Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KUALITAS UDARA AMBIEN
DI KAWASAN PUSPIPTEK SERPONG
SKRIPSI
DIDIK SODIKIN
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/ 1442 H
KUALITAS UDARA AMBIEN
DI KAWASAN PUSPIPTEK SERPONG
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
DIDIK SODIKIN
11160960000004
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/ 1442 H
KUALITAS UDARA AMBIEN
DI KAWASAN PUSPIPTEK SERPONG
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
DIDIK SODIKIN
NIM. 11160960000004
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Hendrawati, M.Si. Rita, M.Si.
NIP.19720815 200312 2 001 NIP. 19710427 199603 2 001
Mengetahui,
Dr. La Ode Sumarlin, M. Si
NIP. 19750918 200801 1 007
Ketua Program Studi Kimia
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Kualitas Udara Ambien Di Kawasan Puspiptek,
Serpong” telah diuji dan dinyatakan lulus pada Sidang Munaqosah Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu,
09 Desember 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Nurhasni, M.Si Nurmaya Arofah,M.Eng
NIP.19740618 200501 2 005 NIP. 19870610 201903 2 016
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Hendrawati, M.Si. Rita, M.Si.
NIP.19720815 200312 2 001 NIP. 19710427 199603 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri,M. Env. Stud Dr. La Ode Sumarlin, M.Si
NIP. 19690404 200501 2 005 NIP. 1975918 200801 1 007
Ketua Program Studi Kimia
PERNYATAAN
DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL
KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, Desember 2020
Didik Sodikin
11160960000004
© Hak Cipta Milik UIN, Tahun 2020
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
UIN.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulisan
ini dalam bentuk apapun tanpa izin UIN dan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kualitas Laboratorium Lingkungan – Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (P3KLL - KLHK) Serpong.
ABSTRAK
DIDIK SODIKIN. Kualitas udara ambien di Kawasan Puspiptek Serpong.
Dibimbing oleh Hendrawati dan Rita
Udara merupakan salah satu sumber utama kehidupan yang perlu dipelihara dan
dijaga kualitasnya. Meningkatnya pencemaran udara menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas udara di beberapa daerah di Indonesia. Berbagai metode yang
dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas udara, diantaranya metode sampling
parameter partikulat menggunakan metode standar High Volume Volume Air
Sampler (HVAS) sesuai SNI 19-7119-3-2005 dan metode sampling Low Volume
Air Sampler (LVAS) jenis Gent Sampler sebagai alat sampling alat alternatif
lainnya. Salah satu alat sampling LVAS yang digunakan pada penelitian ini
adalah Gent Stacked Filter Unit Sampler (Gent Sampler). Disamping parameter
partikulat, parameter anion dan kation juga dapat memengaruhi kualitas udara,
pada penelitian ini dilakukan pengujian klorin (Cl-) dan amonia (NH3) sesuai SNI
19-7117.8.2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas udara
ambien di P3KLL Kawasan Puspiptek, Serpong berdasarkan 5 parameter tersebut,
dan mengetahui hubungan metode sampling HVAS dengan Gent Sampler,
pengambilan contoh uji dilakukan selama 3 bulan secara kontinyu. Hasil analisis
konsentrasi TSP tertinggi yaitu 152 µg/Nm3, PM10 (HVAS) 81,6 µg/Nm3, PM10
(Gent Sampler) 47,6 µg/Nm3 , PM2,5 (HVAS) 75,6 µg/Nm3, PM2,5 (Gent Sampler)
30,8 µg/Nm3
, Cl-
berkisar 0,09 µg/Nm3
, dan NH3 berkisar 1,76 µg/Nm3. Hasil
tersebut masih sesuai jika dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 . Untuk hasil hubungan metode HVAS
dengan Gent Sampler menggunakan perhitungan matematis korelasi pearson,
diperoleh nilai korelasi PM10 0,95 dan PM2,5 0,84, nilai korelasi kedua parameter
tersebut mendekati 1 yang menunjukan bahwa hubungan pengukuran PM10 dan
PM2,5 memiliki kategori sangat kuat.
Kata Kunci : Cl-, Gent Sampler, HVAS, NH3 dan TSP
ABSTRACT
DIDIK SODIKIN. Ambient air quality in Puspiptek area Serpong. Supervised by
Hendrawati dan Rita.
Air is one of the main sources of life that needs to be maintained and maintained
in quality. Increasing air pollution causes a decrease in air quality in several
regions in Indonesia. Various methods can be used for know quality air, including
the particulate parameter sampling method using the standard method of High
Volume Air Sampler (HVAS) according to SNI 19-7119-3-2005 and the Gent
Sampler type Low Volume Air Sampler (LVAS) sampling method as a tool. other
alternative sampling tools. One of the sampling tools used in this study is the Gent
Stacked Filter Unit Sampler (Gent Sampler). In addition to particulate parameters,
anion and cation parameters can also affect air quality, in this research testing for
chlorine (Cl-) and ammonia (NH3) according to SNI 19-7117.8.2005. The purpose
of this study was to determine the quality of ambient air in the P3KLL Puspiptek
Area, Serpong based on these 5 parameters, and to determine the relationship
between the HVAS sampling method and the Gent Sampler, the sampling was
carried out for 3 months continuously. The results of the analysis of the highest
TSP concentration were 152 µg/Nm3, PM10 (HVAS) 81.6 µg/Nm
3, PM10 (Gent
Sampler) 47.6 µg/Nm3, PM2.5 (HVAS) 75.6 µg/Nm
3, PM2.5 (Gent Sampler) 30.8
µg/Nm3, Cl
- was 0.09 µg/Nm3, and NH3 was 1.76 µg / Nm
3. These results are still
appropriate when compared with the quality standards set by Government
Regulation no. 41 of 1999. For the results of the relationship between the HVAS
method and the Gent Sampler using the mathematical calculation of Pearson
correlation, the correlation value for PM10 is 0.95 and PM2.5 0.84, the correlation
value for the two parameters is close to 1 which indicates that the relationship
between PM10 and PM2.5 measurements has a very strong category.
Keywords : Cl-, Gent Sampler, HVAS, NH3 dan TSP
ix
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohim
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kualitas udara ambien di Kawasan Puspiptek Serpong”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sains, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak sebagai
berikut.
1. Dr. Hendrawati, M.Si selaku dosen pembimbing I Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pengarahan, pengetahuan, serta bimbingannya sehingga banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.
2. Rita, M.Si selaku pembimbing II di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) - Badan Penelitian
Pengembangan dan Inovasi – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
yang telah memberikan pengarahan, pengetahuan, serta bimbingannya
sehingga banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
3. Nurhasni, M.Si dan Nurmaya Arofah, M.Eng selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi
penelitian.
x
4. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si selaku ketua Program Studi Kimia di Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ir. Herman Hermawan, M.M selaku kepala Pusat Peneltian dan
Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) Puspiptek,
Serpong.
7. PSTNT - BATAN yang telah bekerjasama dengan P3KLL dalam hal
penelitian kualitas udara menggunakan alat Gent Sampler.
8. Kedua orang tua dan kakaku atas segala doa, motivasi dan dukungan moril
maupun materil yang diberikan kepada penulis.
9. Bapak Ricky Nelson, Bapak Bambang Hindratmo dan kaka Resi yang telah
banyak memberikan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian di
laboratorium.
10. Teman-temanku : Miya Riski, Fitriyani Adwiwartika, Meydina Syafanti,
Ribbialif Wiga, M. Alfatih Hardiyanto, Shohibul Fiqri, dan Nurmalia Safitri
sebagai rekan seiring seperjuangan dalam melakukan penelitian penelitian.
11. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Jakarta, Desember 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.4 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Udara.............................................................................................................. 7
2.2 Sumber Bahan Pencemar Udara .................................................................... 8
2.3 Komponen Pencemar Udara .......................................................................... 9
2.3.1 Klorin (Cl-) ........................................................................................ 9
2.3.2 Amonia (NH3) ................................................................................. 10
2.3.3 Total Suspended Particulate (TSP) ................................................. 10
2.3.4 Partculate Matter 10 (PM10) ........................................................... 11
2.3.5 Partculate Matter 2,5 (PM2,5) ......................................................... 11
2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pencemaran Udara ................................ 12
2.5 Jenis Bahan Pencemar Udara....................................................................... 14
2.6 Alat Sampling High Volume Air Sampler (HVAS) ..................................... 14
2.7 Alat Sampling Low Volume Air Sample (LVAS) ........................................ 16
2.8 Ion Chromatography (IC) ............................................................................ 17
2.9 Analisis TSP, PM2,5 dan PM10 dengan Metode Gravimetri ......................... 20
2.10 Mekanisme Sampling................................................................................... 21
2.10.1 Mekanisme sampling menggunakan alat HVAS .............................. 21
2.10.2 Mekanisme sampling menggunakan alat Gent Sampler ................... 21
2.10.3 Mekanisme sampling menggunakan metode Filter Pack ................. 22
2.11 Kawasan Puspiptek, Serpong....................................................................... 23
2.12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 ............. 24
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 25
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 25
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 25
3.2.1 Alat .................................................................................................. 25
3.2.2 Bahan............................................................................................... 26
3.3 Bagan Alir Penelitian ................................................................................... 27
3.4 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 28
3.4.1 Metode HVAS (SNI 19-7119-3-2005) .......................................... 28
3.4.2 Metode LVAS ................................................................................. 30
xii
3.4.4 Metode Pengolahan Data ............................................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 36
4.1 Hasil pengukuran partikulat menggunakan alat HVAS dan Gent Sampler . 36
4.2 Hasil pengukuran partikulat menggunakan Gent Sampler .......................... 39
4.3 Hasil pengukuran konsentrasi klorin dan amonia di P3KLL Puspiptek,
Serpong ........................................................................................................ 41
4.4 Hasil Perbandingan Pengukuran Partikulat HVAS dan Gent Sampler ....... 42
4.5 Korelasi hasil pengukuran partikulat HVAS dan LVAS menggunakan SPSS
..................................................................................................................... 45
4.6 Korelasi konsentrasi PM10 dan PM2,5 HVAS dan LVAS (Gent Sampler) .. 47
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 49
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 49
5.2 Saran ............................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51
LAMPIRAN ......................................................................................................... 54
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Baku mutu udara nasional ...................................................................... 24
Tabel 2. Data konsentrasi TSP,PM10 dan PM2,5 ................................................... 36
Tabel 3. Konsentrasi klorin dan amonia ............................................................... 41
Tabel 4. Correlation Pearson PM10 ..................................................................... 47
Tabel 5. Correlation Pearson PM2,5 .................................................................... 47
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema alat High Volume Air Sampler (HVAS) ............................... 15
Gambar 2. Mekanisme sampling menggunakan alat HVAS ............................... 21
Gambar 3. Mekanisme sampling menggunakan alat Gent Sampler .................... 21
Gambar 4. Mekanisme sampling klorin dan amonia ........................................... 22
Gambar 5. Bagan alir penelitian .......................................................................... 27
Gambar 6. konsentrasi TSP terhadap waktu sampling ........................................ 36
Gambar 7. Konsentrasi PM10 terhadap waktu sampling ...................................... 37
Gambar 8. Konsentrasi PM2,5 terhadap waktu sampling ..................................... 38
Gambar 9. Grafik konsentrasi TSP, PM2,5 dan PM10 tahun 2018 dan 2019 ........ 38
Gambar 10. Konsentrasi PM10 dan PM2,5 terhadap waktu sampling ................... 40
Gambar 11. Perbandingan PM2,5 pada alat HVAS dan Gent Sampler ................ 43
Gambar 12. Perbandingan PM10 pada alat HVAS dan LVAS ............................ 43
Gambar 13. Korelasi PM10 HVAS terhadap LVAS ............................................ 43
Gambar 14. Korelasi PM2,5 HVAS terhadap LVAS ........................................... 44
Gambar 15. Grafik histogram uji normalitas data PM2,5 ..................................... 45
Gambar 16. Grafik P-Plot uji normalitas data PM2, ............................................ 45
Gambar 17. Grafik histogram uji normalitas data PM10 ...................................... 46
Gambar 18. Grafik P-Plot Uji normalitas data PM10 ........................................... 46
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Timeline Penelitian ......................................................................... 54
Lampiran 2. Alat-alat penelitian .......................................................................... 54
Lampiran 3. Rancangan Biaya Anggaran Penelitian........................................... 56
Lampiran 4. Salah satu perhitungan HVAS ........................................................ 56
Lampiran 5. Perhitungan metode Gravimetri alat LVAS jenis Gent Sampler .... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara ambien menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara adalah udara bebas di permukaan bumi pada
lapisan troposfir yang berada di wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang
dibutuhkan dan memengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur
lingkungan hidup lainnya, untuk itu kualitasnya harus dijaga. Penurunan kualitas
udara dapat disebabkan oleh sumber alami dan antropogenik (akibat perbuatan
manusia). Contoh sumber pencemaran antropogenik adalah kegiatan industri, asap
kendaraan bermotor dan pembakaran biomassa. Untuk mengetahui kualitas udara
yang berada di bumi perlu dilakukan pemantauan kualitas udara dengan
mengambil contoh uji parameter udara, dengan mengetahui kualitas udara maka
tindakan pencegahan dan pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan
tepat sasaran.
