krining_kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ggsh

Citation preview

17BAB IIPEMBAHASANPengertian Skrining KesehatanMenurut Webb (2005), skrining/penapisan merupakan metode test sederhana yang digunakan secara luas pada populasi sehat atau populasi yang tanpa gejala penyakit (asimptomatik). Skrining/penapisan tidak dilakukan untuk mendiagnosa kehadiran suatu penyakit, tetapi untuk memisahkan populasi subjek skrining/penapisan menjadi dua kelompok yaitu orang-orang yang lebih beresiko menderita penyakit tersebut dan orang-orang yang cenderung kurang beresiko terhadap penyakit tertentuMenurut Komisi Penyakit Kronis AS (1951) dalam kamus Epidemiologi (A Dictionary of Epidemiology), skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi dugaan penyakit atau kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat diterapkan dengan cepat. Tes skrining/penapisan memilah/memisahkan orang-orang yang terlihat sehat untuk dikelompokkan menjadi kelompok orang yang mungkin memiliki penyakit dan kelompok orang yang mungkin sehat. Sebuah tes skrining/penapisan ini tidak dimaksudkan untuk menjadi upaya diagnosa. Orang dengan temuan positif menurut hasil skrining/penapisan atau suspek suatu kasus harus dirujuk ke dokter untuk diagnosis dan menjalani pengobatan yang diperlukanScreeningadalah suatu strtegi yang digunkan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif untuk mendeteksi atau mencari pendeerita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular dengan harapan penuh dapat mengurangi angka mortalitas.Screening pada umumnya bukan merupakan uji diagnostic dan oleh karenanya memerlukan penelitian follow-up yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.Dasar pemikiran adanya skrining kesehatanYang diketahui dari gambaran spectrum penyakit hanya sebagian kecil saja sehingga dapat diumpamakan sebagai puncak gunung es sedangkan sebagian besar masih tersamar.Diagnosis dini dan pengobatan secara tuntas memudahkan kesembuhan.Biasanya penderita datang mencari mencari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit telah berada dlm stadium lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan lagi.Penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.Tujuan skrining kesehatanDeteksi dinipenyakit tanpa gejala atau dengan gejala tdk khas terdapat pada orang yang tampak sehat,tapi mungkin menderita penyakit ( population risk)Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukanpengobatan secara tuntashingga mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya dan tidak menjadi sumber penularan hinggaepidemic dapat dihindariMendapatkan penderita sedini mungkin untuk segera memperolleh pengobatan.Mendidik masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkinSasaran skrining kesehatanKelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan pengawasan akibat pertumbuhan dan perkembangannya ( Nasrul Effendi. 1998) : Kelompok ibu hamilKelompok ibu bersalinKelompok Ibu nifasKelompok bayi dan anak balitaKelompok anak usia sekolahKelompok usia lanjutKelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan khusus dan bimbingan, : Penderita penyakit menularKelompok Penderita Penyakit KustaKelompok Penderita Penyakit TBCKelompok Penderita Penyakit AIDSKelompok Penderita Penyakit Kelamin (GO, Sypilis)Dan sebagainyaPenyakit Tidak MenularKelompok Penderita Penyakit Diabetes MillitusKelompok Penderita Penyakit JantungKelompok Penderita Penyakit StrokeKelompok Cacat yang Memerlukan RehabilitasiKelompok cacat fisikKelompok cacat mentalKelompok cacat sosialKelompok Khusus yang Mempunyai Resiko Terserang PenyakitKelompok Wanita Tuna SusilaKelompok Penyalahgunaan narkobaKelompok-kelompok Pekerja TertentuPrinsip Pelaksanaan skrining kesehatanProses Uji tapis terdiri dari dua tahap :Melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil test negative maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostic.Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan laborat atau radiologist misalnya : Pemeriksan gula darahPemeriksaan radiology untuk uji tapis TBCPemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan :Dengan cepat dapat memilah sasaran utk periksan lebih lanjut.Tidak mahalMudah dilakukan oleh petugas kesehatan.Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksaPengertian GeriatriGeriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Pada prinsipnya geriatric mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna (DEPKES RI, 2000)Gerontology adalah suatu ilmu yang mempelajari proses penuaan dan masalah yang akan terjadi pada lansia yaitu kesehatan, social, ekonomi, perilaku, lingkungan dan lail-lain. (DEPKES RI, 2000).Tujuan Pelayanan GeriatricMempertahan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan/kesehatan.Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung.Melakukan diagnosis dini yang tepat dan memadai.Melakukan pengobatan yang tepat.Memelihara kemandirian secara maksimal.Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar kematiannya berlangsung dengan tenang.Permasalahan yang Terjadi Pada LansiaBerbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi,1999)Permasalahan umumMakin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.Lahirnya kelompok masyarakat industri.Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.Permasalahan khusus Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.Rendahnya produktifitas kerja lansia.Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.Perubahan yang Terjadi Pada LansiaSemakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).Perubahan FisikSistem IndraSistem pendengaran yaitu Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.Sistem IntergumenPada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.Sistem MuskuloskeletalPerubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.KartilagoJaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.TulangBerkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.OtotPerubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.SendiPada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.Sistem kardiovaskulerMassa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.Sistem respirasiPada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.Pencernaan dan MetabolismePerubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :Kehilangan gigi,Indra pengecap menurun,Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.Sistem perkemihanPada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.Sistem sarafSistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.Sistem reproduksiPerubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.Perubahan KognitifMemory (Daya ingat, Ingatan)IQ (Intellegent Quocient)Kemampuan Belajar (Learning)Kemampuan Pemahaman (Comprehension)Pemecahan Masalah (Problem Solving)Pengambilan Keputusan (Decission Making)Kebijaksanaan (Wisdom)Kinerja (Performance)MotivasiPerubahan mentalFaktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.Kesehatan umumTingkat pendidikanKeturunan (hereditas)LingkunganGangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.Perubahan spiritualAgama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)Kesehatan PsikososialKesepianTerjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.Duka cita (Bereavement)Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.DepresiDuka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.Gangguan cemasDibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.ParafreniaSuatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.Sindroma DiogenesSuatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.Kebutuhan Promosi Kesehatan daan Proteksi Kesehatan Lansia Di KomunitasLansia berusia lebih dari 65 tahun membutuhkan pelayanan kesehatan primer yang teratur untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit kronik kecacatan serta kondisi yang mengancam hidupnya. Pelayanan promosi kesehatan yang dapat mendasari intervensi keperawatan komunitas meliputi :Imunisasi ( influenza, difteri, tetanus, vaksin, pneumokokus)Skrining penyakit kronik seperti kanker penyakit kardiovaskuler, dan diabetes. Manajemen dan pengendalian penyakit kronis yang ada ( pendidikan kesehatan, manajemen kasus,dan manajemen medikasi).Pengetahuan tentang praktik penggantia dan tangguan biaya ( termasuk biaya pengobatan alternatif ) dari Medicare/Medicare Managed Care, asuransi Medicare tambahan, dan program asuransi kesehatan spesifik. Program outreach dan upaya advokasi untuk menjamin akses lansia pada sumber-sumber yang dibutuhkan; seperti advokasi kesehatan, pelatihan kesehatan, dan pengendali akses di komunitas, Personel yang ditugaskan bisa karyawan perusahaan swasta, staf gereja, dan karyawan perudahaan BUMN yang dapat merujuk lansia kepada sumber-sumber yang ada di komunitas (Florioet al, 1996).Rujukan kepada program bantuan farmasi negara yang ada serta advokasi untuk membuat program yang mereka butuhkan.Pendidikan mengenai manajemen medikasi (penjadwalan, kepatuhan, kalender, dan sebagainya).Sumber berkelanjutan datri pelayanan primer.One stop shopping untuk pelayanan kesehatan.Hubungan kepada kelompok pendukung penyakit kronik.Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap LansiaUpaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.AzazMenurut WHO (1991) adalah to Add Life to the Years that Have Been Added to Life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi, perawatan, pemenuhan diri, dan kehormatan. Azaz yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI Add Life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life. Yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.PendekatanWHO (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:Menikmati hasil pembangunan.Masing-masing lansia memiliki keunikan.Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal.Lansia turut memilih kebijakan.Memberikan perawatan dirumah.Pelayanan harus dicapai dengan mudah.Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi.Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia.Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya.Lansia beserta keluarga aktif memeliharan kesehatan lansia.Jenis pelayanan kesehatanJenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu peningkatan (promotion), pencegahan (prevention), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.PromotifUpaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk menigkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma social. Upaya promotif dilakukan untuk membantu orang-orang mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang prilaku hidup mereka. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.Meningkatkan kemanan ditempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan menigkatkan penggunaan system keamanan kerja.Menigkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut..PreventifMencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat factor resiko, tidak ada penyakit dan promosi kesehatan.Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut.Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.Konseling : berhenti merokok dan minum beralkohol.Dukungan nutrisi.Exircise.Keamanan didalam dan disekitar rumah.Manajemen stress.Penggunaan medikasi yang tepatMelakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, dan mengidap factor resiko.Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut.Control hipertensi.Deteksi dan pengobatan kanker.Screening : pemeriksaan rectal, mammogram, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat; mencegah cacat bertambah dan ketergantungan; serta perawatan bertahap, tahap (1) perawatan di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3) perawatan jangka panjang. Pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut.Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis. Misalnya osteoporosis atau inkontinensia urine/fekal.Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan berfungsi.Skrining Kesehatan pada Kelompok Khusus LansiaDinegara maju, skrining pada umumnya ditunjukan pada penyakit kardiovaskuler, keganasan dan cerebrovascular accident (CVA) seperti yang dijelaskan sebagai berikut.Penyakit HipertensiTindakan skrining sangat bermanfaat, baik terhadap hipertensi sistolikmaupun diastolic. Pencegahannya akan dapat mempengaruhi resiko timbulnya stroke, penyakit jantung atau bahkan kematian. Dari hasil study, ditemukan bahwa bila 40 orang diobati selama 5 tahun akan dapat mencegah 1 (satu) kejadian stroke. Pada hipertensi dilakukan pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining atau test saringan. Hal yang penting dilakukan disini adalah pengukuran tekanan darah sebagai patokan diambil batas normal tekanan darah bagi lansia adalah: (1) tekanan sistolik 120-160 mmHg, dan (2) tekanan diastolic 90 mmHg. Pengukuran tekanan darah pada lansia sebaiknya dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri dengan selang beberapa waktu, yaitu dengan mengetahui kemungkinan adanya hipertensi ortostatikPenyakit JantungSelain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan jantung antara lain pemeriksaan EKG, treadmill, dan foto toraks.Penyakit GinjalSelain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan ginjal adalah pemeriksaan laboratorium test fungsi ginjal dan foto IVP.Diabetes MilitusSelain pengkajian secara lengkap (anamnesa dan pemeriksaan fisik), skrining yang diperlukan dilakukan pada lansia dengan dugaan diabetes antara lain pemeriksaan reduksi urine, pemeriksaan kadar gula darah dan funduskopi.Keganasann