23
KROMATOGRAFI KOLOM DAN LAPIS TIPIS PEMISAHAN DAN PEMURNIAN β-KAROTEN DARI EKSTRAK WORTEL A. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah diharapkan mahasiswa dapat : 1. Melakukan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan lapis tipis pada proses isolasi dan pemurnian senyawa bahan alam. 2. Menjelaskan perbedaan prinsip dasar kromatografi kolom dan lapis tipis. B. Landasan Teori Wortel merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dapat digunakan untuk membuat bermacam-macam masakan. Umbi wortel juga dapat memiliki kegunaan sebagai bahan obat-obatan untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Senyawa β-karoten pada tanaman wortel dapat menimbulkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tumor, menghambat penyebaran sel kanker, dan mengaktifkan enzim pelawan kanker. Selain itu, senyawa karoten (pro-vitamin A) dapat mencegah penyakit rabun senja. Umbi wortel juga mengandung alakloida akonitina atau

Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

analisis

Citation preview

Page 1: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

KROMATOGRAFI KOLOM DAN LAPIS TIPIS

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN β-KAROTEN DARI EKSTRAK WORTEL

A.    Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah diharapkan mahasiswa dapat :

1.    Melakukan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan lapis tipis pada proses

isolasi dan pemurnian senyawa bahan alam.

2.    Menjelaskan perbedaan prinsip dasar kromatografi kolom dan lapis tipis.

B.    Landasan Teori

Wortel merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dapat digunakan untuk

membuat bermacam-macam masakan. Umbi wortel juga dapat memiliki kegunaan sebagai

bahan obat-obatan untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Senyawa β-karoten pada

tanaman wortel dapat menimbulkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tumor, menghambat

penyebaran sel kanker, dan mengaktifkan enzim pelawan kanker. Selain itu, senyawa karoten

(pro-vitamin A) dapat mencegah penyakit rabun senja. Umbi wortel juga mengandung

alakloida akonitina atau asetbencilakonin, benzoilakonina, akonina, dan neupelina (Cahyono,

2002). 

Jenis senyawa karoten yang paling berlimpah di alam adalah β-karoten yang merupakan

senyawa provitamin A, memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat. Senyawa antioksidan akan

berinteraksi dalam tubuh manusia secara sinergis dengan senyawa antioksidan lain untuk

melindungi kerusakan yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi. Sebagai contoh, vitamin E dapat

memproteksi molekul β-karoten dari peristiwa oksidasi (sparing effects) (Michel P.J. and

Liñan-Cabello, M. 2000). 

Pemisahan komponen secara kromatografi kolom dilakukan dalam suatu kolom yang diisi

dengan fase stasioner dan cairan (pereaksi) sebagai fase mobil untuk mengetahui banyaknya

Page 2: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

komponen contoh yang keluar melalui kolom (Adnan 1997). Pengisian kolom dilakukan

dengan memasukkan adsorben dalam bentuk larutan (slurry), dan partikelnya dibiarkan

mengendap. Pemisahan komponen rimpang temu kunci secara kromatografi kolom bertujuan

untuk mengetahui (Hayani, 2007).

Dalam kromatografi adsorbsi, digunakan zat padat sebagai adsorben yang bertindak sebagai

fasa stasioner dan menggunakan zat cair sebagai fasa mobil. Permukaan partikel padat

biasanya lebih aktif dari pada bagian dalamnya yang umum dikatakan mempunyai aktifitas

permukaan. Bila partikel tersebut dimasukkan kedalam suatu larutan, permukaan partikel tadi

mempunyai daya tarik baik pada zat-zat yang terlarut maupun pada zat pelarutnya. Silika gel

mempunyai luas permukaan yang lebih besar, tetapi mempunyai aktifitas kimia yang lebih

kecil dan lebih disukai untuk pemisahan senyawa-senyawa organik yang peka terhadap

perubahan-perubahan karena aktifitas permukaan yang mempunyai sifat katalik (Adnan,

1997). 

C.    Alat Dan Bahan

           1.     Alat

           Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

 Satu set alat refluks  Statif dan klem  elektromantel  Corong  Evaporator  Timbangan analitik Gelas kimia  batang pengaduk  kolom  kayu penyodok  chamber  pipa kapiler  pipet tetes  lampu UV  pensil  penggaris

Page 3: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

        2.     Bahan

           Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : 

 wortel segar

 aseton

 n-heksan  kloroform 

 kertas saring 

 kapas  akuades  serbuk silika gel  plat KLT

UNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI via Ziddu

atau via Mediafire.