Firman Allah SWT Q.S Al-Baqarah ayat : 60
وإذ استسقى مىسى لقىمه فقلنا اضرب بعصاك الحجر
شربه فانفجرت منه اثنتا عشرة عينا م قد علم كل أناس م
ه ول تعثىا في الرض مفسدين ﴿ زق اللـ ﴾٠٦كلىا واشربىا من ر
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami
berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu memancarlah dari
padanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat
minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah,
dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.”(QS
Al-Baqarah [2]: 60)”.
2
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah mengharuskan manusia untuk
berjalan di muka bumi untuk mencari keberkahan berupa makanan dan minuman
yang sudah Allah SWT sebarkan, dan jangan sampai berbuat kerusakan karena
pada dasarnya makanan dan minuman yang manusia konsumsi itu berasal dari
bumi, Abu aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat kerusakan di
bumi berarti melakukan kedurhakaan kepada Allah SWT, karena terpeliharanya
kelestarian bumi dan langit berhubungan dengan ketaatan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 ada beberapa
parameter baku mutu kualitas udara, seperti total suspended particulate (TSP),
particulate matter (PM2,5 dan PM10), klorin dan amonia. TSP adalah berupa
padatan atau cairan yang berada di udara yang memiliki ukuran partikel >10 µm,
ukuran partikulat sangat menentukan seberapa besar dampak yang akan terjadi
apabila terhirup oleh tubuh ataupun mengkontaminasi lingkungan. Ukuran
partikulat bervariasi, ada yang berukuran <10 µm disebut PM10, dan partikulat
yang berukuran <2,5 µm disebut PM2,5. Menurut World Health Organization
(WHO) secara global polusi udara membunuh hingga 7 juta orang setahun
diseluruh dunia akibat polusi udara di luar rumah.
Polutan lainnya adalah klorin (Cl-) dan amonia (NH3), klorin merupakan
salah satu unsur kimia yang paling banyak diproduksi di seluruh dunia karena
penggunaan klorin banyak digunakan di bidang industri maupun untuk produk
pembersih rumah tangga yang berwarna kuning kehijauan dan memiliki bau
menyengat. Pada umumnya klorin akan berikatan dengan unsur-unsur atau
senyawa lain membentuk garam natrium klorida (NaCl) atau membentuk ion
klorida pada air laut (Hasan, 2006). Amonia bisa dalam bentuk bebas berupa gas
3
NH3 atau terlarut dalam air sebagai larutan amonium hidroksida (NH4OH),
amonia dalam bentuk gas dapat terpajan melalui pernapasan dan dapat
mengakibatkan iritasi yang kuat terhadap sistem pernapasan. Karena memiliki
sifat yang iritasi, polutan ini dapat merangsang proses peradangan pada saluran
pernapasan bagian atas yaitu saluran mulai dari hidung hingga tenggorokan
(Charles et al, 2008).
Metode pengukuran kualitas udara ambien yang digunakan tergantung
parameter yang akan diuji. Metode pengambilan sampel partikulat dengan alat
HVAS sudah menjadi standar nasional yang terdapat di dalam SNI 19-7119-3-
2005 Bagian 3: Cara uji partikel tersuspensi total menggunakan peralatan (HVAS)
dengan metode gravimetri. Selain HVAS, partikulat dapat di sampling dengan
menggunakan instrumen (LVAS), salah satu jenis alat LVAS adalah Gent
Sampler yang biasa digunakan oleh Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan
(PSTNT) - Badan Tenaga Atom Nuklir Nasional (BATAN) Bandung.
Perbedaannya dengan HVAS yaitu terdapat pada laju alirnya, HVAS dengan nilai
rata-rata laju alir pompa vakum 1.200 L/menit. Sedangkan Gent Sampler
mempunyai laju alir 18 L/menit (Maenhut et al, 1993). LVAS berjenis Gent
Sampler ini merupakan instrumen yang belum standar di Indonesia, sehingga
dalam penelitian ini, di lakukan perbandingan konsentrasi PM10, PM2,5 dengan
metode sampling HVAS dan Gent Sampler. Selanjutnya sampel dianalisis
menggunakan metode gravimetri untuk mengetahui konsentrasi partikulat terukur.
Timbangan yang digunakan untuk sampel Gent Sampler lebih sensitif
dibandingkan dengan HVAS yang di lakukan oleh PSTNT-BATAN, Bandung,
(Isfi et al, 2018).
4
Pengambilan contoh uji klorin (Cl-) dan amonia (NH3)
dapat dilakukan
menggunakan metode filter pack, metode ini merupakan sebuah metode yang
menggunakan paket filter yang berisi 4 filter yang disusun ke rangkaian four-
stage filter pack. 4 filter tersebut berjenis PTFE (F0), poliamida (F1), selulosa
diimpregnasi dengan kalium karbonat (F2), selulosa diimpregnasi dengan asam
fosfat dan gliserin (F3), kemudian dihubungkan dengan dry gass meter dengan
laju alir sebesar 1 L/menit (EANET, 2010), sampel kemudian dianalisis
menggunakan instrumen Ion Chromatography, proses analisis berlangsung dalam
waktu yang cepat, dengan sensitivitas yang baik (Amin dan Toyohide, 2005).
Penelitian lain, dilakukan oleh Agus dan Budi (2007), metode yang
digunakan adalah pencuplik udara yang dilengkapi impaktor bertingkat Andersen.
Kadar PM2,5 dan PM10 yang dihasilkan sebesar 330,31 µg/m3 dan 107,52 µg/m
3
nilai tersebut telah melebihi baku. Penelitian mengenai pengukuran kualitas udara
juga dilakukan oleh Lestari dan Nelson (2017), diperoleh hasil bahwa sumber
pencemar yang mendominasi di titik sampling P3KLL adalah NH3 dalam fase gas
sebesar 11,0 – 19,1 ppb dan SO42-
sebesar 3,4-5,1 ppb, sumber-sumber ini berasal
dari sektor agrikultural dan peternakan disekitar lokasi sampling yang
menyebabkan nilah NH3 dan SO42-
tinggi.
Penelitian ini dilakukan di P3KLL yang terdapat di dalam kawasan
PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan - Provinsi Banten, wilayah ini
merupakan suatu kawasan yang berdiri diatas lahan seluas 460 hektar, hingga saat
ini, terdapat 50 Pusat/Balai/Balai Besar serta 5000 sumber daya manusia.
Baku mutu udara nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41
Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara untuk TSP sebesar 230
5
µg/Nm3, PM10 150 µg/Nm
3, PM2,5 65 µg/Nm
3, klorin 150 µg/Nm
3, dan amonia 2
µg/Nm3
selama 24 jam. Analisis konsentrasi partikel udara TSP, PM10, PM2,5,
dapat dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri, dan untuk Cl- dan NH3
menggunakan Ion Chromatography.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapakah konsentrasi TSP, PM2,5, PM10, Cl-, dan NH3 di Kawasan
Puspiptek Serpong ?
2. Bagaimana perbandingan hasil pengukuran PM2,5 dan PM10 antara alat
HVAS dan LVAS jenis Gent Sampler ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan data konsentrasi hasil pengukuran TSP, PM2,5, PM10, Cl- dan
NH3 di Kawasan Puspiptek Serpong.
2. Mengetahui perbandingan hasil pengukuran PM2,5 dan PM10 antara alat
HVAS dan LVAS jenis Gent Sampler ?
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Kegiatan antropogenik di sekitar kawasan Puspiptek Serpong dapat
memberikan hasil yang tinggi terhadap pengukuran kualitas udara ambien
parameter TSP, PM2,5, PM10, Cl- dan NH3 di lokasi sampling.
2. Korelasi hasil pengukuran PM10 dan PM2,5 menggunakan metode LVAS
jenis Gent Sampler menunjukan hubungan yang sangat kuat dengan HVAS,
sehingga dapat dikatakan bahwa metode LVAS dengan jenis Gent Sampler
dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam pengukuran udara ambien
selain metode HVAS yang sudah menjadi standar di Indonesia.
6
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh dan memberikan informasi
kepada khalayak umum mengenai kualitas udara ambien yang berada di kawasan
Puspiptek Serpong dari hasil pengukuran TSP, PM2,5, PM10, Cl- dan NH3 untuk
memberikan solusi bagi daerah yang tidak memiliki alat HVAS namun memiliki
alat LVAS jenis Gent Sampler sebagai metode alternatif lain dalam pengambilan
contoh uji partikulat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udara
Udara adalah faktor yang sangat penting dalam kehidupan semua makhluk
hidup yang ada di dunia ini. Seiring berjalannya waktu, kualitas udara semakin
menurun yang diakibatkan oleh asap-asap pabrik yang semakin banyak, hasil
akhir sektor-sektor agrikultural atau peternakan dan juga asap kendaraan, udara
ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada
di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
memengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya (Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999).
2.1.1 Pengertian Lingkungan dan Pencemaran Udara
Lingkungan dapat diartikan sebagai media atau suatu areal, tempat atau
wilayah yang didalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktifitas yang
berasal dari ornamen-ornamen penyusunnya. Ornamen-ornamen yang ada dalam
bentuk lingkungan merupakan suatu bentuk sistem yang saling mengikat, saling
menyokong kehidupan mereka. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi normal
pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-
bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai
sifat racun yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari
polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Palar,
2004).
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal disebut juga faktor yang terjadi
8
secara proses alamiah contohnya seperti debu yang dikeluarkan dari letusan
gunung berapi beserta gas-gas vulkanik dan proses pembusukan sampah organik,
faktor eksternal disebut juga faktor yang berasal dari luar atau dari proses ulah
tangan manusia (antropogenik) contohnya hasil pembakaran bahan bakar fosil,
debu atau asap dari kegiatan industri, transportasi dan pemakaian zat-zat kimia
yang disemprotkan ke udara (Sunu, 2001).