Skrining terhadap keganasan terutama ditunjukkan terhadap penyakit kanker payudara, yaitu dengan cara BSE. Juga penyakit kanker serviks dengan cara Pap Smear, Selanjutnya skrining juga dilakukan terhadap kanker kolon dan rectum. Adapun caranya adalah dengan pengujian laboratorium terhadap darah samar di dalam feses, selain dengan cara endoskopi untuk kelainan dalam sigmoid dan kolon terutama pada penderita yang menunjukkan adanya keluhan.Wanita MenopauseTindakan skrining ditujukkan untuk memastikan apakah diperlukan tetapi hormone pengganti estrogen. Tetapi ini dapat mengurangi resiko kanker payudara. Juga fraktur akibat osteoporosis. Namun perlu diwaspadai kemungkina timbulnya kanker endometrium, di mana untuk mencegahnya dapat diajukan agar diberikan secara bersamaan dengan hormon progesterone.Tindakan skrining juga biasanya ditunjukkan bagi kelainan pada sistem indra, yaitu terutama pada pengelihatan dan pendengaran seperti berikut.Skrining Ketajaman VisusSkrining ketajaman visus dengan tindakan sederhana, yaitu koreksi dengan ukuran kaca mata yang sesuai. Bagi kasus katarak dengan tindakan ekekstraksi lensa tidak saja akan memperbaiki pengelihatan, tetapi juga akan meningkatkan status fungsional dan psikologis. Skrining dengan alat funduskopi dapat mendeteksi penyakit glaucoma, degenerasi macula dan retinopati diabetes. Adapun faktor resiko untuk degenerasi macula adalah adanya riwayat keluarga dan faktor merokok.Skrining PendengaranDengan tes bisik membisikkan enam kata-kata dan jarak tertentu ke telinga pasien serta dari luar lapang pandang. Selanjutnya minta pasien untuk mengulanginya lagi. Cara ini cukup sensitif, dan menurut hasil penelitian dikatakan mencapai 80% dari hasil yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan audioskop. Mengenai pemeriksaan dengan audioskop, yaitu dihasilkan nada murni dengan frekuensi 500, 1.000, 2.000 dan 4.000 Hz, yaitu pada ambang 25-40 dB.Prinsip Pelayanan Kesehatan Pada LansiaPrinsip holistikSeorang penderita lanjut usia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya (lingkungan psikologik dan sosial ekonomi). Hal ini ditunjukkan dengan asesmen geriatri sebagai aspek diagnostik, yang meliputi seluruh organ dan sistem, juga aspek kejiwaan dan lingkungan sosial ekonomi.Sifat holistik mengandung artian baik secara vertikal ataupun horizontal. Secara vertikal dalam arti pemberian pelayanan di masyarakat sampai ke pelayanan rujukan tertinggi, yaitu rumah sakit yang mempunyai pelayanan subspesialis geriatri. Holistik secara horizontal berarti bahwa pelayanan kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan lansia secara menyeluruh. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan harus bekerja secara lintas sektoral dengan dinas/ lembaga terkait di bidang kesejahteraan, misalnya agama, pendidikan, dan kebudayaan, serta dinas sosial.Pelayanan holistik juga berarti bahwa pelayanan harus mencakup aspek pencegahan (preventif), promotif, penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Begitu pentingnya aspek pemulihan, sehingga WHO menganjurkan agar diagnosis penyakit pada Lansia harus meliputi 4 tingkatan penyakit :Disease(penyakit), yaitu diagnosis penyakit pada penderita, misalnya penyakit jantung iskemikImpairment(kerusakan/ gangguan), yaitu adanya gangguan atau kerusakan dari organ akibat penyakit, missal pada MCI akut ataupun kronis.Disability(ketidakmampuan), yaitu akibat obyektif pada kemampuan fungsional dari organ atau dari individu tersebut. Pada kasus di atas misalnya terjadi decompensasi jantung.Handicap(hambatan), yaitu akibat sosial dari penyakit. Pada kasus tersebut di atasadalah ketidakmampuan penderita untuk melakukan aktivitas sosial, baik di rumahmaupun di lingkungan sosialnya.Prinsip tatakerja dan tatalaksana secara TIMTim geriatrik merupakan bentuk kerjasama multidisipliner yang bekerja secara inter-disipliner dalam mencapai tujuan pelayanan geriatrik yang dilaksanakan.Yang dimaksud dengan multidisiplin si sini adalah berbagai disiplin ilmu kesehatan yang secara bersama-sama melakukan penanganan pada penderita lanjut usia.Komponen utama tim geriatrik terdiri dari dokter, pekerja sosio medik, dan perawat. Tergantung dari kompleksitas dan jenis layanan yang diberikan. Anggota tim daat ditambah dengan tenaga rehabilitasi medik (dokter, fisioterapist, terapi okupasi, terapi bicara, dll.), psikolog, dan atau psikiater, farmasis, ahli gizi,dan tenaga lain yang bekerja dalam layanan tersebut.Istilah interdisiplin diartikan sebagai suatu