D.    Pembahasan Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan

dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa ini membentuk lapisan stasioner

dengan luas permukaan yang besar dan fasa lainnya merembes melewati dan melalui lapisan

stasioner tersebut. Pemisahan secara kromatografi memanfaatkan sifat fisika umum dari

molekul. Sifat utama yang terlibat adalah kecenderungan molekul untuk larut dalam cairan

(kelarutan), kecenderungan molekul untuk melekat dalam cairan (adsorpsi), dan

kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian)

Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses

elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara

adsorbent eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu

Page 4: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

pemisahan komponen secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah

umpan.

Sebagian besar dasar teori kromatografi kolom juga dapat diterapkan pada KLT. Konsep

”lempeng teori” lebih sukar digambarkan, tetapi pemisahan ini dilakukan oleh keseimbangan

berturutan cuplikan dalam dua fasa, satu diantaranya bergerak terhadap yang lainnya. Terjadi

proses penyebaran molekul cuplikan karena proses nonideal. Derajat retensi pada

kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai faktor retensi, Rf :

Rf =

Page 5: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

Pada percobaan ini, kita akan memisahkan dan memurnikan β-karoten dari ekstrak

wortel dengan meggunakan metode kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis.

Terlebih dahulu kita mengisolasi senyawa β-karoten tersebut dengan cara merefluks sampel

wortel.

β-karoten merupakan pigmen berwarna kuning. Kromofor dalam β-karoten merupakan

sistem 11 ikatan rangkap terkonjugasi geometris trans. Sifat kromofor dari struktur senyawa

ini mudah dikenali di bawah lampu UV sehingga memudahkan identifikasi dalam

kromatografi lapis tipis. Pada metode isolasi senyawa β-karoten dengan cara refluks yaitu

tejadi penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam

labu alas bulat bersama-sama dengan zat pelarut (kloroform) lalu dipanaskan dan diberikan

batu didih agar pemanasan berlangsung secara merata. Uap-uap pelarut terkondensasi pada

kondensor menjadi molekul-molekul pelarut yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,

dan akan akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat. Demikian

seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, setelah itu

filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan cara evaporasi. Evaporasi yaitu proses pemisahan

ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas

bulat. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor

dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung

dalam labu alas bulat.

Setelah ekstrak dievaporasi kemudian dilanjutkan proses pemisahan dengan

menggunakan metode kromatografi kolom. Kromotografi kolom adalah suatu metode

pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben tentang terhadap

suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya.

Pada metode ini, kolom diisikan dengan adsorben yang berupa padatan dalam hal ini

adalah silika gel yang dicampurkan dengan pelarut n – heksan hingga membentuk bubur

Page 6: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

silika (slurry). Slurry dimasukkan dengan hati-hati kedalam kolom kromatografi yang telah

diisikan n-heksan yang sebelumnya telah disumbat dengan kapas dan kertas saring yang

berfungsi sebagai penahan adsorben agar tidak keluar bersama eluen. Pengisian kolom harus

dikerjakan secara seragam dan sepadat mungkin untuk menghindari terjadinya gelembung-

gelembung udara. Jika terdapat gelembung-gelembung udara dalam kolom maka akan

berpotensi menyebabkan pecahnya kolom.

Hal lain yang dapat dilakukan agar tidak terjadi pemecahan kolom adalah dengan

menambahkan eluen secara kontinu agar udara tidak masuk kedalam kolom. Kolom yang

padat diindikasikan dengan warna slurry yang semakin memutih dan kecepatan alir eluen

yang semakin lambat. Jika kolom sudah memadat, larutan sampel kemudian diisikan kedalam

kolom . Mekanisme yang terjadi pada kromatografi kolom ialah sample akan terelusi oleh

eluen (n-heksan) melalui fase diam silika gel. Senyawa organik terelusi oleh eluen proses

elusi terjadi karena keseimbangan distribusi zat analit pada fase gerak n-heksan dan fase diam

selika gel. Elusi terus berlangsung hingga tidak ada lagi yang tinggal dalam kolom. Proses

elusi ini menghasilkan eluat yang diharapkan mengandung banyak betakaroten. 

Eluat yang didapatkan kemudian diuji kemurniannya melalui proses Kromatografi Lapis

Tipis (KLT). Seperti yang kita ketahui, KLT ini pemisahan perbedaan distribusi antara dua

fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam yang digunakan pada percobaan ini adalah

plat, dan fasa gerak yang kami gunakan adalah heksan dengan etil dengan perbandingan

tertentu. Eluen inilah yang mengelusi campuran / senyawa dari ujung yang satu keujung yang

lainnya. Eluen digunakan adalah n-heksan dan aseton dengan perbandingan 8:2 setelah eluen

naik keatas, dimana kompenen yang lebih kuat diaserap oleh adsorben akan lebih lambat

naiknhya dan kompenen yang kurang diserap oleh adsorben akan lebih cepat naiknya pada

plat. Maka plat KLT dikeluarkan dari chamber, dan dikeringkan dan hasilnya dilihat pada /

Page 7: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

dibawah sinar uv. Dari pengamatan yang terlihat terbentuk beberapa noda dengan jarak gerak

yang berbeda.

Rate of flow (Rf) adalah harga perbandingan jarak yang ditempuh zat terlarut dengan

jarak yang ditempuh pelarut adalah dasar untuk mengidentifikasi komponen yang terdapat

yang terdapat dalam ekstrak berupa noda-noda, yang timbul pada pelat. Selain memberi

informasi nilai Rf, bentuk noda yang nampak pada plat juga dapat memberi keterangan

tentang keterangan tentang keadaan pengerjaan. Rate of Law (Rf) dari ekstrak β-karoten

hanya terdapat pada fraksi kedua dan keempat masing – masing sebesar 0.36 dan 0.25

sedangkan pada fraksi pertama dan ketiga tidak terdapat bercak noda. Hal ini dapat terjadi

kemungkinan dkarenakan oleh ekstrak yang diperoleh kurang murni atau bisa saja karena

perbandingan pelarut yang digunakan kurang tepat untuk menarik noda atau spot ketika

dielusi pada plat KLT.

F.     Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini antara lain adalah :

1.    Pemisahan komponen-komponen dalam sampel dengan menggunakan kromatografi

kolom dilakukan dengan mengelusi sampel tersebut dalam suatu kolom dengan fasa diam

berupa padatan seperti silika gel dan fasa gerak berupa campuran pelarut. Sedangkan pada

KLT sampel ditotolkan pada pelat, lebih lanjut dikembangkan dalam sistem pelarut yang

telah jenuh yang kemudian identitasnya dinyatakan dengan harga Rf.

2.    Perbedaan antara kromatografi kolom dan KLT adalah :

Dalam proses elusinya, kromatografi kolom memanfaatkan gaya grafitasi sedangkan

pada KLT memanfaatkan gaya kapilaritas.

Page 8: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, J.M., 1997, Kimia Makanan, ITB, Bandung.

Cahyono, B., 2002. Wortel (Tekhnik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani). Kanisus. Yogyakarta.

Hayani, E., 2007. “Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara Kromatografi Kolom”. Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1.

Michel P.J. and Liñan-Cabello, M. 2000. “Carotenoids and Retinoids Metabolites as Precursors of Receptors-Specific Bioactive Compounds. Advances in hrimp.Avances en Nutrición acuícola V. Memorias del V Simposium Internacional de Nutrición Acuícola. 19-22 Noviembre, 2000. Mérida, Yucatán, Mexico.

Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, UGM-Press, Yogyakarta.

Page 9: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

LAPORAN AKHIRPRAKTIKUM KIMIA ANALISIS IIPEMISAHAN ZAT WARNA KIMIA

DENGAN METODE KROMATOGRAFI KOLOMA. TUJUAN

Mempersiapkan kolom,memisahkan dan mengidentifikasi senyawa kimia dengan

kromatografi kolom.

B. ALAT DAN BAHAN

         Alat :

a.       Pipet tetes

b.      Beaker glass

c.       Gelas ukur

d.      Spatel

e.       Labu erlenmeyer

f.       Seperangkat kromatrogafi kolom

g.      Statif

h.      Corong biasa

i.        Cawan petri

j.        Timbangan

k.      Cawan porselin

l.        Ruber bulb

m.    Erlenmeyer

          Bahan :

a.       Etanol 96%

b.      Hekshan

c.       kloroform

d.      pewarna merah

e.       pewarna kuning

f.       alumina

g.      pasir

h.      kapas

C.    PROSEDUR PERCOBAAN

Page 10: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

    Penyiapan Sampel dan Eluen 

- ditimbang saksama masing-masing 0,5 gr

- dilarutkan dengan 2 ml kloroform

- ditambah alumina secukupnya

- diaduk homogen hingga menjadi serbuk

  Penyiapan Kolom

Kolom-          dicuci dengan aseton

-          dikeringkan

-          ditutup keran bagian bawah

-          dimasukan kapas Alumina 20 g yang dilarutkan dalam n-hexan

-          dimasukan kedalam kolom

-          dibuka keran bawah

-          dibiarkan pelarut turun hingga 1 cm dari permukaan atas permukaan atas alumina

-          ditambah sedikit pasir

-          dimasukan sampel Sampel (pewarna merah dan kuning @ 0,5 g + alumina)

-          sisa sampel dibilas dengan heksan

-          ditambah sedikit pasir

-          ditambah etanol 96%

-          dibuka keran bawah

- ditambahkan etanol 96% hingga pelarut diatas pasir tidak berwarna

C. DATA PENGAMATAN

Penimbangan dan pengukuran Bahan

         metanil red = 0,5 gr

         metanil yellow = 0,5 gr

         alumina = 20 gr

         kloroform = 2 ml

         hekshan = seperlunya

         etanol 96% = seperlunya

E. PEMBAHASAN

Pada praktikum pemisahan zat warna ini kami menggunakan metode kromatografi

kolom. Kromatografi kolom merupakan salah satu dari kromatografi partisi yang digunakan

luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organic (Takeuchi,2009).

Page 11: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

Kromatografi kolom sering kali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium.

Kromatografi kolom bekerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material

terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal. Kromatografi kolom merupakan teknik

pemisahan berdasarkan pada perbedaan daya adsorpsi suatu adsorben tertentu terhadap suatu

senyawa baik pengotor maupun senyawa hasil isolasi. Prinsip dari kromatografi kolom ini

adalah adsorpsi (Takeuchi, 2010).

Cara kerja kromatografi ini yaitu : Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti

alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam

kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sampel

diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa gerak; pembawa) ditambahkan tetes demi

tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa

gerak) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa diam). Selama perjalanan turun, zat

terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda

untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat

terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan. Akhirnya,

masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen

murninya (Takeuchi, 2009).

Cara kerja diatas dapat di gambarkan dengan gambar berikut:

Fase diam yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alumina, sedangkan fase

geraknya n-heksan dan ethanol 96%. Pelarut yang pertama digunakan adalah pelarut non

polar (n-heksan) kemudian dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar (ethanol 96%).

Alasan menggunakan pelarut non polar terlebih dahulu dikarenakan karena fase diam yang

digunakan adalah alumina yang bersifaat sangat polar, sehingga lebih mudah untuk

mengelusi zat warna yang bersifat non polar terlebih dahulu karena ikatan dengan alumina

lebih lemah. Kemudian dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar karena pelarut polar akan

bersaing untuk mendapatkan ruang pada alumina dengan senyawa merah. Beberapa ruang

untuk sementara dipergunakan oleh molekul-molekul pelarut pada permukaan fase diam,

tidak menyediakan molekul-molekul biru untuk melekat dan ini akan cenderung menjaga

pergerakannya dalam pelarut (Takeuchi, 2010)

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

a.      CHLOROFORUM (Kloroform)

CHCl2 BM 119,38

Page 12: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

Kloroform mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 99,5% CHCl2,

sisanya terdiri dari alcohol.

Pemerian: cairan jernih, tidak berwarna, mudah mengalir; mempunyai sifat khas; bau eter;

rasa mais dan membakar. Mendidih pada suhu lebih kurang 610 dipengaruhi oleh cahaya.

Kelarutan: sukar larut dalam air; dapat bercampur dengan etanol, dengan eter, dengan

benzene, dengan heksana, dan dengan lemak dan minyak menguap.

Bobot jenis: antara 1,476 dan 1,480, menunjukkan 99,0% sampai 99,5% CHCl2.

Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tetutup rapa, terlindung dari cahaya, pada suhu tidak

lebih dari 300.

Khasiat dan penggunaan: Antiseptikum umum; pengawet; zat tambahan (Anonim,1995).

Senyawa kloroform adalah senyawa haloalkana yang mengikat tiga atom halogen klor

(Cl) pada rantai C-nya. Senyawa kloroform dapat dibuat dengan bahan dasar berupa senyawa

organik yang memiliki gugus metil (-CH3) yang terikat pada atom C karbonil atau atom C

hidroksi yang direaksikan dengan pereaksi halogen (Cl2). Beberapa senyawa yang dapat

membentuk kloroform dan senyawa haloform lainnya adalah etanol, 2-propanol, 2-butanol,

etanol, propanon, 2-butanon. Halogenasi sering berjalan secara eksplosif dan hampir tanpa

kecuali menghasilkan campuran produk, karena lasan inilah halogenasi kadang saja

digunakan dalam laboratorium.

  Kloroform disebut juga haloform disebabkan karena brom dan klor juga bereaksi dengan

metal keton, yang menghasilkan masing-masing bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCl3).

Hal ini disebut CHX3 atau haloform, maka reaksi ini sering disebut reaksi haloform

(Anonim,2010).

b.    Etanol

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,

adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan

alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan

rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering

disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).

Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan

untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna

makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus

Page 13: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah

lama digunakan sebagai bahan bakar.

Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia

terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat

pada cahaya biasa.

Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan

pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan

hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik

lainnya dengan massa molekul yang sama.

Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya,

meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena

glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik

yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik

seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena (Anonim,2010).

c.    Heksana

Heksana (C6H14) - alkana dengan enam atom karbon dalam molekul . Isomer dari

heksana sangat reaktif dan sering digunakan sebagai pelarut dalam reaksi organik karena

mereka sangat non-polar.

  heksana memiliki lima isomer :

* n-heksan (heksan) n-heksana (heksana)

* izoheksan ( 2-metylopentan ) izoheksan ( 2-methylpentane )

* 3-metylopentan 3-methylpentane

* neoheksan 2,2-dimetylobutan neoheksan 2,2-dimetylobutan (Anonim,2010).

d.      Rohdamin B dan Metanil Yellow

Rhodamin B dan metanil yellow merupakan pewarna sintetik yang digunakan sebagai

pewarna tekstil dan dinyatakan berbahaya oleh pemerintah. Pewarna tersebut dapat

menyebabkan kanker dan sering kali digunakan untuk mewarnai produk makanan, salah

satunya adalah jelly. Rhodamin B adalah bahan untuk pewarna di industri tekstik dan kertas.

Rhodamin B berasal dari metalinilat dan dipanel alanin  dan sangat mudah larut dalam

alkohol (Anonim,2010).

Page 14: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

e.       Alumina (Aluminium oksida)

Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan

rumus kimia Al2O3. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam bidang pertambangan,

keramik dan teknik material senyawa ini lebih banyak disebut dengan nama alumina.

Sifat-sifat Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik yang

baik. Umumnya Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau α-

aluminum oksida. Al2O3 dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam alat

pemotong, karena sifat kekerasannya.

Al2O3 yang dihasilkan melalui anodisasi bersifat amorf, namun beberapa proses

oksidasi seperti plasma electrolytic oxydation menghasilkan sebagian besar Al2O3 dalam

bentuk kristalin, yang meningkatkan kekerasannya.

Al2O3 + 3H2O + 2NaOH + panas → 2NaAl(OH)4

Fe2O3 tidak larut dalam basa yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan melalui penyaringan.

SiO2 larut dalam bentuk silikat Si(OH)62-. Ketika cairan yang dihasilkan didinginkan, terjadi

endapan Al(OH)3, sedangkan silikat masih larut dalam cairan tersebut. Al(OH)3 yang

dihasilkan kemudian dipanaskan

2Al(OH)3 + panas → Al2O3 + 3H2O

Al2O3 yang terbentuk adalah alumina (Anonin,2010).

f.       Pasir

Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara

0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di

beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur (Anonim,2010).

Parktikum ini diawali dengan menimbang bahan bahan yang akan digunakan yaitu

metilen merah 0,5 gr, metilen kuning 0,5 gr, alumina 20 gr, kemudian buat sampel uji

dengan campurkan metilen merah dan metilen kuning dalam cawan porselen lalu dilarutkan

dengan kloroform, lalu ditambahkan alumina sedikit dan aduk sampai homogen dan menjadi

serbuk berwarna kecoklatan.

Dilain tempat dilakukan penyiapan kolom, yaitu dengan cara pertama-tama bersihkan

kolom dengan aseton lalu dikeringkan. Digunakan aseton karena aseton lebih bersifat volatile

dan dapat mengangkat kotoran pada peralatan laboratorium (anonym,2010). Kemudian

dimasukkan n-heksan kedalam kolom untuk mengkondisikan keadaan didalam kolom.

Page 15: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

Masukkan kapas sedikit di bagian bawah kolom, kapas yang digunakan sedikit saja karena

kalau terlalu tebal akan menyumbat eluen sehingga pemisahan tidak akan berlangsung, tetapi

tidak boleh terlalu tipis juga karena akan menyebabkan kebocoran pada kolom. Selanjutnya

dimasukkan alumina yang telah di larutkan dalam n-heksan. Buka keran bagian bawah agar

larutan bisa keluar. Bersihkan sisi-sisi dinding kolom dari alumina yang tersisa. Biarkan

pelarut (n-heksan, non polar) turun hingga 1 cm dari permukaan atas alumina. Lalu

masukkan sampel zat warna kedalam kolom sampai rata dan lalu ditutup kembali dengan

pasir Kemudian tambahkan pasir dan ratakan. Fungsi penambahan pasir adalah untuk

membatasi antara alumina dan sampel agar tidak bercampur, karena sampel juga

mengandung alumina. Tampung pelarut yang keluar dengan Erlenmeyer.

Kemudian masukkan etanol 96% sebagai pelarut kedalam kolom. Dipakai pelarut

etanol 96% karena etanol bersifat semi polar sehingga zat warna yang bersifat polar (metilen

kuning) dapat lebih berikatan dengan pelarut dari pada dengan alumina yang bersifat sangat

polar, sehingga terlihat pemisahan antara warna kuning dan merah (sangat polar). Tampung

pelarut yang keluar dengan Erlenmeyer. Pewarna kuning dapat terpisah terlebih dahulu

daripada pewarna merah dengan penambahan etanol 96% karena pewarna kuning lebih

bersifat non polar yang sesuai dengan etanol 96% yang juga bersifat semi polar, sesuai

dengan kaidah “like dissolve like”. Hal ini dikarenakan ikatan pewarna kuning pada alumina

lebih lemah daripada ikatan pewarna merah dengan alumina, sehingga pada waktu

penambahan etanol 96% pewarna kuning (non polar) akan lebih cenderung berikatan dengan

etanol 96% yang kepolarannya lebih rendah dari alumina dan akan terlarut dalam etanol dan

akan turun kebawah. Sedangkan pewarna merah (polar) akan lebih lama berikatan dengan

alumina karena sama-sama bersifat sangat polar, sehingga yang akan turun kebawah terlebih

dahulu adalah pelarut kuning.

Pada praktikum ini kami hanya mencapai elusi pada pewarna kuning tidak sampai pada

pewaarna merah, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu. Pewarna merah tersebut akan turun

apabila ditambahkan dengan pelarut yang bersifat lebih polar, seperti etanol 10%.

  F. KESIMPULAN-          Pewarna kuning bersifat non polar dan dapat dipisahkan dengan pelarut ethanol 96%

-          Pewarna merah bersifat polar dan dapat dipisahkan dengan pelarut yang lebih polar,

misalnya ethanol 10%

Page 16: Kromatografi Kolom Dan Lapis Tipis

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta: Depkes RI.

Anonim, 2010, Aseton, http://id.wikipedia.org/wiki/Aseton, diakses tanggal 9 juni 2010 .

Anonim, 2010, Aluminium oksida, http://id.wikiedia.org/wiki/Aluminium oksida, diakses

tanggal 9 Juni 2010.

Anonim, 2010, Etanol, http://id.wikiedia.org/wiki/etanol, diakses tanggal 9 Juni 2010.

Anonim, 2010, Heksana, http://id.wikiedia.org/wiki/heksana, diakses tanggal 9 Juni 2010.

Anonim, 2010, Pasir, http://id.wikiedia.org/wiki/etanol, diakses tanggal 9 Juni 2010.

Anonim, 2010, Rhodamin B, http://id.wikiedia.org/wiki/Rhodamin B, diakses tanggal 9 Juni

2010.

Takeuchi, Yoshito., 2009, kromatografi, http://www.chem-is-try.org, diakses tanggal 9 Juni

2010.

Takeuchi, Yoshito., 2010, kromatografi kolom, http://www.chem-is-try.org, diakses tanggal 9

Juni 2010.