2.2 Sumber Bahan Pencemar Udara
Sumber pencemaran udara dikelompokkan menjadi sumber bergerak dan
sumber tidak bergerak. Sumber bergerak merupakan sumber emisi yang
menghasilkan pencemar bergerak dari waktu ke waktu dari alat transportasi
contohnya seperti asap yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, pesawat terbang,
kereta api, dan kapal laut. Kedua adalah sumber tidak bergerak, sumber tidak
bergerak adalah sumber emisi yang berada tetap dari waktu ke waktu biasanya
berasal dari cerobong asap suatu industri, yang termasuk sumber pencemar dari
bahan bakar bersumber menetap adalah pembakaran beberapa jenis bahan bakar
diemisikan pada suatu lokasi yang tetap. (Sarudji, 2010).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 sumber pencemar dapat
digolongkan atas lima kelompok, yaitu:
1. Sumber bergerak : sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu
tempat yang berasal dari kendaraan bermotor;
2. Sumber bergerak spesifik: serupa dengan sumber bergerak namun berasal
dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya;
3. Sumber tidak bergerak: sumber emisi yang tetap pada suatu tempat;
9
4. Sumber tidak bergerak spesifik: serupa dengan sumber tidak bergerak
namun berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah;
5. Sumber gangguan: sumber pencemar yang menggunakan media udara atau
padat untuk penyebarannya. Sumber ini terdiri dari kebisingan, getaran,
kebauan dan gangguan lain. Dari berbagai sektor yang potensial dalam
mencemari udara, pada umumnya sektor transportasi memegang peran yang
sangat besar dibandingkan dengan sektor lainnya.
2.3 Komponen Pencemar Udara
Pencemaran udara merupakan terakumulasinya zat, gas dan partikel-partikel
yang berasal dari kegiatan manusia dan alam ke udara bebas dalam konsentrasi
yang cukup tinggi.
2.3.1 Klorin (Cl-)
Menurut World Health Organization (WHO) secara global, klorin termasuk
salah satu bahan kimia yang cukup mengganggu lingkungan, klorin merupakan
salah satu unsur kimia yang paling banyak diproduksi diseluruh dunia karena
penggunaan klorin ini sangat banyak baik dalam bidang industri maupun untuk
pembersih rumah tangga.
Klorin dapat masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi, ingesti (pencernaan),
kontak dengan kulit dan kontak dengan mata. Jenis klorin yang sering digunakan
dalam industri yaitu natrium hipoklorit yang merupakan bahan utama dalam
cairan pemutih, zat ini biasanya digunakan untuk pemutih dalam bidang industri
pakaian, kertas dan serbuk kayu, BPOM RI (2014), Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 baku mutu klorin yang berada diudara sebesar
150 µg/Nm3.
10
2.3.2 Amonia (NH3)
Amonia merupakan suatu gas yang tidak berwarna, namun memiliki bau
yang sangat menyengat, bersifat korosif dan sangat toksik bahkan dalam
konsentrasi rendah. Amonia dapat tercium pada kadar 0,003 ppm. Toksisitas
kronis amonia pada kadar >35 ppm dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
kerusakan paru-paru, menurunkan pertumbuhan dan malfungsi otak serta
penurunan nilai darah (Suharto, 2011).
Paparan amonia dapat mengakibatkan korosif pada selaput lendir mata,
paru-paru dan saluran pencernaan dan kulit karena pH basa dan sifat higroskopis
amonia. Tanda-tanda klinis yang lebih parah termasuk penyempitan langsung dari
tenggorokan dan pembengkakan menyebabkan obstruksi jalan napas atas dan
akumulasi cairan di paru-paru. Paparan kronis gas amonia dapat menyebabkan
iritasi pada saluran pernapasan, batuk kronis, asma, fibrosis paru, iritasi kronis
dari selaput mata dan dermatitis (Haryoto, 2014).
2.3.3 Total Suspended Particulate (TSP)
TSP atau yang dikenal dengan Total Suspended Particulate merupakan
padatan ataupun cairan yang berada di udara, dalam bentuk asap, debu dan uap.
TSP memiliki berbagai macam bentuk, contohnya seperti :
1. Aerosol yaitu berupa partikel yang terhambur dan melayang di udara;
2. Kabut/fog adalah berupa butiran-butiran air yang berada di udara;
3. Asap/smoke berupa aerosol campuran antara bentuk padatan dan cairan
yang menghambur di udara;
4. Debu/dust merupakan aerosol berupa butiran padat yang berhambur dan
melayang di udara karena hembusan angin;
11
5. Mist berupa butiran zat cair yang melayang di udara;
6. Fume yang merupakan aerosol yang berasal dari proses kondensasi uap
panas, khususnya logam;
7. Plume berupa asap yang keluar dari cerobong asap industri;
8. Haze merupakan setiap bentuk aerosol yang mengganggu pandangan di
udara;
9. Smog atau gabungan antara smoke dan fog yang berarti kabut asap.
(Sakti, 2012).
Partikulat yang terhambur dan melayang di udara memiliki karakteristik dan
ukuran yang berbeda-beda, ukuran tersebut menentukan seberapa parah pajanan
yang akan terjadi. Total Suspended Particulate (TSP) adalah partikulat dengan
ukuran >10 μm, ukuran partikulat yang membahayakan kesehatan umumnya
berkisar antara 0,1 mikro meter-10 mikro meter. Terdapat dua ukuran yang
dijadikan variabel pemantauan kualitas udara ambien, yaitu partikulat berukuran
≤10 mikro meter (PM10) dan partikulat berukuran ≤2,5 mikro meter (PM2,5).
2.3.4 Partculate Matter 10 (PM10)
PM10 adalah kelompok partikulat yang memilki ukuran kecil yaitu <10
mikro meter yang memungkinkan partikulat akan terhirup masuk ke dalam saluran
pernapasan dan dapat mengiritasi saluran nafas bagian atas dan menyebabkan
iritasi saluran pernapasan (Cahyadi et al, 2016).
2.3.5 Partculate Matter 2,5 (PM2,5)
PM2,5 atau particulate matter 2,5 merupakan partikel yang memiliki ukuran
lebih kecil dari 2,5 mikro meter. Ukuran partikel PM2,5 ini jika terhirup dapat
12
langsung masuk ke saluran tubuh paling dalam seperti paru-paru dan mengendap
dibagian alveolit karena ukurannya yang sangat halus (Pfeiffer, 2005).
2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pencemaran Udara
Pencemaran udara yang terjadi pada permukaan bumi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor meteorologi, iklim dan topografi.
Meteorologi dan Iklim
Meteorologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari keadaan fisik
atmosfer dan fenomena yang ada didalamnya, kondisi fisik astmosfer yang
dimaksud meliputi temperatur, arah dan kecepatan angin dan cuaca (Chandra,
2006).
1. Temperatur
Pergerakan mendadak lapisan udara dingin kesuatu kawasan industri dapat
menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain udara dingin akan
terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung
menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi sehingga konsentrasi
polutan di kawasan tersebut semakin lama semakin tinggi.
Dalam keadaan tersebut, di permukaan bumi dapat dikatakan tidak terdapat
pertukaran udara sama sekali karena kondisi itu dapat berlangsung sampai
beberapa hari atau beberapa minggu, udara yang berada dekat permukaan bumi
akan penuh dengan polutan dan dapat menimbulkan keadaan yang sangat kritis
bagi kesehatan.
13
2. Arah dan kecepatan angin
Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana
dan dapat mencemari udara negara lain. Kondisi semacam ini pernah dialami oleh
negara-negara di daratan Eropa.
3. Hujan
Air hujan, sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang
terdapat dalam udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara sebagai
sumber energinya berpotensi menjadi sumber pencemar udara di sekitarnya.
Pembakaran batubara akan menghasilkan gas sulfur dioksida dan apabila gas
tersebut bercampur dengan air hujan akan terbentuk asam sulfat (sulfuric acid)
sehingga air hujan menjadi asam, biasa disebut hujan asam (acid rain).
Topografi
Topografi merupakan gambaran bentuk atau rupa dari permukaan bumi
termasuk semua bangunan yang dibangun oleh manusia diatas permukaan bumi
ini (Rais, 1978).
1. Dataran rendah
Di daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang jauh
ke seluruh penjuru dan dapat melewati batas negara dan mencemari udara negara
lain.
2. Pegunungan
Di daerah dataran tinggi sering terjadi temperatur inversi dan udara dingin
yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi.
14
3. Lembah
Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala
penjuru. Keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di permukaan
bumi (Chandra, 2006).
2.5 Jenis Bahan Pencemar Udara
Jenis bahan pencemar udara terbagi menjadi beberapa jenis seperti
berdasarkan bentuk dan tempat. Berdasarkan bentuk seperti contohnya gas dan
partikel, gas merupakan uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena
dipanaskan atau menguap sendiri. Sedangkan partikel merupakan bentuk
pencemar udara yang berasal dari zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik
berupa padatan, cairan secara bersama-sama, contohnya debu dan asap (Sunu,
2001).
Berdasarkan tempat terbagi menjadi 2 yaitu pencemaran udara yang terjadi
di dalam ruangan dan di luar ruangan, pencemaran udara yang terjadi di dalam
ruangan biasanya zat pencemar ini seperti asap rokok, asap akibat memasak di
dapur tradisional, pencemaran udara di dalam ruang ini disebut juga udara tidak
bebas seperti dirumah, pabrik, bioskop dan bangunan lainnya dan pencemaran
udara yang berada di luar ruangan biasa disebut juga udara bebas contohnya
seperti asap dari industri maupun kendaraan.
2.6 Alat Sampling High Volume Air Sampler (HVAS)
HVAS merupakan salah satu alat sampling yang digunakan untuk sampling
partikulat berupa Total Suspended Particulate (TSP) dengan ukuran dibawah 100
μm. HVAS merupakan salah satu sampler partikel udara yang banyak digunakan,
dan telah ditetapkan sebagai metode standar untuk pengambilan sampel TSP oleh
15
SNI (Standar Nasional Indonesia) dan NAAQS (National Ambient Air Quality
Standart) (IAEA,1992). Intrumen ini pertama kali dikembangkan dan
dikomersilkan pada tahun 1960an (Robson dan Foster, 1962). HVAS dapat
mengumpulkan sampel lebih dari 1.500 m3
udara selama 24 jam periode
pengukuran, sampel udara dengan HVAS menghasilkan volume udara sebesar
1.715 Nm3 sehingga lebih banyak menangkap partikel di udara. pemeliharaan alat
menjadi hal yang penting (Fred, 2012).
Gambar 1. Skema alat High Volume Air Sampler (HVAS)
Prinsip kerja alat HVAS ini adalah menghisap udara dengan pompa vakum
sehingga partikulat akan masuk dan terkumpul di permukaan filter, laju alir alat
ini sebesar 1.200 L/menit selama 24 jam periode pengukuran. Partikulat yang
sudah terperangkap di permukaan filter ini untuk mengetahui konsentrasi,
partikulat dianalisis menggunakan metode gravimetri yaitu dengan ditimbang
dengan timbangan khusus 4 digit (SNI, 2005).
HVAS bekerja dengan penghisap udara yang ada disekitarnya dan
menangkap partikel dengan menggunakan filter pada lapisan atas, filter yang
digunakan sebelumnya telah ditimbang, sehingga diketahui berat filter kosong
tanpa sampel yang terperangkap didalamnya. Bagian penutup HVAS paling atas
merupakan tutupan alat seperti atap rumah yang menjaga filter dari air hujan dan
16
mencegah masuknya pertikel yang terlalu besar. Ukuran pertikel yang terkumpul
sangat dipengaruhi oleh arah angin disekitar lokasi pengambilan sampel, salah
satu modifikasi yang biasanya dilakukan adalah dengan memanfaatkan ukuran
filter tertentu sehingga hanya partikel dengan ukuran tertentu saja yang dapat
terkumpul didalamnya (Wedding et al, 1977).
2.7 Alat Sampling Low Volume Air Sample (LVAS)
LVAS merupakan instumen yang digunakan untuk mengumpulkan sampel
partikel udara dengan volume dan laju alir yang lebih kecil dari alat HVAS.
LVAS bisa digunakan untuk mengambil sampel didalam maupun diluar ruangan
karena bentuk alatnya yang kecil dan mudah dibawa, instrumen ini terdiri dari
pompa penghisap, flow meter dan kontainer hitam. Ada beberapa jenis alat
pengambilan sampel yang termasuk dalam LVAS, salah satunya adalah Gent
Sampler. Gent Sampler ini merupakan alat pengukur manual aktif semi otomatik
untuk mencuplik contoh uji udara ambien yang termasuk dalam kategori manual
semi otomatik. Kecepatan laju alir ini adalah 18 L/menit dan Gent Sampler ini
memiliki dua filter yang berbeda ukuran yang diletakan dalam satu rangkaian
kaset filter secara seri (Maenhaut et al, 1993).
Filter yang digunakan dalam alat LVAS ini adalah filter jenis Nucleopore
Policarbonate, filter ini umumnya dibuat dengan memaparkan membran ke
radiasi yang melemahkan plastik dan menciptakan area tertentu yang dapat
dihilangkan dengan menyiram membran dalam asam atau bahan kimia lainnya
(Robert et al,1975), konsentrasi PM10 diperoleh dari penjumlahan PM2,5 dengan
PM2,5-10, penentuan konsentrasi PM2,5 dan PM10 pada Gent Sampler dihitung
dengan menggunakan metode Gravimetri. Penimbangan filter Gent Sampler
17
dilakukan oleh PSTNT-BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) - Bandung,
dikarenakan Institusi tersebut memiliki Neraca Mikro Mettler Toledo yang
mempunyai sensitivitas tinggi.
2.8 Ion Chromatography (IC)
Kromatografi pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik
didalam larutan campuran atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik dengan
yang lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut
merupakan suatu matriks yang kuat, yang permukaannya mempunyai muatan,
dapat berupa muatan positif ataupun muatan negatif, mekanisme pemisahan
berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.
Kromatografi ini merupakan jenis kromatografi yang melibatkan reaksi
kimia dalam pemisahannya, dengan demikian, kesetimbangan yang terjadi di
permukaan berbeda dengan kesetimbangan kromatografi lainnya. Komponen
ionik akan tertahan secara selektif karena berkaitan dengan penukar ion yang ada
fase diam. Kromatografi ini mempunyai keterbatasan karena berkaitan dengan
perhitungan kimia.
Komponen dasar kromatografi penukar ion ada eluen, pompa, injektor,
kolom pemisah, detektor dan recorder data.
1. Eluen berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa sampel tersebut
masuk kedalam kolom pemisah.
2. Pompa berfungsi untuk mendorong eluen dan sampel tersebut masuk
kedalam kolom, kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan
bisa mengakibatkan perbedaan hasil.
18
3. Injektor sebagai tempat memasukan sampel dan kemudian sampel tersebut
didistribusikan kedalam kolom.
4. Kolom pemisah ion berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam
sampel, keterpaduan antara kolom dan eluen bisa memberikan hasil/puncak
yang maksimal, begitu pun sebaliknya, jika tidak ada kesesuaian, maka
tidak akan memunculkan puncak.
5. Detektor berfungsi sebagai pembaca ion yang lewat ke dalam detektor
6. Recorder data, yang berfungsi untuk merekam dan mengolah data yang
masuk.
Inti dalam teknik pemisahan kromatografi ion adalah kolom pemisah, kolom
Pemisah inilah yang bisa memisahkan ion-ion tersebut ketika sampel dilewatkan
didalamnya, seingga puncak yang muncul secara bergantian dan berurutan. Bisa
diibaratkan dalam tubuh manusia bahwa kolom ini adalah sebagai jantung pada
manusia, sehingga tanpa adanya jantung manusia tidak akan bisa hidup. Demikian
halnya pada teknik ini, tanpa adanya kolom pemisah, maka tidak akan mungkin
terjadi pemisahan ion (Weiss, 1995).
Kelebihan Kromatografi Ion
Beberapa kelebihan yang dimiliki kromatografi ion sehingga menjadi “the
best choice” dalam dunia pemisahan ion-ion diantaranya :
1. Kecepatan
Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat penting
dalam hal analisis ion. Salah satu yang menyebabkannya adalah masalah klasik
yaitu mengurangi biaya dan bisa menghasilkan data-data analisis yang lebih cepat
dan akurat. Itulah sebabnya teknik ini terus dikembangkan orang-orang untuk
19
mendapatkan teknik pemisahan atau pendeteksian yang lebih praktis dengan biaya
yang relatif murah.
2. Sensitivitas
Berkembangnya teknologi mikroprosessor, mulailah orang-orang
mengkombinasikannya dengan efisiensi kolom pemisah, mulai skala konvensional
(ukuran diameter dalam milimeter) sampai skala mikro yang biasa juga disebut
microcolumn, sehingga walaupun hanya dengan jumlah sampel yang sangat
sedikit, misalnya 10 µL yang diijeksikan ke dalam kromatografi, ion-ion yang ada
didalam sampel tersebut dapat terdeteksi dengan baik.
3. Selektivitas
Melalui kromatografi ion ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan
keinginan, misalnya kation atau anion organik saja atau kation/anion anorganik
yang ingin dipisahkan. Itu dapat dilakukan dengan memilih kolom pemisah yang
tepat. Ataupun hanya ion tertentu yang ingin diukur walaupun banyak ion lain
yang ada dalam sampel.
4. Pendeteksian yang serempak (simultaneous detection)
Secara umum, anion dan kation dideteksi terpisah dengan menggunakan
sistem analisis yang terpisah. Padahal sangat penting dilakukan pendeteksian
secara serempak antara anion dan kation dalam sekali injek saja untuk sebuah
sampel. Tentunya, pendekatan yang terakhir ini punya sejumlah kelebihan
dibanding dengan pemisahan terspisah. Sebagaimana beberapa kelebihan
diantaranya memberikan biaya operasional yang lebih murah, memperkecil
jumlah limbah saat analisis berlangsung, memperpendek waktu analisis serta
dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan.
20
5. Kestabilan kolom pemisah (stability of the separator column)
Ketahanan kolom ini berdasarkan pada packing material yang diisikan
kedalam kolom pemisah. Namun, kebanyakan kolom pemisah bertahan pada
perubahan yang terjadi pada sampel, misalnya konsentrasi suatu ion terlalu tinggi,
tidak akan memengaruhi kestabilan material penyusun ion, walaupun ada juga
kolom pemisah yang mempunyai waktu penggunaan yang tidak terlalu lama,
dikarenakan packing kolom yang kurang baik atau karena faktor internal lainnya
(Amin, 2009).
2.9 Analisis TSP, PM2,5 dan PM10 dengan Metode Gravimetri
Metode ini merupakan metode yang dikembangkan oleh US National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan UK Health and Safety
Executive (HSE), Pemantauan partikulat dengan metode gravimetri merupakan
metode yang memerlukan penyesuaian atau pengkondisian sebelum dan sesudah
penimbangan manual filter, sehingga hasil pengukuran akan selalu berbeda setiap
percobaan (Vardoulakis et al, 2007).
Gravimetri merupakan metode analisis berdasarkan pengukuran massa atau
perubahan massa. Metode gravimetri adalah sebuah metode perhitungan standar
Eropa dan Amerika yang digunakan untuk menghitung jumlah PM10 dan PM2,5 di
luar ruangan, Metode gravimetri dapat menghasilkan analisis yang tepat apabila
dilakukan dengan langkah yang tepat pula, analisis ini memerlukan minimalisasi
efek elektrostatik, control kelembaban, stabilitas suhu, dan penanganan atau
kehati-hatian yang tinggi. (Tasic et al, 2012).
21
2.10 Mekanisme Sampling
Mekanisme pengambilan partikel udara ini menggunakan bantuan pompa
penghisap udara, dimana partikulat yang masuk ke penjerap akan menempel pada
filter yang telah dipasang di ketiga alat tersebut kemudian partikulat yang
menempel tersebut diukur untuk diketahui tingkat konsentrasi partikulat yang
berada di lingkungan tersebut.
2.10.1 Mekanisme sampling menggunakan alat HVAS
Pengambilan contoh uji menggunakan alat HVAS mengacu pada SNI 19-
7119.3-2005, HVAS yang digunakan adalah HVAS merk Sibata tipe HV-1000F
untuk TSP, PM10, dan tipe HV-1000R untuk PM2,5, alat HVAS ini menggunakan
filter serat kaca yang dapat menjerap partikulat yang memiliki ukuran <10 µm
dan >10 µm, alat HVAS ini dapat menghasilkan volume udara yang tinggi dan
menangkap lebih banyak partikel di udara selama 24 jam pengukuran (IAEA,
1992).
Gambar 2. Mekanisme sampling menggunakan alat HVAS
2.10.2 Mekanisme sampling menggunakan alat Gent Sampler
Gambar 3. Mekanisme sampling menggunakan alat Gent Sampler
22
Gent Sampler merupakan salah satu jenis alat LVAS berupa rangkaian
kontainer hitam dan pompa vakum yang diatur dengan pengatur waktu, rangkaian
ini dilengkapi dengan penunjuk waktu, rotameter, penunjuk volume udara dan
sebuah unit stacked filter. kecepatan laju alir dari Gent Sampler sebesar 18
L/menit, kecepatan aliran yang rendah ini membuat Gent Sampler menjadi salah
satu alat yang termasuk Low Volume Air Sampler. Teknik pengambilan contoh uji
menggunakan Gent Sampler mengacu pada Sampling and Analytical
Methodologies for Instrumental Nuetron Activation Analysisof Airbone
Particulate Matter, Training Course Series No. 4 International Atomic Energy
Agency and Operating Manual for Gent Sampler RAS/07/013.
2.10.3 Mekanisme sampling menggunakan metode Filter Pack
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Filter Pack,
metode ini diambil dari panduan yang dipublikasikan oleh EANET. Metode ini
menggunakan alat IC sebagai alat penganalisis karena preparasi untuk sampel
lebih mudah, pengukuran secara terus-menerus memungkinkan hasil yang
diperoleh lebih akurat dan sensitifitas intrumen yang baik dibandingkan alat AAS
yang membutuhkan suhu tinggi yang dikhawatirkan komponen kimia yang
dianalisis menguap sebelum hasil didapatkan.
.
Gambar 4. Mekanisme sampling klorin dan amonia
23
Filter yang digunakan pada metode ini yaitu ada yang jenis PTFE
(polytetrafluoro-ethylene), Poliamida, selulosa yang diimpregnasi dengan K2CO3
dan selulosa yang diimpregnasi dengan asam fosfat + gliserin. Metode ini
memiliki kekurangan yaitu kondisi kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan
pengurangan konsentrasi gas yang diukur karena terperangkapnya gas oleh air
yang terkondensasi dalam filter, untuk menjaga agar tidak terjadi kondisi seperti
itu, maka filter pack diletakan pada rangkaian alat yang disebut shelter (EANET,
2015).