tatakerja dimana masing-masing anggotanya saling tergantung (interdependent) satu sama lain. Jika tim multidisiplin yang bekerja secara multidisiplin, dimana tujuan seolah-olah dibagi secara kaku berdasarkan disiplin masing-masing anggota. Pada tim interdisiplin, tujuan merupakan tujuan bersama. Masing-masing anggota mengerjakan tugas sesuai disiplinnya sendiri-sendiri, tetapi tidak secara kaku. Disiplin lain dapat memberi saran demi tercapainya tujuan bersama. Secara periodik dilakukan pertemuan anggota tim untuk mengadakan evaluasi kerja yang telah dicapai, dan kalau perlu mengadakan perubahan demi tujuan bersama yang hendak dicapai.Pada tim multidisiplin, kerjasama terutama bersifat pada pembuatan dan penyerasian konsep. Sedangkan pada tim interdisiplin, kerjasama meliputi pembuatan dan penyerasian konsep serta penyerasian tindakan.Tim geriatri disamping mengadakan asesmen atas masalah yang ada, juga mengadakan asesmen atas sumber daya manusia dan sosial ekonomi yang bisa digunakan untuk membantu pelaksanaan masalah penderita tersebut.Tingkat Pelayanan KesehatanUntuk mengupayakan prinsip holistik yang berkesinambungan, secara garis besar pelayanan kesehatan pada Lansia dapat dibagi sebagai berikut (Hadi-Martono, 1993, 1996)Pelayanan Kesehatan Lansia di Masyarakat (Community Based Geriatric Service)Semua upaya kesehatan yang berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakanberperan serta dalam menangani kesehatan para Lansia. Puskesmas dan dokter praktek swasta merupakan tulang punggung layanan di tingkat ini. Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok/ klub Lansia. Di dalam dan melalui klub Lansia ini, pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan, baik usaha promotif, preventif, kuratif, atau rehabilitatif. Dokter praktek swasta terutama menangani para Lansia yang memerlukan tindakan kuratif insidental.Semua pelayanan kesehatan harus diintegrasikan dengan layanan kesejahteraan yang lain dari dinas sosial, agama, pendidikan, kebudayaan, dll. Peran serta LSM untuk membentuk layanan sukarela misalnya dalam pendirian badan yang memberikan layanan bantu perawatan (home nursing), kebersihan rumah, atau pemberian makanan bagi para lansia (meals on wheels) juga perlu didorong..Pada dasarnya, layanan kesehatan Lansia di tingkat masyarakat seharusnya mendayagunakan dan mengikutsertakan masyarakat (termasuk para Lansianya) semaksimal mungkin. Yang perlu dikerjakan adalah meningkatkan kepedulian dan pengetahuan masyarakat, dengan berbagai cara, antara lain ceramah, simposium, lokakarya, dan penyuluhan-penyuluhan.Pelayanan Kesehatan Lansia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital BasedCommunity Geriatric Service)Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah melakukan layanan geriatri bertugas membina Lansia yang berada di wilayahnya, baik secara langsung atau tidak langsung melalui pembinaan pada Puskesmas yang berada di wilayah kerjanya.Transfer of Knowledge berupa lokakarya, symposium, ceramah-ceramah, baik kepada tenaga kesehatan ataupun kepada awam perlu dilaksanakan. Di lain pihak, rumah sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari layanan kesehatan yang ada di masyarakat.Pada layanan ini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan yang ada, menyediakan berbagai layanan bagi para Lansia, sampai pada layanan yang lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang terpadu (day hospital), bangsal kronis, dan atau panti rawat wredha (nursing homes). Di samping itu, rumah sakit jiwa juga menyediakan layanan kesehatan jiwa bagi Lansia sengan pola yang sama. Pada tingkat ini, sebaiknya dilaksanakan suatu layanan terkait (con-joint care) antara unit geriatri rumah sakit umum dengan unit psikogeriatri suatu rumah sakit jiwa, terutama untuk menangani penderita penyakit fisik dengan komponen gangguan psikis berat dan sebaliknya.DAFTAR PUSTAKAAnderson, Elizabeth T.2006.Keperawata Komunitas Teori dan Praktik.Jakarta: EGCGunadarma, elearning. 2013. Epidemiologi Kebidanan Skrining. Available: http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/bab6-skrinning.pdf. Diakses pada 19Maret 2015Hidayat, Aepnurul. 2014. Skrining Kesehatan. Available: https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2014/03/19/skrining-kesehatan/. Diakses pada 19 Maret 2015 Ikhwan. 2014. Konsep Dasar Skrining. Available: http://ikhwan554.blogspot.com/2010/03/konsep-dasar-screening.html. Diakses pada 19 Maret 2015.Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika