dan renovasi rumah serta pembelian rumah indent.
2. Bagaimana aplikasi akad murabahah pada pembiayaan KPR BNI iB Griya?
Jawab : Murabahah adalah aplikasi dari bentuk jual-beli. Secara sederhana dapat
diilustrasikan, nasabah datang ke bank untuk mengajukan pembiayaan. Setelah
melalui seleksi administrasi dan hasilnya bagus, petugas akan melakukan
kunjungan on the spot, dan apabila hasilnya juga bagus, maka ada kemungkinan
pembiayaan itu akan disetujui. Misalkan harga rumah Rp. 100 juta, bank akan
mengambil keuntungan berupa margin yang disepakati di awal. Nasabah ditunjuk
sebagai wakil dari bank untuk membeli barang yang dibutuhkan nasabah (dalam
hal ini rumah) atas nama bank secara cash, ketika rumah yang dimaksud telah
menjadi milik bank, maka bank akan menjual kembali rumah tersebut kepada
nasabah dengan perjanjian jual beli murabahah.
3. Bagaimana prosedur pengajuan sampai realisasi pembiayaan BNI iB Griya?
Jawab : Cukup mudah bagi calon nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan
ini. pertama calon nasabah harus memiliki tujuan yang jelas mengenai objek yang
ingin dibeli. Nasabah datang ke bank untuk mencari informasi mengenai
pembiayaan yang akan diajukannya. Setelah membicarakan persyaratan dan
sudah setuju, maka pembicaraan akan meningkat pada pembicaraan pada margin.
Apabila sudah positif, nasabah akan menyerahkan dokumen yang dibutuhkan.
Jika dokumen yang diserahkan ke pihak bank belum lengkap maka pihak bank
akan menghubungi calon nasabah yang bersangkutan untuk melengkapinya untuk
keperluan analisa. Setelah itu, bank akan melakukan analisa dokumen tersebut
mulai dari persyaratan administrative sampai persyaratan financial. Analisa yang
dilakukan adalah 3 pilar analisa, yaitu Kemampuan, Legalitas dan Objek Akad.
Untuk pembelian rumah yang indent, pengembang (developer) perumahannya
disyaratkan harus sudah memiliki kerjasama dengan bank BNI Syariah. Apabila
semua sudah disetujui, maka akan keluar Surat Keputusan Pembiayaan (SKP),
bank akan menawarkan perjanjian murabahah, jangka waktu, margin dan
ketentuan lain. Kemudian penandatanganan akad dilakukan oleh nasabah dan
disaksikan oleh pendamping, penjual (developer) rumah dan notaries yang akan
membacakan hak dan kewajiban nasabah. Dalam proses realisasi pembiayaan
dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu : Plafond yang direalisasikan tetap
(sesuai dengan permintaan nasabah), Plafond yang direalisasikan lebih dari
permintaan nasabah, dan Plafond yang direalisasikan kurang dari permintaan
nasabah. Pada saat pembiayaan sudah sudah dimasukkan ke rekening nasabah,
maka hak dan kewajiban masing-masing pihak sudah dimulai. Prosesnya tidak
lama, setelah dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap maka kurang dari 1
minggu akan keluar SKP.
4. Apa saja yang dinilai dari objek pembiayaan (dalam hal ini rumah)?
Jawab : Hal-hal yang menjadi pertimbangan mengenai objek akad adalah
seberapa marke table objek tersebut. Disini dalam artian apabila terjadi
wanprestasi, seberapa mudah objek terseebut dicairkan. Dalam penilaian
perumahan yang dipertimbangkan yaitu tidak banyaknya rumah dijual di daerah
tersebut menunjukkan bahwa di daerah tersebut memang bagus dan berkualitas.
Beberapa hal yang menjadi alasan banyaknya rumah dijual di suatu daerah antara
lain karena adanya perumahan yang lebih bagus di daerah tersebut, kesejahteraan
penduduk di sekitar daerah tersebut meningkat sehingga banyak yang pindah
untuk mencari hunian baru yang lebih baik dan menunjang, daerah tersebut
memang langganan banjir, atau daerah tersebut terkena proyek pemerintah
sehingga akan terjadi penggusuran. Selain itu, akses jalan, lokasi yang strategis
dan tata ruang bangunan juga harus di check.
5. Apakah ada penilaian kelayakan nasabah dari segi perhitungan pendapatan
perbulan harus dilampirkan slip gaji?
Jawab : Tergantung rumah yang dibeli, BNI Syariah mensyaratkan untuk
angsuran tiap bulannya maksimal 40% dari take home pay atau penghasilan
nasabah.
6. Dalam proses sosialisasi, apakah bank menjalin kerjasama dengan pihak tertentu?
Jawab : Untuk sekarang ini BNI Syariah masih bekerja sama dengan developer-
developer untuk rumah inden, kalau dengan developer yang belum memiliki
ikatan kerjasama kami hanya memberikan penjelasan tentang produk KPR yang
kami miliki dan juga memberikan brosurnya, ada juga brosur-brosur yang kami
letakkan di ATM-ATM, dan iklan di website BNI pusat. Sebelumnya BNI
Syariah juga pernah menjalin kerjasama dengan institusi-institusi untuk
menawarkan kepada karyawan mereka agar mau menggunakan jasa produk KPR
kami tetapi sekarang sudah tidak lagi.
7. Apakah ada training khusus dalam memasarkan produk KPR BNI IB Griya ini?
Jawab : Untuk training khusus produk ini tidak ada karena setiap karyawan di
BNI Syariah khususnya bagian marketing ditraining untuk semua produk bank
BNI Syariah baik yang dimasukkan ke klasikal teori dan praktik.
8. Bagaimana keunggulan produk ini sehingga dapat menarik minat masyarakat?
Jawab : Di antara keunggulan yang dimiliki produk KPR ini yaitu margin yang
kompetitif dibandingkan dengan produk KPR yang dimiliki oleh bank lain,
tingkat margin yang berlaku saat ini 7,18% sampai 9,31% flat, Pembayaran dapat
dengan cara diangsur dalam periode waktu 1 sampai 15 tahun, uang muka 10%
dari harga rumah. Dan masih banyak lagi keunggulan dari produk ini.
9. Peluang apa saja yang dimanfaatkan bank dalam memasarkan produk ini?
Jawab : Dengan pertumbuhan kepadatan penduduknya sangat tinggi maka
kebutuhan akan perumahan juga semakin meningkat, ini peluang yang bagus
untuk memasarkan produk pembiayaan pembelian rumah bagi masyarakat.
Biasanya kalau ada event atau acara pameran dan kita anggap acara tersebut
sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan, maka kita jadikan event atau
pameran tersebut sebagai media marketing kita.
10. Bagaimana langkah kedepan dalam sosialisasi produk ini sehingga dapat bersaing
dengan produk sejenis yang dimiliki oleh bank lain?
Jawab : Langkah strategisnya kami terus mempromosikan produk ini ke
masyarakat dan cepat menjalin kerjasama jika ada developer-developer baru baik
dengan alat komunikasi ataupun langsung mengunjungi ke tempat mereka dan
seterusnya memperbanyak kerjasama dengan developer-developer dan juga
dengan agent-agent properti.
11. Apa yang menjadi kelemahan produk KPR ini yang harus dibenahi?
Jawab : Bila dibandingkan dengan produk sejenis yang dimiliki bank lain,
produk kami masih memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki produk
KPR bank lain. Akan tetapi mungkin kita masih kalah dari segi promosi
khususnya di media elektronik karena biayanya yang mahal.
12. Kendala apa saja yang dihadapi dalam memasarkan produk KPR ini?
Jawab : Kendala yang dihadapi saat ini yaitu masih kurangnya pengetahuan
masyarakat akan produk KPR yang berbasis syariah. Sebagian masyarakat masih
beranggapan bahwa angsuran KPR Syariah perbulannya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan angsuran KPR Konvensional. Namun jika dipertimbangkan
untuk jangka panjang, KPR syariah dinilai lebih menguntungkan dan memberikan
rasa aman karena angsuran tidak akan berubah sampai jangka waktu berakhir.
13. Selama proses pemasaran, apakah ada kendala dari pemerintah?
Jawab : Sejauh ini tidak terlihat kendala dari pemerintah terhadap upaya-upaya
bank syariah dalam melakukan pemasaran produk-produknya termasuk
pembiayaan KPR. Sekarang ini pemerintah malah sangat mendukung pemasaran
produk KPR karena mempermudah masyarakat memiliki rumah yang mereka
inginkan.