2.11 Kawasan Puspiptek, Serpong
Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran dari kabupaten
Tangerang, jumlah penduduk di kota Tangerang Selatan lebih dari 1 juta jiwa
termasuk dalam kelompok kota metropolitan, berdasarkan data statistik tahun
2018 jumlah penduduk kota Tangerang Selatan dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan (Afrida et al, 2018).
Kawasan Puspiptek, Serpong merupakan kawasan yang berada di
perbatasan antara Tangerang Selatan dan Bogor, pemilihan daerah penelitian di
Kawasan Puspiptek Serpong ini karena kawasan ini merupakan kawasan yang
banyak kegiatan perkantoran, laboratorium, peternakan, agrikultural dan sebagai
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Wilayah Puspiptek Serpong ini merupakan kawasan yang dekat dengan
perkotaan, kegiatan industri baik legal maupun ilegal, ada sektor-sektor
agrikultural ataupun peternakan dan juga dekat dengan jalur lintas Bogor-
Tangerang yang dilalui oleh kendaraan bermotor, mobil dan truk besar yang
sering melintas sehingga memicu adanya pencemaran di wilayah ini.
24
2.12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
Pengendalian pencemaran udara diatur dalam PP RI Nomor 41 Tahun 1999,
dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan bahwa pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukannya zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara
ambien oleh kegiatan-kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya. Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan
troposfer yang berada didalam wilayah Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
memengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya.
Tabel 1. Baku mutu udara nasional
No Parameter Waktu pengukuran Baku mutu
1 SO2 1 Jam 900 µg/Nm3
24 Jam 365 µg/Nm3
1 Tahun 60 µg/Nm3
3 NO2 1 Jam 400 µg/Nm3
24 Jam 150 µg/Nm3
1 Tahun 100 µg/Nm3
4 PM10 24 Jam 150 µg/Nm3
5 PM2,5 24 Jam 65 µg/Nm3
6 TSP 24 Jam 230 µg/Nm3
7 Klorin 24 Jam 150 µg/Nm3
8 Amonia 24 Jam 2 µg/Nm3
Pengendalian pencemaran udara merupakan upaya pencegahan dan/atau
penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara. Baku mutu udara
ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada
atau yang seharusnya ada dan/atau yang keberadannya dalam udara ambien.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019 – Maret 2020. Penelitian
di lakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium-
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (P3KLL-KLHK), Serpong
dengan titik sampling udara ambien gedung P3KLL-KLHK, Serpong.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Peralatan sampling yang digunakan untuk penentuan TSP adalah
serangkaian alat HVAS, alat sampling PM10 dan PM2,5 metode HVAS adalah
masing-masing satu set alat HVAS lengkap dengan wadah filter PM10 dan PM2,5,
masing-masing alat sampling sudah dilengkapi dengan pengatur waktu (jam),
rotameter, pompa, filter horder dan volume udara.
Peralatan gent sampler terdiri dari rangkaian alat sampling Gent Stacked
Filter Unit Sampler yaitu pompa lengkap dengan rotameter, penunjuk waktu(jam),
volume udara, filter stage dan kontainer hitam. Kontainer hitam ini berfungsi
untuk cutt of aerodinamic PM10 dan PM2,5. Untuk metode gravimetri yang
digunakan untuk kedua metode baik HVAS maupun Gent Sampler menggunakan
jenis timbangan yang berbeda ketelitiannya, untuk HVAS menggunakan
timbangan analitik dengan ketelitian 4 digit dibelakang koma, sedangkan untuk
Gent Sampler menggunakan Micro Balance dengan ketelitian 6 digit di belakang
koma.
26
sedangkan untuk parameter Cl- dan NH3 alat yang digunakan adalah four stage
filter pack yang terdiri dari: filter jenis PTFE (F0), poliamida (F1), selulosa +
kalium carbonat (F2) dan selulosa + asam fosfat + gliserin (F3), serta serangkaian
pompa penghisap, dry gass dan shelter untuk melindungi four stage filter pack,
shaker untuk ekstraksi sampel, kromatografi ion untuk analisis sampel, tabung uji
polipropilen, peralatan gelas dan syringe (filter 0,22 µm).
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk penentuan TSP,PM10 dan PM2,5 yang
HVAS adalah filter serat kaca, Gent Sampler menggunakan jenis filter poliamida,
untuk klorin dan amonia menggunakan 4 jenis filter yaitu PTFE, poliamida,
selulosa + kailum carbonat dan selulosa + asam fosfat + gliserin, bahan lain yang
digunakan antara lain NaHCO3, Na2CO3, MSA99%, H2O2, methylsulfonic acid,
hidrogen peroksida 30% dan aquades.
27
Pengambilan Sampel udara
3.3 Bagan Alir Penelitian
Skema pengambilan sampel dan analisis sampel
1. Pengukuran TSP, PM2,5,PM10, klorin dan amonia
Gambar 5. Bagan alir penelitian
Ditimbang filter
awal TSP,
PM2,5,PM10 dan
ditandai
Diletakan filter ke filter
Horder alat HVAS
Diatur waktu, laju alir
1.200 L/menit sebelum
sampling dan dicatat
Ditimbang 2 filter awal,
(filter Halus dan kasar)
Diletakan 2 filter
tersebut ke filter stage
Diatur waktu, laju alir 18
L/menit dan volume
sebelum sampling dan
dicatat
Sampling dimulai selama
24 jam lalu dicatat laju alir,
dan volume akhir
HVAS Gent Sampler
TSP, PM2,5 dan PM10 Klorin dan amonia
Dipasangkan filter F0, F1,
F2 dan F3 ke four stage
Dilakukan penimbangan
filter akhir hasil sampling
Diatur laju alirnya sebesar 1
L/menit, dihubungkan ke
pompa dan sampling dimulai
Filter F0, F1, F2 dan F3
dimasukan ke tabung uji propilen
Filter F2 ditambahkan 20 mL
H2O2, filter F0,F1,F3
ditambahkan 20 mL H20
Di-shaker dengan kecepatan 5 rpm
selama 20 menit kemudian disaring
menggunakan syringe 0,22 µm
Kemudian diuji menggukan ion
chromatography untuk mengukur
konsentrasi Cl- dan NH3
PM2,5 dan PM10
28
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Metode HVAS (SNI 19-7119-3-2005)
Metode HVAS mengacu pada SNI 19-7119-3-2005, tahapan yang dilakukan
adalah :
1. Filter TSP, PM10 dan PM2,5 diberi kode sebelum digunakan.
2. Filter yang digunakan berjenis polikarbonat filter merk Whatman filter ini
memiliki ukuran submikro meter dengan diameter 0,3 µm untuk TSP.
3. Kemudian filter ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik
sebanyak 3 kali sampai diperoleh berat filter awal konstan (W1), filter
dimasukan kedalam wadah plastik selama transportasi kelapangan.
4. Kemudian alat sampling diletakan sesuai dengan posisi yang telah
ditetapkan dalam penentuan lokasi titik sampling udara ambien, tipe alat
HVAS yang digunakan untuk mengukur TSP dan PM10 adalah Sibata
HV1000F sedangkan untuk PM2,5 tipe Sibata HV1000R.
5. Filter TSP, PM10 dan PM2,5 yang telah ditimbang diletakan kedalam filter
horder, lalu dicatat kode contoh uji, lokasi sampling, nomor filter, waktu
sampling awal (jam), suhu rata-rata saat sampling dan laju alirnya (Q1).
6. Pengambilan sampel dilakukan dengan laju alir 1.200 L/menit, dicatat
kembali waktu akhir (jam), suhu rata-rata saat sampling dan laju alir setelah
sampling (Q2). Setelah selesai sampling dan dicatat, filter bersama partikel
didalamnya dilipat, dipindahkan secara hati-hati kedalam plastik dan
disimpan didalam desikator, kemudian ditimbang kembali menggunakan
timbangan analitik sampai diperoleh berat filter akhir konstan (W2), lalu
29
dihitung konsentrasi TSP, PM10 dan PM2,5 dengan menggunakan rumus
sesuai dengan perhitungan pada persamaan (1) dan (2).
Pengukuran partikulat dengan diameter ≤10 µm diperlukan teknik
pengumpulan impaksi, dengan metode tersebut debu akan terpisah sesuai dengan
diameternya. Diameter yang lebih besar akan tertahan pada stage paling atas,
semakin kebawah maka partikel yang terkumpul memiliki diameter semakin kecil,
pada sampling ini digunakan inlet selektif PM10 (Inlet Casade Impactor) yang
dipasang diatas filter utama.
Pengukuran particulate matter berukuran ≤10 µm mengacu pada SNI
7119.14-2016 tentang udara ambien-bagian 14 : cara uji partikel dengan ukuran
≤10 µm menggunakan peralatan High Volume Air Sampler dengan metode
gravimetri. Alat yang digunakan adalah HVAS tipe Sibata HV1000R,
perbedaannya dengan Sibata HV1000F adalah tampilannya yang lebih modern
dengan cara operasional touch screen, berbeda dengan HV1000F yang masih
menggunakan tombol pengaturan mode samplingnya.
Perhitungan
Prinsip dari perhitungan konsentrasi TSP, PM10 dan PM2,5 penentuan
konsentrasi partikulat dilakukan dengan Persamaan (1) dan (2) :
( 1)
Keterangan :
Qs adalah laju alir volume pada kondisi standar (Nm3)
Qo adalah laju alir volume uji (Nm3)
Ts adalah temperatur standar (oK)
To adalah temperatur absolut (273 + t ukur)
oK
Ps adalah tekanan baromatik standar 1001,3 Kpa (760 mmHg)
Po adalah tekanan baromatik
30
( )
( 2)
Keterangan :
C adalah konsentrasi massa partikel tersuspensi (µg/Nm3)
W1 dan W2 adalah berat filter awal dan berat filter akhir (g)
Qs adalah volume contoh uji udara (Nm3).
3.4.2 Metode LVAS
Teknik pengambilan contoh uji dengan metode Gent Sampler mengacu pada
Sampling and Analitycal Methodologies for Instrumental Neutron Activation
Analysis of Airborne Particulate matter, Training Course Series No. 4,
International Atomic Energy Agency and Operating Manual for Gent Sampler,
pengukuran partikulat LVAS dilakukan menggunakan alat berjenis Gent Sampler
dengan laju alir yaitu 18 L/menit, pengukuran PM10 dan PM2,5 dilakukan secara
bersama-sama. Pada alat ini dipasang dua filter yaitu filter kasar dan filter halus
yang berasal dari polikarbonat untuk memisahkan partikulat yang berukuran <2,5
µm dan partikel berukuran lebih dari 2,5 sampai 10 µm pengukuran dilakukan
selama 24 jam. Tahapan pelaksanaan sampling adalah :
1. Filter disusun kedalam kaset filter dengan susunan filter kasar dibagian
yang pertama kali udara masuk dan filter halus dibagian dalam. Filter kasar
akan menyaring filter yang berukuran 2,5 – 10 µm dan partikel yang
berukuran lebih kecil dari 2,5 µm akan tertahan pada filter halus.
2. Kemudian kaset filter yang sudah diisi filter, dimasukan kedalam kontainer
hitam yang diletakan pada ujung tiang yang sudah terhubung dengan selang
dari pompa vakum.
31
3. Dicatat waktu awal (jam) yang ditunjukan oleh hourmeter, volume udara
awal yang ditunjukan oleh rotameter, pastikan timer sudah di setting untuk
24 jam dan untuk laju alir awal di setting (18 L/menit).
4. Setelah sampling alat akan mati secara otomatis, dilakukan pencatatan
waktu (jam) akhir yang ditunjukan oleh hourmeter, volume udara akhir dan
laju alir akhir yang ada pada flow meter dengan cara menghidupkan sebentar
pompa vakum.
5. Kemudian filter dipindahkan ke wadah kaca petri yang bertutup untuk
disimpan pada suhu ruang.
6. Filter ditimbang dengan neraca mikro balance (hal ini dilakukan di PSTNT-
BATAN) karena keterbatasan peralatan.
7. Dari hasil penimbangan berat filter, volume udara, maka dapat dilakukan
perhitungan konsentrasi PM10 dan PM2,5.
Perhitungan
Penentuan nilai PM2,5 dan PM10 pada gent sampler adalah :
( 3)
( )
( 4)
( ) ( 5)
Keterangan :
m1 adalah massa partikulat halus (µg)
m2 adalah massa partikulat kasar (µg)
v1 adalah volume partikulat halus (Nm3)
v2 adalah volume partikulat kasar (Nm3)
32
3.4.3 Analisis Klorin dan amoniak (Cl- dan NH3) dengan Metode Filter
Pack
Prosedur penelitian ini diambil dari panduan yang dipublikasikan oleh
EANET yang terdapat dalam dokumen Technical manual for filter pack method in
East Asia Tahun 2015 (EANET, 2015). Penelitian ini menggunakan Ion
Chromatography Thermo Scientific Dionex ICS-5000, dengan dual pump yang
menganalisis anion dan kation secara bersamaan. Pengukuran klorin dan amonia
menggunakan metode filter pack dimana filter pack merupakan sebuah metode
yang menggunakan paket filter yang berisi 4 yaitu PTFE (F0) filter yang
digunakan untuk menangkap aerosol, karena filter ini memiliki ukuran pori yang
sangat kecil, jadi PTFE dapat menangkap partikel-partikel yang berukuran kecil,
selanjutnya filter poliamida (F1) filter ini dapat menangkap gas seperti HNO3, HCl
dan NH3, karena filter ini memiliki gugus fungsi amina dimana nantinya gugus
amina ini akan berikatan dengan H yang ada pada HCl atau yg lainnya, lalu ada
filter (F2) yang berasal dari selulosa yang diimpregnasi dengan kalium karbonat,
filter ini akan menangkap gas-gas yang terlewat pada filter sebelumnya, dan filter
yang terakhir adalah filter (F3) yang terbuat dari selulosa yang diimpregnasi
dengan asam fosfat dan gliserin dimana filter ini akan menyerap NH3, dimana
dalam filter ini akan terjadi reaksi asam basa dari pengikatan NH3 ke filter
tersebut.
Pengambilan contoh uji
Awal : disiapkan 4 filter yang digunakan pada metode filter pack yaitu
PTFE (F0), poliamida (F1), selulosa + kailum karbonat (F2) dan selulosa + asam
fosfat + gliserin (F3), volume meter pada alat dicatat, tutup filter yang belum
33
digunakan dilepas dan disimpan pada rangkaian alat, dicatat waktu (jam) dan
pompa mulai dinyalakan dengan laju alir 1 L/menit.
Akhir : pompa dimatikan, waktu sampling (jam) dan laju alir akhir dicatat,
penyangga dari filter pack dilepaskan dan diletakan kedalam kantong polietilen
yang ditutup rapat, filter sampel dilepas dan disimpan dalam wadah plastik.
Ekstraksi filter
Disiapkan tabung uji polipropilena 50 mL dan tutupnya, kemudian
dimasukan larutan detergen laboratorium kedalam tabung uji propilena selama
satu malam untuk membersihkan kotoran yang menempel pada tabung, lalu dicuci
dengan menggunakan air dan air suling dan dikeringkan di udara yang bersih
dalam suhu ruang. Setiap tabung uji diberi tanda F0 dengan nomor sampel, filter
F0 blanko, dan seterusnya. Filter yang telah ditandai disimpan, kemudian
dimasukan 20 mL air suling kedalam tabung uji untuk setiap sampel F0, F1 dan
F3 sedangkan untuk sampel F2 dimasukan 20 mL larutan H2O2, fungsi larutan
H2O dan H2O2 sebagai larutan pengesktrak untuk melarutkan senyawa-senyawa
yang terkumpul dalam filter, tabung uji dikocok selama 20 menit selama ekstraksi
menggunakan shacker dengan kecepatan 5 rpm, filter diangkat dari larutan
pengesktrak dan tabung ditutup rapat, larutan yang telah diesktrak kemudian
disaring menggunakan syringe (ukuran pori-pori 0,22 µm), tabung sampel
disimpan dalam lemari pendingin dan analisis harus segera dilakukan setelah
proses ekstraksi selesai.
Pembuatan larutan deret standar
Disiapkan larutan induk anion dan kation untuk parameter Cl-, dan NH3,
dengan konsentrasi 1000 ppm. Larutan induk tersebut kemudian diencerkan
34
dengan cara dipipet masing-masing 10 mL kemudian dimasukan kedalam labu
ukur 100 mL, sehingga membentuk larutan standar campuran anion kation 100
ppm, lalu disimpan dilemari pendingin setelah digunakan. Larutan standar
campuran anion dan kation 100 ppm kemudian diencerkan kembali menjadi 100
ppm dengan cara memipet 10 mL dimasukan kedalam labu ukur 100 mL. Lalu
dibuat deret larutan standar anion dengan rentang kerja tertentu, konsentrasi 0-2
ppm untuk parameter kation dan 0-5 ppm untuk parameter anion.
Analisis contoh uji
Tabung vial untuk pengujian dibilas dengan menggunakan aquades, contoh
uji yang telah disaring kemudian dituang kedalam tabung vial pengujian,
kemudian tabung vial yang sudah berisi cairan sampel dimasukan kedalam rak
alat autosampler pada instrument IC dan siap untuk dilakukan analisis.
3.4.4 Metode Pengolahan Data
1. Uji Statistika
Uji ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara data-data dari dua jenis
alat yang telah digunakan yaitu data PM10 dan PM2,5 antara alat HVAS dan Gent
Sampler. Pengujian ini dilakukan dengan Microsoft Excel untuk melihat koefisien
korelasi dari kedua data, selain itu untuk menunjang keakuratan akan digunakan
metode regresi korelasi pearson dengan menggunakan SPSS sehingga akan
terlihat jelas signifikasi dari persebaran data-data tersebut. Pengolahan data
dengan Microsoft Excel digunakan untuk melihat R2/ koefisien korelasi dua
variabel dengan ketentuan batas nilai sebagai berikut :
0 = tidak ada korelasi antara dua variabel
>0 – 0,25 = korelasi sangat lemah
>0,25 – 0,5 = korelasi cukup
>0,5 – 0,75 = korelasi kuat
35
>0,75 – 0,99 = korelasi sangat kuat
1 = korelasi sempurna
Kemudian untuk pengolahan data menggunakan SPSS digunakan batasan
korelasi pearson sebagai berikut :
Jika angka koefisien korelasi menunjukan 0, maka kedua variabel tidak memilki
hubungan;
Jika angka koefisien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel memiliki
hubungan sangat kuat;
Jika angka koefisien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel memiliki
hubungan semakin lemah;
Jika angka koefisien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel memiliki
hubungan semakin linear sempurna positif;
Jika angka koefisien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel memiliki
hubungan semakin linear sempurna negatif;
Apabila koefisien korelasi positif, maka hubungan kedua variabel searah.
Searah artinya jika variabel x nilainya tinggi maka variabel y juga tinggi. Jika
koefisien korelasi negatif maka hubungan hubungan kedua variabel tidak searah,
tidak searah jika variabel x (waktu sampling) nilainya tinggi, maka variabel y
(konsentrasi partikulat) akan rendah.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis kualitas udara ambien di Serpong yang didapat melalui
metode gravimetri dan alat Ion Chromatography untuk parameter TSP, PM10,
PM2,5, klorin dan amonia serta hasil perbandingan metode HVAS dan LVAS
menggunakan alat Gent Sampler dapat diuraikan sebagai berikut :
4.1 Hasil pengukuran partikulat menggunakan alat HVAS dan Gent Sampler
Tabel 2. Data konsentrasi TSP,PM10 dan PM2,5
4.1.1 Hasil pengukuran TSP
Konsentrasi TSP (Total Suspended Particulate) pada penelitian ini disajikan
pada Gambar 6 yang dilakukan selama 9 minggu dari bulan Oktober (3 pekan),
November (2 pekan) dan Desember (4 pekan).
Gambar 6. konsentrasi TSP terhadap waktu sampling
Pekan
Konsentrasi (µg/Nm3)
Suhu (oC) TSP
(HVAS)
PM10 PM2,5
HVAS Gent Sampler HVAS Gent Sampler
1 68 45,6 17,2 32,6 7,1 26,4
2 119 75,8 32,9 70,6 22,6 28,2
3 70 59,4 26,6 37,5 9,3 27,1
4 122 79,3 41,9 63,7 22,1 28,3
5 152 81,6 47,6 75,6 30,8 28,7
6 131 80,0 42,0 72,8 25,8 28,5
7 78 66,4 30,7 38,4 22,2 27,8
8 83 70,9 31,6 56,4 22,6 27,9
9 73 64,0 27,8 49,3 17,4 27,5
0
50
100
150
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konse
ntr
asi
TS
P
(µg/N
m3
)
Waktu sampling (pekan)
37
Gambar 6 menjelaskan bahwa Konsentrasi Total Suspended Particulate
paling tinggi berada pada minggu ke-5 yaitu sebesar 152 µg/Nm3
dan yang paling
rendah berada pada minggu ke-1 yaitu 68 µg/Nm3. Konsentrasi nilai TSP yang di
dapat pada tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai TSP yang di dapat
pada tahun 2018 yaitu sebesar 139 µg/Nm3
(Isfi et al, 2018). Kedua nilai TSP
tahun 2018 dan 2019 yang berada di kawasan P3KLL masih sesuai dengan baku
mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
tentang pengendalian pencemaran udara, bahwa konsentrasi TSP dalam udara
ambien maksimum adalah 230 µg/Nm3.
4.1.2 Hasil pengukuran Particulate Matter 10 µm dengan HVAS
Hasil pengukuran particulate matter berukuran kurang dari 10 µm (PM10)
dalam udara ambien disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Konsentrasi PM10 terhadap waktu sampling
Gambar 7 di atas memperlihatkan bahwa nilai PM10 paling tinggi berada
pada minggu ke 5 yaitu sebesar 81,6 µm/Nm3, nilai tersebut masih sesuai dengan
baku mutu, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 konsentrasi
maksimum PM10 disuatu wilayah dalam 24 jam sebesar 150 µg/Nm3.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konse
ntr
asi
PM
10 (
µg/N
m3)
Waktu sampling (pekan)
konsentrasi
38
4.1.3 Hasil pengukuran Particulate matter 2,5 dengan HVAS
Gambar 8. Konsentrasi PM2,5 terhadap waktu sampling
Konsentrasi PM2,5 yang diukur dengan alat HVAS diperoleh hasil yang
berfluktuatif, terdapat beberapa minggu sampling yang memiliki nilai konsetrasi
melebihi baku mutu udara ambien yaitu pada sampling minggu ke (2), ke (5) dan
ke (6) dengan konsentrasi sebagai berikut 70,6 µg/Nm3, 75,6 µg/Nm
3, dan 72,8
µg/Nm3 telah melebihi baku mutu PM2,5 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1999 menyebutkan bahwa baku mutu konsentrasi PM2,5 adalah 65 µg/Nm3.
4.1.4 Perbandingan konsentrasi TSP, PM10, PM2,5 tahun 2018 dan 2019 alat
HVAS
Gambar 9. Grafik konsentrasi TSP, PM2,5 dan PM10 tahun 2018 dan 2019
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konse
ntr
asi
PM
2,5
(µ
g/N
m3)
Waktu sampling (pekan)
Konsentrasi
0
20
40
60
80
100
120
140
160
TSP PM10 PM2.5
Ko
nse
ntr
asi
(µg/N
m3
)
jenis partikulat
2018
2019
39
Gambar 9 diatas menunjukan bahwa konsentrasi nilai TSP yang didapat
pada tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai TSP yang didapat pada
tahun 2018 yaitu sebesar 139 µg/Nm3, sedangkan untuk konsentrasi PM10 ataupun
PM2,5 pada tahun 2018 lebih besar dibandingkan pada tahun 2019, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti waktu, suhu, arah angin dan musim yang
terjadi pada saat sampling (Wedding et al, 1977). Pengukuran partikulat dengan
metode HVAS ini menggunakan filter berjenis serat kaca, filter ini terbuat dari
kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm –
0,01 mm dan serat kaca prima sebagai lapisan filtrasi yang memiliki keunggulan
efisiensi filtrasi tinggi, memegang debu tinggi, dan filter ini juga tahan terhadap
flow yang tinggi sehingga filter ini sangat cocok digunakan dalam pengambilan
partikulat menggunakan alat HVAS.
4.2 Hasil pengukuran partikulat menggunakan Gent Sampler
Hasil pengukuran konsentrasi partikulat PM2,5 dan PM10 yang didapatkan
dari alat Gent Sampler memberikan hasil yang lebih kecil dari pada konsentrasi
yang didapatkan pada alat HVAS, karena laju alir yang digunakan Gent Sampler
jauh lebih kecil dibandingkan HVAS sehingga total volume yang didapat pada
alat Gent Sampler jauh lebih kecil dan konsentrasi partikulat pada alat Gent
Sampler jauh lebih sedikit dari pada konsentrasi partikulat yang didapat pada alat
HVAS.
40
Gambar 10. Konsentrasi PM10 dan PM2,5 terhadap waktu sampling
Konsentrasi tertinggi PM2,5 yang diperoleh dengan menggunakan alat Gent
Sampler terdapat pada minggu ke (5) dengan nilai 30,8 µg/Nm3 dan PM10
tertinggi pada minggu ke (5) yaitu dengan nilai 47,6 µg/Nm3
nilai tersebut masih
sesuai dibawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999 yakni sebesar 65 µg/Nm3
untuk PM2,5 dan 150 µg/Nm3
untuk PM10, dari grafik tersebut dapat dilihat naik turunnya grafik PM10 dan PM2,5
seirama.
Tingginya angka konsentrasi PM2,5 dan PM10 disuatu wilayah akan sangat
berdampak pada kesehatan sistem pernapasan manusia yang tinggal diwilayah
tersebut, menurut penelitian Jati Firnanto et al (2018), menunjukan bahwa adanya
hubungan yang dominan antara pajanan debu PM10 dengan keluhan sistem
pernapasan manusia. Metode Gent Sampler dalam pengambilan partikulat
menggunakan filter jenis polikarbonat, filter ini memiliki ukuran pori-pori
maksimal 10 mikrometer, permukaan yang halus dan transparan, pori-pori
membran yang sudah diatur dengan tepat menyebabkan keakuratan yang tinggi
terhadap pemisahan partikel berdasarkan ukuran, dapat menjebak partikel
dipermukaan dan memudahkan visualisasi.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konse
ntr
asi
(µg/N
m3)
Waktu sampling (pekan)
PM10
PM2,5
41
4.3 Hasil pengukuran konsentrasi klorin dan amonia di P3KLL Puspiptek,
Serpong
Pengukuran konsentrasi klorin dan amonia menggunakan metode filter pack
metode filter pack merupakan metode yang menggunakan 1 paket yang berisi 4
jenis filter yaitu poliamida untuk megnikat semua jenis aerosol karena filter jenis
PTFE (F0) ini memiliki ukuran pori yang sangat kecil jadi dapat menangkap
semua jenis aerosol yang berukuran submikron, kemudian filter jenis poliamida
(F1) filter ini digunakan untuk menangkap partikel berupa gas seperti HNO3, HCl
dan lain-lain, karena filter ini memiliki gugus fungsi amina, gugus fungsi amina
akan bereaksi dengan H yang ada pada gas-gas sehingga gas dapat terperangkap
ke dalam filter tersebut, kemudian filter (F2) yang berasal dari selulosa yang
diimpregnasi dengan kalium karbonat dan gliserin, filter (F3) berasal dari selulosa
yang diimpregnasi dengan asam fosfat dan gliserin, pengikatan partikulat pada
filter F2 dan F3 karena didalam filter ini terjadi reaksi asam basa yang akan
mengikat gas dan partikulat yang terlewat dari filter F0 dan F1, penambahan asam
fosfat dan kalium karbonat bertujuan untuk pengefektifan pengikatan partikulat
yang terlewat dan penambahan gliserin bertujuan sebagai perekat impregnasi
antara asam fosfat atau kalium karbonat dengan selulosa.
Tabel 3. Konsentrasi klorin dan amonia
No Konsentrasi (µg/Nm
3)
Suhu Klorin Amonia
1 0,01 0,94 27,8
2 0,09 1,22 28,3
3 0,06 0,76 27,9
4 0,03 1,31 28,5
5 0,03 1,76 28,3
6 0,05 1,50 28,6
42
Tabel 3 memperlihatkan bahwa konsentrasi amonia lebih tinggi dari pada
konsentrasi klorin diwilayah P3KLL Puspiptek-Serpong, gas amonia adalah tidak
berwarna dan dapat menimbulkan bau yang sangat menyengat, apabila terpapar
gas ini dalam kadar yang cukup tinggi dapat menyebabkan batuk dan iritasi pada
sistem pernapasan (Wiranda, 2000). Konsentrasi tertinggi amonia berada pada
minggu ke-5 yaitu sebesar 1,76 µg/Nm3 dan konsentrasi tertinggi klorin berada
pada minggu ke-2 yaitu sebesar 0,09 µg/Nm3, konsentrasi amonia dan klorin di
P3KLL Puspiptek-Serpong masih berada dibawah baku mutu yang telah
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah yaitu sebesar 150 µg/Nm3
untuk klorin dan
2 µg/Nm3
untuk amonia.
Adanya industri peternakan menjadi salah satu alasan tingginya amonia di
kawasan tersebut, menurut M Aikawa et al, (2010) beberapa faktor penyebab
kenaikan konsentrasi NH3 adalah terbentuknya NH3 yang berasal dari reaksi
sublimasi senyawa seperti NH4, NO3 atau NH4Cl atau pembentukan senyawa lain
yang melibatkan NH3.
4.4 Hasil Perbandingan Pengukuran Partikulat HVAS dan Gent Sampler
Perbandingan Nilai PM10 dan PM2,5 dilakukan dengan meletakan kedua alat
tersebut di lokasi yang sama yaitu diatas gedung P3KLL dengan waktu
operasional yang sama.
43
Gambar 11. Perbandingan PM2,5 pada alat HVAS dan Gent Sampler
Gambar 12. Perbandingan PM10 pada alat HVAS dan LVAS
Hasil perbandingan PM2,5 dan PM10 yang diukur dengan menggunakan alat
HVAS dan Gent Sampler di P3KLL pada waktu yang sama menunjukan pola
yang sama dari minggu ke-1 sampai minggu ke-9.
Gambar 13. Korelasi PM10 HVAS terhadap LVAS
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9K
onse
ntr
asi
(µg/N
m3)
Waktu sampling (pekan)
HVAS
LVAS
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konse
ntr
asi
(µg/N
m3)
Waktu sampling (pekan)
HVAS
LVAS
y = 1,1949x + 29,618 R² = 0,9006
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50
PM
10H
VA
S
PM10 LVAS
44
Korelasi diantara PM10 HVAS dengan PM10 Gent Sampler memperlihatkan
data perbandingan dua alat yang memiliki hubungan yang linear positif dengan R2
adalah 0,9006, dengan nilai koefisien korelasi PM10 0,95 yang mendekati 1 yang
berarti mempunyai hubungan yang sangat kuat antara alat HVAS dengan LVAS
jenis Gent Sampler. Gambar 13 menyajikan grafik korelasi PM10 HVAS terhadap
LVAS jenis Gent Sampler.
Gambar 14. Korelasi PM2,5 HVAS terhadap LVAS
Korelasi diantara PM2,5 HVAS dengan PM2,5 Gent Sampler memperlihatkan
data perbandingan dua alat yang memiliki hubungan yang linear positif juga,
dengan nilai R2
adalah 0,7078 dengan nilai koefisien korelasi PM2,5 0,84 yang
mendekati 1, hal ini menunjukan hubungan yang sangat kuat parameter PM2,5
yang diukur dengan alat HVAS dengan LVAS jenis Gent sampler, Gambar 14
menyajikan grafik korelasi PM2,5 HVAS terhadap LVAS jenis Gent Sampler.
y = 1,8292x + 18,648 R² = 0,7078
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 10 20 30 40
PM
2,5
HV
AS
PM2,5 LVAS
HVAS
Linear (HVAS)
45
4.5 Korelasi hasil pengukuran partikulat HVAS dan LVAS menggunakan SPSS
Uji korelasi nilai konsentrasi partikulat HVAS dan Gent Sampler dilakukan
dengan menggunakan software SPSS. Pada pengujian korelasi ini terlebih dahulu
dilakukan uji nomalitas data sehingga dapat diambil keputusan penggunaan
metode analisis korelasi yang akan digunakan labih lanjut. Hasil uji normalitas
data PM10 dan PM2,5 dari alat HVAS dan Gent Sampler disajikan pada Gambar
15,16,17 dan 18.
Gambar 15. Grafik histogram uji normalitas data PM2,5
Gambar 16. Grafik P-Plot uji normalitas data PM2,
46
Gambar 17. Grafik histogram uji normalitas data PM10
Gambar 18. Grafik P-Plot Uji normalitas data PM10
Gambar 15 dan 17 adalah grafik histogram yang memberi gambaran
persebaran data PM10 dan PM2,5 dari kedua alat tersebut, grafik histogram
dikatakan normal jika distribusi data membentuk lonceng yang melenceng
kekanan atau berada ditengah, jika grafik histogram berdistribusi melenceng
kekiri kurva lonceng maka data berdistribusi tidak normal (Santoso, 2015).
Gambar diatas dapat dilihat bahwa persebaran data terdistribusi condong
kesebelah kanan dan berada ditengah dari kurva lonceng, sehingga dapat
dikatakan bahwa data dari kedua alat tersebut terdistribusi normal. Selain grafik
histogram, grafik p-plots pada SPSS juga menentukan uji normalitas data. Pada
Gambar p-plots, apabila titik-titik mengikuti dan mendekati garis diagonalnya,
maka dapat diartikan model regresi memenuhi asumsi normalitas, dapat
disimpulkan berdasarkan Gambar p-plots dibawah ini bahwa data terdistribusi
47
normal (Ghozali, 2016), hasil grafik P-Plots yang dihasilkan dari kedua data yang
disajikan diatas dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal atau memenuhi
syarat asumsi untuk uji normalitas.
4.6 Korelasi konsentrasi PM10 dan PM2,5 HVAS dan LVAS (Gent Sampler)
Perhitungan nilai korelasi PM10 dilakukan dengan menggunakan metode
korelasi Pearson untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linear dari dua
variabel (nilai PM10 dari dua alat). Hasil korelasi konsentrasi PM10 disajikan
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4. Correlation Pearson PM10
Gambar diatas menunjukan adanya nilai korelasi sebesar 0,946, dan nilai
sig (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai korelasi yang didapat sebesar 0,946 menunjukan
korelasi antar dua data tersebut sangat kuat karena nilai korelasinya mendekati 1
dan 0,946 > 0,666 (r tabel), dimana jika nilai r hitung > r tabel maka ada
hubungan yang kuat antar dua variabel (Sarwono, 2012), Berdasarkan nilai
signifikansi sig(2-tailed) sebesar 0,000, berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil PM10 dari alat HVAS dan
LVAS karena signifikansinya sebesar 0,000 < 0,01 (Ghozali, 2005).
Tabel 5. Correlation Pearson PM2,5
PM10 HV PM10 LV
PM10 HV Pearson Correlation 1 .946’’
Sig.(2-tailed) .000
N 9 9
PM10 LV Pearson Correlation .946’’ 1
Sig.(2-tailed) .000
N 9 9
PM10 HV PM10 LV
PM2,5 HV Pearson Correlation 1 .836’’
Sig.(2-tailed) .005
N 9 9
PM2,5 LV Pearson Correlation .836’’ 1
Sig.(2-tailed) .005
N 9 9
48
Gambar korelasi pearson diatas menunjukan adanya nilai korelasi sebesar
0,836, dan nilai sig (2-tailed) sebesar 0,005. Berdasarkan nilai signifikansi sig(2-
tailed) sebesar 0,005, jika nilai sig(2-tailed) < 0,01 maka terdapat korelasi antar 2
variabel yang dihubungkan, nilai korelasi yang didapat sebesar 0,836 > 0,666 (r
tabel), dimana jika nilai r hitung > r tabel maka ada korelasi antar dua variabel
(Sarwono, 2012), signifikansi korelasi dari dua data bernilai 0,01 berarti nilai
signifikansinya cukup baik, hal ini didukung pula dengan nilai koefisien korelasi
yang positif, dengan nilai signifikansi < 0,01 dan nilai korelasi mendekati 1, dapat
dikatakan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat antara hasil pengukuran
konsentrasi partikulat udara ambien baik PM10 maupun PM2,5 dari alat HVAS dan
LVAS (Gent Sampler).
49
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. P3KLL Puspiptek Serpong berdasarkan parameter TSP, PM10, PM2,5, klorin
dan amonia, pada umumnya konsentrasi masih dibawah baku mutu yang
telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, namun ada
beberapa nilai konsentrasi PM2,5 dengan alat HVAS pada minggu ke (2), ke
(5), dan ke (6) dengan konsentrasi 70,6 µg/Nm3, 75,6 µg/Nm
3 dan 72,8
µg/Nm3 telah melebihi baku mutu PM2,5 sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999 yaitu 65 µg/Nm3. Hal ini menunjukan bahwa PM2,5
lebih peka untuk dijadikan parameter sumber pencemar yang kritis untuk
melihat suatu lokasi tercemar atau bukan.
2. Perbandingan hasil pengukuran konsentrasi PM10 dan PM2,5 antara alat HVAS
dan LVAS (Gent Sampler) memiliki kecenderungan pola yang sama, hasil
penelitian korelasi PM10 dan PM2,5 HVAS terhadap LVAS memiliki
hubungan yang linear positif dengan nilai R2
masing-masing 0,70 untuk
PM2,5 dan 0,90 untuk PM10. Nilai korelasi yang dihasilkan adalah korelasi
yang sangat kuat dengan nilai yang korelasi mendekati 1, yaitu PM10 0,95
dan PM2,5 0,84, hasil tersebut menunjukan keeratan nilai dari dua data PM10
dan PM2,5 HVAS terhadap LVAS, sehingga alat sampling LVAS jenis Gent
Sampler dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam pengukuran udara
ambien selain HVAS.
50
5.2 Saran
Dalam melakukan penelitian frekuensi sampling perlu ditambah untuk
mendapatkan dua yang cukup banyak baik untuk mengetahui kualitas udara
ambien maupun untuk melakukan kajian perbandingan metode, agar
kesimpulan yang diambil lebih valid.
51
DAFTAR PUSTAKA
Aikawa M, Hiraki T. 2010. Difference in the use of a Quartz Filter and a PTFE
filters as First-Stage-Filter iin the four Stage Filter-Pack Method. Water,Air
and Soil Pollution.213(1-4):331-9.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Jakarta
Cahyadi W, Achmad, Suhartono dan Razie F. 2016. Pengaruh faktor
meterorologis dan konsentrasi partikulat (PM10) terhadap kejadian infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA). Enviro Scienteae, 12(3) : 302 – 311.
Charles dan Totok Eka Suharto. 2008. Adsorpsi Amoniak oleh Adsorben Zeolit
Alam yang Diaktivasi dengan larutan Amonium Nitrat. Jurnal Gradien. 4,2,
354-360.
Chandra B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta. Halaman 42,
55-59.
Gindo A dan Hari B. 2007. Pengukuran partikel udara ambien (TSP, PM2,5,
PM10) di sekitar calon lokasi Semenanjung Lemahabang. Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif-Batan. ISSN 1410-6086.
Haryoto, Prabang S, Masykuri. 2014. Gas amonia terhadap besarnya risiko
gangguan kesehatan pada masyarakat di sekitar tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah putri cempo Surakarta.Vol. VI, Nomor 2.
Hasan A. 2006. Dampak Penggunaan Klorin. BPP, Vol. 7 : 1
IAEA. 1992. Sampling and Analitycal Methodelogies for Instrumental Neutron
Activation Analysis of Airbone Paniculate Matter. Training Course Series
Vienna : International Atomic Energy Agency.
Isfi R, Salim C, Bambang H, Rita, Retno P L dan Ricky N. 2018. Perbandingan
Metode sampling kualitas udara: High Volume Air Sampler (HVAS) dan
Low Volume Air Sampler (LVAS), ecolab. Vol. 12 : 53 – 102.
Khadijah A, Dharmayanti I dan Mufida I . 2014 . Kadar Debu Partikulat (PM2.5)
dalam Rumah dan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Kayuringin
Jaya, Kota Bekasi Tahun 2014, Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat, jakarta pusat. Vol. 26 (1) : 45-52.
52
Lestari RP, dan Nelson R. 2017. Komposisi kimia deposisi kering di dua wilayah
sub perkotaan di Indonesia, Serpong dan Bogor. Ecolab, 11.53-104.
Maenhut W, Francois F, and Cafmeyer J. 1993. The “Gent” Stacked Filter Unit
(SFU) Sampler for the collection of Atmospheric Aerosol in Two Size
Fraction : Description and Intructions for Instalations for Instalation and
Use. Vienna : International Atomic Energy Agency Retrieved from
International Atomic Energy Agency.
Mukono HJ. 2006. Pencemaran Udara dan pengaruhnya terhadap gangguan
saluran pernapasan. Airlangga University Press, Surabaya.
O’Chonnor dan feng HA. 2014. Gravimetric Analysis of particulate matter using
Air Samplers Housing Internal Filtration Capsules. Gefahrst Reinhalt Luft,
403-410.
Palar. 2004. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
Pfeiffer RL. 2005. Sampling udara for PM10 dan PM2.5 Particulate. Publications
From USDA-ARS/UNI Faculty, 227-245.
Rais . 1978. Ilmu ukur tanah jilid II. Jakarta
Robson C, dan Foster K. 1962. Evaluation of air Particulate Sampling Equipment.
American Industrial Hygiene Association.404-410.
Sakti ES. 2012. Tinjauan Tentang Kualitas Udara Ambien (NO2, SO2,
TSP)Terhadap Kejadian ISPA di Kota Bekasi Tahun 2004-2011. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Sarudji D. 2010. Kesehatan Lingkungan. Karya Putra Darwati, Bandung.
SNI 19-7119.3.2005. Jakarta. tentang cara uji partikel tersuspensi total
menggunakan peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metoda
gravimetri.
Soemirat. 2009. Epidemiologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Suharto. 2011. Limbah kimia dalam pencemaran udara dan air. CV. Andi Offset.
Yogyakarta
Sunu. 2001. melindungi Lingkungan dengan menerapkan ISO 14001.Grasindo,
Jakarta.
53
Tasic V, Stojanovic MJ, Vardoulakis S, Miloksevic N, Kovacevic R, and Petrovic
J. 2012. Comparative Assesment of a real-time particle monitor againts the
reference gravimetrics method for PM10 dan PM2.5 in indoor air. Elsivier :
Atmospheric Enviroment. 358-3634.
Vardoulakis S, Valiants M, Milner J, and Simon H. 2007. Operational air
pollution meodeling in the UK-Street Canyon Aplications and Chalenges.
Wardhana dan Wisnu A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi),
Andi Offset, Yogyakarta.
Wedding J, Mc A, and Cermak J. 1977. Large Particle Collection Characteristics
of ambient aerosol samplers. Enviromental Science and Teknolgy. 11, 387 –
390.
Weiss J. 1995. Ion Chromatography (Second Edi). New York : VCH Publisher
Inc
World Resources Institute (WRI) in collaboration with The United Nations
Enviroment Programme (UNEP) and the United Nations Development
Program (UNDP). World Resources 1992-93. New York : Oxford
University Press.
54
LAMPIRAN
Lampiran 1. Timeline Penelitian
Kegiatan
Bulan
Oktober
2019
November
2019
Desember
2019
Januari
2020
Februari
2020
Maret
2020
April
2020
Mei
2020
Juni
2020
Pengambilan
contoh uji
Penyusunan
draft
proposal
Seminar
proposal
Analisis data
dan
pembuatan
skripsi
Seminar
hasil
Sidang
Lampiran 2. Alat-alat penelitian
Alat High Volume Air Sampler Wadah filter Gent Sampler
Filter TSP sebelum dan sesudah sampling
55
Filter PM10 sebelum dan sesudah sampling
Filter PM2,5 sebelum dan sesuda sampling
Filter halus dan kasar sebelum sampling
Filter halus dan kasar setelah sampling Ion Chromatography
56
Worksheet sampling
Lampiran 3. Rancangan Biaya Anggaran Penelitian
No Nama Produk Biaya
1 Pengukuran TSP 224.000/24 jam x 12 = Rp. 2.688.000
2 Pengukuran PM10 210.000/24 jam x 24 = Rp. 5.040.000
3 Pengukuran PM2,5 224.000/24 jam x 24 = Rp. 5.376.000
4 Pengukuran NH4+, Cl
-
desposisi kering
500.000 / sampel = Rp. 2.000.000
5 Filter F0, F1, F2, F3 Rp. 5.108.270
6 Nylon Syringe 0,22 µm, Rp. 830.079
7 0,5 M Sodium Bicarbonat
Concentrate Rp. 1.996.544
8 0,5 M Sodium Bicarbonat
Concentrate Rp. 1.790.641
9 Methanesulfonic Acid Rp. 605.000
10 H2O2 Rp. 906.000
Total Rp. 26.340.455
Lampiran 4. Salah satu perhitungan HVAS
(
( )
57
( )
( )
( )
Lampiran 5. Salah satu perhitungan metode Gravimetri alat LVAS jenis
Gent Sampler
20,86 µg/Nm
( )
( ) 22,60 µg/Nm3
PM10 = (PM2,5 + PM kasar)
PM10 = (20,86 µg/Nm3 + 22,60 µg/Nm
3)
PM10 = (PM2,5 + PM kasar)
PM10 = 43,46 µg/Nm3